BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang. Seni cadas adalah gambar yang terdapat pada dinding gua atau ceruk, tebing,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang. Seni cadas adalah gambar yang terdapat pada dinding gua atau ceruk, tebing,"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Seni cadas adalah gambar yang terdapat pada dinding gua atau ceruk, tebing, dan batu. Seni cadas merupakan salah satu fenomenal dalam dunia arkeologi yang dapat ditemukan di beberapa lokasi di dunia. Seni cadas dapat ditemukan di Benua Amerika, Afrika, Eropa, Australia, serta Benua Asia (Whitley, 2008: 1). Di Benua Asia seni cadas dapat ditemukan di Asia Selatan serta Asia Tenggara. Khusus di wilayah Asia Selatan, tepatnya di India seni cadas tidak ditemukan di dalam gua, namun hanya terdapat di dinding-dinding ceruk yang berkembang sejak masa mesolotikum hingga masa sejarah. Di Asia Tenggara seni cadas dapat ditemukan di Malaysia, Thailand, Filipina, serta Indonesia (Permana, 2005: 161). Gambar-gambar tersebut dapat dibagi menjadi dua berdasarkan bentuknya, yaitu figuratif yang berarti gambaran dalam bentuk tertentu serta dekoratif yang berarti perpaduan dari bentukbentuk geometris. (Tanudirjo dan Mahirta, 2009: 47). Teknik atau cara pembuatan seni cadas terbagi menjadi dua macam, yaitu lukisan dan goresan. Lukisan atau piktograf adalah seni yang dibuat pada dinding gua menggunakan bahan dan warna khusus dengan adanya proses penambahan sehingga menimbulkan perbedaan warna tanpa menimbulkan bekas goresan pada cadas. Cara pembuatan lukisan pun beragam yaitu menggunakan cat basah serta dengan cara kering. Teknik menggunakan cat basah biasanya diaplikasikan menggunakan kuas,

2 jari-jari tangan, atau dengan cara dicap. Cara pengaplikasian seni cadas dengan cat basah memiliki satu cara yang unik yaitu dengan menitikkan cat dengan ujung jari di atas permukaan batu atau cadas atau cruder (Whitley, 2005: 7). Goresan atau petroglif dibagi menjadi menggores, menggaruk, mengupam, senumbuk, serta menatah berdasarkan cara mengurangi lapisan dinding gua. Menggores dilakukan dengan menggunakan alat dengan ujung runcing seperti batu dan menghhasilkan jejak garis tipis, namun jika hasilnya berupa garis yang memiliki beberapa ujung disebut menggaruk dan biasanya menggunakan kuku. Mengupam merupakan cara menghaluskan atau mengauskan permukaan cadas dengan menggosokkan benda diatasnta, menumbuk merupakan cara yang dihasilkan dari membenturkan benda keras ke atas permukaan cadas dan meninggalkan bentuk tertentu. Menatah dapat dikatakan mirip dengan menumbuk namun menggunakan benda ketiga sebagai perantara antara permukaan cadas dan benda yang memukul beda ketiga tersebut (Tanudirjo dan Mahirta, 2009: 48) Disamping kedua macam seni cadas tersebut, terdapat satu jenis lain yaitu cupules. Cupules merupakan seni cadas yang terdapat di atas batu, namun tidak hanya terdapat pada dinding gua atau shelter tapi juga di lantai gua atau bahkan batuan besar di luar gua. Cupules berasal dari bahasa latin yaitu cūpula yang berarti tong kecil dikarenakan bentuknya yang berupa cekungan di atas permukana cadas mirip seperti mangkok atau tong kecil. Cupules dapat diartikan sebagai bentukan mangkok atau ceruk kecil yang dibuat oleh manusia di atas batuan. Cupules banyak ditemukan di beberapa wilayah di Amerika dan Eropa serta diduga berasal dari masa paleolitikum. (Bednarik, 2008: 62).

3 Objek yang umunya dijadikan gambar dalam seni cadas dibagi menjadi dua berdasarkan bentuknya, yaitu bentuk abstrak berupa bentuk geometris, gabungan dari bentuk geometris, bentuk bebas, serta bentuk yang tidak dapat dikorelasikan dengan dunia nyata, sedangkan bentuk representatif merupakan bentuk yang dibuat berdasarkan benda-benda hidup seperti manusia, hewan, tanaman, serta bentuk simbolis. (Silfer, 2007: 59). Seni yang mengandung makna simbolis memiliki arti khusus dan juga sangat bermakna bagi pembuatnya (Boas, 1955: 39). Dalam kehidupan simbol merupukan salah satu bentuk hubungan yang paling erat dan menyababkan manusia dijuluki sebagai animal symbolicum, yaitu mahluk hidup yang dapat menciptakan, menggunakan, dan mengembangkan simbol-simbol sebagai cara untuk beradaptasi dan melestarikan rasnya (Cassier, 1945 dalam Ahimsa-Putra 2012: 384). Pada kehidupan manusia simbol memiliki arti yang erat dengan pandangan hidupnya semenjak jaman prasejarah. Tanudirjo (1986) mengatakan dalam Gejala Pleonasme Dalam Kesenian Kuno Indonesia bahwa lukisan dinding memiliki arti yang dalam. Di sisi lain, seni cadas dapat menjadi bukti bahwa manusia pada masa lampau sudah memiliki cita rasa seni. Hal ini dikarenakan seni cadas berpotensi untuk dapat mengungkapkan prilaku (behavior) dan khasanah pengetahuan (cognition) manusia pembuatnya. (Tanudirjo, 2008). Lukisan dinding gua atau seni cadas dapat dijadikan bukti sebagai gambaran kehidupan masa lalu serta bagaimana pola tingkah laku manusia pada masa itu karena tempat hunian manusia pada masa prasejarah dianggap sebagai tempat hunian pertama (Permana, 2014: ).

4 Situs yang juga memiliki seni cadas pada dinding gua adalah Situs Tron Bon Lei dan Ba Lei yang terletak di Desa Wakafsir, Wilayah Pantai Selatan, Kecamatan Alor Barat Daya, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur. Seni cadas yang ditemukan di kedua situs tersebut ditemukan dalam penelitian arkeologi yang dilakukan oleh Universitas Gadjah Mada dan Australian National University pada bulan Juni 2014 lalu dengan mengusung tema Pleistocene Occupation and Island Use in the Wallacean Archipelago. Selain seni cadas, pada Situs Tron Bon Lei juga ditemukan fragmen gerabah, tulang hewan dan manusia, bekal kubur, serta alat batu. Pulau Alor merupakan pulau paling timur dari provinsi Nusa Tenggara Timur. Secara astronomis terletak pada 8º - 6º LS sampai dengan 8º - 36º LS dan 123º - 48º BT sampai 125º - 48º BT serta memiliki luas wilayah 2.864,64 km 2 dengan ketinggian 6 sampai dengan meter diatas permukaan laut. ( Kampung Lerabaing merupakan sebuah pemukiman kecil di pesisir pantai yang pada mulanya dihuni oleh Suku Kui. Kata Kui berasal dari nama kerajaan yang pernah ada di Desa Lerabaing sebelum Indonesia merdeka. Kerajaan Kui pada masa itu mencangkup masyarakat dari Suku Masin, Hamap, Kelon, dan Abui dan memiliki cakupan yang lebih luas dibandingkan dengan Suku Kui sekarang ini. Setelah Kerajaan Kui hancur, maka Suku Kui hanya digunakan untuk menyebut masyarakat yang tersisa dari kerajaan tersebut dan menjadi kaum minoritas. (Pusat Masyarakat dan Kebudayaan LIPI) Tron Bon Lei merupakan nama lokal yang diberikan oleh masyarakat di Kampung Lerabaing. Tron Bon Lei memiliki arti tempat di mana para wanita pada jaman dulu memasak bahan pewarna yang mereka gunakan untuk benang tenun. Kata

5 Tron dapat berarti pewarna pakaian yang digunakan oleh warga untuk mewarnai tenun, sedangkan Bon memiliki arti tungku yang mereka gunakan untuk memasak bahan pewarna tersebut, dan Lei merupakan bahasa lokal yang berrati gua. Di desa lain ada yang menyebut dengan kata Lou hal ini terjadi akibat dipengaruhi oleh percampuran atas banyaknya bahasa lokal yang terdapat di Pulau Alor. Ba Lei merupakan gugusan tiga gua yang bersebelahan antara satu dan yang lainnya dan terdapat jarak sekitar 30 m diantara ketiga gua tersebut. Dari ketiga guagua tersebut, pada Ba Lei II yaitu gua Ba Lei yang berada ditengah, terdapat satu tembikar yang berada di bibir gua dan sebagian besar badan tembikar tersebut masih dalam keadaan utuh. Gua tersebut juga merupakan gua yang ukurannya paling besar dibandingkan dengan gua-gua lainnya di Ba Lei. Pada Ba Lei III, yang memiliki lokasi paling barat diantara gua yang lainnya, terdapat lukisan gua seperti yang ditemukan di Tron Bon Lei. Jika dilihat secara sekilas hanya terlihat seperti coretancoretan berwarna putih yang terdapat di dinding-dinding mulut gua. Akan tetapi jika dilihat lebih seksama, juga terdapat seni cadas berwarna merah di dinding gua tersebut. Berbeda dengan Ba Lei II, gua ini jauh lebih kecil ukurannya, dengan tinggi mulut gua tidak sampai 2m serta lebar mulut gua yang hanya sekitar 4m. Berbeda dengan lukisan dinding di Tron Bon Lei yang mayoritas seni cadas nya memiliki pigmen merah pada lukisan masih dapat dilihat dengan jelas, pada Situs Ba Lei III lukisan-lukisan gua yang berwarna putih terlihat lebih dominan karena terlihat lebih jelas serta pigmennya pun lebih tebal dibandingkan dengan lukisan gua yang berwarna merah yang sebagian sudah terlihat pudar. Juga terdapat beberapa seni cadas di Ba Lei yang memiliki pigmen berwarna putih terletak di atas lukisan yang

6 memiliki pigmen berwarna merah. Ada dugaan awal bahwa lukisan yang berwarna putih usianya lebih muda dibandingkan dengan lukisan yang berwarna merah yang ada di bawahnya. Dugaan awal ini berasal karena letaknya yang berada diatas lukisan berwarna merah yang warnanya terlihat lebih pudar dibandingkan dengan seni cadas yang berwarna putih karena masih terlihat sangat jelas. Penelitian mengenai seni cadas di Pulau Alor belum pernah dilakukan sebelumnya, walau pun lokasi Pulau Alor sangat dekat dengan Pulau Timor yang memiliki banyak seni cadas karena masih berada dalam satu wilayah yaitu Wallacea. Selain itu, bentuk seni cadas yang terdapat di Situs Tron Bon Lei memiliki kemiripan dengan seni cadas yang ditemukan oleh Ballard di Situs Dudumahan, Pulau Kei Kecil pada tahun Variasi warna seni cadas yang terdapat di Situs Ba Lei juga merupakan hal menarik karena terdapat beberapa lukisan berwarna putih diatas lukisan yang berwarna merah dan terlihat lebih pudar pigmen nya. Berkaitan dengan latar belakang di atas, maka penelitian mengenai seni cadas di Pulau Alor perlu dilakukan. Salah satunya dengan menggunakan metode deskripsi atas Situs Tron Bon Lei dan Ba Lei karena sebelum ini belum pernah dilakukan penelitian khusus mengenai seni cadas di Pulau Alor. Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat melengkapi informasi mengenai kehidupan masa prasejarah di Wallacea. Akurasi penulisan dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara seni cadas yang terdapat pada Situs Tron Bon Lei dan Ba Lei III yang selanjutnya akan disebut Ba Lei, antara bentuk, warna, dan gaya melukisnya. Hasil yang didapat dari beberapa variabel tersebut akan dianalisis lebih lanjut. Analisis

7 lebih lanjut merupakan interpretasi perbedaan dan persamaan seni cadas yang terdapat di Situs Tron Bon Lei dan Ba Lei. II. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka masalah yang dapat disimpulkan adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah variasi seni cadas yang terdapat pada Situs Tron Bon Lei dan Ba Lei berdasarkan variabel yang dikumpulkan di lapangan? III. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memberikan deskripsi seni cadas yang terdapat pada Situs Tron Bon Lei dan Ba Lei. Hal ini dikarenakan seni cadas yang terdapat pada Tron Bon Lei memiliki keunikan berupa satu gua memiliki dua warna seni cadas yang berbeda, yaitu merah dan putih. Pada Situs Ba Lei juga terdapat beberapa seni cadas yang memiliki pigmen warna putih terletak di atas seni cadas yang berwarna merah. Selain itu penelitian ini merupakan penelitian pertama tentang seni cadas di Pulau Alor, karena sebelumnya belum pernah ditemukan seni cadas di Pulau Alor. Setelah mendapatkan hasil klasifikasi akan dilakukan analisis komperasi antara seni cadas yang terdapat pada masing-masing situs. Kemudian dari identifikasi tersebut maka akan diketahui faktor apa saja yang mengakibat adanya persamaan atau perbedaan dari seni cadas di masing-masing situs.

8 IV. Batasan Penelitian Penelitian ini memiliki batasan berupa wilayah, kajian variabel, serta metode. 1. Wilayah Batasan wilayah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Desa Wakafsir, Wilayah Pantai Selatan, Kecamatan Alor Barat Daya, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur yang di dalamnya terdapat dua situs yaitu Situs Tron Bon Lei serta Situs Ba Lei. 2. Kajian Variabel Variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bentuk, teknik atau cara pembuatan, warna, serta letak seni cadas serta korelasi antara satu seni cadas dan yang lain nya di setiap situs. V. Keaslian Penelitian Laporan mengenai adanya seni cadas pada gua-gua yang terdapat di Indonesia sudah banyak ditulis sebelumnya, dan selama ini seni cadas lebih banyak ditemukan pada wilayah timur Indonesia. Pertama kali laporan tentang seni cadas didapatkan sekitar abad ke-19. Pada tahun 1884 D.F. Van Braam Morris menulis tentang tentang seni cadas yang terdapat pada Teluk Berau. Di samping Teluk Berau, masih terdapat banyak situs yang memiliki seni cadas baik yang sudah diteliti maupun belum. Seni cadas juga dapat ditemukan di beberapa wilayah Indonesia seperti Kalimantan,

9 Sulawesi, Maluku, serta Irian Barat (Prasetyo dkk, 2004). Di Pulau Papua penelitian mengenai seni cadas pernah dilakukan oleh A. Hahn, KW Galis, Roder, Philip D, Karina Arifin, Goenadi Nh, serta tim dari Balai Arkeologi Jayapura di wilayah Kepala Burung di Teluk Cendrawasih, Sentani, serta Wamena. (Djami, 2008). Penelitian mengenai seni cadas di Pulau Alor belum pernah di lakukan sebelumnya, bahkan sekedar laporan atau catatan mengenai adanya seni cadas di pulau tersebut. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan di Pulau Alor merupakan penilitian yang dilakukan pada tahun 2013 dan 2014 oleh Balai Arkeologi Bali dan lebih terfokus kepada Situs Ala ang. Penelitian yang juga dilakukan oleh Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan LIPI pada tahun 2011 merupakan penelitian mengenai bahasa, materi, dan tradisi lisan terhadap Suku Kui di Pulau Alor. Atmosudiro pernah melakukan penelitian di Pulau Alor tentang mengenai di Desa Ampera, juga dilakukan di wilayah utara Pulau Alor. Kedua penelitian ini sama sekali tidak menyebutkan tentang ada nya seni cadas di Pulau Alor, sehingga penelitian ini merupakan penelitian pertama di Pulau Alor tentang seni cadas. Sehingga ini merupakan penelitian pertama mengenai seni cadas di Pulau Alor. VI. Tinjauan Pustaka Pustaka yang berkaitan dengan penelitian tentang seni cadas sudah banyak diterbitkan. Ada pun artikel yang dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah artikel oleh Tanudirjo yang berjudul Problem dan Prospek Kajian Seni Cadas Prasejarah di Indonesia dalam buku Prasejarah Indonesia Dalam Lintasan Asia Tenggara-Pasifik

10 yang diterbitkan pada tahun Dalam artikel ini Tanudirjo menjelaskan adanya lima kajian seni cadas yang pada umumnya sudah cukup banyak dilakukan oleh arkeolog yang meniliti seni cadas hanya saja belum maksimal hasilnya. Analasis komperatif yang dilakukan atas seni cadas di Situs Tron Bon Lei dan Ba Lei atas variabel yang ditemukan kemudian akan dikaitkan dengan aspek sintatik yang merupakan salah satu aspek yang diungkapkan oleh Tanudirjo dalam artikelnya. Buku yang akan menjadi referensi utama dalam penelitian ini adalah buku yang ditulis oleh David Whitley yang berjudul Rock Art Research yang diterbitkan pada tahun Dalam buku ini Whitley mengungkapkan penelitiannya terhadap seni cadas yang ada di Amerika dan Eropa. Walau pun ia tidak menyinggung penelitian seni cadas di Indonesia secara spesifik, namun dalam buku tersebut ia mengungkapkan tentang bagaimana melakukan penelitian terhadap seni cadas. Seperti perkembangan penelitian seni cadas dari awal, kekurangan dan kelebihan suatu metode, pentingnya penelitian mengenai seni cadas dalam merekonstruksi system religi dan simbol, menjelaskan hubungan dan status gender dalam kehidupan manusia pada masa lampau, menjelaskan batasan budaya, dan mempelajari asal usul seni dan system kepercayaan, hingga analisis etnografi terhadap seni cadas yang diteliti. Penelitian ini juga menggunakan artikel yang ditulis oleh O Connor Nine New Painted Rock Art Sites From East Timor in the Context of the Western Pacific Region tentang seni cadas yang ditemukan pada pesisir utara Timor Leste. Hal ini dilakukan karena lokasi Pulau Timor yang dekat dengan Pulau Alor dan penulis dapat mencari kemiripan atau perbedaan antara seni cadas yang ditemukan di Timor Leste

11 dengan di Pulau Alor. Sehingga seni cadas yang telah ditemukan di Situs Lene Hara akan dibandingkan dengan seni cadas yang ditemukan di Situs Tron Bon Lei dan Ba Lei. Artikel A Rock Art Site in Kai Kecil, Southest Mollucas oleh Ballard juga akan dijadikan acuan oleh penulis karena dalam artikel tersebut Ballard juga melakukam deskripsi mengenai seni cadas di Desa Dudumahan, Pulau Kei, Maluku serta melakukan identifikasi bentuk yang terdapat dalam seni cadas di Dudumahan. Ballard dalam artikel ini membuat beberapa tipe seni cadas berdasar apa yang ditemukannya, maka penelitian ini akan mengacu untuk membuat tipe seni cadas berdasar yang Ballard lakukan di Situs Dudumaham, lalu akan dilihat apakah ada kemiripan antara seni cadas yang terdapat di Situs Dudumaham dengan seni cadas yang terdapat di Situs Dudumaham. Artikel ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagaimana melakukan identifikasi seni cadas. VII. Metode Metode yang dilakukan merupakan metode survei langsung dengan mengumpulkan data variabel yang dibutuhkan. Aspek keruangan, kronologi, asintatik, semantik, serta pragmatik adalah lima aspek yang selama ini dianggap penting oleh para pakar seni cadas prasejarah dalam mengungkap seni cadas. (Tanudirjo, 2008). Penelitian ini akan menggunakan aspek semantik. Yaitu aspek yang meliputi teknis cara pembuatan, motif, teknik, serta tata letak yang semuanya

12 masih berhubungan dengan seni cadas itu sendiri. (Tanudirjo, 2008). Variabel yang nantinya akan digunakan untuk melakukan klasifikasi adalah : A. Bentuk B. Teknik Pembuatan C. Warna Setelah semua variabel terkumpul lalu akan mengaplikasi software D Stretch untuk membantu melihat seni cadas yang sudah pudar. Hal ini dilakukan agar dapat melihat gambar-bambar seni cadas tersebut dengan lebih jelas dan diharapkan dapat menjawab pertanyaan mengenai variasi seni cadas di Situs Tron Bon Lei dan Ba Lei di bagian selatan Pulau Alor. Penalaran yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penalaran induktif, berupa penalaran induktif dapat menghasilkan teori dan memberikan informasi-informasi baru (Endraswara 1996: 52). Berikut tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian ini: 1. Pengumpulan Data Tahap pengumpulan data merupakan tahap pertama yang dilakukan dalam penelitian ini. Pengumpulan data kemudian akan dibagi menjadi dua, yaitu survei lapangan serta pengumpulan data pustaka. Akan dilakukan studi pustaka mengenai situs-situs yang memiliki seni cadas dan sudah pernah dilakukan penelitian sebelumnya di wilayah Indonesia bagian timur serta Timor Leste untuk mengumpulkan informasi. Pengumpulan data survey dilakukan untuk mendapatkan variabel yang akan digunakan untuk melakukan analisis komperatif dengan aspek sintatik. Variabel yang digunakan adalah: a. Bentuk

13 b. Teknik Pembuatan c. Warna d. Tinggi lukisan dan korelasinya dengan lukisan lain 2. Perekaman Data Proses perekaman data sangat penting dalam penelitian ini. Satu per satu seni cadas yang terdapat pada Situs Tron Bon Lei dan Ba Lei didokumentasikan dengan cara diambil gambar nya yang sebelumnya sudah diberi skala standard IFRAO (International Federation of Rock Art Organization). Dalam perekaman data penelitian seni cadas terdapat dua cara, yaitu metode penggambaran langsung serta metode pemotretan (Puslit Arkenas, 2008). Penelitian ini menggunakan metode pemotretan dengan cara memotret seni cadas. Sistemasi perekaman data juga dilakukan secara sistematis mulai dari bagian barat gua atau shelter ke bagian timur dan dilakukan beruntun dari atas ke bawah. Ketika akan melakukan pengambilan gambar oleh kamera, setiap seni cadas yang terdapat panda dinding gua dan shelter akan ditandai dengan nomor yang sudah diurutkan dari barat ke timur dan dari bawah ke atas. Dapat dikatakan dalam tahap perekaman data penulis menggunakan system grid. Selesai dilakukan perekaman data menggunakan kamera, maka penulis akan mengukur tinggi dari setiap seni cadas, warna seni cadas, serta bentuknya ke dalam catatan. Kemudian dipindah ke dalam Micosoft Excel dan kemudian diberi keterangan pada setiap lukisan gua yang sudah diberi nomor.

14 A B C D E F G H I J K Gambar 1.VII. Skema cara perekaman seni cadas di dinding gua (gambar oleh penulis) 3. Analisis Data-data yang sudah didapatkan di lapangan dari variabel yang dicari kemudian akan dilakukan analisis mengenai variasi seni cadas di Situs Tron Bon Lei dan Ba Lei. Tahap analisis ini dilakukan untuk mendeskripsi seni cadas pada masing-masing situs yang masih terdapat pada suatu wilayah yang sama maka dapat dikatakan ini juga meupakan analisis regional. Setelah dilakukan deskripsi seni cadas pada masingmasing situs berdasarkan variabel yang didapat yaitu bentuk, gaya, warna, serta letak seni cadas dari permukaan tanah kemudian akan dapat terlihat persamaan dan perbedaan seni cadas yang terdapat pada Situs Tron Bon Lei dan Ba Lei. Terdapat beberapa analisis yang akan dilakukan: 1. Sebelum melakukan analisis mengenai atribut seni cadas, akan dilakukan pengamatan warna dan bentuk dengan menggunakan software D Stretch supaya setiap lukisan dapat terlihat bentuknya dengan lebih jelas. Hal ini

15 dikarenakan kondisi seni cadas yang tidak semuanya terlihat dengan mata telanjang, dan juga terdapat banyak seni cadas yang sudah dalam keadaan pudar atau pun terkelupas dinding gua dan shelter nya. Tahap yang akan dilakukan dalam menggunakan software D Stretch adalah sebagai berikut : a. Buka software ImageJ, ini merupakan software yang nantinya memiliki fitus D Stretch dan dapat digunakan untuk mengedit foto seni cadas yang dimiliki. Gambar I.1 Software ImageJ (Gambar oleh penulis) b. Setelah software ImageJ keluar, tekan tombol Plugins, lalu pilih D Stretch Gambar I.2 Software ImageJ (Gambar oleh penulis)

16 c. Setelah itu tekan tombol D Stretch Run Gambar I.3 Software ImageJ (Gambar oleh penulis) d. Setelah D Stretch terbuka, akan terbuka jendela untuk memilih foto yang nantinya akan diedit kontras nya oleh D Stretch, kemudian pilih salah satu foto yang akan digunakan. Gambar I.4 Bagaimana penampilah D Stretch

17 (Gambar oleh penulis) e. Setelah itu, pengguna dapat memilih fitur yang disediakan oleh D Stretch untuk mengganti kontras pada foto yang dianggap paling dapat menampilkan pigmen merah pada foto yang sebelum nya tidak dapat terlihat dengan jelas. Terdapat beberapa pilihan untuk mengedit kontras pada foto dalam D Stretch, yaitu : 1. LDS : Digunakan untuk melihat pigmen warna kuning. 2. YRD : Digunakan untuk melihat pigmen warna merah. 3. LAB : Digunakan untuk melihat pigmen berwarna putih dan hitam. 4. YYE : Digunakan untuk melihat pigmen berwarna kuning menjadi berwara cokelat. 5. LRE : Digunakan untuk melihat pimen berwarna merah. 6. YRE : Digunakan untuk melihat pigmen berwarna merah yang sudah sangat pudar. 7. CRGB : Digunakan untuk melihat pigmen berwarna merah. 8. YBK : Digunakan untuk melihat pigmen berwarna biru atau hitam. Terdapat delapan pilihan dalam D Stretch yang dapat digunakan untuk merubah kontras foto, dan walau pun setiap fitur memiliki keunggulan untuk mencari suatu warna pigmen tertentu, namun setiap foto memiliki hasil yang berbeda-beda, sehingga dalam mengedit kontras tidak hanya terikat oleh satu aplikasi.

18 Gambar I.5 Hasil menggunakan D Stretch dengan aplikasi YRD 16,7% (Gambar oleh penulis) f. Setelah mendapatkan hasil yang diinginkan dengan kontras yang sesuai dan hasil yang dapat memperlihatkan pigmen merah pada dinding gua atau shelter, tekan tombol save untuk menyimpan hasil yang sudah dikerjakan. 2. Setelah mendapatkan gambar dari setiap seni cadas yang sudah di dokumentasikan sebelumnya, kemudian masing-masing bentuk seni cadas di kedua situs akan dikategorikan menjadi dua, yaitu bentuk lukisan abstrak atau bentuk representatif. 3. Kemudian dilakukan analisis untuk melihat gaya atau cara penggambaran seni cadas. Melukis, mencap, dan stensil merupakan cara-cara yang dilakukan untuk menggambar seni cadas. Melukis adalah warna yang dihasilkan pada permukaan cadas dari alat yang digunakan untuk menggambar dan sebelumnya telah diberi bahan pewarna. Mencap adalah bentuk atau gambar yang didapatkan di atas cadas atau media seni cadas dengan membubuhkan bahan pewarna terhadap benda yang akan dilukis. Stensil adalah cara yang

19 dilakukan dengan menyemprotkan bahan pewarna disekitar benda diatas cadas dan menghasilkan gambar negatif. (Tanudirjo dan Mahirta 2008). Namun, nantinya akan dikategorikan menjadi seni cadas piktograf atau petroglif. 4. Setelah itu akan dilakukan identifikasi warna. Analisis warna yang dilakukan adalah melihat warna dari seni cadas yang ada dan dikomparasikan dengan skala standar warna seni cadas yang dikeluarkan oleh IFRAO (International Federation of Rock Art Asosisation) setelah seni cadas diproses menggunakan software D Stretch sebelumnya. 5. Analisis yang terakhir merupakan klasifikasi untuk melihat topologi atas seni cadas yang ditemukan di Situs Tron Bon Lei dan Ba Lei yang sudah dianalisis berdasar bentuk, gaya, serta warna nya. Melakukan tipologi adalah kunci untuk melakukan klasifikasi (Whitley, 1987). Penulis akan mengikuti cara klasifikasi atas seni cadas berdasar bentuk, warna, serta gaya seni cadas seperti yang dilakukan oleh Ballard di Situs Dudumahan, Pulau Kei Kecil, Maluku. 4. Kesimpulan Kesimpulan merupakan tahap identifikasi akhir setelah semua data yang terkumpul dianalisis dan disintesiskan. Tahap kesimpulan digunakan untuk pertanyaan dalam permasalahan yang sudah diajukan di atas diharapkan dapat dijawab. Pada tahap ini akan diperoleh data mengenai deskripsi seni cadas pada Situs Tron Bon Lei dan Ba Lei serta persamaan dan perbedaan pada kedua situs serta tipologi seni cadas pada masing-masing situs.

20

BAB I PENDAHULUAN. cukup populer di dunia. Gambar cadas merupakan suatu karya manusia

BAB I PENDAHULUAN. cukup populer di dunia. Gambar cadas merupakan suatu karya manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gambar cadas merupakan salah satu tinggalan arkeologi yang cukup populer di dunia. Gambar cadas merupakan suatu karya manusia yang memiliki pola tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara Timur. Di pulau ini ditemukan banyak tinggalan arkeologis yang

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara Timur. Di pulau ini ditemukan banyak tinggalan arkeologis yang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pulau Alor merupakan salah satu pulau yang terletak di Kepulauan Nusa Tenggara Timur. Di pulau ini ditemukan banyak tinggalan arkeologis yang diperkirakan berasal dari

Lebih terperinci

JEJAK MIGRASI PENGHUNI PULAU MISOOL MASA PRASEJARAH

JEJAK MIGRASI PENGHUNI PULAU MISOOL MASA PRASEJARAH JEJAK MIGRASI PENGHUNI PULAU MISOOL MASA PRASEJARAH Klementin Fairyo (Balai Arkeologi Jayapura) Abstrack Humans and the environment are interrelated and inseparable. Environment provides everything and

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing yang sangat strategis, yang terletak di tengah-tengah jalur perdagangan yang menghubungkan antara

Lebih terperinci

BAB 3 DESKRIPSI MOTIF PERAHU PADA SENI CADAS DI INDONESIA

BAB 3 DESKRIPSI MOTIF PERAHU PADA SENI CADAS DI INDONESIA BAB DESKRIPSI MOTIF PERAHU PADA SENI CADAS DI INDONESIA Berdasarkan data foto dan gambar yang dapat dikumpulkan dari hasil penelitian mengenai seni cadas pada situs-situs di Indonesia dan sekitarnya (Sarawak

Lebih terperinci

BENTUK DAN FUNGSI GERABAH KAWASAN DANAU SENTANI

BENTUK DAN FUNGSI GERABAH KAWASAN DANAU SENTANI BENTUK DAN FUNGSI GERABAH KAWASAN DANAU SENTANI Hari Suroto (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract Based on the research done, earthenware is found in Sentani Lake. The earthenware which is found in pieces,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada penggunaan lambang suatu kerajaan (Zoest, 1993, hal. 6). Simbol

BAB I PENDAHULUAN. pada penggunaan lambang suatu kerajaan (Zoest, 1993, hal. 6). Simbol BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Simbol merupakan tanda yang muncul dari kesepakatan sosial, misal pada penggunaan lambang suatu kerajaan (Zoest, 1993, hal. 6). Simbol sangat erat dengan kehidupan

Lebih terperinci

RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN

RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN SEJARAH PENEMUAN SITUS Keberadaan temuan arkeologis di kawasan Cindai Alus pertama diketahui dari informasi

Lebih terperinci

JEJAK BUDAYA PENUTUR AUSTRONESIA PADA SITUS KAMPUNG FORIR, FAKFAK (The Last Vestiges of The Austronesian Culture in Kampung Forir Site, Fakfak)

JEJAK BUDAYA PENUTUR AUSTRONESIA PADA SITUS KAMPUNG FORIR, FAKFAK (The Last Vestiges of The Austronesian Culture in Kampung Forir Site, Fakfak) JEJAK BUDAYA PENUTUR AUSTRONESIA PADA SITUS KAMPUNG FORIR, FAKFAK (The Last Vestiges of The Austronesian Culture in Kampung Forir Site, Fakfak) Sri Chiirullia Sukandar Balai Arkeologi Jayapura, Jalan Isele,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keramik Tiongkok dari dinasti Han (206 S.M 220 M). 1 Keramik di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. keramik Tiongkok dari dinasti Han (206 S.M 220 M). 1 Keramik di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan keramik asing di Indonesia dari berbagai negara sudah masuk ke Indonesia sejak jaman prasejarah, dibuktikan dengan temuan tertua berupa keramik Tiongkok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan masyarakat masa lampau merupakan catatan sejarah yang sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau pegangan hidup bagi masyarakat

Lebih terperinci

GERABAH SITUS MANSINAM KAJIAN ETNOARKEOLOGI

GERABAH SITUS MANSINAM KAJIAN ETNOARKEOLOGI GERABAH SITUS MANSINAM KAJIAN ETNOARKEOLOGI Klementin Fairyo (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract The Process of vessels making in Mansinam site was not far too different with other places in Indonesia:

Lebih terperinci

Teknik Menggerakkan Perahu yang terekam dalam Seni Cadas sebagai Kekayaan Seni dan Maritim di Indonesia. Adhi Agus Oktaviana

Teknik Menggerakkan Perahu yang terekam dalam Seni Cadas sebagai Kekayaan Seni dan Maritim di Indonesia. Adhi Agus Oktaviana Teknik Menggerakkan Perahu yang terekam dalam Seni Cadas sebagai Kekayaan Seni dan Maritim di Indonesia Adhi Agus Oktaviana Abstrak Perahu merupakan sarana transportasi air yang memiliki nilai penting

Lebih terperinci

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi BAB II DATA DAN ANALISA 2. 1 Data dan Literatur Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh dari: 1. Media elektronik: Internet 2. Literatur: Koran, Buku 3. Pengamatan langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerang, sekam padi, atau pecahan tembikar yang dihaluskan (grog), mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. kerang, sekam padi, atau pecahan tembikar yang dihaluskan (grog), mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desa Sentang adalah sebuah desa yang ada di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Sumatera Utara. Beberapa perempuan di Desa Sentang memiliki keahlian dalam membuat

Lebih terperinci

Pengertian. Ragam hias. Teknik. Pada pelajaran Bab 4, peserta didik diharapkan peduli dan melakukan aktivitas berkesenian,

Pengertian. Ragam hias. Teknik. Pada pelajaran Bab 4, peserta didik diharapkan peduli dan melakukan aktivitas berkesenian, Bab 4 Menerapkan Ragam Hias pada Bahan Kayu Alur Pembelajaran Pengertian Menerapkan Ragam Hias pada Bahan Kayu Ragam hias Teknik Menggambar Ragam Hias Ukiran Melukis Ragam Hias di Atas Bahan Kayu Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata.

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki sekitar 500 kelompok etnis, tiap etnis memiliki warisan budaya yang berkembang selama berabad-abad, yang dipengaruhi oleh kebudayaan India,

Lebih terperinci

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA Nama : Muhammad Bagus Zulmi Kelas : X 4 MIA No : 23 SENI RUPA Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan

Lebih terperinci

TRADISI PENGUBURAN DALAM GUA DAN CERUK PADA MASYARAKAT WEB DI KAMPUNG YURUF DISTRIK WEB KABUPATEN KEEROM

TRADISI PENGUBURAN DALAM GUA DAN CERUK PADA MASYARAKAT WEB DI KAMPUNG YURUF DISTRIK WEB KABUPATEN KEEROM TRADISI PENGUBURAN DALAM GUA DAN CERUK PADA MASYARAKAT WEB DI KAMPUNG YURUF DISTRIK WEB KABUPATEN KEEROM Klementin Fairyo (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract Burial in caves and niches on the Web is a

Lebih terperinci

ANALISIS BATU BATA. A. Keletakan

ANALISIS BATU BATA. A. Keletakan ANALISIS BATU BATA Berdasarkan pada hasil penelitian ini dapat dipastikan bahwa di Situs Sitinggil terdapat struktur bangunan berciri masa prasejarah, yaitu punden berundak. Namun, berdasarkan pada hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia, sehingga kemudian jalur perdagangan berpindah tangan ke para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Alat tulang merupakan salah satu jenis produk teknologi manusia. Alat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Alat tulang merupakan salah satu jenis produk teknologi manusia. Alat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Alat tulang merupakan salah satu jenis produk teknologi manusia. Alat tulang digunakan sebagai alat bantu dalam suatu pekerjaan. Alat tulang telah dikenal manusia sejak

Lebih terperinci

TIPOLOGI MOTIF CAP TANGAN PRASEJARAH DI LEANG UHALLIE, KABUPATEN BONE, SULAWESI SELATAN

TIPOLOGI MOTIF CAP TANGAN PRASEJARAH DI LEANG UHALLIE, KABUPATEN BONE, SULAWESI SELATAN Irsyad Leihitu, Tipologi Motif Cap Tangan Prasejarah di Leang Uhallie, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan PARADIGMA JURNAL KAJIAN BUDAYA Vol. 6 No. 2 (2016): 207 218 207 TIPOLOGI MOTIF CAP TANGAN PRASEJARAH

Lebih terperinci

BAB III ZAMAN PRASEJARAH

BAB III ZAMAN PRASEJARAH 79 BAB III ZAMAN PRASEJARAH Berdasarkan geologi, terjadinya bumi sampai sekarang dibagi ke dalam empat zaman. Zaman-zaman tersebut merupakan periodisasi atau pembabakan prasejarah yang terdiri dari: A.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. populer didapati pada situs-situs masa prasejarah, khususnya masa bercocok-tanam.

BAB V KESIMPULAN. populer didapati pada situs-situs masa prasejarah, khususnya masa bercocok-tanam. 148 BAB V KESIMPULAN Penelitian mengenai temuan gerabah pada suatu situs arkeologi dapat menjawab berbagai macam hal tentang kehidupan manusia di masa lampau. Gerabah cukup populer didapati pada situs-situs

Lebih terperinci

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS A. Implementasi Teoritis Istilah kata celeng berasal dari sebagian masyarakat Jawa berarti babi liar. Jika dilihat dari namanya saja, sudah nampak bahwa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Geografi Indonesia Sumber: Tiara Agustin, 2012 GAMBAR 4.1. Peta Geografi Indonesia Indonesia adalah sebuah negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 17.504

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, terutama Pulau Jawa. Karena Pulau Jawa merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, terutama Pulau Jawa. Karena Pulau Jawa merupakan bagian dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bencana alam tanah longsor sering melanda beberapa wilayah di Indonesia, terutama Pulau Jawa. Karena Pulau Jawa merupakan bagian dari cincin api yang melingkari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB III METODE PENCIPTAAN BAB III METODE PENCIPTAAN A. Riset Ide Kemunafikan merupakan salah satu fenomena dalam masyarakat, oleh karena itu riset idenya merupakan forming dari beberapa kasus yang terjadi di masyarakat berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1.1 Multimedia Interaktif Flash Flip Book Pakaian Adat Betawi

BAB I Pendahuluan. 1.1 Multimedia Interaktif Flash Flip Book Pakaian Adat Betawi 1 BAB I Pendahuluan 1.1 Multimedia Interaktif Flash Flip Book Pakaian Adat Betawi Republik Indonesia disingkat RI atau Indonesia adalah negara di Asia Tenggara, yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada

Lebih terperinci

Gambaran Materi Pelajaran. Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas 6 Semester 1 Tahun Ajaran Minggu Topik Materi Umum Materi Adaptasi

Gambaran Materi Pelajaran. Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas 6 Semester 1 Tahun Ajaran Minggu Topik Materi Umum Materi Adaptasi I. Program Mingguan Gambaran Materi Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas 6 Semester 1 Tahun Ajaran 2008-2009 Minggu Topik Materi Umum Materi Adaptasi 1 (21-25 Juli) Wilayah administrasi Perkembangan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8)

2017, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8) LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.214, 2017 ADMINISTRASI. Pemerintahan. Kementerian Pariwisata. Penyelenggaraan. Perubahan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang Pengertian Megalitik telah banyak disinggung oleh para ahli sebagai suatu tradisi yang menghasilkan batu-batu besar, mengacu pada etimologinya yaitu mega berarti

Lebih terperinci

Adhi Agus Oktaviana PENGAPLIKASIAN PLUGIN DSTRETCH PADA PEREKAMAN GAMBAR CADAS DI INDONESIA. Pusat Penelitian Arkeologi Nasional,

Adhi Agus Oktaviana PENGAPLIKASIAN PLUGIN DSTRETCH PADA PEREKAMAN GAMBAR CADAS DI INDONESIA. Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, PENGAPLIKASIAN PLUGIN DSTRETCH PADA PEREKAMAN GAMBAR CADAS DI INDONESIA Adhi Agus Oktaviana Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Jln. Raya Condet Pejaten No.4, Jakarta Pos-el: aaoktaviana@gmail.com - Diskusi

Lebih terperinci

Kain Sebagai Kebutuhan Manusia

Kain Sebagai Kebutuhan Manusia KAIN SEBAGAI KEBUTUHAN MANUSIA 1 Kain Sebagai Kebutuhan Manusia A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari kain sebagai kebutuhan manusia. Manusia sebagai salah satu makhluk penghuni alam semesta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2003: 13). Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar dan lithos yang

BAB I PENDAHULUAN. 2003: 13). Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar dan lithos yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Kebudayaan merupakan hasil karya manusia yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Beberapa kebudayaan diantaranya dimulai pada masa prasejarah yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Batu warna dan pasir warna adalah salah satu dari potensi pertambangan yang terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) selain mangan, emas, dan marmer.

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PANTAI GUGUSAN PULAU PARI. Hadiwijaya L. Salim dan Ahmad *) ABSTRAK

KARAKTERISTIK PANTAI GUGUSAN PULAU PARI. Hadiwijaya L. Salim dan Ahmad *) ABSTRAK KARAKTERISTIK PANTAI GUGUSAN PULAU PARI Hadiwijaya L. Salim dan Ahmad *) ABSTRAK Penelitian tentang karakter morfologi pantai pulau-pulau kecil dalam suatu unit gugusan Pulau Pari telah dilakukan pada

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA PENGGAMBARAN MOTIF PERAHU PADA SENI CADAS DI INDONESIA SKRIPSI ADHI AGUS OKTAVIANA

UNIVERSITAS INDONESIA PENGGAMBARAN MOTIF PERAHU PADA SENI CADAS DI INDONESIA SKRIPSI ADHI AGUS OKTAVIANA UNIVERSITAS INDONESIA PENGGAMBARAN MOTIF PERAHU PADA SENI CADAS DI INDONESIA SKRIPSI ADHI AGUS OKTAVIANA 0703030018 FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI ARKEOLOGI DEPOK JANUARI 2009 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA

SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA 1 Jelaskan apa yang dimaksud dengan aktivitas fisik dan mental dalam menggambar! 2 Sebutkan dan jelaskan dua komposisi dalam menggambar! 3 Sebutkan contoh

Lebih terperinci

Bau Mene Balai Arkeologi Jayapura Jalan Isele Waena Kampung Jayapura

Bau Mene Balai Arkeologi Jayapura Jalan Isele Waena Kampung Jayapura POLA HIAS GERABAH PADA SITUS-SITUS DI KAWASAN DANAU SENTANI, PAPUA The Decorative Patterns of Pottery in the Sites of The Sentani Lake, Papua Bau Mene Balai Arkeologi Jayapura Jalan Isele Waena Kampung

Lebih terperinci

POLA OKUPASI GUA KIDANG: HUNIAN PRASEJARAH KAWASAN KARST BLORA Penelitian ini telah memasuki tahap ke delapan, yang dilakukan sejak tahun 2005.

POLA OKUPASI GUA KIDANG: HUNIAN PRASEJARAH KAWASAN KARST BLORA Penelitian ini telah memasuki tahap ke delapan, yang dilakukan sejak tahun 2005. POLA OKUPASI GUA KIDANG: HUNIAN PRASEJARAH KAWASAN KARST BLORA 2014 Indah Asikin Nurani Penelitian ini telah memasuki tahap ke delapan, yang dilakukan sejak tahun 2005. A. Hasil Penelitian Sampai Tahun

Lebih terperinci

INTRODUCTION: INTERNATIONAL RELATIONS IN SOUTHEAST ASIA

INTRODUCTION: INTERNATIONAL RELATIONS IN SOUTHEAST ASIA INTRODUCTION: INTERNATIONAL RELATIONS IN SOUTHEAST ASIA by: Dewi Triwahyuni INTERNATIONAL RELATIONS DEPARTMENT COMPUTER UNIVERSITY OF INDONESIA (UNIKOM) BANDUNG 2013 1 SOUTHEAST ASIA (SEA) 2 POSISI GEOGRAFIS

Lebih terperinci

Oleh: Merryana Kiding Allo

Oleh: Merryana Kiding Allo Corak Indah Kayu Eboni (Diospyros celebica Bakh.) CORAK INDAH KAYU EBONI (Diospyros celebica Bakh.) Oleh: Balai Penelitian Kehutanan Makassar, Jl. Perintis Kemerdekaan Km.16 Makassar, 90243, telp. (0411)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masuk dan berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masuk dan berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masuk dan berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada sekitar abad IV sampai pada akhir abad XV M, telah meninggalkan begitu banyak peninggalan arkeologis.

Lebih terperinci

Situs Gunung Padang. Nopsi Marga Handayani Gregorian Anjar Prastawa

Situs Gunung Padang. Nopsi Marga Handayani Gregorian Anjar Prastawa Situs Gunung Padang Nopsi Marga Handayani 14148118 Gregorian Anjar Prastawa - 14148136 Situs Gunung Padang terletak di kampung Gunung Padang dan Kampung Panggulan,Desa Karyamukti Kecamatan Cempakan, Cianjur.

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.2

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.2 SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.2 1. Berdasarkan teori geologi modern, Indonesia terbentuk dari pertemuan beberapa lempeng benua yaitu... Lempeng Eurasia,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pemanfaatan gua-gua atau ceruk di sekitar pegunungan karst berasal dari Asia

BAB V PENUTUP. Pemanfaatan gua-gua atau ceruk di sekitar pegunungan karst berasal dari Asia BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Pemanfaatan gua-gua atau ceruk di sekitar pegunungan karst berasal dari Asia Tenggara menjelang akhir plestosen, yang didasarkan akan adanya kebutuhan manusia akan tempat yang

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pesisir Timur pantai Sumatera Utara sejak abad ke-13, merupakan tempat persinggahan bangsa-bangsa asing dan lintas perdagangan. Bangsa India dan Arab datang dengan

Lebih terperinci

Pengelolaan Situs di Kawasan Kokas Kabupaten Fak-Fak Bau Mene, Balai Arkeologi Jayapura

Pengelolaan Situs di Kawasan Kokas Kabupaten Fak-Fak Bau Mene, Balai Arkeologi Jayapura Pengelolaan Situs di Kawasan Kokas Kabupaten Fak-Fak Bau Mene, Balai Arkeologi Jayapura Abstrak There's a large a mount of archaeological remains in Kokas region, such as rock painting, natural caves used

Lebih terperinci

KERAMIK DALAM RITUS PENGUBURAN PADA MASYARAKAT NAPAN WAINAMI KABUPATEN NABIRE

KERAMIK DALAM RITUS PENGUBURAN PADA MASYARAKAT NAPAN WAINAMI KABUPATEN NABIRE KERAMIK DALAM RITUS PENGUBURAN PADA MASYARAKAT NAPAN WAINAMI KABUPATEN NABIRE Klementin Fairyo (Balai Arkeologi Jayapura, e-mail: fairyoklementin@yahoo.co.id) Abstract Ceramic plates are used as stock

Lebih terperinci

Beberapa fakta dari letak astronomis Indonesia:

Beberapa fakta dari letak astronomis Indonesia: Pengaruh Letak Geografis Terhadap Kondisi Alam dan Flora Fauna di Indonesia Garis Lintang: adalah garis yang membelah muka bumi menjadi 2 belahan sama besar yaitu Belahan Bumi Utara dan Belahan Bumi Selatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perjalanan sejarah, pada titik-titik tertentu terdapat peninggalanpeninggalan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perjalanan sejarah, pada titik-titik tertentu terdapat peninggalanpeninggalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perjalanan sejarah, pada titik-titik tertentu terdapat peninggalanpeninggalan yang masih dapat terlihat sampai sekarang yang kemudian menjadi warisan budaya.

Lebih terperinci

HIU TERBESAR JINAK DAN BUKAN KARNIVORA, 9 Fakta Menarik Tentang Hiu Paus

HIU TERBESAR JINAK DAN BUKAN KARNIVORA, 9 Fakta Menarik Tentang Hiu Paus HIU TERBESAR JINAK DAN BUKAN KARNIVORA, 9 Fakta Menarik Tentang Hiu Paus Bertepatan dengan perayaan hari paus internasional yang jatuh pada Selasa (30/8/2016), masyarakat dunia ditantang untuk bisa menjaga

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia prasejarah maupun saat ini memerlukan tempat tinggal. Manusia prasejarah mencari dan membuat tempat untuk berlindung yang umumnya berpindah-pindah / nomaden

Lebih terperinci

POTENSI GEOGRAFIS INDONESIA II

POTENSI GEOGRAFIS INDONESIA II K-13 Geografi K e l a s XI POTENSI GEOGRAFIS INDONESIA II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami batas wilayah. 2. Memahami laut dangkal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang terdiri dari beribu-ribu pulau dengan beragam suku dan budaya di tiap-tiap daerah. Dari tiap-tiap daerah di Indonesia mewariskan berbagai

Lebih terperinci

LINGKUNGAN KEHIDUPAN DI MUKA BUMI

LINGKUNGAN KEHIDUPAN DI MUKA BUMI LINGKUNGAN KEHIDUPAN DI MUKA BUMI Indonesia terdiri atas pulau-pulau sehingga disebut negara kepulauan. Jumlah pulau yang lebih dari 17.000 buah itu menandakan bahwa Indonesia merupakan suatu wilayah yang

Lebih terperinci

BAGIAN PENDAHULUAN Latar Belakang Persoalan Perancangan

BAGIAN PENDAHULUAN Latar Belakang Persoalan Perancangan Latar Belakang Persoalan Perancangan Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang membentang dari Sabang hingga Merauke yang memiliki berbagai keanekaragaman di dalamnya, mulai dari suku, budaya, bahasa,

Lebih terperinci

BAB III BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teori

BAB III BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teori BAB III BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS A. Implementasi Teori Penulis menjadikan burung hantu sebagai sumber tema dalam penciptaan karya seni karena burung hantu memiliki beragam

Lebih terperinci

ORNAMEN Pengertian ornamen secara umum Istilah ornamen berasal dari kata Ornare (bahasa Latin) yang berarti menghiasisedang dalam bahasa Inggris

ORNAMEN Pengertian ornamen secara umum Istilah ornamen berasal dari kata Ornare (bahasa Latin) yang berarti menghiasisedang dalam bahasa Inggris ORNAMEN Pengertian ornamen secara umum Istilah ornamen berasal dari kata Ornare (bahasa Latin) yang berarti menghiasisedang dalam bahasa Inggris ornament berarti perhiasan. Secara umum ornament adalah

Lebih terperinci

TINJUAN KEMBALI SENI CADAS DI MALUKU. Marlon NR Ririmasse

TINJUAN KEMBALI SENI CADAS DI MALUKU. Marlon NR Ririmasse TINJUAN KEMBALI SENI CADAS DI MALUKU Marlon NR Ririmasse Abstract Rock Art sites in Mollucas is a part of Rock Art Bridge over Mainland Asia, South East Asia Archipelago, to Australia and Oceania. Although

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang akan mampu menilai banyak hal mengenai budaya seperti gaya hidup,

BAB I PENDAHULUAN. seseorang akan mampu menilai banyak hal mengenai budaya seperti gaya hidup, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arsitektur merupakan produk budaya yang tidak lepas dari kehidupan manusia. Permukiman, perkotaan dan lansekap suatu daerah terbentuk sebagai hasil dari sistem kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik sudah dikenal sekitar abad ke-13, yang pada saat itu masih ditulis dan dilukis pada

Lebih terperinci

KELOMPOK Artha Vindy Febryan Pramesthi [04] 2. Awang Zaki R. [05] 3. Gati Argo W. [07] 4. Ngesty Finesatiti [19] 5. Nisa Nur 'Aini A.

KELOMPOK Artha Vindy Febryan Pramesthi [04] 2. Awang Zaki R. [05] 3. Gati Argo W. [07] 4. Ngesty Finesatiti [19] 5. Nisa Nur 'Aini A. SELAMAT PAGI KELOMPOK 2 1. Artha Vindy Febryan Pramesthi [04] 2. Awang Zaki R. [05] 3. Gati Argo W. [07] 4. Ngesty Finesatiti [19] 5. Nisa Nur 'Aini A. [20] RAS / ETNIS 1. Diferensiasi Sosial berdasarkan

Lebih terperinci

SENI CADAS DI WILAYAH BIAK TIMUR

SENI CADAS DI WILAYAH BIAK TIMUR SENI CADAS DI WILAYAH BIAK TIMUR Erlin Novita Idje Djami (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract Rock art in East Biak is an interesting subject to be examined. Its carved technique and motifs offer many important

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah pikiran yang dapat berbentuk fisik (tangible) dan non-fisik (intangible). Tinggalan fisik

Lebih terperinci

MASA BERCOCOK TANAM DAN DAN BERTERNAK a. Kehidupan sosial-ekonomi Manusia Purba pada Masa Bercocok Tanam Kehidupan manusia senantiasa mengalami

MASA BERCOCOK TANAM DAN DAN BERTERNAK a. Kehidupan sosial-ekonomi Manusia Purba pada Masa Bercocok Tanam Kehidupan manusia senantiasa mengalami MASA BERCOCOK TANAM DAN DAN BERTERNAK a. Kehidupan sosial-ekonomi Manusia Purba pada Masa Bercocok Tanam Kehidupan manusia senantiasa mengalami perkembangan. Perkembangan itu dapat disebabkan karena ada

Lebih terperinci

STUDI TENTANG DESAIN ORNAMEN KERAMIK DI INDUSTRI KERAMIK RUMAHAN DINOYO KOTA MALANG

STUDI TENTANG DESAIN ORNAMEN KERAMIK DI INDUSTRI KERAMIK RUMAHAN DINOYO KOTA MALANG STUDI TENTANG DESAIN ORNAMEN KERAMIK DI INDUSTRI KERAMIK RUMAHAN DINOYO KOTA MALANG Yoga Pramudya Susanto Universitas Negeri Malang E-mail: da_polar67@yahoo.com ABSTRAK: Manfaat peneliti ini adalah supaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. geografis tertentu yang terbatas dalam wilayah suatu negara. Penelitian dan

BAB I PENDAHULUAN. geografis tertentu yang terbatas dalam wilayah suatu negara. Penelitian dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa daerah adalah bahasa yang dipergunakan oleh penduduk di daerah geografis tertentu yang terbatas dalam wilayah suatu negara. Penelitian dan pendokumentasian

Lebih terperinci

LUKISAN DINDING GUA PRASEJARAH DI PERBATASAN INDONESIA PAPUA NUGIN

LUKISAN DINDING GUA PRASEJARAH DI PERBATASAN INDONESIA PAPUA NUGIN LUKISAN DINDING GUA PRASEJARAH DI PERBATASAN INDONESIA PAPUA NUGIN Prehistory Rock Arts in Indonesia Papua New Guinea Borderline Klementin Fairyo Balai Arkeologi Jayapura, Jl. Isele, Waena Kampung, Waena.

Lebih terperinci

Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara

Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara RAGAM HIAS TENUN IKAT NUSANTARA 125 Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari sejarah teknik tenun ikat pada saat mulai dikenal masyarakat Nusantara. Selain itu, akan

Lebih terperinci

STRATEGI SUBSISTENSI DAN PEMILIHAN LOKASI HUNIAN PRASEJARAH DI SITUS YOMOKHO SENTANI

STRATEGI SUBSISTENSI DAN PEMILIHAN LOKASI HUNIAN PRASEJARAH DI SITUS YOMOKHO SENTANI STRATEGI SUBSISTENSI DAN PEMILIHAN LOKASI HUNIAN PRASEJARAH DI SITUS YOMOKHO SENTANI Hari Suroto (Balai Arkeologi Jayapura, mbah_tho@yahoo.com) Abstract Research in the area of Lake Sentani done in Yomokho

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 M u s e u m T e k s t i l B e n g k u l u

BAB I PENDAHULUAN. 1 M u s e u m T e k s t i l B e n g k u l u BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negeri yang kaya akan sejarah, budaya, dan kekayaan alamnya. Sejak masih jaman Kerajaan, masyarakat dari seluruh pelosok dunia datang ke

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA. memberikan ingatan segar kembali akan pengalaman-pengalaman kita dimasa

BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA. memberikan ingatan segar kembali akan pengalaman-pengalaman kita dimasa BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA A. Implementasi Teoritis Mengamati anak-anak baik dalam kehidupan dirumah ataupun diluar rumah, memberikan ingatan segar kembali akan pengalaman-pengalaman kita dimasa kecil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Flores, Sumba, Timor, Adonara, Lembata, Alor, Sabu, dan Rote (Hartono,

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Flores, Sumba, Timor, Adonara, Lembata, Alor, Sabu, dan Rote (Hartono, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah salah satu provinsi yang terletak di Indonesia Timur. Provinsi ini terdiri atas beberapa pulau, antara lain Pulau Flores,

Lebih terperinci

LUKISAN CADAS: SIMBOLIS ORANG MALUKU. Rock Painting: The Symbolic of People in The Moluccas

LUKISAN CADAS: SIMBOLIS ORANG MALUKU. Rock Painting: The Symbolic of People in The Moluccas LUKISAN CADAS: SIMBOLIS ORANG MALUKU Rock Painting: The Symbolic of People in The Moluccas Lucas Wattimena Balai Arkeologi Ambon Jl. Namalatu Latuhalat, Kecamatan Nusaniwe - Kota Ambon 97118 Email : lucas.wattimena@yahoo.com

Lebih terperinci

SIMBOL SIMBOL KEBUDAYAAN SUKU ASMAT

SIMBOL SIMBOL KEBUDAYAAN SUKU ASMAT SIMBOL SIMBOL KEBUDAYAAN SUKU ASMAT MAKALAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Komunikasi Lintas Budaya Oleh : Jesicarina (41182037100020) PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS KOMUNKASI

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik III. METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Tema kekerasan terhadap anak (child abuse) akan diwujudkan dalam suatu bentuk karya seni rupa. Perwujudan tema tersebut didukung dengan adanya

Lebih terperinci

RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora

RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora Flora sebagai sumber objek motif ragam hias dapat dijumpai hampir di seluruh pulau di Indonesia. Ragam hias dengan motif flora (vegetal) mudah dijumpai pada barang-barang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. 15 Lintang Selatan dan antara Bujur Timur dan dilalui oleh

BAB IV GAMBARAN UMUM. 15 Lintang Selatan dan antara Bujur Timur dan dilalui oleh BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis Secara astronomis, Indonesia terletak antara 6 08 Lintang Utara dan 11 15 Lintang Selatan dan antara 94 45 141 05 Bujur Timur dan dilalui oleh garis ekuator atau

Lebih terperinci

Metode Mitigasi Dampak Bencana dalam Pelestarian Cagar Budaya

Metode Mitigasi Dampak Bencana dalam Pelestarian Cagar Budaya Metode Mitigasi Dampak Bencana dalam Pelestarian Cagar Budaya Penulis : Alfa Noranda S.S Zamrud di khatulistiwa istilah inilah hal yang dapat menggambarkan Indonesia. Negara yang terdapat ditengah katulistiwa,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sudah tersebar diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Tembikar atau keramik atau porselen

BAB II LANDASAN TEORI. sudah tersebar diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Tembikar atau keramik atau porselen BAB II LANDASAN TEORI Cina adalah Negara komunis yang terdiri dari hampir seluruh kebudayaan, sejarah dan geografis. Negara Cina memiliki banyak kebudayaan, namun salah satu kebudayaan yang paling terkenal

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2001 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merantau adalah tipe khusus dari migrasi dengan konotasi budaya tersendiri yang tidak mudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris atau bahasa asing manapun. Merantau

Lebih terperinci

KAJIAN AWAL TENTANG LUKISAN DINDING GUA DI LIANG BANGKAI, KALIMANTAN SELATAN

KAJIAN AWAL TENTANG LUKISAN DINDING GUA DI LIANG BANGKAI, KALIMANTAN SELATAN KAJIAN AWAL TENTANG LUKISAN DINDING GUA DI LIANG BANGKAI, KALIMANTAN SELATAN Bambang Sugiyanto Balai Arkeologi Banjarmasin, Jalan Gotong Royong II, RT 03/06, Banjarbaru 70711, Kalimantan Selatan; Telepon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Banyak bangunan-bangunan megah yang sengaja dibangun oleh tangan-tangan manusia sebagai wujud berdiamnya Allah di

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN

III. METODE PENCIPTAAN III. METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Kucing adalah hewan yang memiliki karakter yang unik dan menarik. Tingkah laku kucing yang ekspresif, dinamis, lincah, dan luwes menjadi daya

Lebih terperinci

Flona. 114 intisari-online.com

Flona. 114 intisari-online.com Flona 114 intisari-online.com Cabai-cabai yang Tak Pedas Penulis & Fotografer: Iman Taufiqurrahman di Yogyakarta Anda pasti sangat familiar dengan cabai rawit atau cabai keriting. Namun, apakah Anda tahu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi sebagai proses sosial dimana individu-individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka (Richard

Lebih terperinci

Sejarah Seni Rupa Yunani Kuno 1. Sejarah Yunani Kuno

Sejarah Seni Rupa Yunani Kuno 1. Sejarah Yunani Kuno Sejarah Seni Rupa Yunani Kuno 1. Sejarah Yunani Kuno Yunani kuno tidak diragukan lagi merupakan salah satu peradaban paling berpengaruh dalam sejarah umat manusia. Dari daerah yang terletak di ujung semenanjung

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. satu di dunia. Data World Health Organization (WHO) tahun 2014 menunjukkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. satu di dunia. Data World Health Organization (WHO) tahun 2014 menunjukkan 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi menular pembunuh nomor satu di dunia. Data World Health Organization (WHO) tahun 2014 menunjukkan bahwa terdapat 9,6

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai suku dengan aneka

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai suku dengan aneka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai suku dengan aneka adat istiadat yang berbeda satu sama lain. Proses sejarah yang panjang serta kondisi geografis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang terdiri dari pulau- pulau yang membentang luas memiliki ragam suku bangsa beserta adat istiadat yang terbentuk akibat percampuran ras dan kebudayaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan pustaka yang berkaitan dengan topik yang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA MALUKU (Paparan Dinas Pariwisata Provinsi Maluku)

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA MALUKU (Paparan Dinas Pariwisata Provinsi Maluku) KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA MALUKU (Paparan Dinas Pariwisata Provinsi Maluku) GAMBARAN UMUM Propinsi Maluku merupakan daerah kepulauan dengan luas wilayah 714.480 km 2 terdiri atas 92,4 % Lautan

Lebih terperinci

SOAL ULANGAN HARIAN. : - Memahami perkembangan wilayah Indonesia

SOAL ULANGAN HARIAN. : - Memahami perkembangan wilayah Indonesia SOAL ULANGAN HARIAN No Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial Hari / Tanggal : Selasa, 18-09 - 2012 Kelas / semester Waktu Standart Kompetensi : VI/I : 35 menit : - Memahami perkembangan wilayah Indonesia

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Sejarah Desain. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

MODUL PERKULIAHAN. Sejarah Desain. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN Sejarah Seni Rupa Prasejarah Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Teknik Perencanaan & Desain Desain Produk 01 Kode MK Abstract Seni rupa dapat dikatakan sebagai

Lebih terperinci

PRASEJARAH INDONESIA

PRASEJARAH INDONESIA Tradisi Penguburan Jaman Prasejarah Di Liang Bua dan Gua Harimau E. Wahyu Saptomo Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Jakarta PRASEJARAH INDONESIA Prasejarah Indonesia dapat dibagi dua yaitu: - Prasejarah

Lebih terperinci