ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA TERNAK KAMBING PERAH (Kasus : Peternakan Prima Fit, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA TERNAK KAMBING PERAH (Kasus : Peternakan Prima Fit, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)"

Transkripsi

1 ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA TERNAK KAMBING PERAH (Kasus : Peternakan Prima Fit, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI TRIANA GITA DEWI H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

2 RINGKASAN TRIANA GITA DEWI. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Ternak Kambing Perah (Kasus : Peternakan Prima Fit, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat).Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan NARNI FARMAYANTI). Peternakan merupakan salah satu subsektor yang mengalami peningkatan kinerja. Hal ini dapat dilihat dari nilai Produk Domestik Bruto (PDB) subsektor peternakan yang meningkat pada tahun 2005 hingga 2009 dengan peningkatan per tahun sebesar 2,88 persen. Susu merupakan salah satu produk peternakan yang mengalami peningkatan konsumsi di Indonesia. Susu yang populer saat ini adalah susu sapi namun ternyata susu kambing memiliki lebih banyak keunggulan jika dibandingkan dengan susu sapi. Saat ini, dari 60 liter kebutuhan susu kambing di Indonesia, baru 25 persen yang terpenuhi sehingga usaha ternak kambing perah perlu untuk dikembangkan. Kecamatan Ciampea menjadi salah satu kecamatan yang memiliki populasi kambing perah jenis Peranakan Etawa yang yang cukup tinggi. Peternakan Prima Fit merupakan salah satu peternakan kambing perah yang terdapat di Kecamatan Ciampea. Saat ini, Peternakan sedang berencana untuk melakukan pengembangan usaha melalui penambahan populasi kambing perah laktasi I sebanyak 50 ekor. Namun penambahan investasi ini memerlukan biaya yang cukup besar, padahal modal merupakan sumberdaya yang terbatas sehingga diperlukan analisis kelayakan pengembangan usaha yang dilakukan melalui aspek non finansial dan aspek finansial. Ketidakpastian akan dapat menimbulkan perubahan-perubahan yang mampu mempengaruhi kelayakan terutama dari aspek finansial. Perubahan-perubahan yang mungkin terjadi antara lain penurunan harga susu kambing, penurunan jumlah susu kambing dan peningkatan harga ampas tempe yang dibeli. Untuk melihat kondisi kelayakan pengembangan usaha dengan adanya perubahan tersebut maka perlu dilakukan analisis sensitifitas pada pengembangan usaha yang dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis kelayakan pengembangan usaha ternak kambing perah di Peternakan Prima Fit pada aspek non finansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya, serta aspek lingkungan, (2) menganalisis kelayakan pengembangan usaha ternak kambing perah di Peternakan Prima Fit pada aspek finansial, (3) menganalisis sensitivitas kelayakan pengembangan usaha ternak kambing perah di Peternakan Prima Fit karena adanya perubahan harga susu kambing, jumlah produksi susu kambing, dan harga ampas tempe yang dibeli. Penelitian dilakukan di Peternakan Prima Fit yang terletak di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai dengan bulan Mei Data Primer diperoleh melalui metode wawancara langsung dan observasi lapang. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi literatur. Analisis dilakukan secara kualitatif pada aspek-aspek non finansial dan secara kuantitatif pada aspek finansial dengan program komputer Microsoft excel Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada aspek pasar, peternakan masih memiliki peluang pasar. Pada Bauran Pemasaran dan strategi pemasaran pun tidak

3 terdapat masalah yang dapat mengganggu jalannya proses pemasaran. Pada aspek teknis, hampir seluruh teknis mulai dari pemilihan lokasi hingga pemeliharaan dan pasca panen telah berjalan dengan baik. Pada aspek manajemen dan hukum, meskipun manajemen peternakan masih sederhana dan belum memiliki izin persetujuan lingkungan secara tertulis, peternakan sudah berjalan cukup baik dan tidak terdapat masalah di peternakan ini. Pada aspek sosial, ekonomi, dan budaya, peternakan mampu meningkatkan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan baik bagi pemilik, masyarakat sekitar, maupun masyarakat luar Kabupaten Bogor dan tidak bertentangan dengan budaya masyarakat. Sedangkan pada aspek lingkungan, peternakan telah mampu mengurangi polusi udara akibat bau perengus kambing dan melakukan pembuangan kotoran kambing secara tertata namun perlu adanya perbaikan pada sistem pembuangan tersebut. Secara aspek non finansial, peternakan Prima Fit telah layak untuk dilaksanakan. Analisis aspek finansial dilakukan dengan membandingkan kondisi usaha ternak tanpa pengembangan usaha atau tanpa penambahan populasi kambing perah laktasi I (skenario I) dan kondisi usaha ternak dengan pengembangan usaha atau dengan penambahan populasi kambing perah laktasi I (skenario II). Pada skenario I diperoleh nilai NPV sebesar Rp ,00 sedangkan pada skenario II diperoleh nilai NPV sebesar Rp ,00. IRR pada skenario I sebesar 30 persen sedangkan IRR pada skenario II sebesar 55 persen. Net B/C pada skenario I sebesar 1,77 sedangkan pada skenario II sebesar 2,67. Lama Payback Period dari usaha ini pada skenario I adalah selama tiga tahun, enam bulan, dan 24 hari sedangkan pada skenario II Payback Period diperoleh selama dua tahun, 11 bulan, 16 hari. Hasil perhitungan INB pun diperoleh NPV INB sebesar Rp ,00 dan Payback period INB selama tujuh bulan, 12 hari. Dapat disimpulkan bahwa usaha ternak kambing perah di Peternakan Prima Fit lebih layak untuk dilaksanakan jika peternakan melakukan pengembangan usaha. Hasil analisis switching value pada skenario I memperlihatkan bahwa jika harga susu kambing menurun lebih dari 69,46 persen, jumlah produksi susu kambing menurun lebih dari 74,29 persen, serta harga ampas tempe meningkat lebih dari 630,25 persen maka usaha ternak kambing perah di Peternakan Prima Fit menjadi tidak layak untuk dilaksanakan. Sedangkan hasil analisis sensitivitas pada skenario II memperlihatkan bahwa jika harga susu kambing menurun lebih dari 69,46 persen maka diperoleh NPV sebesar Rp ,00, IRR sebesar 14 persen, Net B/C sebesar 1,25, dan payback period selama empat tahun, lima bulan, dan 16 hari. Jika jumlah produksi susu kambing menurun lebih dari 74,29 persen maka diperoleh NPV sebesar Rp ,00, IRR sebesar 14 persen, Net B/C sebesar 1,25 persen, dan payback period selama empat tahun, lima bulan, dan 16 hari. Jika harga ampas tempe lebih dari 630,25 persen maka diperoleh NPV sebesar Rp ,00, IRR sebesar 22 persen, Net B/C sebesar 1,50, dan payback period selama empat tahun, tujuh hari. Hasil ini memperlihatkan bahwa kondisi tanpa adanya pengembangan usaha lebih sensitif terhadap penurunan harga susu kambing, penurunan jumlah produksi susu kambing, dan peningkatan harga ampas tempe dibandingkan dengan kondisi dengan pengembangan usaha.

4 ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA TERNAK KAMBING PERAH (Kasus : Peternakan Prima Fit, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) TRIANA GITA DEWI H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

5 Judul Skripsi Nama NIM : Analisis Kelayakan Pegembangan Usaha Ternak Kambing Perah (Kasus: Peternakan Prima Fit, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) : Triana Gita Dewi : H Disetujui, Pembimbing Ir. Narni Farmayanti, M. Sc NIP Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal Lulus :

6 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Ternak Kambing Perah (Kasus : Peternakan Prima Fit, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Juni 2010 Triana Gita Dewi H

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 20 April Penulis merupakan anak ke tiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Surachman dan Ibunda Ainul Mardiah. Penulis telah menempuh masa studi selama 16 tahun yang dimulai dari pendidikan Taman Kanak-Kanak Al-Husnah Purwakarta yang diselesaikan pada tahun 1995 kemudian dilanjutkan dengan pendidikan dasar di SD Ciseureuh I Purwakarta yang diselesaikan pada tahun Sekolah menengah pertama diselesaikan di SLTP Negeri I Purwakarta pada tahun 2004 sedangkan sekolah menengah atas diselesaikan di SMA Negeri I Purwakarta pada tahun Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun Setelah melewati Tingkat Persiapan Bersama (TPB), penulis diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada tahun Selama masa perkuliahan, penulis juga tercatat sebagai sekretaris Departemen Perekonomian dan Kewirausahaan, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada periode kepengurusan tahun dan sekretaris Divisi Pendidikan dan Keilmuan, Sharia Student Club pada periode kepengurusan tahun

8 KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil alamin, segala puji senantiasa penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan ridha-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Ternak Kambing Perah (Kasus : Peternakan Prima Fit, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) dengan baik dan tepat pada waktunya. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Susu kambing merupakan salah satu produk asal ternak yang memiliki berbagai keunggulan dibandingkan susu sapi baik dari segi kandungan gizi maupun tingkat harga. Sampai saat ini permintaan susu kambing masih belum dapat terpenuhi oleh produksi susu kambing dalam negeri sehingga diperlukan pengembangan usaha peternakan kambing perah. Peternakan Prima Fit merupakan salah satu peternakan yang akan melakukan pengembangan usaha oleh karena itu perlu dilakukan analisis untuk mengetahui kelayakan pengembangan usaha baik dari aspek finansial maupun aspek non finansial. Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan. Walaupun demikian penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Juni 2010 Penulis

9 UCAPAN TERIMA KASIH Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, doa, serta dukungan dari berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada : 1. Ir. Narni Farmayanti, M.Sc sebagai pembimbng skripsi atas bimbingannya, kesabaran, waktu, pikiran, perhatian, arahan dan nasihat yang diberikan. 2. Ir. Popong Nurhayati, M.M selaku penguji Utama pada ujian sidang yang telah memberikan masukan dan arahan bagi penulis sehingga penulis dapat menyempurnakan skripsi ini menjadi lebih baik. 3. Ir. Netti Tinaprilla, M.M selaku penguji Komisi Pendidikan Departemen Agribisnis pada ujian sidang yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran yang bermanfaat bagi perbaikan skripsi ini. 4. Bapak H. Dwi Susanto selaku pemilik peternakan Prima Fit yang telah membantu dan mendukung pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini. 5. Kedua orang tua tercinta Ayah Surachman dan Ibu Ainul Mardiah atas doa, kasih sayang, kepercayaan, sarana dan prasarana yang telah diberikan. 6. Kakak-kakak dan kakak-kakak ipar tersayang Agus Cahya Gumilang, Mardiana Sugiharti, Noer Fitriyani, dan M. Aditya Mansyur atas kasih sayang, doa serta dukungan berupa moral maupun materil. 7. Rekan satu bimbingan Mayasari, Widya Indah Oktavianty, dan Okla Vivandri yang memberikan perhatian, semangat serta doa. 8. Seluruh teman-teman Departemen Agribisnis yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas semangat kebersamaan serta inspirasi yang diberikan selama ini pada penulis. 9. Sahabat-sahabat tercinta : Fuji Lasmini, Tita Nursyamsiah, Shara Natasha Putri, Mila Jamilah, Rizka Maulida, Qurota ayun, Rr. Miranti Chadraningtyas, dan Dessy Natalia atas bantuan, inspirasi, kebersamaan, keceriaan yang telah diberikan selama penulisan skripsi ini. 10. Teman-teman Wisma Melati yang telah memberikan bantuan serta dukungan selama penulis menyusun skripsi ini. 11. Rekan-rekan seperjuangan di BEM FEM IPB periode dan SES-C FEM IPB periode

10 12. Keluarga besar Departemen Agribisnis baik dosen maupun staf yang telah memberikan bantuan dan semangat pada penulis. 13. Pihak-pihak lain yang ikut membantu namun tidak bisa disebutkan satu per satu oleh penulis, baik yang ikut terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan skripsi ini.

11 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Manfaat Ruang Lingkup... 7 II TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Kambing Input Budidaya Kambing Perah Kandang Pakan Air Obat-obatan Bibit Unggul Perkawinan, dan Penanganan Kelahiran Jenis Penyakit pada Kambing Perah Pemerahan Karakteristik Susu Kambing Penelitian Terdahulu III KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Analisis Kelayakan Bisnis Aspek Non Finansial Aspek Pasar Aspek Teknis Aspek Manajemen dan Hukum Aspek Sosial, Ekonomi dan Budaya Aspek Lingkungan Aspek Finansial Kriteria Kelayakan Investasi Biaya dan Manfaat Incremental Net Benefit (INB) Kerangka Pemikiran Operasional IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Penentuan Responden Metode Pengolahan Data xiv xv xvi

12 4.4.1 Aspek Non Finansial Aspek Pasar Aspek Teknis Aspek Manajemen dan Hukum Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya Aspek Lingkungan Aspek Finansial Harga Pokok Produk Kriteria Kelayakan Investasi Analisis Nilai Pengganti (Switching Value Analysis) Analisis Sensitivitas Definisi Operasional Asumsi Dasar V GAMBARAN UMUM PETERNAKAN PRIMA FIT Lokasi Peternakan Sejarah dan Perkembangan Peternakan Visi dan Misi Peternakan VI ANALISIS ASPEK NON FINANSIAL Aspek Pasar Analisis Peluang Pasar Analisis Pesaing Bauran Pemasaran Produk (Product) Harga (Price) Distribusi (Place) Promosi (Promotion) Strategi Pemasaran Segmentasi Pemasaran Target Pemasaran Posisi Produk Aspek Teknis Pengelolaan Usaha Peternakan Kandang Kambing Perah Pemberian Pakan Kebutuhan Air Penanganan Penyakit Perkawinan dan Penanganan Kelahiran Pemerahan Pasca Panen Aspek Manajemen dan Hukum Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya Aspek Lingkungan VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Arus Masuk (Inflow) Arus Keluar (Outflow) xii

13 Biaya Investasi Biaya Operasional Harga Pokok Produk Analisis Laba Rugi Analisis Kelayakan Investasi Net Present Value (NPV) Internal Rate of Return (IRR) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Payback Period (PBP) Incremental Net Benefit Analisis Switching Value Penurunan Harga Susu Kambing Penurunan Jumlah Produksi Susu Kambing Peningkatan Harga Ampas Tempe Analisis Sensitivitas VIII KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xiii

14 Nomor DAFTAR TABEL Halaman 1. Produk Domestik Bruto Sektor Pertanian Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Subsektor Tahun ** (Milyar Rupiah) Konsumsi Susu Nasional (Ton per Tahun) Kandungan Gizi Susu Kambing dan Susu Sapi Rincian Penelitian Terdahulu Jumlah Penduduk, Luas Desa, dan Kepadatannya di Kecamatan Ciampea tahun Jumlah Kambing Perah di Peternakan Prima Fit berdasarkan Status Ternak Rata-rata Produksi Susu Kambing per hari di Peternakan Prima Fit dengan Pengembangan Usaha per Hari Data Permintaan dan Penawaran Susu Kambing pada Beberapa Peternakan di Kabupaten Bogor Daftar Agen Susu Kambing Peternakan Prima Fit tahun Jadwal Pemberian Pakan Kambing Perah pada Peternakan Prima Fit Jenis Penyakit pada Kambing Perah yang Sering Timbul di Peternakan Prima Fit Rincian Obat-Obatan yang digunakan di Peternakan Prima Fit Rincian Pekerjaan Karyawan Peternakan Prima Fit Nilai Sisa Kambing Perah pada Akhir Periode di Peternakan Prima Fit Perhitungan Joint Cost Rincian Biaya Karyawan per Tahun (Rupiah) Rincian Harga dan Penggunaan Obat-obatan Perhitungan Harga Pokok Produk Masing-masing Produk Prima dengan Pengembangan Usaha Perbandingan Jumlah Produksi Susu Kambing dalam Kondisi Normal dan dalam Kondisi Penurunan Jumlah Produksi Susu Kambing pada Skenario I Hasil Perhitungan Interpolasi pada Masing-masing Variabel 111

15 Nomor DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Grafik Perkembangan Populasi Kambing PE Tahun Bagan Alur Kerangka Operasional Susu Kambing Layout Peternakan Prima Fit Layout Kandang Konstruksi Bagian Bawah Kandang Ampas Tempe Siklus Kambing Perah di Peternakan Prima Fit Proses Pemerahan Struktur Organisasi Peternakan Prima Fit Perbandingan Konstruksi Bagian Bawah Kandang yang Baik dan Kurang Baik... 92

16 Nomor DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Rata-Rata Konsumsi Protein per Kapita Menurut Kelompok Makanan (Kilogram) Pengeluaran Rata-Rata Per Kapita per Bulan Menurut Kelompok Barang Tahun 2007 dan 2008 (Rupiah) Populasi Ternak Kecil Tahun Daftar Jenis Obat, Kegunaan, serta Cara Penggunaan Obat-obatan pada Kambing Perah Kondisi Kandang setelah Dibersihkan di Peternakan Prima Fit Perkembangan Populasi Ternak Kambing Perah Peternakan Prima Fit pada Skenario II (ekor) Proyeksi Arus Masuk (Inflow) di Peternakan Prima Fit Rician Biaya Investasi di Peternakan Prima Fit Rincian Biaya Tetap selain Biaya Karyawan di Peternakan Prima Fit Rincian Biaya Variabel per Tahun di Peternakan Prima Fit Proyeksi Laba Rugi di Peternakan Prima Fit Cashflow di Peternakan Prima Fit Cashflow Incremental Net Benefit di Peternakan Prima Fit Proyeksi Laba Rugi dan Cashflow dari perhitungan Switching Value Penurunan Harga Susu Kambing Proyeksi Laba Rugi dan Cashflow dari perhitungan Switching Value Penurunan Jumlah Produksi Susu Kambing Proyeksi Laba Rugi dan Cashflow dari Perhitungan Switching Value Peningkatan Harga Ampas Tempe Proyeksi Laba Rugi dan Cashflow dari perhitungan Sensitivitas Penurunan Harga Susu Kambing Proyeksi Laba Rugi dan Cashflow dari perhitungan Sensitivitas Penurunan Jumlah Produksi Susu Kambing Proyeksi Laba Rugi dan Cashflow dari Perhitungan Sensitivitas Peningkatan Harga Ampas Tempe

17 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan suatu nilai yang dapat menjadi acuan dalam melihat kinerja suatu sektor atau subsektor. Peternakan merupakan salah satu subsektor yang mengalami peningkatan PDB (Tabel 1) mulai dari tahun 2005 hingga tahun 2009 dengan rata-rata peningkatan PDB subsektor peternakan per tahun sebesar 2,88 persen. Hal ini menyatakan bahwa subsektor peternakan telah mengalami peningkatan kinerja. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Sektor Pertanian Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Subsektor Tahun ** (Milyar Rupiah) Subsektor * 2009** a. Tanaman Bahan Makanan , , , , , ,6 b. Tanaman Perkebunan , , , , , ,1 c. Peternakan , , , , , ,6 d. Kehutanan , , , , , ,8 e. Perikanan , , , , , ,2 Total PDB Pertanian , , , , , ,3 Peningkatan PDB Subsektor Peternakan (%) 2,0 3,2 2,3 3,4 3,5 Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka sangat Sementara Sumber : Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, 2009 (Diolah) Subsektor peternakan juga merupakan subsektor yang penting bagi pemenuhan pangan dan gizi masyarakat terutama protein hewani, apalagi dengan kesadaran masyarakat akan kesehatan yang semakin meningkat menyebabkan konsumsi protein hewani pun semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari ratarata konsumsi telur dan susu nasional per kapita per tahun (Lampiran 1) yang meningkat pada tahun 2007 dengan peningkatan sebesar 22,3 persen meskipun pada tahun 2003 telah terjadi penurunan sebesar 5 persen. Pengeluaran rata-rata per kapita per bulan untuk konsumsi telur dan susu Nasional di perkotaan dan pedesaan pun mengalami peningkatan sebesar 14,17 persen dari Rp ,00 pada tahun 2007 menjadi Rp ,00 pada tahun 2008 (Lampiran 2). Selain itu, tingkat pendidikan masyarakat yang semakin meningkat juga memberi pengaruh 1

18 pada perubahan cara pandang masyarakat terhadap pangan. Tidak hanya kuantitas yang dibutuhkan, namun kecukupan akan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh serta keamanan pangan yang dikonsumsi, saat ini telah menjadi faktor yang sangat diperhatikan dalam mengkonsumsi makanan dan minuman. Oleh karena itu, kini peternakan menjadi subsektor yang memiliki prospek cukup baik untuk dikembangkan. Hasil produk peternakan yang banyak dihasilkan di Indonesia adalah daging, telur, dan susu. Susu merupakan salah satu produk peternakan yang permintaannya semakin meningkat, hal ini dapat dilihat dari jumlah konsumsi susu Nasional yang tertera pada Tabel 2. Menurut Daryanto (2009), seiring dengan adanya peningkatan pendapatan masyarakat dan jumlah penduduk Indonesia, dapat dipastikan bahwa konsumsi produk-produk susu oleh penduduk Indonesia akan meningkat. Tabel 2. Konsumsi Susu Nasional (Ton/tahun) Tahun Konsumsi *) Sumber : Direktorat Jendral Peternakan (2009) *) Tidak masuk data beberapa Provinsi Susu yang paling populer saat ini adalah susu sapi dan berbagai olahannya, namun ternyata dibandingkan dengan susu sapi, susu kambing memiliki lebih banyak keunggulan baik dari segi kandungan gizi maupun tingkat harga. Susu kambing memiliki jumlah butiran lemak yang berdiameter kecil dan homogen lebih banyak dibandingkan dengan susu sapi sehingga susu kambing lebih mudah dicerna oleh alat pencernaan manusia, serta dapat diminum oleh orang yang memiliki alergi pada susu sapi. Susu kambing juga memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu sapi. Jika harga susu sapi per liter rata-rata hanya Rp 5.042,86 1, susu kambing dapat dijual dengan harga sangat bervariasi namun tetap lebih tinggi dibandingkan dengan harga susu sapi yakni sekitar Rp 1 [Disnak] Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Harga Harian Susu Segar. &aksi=viewkomoditi. [29 Desember 2009]. 2

19 15.000,00 Rp ,00. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan usaha peternakan kambing perah prospektif untuk dilakukan. Menurut Rosid (2009), sampai saat ini belum ada data pasti mengenai jumlah permintaan dan ekspor susu kambing, baik dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Deperindag) maupun Badan Pusat Statistik (BPS), namun Ketua Asosiasi Peternak Kambing Perah Indonesia mengatakan bahwa dari kebutuhan liter per hari baru seperempatnya yang bisa terpenuhi. Hal ini menegaskan kembali bahwa usaha ternak kambing perah perlu untuk dikembangkan.i Gambar 1. Grafik Perkembangan Populasi Kambing PE tahun Sumber : Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor (2008) (Diolah) Menurut Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Bogor merupakan salah satu sentra pengembangan kambing Peranakan Etawa (PE) di Jawa Barat. Kambing PE merupakan persilangan kambing etawa dengan kambing kacang yang mampu memproduksi susu dalam jumlah yang cukup banyak. Meskipun kambing perah terdiri dari berbagai jenis, namun Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Kabupaten Bogor hanya mendata kambing perah jenis (PE). Berdasarkan data Disnakan Kabupaten Bogor tahun yang tersaji dalam Gambar 1 terlihat bahwa terdapat peningkatan populasi kambing PE. Berdasarkan data populasi ternak kecil di Kabupaten Bogor pada tahun 2008 (Lampiran 3), Kecamatan Ciampea menjadi salah satu kecamatan yang memiliki populasi kambing PE yang cukup tinggi sehingga mampu menduduki peringkat ketiga setelah Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan Cariu. 3

20 Peternakan Prima Fit adalah salah satu peternakan kambing perah yang terletak di Kecamatan Ciampea tepatnya di Desa Cibuntu. Jenis kambing perah yang terdapat di peternakan ini tidak hanya terdiri dari jenis kambing PE tetapi juga dari jenis kambing kacang, British alpine, Boer, togenburg, Saanen, dan persilangan diantaranya. Susu kambing yang dihasilkan telah dipasarkan mulai Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) hingga luar Pulau Jawa bahkan pada tahun 2008 dan 2009 peternakan ini juga memasarkan susu kambingnya ke Malaysia, dan India walaupun untuk pemasaran ke luar Pulau Jawa dan luar negeri masih belum kontinu. Meskipun jumlah kambing yang dimiliki telah jauh meningkat dibandingkan pada awal pendirian peternakan dan susu kambing yang dihasilkan dapat berkisar hingga 21 liter per hari yang diproduksi oleh 32 ekor kambing laktasi, tetap saja peternakan ini cukup kesulitan untuk dapat memenuhi permintaan susu kambing yang ada pada saat ini karena hingga saat ini jumlah produksi peternakan ini belum mampu memenuhi seluruh permintaan susu kambing yang mencapai 50 liter per hari. Hal inilah yang menyebabkan perlunya pengembangan pada usaha peternakan kambing perah ini. 1.2 Perumusan Masalah Peternakan kambing perah merupakan salah satu jenis usaha agribisnis yang memiliki potensi yang cukup baik untuk dikembangkan mengingat jumlah produksi susu kambing saat ini masih belum mampu memenuhi kebutuhan susu kambing dalam negeri. Prima Fit merupakan salah satu peternakan yang terdapat di Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Peternakan yang dimiliki oleh Bapak H. Dwi Susanto ini telah berdiri sejak tahun 2002 atau sekitar tujuh tahun yang lalu. Saat ini harga susu kambing yang dihasilkan oleh peternakan Prima Fit mencapai Rp ,00 per liter di tingkat distributor dan Rp ,00 per liter di tingkat konsumen akhir. Meskipun harganya tergolong mahal, tetap saja permintaan akan susu ini cukup tinggi. Untuk memenuhi seluruh permintaan dan meningkatkan pendapatannya, maka peternakan ini berencana mengembangkan usaha dengan menambah investasi berupa penambahan jumlah populasi kambing perah laktasi I. Pemilik peternakan berencana untuk menambah 4

21 jumlah populasi kambing perah sebanyak 50 ekor karena keterbatasan kapasitas kandang yang akan dibangun. Jika jumlah kambing perah terlalu banyak maka dalam waktu yang singkat dengan adanya proses reproduksi pada kambing, jumlah kambing perah akan melebihi kapasitas kandang sehingga perlu pembangunan beberapa kandang selama umur usaha sedangkan lahan yang tersedia hanya dapat digunakan untuk pembangunan satu kandang tambahan lagi. Harga kambing perah juga cukup tinggi sehingga untuk penambahan jumlah populasi kambing perah perlu dana investasi yang cukup besar. Hal ini juga menjadi alasan penambahan populasi kambing perah sebanyak 50 ekor. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, penambahan investasi ini memerlukan biaya yang cukup besar, padahal modal merupakan sumberdaya yang terbatas sehingga diperlukan analisis kelayakan pengembangan usaha yang dilakukan. Studi kelayakan harus mempertimbangkan banyak aspek yang secara bersama-sama menentukan berapa keuntungan yang akan diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu (Gittinger 1986). Aspek yang dikaji antara lain aspek non finansial dan aspek finansial. Terdapat beberapa ketidakpastian yang memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan yang akan mempengaruhi kelayakan pengembangan usaha ternak ini. Perubahan-perubahan tersebut antara lain penurunan jumlah produksi susu kambing, penurunan harga susu kambing, dan peningkatan harga ampas tempe. Jumlah produksi susu kambing, harga susu kambing, dan harga ampas tempe sampai saat ini memang tidak terlalu berfluktuasi, namun perubahanperubahan pada variabel ini tentu dapat mempengaruhi kelayakan pengembangan usaha ternak dari segi aspek finansial sehingga perlu dilakukan analisis sensitivitas karena adanya perubahan tersebut. Selain analisis sensitivitas, analisis switching value juga digunakan untuk melihat pengaruh perubahan-perubahan variabel tersebut. Analisis Switching Value ini dilakukan karena sampai saat ini belum terjadi fluktuasi jumlah produksi susu kambing, harga susu kambing, dan harga ampas tempe yang signifikan, namun tentu saja risiko perubahan ini akan tetap ada. 5

22 Dari uraian di atas, masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana kelayakan pengembangan usaha ternak kambing perah di Peternakan Prima Fit pada aspek non finansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya, serta aspek lingkungan? 2) Bagaimana kelayakan pengembangan usaha ternak kambing perah di Peternakan Prima Fit pada aspek finansial? 3) Bagaimana sensitivitas kelayakan pengembangan usaha ternak kambing perah di Peternakan Prima Fit karena adanya perubahan jumlah produksi susu kambing, harga susu kambing, dan harga ampas tempe? 1.3 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah : 1) Menganalisis kelayakan pengembangan usaha ternak kambing perah di Peternakan Prima Fit pada aspek non finansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya, serta aspek lingkungan. 2) Menganalisis kelayakan pengembangan usaha ternak kambing perah di Peternakan Prima Fit pada aspek finansial. 3) Menganalisis sensitivitas kelayakan pengembangan usaha ternak kambing perah di Peternakan Prima Fit karena adanya perubahan jumlah produksi susu kambing, harga susu kambing, dan harga ampas tempe. 1.4 Manfaat Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain : 1) Untuk penulis Penelitian ini akan melatih dan menambah kemampuan penulis dalam berkomunikasi dengan pihak pengusaha, masyarakat maupun pihak-pihak terkait serta meningkatkan kemampuan penulis dalam mengaplikasikan teoriteori yang telah diperoleh semasa perkuliahan. 6

23 2) Untuk Pengusaha Penelitian ini akan memberikan informasi kepada pihak pengusaha mengenai kelayakan pengembangan usaha ternak yang akan dijalankan sehingga akan menjadi bahan evaluasi bagi keberlanjutan usaha. 3) Untuk Pihak lain Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan data masukan bagi para peneliti di bidangnya dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 1.5 Ruang Lingkup Peternakan yang dijadikan objek penelitian adalah peternakan Prima Fit yang terletak di Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Peternakan ini terdiri dari tiga unit usaha yakni kambing perah, sapi perah, dan kuda tunggang namun dalam penelitian ini difokuskan pada usaha peternakan kambing perah yang meliputi berbagai aspek seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya, aspek lingkungan serta aspek finansial. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, peternakan ini akan melaksanakan pengembangan usaha melalui penambahan investasi berupa populasi kambing perah laktasi I sebanyak 50 ekor, maka analisis dilakukan pada kondisi tanpa adanya pengembangan usaha dan dengan adanya pengembangan usaha. Hal ini dimaksudkan untuk membandingkan kelayakan usaha ternak kambing perah ketika tidak dilakukan pengembangan usaha dengan kelayakan usaha ternak ketika dilakukan pengembangan usaha. Usaha yang diperhitungkan dalam penelitian ini adalah seluruh usaha yang dijalankan oleh peternakan dan berkaitan dengan kambing perah yakni penjualan susu kambing, kolostrum kambing, penjualan anak kambing, penjualan kambing dara, dan penjualan kambing afkir. 7

24 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Kambing Kambing merupakan binatang memamahbiak yang pada dasarnya merupakan kambing liar yang tersebar di Asia Barat Daya. Kambing perah memang masih asing bagi sebagian masyarakat karena hasil utama kambing perah yaitu susu kambing masih jarang dikonsumsi. Susu kambing memang kalah populer jika dibandingkan dengan susu sapi karena sebagian masyarakat berpersepsi bahwa susu kambing memiliki bau perengus (bau khas kambing jantan) yang tidak terlalu disukai oleh masyarakat. Meskipun demikian, saat ini konsumsi susu kambing semakin meningkat karena masyarakat semakin mengetahui bahwa susu kambing memiliki kandungan gizi yang lebih baik dibandingkan dengan susu sapi (Setiawan & Tanius 2002). 2.2 Input Budidaya Kambing Perah Budidaya kambing perah pada umumnya hampir sama dengan kambing potong sehingga sebagian besar input yang dibutuhkan untuk budidaya kambing perah sama dengan input pada kambing potong. Selanjutnya akan dijelaskan mengenai beberapa input utama yang dibutuhkan pada budidaya kambing perah Kandang Kandang merupakan sarana yang dibangun di awal budidaya kambing perah. Pembangunan kandang ini harus dapat memberikan kenyamanan bagi kambing yang dipelihara agar kambing dapat berproduksi optimal. Menurut Setiawan dan Tanius (2002), terdapat dua syarat umum yang perlu diperhatikan dalam membuat kontruksi kandang kambing. Syarat pertama yaitu sistem ventilasi yang cukup baik yang berguna untuk mengeluarkan udara kotor dari dalam kandang dan digantikan oleh udara segar dari luar kandang. Syarat berikutnya adalah tercukupinya sinar matahari bagi kambing sehingga sebaiknya kandang kambing menghadap ke arah matahari terbit sehingga matahari pagi dapat dengan mudah masuk ke bagian dalam kandang. Selain untuk kesehatan kambing, sinar matahari ini juga diperlukan untuk mematikan bakteri dalam kandang sehingga kandang akan tampak sehat dan kering sepanjang waktu. 8

25 2.2.2 Pakan Pakan merupakan input yang sangat menentukan proses pertumbuhan, reproduksi, dan produksi susu sehingga komposisi gizi pakan harus sangat diperhatikan. Adapun jenis pakan tersebut terdiri dari : 1) Hijauan Hijauan adalah bahan pakan berserat yang dapat berasal dari rumput dan dedaunan. Jenis hijauan yang dapat digunakan antara lain rumput gajah, rumput liar, rumput setaria, daun kaliandra, daun turi, daun singkong, daun jagung, dan daun Kacang tanah. Hijauan yang paling disarankan untuk diberikan adalah rumput gajah yang dapat diperoleh dari hasil penanaman sendiri ataupun dibeli. 2) Konsentrat Merupakan salah satu bahan pakan penguat bagi kambing. Konsentrat ini terdiri dari campuran beberapa bahan makanan. 3) Ampas Tahu Ampas tahu dapat ditambahkan sebagai pakan penguat yang biasanya di berikan pada kambing sebanyak 3 kg/hari/ekor. Penggunaan ampas tahu ini bertujuan sebagai sumber energi dan peningkatan nafsu makan karena aromanya sangat disukai oleh ternak. Pemberian ampas tahu dapat dicampurkan ke dalam konsentrat sebelum kambing diperah. 4) Bubur Singkong Bubur singkong merupakan singkong yang dicacah ataupun ditumbuk. Pemberian bubur singkong biasanya akan berpengaruh pada peningkatan jumlah susu yang dihasilkan ternak. Bubur singkong ini diberikan secara tunggal sebanyak 2 ons/ekor/hari setelah konsentrat dan ampas tahu yang diberikan habis dikonsumsi kambing Air Kambing perah sangat perlu diperhatikan kebersihannya karena perlu memiliki higienitas yang tinggi sehingga air diperlukan untuk menjaga kebersihan kambing. Selain itu, air juga diperlukan untuk menjaga kesehatan kambing, jika kambing memakan pakan yang memiliki kandungan air yang cukup tinggi maka 9

26 kambing cukup diberikan sedikit air untuk minum sedangkan bila diberi pakan hijauan segar, pemberian air pada ternak sebaiknya lebih banyak. Air minum yang diberikan idealnya berupa campuran beberapa bahan yaitu Nutri Simba 1 cc, molase (limbah tebu) 1 cc, garam beryodium 1 genggaman, dan air bersih 10 liter. Formulasi air ini lebih disukai oleh kambing dan akan menyebabkan feses dan air kencing tidak akan berbau Obat-Obatan Obat-obatan merupakan input yang digunakan untuk menjaga kesehatan kambing maupun untuk pengobatan kambing yang sedang sakit. Obat-obatan yang digunakan terdiri dari berbagai jenis tergantung pada fungsi dari masingmasing obat-obatan. Adapun obat-obatan yang digunakan, kegunaan obat-obatan serta cara penggunaan obat-obatan dapat dilihat pada Lampiran Bibit Unggul Dalam memilih kambing perlu memperhatikan beberapa teknik. Teknik tersebut antara lain seleksi berdasarkan performa dan kelengkapan data atau informasi silsilah ternak bersangkutan. Teknik yang kedua yaitu seleksi berdasarkan kasat mata yang dilakukan oleh pembeli maupun penjual. Selain yang telah disebutkan di atas, ada cara sederhana memilih ternak kambing yaitu dengan memperhatikan beberapa kriteria. Adapun kriteria tersebut antara lain : 1) Calon Induk : a) Umur lebih dari 12 bulan ( 2 buah gigi seri tetap), b) Tingkat kesuburan reproduksi sedang c) Sifat keindukan baik d) Tubuh tidak cacat e) Berasal dari keturunan kembar (kembar dua) f) Jumlah puting dua buah g) Berat badan lebih dari 20 Kg. 2) Calon jantan : a) Pejantan memiliki penampilan yang bagus dan besar b) Umur > 1,5 tahun c) Keturunan kembar 10

27 d) Mempunyai nafsu kawin besar e) Sehat, dan tidak cacat. 2.3 Perkawinan, dan Penanganan Kelahiran Perkawinan merupakan suatu proses yang diperlukan untuk peremajaan ternak. Perkawinan dibagi ke dalam dua bagian yaitu inseminasi buatan dan perkawinan alami. Inseminasi buatan terjadi dengan bantuan alat yang dapat memasukan sel sperma ke posisi yang tepat pada bagian dalam organ kelamin betina. Sementara perkawinan secara alami dapat terjadi karena adanya kontak fisik antara pejantan dengan betina. Perkawinan sebaiknya dilakukan setelah jam kambing betina birahi karena tingkat kesuburan saat itu cukup tinggi. Tingkat keberhasilan perkawinan ditandai dengan adanya kebuntingan. Kambing yang telah bunting tua perlu penanganan khusus. Sebaiknya kambing yang sudah siap melahirkan ditempatkan di kandang khusus sehingga kambing tersebut merasa nyaman dan tenang serta memudahkan pemantauan. 2.4 Jenis Penyakit pada Kambing Perah Terdapat beberapa penyakit yang sering ditemui pada kambing perah. Penyakit-penyakit tersebut dapat dikelompokan menjadi beberapa kelompok yakni penyakit bakterial, yaitu penyakit yang timbul akibat bakteri pada kambing perah. Adapun jenis-jenis penyakit bakterial ini antara lain : 1) Antrax (radang limpa) 2) Mastitis 3) Keguguran 4) Diare atau mencret Penyakit parasit yaitu penyakit yang disebabkan oleh parasit yang terdapat pada kambing. Penyakit-penyakit jenis ini antara lain : 1) Kudis/kurap (Scabies) 2) Cacingan Penyakit lainnya yaitu jenis penyakit yang bukan disebabkan oleh bakteri ataupun parasit. Adapun jenis-jenis penyakit jenis ini antara lain : 1) Penyakit mata 2) Perut kembung 11

28 3) Kelumpuhan atau kejang-kejang 2.5 Pemerahan Pemerahan dilakukan untuk memperoleh susu kambing. Menurut Esminger (2002), pemerahan pada kambing perah dapat dilakukan dua kali sehari tetapi lebih baik jika selang antar pemerahan selama 12 jam. Sebelum dilakukan pemerahan, ambing pada kambing sebaiknya dibersihkan dahulu dengan air dan dikeringkan dengan menggunakan handuk bersih. Hal ini dilakukan untuk menghindari penyakit mastitis pada kambing. Susu hasil perahan pertama harus dibuang ke dalam sebuah wadah (gelas) untuk memastikan bahwa kambing tidak mengalami mastitis. Setelah dilakukan pemerahan, masing-masing ambing harus dimasukan pada cairan desinfektan agar tidak terkena mastitis. Proses pemerahan dapat dilakukan dengan beberapa cara tetapi teknik pemerahan pada kambing biasanya menggunakan teknik whole hand yakni teknik pemerahan dengan menggunakan seluruh jari (Setiawan dan Tanius, 2002). Susu yang telah diperoleh harus disaring terlebih dahulu kemudian disimpan dalam freezer agar susu dapat bertahan lebih lama. 2.6 Karakteristik Susu Kambing Produk utama dari kambing perah adalah susu kambing. Pada Tabel 3 Dapat dilihat perbandingan kandungan gizi susu kambing, dan susu sapi. Dari Tabel 3 terlihat bahwa kandungan energi KCL, protein, lemak, Ca, vit A, Thiamin, Niacin pada susu kambing lebih tinggi dibandingkan dengan susu sapi. Susu kambing juga memiliki citra tersendiri yang berbeda dengan susu sapi. Jika susu sapi dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan zat gizi terutama protein, maka susu kambing dikonsumsi dengan tujuan yang lebih dari itu, susu kambing dipercaya mampu menyembuhkan beberapa jenis penyakit sehingga susu kambing juga dikonsumsi sebagai obat. 12

29 Tabel 3. Kandungan Gizi Susu Kambing dan Susu Sapi Komposisi Kambing Sapi Air 83-87,5 87,2 Hidrat Arang 4,6 4,7 Energi KCL Protein 3,3-4,9 3,3 Lemak 4,0-7,3 3,7 Ca (mg) P (mg) Fe (mg) 0,05 0,05 Vit. A. (mg) Thiamin (mg) 0,04 0,03 Rhiboflamin 0,14 0,17 Niacin (mg) 0,3 0,08 Vit. B-12 0,07 0,36 Sumber : Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dijadikan rujukan adalah berbagai penelitian yang berhubungan dengan analisis kelayakan usaha, dan analisis pada kambing perah serta analisis kelayakan usaha pada peternakan kambing perah. Penelitian mengenai analisis kelayakan terutama kelayakan pada subsektor peternakan telah dilakukan oleh peneliti terdahulu namun dengan objek kajian atau komoditas yang berbeda. Salah satunya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Irfansyah pada tahun Penelitian ini bejudul Analisis Pengembangan dan Optimalisasi Produksi Usaha Ternak Sapi Perah (Studi Kasus : Peternakan Barokah, Kebon Pedes, Kota Bogor). Hasil dari penelitian ini antara lain: berdasarkan hasil perhitungan kriteria kelayakan finansial peternakan Barokah pada skala usaha 80 ekor induk laktasi, diperoleh nilai NPV , IRR diperoleh sebesar 37% dengan tingkat discount rate sebesar 16%, diperoleh nilai Net B/C sebesar 2,04, PBP diperoleh selama 3,81 tahun, BEP diperoleh selama 8,49 tahun dan PR diperoleh sebesar 3,8. Selain itu, dalam penelitian ini juga dilakukan analisis sensitivitas. Variabelvariabel yang diubah dalam analisis sensitivitas yaitu : kenaikan tingkat inflasi per tahun, kenaikan biaya pakan per tahun, rata-rata produksi susu per ekor induk, harga jual susu per liter dan tingkat kenaikan gaji karyawan tiap tahun. Sedangkan 13

30 berdasarkan hasil penelitian pada aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek dampak usaha dan analisis terhadap aspek finansial dapat disimpulkan bahwa gagasan pengembangan usaha layak untuk dilaksanakan. Pengembangan skala usaha dari 60 ekor menjadi 80 ekor induk laktasi membuat peternakan beroperasi secara lebih efisien dan mencapai skala ekonomi yang baik. Penelitian selanjutnya yang dijadikan rujukan yakni penelitian yang dilakukan oleh Dicky Satria pada tahun 2009 dengan penelitian berjudul Analisis pengembangan Usaha Ternak Kambing Perah Peranakan Etawa (Studi Kasus : Peternakan Cordero, Desa Sukajaya, Kacamatan Tamansari, Kabupaten Bogor). Berdasarkan hasil analisis pada aspek non finansial, Peternakan Cordero dituntut untuk memperbesar pasar sasaran seiring dengan meluasnya skala usaha. Pada saat penelitian jumlah kambing yang terdapat di peternakan Cordero adalah 119 ekor yang terdiri dari 5 pejantan, 58 induk, 25 dara, dan 31 anakan, dan akan bertambah menjadi 828 ekor di tahun kelima dengan asumsi tingkat kelahiran anak 1,62, kematian 10 persen, pemeliharaan betina 20 persen, dan menjual seluruh anak jantan. Hasil analisis dari aspek finansial diperoleh nilai NPV sebesar Rp , nilai IRR 32,14 persen, nilai net B/C 2,32, PBP 4,1 tahun, BEP 4,6 tahun yang mengindikasikan bahwa pengembangan usaha ternak kambing perah ini layak untuk dijalankan. Analisis sensitivitas dilakukan dengan melakukan perubahan pada variabel output dan input. Berdasarkan analisis switching value menunjukan bahwa kenaikan harga pakan lebih peka dibandingkan degan kenaikan tingkat inflasi maupun penurunan harga jual susu. Penelitian mengenai kambing perah dilakukan oleh Siti Maimonah pada tahun 2000 dalam skripsinya yang berjudul Pendugaan Model Fungsi dan Analisis Efisiensi Faktor-Faktor Produksi Kambing Perah Laktasi Peranakan Etawah pada Peternakan Barokah. Hasil penelitian ini antara lain diperolehnya model fungsi produksi terbaik pada Peternakan Kambing Perah barokah yaitu sebagai berikut : Y = 2,415 X 0,203 2 X 0,342-0,259 4 X 5 Dimana Y : Produksi susu (kg/hari) X2 : pakan penguat (kg/hari) X4 : periode laktasi X5 : lama laktasi (hari) 14

31 Selain itu, menurut penelitian ini, konsumsi pakan penguat secara teknis sudah efisien karena elastisitas produksinya berada antara 0 dan satu atau berada pada daerah rasional yaitu sebesar 0,203 yang berarti penambahan 1 kg pakan penguat akan meningkatkan produksi susu sebanyak 0,203 kg. Namun secara ekonomis belum efisien karena rasio antara Nilai Produk Marjinal (NPM) dengan Biaya Korbanan Marjinal (BKM) lebih besar dari 1 yaitu 3,804 sehingga perlu penambahan pakan optimal yaitu 3,804 kg per ekor per hari. Dengan penambahan ini jumlah produksi susu harian setiap ekornya meningkat 0,111 kg, dan dengan harga produksi susu per kilogramnya Rp 6.000,00 penerimaan juga akan bertambah Rp 666,00 per ekor per hari. Secara teknis, periode laktasi telah efisien dengan nilai elastisitas sebesar 0,342. Hal ini berarti peningkatan periode laktasi akan meningkatkan produksi susu sebanyak 0,342 kg dengan rata-rata periode laktasi ke-2,079 masih bisa ditambah karena puncak laktasi tercapai pada laktasi ke-4. Sedangkan lama laktasi tidak efisien karena nilai elastisitasnya kurang dari 0 yaitu sebesar -0,259. Hal ini berarti penambahan satu hari lama laktasi akan menurunkan produksi susu sebesar 0,259 kg. Karena rata-rata lama laktasi selama ini adalah 188,211 hari, sehingga dapat menurunkan produksi susu rata-rata, maka sebaiknya dilakukan sekitar 160 hari. Penelitian mengenai kambing perah dilakukan pula oleh Nur Santy Asminaya dalam tesisnya yang berjudul Penggunaan Ransum Komplit Berbasis Sampah Sayuran Pasar untuk Produksi dan Komposisi Susu Kambing Perah. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2007 di peternakan rakyat yang terletak di Bintaro. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji penggunaan ransum komplit berbasis sampah sayuran pasar dalam bentuk kering (RKK) dan fermentasi/silase (RSK) pada kambing perah dengan melihat aspek produksi dan komposisi susu. Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan hasil kondisi fisik dan susu pada kambing perah yang diberi perlakuan yang berbeda yaitu dengan memberikan ransum konvensional (RK) yang terbuat dari konsntrat dan ampas tahu, RKK, dan RSK yang terbuat dari sayuran pasar, ampas tahu, dedak padi, onggok dan bungkil inti sawit. Hasilnya, dilihat dari konsumsi bahan kering dan produksi susu yang menurun, ransum komplit berbasis sampah sayuran pasar baik berbentuk kering (RKK) maupun silase (RSK) belum dapat menggantikan penggunaan 15

32 ransum konvensional (RK), meskipun komposisi yang dihasilkan pada semua kambing penelitian (RK< RKK< dan RSK) adalah sama. Penelitian yang akan dilakukan merupakan penelitian pada komoditas kambing perah. Analisis dilakukan pada kelayakan usaha ternak pada kondisi tanpa adanya pengembangan usaha berupa penambahan populasi kambing laktasi I dan pada kondisi adanya pengembangan usaha. Terdapat beberapa persamaan dan perbedaan antara penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian terdahulu. Pada penelitian yang dilakukan oleh Irfansyah (2009), persamaan antara penelitian ini dengan penelitian tersebut terletak pada alat analisis yang digunakan terutama pada analisis aspek finansial. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat analisis berupa kriteria kelayakan investasi yang terdiri dari Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PBP). Untuk analisis aspek non finansial, beberapa penelitian terdahulu menggunakan penggolongan aspek yang berbeda dengan yang digunakan pada penelitian ini. Sedangkan perbedaan terletak pada jenis komoditas yang dikaji. Pada penelitian yang dilakukan oleh Dicky (2009), analisis dilakukan pada kelayakan peternakan kambing perah. Artinya terdapat persamaan yang cukup banyak antara penelitian yang akan dilaksanakan dengan penelitian tersebut, persamaan tersebut yakni alat analisis yang digunakan sama yaitu kriteria kelayakan investasi baik secara finansial maupun non finansial selain itu, objek kajian atau komoditas yang dikaji juga serupa yaitu kambing perah. Namun perbedaan terletak pada tempat penelitian sehingga hasil yang diperoleh tentu akan berbeda. Tinjauan yang digunakan dalam penelitian ini juga harus merujuk pada penelitian terdahulu mengenai komoditas yang sama yang akan diteliti yaitu kambing perah. Ada beberapa peneliti yang menganalisis mengenai kambing perah namun dengan kajian yang berbeda. Penelitian yang dilakukan oleh Maimonah (2002), menganalisis komoditas yang sama yakni kambing perah namun dengan alat analisis yang berbeda dimana alat analisis yang digunakan yaitu menggunakan fungsi produksi polynomial kuadratik, polynomial akar pangkat dua, dan cob douglas (dilinierkan dengan ln). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Asminaya (2007), menganalisis mengenai efek penggunaan ransum pada 16

33 komposisi susu kambing sehingga alat analisis yang digunakan berupa uji laboratorium. Adapun rincian masing-masing penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rincian Penelitian Terdahulu No. Nama Peneliti Judul Penelitian Tahun Alat Analisis Komoditas 1. Irfansyah Analisis Pengembangan 2009 Kriteria Kelayakan Sapi Perah dan Optimalisasi Usaha baik aspek Produksi Usaha Ternak non finansial Sapi Perah (Studi Kasus maupun aspek : Peternakan Barokah, finansial (NPV, Kebon Pedes, Kota IRR, Net B/C, dan Bogor) PBP) 2. Dicky Satria Analisis Pengembangan Usaha Ternak Kambing 2009 Kriteria Kelayakan Usaha baik aspek Kambing Perah Perah Peranakan Etawa non finansial (Studi Kasus : maupun aspek Peternakan Cordero, finansial (NPV, Desa Sukajaya, IRR, Net B/C, dan Kecamatan Tamansari, PBP) Kabupaten Bogor) 3. Siti Maimonah Pendugaan Model 2000 Menggunakan Kambing Fungsi dan Analisis fungsi produksi Perah Efisiensi Faktor-Faktor polynomial Produksi Kambing kuadratik, Perah Laktasi Peranakan polynomial akar Etawah pada Peternakan pangkat dua, dan Kambing Perah Barokah cob douglas (dilinierkan dengan ln). 4. Nur Santy Penggunaan Ransum 2007 Menggunakan uji Kambing Asminaya Komplit Berbasis laboratorium Perah Sampah Sayuran Pasar terhadap susu yang untuk Produksi dan dihasilkan oleh Komposisi Susu kelompokkelompok Kambing Perah kambing perah yang telah diberi ransum yang berbeda-beda. Adapun uji laboratorium yang digunakan adalah uji berat jenis, kadar protein, lemak, laktosa, dan bahan kering tanpa lemak. 17

34 III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Dalam menjalankan penelitian diperlukan teori-teori yang mendukung penelitian ini. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini antara lain pengertian studi kelayakan bisnis dan aspek-aspek kelayakan bisnis. Adapun aspek-aspek kelayakan bisnis yang dianalisis antara lain : aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya, aspek lingkungan serta aspek finansial Pengertian Analisis Kelayakan Bisnis Definisi proyek pertanian secara luas adalah kegiatan usaha yang rumit karena menggunakan sumber-sumber daya untuk memperoleh keuntungan atau manfaat sedangkan definisi proyek pertanian secara sempit adalah suatu kegiatan investasi yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-barang kapital yang dapat menghasilkan keuntungan-keuntungan atau manfaat-manfaat setelah beberapa periode waktu (Gittinger, 1986). Menurut Soeharto 1995, mengkaji kelayakan suatu usulan proyek bertujuan mempelajari usaha tersebut dari segala segi secara profesional agar nantinya setelah diterima dan dilaksanakan betulbetul dapat mencapai hasil sesuai dengan yang direncanakan. Jika kedua definisi ini digabungkan maka kajian kelayakan suatu proyek pertanian ditujukan untuk mempelajari penggunaan sumberdaya khususnya sumberdaya alam untuk memperoleh manfaat dari berbagai aspek sehingga ketika proyek tersebut dilaksanakan dapat memperoleh hasil sesuai dengan yang diharapkan. Hasil dari analisis ini dapat berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan pada bisnis itu sendiri. Adapun pihak-pihak yang akan memperoleh manfaat dari analisis ini antara lain : (1) Investor, dengan adanya analisis kelayakan bisnis, maka investor dapat menilai apakah dana yang ditanamkan akan memberikan keuntungan sehingga investor dapat membuat keputusan investasi secara lebih objektif (2) Kreditor/Bank, hasil analisis yang diperoleh dapat dijadikan acuan apakah dana yang dipinjamkan pada suatu bisnis dapat dikembalikan, selain itu payback period dari bisnis tersebut juga sangat diperhatikan oleh kreditor/bank (3) 18

35 Analis, analisis ini digunakan oleh analis untuk dapat menunjang tugas-tugasnya dalam melakukan penilaian suatu bisnis baru, pengembangan bisnis atau menilai bisnis yang sudah ada (4) Masyarakat, hasil dari analisis ini diharapkan dapat meningkatkan perekonomian serta kesejahteraan masyarakat baik secara langsung maupun secara tidak langsung melalui nilai tambah yang muncul akibat bisnis tersebut (5) Pemerintah, dilihat dari sudut pandang mikro, analisis ini diharapkan mampu mengembangkan pemanfaatan sumberdaya manusia maupun sumberdaya alam, peningkatkan pemasukan pemerintah melalui pajak dan retribusi, sedangkan secara makro, analisis ini diharapkan mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah maupun nasional sehingga terjadi pertumbuhan PDRB dan pendapatan per kapita (Nurmalita et al. 2009). Selain dilihat dari aspek finansial, analisis ini juga didasarkan pada berbagai aspek non finansial seperti aspek seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya, aspek lingkungan Aspek Non Finansial Aspek non finansial pada umumnya dianalisis secara kualitatif dan tidak terkait dengan biaya dan manfaat yang bersifat kuantitatif. Terdapat lima aspek non finansial yang akan dibahas pada penelitian ini Aspek Pasar Pasar menurut Kotler (1988) diacu dalam Sudiyono (2002) menyatakan bahwa pasar meliputi keseluruhan pembeli potensial yang akan memenuhi kebutuhan dan keinginannya, dimana pembeli tersebut bersedia dan mampu membeli alat-alat pemuas melalui pertukaran. Dengan kata lain pasar merupakan kumpulan orang yang berpotensi untuk membeli suatu produk sehingga analisis aspek pasar sangat diperlukan karena diharapkan bisnis dapat berjalan dengan baik bila produk yang dihasilkan mampu mendapat tempat di pasaran. Dalam menganalisis diperlukan data mengenai : 1) Permintaan, baik secara total ataupun terperinci menurut daerah, jenis konsumen, perusahaan besar pemakai dan proyeksi permintaan tersebut di masa yang akan datang. 19

36 2) Penawaran, baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari impor, baik perkembangannya di masa lalu maupun proyeksi di masa yang akan datang. 3) Harga, dilakukan perbandingan dengan barang-barang impor, produksi dalam negeri lainnya. Apakah ada kecenderungan perubahan harga dan bagaimana polanya. 4) Program pemasaran, mencakup strategi pemasaran yang akan digunakan bauran pemasaran serta identifikasi siklus kehidupan produk, pada tahap apa produk akan dibuat. 5) Perkiraan penjualan yang dapat dicapai perusahaan, berupa market share yang mampu dikuasai oleh perusahaan. Dalam menganalisis aspek pasar perlu juga diketahui berbagai kebijakan pemasaran atau yang sering disebut sebagai bauran pemasaran. Menurut Umar (2005), bauran pemasaran terdiri dari (1) Produk (Product), dalam memasarkan produk, perusahaan sebaiknya menetapkan manfaat-manfaat yang diberikan oleh produk yang telah diproduksi oleh perusahaan tersebut, (2) Harga (Price), harga adalah sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat memiliki atau menggunakan produk yang nilainya ditetapkan oleh pembeli dan penjual melalui tawar menawar atau ditetapkan oleh penjual untuk satu harga yang sama terhadap semua pembeli, (3) distribusi (Place), saluran distribusi adalah sekelompok organisasi yang saling tergantung dalam keterlibatan mereka pada proses yang memungkinkan produk tersedia bagi penggunaan atau konsumsi oleh konsumen. (4) Promosi (Promotion), promosi dilakukan untuk mengkomunikasikan produk kepada masyarakat agar produk dikenal dan akhirnya dibeli. Strategi pemasaran perlu juga dianalisis untuk mengetahui pasar produk yang akan ditawarkan (Umar, 2005). Kondisi pasar cenderung memiliki karakteristik yang berbeda-beda sehingga agar lebih mudah maka perlu dilakukan segementasi pada pasar tersebut agar pasar memiliki karakteristik yang lebih sama. Segmentasi dapat berdasarkan aspek geografis yang terdiri dari bangsa, negara, provinsi, dan kabupaten/kota madya, aspek demografis yang terdiri dari usia dan tahap daur hidup, jenis kelamin, dan pendapatan, aspek psikografis yang meliputi kelas sosial, gaya hidup, dan kepribadian serta aspek perilaku yang terdiri dari kesempatan, tingkat penggunaan, status kesetiaan, tahap kesiapan pembelian, 20

37 dan sikap. Setelah dilakukan segementasi perlu analisis untuk menentukan segmen pasar yang dicakup dan dapat dilayani. Tahap terakhir adalah penentuan posisi pada segmen terpilih yang akan ditempati. Pesaing juga akan menentukan keberlajutan sebuah bisnis sehingga perlu dilakukan analisis pesaing. Pesaing merupakan suatu perusahaan lain yang mempunyai salah satu atau lebih ciri-ciri : (1) perusahaan yang menawarkan produk dan harga yang sama di pasar, (2) perusahaan yang membuat produk atau kelas produk yang sama, (3) perusahaan yang membuat produk dan memasok yang sama, dan (4) perusahaan yang memperebutkan uang dari konsumen yang sama Aspek Teknis Husnan dan Muhammad (2000) menyatakan bahwa aspek teknis berkaitan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun. Sedangkan menurut Husein (2005), aspek teknis dapat dikaji dari segi pembangunan proyek dan segi implementasi rutin bisnis secara teknis. Dengan kata lain, aspek teknis mengkaji berbagai hal yang berkaitan dengan operasional perusahaan secara rutin termasuk teknologi yang digunakan oleh perusahaan. Maksud pengkajian aspek teknis antara lain (Soeharto, 2007): 1) Pada tahap awal bertujuan merumuskan gagasan yang timbul ke dalam batasan yang konkrit dari segi teknik. 2) Selanjutnya hasil pengkajian aspek teknik (yang semakin mendalam) dipakai sebagai masukan pengkajian aspek-aspek lain seperti aspek finansial, ekonomi, perkiraan biaya, dan jadwal. 3) Akhirnya lingkup aspek teknik sampai pada kegiatan design engineering terinci, menghasilkan cetak biru proyek yang akan dibangun. Menurut Nurmalina et al. (2009) beberapa hal yang perlu dikaji dalam aspek teknis antara lain lokasi bisnis, luas produksi, proses produksi, layout, dan pemilihan jenis teknologi dan equipment. 21

38 1) Lokasi Bisnis Variabel yang mempengaruhi pemilihan lokasi bisnis ini terdiri atas variabel utama dan variabel bukan utama yang dimungkinkan untuk berubah. Variabel utama antara lain (1) ketersedian bahan baku, bila suatu usaha memerlukan bahan baku dalam jumlah yang besar maka bahan baku menjadi variabel yang cukup penting dalam penentuan lokasi bisnis sehingga pengusaha perlu mengetahui jumlah bahan baku yang dibutuhkan, kelayakan harga bahan baku, kapasitas, kualitas, dan kontinuitas sumber bahan baku, serta biaya pendahuluan yang diperlukan sebelum bahan baku diproses. (2) letak pasar yang dituju, informasi yang perlu diperoleh antara lain daya beli konsumen, pesaing dan analisis pasar lainnya. (3) Tenaga listrik dan air, pada perusahaan yang menggunakan listrik dalam jumlah besar tentu perlu mengetahui ketersediaan listrik di suatu lokasi. Sama halnya dengan kebutuhan air bagi perusahaan yang menggunakan air cukup banyak. (4) Supply tenaga kerja yang sangat mempengaruhi biaya produksi yang ditanggung oleh perusahaan harus tersedia dengan baik. (5) Fasilitas transportasi, hal ini berkaitan dengan pertimbangan bahan baku dan pertimbangan pasar. Jika lokasi berdekatan dengan sumber bahan baku, maka pertimbangan utama adalah transportasi menuju pasar. Sedangkan variabel bukan utama antara lain (1) hukum dan peraturan di Indonesia maupun di tingkat lokal pada rencana lokasi, karena dimungkinkan ada peraturan yang melarang pendirian suatu bisnis di suatu lokasi atau adanya keringanan dari pemerintah untuk mendirikan suatu lokasi. (2) Sikap dari masyarakat setempat yang mendukung atau tidak pada pendirian suatu bisnis. (3) Rencana masa depan perusahaan dalan kaitannya dengan perluasan bisnis. 2) Luas Produksi Beberapa faktor yang mempengaruhi penentuan luas produksi yaitu batasan permintaan, tersedianya kapasitas mesin, jumlah dan kemampuan tenaga kerja pengelolaan proses produksi, kemampuan finansial dan manajemen perusahaan, dan kemungkinan adanya perubahan teknologi produksi di masa yang akan datang. Pada produk baru, kapasitas produksi 22

39 biasanya masih belum optimal, namun sebaiknya kapasitas produksi ini masih berada di tingkat titik impas. 3) Proses Produksi Proses produksi terdiri atas 3 jenis yaitu proses produksi yang terputus-putus, proses produksi yang kontinu, dan proses produksi kombinasi. 4) Layout Layout ini mencakup layout site, layout pabrik, layout bangunan bukan pabrik, dan fasilitas-fasilitanya. Kriteria-kriteria yang dapat digunakan yakni kosistensi dengan teknologi produksi, arus produk dalam proses produksi yang lancar dari satu proses ke proses lain, penggunaan ruangan yang optimal, kemudahan melakukan ekspansi, meminimisasi biaya produksi, dan memberikan jaminan yang cukup untuk keselamatan tenaga kerja. 5) Pemilihan Jenis Teknologi dan Equipment Pada dasarnya pemilihan teknologi ini berpatokan pada seberapa jauh derajat mekanisasi yang diinginkan dan manfaat ekonomi yang diharapkan. Saat ini digunakan pula teknologi tepat yang dalam hal ini dapat digunakan kriteria tentang penggunaan potensi ekonomi lokal dan kesesuaian dengan kondisi sosial budaya setempat. Pemilihan mesin dan peralatan serta jenis teknologi mempunyai hubungan yang erat sekali karena pemilihan mesin wajib mengikuti ketentuan jenis teknologi yang telah ditetapkan walaupun juga mempertimbangkan faktor non teknologi lainnya seperti keadaan infrastruktur dan fasilitas pengangkutan mesin, keadaan fasilitas pemeliharaan dan perbaikan mesin dan peralatan yang ada di sekitar lokasi bisnis, kemungkinan memperoleh tenaga ahli yang akan mengelola mesin dan peralatan tersebut Aspek Manajemen dan Hukum Analisis manajerial diperlukan agar pelaksanaan bisnis dapat berjalan dengan baik sesuai dengan rancangan yang telah dibuat. Analisis aspek manajemen dibagi kedalam dua kelompok yaitu manajemen dalam pembangunan bisnis dan manajemen dalam masa operasi. Dalam masa pembangunan bisnis, hal yang perlu dipelajari meliputi pelaksana bisnis, jadwal penyelesaian bisnis 23

40 tersebut, pelaku studi masing-masing aspek kelayakan bisnis. Sedangkan manajemen dalam operasi meliputi struktur organisasi, deskripsi masing-masing jabatan, jumlah tenaga kerja yang diperlukan, dan menentukan anggota direksi dan tenaga inti. Analisis aspek hukum diperlukan dengan mempertimbangkan bentuk badan hukum dari badan usaha yang telah dibangunnya. Pertimbangan ini didasarkan dari kekuatan hukum, konsekuensi, dan mempelajari jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat, dan izin Aspek Sosial, Ekonomi, Budaya Analisis ini akan menilai apa dampak sosial, ekonomi, dan budaya terhadap masyarakat keseluruhan. Pada aspek sosial yang dinilai antara lain penambahan kesempatan kerja atau pengurangan pengangguran, pemerataan kesempatan kerja dan pengaruh bisnis tersebut terhadap lingkungan sekitar lokasi bisnis. Sedangkan dari aspek ekonomi akan dinilai apakah suatu bisnis mampu memberikan peluang peningkatan pendapatan masyarakat, pendapatan asli daerah, pendapatan dari pajak, dan dapat menambah aktivitas ekonomi. Aspek budaya dapat dianalisis melalui dampak adanya bisnis pada budaya masyarakat sekitar. Suatu bisnis tidak akan ditolak bila secara sosial budaya dapat diterima oleh masyarakat dan secara ekonomi mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Aspek Lingkungan Pembangunan suatu usaha tentu akan memberikan dampak bagi lingkungan baik secara langsung maupun tidak langsung. Analisis aspek lingkungan diperlukan untuk menganalisis dampak tersebut. Suatu bisnis tidak akan dapat bertahan jika tidak bersahabat dengan lingkungan sehingga sebelum membangun sebuah usaha diperlukan analisis lingkungan Aspek Finansial Aspek finansial bersifat sangat kuantitatif karena analisis ini mengkaji jumlah dana yang dibutuhkan untuk membangun dan mengoperasikan kegiatan bisnis. Selain itu, aspek ini juga memperhitungkan penerimaan yang diperoleh 24

41 selama suatu usaha berjalan. Beberapa data yang diperlukan antara lain biaya investasi, biaya operasional yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel serta penerimaan yang diperoleh selama umur usaha. Data-data ini akan diolah dengan menggunakan analisis kelayakan bisnis berupa kriteria investasi seperti Net Present Value (NPV), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PBP). Adanya perubahan-perubahan yang mungkin terjadi selama bisnis berjalan dapat dianalisis dengan menggunakan analisis sensitivitas dan analisis nilai pengganti (Switching Value Analysis) Kriteria Kelayakan Investasi Dalam menganalisis kelayakan suatu usaha maka perlu ditinjau dari aspek penanaman investasinya sehingga kelayakan usaha harus pula dilihat dari sisi kelayakan investasi. Beberapa kriteria kelayakan investasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1) Net Present Value (NPV) 2) Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) 3) Internal Rate of Return (IRR) 4) Payback Period Biaya dan Manfaat Pada umumnya biaya seringkali lebih mudah diperkirakan dibandingkan dengan manfaat yang akan diperoleh. Berdasarkan pengertiannya, biaya adalah segala sesuatu yang mengurangi tujuan bisnis yakni manfaat. Menurut Gittinger (1982) biaya yang digunakan dalam suatu bisnis dapat digolongkan ke dalam tujuh kelompok yakni : 1) Barang-barang fisik, biaya jenis ini pada umumnya mudah diidentifikasi. Contoh barang-barang fisik antara lain saluran irigasi, pupuk, dan obatobatan, bahan untuk bangunan rumah, dan bangunan. Namun penentuan kapan dan berapa banyak barang ini diperlukan agak sulit dipastikan. 2) Tenaga Kerja 3) Lahan, tidak terlalu sulit untuk menetukan lokasi tanah yang cocok untuk bisnis maupun jumlah yang dibutuhkan. 25

42 4) Cadangan-cadangan tak terduga, biaya tak terduga dibagi kedalam biaya tak terduga fisik dan biaya tak terduga harga. Biaya tak terduga harga juga dibagi ke dalam dua golongan yakni perubahan harga relatif dan inflasi umum. Biaya tak terduga fisik dan biaya tak terduga harga membantu kenaikan biaya relatif yang didasarkan pada harapan kita mengenai perubahan fisik dan harga yang terjadi. 5) Pajak 6) Jasa Pinjaman, biaya jasa pinjaman pada analisis keuangan terdiri dari bunga dan pelunasan kembali pinjamannya. 7) Biaya-Biaya Tidak Diperhitungkan, yaitu semua biaya yang dikeluarkan pada waktu yang lampau yang didasarkan pada suatu usulan investasi yang baru biasanya biaya ini juga disebut sebagai Sunk cost. Menurut Mulyadi (2000), biaya juga dapat digolongkan berdasarkan fungsi pokok dalam perusahaan. Terdapat tiga fungsi pokok biaya yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum. Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap dijual. Menurut objek pengeluarannya, biaya produksi dibagi menjadi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik baik yang bersifat variabel maupun tetap. Adapun pengertian dari biayabiaya tersebut antara lain: 1) Biaya bahan baku, yakni seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh bahan baku. 2) Biaya tenaga kerja, sebenarnya biaya tenaga kerja terbagi menjadi biaya tenaga kerja langsung dan tidak langsung. Biaya tenaga kerja langsung merupakan imbalan yang diberikan pada tenaga kerja yang terlibat langsung dalam menghasilkan output. Sedangkan biaya tenaga kerja tidak langsung merupakan imbalan yang diberikan pada tenaga kerja, akan tetapi manfaatnya tidak dapat diidentifikasikan pada produk yang dihasilkan perusahaan. Biaya tenaga kerja yang diperhitungkan dalam biaya produksi merupakan biaya tenaga kerja langsung. 3) Biaya overhead yakni biaya yang secara tidak langsung mempengaruhi proses produksi. Biaya overhead tetap adalah biaya overhead yang tidak 26

43 berubah dengan perubahan jumlah produksi. Sedangkan biaya overhead variabel yaitu biaya yang berubah sebanding dengan perubahan jumlah produksi perusahaan. Biaya pemasaran merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contoh biaya ini antara lain biaya iklan, promosi, transportasi, dan pengiriman. Sedangkan biaya administrasi dan umum merupakan biaya-biaya untuk yang dikeluarkan untuk mengkoordinasikan kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contoh biaya ini antara lain gaji karyawan bagian keuangan, personalia, biaya fotocopy, dan lain-lain. Dalam pembuatan produk, terdapat dua kelompok biaya yakni biaya produksi dan biaya non produksi. Biaya produksi membentuk harga pokok produksi. Penentuan harga pokok produksi terbagi menjadi dua metode yakni full costing dan variable costing: 1) Full costing merupakan metode harga pokok produksi dengan memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan over head pabrik baik yang berperilaku secara langsung maupun tidak langsung. Dengan kata lain metode full costing memperhitungkan biaya variabel dan biaya tetap dimana biaya tetap terdiri dari biaya produksi tetap dan biaya penyusutan. 2) Variable Costing merupakan metode yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang bersifat variabel seperti biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead variabel. Namun pada penelitian ini, perhitungan harga pokok produksi tidak menggunakan metode variabel costing karena perhitungan variabel costing tidak menggambarkan keseluruhan biaya yang digunakan untuk menghasilkan produk. Harga pokok produksi yang ditambah dengan biaya non produksi (biaya pemasaran, administrasi, dan umum) digunakan untuk menghitung total harga pokok produk. Harga pokok produk merupakan semua biaya yang berkaitan dengan produk (barang) yang dihasilkan. 27

44 Manfaat dapat dibagi ke dalam tiga golongan besar yakni Tangible Banefit, Indirect Benefit, dan Intangible Benefit (Nurmalina et al. 2009). 1) Tangible Benefit, merupakan manfaat yang dapat diukur. Manfaat ini dapat diperoleh melalui (1) peningkatan produksi (2) perbaikan kualitas produk karena jika kualitas meningkat maka harga dapat meningkat sehingga dengan jumlah yang sama total penerimaan akan meningkat pula, (3) perubahan waktu dan lokasi penjualan baik yang berhubungan dengan peningkatan ketersediaan produk sepanjang waktu maupun penurunan biaya transportasi, (4) perubahan bentuk produk yang meliputi pengolahan lebih lanjut dan penetapan grading pada produk, (5) mekanisasi pertanian sehingga mampu mengurangi biaya misalnya karena menurunnya penggunaan tenaga kerja, (6) penggunaan biaya transportasi, (7) penurunan atau menghidari kerugian. 2) Indirect Benefit, yakni manfaat yang dirasakan di luar bisnis itu sendiri sehingga mempengaruhi keadaan eksternal bisnis. 3) Intangible Benefit, yakni manfaat yang riil namun sulit diukur contohnya manfaat keindahan, kenyamanan, dan kesegaran pada bisnis pertamanan Incremental Net Benefit (INB) Peningkatan manfaat dapat diperoleh jika suatu usaha mengalami perkembangan. Jika dimisalkan usaha yang sadang berjalan saat ini adalah usaha tanpa proyek dan usaha yang mengalami perkembangan adalah usaha dengan proyek maka akan diperoleh komponen biaya dan manfaat setelah dan sesudah adanya proyek. Perbedaan besaran angka kondisi tanpa dan dengan bisnis ini, merupakan besaran yang sebenarnya yaitu sebagai pengaruh adanya investasi. Penilaian INB juga dapat menggunakan kriteria investasi seperti NPV, IRR, Net B/C, dan Payback period. Penilaian ini dapat digunakan untuk melihat kelayakan peningkatan manfaat tersebut. Terdapat beberapa macam peningkatan manfaat bersih (Gittinger 1982 diacu dalam Nurmalina et al. 2009) yakni: 1) Peningkatan manfaat bersih yang tidak terlalu besar di daerah dengan prospek produksi komoditi pertanian yang cukup baik. Artinya tanpa adanya proyek 28

45 pun produksi di daerah tersebut akan meningkat namun dengan laju yang relatif lambat. 2) Pengaruh manfaat bersih yang cukup besar di daerah dengan prospek produksi komoditi pertanian yang cukup baik. Kadang kala tidak dilakukannya suatu proyek akan mengakibatkan penurunan produksi yang cukup besar sehingga dengan adanya proyek peningkatan manfaat bersih akan cukup baik. 3) Peningkatan manfaat bersih di daerah dengan propek produksi komoditi pertanian yang terbatas. Pada kasus ini, adanya proyek akan menghasilkan manfaat bersih baru namun juga akan mengurangi manfaat bersih yang ada sebelumnya, maka manfaat bersih yang sebenarnya adalah perbedaan antara total manfaat bersih adanya bisnis yang dikurangi dengan nilai manfaat bersih yang hilang. 4) Peningkatan manfaat bersih di daerah yang sebelumnya tidak diusahakan sama sekali. Hal ini disebabkan tidak adanya perubahan produksi yang terjadi jika tidak ada proyek yang dijalankan. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Peternakan merupakan salah satu sektor yang penting bagi pemenuhan gizi masyarakat terutama protein hewani. Salah satu produk hasil peternakan adalah susu. Konsumsi susu saat ini telah mengalami perkembangan namun jumlah konsumsi susu saat ini di Indonesia masih cukup rendah jika dibandingkan dengan negara lain. Saat ini susu yang banyak dikonsumsi adalah susu sapi, berbeda dengan susu kambing yang tingkat konsumsinya lebih rendah. Selain karena tingkat produksinya yang masih terbatas, susu kambing juga masih belum populer padahal susu kambing memiliki lebih banyak manfaat dibandingkan dengan susu sapi. Selain itu harga jual susu kambing yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan harga jual susu sapi menyebabkan usaha peternakan susu kambing perah ini sangat potensial untuk dikembangkan. Prima Fit merupakan salah satu peternakan yang terdapat di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Peternakan ini memiliki tiga unit peternakan yakni 29

46 kambing perah, sapi perah, dan kuda pacu. Namun unit peternakan yang telah lama berjalan adalah peternakan kambing. Melihat potensi peternakan kambing yang begitu besar, peternakan ini juga akan melakukan pengembangan usaha berupa penambahan populasi kambing perah laktasi I sebanyak 50 ekor. Untuk mengetahui kelayakan pengembangan usaha ternak yang dilakukan oleh peternakan Prima Fit maka perlu dilakukan berbagai analisis. Pada aspek pasar perlu diketahui jumlah permintaan susu kambing, harga jual susu kambing, penawaran susu kambing baik yang berasal dari peternakan Prima Fit maupun dari peternakan lain, dan pemasaran susu kambing. Pada aspek teknis perlu dikaji lokasi usaha peternakan Prima Fit, luas produksi yang dijalankan saat ini, proses budidaya kambing perah yang dilakukan oleh peternakan Prima Fit. Pada aspek manajemen dan hukum harus diketahui dengan jelas mengenai legalitas usaha ternak dan struktur organisasi usaha ternak di peternakan Prima Fit. Pada aspek sosial, ekonomi, dan budaya perlu dianalisis mengenai dampak keberadaan peternakan Prima Fit yang dilihat dari sisi sosial, ekonomi, dan budaya. Pada aspek lingkungan perlu diketahui apakah peternakan Prima Fit memberikan dampak yang merugikan bagi lingkungan atau tidak. Pada aspek finansial perlu dilihat kelayakan pengembangan usaha ternak dengan membandingkan kondisi kelayakan usaha ternak jika tidak dilakukan pengembangan usaha (skenario I) dengan kondisi kelayakan usaha ternak jika dilakukan pengembangan usaha (skenario II). Analisis kelayakan didasarkan pada kriteria kelayakan investasi seperti NPV, Net B/C, IRR, dan Payback period. Dasar penggunaan dua skenario ini adalah untuk melihat kelayakan usaha ternak kambing perah di Peternakan Prima Fit jika peternakan tidak melakukan pengembangan usaha dan ketika Peternakan melakukan pengembangan usaha. Hasil tersebut kemudian dibandingkan sehingga dapat diperoleh keputusan mengenai layak atau tidaknya pengembangan usaha. Beberapa perubahan yang dapat mempengaruhi kelayakan pengembangan usaha ternak di peternakan Prima Fit antara lain perubahan jumlah produksi susu kambing, harga susu kambing, dan harga ampas tempe. Untuk itu perlu dilakukan analisis sensitivitas dengan menggunakan analisis switching value karena sampai saat ini belum terjadi fluktuasi harga susu kambing, jumlah produksi susu 30

47 kambing, dan harga ampas tempe. Jika hasil analisis finansial menunjukan bahwa kedua skenario layak untuk dilaksanakan, maka analisis switching value hanya dilakukan pada skenario I. Hal ini dilakukan untuk melihat perubahan maksimal pada harga susu kambing, jumlah produksi susu kambing, dan harga ampas tempe pada usaha ternak ketika tidak dilakukan pengembangan usaha. Hasil Switching value pada skenario ini dapat digunakan juga untuk melihat kelayakan pada skenario II ketika terjadi perubahan sebesar switching value tersebut. Hal ini dilakukan untuk melihat kondisi kelayakan usaha ternak ketika dilakukan pengembangan usaha setelah adanya perubahan maksimal pada usaha ternak ketika tidak dilakukan pengembangan usaha. Hasil dari analisis kelayakan ini dapat dijadikan pedoman bagi peternakan Prima Fit untuk menjalankan pengembangan usaha. Apabila hasil analisis kelayakan menunjukan bahwa pengembangan usaha ternak kambing perah ini layak maka pengembangan usaha ini dilanjutkan dan bila tidak layak maka perlu pertimbangan dari pihak peternakan Prima Fit mengenai tindakan yang akan dijalankan oleh peternakan selanjutnya. 31

48 Peternakan Prima Fit Peternakan Kuda Pacu Peternakan Kambing Perah Peternakan Sapi Perah Adanya prospek yang cukup baik pada usaha ternak kambing perah dilihat dari keunggulan yang dimiliki seperti tingkat harga dan kandungan gizi yang cukup tinggi. Adanya permintaan yang tinggi tidak diimbangi dengan hasil produksi susu kambing oleh peternakan Prima Fit sehingga perusahaan tidak mampu memenuhi seluruh permintaan yang ada. Adanya rencana pengembangan usaha ternak kambing perah di peternakan Prima Fit sebagai upaya untuk memenuhi permintaan. Mengkaji kelayakan pengembangan usaha ternak kambing perah peternakan Prima Fit dari berbagai aspek. Analisis Kelayakan Usaha Analisis non Finansial : 1. Aspek pasar 2. Aspek teknis 3. Aspek manajemen dan hukum 4. Aspek sosial, ekonomi, dan budaya 5. Aspek lingkungan Skenario I Analisis Finansial Kriteria Kelayakan Investasi : 1. NPV 2. Net B/C 3. IRR 4. Payback period Skenario II Layak Tidak Layak Pengembangan Usaha Ternak dilanjutkan Analisis Switching Value dan Sensitivitas Gambar 2. Bagan Alur Kerangka Pemikiran Operasional 32

49 IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan kambing perah Prima Fit yang terletak di Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan sengaja (purposive sampling) mengingat Kecamatan Ciampea merupakan salah satu kecamatan yang memiliki populasi kambing PE yang cukup tinggi seperti yang tertera pada Lampiran 3. Peternakan ini dipilih juga didasarkan atas pertimbangan adanya potensi untuk pengembangan usaha karena permintaan yang ada masih belum dapat terpenuhi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2010 sampai dengan bulan Mei 2010 dengan penelitian di lapang yang dilakukan pada bulan Maret Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer yang diperoleh meliputi : 1) Data keuangan yang mencakup penerimaan, biaya-biaya operasional, biaya investasi yang telah dikeluarkan sampai dengan biaya investasi yang akan digunakan untuk mengembangkan usaha. 2) Aspek-aspek non finansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya, serta aspek lingkungan. Pengumpulan data ini dilakukan melalui metode wawancara langsung, dan observasi lapang. Sumber data primer terdiri dari beberapa responden yang relevan memberikan informasi yang dibutuhkan peneliti. Responden yang diwawancarai antara lain pemilik peternakan, karyawan peternakan (dua orang), konsumen susu kambing Prima Fit, masyarakat sekitar peternakan seperti sekretaris Desa Cibuntu, ketua Rukun Warga (RW) 3, ketua Rukun Tetangga (RT) 1, ketua RT 2, ketua RT 3, dan pihak terkait seperti Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. 33

50 Data sekunder diperoleh melalui studi literatur, Perpustakaan Lembaga Sumberdaya Informasi (LSI) IPB, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bogor, Perpustakaan Departemen Agrbisnis, dan informasi dari media internet. 4.3 Metode Penentuan Responden Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara dengan pihak-pihak peternakan yang terkait seperti pemilik, dan karyawan peternakan serta masyarakat sekitar. Menurut Cooper (2006) pemilihan semacam ini disebut sebagai metode non probablitity sampling. Metode ini terdiri atas beberapa metode, tetapi metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling karena pemilihan sampel didasarkan atas berbagai pertimbangan seperti pengetahuan, keahlian serta pengalaman sampel. Pertimbangan-pertimbangan tersebut secara langsung diberikan oleh peneliti pada mereka. 4.4 Metode Pengolahan Data Data primer yang diperoleh diolah untuk dapat diinterpretasikan sehingga diperoleh hasil penelitian yang diinginkan. Pengolahan dan analisis data primer ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif pada data yang telah diperoleh, ditujukan untuk memperoleh gambaran mengenai aspek-aspek non finansial pada pengembangan usaha peternakan Prima Fit yang meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi dan budaya serta aspek lingkungan. Sedangkan data kuantitatif untuk analisis aspek finansial yang meliputi data penjualan, biaya-biaya operasional dan investasi pada pengembangan usaha peternakan Prima Fit diolah dengan memanfaatkan program komputer Microsoft excel 2007 dan disajikan dalam bentuk tabulasi untuk dapat mempermudah pemahaman Aspek Non Finansial Aspek non finansial merupakan aspek-aspek yang tidak terkait dengan kondisi finansial pengembangan usaha ternak di peternakan Prima Fit. Aspek non finansial terdiri dari aspek pasar, aspek teknis aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya serta aspek lingkungan. 34

51 Aspek Pasar Aspek pasar menempati urutan yang pertama dalam studi kelayakan. Pengembangan usaha ternak kambing perah di peternakan Prima Fit dikatakan layak bila tidak terdapat masalah pemasaran yang dapat menghambat jalannya pengembangan usaha peternakan kambing perah ini, masih terbukanya peluang pemasaran susu kambing sehingga seluruh hasil produksi susu kambing yang dihasilkan dapat diterima oleh pasar Aspek Teknis Aspek teknis meliputi proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut selesai dibangun sehingga pada pengembangan usaha peternakan kambing perah di peternakan Prima Fit dapat dikatakan layak dalam aspek teknis bila lokasi peternakan mampu menunjang pengembangan usaha tersebut, luas produksi sudah optimal, layout peternakan sesuai sehingga mampu memperlancar proses produksi, pemilihan teknologi sudah tepat, kondisi kandang, pemberian pakan dan air, penanganan penyakit pada kambing perah, teknik perkawinan dan penanganan kelahiran, teknik pemerahan serta penanganan pasca panen telah tepat sehingga tidak menghambat jalannya pengembangan usaha Aspek Manajemen dan Hukum Aspek manajemen pada pengembangan usaha peternakan kambing perah di peternakan Prima Fit dapat dikatakan layak bila manajemen sumberdaya manusia yang terdapat pada usaha peternakan tersebut telah dikelola dengan baik, pemberian gaji telah sesuai, memiliki laporan keuangan. Pada aspek hukum sebuah usaha ternak layak dilaksanakan bila telah memiliki izin persetujuan lingkungan dari pihak Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), atau pihak Desa. Izin dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor baru diperoleh jika populasi kambing perah telah mencapai lebih dari 300 ekor. 35

52 Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya Pengembangan usaha kambing perah pada peternakan Prima Fit dikatakan layak pada aspek sosial, ekonomi, dan budaya bila mampu meningkatkan kesempatan kerja, pendapatan masyarakat, serta pendapatan asli daerah Kabupaten Bogor. Selain itu, pengembangan usaha ternak kambing perah ini juga diharapkan tidak bertentangan dengan budaya masyarakat Aspek Lingkungan Pada aspek lingkungan, pengembangan usaha peternakan kambing perah di peternakan Prima Fit dikatakan layak bila bisnis tidak memberikan dampak yang merugikan misalnya dengan pengelolaan limbah peternakan yang kurang baik sehingga dapat mengganggu kehidupan masyarakat sekitar Aspek Finansial Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial pengembangan usaha tersebut. Analisis pada aspek finansial dapat dilihat dari perhitungan harga pokok produk, kriteria kelayakan investasi, analisis sensitivitas, dan analisis switching value Harga Pokok Produk Perhitungan harga pokok produksi yaitu: Biaya Bahan Baku xxx Biaya Tenaga Kerja Langsung xxx Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung xxx Biaya Overhead Tetap xxx Biaya Overhead Variabel xxx + Harga Pokok Produksi xxx 1) Biaya bahan baku tidak digunakan dalam proses produksi susu kambing karena tidak ada komponen bahan mentah yang menjadi bagian dari produk akhir susu kambing. Biaya bahan baku akan dialihkan menjadi biaya sarana produksi seperti: ampas tempe, obat-obatan, susu sapi, dan untuk anak kambing. 36

53 2) Biaya tenaga kerja yang terbagi menjadi biaya tenaga kerja langsung dan tidak langsung. Biaya tenaga kerja langsung termasuk ke dalam biaya produksi sedangkan biaya tenaga kerja tidak langsung termasuk ke dalam biaya non produksi. 3) Biaya overhead tetap antara lain biaya transportasi, listrik, pajak dan komunikasi. Sedangkan contoh biaya overhead variabel antara lain biaya kemasan produk. Setelah dilakukan perhitungan harga pokok produksi maka dapat dilakukan perhitungan harga pokok produk dengan menambahkan harga pokok produksi dengan biaya non produksi seperti pemasaran, administrasi dan umum. Dalam penelitian ini tidak menggunakan penggolongan biaya seperti di atas tetapi digunakan penggolongan biaya seperti biaya variabel, dan biaya tetap. Biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead variabel digolongkan menjadi biaya variabel. Biaya tenaga kerja tidak langsung, overhead tetap, biaya pemasaran serta biaya administrasi dan umum digolongkan menjadi biaya tetap, dimana biaya penyusutan termasuk dalam biaya overhead tetap. Dengan demikian, HPP dapat dihitung dengan menggunakan cara: Total Biaya Variabel xxx Total Biaya Tetap xxx + Total Harga Pokok Produk xxx Untuk mengetahui harga pokok produk per unit mka total harga pokok produk harus dibagi dengan jumlah produk yang dihasilkan Kriteria Kelayakan Investasi Kelayakan suatu usaha dapat ditinjau dari berbagai hal, salah satunya melalui kriteria kelayakan investasi. Namun sebelum membahas lebih lanjut, perlu diketahui bahwa seluruh biaya dan manfaat harus dinilai-kinikan (diskonto). Hal ini terkait dengan adanya preferensi uang terhadap waktu dimana sejumlah uang yang ada saat ini akan lebih disukai dari pada sejumlah uang yang sama di masa yang akan datang sehingga untuk dapat dibandingkan maka perlu mengkonversi nilai uang dengan dengan menggunakan discount factor (DF) yang besarnya mengikuti rumus : 37

54 DF =..... (1) Keterangan : i : Discount rate (DR) sebesar 6,0% t : tahun saat biaya dikeluarkan atau manfaat diperoleh Dalam menghitung DF perlu diketahui nilai discount rate (DR). Biasanya nilai DR ini didasarkan pada tingkat bunga deposito atau bunga pinjaman. Penggunaan DF erat kaitannya dengan preferensi uang atas waktu, nilai uang saat ini lebih disukai dari pada nilai uang dengan jumlah yang sama pada masa yang akan datang sehingga agar seluruh manfaat dan biaya dapat dibandingkan maka digunakanlah DF. Beberapa kriteria investasi yang dapat digunakan antara lain : 1) Net Present Value (NPV) NPV merupakan selisih antara total present value manfaat dengan total present value biaya atau jumlah present value manfaat bersih tambahan selama umur usaha. NPV memiliki nilai satuan mata uang (Rp) dengan rumus: (2) Keterangan : B t = Penerimaan pada tahun t C t = Biaya-biaya pada tahun t t = Tahun kegiatan bisnis i = Tingkat DR sebesar 6,0% Kriteria kelayakan menurut NPV yakni : NPV > 0, pengembangan usaha ternak kambing perah Peternakan Prima Fit layak untuk dijalankan. NPV < 0, pengembangan usaha ternak kambing perah Peternakan Prima Fit tidak layak untuk dijalankan. 38

55 2) Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) Net B/C adalah rasio antara manfaat bersih yang menguntungkan bisnis dengan manfaat bersih yang merugikan bisnis. Secara matematis, net B/C dapat dirumuskan sebagai berikut : Net B/C = n t 1 n t 1 Bt Ct t (1 i) Bt Ct t (1 i) Keterangan : B t = Penerimaan pada tahun t C t = Biaya-biaya pada tahun t i = Tingkat DR sebesar 6,0 % t = Tahun Kriteria kelayakan menurut Net B/C yakni : Net B/C > 1, pengembangan usaha ternak kambing perah Peternakan Prima Fit tidak layak untuk dijalankan. Net B/C < 1, pengembangan usaha ternak kambing perah Peternakan Prima Fit tidak layak untuk dijalankan. 3) Internal Rate of Return (IRR) Kelayakan investasi juga dapat dilihat dari seberapa besar pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan. IRR menunjukan tingkat discount rate (DR) yang menghasilkan NPV sama dengan nol dengan satuan persentase. Perhitungan tingkat IRR dapat dilakukan dengan menggunakan metoda interpolasi di antara tingkat DR yang lebih rendah (yang menghasilkan NPV positif) dengan tingkat DR yang lebih tinggi (yang menghasilkan NPV negatif). Berikut rumus IRR :... (4) Keterangan : i 1 i 2 NPV 1 NPV 2 = DR yang menghasilkan NPV positif = DR yang menghasilkan NPV negatif = NPV positif = NPV negatif (B t - C t ) > (3) (B t - C t ) < 0 39

56 Kriteria kelayakan dilakukan dengan membandingkan nilai IRR dengan tingkat DR yang digunakan. Tingkat DR yang digunakan dalam penelitian sebesar 6,0% yang merupakan bunga deposito Bank Centra Asia (BCA). Pemilihan bunga ini disebabkan oleh pemilik peternakan menggunakan dana milik sendiri untuk mendirikan usaha dan Bank yang digunakan oleh pemilik dalam menyimpan uang dan bertransaksi yaitu BCA. Dengan demikian kriteria kelayakan menurut IRR yakni : IRR > 6,0%, pengembangan usaha ternak kambing perah Peternakan Prima Fit tidak layak untuk dijalankan. IRR < 6,0%, pengembangan usaha ternak kambing perah Peternakan Prima Fit tidak layak untuk dijalankan. 4) Payback Period Kriteria ini mengukur seberapa cepat pengembalian investasi pada suatu usaha. Namun terdapat kelemahan pada kriteria ini yakni diabaikannya time value of money dan diabaikannya cashflow setelah periode payback. Untuk mengatasi kelemahan yang pertama, maka terkadang digunakan discounted payback period. Adapun rumus payback period adalah... (5) Keterangan : I = Besarnya investasi yang diperlukan Ab= Manfaat bersih rata-rata per tahun yang didiskontokan selama lima tahun. Semakin kecil nilai payback period pada pengembangan usaha ternak kambing perah di peternakan Prima Fit ini maka akan semakin cepat pengembalian investasi yang telah dikeluarkan sehingga pengembangan usaha ini akan semakin layak untuk dilaksanakan. Jika payback period lebih cepat dibandingkan dengan umur usaha yaitu lima tahun maka pengembangan usaha ternak ini layak untuk dilaksanakan Analisis Nilai Pengganti (Switching Value Analysis) Analisis ini dilakukan untuk mengetahui perubahan maximum dari perubahan suatu komponen inflow (penurunan harga susu kambing, dan 40

57 penurunan produksi susu kambing) dan outflow yang dapat ditoleransi sehingga bisnis masih tetap layak untuk dilaksanakan. Oleh karena itu, perubahan tidak boleh melebihi nilai tersebut. Bila melebihi nilai tersebut maka pengembangan usaha menjadi tidak layak. Analisis switching value dapat dilakukan dengan menghitung secara coba-coba perubahan maksimum yang boleh terjadi akibat perubahan di dalam komponen inflow. Pada usaha peternakan Prima Fit, analisis Switching Value akan dilakukan untuk mangetahui harga maksimum peningkatan harga ampas tempe sebagai komponen biaya operasional terbesar, penurunan harga susu kambing, jumlah produksi susu kambing sebagai ouput utama sehingga pengembangan usaha masih dapat dikatakan layak untuk dilaksanakan. Untuk mempermudah perhitungan, maka switching value dapat dicari dengan metode interpolasi. Adapun rumus dari metode interpolasi ini yakni :... (6) Keterangan : Δi 1 = Perubahan yang menhasilkan NPV positif Δi 2 = Perubahan yang menhasilkan NPV negatif NPV 1 = NPV positif NPV 2 = NPV negatif Analisis Sensitivitas Analisis ini digunakan untuk melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis kelayakan. Analisis sensitivitas dilakukan dengan cara mengubah besarnya variabel-variabel yang penting. Pada penelitian ini perubahan ditentukan berdasarkan hasil analisis switching value dengan melakukan perubahan secara terpisah antar variabel. Kemudian dinilai seberapa besar sensitivitas perubahan variabel-variabel tersebut berdampak pada hasil kelayakan pengembangan (NPV, IRR, Net B/C, dan Payback Period). Analisis sensitivitas yang dilakukan pada peternakan Prima Fit digunakan untuk melihat kepekaan kelayakan pengembangan usaha ternak ini terhadap perubahan harga susu kambing, jumlah produksi susu kambing, dan harga ampas tempe yang dibeli. 41

58 4.5 Definisi Operasional Untuk menyamakan persepsi, maka batasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini perlu dipaparkan secara jelas. Adapun istilah operasional yang digunakan pada penelitian ini antara lain : 1) Usaha ternak kambing perah adalah semua kegiatan produksi usaha kambing perah dengan tujuan utama menghasilkan susu kambing, disamping menghasilkan anak untuk bibit/produksi daging. 2) Produksi susu adalah jumlah air susu yang dihasilkan oleh kambing-kambing laktasi selama satu periode laktasi (liter/ekor/hari). 3) Kambing laktasi adalah kambing perah yang sedang dalam masa produksi (menghasilkan susu untuk diperah). 4) Lama laktasi merupakan lama waktu berlangsungnya proses menghasilkan air susu dimulai sejak kejadian melahirkan sampai memasuki masa kering. 5) Periode laktasi adalah suatu tahapan dalam laktasi setelah kambing beranak dan menghasilkan air susu. 6) Satuan ternak (ST) adalah satuan yang digunakan untuk menentukan populasi ternak kambing dimana satu ekor kambing dewasa = 0,14 ST, satu ekor kambing dara = 0,07 ST, satu ekor anak kambing (umur < 0,5 tahun) = 0,035 ST (Setiadi et all. 1997). 7) Kotoran kambing perah merupakan sisa hasil metabolisme kambing perah yang dikeluarkan dalam bentuk feses dan urin kambing perah. 4.6 Asumsi Dasar Dalam menganalisis kelayakan pengembangan usaha ternak kambing perah di Peternakan Prima Fit secara finansial perlu digunakan beberapa asumsi. Asumsi-asumsi yang digunakan dalam perhitungan antara lain: 1. Periode usaha ditetapkan selam lima tahun. Periode usaha ini ditetapkan berdasarkan umur produktif dari kambing perah laktasi I yang merupakan investasi terbesar dalam pengembangan usaha dan investasi yang paling krusial atau paling dibutuhkan dalam pengembangan usaha ternak. 2. Seluruh modal yang digunakan dalam pengembangan usaha ternak kambing perah Peternakan Prima Fit ini menggunakan modal sendiri. 42

59 3. Harga seluruh input dan output yang digunakan dalam analisis ini bersumber dari hasil wawancara dan survey lapang pada pemilik peternakan, dan karyawan peternakan. 4. Harga seluruh input dan output yang digunakan dalam analisis ini konstan hingga akhir umur usaha, yang berlaku pada bulan Maret Dalam satu tahun diasumsikan terdiri dari 12 bulan, dan 360 hari. Sedangkan satu bulan diasumsikan terdiri dari 30 hari. 6. Populasi kambing diasumsikan baru ada pada bulan kelima tahun pertama, dimana kambing perah baru berproduksi setelah pembangunan kandang selama 4 bulan. 7. Selama periode usaha diasumsikan tidak terjadi pembelian kambing dari peternakan lain. 8. Diasumsikan seluruh kambing perah yang ada saat ini dibeli pada tahun pertama bulan kelima. 9. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus yakni : 10. Pajak pendapatan yang digunakan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2008, pasal 17 ayat 2 a, yang merupakan perubahan keempat atas undang-undang nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan, yaitu : Pasal 17 ayat 1 b. Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28% (dua puluh delapan persen). Pasal 17 ayat 2 a.tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b menjadi 25% (dua puluh lima persen) yang mulai berlaku sejak tahun pajak Tingkat diskonto yang digunakan merupakan tingkat suku bunga deposito Bank Centra Asia (BCA) pada tanggal 5 Mei yakni sebesar 6,0 persen per tahun. Pemilihan bunga deposito pada bank BCA karena pemilik peternakan memiliki tabungan di bank tersebut dan rekening tersebut sering digunakan untuk transaksi penjualan baik susu kambing, maupun produk sampingan lainnya. 12. Pada analisis switching value, diasumsikan komponen lain tidak berubah. 43

60 13. Jumlah produksi susu kambing selalu tetap yakni 0,66 liter per ekor per hari. 14. Nilai sisa kambing pada akhir umur usaha dihitung sebagai kambing afkir dengan harga Rp ,00 per kg berat hidup. Rincian berat hidup kambing sebagai berikut: Jenis Berat Hidup (kg) anak < 3 bulan 7 > 3 bulan 12 Dara < 12 bulan 15 > 12 bulan 20 Induk 30 Jantan Dewasa 50 44

61 V GAMBARAN UMUM PETERNAKAN PRIMA FIT 5.1 Lokasi Peternakan Peternakan kambing perah Prima Fit terletak di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, tepatnya peternakan terdapat di Jl. Sukamaju, Kampung Cibuntu Batas, Desa Cibuntu. Menurut pemilik, pemilihan lokasi didasarkan pada harga lahan yang masih murah sehingga modal yang digunakan untuk investasi lahan cukup rendah. Selain itu lokasi tersebut jauh dari jalan raya dan keramaian. Kondisi ini sangat cocok dengan karakteristik kambing perah yang mudah stres jika mendengar kebisingan. Kambing perah yang stres akan menghasilkan susu yang kurang baik seperti produksi susunya yang menurun maupun kulaitas susu yang kurang baik. Di lokasi ini terdapat kantor pemasaran dan juga kandang kambing perah. Secara topografi, Kecamatan Ciampea berada di ketinggian meter di atas permukaan laut sehingga Kecamatan Ciampea merupakan daerah yang cukup panas karena terletak di dataran rendah. Meskipun demikian, pembudidayaan kambing perah di daerah panas seperti ini dapat berjalan dengan cukup baik karena kambing merupakan hewan yang mampu hidup di daerah ekstrim baik ekstrim dingin maupun ekstrim panas (Williamson,1993). Bentuk Wilayah Kecamatan Ciampea yaitu 55 persen berombak sampai berbukit sedangkan sisanya memiliki bentuk wilayah berbukit sampai bergunung. Jarak Kecamatan Ciampea dengan pusat pemerintahan antara lain : 1. Desa/Kelurahan terjauh : 5 Km 2. Ibukota Kabupaten Bogor : 34 Km 3. Ibukota Provinsi Jawa Barat (Bandung) : 122 Km 4. Ibukota Negara RI (Jakarta) : 72 Km Dari data tersebut dapat diketahui bahwa Kecamatan Ciampea memiliki jarak yang tidak terlalu jauh dengan pusat pemerintahan Kabupaten Bogor sehingga penjualan produk serta pembelian input-input peternakan dapat dengan mudah dilakukan. Selain itu, lokasi peternakan juga dekat dengan Kota Jakarta yang merupakan pusat Negara Indonesia. Hal ini dapat menjadikan pemasaran produk serta pembelian input-input tertentu yang tidak terdapat di Kabupaten 45

62 Bogor, berjalan cukup mudah karena akses yang tersedia cukup mendukung berjalannya usaha ini, seperti alat transportasi yang memadai, dan jalan aspal yang cukup baik. Administrasi pemerintahan di Kecamatan Ciampea terdiri dari 13 Desa, 22 Dusun, 100 Rukun Warga (RW), dan 429 Rukun Tetangga (RT). Dengan luas wilayah sebesar 3.062,5 km 2 Kecamatan Ciampea terdiri dari 13 Desa yakni Desa Ciampea Udik, Cinangka, Cibuntu, Cicadas, Tegal Waru, Bojong Jengkol, Cihideung Udik, Cihideung Ilir, Cibanteng, Bojong Rangkas, Cibadak, Benteng, dan Ciampea. Desa Cibuntu merupakan salah satu Desa yang terdapat di Kecamatan Ciampea. Desa ini memiliki luas wilayah sebesar 254 Km 2 dengan jumlah penduduk sebanyak jiwa, sehingga Desa ini memiliki kepadatan sebesar 31,95 jiwa/km 2. Jumlah penduduk, luas Desa, dan kepadatan masing-masing Desa dapat dilihat pada Tabel 5. Kepadatan Desa Cibuntu menduduki posisi kedua se-kecamatan Ciampea sebagai Desa yang jarang penduduk sehingga masih terdapat banyak lahan yang dapat digunakan sebagai tempat usaha, salah satunya usaha peternakan dan lahan untuk hijauan ternak. Selain itu, secara tata ruang, Desa Cibuntu termasuk ke dalam pemukiman pedesaan I (PD I). Kategori PD I memiliki kondisi kepadatan yang rendah. Menurut Dinas Peternakan dan Perikanan, wilayah Desa yang termasuk PD I diizinkan untuk digunakan sebagai peternakan. Desa Cibuntu terletak di daerah dengan ketinggian meter di atas permukaan laut dengan curah hujan m 3. Pada kondisi demikian, kambing perah cocok untuk dibudayakan. Secara administrasi, Desa ini terbagi ke dalam 2 Dusun, 7 RW, dan 26 RT. Sedangkan batas wilayah Desa Cibuntu adalah sebagai berikut : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Cicadas 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Cinangka 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Ciampea Udik 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Ciaruteun Udik Sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Cibuntu sangat mendukung berkembangnya usaha peternakan kambing perah. Sarana dan prasarana tersebut 46

63 antara lain ketersediaan transportasi seperti angkutan kota dan ojeg, pengairan, telekomunikasi yang memadai, pemukiman, dan jaringan listrik. Tabel 5. Jumlah Penduduk, Luas Desa, dan Kepadatannya di Kecamatan Ciampea Tahun 2008 No Desa Jumlah Penduduk (Jiwa) Luas (Km 2 ) Kepadatan (Jiwa/Km 2 ) 1. Ciampea Udik ,87 2. Cinangka ,24 3. Cibuntu ,95 4. Cicadas ,33 5. Tegal Waru ,11 6. Bojong Jengkol ,38 7. Cihideung Udik ,1 8. Cihideung Ilir ,84 9. Cibanteng ,6 10. Bojong Rangkas , Cibadak , Benteng ,5 48, Ciampea ,39 Jumlah ,5 46,02 Sumber : Kecamatan Ciampea (2008) 5.2 Sejarah dan Perkembangan Peternakan Peternakan Prima Fit merupakan peternakan yang didirikan oleh Bapak H. Dwi Susanto pada tahun Sebelum menggeluti bidang peternakan pemilik bekerja di salah satu perusahaan besar sebagai manajer pemasaran. Selain itu pemilik juga merupakan salah satu pemegang saham di perusahaan tersebut dengan kepemilikan saham sebesar 10 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya pemilik telah memperoleh penghasilan yang cukup besar dan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Namun pemilik tertarik untuk terjun dalam bidang peternakan karena hobi memelihara hewan. Pemilik memilih untuk beternak kambing perah karena investasi yang dibutuhkan dalam memelihara kambing tidak terlalu besar sehingga dapat mengurangi risiko kerugian. Pakan kambing seperti rumput dan ampas tempe yang merupakan pakan berbiaya rendah dan tidak terpengaruh oleh inflasi juga menjadi pertimbangan mengapa pemilik memilih beternak kambing. Selain itu khasiat susu juga menjadi pertimbangan pemilik untuk memilih ternak jenis ini. Pada tahun 2008 pemilik melepaskan 47

64 pekerjaannya sebagai manajer dan menjual kepemilikan sahamnya untuk fokus pada usaha peternakan kambing perah ini. Pada awalnya pemilik hanya memelihara lima ekor kambing perah yang terdiri dari empat ekor kambing betina jenis kambing kacang yang dibeli di Pasar Leuwiliang dan seekor kambing jantan jenis peranakan etawa yang dibeli di Kaligesing, Purworejo. Alasan pemilihan kambing kacang sebagai induk betina karena kambing kacang merupakan kambing asli Indonesia sehingga cukup adaptif dengan kondisi Indonesia sehingga tahan terhadap penyakit. Alasan pemilihan kambing peranakan etawa sebagai induk jantan karena kambing peranakan etawa dapat menghasilkan susu yang cukup banyak dan kambing jenis ini sudah cukup adaptif dengan kondisi di Indonesia. Sebelum memiliki peternakan dengan luas lahan 1 ha seperti saat ini, pemilik hanya menyewa 0,5 ha di lahan yang sama tetapi karena peternakannya semakin maju maka pemilik membeli lahan yang semula ia sewa dan memperluas lahannya menjadi 1 ha. Pada tahun 2007 pemilik membeli lima ekor kambing perah jenis british alpine, saanen, boer, togenburg yang digunakan sebagai induk jantan sehingga anakan kambing perah yang dihasilkan merupakan keturunan yang baik. Modal awal yang digunakan oleh pemilik untuk membangun peternakan merupakan modal sendiri tanpa adanya dana pinjaman dari pihak manapun. Pada awal pendirian peternakan, pemilik memiliki dua orang tenaga kerja tetapi saat ini karyawan yang khusus menangani kambing perah berjumlah lima orang. Semua karyawan memperoleh fasilitas yang sama seperti rumah karyawan, dan konsumsi. Rumah karyawan ini ditujukan agar karyawan dapat tinggal di dekat peternakan sehingga seluruh karyawan dapat melakukan pengawasan terhadap ternak. Awalnya susu yang dihasilkan tidak dijual melainkan untuk konsumsi sendiri dan dibagikan secara gratis bagi saudara, kerabat, maupun masyarakat yang terkena penyakit asma. Namun setelah dicoba untuk dijual ternyata tanggapan konsumen cukup baik sehingga usaha peternakan ini mulai ditujukan untuk usaha komersial, artinya tidak hanya untuk pemenuhan kebutuhan keluarga tetapi lebih diusahakan untuk dipasarkan. 48

65 Saat ini peternakan semakin maju sehingga pemilik juga menginvestasikan pendapatannya untuk membuka peternakan sapi perah dan kuda pacu. Unit usaha ternak sapi perah didirikan pada awal bulan Januari 2010 sedangkan unit usaha kuda pacu dimulai pada bulan Maret 2010 sehingga keberadaan kedua unit usaha tersebut masih merupakan unit usaha sampingan. Selain itu, jumlah populasi sapi perah dan kuda pacu yang dimilikinya tidak sebanyak kambing perah dan pendapatan yang diperoleh dari keduanya pun tidak sebanyak pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan susu kambing. Pendapatan yang diperoleh dari usaha sapi perah dan kuda pacu yakni sebesar Rp ,00 dan Rp ,00 per hari. Sedangkan penjualan susu kambing mampu menghasilkan pendapatan Rp ,00 per hari. Jumlah kambing yang dimiliki oleh peternakan Prima Fit saat ini sebanyak 141 ekor. Menurut Setiadi, et all, status ternak dapat digolongkan menjadi anak, dara, dan dewasa maka populasi kambing perah ini dapat pula digolongkan dengan rincian dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Jumlah Ternak di Peternakan Prima Fit berdasarkan Status Ternak Keterangan Status Ternak Jumlah (ekor) Jumlah Satuan Ternak Anak Jantan 11 0,385 Betina 20 0,70 Dara Betina 9 0,56 Jantan (muda) 12 0,84 Dewasa Jantan 12 1,68 Betina Bunting 41 6,30 Betina laktasi 32 4,48 Afkir 1 0,14 Total ,085 Sumber. Wawancara dengan Penanggungjawab Kandang Kambing 5.3 Visi dan Misi Peternakan Dalam menjalankan usaha peternakan ini, pemilik tentu memiliki visi dan misi peternakan sehingga peternakan dapat berkembang sesuai dengan harapan yang telah tertuang dalam bentuk visi. Visi pemilik sendiri dalam menjalankan usaha ini adalah mensosialisasikan susu kambing pada masyarakat agar minat 49

66 masyarakat terhadap susu kambing semakin meningkat baik dalam konsumsi susu kambing maupun beternak kambing perah. Misi yang diperlukan agar visi ini terwujud adalah melakukan pelatihan beternak kambing terus menerus dan sosialisasi manfaat susu kambing melalui televisi. Saat ini misi tersebut telah berjalan karena pemilik sering melakukan pelatihan beternak kambing perah baik di lokasi peternakan langsung maupun di tempat lain. Selain itu pemilik juga telah berhasil mensosialisasikan manfaat susu kambing dan cara beternak kambing melalui televisi-televisi swasta dan terbukti saat ini peminat susu kambing dan kambing perah semakin meningkat dengan semakin banyaknya pesanan susu kambing dan masyarakat yang mengikuti pelatihan beternak kambing. 50

67 VI ANALISIS ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Suatu produk diharapkan dapat diterima dengan baik oleh pasar tujuan sehingga analisis aspek pasar pada sebuah usaha perlu untuk dilakukan. Peternakan Prima Fit juga memerlukan analisis aspek pasar agar produk utama yakni susu kambing yang dihasilkan dapat diterima oleh pasar Analisis Peluang Pasar Susu kambing merupakan sebuah produk yang memiliki prospek pemasaran yang cukup baik karena sampai saat ini jumlah permintaan masih lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah penawaran. Saat ini jumlah permintaan susu kambing dari peternakan Prima Fit mencapai 50 liter per hari sedangkan jumlah penawaran yaitu jumlah susu yang dapat dijual hanya sekitar 21 liter per hari. informasi ini menunjukan bahwa peternakan memiliki peluang untuk meningkatkan jumlah produksinya agar kekurangan permintaan sebesar 29 liter per hari dapat dipenuhi. Selain itu, adanya penambahan jumlah populasi akibat pengembangan usaha dan proses reproduksi menyebabkan produksi susu di peternakan Prima Fit semakin meningkat. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rata-rata Produksi Susu Kambing per Hari di Peternakan Prima Fit dengan Pengembangan Usaha Tahun Rata-rata susu kambing yang dapat dijual (liter/hari) 1 26, , , , ,78 Sumber : Diolah dari Lampiran 7 Dilihat dari hasil perhitungan proyeksi, rata-rata susu kambing yang dapat dijual terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada akhir periode usaha, rata-rata susu kambing yang dapat dijual hanya mencapai 42,78 liter per hari. Jumlah ini masih lebih rendah dibandingkan dengan jumlah seluruh permintaan susu 51

68 kambing Prima Fit saat ini sehingga seluruh susu yang dihasilkan dapat terserap oleh pasar. Sampai saat ini data mengenai konsumsi maupun produksi susu kambing di Kabupaten Bogor belum ada sehingga sulit mengetahui peluang pasar susu kambing di Kabupaten Bogor. Namun peluang pasar susu kambing di Kabupaten Bogor dapat diperkirakan melalui pendekatan permintaan dan penawaran susu kambing di beberapa peternakan yang ada di Kabupaten Bogor. Data peternakan kambing perah di Kabupaten Bogor serta data permintaan dan penawarannya dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Data Permintaan dan Penawaran Susu Kambing pada Masing-Masing Peternakan di Kabupaten Bogor No. Nama Peternakan Lokasi Permintaan Penawaran Selisih (lt/hari) (lt/hari) (lt/hari) 1. PT Capriota A P*) Kec. Cariu Ponpes Darul Fallah*) Kec. Ciampea Cordero Farm*) Kec. Taman sari Bangun Karso Farm*) Kec. Cijeruk Prima Fit**) Kec. Ciampea Ponpes Sahid**) Kec. Pamijahan An Noer*) Kec. Caringin Peternakan Ibu Sukarti**) Kec. Caringin Peternakan Unggul**) Kec. Ciampea Total Sumber : * Saputro (2009) ** Wawancara dengan Narasumber dari masing-masing Peternakan Meskipun permintaan susu kambing dari masing-masing peternakan tidak hanya datang dari masyarakat di Kabupaten Bogor dan penawaran susu kambing masing-masing peternakan pun tidak hanya ditujukan bagi pasar di Kabupaten Bogor namun kelebihan permintaan yang ada di masing-masing peternakan mengindikasikan bahwa ada peluang pasar susu kambing di Kabupaten Bogor. Informasi ini menyatakan bahwa peternakan Prima Fit memiliki peluang pasar di Kabupaten Bogor sehingga pengembangan usaha ternak kambing perah di peternakan Prima Fit prospektif untuk dikembangkan. 52

69 Selain mengkaji peluang pasar yang terdapat di Kabupaten Bogor, perlu juga dikaji peluang pasar di Indonesia. Masih sedikitnya perhatian yang dicurahkan untuk peternakan kambing perah di Indonesia menyebabkan belum banyaknya data mengenai kambing perah termasuk permintaan dan ekspor susu kambing. Menurut Rosid (2009), data pasti mengenai jumlah permintaan dan ekspor susu kambing dari Indonesia pun belum ada baik dari Departemen Perindustrian, dan Perdagangan (Deperindag) maupun Badan Pusat Statistik (BPS), meskipun demikian Ketua Asosiasi Peternak Kambing Perah Indonesia mengatakan bahwa dari kebutuhan liter per hari baru seperempatnya yang bisa dipenuhi. Artinya permintaan susu kambing yang belum terpenuhi sebesar 75%. Hal ini meyakinkan kembali bahwa peternakan Prima Fit memiliki peluang pasar yang cukup besar di Indonesia dan peningkatan produksi susu dapat terserap dengan baik di pasar nasional Analisis Pesaing Berdasarkan Umar (2005), salah satu ciri pesaing adalah perusahaan lain yang memproduksi produk yang sama. Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pesaing peternakan Prima Fit merupakan peternakanpeternakan kambing perah lain yang menghasilkan susu kambing. Namun karena data Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor mengenai jumlah dan lokasi peternakan kambing perah sangat terbatas, maka sulit menentukan jumlah pasti pesaing peternakan Prima Fit di Kabupaten Bogor. Beberapa peternakan yang dapat dijadikan sebagai pesaing bagi peternakan Prima Fit antara lain PT. Capriota Agrindo Prima, Ponpes Darul Fallah, Cordero Farm, Bangun Karso Farm, Ponpes Sahid, An Noer, peternakan Ibu Sukarti, dan Peternakan Unggul. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, pasar yang dituju oleh masing-masing peternakan berbeda-beda namun peternakan kambing perah yang juga menghasilkan susu kambing akan mengurangi peluang pasar peternakan Prima Fit sehingga peternakan kambing perah lainnya dapat diidentifikasi sebagai pesaing. Hal ini tentu mengindikasikan adanya persaingan. Meskipun terdapat beberapa pesaing namun persaingan tidak terlalu ketat hal ini dapat dilihat dari masih 53

70 banyaknya peluang pasar susu kambing baik se-kabupaten Bogor maupun se- Indonesia Bauran Pemasaran Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, bauran pemasaran merupakan kebijakan pemasaran yang dilakukan suatu usaha. Bauran pemasaran terdiri dari 4 P produk (product), harga (price), distribusi (place) dan promosi (promotion) Produk (product) Produk utama yang dihasilkan oleh peternakan Prima Fit adalah susu kambing. Susu kambing yang dihasilkan sebanyak 0,66 liter per hari dimana setiap kambing perah di Peternakan Prima Fit dapat diperah selama empat bulan. Contoh susu kambing Prima Fit dapat dilihat pada Gambar 3. (a) Susu kambing segar Gambar 3. Susu Kambing (b) Susu kambing beku Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, susu yang dihasilkan peternakan ini lebih sedikit jika dibandingkan dengan susu yang diminta oleh konsumen. Hal ini menyebabkan konsumen terkadang harus memesan terlebih dahulu dan menunggu beberapa hari untuk memperoleh susu kambing yang diminta. Bila susu kambing yang tersedia belum dapat memenuhi keseluruhan permintaan maka peternakan akan memberikan produk ke semua konsumen namun dengan jumlah yang lebih sedikit dari yang diminta karena peternakan berusaha untuk menjaga loyalitas konsumen sehingga tidak berpindah ke susu kambing merek lain. 54

71 Sampai saat ini Peternakan Prima Fit belum melakukan uji laboratorium terhadap kandungan gizi susu kambing yang dihasilkan serta masih belum memiliki Nomor Kontrol Veteriner (NKV) sebagai jaminan bahwa produk aman untuk dikonsumsi. Namun karakteristik susu kambing dapat dikaji dari pendapat beberapa konsumen susu kambing. Karakteristik susu kambing yang dihasilkan oleh Peternakan Prima Fit tidak berbau perengus, kental, tidak menimbulkan alergi, segar, dan mampu menyembuhkan beberapa penyakit. Sedangkan karakteristik susu kambing pada umumnya antara lain berbau perengus, dan cair. Susu kambing ini mampu menyembuhkan berbagai penyakit antara lain asma, hidrocepalus, dan stroke. Selain susu kambing, terdapat beberapa produk sampingan yang dihasilkan oleh peternakan Prima Fit yakni kolostrum, anak kambing, kambing dara, dan kambing afkir. Kolostrum merupakan susu yang pertama dihasilkan oleh induk betina pasca melahirkan. Namun jumlah kolostrum yang diambil hanya 200 ml dari setiap induk yang baru melahirkan. Kolostrum memiliki kandungan gizi yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengn susu kambing. Anak kambing baik jantan maupun betina dijual pada umur tiga bulan yakni ketika anak kambing sudah tidak diberi susu. Jumlah anak kambing jantan yang dijual sebanyak 100 persen dari kelahiran sedangkan jumlah anak kambing betina yang dijual sebanyak 20 persen dari kelahiran. Kambing dara dijual pada umur 16 bulan atau satu tahun empat bulan. Pada umur tersebut kambing sudah dapat dikawinkan. Sedangkan kambing afkir dijual setelah kambing tidak dapat bereproduksi kembali. Kambing afkir dijual sekitar umur tujuh tahun sebagai kambing pedaging Harga Harga merupakan salah satu faktor yang sering dipertimbangkan oleh konsumen sebelum membeli suatu produk. Peternakan Prima Fit menetapkan harga yang cukup tinggi untuk susu kambing yang dihasilkan yakni sebesar Rp ,00 per liter. Sedangkan harga susu kambing di pasaran sekitar Rp ,00 - Rp ,00 per liter. Meskipun harga susu kambing ini tergolong mahal, tetap saja banyak konsumen yang membeli susu ini karena menurut konsumen susu kambing Prima Fit memiliki kualitas susu yang sangat baik 55

72 walaupun belum ada uji laboratoruim terhadap susu tersebut. Menurut beberapa konsumen, jika harga susu kambing ini meningkat, konsumen akan tetap membeli susu kambing Prima Fit. Selain dijual secara langsung, susu kambing Prima Fit juga dijual melalui beberapa distributor. Harga susu kambing di tingkat distributor sekitar Rp ,00 per liter. Harga yang lebih rendah ini diharapkan mampu memberikan keuntungan bagi distributor sehingga distributor dapat memasarkan susu secara kontinu. Pada umumnya distributor menjual susu ini pada konsumen dengan harga Rp ,00 per liter. Produk sampingan yang dihasilkan oleh peternakan ini antara lain kolostrum, anak kambing, kambing dara dan kambing afkir. Harga kolostrum per liter sangat tinggi yakni Rp ,00. Hal ini disebabkan jumlah kolostrum yang dihasilkan sangat sedikit dan kandungan gizi yang dimiliki oleh kolostrum sangat banyak. Harga anak kambing yang dijual oleh peternakan Prima Fit yakni Rp ,00 per ekor untuk anak kambing jantan dan Rp ,00 per ekor untuk anak kambing betina. Kambing dara yang dijual oleh peternakan ini dihargai sebesar Rp ,00. Harga ini memang cukup tinggi namun kualitas kambing perah yang dihasilkan oleh peternakan Prima Fit cukup baik karena berasal dari bibit yang baik pula. Sedangkan kambing afkir dijual sebagai kambing pedaging dengan harga per kilogram (kg) berat hidup sebesar Rp , Distribusi (place) Untuk membeli susu kambing ini konsumen dapat datang langsung ke lokasi peternakan. Lokasi ini mudah dijangkau dengan kendaraan baik pribadi maupun umum. Pada umumnya konsumen yang membeli susu kambing di peternakan adalah konsumen yang tinggal di Bogor, Jakarta, dan Bandung. Selain datang ke peternakan, konsumen juga dapat memesan susu melalui telepon maupun pesan singkat ke pada pemilik peternakan, pemilik kemudian akan mengirimkan susu ke alamat yang dituju baik langsung oleh pihak peternakan maupun melalui kiriman kilat dengan biaya pengiriman ditanggung oleh konsumen. Susu kambing ini dapat dikirimkan wilayah Jawa Barat, Jawa Timur, 56

73 Jawa Tengah, Bengkulu, Lampung, hingga ke luar negeri seperti India dan Malaysia. Pengiriman dilakukan melalui titipan kilat yang telah lama berlangganan dengan Peternakan Prima Fit sehingga telah mengetahui karakteristik produk. Hal ini menyebabkan susu relatif aman dari kerusakan. Penjualan susu kambing ini juga dibantu oleh distributor. Distributor yang bekerjasama secara kontinu untuk menjual susu kambing ini hanya ada 3 yakni distributor di Kota Cengkareng, Kabupaten Serang dan Kabupaten Cilegon dengan pengiriman setiap seminggu sekali. Data masing-masing distributor dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Daftar Distributor Susu Kambing Peternakan Prima Fit tahun 2010 No. Distributor Permintaan per Minggu (liter) 1. Distributor di Kota Cengkareng Distributor di Kabupaten Serang Distributor di Kabupaten Cilegon 10 Sumber : Wawancara dengan pemilik (Maret 2010) Dari pemaparan di atas dapat diketahui bahwa terdapat dua saluran pemasaran susu kambing Prima Fit yakni : 1. Peternakan Konsumen akhir. 2. Peternakan Distributor Konsumen akhir. Jumlah susu yang dihasilkan saat ini sebanyak 21 liter per hari atau 147 liter per minggu sedangkan jumlah susu yang dijual melalui distributor sebanyak 40 liter. Informasi ini menunjukan bahwa jumlah penjualan susu kambing melalui saluran satu sebanyak 73 persen dan jumlah penjualan susu kambing melalui saluran dua sebanyak 27 persen. Produk sampingan yang dihasilkan pada umumnya tidak melalui perantara distributor melainkan dijual langsung pada pembeli akhir. Dengan kata lain produk sampingan hanya melewati satu saluran distribusi. Pembeli kolostrum kambing biasanya adalah pemilik salon-salon kecantikan yang menggunakan kolostrum sebagai salah satu perawatan wajah. Pembeli anak kambing dan kambing dara merupakan peternak-peternak kambing perah baik yang baru mendirikan peternakan maupun peternakan yang telah berjalan. Sedangkan kambing afkir selama ini tidak dijual karena jumlah kambing afkir tidak banyak sehingga hanya dikonsumsi oleh pemilik dan karyawan peternakan namun karena 57

74 adanya penambahan populasi yang semakin banyak maka kambing afkir akan dijual. Penjualan ini dapat dilakukan pada saat hari raya idul Adha atau ke pedagang sate yang menggunakan kambing perah Promosi Promosi disebut juga sebagai komunikasi pemasaran yang diharapkan mampu meningkatkan penjualan produk. Sampai saat ini, peternakan Prima Fit tidak menggunakan media promosi seperti pamphlet, media cetak atau pun media elektronik karena susu yang dihasilkan selalu habis terjual meskipun tanpa adanya kegiatan promosi semacam ini. Pemiliki hanya menghubungi beberapa konsumen untuk menawarkan susu kambing Prima Fit kemudian konsumen tersebut akan merekomendasikan produk ini kepada orang lain sehingga jumlah konsumen susu kambing Prima Fit semakin meningkat. Pemilik sering diundang untuk mengisi seminar dan pelatihan mengenai manajemen beternak kambing perah dari berbagai organisasi. Pelatihan ini dapat dilakukan langsung di peternakan Prima Fit atau di tempat lain. Secara tidak langsung, kegiatan ini juga menyebabkan nama peternakan Prima Fit terangkat sehingga semakin banyak orang yang mengetahui susu kambing produksi peternakan ini. Selain itu, Pemilik peternakan Prima Fit juga pernah beberapa kali diundang oleh beberapa stasiun televisi untuk mengisi acara yang mengangkat tema mengenai peternakan kambing perah. Promosi yang sama juga dilakukan untuk produk-produk sampingan. Promosi juga dilakukan oleh pihak-pihak yang menjadi distributor susu Prima Fit. Namun pemilik tidak membekali distributor dengan media promosi apapun. Distributor juga tidak diberi edukasi mengenai susu kambing karena semua distributor sudah mengetahui manfaat susu kambing. Pemilik hanya memberitahu mengenai kualitas susu kambing Prima Fit yang berbeda dengan susu kambing merek lain Strategi Pemasaran Analisis strategi pemasaran dapat dilakukan melalui pengkajian segmentasi pemasaran, target pemasaran, dan positioning produk. 58

75 Segmentasi Pemasaran Peternakan Prima Fit melakukan segmentasi dengan menggunakan beberapa variabel yaitu variabel geografis yang dilihat dari segi wilayah yaitu pasar dalam negeri dan pasar luar negeri, dan variabel demografis yang dilihat dari segi pendapatan yaitu masyarakat bawah, menengah, dan atas Target Pemasaran Seperti yang telah disebutkam sebelumnya, susu kambing memiliki lebih banyak keunggulan dibandingkan dengan susu sapi yang telah umum di pasaran sehingga target pemasaran untuk susu kambing ini pun akan sangat berbeda dengan target pemasaran pada untuk susu sapi. Dilihat secara geografi peternakan saat ini menargetkan penjualan susu kambing mulai dari dalam negeri hingga ke luar negeri meskipun permintaan dari luar negeri sampai saat ini tidak kontinu. Secara demografi peternakan menargetkan penjualan susu kambing Prima Fit pada golongan menengah atas. Pemilik menggolongkan masyarakat atas sebagai masyarakat yang memiliki jumlah pendapatan lebih dari Rp ,00 per bulan sehingga faktor harga tidak mempengaruhi keputusan pembelian Posisi Produk Peternakan ini memposisikan susu kambing Prima Fit sebagai satu-satunya susu kambing berkualitas tinggi yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat sehingga menimbulkan citra susu kambing ya susu kambing Prima Fit. Positioning ini diterapkan kepada konsumen dengan cara selalu meningkatkan kualitas dan kuantitas susu kambing yang dihasilkan dengan menjaga kebersihan kandang, menjaga kualitas dan kuantitas pakan, dan menambah jumlah kambing perah laktasi I berkualitas sehingga mampu menghasilkan susu dalam jumlah yang semakin banyak dan semakin berkualitas. Hasil wawancara pada 10 orang konsumen menyatakan bahwa susu kambing peternakan Prima Fit berbeda dengan susu kambing peternakan lain karena rasa susu kambing Prima Fit lebih gurih, segar, enak, tidak berbau amis, dan kental. Sedangkan susu kambing peternakan lain memiliki rasa yang tidak 59

76 gurih, kurang enak, berbau amis, dan cair sehingga konsumen lebih menyukai susu kambing Prima Fit dari pada susu kambing peternakan lain. Berdasarkan hasil analisis di atas dapat dinyatakan bahwa pengembangan usaha ternak kambing perah di Peternakan Prima Fit layak untuk dilaksanakan karena masih terdapat peluang pasar yang cukup besar sehingga susu kambing yang dihasilkan dapat terserap oleh pasar. Pada Bauran Pemasaran pun tidak terdapat masalah yang dapat mengganggu jalannya proses pemasaran dan strategi pemasaran telah dilakukan dengan baik sehingga membantu jalannya proses pemasaran. Namun sebaiknya peternakan melakukan uji laboratorium untuk mengetahui kandungan gizi produk serta melakukan perizinan atas produk seperti pendaftaran Nomor Kontrol Veteriner (NKV) di Dinas Peternakan Provinsi untuk menjamin bahwa produk yang dihasilkan aman untuk dikonsumsi. 6.2 Aspek Teknis Aspek teknis merupakan aspek yang berkaitan dengan penyediaan sarana produksi, proses budidaya, proses menghasilkan output, hingga penanganan pasca panen. Dalam analisis aspek teknis di peternakan Prima Fit perlu dikaji beberapa hal yaitu : 1. Lokasi Usaha Lokasi usaha ternak kambing perah Prima Fit terletak di Desa Cibuntu Kecamatan Ciampea. Di lokasi usaha ini terdapat kantor pemasaran dan kandang kambing perah. Hal ini dipilih agar pembeli yang membeli susu langsung ke peternakan dapat melihat kondisi kambing perah dan proses pemeliharaannya. Lokasi peternakan ini dipilih berdasarkan beberapa pertimbangan yaitu : a. Ketersediaan lahan. Lahan merupakan input yang penting dalam pendirian usaha ternak karena untuk mendirikan peternakan kambing perah yang bersifat komersial dibutuhkan lahan yang cukup luas. Desa Cibuntu termasuk ke dalam golongan Desa dengan kepadatan penduduk yang rendah dibandingkan dengan kepadatan penduduk desa lainnya di Kecamatan Ciampea. Dengan kata lain, lahan kosong masih tersedia dalam jumlah 60

77 yang cukup banyak. Selain itu harga lahan yang rendah juga menjadi pertimbangan dari pemilik peternakan sehingga mampu mengurangi biaya investasi awal. b. Ketersediaan Sarana Produksi. Selain untuk membangun kandang, lahan juga diperlukan untuk menanam rumput yang menjadi pakan hijauan bagi kambing perah. Rumput merupakan sarana produksi yang sangat penting bagi kambing perah. Dengan ketersediaan lahan rumput yang cukup, kualitas pakan hijauan akan terjamin, kontinuitas terjaga, dan kuantitas pakan hijauan dapat diperoleh sesuai dengan kebutuhan. Selain itu, lokasi peternakan yang dekat dengan Kota Jakarta menyebabkan ampas tempe yang merupakan sarana produksi yang penting, juga dapat dengan mudah diperoleh dari pabrik-pabrik tempe yang terletak di Kota Jakarta. c. Letak Pasar Pasar merupakan proses transaksi antara permintaan dan penawaran. Sedangkan secara umum pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli. Beberapa konsumen susu kambing Prima Fit tinggal di sekitar Kabupaten Bogor sehingga letak lokasi peternakan yang tidak jauh dari Kabupaten Bogor menyebabkan penjualan produk tidak begitu sulit. Wilayah Jakarta dan sekitarnya juga merupakan pasar bagi banyak produk, tidak hanya produk pertanian, produk non pertanian pun banyak diperjualbelikan di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Begitu pula halnya pada peternakan Prima Fit, konsumen peternakan ini banyak yang berasal dari wilayah Jakarta dan sekitarnya. Jarak antara lokasi peternakan ini dengan Jakarta tidak terlalu jauh sehingga akses terhadap pasar tidak terlalu sulit dan memudahkan peternakan Prima Fit dalam proses pemasaran baik dalam pengantaran pesanan susu maupun memudahkan konsumen datang ke peternakan. d. Ketersediaan Air dan Listrik Peternakan ini membutuhkan banyak air untuk berbagai keperluan sehingga peternakan ini perlu mempertimbangkan ketersediaan air di lokasi peternakan. Air yang digunakan di peternakan ini berasal dari 61

78 sumber mata air yang dihisap langsung oleh pompa air dan ditampung dalam tangki. Peternakan kambing perah merupakan jenis usaha yang membutuhkan ketersediaan listrik secara kontinu terutama dalam proses penyimpanan susu kambing dan penerangan kandang di malam hari. Meskipun jauh dari keramaian, daerah ini telah dialiri listrik yang cukup memadai. e. Sarana dan Prasarana Transportasi Transportasi digunakan dalam memasarkan output yakni susu kambing dan membeli input sehingga perlu juga menjadi pertimbangan pemilihan lokasi. Sarana transportasi di daerah ini antara lain angkutan kota dan ojeg. Sedangkan Prasarana transportasi yang tersedia yaitu jalan aspal yang cukup memadai untuk digunakan. Dengan beberapa pertimbangan yang telah diuraikan, dapat diketahui bahwa pemilihan lokasi peternakan telah tepat. 2. Luas Produksi Luas produksi dapat dilihat dari jumlah produk yang sebaiknya diproduksi untuk mencapai keuntungan maksimum. Salah satu hal yang mempengaruhi penentuan luas produksi adalah batasan permintaan. Permintaan susu kambing Prima Fit mencapai 50 liter per hari sedangkan jumlah penawaran peternakan lebih rendah dari jumlah permintaan tersebut sehingga peternakan Prima Fit berusaha untuk meningkatkan luas produksi peternakan dengan melakukan penambahan investasi berupa populasi kambing perah laktasi I agar jumlah susu yang dihasilkan dapat sesuai dengan jumlah permintaan. Namun hingga akhir periode usaha rata-rata susu yang dapat dijual masih belum memenuhi jumlah permintaan karena untuk dapat memenuhi seluruh permintaan diperlukan pengembangan yang lebih besar. Untuk itu luasan produksi susu kambing di peternakan Prima Fit dibatasi oleh kapasitas produksi per ekor kambing perah dan kemampuan finansial dari pemilik peternakan sehingga pengembangan dilakukan dengan menambah jumlah kambing perah laktasi I sebanyak 50 ekor. 62

79 3. Proses Produksi Proses produksi yang diterapkan di peternakan ini merupakan proses produksi yang kontinu. Artinya proses produksi berjalan secara terus-menerus karena pada peternakan kambing perah output utama yaitu susu kambing dihasilkan oleh kambing dewasa laktasi. Dengan sistem perkawinan yang telah diatur sehingga membentuk suatu siklus yang tetap maka jumlah kambing dewasa laktasi tersedia setiap waktu sehingga susu dapat dihasilkan setiap hari dan secara kontinu. 4. Layout Layout pada sebuah usaha adalah proses penataan keseluruhan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan guna mencapai keseimbangan kegiatan operasi secara efisien. Gambar 4 memperlihatkan layout peternakan Prima Fit. Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa di lahan seluas 1 ha ini dibangun pula beberapa bangunan yang tidak difungsikan untuk kepentingan peternakan kambing perah seperti kandang sapi perah, kandang kuda, ruang penginapan tamu peternakan, dan mushola sehingga luas lahan yang benar-benar digunakan untuk peternakan kambing perah seluas ha. Menurut Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor keberadaan tiga jenis hewan ternak dalam satu lokasi diperbolehkan jika diantara ketiga jenis hewan ternak tersebut tidak membawa bibit penyakit yang dapat mengganggu hewan ternak lain. Pada hewan ternak kambing perah, sapi perah, dan kuda tunggang tidak terdapat penyakit yang dapat mengganggu hewan ternak lainnya sehingga tidak bermasalah jika ketiga hewan ini berada pada satu lokasi peternakan. Sebaiknya jarak antara rumah karyawan dengan kandang hewan ternak sekitar 10 meter tetapi di peternakan Prima Fit, jarak antara rumah karyawan dengan kandang hewan ternak hanya sekitar 6 meter. namun sampai saat ini jarak antara kandang dan rumah karyawan yang dekat tidak mengganggu karyawan peternakan. 63

80 Gambar 4. Layout peternakan Prima Fit Keterangan: 1. Kandang I. 2. Kandang II. 3. Kandang III. 4. Konstruksi kandang IV. 5. Ruang pengemasan dan penyimpanan susu kambing. 6. Ruang kantor. 7. Ruang penginapan tamu peternakan. 8. Tempat penyimpanan beberapa alat peternakan. 9. Kandang sapi perah. 10. Kandang kuda. 11. Rumah karyawan. 12. Mushola. 13. Lahan rumput gajah. 5. Pemilihan Jenis Teknologi dan Peralatan Dalam menjalankan usaha ternak, peternakan Prima Fit menggunakan peralatan yang sama dengan peternakan kambing perah lainnya. Sebagian besar peralatan yang digunakan dapat diperoleh di toko peralatan rumah tangga seperti ember, sapu lidi, selang, arit dan lain-lain sedangkan peralatan yang menggunakan tenaga listrik juga mudah diperoleh di toko-toko elektronik seperti kulkas, freezer, dan sealer. Adapun rincian peralatan yang digunakan antara lain: a) Freezer Freezer digunakan untuk menyimpan susu yang telah dikemas dalam ukuran 200 ml. Pembekuan ini dilakukan untuk menjaga kualitas susu karena susu yang disimpan dalam kondisi tidak beku dan berada pada suhu 64

81 ruangan akan cepat basi dan rusak. Kerusakan susu ini akan terjadi kurang lebih dua jam setelah pemerahan karena pecahnya lemak susu sedangkan susu yang dibekukan akan dapat bertahan hingga 3 bulan. Saat ini peternakan Prima Fit memiliki 1 unit freezer yang berkapasitas 200 liter. Freezer yang berharga Rp ,00 ini diletakkan di ruang susu dan freezer ini dapat digunakan hingga berumur 10 tahun. b) Kulkas Pada dasarnya kulkas memiliki fungsi yang hampir sama dengan freezer karena peternakan Prima Fit memfungsikan kulkas sebagai freezer yaitu dengan mensetting seluruh bagian kulkas menjadi freezer. Peternakan Prima Fit menggunakan dua unit kulkas berkapasitas 100 liter yang terletak di ruang pengemasan dan penyimpanan susu kambing. Kulkas yang dapat berfungsi hingga 10 tahun ini diletakkan di ruang susu. Harga satu unit kulkas sebesar Rp ,00. c) Saringan susu Saringan susu digunakan untuk menyaring susu yang baru diperoleh. Penyaringan ini dilakukan untuk menghilangkan buih-buih pada susu kambing dan bulu-bulu kambing yang terjatuh ke dalam susu saat diperah. Saringan yang digunakan dalam menyaring susu ini berjumlah satu unit yang digunakan selama dua bulan, sehingga dalam satu tahun diperlukan enam unit saringan. Harga satu unit saringan susu yakni Rp ,00. d) Gelas ukur Susu hasil perahan tentu harus segera dikemas agar kualitas susu tidak menurun. Tahap pertama pengemasan susu dilakukan dengan mengukurnya di dalam gelas ukur sebanyak 200 ml sehingga gelas ukur merupakan peralatan yang harus tersedia. Saat ini peternakan Prima Fit menggunakan satu unit gelas ukur berkapasitas 250 ml. Harga gelas ukur Rp ,00 dan gelas ukur ini dapat digunakan hingga 6 bulan. e) Plastik Kemasan Plastik yang digunakan dalam mengemas susu terdiri dari dua lapis. Lapisan pertama menggunakan plastik polos dengan ukuran 9 x 18 cm kemudian lapisan kedua menggunakan plastik dengan ukuran sedikit lebih 65

82 besar yakni 10 x 20 cm dengan cetakan merek susu Prima Fit di atasnya. Harga per pack dua jenis plastik ini sebesar Rp ,00 dengan jumlah 300 plastik per pack. f) Sealer Sealer merupakan alat yang digunakan untuk mengemas suatu produk baik makanan maupun minuman. Peternakan prima Fit menggunakan dua sealer yang sama dengan fungsi yang berbeda yakni satu sealer digunakan untuk memotong plastik pada plastik lapisan luar sedangkan sealer lainnya digunakan untuk menutup kemasan baik untuk lapisan dalam maupun lapisan luar agar susu tertutup rapat. Umur ekonomis dari sealer sekitar 5 tahun. Kedua sealer ini dibeli dengan harga Rp ,00 per unit. g) Styrofoam Styrofoam merupakan kotak gabus yang digunakan untuk menyimpan susu ketika susu dikirimkan agar suhu susu tetap terjaga. Untuk Styrofoam berkapasitas 4 liter dibeli dengan harga Rp 6.000,00 per unit sedangkan styrofoam berkapasitas 10 liter dibeli dengan harga Rp ,00 per unit. h) Cetakan Label Cetakan Label merupakan alat yang digunakan untuk mencetak merek susu kambing Prima Fit. Cetakan label yang dimiliki berjumlah tiga unit dengan fungsi yang berbeda. Cetakan label I digunakan untuk mencetak tulisan merek susu kambing Prima Fit berwarna hijau, cetakan label II untuk mencetak gambar kambing pada kemasan dengan warna merah, sedangkan cetakan label III digunakan untuk mencetak khasiat dan kegunaan dari susu kambing tersebut. Cetakan label ini dibeli dengan harga Rp ,00 per unit dengan penggunaan hingga satu tahun. i) Ember Ember digunakan untuk beberapa kegiatan yaitu untuk menampung susu saat dilakukan pemerahan dan untuk memberi minum pada kambing. Ember yang digunakan berjumlah lima unit, ember ini dibeli dengan harga Rp ,00 dan dapat digunakan hingga berumur dua tahun. 66

83 j) Drum plastik Ampas tempe merupakan pakan tambahan yang diberikan pada kambing perah selain hijauan berupa rumput gajah. Ampas tempe ini diambil dari perusahaan tempe di Jakarta. Untuk menyimpan ampas tempe tersebut digunakan drum yang dapat menampung ampas tempe hingga 33 Kg. Saat ini jumlah drum yang dimiliki sebanyak 50 unit. Selain untuk menyimpan ampas tempe, drum juga digunakan untuk menampung rumput gajah yang telah dicacah untuk diberikan pada kambing. Harga drum ini sebesar Rp ,00 dengan umur ekonomis selama lima tahun. k) Trolley Dalam pemberian pakan pada kambing perah baik ampas tempe maupun rumput gajah, karyawan harus membawa drum yang beratnya dapat mencapai 33 Kg, maka untuk memudahkan pengangkutan diperlukan trolley sehingga proses pemberian pakan dapat berjalan dengan cepat. Trolley yang digunakan terbuat dari besi dan berjumlah satu unit. Harga trolley ini sebesar Rp ,00 dan umur ekonomisnya mencapai lima tahun. l) Arit Arit merupakan alat sejenis golok dengan bentuk bulan sabit yang digunakan untuk mengambil rumput gajah dari ladang rumput gajah yang dimiliki peternakan. Rumput yang telah diperoleh kemudian dicacah dengan menggunakan arit untuk memudahkan proses pengunyahan pada kambing perah. Saat ini arit yang digunakan peternakan Prima Fit sebanyak dua unit dengan harga per unit sebesar Rp ,00 dan umur ekonomis arit mencapai tiga tahun. m) Cangkul. Cangkul biasanya digunakan untuk penanaman rumput gajah di ladang, serta menggemburkan tanah agar rumput tumbuh dengan baik. Selain itu cangkul juga digunakan untuk memperbaiki jalan di sekitar peternakan yang rusak. Cangkul yang digunakan sebanyak dua unit karena biasanya penanaman rumput gajah dilakukan oleh dua orang dan cangkul yang multifungsi mengharuskan peternakan memiliki cangkul lebih dari satu 67

84 unit dengan harga per unit sebesar Rp ,00 dan umur ekonomis cangkul selama empat tahun. n) Garpu, dan sekop Garpu dan sekop digunakan untuk memperbaiki kerusakan-kerusakan yang terjadi pada peternakan, atau untuk menggemburkan tanah pada ladang rumput gajah. Sekop dan garpu yang digunakan berjumlah satu unit. Harga garpu dan sekop ini sama yakni sekitar Rp dengan umur ekonomis lima tahun. o) Botol Susu Botol susu digunakan untuk memberi susu pada anak kambing karena setelah kambing diberi susu selama satu bulan oleh induk kambing, anak kambing diberi susu sapi hingga berumur tiga bulan. Pemberian susu sapi menggunakan botol susu yang berkapasitas 0,25 liter. Jumlah susu sapi yang digunakan di peternakan ini sebanyak 0,5 liter per hari. Karet botol susu mudah rusak sehingga harus diganti setiap satu bulan sekali sedangkan botol susu memiliki umur ekonomis sekitar tiga bulan. Harga botol susu sekitar Rp ,00 sedangkan karet botol susu hanya Rp 4.000,00. p) Sapu lidi Dalam proses pembersihan bagian bawah kandang, diperlukan sapu lidi dan aliran air sehingga semua kotoran seperti pakan yang terjatuh, kotoran kambing, dan bulu-bulu kambing dapat dibersihkan dengan mudah. Selain membersihkan bagian bawah kandang, sapu lidi juga digunakan untuk membersihkan kandang dari kotoran kambing. Jumlah sapu lidi yang digunakan sebanyak dua unit dengan harga Rp 4.000,00 dan dapat digunakan hingga tiga bulan. q) Selang Pembersihan bagian bawah kandang kambing setiap sebelum pemerahan dilakukan dengan mengalirkan air. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan selang. Selang yang dimiliki oleh peternakan ini cukup panjang yaitu sepanjang 30 m sebanyak satu unit. Selang dengan harga Rp 68

85 12.000,00 per meter ini memiliki kualitas yang baik sehingga dapat digunakan hingga 3 tahun. r) Tangki air Tangki air merupakan alat yang digunakan untuk menampung air dari mata air yang dihisap dengan menggunakan pompa air. Harga tangki air ini sekitar Rp dengan umur ekonomis selama 10 tahun. s) Pompa Air Untuk menghisap air dari mata air diperlukan suatu alat bertenaga tinggi untuk melakukan hal tersebut. Alat tersebut adalah pompa air. Peternakan Prima Fit menggunakan satu unit pompa air untuk menghisap air yang akan ditampung di tangki air dan dialirkan untuk berbagai keperluan. Pompa air ini memiliki harga sekitar Rp dan dapat digunakan dengan baik hingga 10 tahun. t) Mobil dan motor Mobil yang digunakan oleh peternakan Prima Fit terdiri dari 2 mobil yang berbeda jenis. Mobil pertama yaitu jenis mobil pick up yang digunakan untuk mengangkut ampas tempe dari pabrik tempe di Jakarta. Sedangkan mobil kedua yaitu mobil Xenia yang digunakan untuk mengantarkan susu ke konsumen yang berada di sekitar Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, dan Bekasi) serta untuk membeli input-input lainnya. Mobil pick up dibeli dengan harga Rp ,00 dan dapat digunakan hingga 5 tahun. Sedangkan mobil Xenia dibeli dengan harga Rp ,00 dan dapat digunakan hingga 15 tahun. Selain mobil, peternakan Prima Fit juga menggunakan motor untuk berbagai keperluan. Motor ini dibeli dengan harga Rp ,00 dan dapat dipakai hingga umur 5 tahun Pengelolaan Usaha Ternak Peternakan Prima Fit merupakan peternakan yang mengelola berbagai usaha ternak. Pada awalnya peternakan ini hanya berfokus pada peternakan kambing perah yang ditujukan untuk tujuan komersial dengan produk utama berupa susu kambing. Namun saat ini peternakan semakin berkembang dengan adanya peternakan sapi perah dan pemeliharaan kuda tunggang tetapi karena 69

86 peternakan sapi perah dan pemelihaaraan kuda tunggang ini baru berjalan beberapa bulan maka pengkajian usaha ternak hanya difokuskan pada peternakan kambing perah. Pendapatan yang dihasilkan sapi perah per hari sebesar Rp ,00 dan pendapatan yang dihasilkan oleh kuda tunggang sebesar Rp ,00. Nilai ini lebih kecil jika dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh dari kambing perah yakni sebesar kurang lebih Rp ,00 per hari, itu pun hanya berasal dari penjualan susu kambing. Hal ini juga yang menjadi alasan mengapa pengkajian hanya melibatkan peternakan kambing perah. Seperti pada kegiatan budidaya ternak lainnya, peternakan Prima Fit juga dapat menghasilkan produk sampingan yang juga bisa dipasarkan sehingga menghasilkan pendapatan tambahan bagi peternakan itu sendiri. Produk sampingan tersebut antara lain kolostrum, anak kambing, kambing dara, dan kambing afkir yang seluruhnya dapat dijual. Penjualan susu kambing bersifat kontinu artinya susu kambing ini dihasilkan setiap hari sehingga penjualan juga terjadi setiap hari. Adanya pengelolaan usaha secara bersama ini menimbulkan banyak keuntungan baik dalam segi teknis manajemen peternakan maupun dari segi finansial. Dari segi manajemen kandang, penjualan anak kambing perah, dan kambing dara dapat menyeimbangkan jumlah populasi kambing perah. Sedangkan dari segi finansial, penjualan anak kambing, dan kambing dara dapat meningkatkan pendapatan peternakan sehingga pendapatan yang diperoleh itu dapat digunakan untuk melakukan pengembangan usaha ternak Kandang Kambing Perah Kandang merupakan tempat yang digunakan oleh kambing perah untuk tinggal sehingga kenyamanan sebuah kandang sangat diperlukan oleh kambing perah mengingat karakteristik kambing perah yang rentan terhadap stress. Bila kambing perah mengalami stress maka kambing perah tidak dapat berproduksi dengan optimal. Saat ini peternakan Prima Fit memiliki tiga buah kandang kambing perah dengan fungsi yang berbeda-beda. Rincian penggunaan kandang kambing tersebut antara lain : 70

87 1. Kandang I Kadang ini terbagi ke dalam beberapa ruangan yaitu lima ruangan berkapasitas satu kambing dewasa dengan luas 80 x 10 cm 2 yang digunakan untuk kambing yang sedang sakit, kambing yang baru melahirkan dan kambing jantan yang belum dewasa, empat ruangan berkapasitas dua kambing dewasa dengan luas 160 x 150 cm 2 yang digunakan untuk kambing jantan dewasa dengan kambing betina yang sudah dewasa, namun terkadang ruangan ini juga digunakan hanya untuk kambing jantan dewasa, dan lima ruangan berkapasitas 5-8 kambing dewasa dengan luas 240 x 325 cm 2 yang digunakan untuk ruangan perkawinan dan kandang kambing bunting sehingga luas keseluruhan kandang adalah 1200 x 575 cm 2 atau 69 m 2. Kandang ini memiliki kapasitas 85 ekor kambing perah. 2. Kandang II Kandang ini memiliki 10 ruangan berkapasitas 5-8 ekor kambing dewasa dengan luas yang sama yakni 240 x 240 cm 2 sehingga luas keseluruhan kandang adalah 1200 x 580 cm 2 atau 69,6 m 2. Lima ruang kandang digunakan untuk kambing-kambing laktasi. lima ruangan sisanya digunakan untuk ruangan perkawinan dan ruangan kambing yang sedang bunting. Kandang ini memiliki kapasitas 85 ekor kambing perah. 3. Kandang III Kandang ini terbagi ke dalam 5 ruangan dengan luas yang sama yakni 195 x 136 cm 2. Setiap ruangan dapat diisi 4-6 ekor anak kambing. Kandang ini digunakan untuk anak kambing berumur 0-7 bulan. Kandang ini memiliki kapasitas 40 ekor kambing perah. Adapun layout masing-masing kandang dapat dilihat pada Gambar 5. Dia awal pengembangan usaha ternak, peternakan akan membangun kandang IV dengan konstruksi seperti kandang I dan II dengan kapasaitas yang lebih besar yakni 130 ekor kambing perah. Setelah adanya penambahan populasi kambing laktasi I dan perkembangan jumlah kambing perah akibat proses reproduksi menyebabkan peternakan harus menambah kembali kandang di tahun ketiga yaitu kandang V dengan kapasitas 85 ekor kambing perah. Bila peternakan tidak melakukan pengembangan usaha maka kandang V tidak perlu dibangun 71

88 karna jumlah populasi kambing masih dapat ditampung di keempat kandang yang telah ada. Beberapa syarat yang harus dimiliki oleh kandang yang baik antara lain sistem ventilasi yang cukup baik. Kandang kambing perah di peternakan Prima Fit memiliki sistem ventilasi yang cukup baik terlihat dari banyaknya rongga udara di kandang tersebut sehingga udara kotor dari dalam kandang dapat keluar dengan mudah ke luar kandang dan digantikan dengan udara bersih dari luar kandang, selain itu atap kandang yang cukup tinggi juga membuat kambing perah nyaman karena kambing perah tidak mudah kepanasan. Bau perengus merupakan bau khas yang ditimbulkan oleh kambing jantan, bau ini juga menyebabkan susu yang dihasilkan oleh kambing laktasi di kandang yang sama menjadi berbau, namun dengan ventilasi yang cukup baik menyebabkan bau perengus tidak menempel pada susu. Syarat berikutnya yaitu tercukupinya sinar matahari bagi kambing perah. Meskipun kandang di peternakan Prima Fit tidak menghadap ke arah matahari terbit namun seluruh bagian kandang tetap terkena sinar matahari dengan cukup kecuali kandang anak kambing karena letaknya yang terhalang oleh kandang produksi. Sinar matahari ini berguna untuk menjaga kesehatan kambing dengan membunuh bakteri-bakteri yang ada di kandang kambing sehingga kesehatan kambing dapat terjaga. Ruang untuk perkawinan dan kambing bunting, Kapasitas 6-8 ekor kambing 80 x 150 cm (a) Layout Kandang I 160 x 150 cm 72

89 Ruang untuk perkawinan dan kambing bunting, Kapasitas 6-8 ekor kambing Ruang Laktasi (produksi), Kapasitas 6-8 ekor kambing Pintu (b) Layout Kandang II 240 x 240 cm 195 x 136 (c) Layout Kandang III Gambar 5. Layout Kandang Konstruksi kandang kambing perah untuk kandang I, kandang II, dan kandang IV yang terdapat di peternakan Prima Fit merupakan kandang tipe panggung dengan bagian bawah kandang yang terbuat dari semen dan membentuk aliran air sedalam satu meter. Hal ini ditujukan untuk memudahkan pembersihan kotoran dan urin kambing yang jatuh ke bagian bawah kandang. Dengan kontruksi seperti ini proses pembersihan kandang hanya memerlukan aliran air. Dengan menyemprotkan air ke bagian bawah kandang kotoran akan jatuh ke dasar bagian bawah kadang dan untuk mengalirkan kotoran tersebut maka dilakukan teknik penutupan salah satu saluran pembuangan kotoran dengan karung selama bagian bawah kandang dibersihkan. Setelah air menggenang cukup banyak lalu penutup dibuka sehingga timbul aliran air yang cukup besar dan mampu mendorong kotoran yang terdapat di saluran pembuangan ke ladang rumput dan sawah penduduk. Kandang III juga menggunakan konstruksi kandang tipe panggung dengan bagian bawah kandang yang miring. Hal ini disebabkan kotoran anak kambing tidak sebanyak kotoran kambing dewasa yang terdapat di kandang I dan kandang II. Kondisi kandang setelah dibersihkan dapat dilihat pada Lampiran 5. 73

90 Dasar kandang Bagian bawah kandang (a) Konstruksi Bagian bawah Kandang I dan II Dasar kandang Bagian kandang bawah (b) Konstruksi Bagian bawah Kandang III Gambar 6. Konstruksi Bagian Bawah Kandang Pemberian Pakan Pakan merupakan komponen input yang paling besar pengaruhnya terhadap kualitas susu kambing sehingga pakan menjadi kebutuhan pokok bagi kambing perah. Untuk dapat menghasilkan susu dan performa kambing perah yang berkualitas maka diperlukan pakan yang berkualitas pula. Seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, pakan pada kambing dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu pakan hijauan, dan pakan tambahan. Hijauan yang biasa digunakan oleh peternakan ini hanya berupa rumput gajah yang di tanam sendiri di sekitar peternakan. Rumput gajah merupakan rumput jenis unggul yang baik untuk ternak karena memiliki kandungan selulosa yang tinggi. Sedangkan pakan tambahan yang digunakan di peternakan ini adalah ampas tempe. Ampas tempe digunakan sebagai pakan penguat untuk menghasilkan energi bagi kambing, aroma kacang kedelai juga disukai oleh kambing perah. Selain itu ampas tempe juga membuat kambing cepat gemuk. Ampas tempe cocok untuk kambing perah karena susu yang dihasilkan kambing perah tidak terlalu cair dan memiliki rasa yang gurih. 74

91 Ampas tahu tidak menjadi pilihan karena memiliki kandungan air yang lebih banyak, sehingga susu yang dihasikan menjadi lebih cair. Menurut literatur pakan tambahan seperti ampas tahu dan ampas tempe sebaiknya diberikan sebanyak 3 kg per hari per ekor. Pemberian ampas tempe di Peternakan Prima Fit lebih banyak dibandingkan jumlah yang seharusnya diberikan yakni sebanyak 3,3 kg per hari per ekor untuk anak kambing, 6,6 kg per hari per ekor untuk kambing non laktasi, dan 8,8 kg per hari per ekor untuk kambing laktasi. Namun, kelebihan pemberian ampas tempe ini tidak mengganggu proses pemeliharaan kambing. Sedangkan pemberian hijauan sebaiknya sebanyak 10 persen dari berat badan per hari atau setara dengan 3-5 kg per ekor per hari. Namun jumlah rumput gajah yang diberikan jauh lebih rendah dari jumlah yang seharusnya diberikan sehingga sebaiknya jumlah rumput gajah yang diberikan pada kambing perah diperbanyak mengingat hijauan merupakan pakan utama pada kambing perah. Rincian pemberian pakan dapat dilihat pada Tabel 10. Bila dilihat dari pemberiannya dalam satu hari, perbandingan frekuensi pemberian rumput gajah dengan ampas tempe adalah 1 : 3, artinya dalam satu hari kambing diberi 1 kali rumput gajah dan 3 kali ampas tempe. Pemberian ampas tempe yang lebih banyak disebabkan karena kedelai memiliki kadar protein yang lebih banyak dan fitosterol yang dikandung kedelai dapat meningkatkan esterogen nabati pada kambing perah, esterogen nabati inilah yang dapat meningkatkan kesuburan kambing perah dan menghasilkan susu lebih banyak. Gambar 7. Ampas Tempe 75

92 Tabel 10. Jadwal Pemberian Pakan Kambing Perah pada Peternakan Prima Fit No Waktu Jenis Pakan Jumlah yang diberikan (Kg)/ekor Pemberian Non laktasi Laktasi Anak Ampas tempe 2,2 2,2 1, Rumput gajah 0,6 0,6 0, Ampas tempe 2,2 2,2 1, Ampas tempe 2,2 4,4 1,1 Sumber : Wawancara dengan Penanggung Jawab Kandang Kambing Kebutuhan Air Air dalam pemeliharaan kambing perah juga memegang peranan penting. Air dalam pemeliharaan kambing perah di Peternakan Prima Fit lebih banyak digunakan untuk menjaga kebersihan kandang kambing, seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, untuk membersihkan kandang dan bagian bawah kandang diperlukan aliran air yang cukup banyak. Kambing merupakan hewan tropis sehingga terbiasa dengan kondisi panas, hal ini menyebabkan kambing tidak membutuhkan banyak air untuk minum. Selain itu pakan yang diberikan juga sudah mengandung air sehingga peternakan Prima Fit hanya memberi air minum pada kambing seminggu sekali. Salah satu literatur menyebutkan bahwa pemberian air minum pada kambing dapat ditambahkan beberapa zat seperti nutri samba, molase, dan garam. Sedangkan air minum yang diberikan pada kambing perah di peternakan Prima Fit hanya terdiri dari campuran 30 gram garam, 240 ml molase, dan 10 liter air. Campuran ini akan habis diminum oleh sekitar 14 ekor kambing dara dan dewasa atau 28 ekor anak kambing. Molase merupakan limbah tebu yang dapat dibeli di toko alat-alat peternakan yang berfungsi untuk menghasilkan minyak sehingga susu kambing akan sedikit berminyak, selain itu kotoran kambing perah pun tidak terlalu berbau. Tidak diberikannya Nutri Simba pada campuran air minum kambing perah tidak mengganggu proses pemeliharaan kambing perah karena Nutri Simba berfungsi sebagai suplemen penambah nafsu makan dan meningkatkan daya tahan tubuh. Secara insidental, air juga digunakan untuk memandikan kambing, namun kambing yang dimandikan hanya kambing yang baru dibeli dari peternakan lain 76

93 karena kambing baru tersebut biasanya memiliki bau yang sedap sehingga produksi susunya kurang baik. Untuk kambing yang telah ada di peternakan tidak pernah dimandikan karena selain kandang kambing bersih, molase dan ampas tempe yang dikonsumsi menghasilkan minyak sehingga membuat kambing terlihat selalu bersih Penanganan Penyakit Penanganan penyakit pada kambing perah memegang peranan penting dalam pemeliharaan kambing perah karena selain untuk menjaga kesehatan kambing perah juga untuk menghindari kematian pada kambing perah. Penyakit yang sering timbul pada kambing perah di peternakan Prima Fit dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Jenis Penyakit pada Kambing yang Sering Timbul di Peternakan Prima Fit No. Jenis Gejala Penanganan Penyakit 1 Scabies - kambing merasa gatal Diberi vaksin Ivomec - nafsu makan turun 2 Flu - suhu badan meningkat Belum diberi tindakan - keluar lendir dari hidungnya 3 Diare - Feses tidak padat - Kambing terlihat lemas Diberi obat diare Sumber: observasi di peternakan (Maret 2010) Penanganan penyakit di peternakan Prima Fit masih belum berjalan dengan baik karena masih terdapat beberapa penyakit pada kambing perah yang tidak tertangani seperti flu. Penanganan penyakit diare pun masih belum optimal karena obat diare yang digunakan merupakan obat manusia dan pemberiannya tidak teratur bahkan ada beberapa yang tidak tertangani. Menurut literatur penanganan penyakit scabies telah tertangani dengan baik, namun penanganan penyakit lainnya belum ditangani dengan baik. Beberapa literatur menyebutkan bahwa pengobatan kambing perah yang mengalami flu dapat diobati dengan ramuan tradisional yakni dengan beras kencur. Sedangkan penanganan untuk kambing yang mengalami diare antara lain diberikan larutan garam dan gula atau diberi ramuan tradisional seperti tumbukan daun jambu dan garam. Adapun 77

94 beberapa obat yang digunakan di Peternakan Prima Fit tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Rincian Obat-obatan yang Digunakan di Peternakan Prima Fit No. Jenis Obat Manfaat Jumlah Kambing yang Diberi Obat 1. Ivomec Mengobati - 9,7% anak penyakit scabies kambing per bulan - 2,75% kambing dara dan dewasa 2. Vitamin B Menambah - 9,7% anak Kompleks nafsu makan kambing per pada kambing bulan - 2,75% kambing dara dan dewasa 3. Biosalamin Untuk Semua induk yang mengobati induk baru melahirkan yang baru melahirkan 4. Hematopan Untuk memberi Semua induk yang kekuatan pada baru melahirkan induk yang baru melahirkan Perkawinan dan Penanganan Kelahiran Penggunaan (ml) - Anak kambing : 0,15 ml - Kambing dara dan dewasa : 1,5 ml/ekor - Anak kambing : 0,5 ml/ekor - Kambing dara dan dewasa : 5 ml/ekor 2,5 ml/ekor 2,5 ml/ekor Proses peremajaan pada ternak perlu dilakukan untuk menjaga kontinuitas dari suatu usaha ternak. Proses peremajaan ini dilakukan melalui perkawinan alami. Inseminasi buatan tidak menjadi pilihan karena inseminasi buatan untuk kambing perah masih jarang dilakukan. Untuk memperoleh keturunan yang baik maka diperlukan induk jantan dan betina yang baik pula. Dalam proses perkawinan, peternakan Prima Fit menggunakan penjantan yang merupakan galur murni dari jenis kambing perah yang memiliki performa yang baik seperti penampilan yang baik dan besar, umurnya mencapai dua tahun ketika pertama kali dikawinkan, dan tidak cacat. Jenis kambing perah yang digunakan sebagai induk jantan antara lain jenis saanen, british alpin, etawa, kacang, togenburg, dan boer. Sedangkan induk betina tidak menggunakan galur murni melainkan turunan dari beberapa jenis kambing perah. Jenis yang paling banyak digunakan yaitu Peranakan Etawa. Induk betina memiliki ciri-ciri sebagai berikut : umur 1 tahun 4 78

95 bulan ketika pertama kali dikawinkan, memiliki berat lebih dari 20 kg, dan jumlah ambing sepasang. Menurut literatur, Induk jantan dan induk betina seperti ini merupakan bibit unggul. Rata-rata kambing betina dan jantan di Peternakan Prima Fit mengalami siklus birahi pertama kali pada umur delapan bulan sehingga kambing betina dan jantan yang telah berumur 8 bulan harus dipisahkan karena dikhawatirkan akan terjadi perkawinan. Perkawinan pada kambing muda akan menyebabkan kebuntingan yang kurang baik seperti kebuntingan yang tidak sehat dan anak yang dilahirkan berukuran lebih kecil dari pada ukuran anak kambing pada umumnya. Kambing betina boleh dikawinkan setelah berumur 1 tahun 4 bulan sedangkan kambing jantan boleh dikawinkan setelah berumur 2 tahun. Kambing perah tidak dapat memproduksi susu kembali (afkir) setelah laktasi kelima yakni saat kambing perah berumur enam tahun empat bulan. Dari uraian tersebut maka kambing perah dapat digolongkan menjadi beberapa status ternak yakni: 1. Anak yaitu kambing perah yang belum mengalami siklus birahi pertama (umur 0-7 bulan). 2. Dara yaitu kambing betina yang telah mengalami siklus birahi namun belum pernah melahirkan (umur 8-23 bulan). 3. Dewasa, kambing betina dewasa yaitu kambing betina yang telah melahirkan untuk pertama kalinya (umur 24 bulan) sedangkan kambing jantan dewasa merupakan kambing yang telah dapat dikawinkan (umur 24 bulan). Berdasarkan literatur, perkawinan yang baik dilakukan setelah jam betina birahi dan kambing betina dimasukan dalam kandang khusus untuk perkawinan disusul dengan memasukan kambing jantan pada kandang tersebut. Dengan demikian untuk mengawinkan kambing perah perlu adanya pengontrolan kambing betina yang sedang birahi. Namun peternakan Prima Fit memiliki cara tersendiri untuk mengawinkan kambing perah tanpa perlu pengontrolan birahi pada kambing betina yakni dengan melakukan pemilihan kambing yang sudah dapat dikawinkan kemudian ditempatkan di ruangan kawin pada kandang I dan II selama satu bulan sehingga jantan akan mengawini betina ketika betina tersebut telah birahi. Satu ruangan dapat digunakan oleh lima ekor kambing betina dan satu ekor kambing jantan. 79

96 Kambing betina yang bunting dipindahkan ke ruangan khusus kambing bunting sampai melahirkan (enam bulan). Hal ini dilakukan untuk memudahkan pemantauan pada kambing tersebut dan menghindari keguguran karena diseruduk oleh kambing jantan. Jika proses melahirkan berjalan lancar maka kambing perah dapat melahirkan sendiri tanpa bantuan manusia, sedangkan apabila kambing perah mengalami kesulitan maka proses melahirkan akan dibantu oleh karyawan peternakan Prima Fit. Setelah melahirkan biasanya induk diberikan obat-obatan seperti biosalamin dan hematopan. Induk betina akan menyusui anaknya hingga satu bulan, kemudian anak akan dipisahkan dari induknya. Anak yang telah dipisahkan tersebut akan diberi susu sapi dengan menggunakan botol susu hingga berumur tiga bulan dengan pemberian susu sapi sebanyak 0,5 liter per ekor per hari. Sedangkan induknya akan diperah selama empat bulan masa laktasi. Setelah empat bulan masa laktasi, kambing betina akan menghadapi masa kering kandang sehingga kambing harus dikawinkan kembali. Begitu seterusnya hingga membentuk suatu siklus seperti yang tertera pada Gambar 8. Bulan Siklus Perkawinan Bunting Menyusui Laktasi 0,66 lt 0,66 lt 0,66 lt 0,66 lt Gambar 8. Siklus Kambing Perah di Peternakan Prima Fit Pada umumnya kelahiran pada kambing perah akan menghasilkan satu sampai dua ekor anak kambing sehingga jika dirata-ratakan maka jumlah anak per kelahiran adalah 1,5 ekor per kelahiran. Rasio kelahiran anak kambing jantan sebesar 50 persen sedangkan rasio kelahiran anak kambing betina sebesar 50 persen. Anak merupakan status ternak yang rentan terhadap penyakit sehingga kematian anak kambing sering terjadi. Tingkat kematian anak kambing di Peternakan Prima Fit mencapai 18,5% per tahun. Sedangkan Kambing dewasa jantan, kambing dewasa betina, dan kambing dara di Peternakan Prima Fit memiliki tingkat kematian 0% per tahun karena kematian pada Kambing dewasa jantan, kambing dewasa betina, dan kambing dara jarang sekali terjadi. 80

97 Anak kambing yang lahir disusui oleh induknya selama satu bulan kemudian dua bulan berikutnya anak kambing diberi susu sapi dengan menggunakan botol susu sedangkan induknya mulai diperah. Setelah anak kambing berumur tiga bulan atau tidak diberi susu lagi, maka 100 persen anak kambing jantan dan 20 persen anak kambing betina dijual sedangkan sisanya dipelihara. Setelah berumur delapan bulan, anak kambing betina telah memasuki status dara. Pada umur 17 bulan, 28 persen kambing dara dijual dan sisanya dikawinkan untuk pertama kali. Proses perkawinan dilakukan selama satu bulan kemudian kambing akan bunting selama sekitar enam bulan. Setelah kambing melahirkan, kambing akan menyusui selama satu bulan dan empat bulan berikutnya akan diperah atau biasa disebut sebagai masa laktasi I. Pada bulan kelima masa laktasi kambing mengalami penurunan jumlah produksi susu sehingga harus dikawinkan kembali. Begitu seterusnya hingga laktasi V, setelah laktasi V kambing dikategorikan sebagai kambing afkir sehingga harus dijual. Perkembangan populasi ternak pada skenario II sesuai dengan siklus produksi ini selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Pemerahan Pemerahan susu kambing di peternakan Prima Fit dilakukan secara manual dengan menggunakan tangan. Pemerahan dilakukan dalam ruang laktasi dengan menahan tubuh kambing perah ke sisi ruangan sehingga tubuh kambing perah tidak banyak bergerak kemudian dilakukan pemerahan dengan teknik whole hand atau menggunakan semua jari tangan. Susu hasil perahan pertama dari masingmasing ambing dibuang karena dikhawatirkan mengandung banyak bakteri. Selanjutnya susu hasil pemerahan ditampung dalam ember plastik. Proses pemerahan ini sudah benar namun sebaiknya ambing dibersihkan dahulu dengan air dan dikeringkan dengan handuk agar bersih dari bakteri yang dapat merusak susu dan setelah dilakukan pemerahan dilakukan penyemprotan desinfektan pada ambing sehingga ambing terbebas dari bakteri. Proses pemerahan susu kambing dipeternakan Prima Fit dapat dilihat pada Gambar 9. 81

98 Gambar 9. Proses pemerahan susu kambing Pemerahan dilakukan dua kali sehari yakni pada pagi hari dan sore hari. Jumlah susu yang dihasilkan pada pagi hari lebih banyak dibandingkan dengan jumlah susu yang dihasilkan pada sore hari karena susu yang dihasilkan pada pagi hari dibentuk selama kurang lebih 16 jam yakni dari jam 4 sore hingga jam 8 pagi sedangkan susu yang dihasilkan pada sore hari dibentuk selama kurang lebih 8 jam yakni dari jam 8 pagi hingga jam 4 sore. Jumlah produksi susu kambing tiap periode laktasi berbeda-beda tetapi karena kurangnya data yang mendukung untuk mengetahui jumlah susu kambing per periode laktasi maka digunakan rata-rata produksi susu kambing per hari yakni sebesar 0,66 liter per ekor. Namun tidak semua susu yang dihasilkan dijual karena setiap minggu rata-rata dua liter susu digunakan sebagai tester untuk konsumen yang datang ke peternakan Pasca Panen Produksi susu kambing di peternakan Prima Fit rata-rata 0,66 liter per ekor per hari. Setelah susu terkumpul, susu kambing disaring dengan menggunakan saringan yang terbuat dari plastik agar buih pada susu dan bulubulu kambing yang terjatuh ke dalam susu dapat dibuang. Setelah disaring, dikemas dengan menggunakan plastik kemasan dalam ukuran 200 ml kemudian dimasukan dalam freezer. Susu yang sudah beku dimasukan kembali pada plastik kemasan yang sudah diberi label/merek susu kambing Prima Fit agar lebih menarik. Proses pemerahan hingga pengemasan memakan waktu hingga satu jam. Pengemasan terakhir dilakukan dengan memasukan beberapa liter susu yang telah beku ke dalam styrofoam yang berisi dry ice sehingga susu tetap dalam keadaan segar hingga ke tangan konsumen. Teknik mencairkan kembali (thawing) 82

99 yang tertera pada label kemasan dilakukan dengan cara merendam plastik kemasan bagian dalam pada air hangat. Dari hasil analisis diatas dapat dikatakan bahwa pengembangan usaha ternak kambing perah di peternakan Prima Fit secara aspek teknis layak untuk dilaksanakan karena lokasi peternakan telah mampu menunjang pengembangan usaha ternak kambing perah di Peternakan Prima Fit, layout peternakan telah sesuai sehingga mampu memperlancar proses produksi. Keseluruhan teknis mulai dari pemeliharaan hingga pasca panen telah berjalan dengan baik. Namun sebaiknya peternakan melakukan penanganan yang lebih intensif pada penyakit kambing perah, memberikan pakan rumput yang lebih banyak, serta memperbaiki proses pemerahan susu kambing. 6.3 Aspek Manajemen dan Hukum Suatu manajemen yang baik tentu akan menyebabkan suatu usaha dapat berjalan dengan baik pula. Pada penelitian ini dilakukan analisis manajemen dalam masa operasi. Analisis tersebut meliputi : 1) Struktur Organisasi Meskipun masih sederhana, struktur organisasi di peternakan ini sudah mampu menggambarkan pemisahan jenis pekerjaan dan pembagian tugas dengan cukup jelas. Jumlah keseluruhan karyawan yang terdapat di peternakan Prima fit saat ini sebanyak 18 orang namun jumlah karyawan yang bekerja dan berkaitan langsung dengan peternakan kambing perah berjumlah 6 orang. Struktur organisasi peternakan Prima Fit dapat dilihat pada Gambar 10. Pemilik Manajer Kandang Penanggung jawab kandang Sapi Penanggung jawab kandang Kuda Penanggung jawab kandang kambimg Bagian Dapur Anak Kandang Gambar 10. Struktur Organisasi Peternakan Prima Fit Sumber : Wawancara dengan Pemilik Peternakan Prima Fit 83

100 2) Deskripsi Pekerjaan Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, jumlah orang yang terlibat dalam peternakan kambing perah saat ini berjumlah 6 orang sedangkan jenis pekerjaan yang ada berjumlah 4 yaitu pemilik peternakan, manajer kandang, penanggungjawab kandang kambing, dan anak kandang. Adapun rincian masing-masing pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Rincian Pekerjaan Karyawan Peternakan Prima Fit N Jabatan Jumlah Gaji/orang/ Tugas o bulan (Rp) 1. Pemilik 1 - Menjadi pemilik modal, bertanggung jawab terhadap kegiatan pemasaran, dan melakukan kontrol produksi susu. 2. Manajer kandang Mengelola 3 unit kandang dengan memastikan terjaminnya penyediaan pakan, dan kegiatan operasional lainnya melalui pendelegasian tugas pada kepala kandang dan staf masingmasing kandang. Manajer kandang juga ikut dalam pelaksanaan tugas-tugas 3. Penanggung jawab kandang kambing 4. Anak Kandang bawahannya Mengontrol kondisi kesehatan ternak dan kebersihan kandang, melakukan pemerahan susu kambing, serta mencetak merk pada kemasan Bertanggung jawab pada penyediaan pakan bagi kambing perah baik ampas tempe maupun rumput gajah, menanam kembali bibit rumput gajah, dan menjaga kebersihan serta melakukan pembersihan kandang dua kali dalam satu hari. Terdapat pembagian tugas diantara anak kandang. Sumber : Wawancara dengan pemilik peternakan Prima Fit Bapak H. Dwi Susanto selaku pemilik peternakan merupakan bagian inti dari peternakan ini di mana pusat perintah berada padanya. Selain 84

101 sebagai pemilik modal, pemilik juga bertugas untuk melakukan berbagai kegiatan pemasaran atas produk yang dihasilkan yakni susu kambing mulai dari promosi kepada rekanan, mencatat pesanan, hingga menerima hasil penjualan susu. Pemasaran ini biasanya dilakukan melalui telepon selular kepada rekanan pemilik. Sebagai pemegang modal, pemilik juga mengharapkan usahanya dapat berjalan dengan baik agar keuntungan yang diperoleh semakin meningkat sehingga pemilik juga mengontrol jumlah susu yang dihasilkan. Jika terjadi penurunan yang signifikan pemilik melakukan upaya untuk memperbaiki masalah tersebut. Manajer kandang berfungsi sebagai pengelola seluruh kandang di peternakan Prima Fit. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, peternakan membudidayakan tiga jenis hewan yaitu kambing perah, sapi perah, dan kuda tunggang sehingga diperlukan manajer kandang untuk memudahkan pengelolaan ketiga kandang tersebut. Manajer kandang bertugas untuk mengontrol kondisi kandang dan ternak secara keseluruhan melalui pendelegasian tugas pada staf masing-masing kandang. Jumlah menajer kandang tidak akan bertambah dengan bertambahnya jumlah populasi. Penanggung jawab kandang kambing merupakan karyawan yang memegang seluruh kendali khusus bidang peternakan kambing perah. Tugas penanggung jawab kandang antara lain (1) Mengontrol kondisi kesehatan ternak, jika terdapat ternak yang sakit atau akan melahirkan, penanggungjawab kadang kambing akan mengobati ternak tersebut atau membantu proses kelahiran kambing tersebut. (2) Menjamin kebersihan kandang dan ketersediaan pakan. (3) Memerah susu kambing, karena sudah sangat berpengalaman maka penanggungjawab kandang kambing dipercayakan untuk memerah susu kambing. (4) Mencetak merk susu kambing Prima Fit pada plastik kemasan, pekerjaan ini dilakukan disela-sela pekerjaan rutinnya. Meskipun jumlah populasi meningkat baik akibat penambahan jumlah populasi maupun proses reporduksi, jumlah penanggung jawab kandang kambing tidak akan bertambah. Anak kandang bertugas untuk memberikan pakan sebanyak empat kali sehari yaitu dengan memberikan pakan berupa ampas tempe sebanyak tiga 85

102 kali dan rumput gajah sebanyak satu kali. Selain memberikan pakan kepada kambing, karyawan juga bertugas untuk mengambil ampas tempe dari pabrik tempe di Jakarta dan memotong rumput gajah serta menanam kembali bibit rumput gajah. Selain itu, anak kandang juga bertugas untuk mengalirkan air di selokan bagian bawah kandang dan membersihkan bagian kandang dengan sapu lidi. Pembersihan ini dilakukan setiap pagi dan sore sebelum dilakukan pemerahan. Sedangkan untuk menjaga kebersihan bagian bawah kandang, dilakukan dengan mengatur aliran air di bagian bawah kandang. Semakin banyak jumlah populasi maka akan semakin banyak jumlah anak kandang yang dibutuhkan. Setiap 50 ekor kambing perah membutuhkan satu orang anak kandang sehingga jumlah anak kandang akan semakin meningkat dari waktu ke waktu. Tugas yang telah diuraikan tersebut merupakan tugas pokok dari masing-masing karyawan namun terdapat tugas tambahan yang bersifat insidental artinya tugas yang sewaktu-waktu dapat muncul seperti mengantarkan kambing ke pembeli, menangani kambing yang sakit, menangani kambing yang akan melahirkan dan lain-lain. Gaji yang diberikan pada karyawan berbeda-beda yaitu sebesar Rp ,00 untuk manajer kandang, Rp ,00 untuk penanggung jawab kandang kambing, dan Rp ,00 untuk anak kandang. Jumlah gaji untuk penanggung jawab kandang, dan anak kandang memang tergolong rendah bahkan lebih rendah dibandingkan dengan upah minimum Kabupaten (UMK) Bogor yakni sebesar Rp ,00 pada tahun Namun gaji yang telah disebutkan di atas merupakan gaji bersih karena selain gaji karyawan juga memperoleh fasilitas lain seperti makan tiga kali sehari, penginapan dan tunjangan hari raya (THR). Biaya satu kali makan untuk karyawan sekitar Rp 5.000,00 sedangkah THR yang diberikan yaitu sebesar satu kali gaji untuk karyawan yang pulang kampung dan dua kali gaji untuk karyawan yang tidak pulang kampung. Untuk menjaga kesehatan kambing, pemilik juga menggunakan jasa seorang dokter hewan. Dokter hewan ini datang satu bulan tiga kali untuk memberi vaksin ivomec, vitamin, dan melakukan tindakan pada kambing 2 pmbpedan html.[22 Mei 2010] 86

103 perah yang sakit. Dokter hewan ini diberi insentif sebesar Rp ,00 setiap kali datang. 3) Laporan Keuangan Laporan keuangan berisi informasi mengenai pengeluaran dana untuk kegiatan usaha ternak serta pemasukan yang diperoleh dari usaha ternak tersebut. Namun hingga saat ini peternakan belum memiliki laporan keuangan yang baik. Pembukuan hanya berupa catatan mengenai produksi susu itu pun tidak dilakukan secara teratur. Sebenarnya laporan keuangan dapat membantu peternakan dalam melakukan pengawasan kinerja peternakan serta menjadi alat evaluasi kegiatan peternakan. Untuk mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis, aspek hukum perlu pula diperhatikan. Pengkajian aspek hukum dapat didasarkan pada perizinan usaha ternak. Perizinan usaha ternak di Kabupaten Bogor diatur dalam Peraturan Daerah no. 8 Tahun 2003 Tentang Izin Usaha Peternakan dan Perikanan. Perizinan ini ditujukan sebagai salah satu langkah menciptakan iklim usaha peternakan dan perikanan yang kondusif. Usaha ternak dibagi menjadi dua jenis usaha ternak yakni usaha ternak wajib izin dan usaha ternak rakyat. Usaha ternak wajib izin merupakan usaha ternak yang wajib mengurus izin usahanya pada Dinas Peternakan dan Perikanan. Perizinan ini akan diberikan jika beberapa persyaratan terpenuhi seperti adanya persetujuan prinsip, izin lokasi atau penggunaan lahan, izin mendirikan bangunan, dan izin tempat usaha. Keuntungan yang diperoleh jika suatu usaha memiliki izin tersebut antara lain : dijadikan sebagai binaan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor sehingga memudahkan dalam memperoleh bantuan dana, bantuan teknis, membantu mengatasi permasalahan jika ada keluhan dari masyarakat, serta membantu dalam proses pemasaran. Jika usaha ternak kambing perah memiliki jumlah populasi lebih dari 300 ekor maka usaha ternak tersebut termasuk jenis usaha peternakan wajib izin sedangkan usaha ternak yang memiliki jumlah populasi kurang dari sama dengan 300 ekor termasuk jenis usaha peternakan rakyat dan tidak wajib mengurus izin usaha pada Dinas Peternakan dan Perikanan. 87

104 Sampai saat ini peternakan Prima Fit memiliki 141 ekor kambing, jumlah ini kurang dari 300 ekor sehingga peternakan termasuk ke dalam peternakan rakyat dan tidak wajib melakukan perizinan pada Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. Dengan adanya pertambahan jumlah populasi maka pada tahun ketiga, peternakan Prima Fit perlu membuat izin usaha peternakan ke Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. Hal ini disebabkan pada tahun tersebut jumlah populasi kambing telah mencapai lebih dari 300 ekor kambing. Meskipun belum wajib izin, peternakan wajib memiliki persetujuan lingkungan dari tingkat RT dan tingkat RW setempat. Seperti yang telah disebutkan pada gambaran umum usaha, peternakan berada di wilayah RT 02 dan Rw 03 sehingga izin persetujuan lingkungan perlu diperoleh dari ketua RT 02 dan Rw 03. Izin secara tertulis belum dimiliki oleh peternakan Prima Fit namun keberadaan peternakan ini telah diketahui oleh ketua RT 02, dan RW 03. Sampai saat ini belum ada pengaduan dari ketua RT 02, dan RW 03 karena tidak adanya izin tertulis tetapi sebaiknya peternakan segera mengurus izin tersebut agar pengembangan usaha ternak dapat berjalan dengan baik. Analisis aspek manajemen telah menguraikan beberapa hal mengenai sistem manajemen yang terdapat di peternakan Prima Fit terutama struktur organisasi, deskripsi pekerjaan, dan laporan keuangan. Dari hasil analisa di atas dapat diketahui bahwa pengembangan usaha ternak kambing perah Prima Fit secara manajemem layak untuk dilaksanakan karena meskipun masih sederhana manajemen peternakan ini sudah cukup baik dan tidak terdapat masalah manajemen di peternakan ini. Namun sebaiknya peternakan mulai membuat laporan keuangan sehingga proses pengawasan dan evaluasi pada usaha ini dapat dengan mudah dilakukan. Analisis pada aspek hukum telah dijelaskan mengenai kondisi perizinan di peternakan Prima Fit. Peternakan masih termasuk dalam kategori peternakan rakyat sehingga belum wajib izin. Keberadaan peternakan ini pun telah diketahui oleh aparat Desa setempat sehingga secara hukum pengembangan usaha ternak ini layak untuk dilaksanakan. Namun sebaiknya izin persetujuan lingkungan secara tertulis perlu untuk dilakukan. 88

105 6.4 Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya Suatu usaha tentu dapat memberikan dampak bagi berbagai pihak, begitu pula peternakan Prima Fit. Pengembangan usaha ternak di peternakan Prima Fit tentu akan berjalan dengan sangat baik jika selaras dengan kehidupan masyarakat karena usaha yang tidak selaras dengan kehidupan masyarakat sekitar tidak akan bertahan lama. Dampak ini dapat dikaji dari aspek sosial, ekonomi, dan budaya yang berkembang di masyarakat sekitar. Pengembangan usaha ternak kambing perah ini memberikan berbagai dampak, baik dari aspek sosial, ekonomi, dan budaya. Dari aspek sosial, peternakan ini dikatakan memberikan dampak yang positif jika terjadi peningkatan peluang kerja, dan pengurangan pengangguran. Karyawan tetap di peternakan Prima Fit merupakan karyawan yang berasal dari luar daerah seperti Jawa Tengah, dan Jawa Timur karena karyawan tersebut merupakan karyawan yang sudah memiliki pengalaman dalam bidang peternakan sehingga memiliki kualitas yang cukup baik. Namun untuk pekerjaan tidak tetap seperti membangun pagar, memperbaiki bangunan dan lain-lain, peternakan ini tetap mempekerjakan masyarakat sekitar. Jumlah masyarakat sekitar yang menjadi karyawan tidak tetap berjumlah satu sampai tiga orang tergantung jenis pekerjaan yang dilakukan. Pemasaran susu kambing juga dilakukan oleh beberapa distributor yang terdapat di beberapa kota sehingga secara tidak langsung peternakan juga memberikan lapangan pekerjaan bagi distributor yang terdapat di luar Kabupaten Bogor. Informasi ini memperlihatkan bahwa peternakan ini telah dapat meningkatkan lapangan kerja, dan pengurangan pengangguran baik bagi pemilik, masyarakat setempat maupun, masyarakat di luar Kabupaten Bogor seperti karyawan tetap dan distributor. Dampak positif lain telah diterangkan sebelumnya yakni pengaliran kotoran kambing perah pada sawah masyarakat secara gratis sehingga membantu menyuburkan sawah penduduk. Selain itu peternakan ini juga dapat dijadikan sebagai sarana pembelajaran dan penelitian bagi pihak-pihak yang ingin mengetahui usaha ternak kambing perah dan karakteristik susu kambing. Pengembangan usaha ternak kambing perah ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang dilihat dari adanya peningkatan perekonomian masyarakat. Seperti yang telah disebutkan di atas, peternakan ini 89

106 telah membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar maupun masyarakat luar Kabupaten Bogor dengan mempekerjakan mereka sebagai karyawan tidak tetap maupun karyawan tetap. Informasi ini mengindikasikan bahwa peternakan ini telah mampu meningkatkan pendapatan baik bagi pemilik, masyarakat sekitar maupun masyarakat luar daerah. Namun kekurangan dari peternakan ini adalah belum memiliki badan hukum sehingga peternakan ini belum memberikan kontribusi yang positif bagi peningkatan pendapatan daerah melalui pembayaran pajak. Budaya sangat erat hubungannya dengan masyarakat karena merupakan sesuatu yang diwariskan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi yang lain. Budaya ini mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial, norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lainlain. 3 Keberadaan peternakan Prima fit selama ini tidak bertentangan dengan budaya yang telah berkembang di masyarakat selama ini. Menurut beberapa warga dan aparatur desa kehadiran peternakan ini tidak mengganggu kebudayaan yang ada selama ini baik dari sisi nilai sosial, norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, dan religi yang ada di masyarakat. Dari hasil analisis di atas dapat diketahui bahwa secara sosial, ekonomi, dan budaya pengembangan usaha ternak kambing perah di peternakan Prima Fit layak untuk dilaksanakan karena mampu meningkatkan lapangan kerja, pengurangan pengangguran, meningkatkan pendapatan baik bagi pemilik, masyarakat sekitar, maupun masyarakat luar daerah. Selain itu, pengembangan usaha ternak di peternakan Prima Fit layak karena tidak bertentangan dengan budaya yang telah berkembang di masyarakat. 6.5 Aspek Lingkungan Suatu usaha dapat memberikan dampak pada lingkungan yang meliputi dampak yang merugikan dan dampak yang menguntungkan. Pengembangan usaha ternak sangat berhubungan dengan lingkungan sehingga aspek ini perlu dikaji lebih dalam dan diharapkan suatu usaha dapat bersahabat dengan lingkungan karena suatu usaha tidak akan bertahan jika tidak bersahabat dengan lingkungan

107 Dampak negatif yang sering hadir pada usaha ternak adalah masalah penumpukan kotoran ternak karena sistem pembuangan kotoran ternak yang kurang baik. Seperti yang telah diketahui bersama, kotoran kambing perah dapat memberikan masalah seperti bau yang mengakibatkan ketidaknyamanan baik bagi penghuni peternakan maupun masyarakat sekitar. Selain itu kotoran kambing perah yang menumpuk juga dapat menjadi sumber penyakit yang dapat mengganggu kesehatan ternak dan masyarakat. Sistem pembuangan kotoran kambing perah yang diterapkan oleh peternakan ini cukup tertata. Aliran air di saluran bagian bawah kandang selalu diatur sehingga kotoran kambing perah mengalir melalui saluran air. Aliran dimulai dari saluran bagian bawah kandang, ladang rumput gajah dan berakhir pada sawah-sawah penduduk. Namun pembuangan kotoran kambing perah ini juga menimbulkan kerugian bagi masyarakat sekitar peternakan karena pengaliran kotoran ini melewati beberapa selokan masyarakat sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap. Aliran kotoran kambing perah pada sistem pembuangan juga berfungsi sebagai pupuk kandang sehingga sawah penduduk menjadi lebih subur. Hal ini menunjukan bahwa peternakan memiliki dampak positif bagi lingkungan sekitar. kotoran kambing perah yang digunakan sebagai pupuk kandang merupakan pupuk mentah, artinya pupuk tersebut belum mengalami pelapukan atau dekomposisi sehingga belum mampu memberikan unsur hara dalam jumlah yang banyak pada sawah. Penggunaan pupuk mentah pada sawah penduduk juga sebaiknya tidak terlalu banyak karena akan memunculkan berbagai bakteri dan fungi pada bahan organik pupuk mentah tersebut. Bakteri dan fungi menggunakan bahan organik untuk memperoleh energi. Akibatnya unsur hara yang seharusnya digunakan oleh tanaman padi berubah menjadi digunakan oleh bakteri dan fungi sehingga hara menjadi tidak tersedia bagi tanaman. Namun pengikatan unsur hara oleh bakteri dan fungi ini hanya bersifat sementara hingga bakteri dan fungi tersebut mati. Penambahan populasi kambing kambing perah sebagai investasi tambahan dan semakin meningkatnya jumlah populasi kambing perah karena proses reproduksi akan menghasilkan banyak kotoran kambing perah sehingga perlu pengelolaan lebih lanjut agar tidak mengganggu proses pertumbuhan tanaman padi. 91

108 Sistem pengaliran air untuk membersihkan kotoran ini diterapkan pada kandang I, dan II sedangkan kandang III yakni kandang anakan memiliki konstruksi bagian bawah kandang yang miring namun tidak ada saluran air. Konstruksi yang berbeda pada kandang III disebabkan kotoran anak kambing perah yang tidak terlalu banyak sehingga pembersihannya cukup dengan cara menyapu kotoran yang jatuh di bawah kandang. Konstruksi bagian bawah kandang yang baik terlihat pada Gambar 11 (a), konstruksi kandang serpeti ini memungkinkan sebagian besar kotoran jatuh pada saluran air. Sedangkan Gambar 11 (b) menunjukan konstruksi bagian bawah kandang yang kurang baik karena kotoran menumpuk sehingga akan menimbulkan bau yang tidak sedap kemudian aliran udara akan membawa bau yang tidak sedap tersebut keluar peternakan dan menyebabkan polusi udara. Dasar kandang Bagian bawah kandang (a) Konstruksi bagian bawah kandang yang baik Dasar kandang Bagian bawah kandang (b) Konstruksi bagian bawah kandang yang kurang baik Gambar 11. Perbandingan Konstruksi Bagian Bawah Kandang yang Baik dan Kurang baik. Sumber : Pengamatan dan wawancara dengan karyawan Peternakan Prima Fit (Maret 2010) 92

109 Dampak negatif lain yang sering terjadi dalam usaha ternak kambing perah adalah polusi udara yang berasal dari masalah bau khas kambing jantan yang sering disebut dengan bau perengus. Di Peternakan Prma Fit, bau ini dapat dikurangi dengan pemberian ampas tempe dan molase pada seluruh kambing yang secara tidak langsung mengurangi bau perengus tersebut. Kandang yang memiliki luas dan tinggi serta ventilasi yang cukup juga menyebabkan konsentrasi bau perengus dalam kandang tidak terlalu banyak. Selain itu lokasi peternakan kambing perah yang dikelilingi oleh pagar dan rumput gajah yang tinggi serta tebal juga menyebabkan bau ini tidak tercium ke luar peternakan sehingga tidak mengganggu masyarakat. Menurut Sekretaris Desa, dahulu beberapa masyarakat pernah mengeluhkan bau perengus yang ditimbulkan oleh peternakan ini. Namun setelah peternakan membuat pagar dan mengelilingi peternakan dengan rumput gajah tidak ada lagi masyarakat yang mengeluh. Dampak positif lainnya adalah pemanfaatan limbah yakni ampas tempe sebagai pakan kambing perah. Pada umumnya pengusaha tempe menghadapi kesulitan untuk membuang ampas hasil pengolahan kedelai tersebut. Jika dibuang begitu saja tentu akan mencemari lingkungan dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Adanya pemanfaatan ampas tempe sebagai pakan kambing perah ini dapat ikut menjaga kebersihan lingkungan. Dari hasil analisis mengenai aspek lingkungan di atas dapat dikatakan bahwa secara aspek lingkungan, pengembangan usaha ternak kambing perah di Peternakan Prima Fit layak untuk dilaksanakan. Layaknya pengembangan usaha ternak ini karena kotoran kambing perah dapat dibersihkan dengan baik bahkan dapat dimanfaatkan oleh sawah masyarakat sekitar. Selain itu masalah polusi udara oleh bau perengus kambing perah dapat diatasi dengan baik oleh peternakan ini. Peternakan ini juga mampu mengurangi masalah limbah ampas tempe sehingga dapat ikut menjaga lingkungan. Namun sebaiknya peternakan Prima Fit perlu melakukan pengelolaan lebih lanjut pada kotoran kambing perah seperti pembuatan bak penampungan kotoran kambing perah tersendiri sehingga tidak mencemari beberapa selokan masyarakat sekitar serta dilakukan pengolahan kotoran kambing perah menjadi pupuk organik yang siap pakai sehingga dapat meningkatkan pendapatan peternakan. 93

110 VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama periode usaha dan dilakukan perhitungan sesuai dengan kriteria investasi. Ada pun hal-hal yang akan dibahas pada aspek finansial antara lain : cashflow, asumsi yang digunakan, proyeksi laba rugi, analisis kriteria investasi, dan switching value. Pada penelitian ini, analisis kelayakan dilakukan untuk mengetahui kelayakan pengembangan usaha ternak yang dilakukan oleh peternakan Prima Fit. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan dua skenario. Skenario I merupakan kondisi usaha ternak tanpa pengembangan usaha atau dengan kata lain tidak ada penambahan kambing laktasi I sebanyak 50 ekor pada awal tahun usaha. Sedangkan skenario II merupakan kondisi usaha ternak dengan pengembangan usaha atau dengan kata lain ada penambahan kambing laktasi I sebanyak 50 ekor pada awal tahun usaha. Kemudian dilakukan perbandingan pada kedua skenario tersebut. Jika kedua skenario layak untuk dilaksanakan, maka selanjutnya dilakukan analisis switching value pada skenario I kemudian switching value yang diperoleh akan digunakan untuk menganalisis sensitivitas skenario II. 7.1 Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian ini, arus kas pada skenario I dan skenario II diproyeksikan selama lima tahun sesuai dengan umur ekonomis kambing laktasi satu. Penelitian ini menggunakan proyeksi perkembangan populasi (Lampiran 6) untuk menentukan inflow dan outflow Arus Masuk (Inflow) Inflow merupakan aliran kas masuk bagi suatu usaha atau pendapatan dari suatu usaha. Inflow pada pengembangan usaha ternak kambing perah Prima Fit terdiri dari hasil penjualan susu kambing sebagai penerimaan utama serta penjualan kolostrum kambing, anak kambing, kambing dara, dan kambing afkir 94

111 sebagai penerimaan sampingan. Selain itu, nilai sisa juga dihitung sebagai penerimaan di akhir umur usaha. Sumber pendapatan utama dari peternakan ini adalah penjualan susu kambing. Jumlah produksi susu kambing tergantung pada jumlah kambing laktasi. Jumlah kambing laktasi dan periode pemerahan dapat dilihat pada Lampiran 6. Produksi rata-rata susu kambing setiap ekor kambing laktasi yang dihasilkan di Peternakan Prima Fit sebesar 0,66 liter per hari namun dari keseluruhan jumlah produksi susu terdapat dua liter susu yang tidak dijual per minggu untuk diberikan pada konsumen yang datang ke peternakan. Susu kambing Prima Fit dihargai sebesar Rp ,00 per liter pada konsumen akhir dan Rp ,00 per liter pada distributor. Selain menjual susu kambing, peternakan Prima Fit juga menjual kolostrum kambing, anak kambing, kambing dara, dan kambing afkir. Kolostrum merupakan susu pertama yang dihasilkan oleh induk sehingga memiliki kadungan gizi yang tinggi. Selain itu kolostrum yang diambil dari setiap induk hanya sebanyak 0,2 liter sehingga harga kolostrum ini cukup mahal yakni Rp ,00 per liter. Anak kambing yang dijual terdiri jantan dan betina dengan persentase penjualan terhadap kelahiran masing-masing sebanyak 100 persen dan 20 persen. Anak kambing dijual pada umur tiga bulan dengan harga Rp ,00 per ekor untuk anak kambing jantan dan Rp ,00 per ekor untuk anak kambing betina. Kambing dara dijual pada umur 1 tahun 4 bulan dimana pada umur tersebut, kambing dara telah siap untuk dikawinkan. Jumlah kambing dara yang dijual sebanyak 28 persen per tahun dengan harga jual sebesar Rp ,00 per ekor. Kambing afkir adalah kambing jantan maupun betina yang sudah tidak produktif lagi. Kambing betina yang telah afkir tidak dapat memproduksi susu kembali. Kambing afkir dijual sebagai kambing potong dengan harga Rp ,00 per kilogram berat hidup. Kambing jantan afkir rata-rata memiliki bobot badan 50 Kg sedangkan kambing betina afkir rata-rata memiliki bobot badan 30 Kg. Jumlah populasi kambing perah yang dimiliki oleh peternakan Prima Fit akan semakin bertambah dari tahun ke tahun akibat adanya proses reproduksi. Dengan semakin bertambahnya jumlah populasi tentu akan bertambah pula 95

112 jumlah penerimaan karena penerimaan pada pengembangan usaha ternak kambing perah ditentukan terutama oleh jumlah populasi kambing perah. Adapun proyeksi arus masuk pada skenario I dan skenario II dapat dilihat masing-masing pada Lampiran Arus Keluar (Outflow) Outflow adalah aliran kas yang dikeluarkan oleh suatu usaha. Outflow berupa biaya-biaya yang dikeluarkan baik saat usaha tersebut sedang dibangun maupun saat usaha tersebut sedang berjalan. Outflow terdiri biaya investasi, dan biaya operasional. Biaya operasional terbagi ke dalam biaya tetap dan biaya variabel Biaya Investasi Biaya investasi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan pada awal pendirian usaha dengan umur ekonomis lebih dari satu tahun. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun pertama usaha. Barang-barang investasi yang telah habis masa pakainya sebelum periode usaha berakhir harus dibeli kembali atau direinvestasi. Beberapa biaya investasi berupa peralatan telah diuraikan pada aspek teknis. Total luas lahan yang dimiliki oleh peternakan Prima Fit sebesar m 2 atau 1 ha namun karena lahan tersebut juga digunakan untuk bangunan-bangunan yang tidak berkaitan dengan usaha ternak kambing perah maka total luas lahan yang digunakan untuk peternakan kambing perah sebesar m 2. Lahan tidak mengalami penyusutan sehingga nilai sisa pada akhir umur usaha merupakan nilai beli lahan tersebut pada awal umur usaha. Jumlah kambing perah saat ini sebanyak 141 ekor. Kambing perah juga merupakan investasi pada pengembangan usaha ternak ini di awal umur usaha. Kadang I, II, III, dan IV merupakan kandang yang dibangun pada tahun pertama usaha baik pada skenario I maupun skenario II. Namun pada skenario I, kandang yang dibuat hanya berkapasitas 85 ekor, sedangkan pada skenario II, kandang yang dibuat berkapasitas hingga 130 ekor. Pada skenario I, tidak dibangun kandang V karena kapasitas kandang masih mencukupi hingga akhir periode usaha. Pada skenario II, kandang V dibangun pada tahun ketiga. Bibit rumput gajah juga digolongkan ke dalam biaya investasi yang harus diganti pada tahun kelima. Jumlah bibit rumput gajah yang digunakan 96

113 sebanyak 40 batang per m 2 dengan harga Rp 50,00 per batang. Luas lahan yang digunakan untuk ladang rumput gajah ini sebanyak m 2. Namun untuk skenario II ladang rumput yang digunakan pada tahun ketiga hanya seluas m 2 karena 400 m 2 telah digunakan untuk pembangunan kandang V sehingga reinvestasi bibit rumput di tahun kelima hanya dilakukan untuk m 2. Komponen investasi yang masih dapat digunakan pada akhir periode usaha atau umur teknisnya belum habis maka komponen tersebut masih memiliki nilai sisa. Nilai sisa juga terdapat pada komponen investasi yang telah direinvestasi namun masih memiliki umur teknis di akhir periode usaha. Nilai sisa akan dihitung sebagai inflow di akhir periode usaha. Nilai sisa dari masing-masing skenario berbeda-beda. Nilai sisa pada skenario I sebesar Rp ,00 sedangkan nilai sisa pada skenario II sebesar Rp ,00. Pada akhir periode usaha, jumlah kambing perah telah meningkat cukup banyak, namun karena periode usaha telah berakhir maka kambing tersebut tidak dapat digunakan lagi sebagai penghasil susu kambing pada usaha ternak ini. Meskipun demikian kambing perah ini dapat dijual sebagai kambing potong dengan harga per kilogram berat hidup sebesar Rp ,00 sehingga kambing memiliki nilai sisa. Rincian jumlah kambing masing-masing status, total berat hidupnya, dan total nilai sisa kambing tersebut dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Nilai Sisa Kambing Perah pada Akhir Periode Usaha di Peternakan Prima Fit Status Jumlah Total Berat Hidup Total Nilai Skenario I Skenario II Skenario I Skenario II Skenario I Skenario II anak < 3 bulan > 3 bulan Dara < 12 bulan > 12 bulan Induk Jantan Dewasa Total Pada Lampiran 8, dapat dilihat rincian seluruh biaya investasi yang digunakan dalam pengembangan usaha ternak baik pada skenario I maupun skenario II. Selain itu nilai sisa dari masing-masing komponen biaya investasi diakhir umur usaha pada skenario I dan skenario II juga dapat dilihat pada 97

114 Lampiran 8. Pada komponen biaya investasi yang memiliki umur teknis kurang dari lima tahun akan dilakukan reinvestasi. Jadwal reinvestasi pada skenario I dan skenario II juga dapat dilihat pada Lampiran Biaya Operasional Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan selama usaha berjalan dimana biaya ini terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak ditentukan oleh banyaknya output. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya ditentukan oleh banyaknya ouput, semakin banyak ouput maka akan semakin banyak biaya yang dikeluarkan. A. Biaya Tetap Biaya tetap terdiri dari biaya pembayaran listrik, pulsa telepon, transportasi, pemeliharaan bangunan dan lokasi peternakan, pajak kendaraan, biaya dokter hewan, sewa lahan, pembelian alat tulis kantor, dan beberapa peralatan yang memiliki umur ekonomis kurang dari satu tahun. Selain peternakan kambing perah, peternakan Prima Fit juga memiliki unit usaha sapi perah dan kuda pacu sehingga terdapat beberapa biaya yang digunakan bersama. Hal ini menyebabkan perlunya perhitungan joint cost. Joint cost untuk masing-masing unit usaha dihitung berdasarkan pendapatan yang diperoleh saat ini dari masing-masing unit usaha karena mencerminkan kontribusi masing-masing unit usaha pada pendapatan Peternakan Prima Fit. Peternakan Prima Fit. Perhitungan joint cost dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Perhitungan Joint Cost Jenis Usaha Pendapatan/hari (Rp) Joint cost (%) Kambing Perah ,4 Sapi Perah ,8 Kuda Tunggang ,8 Total 100 Biaya listrik merupakan biaya yang dikeluarkan secara bersamaan oleh unit usaha lainnya sehingga perlu adanya perhitungan joint cost. Total biaya listrik pada skenario I sebesar Rp ,00 per bulan tetapi dengan perhitungan joint cost maka biaya listrik menjadi Rp Rp ,00 per bulan. Sedangkan pada skenario II, total biaya listrik sebesar Rp ,00 per bulan 98

115 tetapi dengan perhitungan joint cost maka biaya listrik menjadi Rp ,00 per bulan. Biaya pulsa telepon digunakan untuk menghubungi konsumen atau mempromosikan susu kambing Prima Fit pada calon konsumen. Biaya Transportasi terdiri dari biaya bahan bakar, tol, dan biaya perjalanan lain-lain. Biasanya biaya transportasi dikeluarkan ketika pemilik atau karyawan membeli obat-obatan, styrofoam, dry ice, dan ampas tempe. Biaya pemeliharaan bangunan dan lokasi peternakan dikeluarkan untuk memperbaiki bangunan dan kandang yang rusak, jalan peternakan dan lain-lain. Lahan untuk ladang rumput merupakan lahan yang disewa oleh pemilik karena lahan ladang rumput yang dimiliki sudah tidak mencukupi kebutuhan seluruh kambing perah. Lahan yang disewa seluar m 2 dengan harga sewa Rp per m 2 per tahun. Luas lahan yang disewa untuk menanam rumput gajah akan sama baik pada skenario I maupun skenario II. Alat tulis kantor terdiri dari pulpen, kertas, tinta isi ulang, spidol, lakban, dan peralatan lainnya. Biaya tenaga kerja terdiri dari gaji, konsumsi, THR, dan tunjungan kesehatan karyawan. Jumlah manajer kandang dan penanggung jawab kandang akan tetap sama meskipun jumlah populasi kambing perah semakin banyak. Sedangkan jumlah anak kandang akan semakin banyak dengan bertambahnya jumlah populasi kambing perah karena setiap penambahan jumlah populasi kurang lebih 50 ekor maka akan ada penambahan jumlah anak kandang sebanyak satu orang. Seluruh karyawan menerima gaji per bulan dengan jumlah yang berbedabeda namun gaji pemilik tidak diperhitungkan dalam analisis. Biaya konsumsi karyawan sebesar Rp 5.000,00 untuk sekali makan. Setiap karyawan makan tiga kali dalam satu hari sehingga dalam satu tahun setiap karyawan makan sebanyak kali. THR diberikan pada setiap karyawan sebanyak satu bulan gaji. Namun bagi karyawan yang tidak pulang akan memperoleh THR sebanyak dua bulan gaji. Jumlah karyawan yang tidak pulang mencapai 75 persen dari seluruh jumlah karyawan. Selain konsumsi dan THR, karyawan juga memperoleh tunjangan untuk biaya kesehatan sebesar Rp ,00 per bulan per orang jika sakit. Rata-rata jumlah karyawan yang sakit dalam sebulan 99

116 sebanyak 10 persen dari jumlah seluruh karyawan. Gaji, THR, dan Konsumsi manajer kandang juga dihitung dengan menggunakan joint cost dimana gaji dan THR manajer kandang setelah perhitungan joint cost sebesar Rp ,00 sedangkan konsumsi karyawan sebesar Rp 3.820,00. Rinciay biaya karyawan dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Rincian Biaya Karyawan per Tahun (Rupiah) Skenario I N Tahun BIAYA TETAP o Gaji THR Konsumsi Karyawan Biaya Kesehatan Karyawan Skenario II N Tahun BIAYA TETAP o Gaji THR Konsumsi Karyawan Biaya Kesehatan Karyawan Rincian biaya tetap selain biaya untuk karyawan pada skenario I dan skenario II dapat dilihat pada Lampiran 9. B. Biaya Variabel Biaya variabel tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah susu kambing yang dihasilkan tetapi juga dipengaruhi oleh jumlah kambing yang ada di peternakan Prima Fit karena jumlah susu yang dihasilkan akan ditentukan oleh populasi kambing yang ada di Peternakan. Ampas tempe diperoleh dari dua tempat yakni pabrik tempe skala besar dan pabrik tempe skala rumah tangga. Ampas tempe yang diperoleh dari pabrik tempe skala besar dibeli dengan harga Rp 7.000,00 per karung dengan berat 35 kg per karung sehingga harga per kilogram sebesar Rp 200,00. Sedangkan ampas tempe yang diperoleh dari pabrik skala rumah tangga dibayar dengan menggunakan dua ayakan tempe setiap satu bulan sekali per pabrik skala rumah tangga. Ayakan tersebut dibeli dengan harga Rp 7.000,00. Dimana setiap rumah memberikan ampas tempe sekitar 20 kg per dua hari atau 300 kg per bulan sehingga biaya yang dikeluarkan sebanyak Rp ,00 per 300 kg ampas tempe. 78 persen ampas 100

117 tempe dibeli dari pabrik tempe skala besar sedangkan sisanya diminta dari pabrik tempe skala rumah tangga. Susu sapi digunakan sebagai susu pengganti bagi anak kambing karena susu induk kambing tersebut diperah untuk kemudian dijual. Susu sapi ini diperoleh dari sapi di Peternakan Prima Fit, meskipun pada kenyataannya peternakan tidak mengeluarkan biaya untuk memperoleh susu sapi, tetap saja biaya susu sapi perlu diperhitungkan. Biaya susu sapi diperhitungkan sesuai dengan harga susu sapi jika susu sapi tersebut dijual yakni sebesar Rp 5.000,00 per liter dengan pemberian 0,5 liter per hari per ekor anak kambing. Obat-obatan terdiri atas obat jenis biosalamin dan hematopan yang diberikan untuk kambing yang baru melahirkan, serta ivomec dan vitamin B kompleks untuk kambing yang sedang sakit. Tabel 17 merupakan rincian dari harga dan penggunaan masing-masing obat. Tabel 17. Rincian Harga dan Penggunaan Obat-obatan. Jenis Obat Harga/botol (Rp) Kapasitas/botol (ml) Harga/ml (Rp) Penggunaan/ekor/bulan (ml) Biaya Obat per ekor/bulan Dewasa & Dara Anak Dewasa & Dara Anak Biosalamin , Hamatopan , Vitamin B kompleks ,5 Ivomec ,5 0, Plastik kemasan yang digunakan oleh peternakan Prima Fit terdiri dari dua ukuran namun harga dari kedua jenis plastik ini sama yakni Rp ,00/pack. Setiap pack plastik berisi 300 lembar plastik sehingga biaya kemasan plastik sebesar Rp 153,00 per kemasan 200 ml. Selain plastik kemasan, peternakan Prima Fit juga menggunakan styrofoam untuk mengemas susu agar tidak cepat mencair. Styrofoam yang digunakan terdiri dari dua ukuran yakni styrofoam berkapasitas empat liter dan styrofoam berkapasitas 10 liter. Styrofoam berkapasitas empat liter digunakan untuk susu kambing yang dibeli di peternakan dan kolostrum sedangkan styrofoam berkapasitas 10 liter digunakan untuk susu kambing yang dikirimkan pada konsumen. Terdapat 90 persen susu kambing yang dikirimkan pada konsumen, sisanya dibeli langsung di peternakan. Harga styrofoam berkapasitas empat liter sebesar Rp 6.000,00 101

118 sedangkan harga styrofoam berkapasitas 10 liter sebesar Rp ,00. Untuk menjaga agar suhu dalam styrofoam tetap dingin maka peternakan menggunakan dry ice dengan harga Rp 8.000,00 per Kg. Dry ice hanya digunakan untuk susu kambing yang dikirimkan dan kolostrum dengan jumlah penggunaan dry ice sebanyak 0,5 Kg per liter susu sehingga dalam satu styrofoam berkapasitas 10 liter diperlukan dry ice sebanyak lima kg sedangkan untuk kolostrum diperlukan dua kg dry ice tiap styrofoam. Setiap minggu kambing diberi air minum dengan campuran lima liter air, 240 mililiter molase, dan 30 gram garam. Campuran tersebut dapat digunakan untuk empat ekor kambing dara dan dewasa sedangkan untuk anak kambing memerlukan setengah campuran tersebut sehingga untuk satu ekor kambing dara dan dewasa memerlukan dua gram garam dan 17 mililiter molase sedangkan anak kambing memerlukan satu gram garam dan 8,5 mililiter molase. Biaya untuk garam sebesar Rp 1.500,00 per 250 gram atau sebesar Rp 6,00 per gram sedangkan biaya untuk molase sebesar Rp 1.400,00 per liter atau sebesar Rp1,40 per mililiter. Untuk mencetak merek pada plastik kemasan digunakan cetakan merek. Cetakan ini membutuhkan cat dan tinner. Jumlah penggunaan cat dan tinner bergantung pada jumlah plastik kemasan yang digunakan. Untuk satu liter cat dengan harga Rp ,00 dapat digunakan untuk sekitar kemasan sedangkan satu liter tinner dengan harga Rp ,00 dapat digunakan untuk sekitar kemasan susu kambing sehingga biaya cat per kemasan sebesar Rp 1,80 sedangkan biaya tinner per kemasan susu kambing sebesar Rp 4,40. Jumlah susu kambing dan populasi kambing perah yang meningkat menyebabkan biaya variabel akan meningkat. Lampiran 11 berisi tentang rincian biaya variabel yang digunakan baik skenario I maupun skenario II. 7.2 Harga Pokok Produk Harga pokok produk berguna untuk mengetahui biaya per unit produk dari masing-masing produk yang dihasilkan oleh peternakan Prima Fit sehingga keuntungan setiap produk dapat diketahui. Produk yang dihasilkan oleh peternakan Prima Fit terdiri dari lima jenis yakni susu kambing sebagai produk 102

119 utama, kolostrum kambing, anak kambing (jantan dan betina), kambing dara, dan kambing afkir sebagai produk sampingan. Harga pokok produk masing-masing produk dapat dihitung dengan memperhitungkan biaya masing-masing produk. Namun karena banyak biaya yang digunakan bersama maka diperlukan perhitungan joint cost pada masing-masing produk. Perhitungan joint cost didasarkan pada proporsi kontribusi penerimaan yang diperoleh dari masingmasing produk setiap tahunnya. Seluruh biaya tetap masing-masing produk dihitung berdasarkan joint cost produk. Biaya variabel masing-masing produk pun dihitung dengan menggunakan joint cost namun terdapat beberapa biaya variabel yang tidak dihitung berdasarkan joint cost yakni plastik kemasan, styrofoam,cat cetakan merek, tinner, dan dry ice. Biaya plastik kemasan, styrofoam, cat cetakan merek, tinner, dan dry ice hanya dikenakan pada susu dan kolostrum kambing sesuai dengan jumlah produksi masing-masing produk. Harga pokok produk hanya dihitung pada kondisi skenario II karena perhitungan harga pokok produk hanya dilakukan untuk melihat biaya per unit produk ketika terjadi pengembangan usaha. Dari hasil perhitungan pada Tabel 18 dapat diketahui bahwa hampir seluruh produk memiliki nilai harga pokok produk yang lebih rendah dari pada nilai jualnya kecuali kambing afkir pada tahun pertama yang memiliki harga pokok produk lebih besar dari pada nilai jualnya. Hal ini menyatakan bahwa penjualan seluruh produk tersebut menguntungkan bagi peternakan kecuali pada harga pokok produk kambing afkir di tahun pertama. Harga pokok produk susu kambing pada tahun pertama sebesar Rp ,00 per liter. Nilai ini lebih rendah dibandingkan harga jualnya sehingga penetapan harga sebesar Rp ,00 per liter akan memberikan keuntungan bagi peternakan. Harga pokok produk juga semakin menurun dari tahun ke tahun hal ini menyatakan bahwa penjualan susu kambing akan semakin menguntungkan. Harga pokok produk kolostrum pada tahun pertama sebesar Rp ,00 per liter. Nilai ini lebih rendah dibandingkan dengan harga jual kolostrum sebesar Rp ,00 per liter. Harga pokok produk kolostrum pada tahun kedua hingga kelima mengalami penurunan di bawah harga jual kolostrum 103

120 karena jumlah produksi yang semakin banyak. Artinya penetapan harga kolostrum sebesar Rp ,00 per liter semakin menguntungkan dari tahun ke tahun. Harga pokok produk anak kambing baik jantan maupun betina lebih rendah bila dibandingkan dengan harga jual yang telah ditetapkan yakni sebesar Rp ,00 untuk anak kambing jantan dan Rp ,00 untuk anak kambing betina. Harga pokok produk anak kambing betina pada tahun pertama belum ada karena belum ada anak betina yang dijual pada tahun pertama. Harga pokok produk anak kambing baik jantan maupun betina telah memberikan keuntungan bagi pengembangan usaha ternak kambing perah tetapi keuntungan per ekor terbesar terdapat pada anak kambing betina karena biaya yang dibutuhkan tergolong rendah. Tabel 18. Perhitungan Harga Pokok Produk Masing-masing Produk Prima Fit dengan Pengembangan Usaha Jenis Produk Susu Kambing Kolostru m Kambing Anak Kambing Jantan Anak Kambing Betina Kambing Dara Kambing Afkir Uraian Tahun Total Biaya Tetap (Rp) Total Biaya Variabel (Rp) Jumlah Produksi (liter) 6392, , , , ,80 Harga Pokok Produk (Rp/liter) Total Biaya Tetap (Rp) Total Biaya Variabel (Rp) Jumlah Produksi (liter) 9,00 25,15 27,74 34,21 40,02 Harga Pokok Produk (Rp/liter) Total Biaya Tetap (Rp) Total Biaya Variabel (Rp) Jumlah Produksi (ekor) Harga Pokok Produk (Rp/ekor) Total Biaya Tetap (Rp) Total Biaya Variabel (Rp) Jumlah Produksi (ekor) Harga Pokok Produk (Rp/ekor) Total Biaya Tetap (Rp) Total Biaya Variabel (Rp) Jumlah Produksi (ekor) Harga Pokok Produk (Rp/ekor) Total Biaya Tetap (Rp) Total Biaya Variabel (Rp) Jumlah Produksi (kg) Harga Pokok Produk (Rp/kg) Harga pokok produk kambing dara pada tahun pertama belum ada karena belum ada penjualan kambing dara. Namun harga pokok produk kambing dara pada tahun kedua hingga kelima semakin menurun hingga di bawah harga jual per 104

121 ekor. Nilai ini mengindikasikan bahwa penetapan harga kambing dara sebesar Rp ,00 per ekor memberikan keuntungan yang cukup besar bagi pengembangan usaha ternak kambing perah. Harga pokok produk kambing afkir dihitung per kg berat badan. Harga pokok produk kambing afkir pada tahun pertama cukup tinggi yakni sebesar Rp ,00 per kg berat badan. Nilai ini bahkan lebih tinggi dibandingkan harga jualnya sebesar Rp ,00 per kg berat badan. Hal ini disebabkan hanya terdapat satu ekor kambing afkir yang dijual pada tahun pertama. Namun harga pokok produk kambing afkir pada tahun kedua hingga ke lima mengalami penurunan sehingga penetapan harga kambing afkir sebesar Rp ,00 per kg berat badan memberikan keuntungan bagi pengembangan usaha ternak kambing perah. 7.3 Analisis Laba Rugi Analisis laba rugi digunakan untuk mengetahui perkembangan profitabilitas usaha ternak kambing perah di Peternakan Prima Fit. Proyeksi laba rugi juga digunakan untuk menentukan besar pajak yang harus dibayarkan oleh peternakan. Proyeksi laba rugi baik pada skenario I maupun skenario II dapat dilihat pada Lampiran 12. Pada skenario I total akumulasi pajak selama 5 tahun yakni sebesar Rp ,00. Sedangkan total akumulasi laba bersih setelah pajak yang diperoleh sebesar Rp ,00 atau 37 persen dari total akumulasi penerimaan selama umur usaha. Pada skenario II total akumulasi pajak selama 5 tahun yakni sebesar Rp ,00. Sedangkan total akumulasi laba bersih setelah pajak yang diperoleh sebesar Rp ,00 atau 45 persen dari total akumulasi penerimaan selama umur usaha. Nilai ini memperlihatkan bahwa jumlah pajak yang diberikan oleh usaha ternak kambing perah di peternakan Prima Fit pada kondisi dengan adanya pengembangan lebih besar dibandingkan dengan jumlah pajak yang diberikan pada kondisi tanpa adanya pengembangan. Meskipun demikian, jumlah laba yang dihasilkan ada kondisi dengan adanya pengembangan jauh lebih besar dibandingkan dengan kondisi tanpa adanya pengembangan. 105

122 7.4 Analisis Kelayakan Investasi Dalam menganalisis kelayakan investasi pengembangan usaha ternak kambing perah di peternakan Prima Fit digunakan kriteria investasi seperti NPV, IRR, Net B/C, dan PBP. Analisis kelayakan investasi skenario I dan skenario II dapat dilihat melalui cashflow yang tertera pada Lampiran Net Present Value (NPV) Perhitungan NPV dilakukan untuk mengetahui nilai kini manfaat bersih yang diperoleh selama periode usaha. Pada skenario I NPV yang diperoleh sebesar Rp ,00 artinya usaha ternak kambing perah di peternakan Prima Fit tanpa adanya pengembangan akan menghasilkan manfaat bersih tambahan sebesar Rp ,00 atau 28 persen dari akumulasi nilai kini inflow yang diperoleh selama umur usaha. Sedangkan NPV pada skenario II diperoleh sebesar Rp ,00 artinya usaha ternak kambing perah di peternakan Prima Fit dengan adanya pengembangan akan menghasilkan manfaat bersih tambahan sebesar Rp ,00 atau 39 persen dari akumulasi nilai kini inflow yang diperoleh selama umur usaha. Nilai ini lebih besar dibandingkan dengan kondisi tanpa adanya pengembangan usaha. Informasi ini mengindikasikan bahwa peternakan akan memperoleh manfaat bersih yang lebih besar jika melakukan pengembangan usaha ternak. Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa usaha ternak kambing perah di peternakan Prima Fit layak untuk dilaksanakan baik pada kondisi tanpa pengembangan dan dengan adanya pengembangan usaha ternak karena NPV lebih besar dari nol Internal Rate of Return (IRR) Untuk mengetahui kelayakan suatu usaha melalui nilai IRR, maka IRR harus dibandingkan dengan cost of capital. Nilai cost of capital yang digunakan sebesar 6,0 persen. Dari hasil perhitungan, pada skenario I usaha ternak kambing perah di Peternakan Prima Fit memiliki nilai IRR sebesar 30 persen artinya tingkat pengembalian usaha ternak tanpa adanya pengembangan usaha terhadap investasi yang ditanamkan sebesar 30 persen. Sedangkan pada skenario II usaha ternak ini memiliki nilai IRR sebesar 55 persen artinya tingkat pengembalian 106

123 usaha ternak dengan adanya pengembangan usaha terhadap investasi yang ditanamkan sebesar 55 persen. Jika dibandingkan, maka tingkat pengembalian usaha ternak kambing perah di peternakan Prima Fit menjadi lebih besar jika peternakan melakukan pengembangan usaha ternak. Nilai IRR yang diperoleh pada kedua skenario memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan nilai cost of capital yang telah ditentukan sehingga pengembangan usaha ternak kambing perah di Peternakan Prima Fit layak untuk dilaksanakan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net B/C yang diperoleh dari hasil analisis pada skenario I yakni sebesar 1,77. Hal ini berarti setiap tambahan biaya sebesar Rp 1,00 dapat menghasilkan tambahan manfaat bersih sebesar Rp 1,77. Sedangkan pada skenario II dihasilkan nila Net B/C sebesar 2,67, artinya setiap tambahan biaya sebesar Rp 1,00 dapat menghasilkan tambahan manfaat bersih sebesar Rp 2,67. Informasi ini menyatakan bahwa dengan adanya pengembangan usaha ternak kambing perah di Peternakan Prima Fit menyebabkan manfaat bersih per satuan biaya yang diperoleh menjadi semakin tinggi. Nilai Net B/C pada kedua skenario pun lebih besar dari 1 sehingga usaha ternak ini layak untuk dilaksanakan baik ketika tidak ada pengembangan usaha maupun dengan pengembangan usaha Payback Period (PBP) PBP digunakan untuk melihat jangka waktu pengembalian modal. PBP pada usaha ternak kambing perah di peternakan Prima Fit pada skenario I yakni selama tiga tahun, enam bulan, dan 24 hari. Informasi ini menyatakan bahwa seluruh biaya investasi dapat dikembalikan dalam jangka waktu tiga tahun, enam bulan, dan 24 hari. Bila dibandingkan dengan umur usaha yakni selama lima tahun, maka jangka waktu pengembalian modal usaha lebih cepat daripada umur usaha sehingga usaha ternak kambing perah di Peternakan Prima Fit layak untuk dilaksanakan. Sedangkan pada skenario II diperoleh PBP selama dua tahun, 11 bulan, 16 hari. Informasi ini menyatakan bahwa seluruh biaya investasi dapat dikembalikan dalam jangka waktu dua tahun, 11 bulan, dan 16 hari. Bila dibandingkan dengan umur usaha yakni selama lima tahun, maka jangka waktu pengembalian modal usaha lebih cepat daripada umur usaha sehingga 107

124 pengembangan usaha ternak kambing perah di Peternakan Prima Fit layak untuk dilaksanakan jika peternakan melakukan pengembangan usaha Incremental Net Benefit (INB) Analisis kriteria investasi untuk melihat kelayakan pengembangan usaha ternak kambing perah di peternakan Prima Fit melalui tambahan manfaat yang diperoleh juga dapat dilakukan. Berdasarkan penggolongan jenis manfaat bersih (Gittinger 1982 diacu dalam Nurmalina et al 2009), peningkatan manfaat bersih melalui penambahan populasi kambing perah di peternakan Prima Fit merupakan peningkatan manfaat bersih yang tidak terlalu besar. Artinya tanpa adanya pengembangan usaha pun proses produksi di peternakan Prima Fit akan meningkat namun dengan laju yang relatif lambat karena sebenarnya jumlah populasi kambing akan terus bertambah karena proses reproduksi. Namun peningkatan jumlah populasi relatif lambat jika dibandingkan dengan kondisi ketika dilakukan penambahan jumlah populasi kambing perah. Kelayakan tambahan manfaat bersih ini dihitung dengan menggunakan incremental net benefit (INB). Menurut hasil perhitungan (Lampiran 14) diperoleh NPV INB sebesar Rp ,00. Hal ini berarti dengan adanya pengembangan usaha ternak, peternakan Prima Fit mampu memperoleh tambahan manfaat bersih selama umur usaha sebesar Rp ,00. Nilai ini lebih besar dari nol sehingga pengembangan usaha layak untuk dilaksanakan. Nilai IRR INB dan Net B/C INB tidak dapat diketahui karena tidak terdapat nilai INB negatif. Tidak adanya nilai INB negatif disebabkan oleh nilai net benefit negatif pada skenario I lebih tinggi daripada net benefit negatif pada skenario II. Payback period INB selama tujuh bulan, 12 hari. Informasi ini memperlihatkan bahwa tambahan investasi pada saat terjadi pengembangan usaha dapat dikembalikan pada bulan ketujuh dan hari ke Analisis Switching value Hasil dari analisis kelayakan menyatakan bahwa baik skenario I maupun skenario II layak untuk dilaksanakan sehingga tahap selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan analisis switching value pada skenario I. Setelah diperoleh 108

125 switching value pada skenario I maka nilai ini digunakan untuk melakukan analisis sensitivitas pada skenario II. Analisis switching value merupakan bagian dari analisis sensitivitas yang digunakan untuk melihat perubahan maksimal yang masih ditoleransi agar pengembangan usaha ternak kambing perah di Peternakan Prima Fit masih layak untuk dijalankan. Analisis ini juga digunakan untuk melihat kondisi kelayakan pada skenario I paling sensitif dipengaruhi oleh variabel apa. Perhitungan dilakukan dengan mengubah masing-masing variabel dengan melihat kelayakan usaha ternak dari nilai NPV pada saat terjadi perubahan. Setelah diketahui besar perubahan yang manghasilkan nilai NPV positif dan besar perubahan yang manghasilkan nilai NPV negatif, maka digunakan metode interpolasi untuk mempermudah perhitungan. Adapun variabel yang mengalami perubahan antara lain harga susu kambing, jumlah produksi susu kambing, dan harga ampas tempe Penurunan Harga Susu Kambing Harga susu kambing Prima Fit memang cukup tinggi namun tidak menutup kemungkinan terjadi penurunan harga. Penurunan harga ini dapat terjadi karena kualitas susu yang menurun atau munculnya pesaing-pesaing baru dengan kualitas susu yang hampir sama bahkan lebih baik dari susu kambing Prima Fit yang menawarkan harga lebih rendah sehingga perlu adanya analisis switching value terhadap penurunan harga susu kambing. Penurunan harga susu terjadi pada harga di tingkat konsumen akhir dan harga di tingkat distributor dengan persentase perubahan yang sama. Penurunan harga susu pada skenario I kambing tidak boleh melebihi 69,46 persen atau harga susu kambing di tingkat konsumen akhir menjadi Rp ,00 dan harga susu kambing di tingkat distributor menjadi Rp ,00. Jika terjadi perubahan harga susu kambing sebesar 69,46 persen menyebabkan nilai NPV mendekati nol, IRR sebesar 6 persen, dan Net B/C sama dengan satu. Hal ini mengindikasikan bahwa jika terjadi penurunan harga susu kambing lebih dari 69,46 persen akan mengakibatkan usaha ternak Prima Fit menjadi tidak layak. Proyeksi laba rugi dan cashflow dari perhitungan switching value ini tertera pada Lampiran

126 7.5.2 Penurunan Jumlah Produksi Susu Kambing Saat ini jumlah produksi susu kambing tidak berfluktuatif namun penurunan jumlah susu yang diproduksi tetap dapat terjadi jika manajemen pemeliharaan dan kualitas pakan yang diberikan kurang baik. Hal iniah yang menyebabkan analisis switching value terhadap penurunan jumlah produksi susu kambing perlu dilakukan. Penurunan jumlah produksi susu kambing pada skenario I sebesar 74,29 persen akan menghasilkan NPV mendekati nol, IRR sebesar 6 persen dan Net B/C sama dengan satu. Dengan kata lain, jika jumlah susu kambing menurun lebih dari 74,29 persen maka usaha ternak yang dijalankan menjadi tidak layak. Perbandingan jumlah produksi susu kambing pada kondisi normal dan ketika terjadi penurunan sebesar 74,29 persen dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Perbandingan Jumlah Produksi Susu Kambing dalam Kondisi Normal dan dalam Kondisi terjadi Penurunan Jumlah Produksi pada Skenario I (liter) Kondisi Jumlah Produksi Susu Kambing (lt) pada Tahun ke Normal 2.432, , , , ,05 Penurunan jumlah produksi susu sebesar 74,29% 625, , , , ,01 Jumlah susu kambing tentu dapat mempengaruhi jumlah biaya variabel. Biaya variabel yang menurun akibat adanya penurunan jumlah susu kambing antara lain plastik kemasan, styrofoam, cat cetakan kemasan, tinner, dan dry ice. Proyeksi laba rugi dan cashflow dari perhitungan switching value ini tertera pada Lampiran Peningkatan Harga Ampas Tempe Ampas tempe diperoleh dengan dua cara yaitu dibeli dari pabrik tempe skala besar dan diminta dari pabrik tempe skala rumah tangga. Biaya untuk ampas tempe yang dibeli dapat mengalami peningkatan karena semakin banyaknya usaha yang menggunakan ampas tempe sebagai input khususnya peternakan. Biaya ampas tempe ini menduduki posisi terbesar yakni sekitar 29 persen dari seluruh biaya operasional sehingga peningkatan harga ampas tempe dapat mempengaruhi kelayakan usaha. Untuk itu perlu dilakukan analisis switching value terhadap 110

127 peningkatan harga ampas tempe. Proyeksi laba rugi dan cashflow dari perhitungan switching value ini tertera pada Lampiran 17. Dapat diketahui bahwa perubahan harga ampas tempe pada skenario I tidak boleh lebih dari 630,25 persen karena akan menyebabkan nilai NPV mendekati nol, IRR sebesar 6 persen, dan Net B/C sama dengan satu. Informasi ini mengindikasikan bahwa peningkatan harga tempe diperbolehkan tetapi tidak boleh lebih dari 630,25 persen atau harga ampas tempe mencapai Rp 1.461,00 karena usaha ternak kambing perah di peternakan Prima Fit akan menjadi tidak layak. Dari hasil analisis switching value ini dapat diketahui bahwa usaha ternak kambing perah paling sensitif terhadap perubahan harga susu kambing. Perhitungan interpolasi pada perubahan masing-masing variabel dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Hasil Perhitungan Interpolasi pada Masing-Masing Variabel Skenario I Harga Susu Kambing Jumlah Produksi Susu Kambing Harga Ampas Tempe Penurunan NPV (Rp) Penurunan NPV (Rp) Peningkatan NPV (Rp) 69% % % % % % ,46% 74,29% 630,25% 7.6 Analisis Sensitivitas Hasil analisis sensitivitas pada skenario II dengan mengubah beberapa variabel yang berbeda menghasilkan kondisi kelayakan yang berbeda-beda pula. Jika pada skenario II harga susu kambing menurun hingga 69,46 persen maka akan diperoleh NPV sebesar Rp ,00, IRR sebesar 14 persen, Net B/C sebesar 1,25, dan payback period selama empat tahun, lima bulan, dan 16 hari. Hasil analisis ini menunjukan bahwa meskipun terjadi penurunan harga susu kambing sebesar 69,46 persen pengembangan usaha tetap layak untuk dilaksanakan padahal besar perubahan tersebut merupakan nilai maksimal perubahan yang masih dapat ditoleransi sehingga skenario I masih dapat layak untuk dilaksanakan. Proyeksi laba rugi dan cashflow dari perhitungan sensitifitas penurunan harga susu kambing dapat dilihat pada Lampiran

128 Jika terjadi penurunan jumlah susu kambing hingga 74,29 persen maka akan diperoleh NPV sebesar Rp ,00, IRR sebesar 14 persen, Net B/C sebesar 1,25 persen, dan payback period selama empat tahun, lima bulan, dan 16 hari. Hasil analisis ini menunjukan bahwa meskipun terjadi penurunan jumlah produksi susu kambing sebesar 74,29 persen pengembangan usaha tetap layak untuk dilaksanakan padahal besar perubahan tersebut merupakan nilai maksimal perubahan yang masih dapat ditoleransi sehingga skenario I masih dapat layak untuk dilaksanakan. Proyeksi laba rugi dan cashflow dari perhitungan sensitifitas penurunan jumlah produksi susu kambing dapat dilihat pada Lampiran 18. Jika terjadi peningkatan harga ampas tempe hingga 630,25 persen maka akan diperoleh NPV sebesar Rp ,00, IRR sebesar 22 persen, Net B/C sebesar 1,50, dan payback period selama empat tahun, tujuh hari. Hasil analisis ini menunjukan bahwa meskipun terjadi peningkatan harga ampas tempe sebesar 630,25 persen pengembangan usaha tetap layak untuk dilaksanakan padahal besar perubahan tersebut merupakan nilai maksimal perubahan yang masih dapat ditoleransi sehingga skenario I masih dapat layak untuk dilaksanakan. Proyeksi laba rugi dan cashflow dari perhitungan sensitifitas peningkatan harga ampas tempe dapat dilihat pada Lampiran 19. Hasil ini memperlihatkan bahwa kondisi tanpa adanya pengembangan usaha lebih sensitif terhadap penurunan harga susu kambing, penurunan jumlah produksi susu kambing, dan peningkatan harga ampas tempe dibandingkan dengan kondisi denga pengembangan usaha. 112

129 VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan Dari hasil analisis dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu: 1) Dilihat dari aspek non finansial, pengembangan usaha peternakan kambing perah di Peternakan Prima Fit telah layak, namun terdapat beberapa bagian masih harus diperbaiki yaitu proses pemerahan pada aspek teknis, pengadaan laporan keuangan pada aspek manajemen, pengaliran kotoran kambing perah serta penggunaan kotoran kambing perah sebagai pupuk organik untuk sawah pada aspek lingkungan. 2) Hasil analisis pada aspek finansial menjelaskan bahwa pengembangan usaha peternakan kambing perah di Peternakan Prima Fit layak untuk dijalankan. Hal ini dapat dilihat dari nilai NPV, IRR, dan Net B/C pada kondisi dengan pengembangan usaha, lebih besar jika dibandingkan dengan nilai NPV, IRR, dan Net B/C pada kondisi tanpa pengembangan usaha. Hasil analisis incremental net benefit pun menunjukkan bahwa penambahan investasi menyebabkan peternakan memperoleh manfaat bersih tambahan selama umur usaha. 3) Hasil analisis switching value pada skenario I menunjukkan bahwa jika harga susu kambing menurun lebih dari 69,46 persen, jumlah produksi susu kambing menurun lebih dari 74,29 persen, serta harga ampas tempe meningkat lebih dari 630,25 persen maka usaha ternak kambing perah di Peternakan Prima Fit menjadi tidak layak untuk dilaksanakan. Sedangkan hasil analisis sensitivitas pada skenario II memperlihatkan bahwa jika terjadi perubahan harga susu kambing, jumlah produksi susu kambing, dan harga ampas tempe dengan persentase perubahan yang sama dengan persentase perubahan pada hasil switching value pada skenario I maka pengembangan usaha ternak kambing perah di Peternakan Prima Fit tetap layak untuk dilaksanakan. Nilai NPV, IRR, dan Net B/C pada analisis sensitivitas ini lebih besar dari pada nilai NPV, IRR, dan Net B/C pada analisis switching value pada skenario I. Hasil ini memperlihatkan bahwa kondisi tanpa adanya pengembangan usaha lebih sensitif terhadap penurunan harga susu kambing, 113

130 penurunan jumlah produksi susu kambing, dan peningkatan harga ampas tempe dibandingkan dengan kondisi dengan pengembangan usaha. 8.2 Saran Beberapa saran yang dapat diberikan pada pengembangan usaha peternakan kambing perah di Peternakan Prima Fit antara lain : 1) Melakukan izin persetujuan lingkungan dari masyarakat sekitar melalui RT/RW secara tertulis sehingga keberadaan peternakan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. 2) Melakukan perizinan usaha peternakan di Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor ketika jumlah populasi kambing perah telah melebihi 300 ekor atau termasuk kedalam kategori wajib izin. 3) Membuat penampungan kotoran kambing perah sendiri sehingga tidak mencemari selokan warga dan melakukan pengolahan terhadap kotoran kambing perah menjadi pupuk organik siap pakai yang dapat dijual sehingga mampu meningkatkan penerimaan bagi peternakan. 4) Peternakan sebaiknya melakukan uji laboratorium pada produknya dan melakukan pendaftaran Nomor Kontrol Veteriner (NKV). 5) Meningkatkan kehigienisan saat melakukan pemerahan dengan mencuci dahulu ambing pada kambing perah sebelum dilakukan pemerahan dan menggunakan cairan desinfektan setelah melakukan pemerahan. 6) Peternakan sebaiknya membuat laporan keuangan setiap enam bulan sekali. 7) Peternakan sebaiknya melakukan pengembangan usaha melalui penambahan populasi kambing karena terbukti mampu meningkatkan manfaat bersih selama umur usaha. 114

131 DAFTAR PUSTAKA Asminaya, NS Penggunaan ransum komplit bebasis sampah sayuran pasar untuk produksi dan komposisi susu kambing perah [Tesis]. Bogor: Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. [BPS] Badan Pusat Statistik Rata-Rata Konsumsi Protein Per Kapita. Menurut Kelompok Makanan. &notab=4. [29 Desember 2009]. [BPS] Badan Pusat Statistik Pengeluaran Untuk Konsumsi Penduduk Indonesia per Provinsi Jakarta: Badan Pusat Statistik. Cooper D, Schindler P S Metode Riset Bisnis. Budijanto, Djunaedi D, Penerjemah; Jakarta : PT Media Global Edukasi. Terjemahan dari: Business Research Methode. Dewi E M Analisis Sikap dan Kepuasan Konsumen Restoran Death By Chocolate and Spaghetti Bogor [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. [Disnakan] Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor Perkembangan Populasi Ternak w&id=140&itemid=266. [28 Desember 2009]. [Disnakan] Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor Buku Data Potensi Peternakan Tahun Bogor: Disnakan Kabupaten Bogor. Daryanto A Dinamika Daya Saing Industri Peternakan. Bogor : IPB Press. Ensminger ME Sheep & Goat Science. Sixth Edition. Illinois: Interstate Publishers, Inc. Gittinger J P Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Ed ke-2. Slamet S, Komet M, Penerjemah; Jakarta: UI Press.Terjemahan dari : Economic Analysis of Agriculture Project. Husein U Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Husnan S, Muhammad S Studi Kelayaka Proyek. Yogyakarta : UPP AMP YKPN. Irfansyah Analisis Pengembangan dan Optimalisasi Produksi Usaha Ternak Sapi Perah: Studi Kasus Peternakan Barokah, Kebon Pedes, Kota Bogor [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Maimonah, S Pendugaan Model Fungsi Produksi dan Analisis Efisiensi Faktor-Faktor Produksi Kambing Perah Laktasi Peranakan Etawah pada 115

132 Peternakan Barokah Pertanian Bogor. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Peternekan, Institut Mulyadi Akuntansi Biaya. Ed ke-5. Yogyakarta : Aditya Media. Murtidjo BA Memelihara Domba. Jakarta: Kanisius. Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A Studi Kelayakan Bisnis. Bogor: Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Rosid A Analisis kelayakan usaha ternak kambing perah peranakan etawa (PE), di peternakan unggul, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Satria D Analisis pengembangan usaha ternak kambing perah peranakan ettawa: studi kasus peternakan Cordero, Desa Sukajaya, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Setiadi B, Muryanto Pemuliabiakan. Di dalam: Ludgate P. J, Editor. Buku Terlengkap Sukses Beternak Kambing dan Domba. Jakarta : Papas Sinar Sinanti. Setiadi B, Sutama IK, Budiarsana IGM Efisiensi Reproduksi dan Produksi Kambing Peranakan Etawah pada Berbagai Tata Laksana Perkawinan. Jakarta: Gramedia. Sinaga A A Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi Susu Segar (Studi kasus: Peternakan Rian Puspita Jaya Jakarta Selatan) [Skripsi]. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Setiawan T, Tanius A Beternak Kambing Perah Peranakan Ettawa. Jakarta: Penebar Swadaya. Soeharto I Manajemen Proyek. Jakarta: Erlangga. Sudiyono A Pemasaran Pertanian. Malang: UMM Press. Sudono A Ilmu Produksi Ternak Perah. Bogor : Fakultas Peternakan IPB. Williamson G, Payne W J A Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Ed ke-3. DJiwa D, Penerjemah; Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari : An Introduction to Husbandry in the Tropics. 116

133 LAMPIRAN 117

134 Lampiran 1. Rata-rata Konsumsi Protein per Kapita Menurut Kelompok Makanan (Kilogram) No. Komoditi Padi-padian 24,42 24,29 24,05 23,69 23,33 22,43 2 Umbi-umbian 0,43 0,44 0,53 0,45 0,41 0,4 3 Ikan 7,17 7,91 7,65 8,02 7,49 7,77 4 Daging 2,26 2,62 2,54 2,61 1,95 2,62 5 Telur dan susu 2,33 2,22 2,38 2,71 2,51 3,23 6 Sayur-sayuran 2,49 2,75 2,57 2,52 2,66 3,02 7 Kacang-kacangan 6,36 5,85 5,52 6,31 5,88 6,51 8 Buah-buahan 0,45 0,46 0,43 0,43 0,39 0,57 9 Minyak dan lemak 0,53 0,54 0,48 0,48 0,45 0,46 10 Bahan minuman 1,13 1,01 1,03 1,08 1 1,13 11 Bumbu-bumbuan 0,79 0,69 0,71 0,82 0,81 0,76 12 Konsumsi lainnya 0,75 0,74 0,76 1,03 0,95 1,43 13 Makanan jadi 5,34 5,84 6,01 6,44*) 5.83 *) 7,33 *) 14 Minuman beralkohol Tembakau dan sirih JUMLAH 54,45 55,37 54,65 55,27 53,65 57,66 Sumber : Badan Pusat Statistik (2007) 118

135 Lampiran 2. Pengeluaran Rata-Rata per Kapita per bulan menurut Kelompok Barang Tahun 2007 dan 2008 (Rupiah) Provinsi Jawa Barat Kelompok Barang Makanan Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Pedesaan Padi-padian Umbi-umbian Ikan Daging Telur dan susu Sayur-sayuran Kacang-kacangan Buah-buahan Minyak dan lemak Bahan minuman Bumbu-bumbuan Konsumsi lainnya Makanan dan minuman jadi Tembakau dan sirih Jumlah Sumber : Badan Pusat Statistik ( ) 119

136 Lampiran 3. Populasi Ternak Kecil Tahun 2008 (ekor) No Kecamatan Kambing Kambing PE Jumlah 1 Nanggung Leuwiliang Leuwi Sadeng Pamijahan Cibungbulang Ciampea Tenjolaya Dramaga Ciomas Tamansari Cijeruk Cigombong Caringin Ciawi Cisarua Mg.Mendung Sukaraja Bbk. Madang Sukamakmur Cariu Tanjungsari Jonggol Cileungsi Klapanunggal Gn. Putri Citeureup Cibinong Bojonggede Tajur Halang Kemang Rancabungur Parung Ciseeng Gn. Sindur Rumpin Cigudeg Sukajaya Jasinga Tenjo Pr.Panjang Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (2008) 120

137 Lampiran 4. Daftar Jenis Obat, Kegunaan serta Cara Penggunaan Obat-obatan pada Kambing Perah No. Jenis Obat Kegunaan Cara Penggunaan 1. Max Sterne Mencegah penyakit anthrax Disuntikan 2. Procain penicillia Menghilangkan penyakit anthrax Disuntikan 3. Suanovil Menghilangkan penyakit mastitis Disuntikan 4. Larutan garam dan gula Menghilangkan penyakit diare atau mencret 5. Tablet karbon Menghilangkan penyakit diare atau aktif mencret 6. Colistan Menghilangkan penyakit diare atau mencret 7. Tumbukan daun Menghilangkan penyakit diare atau jambu dan garam mencret 8. Ivomec Menghilangkan penyakit kudis / kurap 9. Hematopan Mencegah anemia pada ternak yang terserang penyakit kudis / kurap 10. Campuran belerang, kunyit, dan minyak kelapa 11. Albendazole, Febendazole, atau Valbazen Menghilangkan penyakit kudis / kurap Menghilangkan penyakit cacingan Per oral Per oral Per oral Per oral Disuntikan Disuntikan Digosokan pada kulit Per oral 12. Obat cacing Menghilangkan penyakit cacingan Subkutan Dovenix 13. Salep Terramycin Menghilangkan penyakit mata Diolesi pada mata 14. Sofradex Menghilangkan penyakit mata Ditetesi pada mata 15. Permethyl Menghilangkan penyakit kembung Per oral 16. Campuran bawang merah dan minyak angin Menghilangkan penyakit kembung 17. Biosalamin Menghilangkan penyakit kelumpuhan / kejang-kejang Sumber : Setiawan & Tanius (2002) Digosokan pada perut disuntikan 121

138 Lampiran 5. Kondisi Kandang setelah Dibersihkan (a) Bagian Bawah Kandang I, II, IV (b) Bagian Bawah Kandang III (c) Bagian Dalam Kandang I, II, dan IV 122

139 Lampiran 6. Perkembangan Populasi Ternak Kambing Perah Peternakan Prima Fit pada Skenario II (ekor) Tahun 1 Tahun 2 Keterangan Bulan Bulan Kelahiran anak Jumlah anak yang mati Jumlah anak yang hidup Betina Jantan Jumlah anak yang dijual Betina Jantan PEMELIHARAAN ANAK Betina Jantan PEMELIHARAAN DARA Dara Penjualan kambing dara 2 6 PEMELIHARAAN JANTAN Jumlah jantan muda Jumlah jantan dewasa PEMELIHARAAN INDUK Kawin, Hamil, dan menyusui ke Laktasi Kawin, Hamil, dan menyusui ke Laktasi Kawin, Hamil, dan menyusui ke Laktasi

140 Keterangan Tahun 1 Tahun 2 Bulan Bulan Kawin, Hamil, dan menyusui ke Laktasi Kawin, Hamil, dan menyusui ke Laktasi Jumlah kambing betina afkir 1 7 Total kambing laktasi Total induk yang melahirkan PEMELIHARAAN INDUK Kawin, Hamil, dan menyusui ke-1 Laktasi Kawin, Hamil, dan menyusui ke Laktasi Kawin, Hamil, dan menyusui ke Laktasi Kawin, Hamil, dan menyusui ke Laktasi Kawin, Hamil, dan menyusui ke Laktasi Jumlah kambing betina afkir 5 Total kambing laktasi Total induk yang melahirkan 82 PEMELIHARAAN INDUK Kawin, Hamil, dan menyusui ke Laktasi Kawin, Hamil, dan menyusui ke-2 Laktasi 2 Kawin, Hamil, dan menyusui ke-3 Laktasi 3 Kawin, Hamil, dan menyusui ke-4 Laktasi 4 Kawin, Hamil, dan menyusui ke-5 Laktasi 5 Jumlah kambing betina afkir Total kambing laktasi Total induk yang melahirkan

141 Keterangan Tahun 3 Tahun 4 Bulan Kelahiran anak Jumlah anak yang mati Jumlah anak yang hidup Betina Jantan Jumlah anak yang dijual Betina Jantan PEMELIHARAAN ANAK G G Betina Jantan PEMELIHARAAN DARA Dara Penjualan kambing dara PEMELIHARAAN JANTAN Jumlah jantan muda Jumlah jantan dewasa PEMELIHARAAN INDUK Kawin, Hamil, dan menyusui ke Laktasi Kawin, Hamil, dan menyusui ke Laktasi Kawin, Hamil, dan menyusui ke Laktasi Bulan

142 Keterangan Tahun 3 Tahun 4 Bulan Bulan Kawin, Hamil, dan menyusui ke Laktasi Kawin, Hamil, dan menyusui ke Laktasi Jumlah kambing betina afkir Total kambing laktasi Total induk yang melahirkan PEMELIHARAAN INDUK Kawin, Hamil, dan menyusui ke Laktasi Kawin, Hamil, dan menyusui ke Laktasi 2 Kawin, Hamil, dan menyusui ke Laktasi Kawin, Hamil, dan menyusui ke Laktasi Kawin, Hamil, dan menyusui ke Laktasi Jumlah kambing betina afkir 7 13 Total kambing laktasi Total induk yang melahirkan PEMELIHARAAN INDUK Kawin, Hamil, dan menyusui ke Laktasi Kawin, Hamil, dan menyusui ke Laktasi Kawin, Hamil, dan menyusui ke Laktasi Kawin, Hamil, dan menyusui ke-4 Laktasi 4 Kawin, Hamil, dan menyusui ke-5 Laktasi 5 Jumlah kambing betina afkir Total kambing laktasi Total induk yang melahirkan

143 Keterangan Tahun 5 Bulan Kelahiran anak Jumlah anak yang mati Jumlah anak yang hidup Betina Jantan Jumlah anak yang dijual Betina Jantan PEMELIHARAAN ANAK G Betina Jantan PEMELIHARAAN DARA Dara Penjualan kambing dara PEMELIHARAAN JANTAN Jumlah jantan muda Jumlah jantan dewasa PEMELIHARAAN INDUK Kawin, Hamil, dan menyusui ke Laktasi Kawin, Hamil, dan menyusui ke Laktasi Kawin, Hamil, dan menyusui ke Laktasi Kawin, Hamil, dan menyusui ke-4 Laktasi Kawin, Hamil, dan menyusui ke Laktasi Jumlah kambing betina afkir 10 Total kambing laktasi Total induk yang melahirkan PEMELIHARAAN INDUK Kawin, Hamil, dan menyusui ke Laktasi Kawin, Hamil, dan menyusui ke Laktasi Kawin, Hamil, dan menyusui ke Laktasi 3 Kawin, Hamil, dan menyusui ke-4 Laktasi 4 Kawin, Hamil, dan menyusui ke Laktasi Jumlah kambing betina afkir 57 Total kambing laktasi Total induk yang melahirkan PEMELIHARAAN INDUK Kawin, Hamil, dan menyusui ke Laktasi Kawin, Hamil, dan menyusui ke Laktasi Kawin, Hamil, dan menyusui ke Laktasi Kawin, Hamil, dan menyusui ke Laktasi Kawin, Hamil, dan menyusui ke-5 6 Laktasi 5 Jumlah kambing betina afkir Total kambing laktasi Total induk yang melahirkan Keterangan: Induk bunting (grup 2) Anak betina (grup 3) Keturunan I induk bunting (grup 2) Keturunan I anak betina (grup 3) Keturunan II induk bunting (grup 2) Keturunan II anak betina (grup3) Induk laktasi (grup 1) Dara (grup 3) Keturuanan I induk laktasi (grup 1) Keturunan I dara (grup 3) Keturunan II induk laktasi (grup 1) Keturunan II dara (grup) 127

144 Lampiran 7. Proyeksi Arus Masuk (Inflow) Skenario I N Tahun PENERIMAAN o Jumlah kambing laktasi (ekor) Jumlah Produksi susu kambing (liter) , , , ,05 Jumlah susu yang tidak dijual (liter) Jumlah susu yang dijual (liter) 2.432, , , , ,05 Penjualan Susu Kambing (Rp) Jumlah Produksi 15,15 17,74 20,66 26,47 Colostrum/tahun (liter) 9 Penjualan Colostrum (Rp) Jumlah anak kambing betina yang dijual (ekor) Jumlah anak kambing jantan yang dijual (ekor) Penjualan Anak Kambing (Rp) Jumlah Kambing Dara yang dijual (ekor) Penjualan Kambing Dara (Rp) Jumlah Kambing Betina Afkir (ekor) Jumlah Kambing Jantan Afkir (ekor) Total Berat Kambing (Kg) Penjualan Kambing Afkir (Rp) Skenario II N Tahun PENERIMAAN o Jumlah kambing laktasi (ekor) Jumlah Produksi susu kambing (liter) , , , ,80 Jumlah susu yang tidak dijual (liter) Jumlah susu yang dijual (liter) 6.392, , , , ,80 Penjualan Susu Kambing (Rp) Jumlah Produksi 25,15 27,74 34,21 40,02 Colostrum/tahun (liter) 9 Penjualan Colostrum (Rp) Jumlah anak kambing betina yang dijual (ekor) Jumlah anak kambing jantan yang dijual (ekor) Penjualan Anak Kambing (Rp) Jumlah Kambing Dara yang dijual (ekor) Penjualan Kambing Dara (Rp) Jumlah Kambing Betina Afkir (ekor) Jumlah Kambing Jantan Afkir (ekor) Total Berat Kambing (Kg) Penjualan Kambing Afkir (Rp)

145 129 Lampiran 8. Rician Biaya Investasi N o Komponen Biaya Satu an Jumlah Fisik Harga per satuan (Rp) Jumlah biaya (Rp) Skenario I Umur ekonomis (tahun) Nilai penyusutan per tahun (Rp) Nilai Sisa di Akhir Umur Proyek (Rp) 1. Lahan m Kambing Perah Dara Siap Kawin Ekor Betina Dewasa Laktasi dan bunting Ekor Kandang Laktasi I Ekor Dara jantan Ekor Jantan Dewasa Ekor Anak Ekor Kandang I Unit Kandang II Unit Kandang III Unit Kandang IV Unit Kandang V Unit Gudang dan Kantor Unit Rumah tenaga kerja Unit Kendaraan Mobil xenia Unit Mobil bak Unit Motor Unit Reinvestasi di tahun ke- 7. Selang Unit Drum plastik Unit Trolley Unit Freezer Unit Kulkas Unit Sealer Unit

146 1 3. Tangki Air Unit Pompa air Unit N Satu Jumlah Harga per satuan Jumlah biaya Umur ekonomis Nilai penyusutan per Nilai Sisa di Akhir Umur Reinvestasi di Komponen Biaya o an Fisik (Rp) (Rp) (tahun) tahun (Rp) Proyek (Rp) tahun ke Ember Unit , Arit Unit Cangkul Unit Sekop Unit Garpu Unit Golok Unit Pembuatan saluran air Paket Pembuatan jalan Paket Lampu kandang Unit Bibit rumput batan g Meja Unit Kursi Unit N o Total Skenario II Komponen Biaya Satu an Jumlah Fisik Harga per satuan (Rp) Jumlah biaya (Rp) Umur ekonomis (tahun) Nilai penyusutan per tahun (Rp) Nilai Sisa di Akhir Umur Proyek (Rp) 1. Lahan m Kambing Perah Dara Siap Kawin Ekor Betina Dewasa Laktasi dan bunting Ekor Laktasi I Ekor Reinvestasi di tahun ke- 130

147 Kandang N o Dara jantan Ekor Jantan Dewasa Ekor Anak Ekor Kandang I Unit Kandang II Unit Kandang III Unit Kandang IV Unit Kandang V Unit Satu Jumlah Harga per satuan Jumlah biaya Umur ekonomis Nilai penyusutan per Nilai Sisa di Akhir Umur Komponen Biaya an Fisik (Rp) (Rp) (tahun) tahun (Rp) Proyek (Rp) 4. Gudang dan Kantor Unit Rumah tenaga kerja Unit Kendaraan Mobil xenia Unit Mobil bak Unit Motor Unit Reinvestasi di tahun ke- 7. Selang Unit Drum plastik Unit Trolley Unit Freezer Unit Kulkas Unit Sealer Unit Tangki Air Unit Pompa air Unit Ember Unit , Arit Unit Cangkul Unit Sekop Unit

148 Garpu Unit Golok Unit Pembuatan saluran air Pembuatan jalan Lampu kandang Unit Bibit rumput batan g Meja Unit Kursi Unit Total

149 Lampiran 9. Rincian Biaya Tetap Selain Biaya Karyawan Skenario I No Struktur Biaya Satuan Jumlah fisik Biaya satuan Total biaya per tahun (Rp) per tahun 1 Batu asahan Unit Cetakan merek Unit Sapu lidi Unit Botol susu Unit Karet dot Unit Saringan susu Unit Gelas ukur Unit Listrik Bulan Pulsa telepon Bulan Biaya transportasi Bulan Pemeliharaan Bangunan dan Lokasi Peternakan Bulan Pajak kendaraan Tahun Biaya dokter hewan Bulan Sewa Lahan m Alat tulis Paket Total Skenario II No Struktur Biaya Satuan Jumlah fisik Biaya satuan Total biaya per tahun (Rp) per tahun 1 Batu asahan Unit Cetakan merek Unit Sapu lidi Unit Botol susu Unit Karet dot Unit Saringan susu Unit Gelas ukur Unit Listrik Bulan Pulsa telepon Bulan Biaya transportasi Bulan Pemeliharaan Bangunan dan Lokasi Peternakan bulan Pajak kendaraan tahun Biaya dokter hewan bulan Sewa Lahan m Alat tulis paket

150 Lampiran 10. Rincian Biaya Variabel per Tahun Skenario I No. BIAYA VARIABEL Tahun Ampas tempe Untuk Anak (kg) , , , , ,58 Untuk Dewasa&Dara (jantan-betina) (kg) non laktasi , , , , ,41 Untuk Dewasa&Dara (jantan-betina) (kg) laktasi , , , , ,65 Kebutuhan ampas tempe/ tahun (kg) , , , , ,64 Ampas tempe yang dibeli (kg) , , , , ,38 Ampas tempe yang diminta (/300 kg) 152,19 262,51 293,60 361,20 434,31 Biaya ampas tempe yang dibeli (Rp) Biaya ampas tempe yang minta (Rp) Biaya ampas tempe (Rp) Biosalamin Kebutuhan biosalamin/tahun (ml) 112,50 189,40 221,78 258,24 330,91 Biaya biosalamin (Rp) Hematophan Kebutuhan hematophan/tahun (ml) 112,50 189,40 221,78 258,24 330,91 Biaya Hematophan (Rp) Ivomec Kebutuhan ivomec/tahun (ml) 40,10 68,56 76,74 95,43 114,68 Biaya ivomec (Rp) Vitamin B kompleks Kebutuhan vit. B kompl/tahun (ml) 133,66 228,54 255,79 318,10 382,27 Biaya vit. B kompl (Rp) Susu Sapi untuk anak Kebutuhan susu sapi/tahun (liter) 31,00 98,00 122,46 213,88 216,11 Biaya susu sapi (Rp) Plastik Kemasan Jumlah kemasan , , , , ,61 Biaya Kemasan/tahun (Rp) Styrofoam Banyaknya penggunaan styrofoam 10 liter (unit) 218,92 580,73 653,27 706,36 903,15 Banyaknya penggunaan styrofoam 4 liter (unit) 63,06 165,10 185,90 201,38 257,49 Biaya styrofoam 10 liter (Rp) Biaya styrofoam 4 liter (Rp) Biaya Styrofoam (Rp) Garam kebutuhan garam untuk anak (gr) 908,00 963, , , ,06 kebutuhan garam untuk dara, dewasa (gr) 7.136, , , , ,83 Kebutuhan garam/tahun (gr) 8.044, , , , ,90 Biaya garam (Rp) Molase Kebutuhan molase untuk anak (ml) 7.718, , , , ,54 Kebutuhan molase untuk dara,dewasa (ml) , , , , ,59 Kebutuhan molase (gr) , , , , ,13 Biaya molase (Rp) Cat cetakan merek (Rp) Tinner (Rp) Dry Ice Kebutuhan Dry Ice (Kg) 1.099, , , , ,01 Biaya Dry Ice (Rp) Skenario II No. 1 Ampas tempe BIAYA VARIABEL Tahun Untuk Anak (kg) , , , , ,58 Untuk Dewasa&Dara (jantan-betina) (kg) non laktasi , , , , ,36 Untuk Dewasa&Dara (jantan-betina) (kg) laktasi , , , , ,06 Kebutuhan ampas tempe/ tahun (kg) , , , , ,00 Ampas tempe yang dibeli (kg) , , , , ,24 Ampas tempe yang diminta (/300 kg) 219,95 366,47 427,34 492,37 541,57 Biaya ampas tempe yang dibeli (Rp) Biaya ampas tempe yang minta (Rp) Biaya ampas tempe (Rp)

151 No 2 Biosalamin BIAYA VARIABEL Tahun Kebutuhan biosalamin/tahun (ml) 112,50 314,40 346,78 427,61 500,28 Biaya biosalamin (Rp) Hematophan Kebutuhan hematophan/tahun (ml) 112,50 314,40 346,78 427,61 500,28 Biaya Hematophan (Rp) Ivomec Kebutuhan ivomec/tahun (ml) 56,60 95,34 111,98 128,97 141,43 Biaya ivomec (Rp) Vitamin B kompleks Kebutuhan vit. B kompl/tahun (ml) 188,66 317,81 373,27 429,88 471,42 Biaya vit. B kompl (Rp) Susu Sapi untuk anak Kebutuhan susu sapi/tahun (liter) 31,00 159,63 184,01 213,88 238,21 Biaya susu sapi (Rp) Plastik Kemasan Jumlah kemasan Biaya Kemasan/tahun (Rp) Styrofoam Banyaknya penggunaan styrofoam 10 liter (unit) Banyaknya penggunaan styrofoam 4 liter (unit) Biaya styrofoam 10 liter (Rp) Biaya styrofoam 4 liter (Rp) Biaya Styrofoam (Rp) Garam kebutuhan garam untuk anak (gr) 908,00 963, , , ,06 kebutuhan garam untuk dara, dewasa (gr) , , , , ,72 Kebutuhan garam/tahun (gr) , , , , ,79 Biaya garam (Rp) Molase Kebutuhan molase untuk anak (ml) 7.718, , , , ,54 Kebutuhan molase untuk dara,dewasa (ml) , , , , ,15 Kebutuhan molase (ml) , , , , ,69 Biaya molase (Rp) Cat cetakan merek (Rp) Tinner (Rp) Dry Ice Kebutuhan Dry Ice (Kg) 2.881, , , , ,37 Biaya Dry Ice (Rp)

152 135 Lampiran 11. Proyeksi Laba Rugi N o A B B1 Uraian PENERIMAAN Skenario I Tahun Skenario II Penjualan Susu Kambing Penjualan kolostrum Penjualan Anak Kambing Penjualan Kambing Dara Penjualan Kambing Afkir TOTAL PENERIMAAN BIAYA OPERASIONAL BIAYA VARIABEL 1 Ampas tempe yang dibeli Ampas tempe yang diminta Biosalamin Hematophan Ivomec Vitamin B kompleks Susu Sapi untuk anak Plastik Kemasan Styrofoam Garam Molase Cat cetakan label Tinner Dry Ice TOTAL BIAYA VARIABEL Laba Kotor B2 BIAYA TETAP 1 Batu asahan Cetakan merek Tahun 136

153 N o Uraian Skenario I Tahun Skenario II Sapu lidi Botol susu Karet dot Saringan susu Gelas ukur Listrik Pulsa telepon Biaya transportasi Pemeliharaan Bangunan dan Lokasi Peternakan Pajak kendaraan Biaya dokter hewan Sewa lahan Alat tulis Gaji Tenaga Kerja THR Konsumsi Karyawan Biaya Kesehatan Karyawan Penyusutan TOTAL BIAYA TETAP Laba Bersih sebelum Pajak Pajak LABA BERSIH SETELAH PAJAK Tahun

154 Lampiran 12. Cashflow 137 Skenario I Skenario II No Uraian Tahun Tahun A INFLOW 1 Penjualan Susu Kambing Kolostum Penjualan Anak Kambing Penjualan Kambing Dara Penjualan Kambing Afkir Nilai sisa TOTAL INFLOW B OUTFLOW B1 INVESTASI 1 Lahan Kambing Perah Dara Siap Kawin Betina Dewasa Laktasi dan bunting Laktasi I Dara jantan Jantan Dewasa Anak Kandang Kandang I Kandang II Kandang III Kandang IV Kandang V Gudang dan Kantor Rumah tenaga kerja Kendaraan Mobil xenia

155 138 Skenario I Skenario II No Uraian Tahun Tahun Mobil pick up Motor Selang Drum plastik Trolley Freezer Kulkas Sealer Tangki Air Pompa air Ember Arit Cangkul Sekop Garpu Golok Pembuatan saluran air Pembuatan jalan Lampu kandang Bibit rumput Meja Kursi TOTAL INVESTASI B2 BIAYA OPERASIONAL B21 BIAYA VARIABEL 1 Ampas tempe yang dibeli Ampas tempe yang diminta Biosalamin Hematophan Ivomec

156 139 Skenario I Skenario II No Uraian Tahun Tahun Vitamin B kompleks Susu Sapi untuk anak Plastik Kemasan Styrofoam Garam Molase Cat cetakan label Tinner Dry Ice TOTAL BIAYA VARIABEL B22 BIAYA TETAP 1 Batu asahan Cetakan merek Sapu lidi Botol susu Karet dot Saringan susu Gelas ukur Listrik Pulsa telepon Biaya transportasi Pemeliharaan Bangunan dan Lokasi Peternakan Pajak kendaraan Biaya dokter hewan Sewa lahan Alat tulis Gaji Tenaga Kerja THR Konsumsi Karyawan

157 Skenario I Skenario II No Uraian Tahun Tahun Biaya Kesehatan Karyawan TOTAL BIAYA TETAP TOTAL OUTFLOW Pajak NET BENEFIT DF pada DR 6 % 0, , , , , , , , , , PV PV negatif PV positif NPV IRR 30% 55% Net B/C 1, , PBP 3 tahun 6 bulan 24 hari 2 tahun 11 bulan 16 hari

158 141 Lampiran 15. Proyeksi Laba Rugi dan Cashflow Incremental Net Benefit Proyeksi Laba Rugi No A. PENERIMAAN Uraian Tahun Tanpa Pengembangan Tahun Dengan Pengembangan Penjualan Susu Kambing Penjualan Produk Lainnya TOTAL PENERIMAAN B. TOTAL BIAYA VARIABEL Laba Kotor C. TOTAL BIAYA TETAP No Laba Bersih sebelum Pajak Pajak LABA BERSIH SETELAH PAJAK Cashflow A. INFLOW Uraian Tahun Tanpa Pengembangan Tahun Dengan Pengembangan Penjualan Susu Kambing Penjualan Produk Lainnya TOTAL INFLOW B. OUTFLOW Biaya Investasi Biaya Variabel Biaya Tetap TOTAL OUTFLOW Pajak NET BENEFIT INCREMENTAL NET BENEFIT DF pada DR 6 % 0, , , , , PV INB PV INB negatif - PV INB positif

159 No Uraian Tahun Tanpa Pengembangan Tahun Dengan Pengembangan NPV INB IRR INB - Net B/C INB - PBP INB 7 bulan 12 hari

160 143 Lampiran 14. Proyeksi Laba-Rugi dan Cashflow Switching Value Penurunan Harga Susu Kambing Proyeksi Laba Rugi No A. PENERIMAAN Uraian Perubahan Harga Susu 69% Perubahan Harga Susu 70% Tahun Penjualan Susu Kambing Total Penerimaan Lainnya Total Penerimaan B. TOTAL BIAYA VARIABEL Laba Kotor C. TOTAL BIAYA TETAP No Laba Bersih Sebelum Pajak Pajak LABA BERSIH SETELAH PAJAK Cashflow A. INFLOW Uraian Tahun Perubahan Harga Susu 69% Perubahan Harga Susu 70% Tahun Penjualan Susu Kambing Total Penjualan Produk Lainnya dan Nilai Sisa Total Inflow B. OUTFLOW Total Biaya Investasi Total Biaya Variabel Total Biaya Tetap Total Outflow Pajak NET BENEFIT DF pada DR 6 % 0, , , , , , , , , , PV PV negatif PV positif NPV Tahun 144

161 Lampiran 15. Proyeksi Laba-Rugi dan Cashflow Switching Value Penurunan Jumlah Produksi Susu Kambing Proyeksi Laba Rugi No A. PENERIMAAN Uraian Perubahan Harga Susu 74% Perubahan Harga Susu 75% Tahun Penjualan Susu Kambing Total Penerimaan Lainnya Total Penerimaan B. TOTAL BIAYA VARIABEL Laba Kotor C. TOTAL BIAYA TETAP Laba Bersih Sebelum Pajak Pajak LABA BERSIH SETELAH PAJAK Tahun 144 Cashflow Perubahan Harga Susu 74% Perubahan Harga Susu 75% No Uraian Tahun Tahun A. INFLOW Penjualan Susu Kambing Total Penjualan Produk Lainnya dan Nilai Sisa Total Inflow B. OUTFLOW Total Biaya Investasi Total Biaya Variabel Total Biaya Tetap Total Outflow Pajak NET BENEFIT DF pada DR 6 % 0, , , , , , , , , , PV PV negatif PV positif NPV

162 145 Lampiran 16. Proyeksi Laba-Rugi dan Cashflow Switching Value Peningkatan Harga Ampas Tempe yang Dibeli Proyeksi Laba Rugi No Uraian Perubahan Harga Ampas Tempe 630% Perubahan Harga Ampas Tempe 631% Tahun A. TOTAL PENERIMAAN B. BIAYA VARIABEL Biaya Ampas Tempe yang Dibeli Biaya Variabel Lainnya TOTAL BIAYA VARIABEL Laba Kotor C. TOTAL BIAYA TETAP No Laba Bersih Sebelum Pajak Pajak LABA BERSIH SETELAH PAJAK Cashflow Uraian Perubahan Harga Ampas Tempe 630% Perubahan Harga Ampas Tempe 631% Tahun A. TOTAL INFLOW B. OUTFLOW Total Biaya Investasi Biaya Ampas Tempe yang Dibeli Biaya Variabel Lainnya Total Biaya Variabel Total Biaya Tetap Total Outflow Pajak NET BENEFIT DF pada DR 6 % 0, , , , , , , , , , PV NPV Tahun Tahun 146

163 Lampiran 17. Proyeksi Laba Rugi dan Cashflow dari Perhitungan Sensitivitas Penurunan Harga Susu Kambing No A. PENERIMAAN Uraian Proyeksi Laba Rugi Tahun Penjualan Susu Kambing Total Penerimaan Lainnya Total Penerimaan B. TOTAL BIAYA VARIABEL Laba Kotor C. TOTAL BIAYA TETAP No Laba Bersih Sebelum Pajak Pajak LABA BERSIH SETELAH PAJAK A. INFLOW Uraian Cashflow Tahun Penjualan Susu Kambing Total Penjualan Produk Lainnya dan Nilai Sisa Total Inflow B. OUTFLOW Total Biaya Investasi Total Biaya Variabel Total Biaya Tetap Total Outflow Pajak NET BENEFIT DF pada DR 6 % 0, , , , , PV PV negatif PV positif NPV

164 Lampiran 18. Proyeksi Rugi dan Cashflow dari Perhitungan Sensitivitas Penurunan Jumlah Produksi Susu Kambing N o A. PENERIMAAN Uraian Proyeksi Laba Rugi Tahun Penjualan Susu Kambing Total Penjualan Produk Lainnya Total Penerimaan B. TOTAL BIAYA VARIABEL Laba Kotor C. TOTAL BIAYA TETAP Laba Bersih Sebelum Pajak N o Pajak LABA BERSIH SETELAH PAJAK A. INFLOW Uraian Cashflow Tahun Penjualan Susu Kambing Total Penjualan Produk Lainnya dan Nilai Sisa Total Inflow B. OUTFLOW Total Biaya Investasi Total Biaya Variabel Total Biaya Tetap Total Outflow Pajak NET BENEFIT DF pada DR 6 % 0, , , , , PV PV negatif PV positif NPV

165 Lampiran 19. Proyeksi Laba Rugi dan Cashflow dari Perhitungan Sensitivitas Peningkatan Harga Ampas Tempe No Uraian Proyeksi Laba Rugi Tahun A. TOTAL PENERIMAAN B. BIAYA VARIABEL Biaya Ampas Tempe yang Dibeli Biaya Variabel Lainnya TOTAL BIAYA VARIABEL Laba Kotor C. TOTAL BIAYA TETAP No Laba Bersih Sebelum Pajak Pajak LABA BERSIH SETELAH PAJAK Uraian Cashflow Tahun A. TOTAL INFLOW B. OUTFLOW Total Biaya Investasi Biaya Ampas Tempe yang Dibeli Biaya Variabel Lainnya Total Biaya Variabel Total Biaya Tetap Total Outflow Pajak NET BENEFIT DF pada DR 6 % 0, , , , , PV PV negatif PV positif NPV

166 Lampiran 20. Dokumentasi Penelitian (a) Induk kambing perah dan anak Kambing Perah Peranakan Etawa (b) Kondisi Kambing Perah pada Saat Pemberian Pakan (c) Kondisi Kambing Perah pada Ruangan Laktasi 150

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Karakteristik Kambing

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Karakteristik Kambing II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Kambing Kambing merupakan binatang memamahbiak yang pada dasarnya merupakan kambing liar yang tersebar di Asia Barat Daya. Kambing perah memang masih asing bagi sebagian

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan kambing perah Prima Fit yang terletak di Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki keragaman sumber daya alam. Salah satu keragaman sumber daya alam yang belum dikembangkan secara maksimal adalah komoditas peternakan.

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN Oleh: RONA PUTRIA A 14104687 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI Peternakan Kambing Perah Cordero

KEADAAN UMUM LOKASI Peternakan Kambing Perah Cordero KEADAAN UMUM LOKASI Peternakan Kambing Perah Cordero Peternakan kambing perah Cordero merupakan peternakan kambing perah yang dimiliki oleh 3 orang yaitu Bapak Sauqi Marsyal, Bapak Akhmad Firmansyah, dan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Oleh : Nandana Duta Widagdho A14104132 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG SKRIPSI SYAHRA ZULFAH H34050039 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR SKRIPSI OOM ROHMAWATI H34076115 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

Jl.Veteran No.53.A Lamongan ABSTRAK

Jl.Veteran No.53.A Lamongan ABSTRAK EVALUASI KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA DAN KAMBING MILIK H. SHOLEH BERDASARKAN ASPEK FINANSIAL DAN NONFINANSIAL DI DESA BANYUTENGAH KECAMATAN PANCENG KABUPATEN GRESIK M. Yusuf 1, Dyah Wahyuning A 1,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

KATA PENGANTAR. dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Imbangan Hijauan Daun Singkong (Manihot

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan peternakan saat ini, menunjukan prospek yang sangat cerah dan mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi pertanian Indonesia. Usaha peternakan

Lebih terperinci

VI ANALISIS ASPEK NON FINANSIAL

VI ANALISIS ASPEK NON FINANSIAL VI ANALISIS ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Suatu produk diharapkan dapat diterima dengan baik oleh pasar tujuan sehingga analisis aspek pasar pada sebuah usaha perlu untuk dilakukan. Peternakan Prima

Lebih terperinci

Vol. 1, No. 1, Maret 2011

Vol. 1, No. 1, Maret 2011 ISSN 2252-5491 Vol. 1, No. 1, Maret 2011 Forum Agribisnis Agribusiness Forum Analisis Risiko Produksi Wortel Dan Bawang Daun di Kawasan Agropolitan Cianjur Jawa Barat Mila Jamilah dan Popong Nurhayati

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN Ternak kambing sudah lama diusahakan oleh petani atau masyarakat sebagai usaha sampingan atau tabungan karena pemeliharaan dan pemasaran hasil produksi (baik daging, susu,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Indonesia terdiri atas perairan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Agrifarm, yang terletak di desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA (Studi Kasus pada Peternakan Ulat Sutera Bapak Baidin, Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor) SKRIPSI MADA PRADANA H34051579 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kampung Budaya Sindangbarang, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor perikanan pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Potensi sektor perikanan tangkap Indonesia diperkirakan mencapai 6,4

Lebih terperinci

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA Pada Agrifarm, Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA Pada Agrifarm, Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA Pada Agrifarm, Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat SURANTO WAHYU WIDODO A14104051 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN BISNIS PENGEMBANGAN USAHA ISI ULANG MINYAK WANGI PADA USAHA PERSEORANGAN BOSS PARFUM, BOGOR. Oleh MOCH. LUTFI ZAKARIA H

STUDI KELAYAKAN BISNIS PENGEMBANGAN USAHA ISI ULANG MINYAK WANGI PADA USAHA PERSEORANGAN BOSS PARFUM, BOGOR. Oleh MOCH. LUTFI ZAKARIA H STUDI KELAYAKAN BISNIS PENGEMBANGAN USAHA ISI ULANG MINYAK WANGI PADA USAHA PERSEORANGAN BOSS PARFUM, BOGOR Oleh MOCH. LUTFI ZAKARIA H24077027 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor peternakan merupakan salah satu pilar dalam pembangunan agribisnis di Indonesia yang masih memiliki potensi untuk terus dikembangkan. Komoditi peternakan mempunyai

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana Peternakan Maju Bersama dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Untuk menilai layak atau tidak usaha tersebut

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil tempat di kantor administratif Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat yang berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Peternakan Sapi Perah Salah satu bidang usaha agribisnis peternakan yang memiliki potensi cukup besar dalam meningkatkan kesejahtraan dan kualitas sumberdaya manusia

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS (Kasus : Kecamatan Sipahutar, Kababupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara) Oleh : IRWAN PURMONO A14303081 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN PADI BEBAS PESTISIDA KIMIA

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN PADI BEBAS PESTISIDA KIMIA ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN PADI BEBAS PESTISIDA KIMIA (Studi Kasus di Lumbung Tani Sehat Ciburuy, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh : NIRWAN NURDIANSYAH F14103040 2008 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI SURAHMAT H34066119 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT SKRIPSI NUR AMALIA SAFITRI H 34066094 PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR. Afnita Widya Sari A

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR. Afnita Widya Sari A ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR Afnita Widya Sari A14105504 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR

PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR SKRIPSI INTAN AISYAH NASUTION H34066065 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Boer Jawa (Borja) Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan antara kambing Afrika lokal tipe kaki panjang dengan kambing yang berasal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat akan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Skripsi SRI ROSMAYANTI H 34076143 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Grafik Perkembangan Produksi Susu Provinsi Jawa Barat Tahun (Ton) Sumber: Direktorat Jendral Peternakan, 2010

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Grafik Perkembangan Produksi Susu Provinsi Jawa Barat Tahun (Ton) Sumber: Direktorat Jendral Peternakan, 2010 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan telah mengalami peningkatan kinerja dari tahun ke tahun. Salah satu acuan dalam melihat kinerja suatu sektor adalah Produk Domestik Bruto (PDB). Pada

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LOBSTER AIR TAWAR (Kasus K BLAT S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat) Oleh: KAMMALA AFNI A

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LOBSTER AIR TAWAR (Kasus K BLAT S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat) Oleh: KAMMALA AFNI A 1 ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LOBSTER AIR TAWAR (Kasus K BLAT S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat) Oleh: KAMMALA AFNI A14104104 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ternak kambing merupakan salah satu ternak ruminansia penghasil protein

I. PENDAHULUAN. Ternak kambing merupakan salah satu ternak ruminansia penghasil protein I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ternak kambing merupakan salah satu ternak ruminansia penghasil protein hewani yang tergolong mudah dipelihara dan sudah dikenal luas oleh masyarakat. Kambing

Lebih terperinci

SKRIPSI ROCH IKA OKTAFIYANI H

SKRIPSI ROCH IKA OKTAFIYANI H ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBUATAN KERUPUK RAMBAK KULIT SAPI DAN KULIT KERBAU (Studi Kasus: Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak di Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal, Jawa Tengah) SKRIPSI ROCH IKA OKTAFIYANI

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Koperasi berasal dari kata ( co = bersama, operation = usaha) yang secara

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Koperasi berasal dari kata ( co = bersama, operation = usaha) yang secara 6 II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Teori dan Tujuan Koperasi di Indonesia Koperasi berasal dari kata ( co = bersama, operation = usaha) yang secara bahasa berarti bekerja bersama dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan

Lebih terperinci

SKRIPSI ARDIANSYAH H

SKRIPSI ARDIANSYAH H FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PETANI KEBUN PLASMA KELAPA SAWIT (Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan, Sumatra Selatan) SKRIPSI ARDIANSYAH H34066019

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah : III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi Pengertian Proyek pertanian menurut Gittinger (1986) adalah kegiatan usaha yang rumit karena penggunaan sumberdaya

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana CV. Usaha Unggas dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Penilaian layak atau tidak usaha tersebut dari

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK CAIR (KASUS PT MULYO TANI SALATIGA-JAWA TENGAH) Oleh: Windi Widiastuti H

STUDI KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK CAIR (KASUS PT MULYO TANI SALATIGA-JAWA TENGAH) Oleh: Windi Widiastuti H STUDI KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK CAIR (KASUS PT MULYO TANI SALATIGA-JAWA TENGAH) Oleh: Windi Widiastuti H24104093 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ABSTRAK

Lebih terperinci

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PEMBESARAN IKAN MAS PADA KOLAM AIR DERAS DI DESA CINAGARA, KECAMATAN CARINGIN, KABUPATEN BOGOR

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PEMBESARAN IKAN MAS PADA KOLAM AIR DERAS DI DESA CINAGARA, KECAMATAN CARINGIN, KABUPATEN BOGOR EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PEMBESARAN IKAN MAS PADA KOLAM AIR DERAS DI DESA CINAGARA, KECAMATAN CARINGIN, KABUPATEN BOGOR MEISWITA PERMATA HARDY SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga VI. ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Ketersediaan Input Dalam mengusahakan ternak sapi ada beberapa input yang harus dipenuhi seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan,

Lebih terperinci

SKRIPSI SEPTIANNISA BAHMAT H

SKRIPSI SEPTIANNISA BAHMAT H ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA DAN KAMBING DI PETERNAKAN BAPAK SARNO, DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT SKRIPSI SEPTIANNISA BAHMAT H34096102 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor pada Bulan Maret sampai Agustus. Pemilihan daerah Desa Cibeureum sebagai tempat penelitian

Lebih terperinci

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Program Studi Keahlian Agribisnis Produksi Ternak

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Program Studi Keahlian Agribisnis Produksi Ternak Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Program Studi Keahlian Agribisnis Produksi Ternak A. DASAR KOMPETENSI KEJURUAN. Menjelaskan potensi sektor pean 2. Menjelaskan dasardasar budidaya 3. Menjelaskan sistem organ

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumber daya alam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumber daya alam yang berlimpah. Sumber daya alam tersebut merupakan faktor utama untuk tumbuh kembangnya sektor pertanian

Lebih terperinci

ALOKASI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PEMBESARAN IKAN GUPPY DI DESA PARIGI MEKAR, KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

ALOKASI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PEMBESARAN IKAN GUPPY DI DESA PARIGI MEKAR, KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT ALOKASI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PEMBESARAN IKAN GUPPY DI DESA PARIGI MEKAR, KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT FANJIYAH WULAN ANGRAINI SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Protein hewani merupakan zat makanan yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin meningkat seiring dengan meningkatnya

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR Abel Gandhy 1 dan Dicky Sutanto 2 Surya University Tangerang Email: abel.gandhy@surya.ac.id ABSTRACT The

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 diperkirakan sebesar

1. PENDAHULUAN. sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 diperkirakan sebesar 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 diperkirakan sebesar 227.779.100 orang dan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A 14105665 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian dari pertumbuhan industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam memenuhi kebutuhan pangan yang

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang

1. PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 diperkirakan sebesar 227.779.100 orang dan akan

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H

STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H14104071 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Ternak Sapi Perah

KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Ternak Sapi Perah II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Ternak Sapi Perah Perkembangan peternakan sapi perah di Indonesia tidak terlepas dari sejarah perkembangannya dan kebijakan pemerintah sejak zaman Hindia Belanda. Usaha

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN KERAPU KECAMATAN GEROKGAK, KABUPATEN BULELENG, BALI. Oleh: NI WAYAN NARITA SUGAMA A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN KERAPU KECAMATAN GEROKGAK, KABUPATEN BULELENG, BALI. Oleh: NI WAYAN NARITA SUGAMA A ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN KERAPU KECAMATAN GEROKGAK, KABUPATEN BULELENG, BALI Oleh: NI WAYAN NARITA SUGAMA A14104079 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi)

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung. 22 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah usaha ternak sapi perah penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DASLINA

RINGKASAN EKSEKUTIF DASLINA RINGKASAN EKSEKUTIF DASLINA, 2006. Kajian Kelayakan dan Skala Ekonomi Usaha Peternakan Sapi Potong Dalam Rangka Pemberdayaan Peternak (Studi Kasus Di Kawasan Budidaya Pengembangan Sapi Potong Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR BIAYA USAHA TERNAK KAMBING PERAH (KASUS : TIGA SKALA PENGUSAHAAN DI KABUPATEN BOGOR)

ANALISIS STRUKTUR BIAYA USAHA TERNAK KAMBING PERAH (KASUS : TIGA SKALA PENGUSAHAAN DI KABUPATEN BOGOR) ANALISIS STRUKTUR BIAYA USAHA TERNAK KAMBING PERAH (KASUS : TIGA SKALA PENGUSAHAAN DI KABUPATEN BOGOR) SKRIPSI DEWINTHA STANI H34066033 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data VI METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Wisata Agro Tambi, Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui usaha penggemukan ternak kambing pola kooperator (perlakuan)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Sebuah usaha akan diikuti oleh kegiatan investasi. Kegiatan investasi yang dilakukan dalam bidang pertanian memiliki risiko yang relatif besar dibandingkan

Lebih terperinci

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN PEMASARAN NENAS BOGOR Di Desa Sukaluyu, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor SKRIPSI ERIK LAKSAMANA SIREGAR H 34076059 DEPARTEMEN AGRIBIS SNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele phyton, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah et al. (1999) proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat kearah protein hewani telah meningkatkan kebutuhan akan daging sapi. Program

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di industri pembuatan tempe UD. Tigo Putro di Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian berada di UPR Citomi Desa Tanggulun Barat Kecamatan Kalijati Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Elsari Brownies and Bakery yang terletak di Jl. Pondok Rumput Raya No. 18 Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara

Lebih terperinci