BAB I PENDAHULUAN. Tenggara Timur. Di pulau ini ditemukan banyak tinggalan arkeologis yang
|
|
- Suharto Chandra
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pulau Alor merupakan salah satu pulau yang terletak di Kepulauan Nusa Tenggara Timur. Di pulau ini ditemukan banyak tinggalan arkeologis yang diperkirakan berasal dari periode yang berbeda. Salah satu lokasi yang memiliki banyak variasi tinggalan arkeologis adalah Kampung Lerabaing yang terletak Alor Barat Daya. Di kampung ini ditemukan sebaran tinggalan arkeologis yang berupa beragam hasil budaya, antara lain masjid kuno At-Taqwa, beberapa variasi makam, talud, kubur batu, batu misbah, dan fragmen keramik dan gerabah. Hasilhasil budaya tersebut merupakan salah satu perwujudan dari kemampuan masyarakat pendukungnya untuk beradaptasi dengan lingkungan. Interpretasi terhadap tinggalan hasil-hasil budaya tersebut dapat memberikan gambaran tentang proses perubahan sosial-budaya yang terjadi dalam sebuah komunitas (Ahimsa-Putra, 1995 : 10-20). Komunitas masyarakat yang saat ini menghuni Kampung Lerabaing adalah penduduk keturunan dari Kerajaan Kui. Penduduk lokal percaya bahwa Lerabaing merupakan salah satu desa tua yang memiliki catatan sejarah panjang karena Kerajaan Kui merupakan salah satu kerajaan tertua di Pulau Alor yang berpusat di Lerabaing, khususnya di awal perkembangannya (Husen, 1993). Salah satu aspek yang menarik dari komunitas penduduk di Lerabaing adalah masih bertahannya kepercayaan terhadap nenek moyang, meskipun mayoritas 1
2 2 penduduknya saat ini memeluk agama Islam. Sistem kepercayaan ini mempengaruhi aspek kehidupan penduduk di Lerabaing hingga saat ini, seperti dalam mata pencaharian, organisasi sosial, teknologi, adat istiadat, agama, sistem kepemimpinan yang diturunkan oleh generasi sebelumnya melalui tuturan sebagai tradisi lisan. Tradisi lisan yang ditemukan di Lerabaing dapat memberikan gambaran informasi tentang kesinambungan budaya, khususnya yang berhubungan dengan tinggalan hasil budaya materi. Proses perubahan budaya yang terjadi di Lerabaing dapat dilihat berdasarkan tradisi lisan dan tinggalan arkeologis sebagai bukti fisiknya. Berdasarkan hasil observasi, tinggalan arkeologis di Lerabaing memiliki kemiripan motif ragam hias yang diduga semakin berkembang dengan berjalannya waktu. Hal tersebut dicoba untuk dianalisis dan dicari relasinya secara kontekstual. Mengacu pada Vansina (1984), salah satu cara untuk mendapatkan informasi tersebut adalah dengan melakukan wawancara dengan narasumber yang mewakili penduduk di Lerabaing. Wawancara tersebut mencoba untuk melihat cerita rakyat yang dituturkan melalui tradisi lisan oleh generasi sebelumnya. Lokasi Lerabaing terletak di pesisir pantai sehingga memungkinkan adanya kontak dengan pihak asing. Kontak tersebut terjadi karena adanya suatu interaksi yang diduga menyebabkan keberagaman hasil budaya. Berdasarkan cerita rakyat yang dituturkan melalui tradisi lisan, salah satu peristiwa terpenting yang terjadi di Lerabaing adalah ketika Sultan Gimales Gogo datang dari Ternate untuk mengajarkan Islam. Sejak kedatangan Sultan, beberapa tatanan budaya mulai bernuansa Islami yang menggantikan kepercayaan dan hasil budaya yang
3 3 ada sebelumnya. Hal tersebut dapat dibuktikan dari bentuk dan motif ragam hias dari masjid, makam, dan artefak lain seperti keramik asing dan gerabah yang ditemukan di Lerabaing. Perkembangan variasi pada pola dipengaruhi oleh perubahan kondisi sosial, efek dari interaksi dan pertukaran, serta peran simbolik dari artefak lain yang berjalan seiring perkembangan waktu. (Tilley, 1989 : , Weissner, 1989 : 57 62). Proses pertukaran merupakan salah satu bentuk interaksi yang menjadi contoh adanya pergerakan benda yang dibawa dan didatangkan ke sebuah komunitas. Kronologi perkembangan budaya di Lerabaing menarik untuk diteliti lebih lanjut karena tinggalan-tinggalan arkeologis yang terdapat di sana diduga tidak berasal dari periode yang sama. Berdasarkan latar belakang ini, hasil tinggalan arkeologis di Lerabaing berpotensi untuk dijadikan penelitian dengan kajian tradisi lisan dan menerapkan paham pendekatan strukturalisme untuk menghasilkan suatu interpretasi. Perkembangan ini tentu tidak lepas dari cerminan kehidupan budaya di masa lampau yang tercermin dari kehidupan budaya masa sekarang. Analisis yang dilakukan untuk menentukan kronologi tinggalantinggalan arkeologis yang ada di Lerabaing tidak dilakukan melalui analisis pertanggalan absolut dengan carbon dating, melainkan dengan melakukan interpretassi tradisi lisan serta analisis bentuk dan ragam hias untuk mnemukan kondisi perkembangan budaya di Lerabaing secara relatif. Hubungan antar tinggalan arkeologis akan dicoba untuk dianalisis berdasarkan tradisi lisan yang diturunkan oleh penduduknya saat ini. Kajian tradisi lisan dan strukturalisme ini diharap mampu memberikan informasi perkembangan budaya di Lerabaing.
4 4 I.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang hasil tinggalan arkeologi di Lerabaing yang beragam, muncul berbagai pertanyaan untuk mendukung penelitian. Pertanyaan tersebut dirumukan dalam rumusan masalah berikut ini : 1. Bagaimana kronologi tinggalan arkeologis di Lerabaing berdasarkan interpretasi tradisi lisan? I.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi data terkait kronologi tinggalan arkeologis yang ditemukan di Lerabaing melalui kajian tradisi lisan. I.4 Ruang Lingkup Penelitian Batasan lokasi penelitian berada di wilayah Kampung Lerabaing, Desa Wakapsir, Pulau Alor, Nusa Tenggara Timur. Wilayah tersebut berada di dekat garis pantai sebelah selatan Pulau Alor. Penelitian ini difokuskan pada kawasan yang terdiri dari benda bergerak dan tidak bergerak. I.5 Keaslian Penelitian Penelitian di Pulau Alor secara keseluruhan telah banyak dilakukan oleh beberapa disiplin ilmu terkait sejarah, budaya, linguistik, antropologi, dan arkeologi. Lerabaing merupakan salah satu lokasi yang pernah diteliti oleh berbagai disiplin ilmu oleh peneliti lokal dan asing. Pada disiplin ilmu sejarah,
5 5 Mukhlis M. Husen pernah melakukan penelitian pada tahun 1993 dengan judul Sejarah Masuknya Islam di Lerabaing dan Berdirinya Masjid At-Taqwa. Penelitian ini membahas tentang sejarah awal datangnya Sultan Gimales Gogo / Kima Gogo yang menyebarkan Islam dan latar belakang pembangunan Masjid At- Taqwa beserta dengan barang-barang yang ada di dalamnya. Penelitian Husen bersifat deskriptif dengan gambaran singkat tentang sejarah di Lerabaing. Pada disiplin antropologi, Katubi dari Pusat Peneltian Kemasyarakatan dan Kebudayaan (PMB), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), melakukan penelitian yang berjudul Bahasa, Kebudayaan Material, dan Tradisi Lisan : Study Etnolinguistik Orang Kui di Alor, Nusa Tenggara Timur. Berdasarkan hasil penelitian Katubi, bahasa, budaya, dan tradisi lisan saling berhubungan. Penelitian Katubi dipublikasikan pada Prosiding The 4th International Conference on Indonesian Studies : Unity, Diversity, and Future. Penelitian Katubi membahas tentang tradisi lisan yang menitikberatkan pada keberagaman budaya dan bahasa, meskipun ia tidak membahas tentang tinggalan arkeologi yang ada di Lerabaing. Pada disiplin linguistik, W.A.L. Stockhof pernah meneliti pada tahun 1975 dan 1984, dan Asako Shiohara pada tahun 2010, tentang penutur bahasa minoritas di Indonesia Timur. Pada disiplin arkeologi, penelitian dilakukan pada tahun 2014 dengan tema The Archaoelogy of Island Use in the Wallacean Archipelago oleh peneliti dari Australian National University (ANU) dan Universitas Gadjah Mada (UGM). Penelitian dalam skripsi ini merupakan bagian dari penelitian tersebut.
6 6 Penelitian arkeologi di wilayah lain di Pulau Alor pernah dilakukan oleh D.D. Bintarti pada tahun 1981 dan Penelitian tersebut bertujuan untuk mengumpulkan data peninggalan masa perunggu dan besi. Selain mengumpulkan data, dokumentasi terhadap artefak juga dilakukan. Pendokumentasian tersebut meliputi moko milik warga setempat, tradisi pembuatan gerabah, dan logam. Beberapa hasil penelitian D.D.Bintarti telah dipublikasikan dalam Seminar Sejarah Nasional III Jakarta : Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional Direktoran Sejarah dan Nilai Tradisional Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, dengan judul Moko sebagai salah satu unsur penting masa perundagian. Pada tahun 1972, penelitian arkeologi di Desa Ala ang, Alor, dilakukan oleh Balai Arkeologi Denpasar. Penelitian tersebut bertujuan untuk melihat hasil tinggalan budaya berupa aneka nekara perunggu dan batu misbah sebagai tinggalan oleh masyarakat pendukungnya. Penelitian tersebut dilanjutkan kembali oleh Balai Arkeologi di Denpasar pada tahun Pada tahun 2012, hasil penelitian tentang tradisi megalitik di beberapa desa di Kabupaten Alor dan dipubliksikan dalam laporan penelitian oleh Ati R. Hidayat dan Gendro Keling dari Balai Arkeologi Denpasar. Penelitian tersebut melakukan ekskavasi dan survei di Kabupaten Alor. Hingga tahun 2014, penelitian arkeologi tentang interpretasi hasil tinggalan di Lerabaing dengan pendekatan etnoarkeologi di Lerabaing belum pernah dilakukan sebelumnya.
7 7 I.6 Tinjauan Pustaka Beberapa tinjauan pustaka yang dipakai untuk dijadikan acuan dalam penelitan dapat membantu menginterpretasikan tinggalan arkeologis di Lerabaing. Untuk analisis tradisi lisan, penulis merujuk buku Oral Tradition as History karya Jan Vansina (1930) yang memberikan informasi tentang metode pengumpulan data yang bersumber dari tradisi lisan yang diperoleh melalui sebuah tuturan dari komunitas masyarakat. Pengumpulan data tradisi lisan bersifat umum dengan menggunakan wawancara sehingga dapat dipakai untuk mendapatkan data di Lerabaing. Acuan cerita rakyat dan kebudayaan juga merujuk pada karya Mukhlis M. Husen (1993) pada buku yang berjudul Sejarah Masuknya Agama Islam di Lerabaing dan Berdirinya Masjid At-Taqwa. Husen mengungkap tentang sejarah agama Islam ketika disebarkan oleh Sultan Gimales Gogo yang berasal dari Ternate. Penelitian Husen hanya mengaju pada data sejarah tentang agama Islam dan Masjid At-Taqwa di Lerabaing, sedangkan penelitian yang dilakukan penulis merujuk pada hubungan antara data sejarah, tradisi lisan, dan tinggalan arkeologis yang ditemukan di Lerabaing. Buku karya Van der Hoop (1949) yang berjudul Ragam-Ragam Perhiasan Indonesia dipakai sebagai acuan dalam penelitian ini. Dalam buku tersebut, Van der Hoop mengungkap berbagai macam motif hias yang ada secara umum di Indonesia. Van der Hoop tidak menyinggung tentang motif hias di Lerabaing, namun ragam motif hias yang ditemukan pada tinggalan arkeologis di Lerabaing memiliki kemiripan dengan motif hias pada daerah lain sehingga dapat dipakai sebagai rujukan dalam penelitian ini.
8 8 I.7 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan langkahlangkah penelitian deskriptif yang memberikan informasi tentang data arkeologis yang ditemukan berdasarkan bentuk, waktu, dan hubungan antar variabel lain (Tim penulis Metode Penelitian Arkeologi, 2008). Jenis penelataran induktif dengan melakukan pengamatan sampai dengan menginterpretasi data hasil tinggalan arkeologis di Lerabaing. I.7.1 Kajian Tradisi Lisan Menurut Vansina (1984), tradisi lisan disampaikan secara verbal dari satu generasi ke generasi berikutnya. Tradisi lisan merupakan ekspresi dalam penyampaian pesan melalui ucapan yang dilakukan dalam waktu yang lama. Penutur tradisi lisan dapat memasukkan tradisi budaya yang merupakan suatu peristiwa / kejadian di masa lampau. Aspek-aspek yang terkandung dalam tradisi lisan, antara lain adalah aspek sejarah, nilai-nilai moral, keagamaan, dan adat istiadat. Berdasarkan aspek sejarah, tradisi lisan mampu menceritakan ulang peristiwa sejarah yang dianggap penting di dalam komunitas mereka. Umumnya peristiwa sejarah mengandung nilai moral dan berhubungan dengan adat istiadat setempat yang dapat menjadi identitas suatu komunitas. Salah satu bentuk dari tradisi lisan adalah folklor. Menurut Danandjaya, folklor merupakan sekelompok orang dengan ciri-ciri pengenalan fisik, sosial, dan kebudayaan yang menyebarkan dan mewariskan hasil kebudayaan secara turun temurun. Menurut Danandjaya (1984), folklor umumnya mencakup aspek
9 9 material, spiritual, dan verbal dari suatu kebudayaan yang diwariskan secara lisan dengan ciri-ciri sebagai berikut : 1. Penyebaran diwariskan secara lisan dan dapat disertai dengan gerak isyarat dan alat pengingatnya. 2. Folklor bersifat tradisional, yakni disebarkan dalam bentuk yang sama. Mungkin dapat terjadi perubahan jika disebarkan dalam waktu yang lebih lama. 3. Folklor bersifat anonim, yakni penciptanya sudah tidak diketahui lagi saat ini. Memori penutur sangat diandalkan dalam penyebaran folklor dan tradisi lisan. Bentuk folklor dapat berupa cerita rakyat, legenda, ungkapan/peribahasa, kepercayaan, bahasa rakyat, drama, dan nyanyian (Danandjaya, 1984). Penelitian ini menfokuskan pada cerita rakyat yang ada di dalam ingatan penduduk Lerabaing saat ini. Cerita rakyat yang dimiliki oleh penduduk Lerabaing merupakan hasil warisan lisan dari nenek moyang mereka. Hingga saat ini, sebagian besar penduduk masih memiliki ingatan yang baik mengenai cerita rakyat yang dituturkan dan mampu menunjukkan lokasi-lokasi yang dianggap berhubungan dengan cerita rakyat tersebut. Kekurangan dari tradisi lisan adalah dapat mengalami perubahan makna sehingga elemen-elemen, fungsi, dan cara penyampaiannya pun berubah (Vansina, 1984). Perubahan makna dapat terjadi karena proses penyampaian dalam waktu yang lama dan penangkapan oleh masing-masing individu yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, untuk meminimalisir kekurangan ini, penulis melakukan validasi untuk mengecek informasi yang diberikan antar narasumber. Tradisi lisan yang ada di Lerabaing umumnya berhubungan dengan kisah
10 10 perorangan, yakni saat kedatangan Sultan Gimales Gogo dari Ternate yang menyebarkan agama Islam. Kisah tentang kedatangan Sultan memiliki unsur magis religius yang dipercaya oleh penduduk lokal. I.7.2 Pengumpulan Data Tahap pengumpulan data tradisi lisan dapat dilakukan melalui dua cara, yakni observasi dan wawancara. Proses pengumpulan data bertujuan untuk mendapat berbagai informasi untuk melakukan analisis tradisi lisan sehingga dapat menghasilkan interpretasi dan kronologi tinggalan arkeologis di Lerabaing. Pengumpulan data menggunakan peran penduduk lokal sebagai narasumber. Tahap observasi merupakan tahap awa untuk mengamati tinggalan arkeologi yang ditemukan di Lerabaing. Setelah melakukan observasi, tahap selanjutnya adalah dengan melakukan wawancara dengan narasumber yang dianggapat dapat mewakili suatu komunitas (Spradley, 1997). Menurut Spradley dalam Metode Etnografi (1997), langkah-langkah pengumpulan data adalah sebagai berikut : 1. Menentukan narasumber untuk membantu mengidentifikasikan permasalahan terkait tinggalan arkeologis di Lerabaing. Narasumber yang dipilih dalam penelitian ini merupakan beberapa orang tetua yang dianggap mampu mewakili komunitas masyarakat di Lerabaing. Narasumber yang dipilih memiliki pengetahuan tentang tradisi lisan, lokasi, dan tinggalan arkeologis di Lerabaing. 2. Mewawancarai narasumber dengan tujuan untuk mendapat informasi terkait tinggalan arkeologis. Teknik wawancara dilakukan secara terbuka dan langsung. Pedoman wawancara adalah dengan melakukan catatan harian setelah bertemu dengan narasumber (Singarimbun, 1982 : 145). Proses ini tidak mengacu pada
11 11 daftar pertanyaan, namun disesuaikan dengan keadaan dan pengetahuan yang dimiliki oleh narasumber. Pertanyaan yang diajukan bersifat deskriptif. 3. Membuat catatan yang meliputi catatan lapangan dan dokumentasi artefak. Catatan lapangan berkaitan dengan benda yang disebutkan dalam folklor dengan tinggalan arkeologis yang ditemukan di Lerabaing. Dokumentasi dilakukan dengan mengambil gambar dengan kamera dan merekam hasil wawancara dengan alat perekam. Studi pustaka berupa pengumpulan laporan penelitian sebelumnya juga menjadi informasi tambahan yang dapat melengkapi penelitian ini. 4. Melakukan analisis dengan menggunakan semua data yang terkumpul. Dari hasil wawancara diperoleh data tradisi lisan yang kemudian harus diinterpretasikan. Beberapa langkah yang diperlukan selajutnya adalah : 1. Mengumpulkan semua data berupa hasil wawancara, catatan lapangan, dan hasil analisis sementara. 2. Mengecek serta menvalidasi semua sumber dengan melihat persamaan cerita untuk meminalisir bias dari tradisi lisan. 3. Melihat sumber literatur lain untuk mendukung data sementara. 4. Mengolah data dan melakukan analisis lanjutan untuk melihat hubungan antara tinggalan arkeologis di Lerabaing dengan tradisi lisannya. I.7.3 Analisis Data Analisis yang dilakukan pada penelitian ini terdiri atas analisis tradisi lisan dan analisis ragam hias yang meliputi ragam hias, bentuk, dan struktur sehingga diharap dapat menghasilkan interpretasi kronologi hasil tinggalan arkeologis di Lerabaing.
12 12 Analisis tradisi lisan bertujuan untuk mengetahui tema utama, lokasi dari data arkeologis dan hubungannya dalam konteks budaya materi. Proses analisis lisan adalah dengan mengolah data hasil wawancara dengan narasumber untuk mengekstrak informasi yang telah didapat. Analisis tradisi lisan dapat melihat paham strukturalisme untuk memperkuat hasil interpretasi. Paham strukturalisme merupakan teori yang dikembangkan oleh Levi-Strauss dalam upaya untuk mencari pemecahan terhadap kontradiksi-kontradisksi empiris yang tidak dipahami oleh nalar manusia karena pada dasarnya tradisi lisan merupakan suatu pesan kultural terhadap anggota masyarakat (Taum, 2011). Menurut Ahimsa-Putra (2006), langkah analisis struktural adalah dengan membagi cerita rakyat ke dalam beberapa katagori untuk memudahkan proses analisis. Katagori dibagi berdasarkan cerita tentang peristiwa dan hasil budaya yang berbeda. Analisis ragam hias bertujuan untuk mengetahui perkembangan hiasan antar tinggalan arkeologis di Lerabaing. Proses analisis ragam hias dalam penelitian ini adalah dengan membandingkan ragam-ragam hiasan yang ditemukan pada tinggalan arkeologis, baik yang bersifat bergerak atau tidak bergerak. Beberapa ragam hias pada tinggalan tersebut memiliki kemiripan sehingga diduga berasal dari suatu perkembangan ragam hias. Dari adanya hubungan yang berkaitan dengan tradisi lisan, konteks tinggalan arkeologis yang ditemukan, dan persamaan motif ragam hias pada artefak, interpretasi tentang perkembangan budaya di Lerabaing dapat dihasilkan.
13 13 I.7.4 Sintesis Pada tahap sintesis, seluruh data dan hasil analisis diolah untuk memberikan interpretasi tinggalan arkeologis di Lerabaing serta kronologi perkembangannya. Hasil interpretasi diharap dapat mengungkap makna budaya yang lebih luas.
BAB I PENDAHULUAN. pada penggunaan lambang suatu kerajaan (Zoest, 1993, hal. 6). Simbol
BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Simbol merupakan tanda yang muncul dari kesepakatan sosial, misal pada penggunaan lambang suatu kerajaan (Zoest, 1993, hal. 6). Simbol sangat erat dengan kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup sosio-kultural yang lebih sempit, salah satu manfaat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Friedman (2000) mengatakan, dalam perspektif global saat ini tidak banyak dipertentangkan tentang fakta bahwa homogenisasi dunia barat, tetapi kebanyakan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia memiliki banyak warisan kebudayaan dari berbagai etnik. Warisan kebudayaan yang disampaikan secara turun menurun dari mulut kemulut secara lisan biasa disebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Bima merupakan perpaduan dari berbagai suku, etnis dan budaya yang hampir menyebar di seluruh pelosok tanah air.akan tetapi pembentukan masyarakat Bima yang
Lebih terperinciPELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN
PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN A. PENGANTAR Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) merupakan salah satu unsur dalam Tri Darma Perguruan Tinggi. Secara umum, PkM tidak hanya untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tedi Fedriansah, 2015 SENI KERAJINAN GERABAH BUMIJAYA SERANG BANTEN Universitas Pendidikan Indonesia \.upi.edu perpustakaan.upi.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Gerabah merupakan salah satu kerajinan tradisional yang perlu dilestarikan dan menjadi salah satu bentuk buah karya sekaligus tradisi nenek moyang yang dibuat turun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang Pengertian Megalitik telah banyak disinggung oleh para ahli sebagai suatu tradisi yang menghasilkan batu-batu besar, mengacu pada etimologinya yaitu mega berarti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam lagi bahasa tercakup dalam kebudayaan. Bahasa menggambarkan cara berfikir
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan kebudayaan merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Bahasa selalu menggambarkan kebudayaan masyarakat yang bersangkutan; lebih dalam lagi bahasa
Lebih terperinciBAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran
BAB 7 Standar Kompetensi Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek Kompetensi Dasar 1. Menjelaskan keberadaan dan perkembangan tradisi lisan dalam masyarakat setempat. 2. Mengembangkan sikap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing yang sangat strategis, yang terletak di tengah-tengah jalur perdagangan yang menghubungkan antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman tradisional Kelurahan Melai, merupakan permukiman yang eksistensinya telah ada sejak zaman Kesultanan
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia selalu diperhadapkan dengan berbagai keragaman, baik itu agama, sosial, ekonomi dan budaya. Jika diruntut maka banyak sekali keragaman yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 I d e n t i f i k a s i P e r u b a h a n R u m a h T r a d i s i o n a l D e s a K u r a u, K e c. K o b a
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman budaya baik berupa fisik maupun non fisik. Budaya yang berupa fisik Salah satunya adalah arsitektur tradisional. Rumah tradisional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dina Astrimiati, 2014 MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Legenda bagian dari folklor merupakan bentuk refleksi dari kehidupan masyarakat yang membesarkan cerita tersebut. Umumnya memiliki kegunaan sebagai alat pendidik,
Lebih terperinciPada bab ini dipaparkan (1) latar belakang penelitian (2) rumusan penelitian (3) tujuan
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dipaparkan (1) latar belakang penelitian (2) rumusan penelitian (3) tujuan penelitian (4) mamfaat penelitian. A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan suatu bentuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Atik Rahmaniyar, 2015
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan karakter secara eksplisit maupun implisit telah terbentuk dalam berbagai mata pelajaran yang diajarkan. Melalui pendidikan karakter diharapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah pikiran yang dapat berbentuk fisik (tangible) dan non-fisik (intangible). Tinggalan fisik
Lebih terperinciMENGEMBANGKAN KETERAMPILAN PENELITIAN DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH *) Oleh : Agus Mulyana
MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN PENELITIAN DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH *) Oleh : Agus Mulyana Penelitian pada dasarnya merupakan cara kerja ilmiah yang ada dalam setiap disiplin ilmu. Begitu pi kisahula halnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai suku dengan aneka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai suku dengan aneka adat istiadat yang berbeda satu sama lain. Proses sejarah yang panjang serta kondisi geografis
Lebih terperinciPlease purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata budaya terdiri dari dua kata yaitu budi dan daya. Koentjaraningrat berpendapat bahwa kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah, ialah bentuk jamak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji sastra maka kita akan dapat menggali berbagai kebudayaan yang ada. Di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan masyarakat masa lampau merupakan catatan sejarah yang sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau pegangan hidup bagi masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengenai takdirnya di atas bumi yang kemudian dapat dinikmati
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah ekspressi perasaan, pikiran dan pergumulan manusia yang terus menerus mengenai takdirnya di atas bumi yang kemudian dapat dinikmati manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasar merupakan salah satu pusat perekonomian yang memiliki peranan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar merupakan salah satu pusat perekonomian yang memiliki peranan yang penting, karena mempertemukan penjual dan pembeli. Pembeli membutuhkan komoditas untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi sebagai proses sosial dimana individu-individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka (Richard
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan sistem nilai yang terkandung dalam sebuah masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan yang membentuk lapis-lapis
Lebih terperinciRESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN
RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN SEJARAH PENEMUAN SITUS Keberadaan temuan arkeologis di kawasan Cindai Alus pertama diketahui dari informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Papua seperti seekor burung raksasa, Kabupaten Teluk Wondama ini terletak di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Teluk Wondama merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Papua Barat, yang baru berdiri pada 12 April 2003. Jika dilihat di peta pulau Papua seperti seekor
Lebih terperinci1.5 Ruang lingkup dan Batasan Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gua Pawon dengan segala bentuk temuan prasejarah yang terkandung di dalamnya, begitu juga dengan lingkungannya bila di kaitkan dengan Undang- Undang Nomor 11 Tahun
Lebih terperinciMERUMUSKAN METODE PENGKAJIAN TRADISI LISAN
RESENSI BUKU MERUMUSKAN METODE PENGKAJIAN TRADISI LISAN Asep Rahmat Hidayat Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat, Jalan Sumbawa Nomor 11, Bandung 40113, Telepon: 085220508085, Posel: kang.abu2@gmail.com Naskah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seseorang akan mampu menilai banyak hal mengenai budaya seperti gaya hidup,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arsitektur merupakan produk budaya yang tidak lepas dari kehidupan manusia. Permukiman, perkotaan dan lansekap suatu daerah terbentuk sebagai hasil dari sistem kebudayaan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
64 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian tradisi lisan merupakan obyek kajian yang cukup kompleks. Kompleksitas kajian tradisi lisan, semisal upacara adat dapat disebabkan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan kreatif yang objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya (Semi,1989:8).
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Dalam penulisan sebuah karya ilmiah diperlukan kajian pustaka. Kajian pustaka bertujuan untuk mengetahui keauntetikan sebuah karya ilmiah. Kajian yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam suku, yang dapat di jumpai bermacam-macam adat istiadat, tradisi, dan kesenian yang ada dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ki Gede Sebayu merupakan tokoh pendiri Tegal yang telah dikenal oleh
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ki Gede Sebayu merupakan tokoh pendiri Tegal yang telah dikenal oleh masyarakat luas. Ketokohan Ki Gede Sebayu sebagai pendiri Tegal memang sudah tersohor
Lebih terperinciPERTEMUAN 3 PERKEMBANGAN ANTROPOLOGI MATA KULIAH ANTROPOLOGI BUDAYA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA
PERTEMUAN 3 PERKEMBANGAN ANTROPOLOGI MATA KULIAH ANTROPOLOGI BUDAYA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA Perkembangan Antropologi A. Sejarah Antropologi Sebagai Ilmu B. Ruang Lingkup Antropologi:
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan
116 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisis semiotika dengan unsur tanda, objek, dan interpretasi terhadap video iklan pariwisata Wonderful Indonesia episode East Java, serta analisis pada tiga
Lebih terperinciMUSEUM BUDAYA DI PONTIANAK, KALIMANTAN BARAT
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki beraneka ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak jaman kerajaan-kerajaan
Lebih terperinciNILAI-NILAI SOSIAL DAN BUDAYA DALAM MITOS KIAI KALADETE TENTANG ANAK BERAMBUT GEMBEL DI DATARAN TINGGI DIENG KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI
NILAI-NILAI SOSIAL DAN BUDAYA DALAM MITOS KIAI KALADETE TENTANG ANAK BERAMBUT GEMBEL DI DATARAN TINGGI DIENG KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada peribahasa yang menyebutkan di mana ada asap, di sana ada api, artinya tidak ada kejadian yang tak beralasan. Hal tersebut merupakan salah satu kearifan nenek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang ada di Indonesia dan masih terjaga kelestariannya. Kampung ini merupakan kampung adat yang secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan bagian yang melingkupi kehidupan manusia. Kebudayaan yang diiringi dengan kemampuan berpikir secara metaforik atau perubahan berpikir dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan simbol peradaban. Apabila sebuah budaya luntur dan tidak lagi dipedulikan oleh sebuah bangsa, peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu waktu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia, kita mengenal adanya siklus hidup, mulai dari dalam kandungan hingga kepada kematian. Berbagai macam peristiwa yang dilalui merupakan saat-saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat pemiliknya, sebagai milik bersama, yang isinya mengenai berbagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, memiliki berbagai suku, ras, bahasa dan kebudayaan yang diwariskan secara turun-temurun oleh nenek moyang. Adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu paradigma arkeologi sebagai ilmu yang mempelajari masa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu paradigma arkeologi sebagai ilmu yang mempelajari masa lampau adalah merekonstruksi kehidupan masa lalu. Rekonstruksi kehidupan masa lalu yang dimaksud
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah yang merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti akal atau budi dan dapat diartikan sebagai hal-hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2003: 13). Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar dan lithos yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Kebudayaan merupakan hasil karya manusia yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Beberapa kebudayaan diantaranya dimulai pada masa prasejarah yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peran orang tua sebagai generasi penerus kehidupan. Mereka adalah calon
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan aset, anak adalah titisan darah orang tua, anak adalah warisan, dan anak adalah makhluk kecil ciptaan Tuhan yang kelak menggantikan peran orang tua sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Bagi ahli antropologi, religi merupakan satu fenomena budaya. Ia merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Bagi ahli antropologi, religi merupakan satu fenomena budaya. Ia merupakan satu ekspresi mengenai apa yang sekelompok manusia pahami, hayati, dan yakini baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah memiliki keanekaragaman budaya yang tak terhitung banyaknya. Kebudayaan lokal dari seluruh
Lebih terperinciBAB II PENGETAHUAN TRADISIONAL DALAM PENGATURAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL. Harmonisasi antara pengetahuan modern dan pengetahuan tradisional
BAB II PENGETAHUAN TRADISIONAL DALAM PENGATURAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL A. Pengertian Pengetahuan Tradisional Harmonisasi antara pengetahuan modern dan pengetahuan tradisional merupakan hal penting dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan bangsanya. Sebagai bangsa yang heterogen, Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia memiliki beribu-ribu pulau di dalamnya.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia memiliki beribu-ribu pulau di dalamnya. Banyaknya pulau-pulau di Indonesia menghadirkan suku dan budaya yang memiliki adat istiadat yang berbeda disetiap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,
Lebih terperinciARSITEKTUR VERNAKULAR INDONESIA
Modul ke: 03 Primi Fakultas FTPD ARSITEKTUR VERNAKULAR INDONESIA Vernakular dalam Arsitektur Tradisional Artiningrum Program Studi Teknik Arsitektur Tradisi berasal dari bahasa Latin: traditio, yang berarti
Lebih terperinciCERITA RAKYAT DEWI SRITANJUNG SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI KEARIFAN LOKAL
CERITA RAKYAT DEWI SRITANJUNG SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI KEARIFAN LOKAL Firdauzia Nur Fatimah, Edy Tri Sulistyo Universitas Sebelas Maret ningfirda15@gmail.com, edytrisulistyo9@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Sumber buku karangan Nirwabda Wow Building, 2014 : 88 2 Ibid : 88
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang teletak di bagian Asia tenggara yang dilalui garis khatulistiwa. Indonesia berada diantara benua Asia dan Australia serta diantara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. Kebudayaan lokal sering disebut kebudayaan etnis atau folklor (budaya tradisi). Kebudayaan lokal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut
BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE A. Latar Belakang Indonesia adalah Negara kepulauan yang berada di garis khatulistiwa dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah provinsi kepulauan dengan ciri khas sekumpulan gugusan pulau-pulau kecil di bagian timur wilayah
Lebih terperinciSMA A. TRADISI SEJARAH MASYARAKAT INDONESIA MASA PRA AKSARA
JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMA X (SEPULUH) SEJARAH TRADISI SEJARAH MASA PRA AKSARA A. TRADISI SEJARAH MASYARAKAT INDONESIA MASA PRA AKSARA Tradisi masyarakat Indonesia masa pra-aksara Jejak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arsitektur sebagai produk dari kebudayaan, tidak terlepas dari pengaruh perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya proses perubahan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Budaya Lanskap adalah suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia, dimana karakter tersebut menyatu secara harmoni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Arsitektur merupakan hasil dari faktor-faktor sosiobudaya, sebuah
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Arsitektur merupakan hasil dari faktor-faktor sosiobudaya, sebuah perancangan yang mencakup pengubahan-pengubahan terhadap lingkungan fisik, arsitektur dapat dianggap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dananjaya (dalam Purwadi 2009:1) menyatakan bahwa kata folklor berasal dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore. Kata folk berarti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peninggalan sejarah merupakan warisan budaya masa lalu yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peninggalan sejarah merupakan warisan budaya masa lalu yang mempresentasikan keluhuran dan ketinggian budaya masyarakat. Peninggalan sejarah yang tersebar di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang terdiri dari pulau- pulau yang membentang luas memiliki ragam suku bangsa beserta adat istiadat yang terbentuk akibat percampuran ras dan kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur Propinsi Sumatera Utara, yang membentang mulai dari Kabupaten Langkat di sebelah Utara, membujur
Lebih terperinciGERABAH MAMBANG JOMBANG: TRADISI PRASEJARAH YANG MASIH BERLANGSUNG SAMPAI SEKARANG SEBAGAI WUJUD ENKULTURASI. Oleh: Andik Suharyanto
GERABAH MAMBANG JOMBANG: TRADISI PRASEJARAH YANG MASIH BERLANGSUNG SAMPAI SEKARANG SEBAGAI WUJUD ENKULTURASI Oleh: Andik Suharyanto Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian sastra lisan sangat penting untuk dilakukan sebagai perlindungan dan pemeliharaan tradisi, pengembangan dan revitalisasi, melestarikan
Lebih terperinciI. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang I. 1. 1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Batik merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa Jawa yaitu amba yang berarti menulis dan tik yang berarti titik. Batik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dalam artian bahwa sesungguhnya manusia hidup dalam interaksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sedangkan bahasa visual dipandang kurang penting, padahal banyak kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, bahasa verbal (lisan dan tulis) memegang peranan penting dalam interaksi dan menjadi sarana interaksi yang paling utama, sedangkan bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar. Setiap kelompok etnik tersebut memiliki
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Sulawesi Selatan dan Barat terdapat empat etnik dominan dan utama, yakni Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar. Setiap kelompok etnik tersebut memiliki ragam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan yang biasanya dilakukan setiap tanggal 6 April (Hari Nelayan)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upacara Adat Labuh Saji berlokasi di Kelurahan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, pada tahun ini upacara dilaksanakan pada tanggal 13 Juni hal tersebut dikarenakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
46 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi Perkampungan Budaya Betawi yang dijadikan tempat penelitian, yaitu terletak di Kawasan Setu Babakan, pada Jalan Muhammad Kahfi, Kelurahan Srengseng
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal bahwa tradisi lisan masih hidup di berbagai suku bangsa di Indonesia. Tradisi lisan sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antaranya yaitu: Asparaga, Batuda a, Batuda a Pantai, Bilato, Biluhu, Boliyohuto,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Gorontalo merupakan salah satu tetangga dari kota Gorontalo yang berdiri sendiri. Selain itu, Kabupaten ini adalah salah satu Kabupaten yang kaya akan budayanya.
Lebih terperinciMENGEMBANGKAN KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH *) Oleh : Dr. Agus Mulyana, M.Hum
MENGEMBANGKAN KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH *) Oleh : Dr. Agus Mulyana, M.Hum Pembelajaran sejarah pada umumnya yang terjadi di lapangan mengajarakan materi yang jauh dari realitas kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki suku bangsa yang beraneka ragam. Oleh karena itu, Indonesia kaya akan budaya dan adat istiadat. Kebudayaan yang
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. demikian dimungkinkan munculnya suatu unsur yang penting seperti yang akan
23 III. METODE PENELITIAN A. Metode yang Digunakan Keberhasilan dalam melakukan penelitian banyak tergantung dari keberhasilan perundingan yang dilakukan oleh peneliti dengan mereka yang diteliti. Dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nurshopia Agustina, 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, orang Sunda dapat mengembangkan jenis-jenis khas yang menarik yaitu mengembangkan macam-macam agroekosistem seperti berladang, bercocok tanam,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat mempersatukan dan mempertahankan spiritualitas hingga nilai-nilai moral yang menjadi ciri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri khasnya masing-masing. Hal itu bisa dilihat pada pengaruh karya seni rupa peninggalan kerajaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang masih dipercaya oleh masyarakat Mentawai adalah Sikerei.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mentawai merupakan salah satu kabupaten di propinsi Sumatera Barat yang mempunyai kebudayaan berbeda dengan kebudayaan mayoritas penduduk Sumatera Barat.Banyak adat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelilitian
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelilitian Ziarah merupakan istilah yang tidak asing di masyarakat. Ziarah adalah salah satu bentuk kegiatan berdoa yang identitik dengan hal yang berkaitan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai beragam kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan tersebut mempunyai unsur yang berbeda-beda.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki aneka ragam budaya. Budaya pada dasarnya tidak bisa ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan individu yang ada dari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budaya Menurut Marvin Harris (dalam Spradley, 2007:5) konsep kebudayaan ditampakkan dalam berbagai pola tingkah laku yang dikaitkan dengan kelompokkelompok masyarakat tertentu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni yang sekaligus menjadi bagian dari kebudayaan. Sebagai salah satu hasil kesenian, karya sastra mengandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi komunikasi dan media massa, mengakibatkan munculnya New
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Informasi merupakan suatu hal terpenting dalam kehidupan. Banyak cara untuk mendapatkan informasi, melalui media televisi maupun radio. Majalah dan koran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan, ada juga yang mengatakan bahwa bahasa dan kebudayaan merupakan dua hal yang berbeda, namun antara bahasa dan kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses industrialisasi dan pengembangan industri merupakan salah satu jalur kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam hias atau disebut juga dengan ornamen di Indonesia merupakan kesatuan dari pola-pola ragam hias daerah atau suku-suku yang telah membudaya berabad-abad.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang disebut karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota masyarakat yang
Lebih terperinci