BAB III PERBANDINGAN UJI KELAYAKAN BUS DI IRLANDIA, AUSTRALIA DAN INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PERBANDINGAN UJI KELAYAKAN BUS DI IRLANDIA, AUSTRALIA DAN INDONESIA"

Transkripsi

1 BAB III PERBANDINGAN UJI KELAYAKAN BUS DI IRLANDIA, AUSTRALIA DAN INDONESIA 3.1 Uji Kelayakan Kendaraan di Irlandia Review NCT Uji kelayakan kendaraan bermotor di Irlandia dilakukan oleh satu badan hukum (single provider) yaitu National Car Testing (NCT). Hal ini sangat unik karena berbeda dengan sistem yang diberlakukan oleh negara eropa lainnya. Tabel 3.1 Sistem pengujian kelayakan kendaraan berbagai negara di Eropa (Mid term review of NCTS, Oktober 2005) No Government Private and Government Single Provider Private Center Test/Garages 1 Luxembourg Hungary Ireland Belgium 2 Northern Ireland Italy Latvia Denmark 3 Switzerland Estonia 4 Finland 5 Germany 6 Great Britain 7 Netherlands 8 Poland 9 Portugal 10 Slovak republic 22

2 Di Irlandia setiap kendaraan bermotor harus melakukan uji kelayakan dengan ketentuan perioda sebagai berikut: 1. Semua kendaraan bermotor baru harus diuji kelayakannya untuk empat tahun pertama setelah kendaraan mendapat surat-surat resmi untuk beroperasi 2. Semua kendaraan bermotor harus diuji kelayakannya setiap dua tahun sekali 3. Setiap kendaraan bermotor diberi tenggat waktu untuk melakukan test perbaikan selama satu bulan Di Irlandia, setiap kendaraan bermotor yang melakukan uji kelayakan dikenakan biaya 49 (uji kelayakan utama) dan 27,50 (test perbaikan). Jika kendaraan bermotor tidak diuji kelayakannya setelah waktu perioda yang ditentukan, maka pihak Garda Síochána akan memberikan sanksi kepada pemilik kendaraan bermotor sesuai dengan undang-undang lalu lintas dan ketertiban umum atau didenda sebesar 5000 euro. Adapun kendaraan bermotor yang diwajibkan oleh NCT untuk mengikuti uji kelayakan,yaitu; taksi, limosin, bus, truk, trailer, ambulans dan mobil pribadi. Gambar 3.1 Prosedur uji kelayakan kendaraan bermotor di Irlandia Keterangan: 1. Pemilik kendaraan bermotor memesan nomor antrian kepada NCT pusat melalui telepon, dan faksimili. 23

3 2. Pihak NCT pusat memberikan nomor antrian, tanggal, jam dan NCT terdekat dengan tempat pemilik kendaraan melalui telepon, dan faksimili. 3. NCT pusat memberikan informasi kepada NCT terdekat dengan tempat pemilik kendaraan bahwa akan ada uji kelayakan pada tanggal dan waktu yang telah ditentukan. 4. Pada waktu yang telah ditentukan, pemilik kendaraan bermotor tersebut mendatangi NCT terdekat untuk diuji kelayakan kendaraannya. 5. Kemungkinan hasil uji kendaraan adalah lulus test dan retest. Lulus test, pemilik tersebut harus membayar sebesar 49 Retest, pemilik tersebut harus membayar biaya sebesar 27,50 6. Kendaraan mengukiti retest dan kemudian kendaraan tersebut lulus test. Di Irlandia, penurunan kecalakan mencapai 14% dari tahun Sebagai catatan jumlah kecelakaan yang fatal cenderung mengalami penurunan. Hal ini dapat dibuktikan pada tabel 3.2. Tabel 3.2 Kecelakaan fatal tahun (Mid term review of NCTS, Oktober 2005) Tahun Jumlah Unit Kendaraan Kecelakaan yang Fatal

4 Gambar 3.2 Jumlah kendaraan di Irlandia (Mid term review of NCTS, Oktober 2005) Gambar 3.3 Laju kecelakaan yang terjadi di Irlandia (Mid term review of NCTS, Oktober 2005) Perbandingan Uji Kelayakan Bus di Irlandia Terhadap Uji Kelayakan Bus di Australia dan Indonesia Secara garis besar, hal yang diinspeksi saat melakukan uji kelayakan pada bus, yaitu: 1. Sistem rem Pedal rem Operasi rem (inspeksi dari dalam bus) Rem tangan Performa rem 25

5 Keseimbangan rem Performa rem tangan Keseimbangan rem tangan Fluida rem Pipa/selang rem Brake wheel units Komponen rem 2. Emisi gas buang Gas asap Sistem pembuangan dan tingkat kebisingan 3. Roda dan ban Kondisi ban Spesifikasi ban Kembang ban Roda Roda cadangan dan tempat roda cadangan Bantalan roda 4. Sistem penerangan Lampu rem Lampu belakang dan lampu penerangan pelat nomor kendaraan Lampu indikator dan lampu penunjuk arah Lampu samping Kondisi lampu utama Arah lampu utama Kondisi lampu tambahan Arah lampu tambahan Reflektor 5. Sistem kemudi dan suspensi Roda kemudi (steering wheel) Slide slip roda depan 26

6 Slide slip roda belakang Performa suspensi sumbu depan Performa suspensi sumbu belakang Sambungan kemudi Pegas depan Suspensi depan Kondisi shock absorber Suspensi belakang Pegas belakang 6. Chasis dan bodi Pintu, pengunci Bodi Chasis atau rangka 7. Sistem kelisitrikan Klakson Sistem kelistrikan 8. Kaca Wiper kaca depan dan washer Kaca Kaca spion 9. Transmisi 10. Interior Tempat duduk Speedometer Sabuk pengaman 11. Sistem bahan bakar 12. Lain-lain Pelat nomor kendaraan 27

7 Adapun yang menjadi perbedaan uji kelayakan bus di Irlandia bila dibandingkan dengan Indonesia dan Australia adalah 1. Mesin/transmisi dan sistem pembuangan a. Mesin/transmisi (untuk mesin diesel) Kadar asap maksimum 2,5/m ( 1/1/1980 1/7/2008) Kadar asap maksimum 1,5/m (setelah 1/7/2008) b. Sistem pembuangan dan tingkat kebisingan Memenuhi ambang batas kebisingan Arah ujung knalpot ke belakang dan ke samping serta ujung knalpot tidak melewati badan bus 2. Sistem rem a. Rem utama Efisiensi rem tidak kurang dari 55% dari berat maksimum bus (diukur pada roller tester) b. Rem parkir Braking effort minimum 20% dari GVM (Gross Vehicle Mass) untuk kendaraan yang terdaftar sebelum 1/7/1964 Braking effort minimum 27,5% dari GVM) untuk kendaraan yang terdaftar setelah 1/7/1964 khususnya single line braking system Barking effort minimum16% dari GVM khususnya untuk dual line braking system c. Keseimbangan rem Rem utama Roda pada sumbu yang sama tidak lebih dari 30% braking effort terhadap sesamanya Rem tangan Roda pada sumbu yang sama tidak lebih dari 50% braking effort terhadap sesamanya 28

8 3. Sistem penerangan a. Lampu utama Jumlah dua atau empat dengan warna kuning atau putih Ada tiga jenis metoda pengujian berkas lampu, yaitu; 1) European type headlamp (check on dip beam) Gambar 3.4 European type headlamp (NCT manual, 2004) Garis horozontal harus berada diantara; - 0,5% -2% untuk ketinggian pusat lampu diantara mm dari permukaan tanah - 1,25% -2,75% untuk ketinggian pusat lampu lebih dari 850 mm dari permukaan tanah 29

9 2) British-American type headlamp (check on dip beam) Gambar 3.5 British-American type headlamp (check on dip beam) (NCT manual, 2004) Hot spot harus berada diantara 0%-2,75% Sisi kanan dari hot spot harus berada diantara 0% - 2% 3) British-American type headlamp (check on mean beam) Gambar 3.6 British-American type headlamp (check on mean beam) (NCT manual, 2004) 30

10 Pusat dari hot spot harus berada diantara 0% - 2% 0,5% - 2% untuk ketinggian pusat lampu berada di atas 850mm dari permukaan tanah 1,25% - 2,75% untuk ketinggian pusat lampu berada diantara mm dari permukaan tanah b. Lampu tambahan utama Lampu tambahan utama harus berwarna putih atau kuning Posisi atau letak pemasangan lampu harus sesuai dengan ketentuan Gambar 3.7 Letak/posisi pemasangan lampu tambahan utama (NCT manual, 2004) 1) Lampu kabut Pada pengujian highlight tester garis horizontal tidak lebih dari 2% Pusat berkas sinar harus berada diantara 0% - 2% garis vertical 2) Lampu jauh tambahan Pada garis horizontal harus berada di bawah garis 0% Pada garis vertikal harus berada 0% - 2% 31

11 c. Lampu belakang Lampu belakang harus berwarna merah, memiliki besar dimensi dan intensitas sinar yang sama serta dipasang simetris terhadap sumbu memanjang kendaraan d. Lampu penerangan pelat nomor kendaraan Lampu penerangan pelat nomor kendaraan harus berwarna putih e. Lampu rem Lampu rem harus berwarna merah, memiliki besar dimensi dan intensitas yang sama serta harus dipasang simetris terhadap sumbu memanjang kendaraan f. Lampu indikator/penunjuk arah Lampu indikator/penunjuk arah harus berwarna kuning, memilki besar dimensi dan intensitas yang sama serta harus dipasang simetris terhadap sumbu memanjang kendaraan g. Reflektor Reflektor harus berwarna merah, memiliki besar dimensi yang sama dan dipasang simetris terhadap sumbu memanjang kendaraan 4. Ban dan roda a. Kondisi dan spesifikasi ban Kedalaman telapak ban minimal 1,6 mm merata disetiap titik penampang ban Sobekan tidak lebih dari 25mm atau kira-kira 10% dari luas penampang ban dan sobekan tidak sampai pada lapisan ply atau cord Ban jenis radial ply tidak boleh dipasang pada sumbu roda depan b. Kondisi dan spesifikasi roda Tidak boleh ada buckle lebih dari 19 mm (3/4 ) 5. Sistem kemudi dan suspensi a. Sistem kemudi Rotational play tidak boleh lebih dari 20 pada steering box 32

12 Rotational play tidak boleh lebih dari 5 pada rack dan pinion Catatan; Steering box 20 on 15 (381 mm) diameter wheel = 67 mm on rim 20 on 18 (457 mm) diameter wheel = 80 mm on rim Rack dan pinion 5 on 15 (381mm) diameter wheel = 17 mm on rim 5 on 18 (457 mm) diameter wheel = 20 mm on rim b. Suspensi Ketidakseimbangan performa antara suspensi kiri dan kanan tidak boleh lebih dari 30% baik pada suspensi depan ataupun belakang Pengujian suspensi Gambar 3. 8 Pengujian suspensi depan (NCT manual, 2004) 33

13 Gambar 3.9 Tindakan pengujian suspensi depan (NCT manual, 2004) c. Slide slip Pengujian slide slip dilakukan pada slide slip tester dengan ketentuan sebagai berikut; Slide slip maksimum pada roda depan maksimal ±14 m/km Slide slip maksimum pada roda belakang maksimal ±14 m/km 6. Bodi dan chasis a. Chasis Gambar 3.10 Chasis jenis tangga (NCT manual, 2004) 34

14 Tidak boleh ada deformasi, retakan dan advanced corrosion Kondisi sambungan harus kokoh b. Bodi Primary structure merupakan struktur kendaraan yang jika mengalami kegagalan akan mengakibatkan kendaraan tidak terkontrol atau membahayakan penumpang dan jarak 100 mm dari pintu merupakan primary structure. Adapun komponen primary structure, yaitu; 1. Subframe dan rangka 2. Part suspensi dan penopangnya 3. Penopang komponen steering 4. Daun dan rangka pintu 5. Engsel dan pengunci pada pintu 6. Penopang tempat duduk 7. Penopang sabuk pengaman 8. Lantai Secondary structure merupakan struktur kendaraan yang jika mengalami kegagalan masih dapat dikontrol, yaitu; 1. Bumper 2. Atap Table 3.3 Kategori korosi (NCT manual, 2004) 35

15 Gambar 3.11 Surface corrosion (NCT manual, 2004) Gambar 3.12 Advanced corrosion (NCT manual, 2004) Gambar 3.13 Extensive corrosion (NCT manual, 2004) 36

16 7. Kaca Kerusakan pada kaca depan harus dalam batas ketentuan sebagai berikut; Gambar 3.14 Model penampang windscreen (NCT manual, 2004) Batas Kelayakan; Zona A, kerusakan dengan diameter 10 mm. Maksimum terdapat dua kerusakan dengan jarak minimal 100 mm satu dengan yang lainnya. Zona B, kerusakan dengan diameter 20 mm atau retak setebal rambut dengan panjang maksimal 30 mm. Diizinkan terdapat dua kerusakan tetapi dengan jarak minimal 100 mm satu dengan yang lainnya. Zona C, kerusakan dengan diameter 40 mm. Diizinkan terdapat dua kerusakan tetapi dengan jarak minimal 100 mm satu dengan yang lainnya. 3.2 Uji Kelayakan Kendaraan di Australia Review VICROAD Uji kelayakan kendaraan bermotor di Australia dilakukan oleh pemerintah dan melibatkan pihak swasta.setiap pihak swasta atau Registered Service Agent (RSA) diberi lisensi oleh pihak pemerintah setempat (jurisdiction). 37

17 Pihak pemerintah yang bertanggung jawab (jurisdiction) untuk mengurus uji kelayakan kendaraan di Australia, yaitu; 1. Victoria 2. New South Wales 3. Tasmania 4. Queensland 5. South Australia 6. Western Australia Setiap kendaraan bermotor (bus, light vehicle, heavy vehicle dan sepeda motor) yang gagal lulus tes uji kelayakan akan direkomendasikan kepada pihak RSA untuk diperbaiki. Setelah kendaraan diperbaiki di RSA, kendaraan akan diberi stiker sebagai bukti telah diperbaiki. Kemudian pihak pemerintah, misalnya VicRoad di region Victoria, akan memberi sertifikat lulus uji kelayakan. Adapun biaya yang dikenakan untuk uji kelayakan sebagai berikut; 1. Light vehicle $55,00 (Australia) 2. Heavy vehicle $150,00 (Australia) Ketentuan perioda uji kelayakan kendaraan bermotor, yaitu; 1. Bus diuji setiap 12 bulan 2. Taksi diuji setiap 6 bulan 3. Mobil pribadi diuji setiap 6 bulan 4. Truk dan trailer diuji setiap 12 bulan 38

18 Gambar 3.15 Prosedur uji kelayakan kendaraan bermotor di Australia (Report of the road safety committee on the inquiry into Victoria s vehicle roadworthiness system, 2001) 39

19 Setiap kendaraan bermotor di Australia yang tidak ikut uji kelayakan akan dijerat dengan undang-undang lalu lintas dan ketertiban umum oleh polisi. Hal yang paling unik dari uji kelayakan kendaraan di Australia adalah adanya inspeksi random (random inspection call-in scheme), dimana polisi akan menginspeksi berbagai jenis kendaraan bermotor secara mendadak. Hal ini bertujuan untuk menguji kualitas perbaikan dari pihak RSA. Kategori random inspection call-in scheme, yaitu; 1. Tipe dan umur kendaraan 2. Kelas kendaraan 3. Region/wilayah Dari hasil catatan dan survei beberapa lembaga transportasi di Victoria, persentase kecelakaan yang didapat sangat beragam, yaitu; 1. Mr. C.Jordan (VicRoad) melaporkan kecelakaan yang terjadi di Victoria 1,2 3,9 % per tahun disumbang oleh faktor teknis kendaraan dalam rentang waktu Victoria Police melaporkan rata-rata 3,55% per tahun (mei 2000) kecelakaan di Victoria disebabkan oleh faktor teknis 3. Victorian Automobile Chamber of Commerce (VACC) melaporkan ratarata 5,32 % dalam rentang 10 tahun terakhir 4. Royal Automobile Club of Victoria (RACV) melaporkan 0,8 6,4% kecelakaan di Victoria disebabkan oleh factor teknis kendaraan pada tahun 1999 Sementara, kecelakaan yang terjadi di Victoria sangat menurun tajam. Hal ini dapat dibuktikan pada table

20 Tabel 3.4 Jumlah kecelakaan di Victoria (Report of the road safety committee on the inquiry into Victoria s vehicle roadworthiness system, 2001) Perbandingan Uji Kelayakan Bus di Australia Terhadap Uji Kelayakan Bus di Irlandia dan Indonesia Secara garis besar, hal yang diinspeksi saat melakukan uji kelayakan pada bus, yaitu: 1. Sistem rem Cek komponen rem Cek setelan rem Cek kompresor udara/pompa vakum Cek saringan udara Cek operasi sistem rem Cek integritas sistem rem vakum Cek integritas sistem rem pneumatik Cek integritas sistem rem hidrolik Test rem dengan decelerometer Test rem darurat dengan decelerometer Test rem parkir pada kendaraan yang pakai dual circuit Test rem dengan skid plate tester 41

21 Test rem dengan roller tester 2. Sistem kemudi dan suspensi Cek komponen steering dari dalam kabin Cek steering free play Cek komponen steering dari dalam bonnet dan dari bawah kendaraan Cek komponen suspensi 3. Roda,ban dan hub Cek roda dan pelek Cek penguat ban dengan pelek Cek retaining rings Cek ban 4. Keadaan bodi dan chasis Cek panel eksterior dan fitting Cek pelat marker belakang Cek kondisi kabin dan bodi Cek pelat nomor Cek peralatan elektronik Cek chasis 5. Tempat duduk dan seatbelt Cek tempat duduk Cek sabuk pengaman 6. Sistem penerangan dan reflektor Cek lampu lampu dan reflektor Cek lampu utama Cek lampu utama dengan hight light tester 7. Kaca Cek kaca spion 8. Kaca depan dan jendela Cek kaca depan dan samping 42

22 Wiper dan washer kaca depan 9. Mesin/transmisi, sistem pembuangan dan sistem bahan bakar Cek sistem pembuangan Cek tingkat kebisingan Cek mesin dan transmisi Cek kebocoran oli Cek tangki bahan bakar dan cek kebocoran tangki bahan bakar Cek alat pemadam kebakaran 10. Lain-lain Driving control Padding speedometer Klakson Handgrips Kabel listrik Batere Passenger stop signal Aksesoris Adapun yang menjadi perbedaan uji kelayakan bus di Australia bila dibandingkan dengan Indonesia dan Irlandia adalah 1. Mesin/transmisi dan sistem pembuangan a. Mesin/transmisi (untuk mesin diesel) Kadar asap maksimum 0,8 /m (1/10/2000 1/10/2005) Kadar asap maksimum 0,5 /m (setelah 1/10/2005) b. Sistem pembuangan Ambang batas kebisingan; 107 db (A) (sebelum 1/7/1980) 104 db (A) (1/7/1980 1/7/1983) 101 db (A) (setelah 1/7/1983) 43

23 Ujung pipa pembuangan diarahkan ke belakang atau diarahkan ke bawah maksimum sebesar 45 Pipa pembuangan tidak boleh melewati atau keluar dari bodi 2. Sistem rem a. Rem utama Tabel 3.5 Rem utama (Vehicle standard information 126, Juni 2001) b. Rem parkir Tabel 3.6 Rem parkir (Vehicle standard information 126, Juni 2001) 44

24 3. Sistem penerangan a. Warna lampu Lampu utama harus berwarna putih Lampu samping harus berwarna putih Lampu belakang harus berwarna merah Lampu rem berwarna merah Lampu penunjuk arah berwarna kuning Lampu clearance berwarna putih untuk di depan dan merah untuk belakang Lampu penerangan pelat nomor berwarna putih b. Pengecekan berkas sinar dengan high light tester Pada lampu jauh dengan jarak 8 m, pusat berkas sinar tidak boleh berada di sebelah kanan atau atas dari highlight center Pada lampu dekat dengan jarak 8 m, pusat berkas sinar tidak boleh berada di sebelah kanan atau atas dari highlight center Pada daerah yang sesuai dengan ketentuan di atas pada high light center dengan intensitas sinar tidak boleh lebih dari 437 cd 4. Ban dan roda a. Kondisi dan spesifikasi ban Kedalaman telapak ban minimal 1,6 mm disetiap titik penampang ban Kedalaman telapak ban diizinkan lebih dari 1,6 mm tetapi dengan kondisi ± 75% dari telapak ban lebih dari 1,6 mm Ban yang divulakanisir diberi tanda retread atau remould pada sidewall 5. Sistem kemudi dan suspensi a. Sistem steering/kemudi Free play tidak boleh melebihi ketentuan sebagi berikut; Untuk diameter steering wheel kurang dari 450 mm maka free play tidak boleh lebih dari 75 mm 45

25 Untuk diameter steering wheel lebih dari 450 mm maka free play tidak boleh lebih dari 100 mm Tidak boleh ada perbaikan dengan cara heating atau welding Silinder power steering tidak boleh bocor 1 tetes setiap 30 detik Horizontal free play dari ban tidak boleh melebihi ketentuan sebagai berikut; Rim diameter kurang dari 405 mm maka free play 7 mm Rim diameter mm maka free play 10 mm Rim diamter lebih dari 455 mm maka free play 13 mm Gambar 3.16 Beam axle pada heavy vehicle ( Gambar 3.17 Steering linkage pada heavy vehicle 46

26 ( b. Suspensi Daun pada pegas daun tidak boleh menyamping lebih dari 10% dari lebar daun Cek spring hanger Gambar 3.18 Suspensi pada rigid beam ( 6. Bodi dan chasis a. Chasis Cek bagian chasis yang merupakan load area 47

27 Gambar 3.19 Load area pada chasis ( b. Bodi Tempat duduk pengemudi dan penumpang minimal memiliki lebar 400 mm Dimensi tempat duduk harus memenuhi ketentuan sebagia berikut Gambar Dimensi jarak tempat duduk (Vehicle standard information 126, Juni 2001) Gambar 3.21 Dimensi tempat duduk (Vehicle standard information 126, Juni 2001) Dimana R; mm untuk jenis omnibus mm untuk jenis bus lain Spesifiksai baut yang dipakai pada tempat duduk diameter 8 mm grade 8,8 high tensile carbon 48

28 7. Kaca Jika kaca laminating, retakan berbentuk kira-kira seperti lingkaran maka diameter maksimal 16 mm dan jika retakan berupa garis maka panjang maksimal 150 mm Tidak boleh ada gangguan pada zona A Gambar Zona primary area ( Transmittance pada windscreen dan jendela harus sesuai dengan ketentuan sebagai berikut; Windscreen minimal 75% Jendela minimal 30% Kaca spion harus mampu menampilkan luas permukaan sebenarnya minimal 150 cm 2 8. Lain-lain a. Driving control Semua pedal control harus dilapisi material anti slip b. Padding Dashboard dan sun visior harus terpasang dengan baik c. Speedometer dan odometer Harus diterangi 49

29 Speedometer dengan kecepatan 40 km/jam harus memiliki akurasi ± 10% Odometer dengan jarak tempuh anatara 1 km km harus memiliki akurasi ± 4% d. Kabel listrik Setiap jarak minimal 600 mm kabel listrik harus diberi gantungan kaki e. Klakson Kebisingan maksimum 100 db (A) (ADR 82) 3.3 Uji Kelayakan Kendaraan di Indonesia Review Dinas Perhubungan Bandung Uji kelayakan kendaraan bermotor di Indonesia dibawah naungan pihak Departemen Perhubungan (DISHUB) yang pelaksanaannya sepenuhnya dilaksanakan oleh DISHUB daerah setempat dan diatur oleh PP nomor 44 tahun Menurut PP nomor 44 tahun 1993, kendaraan yang harus memenuhi kelayakan jalan adalah 1. Mobil penumpang 2. Bus 3. Mobil barang 4. Kereta gandengan atau tempelan Adapun biaya yang dikenakan untuk melakukan biaya pengujian setiap kendaraan bermotor sebagia berikut: 1. Pengujian Pertama a. Mobil barang, bus, traktor head Rp b. Kereta gandengan, tempelan, mobil penumpang Rp Pengujian Berkala a. Mobil barang, bus, traktor head Rp b. Kereta gandengan, tempelan, mobil penumpang Rp c. Buku uji Rp d. Tanda uji (1 Pasang) Rp

30 e. Penggantian tanda uji yang rusak/hilang Rp f. Pengecatan tanda samping atau uji Rp Penilaian Kondisi Teknisi a. Mobil barang, bus, traktor head Rp b. Kereta gandengan, tempelan, mobil penumpang Rp c. Sepeda motor Rp d. Kendaraan tidak bermotor Rp

31 Gambar 3.23 Mekanisme dan pengujian kendaraan bermotor di Indonesia (DISHUB Bandung) 52

32 Apabila suatu kendaraan dinyatakan tidak lulus uji,petugas penguji wajib memberitahukan secara tertulis tentang perbaikan-perbaikan yang harus dilakukan dan waktu serta tempat dilakukan pengujian. Pemilik kendaraan tidak akan dikenakan biaya pengujian ulang lagi. Dalam hal administratif, pemohon tidak membayar biaya retribusi (ongkos pengujian) tepat pada waktunya atau kurang membayar akan dikenakan sanksi berupa bunga 2% (dua persen) setiap bulan dari beasrnya retribusi yang terutang dan ditagih dengan menggunakan STRD (Surat Tanda Retribusi Daerah). Adapun inventarisasi alat yang dipakai DISHUB kota Bandung untuk menguji kelayakan kendaraan bermotor, yaitu; 1. Alat uji suspensi Arah Laju Kendaraan Gambar 3.24 Alat uji suspensi 2. Slide slip tester Arah Laju Kendaraan 3. Roller brake tester dan alat timbang Gambar 3.25 Slide slip tester 53

33 Arah Laju Kendaraan Gambar 3.26 Roller braker tester 4. Alat uji speedometer Arah Laju Kendaraan Gambar 3.27 Alat uji speedometer 5. Spot untuk cek kolong Gambar 3.28 Spot uji cek kolong 54

34 3.3.2 Perbandingan Uji Kelayakan Bus di Australia Terhadap Uji Kelayakan Bus di Irlandia dan Indonesia Secara garis besar, hal yang diinspeksi saat melakukan uji kelayakan pada bus, yaitu: 1. Peralatan No chasis Pelat nomor Tulisan Penghapus kaca depan Klakson Kaca spion Pandangan ke depan Kaca penahan sinar Alat-alat pengendali Lampu indikasi Speedometer Perlengkapan 2. Sistem penerangan Lampu jauh Tambahan lampu jauh Lampu dekat Arah lampu Lampu kabut Lampu posisi Lampu belakang Lampu rem Lampu pelat nomor Lampu mundur Lampu kabut belakang Lampu arah/peringatan 55

35 Reflektor merah Lampu tambahan lain 3. Sistem kemudi Roda kemudi Speling pada roda kemudi Batang kemudi Roda gigi kemudi Sambungan kemudi Penyambung sendi peluru Power steering Slide slip 4. As dan suspensi Suspensi roda depan Suspensi roda belakang Sumbu Pemasangan sumbu Pegas-pegas Bantalan-bantalan roda 5. Ban dan pelek Ukuran dan jenis ban Keadaan ban Keadaan kembang ban Ukuran dan jenis pelek Keadaan pelek Penguatan ban/pelek 6. Rangka dan bodi Rangka penopang Bemper Tempat roda cadangan Keamanan bodi 56

36 Kondisi bodi Ruang pengemudi Tempat duduk 7. Sistem rem Pedal rem Speling rem Kebocoran kelemahan Sambungan tuas, kabel Pipa, selang Silinder, katup Perodo/pad/pelapis Sistem vacuum - Fungsi - kebocoran Sistem vacuum - Kebocoran - Waktu pengisian - Penggerak rem - Tekanan angin Sistem vacuum - Tuas tangan /pedal - Speling tuas, tangan/pedal - Kebocoran kelemahan - Sambungan tuas, kabel Sistem gas buang - fungsi Efisiensi rem - Rem utama - Perbedaan utama - Perbedaan depan 57

37 - Perbedaan belakang - Rem parkir 8. Mesin atau transmisi Dudukan mesin Kondisi mesin Transmisi Sistem gas buang Kadar asap 9. Lain-lain Sistem bahan bakar Sistem kelistrikan Adapun yang menjadi perbedaan uji kelayakan bus di Indonesia bila dibandingkan dengan Australia dan Irlandia adalah 1. Mesin/transmisi dan sistem pembuangan a. Mesin/transmisi (diesel) Daya mesin harus mampu memberikan kecepatan minimum 20 km/jam pada segala kondisi jalan Perbandingan daya dengan berat kombinasi maksimum sekurangkurangnya 4,5 kw per 1000 kg Kadar asap maksimum 50% b. Sistem pembuangan Memenuhi tingkat ambang batas kebisingan Posisi ujung knalpot Pembungan diarahkan ke belakang atau ke samping kanan dengan kemiringan tertentu terhadap garis tengah kendaraan Pipa pembuangan tidak menonjol atau keluar dari batas bodi 58

38 2. Sistem rem a. Rem utama Efisiensi rem ( BF1. i1) + ( BFi 2. 2) + ( BFi 3. 3) a = mpgvm.. a = efisiensi rem dalam satuan %g (harus lebih besar dari 60%) BF1 = gaya rem yang terukur pada roda-roda sumbu satu BF2 = gaya rem yang terukur pada roda-roda sumbu dua BF3 = gaya rem yang terukur pada roda-roda sumbu tiga m.p GVM = berat kotor maksimum kendaraan i 1 = P N P i 2 = P N P P N,1,2,3 = tekanan rem yang didesain pada roda-roda tersebut P 1,2,3 = tekanan rem yang diukur pada roda-roda tersebut b. Rem parkir Jumlah gaya rem pada roda kiri dan kanan mencapai minimum 18% dari berat kotor maksimum kendaraan Misalkan: gaya rem kiri = 330 kg, gaya rem kanan = 330 kg maka gaya rem total = 660 kg. Dimana berat kotor kendaraan = 3600 kg, maka 18% x 3600 kg adalah 648 kg. Kesimpulan 648 kg < 660 kg (LULUS) c. Keseimbangan rem Maksimum 30% penyimpangan terhadap gaya yang lebih besar. Misalkan: rem kiri = 150 kg dan rem kanan = 110 kg, maka penyimpangan adalah 150 kg -110 kg = 40 kg. Hasil akhir adalah 30% x 150 kg = 45 kg. 40kg < 45 kg (LULUS) i 3 = P N P Sistem penerangan a. Lampu jauh Jumlah dua buah (kuning muda atau putih) Mampu menerangi 60 m dengan kecepatan 40 km/jam 100 km/jam pada malam hari cuaca cerah 59

39 Mampu menerangi 100 m dengan kecepatan minimum 100 km/jam pada malam hari cuaca cerah Pemasangan lampu pada kendaraan dengan ketinggian tidak lebih dari 1250 mm dari permukaan tanah dan tidak boleh dekat ke sisi bagian terluar kendaraan dibandingkan dengan lampu dekat b. Lampu dekat Jumlah dua buah (putih atau kuning muda) Mampu menerangi jarak minimum 40 m pada malam hari cuaca cerah Pemasangan lampu pada kendaraan tidak lebih dari 1250 mm dari permuakaan tanah dan tidak boleh melebihi 400 mm dari sisi bagian terluar kendaraan c. Lampu penunjuk arah Jumlah genap (warna kuning tua kelap-kelip) Ketinggian tidak lebih dari 1250 mm dari permukaan tanah d. Lampu rem Jumlah dua buah (warna merah tua) Mempunyai kekeuatan cahaya lebih dari lampu posisi belakang Ketinggian tidak lebih dari 1250 mm dari permukaan tanah e. Lampu posisi depan Jumlah dua buah (warna kuning muda atau putih) Dapat bersatu dengan lampu utama dekat Dapat dilihat dari jarak minimum 300 m pada malam hari cuaca cerah Ketinggian tidak lebih dari 1250 mm dari permukaan tanah dan tidak melebihi 400 mm dari sisi terluar kendaraan f. Lampu posisi belakang Jumlah genap (warna merah) Dapat dilihat dari jarak 300 m pada malam hari cuaca cerah Ketinggian tidak lebih dari 1250 mm dari permukaan tanah dan tidak melebihi 400 mm dari sisi terluar kendaraan 60

40 g. Lampu mundur Warna putih atau kuning muda Ketinggian tidak lebih dari 1250 mm dan hanya menyala ketika penerus daya dalam posisi mundur h. Lampu penerangan tanda nomor kendaraan Lampu harus dapat menerangi pelat nomor kendaraan dan dapat dibaca dengan jarak minimum 50 m pada malam hari cuaca cerah dari belakang i. Lampu peringatan Menggunakan lampu penunjuk arah yang menyala secara bersamaan dengan sinar kelap-kelip j. Lampu tanda batas Jumlah dua buah depan kiri atas dan kanan atas (warna putih atau kunig muda) Jumlah dua buah belakang kiri atas dan kanan atas (merah) k. Reflektor Jumlah genap (warna merah) Dipasang pada bagian belakang kendaraan Apabila disinari oleh lampu utama kendaraan lain reflektor harus dapat dilihat dengan jarak minimum 100 m pada malam hari cuaca cerah Pemasangan reflektor tidak lebih dari 400 mm dari sisi terluar kendaraan l. Lampu kabut Jumlah paling banyak dua buah (warna putih atau kuning) Titik tertinggi penyinaran lampu kabut dari bagian terluar sisi samping kendaraan tidak lebih dari 400 mm m. Pemeriksaan arah lampu depan 1. Pengujian dengan efek menyilaukan 61

41 Gambar 3.29 Uji efek silau (Pedoman pengujian kendaraan bermotor) Tidak boleh ada efek menyilaukan pada daerah H-h 2. Pengujian dengan high light tester Gambar 3.30 High light tester tampak depan (Pedoman pengujian kendaraan bermotor) Toleransi ketinggian highlight tester 3 cm di atas sampai 3 cm di bawah Gambar 3.31 High light tester tampak atas (Pedoman pengujian kendaraan bermotor) 62

42 Lurus di depan lampu kendaraan, toleransi 3 cm samping kanan sampai 3 cm samping kiri Gambar 3.32 Posisi membaca display high light tester (Pedoman pengujian kendaraan bermotor) Uraian display sinar dalam layar highlight tester Gambar 3.33 Garis batas cahaya lampu pada high light tester (Pedoman pengujian kendaraan bermotor) Keterangan; C = titik pusat, intensitas tertinggi pancaran sorotan utama harus pada titik ini K = titik kelukan, kelukan pada batas terang dan gelap Garis 1-1 = garis batas atas dari batas terang gelap sorotan dip simetris jenis eropa Garis 1-k-2 = garis batas atas dari batas terang/gelap sorotan dip asimetris jenis eropa Garis 3-3 = garis batas atas dari batas terang/gelap sorotan dip jenis amerika serikat 63

43 2.1 Sorotan dip asimetris Disetel baik pada arah samping dan tinggi - Jenis eropa Gambar 3.34 Sorotan dip asimetris jenis eropa (baik) (Pedoman pengujian kendaraan bermotor) - Jenis amerika Gambar 3.35 Sorotan dip asimetris jenis amerika (baik) (Pedoman pengujian kendaraan bermotor) 2.2 Sorotan dip asimetris (jenis eropa) Salah setel pada arah tinggi tapi disetel baik pada arah samping - Jenis eropa Gambar 3.36 Salah setel pada posisi tinggi (jenis eropa) (Pedoman pengujian kendaraan bermotor) 64

44 - Jenis amerika Gambar 3.37 Salah setel pada posisi atas (jenis amerika) (Pedoman pengujian kendaraan bermotor) Disetel baik pada arah tinggi tapi salah setel pada arah samping - Jenis eropa Gambar 3.38 Salah setel pada posisi samping (jenis eropa) (Pedoman pengujian kendaraan bermotor) - Jenis amerika Gambar 3.39 salah setel pada posisi samping (jenis amerika) (Pedoman pengujian kendaraan bermotor) 65

45 Disetel baik pada arah samping dan tinggi tapi bola lampu terpuntir - Jenis eropa Gambar 3.40 Sorotan lampu terpuntir (jenis eropa) (Pedoman pengujian kendaraan bermotor) 2.3 Sorotan dip simetris (jenis eropa) Disetel baik pada arah tinggi Gambar 3.41 Sorotan lampu yang benar (Pedoman pengujian kendaraan bermotor) Salah setel pada arah tinggi Gambar 3.42 Sorotan lampu salah pada arah tinggi (Pedoman pengujian kendaraan bermotor) 66

46 Disetel baik pada arah samping Gambar 3.43 Sorotan lampu salah pada arah samping (Pedoman pengujian kendaraan bermotor) Bola lampu terpuntir Gambar 3.44 Sorotan lampu terpuntir (Pedoman pengujian kendaraan bermotor) 4. Ban dan roda a. Kondisi dan spesifikasi ban Kedalaman telapak ban minimal 1,6 mm merata dietiap titik Ban kembar tidak boleh bersinggungan Ban yang divulkanisir tidak boleh dipakai pada sumbu roda depan b. Kondisi dan spesifikasi roda Spesisfikasi roda harus sesuai dengan yang tercantum di STNK 5. Sistem kemudi dan suspensi a. Sistem steering atau kemudi Speling tidak boleh lebih dari 1/5 diameter roda kemudi Steering wheel harus berada disebelah kanan b. Suspensi Diagnosa dengan unit penguji suspensi roda 67

47 Gambar 3.45 Arah gerak pelat pada uji suspensi (Pedoman pengujian kendaraan bermotor) b.1 Uji gerak samping Gambar 3.46 Pelat bergerak arah samping (Pedoman pengujian kendaraan bermotor) Objek pengujian Gambar 3.47 Objek pengujian (Pedoman pengujian kendaraan bermotor) 68

48 - Speling horizontal king pin, sendi peluru dan sendi lain dari suspensi depan - Speling bantalan roda - Gerakan chasis bila tidak dilengkapi dengan as kaku atau balok as depan yang kaku b.2 Uji gerakan memenjang searah Prakondisi Gambar 3.48 Prakondisi untuk gerak arah memanjang (Pedoman pengujian kendaraan bermotor) Gambar 3.49 Pelat bergerak arah memanjang yang searah (Pedoman pengujian kendaraan bermotor) Objek pengujian Gambar 3.50 Objek pengujian (Pedoman pengujian kendaraan bermotor) - Alat pemasang antara balok as dengan chasis - Alat pemasangan antara kaitan pegas dan chasis 69

49 - Speling pada sendi lengan control memanjang pada as depan dan as belakang - Speling pada sendi-sendi antara pegas daun dan kaitan (bracket) tetapi tidak pada sendi-sendi cincin pengikat (shackles) - Gerakan antara pegas daun dan as b.3 Gerakan memanjang dengan arah berlawanan prakondisi Gambar 3.51 Prakondisi (Pedoman pengujian kendaraan bermotor) Gambar 3.52 Pelat bergerak arah berlawanan (Pedoman pengujian kendaraan bermotor) Objek pengujian Gambar 3.53 Objek pengujian (Pedoman pengujian kendaraan bermotor) 70

50 - Speling ke samping dari cincin ikatan pegas - Speling pada sendi-sendi batang pengikat samping - Alat pemasang antara bagian bagian melintang dan memanjang dari chasis b.4 Pengujian tambahan ( untuk kendaraan dengan as yang dilengkapi oleh rem parkir) Gambar 3.54 Prakondisi dan pelat bergerak berlawanan untuk uji tambahan (Pedoman pengujian kendaraan bermotor) Objek pengujian Gambar 3.55 Objek pengujian (Pedoman pengujian kendaraan bermotor) c. Pengujian side slip dengan side slip tester Toe-in maksimal 5mm/m Toe-out maksimal 5mm/m 6. Bodi dan chasis a. Chasis Cek karat dengan mengetuk bagian komponen-komponen bagian bawah bodi integral Cek retakan pada lokasi yang banyak mendapat tekanan,seperti; 71

51 - Dekat kaitan dan cincin pegas (spring bracket and shackles) - Dekat roda gigi kemudi dan lengan pitman - Dekat pemasangan suspensi - Dekat pemasangan bodi - Pada sambungan bagian melintang dan membujur b. Bodi Bemper harus dipasang dua buah yaitu satu di depan dan satu di belakang Untuk bemper depan jarak maksimal 50 cm dari bagian kendaraan yang paling depan Tempat duduk pengemudi dan penumpang harus terpisah Lebar tempat duduk penumpang minimal 400 mm dan simetris terhadap steering wheel Tempat duduk pengemudi harus memiliki peralatan pengatur untuk menyesuaikan posisi Lebar tempat duduk penumpang minimal 400 mm Lebar efektif lorong setiap bus 350 mm yang membentang dari posisi pintu masuk sampai tempat duduk penumpang Jumlah tempat duduk penumpang harus jelas dinyatakan dengan tulisan yang ditempel di dalam bus Jarak tempat duduk di dalam bus miniml 650 mm yang diukur dari depan sandaran tempat duduk kebagian belakang sandaran tempat duduk di depannya Setiap bus harus dilengkapi dengan pintu darurat 7. Kaca Kaca jendela dan belakang harus merupakan kaca aman 72

52 8. Lain-lain a. Nomor chasis Nomor chasis harus mudah ditemukan Nomor chasis harus asli, jika terjadi perubahan harus dilaporkan kepada petugas yang berwajib Nomor chasis harus sesuai dengan yang tercantum dengan di STNK b. Pelat nomor Masih dalam tenggat masa berlakunya Harus mudah terbaca Dipasang dengan baik pada tempatnya c. Tulisan atau informasi penting Tulisan atau informasi penting harus berada pada tempatnya dan mudah dibaca d. Penghapus kaca depan Minimal berjumlah satu Wiper harus mampu membersihkan kaca yang cukup luas Wiper dapat digerakkan secara mekanis atau elektrik e. Klakson Harus memancarkan bunyi yang mantap Bunyi dapat didengar dengan jelas pada jarak 60 m dengan keadaan biasa (90-118dB) f. Kaca spion Kaca spion dalam Gambar 3.56 Syarat daerah jangkau bayangan pada kaca spion dalam (Pedoman pengujian kendaraan bermotor) 73

53 Kaca spion luar Gambar 3.57 Syarat daerah jangkau bayangan pada kaca spion luar (Pedoman pengujian kendaraan bermotor) g. Alat-alat pengendali Letak/posisi yang benar Lengkap secara fungsional h. Lampu indikasi Lengkap secara fungsional i. Speedometer Speedometer harus dilengkapi odometer Speedometer berfungsi dengan baik (toleransi -10 s.d 15%) j. Perlengkapan Alat perlengkapan yang harus dimiliki adalah - Alat bantu seperti dongkrak, kunci pas - Kotak P3K - Tabun pemadam kebakaran - Segitiga pengaman - Ban cadangan 3.4 Kelemahan Uji Kelayakan Bus di Indonesia Secara Teknis Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan (DISHUB Kota Bandung), ada banyak point pengujian yang terlewatkan, yaitu; 74

54 1. Peralatan Tabel 3.7 Inspeksi yang terlewatkan pada pengujian peralatan No PERALATAN Status Diinspeksi Terlewatkan 1 No.Chasis Ya 2 Pelat Nomor Ya 3 Tulisan Ya 4 Wiper Ya 5 Klakson Ya 6 Kaca spion Ya 7 Pandangan ke Depan Ya 8 Kaca penahan sinar Ya 9 Alat-alat pengendali Ya 10 Lampu indikasi Ya 11 Speedometer Ya 12 Perlengkapan Ya 2. Sistem kemudi Tabel 3.8 Inspeksi yang terlewatkan pada pengujian sistem penerangan No Sistem Penerangan Status Diinspeksi Terlewatkan 1 Lampu jauh Ya 2 Tambahan lampu jauh Ya 3 Lampu dekat Ya 4 Arah lampu Ya 5 Lampu kabut Ya 6 Lampu posisi Ya 7 Lampu belakang Ya 8 Lampu rem Ya 9 Lampu pelat nomor Ya 10 Lampu mundur Ya 11 Lampu kabut belakang Ya 12 Lampu arah/peringatan Ya 13 Reflektor merah Ya 14 Lampu tambahan lain Ya 75

55 3. Sistem Kemudi Tabel 3.9 Inspeksi yang terlewatkan pada pengujian sistem kemudi No Sistem Kemudi Status Diinspeksi Terlewatkan 1 Roda kemudi Ya 2 Speling pada roda kemudi Ya 3 Batang kemudi Ya 4 Roda gigi kemudi Ya 5 Sambungan kemudi Ya 6 Penyambung sendi peluru Ya 7 Power steering Ya 8 Side slip Ya 4. AS dan Suspensi Tabel 3.10 Inspeksi yang terlewatkan pada pengujian AS dan suspensi No AS dan Suspensi Status Diinspeksi Terlewatkan 1 Suspensi roda depan Ya 2 Suspensi roda belakang Ya 3 Sumbu Ya 4 Pemasangan sumbu Ya 5 Pegas-pegas Ya 6 Bantalan-bantalan roda Ya 5. Ban dan Pelek Tabel 3.11 Inspeksi yang terlewatkan pada pengujian ban dan pelek No Ban dan Pelek Status Diinspeksi Terlewatkan 1 Ukuran dan jenis ban Ya 2 Keadaan ban Ya 3 Keadaan kembang ban Ya 4 Ukuran dan jenis ban Ya 5 Keadaan pelek Ya 6 Penguatan ban/pelek Ya 76

56 6. Rangka dan Bodi Tabel 3.12 Inspeksi yang terlewatkan pada pengujian rangka dan bodi No Rangka dan Bodi Status Diinspeksi Terlewatkan 1 Rangka penopang Ya 2 Bemper Ya 3 Tempat roda cadangan Ya 4 Keamanan bodi Ya 5 Kondisi bodi Ya 6 Ruang pengemudi Ya 7 Tempat duduk Ya 7. Mesin/Transmisi Tabel 3.13 Inspeksi yang terlewatkan pada pengujian mesin/transmisi No Mesin/Transmisi Status Diinspeksi Terlewatkan 1 Dudukan mesin Ya 2 Kondisi mesin Ya 3 Transmisi Ya 4 Sistem gas buang Ya 5 Kadar asap Ya 8. Lain-Lain Tabel 3.14 Inspeksi yang terlewatkan pada pengujian lain-lain No Lain-lain Status Diinspeksi Terlewatkan 1 Sistem bahan bakar Ya 2 Sistem kelistrikan Ya 77

57 9. Sistem Rem Tabel 3.15 Inspeksi yang terlewatkan pada pengujian sistem rem No Sistem Rem Status Diinspeksi Terlewatkan 1 Pedal rem Ya 2 Speling rem Ya 3 Kebocoran kelemahan Ya 4 Sambungan tuas, kabel Ya 5 Pipa, selang Ya 6 Silinder, katup Ya 7 Perodo/pad/pelapis Ya 8 Sistem vacuum Fungsi Ya Kebocoran Ya 9 Sistem vacuum kebocoran Ya waktu pengisian Ya Penggerak rem Ya Tekanan angin Ya 10 Sistem vacuum Tuas tangan/pedal Ya Speling tuas,tangan/pedal Ya Kebocoran, kelemahan Ya Sambungan tuas, kabel Ya 11 Sistem gas buang Fungsi Ya 12 Efisiensi rem Rem utama Ya Perbedaan utama Ya Perbedaan depan Ya Perbedaan belakang Ya Rem parkir Ya 78

58 Dari semua poin pengujian diatas, semuanya berjumlah 83 poin dimana yang diinspeksi hanya 24 poin dan terlewatkan 59 poin. Jika dilakukan pendekatan matematis untuk menghitung berapa persen keefektifan pengujian kelayakan kendaraan bermotor adalah (24:83) x 100% = 28,91%. Selain dari pengamatan dilapangan, kelemahan terdapat juga pada buku panduan pengujian kendaraan. Kelemahan tersebut merupakan tidak tercantumnya beberapa ketetapan standar pengukuran dan dimensi yang diatur oleh PP no 44 tahun 1993 dalam buku panduam pengujian kendaraan tersebut. Hal ini akan memungkinkan terjadi kesalahpahaman bagi inspektor jika inspektor tersebut tidak menguasai terlebih dahulu UU dan PP tentang pelaksanaan pengujian kelayakan kendaraan bermotor. 79

59 Tabel 3.16 Daftar parameter yang diujikan tetapi tidak ada pada pedoman pengujian kendaraan No Pengujian Pasal Keterangan 1 - Bemper pada bus harus dipasang dua buah 78 dimana satu di depan dan satu dibelakang - Untuk bamper depan jarak maksimal 50 cm Bodi dari bagian kendaraan paling depan - Tempat duduk pengemudi dengan penum- pang harus terpisah - Lebar tampat duduk pengemudi minimal 400mm dan simetris dengan steering wheel - Tempat duduk pengemudi harus memiliki peralatan pengatur untuk menyesuaikan posisi - Lebar tempat duduk penumpang minimal 400 mm - lebar efektif lorong setiap bus 350mm yang membentang dari pintu masuk sampai tempat duduk penumpang - Jumlah tempat duduk dari bus harus jelas dinyatakan dengan tulisan yang ditempel Di dalam bus - Jarak tempat duduk minimal 650 mm yang diukur dari depan sandaran tempat duduk ke bagian belakang sandaran tempat duduk di depannya - Setiap bus harus dilengkapi dengan pintu darurat 2 Wiper 73 - Minimal berjumlah satu 80

60 3.5 Resume Perbandingan Pengujian Kelayakan Bus di Indonesia, Irlandia dan Australia Tabel 3.17 Resume perbandingan uji kelayakan di Indonesia, Australia dan Irlandia No Perihal Indonesia Australia Irlandia 1 Inspection list 1. Peralatan 1. Sistem Rem 1. Sistem Rem - Nomor chasis 2. Sistem Kemudi dan Suspensi 2. Emisi Gas Buang - Pelat nomor 3. Roda, ban dan hub 3. Roda dan Ban - Tulisan 4. Keadaan bodi dan chasis 4. Sistem Penerangan - Penghapus kaca depan 5. Tempat Duduk dan Seatbelts 5. Sistem Kemudi dan suspensi - Klakson 6. Sistem Penerangan Dan Reflektor 6. Chasis dan Bodi - Kaca spion 7. Kaca 7. Sistem Kelisitrikan - Pandangan ke depan 8. Kaca depan dan Jendela 8. Kaca - Kaca penahan sinar 9. Mesin/transmisi dan Sistem pembuangan 9. Transmisi - Alat-alat pengendali sistem bahan bakar 10. Interior - Lampu indikasi 10. Lain-lain 11. Sistem Bahan Bakar - Speedometer - Driving control 12. Lain-lain - Perlengkapan - Padding - pelat nomor kendaraan 2. Sistem Penerangan - Speedometer 3. Sistem Kemudi - Klakson 4. AS dan Suspensi - Hand grips 5. Ban dan Pelek - Kabel listrik 6. Rangka dan Bodi - Batere 7. Sistem Rem - Passenger stop signals 8. Mesin/Transmisi - Pemadam kebakaran 9. Lain-lain - Aksesoris - Sistem bahan bakar - Sistem kelistrikan 81

61 Tabel 3.17 Resume perbandingan uji kelayakan di Indonesia, Australia dan Irlandia No Perihal Indonesia Australia Irlandia 2 Mesin dan - Mesin diesel kadar asap - Untuk mesin diesel; - Untuk mesin diesel: sistem maksimum 50% * kadar asap maksimum 0.8 m-1 * Kadar Asap maksimum 2.5m-1 pembuangan ( 1/10/2000-1/10/2005) (1/1/80 1/7/2008) * kadar asap maksimum 0.5m-1 * kadar Asap maksimum 1.5 m-1 ( setelah 1/10/2005) ( setelah 1/7/2008) - Kebisingan sistem pembuangan - Ambang batas Kebisingan; - Kebisingan sistem pembuangan memenuhi tingkat ambang batas * 107 db(a) ( sebelum 1/7/1980) memenuhi tingkat ambang batas kebisingan * 104 db(a) (1/7/1980-1/7/1983) kebisingan * 101 db(a) (setelah 1/7/1983) 82

62 Tabel 3.17 Resume perbandingan uji kelayakan di Indonesia, Australia dan Irlandia No Perihal Indonesia Australia Irlandia 3 Sistem rem - Efisiensi rem utama 50% - Rem utama - Rem utama 55% - Pada rem parkir jumlah gaya rem - Braking effort rem parkir minimal pada roda kiri dan kanan mencapai 16% dari berat kendaraan maksimum 18%dari berat kotor - Keseimbangan rem utama 30% maksimum kendaraan terhadap sesamanya dan rem -Maksimum 30% penyimpangan parkir 50% terhadap sesamanya gaya rem terhadap gaya yang lebih besar -Rem parkir 83

63 Tabel 3.17 Resume perbandingan uji kelayakan di Indonesia, Australia dan Irlandia No Perihal Indonesia Australia Irlandia 4 Sistem Metoda efek silau - Hanya diuji dengan high light tester - Hanya diuji dengan high light tester penerangan - Pengujian arah sinar lampu dengan high light tester 5 Ban dan roda - Kedalaman telapak ban minimal 1,6 mm - Kedalaman telapak ban 1,5 mm - Kedalaman telapak ban 1,6 mm 6 Sistem kemudi - Roda kemudi harus berada disebelah kanan - Free play 75 mm untuk diameter - Rotational play tidak kurang dari 20 dan Suspensi - Speling tidak lebih dari 1/5 dari diameter roda kemudi 450 mm - Keseimbangan suspensi kiri dan roda kemudi - Free play 100 mm untuk diameter kanan tidak lebih dari 30% - Suspensi diuji dengan alat penguji suspensi roda kemudi 450 mm 7 Bodi dan - Lebar tempat duduk minimal 400 mm - Lebar tempat duduk minimal 400 mm Chasis - Jarak tempat duduk 650 mm - Jarak tempat duduk 650 mm 8 Kaca - Kaca yang dipasang harus kaca aman - Kaca yang dipasang harus kaca aman - Daerah didepan roda kemudi kerusakanmaksimal berdiameter 10 mm - Harus merupakan kaca aman 9 Lain - lain - Klakson memiliki tingkat kebisingan antara - Klakson memiliki tingkat kebisingan - Kebisingan sesuai dengan db maksimum 100 db ambangnya - Klakson harus mampu didengar pada jarak 60 m - Speedometer memiliki toleransi -10s.d 15% - Speedometer memiliki toleransi ±10% pada kecepatan 40 km/jam 84

64 22

BAB IV USULAN UJI KELAYAKAN BUS AKAP (ANTAR KOTA ANTAR PROVINSI) UNTUK INDONESIA

BAB IV USULAN UJI KELAYAKAN BUS AKAP (ANTAR KOTA ANTAR PROVINSI) UNTUK INDONESIA BAB IV USULAN UJI KELAYAKAN BUS AKAP (ANTAR KOTA ANTAR PROVINSI) UNTUK INDONESIA 4.1 Prosedur Uji Kelayakan Bus AKAP Prosedur uji kelayakan bus AKAP ataupun kendaraan bermotor lain akan mengikutsertakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1993 TENTANG KENDARAAN DAN PENGEMUDI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1993 TENTANG KENDARAAN DAN PENGEMUDI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1993 TENTANG KENDARAAN DAN PENGEMUDI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas

Lebih terperinci

UJI KELAYAKAN BUS ANTAR KOTA ANTAR PROVINSI (AKAP) DI INDONESIA. Humisar Nainggolan

UJI KELAYAKAN BUS ANTAR KOTA ANTAR PROVINSI (AKAP) DI INDONESIA. Humisar Nainggolan UJI KELAYAKAN BUS ANTAR KOTA ANTAR PROVINSI (AKAP) DI INDONESIA TUGAS SARJANA Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Mesin Oleh Humisar Nainggolan 13103123 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Standar Keselamatan Sepeda Motor Roda Dua

Standar Keselamatan Sepeda Motor Roda Dua Standar Keselamatan Sepeda Motor Roda Dua Daftar Isi Daftar Isi.. i Prakata. ii 1. Ruang Lingkup 1 2. Acuan Normatif 1 3. Istilah Dan Definisi.. 1 4. Komponen Keselamatan 2 4.1. Peralatan.. 2 4.2. Sistem

Lebih terperinci

Standar Keselamatan Sepeda Motor Roda Tiga

Standar Keselamatan Sepeda Motor Roda Tiga Standar Keselamatan Sepeda Motor Roda Tiga Daftar Isi Daftar Isi.. i Prakata. ii 1. Ruang Lingkup 1 2. Acuan Normatif 1 3. Istilah Dan Definisi.. 1 4. Komponen Keselamatan 2 4.1. Peralatan.. 2 4.2. Sistem

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1993 TENTANG KENDARAAN DAN PENGEMUDI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 48 ayat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 48 ayat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 48 ayat

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1993 Tentang : Kendaraan Dan Pengemudi

Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1993 Tentang : Kendaraan Dan Pengemudi Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1993 Tentang : Kendaraan Dan Pengemudi Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 44 TAHUN 1993 (44/1993) Tanggal : 14 JULI 1993 (JAKARTA) Sumber : LN 1993/64; TLN NO.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 523 TAHUN : 2001 SERI : B PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 19 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

4. Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 96, Tambahan

4. Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 96, Tambahan you RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS, Menimbang : a. bahwa dalam upaya

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.2574/AJ.403/DRJD/2017

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.2574/AJ.403/DRJD/2017 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.2574/AJ.403/DRJD/2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN INSPEKSI KESELAMATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kelayakan kendaraan angkutan barang dalam pelaksanaan pengangkutan di

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kelayakan kendaraan angkutan barang dalam pelaksanaan pengangkutan di BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Kelayakan kendaraan angkutan barang dalam pelaksanaan pengangkutan di jalan raya Terselenggaranya pengangkutan adalah konsekuensi logis dari adanya hubungan timbal balik

Lebih terperinci

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.187, 2012 TRANSPORTASI. Kendaraan Bermotor. Pelanggaran. Pemeriksaan. Tata Cara. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5346) PERATURAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 09 Tahun : 2010 Seri : E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 09 Tahun : 2010 Seri : E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 09 Tahun : 2010 Seri : E PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Pelaksanaan Pengujian Berkala Kendaran Bermotor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Pelaksanaan Pengujian Berkala Kendaran Bermotor BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Pengertian Pelaksanaan Pengujian Berkala Kendaran Bermotor Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti perbuatan untuk melakukan suatu kegiatan, sedangkan arti dari

Lebih terperinci

BUPATI NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

BUPATI NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA BUPATI NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NUNUKAN, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI JAWA TENGAH KEGAGALAN SISTEM PENGEREMAN KENDARAAN BERMOTOR ANGKUTAN UMUM BIDANG LALU LINTAS JALAN

DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI JAWA TENGAH KEGAGALAN SISTEM PENGEREMAN KENDARAAN BERMOTOR ANGKUTAN UMUM BIDANG LALU LINTAS JALAN DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI JAWA TENGAH KEGAGALAN SISTEM PENGEREMAN KENDARAAN BERMOTOR ANGKUTAN UMUM BIDANG LALU LINTAS JALAN LATAR BELAKANG Persyaratan Teknis : adalah persyaratan minimal yg harus dipenuhi

Lebih terperinci

Mengenal Undang Undang Lalu Lintas

Mengenal Undang Undang Lalu Lintas Mengenal Undang Undang Lalu Lintas JAKARTA, Telusurnews Sejak Januari 2010 Undang Undang Lalu Lintas Nomor 22 Tahun 2009 sudah efektif diberlakukan, menggantikan Undang Undang Nomor 14 Tahun 1992. Namun

Lebih terperinci

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2012 tentang Sumber Daya Man

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2012 tentang Sumber Daya Man No.1296, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Kendaraan Bermotor. Pengujian Berkala. Pencabutan PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : NOMOR PM 133 TAHUN 2015 TENTANG PENGUJIAN

Lebih terperinci

Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : SK.523/AJ.402/DRJPD/2015 Tanggal : 25 Februarai 2015

Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : SK.523/AJ.402/DRJPD/2015 Tanggal : 25 Februarai 2015 Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : SK.523/AJ.402/DRJPD/2015 Tanggal : 25 Februarai 2015 PEDOMAN PELAKSANAAN INSPEKSI KESELAMATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BIDANG ANGKUTAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tio Agustian, 2014 Analisis front wheel alignment (fwa) pada kendaraan Daihatsu Gran Max Pick Up

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tio Agustian, 2014 Analisis front wheel alignment (fwa) pada kendaraan Daihatsu Gran Max Pick Up BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan Industri mobil di Indonesia ini sangatlah maju, dalam penggunaannya mobil digunakan sebagai sarana yang dapat membantu kebanyakan orang untuk memindahkan

Lebih terperinci

SISTEM KEMUDI & WHEEL ALIGNMENT

SISTEM KEMUDI & WHEEL ALIGNMENT SISTEM KEMUDI & WHEEL ALIGNMENT SISTEM KEMUDI I. URAIAN Fungsi sistem kemudi adalah untuk mengatur arah kendaraan dengan cara membelokkan roda depan. Bila steering wheel diputar, steering column akan meneruskan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TEGAL NOMOR : 050/0781 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TEGAL NOMOR : 050/0781 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA Alamat : Jl. Cut Nyak Dien No. 3 Slawi Telp / Fax (0283) 6197540 Kode Pos Slawi 52417 KEPUTUSAN KEPALA DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI

Lebih terperinci

Laporan Kondisi Kendaraan Tanggal inspeksi: XX/XX/XXXX

Laporan Kondisi Kendaraan Tanggal inspeksi: XX/XX/XXXX Laporan Kondisi Kendaraan Tanggal inspeksi: XX/XX/XXXX No. Polisi: B XXX XX Warna Eksterior/Interior: Hitam/Abu-abu Merk: MercedesBenz Bahan Interior: Kulit Model/Tipe: E240 2.6 Bahan bakar: Bensin Transmisi:

Lebih terperinci

Laporan Kondisi Kendaraan Tanggal inspeksi: 08/02/2017

Laporan Kondisi Kendaraan Tanggal inspeksi: 08/02/2017 Laporan Kondisi Kendaraan Tanggal inspeksi: 08/02/2017 No. Polisi: B 1553 SOZ Warna Eksterior/Interior: Ungu/Coklat Merk: Ford Bahan Interior: Kulit Model/Tipe: Fiesta Sport Bahan bakar: Bensin Transmisi:

Lebih terperinci

Standar Keselamatan Angkutan Perdesaan

Standar Keselamatan Angkutan Perdesaan Standar Keselamatan Angkutan Perdesaan Daftar Isi Daftar Isi... i Prakata...ii 1. Ruang Lingkup... 1 2. Acuan Normatif... 1 3. Istilah dan Definisi... 1 4. Komponen Keselamatan... 2 4.1. Peralatan... 2

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 2009/96, TLN 5025]

UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 2009/96, TLN 5025] UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 2009/96, TLN 5025] BAB XX KETENTUAN PIDANA Pasal 273 (1) Setiap penyelenggara Jalan yang tidak dengan segera dan patut memperbaiki

Lebih terperinci

WALIKOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR

WALIKOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR WALIKOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, Menimbang :

Lebih terperinci

Smart Driving - Pedoman Mengemudi Aman dan Efisien

Smart Driving - Pedoman Mengemudi Aman dan Efisien BERKENDARA YANG BAIK Sustainability Engineering Design Biogas Power Compressed Renewable Methane Smart Driving - Pedoman Mengemudi Aman dan Efisien 1. Pengecekan Bagian Luar Mobil Sebelum menggunakan mobil

Lebih terperinci

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan 8.1.1 Perancangan Interior yang Ergonomis Perancangan interior yang ergonomis adalah sebagai berikut : Kursi Depan Tinggi alas duduk : 280 mm Lebar alas duduk

Lebih terperinci

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 273 (1) Setiap penyelenggara Jalan yang tidak dengan segera dan patut memperbaiki Jalan yang rusak yang mengakibatkan Kecelakaan

Lebih terperinci

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN JENIS DAN TARIF ATAS JENIS

Lebih terperinci

Gambar Lampu kepala

Gambar Lampu kepala BAB 10 SISTEM PENERANGAN (LIGHTING SYSTEM) 10.1. Pendahuluan Penerangan yang digunakan di kendaraan diklasifikasikan berdasarkan tujuannya: untuk penerangan, untuk tanda atau informasi. Contoh, lampu depan

Lebih terperinci

Laporan Kondisi Kendaraan Tanggal inspeksi: 22/03/2017

Laporan Kondisi Kendaraan Tanggal inspeksi: 22/03/2017 Laporan Kondisi Kendaraan Tanggal inspeksi: 22/03/2017 No. Polisi: B 1020 TRL Warna Eksterior/Interior: Silver/Coklat Merk: Suzuki Bahan Interior: Sarung Jok Model/Tipe: Ertiga GX Bahan bakar: Bensin Transmisi:

Lebih terperinci

Standar Keselamatan Angkutan Umum AKAP

Standar Keselamatan Angkutan Umum AKAP Standar Keselamatan Angkutan Umum AKAP Daftar Isi Daftar Isi... i Prakata...ii 1. Ruang Lingkup... 1 2. Acuan Normatif... 1 3. Istilah Dan Definisi... 1 4. Komponen Keselamatan... 2 4.1. Peralatan... 2

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS KASUS

BAB III ANALISIS KASUS A. Analisis BAB III ANALISIS KASUS Penulis mengumpulkan data-data teknis pada mobil Daihatsu Gran Max Pick Up 3SZ-VE dalam menganalisis sistem suspensi belakang untuk kerja pegas daun (leaf spring), dimana

Lebih terperinci

MEKANISME PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR UNTUK PENERBITAN REKOMENDASI KENDARAAN WAJIB UJI BARU

MEKANISME PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR UNTUK PENERBITAN REKOMENDASI KENDARAAN WAJIB UJI BARU UNTUK PENERBITAN REKOMENDASI KENDARAAN WAJIB UJI BARU PENDAFTARAN PENERBITAN REKOMENDASI KENDARAAN WAJIB UJI BARU Surat permohonan penerbitan identitas uji kendaraan baru KTP/Identitas pemilik kendaraan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KEMUDI MANUAL PADA MOBIL LISTRIK

PERANCANGAN SISTEM KEMUDI MANUAL PADA MOBIL LISTRIK Jurnal Elemen Volume 4 Nomor 1, Juni 2017 ISSN : 2442-4471 PERANCANGAN SISTEM KEMUDI MANUAL PADA MOBIL LISTRIK Kurnia Dwi Artika 1, Rusuminto Syahyuniar 2, Nanda Priono 3 1),2) Staf Pengajar Jurusan Mesin

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Jalan KEMENTERIAN PERHUBUNGAN Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Jalan DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor : 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. 2. Peraturan

Lebih terperinci

Laporan Kondisi Kendaraan Tanggal inspeksi: 03/05/2017

Laporan Kondisi Kendaraan Tanggal inspeksi: 03/05/2017 Laporan Kondisi Kendaraan Tanggal inspeksi: 03/05/2017 No. Polisi: B 1106 TZK Warna Eksterior/Interior: Hitam/Coklat Merk: Honda Bahan Interior: Sarung Jok Model/Tipe: Jazz RS Bahan bakar: Bensin Transmisi:

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Maksud Tujuan Studi D. Ruang Lingkup Batasan Studi

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Maksud Tujuan Studi D. Ruang Lingkup Batasan Studi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sarana atau kendaraan di jalan mempunyai persyaratan teknis dan laik jalan kendaraan bermotor. Sebagai jaminan keselamatan berkendaraan, diperlukan standar untuk

Lebih terperinci

Laporan Kondisi Kendaraan Tanggal inspeksi: 04/05/2017

Laporan Kondisi Kendaraan Tanggal inspeksi: 04/05/2017 Laporan Kondisi Kendaraan Tanggal inspeksi: 04/05/2017 No. Polisi: B 1296 TIN Warna Eksterior/Interior: Abu-abu/Hitam Merk: Mazda Bahan Interior: Kain Model/Tipe: 2 Limited Bahan bakar: Bensin Transmisi:

Lebih terperinci

Laporan Kondisi Kendaraan Tanggal inspeksi: 09/02/2017

Laporan Kondisi Kendaraan Tanggal inspeksi: 09/02/2017 Laporan Kondisi Kendaraan Tanggal inspeksi: 09/02/2017 No. Polisi: B 1484 PAF Warna Eksterior/Interior: Marun/Coklat Merk: Toyota Bahan Interior: Kulit Model/Tipe: Vios G Bahan bakar: Bensin Transmisi:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alur Penelitian Dalam bab ini menguraikan tentang alur jalannya penelitian analisa power loss pada engine bus Hino R260 yang diakibatkan kesalahan pemindahan gigi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengereman Modifikasi pengereman dan kemudi ini berlandaskan pada tinjauan pustaka yang mendukung terhadap cara kerja dari sistem pengereman dan kemudi. Rem adalah salah satu

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 22 Tahun : 2011 Seri : E PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN

Lebih terperinci

BUPATI SLEMAN. PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR : 8 /Per.Sup/2005 TENTANG PROSEDUR PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR BUPATI SLEMAN,

BUPATI SLEMAN. PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR : 8 /Per.Sup/2005 TENTANG PROSEDUR PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR BUPATI SLEMAN, BUPATI SLEMAN PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR : 8 /Per.Sup/2005 TENTANG PROSEDUR PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR BUPATI SLEMAN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 8 Peraturan Daerah Nomor

Lebih terperinci

polusi udara kendaraan bermotor

polusi udara kendaraan bermotor polusi udara kendaraan bermotor Bahaya Polusi Udara Akibat Kendaraan Bermotor 70 % Polusi Udara di Jakarta Akibat Kendaraan Bermotor!!! Penduduk Jakarta menikmati udara baik/bersih kurang dari 27 hari

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1993 T E N T A N G PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 82 TAHUN 2001 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 45 TAHUN 2001 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 82 TAHUN 2001 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 45 TAHUN 2001 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 82 TAHUN 2001 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 45 TAHUN 2001 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK, Menimbang

Lebih terperinci

CASIS GEOMETRI RODA. Sistem starter, pengapian, sistem penerangan, sistem tanda dan sistem kelengkapan tambahan

CASIS GEOMETRI RODA. Sistem starter, pengapian, sistem penerangan, sistem tanda dan sistem kelengkapan tambahan Rangka CASIS GEOMETRI RODA 1. Komponen kendaraan Motor : Blok motor dan kepala silinder serta perlengkapannya sistem bahan bakar bensin atau diesel Casis : 1. Sistem kemudi 2. Pegas dan peredam getaran

Lebih terperinci

Standar Keselamatan Angkutan Perkotaan

Standar Keselamatan Angkutan Perkotaan Standar Keselamatan Angkutan Perkotaan Daftar Isi Daftar Isi.. i Prakata. ii 1. Ruang Lingkup... 1 2. Acuan Normatif... 1 3. Istilah Dan Definisi... 1 4. Komponen Keselamatan... 2 4.1. Peralatan... 2 4.2.

Lebih terperinci

BAB IV PERAWATAN REM CAKRAM TIPE ABS

BAB IV PERAWATAN REM CAKRAM TIPE ABS BAB IV PERAWATAN REM CAKRAM TIPE ABS 4.1. Tujuan Perawatan Perawatan dan perbaikan merupakan suatu hal yang sangat penting agar suatu alat atau mesin dapat bekerja dengan baik. Karena dengan sistem perawatan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa salah satu upaya mewujudkan jaminan keselamatan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 10 TAHUN 2015

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 10 TAHUN 2015 WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA BALIKPAPAN,

Lebih terperinci

Tahun: 2004 No. Rangka: PE4ETXXXXXKAXXXXX. Merk: Mazda No. Mesin: YFMXXXXX. Model/Tipe: Tribute 2.0 L Odometer: 76,XXX km

Tahun: 2004 No. Rangka: PE4ETXXXXXKAXXXXX. Merk: Mazda No. Mesin: YFMXXXXX. Model/Tipe: Tribute 2.0 L Odometer: 76,XXX km Laporan Kondisi Kendaraan Tanggal inspeksi: XX/XX/XXXX Tahun: 2004 No. Rangka: PE4ETXXXXXKAXXXXX Merk: Mazda No. Mesin: YFMXXXXX Model/Tipe: Tribute 2.0 L Odometer: 76,XXX km Tipe body: SUV Kapasitas mesin:

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1993 TENTANG PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1993 TENTANG PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1993 TENTANG PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 02 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PENGAWASAN DAN PENGOPERASIAN BECA BERMOTOR DI KABUPATEN OGAN ILIR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 02 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PENGAWASAN DAN PENGOPERASIAN BECA BERMOTOR DI KABUPATEN OGAN ILIR PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 02 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PENGAWASAN DAN PENGOPERASIAN BECA BERMOTOR DI KABUPATEN OGAN ILIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN ILIR, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA DUMAI PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN DAN UJI GAS EMISI BUANG KENDARAAN BERMOTOR

WALIKOTA DUMAI PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN DAN UJI GAS EMISI BUANG KENDARAAN BERMOTOR WALIKOTA DUMAI PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN DAN UJI GAS EMISI BUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DUMAI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SISTEM SUSPENSI DEPAN

BAB III ANALISIS SISTEM SUSPENSI DEPAN 35 BAB III ANALISIS SISTEM SUSPENSI DEPAN 3.1. Daftar Spesifikasi Kendaraan 1) Spesifikasi Kendaraan Toyota Kijang Innova 2.0 V M/T Tahun 2004 Tabel 3.1. Spesifikasi Kendaraan Toyota Kijang Innova 2.0

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alur Penelitian Dalam bab ini menguraikan tentang alur jalannya penelitian analisa Ketepatan Tekanan Tutup Radiator pada Bus Hino R260. Diagram alur penelitian ini

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR DI KABUPATEN BULUNGAN.

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR DI KABUPATEN BULUNGAN. BUPATI BULUNGAN SALINAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR DI KABUPATEN BULUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN http://images.hukumonline.com/ I. PENDAHULUAN Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah satu kesatuan

Lebih terperinci

Bersihkan Socket. Pengetesan Socket

Bersihkan Socket. Pengetesan Socket Pemecahan Auto Light Mari kita asumsikan mobil atau truk ringan terkendala dengan lampu atau dua yang tidak bekerja. Di mana tepatnya Anda mulai? Mari kita mulai dari awal dan meneliti bagaimana pencahayaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2008 T E N T A N G PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menunjang keselamatan lalu lintas

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAAN 4.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI KOPLING Kopling adalah satu bagian yang mutlak diperlukan pada truk dan jenis lainnya dimana penggerak utamanya diperoleh dari hasil pembakaran di dalam silinder

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 12 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 12 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 12 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa untuk mengimplementasikan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA. (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor 2 Tahun 2001 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA)

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA. (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor 2 Tahun 2001 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor 2 Tahun 2001 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 45 TAHUN 2000 (45/2000) TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN

Lebih terperinci

SOSIALISASI DALAM RANGKA : PERTEMUAN PENGUJI KENDARAAN BERMOTOR SELURUH INDONESIA TAHUN 2010

SOSIALISASI DALAM RANGKA : PERTEMUAN PENGUJI KENDARAAN BERMOTOR SELURUH INDONESIA TAHUN 2010 SOSIALISASI DALAM RANGKA : PERTEMUAN PENGUJI KENDARAAN BERMOTOR SELURUH INDONESIA TAHUN 2010 OLEH : DIREKTUR LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT JAKARTA, 31 MEI 2010 ANGKUTAN

Lebih terperinci

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap KOPLING Defenisi Kopling dan Jenis-jenisnya Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dari poros penggerak (driving shaft) ke poros yang digerakkan (driven shaft), dimana

Lebih terperinci

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM. 44 TAHUN 2010 STANDAR SPESIFIKASI TEKNIS PERALATAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA a. bahwa dalam Pasal 197 Peraturan

Lebih terperinci

MODUL SISTEM KEMUDI DPKJ OLEH : KHUSNIADI PROGRAM STUDI TEKNIK KENDARAAN RINGAN JURUSAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF SMK NEGERI 1 BUKITTINGGI 2011

MODUL SISTEM KEMUDI DPKJ OLEH : KHUSNIADI PROGRAM STUDI TEKNIK KENDARAAN RINGAN JURUSAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF SMK NEGERI 1 BUKITTINGGI 2011 1 MODUL SISTEM KEMUDI DPKJ OLEH : KHUSNIADI PROGRAM STUDI TEKNIK KENDARAAN RINGAN JURUSAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF SMK NEGERI 1 BUKITTINGGI 2011 2 SISTEM KEMUDI Kompetensi : Menjelaskan pengertian prinsip

Lebih terperinci

UPTD PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

UPTD PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR PEMERINTAH KOTA BANDA ACEH DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA UPTD PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR PROFIL PENGUJIAN Pengujian Kendaraan Bermotor adalah serangkaian kegiatan menguji dan atau memeriksa

Lebih terperinci

2 sektoral semata, namun lebih dimaksudkan untuk pencapaian tujuan penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagaimana diuraikan di atas. Pemer

2 sektoral semata, namun lebih dimaksudkan untuk pencapaian tujuan penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagaimana diuraikan di atas. Pemer TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 120) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN I. UMUM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Identifikasi Sistem Kopling dan Transmisi Manual Pada Kijang Innova

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Identifikasi Sistem Kopling dan Transmisi Manual Pada Kijang Innova BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Berikut ini adalah beberapa refrensi yang berkaitan dengan judul penelitian yaitu sebagai berikut: 1. Tugas akhir yang ditulis oleh Muhammad

Lebih terperinci

memproyeksikan jumlah kendaraan bermotor di tahun implementasi system dan hasil outputnya.

memproyeksikan jumlah kendaraan bermotor di tahun implementasi system dan hasil outputnya. BAB 4 : ANALISIS PEMBAHASAN Bab ini menjelaskan tentang perhitungan yang akan di lakukan untuk memproyeksikan jumlah kendaraan bermotor di tahun 2015. BAB 5 : IMPLEMENTASI SISTEM Dalam bab ini penulis

Lebih terperinci

1. OVERLOADING ( MUATAN BERLEBIH )

1. OVERLOADING ( MUATAN BERLEBIH ) 1. OVERLOADING ( MUATAN BERLEBIH ) Memuat berlebihan tidak hanya memperpendek usia kendaraan anda, tetapi juga berbahaya, oleh sebab itu hindarkanlah. Berat muatan harus dibatasi oleh GVM ( berat kotor

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 25

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 25 BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 25 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 25 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. PT DHL Supply Chain Indonesia adalah salah satu perusahaan layanan jasa

BAB IV HASIL PENELITIAN. PT DHL Supply Chain Indonesia adalah salah satu perusahaan layanan jasa BAB IV HASIL PENELITIAN PT DHL Supply Chain Indonesia adalah salah satu perusahaan layanan jasa logistik. Dalam Proses kerjanya PT DHL Supply Chain Indonesia Project P&G tidak terlepas dari penggunaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 DIAGRAM ALUR PENELITIAN Gambar 3.1 Skema Alur Penelitian 20 Dalam bab ini menguraikan tentang alur jalannya penelitian perbandingan antara menggunakan alat Semi-automatic

Lebih terperinci

Standard Operating Procedure STANDAR KENDARAAN SARANA (LIGHT VEHICLE)

Standard Operating Procedure STANDAR KENDARAAN SARANA (LIGHT VEHICLE) KAPAN DIGUNAKAN Prosedur ini digunakan pada saat akan memasukkan atau menggunakan kendaraan sarana (light vehicle) di seluruh area kerja PT ABB TUJUAN Tujuan dari prosedur ini adalah untuk menjelaskan

Lebih terperinci

1. EMISI GAS BUANG EURO2

1. EMISI GAS BUANG EURO2 1. EMISI GAS BUANG EURO2 b c a Kendaraan Anda menggunakan mesin spesifikasi Euro2, didukung oleh: a. Turbocharger 4J 4H Turbocharger mensuplai udara dalam jumlah yang besar ke dalam cylinder sehingga output

Lebih terperinci

Standar Keselamatan Angkutan Barang

Standar Keselamatan Angkutan Barang Standar Keselamatan Angkutan Barang Daftar Isi Daftar Isi... i Prakata...ii 1. Ruang Lingkup... 1 2. Acuan Normatif... 1 3. Istilah Dan Definisi... 1 4. Komponen Keselamatan... 3 4.1. Peralatan... 3 4.2.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NO : 10 2001 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR : 25 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG

Lebih terperinci

Perda No. 22 / 2001 tentang Retribusi Pemerik Emisi Gas Buang Injection Pump dan Nozzle pada Ranmor Diesel di Kab Mgl

Perda No. 22 / 2001 tentang Retribusi Pemerik Emisi Gas Buang Injection Pump dan Nozzle pada Ranmor Diesel di Kab Mgl Perda No. 22 / 2001 tentang Retribusi Pemerik Emisi Gas Buang Injection Pump dan Nozzle pada Ranmor Diesel di Kab Mgl PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

PENYELENGGARAAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa dalam upaya menjamin

Lebih terperinci

BAB 12 INSTRUMEN DAN SISTEM PERINGATAN

BAB 12 INSTRUMEN DAN SISTEM PERINGATAN BAB 12 INSTRUMEN DAN SISTEM PERINGATAN 12.1. Pendahuluan Bab ini berisi sistem kelistrikan bodi yang berhubungan dengan suatu pengukur bagi pengemudi yang sebagian atau keseluruhannya berada pada panel

Lebih terperinci

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1)

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1) CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1) 1. Fungsi Marka jalan adalah : a. Untuk memberi batas jalan agar jalan terlihat jelas oleh pemakai jalan Yang sedang berlalu lintas dijalan. b. Untuk menambah dan mengurangi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 AIR SUSPENSION (SUSPENSI UDARA) Air suspension, atau suspensi bus dengan bantalan udara digunakan sebagai penopang bantingan dan pengganti fungsi per. Awalnya, sistem ini

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SURAT IZIN MENGEMUDI DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SURAT IZIN MENGEMUDI DAFTAR LAMPIRAN 2012, No.279 46 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SURAT IZIN MENGEMUDI DAFTAR LAMPIRAN A. UJIAN PRAKTIK SIM A B. UJIAN PRAKTIK SIM B I C. UJIAN PRAKTIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 47, Pasal 48, Pasal

Lebih terperinci