VI HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Identifikasi Risiko Produksi Perusahaan Natalia Nursery Setiap usaha pasti memiliki risiko. Begitu juga untuk usaha di bidang pertanian. Perusahaan Natalia Nursery yang mengusahakan komoditi tanaman hias pasti memiliki risiko dalam usahanya. Langkah pertama yang dilakukan untuk untuk mengetahui risiko yang terjadi pada suatu usaha ialah dengan identifikasi risiko.hal ini dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai penyebab atau sumber risiko yang dapat menyebabkan kerugian pada usaha yang dilakukan. Berdasarkan informasi yang didapat, diketahui terdapat fluktuasi produksi yang terjadi pada pengusahaan bunga krisan di perusahaan Natalia Nursery. Dengan demikian perusahaan dikatakan mengalami risiko produksi. Risiko produksi merupakan risiko yang dampaknya dapat mempengaruhi tingkat produksi komoditi secara langsung. Adapun sumber risiko produksi yang dialami perusahaan Natalia Nursery antara lain hama, penyakit, cuaca dan iklim yang tidak stabil, serta risiko tenaga kerja yang memiliki kinerja kurang optimal. a. Cuaca dan iklim Kondisi cuaca dan iklim yang sulit diprediksi menjadi faktor utama yang menyebabkan risiko produksi pada tanaman krisan. Hal ini berkaitan erat dengan meningkatnya hama dan penyakit. Jika cuaca kering dan jarang hujan maka akan terjadi peningkatan hama. Namun jika kondisi cuaca sering hujan maka akan memacu tingkat pertumbuhan penyakit. Selain itu pada kondisi kemarau tanaman menjadi rentan akan kekeringan sedangkan jika terjadi musim penghujan maka bunga potong krisan kurang mendapatkan pasokan sinar matahari yang dapat menghambat pertumbuhan bunga. Perusahaan Natalia Nursery telah dapat menyiasati masalah kekeringan yang terjadi pada musim kemarau yaitu dengan membuat sprinkle yang dapat menjaga tanaman agar tetap pada kelembaban yang dibutuhkan. Sedangkan untuk mengatasi kurangnya pasokan matahari pada musim penghujan, maka perusahaan akan menambah intensitas penggunaan lampu. Namun hal ini akan menambah biaya produksi bagi perusahaan. 54

2 b. Hama Hama merupakan organisme pengganggu yang dapat menghambat pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Hama yang sering muncul pada tanaman krisan biasanya adalah penggorok daun (Liriomyza sp.), ulat tanah (Agrotis ipsilon), Thrips (Thrips tabacci), tungau merah (Tetranycus sp.), ulat grayak (Spodoptera litura F.), dan Whitefly. i) Penggorok daun (Liriomyza sp.) Serangan hama Liriomyza sp. berupa kotoran larva yang hidup di daun yang menyebabkan bekas korokan berliku pada daun yang sering dikenal dengan nama leaf miner. Selain itu Liriomyza sp. juga melalui tusukan ovipositor serangga betina yang menyebabkan gejala bintik bintik putih. Hama ini menyerang mulai dari daun yang muda sampai daun tua dengan cara mengisap cairan tanaman yang keluar dari bekas tusukan. Gambar 18.Kerusakan pada daun (leaf miner) akibat larva Lyriomiza sp. Sumber : Natalia Nursery (2013) ii) Ulat tanah (Agrotis ipsilon) Larva serangga ini aktif pada malam hari dan menyerang tanaman dengan cara menggigit atau memotong ujung batang tanaman muda sehingga mengakibatkan tunas apikal atau batang tanaman terkulai layu. Daya serang ulat ini relatif besar sehingga dapat menyebabkan kerugian yang signifikan. 55

3 Gambar 19. Larva Agrotis yang terdapat di dalam tanah, biasanya menyerang pada malam hari. Sumber: PUSLITBANGHORTI (2006) Gambar 19. menunjukkan larva ulat tanah (Agrotis ipsilon) yang terdapat pada lahan tanam bunga krisan. Larva ini tidak menyukai cahaya matahari sehingga hidup di dalam tanah sedalam 5 10 cm atau di dalam gumpalan tanah. Larva Agrotis ini dapat dilihat secara kasat mata sehingga pengendalian dapat dilakukan secara mekanis yaitu dengan mencari dan mengumpulkan ulat tanah pada senja hari yang kemudian diberi pestisida. iii) Thrips (Thrips tabacci) Hama ini menyerang dengan cara mengisap cairan tanaman (daun muda/pucuk) dan tuas tunas muda sehingga sel sel tanaman menjadi rusak dan mati. Gejala serangan paling banyak dijumpai pada permukaan bawah daun atau bunga. Kerusakan tanaman ditandai dengan adanya bercak bercak putih atau kekuning-kuningan seperti perunggu terutama pada permukaan bawah daun. Terlihat pada gambar (i) dan (ii), daun dan buga krisan yang terkena serangan hama Thrips mengalami bercak - bercak kekuningan akibat tusukan dari hama ini. 56

4 Gambar 20. Gejala serangan Thrips pada daun (i), bunga yang terserang hama Thrips (ii), larva hama Thrips (iii) Sumber: PUSLITBANGHORTI (2006) iv) Tungau merah (Tetranycus sp.) Tungau sangat cepat berkembang biak dan dalam waktu singkat dapat menyebabkan kerusakan secara mendadak. Bagian tanaman yang diserang antara lain tangkai daun dan bunga. Gejala serangan tampak pada daun yang berbintik- bintik kemudian bergabung dan jaringan daun seluruhnya menjadi kuning akhirnya kemerah-merahan. Gambar 21.Hama Tungau Merah yang sedang menyerang permukaan daun. Sumber: PUSLITBANGHORTI (2006) v) Ulat grayak (Spodoptera litura F.) Larva Spodoptera yang masih kecil merusak daun dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas/transparan yang menyisakan 57

5 tulang-tulang daun saja. Gejala serangan pada daun rusak tidak beraturan, bahkan terkadang hama ini juga memakan tunas dan bunga. Pada serangan berat menyebabkan daun tanaman habis. Intensitas serangan tinggi biasanya terjadi pada musim kemarau. Gambar 22. Hama ulat grayak pada bunga krisan yang menyebabkan bunga menjadi rusak. Sumber: PUSLITBANGHORTI (2006) (vi) Whitefly Hama ini berwarna putih dan biasa menyerang secara berkelompok dengan cara hinggap di permukaan daun bagian bawah atau di batang tanaman krisan. Hama ini mengisap cairan tanaman dan meninggalkan bekas kekuningan yang biasanya terdapat ada permukaan daun bagian bawah. Jumlah whitefly yang sangat banyak dapat mengakibatkan kerusakan tanaman yang fatal. 58

6 Gambar 23.Hama whitefly pada permukaan bawah daun Sumber : Natalia Nursery (2013) Pengendalian hama yang dilakukan Natalia Nursery adalah dengan cara manual dan kimiawi. Cara manual yaitu dengan mencari hama dan menyortir tanaman yang terkena hama, sedangkan cara kimiawi yaitu dengan penyemprotan pestisida dan insektisida. Natalia Nursery juga selalu menjaga hubungan baik dengan pihak Institut Pertanian Bogor di bidang hama dan penyakit untuk membantu menemukan solusi bagi hama atau penyakit krisan. c. Penyakit Tanaman krisan mudah terserang penyakit bila kelembaban terlalu tinggi atau bila tanaman dalam kondisi stres. Lingkungan yang lembab terjadi pada musim penghujan. Penyakit yang biasa menyerang tanaman krisan antara lain karat atau rust, tepung oidium, fusarium, dan virus. i) Karat Puccinia (white rust) Penyakit ini disebabkan oleh cendawan P. horiana Henn (karat putih). Gejala serangan karat putih adalah terdapat bintil-bintil putih pada bagian bawah daun yang berisi teliospora cendawan atau terjadi lekukanlekukan mendalam berwarna pucat pada permukaan daun bagian atas. Pada serangan lebih lanjut penyakit ini dapat menghambat perkembangan bunga. 59

7 Gambar 24.Karat Puccinia (white rust) pada permukaan daun Sumber: PUSLITBANGHORTI (2006) ii) Penyakit tepung (Oidium chrysanthemi Rab.) Gejala serangan penyakit ini yaitu terdapat lapisan putih bertepung pada permukaan daun. Tepung ini sebenarnya merupakan masa dari konidia cendawan. Pada serangan berat menyebabkan daun pucat dan mengering. iii) Gambar 25.Oidium pada permukaan daun krisan Sumber: PUSLITBANGHORTI (2006) Layu (Fusarium oxysporum) Gejala serangan Fusarium sp. adalah tanaman layu, daun menguning dan mengering mulai dari daun bagian bawah merambat hingga ke daun atas dan akhirnya mengakibatkan kematian tanaman. Penyakit ini dapat 60

8 bertahan secara alami di dalam media tumbuh dan pada akar-akar tanaman yang sakit dalam jangka waktu relatif lama. Gambar 26.Daun krisan yang terlihat layu akibat serangan Fusarium Sumber : Natalia Nursery (2013) iv) Virus Virus yang telah terdeteksi menyerang tanaman krisan dan terbukti meyebabkan kerugian secara signifikan adalah Cucumber Mosaic Virus (CMV) dan Chrysanthemum Virus-B (CVB). Kedua tipe virus ini mengakibatkan penghambatan pertumbuhan tanaman secara signifikan dan bahkan menyebabkan malformasi bagian-bagian tanaman seperti daun dan petal bunga. Tanaman terinfeksi yang rentan terhadap virus menunjukkan gejala daun mengecil dan bulat, penghambatan atau stagnasi pertumbuhan yang jelas serta memudarnya warna pada daun dan petal bunga, disertai dengan pertumbuhan bunga yang tidak sempurna. Beberapa krisan di perusahaan Natalia Nursery mengalami gejala yang sama, namun menurut pihak perusahaan hal ini buka disebabkan oleh virus, melainkan hama ulat grayak yang menyerang pada saat awal pemunculan kuntum bunga. Selain itu faktor lain yang menyebabkan malformasi bentuk bunga adalah karena distribusi cahaya matahari yang tidak merata terhadap bunga krisan, sehingga bagian yang terkena sinar matahari lebih banyak tidak dapat tumbuh dengan baik. 61

9 Gambar 27. (i) Malformasi bentuk bunga dan (ii) warna hijau daun yang tidak merata akibat serangan virus Sumber: PUSLITBANGHORTI (2006) (ii) (i) Gambar 28. (i) Malformasi bentuk bunga akibat serangan ulat grayak pada saat pemunculan kuntum bunga, dan (ii) malformasi bentuk bunga akibat cahaya matahari yang diperoleh bunga tidak merata Sumber : Natalia Nursery (2013) Selain dua virus tersebut, terdapat juga salah satu viroid yang sering menginfeksi tanaman krisan yaitu Chrysanthemum Stunt Viroid (CSVd). Patogen ini jarang menimbulkan gejala yang jelas pada daun. Namun tanaman yang terserang umumnya menjadi kerdil dan cepat berbunga. Gejala yang sama juga terjadi pada perusahaan Natalia Nursery, namun menurut pihak perusahaan hal ini bukan merupakan serangan viroid, melainkan akibat dari tanaman induk (mother plant) yang sudah tua. Sehingga mengakibatkan bibit yang dihasilkan mengalami pertumbuhan yang lambat (kerdil), mengalami inisiasi atau pembungaan yang terlalu cepat, dan terkadang terjadi perubahan bentuk daun. 62

10 Gambar 29.Penghambatan pertumbuhan tanaman krisan akibat infeksi Viroid Sumber: PUSLITBANGHORTI (2006) (i) (ii) Gambar 30. Akibat dari tanaman induk yang sudah tua, (i) penghambatan pertumbuhan tanaman krisan dan kuntum bunga yang mulai muncul, (ii) malformasi bentuk daun Sumber : Natalia Nursery (2013) Upaya pengendalian penyakit yang telah dilakukan Natalia Nursery adalah dengan cara manual yaitu mencari dan menyortir tanaman yang terserang penyakit agar tidak menular pada tanaman yang lain, dan cara kimiawi yaitu dengan penyemprotan obat-obatan yang dapat membasmi penyakit yang terdapat pada tanaman krisan. 63

11 d. Tenaga kerja Tenaga kerja dapat menjadi sumber risiko produksi karena tenaga kerjalah yang bertanggung jawab langsung pada pengerjaan produksi. Tenaga kerja perusahaan Natalia Nursery terdiri dari karyawan tetap dan pekerja lepas. Para pekerja lepas ini sering menunjukkan kinerja yang tidak optimal dikarenakan tingkat absensi yang sering tidak terkendali. Hal ini tentu saja mempengaruhi tingkat produksi karena jika terdapat tenaga kerja yang tidak hadir akan menyebabkan tertundanya kegiatan produksi. Namun demikian, Natalia Nursery tidak mengalami kendala terhadap keterampilan para pekerja baik pekerja tetap ataupun pekerja lepas. Upaya yang telah dilakukan oleh perusahaan untuk mengatasi risiko ini adalah dengan pemotongan upah terhadap setiap absensi yang dilakukan tenaga kerja. Selain itu perusahaan juga telah membagi-bagi kelompok tenaga kerja berdasarkan blok lahan tanam tertentu dengan setiap blok dikepalai oleh penanggung jawab blok (PJB). PJB inilah yang bertanggung jawab penuh atas pekerjaan semua pekerja yang berada di bawah komando masing-masing PJB tersebut terhadap blok masing-masing. Jika terdapat tenaga kerja yang absen, maka pekerjaan akan ditangani oleh PJB. Ini juga merupakan salah satu upaya yang dilakukan perusahaan untuk menjaga kontinuitas produksi. Faktor-faktor yang merupakan sumber risiko ini mempengaruhi tingkat produksi tanaman krisan di perusahaan Natalia Nursery sehingga menunjukkan kondisi yang berfluktuasi. Produksi yang berfluktuasi ini ditunjukkan dengan terjadinya produksi normal, tertinggi, dan terendah. Yang dimaksud dengan produksi tertinggi yaitu range produksi di atas produksi normal yang pernah dialami perusahaan Natalia Nursery selama pengusahaan tanaman krisan. Sedangkan yang dimaksud produksi terendah yaitu range produksi di bawah produksi normal yang dialami perusahaan selama pengusahaan tanaman krisan. Sementara itu yang dimaksud produksi normal adalah produksi rata-rata yang sering dialami oleh perusahaan. 64

12 Tabel 8. Rata-rata Produksi Krisan Potong dan Peluang yang Dihadapi Perusahaan Natalia Nursery Kecamatan Tenjolaya Tahun Tipe Krisan Kondisi Peluang Produksi (ikat) Spray Tertinggi 0, Normal 0, Terendah 0, Standard Tertinggi 0, Normal 0, Terendah 0, Tabel 8. menunjukkan kondisi produksi masing-masing tipe krisan pada kondisi tertinggi, normal, terendah. Peluang tertinggi, terendah, dan normal diukur dari proporsi frekuensi perusahaan pernah mencapai produksi tertinggi, terendah, atau normal selama periode waktu pengusahaan krisan yang diteliti yaitu selama tujuh tahun. Produksi antara kedua tipe krisan memiliki range yang berbeda-beda. Range produksi untuk krisan tipe spray yaitu antara ikat sampai ikat per tahun, sedangkan range produksi untuk krisan tipe standard yaitu antara ikat sampai ikat per tahun. Peluang produksi tertinggi tipe krisan spray sebesar 0,29 yang berarti perusahaan pernah mengalami produksi tertinggi sebanyak dua kali yaitu pada tahun 2007 sebanyak ikat dan pada tahun 2008 yaitu sebanyak ikat. Sedangkan peluang produksi tertinggi pada krisan tipe standar yaitu sebesar 0,14 yang berarti perusahaan pernah mengalami produksi tertinggi untuk krisan tipe standar di Tenjolaya hanya satu kali yaitu pada tahun 2011 dengan produksi sebanyak ikat. Peluang produksi tipe krisan spray dan standar pada kondisi normal sama yaitu sebesar 0,57. Hal ini berarti perusahaan mengalami produksi normal pada krisan tipe spray dan standar sebanyak empat kali dalam kurun waktu antara tahun 2005 sampai Produksi normal pada krisan tipe spray terjadi pada tahun 2005 dengan jumlah produksi ikat, produksi tahun 2006 sebanyak ikat, produksi tahun 2009 sebanyak ikat, dan produksi pada tahun 2010 yaitu sebanyak ikat. Sedangkan produksi pada normal pada krisan tipe standar di Tenjolaya terjadi pada tahun 2005 yaitu sebanyak ikat, tahun 2006 sebanyak ikat, tahun 2007 sebanyak ikat, dan tahun 2008 sebanyak ikat. 65

13 Peluang produksi terendah pada krisan tipe spray sebesar 0,14 yang berarti telah terjadi satu kali produksi terendah antara kurun waktu produksi dari tahun 2005 sampai 2011 pada krisan spray, yaitu pada tahun 2011 dengan jumlah produksi sebanyak ikat. Sedangkan peluang produksi terendah pada krisan tipe standar sebesar hal ini berarti telah terjadi produksi terendah pada tipe krisan standar di Tenjolaya sebanyak dua kali dalam kurun waktu produksi antara tahun 2005 sampai 2011, yaitu pada tahun 2009 dengan jumlah produksi ikat dan pada tahun 2010 dengan produksi sebanyak ikat. Kondisi produksi terendah ini dapat menunjukkan bahwa terjadi risiko produksi pada pengusahaan budidaya bunga krisan potong di perusahaan Natalia Nursery yang disebabkan oleh sumber-sumber risiko seperti hama, penyakit, cuaca dan iklim, serta kinerja tanaga kerja perusahaan yang telah diuraikan sebelumnya Analisis Risiko Produksi Bunga Potong Krisan pada Kegiatan Spesialisasi Penilaian risiko yang dilakukan pada kegiatan sesialisasi usaha bunga potong krisan di perusahaan Natalia Nursery dihitung berdasarkan jumlah produksi masing masing tipe krisan yaitu pada tipe krisan spray dan standar. Perhitungan pada proses penilaian risiko menggunakan data berdasarkan jumlah produksi yang diperoleh masing-masing tipe komoditas bunga potong krisan dengan hubungannya terhadap peluang yang terjadi pada perusahaan dalam kurun waktu tujuh tahun yaitu dari tahun 2005 sampai 2011 dengan masing masing kondisi tertinggi, terendah, dan normal. Selanjutnya dilakukan perhitungan nilai variance, standard deviation, dan coefficient variation. Ketiga ukuran tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Nilai variance sebagai penentu ukuran nilai yang lain. Misal standard deviation merupakan akar kuadrat dari variance, sedangkan coefficient variation merupakan rasio dari standard deviation dengan nilai ekspektasi return. Nilai return yang diperoleh dapat berupa pendapatan, produksi atau harga. Dalam penelitian ini return yang dihitung adalah produksi bunga potong krisan yang dihasilkan oleh perusahaan. Penilaian risiko produksi bunga potong krisan yang tepat untuk digunakan adalah coefficient variation, karena ukuran variance dan standard deviation 66

14 belum memerhitungkan tingkat pendapatan, sedangkan coefficient variation sudah memperhitungkan return yang diterima perusahaan pada pengusahaan bunga potong krisan. Dengan ukuran coefficient variation, analisis kegiatan usaha sudah dilakukan dengan ukuran yang sama yaitu risiko untuk setiap return. Hasil penilaian risiko produksi bunga potong krisan pada perusahaan Natalia Nursery berdasarkan jumlah produksi per tahun yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Hasil Penilaian Risiko Produksi Berdasarkan Jumlah Produksi per Tahun pada Bunga Potong Krisan Tipe Spray dan Standar di Natalia Nursery Tahun Tipe Krisan Variance Standard Deviation Expected Return Coefficient Variation Spray , , ,62 0,11 Standar , , ,88 0,30 Berdasarkan Tabel 9. dapat dilihat bahwa nilai variance krisan tipe spray lebih tinggi dibandingkan dengan krisan tipe standar. Begitupun dengan nilai standard deviation, karena nilai standard deviation berbanding lurus dengan nilai variance. Namun hal ini bukan berarti menunjukkan risiko produksi krisan tipe spray lebih tinggi daripada tipe standar. Nilai variance dan standard deviation yang tinggi ini disebabkan adanya nilai produksi yang besar juga pada krisan tipe spray yang dilakukan oleh perusahaan. Penilaian risiko produksi bunga potong krisan pada perusahaan Natalia Nursery dapat dilihat berdasarkan nilai coefficient variation. Nilai coefficient variation krisan tipe spray yaitu 0,11, lebih kecil dibandingkan dengan nilai coefficient variation krisan tipe standar yaitu 0,30. Hal ini menunjukkan bahwa dalam setiap satuan ikat bunga krisan yang dihasilkan oleh perusahaan, mengandung risiko sebesar 0,11 ikat untuk krisan tipe spray, dan 0,30 ikat untuk krisan tipe standar. Dengan demikian risiko yang dialami pada pengusahaan krisan tipe standar lebih tinggi dibandingkan krisan tipe spray. Informasi di lapangan menunjukkan bahwa krisan tipe standar mengalami banyak kegagalan dalam produksinya. Salah satu penyebab yang sangat mempengaruhi tingkat kegagalan produksi ini adalah inisiasi dini yang terjadi pada pembungaan krisan tipe standar. Inisiasi dini ini menyebabkan munculnya bunga lebih cepat, padahal tinggi tanaman belum mencapai syarat tinggi krisan potong yang diharapkan perusahaan. Perusahaan pernah mensiasati hal ini dengan 67

15 pemberian cahaya lampu pada malam hari lebih lama dibandingkan dari pemberian cahaya biasanya agar tanaman dapat tumbuh lebih panjang, namun cara ini tidak mempengaruhi perbaikan tanaman secara signifikan. Menurut informasi yang diperoleh dari perusahaan, sumber dari penyebab terjadinya inisiasi dini ini berasal dari tanaman induk yang sudah tua dan dianggap tidak produktif lagi. Sehingga dibutuhkan penggantian tanaman induk baru yang sehat dan produktif. Namun untuk melakukan penggantian tanaman induk ini tentunya dibutuhkan biaya besar yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Risiko produksi yang dialami dapat menimbulkan kerugian. Kerugian tersebut akan berpengaruh terhadap jumlah perolehan hasil produksi. Jika hasil produksi berkurang maka penerimaan juga akan berkurang, karena secara otomatis jumlah produk yang dijual juga mengalami pengurangan, sedangkan harga jual tetap sama atau konstan yaitu Rp per ikat untuk tipe spray dan Rp per ikat untuk tipe standar. Jika risiko yang dialami krisan tipe standar adalah 0,30 ikat tiap produksi per ikat yang dihasilkan perusahaan, maka dapat diartikan perusahaan akan kehilangan penerimaan sebesar Rp dari setiap ikat krisan standar yang dihasilkan perusahaan. Sedangkan untuk krisan tipe spray dengan risiko 0,11, perusahaan akan kehilangan penerimaan sebesar Rp dari setiap ikat krisan spray yang dihasilkan perusahaan Analisis Risiko Produksi Bunga Potong Krisan pada Kegiatan Diversifikasi Perusahaan Natalia Nursery melakukan diversifikasi usaha pada krisan yang diusahakannya, yaitu dengan menanam krisan tipe spray dan standar secara bersamaan, namun di lahan yang berbeda atau bukan secara tumpangsari. Diversifikasi usaha merupakan salah satu bentuk strategi penanganan risiko yang sering dilakukan perusahaan yang diharapkan dapat mengurangi risiko yang terjadi pada usaha krisan yang diusahakan. Perhitungan risiko yang dijelaskan sebelumnya merupakan analisis risiko spesialisasi yang menggambarkan risiko yang dihadapi Natalia Nursery pada masing masing tipe krisan yang diusahakan. Sedangkan analisis risiko pada kegiatan diversikasi disebut risiko portoflio. 68

16 Diversifikasi yang dilakukan perusahaan adalah dengan mengkombinasikan pengusahaan krisan tipe spray dan standar melalui pembagian proporsi bibit krisan, yaitu 80 persen untuk krisan tipe spray dan 20 persen untuk krisan tipe standar. Sedangkan untuk proporsi lahan, perusahaan tidak melakukan pembagian antara lahan yang harus ditanami krisan tipe spray atau standar. Perbandingan antara risiko pada usaha spesialisasi dan diversifikasi dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Perbandingan Risiko Produksi Berdasarkan Jumlah Produksi per Tahun pada Krisan Tipe Spray, Standar, dan Portofolio Krisan Spray dan Standar di Natalia Nursery Tahun Ukuran Tipe Krisan Spray Tipe Krisan Standar Portofolio Variance , , ,97 Standard Deviation , , ,61 Expected Return , , ,27 Coefficient Variation 0,11 0,30 0,12 Tabel 10. menunjukkan bahwa risiko portofolio krisan tipe spray dan standar lebih rendah daripada risiko usaha spesialisasi krisan tipe standar saja dan lebih tinggi daripada usaha spesialisasi krisan tipe spray saja. Hal ini dapat dilihat dari nilai coefficient variation risiko portofolio yaitu sebesar 0,12, yang berarti dengan mengusahakan krisan secara diversifikasi, perusahaan dapat mengurangi risiko produksi yang terjadi dibandingkan pengusahaan secara spesialisasi pada krisan tipe standar yang memiliki nilai coefficient variation sebesar 0,30. Dengan demikian, risiko produksi pada perusahaan Natalia Nursery dapat diminimalisasi dengan portofolio, namun tidak dapat dihilangkan seluruhnya atau menjadi nol. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa pengusahaan krisan tipe standar memang lebih berisiko dibandingkan krisan tipe spray. Oleh sebab itu pengusahaan krisan secara diversifikasi dirasa tepat karena dapat mengurangi risiko yang terjadi pada pengusahaan krisan tipe standar. Risiko portofolio ini juga tidak terlalu beerbeda jauh dengan risiko pada pengusahaan krisan tipe spray. Hai ini dapat dilihat dari nilai coefficient variation antara spray yaitu 0,11 dan portofolio 0,12, nilai ini hanya berbeda 0,01. Sehingga usaha diversifikasi yang dilakukan perusahaan tidak akan mengurangi jumlah produksi yang dihasilkan secara signifikan jika dibandingkan dengan pengusahaan krisan spray saja. 69

17 6.4. Strategi Manajemen Risiko Dari hasil identifikasi risiko, diketahui bahwa terdapat beberapa sumber risiko produksi yang terdapat pada perusahaan Natalia Nursery. Masing masing sumber risiko tersebut tentunya memiliki dampak dan probabilitas yang berbedabeda. Ada beberapa cara untuk merumuskan strategi manajemen risiko, salah satunya melalui peta risiko. Peta risiko merupakan gambaran dari posisi suatu risiko dalam kegiatan usaha yang dilakukan perusahaan. Probabilitas risiko dibagi menjadi dua bagian yaitu tinggi dan rendah, begitupun dengan dampak risiko yang dibagi dua menjadi besar dan kecil. Berikut adalah uraian perhitungan dampak dari masing-masing sumber risiko produksi yang terjadi pada perusahaan Natalia Nursery. a. Hama Besarnya dampak kerugian yang dihadapi perusahaan akibat serangan hama dapat dihitung dengan mengetahui prediksi jumlah tanaman yang terserang oleh hama tersebut. Prediksi ini diperoleh berdasarkan pengalaman perusahaan selama mnegusahakan krisan. Ada perbedaan serangan hama pada krisan tipe spray dan standar. Pada krisan tipe spray, tingkat penyerangan hama yang tinggi adalah hama whitefly, yaitu sekitar 30 persen dari jumlah bibit yang ditanam akan diserang oleh hama ini. Namun pada krisan tipe standar hanya sedikit serangan hama ini yang terjadi, bahkan terkadang tidak ada sama sekali. Selain hama whitefly, terdapat hama lain yaitu thrips, tungau, dan ulat tanah yang ratarata penyerangannya sekitar 10 persen pada bibit krisan yang ditanam, baik untuk krisan tipe spray ataupun standar. Hama ulat grayak atau biasa disebut leafminer menyerang sekitar 20 persen dari bibit yang ditanam pada kedua tipe krisan. Jumlah bibit yang ditanam perusahaan yaitu sebanyak bibit per tahun. Jumlah ini didapat dari perhitungan perusahaan melakukan penanaman selama 52 minggu (satu tahun) dengan tiap minggunya menanam sebanyak bibit. Proporsi bibit krisan spray yang ditanam yaitu 80 persen dan standar 20 persen. Sehingga masing-masing jumlah bibit yang ditanam per tahun adalah bibit krisan spray per tahun dan bibit krisan standar 70

18 per tahun. Jika diasumsikan tanpa risiko apapun, maka tiap bibit krisan menghasilkan satu tanaman krisan, baik untuk tipe spray ataupun standar. Sehingga dapat diasumsikan jumlah produksi krisan spray adalah ikat per tahun dan krisan standar ikat per tahun, dengan jumlah tanaman per ikat adalah sepuluh tanaman. Harga krisan spray Rp per ikat dan krisan standar Rp per ikat. Tabel 11. Dampak Serangan Hama pada Tanaman krisan di Natalia Nursery Tahun Tipe hama Whitefly Ulat tanah, Thrips, Tungau Ulat grayak, Lyriomiza/ Leafminer Dampak Serangan Hama Krisan Tipe Spray Krisan Tipe standar 30% x ikat x Rp = Rp % x ikat x Rp 10% x ikat x Rp = Rp = Rp % x ikat x Rp 20% x ikat x Rp = Rp = Rp Probabili tas 80 sampai 90 persen 10 sampai 15 persen 25 persen Serangan hama whitefly pada krisan standar tidak dihitung karena sangat jarang terjadi penyerangan hama ini pada krisan tipe standar. Probabilitas terjadinya serangan hama whitefly pada krisan spray pasti selalu terjadi atau dapat diperkirakan sekitar 80 persen hingga 90 persen. Sedangakan untuk probabilitas hama ulat tanah, thrips, dan tungau hanya sekitar 10 persen sampai 15 persen, dan hama ulat grayak sekitar 25 persen pada kedua tipe krisan. b. Penyakit Besarnya dampak akibat serangan penyakit pada tanaman krisan dapat dihitung dengan mengetahui prediksi jumlah tanaman yang terkena penyakit. Beberapa penyakit yang cukup banyak menyerang krisan di perusahaan Natalia Nursery adalah inisiasi dini pada pembungaan krisan yang merupakan akibat dari tanaman induk yang tidak produktif lagi. Pada krisan tipe spray, inisiasi ini terjadi sekitar 30 persen sedangkan pada krisan tipe standar bisa mencapai 40 sampai 50 persen. Tentunya hal ini cukup memberikan kerugian bagi perusahaan. Selain inisiasi dini pada pembungaan krisan, terdapat penyakit lain yang juga mnyerang tanaman krisan Natalia Nursery, yaitu karat, layu fusarium, dan oidium. Namun serangan penyakit karat dan tepung (oidium) tidak terlalu 71

19 besar, hanya pada beberapa tanaman krisan yang ditanam pada kondisi lahan yang lembab. Sehingga tidak dapat dihitung prediksi dampak yang terjadi akibat serangan penyakit ini. Sedangkan untuk serangan layu fusarium sekitar 15 persen dari jumlah bibit yang ditanam pada kedua tipe krisan. Perhitungan jumlah bibit yang ditanam sama dengan perhitungan pada dampak hama, yaitu bibit krisan spray per tahun dan bibit krisan standar per tahun atau sama dengan ikat per tahun dan krisan standar ikat per tahun, dengan jumlah tanaman per ikat adalah sepuluh tanaman. Probabilitas terjadinya serangan penyakit layu fusarium yaitu 30 persen dan terjadinya inisiasi pembungaan dini pada satu tahun terakhir sering terjadi, sehingga probabilitas insiasi pembungaan dini ini menurut perusahaan sekitar 50 sampai 60 persen. Perhitungan dampak akibat serangan penyakit pada tanaman krisan di Natalia Nursery dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Dampak Serangan Penyakit pada tanaman Krisan Natalia Nursery Tahun Tipe Penyakit Dampak Serangan Penyakit Probabili Krisan Tipe Spray Krisan Tipe standar tas Inisiasi pembungaan dini = Rp % x ikat x Rp = Rp % x ikat x Rp 60 persen 50 sampai Layu fusarium 15% x ikat x Rp = Rp % x ikat x Rp = Rp persen c. Tenaga Kerja Risiko tenaga kerja disebabkan adanya tingkat absensi yang dapat menghambat proses produksi. Terjadinya absensi tenaga kerja harian pasti selalu terjadi dalam kurun waktu setiap tahun, sehingga probabilitasnya adalah 100 persen. Namun untuk perhitungan dampak tidak dapat dihitung secara langsung, karena ketika salah satu tenaga kerja tidak masuk, maka kegiatan roduksi akan ditangani oleh tenaga kerja lain. Dampak yang disebabkan oleh absensi tenaga kerja ini tidak secara langsung terjadi pada kerugian hasil produksi, namun terjadi penghambatan proses produksi yang mengakibatkan lamanya proses produksi yang harus dilakukan oleh perusahaan. Contohnya adalah pada saat penanaman, waktu normal penanaman adalah satu minggu, namun jika tenaga kerja tidak masuk 72

20 atau absen pada saat penanaman, perusahaan akan kekurangan sumberdaya untuk menanam, sehingga waktu penanaman bisa mencapai delapan sampai sepuluh hari. d. Cuaca dan Iklim Risiko cuaca dan iklim memiliki probabilitas tinggi karena kondisi cuaca dan iklim yang tidak stabil akan memacu munculnya risiko hama dan penyakit. Dampak kerugian akibat risiko cuaca dan iklim tidak dapat dihitung secara nominal karena tidak berdampak secara langsung terhadap tanaman krisan. Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah pemetaan risiko berdasarkan dampak dan probabilitas masing- masing sumber risiko yang sudah dihitung. Tabel 13. Merupakan rangkuman keterangan yang lebih sederhana mengenai dampak dan probabilitas masing masing sumber risiko. Tabel 13. Hasil Identifikasi Dampak dan Probabilitas Masing-Masing Sumber Risiko Produksi pada Usaha Krisan di Natalia Nursery Tahun Tipe Krisan Sumber Risiko Dampak (Rupiah) Probabilitas (Persen) Spray Standar Whitefly >20 Ulat tanah, Thrips, Tungau Ulat grayak, Lyriomiza/ Leafminer Inisiasi pembungaan dini < > >20 Layu fusarium >20 Ulat tanah, Thrips, Tungau Ulat grayak, Lyriomiza/ Leafminer Inisiasi pembungaan dini < > >20 Layu fusarium >20 Selanjutnya dilakukan manajemen risiko melalui pemetaan terhadap risiko- risiko yang sudah teridentifikasi. Berdasarkan hasil wawancara, batas antara besar kecilnya probabilitas suatu risiko ditentukan oleh perusahaan yaitu 73

21 sebesar 20 persen, sedangkan dampak risiko dibatasi sebesar 360 juta rupiah untuk krisan tipe spray dan 60 juta rupiah untuk krisan tipe standar. Maka risiko dengan probabilitas di atas 20 persen dianggap sebagai risiko dengan probabilitas tinggi, sedangkan jika di bawah 20 persen maka dianggap sebagai risiko dengan probabilitas rendah. Begitu juga dengan dampak risiko di atas 360 juta rupiah untuk krisan tipe spray dan 60 juta rupiah untuk krisan tipe standar dianggap sebagai risiko dengan dampak besar dan jika dampak risiko kurang dari batas tersebut maka dianggap sebagai risiko berdampak kecil. Kuadran I Kuadran II PROBABILITAS 20 % Besar Layu fusarium (Spray) Monitoring Kuadran III Whitefly (Spray) Ulat grayak, Lyriomiza/ Leafminer (Spray) Inisiasi pembungaan dini (Spray) Inisiasi pembungaan dini (Standar) Ulat grayak, Lyriomiza/ Leafminer (Standar) Layu fusarium (Standar) Prevent at source Kuadran IV Kecil Ulat tanah, Thrips, Tungau (Spray) Ulat tanah, Thrips, Tungau (Standar) Low control Kecil Besar Rp (Spray) Rp (Standar) DAMPAK Keterangan : = strategi preventif = strategi mitigasi Gambar 31. Peta Risiko Produksi Natalia Nursery Tahun

22 Hasil pemetaan menunjukkan bahwa sumber risiko layu fusarium pada krisan tipe spray terdapat pada kuadran I. Deskripsi risiko yang menempati posisi ini adalah kejadian merugikan dengan kemungkinan terjadinya tinggi dan memiliki dampak yang besar bagi perusahaan. Strategi yang dapat dilakukan untuk risiko pada kuadran I yaitu strategi preventif. Strategi preventif ini diharapkan dapat memperkecil probabilitas terjadinya risiko yang akan terjadi. Selain itu dapat pula diterapkan alternatif strategi monitoring. Untuk hal ini perusahaan dapat mengamati dan memastikan bahwa risiko tersebut masih berada pada wilayah normal. Sumber risiko yang terdapat pada kuadran II yaitu serangan hama whitefly pada krisan spray, ulat grayak serta Lyriomiza/ leafminer pada krisan spray dan standar, serta inisiasi pembungaan dini pada krisan spray dan standar. Deskripsi risiko pada posisi ini merupakan kejadian merugikan dengan kemungkinan terjadi tinggi dan dampak yang besar. Strategi yang dapat dilakukan untuk risiko pada posisi kuadran II yaitu strategi preventif yang diharapkan dapat memperkecil probabilitas terjadinya risiko atau strategi mitigasi yang diharapkan dapat mengurangi dampak risiko yang terjadi. Selain itu pada kuadran II juga dapat dilakukan alternatif strategi prevent at source yaitu dengan mencegah risiko langsung dari sumbernya. Sumber risiko yang berada pada kuadran III yaitu hama ulat tanah, thrips, dan tungau yang menyerang krisan spray dan standar. Posisi pada kuadran III ini merupakan kejadian merugikan dengan dampak kecil dan probabilitas rendah. Alternatif strategi yang dapat dilakukan pada posisi ini yaitu low control, yaitu perusahaan dapat menerapkan pengawasan rendah pada risiko ini karena tidak terlalu menjadi ancaman bagi perusahaan. Beberapa strategi yang dapat dilakukan perusahaan dalam mengatasi sumber-sumber risiko dijabarkan sebagai berikut : 1. Strategi Preventif Strategi preventif yang umum dilakukan unutk mengedalikan risiko-risiko yang terdapat pada kuadran I dan II diantaranya adalah membuat atau memperbaiki sistem dan prosedur, mengembangkan sumberdaya alam, dan memasang atau memperbaiki fasilitas fisik. Beberapa strategi preventif yang dapat dilakukan oleh perusahaan Natalia Nursery antara lain: 75

23 a) Melaksanakan SOP pengolahan lahan dengan baik Salah satu SOP yang perlu diperhatikan perusahaan untuk dilakukan adalah pengolahan lahan dengan baik. Menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, pengolahan lahan yang baik hendaknya dilakukan dengan pembersihan gulma secara mekanis. Kemudian tanah digemburkan dan diberi pupuk dasar. Bila keasaman tanah terlalu tinggi maka ditambahkan kapur. Setelah itu dilakukan sterilisasi lahan. Beberapa cara sterilisasi dapat dilakukan dengan menggunakan basamid, fumigasi, solarisasi, atau pemanasan. Selanjutnya lahan dibiarkan selama satu hingga dua hari dan diberi air hingga kelembaban cukup sebagai syarat tanam. Selama ini perusahaan melakukan pengolahan yang belum optimal terhadap lahan budidaya yang akan ditanami. Prosedur yang dilakukan perusahaan Natalia Nursery pada pengolahan tanah biasanya hanya mencakup pembersihan gulma, pemberian pupuk dasar, pengapuran, dan pemberian air yang cukup, namun biasanya lahan langsung ditanami tanpa melakukan sterilisasi dan tanpa dibiarkan selama satu atau dua hari. Hal ini dapat mengakibatkan degradasi lahan dan mengendapnya sumber penyakit pada tanah akibat tidak disterilisasi. Terutama untuk penyakit layu fusarium yang dapat menular melalui tanah atau media tumbuh. b) Perbaikan tanaman induk Menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, keragaan tanaman induk akan mempengaruhi mutu stek (bibit) yang dihasilkan dan ada akhirnya akan berpengaruh terhadap tanaman yang hendak ditanam. Kualitas pertumbuhan tanaman krisan sangat dipengaruhi oleh kualitas bahan tanamnya (kualitas stek). Selanjutnya kualitas stek sangat dipengaruhi oleh performa dan sejarah pertumbuhan tanaman induk dimana stek tersebut berasal. Tanaman induk yang terinduksi ke fase generatif akan menghasilkan tunas aksiler dengan pertumbuhan lambat. Gejala yang sama terlihat juga pada tanaman yang dihasilkan dari tanaman induk yang sudah tua dan tidak produktif lagi. Pada pertanaman induk krisan, pemberian dengan konsentrasi 100 ppm per minggu selama masa produktif dianjurkan untuk 76

24 menstimulasi pertumbuhan tunas aksiler dan mengurangi etiolasi pada tunas aksiler. Selain pupuk dasar, pemupukan lanjutan dilakukan setiap tiga minggu dan pupuk daun dengan frekuensi dan dosis yang sama seperti tanaman produksi bunga hingga tanaman induk tidak produktif lagi. Setelah tanaman induk berumur lebih dari 23 minggu atau bila produktivitas tanaman induk dan kualitas stek yang dihasilkan menurun, maka tanaman induk harus dibongkar dan diganti dengan tanaman induk yang baru. Diketahui tanaman induk yang saat ini sebagai sumber stek pada produksi krisan di Natalia Nursery merupakan tanaman induk sejak pertama kali tanam yaitu pada tahun Tanaman induk ini kemudian dikembangkan secara mandiri oleh perusahaan hingga saat ini. Namun kondisi tanaman induk pada perusahaan Natalia Nursery saat ini dirasa sudah tidak produktif lagi. Terlihat dari pertumbuhan tanaman krisan yang tidak optimal, yaitu terjadinya inisiasi pembuingaan dini dan tinggi tanaman yang tidak optimal. Untuk itu sebaiknya perusahaan dapat mengganti tanaman induk dengan tanaman induk baru dan melakukan tahap pemeliharaan dan pemberian pupuk yang sesuai dengan SOP yang telah dijelaskan sebelumnya. Hal ini juga merupakan alternatif strategi prevent at source untuk sumber risiko yang berada pada kuadran II yaitu inisiasi pembungaan dini. c) Perbaikan sistem naungan atau rumah lindung Rumah lindung untuk budidaya krisan bertujuan melindungi tanaman dari kondisi cuaca dan lingkungan ekstrim yang dapat memberikan pengaruh egatif terhadap pertumbuhan tanaman, seperti intensitas cahaya matahari yang terlalu tinggi dan terpaan angin dan air huan secara langsung serta organisme pengganggu tanaman, sehingga diperoleh lingkungan tempat tumbuh yang optimal. Menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, seluruh bagian samping rumah lindung dianjurkan juga tertutup untuk mengurangi kontak langsung tanaman dengan serangga hama dan penyakit seta untuk meningkatkan kondisi lingkungan tumbuh yang kondusif untuk 77

25 pertumbuhan tanaman. Rumah lindung pada perusahaan Natalia Nursery berbentuk saung dengan atap saja. Bagian samping atau dinding tidak ditutup sehingga memberikan akses masuk hama dan penyakit yang cukup besar ke lahan produksi tanaman krisan. Sebaiknya perusahaan melakukan perbaikan sistem naungan yang digunakan saat ini untuk dapat mengurangi risiko hama yang terjadi. Hal ini juga sebagai salah satu alternatif strategi prevent at source bagi hama whitefly dan ulat grayak atau leafminer yang terdapat pada kuadran II di peta risiko. 2. Strategi Mitigasi Strategi mitigasi dilakukan perusahaan Natalia Nursery dengan tujuan untuk memperkecil dampak risiko. Strategi mitigasi yang dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan menerapkan diversifikasi produksi pada krisan, diversifikasi unit usaha perusahaan Natalia Nursery, dan pengalihan risiko (transfer of risk). a) Diversifikasi Produksi dan Unit Usaha Natalia Nursery melakukan diversifikasi produksi dengan mengusahakan dua tipe tanaman krisan yaitu tipe spray dan standar. Proporsi penanaman krisan di Tenjolaya adalah 80 persen krisan tipe spray dan 20 persen krisan tipe standar. Dengan adanya strategi diversifikasi ini, perusahaan dapat mengurangi dampak dari sumber risiko pada krisan tipe standar terutama yang diakibatkan oleh adanya inisiasi pembungaan dini. Selain melakukan diversifikasi pada produksi krisan, perusahaan juga melakukan diversifikasi pada unit usaha yang dijalankan, yaitu usaha resort atau perhotelan. Usaha resort ini memang sudah sejak lama dijalankan oleh perusahaan. Pengembangan usaha resort dilatarbelakangi adanya dorongan dari keluarga pemilik bahwa usaha ini memiliki prospek yang baik. Resort didirikan di samping lahan budidaya tanaman hias yang berada di lokasi Tamansari. Lokasi ini cocok untuk mendukung pemasaran usaha tanaman hias terutama krisan yang dijalankan oleh perusahaan. Dengan adanya usaha resort atau perhotelan yang didirikan di samping lahan produksi bunga krisan dan tanaman hias lainnya, dapat 78

26 menarik pengunjung untuk melakukan pembelian. Hal ini tentu saja menberikan keuntungan bagi perusahaan antara lain dapat mengurangi biaya pemasaran, mengurangi biaya transaksi, dan tentunya mengurangi biaya risiko kegagalan produk yang tidak habis terjual. b) Pengalihan Risiko (Transfer of Risk) Pengalihan risiko merupakan cara penanganan risiko dengan mengalihkan dampak dari risiko ke pihak lain. Cara ini dimaksudkan jika terjadi kerugian pada perusahaan maka yang menanggung kerugian tersebut adalah pihak lain. Pengalihan risiko yang dilakukan oleh perusahaan Natalia Nursery yaitu leasing. Leasing adalah cara dimana aset digunakan tetapi kepemilikannya adalah pihak lain. Sehingga jika terjadi sesuatu pada aset tersebut maka pemiliknya yang akan menanggung kerugian atas tersebut. Pada usaha krisan yang dilakukan perusahaan Natalia Nursery, kepemilikan seluruh aset adalah Bapak Daud Ibrahim yang merupakan pendiri Natalia Nursery. Namun dalam pengusahaannya, usaha krisan yang dijalankan oleh perusahaan saat ini sudah dijalankan sepenuhnya kepada pihak manajemen perusahaan yang bukan keluarga dari pemilik. Bapak Daud Ibrahim sendiri tidak pernah lagi turut campur dalam hal pengelolaan usaha krisan yang dijalankan saat ini. Beliau hanya berperan sebagai pemilik yang berhak mendapatkan bagian hasil dari usaha yang sedang dijalankan. Namun demikian, jika terjadi sesuatu pada aset usaha yang tidak mungkin ditangani oleh pihak manajemen perusahaan, maka yang akan menanggung seluruh kerugian yang terjadi adalah pemilik, yaitu Bapak Daud Ibrahim. 3. Pengendalian OPT Upaya pengendalian OPT krisan hendaknya dilakukan berdasarkan sistem pengendalian hama terpadu (PHT). Menurut Direktorat Perlindungan Hortikultura, pengendalian OPT dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain : 79

27 a) Cara Fisik Media tumbuh sebelum ditanami sebaiknya dikocor dengan PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria), agens antagonis Trichoderma sp. Melakukan sterilisasi media tumbuh. Jika serangga hama dijumpai dalam jumlah terbatas, maka dapat dimusnahkan secara langsung, misal pada ulat tanah dengan mengumpulkannya pada senja atau malam hari. b) Cara Mekanis Pemasangan perangkap ikat berwarna kuning untuk mengendalikan Lyriomiza/penggorok daun yang menyebabkan leafminer dan memasang perangkap ngengat ulat grayak berupa sex pheromon. Kemudian memotong bagian tanaman yang terserang berat atau yang menunjukkan gejala penyakit, misal untuk mengendalikan penyakit karat krisan dengan memotong daun pada awal pertumbuhan. c) Kultur Teknis Pemeliharaan tanaman perlu diperhatikan agar tanaman dapat tumbuh lebih baik. Pergiliran tanaman dapat dilakukan untuk mengendalikan pengorok daun dan penyakit layu fusarium. Pemupukan yang berimbang, sanitasi lingkungan, dan menjaga kerapatan tanaman perlu juga diperhatikan, sehingga kelembapan lingkungan tidak memungkinkan patogen untuk berkembang. Luka pada tanaman terutama pada saat penyiangan gulma dan pengolahan tanah sebaiknya dihindari, demikian juga hindari menanam benih yang berasal dari tanaman sakit. d) Cara Biologis OPT mempunyai musuh alami yang mampu mengatur keseimbangan, sehingga populasi OPT tidak merugikan. Jika musuh alami tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal, maka ketergantungan terhadap pestisida akan berkurang. Aplikasi bahan pengendali hayati yang biasa dilakukan dslsm budidaya kisan diantaranya penggunaan PGPR, Trichoderma sp, Beauveria basiana dan Gliocladium. Pemanfaatan musuh alami tipe Eulophidae dan Braconidae untuk hama pengorok daun dan Coccinellidae atau kumbang macan untuk Thrips sp. Tanah dapat diperlakukan dengan Gliocladium sp., atau 80

28 Trichoderma sp. Sebelum tanam, benih dicelupkan ke dalam suspensi Pseudomonas fluorescens, untuk mencegah penyakit layu Fusarium sp., dan untuk mengendalikan penyakit karat dapat menggunakan larutan PGPR dengan cara penyiraman atau pencelupan benih ke dalam larutan. e) Cara Kimiawi Penggunaan pestisida kimiawi adalah yang terdaftar dan diizinkan Menteri Pertanian. Apabila pestisida tersebut belum terdaftar untuk OPT sasaran, dapat digunakan pestisida yang diizinkan untuk OPT setipe pada tanaman lain. Formulasi pestisida dapat berupa cairan, tepung, pasta atau granula. Sebaiknya penggunaan pestisida dilakukan pada pagi hari dan tidak pada waktu hujan, dengan menggunakan alat pelindung. Untuk mencegah fitotoksisitas pada tanaman, maka dalam pengaplikasiannya dicoba dulu dalam skala kecil sebelum diaplikasikan secara luas. Teknik aplikasi yang tepat seperti menggunakan nozzle yang halus, sehingga dapat menjangkau ke seluruh bagian bawah daun. Sebagai pencegahan, pot atau wadah lainnya, alat-alat seperti pisau dan gunting stek, sebaiknya setiap kali memakai alat-alat tersebut disucihamakan dengan alkohol 70 % atau desinfektan lainnya. Bekas atau wadah pestisida yang digunakan harus dimusnahkan. Insektisida Matador, Dorsban, Agrimec, untuk mengendalikan Thrips, penggorok daun, dan Aphis/whitelfy. Fungisida menggunakan Antracol, Daconil untuk penyakit karat, dan layu fusarium. Perusahaan Natalia Nursery sudah melakukan beberapa cara yang pengendalian OPT yang diuraikan sebelumnya, seperti cara mekanis dan kimiawi. Namun perusahaan belum melakukan pengendalian dengan cara fisik seperti sterilisasi media tanam, kultur teknis, dan cara biologis. Perusahaan dapat melakukan cara-cara pengendalian OPT yang belum pernah dilakukan sebelumnya dengan harapan dapat mengurangi sumber risiko produksi. Cara ini juga merupakan salah satu alternatif strategi low control untuk sumber-sumber risiko yang berada pada kuadran III. 81

29 4. Pengembangan Sumberdaya Manusia Usaha budidaya krisan potong yang dijalankan oleh perusahaan Natalia Nursery merupakan usaha padat karya, sehingga tenaga kerja dapat dikatakan sebagai salah satu kunci keberhasilan ataupun kegagalan dalam proses produksi krisan potong pada perusahaan. Perusahaan Natalia Nursery tidak memberikan sarana pendidikan dan pelatihan khusus bagi para tenaga kerja yang dimilikinya. Hubungan antara perusahaan dengan sumberdaya manusia hanya sebatas hubungan tenaga kerja yang diikat dengan upah mingguan untuk tenaga kerja lepas, dan gaji bulanan untuk para karyawan. Hal ini menyebabkan tingkat loyalitas dan rasa tanggung jawab tenaga kerja terhadap pekerjaannya rendah, terutama tenaga kerja lepas. Sehingga terjadi tingkat absensi yang cukup tinggi yang dilakukan oleh para pekerja lepas ini. Perusahaan hendaknya dapat memberikan sistem reward bagi para pekerja. Misalkan dengan memberikan bonus kepada tenaga kerja yang tidak pernah absen dalam kurun waktu tertentu. Hal ini dapat meningkatkan motivasi dan rasa tanggung jawab pada tenaga kerja. Selain reward, perusahaan telah menerapkan sistem punishment bagi tenaga kerja yang absen yaitu dengan memberlakukan potongan upah pada hari absensi yang dilakukan oleh tenaga kerja. 5. Membangun Hubungan Kemitraan Selama ini perusahaan telah menjalin hubungan kemitraan dalam bentuk jasa dengan pihak Institut Pertanian Bogor di bidang pengendalian hama serta bidang agroklimat. Hubungan kemitraan ini dapat membantu perusahaan dalam menangani masalah yang terjadi pada usaha krisan yang dijalankan. Misal masalah pengendalian hama dan masalah iklim serta tanah. Namun tidak semua masalah dapat ditangani atau diberikan solusi dari pihak IPB. Hal ini dikarenakan terbatasnya penelitian yang dilakukan oleh pihak IPB sehingga terdapat beberapa tipe hama, penyakit, atau masalah lainnya yang belum dapat ditemukan solusinya untuk perusahaan. Oleh sebab itu hendaknya perusahaan menjalin hubungan kemitraan dengan beberapa lembaga lain yang berhubungan dengan usaha krisan yang dijalankan. Adapun lembaga-lembaga tersebut antara lain yaitu Balithi (Balai 82

30 Penelitian Tanaman Hias), PUSLITBANGHORTI (Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura), Direktorat Perlindungan Hortikultura bagian OPT, Direktorat Budidaya Tanaman Hias, dan lembaga lainnya yang diharapkan dapat membantu memberikan solusi bagi permasalahan produksi bunga krisan di Natalia Nursery. 83

ANALISIS RISIKO PRODUKSI

ANALISIS RISIKO PRODUKSI VI. ANALISIS RISIKO PRODUKSI 6.1. Identifikasi Sumber-Sumber Risiko Usaha pengurangan risiko melalui diversifikasi tanaman hias adenium tidak sepenuhnya mampu menghilangkan risiko. Adanya risiko dalam

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Risiko Produksi Fluktuasi yang terjadi pada suatu usaha, baik fluktuasi hasil produksi, harga dan jumlah permintaan yang berada dibawah standar yang ditetapkan merupakan indikasi

Lebih terperinci

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK 6.1. Analisis Risiko Produksi Risiko produksi menyebabkan tingkat produktivitas tanaman sayuran organik mengalami fluktuasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan

Lebih terperinci

VI. PEMBAHASAN 6.1. Identifikasi Sumber-sumber Risiko

VI. PEMBAHASAN 6.1. Identifikasi Sumber-sumber Risiko VI. PEMBAHASAN Risiko produksi merupakan salah satu faktor yang memberikan pengaruh besar pada keberhasilan produksi. Risiko ini berdampak pada kualitas dan kuantitas hasil produksi yang dihasilkan. risiko

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Tipe Data dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Tipe Data dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di perusahaan Natalia Nursery. Perusahaan ini merupakan perusahaan pribadi yang memiliki dua lahan budidaya yaitu di Desa Tapos,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari penelusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Adapun

Lebih terperinci

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PENGENDALIAN OPT CABAI Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) atau hama dan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH

IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH Nurbaiti Pendahuluan Produktifitas cabai di Aceh masih rendah 10.3 ton/ha (BPS, 2014) apabila dibandingkan dengan potensi produksi yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Eli Korlina PENDEKATAN PHT

PENDAHULUAN. Eli Korlina PENDEKATAN PHT PENDAHULUAN Eli Korlina Salah satu masalah dalam usahatani bawang putih adalah gangguan hama dan penyakit. Keberadaan hama dan penyakit dalam usahatani mendorong petani untuk menggu-nakan pestisida pada

Lebih terperinci

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PENGENDALIAN OPT BAWANG MERAH Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT)

Lebih terperinci

Waspadai Kemunculan Pengorok Daun (Liriomyza sp) pada Tanaman Kopi

Waspadai Kemunculan Pengorok Daun (Liriomyza sp) pada Tanaman Kopi PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO Jalan Raya Dringu Nomor 81 Telp. (0335) 420517 PROBOLINGGO 67271 Pendahuluan Waspadai Kemunculan Pengorok Daun (Liriomyza sp) pada Tanaman Kopi Oleh : Ika Ratmawati, SP,

Lebih terperinci

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT SEMANGKA. Dr. M. SYUKUR, SP, MSi INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT SEMANGKA. Dr. M. SYUKUR, SP, MSi INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT SEMANGKA Dr. M. SYUKUR, SP, MSi INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 Hama Penting Semangka Hama penting pada semangka: 1. Thrips (Thrips parvispinus Karny) 2. Ulat perusak daun

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA TOMAT

TEKNIK BUDIDAYA TOMAT TEKNIK BUDIDAYA TOMAT 1. Syarat Tumbuh Budidaya tomat dapat dilakukan dari ketinggian 0 1.250 mdpl, dan tumbuh optimal di dataran tinggi >750 mdpl, sesuai dengan jenis/varietas yang diusahakan dg suhu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian Pada dasarnya kegiatan produksi pada pertanian mengandung berbagai risiko dan ketidakpastian dalam pengusahaannya. Dalam kegiatan

Lebih terperinci

BUDIDAYA BAWANG MERAH DI LAHAN KERING

BUDIDAYA BAWANG MERAH DI LAHAN KERING BUDIDAYA BAWANG MERAH DI LAHAN KERING Oleh:Heri Suyitno THL-TBPP BP3K Wonotirto 1. Pendahuluan Bawang Merah (Allium Ascalonicum) merupakan komoditas hortikultura yang memiliki banyak manfaat dan bernilai

Lebih terperinci

Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati

Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati Tanaman jagung disamping sebagai bahan baku industri pakan dan pangan pada daerah tertentu di Indonesia dapat juga sebagai makanan pokok. Karena

Lebih terperinci

Oleh Kiki Yolanda,SP Jumat, 29 November :13 - Terakhir Diupdate Jumat, 29 November :27

Oleh Kiki Yolanda,SP Jumat, 29 November :13 - Terakhir Diupdate Jumat, 29 November :27 Lada (Piper nigrum L.) merupakan tanaman rempah yang menjadi komoditas ekspor penting di Indonesia. Propinsi Kepulauan Bangka Belitung menjadi salah satu sentra produksi utama lada di Indonesia dan dikenal

Lebih terperinci

Keadaan Serangan OPT Komoditas Bawang Merah di Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat

Keadaan Serangan OPT Komoditas Bawang Merah di Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat Keadaan Serangan OPT Komoditas Bawang Merah di Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat Salah satu sentra komoditas hortikultura, khususnya bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum) yang cukup besar di

Lebih terperinci

MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU

MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO DINAS PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN JL. RAYA DRINGU 81 TELPON 0335-420517 PROBOLINGGO 67271 MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU Oleh

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry 2.2 Penelitian Terdahulu

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry 2.2 Penelitian Terdahulu II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry Tomat (Lycopersicon esculentum) termasuk dalam famili Solanaceae. Tomat varietas cerasiforme (Dun) Alef sering disebut tomat cherry yang didapati tumbuh

Lebih terperinci

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA Nama : Sonia Tambunan Kelas : J NIM : 105040201111171 MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA Dengan lahan seluas 1500 m², saya akan mananam tanaman paprika (Capsicum annuum var. grossum L) dengan jarak tanam, pola

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bawang Merah Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah Oleh : Juwariyah BP3K garum 1. Syarat Tumbuh Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat tumbuh yang sesuai tanaman ini. Syarat tumbuh tanaman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Tanaman Caisin Tinggi dan Jumlah Daun Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun caisin (Lampiran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT

HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT Budidaya konvensional merupakan budidaya cabai yang menggunakan pestisida kimia secara intensif dalam mengendalikan

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

MODUL BUDIDAYA KACANG TANAH

MODUL BUDIDAYA KACANG TANAH MODUL BUDIDAYA KACANG TANAH I. PENDAHULUAN Produksi komoditi kacang tanah per hektarnya belum mencapai hasil yang maksimum. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh faktor tanah yang makin keras (rusak) dan

Lebih terperinci

Alternatif pengendalian terhadap si Helopeltis sp. Oleh : Vidiyastuti Ari Y, SP POPT Pertama

Alternatif pengendalian terhadap si Helopeltis sp. Oleh : Vidiyastuti Ari Y, SP POPT Pertama Alternatif pengendalian terhadap si Helopeltis sp Oleh : Vidiyastuti Ari Y, SP POPT Pertama Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang dikembangluaskan dalam rangka peningkatan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep dan Definisi Risiko Menurut Frank Knight, risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Langkah awal dalam menganalisis suatu risiko adalah dengan melakukan identifikasi pada risiko dan sumber risiko yang dihadapi oleh suatu perusahaan,

Lebih terperinci

PERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT

PERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT ISSN 1411939 PERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT Trias Novita Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jambi Kampus Pinang Masak, Mendalo Darat, Jambi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agribisnis Cabai Merah Cabai merah (Capsicum annuum) merupakan tanaman hortikultura sayursayuran buah semusim untuk rempah-rempah, yang di perlukan oleh seluruh lapisan masyarakat

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Definisi dan Konsep Risiko Menurut Frank Knight yang dikutip dalam Robison dan Barry (1987), risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pembuat

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT SKRIPSI NUR AMALIA SAFITRI H 34066094 PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di

I. PENDAHULUAN. negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman sayuran cukup penting di Indonesia, baik untuk konsumsi di dalam negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di dataran rendah sampai

Lebih terperinci

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Syarat Tumbuh Tanaman Jahe 1. Iklim Curah hujan relatif tinggi, 2.500-4.000 mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 2,5-7 bulan. (Penanaman di tempat yang terbuka shg

Lebih terperinci

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila

Lebih terperinci

SISTEMATIKA LAPORAN MINGGUAN MAGANG KERJA Halaman Judul Halaman judul memuat laporan mingguan pada minggu ke-n, lokasi magang, serta judul kegiatan

SISTEMATIKA LAPORAN MINGGUAN MAGANG KERJA Halaman Judul Halaman judul memuat laporan mingguan pada minggu ke-n, lokasi magang, serta judul kegiatan SISTEMATIKA LAPORAN MINGGUAN MAGANG KERJA Halaman Judul Halaman judul memuat laporan mingguan pada minggu ke-n, lokasi magang, serta judul kegiatan yang dilakukan dalam minggu tersebut. Log Kerja Harian

Lebih terperinci

BALITSA & WUR the Netherlands,

BALITSA & WUR the Netherlands, BALITSA & WUR the Netherlands, 2014 1 PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA KENTANG SECARA PREVENTIF Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) atau hama dan penyakit berdasarkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan studi populasi tanaman terhadap produktivitas dilakukan pada dua kali musim tanam, karena keterbatasan lahan. Pada musim pertama dilakukan penanaman bayam

Lebih terperinci

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama Embriani BBPPTP Surabaya Pendahuluan Adanya suatu hewan dalam suatu pertanaman sebelum menimbulkan kerugian secara ekonomis maka dalam pengertian

Lebih terperinci

Budidaya Bawang Putih di Dataran Rendah

Budidaya Bawang Putih di Dataran Rendah Budidaya Bawang Putih di Dataran Rendah Bawang putih (allium sativum) termasuk genus afflum dan termasuk klasifikasi tumbuhan terna berumbi lapis atau siung yang bersusun. Bawang putih tumbuh secara berumpun

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 50 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Kebun Air sangat diperlukan tanaman untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mendistribusikannya keseluruh bagian tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara

Lebih terperinci

MODUL BUDIDAYA SEMANGKA

MODUL BUDIDAYA SEMANGKA MODUL BUDIDAYA SEMANGKA I. PENDAHULUAN Tingkat dan kualitas produksi semangka di Indonesia masih tergolong rendah. Hal ini disebabkan antara lain karena tanah yang keras, miskin unsur hara dan hormon,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lahan Pertanaman Bawang Merah Desa Sungai Nanam, Alahan Panjang, dan Salimpat termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Secara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Kuisioner Untuk Petani Bawang Merah. A1. Nama Responden : A4. Pendidikan : (1) tidak Sekolah (2) SD Tidak Tamat. A6.

LAMPIRAN. Kuisioner Untuk Petani Bawang Merah. A1. Nama Responden : A4. Pendidikan : (1) tidak Sekolah (2) SD Tidak Tamat. A6. LAMPIRAN Lampiran 1 Kuisioner Untuk Petani Bawang Merah A. DEMOGRAFI A1. Nama Responden : A. Umur : tahun A3. Jenis Kelamin : 1. Laki laki. Perempuan A4. Pendidikan : (1) tidak Sekolah () SD Tidak Tamat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 4 Pengertian Manajemen Risiko [26 Juli 2011]

TINJAUAN PUSTAKA. 4  Pengertian Manajemen Risiko [26 Juli 2011] II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-sumber Risiko Risiko dapat dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan, atau tidak terduga. Risiko dapat terjadi pada pelayanan,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Ben s Fish Farm di Kampung Cimanggu Tiga, Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR 16 III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Kegiatan Tugas Akhir dilaksanakan di Banaran RT 4 RW 10, Kelurahan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. B. Waktu

Lebih terperinci

PENYAKIT-PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN HUTAN RAKYAT DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA

PENYAKIT-PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN HUTAN RAKYAT DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PENYAKIT-PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN HUTAN RAKYAT DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA NUR HIDAYATI BALAI BESAR PENELITIAN BIOTEKNOLOGI DAN PEMULIAAN TANAMAN HUTAN KONSEP PENYAKIT TANAMAN Penyakit tumbuhan

Lebih terperinci

MENGIDENTIFIKASI dan MENGENDALIAN HAMA WERENG PADA PADI. Oleh : M Mundir BP3KK Nglegok

MENGIDENTIFIKASI dan MENGENDALIAN HAMA WERENG PADA PADI. Oleh : M Mundir BP3KK Nglegok MENGIDENTIFIKASI dan MENGENDALIAN HAMA WERENG PADA PADI Oleh : M Mundir BPKK Nglegok I LATAR BELAKANG Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) adalah semua organisme yang menggangu pertumbuhan tanaman pokok

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Noctuidae :

Lebih terperinci

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI TOMAT CHERRY

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI TOMAT CHERRY VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI TOMAT CHERRY 6.1 Identifikasi Sumber-Sumber Risiko PD Pacet Segar melakukan budidaya tomat cherry segara kontinu dari musim ke musim. Dalam satu kali musim tanam atau periode

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2)

CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2) CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2) Lektor Kepala/Pembina TK.I. Dosen STPP Yogyakarta. I. PENDAHULUAN Penurunan

Lebih terperinci

AGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN)

AGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN) AGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN) HAMA Hama utama tanaman kedelai adalah: 1. Perusak bibit 2. Perusak daun 3. Perusak polong 4.

Lebih terperinci

Teknologi Produksi Ubi Jalar

Teknologi Produksi Ubi Jalar Teknologi Produksi Ubi Jalar Selain mengandung karbohidrat, ubi jalar juga mengandung vitamin A, C dan mineral. Bahkan, ubi jalar yang daging umbinya berwarna oranye atau kuning, mengandung beta karoten

Lebih terperinci

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan

Lebih terperinci

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor strategis yang memberikan kontribusi dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA EKOSISTEM Ekosistem adalah suatu sistem yang terbentuk oleh interaksi dinamik antara komponen-komponen abiotik dan biotik Abiotik Biotik Ekosistem

Lebih terperinci

AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA EKOSISTEM Ekosistem adalah suatu sistem yang terbentuk oleh interaksi dinamik antara komponen-komponen abiotik dan biotik Abiotik Biotik Ekosistem

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Paprika Tanaman paprika (Capsicum annum var. grossum L.) termasuk ke dalam kelas Dicotyledonae, ordo Solanales, famili Solanaceae dan genus Capsicum. Tanaman paprika merupakan

Lebih terperinci

Cara Menanam atau Budidaya Gambas Terbaru

Cara Menanam atau Budidaya Gambas Terbaru Cara Menanam atau Budidaya Gambas Terbaru. Gambas dalam bahasa latin Gambas memiliki nama Luffa acutangula di malaysia dikenal dengan nama Ketola sedangkan di filipina dikenal dengan nama Patola. Gambas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 23 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Usaha Tani PT JORO merupakan sebuah perusahaan agribisnis hortikultura yang meliputi budidaya, sarana budidaya, distributor benih, produsen pupuk dan konsultan pertanian..

Lebih terperinci

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Latar Belakang Untuk memperoleh hasil tanaman yang tinggi dapat dilakukan manipulasi genetik maupun lingkungan.

Lebih terperinci

PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI PTT menerapkan komponen teknologi dasar dan pilihan. Bergantung kondisi daerah setempat, komponen teknologi pilihan dapat digunakan sebagai komponen teknologi : Varietas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Lahan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Lahan HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lahan Kecamatan Pangalengan berada pada ketinggian sekitar 1500 m di atas permukaan laut (dpl). Keadaan iklim di lokasi ini adalah sebagai berikut meliputi curah hujan rata-rata

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis menjelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian, yaitu mengenai konsep risiko dan teori lainnya yang berkaitan

Lebih terperinci

BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN

BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN Saat ini, permintaan dan harga durian tergolong tinggi, karena memberikan keuntungan menggiurkan bagi siapa saja yang membudidayakan. Sehingga bertanam durian merupakan sebuah

Lebih terperinci

Teknologi Budidaya Kedelai

Teknologi Budidaya Kedelai Teknologi Budidaya Kedelai Dikirim oleh admin 22/02/2010 Versi cetak Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi manfaat tidak saja digunakan sebagai bahan pangan tetapi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Percobaan 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Perkecambahan benih-benih purwoceng terjadi pada waktu yang berbedabeda karena tidak dilakukan persemaian serempak. Tanaman dikelompokkan sesuai umur untuk

Lebih terperinci

tanam, tanamlah apa saja maumu aku akan tetap datang mengganggu karena kau telah merusak habitatku maka aku akan selalu menjadi pesaingmu

tanam, tanamlah apa saja maumu aku akan tetap datang mengganggu karena kau telah merusak habitatku maka aku akan selalu menjadi pesaingmu tanam, tanamlah apa saja maumu aku akan tetap datang mengganggu karena kau telah merusak habitatku maka aku akan selalu menjadi pesaingmu ttd. Organisme Pengganggu 1 Agroekologi (Ekologi Pertanian) adalah

Lebih terperinci

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) I. SYARAT PERTUMBUHAN 1.1. Iklim Lama penyinaran matahari rata rata 5 7 jam/hari. Curah hujan tahunan 1.500 4.000 mm. Temperatur optimal 24 280C. Ketinggian tempat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Taksonomi Tanaman Dracaena Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan beruas-ruas. Daun dracaena berbentuk tunggal, tidak bertangkai,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Jalan Swadaya IV,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Jalan Swadaya IV, 16 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Jalan Swadaya IV, Gedung Meneng Bandar Lampung dari bulan Desember 2011 sampai bulan

Lebih terperinci

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09 Tanaman tomat (Lycopersicon lycopersicum L.) termasuk famili Solanaceae dan merupakan salah satu komoditas sayuran yang sangat potensial untuk dikembangkan. Tanaman ini dapat ditanam secara luas di dataran

Lebih terperinci

1 Menerapkan pola tanam yang teratur dan waktu tanam yang serempak (tidak lebih dari 2 minggu)

1 Menerapkan pola tanam yang teratur dan waktu tanam yang serempak (tidak lebih dari 2 minggu) Hama dan penyakit merupakan cekaman biotis yang dapat mengurangi hasil dan bahkan dapat menyebabkan gagal panen. Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil panen yang optimum dalam budidaya padi, perlu dilakukan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik 38 PEMBAHASAN Budidaya Bayam Secara Hidroponik Budidaya bayam secara hidroponik yang dilakukan Kebun Parung dibedakan menjadi dua tahap, yaitu penyemaian dan pembesaran bayam. Sistem hidroponik yang digunakan

Lebih terperinci

II. TINJAUN PUSTAKA. Deskripsi bunga potong krisan (Chrysanthemum) adalah sebagai berikut.

II. TINJAUN PUSTAKA. Deskripsi bunga potong krisan (Chrysanthemum) adalah sebagai berikut. II. TINJAUN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Bunga Krisan Deskripsi bunga potong krisan (Chrysanthemum) adalah sebagai berikut. Kingdom Devisi Sub-divisi Kelas Ordo Famili Genus : Plantae (Tumbuh tumbuhan) : Spermatophyta

Lebih terperinci

KETERSEDIAAN BENIH KRISAN (STEK) KABUPATEN SEMARANG, MELALUI PENILAIAN PROSES PRODUKSI BENIH KRISAN

KETERSEDIAAN BENIH KRISAN (STEK) KABUPATEN SEMARANG, MELALUI PENILAIAN PROSES PRODUKSI BENIH KRISAN KETERSEDIAAN BENIH KRISAN (STEK) KABUPATEN SEMARANG, MELALUI PENILAIAN PROSES PRODUKSI BENIH KRISAN Oleh : Sri Lestari Utami, Pejabat Fungsional Pengawas Benih Tanaman Madya Abdul Mutholib A. selaku Petani

Lebih terperinci

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi bawang merah, peran benih sebagai input produksi merupakan tumpuan utama

Lebih terperinci

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk Standar Nasional Indonesia Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

Mengenal Penyakit Busuk Batang Vanili. Oleh : Umiati

Mengenal Penyakit Busuk Batang Vanili. Oleh : Umiati Mengenal Penyakit Busuk Batang Vanili Oleh : Umiati Vanili (Vanilla planifolia Andrews) merupakan salah satu tanaman industri yang mempunyai nilai terbaik dengan kadar vanillin 2,75% (Hadisutrisno,2004).

Lebih terperinci

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. )

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. ) BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. ) PENDAHULUAN Blimbing manis dikenal dalam bahasa latin dengan nama Averhoa carambola L. berasal dari keluarga Oralidaceae, marga Averhoa. Blimbing manis

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERTANIAN ISBN :

KEMENTERIAN PERTANIAN ISBN : KEMENTERIAN PERTANIAN ISBN :978-979-8304-70-5 ISBN : 978-979-8304-70-5 Modul Pelatihan Budidaya Kentang Berdasarkan Konsepsi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Modul 1 : Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada

Lebih terperinci

BUDIDAYA KRISAN BUNGA POTONG

BUDIDAYA KRISAN BUNGA POTONG BUDIDAYA KRISAN BUNGA POTONG PROSEDUR SISTEM PRODUKSI Penyusun : Kurniawan Budiarto Yoyo Sulyo Ruud Maaswinkel Sri Wuryaningsih Penyunting : Yusdar Hilman Kusumah Effendie Program kolaboratif antara pemerintah

Lebih terperinci

Hama Patogen Gulma (tumbuhan pengganggu)

Hama Patogen Gulma (tumbuhan pengganggu) KOMPONEN OPT Hama adalah binatang yang merusak tanaman sehingga mengakibatkan kerugian secara ekonomi. Patogen adalah jasad renik (mikroorganisme) yang dapat menyebabkan penyakit pada tanaman Gulma (tumbuhan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH

TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH Budidaya bawang merah umumnya menggunakan umbi sebagai bahan tanam (benih). Pemanfaatan umbi sebagai benih memiliki beberapa kelemahan

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012. III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012. 3.2 Bahan dan alat Bahan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini akan dijelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian antara lain mengenai konsep risiko dan teori lainnya. Teori-teori

Lebih terperinci

(Gambar 1 Gejala serangan Oidium heveae pada pembibitan karet)

(Gambar 1 Gejala serangan Oidium heveae pada pembibitan karet) Karet memiliki peranan sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Komoditas ini merupakan salah satu penghasil devisa utama dari sektor perkebunan dengan nilai ekspor sekitar US$ 11.8 milyar pada tahun

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Anggur

Teknik Budidaya Anggur Teknik Budidaya Anggur A. SYARAT TUMBUH Ketinggian 25-300 m dpl, suhu 25-310 C, kelembaban udara 75-80 %, intensitas penyinaran 50% 80%, 3-4 bulan kering, curah hujan 800 mm/tahun dan ph tanah 6-7. Tipe

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR PERLINDUNGAN HUTAN

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR PERLINDUNGAN HUTAN LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR PERLINDUNGAN HUTAN ACARA 1 PENGENALAN GEJALA DAN TANDA PENYAKIT PADA HUTAN DISUSUN OLEH : NAMA NIM SIFT CO.ASS : SIWI PURWANINGSIH : 10/301241/KT/06729 : Rabu,15.30 : Hudiya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 12 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan persawahan Desa Joho, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo dari bulan Mei hingga November 2012. B. Bahan

Lebih terperinci