BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau
|
|
- Susanti Sugiarto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan masyarakat masa lampau merupakan catatan sejarah yang sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau pegangan hidup bagi masyarakat masa kini dan masa yang akan datang, sehingga perlu untuk tetap mempelajari dan mewariskannya (Koentjaraningrat, 2000: 186). Masa Prasejarah merupakan salah satu kategori dari kebudayaan masa lampau yang pernah berkembang di dunia. Masa Prasejarah merupakan masa yang belum mengenal tulisan. Masa Prasejarah secara umum dibagi menjadi dua model yaitu model teknologis dan model sosial-ekonomis. Model teknologis tersebut dibagi menjadi empat periodisasi yaitu Paleolithikum (Zaman Batu Tua), Mesolithikum (Zaman Batu Tengah), Neolithikum (Zaman Matu Muda), dan Zaman Logam (Soekmono, 1973: 23). Model sosial-ekonomis dibagi pula menjadi empat periodisasi yaitu Masa Berburu dan Meramu Tingkat Sederhana, Masa Berburu dan Meramu Tingkat Lanjut, Masa Bercocok Tanam, dan Masa Perundagian (Poesponogoro dan Notosusanto,1977). Pembabakan model teknologis berdasarkan pada jenis-jenis teknologi yang digunakan oleh manusia pada Masa Prasejarah sebagai sarana untuk mempermudah kegiatan manusia sedangkan pembabakan model sosial-ekonomis berdasarkan pada mata pencaharian manusia pada masa prasejarah untuk memenuhi kebutuhan hidup.
2 2 Zaman Logam meninggalkan cukup banyak bukti tentang aktivitas masa lampau. Wujud fisik hasil kebudayaan Zaman Logam yang paling banyak yaitu artefak yang terbuat dari bahan baku logam. Pada Zaman Logam tidak hanya terdapat artefak yang terbuat dari bahan baku logam saja, melainkan terdapat juga artefak yang terbuat dari bahan baku lainnya seperti dari tanah liat dan dari batu. Peninggalan benda-benda logam menarik perhatian karena pada masa sebelumnya logam belum dikenal, alat-alat yang dikenal pada masa sebelumnya masih terbatas dibuat dari batu, tulang, maupun bahan-bahan lainnya yang dibuat tidak dari bahan logam. Munculnya benda logam pada Zaman Logam tersebut menunjukkan bahwa adanya kemajuan pada peradaban manusia, khususnya perkembangan yang pesat di bidang teknologi. Zaman Logam ini menunjukkan bahwa manusia telah berhasil menguasai pengetahuan tentang teknik peleburan, pencampuran, penempaan, dan pencetakan logam untuk dijadikan alat dalam menunjang kehidupan. Bukti paling awal dari kegiatan teknologi logam ditemukan di daerah Timur Tengah (Irak, Iran,Turki, dan Israel) berupa benda-benda yang terbuat dari tembaga dan berumur sekitar tahun yang lalu, sedangkan temuan benda tembaga di dataran Eropa (Belanda, Swedia, Polandia,dan Bohemia) diduga berasal dari sekitar tahun yang lalu. Di Eropa bagian selatan yaitu di sekitar Kepulauan Aegeon da Ciclades, perunggu mulai dikenal antara tahun sebelum masehi, dan di Asia (India, Pakistan, Vietnam, Thailand, dan Cina) benda-benda perunggu mulai diproduksi dan digunakan sejak SM (Kalky, 1999: 1).
3 3 Zaman Logam di Indonesia berlangsung beberapa abad sebelum masehi atau sekitar tahun yang lalu. Berdasarkan temuan tinggalan arkeologis, Indonesia hanya mengenal alat-alat logam yang terbuat dari perunggu dan besi, sedangkan untuk perhiasan dikenal pula pemakaian emas. Sebagian besar artefak logam yang berkembang pada Zaman Logam dibuat dari bahan perunggu, hanya pada masa akhir digantikan dengan artefak yang dibuat dari bahan besi, sehingga artefak logam yang dominan ditemukan yaitu artefak yang dibuat dari logam perunggu. Logam perunggu merupakan logam yang terbuat dari pencampuran beberapa logam lainnya. Logam yang biasanya digunakan untuk membuat perunggu yaitu logam tembaga (Cu), logam timah (Sn), logam timbal atau timah hitam (Pb), dan logam seng (Zn). Selain logam-logam tersebut di beberapa wilayah juga berkembang pencampuran logam lainnya seperti di Asia Barat Daya dan Eropa dikenal penggunaan logam arsenik (As) sebagai campuran utama untuk membuat logam perunggu (Eton dan Mckerrell dalam Haryono. 2001: 3). Artefak perunggu di Indonesia dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu sebagai alat upacara keagamaan dan sebagai alat kehidupan sehari-hari. Artefak perunggu yang digunakan sebagai alat upacara keagamaan tersebut memiliki arti yaitu sebagai alat untuk melengkapi suatu upacara keagamaan. Alat yang digunakan dalam upacara keagamaan biasanya dalam tahap pembuatannya dilakukan beberapa ritual yang menyebabkan alat ini menjadi suci atau memiliki unsur spiritual yang tinggi. Artefak perunggu yang digunakan sebagai alat kehidupan sehari-hari memiliki arti yaitu sebagai alat yang digunakan
4 4 untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti untuk bertani atau berburu binatang. Alat yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari biasanya memiliki jejak pakai pada sisi tajamannya. Jejak pakai ini dapat berupa goresan panjang atau bercak darah dari binatang. Artefak perunggu yang tersebar di wilayah Indonesia memiliki beragam bentuk dan variasi. Bentuk artefak perunggu yang sering ditemukan di wilayah Indonesia yaitu nekara, kapak perunggu, bejana perunggu, perhiasan, dan senjatasenjata yang terbuat dari perunggu. Berbagai bentuk artefak perunggu yang tersebar di Indonesia memiliki kemiripan dengan artefak perunggu yang ditemukan di wilayah Vietnam dan Thailand, khususnya bentuk dari nekara serta bentuk dari kapak perunggu. Keterangan pertama tentang kapak perunggu diberikan oleh G.E. Rumphius pada awal abad 18. Kapak perunggu secara tipologis dapat digolongkan atas dua golongan yaitu kapak corong dan kapak upacara. H.R. Van Heekeren kemudian mengklasifikasikan kapak perunggu menjadi kapak corong, kapak upacara, dan tembilang atau tajak. Pembagian ini kemudian diperluas lagi oleh R.P. Soejono menjadi 8 tipe pokok, antara lain tipe umum, tipe ekor burung seriti, tipe pahat, tipe tembilang atau tajak, tipe bulan sabit, tipe jantung, tipe candrasa, dan tipe kapak roti. Kapak perunggu di Indonesia tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia, terutama di wilayah Sumatera Selatan, Jawa, Bali, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Pulau Selayar, Flores, Maluku, Pulau Roti, dan Irian dekat Danau Sentani (Poesponogoro dan Notosusanto,1993: 234).
5 5 Pulau Bali sudah sejak lama dikenal sebagai daerah yang kaya akan tinggalan prasejarah, salah satunya yaitu tinggalan dari Zaman Logam. Tinggalan dari Zaman Logam yang cukup banyak ditemukan di Pulau Bali yaitu kapak perunggu. Bentuk-bentuk kapak perunggu yang ditemukan di Pulau Bali menampakkan variasi yang beragam, bahkan beberapa bentuk dikategorikan sebagai tipe lokal, penemuannya terbatas hanya di Pulau Bali. Beberapa variasi bentuk dari kapak perunngu yang ditemukan di Pulau Bali adalah tipe umum, tipe ekor burung seriti, tipe bulan sabit, tipe tajak, dan tipe jantung (Mardika, 1990: 33). Kapak perunggu tipe jantung sampai saat ini hanya ditemukan di Pulau Bali sehingga dapat disimpulkan bahwa kapak perunggu tipe jantung tersebut hanya berkembang di Pulau Bali. Perbedaan yang paling dominan antara kapak perunggu tipe jantung dengan kapak perunggu tipe lainnya terletak pada bentuk mata kapak yang terlihat menyerupai bentuk jantung, sehingga diberi nama kapak perunggu tipe jantung. Dewasa ini kapak perunggu tipe jantung banyak disimpan di instansi-instansi pemerintah seperti di museum atau Balai Arkeologi untuk dipamerkan ataupun untuk diteliti lebih lanjut. Kapak perunggu tipe jantung ini beberapa masih menjadi milik warga masyarakat sekitar yang sebagian besar disimpan di tempat suci. Masyarakat Pulau Bali sampai saat ini mayoritas penganut agama Hindu, dimana perkembangan agama Hindu berdampingan dengan kebudayaan animisme atau memuja roh leluhur melalui sarana-sarana tertentu. Saat ini banyak artefak yang masih disembah sebagai sarana pemujaan roh nenek moyang oleh
6 6 masyarakat Pulau Bali. Terdapat kemungkinan bahwa kapak perunggu tipe jantung yang masih disimpan oleh masyarakat mengalami perubahan makna dan fungsi sebenarnya. Kapak perunggu tipe jantung dapat dikatakan mengalami perubahan makna dan fungsi tersebut karena terdapat pendapat yang mengatakan bahwa kapak tersebut pada mulanya berfungsi sebagai bekal kubur mengingat sering kali kapak tersebut ditemukan pada penguburan primer atau sekunder, sedangkan saat ini kapak tersebut banyak disimpan oleh masyarakat sebagai pratima di Pura. Kapak perunggu tipe jantung memiliki daya tarik yang kuat untuk dijadikan sebagai objek penelitian. Artefak ini hampir ditemukan di seluruh wilayah Pulau Bali mulai dari wilayah pesisir sampai wilayah pedalaman, namun sumber bahan baku dari kapak perunggu tipe jantung masih diperdebatkan karena para ahli berkesimpulan bahwa di Pulau Bali tidak terdapat potensi sumber tambang logam baik itu timah atau tembaga yang menjadi campuran logam untuk pembuatan logam perunggu (Ardika dkk, 2013: 28), sedangkan di luar wilayah Pulau Bali tidak ditemukan kapak perunggu tipe jantung. Hal ini dapat menjadi bukti bahwa pada Zaman Logam sudah terjadi aktivitas perdagangan antarpulau dengan logam timah atau perunggu sebagai komoditi utamanya. Cetakan dari kapak perunggu tipe jantung juga belum ditemukan sampai sekarang sehingga belum diketahui letak dari situs pembuatan kapak perunggu tipe jantung, dibuat di Pulau Bali atau dibuat di luar Pulau Bali. Data penelitian menunjukkan tentang kapak perunggu tipe jantung yang ditemukan di dalam sarkofagus dan ada pula yang ditemukan sebagai temuan lepas serta dilihat dari bentuknya yang memiliki
7 7 corong dengan mata kapak menyerupai bentuk jantung, dapat diperkirakan bahwa artefak ini memiliki berbagai macam fungsi yang belum diketahui sampai saat ini. Kapak perunggu tipe jantung merupakan tipe lokal yang tidak ditemukan di luar Pulau Bali, tetapi data yang khusus tentang kapak tersebut masih kurang. Data penunjang dari kapak perunggu tipe jantung yang masih kurang seperti data komposisi unsur logam sebagai bahan baku, perkiraan umur, persebaran di seluruh Pulau Bali dan lain sebagainya. Data tersebut sangatlah penting untuk merekonstruksi sejarah kebudayaan khususnya yang bersangkutan dengan artefak logam perunggu. Hal ini dikarenakan dari data tersebut dapat dilakukan analisis tentang permasalahan yang lainnya, misalnya dari data kandungan logam yang terdapat pada logam perunggu dapat dilakukan analisis tentang teknik pembuatan kapak perunggu tipe jantung. Hal ini menjadi pertimbangan penulis untuk melakukan penelitian terhadap kapak perunggu tipe jantung. Objek yang diteliti yaitu kapak perunggu tipe jantung koleksi Balai Arkeologi Denpasar (Bali, NTT, NTB), Museum Bali, dan Museum Manusia Purba Gilimanuk. Ketiga lokasi penelitian tersebut merupakan tempat dimana terdapat tiga koleksi kapak perunggu tipe jantung hasil dari penelitian atau hasil laporan dari masyarakat. Fokus penelitian ini yaitu perbedaan diantara ketiga kapak perunggu tipe jantung yang menjadi sampel penelitian khususnya pada persentase campuran logam.
8 8 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. 1. Apa campuran bahan baku kapak perunggu tipe jantung dan bagaimana persentasenya? 2. Bagaimana perbedaan atau persamaan bahan baku campuran logam perunggu pada ketiga sampel kapak perunggu tipe jantung tersebut? 1.3 Tujuan Penelitian Setiap penelitian memiliki tujuan akhir sebagai hasil akhir dari penelitiannya, begitu pula penelitian arkeologi. Tujuan penelitian arkeologi menurut Lewis R. Binford harus diarahkan pada tiga hal pokok, yaitu merekonstruksi sejarah kebudayaan, menyusun kembali cara-cara hidup masyarakat masa lalu, serta berusaha memahami proses perubahan budaya sehingga dapat menjelaskan bagaimana dan mengapa kebudayaan masa lalu mengalami perubahan bentuk, arah, dan kecepatan perkembangannya (Binford dalam Harkantiningsih dkk, 1999: 8). Sehubungan dengan pendapat Binford, Mundarjito (dalam Patridina, 2013: 9) mengatakan bahwa dalam memenuhi tujuan pertama, para arkeolog memusatkan perhatian pada aspek bentuk, ruang, dan waktu. Tujuan kedua dapat dipenuhi dengan cara memusatkan pada aspek fungsi tinggalan arkeologi dengan mengamati konteks. Tujuan ketiga dipenuhi dengan cara memahami proses-proses budaya yang terjadi agar diperoleh penjelasan bagaimana dan mengapa kebudayaan serta masyarakat masa lalu
9 9 mengalami perubahan-perubahan bentuk arah, dan perkembangannya. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk memecahkan masalah yang sudah dirumuskan. Penelitian ini mempunyai dua tujuan pokok yang ingin dicapai yaitu tujuan umum dan tujuan khusus Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini yaitu untuk mengetahui kandungan logam yang digunakan untuk membuat bahan baku kapak perunggu tipe jantung yang berukuran besar, sedang, dan kecil dan untuk mengetahui teknolgi pembuatan dari kapak tersebut. Melalui penelitian ini diharapkan dapat diperoleh gambaran mengenai faktor yang menyebabkan perbedaan dan persamaan dalam hal persentase dan komposisi campuran logam serta untuk mengetahui tentang teknologi yang digunakan untuk membuat kapak perunggu tipe jantung Tujuan Khusus Berdasarkan tujuan umum di atas, tujuan khusus penelitian ini dipaparkan sebagai berikut. a. Mendeskripsikan kandungan campuran logam bahan baku kapak perunggu tipe jantung. b. Mendeskripsikan perbedaan atau persamaan kandungan campuran logam pada ketiga kapak perunggu tipe jantung yang menjadi koleksi Balai Arkeologi Denpasar (Bali, NTT, NTB), Museum Bali dan Museum Manusia Purba Gilimanuk.
10 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang nyata dan jelas bagi kehidupan masyarakat secara umum dan bagi disiplin ilmu arkeologi secara khusus. Manfaat dari penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. Adapun manfaat penelitian ini dirinci sebagai berikut Manfaat Teoretis Manfaat teoretis yang diharapkan dari penelitian ini dijabarkan sebagai berikut. a. Sebagai informasi atau data penunjang untuk mengetahui kandungan campuran logam yang membentuk logam perunggu pada tinggalantinggalan perunggu lainnya. b. Untuk memberikan wawasan budaya serta ilmu pengetahuan khususnya kajian kapak perunggu baik pada bidang ilmu arkeologi maupun bidang ilmu pengetahuan lainnya Manfaat Praktis Manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini dipaparkan sebagai berikut. a. Memberikan manfaat bagi masyarakat umum untuk menumbuhkan penghargaan terhadap kebudayan masa lampau, sehingga masyarakat
11 11 dapat ikut berperan aktif dalam upaya pemeliharaan warisan budaya bangsa. b. Memberikan kontribusi nyata untuk menjadikan kapak perunggu tipe jantung sebagai salah satu warisan budaya yang hanya terdapat di Indonesia khususnya di Pulau Bali. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian sangat diperlukan dalam melakukan sebuah penelitian, hal ini supaya sebuah penelitian tidak menjauh atau melebar dari objek penelitian. Peneliti dalam hal ini merasa perlu memberikan batasan terhadap ruang lingkup, supaya analisis hasil penelitian dapat lebih cermat dan terfokus pada tujuan yang jelas. Ruang lingkup penelitian ini dijelaskan sebagai berikut Ruang Lingkup Objek Penelitian ini terfokus tentang tiga kapak perunggu tipe jantung yang masing-masing tersimpan di tiga instansi pemerintah yang terdapat di Pulau Bali, ketiga instansi pemerintah tersebut yaitu Museum Bali, Museum Manusia Purba Gilimanuk, dan Balai Arkeologi Denpasar (Bali, NTT, NTB). Berdasarkan pada data yang terdapat dalam skripsi I Made Mardika yang selesai pada tahun 1990, di Museum Bali terdapat tiga buah kapak perunggu tipe jantung, tetapi objek penelitian yang digunakan hanya satu kapak perunggu tipe jantung yaitu yang ditemukan di wilayah Taro, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar. Kapak perunggu tipe jantung koleksi Museum Manusia Purba Gilimanuk berjumlah tiga
12 12 buah, dua diantaranya merupakan casting dan hanya satu yang asli. Objek penelitian yang digunakan yaitu kapak perunggu tipe jantung yang asli yang ditemukan di Situs Gilimanuk. Kapak perunggu tipe jantung koleksi Balai Arkeologi Denpasar (Bali, NTT, NTB) yang digunakan sebagai sampel yaitu kapak yang ditemukan di Situs Jambe, Kabupaten Tabanan. Pemilihan ketiga sampel kapak perunggu tipe jantung ini berdasarkan kepada ukuran sampel yang berbeda-beda. Faktor lain yang menjadi pertimbangan yaitu perbedaan lokasi penemuan dari kapak perunggu tipe jantung yang ditemukan di wilayah pedalaman dan di pesisir Ruang Lingkup Permasalahan Cakupan ruang lingkup permasalahan penelitian tidak lepas dari ruang lingkup objek yang sudah dipilih. Pengkajian tentang kapak perunggu tipe jantung ini diawali dengan melakukan penelitian di laboratorium untuk mengetahui campuran logam yang menjadi bahan baku kapak tersebut. Setelah mengetahui kandungan logam pembentuknya dilakukan penghitungan persentase dari unsurunsur pembentuk logam perunggu. Selesai melakukan penelitian mengenai kandungan campuran logam, dilakukan analisis terhadap kandungan campuran logam dari ketiga kapak perunggu tipe jantung yang menjadi sampel dan kemudian menarik simpulan tentang faktor-faktor pendukung yang menyebabkan adanya persamaan atau perbedaan diantara campuran logam dari ketiga kapak perunggu tipe jantung tersebut.
13
Gusti Ngurah Ary Kesuma Puja Program Studi Arkeologi Fakultas Sastra dan Budaya Unud
KAJIAN ELEMENTAL-KUANTITATIF TERHADAP KAPAK PERUNGU TIPE JANTUNG KOLEKSI BALAI ARKEOLOGI DENPASAR (BALI, NTT, NTB), MUSEUM BALI, DAN MUSEUM MANUSIA PURBA GILIMANUK Abstract Gusti Ngurah Ary Kesuma Puja
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 1.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dalam suatu penelitian sangatlah penting, terutama untuk memperoleh pandangan-pandangan dan teori-teori
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. logam tertentu. Kemampuan ini sangat mengagumkan dan revolusioner. Sehingga
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak berubahnya teknologi batu ke teknologi logam, kehidupan manusia dalam segala aspek sosial, politik, maupun ekonomi menjadi semakin maju (Haryono, 2001: 1).
Lebih terperinciSMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 3. PERADABAN AWAL INDONESIALatihan Soal 3.1. Menhir. Waruga. Sarkofagus. Dolmen
SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 3. PERADABAN AWAL INDONESIALatihan Soal 3.1 1. Bangunan megalithikum yang berbentuk batu bertingkat berfungsi sebagai tempat pemujaan terhadap nenek moyang disebut...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2003: 13). Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar dan lithos yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Kebudayaan merupakan hasil karya manusia yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Beberapa kebudayaan diantaranya dimulai pada masa prasejarah yang
Lebih terperinciHasil Kebudayaan masa Praaksara
Hasil Kebudayaan masa Praaksara 1. Hasil Kebudayaan Paleolithikum Kebudayan paleolithikum merupakan kebudayaan batu, dimana manusia masih mempergunakan peralatan yang terbuat dari batu, serta teknik pembuatanya
Lebih terperinciBAB III ZAMAN PRASEJARAH
79 BAB III ZAMAN PRASEJARAH Berdasarkan geologi, terjadinya bumi sampai sekarang dibagi ke dalam empat zaman. Zaman-zaman tersebut merupakan periodisasi atau pembabakan prasejarah yang terdiri dari: A.
Lebih terperinciSMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal ,2,3,4, dan 5. 2,3,4,5, dan 1. 3,4,5,1, dan 2.
1. Perhatikan tahapan zaman pra aksara berikut ini! 1. Mesilitikum 2. Neolitikum 3. Megalitikum 4. Paleolitikum 5. Legam SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah pikiran yang dapat berbentuk fisik (tangible) dan non-fisik (intangible). Tinggalan fisik
Lebih terperinciContoh fosil antara lain fosil manusia, fosil binatang, fosil pepohonan (tumbuhan).
Kehidupan Manusia Pra Aksara Pengertian zaman praaksara Sebenarnya ada istilah lain untuk menamakan zaman Praaksara yaitu zaman Nirleka, Nir artinya tidak ada dan leka artinya tulisan, jadi zaman Nirleka
Lebih terperinciKUMPULAN BENDA-BENDA KOLEKSI BERDASARKAN JAMAN/MASA DARI MUSEUM BULELENG
KUMPULAN BENDA-BENDA KOLEKSI BERDASARKAN JAMAN/MASA DARI MUSEUM BULELENG BENDA-BENDA YANG BERUSIA ABAD KE 10 14 MASEHI 1. BATU PIPISAN Batu Pipisan berkaki ini menyerupai meja dalam ukuran kecil berfungsi
Lebih terperinciBAB 1: SEJARAH PRASEJARAH
www.bimbinganalumniui.com 1. Studi tentang kebudayaan adalah suatu studi yang mempelajari... (A) Gagasan-gagasan untuk mewujudkan tindakan dan artefak (B) Kesenian (C) Karya sastra dan cerita rakyat (D)
Lebih terperinciUnsur Logam pada Genta Kuno Koleksi Museum Blambangan dan Museum Bali: Kajian Elemental-Kuantitatif
Unsur Logam pada Genta Kuno Koleksi Museum Blambangan dan Museum Bali: Kajian Elemental-Kuantitatif I Gede Arya Suartawan 1*, I Wayan Srijaya 2, Rochtri Agung Bawono 3 Prodi Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya,
Lebih terperinciSMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.5. Nekara. Arca perunggu. Alat dari besi.
SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.5 1. Kebudayaan Bascon Hoa bin adalah kebudayaan yang berasal dari wilayah Vietnam utara kemudian masuk ke Indonesia. Berikut
Lebih terperinciMASA BERCOCOK TANAM DAN DAN BERTERNAK a. Kehidupan sosial-ekonomi Manusia Purba pada Masa Bercocok Tanam Kehidupan manusia senantiasa mengalami
MASA BERCOCOK TANAM DAN DAN BERTERNAK a. Kehidupan sosial-ekonomi Manusia Purba pada Masa Bercocok Tanam Kehidupan manusia senantiasa mengalami perkembangan. Perkembangan itu dapat disebabkan karena ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing yang sangat strategis, yang terletak di tengah-tengah jalur perdagangan yang menghubungkan antara
Lebih terperinciMASA PRA AKSARA DI INDONESIA
Pola Kehidupan Manusia Purba Manusia Purba di Indonesia Kedatangan Nenek Moyang Bangsa Indonesia A. Pengertian Apakah kalian sudah pernah membuat peristiwa sejarah? Tentunya setiap manusia sudah membuat
Lebih terperinci02/10/2012. Cupture 2. Sejarah Seni Rupa dan Kebudayaan Indonesia. Oleh: Handriyotopo, M.Sn NEOLITIKUM
Cupture 2 Sejarah Seni Rupa dan Kebudayaan Indonesia Oleh: Handriyotopo, M.Sn NEOLITIKUM 1 Kebudayaan Austronesia yang datang dari Yunan, Sungai Yan-Tse atau Mekong, dari Hindia Belakang telah mengubah
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Secara kronologis, sejarah Indonesia meliputi masa prasejarah, hindu-budha, masa
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara kronologis, sejarah Indonesia meliputi masa prasejarah, hindu-budha, masa pengaruh islam dan masa pengaruh eropa. Bagian yang menandai masa prasejarah, antara
Lebih terperinciZaman Prasejarah. Pengantar
Zaman Prasejarah Pengantar Kebudayaan selalu berubah-ubah, lebih-lebih jika ada sebab dari luar, maka perubahan dalam kebudayaan itu mungkin sangat besar dan luas, sehingga timbul kebudayaan baru Kebudayaan
Lebih terperinciKebudayaan Masyarakat Prasejarah di Indonesia. SMA kelas X Semester 2 Tahun 2008/2009 Artmy Tirta Ikhwanto
Kebudayaan Masyarakat Prasejarah di Indonesia SMA kelas X Semester 2 Tahun 2008/2009 Artmy Tirta Ikhwanto Kebudayaan Masyarakat Prasejarah di Indonesia z Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Pra-aksara
Lebih terperinciBudaya Banten Tingkat Awal
XIX. Budaya Banten Tingkat Awal Penelusuran sejarah kebudayaan manusia sangat diperlukan sebagai rekam jejak untuk mengetahui tingkat peradaan suatu bangsa. Asal usul manusia yang tinggal di wilayah tertentu
Lebih terperinciUJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Sejarah
Nama : UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Sejarah Kelas : 7 Waktu : 10.00-11.30 No.Induk : Hari/Tanggal : Senin, 08 Desember 2014 Petunjuk Umum: Nilai : 1.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan pustaka yang berkaitan dengan topik yang
Lebih terperinciA. KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT
ANA DHAOUD DAROIN A. KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PRA-AKSARA DI INDONESIA Bila ditinjau dari sistem mata pencahariannya, perkembangan kehidupan sosial ekonomi masyarakat pra-aksara melelui beberapa
Lebih terperinciDAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRAK. ABSTRACT... DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL.. DAFTAR LAMPIRAN..
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada penggunaan lambang suatu kerajaan (Zoest, 1993, hal. 6). Simbol
BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Simbol merupakan tanda yang muncul dari kesepakatan sosial, misal pada penggunaan lambang suatu kerajaan (Zoest, 1993, hal. 6). Simbol sangat erat dengan kehidupan
Lebih terperinciOLEH GUSTI NGURAH ARY KESUMA PUJA
SKRIPSI KAJIAN ELEMENTAL-KUANTITATIF TERHADAP KAPAK PERUNGGU TIPE JANTUNG KOLEKSI BALAI ARKEOLOGI DENPASAR (BALI, NTT, NTB), MUSEUM BALI, DAN MUSEUM MANUSIA PURBA GILIMANUK OLEH GUSTI NGURAH ARY KESUMA
Lebih terperinciSILABUS PEMBELAJARAN
SILABUS PEMBELAJARAN Nama Sekolah : Mata Pelajaran : Sejarah Kelas/Semester : X/2 Standar : 2. Menganalisis Peradaban dan Dunia 2.1. Menganalisis Kehidupan Awal Masyarakat Kehidupan Awal Masyarakat Teori
Lebih terperinciBAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi
BAB II DATA DAN ANALISA 2. 1 Data dan Literatur Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh dari: 1. Media elektronik: Internet 2. Literatur: Koran, Buku 3. Pengamatan langsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerang, sekam padi, atau pecahan tembikar yang dihaluskan (grog), mempunyai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desa Sentang adalah sebuah desa yang ada di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Sumatera Utara. Beberapa perempuan di Desa Sentang memiliki keahlian dalam membuat
Lebih terperinciPRASEJARAH INDONESIA
Tradisi Penguburan Jaman Prasejarah Di Liang Bua dan Gua Harimau E. Wahyu Saptomo Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Jakarta PRASEJARAH INDONESIA Prasejarah Indonesia dapat dibagi dua yaitu: - Prasejarah
Lebih terperinciANALISIS BATU BATA. A. Keletakan
ANALISIS BATU BATA Berdasarkan pada hasil penelitian ini dapat dipastikan bahwa di Situs Sitinggil terdapat struktur bangunan berciri masa prasejarah, yaitu punden berundak. Namun, berdasarkan pada hasil
Lebih terperinciManusia Purba Di Indonesia pada Masa Prasejarah
Manusia Purba Di Indonesia pada Masa Prasejarah Masa Prasejarah Indonesia dimulai dengan adanya kehidupan manusia purba yang pada saat itu belum mengenal baca dan tulis. Masa yang juga dikenal dengan nama
Lebih terperinciZaman Prasejarah di Indonesia
Zaman Prasejarah di Indonesia 1. CIRI ZAMAN PRASEJARAH INDONESIA ZAMAN BATU Zaman ini terbagi menjadi 4 zaman yaitu : Palaeolithikum (Zaman Batu Tua) Pada zaman ini alat-alat terbuat dari batu yang masih
Lebih terperinciSOAL PRETEST Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang menurut anda benar! 1. Gambar dinding yang tertera pada goa-goa mengambarkan pada jenis binatang yang diburu
Lebih terperinciJEJAK MIGRASI PENGHUNI PULAU MISOOL MASA PRASEJARAH
JEJAK MIGRASI PENGHUNI PULAU MISOOL MASA PRASEJARAH Klementin Fairyo (Balai Arkeologi Jayapura) Abstrack Humans and the environment are interrelated and inseparable. Environment provides everything and
Lebih terperinciPerkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi
Perkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi Made Reisa Anggarini 1, I Wayan Redig 2, Rochtri Agung Bawono 3 123 Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tenggara Timur. Di pulau ini ditemukan banyak tinggalan arkeologis yang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pulau Alor merupakan salah satu pulau yang terletak di Kepulauan Nusa Tenggara Timur. Di pulau ini ditemukan banyak tinggalan arkeologis yang diperkirakan berasal dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam periodesasinya disebut seni prasejarah indonesia. Seni prasejarah disebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa perkembangan seni rupa Indonesia dimulai sejak zaman prasejarah. Dalam periodesasinya disebut seni prasejarah indonesia. Seni prasejarah disebut juga seni primitif.
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SMA/MA : Mata Pelajaran : Sejarah Kelas/Semester : X/2 Standar Kompetensi : 2. Menganalisa Peradaban Indonesia dan Dunia Kompetensi Dasar : 2.1. Menganalisa Kehidupan
Lebih terperinci1. CIRI ZAMAN PRASEJARAH INDONESIA
ZAMAN PRASEJARAH DI INDONESIA 1. CIRI ZAMAN PRASEJARAH INDONESIA ZAMAN BATU Zaman ini terbagi menjadi 4 zaman yaitu : 1) Palaeolithikum (Zaman Batu Tua), Pada zaman ini alat-alat terbuat dari batu yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia, hal ini disebabkakan oleh kehidupan dan kebudayaan masyarakat Bali yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pulau Bali merupakan salah satu dari kepulauan Indonesia yang terkenal di dunia, hal ini disebabkakan oleh kehidupan dan kebudayaan masyarakat Bali yang
Lebih terperinciKRONOLOGIS. Ilmu tentang waktu yang membantu untuk menyusun peristiwa atau kejadian sejarah sesuai urutan waktu terjadinya
No Soal Lingkup Materi MATERI 1,2,3 Peserta didik memahami dan menguasai tentang : Prinsip-prinsip dasar ilmu sejarah (pengetahuan sejarah, ciri-ciri sejarah, unsur-unsur sejarah, konsep waktu, ruang lingkup,
Lebih terperinciHAKEKAT DAN RUANG LINGKUP SEJARAH
HAKEKAT DAN RUANG LINGKUP SEJARAH Kompetensi Dasar : Kemampuan mendeskripsikan hakekat, ruang lingkup dan prinsip dasar ilmu dan penelitian sejarah Indikator : Memahami pengertian sejarah Mengidentifikasikan
Lebih terperinciZaman Pra- Aksara masa Food Producing
Zaman Pra- Aksara masa Food Producing Syayyidati Aulia Masa food producing adalah masa dimana manusia purba telah bertempat tinggal menetap dan menghasilkan makanan (mengumpulkan makanan), food producing
Lebih terperinciKata Kunci: Punden Berundak, Sumber Belajar Sejarah. Dosen Pembimbing Artikel
Eksistensi Punden Berundak di Pura Candi Desa Pakraman Selulung, Kintamani, Bangli (Kajian Tentang Sejarah dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah) Oleh : I Wayan Pardi, (NIM 0914021066), (e-mail:
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Kepulauan Indonesia adalah tuan rumah budaya megalitik Austronesia di masa lalu
1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepulauan Indonesia adalah tuan rumah budaya megalitik Austronesia di masa lalu dan sekarang. Bangunan megalitik hampir tersebar di seluruh kepulauan Indonesia,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang Pengertian Megalitik telah banyak disinggung oleh para ahli sebagai suatu tradisi yang menghasilkan batu-batu besar, mengacu pada etimologinya yaitu mega berarti
Lebih terperinci1.5 Ruang lingkup dan Batasan Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gua Pawon dengan segala bentuk temuan prasejarah yang terkandung di dalamnya, begitu juga dengan lingkungannya bila di kaitkan dengan Undang- Undang Nomor 11 Tahun
Lebih terperinciSMA A. TRADISI SEJARAH MASYARAKAT INDONESIA MASA PRA AKSARA
JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMA X (SEPULUH) SEJARAH TRADISI SEJARAH MASA PRA AKSARA A. TRADISI SEJARAH MASYARAKAT INDONESIA MASA PRA AKSARA Tradisi masyarakat Indonesia masa pra-aksara Jejak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masuk dan berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masuk dan berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada sekitar abad IV sampai pada akhir abad XV M, telah meninggalkan begitu banyak peninggalan arkeologis.
Lebih terperinciMUNCULNYA MASYARAKAT INDONESIA
MUNCULNYA MASYARAKAT INDONESIA 1. Asal Nama Indonesia 1. Hindia Herodotus (485-425 SM). 2. Nederlandsch Oost Indie Cornelis de Houtman Nederlandsch Indie. 3. Insulinde Edward Douwes Dekker : Multatuli
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pulau Jawa kaya akan peninggalan-peninggalan purbakala, di antaranya ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini tersebar di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut
BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE A. Latar Belakang Indonesia adalah Negara kepulauan yang berada di garis khatulistiwa dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
88 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan dari seluruh uraian bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal terkait dengan hasil penelitian ini sebagai berikut : 1. Dari segi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Katulistiwa. Sejak awal abad Masehi, Pulau Sumatera telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pulau Sumatera atau yang dahulu dikenal dengan nama Pulau Swarnadwipa merupakan pulau terbesar keenam di dunia yang memanjang dari 6 0 Lintang Utara hingga
Lebih terperinci2. Fungsi tari. a. Fungsi tari primitif
2. Fungsi tari Tumbuh dan berkembangnya berbagai jenis tari dalam kategori tari tradisional dan tari non trasional disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor ekternal. Faktor internal
Lebih terperinciTingkatan 1 Sejarah Bab 2: Zaman Pra-Sejarah
Tingkatan 1 Sejarah Bab 2: Zaman Pra-Sejarah Soalan Objektif Pilih jawapan yang paling tepat. 1. Tapak Ekskavasi Penemuan Artifak Zaman Alat batu Hoabinh Paleolitik Berdasarkan jadual di atas, ialah 2.
Lebih terperinci'; Soekanto Soerjono, Prof, Dr, SH, MA, Sosiologi Suatu Ppngantar, CV Rajawali, Jakarta, 1982.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Indonesia mempunyai sejarah kebudayaan yang telah tua, berawal dari masa prasejarah (masa sebelum ada tulisan), masa sejarah (setelah mengenal tulisan)
Lebih terperinci2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Artefak obsidian..., Anton Ferdianto, FIB UI, 2008
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Penelitian Pada awal abad ke 20, Pulau Jawa menjadi pusat penelitian mengenai manusia prasejarah. Kepulauan Indonesia, terutama Pulau Jawa memiliki bukti dan sejarah
Lebih terperinciRencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Standar Kompetensi : Memahami Lingkungan Kehidupan Manusia
70 LAMPIRAN A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) SMP Mata Pelajaran : SMP N 1 Turi : IPS Materi Sejarah Kelas/Semester : VII A / 1 Standar Kompetensi : Memahami Lingkungan Kehidupan Manusia Kompetensi
Lebih terperinciTINGGALAN TRADISI MEGALITIK DI DESA BASANGALAS, KECAMATAN ABANG, KABUPATEN KARANGASEM. Kadek Yogi Prabhawa Program Studi Arkeologi
1 TINGGALAN TRADISI MEGALITIK DI DESA BASANGALAS, KECAMATAN ABANG, KABUPATEN KARANGASEM Kadek Yogi Prabhawa Program Studi Arkeologi Abstrak Archeology studies try to reconstruct human culture in the past
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Pemanfaatan gua-gua atau ceruk di sekitar pegunungan karst berasal dari Asia
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Pemanfaatan gua-gua atau ceruk di sekitar pegunungan karst berasal dari Asia Tenggara menjelang akhir plestosen, yang didasarkan akan adanya kebutuhan manusia akan tempat yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Media tulis prasasti terdiri atas beberapa jenis antara lain :
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prasasti adalah suatu putusan resmi yang di dalamnya memuat sajak untuk memuji raja, atas karunia yang diberikan kepada bawahannya, agar hak tersebut sah dan dapat
Lebih terperinciPengemasan Benda Cagar Budaya sebagai Aset Pariwisata di Papua Klementin Fairyo, Balai Arkeologi Jayapura
Pengemasan Benda Cagar Budaya sebagai Aset Pariwisata di Papua Klementin Fairyo, Balai Arkeologi Jayapura Abstrak The packaging of archaeological remains is the way to advantage archaeological remains
Lebih terperinciBENTUK DAN FUNGSI GERABAH KAWASAN DANAU SENTANI
BENTUK DAN FUNGSI GERABAH KAWASAN DANAU SENTANI Hari Suroto (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract Based on the research done, earthenware is found in Sentani Lake. The earthenware which is found in pieces,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki keragaman budaya, alam dan sejarah peninggalan dari nenek moyang sejak zaman dahulu, terbukti dengan banyaknya ditemukan
Lebih terperinciPOTENSI SITUS GILIMANUK SEBAGAI OBJEK WISATA SEJARAH DI KECAMATAN MELAYA KABUPATEN JEMBRANA SKRIPSI. Oleh. Fera Dwi Yanti NIM
POTENSI SITUS GILIMANUK SEBAGAI OBJEK WISATA SEJARAH DI KECAMATAN MELAYA KABUPATEN JEMBRANA SKRIPSI Oleh Fera Dwi Yanti NIM 060210302142 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertambangan menurut Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kajian pustaka merupakan suatu pustaka yang dijadikan pedoman dalam melakukan suatu penelitian yang sering disebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai Ciliwung merupakan salah satu sungai yang terdapat di Pulau Jawa. Sungai Ciliwung ini dibentuk dari penyatuan aliran puluhan sungai kecil di kawasan Taman Nasional
Lebih terperinciKUBUR BATU (RETI) DI KAMPUNG KAWANGU KECAMATAN PANDAWAI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
KUBUR BATU (RETI) DI KAMPUNG KAWANGU KECAMATAN PANDAWAI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Ni Nyoman Ayu Vidya Trisna Prilyandani 1*, I Wayan Ardika 1, Coleta Palupi Titasari 3 [123] Program
Lebih terperinciSARKOFAGUS SAMOSIR: KREATIVITAS LOKAL MASYARAKAT SAMOSIR
SARKOFAGUS SAMOSIR: KREATIVITAS LOKAL MASYARAKAT SAMOSIR TAUFIQURRAHMAN SETIAWAN Abstrack One of the megalithic culture is sarcophagus. It appeared in someplace in Indonesia, such as Sulawesi, Nusa Tenggara,
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Universitas Indonesia
BAB V PENUTUP Manusia prasejarah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dalam hal ini makanan, telah mengembangkan teknologi pembuatan alat batu. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan mereka untuk dapat bertahan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. makna koleksi tersebut dalam konteks budaya tempat koleksi berasal. Perbedaan. koleksi epigrafi Jawa Kuno, dan koleksi etnik Aceh.
BAB V PENUTUP Setelah dilakukan penelitian secara cermat dan mendalam dapat diketahui bahwa pemaknaan koleksi di Pameran Asia Tenggara memiliki perbedaan dengan makna koleksi tersebut dalam konteks budaya
Lebih terperinciANALISIS KANDUNGAN UNSUR DAN TINGKAT KEKERASAN PADA SENJATA LOGAM KOLEKSI MUSEUM TOSAN AJI. R. Ahmad Ginanjar Purnawibawa dan Agi Ginanjar.
ANALISIS KANDUNGAN UNSUR DAN TINGKAT KEKERASAN PADA SENJATA LOGAM KOLEKSI MUSEUM TOSAN AJI R. Ahmad Ginanjar Purnawibawa dan Agi Ginanjar Jurusan Arkeologi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya,, Depok, 16424,
Lebih terperinciTUGAS KLIPING IPS KEHIDUPAN MANUSIA PURBA YANG HIDUP PADA MASA PRA-AKSARA
TUGAS KLIPING IPS KEHIDUPAN MANUSIA PURBA YANG HIDUP PADA MASA PRA-AKSARA DIBUAT OLEH : AMANDA SOFI IA 7 6 NAMA : AMANDA SOFI IA KELAS : - MAPEL : ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KEHIDUPAN MANUSIA PURBA YANG HIDUP
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: sarkofagus, bentuk perubahan fungsi, penyebab perubahan fungsi, makna perubahannya.
i ABSTRAK Sarkofagus merupakan salah satu media penguburan yang berasal dari masa perundagian, ialah suatu tingkat perkembangan kehidupan manusia yang dipandang sejajar dengan masa urbanisasi di Eropa
Lebih terperinciTINGGALAN MEGALITIK DI DESA TUHAHA KECAMATAN SAPARUA KABUPATEN MALUKU TENGAH
TINGGALAN MEGALITIK DI DESA TUHAHA KECAMATAN SAPARUA KABUPATEN MALUKU TENGAH A. Pendahuluan Maluku merupakan propinsi dengan sebaran tinggalan arkeologis yang cukup beragam. Tinggalan budaya ini meliputi
Lebih terperinciSMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.4. Yunani. Cina. Vietnam. Yunan. Teluk Tonkin
SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.4 1. Berdasarkan kesamaan artefak yang ditemukan menurut Prof. H.C Kern nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari wilayah...
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. sudah tersebar diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Tembikar atau keramik atau porselen
BAB II LANDASAN TEORI Cina adalah Negara komunis yang terdiri dari hampir seluruh kebudayaan, sejarah dan geografis. Negara Cina memiliki banyak kebudayaan, namun salah satu kebudayaan yang paling terkenal
Lebih terperinciMUSEUM BATIK PEKALONGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR MUSEUM BATIK PEKALONGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. provinsi di Indonesia. Sebagai bagian dari Indonesia, Lampung tak kalah
1 I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki ragam budaya dan nilai tradisi yang tinggi, hal tersebut dapat dilihat dari berbagai macam peninggalan yang ditemukan dari berbagai provinsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keramik Tiongkok dari dinasti Han (206 S.M 220 M). 1 Keramik di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan keramik asing di Indonesia dari berbagai negara sudah masuk ke Indonesia sejak jaman prasejarah, dibuktikan dengan temuan tertua berupa keramik Tiongkok
Lebih terperinciSOAL ULANGAN HARIAN 1 SEMESTER 1. SK = 1. Memahami lingkungan kehidupan manusia.
SOAL ULANGAN HARIAN 1 SEMESTER 1 Mata Pelajaran = IPS Kelas = VII Hari, tanggal = Waktu = 60 Menit SK = 1. Memahami lingkungan kehidupan manusia. KD = 1.1 Mendeskripsikan keragaman bentuk muka bumi, proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kalimantan Selatan merupakan salah satu dari lima provinsi yang ada di Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan keanekaragaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. Sepanjang sejarah, manusia tidak terlepas dari seni. Karena seni adalah salah satu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor lainnya. Sejalan dengan itu, sektor pertanian
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.
I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan
Lebih terperinciRESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN
RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN SEJARAH PENEMUAN SITUS Keberadaan temuan arkeologis di kawasan Cindai Alus pertama diketahui dari informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam hias atau disebut juga dengan ornamen di Indonesia merupakan kesatuan dari pola-pola ragam hias daerah atau suku-suku yang telah membudaya berabad-abad.
Lebih terperinciSMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 5. PERADABAN AWAL INDONESIA DAN DUNIALATIHAN SOAL BAB 5. 1, 2 dan 3. 1, 2 dan 4. 1, 2 dan 5.
SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 5. PERADABAN AWAL INDONESIA DAN DUNIALATIHAN SOAL BAB 5 1. Perhatikan hasil budaya masa pra aksara berikut ini! 1. Kjokken moddinger 2. Abris souche roche 3. Flakes
Lebih terperinciNEKARA: PENINGGALAN SENI BUDAYA DARI ZAMAN PERUNGGU
NEKARA: PENINGGALAN SENI BUDAYA DARI ZAMAN PERUNGGU Hanny Wijaya Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Komunikasi dan Multimedia, Universitas Bina Nusantara Jl. K.H. Syahdan No. 9, Kemanggisan, Palmerah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia salah satu negara yang sangat unik di dunia. Suatu Negara
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia salah satu negara yang sangat unik di dunia. Suatu Negara kepulauan dengan beraneka ragam kekayaan alam dan budaya, berbagai produk agrikultur iklim
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masing-masing sukunya memiliki adat-istiadat, bahasa, kepercayaan,
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah Negara kepulauan yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang masing-masing sukunya memiliki adat-istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ternilai harganya, baik yang berupa budaya materi (tangible) maupun budaya non materi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti telah lama diketahui bahwa bangsa Indonesia memiliki kekayaan budaya yang tak ternilai harganya, baik yang berupa budaya materi (tangible) maupun budaya non
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Ketentuan dalam pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketentuan dalam pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah
Lebih terperinci