KONSEP DESAIN NEUTRONIK REAKTOR AIR DIDIH TANPA PENGISIAN BAHAN BAKAR DI LOKASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KONSEP DESAIN NEUTRONIK REAKTOR AIR DIDIH TANPA PENGISIAN BAHAN BAKAR DI LOKASI"

Transkripsi

1 KONSEP DESAIN NEUTRONIK REAKTOR AIR DIDIH TANPA PENGISIAN BAHAN BAKAR DI LOKASI Ferhat Aziz *, Suharno * dan Zaki Su ud ** ABSTRAK KONSEP DESAIN NEUTRONIK REAKTOR AIR DIDIH TANPA PENGISIAN BAHAN BAKAR DI LOKASI. Desain reaktor daya tanpa penisian bahan bakar di lokasi semakin diminati dan telah menjadi salah satu proram riset yan dikoordinasi IAEA. Desain neutronik reaktor daya ini dilakukan denan tujuan memperoleh suatu konsep desain reaktor daya kecil menenah yan cocok dibanun di daerah terpencil, misalnya di neara-neara berkemban. LBWR (Lon-cycle Bolin Water Reactor) merupakan salah satu tipe reaktor tanpa penisian bahan bakar dilokasi, yan memiliki ciri keselamatan melekat denan sirkulasi pendinin alamiah. Ada tia desain LBWR yan dipelajari, masin-masin denan daya termal 150, 300 and 450 MW. Ketianya secara umum memiliki tipe desain teras seimban (balanced). Bahan bakar yan diunakan ialah uranium oksida yan sedikit diperkaya. Untuk meninkatkan marin keselamatan dan siklus operasi panjan diunakan rapat daya rendah, yaitu berkisar antara 30 hina 40 kw/liter. Dalam desain ini, teras reaktor tersusun dalam eometri heksaaonal dan dibai atas daerah teras dalam (inner) dan teras luar (outer). Hasil perhitunan menunjukkan bahwa konsep desain LBWR memiliki siklus operasi 15 tahun denan menerapkan kisi teras yan lebih rapat. Analisis fisika teras terhadap LBWR ini menunjukkan reaktivitas lebih yan dibutuhkan di awal operasi kuran dari 20% dk/k. ABSTRACT NEUTRONIC DESIGN CONCEPT OF BOILING WATER REACTOR WITHOUT ONSITE REFUELING. Interests in the desin of nuclear power plant without onsite refuelin has rown recently that it is now included in a research coordination of IAEA. Neutronic desin of nuclear power plant under study was performed with the oal of obtainin a conceptual desin of small medium desin that is suitable for remote area such as that in the developin economies. LBWR (Lon-cycle Bolin Water Reactor) is a reactor without onsite refuelin that is inherently safe and uses natural circulation. There are three desins under study, each with thermal power of 150, 300 and 450 MW. All of them has balanced type of core. Fuel used was slihtly enriched uranium oxide. To improve safety marin and lon operatin cycle, low power density was employed ranin between 30 to 40 W/cc. In the desin, the core was confiured in hexaonal eometry and consisted of inner and outer reions. Results of calculation showed that LBWR can achieve 15 years of refuelin cycle by employin a tiht lattice confiuration. Core physics analysis on LBWR showed that excess reactivity required at BOC was less than 20% dk/k. * Pusat Penembanan Sistem Reaktor Maju - BATAN ** Departemen Fisika, Institut Teknoloi Bandun, ; szaki@fi.itb.ac.id 335

2 PENDAHULUAN Penembanan desain konseptual reaktor daya kecil dan menenah (small and medium reactor) tanpa penisian bahan bakar di lokasi semakin menarik perhatian banyak peneliti akhir-akhir ini. Bahkan IAEA telah memasukkan desain konsep reaktor ini sebaai salah satu topik untuk Coordinated Research Project (CRP) yan diikuti banyak neara. Ketertarikan banyak pihak terhadap reaktor ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain karena reaktor ini cocok untuk jarinan kecil di daerah terpencil dan pulau yan terisolasi. Selain itu, reaktor kecil-menenah jua menarik dari sei investasi, karena risiko finansialnya menjadi kecil pula. Denan ukuran yan kecil dan rapat daya yan rendah, risiko keselamatan pun dapat diminimalkan. Indonesia sebaai salah satu neara berkemban yan mulai menhadapi krisis kelankaan eneri semestinya iat mempelahari berbaai kemunkinaan penunaan sumber eneri alternatif, misalnya eneri nuklir. PLTN tipe daya kecil dan menenah selayaknya menjadi alternatif penyuplai eneri masa depan. Arnold Soetrisnanto, et al., 2003, menyimpulkan bahwa penkajian LWR daya kecil perlu dilakukan di Indonesia una memenuhi kebutuhan eneri di daerah terpencil. Konsep desain PLTN yan diajukan di sini ialah reaktor air didih tanpa penisian bahan bakar di lokasi disebut LBWR (Lon-cycle Boilin Water Reactor) merupakan salah satu tipe reaktor yan memiliki ciri keselamatan melekat (inherent) denan sirkulasi pendinin secara alamiah. Desain ini cocok untuk neara kepulauan denan jarinan listrik relatif kecil seperti Indonesia. Denan desain secara modular dan tanpa penisian bahan bakar di lokasi (without on-site refuelin) reaktor ini lebih menuntunkan, baik dari sei pembanunan untuk di daerah yan tertinal denan sarana prasarana terbatas, maupun dari sei penisian bahan bakar. Reaktor dapat dibanun di daerah yan tidak memerlukan tenaa terampil terlalu banyak karena kesederhanaan sistem yan diunakan. Penunaan bahan bakar secara ekstensif dalam periode yan panjan dapat memperbaiki daya tahan terhadap proliferasi (penyebarluasan senjata nuklir), karena teras akan jaran dibuka untuk penisian ulan bahan bakar. Denan desain reaktor yan memiliki kebutuhan reaktivitas lebih (excess reactivity) lebih kecil daripada PLTN konvensional, operabilitasnya menjadi lebih mudah. Dalam penelitian sebelumnya telah dilakukan analisis BWR daya 150 MWt denan panjan siklus operasi satu tahun dan satu zona bahan bakar (Ferhat Aziz, et al, 2002). Dalam penelitian ini teras di atas dimodifikasi dan dikembankkan sehina memiliki dua zona penayaan bahan bakar dan panjan siklus operasi 15 tahun. Ada tia jenis daya reaktor yan dipelajari di sini, masin-masin 450, 300 dan 150 MWt. 336

3 Penelitian ini bertujuan mendapatkan desain neutronik LBWR yan dapat dioperasikan denan aman, memiliki ciri keselamatan melekat yan baik dan dapat dioperasikan denan siklus pemuatan bahan bakar yan panjan, yaitu hina sekitar 15 tahun. Tabel 1. Parameter teras diininkan Daya (MWt) 150, 300 dan 450 Rapat Daya Bentuk teras Panjan siklus Bahan bakar 30 hina 40 W/cc Seimban (balanced), sirkulasi alam 15 tahun Uranium Oksida Gambar 1. Tampan lintan bejana LBWR METODE PERHITUNGAN Dalam perhitunan desain reaktor LBWR ini, inin dicari desain teras yan memunkinkan reaktor tipe air didih ini beroperasi denan siklus yan lebih panjan daripada reaktor konvensional. Selain itu perlu dicari ciri-ciri fisika teras, misalnya reaktivitas teras, efek doppler, distribusi fluks dan rapat daya, yan baus dan dapat menjamin penoperasian secara aman. Tampan melintan bejana LBWR ditampilkan pada Gambar 1. Ciri-ciri reaktor LBWR yan diininkan memenuhi parameter yan ditampilkan pada Tabel 1. Untuk mendapatkan desain yan memenuhi kriteria pada Tabel 1 dilakukan perhitunan-perhitunan tinkat sel dan teras menunakan sistem kode SRAC (K. Tsuchihashi,et al., 1983). Paket proram ini telah dikompilasi-ulan di P2SRM sehina dapat dioperasikan pada PC berbasis Windows XP. Kode komputer yan diunakan ini terdiri atas modul-modul CELL dan CITATION. Data nuklir yan diunakan adalah JENDL3.2 dari Jepan. Dalam menyelesaikan masalah reaktivitas teras reaktor, pertama-tama dilakukan perhitunan homoenisasi sel bahan bakar, moderator, pendinin dan struktur, untuk mendapatkan konstanta makroskopik multirup efektif. Perhitunan 337

4 sel disini menunakan metode probabilitas tumbukan (collision probability) untuk menyelesaikan masalah fixed source transport neutron pada daerah eneri cepat dan termal. Pada tahap ini perhitunan dilakukan denan modul CELL pada sistem SRAC yan membutuhkan eometri sel sesuai model yan dipilih. Tampan lintan yan diperoleh disatukan dan dikondensasikan ke dalam struktur few roup menunakan fluks neutron dari tahap perhitunan sel di atas. Pada perhitunan eienvalue tinkat teras, konstanta multi-kelompok yan dihasilkan dari perhitunan sel diunakan untuk menyelesaikan persamaan difusi neutron denan modul CITATION. Dalam modul ini persamaan tersebut dipecahkan denan metode numerik beda hina [T.B.Fowler,1969]. 1. Persamaan difusi keseimbanan neutron dalam teras secara matematis dapat ditulis sebaai [James J Duderstadt, et al., 1976] 1 φ G =. D φ a + S s φ + v t ' = 1 s ' φ ' (1) denan suku sumber neutron S = v ' f' φ ' χ (2) dimana χ adalah peluan munculnya neutron fisi pada rup. Perubahan neutron yan hilan karena peristiwa absorpsi dan hamburan dapat diabunkan menjadi suku removal, φ = φ + φ. (3) R a s Jika diasumsikan bahwa sistem berada dalam keadaan tunak, maka persamaan (1) menjadi χ G. D φ + Rφ = v ' Σ f ' φ ' + s' φ (4) k eff ' Pers. (4) secara sederhana bisa ditulis-ulan sebaai persoalan eienvalue, 1 Aφ = Fφ (5) ke dimana A adalah operator transport, hamburan dan bocoran (loss), sedankan F adalah operator sumber neutron fisi dan distribusinya, φ adalah vektor fluks dan k e adalah faktor multiplikasi efektif. Solusi pers. (5) adalah ' = 1 338

5 1 1 φ = A Fφ (6) k e yan melibatkan inversi matriks A yan biasanya berukuran sanat besar. Nilai reaktivitas reaktivitas lebih (excess reactivity) dihitun sebaai berikut, ρ ex =(k eo 1)/ k eo, (7) yaitu reaktivitas yan terdapat dalam teras ketika seluruh EK ditarik ke atas, denan k eo faktor multiplikasi teras ketika EK diankat penuh (fully out). Perhitunan sifat-sifat fisika teras reaktor dimulai denan perhitunan tinkat sel untuk membankitkan data tampan lintan. Untuk itu diperlukan densitas atom masin-masin nuklida penyusun komponen teras. Dalam seluruh perhitunan sel tersebut, konsentrasi atom, N, dapat dihitun lansun sebaai berikut, N = ρ A / M, (8) di mana dalam hal ini ρ adalah densitas nukida, A bilanan Avoadro ( x10 24 /mol) dan M berat molekul. HASIL DAN PEMBAHASAN Perhitunan sel dilakukan denan menambil model bahan bakar yan tersusun dalam kisi yan rapat. Perhitunan tampan lintan multi-kelompok makroskopik bahan bakar dilakukan denan metode probabilitas tumbukan (collision probability methode). Dalam perhitunan sel dan eienvalue diunakan model bahan bakar dan eometri teras yan ditampilkan pada Gambar 2. Dalam Gambar 3 ditampilkan hasil perhitunan sepektrum neutron LBWR dibandinkan denan berbaai reaktor PWR dan BWR konvensional. Tampak di sini bahwa spektrum neutron di dalam teras LBWR menalami penerasan atau pereseran ke arah eneri lebih tini. Hal ini disebabkan penunaan kisi bahan bakar yan lebih rapat, sehina sistem menjadi aak under modearted dan berakibat menerasnya spektrum neutron. 339

6 Enery spectrum comparison 1.E+04 Spectrum/lethary 1.E+03 1.E+02 1.E+01 1.E+00 1.E-01 PWR BWR Lon-cycle BWR 1.E-02 1.E-03 1.E-05 1.E-03 1.E-01 1.E+01 1.E+03 1.E+05 1.E+07 Enery (ev) Gambar 2. Diaram teras LBWR Gambar 3. Perbandinan spektrum LBWR denan beberapa tipe reaktor lain Distribusi Fluks dan Daya Perhitunan distribusi fluks merupakan salah satu cara menetahui unjuk kerja fisika teras reaktor. Fluks neutron merupakan cacah neutron pada daerah tertentu persatuan luas persatuan waktu yan berantun pada probabilitas terjadinya reaksi fisi, νσ f. Distribusi fluks neutron di teras reaktor dipenaruhi oleh densitas atom tiap bahan yan berhubunan erat denan penampan lintan fisi makroskopik, Σ f, dimana Σ f = Nσ f. Distribusi fluks merupakan hal yan sanat pentin untuk diperhatikan karena hal ini berkaitan erat denan distribusi daya, yaitu distribusi fluks yan tidak merata dapat menakibatkan nilai pemuncakan daya (power-peakin) yan tidak diininkan. Distribusi fluks neutron dalam 3-rup ke arah aksial untuk reaktor daya 450 MWt ditampilkan pada Gambar 4. Tampak bahwa fluks neutron tersebar relatif merata ke arah aksial. Profil yan sama jua terjadi pada LBWR 300 dan 150 MWt yan ambarnya tidak ditampilkan di sini. Di baian tepi teras tampak ada lonjakan fluks neutron, hal ini terjadi karena keberadaan reflektor dan bahan moderator di dareah ini yan berfunsi menurunkan eneri neutron cepat sehina berkontribusi bai peninkatanm populasi neutron thermal dan epithermal. Selain distribusi fluks, telah pula dilakukan perhitunan distribusi daya. Hasil perhitunan distribusi daya yan diperoleh untuk LBWR daya 450 MWt ditunjukkan pada Gambar 5. Hasil yan serupa jua telah diperoleh untuk LBWR daya 300 dan 150 MWt, namun tidak ditampilkan di sini. 340

7 Gambar 4. Distribusi fluks neutron 3 kelompok arah radial. 100 Daya Rel. (-) Jarak Aksial (cm) Jarak Aksial (cm) Jarak Rad. (cm) Gambar 5. Distribusi daya pada LBWR 450 MW Dari Gambar 5 tampak bahwa sebaran daya dalam LBWR cukup merata. Tampak daya teras sedikit turun di baian tenah yan terkait denan daerah teras dalam (inner core reion). Hal ini terjadi karena daerah ini menunakan penayaan yan lebih rendah daripada daerah teras luar, yaitu masin-masin denan penayaan 10 dan 12,5%. Penunaan dua daerah penayaan bahan bakar ini dilakukan aar pemuncakan daya yan biasanya terjadi di daerah tenah teras dapat dikurani, 341

8 sehina sebaran daya menjadi lebih rata dari sisi dalam hina sisi luar teras. Dari ambar sebaran daya ke dua arah aksial dan radial tersebut tampak bahwa daya di baian tenah sedikit lebih rendah daripada di baian luar teras dan daya ini terus menurun ke arah tepi teras. Di baian tepi ini daya tersebut sedikit naik, sejalan denan naiknya fluks neutron termal di baian tepi ini akibat moderasi oleh bahan reflektor. Efek Doppler Efek Doppler terjadi akibat berubahnya tampan lintan resonansi material karena dipenaruhi oleh temperatur. Pada saat temperatur naik, erakan termal inti material bertambah, kemudian merubah tampan lintan efektif material tersebut. Pada saat kenaikan daya abnormal pada teras reaktor, maka sanat diperlukan adanya fenomena yan dapat menurunkan daya reaktor. Fenomena ini disebut neative reactivity feedback. Pada saat terjadi kenaikan daya, kelebihan eneri fisi membuat temperatur bahan bakar cepat bertambah. Kenaikan temperatur menakibatkan melebarnya tampan lintan resonansi yan disebut Doppler broadenin, sehina neutron fisi yan dalam proses slowin down banyak yan terserap dan berakibat turunnya populasi neutron thermal. Hal ini menakibatkan terjadi pembalikan daya karena peninkatan temperatur, yan disebut efek Doppler. Tabel 2. Faktor perlipatan neutron dalam LBWR 150 MWt Temp (K) BOL EOL Koef. Doppler *) -25,8 pcm/k -18,8 pcm/k *) Koefisien Doppler didefinisikan sebaai, α F T =1/k.dk/dT 342

9 Pada desain reaktor ini dianalisis efek Doppler berbaai jenis teras pada temperatur 300 K hina temperatur 900 K. Data hasil perhitunan faktor multiplikasi dan koefisien Doppler dapat dilihat pada Tabel 2. Penyumban utama efek Doppler ialah isotop fertil, yan terpentin dalam hal ini ialah 238 U. Pada isotop fisil, efek δσ c dan δσ f hampir dapat diabaikan. Sebaai sistem yan menunakan sebaian besar uranium-238, efek doppler senantiasa pentin diketahui. Hasil perhitunan di atas menunjukan bahwa koefisien Doppler adalah -25,8 pcm/k pada awal siklus (BOC) dan -18,8 pcm/k pada akhir siklus (EOC). Nilai ini cukup baik dan sebandin denan nilainya pada reaktor LWR konvensional lainnya. Reaktivitas teras Teras reaktor pada penelitian ini didesain aar dapat beroperasi denan siklus selama lima belas tahun tanpa refuelin bahan bakar. Ayunan reaktivitas berbaai tipe teras dapat dilihat pada Gambar 5. Ayunan reaktivitas LBWR Reaktivitas (dk/k) Waktu (tahun) 150 MWt 300 MWt 450 MWt Gambar 5. Perubahan reaktivitas teras berbaai tipe LBWR. Dapat diperhatikan bahwa pada desain ini untuk semua tipe teras selama operasi berlansun memiliki nilai-nilai reaktivitas awal 0,13, 0,12 dan 0,15 masin-masin untuk 450, 300 dan 150 MWt. Kesemua nilai reaktivitas lebih ini masih di bawah reaktivitas lebih yan biasanya dimiliki oleh reaktor air rinan konvensional (sekitar 0,25), sehina diharapkan penoperasian LBWR dapat lebih mudah. Tampak bahwa reaktivitas teras cukup rendah pada awal siklus (BOC, beinnin of cycle) dan terus menurun hina menjelan akhir siklus (EOC, end of cycle), yaitu setelah (15 tahun). 343

10 Distribusi Daya Relatif Dalam perhitunan desain ini telah pula dihitun distribusi daya relatif dalam tiap-tiap tipe teras LBWR. Hasil perhitunan tersebut ditampilkan dalam Gambar 6, 7 dan 8, masin-masin untuk daya 450, 300 dan 150 MWt. Daya relatif sepanjan kanal terpanas, LBWR 450 MWt Daya relatif sepanjan arah radial LBWR 450 MWt Daya relatif (-) Jarak aksial P=450 MWt Daya relatif (-) Jarak radial (cm) P=450MWt Gambar 6. Distribusi daya relatif ke arah aksial dan radial R1 50 MWt. Daya relatif sepanjan kanal terpanas, LBWR 300 MWt Daya relatif sepanjan arah radial LBWR 300 MWt Daya relatif (-) MWt Daya relatif (-) MWt Rel. power (-) Radial distance (cm) Gambar 7. Distribusi daya relatif ke arah aksial dan radial pada LBWR 300 MWt 344

11 Daya relatif (-) Daya relatif sepanjan kanal terpanas LBWR150 MWt EOL BOL Daya relatif sepanjan arah radial LBWR 150 MWt Daya relatif (-) EOL BOL Jarak aksial (cm) Jarak radiial (cm) Gambar 8. Distribusi daya relatif ke arah aksial dan radial pada LBWR 150 MWt. Tampak pada Gambar 6 hina 8 bahwa distribusi daya relatif ke arah aksial di kanal terpanas menunjukkan penurunan sedikit dari pusat menuju ke tepi teras. Kecenderunan yan berbeda tampak di arah radial. Dalam hal ini daya relatif bererak naik menuju ke perbatasan antara daerah teras dalam dan teras luar, mencapai puncaknya kira-kira di tenah daerah teras luar, kemudian nilainya turun di arah tepi teras. Pada LBWR 450 MWt dan LBWR 300 MWt Gambar 6 dan 7, daya relatif dihitun hanya pada BOL sedankan pada LBWR 150 MWt (Gambar 8) daya relatif dihitun selain pada BOL jua pada EOL. Tampak pada Gambar 8 bahwa ada penaruh burnup bahan bakar terhadap nilai daya relatif, walaupun tidak sinifikan. Parameter Teras yan Diperoleh Dari hasil perhitunan dan optimasi yan dilakukan, akhirnya didapat desain teras LBWR yan memiliki kriteria seperti ditampilkan pada Tabel 3. Tabel 3. Parameter teras yan diperoleh Daya (MWt) Volume (liters) Tini (cm) Inner fuel zone OR (cm) Outer fuel zone OR (cm) Reaktivitas lebih awal (%) Penayaan Bahan-bakar 10/ / /12.5 % (inner/outer) Rapat daya (kw/l)

12 Dalam Tabel 3 tampak ada tia macam daya LBWR yan berhasil dihitun, yaitu 450, 300 dan 150 MWt, denan volume teras masin-masin 13600, dan 5365 liter. Perbandinan antara diameter dan tini tiap-tiap teras dijaa kira-kira 1 bandin 2, sedankan zona bahan bakar dalam dan teras dioptimalkan sedemikian rupa aar mendapatkan distribusi fluks neutron dan daya relatif rata. Penayaan bahan bakar dalam tiap-tiap teras didapat 10% untuk baian dalam dan 12,5% untuk baian luar teras. Rapat daya yan dihasilkan untuk teras 450, 300 dan 150 MWt masinmasin adalah 33, 30 dan 28 kw/l. 346

13 KESIMPULAN Telah dilakukan analisis desain reaktor daya kecil menenah modular tipe air didih denan siklus operasi panjan. Perhitunan desain fisika teras diperlukan sebaai bahan pertimbanan untuk mennetukan keamanan dan kelayakan desain reaktor ini. Dari hasil analisis ini dapat disimpulkan bahwa, Konsep desain LBWR tanpa penisian bahan bakar di lokasi akan memiliki siklus operasi yan lebih panjan denan menerapkan kisi teras yan lebih rapat (V m /V f rendah). Analisis fisika teras terhadap LBWR denan bahan oksida ini menunjukkan reaktivitas lebih yan dibutuhkan di awal operasi kuran dari 20% dk/k, dan hal ini sudah mencukupi untuk mendukun siklus operasi 15 tahun. Desain teras ini memiliki distribusi fluks dan daya yan cukup merata denan menerapkan dua zona pemuatan bahan bakar, yaitu baian dalam dan baian luar teras denan perkayaan masin-masin kuran dari 10 dan 12,5%. 347

14 DAFTAR PUSTAKA 1. ARNOLD SOETRISNANTO, et al., Prospect of Small Sized Liht Water Reactor in Indonesia, Proceedins of the 2nd Asian Specialist Meetin on Future Small- Sized LWR Development, Hanoi, FERHAT AZIZ, et al., Desain neutronik BWR Modular denan Siklus Operasi Panjan, Prosidin Seminar Nasional ke-8 Teknoloi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir, Jakarta, JAMES J. DUDERSTADT et al., Nuclear Reactor Analysis, John Wiley & Sons, K. TSUCHIHASHI, et al., Revised SRAC Code System, JAERI 1302, T.B. FOWLER, et al.,. Nuclear Reactor Core Anaysis Code: CITATION, ORNL- TM-2496,

15 DISKUSI HUDI HASTOWO Diluar aspek yan disampaikan oleh penyaji dalam makalah tersebut, pertanyaannya adalah 1. Apakah dari aspek Enineerin sudah dipikirkan baaimana denan penananan bahan bakar/teras reaktor adalah 15 tahun operasi : apakah waktu didekomisionin, atau terasnya dianti. Bila teras dianti baaimana aspek penananan El bakar bekas? 2. Baaimana menekan reaktivitas awal, apakah tidak lebih baik menunakan burn-able poisson. FERHAT AZIZ 1. Aspek yan dikaji baru dari aspek neutronik dan belum mempertimbankan aspek enineerin. Sehina titik salahnya adalah hanya dari sei neutronik. Kalau ternyata dari aspek enineerin sukar dipenuhi maka disain ini munkin tidak diteruskan. Atau bahan bakar bekas diproses/didininkan di lokasi karena sudah 15 tahunan akan sanat aktif dan jadi kendala untuk diankut. 2. Penunaan burn able poisson akan diperhitunkan dan evaluasi selanjutnya. 349

16 DAFTAR RIWAYAT HIDUP 1. Nama : Ferhat Aziz 2. Tempat/Tanal Lahir : Curup Benkulu, 10 November Instansi : P2SRM-BATAN 4. Pekerjaan / Jabatan : Ka. Bid. Teknoloi Reaktor Maju/Peneliti Madya 5. Riwayat Pendidikan : Dept.. Fisika Universitas Indonesia Dept. of Physics QAIDI AZAM Univ Pakistan (MS) Dept. of Nuclear Enineerin,NC State Univ (MSc) Dept. of Nuclear Enineerin, Tokyo Institute of Technoloy (Doktor) 6. Penalaman Kerja : 1981-sekaran, BATAN 7. Oranisasi Profesional : HFI HIMNI 8. Makalah yan pernah disajikan: Beberapa makalah, umumnya dalam bidan Teknoloi, Desain dan Analisis Reaktor 350

Optimasi Ukuran Teras Reaktor Cepat Berpendingin Gas dengan Uranium Alam sebagai Bahan Bakar

Optimasi Ukuran Teras Reaktor Cepat Berpendingin Gas dengan Uranium Alam sebagai Bahan Bakar Optimasi Ukuran Teras Reaktor Cepat Berpendinin Gas denan Uranium Alam sebaai Bahan Bakar Dora Andris*, Dian Fitriyani, Feriska Handayani Irka Jurusan Fisika Universitas Andalas *doraandris18.93@mail.com

Lebih terperinci

PERHITUNGAN BURN UP PADA REAKTOR SUB KRITIS BERDAYA SEDANG BERPENDINGIN Pb - Bi BURN UP CALCULATION OF Pb Bi COOLED MEDIUM SIZED SUBCRITICAL CORE

PERHITUNGAN BURN UP PADA REAKTOR SUB KRITIS BERDAYA SEDANG BERPENDINGIN Pb - Bi BURN UP CALCULATION OF Pb Bi COOLED MEDIUM SIZED SUBCRITICAL CORE Prosidin Semirata2015 bidan MIP BKS-PTN Barat PERHITUNGN BURN UP PD REKTOR SUB KRITIS BERDY SEDNG BERPENDINGIN Pb - Bi BURN UP CLCULTION OF Pb Bi COOLED MEDIUM SIZED SUBCRITICL CORE Nur ida* UIN Syarif

Lebih terperinci

Desain Reaktor Cepat Berpendingin Gas 600 MWth dengan Uranium Alam sebagai Input Siklus Bahan Bakar

Desain Reaktor Cepat Berpendingin Gas 600 MWth dengan Uranium Alam sebagai Input Siklus Bahan Bakar Jurnal ILMU DSR, Vol.14 No. 1, Januari 2013: 11-15 11 Desain Reaktor epat Berpendinin Gas 600 MWth denan Uranium lam sebaai Input Siklus Bahan Bakar Desin of Gas-ooled Fast Reactor 600MWth with Natural

Lebih terperinci

STUDI AWAL DESAIN REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN GAS BERBASIS BAHAN BAKAR URANIUM ALAM

STUDI AWAL DESAIN REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN GAS BERBASIS BAHAN BAKAR URANIUM ALAM Proceedin Seminar dan Workshop Nasional Pendidikan Teknik Elektro (SWNE) FPTK Universitas Pendidikan Indonesia 11 Desember 2010 STUDI AWAL DESAIN REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN GAS BERBASIS BAHAN BAKAR URANIUM

Lebih terperinci

Diterima editor 12 September 2011 Disetujui untuk publikasi 10 Oktober 2011

Diterima editor 12 September 2011 Disetujui untuk publikasi 10 Oktober 2011 J Vol. 13 No.2 Juni 2011, Hal. 194-205 ISSN 1411 240X Nomor : 266/AU1/P2MBI/05/2010 STUDI DESAIN DOWN SCALE TERAS REAKTOR DAN BAHAN BAKAR PLTN JENIS PEBBLE BED MODULAR REACTOR HTR 100 MWe S *), Andan Widi

Lebih terperinci

SIMULASI KECELAKAAN REAKTOR NUKLIR JENIS GAS COOLED FAST REACTOR

SIMULASI KECELAKAAN REAKTOR NUKLIR JENIS GAS COOLED FAST REACTOR SIMULASI KECELAKAAN REAKTOR NUKLIR JENIS GAS COOLED FAST REACTOR Ade Gafar Abdullah 1) Zaki Su ud 2) Yanti Yulianti 3) 1 Proram Studi Teknik Tenaa Elektrik, FPTK UPI, Jl Dr Setiabudi,207 Bandun,email :

Lebih terperinci

STUDI AWAL NEUTRONIK FIXED BED NUCLEAR REACTOR (FBNR)

STUDI AWAL NEUTRONIK FIXED BED NUCLEAR REACTOR (FBNR) Alexander Aun, dkk. ISSN 0216-3128 143 STUDI AWAL NEUTRONIK FIXED BED NUCLEAR REACTOR (FBNR) Alexander Aun, Andan Widi Harto, Wahyuni Jurusan Teknik Fisika, Universitas Gadjah Mada, Jl. Grafika 2, Yoyakarta

Lebih terperinci

Analisis Neutronik pada Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) dengan Variasi Bahan Pendingin (He, CO 2, N 2 )

Analisis Neutronik pada Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) dengan Variasi Bahan Pendingin (He, CO 2, N 2 ) Analisis Neutronik pada Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) dengan Variasi Bahan Pendingin (He, CO 2, N 2 ) Riska*, Dian Fitriyani, Feriska Handayani Irka Jurusan Fisika Universitas Andalas *riska_fya@yahoo.com

Lebih terperinci

PERHITUNGAN BENCHMARK NILAI REAKTIVITAS ELEMEN KENDALI REAKTOR TEMPERATUR TINGGI HTR-10. Ferhat Aziz *

PERHITUNGAN BENCHMARK NILAI REAKTIVITAS ELEMEN KENDALI REAKTOR TEMPERATUR TINGGI HTR-10. Ferhat Aziz * PERHITUNGAN BENCHMARK NILAI REAKTIVITAS ELEMEN KENDALI REAKTOR TEMPERATUR TINGGI HTR-10 Ferhat Aziz * ABSTRAK PERHITUNGAN BENCHMARK NILAI REAKTIVITAS ELEMEN KENDALI REAKTOR TEMPERATUR TINGGI HTR-10. Perhitungan

Lebih terperinci

PEHITUNGAN REAKTIVITAS (ρ) TARGET PIN PRTF (POWER RAMP TEST FACILITY) DI REAKTOR RSG-GAS

PEHITUNGAN REAKTIVITAS (ρ) TARGET PIN PRTF (POWER RAMP TEST FACILITY) DI REAKTOR RSG-GAS PEHITUNGAN REAKTIVITAS (ρ) TARGET PIN PRTF (POWER RAMP TEST FACILITY) DI REAKTOR RSG-GAS Sutrisno dan Purwadi Pusat Reaktor Serba Guna-BATAN, kaw. Puspiptek Gd 31 Serpon E-mail: soe-tris@batan.o.id ABSTRAK

Lebih terperinci

Risalah Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknologi Nuklir: 6-7 Agustus 2008( )

Risalah Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknologi Nuklir: 6-7 Agustus 2008( ) Risalah Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknoloi Nuklir: 6-7 Austus 2008(253-265) PROSEDUR NUMERIK UNTUK PERHITUNAN REAKTIVITAS AYUN REAKTOR CEPAT DENAN BAHAN BAKAR CAMPURAN (U Pu MA Zr) MENUNAKAN

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFUSI MULTIGRUP 1-DIMENSI MENGGUNAKAN METODE DIRECT DAN APLIKASINYA DALAM ANALISIS KECELAKAAN REAKTOR CEPAT JENIS UTOP

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFUSI MULTIGRUP 1-DIMENSI MENGGUNAKAN METODE DIRECT DAN APLIKASINYA DALAM ANALISIS KECELAKAAN REAKTOR CEPAT JENIS UTOP PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFUSI MULTIGRUP 1-DIMENSI MENGGUNAKAN METODE DIRECT DAN APLIKASINYA DALAM ANALISIS KECELAKAAN REAKTOR CEPAT JENIS UTOP Yanti Yulianti *, Zaki Su ud **, Abdul Waris ** ABSTRAK PENYELESAIAN

Lebih terperinci

Analisis Neutronik Super Critical Water Reactor (SCWR) dengan Variasi Bahan Bakar (UN-PuN, UC-PuC dan MOX)

Analisis Neutronik Super Critical Water Reactor (SCWR) dengan Variasi Bahan Bakar (UN-PuN, UC-PuC dan MOX) Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No. 1, Januari 2016 ISSN 2302-8491 Analisis Neutronik Super Critical Water Reactor (SCWR) dengan Variasi Bahan Bakar (UN-PuN, UC-PuC dan MOX) Nella Permata Sari 1,*, Dian Fitriyani,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Telah dilakukan beberapa riset reaktor nuklir diantaranya di Serpong

I. PENDAHULUAN. Telah dilakukan beberapa riset reaktor nuklir diantaranya di Serpong I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan listrik di Indonesia semakin meningkat, sedangkan bahan bakar fosil akan segera habis. Oleh karena itu dibutuhkan pembangkit listrik yang dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

POTENSI THORIUM SEBAGAI BAHAN BAKAR PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN GAS UNTUK PLTN

POTENSI THORIUM SEBAGAI BAHAN BAKAR PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN GAS UNTUK PLTN POTENSI THORIUM SEBAGAI BAHAN BAKAR PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN GAS UNTUK PLTN POTENTIAL OF THORIUM AS FUEL AT GAS COOLED FAST REACTOR FOR NUCLEAR POWER PLANT Menik Ariani 1 *, Supardi 1, Fiber Monado

Lebih terperinci

PERHITUNGAN INTEGRAL RESONANSI PADA BAHAN BAKAR REAKTOR HTGR BERBENTUK BOLA DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM VSOP

PERHITUNGAN INTEGRAL RESONANSI PADA BAHAN BAKAR REAKTOR HTGR BERBENTUK BOLA DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM VSOP PERHITUNGAN INTEGRAL RESONANSI PADA BAHAN BAKAR REAKTOR HTGR BERBENTUK BOLA DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM VSOP Elfrida Saragi PPIN BATAN Kawasan PUSPIPTEK Serpong, Tangerang Selatan, Indonesia 15310 Email

Lebih terperinci

BAB III DESAIN REAKTOR DAN METODE PERHITUNGAN

BAB III DESAIN REAKTOR DAN METODE PERHITUNGAN BAB III DESAIN REAKTOR DAN METODE PERHITUNGAN 3.1 Spesifikasi Umum Desain Reaktor Pada penelitian ini, penulis menggunakan data-data reaktor GCFR yang sedang dikembangkan oleh para ilmuwan dari Argonne

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan program sarjana pada Departemen Fisika Institut Teknologi Bandung.

TUGAS AKHIR. Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan program sarjana pada Departemen Fisika Institut Teknologi Bandung. STUDI AWAL DAUR ULANG PLUTONIUM DAN AKTINIDA MINOR DALAM BWR BERBAHAN BAKAR THORIUM DENGAN MODEL BURNUP STANDAR MENGGUNAKAN MODUL PERHITUNGAN SEL PIJ DARI CODE SRAC 2002 TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB III DAUR ULANG PLUTONIUM DAN AKTINIDA MINOR PADA BWR BERBAHAN BAKAR THORIUM

BAB III DAUR ULANG PLUTONIUM DAN AKTINIDA MINOR PADA BWR BERBAHAN BAKAR THORIUM BAB III DAUR ULANG PLUTONIUM DAN AKTINIDA MINOR PADA BWR BERBAHAN BAKAR THORIUM 3.1. Siklus Bahan Bakar Nuklir Siklus bahan bakar nuklir (nuclear fuel cycle) adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pemanfaatan

Lebih terperinci

ANALISA KESELAMATAN REAKTOR CEPAT DENGAN DAUR ULANG AKTINIDA. Mohammad Taufik *

ANALISA KESELAMATAN REAKTOR CEPAT DENGAN DAUR ULANG AKTINIDA. Mohammad Taufik * ANALISA KESELAMATAN REAKTOR CEPAT DENGAN DAUR ULANG AKTINIDA Mohammad Taufik * ABSTRAK ANALISA KESELAMATAN REAKTOR CEPAT DENGAN DAUR ULANG AKTINIDA. Telah dilakukan simulasi untuk melakukan analisa keselamatan

Lebih terperinci

Analisis Densitas Nuklida Lead-Bismuth Cooled Fast Reactor (LFR) Bedasarkan Variasi Daya Keluaran

Analisis Densitas Nuklida Lead-Bismuth Cooled Fast Reactor (LFR) Bedasarkan Variasi Daya Keluaran Analisis Densitas Nuklida Lead-Bismuth Cooled Fast Reactor (LFR) Bedasarkan Variasi Daya Keluaran Cici Rahmadya Guskha 1,*, Mohammad Ali Shafii 1, Feriska Handayani Irka 1, Zaki Su ud 2 1 Jurusan Fisika

Lebih terperinci

Penghitungan panjang fetch efektif ini dilakukan dengan menggunakan bantuan peta

Penghitungan panjang fetch efektif ini dilakukan dengan menggunakan bantuan peta Bab II Teori Dasar Gambar. 7 Grafik Rasio Kecepatan nin di atas Laut denan di Daratan. 5. Koreksi Koefisien Seret Setelah data kecepatan anin melalui koreksi-koreksi di atas, maka data tersebut dikonversi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa mendatang penggunaan bahan bakar berbasis minyak bumi harus dikurangi karena semakin menipisnya cadangan minyak bumi dan dampak

Lebih terperinci

PERHITUNGAN BURN UP BAHAN BAKAR REAKTOR RSG-GAS MENGGUNAKAN PAKET PROGRAM BATAN-FUEL. Mochamad Imron, Ariyawan Sunardi

PERHITUNGAN BURN UP BAHAN BAKAR REAKTOR RSG-GAS MENGGUNAKAN PAKET PROGRAM BATAN-FUEL. Mochamad Imron, Ariyawan Sunardi Prosiding Seminar Nasional Teknologi dan Aplikasi Reaktor Nuklir PRSG Tahun 2012 ISBN 978-979-17109-7-8 PERHITUNGAN BURN UP BAHAN BAKAR REAKTOR RSG-GAS MENGGUNAKAN PAKET PROGRAM BATAN-FUEL Mochamad Imron,

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN ANALISIS HASIL PERHITUNGAN DESAIN HTTR

BAB IV DATA DAN ANALISIS HASIL PERHITUNGAN DESAIN HTTR BAB IV DATA DAN ANALISIS BAB IV DATA DAN ANALISIS HASIL PERHITUNGAN DESAIN HTTR 4.1 Parameter Desain Teras Reaktor 4.1.1 Komposisi bahan bakar pada teras reaktor Dalam pendesainan reaktor ini pertama kali

Lebih terperinci

ANALISIS KOEFISIEN REAKTIVITAS TEMPERATUR MODERATOR PWR DENGAN WIMS-ANL

ANALISIS KOEFISIEN REAKTIVITAS TEMPERATUR MODERATOR PWR DENGAN WIMS-ANL 186 ISSN 0216-3128 Tukiran, dkk. ANALISIS KOEFISIEN REAKTIVITAS TEMPERATUR MODERATOR PWR DENGAN WIMS-ANL Tukiran S. Rokhmadi PTRKN - BATAN ABSTRAK ANALISIS KOEFISIEN REAKTIVITAS TEMPERATUR MODERATOR PWR

Lebih terperinci

OPTIMASI GEOMETRI TERAS REAKTOR DAN KOMPOSISI BAHAN BAKAR BERBENTUK BOLA PADA DESAIN HIGH TEMPERATURE FAST REACTOR (HTFR).

OPTIMASI GEOMETRI TERAS REAKTOR DAN KOMPOSISI BAHAN BAKAR BERBENTUK BOLA PADA DESAIN HIGH TEMPERATURE FAST REACTOR (HTFR). ISSN 1411 240X Optimasi Geometri Teras Reaktor... (Mega Agustina) OPTIMASI GEOMETRI TERAS REAKTOR DAN KOMPOSISI BAHAN BAKAR BERBENTUK BOLA PADA DESAIN HIGH TEMPERATURE FAST REACTOR (HTFR) Mega Agustina,

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Jarak Sirip Vertikal Dan Kecepatan Angin Terhadap Perpindahan Panas Pada Motor 4 Tak

Analisis Pengaruh Jarak Sirip Vertikal Dan Kecepatan Angin Terhadap Perpindahan Panas Pada Motor 4 Tak Analisis Penaruh Jarak Sirip Vertikal Dan Kecepatan Anin Terhadap Perpindahan Panas Pada Motor 4 Tak Mustafa 1 1 adalah Dosen Fakultas Teknik Universitas Merdeka Madiun Abstract One of the problems in

Lebih terperinci

STUDI PARAMETER REAKTOR BERBAHAN BAKAR UO 2 DENGAN MODERATOR H 2 O DAN PENDINGIN H 2 O

STUDI PARAMETER REAKTOR BERBAHAN BAKAR UO 2 DENGAN MODERATOR H 2 O DAN PENDINGIN H 2 O Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol. 18, No. 3, Juli 2015, hal 95-100 STUDI PARAMETER REAKTOR BERBAHAN BAKAR UO 2 DENGAN MODERATOR H 2 O DAN PENDINGIN H 2 O Very Richardina 1*, Wahyu Setia Budi 1 dan Tri

Lebih terperinci

STUDI TENTANG FISIBILITAS DAUR ULANG AKTINIDA MINOR DALAM BWR. Abdul Waris 1* dan Budiono 2

STUDI TENTANG FISIBILITAS DAUR ULANG AKTINIDA MINOR DALAM BWR. Abdul Waris 1* dan Budiono 2 Studi Tentang Fisibilitas Daur Ulang Aktinida Minor dalam BWR (Abdul Waris) ISSN 1411-3481 STUDI TENTANG FISIBILITAS DAUR ULANG AKTINIDA MINOR DALAM BWR Abdul Waris 1* dan Budiono 2 1 Kelompok Keilmuan

Lebih terperinci

STUDI PARAMETER BURNUP SEL BAHAN BAKAR BERBASIS THORIUM NITRIDE PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN HELIUM

STUDI PARAMETER BURNUP SEL BAHAN BAKAR BERBASIS THORIUM NITRIDE PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN HELIUM DOI: doi.org/10.21009/03.snf2017.02.tpn.01 STUDI PARAMETER BURNUP SEL BAHAN BAKAR BERBASIS THORIUM NITRIDE PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN HELIUM Ridha Mayanti 1,a), Menik Ariani 2,b), Fiber Monado 2,c)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep dasar masalah. penjadwalan kuliah, algoritma memetika serta komponen algoritma

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep dasar masalah. penjadwalan kuliah, algoritma memetika serta komponen algoritma BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas menenai konsep dasar masalah penjadwalan kuliah, aloritma memetika serta komponen aloritma memetika. Aoritma memetika diilhami dari proses evolusi makhluk

Lebih terperinci

III.3. Material Fisil dan Fertil III.4. Persamaan Diferensial Bateman III.5. Efek Umpan Balik Reaktivitas Suhu dan Void III.6.

III.3. Material Fisil dan Fertil III.4. Persamaan Diferensial Bateman III.5. Efek Umpan Balik Reaktivitas Suhu dan Void III.6. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN TUGAS... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR

Lebih terperinci

ANALISIS NEUTRONIK PADA REAKTOR CEPAT DENGAN VARIASI BAHAN BAKAR (UN-PuN, UC-PuC DAN MOX)

ANALISIS NEUTRONIK PADA REAKTOR CEPAT DENGAN VARIASI BAHAN BAKAR (UN-PuN, UC-PuC DAN MOX) ANALISIS NEUTRONIK PADA REAKTOR CEPAT DENGAN VARIASI BAHAN BAKAR (UN-PuN, UC-PuC DAN MOX) Dina Cinantya N, Dian Fitriyani Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas e-mail: cinantyad@yahoo.com ABSTRAK Analisis

Lebih terperinci

Jadi F = k ρ v 2 A. Jika rapat udara turun menjadi 0.5ρ maka untuk mempertahankan gaya yang sama dibutuhkan

Jadi F = k ρ v 2 A. Jika rapat udara turun menjadi 0.5ρ maka untuk mempertahankan gaya yang sama dibutuhkan Kumpulan soal-soal level seleksi Kabupaten: 1. Sebuah pesawat denan massa M terban pada ketinian tertentu denan laju v. Kerapatan udara di ketinian itu adalah ρ. Diketahui bahwa aya ankat udara pada pesawat

Lebih terperinci

Desain Reaktor Air Superkritis (Super Critical Water Reactor) dengan Bahan Bakar Thorium. Design of Supercritical Water Reactor with Thorium Fuel Cell

Desain Reaktor Air Superkritis (Super Critical Water Reactor) dengan Bahan Bakar Thorium. Design of Supercritical Water Reactor with Thorium Fuel Cell Jurnal ILMU DASAR, Vol.14 No. 1, Januari 2013: 1-6 1 Desain Reaktor Air Superkritis (Super Critical Water Reactor) dengan Bahan Bakar Thorium Design of Supercritical Water Reactor with Thorium Fuel Cell

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Memperoleh energi yang terjangkau untuk rumah tangga dan industri adalah aktivitas utama pada masa ini dimana fisi nuklir memainkan peran yang sangat penting. Para

Lebih terperinci

DESAIN TERAS SUPERCRITICAL WATER COOLED FAST BREEDER REACTOR

DESAIN TERAS SUPERCRITICAL WATER COOLED FAST BREEDER REACTOR DESAIN TERAS SUPERCRITICAL WATER COOLED FAST BREEDER REACTOR R. Sigit E.B. Prasetyo, Andang Widi Harto, Alexander Agung Program Studi Teknik Nuklir, Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknik UGM ABSTRAK DESAIN

Lebih terperinci

EVALUASI TINGKAT KESELAMATAN HIGH TEMPERATURE REACTOR 10 MW DITINJAU DARI NILAI SHUTDOWN MARGIN.

EVALUASI TINGKAT KESELAMATAN HIGH TEMPERATURE REACTOR 10 MW DITINJAU DARI NILAI SHUTDOWN MARGIN. EVALUASI TINGKAT KESELAMATAN HIGH TEMPERATURE REACTOR 10 MW DITINJAU DARI NILAI SHUTDOWN MARGIN Rizki Budi Rahayu 1, Riyatun 1, Azizul Khakim 2 1 Prodi Fisika, FMIPA, Universitas Sebelas Maret, Surakarta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II TINJUN USTK ompa adalah suatu alat yan diunakan untuk memindahkan suatu cairan dari suatu tempat ke tempat lain denan cara menaikkan tekanan cairan tersebut. Kenaikan tekanan cairan tersebut diunakan

Lebih terperinci

KAJIAN TENTANG NSS 9/08 DAN INFCIRC/225 REV 4/99 TERKAIT PENENTUAN TINGKAT KEAMANAN DALAM PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF

KAJIAN TENTANG NSS 9/08 DAN INFCIRC/225 REV 4/99 TERKAIT PENENTUAN TINGKAT KEAMANAN DALAM PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF Prosidin Seminar Nasional Teknoloi Penelolaan Limbah IX Pusat Teknoloi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 14-6086 Fakultas Teknik Universitas Sultan Aen Tirtayasa ABSTRAK. KAJIAN TENTANG NSS 9/08 DAN INFCIRC/225

Lebih terperinci

TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS. Roda Pelton

TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS. Roda Pelton 6 TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS Turbin impuls adalah turbin dimana bererak karena adanya impuls dari air. Pada turbin impuls, air dari sebuah bendunan dialirkan melalui pipa, dan kemudian melewati mekanisme

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR PUNCAK DAYA TERAS RSG-GAS BERBAHAN BAKAR U 3 SI 2 -AL. Jati Susilo, Endiah Pudjihastuti Pusat Teknologi Reaktor Dan Keselamatan Nuklir

ANALISIS FAKTOR PUNCAK DAYA TERAS RSG-GAS BERBAHAN BAKAR U 3 SI 2 -AL. Jati Susilo, Endiah Pudjihastuti Pusat Teknologi Reaktor Dan Keselamatan Nuklir ANALISIS FAKTOR PUNCAK DAYA TERAS RSG-GAS BERBAHAN BAKAR U 3 Si 2 -Al 4,8 gu/cc DENGAN KAWAT KADMIUM Jati Susilo, Endiah Pudjihastuti Pusat Teknologi Reaktor Dan Keselamatan Nuklir Diterima editor 02 September

Lebih terperinci

PERHITUNGAN REAKTIVITAS UMPAN BALIK AKIBAT KOMPAKSI BAHAN BAKAR DAN KEBOCORAN YANG DISEBABKAN OLEH GEMPA PADA HTR-10 DENGAN CODE MVP

PERHITUNGAN REAKTIVITAS UMPAN BALIK AKIBAT KOMPAKSI BAHAN BAKAR DAN KEBOCORAN YANG DISEBABKAN OLEH GEMPA PADA HTR-10 DENGAN CODE MVP PERHITUNGAN REAKTIVITAS UMPAN BALIK AKIBAT KOMPAKSI BAHAN BAKAR DAN KEBOCORAN YANG DISEBABKAN OLEH GEMPA PADA HTR-10 DENGAN CODE MVP Uswatun Chasanah 1, Riyatun 1, Azizul Khakim 2 1 Prodi Fisika, FMIPA,

Lebih terperinci

PENGARUH BAHAN BAKAR UN-PuN, UC-PuC DAN MOX TERHADAP NILAI BREEDING RATIO PADA REAKTOR PEMBIAK CEPAT

PENGARUH BAHAN BAKAR UN-PuN, UC-PuC DAN MOX TERHADAP NILAI BREEDING RATIO PADA REAKTOR PEMBIAK CEPAT PENGARUH BAHAN BAKAR UN-PuN, UC-PuC DAN MOX TERHADAP NILAI BREEDING RATIO PADA REAKTOR PEMBIAK CEPAT Meiby Astri Lestari, Dian Fitriyani Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas, Padang e-mail : meibyasri@gmail.com

Lebih terperinci

Desain Reaktor Air Superkritis (Supercritical Cooled Water Reactor) dengan Menggunakan Bahan Bakar Uranium-horium Model Teras Silinder

Desain Reaktor Air Superkritis (Supercritical Cooled Water Reactor) dengan Menggunakan Bahan Bakar Uranium-horium Model Teras Silinder JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 04, No.01, Januari Tahun 2016 Desain Reaktor Air Superkritis (Supercritical Cooled Water Reactor) dengan Menggunakan Bahan Bakar Uranium-horium Model Teras Silinder

Lebih terperinci

ANALISIS NEUTRONIK TERAS SILISIDA DENGAN KERAPATAN 5,2 g U/cc REAKTOR RSG-GAS Lily Suparlina *)

ANALISIS NEUTRONIK TERAS SILISIDA DENGAN KERAPATAN 5,2 g U/cc REAKTOR RSG-GAS Lily Suparlina *) ANALISIS NEUTRONIK TERAS SILISIDA DENGAN KERAPATAN 5,2 g U/cc REAKTOR RSG-GAS Lily Suparlina *) ABSTRAK ANALISIS NEUTRONIK TERAS SILISIDA DENGAN KERAPATAN 5,2 g U/cc REAKTOR RSG-GAS. Perhitungan kritikalitas

Lebih terperinci

Gambar II.1. Skema Sistem Produksi

Gambar II.1. Skema Sistem Produksi Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Sistem Produksi Sistem produksi minyak merupakan jarinan pipa yan berunsi untuk menalirkan luida (minyak) dari reservoir ke separator. Reservoir terletak di bawah permukaan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DAN ANALISIS TES KIMIA BERBASIS OPEN- ENDED PROBLEM UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA

PENGEMBANGAN DAN ANALISIS TES KIMIA BERBASIS OPEN- ENDED PROBLEM UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA VII Penuatan Profesi Bidan Kimia dan Pendidikan Kimia Melalui Riset dan Evaluasi Proram Studi Pendidikan Kimia Jurusan P.MIPA FKIP UNS Surakarta, 18 April 2015

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI BAHAN PENDINGIN JENIS LOGAM CAIR TERHADAP KINERJA TERMALHIDROLIK PADA REAKTOR CEPAT

PENGARUH VARIASI BAHAN PENDINGIN JENIS LOGAM CAIR TERHADAP KINERJA TERMALHIDROLIK PADA REAKTOR CEPAT PENGARUH VARIASI BAHAN PENDINGIN JENIS LOGAM CAIR TERHADAP KINERJA TERMALHIDROLIK PADA REAKTOR CEPAT Nevi Haryani, Dian Fitriyani Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas e-mail: neviharya31@gmail.com

Lebih terperinci

pengukuran karakteristik I-V transistor. Kemudian dilanjutkan dengan penyesuaian (fitting) hasil tersebut menggunakan model TOM.

pengukuran karakteristik I-V transistor. Kemudian dilanjutkan dengan penyesuaian (fitting) hasil tersebut menggunakan model TOM. BAB III HASIL DAN DISKUSI Bab ini berisi hasil dan diskusi. Pekerjaan penelitian dimulai denan melakukan penukuran karakteristik I-V transistor. Kemudian dilanjutkan denan penyesuaian (fittin hasil tersebut

Lebih terperinci

ANALISIS PENINGKATAN FRAKSI BAKAR BUANG UNTUK EFISIENSI PENGGUNAAN BAHAN BAKAR U 3 Si 2 -Al 2,96 gu/cc DI TERAS RSG-GAS

ANALISIS PENINGKATAN FRAKSI BAKAR BUANG UNTUK EFISIENSI PENGGUNAAN BAHAN BAKAR U 3 Si 2 -Al 2,96 gu/cc DI TERAS RSG-GAS 176 ISSN 0216-3128 Lily Suparlina ANALISIS PENINGKATAN FRAKSI BAKAR BUANG UNTUK EFISIENSI PENGGUNAAN BAHAN BAKAR U 3 Si 2 -Al 2,96 gu/cc DI TERAS RSG-GAS Lily suparlina Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Laju konsumsi energi dunia terus mengalami kenaikan. Laju konsumsi energi primer (pemanfaatan sumber daya energi) total dunia pada tahun 2004 kurang lebih 15 TW sebesar

Lebih terperinci

BAB VI TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS

BAB VI TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS BAB I TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS Turbin impuls adalah turbin dimana bererak karena adanya impuls dari air. Pada turbin impuls, air dari sebuah bendunan dialirkan melalui pipa, dan kemudian melewati mekanisme

Lebih terperinci

STUDI DESAIN REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN Pb-Bi BERBASIS BAHAN BAKAR URANIUM ALAM MENGGUNAKAN STRATEGI SHUFFLING. Rida SNM *

STUDI DESAIN REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN Pb-Bi BERBASIS BAHAN BAKAR URANIUM ALAM MENGGUNAKAN STRATEGI SHUFFLING. Rida SNM * STUDI DESAIN REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN Pb-Bi BERBASIS BAHAN BAKAR URANIUM ALAM MENGGUNAKAN STRATEGI SHUFFLING Rida SNM * ABSTRAK STUDI DESAIN REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN Pb-Bi BERBASIS BAHAN BAKAR URANIUM

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1. Komposisi Masukan Perhitungan dilakukan dengan menjadikan uranium, thorium, plutonium (Pu), dan aktinida minor (MA) sebagai bahan bakar reactor. Komposisi Pu dan MA yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. i dari yang terkecil ke yang terbesar. Tebaran titik-titik yang membentuk garis lurus menunjukkan kesesuaian pola

TINJAUAN PUSTAKA. i dari yang terkecil ke yang terbesar. Tebaran titik-titik yang membentuk garis lurus menunjukkan kesesuaian pola TINJAUAN PUSTAKA Analisis Diskriminan Analisis diskriminan (Discriminant Analysis) adalah salah satu metode analisis multivariat yan bertujuan untuk memisahkan beberapa kelompok data yan sudah terkelompokkan

Lebih terperinci

INVESTIGASI AWAL PERFORMA NEUTRONIK ONLINE REFUELING PASSIVE COMPACT MOLTEN SALT REACTOR

INVESTIGASI AWAL PERFORMA NEUTRONIK ONLINE REFUELING PASSIVE COMPACT MOLTEN SALT REACTOR Investigasi wal Performa Neutronik... (ndi Purnama) INVESTIGSI WL PERFORM NEUTRONIK ONLINE REFUELING PSSIVE COMPCT MOLTEN SLT RECTOR ndi Purnama Jati, ndang Widi Harto, lexander gung Jurusan Teknik Fisika,

Lebih terperinci

PENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2. Kadarusmanto, Purwadi, Endang Susilowati

PENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2. Kadarusmanto, Purwadi, Endang Susilowati PENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2 Kadarusmanto, Purwadi, Endang Susilowati ABSTRAK PENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2. Elemen bakar merupakan salah

Lebih terperinci

ANALISIS ONGKOS PRAKTIKUM PEMESINAN BERDASARKAN TIPE PROSES DESAIN PRODUK Purnawan, Maman Kusman, Yayat, Ega Taqwali Berman

ANALISIS ONGKOS PRAKTIKUM PEMESINAN BERDASARKAN TIPE PROSES DESAIN PRODUK Purnawan, Maman Kusman, Yayat, Ega Taqwali Berman ANALISIS ONGKOS PRAKTIKUM PEMESINAN BERDASARKAN TIPE PROSES DESAIN PRODUK Purnawan, Maman Kusman, Yayat, Ea Taqwali Berman Abstrak : Tujuan penelitian ini adalah untuk menanalisis onkos praktikum pemesinan

Lebih terperinci

KONSEP DESAIN NEUTRONIK REAKTOR AIR TEKAN BERBAHAN BAKAR PLUTONIUM-URANIUM OKSIDA (MOX) DENGAN INTERVAL PENGISIAN BAHAN BAKAR PANJANG ASIH KANIASIH

KONSEP DESAIN NEUTRONIK REAKTOR AIR TEKAN BERBAHAN BAKAR PLUTONIUM-URANIUM OKSIDA (MOX) DENGAN INTERVAL PENGISIAN BAHAN BAKAR PANJANG ASIH KANIASIH KONSEP DESAIN NEUTRONIK REAKTOR AIR TEKAN BERBAHAN BAKAR PLUTONIUM-URANIUM OKSIDA (MOX) DENGAN INTERVAL PENGISIAN BAHAN BAKAR PANJANG ASIH KANIASIH DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR ABSTRAK

PROSIDING SEMINAR ABSTRAK PROSIDING SEMINAR PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR Pusat Teknoloi Akselerator dan Proses Bahan Yoyakarta, 27 Juli 20 KARAKTERISASI NEUTRONIK ELEMEN BAKAR RSG-GAS PADA OPERASI DAYA 30 MWTH MENGGU UNAKAN PAKET

Lebih terperinci

DESAIN TERAS DAN BAHAN BAKAR PLTN JENIS HTR-PBMR PADA DAYA 50 MWe DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM SRAC2006

DESAIN TERAS DAN BAHAN BAKAR PLTN JENIS HTR-PBMR PADA DAYA 50 MWe DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM SRAC2006 DESAIN TERAS DAN BAHAN BAKAR PLTN JENIS HTR-PBMR PADA DAYA 50 MWe DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM SRAC2006 Bima Caraka Putra 1, Yosaphat Sumardi 1, Yohannes Sardjono 2 1 Program Studi Fisika,Jurusan pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penduduk dunia yaitu sekitar 7 miliar pada tahun 2011 (Worldometers, 2012),

I. PENDAHULUAN. penduduk dunia yaitu sekitar 7 miliar pada tahun 2011 (Worldometers, 2012), 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman dan semakin meningkatnya jumlah penduduk dunia yaitu sekitar 7 miliar pada tahun 2011 (Worldometers, 2012), maka peningkatan kebutuhan

Lebih terperinci

Studi Sensitivitas Ketinggian Teras Reaktor dalam Desain Htr Pebble Bed

Studi Sensitivitas Ketinggian Teras Reaktor dalam Desain Htr Pebble Bed Studi Sensitivitas Ketinggian Teras Reaktor dalam Desain Htr Pebble Bed Zuhair Abstrak: HTR pebble bed adalah reaktor temperatur tinggi berbahan bakar pebble dan berpendingin gas helium dengan teras densitas

Lebih terperinci

DESAIN KONSEPTUAL TERAS REAKTOR RISET INOVATIF BERBAHAN BAKAR URANIUM-MOLIBDENUM DARI ASPEK NEUTRONIK

DESAIN KONSEPTUAL TERAS REAKTOR RISET INOVATIF BERBAHAN BAKAR URANIUM-MOLIBDENUM DARI ASPEK NEUTRONIK J. Tek. Reaktor. Nukl. Vol. 14 No.3 Oktober 2012, Hal. 178-191 ISSN 1411 240X DESAIN KONSEPTUAL TERAS REAKTOR RISET INOVATIF BERBAHAN BAKAR URANIUM-MOLIBDENUM DARI ASPEK NEUTRONIK Tukiran S, Surian Pinem,

Lebih terperinci

STUDI DESAIN REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN Pb-Bi YANG HANYA MEMERLUKAN INPUT URANIUM ALAM DALAM SIKLUS OPERASINYA. Rida Siti NM dan Zaki Su ud *

STUDI DESAIN REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN Pb-Bi YANG HANYA MEMERLUKAN INPUT URANIUM ALAM DALAM SIKLUS OPERASINYA. Rida Siti NM dan Zaki Su ud * STUDI DESIN REKTOR CEPT BERPENDINGIN Pb-Bi YNG HNY MEMERLUKN INPUT URNIUM LM DLM SIKLUS OPERSINY Rida Siti NM dan Zaki Su ud * BSTRK STUDI DESIN REKTOR CEPT BERPENDINGIN PB-BI YNG HNY MEMERLUKN INPUT URNIUM

Lebih terperinci

EVALUASI SETTING RELAY OCR, GFR DAN RECLOSER PASCA REKONFIGURASI JARINGAN DISTRIBUSI PADA TRAFO 2 GARDU INDUK SRONDOL SEMARANG MENGGUNAKAN ETAP 12.6.

EVALUASI SETTING RELAY OCR, GFR DAN RECLOSER PASCA REKONFIGURASI JARINGAN DISTRIBUSI PADA TRAFO 2 GARDU INDUK SRONDOL SEMARANG MENGGUNAKAN ETAP 12.6. EVALUASI SETTING RELAY, DAN RECLOSER PASCA REKONFIGURASI JARINGAN DISTRIBUSI PADA TRAFO 2 GARDU INDUK SRONDOL SEMARANG MENGGUNAKAN ETAP 12.6.0 Susatyo Handoko *, Junintyastuti, Isa Abdullah Departemen

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Nilai Ekspor Mebel Indonesia, dan negara-negara pesaing di Asia, 2005

Gambar 1.1 Nilai Ekspor Mebel Indonesia, dan negara-negara pesaing di Asia, 2005 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakan Funiture merupakan salah satu kebutuhan dalam setiap rumah. Funsinya tak hanya untuk memperindah interior dalam rumah tapi jua untuk sebuah estetika yan mencitrakan

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH DIAMETER DAN PANJANG TIANG PANCANG TERHADAP AMPLITUDO GETARAN PADA PERENCANAAN PONDASI ALTERNATIF TURBIN GAS

STUDI PENGARUH DIAMETER DAN PANJANG TIANG PANCANG TERHADAP AMPLITUDO GETARAN PADA PERENCANAAN PONDASI ALTERNATIF TURBIN GAS JURNAL TEKNIK POMITS (204) STUDI PENGARUH DIAMETER DAN PANJANG TIANG PANCANG TERHADAP AMPLITUDO GETARAN PADA PERENCANAAN PONDASI ALTERNATIF TURBIN GAS Hasby Siddiq Muhammad A.md., Ir. Suwarno M.En., Ir.

Lebih terperinci

Kajian Awal Aspek Neutronik Dari Rancangan Konseptual Fasilitas ADS Berbasis Reaktor Kartini

Kajian Awal Aspek Neutronik Dari Rancangan Konseptual Fasilitas ADS Berbasis Reaktor Kartini Kajian Awal Aspek Neutronik Dari Rancangan Konseptual Fasilitas ADS Berbasis Reaktor Kartini Bagian dari PROGRAM INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA TAHUN 2011 Tegas Sutondo Disampaikan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN DEFLESI BAHAN BAKAR TERAS PWR

PERHITUNGAN DEFLESI BAHAN BAKAR TERAS PWR PERHITUNGAN DEFLESI BAHAN BAKAR TERAS PWR Elfrida Saragi, Tukiran S ABSTRAK PERHITUNGAN DEFLESI BAHAN BAKAR TERAS PWR. Perhitungan deflesi bahan bakar sangat berkaitan dengan keselamatan tempat penyimpanan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Hasil Wawancara

LAMPIRAN. Lampiran 1. Hasil Wawancara L.1 LAMPIRAN Lampiran 1 Hasil Wawancara Hasil Wawancara denan Kepala Personalia : Apakah Proses perekrutan di perusahaan telah dapat memenuhi permintaan tenaa kerja? Menurut saya, aktivitas perekrutan

Lebih terperinci

ANALISIS KOEFFISIEN REAKTIVITAS TERAS RSG-GAS BERBAHAN BAKAR U 3 Si 2 -Al 4,8gU/cc DENGAN KAWAT KADMIUM MENGGUNAKAN SRAC ABSTRAK

ANALISIS KOEFFISIEN REAKTIVITAS TERAS RSG-GAS BERBAHAN BAKAR U 3 Si 2 -Al 4,8gU/cc DENGAN KAWAT KADMIUM MENGGUNAKAN SRAC ABSTRAK ANALISIS KOEFFISIEN REAKTIVITAS TERAS RSG-GAS BERBAHAN BAKAR U 3 Si 2 -Al 4,8gU/cc DENGAN KAWAT KADMIUM MENGGUNAKAN SRAC Oleh Jati Susilo Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir ABSTRAK Analisis

Lebih terperinci

REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR)

REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR) REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR) RINGKASAN Reaktor Grafit Berpendingin Gas (Gas Cooled Reactor, GCR) adalah reaktor berbahan bakar uranium alam dengan moderator grafit dan berpendingin

Lebih terperinci

Kelompok Peneliti Nuklir ITB Koordinator: Prof. Dr. Zaki Su ud

Kelompok Peneliti Nuklir ITB Koordinator: Prof. Dr. Zaki Su ud Kelompok Peneliti Nuklir ITB Koordinator: Prof. Dr. Zaki Su ud PROGRAM SECARA GARIS BESAR 1. Pengembangan SDM Nuklir untuk persiapan PLTN 2. Penyiapan teknologi yang optimal untuk situasi dan kondisi di

Lebih terperinci

DESAIN BENTUK SUDUT SUDUT ARAH RADIAL PADA POMPA SENTRIFUGAL

DESAIN BENTUK SUDUT SUDUT ARAH RADIAL PADA POMPA SENTRIFUGAL DESAIN BENTUK SUDUT SUDUT ARA RADIAL PADA POMPA SENTRIFUGAL Kennie A. Lempoy Abstrak Permasalahan pada ketidakpuasan konsumen pada penunaan pompa air khususnya yan diunakan di rumah tana, pada saat ini

Lebih terperinci

Diterima editor 02 September 2011 Disetujuai untuk publikasi 03 Oktober 2011

Diterima editor 02 September 2011 Disetujuai untuk publikasi 03 Oktober 2011 I PERFORMA NEUTRONIK BAHAN BAKAR LiF-BeF 2 -ThF 4 -UF 4 PADA SMALL MOBILE-MOLTEN SALT REACTOR S.N. Rokhman, A.Widiharto, Kusnanto Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada. Jl. Grafika

Lebih terperinci

p da p da Gambar 2.1 Gaya tekan pada permukaan elemen benda yang ter benam aliran fluida (Mike Cross, 1987)

p da p da Gambar 2.1 Gaya tekan pada permukaan elemen benda yang ter benam aliran fluida (Mike Cross, 1987) 6.3 Gaya Hambat Udara Ketika udara melewati suatu titik tankap baik itu udara denan kecepatan konstan ( steady ) maupun denan kecepatan yan berubah berdasarkan waktu (unsteady ), kecenderunan alat tersebut

Lebih terperinci

Panduan Manajemen Pejantan. Male

Panduan Manajemen Pejantan. Male Panduan Manajemen Pejantan Male breeder Penantar Komitmen Cobb terhadap perkembanan enetik produk keluara kami semakin meninkatkan potensi performa dalam semua bidan, produksi broiler (final stock) dan

Lebih terperinci

SOLUSI. m θ T 1. atau T =1,25 mg. c) Gunakan persaman pertama didapat. 1,25 mg 0,75mg =0,6 m 2 l. atau. 10 g 3l. atau

SOLUSI. m θ T 1. atau T =1,25 mg. c) Gunakan persaman pertama didapat. 1,25 mg 0,75mg =0,6 m 2 l. atau. 10 g 3l. atau SOLUSI. a) Gambar diaram aya diberikan pada ambar di sampin. b) Anap teanan tali yan membentuk sudut θ adalah terhadap horizontal adalah T. Anap teanan tali yan mendatar adalah T. Gaya yan bekerja pada

Lebih terperinci

DISTRIBUSI FLUKS NEUTRON SEBAGAI FUNGSI BURN-UP BAHAN BAKAR PADA REAKTOR KARTINI

DISTRIBUSI FLUKS NEUTRON SEBAGAI FUNGSI BURN-UP BAHAN BAKAR PADA REAKTOR KARTINI Youngster Physics Journal ISSN : 2303-7371 Vol. 3, No. 2, April 2014, Hal 107-112 DISTRIBUSI FLUKS NEUTRON SEBAGAI FUNGSI BURN-UP BAHAN BAKAR PADA REAKTOR KARTINI Fatkhiyatul Athiqoh 1), Wahyu Setia Budi

Lebih terperinci

RISET KECELAKAAN KEHILANGAN AIR PENDINGIN: KARAKTERISTIK TERMOHIDRAULIK

RISET KECELAKAAN KEHILANGAN AIR PENDINGIN: KARAKTERISTIK TERMOHIDRAULIK RISET KECELAKAAN KEHILANGAN AIR PENDINGIN: KARAKTERISTIK TERMOHIDRAULIK RINGKASAN Apabila ada sistem perpipaan reaktor pecah, sehingga pendingin reaktor mengalir keluar, maka kondisi ini disebut kecelakaan

Lebih terperinci

ANALISIS KORELASI RESONANCE INTEGRAL DAN TEMPERATUR KELUARAN PAKET PROGRAM V.S.O.P PADA REAKTOR HTGR PEBBLE BED

ANALISIS KORELASI RESONANCE INTEGRAL DAN TEMPERATUR KELUARAN PAKET PROGRAM V.S.O.P PADA REAKTOR HTGR PEBBLE BED ANALISIS KORELASI RESONANCE INTEGRAL DAN TEMPERATUR KELUARAN PAKET PROGRAM V.S.O.P PADA REAKTOR HTGR PEBBLE BED Khairina Natsir 1), Elfrida Saragi 2), Nursinta Adi Wahanani 3) 1,2,3) Bidang Komputasi,

Lebih terperinci

ANALISIS KEKRITISAN TERAS REAKTOR NUKLIR CEPAT DAN TERMAL TERKOPEL BERDASARKAN PADA LETAK SUMBER NEUTRONNYA

ANALISIS KEKRITISAN TERAS REAKTOR NUKLIR CEPAT DAN TERMAL TERKOPEL BERDASARKAN PADA LETAK SUMBER NEUTRONNYA ANALISIS KEKRITISAN TERAS REAKTOR NUKLIR CEPAT DAN TERMAL TERKOPEL BERDASARKAN PADA LETAK SUMBER NEUTRONNYA Mohamad Ali Shafii 1,4, Ade Gaffar Abdullah 2,4, Menik Ariani 3,4, S. H. J. Tongkukut 5 1 Jurusan

Lebih terperinci

SKRIPSI SISTEM PEMBANGKIT TENAGA

SKRIPSI SISTEM PEMBANGKIT TENAGA SKRIPSI SISTEM PEMBANGKIT TENAGA PERANCANGAN HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR (HRSG) DENGAN MEMANFAATKAN GAS BUANG DARI SATU UNIT TURBIN GAS DENGAN DAYA 117,5 MW Skripsi Yan Diajukan Untuk Melenkapi Syarat

Lebih terperinci

Karena massa katrol diabaikan maka 2T 1. -nya arah ke bawah. a 1. = a + a 0. a 2. = m m ) m 4 mm

Karena massa katrol diabaikan maka 2T 1. -nya arah ke bawah. a 1. = a + a 0. a 2. = m m ) m 4 mm m 0 139 Pada sistem dibawah ini hitun percepatan benda m 1 nap benda m bererak ke bawah Jawab: T 1 T 1 m 1 T m 0 a 0 T T 1 m 1 m 1 m T 1 m a m Karena massa katrol diabaikan maka T 1 T m k a k 0 atau T

Lebih terperinci

ANALISIS BURN UP PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN GAS MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR URANIUM ALAM

ANALISIS BURN UP PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN GAS MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR URANIUM ALAM NLISIS BURN UP PD REKTOR CEPT BERPENDINGIN GS MENGGUNKN BHN BKR URNIUM LM Feriska Handayani Irka (1), Zaki Su ud (2) (1) Jurusan Fisika FMIP Universitas ndalas, Padang (2) Jurusan Fisika, FMIP Institut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hampir 50 persen dari kebutuhan, terutama energi minyak dan gas bumi.

I. PENDAHULUAN. hampir 50 persen dari kebutuhan, terutama energi minyak dan gas bumi. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah energi merupakan salah satu hal yang sedang hangat dibicarakan saat ini. Di Indonesia, ketergantungan kepada energi fosil masih cukup tinggi hampir 50 persen

Lebih terperinci

OPTIMASI UKURAN TERAS DAN DAYA TERMAL TERHADAP TINGKAT SIRKULASI ALAMIAH BAHAN PENDINGIN Pb-Bi PADA REAKTOR CEPAT

OPTIMASI UKURAN TERAS DAN DAYA TERMAL TERHADAP TINGKAT SIRKULASI ALAMIAH BAHAN PENDINGIN Pb-Bi PADA REAKTOR CEPAT OPTIMASI UKURAN TERAS DAN DAYA TERMAL TERHADAP TINGKAT SIRKULASI ALAMIAH BAHAN PENDINGIN Pb-Bi PADA REAKTOR CEPAT Sri Oktamuliani dan Dian itriyani Jurusan isika Universitas Andalas Kampus Limau Manis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) didesain berdasarkan 3 (tiga) prinsip yaitu mampu dipadamkan dengan aman (safe shutdown), didinginkan serta mengungkung produk

Lebih terperinci

KARAKTERISTIKA TERAS RSG-GAS DENGAN BAKAR BAKAR SILISIDA. Purwadi Pusat Reaktor Serba Guna - BATAN

KARAKTERISTIKA TERAS RSG-GAS DENGAN BAKAR BAKAR SILISIDA. Purwadi Pusat Reaktor Serba Guna - BATAN KARAKTERISTIKA TERAS RSG-GAS DENGAN BAKAR BAKAR SILISIDA Purwadi Pusat Reaktor Serba Guna - BATAN ABSTRAK KARAKTERISTIKA TERAS RSG-GAS DENGAN BAHAN BAKAR SILISIDA. RSG-GAS sudah beroperasi 30 tahun sejak

Lebih terperinci

PERANCANGAN HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR (HRSG) DENGAN MEMANFAATKAN GAS BUANG DARI SATU UNIT TURBIN GAS DENGAN DAYA 130 MW

PERANCANGAN HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR (HRSG) DENGAN MEMANFAATKAN GAS BUANG DARI SATU UNIT TURBIN GAS DENGAN DAYA 130 MW PERANCANGAN HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR (HRSG) DENGAN MEMANFAATKAN GAS BUANG DARI SATU UNIT TURBIN GAS DENGAN DAYA 30 MW SKRIPSI Skripsi Yan Diajukan Untuk Melenkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

ANALISIS POLA MANAJEMEN BAHAN BAKAR TERAS REAKTOR RISET TIPE MTR

ANALISIS POLA MANAJEMEN BAHAN BAKAR TERAS REAKTOR RISET TIPE MTR ANALISIS POLA MANAJEMEN BAHAN BAKAR TERAS REAKTOR RISET TIPE MTR Lily Suparlina, Tukiran Surbakti Pusat Teknologi Keselamatan Reaktor Nuklir, PTKRN-BATAN Kawasan PUSPIPTEK Gd. No. 80 Serpong Tangerang

Lebih terperinci

Abstrak. Kata Kunci : SPK (Sistem Pendukung Keputusan), Pemberian store of the month, Analytical Hierarchy Process (AHP).

Abstrak. Kata Kunci : SPK (Sistem Pendukung Keputusan), Pemberian store of the month, Analytical Hierarchy Process (AHP). SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA STORE OF THE MONTH PADA TOKO INDOMARET MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) STUDI KASUS PT. INDOMARCO PRISMATAMA MEDAN Tison Nopember Simanjuntak (12110248)

Lebih terperinci

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN XI (SEBELAS) FISIKA GERAK HARMONIK

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN XI (SEBELAS) FISIKA GERAK HARMONIK JENJANG KELAS MAA PELAJARAN OPIK BAHASAN SMA XI (SEBELAS) FISIKA GERAK HARMONIK Benda yan melakukan erak lurus berubah beraturan, mempunyai percepatan yan tetap, Ini berarti pada benda senantiasa bekerja

Lebih terperinci

diajukan oleh : VERY RICHARDINA J2D005202

diajukan oleh : VERY RICHARDINA J2D005202 STUDI PARAMETER REAKTOR BERBAHAN BAKAR UO 2 DENGAN MODERATOR H 2 O DAN PENDINGIN H 2 O Skripsi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 diajukan oleh : VERY RICHARDINA J2D005202

Lebih terperinci

Analisis Termal Hidrolik Gas Cooled Fast Reactor (GCFR)

Analisis Termal Hidrolik Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) Bab 2 Analisis Termal Hidrolik Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) 2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Prinsip kerja dari pembangkit listrik tenaga nuklir secara umum tidak berbeda dengan pembangkit listrik

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN RISET DALAM BIDANG IPTEK NUKLIR DALAM RANGKA PENYIAPAN SDM YANG BERKUALIFIKASI TINGGI

STRATEGI PENGEMBANGAN RISET DALAM BIDANG IPTEK NUKLIR DALAM RANGKA PENYIAPAN SDM YANG BERKUALIFIKASI TINGGI STRATEGI PENGEMBANGAN RISET DALAM BIDANG IPTEK NUKLIR DALAM RANGKA PENYIAPAN SDM YANG BERKUALIFIKASI TINGGI ZAKI SU UD Jurusan Fisika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10, Bandung 40132, Telp.022-253-4094,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan selama tiga bulan, yaitu mulai dari bulan Februari

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan selama tiga bulan, yaitu mulai dari bulan Februari 19 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan selama tiga bulan, yaitu mulai dari bulan Februari 2013 sampai dengan bulan Mei 2013. Adapun tempat dilaksanakannya

Lebih terperinci