BAB 3 DESKRIPSI MOTIF PERAHU PADA SENI CADAS DI INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 DESKRIPSI MOTIF PERAHU PADA SENI CADAS DI INDONESIA"

Transkripsi

1 BAB DESKRIPSI MOTIF PERAHU PADA SENI CADAS DI INDONESIA Berdasarkan data foto dan gambar yang dapat dikumpulkan dari hasil penelitian mengenai seni cadas pada situs-situs di Indonesia dan sekitarnya (Sarawak dan Timor Leste) yang dibagi ke dalam delapan kawasan, yang terdiri atas 22 situs dengan 67 motif perahu. Situs-situs seni cadas ini berupa gua, tebing karang, dan bongkahan batuan. Tabel.1. Persebaran motif perahu pada seni cadas di Indonesia dan sekitarnya No Kawasan Situs No Situs Jumlah 1 Pangkep, Sulawesi Selatan 1 Leang Sumpangbita 1 2 Leang Bulu Sipong 2 Gua Metanduno 7 4 Gua Kobori 2 Pulau Muna, Sulawesi Tenggara Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur 5 Watu Weti 1 4 Kepulauan Kei, Maluku 6 Tebing Dudumahan, Kei Kecil 4 Tenggara 7 Ceruk Loh Vat, Kei Kecil 1 8 Risatot, Arguni 1 9 Sosorra, Furir 9 5 Teluk Berau, Papua Barat 10 Matutuo/ Pulau Duduru 1 11 Auramo/ Sungai Bedidi 7 12 Gua Siawachwa, Kokas 2 1 Tanjung Abba 1 14 Ili Kerekere 8 15 Lene Hara 1 16 Kurus 1 6 Tutuala, Timor Leste 17 Lene Cece 2 18 Lene Kici 1 19 Sunu Taraleu 20 Tebing Tutuala 2 7 Sarawak, Borneo 21 Gua Liang Kain Hitam 2 8 Sangkulirang, Kalimantan Timur 22 Gua Mardua 7 Pendeskripsian pada gambar dan foto motif perahu dimulai dari kawasan situs dengan penomoran (misalnya 1...), selanjutnya situs tempat motif perahu tersebut (misalnya 1.1..) lalu pada motif perahunya yaitu misalnya, motif 1 di gua Sumpangbita (1.1.1). Setelah itu pendeskripsian mengenai teknik penggambaran 4

2 5 motif perahu yaitu teknik pahatan, lukisan, atau gambar berupa garis, ragangan (outline), atau isian penuh (solid). Deskripsi pada bentuk motif perahu diawali dengan menggambarkan komponen atribut perahu dan dilanjutkan dengan mendeskripsikan komponen atribut tambahan pada motif perahu. Deskripsi pada motif yaitu motif non-figuratif berupa perahu..1. Kawasan Pangkep, Sulawesi Selatan. Pada kawasan Pangkep, Sulawesi Tenggara, data motif perahu yang dapat dikumpulkan terdapat pada dua situs, yaitu situs Leang Sumpangbita dan Leang Bulu Sipong. Kawasan ini berdekatan dengan perairan sungai dan tidak jauh dari pesisir pantai. Kawasan Pangkep.1. Peta Kawasan Situs Pangkep, Sulawesi Selatan (Sumber Foto: Budiman).

3 Leang Sumpangbita, Pangkep, Sulawesi Selatan. Pada situs ini hanya terdapat satu motif yang diperkirakan motif perahu Leang Sumpangbita. Keterangan: Dasar perahu 2. Lambung perahu 2 Sumber foto: Irwansyah, Teknik Bentuk : Dilukis secara penuh (solid area) menggunakan warna merah. : dibuat dengan bentuk melengkung di bagian dasar, pada ujung-ujungnya melancip dan bagian atasnya mendatar horizontal. Bagian lambung perahu merupakan area warna merah. Bagian haluan dan buritan tidak dibedakan penggambarannya. : Non-figuratif, perahu.

4 Leang Bulu Sipong, Pangkep, Sulawesi Selatan. Pada situs ini terdapat dua motif yang diperkirakan motif perahu Leang Bulu Sipong Keterangan: Dasar perahu 2. Lambung perahu. Linggi perahu 4. Figur manusia memegang tongkat melintang 5. Figur manusia memegang tongkat vertikal (Sumber gambar: Suprapta, 1996). 2 Teknik Bentuk : dilukis secara penuh (solid area) dengan menggunakan warna merah. : Bagian dasar perahu dibuat melengkung dan bagian atasnya mendatar. Bagian ujung sebelah kanan perahu terdapat linggi berupa garis lengkung ke atas. Figur manusia pertama dilukiskan dalam posisi berdiri menghadap ke depan dengan kedua kakinya digambarkan. Kedua tangan memegang tongkat melintang horizontal yang salah satu ujungnya bercabang tiga. Tongkat tersebut disangga oleh sebuah tongkat yang bertumpu pada bagian atas perahu. Sedangkan figur manusia kedua dilukiskan agak ke tengah perahu dengan posisi berdiri menghadap figur manusia pertama, kedua lengan memegang tongkat vertikal, bagian kaki tidak tampak. : Non-figuratif, perahu.

5 Leang Bulu Sipong. 4 Keterangan: 1. Dasar perahu 2. Lambung perahu. Garis-garis lengkung 4. Cap tangan 5. ikan 1 (Sumber gambar: Suprapta, 1996). 2 5 Teknik Bentuk : Digambar dengan menggunakan warna merah dalam bentuk ragangan (outline). : Bentuk perahu terdiri dari tiga garis bersambung (continuous line) yang menyatu pada kedua ujungnya. Garis yang pertama membentuk bagian atas perahu, garis kedua terdapat di bagian tengah perahu, sedangkan garis ketiga membentuk dasar perahu. Pada bagian isian lambung perahu terdapat 16 garis vertikal yang disusun berpasangan. Terdapat titik-titik yang menyebar di kedua ujung perahu. Di ujung kanan perahu, pada bagian atas, terdapat sepuluh garis lengkung yang mengarah ke atas. Selain itu, di bagian atas kedua ujung-ujung perahu terdapat motif cap tangan. Pada bagian bawah perahu terdapat motif ikan. : Non-figuratif, perahu.

6 9.2. Kawasan Pulau Muna, Sulawesi Tenggara. Pada kawasan Pulau Muna, Sulawesi Tenggara, data motif perahu yang dapat dikumpulkan terdapat pada dua situs, yaitu situs Gua Metanduno dan Gua Kobori. Kedua situs tersebut terletak di tengah Pulau Muna dengan karakter perairan pesisir dan lautan..2. Peta Kawasan Situs Pulau Muna, Sulawesi Tenggara (diolah kembali dari Kosasih, 1982)

7 Gua Metanduno, Pulau Muna, Sulawesi Tenggara. Pada situs ini terdapat tujuh motif yang diperkirakan motif perahu Gua Metanduno. 2 Keterangan: 1. Dasar perahu 2. Lambung perahu. Figur manusia Sumber foto: Irwansyah, Teknik Bentuk : Dilukis menggunakan warna cokelat dalam bentuk garis tebal. : digambarkan dalam bentuk garis melengkung. Figur manusia berbentuk garis vertikal yang menggambarkan badan dan kedua lengan di kanan kirinya. Kepala digambarkan secara penuh (solid). : Non-figuratif, perahu.

8 Gua Metanduno. 2 Keterangan : 1. Lambung perahu 2. Linggi. Tiang layar Sumber foto: Irwansyah, Teknik Bentuk : Dilukis dengan warna cokelat dalam bentuk garis tipis. : Bagian badan perahu berupa garis bersambung (continuous line) melengkung yang pada ujung sebelah kanannya terdapat garis yang dibuat hampir tegak lurus terhadap badan perahu. Terdapat dua garis lengkungan (setengah lingkaran) di atas lambung perahu yang membentuk ruang tertutup. Pada lengkungan yang ada di bagian tengah badan perahu, di atasnya terdapat garis vertikal yang bagian ujungnya memiliki garis pendek yang melintang agak miring. Garis vertikal ini membentuk tiang perahu. : Non-figuratif, perahu.

9 Gua Metanduno Keterangan : 1. Lambung perahu 2. Badan manusia. Kepala manusia 4. Lengan Kiri 5. Pegangan dayung 6. Ujung dayung Sumber foto: Irwansyah, Teknik Bentuk : Dilukis menggunakan warna cokelat dalam bentuk garis tebal. : dibuat dalam bentuk garis melengkung yang membentuk lambung perahu dengan ujung sebelah kiri lebih tinggi dari ujung sebelah kanan dan dibuat melengkung ke luar. Sedangkan pada ujung sebelah kanan membengkok 90º ke arah luar. Badan dan kepala manusia di atas perahu dibuat penuh (solid) dengan kedua lengannya memegang dayung. Lengan kiri berupa lengkungan garis melewati kepala yang berbentuk lingkaran. Dayung dilukiskan berupa garis vertikal di samping perahu, bagian bawah ujung dayung berbentuk oval. : Non-figuratif, perahu.

10 Gua Metanduno Keterangan: 1. Dasar perahu 2. Lambung perahu. Linggi perahu 4. Dayung 5. Kemudi 6. Tempat berteduh 7. Figur manusia Sumber foto: Irwansyah, Teknik Bentuk : Dilukis menggunakan warna cokelat dengan bentuk garis tebal. : digambarkan dalam bentuk garis tebal bersambung melengkung, di kedua ujungnya bercabang membentuk linggi. Pada bagian dasar sebelah kiri perahu terdapat kemudi, selain itu terdapat sepuluh dayung berupa garis vertikal yang ujung-ujungnya oval. Di bagian tengah perahu dilukiskan struktur berupa segitiga yang ditopang oleh dua buah tiang di ujung-ujungnya. Terdapat dua figur manusia berupa garis vertikal dengan kepala berbentuk bulat penuh. Kedua figur tersebut di lengan kiri memegang senjata dan di lengan kanan mungkin perisai. Senjata digambarkan berupa garis vertikal sedangkan perisai berbentuk oval penuh (solid). : Non-figuratif, perahu.

11 Gua Metanduno. 4 Keterangan: 1. Dasar perahu 2. Lambung perahu. Linggi perahu 4. Figur manusia 2 (Sumber foto: Aksa, 1991) 1 Teknik Bentuk : Dilukis menggunakan warna cokelat berupa ragangan (outline). : digambarkan dalam bentuk garis bersambung penuh melengkung yang membentuk bagian bawah lambung perahu sedangkan bagian atas perahu berupa garis horizontal. Linggi digambarkan bercabang tiga. Di atas perahu digambarkan empat figur penuh yang mungkin menggambarkan manusia. Pada bagian dasar perahu tidak terdapat dayung. : Non-figuratif, perahu.

12 Gua Metanduno Keterangan: 1. Dasar perahu 2. Lambung perahu. Linggi perahu 4. Dayung 5. Figur manusia (Sumber foto: Aksa, 1991) Teknik Bentuk : Dilukis menggunakan warna cokelat dalam bentuk garis tebal. : Badan perahu dilukiskan dengan garis bersambung melengkung yang membentuk lambung perahu, ujung kiri perahu memiliki linggi yang penggambarannya agak buram, namun masih terlihat sisanya yang pada bagian ujungnya terdapat garis menyilang. Pada ujung kanan perahu, pada bagian linggi, terdapat garis-garis silang dan tumpang tindih dengan figur manusia. Dayung pada perahu dilukiskan sudah agak buram di bagian kanan bawah dasar perahu. Terdapat empat figur manusia di atas perahu yang badan dan kedua tangannya dilukiskan dalam bentuk garis silang dan kepala membulat pada bagian atas. Di atas motif perahu ini terdapat lukisan hewan dan figur manusia yang mungkin tidak berhubungan dengan motif perahu. : Non-figuratif, perahu.

13 Gua Metanduno. 5 Keterangan : 1. Dasar perahu 2. Lambung perahu. Linggi perahu 4. Dayung 5. Figur manusia (Sumber foto: Kosasih 1984) Teknik Bentuk : Dilukis menggunakan warna cokelat dalam bentuk garis tebal. : Bagian lambung perahu berupa garis bersambung melengkung. Linggi pada ujung kiri perahu, berupa garis bercabang dua mengarah ke atas, sedangkan linggi kanan perahu tidak terlihat bercabang. Di bagian dasar perahu terdapat dayung berjumlah sepuluh garis yang ujung-ujungnya lonjong. Di bagian atas perahu dilukiskan figur manusia yang berjumlah sekitar tujuh orang berupa garis-garis vertikal yang ujung-ujungnya berupa bulatan agak lonjong. : Non-figuratif, perahu.

14 Gua Kobori, Pulau Muna, Sulawesi Tenggara. Pada situs ini terdapat tiga motif yang diperkirakan motif perahu Gua Kobori Keterangan: 1. Dasar perahu 2. Lambung perahu. Linggi 4. Dayung 5. Kemudi 6. Figur manusia (Sumber foto: Aksa, 1991) 1 4 Teknik Bentuk : Dilukis menggunakan warna cokelat dengan garis bersambung penuh (solid area). : dilukiskan berupa bentuk melengkung penuh (solid area). Pada bagian dasar perahu dilukiskan tiga buah dayung dan sebuah kemudi pada bagian paling kiri. Figur manusia dilukiskan dalam bentuk garis bersambung yang sudah agak buram, diperkirakan jumlahnya empat orang. : Non-figuratif, perahu.

15 Gua Kobori Keterangan: 1. Dasar perahu 2. Lambung. Linggi perahu 4. Dayung 5. Kemudi 6. Tempat berteduh 7. Tiang layar 8. Layar 9. Figur manusia 4 (Sumber foto: Aksa, 1991) 1 Teknik Bentuk : Dilukis menggunakan warna cokelat dalam bentuk solid. : Lambung perahu dibuat dengan garis bersambung penuh (solid infill). Linggi kiri digambarkan melengkung ke dalam, sedangkan linggi kanan mungkin juga digambarkan melengkung dan bercabang. Pada gambar tidak terlalu jelas karena bersambung dengan figur manusia yang digambarkan dekat linggi kanan. Pada bagian kiri perahu terdapat kemudi yang dilukiskan dalam bentuk garis tebal dengan posisi miring dan berujung oval. Ujung atas kemudi dipegang oleh figur manusia dengan badan yang dilukiskan dalam garis tebal dan bagian kepala berada di bawah layar perahu. Di samping figur manusia terdapat garis-garis yang tidak diketahui menggambarkan apa. Figur manusia di sebelah kanan, struktur tubuhnya digambarkan dengan badan vertikal di atas lambung perahu. Layar berbentuk persegi panjang yang miring ke arah kiri dan pada ruang persegi panjang ini dilukiskan garis-garis. : Non-figuratif, perahu.

16 Gua Kobori Keterangan: 1. Dasar perahu 2. Lambung perahu. Linggi perahu 4. Kemudi 5. Tiang layar 6. Layar 7. Figur manusia (Sumber foto: Aksa, 1991) Teknik Bentuk : Dilukis menggunakan warna cokelat dalam bentuk solid. : Bagian lambung perahu terdiri dari garis bersambung penuh (solid infill) melengkung ke atas. Linggi pada ujung kiri perahu dilukiskan melengkung ke dalam. Sedangkan linggi ujung kanan melancip. Di atas perahu, di sebelah kanan, dilukiskan figur manusia dengan bagian badan berupa garis vertikal tebal, kepala dilukiskan berbentuk bulat dengan isian penuh. Pada bagian tengah perahu digambarkan tiang layar yang dilukiskan vertikal dengan bagian bawah tebal dan semakin menipis di bagian atas. Layar berbentuk persegi panjang yang miring ke arah kiri perahu dan ruang persegi panjang tersebut dihiasi dengan garis-garis. Di bagian kiri layar tampak garis tebal yang mungkin juga menggambarkan manusia. Dua buah garis yang diperkirakan kemudi ganda dilukiskan pada bagian kiri dasar perahu dalam bentuk garis dengan bagian ujung oval. : Non-figuratif, perahu.

17 50.. Kawasan Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Pada kawasan ini, data motif perahu yang dapat dikumpulkan terdapat pada satu situs, yaitu situs Watuweti. Kawasan ini berdekatan dengan perairan pesisir... Peta Kawasan Situs Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. (diambil dari Arifin, 1992)

18 Watu weti, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Pada situs ini terdapat satu motif yang diperkirakan motif perahu Watu weti. Keterangan: 1. Lambung (Sumber gambar: Verhoeven 1956) 1 Teknik Bentuk : Pahatan, berupa garis. : Bagian lambungnya dipahatkan mendatar lurus dalam bentuk garis bersambung. Kedua ujung mengarah ke atas dengan kemiringan yang berbeda. Ujung kiri lebih panjang dari pada ujung kanan dan membentuk sudut 45º, sedangkan ujung kanan membentuk sudut hampir 90º. : Non-figuratif, perahu.

19 52.4. Kawasan Kepulauan Kei, Maluku Tenggara. Pada kawasan ini, data motif perahu yang dapat dikumpulkan terdapat pada dua situs, yaitu Tebing Dudumahan dan Ceruk Loh Vat. Kedua situs berdekatan dengan perairan pesisir dan lautan..4. Peta Kawasan Situs Kepulauan Kei, Maluku Tenggara (diambil dari Ballard, 1988)

20 Tebing Dudumahan, Kepulauan Kei, Maluku Tenggara. Pada situs ini terdapat empat motif yang diperkirakan motif perahu Tebing Dudumahan, Panil 4.i. 4 Keterangan: 1. Dasar perahu 2. Lambung perahu. Linggi perahu 4. Figur manusia (Sumber gambar: Ballard, 1988) 1 2 Teknik Bentuk : Dilukis menggunakan warna hitam dalam bentuk ragangan (outline). : Bentuk dasar perahu yang masih terlihat yaitu bagian haluan sampai ke bagian tengah lambung yang dibuat dengan garis tebal bersambung dan terputus. Bagian dasar tidak jelas, ada bagianbagian yang digambarkan dengan garis tipis dan membentuk bidang geometris, seperti segi empat. Tiga figur manusia menghadap ke kiri dilukiskan di atas perahu, ketiganya dilukiskan dengan kepala berbentuk relatif bulat dilukis penuh, namun ada yang sudah tidak utuh lagi. Mungkin sudah terkelupas. Rambut digambarkan mengarah ke atas. Anggota tubuh, yaitu lengan kiri berupa garis tipis berbentuk menyiku mengarah ke bawah. Masing-masing figur tampaknya memegang benda yang berbeda. Lengan kanan digambarkan dalam bentuk garis tipis mengarah ke atas. Bagian badan membusung ke depan sedangkan kedua kaki agak tertekuk. : Non-figuratif, perahu.

21 Tebing Dudumahan, Panil 6.xi Keterangan: 1. Dasar perahu 2. Lambung perahu. Linggi perahu 4. Dayung 5. Figur manusia 6. Alat tabuhan (Sumber gambar: Ballard, 1988) Teknik Bentuk : Dilukis menggunakan warna merah dalam bentuk ragangan (outline). : Bentuk bagian dasar perahu berupa garis bersambung melengkung, kedua ujungnya membentuk linggi yang masing-masing bercabang dua. Bagian lambung berupa ruang tertutup yang di bagian tengah ruang terdapat tiga garis vertikal yang membentuk empat bidang pada lambung perahu. Pada bidang-bidang yang terletak di kedua ujung perahu terdapat garis horizontal di bagian tengahnya. Dayung dilukiskan berupa garis miring dengan ujung oval lancip, menyerupai daun. Sedangkan di bagian kanan atas perahu digambarkan figur manusia dalam bentuk ragangan. Bagian badan berupa dua garis lengkung vertikal, kepala berbentuk lingkaran tertutup dan kedua lengan digambarkan terlipat ke atas. Pada bagian tengah perahu terdapat alat tabuhan yang mempunyai bentuk yang serupa dengan nekara perunggu. : Non-figuratif, perahu.

22 Tebing Dudumahan, Panil 2.vi. 4 2 Keterangan: 1. Dasar perahu 2. Lambung perahu. Linggi perahu 4. Bentuk tidak jelas (Sumber gambar: Ballard, 1988) 1 Teknik Bentuk : Dilukis menggunakan warna hitam dengan garis tebal, sapuan penuh (solid infill). : Lambung berupa garis tebal bersambung melengkung ke atas, bagian dasar perahu tidak rata. Terdapat linggidibagian kiri dan kanan ujung perahu. Tidak terdapat dayung atau kemudi. Di atas perahu dilukiskan suatu bentuk yang tidak jelas, mungkin sebagian sudah terkelupas atau rusak sehingga bentuk aslinya tidak dapat dilihat lagi. : Non-figuratif, perahu.

23 Tebing Dudumahan, Panil.i Keterangan : 1. Dasar perahu 2. Lambung perahu. Linggi perahu 4. Layar 5. Figur manusia (Sumber gambar: Ballard, 1988) Teknik Bentuk : Dilukis menggunakan warna hitam dalam bentuk solid penuh (solid infill) : Lambung perahu berupa garis bersambung penuh (solid infill) melengkung ke atas, sedangkan linggi pada kedua ujung lambung berupa garis tipis yang menyudut ke arah kiri. Di bagian atas perahu terdapat ruang tertutup terdiri dari empat garis vertikal (garis kedua dari kiri lebih tebal dari yang lainnya) yang pada ujung-ujungnya menyatu menjadi bagian dari layar berbentuk segitiga seperti kipas. Terdapat sebuah figur manusia dalam bentuk ragangan penuh di bawah motif perahu yang digambarkan dalam posisi horizontal menghadap ke bawah. Kepalanya dilukiskan dengan lima helai rambut berupa garis vertikal dan digambarkan lebih besar dari badan dan kakinya. Kedua tangan dalam posisi terangkat di depan dan belakang kepala. Tangan yang di depan memegang sesuatu, mungkin tameng. Tangan yang di belakang memegang seperti tongkat yang melengkung yang memiliki dua buah garis yang terhubung ke bagian dasar perahu. : Non-figuratif, perahu.

24 Ceruk Loh Vat, Ohoidertawun, Kei Kecil. Pada situs ini hanya terdapat satu motif yang diperkirakan motif perahu Ceruk Loh Vat Keterangan : 1. Dasar perahu 2. Lambung perahu. Linggi perahu 4. Alat tabuhan 5. Bentuk abstrak (Sumber gambar: Sukendar 2002) 1 Teknik Bentuk : Digambar menggunakan warna hitam dalam bentuk ragangan (outline). : Lambung perahu dibentuk oleh dua garis melengkung ke atas. Garis yang membentuk dasar perahu lebih tebal dari garis yang membentuk bagian atas perahu. Kedua garis ini menyatu di ujungujungnya membentuk linggi. Garis yang membentuk linggi kiri dibuat jauh lebih tebal dari garis yang membentuk bagian badan perahu dan ujungnya bercabang dua. Sedangkan linggi kanan yang juga berupa garis tebal digambarkan vertikal. Di atas perahu digambarkan sejenis genderang berupa dua buah garis vertikal yang di bagian atas melebar ke kanan dan ke kiri membentuk bidang yang lebih lebar. Bagian atas berupa garis mendatar. Pada bagian atas bidang isian genderang ini dibuat garis silang yang ujung-ujung bawahnya ke luar dari bidang isian genderang dan berhenti di bagian atas lambung perahu. Pada kanan genderang terdapat dua buah motif yang menyerupai tanaman daun lidah mertua. : Non-figuratif, perahu.

25 58.5. Kawasan Teluk Berau, Papua Barat. Pada kawasan ini, data motif perahu yang dapat dikumpulkan terdapat pada enam situs, yaitu situs Risatot, P. Arguni, situs Sosorra, Furir, situs Matutuo/P.Duduru, situs Auramo, Sungai Bedidi, dan situs Tanjung Abba. Beberapa situs berdekatan dengan perairan pesisir dan lautan, sedangkan dua situs berdekatan dengan perairan sungai..5. Peta Kawasan Situs Teluk Berau, Papua Barat (diolah kembali dari Röder, 1959)

26 Risatot, Pulau Arguni, Teluk Berau, Papua Barat. Pada situs ini terdapat satu motif yang diperkirakan motif perahu Risatot, Pulau Arguni Keterangan: 1. Lambung perahu 2. Haluan perahu. Buritan perahu 4. Dayung 5. Figur manusia laki-laki 6. Figur manusia 7. Ikan 8. Lingkaran (Sumber gambar: Rőder 1959) 1 Teknik Bentuk : Dilukis menggunakan warna hitam dalam bentuk garis tebal. : Lambung perahu berupa garis bersambung yang di bagian tengah membentuk sudut 15. Bagian kiri merupakan buritan dan kanan haluan perahu. Di atas perahu dilukiskan empat figur manusia. Dua figur manusia di sebelah kiri memiliki bagian kepalanya berupa garis bersambung melingkar. Figur paling kanan adalah laki-laki yang dapat dilihat dari bentuk alat kelamin di bagian badannya. Sedangkan dua figur di sebelah kanan memiliki bentuk kepala seperti mata panah yang mengarah ke bawah. Keempat figur manusia ini digambarkan dalam posisi berdiri menghadap ke kanan dengan kedua lengannya memegang dayung yang hampir tegak lurus ke bawah. Dayung digambarkan dalam bentuk garis vertikal yang bagian gagangnya lebih tinggi dari figur manusia dan bagian ujungnya yang berada di bagian bawah dasar perahu berbentuk lojong atau wajik. Seekor ikan dalam bentuk isian penuh digambarkan menghadap ke atas di antara dua dayung di bawah

27 60 buritan. Sebuah motif lingkaran lonjong dilukiskan di atas figur-figur manusia. : Non-figuratif, perahu Sosorra, Furir, Teluk Berau, Papua Barat. Pada situs ini terdapat sembilan motif yang diperkirakan motif perahu Sosorra, Furir Keterangan: 1. Dasar perahu 2. Lambung perahu. Haluan 4. Buritan 5. Tiang perahu (Sumber gambar : Rőder 199) 1 Teknik Bentuk : Dilukis menggunakan warna hitam dalam bentuk ragangan (outline). : ini digambarkan agak abstrak, tetapi masih dapat dikenali sebagai bentuk perahu. Bagian dasar perahu berupa garis bersambung melengkung dan menyiku di bagian buritan membentuk sudut Bagian haluan dibentuk oleh garis lengkungan dasar perahu yang bertemu dengan garis bagian atas badan perahu. Garis bagian atas ini lebih tebal di bagian haluan dan menipis serta membentuk garis tipis di bagian tengah perahu. Garis ini tidak bersambung membentuk sudut buritan. Sudut haluan tidak lancip tetapi persegi. Buritan perahu dibentuk oleh dua buah garis yang relatif sejajar: garis bagian dasar dan bagian atas perahu. Ujung buritan berbentuk persegi. Bagian haluan lebih tebal dari bagian buritan. Lambung perahu berupa sekat-sekat ruang. Di bagian tengah lambung perahu terdapat tiang perahu berupa garis vertikal yang

28 61 agak melengkung. Pada bagian tengah tiang terdapat lingkaran terbuka dan pada bagian ujung terdapat garis pendek tegak lurus terhadap tiang perahu yang di atasnya digambarkan garis lengkung mengarah ke atas seperti bulan sabit. : Non-figuratif, perahu Sosorra, Furir Keterangan: 1. Dasar perahu 2. Lambung perahu. Linggi haluan 4. Buritan 5. Figur manusia 6. burung 1 7. burung 2 8. bulan Sabit (Sumber gambar: Rőder 199) 7 1 Teknik Bentuk : Dilukis menggunakan warna hitam dalam bentuk ragangan (outline). : ini digambarkan agak abstrak, tetapi masih dapat dikenali sebagai bentuk perahu. Bagian lambung dibentuk oleh dua garis melengkung (cembung). Di bagian tengah lambung terdapat dua buah garis berbentuk V. Ujung kiri perahu lebih tinggi dari ujung kanan dan terdapat linggi bercabang tiga yang melengkung ke dalam. Pada bagian kiri lambung perahu terdapat dua bentuk yang menyerupai burung, keduanya menembus dasar perahu. Bentuk menyerupai burung yang pertama berupa garis vertikal yang di ujung atasnya terdapat tonjolan garis ke arah kiri. Bagian tengah garis vertikal dipotong oleh garis melengkung ke arah bawah menyerupai sayap, Bentuk kedua digambarkan lebih tipis dengan bagian kepala berbentuk setengah lingkaran, dan bagian badan berbentuk oval yang

29 62 dibelah oleh garis lurus vertikal. Pada bagian lambung kanan perahu terdapat bentuk manusia kangkang berupa garis vertikal yang membentuk badan, bagian kepala di ujung atasnya membulat padat. Di bawah kedua kaki, garis vertikal yang membentuk badan berlanjut dan dilukiskan garis melingkar menyerupai hati. Di atas figur manusia terdapat bentuk bulan sabit. : Non-figuratif, perahu Sosorra, Furir. Keterangan : 1. Lambung perahu 2. Tiang perahu (Sumber gambar: Rőder 1959) 2 1 Teknik Bentuk : Digambar menggunakan warna hitam dalam bentuk ragangan (outline). : Bagian dasar perahu berupa garis bersambung yang hampir lurus dan ketika mendekati bagian ujung-ujungnya melengkung ke atas dan bertemu dengan garis lurus yang membentuk bagian atas lambung perahu. Di atas perahu dilukiskan dua buah garis vertikal yang letaknya agak berjauhan, yang kanan lebih panjang dari yang kiri dan kedua garis ini merupakan tiang perahu. Di ujung kanan perahu menempel dua garis miring yang satu ke atas dan yang lain ke bawah perahu. Tampaknya garis ini bukan merupakan bagian dari motif perahu.

30 6 : Non-figuratif, perahu Sosorra, Furir Keterangan: 1. Dasar perahu 2. Lambung perahu. Haluan 4. Buritan 5. Tiang layar 6. Tiang layar tengah 7. Lingkaran (Sumber gambar: Rőder 1959) 2 1 Teknik Bentuk : Dilukiskan menggunakan warna hitam dalam bentuk ragangan (outline). : Bagian dasar perahu berupa garis bersambung yang agak melengkung dan dibagian buritan membentuk sudut Haluan tidak memiliki linggi. Di atas perahu dilukiskan empat lingkaran yang ukurannya berbeda. Lingkaran pertama di sebelah kiri berukuran kecil. Lingkaran kedua berukuran lebih besar dan memiliki hiasan di dalamnya berupa garis vertikal yang miring ke kanan dan bentuk binatang melata berupa garis vertikal tipis dengan dua garis pendek bersilangan tegak lurus dengan garis vertikal tersebut. Lingkaran ketiga berukuran kecil dan di tengahnya terdapat garis vertikal yang berupa tiang perahu yang menjulang di atas lingkaran. Pada tiang ini terdapat dua susun garis miring membentuk hiasan duri ikan. Lingkaran keempat merupakan lingkaran yang paling besar di antara lingkaran-lingkaran lainnya dan tidak berhimpit dengan lambung perahu. Pada bagian tengah lingkaran terdapat sebuah garis vertikal yang agak melengkung yang digambarkan dari bagian bawah dasar perahu menembus lingkaran. Garis ini mungkin menggambarkan

31 64 tiang perahu. Bagian buritan dilukiskan dengan garis melengkung ke atas yang merupakan kelanjutan badan perahu yang pada bagian ujungnya dipotong dengan garis vertikal yang agak miring. : Non-figuratif, perahu Sosorra, Furir. 5 6 Keterangan: 1. Dasar perahu 2. Lambung perahu. Linggi haluan 4. Buritan 5. Tiang layar 6. Lingkaran (Sumber gambar: Rőder 1959) Teknik Bentuk : Dilukiskan menggunakan warna hitam, garis bersambung dalam bentuk ragangan (outline). : Dasar perahu berupa garis lurus agak tebal yang pada bagian ujung kiri membelok ke atas, membentuk garis hampir tegak lurus, agak tinggi membentuk linggi yang pada ujungnya dihias dengan garis pendek tegak lurus dengan garis linggi dan garis setengah lingkaran di bagian luar di bawah ujung linggi.ujung kanannya juga melengkung ke atas, tidak terlalu tinggi, membentuk sudut 15º. Ujung dasar perahu ini bertemu dengan garis bagian atas perahu yang relatif horizontal. Ujung kanan ini membentuk bagian papak perahu yang merupakan ciri perahu papan. Tidak jauh dari ujung kanan perahu terdapat dua garis vertikal dan pada bagian bawah garis vertikal tersebut digambarkan tiga buah garis ke arah kiri yang semakin ke ujung semakin tipis. Garis-garis ini bersusun tiga, garis yang paling bawah relatif horizontal, garis yang ditengah agak naik.

32 65 Keduanya berakhir hampir pada ujung linggi kiri perahu. Sedangkan garis yang paling atas tidak terlalu panjang, berakhir di sekitar bagian tengah perahu Tiang layar berupa garis vertikal yang dihias dengan garis-garis miring yang berlawanan di kiri kanan tiang sedang di ujung atasnya berupa dua bentuk belah ketupat. Terdapat bentuk yang tidak terlalu jelas pada bagian badan perahu berupa dua lingkaran yang berdempetan dan lingkaran-lingkaran yang bersusun ke atas di bagian kiri dan kanan atas perahu. Digambarkan secara abstrak. : Non-figuratif, perahu a dan.5.2.6b. 6a dan motif 6b Sosorra, Furir Keterangan: 1a. Dasar perahu a 2. Linggi haluan a. Linggi buritan a 1b. Dasar perahu b 4. Linggi haluan b 5. Linggi buritan b 6. Bentuk lingkaran. 5 (Sumber gambar: Rőder 1959) 1a 1b Teknik Bentuk : Dilukis menggunakan warna hitam dengan garis tipis. : Terdapat dua bentuk perahu: perahu a di bagian atas dan perahu b di bagian bawah. Bentuk perahu a, berupa garis bersambung melengkung, linggi kiri dihias dengan garis ragangan mengikuti alur dasar perahu dengan garis-garis menyekat di dalamnya. Ujung linggi berupa garis miring yang di atasnya dua garis lengkung membentuk ruang tertutup. Di atas kanan perahu dilukiskan garis lengkung melingkar membentuk ruang tertutup, sedangkan ujung linggi kanan

33 66 bercabang tiga, kedua ujung-ujungnya melingkar. Sedangkan di bawah linggi haluan terdapat garis bersambung lengkung. b dilukiskan bagian haluannya melewati lambung perahu a, hiasan di ujung haluan perahu b berupa garis bersambung miring, garis mendatar dengan dua garis melengkung membentuk ruang, lingkaran yang di dalamnya dua garis bersambung. Diatas lambung perahu dilukiskan bentuk segitiga, dua garis melingkar di dalam lingkaran. Sedangkan ujung kanan perahu b berupa garis sambung bercabang dua, salah satu ujungnya berbentuk segitiga dengan dua garis dibawahnya. : Non-figuratif, perahu Sosorra, Furir Keterangan: 1. Dasar perahu 2. Linggi haluan. Kemudi tempel 4. Kemudi 5. Tiang layar (Sumber gambar: Rőder 1959) 1 Teknik Bentuk : Dilukis menggunakan warna hitam dengan garis tebal. : Bagian lambung berupa garis tebal bersambung melengkung. Bagian linggi haluan berujung melengkung ke dalam dan terdapat garis pendek melintang di bawah lengkungan tersebut. Di atas perahu terdapat tiang layar dengan garis tebal yang ujungnya berupa lingkaran. Bagian buritan memiliki kemudi tempel dengan garis tipis

34 67 dan kemudi berupa lingkaran (solid) dengan 8 garis menempel diluarnya. : Non-figuratif, perahu Sosorra, Furir Keterangan: 1. Dasar perahu 2. Lambung perahu. Haluan 4. Linggi Buritan 5. Tiang layar 6. Figur manusia 7. Pengemudi 8. Figur manusia kangkang (Sumber gambar: Rőder 1959) 2 1 Teknik Bentuk : Dilukis menggunakan warna hitam dengan ragangan (outline). : di bagian haluan mendatar ke arah lambung perahu dan melengkung di bagian buritan membentuk garis tegak, di atas lambung perahu dilukiskan tiang layar dengan garis vertikal yang di ujungnya terdapat figur manusia (solid), pada badan tiang layar dilukiskan garis miring yang berlawanan. Figur manusia diantara tiang layar dengan buritan, mengarah ke kiri dengan posisi duduk, kepala berbentuk lingkaran tanpa isian. Di atasnya dilukiskan figur manusia kangkang (stick figure). Linggi buritan dilukiskan dengan ujung melengkung, terdapat hiasan berupa garis horizontal yang tegak lurus dan garis lengkung yang ujungnya membulat. : Non-figuratif, perahu.

35 Matutuo/Pulau Duduru, Teluk Berau, Papua Barat. Pada situs ini terdapat satu motif yang diperkirakan motif perahu Matutuo/Pulau Duduru. 2 2 Keterangan: 1.Lambung perahu 2. Linggi perahu (Sumber gambar: Rőder 1959) 1 Teknik Bentuk : Digambar menggunakan warna hitam dengan garis tipis. : Bagian lambung berupa garis bersambung melengkung ke atas. Bagian linggi kanan dibentuk oleh garis lambung perahu yang melengkung ke luar. Di atas perahu dilukiskan beberapa garis vertikal dan garis melingkar di bagian tengah perahu. Garis-garis vertikal juga ditemukan di bagian bawah perahu. Sebagian dari garisgaris dan lingkaran ini tampak sudah tidak jelas. : Non-figuratif, perahu.

36 Auramo, Sungai Bedidi, Teluk Berau, Papua Barat Pada situs ini terdapat tujuh motif yang diperkirakan motif perahu Auramo, Sungai Bedidi Keterangan: 1. Dasar perahu 2. Lambung perahu. Linggi perahu 4. Tiang perahu 5. Dayung (Sumber gambar: Rőder 1959) 5 Teknik Bentuk : Dilukis menggunakan warna hitam dengan garis bersambung tebal. : Bagian dasar perahu dibentuk oleh garis lurus yang di bagian kanan melengkung ke atas membentuk linggi yang ujungnya membelok ke kiri membentuk sudut 45. Ujung bagian kiri perahu digambarkan agak kompleks. Tiang perahu dilukiskan berupa garis tipis vertikal di bagian tengah perahu yang ujung bagian atas membelok ke kiri. Di bagian dasar perahu dilukiskan lima dayung yang terlihat jelas bagian-bagiannya berupa garis vertikal dengan ujung berbentuk oval, kecuali dayung yang terletak di ujung kiri, sebagian bentuk ovalnya sudah tidak terlihat. Kelima dayung ini digambarkan tidak proporsional dengan perahu, kelimanya jauh lebih besar dibandingkan perahu. Pada bagian ujung kiri bagian bawah perahu, di samping dayung terdapat dua garis pendek sejajar dengan dayung. : Non-figuratif, perahu.

37 Auramo, Sungai Bedidi. 5 6 Keterangan : 1. Dasar perahu 2. Lambung perahu. Haluan perahu 4. Buritan perahu 5. Tiang layar 6. Layar 4 (Sumber gambar: Rőder 1959) 1 2 Teknik Bentuk : Dilukis menggunakan warna hitam dalam bentuk bentuk ragangan (outline). : Bagian dasar perahu berupa garis bersambung mendatar dan melengkung ke atas pada bagian kanan. Ujungnya bertemu dengan garis yang membentuk bagian atas perahu. Bagian buritan perahu terbentuk oleh garis tegak lurus yang memotong garis bagian dasar dan atas perahu, membentuk bidang persegi pada bagian buritan. Bagian lambung perahu diisi dengan garis mendatar dari arah buritan yang bercabang dua, yang satu melengkung ke atas dan yang lain ke bawah, di bagian haluan. Pada bagian tengah perahu juga terdapat garis-garis cabang yang keluar dari garis mendatar di tengah lambung perahu. Tiang layar berupa garis vertikal tebal di bagian tengah perahu. Di sisi kanan tiang layar terdapat layar berbentuk trapesium yang pada bidang dalam layar dilengkapi dengan dua garis vertikal. Pada bagian kiri tiang layar terdapat dua garis tipis, satu sejajar dengan tiang layar dan yang lainnya, lebih panjang, agak miring. : Non-figuratif, perahu.

38 a dan 5.4.b. a dan b Auramo, Sungai Bedidi Keterangan: 1. Lambung perahu 2. Linggi perahu. Tiang layar a 4. Tiang layar b 5. Garis vertikal zigzag 2 1b 1a (Sumber gambar: Rőder 1959) 5 Teknik Bentuk : Digambar menggunakan warna hitam dengan garis tipis bersambung. : Dua buah perahu yang terletak berdampingan. a terletak di sebelah kanan perahu b. Lambung perahu a digambarkan dengan garis bersambung mendatar lalu melengkung ke atas pada kedua ujungnya. Tiang layar terletak di bagian tengah perahu berupa garis vertikal yang ujungnya menyiku ke arah kanan. Di samping kiri tiang layar, di atas lambung perahu, terdapat garis vertikal pendek yang ujungnya membelok ke kanan membentuk sudut 45. Haluan dan buritan berbentuk sama. Pada b, bagian lambung perahunya hanya digambarkan separuh, bagian dasar lurus yang kemudian di sebelah kiri membelok ke atas membentuk sudut yang menjadi linggi perahu. Tiang layar digambarkan berupa garis vertikal setinggi linggi perahu. Sebuah garis bersambung melingkar membentuk ruang tertutup digambarkan di tengah tiang ini membentuk layar. Di antara kedua perahu pada bagian bawah digambarkan garis zigzag dengan orientasi vertikal. : Non-figuratif, perahu.

39 a dan 5.4.4b. 4a dan 4b Auramo, Sungai Bedidi. 2b b a 2a Keterangan: 1a. Dasar perahu a 2a. Linggi perahu a a. Tiang perahu 1b. Dasar perahu b 2b. Linggi kiri perahu b b. Tiang perahu b (Sumber gambar: Rőder 1959) 1b 1a Teknik Bentuk : Digambar menggunakan warna hitam, garis tipis bersambung penuh. : Dua buah perahu yang digambarkan berdampingan. a terletak di sebelah kanan dan lebih tinggi dari perahu b yang terletak di sebelah kiri. Bentuk perahu a, berupa garis bersambung yang pada bagian dasar perahu berbentuk lurus, dengan bagian kanan sedikit lebih tinggi dari bagian kiri, yang melengkung ke atas pada kedua sisinya membentuk linggi. Pada ujung kiri, garis ini membelok ke kanan membentuk sudut 90º, sedangkan pada ujung bagian kanan terdapat garis horizontal yang pada bagian kanan lebih tebal dari bagian kiri dan bagian kiri ujungnya agak melengkung ke bawah. Di atas perahu dilukiskan tiga garis vertikal yang merupakan tiang perahu. Garis vertikal yang di tengah paling tinggi dan dilengkapi dengan dua buah lingkaran yang agak melebar ke samping. Sedangkan dua garis vertikal yang lain hanya memiliki satu lingkaran yang agak lonjong. Pada bagian linggi kiri perahu terdapat bentuk segiempat yang membentuk ruang tertutup dan digambarkan dengan garis yang lebih tipis dari garis lambung perahu, garis silang mengisi bagian dalamnya. Di sebelah kiri tiang perahu yang di tengah terdapat garis vertikal yang berlanjut ke bawah perahu dan pada garis tersebut digambarkan lingkaran-lingkaran yang jumlahnya

40 7 ada tiga, dengan lingkaran yang paling atas paling besar dan bentuknya lonjong, sedangkan lingkaran yang di tengah juga agak lonjong dan terpotong lingkaran yang di atas. Lingkaran yang paling bawah berbentuk bundar. b dibentuk oleh sebuah garis yang pada bagian dasar perahu relatif datar dan di bagian kanan melengkung ke atas dan membentuk garis tegak lurus, sedangkan pada bagian kiri garis tersebut naik ke atas membentuk sudut 45º dan di bagian ujungnya membelok ke luar. Pada bagian tengah perahu terdapat garis vertikal yang terletak di tengah sebuah garis melengkung yang hampir membentuk lingkaran. Garis melengkung ini pada bagian kiri ujungnya terdapat pada dasar perahu, sedangkan pada bagian kanan tidak menyentuh dasar perahu. : Non-figuratif, perahu.

41 Auramo, Sungai Bedidi Keterangan: 1. Dasar perahu 2. Linggi perahu. Tiang Layar 4. Bentuk Abstrak 1 (Sumber gambar: Rőder 1959) Teknik Bentuk : Digambar menggunakan warna hitam, dalam garis tipis bersambung. : Bagian dasar perahu berupa garis bersambung melengkung, kedua linggi perahu membentuk siku ke arah luar. Di atas lambung perahu dilukiskan empat garis vertikal yang masing-masing di bagian tengahnya terdapat garis bersambung yang melingkar membentuk ruang, kecuali garis vertikal ketiga yang bentuk menyerupai lingkaran terletak di sebelah kanan garis vertikal dan digambarkan agak kompleks. Dua garis vertikal yang terletak di bagian tengah perahu digambarkan di dalam sebuah lingkaran besar. Di bagian kiri linggi perahu dilukiskan bentuk abstrak yang berupa garis vertikal yang bagian bawahnya bersambung dengan dua garis mendatar membentuk ruang tertutup. : Non-figuratif, perahu.

42 Gua Siawachwa, Kokas, Teluk Berau, Papua Barat. Pada situs ini terdapat dua motif yang diperkirakan motif perahu Gua Siawachwa, Kokas Keterangan: 1. Dasar perahu 2. Lambung perahu. Linggi perahu 4. Linggi perahu 5. Tiang layar 6. Layar (Sumber gambar: Rőder 1959) 1 Teknik Bentuk : Digambar menggunakan warna hitam dalam bentuk garis bersambung. : Bagian lambung perahu digambarkan berupa garis bersambung melengkung ke atas. Pada lambung perahu bagian kanan, tidak jauh dari ujung linggi, di bagian luar digambarkan sebuah garis pendek tegak lurus dengan lambung perahu yang bagian ujungnya terdapat garis yang relatif sejajar dengan lambung perahu. Di tengah lambung perahu terdapat sebuah garis vertikal yang membentuk tiang layar. Pada bagian atas, di sebelah kanan, menempel pada garis vertikal tersebut terdapat bentuk empat persegi panjang, yang mungkin menggambarkan layar. : Non-figuratif, perahu.

43 Gua Siawachwa, Kokas. 4 2 Keterangan: 1. Dasar perahu 2. Lambung perahu. Tiang layar 4. Layar (Sumber gambar: Rőder 1959) 1 Teknik Bentuk : Digambar menggunakan warna hitam dalam bentuk ragangan (outline). : Bagian lambung perahu berupa garis bersambung mendatar di bagian bawah dan membentuk bidang tertutup persegi panjang dengan di kedua sisi tegak. Tiang layar digambarkan dalam bentuk garis vertikal di atas lambung perahu yang pada sisi kiri ujung atasnya terdapat dua garis berjejer tegak lurus terhadap tiang layar. Sedangkan layar dibentuk oleh garis bersambung berupa segitiga yang bagian bawahnya menempel pada lambung perahu. Pada bagian bawah bidang layar yang terletak di sebelah kanan tiang layar digambarkan tiga garis bersambung dalam posisi miring ke arah lambung perahu. Sedangkan pada bagian bawah layar sebelah kiri, pada bagian yang menjorok dari lambung perahu terdapat bentuk persegi yang digambar penuh. : Non-figuratif, perahu.

44 Tanjung Abba, Teluk Berau, Papua Barat Pada situs ini terdapat satu motif yang diperkirakan motif perahu Tanjung Abba. 2 Keterangan: 1. Dasar perahu 2. Lambung perahu. Linggi 1 (Sumber gambar: Rőder 1959) Teknik Bentuk : Digambar menggunakan warna hitam, garis bersambung, dalam bentuk ragangan (outline). : Bagian dasar perahu berupa garis bersambung mendatar, yang pada bagian kanan membelok ke atas, agak menyiku, membentuk sudut 100. Sedangkan pada bagian kiri, bagian dasar perahu melengkung ke atas dan berbelok ke kanan membentuk lambung perahu. Namun demikian, garis bagian atas lambung perahu tidak digambarkan menyambung sampai ke bagian ujung kanan perahu. Tiga belas garis vertikal dilukiskan pada bagian lambung perahu. Garis bagian atas perahu tidak menutupi bidang antara garis ketiga dan keempat. Demikian pula, antara garis ke delapan sampai ke tiga belas dan berlanjut ke ujung kanan lambung perahu tidak tertutup oleh garis bagian atas lambung perahu. : Non-figuratif, perahu.

45 78.6. Kawasan Tutuala, Timor Leste Pada kawasan ini, data motif perahu yang dapat dikumpulkan terdapat pada delapan situs, yaitu situs Ili Kerekere, Lene Hara, Kurus, Lene Cece, Lene Kici, Sunu Taraleu, dan Tebing Tutuala. Situs-situs pada kawasan ini berdekatan dengan perairan pesisir dan lautan..6. Peta Kawasan Situs Tutuala, Timor Leste (diambil dari Lape, 2007)

46 Ili Kerekere, Tutuala, Timor Leste Pada situs ini terdapat delapan motif yang diperkirakan motif perahu Ili Kerekere. 5 4 Keterangan: 1. Dasar perahu 2. Lambung perahu. Haluan perahu 4. Buritan perahu 5. Linggi perahu (Sumber foto: Karina Arifin 200) 2 1 Teknik Bentuk : Dilukis menggunakan warna merah dalam bentuk ragangan (outline). : Dasar perahu berupa garis bersambung melengkung yang ujung kanannya bertemu dengan garis bagian atas perahu, sedangkan sebelah kirinya terbuka. Pada bagian lambung terdapat empat garis vertikal. Pada sisi kiri garis vertikal yang paling kiri terdapat bentuk yang tidak jelas. : Non-figuratif, perahu.

47 Ili Kerekere Keterangan: 1. Dasar perahu 2. Lambung perahu. Linggi Haluan 4. Buritan Buritan 5. Dayung 6. Layar 7. Tiang Layar 8. Figur manusia (Sumber foto: O Connor 200) Teknik Bentuk : Dilukis menggunakan warna hitam dalam bentuk ragangan (outline). : Lambung perahu dibuat dengan garis bersambung melengkung. Linggi kiri berupa garis tegak lurus yang panjang dan semakin ke ujung semakin menipis, sedangkan linggi kanan agak melengkung ke dalam. Di atas perahu dilukiskan figur manusia memegang kemudi dengan posisi berdiri. Layar berbentuk trapesium dengan bagian yang lebih lebar di bagian atas. Pada bagian dalamnya terdapat beberapa garis vertikal. Dayung berupa garis tipis miring dengan ujung persegi yang terletak di bawah dasar perahu. : Non-figuratif, perahu.

48 Ili Kerekere Keterangan: 1. Dasar perahu 2. Lambung perahu. Linggi haluan 4. Linggi buritan 5. Dayung 6. Kemudi 7. Layar 8. Struktur (Sumber foto: O Connor 200) Teknik Bentuk : Dilukis menggunakan warna hitam, dalam bentuk solid. : Lambung perahu berupa area tertutup (solid) dengan garis melengkung pada bagian dasar perahu dan garis mendatar di bagian atas. Linggi haluan berupa lengkungan dengan hiasan yang bentuknya kurang jelas terlihat. Sedangkan linggi buritan berupa garis miring yang ujungnya berhias. Di atas perahu digambarkan struktur dan layar perahu berupa segi empat dengan isian satu garis horizontal di bagian tengah dan empat garis vertikal. Dayung berjumlah empat buah berupa garis miring di bawah perahu dan kemudi dengan garis lebih lebar berada di kanan perahu. Kemungkinan terdapat lima pengemudi di atas perahu, namun gambarnya tidak terlalu jelas. : Non-figuratif, perahu.

49 Ili Kerekere. 6 4 Keterangan: 1. Dasar perahu 2. Lambung perahu. Linggi haluan 4. Linggi buritan 5. Kemudi 6. Tiang Layar (Sumber foto: O Connor 200) Teknik Bentuk : Dilukis menggunakan warna hitam dalam bentuk ragangan (outline). : Lambung perahu dibentuk oleh garis bersambung yang mendatar di bagian bawah yang tebal yang membentuk bagian dasar perahu dengan garis lurus tipis yang membentuk bagian atas perahu dan melengkung pada kedua ujung menuju linggi perahu. Pada bagian ujung linggi haluan dan buritan terdapat hiasan layar berbentuk persegi panjang yang keduanya mengarah ke kiri. Di atas perahu digambarkan tiang layar yang pada bagian ujungnya terdapat bendera berbentuk empat persegi panjang yang mengarah ke kiri. Tiang layar itu sendiri ditopang oleh empat garis, dua garis di sebelah kiri dan dua garis di sebelah kanan yang membentuk layar. Pada bagian kanan perahu digambarkan kemudi dalam bentuk garis tebal (solid) yang miring ke kanan. : Non-figuratif, perahu.

50 Ili Kerekere Keterangan: 1. Dasar perahu 2. Lambung perahu. Haluan 4. Buritan 5. Dayung 6. Layar 7. Figur manusia 5 (Sumber foto: O Connor 200) 2 1 Teknik Bentuk : Dilukis menggunakan warna hitam dalam bentuk ragangan(outline). : Lambung perahu dibuat dengan garis bersambung dengan bagian dasar sedikit melengkung dan ujung-ujungnya melengkung ke atas membentuk linggi. Bagian atas lambung dibentuk oleh garis yang relatif rata. Lambung perahu memiliki hiasan berupa bentuk setengah lingkaran, tiga di bagian dasar perahu dan empat di bagian atas. Linggi buritan memiliki hiasan, demikian pula linggi haluan, namun bentuknya tidak jelas. Dayung digambarkan di bagian kiri perahu dengan bagian ujungnya berbentuk segi tiga. Layar dilukiskan memiliki tiang dengan layar berbentuk trapesium terbalik. Di atas perahu dilukiskan dua figur manusia, figur pertama berada antara layar dan buritan, memegang dayung yang berfungsi sebagai kemudi dengan posisi duduk. Sedang figur kedua berada antara layar dan haluan, posisi duduk, kedua lengan di atas kepala memegang suatu benda. : Non-figuratif, perahu.

51 Ili Kerekere Keterangan: 1. Dasar perahu 2. Lambung perahu. Linggi haluan 4. Linggi buritan 5. Dayung 6. Layar? (Sumber foto: O Connor 200) 1 5 Teknik Bentuk : Dilukis menggunakan warna hitam dalam bentuk solid. : Dasar perahu dibentuk oleh sebuah garis melengkung dan bagian atas perahu terbuat dari sebuah garis lurus yang memotong garis melengkung tersebut. Bagian lambung perahu berupa area tertutup (solid), yang di atasnya terdapat garis membentuk bidang empat persegi panjang tanpa isian, kemungkinan berupa layar atau katir. Dayung dilukiskan di bawah lambung perahu dalam bentuk garis bersambung miring yang di ujungnya terdapat bentuk segitiga tanpa isian. : Non-figuratif, perahu.

52 Ili Kerekere Keterangan: 1. Dasar perahu 2. Lambung perahu. Haluan perahu 4. Buritan perahu 5. Figur manusia 6. Dayung (Sumber foto: O Connor 200) Teknik Bentuk : Dilukis menggunakan warna hitam dalam bentuk garis tebal. : Badan perahu berbentuk garis bersambung melengkung. Di atas lambung perahu dilukiskan figur manusia dalam bentuk area tertutup (solid). Dayung dilukiskan lebih besar dan tidak proporsional terhadap perahu dan letaknya di bagian buritan digambarkan dengan garis miring ke arah kiri dasar perahu. Ujung dayung lonjong membentuk ruang tertutup dan padat (solid infill). : Non-figuratif, perahu.

53 Ili Kerekere Keterangan: 1. Dasar perahu 2. Lambung perahu. Linggi perahu 4. Layar 5. Figur manusia (Sumber foto: O Connor 200) 1 Teknik Bentuk : Dilukis menggunakan warna hitam dalam bentuk solid. : Badan perahu digambarkan dalam bentuk penuh (solid area), terdiri dari garis bersambung mendatar di bagian bawah dan melengkung ke atas menuju linggi perahu. Linggi kiri berupa garis tegak lurus yang digambarkan menebal ke arah lambung perahu. Ujungnya melengkung keluar membentuk ukel. Linggi kanan digambarkan lurus. Bentuk yang ditafsirkan sebagai layar dilukiskan di bagian tengah perahu berupa garis lurus sejajar dengan bagian atas lambung perahu. Garis ini pada ujung-ujungnya membentuk garis tegak lurus ke atas yang pada bagian atas masing-masing melengkung keluar dan digambarkan menebal. Figur-figur manusia dilukiskan dengan garis tipis jauh lebih kecil dari perahunya, di atas lambung perahu berupa garis bersambung vertikal, menyilang yang berada di samping kiri dan kanan layar perahu. : Non-figuratif, perahu.

54 Lene Hara, Tutuala, Timor Leste. Pada situs ini hanya terdapat satu motif yang diperkirakan motif perahu Lene Hara Keterangan: 1. Dasar perahu 2. Lambung perahu. Struktur 4. Linggi haluan 5. Linggi buritan 6. Layar 7. Kemudi (Sumber foto: O Connor 200) 1 2 Teknik Bentuk : Dilukis menggunakan warna hitam dalam bentuk ragangan (outline). : Dasar perahu berupa garis bersambung yang pada bagian dasar lurus dan di ujung-ujungnya melengkung ke atas. Bagian linggi haluan berupa garis lengkung vertikal yang ujungnya memiliki hiasan garisgaris lengkung pendek yang bentuknya tidak terlalu jelas terlihat. Bagian ujung kiri dan kanan lambung digambarkan penuh (solid) sedangkan bagian tengahnya berupa ragangan. Di atas bagian tengah ini digambarkan struktur empat persegi panjang yang disekat oleh tiga garis vertikal. Di atas struktur ini, di bagian tengah dilukiskan layar berbentuk trapesium terbalik yang bagian dalamnya dihias dengan dua garis horizontal. Kemudi dilukiskan di bagian bawah linggi buritan berupa garis bersambung melengkung ke kiri. : Non-figuratif, perahu.

55 Kurus, Tutuala, Timor Leste. Pada situs ini hanya terdapat satu motif yang diperkirakan motif perahu Kurus. Keterangan: 1. Dasar perahu 2. Lambung perahu. Layar perahu (Sumber foto: O Connor 200) 2 1 Teknik Bentuk : Dilukis menggunakan warna hitam dalam bentuk solid. : Lambung perahu digambarkan dalam bentuk solid berupa garis bersambung melengkung. Di atas perahu terdapat struktur empat persegi panjang dengan bagian bawah terbuka (tidak terdapat garis horizontal), kemungkinan berupa layar. Pada bagian dalam struktur ini, digambarkan garis menyilang. : Non-figuratif, perahu.

56 Lene Cece, Tutuala, Timor Leste. Pada situs ini terdapat dua motif yang diperkirakan motif perahu Lene Cece Keterangan: 1. Dasar perahu 2. Lambung perahu. Bayangan figur manusia 4. Linggi haluan 5. Linggi buritan 6. Figur manusia 7. Layar (Sumber foto: O Connor 200) 1 2 Teknik Bentuk : Dilukis menggunakan warna hitam dalam bentuk ragangan (outline). : Lambung perahu berupa garis bersambung melengkung ke atas dengan linggi buritan berupa garis tipis vertikal tanpa hiasan. Sedangkan linggi haluan berupa lengkungan garis bersambung tipis yang ujungnya dihias motif burung. Tidak seluruh bagian lambung perahu dilukiskan secara penuh (solid) tetapi terdapat tiga bidang kosong yang salah satunya berisi lima figur manusia. Di atas lambung perahu dilukiskan enam figur manusia dengan ukuran berbeda, berbentuk garis, kedua lengan dilukiskan ke arah atas, bagian kepala mengarah ke kiri, dan posisi kedua kaki ditekuk seperti sedang menari. Salah satu figur manusia memegang garis lengkung yang ujungnya menyatu dengan sudut kanan atas layar. Layar dilukiskan berupa empat garis vertikal yang ujung atasnya mendatar, bagian isian berupa garis-garis mendatar dan membentuk ruang terbuka. Profil perahu menghadap ke kanan. : Non-figuratif, perahu.

57 Lene Cece Keterangan: 1. Dasar perahu 2. Lambung perahu. Linggi haluan 4. Linggi buritan 5. Dayung 6. Figur manusia 7. Layar Sumber foto: O Connor, 200. Teknik Bentuk : Dilukis menggunakan warna hitam dengan solid. : Bagian lambung berupa garis bersambung melengkung ke atas, linggi buritan berupa garis lengkungan yang ujungnya dibatasi dengan garis mendatar. Sedangkan linggi haluan berupa garis bersambung melengkung yang pada bagian ujungnya terdapat garis pendek tegak lurus dengan garis linggi. Bagian lambung merupakan area tertutup (solid area), namun di bagian tengahnya terdapat ruang terbuka miring. Layar perahu berada di tengah perahu berbentuk segi empat vertikal, sisi vertikalnya terdapat isian segitiga berhadapan. Terdapat tiga figur manusia di atas lambung perahu. Figur manusia pada kanan layar berukuran paling besar. Bentuk tubuh berupa garis vertikal bagian belakang menonjol, kedua lengan menyiku ke atas memegang suatu benda, bagian kepala berupa garis tebal ke arah kiri. Figur kedua di samping kiri layar dilukiskan sedang memegang kemudi, lengan yang lainnya digambarkan menyiku mengarah ke atas dan memegang suatu benda, bagian kepala menghadap ke kiri. Sedangkan figur ketiga berukuran paling kecil dilukiskan bagian kepala menghadap ke kiri, salah satu lengan memegang suatu benda, dan kedua kaki menyiku. Dayung yang berfungsi sebagai kemudi

58 91 dipegang oleh figur kedua, bagian pegangan berupa garis tipis miring melewati lambung perahu, bagian ujungnya (solid). : Non-figuratif, perahu Lene Kici, Tutuala, Timor Leste. Pada situs ini hanya terdapat satu motif yang diperkirakan motif perahu Lene Kici Keterangan: 1. Dasar perahu 2. Lambung perahu. Linggi haluan 4. Linggi buritan 5. Dayung 6. Figur manusia 7. Tiang perahu 5 2 (Sumber foto: O Connor 200) 1 Teknik Bentuk : Dilukis menggunakan warna hitam dalam bentuk garis tebal. : Lambung perahu berupa garis tebal bersambung melengkung ke atas. Pada bagian ujung linggi buritan terdapat lingkaran (solid) dan garis tipis melengkung. Linggi haluan dihiasi dengan bentuk membulat yang memiliki garis-garis lengkung. Di atas perahu dilukiskan empat figur manusia dan tiang perahu di tengahnya. Figur manusia paling kiri berdiri dengan tangan memegang dayung yang berfungsi sebagai kemudi menghadap ke kanan, pegangan dayung dilukiskan dengan garis vertikal melewati lambung perahu yang ujung bawahnya melengkung ke arah kiri. Figur kedua dilukiskan duduk, bagian badan berupa area tertutup dan kepala berupa lingkaran penuh, salah satu tangan memegang tiang perahu. Tiang perahu dilukiskan berupa dua garis bersambung vertikal dengan tiga garis mendatar yang di antara garis mendatar tersebut terdapat garis menyilang mengisi

59 92 sekat-sekatnya. Figur ketiga di samping kanan tiang perahu, satu lengannya memegang tiang perahu dan lengan yang lain memegang pinggang, bagian kepala membulat. Sedangkan figur ke empat berada paling kanan yang bagian badannya dilukiskan berupa garis vertikal dan kepala melingkar tanpa isian dengan hiasan di atasnya berupa garis-garis lengkung. : Non-figuratif, perahu Sunu Taraleu, Tutuala, Timor Leste. Pada situs ini terdapat tiga motif yang diperkirakan motif perahu Sunu Taraleu Keterangan: 1. Dasar perahu 2. Lambung perahu. Haluan 4. Buritan 5. Dayung 6. Layar? 7. Figur manusia 5 (Sumber foto: O Connor 200) 1 2 Teknik Bentuk : Dilukis menggunakan warna hitam dengan ragangan (outline). : digambarkan berupa garis bersambung mendatar pada bagian dasar perahu dan melengkung ke atas pada kedua ujungnya. Pada lambung perahu terdapat lima ruang segiempat. Di atas perahu dilukiskan empat figur manusia dengan rambut yang mengarah ke bawah, seperti dikuncir. Figur paling kiri memegang dayung, figur kedua berada dalam struktur segiempat (layar?) memanjang vertikal di tengah perahu, figur manusia ke tiga dan keempat berada di antara struktur dan haluan. Dayung di bagian pegangan berupa garis miring

60 9 dengan bagian ujung bawahnya melebar (solid). Posisi perahu mengarah ke kanan. : Non-figuratif, perahu Sunu Taraleu Keterangan: 1. Dasar perahu 2. Lambung perahu. Dayung 4. Kemudi 5. Figur manusia 2 (Sumber foto: O Connor 200) 4 1a 4 1b Teknik Bentuk : Dilukis menggunakan warna hitam dalam bentuk penuh (solid infill). : Terdapat dua buah perahu. dibuat melengkung pada bagian ujung-ujungnya. Pada bagian kiri perahu 1a terdapat figur manusia memegang kemudi dan empat dayung berupa garis pendek yang miring di bawah perahu. Tiga figur manusia memegang senjata dan tameng berdiri di atas perahu. Linggi haluan dan buritan tidak jelas digambarkan. Sedangkan pada perahu 1b terdapat kemudi di bagian buritan dan satu dayung di bawah perahu. Di atas perahu terdapat tiga figur manusia memegang senjata dan tameng. : Non-figuratif, perahu.

61 Tebing Tutuala, Tutuala, Timor Leste. Pada situs ini terdapat dua motif yang diperkirakan motif perahu Tebing Tutuala Keterangan: 1. Dasar perahu 2. Lambung perahu. Linggi 4. Layar perahu 5. Tiang perahu 6. Bendera (Sumber foto: O Connor 200) 1 2 Teknik Bentuk : Dilukis menggunakan warna hitam dalam bentuk garis tebal. : Bagian lambung perahu dibentuk oleh garis bersambung mendatar dibagian bawah lalu melengkung ke atas pada kedua ujungnya membentuk linggi. Di atas bagian lambung yang mendatar dilukiskan tiang layar dengan bendera di puncaknya dan dua garis miring membentuk layar di bagian bawah bendera. : Non-figuratif, perahu.

62 Tebing Tutuala. 4 2 Keterangan: 1. Lambung perahu 2. Buritan perahu. Tiang layar 4. Bendera (Sumber foto: O Connor 200) 1 Teknik Bentuk : Dilukis menggunakan warna hitam dengan garis tebal. : Bagian lambung terpisah (mungkin lukisannya sudah kabur atau rusak), dengan linggi kiri berbentuk garis lengkungan yang ujungnya bercabang dua, dan linggi kanan tidak tampak lagi. Di atas bagian lambung terdapat garis vertikal yang terputus di tengah dan di ujung atasnya terdapat bendera berbentuk persegi yang berkibar ke arah kiri. Di bawah bendera terdapat dua garis miring yang masingmasing mengarah ke kedua ujung perahu membentuk layar. : Non-figuratif, perahu.

63 96.7. Kawasan Niah, Sarawak, Malaysia. Pada kawasan ini, data motif perahu yang dapat dikumpulkan terdapat pada satu situs, yaitu situs Liang Kain Hitam. Kawasan situs ini berdekatan dengan perairan pesisir dan lautan..7. Peta Kawasan Situs Niah, Sarawak, Malaysia (diambil dari Szabo, 2008).

64 Liang Kain Hitam, Niah, Sarawak, Malaysia. Pada situs ini, hanya dua motif perahu saja yang dijadikan data dalam skripsi Liang Kain Hitam. 4 5 Keterangan: 1. Dasar perahu 2. Lambung perahu. Linggi haluan 4. Buritan 5. Figur manusia (Sumber foto: Karina Arifin 200) 1 2 Teknik Bentuk : Dilukis menggunakan warna merah solid penuh. : Lambung perahu dibuat solid dan melengkung ke atas di kedua ujungnya. Pada bagian atas perahu terdapat garis-garis tipis pendek vertikal. Bagian linggi kanan ujungnya bercabang, sedangkan ujung linggi kiri terdapat lingkaran konsentrik. Di atas perahu terdapat figur manusia berdiri dengan bagian tubuh dan kepala dilukis penuh, kedua lengan mengarah ke atas. : Non-figuratif, perahu.

65 Liang Kain Hitam Keterangan: 1. Dasar perahu 2. Lambung perahu. Linggi haluan 4. Buritan 5. Figur manusia (Sumber foto: Karina Arifin 200) 1 4 Teknik Bentuk : Dilukis menggunakan warna merah solid penuh. : dibuat melengkung pada bagian dasarnya, bagian linggi kiri membelok ke arah luar. Ujung kanan perahu tidak berlinggi. Di atas lambung perahu dilukiskan sembilan garis vertikal dan di bagian tengahnya tampak figur manusia yang tubuhnya digambarkan dengan dua garis melengkung membentuk bidang tubuh, sedangkan bagian kepala tidak jelas penggambarannya. Lengan kiri mengarah ke bawah sedangkan lengan kanan tidak tampak. Pada bagian ujung kanan terdapat figur yang mungkin menggambarkan manusia (solid). : Non-figuratif, perahu.

66 99.8. Kawasan Sangkulirang, Kalimantan Timur. Pada kawasan ini, data motif perahu yang dapat dikumpulkan terdapat pada satu situs, yaitu situs Gua Mardua. Perairan sungai dan pesisir berdekatan dengan situs Gua Mardua..8. Peta Kawasan Situs Sangkulirang, Kalimantan Timur (diambil dari Chazine, 1999).

67 Gua Mardua, Sangkulirang, Kalimantan Timur. Pada situs ini, terdapat tujuh motif yang diperkirakan motif perahu Gua Mardua Keterangan: 1. Dasar perahu 2. Lambung perahu. Linggi haluan 4. Linggi buritan 5. Tiang layar 6. Bendera (Sumber foto Pindi Setiawan, 1996) 1 Teknik Bentuk : Penggambaran menggunakan warna hitam dalam bentuk ragangan (outline). : Bagian lambung perahu dibuat melengkung dengan di kedua sisinya tegak. Bagian linggi kanan digambarkan bercabang dua, sedang bagian linggi kiri berupa segitiga (solid). Di atas lambung perahu terdapat dua tiang layar yang digambarkan dengan garis tebal. Dari bagian atas kedua tiang tersebut terentang tali-tali pengikat tiang layar ke arah badan perahu. Di bawah perahu dilukiskan garis-garis miring ke arah kiri. : Non-figuratif, perahu.

68 Gua Mardua Keterangan: 1. Dasar perahu 2. Lambung perahu. Haluan 4. Linggi buritan 5. Tiang layar (Sumber foto Pindi Setiawan, 1996) 1 Teknik Bentuk : Digambar menggunakan warna hitam dalam bentuk ragangan (outline). : Bagian lambung perahu dibuat melengkung ke atas dan bertemu dengan bagian atas perahu yang relatif horizontal. Haluan tidak berlinggi. Sedang bagian linggi buritan terdapat tambahan garis yang ujungnya membelok ke bawah dengan garis yang lebih tebal. Di atas lambung perahu terdapat dua tiang layar yang digambarkan dengan garis tebal. Dari kedua tiang tersebut terentang tali-tali pengikat tiang layar ke arah badan perahu. Di bawah perahu dilukiskan garis-garis miring ke arah kiri. : Non-figuratif, perahu.

69 Gua Mardua. 2 4 Keterangan: 1. Dasar perahu 2. Lambung perahu. Tiang layar 4. Layar perahu 1 (Sumber foto Pindi Setiawan, 1996) Teknik Bentuk : Digambar menggunakan warna hitam dalam bentuk ragangan (outline). : Bagian dasar perahu dibuat melengkung ke atas dan kedua ujungnya bertemu dengan bagian atas perahu yang lurus. digambarkan tidak berlinggi. Di atas lambung perahu terdapat tiang layar yang digambarkan berupa garis vertikal yang di kanan kiri bagian ujung atasnya ditorehkan dua garis yang masing-masing mengarah ke kedua ujung perahu membentuk layar segitiga. : Non-figuratif, perahu.

70 Gua Mardua Keterangan: 1. Dasar perahu 2. Lambung perahu. Linggi perahu 4. Tiang layar 5. Figur manusia (Sumber foto Pindi Setiawan, 1996) 1 Teknik Bentuk : Digambar menggunakan warna hitam dalam bentuk ragangan (outline). : Bagian dasar perahu dibuat melengkung ke atas. Kedua ujung perahu berlinggi. Di atas lambung perahu terdapat tiang layar berupa garis vertikal dengan tali-tali pengikat tiang layar terentang dari ujung atas tiang layar ke arah badan perahu. Lima figur manusia dilukiskan di atas perahu. Di bawah perahu dilukiskan garis-garis miring ke arah kiri. : Non-figuratif, perahu.

71 Gua Mardua. 4 2 Keterangan: 1. Dasar perahu 2. Lambung perahu. Linggi perahu 4. Tiang layar (Sumber foto Pindi Setiawan, 1996) 1 Teknik Bentuk : Digambar menggunakan warna hitam dalam bentuk ragangan (outline). : Bagian dasar perahu dibuat melengkung ke atas, sedangkan bagian atasnya lurus. digambarkan agak miring dengan ujung kiri lebih tinggi dari ujung kanan. Kedua ujung perahu berlinggi. Linggi bagian kiri digambarkan membelok ke kiri membentuk garis mendatar kurang lebih sejajar dengan bagian atas perahu. Linggi bagian kanan bercabang dua, satu membentuk garis vertikal miring dan yang lainnya agak datar dan di dengan ujungnya membentuk lingkaran tertutup. Di atas lambung perahu terdapat tiang layar berupa garis vertikal dengan empat tali pengikat tiang layar berupa garis miring berlawanan dari ujung atas tiang layar ke arah badan perahu. : Non-figuratif, perahu.

72 Gua Mardua Keterangan: 1. Dasar perahu 2. Lambung perahu. Linggi 4. Tiang perahu 5. Figur manusia (Sumber foto Pindi Setiawan, 1996) 1 Teknik Bentuk : Digambar menggunakan warna hitam dalam bentuk ragangan (outline). : Bagian lambung perahu dibuat dengan garis melengkung ke atas. Kedua ujung perahu berlinggi. Di atas lambung perahu terdapat tiang layar berupa garis agak miring dengan tali-tali pengikat tiang layar berupa garis miring ke arah badan perahu. Sebuah figur manusia dilukiskan pada bagian kanan perahu dengan sikap tangan mengarah ke bawah. Di bawah perahu, sepanjang dasar perahu, dilukiskan garis-garis miring ke arah kiri : Non-figuratif, perahu.

73 Gua Mardua. 4 Keterangan: 1. Dasar perahu 2. Lambung perahu. Tiang layar 4. Layar perahu 2 (Sumber foto Pindi Setiawan, 1996) 1 Teknik Bentuk : Digambar menggunakan warna hitam dalam bentuk ragangan (outline). : Bagian dasar perahu dibuat dalam bentuk garis melengkung ke atas dan bagian atas perahu berupa garis horizontal. Kedua ujung perahu tidak berlinggi. Di atas lambung perahu terdapat tiang layar berupa garis vertikal dengan layar segitiga berupa garis miring yang berlawanan mengarah ke badan perahu. : Non-figuratif, perahu.

74 BAB 4 PENGGAMBARAN MOTIF PERAHU PADA SENI CADAS DI INDONESIA 4.1. Komponen Atribut pada Seni Cadas di Indonesia Pada seni cadas, penggambaran motif perahu diperkirakan bukan merupakan gambar-gambar teknik bentuk perahu, melainkan terdapat unsur estetis di dalam penggambarannya, sehingga seringkali bagian-bagian perahu tidak tergambarkan secara detil dan hanya bentuk-bentuk bagian perahu yang penting saja yang digambarkan. Dalam penggambaran dua dimensi motif perahu pada seni cadas terdapat aspek-aspek bentuk tiga dimensi dari benda aslinya yang sulit untuk dapat dikenali sebagai komponen atribut perahu. Pada 67 motif perahu yang diteliti, terdapat perbedaan pada penggambaran bagian utama motif perahu, yaitu bagian badan perahu atau yang disebut lambung perahu. Perbedaan tersebut terlihat dalam bentuk motif perahu berupa ruang tertutup dengan isian (solid infill) dan ruang tertutup yang tidak memiliki isian (ragangan) yang memperlihatkan adanya bagian lambung perahu, yaitu ruang yang terbentuk oleh garis lurus yang menjadi bagian atas perahu dan garis lengkung yang menjadi dasar perahu. Selain itu, bentuk dasar perahu dapat dibedakan berdasarkan bentuk garis yang ditorehkan, yaitu garis melengkung dan garis lurus atau mendatar yang menjadi bagian dasar perahu. perahu memiliki ragam bentuk yang bervariasi dalam penggambarannya pada seni cadas. Klasifikasi 7 pada motif perahu didasarkan atas bentuk dasar dan lambung yang merupakan atribut utama sebuah motif perahu sebagai tipe. Pada analisis motif perahu juga dikelompokkan berdasarkan pada subtipe linggi, dan subsubtipe yang dikelompokkan berdasarkan kemudi, tiang perahu, dan bentuk layar perahu. Klasifikasi ini menggunakan klasifikasi taksonomik 8 yang menghasilkan tipe bentuk motif perahu untuk mengetahui keragaman variasi bentuk motif perahu pada seni cadas di Indonesia. 7 8 Klasifikasi adalah proses penggolongan objek-objek benda ke dalam golongan-golongan berdasarkan karakteristik yang sama (Sharer & Ashmore, 200:295). Klasifikasi taksonomik menghasilkan tipe yang dicirikan oleh dua atau lebih atribut yang ditentukan oleh peneliti berdasarkan tujuan penelitian (Rouse 1971: ). 107

75 108 Secara garis besar bentuk perahu pada seni cadas ini ada enam komponen atribut perahu yang dalam menganalisis digunakan singkatan pada bentuk-bentuk atributnya, yaitu: 1. Dasar (Ds). Bagian dasar perahu pada seni cadas merupakan komponen atribut perahu yang utama sebagai indikasi bahwa motif tersebut adalah motif perahu. Bagian dasar adalah garis pada bagian bawah perahu. Dari hasil deskripsi pada Bab, bentuk dasar perahu dibedakan menjadi enam tipe: (1) Bentuk dasar satu (Ds 1 ), yaitu bagian dasar perahu dengan bentuk melengkung. (2) Bentuk dasar dua (Ds 2 ), yaitu bagian dasar perahu melengkung dengan salah satu ujungnya membentuk sudut () Bentuk dasar tiga (Ds ), yaitu bagian dasar perahu melengkung dengan kedua ujung sisi perahu tegak. (4) Bentuk dasar empat (Ds 4 ), yaitu bagian dasar perahu lurus atau mendatar. Bentuk dasar dinyatakan lurus bila memiliki garis lurus minimal 2/ dari bagian dasar perahu. (5) Bentuk dasar lima (Ds 5 ), yaitu bagian dasar perahu lurus atau mendatar dengan salah satu ujungnya membentuk sudut (6) Bentuk dasar enam (Ds 6 ), yaitu bagian dasar perahu lurus atau mendatar dengan kedua ujung sisi perahu tegak. Gambar 4.1. Ilustrasi Bentuk Dasar pada Seni Cadas di Indonesia

76 Lambung (Lm). Selain dasar perahu, lambung perahu juga merupakan komponen atribut yang utama sebagai indikasi bahwa motif tersebut adalah motif perahu. Dari hasil deskripsi pada Bab, bentuk lambung perahu dapat dibedakan ke dalam tiga teknik penggambaran, yaitu : (1) Bentuk lambung satu (Lm 1 ), yaitu lambung berbentuk garis, baik garis tipis maupun garis tebal hasil dari teknik kuasan tipis dan kuasan tebal, dan bentuk garis dari hasil pahatan. (2) Bentuk lambung dua (Lm 2 ), yaitu lambung berbentuk ragangan yang dihasilkan dari dua garis yang membentuk ruang tertutup tetapi tidak ada isian penuh. () Bentuk lambung tiga (Lm ) adalah lambung berbentuk solid atau isian penuh (solid infill).. Linggi (Li). Linggi merupakan komponen atribut perahu yang digambarkan pada kedua ujung perahu yang merupakan sambungan dari dasar perahu. Linggi dapat berupa garis melengkung ke arah luar perahu, garis melengkung ke arah dalam perahu, atau kombinasi garis-garis yang membentuk motif tertentu. Linggi umumnya berhias. Hiasan pada linggi berupa motif hewan, garis-garis yang memotong garis linggi, atau garis lainnya. Linggi digambarkan pada kedua ujung perahu atau hanya pada salah satu ujung perahu, di bagian kiri (linggi kiri) atau di bagian kanan (linggi kanan). Dari hasil deskripsi pada Bab, bentuk linggi perahu dapat dibedakan menjadi enam bentuk: (1) Linggi satu (Li 1 ), yaitu linggi kiri, yang penggambaran lingginya yang penggambaran lingginya hanya ada di bagian kanan saja. () Linggi tiga (Li ), yaitu linggi kiri dan kanan, yang penggambaran lingginya ada pada kedua ujung perahu, di bagian kiri dan kanan. (4) Linggi empat (Li 4 ), yaitu linggi kiri berhias. (5) Linggi lima (Li 5 ), yaitu linggi kanan berhias. (6) Linggi enam (Li 6 ),, yaitu linggi kiri dan kanan berhias. 4. Kemudi (Ke). Kemudi perahu digunakan untuk mengarahkan perahu. Bentuk kemudi yang menyerupai dayung yang agak tebal pada bagian ujungnya, berfungsi sebagai pengarah perahu dan umumnya terdapat di bagian buritan perahu.

77 110 Kemudi dianggap merupakan indikator motif perahu yang digunakan untuk perjalanan antar pulau. Penggambaran bentuk kemudi dapat berupa kemudi tunggal atau kemudi ganda. Selain itu, dayung juga merupakan alat kayuh pada perahu yang terbuat dari batang kayu yang memanjang dengan bentuk pipih pada bagian ujungnya. Tongkat pada motif perahu merupakan alat kayuh dari bagian batangan untuk menggerakkan perahu ke depan. Terminologi kemudi pada analisis ini digunakan untuk menyebutkan bentuk alat kayuh dan pengarah pada perahu, baik itu dayung, tongkat, maupun kemudi itu sendiri. Deskripsi pada Bab, menghasilkan lima bentuk kemudi perahu: (1) Kemudi satu (Ke 1 ), yaitu dayung. (2) Kemudi dua (Ke 2 ), yaitu kemudi tunggal tidak berdayung. () Kemudi tiga (Ke ), adala yaitu kemudi tunggal berdayung. (4) Kemudi empat (Ke 4 ), yaitu kemudi ganda berdayung. (5) Kemudi lima (Ke 5 ), yaitu tongkat. 5. Tiang Layar (TL). Tiang perahu digunakan untuk menopang layar perahu. Pada seni cadas tiang perahu digambarkan berupa garis vertikal di atas lambung perahu. Jumlah tiang perahu bervariasi antara satu sampai empat tiang. Dari hasil deskripsi pada Bab, bentuk tiang layar perahu dapat dibedakan menjadi empat: (1) Tiang layar satu (TL 1 ), terdiri atas satu tiang. (2) Tiang layar dua (TL 2 ) terdiri atas dua tiang. () Tiang layar tiga (TL ) terdiri atas tiga tiang. (4) Tiang layar empat (TL 4 ) terdiri atas empat tiang. 6. Layar (Ly). Layar perahu berfungsi untuk menangkap angin yang digunakan sebagai penggerak perahu. Layar pada seni cadas digambarkan berbentuk segitiga, trapesium, segiempat, persegi panjang, dan lingkaran. Dari hasil deskripsi pada Bab, bentuk layar perahu dapat dibedakan menjadi empat: (1) Layar satu (Ly 1 ) adalah layar segitiga. (2) Layar dua (Ly 2 ) adalah layar trapesium. () Layar tiga (Ly ) adalah layar segiempat. (4) Layar empat (Ly 4 ) adalah layar persegi panjang. (5) Layar lima (Ly 5 ) adalah layar lingkaran.

78 111 Selain itu, terdapat beberapa bentuk atribut komponen tambahan perahu. Komponen atribut tambahan pada perahu yang digambarkan bersama motif perahu pada seni cadas adalah struktur, motif ikan, lingkaran, senjata, alat tabuhan, dan motif manusia. Penggambaran struktur pada motif perahu berupa tempat berteduh atau gubuk di atas lambung perahu. Bentuk atribut komponen tambahan perahu ini diperkirakan berada satu konteks dengan gambar atau pahatan pada motif perahu Bentuk Dasar (Ds) Berdasarkan deskripsi pada Bab, dapat diketahui bahwa bentuk dasar perahu terbagi menjadi enam bentuk dasar, yaitu: tiga bentuk melengkung (Ds 1, Ds 2, dan Ds ) dan tiga bentuk garis lurus atau mendatar (Ds 4, Ds 5, dan Ds 6 ). Situssitus yang memiliki ragam bentuk dasar bervariasi yaitu Sosorra, Furir (Ds 1, Ds 2, Ds 4, dan Ds 5 ) dan Auramo, Sungai Bedidi pada kawasan Teluk Berau, Papua Barat (Ds 1, Ds 4, dan Ds 5 ). Sedangkan kawasan Pangkep, Sulawesi Selatan (Gua Sumpangbita dan Gua Kobori) dan Niah, Sarawak, Malaysia (Gua Liang Kain Hitam) hanya memiliki bentuk dasar satu (Ds 1 ) saja Tabel Bentuk Dasar (Ds) pada Situs Seni Cadas di Indonesia Komponen Atribut Situs Dasar Gua Sumpangbita Leang Bulu Sipong Gua Metanduno Gua Kobori Watuweti Tebing Dudumahan Ceruk Loh Vat Risatot, Pulau Arguni Sosorra, Furir Matutuo / Pulau Duduru Auramo, Sungai Bedidi Gua Siawachwa, Kokas Tanjung Abba Ili Kere-kere Lene Hara Kurus Lene Cece Lene Kici Sunu Taraleu Tebing Tutuala Gua Liang Kain Hitam Gua Mardua Jumlah Persentase% Ds Ds Ds Ds Ds Ds Bentuk dasar satu (Ds 1 ) yaitu dasar melengkung merupakan bentuk yang paling banyak pada motif perahu di Indonesia (69%) dan tersebar di semua

79 112 kawasan situs. Tiga situs memiliki jumlah motif terbanyak yaitu masing-masing 6 motif (situs Gua Metanduno, Ili Kerekere, dan Gua Mardua). Bentuk dasar dua (Ds 2 ) yaitu dasar melengkung dengan salah satu ujungnya membentuk sudut hanya terdapat pada satu situs (±%), yang terdiri atas dua motif di Sosorra, Furir, Teluk Berau. Sedangkan situs lainnya tidak memiliki bentuk dasar dua tersebut. Bentuk dasar tiga (Ds ) yaitu dasar melengkung dengan kedua ujung sisi perahu tegak hanya sekitar 1% dan terdapat pada satu motif di situs Gua Mardua, Sangkulirang, Kalimantan Timur. Bentuk dasar empat (Ds 4 ) adalah bagian dasar perahu lurus atau mendatar, terdapat pada lima kawasan situsbentuk dasar empat jumlahnya sekitar 20% dari 67 motif perahu. Bentuk dasar lima (Ds 5 ) memiliki bagian dasar perahu lurus atau mendatar dengan salah satu ujungnya membentuk sudut (4% ). Bentuk ini ditemukan pada satu kawasan situs Teluk Berau, Papua Barat, yaitu dua motif di situs Sosorra, Furir, dan masing-masing satu motif di situs Auramo, Sungai Bedidi dan Tanjung Abba. Bentuk dasar enam (Ds 6 ) yang memiliki bagian dasar perahu lurus atau mendatar dengan kedua ujung sisi perahu tegak hanya ada satu motif yang ditemukan di Gua Siawachwa, Kokas, Teluk Berau, Papua Barat Bentuk Lambung (Lm) Berdasarkan deskripsi pada Bab, bentuk lambung motif perahu pada seni cadas dibedakan menjadi tiga teknik penggambaran, yaitu bentuk garis (Lm 1 ), ragangan (Lm 2 ), dan solid (Lm ). Situs yang memiliki bentuk lambung ketiganya yaitu Situs Tebing Dudumahan, Kepulauan Kei, Maluku Tenggara (Lm 1 = 1 motif, Lm 2 = 2 motif, dan Lm = 1 motif) dan situs Ili Kerekere (Lm 1 = 1 motif, Lm 2 = 4 motif, dan Lm = motif). Kawasan Sangkulirang, Kalimantan Timur hanya mempunyai bentuk lambung dua (Lm 2 ) sebanyak tujuh motif, sedangkan kawasan Niah, Sarawak, Malaysia hanya mempunyai bentuk lambung tiga (Lm ) saja sebanyak dua motif. Selain itu, kawasan situs Teluk Berau, Papua Barat tidak memiliki bentuk motif perahu dengan bentuk lambung tiga (Lm ), yang ada hanya bentuk lambung satu (Lm 1 ) dan dua (Lm 2 ) saja.

80 Tabel Bentuk Lambung (Lm) pada Situs Seni Cadas di Indonesia. Komponen Atribut Situs Lambung Gua Sumpangbita Leang Bulu Sipong Gua Metanduno Gua Kobori Watuweti Tebing Dudumahan Matutuo / Pulau Duduru Sosorra, Furir Risatot, Pulau Arguni Ceruk Loh Vat Auramo, Sungai Bedidi Gua Siawachwa, Kokas Tanjung Abba Ili Kere-kere Lene Hara Kurus Lene Cece Lene Kici Sunu Taraleu Tebing Tutuala Gua Liang Kain Hitam Gua Mardua Jumlah Persentase % Lm Lm Lm Bentuk lambung satu (Lm 1 ) adalah lambung berbentuk garis, baik garis tipis hasil dari teknik kuasan tipis maupun garis tebal hasil dari teknik kuasan tebal dan bentuk garis dari hasil pahatan. Bentuk lambung ini sebanyak 24 motif (sekitar 6%) dari 67 motif perahu yang terdapat pada lima kawasan situs. Bentuk lambung satu (Lm 1 ) paling banyak di Gua Metanduno dan Auramo, Sungai Bedidi yaitu masing-masing enam motif. Sedangkan Teluk Berau, Papua Barat merupakan kawasan dengan jumlah situs terbanyak yaitu lima situs. Bentuk lambung dua (Lm 2 ) adalah lambung berbentuk ragangan yang dihasilkan dari dua garis yang membentuk ruang tertutup tetapi tidak ada isian penuh. Bentuk lambung Lm 2 terdapat pada 28 motif perahu, sekitar 41% dari 67 motif perahu yang dianalisis. Gua Mardua, Sangkulirang, Kalimantan Timur didominasi oleh bentuk lambung ini (tujuh motif perahu). Bentuk lambung ini juga mendominasi pada kawasan Teluk Berau, Papua Barat. Bentuk lambung tiga (Lm ) adalah lambung berbentuk solid atau isian penuh (solid infill), jumlahnya 15 motif, yaitu sekitar 2% dari 67 motif perahu yang dianalisis. Bentuk lambung tiga terdapat pada dua situs (Gua Kobori dan Ili Kerekere) sebanyak motif.

81 Bentuk Linggi (Li) Berdasarkan deskripsi pada Bab, bentuk linggi motif perahu pada seni cadas dapat dibedakan menjadi enam bentuk, yaitu: Linggi satu (Li 1 ), penggambaran linggi hanya ada di bagian kiri saja. Linggi dua (Li 2 ) penggambaran linggi hanya ada di bagian kanan saja. Linggi tiga (Li ), penggambaran linggi ada pada kedua ujung perahu di bagian kiri dan kanan perahu. Linggi empat (Li 4 ) adalah linggi kiri berhias. Linggi lima (Li 5 ) adalah linggi kanan berhias. Linggi enam (Li 6 ) adalah linggi kiri dan kanan berhias. Sedangkan motif perahu yang tidak berlinggi menggunakan singkatan (Li 0 ). yang tidak berlinggi atau (Li 0 ) terbanyak, terdapat di dua kawasan, yaitu Teluk Berau, Papua Barat (masing-masing tiga motif di situs Sosorra, Furir dan Auramo, Sungai Bedidi) dan Tutuala, Timor Leste (tiga motif di situs Sunu Taraleu). perahu yang tidak memiliki linggi (Li 0 ) berjumlah 22 atau sekitar % dari 67 motif perahu yang dianalisis. 4.. Tabel Bentuk Linggi (Li) pada Situs Seni Cadas di Indonesia Komponen Atribut Situs Linggi Gua Sumpangbita Leang Bulu Sipong Gua Metanduno Gua Kobori Watuweti Tebing Dudumahan Ceruk Loh Vat Risatot, Pulau Arguni Sosorra, Furir Matutuo / Pulau Duduru Auramo, Sungai Bedidi Gua Siawachwa, Kokas Tanjung Abba Ili Kere-kere Lene Hara Kurus Lene Cece Lene Kici Sunu Taraleu Tebing Tutuala Gua Liang Kain Hitam Gua Mardua Jumlah Persentase % Li Li Li Li Li Li Li Bentuk linggi tiga (Li ) sebanyak 14 motif (sekitar 21% dari 67 motif perahu yang dianalisis) merupakan bentuk linggi terbanyak yaitu pada lima kawasan situs.

82 115 Bentuk linggi tidak berhias terdiri atas Li 1, Li 2, dan Li. Bentuk linggi satu (Li 1 ) hanya ada dua motif, terdapat pada dua kawasan situs, yaitu satu motif di Tebing Tutuala, Tutuala, Timor Leste dan satu motif di Gua Liang Kain Hitam, Sarawak, Malaysia. Bentuk linggi ini sekitar % dari 67 motif perahu yang dianalisis. Sedangkan bentuk linggi dua (Li 2 ) juga hanya dua motif (sekitar % dari 67 motif perahu yang dianalisis) terdapat pada dua kawasan situs, yaitu satu motif di Leang Bulu Sipong, Pangkep dan satu motif di Tanjung Abba, Teluk Berau. Bentuk linggi berhias terdiri atas Li 4, Li 5, dan Li 6. Bentuk linggi empat (Li 4 ) berjumlah tiga motif (sekitar 4% dari 67 motif perahu yang dianalisis), hanya terdapat pada dua kawasan. Bentuk linggi lima (Li 5 ) juga berjumlah tiga motif (sekitar 4% dari 67 motif perahu yang dianalisis), terdapat pada dua kawasan. Bentuk linggi enam (Li 6 ) merupakan bentuk linggi berhias yang paling dominan pada seni cadas, yaitu 21 motif (sekitar 2% dari 67 motif yang dianalisis). Situs yang memiliki paling banyak bentuk linggi enam (Li 6 ) adalah Ili Kerekere, sebanyak empat motif. Bentuk linggi enam (Li 6 ) terdapat pada lima kawasan. Variasi bentuk linggi berhias (Li 4, Li 5, dan Li 6 ) terdapat pada situs Sosorra, Furir, Teluk Berau, Papua Barat.

83 Bentuk Kemudi (Ke) Berdasarkan deskripsi pada Bab, bentuk kemudi atau alat kayuh pada motif perahu dapat dibedakan menjadi lima bentuk, yaitu: Kemudi satu (Ke 1 ) adalah dayung. Kemudi dua (Ke 2 ) adalah kemudi tunggal tidak berdayung. Kemudi tiga (Ke ) adalah kemudi tunggal berdayung. Kemudi empat (Ke 4 ) adalah kemudi ganda berdayung. Kemudi lima (Ke 5 ) adalah tongkat. Sedangkan motif perahu yang tidak berkemudi menggunakan singkatan (Ke 0 ) Tabel Bentuk Kemudi (Ke) pada Situs Seni Cadas di Indonesia Komponen Atribut Situs Kemudi Gua Sumpangbita Leang Bulu Sipong Gua Metanduno Gua Kobori Watuweti Tebing Dudumahan Ceruk Loh Vat Risatot, Pulau Arguni Sosorra, Furir Matutuo / Pulau Duduru Auramo, Sungai Bedidi Gua Siawachwa, Kokas Tanjung Abba Ili Kere-kere Lene Hara Kurus Lene Cece Lene Kici Sunu Taraleu Tebing Tutuala Gua Liang Kain Hitam Gua Mardua Jumlah Persentase % Ke Ke Ke Ke Ke Ke perahu yang tidak memiliki kemudi (Ke 0 ) sebanyak 42 motif (64% dari 67 motif perahu yang dianalisis) dan tersebar di semua kawasan situs seni cadas. Terdapat sembilan situs yang tidak memiliki kemudi. Situs yang terbanyak tidak memiliki kemudi yaitu situs Sosorra, Furir (8 motif perahu). Kemudi satu (Ke 1 ) atau bentuk alat kayuh berupa dayung terdapat 1 motif (sekitar 21% dari 67 motif perahu yang dianalisis) dan yang terbanyak yaitu empat motif terdapat di situs Ili Kerekere, Tutuala, Timor Leste. Bentuk kemudi satu (Ke 1 ) ini terdapat di empat kawasan. Bentuk kemudi dua (Ke 2 ) atau bentuk kemudi tunggal tidak berdayung terdapat tiga motif (sekitar 4% dari 67 motif perahu) yang berada pada tiga kawasan. Bentuk kemudi tiga (Ke ) atau bentuk kemudi tunggal berdayung terdapat enam motif (sekitar 9% dari 67 motif perahu yang dianalisis), yang tersebar pada dua kawasan. Bentuk kemudi empat (Ke 4 )

84 117 atau bentuk kemudi ganda dan berdayung hanya terdapat satu motif (1% dari 67 motif perahu yang dianalisis) yaitu di Gua Kobori di kawasan P. Muna, Sulawesi Tenggara. Terakhir, bentuk kemudi lima (Ke 5 ) atau bentuk kemudi tongkat, hanya terdapat satu motif (1% dari 67 motif perahu) yaitu pada situs Leang Bulu Sipong di kawasan Pangkep, Sulawesi Selatan Bentuk Tiang Layar (TL) Berdasarkan deskripsi pada Bab, bentuk tiang layar dapat dibedakan menjadi empat: Tiang layar satu (TL 1 ), tiang layar dua (TL 2 ), tiang layar tiga (TL ), dan tiang layar empat (TL 4 ). Bentuk motif perahu yang tidak memiliki tiang layar menggunakan singkatan (TL 0 ) Tabel Bentuk Tiang Layar (TL) pada Situs Seni Cadas di Indonesia Komponen Atribut Situs Tiang Layar Gua Sumpangbita Leang Bulu Sipong Gua Metanduno Gua Kobori Watuweti Tebing Dudumahan Ceruk Loh Vat Risatot, Pulau Arguni Sosorra, Furir Matutuo / Pulau Duduru Auramo, Sungai Bedidi Gua Siawachwa, Kokas Tanjung Abba Ili Kere-kere Lene Hara Kurus Lene Cece Lene Kici Sunu Taraleu Tebing Tutuala Gua Liang Kain Hitam Gua Mardua Jumlah Persentase % TL TL TL TL TL perahu yang tidak memiliki tiang layar (TL 0 ) yaitu 6 motif (55% dari 67 motif perahu yang dianalisis) tersebar di semua kawasan situs seni cadas, kecuali di situs Gua Mardua, Sangkulirang yang semua motif perahunya memiliki tiang layar. perahu tidak bertiang paling banyak ditemukan di situs Gua Metanduno (enam motif) dan di situs Ili Kerekere (lima motif). Terdapat 1 situs yang tidak memiliki tiang layar pada motif perahunya. perahu satu tiang (TL 1 ) jumlahnya 25 motif dan paling banyak dibanding jumlah tiang yang lain (sekitar 7% dari 67 motif perahu). Bentuk tiang layar satu (TL 1 ) terdapat pada empat kawasan. perahu dua tiang (TL 2 )

85 118 terdiri atas empat motif (6% dari 67 motif perahu yang dianalisis) yang terdapat pada dua kawasan. perahu tiga tiang (TL ) dan empat tiang (TL 4 ) terdapat di Auramo, Sungai Bedidi, Teluk Berau, Papua Barat (masing-masing jumlahnya satu) Bentuk Layar (Ly) Berdasarkan deskripsi pada Bab, bentuk dapat dibedakan menjadi empat: Layar satu (Ly 1 ) adalah layar segitiga, layar dua (Ly 2 ) adalah layar trapesium, layar tiga (Ly ) adalah layar segiempat, layar empat (Ly 4 ) adalah layar persegi panjang, dan layar lima (Ly 5 ) adalah layar lingkaran Tabel Bentuk Layar (Ly) pada Situs Seni Cadas di Indonesia Komponen Atribut Situs Layar Gua Sumpangbita Leang Bulu Sipong Gua Metanduno Gua Kobori Watuweti Tebing Dudumahan Ceruk Loh Vat Risatot, Pulau Arguni Sosorra, Furir Matutuo / Pulau Duduru Auramo, Sungai Bedidi Gua Siawachwa, Kokas Tanjung Abba Ili Kere-kere Lene Hara Kurus Lene Cece Lene Kici Sunu Taraleu Tebing Tutuala Gua Liang Kain Hitam Gua Mardua Jumlah Persentase % Ly Ly Ly Ly Ly Ly perahu yang tidak memiliki layar (Ly 0 ) jumlahnya 4 motif (64% dari 67 motif perahu yang dianalisis). Sepuluh situs tidak memiliki layar perahu. perahu layar satu (Ly 1 ) atau layar segitiga jumlahnya tujuh motif (11% dari 67 motif perahu) dan terdapat pada empat kawasan situs. perahu dengan layar dua (Ly 2 ) atau layar trapesium jumlahnya lima motif (7% dari 67 motif perahu yang dianalisis) dan terdapat pada dua kawasan situs. perahu layar tiga (Ly ) atau layar segiempat jumlahnya tujuh motif (11% dari 67 motif perahu yang dianalisis) dan terdapat pada dua kawasan. perahu layar empat (Ly 4 ) atau layar persegi panjang jumlahnya dua (% dari 67 motif perahu) dan hanya

86 119 terdapat pada satu situs. perahu layar lima (Ly 5 ) atau layar lingkaran jumlahnya tiga motif (4% dari 67 motif perahu yang dianalisis) dan terdapat pada dua situs pada satu kawasan Penentuan Tipe pada Seni Cadas di Indonesia Penentukan tipe perahu dilakukan dengan menggunakan klasifikasi taksonomik atau yang sering disebut tipologi. Tipe perahu ditentukan berdasarkan bentuk dasar dan lambung yang merupakan atribut utama dari bentuk perahu. Sedangkan subtipe dibuat berdasarkan komponen atribut perahu linggi, dan subsubtipe dibuat berdasarkan gabungan komponen-komponen atribut perahu yaitu, kemudi, tiang layar, dan layar. Tipologi ini menggunakan tipologi bertingkat dari atribut utama bagian dasar. Apakah motif perahu pada seni cadas termasuk bentuk (Ds 1 ), (Ds 2 ), (Ds ), (Ds 4 ), (Ds 5 ), atau (Ds 6 ). Setelah itu, yang diamati adalah tiga teknik penggambaran motif perahu pada bagian lambung yang dibedakan menjadi bentuk garis atau (Lm 1 ), ragangan atau (Lm 2 ), atau lambung solid (Lm ) yang akhirnya menghasilkan tipe motif perahu. Gambar 4.2. Ilustrasi Tipe pada Seni Cadas di Indonesia

87 120 Selanjutnya, subtipe perahu ditentukan berdasarkan komponen-komponen atribut linggi. Linggi dibedakan menjadi tujuh, (Li 0, Li 1, Li 2, Li, Li 4, Li 5, Li 6 ). Terakhir pada subsubtipe/varian ditentukan berdasarkan gabungan dari bagian kemudi, tiang layar, dan layar perahu. Bagian kemudi dibedakan menjadi enam yaitu Ke 0, Ke 1, Ke 2, Ke, Ke 4, dan Ke 5 ). Selanjutnya tiang layar dibedakan menjadi lima, yaitu TL 0, TL 1, TL 2, TL, dan TL 4. Terakhir, tiang layar dibedakan menjadi enam, yaitu Ly 0, Ly 1, Ly 2,Ly, Ly 4, dan Ly 5. Pada skema tipologi motif perahu berikut dapat diketahui tipe-tipe motif perahu pada seni cadas di Indonesia Skema Tipologi Pada Seni Cadas Di Indonesia Keseluruhan Data pada Seni Cadas di Indonesia Ds 1 Ds 2 Ds Ds 4 Ds 5 Ds 6 Lm 1 Lm 2 Lm Tipe Li 0 Li 1 Li 2 Li Li 4 Li 5 Li 6 Subtipe Ke 0 Ke 1 Ke 2 Ke Ke 4 Ke 5 TL 0 TL 1 TL 2 TL TL 4 Subsubtipe Ly 0 Ly 1 Ly 2 Ly Ly 4 Ly 5

88 121 Keterangan singkatan pada kotak, yaitu: (Ds 1 ): bagian dasar perahu melengkung. (Ds 2 ): bagian dasar perahu melengkung dengan salah satu ujungnya membentuk sudut (Ds ): bagian dasar perahu melengkung dengan kedua ujung sisi perahu tegak. (Ds 4 ): bagian dasar perahu lurus atau mendatar. (Ds 5 ): bagian dasar perahu lurus atau mendatar dengan salah satu ujungnya membentuk sudut (Ds 6 ): bagian dasar perahu lurus atau mendatar dengan kedua ujung sisi perahu tegak. (Lm 1 ) : lambung garis. (Lm 2 ): lambung ragangan. (Lm ): lambung solid. (Li 0 ): tidak berlinggi. (Li 1 ): linggi kiri tidak berhias. (Li 2 ): linggi kanan tidak berhias. (Li ), linggi kiri dan kanan tidak berhias. (Li 4 ), linggi kiri berhias. (Li 5 ): linggi kanan berhias. (Li 6 ): linggi kiri dan kanan berhias. (Ke 0 ): tidak berkemudi dan tidak berdayung. (Ke 1 ): berdayung. (Ke 2 ): berkemudi tunggal tidak berdayung. (Ke ): berkemudi tunggal berdayung. (Ke 4 ): berkemudi ganda berdayung. (Ke 5 ): kemudi tongkat. (TL 0 ): tidak bertiang layar. (TL 1 ): satu tiang. (TL 2 ): dua tiang. (TL ): tiga tiang. (TL 4 ): empat tiang. (Ly 0 ): tidak berlayar. (Ly 1 ): layar segitiga. (Ly 2 ): layar trapesium. (Ly ): layar segiempat. (Ly 4 ): layar persegi panjang. (Ly 5 ): layar lingkaran Tipe Dasar Satu dan Lambung Satu (Ds 1 Lm 1 ). Berdasarkan analisis terhadap komponen atribut bentuk dasar dan lambung diketahui terdapat 17 motif (25% dari 67 motif perahu yang dianalisis) yang termasuk pada tipe Ds 1 Lm 1 atau bentuk dasar melengkung dengan lambung berbentuk garis. No. Tipe 4.7. Tabel Tipe Ds 1 Lm 1 pada Seni Cadas di Indonesia. Subtipe Subsubtipe Kawasan Situs No. 1 Ke 0,TL 0,Ly 0 Pulau Muna, Sulawesi Tenggara Gua Metanduno Pulau Muna, 2 Gua Metanduno 2.1. Li 0 Sulawesi Tenggara Ke 1,TL 0,Ly 0 Teluk Berau, Papua Risatot, Pulau Barat Arguni 4 Tutuala, Timor Leste Ili Kerekere Kepulauan Kei, Tebing Ke 0,TL 0,Ly 0 Maluku Tenggara Dudumahan Teluk Berau, Papua Matutuo / Pulau Barat Duduru Ds 1 Lm 1 Pulau Muna, 7 Gua Metanduno Li Ke 0,TL 1,Ly 0 Sulawesi Tenggara Teluk Berau, Papua Auramo, Sungai b Barat Bedidi 9 Ke 0,TL 1,Ly Teluk Berau, Papua Gua Siawachwa, Barat Kokas Ke 0,TL,Ly 0 Teluk Berau, Papua Auramo, Sungai Barat Bedidi 5.4.4a 11 Li 4 Ke 1,TL 0,Ly 0 Pulau Muna, Sulawesi Tenggara 12 Li 5 Ke 2,TL 1,Ly 0 Teluk Berau, Papua Barat Gua Metanduno Sosorra, Furir 5.2.7

89 122 No. Tipe Subtipe Subsubtipe Kawasan Teluk Berau, Papua 1 Ke 0,TL 0,Ly 0 Barat Teluk Berau, Papua 14 Li 6 Barat 15 Ke 0,TL 4,Ly 5 Teluk Berau, Papua Barat Situs Sosorra, Furir Sosorra, Furir Auramo, Sungai Bedidi No a 5.2.6b Ke 1,TL 1,Ly 0 Tutuala, Timor Leste Lene Kici Pada tipe Ds 1 Lm 1 diketahui motif terbanyak (empat motif, yaitu 2.1.1, 2.1.2, 2.1., dan 2.1.7) terdapat di Gua Metanduno, P. Muna, Sulawesi Tenggara dan kawasan Teluk Berau, Papua Barat (lima situs yaitu Risatot, P. Arguni; Sosorra, Furir; Matutuo/P. Duduru; Auramo, Sungai Bedidi; dan Gua Siawachwa, Kokas). Pada tipe ini terdapat lima subtipe perahu dengan 11 varian/subsubtipe, yaitu: 1. Subtipe satu (Ds 1,Lm 1,Li 0 ) yaitu subtipe dasar melengkung dan lambung berbentuk garis dan tidak berlinggi. Pada subtipe ini terdapat dua varian. Varian satu, yaitu Ds 1,Lm 1,Li 0 Ke 0,TL 0,Ly 0 subsubtipe dasar melengkung dan lambung berbentuk garis, dan tidak berlinggi, tidak berkemudi, tidak bertiang, dan tidak berlayar hanya terdiri atas satu motif (2.1.1 di Gua Metanduno, P. Muna, Sulawesi Tenggara). Sedangkan varian dua yaitu Ds 1,Lm 1,Li 0,Ke 1,TL 0,Ly 0 subsubtipe dasar melengkung dan lambung berbentuk garis dan berdayung. Subsubtipe ini terdiri atas tiga motif di tiga kawasan situs, yaitu motif 2.1. di Gua Metanduno, P. Muna, Sulawesi Tenggara, motif di Risatot, P. Arguni, Teluk Berau, Papua Barat, dan motif di situs Ili Kerekere, Tutuala, Timor Leste. 2. Subtipe dua (Ds 1,Lm 1,Li ) yaitu subtipe dasar melengkung dan lambung berbentuk garis dengan linggi tidak berhias di kedua ujung perahu. Pada subtipe ini terdapat empat varian. Varian satu, yaitu Ds 1,Lm 1,Li,Ke 0,TL 0,Ly 0 subsubtipe dasar melengkung dan lambung berbentuk garis dengan linggi tidak berhias di kedua ujung perahu. Subsubtipe ini memiliki dua motif yang terdapat di kawasan Kepulauan Kei, Maluku Tenggara (motif 4.1. di situs Tebing Dudumahan) dan Teluk Berau, Papua Barat (motif 5..1 di situs Matutuo/Pulau Duduru). Varian

90 12 dua, yaitu Ds 1,Lm 1,Li,Ke 0,TL 1,Ly 0 subsubtipe dasar melengkung dan lambung berbentuk garis dengan linggi tidak berhias di kedua ujung perahu dan satu tiang layar. Subsubtipe ini terdiri atas dua motif, yang terdapat di kawasan Pulau Muna, Sulawesi Tenggara (motif di Gua Metanduno) dan kawasan Teluk Berau, Papua Barat (motif 5.4.4b di situs Auramo, Sungai Bedidi). Varian tiga, yaitu Ds 1,Lm 1,Li,Ke 0,TL 1,Ly subsubtipe dasar melengkung dan lambung berbentuk garis dengan linggi tidak berhias di kedua ujungnya dan satu tiang layar dengan layar segiempat, hanya ini terdiri atas satu motif yang terdapat di kawasan Teluk Berau, Papua Barat (motif di Gua Siawachwa, Kokas). Varian empat, yaitu Ds 1,Lm 1,Li,Ke 0,TL,Ly 0 subsubtipe dasar melengkung dan lambung berbentuk garis dengan linggi tidak berhias di kedua ujung perahu dan tiga tiang layar. Subsubtipe ini terdiri atas satu motif yang terdapat di kawasan Teluk Berau, Papua Barat (motif 5.4.4a di situs Auramo, Sungai Bedidi).. Subtipe tiga (Ds 1,Lm 1,Li 4 ) yaitu subtipe dasar melengkung dan lambung berbentuk garis dengan linggi kiri perahu berhias. Hanya ada satu varian, yaitu Ds 1,Lm 1,Li 4,Ke 1,TL 0,Ly 0 subsubtipe dasar melengkung dan lambung berbentuk garis dengan linggi kiri perahu berhias dan berdayung. Subsubtipe ini terdiri atas satu motif yang terdapat di kawasan Pulau Muna, Sulawesi Tenggara (motif di Gua Metanduno). 4. Subtipe empat (Ds 1,Lm 1,Li 5 ) yaitu subtipe dasar melengkung dan lambung berbentuk garis dengan linggi kanan perahu berhias. Hanya ada satu varian, yaitu Ds 1,Lm 1,Li 5,Ke 2,TL 1,Ly 0 subsubtipe dasar melengkung dan lambung berbentuk garis dengan linggi kanan perahu berhias, berkemudi tunggal tidak berdayung dan satu tiang layar. Subsubtipe ini terdiri atas satu motif yang terdapat di kawasan Teluk Berau, Papua Barat (motif di situs Sosorra, Furir). 5. Subtipe lima (Ds 1,Lm 1,Li 6 ) yaitu subtipe dasar melengkung dan lambung berbentuk garis dengan linggi berhias di kedua ujung perahu. Terdapat tiga varian. Varian satu yaitu Ds 1,Lm 1,Li 6,Ke 0,TL 0,Ly 0 subsubtipe dasar melengkung dan lambung berbentuk garis dengan linggi berhias di kedua

91 124 ujung perahu. Subsubtipe ini terdiri atas dua motif yang terdapat di kawasan Teluk Berau, Papua Barat (motif 5.2.6a dan 5.2.6b di situs Sosorra, Furir). Varian dua, yaitu Ds 1,Lm 1,Li 6,Ke 0,TL 4,Ly 5 subsubtipe dasar melengkung dan lambung berbentuk garis dengan linggi berhias di kedua ujung perahu, empat tiang layar, dan layar lingkaran. Subsubtipe ini terdiri atas satu motif yang terdapat di kawasan Teluk Berau, Papua Barat (motif di situs Auramo, Sungai Bedidi). Varian tiga, yaitu Ds 1,Lm 1,Li 6,Ke 1,TL 1,Ly 0 subsubtipe dasar melengkung dan lambung berbentuk garis dengan linggi berhias di kedua ujung perahu, berdayung dan satu tiang. Subsubtipe ini terdiri atas satu motif yang terdapat di kawasan Tutuala, Timor Leste (motif di situs Lene Kici).

92 Skema Tipe Ds 1 Lm 1 pada Seni Cadas di Indonesia Ds 1 Lm 1 Tipe Li 0 Li Li 4 Li 5 Li 6 Subtipe Ke 0, TL 0, Ly 0 Ke 1, TL 0, Ly 0 Ke 0, TL 0, Ly 0 Ke 0, TL 1, Ly 0 Ke 0, TL 1, Ly Ke 0, TL, Ly 0 Ke 1, TL 0, Ly 0 Ke 2, TL 1, Ly 0 Ke 0, TL 4, Ly 5 Ke 1, TL 0, Ly 0 Ke 1, TL 1, Ly 0 Subsubtipe Jumlah

93 Tipe Dasar Satu dan Lambung Dua (Ds 1 Lm 2 ). Berdasarkan analisis terhadap komponen atribut bentuk dasar dan lambung diketahui terdapat 16 motif (24% dari 67 motif perahu yang dianalisis) yang termasuk pada tipe Ds 1 Lm 2 atau bentuk dasar melengkung dengan lambung berbentuk ragangan. No. Tipe 4.8. Tabel Tipe Ds 1 Lm 2 pada Seni Cadas di Indonesia. Subtipe Subsubtipe Kawasan Situs No. Pangkep, Sulawesi Selatan 1 Leang Bulu Sipong Ke,TL 0,Ly 0 Tebing 2 Kepulauan Kei, Maluku Tenggara Li 0 Dudumahan Tutuala, Timor Leste Ili Kerekere Sangkulirang, Kalimantan Timur Gua Mardua 8.1. Ke 0,TL 1,Ly 1 5 Sangkulirang, Kalimantan Timur Gua Mardua Ke 0,TL 0,Ly 0 Sangkulirang, Kalimantan Timur Gua Mardua Sangkulirang, Kalimantan Timur Gua Mardua Li Ke 0,TL 1,Ly 0 8 Sangkulirang, Kalimantan Timur Gua Mardua Ds 1 Lm 2 Ke 1,TL 1,Ly 2 Tutuala, Timor Leste Ili Kerekere Li 4 Ke 0,TL 0,Ly 0 Teluk Berau, Papua Barat Sosorra, Furir Li 5 Ke 0,TL 2,Ly 0 Sangkulirang, Kalimantan Timur Gua Mardua Pulau Muna, Sulawesi Tenggara Gua Metanduno Ke 0,TL 0,Ly 0 Gua Pulau Muna, Sulawesi Tenggara Metanduno Li 6 Kepulauan Kei, Maluku Tenggara Ceruk Loh Vat Ke 0,TL 0,Ly Tutuala, Timor Leste Lene Cece Ke 1,TL 0,Ly 0 Kepulauan Kei, Maluku Tenggara Tebing Dudumahan Ke 1,TL 1,Ly 2 Tutuala, Timor Leste Ili Kerekere Pada tipe Ds 1 Lm 2 diketahui motif terbanyak terdapat di Gua Mardua, Sangkulirang, Kalimantan Timur (enam motif yaitu 8.1.2, 8.1., 8.1.4, 8.1.5, 8.1.6, dan 8.1.7). Pada tipe ini terdapat lima subtipe perahu dengan 11 varian/subsubtipe, yaitu: 1. Subtipe satu (Ds 1,Lm 2,Li 0 ) yaitu subtipe dasar melengkung dan lambung berbentuk ragangan, tidak berlinggi. Terdapat dua varian. Varian satu, yaitu Ds 1,Lm 2,Li 0,Ke 0,TL 0,Ly 0 subsubtipe dasar melengkung dan

94 127 lambung berbentuk ragangan, tidak berlinggi, tidak berkemudi, tidak bertiang, dan tidak berlayar. Subsubtipe ini ada tiga motif yaitu di kawasan Pangkep, Sulawesi Selatan (motif di Leang Bulu Sipong, Pangkep, Sulawesi Selatan), di kawasan Kep. Kei, Maluku Tenggara (motif di situs Tebing Dudumahan), dan di kawasan Tutuala, Timor Leste (motif di situs Ili Kerekere). Varian dua, yaitu Ds 1,Lm 2,Li 0,Ke 0,TL 1,Ly 1 subsubtipe dasar melengkung dan lambung berbentuk ragangan dengan satu tiang layar dan layar segitiga. Subsubtipe ini terdiri atas dua motif yang terdapat di kawasan Sangkulirang, Kalimantan Timur (motif 8.1. dan di Gua Mardua). 2. Subtipe dua (Ds 1,Lm 2,Li ) subtipe dasar melengkung dan lambung berbentuk ragangan dengan linggi tidak berhias di kedua ujung perahu. Terdapat tiga varian. Varian satu, yaitu Ds 1,Lm 2,Li,Ke 0,TL 0,Ly 0 subsubtipe dasar melengkung dan lambung berbentuk ragangan dengan linggi tidak berhias di kedua ujung perahu, tidak berkemudi, tidak bertiang, dan tidak berlayar. Subsubtipe ini terdiri atas satu motif yang terdapat di kawasan Sangkulirang, Kalimantan Timur (motif di Gua Mardua). Varian dua, yaitu Ds 1,Lm 2,Li,Ke 0,TL 1,Ly 0 subsubtipe dasar melengkung dan lambung berbentuk ragangan dengan linggi tidak berhias di kedua ujung perahu dan satu tiang layar. Subsubtipe ini terdiri atas dua motif yang terdapat di kawasan Sangkulirang, Kalimantan Timur (motif dan di Gua Mardua). Varian tiga, yaitu Ds 1,Lm 2,Li,Ke 1,TL 1,Ly 2 subsubtipe dasar melengkung dan lambung berbentuk ragangan dengan linggi tidak berhias di kedua ujung perahu dan berdayung, satu tiang layar dengan layar trapesium. Subsubtipe ini terdiri atas satu motif yang terdapat di kawasan Tutuala, Timor Leste (motif di situs Ili Kerekere).. Subtipe tiga (Ds 1,Lm 2,Li 4 ) yaitu subtipe dasar melengkung dan lambung berbentuk ragangan dengan linggi kiri berhias. Hanya terdapat satu varian, yaitu Ds 1,Lm 2,Li 4,Ke 0,TL 0,Ly 0 subsubtipe dasar melengkung dan lambung berbentuk ragangan dengan linggi kiri berhias, tidak berkemudi, tidak bertiang, dan tidak berlayar. Subsubtipe ini terdiri atas satu motif

95 128 terdapat di kawasan Teluk Berau, Papua Barat (motif di situs Sosorra, Furir). 4. Subtipe empat (Ds 1,Lm 2,Li 5 ) yaitu subtipe dasar melengkung dan lambung berbentuk ragangan dengan linggi kanan berhias. Hanya satu varian, yaitu Ds 1,Lm 2,Li 5,Ke 0,TL 2,Ly 0 subsubtipe dasar melengkung dan lambung berbentuk ragangan dengan linggi kanan berhias dan dua tiang layar. Subsubtipe ini terdiri atas satu motif terdapat di kawasan Sangkulirang, Kalimantan Timur (motif di Gua Mardua). 5. Subtipe lima (Ds 1,Lm 2,Li 6 ) yaitu subtipe dasar melengkung dan lambung berbentuk ragangan dengan linggi berhias di kedua ujung perahu. Terdapat empat varian. Varian satu, yaitu Ds 1,Lm 2,Li 6,Ke 0,TL 0,Ly 0 yaitu subtipe dasar melengkung dan lambung berbentuk ragangan dengan linggi berhias di kedua ujung perahu, tidak berkemudi, tidak bertiang, dan tidak berlayar. Subsubtipe ini terdiri atas tiga motif terdapat di dua kawasan yaitu di kawasan Pulau Muna, Sulawesi Tenggara (motif dan di Gua Metanduno) dan di kawasan Kepulauan Kei, Maluku Tenggara (motif di Ceruk Loh Vat). Varian dua, yaitu Ds 1,Lm 2,Li 6,Ke 0,TL 0,Ly subsubtipe dasar melengkung dan lambung berbentuk ragangan dengan linggi berhias di kedua ujung perahu dan layar segitiga. Subsubtipe ini terdiri atas satu motif yang terdapat kawasan ya Tutuala, Timor Leste (motif di situs Lene Cece). Varian tiga, yaitu Ds 1,Lm 2,Li 6,Ke 1,TL 0,Ly 0 subsubtipe dasar melengkung dan lambung berbentuk ragangan dengan linggi berhias di kedua ujung perahu dan berdayung. Subsubtipe ini terdiri atas satu motif terdapat di kawasan Kepulauan Kei, Maluku Tenggara (motif di Tebing Dudumahan). Varian empat, yaitu Ds 1,Lm 2,Li 6,Ke 1,TL 1,Ly 2 subsubtipe dasar melengkung dan lambung berbentuk ragangan dengan linggi berhias di kedua ujung perahu, berdayung, satu tiang dan layar trapesium. Subsubtipe ini terdiri atas satu motif terdapat di kawasan Tutuala, Timor Leste (motif di situs Ili Kerekere).

96 Skema Tipe Ds 1 Lm 2 pada Seni Cadas di Indonesia Ds 1 Lm 2 Tipe,Li 0 Li Li 4 Li 5 Li 6 Subtipe Ke 0, TL 0, Ly 0 Ke 0, TL 1, Ly 1 Ke 0, TL 0, Ly 0 Ke 0, TL 1, Ly 0 Ke 1, TL 1, Ly 2 Ke 0, TL 0, Ly 0 Ke 0, TL 2, Ly 0 Ke 0, TL 0, Ly 0 Ke 0, TL 0, Ly Ke 1, TL 0, Ly 0 Ke 1, TL 1, Ly 2 Subsubtipe /varian Jumlah

97 Tipe Dasar Satu dan Lambung Tiga (Ds 1 Lm ). Berdasarkan analisis terhadap komponen atribut bentuk dasar dan lambung pada motif perahu diketahui terdapat 1 motif (19% dari 67 motif perahu yang dianalisis) yang termasuk pada tipe Ds 1 Lm atau bentuk dasar melengkung dengan lambung berbentuk solid Tabel Tipe Ds 1 Lm pada Seni Cadas di Indonesia. No. Tipe Ds 1 Lm Subtipe Subsubtipe Kawasan 1 Ke 0,TL 0,Ly 0 Pangkep, Sulawesi Selatan 2 Ke 1,TL 0,Ly Tutuala, Timor Li 0 Leste Tutuala, Timor Ke,TL 0,Ly 0 Leste 4 Tutuala, Timor Leste 5 Li 1 Ke 0,TL 0,Ly 0 Sarawak, Malaysia 6 Li 2 Ke 5,TL 0,Ly 0 Pangkep, Sulawesi Selatan 7 Ke 1,TL 0,Ly Tutuala, Timor Li Leste 8 Ke,TL 0,Ly 0 Pulau Muna, Sulawesi Tenggara 9 Ke 0,TL 0,Ly 0 Sarawak, Malaysia 10 Ke 1,TL 0,Ly Tutuala, Timor Leste 11 Li 6 Ke,TL 0,Ly Tutuala, Timor Leste 12 Ke,TL 1,Ly 4 Pulau Muna, Sulawesi Tenggara 1 Ke 5,TL 1,Ly 4 Pulau Muna, Sulawesi Tenggara Situs No. Gua Sumpangbita Kurus 6..1 Sunu Taraleu 6.6.2a Sunu Taraleu 6.6.2b Gua Liang Kain Hitam Leang Bulu Sipong Ili Kerekere Gua Kobori Gua Liang Kain Hitam Lene Cece Ili Kerekere 6.1. Gua Kobori Gua Kobori 2.2. Pada tipe Ds 1 Lm diketahui motif terbanyak terdapat di Gua Kobori, Pulau Muna, Sulawesi Tenggara (tiga motif yaitu 2.2.1, 2.2.2, dan 2.2.). Sedangkan kawasan dengan situs terbanyak, yaitu empat situs, terdapat di Tutuala Timor Leste. Pada tipe ini terdapat lima subtipe perahu dengan 12 varian/subsubtipe, yaitu: 1. Subtipe satu (Ds 1,Lm,Li 0 ) yaitu subtipe dasar melengkung dan lambung berbentuk solid, tidak berlinggi. Terdapat tiga varian. Varian satu, yaitu Ds 1,Lm,Li 0,Ke 0,TL 0,Ly 0 subsubtipe dasar melengkung dan lambung

98 11 berbentuk solid, tidak berlinggi, tidak berkemudi, tidak bertiang, dan tidak berlayar. Subsubtipe ini terdiri atas satu motif yang terdapat di kawasan Pangkep, Sulawesi Selatan (motif di Gua Sumpangbita). Varian dua, yaitu Ds 1,Lm,Li 0,Ke 1,TL 0,Ly subsubtipe dasar melengkung dan lambung berbentuk solid dengan kemudi dayung dan layar trapesium. Subsubtipe ini terdiri atas satu motif yang terdapat di kawasan Tutuala, Timor Leste (motif 6..1 di situs Kurus). Varian tiga, yaitu Ds 1,Lm,Li 0,Ke,TL 0,Ly 0 subsubtipe dasar melengkung dan lambung berbentuk solid dengan kemudi tunggal, berdayung. Subsubtipe ini terdiri atas dua motif yang terdapat di kawasan Tutuala, Timor Leste (motif 6.6.2a dan 6.6.2b di situs Sunu Taraleu). 2. Subtipe dua (Ds 1,Lm,Li 1 ) yaitu subtipe dasar melengkung dan lambung berbentuk solid dengan linggi kiri tidak berhias. Hanya ada satu varian, yaitu Ds 1,Lm,Li 1,Ke 0,TL 0,Ly 0 subsubtipe dasar melengkung dan lambung berbentuk solid dengan linggi kiri tidak berhias, tidak berkemudi, tidak bertiang, dan tidak berlayar. Subsubtipe ini terdiri atassatu motif yang terdapat di kawasan Sarawak, Malaysia (motif di Gua Liang Kain Hitam, Niah).. Subtipe tiga (Ds 1,Lm,Li 2 ) yaitu subtipe dasar melengkung dan lambung berbentuk solid dengan linggi kanan tidak berhias. Hanya ada satu varian, yaitu Ds 1,Lm,Li 2,Ke 5,TL 0,Ly 0 subsubtipe dasar melengkung dan lambung berbentuk solid dengan linggi kanan tidak berhias dan kemudi tongkat. Subsubtipe ini terdiri atas satu motif yang terdapat di kawasan Pangkep, Sulawesi Selatan (motif di Leang Bulu Sipong). 4. Subtipe empat (Ds 1,Lm,Li ) yaitu subtipe dasar melengkung dan lambung berbentuk solid dengan linggi tidak berhias di kedua ujung perahu. Terdapat dua varian. Varian satu, yaitu Ds 1,Lm,Li,Ke 1,TL 0,Ly subsubtipe dasar melengkung dan lambung berbentuk solid dengan linggi tidak berhias di kedua ujung perahu, berdayung, dan layar trapesium. Subsubtipe ini terdiri atas satu motif yang terdapat di kawasan Tutuala, Timor Leste (motif di situs Ili Kerekere). Varian dua, yaitu Ds 1,Lm,Li,Ke,TL 0,Ly 0 subsubtipe dasar melengkung dan lambung

99 12 berbentuk solid dengan linggi tidak berhias di kedua ujung perahu dan berkemudi tunggal, berdayung. Subsubtipe ini terdiri atas satu motif yang terdapat di kawasan Pulau Muna, Sulawesi Tenggara (motif di Gua Kobori). 5. Subtipe lima (Ds 1,Lm,Li 6 ) yaitu yaitu subtipe dasar melengkung dan lambung berbentuk solid dengan linggi berhias di kedua ujung perahu. Terdapat lima varian. Varian satu, yaitu Ds 1,Lm,Li 6,Ke 0,TL 0,Ly 0 subsubtipe dasar melengkung dan lambung berbentuk solid dengan linggi berhias di kedua ujung perahu, tidak berkemudi, tidak bertiang, dan tidak berlayar. Subsubtipe ini terdiri atas satu motif yang terdapat di kawasan Sarawak, Malaysia (motif di Gua Liang Kain Hitam, Niah). Varian dua, yaitu Ds 1,Lm,Li 6,Ke 1,TL 0,Ly subsubtipe dasar melengkung dan lambung berbentuk solid dengan linggi berhias di kedua ujung perahu, berdayung, dan layar trapesium. Subsubtipe ini terdiri atas satu motif yang terdapat di kawasan Tutuala, Timor Leste (motif di situs Lene Cece). Varian tiga, yaitu Ds 1,Lm,Li 6,Ke,TL 0,Ly subsubtipe dasar melengkung dan lambung berbentuk solid dengan linggi berhias di kedua ujung perahu, berkemudi tunggal, berdayung, dan layar trapesium. Subsubtipe ini terdiri atas satu motif yang terdapat di kawasan Tutuala, Timor Leste (motif 6.1. di situs Ili Kerekere). Varian empat, yaitu Ds 1,Lm,Li 6,Ke,TL 1,Ly 4 subsubtipe dasar melengkung dan lambung berbentuk solid dengan linggi berhias di kedua ujung perahu, berkemudi tunggal, berdayung, satu tiang layar dan layar persegi panjang. Subsubtipe ini terdiri atas satu motif yang terdapat di kawasan Pulau Muna, Sulawesi Tenggara (motif di Gua Kobori). Varian lima, yaitu Ds 1,Lm,Li 6,Ke 4,TL 1,Ly 4 subsubtipe dasar melengkung dan lambung berbentuk solid dengan linggi berhias di kedua ujung perahu, berkemudi ganda, berdayung, satu tiang layar dan layar persegi panjang. Subsubtipe ini terdiri atas satu motif yang terdapat di kawasan Pulau Muna, Sulawesi Tenggara (motif 2.2. di Gua Kobori).

100 Skema Tipe Ds 1 Lm pada Seni Cadas di Indonesia Ds 1 Lm Tipe Li 0 Li 1 Li 2 Li Li 6 Subtipe Ke 0, TL 0, Ly 0 Ke 1, TL 0, Ly Ke, TL 0, Ly 0 Ke 0, TL 0, Ly 0 Ke 5, TL 0, Ly 0 Ke 1, TL 0, Ly Ke, TL 0, Ly 0 Ke 0, TL 0, Ly 0 Ke 1, TL 0, Ly Ke, TL 0, Ly Ke, TL 1, Ly 4 Ke 4, TL 1, Ly 4 Subsubtipe /varian Jumlah

101 Tipe Dasar Dua dan Lambung Dua (Ds 2 Lm 2 ). Berdasarkan analisis terhadap komponen atribut bentuk dasar dan lambung perahu diketahui terdapat dua motif (% dari 67 motif perahu yang dianalisis) yang termasuk pada tipe Ds 2 Lm 2 atau bentuk dasar melengkung dengan salah satu ujungnya membentuk sudut dan lambung berbentuk ragangan Tabel Tipe Ds 2 Lm 2 pada Seni Cadas di Indonesia. No. Tipe Subtipe Subsubtipe Kawasan 1 Ke 0,TL 1,Ly 0 Teluk Berau, Ds 2 Lm 2 Li 0 Papua Barat 2 Ke 0,TL 2,Ly 5 Teluk Berau, Papua Barat Situs Sosorra, Furir Sosorra, Furir No Tipe Ds 2 Lm 2 diketahui hanya terdapat pada satu situs, yaitu Sosorra, Furir, Teluk Berau, Papua Barat (motif dan 5.2.4). Pada tipe ini terdapat satu subtipe perahu dengan dua varian/subsubtipe. Subtipe Ds 2,Lm 2,Li 0 yaitu subtipe dasar melengkung dengan salah satu ujungnya membentuk sudut dan lambung berbentuk ragangan, tidak berlinggi. Terdapat dua varian. Varian satu, yaitu Ds 2,Lm 2,Li 0,Ke 0,TL 1,Ly 0 subsubtipe dasar melengkung dengan salah satu ujungnya membentuk sudut dan lambung berbentuk ragangan, tidak berlinggi dengan satu tiang. Subsubtipe ini terdiri atas satu motif yaitu motif Varian dua, yaitu Ds 2,Lm 2,Li 0,Ke 0,TL 2,Ly 5 subsubtipe dasar melengkung dengan salah satu ujungnya membentuk sudut dan lambung berbentuk ragangan, tidak berlinggi dengan dua tiang dan layar lingkaran. Subsubtipe ini terdiri atas satu motif yaitu motif

102 Skema Tipe Ds 2 Lm 2 pada Seni Cadas di Indonesia Ds 2 Lm 2 Tipe Li 0 Subtipe Ke 0, TL 1, Ly 0 Ke 0, TL 2, Ly 5 Subsubtipe /varian 1 1 Jumlah Tipe Dasar Tiga dan Lambung Dua (Ds Lm 2 ). Berdasarkan analisis terhadap komponen atribut bentuk dasar dan lambung perahu diketahui terdapat satu motif (1% dari 67 motif perahu yang dianalisis) yang termasuk pada tipe Ds Lm 2 atau bentuk dasar melengkung dengan kedua ujung sisi perahu tegak dan lambung berbentuk ragangan Tabel Tipe Ds Lm 2 pada Seni Cadas di Indonesia. No. Tipe Subtipe Subsubtipe Kawasan 1 Ds Lm 2 Li Ke 0,TL 2,Ly 0 Kalimantan Sangkulirang, Timur Situs Gua Mardua No Pada tipe Ds Lm 2 diketahui hanya terdapat pada satu situs yaitu di Gua Mardua, Sangkulirang, Kalimantan Timur (motif ) Tipe ini memiliki satu subtipe perahu Ds,Lm 2,Li yaitu bentuk dasar melengkung dengan kedua ujung sisi perahu tegak dan lambung berbentuk ragangan dengan linggi tidak berhias di kedua ujung. Dengan satu varian, yaitu Ds,Lm 2,Li,Ke 0,TL 2,Ly 0 subsubtipe bentuk dasar melengkung dengan kedua ujung sisi perahu tegak dan lambung

103 16 berbentuk ragangan dengan linggi tidak berhias di kedua ujung dan dua tiang layar yaitu pada motif Skema Tipe Ds Lm 2 pada Seni Cadas di Indonesia Ds Lm 2 Tipe Li Subtipe Ke 0, TL 2, Ly 0 Subsubtipe /varian 1 Jumlah

104 Tipe Dasar Empat dan Lambung Satu (Ds 4 Lm 1 ). Berdasarkan analisis terhadap komponen atribut bentuk dasar dan lambung perahu diketahui terdapat tujuh motif (10% dari 67 motif perahu yang dianalisis) yang termasuk pada tipe Ds 4 Lm 1 atau bentuk dasar lurus atau mendatar dan lambung berbentuk garis Tabel Tipe Ds 4 Lm 1 pada Seni Cadas di Indonesia. No. Tipe Subtipe Subsubtipe Ke 0,TL 0,Ly 0 Kawasan Pulau Flores, Nusa 1 Tenggara Timur 2 Li 0 Ke 0,TL 1,Ly 0 Teluk Berau, Papua Barat Ke 0,TL 1,Ly 5 Teluk Berau, Papua Barat 4 Ds 4 Lm 1 Li 1 Tutuala, Timor Leste Ke 0,TL 1,Ly 1 5 Li Tutuala, Timor Leste 6 Ke 1,TL 1,Ly 0 Teluk Berau, Papua Li 6 Barat 7 Ke,TL 0,Ly 0 Pulau Muna, Sulawesi Tenggara Situs No. Watuweti.1.1 Auramo, Sungai Bedidi 5.4.a Auramo, Sungai Bedidi 5.4.b Tebing Tutuala Tebing Tutuala Auramo, Sungai Bedidi Gua Metanduno Tipe Ds 4 Lm 1 diketahui hanya terdapat pada empat situs. terbanyak terdapat di situs Auramo, Sungai Bedidi, Teluk Berau, Papua Barat (tiga motif yaitu 5.4.1, 5.4.a, dan 5.4.b). Pada tipe ini terdapat empat subtipe dengan tujuh varian/subsubtipe motif perahu, yaitu: 1. Subtipe satu (Ds 4,Lm 1,Li 0 ) yaitu subtipe dasar lurus atau mendatar dan lambung berbentuk garis, tidak berlinggi. Terdapat tiga varian. Varian satu, yaitu Ds 4,Lm 1,Li 0,Ke 0,TL 0,Ly 0 subsubtipe dasar lurus atau mendatar dan lambung berbentuk garis, tidak berlinggi, tidak berkemudi, tidak bertiang, dan tidak berlayar. Subsubtipe ini terdiri atas satu motif, yaitu motif.1.1 yang terdapat di situs Watuweti, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Varian dua, yaitu Ds 4,Lm 1,Li 0,Ke 0,TL 1,Ly 0 subsubtipe dasar lurus atau mendatar dan lambung berbentuk garis dengan satu tiang layar. Subsubtipe ini terdiri atas satu motif, yaitu motif 5.4.a yang terdapat di situs Auramo, Sungai Bedidi, Teluk Berau, Papua Barat. Varian tiga, yaitu Ds 4,Lm 1,Li 0,Ke 0,TL 1,Ly 5 subsubtipe dasar lurus atau mendatar dan

105 18 lambung berbentuk garis dengan satu tiang layar dan layar lingkaran. Subsubtipe ini terdiri atas satu motif, yaitu motif 5.4.b yang terdapat di situs Auramo, Sungai Bedidi, Teluk Berau, Papua Barat. 2. Subtipe dua (Ds 4,Lm 1,Li 1 ) yaitu subtipe dasar lurus atau mendatar dan lambung berbentuk garis dengan linggi kiri tidak berhias. Hanya satu varian, yaitu Ds 4,Lm 1,Li 1,Ke 0,TL 1,Ly 1 subsubtipe dasar lurus atau mendatar dan lambung berbentuk garis dengan linggi kiri tidak berhias, satu tiang layar, dan layar segitiga. Subsubtipe ini terdiri atas satu motif yang terdapat di kawasan Tutuala, Timor Leste (motif di situs Tebing Tutuala).. Subtipe tiga (Ds 4,Lm 1,Li ) yaitu subtipe dasar lurus atau mendatar dan lambung berbentuk garis dengan linggi tidak berhias di kedua ujung perahu. Hanya ada satu varian, yaitu Ds 4,Lm 1,Li,Ke 0,TL 1,Ly 1 subsubtipe dasar lurus atau mendatar dan lambung berbentuk garis dengan linggi tidak berhias di kedua ujung perahu, satu tiang layar, dan layar lingkaran. Subsubtipe ini terdiri atas satu motif yang terdapat di kawasan Tutuala, Timor Leste (motif di situs Tebing Tutuala). 4. Subtipe empat (Ds 4,Lm 1,Li 6 ) yaitu subtipe dasar lurus atau mendatar dan lambung berbentuk garis dengan linggi berhias di kedua ujung perahu. Terdapat dua varian. Varian satu, yaitu Ds 4,Lm 1,Li 6,Ke 1,TL 1,Ly 0 subsubtipe dasar lurus atau mendatar dan lambung berbentuk garis dengan linggi berhias di kedua ujung perahu, berdayung, dan satu tiang layar. Subsubtipe ini terdiri atas satu motif, yaitu motif yang terdapat di situs Auramo, Sungai Bedidi, Teluk Berau, Papua Barat. Varian dua, yaitu Ds 4,Lm 1,Li 6,Ke,TL 0,Ly 0 subsubtipe dasar lurus atau mendatar dan lambung berbentuk garis dengan linggi berhias di kedua ujung perahu dan berkemudi tunggal, berdayung. Subsubtipe ini terdiri atas satu motif, yaitu motif di Gua Metanduno, Pulau Muna, Sulawesi Tenggara.

106 Skema Tipe Ds 4 Lm 1 pada Seni Cadas di Indonesia Ds 4 Lm 1 Tipe Li 0 Li 1 Li Li 6 Subtipe Ke 0, TL 0, Ly 0 Ke 0, TL 1, Ly 0 Ke 0, TL 1, Ly 5 Ke 0, TL 1, Ly 1 Ke 0, TL 1, Ly 1 Ke 1, TL 1, Ly 0 Ke, TL 0, Ly 0 Subsubtipe /varian Jumlah Tipe Dasar Empat dan Lambung Dua (Ds 4 Lm 2 ). Berdasarkan analisis terhadap komponen atribut bentuk dasar dan lambung perahu diketahui terdapat empat motif (6% dari 67 motif perahu yang dianalisis) yang termasuk tipe Ds 4 Lm 2 atau bentuk dasar lurus atau mendatar dan lambung berbentuk ragangan Tabel Tipe Ds 4 Lm 2 pada Seni Cadas di Indonesia. Tipe Subtipe Subsubtipe No. No. Kawasan Situs 1 Ke 0,TL 2,Ly 0 Teluk Berau, Papua Sosorra, Li Barat Furir 2 Ds 4 Lm 2 Ke 1,TL 0,Ly Tutuala, Timor Leste Sunu Taraleu Ke 2,TL 0,Ly 2 Tutuala, Timor Leste Lene Hara Li 6 4 Ke 2,TL 1,Ly 1 Tutuala, Timor Leste Ili Kerekere Tipe Ds 4 Lm 2 hanya terdapat pada empat situs. Kawasan dengan situs terbanyak dengan tipe ini adalah Tutuala, Timor Leste. Pada tipe ini terdapat dua subtipe perahu dengan empat varian/subsubtipe, yaitu:

107 Subtipe satu (Ds 4,Lm 2,Li 0 ) yaitu subtipe dasar lurus atau mendatar dan lambung berbentuk ragangan, tidak berlinggi. Terdapat dua varian. Varian satu, yaitu Ds 4,Lm 2,Li 0,Ke 0,TL 2,Ly 0 subsubtipe dasar lurus atau mendatar dan lambung berbentuk ragangan, tidak berlinggi dengan dua tiang layar. Subsubtipe ini terdiri atas satu motif, yaitu motif 5.2. yang terdapat di situs Sosorra, Furir, Teluk Berau, Papua Barat. Varian dua, yaitu Ds 4,Lm 2,Li 0,Ke 1,TL 0,Ly subsubtipe dasar lurus atau mendatar dan lambung berbentuk ragangan, tidak berlinggi, berdayung, dan layar segiempat. Subsubtipe ini Terdiri atas satu motif, yaitu motif yang terdapat di situs Sunu Taraleu, Tutuala, Timor Leste. 2. Subtipe dua (Ds 4,Lm 2,Li 6 ) yaitu subtipe dasar lurus atau mendatar dan lambung berbentuk ragangan dengan linggi berhias di kedua ujung perahu. Terdapat dua varian. Varian satu, yaitu Ds 4,Lm 2,Li 6,Ke 2,TL 0,Ly 2 subsubtipe dasar lurus atau mendatar dan lambung berbentuk ragangan dengan linggi berhias di kedua ujung perahu, berkemudi tunggal, tidak berdayung, dan layar trapesium. Subsubtipe ini terdiri atas satu motif, yaitu motif yang terdapat di Lene Hara, Tutuala, Timor Leste. Varian dua, yaitu Ds 4,Lm 2,Li 6,Ke 2,TL 1,Ly 1 subsubtipe dasar lurus atau mendatar dan lambung berbentuk ragangan dengan linggi berhias di kedua ujung perahu, berkemudi tunggal, tidak berdayung, satu tiang layar, dan layar segitiga. Subsubtipe ini terdiri dari satu motif, yaitu motif di Ili Kerekere, Tutuala, Timor Leste.

108 Skema Tipe Ds 4 Lm 2 pada Seni Cadas di Indonesia Ds 4 Lm 2 Tipe Li 0 Li 6 Subtipe Ke 0, TL 2, Ly 0 Ke 1, TL 0, Ly Ke 2, TL 0, Ly 2 Ke 2, TL 1, Ly 1 Subsubtipe /varian Jumlah Tipe Dasar Empat dan Lambung Tiga (Ds 4 Lm ). Berdasarkan analisis terhadap komponen atribut bentuk dasar dan lambung perahu diketahui terdapat dua motif (% dari 67 motif perahu yang dianalisis) yang termasuk tipe Ds 4 Lm atau bentuk dasar lurus atau mendatar dan lambung berbentuk solid. No. Tipe Tabel Tipe Ds 4 Lm pada Seni Cadas di Indonesia. Subtipe Subsubtipe Kawasan Situs No. 1 Ke 0,TL 0,Ly 1 Kepulauan Kei, Tebing Ds 4 Lm Li 6 Maluku Tenggara Dudumahan 2 Ke 0,TL 0,Ly 2 Tutuala, Timor Leste Ili Kerekere Tipe Ds 4 Lm diketahui hanya terdapat pada dua situs. Pada tipe ini terdapat satu subtipe perahu dengan dua varian/subsubtipe. Subtipe Ds 4,Lm,Li 6 yaitu subtipe dasar lurus atau mendatar dan lambung berbentuk ragangan dengan linggi berhias di kedua ujung perahu. Varian satu, yaitu Ds 4,Lm,Li 6,Ke 0,TL 0,Ly 1 subsubtipe dasar lurus atau mendatar dan lambung berbentuk ragangan dengan

109 142 linggi berhias di kedua ujung perahu dan layar segitiga. Subsubtipe ini terdiri atas satu motif yaitu motif di situs Tebing Dudumahan, Kepulauan Kei, Maluku Tenggara. Varian dua, yaitu Ds 4,Lm,Li 6,Ke 0,TL 0,Ly 2 subsubtipe dasar lurus atau mendatar dan lambung berbentuk ragangan dengan linggi berhias di kedua ujung perahu dan layar trapesium. Subsubtipe ini terdiri atas satu motif, yaitu motif yang terdapat di Ili Kerekere, Tutuala, Timor Leste Skema Tipe Ds 4 Lm pada Seni Cadas di Indonesia Ds 4 Lm Tipe Li 6 Subtipe Ke 0, TL 0, Ly 1 Ke 0, TL 0, Ly 2 Subsubtipe /varian 1 1 Jumlah

110 Tipe Dasar Lima dan Lambung Dua (Ds 5 Lm 2 ). Berdasarkan analisis terhadap komponen atribut bentuk dasar dan lambung perahu diketahui terdapat empat motif (6% dari 67 motif perahu yang dianalisis) yang termasuk tipe Ds 5 Lm 2 atau bentuk dasar lurus atau mendatar dengan salah satu ujungnya membentuk sudut dan lambung berbentuk ragangan Tabel Tipe Ds 5 Lm 2 pada Seni Cadas di Indonesia. No. 1 Tipe Subtipe Subsubtipe Kawasan Li 0 Ke 0,TL 1,Ly 2 Teluk Berau, Papua Barat 2 Ds 5 Lm 2 Li 2 Ke 0,TL 0,Ly 0 Teluk Berau, Papua Barat Li 4 Ke 0,TL 1,Ly 0 Teluk Berau, Papua Barat 4 Li 5 Ke 0,TL 1,Ly 0 Teluk Berau, Papua Barat Situs Auramo, Sungai Bedidi Tanjung Abba Sosorra, Furir Sosorra, Furir No Tipe Ds 5 Lm 2 hanya terdapat pada satu kawasan situs, yaitu Teluk Berau, Papua Barat (dua motif di Sosorra, Furir dan masing-masing satu motif di situs Auramo, Sungai Bedidi dan Tanjung Abba). Pada tipe ini terdapat empat subtipe perahu dengan empat varian/subsubtipe, yaitu: 1. Subtipe satu (Ds 5,Lm 2,Li 0 ) yaitu subtipe dasar lurus atau mendatar dengan salah satu ujungnya membentuk sudut dan lambung berbentuk ragangan dan tidak berlinggi. Hanya satu varian, yaitu Ds 5,Lm 2,Li 0,Ke 0,TL 1,Ly 2 subsubtipe dasar lurus atau mendatar dengan salah satu ujungnya membentuk sudut dan lambung berbentuk ragangan dengan satu tiang layar dan layar trapesium. Subsubtipe ini terdiri atas satu motif, yaitu motif di situs Auramo, Sungai Bedidi, Teluk Berau, Papua Barat. 2. Subtipe dua (Ds 5,Lm 2,Li 2 ) yaitu subtipe dasar lurus atau mendatar dengan salah satu ujungnya membentuk sudut dan lambung berbentuk ragangan dengan linggi kanan tidak berhias. Hanya ada satu varian, yaitu Ds 5,Lm 2,Li 2,Ke 0,TL 0,Ly 0 subsubtipe dasar lurus atau mendatar dengan salah satu ujungnya membentuk sudut dan lambung berbentuk

111 144 ragangan dengan linggi kanan tidak berhias, tidak berkemudi, tidak bertiang, dan tidak berlayar. Subsubtipe ini terdiri atas satu motif, yaitu motif di situs Tanjung Abba, Teluk Berau, Papua Barat.. Subtipe tiga (Ds 5,Lm 2,Li 4 ) yaitu subtipe dasar lurus atau mendatar dengan salah satu ujungnya membentuk sudut dan lambung berbentuk ragangan dengan linggi kiri berhias. Hanya ada satu varian, yaitu Ds 5,Lm 2,Li 4,Ke 0,TL 1,Ly 0 subsubtipe dasar lurus atau mendatar dengan salah satu ujungnya membentuk sudut dan lambung berbentuk ragangan dengan linggi kiri berhias dan satu tiang layar. Subsubtipe ini terdiri atas satu motif, yaitu motif di situs Sosorra, Furir, Teluk Berau, Papua Barat. 4. Subtipe empat (Ds 5,Lm 2,Li 5 ) yaitu subtipe dasar lurus atau mendatar dengan salah satu ujungnya membentuk sudut dan lambung berbentuk ragangan dengan linggi kanan berhias. Hanya ada satu varian, yaitu Ds 5,Lm 2,Li 5,Ke 0,TL 1,Ly 0 subsubtipe dasar lurus atau mendatar dengan salah satu ujungnya membentuk sudut dan lambung berbentuk ragangan dengan linggi kanan berhias dan satu tiang layar. Subsubtipe ini terdiri atas satu motif, yaitu motif di situs Sosorra, Furir, Teluk Berau, Papua Barat.

112 Skema Tipe Ds 5 Lm 2 pada Seni Cadas di Indonesia Ds 5 Lm 2 Tipe Li 0 Li 2 Li 4 Li 5 Subtipe Ke 0, TL 1, Ly 2 Ke 0, TL 0, Ly 0 Ke 0, TL 1, Ly 0 Ke 0, TL 1, Ly 0 Subsubtipe /varian Jumlah Tipe Dasar Enam dan Lambung Dua (Ds 6 Lm 2 ). Berdasarkan analisis terhadap komponen atribut bentuk dasar dan lambung perahu diketahui terdapat satu motif (1% dari 67 motif perahu yang dianalisis) yang termasuk tipe Ds 6 Lm 2 atau bentuk dasar lurus atau mendatar dengan di kedua ujung sisi perahu tegak dan lambung berbentuk ragangan Tabel Tipe Ds 6 Lm 2 pada Seni Cadas di Indonesia No. Tipe Subtipe Subsubtipe Kawasan 1 Ds 6 Lm 2 Li 0 Ke 0,TL 1,Ly 1 Teluk Berau, Papua Barat Situs Gua Siawachwa, Kokas No Tipe Ds 6 Lm 2 hanya terdapat pada satu kawasan situs, yaitu Teluk Berau, Papua Barat (satu motif di situs Gua Siawachwa, Kokas). Pada tipe ini terdapat satu subtipe perahu, yaitu: Subtipe Ds 6,Lm 2,Li 0, subtipe dasar lurus atau mendatar dengan kedua ujung sisi perahu tegak dan lambung berbentuk ragangan dengan tidak berlinggi. Hanya ada satu varian, yaitu Ds 6,Lm 2,Li 0,Ke 0,TL 1,Ly 1 subsubtipe

113 146 dasar lurus atau mendatar dengan kedua ujung sisi perahu tegak dan lambung berbentuk ragangan, tidak berlinggi, satu tiang layar, dan layar segitiga. Tipe ini hanya terdiri atas satu motif, yaitu motif di situs Gua Siawachwa, Kokas, Teluk Berau, Papua Barat Skema Tipe Ds 6 Lm 2 pada Seni Cadas di Indonesia Ds 6 Lm 2 Tipe Li 0 Subtipe Ke 0, TL 1, Ly 1 Subsubtipe /varian 1 Jumlah Berdasarkan analisis pada tipe motif perahu seni cadas di Indonesia dihasilkan 10 tipe motif perahu, 29 subtipe dengan 56 subsubtipe/varian. Bentuk dasar satu dan lambung satu Ds 1 Lm 1 merupakan tipe perahu dengan motif dan subtipe terbanyak. Tipe dasar tiga dan lambung dua Ds Lm 2 dan tipe dasar enam dan lambung dua Ds 6 Lm 2 merupakan tipe dengan motif paling sedikit yaitu hanya satu motif. Namun demikian, jika dibandingkan dengan bentuk lambung garis (Lm 1 ) yang hanya 24 motif, maka bentuk lambung ragangan (Lm 2 ) sebanyak 28 motif perahu merupakan teknik penggambaran yang dominan pada motif perahu seni cadas di Indonesia.

114 Hubungan Tipe dengan Gaya Penggambaran pada Kawasan Situs Seni Cadas di Indonesia Terdapat dua gaya penggambaran pada motif perahu, yaitu distilir dan natural. perahu yang natural atau realistis adalah motif perahu yang bentuknya seperti perahu yang digunakan sebagai transportasi air yang dalam penggambaran pada seni cadas tampak sewajarnya, sedangkan perahu yang distilir atau nonrealistis adalah bentuk perahu yang tidak terdapat di alam nyata. perahu yang diperkirakan distilir pada seni cadas di Indonesia merupakan bentuk perahu yang digambarkan tidak sewajarnya atau pada penggambarannya terdapat bentuk-bentuk atribut perahu yang distilir/nonrealistis atau bentuk perahu digambarkan agak abstrak. Misalnya, terdapat figur manusia yang distilir, pada bagian kepala ada hiasan di bagian rambutnya atau figur manusia kangkang, atau bentuk perahu digambarkan agak abstrak. Pada motif perahu juga terdapat bendabenda seperti alat tabuhan yang mirip dengan nekara perunggu. Selain itu layar lingkaran juga menunjukkan bentuk motif perahu yang distilir. Pada Bab 2 telah diuraikan bahwa terdapat bentuk-bentuk media lain yang berhubungan dengan perahu, yaitu bentuk perahu pada kain tenun, nekara perunggu, atau bentuk peti mati. Beberapa ahli mengemukakan bahwa terdapat hubungan antara bentuk penggambaran motif perahu pada seni cadas dengan media-media tersebut yaitu bermakna sebagai perahu arwah (ship of the dead) atau perahu nenek moyang (ancestor ship), dan perahu sebagai simbol peti mati (coffin boat). Hal ini didasarkan pada kepercayaan bahwa arwah orang yang telah meninggal dunia akan berpindah ke alam lain, sehingga diperlukan wahana untuk mencapai alam lain tersebut. yang secara fungsional sebagai alat transportasi untuk mencari ikan dan bersosialisasi, dianggap juga sebagai sarana berpindah arwah ke alam lain (Ballard et al, 200; Mahdi, 1999; Szabo et al, 2008; dan Tanudirjo, 1985). Terdapat dua hubungan dari bentuk-bentuk motif perahu yang distilir dengan penggambaran perahu pada media lain di Asia Tenggara yaitu pengaruh budaya Dongson dari Vietnam Selatan pada jaringan perdagangan laut dengan bukti sebaran artefak perunggunya. Selain itu juga merupakan simbol dari ekspresi kematian pada suku-suku bangsa di Asia Tenggara, termasuk Indonesia (Szabo et al, 2008:16).

115 Tabel Hubungan Tipe dengan Gaya Penggambaran pada Kawasan Situs Seni Cadas di Indonesia. Kawasan Situs Tipe Gaya Penggambaran Pangkep, Sulawesi Selatan Pulau Muna, Sulawesi Tenggara Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur Kepulauan Kei, Maluku Tenggara Teluk Berau, Papua Barat Tutuala, Timor Leste Sarawak, Malaysia Sangkulirang, Kalimantan Timur Ds 1 Lm 1 Distilir 8 2 Natural Ds 1 Lm 2 Distilir Natural Ds 1 Lm Distilir 2 2 Natural 2 4 Ds 2 Lm 2 Distilir 2 Natural Ds Lm 2 Distilir Natural 1 Ds 4 Lm 1 Distilir 1 2 Natural Ds 4 Lm 2 Distilir 1 Natural 1 2 Ds 4 Lm Distilir Natural 1 1 Ds 5 Lm 2 Distilir 2 Natural 2 Ds 6 Lm 2 Distilir Natural 1 Terdapat tujuh tipe motif perahu Ds 1 Lm 1, Ds 1 Lm 2, Ds 1 Lm, Ds 2 Lm 2, Ds 4 Lm 1, Ds 4 Lm 2, dan Ds 5 Lm 2, dengan 28 motif perahu yang distilir atau sekitar 42% dari 67 motif perahu yang dianalisis. Dua situs (Sosorra, Furir dan Auramo, Sungai Bedidi) merupakan situs dengan motif perahu distilir terbanyak pada seni cadas di Indonesia. perahu yang distilir diperkirakan memiliki makna tertentu. Tipe Ds 1 Lm 1 merupakan tipe dengan motif perahu distilir yang paling banyak digambarkan dan sebagian besar motif perahu terdapat di kawasan situs Teluk Berau merupakan bentuk motif yang artistik, bagian ujung

116 149 linggi haluan dihiasi lingkaran yang memancarkan garis-garis lengkung. Selain itu, figur manusia yang berada di bagian haluan juga mengenakan hiasan kepala yang artistik. Pada tipe Ds 1 Lm 2, motif perahu pada Leang Bulu Sipong diperkirakan memiliki makna tertentu karena digambarkan bersama dengan motif cap tangan yang berada pada kedua ujung perahu, dan motif ikan yang menempel pada bagian bawah perahu tersebut distilir dalam penggambarannya yang ditunjukkan dari bagian kepala figur-figur manusia berhias diperkirakan merupakan motif perahu nenek moyang, karena bentuk figur manusia yang digambarkan mirip dengan bentuk motif perahu pada nekara perunggu. Gambar 4.. perahu pada nekara perunggu yang serupa dengan motif distilir, ditunjukkan oleh bentuk figur manusia yang memegang sesuatu dan alat tabuhan di atas perahu yang bermakna tertentu. Pada situs Ceruk Loh Vat, motif distilir, karena terdapat bentuk alat tabuhan di atas perahu seperti motif yang diperkirakan memiliki makna tertentu. perahu dan di dari Kepulauan Kei memiliki kemiripan bentuk, keduanya digambarkan dengan alat tabuhan di atas lambung perahu dan penggambarannya distilir dilihat dari figur manusianya yang digambarkan diperkirakan mirip dengan bentuk figur manusia pada nekara perunggu dan diasumsikan mirip dengan perahu Dongson (Lape et al., 2007: 250) memiliki bentuk figur manusia yang mirip pada nekara perunggu dan terdapat hiasan burung pada ujung linggi haluan perahunya. Pada tipe Ds 1 Lm, motif perahu dan merupakan sampel dari sejumlah motif perahu dari Gua Liang Kain Hitam, Sarawak, Malaysia Timur yang diasumsikan oleh Harrison (1959: 7) sebagai perahu arwah (ship of the

117 150 dead), karena pada situs tersebut terdapat bentuk peti seperti bentuk perahu yang digunakan sebagai wadah kubur mayat. Pada tipe Ds 2 Lm 2, motif perahu dan digambarkan agak abstrak terlihat pada bentuk tiang layar dan layar perahunya, keduanya diperkirakan memiliki makna tertentu. Pada tipe Ds 4 Lm 1, motif.1.1 merupakan pahatan yang terdiri atas bagian badan perahu saja. Pada panil yang sama dengan motif.1.1 diterakan juga motif-motif seperti ikan, kapak persegi, dan alat serut, sehingga mungkin motif perahu ini memiliki makna tertentu. Penggambaran motif distilir, karena bentuk dayung yang tidak proporsional dan mungkin memiliki makna tertentu. Pada tipe Ds 4 Lm 2, motif perahu distilir dengan ditunjukkan oleh bentuk empat figur manusia yang digambarkan dengan rambut yang mengarah ke bawah, dan bagian lambung perahu tidak digambarkan secara penuh, melainkan terdapat ruang-ruang kosong. Berdasarkan hal ini diperkirakan bahwa motif memiliki makna tertentu. Pada tipe Ds 5 Lm 2, motif dan 5,2,8 diperkirakan memiliki makna tertentu. Beberapa ahli berasumsi bahwa bentuk tiang layar pada kedua motif perahu ini merupakan bentuk pohon hayat seperti pada bentuk perahu berbahan perunggu dari Flores (Szabo et all., 2008: 164) yang didukung oleh adanya penggambaran bentuk motif manusia kangkang pada motif Penggambaran motif perahu pada seni cadas, sebanyak 9 motif perahu diperkirakan tidak distilir atau natural dalam penggambarannya (sekitar 58% dari 67 motif perahu yang dianalisis) yang terdapat pada semua tipe (Ds 1 Lm 1, Ds 1 Lm 2, Ds 1 Lm, Ds 4 Lm 1, Ds 4 Lm 2, Ds 5 Lm 2, dan Ds 6 Lm 2 ) kecuali tipe Ds 2 Lm 2. Pada dua kawasan seni cadas dengan tiga situsnya, motif perahu dalam penggambarannya tidak distilir atau natural yaitu situs Gua Metanduno dan Gua Kobori di Pulau Muna, Sulawesi Tenggara dan Gua Mardua di Sangkulirang, Kalimantan Timur. Bentuk penggambaran motif perahu yang natural atau realistis diperkirakan berkaitan dengan bentuk transportasi sehari-hari, atau hanya berupa gambar perahu saja yang tidak berkaitan dengan alat transportasi. Misalnya penggambaran motif perahu pada tipe Ds 1 Lm di Gua Kobori yang berkaitan dengan pelayaran antar pulau dan motif perahu 6.1. mencerminkan pengetahuan bahwa perahu digerakkan oleh dua tenaga yaitu layar dan dayung. Selain itu,

118 151 diperkirakan motif perahu ini juga dipergunakan untuk pelayaran jarak jauh, karena terdapat struktur di bawah layar dan menggunakan kemudi untuk mengarahkan perahu. Selain itu, pada tipe Ds 4 Lm 1 terdapat motif perahu yang kemungkinan digunakan sebagai transportasi untuk berperang (contoh motif no ). Pada tipe Ds 4 Lm di situs Tebing Dudumahan, Figur manusia yang digambarkan di bagian bawah perahu sedang menyelam, kemungkinan menangkap ikan. perahu ini diperkirakan sebagai bentuk perahu untuk menangkap ikan. Dapat disimpulkan bahwa tipe motif perahu dengan gaya penggambaran sangat bervariasi, perkiraan ini disebabkan karena kreativitas dan imajinasi si pelukis atau pada penggambarannya memiliki makna tertentu sesuai dengan tradisi, lingkungan, dan kepercayaan yang dimiliki oleh masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu, penggambaran motif perahu dilakukan dalam waktu yang berbeda dan dengan sendirinya mempengaruhi gaya seninya sehingga lebih berperan pada gaya penggambaran motif perahu. Pada dua kawasan saja bentuk motif perahu yang distilir dengan penggambaran dominan yaitu di situs Niah, Sarawak dan Teluk Berau Papua Barat.

119 Hubungan Tipe dengan Teknologi Konstruksi pada Seni Cadas di Indonesia. Berdasarkan tinjauan pustaka mengenai perahu di Nusantara pada Bab 2, dapat diketahui bahwa teknologi konstruksi perahu tradisional dibedakan menjadi dua, yaitu konstruksi perahu lesung dan konstruksi perahu papan. lesung dibentuk oleh satu batang kayu utuh yang diceruk bagian tengah batangnya sehingga membentuk rongga. Sedangkan pada bentuk perahu papan, teknik pembuatannya diawali dengan membentuk bagian lunas perahu dari satu batangan kayu utuh atau gabungan balok-balok kayu. Selanjutnya ditambahkan papanpapan yang disusun membentuk dinding lambung. Pada penyusunan papan-papan digunakan teknologi ikat atau pasak untuk menyambung papan-papan tersebut dengan rangka lambung perahu. Bentuk perahu papan umumnya ditandai dengan bagian buritan perahu yang berbentuk papak atau sisi buritannya tegak. Chippindale (2001:259) mengungkapkan bahwa perubahan bentuk objek tiga dimensi yang direpresentasikan menjadi bentuk dua dimensi, berakibat pada hilangnya sebagian unsur-unsur dari objek tersebut. Si penggambar dalam merepresentasikan objeknya, akan fokus pada beberapa unsur yang penting menurutnya. Unsur inilah yang merupakan atribut-atribut yang digunakan sebagai bahan identifikasi motif-motif perahu pada seni cadas. Representasi bentuk perahu pada motif-motif perahu seni cadas di Indonesia berdasarkan atributnya dapat digolongkan ke dalam komponen atribut utama sebuah motif perahu, yaitu bagian dasar dan lambung perahu. Pada analisis ini dihasilkan 10 tipe motif perahu seni cadas di Indonesia. Selanjutnya, dilengkapi dengan komponen atribut perahu berupa linggi, kemudi, tiang layar, dan layar perahu. Penggolongan ini menghasilkan 29 subtipe motif perahu dengan 56 sub-subtipe/varian. Teknologi konstruksi perahu tradisional, berdasarkan data literatur dan analisis pada Bab 4 dapat dikenali pada motif motif perahu seni cadas di Indonesia. Tipe motif perahu dengan konstruksi perahu lesung umumnya ditemukan pada motif perahu dengan tipe Ds 1 Lm 1, Ds 1 Lm 2, Ds 1 Lm, Ds 4 Lm 1, Ds 4 Lm 2, dan Ds 4 Lm. Tipe lesung lebih banyak digambarkan dengan tipe dasar satu (Ds 1 ) atau dasar berbentuk melengkung. Tipe perahu yang diperkirakan berbentuk perahu lesung digambarkan pada lima kawasan situs, yaitu kawasan

120 15 Pangkep, Sulawesi Selatan; Pulau Muna, Sulawesi Tenggara; Kepulauan Kei, Maluku Tenggara; Teluk Berau, Papua Barat; Tutuala, Timor Leste; dan Niah, Sarawak, Malaysia. Sebanyak 12 motif perahu dapat diketahui berkonstruksi perahu lesung. Sedangkan bentuk konstruksi perahu papan lebih mudah dikenali, karena bagian papak pada motif perahu seni cadas dapat ditemukan, yaitu tipe Ds 2 Lm 2 dan Ds 5 Lm 2 pada lima motif di kawasan Teluk Berau, Papua Barat. Bentuk lambung ragangan paling banyak digambarkan pada tipe perahu papan Tabel Hubungan Tipe dengan Teknologi Konstruksi pada Seni Cadas di Indonesia No. Tipe Subtipe Subsubtipe Situs 1 Ds 1 Lm 1 Li 0 Ke 1,TL 0,Ly 0 Risatot, Pulau Arguni 2 Li 0 Ke 0,TL 0,Ly 0 Leang Bulu Sipong Ds 1 Lm 2,Ke 1,TL 0,Ly 0 Tebing Dudumahan Li 6 4 Ke 1,TL 1,Ly 2 Ili Kerekere 5 Ke 0,TL 0,Ly 0 Gua Sumpangbita 6 Li 0 Sunu Taraleu Ke 2,TL 0,Ly 0 7 Ds 1 Lm Sunu Taraleu 8 Li 1 Ke 0,TL 0,Ly 0 Liang Kain Hitam 9 Li 6 Ke 0,TL 0,Ly 0 Liang Kain Hitam Konstruksi Tipe Lesung Tipe Lesung Tipe Lesung Tipe Lesung Tipe Lesung Tipe Lesung Tipe Lesung Tipe Lesung Tipe Lesung Tipe Ke 0,TL 1,Ly 0 Sosorra, Furir 10 Ds 2 Lm 2 Li 0 11 Ke 0,TL 2,Ly 5 Sosorra, Furir 12 Ds 4 Lm 1 Li 6 Ke 2,TL 0,Ly 0 Gua Metanduno Tipe Lesung 1 Ds 4 Lm 2 Li 0 Ke 1,TL 0,Ly Sunu Taraleu Tipe Lesung 14 Ds 4 Lm Li 6 Ke 0,TL 0,Ly 2 Ili Kerekere Tipe Lesung Ds Lm 15 Sosorra, Furir 16 Sosorra, Furir 5 2 Li 4 Ke 0,TL 1,Ly 0 17 Li 0 Ke 0,TL 1,Ly 2 Auramo, Sungai Bedidi Papan Tipe Papan Tipe Papan Tipe Papan Tipe Papan

121 154 Sedangkan sebanyak 50 motif perahu tidak teridentifikasi konstruksi perahunya (sekitar 75% dari 67 motif perahu) yang terdapat pada sembilan tipe motif perahu dan tersebar pada semua kawasan situs seni cadas, kecuali pada tipe Ds 2 Lm 2. Pada penggambaran motif perahu seni cadas di Indonesia, dari 10 tipe pada motif perahu tersebut dapat diketahui adanya perbedaan teknologi perahu tradisional yang terekam dalam penggambarannya. Tipe perahu papan dan tipe perahu lesung masih dapat dijumpai pada motif perahu seni cadas di Indonesia, hal ini menunjukkan bahwa motif-motif perahu pada seni cadas mempunyai nilai yang penting sebagai data arkeologi yang merupakan tinggalan budaya maritim di Indonesia Hubungan Tipe dengan Teknik Gerak pada Seni Cadas di Indonesia Berdasarkan analisis pada motif-motif perahu seni cadas, dapat diketahui tujuh cara pada teknik gerak perahu, yaitu : 1. Figur manusia yang digambarkan berdiri dengan menggunakan tongkat. 2. Figur manusia mengemudikan perahu dengan sikap mendayung berdiri.. Figur manusia dengan posisi duduk dan sikap tangan mendayung. 4. Figur manusia ada yang mengemudikan perahu (skiper) dan beberapa figur manusia lain sedang mendayung. 5. Figur manusia menggunakan kemudi. Mengingat perahu yang digambarkan pada motif ini menggunakan layar, maka kemudi berfungsi sebagai pengatur arah perahu, sedangkan layar sebagai penggerak perahu. 6. Figur manusia mengemudikan perahu (skiper) menggunakan kemudi tunggal di bagian buritan, ditambah dengan dua buah dayung di bagian tengah perahu. Seperti pada butir 5, perahu ini juga telah menggunakan layar. 7. Figur manusia mengemudikan perahu dengan kemudi ganda di kiri kanan bagian buritan. dilengkapi dengan layar sebagai penggerak.

122 155 No Tabel Hubungan Tipe dengan Teknik Gerak pada Seni Cadas di Indonesia Tipe Subtipe Subsubtipe Situs Teknik Gerak 1 Risatot, Pulau Arguni 2 2 Ds 1 Lm 1 Li 0 Ke 1,TL 0,Ly 0 Gua Metanduno Ili Kerekere 4 Li 6 Ke 1,TL 1,Ly 0 Lene Kici 5 Li 6 Ke 1,TL 0,Ly 0 Tebing Dudumahan 6 Ds 1 Lm 2 Li Ke 1,TL 1,Ly 2 Ili Kerekere 5 7 Li 6 Ke 1,TL 1,Ly 2 Ili Kerekere 5 8 Li 2 Ke 5,TL 0,Ly 0 Leang Bulu Sipong 1 9 Li 0 Ke,TL 0,Ly 0 Sunu Taraleu 4 10 Ds 1 Lm Sunu Taraleu 4 11 Ke 1,TL 0,Ly Lene Cece 5 12 Li 6 Ke,TL 1,Ly 4 Gua Kobori 6 1 Ke 4,TL 1,Ly 4 Gua Kobori 7 14 Ds 4 Lm 1 Li 6 Ke,TL 0,Ly 0 Gua Metanduno 4 15 Ds 4 Lm 2 Li 0 Ke 1,TL 0,Ly Sunu Taraleu 5 Dari tabel 4.18, diketahui bahwa terdapat lima tipe motif perahu pada sembilan situs yang menunjukkan teknologi gerak perahu pada motif perahu seni cadas di Indonesia. Tipe Ds 1 Lm merupakan tipe dengan jumlah motif perahu terbanyak dan bervariasi pada teknologi geraknya. Umumnya bentuk dasar melengkung dengan lambung garis, ragangan, dan solid yang diketahui teknologi gerak perahunya. Teknik gerak perahu diketahui dari motif perahu yang digambarkan beserta figur manusia dengan alat gerak perahunya. Penggambaran teknik gerak perahu paling banyak digambarkan mada motif-motif perahu di kawasan Tutuala, Timor Leste yaitu sebanyak delapan motif. Sebanyak 52 motif (sekitar 78% dari 67 motif perahu) tidak teridentifikasi teknik geraknya karena tdak digambarkan beserta figur manusia atau tidak disertai kemudi pada motif perahunya. Macam-macam cara ini menunjukkan bahwa motif-motif perahu seni cadas dapat merekam pengetahuan dalam mengendalikan perahu pada karakter perairan di sungai, pesisir pantai, maupun antar pulau. Seperti motif 1.2.1, yang memperlihatkan penggunaan tongkat sebagai pengendali, dan motif yang menggunakan dayung. Kedua motif tersebut memperlihatkan manusia dengan posisi berdiri menggerakkan perahu ke arah yang diinginkan. Cara ini umumnya

123 156 digunakan pada perairan yang dangkal baik di sungai, rawa-rawa maupun di muara sungai. Cara atau sikap mendayung berdiri pada motif perahu masih dapat dijumpai pada suku-suku di kawasan Papua Barat. Foto 4.1. yang dioperasikan dengan sikap mendayung berdiri yang mirip dengan motif Selain itu, teknik mendayung keempat menunjukkan bahwa telah ada pembagian fungsi dalam menjalankan perahu, yaitu satu orang menggunakan dayung atau kemudi sebagai pengendali perahu dan yang lain sebagai penggerak perahu. Teknik selanjutnya menunjukkan bahwa diperkirakan ukuran kemudi berkembang mengikuti ukuran perahu yang semakin besar dan telah memiliki layar sebagai penggerak utama perahu. perahu pada mencerminkan pengetahuan bahwa perahu digerakkan oleh dua tenaga yaitu layar dan dayung. Selain itu, diperkirakan motif perahu ini juga dipergunakan untuk pelayaran jarak jauh, karena terdapat struktur di bawah layar dan menggunakan kemudi untuk mengarahkan perahu. Pada motif perahu seni cadas tampaknya terdapat dua tipe kemudi yang digunakan untuk mengendalikan perahu yaitu kemudi tunggal (motif 2.2.2) dan kemudi ganda (motif 2.2.) yang diperkirakan untuk pelayaran antar pulau. Dari 10 tipe motif perahu hanya lima tipe motif perahu yang diketahui teknik gerak perahunya, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak semua tipe dapat diketahui teknik gerak perahunya karena tidak digambarkan dengan figur manusia dan komponen atribut kemudi perahunya. Pengetahuan mengenai teknik mengemudikan perahu ini menunjukkan bahwa motif-motif perahu pada seni cadas memiliki nilai arkeologis yang penting yang mampu merekam dan menampilkan aspek perilaku dari apa yang digambarkan pada motif perahu tersebut.

UNIVERSITAS INDONESIA PENGGAMBARAN MOTIF PERAHU PADA SENI CADAS DI INDONESIA SKRIPSI ADHI AGUS OKTAVIANA

UNIVERSITAS INDONESIA PENGGAMBARAN MOTIF PERAHU PADA SENI CADAS DI INDONESIA SKRIPSI ADHI AGUS OKTAVIANA UNIVERSITAS INDONESIA PENGGAMBARAN MOTIF PERAHU PADA SENI CADAS DI INDONESIA SKRIPSI ADHI AGUS OKTAVIANA 0703030018 FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI ARKEOLOGI DEPOK JANUARI 2009 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Teknik Menggerakkan Perahu yang terekam dalam Seni Cadas sebagai Kekayaan Seni dan Maritim di Indonesia. Adhi Agus Oktaviana

Teknik Menggerakkan Perahu yang terekam dalam Seni Cadas sebagai Kekayaan Seni dan Maritim di Indonesia. Adhi Agus Oktaviana Teknik Menggerakkan Perahu yang terekam dalam Seni Cadas sebagai Kekayaan Seni dan Maritim di Indonesia Adhi Agus Oktaviana Abstrak Perahu merupakan sarana transportasi air yang memiliki nilai penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup populer di dunia. Gambar cadas merupakan suatu karya manusia

BAB I PENDAHULUAN. cukup populer di dunia. Gambar cadas merupakan suatu karya manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gambar cadas merupakan salah satu tinggalan arkeologi yang cukup populer di dunia. Gambar cadas merupakan suatu karya manusia yang memiliki pola tertentu

Lebih terperinci

BAB 2 DESKRIPSI UMUM DAN BENTUK PENGGAMBARAN BATU BERELIEF

BAB 2 DESKRIPSI UMUM DAN BENTUK PENGGAMBARAN BATU BERELIEF BAB 2 DESKRIPSI UMUM DAN BENTUK PENGGAMBARAN BATU BERELIEF Deskripsi terhadap batu berelief dilakukan dengan cara memulai suatu adegan atau tokoh dari sisi kiri menurut batu berelief, dan apabila terdapat

Lebih terperinci

BAHAN AJAR. Tata Rias Korektif Wajah

BAHAN AJAR. Tata Rias Korektif Wajah BAHAN AJAR Tata Rias Korektif Wajah 1. Pengertian tata rias korektif wajah. Tata rias koreksi wajah adalah menonjolkan bagian wajah yang indah dan menutupi bagian wajah yang kurang sempurna. 2. Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. B. Tujuan. D. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. B. Tujuan. D. Rumusan Masalah I PENDHULUN. Latar elakang Geometri (daribahasayunani, geo = bumi, metria = pengukuran) secaraharfiah berarti pengukuran tentang bumi, adalahcabangdarimatematika yang mempelajari hubungan di dalamruang.

Lebih terperinci

RINGKASAN MATERI MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS III SEMESTER 2 PEMBELAJARAN 1 PECAHAN SEDERHANA

RINGKASAN MATERI MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS III SEMESTER 2 PEMBELAJARAN 1 PECAHAN SEDERHANA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS III SEMESTER 2 PEMBELAJARAN PECAHAN SEDERHANA. Pecahan - Pecahan Daerah yang diarsir satu bagian dari lima bagian. Satu bagian dari lima bagian artinya satu dibagi lima

Lebih terperinci

MATEMATIKA NALARIA REALISTIK

MATEMATIKA NALARIA REALISTIK MATEMATIKA NALARIA REALISTIK Oleh : Ir. R. RIDWAN HASAN SAPUTRA, M.Si Disampaikan : Drs. H.M. ARODHI Sesi 1 : Pemahaman Konsep, Makna PEMAHAMAN KONSEP Pemahaman Konsep Matematika adalah kemampuan siswa

Lebih terperinci

50 LAMPIRAN NILAI SISWA SOAL INSTRUMEN Nama : Kelas : No : BERILAH TANDA SILANG (X) PADA JAWABAN YANG DIANGGAP BENAR! 1. Persegi adalah.... a. Bangun segiempat yang mempunyai empat sisi dan panjang

Lebih terperinci

MODUL 12 WESEL 1. PENGANTAR

MODUL 12 WESEL 1. PENGANTAR MODUL 12 WESEL 1. PENGANTAR Telah disebutkan bahwa pada jalan rel perpindahan jalur dilakukan melalui peralatan khusus yang dikenal sebagai wesel. Apabila dua jalan rel yang terletak pada satu bidang saling

Lebih terperinci

4.1 Bentuk Wajah Oval dan koreksinya Make-up style untuk bentuk wajah oval yaitu : Shading : Berbeda dengan karakter wajah yang lain, teknik shading

4.1 Bentuk Wajah Oval dan koreksinya Make-up style untuk bentuk wajah oval yaitu : Shading : Berbeda dengan karakter wajah yang lain, teknik shading 4.1 Bentuk Wajah Oval dan koreksinya Make-up style untuk bentuk wajah oval yaitu : Shading : Berbeda dengan karakter wajah yang lain, teknik shading yang dilakukan mengambil bagian atas kening dan daerah

Lebih terperinci

KONSTRUKSI ATAP 12.1 Menggambar Denah dan Rencana Rangka atap

KONSTRUKSI ATAP 12.1 Menggambar Denah dan Rencana Rangka atap KONSTRUKSI ATAP 12.1 Menggambar Denah dan Rencana Rangka atap Gambar 12.1 Rencana Atap Rumah Tinggal 12.2 Menggambar Ditail Potongan Kuda-kuda dan Setengah Kuda- Kuda Gambar 12.2 Potongan Kuda-kuda dan

Lebih terperinci

ANGKA UKUR. Angka ukur diletakan di tengah-tengah garis ukur. Angka ukur tidak boleh dipisahkan oleh garis gambar. Jadi boleh ditempatkan dipinggir.

ANGKA UKUR. Angka ukur diletakan di tengah-tengah garis ukur. Angka ukur tidak boleh dipisahkan oleh garis gambar. Jadi boleh ditempatkan dipinggir. PEMBERIAN UKURAN ANGKA UKUR Angka ukur diletakan di tengah-tengah garis ukur. Angka ukur tidak boleh dipisahkan oleh garis gambar. Jadi boleh ditempatkan dipinggir. ANGKA UKUR Jika angka ukur ditempatkan

Lebih terperinci

PENGUKURAN KAPAL (Tonnage Measurement)

PENGUKURAN KAPAL (Tonnage Measurement) PENGUKURAN KAPAL (Tonnage Measurement) OLEH : LUKMAN HIDAYAT NRP. 49121110172 PROGRAM DIPLOMA IV JURUSAN TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN SEKOLAH TINGGI PERIKANAN JAKARTA

Lebih terperinci

BAB BENTUK MUKA BUMI. Gambar 8.1 Salah satu contoh peta topografi untuk penggambaran relief permukaan bumi.

BAB BENTUK MUKA BUMI. Gambar 8.1 Salah satu contoh peta topografi untuk penggambaran relief permukaan bumi. Bab 8 Peta Tentang Pola dan Bentuk Muka Bumi 149 BAB 8 PETA TENTANG POLA DAN BENTUK MUKA BUMI Sumber: Encarta Encyclopedia, 2006 Gambar 8.1 Salah satu contoh peta topografi untuk penggambaran relief permukaan

Lebih terperinci

Ringkasan Materi Pelajaran

Ringkasan Materi Pelajaran Standar Kompetensi : 5. Memahami hubungan manusia dengan bumi Kompetensi Dasar 5.1 Menginterpretasi peta tentang pola dan bentuk-bentuk muka bumi 5.2 Mendeskripsikan keterkaitan unsur-unsur geografis dan

Lebih terperinci

REKAYASA JALAN REL MODUL 6 WESEL DAN PERSILANGAN PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

REKAYASA JALAN REL MODUL 6 WESEL DAN PERSILANGAN PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL REKAYASA JALAN REL MODUL 6 WESEL DAN PERSILANGAN OUTPUT : Mahasiswa dapat menjelaskan fungsi dan jenis wesel yang umum digunakan di Indonesia Mahasiswa dapat menjelaskan standar pembuatan bagan wesel dengan

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP. Universitas Indonesia

BAB 4 PENUTUP. Universitas Indonesia BAB 4 PENUTUP Tembikar merupakan salah satu tinggalan arkeologi yang penting dalam mempelajari kehidupan manusia masa lalu. Berbagai informasi dapat diperoleh dari artefak berbahan tanah liat ini, mulai

Lebih terperinci

PERTEMUAN 6 PENYAJIAN GAMBAR KHUSUS

PERTEMUAN 6 PENYAJIAN GAMBAR KHUSUS PERTEMUAN 6 PENYAJIAN GAMBAR KHUSUS 6.1. Cara menunjukkan bagian khusus Disamping gambar-gambar yang dihasilkan dengan cara proyeksi orthogonal biasa, terdapat juga cara-cara khusus untuk memperjelas gambar

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana

Lebih terperinci

TEKNIK DASAR DALAM GERAKAN PENCAK SILAT Disampaikan Sebagai Materi Muatan Lokal Pencak Silat SMA NEGERI ARJASA

TEKNIK DASAR DALAM GERAKAN PENCAK SILAT Disampaikan Sebagai Materi Muatan Lokal Pencak Silat SMA NEGERI ARJASA TEKNIK DASAR DALAM GERAKAN PENCAK SILAT Disampaikan Sebagai Materi Muatan Lokal Pencak Silat SMA NEGERI ARJASA Oleh: Muhammad Surur, S.Pd JEMBER 2012 TEKNIK DASAR DALAM GERAKAN PENCAK SILAT 1. KUDA-KUDA

Lebih terperinci

Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Pendahuluan 1.1 Latar elakang Geometri datar, merupakan studi tentang titik, garis, sudut, dan bangun-bangun geometri yang terletak pada sebuah bidang datar. erbagai mekanisme peralatan dalam kehidupan

Lebih terperinci

TATA RIAS KOREKSI A. Tata Rias Koreksi Bentuk Wajah

TATA RIAS KOREKSI A. Tata Rias Koreksi Bentuk Wajah TATA RIAS KOREKSI A. Tata Rias Koreksi Bentuk Wajah Tata rias koreksi wajah dimaksudkan untuk menyempurnakan bentuk wajah yang kurang sempurna menjadi bentuk wajah ideal atau bentuk wajah oval (bulat telur

Lebih terperinci

Tabel Bentuk Ornamen dan tanda-tanda semiotika pada ornamen Masjid Raya Al-Mashun

Tabel Bentuk Ornamen dan tanda-tanda semiotika pada ornamen Masjid Raya Al-Mashun Lampiran 1 Tabel Bentuk Ornamen dan tanda-tanda semiotika pada ornamen Masjid Raya Al-Mashun No Bentuk Ornamen Keterangan bentuk Tanda-tanda Semiotika Ikon Indeks Simbol 1 Ornamen Geometris ini terdapat

Lebih terperinci

BAB VIII TATA RIAS KOREKTIF

BAB VIII TATA RIAS KOREKTIF 86 BAB VIII TATA RIAS KOREKTIF A. Tata Rias Koreksi Bentuk Wajah Tata rias koreksi wajah diperlukan atas prinsip dasar bahwa bentuk muka yang dianggap kurang sempurna dapat diubah sedemikian rupa, sehingga

Lebih terperinci

BAGIAN V POLA HIASAN A. Pola serak atau pola tabur Gambar 5.1 Pola Serak B. Pola berangkai

BAGIAN V POLA HIASAN A. Pola serak atau pola tabur Gambar 5.1 Pola Serak B. Pola berangkai BAGIAN V POLA HIASAN Dari berbagai pola hias yang dapat kita jumpai dalam desain hiasan baik untuk busana maupun untuk lenan rumah tangga, terdapat beberapa di antaranya sudah merupakan bentuk bentuk baku.

Lebih terperinci

RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora

RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora Flora sebagai sumber objek motif ragam hias dapat dijumpai hampir di seluruh pulau di Indonesia. Ragam hias dengan motif flora (vegetal) mudah dijumpai pada barang-barang

Lebih terperinci

TEKNIK GAMBAR DASAR A. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN GAMBAR

TEKNIK GAMBAR DASAR A. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN GAMBAR TEKNIK GAMBAR DASAR A. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN GAMBAR 1. MEJA GAMBAR Meja gambar yang baik mempunyai bidang permukaan yang rata tidak melengkung. Meja tersebut dibuat dari kayu yang tidak terlalu keras

Lebih terperinci

A. Pasangan Dinding Batu Bata

A. Pasangan Dinding Batu Bata Perspektif dua titik lenyap digunakan karena bangunan biasanya mempunyai arah yang membentuk sudut 90. Sehubungan dengan itu, maka kedua garis proyeksi titik mata dari titik berdiri (Station Point = SP)

Lebih terperinci

TIPOLOGI MOTIF CAP TANGAN PRASEJARAH DI LEANG UHALLIE, KABUPATEN BONE, SULAWESI SELATAN

TIPOLOGI MOTIF CAP TANGAN PRASEJARAH DI LEANG UHALLIE, KABUPATEN BONE, SULAWESI SELATAN Irsyad Leihitu, Tipologi Motif Cap Tangan Prasejarah di Leang Uhallie, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan PARADIGMA JURNAL KAJIAN BUDAYA Vol. 6 No. 2 (2016): 207 218 207 TIPOLOGI MOTIF CAP TANGAN PRASEJARAH

Lebih terperinci

5.1 KONSTRUKSI-KONSTRUKSI DASAR

5.1 KONSTRUKSI-KONSTRUKSI DASAR KONSTRUKSI GEOMETRI Unsur-unsur geometri sering digunakan seorang juru gambar atau ahli gambar teknik untuk menggambar konstruksi mesin. Unsurunsur goemetri yang dimaksudkan ini adalah busur-busur, lingkaran,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS

BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS 3.1 Perencanaan Alat Bab ini akan menjelaskan tentang pembuatan model sistem buka-tutup atap louvre otomatis, yaitu mengenai konstruksi atau rangka utama

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIS. Petunjuk Praktis Pengukuran Ternak Sapi

PETUNJUK PRAKTIS. Petunjuk Praktis Pengukuran Ternak Sapi PETUNJUK PRAKTIS i PENGUKURAN TERNAK SAPI POTONG Penyusun : Awaluddin Tanda Panjaitan Penyunting : Tanda Panjaitan Ahmad Muzani KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR

Lebih terperinci

ATURAN-ATURAN DASAR UNTUK MEMBERI UKURAN

ATURAN-ATURAN DASAR UNTUK MEMBERI UKURAN 44 ATURAN-ATURAN DASAR UNTUK MEMBERI UKURAN Memberi ukuran besaran-besaran geometrik dari bagian benda harus menentukan secara jelas tujuannya. Untuk itu semua bagian di dalam gambar harus dijelaskan sedetail

Lebih terperinci

ALAT UKUR DAN PENANDA DALAM KERJA BANGKU

ALAT UKUR DAN PENANDA DALAM KERJA BANGKU ALAT UKUR DAN PENANDA DALAM KERJA BANGKU Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah mempelajari bahan ajar ini peserta diklat akandapat : 1. Menjelaskan jenis-jenis alat-alat ukur dalam kerja bangku 2. Menjelaskan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KUMIHIMO

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KUMIHIMO BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KUMIHIMO 2.1 Sejarah Kumihimo Kumihimo dikenal mulai sejak zaman Edo. Kumihimo pertama kali diciptakan oleh suatu bentuk jari loop mengepang. Kemudian alat takaida seperti

Lebih terperinci

KEGIATAN BELAJAR II SAMBUNGAN KAYU MENYUDUT

KEGIATAN BELAJAR II SAMBUNGAN KAYU MENYUDUT KEGIATAN BELAJAR II SAMBUNGAN KAYU MENYUDUT LEMBAR INFORMASI Sambungan kayu menyudut atau yang sering kali disebut dengan hubungan kayu banyak digunakan pada pembuatan konstruksi kosen pintu, kosen jendela,

Lebih terperinci

ALTERNATIF PEMAHAMAN KONSEP UMUM LUAS DAERAH SUATU BANGUN DATAR

ALTERNATIF PEMAHAMAN KONSEP UMUM LUAS DAERAH SUATU BANGUN DATAR ALTERNATIF PEMAHAMAN KONSEP UMUM LUAS DAERAH SUATU BANGUN DATAR Ali Syahbana Program Studi Pendidikan Matematika Universitas PGRI Palembang Email : syahbanaumb@yahoo.com ABSTRAK Artikel ini menjelaskan

Lebih terperinci

Memahami Pola Pembentuk Estetika Batik Cakar

Memahami Pola Pembentuk Estetika Batik Cakar Memahami Pola Pembentuk Estetika Batik Cakar Klara Puspa Indrawati Tulisan mengenai batik sebagai sebuah produk geometri ini muncul dari ketertarikan saya terhadap keindahan pada detail. Dalam ilmu arsitektur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Menara Kudus terletak di Kelurahan Kauman, Kecamatan Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, sekitar 40 km dari Kota Semarang. Oleh penduduk kota Kudus dan sekitarnya,

Lebih terperinci

Bab 4 SISTEM PROYEKSI 4.1. PENGERTIAN PROYEKSI GAMBAR PROYEKSI

Bab 4 SISTEM PROYEKSI 4.1. PENGERTIAN PROYEKSI GAMBAR PROYEKSI Bab 4 SISTEM PROYEKSI Materi : Pengertian proyeksi. Gambar proyeksi. Gambar pandangan tunggal. Gambar pandangan majemuk 4.1. PENGERTIAN PROYEKSI. Agar dapat menyatakan wujud suatu benda dalam bentuk gambar

Lebih terperinci

KATALOG MATEMATIKA ALAT PERAGA PENDIDIKAN UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

KATALOG MATEMATIKA ALAT PERAGA PENDIDIKAN UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KATALOG ALAT PERAGA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA 1. Model Bangun Datar Model bangun datar dimaksudkan untuk membantu menjelaskan pengertian, sifat-sifat bangun datar, kesebangunan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE FAST FEEDBACK MODEL INDIKASI WARNA PADA PEMBELAJARAN FISIKA TENTANG PEMBENTUKAN BAYANGAN PADA LENSA

PENGGUNAAN METODE FAST FEEDBACK MODEL INDIKASI WARNA PADA PEMBELAJARAN FISIKA TENTANG PEMBENTUKAN BAYANGAN PADA LENSA PENGGUNAAN METODE FAST FEEDBACK MODEL INDIKASI WARNA PADA PEMBELAJARAN FISIKA TENTANG PEMBENTUKAN BAYANGAN PADA LENSA Siti Noor Fauziah 1, Ferdy S. Rondonuwu 1,2, Marmi Sudarmi 1 1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG LAMBANG DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG LAMBANG DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG LAMBANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT, Menimbang:

Lebih terperinci

JENIS-JENIS GARIS DAN ALAT-ALAT GAMBAR. Jenis-jenis Garis

JENIS-JENIS GARIS DAN ALAT-ALAT GAMBAR. Jenis-jenis Garis JENIS-JENIS GARIS DAN ALAT-ALAT GAMBAR Jenis-jenis Garis Jenis-jenis garis yang dipergunakan dalam gambar teknik ditentukan oleh gabungan bentuk dan tebal garis. Tiap jenis dipergunakan menurut peraturan

Lebih terperinci

M-5 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG CAHAYA TAMPAK

M-5 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG CAHAYA TAMPAK M-5 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG CAHAYA TAMPAK I. TUJUAN Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan besar panjang gelombang dari cahaya tampak dengan menggunakan konsep difraksi dan interferensi. II.

Lebih terperinci

F. Kunci Identifikasi Bergambar kepada Bangsa

F. Kunci Identifikasi Bergambar kepada Bangsa MILLI-PEET, kunci identifikasi dan diagram alur, Page 1 F. Kunci Identifikasi Bergambar kepada Bangsa 1A Tubuh lunak, tergit mengandung rambut seperti kuas atau rambut sikat, sepasang kuas terdapat bagian

Lebih terperinci

Geometri Bangun Datar. Suprih Widodo, S.Si., M.T.

Geometri Bangun Datar. Suprih Widodo, S.Si., M.T. Geometri Bangun Datar Suprih Widodo, S.Si., M.T. Geometri Adalah pengukuran tentang bumi Merupakan cabang matematika yang mempelajari hubungan dalam ruang Mesir kuno & Yunani Euclid Geometri Aksioma /postulat

Lebih terperinci

Seminar Nasional BOSARIS III Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya

Seminar Nasional BOSARIS III Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya PENERAPAN DESAIN DALAM RANGKAIAN BUNGA SEBAGAI PELENGKAP DEKORASI RUANG Arita Puspitorini PKK Abstrak, Bunga sejak dulu hingga kini memiliki peran penting dalam kehidupan manusia, karena bunga dirangkai

Lebih terperinci

Penempatan marka jalan

Penempatan marka jalan Penempatan marka jalan 1 Ruang lingkup Tata cara perencanaan marka jalan ini mengatur pengelompokan marka jalan menurut fungsinya, bentuk dan ukuran, penggunaan serta penempatannya. Tata cara perencanaan

Lebih terperinci

B.1. Menjumlah Beberapa Gaya Sebidang Dengan Cara Grafis

B.1. Menjumlah Beberapa Gaya Sebidang Dengan Cara Grafis BAB II RESULTAN (JUMLAH) DAN URAIAN GAYA A. Pendahuluan Pada bab ini, anda akan mempelajari bagaimana kita bekerja dengan besaran vektor. Kita dapat menjumlah dua vektor atau lebih dengan beberapa cara,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.283, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Pengukuran Kapal. Tata cara. Metode. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 8 TAHUN 2013 TENTANG PENGUKURAN KAPAL

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA No.: BAK/TBB/SBG313 Revisi: 00 Tgl: 1 Januari 2013 Hal. 1 dari 10 I. KOMPETENSI A. Menyiapkan bahan dan peralatan merangkai bunga B. Merancang rangkaian bunga C. Membuat rangkaian bunga II. SUB KOMPETENSI

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA No.: BAK/TBB/SBG313 Revisi: 00 Tgl: 1 Januari 2013 Hal. 1 dari 14 I. KOMPETENSI A. Menyiapkan bahan dan peralatan samir B. Melapisi styrofoam dengan daun pisang C. Menyiapkan hiasan tepi samir D. Merangkai

Lebih terperinci

2 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5422); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 34

2 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5422); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 34 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1244, 2014 KEMENHUB. Jalan. Marka. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 34 TAHUN 2014 TENTANG MARKA JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Sketsa BAB I PENDAHAULUAN

Sketsa BAB I PENDAHAULUAN Sketsa Posted by alfajrinz on 3 Januari 2012 BAB I PENDAHAULUAN Media grafis termasuk media visual yang berfungsi menyalurkan pesan dari sumber pesan ke penerima pesan (visual). Agar proses penyampaian

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Ngango lo huwayo pada upacara adat di Bulango Kabupaten Bone Bolango

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Ngango lo huwayo pada upacara adat di Bulango Kabupaten Bone Bolango 17 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Ngango lo huwayo pada upacara adat di Bulango Kabupaten Bone Bolango Ngango lo huwayo merupakan salah satu kelengkapan adat dalam pelaksanaan upacara adat. Ngango lo huwayo digunakan

Lebih terperinci

4. VISUALISASI DAN GAMBAR SKET

4. VISUALISASI DAN GAMBAR SKET 4. VISUALISASI DAN GAMBAR SKET Standar Kompetensi : Peserta didik dapat mengidentifikasi cara menggambar dengan cara: isometri, dimetri, trimetri, prespektif, gambar sket dengan menggunakan tangan, dan

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN KONSTRUKSI BANGUNAN IV

STRUKTUR DAN KONSTRUKSI BANGUNAN IV STRUKTUR DAN KONSTRUKSI BANGUNAN IV STRUKTUR PLAT LIPAT AZRATIH HAIRUN FRILYA YOLANDA EFRIDA UMBU NDAKULARAK AGRIAN RIZKY RINTO HARI MOHAMMAD GIFARI A. PENGERTIAN STRUKTUR PLAT LIPAT Pelat adalah struktur

Lebih terperinci

Dalam menentukan ukuran utama mesin skrap ini, hal yang berpengaruh antara lain:

Dalam menentukan ukuran utama mesin skrap ini, hal yang berpengaruh antara lain: Cara Kerja Mesin Sekrap (Shaping Machine) Mesin Skrap atau biasa juga dituliskan sebagai sekrap (Shaping Machine) merupakan jenis mesin perkakas yang memiliki gerak utama yakni bolak balok secara horizontal.

Lebih terperinci

Sambungan dan Hubungan Konstruksi Kayu

Sambungan dan Hubungan Konstruksi Kayu Sambungan Kayu Konstruksi kayu merupakan bagian dari konstruksi bangunan gedung. Sambungan dan hubungan kayu merupakan pengetahuan dasar mengenai konstruksi kayu yang sangat membantu dalam penggambaran

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 05 TAHUN 2006 T E N T A N G MARKA JALAN, RAMBU LALU LINTAS DAN ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS JALAN DALAM KOTA PANGKALPINANG DENGAN

Lebih terperinci

commit to user BAB II DASAR TEORI

commit to user BAB II DASAR TEORI 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Kerja Bangku Kerja Bangku adalah teknik dasar yang harus dikuasai oleh seseorang dalam mengerjakan benda kerja. Pekerjaan kerja bangku menekankan pada pembuatan benda kerja dengan

Lebih terperinci

Adhi Agus Oktaviana PENGAPLIKASIAN PLUGIN DSTRETCH PADA PEREKAMAN GAMBAR CADAS DI INDONESIA. Pusat Penelitian Arkeologi Nasional,

Adhi Agus Oktaviana PENGAPLIKASIAN PLUGIN DSTRETCH PADA PEREKAMAN GAMBAR CADAS DI INDONESIA. Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, PENGAPLIKASIAN PLUGIN DSTRETCH PADA PEREKAMAN GAMBAR CADAS DI INDONESIA Adhi Agus Oktaviana Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Jln. Raya Condet Pejaten No.4, Jakarta Pos-el: aaoktaviana@gmail.com - Diskusi

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR: KEP-05/BAPEDAL/09/1995 TENTANG SIMBOL DAN LABEL LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR: KEP-05/BAPEDAL/09/1995 TENTANG SIMBOL DAN LABEL LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN [Home] KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR: KEP-05/BAPEDAL/09/1995 TENTANG SIMBOL DAN LABEL LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB V DASAR BERGANDA ( DOUBLE BOTTOM )

BAB V DASAR BERGANDA ( DOUBLE BOTTOM ) BAB V DASAR BERGANDA ( DOUBLE BOTTOM ) PENGERTIAN DASAR BERGANDA Dasar Berganda ialah bagian dari konstruksi kapal yang dibatas, Bagian bawah - Oleh kulit kapal bagian bawah ( bottom shell planting ) Bagian

Lebih terperinci

HUBUNGAN SATUAN PANJANG DENGAN DERAJAT

HUBUNGAN SATUAN PANJANG DENGAN DERAJAT GEOMETRI BIDANG Pada bab ini akan dibahas bentuk-bentuk bidang dalam ruang dimensi dua, keliling serta luasan dari bidang tersebut, bentuk ini banyak kaitannya dengan kegiatan ekonomi (bisnis dan manajemen)

Lebih terperinci

GERGAJI TANGAN PADA KERJA BANGKU

GERGAJI TANGAN PADA KERJA BANGKU GERGAJI TANGAN PADA KERJA BANGKU Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah mempelajari bahan ajar ini peserta diklat akandapat : 1. Menjelaskan jenis-jenis gergaji tangan 2. Menjelaskan karakteristik gergaji

Lebih terperinci

Bab 6 - Segitiga dan Segi Empat

Bab 6 - Segitiga dan Segi Empat Gambar 6.1 Keindahan panorama yang diperlihatkan layar-layar perahu nelayan di bawah cerah matahari di Bali Sumber: Indonesia Untaian Manikam di Khatulistiwa Perhatikan gambar 6.1 di atas! Perahu layar

Lebih terperinci

DATA RUMAH ADAT DI JAWA BARAT

DATA RUMAH ADAT DI JAWA BARAT DATA RUMAH ADAT DI JAWA BARAT 1. Nama : Rumah Adat Citalang : Desa Citalang, Kecamatan Purwakarta, Kabupaten Purwakarta : Pemukiman di Desa Citalang menunjukkan pola menyebar dan mengelompok. Jarak antara

Lebih terperinci

MASA BERCOCOK TANAM DAN DAN BERTERNAK a. Kehidupan sosial-ekonomi Manusia Purba pada Masa Bercocok Tanam Kehidupan manusia senantiasa mengalami

MASA BERCOCOK TANAM DAN DAN BERTERNAK a. Kehidupan sosial-ekonomi Manusia Purba pada Masa Bercocok Tanam Kehidupan manusia senantiasa mengalami MASA BERCOCOK TANAM DAN DAN BERTERNAK a. Kehidupan sosial-ekonomi Manusia Purba pada Masa Bercocok Tanam Kehidupan manusia senantiasa mengalami perkembangan. Perkembangan itu dapat disebabkan karena ada

Lebih terperinci

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas Kekuatan otot adalah tenaga, gaya, atau tegangan yang dapat dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot pada suatu kontraksi dengan beban maksimal. Otot-otot tubuh

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN ILUSTRASI MANUAL BERWARNA KARYA RUKMUNAL HAKIM

BAB IV KAJIAN ILUSTRASI MANUAL BERWARNA KARYA RUKMUNAL HAKIM BAB IV KAJIAN ILUSTRASI MANUAL BERWARNA KARYA RUKMUNAL HAKIM Penyandang buta warna tentu memiliki sesuatu hal yang mempengaruhinya dalam proses pembuatan karya visualnya. Adler (seperti dikutip Damajanti,

Lebih terperinci

1. PENGENALAN ALAT KERJA BANGKU

1. PENGENALAN ALAT KERJA BANGKU 1. PENGENALAN ALAT KERJA BANGKU A. Tujuan 1. Menyebutkan macam-macam jenis alat tangan dan fungsinya. 2. Menyebutkan bagian-bagian dari alat-alat tangan pada kerja bangku. 3. Mengetahui bagaimana cara

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kapal Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kapal Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan Kapal perikanan merupakan kapal yang digunakan untuk aktivitas penangkapan ikan di laut (Iskandar dan Pujiati, 1995). Kapal perikanan adalah kapal yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PENENTUAN BATAS DAERAH

BAB II TINJAUAN UMUM PENENTUAN BATAS DAERAH BAB II TINJAUAN UMUM PENENTUAN BATAS DAERAH Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 18 menetapkan bahwa wilayah daerah provinsi terdiri atas wilayah darat dan wilayah laut sejauh

Lebih terperinci

A. LATIHAN SOAL UNTUK KELAS 9A

A. LATIHAN SOAL UNTUK KELAS 9A A. LATIHAN SOAL UNTUK KELAS 9A. Hasil dari 5 ( 6) + 24 : 2 ( 3) =... A. -5 B. -6. 0 D. 6 2. Hasil dari 2 : 75% + 8,75 =... A. 4 B. 5. 6 D. 7 3. Uang Irna sama dengan 2 3 uang Tuti. Jika jumlah uang mereka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah observasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional atau studi belah lintang dimana variabel

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP-05/BAPEDAL/09/1995 TENTANG SIMBOL DAN LABEL

LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP-05/BAPEDAL/09/1995 TENTANG SIMBOL DAN LABEL LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP-05/BAPEDAL/09/1995 TENTANG SIMBOL DAN LABEL LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN SIMBOL DAN LABEL LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN KOTABARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN LAMPIRAN 1. SURAT IJIN PENELITIAN LAMPIRAN 2. SURAT KETERANGAN SELESAI PENELITIAN LAMPIRAN 3 KUESIONER PENELITIAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PETANI PEMETIK KOPI DI DUSUN BANUA TAHUN 2015 Karakteristik

Lebih terperinci

MODEL KERAH JAS, KERAH SETALI, KERAH FRILLS DAN JABOT SERTA CARA MEMBUAT POLANYA

MODEL KERAH JAS, KERAH SETALI, KERAH FRILLS DAN JABOT SERTA CARA MEMBUAT POLANYA MODEL KERAH JAS, KERAH SETALI, KERAH FRILLS DAN JABOT SERTA CARA MEMBUAT POLANYA Oleh : As-as Setiawati Kerah Jas dan Kerah Setali Kerah jas adalah kerah yang dilengkapi dengan rever (kelepak), letak kerah

Lebih terperinci

BAB X PINTU DAN JENDELA

BAB X PINTU DAN JENDELA A. Pendahuluan BAB X PINTU DAN JENDELA Pintu dan jendela merupakan konstruksi yang dapat bergerak, bergeraknya pintu atau jendela dipengaruhi oleh peletakan/penempatan, efisiensi ruang dan fungsinya. Dalam

Lebih terperinci

Okulasi Cokelat Pada Tanaman Karet

Okulasi Cokelat Pada Tanaman Karet Okulasi Cokelat Okulasi Cokelat Pada Tanaman Karet Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi Pelaksanaan okulasi untuk jenis okulasi cokelat agak berbeda

Lebih terperinci

Verifikasi dan Validasi Pembelajaran, Warisan Budaya Tak Benda dan Kelembagaan. Kab. Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah

Verifikasi dan Validasi Pembelajaran, Warisan Budaya Tak Benda dan Kelembagaan. Kab. Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Verifikasi dan Validasi Pembelajaran, Warisan Budaya Tak Benda dan Kelembagaan. Kab. Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah Foto tanggal 06 07 Agustus 2016 Pusat Data dan

Lebih terperinci

METRIG (MEJA TRIGONOMETRI)

METRIG (MEJA TRIGONOMETRI) Sasaran METRIG (MEJA TRIGONOMETRI) Siswa SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK/MAK. Indikator o membangun konsep jenis-jenis sudut; o membangun konsep jenis-jenis segitiga; o menggunakan konsep keliling segitiga;

Lebih terperinci

A. Anatomi dan morfologi Gigi Permanen 1. Gigi Incisivus Tetap Pertama Atas

A. Anatomi dan morfologi Gigi Permanen 1. Gigi Incisivus Tetap Pertama Atas A. Anatomi dan morfologi Gigi Permanen 1. Gigi Incisivus Tetap Pertama Atas Gigi Incisivus sentral atas adalah gigi kesatu di rahang atas, yang terletak dikiri kanan dari garis tengah / median (Itjingningsh,

Lebih terperinci

MENGGAMBAR GARIS. Yesi Marlina 87678/2007

MENGGAMBAR GARIS. Yesi Marlina 87678/2007 MENGGAMBAR GARIS A. Memilih Peralatan dan Perlengkapan Gambar 1) Meja Gambar Meja gambar yang baik mempunyai bidang permukaan yang rata tidak melengkung. Meja tersebut terbuat dari kayu yang tidak terlalu

Lebih terperinci

BAB II MATERI. sejajar dengan garis CD. B

BAB II MATERI. sejajar dengan garis CD. B BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penulisan makalah ini merupakan pemaparan mengenai definisi garis sejajar, jarak dan jumlah sudut. Dengan materi yang diambil dari sumber tertentu. Pembahasan ini terkhusus

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN Kegiatan penelitian ini mengambil data tentang profil kemampuan spasial siswa SMP pada materi geometri bangun ruang sisi datar ditinjau dari kemampuan Rigorous Mathematical

Lebih terperinci

Cara Menjahit Gamis Resleting Depan

Cara Menjahit Gamis Resleting Depan Cara Menjahit Gamis Resleting Depan Dilarang Keras Memproduksi, Memperbanyak dan mendistribusikan baik keseluruhan maupun sedikit dari isi ebook ini dalam bentuk Apapun tanpa seizin penulis. Untuk menghemat

Lebih terperinci

BAB. Bentuk Permukaan Bumi

BAB. Bentuk Permukaan Bumi BAB 8 Bentuk Permukaan Bumi Ketika sedang belajar IPA, ibu guru bertanya kepada Dimas. "Ayo, sebutkan, terdiri dari apakah permukaan bumi kita?" Dimas menjawab, "Permukaan bumi kita terdiri atas daratan

Lebih terperinci

Keg. Pembelajaran 2 : Praktik Mekanik dan Tindakan Keselamatan Kerja di Bengkel

Keg. Pembelajaran 2 : Praktik Mekanik dan Tindakan Keselamatan Kerja di Bengkel Keg. Pembelajaran 2 : Praktik Mekanik dan Tindakan Keselamatan Kerja di Bengkel 1. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah mempelajari materi kegiatan pembelajaran ini mahasiswa/peserta PPG akan dapat : 1)

Lebih terperinci

BAB II TABUNG, KERUCUT, DAN BOLA. Memahami sifat-sifat tabung, kerucut dan bola, serta menentukan ukurannya

BAB II TABUNG, KERUCUT, DAN BOLA. Memahami sifat-sifat tabung, kerucut dan bola, serta menentukan ukurannya BAB II TABUNG, KERUCUT, DAN BOLA Tujuan Pembelajaran Memahami sifat-sifat tabung, kerucut dan bola, serta menentukan ukurannya A. Pendahuluan Istilah tabung, kerucut, dan bola di sini adalah istilah-istilah

Lebih terperinci

- Segitiga dengan dua sisinya sama panjang dan terbentuk dari dua segitiga siku-siku yang kongruen disebut segitiga samakaki

- Segitiga dengan dua sisinya sama panjang dan terbentuk dari dua segitiga siku-siku yang kongruen disebut segitiga samakaki SEGITIG DN SEGIEMPT. SEGITIG 1. Mengenal Segitiga Jika persegi panjang PQRS dipotong melalui diagonal PR, maka akan didapat dua bangun yang berbentuk segitiga yang sama dan sebangun atau kongruen. Semua

Lebih terperinci

Cara Membuat Kepiting dari Daun Kelapa (Janur) Mainan Tradisional Kepiting dari Janur (Daun Kelapa Muda)

Cara Membuat Kepiting dari Daun Kelapa (Janur) Mainan Tradisional Kepiting dari Janur (Daun Kelapa Muda) Cara Membuat Kepiting dari Daun Kelapa (Janur) Mainan Tradisional Kepiting dari Janur (Daun Kelapa Muda) Saya rasa bentuk kerajinan tangan anak (prakarya) dari daun kelapa muda (janur) ini merupakan salah

Lebih terperinci

ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR BANGUNAN

ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR BANGUNAN ELEMEN-ELEMEN BANGUNAN Struktur bangunan adalah bagian dari sebuah sistem bangunan yang bekerja untuk menyalurkan beban yang diakibatkan oleh adanya bangunan di atas tanah. Fungsi struktur dapat disimpulkan

Lebih terperinci

MENGGAMBAR PERSPEKTIF

MENGGAMBAR PERSPEKTIF BAB III MENGGAMBAR PERSPEKTIF Standar Kompetensi : Menerapkan Prinsip-prinsip seni grafis dalam desain komunikasi visual untuk MM Kompetensi Dasar : Menggambar Perspektif Materi Pembelajaran : Teknik menggambar

Lebih terperinci

機車標誌 標線 號誌是非題 印尼文 第 1 頁 / 共 15 頁 題號答案題目圖示題目. 001 X Tikungan beruntun, ke kiri dahulu. 002 O Persimpangan jalan. 003 X Permukaan jalan yang menonjol

機車標誌 標線 號誌是非題 印尼文 第 1 頁 / 共 15 頁 題號答案題目圖示題目. 001 X Tikungan beruntun, ke kiri dahulu. 002 O Persimpangan jalan. 003 X Permukaan jalan yang menonjol 001 X Tikungan beruntun, ke kiri dahulu 002 O Persimpangan jalan 003 X Permukaan jalan yang menonjol 004 O Turunan berbahaya 005 O Jembatan sempit 006 O Bundaran 007 X alan sempit 008 O Rel kereta api

Lebih terperinci

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta A. Peta Dalam kehidupan sehari-hari kamu tentu membutuhkan peta, misalnya saja mencari daerah yang terkena bencana alam setelah kamu mendengar beritanya di televisi, sewaktu mudik untuk memudahkan rute

Lebih terperinci