III. KERANGKA PEMIKIRAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "III. KERANGKA PEMIKIRAN"

Transkripsi

1 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Sebuah usaha akan diikuti oleh kegiatan investasi. Kegiatan investasi yang dilakukan dalam bidang pertanian memiliki risiko yang relatif besar dibandingkan dengan bidang usaha lain. Oleh sebab itu, diperlukan adanya perencanaan serta pengkajian yang mendalam dan menyeluruh mengenai pemanfaatan modal, untuk melihat besarnya manfaat yang diperoleh serta biaya yang dikeluarkan. Selanjutnya diperlukan suatu analisis serta studi kelayakan usaha untuk melihat secara menyeluruh berbagai aspek mengenai kemampuan suatu proyek dalam memberikan manfaat sehingga risiko kerugian pada masa yang akan datang dapat diantisipasi (Husnan dan Muhammad 2005) Analisis Kelayakan Usaha Bisnis atau usaha adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit) atau suatu aktivitas yang mengeluarkan uang dengan harapan untuk mendapatkan hasil (return) di waktu yang akan datang, dapat direncanakan, dibiayai, dan dilaksanakan sebagai suatu unit. Proyek pertanian adalah suatu kegiatan investasi yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-barang kapital yang dapat menghasilkan keuntungan atau manfaat setelah beberapa periode waktu (Gittinger 1986). Adanya peluang dan kesempatan yang ada dalam kegiatan usaha, telah menuntut perlu adanya penilaian sejauh mana kegiatan atau kesempatan tersebut dapat memberikan manfaat (benefit) bila diusahakan. Studi kelayakan bisnis digunakan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperolah dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha/proyek, serta sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan dalam bisnis (Ibrahim 2003). Dalam arti luas, studi kelayakan investasi diartikan sebagai suatu penelitian tentang dapat tidaknya proyek investasi dilaksanakan secara menguntungkan dengan indikasi adanya manfaat bagi masyarakat luas yang bisa terwujud dari penyerapan tenaga kerja, pemanfaatan sumber daya yang melimpah ataupun manfaat untuk pemerintah berupa penghematan atau penambahan devisa (Husnan dan Muhammad 2005).

2 Dengan kata lain bahwa studi kelayakan diperlukan untuk memperhitungkan apakah suatu modal berupa investasi yang ditanamkan dapat mendatangkan manfaat baik manfaat untuk mikro (stakeholder perusahaan) dan makro (stockholder perusahaan) selama umur proyek. Pengertian ini mengandung makna bahwa sebuah proyek investasi tidak hanya menguntungkan secara finansial, melainkan menguntungkan secara makro bagi daerah dimana lokasi investasi tersebut dilaksanakan Aspek-Aspek Analisis Kelayakan Usaha Terdapat beberapa aspek yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan dan menganalisa proyek yang efektif. Aspek-aspek tersebut secara bersama-sama menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, dan suatu putusan mengenai suatu aspek akan mempengaruhi putusan-putusan terhadap aspek-aspek lainnya. Seluruh aspek harus dipertimbangkan pada setiap tahap (stage) dalam perencanaan proyek dan siklus perencanaannya (Nurmalina et al ). Aspek-aspek non finansial tersebut antara lain: 1) Aspek Pasar Ibrahim (2003) menjelaskan bahwa analisis pasar dilakukan dengan tujuan untuk menguji serta menilai sejauh mana pemasaran dari produk yang dihasilkan dapat mendukung pengembangan usaha atau proyek yang dilaksanakan. Faktor utama yang perlu dinilai dalam aspek pasar adalah jumlah permintaan produk di masa lalu dan masa sekarang serta kecenderungan permintaan di masa yang akan datang, besar kemungkinan potensi pasar yang tersedia di masa yang akan datang, besarnya market share berdasarkan produksi yang dilaksanakan, strategi yang akan dijalankan untuk dapat meraih market share tersebut, dan faktor-faktor yang mungkin akan mempengaruhi permintaan di masa yang akan datang. Sedangkan, menurut Husnan dan Muhammad (2005) aspek pasar mengkaji tentang: 27

3 a) Pemintaan (Demand) Menurut Kotler diacu dalam Husnan dan Muhammad (2005) menyatakan bahwa jumlah komoditi yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga disebut jumlah yang diminta untuk komoditi tersebut. Sehubungan dengan konsep ini, terdapat tiga aspek yang perlu diperhatikan. Pertama, jumlah yang diminta adalah suatu jumlah yang diinginkan pada tingkat harga komoditi tersebut, dan pada harga komoditi lain, pendapatan kosumen dan sebagainya yang sudah tertentu. Adapun variabel-variabel yang mempengaruhi permintaan antara lain: 1) Harga komoditi tersebut; 2) Harga komoditi barang lain; 3) Pendapatan rata-rata rumah tangga; 4) Selera; 5) Distribusi pendapatan diantara rumah tangga; 6) Jumlah penduduk. b) Penawaran Menurut Kotler diacu dalam Husnan dan Muhammad (2005) penawaran adalah jumlah dari suatu komoditi yang ingin dijual oleh perusahaan atau sering disebut sebagai jumlah yang ditawarkan perusahaan. Penawaran menunjukkan apa yang ingin dijual oleh perusahaan. Hal ini mungkin berbeda dengan penawaran yang benar-benar dilakukan oleh perusahaan karena terkait dengan konsep persediaan produk yang dilakukan perusahaan untuk penjualan yang akan datang. Hampir sama dengan konsep permintaan, penawaran juga memiliki beberapa faktor penting yang dapat mempengaruhi besarnya penawaran yang dilakukan oleh suatu industri (perusahaan) yaitu: 1) Harga barang tersebut; 2) Harga barang lain; 3) Harga faktor produksi; 4) Teknologi. c) Program Pemasaran Menurut Kotler diacu dalam Husnan dan Muhammad (2005) program pemasaran sering disebut sebagai bauran pemasaran (maketing mix) yang terdiri dari empat komponen yaitu produk (product), harga (price), distribusi (distribution), dan promosi (promotion). 28

4 Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada produk yang dapat diterima oleh pasar adalah produk yang benar-benar dibutuhkan oleh konsumen. Dengan kata lain, jika produk itu dibutuhkan maka akan timbul permintaan dari konsumen. Produsen yang cerdas, mampu membaca keinginan konsumen saat itu, sehingga dapat memanfaatkan kesempatan yang ada. Sebelum mengambil peluang tersebut, perusahaan terlebih dahulu melakukan studi kelayakan dalam aspek pasar seperti penelitian tentang permintaan yang benar-benar dilakukan oleh konsumen, penawaran yang dilakukan oleh produsen dalam industri tersebut, market share perusahaan selama ini, serta peluang market share yang masih bisa ditingkatkan. Hal ini perlu dilakukan terlebih dahulu agar produk yang ditawarkan perusahaan tepat sasaran dan menghindari kerugian bagi perusahaan. Karena ketika produk yang ditawarkan tidak laku di pasaran, maka akan menyebabkan pemborosan pengeluaran yang sangat besar yang tidak mampu ditutupi oleh hasil penjualan dari produk tersebut. 2) Aspek Teknis Husnan dan Muhammad (2005) menyatakan bahwa aspek teknis merupakan analisis yang berhubungan dengan input proyek (penyediaan) dan output (produksi) berupa barang dan jasa. Aspek teknis memiliki pengaruh yang besar terhadap kelancaran jalannya usaha. Evaluasi ini mempelajari kebutuhan-kebutuhan teknis proyek, seperti karakteristik produk yang diusahakan, lokasi dimana proyek baik akan maupun sedang didirikan dan sarana pendukungnya, serta layout bangunan yang dipilih, peralatan dan teknologi yang diterapkan, penentuan luas produksi. Menurut Ibrahim (2003) aspek teknis merupakan lanjutan dari aspek pemasaran, kegiatan ini timbul apabila sebuah gagasan usaha atau proyek yang direncanakan telah menunjukkan peluang yang cukup cerah dilihat dari segi pemasaran. Aspek pokok yang perlu dibahas dalam aspek teknis produksi antara lain masalah lokasi, luas produksi, proses produksi, peralatan yang digunakan, serta lingkungan yang berhubungan dengan proses produksi. 29

5 Sedangkan menurut Gittinger (1986) analisis secara teknis akan menguji hubungan-hubungan teknis yang mungkin dalam suatu proyek pertanian yang diusulkan seperti keadaan tanah di daerah proyek dan potensinya bagi pembangunan pertanian, ketersediaan air, varietas benih tanaman, pengadaan produksi, potensi dan keinginan penggunaan mekanisasi, pemupukan, dan alat kontrol yang diperlukan. Analisis teknis akan dapat menentukan hasilhasil yang potensial di areal proyek, pengujian fasilitas-fasilitas pemasaran dan penyimpanan yang dibutuhkan untuk mendukung dalam pelaksanaan proyek, dan pengujian sistem-sistem pengolahan yang dibutuhkan. Dalam aspek teknis yaitu pada proses produksi harus mempertimbangkan risiko produksi yang mungkin akan terjadi dari usaha agar hasil analisis tidak over estimate. Menurut Kadarsan (1992) risiko dan ketidakpastian menjelaskan suatu keadaan yang memungkinkan adanya berbagai macam hasil usaha atau berbagai macam akibat dari usaha-usaha tertentu. Perbedaan antara risiko dengan ketidakpastian adalah bahwa risiko menjabarkan keadaan hasil dan akibatnya mengikuti suatu penjabaran kemungkinan yang diketahui, sedangkan ketidakpastian menunjukkan keadaan yang hasil dan akibatnya tidak bisa diketahui. Harwood et al. (1999) menyatakan bahwa sumber risiko pada kegiatan pertanian meliputi: 1) Risiko produksi; 2) Risiko harga atau pasar; 3) Risiko institusi; serta 4) Risiko finansial. Risiko produksi pada kegiatan pertanian dan peternakan sebenarnya hampir sama hanya saja pada pertanian, yang diusahakan adalah sesuatu yang tidak bergerak sedangkan pada peternakan yang diusahakan adalah sesuatu yang bergerak sehingga penyebab risiko produksinya pun terdapat sedikit perbedaan. Domba merupakan makhluk hidup yang memiliki potensi untuk terserang penyakit. Menurut Blakely dan Bade (1998) daur hidup domba terbagi menjadi anakan (cempe) dimana usia domba ini sekitar 0-3 bulan, setelah anak disapih (tiga bulan) maka anakan tersebut akan beranjak pada fase dara (3-12 bulan). Setelah setahun, domba baik betina maupun jantan sudah dapat dikatakan sebagai domba dewasa dan siap dikawinkan. Dari setiap daur 30

6 hidup domba tersebut, terdapat kemungkinan untuk adanya risiko kematian (produksi). Pada saat indukan bunting, terdapat kemungkinan (peluang) untuk terjadinya keguguran. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti indukan yang sedang bunting masih terlalu muda atau karena pakan yang diberikan kurang mencukupi sehingga tidak dapat memberikan asupan gizi untuk menjaga anak yang dikandung. Setelah induk melahirkan biasanya anakan mendapat asupan gizi dari susu induk tersebut. Tidak sedikit indukan yang tidak mau merawat anaknya bahkan ada juga induk yang hormon penghasil susunya tidak berfungsi dengan baik. Oleh karena itu, biasanya pada siklus ini terdapat peluang kematian anakan sebesar 10 persen. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa aspek teknis merupakan kelanjutan dari aspek pasar. Setelah diketahui pasar mampu menyerap penawaran produk perusahaan dengan baik maka fokus perhatian terhadap aspek teknis perlu dilakukan. Pada aspek teknis ada beberapa hal yang perlu diteliti terlebih dahulu sebelum usaha dilakukan, seperti penentuan lokasi usaha dengan variabel utama dan pelengkap, luas produksi, proses produksi dengan perhitungan risiko produksi (kematian) serta layout. Penentuan lokasi usaha diperlukan agar usaha yang telah dipilih untuk dijalankan dapat berjalan dengan lancar di lokasi tersebut seperti dilihat dari sisi kemudahan akses transportasi, ketersediaan bahan baku, pasokan tenaga kerja, pasokan listrik dan air, serta ada tidaknya pasar yang dituju. Selain itu, dukungan dari kondisi agroekosistem, pemerintah serta masyarakat sekitar juga perlu disperhitungkan karena secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap kelancaran usaha. 3) Aspek Manajemen Menurut Ibrahim (2003) aspek ini berhubungan dengan institusi atau lembaga proyek yang harus mempertimbangkan struktur kelembagaan, pola sosial dan budaya yang ada pada suatu daerah atau negara setempat. Aspek ini meneliti sistem manajerial suatu usaha antara lain kesanggupan dan keahlilan staf dalam menangani masalah proyek. Evaluasi aspek manajemen 31

7 operasional bertujuan untuk menentukan secara efektif dan efisien mengenai bentuk badan usaha yang dipilih, struktur organisasi yang akan digunakan, jenis-jenis pekerjaan yang diperlukan agar usaha tersebut dapat berjalan dengan lancar serta kebutuhan biaya gaji dan upah tenaga kerja. Umar (2005) menambahkan bahwa stuktur manajemen antar perusahaan ada kemungkinan terdapat perbedaan. Hal ini disesuaikan dengan skala usaha, strategi perusahaan serta keadaan karyawan perusahaan yang bersangkutan. Jika perusahaan masih dalam skala mikro maka tidak diperlukan direktur utama dan para manajer sebagai pemegang kendali perusahaan melainkan hanya pemilik perusahaan dan beberapa karyawan (jika dianggap perlu). 4) Aspek Hukum Pendirian dan beroperasinya suatu perusahaan akan lebih diketahui serta diakui keberadaannya oleh pemerintah jika berbentuk badan usaha atau memiliki legalitas usaha. Suatu perusahaan yang layak, perlu memenuhi persyaratan legalitas agar mempermudah hubungan ke luar perusahaan (eksternal). Selain itu, dapat memiliki kekuatan hukum sehingga akan terikat pada kebijakan hukum yang berlaku baik yang memihak atau pun tidak kepada perkembangan perusahaan. Analisis pada aspek hukum terdiri dari bentuk usaha yang akan digunakan, jaminan-jaminan yang dapat diberikan apabila hendak meminjam dana, akta, sertifikat dan izin yang diperlukan dalam menjalankan usaha (Umar 2005). Dengan kata lain, perijinan yang dilakukan oleh perusahaan merupakan suatu cara untuk menghindari kesulitan yang mungkin dihadapi yang berasal dari pemerintah. Ketika perusahaan telah melakukan perijinan, maka perusahaan telah terdaftar sebagai badan usaha dan diakui oleh keberadaanya oleh pemerintah setempat dan pusat. 5) Aspek Sosial-Ekonomi-Budaya Nurmalina et al. (2009) menyatakan bahwa terdapat beberapa pertimbangan sosial yang harus dipikirkan secara cermat agar dapat menentukan apakah suatu proyek yang diusulkan tanggap terhadap keadaaan 32

8 sosial seperti penciptaan kesempatan kerja yang merupakan masalah terdekat dari suatu wilayah. Gittinger (1986) menambahkan bahwa dalam menganalisis aspek sosial perlu mempertimbangkan pola dan kebiasaan sosial dari pihak yang akan dilayani proyek serta implikasi sosial yang lebih luas dari adanya investasi proyek. Hal-hal yang perlu dikaji dalam aspek sosial adalah manfaat proyek bagi peningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja, adanya penerangan listrik, serta kemudahan akses lalu lintas. Dalam studi kelayakan bisnis diperlukan informasi yang berhubungan dengan lingkungan proyek untuk mengetahui seberapa besar lingkungan tersebut memberikan pengaruh terhadap proyek. Proyek yang dijalankan tersebut harus berupaya semaksimal mungkin untuk menjaga kelestarian alam dan lingkungan. Dengan demikian, pertumbuhan dan perkembangan perusahaan tidak dapat dilepaskan dari lingkungan sekitarnya. Lingkungan dapat berpengaruh positif maupun negatif pada suatu usaha, sehingga aspek ini juga perlu dianalisis. Dengan kata lain, suatu usaha yang dijalankan perusahaan perlu mendapatkan perijinan dari masyarakat. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya bentrokan antara perusahaan dengan warga setempat karena secara tidak langsung masyarakat yang mendukung akan berpengaruh positif terhadap kenyamanan, ketenangan dan kelancaran usaha tersebut. 6) Aspek Lingkungan Dalam menganalisis aspek lingkungan yang perlu diperhatikan adalah bagaimana pengaruh keberadaan bisnis terhadap lingkungan sekitar. Pertimbangan tentang sistem alami dan kualitas lingkungan dalam analisis suatu bisnis justru akan menunjang kelangsungan suatu bisnis itu sendiri, sebab tidak ada bisnis yang bertahan lama apabila tidak bersahabat dengan lingkungan (Nurmalina et al. 2009). Dengan kata lain, pada aspek lingkungan suatu bisnis akan berjalan lama jika usaha yang dijalankan tersebut tidak memberikan dampak buruk terhadap lingkungan sekitar seperti polusi udara, suara, air dan sebagainya. Jika hal 33

9 tersebut mungkin terjadi dan tidak dapat dihidari maka tindakan seperti apa yang perlu dilakukan perusahaan untuk mengatasi hal tersebut Analisis Finansial Analisis finansial merupakan suatu analisis yang membandingkan antara biaya (cost) dengan manfaat (benefit) untuk menentukan apakah suatu proyek akan menguntungan selama umur proyek (Husnan dan Muhammad 2005). Tujuan utama analisis finansial terhadap usaha pertanian adalah untuk menentukan berapa banyak keluarga petani yang menggantungkan kehidupan mereka kepada usaha pertanian tersebut. Dalam analisis finansial tersebut perlu dibuat proyeksi mengenai anggaran yang akan mengestimasi penerimaan dan pengeluaran bruto pada masa yang akan datang setiap tahun, termasuk biaya-biaya yang berhubungan dengan produksi dan pembayaran kredit yang harus dikeluarkan oleh rumah tangga petani, agar dapat menentukan berapa besar pendapatan yang diterima oleh rumah tangga petani sebagai balas jasa tenaga kerja, keahlian manajemen, dan modal mereka (Gittinger 1986). Dengan demikian, analisis finansial digunakan untuk melihat manfaat proyek bagi proyek itu sendiri, sehingga dalam analisis finansial untuk menentukan tujuan yang ingin dicapai harus menyertakan definisi-definisi mengenai manfaat dan biaya yang berkaitan dengan suatu proyek. Manfaat biasanya berupa nilai produksi total, pinjaman, produktivitas atau keuntungan yang didapat dari semua yang dipakai dalam proyek dan nilai sewa. 1) Teori Biaya dan Manfaat Gittinger (1986) mendefinisikan secara sederahana, biaya merupakan segala sesuatu yang mengurangi suatu tujuan, sedangkan manfaat adalah sesuatu yang membantu tujuan. Biaya-biaya tersebut dikeluarkan sebelum bisnis tersebut dimulai dan akan terus ada selama bisnis tersebut berlangsung. Biaya-biaya yang digunakan dalam analisis proyek agribisnis adalah biayabiaya langsung seperti biaya investasi, operasional dan lain-lain. Husnan dan Muhammad (2005) mendefinisikan biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan dalam berbagai bentuk yang digunakan untuk 34

10 membeli aset-aset proyek baik untuk aktiva tetap maupun aktiva lancar. Secara umum komponen biaya investasi terdiri atas biaya pra investasi dan biaya pembelian aktiva tetap. Aktiva tetap atau aktiva jangka panjang terdiri dari tanah dan pengembangan lokasi, bangunan dan perlengkapannya, pabrik dan mesin, dan aktiva tetap lainnya. Biaya operasional terbagi menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak tergantung dari besarnya output yang dihasilkan. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besarnya berubah selama proses produksi. Kadariah et al. (2001) membagi manfaat menjadi tiga bagian yaitu : a) Manfaat langsung (direct benefit) yang diperoleh dari adanya kenaikan nilai output, fisik, dan atau dari penurunan biaya. b) Manfaat tidak langsung (indirect benefit) yang disebabkan adanya proyek tersebut dan biasanya dirasakan oleh orang tertentu dan masyarakat berupa adanya efek multiplier, skala ekonomi yang lebih besar dan adanya dynamic secondary effect, misalnya perubahan dalam produktivitas tenaga kerja yang disebabkan oleh keahlian. c) Manfaat yang tidak dapat dilihat dan sulit dinilai dengan uang (intangible effect), misalnya perbaikan lingkungan hidup, perbaikan distribusi pendapatan, dan lainnya. 2) Proyeksi Aliran Kas (Cash Flow) Husnan dan Muhammad (2005) mendefinisikan cashflow merupakan arus kas yang ada di perusahaan, baik arus kas masuk (inflow) maupun arus kas keluar (outflow). Aliran kas penting digunakan dalam akuntasi karena laba dalam pengertian akuntansi tidak sama dengan kas masuk bersih, dan yang relevan bagi para investor adalah kas bukan laba. Aliran kas yang berhubungan dengan proyek dapat dikelompokan dalam 3 bagian, yaitu aliran kas permulaan (initial cashflow), aliran kas operasional (operational cashflow), dan aliran kas terminal (terminal cashflow). Pengeluaran-pengeluaran untuk investasi pada awal periode merupakan initial cashflow. Aliran kas yang timbul selama operasi proyek disebut operational 35

11 cashflow. Aliran kas yang diperoleh pada saat proyek telah berakhir disebut terminal cashflow. Pada umumnya initial cashflow bernilai negatif sedangkan operasional dan terminal cashflow bernilai positif. Aliran-aliran kas ini harus dinyatakan dengan dasar setelah pajak. Dengan kata lain, cashflow terdiri dari biaya dan manfaat. Biaya adalah arus kas yang benar-benar dikeluarkan perusahaan, sedangkan manfaat adalah arus kas yang masuk ke dalam kas perusahaan, dalam hal ini piutang dimasukkan ke dalam komponen manfaat karena masih termasuk ke dalam harta lancar. 3) Konsep Nilai Waktu Uang (Time Value of Money) Menurut Husnan dan Muhammad (2005) investasi suatu proyek berkaitan dengan usaha dalam jangka waktu yang panjang. Uang memiliki nilai waktu yaitu uang yang dihargai secara berbeda dalam waktu yang berbeda. Konsep nilai waktu uang menyatakan bahwa uang yang diterima sekarang lebih berharga dari pada uang yang diterima kemudian atau dengan kata lain nilai sekarang adalah lebih baik daripada nilai yang sama pada masa yang akan datang. Oleh karena itu, dalam perhitungan kelayakan suatu usaha perlu memperhitungkan nilai waktu dengan mendiscounting nilai (biaya dan manfaat) di masa yang akan datang ke masa sekarang ini. Hal ini dilakukan agar perusahaan dapat mengetahui sampai pada umur proyek berapa biaya dan manfaat yang diperoleh perusahaan yang akan mempengaruhi kelangsungan usaha tersebut. 4) Umur Proyek Untuk menentukan panjangnya umur suatu proyek, terdapat beberapa pedoman yang dapat digunakan antara lain (Kadariah et al. 2001): a) Sebagai ukuran umum dapat diambil suatu periode (jangka waktu) yang kira-kira sama dengan umur ekonomis suatu aset. Maksud dari umur ekonomis suatu aset adalah jumlah tahun selama pemakaian aset tersebut dan meminimumkan biaya tambahannya. Asset yang dijadikan sebagai 36

12 patokan penetuan umur usaha adalah aset yang memliki nilai investasi terbesar atau yang memiliki umur ekonomis terlama. b) Untuk proyek yang memiliki modal yang sangat besar, umur proyek yang digunakan adalah umur teknis. Dalam hal ini, untuk proyek tertentu, umur teknis dari unsur-unsur pokok investasi adalah lama, tetapi umur ekonomisnya dapat jauh lebih pendek karena absolence (ketinggalan jaman karena penemuan teknologi baru yang lebih efisien). Dengan kata lain, penentuan umur proyek ini diperlukan untuk mengetahui sampai sejauh mana batasan waktu pengembalian atas modal (investasi) yang telah dikeluarkan pada awal proyek (usaha). Selain itu, umur proyek berguna untuk mengetahui kapan perusahaan tersebut harus melakukan reinvestasi terhadap asset yang terbesar dari usaha sehingga dapat menjadi suatu peringatan bagi perusahaan sebelum aset terbesar harus direinvestasi. 5) Kriteria Kelayakan Investasi Menurut Kadariah et al. (2001) dalam mencari ukuran menyeluruh tentang baik tidaknya suatu proyek diperlukan pengukuran menggunakan beberapa kriteria. Kriteria ini tergantung dari kebutuhan akan keadaan masing-masing proyek. Setiap kriteria mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga dalam penilaian kelayakan suatu proyek hendaknya digunakan beberapa metode sekaligus. Hal ini bertujuan untuk memberikan hasil yang lebih sempurna. Kriteria yang biasa digunakan antara lain : a) Nilai Bersih Sekarang (Net Present Value) Net Present Value (NPV) merupakan nilai sekarang dari selisih antara manfaat (benefit) dengan biaya (cost) pada tingkat suku bunga tertentu. b) Tingkat Pengembalian Investasi (Internal Rate of Return) Internal Rate of Return (IRR) merupakan tingkat diskonto yang menyamakan nilai sekarang arus kas bersih masa depan proyek dengan pengeluaran awal proyek. Kriteria penilaiannya yaitu jika IRR yang didapat ternyata lebih besar dari discount rate yang ditentukan maka 37

13 investasi dapat diterima atau dengan kata lain discount rate yang dapat membuat arus penerimaan bersih sekarang dari suatu proyek (NPV=0) Nilai Sekarang bersih (NPV) + 0 IRR Biaya Modal (%) Gambar 3. Hubungan antara NPV dan IRR Sumber :Weston dan Brigham (1990) c) Rasio Manfaat-Biaya Bersih (Net Benefit-Cost Ratio) Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) merupakan angka perbandingan antara jumlah net present value (NPV) yang positif dengan jumlah Net Present Value (NPV) yang negatif. d) Pengembalian Investasi (Payback Period) Payback Period (PP) merupakan suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi yang didanai dengan aliran kas. Payback Period (PP) merupakan suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran 6) Kriteria Kelayakan Investasi Lainnya Menurut Nurmalina et al. (2009), selain keempat kriteria kelayakan investasi yang telah disebutkan di atas terdapat kriteria pelengkap yaitu Break Even Poin (BEP) berupa BEP unit dan BEP harga serta Harga Pokok Produksi (HPP), sehingga dalam penelitian ini dilakukan perhitungan terhadap kriteria tersebut. BEP adalah suatu keadaan yang berada pada titik impas yaitu pada saat tingkat produksi atau besarnya pendapatan sama dengan besarnya pengeluaran perusahaan sehingga pada saat itu, perusahaan tidak mengalami keuntungan maupun kerugian. Harga pokok produksi (HPP) merupakan cara penentuan harga berdasarkan biaya yang dikeluarkan untuk 38

14 memproduksi suatu produk (komoditas) dan besarnya harga pokok produksi merupakan acuan yang digunakan oleh produsen dalam penetapan harga jual produk Analisis Laba Rugi Nurmalina et al. (2009) mendeskripsikan laporan laba rugi sebagai ringkasan dari empat jenis kegiatan, yaitu: 1) pendapatan dari penjualan produk atau jasa, 2) beban produksi atau biaya untuk mendapatkan barang atau jasa yang dijual, 3) beban yang timbul dalam memasarkan dan mendistribusikan produk atau jasa pada konsumen, serta yang berkaitan dengan beban administrative operasional, dan 4) beban keuangan dalam menjalankan bisnis (contoh: bunga yang dibayarkan pada kreditur, pembayaran dividen pada pemegang saham preferen). Analisis laba rugi digunakan perusahaan untuk mengetahui perkembangan usaha dalam periode tertentu dan akan mempermudah penentuan besarnya aliran kas tahunan yang diperoleh suatu perusahaan. Komponen variabel yang termasuk dalam laba rugi terdiri dari pendapatan pokok dan sampingan perusahaan, biaya operasional perusahaan dimana di dalamnya termasuk biaya penyusutan dari barang invetasi yang ditanamkan, beban bunga (jika perusahaan melakukan pinjaman). Hasil dari perhitungan pengurangan komponen inflow dengan outflow tersebut, mengeluarkan hasil berupa laba kotor perusahaan yang dikenal dengan istilah Earning Before Tax (EBT). Dari EBT tersebut, perusahaan dapat memperhitungkan besarnya pajak (tax) yang harus dibayarkan berdasarkan undang-undang yang berlaku. Setelah diperhitungkan pajak dan bunga (jika ada) maka akan diketahui besarnya laba bersih perusahaan selama umur usaha Analisis Sensitivitas Menurut Kadariah et al. (2001) analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat apa yang akan terjadi terhadap hasil analisis proyek jika terjadi suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar penghitungan benefit. Dalam analisis sensitivitas setiap kemungkinan harus dicoba, yang berarti setiap kali harus dilakukan analisis kembali. Hal ini perlu dilakukan karena analisis proyek 39

15 biasanya didasarkan pada proyeksi yang biasanya mengandung banyak ketidakpastian dan perubahan yang akan terjadi di masa depan. Menurut Gittinger (1986) pada proyek di sektor pertanian dapat berubahubah sebagai akibat dari empat permasalahan utama, yaitu perubahan harga jual produk, keterlambatan pelaksanaan proyek, kenaikan biaya input (cost over run) dan kesalahan dalam memperkirakan hasil produksi. Permasalahan ini timbul karena banyak faktor yang tidak terkendali. Setiap kemungkinan perubahan atau kesalahan dalam dasar perhitungan sebaiknya dipertimbangkan dalam analisis sensitivitas. Suatu variasi dari analisis sensitivitas adalah analisis nilai pengganti (nilai pengganti ). Menurut Gittinger (1986) pengujian ini dilakukan sampai dicapai tingkat minimum dimana proyek dapat dilaksanakan dengan menentukan berapa besarnya proporsi manfaat yang akan turun akibat manfaat bersih sekarang menjadi nol (NPV=0). NPV sama dengan 0 akan membuat IRR sama dengan tingkat suku bunga (discount rate) dan Net B/C sama dengan Kerangka Pemikiran Operasional Adanya pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat yang masih rendah menyebabkan pelaku usaha penghasil protein (peternak) harus lebih meningkatkan kinerjanya. Pemenuhan protein tersebut dapat berasal dari daging, telur, dan susu. Daging yang dikonsumsi dapat berasal dari unggas, sapi, kambing dan domba. Menurut Dirtjen Peternakan (2009) konsumsi daging domba ekor tipis per kapita per tahun di Indonesia pada tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 80,76 persen dari 0,26 kg per kapita menjadi 0,05 kg per kapita. Hal ini disebabkan karena pada tahun tersebut produksi daging domba menurun sebesar 17 persen dari ton pada tahun 2007 menjadi ton di tahun Dengan penurunan produksi akan berpengaruh terhadap peningkatan harga jual daging domba. Dengan adanya program pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai negara berswasembada daging pada tahun 2010, menyebabkan peternak dipicu untuk meningkatkan produktivitasnya. Tidak hanya peternak sapi potong, 40

16 peternak domba juga meningkatkan produktivitasnya. Peningkatan produktivitas yang dilakukan tidak hanya pada satu titik, melainkan mengharuskan peternak untuk melakukan integrasi vertikal seperti melakukan pembibitan domba ekor tipis. Adanya permintaan daging domba yang belum mampu dipenuhi oleh penawaran yang ada selama ini disebabkan karena kurangnya bibit domba berkualitas untuk dijadikan sebagai bibit domba yang menghasilkan domba penggemukan dan pembibitan. Bibit domba dapat ditujukan untuk dua fungsi. Ada yang berfungsi sebagai bibit dan domba pedaging. Dengan semakin sulitnya bibit domba yang berkualitas untuk dicari maka peluang usaha pembibitan domba dapat dinilai cukup prospektif. Tawakal Farm merupakan salah satu peternakan terbesar di Kabupaten Bogor yang telah mengusahakan penggemukan domba sejak tahun Tetapi semakin lama kualitas domba yang dijadikan sebagai bibit untuk digemukkan semakin menurun. Hal ini disebabkan kurangnya keseriusan masyarakat dalam budidaya domba ekor tipis. Dengan permasalahan seperti ini, maka Tawakal Farm yang awalnya hanya melakukan usaha penggemukan, kini melakukan pengembangan usaha yaitu berupa peralihfungsian satu kandang penggemukan menjadi pembibitan domba ekor tipis. Dengan kata lain, Tawakal Farm melakukan integrasi vertikal berupa unit usaha pembibitan domba ekor tipis. Unit usaha ini baru berjalan selama enam bulan dan belum diketahui tingkat kelayakannya. Melalui penelitian ini, akan dikaji kriteria kelayakannya yang dilihat dari aspek finansial dan non finansial. Aspek non finansial meliputi: 1) Aspek pasar yang meliputi penawaran dan permintaan yang akan menunjukkan adanya peluang pasar serta bauran pemasaran yang diterapkan; 2) Aspek teknis meliputi lokasi usaha, luas produksi, layout, pengadaaan input, proses produksi; 3) Aspek manajemen yaitu bentuk badan usaha, struktur organisasi, job description dan sistem upah; 4) Aspek hukum meliputi izin dalam melakukan usaha baik izin dari pemerintah pusat maupun pemerintah setempat untuk kelancaran usaha peternakan; 5) Aspek sosial-ekonomi-budaya meliputi dampak sosial dan budaya 41

17 yang ditimbulkan dari usaha; 6) Aspek lingkungan meliputi dampak terhadap lingkungan akibat usaha yang dijalankan. Aspek finansial meliputi analisis finansial serta analisis kepekaan. Analisis finansial akan mengukur kelayakan investasi unit usaha pembibitan domba ekor tipis Tawakal Farm berdasarkan beberapa kriteria, yaitu Net Present Value (NPV) yang merupakan selisih antara nilai sekarang dari manfaat dan biaya usaha pembibitan peternakan domba pada tingkat suku bunga tertentu, Internal Rate of Return (IRR) sebagai persentase tingkat pengembalian investasi pembibitan domba yang diperoleh selama umur proyek, Rasio Biaya Manfaat Bersih (Net B/C) yang merupakan besarnya tingkat tambahan manfaat dari setiap biaya sebesar satu satuan yang dikeluarkan, serta Payback Periode (PP) yaitu lamanya periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas. Selain itu, diperlukan kriteria investasi yang lain seperti Break Even Poin (BEP unit) dan Harga Pokok Produksi. BEP yaitu keadaan dimana besarnya pendapatan sama dengan pengeluaran yag dilakukan sehingga pada saat itu, perusahaan tidak mengalami keuntungan maupun kerugian. BEP digunakan untuk mengetahui besarnya unit komoditas yang harus dijual untuk menutupi biaya tetap yang dikeluarkan selama umur usaha. Sedangkan HPP merupakan salah satu cara untuk menentukan harga jual berdasarkan biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu produk (komoditas) sehingga jika perusahaan tidak ingin mengalami kerugian maka harga jual suatu produk yang dihasilkan tidak lebih rendah dari HPP. Pada penelitian ini, domba yang dikawinkan tidak seluruhnya berhasil menghasilkan anakan melainkan hanya 70 persen yang menghasilkan anakan dan dari 70 persen tersebut akan dilanjutkan pada perhitungan risiko kematian pada anakan sebesar lima persen. Penentuan angka mortalitas ini berdasarkan pengalaman usaha pembibitan selama ini. Setelah diperhitungkan risikonya maka akan dilanjutkan kepada analisis kelayakan finansial dengan kondisi saat ini. Setelah diketahui kelayakan dari kondisi saat ini maka akan dilanjutkan dengan analisis nilai pengganti mengunakan empat variabel perubahan. Penentuan variabel ini diasumsikan memiliki kontribusi terbesar terhadap kelayakan usaha 42

18 pembibitan dan bertujuan untuk mengetahui kelayakan usaha ketika terjadi beberapa perubahan. Keempat variabel tersebut antara lain variabel pertama dan kedua yaitu penilaian kelayakan akibat adannya penurunan harga jual anak domba yang berbeda-beda untuk betina dara dan jantan muda dengan variasi dari analisis sensitivitas yaitu analisis nilai pengganti. Variabel ketiga dan keempat yang juga menggunakan analisis nilai pengganti. yaitu peningkatan kedua harga indukan yaitu yang sudah dikawinkan dengan yang masih dara. Indukan yang digunakan pada usaha pembibitan ini terbagi menjadi tiga dimana terdapat indukan yang sudah 2x kawin, 1x kawin dan domba dara (siap dikawinkan). Dengan harga beli yang berbeda antara indukan yang sudah pernah kawin dengan yang dara, maka digunakan variabel ketiga dan keempat dalam analisis nilai pengganti. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini analisis finansial yang dilakukan adalah kondisi saat ini tanpa dan dengan perubahan. Variabel perubahan tersebut meliputi peningkatan harga beli indukan yang belum dan sudah pernah dikawinkan serta penurunan harga jual anakan betina dan jantan. Kerangka pemikiran konseptual yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 4. 43

19 Pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat masih rendah Adanya gap antara permintaan dan penawaran daging domba ekor tipis di Jawa Barat Produksi daging domba ekor tipis untuk memenuhi permintaan di Bogor masih rendah Ketidakpastian kualitas bibit domba ekor tipis untuk penggemukan dan pembibitan Unit Usaha Pembibitan Domba Ekor Tipis Tawakal Farm Desa Cimande Hilir, Kabupaten Bogor Analisis Kelayakan Usaha Non Finansial Finansial (Proyeksi L/R, NPV, IRR, Net B/C, Payback Periode, BEP unit dan HPP) Aspek Pasar Aspek Teknis Aspek Manajemen Aspek Hukum Aspek Sosial-Ekonomi- Budaya Aspek Lingkungan Analisis Sensitivitas ( Switcing Value) Kenaikan harga beli induk dan dara yang dijadikan sebagai induk Penurunan harga jual anak domba yaitu betina dara dan jantan muda. Layak Tidak Layak Usaha Pembibitan Dilanjutkan Dilakukan Evaluasi Gambar 4. Alur Kerangka Pemikiran Operasional 44

20 45

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Usaha

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengertian Usaha Menurut Gittinger (1986) bisnis atau usaha adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), proyek pada dasarnya merupakan kegiatan yang menyangkut pengeluaran modal (capital

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Proyek Menurut Kadariah et al. (1999) proyek merupakan suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis Penelitian tentang analisis kelayakan yang akan dilakukan bertujuan melihat dapat tidaknya suatu usaha (biasanya merupakan proyek atau usaha investasi)

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis adalah kegiatan yang dilakukan oleh individu dan sekelompok orang (organisasi) yang menciptakan nilai (create

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah et al. (1999) proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan dengan permasalahan yang ada dalam

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi)

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Gittinger (1986) menyebutkan bahwa proyek pertanian adalah kegiatan usaha yang rumit karena menggunakan sumber-sumber

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian Investasi Kasmir dan Jakfar (2009) menyatakan bahwa investasi adalah penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu

Lebih terperinci

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 23 BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 4.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 4.1.1 Studi Kelayakan Usaha Proyek atau usaha merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan manfaat (benefit) dengan menggunakan sumberdaya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah : III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi Pengertian Proyek pertanian menurut Gittinger (1986) adalah kegiatan usaha yang rumit karena penggunaan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 17 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Proyek adalah suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil yang secara logika merupakan wadah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biayabiaya dengan harapan akan memperoleh hasil dan secara logika merupakan wadah untuk melakukan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya dengan harapan untuk memperoleh hasil dan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Agrifarm, yang terletak di desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis adalah seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung di dalam bidang perniagaan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. dengan membangun suatu tempat pengelolaan sampah, tetapi yang dapat

KERANGKA PEMIKIRAN. dengan membangun suatu tempat pengelolaan sampah, tetapi yang dapat III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh pemiliknya atau pemakai semula (Tandjung, 1982 dalam Suprihatin et al,1999). Dibutuhkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. METODE PENELITIAN Nilai tambah yang tinggi yang diperoleh melalui pengolahan cokelat menjadi berbagai produk cokelat, seperti cokelat batangan merupakan suatu peluang

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Sistem Agribisnis Agribisnis sering diartikan secara sempit, yaitu perdagangan atau pemasaran hasil pertanian.sistem agribisnis sebenarnya

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari semakin menginginkan pola hidup yang sehat, membuat adanya perbedaan dalam pola konsumsi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan kambing perah Prima Fit yang terletak di Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis adalah seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung di dalam bidang perniagaan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Manfaat dan Biaya Dalam menganalisa suatu usaha, tujuan analisa harus disertai dengan definisi-definisi mengenai biaya-biaya dan manfaat-manfaat.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran. 3.2 Metode Penelitian

III. METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran. 3.2 Metode Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Ketersediaan bahan baku ikan hasil tangkap sampingan yang melimpah merupakan potensi yang besar untuk dijadikan surimi. Akan tetapi, belum banyak industri di Indonesia

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian oleh Dwi Susianto pada tahun 2012 dengan judul Travel AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan pembesaran ikan lele sangkuriang kolam terpal. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aspek finansial

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. KERANGKA TEORI 2.1.1. Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Studi Kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang kegiatan atau usaha atau bisnis

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel yang terletak di Jalan Binamarga I/1 Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil tempat di kantor administratif Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat yang berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang

Lebih terperinci

Jl.Veteran No.53.A Lamongan ABSTRAK

Jl.Veteran No.53.A Lamongan ABSTRAK EVALUASI KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA DAN KAMBING MILIK H. SHOLEH BERDASARKAN ASPEK FINANSIAL DAN NONFINANSIAL DI DESA BANYUTENGAH KECAMATAN PANCENG KABUPATEN GRESIK M. Yusuf 1, Dyah Wahyuning A 1,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.1. Kerangka Teoritis 3.1.2. Studi Kelayakan Proyek Gittinger (1986) mendefinisikan proyek pertanian sebagai suatu kegiatan investasi yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan dengan permasalahan yang ada dalam

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di penggilingan padi Sinar Ginanjar milik Bapak Candran di Desa Jomin Timur, Kecamatan Kota Baru, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

A. Kerangka Pemikiran

A. Kerangka Pemikiran III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Penelitian ini mengkaji studi kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka di kabupaten Semarang. Studi kelayakan dilakukan untuk meminimumkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kampung Budaya Sindangbarang, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan dan Investasi Studi kelayakan diadakan untuk menentukan apakah suatu usaha akan dilaksanakan atau tidak. Dengan kata lain

Lebih terperinci

ANALISIS ASPEK KEUANGAN DALAM MANAJEMEN PROYEK *)

ANALISIS ASPEK KEUANGAN DALAM MANAJEMEN PROYEK *) ANALISIS ASPEK KEUANGAN DALAM MANAJEMEN PROYEK *) A. Dasar Dasar Proyek 1. Batasan Proyek Clive Gray mendifinisikan proyek sebagai kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi. Dalam bersosialisasi, terdapat berbagai macam jenis hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi. Dalam bersosialisasi, terdapat berbagai macam jenis hubungan yang BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan, penulis akan menyampaikan beberapa hal yang berhubungan dengan proses pengerjaan penelitian ini. Antara lain berkenaan dengan latar belakang penelitian, identifikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini penulis menjelaskan tinjauan teori-teori yang terkait yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini penulis menjelaskan tinjauan teori-teori yang terkait yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini penulis menjelaskan tinjauan teori-teori yang terkait yang digunakan dalam analisa dan pembahasan penelitian ini satu persatu secara singkat dan kerangka berfikir

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengertian Usahatani Bachtiar Rifai dalam Hernanto (1989) mendefinisikan usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja dan modal yang

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data VI METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Wisata Agro Tambi, Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) Disampaikan Oleh Ervita safitri, S.E., M.Si

ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) Disampaikan Oleh Ervita safitri, S.E., M.Si ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) Disampaikan Oleh Ervita safitri, S.E., M.Si PENDAHULUAN Keputusan investasi yang dilakukan perusahaan sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup perusahaan,

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Proyek Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai satu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian berada di UPR Citomi Desa Tanggulun Barat Kecamatan Kalijati Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

ASPEK FINANSIAL Skenario I

ASPEK FINANSIAL Skenario I VII ASPEK FINANSIAL Setelah menganalisis kelayakan usaha dari beberapa aspek nonfinansial, analisis dilanjutkan dengan melakukan analisis kelayakan pada aspek finansial yaitu dari aspek keuangan usaha

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele phyton, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Elsari Brownies and Bakery yang terletak di Jl. Pondok Rumput Raya No. 18 Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pesaing diantaranya MyMeal caetering, Myma s Kitchen dan La Dolce. YUMMY CATERING. Keunggulan YUMMY CATERING dibandingkan

BAB III METODE PENELITIAN. pesaing diantaranya MyMeal caetering, Myma s Kitchen dan La Dolce. YUMMY CATERING. Keunggulan YUMMY CATERING dibandingkan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang diambil adalah di Semarang. Dengan beberapa pesaing diantaranya MyMeal caetering, Myma s Kitchen dan La Dolce Vita Bistro yang bergerak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan Usaha

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan Usaha II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan Usaha Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak suatu gagasan usaha yang direncanakan. Pengertian

Lebih terperinci

PENGANGGARAN MODAL (CAPITAL BUDGETING)

PENGANGGARAN MODAL (CAPITAL BUDGETING) Modul ke: PENGANGGARAN MODAL (CAPITAL BUDGETING) Fakultas FEB MEILIYAH ARIANI, SE., M.Ak Program Studi Akuntansi http://www.mercubuana.ac.id Penganggaran Modal ( Capital Budgeting) Istilah penganggaran

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. dengan penelitian kelayakan pengembangan usaha akarwangi (Andropogon

III. KERANGKA PEMIKIRAN. dengan penelitian kelayakan pengembangan usaha akarwangi (Andropogon III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian kelayakan pengembangan usaha akarwangi (Andropogon zizanoid) pada kondisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Landasan Penelitian Terdahulu Hellen Mayora Violetha (2014) Mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang melakukan penelitian dengan judul Evaluasi Kelayakan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana Peternakan Maju Bersama dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Untuk menilai layak atau tidak usaha tersebut

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 46 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pertambangan membutuhkan suatu perencanaan yang baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik dari segi materi maupun waktu. Maka dari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Definisi dan Batasan Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istlah-istilah dalam penelitian ini maka dibuat definisi dan batasan

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. diselenggarakan secara teratur dan terus menerus pada suatu tempat dan dalam

KAJIAN KEPUSTAKAAN. diselenggarakan secara teratur dan terus menerus pada suatu tempat dan dalam 10 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Peternakan Sapi Perah Usaha peternakan adalah suatu usaha pembibitan dan atau budidaya peternakan dalam bentuk perusahaan peternakan atau peternakan rakyat, yang diselenggarakan

Lebih terperinci

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL Analisis kelayakan finansial adalah alat yang digunakan untuk mengkaji kemungkinan keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman modal. Tujuan dilakukan analisis kelayakan

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung. 22 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah usaha ternak sapi perah penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Laboratorium Percontohan Pabrik Mini Pusat Kajian Buah Tropika (LPPM PKBT) yang berlokasi di Tajur sebagai sumber informasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Usaha Kecil Menengah (UKM) pengolahan pupuk kompos padat di Jatikuwung Innovation Center, Kecamatan Gondangrejo Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana CV. Usaha Unggas dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Penilaian layak atau tidak usaha tersebut dari

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Investasi dan Depresiasi Menurut Husein Umar (2000,p1), investasi adalah upaya menanamkan faktor produksi langka yakni dana, kekayaan alam, tenaga ahli dan terampil, teknologi

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS KEUANGAN

BAB 5 ANALISIS KEUANGAN BAB 5 ANALISIS KEUANGAN 5.1. Ekuitas Ekuitas adalah modal kepemilikan yang diinvestasikan dalam suatu usaha. Vraniolle merupakan badan perorangan dengan modal yang berasal dari pemilik. Ekuitas modal pemilik

Lebih terperinci