BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Sistem Informasi Menurut O Brien dan Marakas, sistem informasi dapat merupakan kombinasi terkelola dari manusia, hardware, software, jaringan komunikasi, sumber data dan kebijakan serta prosedur yang menyimpan, mendapatkan kembali, mentransformasi, dan menyebarkan informasi dalam organisasi (O Brien, James dan Marakas, George., 2009). 2.2 Definisi CMMI (Capability Maturity Model Integration) Menurut CMMI Product Team, CMMI merupakan suatu kumpulan praktik praktik terbaik (best practice s) untuk membantu organisasi dalam meningkatkan proses pengembangan aplikasi mereka. Model ini dikembangkan oleh tim yang terdiri dari praktisi dunia industry, pemerintah dan Software Engineering Institute (SEI) (CMMI Product Team, 2010). CMMI mendefinisikan praktik praktik yang secara khusus diimplementasikan oleh bisnis pengembangan aplikasi untuk mencapai kesuksesan. Praktik praktik yang dimaksud termasuk topik yang secara langsung membahas mengenai bagaimana memperoleh dan mengelola kebutuhan, pengambilan keputusan, pengukuran kinerja, perencanaan 9

2 10 kerja, menangani risiko, dan lain sebagainya (Dadhich, Reena dan Chauhan, Ujana., 2012). Model ini disebut sebagai CMMI for Development (CMMI-DEV), yang menyediakan model terintegrasi secara komprehensif bagi perusahaan pengembang aplikasi. Best practices dalam model ini berfokus untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan pengguna akhir. CMMI-DEV terdiri dari 22 area proses, 16 diantaranya adalah proses area inti, 1 diantaranya merupakan proses area yang terbagi, dan 5 diantaranya adalah proses area khusus pengembangan Keterkaitan antara Kerangka Sistem Informasi (IS Framework) dengan CMMI Menurut O Brien dan Marakas, kerangka sistem informasi terbagi menjadi 5 bagian pengetahuan (O Brien, James dan Marakas, George, 2009) yaitu: 1. Foundation concepts: konsep tingkah laku dasar, teknikal, bisnis, dan manajerial seperti komponen dan fungsi sistem, atau strategi kompetitif. 2. Information technologies: konsep mayor, pengembangan, atau isu manajemen terkait hardware, software, manajemen data, jaringan dan teknologi lainnya. 3. Business applications: penggunaan mayor dari TI untuk proses bisnis, operasi, pembuatan keputusan, dan keunggulan strategis/kompetitif.

3 11 4. Development processes: bagaimana end user dan spesialis SI membangun dan mengimplementasi solusi bisnis/ti terhadap masalah dan peluang yang ada dalam bisnis. 5. Management challenges: bagaimana mengelola fungsi SI dan sumber daya TI secara efektif dan etis untuk mencapai kinerja puncak dan nilai bisnis dalam mendukung strategi bisnis perusahaan. Gambar 2.1 Kerangka Sistem Informasi (O Brien, James dan Marakas, George., 2009) Bagian development processes berfokus pada bagaimana pendekatan dalam menanggapi masalah dan peluang yang ada dalam bisnis. Ketika pendekatan sistem dalam menyelesaikan masalah dapat dilakukan dengan pengembangan solusi SI, hal tersebut dapat disebut sebagai pengembangan SI atau pengembangan aplikasi (O Brien, James dan Marakas, George., 2009). CMMI berfungsi

4 12 sebagai model yang dapat digunakan oleh organisasi untuk membantu dalam meningkatkan proses pengembangan aplikasi mereka. CMMI memberikan panduan dalam menerapkan best practices pengembangan aplikasi yang berfokus dalam aktivitas pengembangan aplikasi untuk memenuhi kebutuhan end user (CMMI Product Team, 2010). 2.3 Latar Belakang CMMI Sejarah evolusi CMMI sejalan dengan perubahan industri pengembangan aplikasi dan juga kebutuhan perusahaan yang terus berkembang. Model CMMI pertama yang diciptakan adalah CMMI for Development. Sampat saat tesis ini dibuat, model CMMI-DEV terakhir yang dirilis adalah CMMI-DEV v.1.3. CMMI datang dalam bentuk panduan secara umum dan model yang melampaui disiplin disiplin, memasukkan seluruh unsur siklus hidup proyek dari konsep, pengembangan, pengiriman (delivery) dan perawatan (Constantinescu, R dan Mihnea, I., 2007).

5 13 Gambar 2.2 Evolusi CMMI (CMMI Product Team, 2010) Capability maturity model (CMM) berfokus pada meningkatkan proses dalam organisasi. CMM berisi elemen dasar dari proses efektif untuk satu atau lebih disiplin dan menjelaskan mengenai evolusi jalur peningkatan proses dari yang bersifat ad hoc, proses immature hingga disiplin, proses mature dengan peningkatan kualitas dan effektifitas. Integrasi CMM dilakukan dengan tujuan menghilangkan kompleksitas penggunaan kombinasi model CMM. Hal ini bersumber dari kombinasi dari tiga model dibawah: 1. Capabiltity Maturity Model for Software (SW-CMM) 2. System Engineering Capability Model (SECM) 3. Integrated Product Developmet Capabiltiy Maturity Model (IPD- CMM)

6 14 Tujuan dari CMMI adalah menyediakan CMM yang mencakup pengembangan dan perawatan produk dan layanan serta sekaligus menyediakan framework yang luas sehingga badan pengetahuan (body of knowledge) baru dapat ditambahkan. Saat ini, terdapat empat badan pengetahuan yang tesedia ketika merencanakan peningkatan proses menggunakan CMMI: 1. System engineering 2. Software engineering 3. Integrated product and process development 4. Supplier sourcing Setiap disiplin dari badan pengetahuan tercakup pada area proses yang terkait dan pada komponen model. Area proses adalah cluster dari best practice terkait pada area yang ketika diimplementasikan secara kolektif, dapat memberikan pemenuhan tujuan (goal) penting untuk memberikan peningkatan yang signifikan pada area tersebut (Constantinescu, R. dan Mihnea, I., 2007). CMMI memberikan model yang stabil dan terkoneksi satu sama lain, dengan cakupan yang lebih detail atas siklus hidup aplikasi dibandingkan model peningkatan proses lain. CMMI mengasimilasi pengalaman dari komunitas - komunitas dan lesson learned yang didapat dari pengembangan, perawatan dan penggunaan model sumber dari mulai aplikasi dikembangkan, hingga penemuan adanya masalah (defect, bugs). CMMI menggabungkan software engineering dan sytem engineering menjadi product engineering, sehingga memberikan organisasi sebuah toolset yang terintegrasi.

7 15 Membantu perusahaan untuk berfokus pada end product dan proses proses terkait. Hal ini memungkinkan fleksibilitas dalam mengimplementasikan model untuk pencapaian tujuan bisnis perusahaan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Naomi (Honda, Naomi dan Yamada, Shigeru., 2012) terhadap sebuah organisasi yang telah menerapkan CMMI level 5, diketahui bahwa organisasi tersebut mampu meningkatkan kualitas aplikasi yang dikembangkannya dengan pendeteksian defects pada tahap awal desain maupun code review, memastikan kualitas proses maupun produk, implementasi manajemen kuantitatif, serta kemampuan untuk melakukan analisa root-cause. CMMI memberikan keuntungan bagi organisasi dengan menyediakan visi peningkatan yang umum dan terintegrasi. Keuntungan yang paling utama adalah peningkatan kinerja yang berarti biaya yang berkurang, peningkatan on-time delivery, peningkatan produktivitas, peningkatan kualitas, dan peningkatan kepuasan pelanggan (CMMI Institute, 2014). 2.4 Penyajian CMMI (CMMI Representation) Berdasarkan panduan CMMI for Development versi 1.3, terdapat dua macam representasi yang dapat disajikan menggunakan CMMI-DEV. Model CMMI memungkinkan dua pendekatan/representasi dari apa yang disebut Quality Management: representasi continous dan representasi staged. Dengan menggunakan representasi continous perusahaan dapat mengetahui capability level, sedangkan dengan menggunakan representasi staged perusahaan dapat mengetahui maturity level mereka. Model

8 16 Maturity secara konseptual merepresentasikan fase atas peningkatan kuantitatif atau kualitatif perubahan kapabilitas dari elemen yang berevolusi menjadi lebih matang (mature) agar dapat menilai kemajuan atas area fokus yang didefinisikan (Kohlegger, Michael., Maier, Ronald., dan Thalmann, Stefan., 2009). Model maturity adalah instrumen populer yang populer digunakan, misalnya untuk menilai kapabilitas dari elemen yang menjadi matang dan memilih tindakan yang sesuai untuk membawa elemen tersebut pada maturity model yang lebih tinggi. Penggunaannya luas dan variatif mulai dari ilmu sains sampai ke bisnis dan teknik. Biasanya elemen yang menjadi matang adalah orang, objek atau sistem sosial. Model maturity dapat digunakan untuk mendeskripsikan perubahan pada objek yang diobservasi, serta memandu sang pemilik, pengelola atau individu terkait lainnya dalam membuat perubahan maturity dari elemen yang menjadi matang agar dapat lebih efektif atau efisien. Perbedaan antara kedua representasi pada CMMI adalah, representasi staged menggunakan maturity level untuk memperlihatkan karakteristik keadaan proses organisasi secara keseluruhan. Representasi stafed berfokus pada peningkatan proses secara sistematis dan terstruktur, mengarah untuk mencapai tahap yang memungkinkan untuk menghasilkan framework untuk tahap berikutnya. sementara representasi continous menggunakan capability level untuk memperlihatkan karakteristik keadaan proses organisasi melalui proses area secara individual. Mengarah kepada peningkatan kinerja dari sebuah area proses dalam organisasi yang

9 17 diharapkan berkembang kepada sektor lain namun tetap sesuai dengan tujuan strategis organisasi (CMMI Product Development Team, 2002). Gambar 2.3 Representasi Continous (CMMI Product Team, 2010) Gambar 2.4 Representasi Staged (CMMI Product Team, 2010)

10 18 Untuk dapat mencapai level yang diinginkan, suatu perusahaan harus memenuhi semua goal dalam area proses yang dijadikan sasaran pengembangan, baik menggunakan capability level maupun maturity level. Kedua representasi tersebut memberikan panduan untuk meningkatkan proses untuk mencapai tujuan bisnis perusahaan. Representasi continous memberikan gambaran secara detail proses dalam perusahaan (CMMI Product Team, 2010). Hal ini memberikan kemampuan bagi organisasi untuk mengevaluasi area proses secara individual, mampu mengidentifikasi dan berfokus pada titik masalah serta mengukur status peningkatan. Untuk tiap area proses, tingkat kapabilitas digunakan untuk mengukur peningkatan dari proses yang tidak berjalan hingga proses yang teroptimisasi. Capability level tidak dapat dilewati, karena dibuat satu diatas yang lain. Menggunakan representasi continous membutuhkan pemahaman yang baik atas ketergantungan dari tiap area proses, karena interkoneksi diantaranya mungkin membutuhkan capability level tertentu untuk area proses lain sebelum yang lain mencapai target capability level. Representasi ini mengatur area proses pada empat kategori dasar (CMMI Product Team, 2010): 1. Support: berisi proses yang tidak memiliki output eksternal/komersil, namun menyediakan fondasi dimana bagian organisasi lainnya dapat melakukan aktifitas efisien 2. Engineering: berisi proses yang do the work melakukan pekerjaan aktual organisasi

11 19 3. Project Management: berisi proses yang mengkordinasikan agar pekerjaan aktual dapat berjalan secara efisien dalam organisasi 4. Process Management: berisi proses yang mengatur jalur untuk seluruh organisasi Representasi staged memberikan pandangan pada tingkat organisasi, menyediakan pengukuran keseluruhan organisasi (CMMI Product Team, 2010). Tidak sedetil jika dibandingkan representasi continous, namun menyediakan sudut pandang secara high level atas keseluruhan organisasi, sederhana, langsung pada tujuan, lebih mudah dipahami, dengan dampak yang lebih kepada implikasi bisnis organisasi. Representasi staged akan menyediakan pengukuran standardisasi atas maturity level keseluruhan organisasi.seperti pada proses proses dalam capability level, maturity level dibuat satu diatas yang lain, sehingga level tidak dapat dilewati/skip, dan tingkat maturity level yang lebih tinggi memiliki unsur persyaratan dari maturity level yang lebih rendah. Representasi staged menyediakan roadmap untuk secara efisien berfokus pada meningkatkan proses dan area proses, dengan milestone untuk membawa seluruh organisasi pada arah yang jelas dari tingkat initial ke tingkat optimizing, memastikan peningkatan yang kuat. Pencapaian atas maturity level memberikan pondasi yang solid bagi peningkatan keseluruhan organisasi untuk mencapai maturity level berikutnya. 2.5 Model Bertingkat Berdasarkan panduan CMMI for Development versi 1.3 (CMMI Product Team, 2010), terdapat lima maturity level, setiap tingkatnya

12 20 menyediakan fondasi dalam peningkatan proses dan sebagai pendukung tingkat selanjutnya. Lima maturity level tersebut adalah sebagai berikut: 1. Initial 2. Managed 3. Defined 4. Quantitatively Managed 5. Optimizing Gambar 2.5 Lima Maturity Level (CMMI Product Team, 2010) Istilah staged didasari dari bagaimana model menjelaskan tingkatan area proses yang menunjukkan bagaimana sebuah perusahaan seharusnya berfokus untuk meningkatkan proses mereka. Setiap area proses dideskripsikan sebagai praktek praktek yang memegang peran dalam mencapai tujuannya. Maturity level terdiri dari praktik specific dan generic terkait untuk masing masing area proses yang dapat meningkatkan kinerja organisasi secara keseluruhan. Setiap maturity level merupakan

13 21 subset penting bagi proses organisasi, mempersiapkannya untuk naik ke maturity level berikutnya. Maturity level diukur dengan pencapaian dari praktik specific dan generic yang terasosiasi dengan setiap set area proses. 2.6 Lima Maturity Level Maturity Level 1: Initial Pada maturity level ini proses biasanya berbentuk ad hoc (CMMI Product Team, 2010). Sukses pada level ini didasarkan pada kerja keras dan kompetensi yang tinggi orang-orang yang ada di dalam organisasi tersebut atau dapat juga dikatakan perusahaan ini belum menjalankan tujuan dan sasaran yang telah didefinisikan oleh CMMI. Organisasi terkarakteristik dengan adanya tendensi komitmen yang berlebih, meninggalkan pekerjaan mereka disaat terjadi krisis, dan tidak dapat mengulangi kesuksesan Maturity Level 2: Managed Pada maturity level ini sebuah organisasi telah mencapai seluruh specific dan generic goals pada level 2 (CMMI Product Team, 2010). Semua pekerjaan yang berhubungan dengan dengan proses-proses yang terjadi saling menyesuaikan diri agar dapat diambil kebijakan. Setiap orang yang berada pada proses ini dapat mengakses sumber daya yang cukup untuk mengerjakan tugas masing-masing. Setiap orang terlibat secara aktif pada proses yang dibutuhkan. Setiap aktivitas dan hasil pekerjaan berupa memonitor, mengontrol, meninjau, serta mengevaluasi untuk menjaga

14 22 kekonsistenan pada deskripsi yang telah diberikan. Komitmen telah diciptakan diantara para stakeholder dan direvisi apabila perlu. Produk kerja dan layanan telah terkendali serta memenuhi deskripsi proses, standar dan prosedur Maturity Level 3: Defined Pada maturity level ini sebuah organisasi telah mencapai seluruh specific dan generic goals pada level 2 dan level 3(CMMI Product Team, 2010). Proses dicirikan dengan terjadinya penyesuaian dari kumpulan proses standar sebuah organisasi menurut pedoman-pedoman pada organisasi tersebut, menyokong hasil kerja, mengukur, dan proses menambah informasi lain menjadi milik organisasi. Pada maturity level 3, organisasi meningkatkan proses mereka lebih jauh yang terkait dengan area proses di maturity level 2. Praktik generic yang berhubungan dengan generic goal 3 yang belum ada di level 2 diimplementasikan untuk mencapai maturity level Maturity Level 4: Quantitatively Managed Pada maturity level ini, sebuah organisasi telah mencapai seluruh specific dan generic goals yang ada pada level 2, 3, dan 4 (CMMI Product Team, 2010). Proses yang terjadi dapat terkontrol dan ditambah menggunakan ukuran-ukuran dan taksiran kuantitatif. Sasaran kuantitatif untuk kualitas dan kinerja proses ditetapkan dan digunakan sebagai kriteria dalam manajemen proses. Perbedaan

15 23 yang jelas antara maturity level 3 dan 4 adalah prediktabilitas kinerja proses. Pada maturity level 4, kinerja proyek dan subproses terkendali dengan metode statistik dan kuantitatif lainnya, dan didasarkan prediksi, serta sebagai bagian dari analisa statistik data yang telah diproses dengan baik Maturity Level 5: Optimizing Pada maturity level ini suatu organisasi telah mencapai seluruh specific dan generic goals yang ada di level 2, 3, 4, dan 5(CMMI Product Team, 2010). Maturity level 5 fokus kepada peningkatan proses secara berkesinambungan melalui inovasi teknologi. Perbedaan yang jelas antara maturity level 4 dan 5 adalah fokus dalam mengelola dan meningkatkan kinerja organisasi. Pada maturity level 5, organisasi lebih berfokus pada kinerja organisasi secara keseluruhan menggunakan data yang dikumpulkan dari banyak proyek. Hasil analisa data digunakan untuk peningkatan proses dan kinerja secara terukur. 2.7 Proses Area CMMI Berdasarkan pembagian kategori area proses pada representasi continous, area proses dapat dikategorikan menjadi empat jenis yaitu: Process Management, Project Management, Engineering dan Support.

16 24 Gambar 2.6 Area Proses berdasarkan Kategori (CMMI Product Team, 2010) Area proses Supplier Agreement Management merupakan area proses yang terbagi (shared) dan bukan area proses inti. Area proses didalam Process Management, Project Management dan Engineering saling berkaitan satu sama lain. Namun, area proses Support berdiri sendiri. Sedangkan pada representasi staged, area proses diletakkan sesuai dengan maturity level sesuai dengan area proses terkait. Dibawah ini terdapat tabel yang menggambarkan daftar area proses sesuai dengan maturity level.

17 25 Gambar 2.7 Area Proses berdasarkan Maturity Level (CMMI Product Team, 2010) Untuk membantu perusahaan yang menggunakan representasi staged, area proses dikelompokkan berdasarkan m aturity level, mengindikasikan area proses yang harus diimplementasikan untuk mencapai tiap maturity level. Framework CMMI mencakup dua puluh dua (22) area proses yang mendefinisikan dimensi proses dari framework. Berikut dibawah merupakan penjelasan dari seluruh area proses dalam CMMI.

18 Requirement Management (REQM) Tujuan Requirement Management (REQM) adalah untuk mengelola persyaratan produk proyek dan komponen produk dan untuk memastikan keselarasan antara kebutuhan dan rencana proyek dan produk kerja (CMMI Product Team, 2010). Requirement Management mengelola semua persyaratan yang diterima atau dihasilkan oleh proyek, termasuk persyaratan teknis dan non teknis serta persyaratan yang dikenakan pada proyek oleh organisasi. Terdapat lima (5) praktik spesifik yang tercakup dalam area proses ini, yaitu: 1) Mengembangkan pemahaman dengan penyedia kebutuhan 2) Mendapatkan komitmen atas kebutuhan 3) Mengelola perubahan terhadap kebutuhan 4) Mengelola bidirectional traceability antara kebutuhan kebutuhan dan work product 5) Memastikan penyelarasan antara kebutuhan dan hasil proyek Project Planning (PP) Tujuan Project Planning (PP) adalah untuk membangun dan mempertahankan rencana yang mendefinisikan kegiatan proyek (CMMI Product Team, 2010). Perencanaan meliputi memperkirakan atribut produk kerja dan tugas, menentukan sumber daya yang dibutuhkan, negosiasi komitmen,

19 27 menghasilkan jadwal, dan mengidentifikasi dan menganalisis risiko proyek. Iterasi melalui kegiatan ini mungkin diperlukan untuk menetapkan rencana proyek. Rencana proyek memberikan dasar untuk melakukan dan mengendalikan kegiatan proyek yang memberikan komitmen dengan pelanggan proyek. Terdapat empat belas (14) praktik spesifik yang tercakup dalam area proses ini, yaitu: 1) Mengestimasi lingkup proyek 2) Mengestimasi produk kerja dan atribut tugas 3) Mendefinisikan siklus hidup proyek 4) Mengestimasi upaya dan biaya proyek 5) Menetapkan dan mengelola jadwal dan anggaran proyek 6) Mengidentifikasi dan menganalisa risiko proyek 7) Merencanakan pengelolaan data proyek 8) Merencanakan sumber daya untuk melakukan proyek 9) Merencanakan pengetahuan dan kompetensi yang dibutuhkan untuk melakukan proyek 10) Merencanakan keterlibatan stakeholder yang teridentifikasi 11) Menetapkan dan mengelola perencanaan proyek 12) Mengkaji semua rencana yang mempengaruhi proyek

20 28 13) Merubah project plan untuk merekonsiliasi dan mengestimasi sumber daya yang tersedia 14) Mendapatkan komitmen dari stakeholder terkait Project Monitoring and Control (PMC) Tujuan Project Monitoring and Control (PMC) adalah untuk memberikan pemahaman tentang kemajuan proyek sehingga tindakan koreksi yang tepat dapat diambil ketika kinerja proyek menyimpang secara signifikan dari rencana (CMMI Product Team, 2010). Rencana proyek didokumentasikan sebagai dasar untuk kegiatan monitoring, status hubungan, dan mengambil tindakan korektif. Terdapat sepuluh (10) praktik spesifik yang tercakup dalam area proses ini, yaitu: 1) Memantau nilai aktual dari perencanaan proyek 2) Memantau komitmen 3) Memantau risiko 4) Memantau pengelolaan data proyek 5) Memantau keterlibatan stakeholder 6) Mengkaji secara periodik kemajuan proyek, kinerja dan isu 7) Mengkaji pencapaian proyek dan hasil

21 29 8) Mengumpulkan dan menganalisa isu dan menentukan corrective action 9) Melakukan corrective action pada isu yang teridentifikasi 10) Mengelola corrective action hingga terselesaikan Measurement and Analysis (M&A) Tujuan Measurement and Analysis (MA) adalah untuk mengembangkan dan mempertahankan kemampuan pengukuran yang digunakan untuk mendukung kebutuhan informasi manajemen (CMMI Product Team, 2010). Pengukuran dan analisis komponen produk yang disediakan oleh pemasok sangat penting untuk manajemen yang efektif dari kualitas dan biaya proyek. Hal ini - dimungkinkan, dengan pengelolaan yang cermat dari perjanjian dengan pemasok, untuk memberikan informasi tentang data yang mendukung analisis kinerja pemasok. Terdapat delapan (8) praktik spesifik yang tercakup dalam area proses ini, yaitu: 1) Menetapkan dan mempertahankan objektif pengukuran 2) Menentukan pengukuran untuk mengakomodasi objektif pengukuran 3) Menentukan bagaimana data pengukuran akan didapatkan dan disimpan

22 30 4) Menentukan bagaimana data pengukuran akan dianalisa dan di komunikasikan 5) Mendapatkan data pengukuran yang ditentukan 6) Menganalisa dan menerjemahkan data pengukuran 7) Mengelola dan menyimpan data pengukuran 8) Mengkomunikasikan hasil pengukuran dan analisa Process and Product Quality Assurance (PPQA) Tujuan Process and Product Quality Assurance (PPQA) adalah untuk menyediakan staf dan manajemen dengan wawasan ke dalam proses objektif dan terkait kerja produk (CMMI Product Team, 2010). Process and Product Quality Assurance mendukung pengiriman produk berkualitas tinggi dengan menyediakan staf proyek dan manajer di semua tingkat dengan visibilitas yang tepat ke dalam, dan umpan balik, proses dan terkait pekerjaan produk sepanjang kehidupan proyek. Terdapat empat (4) praktik spesifik yang tercakup dalam area proses ini, yaitu: 1) Secara objektif mengevaluasi proses terpilih yang dilakukan dengan deskripsi proses, standar dan prosedur yang berlaku 2) Secara objektif mengevaluasi produk kerja dan layanan terpilih dengan deskripsi proses, standar dan prosedur yang berlaku

23 31 3) Mengkomunikasikan isu terkait kualitas dan memastikan penyelesaian atas isu ketidakpatuhan 4) Menetapkan dan mempertahankan rekor dari aktivitas quality assurance Configuration Management (CM) Tujuan dari Configuration Management (CM) adalah untuk membangun dan menjaga integritas produk kerja menggunakan identifikasi konfigurasi, konfigurasi kontrol, akuntansi konfigurasi status, dan konfigurasi audit (CMMI Product Team, 2010). Terdapat tujuh (7) praktik spesifik yang tercakup dalam area proses ini, yaitu: 1) Mengidentifikasi configuration item, komponen dan produk kerja terkait 2) Menetapkan dan mempertahankan manajemen konfigurasi dan manajemen perubahan 3) Membuat atau merilis baseline untuk penggunaan internal dan untuk penyampaian ke pelanggan 4) Melakukan track permintaan perubahan atas configuration item 5) Mengendalikan perubahan atas configuration item 6) Menetapkan dan mengelola arsip configuration item

24 32 7) Melakukan audit konfigurasi untuk mempertahankan integritas atas baseline konfigurasi Supplier Agreement Management (SAM) Tujuan dari Supplier Agreement Management (SAM) adalah untuk mengelola akuisisi produk dan jasa dari pemasok (CMMI Product Team, 2010). Ruang lingkup area proses ini membahas akuisisi produk, jasa, dan produk dan layanan komponen yang dapat disampaikan kepada pelanggan proyek atau termasuk dalam sistem produk atau jasa. Terdapat enam (6) praktik spesifik yang tercakup dalam area proses ini, yaitu: 1) Menentukan tipe akuisisi untuk tiap produk atau komponen produk yang akan diakuisisi 2) Memilih pemasok berdasarkan evaluasi kemampuan mereka untuk dapat memenuhi kebutuhan yang ditentukan dan kriteria yang ditetapkan 3) Menetapkan dan mempertahankan perjanjian pemasok (supplier agreement) 4) Melakukan aktivitas dengan pemasok seperti yang ditentukan dalam perjanjian pemasok 5) Memastikan bahwa perjanjian pemasok memuaskan sebelum menerima produk yang diakuisisi

25 33 6) Memastikan transisi produk yang diakuisisi dari supplier Requirement Development (RD) Tujuan Requirement Development (RD) adalah untuk memperoleh, menganalisis, dan membangun pelanggan, produk, dan persyaratan produk komponen (CMMI Product Team, 2010). Area proses ini menjelaskan tiga jenis persyaratan: persyaratan pelanggan, persyaratan produk, dan persyaratan produk komponen. Area proses ini mengirimkan semua kebutuhan pelanggan bukan hanya persyaratan tingkat produk karena pelanggan juga dapat memberikan desain persyaratan spesifik. Terdapat sepuluh (10) praktik spesifik yang tercakup dalam area proses ini, yaitu: 1) Memperoleh kebutuhan stakeholder, harapan, batasan dan antar muka untuk seluruh fase siklus produk 2) Mentransformasi kebutuhan stakeholder, harapan, batasan dan antar muka menjadi kebutuhan pelanggan 3) Menetapkan dan mengelola kebutuhan produk dan komponen produk, dimana didasarkan atas kebutuhan pelanggan 4) Mengalokasi kebutuhan untuk tiap komponen produk 5) Mengidentifikasi kebutuhan antar muka 6) Menetapkan dan mengelola konsep operasional dan skenario terkait

26 34 7) Menetapkan dan mengelola definisi atas kebutuhan fungsionalitas dan atribut kualitas 8) Menganalisa kebutuhan untuk memastikan bahwa mereka diperlukan dan mencukupi 9) Menganalisa kebutuhan untuk menyeimbangkan kebutuhan stakeholder dan batasan - batasan 10) Memvalidasi kebutuhan untuk memastikan produk yang dihasilkan akan memberi kinerja seperti yang diharapkan di lingkungan pengguna Technical Solution (TS) Tujuan dari Technical Solution (TS) adalah untuk memilih, merancang, dan mengimplementasikan solusi untuk persyaratan (CMMI Product Team, 2010). Solusi, desain, dan implementasi meliputi produk, komponen produk, dan siklus hidup produk terkait baik secara tunggal atau dalam kombinasi sesuai area proses. Proses Technical Solution ini berlaku pada setiap tingkat arsitektur produk dan untuk setiap produk, komponen produk, dan proses siklus hidup produk terkait. Terdapat delapan (8) praktik spesifik yang tercakup dalam area proses ini, yaitu: 1) Membuat solusi alternatif dan kriteria pemilihan

27 35 2) Memilih solusi komponen produk berdasarkan kriteria pemilihan 3) Membuat desain produk atau komponen produk 4) Menetapkan dan mengelola paket data teknis 5) Mendesain antar muka komponen produk menggunakan kriteria yang telah ditetapkan 6) Mengevaluasi apakah komponen produk perlu dibuat, dibeli atan di gunakan kembali (reuse) berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan 7) Mengimplementasi desain komponen produk 8) Membuat dan mempertahankan dokumentasi end-use Product Integration (PI) Tujuan Product Integration (PI) adalah untuk merakit produk dari komponen produk, memastikan bahwa produk tersebut terintegrasi, memberikan kinerja baik (yaitu, memiliki fungsi dan atribut kualitas yang diperlukan), dan mengirimkan produk seperti yang diharapkan (CMMI Product Team, 2010). Terdapat sembilan (9) praktik spesifik yang tercakup dalam area proses ini, yaitu:

28 36 1) Menetapkan dan mempertahankan strategi integrasi produk 2) Menetapkan dan mempertahankan lingkungan yang dibutuhkan untuk mendukung integrasi dari komponen produk 3) Menetapkan dan mempertahankan prosedur dan kriteria untuk integrasi komponen produk 4) Mengkaji deskripsi antar muka untuk cakupan dan kelengkapan 5) Mengelola definisi antar muka internal dan eksternal, desain dan perubahan untuk produk dan komponen produk 6) Mengkonfirmasi, sebelum pemasangan, bahwa setiap komponen produk yang dibutuhkan untuk pemasangan produk telah diidentifikasi dan berlaku sesuai dengan deskripsi, dan antar muka bahwa komponen produk sesuai dengan deskripsi antar muka 7) Memasang komponen produk sesuai dengan strategi integrasi produk dan prosedur 8) Mengevaluasi komponen produk terpasang untuk kompabilitas antar muka 9) Memaketkan produk yang telah terpasang atau komponen produk dan mengirimkannya ke pelanggan

29 Verification (VER) Tujuan Verification (VER) adalah untuk memastikan bahwa produk kerja yang dipilih memenuhi persyaratan yang ditentukan mereka (CMMI Product Team, 2010). Area proses Verivication melibatkan aktifitas berikut: verifikasi persiapan, kinerja verifikasi, dan identifikasi tindakan perbaikan. Terdapat delapan (8) praktik spesifik yang tercakup dalam area proses ini, yaitu: 1) Memilih produk kerja untuk diverifikasi dan metode verifikasi yang biasa digunakan 2) Menetapkan dan mengelola lingkungan yang dibutuhkan untuk mendukung verifikasi 3) Menetapkan dan mengelola prosedur dan kriteria verifikasi untuk produk kerja terpilih 4) Menyiapkan peer review untuk produk kerja terpilih 5) Melakukan peer review pada produk kerja terpilih dan mengidentifikasi isu yang ditemukan dari peer review 6) Menganalisa data mengenai persiapan, eksekusi dan hasil dari peer review 7) Melakukan verifikasi dari produk kerja terpilih 8) Menganalisa hasil dari seluruh aktivitas verifikasi

30 Validation (VAL) Tujuan Validation (VAL) adalah untuk menunjukkan bahwa suatu produk atau komponen produk memenuhi digunakan ketika ditempatkan di lingkungan yang dimaksudkan (CMMI Product Team, 2010). Kegiatan validasi dapat diterapkan pada semua aspek dari produk dalam lingkungan yang dimaksudkan, seperti layanan operasi, pelatihan, manufaktur, perawatan, dan dukungan. Terdapat lima (5) praktik spesifik yang tercakup dalam area proses ini, yaitu: 1) Memilih produk dan komponen produk untuk divalidasi dan metode validasi yang akan digunakan 2) Menetapkan dan mempertahankan lingkungan yang dibuthkan untuk mendukung validasi 3) Menetapkan dan mempertahankan prosedur dan kriteria validasi 4) Melakukan validasi pada produk dan komponen produk terpilih 5) Menganalisa hasil dari aktivitas validasi Organizational Process Focus (OPF) Tujuan Organizational Process Focus (OPF) adalah merencanakan, melaksanakan, dan menggunakan perbaikan proses organisasi berdasarkan pemahaman menyeluruh tentang kekuatan dan kelemahan dari proses organisasi dan aset proses (CMMI

31 39 Product Team, 2010). Terdapat sembilan (9) praktik spesifik yang tercakup dalam area proses ini, yaitu: 1) Menetapkan dan mengelola deskripsi kebutuhan proses dan objektif untuk organisasi 2) Menilai proses organisasi secara periodik dan sesuai kebutuhan untuk mempertahankan pemahaman atas kekuatan dan kelemahan proses 3) Mengidentifikasi peningkatan pada proses dan aset proses dalam organisasi 4) Menetapkan dan mempertahankan action plan proses untuk mengikutsertakan peningkatan dalam proses dan aset proses organisasi 5) Mengimplementasi action plan proses 6) Menyebarkan aset proses organisasi pada seluruh organisasi 7) Menyebarkan kumpulan proses standar organisasi di awal proyek dan menyebarkan perubahan pada proyek pada siklus proyek 8) Memantau implementasi kumpulan proses standar organisasi dan penggunaan aset proses pada seluruh proyek

32 40 9) Menggabungkan produk kerja terkait proses, pengukuran dan informasi peningkatan yang diturunkan dari perencanaan dan melakukan proses kedalam aset proses organisasi Organizational Process Definition (OPD) Tujuan dari Organizational Process Definition (OPD) adalah untuk membangun dan memelihara sebuah set dan dapat digunakan sebagai aset proses organisasi, standar lingkungan bekerja, serta aturan dan pedoman bagi organisasi (CMMI Product Team, 2010). Aset proses organisasi memungkinkan eksekusi proses yang konsisten di seluruh organisasi dan memberikan dasar untuk manfaat jangka panjang bagi organisasi. Terdapat tujuh (7) praktik spesifik yang tercakup dalam area proses ini, yaitu: 1) Menetapkan dan mempertahankan kumpulan proses standar organisasi 2) Menetapkan dan mempertahankan deskripsi model siklus hidup yang disetujui untuk digunakan dalam organisasi 3) Menetapkan dan mempertahankan kriteria tailoring dan panduannya untuk kumpulan proses standar organisasi 4) Menetapkan dan mempertahankan repositori pengukuran organisasi 5) Menetapkan dan mengelola perpustakaan aset proses organisasi

33 41 6) Menetapkan dan mengelola standar lingkungan kerja 7) Menetapkan dan mengelola peraturan dan panduan organisasi untuk struktur, formasi dan operasi tim Organizational Training (OT) Tujuan Organizational Training (OT) adalah untuk mengembangkan keterampilan dan pengetahuan orang sehingga mereka dapat melakukan peran mereka secara efektif dan efisien (CMMI Product Team, 2010). Terdapat tujuh (7) praktik spesifik yang tercakup dalam area proses ini, yaitu: 1) Menetapkan dan mengelola kebutuhan pelatihan strategis organisasi 2) Menentukan kebutuhan pelatihan mana yang menjadi tanggung jawab organisasi dan mana yang dapat menjadi tanggung jawab proyek individual atau grup pendukung 3) Menetapkan dan mengelola rencana taktis pelatihan organisasi 4) Menetapkan dan mengelola kapabilitas pelatihan untuk mengakomodasi kebutuhan pelatihan organisasi 5) Memberikan pelatihan sesuai rencana taktis pelatihan organisasi 6) Menetapkan dan mengelola catatan pelatihan organisasi 7) Menilai efektifitas program pelatihan organisasi

34 Integrated Project Management (IPM) Tujuan dari Integrated Project Management (IPM) adalah untuk membangun dan mengelola proyek dan keterlibatan pemangku kepentingan yang relevan sesuai dengan proses terintegrasi dan didefinisikan yang disesuaikan dari organisasi set proses standar (CMMI Product Team, 2010). Mengelola usaha proyek, biaya, jadwal, staf, risiko, dan faktor lainnya terkait dengan tugas-tugas dari proses proyek yang telah didefinisikan. Pelaksanaan dan pengelolaan proses proyek yang telah didefinisikan biasanya dijelaskan dalam rencana proyek. Terdapat sepuluh (10) praktik spesifik yang tercakup dalam area proses ini, yaitu: 1) Menetapkan dan mengelola proses proyek yang telah terdefinisi dari mulai awal proyek ke seluruh hidup proyek 2) Menggunakan repositori aset proses dan pengukuran organisasi untuk mengestimasi dan merencanakan aktivitas proyek 3) Menetapkan dan mengelola lingkungan kerja proyek berdasarkan standar lingkungan kerja perusahaan 4) Mengintergrasikan rencana proyek dan rencana lainnya yang mempengaruhi proyek untuk menggambarkan proses proyek terdefinisi

35 43 5) Mengelola proyek menggunakan rencana proyek, rencana lainnya yang mempengaruhi proyek dan proses proyek terdefinisi 6) Menetapkan dan mengelola tim 7) Mengkontribusikan pengalaman terkait proses kepada aset proses organisasi 8) Mengelola keterlibatan stakeholder terkait dalam proyek 9) Berpartisipasi dengan stakeholder terkait untuk mengidentifikasi, menegosiasi dan track ketergantungan kritis 10) Menyelesaikan isu dengan stakeholder terkait Risk Management (RSKM) Tujuan dari Risk Management (RSKM) adalah untuk mengidentifikasi masalah potensial sebelum terjadi sehingga risiko kegiatan penanganan dapat direncanakan dan dipanggil sesuai kebutuhan di kehidupan produk atau proyek untuk mengurangi merugikan dampak pada pencapaian tujuan (CMMI Product Team, 2010). Manajemen risiko adalah, terus ke depan proses yang merupakan bagian penting dari manajemen proyek. Manajemen risiko harus membahas masalah yang bisa membahayakan pencapaian tujuan kritis proyek. Terdapat tujuh (7) praktik spesifik yang tercakup dalam area proses ini, yaitu:

36 44 1) Menentukan sumber risiko dan kategori 2) Mendefinisikan parameter yang digunakan untuk menganalisa dan mengkategorikan risiko dan parameter yang digunakan untuk mengontrol upaya manajemen risiko 3) Menetapkan dan mengelola strategi yang digunakan untuk manajemen risiko 4) Mengidentifikasi dan mendokumentasikan risiko 5) Mengevaluasi dan mengkategorikan setiap risiko yang teridentifikasi menggunakan kategori risiko dan parameter yang sudah didefinisikan, dan menentukan prioritas 6) Membuat rencana mitigasi risiko sesuai dengan strategi manajemen risiko 7) Memantau status dari setiap risiko secara periodik dan mengimplementasikan rencana mitigasi risikodengan sesuai Decision Analysis and Resolution (DAR) Tujuan Decision Analysis and Resolution (DAR) adalah untuk menganalisis keputusan yang mungkin menggunakan proses evaluasi formal untuk mengevaluasi alternatif yang teridentifikasi dengan kriteria yang telah ditetapkan (CMMI Product Team, 2010). Proses Decision Analysis and Resolution melibatkan dan menetapkan pedoman untuk menentukan suatu pengambilan

37 45 keputusan harus mengikuti dan menerapkan proses evaluasi formal terhadap masalah. Sebuah proses evaluasi formal adalah pendekatan terstruktur untuk mengevaluasi solusi alternatif terhadap kriteria yang ditetapkan untuk menentukan solusi yang direkomendasikan. Terdapat enam (6) praktik spesifik yang tercakup dalam area proses ini, yaitu: 1) Menetapkan dan mengelola panduan untuk menentukan isu apa yang menjadi subyek proses evaluasi formal 2) Menetapkan dan mengelola kriteria untuk mengevaluasi alternatif dan peringkat relatif dari kriteria ini 3) Mengidentifikasi solusi alternatif untuk menyelesaikan isu 4) Memilih metode evaluasi 5) Mengevaluasi solusi alternatif menggunakan kriteria dan metode yang telah ditetapkan 6) Memilih solusi dari alternatif yang ada berdasarkan kriteria evaluasi Organizational Process Performance (OPP) Tujuan Organizational Process Performance (OPM) adalah untuk secara proaktif mengelola kinerja organisasi untuk memenuhi tujuan usahanya (CMMI Product Team, 2010). Area proses Organizational Process Performance memungkinkan organisasi

38 46 untuk mengelola kinerja organisasi, secara iteratif menganalisis agregat data proyek, mengidentifikasi kesenjangan dalam kinerja terhadap tujuan bisnis, dan memilih serta menggunakan perbaikan untuk menutup kesenjangan. Terdapat lima (5) praktik spesifik yang tercakup dalam area proses ini, yaitu: 1) Menetapkan dan mengelola kualitas dan tujuan kinerja proses 2) Memilih proses 3) Menetapkan pengukuran kinerja proses 4) Menganalisa kinerja dari proses terpilih dan menetapkan dan mengelola baseline kinerja proses 5) Menetapkan dan mengelola model kinerja proses untuk kumpulan proses standar organisasi Quantitative Project Management (QPM) Tujuan Quantitative Project Management (QPM) adalah mengelola proyek kuantitatif untuk mencapai kualitas proyek dan kinerja sasaran proses (CMMI Product Team, 2010). Area proses menerapkan konsep-konsep untuk mengelola kelompok lain dan dapat membantu untuk menghubungkan aspek yang berbeda dari kinerja organisasi untuk memberikan dasar dalam menyeimbangkan dan menentukan prioritas yang utama untuk mengatasi satu set yang

39 47 lebih luas dari tujuan bisnis. Terdapat tujuh (7) praktik spesifik yang tercakup dalam area proses ini, yaitu: 1) Menetapkan dan mengelola kualitas proyek dan tujuan kinerja proses 2) Menggunakan statistik atau teknik kuantitatif lain, menyusun proses yang terdefinisi yang memungkinkan proyek mencapai tujuan kualitas dan kinerja proses 3) Memilih subproses dan atribut kritis untuk mengevaluasi kinerja dan yang membantu untuk mencapai tujuan kualitas dan kinerja proses proyek 4) Memilih pengukuran dan teknik analisa yang akan digunakan dalam manajemen kuantitatif 5) Memonitor kinerja dari sub proses terpilih menggunakan statistik dan teknik kuantitatif lainnya 6) Mengelola proyek menggunakan statistik dan teknik kuantitatif lainnya untuk menentukan apakah tujuan proyek untuk kualitas dan kinerja proses dapat terpenuhi 7) Melakukan analisa root cause dari isu terpilih untuk memperbaiki defisiensi

40 Organizational Process Management (OPM) Tujuan Organizational Process Management (OPM) adalah untuk secara proaktif mengelola kinerja organisasi untuk memenuhi tujuan usahanya (CMMI Product Team, 2010). Area proses Organizational Process Management memungkinkan organisasi untuk mengelola kinerja organisasi, secara iteratif menganalisis data proyek agregat, mengidentifikasi kesenjangan dalam kinerja terhadap tujuan bisnis, dan memilih dan menggunakan perbaikan untuk menutup kesenjangan. Terdapat sepuluh (10) praktik spesifik yang tercakup dalam area proses ini, yaitu: 1) Mempertahankan tujuan bisnis berdasarkan pemahaman atas strategi bisnis dan hasil kinerja aktual 2) Menganalisa data kinerja proses untuk menentukan kemampuan organisasi untuk memenuhi tujuan bisnis yang teridentifikasi 3) Mengidentifikasi area potensial untuk peningkatan yang mungkin berkontribusi kepada pemenuhan tujuan bisnis 4) Memperoleh dan mengkategorikan peningkatan yang disarankan 5) Menganalisa peningkatan yang disarankan untuk dampak yang mungkin dalam mencapai tujuan kualitas dan kinerja proses organisasi 6) Memvalidasi peningkatan yang terpilih

41 49 7) Memilih dan mengimplementasi peningkatan untuk penyebaran ke seluruh organisasi berdasarkan evaluasi biaya, manfaat dan faktor lainnya 8) Menetapkan dan mengelola rencana untuk menyebarkan peningkatan terpilih 9) Mengelola penyebaran dari peningkatan terpilih 10) Mengevaluasi dampak dari penyebaran peningkatan pada kualitas dan kinerja proses menggunakan teknik statistik dan kuantitatif lainnya Causal Analysis and Resolution (CAR) Tujuan Causal Analysis and Resolution (CAR) adalah untuk mengidentifikasi penyebab hasil terpilih dan mengambil tindakan untuk meningkatkan kinerja proses (CMMI Product Team, 2010). Causal Analysis and Resolution meningkatkan kualitas dan produktivitas dengan mencegah terjadinya cacat produk atau masalah dan mengidentifikasi secara tepat dalam menggabungkan sumber kinerja proses utama. Terdapat lima (5) praktik spesifik yang tercakup dalam area proses ini, yaitu:

42 50 1) Memilih hasil yang akan dianalisa 2) Melakukan analisa kausal dari hasil yang terpilih dan membuat usulan tindakan resolusi 3) Mengimplementasi usulan tindakan terpilih yang dikembangkan dalam analisa kausal 4) Mengevaluasi dampak dari tindakan yang diterapkan pada kinerja proses 5) Mencatat data analisa kausal dan resolusi untuk digunakan ke seluruh proyek dan organisasi 2.8 Penentuan Jumlah Sampel Proyek Pengerjaan proyek pengembangan aplikasi di dalam sebuah organisasi mungkin dilakukan dengan cara yang berbeda tergantung oleh beberapa karakteristik seperti dibawah ini (O Toole, Pat., 2012): 1. Proyek kecil mungkin dilakukan secara berbeda dibandingkan dengan proyek yang besar. 2. Proyek yang dikerjakan oleh tim yang berada di kantor pusat mungkin dilakukan dengan metodologi yang berbeda dengan yang dikerjakan oleh tim yang berada di cabang/lokasi lain, dst. Dalam melakukan pemilihan sampel proyek pengembangan aplikasi, langkah awal yang perlu dilakukan adalah memetakan proyek menggunakan sampling factor. Terdapat beberapa sampling factor yang

43 51 harus dipertimbangkan yaitu sebagai berikut (SCAMPI Upgrade Team, 2011): 1. Lokasi (misal: kantor pusat, kantor cabang). 2. Pelanggan (misal: pemerintah, swasta/komersil). 3. Ukuran (misal: jangka pendek, jangka menengah, jangka panjang). 4. Struktur organisasi (misal: unit, departemen). 5. Tipe pekerjaan (misal: pengembangan aplikasi, maintenance). Sampling factor memberikan pandangan mengenai ragam cara kerja yang dilakukan dalam perusahaan. Untuk setiap sampling factor, perlu dipastikan apakah pengaturan yang berbeda atas faktor tersebut mempengaruhi cara kerja perusahaan. Jika ya, maka sampling factor tersebut relevan untuk digunakan. Namun, jika tidak, maka sampling factor tersebut tidak relevan untuk digunakan. Pemetaan proyek pengembangan aplikasi kepada sampling factor berguna untuk mendapatkan informasi jumlah subgroup yang ada. Subgroup adalah sebuah cluster dari proyek yang saling memiliki kesamaan nilai sampling factor dan menunjukkan penerapan proses yang sama (O Toole, Pat., 2012). Proses selanjutnya setelah mengetahui jumlah subgroup adalah memasukkan variabel variabel terkait kedalam formula sampling dibawah untuk mengetahui berapa jumlah minimum sampel proyek yang dibutuhkan dalam melakukan pengukuran.

44 52 Gambar 2.8 Formula Sampling (SCAMPI Upgrade Team, 2011) 2.9 Pengukuran Kepatuhan Area Proses CMMI Pengukuran kepatuhan tiap area proses terkait pada sampel proyek pengembangan aplikasi di Telkomsigma menggunakan pendekatan CMMI. CMMI telah mendefinisikan best practice yang diperlukan untuk setiap area proses agar dapat memenuhi tujuan dari area proses terkait. Pengukuran kepatuhan setiap area proses terhadap CMMI dapat dilakukan dengan meninjau implementasi proses pengembangan aplikasi yang dilakukan oleh organisasi dengan praktik terbaik (best practice) yang didefinisikan dalam CMMI. Suatu area proses dapat dikatakan memuaskan jika tujuan dari setiap area proses tersebut sudah terpenuhi. Kriteria pengukuran yang digunakan untuk setiap proses pengembangan aplikasi dalam penelitian ini menggunakan kriteria SCAMPI (Standard CMMI Appraisal Method for Process Improvement) seperti yang ditunjukan pada tabel dibawah ini:

45 53 Tabel 2.1. Kriteria Pengukuran (SCAMPI Upgrade Team, 2011) Kriteria NY: not yet Deskripsi Unit dasar atau fungsi pendukung belum mencapai tingkat dalam alur kerja, atau dari segi waktu dalam menerapkan praktik. NI: not implemented Sebagian atau seluruh data yang dibutuhkan tidak ditemukan atau dinilai sebagai tidak mencukupi, data yang diberikan tidak mendukung kesimpulan bahwa praktik telah diterapkan, dan satu atau lebih kelemahan ditemukan. PI: partially implemented Sebagian atau seluruh data yang dibutuhkan untuk penilaian tidak ditemukan atau dinilai sebagai tidak mencukupi, sebagian data tersedia dan memperlihatkan sebagian aspek dari praktik telah diterapkan, dan satu atau lebih kelemahan ditemukan. LI: largely implemented Bukti dan/atau afirmasi tersedia dan dinilai sebagai mencukupi untuk mendemonstrasikan penerapan praktik, dan satu atau lebih kelemahan ditemukan. FI: fully implemented Bukti dan/atau afirmasi tersedia dan dinilai sebagai mencukupi untuk mendemonstrasikan penerapan praktik, dan tidak ada kelemahan ditemukan.

46 54 Kajian terhadap dokumentasi proses, standar dan prosedur yang digunakan oleh organisasi sebagai landasan setiap proses pengembangan aplikasi terhadap kriteria area proses CMMI dilakukan untuk mengetahui apakah proses pengembangan aplikasi yang dilakukan oleh organisasi telah memenuhi tujuan area proses.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Latar Belakang CMMI (Capability Maturity Model Integration) Menurut Dennis M. Ahern, Aaron Clouse, dan Richard Turner, dalam buku mereka yang berjudul CMMI Distilled: A Practical

Lebih terperinci

BAB II. LANDASAN TEORI

BAB II. LANDASAN TEORI BAB II. LANDASAN TEORI 2.1. Definisi CMMI for Development CMMI for Development dirancang untuk bisnis yang fokus pada pengembangan produk. Standar ini mempelajari tentang mengubah kebutuhan pelanggan sesuai

Lebih terperinci

PENGUKURAN DAMPAK PENERAPAN CAPABILITY MATURITY MODEL INTEGRATION UNTUK PENINGKATAN PROSES PENGEMBANGAN APLIKASI PADA TELKOMSIGMA

PENGUKURAN DAMPAK PENERAPAN CAPABILITY MATURITY MODEL INTEGRATION UNTUK PENINGKATAN PROSES PENGEMBANGAN APLIKASI PADA TELKOMSIGMA PENGUKURAN DAMPAK PENERAPAN CAPABILITY MATURITY MODEL INTEGRATION UNTUK PENINGKATAN PROSES PENGEMBANGAN APLIKASI PADA TELKOMSIGMA Satrio Arto Santoso (1), Ford Lumban Gaol (2) Bina Nusantara University,

Lebih terperinci

PENGUKURAN TINGKAT KEMATANGAN SISTEM OTOMASI PADA PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS KRISTEN PETRA DENGAN MENGGUNAKAN CMMI

PENGUKURAN TINGKAT KEMATANGAN SISTEM OTOMASI PADA PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS KRISTEN PETRA DENGAN MENGGUNAKAN CMMI PENGUKURAN TINGKAT KEMATANGAN SISTEM OTOMASI PADA PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS KRISTEN PETRA DENGAN MENGGUNAKAN CMMI Lily Puspa Dewi 1, Ibnu Gunawan 2, Raymond 3 1,2,3 Teknik Informatika, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

Pengukuran Level Kematangan Proses Akademik Politeknik XYZ Menggunakan CMMI For Services (CMMI-SVC)

Pengukuran Level Kematangan Proses Akademik Politeknik XYZ Menggunakan CMMI For Services (CMMI-SVC) Pengukuran Level Kematangan Proses Akademik Politeknik XYZ Menggunakan CMMI For Services (CMMI-SVC) Fajri R Umbara 1), Alva Kharisma 2), dan Angelina Prima Kurniati ) Fakultas Informatika, Institut Teknologi

Lebih terperinci

Kesesuaian Capability Maturity Model Integration Development V1.2 (CMMI Dev. V1.2) Terhadap ISO 9001

Kesesuaian Capability Maturity Model Integration Development V1.2 (CMMI Dev. V1.2) Terhadap ISO 9001 Kesesuaian Capability Maturity Model Integration Development V1.2 (CMMI Dev. V1.2) Terhadap ISO 9001 Waniwatining Astuti STMIK MDP Palembang wani@stmik-mdp.net Abstrak: Kesesuaian CMMI Development V1.2

Lebih terperinci

Pemanfaatan Capability Maturity Model Integration

Pemanfaatan Capability Maturity Model Integration Pemanfaatan Capability Maturity Model Integration (CMMI) Untuk Meningkatkan Kualitas Perangkat Lunak (Studi Kasus: Sistem Informasi Akademik Universitas Negeri Manado) 1 Alfrina Mewengkang Program Studi

Lebih terperinci

Capability Maturity Model Integration (CMMI)

Capability Maturity Model Integration (CMMI) Capability Maturity Model Integration (CMMI) MAKALAH Eka Saputra Destilvianus (321110012) Jonathan Hendry Gunawan (321110013) Margaretha Felicia (321110017) SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Cobit memiliki 4 Cakupan Domain : 1. Perencanaan dan Organisasi (Plan and organise)

Cobit memiliki 4 Cakupan Domain : 1. Perencanaan dan Organisasi (Plan and organise) COBIT Control Objective for Information and related Technology Dikeluarkan dan disusun oleh IT Governance Institute yang merupakan bagian dari ISACA (Information Systems Audit and Control Association)

Lebih terperinci

Enterprise Architecture Planning

Enterprise Architecture Planning Enterprise Architecture Planning Maturity Model TKB5354 Perancangan Arsitektur Enterprise Chalifa Chazar www.script.id chalifa.chazar@gmail.com Masalah Kemampuan arsitektur untuk berubah sering ditentukan

Lebih terperinci

MODEL PENILAIAN KAPABILITAS PROSES OPTIMASI RESIKO TI BERDASARKAN COBIT 5

MODEL PENILAIAN KAPABILITAS PROSES OPTIMASI RESIKO TI BERDASARKAN COBIT 5 MODEL PENILAIAN KAPABILITAS PROSES OPTIMASI RESIKO TI BERDASARKAN COBIT 5 Rahmi Eka Putri Program Studi Sistem Komputer Fakultas Teknologi Informasi Universitas Andalas e-mail : rahmi230784@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penentuan Sampel Proyek Untuk dapat menentukan sampel proyek yang akan digunakan dalam penelitian, sebelumnya perlu dilakukan konfirmasi dengan perusahaan atas sampling

Lebih terperinci

COBIT COSO CMMI BS7799 BSI ITSEC/CC Control Objectives for Information and Related Technology

COBIT COSO CMMI BS7799 BSI ITSEC/CC Control Objectives for Information and Related Technology Nama lain COBIT COSO CMMI BS7799 BSI ITSEC/CC The Committee of Capability Maturity Model Code of Practice Sponsoring Organization Integration Control Objectives for Information and Related Technology Pengembang

Lebih terperinci

Tulisan ini bersumber dari : WikiPedia dan penulis mencoba menambahkan

Tulisan ini bersumber dari : WikiPedia dan penulis mencoba menambahkan Tulisan ini bersumber dari : WikiPedia dan penulis mencoba menambahkan Control Objectives for Information and related Technology (COBIT) adalah seperangkat praktik terbaik (kerangka) untuk teknologi informasi

Lebih terperinci

PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management. Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang

PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management. Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang mengkhususkan diri pada pengembangan manajemen proyek. PMBOK merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Dalam penyusunan thesis ini kerangka berpikir yang akan digunakan adalah untuk

BAB III METODOLOGI. Dalam penyusunan thesis ini kerangka berpikir yang akan digunakan adalah untuk BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Berpikir Dalam penyusunan thesis ini kerangka berpikir yang akan digunakan adalah untuk menjawab pertanyaan Apakah Strategi TI Bank Indonesia sudah sesuai dan sejalan dengan

Lebih terperinci

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi IV.1 Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi dengan Val IT Perencanaan investasi TI yang dilakukan oleh Politeknik Caltex Riau yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sejarah Organisasi. Didirikan pada tahun 1987, PT Sigma Cipta Caraka

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sejarah Organisasi. Didirikan pada tahun 1987, PT Sigma Cipta Caraka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Sejarah Organisasi Didirikan pada tahun 1987, PT Sigma Cipta Caraka (Telkomsigma) adalah perusahaan yang menyediakan end-to-end ICT Solutions. Memperkerjakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI CHAPTER 5

DAFTAR ISI CHAPTER 5 DAFTAR ISI DAFTAR ISI 2 CHAPTER 5 ANOTHER INTERNAL CONTROL FRAMEWORK : CobiT 5.1 Pengantar COBIT... 3 5.2 Kerangka COBIT 4 5.3 Menggunakan COBIT untuk Menilai Pengendalian Intern... 6 5.4 Langkah-langkah

Lebih terperinci

Manajemen Mutu Proyek (Manajemen Kualitas)

Manajemen Mutu Proyek (Manajemen Kualitas) Manajemen Mutu Proyek (Manajemen Kualitas) What is quality? The International Organization for Standardization (ISO) defines quality as the degree to which a set of inherent characteristics fulfils requirements

Lebih terperinci

MANAJEMEN PROYEK DALAM PRAKTEK

MANAJEMEN PROYEK DALAM PRAKTEK MANAJEMEN PROYEK DALAM PRAKTEK Pengertian Umum Stakeholder Stakeholder merupakan individu, sekelompok manusia, komunitas atau masyarakat baik secara keseluruhan maupun secara parsial yang memiliki hubungan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. A. Hasil kuisioner Proses TI PO2 Menentukan Arsitektur Informasi

LAMPIRAN. A. Hasil kuisioner Proses TI PO2 Menentukan Arsitektur Informasi LAMPIRAN Lampiran A. Hasil kuisioner Proses TI PO Menentukan Arsitektur Informasi Responden Adanya kesadaran bahwa arsitektur informasi penting bagi organisasi Pengetahuan untuk mengembangkan arsitektur

Lebih terperinci

PEMBUATA TATA LAKSA A PROYEK PEMBA GU A SISTEM I FORMASI DI U IVERSITAS X BERDASARKA CMMI

PEMBUATA TATA LAKSA A PROYEK PEMBA GU A SISTEM I FORMASI DI U IVERSITAS X BERDASARKA CMMI PEMBUATA TATA LAKSA A PROYEK PEMBA GU A SISTEM I FORMASI DI U IVERSITAS X BERDASARKA CMMI ABSTRAK Pembangunan sistem informasi di Universitas X dilakukan dengan tidak menggunakan manajemen proyek yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 Sistem Informasi Information System (IS) atau yang dikenal dengan Sistem Informasi (SI) oleh Oetomo (2002, p11) didefinisikan sebagai kumpulan elemen yang

Lebih terperinci

PENGUKURAN TINGKAT MATURITY TATA KELOLA SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT VERSI 4.1 (Studi Kasus : Rumah Sakit A )

PENGUKURAN TINGKAT MATURITY TATA KELOLA SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT VERSI 4.1 (Studi Kasus : Rumah Sakit A ) Media Indormatika Vol. 8 No. 3 (2009) PENGUKURAN TINGKAT MATURITY TATA KELOLA SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT VERSI 4.1 (Studi Kasus : Rumah Sakit A ) Hartanto Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Total Quality Management Perusahaan yang sukses memahami untuk menguasai bisnis hal yang paling berpengaruh ditentukan oleh pelanggan yang kini sudah mengutamakan kualitas (Reid

Lebih terperinci

Inititating Process Group

Inititating Process Group Inititating Process Group PROJECT INTEGRATION MANAGEMENT & PROJECT SCOPE MANAGEMENT Onah Siti Fatonah, S.Kom Dilakukan untuk mendefinisikan projek baru atau fase baru dari proyek yang sudah ada dengan

Lebih terperinci

PEMBUATAN TATA LAKSANA PROYEK PEMBANGUNAN SISTEM INFORMASI DI UNIVERSITAS X BERDASARKAN CMMI

PEMBUATAN TATA LAKSANA PROYEK PEMBANGUNAN SISTEM INFORMASI DI UNIVERSITAS X BERDASARKAN CMMI PEMBUATAN TATA LAKSANA PROYEK PEMBANGUNAN SISTEM INFORMASI DI UNIVERSITAS X BERDASARKAN CMMI Linda Hadi dan Achmad Holil Noor Ali Program Studi Magister Manajemen Teknologi ITS Email: l1nd4083@yahoo.com;

Lebih terperinci

BAB VIII Control Objective for Information and related Technology (COBIT)

BAB VIII Control Objective for Information and related Technology (COBIT) BAB VIII Control Objective for Information and related Technology (COBIT) Dikeluarkan dan disusun oleh IT Governance Institute yang merupakan bagian dari ISACA (Information Systems Audit and Control Association)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari Tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca

Lebih terperinci

REKAYASA PERANGKAT LUNAK

REKAYASA PERANGKAT LUNAK MODUL 2 REKAYASA PERANGKAT LUNAK Tujuan : lunak Mahasiswa mengenal dan memahami konsep dasar kerekayasaan perangkat Materi : Pandangan umum tentang rekayasa perangkat lunak Proses, metode dan alat bantu

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN KERANGKA PENILAIAN KAPASITAS PENYEDIA JASA KONSULTANSI PERANGKAT LUNAK YANG MENGACU PADA CMMI-DEV : STUDI KASUS KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA KARYA AKHIR Diajukan sebagai

Lebih terperinci

I. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

I. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Teknologi informasi (TI) dalam perusahaan saat ini tidak lagi dipandang hanya sebagai penyedia layanan saja, tetapi lebih jauh lagi penerapan teknologi informasi

Lebih terperinci

Project Integration Management. Inda Annisa Fauzani Indri Mahadiraka Rumamby

Project Integration Management. Inda Annisa Fauzani Indri Mahadiraka Rumamby Project Integration Management Inda Annisa Fauzani 1106010300 Indri Mahadiraka Rumamby 1106070376 Project Integration Management Develop Project Charter Develop Project Management Plan Direct and Manage

Lebih terperinci

MENINGKATKAN DAYA SAING LABORATORIUM KLINIK XYZ DENGAN CMMI-SVC

MENINGKATKAN DAYA SAING LABORATORIUM KLINIK XYZ DENGAN CMMI-SVC MENINGKATKAN DAYA SAING LABORATORIUM KLINIK XYZ DENGAN CMMI-SVC Fardanto Setyatama 1) dan Hari Ginardi 2) 1) Program Studi Magister Manajemen Teknologi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Cokroaminoto

Lebih terperinci

COBIT (Control Objectives for Information and Related Technology)

COBIT (Control Objectives for Information and Related Technology) COBIT (Control Objectives for Information and Related Technology) Pengertian Cobit COBIT (Control Objectives for Information and Related Technology) adalah sekumpulan dokumentasi best practices untuk IT

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Kerangka penelitian ini adalah langkah demi langkah dalam penyusunan Tugas Akhir mulai dari tahap persiapan penelitian hingga pembuatan dokumentasi

Lebih terperinci

Manajemen Proyek Minggu 2

Manajemen Proyek Minggu 2 Project Management Process Manajemen Proyek Minggu 2 Danny Kriestanto, S.Kom., M.Eng Initiating / Requirement :...awal siklus! Planning : perencanaan... Executing : Lakukan! Monitoring and Controlling

Lebih terperinci

MANAJEMEN PROYEK & AKUISISI SISTEM TI PLANNING SCOPE MANAGEMENT : VALIDATING SCOPE AND CONTROLLING SCOPE. Oleh : Utama Andri Arjita

MANAJEMEN PROYEK & AKUISISI SISTEM TI PLANNING SCOPE MANAGEMENT : VALIDATING SCOPE AND CONTROLLING SCOPE. Oleh : Utama Andri Arjita MANAJEMEN PROYEK & AKUISISI SISTEM TI PLANNING SCOPE MANAGEMENT : VALIDATING SCOPE AND CONTROLLING SCOPE Oleh : Utama Andri Arjita Project scope management adalah suatu kegiatan untuk meyakinkan bahwa

Lebih terperinci

Bab 4 Hasil dan Pembahasan

Bab 4 Hasil dan Pembahasan Bab 4 Hasil dan Pembahasan Setelah membuat metode penelitian pada bab sebelumnya, maka pada bab ini akan ditampilkan hasil dari analisis yang dilakukan pada RSUD kota Salatiga. 4.1 Analisis Maturity Level

Lebih terperinci

Evaluasi Kesesuaian Struktur Organisasi Pengelola Teknologi Informasi dengan Rencana Jangka Panjang Instansi (Studi Kasus pada Dinas XYZ)

Evaluasi Kesesuaian Struktur Organisasi Pengelola Teknologi Informasi dengan Rencana Jangka Panjang Instansi (Studi Kasus pada Dinas XYZ) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: 2301-9271 A-316 Evaluasi Kesesuaian Struktur Organisasi Pengelola Teknologi Informasi dengan Rencana Jangka Panjang Instansi (Studi Kasus pada Dinas XYZ) Arief

Lebih terperinci

Perbedaan Pengembangan Software Dan Pengembangan Sistem Informasi

Perbedaan Pengembangan Software Dan Pengembangan Sistem Informasi Perbedaan Pengembangan Software Dan Pengembangan Sistem Informasi a. Pengembangan Sistem Informasi Sistem informasi dapat merupakan kombinasi teratur apapun dari orang-orang, hardware, software, jaringan

Lebih terperinci

UTS SUSULAN AUDIT SISTEM Standar Pengelolaan di Dunia IT

UTS SUSULAN AUDIT SISTEM Standar Pengelolaan di Dunia IT UTS SUSULAN AUDIT SISTEM Standar Pengelolaan di Dunia IT Disusun oleh: Nama : Yoga Pratama NIM : 12650014 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

Lebih terperinci

Kematangan Industri Perangkat Lunak Indonesia (KIPI v1.0) Dan Capability Maturity Model (CMM)

Kematangan Industri Perangkat Lunak Indonesia (KIPI v1.0) Dan Capability Maturity Model (CMM) Kematangan Industri Perangkat Lunak Indonesia (KIPI v1.0) Dan Capability Maturity Model (CMM) Andri Wijaya STMIK MDP Palembang andriarw@gmail.com Abstrak: Persaingan industri perangkat lunak saat ini mulai

Lebih terperinci

PEMBUATAN PERANGKAT AUDIT PERENCANAAN PROYEK PERANGKAT LUNAK BERDASARKAN CMMI 1.2 PADA PT GRATIKA

PEMBUATAN PERANGKAT AUDIT PERENCANAAN PROYEK PERANGKAT LUNAK BERDASARKAN CMMI 1.2 PADA PT GRATIKA PEMBUATAN PERANGKAT AUDIT PERENCANAAN PROYEK PERANGKAT LUNAK BERDASARKAN CMMI 1.2 PADA PT GRATIKA Irvan Nurachman 5206100012 Pembimbing: Ir. Aris Tjahyanto, M.Kom Apol Pribadi Subriadi, S.T, M.T Fakultas

Lebih terperinci

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya 4.1q1 Bagaimana organisasi menentukan masalah eksternal dan internal yang relevan dengan tujuan dan arah strategis?

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. A. Hasil Kuesioner Prioritas TI JUMLAH. Sangat Perlu. Tidak Perlu Perlu

LAMPIRAN. Lampiran 1. A. Hasil Kuesioner Prioritas TI JUMLAH. Sangat Perlu. Tidak Perlu Perlu Lampiran LAMPIRAN A. Hasil Kuesioner Prioritas TI JUMLAH Proses TI PO - Menetapkan Rencana Strategis IT Perencanaan strategis TI diperlukan untuk mengelola dan mengarahkan semua sumber daya TI sesuai dengan

Lebih terperinci

5. Aktivitas generic dalam semua proses perangkat lunak antara lain adalah : a. Spesifikasi dan pengembangan b. Validasi dan evolusi c.

5. Aktivitas generic dalam semua proses perangkat lunak antara lain adalah : a. Spesifikasi dan pengembangan b. Validasi dan evolusi c. Kelompok 1 1. Merupakan program-program komputer dan dokumentasi yang berkaitan, disebut dengan : a. Perangkat lunak b. Firmware c. Kernel d. Hardware 2. Sebuah program yang berisi perintah-perintah atau

Lebih terperinci

LOGO Manajemen Proyek Teknologi Informasi

LOGO Manajemen Proyek Teknologi Informasi LOGO Manajemen Proyek Teknologi Informasi BAB II Proyek TI PLC vs SDLC Aktifitas dalam SDLC Tahapan siklus hidup SDLC 1. Analisa kebutuhan 2. Spesifikasi 3. Disain 4. Coding 5. Verifikasi dan validasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. TEORI DASAR 2.1.1. Peranan COBIT dalam tata kelola TI COBIT adalah seperangkat pedoman umum (best practice) untuk manajemen teknologi informasi yang dibuat oleh sebuah lembaga

Lebih terperinci

COBIT 5: ENABLING PROCESSES

COBIT 5: ENABLING PROCESSES COBIT 5: ENABLING PROCESSES COBIT 5: Enabling Processes (cont.) Source: COBIT 5, figure 29. 2012 ISACA All rights reserved. 2 Enabling Process COBIT 5 cont... Stakeholder : tiap proses memiliki stakeholder

Lebih terperinci

PENGUKURAN KESENJANGAN DAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI MENGGUNAKAN TOGAF (Studi Kasus : Politeknik Surabaya)

PENGUKURAN KESENJANGAN DAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI MENGGUNAKAN TOGAF (Studi Kasus : Politeknik Surabaya) PENGUKURAN KESENJANGAN DAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI MENGGUNAKAN TOGAF (Studi Kasus : Politeknik Surabaya) Agus Hermanto [9112205310] Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Hari Ginardi, M.Kom PROGRAM

Lebih terperinci

STUDI PENERAPAN IT GOVERNANCE UNTUK MENUNJANG IMPLEMENTASI APLIKASI PENJUALAN DI PT MDP SALES

STUDI PENERAPAN IT GOVERNANCE UNTUK MENUNJANG IMPLEMENTASI APLIKASI PENJUALAN DI PT MDP SALES STUDI PENERAPAN IT GOVERNANCE UNTUK MENUNJANG IMPLEMENTASI APLIKASI PENJUALAN DI PT MDP SALES Dafid Sistem Informasi, STMIK GI MDP Jl Rajawali No.14 Palembang dafid@stmik-mdp.net Abstrak Layanan penjualan

Lebih terperinci

Agoeng Bhimasta Yetli Oslan

Agoeng Bhimasta Yetli Oslan IMPLEMENTASI CMMI PADA SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN MATAKULIAH SKRIPSI, KERJA PRAKTIK, DAN PEMROGRAMAN TERINTEGRASI TERAPAN DI PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI UKDW Agoeng Bhimasta Yetli Oslan Abstrak Manajemen

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI PENGENDALIAN SISTEM INFORMASI PENJUALAN PADA PT. BANGUNAN JAYA. kematangan penerapan sistem informasi pada PT. Bangunan Jaya.

BAB 4 EVALUASI PENGENDALIAN SISTEM INFORMASI PENJUALAN PADA PT. BANGUNAN JAYA. kematangan penerapan sistem informasi pada PT. Bangunan Jaya. BAB 4 EVALUASI PENGENDALIAN SISTEM INFORMASI PENJUALAN PADA PT. BANGUNAN JAYA 4.1 Prosedur Evaluasi Evaluasi terhadap sistem informasi penjualan pada PT. Bangunan Jaya adalah merupakan suatu proses evaluasi

Lebih terperinci

MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000

MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000 MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000 Oleh : Muhamad Ali, M.T JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2011 MODUL IX SISTEM MANAJEMEN

Lebih terperinci

JUDUL UNIT : Melakukan Komunikasi Di Tempat Kerja

JUDUL UNIT : Melakukan Komunikasi Di Tempat Kerja Sektor Teknologi Informasi dan Komunikasi Bidang Programer komputer KODE UNIT : TIK.PR01.001.01 JUDUL UNIT : Melakukan Komunikasi Di Tempat Kerja DESKRIPSI UNIT : Unit ini menentukan kompetensi yang diperlukan

Lebih terperinci

AUDIT MANAJEMEN TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN COBIT 4.1 PADA SISTEM TRANSAKSI KEUANGAN

AUDIT MANAJEMEN TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN COBIT 4.1 PADA SISTEM TRANSAKSI KEUANGAN AUDIT MANAJEMEN TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN COBIT 4.1 PADA SISTEM TRANSAKSI KEUANGAN Munirul Ula, Muhammad Sadli Dosen Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh

Lebih terperinci

Manajemen Integrasi Dalam Proyek Chapter 3. Heru Lestiawan, M.Kom

Manajemen Integrasi Dalam Proyek Chapter 3. Heru Lestiawan, M.Kom 1 Manajemen Integrasi Dalam Proyek Chapter 3 Heru Lestiawan, M.Kom Learning Objectives 2 Menggambarkan suatu kerangka keseluruhan untuk manajemen integrasi proyek yang berkaitan dengan bidang pengetahuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rekomendasi audit pengembangan teknologi informasi. 4.1 Evaluasi Hasil Pengujian & Laporan Audit

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rekomendasi audit pengembangan teknologi informasi. 4.1 Evaluasi Hasil Pengujian & Laporan Audit BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini membahas tentang identifikasi kendali dan memperkirakan resiko, mengumpulkan bukti, mengevaluasi temuan, sampai dengan membuat rekomendasi audit pengembangan teknologi

Lebih terperinci

Software Proses. Model Proses Perangkat Lunak. Pengembangan Perangkat Lunak. Framework activities 3/20/2018. System Development Life Cycle (SDLC)

Software Proses. Model Proses Perangkat Lunak. Pengembangan Perangkat Lunak. Framework activities 3/20/2018. System Development Life Cycle (SDLC) System Development Life Cycle (SDLC) Software Proses Planning Implementation Analysis Design Pengembangan Perangkat Lunak Sebuah Lapisan Teknologi Model Proses Perangkat Lunak 1. Linear Sequential Model

Lebih terperinci

Project Integration Management. Binsar Parulian Nababan Sutrisno Diphda Antaresada Adrian Kosasih

Project Integration Management. Binsar Parulian Nababan Sutrisno Diphda Antaresada Adrian Kosasih Project Integration Management Binsar Parulian Nababan 201381156 Sutrisno 201381129 Diphda Antaresada 201581294 Adrian Kosasih 201581301 Kunci Sukses Proyek Keseluruhan: Manajemen Integrasi Proyek yang

Lebih terperinci

EVALUASI PROSES PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK PADA VIRTUAL TEAM DEVELOPMENT MENGGUNAKAN CMMI Versi 1.3

EVALUASI PROSES PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK PADA VIRTUAL TEAM DEVELOPMENT MENGGUNAKAN CMMI Versi 1.3 EVALUASI PROSES PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK PADA VIRTUAL TEAM DEVELOPMENT MENGGUNAKAN CMMI Versi 1.3 Wahyu Widodo Jurusan Magister Teknik Informatika Fakultas Teknik Industri Universitas Islam Indonesia

Lebih terperinci

Pengelolaan Proyek Sistem Informasi. Manajemen Sumber Daya Proyek

Pengelolaan Proyek Sistem Informasi. Manajemen Sumber Daya Proyek Pengelolaan Proyek Sistem Informasi Manajemen Sumber Daya Proyek Outline Sumber Daya Proyek Tim Proyek dan Organisasi Stakeholder Sumber Daya Proyek Pada sebuah proyek diperlukan adanya sumber daya manusia,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi dan perkembangan industri teknologi informasi dewasa ini telah meningkatkan tekanan terhadap perusahaan dan bisnis yang dijalankan untuk tetap dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Proyek Proyek merupakan sekumpulan aktivitas yang saling berhubungan dimana ada titik awal dan titik akhir serta hasil tertentu, proyek biasanya bersifat

Lebih terperinci

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 6

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 6 ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 6 Implementasi Sistem ERP Dimensi dan faktor yang mempengaruhi implementasi ERP Isu pada manajemen proyek Estimasi waktu, penentuan skala prioritas, fleksibilitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Risiko berhubungan dengan ketidakpastian, ini terjadi oleh karena kurang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Risiko berhubungan dengan ketidakpastian, ini terjadi oleh karena kurang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Risiko 2.1.1. Definisi Risiko Risiko berhubungan dengan ketidakpastian, ini terjadi oleh karena kurang atau tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi.

Lebih terperinci

PEMETAAN VORD KE DALAM CMMI UNTUK MENINGKATKAN ANALISIS KEBUTUHAN PERANGKAT LUNAK (STUDI KASUS SISTEM PENJUALAN SUPERMARKET SAKINAH)

PEMETAAN VORD KE DALAM CMMI UNTUK MENINGKATKAN ANALISIS KEBUTUHAN PERANGKAT LUNAK (STUDI KASUS SISTEM PENJUALAN SUPERMARKET SAKINAH) PRESENTASI TUGAS AKHIR PEMETAAN VORD KE DALAM CMMI UNTUK MENINGKATKAN ANALISIS KEBUTUHAN PERANGKAT LUNAK (STUDI KASUS SISTEM PENJUALAN SUPERMARKET SAKINAH) Nurma Prita Yanti NRP. 5207 100 034 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

Kusuma Wardani

Kusuma Wardani Penggunaan Microsoft Operations Framework (MOF) Untuk Mencapai Standar ISO 20000 Kusuma Wardani manis.dani88@gmail.com http://kusumawardani2008.blogspot.com Lisensi Dokumen: Copyright 2003-2007 IlmuKomputer.Com

Lebih terperinci

Mengenal COBIT: Framework untuk Tata Kelola TI

Mengenal COBIT: Framework untuk Tata Kelola TI Mengenal COBIT: Framework untuk Tata Kelola TI Reza Pahlava reza.pahlava@gmail.com :: http://rezapahlava.com Abstrak Penelitian yang dilakukan MIT (Massachusetts Institute of Technology) menyimpulkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan beberapa hal mendasar pada penulisan tugas akhir ini. Hal-hal tersebut meliputi latar belakang, permasalahan, batasan masalah, tujuan, manfaat, dan sistematika pembahasan

Lebih terperinci

STUDI TINJAUAN PERBANDINGAN KIPI DAN CMMI SEBAGAI FRAMEWORK STANDAR KEMATANGAN PENGEMBANGAN INDUSTRI PERANGKAT LUNAK

STUDI TINJAUAN PERBANDINGAN KIPI DAN CMMI SEBAGAI FRAMEWORK STANDAR KEMATANGAN PENGEMBANGAN INDUSTRI PERANGKAT LUNAK STUDI TINJAUAN PERBANDINGAN KIPI DAN CMMI SEBAGAI FRAMEWORK STANDAR KEMATANGAN PENGEMBANGAN INDUSTRI PERANGKAT LUNAK STANLEY KAROUW ABSTRAK Model kematangan kemampuan atau Capability Maturity Model adalah

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. penting bagi hampir semua organisasi perusahaan karena dipercaya dapat

1 BAB I PENDAHULUAN. penting bagi hampir semua organisasi perusahaan karena dipercaya dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi (TI) saat ini sudah menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi hampir semua organisasi perusahaan karena dipercaya dapat membantu meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Strategi TI terbaik adalah strategi yang selalu baru dan sesuai

BAB II DASAR TEORI. Strategi TI terbaik adalah strategi yang selalu baru dan sesuai 6 BAB II DASAR TEORI 2.1 Tata kelola departemen TI Strategi TI terbaik adalah strategi yang selalu baru dan sesuai mencerminkan perubahan bisnis dan kondisi pasar serta isu-isu yang berkembang (D.Lutchen,

Lebih terperinci

Manajemen Proyek Sistem Informasi DAY-1. Wiratmoko Yuwono, ST

Manajemen Proyek Sistem Informasi DAY-1. Wiratmoko Yuwono, ST Manajemen Proyek Sistem Informasi DAY-1 Wiratmoko Yuwono, ST Manajemen Dari Kata Manage : Yang Berarti Menata,Merencanakan, Mengatur, Mengendalikan, Mengelola. Orang yang berkecimpung dalam manajemen disebut

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI PENGENDALIAN SISTEM INFORMASI PELAYANAN JASA KAPAL PADA PT. PELABUHAN INDONESIA II

BAB 4 EVALUASI PENGENDALIAN SISTEM INFORMASI PELAYANAN JASA KAPAL PADA PT. PELABUHAN INDONESIA II BAB 4 EVALUASI PENGENDALIAN SISTEM INFORMASI PELAYANAN JASA KAPAL PADA PT. PELABUHAN INDONESIA II Teknologi informasi pada saat ini telah digunakan hampir pada seluruh aspek penting dalam setiap perusahaan

Lebih terperinci

TATA KELOLA PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK DR EAM PADA PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI BALI DENGAN CMMI-DEV

TATA KELOLA PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK DR EAM PADA PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI BALI DENGAN CMMI-DEV TATA KELOLA PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK DR EAM PADA PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI BALI DENGAN CMMI-DEV I Putu Dedy Sandana 1) dan Hari Ginardi 2) 1) Program Studi Magister Manajemen Teknologi, Institut

Lebih terperinci

3/14/16 Manajemen Proyek IT - Universitas Mercu Buana Yogyakarta

3/14/16 Manajemen Proyek IT - Universitas Mercu Buana Yogyakarta Dosen Pengampu: Anief Fauzan Rozi, S.Kom., M.Eng. Phone/WA: 0856 4384 6541 PIN BB: 29543EC4 Email: anief.umby@gmail.com Website: http://anief.mercubuana- yogya.ac.id 3/14/16 Manajemen Proyek IT - Universitas

Lebih terperinci

REKOMENDASI PENGEMBANGAN IT GOVERNANCE

REKOMENDASI PENGEMBANGAN IT GOVERNANCE REKOMENDASI PENGEMBANGAN IT GOVERNANCE MENGGUNAKAN COBIT ( CONTROL OBJECTIVES FOR INFORMATION AND RELATED TECHNOLOGY ) VERSI 3.0 PADA INSTITUSI PENDIDIKAN Wahyuni Program Studi Sistem Informasi, Fakultas

Lebih terperinci

Taryana Suryana. M.Kom

Taryana Suryana. M.Kom COBIT Control Objectives for Information & Related Technology Taryana Suryana. M.Kom E-mail:taryanarx@yahoo.com COBIT Control Objectives for Information and Related Technology (COBIT) dapat definisikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengumpulan Dokumen BSI UMY Penelitian memerlukan dokumen visi dan misi BSI UMY.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengumpulan Dokumen BSI UMY Penelitian memerlukan dokumen visi dan misi BSI UMY. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Dokumen BSI UMY Penelitian memerlukan dokumen visi dan misi BSI UMY. Visi yang dimiliki oleh BSI UMY adalah menjadi Biro yang mampu meningkatkan posisi UMY sebagai

Lebih terperinci

PERANCANGAN TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI PADA PROSES MANAJEMEN PROYEK TI MENGGUNAKAN COBIT 4.1 (STUDI KASUS PUSDATA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM)

PERANCANGAN TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI PADA PROSES MANAJEMEN PROYEK TI MENGGUNAKAN COBIT 4.1 (STUDI KASUS PUSDATA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM) PERANCANGAN TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI PADA PROSES MANAJEMEN PROYEK TI MENGGUNAKAN COBIT 4.1 (STUDI KASUS PUSDATA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM) Ingwang Diwang Katon 1 dan R. V. Hari Ginardi 2 Magister

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-37PJ/2010 TENTANG : KEBIJAKAN TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT

Lebih terperinci

Pertemuan 3. Manajemen Proyek Perangkat Lunak. Proses Dalam Manajemen PL

Pertemuan 3. Manajemen Proyek Perangkat Lunak. Proses Dalam Manajemen PL Pertemuan 3 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Proses Dalam Manajemen PL Manajemen proyek merupakan lapisan pertama dalam proses rekayasa perangkat lunak skala besar. Untuk menuju pada proyek yang berhasil,

Lebih terperinci

Internal Audit Charter

Internal Audit Charter SK No. 004/SK-BMD/ tgl. 26 Januari Pendahuluan Revisi --- 1 Internal Audit Charter Latar Belakang IAC (Internal Audit Charter) atau Piagam Internal Audit adalah sebuah kriteria atau landasan pelaksanaan

Lebih terperinci

AUDIT TATA KELOLA TI BERBASIS MANAJEMEN RISIKO DENGAN MENGGUNAKAN PBI 9/15/2007 DAN COBIT 4.1 DI BANK X

AUDIT TATA KELOLA TI BERBASIS MANAJEMEN RISIKO DENGAN MENGGUNAKAN PBI 9/15/2007 DAN COBIT 4.1 DI BANK X AUDIT TATA KELOLA TI BERBASIS MANAJEMEN RISIKO DENGAN MENGGUNAKAN PBI 9/15/2007 DAN COBIT 4.1 DI BANK X Bayu Endrasasana 1) dan Hari Ginardi 2) 1) Program Studi Magister Manajemen Teknologi, Institut Teknologi

Lebih terperinci

ITIL (Information Technology Infrastructure Library) merupakan suatu framework yang konsisten dan komprehensif dari hasil penerapan yang teruji pada

ITIL (Information Technology Infrastructure Library) merupakan suatu framework yang konsisten dan komprehensif dari hasil penerapan yang teruji pada ITIL (Information Technology Infrastructure Library) merupakan suatu framework yang konsisten dan komprehensif dari hasil penerapan yang teruji pada manajemen pelayanan teknologi informasi sehingga suatu

Lebih terperinci

RAHMADINI DARWAS. Program Magister Sistem Informasi Akuntansi Jakarta 2010, Universitas Gunadarma Abstrak

RAHMADINI DARWAS. Program Magister Sistem Informasi Akuntansi Jakarta 2010, Universitas Gunadarma Abstrak EVALUASI PERAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KOPERASI SWADHARMA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL MATURITY LEVEL PADA KERANGKA KERJA COBIT PADA DOMAIN PLAN AND ORGANISE RAHMADINI DARWAS Program Magister Sistem Informasi

Lebih terperinci

Metrik Proses dan Proyek Perangkat Lunak KARMILASARI

Metrik Proses dan Proyek Perangkat Lunak KARMILASARI Metrik Proses dan Proyek Perangkat Lunak KARMILASARI Outline 2 - Pendahuluan - Metrik dalam domain PROSES - Metrik dalam domain PROYEK - Pengukuran Perangkat Lunak - Menintegrasikan Metrik dalam Proses

Lebih terperinci

BAB 1 Teknik dan Metode Manajemen Proyek

BAB 1 Teknik dan Metode Manajemen Proyek A. Jenis Metodologi Manajemen Proyek - PERT charts. - Gantt charts. - Event Chain Diagrams. - Run charts. - Project Cycle Optimisation. - Dan lain-lain. BAB 1 Teknik dan Metode Manajemen Proyek Di antara

Lebih terperinci

Tugas Mata Kuliah Tata Kelola IT Maturity Attribute of COBIT AI5 Process: Procure IT Resources

Tugas Mata Kuliah Tata Kelola IT Maturity Attribute of COBIT AI5 Process: Procure IT Resources Tugas Mata Kuliah Tata Kelola IT Maturity Attribute of COBIT AI5 Process: Procure IT Resources Oleh : Ariyan Zubaidi 23509025 MAGISTER INFORMATIKA SEKOLAH TEKNIK ELEKTRO DAN INFORMATIKA INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi dan sistem informasi (TI/SI) memberikan

BABI PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi dan sistem informasi (TI/SI) memberikan 1 BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi dan sistem informasi (TI/SI) memberikan dampak pada berkembangnya proses bisnis. Proses bisnis dengan dukungan TI dapat dilaksanakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A KUISIONER UNTUK PEMBOBOTAN KORPORAT

LAMPIRAN A KUISIONER UNTUK PEMBOBOTAN KORPORAT LAMPIRAN A KUISIONER UNTUK PEMBOBOTAN KORPORAT Faktor Domain Bisnis 1. Strategic Values 1.1. Strategic Match Dititikberatkan pada tingkat/derajat dimana semua proyek teknologi informasi atau sistem informasi

Lebih terperinci

BAB III MANAJEMEN PROYEK SISTEM INFORMASI

BAB III MANAJEMEN PROYEK SISTEM INFORMASI BAB III MANAJEMEN PROYEK SISTEM INFORMASI 3.1. Konsep Manajemen Proyek Manajemen proyek sistem informasi ditekankan pada tiga faktor, yaitu : manusia, masalah dan proses. Dalam pekerjaan sistem informasi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. sesuai standar ISO 9001 di PT X. dan rekomendasi dari penulis kepada

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. sesuai standar ISO 9001 di PT X. dan rekomendasi dari penulis kepada BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan penutup yang berisi simpulan untuk menjawab pertanyaan dengan justifikasi hasil penelitian penerapan sistem manajemen mutu sesuai standar ISO 9001 di PT

Lebih terperinci

Pertemuan 11 Manajemen Risiko

Pertemuan 11 Manajemen Risiko Pertemuan 11 Manajemen Risiko Tujuan Memahami konsep manajemen risiko Memahami sumber-sumber risiko Dapat memodelkan risiko dan membuat contingency plan. Risiko Masalah yang belum terjadi Kenapa menjadi

Lebih terperinci

TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI PADA DOMAIN PO (PLAN AND ORGANIZE) MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT 4.1 (STUDI KASUS DI RENTAL MOBIL PT.

TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI PADA DOMAIN PO (PLAN AND ORGANIZE) MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT 4.1 (STUDI KASUS DI RENTAL MOBIL PT. TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI PADA DOMAIN PO (PLAN AND ORGANIZE) MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT 4.1 (STUDI KASUS DI RENTAL MOBIL PT. INDO BISMAR) Ronggo Alit 1, Okky Dewinta 2, Mohammad Idhom 3 Email: ronggoa@gmail.com

Lebih terperinci

Manajemen Resiko Proyek

Manajemen Resiko Proyek Manajemen Resiko Proyek Tujuan Paparan Memahami apa yang dimaksud dengan resiko dan apa pentingnya mengelola resiko proyek Mengetahui resiko yang umum terjadi pada Proyek TI Memahami proses/ tahapan dalam

Lebih terperinci

Ringkasan Chapter 12 Developing Business/ IT Solution

Ringkasan Chapter 12 Developing Business/ IT Solution TUGAS SISTEM INFORMASI MANAJEMEN Dosen : Dr. Ir. Arif Imam Suroso, M.Sc Ringkasan Chapter 12 Developing Business/ IT Solution Oleh : Shelly Atriani Iskandar P056121981.50 KELAS R50 PROGRAM PASCA SARJANA

Lebih terperinci