SKRIPSI SEPTIANNISA BAHMAT H

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKRIPSI SEPTIANNISA BAHMAT H"

Transkripsi

1 ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA DAN KAMBING DI PETERNAKAN BAPAK SARNO, DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT SKRIPSI SEPTIANNISA BAHMAT H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

2 RINGKASAN SEPTIANNISA BAHMAT. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Penggemukan Domba dan Kambing di Peternakan Bapak Sarno, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan TINTIN SARIANTI). Pemerintah Indonesia telah merencanakan bahwa tahun 2014 Indonesia menjadi negara swasembada daging. Dalam mencapai swasembada daging ada dua langkah pendekatan yang dapat dilakukan yakni meningkatkan populasi ternak sapi dan langkah pendukung melalui meningkatkan sosialisasi konsumsi daging ke masyarakat dengan mengkonsumsi daging ternak lain, seperti daging domba dan kambing. Ternak domba dan kambing memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan dengan ternak sapi maupun ternak lainnya. Hal ini berdasarkan pada keadaan alam yang baik dan keadaan sosial-budaya yang sangat mendukung terutama terkait dengan mayoritas penduduk Warga Negara Indonesia yang beragama Islam. Kedua hal tersebut merupakan faktor pendukung potensial bagi pengembangan peternakan domba dan kambing di Indonesia. Kecamatan Ciawi merupakan daerah yang berpotensi karena selain memiliki iklim yang sesuai untuk peternakan domba dan kambing kecamatan ini merupakan daerah yang strategis untuk pemasaran domba dan kambing ke daerah Jabodetabek yang merupakan daerah perkotaan dan daerah industri yang tidak lagi memiliki potensi lahan untuk peternakan domba maupun kambing. Kondisi tersebut menjadi peluang bagi pengusaha penggemukan domba dan kambing. Salah satu peternakan yang memanfaatkan peluang tersebut adalah peternakan milik Bapak Sarno yang berada di Desa Citapen. Namun usaha ini memiliki permasalahan yaitu belum mampu memenuhi permintaan pasarnya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka usaha penggemukan domba dan kambing ini akan mengembangkan usahanya dengan melakukan penambahan jumlah ternak dan pembangunan kandang baru. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) menganalisis kelayakan usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno berdasarkan aspek nonfinansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, serta aspek lingkungan pada kondisi sebelum maupun setelah pengembangan, (2) menganalisis usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno pada aspek finansial berdasarkan kriteria investasi lingkungan pada kondisi sebelum maupun setelah pengembangan, (3) menganalisis kelayakan finansial usaha penggemukan domba dan kambing dengan switching value apabila terjadi kenaikan harga bakalan dan penurunan harga penjualan. Penelitian dilaksanakan di peternakan milik Bapak Sarno di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor. Waktu penelitian dilaksanakan selama dua bulan yaitu bulan Desember 2011 hingga Februari Penelitian ini menggunakan kriteria kelayakan usaha dari aspek nonfinansial dan kelayakan aspek finansial dari kriteria investasi yaitu Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PP) serta

3 menganalisis tingkat kepekaan atau switching value terhadap variabel output maupun variabel input yang dilakukan secara kuantitatif dan dipaparkan dengan deskriptif. Berdasarkan kriteria aspek kelayakan nonfinansial usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno layak untuk dikembangkan. Pada aspek pasar, usaha penggemukan domba dan kambing masih memiliki peluang pasar dan starategi bauran pemasaran yang dijalankan dengan baik. Untuk aspek teknis, usaha ini memiliki lokasi yang strategis, sarana dan prasarana yang mendukung sehingga memudahkan kegiatan operasional. Berdasarkan aspek manajemen, usaha layak untuk dilaksanakan karena struktur organisasi yang jelas dan deskripsi pekerjaan dijalankan setiap orang sesuai dengan tanggung jawab masing-masing. Pada aspek hukum, usaha ini telah memiliki surat ijin usaha, sehingga memberikan jaminan untuk lancarnya kegiatan usaha serta sebagai jaminan untuk pinjaman modal kepada lembaga keuangan seperti bank. Berdasarkan aspek sosial dan ekonomi, usaha penggemukan domba dan kambing ini layak untuk dilaksanakan karena dengan adanya usaha tersebut dapat menyerap tenaga kerja dari masyarakat sekitar sehingga mampu mengurangi pengangguran dan meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar. Sedangkan dari aspek lingkungan, usaha ini layak untuk dilaksanakan karena limbah yang ditimbulkan berupa kotoran ternak tidak menimbulkan bau, setiap hari kandang selalu dibersihkan, kotoran ternak dikumpulkan menjadi pupuk kandang dan dijual kepada petani di lingkungan sekitar. Hasil analisis kelayakan finansal usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno pada kondisi sebelum pengembangan memiliki nilai Net Benefit yaitu rupiah sedangkan pada kondisi pengembangan nilai Net Benefi yang diperoleh yaitu rupiah. Maka nilai incremental net benefit yang diperoleh dari usaha penggemukan domba dan kambing yaitu rupiah. Berdasarkan kriteria investasi usaha penggemukan domba dan kambing ini layak untuk dijalankan karena nilai yang diperoleh sesuai dengan kriteria investasi. Nilai Net Present Value (NPV) lebih besar dari nol yaitu sebesar rupiah dengan umur usaha delapan tahun. Nilai Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) lebih besar dari satu yaitu 1,012. Nilai Internal Rate of Return (IRR) adalah 12 persen, sama denga tingkat Discount Rate (DR) yang ditentukan yaitu 12 persen. Payback Period (PP) yang dihasilkan dari analisis tersebut adalah delapan tahun atau sama dengan umur ekonomis usaha yaitu delapan tahun. Berdasarkan hasil analisis switching value, usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno masih tetap layak dijalankan dan mendapatkan keuntungan apabila terjadi peningkatan harga bakalan kambing 0,29 persen dan penurunan harga penjualan kambing sebesar 0,14 persen.

4 ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA DAN KAMBING DI PETERNAKAN BAPAK SARNO, DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT SEPTIANNISA BAHMAT H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

5 Judul Skripsi Nama NIM : Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Penggemukan Domba dan Kambing di Peternakan Bapak Sarno, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat : Septiannisa Bahmat : H Menyetujui, Pembimbing Tintin Sarianti, SP, MM NIP Mengetahui, Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal Lulus:

6 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Penggemukan Domba dan Kambing di Peternakan Bapak Sarno, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat adalah karya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya tulis yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Mei 2012 Septiannisa Bahmat H

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pulo Jantan pada tanggal 09 September Penulis adalah anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Bapak H. Bahaluddin Matondang dan Ibu Hj. Mariani Munthe. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Pulo Jantan, Sumatera Utara pada tahun 2000 dan pendidikan Madrasah Tsanawiyah diselesaikan pada tahun 2003 di Madrasah Tsanawiyah Swasta Attoyyibah Indonesia Pinang Lombang, Sumatera Utara. Pendidikan menengah atas di SMAN 3 Plus Rantau Utara, Sumatera Utara diselesaikan pada tahun Pendidikan Diploma III Program Studi Teknik dan Manajemen Lingkungan, Institut Pertanian Bogor diselesaikan pada tahun Penulis diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui ujian seleksi masuk reguler pada tahun 2009.

8 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Penggemukan Domba dan Kambing di Peternakan Bapak Sarno, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan menganalisis kelayakan usaha baik dari segi non finansial (aspek pasar, aspek teknis, aspek hukum, aspek manajemen dan aspek ekonomi dan sosial serta aspek lingkungan) dan segi finansial berdasarkan kriteria investasi pada usaha penggemukan domba dan kambing di peternakan milik Bapak Sarno. Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak terutama di dunia pendidikan. Bogor, Mei 2012 Septiannisa Bahmat

9 UCAPAN TERIMA KASIH Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada: 1. Tintin Sarianti, SP, MM selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 2. Prof. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS dan Siti Jahroh, PhD selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 3. Ir. Dwi Rachmina, MSi selaku dosen evaluator pada saat kolokium yang sudah memberikan masukan, arahan serta saran dalam persiapan penelitian. 4. Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS yang telah menjadi pembimbing akademik dan seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis. 5. Ayahanda dan Ibunda, Kak lila, Bang Bama, Bang Rio, Adik Silma dan Dian serta keluarga tercinta yang selalu memberikan cinta kasih, dukungan dan doa. Semoga ini menjadi persembahan yang terbaik. 6. Bapak Sarno selaku pemilik usaha penggemukan domba dan kambing atas waktu, kesempatan, informasi, dan dukungan yang diberikan. 7. Teman-teman seperjuangan dan teman-teman Ekstensi Agribisnis angkatan tujuh atas semangat dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya. Bogor, Mei 2012 Septiannisa Bahmat

10 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian II TINJAUAN PUSTAKA Penggemukan Domba dan Kambing Penelitian Terdahulu Studi Kelayakan Bisnis Penelitian yang Akan Dilakukan III KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Investasi Studi Kelayakan Bisnis Aspek-Aspek Kelayakan Usaha Teori Biaya dan Manfaat Tanpa dan Dengan Bisnis Analisis Kelayakan Investasi Analisis Switching Value Kerangka Pemikiran Operasional IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Penentuan Narasumber Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data Analisis Kelayakan Non Finansial Aspek Pasar Aspek Teknis Aspek Manajemen Aspek Hukum Aspek Ekonomi dan Sosial Aspek Lingkungan Analisis Kelayakan Finansial Net Present Value (NPV) Internal Rate of Return (IRR) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) xi xiii xiv

11 4.7.4 Payback Period (PP) Break Event Point (BEP) Laba Rugi Incremental Net Benefit Switching Value Analysis Asumsi Dasar yang Digunakan dalam Penelitian V GAMBARAN UMUM USAHA Gambaran Umum Desa Citapen Sejarah Usaha Lokasi Usaha Kegiatan Usaha VI ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL Aspek Pasar Peluang Pasar Strategi Bauran Pemasaran Aspek Teknis Penentuan Lokasi Layout Usaha Penggemukan Domba Teknik Penggemukan Aspek Manajemen Struktur Organisasi dan Job Description Sistem Gaji dan Insentif Aspek Hukum Aspek Sosial Ekonomi Aspek Lingkungan VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis Kelayakan Usaha Sebelum Pengembangan Arus Penerimaan (Inflow) Arus Pengeluaran (Outflow) Analisis Laba Rugi Manfaat Bersih (Net Benefit) Analisis Kelayakan Usaha Setelah Pengembangan Arus Penerimaan (Inflow) Arus Pengeluaran (Outflow) Analisis Laba Rugi Manfaat Bersih (Net Benefit) Analisis Incremental Net Benefit Kriteria Kelayakan Usaha Analisis Switching Value VIII KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA

12 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Produk Domestik Bruto Sub Sektor Peternakan di Indonesia Tahun (Miliar Rupiah) Produksi dan Konsumsi Daging Sapi di Indonesia Tahun Neraca Daging Domba dan Kambing Nasional Tahun (Dalam Ribu Ton) Populasi Nasional Domba dan Kambing di Indonesia Tahun (Dalam Ribu Ekor) Populasi Domba dan Kambing di Kabupaten Jawa Barat Tahun (Ekor) Perkembangan Populasi Domba dan Kambing di Kecamatan Ciawi Tahun Data Permintaan Domba dan Kambing Milik Bapak Sarno Tahun Jumlah Penduduk Desa Citapen Menurut Mata Pencaharian Tahun Data Penjualan Domba dan Kambing Milik Bapak Sarno Tahun 2011 (Ekor) Harga Domba dan Kambing Usaha Bapak Sarno (Januari 2012) Proyeksi Penjualan Domba dan Kambing Sebelum Pengembangan Usaha Penerimaan Penjualan Kotoran Domba dan kambing Sebelum Pengembangan Usaha Biaya Investasi Usaha Penggemukan Domba dan Kambing Sebelum Pengembangan Usaha Biaya Tetap Usaha Penggemukan Domba dan Kambing Sebelum Pengembangan Usaha Biaya Variabel Usaha Penggemukan Domba dan Kambing Sebelum Pengembangan Usaha Biaya Penyusutan Investasi pada Usaha Penggemukan Domba dan Kambing Milik Bapak Sarno Sebelum Pengembangan Proyeksi Penjualan Domba dan Kambing pada Kondisi Pengembangan Usaha Penerimaan Penjualan Kotoran Domba dan Kambing pada Kondisi Pengembangan Usaha.. 99

13 19. Biaya Investasi Usaha Penggemukan Domba dan Kambing pada Kondisi Pengembangan Usaha Biaya Tetap Usaha Penggemukan Domba dan Kambing pada Kondisi Pengembangan Usaha Biaya Variabel Usaha Penggemukan Domba dan Kambing pada Kondisi Pengembangan Usaha Rincian Angsuran Pinjaman Modal Usaha Penggemukan Domba dan Kambing Kriteria Kelayakan Usaha Penggemukan Domba dan Kambing

14 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Fungsi Investasi dan Tingkat Bunga Riil Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian Layout Kandang Penggemukan Domba dan Kambing Perbedaan Kandang Baru dan Kandang Lama Pemberian Pakan Hijauan Kotoran Ternak untuk Pupuk Kandang Pemberian Obat Cacing Struktur Organisasi Usaha Milik Bapak Sarno.. 71

15 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Populasi Domba di Kabupaten Bogor Tahun Populasi Kambing di Kabupaten Bogor Tahun Kuisioner Penelitian Biaya Investasi Sebelum Pengembangan Usaha Analisis Laba Rugi Sebelum Pengembangan Usaha Cashflow Sebelum Pengembangan Usaha Biaya Investasi Pengembangan Usaha Analisis Laba Rugi Pengembangan Usaha Cashflow Pengembangan Usaha Analisis Incremental Net Benefit Switching Value Kenaikan Harga Bakalan Kambing 0,29% Switching Value Penurunan Harga Penjualan Kambing 0,14%

16 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan di tingkat makro dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bangsa untuk menjamin kecukupan pangan (baik dari aspek kualitas maupun kuantitas) bagi seluruh penduduknya melalui optimalisasi pemanfaatan sumberdaya berbasis lokal. Sementara di level mikro, ketahanan pangan harus dijamin hingga level rumah tangga untuk menjalani hidup yang sehat dan aktif. Dengan demikian pembangunan ketahanan pangan bertujuan untuk menjamin ketersediaan dan konsumsi pangan yang cukup, aman, bermutu dan bergizi seimbang baik di tingkat nasional, daerah, hingga rumah tangga. Aspek keberlanjutan ketahanan pangan yang identik dengan kebijakan dan strategi peningkatan kemandirian pangan nasional merupakan hal yang harus diperhatikan. Salah satu subsektor yang berperan penting dalam rangka mensukseskan ketahanan pangan adalah bidang peternakan. Dalam perekonomian Indonesia, kontribusi subsektor peternakan dalam pembentukan Produk Domestik Bruto Indonesia lebih dari 12 persen per tahunnya (Tabel 1). Tabel 1. Produk Domestik Bruto Sub Sektor Peternakan di Indonesia Tahun (Miliar Rupiah) No. Lapangan Usaha Pertanian Umum , , ,3 A Peternakan , , ,6 Kontribusi (%) 12, B Sub Sektor Pertanian , , ,7 Lainnya Kontribusi (%) 87,3 87,4 87,6 2 Sektor Ekonomi Lainnya , , ,2 Total PDB , , ,5 Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) Berdasarkan Tabel 1 tersebut terlihat bahwa selain subsektor pertanian dan subsektor ekonomi lainnya, subsektor peternakan memiliki kontribusi dalam

17 pembentukan Produk Domestik Bruto Indonesia yang berperan penting dan dari tahun ke tahun memiliki angka kontribusi yang dapat dikatakan hampir stabil. Pembangunan peternakan merupakan bagian pembangunan nasional yang sangat penting, karena salah satu tujuan pembangunan peternakan adalah peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang unggul. Selain itu, tujuan pembangunan peternakan adalah meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak serta peningkatan devisa negara. Dalam mengukur ketahanan pangan dari sisi kemandirian dapat dilihat dari ketergantungan ketersediaan pangan nasional pada produksi pangan dalam negeri. Pemerintah Indonesia telah merencanakan bahwa tahun 2014 Indonesia menjadi negara swasembada daging. Tuntutan ini muncul karena hingga saat ini, untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, Indonesia masih mengimpor daging (Tabel 2). Perencanaan ini sangat baik untuk peternak Indonesia, disamping karena ternak dan produknya ini telah menjadi bagian dari hidup jutaan peternak Indonesia, juga untuk memenuhi adanya peningkatan kebutuhan daging atau ternak baik atas dasar kesadaran maupun atas pertambahan penduduk. Tabel 2. Produksi dan Konsumsi Daging Sapi di Indonesia Tahun No Uraian Tahun (000 ton) Produksi Lokal 210,8 233,6 250,8 2. Impor 124,8 150,4 142,8 Total Produksi Lokal dan Impor 335,6 384,1 393,6 Konsumsi Daging Sapi 314,0 313,3 325,9 Selisih (Produksi Lokal dan Konsumsi) (103,2) (79,7) (75,1) Selisih (Impor dengan Kekurangan Produksi Lokal) 21,5 70,7 67,7 Sumber: Direktorat Jenderal peternakan (2009) Berdasarkan Tabel 2 tersebut dapat dilihat bahwa dalam periode tiga tahun, sejak tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 laju pertumbuhan penyediaan daging dari produksi lokal lebih rendah dibandingkan konsumsi. Oleh karena itu pemerintah melakukan impor untuk menutupi kekurangan daging dalam negeri karena Indonesia belum mampu menyediakan kebutuhan terhadap daging sapi. Impor ternak sapi dan daging yang semakin besar dan melebihi kebutuhan 2

18 konsumsi dalam negeri akan meningkatkan ketergantungan bangsa Indonesia terhadap bangsa lain. Maka untuk mengurangi ketergantungan terhadap daging impor tersebut, Indonesia merencanakan swasembada daging. Dalam mencapai swasembada daging ada dua langkah pendekatan yang dapat dilakukan yakni langkah pertama, meningkatkan populasi ternak sapi yang tingkat produksinya hingga mencapai jumlah yang dibutuhkan, dan langkah kedua yaitu langkah pendukung melalui peningkatan sosialisasi konsumsi daging ke masyarakat dengan mengkonsumsi daging ternak lain, antara lain ke daging domba maupun kambing. Langkah yang pertama membutuhkan waktu yang cukup lama dan pada akhirnya pengembangan peternakan hanya akan terfokus pada ternak sapi saja. Langkah kedua (langkah pendukung) merupakan langkah yang baik untuk melakukan kombinasi yang sinergis antara langkah utama dengan langkah pendukung yaitu meningkatkan konsumsi daging ke ternak lain seperti daging domba ataupun daging kambing. Saat ini konsumsi masyarakat Indonesia terhadap daging domba maupun kambing dapat dikatakan rendah dibandingkan konsumsi terhadap daging sapi. Sementara itu jumlah produksi daging domba dan kambing lebih tinggi dibandingkan jumlah konsumsinya (Tabel 3). Tabel 3. Neraca Daging Domba dan Kambing Nasional Tahun (Dalam Ribu Ton) Tahun Domba Kambing Produksi Konsumsi Produksi Konsumsi ,6 25,7 52,8 35, ,3 29,6 55,0 37,3 Total 80,9 55,3 107,8 73,1 Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan (2009) Ternak domba dan kambing memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan dengan ternak sapi maupun ternak lainnya. Hal ini berdasarkan pada keadaan alam yang baik dan keadaan sosial budaya yang sangat mendukung terutama terkait dengan mayoritas penduduk Warga Negara Indonesia beragama Islam. 3

19 Kedua hal tersebut merupakan faktor pendukung potensial bagi pengembangan peternakan domba dan kambing di Indonesia. Di Indonesia mayoritas Warga Negara Indonesia beragama Islam, dalam agama Islam terdapat kewajiban berkurban bagi yang mampu, dilaksanakan setiap tahun pada bulan Haji, yaitu dengan cara menyembelih hewan kurban termasuk diantaranya adalah domba dan kambing. Dalam Islam juga terdapat upacara atau ritual yang dinamakan aqiqah, yaitu berkurban untuk menunjukkan rasa syukur atas kelahiran anak. Pada bulan Haji berkurban tidak saja menyembelih domba atau kambing tetapi bisa dengan sapi, akan tetapi berbeda dengan aqiqah yang tidak bisa digantikan dengan menyembelih sapi. Aqiqah untuk kelahiran anak laki-laki dilakukan dengan menyembelih dua ekor domba atau kambing, sedangkan aqiqah untuk kelahiran anak perempuan dilakukan dengan menyembelih satu ekor domba atau kambing. Kedua upacara atau ritual kurban dalam Islam ini potensial bagi terbentuknya pasar domba dan kambing yang sangat besar. Selain itu, pada masyarakat juga terdapat berbagai ragam budaya yang dapat memberikan kontribusi terhadap pangsa pasar domba dan kambing, misalnya menyembelih domba dan kambing untuk acara hajatan baik pernikahan atau khitanan. Ternak domba dan kambing telah terbukti menjadi salah satu pilihan masyarakat akan kebutuhan daging ternak, jenis ternak ini juga sudah dikenal masyarakat untuk menjadi hewan peliharaan sebagian rakyat peternak Indonesia khususnya di tingkat pedesaan. Mengembangkan usaha ternak domba dan kambing secara otomatis akan membuka jalan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Sebagai salah satu komoditas unggulan di bidang peternakan, domba dan kambing memiliki prospek untuk terus dikembangkan. Hal ini sejalan dengan kebutuhan masyarakat pada ternak jenis ini. Berbagai upaya dilakukan oleh peternak untuk meningkatkan daya saing mereka. Sementara itu, pemerintah berperan melakukan pembinaan agar komoditas ini bisa menjadi salah satu jalan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pengembangan domba dan kambing sebagai salah satu ternak unggulan juga ditunjang dengan terdistribusinya komoditas ternak ini di berbagai pulau atau provinsi di seluruh wilayah Indonesia. 4

20 Tabel 4. Populasi Nasional Domba dan Kambing di Indonesia Tahun (Dalam Ribu Ekor) PROVINSI DOMBA KAMBING *) *) Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Maluku Papua Bangka Belitung Banten Total *Angka sementara Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) Berdasarkan Tabel 4 tersebut terlihat bahwa pada umumnya komoditas domba dan kambing terdistribusi di berbagai pulau atau provinsi di seluruh wilayah Indonesia atau menyebar di provinsi di seluruh Indonesia. Luasnya penyebaran populasi komoditas domba dan kambing tersebut membuktikan bahwa berbagai wilayah di tanah air memiliki tingkat kecocokan yang baik untuk pengembangan, baik kecocokan dari segi vegetasi, topografi, klimat, atau bahkan dari sisi sosial-budaya daerah setempat. 5

21 Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu wilayah terbaik untuk pengembangan ternak kambing setelah Provinsi Jawa Tengah (Tabel 4). Lokasi penyebaran kambing sangat cocok bila dikembangkan di Provinsi Jawa Tengah, pada provinsi tersebut populasi kambingnya adalah yang paling tinggi dibandingkan provinsi-provinsi lain di Indonesia yaitu ekor, sedangkan domba sangat cocok bila dikembangkan di Provinsi Jawa Barat, karena populasi domba di Provinsi Jawa Barat adalah yang paling tinggi di Indonesia yaitu sebanyak ekor atau mencapai 57,98 persen populasi domba nasional. Jawa Barat sebagai provinsi dengan populasi ternak domba terbesar secara nasional tidak kurang dari enam juta ekor atau sekitar 57,98 persen dari populasi ternak domba nasional, sehingga pantas dinyatakan sebagai provinsi domba. Selain itu domba yang ada di Jawa Barat dikenal sebagai plasma nutfah Domba Garut yang tidak dimiliki negara lain. Besarnya populasi domba di Jawa Barat dikarenakan semua Kabupaten di Jawa Barat memiliki ternak domba (Tabel 5). Tabel 5. Populasi Domba dan Kambing di Kabupaten Jawa Barat Tahun (Ekor) DOMBA Peningkatan Peningkatan KABUPATEN Pertahun (%) KAMBING Pertahun (%) Bogor , ,01 Sukabumi , ,72 Cianjur , ,45 Bandung , ,11 Garut , ,19 Tasikmalaya , ,09 Ciamis , ,22 Kuningan , ,29 Cirebon , ,61 Majalengka , ,71 Sumedang , ,11 Idramayu , ,55 Subang , ,17 Purwakarta , ,07 Karawang , ,45 Bekasi , ,93 Bandung Barat , ,49 TOTAL , ,58 Sumber: Dinas Peternakan Jawa Barat (2010) Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah penyumbang domba dan kambing di provinsi Jawa Barat. Populasi 6

22 domba dan kambing dari dua tahun terakhir mengalami peningkatan. Rata-rata pertumbuhan populasi domba yaitu 0,79 persen sedangkan rata-rata pertumbuhan populasi kambing 4,01 persen hal ini dikarenakan perhatian pemerintah daerah Kabupaten Bogor berkonsentrasi pada pengembangan komoditas domba dan kambing yang dianggap memiliki peluang yang baik untuk dikembangkan dalam memenuhi permintaan konsumen di luar Kabupaten Bogor seperti wilayah Jakarta, Depok dan sekitarnya (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor 2010). Dari Tabel 5 tersebut, walaupun peningkatan per tahun tertinggi domba dan kambing terdapat di Kabupaten Bekasi dan Karawang akan tetapi daerah tersebut merupakan daerah industri. Daerah tersebut pada masa yang akan datang tidak akan berpotensi lagi untuk peternakan karena lahan untuk peternakan sudah tergantikan oleh industri-industri dan perumahan sehingga tidak ada lagi wilayah untuk peternakan seperti ternak domba dan kambing. Kabupaten Bogor merupakan daerah yang berpotensi untuk peternakan domba dan kambing. Selain kondisi alam yang baik untuk peternakan, Kabupaten Bogor belum dipenuhi oleh industri-industri seperti yang ada di Kabupaten Bekasi dan Karawang. Kabupaten Bogor terdiri dari 40 kecamatan yang merupakan penghasil domba dan kambing. Data Dinas Peternakan Kabupaten Bogor pada tahun menjelaskan bahwa populasi domba terbesar terdapat pada Kecamatan Parung Panjang dengan peningkatan populasi sebesar 155,37 persen (Lampiran 1). Besarnya peningkatan populasi tersebut karena adanya peningkatan yang signifikan pada tahun 2009 sebesar ekor yang sebelumnya hanya 2009 ekor. Sedangkan populasi kambing terbesar terdapat di Kecamatan Cibinong dengan peningkatan populasi per tahun sebesar 66,31 persen (Lampiran 2). Kecamatan Ciawi merupakan salah satu kecamatan yang memiliki peternakan domba dan kambing di Kabupaten Bogor. Walaupun peningkatan jumlah populasi domba dan kambing sedikit dibandingkan dengan kecamatan lainnya, Kecamatan Ciawi merupakan daerah yang berpotensi karena selain memiliki iklim yang sesuai untuk peternakan domba dan kambing kecamatan ini merupakan daerah yang strategis untuk pemasaran domba dan kambing ke daerah Jabodetabek yang merupakan daerah perkotaan dan daerah industri yang tidak lagi memiliki potensi lahan untuk peternakan domba maupun kambing. 7

23 Tabel 6. Perkembangan Populasi Domba dan Kambing di Kecamatan Ciawi Tahun Peningkatan Jenis Ternak Tahun (Ekor) Rata-rata Per Tahun (%) Domba (1,86) Kambing (2,28) Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (2010) Berdasarkan Tabel 6, populasi ternak domba di Kecamatan Ciawi mengalami penurunan tetapi tidak sebesar penurunan pada ternak kambing. Jika dilihat dari rata-rata pertumbuhan populasi dari tahun 2006 hingga 2010 populasi ternak domba mengalami penurunan 1,86 persen tiap tahunnya begitu juga dengan ternak kambing yang menurun rata-rata tiap tahunnya 2,28 persen. Minimnya peningkatan populasi domba dan kambing di Kecamatan Ciawi tersebut dikarenakan masyarakat Kecamatan Ciawi masih sedikit yang memiliki peternakan domba dan kambing. Peternakan yang terdapat pada Kecamatan Ciawi umumnya masih skala rumah tangga yang merupakan pekerjaan sampingan untuk mendapatkan tambahan pendapatan. Adanya pertumbuhan ekonomi nasional yang berkorelasi positif dengan peningkatan daya beli masyarakat terhadap kebutuhan non primer yaitu daging domba dan kambing maka akan menyebabkan ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran daging domba dan kambing yang terus meningkat dan tidak mampu ditutupi dengan penawaran yang ada. Hal ini mengindikasikan adanya peluang usaha yang prospektif pada subsektor peternakan domba dan kambing. Salah satu peternakan yang memanfaatkan peluang tersebut adalah peternakan milik Bapak Sarno yang berada di Desa Citapen. Peternakan milik Bapak Sarno merupakan peternakan yang terbesar yang terdapat di Desa Citapen. Peternak lain yang berada di Desa Citapen masih memiliki skala yang kecil, yaitu skala rumah tangga yang terdiri dari dua hingga sepuluh ekor dan hanya merupakan usaha sampingan. Sedangkan Peternakan milik Bapak Sarno merupakan usaha yang besar karena memiliki lebih dari seratus ekor ternak dan peternakan tersebut merupakan usaha utama. Dalam melaksanakan usaha, modal 8

24 yang dibutuhkan tidak sedikit. Oleh karena itu, diperlukan analisis kelayakan usaha untuk menghindari kerugian dari modal yang akan diinvestasikan. 1.2 Perumusan Masalah Peternakan domba dan kambing terutama penggemukan merupakan salah satu jenis usaha agribisnis yang memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan. Desa Citapen adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Ciawi dan berpotensi untuk penggemukan domba dan kambing. Hal ini disebabkan karena desa tersebut memiliki iklim yang sesuai dengan penggemukan. Desa Citapen berada pada ketinggian tempat antara 450 m dpl sampai dengan 800 m dpl. Drainase baik dan sangat cocok untuk diusahakan berbagai jenis tanaman pangan, hortikultura dan juga pemeliharaan ternak. Secara topografi iklim di wilayah Desa Citapen adalah beriklim tropis atau basah dengan suhu rata rata antara 20 o C sampai 32 o C dengan keasaman tanah (ph) antara 4,5 sampai 7. Di Desa Citapen terdapat dua puluh peternak domba dan kambing salah satu peternak yang mengusahakan penggemukan domba dan kambing adalah Bapak Sarno. Bapak Sarno telah memulai usahanya sejak tahun Produk yang ditawarkan berupa domba dan kambing hidup. Saat ini harga domba dan kambing bisa mencapai rupiah per ekor. Walaupun harga domba dan kambing dari tahun ke tahun semakin meningkat akan tetapi tidak mengakibatkan permintaan terhadap domba dan kambing tersebut menurun. Domba dan kambing hidup yang ditawarkan tidak saja untuk memenuhi pasokan untuk daerah Bogor akan tetapi juga daerah Jakarta, Depok dan Bekasi. Permintaan terhadap domba dan kambing terus meningkat terutama pada saat Hari Raya Idul Adha. Menurut pemilik, jumlah produksi domba dan kambing belum mampu memenuhi kebutuhan pasar karena banyak permintaan pasar yang tidak terpenuhi (Tabel 7). Tabel 7. Data Permintaan Domba dan Kambing Milik Bapak Sarno Tahun Jenis Penjualan (Ekor) Permintaan (Ekor) Ternak Domba Kambing Total

25 Untuk memenuhi permintaan dan meningkatkan pendapatan, maka Bapak Sarno sebagai pemilik berencana untuk mengembangkan usahanya dengan menambah investasi berupa penambahan kandang baru. Pemilik berencana untuk menambah jumlah domba dan kambing sebanyak 120 ekor, yang masing-masing 60 ekor. Namun kapasitas kandang hanya mampu menampung 150 ekor ternak. Jika domba dan kambing terlalu banyak maka kapasitas kandang tidak akan muat sehingga perlu membangun kandang baru. Selain harga domba dan kambing yang cukup tinggi perlu dana investasi yang besar untuk membangun kandang baru. Penambahan investasi ini memerlukan biaya yang cukup besar, sedangkan modal merupakan sumberdaya terbatas sehingga perlu dilakukan analisis kelayakan pengembangan usaha. Analisis kelayakan usaha ini dilihat dari beberapa aspek yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, ekonomi dan lingkungan, aspek hukum serta aspek finansial. Aspek finansial yang akan dilakukan dibagi menjadi dua yaitu kondisi peternakan sebelum pengembangan (kondisi aktual) dan kondisi peternakan pada saat pengembangan yaitu penambahan ternak kambing dan domba serta pembangunan kandang baru. Kondisi peternakan sebelum pengembangan yaitu sebelum ada penambahan jumlah ternak domba dan kambing serta dengan kandang yang secara teknis belum sesuai dengan syarat-syarat kandang yang baik seperti tidak ada ukuran antara kandang domba dan kambing, antara domba dan kambing tidak dipisahkan. Sedangkan pada kondisi setelah pengembangan yaitu dengan penambahan domba dan kambing, kandang yang dibangun disesuaikan dengan ukuran untuk domba dan kambing, antara domba dan kambing dipisahkan. Selain itu, kandang dibuat jarak agar mobil pengangkut dapat langsung masuk ke kandang sehingga pada saat ternak datang dan akan dijual pengangkutan domba dan kambing tidak lagi sulit dilakukan. Usaha penggemukan domba dan kambing memiliki beberapa ketidakpastian yang memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan yang akan mempengaruhi kelayakan usaha. Perubahan-perubahan tersebut seperti kenaikan harga bakalan ternak domba dan kambing dan penurunan harga penjualan. Harga domba dan kambing terus berfluktuasi sehingga mempengaruhi kelayakan 10

26 pengembangan usaha penggemukan domba dari aspek finansial oleh karena itu perlu dilakukan analisis switching value. Berdasarkan hal tersebut, maka terdapat beberapa masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini antara lain: 1) Bagaimana kelayakan usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno berdasarkan aspek nonfinansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya serta aspek lingkungan baik pada kondisi sebelum maupun setelah pengembangan? 2) Bagaimana kelayakan usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno pada aspek finansial berdasarkan kriteria investasi baik pada kondisi sebelum maupun setelah pengembangan? 3) Bagaimana usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno jika terjadi penurunan harga penjualan dan peningkatan biaya pembelian bakalan baik pada kondisi sebelum maupun setelah pengembangan? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Menganalisis kelayakan usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno berdasarkan aspek nonfinansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, serta aspek lingkungan pada kondisi sebelum maupun setelah pengembangan. 2) Menganalisis usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno pada aspek finansial berdasarkan kriteria investasi pada kondisi sebelum dan setelah pengembangan. 3) Menganalisis kelayakan finansial usaha penggemukan domba dan kambing dengan switching value apabila terjadi kenaikan harga bakalan dan penurunan harga penjualan. 11

27 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, yakni: 1) Bagi penulis, penelitian ini akan melatih dan menambah kemampuan penulis dalam berkomunikasi dengan pihak pengusaha, masyarakat maupun pihakpihak terkait serta meningkatkan kemampuan penulis dalam mengaplikasikan teori-teori yang telah diperoleh di perkuliahan. 2) Bagi pemilik, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan informasi yang bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam menjalankan usaha serta kelayakan usaha untuk keberlanjutannya. 3) Bagi masyarakat luas terutama para peternak domba dan kambing, sebagai bahan masukan dan informasi dalam melakukan usaha penggemukan domba dan kambing. 4) Bagi mahasiswa dan pihak yang membutuhkan informasi tentang penggemukan domba dan kambing, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi serta sebagai sumber literatur dan menambah wawasan mengenai usaha penggemukan domba dan kambing. 12

28 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penggemukan Domba dan Kambing Ternak domba dan kambing memiliki potensi pengembangan yang cukup besar. Ternak domba dan kambing mudah dikembangkan, memiliki sistem pemeliharaan yang relatif mudah dilakukan, siklus reproduksi relatif singkat, serta ternak domba dan kambing merupakan ternak yang lebih tahan terhadap berbagai penyakit daripada ternak lainnya. Penelitian mengenai penggemukan domba dan kambing telah banyak dilakukan oleh para peneliti maupun balai penelitian dan pengembangan peternakan. Umumnya usaha penggemukan domba dan kambing dilakukan di daerah pedesaan. Hal ini dikarenakan sumber pakan yang diperoleh mudah didapat seperti pakan hijauan berupa dedaunan dan rumput. Namun ada beberapa peternak yang memberikan pakan tambahan selain dedaunan dan rumput seperti penelitian yang dilakukan Priyanto dan Rusdiana (2008) yang berjudul Analisis Ekonomi Penggemukan Ternak Domba Jantan Berbasis Tanaman Ubi Kayu di Perdesaan. Pengamatan usaha ternak domba jantan dilakukan di Kecamatan Ciemas dengan dua model perlakuan dan kontrol. Ternak domba dikandangkan selama empat bulan. Pemberian pakan berupa ubi kayu dengan kombinasi daun ubi kayu baik kering, layu maupun segar yang diberikan satu kali dalam sehari Untuk menutupi kekurangan gizi diberi tambahan pakan penguat seperti dedak padi dan ampas tahu pada domba perlakuan. Sedangkan domba kontrol hanya diberikan pakan hijauan (rumput gajah) dan sisa limbah pertanian. Analisis yang digunakan adalah analisis ekonomi B/C ratio dan uji regresi linier yang digunakan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ternak domba. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil yaitu ternak yang memperoleh pakan perlakuan menunjukkan pertumbuhan bobot hidup yang lebih baik dibandingkan dengan domba kontrol. Ternak dengan pakan perlakuan menunjukkan peningkatan bobot hidup rata-rata 9,38 kilogram per ekor sedangkan pada domba kontrol hanya 5,59 kilogram per ekor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerimaan dari hasil usaha penggemukan ternak domba skala 50 ekor memberikan keuntungan sebesar rupiah per periode.

29 Pemberian pakan berupa ubi jalar dan dedak padi pada ternak kambing juga dilakukan pada penelitian Farida (1998) yang berjudul Pengimbuhan konsentrat pada ransum penggemukan kambing muda di Wamena, Irian Jaya. Penelitian ini menggunakan dua belas ekor Kambing Kacang muda dengan umur empat sampai enam bulan. Penelitian dilakukan selama empat bulan untuk mengetahui pengaruh pengimbuhan konsentrat berupa ubi jalar dan dedak padi terhadap konsumsi dan perkembangan kambing muda. Hasil penelitian ini menunjukkan pengimbuhan ubi jalar dan dedak padi masing-masing sebanyak 300 gram per ekor per hari ke dalam ransum ternyata meningkatkan konsumsi bahan kering, protein, lemak, bahan ekstrak tanpa N, kecernaan bahan kering serta tingginya pertambahan bobot badan harian dan angka konversi pakan yang baik. Penggemukan kambing juga dilakukan dengan cara yang berbeda seperti berkelompok dengan bergabung pada kelompok tani maupun secara individu, namun masih memberikan pakan tambahan berupa pakan konsentrat yaitu dedak. Pada penelitian yang dilakukan oleh Jakfar dan Irwan (2010) yang berjudul Analisis Ekonomi Penggemukan Kambing Kacang Berbasis Sumber Daya Lokal. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode On Farm Research (OFR) dan dilaksanakan di lahan petani dengan mengikut sertakan sepuluh orang petani yang tergabung dalam kelompok tani (petani kooperator). Sebagai pembanding atau kontrol dipilih lima orang petani (non kooperator) yang berlokasi di sekitar tempat penelitian. Hasil penelitian menunjukkan penggemukan kambing pola kooperator memperoleh berat badan lebih tinggi dibandingkan non kooperator, yaitu rata-rata sebesar 11,62 kilogram per ekor atau rata-rata sebesar 96,83 gram per ekor per hari selama empat bulan dan memperoleh keuntungan sebesar rupiah. Selanjutnya, kinerja ekonomi diperoleh nilai R/C ratio yaitu 1,32. Usaha penggemukan ternak kambing lokal dengan menggunakan skala usaha sepuluh ekor ternak kambing dengan pola kooperator (perlakuan) memperoleh keuntungan lebih tinggi yaitu rupiah selama empat bulan dibandingkan dengan usaha penggemukan kambing lokal dengan menggunakan skala usaha enam ekor dengan pola non kooperator (kontrol) yaitu rupiah selama empat bulan. Perbedaan ini disebabkan pertambahan berat hidup ternak kambing yang dihasilkan pola perlakuan 14

30 menggunakan tambahan konsentrat (dedak). Sedangkan pertambahan berat hidup ternak kambing yang dihasilkan kontrol tidak menggunakan pakan tambahan. Pemberian konsentrat pada pengemukan domba dan kambing tidak selamanya menguntungkan, karena biaya yang dikeluarkan untuk pakan tersebut lebih banyak dibandingkan hasil yang didapat seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Dodo (2007) yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha Ternak Kambing Melalui Penelitian Aksi Partisipatif. Penelitian ini dilakukan pada kelompok tani Harapan Mekar, Situ Gede, Bogor, Jawa Barat. Kelompok tani Harapan Mekar memiliki 76 kelompok peternak kambing. Hasil analisis nonfinansial menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan pada perluasan kandang tanpa menggunakan konsentrat, yaitu nilai p value koefisien teknis 0,000 (< 0,005). Sedangkan pada perluasan kandang dengan menggunakan konsentrat menunjukkan bahwa usaha ini tidak layak untuk dijalankan, yaitu nilai p value koefisien teknis 0,147 (>0,005). 2.2 Penelitian Terdahulu Studi Kelayakan Bisnis Penelitian mengenai analisis kelayakan usaha ternak domba dan kambing telah banyak dilakukan. Namun pada peternakan Bapak Sarno belum pernah dilakukan sebelumnya. Deskripsi tentang studi terdahulu diperoleh dari hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan topik yang sama yaitu tentang analisis kelayakan usaha ternak domba dan kambing, baik berupa pengembangan maupun evaluasi usaha yang telah dijalankan. Penelitian tentang kelayakan finansial penggemukan kambing dan domba yang dilakukan oleh Fitrial (2009) pada Mitra Tani Farm berlokasi di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Hasil analisis menunjukkan bahwa secara non finansial, aspek pasar dan manajemen layak untuk dijalankan. Sementara aspek lainnya seperti aspek teknis dan aspek hukum tidak terlalu dibahas secara keseluruhan. Berbeda dengan penelitian Widodo (2010) mengenai analisis kelayakan usaha penggemukan domba pada Agrifarm di Desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Hasil analisis ini menyatakan bahawa usaha tersebut layak pada aspek non finansial. Berdasarkan aspek pasar, peluang pasar masih terbuka karena masih adanya gap yang cukup besar antara 15

31 permintaan dan penawaran. Untuk aspek teknis, variabel utama faktor pendukung jalannya usaha pada aspek ini menunjukkan adanya keberpihakan yang cukup baik sehingga proses produksi dapat berjalan dengan baik. Berdasarkan aspek manajemen, usaha penggemukan domba Agrifarm telah melakukan pembagian kerja meski dengan struktur yang sederhana. Berdasarkan aspek sosial, usaha ini cenderung tidak merusak lingkungan dan justru mampu menyerap tenaga kerja. Perbedaan ini dikarenakan aspek non finansial belum ada keseragaman yang pasti tentang aspek apa saja yang menjadi acuan untuk diteliti. Namun pada penelitian yang dilakukan Rosid (2009) mengenai evaluasi kelayakan usaha ternak kambing perah Peranakan Ettawa (PE). Aspek non finansial meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial saling berkaitan satu sama lain dan saling mendukung. Bila salah satu aspek kurang memenuhi kriteria kelayakan maka perlu dilakukan perbaikan atau tambahan untuk memenuhi kriteria kelayakan aspek nonfinansial. Dalam membuat perkiraan pendapatan yang akan diperoleh di masa yang akan datang perlu dilakukan perhitungan secara cermat dengan membandingkan data dan informasi yang ada sebelumnya. Begitu pula perkiraan dengan biayabiaya yang akan dikeluarkan selama periode tertentu. Pada aspek finansial asumsi-asumsi tersebut ditunjukkan dalam aliran cash atau cash flow perusahaan selama periode usaha. Dibuatnya aliran kas perusahaan kemudian dinilai kelayakan investasi tersebut melalui kriteria kelayakan investasi bertujuan untuk menilai apakah investasi tersebut layak atau tidak dijalankan dilihat dari aspek keuangan (financial). Alat ukur yang digunakan untuk menentukan kelayakan suatu usaha berdasarkan kriteria investasi umumnya sama yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net B/C dan Payback Period (PP). Walaupun demikian, hasil yang diperoleh dari tiap usaha berbeda-beda. Tidak hanya tergantung pada jenis usaha saja namun besar kecilnya usaha dan cara pengelolaan juga mengakibatkan nilai yang didapat berbeda. Penelitian yang dilakukan oleh Fitrial (2009), mengenai analisis aspek finansial usaha penggemukan kambing dan domba peternakan Mitra Tani Farm dengan umur ekonomis usaha selama lima tahun, tingkat diskonto 8,5 persen diperoleh nilai 16

32 NPV sebesar rupiah, Net B/C dan Gross B/C sebesar 2,53, IRR sebesar 11,7 persen dan PP selama 1,5 tahun. Hasil dari analisis yang diperoleh masing-masing kriteria investasi tersebut sesuai dengan nilai indikator yang ditetapkan sehingga usaha penggemukan kambing dan domba layak untuk dijalankan. Sedangkan pada penelitian Widodo (2010) yang hanya memiliki produk berupa domba, pada aspek finansial hasil analisis ini menyatakan bahwa aspek finansial yang meliputi NPV, IRR, Net B/C, PP dan BEP, usaha penggemukan domba pada Agrifarm ini layak untuk dilaksanakan. Hal ini dapat dilihat dari analisis finansial yang menunjukkan NPV lebih besar dari nol yaitu rupiah, IRR sebesar 43 persen, dimana lebih besar dari discount rate sebesar 6,5 persen. Nilai Net B/C lebih besar dari satu, yaitu 2,93. Payback Period (PP) yang diperoleh adalah sebesar 3,3 tahun atau sama dengan 3 tahun 3 bulan, dimana masih lebih kecil dari umur proyek serta nilai Break Even Point (BEP) usaha penggemukan domba Agrifarm ini adalah sebanyak 532 ekor. Penelitian mengenai analisis kelayakan usaha ternak kambing melalui penelitian aksi partisipatif yang dilakukan oleh Dodo (2007), hasil analisis finansial pada penelitian ini menunjukkan pada perluasan kandang tanpa menggunakan konsentrat menunjukkan bahwa usaha ini menguntungkan dan layak untuk dijalankan yaitu nilai NPV rupiah, nilai IRR 41,6 persen, dan nilai PP 2,4 tahun. Selain itu, usaha ini lebih menguntungkan jika diarahkan pada pinjaman semi komersial (tanpa bunga), yaitu nilai Profit Margin 24,11 persen (lebih besar dari nilai Profit Margin pada pinjaman komersial, yaitu 19,86 persen). Oleh karena itu, dalam perhitungan analisis kriteria investasi hanya dilakukan pada pinjaman semi komersial (tanpa bunga). Untuk memenuhi kebutuhan investasi, modal dapat dicari dari berbagai sumber dana yang ada. Sumber dana yang dicari dapat dipilih, seperti menggunakan modal sendiri atau modal pinjaman. Penggunaan masing-masing modal memiliki keuntungan dan kerugian. Hal ini dapat dilihat dari segi biaya, waktu, persyaratan untuk memperolehnya dan jumlah yang dapat dipenuhi. Penelitian mengenai evaluasi kelayakan usaha ternak kambing perah Peranakan Ettawa (PE) yang dilakukan oleh Rosid (2009) berbeda dengan Fitrial (2009) dan Widodo (2010), penelitian yang dilakukan oleh Fitrial dibagi menjadi 17

33 dua skenario. Skenario I (modal sendiri dan pinjaman) dan skenario II yaitu modal sendiri. Hasil analisis kriteria kelayakan finansial, usaha Peternakan Unggul berdasarkan dua skenario menunjukan bahwa skenario I dilihat dari kriteria NPV, IRR, Net B/C dan PP lebih menguntungkan dibandingkan dengan skenario II. Masing-masing nilai yang diperoleh yaitu NPV sebesar rupiah, IRR sebesar 127 persen, Net B/C sebesar 5,77 dan PP 2,01 tahun atau setara dengan dua tahun tiga hari. Skenario II hasil yang diperoleh dari pendekatan NPV nilai yang diperoleh adalah rupiah, IRR sebesar 44 persen, Net B/C sebesar 1,61 dan PP 6,88 tahun. Dalam beberapa penelitian analisis kelayakan usaha para peneliti melakukan analisis nilai pengganti (switching value), analisis ini dilakukan untuk menguji kepekaan setiap perubahan kenaikan harga input dan penurunan otput (penjualan). Fitrial (2009) melalui pendekatan nilai analisis switching value menunjukan usaha tersebut dapat mentolerir kenaikan harga input mencapai 5,34 persen dan penurunan kuantitas penjualan output sebesar 4,79 persen. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Dodo (2007) berdasarkan hasil analisis sensitivitas dengan menurunkan harga jual ternak pada usaha perluasan kandang tanpa menggunakan pakan konsentrat dengan menggunakan metode switching value menunjukkan bahwa usaha ini layak dijalankan selama penurunan harga ternaknya tidak lebih dari atau sama dengan delapan persen. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Widodo (2010) berdasarkan analisis switching value, penurunan volume penjualan pada peternakan Agrifarm lebih berpengaruh dibandingkan dengan peningkatan biaya operasional. Batas penurunan volume penjualan ternak agar usaha ini tetap layak dilaksanakan adalah sebesar 3, persen, sedangkan batas peningkatan biaya operasional adalah sebesar 6,97746 persen. Berbeda lagi dengan penelitian yang dilakukan Rosid (2009), dengan menggunakan dua skenario. Analisis switching value pada skenario I diperoleh tingkat penurunan harga susu yang dapat ditolerir sebesar 30,16 persen dan kenaikan biaya yang dapat ditolerir sebesar 55,43 persen. Sedangkan skenario II diperoleh tingkat kepekaan terhadap penurunan harga susu kambing sebesar 13,03 persen. Peningkatan biaya variabel diperoleh sebesar 18,52 persen. Hasil perbandingan tersebut menunjukkan skenario II lebih peka 18

34 atau sensitif terhadap perubahan baik dari penurunan harga susu maupun kenaikan biaya variabel. Semakin sensitif terhadap suatu perubahan dampak usaha yang akan dijalankan semakin berisiko. Perbandingan switching value pada usaha Peternakan Unggul yaitu skenario II lebih peka atau sensitif dibandingkan skenario I, hal ini dikarenakan pada skenario II kemampuan usaha kambing perah PE dengan kapasitas kandang sebanyak 50 ekor ternak kambing dan kemampuan investasi awal sebanyak 21 ekor, penerimaan outflow yang dikeluarkan lebih besar dibandingkan inflow yang dihasilkan sehingga kurang efisien menggunakan biaya investasi yang ditanamkan. 2.3 Penelitian yang Akan Dilakukan Penelitian yang akan dilakukan ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Persamaan dengan penelitian terdahulu terletak pada alat analisis yang digunakan, dimana penelitian yang akan dilakukan mengenai Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Penggemukan Domba dan Kambing di Peternakan Bapak Sarno Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat ini menggunakan analisis studi kelayakan bisnis yang meliputi beberapa aspek yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek ekonomi dan sosial, serta aspek lingkungan. Persamaan lainnya dengan penelitian yang telah dilakukan Fitrial (2009), Rosid (2009) dan Widodo (2010) yaitu melakukan analisis nilai pengganti (switching value) untuk mengetahui kekuatan perusahaan dengan kondisi yang berubah-ubah. Oleh karena itu penelitian terdahulu digunakan sebagai referensi mengenai alat analisis yang digunakan pada penelitian yang akan dilakukan. Perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian sebelumnya yaitu perbedaan lokasi penelitian dimana penelitian ini akan dilakukan di Peternakan Bapak Sarno Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Selain itu, penelitian yang akan dilakukan membandingkan kondisi peternakan sebelum dan sesudah pengembangan dengan menganalisis dari beberapa aspek yaitu aspek pasar, teknis, manajemen, aspek sosial dan ekonomi, lingkungan, aspek hukum serta aspek finansial yang akan dibagi menjadi dua yaitu kondisi peternakan pada awal sebelum pengembangan dan kondisi 19

35 peternakan pada saat pengembangan yaitu penambahan kambing dan domba serta pembangunan kandang baru. Disamping itu secara teknis ditambahkan teknologi yaitu kandang yang dibangun disesuaikan dengan ukuran untuk domba dan kambing, serta antara domba dan kambing dipisahkan. Pada aspek finansial untuk menilai kelayakan usaha, umumnya semua peneliti menggunakan alat analisis yang sama yaitu kriteria investasi seperti Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period (PP). Pada aspek finansial kelayakaan suatu usaha dapat ditentukan dengan hasil keluaran nilai dari kriteria investasi tersebut, karena kriteria tersebut memiliki nilai yang baku dan telah ditentukan nilai kelayakannya. Usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno dikatakan layak yang artinya usaha tersebut menguntungkan atau memberikan manfaat apabila nilai NPV>0, Net B/C>1, IRR lebih besar dari Discount Rate (DR), dan PP lebih kecil dari umur usaha. Dengan demikian peneliti dapat menilai apakah usaha yang diteliti layak atau tidak untuk dijalankan. Namun pada aspek nonfinansial tidak ada nilai yang baku untuk menilai apakah aspek-aspek nonfinansial layak atau tidak untuk dijalankan. Akan tetapi ada beberapa kriteria-kriteria aspek nonfinansial yang dapat menilai apakah usaha tersebut layak dijalankan atau tidak. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya umumnya hanya memaparkan keadaan atau mendeskripsikan aspek-aspek nonfinansial. Namun pada penelitian yang dilakukan, peneliti mencoba untuk memberikan kriteria kelayakan aspek nonfinansial ditinjau dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial dan ekonomi, serta aspek lingkungan. Kriteria kelayakan aspek nonfinansial setiap usaha berbeda-beda, setiap usaha memiliki kriteria kelayakan aspek nonfinansial masing-masing berdasarkan jenis usahanya. Walaupun nilainya tidak baku akan tetapi kriteria kelayakan dapat dipenuhi. Pada aspek pasar kriteria kelayakan usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno dilihat dari peluang pasar dan strategi bauran pemasaran (produk, harga, tempat, promosi). Aspek pasar dikatakan layak apabila peluang pasar usaha penggemukan domba dan kambing menunjukkan peluang 20

36 yang tinggi atau permintaan lebih besar dari penawaran ternak domba dan kambing. Produk yang ditawarkan merupakan produk yang diinginkan dan dibutuhkan konsumen dan sesuai dengan permintaan konsumen. Produk juga memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan dengan produk lain yang sejenis. Untuk harga, usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno harus sesuai dengan produk yang ditawarkan dan memiliki harga bersaing dengan peternak lainnya. Tempat penjualan mudah ditemukan oleh konsumen sehingga konsumen tidak mengalami kesulitan untuk membeli domba maupun kambing. Promosi juga harus dilakukan untuk meningkatkan jumlah penjualan sehingga memperoleh keuntungan yang tinggi pula. Pada aspek teknis usaha penggemukan domba dan kambing, kriteria kelayakan usaha akan dilihat dari lokasi usaha apakah sesuai dengan ketersediaan bahan baku, letak pasar yang dituju, supply tenaga kerja, serta fasilitas transportasi. Selain itu juga pemilihan lokasi dilihat dari hukum dan peraturan yang berlaku seperti adanya ijin bangunan. Keadaan iklim yang mendukung untuk usaha penggemukan domba dan kambing, sikap masyarakat setempat (adat istiadat) yang mendukung atau tidak dengan adanya usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno serta rencana masa depan usaha apabila melakukan perluasan atau pengembangan usaha apakah masih memungkinkan untuk dilaksanakan di tempat yang sama. Jumlah produksi (penggemukan domba dan kambing) juga dipertimbangkan, apakah permintaan telah diketahui terlebih dahulu sehingga jumlah ternak yang akan digemukkan diketahui. Tersedianya kapasitas kandang dan peralatan yang dibutuhkan. Jumlah dan kemampuan tenaga kerja mengelola peternakan serta adanya perubahan teknologi yang dapat mendukung usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno. Proses produksi juga diperhatikan dimulai dari datangnya bakalan domba dan kambing ke kandang hingga domba dan kambing tersebut dijual ke konsumen. Selain itu, layout usaha juga diperhatikan sehingga proses penggemukan domba dan kambing mudah untuk dilakukan, penggunaan lahan yang optimal dan memungkinkan dengan mudah jika usaha melakukan pengembangan. 21

37 Pada aspek manajemen, kriteria kelayakan usaha yang dilihat adalah pelaksanaan usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno, manajemen bentuk organisasi, struktur organisasi, dan deskripsi pekerjaan yang dilakukan tiap-tiap jabatan. Sedangkan untuk aspek hukum, hal yang akan dianalisis adalah bentuk badan usaha yang akan digunakan yang berkaitan dengan kekuatan hukum serta melihat adanya jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana berupa pinjaman ke lembaga keuangan seperti bank. Pada aspek ekonomi usaha penggemukan domba dan kambing kriteria kelayakan usaha yang dilihat adalah seberapa besar usaha tersebut mempunyai dampak terhadap masyarakat sekitarnya. Dengan adanya usaha tersebut apakah dapat memberikan peluang peningkatan pendapatan masyarakat dan dapat menyerap tenaga kerja dari masyarakat sekitar sehingga mengurangi jumlah pengangguran. Pada aspek lingkungan, kriteria kelayakan usaha pada penggemukan domba dan kambing yang dilihat adalah bagaimana pengaruh usaha penggemukan domba dan kambing tersebut terhadap lingkungan udara, tanah, air dan sekitarnya, apakah dengan adanya usaha tersebut menciptakan lingkungan semakin baik atau semakin rusak. Adanya kriteria atau indikator kelayakan usaha pada aspek nonfinansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek hukum, aspek manajemen, aspek sosial ekonomi dan aspek lingkungan pada usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno, maka penelitian ini dapat melengkapi kekurangan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Fitrial (2009), Rosid (2009) Widodo (2010), dan Dodo (2007), yang hanya mendeskripsikan aspek-aspek nonfinansial. Dengan adanya kriteria tersebut maka peneliti dapat menilai apakah usaha penggemukan domba dan kambing tersebut layak atau tidak apabila ditinjau dari aspek nonfinansial. 22

38 III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Investasi Kasmir dan Jakfar (2009) menyatakan bahwa investasi adalah penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu relatif panjang dalam berbagai bidang usaha. Penanaman modal yang ditanamkan dalam arti sempit berupa proyek tertentu baik bersifat fisik ataupun nonfisik, seperti proyek pendirian pabrik, jalan, jembatan, pembangunan gedung dan proyek penelitian dan pengembangan. Investasi dapat dilakukan dalam berbagai bidang usaha, oleh karena itu investasi dapat dibagi dalam beberapa jenis yaitu: 1) Investasi nyata (real investment) Investasi nyata atau real investment merupakan investasi yang dibuat dalam harta tetap (fixed asset) seperti tanah, bangunan, peralatan atau mesin-mesin. 2) Investasi finansial (financial investment) Investasi finansial atau financial investment merupakan investasi dalam bentuk kontrak kerja, pembelian saham atau obligasi atau surat berharga lainnya seperti sertifikat deposito. Bagi perusahaan yang didirikan untuk tujuan profit, hal utama yang perlu dipikirkan adalah seberapa pengembalian dana yang ditanam di proyek tersebut agar segera kembali. Sebelum perusahaan dijalankan, maka terlebih dahulu perlu dihitung apakah proyek atau usaha yang akan dijalankan benar-benar dapat mengembalikan uang yang telah diinvestasikan dalam proyek tersebut dalam jangka waktu tertentu dan dapat memberikan keuntungan finansial lainnya sesuai yang diharapkan. Agar tujuan perusahaan tersebut dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang diinginkan, maka apabila ingin melakukan investasi sebaiknya didahului dengan suatu studi. Tujuannya adalah untuk menilai apakah investasi yang akan ditanamkan layak atau tidak untuk dijalankan atau dengan kata lain jika usaha tersebut dijalankan akan memberikan manfaat atau tidak. Penilaian investasi dalam studi kelayakan bisnis bertujuan untuk menghindari terjadinya keterlanjutan investasi yang tidak menguntungkan karena

39 bisnis yang tidak layak. Karena kekeliruan dan kesalahan dalam menilai investasi akan menyebabkan kerugian dan risiko yang besar. Gittinger (1986) mengungkapkan bahwa kegiatan investasi yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-barang kapital yang dapat menghasilkan keuntungankeuntungan atau manfaat-manfaat setelah beberapa periode waktu. Secara umum, bisnis merupakan kegiatan yang mengeluarkan biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil atau benefit dan secara logika merupakan wadah untuk melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan, pembiayaan, dan pelaksanaan dalam satu unit bisnis. Mankiw (2007) menyatakan bahwa investasi tergantung pada tingkat bunga. Penurunan tingkat bunga riil akan mengurangi biaya modal. Karena itu, hal ini meningkatkan jumlah laba dari kepemilikan modal dan meningkatkan insentif untuk mengakumulasi lebih banyak modal. Demikian pula, kenaikan tingkat bunga riil akan meningkatkan biaya modal dan menyebabkan perusahaan menurunkan investasi. Karena itu, kurva investasi yang mengaitkan investasi dengan tingkat bunga akan miring ke bawah (Gambar 1). Tingkat bunga riil, r r 1 r 2 Investasi, I I 1 I 2 Sumber : Mankiw (2007) Makroekonomi, Edisi Keenam. Gambar 1. Fungsi Investasi dan Tingkat Bunga Riil Gambar 1 menunjukkan bahwa investasi tetap bisnis naik ketika tingkat bunga turun. Hal tersebut dikarenakan tingkat bunga yang lebih rendah 24

40 menurunkan biaya modal dan karena itu memiliki modal menjadi lebih menguntungkan Studi Kelayakan Bisnis Kelayakan artinya penelitian yang dilakukan secara mendalam untuk menentukan apakah usaha yang akan dijalankan akan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan (Kasmir dan Jakfar, 2009). Dengan kata lain kelayakan dapat diartikan bahwa usaha yang dijalankan akan memberikan keuntungan finansial dan nonfinansial sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Layak di sini diartikan juga akan memberikan keuntungan tidak hanya bagi perusahaan yang menjalankannya, tetapi juga bagi investor, kreditor, pemerintah, dan masyarakat luas. Menurut Johan (2011) bisnis didefinisikan sebagai sebuah kegiatan atau aktifitas yang mengalokasikan sumber-sumber daya yang dimiliki ke dalam suatu kegiatan produksi yang menghasilkan barang atau jasa, dengan tujuan barang dan jasa tersebut bisa dipasarkan kepada konsumen agar dapat memperoleh keuntungan atau pengembalian hasil. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Kasmir dan Jakfar (2009), bisnis adalah usaha yang dijalankan yang tujuan utamanya untuk memperoleh keuntungan. Studi kelayakan adalah sebuah studi untuk mengkaji secara komprehensif dan mendalam terhadap kelayakan sebuah usaha (Johan, 2011). Layak atau tidak layak dijalankannya sebuah usaha merujuk pada hasil pembandingan semua faktor ekonomi yang akan dialokasikan ke dalam sebuah usaha atau bisnis baru dengan hasil pengembaliannya yang akan diperoleh dalam jangka waktu tertentu. Menurut Kasmir dan Jakfar (2009), studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan. Sedangkan menurut Suliyanto (2010), studi kelayakan bisnis merupakan penelitian yang bertujuan untuk memutuskan apakah sebuah ide bisnis layak untuk dilaksanakan atau tidak. Sebuah ide bisnis dinyatakan layak untuk dilaksanakan jika ide tersebut dapat mendatangkan manfaat yang lebih besar bagi semua pihak (stake holder) dibandingkan dampak negatif yang ditimbulkan. 25

41 3.1.3 Aspek-Aspek Kelayakan Usaha Dalam menentukan layak atau tidaknya suatu usaha dapat dilihat dari berbagai aspek. Setiap aspek untuk bisa dikatakan layak harus memiliki suatu standar nilai tertentu, namun keputusan penilaian tidak hanya dilakukan pada satu aspek saja. Penilaian untuk menentukan kelayakan harus didasarkan kepada seluruh aspek yang akan dinilai nantinya. Menurut Kasmir dan Jakfar (2009), ukuran kelayakan masing-masing jenis usaha sangat berbeda misalnya antara jasa dan nonjasa, seperti pendirian hotel dengan usaha pembukaan perkebunan kelapa sawit. Akan tetapi, aspekaspek yang digunakan untuk menyatakan layak atau tidaknya adalah sama sekalipun bidang usahanya berbeda. Aspek-aspek yang dinilai dalam studi kelayakan bisnis meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya, aspek keuangan dan aspek lingkungan. 1) Aspek Pasar dan Pemasaran Aspek pasar dan pemasaran merupakan dua sisi yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Pasar dan pemasaran memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi dan saling mempengaruhi satu sama lainnya. Dengan kata lain, setiap ada kegiatan pasar selalu diikuti oleh pemasaran dan setiap kegiatan pemasaran adalah untuk mencari atau menciptakan pasar. Menurut Kasmir dan Jakfar (2009), pasar secara sederhana diartikan sebagai tempat bertemunya para penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi. Namun dalam praktiknya pengertian pasar dapat lebih luas lagi, artinya pembeli dan penjual tidak harus bertemu di suatu tempat untuk melakukan transaksi, tetapi cukup melalui sarana elektronik seperti telepon, faksmili atau melalui internet. Sedangkan pemasaran adalah upaya untuk menciptakan dan menjual produk kepada berbagai pihak dengan maksud tertentu. Pemasaran berusaha menciptakan produk dan mempertukarkan produk baik barang maupun jasa kepada konsumen di pasar. Berdasarkan definisi tersebut pemasaran tidak terlepas dari bauran pemasaran atau marketing mix. Bauran pemasaran merupakan kombinasi dari 26

42 empat variabel yang merupakan inti dari sistem pemasaran yang dapat dikendalikan oleh pengelola usaha. Variabel-variabel tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok utama yang dikenal dengan 4P, yaitu produk (product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion). a) Produk (product) Produk adalah semua yang bisa ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, pembelian, pemakaian, atau konsumsi yang dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan. Pihak perusahaan terlebih dahulu harus memilih dan mendesain produk yang disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan konsumen yang akan dituju, agar investasi yang ditanam dapat berhasil dengan baik. b) Harga (price) Harga merupakan salah satu aspek penting dalam kegiatan marketing mix. Harga adalah sejumlah uang yang diserahkan dalam pertukaran untuk mendapatkan suatu barang atau jasa. Penentuan harga sangat penting untuk diperhatikan karena harga merupakan salah satu penyebab laku tidaknya produk yang ditawarkan. c) Tempat (place) Penentuan lokasi dan distribusi beserta sarana dan prasarana pendukung juga merupakan hal yang penting, hal ini disebabkan agar produk yang dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen mudah diperoleh pada waktu dan tempat yang tepat. d) Promosi (promotion) Promosi adalah kegiatan menginformasikan segala jenis produk yang ditawarkan dan berusaha menarik calon konsumen yang baru. Ada beberapa sarana yang dapat digunakan dalam mempromosikan suatu barang atau jasa yaitu periklanan, promosi penjualan, publisitas dan penjualan pribadi. Suatu ide bisnis dinyatakan layak berdasarkan aspek pasar dan pemasaran jika ide bisnis tersebut dapat menghasilkan produk yang dapat diterima pasar (dibutuhkan dan diinginkan oleh calon konsumen) dengan tingkat penjualan yang menguntungkan (Suliyanto, 2010). 27

43 2) Aspek Teknis Aspek teknis atau operasi juga dikenal sebagai aspek produksi. Penilaian kelayakan terhadap aspek ini sangat penting dilakukan sebelum perusahaan dijalankan. Penentuan kelayakan teknis atau operasi perusahan menyangkut halhal yang berkaitan dengan teknis atau operasi, sehingga apabila tidak dianalisis dengan baik, maka akan berakibat fatal bagi perusahaan dalam perjalanannya di kemudian hari. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aspek ini adalah penentuan lokasi, luas produksi, tata letak (layout), penyusunan peralatan pabrik dan proses produksinya termasuk pemilihan teknologi (Kasmir dan Jakfar 2009). Suatu ide bisnis dinyatakan layak berdasarkan aspek teknis dan teknologi jika berdasarkan hasil analisis ide bisnis dapat dibangun dan dijalankan (dioperasionalkan) dengan baik. 3) Aspek Manajemen Aspek manajemen dan organisasi merupakan aspek yang cukup penting dianalisis untuk kelayakan suatu usaha, karena walaupun suatu usaha telah dinyatakan layak untuk dilaksanakan tanpa didukung dengan manajemen dan organisasi yang baik, bukan tidak mungkin mengalami kegagalan. Baik menyangkut masalah Sumber Daya Manusia (SDM) maupun menyangkut rencana perusahaan secara keseluruhan harus sesuai dengan tujuan perusahaan. Tujuan perusahaan akan lebih mudah tercapai jika memenuhi tahapan dalam proses manajemen. Proses manajemen akan tergambar dari masing-masing fungsi yang ada dalam manajemen. Menurut Suliyanto (2010), analisis aspek manajemen dan sumber daya manusia terdiri dari dua bahasan penting, yaitu sub aspek manajemen dan sub aspek sumber daya manusia. Analisis sub aspek manajemen lebih menekankan pada proses dan tahap-tahap yang harus dilakukan pada proses pembangunan bisnis, sedangkan analisis sub aspek sumber daya manusia menekankan pada ketersediaan dan kesiapan tenaga kerja baik jenis atau mutu maupun jumlah sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis. Kesalahan pada analisis kelayakan sumber daya manusia dapat menyebabkan bisnis tidak bisa 28

44 dijalankan karena tidak dikelola oleh orang-orang kompeten sesuai dengan kebutuhan. 4) Aspek Hukum Bisnis sering mengalami kegagalan karena menghadapi masalah hukum atau tidak memperoleh izin dari pemerintah daerah setempat. Oleh karena itu, sebelum ide bisnis dilaksanakan analisis terhadap aspek hukum harus dilakukan agar di kemudian hari bisnis yang akan dilaksanakan tidak gagal karena terhambat oleh permasalahan hukum dan perijinan. Menurut Kasmir dan Jakfar (2009), untuk memulai studi kelayakan usaha pada umumnya dimulai aspek hukum, walaupun banyak pula yang melakukannya dari aspek lain. Tujuan dari aspek hukum adalah untuk meneliti keabsahan, kesempurnaan, dan keaslian dari dokumen-dokumen yang dimiliki. 5) Aspek Ekonomi dan Sosial Setiap usaha yang dijalankan, tentu akan memberikan dampak positif dan negatif. Dampak positif dan negatif ini akan dirasakan oleh berbagai pihak, baik bagi pengusaha itu sendiri, pemerintah, ataupun masyarakat luas. Menurut Kasmir dan Jakfar (2009), jika ditinjau dari aspek ekonomi adanya investasi akan memberikan peluang untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Sedangkan bagi pemerintah dampak positif yang diperoleh dari aspek ekonomi adalah memberikan pemasukan berupa pendapatan baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Sebaliknya dampak negatif tidak akan terlepas dari aspek ekonomi seperti eksplorasi sumber daya alam yang berlebihan, masuknya pekerja dari luar daerah sehingga mengurangi peluang bagi masyarakat sekitarnya. Dampak positif dari aspek sosial bagi masyarakat secara umum adalah tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan, seperti pembangunan jalan, jembatan, listrik, dan sarana lainnya. Kemudian bagi pemerintah dampak negatif dari aspek sosial adanya perubahan demografi di suatu wilayah, perubahan budaya, dan kesehatan masyarakat. Dampak negatif dalam aspek sosial termasuk terjadinya perubahan gaya hidup, budaya, adat istiadat dan struktur sosial lainnya. 29

45 Oleh karena itu diharapkan dari aspek ekonomi dan sosial, pada bisnis yang akan dijalankan memberikan dampak positif yang lebih banyak. Dengan kata lain, berdirinya suatu bisnis secara ekonomi dan sosial banyak memberikan manfaat dibandingkan kerugiannya. 6) Aspek Finansial Menurut Umar (2007) menganalisis aspek keuangan dari suatu studi kelayakan bisnis bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah proyek akan dapat berkembang. Aspek ini bertujuan untuk menilai biaya-biaya apa saja yang akan dihitung dan berapa besar biaya-biaya yang akan dikeluarkan, seberapa besar pendapatan yang akan diterima jika bisnis dijalankan. Hal-hal yang diteliti dalam aspek ini adalah lama pengembalian investasi yang ditanamkan, sumber pembiayaan, tingkat suku bunga yang berlaku, biaya kebutuhan investasi, dan aliran kas (cashflow). 7) Aspek Lingkungan Suatu bisnis dapat menimbulkan berbagai aktivitas sehingga menimbulkan dampak bagi lingkungan di sekitar lokasi bisnis. Lingkungan hidup merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk ditelaah sebelum suatu investasi atau usaha dijalankan. Analisis yang dilakukan untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan jika suatu investasi dilakukan, baik dampak negatif maupun dampak positif. Dampak yang timbul ada yang langsung mempengaruhi pada saat kegiatan usaha atau proyek dilakukan sekarang atau baru terlihat beberapa waktu kemudian di masa yang akan datang. Dampak lingkungan hidup yang terjadi adalah berubahnya suatu lingkungan dari bentuk aslinya seperti perubahan fisik, kimia, biologi atau sosial. Perubahan lingkungan ini jika tidak diantisipasi dari awal akan merusak tatanan yang sudah ada, baik terhadap fauna, flora, maupun manusia itu sendiri. 30

46 Oleh karena itu, sebelum suatu usaha dijalankan maka sebaiknya dilakukan terlebih dahulu studi tentang dampak lingkungan yang akan timbul, baik sekarang maupun yang akan datang. Analisis mengenai dampak lingkungan hidup sudah merupakan bagian kegiatan studi kelayakan usaha dan kegiatan yang harus dijalankan. Hasil studi ini akan berguna untuk para perencana serta bagi pengambil keputusan Teori Biaya dan Manfaat Menurut Nurmalina et al. (2009) biaya didefinisikan sebagai segala sesuatu yang mengurangi tujuan bisnis. Komponen-komponen biaya tersebut pada dasarnya terdiri dari barang-barang fisik, tenaga kerja, tanah, biaya tak terduga (contingency allowance) dan biaya-biaya yang dikeluarkan dimasa lalu sebelum investasi baru yang direncanakan akan ditetapkan (sunk cost). Manfaat dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan kontribusi terhadap suatu usaha atau proyek. Manfaat terdiri dari tiga macam yaitu tangible benefit yang merupakan manfaat yang dapat diukur, indirect or secondary benefit adalah manfaat yang dirasakan di luar bisnis itu sendiri sehingga mempengaruhi keadaan eksternal di luar bisnis, dan intangible benefit yaitu manfaat yang riil ada tapi sulit untuk diukur Tanpa dan Dengan Bisnis (With and Without Business) Menurut Nurmalina et al. (2009) analisis studi kelayakan bisnis terutama yang bergerak di bidang pertanian membedakan antara arus komponen biaya dan manfaat antara kondisi dengan (with) dan tanpa (without) bisnis. Perbedaan besaran angka kondisi tanpa dan dengan bisnis ini, merupakan besaran yang sebenarnya yaitu sebagai pengaruh kondisi yang dihasilkan oleh adanya investasi baru atau kondisi yang sebenarnya sebagai pengaruh adanya bisnis. Jika yang diidentifikasi adalah kondisi dengan bisnis, maka yang dimaksud adalah kondisi yang dipengaruhi oleh adanya bisnis yang dibandingkan dengan kondisi yang sebenarnya terjadi tanpa adanya bisnis. Usaha pada sektor pertanian atau agribisnis, hal yang perlu diperhatikan adalah manfaat bersih tambahan (Incremental Net Benefit) yaitu manfaat bersih 31

47 dengan bisnis (net benefit with business) dikurangi dengan manfaat bersih tanpa bisnis (Net Benefit Without Business). Hal ini dimungkinkan karena ada faktorfaktor produksi yang sebelumnya tidak tergunakan atau tidak terpakai ataupun belum termanfaatkan sehingga pada saat ada bisnis apakah faktor tersebut memberikan manfaat (benefit) atau tidak bagi bisnis yang dijalankan Analisis Kelayakan Investasi Studi kelayakan usaha pada dasarnya bertujuan untuk menentukan kelayakan usaha berdasarkan kriteria investasi. Kriteria investasi yang digunakan yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PP). a) Net Present Value (NPV) Menurut Suliyanto (2010), Net Present Value merupakan metode yang dilakukan dengan cara membandingkan nilai sekarang dan aliran kas masuk bersih (proceed) dengan nilai sekarang dari biaya pengeluaran suatu investasi (outlays). Jika hasil perhitungan NPV positif berarti investasi akan memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan rate of return minimum yang diinginkan. Sebaliknya jika NPV negatif berarti investasi akan memberikan hasil yang lebih rendah dibandingkan rate of return minimum yang diiginkan, maka investasi pada usaha tersebut sebaiknya tidak dijalankan. b) Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return merupakan metode untuk menghitung tingkat bunga yang dapat menyamakan antara present value dari semua aliran kas masuk dengan aliran kas keluar dari suatu investasi proyek (Suliyanto, 2010). Internal Rate of Return adalah tingkat discount rate (DR) yang menghasilkan NVP sama dengan nol. Usaha dikatakan layak apabila IRR nya lebih besar dari opportunity cost of capital-nya. c) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net Benefit Cost Ratio merupakan rasio aktivitas dari jumlah nilai sekarang penerimaan bersih dengan nilai sekarang pengeluaran investasi selama umur investasi (Kasmir dan Jakfar, 2009). Menurut Umar (2007) menghitung Net 32

48 Benefit Cost Ratio adalah dengan menghitung perbandingan antara nilai sekarang (present value) dari rencana penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang dengan nilai sekarang (present value) dari investasi yang akan dilaksanakan. Dengan kata lain dihitung dengan membandingkan antara PV kas masuk dengan PV kas keluar. Suatu usaha atau kegiatan investasi dapat dikatakan layak apabila Net B/C lebih besar dari satu dan dikatakan tidak layak bila Net B/C lebih kecil dari satu. d) Payback Period (PP) Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas, dengan kata lain payback period merupakan initial cash investment dengan cash inflow-nya yang hasilnya merupakan satuan waktu (Umar, 2007). Metode Payback Period ini cukup sederhana sehingga mempunyai kelemahan. Kelemahan utamanya yaitu metode ini tidak memperhatikan konsep nilai waktu dari uang di samping juga tidak memperhatikan aliran kas masuk setelah payback. e) Break Event Point (BEP) Break Event Point adalah titik pulang pokok dimana total revenue (TR) sama dengan total cost (TC). Break Event Point dilihat dari jangka jangka waktu pelaksanaan sebuah proyek, terjadinya titik pulang pokok atau TR sama dengan TC tergantung pada lama arus penerimaan sebuah proyek dapat menutupi segala biaya operasi dan pemeliharaan beserta biaya modal lainnya (Ibrahim, 1997). f) Analisis Laba Rugi Laporan laba rugi adalah laporan yang menunjukkan jumlah pendapatan yang diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam suatu periode tertentu (Kasmir dan Jakfar, 2009). Menurut Nurmalina et al. (2009), langkah penting yang dilakukan dalam pengelolaan usaha adalah menyusun laporan laba rugi yang berisi tentang total penerimaan, pengeluaran dan kondisi keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan dalam satu tahun akuntansi atau produksi. 33

49 3.1.7 Analisis Switching Value Analisis switching value dilakukan untuk melihat pengaruh perubahan beberapa faktor dalam pengembangan usaha, yaitu penurunan inflow dan kenaikan outflow. Penurunan inflow disebabkan oleh perubahan kapasitas produksi dan penurunan harga, sedangkan kenaikan nilai outflow disebabkan kenaikan biaya variabel. Menurut Nurmalina et al. (2009) besarnya perubahan pada switching value dapat dilakukan dengan menghitung secara coba-coba perubahan maksimum yang boleh terjadi akibat komponen inflow atau outflow agar bisnis masih tetap layak sedangkan pada analisis sensitivitas besarnya perubahan sudah diketahui secara empirik. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Kebutuhan akan daging dalam negeri terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan peningkatan kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi protein hewani seperti daging. Namun hingga saat ini untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, Indonesia masih mengimpor daging. Pemerintah Indonesia telah merencanakan bahwa tahun 2014 Indonesia menjadi negara swasembada daging. Namun pada kenyataanya upaya-upaya yang dilakukan belum menunjukkan keberhasilan. Impor daging dan ternak hidup sebagai bakalan penggemukan serta ternak yang siap potong ternyata masih tinggi. Untuk mendukung swasembada tahun 2014 maka Indonesia harus meningkatkan populasi ternak sapi hingga mencapai jumlah yang dibutuhkan, akan tetapi hal ini membutuhkan waktu yang lama. Oleh karena itu cara lain yang dapat mendukung hal tersebut adalah meningkatkan sosialisasi terhadap konsumsi daging ke masyarakat dengan konsumsi daging ternak lain, antara lain ke daging domba dan kambing. Ternak domba dan kambing telah terbukti menjadi salah satu pilihan masyarakat akan kebutuhan daging ternak. Selain itu juga jenis ternak ini sudah dikenal masyarakat untuk menjadi hewan peliharaan sebagian rakyat peternak Indonesia. Domba dan kambing merupakan salah satu ternak ruminansia kecil yang dapat untuk dikembangkan di berbagai wilayah terutama pedesaan. Hal ini karena domba dan kambing memiliki keunggulan yaitu daya adaptasi yang baik, 34

50 pertumbuhan yang cepat, pemeliharaan yang mudah dan memiliki fungsi sosial dan keagamaan. Potensi pasar domba dan kambing juga cukup menjanjikan mengingat kebutuhan ternak ini untuk pasar dalam negeri cukup besar, terutama pada saat hari raya Idul Adha. Berbagai keunggulan serta prospek pasar yang cukup besar tersebut merupakan salah satu alasan pemilik ternak yaitu Bapak Sarno untuk mengembangkan usahanya dengan menginvestasikan modalnya pada usaha penggemukan domba dan kambing. Penggemukan domba dan kambing dapat dilakukan dalam jumlah yang banyak maupun sedikit. Perbedaan jumlah domba dan kambing yang digemukkan akan berpengaruh pada cara pengelolaanya. Jumlah domba dan kambing yang dipelihara juga mempengaruhi tingkat keuntungan yang akan diperoleh. Keberhasilan Bapak Sarno dalam menjalankan usaha penggemukan domba dan kambing miliknya terlihat dari lamanya ia menggeluti usaha tersebut sejak tahun Namun demikian, lamanya usaha tersebut berjalan bukanlah indikator penentu kelayakan dari suatu usaha. Dalam pengembangannya sebagai gambaran investasi usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno perlu dilakukan analisis kelayakan usaha. Maka dari itu penelitian ini mencoba menganalisis kelayakan investasi pada usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno tersebut. Indikator penentu kelayakan usaha dapat dilihat dari aspek finansial dan nonfinansialnya. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kelayakan aspek nonfinansial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum dan aspek lingkungan. Selain itu juga menganalisis aspek finansial yang dibagi menjadi dua yaitu kondisi sebelum pengembangan (kondisi aktual) dan kondisi pada saat pengembangan dari usaha penggemukan domba dan kambing yang dijalankan oleh Bapak Sarno. Penentuan kelayakan aspek nonfinansial dari usaha penggemukan domba dan kambing yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan membandingkan antara keadaan di lapang dengan teori-teori yang terkait melalui studi literatur. Sedangkan penentuan aspek finansial menggunakan kriteria investasi yaitu NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), Net B/C (Net Benefit Cost Ratio) dan PP (Payback 35

51 Period). Untuk menghadapi peningkatan harga input dan penurunan harga ouput yang selalu mengalami perubahan-perubahan maka diperlukan kewaspadaan terhadap usaha tersebut dengan menganalisis melalui analisis pengganti (switching value analysis). Dengan analisis ini akan diketahui berapa besarnya batas perubahan tersebut sehingga membuat usaha tersebut tidak layak. Hasil penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang kelayakan finansial maupun nonfinansial dari usaha penggemukan domba dan kambing yang diusahakan oleh Bapak Sarno serta dapat membantu pengusaha dalam mengambil keputusan dalam menginvestasikan modalnya. Apabila kegiatan investasi tersebut berdasarkan analisis yang dilakukan layak untuk dijalankan, maka hasil penelitian ini akan direkomendasikan kepada pengusaha penggemukan yaitu Bapak Sarno agar terus mengembangkan usahanya. Sebaliknya apabila hasil analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa kegiatan investasi pada usaha tersebut tidak layak maka direkomendasikan agar pemilik usaha menganalisis kembali aspek-aspek yang menyebabkan bisnis tidak layak. Adapun bagan kerangka pemikiran operasional penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut. 36

52 Konsumsi Daging - Kebutuhan daging meningkat - Swasembada daging Kebutuhan daging domba dan kambing yang tidak dapat digantikan oleh ternak lain. Prospek dan peluang usaha penggemukan domba dan kambing Usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno Kegiatan investasi usaha penggemukan domba dan kambing Analisis kelayakan usaha Analisis Aspek Nonfinansial: 1. Aspek Pasar 2. Aspek Teknis 3. Aspek Manajemen dan Hukum 4. Aspek Sosial, Ekonomi 5. Aspek Lingkungan Aspek Finansial: 1. NPV (Net Present Value) 2. B/C Ratio (Net Benefit Cost Ratio) 3. IRR (Internal Rate of Return) 4. PP (Payback Period) 5. Switching Value 6. Aktual dan pengembangan LAYAK (Lanjutkan Usaha) TIDAK LAYAK (Upaya perbaikan) Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian 37

53 IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara purposive (sengaja) berdasarkan pertimbangan bahwa peternakan ini merupakan usaha yang bergerak di bidang penggemukan domba dan kambing terbesar di Desa Citapen dan merupakan usaha yang memiliki prospek yang baik. Hal tersebut dapat dilihat dari keunggulan yang membedakan usaha tersebut dengan peternak lainnya di Desa Citapen yaitu peternakan yang berorientasi kepada bisnis bukan pendapatan sampingan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 sampai dengan Februari Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan pemilik. Data primer yang didapat mencakup biaya-biaya yang akan dikeluarkan selama umur usaha baik biaya investasi maupun biaya operasional, serta penerimaan dari usaha penggemukan domba dan kambing selama umur ekonomis usaha. Sedangkan data primer yang digunakan diperoleh dari data historis usaha, studi literatur beberapa buku yang berkaitan dengan penelitian, skripsi, internet, dan instansi terkait seperti Dinas Peternakan. Selain itu data yang diperoleh juga berasal dari observasi lapangan. 4.3 Metode Penentuan Narasumber Penentuan narasumber dilakukan dengan metode purposive sampling, dilakukan untuk penentuan sumber informasi, baik pemilik maupun karyawan. Narasumber dipilih berdasarkan penilaian bahwa pemilik dan karyawan usaha penggemukan domba dan kambing adalah orang yang tepat dan baik untuk dijadikan sumber informasi karena merupakan faktor penentu dan memiliki

54 pengetahuan yang mendalam mengenai usaha. Teknik tersebut digunakan karena kajian penelitian ini membahas mengenai analisis kelayakan dari usaha yang dijalankan perusahaan, sehingga narasumber tersebut dianggap memiliki sejumlah informasi internal perusahaan yang dibutuhkan oleh peneliti. 4.4 Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dan diolah dalam penelitian terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di usaha penggemukan dan lokasi yang terkait dengan penelitian ini serta wawancara dengan pemilik dan karyawan. Data primer sebagian besar diperoleh dengan menggunakan instrument berupa daftar pertanyaan. Data sekunder diperoleh penulis dari hasil studi pustaka dan literatur berbagai buku, skripsi terdahulu dan data internal perusahaan, serta penelusuran ke beberapa instansi terkait, seperti Ditjen Peternakan, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, Badan Pusat Statistik (BPS), perpustakaan IPB, serta referensi dari media massa, baik cetak maupun elektronik. 4.5 Metode Analisis Data Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif yang dilakukan merupakan analisis deskriptif yang berupa gambaran sistem usaha dan aspek nonfinansial yang terdiri dari aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, budaya, serta aspek lingkungan dari usaha penggemukan domba dan kambing pada peternakan milik Bapak Sarno. Sedangkan analisis data secara kuantitatif digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan finansial yang meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan mencakup biaya investasi dan biaya operasional serta penerimaan dari hasil penggemukan domba berdasarkan kriteria NPV, IRR, Net B/C dan PP yang diolah menggunakan komputer dengan program Microsoft Excel. Melalui switching value analysis, data yang ada dicoba untuk dirubah dengan menaikkan input dan penurunan output untuk melihat kemampuan usaha tersebut bertahan terhadap perubahan. 39

55 4.6 Analisis Kelayakan Non Finansial Aspek Pasar Analisis aspek pasar yang akan dilakukan pada usaha penggemukan domba dan kambing pada peternakan Bapak Sarno yaitu untuk menilai apakah usaha tersebut melakukan investasi ditinjau dari segi pasar dan pemasaran, seberapa besar potensi pasar yang ada untuk produk yang ditawarkan. Kemudian bagaimana strategi pemasaran yang akan dijalankan untuk menangkap peluang pasar yang ada. Usaha penggemukan domba dan kambing dikatakan layak berdasarkan aspek pasar dan pemasaran jika usaha tersebut dapat menghasilkan produk yang dapat diterima pasar (dibutuhkan dan diinginkan oleh calon pembeli) dengan tingkat penjualan yang menguntungkan. Pada aspek teknis, kriteria kelayakan usaha usaha penggemukan domba dan kambing yang dianalisis adalah permintaan lebih besar dari produk yang dihasilkan, ketepatan strategi pemasaran yang digunakan yaitu produk, harga, tempat dan promosi Aspek Teknis Aspek teknis merupakan aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut selesai dibangun. Aspek teknis ini lebih menekankan pada apakah secara teknis pilihan teknologi yang dipakai dapat dilaksanakan secara layak atau tidak. Pada aspek teknis akan menunjukkan kebutuhan apa saja yang diperlukan dan bagaimana secara teknis proses penggemukan domba dan kambing akan dilaksanakan, jumlah ternak yang digemukkan, jenis teknologi yang dipakai, perlengkapan dan peralatan, lokasi usaha dan pengawasan kualitas yang dilakukan dalam usaha penggemukan domba dan kambing. Usaha penggemukan domba dan kambing dikatakan layak berdasarkan aspek teknis dan teknologi jika berdasarkan hasil analisis usaha dapat dibangun dan dijalankan dengan baik. Pada aspek teknis kriteria kelayakan usaha yang dianalisis adalah kelayakan lokasi untuk menjalankan usaha, besarnya jumlah ternak yang digemukkan untuk mencapai tingkatan skala ekonomis. Kriteria 40

56 pemilihan peralatan dan teknologi untuk menjalankan usaha penggemukan domba dan kambing tersebut, layout bangunan dan fasilitas lainnya Aspek Manajemen Dalam aspek manajemen akan dilihat berdasarkan pengelola usaha, spesifikasi keahlian dan distribusi tanggung jawab pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan usaha ini dan struktur organisasi. Dalam membuat suatu keputusan investasi dibutuhkan gambaran mengenai rencana kegiatan yang akan dijalankan di peternakan terkait dengan tenaga kerja yang dibutuhkan dan pembagian kerja yang sesuai. Usaha penggemukan domba dan kambing dikatakan layak berdasarkan aspek manajemen adalah jika terdapat kesiapan tenaga kerja untuk menjalankan usaha penggemukan domba dan kambing dan usaha tersebut dapat dijalankan sesuai waktu yang diperkirakan. Pada aspek manajemen kriteria kelayakan usaha penggemukan domba dan kambing yang dianalisis adalah kesiapan tenaga kerja untuk menjalankan usaha, struktur organisasi yang baik dan sesuai dengan jenis-jenis pekerjaan yang dilakukan dan tanggung jawab pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan usaha Aspek Hukum Aspek hukum yang akan dianalisis pada peternakan milik Bapak Sarno adalah melihat kelengkapan dan keabsahan dokumen yang berkaitan dengan usaha penggemukan domba dan kambing, mulai dari bentuk badan usaha sampai dengan ijin-ijin yang dimiliki. Hal ini dikarenakan aspek hukum dari sebuah kegiatan usaha diperlukan untuk mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat menjalin jaringan kerjasama (networking) dengan pihak lain. Usaha penggemukan domba dan kambing dikatakan layak berdasarkan aspek hukum jika usaha tersebut sesuai dengan ketentuan hukum dan mampu memenuhi segala persyaratan perijinan di wilayah tersebut. Untuk aspek hukum, kriteria kelayakan usaha aspek nonfinansial hal yang akan dianalisis adalah legalitas usaha yang dijalankan, bentuk badan usaha yang 41

57 akan digunakan yang berkaitan dengan kekuatan hukum serta melihat adanya jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana berupa pinjaman ke lembaga keuangan seperti bank Aspek Ekonomi dan Sosial Penelitian dalam aspek ekonomi pada usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno ini adalah dengan melihat seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan jika usaha tersebut dijalankan. Pengaruh tersebut terutama terhadap ekonomi seperti peningkatan pendapatan masyarakat yang bekerja di peternakan tersebut serta dampak sosialnya terhadap masyarakat sekitar. Pada aspek ekonomi, kriteria kelayakan usaha penggemukan domba dan kambing yang dilihat adalah seberapa besar usaha tersebut mempunyai dampak terhadap masyarakat sekitarnya. Dengan adanya usaha tersebut apakah dapat memberikan peluang peningkatan pendapatan masyarakat dan dapat menyerap tenaga kerja dari masyarakat sekitar sehingga mengurangi jumlah pengangguran Aspek Lingkungan Aspek lingkungan yang diteliti pada usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno ini adalah menganalisis seberapa besar dampak usaha tersebut terhadap lingkungan di sekitarnya, baik terhadap tanah, air, dan udara yang berdampak terhadap kehidupan masyarakat di sekitarnya. Pada aspek lingkungan, kriteria kelayakan yang dilihat pada usaha penggemukan domba dan kambing adalah bagaimana pengaruh usaha penggemukan domba dan kambing tersebut terhadap lingkungan udara, tanah dan sekitarnya, apakah dengan adanya usaha tersebut menciptakan lingkungan semakin baik atau semakin rusak. 42

58 4.7 Analisis Kelayakan Finansial Untuk mengetahui kelayakan usaha penggemukan domba dan kambing maka dilakukan perbandingan antara biaya dan manfaat kriteria kelayakan investasi yang digunakan antara lain Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Periode (PP) Net Present Value (NPV) Net Present Value atau nilai kini manfaat bersih adalah selisih antara total present value manfaat dengan total present value biaya, atau jumlah present value dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: NPV n Bt Ct t i 0 (1 i) Dimana: B t = Manfaat pada tahun t C t = Biaya pada tahun t t = Tahun kegiatan bisnis i = Tingkat Discount Rate (DR) Kriteria investasi berdasarkan NPV yaitu: NPV = 0, artinya bisnis tersebut mampu mengembalikan sebesar modal yang dikeluarkan. Dengan kata lain bisnis tersebut tidak untung dan tidak rugi. NPV > 0, artinya suatu bisnis dinyatakan menguntungkan dan memberikan manfaat dan dapat dikatakan layak untuk dilaksanakan. NPV < 0, artinya bisnis tersebut dinyatakan merugikan dan sebaiknya tidak dilaksanakan Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat rata-rata keuntungan tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen. 43

59 Suatu bisnis dikatakan layak apabila nilai IRR lebih besar dari opportunity cost of capital (DR). Rumus untuk menghitung IRR adalah: Keterangan: i 1 i 2 = Discount rate yang menghasilkan NPV positif = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif NPV 1 = NPV positif NPV 2 = NPV negatif Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net B/C ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Dengan kata lain, manfaat bersih yang menguntungkan bisnis yang dihasilkan terhadap setiap satuan kerugian bisnis tersebut. Secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut: Net B/C Ratio = n Bt Ct t i 0 (1 i) n Bt Ct t i 0 (1 i) Untuk B t C t > 0 Untuk B t C t < 0 Keterangan: B t = Manfaat pada tahun t C t = Biaya pada tahun t n = Umur bisnis i = Discount Rate (%) Kriteria investasi berdasarkan Net B/C ratio adalah: Net B/C = 1, maka bisnis tidak untung dan tidak rugi Net B/C > 1, maka bisnis menguntungkan Net B/C < 1, maka bisnis merugikan 44

60 4.7.4 Payback Period (PP) Payback Period merupakan jangka waktu kembalinya seluruh jumlah investasi yang ditanamkan dalam satuan waktu. Semakin cepat waktu pengembalian, maka semakin baik bisnis tersebut untuk diusahakan. Akan tetapi metode ini memiliki kelemahan yaitu diabaikannya nilai waktu uang (time value of money) dan diabaikannya cash flow setelah periode payback. Namun dengan demikian pada penelitian ini nilai waktu uang (time value of money) diperhitungkan yaitu dengan adanya discount rate (DR) sehingga cash flow setelah periode payback juga tidak diabaikan Rumus untuk menghitung pengembalian investasi adalah: Dimana: I = Besarnya biaya investasi yang diperlukan Ab = Manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya Break Event Point (BEP) Break Event Point adalah titik pulang pokok dimana total revenue (TR) sama dengan total cost (TC). Selama usaha masih di bawah break event, maka perusahaan masih menggalami kerugian. Semakin lama mencapai titik pulang pokok, semakin besar kerugian karena keuntungan yang diterima masih menutupi segala biaya yang dikeluarkan. Break Event Point dirumuskan sebagai berikut: BEP (unit) = Total Biaya tetap/(harga jual per unit- biaya variabel per unit) Laba Rugi Analisis laba rugi dilakukan untuk membalas jasa atas faktor produksi yang telah digunakan. Proyeksi laba rugi terdiri dari beberapa komponen, yaitu Total Revenue (TR), Total Fixed Cost (TFC), Total Variabel Cost (TVC), Total Cost 45

61 (TC), laba kotor, pajak dan laba bersih setelah pajak. Laba rugi dirumuskan sebagai berikut: Π = TR -TC Keterangan : π : Keuntungan TR : Total Revenue (total penerimaan) TC : Total Cost (total biaya) Incremental Net Benefit Incremental Net Benefit merupakan manfaat bersih tambahan yang didapatkan dari usaha dan diperoleh dari manfaat bersih dengan bisnis (net benefit with business) dikurangi dengan manfaat bersih tanpa bisnis (net benefit without business). Hal ini dikarenakan ada faktor-faktor produksi yang sebelumnya tidak tergunakan atau tidak terpakai ataupun belum termanfaatkan. Secara matematis Incremental Net Benefit rumus yang digunakan pada penelitian ini adalah: Incremental Net Benefit = Manfaat bersih dengan bisnis - Manfaat bersih tanpa bisnis 4.8 Switching Value Analysis Switching value merupakan perhitungan untuk mengukur perubahan maximum dari perubahan suatu komponen inflow (penurunan harga output, penurunan produksi) atau perubahan komponen outflow (peningkatan harga input/peningkatan biaya produksi) yang masih dapat ditoleransi agar usaha masih tetap layak. Dalam penelitian usaha penggemukan domba dan kambing ini, switching value dilakukan untuk menguji kepekaan setiap perubahan kenaikan harga input dan penurunan otput yaitu penjualan. Harga input adalah harga bakalan ternak domba dan kambing. Sedangkan output yang dimaksud yaitu penurunan harga jual ternak. Penentuan switching value pada variabel bakalan merupakan variabel input tersebut, berdasarkan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk variabel tersebut sangat besar dan pada suatu waktu dapat berubah, begitu pula halnya dengan variabel output. Oleh karena itu perlu dilakukan switching value untuk menguji 46

62 usaha tersebut pada perubahan-perubahan agar diketahui batas kekuatan usaha tersebut pada perubahan yang terjadi. 4.9 Asumsi Dasar yang Digunakan dalam Penelitian Sebagai upaya memudahkan analisis secara finansial, beberapa asumsi dasar yang digunakan dalam penelitian usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno adalah sebagai berikut : 1) Lahan dan bangunan yang digunakan adalah milik sendiri. 2) Umur ekonomis usaha ditetapkan delapan tahun. Umur ini ditetapkan berdasarkan umur ekonomis dari aset terbesar yang ada pada usaha yaitu kandang domba dan kambing. 3) Harga input dan output yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga konstan yang berlaku pada saat penelitian dilakukan berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik. 4) Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus yaitu : Penyusutan = Nilai beli nilai sisa Umur ekonomis 5) Pajak pendapatan yang digunakan adalah berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2008, pasal 17 ayat 2a, yang merupakan perubahan keempat atas undang-undang nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan, yaitu : Pasal 17 ayat 1b. Wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28 persen. Pasal 17 ayat 2a. Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b menjadi 25 persen yang mulai berlaku sejak tahun pajak ) Pada kondisi pengembangan usaha, pemilik usaha melakukan pinjaman modal kepada Bank Mandiri. Tingkat diskonto yang digunakan merupakan tingkat suku bunga kredit Bank Mandiri pada tahun 2012, yaitu sebesar 12 persen. 7) Pada saat sebelum pengembangan, dalam satu tahun terdapat tiga periode penggemukan. Setiap satu periode ternak yang digemukkan 150 ekor (75 ekor domba dan 75 ekor kambing). Sehingga dalam satu tahun yang terdiri dari tiga 47

63 periode ternak yang digemukkan adalah 450 ekor (225 ekor domba dan 225 ekor kambing). Dalam setiap tahunnya diasumsikan seluruh hasil produksi laku terjual. Namun pada tahun pertama jumlah ternak yang digemukkan lebih sedikit karena hanya terdapat dua periode penggemukan yaitu 150 ekor per periode dikalikan dengan dua periode yaitu 300 ekor (150 ekor domba dan 150 ekor kambing). Hal ini disebabkan pada tahun pertama, periode pertama merupakan masa persiapan seperti pembangunan kandang sehingga tidak dilakukan penggemukan domba dan kambing. 8) Pada saat pengembangan, dalam satu tahun juga terdapat tiga periode penggemukan. Setiap satu periode ternak yang digemukkan 270 ekor (135 ekor domba dan 135 ekor kambing). Sehingga dalam satu tahun yang terdiri dari tiga periode ternak yang digemukkan adalah 810 ekor (405 ekor domba dan 405 ekor kambing). Dalam setiap tahunnya diasumsikan seluruh hasil produksi laku terjual. Namun pada tahun pertama jumlah ternak yang digemukkan lebih sedikit karena hanya terdapat dua periode penggemukan yaitu 270 ekor per periode dikalikan dengan dua periode yaitu 540 ekor (270 ekor domba dan 270 ekor kambing). Hal ini disebabkan pada tahun pertama, periode pertama merupakan masa persiapan pengembangan seperti pembangunan kandang sehingga tidak dilakukan penggemukan domba dan kambing. 9) Penerimaan dalam usaha ini terdiri dari penjualan ternak, penjualan kotoran dan nilai sisa. Besarnya penerimaan penjualan ternak ditentukan berdasarkan bobot hidup ternak dikalikan dengan harga per kilogramnya. 10) Dalam analisis finansial, digunakan dua kondisi yaitu analisis finansial usaha pada kondisi sebelum pengembangan (aktual) dan kondisi kedua yaitu analisis finansial usaha setelah melakukan pengembangan dengan penambahan jumlah ternak domba dan kambing serta pembangunan kandang baru. 11) Pada analisis switching value, diasumsikan komponen lain selain harga bakalan kambing dan harga penjualan kambing tidak berubah (cateris peribus). 48

64 V GAMBARAN UMUM USAHA 5.1 Gambaran Umum Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, tercatat bahwa Kabupaten Bogor terdiri dari 40 kecamatan, 428 desa/kelurahan, rukun warga, rukun tetangga yang terdapat dalam registrasi. Luas lahan yang dimiliki Desa Citapen menurut ekosistem pada tahun 2009 yaitu seluas 393,0 Ha dengan rincian lahan basah sederhana seluas 115 hektar, lahan basah tadah hujan 38 hektar dan lahan kering iklim basah seluas 240 hektar. Jarak jangkauan ke kantor kecamatan ±10 Km, dan jarak ke ibu kota kabupaten ±25 Km. Sedangkan jarak ke Pasar Teknik Umum (TU) Induk Kemang ±25 Km, jarak ke Pasar Induk Jakarta ±60 dengan alat transportasi lancar. Wilayah Desa Citapen berada pada ketinggian tempat antara 450 m dpl sampai dengan 800 m dpl. Drainase baik dan sangat cocok untuk diusahakan berbagai jenis tanaman pangan, hortikultura dan juga pemeliharaan ternak. Secara topografi Iklim di wilayah Desa Citapen adalah beriklim tropis/basah dengan suhu rata rata antara 20 o C sampai 32 o C dengan keasaman tanah (ph) antara 4,5 sampai 7. Menurut ekosistem yang ada, pemanfaatan lahan sawah dan darat bisa ditanami sepanjang tahun. Jenis tanah latosol, andosol, inseptisol sehingga cocok untuk ditanami berbagai komoditi tanaman. Jumlah penduduk desa Citapen adalah orang yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan. Jumlah Kepala Keluarga (KK) adalah dan jumlah KK Tani KK atau sekitar 80% dari KK yang ada, bermata pencaharian di sektor pertanian. Mata pencaharian penduduk Desa Citapen sebagian besar adalah sebagai petani tanaman pangan dan buruh tani. Faktor ini disebabkan dengan keadaan alam di wilayah ini yang subur sehingga cocok untuk lahan pertanian dan kondisi alam dengan ketinggian tempat 450 sampai 700 dpl, dimana kondisi ini sangat cocok untuk aktivitas pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan. Sehingga banyak masyarakat Desa Citapen yang menjadi petani sebagai mata pencaharian.

65 Tabel 8. Jumlah Penduduk Desa Citapen Menurut Mata Pencaharian Tahun 2009 Jenis Pekerjaan Jumlah penduduk (Jiwa) Persentase (%) Petani Tanaman Pangan ,0 Peternak 66 3,0 Perikanan 111 5,0 Perkebunan 89 4,0 Pedagang ,0 TNI/Polri 2 0,1 PNS 17 0,8 Jasa ,0 Buruh Tani ,0 Lain-lain ,3 Total ,0 Sumber : Data kependudukan Kecamatan Ciawi (2009) Berdasarkan Tabel 8 tersebut terlihat bahwa penduduk di Desa Citapen yang bermata pencaharian sebagai peternak adalah sebanyak 66 jiwa atau tiga persen dari total jumlah penduduk Desa Citapen. Maka sektor ini merupakan peluang yang terbuka bagi penduduk untuk usaha dalam sektor peternakan karena masih sedikit penduduk yang bermatapencaharian sebagai peternak. 5.2 Sejarah Usaha Usaha peternakan milik Bapak Sarno merupakan usaha penggemukan domba dan kambing. Pada awalnya Bapak Sarno bukanlah peternak domba dan kambing akan tetapi bekerja di peternakan ayam potong di Desa Cibedug sebagai karyawan selama tiga tahun. Selama bekerja di peternakan ayam potong, Bapak Sarno terus belajar dan menekuni pekerjaannya sehingga ia diangkat menjadi pengawas peternakan dan merangkap sebagai penanganan obat-obatan untuk ternak ayam. Walaupun jabatan Bapak Sarno meningkat, akan tetapi menurutnya ia tidak mengalami kemajuan karena tetap saja bekerja pada usaha orang lain. Bapak Sarno memiliki cita-cita ingin mandiri dengan memiliki sebuah peternakan. Oleh karena itu Bapak Sarno berhenti bekerja di peternakan ayam potong tersebut. Pada tahun 1991 Bapak Sarno memutuskan mengontrak rumah di Desa Citapen dengan luas 200 meter persegi. Di sinilah Bapak Sarno memulai usahanya dengan 50

66 modal sendiri mendirikan kandang dan membeli sepuluh ekor bakalan domba dan kambing untuk di budidayakan. Pada awal pegembangan usahanya, Bapak Sarno mengalami kekurangan modal. Bapak Sarno ingin memperbanyak jumlah ternaknya akan tetapi modal yang dimiliki terbatas. Maka Bapak Sarno berinisiatif memaruhkan ternaknya ke orang lain agar ternaknya cepat berkembang tanpa harus mengeluarkan biaya lagi. Dari tiga ekor yang diparuhkan, ternak domba tersebut selama setahun menghasilkan sepuluh ekor domba. Hasil ini dibagi dua oleh Bapak Sarno dengan pembagian lima ekor untuk yang mengurus ternaknya dan lima ekor lagi untuk Bapak Sarno. Semakin lama jumlah domba dan kambing Bapak Sarno semakin banyak hingga ratusan ekor dan usahanya semakin berkembang. Bapak Sarno juga melihat ada peluang untuk usaha penggemukan domba dan kambing. Hal ini terlihat dari penjualan domba dan kambing yang terus meningkat terutama pada saat Hari Raya Idul Adha. Hal ini terus berlangsung hingga saat ini Bapak Sarno telah memiliki kandang domba yang berkapasitas 150 ekor dan pada saat ini membangun kandang baru dengan kapasitas 120 ekor. 5.3 Lokasi Usaha Peternakan milik Bapak Sarno terletak di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilik memanfaatkan lahan di sekitar rumah seluas 500 meter persegi untuk peternakan domba dan kambing, sementara kandang baru yang akan dibangun terletak tidak jauh dari rumah (50 meter dari rumah Bapak Sarno) yang dibeli dari tanah penduduk dengan luas 800 meter persegi. Lokasi ini dipilih karena lokasi tersebut tidak jauh dari tempat tinggalnya sehingga pemilik dapat mengawasi langsung kegiatan harian karyawan pada peternakan domba dan kambing. 5.4 Kegiatan Usaha Usaha yang dijalankan Bapak Sarno merupakan usaha penggemukan ternak domba dan kambing. Penggemukan domba dan kambing yang dilakukan di peternakan ini adalah ternak yang diberikan perlakuan khusus sejak bakalan sampai di kandang. Domba dan kambing diberikan perlakuan awal yaitu 51

67 ditenangkan sebentar di kandang, lalu diberi pakan yang telah disediakan sebelumnya. Bakalan yang baru sampai di kandang biasanya akan sedikit mengalami stres setelah mengalami perjalanan dari tempat asalnya. Setelah didiamkan sekitar satu hari domba diberi obat cacing dan dimandikan. Pemberian obat cacing dilakukan guna menjaga kesehatan domba dan kambing agar pertumbuhannya tidak terganggu sedangkan domba dan kambing dimandikan agar badannya menjadi lebih segar dan memiliki nafsu makan yang tinggi. Pakan yang diberikan berupa rumput yang diperoleh dari daerah sekitar Desa Citapen. Rumput yang tersedia sangat melimpah sehingga domba tidak pernah mengalami kekurangan pakan. Selain itu domba dan kambing juga diberi pakan tambahan berupa konsentrat (ampas tahu dan singkong). Pada usaha penggemukan domba dan kambing, masalah pengadaan bakalan sangat menjadi perhatian bahkan hal yang paling utama. Hingga saat ini pemilik masih mengalami kendala dalam hal pengadaan bakalan yaitu belum adanya pemasok tetap yang dapat memenuhi standar baik kualitas maupun kuantitas yang diinginkan. Pengadaan bakalan masih menggunakan sistem hunting yaitu mencari kesana-kemari untuk mendapatkan bakalan yang sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Pencarian biasanya dilakukan dengan cara mendatangi peternak-peternak yang ada disekitar wilayah Bogor, Jonggol, Cianjur dan Sukabumi. Cara ini merupakan kelemahan bagi pemilik saat ini karena dengan kondisi seperti ini, maka jaminan kebersinambungan pasokan bahan baku menjadi lemah. 52

68 VI ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL Analisis aspek kelayakan non finansial dilakukan untuk melihat kondisi lingkungan yang berpengaruh pada proses alternatif pengambilan keputusan terbaik dan untuk mengetahui sampai sejauh mana usaha penggemukan domba dan kambing layak jika dilihat dari aspek-aspek non finansial. Setiap aspek saling berhubungan satu dengan yang lain, sehingga penting untuk dikaji hal yang akan menjadi dasar pengambilan keputusan sebagai gambaran prospek usaha yang akan dikembangkan. Dalam penelitian ini dikaji beberapa aspek non finansial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, hukum, sosial ekonomi dan lingkungan. 6.1 Aspek Pasar Analisis aspek pasar merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah usaha karena sumber pendapatan utama usaha berasal dari penjualan produk yang dihasilkan. Aspek pasar memiliki tujuan untuk menganalisis apakah produk yang dihasilkan dapat memberikan nilai tinggi kepada pelanggan dibandingkan produk pesaing. Jika produk yang dihasilkan dan dibutuhkan konsumen dalam jumlah yang besar, tetapi harga tinggi, kualitas tidak lebih baik dibandingkan produk pesaing, dan tidak mudah didapatkan oleh konsumen maka produk yang dihasilkan tersebut akan ditinggalkan oleh pelanggan. Agar investasi atau usaha yang akan dijalankan dapat berhasil dengan baik, maka perlu diketahui peluang pasar dan dilakukan strategi yang tepat. Strategi tersebut adalah strategi bauran pemasaran (produk, harga, tempat, dan promosi) Peluang Pasar Peluang pasar untuk usaha penggemukan domba dan kambing ini sangat terbuka luas hal ini terlihat dari permintaan terhadap domba dan kambing terus meningkat sementara jumlah ternak yang dihasilkan masih belum mencukupi permintaan pasar (Tabel 9).

69 Tabel 9. Data Penjualan Domba dan Kambing Milik Bapak Sarno Tahun 2011 (Ekor) Jenis Ternak Jumlah Penjualan Jumlah Permintaan Kekurangan Domba Kambing Total Jumlah permintaan akan semakin meningkat pada saat Hari Raya Idul Adha. Hal ini disebabkan pada bulan tersebut banyak masyarakat yang beragama Islam yang mencari ternak domba dan kambing untuk keperluan qurban. Selain jumlah permintaan yang tidak terpenuhi, usaha penggemukan domba dan kambing ini juga tidak memiliki pesaing di wilayah yang sama. Pada umumnya penduduk Desa Citapen yang memiliki ternak domba dan kambing masih skala rumah tangga, yang merupakan pendapatan sampingan dan merupakan usaha budidaya yang prosesnya dapat menghabiskan waktu tahunan hingga mendapatkan hasil. Hal ini lah yang menyebabkan peluang pasar untuk usaha penggemukan domba dan kambing bagi Bapak Sarno masih besar Strategi Bauran Pemasaran Bauran pemasaran merupakan kombinasi dari empat variabel yang merupakan inti dari sistem pemasaran yang dapat dikendalikan oleh pelaku usaha. Empat variabel tersebut dikenal dengan 4P yaitu product (produk), price (harga), place (tempat), dan promotion (promosi). Berdasarkan wawancara dengan pemilik strategi pemasaran yang dilakukan yaitu: 1) Produk Usaha penggemukan domba dan kambing yang dijalankan oleh Bapak Sarno merupakan usaha yang selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas ternaknya melalui penanganan di masa produksi. Berkualitas atau tidaknya ternak yang dihasilkan merupakan hasil penanganan ternak di masa pemeliharaan. Penanganan yang dilakukan berupa menjaga kebersihan kandang dan ternak, pemberian pakan secara teratur pemberian obat dan pemberian vitamin untuk menjaga kesehatan ternak. Untuk menjaga kualitas produknya ternak diberi 54

70 perlakuan khusus yaitu setelah bakalan sampai di kandang, domba dan kambing langsung diberikan perlakuan awal yaitu ditenangkan sebentar di kandang lalu diberi pakan yang telah disediakan sebelumnya. Bakalan yang baru sampai di kandang biasanya akan sedikit mengalami stres setelah mengalami perjalanan dari tempat asalnya. Setelah didiamkan sekitar satu hari domba dan kambing diberi obat cacing dan dimandikan. Pemberian obat cacing dilakukan guna menjaga kesehatan domba dan kambing agar pertumbuhannya tidak terganggu sedangkan perlakuan memandikan domba dan kambing agar ternak menjadi lebih segar, terhindar dari penyakit kurap dan memiliki nafsu makan yang tinggi. Pakan yang diberikan berupa rumput yang diperoleh dari daerah sekitar di Desa Citapen. Rumput yang tersedia sangat melimpah sehingga domba dan kambing tidak pernah mengalami kekurangan pakan. Sedangkan pakan tambahan yang diberikan adalah pakan berupa konsentrat yaitu ampas tahu dan singkong. Strategi produk juga dilakukan dengan pemilihan bakalan domba dan kambing yang baik yang didapat dari peternak dan masyarakat di Bogor, Jonggol, Cianjur, Sukabumi dan sekitarnya. Pemilihan bakalan ini menjadi salah satu kunci sukses untuk menghasilkan produk yang baik karena bakalan yang baik akan menghasilkan daging yang baik. Domba dan kambing yang dijual oleh Bapak Sarno merupakan ternak hidup. Domba dan kambing tersebut dijual kepada pedagang sate, rumah makan, catering, jasa aqiqah, serta masyarakat yang membutuhkan untuk keperluan kurban, hajatan dan lainnya. Untuk memenuhi permintaan konsumen, domba dan kambing juga dapat diantarkan dalam bentuk daging (sudah disembelih). Permintaan ini dipenuhi oleh pemilik agar banyak konsumen yang membeli domba dan kambing kepadanya serta untuk memberikan kepuasan dan nilai lebih kepada konsumen. 2) Harga Harga merupakan nilai yang ditukar konsumen dengan manfaat memiliki atau menggunakan produk yang nilainya ditetapkan oleh pembeli dan penjual melalui tawar menawar, atau ditetapkan oleh penjual untuk satu harga yang sama 55

71 terhadap semua pembeli. Harga domba dan kambing yang ditawarkan pada usaha ini yaitu berdasarkan bobot hidup ternak domba dan kambing. Harga domba dengan kambing berbeda per kilogramnya. Semakin berkualitas dan besar bobot domba maupun kambing maka harga akan semakin tinggi. Selain itu harga domba dan kambing tidak tetap bahkan pada saat hari raya Idul Adha harga akan semakin mahal (Tabel 10). Tabel 10. Harga Domba dan Kambing Usaha Bapak Sarno (Januari 2012) Domba Kambing Bobot Harga (Rp) Bobot Harga (Rp) 1 Kg Kg Kg Kg Kg Kg Usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno juga menerapkan harga berdasarkan taksiran penampilan fisik. Hal ini dimaksudkan untuk melayani calon pembeli yang lebih detil dalam memilih domba dengan datang langsung ke kandang. Tidak ada ukuran yang baku dalam menentukan harga, tergantung dari kesepakatan tawar menawar antara pemilik dengan calon pembeli. Namun sampai saat ini penjualan domba dan kambing dari usaha penggemukan ini mayoritas masih menggunakan sistem jual berdasarkan penampilan fisik. Harga juga dapat berubah sewaktu-waktu sesuai dengan situasi dan kondisi misalnya pada saat hari raya Idul Adha harga dapat menjadi lebih tinggi apalagi jika dalam kondisi permintaan sangat banyak. 3) Tempat Distribusi yang dilakukan pada usaha ini merupakan penyaluran produk ternak domba dan kambing hingga sampai pada target pasar atau konsumen. Konsumen dapat datang langsung ke lokasi usaha untuk memilih kriteria domba dan kambing yang mereka inginkan untuk dibeli. Untuk pelanggan tetap biasanya pembeli hanya memesan melalui telepon, memberitahukan bobot yang mereka inginkan kemudian pemilik atau karyawan mengantarkan domba atau kambing 56

72 pesanan ke konsumen langsung. Adapun konsumen berasal dari daerah Jabodetabek yang terdiri dari rumah makan, catering, penjual sate dan konsumen rumah tangga. 4) Promosi Promosi dilakukan dengan tujuan menginformasikan segala jenis produk yang ditawarkan dan berusaha menarik calon konsumen. Saat ini promosi yang dilakukan oleh pemilik usaha adalah promosi melalui mulut ke mulut. Kebanyakan dari konsumen yang merasa puas dengan produk yang mereka dapatkan memberitahukan informasi mengenai usaha penjualan domba dan kambing milik Bapak Sarno ke orang lain seperti teman ataupun kerabat. Berdasarkan analisis aspek pasar, usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno layak untuk dijalankan, karena sesuai dengan kriteria kelayakan usaha yaitu usaha tersebut menghasilkan produk yang dapat diterima pasar (dibutuhkan dan diinginkan oleh calon konsumen) dengan tingkat penjualan yang menguntungkan, peluang pasar yang masih terbuka luas dan strategi bauran pemasaran yang terdiri dari produk, harga, tempat dan promosi telah dijalankan oleh pemilik. Hasil analisis yang diperoleh pada aspek pasar usaha penggemukan domba dan kambing ini menunjukkan bahwa jumlah domba dan kambing yang ditawarkan kepada konsumen belum mampu memenuhi permintaan sehingga masih terbuka peluang pasar yang potensial. Jumlah permintaan akan terus meningkat pada saat hari raya Idul Adha karena mayoritas penduduk beragama Islam, domba dan kambing dibutuhkan untuk qurban. Selain itu domba dan kambing memiliki kelebihan tersendiri yaitu hewan yang digunakan untuk aqikah dan tidak dapat digantikan dengan hewan lain sehingga peluang usaha penggemukan domba dan kambing masih besar karena banyak masyarakat yang membutuhkan ternak domba dan kambing ini. Produk yang ditawarkan oleh usaha ini yaitu produk yang diinginkan konsumen, dengan harga yang sesuai dengan kualitas. Ternak yang ditawarkan oleh usaha penggemukan domba dan kambing ini selalu berkualitas, hal ini dilihat dari kesehatan ternak dan bobot ternak. Konsumen dapat memilih ternak yang 57

73 ingin mereka beli sehingga konsumen tidak kecewa dengan ternak yang mereka miliki setelah proses pembelian. Distribusi langsung disampaikan kepada konsumen sehingga kualitasnya terjaga dan ternak yang dibeli sesuai dengan pilihan konsumen. Distribusi langsung kepada konsumen ini bertujuan untuk menghindari kualitas ternak yang buruk yang diberikan kepada konsumen sehingga konsumen tidak kecewa. Selain itu distribusi langsung ke konsumen juga akan memutus rantai distribusi yang panjang dan kemungkinan akan menambah biaya serta mengakibatkan harga domba dan kambing menjadi lebih tinggi. Lokasi peternakan tidak jauh dari Kota Bogor sehingga akses menuju lokasi mudah untuk dituju. Untuk pelanggan yang sudah biasa membeli hanya butuh menelpon pemilik untuk memesan ternak yang diinginkan. Promosi yang dilakukan oleh usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno disampaikan dari konsumen ke konsumen lainnya, hal ini dapat mengurangi biaya untuk kegiatan promosi. Maka dari analisis tersebut dapat dikatakan usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno layak untuk dilaksanakan karena memenuhi kriteria kelayakan berdasarkan aspek pasar. 6.2 Aspek Teknis Analisis aspek teknis yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi pemilihan lokasi usaha dengan sarana dan prasarana, layout kandang, perlengkapan serta proses penggemukan yang dilakukan Penentuan Lokasi Pemilihan lokasi kandang merupakan langkah awal dalam memulai usaha penggemukan domba dan kambing. Setelah lokasi yang cocok ditemukan, barulah kandang didirikan. Pemilihan lokasi yang tepat menjadi kunci keberhasilan dalam pembuatan kandang. Bahan material yang dipilih juga akan mempengaruhi kenyamanan domba dan kambing, selain itu juga berpengaruh terhadap besaran modal yang akan diinvestasikan. Untuk mendirikan usaha penggemukan domba dan kambing, pemilik usaha memperhatikan lokasi tempat usaha. Pemilihan lokasi didasarkan pada 58

74 pertimbangan berdasarkan variabel-variabel utama yang perlu mendapat perhatian. Pertimbangan tersebut yaitu: 1) Tidak Terkena Perluasan Kota Lokasi usaha milik Bapak Sarno tidak bertentangan dengan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dan Rencana Bagian Wilayah Kota (RBWK). Pemilik mempertimbangkan jika suatu saat dilakukan perluasan kota, lokasi usaha tidak digusur seperti wilayah Karawang dan Bekasi. 2) Transportasi yang Mudah ke Daerah Pemasaran Pemasaran merupakan penentu keberhasilan usaha penggemukan domba dan kambing. Oleh karena itu, transportasi dari lokasi peternakan ke daerah pemasaran harus baik. Pemilik usaha memilih di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi dikarenakan faktor jarak dan infrastruktur untuk mendukung kelancaran transportasi hingga produk sampai ke konsumen selain itu mempertimbangkan konsumen banyak yang berasal dari Kota Bogor dan Depok. Faktor jarak yang dekat antara kandang dengan pasar akan mengurangi faktor penyusutan bobot badan domba dan kambing selama perjalanan karena domba dan kambing dapat mengalami stres. 3) Sumber Air Air merupakan kebutuhan yang paling utama, baik untuk keperluan ternak, sanitasi, maupun keperluan sehari-hari. Sumber air yang dimiliki oleh peternakan ini merupakan sumber air yang berasal dari mata air Pegunungan Pangrango sehingga air selalu ada, mudah didapat dalam jumlah yang dapat memenuhi kebutuhan setiap hari. Air yang diperoleh juga merupakan air yang sehat yaitu tidak berbau, tidak berasa, jernih, bebas dari bahan kimia limbah yang berbahaya dan bebas dari penyakit 4) Sumber Pakan yang Mudah Didapat Pakan merupakan kebutuhan pokok dalam pemeliharaan ternak domba dan kambing. Usaha penggemukan domba dan kambing ini dekat dengan pakan yaitu berupa hijauan yang didapat daerah sekitar Desa Citapen dan konsentrat berupa ampas tahu yang didapat dari pabrik tahu di sekitar Bogor. 59

75 5) Tidak Berdekatan dengan Pemukiman Lokasi kandang domba dan kambing tidak berada di tengah kota yang penduduknya padat. Jarak peternakan dengan penduduk tidak mengganggu kenyamanan penduduk sekitar terutama dalam hal pencemaran udara. 6) Keadaan Iklim Produksi domba dan kambing dipengaruhi oleh iklim setempat baik secara langsung terhadap ternak maupun tidak langsung melalui lingkungan ternak. Peternakan ini berada di iklim tropis/basah dengan suhu rata-rata antara 20 o C sampai 32 o C. Iklim ini cocok untuk usaha penggemukan domba dan kambing Layout Usaha Penggemukan Domba Kandang peternakan domba dan kambing milik Bapak Sarno terbuat dari kayu. Perbedaan kandang baru dengan kandang lama yaitu tidak adanya perbedaan ukuran antara kandang domba dengan kandang kambing. Kandang lama tidak memiliki jalan yang luas sehingga mobil pakan atau pengangkut domba tidak dapat masuk ke dalam kandang sedangkan kandang baru memiliki jalan kandang yang lebar (Gambar 3). Gudang a. Kandang Baru b. Kandang Lama Gambar 3. Layout Kandang Pengemukan Domba dan Kambing 60

76 6.2.3 Teknik Penggemukan 1) Kandang Kandang yang digunakan untuk penggemukan domba dan kambing adalah tipe kandang panggung. Lantai pada kandang tipe ini terletak di atas tanah (ada kolong). Fungsi kolong ini untuk menampung kotoran ternak. Lantai kandang dibuat bercelah 1-1,5 centimeter agar kotoran domba dan kambing dapat jatuh ke kolong dan kandang mudah dibersihkan. Biaya pembuatan kandang tipe ini lebih mahal dibandingkan dengan kandang yang lantainya langsung di tanah. Akan tetapi tipe kandang ini juga memiliki kelemahan yaitu kaki domba ataupun kambing dapat terperosok apabila lebar celah lantai kandang tidak benar-benar diperhatikan. Berdasarkan penempatan domba dan kambing dalam kandang, ada dua model kandang panggung, yaitu kandang koloni dan kandang batere (Purbowati, 2009). Kandang koloni adalah kandang yang digunakan untuk menempatkan domba secara berkelompok. Gerakan domba dalam kandang ini bebas. Sedangkan kandang batere adalah kandang yang digunakan untuk menempatkan domba secara individu, kandang ini memiliki sekat-sekat di dalamnya. Peternakan milik Bapak Sarno memiliki kandang batere dengan pertimbangan bahwa penempatan domba dan kambing secara individu dapat menghindari terjadinya perkelahian ternak. Gerakan domba dan kambing juga terbatas sehingga tidak banyak energi yang hilang untuk aktivitas yang tidak perlu. Ukuran kandang batere pada kandang baru adalah 1m x 50 cm untuk kandang kambing dan 1 m x 40 cm untuk kandang domba. Sedangkan pada kandang lama jarak tersebut belum ditentukan. Antara kandang kambing dengan kandang domba tidak ada perbedaan. Selain itu juga jalan di dalam kandang sempit sehingga mobil pengangkut domba atau pakan tidak dapat masuk ke kandang. 61

77 a. Kandang Baru b. Kandang Lama Gambar 4. Perbedaan Kandang Baru dan Kandang Lama 3) Sarana dan Prasarana Kandang Sarana dan prasarana kandang sangat diperlukan dalam penggemukan domba dan kambing agar proses penggemukan domba dan kambing lancar. Selain itu, adanya sarana dan prasarana akan membuat efisiensi penggunaan waktu dan bahan baku. Sarana dan prasarana yang ada pada peternakan ini adalah sebagai berikut. a) Tempat pakan Tempat pakan disediakan di dalam kandang domba dan kambing agar pakan tidak tercecer dan tercampur dengan kotoran ternak. Tempat pakan dibuat sedemikian rupa agar mudah dan efisien dalam pemberian pakan maupun pembersihan sisa pakan. Untuk pakan yang berupa hijauan (rumput), tempat pakan terbuat dari kayu sedangkan untuk pakan konsentrat menggunakan ember yang diletakkan di dalam kandang. b) Tempat minum Tempat air minum domba dan kambing menggunakan ember plastik. Hal ini merupakan kelemahan bagi peternakan ini karena untuk memenuhi kebutuhan ternak air perlu diisi secara manual agar tersedia secara terus menerus agar ternak dapat minum. c) Peralatan Peralatan yang terdapat pada kandang peternakan Bapak Sarno adalah peralatan untuk sanitasi ternak dan kandang yaitu sapu lidi, serokan dan 62

78 ember. Peralatan tersebut untuk menjaga kebersihan kandang dan kesehatan ternak. 4) Memilih Bakalan Keuntungan usaha penggemukan domba dan kambing yang paling utama adalah mendapatkan pertambahan bobot badan yang tinggi dalam waktu cepat. Pertambahan bobot badan diperoleh dari selisih bobot badan awal dengan bobot badan akhir program penggemukan. Dalam memilih bakalan domba dan kambing pemilik memilih domba dan kambing yang tidak gemuk atau agak kurus, tetapi dalam kondisi sehat. Selain harganya murah, domba yang kurus juga diharapkan akan memperlihatkan pertumbuhan kompensasi, sehingga konversi pakannya rendah. Dengan kata lain, biaya pakan yang diperlukan untuk setiap satuan pertambahan bobot badan murah sehingga keuntungan yang diperoleh menjadi lebih tinggi. Seleksi yang dilakukan adalah melalui seleksi individu dengan melihat ciri-ciri fisik. Bakalan domba dan kambing harus sehat dan bebas dari segala cacat fisik seperti cacat mata (kebutaan), pincang, lumpuh, kaki dan kuku abnormal, serta tidak terdapat kelainan tulang punggung atau cacat tubuh lainnya. Selain itu ciri lain yang perlu diperhatikan adalah umur bakalan domba dan kambing yaitu 7-10 bulan (kurang dari satu tahun) dan biasanya berkelamin jantan karena laju pertumbuhan domba dan kambing jantan pada umumnya lebih tinggi daripada domba dan kambing betina. Bakalan diperoleh dari daerah Bogor, Jonggol, Cianjur hingga Sukabumi. Pemilik membeli bakalan pada daerah tersebut karena selain harga yang diperoleh lebih murah, ternak yang diperoleh juga berkualitas. 5) Pakan Produktivitas ternak domba dan kambing, terutama pertumbuhan dan kemampuan produksinya dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Pengaruh faktor lingkungan antara lain terdiri dari pakan, teknik pemeliharaan, kesehatan, dan iklim. Diantara faktor lingkungan tersebut, pakan mempunyai pengaruh paling besar. Besarnya pengaruh pakan ini menunjukkkan bahwa 63

79 produktivitas domba dan kambing yang tinggi tidak bisa tercapai tanpa pemberian pakan yang memenuhi kuantitas dan kualitas. Pakan adalah zat yang ada di alam, terdiri dari bahan pakan dan dikonsumsi oleh ternak untuk kepentingan tubuhnya tanpa membahayakan ternak tersebut. Pakan yang terdapat pada peternakan domba dan kambing milik Bapak Sarno terdiri dari pakan berserat (hijauan) dan pakan penguat (konsentrat). Bahan pakan yang digunakan dalam kelompok pakan berserat adalah hijauan seperti rumput dan daun-daunan. Sedangkan bahan pakan konsentrat terdiri dari singkong dan ampas tahu. Pakan hijauan diperoleh dari lingkungan daerah Desa Citapen. Untuk pakan konsentrat yaitu ubi diperoleh dari petani sekitar Desa Citapen, sedangkan ampas tahu diperoleh dari pabrik tahu di sekitar Bogor. Gambar 5. Pemberian Pakan Hijauan 6) Penggemukan Penggemukan domba dan kambing merupakan upaya untuk memacu pertumbuhan domba sehingga diperoleh bobot badan yang optimal. Agar proses penggemukan domba berjalan dengan lancar maka segala sesuatunya harus dilakukan dengan tahapan yang benar. Penggemukan domba dan kambing peternakan milik Bapak Sarno dilakukan selama tiga hingga empat bulan. Hal-hal teknis yang dilakukan selama penggemukan adalah sebagai berikut: 64

80 a) Persiapan kandang Kandang yang akan digunakan untuk penggemukan domba dan kambing adalah kandang panggung. Sebelum digunakan kandang dibersihkan dari sisa kotoran dan pakan. b) Penimbangan ternak Penimbangan domba dan kambing dilakukan pada saat masuk kandang untuk mengetahui bobot awal dan harga dasar pembelian per kilogram. Penimbangan berikutnya dilakukan setiap akhir bulan untuk mengetahui pertambahan bobot badan harian dan penentuan harga jual minimal per kilogramnya. c) Pencukuran bulu Pemeliharaan domba dan kambing bertujuan untuk menghasilkan bobot badan yang optimal di akhir masa penggemukan. Untuk domba dalam mencapai tujuan tersebut, salah satunya dilakukan dengan pencukuran bulu domba sedangkan kambing tidak. Selain memberantas kutu pada domba, pencukuran bulu juga mampu mengurangi stress panas. Selama penggemukan, pencukuran bulu dilakukan sekali, yaitu pada awal periode penggemukan. Pencukuran dilakukan secara manual dengan menggunakan gunting. Pencukuran bulu hanya dilakukan pada ternak domba sedangkan pada ternak kambing pencukuran tidak dilakukan karena bulu kambing sudah cukup tipis. d) Memandikan domba Sebelum digemukkan di kandang panggung domba dan kambing dimandikan terlebih dahulu. Dengan dimandikan domba dan kambing akan tampak bersih dan bulu-bulunya tidak menjadi sarang bagi kuman penyakit. e) Pemberian vitamin dan obat-obatan Beberapa jenis vitamin tidak bisa disintesis oleh domba dan kambing di dalam tubuhnya. Oleh karena itu kebutuhan vitamin harus disuplai dari vitamin khusus. Vitamin yang digunakan oleh peternakan Bapak Sarno adalah B12. Pemberian vitamin ini juga bertujuan untuk mengurangi stress akibat transportasi, meningkatkan daya tahan tubuh, dan mempercepat proses kesembuhan dari infeksi. Selain vitamin ada juga obat cacing untuk 65

81 mencegah dan mengobati domba dan kambing yang terkena cacing serta antibiotik untuk mengobati berbagai penyakit seperti infeksi pada sistem saluran urin. f) Kebersihan kandang Setiap hari domba dan kambing akan mengeluarkan kotoran dan urin. Kotoran dan kencing akan menimbulkan amoniak yang berbahaya bagi ternak. Amoniak dapat menimbulkan penyakit paru-paru. Berat badan pada domba yang mengalami sakit paru-paru tidak dapat naik bahkan menurun. Dalam kondisi yang parah, penyakit ini dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu, kotoran tersebut perlu dibersihkan setiap hari. Kandang domba dan kambing milik Bapak Sarno dibersihkan setiap hari yaitu pada pagi dan sore hari yaitu dengan membersihkan kotoran dan sisa pakan yang berserakan di kandang. a. Kotoran Ternak Dikumpulkan b. Pupuk Kandang Gambar 6. Kotoran Ternak untuk Pupuk Kandang g) Pemberian pakan Pemberian pakan yang tepat akan menentukan keberhasilan usaha penggemukan karena alokasi biaya untuk produksi yang digunakan untuk pakan cukup besar. Pakan yang diberikan harus memenuhi kebutuhan nutrisi domba dan kambing yang akan digemukkan. Jenis pakan yang diberikan pada peternakan milik Bapak Sarno adalah pakan hijauan (rumput dan 66

82 dedaunan) dan konsentrat (ampas tahu dan singkong). Pemberian pakan tersebut diberikan secara terpisah. Pakan hijauan diberikan setiap saat, ketika rumput dalam tempat pakan sudah habis maka langsung ditambah (diisi lagi) sedangkan konsetrat diberikan pada siang hari. Pakan hijauan yang diberikan kepada ternak yaitu lima kilogram per hari per ekor. Sedangkan jumlah pakan konsentrat yang diberikan yaitu satu kilogram per ekor per hari (0,5 kilogram ampas tahu dan 0,5 kilogram ubi). Pertambahan bobot ternak diasumsikan 0,15 kilogram per ekor per hari. Sehingga pada dalam waktu empat bulan kenaikan bobot rata-rata ternak yaitu 18 kilogram per ekor. h) Pemberian air minum Air minum selalu tersedia di dalam kandang dalam jumlah yang cukup. Air diberikan dalam tempat air minum berupa ember. Kebutuhan air minum selalu diperhatikan agar domba dan kambing tidak mengalami kehausan. i) Pemanenan domba Penggemukan domba umumnya dilakukan selama tiga hingga empat bulan. Keberhasilan penggemukan domba dan kambing dapat dilihat dari bobot hidup saat akan dipanen (dijual). Bobot badan domba dan kambing dapat berbeda-beda antara ternak satu dengan yang lainnya walaupun pada bakalan bobotnya sama. Pada penelitian ini bobot rata-rata bakalan adalah 20 kilogram per ekor. Dengan pertambahan bobot tubuh sebesar 18 kilogram selama empat bulan maka pada saat penjualan rata-rata bobot tubuh ternak adalah 38 kilogram. 7) Penyakit Pertumbuhan domba dan kambing sangat dipengaruhi oleh kesehatan. Pakan yang berkualitas, faktor genetika yang bagus, dan kondisi lingkungan yang mendukung tidak akan berarti jika domba yang digemukkan dalam kondisi sakit. Dalam pertumbuhan, domba dan kambing yang sakit dalam jangka yang panjang akan mengalami penyusutan bahkan akan mengalami kematian jika tidak segera ditangani. Mencegah penyakit merupakan tindakan yang lebih baik daripada mengobati. 67

83 Tindakan pencegahan penyakit domba dan kambing yang dilakukan peternakan Bapak Sarno adalah mengenai sanitasi domba dan kambing, kandang dan lingkungan. Pemberian vitamin, obat cacing dan antibiotik secara berkala juga merupakan tindakan pencegahan yang terus dilakukan. Beberapa jenis penyakit yang sering menyerang domba dan kambing peternakan ini antara lain diare, penyakit mata, penyakit kulit, kembung serta penyakit mulut dan kaki. Selain penyakit, parasit juga diwaspadai karena mampu menghambat pertumbuhan domba. Parasit dibagi menjadi dua, yaitu cacing dan kutu. a) Parasit i) Cacing Jenis cacing yang selalu menyerang domba dan kambing adalah cacing bulat dan cacing hati. Cacing dalam bentuk larva masuk ke dalam tubuh domba dan kambing melalui pakan, terutama hijauan. Dalam usus, larva cacing berkembang menjadi cacing dewasa. Cacing ini akan menghisap sari makanan yang semestinya diserap oleh dinding usus untuk keperluan domba. Akibatnya, meskipun domba dan kambing makan banyak, tetapi pertumbuhannya akan lambat karena sari makanannya dihabiskan oleh cacing. Domba dan kambing yang cacingan akan diberikan obat cacing. Untuk pencegahan peternakan milik Bapak Sarno memberikan obat cacing sejak pertama kali bakalan tiba di kandang. Gambar 7. Pemberian Obat Cacing. 68

Jl.Veteran No.53.A Lamongan ABSTRAK

Jl.Veteran No.53.A Lamongan ABSTRAK EVALUASI KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA DAN KAMBING MILIK H. SHOLEH BERDASARKAN ASPEK FINANSIAL DAN NONFINANSIAL DI DESA BANYUTENGAH KECAMATAN PANCENG KABUPATEN GRESIK M. Yusuf 1, Dyah Wahyuning A 1,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian Investasi Kasmir dan Jakfar (2009) menyatakan bahwa investasi adalah penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Agrifarm, yang terletak di desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN Oleh: RONA PUTRIA A 14104687 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Oleh : Nandana Duta Widagdho A14104132 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR SKRIPSI OOM ROHMAWATI H34076115 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber :

I. PENDAHULUAN. Sumber : I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk Indonesia merupakan penduduk terbesar keempat di dunia setelah Republik Rakyat Cina (RRC), India, dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk Indonesia sejak tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki keragaman sumber daya alam. Salah satu keragaman sumber daya alam yang belum dikembangkan secara maksimal adalah komoditas peternakan.

Lebih terperinci

PADA MITRA KABUPATEN BOGOR. Oleh: F I T R I A L

PADA MITRA KABUPATEN BOGOR. Oleh: F I T R I A L ANALISIS TINGKAT KELAYAKAN FINANSIAL PENGGEMUKAN KAMBING DAN DOMBA PADA MITRA TANI FARM, DI KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR Oleh: F I T R I A L A14105549 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H

STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H14104071 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor perikanan pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Potensi sektor perikanan tangkap Indonesia diperkirakan mencapai 6,4

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A 14105665 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan peternakan saat ini, menunjukan prospek yang sangat cerah dan mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi pertanian Indonesia. Usaha peternakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman yang menunjang pemenuhan gizi masyarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat (Sugiarti, 2003).

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI SURAHMAT H34066119 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2010

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2010 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas peternakan mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan. Hal ini didukung oleh karakteristik produk yang dapat diterima oleh masyarakat Indonesia. Kondisi ini

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA Pada Agrifarm, Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA Pada Agrifarm, Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA Pada Agrifarm, Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat SURANTO WAHYU WIDODO A14104051 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR. Afnita Widya Sari A

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR. Afnita Widya Sari A ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR Afnita Widya Sari A14105504 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Indonesia terdiri atas perairan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG SKRIPSI SYAHRA ZULFAH H34050039 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... SAMPUL DALAM. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI.. ABSTRACT... RINGKASAN... HALAMAN PERSETUJUAN.. TIM PENGUJI.. RIWAYAT HIDUP.

DAFTAR ISI... SAMPUL DALAM. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI.. ABSTRACT... RINGKASAN... HALAMAN PERSETUJUAN.. TIM PENGUJI.. RIWAYAT HIDUP. DAFTAR ISI ISI SAMPUL DALAM. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI.. ABSTRACT... ABSTRAK RINGKASAN... HALAMAN PERSETUJUAN.. TIM PENGUJI.. RIWAYAT HIDUP. KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di beberapa daerah di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Sebuah usaha akan diikuti oleh kegiatan investasi. Kegiatan investasi yang dilakukan dalam bidang pertanian memiliki risiko yang relatif besar dibandingkan

Lebih terperinci

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor), Babi Aceh 0.20 0.20 0.10 0.10 - - - - 0.30 0.30 0.30 3.30 4.19 4.07 4.14 Sumatera Utara 787.20 807.40 828.00 849.20 871.00 809.70 822.80 758.50 733.90 734.00 660.70 749.40 866.21 978.72 989.12 Sumatera

Lebih terperinci

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan kambing perah Prima Fit yang terletak di Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN DOMBA AGRIFARM DESA CIHIDEUNG UDIK KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN DOMBA AGRIFARM DESA CIHIDEUNG UDIK KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN DOMBA AGRIFARM DESA CIHIDEUNG UDIK KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT SKRIPSI MOHAMAD IKHSAN H34054305 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) SKRIPSI PUSPA HERAWATI NASUTION H 34076122 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat

Lebih terperinci

SKRIPSI AFIF FAKHRUZZAMAN H

SKRIPSI AFIF FAKHRUZZAMAN H ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN IKAN NILA GESIT (Studi : Unit Pembenihan Rakyat Citomi Desa Tanggulun Barat, Kec. Kalijati, Kab. Subang Jawaa Barat) SKRIPSI AFIF FAKHRUZZAMAN H34076008 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung. 22 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah usaha ternak sapi perah penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana Peternakan Maju Bersama dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Untuk menilai layak atau tidak usaha tersebut

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis Penelitian tentang analisis kelayakan yang akan dilakukan bertujuan melihat dapat tidaknya suatu usaha (biasanya merupakan proyek atau usaha investasi)

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI USAHATANI ASPARAGUS (Asparagus officionalis) RAMAH LINGKUNGAN, PT AGRO LESTARI, BOGOR HERLIANA RIDHAWATI A

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI USAHATANI ASPARAGUS (Asparagus officionalis) RAMAH LINGKUNGAN, PT AGRO LESTARI, BOGOR HERLIANA RIDHAWATI A KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI USAHATANI ASPARAGUS (Asparagus officionalis) RAMAH LINGKUNGAN, PT AGRO LESTARI, BOGOR HERLIANA RIDHAWATI A14105555 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian dipilih secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS (Kasus : Kecamatan Sipahutar, Kababupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara) Oleh : IRWAN PURMONO A14303081 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan

Lebih terperinci

POTENSI PASAR BANK YANG BERBASIS AGRIBISNIS BAGI PENGEMBANGAN PT. BANK BUKOPIN, TBK CABANG KARAWANG DI WILAYAH KABUPATEN PURWAKARTA

POTENSI PASAR BANK YANG BERBASIS AGRIBISNIS BAGI PENGEMBANGAN PT. BANK BUKOPIN, TBK CABANG KARAWANG DI WILAYAH KABUPATEN PURWAKARTA POTENSI PASAR BANK YANG BERBASIS AGRIBISNIS BAGI PENGEMBANGAN PT. BANK BUKOPIN, TBK CABANG KARAWANG DI WILAYAH KABUPATEN PURWAKARTA SKRIPSI EMMY WARDHANI A14102528 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kampung Budaya Sindangbarang, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan persentase kenaikan jumlah penduduk yang tinggi setiap tahunnya. Saat ini, Indonesia menempati posisi ke-4 dalam

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Manfaat dan Biaya Dalam menganalisa suatu usaha, tujuan analisa harus disertai dengan definisi-definisi mengenai biaya-biaya dan manfaat-manfaat.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Usaha Kecil Menengah (UKM) pengolahan pupuk kompos padat di Jatikuwung Innovation Center, Kecamatan Gondangrejo Kabupaten

Lebih terperinci

Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik

Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali sejak 1963. Pelaksanaan ST2013 merupakan

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN BISNIS PENGEMBANGAN USAHA ISI ULANG MINYAK WANGI PADA USAHA PERSEORANGAN BOSS PARFUM, BOGOR. Oleh MOCH. LUTFI ZAKARIA H

STUDI KELAYAKAN BISNIS PENGEMBANGAN USAHA ISI ULANG MINYAK WANGI PADA USAHA PERSEORANGAN BOSS PARFUM, BOGOR. Oleh MOCH. LUTFI ZAKARIA H STUDI KELAYAKAN BISNIS PENGEMBANGAN USAHA ISI ULANG MINYAK WANGI PADA USAHA PERSEORANGAN BOSS PARFUM, BOGOR Oleh MOCH. LUTFI ZAKARIA H24077027 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAGING SAPI POTONG DOMESTIK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAGING SAPI POTONG DOMESTIK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAGING SAPI POTONG DOMESTIK SKRIPSI MARUDUT HUTABALIAN A14105571 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yang merupakan suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Skripsi SRI ROSMAYANTI H 34076143 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut memiliki peranan yang cukup penting bila dihubungkan dengan masalah penyerapan

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT SKRIPSI NUR AMALIA SAFITRI H 34066094 PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PENAMBAHAN MESIN VACUUM FRYING

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PENAMBAHAN MESIN VACUUM FRYING ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PENAMBAHAN MESIN VACUUM FRYING UNTUK USAHA KECIL PENGOLAHAN KACANG ( STUDI KASUS DI PD. BAROKAH CIKIJING MAJALENGKA JAWA BARAT) Oleh: FARIDA WIDIYANTHI A14104549 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

VI ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

VI ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL VI ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL Analisis aspek kelayakan non finansial dilakukan untuk melihat kondisi lingkungan yang berpengaruh pada proses alternatif pengambilan keputusan terbaik dan untuk mengetahui

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) yang dilaksanakan pada Mei 2010 penduduk

I. PENDAHULUAN. Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) yang dilaksanakan pada Mei 2010 penduduk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia cukup tinggi, berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT SOLUSI MODAL (SM) DI BANK DANAMON SIMPAN PINJAM UNIT CIBINONG KABUPATEN BOGOR

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT SOLUSI MODAL (SM) DI BANK DANAMON SIMPAN PINJAM UNIT CIBINONG KABUPATEN BOGOR ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT SOLUSI MODAL (SM) DI BANK DANAMON SIMPAN PINJAM UNIT CIBINONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ROBBI FEBRIO H34076133 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi)

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil tempat di kantor administratif Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat yang berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Usaha

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengertian Usaha Menurut Gittinger (1986) bisnis atau usaha adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

SKRIPSI RINO ARIBOWO H

SKRIPSI RINO ARIBOWO H ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE DUMBO KELOMPOK TANI PEMBUDIDAYA IKAN LELE DESA LENGGANG, KECAMATAN GANTUNG, BELITUNG TIMUR, BANGKA BELITUNG SKRIPSI RINO ARIBOWO H 34104072 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada tahun 2006 Badan Pusat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOPI DI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN SUMATERA UTARA

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOPI DI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN SUMATERA UTARA STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOPI DI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN SUMATERA UTARA SKRIPSI TIUR MARIANI SIHALOHO H34076150 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Peternakan Sapi Perah Salah satu bidang usaha agribisnis peternakan yang memiliki potensi cukup besar dalam meningkatkan kesejahtraan dan kualitas sumberdaya manusia

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA INSTALASI BIOGAS DALAM MENGELOLA LIMBAH TERNAK SAPI POTONG (PT. WIDODO MAKMUR PERKASA, CIANJUR) Oleh Muzayin A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA INSTALASI BIOGAS DALAM MENGELOLA LIMBAH TERNAK SAPI POTONG (PT. WIDODO MAKMUR PERKASA, CIANJUR) Oleh Muzayin A 1 ANALISIS KELAYAKAN USAHA INSTALASI BIOGAS DALAM MENGELOLA LIMBAH TERNAK SAPI POTONG (PT. WIDODO MAKMUR PERKASA, CIANJUR) Oleh Muzayin A 14105576 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah dibuka maka investasi harus terus dilanjutkan sampai kebun selesai

BAB I PENDAHULUAN. telah dibuka maka investasi harus terus dilanjutkan sampai kebun selesai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bisnis perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu bisnis yang dinilai prospektif saat ini. Karakteristik investasi dibidang perkebunan kelapa sawit teramat berbeda

Lebih terperinci

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN PEMASARAN NENAS BOGOR Di Desa Sukaluyu, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor SKRIPSI ERIK LAKSAMANA SIREGAR H 34076059 DEPARTEMEN AGRIBIS SNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Agribisnis merupakan salah satu sektor dalam kegiatan perekonomian berbasis kekayaan alam yang dimanfaatkan dalam melakukan kegiatan usaha berorientasi keuntungan. Sektor

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

Bab XIII STUDI KELAYAKAN

Bab XIII STUDI KELAYAKAN Bab XIII STUDI KELAYAKAN STUDI KELAYAKAN DIPERLUKAN 1. Pemrakarsa sebagai bahan pertimbangan a. Investasi - Merencanakan investasi - Merevisi investasi - Membatalkan investasi b. Tolak ukur kegiatan/investasi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), proyek pada dasarnya merupakan kegiatan yang menyangkut pengeluaran modal (capital

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah : III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi Pengertian Proyek pertanian menurut Gittinger (1986) adalah kegiatan usaha yang rumit karena penggunaan sumberdaya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. (http://www.bps.go.id). Populasi Ternak (000) Ekor Diakses Tanggal 3 Oktober 2011.

PENDAHULUAN. (http://www.bps.go.id). Populasi Ternak (000) Ekor Diakses Tanggal 3 Oktober 2011. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rata-rata laju pertumbuhan populasi ternak unggas selama enam tahun dari tahun 2004 hingga 2010 menunjukkan peningkatan, diantaranya ternak ayam ras petelur dan pedaging

Lebih terperinci