BAB V PENUTUP. Pemanfaatan gua-gua atau ceruk di sekitar pegunungan karst berasal dari Asia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V PENUTUP. Pemanfaatan gua-gua atau ceruk di sekitar pegunungan karst berasal dari Asia"

Transkripsi

1 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Pemanfaatan gua-gua atau ceruk di sekitar pegunungan karst berasal dari Asia Tenggara menjelang akhir plestosen, yang didasarkan akan adanya kebutuhan manusia akan tempat yang aman untuk berlindung baik dari binatang buas maupun dari bencana alam. Hal ini yang kemudian melatarbelakangi mereka untuk bertempat tinggal dan melakukan aktifitas di dalam gua/ceruk. Data yang diperoleh pada situs-situs yang ada di sekitar kawasan karst menunjukkan, manusia pendukung kebudayaan dalam gua, sudah mengenal adanya pembagian ruang yang bersifat profal dan sakral, dinding/atap gua juga dimanfaatkan sebagai media lukis. Perkembangan selanjutnya juga ditemukan adanya bentuk penguburan dalam gua. Seperti yang terdapat pada Situs Gua Pondok Selabe 1, Situs Gua Tritis, Situs Gua (song) Braholo, Situs Gua (song) Keplek, Situs Gua Terus, Situs Song Gentong, Situs Gua Lawa, Situs Gua Sodong, Situs Gua Marjan, Situs Liang Bua. Dan pada awal holosen, ditemukan penguburan di bentang alam di Alur Itam, Sukajadi. Bentuk penguburan terus mengalami perkembangan yang cukup signifikan hal ini terlihat dari pemanfaatan batu sebagai media kubur yang cukup bervariasi yang banyak ditemukan seperti sakropagus, pandusa, kalamba, kubur batu, waruga, watulumu dan sebagainya. Selain itu, kayu juga digunakan sebagai media kubur di sebagain wilayah indonesia bagian timur, salah satu daerah yang kaya akan tinggalan tersebut berada di pulau Sulawesi atau tepatnya yang berada di wilayah budaya suku Toraja, bahkan tradisi penguburan masih berlanjut hingga kini dan juga beberapa tempat lain di wilayah Nusantara. 100

2 Penelitian terhadap wadah kubur dari kayu di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat mulai mendapat perhatian akhir tahun 80-an, baik dari kalangan mahasiswa maupun dari peneliti dari instansi tertentu. Tercatat beberapa mahasisiwa arkeologi melakukan penelitian terkait dengan hal ini yang dibuat dalam karya ilmiah (skripsi). Tercatat ada 15 orang melakukan penelitian terkait wadah kubur, yaitu Leoran(1989), Ruben Girikan (1989), Jampi (1990), Amar Busthanul (1991), Muh.Hasyim (1991), Abu Thalib(1992), Hasna Lili Patilak (1992), Daniel Tandibali (1992), Abdul Haris (1993), Markus Pappang (1994), Marnice (2003), bentuk penelitian yang dilakukan bersifat deskripsi analitik atau merupakan suatu tinjauan arkeologi. Penelitian lebih lanjut kemudian di lakukan oleh Harsyad (1993) dan Faiz (2009) yang melakukan studi komparasi terhadap tinggalan yang ada di selayar dan bulukumba untuk mencoba menggambarkan konsep penguburan dengan mengambil data etnografi Toraja. Awal tahun 2000 sejumlah penelitian dilakukan oleh Balai Arkeologi Makassar dan penelitian lainnya, yang dimuat dalam jurnal Walannae seperti yang dilakukan oleh Bernadeta AKW (2007) yang menulis Erong salah satu bentuk wadah kubur di Tana Toraja, sulawesi selatan, dan pada tahun 2009 juga menulis Bentuk-bentuk wadah penguburan dalam sistem kepercayaan masyarakat Mamasa, Sulawesi Barat, dalam penelitian ini bersifat deskripsi analitik yang berusaha mendata sebanyak mungkin temuan wadah kubur yang ada dan mengkaji makna dibalik ukiran yang ada. Lebih jauh lagi, penelitian dilakukan oleh Akin Duli (2011) yang tertuang dalam tulisan kajian terhadap bentuk-bentuk penguburan kayu di Mamasa, Sulawesi Barat dari hasil penelitian ini bukan hanya deskripsi analitik saja tetapi pengambilan sampel untuk pertanggalan juga dilakukan. 101

3 Terkait dengan penelitian yang dijabarkan, penelitian yang bersifat komparasi sudah pernah dilakukan (Faiz dan Harsyad), tetapi situs yang dijadikan sampel utama berada di daerah lain tidak berada dalam wilayah budaya Toraja. Sedangkan penelitian yang penulis lakukan juga melakukan studi komparasi terhadap wadah kubur pada tiga situs yang berbeda dalam satu wilayah budaya, guna mengetahui persamaan dan perbedaannya dan berikut kesimpulannya: NO KATEGORI YANG DIBANDINGKAN PERSAMAAN PERBEDAAN ENREKANG TORAJA MAMASA ENREKANG TORAJA MAMASA PERAHU PERAHU (BANGKA- BANGKA) KERBAU (TEDONG- 1 BENTUK/JENIS W.K PERAHU KERBAU TIDAK ADA BENTUK BINATANG TEDONG) BENTUK BABI KERBAU DENGAN KEPALA KUDA RUMAH ADAT RUMAH ADAT DIBENTUK DARI SEBATANG KAYU DIBUAT MENYERUPAI RUMAH, BUKAN LAGI DARI SEBATANG KAYU 2 RAGAM HIAS W.K PA'SUSUK PA'SUSUK MEMILIKI BANYAK RAGAM HIAS MEMILIKI BANYAK RAGAM HIAS HANYA MEMILIKI SATU RAGAM HIAS RAGAM HIASNYA SUDAH MULAI BERKEMBANG DENGAN BERBAGAI VARIASI DAN DITERAPKAN PADA HAMPIR SEMUA WADAH KUBUR MEMILIKI BANYAK VARIASI RAGAM HIAS TAPI HANYA DITERAPKAN PADA BEBERAPA WADAH KUIBUR SAJA 3 UKURAN W. K LEBIH DOMINAN UKURAN BESAR LEBIH DOMINAN UKURAN BESAR LEBIH DOMINAN UKURAN BESAR UKURAN BESAR LEBIH DOMINAN PADA BENTUK PERAHU UKURAN BESAR LEBIH DOMINAN PADA RUMAH ADAT DAN PERAHU UKURAN BESAR LEBIH DOMINAN PADA TEDONG-TEDONG DAN PERAHU TULANG-TULANG MANUSIA TULANG-TULANG MANUSIA DITEMUKAN PADA SETIAP WADAH 4 BEKAL KUBUR/TEMUAN LAIN TULANG-TULANG MANUSIA HANYA BEBERAPA WADAH SAJA DITEMUKAN TULANG DITEMUKAN PADA SETIAP WADAH TAU-TAU DAN KANDEA DULANG TAU-TAU DAN KANDEA DULANG DITEMUKAN FRAGMEN GERABAH, RAHANG BABI, GELANG KERANG DAN GELANG PERUNGGU CUNGKIL PAHAT CUNGKIL SAMBUNG BERMOTIF CUNGKIL SAMBUNG 5 TEKNIK PEMBUATAN W.K CUNGKIL CUNGKIL CUNGKIL TEKNIK PENGERJAAN MASIH SEDERHANA TEKNIK PENGERJAN BERADA PADA SEMI KOMPLEKS SUDAH MENUNJUKKAN PADA TINGKAT YANGKOMPLEKS 102

4 NO KATEGORI YANG DIBANDINGKAN PERSAMAAN PERBEDAAN ENREKANG TORAJA MAMASA ENREKANG TORAJA MAMASA DI DALAM CERUK DI TEBING BATU KAPUR DI ATAS BUKIT 6 LETAK WADAH KUBUR DI PEGUNUNGAN KAPUR DI PEGUNUNGAN KAPUR DI DAERAH KETINGGIAN DIBAGI DALAM BEBERAPA CHAMBER DI GANTUNG, DI TOPANG, DIATAS TANAH DILETAKKAN BERJEJER DI BAWAH SEBUAH TADANG 7 BAHAN W.K KAYU KAYU KAYU BITTI URU URU 8 ARAH DAPAT W.K PENENTUAN ARAH HADAP DILAKUKAN BERDASARKAN PADA JUMLAH DOMINAN WADAH YANG MENGADAP KE ARAH PENENTUAN ARAH HADAP DILAKUKAN BERDASARKAN PADA JUMLAH DOMINAN WADAH YANG MENGADAP KE ARAH UTARA SELATAN MENGARAH PADA GUNUNG APA?? ADA BEBERAPA WADAH YANG MENGHADAP KE UTARA SELATAN DAN ADA JUGA WADAH YANG MENGHADAP TIMUR BARAT UNTUK DI SITUS BUNTU BALLA TEMUANNYA MENGHADAP KE TIMUR BARAT, SEDANGKAN TADANG NYA MENGHADAP UTARA- SELATAN DAN DI PALADAN MENGHADAP KE UTARA SELATAN 9 FUNGSI W.K PENGUBURAN PENGUBURAN PENGUBURAN PRIMER SEKUNDER SEKUNDER 10 PENGUNAAN WARNA TIDAK ADA TIDAK ADA TIDAK ADA PADA SITUS BUNTU BALLA TIDAK ADA TIDAK ADA PADA SITUS PALADAN TERDAPAT PENGGUNAAN WARNA Dari pemaparan tabel di atas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Bentuk wadah kubur yang ada di Enrekang dapat dikatakan merupakan bentuk awal dari penguburan orang Toraja, yaitu bentuk perahu. Hal ini terkait dengan asal usul nenek moyang mereka yang datang dengan menggunakan perahu, disamping itu wadah kubur berbentuk perahu tidak hanya ditemukan disini saja bahkan di luar Sulawesi seperti di Mentawai, masyarakat yang tinggal di Siberut, Tanibar, di Kepulauan Kei, di Irian Barat Daya, di Sumba disebut kabang (kapal), di Pulau Roti disebut kopa tuwo (perahu), masyarakat Ngajuk di Kalimatan menyebut kariring (bangunan makam yang mirip bentuk perahu), yang hampir semuanya mempunyai bentuk menyerupai perahu. Jadi bentuk awal dari wadah kubur ialah bentuk perahu. 103

5 2. Dilihat dari seni ragam hias yang digunakan yakni ragam hias pasusuk berupa ragam hias berbentuk garis-garis vertikal yang ada di Situs Liang Datu dan beberapa situs lainnya di Enrekang, bentuk ragam hias ini termasuk salah satu dari 4 dasar ragam hias toraja. Sedangkan di Toraja dan Mamasa bentuk ragam hiasnya sudah lebih bervariasi. 3. Dilihat dari aspek bentuk pengerjaannya, bentuk yang ada di Enrekang menunjukkan bentuk pengerjaan yang sederhana berupa bentuk persegi empat saja. Kemudian mulai berubah menjadi bentuk lonjong dan bahkan sudah ada bentuk wadah kubur yang dalam pengerjaannya sudah menggunakan teknik sambung dengan pengerjaan yang lebih halus dan motif hias yang mulai berkembang seperti yang ada di Toraja dan Mamasa. 4. Bentuk penguburan yang ada di ketiga tempat tersebut memiliki kesamaan dengan bentuk penguburan yang ada di dataran Cina selatan, yang memanfaatkan tebing ataupun ceruk pada bukit karst. Hal ini mengindikasikan adanya kesamaan budaya yang ada dengan didukung data arkeologis yang memang membenarkan adanya proses migrasi bangsa Austronesia yang berasal dari cina selatan ke Nusantara. 5. Dan jika dilihat dari segi fungsi wadah kubur dan dikaitkan dengan temuan tulang-tulang yang ada, bisa dikatakan duni awalnya difungsikan sebagai penguburan primer, seperti yang diketahui, penguburan primer merupakan bentuk awal yang digunakan masyarakat masa lampau. Hasil pemaparan analisis pada masing-masing wadah kubur pada setiap situs, diketahui bahwa sistem kepercayaan, status sosial, sistem teknologi serta ketersediaan bahan di alam menjadi faktor-faktor yang mengakibatkan terjadinya persamaan dan perbedaan tersebut. Seperti pada Situs Liang Datu, dimana dalam kajian bentuk/jenis temuan, ragam hias, letak 104

6 wadah kubur, fungsi, dan arah hadap, itu sangat ditentukan oleh sistem kepercayaan mereka. Dari segi status sosial juga tercermin dari bentuk wadah, ragam hias yang ada, dan ukuran besar kecilnya suatu wadah. Sistem teknologi seperti yang terlihat pada teknik pembuatan dan bentuk ragam hiasnya, yang mengindikaikan bahwa teknik yang digunakan masih sederhana., serta ukuran wadah dimana, besar kecilnya juga dipengaruhi oleh teknologi yang digunakan. Dan yang terakhir, ketersediaan bahan di alam juga menjadi faktor penting seperti dalam penggunakan bahan baku yang dalam hal ini kayu bitti, kayu ini banyak ditemukan di sekitar situs, dan letak wadah kubur yang berada di sebuah gua pada bukit karst dipilih karena ketersediaan tempat tersebut. Pada Situs Kete kesu juga dipengaruhi oleh sistem kepercayaan, status sosial, sistem teknologi dan faktor alam sekitar. Sistem kepercayaan mempunyai pengaruh terhadap bentuk wadah dimana, bentuk perahu dianggap sebagai kendaraan awah dan bentuk binatang yang dianggap memiliki kekuatan magis, serta bentuk ragam hias, fungsi wadah kubur, arah hadap, letak wadah juga mendapat pengaruh sistem kepercayaan. Pengaruh status sosial terlihat pada bentuk/jenis temuan, dimana bentuk Kerbau atau Babi dan bentuk perahu dengan ragam hias yang banyak biasanya diperuntukan bagi kaum bangsawan. Kedua yaitu ragam hias, dimana semakin banyak ragam hias biasanya menunjukkan status sosial, begitupun dengan ukuran, dan letak wadah kubur, semakin tinggi wadah kubur ditempatkan maka itu menunjukkan tingginya status sosial. Faktor alam juga terlihat disini, seperti pada bahan yang digunakan yang dalam hal ini menggunakan kayu uru, dimana kayu ini banyak tumbuh daerah itu dan letak wadah kubur yang memanfaatkan tebing karst. Faktor ke empat yaitu sistem teknologi dimana, hal ini terlihat dari teknik pembuatan wadah kubur yang lebih kompleks dan dari ragam hiasnya yang banyak mengindikasikan pula sistem teknologi yang digunakan. 105

7 Pada Situs Buntu Balla dan Situs Paladan, juga dipengaruhi oleh keempat faktor tersebut, yaitu sistem kepecayaan, status sosial, sistem teknologi dan ketersediaan bahan di alam. Pertama sistem kepecayaan, yang mendapat mengaruh pada bentuk/jenis temuan, ragam hias, fungsi wadah kuur, dan arah hadap suatu wadah kubur. Segi sosial, terlihat dari bentuk wadah kubur, ragam hias, ukuran wadah, dan bekal kubur. Sistem teknologi terlihat pada ragam hias, ukuran wadah, teknik pembuatan yang sudah mengalami perkembangan yang lebih kompleks dan adanya penggunaan warna pada wadah kubur. Dan yang terakhir faktor alam, dimana, kayu uru banyak terdapat di hutam Mamasa, dan letak wadah kubur juga dipengaruhi oleh faktor ini. 5.2 Saran Penelitian ini tidak lepas dari kekurangan, seperti tidak adanya dating kayu untuk pertanggalan yang jelas, dan perlunya pengambilan sampel lebih banyak lagi pada tiap kabupaten guna menarik kesimpulan secara umum. Serta perlunya dilakukan penyelamatan data pada Situs Liang Datu dengan Situs Ketekesu. Khusus untuk Kete kesu, mengingat situs ini dijadikan sebagai objek wisata, sekiranya adanya pagar pembatas di sekitar erong, agar pengunjung tidak dengan leluasa memegang erong. 106

BAB IV ANALISIS WADAH KUBUR. Seperti yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya, penulis menggunakan tahapan

BAB IV ANALISIS WADAH KUBUR. Seperti yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya, penulis menggunakan tahapan BAB IV ANALISIS WADAH KUBUR Seperti yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya, penulis menggunakan tahapan analisis yang bersifat analisis tipologi terhadap wadah kubur. Analisis tipologi ialah suatu bentuk

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. atas berkah, rahmat dan tutunan Nya kepada penulis, sehingga memungkinkan karya ini

KATA PENGANTAR. atas berkah, rahmat dan tutunan Nya kepada penulis, sehingga memungkinkan karya ini KATA PENGANTAR Sembah syukur yang sebesar-besarnya saya hanturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah, rahmat dan tutunan Nya kepada penulis, sehingga memungkinkan karya ini lahir dalam bentuknya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat panjang dan sudah dilakukan nenek moyang mereka sejak ribuan bahkan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat panjang dan sudah dilakukan nenek moyang mereka sejak ribuan bahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberadaan manusia yang ada pada tempatnya sekarang merupakan proses migrasi yang sangat panjang dan sudah dilakukan nenek moyang mereka sejak ribuan bahkan

Lebih terperinci

PRASEJARAH INDONESIA

PRASEJARAH INDONESIA Tradisi Penguburan Jaman Prasejarah Di Liang Bua dan Gua Harimau E. Wahyu Saptomo Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Jakarta PRASEJARAH INDONESIA Prasejarah Indonesia dapat dibagi dua yaitu: - Prasejarah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang Pengertian Megalitik telah banyak disinggung oleh para ahli sebagai suatu tradisi yang menghasilkan batu-batu besar, mengacu pada etimologinya yaitu mega berarti

Lebih terperinci

JEJAK MIGRASI PENGHUNI PULAU MISOOL MASA PRASEJARAH

JEJAK MIGRASI PENGHUNI PULAU MISOOL MASA PRASEJARAH JEJAK MIGRASI PENGHUNI PULAU MISOOL MASA PRASEJARAH Klementin Fairyo (Balai Arkeologi Jayapura) Abstrack Humans and the environment are interrelated and inseparable. Environment provides everything and

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah pikiran yang dapat berbentuk fisik (tangible) dan non-fisik (intangible). Tinggalan fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan masyarakat masa lampau merupakan catatan sejarah yang sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau pegangan hidup bagi masyarakat

Lebih terperinci

1.5 Ruang lingkup dan Batasan Masalah

1.5 Ruang lingkup dan Batasan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gua Pawon dengan segala bentuk temuan prasejarah yang terkandung di dalamnya, begitu juga dengan lingkungannya bila di kaitkan dengan Undang- Undang Nomor 11 Tahun

Lebih terperinci

MASA BERCOCOK TANAM DAN DAN BERTERNAK a. Kehidupan sosial-ekonomi Manusia Purba pada Masa Bercocok Tanam Kehidupan manusia senantiasa mengalami

MASA BERCOCOK TANAM DAN DAN BERTERNAK a. Kehidupan sosial-ekonomi Manusia Purba pada Masa Bercocok Tanam Kehidupan manusia senantiasa mengalami MASA BERCOCOK TANAM DAN DAN BERTERNAK a. Kehidupan sosial-ekonomi Manusia Purba pada Masa Bercocok Tanam Kehidupan manusia senantiasa mengalami perkembangan. Perkembangan itu dapat disebabkan karena ada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan pustaka yang berkaitan dengan topik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kebudayaan yang sangat beraneka ragam. Kebudayaan tersebut tertuang dalam berbagai unsur yaitu kesenian, sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2003: 13). Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar dan lithos yang

BAB I PENDAHULUAN. 2003: 13). Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar dan lithos yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Kebudayaan merupakan hasil karya manusia yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Beberapa kebudayaan diantaranya dimulai pada masa prasejarah yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing

BAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing BAB V KESIMPULAN Barus merupakan bandar pelabuhan kuno di Indonesia yang penting bagi sejarah maritim Nusantara sekaligus sejarah perkembangan Islam di Pulau Sumatera. Pentingnya Barus sebagai bandar pelabuhan

Lebih terperinci

MASA PRA AKSARA DI INDONESIA

MASA PRA AKSARA DI INDONESIA Pola Kehidupan Manusia Purba Manusia Purba di Indonesia Kedatangan Nenek Moyang Bangsa Indonesia A. Pengertian Apakah kalian sudah pernah membuat peristiwa sejarah? Tentunya setiap manusia sudah membuat

Lebih terperinci

TRADISI PENGUBURAN DALAM GUA DAN CERUK PADA MASYARAKAT WEB DI KAMPUNG YURUF DISTRIK WEB KABUPATEN KEEROM

TRADISI PENGUBURAN DALAM GUA DAN CERUK PADA MASYARAKAT WEB DI KAMPUNG YURUF DISTRIK WEB KABUPATEN KEEROM TRADISI PENGUBURAN DALAM GUA DAN CERUK PADA MASYARAKAT WEB DI KAMPUNG YURUF DISTRIK WEB KABUPATEN KEEROM Klementin Fairyo (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract Burial in caves and niches on the Web is a

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu tempat ke tempat yang lain. Selain itu tinggal secara tidak menetap. Semenjak itu pula

Lebih terperinci

Hasil Kebudayaan masa Praaksara

Hasil Kebudayaan masa Praaksara Hasil Kebudayaan masa Praaksara 1. Hasil Kebudayaan Paleolithikum Kebudayan paleolithikum merupakan kebudayaan batu, dimana manusia masih mempergunakan peralatan yang terbuat dari batu, serta teknik pembuatanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup populer di dunia. Gambar cadas merupakan suatu karya manusia

BAB I PENDAHULUAN. cukup populer di dunia. Gambar cadas merupakan suatu karya manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gambar cadas merupakan salah satu tinggalan arkeologi yang cukup populer di dunia. Gambar cadas merupakan suatu karya manusia yang memiliki pola tertentu

Lebih terperinci

RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN

RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN SEJARAH PENEMUAN SITUS Keberadaan temuan arkeologis di kawasan Cindai Alus pertama diketahui dari informasi

Lebih terperinci

02/10/2012. Cupture 2. Sejarah Seni Rupa dan Kebudayaan Indonesia. Oleh: Handriyotopo, M.Sn NEOLITIKUM

02/10/2012. Cupture 2. Sejarah Seni Rupa dan Kebudayaan Indonesia. Oleh: Handriyotopo, M.Sn NEOLITIKUM Cupture 2 Sejarah Seni Rupa dan Kebudayaan Indonesia Oleh: Handriyotopo, M.Sn NEOLITIKUM 1 Kebudayaan Austronesia yang datang dari Yunan, Sungai Yan-Tse atau Mekong, dari Hindia Belakang telah mengubah

Lebih terperinci

KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja

KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja Upacara pemakaman yang dilangsungkan saat matahari tergelincir ke barat. Jenazah dimakamkan di gua atau rongga di puncak tebing batu. Sebagai tanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari budaya karena

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari budaya karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari budaya karena keseluruhan gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Alat tulang merupakan salah satu jenis produk teknologi manusia. Alat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Alat tulang merupakan salah satu jenis produk teknologi manusia. Alat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Alat tulang merupakan salah satu jenis produk teknologi manusia. Alat tulang digunakan sebagai alat bantu dalam suatu pekerjaan. Alat tulang telah dikenal manusia sejak

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.5. Nekara. Arca perunggu. Alat dari besi.

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.5. Nekara. Arca perunggu. Alat dari besi. SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.5 1. Kebudayaan Bascon Hoa bin adalah kebudayaan yang berasal dari wilayah Vietnam utara kemudian masuk ke Indonesia. Berikut

Lebih terperinci

Pengertian. Ragam hias. Teknik. Pada pelajaran Bab 4, peserta didik diharapkan peduli dan melakukan aktivitas berkesenian,

Pengertian. Ragam hias. Teknik. Pada pelajaran Bab 4, peserta didik diharapkan peduli dan melakukan aktivitas berkesenian, Bab 4 Menerapkan Ragam Hias pada Bahan Kayu Alur Pembelajaran Pengertian Menerapkan Ragam Hias pada Bahan Kayu Ragam hias Teknik Menggambar Ragam Hias Ukiran Melukis Ragam Hias di Atas Bahan Kayu Pada

Lebih terperinci

Taufiqurrahman Setiawan (Balai Arkeologi Medan) Abstract

Taufiqurrahman Setiawan (Balai Arkeologi Medan) Abstract LOYANG 1 MENDALI SITUS HUNIAN PRASEJARAH DI PEDALAMAN ACEH Asumsi Awal Terhadap Hasil Penelitian Gua-gua di Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Taufiqurrahman Setiawan (Balai Arkeologi

Lebih terperinci

SIMBOLISME KEPURBAKALAAN MEGALITIK DI WILAYAH PAGAR ALAM, SUMATERA SELATAN

SIMBOLISME KEPURBAKALAAN MEGALITIK DI WILAYAH PAGAR ALAM, SUMATERA SELATAN SIMBOLISME KEPURBAKALAAN MEGALITIK DI WILAYAH PAGAR ALAM, SUMATERA SELATAN AGUS ARIS MUNANDAR Departemen Arkeologi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Disampaikan dalam Seminar Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing yang sangat strategis, yang terletak di tengah-tengah jalur perdagangan yang menghubungkan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia, sehingga kemudian jalur perdagangan berpindah tangan ke para

Lebih terperinci

SEBARAN POTENSI BUDAYA PRASEJARAH DI ENREKANG, SULAWESI SELATAN Distribution of Potential Prehistoric Cultures in Enrekang, South Sulawesi

SEBARAN POTENSI BUDAYA PRASEJARAH DI ENREKANG, SULAWESI SELATAN Distribution of Potential Prehistoric Cultures in Enrekang, South Sulawesi Kapata Arkeologi, 12(2), 113-124 ISSN (cetak): 1858-4101 ISSN (elektronik): 2503-0876 http://kapata-arkeologi.kemdikbud.go.id SEBARAN POTENSI BUDAYA PRASEJARAH DI ENREKANG, SULAWESI SELATAN Distribution

Lebih terperinci

POLA OKUPASI GUA KIDANG: HUNIAN PRASEJARAH KAWASAN KARST BLORA Penelitian ini telah memasuki tahap ke delapan, yang dilakukan sejak tahun 2005.

POLA OKUPASI GUA KIDANG: HUNIAN PRASEJARAH KAWASAN KARST BLORA Penelitian ini telah memasuki tahap ke delapan, yang dilakukan sejak tahun 2005. POLA OKUPASI GUA KIDANG: HUNIAN PRASEJARAH KAWASAN KARST BLORA 2014 Indah Asikin Nurani Penelitian ini telah memasuki tahap ke delapan, yang dilakukan sejak tahun 2005. A. Hasil Penelitian Sampai Tahun

Lebih terperinci

SISTEM PENGUBURAN TERLIPAT TAKENGON Tambahan Data Baru Penguburan Dalam Gua di Indonesia

SISTEM PENGUBURAN TERLIPAT TAKENGON Tambahan Data Baru Penguburan Dalam Gua di Indonesia SISTEM PENGUBURAN TERLIPAT TAKENGON Tambahan Data Baru Penguburan Dalam Gua di Indonesia Taufiqurrahman Setiawan Balai Arkeologi Medan Jalan Seroja Raya Gang Arkeologi no. 1, Medan tokeeptheexplorer@gmail.com

Lebih terperinci

MEDAN TRADITIONAL HANDICRAFT CENTER (ARSITEKTUR METAFORA)

MEDAN TRADITIONAL HANDICRAFT CENTER (ARSITEKTUR METAFORA) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki berbagai ragam budaya yang dilatarbelakangi suku-suku dari daerah setempat. Ragam budaya tersebut memiliki ciri khas masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara Timur. Di pulau ini ditemukan banyak tinggalan arkeologis yang

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara Timur. Di pulau ini ditemukan banyak tinggalan arkeologis yang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pulau Alor merupakan salah satu pulau yang terletak di Kepulauan Nusa Tenggara Timur. Di pulau ini ditemukan banyak tinggalan arkeologis yang diperkirakan berasal dari

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia BAB V PENUTUP Manusia prasejarah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dalam hal ini makanan, telah mengembangkan teknologi pembuatan alat batu. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan mereka untuk dapat bertahan

Lebih terperinci

LAPORAN PENGAMATAN SITUS MANUSIA PURBA SANGIRAN

LAPORAN PENGAMATAN SITUS MANUSIA PURBA SANGIRAN LAPORAN PENGAMATAN SITUS MANUSIA PURBA SANGIRAN Disusun Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Wawasan Budaya Nusantara Dosen Pengampu Ranang Agung S., S.Pd., M.Sn. Sartika Devi Putri E.A.A NIM. 14148115 Angga

Lebih terperinci

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Sejarah

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Sejarah Nama : UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Sejarah Kelas : 7 Waktu : 10.00-11.30 No.Induk : Hari/Tanggal : Senin, 08 Desember 2014 Petunjuk Umum: Nilai : 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam di sekitarnya. Pemanfaatan ini dilakukan sebagai upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. alam di sekitarnya. Pemanfaatan ini dilakukan sebagai upaya untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak dulu manusia memiliki kecenderungan untuk memanfaatkan hasil alam di sekitarnya. Pemanfaatan ini dilakukan sebagai upaya untuk mempertahankan hidup mereka.

Lebih terperinci

JALAN-JALAN JOS AND FRIENDS MAKASSAR TANA TORAJA MAKASSAR 31 MEI 06 JUNI 2015

JALAN-JALAN JOS AND FRIENDS MAKASSAR TANA TORAJA MAKASSAR 31 MEI 06 JUNI 2015 JALAN-JALAN JOS AND FRIENDS MAKASSAR TANA TORAJA MAKASSAR 31 MEI 06 JUNI 2015 Kita jalan-jalan yukkkk, ke Sulawesi Selatan. Kali ini, perjalanan akan menjelajah Sulawesi Selatan. Start dari Makassar dan

Lebih terperinci

NISAN ARCA SITUS MAKAM KUNO MANUBA KECAMATAN MALLUSETASI KABUPATEN BARRU

NISAN ARCA SITUS MAKAM KUNO MANUBA KECAMATAN MALLUSETASI KABUPATEN BARRU NISAN ARCA SITUS MAKAM KUNO MANUBA KECAMATAN MALLUSETASI KABUPATEN BARRU Bau Mene (Balai Arkeologi Jayapua) Abstract Statue tomb at the site of Manuba ancient grave at Mallusetasi District in Barru Residence.

Lebih terperinci

PENGUBURAN MASA LALU DI KAMPUNG BAINGKETE DISTRIK MAKBON KABUPATEN SORONG

PENGUBURAN MASA LALU DI KAMPUNG BAINGKETE DISTRIK MAKBON KABUPATEN SORONG PENGUBURAN MASA LALU DI KAMPUNG BAINGKETE DISTRIK MAKBON KABUPATEN SORONG Rini Maryone (Balai Arkeologi Jayapura, e-mail: maryonerini@gmail.com) Abstract Research on past burials conducted in Sorong is

Lebih terperinci

GERABAH MAMBANG JOMBANG: TRADISI PRASEJARAH YANG MASIH BERLANGSUNG SAMPAI SEKARANG SEBAGAI WUJUD ENKULTURASI. Oleh: Andik Suharyanto

GERABAH MAMBANG JOMBANG: TRADISI PRASEJARAH YANG MASIH BERLANGSUNG SAMPAI SEKARANG SEBAGAI WUJUD ENKULTURASI. Oleh: Andik Suharyanto GERABAH MAMBANG JOMBANG: TRADISI PRASEJARAH YANG MASIH BERLANGSUNG SAMPAI SEKARANG SEBAGAI WUJUD ENKULTURASI Oleh: Andik Suharyanto Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rupa terdiri dari dua jenis yaitu seni rupa murni dan seni rupa terapan.

BAB I PENDAHULUAN. rupa terdiri dari dua jenis yaitu seni rupa murni dan seni rupa terapan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah hasil karya cipta manusia yang memiliki nilai estetik dan nilai artistik. Karya seni rupa tercipta dengan mengolah konsep titik, garis, bidang,

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 3. PERADABAN AWAL INDONESIALatihan Soal 3.1. Menhir. Waruga. Sarkofagus. Dolmen

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 3. PERADABAN AWAL INDONESIALatihan Soal 3.1. Menhir. Waruga. Sarkofagus. Dolmen SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 3. PERADABAN AWAL INDONESIALatihan Soal 3.1 1. Bangunan megalithikum yang berbentuk batu bertingkat berfungsi sebagai tempat pemujaan terhadap nenek moyang disebut...

Lebih terperinci

Kajian Awal Fungsi Gua dan Wilayah Sebaran Situs Gua Di Maluku dan Maluku Utara. Syahruddin Mansyur*

Kajian Awal Fungsi Gua dan Wilayah Sebaran Situs Gua Di Maluku dan Maluku Utara. Syahruddin Mansyur* Kajian Awal Fungsi Gua dan Wilayah Sebaran Situs Gua Di Maluku dan Maluku Utara Syahruddin Mansyur* Abstract Cave Exploiting tradition have been started since a period Plestocen For till A period of Holocen.

Lebih terperinci

SUKU TORAJA. Rangga Wijaya ( ) Putri Raudya Sofyana ( )

SUKU TORAJA. Rangga Wijaya ( ) Putri Raudya Sofyana ( ) SUKU TORAJA Rangga Wijaya (14148117) Putri Raudya Sofyana (14148140) Geografis dan Wilayah Letak suku Toraja : 119 0-120 0 BT dan 2 0-3 0 LS Terletak di sekitar pegunungan Latimojong dan Quarles. Berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dari gagasan simbol-simbol dan nilai-nilai yang mendasari hasil karya dan

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dari gagasan simbol-simbol dan nilai-nilai yang mendasari hasil karya dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberagaman suku dan budaya yang ada di Indonesia menjadi salah satu ciri khas masyarakat Indonesia. Masing-masing etnis yang ada di Indonesia tentu memiliki keunikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam bahasa Batak disebut dengan istilah gorga. Kekayaan ragam hias

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam bahasa Batak disebut dengan istilah gorga. Kekayaan ragam hias BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia yang memiliki kekayaaan berbagai khasanah ragam hias atau ornamen yang tersebar di wilayah Nusantara, dari Sabang sampai Merauke, masing-masing daerah

Lebih terperinci

BAB 1: SEJARAH PRASEJARAH

BAB 1: SEJARAH PRASEJARAH www.bimbinganalumniui.com 1. Studi tentang kebudayaan adalah suatu studi yang mempelajari... (A) Gagasan-gagasan untuk mewujudkan tindakan dan artefak (B) Kesenian (C) Karya sastra dan cerita rakyat (D)

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Tampak samping Rumah Tongkonan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993)

Gambar 1.1 Tampak samping Rumah Tongkonan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tana Toraja, sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Sulawesi Selatan, merupakan tempat tinggal bagi suku aslinya yaitu Suku Toraja. Kabupaten yang seluruh daerahnya

Lebih terperinci

BERKALA ARKEOLOGI. Churmatin Nasoichah, S.Hum

BERKALA ARKEOLOGI. Churmatin Nasoichah, S.Hum BERKALA ARKEOLOGI terdiri dari dua kata yaitu dan. adalah sebutan dalam Bahasa Sansekerta untuk jenis kerang atau siput laut. dalam mitologi Hindhu digunakan sebagai atribut dewa dalam sekte Siwa dan Wisnu.

Lebih terperinci

POTENSI ARKEOLOGI PRASEJARAH KABUPATEN TANAH BUMBU DAN ANCAMAN YANG DIHADAPINYA

POTENSI ARKEOLOGI PRASEJARAH KABUPATEN TANAH BUMBU DAN ANCAMAN YANG DIHADAPINYA POTENSI ARKEOLOGI PRASEJARAH KABUPATEN TANAH BUMBU DAN ANCAMAN YANG DIHADAPINYA THE POTENCY OF PREHISTORIC ARCHAEOLOGY IN TANAH BUMBU AND ITS THREATENINGS Bambang Sugiyanto Balai Arkeologi Banjarmasin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti batu, sehingga dapat diartikan sebagai batu besar (Soejono, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. berarti batu, sehingga dapat diartikan sebagai batu besar (Soejono, 2010). 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar dan lithos yang berarti batu, sehingga dapat diartikan sebagai batu besar (Soejono, 2010). Sebagian besar tinggalan

Lebih terperinci

Pengertian Seni Kriya, Fungsi, Macam & Contoh Seni Kriya

Pengertian Seni Kriya, Fungsi, Macam & Contoh Seni Kriya Pengertian Seni Kriya, Fungsi, Macam & Contoh Seni Kriya Pengertian Seni Kriya, Fungsi, Macam & Contoh Seni Kriya Secara Umum, Pengertian Seni Kriya adalah sebuah karya seni yang dibuat dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 3 DESKRIPSI MOTIF PERAHU PADA SENI CADAS DI INDONESIA

BAB 3 DESKRIPSI MOTIF PERAHU PADA SENI CADAS DI INDONESIA BAB DESKRIPSI MOTIF PERAHU PADA SENI CADAS DI INDONESIA Berdasarkan data foto dan gambar yang dapat dikumpulkan dari hasil penelitian mengenai seni cadas pada situs-situs di Indonesia dan sekitarnya (Sarawak

Lebih terperinci

KONDISI GEOGRAFIS CHINA

KONDISI GEOGRAFIS CHINA CHINA WILAYAH CINA KONDISI GEOGRAFIS CHINA Dataran tinggi di bagian barat daya China dengan rangkaian pegunungan tinggi yakni Himalaya. Pegunungan ini berbaris melengkung dan membentang dari Hindukush

Lebih terperinci

Pariwisata Indonesia Timur

Pariwisata Indonesia Timur Pariwisata Indonesia Timur Charitas Fibriani, S.Kom, M.Eng SULAWESI GEOGRAFIS musim umumnya yakni musim penghujanan dan musim kemarau, biasanya hari hujan terjadi pada bulan maret. Secara geogafis Sulawesi

Lebih terperinci

MANUSIA WAJAK (HOMO WAJAKENIS) purba, yaitu: Homo (erectus) Soloensis atau yang dikenal juga sebagai Solo Man, dan yang

MANUSIA WAJAK (HOMO WAJAKENIS) purba, yaitu: Homo (erectus) Soloensis atau yang dikenal juga sebagai Solo Man, dan yang MANUSIA WAJAK (HOMO WAJAKENIS) A. PENGERTIAN DAN CIRI MANUSIA WAJAK Manusia Wajak (Homo wajakensis) merupakan satu-satunya temuan di Indonesia yang untuk sementara dapat disejajarkan perkembangannya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. logam tertentu. Kemampuan ini sangat mengagumkan dan revolusioner. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. logam tertentu. Kemampuan ini sangat mengagumkan dan revolusioner. Sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak berubahnya teknologi batu ke teknologi logam, kehidupan manusia dalam segala aspek sosial, politik, maupun ekonomi menjadi semakin maju (Haryono, 2001: 1).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki beraneka ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak jaman kerajaan-kerajaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sofyan Alamhudi, 2014 Kajian Visual Celengan Gerabah Di Desa Arjawinangun Blok Posong Kabupaten Cirebon

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sofyan Alamhudi, 2014 Kajian Visual Celengan Gerabah Di Desa Arjawinangun Blok Posong Kabupaten Cirebon BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sejak zaman dahulu selalu melakukan banyak hal untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dari kebutuhan pokok hingga kepuasan batin. Banyak teori yang mengemukakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN ASTANA GEDE. di Kabupaten Ciamis. Situs Astana Gede merupakan daerah peninggalan

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN ASTANA GEDE. di Kabupaten Ciamis. Situs Astana Gede merupakan daerah peninggalan BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN ASTANA GEDE A. Kesimpulan Astana Gede Kawali adalah salah satu situs bersejarah yang terdapat di Kabupaten Ciamis. Situs Astana Gede merupakan daerah peninggalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pulau Jawa kaya akan peninggalan-peninggalan purbakala, di antaranya ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini tersebar di

Lebih terperinci

MAKNA PENGUBURAN BERSAMA MASA PRASEJARAH DAN TRADISINYA DI SUMATERA BAGIAN UTARA

MAKNA PENGUBURAN BERSAMA MASA PRASEJARAH DAN TRADISINYA DI SUMATERA BAGIAN UTARA MAKNA PENGUBURAN BERSAMA MASA PRASEJARAH DAN TRADISINYA DI SUMATERA BAGIAN UTARA THE MEANING OF PRE-HISTORIC COMMUNAL BURIAL AND ITS TRADITION IN NORTHEN SUMATERA Ketut Wiradnyana Balai Arkeologi Medan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya adalah sebanyak jiwa (Kotabaru Dalam Angka 2014).

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya adalah sebanyak jiwa (Kotabaru Dalam Angka 2014). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memang diberkahi kekayaan potensi pariwisata yang luar biasa. Menyebar luas dari Sabang sampai Merauke, keanekaragaman potensi wisata Indonesia bisa

Lebih terperinci

Identifikasi Jejak Hunian di Situs Song Agung: Kajian Awal atas Hasil Ekskavasi Bulan Maret 2002

Identifikasi Jejak Hunian di Situs Song Agung: Kajian Awal atas Hasil Ekskavasi Bulan Maret 2002 Identifikasi Jejak Hunian di Situs Song Agung: Kajian Awal atas Hasil Ekskavasi Bulan Maret 00 Oleh: J. A. Sonjaya a. Latar Belakang Pada tanggal -3 Maret 00 telah dilakukan ekskavasi di situs Song Agung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Wilayah Kerinci secara administratif merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Wilayah Kerinci secara administratif merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wilayah Kerinci secara administratif merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jambi, wilayahnya mencakup daerah di sepanjang aliran sungai Batang Merangin,

Lebih terperinci

TINGGALAN MEGALITIK DI DESA TUHAHA KECAMATAN SAPARUA KABUPATEN MALUKU TENGAH

TINGGALAN MEGALITIK DI DESA TUHAHA KECAMATAN SAPARUA KABUPATEN MALUKU TENGAH TINGGALAN MEGALITIK DI DESA TUHAHA KECAMATAN SAPARUA KABUPATEN MALUKU TENGAH A. Pendahuluan Maluku merupakan propinsi dengan sebaran tinggalan arkeologis yang cukup beragam. Tinggalan budaya ini meliputi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sudah tersebar diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Tembikar atau keramik atau porselen

BAB II LANDASAN TEORI. sudah tersebar diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Tembikar atau keramik atau porselen BAB II LANDASAN TEORI Cina adalah Negara komunis yang terdiri dari hampir seluruh kebudayaan, sejarah dan geografis. Negara Cina memiliki banyak kebudayaan, namun salah satu kebudayaan yang paling terkenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kawasan karst pada saat ini telah menjadi objek penelitian arkeologi yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kawasan karst pada saat ini telah menjadi objek penelitian arkeologi yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kawasan karst pada saat ini telah menjadi objek penelitian arkeologi yang menarik, karena kawasan karst menjadi bukti berlangsungnya kehidupan pada jaman prasejarah.

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP. Universitas Indonesia

BAB 4 PENUTUP. Universitas Indonesia BAB 4 PENUTUP Tembikar merupakan salah satu tinggalan arkeologi yang penting dalam mempelajari kehidupan manusia masa lalu. Berbagai informasi dapat diperoleh dari artefak berbahan tanah liat ini, mulai

Lebih terperinci

Kebudayaan Ngandong. Di daerah sekitar Ngandong dan Sidorejo dekat Madiun, Jawa Timur, ditemukan

Kebudayaan Ngandong. Di daerah sekitar Ngandong dan Sidorejo dekat Madiun, Jawa Timur, ditemukan Kebudayaan Ngandong Di daerah sekitar Ngandong dan Sidorejo dekat Madiun, Jawa Timur, ditemukan peralatan-peralatan, seperti : a. Kapak genggam. b. Flake merupakan alat-alat serpih atau alat-alat kecil.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki aneka ragam budaya. Budaya pada dasarnya tidak bisa ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan individu yang ada dari

Lebih terperinci

TANA TORAJA P E N G A N T A R P E N G A N T A R K E P E R C A Y A A N. Aluk Todolo. Puang Matua. Desain Interior - Akademi Teknik PIKA 1

TANA TORAJA P E N G A N T A R P E N G A N T A R K E P E R C A Y A A N. Aluk Todolo. Puang Matua. Desain Interior - Akademi Teknik PIKA 1 TANA TORAJA Perkembangan Arsitektur Tradisional Oleh : Eka Kurniawan A.P, ST 1 P E N G A N T A R Nama Toraja diberikan suku Bugis Sidenreng dan suku Luwu. Orang Bugis Sidengreng menyebut orang Toraja dengan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 31 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Bio-Fisik Kawasan Karst Citatah Kawasan Karst Citatah masuk dalam wilayah Kecamatan Cipatat. Secara geografis, Kecamatan Cipatat merupakan pintu gerbang Kabupaten

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Sejarah Desain. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

MODUL PERKULIAHAN. Sejarah Desain. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN Sejarah Seni Rupa Prasejarah Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Teknik Perencanaan & Desain Desain Produk 01 Kode MK Abstract Seni rupa dapat dikatakan sebagai

Lebih terperinci

Kebudayaan Masyarakat Prasejarah di Indonesia. SMA kelas X Semester 2 Tahun 2008/2009 Artmy Tirta Ikhwanto

Kebudayaan Masyarakat Prasejarah di Indonesia. SMA kelas X Semester 2 Tahun 2008/2009 Artmy Tirta Ikhwanto Kebudayaan Masyarakat Prasejarah di Indonesia SMA kelas X Semester 2 Tahun 2008/2009 Artmy Tirta Ikhwanto Kebudayaan Masyarakat Prasejarah di Indonesia z Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Pra-aksara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri khasnya masing-masing. Hal itu bisa dilihat pada pengaruh karya seni rupa peninggalan kerajaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Bangsa bisa disebut juga dengan suku,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 1.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dalam suatu penelitian sangatlah penting, terutama untuk memperoleh pandangan-pandangan dan teori-teori

Lebih terperinci

Pola pemukiman berdasarkan kultur penduduk

Pola pemukiman berdasarkan kultur penduduk Pola Pemukiman Terpusat Pola Pemukiman Linier Pola pemukiman berdasarkan kultur penduduk Adanya pemukiman penduduk di dataran rendah dan dataran tinggi sangat berkaitan dengan perbedaan potensi fisik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta terletak antara 70 33' LS ' LS dan ' BT '

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta terletak antara 70 33' LS ' LS dan ' BT ' BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terletak di bagian selatan tengah Pulau Jawa yang dibatasi oleh Samudera Hindia di bagian selatan dan Propinsi Jawa Tengah

Lebih terperinci

2015 ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

2015 ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Cirebon sejak lama telah mendapat julukan sebagai Kota Wali. Julukan Kota Wali disebabkan oleh kehidupan masyarakatnya yang religius dan sejarah berdirinya

Lebih terperinci

1. WARISAN BUDAYA BENDA DAN TAK BENDA KABUPATEN BULUNGAN. Jenis Warisan Budaya : Cagar Budaya ( Warisan Budaya Benda )

1. WARISAN BUDAYA BENDA DAN TAK BENDA KABUPATEN BULUNGAN. Jenis Warisan Budaya : Cagar Budaya ( Warisan Budaya Benda ) 1. WARISAN BUDAYA BENDA DAN TAK BENDA Jenis Warisan Budaya : Cagar Budaya ( Warisan Budaya Benda ) Jenis Benda ( Cagar Budaya ) : Keraton/Musium Kesultanan Bulungan : Kec. Tanjung Palas. Kab. Bulungan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Secara kronologis, sejarah Indonesia meliputi masa prasejarah, hindu-budha, masa

BAB I. PENDAHULUAN. Secara kronologis, sejarah Indonesia meliputi masa prasejarah, hindu-budha, masa BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara kronologis, sejarah Indonesia meliputi masa prasejarah, hindu-budha, masa pengaruh islam dan masa pengaruh eropa. Bagian yang menandai masa prasejarah, antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. - Arkeologika, benda koleksi merupakan benda objek penelitian ilmu arkeologi.

BAB I PENDAHULUAN. - Arkeologika, benda koleksi merupakan benda objek penelitian ilmu arkeologi. PENDAHULUAN BAB 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Museum Negeri Provinsi Papua telah dirintis sejak tahun 1981/ 1982 oleh Kepala Bidang Permuseuman, Sejarah dan Kepurbakalaan Departemen Pendidikan

Lebih terperinci

POTENSI SITUS GUA HUNIAN PRASEJARAH DI KAWASAN KARST PEGUNUNGAN MERATUS, KALIMANTAN SELATAN

POTENSI SITUS GUA HUNIAN PRASEJARAH DI KAWASAN KARST PEGUNUNGAN MERATUS, KALIMANTAN SELATAN POTENSI SITUS GUA HUNIAN PRASEJARAH DI KAWASAN KARST PEGUNUNGAN MERATUS, KALIMANTAN SELATAN Bambang Sugiyanto* Balai Arkeologi Banjarmasin, Jalan Gotong Royong II, RT 03/06, Banjarbaru 70711, Kalimantan

Lebih terperinci

JEJAK BUDAYA PENUTUR AUSTRONESIA PADA SITUS KAMPUNG FORIR, FAKFAK (The Last Vestiges of The Austronesian Culture in Kampung Forir Site, Fakfak)

JEJAK BUDAYA PENUTUR AUSTRONESIA PADA SITUS KAMPUNG FORIR, FAKFAK (The Last Vestiges of The Austronesian Culture in Kampung Forir Site, Fakfak) JEJAK BUDAYA PENUTUR AUSTRONESIA PADA SITUS KAMPUNG FORIR, FAKFAK (The Last Vestiges of The Austronesian Culture in Kampung Forir Site, Fakfak) Sri Chiirullia Sukandar Balai Arkeologi Jayapura, Jalan Isele,

Lebih terperinci

Cover Page. The handle holds various files of this Leiden University dissertation.

Cover Page. The handle  holds various files of this Leiden University dissertation. Cover Page The handle http://hdl.handle.net/1887/20262 holds various files of this Leiden University dissertation. Author: Tulius, Juniator Title: Family stories : oral tradition, memories of the past,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Deskripsi Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Deskripsi Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1. Deskripsi Judul LASEM HERITAGE CENTER Pendekatan pada Arsitektur Etnik Kontemporer, dari judul tersebut dapat diartikan perkata adalah sebagai berikut : Lasem : Merupakan kota Kecamatan

Lebih terperinci

KUBUR BATU (RETI) DI KAMPUNG KAWANGU KECAMATAN PANDAWAI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

KUBUR BATU (RETI) DI KAMPUNG KAWANGU KECAMATAN PANDAWAI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR KUBUR BATU (RETI) DI KAMPUNG KAWANGU KECAMATAN PANDAWAI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Ni Nyoman Ayu Vidya Trisna Prilyandani 1*, I Wayan Ardika 1, Coleta Palupi Titasari 3 [123] Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam hias atau disebut juga dengan ornamen di Indonesia merupakan kesatuan dari pola-pola ragam hias daerah atau suku-suku yang telah membudaya berabad-abad.

Lebih terperinci

SOAL PRETEST Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang menurut anda benar! 1. Gambar dinding yang tertera pada goa-goa mengambarkan pada jenis binatang yang diburu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan etnis budaya, dimana setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias

BAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias daerah atau suku suku yang telah membudaya berabad abad. Berbagai ragam hias yang ada di

Lebih terperinci

A. KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT

A. KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT ANA DHAOUD DAROIN A. KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PRA-AKSARA DI INDONESIA Bila ditinjau dari sistem mata pencahariannya, perkembangan kehidupan sosial ekonomi masyarakat pra-aksara melelui beberapa

Lebih terperinci

Pengelolaan Situs di Kawasan Kokas Kabupaten Fak-Fak Bau Mene, Balai Arkeologi Jayapura

Pengelolaan Situs di Kawasan Kokas Kabupaten Fak-Fak Bau Mene, Balai Arkeologi Jayapura Pengelolaan Situs di Kawasan Kokas Kabupaten Fak-Fak Bau Mene, Balai Arkeologi Jayapura Abstrak There's a large a mount of archaeological remains in Kokas region, such as rock painting, natural caves used

Lebih terperinci

KAJIAN KERAJINAN UKIRAN KAYU SUKU ASMAT

KAJIAN KERAJINAN UKIRAN KAYU SUKU ASMAT KAJIAN KERAJINAN UKIRAN KAYU SUKU ASMAT Oleh Hernis Novayanti Program Studi Kriya Tekstil dan Mode, Univeristas Telkom. Abstrak Budaya mengukir di Asmat lahir dari upacara keagamaan. Di sebagian daerah,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA DEWA JARA

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA DEWA JARA BAB IV GAMBARAN UMUM DESA DEWA JARA 4.1. Letak Geografis Sumba Tengah Pulau Sumba terletak di barat-daya propinsi Nusa Tenggara Timur-NTT sekitar 96 km disebelah selatan Pulau Flores, 295 km disebelah

Lebih terperinci