( 2 ) untuk derajat kecocokan nisbah segregasi pada setiap generasi silang balik dan
|
|
- Suharto Hartanto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PEMBAHASAN UMUM Penggabungan karakter resisten terhadap penyakit bulai dan karakter yang mengendalikan peningkatan lisin dan triptofan pada jagung merupakan hal yang sulit dilakukan. Hal ini disebabkan karena pola pewarisan karakter ketahanan terhadap penyakit bulai cukup kompleks, sedangkan gen-gen yang mengendalikan peningkatan kandungan lisin dan triptofan bersifat homosigot resesif. Analisis genetik ketahanan jagung terhadap penyakit bulai pada penelitian ini dilakukan dengan pendekatan analisis pendugaan model genetik dan pola pewarisan berdasarkan persentase infeksi patogen P. maydis menggunakan masing-masing tujuh macam populasi pada dua set persilangan (Penelitian 1) dan analisis daya gabung dengan metode lini x tester (Penelitian 3). Hasil analisis pada bagian penelitian pertama menunjukkan bahwa infeksi patogen P maydis pada masing-masing 100 famili generasi F 3 progeni CML161 x Mr 10 dan CML 161 x Nei9008 berdistribusi normal. Hal tersebut mengindikasikan bahwa karakter ketahanan terhadap penyakit bulai pada jagung dikendalikan oleh gen-gen yang bersifat poligenik. Hasil uji kesesuaian model genetik aditif dominan menunjukkan bahwa keragaman sifat ketahanan terhadap penyakit bulai pada masing-masing tujuh macam populasi kedua set persilangan tidak cukup hanya dijelaskan dengan model genetik aditif dominan. Oleh karena itu, diperlukan pengujian dengan model yang menyertakan pengaruh interaksi non alelik dengan uji skala gabungan. Dari hasil pengujian tersebut diperoleh informasi bahwa karakter ketahanan jagung terhadap penyakit bulai dikendalikan oleh gen-gen aditif, dominan dan interaksi non alelik (epistasis). Komponen gen aditif berkontribusi lebih nyata daripada aksi gen dominan dan epistasis pada kedua rekombinasi persilangan. Hasil uji skala gabungan juga menunjukkan bahwa pada rekombinasi MR10 x CML161 diperankan oleh aksi gen aditif dominan dengan pengaruh interaksi non alelik aditif komplementer epistasis, sedangkan pada rekombinasi Nei9008 x CML161 diperankan oleh non alelik aditif duplikat epistasis. Dengan keberadaan aksi gen epistasis tersebut, menyebabkan seleksi sifat ketahanan terhadap penyakit bulai tidak dapat difiksasi pada generasi awal yang masih bersegregasi sehingga diperlukan beberapa generasi seleksi hingga gen-gennya sudah stabil. Pengaruh gen-gen aditif untuk karakter ketahanan terhadap penyakit bulai juga diperlihatkan pada penelitian ketiga. Nilai kuadrat tengah lini dan tester yang nyata berdasarkan analisis varian metode lini x tester menunjukkan bahwa varians aditif karakter 94
2 ketahanan terhadap penyakit bulai merata dan terdapat keragaman genetik karakter tersebut diantara turunannya (Tabel 15). Metode persilangan silang balik secara konvensional untuk mengintrogresikan gen homosigot resesif opaque2 ke galur-galur elit pemulia yang resisten terhadap penyakit bulai sulit dilakukan karena ekspresi gen opaque2 dalam kondisi heterosigot sulit dibedakan dengan ekspresi gen dalam kondisi homosigot dominan. Dengan demikian, untuk mendetekasi keberadaan gen resesif opaque2 pada tiap generasi silang balik, diperlukan uji keturunan. Hal ini berarti bahwa diperlukan tambahan generasi silang pada setiap generasi silang balik. Berdasarkan hal tersebut, pada kegiatan penelitian kedua dilakukan metode pendekatan pemanfaatan marka SSR sebagai alat bantu seleksi. Pemanfaatan marka SSR tidak berarti menghilangkan kegiatan pemuliaan dengan metode silang balik secara konvensional, tetapi hanya membantu percepatan kegiatan seleksi karena pada setiap generasi silang balik tidak diperlukan lagi uji keturunan. Marka yang digunakan sebagai alat bantu seleksi adalah marka SSR spesifik phi057 untuk progeni CML161 x Nei9008, sedangkan umc1066 untuk progeni CML161 x MR10. Pemilihan marka tersebut didasarkan pada hasil penelitan pendahuluan yang dilakukan sebelum kegiatan penelitian disertasi ini dilakukan. Dari hasil penelitian pendahuluan tersebut diperoleh informasi bahwa marka SSR spesifik phi057 bersifat polimorfis untuk galur inbrida CML 161 dan Nei9008 serta CML 161 dan MR10, sedangkan marka spesifik umc1066 teridentifikasi bersifat polimorfis untuk galur inbrida CML 161 dan MR10. Visualisasi hasil PCR dengan menggunakan marka umc066 pada gel super fine agarose untuk galur CML 161 dan Nei9008 sulit dilakukan karena tingkat folimorfis kedua galur tersebut sangat rendah sehingga penampilannya bersifat monomorfis. Kelebihan yang dimiliki oleh marka umc1066 adalah hasil PCRnya dapat diseparasi pada gel super fine agarose sehingga lebih mudah diaplikasikan dan mempercepat kegiatan seleksi di Laboratorium. Hasil penelitian kedua menunjukkan bahwa marka SSR spesifik phi057 dan umc1066 secara berturut-turut terbukti efektif dan efisien digunakan sebagai alat bantu seleksi galurgalur yang memiliki gen homosigot resesif opaque-2 (oo). Berdasarkan hasil Uji Chikuadrat ( 2 ) untuk derajat kecocokan nisbah segregasi pada setiap generasi silang balik dan silang dalam sesuai dengan nisbah hipotetiknya yaitu masing-masing 1 : 1 dan 1 : 2 : 1. Dari kegiatan seleksi dengan bantuan marka SSR phi057 dan umc1066, secara berturutturut diperoleh 50 galur Nei9008+o2 dan 42 galur MR10+o2. Namun demikian, beberapa 95
3 galur yang tersebut mengalami kegagalan dalam persilangan sehingga yang bisa dimanfaatkan lebih lanjut hanya 42 galur Nei9008+o2 dan 36 galur MR10+o2. Galur-galur yang memiliki gen homosigot resesif opaque2 (o2), telah dievaluasi penampilan agronomis dan potensi hasil bijinya di lapangan. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa potensi hasil dari beberapa galur Nei9008+o2 lebih tinggi dari salah satu dan atau kedua galur pembanding, sedangkan pada galur MR10+o2 potensi hasilnya tidak berbeda nyata dengan pembanding. Selain itu, untuk memilih tetua yang digunakan untuk evaluasi daya gabung, telah dilakukan penyaringan untuk karakter ketahanan terhadap penyakit bulai dengan menggunakan metode inokulasi baris penyebar dan penyemprotan konidia patogen bulai pada genotip uji. Dari hasil penyaringan tersebut, masing-masing terpilih delapan galur Nei9008+o2 dan MR10+o2 dengan tingkat infeksi <10%. Untuk lebih meyakinkan kualitas protein dan mengetahui kuantitas lisin dan triptofan dari galur-galur yang digunakan sebagai tetua persilangan dengan metode lini x tester, sebagian bijinya (25 biji/galur) dikirim ke laboratorium biokimia tanah dan tanaman CIMMYT di Mexico. Hasil analisis lisin dan triptofan menunjukkan bahwa kandungan triptofan galur-galur Nei9008+o2 berkisar antara 211.1% hingga 229.8%, sedangkan kandungan lisinnya berkisar antara 183.1% % dibandingkan dengan galur inbrida asalnya (Nei9008). Galur MR10+o2 yang dianalisis memiliki kandungan triptofan berkisar antara 127.6% % dan lisin berkisar antara 140.3% 228.1% dibandingkan dengan galur inbrida asalnya (MR10). Dengan demikian, hasil penelitian ini membuktikan bahwa tingkat keakuratan penggunaan marka dalam kegiatan seleksi untuk memilih individu tanaman yang mengandung gen o2 cukup tinggi. Evaluasi daya gabung karakter ketahanan terhadap penyakit bulai telah dilakukan dengan menggunakan materi genetic yang berasal dari galur-galur hasil introgresi gen o2 yang terseleksi resisten terhadap penyakit bulai pada kegiatan penelitian sebelumnya. Galur-galur yang bernilai DGU tinggi (negatif) diharapkan mempunyai kemampuan berdaya gabung umum baik untuk menghasilkan genotip yang resisten terhadap penyakit bulai. Di antara genotip uji yang digunakan, lini yang memiliki efek DGU nyata adalah Nei9008+o2-11 dan Nei9008+o2-71, sedangkan untuk tester adalah MR10+o2-30 (T6) dengan nilai DGU berturut-turut -6.71, dan Galur-galur tersebut mempunyai kemampuan daya gabung umum paling baik untuk menghasilkan genotip jagung yang resisten terhadap penyakit bulai. Hal ini sesuai dengan pendapat Rifin (1983) yang menyatakan bahwa galur yang mempunyai efek daya gabung umum tinggi diharapkan menghasilkan turunan yang resisten terhadap penyakit bulai 96
4 Pemilihan galur-galur atau tetua yang mempunyai daya penggabung yang baik akan sangat membantu pemulia dalam menyeleksi tetua-tetua yang layak digunakan dalam program pemuliaan dalam pengembangan varietas yang resisten terhadap penyakit bulai. Pasangan galur-galur yang memiliki nilai DGK yang tinggi diharapkan menghasilkan genotip yang resisten terhadap penyakit bulai, dan dapat digunakan sebagai tetua dalam pembentukan varietas hibrida. Hasil uji t 5% untuk DGK menunjukkan bahwa terdapat tujuh rekombinasi persilangan dengan efek DGK nyata. Rekombinasi persilangan tersebut menurut urutan signifikansinya dimulai dari yang tertinggi adalah Nei9008+o2-27 (L7) // MR10+o2-08 (T1), Nei9008+o 2-41 (L8) // MR10+o2-08 (T1), Nei9008+o2-11 (L2) // MR10+o2-31 (T7), Nei9008+o2-27 (L7) // MR10+o2-08 (T1), Nei9008+o2-24 (L5)// MR10+o2-30 (T6), Nei9008+o2-11 (L2) // MR10+o2-26 (T5), Nei9008+o2-14 (L3) // MR10+o2-26 (T5). Untuk mengetahui seberapa besar potensi karakter ketahanan terhadap penyakit bulai dari hibrida (F1) terhadap tetuanya, telah dilakukan analisis heterosis berdasarkan rata-rata kedua tetua dan heterobioltisis berdasarkan tetua tertinggi. Data yang digunakan pada analisis heterosis adalah persentase tanaman sehat yang tidak terinfeksi penyakit bulai. Heterosis terhadap rata-rata tetua yang bernilai positif diperoleh pada 54 kombinasi persilangan (Tabel 19). Persilangan Nei9008+o2-24 (L5)// MR10+o2-30 (T6), mempunyai nilai heterosis dan heterobioltisis positif tertinggi yaitu masing-masing tertinggi 26.7% dan 22,8%. Hal ini berarti bahwa rekombinasi persilangan tersebut menghasilkan keturunannya (F 1 ) 26.7% lebih resisten dibanding rata-rata kedua tetuanya dan 22,8% terhadap tetua tertinggi. Secara teoritis, nilai heterosis tertinggi diperoleh dari persilangan antara tetua yang mempunyai perbedaan frekuensi gen dominan tinggi, sehingga pada hibridanya akan terkumpul gen-gen yang baik dan dominan di berbagai lokus serta alel-alel dominan yang menguntungkan akan menutupi alel-alel resesif yang merugikan (Fehr, 1987). Menurut Allard (1960) hibrida yang mempunyai efek heterosis terhadap penyakit dan hama berarti mempunyai resistensi yang tinggi terhadap penyakit dan hama, dan toleransinya meningkat terhadap kelakuan iklim, dan berbagai manifestasi lain dari keadaan yang lebih baik. Dari 64 rekombinasi F1, 54 rekombinasi persilangan (54.7% dari semua kombinasi) memiliki nilai heterosis terhadap terhadap rata-rata tetua dan 21 rekombinasi (32.8% dari semua kombinasi) untuk nilai heterosis terhadap tetua tertinggi. Evaluasi daya gabung dengan metode lini x tester bertujuan untuk mendapatkan informasi lini dan atau tester yang merupakan penggabung umum dan khusus pada beberpa karakter agronomis, komponen hasil dan hasil. Hasil analisis gabungan faktorial metode lini 97
5 x tester menunjukkan bahwa terdapat interaksi genotip dan lokasi untuk karakter bobot tongkol kupasan basah dan hasil biji pada kadar air 15%. Hal ini menunjukkan bahwa beberapa genotip uji memiliki peringkat hasil yang tidak konsisten pada kedua lokasi pengujian. Sebaliknya, ketiadaan interaksi antara genotip x lokasi untuk beberapa karakter agronomis dan komponen hasil menunjukkan keberhasilan genotip berpenampilan sama dalam mengekspresikan karakter tersebut pada kondisi lokasi yang berbeda. Hasil analisis ragam gabungan juga menunjukkan bahwa nilai kuadrat tengah lini nyata untuk karakter tinggi kedudukan tongkol, bobot tongkol panen, diameter tongkol, bobot 1000 biji dan hasil biji, sedangkan untuk tester, nyata untuk karakter tinggi tanaman, rendemen, dan bobot 1000 biji. Hal ini menunjukkan bahwa varians aditif karakter-karakter tersebut tersebar secara merata diantara lini dan atau diantara tester. Selain itu, nilai kuadrat tengah P vs F1 pada semua karakter yang diamati memperlihatkan pengaruh yang nyata, mengindikasikan bahwa karakter-karakter tersebut dapat diwariskan dari tetua ke hibrida F1 nya. Pendugaan efek DGU untuk karakter agronomis, komponen hasil dan hasil memiliki arti penting untuk mendapatkan tanaman sesuai tujuan seleksi dalam kegiatan pemuliaan. Untuk mendapatkan tanaman yang berumur genjah, diperlukan galur penggabung yang baik untuk karakter umur berbunga, sedangkan untuk mendapatkan tanaman yang lebih pendek, arah seleksi adalah genotip yang memiliki daya gabung baik untuk karakter tinggi tanaman dan letak tongkol. Berdasarkan tujuan seleksi tersebut, pada penelitian ini diperoleh informasi bahwa tester MR10+o2-08 (T1) dan MR10+o2-24 (T4) dengan DGU negatif masing-masing nyata dan sangat nyata untuk umur berbunga betina, sehingga dapat digunakan sebagai tetua untuk mendapatkan turunan yang lebih genjah. Kedua tester tersebut juga menghasilkan daya gabung khsusus negatif dan nyata dengan kombinasi persilangan Nei9008+o2-14//MR10+o2-24 dan Nei9008+o2-24// MR10+o2-08 serta sangat nyata pada kombinasi persilangan Nei9008+o2-09//MR10+o2-24. Dari hasil evaluasi potensi tanaman, karakter rata-rata umur 50% keluar bunga betina (rambut) pada genotip uji berkisar hari setelah tanam. Genotipe uji yang umur berbunganya paling genjah adalah Nei9008+o2-09 (L1)// MR10+o2-24 (T4), dan berbeda nyata dengan semua genotip pembanding. Selain itu, diperoleh delapan genotip uji yang memiliki umur yang nyata lebih genjah dari semua pembanding. Untuk karakter tinggi tanaman, lini Nei9008+o2-15 merupakan penggabung yang baik karena memiliki nilai DGU negatif dan sangat nyata. Lini tersebut memiliki daya gabung 98
6 khusus negatif dan sangat nyata dengan tester MR10+o2-08. Beberapa lini dan tester yang lain berpotensi digunakan sebagai tetua untuk mendapatkan tanaman lebih pendek dengan nilai DGU negatif yang cukup tinggi yaitu: Nei9008+o2-24, Nei9008+o2-26, MR10+o2-08, MR10+o2-13 dan MR10+o2-31 (T7). Hasil uji t 5% menunjukkan bahwa Nei9008+o2-24 dan MR10+o2-30 memiliki nilai DGU negatif dan nyata untuk karakter tinggi letak tongkol. Kedua galur tersebut masingmasing berdaya gabung khusus negatif dan nyata pada kombinasi persilangan Nei9008+o2-24//MR10+o2-24 dan Nei9008+o2-26//MR10+o2-30. Kombinasi persilangan antara galur yang memiliki DGU nyata dengan DGU tidak nyata yang menghasilkan DGK nyata tersebut mengindikasikan adanya interaksi alel-alel positif dan negatif dalam mengendalikan karfakter tinggi letak tongkol. Hasil analisis gabungan (Lampiran 6) menunjukkan bahwa tinggi tanaman bervariasi antara cm, sedangkan tinggi letak tongkol berkisar antara cm. Diperoleh 9 genotip uji yang memiliki rata-rata tinggi tanaman nyata lebih pendek dari varietas hibrida C7, Bima 1 dan Srikandi Kuning 1, sedangkan untuk karakter tinggi letak tongkol, semua genotip uji tidak berbeda nyata dengan tiga varietas hibrida C7, Bima 1 dan Bima 1q. Tanaman yang berumur genjah dan pendek serta berpotensi hasil tinggi merupakan tanaman jagung yang banyak diminati oleh petani. Hal ini disebabkan karena dengan menanam tanaman yang berumur genjah dan pendek akan memudahkan petani mengatur jadwal tanamnya, terutama pada daerah-daerah dimana pengairan sering menjadi kendala dalam bercocok tanam. Tanaman yang lebih pendek dan kokoh umumnya lebih tahan terhadap kerebahan sehingga sangat sesui pada daerah yang sering mengalami serangan angin kencang. Untuk karakter rendemen biji panen terhadap tongkol panen, Nei9008+o2-09 (L1), dan MR10+o2-31 (T7) memiliki nilai DGU positif dan sangat nyata, sedangkan MR10+o2-13 (T2) adalah nyata. Lini Nei9008+o2-09 (L1) dan tester MR10+o2-31 (T7), selain memiliki DGU sangat nyata, kombinasi antara keduanya juga menghasilkan DGK yang sangat nyata. Kombinasi persilangan antara galur yang masing-masing memiliki DGU sangat nyata dan menghasilkan DGK sangat nyata tersebut mengindikasikan adanya interaksi antara alel-alel positif dalam mengendalikan karfakter rendemen biji. Kombinasi persilangan dari lini atau tester yang memiliki DGU positif yang nyata dengan lini atau tester dengan DGU tidak nyata dan menghasilkan DGK sangat nyata untuk karakter rendemen biji adalah Nei9008+o2-09 (L1)//MR10+o2-30 (T6), Nei9008+o2-11 (L2)// 99
7 MR10+o2-31 (T7), Nei9008+o2-26 (L6)// MR10+o2-31 (T7) dan Nei9008+o2-27 (L7)// MR10+o2-13 (T2). Karakter rendemen biji mempunyai kontribusi yang cukup nyata terhadap hasil panen. Petani yang sudah berpengalaman menanam jagung cenderung mencari benih jagung yang mampu menghasilkan tongkol dengan rendemen hasil panen yang tinggi. Hal tersebut merupakan salah satu penyebab sehingga varietas Bisi 2 yang dirilis sejak tahun tahun 1995 masih disenangi petani, walaupun secara genetik saat ini varietas tersebut telah mengalami penurunan, terutama ekspresi tongkol dua dan tingkat keseragamannya di lapangan. Dari 64 hibrida hasil kombinasi lini x tester pada penelitian ini, karakter rendemen biji sangat bervariasi dengan kisaran antara Hasil uji LSI 5% menunjukkan bahwa diperoleh 11 genotip uji dengan rendemen biji berkisar antara dan nyata lebih tinggi dibandingkan dengan varietas hibrida Bima 1, Srikandi Kuning 1 dan hibrida Bima 1q, namun tidak nyata dibandingkan dengan C7. Selain itu, 20 genotip uji lainnya memiliki rendemen yang nyata lebih tinggi dari hibrida Bima 1q. Ekspresi genetik tanaman untuk karakter hasi selain dipengaruhi oleh rendemen biji, juga dipengaruhi oleh karakter lain seperti panjang dan diameter tongkol. Dari hasil uji t 5% diperoleh informasi bahwa galur Nei9008+o2-15 (L4) dan MR10+o2-31 (T7) merupakan penggabung umum yang baik untuk karakter diameter tongkol, sedangkan untuk karakter panjang tongkol tester MR10+o2-26 (T5) merupakan penggabung yang baik dan nyata. Kombinasi persilangan yang memiliki daya gabung khusus yang baik untuk karakter diameter tongkol adalah Nei9008+o2-09//MR10+o2-31. Lini Nei9008+o2-15 (L4) dan tester MR10+o2-26 (T5) tidak memiliki pasangan persilangan yang baik untuk mendapatkan nilai DGK yang nyata untuk karakter diameter dan panjang tongkol, meskipun DGU nya nyata. Dengan demikian, diperoleh informasi bahwa tidak semua galur yang memiliki DGU nyata untuk suatu karakter, juga memiliki DGK yang nyata. Karakter hasil tinggi pada umumnya merupakan tujuan akhir dari program pemuliaan tanaman jagung. Hasil uji t 5% untuk DGU menunjukkan bahwa diperoleh tiga lini yang memiliki DGU positif dan sangat nyata yaitu Nei9008+o2-09 (L1), Nei9008+o2-14 (L3) dan Nei9008+o2-27 (L7) serta hanya satu tester yang memiliki nilai DGU positif dan nyata yaitu MR10+o2-31 (T7). Dari lini yang memiliki DGU sangat nyata dan tester yang DGU nya tidak nyata menghasilkan tiga pasangan persilangan dengan DGK yang sangat nyata, yaitu Nei9008+o2-09 (L1)//MR10+o2-26 (T5), Nei9008+o2-09 (L1)// MR10+o2-30 (T6) dan dan Nei9008+o2-27 (L7)// MR10+o2-13 (T2). Lini Nei9008+o2-09 (L1) yang memiliki DGU sangat nyata dan tester MR10+o2-31 (T7) dengan DGU nyata, juga merupakan 100
8 kombinasi persilangan yang memiliki DGK sangat nyata, sedangkan pasangan persilangan Nei9008+o2-27 (L7)// MR10+o2-08 (T1 ) dan Nei9008+o2-27 (L7)// MR10+o2-24 (T4) memiliki DGK yang nyata dan berasal dari lini dengan DGU sangat nyata dan DGU tester yang tidak nyata. Dari analisis gabungan lokasi untuk menguji potensi hibrida, diperoleh informasi hasil panen biji kering pada kadar air 15% dari masing-masing kombinasi galur yang memiliki DGK nyata dan sangat nyata sebagai berikut: Nei9008+o2-09 (L1)// MR10+o2-31 (T7) = 9.3 t/ha; Nei9008+o2-27 (L7)// MR10+o2-13 (T2) = 8.4 t/ha; Nei9008+o2-09 (L1)// MR10+o2-30 (T6) = 7.8 t/ha, Nei9008+o2-09 (L1)// MR10+o2-26 (T5) = 7.7 t/ha; Nei9008+o2-27 (L7)// MR10+o2-24 (T4) = 7.5 t/ha dan Nei9008+o2-27 (L7)// MR10+o2-08 (T1 ) = 7.4 t/ha. Tujuan akhir yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk mendapatkan hibrida yang memiliki kandunngan lisin dan triptofan tinggi, resisten terhadap penyakit bulai dan berdaya hasil tinggi. Dengan berdasar pada tujuan akhir penelitian tersebut, diperoleh tiga kombinasi persilangan yang dapat direkomendasikan berdasarkan hasil evaluasi daya gabung ketahanan terhadap penyakit bulai dan daya gabung karakter hasil yaitu: (1) Nei9008+o2-27 (L7)// MR10+o2-13 (T2) dengan DGK hasil biji sangat nyata, DGK ketahanan infeksi patogen penyakit bulai bernilai negative (-4,36), rata-rata hasil 8.4 t/ha serta rata-rata infeksi bulai 2.2%; (2) Nei9008+o2-09 (L1)// MR10+o2-26 (T5) dengan DGK hasil biji sangat nyata, DGK ketahanan infeksi patogen penyakit bulai bernilai negative (-5,29), rata-rata hasil 7.7 t/ha serta rata-rata infeksi bulai 14.4%; (3) Nei9008+o2-27 (L7)//MR10+o2-08 (T1 ) dengan DGK hasil biji sangat nyata, DGK ketahanan infeksi patogen penyakit bulai bernilai negatif dan sangat nyata (-13,45), rata-rata hasil 7.4 t/ha serta rata-rata infeksi bulai 2.2%. Sedangkan varietas pembanding: hibrida C7 dengan rerata hasil 7.4 t/ha dan infeksi bulai 48.7%, hibrida Bima dengan rerata hasil 6.3 t/ha dan infeksi bulai 45%, hibrida Bima 1q dengan rerata hasil 4.9 t/ha dan infeksi bulai 64.4%, dan varietas komposit Srikandi Kuning-1 dengan rerata hasil 5.3 t/ha dan infeksi bulai 100%. 101
Penelitian III: Seleksi dan Uji Daya Gabung Galur-Galur Hasil Introgresi Gen Resesif Mutan o2 untuk Karakter Ketahanan terhadap Penyakit Bulai
Penelitian III: Seleksi dan Uji Daya Gabung Galur-Galur Hasil Introgresi Gen Resesif Mutan o untuk Karakter Ketahanan terhadap Penyakit Bulai Pendahuluan Penyakit bulai merupakan salah satu penyakit utama
Lebih terperinciPenelitian I: Pendugaan Ragam dan Model Genetik Karakter Ketahanan terhadap Penyakit Bulai pada Jagung Pendahuluan
Penelitian I: Pendugaan Ragam dan Model Genetik Karakter Ketahanan terhadap Penyakit Bulai pada Jagung Pendahuluan Kendala biotis yang paling sering terjadi dalam budidaya jagung di Indonesia adalah penyakit
Lebih terperincimenunjukkan karakter tersebut dikendalikan aksi gen dominan sempurna dan jika hp < -1 atau hp > 1 menunjukkan karakter tersebut dikendalikan aksi gen
71 PEMBAHASAN UMUM Nisbah populasi F2 untuk karakter warna batang muda, bentuk daun dan tekstur permukaan buah adalah 3 : 1. Nisbah populasi F2 untuk karakter posisi bunga dan warna buah muda adalah 1
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Pemuliaan Jagung Hibrida
TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Jagung Hibrida Kegiatan pemuliaan diawali dengan ketersediaan sumberdaya genetik yang beragam. Keanekaragaman plasma nutfah tanaman jagung merupakan aset penting sebagai sumber
Lebih terperinciIntrogresi Gen Resesif Mutan o2 ke Galur Jagung Resisten tehadap Penyakit Bulai dengan Pendekatan MAS
Penelitian II: Introgresi Gen Resesif Mutan o2 ke Galur Jagung Resisten tehadap Penyakit Bulai dengan Pendekatan MAS Pendahuluan Kegiatan pemuliaan dengan cara konvensional untuk merakit jagung yang bermutu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil
I. PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil protein dan lemak nabati yang cukup penting untuk memenuhi nutrisi tubuh manusia. Bagi industri
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. padi karena banyak dibutuhkan untuk bahan pangan, pakan ternak, dan industri.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kedelai (Glycine max L) merupakan salah satu komoditas pangan penting setelah padi karena banyak dibutuhkan untuk bahan pangan, pakan ternak, dan industri. Sebagai sumber
Lebih terperinciLampiran 1. Skema Kegiatan Persilngan dengan Metode MAS 1 (Parsial)
Lampiran 1. Skema Kegiatan Persilngan dengan Metode MAS 1 (Parsial) Galur: DMR tetua pemulih x QPM donor (oo) (OO) 21 baris 5 baris F1 x DMR 105 baris 3 baris BC 1 F 1 MAS 105 baris satu marka SSR untuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pemuliaan tanaman adalah suatu metode yang secara sistematik merakit
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pemuliaan tanaman adalah suatu metode yang secara sistematik merakit keragaman genetik menjadi suatu bentuk yang bermanfaat bagi kehidupan manusia (Makmur,
Lebih terperinciBAB. I PENDAHULUAN. Latar Belakang
BAB. I PENDAHULUAN Latar Belakang Jagung merupakan komoditas penting kedua dalam ekonomi tanaman pangan di Indonesia setelah padi/beras. Akan tetapi dengan berkembang pesatnya industri peternakan, dimana
Lebih terperinciRerata. Variance = Ragam. Varian/ragam (S 2 ) : Standar Deviasi : s = s 2
II. KOMPONEN VARIAN SIFAT KUANTITATIF Kuswanto, 2012 1.Statistik sifat kuantitatif Karena sifat kuantitatif akan membentuk distribusi kontinyu dari penotip, maka sifat-sifat tersebut dianalisis dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai sumber utama protein nabati. Kontribusi kedelai sangat
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu bahan pangan penting di Indonesia sebagai sumber utama protein nabati. Kontribusi kedelai sangat dominan dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan bergizi tinggi sebagai sumber protein nabati dengan harga terjangkau. Di Indonesia, kedelai banyak
Lebih terperincimelakukan inokulasi langsung pada buah pepaya selanjutnya mengamati karakter yang berhubungan dengan ketahanan, diantaranya masa inkubasi, diameter
PEMBAHASAN UMUM Pengembangan konsep pemuliaan pepaya tahan antraknosa adalah suatu kegiatam dalam upaya mendapatkan genotipe tahan. Salah satu metode pengendalian yang aman, murah dan ramah lingkungan
Lebih terperinciBAB. V. Introgresi Gen Resesif Mutan opaque-2 ke dalam Galur Jagung Pulut (waxy corn) Memanfaatkan Alat Bantu Marker Assisted Selection (MAS) ABSTRAK
BAB. V Introgresi Gen Resesif Mutan opaque-2 ke dalam Galur Jagung Pulut (waxy corn) Memanfaatkan Alat Bantu Marker Assisted Selection (MAS) ABSTRAK Pemanfaatan marka molekuler sebagai alat bantu seleksi,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) merupakan jagung yang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) merupakan jagung yang terbentuk akibat jagung biasa yang mengalami mutasi secara alami. Terdapat gen utama
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Jagung Hibrida
6 TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Jagung Hibrida Jagung (Zea mays L., 2n = 20) merupakan tanaman berumah satu (monoceous) dan tergolong ke dalam tanaman menyerbuk silang. Penyerbukannya terjadi secara acak
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2007), benih padi hibrida secara
8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Padi Inbrida di Indonesia Menurut Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2007), benih padi hibrida secara definitif merupakan turunan pertama (F1) dari persilangan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman pangan dari famili Leguminosae yang berumur pendek. Secara
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Kuadrat Nilai Tengah Gabungan untuk Variabel Vegetatif dan Generatif
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kuadrat Nilai Tengah Gabungan untuk Variabel Vegetatif dan Generatif Tabel 4 menunjukkan kuadrat nilai tengah pada analisis ragam untuk tinggi tanaman, tinggi tongkol
Lebih terperinciBAB. VI. Penampilan Galur-galur Jagung Pulut (waxy corn) yang Memiliki Gen opaque-2 hasil Persilangan Testcross (silang puncak) ABSTRAK
BAB. VI Penampilan Galur-galur Jagung Pulut (waxy corn) yang Memiliki Gen opaque-2 hasil Persilangan Testcross (silang puncak) ABSTRAK Galur yang akan digunakan sebagai tetua dalam persilangan untuk menghasilkan
Lebih terperinciTanaman Penyerbuk Silang CROSS POLLINATED CROPS METODE PEMULIAAN TANAMAN
Tanaman Penyerbuk Silang CROSS POLLINATED CROPS METODE PEMULIAAN TANAMAN Dasar Genetik Tanaman Penyerbuk Silang Heterosigot dan heterogenous Satu individu dan individu lainnya genetis berbeda Keragaman
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Secara morfologi tanaman jagung manis merupakan tanaman berumah satu
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Klasifikasi Jagung Manis Secara morfologi tanaman jagung manis merupakan tanaman berumah satu (monoecious) dengan letak bunga jantan terpisah dari bunga betina pada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan strategis ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Sejalan dengan bertambahnya
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jarak pagar (Jatropha curcas L.) merupakan tanaman asli dari daerah tropis Amerika yang termasuk ke dalam famili Euphorbiaceae (Heller 1996). Di Indonesia, jarak pagar dapat
Lebih terperinciTEKNOLOGI PRODUKSI BENIH JAGUNG HIBRIDA
TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH JAGUNG HIBRIDA Dewasa ini, pemerintah terus menggalakkan penggunaan benih jagung hibrida untuk menggenjot produksi jagung nasional. Pangsa pasar jagung hibrida pun terus tumbuh
Lebih terperinciSalah satu upaya peningkatan produksi jagung
Daya Gabung Galur-galur Jagung Berkualitas Protein Tinggi Muhammad Azrai 1, Made Jana Mejaya 2, dan Hajrial Aswidinnoor 3 1 Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl. Dr. Ratulangi No. 274 Maros, Sulawesi Selatan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
17 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kualitatif Karakter kualitatif yang diamati pada penelitian ini adalah warna petiol dan penampilan daun. Kedua karakter ini merupakan karakter yang secara kualitatif berbeda
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia yang digunakan sebagai sayuran maupun
Lebih terperinciPENDUGAAN KOMPONEN GENETIK, DAYA GABUNG, DAN SEGREGASI BIJI PADA JAGUNG MANIS KUNING KISUT
J. Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993 Yunita et al.: Pendugaan Komponen Genetik, Daya Gabung, dan Segregesi Biji 25 Vol. 1, No. 1: 25 31, Januari 2013 PENDUGAAN KOMPONEN GENETIK, DAYA GABUNG, DAN SEGREGASI
Lebih terperincisehingga diharapkan dapat menghasilkan keturunan yang memiliki toleransi yang lebih baik dibandingkan tetua toleran (segregan transgresif).
PEMBAHASAN UMUM Sorgum merupakan salah satu tanaman serealia yang memiliki toleransi yang tinggi terhadap kekeringan sehingga berpotensi untuk dikembangkan di lahan kering masam di Indonesia. Tantangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. secara signifikan. Melalui proses seleksi tanaman yang diikuti dengan penyilangan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemuliaan tanaman telah menghasilkan bibit unggul yang meningkatkan hasil pertanian secara signifikan. Melalui proses seleksi tanaman yang diikuti dengan penyilangan dihasilkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan masyarakat. Kedelai biasanya digunakan sebagai bahan baku pembuatan tempe, tahu, kecap,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum
17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian dimulai bulan November 2009 sampai dengan bulan Mei 2010. Kondisi curah hujan selama penelitian berlangsung berada pada interval 42.9 mm sampai dengan 460.7
Lebih terperinciPARAMETER GENETIK (Ragam, Heritabilitas, dan korelasi) Arya Widura R., SP., MSi PS. Agroekoteknologi Universitas Trilogi
PARAMETER GENETIK (Ragam, Heritabilitas, dan korelasi) Arya Widura R., SP., MSi PS. Agroekoteknologi Universitas Trilogi PENDAHULUAN Seleksi merupakan salah satu kegiatan utama dalam pemuliaan tanaman.
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
31 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Efisiensi Keberhasilan Hibridisasi Buatan Keberhasilan suatu hibridisasi buatan dapat dilihat satu minggu setelah dilakukan penyerbukan. Pada hibridisasi buatan kacang tanah,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di Indonesia. Daerah utama penanaman kedelai
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) berasal dari daratan Cina, yang kemudian
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) berasal dari daratan Cina, yang kemudian tersebar ke daerah Mancuria, Korea, Jepang, Rusia,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan sumber protein penting di Indonesia. Kesadaran masyarakat
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai merupakan sumber protein penting di Indonesia. Kesadaran masyarakat akan pemenuhan gizi yang baik semakin meningkat, baik kecukupan protein hewani
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. ujung (tassel) pada batang utama dan bunga betina tumbuh terpisah sebagai
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Jagung Manis Jagung manis adalah tanaman herba monokotil dan tanaman semusim iklim panas. Tanaman ini berumah satu dengan bunga jantan tumbuh sebagai perbungaan ujung (tassel)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan sayuran yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia. Nilai rata-rata konsumsi cabai per kapita di Indonesia adalah 2,9 kg.tahun -1
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki nilai gizi yang sangat tinggi terutama proteinnya (35-38%) hampir mendekati protein
Lebih terperinciPembentukan Varietas Unggul Jagung Bersari Bebas
Pembentukan Varietas Unggul Jagung Bersari Bebas Made J. Mejaya, M. Azrai, dan R. Neni Iriany Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros PENDAHULUAN Di Indonesia, jagung dibudidayakan pada lingkungan yang
Lebih terperinciMETODE PEMULIAAN TANAMAN MENYERBUK SENDIRI
METODE PEMULIAAN TANAMAN MENYERBUK SENDIRI Metode Pemuliaan Introduksi Seleksi Hibridisasi penanganan generasi bersegregasi dengan Metode silsilah (pedigree) Metode curah (bulk) Metode silang balik (back
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Jagung adalah salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merril) merupakan salah satu komoditas penting dalam
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merril) merupakan salah satu komoditas penting dalam hal penyediaan pangan, pakan dan bahan-bahan industri, sehingga telah menjadi
Lebih terperinciINTEGRASI GEN UNTUK LISIN DAN TRIPTOFAN DENGAN KETAHANAN PENYAKIT BULAI MEMANFAATKAN MARKA MOLEKULER (MAS) DALAM PENGEMBANGAN JAGUNG HIBRIDA
INTEGRASI GEN UNTUK LISIN DAN TRIPTOFAN DENGAN KETAHANAN PENYAKIT BULAI MEMANFAATKAN MARKA MOLEKULER (MAS) DALAM PENGEMBANGAN JAGUNG HIBRIDA MUHAMMAD AZRAI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung Jagung merupakan tanaman semusim yang menyelesaikan satu siklus hidupnya selama 80-150 hari. Bagian pertama dari siklus tersebut merupakan tahap pertumbuhan vegetatif
Lebih terperinciLAMPIRAN Lampiran 1. Layout Tata Letak Penelitian. Blok II TS 3 TS 1 TS 3 TS 2 TS 1
LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Tata Letak Penelitian Blok I Blok II Blok III TS 1 K TS 2 J TS 3 K TS 2 TS 1 J K J TS 3 TS 3 TS 2 TS 1 Keterangan : J : Jagung monokultur K : Kacang tanah monokultur TS 1 :
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L]. Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L]. Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan dengan kandungan protein nabati yang tinggi dan harga yang relatif murah. Kedelai
Lebih terperinciEVALUASI DAYA GABUNG DAN HETEROSIS HIBRIDA TURUNAN GMJ TIPE WILD ABORTIVE, GAMBIACA DAN KALINGA MENGGUNAKAN ANALISIS LINI X TESTER
EVALUASI DAYA GABUNG DAN HETEROSIS HIBRIDA TURUNAN GMJ TIPE WILD ABORTIVE, GAMBIACA DAN KALINGA MENGGUNAKAN ANALISIS LINI X TESTER Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi daya gabung
Lebih terperinciVII. PEMBAHASAN UMUM
VII. PEMBAHASAN UMUM Ketahanan terhadap penyakit antraknosa yang disebabkan oleh Colletotrichum acutatum dilaporkan terdapat pada berbagai spesies cabai diantaranya Capsicum baccatum (AVRDC 1999; Yoon
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi
TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi Peningkatan hasil tanaman dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan teknik bercocok tanam yang baik dan dengan peningkatan kemampuan berproduksi sesuai harapan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. fenotipe yang diamati menunjukkan kriteria keragaman yang luas hampir pada
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pada penelitian F 5 hasil persilangan Wilis x B 3570 ini ditanam 15 genotipe terpilih dari generasi sebelumnya, tetua Wilis, dan tetua B 3570. Pada umumnya
Lebih terperinciPEMBENTUKAN VARIETAS UNGGUL BARU SEREALIA
PEMBENTUKAN VARIETAS UNGGUL BARU SEREALIA Upaya perakitan varietas unggul serealia saat ini diarahkan untuk memenuhi kebutuhan spesifik lingkungan, diantaranya jagung spesifik wilayah dengan curah hujan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Produksi tanaman tidak dapat dipisahkan dari program pemuliaan tanaman.
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produksi tanaman tidak dapat dipisahkan dari program pemuliaan tanaman. Pemuliaan tanaman berkaitan erat dengan proses seleksi. Seleksi hanya dapat dilakukan dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman sumber protein
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman sumber protein nabati yang penting mengingat kualitas asam aminonya yang tinggi, seimbang dan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen dalam bentuk polong muda. Kacang panjang banyak ditanam di
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hikam (2007), varietas LASS merupakan hasil rakitan kembali varietas
9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Jagung Manis LASS Menurut Hikam (2007), varietas LASS merupakan hasil rakitan kembali varietas jagung sintetik bernama Srikandi. Varietas LASS juga merupakan hasil
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Kegiatan seleksi famili yang dilakukan telah menghasilkan dua generasi yang merupakan kombinasi pasangan induk dari sepuluh strain ikan nila, yaitu TG6, GIFT F2 dan
Lebih terperinciSumber : Lampiran SK Menteri Pertanian No.76/Kpts/SR.120/2/2007, tanggal 7 Pebruari 2007.
76 Lampiran 1. Deskripsi varietas jagung hibrida Bima3 DESKRIPSI VARIETAS JAGUNG HIBRIDA BIMA3 Tanggal dilepas : 7 Februari 2007 Asal : Silang tunggal antara galur murni Nei 9008 dengan galur murni Mr14.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai ton. Namun,
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 974.512 ton. Namun, pada tahun 2010 produksi kedelai nasional mengalami penurunan menjadi 907.031
Lebih terperinciBerdasarkan hasil analisis korelasi, huhungan antara karakter hortikultura dengan ketahanan terhadap CMV dan ketahanan terhadap ChiVMV bersifat
VI PEMBAHASAN UMUM.kah pemuliaan cabai saat ini adalah perbaikan ketahanan cabai terhadap cekaman biotik dan abiotik dengan penekanan seleksi pada kualitas dan ukuran buah dengan memperhatikan peningkatan
Lebih terperinciTinggi tongkol : cm : Menutup tongkol cukup baik
42 Lampiran 1. Deskripsi Varietas Jagung Hibrida BISI-18 Nama varietas : BISI-18 Tanggal dilepas : 12 Oktober 2004 Asal : F1 silang tunggal antara galur murni FS46 sebagai induk betina dan galur murni
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat
8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di lahan petani di Dusun Pabuaran, Kelurahan Cilendek Timur, Kecamatan Cimanggu, Kotamadya Bogor. Adapun penimbangan bobot tongkol dan biji dilakukan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia tinggi, akan tetapi produksinya sangat rendah (Badan Pusat Statistik,
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman kedelai merupakan salah satu contoh dari komoditas tanaman pangan yang penting untuk dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Kebutuhan kedelai di Indonesia
Lebih terperinciPEUBAH PERTUMBUHAN KUALITATIF. Bentuk Ujung Daun Pertama, Bentuk Batang, dan Warna Batang
32 PEUBAH PERTUMBUHAN KUALITATIF Bentuk Ujung Daun Pertama, Bentuk Batang, dan Warna Batang Berdasarkan pengamatan visual bentuk ujung daun pada dua minggu setelah tanam, genotipe SD-3 menunjukkan bentuk
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. kelas : Monocotyledoneae, ordo : poales, famili : poaceae, genus : Zea, dan
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Steenis (2003) dalam taksonomi tumbuhan, tanaman jagung diklasifikasikan dalam kingdom : Plantae, divisio : Anthophyta, kelas : Monocotyledoneae, ordo : poales,
Lebih terperinciPOTENSI JAGUNG VARIETAS LOKAL SEBAGAI JAGUNG SEMI
POTENSI JAGUNG VARIETAS LOKAL SEBAGAI JAGUNG SEMI Yudiwanti 1), Sri Gajatri Budiarti 2) Wakhyono 3), 1) Dosen pada Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB, Jl. Meranti Kampus IPB Darmaga
Lebih terperinciBAB. IV ABSTRAK. Kata kunci: jagung pulut, komponen hasil, daya gabung umum, daya gabung khusus, dan toleran kekeringan
BAB. IV Daya Gabung Karakter Hasil dan Komponen Hasil Galur-galur Jagung Pulut (waxy corn) pada Kondisi Lingkungan Tanpa Cekaman dan Lingkungan Tercekam Kekeringan ABSTRAK Percobaan ini bertujuan untuk
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Parameter. (cm) (hari) 1 6 0, , , Jumlah = 27 0, Rata-rata = 9 0,
4.1 Hasil BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang dilakukan pada kedua galur murni G.180 dan menunjukkan hasil yang optimal pada berbagai pertumbuhan tanaman, dengan parameter pengamtan seperti
Lebih terperinciPENDUGAAN NILAI DAYA GABUNG DAN HETEROSIS JAGUNG HIBRIDA TOLERAN CEKAMAN KEKERINGAN MUZDALIFAH ISNAINI
PENDUGAAN NILAI DAYA GABUNG DAN HETEROSIS JAGUNG HIBRIDA TOLERAN CEKAMAN KEKERINGAN MUZDALIFAH ISNAINI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pepaya (Carica papaya) merupakan salah satu tanaman buah yang sangat penting dalam pemenuhan kalsium dan sumber vitamin A dan C (Nakasome dan Paull 1998). Selain dikonsumsi sebagai
Lebih terperinciKuswanto-2012 Macam Mating Design Mating Design I 2 faktor, nested (tersarang) Mating Design II 2 faktor, faktorial Mating Design III ull faktorial Mixed ull nested Dialel Mating !! " " #! Apakah nested
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditi pangan utama
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditi pangan utama setelah padi dan jagung yang merupakan sumber protein utama bagi masyarakat. Pemanfaatan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak, berasal
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak, berasal dari daerah Manshukuo (Cina Utara). Di Indonesia kedelai
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Ilmiah Tanaman Kedelai Klasifikasi ilmiah tanaman kedelai sebagai berikut: Divisi Subdivisi Kelas Suku Ordo Famili Subfamili Genus Spesies : Magnoliophyta : Angiospermae
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :
II. TINJAUAN PUSTAKA.1 Kacang Panjang.1.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Panjang Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : Kerajaan Divisi Kelas Sub kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta
Lebih terperinci1. Gambar dan jelaskan bagan seleksi masa dan seleksi tongkol-baris!
Nama : Bramantia Setiawan NIM : 125040200111105 Kelas : D Dosen : IZMI YULIANAH, SP.,MP. PPT. 7 (Metode Pemuliaan Tanaman Menyerbuk Silang) A. Latihan dan diskusi 1. Gambar dan jelaskan bagan seleksi masa
Lebih terperinciRancangan Persilangan 2 Pengertian dan kegunaan, Tujuan Bahan dan pelaksanaan Perancangan bagan persilangan Penempatan lapang Analisis ragam rancangan
Kuswanto, 2012 Rancangan Persilangan 2 Pengertian dan kegunaan, Tujuan Bahan dan pelaksanaan Perancangan bagan persilangan Penempatan lapang Analisis ragam rancangan persilangan I Penafsiran Pengertian
Lebih terperincikarakter yang akan diperbaiki. Efektivitas suatu karakter untuk dijadikan karakter seleksi tidak langsung ditunjukkan oleh nilai respon terkorelasi
87 PEMBAHASAN UMUM Pemanfaatan lahan yang ada di bawah tegakan tanaman perkebunan dapat memperluas areal tanam kedelai sehingga memacu peningkatan produksi kedelai nasional. Kendala yang dihadapi dalam
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Steenis (1978) kedudukan tanaman jagung (Zea mays L.) dalam
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Steenis (1978) kedudukan tanaman jagung (Zea mays L.) dalam taksonomi adalah: Kingdom Plantae, Divisi Spermatophyta, Family Graminae, Genus Zea dan Spesies Zea mays
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kedelai merupakan komoditas tanaman menjadi sumber protein nabati dan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas tanaman menjadi sumber protein nabati dan diolah menjadi berbagai bahan pangan seperti tahu, tempe dan sari kedelai, dan lainnya, yang dikonsumsi
Lebih terperinciANALISIS DAYA GABUNG DAN HETEROSIS HASIL GALUR JAGUNG DR UNPAD MELALUI ANALISIS DIALEL
ANALISIS DAYA GABUNG DAN HETEROSIS HASIL GALUR JAGUNG DR UNPAD MELALUI ANALISIS DIALEL D. Ruswandi, M. Saraswati, T. Herawati, A. Wahyudin, dan N. Istifadah Lab. Pemuliaan Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian,
Lebih terperinciYASIN ET AL.: KONVERSI INBRED TETUA JAGUNG HIBRIDA. Konversi Inbred Tetua Jagung Hibrida Menggunakan Donor Jagung QPM Gen Opaque-2
YASIN ET AL.: KONVESI INBED TETUA JAGUNG HIBIDA Konversi Inbred Tetua Jagung Hibrida Menggunakan Donor Jagung QPM Gen Opaque-2 Djamaluddin dan M. Yasin HG Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl. Dr. atulangi
Lebih terperinci[ ] Pengembangan Varietas Jagung Putih untuk Pangan, Berumur Genjah dan Toleran Kekeringan Muhammad Azrai
[1.04.04] Pengembangan Varietas Jagung Putih untuk Pangan, Berumur Genjah dan Toleran Kekeringan Muhammad Azrai [BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang
I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang Pepaya merupakan salah satu komoditi buah penting dalam perekonomian Indonesia. Produksi buah pepaya nasional pada tahun 2006 mencapai 9.76% dari total produksi buah
Lebih terperinciSUMBERDAYA GENETIK. 2 Highlight Balitsereal Plasma Nutfah P
2 Highlight Balitsereal 2009 SUMBERDAYA GENETIK Plasma Nutfah P eningkatkan produksi tanaman serealia seperti jagung, sorgum, gandum, jewawut, dan jali tidak dapat tercapai tanpa mengembangan varietas
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays L) adalah anggota keluarga Graminae, ordo Maydeae, genus Zea (Fischer
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Jagung Jagung (Zea mays L) adalah anggota keluarga Graminae, ordo Maydeae, genus Zea (Fischer dan Palmer, 1990). Tinggi tanaman jagung berkisar
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani Cabai
4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Cabai Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) termasuk ke dalam famili Solanaceae. Terdapat sekitar 20-30 spesies cabai yang telah dikenal, diantaranya C. baccatum, C. pubescent,
Lebih terperinciBAB. I PENDAHULUAN. Latar Belakang
BAB. I PENDAHULUAN Latar Belakang Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan terpenting yang memiliki peranan strategis dalam pembangunan pertanian dan perekonomian Indonesia, mengingat komoditas
Lebih terperinciDisampaikan pada Seminar Nasional PERIPI 2014 di Fakultas Pertanian Universitas Jember, tanggal 22 Oktober 2014
PERAKITAN VARIETAS TANAMAN BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) BERDAYA HASIL TINGGI DENGAN SIFAT WARNA POLONG UNGU DAN KUNING Andy Soegianto 1*) dan Sri Lestari Purnamaningsih 1) 1) Laboratorium Pemuliaan Tanaman,
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L) Merrill) merupakan sumber protein terpenting di Indonesia. Kandungan protein kedelai sangat tinggi, sekitar 35%-40%, persentase tertinggi dari seluruh
Lebih terperinciUmur 50% keluar rambut : ± 60 hari setelah tanam (HST) : Menutup tongkol dengan cukup baik. Kedudukan tongkol : Kurang lebih di tengah-tengah batang
Lampiran 1. Deskripsi Jagung Varietas Bisma Golongan : Bersari bebas Umur 50% keluar rambut : ± 60 hari setelah tanam (HST) Umur panen : ± 96 HST Batang : Tinggi sedang, tegap dengan tinggi ± 190 cm Daun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Selain sebagai bahan pangan, akhir-akhir ini jagung juga digunakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung (Zea mays L.) merupakan komoditas pangan kedua setelah padi di Indonesia. Selain sebagai bahan pangan, akhir-akhir ini jagung juga digunakan sebagai pakan ternak.
Lebih terperincihomozigot lebih banyak didapatkan pada tanaman BC2F2 persilangan Situ Bagendit x NIL-C443 dan Batur x NIL-C443 dibandingkan dengan Situ Bagendit x
144 PEMBAHASAN UMUM Penelitian introgresi segmen Pup1 ke dalam tetua Situ Bagendit dan Batur ini memiliki keunikan tersendiri. Kasalath dan NIL-C443 yang sebagai tetua sumber segmen Pup1 memiliki karakteristik
Lebih terperinciPERUBAHAN FREQUENSI GEN - AKIBAT SELEKSI. Kasus I Dominan Sempurna. Kuswanto, 2012 FP UB Malang
PERUBAHAN FREQUENSI GEN - AKIBAT SELEKSI Kasus I Dominan Sempurna Kuswanto, 2012 FP UB Malang 1.Kasus I dominan sempurna Dengan memperhitungkan gen-gen yang mengalami seleksi/tersingkir. Seleksi terhadap
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan terhadap pangan khususnya beras, semakin meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, sedangkan usaha diversifikasi pangan berjalan lambat. Jumlah penduduk
Lebih terperinci