II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Karakteristik Kambing
|
|
- Ida Liani Budiono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Kambing Kambing merupakan binatang memamahbiak yang pada dasarnya merupakan kambing liar yang tersebar di Asia Barat Daya. Kambing perah memang masih asing bagi sebagian masyarakat karena hasil utama kambing perah yaitu susu kambing masih jarang dikonsumsi. Susu kambing memang kalah populer jika dibandingkan dengan susu sapi karena sebagian masyarakat berpersepsi bahwa susu kambing memiliki bau perengus (bau khas kambing jantan) yang tidak terlalu disukai oleh masyarakat. Meskipun demikian, saat ini konsumsi susu kambing semakin meningkat karena masyarakat semakin mengetahui bahwa susu kambing memiliki kandungan gizi yang lebih baik dibandingkan dengan susu sapi (Setiawan & Tanius 2002). 2.2 Input Budidaya Kambing Perah Budidaya kambing perah pada umumnya hampir sama dengan kambing potong sehingga sebagian besar input yang dibutuhkan untuk budidaya kambing perah sama dengan input pada kambing potong. Selanjutnya akan dijelaskan mengenai beberapa input utama yang dibutuhkan pada budidaya kambing perah Kandang Kandang merupakan sarana yang dibangun di awal budidaya kambing perah. Pembangunan kandang ini harus dapat memberikan kenyamanan bagi kambing yang dipelihara agar kambing dapat berproduksi optimal. Menurut Setiawan dan Tanius (2002), terdapat dua syarat umum yang perlu diperhatikan dalam membuat kontruksi kandang kambing. Syarat pertama yaitu sistem ventilasi yang cukup baik yang berguna untuk mengeluarkan udara kotor dari dalam kandang dan digantikan oleh udara segar dari luar kandang. Syarat berikutnya adalah tercukupinya sinar matahari bagi kambing sehingga sebaiknya kandang kambing menghadap ke arah matahari terbit sehingga matahari pagi dapat dengan mudah masuk ke bagian dalam kandang. Selain untuk kesehatan kambing, sinar matahari ini juga diperlukan untuk mematikan bakteri dalam kandang sehingga kandang akan tampak sehat dan kering sepanjang waktu. 8
2 2.2.2 Pakan Pakan merupakan input yang sangat menentukan proses pertumbuhan, reproduksi, dan produksi susu sehingga komposisi gizi pakan harus sangat diperhatikan. Adapun jenis pakan tersebut terdiri dari : 1) Hijauan Hijauan adalah bahan pakan berserat yang dapat berasal dari rumput dan dedaunan. Jenis hijauan yang dapat digunakan antara lain rumput gajah, rumput liar, rumput setaria, daun kaliandra, daun turi, daun singkong, daun jagung, dan daun Kacang tanah. Hijauan yang paling disarankan untuk diberikan adalah rumput gajah yang dapat diperoleh dari hasil penanaman sendiri ataupun dibeli. 2) Konsentrat Merupakan salah satu bahan pakan penguat bagi kambing. Konsentrat ini terdiri dari campuran beberapa bahan makanan. 3) Ampas Tahu Ampas tahu dapat ditambahkan sebagai pakan penguat yang biasanya di berikan pada kambing sebanyak 3 kg/hari/ekor. Penggunaan ampas tahu ini bertujuan sebagai sumber energi dan peningkatan nafsu makan karena aromanya sangat disukai oleh ternak. Pemberian ampas tahu dapat dicampurkan ke dalam konsentrat sebelum kambing diperah. 4) Bubur Singkong Bubur singkong merupakan singkong yang dicacah ataupun ditumbuk. Pemberian bubur singkong biasanya akan berpengaruh pada peningkatan jumlah susu yang dihasilkan ternak. Bubur singkong ini diberikan secara tunggal sebanyak 2 ons/ekor/hari setelah konsentrat dan ampas tahu yang diberikan habis dikonsumsi kambing Air Kambing perah sangat perlu diperhatikan kebersihannya karena perlu memiliki higienitas yang tinggi sehingga air diperlukan untuk menjaga kebersihan kambing. Selain itu, air juga diperlukan untuk menjaga kesehatan kambing, jika kambing memakan pakan yang memiliki kandungan air yang cukup tinggi maka 9
3 kambing cukup diberikan sedikit air untuk minum sedangkan bila diberi pakan hijauan segar, pemberian air pada ternak sebaiknya lebih banyak. Air minum yang diberikan idealnya berupa campuran beberapa bahan yaitu Nutri Simba 1 cc, molase (limbah tebu) 1 cc, garam beryodium 1 genggaman, dan air bersih 10 liter. Formulasi air ini lebih disukai oleh kambing dan akan menyebabkan feses dan air kencing tidak akan berbau Obat-Obatan Obat-obatan merupakan input yang digunakan untuk menjaga kesehatan kambing maupun untuk pengobatan kambing yang sedang sakit. Obat-obatan yang digunakan terdiri dari berbagai jenis tergantung pada fungsi dari masingmasing obat-obatan. Adapun obat-obatan yang digunakan, kegunaan obat-obatan serta cara penggunaan obat-obatan dapat dilihat pada Lampiran Bibit Unggul Dalam memilih kambing perlu memperhatikan beberapa teknik. Teknik tersebut antara lain seleksi berdasarkan performa dan kelengkapan data atau informasi silsilah ternak bersangkutan. Teknik yang kedua yaitu seleksi berdasarkan kasat mata yang dilakukan oleh pembeli maupun penjual. Selain yang telah disebutkan di atas, ada cara sederhana memilih ternak kambing yaitu dengan memperhatikan beberapa kriteria. Adapun kriteria tersebut antara lain : 1) Calon Induk : a) Umur lebih dari 12 bulan ( 2 buah gigi seri tetap), b) Tingkat kesuburan reproduksi sedang c) Sifat keindukan baik d) Tubuh tidak cacat e) Berasal dari keturunan kembar (kembar dua) f) Jumlah puting dua buah g) Berat badan lebih dari 20 Kg. 2) Calon jantan : a) Pejantan memiliki penampilan yang bagus dan besar b) Umur > 1,5 tahun c) Keturunan kembar 10
4 d) Mempunyai nafsu kawin besar e) Sehat, dan tidak cacat. 2.3 Perkawinan, dan Penanganan Kelahiran Perkawinan merupakan suatu proses yang diperlukan untuk peremajaan ternak. Perkawinan dibagi ke dalam dua bagian yaitu inseminasi buatan dan perkawinan alami. Inseminasi buatan terjadi dengan bantuan alat yang dapat memasukan sel sperma ke posisi yang tepat pada bagian dalam organ kelamin betina. Sementara perkawinan secara alami dapat terjadi karena adanya kontak fisik antara pejantan dengan betina. Perkawinan sebaiknya dilakukan setelah jam kambing betina birahi karena tingkat kesuburan saat itu cukup tinggi. Tingkat keberhasilan perkawinan ditandai dengan adanya kebuntingan. Kambing yang telah bunting tua perlu penanganan khusus. Sebaiknya kambing yang sudah siap melahirkan ditempatkan di kandang khusus sehingga kambing tersebut merasa nyaman dan tenang serta memudahkan pemantauan. 2.4 Jenis Penyakit pada Kambing Perah Terdapat beberapa penyakit yang sering ditemui pada kambing perah. Penyakit-penyakit tersebut dapat dikelompokan menjadi beberapa kelompok yakni penyakit bakterial, yaitu penyakit yang timbul akibat bakteri pada kambing perah. Adapun jenis-jenis penyakit bakterial ini antara lain : 1) Antrax (radang limpa) 2) Mastitis 3) Keguguran 4) Diare atau mencret Penyakit parasit yaitu penyakit yang disebabkan oleh parasit yang terdapat pada kambing. Penyakit-penyakit jenis ini antara lain : 1) Kudis/kurap (Scabies) 2) Cacingan Penyakit lainnya yaitu jenis penyakit yang bukan disebabkan oleh bakteri ataupun parasit. Adapun jenis-jenis penyakit jenis ini antara lain : 1) Penyakit mata 2) Perut kembung 11
5 3) Kelumpuhan atau kejang-kejang 2.5 Pemerahan Pemerahan dilakukan untuk memperoleh susu kambing. Menurut Esminger (2002), pemerahan pada kambing perah dapat dilakukan dua kali sehari tetapi lebih baik jika selang antar pemerahan selama 12 jam. Sebelum dilakukan pemerahan, ambing pada kambing sebaiknya dibersihkan dahulu dengan air dan dikeringkan dengan menggunakan handuk bersih. Hal ini dilakukan untuk menghindari penyakit mastitis pada kambing. Susu hasil perahan pertama harus dibuang ke dalam sebuah wadah (gelas) untuk memastikan bahwa kambing tidak mengalami mastitis. Setelah dilakukan pemerahan, masing-masing ambing harus dimasukan pada cairan desinfektan agar tidak terkena mastitis. Proses pemerahan dapat dilakukan dengan beberapa cara tetapi teknik pemerahan pada kambing biasanya menggunakan teknik whole hand yakni teknik pemerahan dengan menggunakan seluruh jari (Setiawan dan Tanius, 2002). Susu yang telah diperoleh harus disaring terlebih dahulu kemudian disimpan dalam freezer agar susu dapat bertahan lebih lama. 2.6 Karakteristik Susu Kambing Produk utama dari kambing perah adalah susu kambing. Pada Tabel 3 Dapat dilihat perbandingan kandungan gizi susu kambing, dan susu sapi. Dari Tabel 3 terlihat bahwa kandungan energi KCL, protein, lemak, Ca, vit A, Thiamin, Niacin pada susu kambing lebih tinggi dibandingkan dengan susu sapi. Susu kambing juga memiliki citra tersendiri yang berbeda dengan susu sapi. Jika susu sapi dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan zat gizi terutama protein, maka susu kambing dikonsumsi dengan tujuan yang lebih dari itu, susu kambing dipercaya mampu menyembuhkan beberapa jenis penyakit sehingga susu kambing juga dikonsumsi sebagai obat. 12
6 Tabel 3. Kandungan Gizi Susu Kambing dan Susu Sapi Komposisi Kambing Sapi Air 83-87,5 87,2 Hidrat Arang 4,6 4,7 Energi KCL Protein 3,3-4,9 3,3 Lemak 4,0-7,3 3,7 Ca (mg) P (mg) Fe (mg) 0,05 0,05 Vit. A. (mg) Thiamin (mg) 0,04 0,03 Rhiboflamin 0,14 0,17 Niacin (mg) 0,3 0,08 Vit. B-12 0,07 0,36 Sumber : Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dijadikan rujukan adalah berbagai penelitian yang berhubungan dengan analisis kelayakan usaha, dan analisis pada kambing perah serta analisis kelayakan usaha pada peternakan kambing perah. Penelitian mengenai analisis kelayakan terutama kelayakan pada subsektor peternakan telah dilakukan oleh peneliti terdahulu namun dengan objek kajian atau komoditas yang berbeda. Salah satunya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Irfansyah pada tahun Penelitian ini bejudul Analisis Pengembangan dan Optimalisasi Produksi Usaha Ternak Sapi Perah (Studi Kasus : Peternakan Barokah, Kebon Pedes, Kota Bogor). Hasil dari penelitian ini antara lain: berdasarkan hasil perhitungan kriteria kelayakan finansial peternakan Barokah pada skala usaha 80 ekor induk laktasi, diperoleh nilai NPV , IRR diperoleh sebesar 37% dengan tingkat discount rate sebesar 16%, diperoleh nilai Net B/C sebesar 2,04, PBP diperoleh selama 3,81 tahun, BEP diperoleh selama 8,49 tahun dan PR diperoleh sebesar 3,8. Selain itu, dalam penelitian ini juga dilakukan analisis sensitivitas. Variabelvariabel yang diubah dalam analisis sensitivitas yaitu : kenaikan tingkat inflasi per tahun, kenaikan biaya pakan per tahun, rata-rata produksi susu per ekor induk, harga jual susu per liter dan tingkat kenaikan gaji karyawan tiap tahun. Sedangkan 13
7 berdasarkan hasil penelitian pada aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek dampak usaha dan analisis terhadap aspek finansial dapat disimpulkan bahwa gagasan pengembangan usaha layak untuk dilaksanakan. Pengembangan skala usaha dari 60 ekor menjadi 80 ekor induk laktasi membuat peternakan beroperasi secara lebih efisien dan mencapai skala ekonomi yang baik. Penelitian selanjutnya yang dijadikan rujukan yakni penelitian yang dilakukan oleh Dicky Satria pada tahun 2009 dengan penelitian berjudul Analisis pengembangan Usaha Ternak Kambing Perah Peranakan Etawa (Studi Kasus : Peternakan Cordero, Desa Sukajaya, Kacamatan Tamansari, Kabupaten Bogor). Berdasarkan hasil analisis pada aspek non finansial, Peternakan Cordero dituntut untuk memperbesar pasar sasaran seiring dengan meluasnya skala usaha. Pada saat penelitian jumlah kambing yang terdapat di peternakan Cordero adalah 119 ekor yang terdiri dari 5 pejantan, 58 induk, 25 dara, dan 31 anakan, dan akan bertambah menjadi 828 ekor di tahun kelima dengan asumsi tingkat kelahiran anak 1,62, kematian 10 persen, pemeliharaan betina 20 persen, dan menjual seluruh anak jantan. Hasil analisis dari aspek finansial diperoleh nilai NPV sebesar Rp , nilai IRR 32,14 persen, nilai net B/C 2,32, PBP 4,1 tahun, BEP 4,6 tahun yang mengindikasikan bahwa pengembangan usaha ternak kambing perah ini layak untuk dijalankan. Analisis sensitivitas dilakukan dengan melakukan perubahan pada variabel output dan input. Berdasarkan analisis switching value menunjukan bahwa kenaikan harga pakan lebih peka dibandingkan degan kenaikan tingkat inflasi maupun penurunan harga jual susu. Penelitian mengenai kambing perah dilakukan oleh Siti Maimonah pada tahun 2000 dalam skripsinya yang berjudul Pendugaan Model Fungsi dan Analisis Efisiensi Faktor-Faktor Produksi Kambing Perah Laktasi Peranakan Etawah pada Peternakan Barokah. Hasil penelitian ini antara lain diperolehnya model fungsi produksi terbaik pada Peternakan Kambing Perah barokah yaitu sebagai berikut : Y = 2,415 X 0,203 2 X 0,342-0,259 4 X 5 Dimana Y : Produksi susu (kg/hari) X2 : pakan penguat (kg/hari) X4 : periode laktasi X5 : lama laktasi (hari) 14
8 Selain itu, menurut penelitian ini, konsumsi pakan penguat secara teknis sudah efisien karena elastisitas produksinya berada antara 0 dan satu atau berada pada daerah rasional yaitu sebesar 0,203 yang berarti penambahan 1 kg pakan penguat akan meningkatkan produksi susu sebanyak 0,203 kg. Namun secara ekonomis belum efisien karena rasio antara Nilai Produk Marjinal (NPM) dengan Biaya Korbanan Marjinal (BKM) lebih besar dari 1 yaitu 3,804 sehingga perlu penambahan pakan optimal yaitu 3,804 kg per ekor per hari. Dengan penambahan ini jumlah produksi susu harian setiap ekornya meningkat 0,111 kg, dan dengan harga produksi susu per kilogramnya Rp 6.000,00 penerimaan juga akan bertambah Rp 666,00 per ekor per hari. Secara teknis, periode laktasi telah efisien dengan nilai elastisitas sebesar 0,342. Hal ini berarti peningkatan periode laktasi akan meningkatkan produksi susu sebanyak 0,342 kg dengan rata-rata periode laktasi ke-2,079 masih bisa ditambah karena puncak laktasi tercapai pada laktasi ke-4. Sedangkan lama laktasi tidak efisien karena nilai elastisitasnya kurang dari 0 yaitu sebesar -0,259. Hal ini berarti penambahan satu hari lama laktasi akan menurunkan produksi susu sebesar 0,259 kg. Karena rata-rata lama laktasi selama ini adalah 188,211 hari, sehingga dapat menurunkan produksi susu rata-rata, maka sebaiknya dilakukan sekitar 160 hari. Penelitian mengenai kambing perah dilakukan pula oleh Nur Santy Asminaya dalam tesisnya yang berjudul Penggunaan Ransum Komplit Berbasis Sampah Sayuran Pasar untuk Produksi dan Komposisi Susu Kambing Perah. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2007 di peternakan rakyat yang terletak di Bintaro. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji penggunaan ransum komplit berbasis sampah sayuran pasar dalam bentuk kering (RKK) dan fermentasi/silase (RSK) pada kambing perah dengan melihat aspek produksi dan komposisi susu. Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan hasil kondisi fisik dan susu pada kambing perah yang diberi perlakuan yang berbeda yaitu dengan memberikan ransum konvensional (RK) yang terbuat dari konsntrat dan ampas tahu, RKK, dan RSK yang terbuat dari sayuran pasar, ampas tahu, dedak padi, onggok dan bungkil inti sawit. Hasilnya, dilihat dari konsumsi bahan kering dan produksi susu yang menurun, ransum komplit berbasis sampah sayuran pasar baik berbentuk kering (RKK) maupun silase (RSK) belum dapat menggantikan penggunaan 15
9 ransum konvensional (RK), meskipun komposisi yang dihasilkan pada semua kambing penelitian (RK< RKK< dan RSK) adalah sama. Penelitian yang akan dilakukan merupakan penelitian pada komoditas kambing perah. Analisis dilakukan pada kelayakan usaha ternak pada kondisi tanpa adanya pengembangan usaha berupa penambahan populasi kambing laktasi I dan pada kondisi adanya pengembangan usaha. Terdapat beberapa persamaan dan perbedaan antara penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian terdahulu. Pada penelitian yang dilakukan oleh Irfansyah (2009), persamaan antara penelitian ini dengan penelitian tersebut terletak pada alat analisis yang digunakan terutama pada analisis aspek finansial. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat analisis berupa kriteria kelayakan investasi yang terdiri dari Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PBP). Untuk analisis aspek non finansial, beberapa penelitian terdahulu menggunakan penggolongan aspek yang berbeda dengan yang digunakan pada penelitian ini. Sedangkan perbedaan terletak pada jenis komoditas yang dikaji. Pada penelitian yang dilakukan oleh Dicky (2009), analisis dilakukan pada kelayakan peternakan kambing perah. Artinya terdapat persamaan yang cukup banyak antara penelitian yang akan dilaksanakan dengan penelitian tersebut, persamaan tersebut yakni alat analisis yang digunakan sama yaitu kriteria kelayakan investasi baik secara finansial maupun non finansial selain itu, objek kajian atau komoditas yang dikaji juga serupa yaitu kambing perah. Namun perbedaan terletak pada tempat penelitian sehingga hasil yang diperoleh tentu akan berbeda. Tinjauan yang digunakan dalam penelitian ini juga harus merujuk pada penelitian terdahulu mengenai komoditas yang sama yang akan diteliti yaitu kambing perah. Ada beberapa peneliti yang menganalisis mengenai kambing perah namun dengan kajian yang berbeda. Penelitian yang dilakukan oleh Maimonah (2002), menganalisis komoditas yang sama yakni kambing perah namun dengan alat analisis yang berbeda dimana alat analisis yang digunakan yaitu menggunakan fungsi produksi polynomial kuadratik, polynomial akar pangkat dua, dan cob douglas (dilinierkan dengan ln). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Asminaya (2007), menganalisis mengenai efek penggunaan ransum pada 16
10 komposisi susu kambing sehingga alat analisis yang digunakan berupa uji laboratorium. Adapun rincian masing-masing penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rincian Penelitian Terdahulu No. Nama Peneliti Judul Penelitian Tahun Alat Analisis Komoditas 1. Irfansyah Analisis Pengembangan 2009 Kriteria Kelayakan Sapi Perah dan Optimalisasi Usaha baik aspek Produksi Usaha Ternak non finansial Sapi Perah (Studi Kasus maupun aspek : Peternakan Barokah, finansial (NPV, Kebon Pedes, Kota IRR, Net B/C, dan Bogor) PBP) 2. Dicky Satria Analisis Pengembangan Usaha Ternak Kambing 2009 Kriteria Kelayakan Usaha baik aspek Kambing Perah Perah Peranakan Etawa non finansial (Studi Kasus : maupun aspek Peternakan Cordero, finansial (NPV, Desa Sukajaya, IRR, Net B/C, dan Kecamatan Tamansari, PBP) Kabupaten Bogor) 3. Siti Maimonah Pendugaan Model 2000 Menggunakan Kambing Fungsi dan Analisis fungsi produksi Perah Efisiensi Faktor-Faktor polynomial Produksi Kambing kuadratik, Perah Laktasi Peranakan polynomial akar Etawah pada Peternakan pangkat dua, dan Kambing Perah Barokah cob douglas (dilinierkan dengan ln). 4. Nur Santy Penggunaan Ransum 2007 Menggunakan uji Kambing Asminaya Komplit Berbasis laboratorium Perah Sampah Sayuran Pasar terhadap susu yang untuk Produksi dan dihasilkan oleh Komposisi Susu kelompokkelompok Kambing Perah kambing perah yang telah diberi ransum yang berbeda-beda. Adapun uji laboratorium yang digunakan adalah uji berat jenis, kadar protein, lemak, laktosa, dan bahan kering tanpa lemak. 17
ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA TERNAK KAMBING PERAH (Kasus : Peternakan Prima Fit, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)
ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA TERNAK KAMBING PERAH (Kasus : Peternakan Prima Fit, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI TRIANA GITA DEWI H34060640 DEPARTEMEN AGRIBISNIS
Lebih terperinciVII ANALISIS ASPEK FINANSIAL
VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama
Lebih terperinciTERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT
TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN Ternak kambing sudah lama diusahakan oleh petani atau masyarakat sebagai usaha sampingan atau tabungan karena pemeliharaan dan pemasaran hasil produksi (baik daging, susu,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Boer Jawa (Borja) Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan antara kambing Afrika lokal tipe kaki panjang dengan kambing yang berasal
Lebih terperinciBAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Imbangan Hijauan Daun Singkong (Manihot
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah Menurut Yusdja (2005), usaha sapi perah sudah berkembang sejak tahun 1960 ditandai dengan pembangunan usaha-usaha swasta dalam peternakan sapi perah
Lebih terperinciKEADAAN UMUM LOKASI Peternakan Kambing Perah Cordero
KEADAAN UMUM LOKASI Peternakan Kambing Perah Cordero Peternakan kambing perah Cordero merupakan peternakan kambing perah yang dimiliki oleh 3 orang yaitu Bapak Sauqi Marsyal, Bapak Akhmad Firmansyah, dan
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan kambing perah Prima Fit yang terletak di Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah
TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Pemeliharaan sapi perah bertujuan utama untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan efisien pakan yang baik serta mendapatkan hasil samping berupa anak. Peningkatan produksi
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Peternakan Sapi Perah Salah satu bidang usaha agribisnis peternakan yang memiliki potensi cukup besar dalam meningkatkan kesejahtraan dan kualitas sumberdaya manusia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk
Lebih terperinciTEKNIS BUDIDAYA SAPI POTONG
TEKNIS BUDIDAYA SAPI POTONG Oleh : Ir. BERTI PELATIHAN PETANI DAN PELAKU AGRIBISNIS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BONE TA. 2014 1. Sapi Bali 2. Sapi Madura 3.
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Bahan dan Alat
36 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan yaitu mulai 8 Maret sampai 21 Agustus 2007 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Metode
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Peternakan Kambing Perah Bangun Karso Farm yang terletak di Babakan Palasari, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Analisis pakan
Lebih terperinciGambar 2. Domba didalam Kandang Individu
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja (kandang B) pada bulan Mei sampai dengan bulan November 2010. Analisis sampel dilakukan
Lebih terperinciII. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Koperasi berasal dari kata ( co = bersama, operation = usaha) yang secara
6 II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Teori dan Tujuan Koperasi di Indonesia Koperasi berasal dari kata ( co = bersama, operation = usaha) yang secara bahasa berarti bekerja bersama dengan
Lebih terperinciSILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA
AgroinovasI SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA Ternak ruminansia seperti kambing, domba, sapi, kerbau dan rusa dan lain-lain mempunyai keistimewaan dibanding ternak non ruminansia yaitu
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya.
Lebih terperinci1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :
BUDIDAYA SAPI POTONG I. Pendahuluan. Usaha peternakan sapi potong mayoritas masih dengan pola tradisional dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi jika dilakukan secara besar
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 sampai dengan bulan Januari 2012 di Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang untuk proses pembuatan silase daun singkong,
Lebih terperinciANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK
ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui usaha penggemukan ternak kambing pola kooperator (perlakuan)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Protein hewani merupakan zat makanan yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin meningkat seiring dengan meningkatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Statistik peternakan pada tahun 2013, menunjukkan bahwa populasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Statistik peternakan pada tahun 2013, menunjukkan bahwa populasi kambing di Indonesia berjumlah 18 juta ekor. Jumlah ini sangat besar dibandingkan dengan jenis ternak
Lebih terperinciV. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar
V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah peternak yang mengusahakan anakan ternak sapi dengan jumlah kepemilikan sapi betina minimal 2 ekor.
Lebih terperinciPENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi perah mempunyai potensi yang sangat besar untuk dikembangkan di Indonesia, dikarenakan kebutuhan akan susu domestik dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Ternak Sapi Perah
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Ternak Sapi Perah Perkembangan peternakan sapi perah di Indonesia tidak terlepas dari sejarah perkembangannya dan kebijakan pemerintah sejak zaman Hindia Belanda. Usaha
Lebih terperinciVII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL
VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana Peternakan Maju Bersama dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Untuk menilai layak atau tidak usaha tersebut
Lebih terperinciANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga
VI. ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Ketersediaan Input Dalam mengusahakan ternak sapi ada beberapa input yang harus dipenuhi seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan,
Lebih terperinciMATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor pada Bulan Maret sampai Agustus. Pemilihan daerah Desa Cibeureum sebagai tempat penelitian
Lebih terperinciPENGGEMUKAN SAPI Oleh : Arif fachul anam BP3K Binangun
. I. Syarat lokasi kandang PENGGEMUKAN SAPI Oleh : Arif fachul anam BP3K Binangun Sumber air tercukupi 1. Minum 2. Mandi 3. Sanitasi atau Kebersihan Terpisah dari rumah hunian atau padat penduduk Perijinan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan kebutuhan daging sapi lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan daging sapi. Ternak sapi,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki keragaman sumber daya alam. Salah satu keragaman sumber daya alam yang belum dikembangkan secara maksimal adalah komoditas peternakan.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ternak kambing merupakan salah satu ternak ruminansia penghasil protein
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ternak kambing merupakan salah satu ternak ruminansia penghasil protein hewani yang tergolong mudah dipelihara dan sudah dikenal luas oleh masyarakat. Kambing
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan
16 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan kadar protein dan energi berbeda pada kambing Peranakan Etawa bunting dilaksanakan pada bulan Mei sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperlukannya diversifikasi makanan dan minuman. Hal tersebut dilakukan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan konsumsi masyarakat yang terus berkembang membuat diperlukannya diversifikasi makanan dan minuman. Hal tersebut dilakukan untuk memberikan alternatif yang
Lebih terperinciLampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......
LAMPIRAN 50 Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama :... 2. Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :... 4. Pendidikan Terakhir :.. 5. Mata Pencaharian a. Petani/peternak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga membutuhkan ketersediaan pakan yang cukup untuk ternak. Pakan merupakan hal utama dalam tata laksana
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012
20 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012 yang bertempat di Desa Campang, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Efisiensi Penggunaan Pakan
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Kontrol lingkungan kandang sangat penting untuk kenyamanan dan kesehatan sapi, oleh karena itu kebersihan kandang termasuk suhu lingkungan sekitar kandang sangat
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan dengan melakukan persiapan dan pembuatan ransum di Laboratorium Industri Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembuatan pellet dilakukan
Lebih terperinciMATERI DAN METODE P1U4 P1U1 P1U2 P1U3 P2U1 P2U2 P2U3 P2U4. Gambar 1. Kambing Peranaka n Etawah yang Diguna ka n dalam Penelitian
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan pada bulan Juni sampai September 2011 bertempat di Peternakan Kambing Darul Fallah - Ciampea Bogor; Laboratorium
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Kondisi Geografis Kecamatan Cigugur merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Kuningan. Kecamatan Cigugur memiliki potensi curah hujan antara 1.000-3.500
Lebih terperinciKAMBING. Oleh : Tatok Hidayatul Rohman. Linnaeus, 1758
KAMBING Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Filum: Kelas: Ordo: Familia: Subfamili: Genus: Spesies: Subspesies: Animalia Chordata Mammalia Artiodactyla Bovidae Caprinae Capra C.
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi
MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Kandang B, Laboratorium Biologi Hewan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Laboratorium Terpadu Departemen Ilmu Nutrisi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Penambahan daun Som Jawa pada ransum menurunkan kandungan serat kasar dan bahan kering ransum, namun meningkatkan protein kasar ransum. Peningkatan protein disebabkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan sapi perah di Indonesia, 90% merupakan peternakan sapi perah rakyat dengan kepemilikan kecil dan pengelolaan usaha yang masih tradisional. Pemeliharaan yang
Lebih terperinciPENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Populasi sapi perah yang sedikit, produktivitas dan kualitas susu sapi yang rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat Jenderal Peternakan
Lebih terperinciMETODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pemeliharaan ternak percobaan dilakukan dari bulan
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produksi merupakan suatu proses transformasi atau perubahan dari dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output
Lebih terperinciRansum Ternak Berkualitas (Sapi, Kambing, dan Domba)
Ransum Ternak Berkualitas (Sapi, Kambing, dan Domba) Cuk Tri Noviandi, S.Pt., M.Anim.St., Ph.D. HP: 0815-7810-5111 E-mail: Laboratorium Teknologi Makanan Ternak Departemen Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas
Lebih terperinciIII OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.
22 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah usaha ternak sapi perah penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ternak Sapi Potong
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ternak Sapi Potong Sapi merupakan hewan ternak yang dipelihara oleh manusia sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja, dan kebutuhan manusia lainya. Ternak sapi menghasilkan 50%
Lebih terperinciFORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN
AgroinovasI FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN Usaha penggemukan sapi potong semakin menarik perhatian masyarakat karena begitu besarnya pasar tersedia untuk komoditas ini. Namun demikian,
Lebih terperinciAlat Pemerahan Peralatan dalam pemerahan maupun alat penampungan susu harus terbuat dari bahan yang anti karat, tahan lama, dan mudah dibersihkan. Bah
TEKNIK PEMERAHAN DAN PENANGANAN SUSU SAPIPERAH G. Suheri Balai Penelitian Ternak, Ciawi-Bogor PENDAHULUAN Perkembangan dalam pemeliharaan sapi perah pada akhir-akhir ini cukup pesat dibandingkan tahun-tahun
Lebih terperinciVI ANALISIS ASPEK NON FINANSIAL
VI ANALISIS ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Suatu produk diharapkan dapat diterima dengan baik oleh pasar tujuan sehingga analisis aspek pasar pada sebuah usaha perlu untuk dilakukan. Peternakan Prima
Lebih terperinciIV. ANALISIS DAN SINTESIS
IV. ANALISIS DAN SINTESIS 4.1. Analisis Masalah 4.1.1. Industri Pengolahan Susu (IPS) Industri Pengolahan Susu (IPS) merupakan asosiasi produsen susu besar di Indonesia, terdiri atas PT Nestle Indonesia,
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA
PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA DKI Jakarta merupakan wilayah terpadat penduduknya di Indonesia dengan kepadatan penduduk mencapai 13,7 ribu/km2 pada tahun
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH)
TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Perah Usaha peternakan sapi perah di Indonesia diklasifikasikan berdasarkan skala usahanya yaitu perusahaan peternakan sapi perah dan peternakan sapi perah rakyat (Sudono,
Lebih terperinciBudidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau.
Budidaya dan Pakan Ayam Buras Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau. PENDAHULUAN Ayam kampung atau ayam bukan ras (BURAS) sudah banyak dipelihara masyarakat khususnya masyarakat
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan
1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan hewan ternak perah lainnya. Keunggulan yang dimiliki sapi perah tersebut membuat banyak pengusaha-pengusaha
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Peternakan Rakyat di Ciater Peternakan rakyat di Ciater Kabupaten Subang merupakan peternakan yang
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Peternakan Rakyat di Ciater Peternakan rakyat di Ciater Kabupaten Subang merupakan peternakan yang tergabung dalam Koperasi Peternak Sapi Perah Bandung Utara (KPSBU)
Lebih terperinciPEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.
PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Rata-rata suhu lingkungan dan kelembaban kandang Laboratotium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja sekitar 26,99 0 C dan 80,46%. Suhu yang nyaman untuk domba di daerah
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Indonesia terdiri atas perairan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan peternakan saat ini, menunjukan prospek yang sangat cerah dan mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi pertanian Indonesia. Usaha peternakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar dipelihara setiap negara sebagai sapi perahan (Muljana, 2010). Sapi FH
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Friesian Holstien Sapi FH telah banyak tersebar luas di seluruh dunia. Sapi FH sebagian besar dipelihara setiap negara sebagai sapi perahan (Muljana, 2010). Sapi FH
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat akan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tipologi usaha peternakan dibagi berdasarkan skala usaha dan kontribusinya terhadap pendapatan peternak, sehingga bisa diklasifikasikan ke dalam kelompok berikut:
Lebih terperinciPENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ternak Domba Garut merupakan ternak ruminansia kecil yang banyak dipelihara oleh masyarakat, karena pemeliharaannya yang tidak begitu sulit, dan sudah turun temurun dipelihara
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SUSU SAPI PERAH
VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SUSU SAPI PERAH Dalam suatu kegiatan usaha ekonomi mempunyai tujuan utama untuk memperoleh keuntungan. Dalam usahaternak sapi perah salah satu usaha untuk memperoleh
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Gambar 2 Ternak dan Kandang Percobaan
14 METODE PENELITIAN Penelitian ini dibagi menjadi dua percobaan yaitu 1) Percobaan mengenai evaluasi kualitas nutrisi ransum komplit yang mengandung limbah taoge kacang hijau pada ternak domba dan 2)
Lebih terperinciKomparasi Antara Silase dan Hay Sebagai Teknik Preservasi Daun Rami Menggunakan Model Respon Produktivitas
Komparasi Antara Silase dan Hay Sebagai Teknik Preservasi Daun Rami Menggunakan Model Respon Produktivitas Kambing Peranakan Etawah (LAPORAN Hibah Bersaing Tahun-1) Dr. Despal, SPt. MSc.Agr Dr. Idat G.
Lebih terperinciANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL
VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele phyton, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein Peternakan Sapi Perah
TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein Sapi perah Fries Holland (FH) merupakan bangsa sapi perah yang banyak dipelihara di Indonesia. Bangsa sapi ini bisa berwarna putih dan hitam ataupun merah
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Pembagian Skala Usahaternak Sapi Perah
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usahaternak Sapi Perah 2.1.1 Pembagian Skala Usahaternak Sapi Perah Usahaternak di Indonesia diklasifikasikan menjadi tiga kelompok berdasarkan berdasarkan pola pemeliharaannya,
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, pada Agustus 2012 hingga September
16 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, pada Agustus 2012 hingga September 2012 yang bertempat di Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus. Analisis
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil
9 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Peternakan Sapi Perah Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil susu. Susu didefinisikan sebagai sekresi fisiologis dari kelenjar ambing. di antara
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan dari bulan Juli 2010 hingga April 2011 di peternakan sapi rakyat Desa Tanjung, Kecamatan Sulang, Kabupaten Rembang, dan di Departemen Ilmu Nutrisi
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penyusunan ransum bertempat di Laboratorium Industri Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Pembuatan pakan bertempat di Indofeed. Pemeliharaan kelinci dilakukan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan hasil perkawinan antara kambing
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Peranakan Ettawa Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan hasil perkawinan antara kambing Kacang dengan kambing Ettawa sehingga mempunyai sifat diantara keduanya (Atabany,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Peternakan adalah suatu kegiatan usaha untuk meningkatkan biotik berupa hewan ternak dengan cara meningkatkan produksi ternak yang bertujuan untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. dilaksanakan pada bulan Maret Juni Lokasi penelitian di kandang
9 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul Evaluasi Panjang Potongan Hijauan yang Berbeda dalam Ransum Kering Terhadap Konsumsi dan Kecernaan Kambing Lokal dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2016.
Lebih terperinciVII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL
VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana CV. Usaha Unggas dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Penilaian layak atau tidak usaha tersebut dari
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Sapi Perah
TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Salah satu bangsa sapi bangsa sapi perah yang dikenal oleh masyarakat adalah sapi perah Fries Holland (FH), di Amerika disebut juga Holstein Friesian disingkat Holstein, sedangkan
Lebih terperinciVII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL
VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada kelompok
Lebih terperinciBudidaya Ternak Kambing Dan Domba
Budidaya Ternak Kambing Dan Domba Disusun oleh : Wasis Budi Hartono ( Penyuluh Pertanian BP3K Sanankulon ) A. Pendahuluan Pola peternakan kambing dan domba potong atau pedaging di Indonesia sebagian besar
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah termasuk kedalam famili Bovidae dan ruminansia yang
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Sapi Perah Sapi perah termasuk kedalam famili Bovidae dan ruminansia yang mempunyai tanduk berongga. Sapi perah Fries Holland atau juga disebut Friesian Holstein
Lebih terperinciLampiran 1. Asumsi, Koefisien teknis dan Koefisien harga
58 Lampiran 1. Asumsi, Koefisien teknis dan Koefisien harga No Asumsi Volume Satuan 1 Dara bunting 4 bulan 4 Ekor 2 Bangunan Kandang Sapi 115,4 m2 3 Gudang Pakan 72 m2 4 Lahan 210 m2 5 Lahan kebun rumput
Lebih terperincidisusun oleh: Willyan Djaja
disusun oleh: Willyan Djaja 28 I PENDAHULUAN Salah satu bagian dari lingkungan adalah tatalaksana pemeliharaan. Peternak sebaiknya memperhatikan cara pemeliharaan agar memperoleh hasil yang diinginkan.
Lebih terperinciKONVERSI SAMPAH ORGANIK MENJADI SILASE PAKAN KOMPLIT DENGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI FERMENTASI DAN SUPLEMENTASI PROBIOTIK TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI BALI
Volume 15, Nomor 2, Hal. 51-56 Juli Desember 2013 ISSN:0852-8349 KONVERSI SAMPAH ORGANIK MENJADI SILASE PAKAN KOMPLIT DENGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI FERMENTASI DAN SUPLEMENTASI PROBIOTIK TERHADAP PERTUMBUHAN
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Agrifarm, yang terletak di desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Usaha Peternakan Sapi Perah Iklim dan Cuaca Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Sapi Perah
TINJAUAN PUSTAKA Usaha Peternakan Sapi Perah Keuntungan usaha peternakan sapi perah adalah peternakan sapi perah merupakan usaha yang tetap, sapi perah sangat efisien dalam mengubah pakan menjadi protein
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Lokasi Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. KUNAK didirikan berdasarkan keputusan presiden (Keppres)
Lebih terperinciTEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI
TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI I. Pendahuluan Ternak ruminansia diklasifikasikan sebagai hewan herbivora karena
Lebih terperincii - - - ii iii iv v vi vii No. Asumsi A B C Aspek Pasar 1. Untuk prediksi ke depan, permintaan produk dianggap tidak mengalami penurunan dalam jangka waktu 10 tahun yang
Lebih terperinciJURNAL INFO ISSN :
APLIKASI PAKAN KOMPLIT DAN PERBAIKAN PERFORMAN REPRODUKSI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS USAHA TERNAK DOMBA DI DESA TEGALURUNG KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG I. Mangisah, A. Muktiani, F. Kusmiyati
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Sapi perah Sapi perah (Bos sp.) merupakan ternak penghasil susu yang sangat dominan dibanding ternak perah lainnya dan sangat besar kontribusinya dalam memenuhi
Lebih terperinci