S y S x. Perlu dicatat bahwa kita hanya memerlukan rasio S y dapat diskala kembali.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "S y S x. Perlu dicatat bahwa kita hanya memerlukan rasio S y dapat diskala kembali."

Transkripsi

1 Bab 2 Landasan Teori 2. Fungsi Salary Jika suatu program pensiun mengkaitkan salary dalam menentukan besarnyabene t pensiun ataupun kontribusinya, maka sangat diperlukan suatu asumsi untuk dapat mengestimasi salary dimasa datang. Notasikan, suatu fungsi salary dengan S dimana adalah usia seorang dalam sebuah program pensiun. Pada umumnya S adalah fungsi tidak menurun (nondecreasing function) dalam yang menggambarkan kenaikan salary dalam kaitannya dengan faktor in asi dan faktor merit (senioritas). Dalam Actuarial Mathematics (986), kita melihat bahwa tujuan dari fungsi salary adalah untuk mengestimasi salary yang akan datang dalam valuasi pensiun. Sebagai contoh, jika AS adalah actual salary dari seseorang berusia, maka estimasi salary yang akan datang pada usia y, dimana y > adalah AS S y S (2.) Perlu dicatat bahwa kita hanya memerlukan rasio S y dapat diskala kembali. S dan dengan demikian S Jika kita de nisikan suatu fungsi salary berdasarkan usia adalah sebagai fungsi 5

2 2.. Fungsi Salary 6 akumulasi terhadap faktor in asi dan faktor merit, dan kita ketahui bahwa fungsi R akumulasi dapat dituliskan sebagai epf z d z g, dimana z adalah laju akumulasi 0 (force of accumulation). Maka pada kasus ini dapat dide nisikan z = + z, dimana adalah tingkat in asi (konstan) dan z adalah tingkat kenaikan sesaat yang dikaitkan dengan usia. Oleh karena itu, kita mempunyai 8 < S = ep : + Z 9 = z dz ; dan dengan demikian 8 S < y = ep (y ) + S : 0 Z y 9 = z dz ; (2.2) Sebagai hasil, estimasi salary yang akan datang pada usia y > adalah sama dengan actual salary pada usia dikalikan fungsi yang meliputi in asi, ditulis sebagai epf(y tesis ini, kita asumsikan bahwa )g, dan fungsi merit, yang ditulis sebagai epf R y z dzg: Dalam z = e z ; > 0; > 0 (2.3) Dari persamaan 2.2 dan 2.3 diperoleh S = ep + ( e ) (2.4) Jika dilakukan observasi sebanyak N individu, dimana N adalah jumlah orang yang berusia pada waktu t = 0. Hal ini akan sama dengan jumlah orang yang berusia + pada waktu t =, karena kita mempunyai data hanya untuk orang yang hidup yang telah diobservasi salary-nya selama periode studi. Ambil AS+t, k k = ; 2; :::; N adalah aktual salary dari pegawai k pada usia +t: Misalkan juga, s k adalah jumlah masa kerja yang dimiliki pada saat t = 0 dan AS sk adalah aktual salary pada saat mulai masuk kerja. Maka, model perkembangan salary yang realistis adalah: Z t AS+t k = AS k s k ep z dz + s k z dz " k t (2.5) s k Z +t

3 2.. Fungsi Salary 7 n R o n t R o +t dimana faktor in asi: ep s k z dz ; faktor merit: ep s k zdz ; dan faktor error: " k t : Dengan menggunakan persamaan 2.5, diperoleh bahwa Z t+ Z +t+ " AS+t+ k = AS+t k k ep z dz + z dz t+ 2.. Age-Based Model t +t " k t (2.6) Dalam model berdasarkan usia (age-based model), bahwa fungsi salary yang terdiri dari faktor in asi dan faktor merit dipengaruhi oleh variabel usia (). Misalkan N adalah banyaknya observasi, yang ditandai sebagai [a k ; k ; AS k k ; AS k k +; AS k k +2] untuk k = ; 2; :::; N: Sebagaimana sebelumnya, AS k k adalah aktual salary dari pegawai k yang berusia k pada saat t = 0 dan mulai bekerja pada usia a k saat t = a k k. AS k k + adalah aktual salary dari orang yang sama pada saat t =, sementara AS k k +2 adalah aktual salary dari orang yang sama pada saat t = 2: Dengan menggunakan model statistik dari persamaan 2.6 pada seksi sebelumnya, diperoleh bahwa AS k k +t+ AS k k +t Z t+ Z k +t+ = ep z dz + t k +t " k z dz t+ ; t = 0; (2.7) Selanjutnya, kita evaluasi integral R k +t+ k +t z dz dimana z = e z : Sehingga diperoleh " k t Z +t+ +t z dz = Z +t+ +t = be (+t) e z dz dimana b = ( e )

4 2.. Fungsi Salary 8 Akhirnya, kita de nisikan AS k Yt k k +t+ = log e ; AS k k +t " " k k t = log t+ e ; r t = Z t+ t " k t z dz: (2.8) Menggunakan de nisi tersebut, diperoleh bahwa persamaan 2.7 dapat ditulis sebagai Y k t untuk t = 0; dan k = ; 2; :::; N. = r t + be ( k+t) + " k t (2.9) Persamaan regresi diatas dapat diestimasi dengan metode estimasi parameter statistik regresi nonlinear yaitu dengan pendekatan nonlinear least squares (NLS) dengan diasumsikan residual error (" k t ) tidak berdistribusi normal. Pertama, kita asumsikan bahwa error (" k t ) tidak berkorelasi. Hal ini bukan asumsi yang realistis, tetapi membolehkan kita untuk menguji kebebasan Service-Based Model Sebagai alternatif pendekatan lain dari age-based model, akan diselidiki suatu fungsi salary berdasarkan masakerja yang dinamakan model berdasarkan masa kerja (service-based model). Dalam service-based model, kita tandai S srv, menjadi sebuah fungsi berdasarkan masa kerja, dimana srv 0: Kembali, S srv adalah fungsi tidak menurun (nondecreasing function) dalam srv yang menggambarkan kenaikan salary karena in asi dan merit (senioritas). Jika AS srv adalah aktual salary dari seseorang dengan masa kerja s, maka estimasi salary pada saat t, dimana t > srv adalah AS srv S t S srv (2.0)

5 2.. Fungsi Salary 9 Sebelum melanjutkan, kita perlu mende nisikan fungsi salary dengan servicebased model, yang kita tulis sebagai Z srv S srv = ep srv + 0 z dz (2.) Pada de nisi ini, adalah konstanta tingkat in asi, sementara z adalah tingkat kenaikan sesaat karena masakerja. bahwa Sebagaimana sebelumnya, kita asumsikan z = e :srv ; > 0; > 0 (2.2) Perlu dicatat, bahwa z adalah fungsi menurun (decreasing) dalam z, dan dengan demikian kenaikan merit akan lebih kecil untuk seseorang yang mempunyai masa kerja yang lebih panjang daripada seseorang yang mempunyai masa kerja pendek. Sebagaimana sebelumnya, kita gunakan N observasi yang sama, yang sekarang kita tandai dengan srv k ; AS k srv k ; AS k srv k +; AS k srv k +2 untuk k = ; 2; :::; N: Dalam kasus ini, srv k = k a k adalah masa kerja pegawai ke k. Dengan menggunakan model statistik yang sama sebagaimana model age-based, kita peroleh Y k t untuk t = 0; dan k = ; 2; :::; N, dimana Y k t = r t + be (srv k+t) + " k t (2.3) = log e AS k srvk +t+ AS k srv k +t " " k k t = log t+ e ; r t = Z t+ t " k t z dz: ; dan b = ( e ) (2.4) Persamaan regresi diatas dapat diestimasi dengan cara seperti yang dilakukan pada age-based model.

6 2.2. Metode Estimasi Parameter Model Statistik Nonlinier Metode Estimasi Parameter Model Statistik Nonlinier Untuk mengestimasi parameter dari fungsi salary pada persamaan 2.9 dan 2.3 di atas akan digunakan suatu metode estimasi parameter untuk model statistik nonlinier (nonlinier dalam parameter). Secara umum, bentuk dari model statistik nonlinier adalah y t = f( t ; ) + e t (2.5) atau dapat menggunakan notasi matrik yang ditulis sebagai y = f(x; ) + e (2.6) dimana, jika jumlah observasi N dan banyaknya parameter yang diestimasi adalah K, maka X adalah variabel bebas (eogenous variable) dan merupakan matrik (N K), adalah parameter dan matrik vektor (K ), y adalah variabel tidak bebas (endogenous variable) yang merupakan fungsi dari X dan merupakan matrik vektor (N ), dan e adalah residual error merupakan matrik vektor (N ). Untuk mengestimasi parameter pada model statistik nonlinier dapat menggunakan dua metode, yaitu nonlinear least square dan nonlinear maimum likelihood. Pada kasus ini hanya akan menggunakan metode nonlinear least square (NLS), yang akan diuraikan sebagai berikut: 2.2. Nonlinear Least Square Dengan estimasi nonlinear least square, maka dalam model statistik nonlinier pada persamaan 2.5 : y t = f( t ; ) + e t (2.7)

7 2.2. Metode Estimasi Parameter Model Statistik Nonlinier diasumsikan bahwa e t berdistribusi bebas dan identik dengan mean 0 dan variance 2 atau e t i:i:d N(0; 2 ) atau pada persamaan 2.6: y = f(x; ) + e (2.8) diasumsikan bahwa E[e] = 0 dan E[ee 0 ] = 2 I N atau e N(0; 2 I N ). Sehingga, y t i:i:d N(f(X; ); 2 ) dengan f( t ; ) adalah fungsi nonlinier dalam parameter dan e N(0; 2 I N ): Untuk menaksir parameter dengan metode nonlinear least square dilakukan dengan cara mencari nilai yang meminimumkan jumlah kuadrat error (residual sum of squares): S() = NX e 2 t = t= atau, NX [y t f( t ; )] 2 t= S() = e 0 e = [y f(x; )] 0 [y f(x; )] Untuk memperoleh min(s()) digunakan turunan pertama dari fungsi S() terhadap sehingga memenuhi rst order condition (FOC) S() = 0 sehingga diperoleh: S() NX f(t ; ) = 2 [y t f( t ; )]: = 0 (2.9) S() t= atau, = f(x; )0 2: [y f(x; )] = 0 (2.20) f(x; )0 f(x; ) dimana adalah matrik (K N). Ambil Z() = 0 sebagai tranpose f(x; )0 dari matrik maka f(x; ) Z() = 0 = f( ; ) f( ; ) K..... f( T ; ) f( T ; ) K 3 7 5

8 2.2. Metode Estimasi Parameter Model Statistik Nonlinier 2 Sehingga persamaan 2.20 dapat ditulis menjadi Z() 0 [y f(x; )] = 0 (2.2) Langkah selanjutnya untuk memperoleh nilai yang memenuhi FOC dapat dilakukan melalui proses algoritma diantaranya dengan metode algoritma Gauss- Newton Algoritma Gauss-Newton Untuk memperoleh solusi dari 2.2 dengan algoritma Gauss-Newton, dimulaidengan mengaproksimasi f(x; ) dengan menggunakan deret T aylor orde- disekitar initial value yang dinotasikan sebagai () : Aproksimasi untuk observasi individu ke-t diberikan dengan " f( t ; ) ' f( t ; () f( t ; ) )+ () dan untuk seluruh N observasi diperoleh f(x; ) ' f(x; () )+ ::: f( t; ) K f(x; ) 0 () () # [ () ] :[ () ] (2.22) f(x; ) ' f(x; () ) + Z( () )[ () ] (2.23) Substitusikan 2.23 ke 2.8 sehingga diperoleh y ' f(x; () ) + Z( () )[ () ] + e (2.24) atau dapat ditulis menjadi bentuk linear pseudomodel y( () ) = Z( () ): + e (2.25) dimana y( () ) = y f(x; () ) + Z( () ): () (2.26)

9 2.2. Metode Estimasi Parameter Model Statistik Nonlinier 3 Dari bentuk linier 2.25, estimasi untuk iterasi kedua (2) = dapat ditaksir dengan menggunakan metode ordinary least squares (OLS), sehingga diperoleh (2) = Z( () ) 0 Z( ) () Z( () ) 0 y( () ) = Z( () ) 0 Z( ) () Z( () ) 0 (y f(x; () ) + Z( () ) () ) = () + Z( () ) 0 Z( ) () Z( () ) 0 (y f(x; () ) (2.27) Langkah selanjutnya, dilakukan aproksimasi kembali terhadap f(x; ) disekitar (2) dengan 2.23, Maka diperoleh, atau f(x; ) = f(x; (2) ) + = f(x; (2) ) + y = f(x; ) + e = f(x; (2) ) + f(x; ) 0 f(x; ) 0 f(x; ) 0 (2) (2) (2) : :( (2) ) : f(x; ) 0 f(x; ) 0 (2) (2) : (2) + e : (2) (2.28) = f(x; (2) ) + Z( (2) ): Z( (2) ): (2) + e (2.29) y f(x; (2) ) + Z( (2) ) (2) = Z( (2) ) + e y( (2) ) = Z( (2) ) + e (2.30) Dari persamaan 2.30, taksir kembali untuk iterasi ketiga (3) metode ordinary least squares (OLS), diperoleh = dengan (3) = [Z( (2) ) 0 Z( (2) )] = [Z( (2 ) 0 Z( (2) )] Z( (2) ) 0 y( (2) ) Z( (2) ) 0 (y f(x; (2) ) + Z( (2) ) (2) ) = (2) + [Z( (2) ) 0 Z( (2) )] Z( (2) ) 0 (y f(x; (2) ) (2.3) Sehingga, secara umum dapat diperoleh rumus iterasi ke-n sebagai berikut: (n+) = (n) + [Z( (n) ) 0 Z( (n) )] Z( (n) ) 0 (y f(x; (n) ) (2.32)

10 2.2. Metode Estimasi Parameter Model Statistik Nonlinier 4 Iterasi tersebut dilakukan terus secara berulang hingga diperoleh kondisi konvergen, yaitu (n+) (n) (2.33) sehingga FOC dari masalah min(s()) pada 2.20 dan 2.2 telah dipenuhi. Dan dari persamaan 2.20 diketahui bahwa S() S() 2 f(x; )0 = 2 :(y f(x; )) (2.34) f(x; )0 = :(y f(x; )) (2.35) = Z() 0 (y f(x; )) (2.36) maka 2 S() S() (n) (n) f(x; )0 = 2 :(y f(x; (n) )) (n) f(x; )0 = :(y f(x; (n) )) (n) = Z( (n) ) 0 (y f(x; (n) )) (2.37) Dengan mensubstitusikan 2.37 ke 2.32 maka diperoleh iterasi Gauss-Newton yang secara umum dapat ditulis menjadi: (n+) = (n) +[Z( (n) ) 0 Z( (n) )] Z( (n) ) 0 (y f(x; (n) ) = (n) 2 [Z((n) ) 0 Z( (n) S() )] (n) = (n) t n P n n (2.38) dimana t n = 2 ; P n = Z( (n) ) 0 Z( (n) ) ; n = S() (n) Uji Hipotesa terhadap standard deviasi dan korelasi Error Untuk menguji apakah kenaikan salary antara tahun t dan t+ mempunyai variasi atau simpangan baku yang sama atau tidak sama, apakah ada hubungan antara

11 2.2. Metode Estimasi Parameter Model Statistik Nonlinier 5 kenaikan salary antar pegawai pada tahun t dan t +, dan apakah ada hubungan antara kenaikan salary pada tahun t dan t + untuk pegawai yang sama, maka dapat dilakukan uji hipotesa terhadap t ;. t ; dan dari error: Berdasarkan estimasi parameter yang telah diperoleh di atas dan dengan menggunakan persamaan 2.9, maka " k t = Y k t r t be ( k+t) (2.39) sehingga dapat diperoleh standard deviasi dan korelasi dari error dengan rumus t = q V ar(" k t ) t = Cov("k t 2 t ; " l t ) ; k 6= l = Cov("k t ; " k t+) (2.40) t : t+ Dengan menggunakan estimator standard dan con dence interval (selang kepercayaan) dengan tingkat keyakinan ( hipotesa nol (H 0 ) adalah bahwa ), akan dilakukan uji hipotesa dimana 0 = 0 = 0 = 0; dan = 0 Jika S 0 dan S masing-masing adalah estimator dari 0 dan, dengan N yang besar dan mendekati distribusi normal maka con dence interval dari 0 dan dapat dihitung dengan: S 0 S 0 S 0 Z =2 : p < 0 < S 0 + Z =2 : p 2N 2N S S Z =2 : p < < S + Z =2 : p (2.4) 2N 2N Jika nilai 0 dan berada dalam interval yang sama maka Ho : 0 = akan diterima dan sebaliknya. S

12 2.3. Program Pensiun 6 Jika r adalah estimator dari ; maka V ar(r) = 2 r = N nilai-t dari statistik T yang berdistribusi-t adalah r2. Sehingga diperoleh k t 0 = rp N k p r 2 r r 2 r = t 0 p N k = t 0 2 r maka con dence interval dari adalah: r t =2 : 2 r < < r + t =2 : 2 r r t =2 : r2 N k < < r + t =2: r2 N k (2.42) Jika nilai 0 berada pada con dence interval dari di atas, maka Ho : = 0 akan diterima dan sebaliknya 2.3 Program Pensiun Fungsi utama dari sebuah program pensiun adalah untuk memberikan penghasilan bagi pegawai pada saat mereka pensiun. Di dalam valuasi program pensiun melibatkan beberapa fungsi dasar, yang terdiri dari:. Fungsi kehidupan gabungan (composite survival function); 2. Fungsi bene t (bene t function); 3. Fungsi bunga (interest function); 4. Fungsi salary (salary function); 5. Fungsi anuitas (annuity function).

13 2.3. Program Pensiun Fungsi Kehidupan Gabungan Fungsi kehidupan gabungan memberikan suatu probability bahwa seorang peserta program pensiun akan hidup dalam masa aktif (untuk suatu periode yang telah ditentukan) didasarkan pada semua tingkat penyusutan (decremental rates) yang diperhitungkan. Sedangkan probability kehidupan satu tahun pada penyusutan tunggal (single-decrement) sama dengan komplemen dari tingkat penyusutan, probability kehidupan satu tahun pada berbagai penyusutan kehidupan (multipledecrement) sama dengan hasil komplemen untuk setiap tingkat penyusutan yang digunakan. Asumsi tingkat penyusutan biasanya terdiri dari: mortality, withdrawal, disability, dan retirement decrement yang dinotasikan dengan single decrement: q 0(m) = mortality rate (tingkat kematian) q 0(w) = withdrawal rate (tingkat pengunduran diri) q 0(d) = disability rate (tingkat cacat/uzur) q 0(r) = retirement rate (tingkat pensiun) Jadi jika seseorang yang aktif berusia, maka probability kehidupan satu tahun pada kasus multiple-decrement adalah: p () = ( q 0(m) )( q 0(w) )( q 0(d) )( q 0(r) ) = p 0(m) :p 0(w) :p 0(d) :p 0(r) (2.43) atau p () = [q (m) + q (w) + q (d) + q (r) ] (2.44) dimana dengan pendekatan asumsi uniform-distribution diketahui bahwa, q (m) = q 0(m) ( q (w) = q 0(w) ( q (d) = q 0(d) ( q (r) = q 0(r) ( )( 2 q0(w) 2 q0(m) )( )( 2 q0(m) 2 q0(m) )( )( 2 q0(d) )( 2 q0(d) )( 2 q0(w) 2 q0(w) )( ) 2 q0(r) ) 2 q0(r) ) 2 q0(r) 2 q0(d) ) (2.45)

14 2.3. Program Pensiun 8 Probability kehidupan dalam masa aktif selama n tahun adalah sama dengan Mortality decrement ny np () = p () +t Mortality yang terjadi pada pegawai aktif biasanya diberikan status pensiun sehingga tetap menerima bene t pensiun secara lump sum kepada ahli warisnya, sedangkan mortality yang terjadi pada pensiunan akan menghentikan pembayaran bene t pensiun. Walaupun bene t pensiun dihentikan, seringkali juga diberikan suatu bentuk bene t lain kepada ahli warisnya. Usia adalah faktor yang utama sangat berpengaruh dalam mortality rate. Tingkat mortalita secara tahunan akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Faktor kedua yang mempengaruhi mortality rate adalah jenis kelamin (se). Wanita cenderung mempunyai mortality rate yang lebih rendah dibandingkan laki-laki pada setiap usia yang sama. Faktor lainnya yang mempengaruhi mortality rate antara lain seperti jabatan/kedudukan, tetapi biasanya diabaikan. Jika mortality rate pada usia dinotasikan dengan q 0(m), probability seseorang berusia akan hidup mencapai usia +, diasumsikan tidak ada decrement lainnya, adalah dinotasikan dengan p 0(m) : dimana p 0(m) +q 0(m) hidup n tahun dinotasikan dengan n p 0(m) : = : Secara umum, probability seseorang berusia akan ny np 0(m) = ( q 0(m) +t ) = ny p 0(m) +t (2.46) Jika batas usia pensiun normal adalah r, maka probability seseorang berusia mencapai usia pensiun normal adalah r p 0(m) Withdrawal decrement Withdrawal atau termination decrement, seperti halnya pada mortality decrement, melindungi pegawai bila mengundurkan diri sebelum usia pensiun dengan

15 2.3. Program Pensiun 9 me-nerima bene t yang diberikan dalam program pensiun tersebut. Banyak faktor yang mempengaruhi withdrawal rate, tetapi ada dua faktor yang penting yaitu usia dan masakerja. Seseorang yang berusia lebih tua dan atau memiliki masakerja lebih panjang cenderung akan memiliki withdrawal rate yang lebih rendah daripada yang berusia lebih muda dan atau memiliki masakerja lebih pendek. Jika withdrawal rate pada usia dinotasikan dengan q 0(w) ; probability seseorang berusia tidak mengundurkan diri hingga mencapai usia +, diasumsikan tidak ada decrement lainnya, dinotasikan dengan p 0(w) ; dimana p 0(w) + q 0(w) = :Secara umum, probability seseorang berusia akan bekerja tanpa mengundurkan diri hingga n tahun dinotasikan dengan n p 0(w) : ny np 0(w) = ( q 0(w) +t ) = ny p 0(w) +t (2.47) sehingga probability seseorang berusia akan tetap bekerja mencapai usia pensiun normal adalah r p 0(w) Disability decrement Disability pada waktu pegawai aktif, seperti halnya pada mortality dan withdrawal, akan diberikan bene t pensiun. Beberapa faktor yang mempengaruhi disability rate antara lain usia, se, dan jabatan. Disability rate akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Jika disability rate pada usia dinotasikan dengan q 0(d) ; probability seseorang berusia tidak cacat (disable) hingga mencapai usia +, diasumsikan tidak ada decrement lainnya, dinotasikan dengan p 0(d) ; dimana p 0(d) + q 0(d) = : Secara umum, probability seseorang berusia tidak cacat hingga n tahun dinotasikan dengan n p 0(d) : ny np 0(d) = ( q 0(d) Y n +t) = p 0(d) +t (2.48) sehingga probability seseorang berusia tidak cacat hingga mencapai usia pensiun normal adalah r p 0(d)

16 2.3. Program Pensiun 20 Retirement decrement Retirement sebelum batas usia pensiun normal, disebut pensiun dipercepat (early retirement). Bene t pensiun dibayarkan kepada pegawai, yang tentunya lebih kecil bila dibandingkan dengan bene t pensiun normal. Faktor yang menyebabkan seseorang pensiun dipercepat, selain diperbolehkan dalam program pensiun tersebut, adalah faktor ekonomi dan faktor sosial. Batas usia pensiun dipercepat biasanya ditentukan beberapa tahun dari batas usia pensiun normal. Jika early retirement rate seseorang berusia dinotasikan dengan q 0(r) ; probability seseorang tidak pensiun dipercepat hingga usia +, diasumsikan tidak ada decrement lainnya, dinotasikan dengan p 0(r) ; dimana p 0(r) + q 0(r) = :Secara umum, probability seseorang berusia tidak pensiun dipercepat hingga n tahun dinotasikan dengan np 0(r) : ny np 0(r) = ( q 0(r) Y n +t) = p 0(r) +t (2.49) sehingga probability seseorang berusia tidak pensiun dipercepat hingga mencapai usia pensiun normal adalah r p 0(r) Fungsi Bene t Suatu program pensiun tidak dibatasi dalam memberikan penghasilan pensiun, dan semua program pensiun sekurang-kurangnya memberikan beberapa macam bene t lain, antara lain: () vested termination bene ts (bene t pengunduran diri), (2) disability bene ts (bene t cacat atau keuzuran), dan (3) death bene t (bene t kematian). Bene t pensiun biasanya dibayarkan secara periodik (bulanan) selama yang bersangkutan masih hidup. Dalam menentukan besarnya bene t pensiun dikenal dua istilah penting, yaitu de ned contribution dan de ned bene t. Program pensiun de ned contribution adalah sebuah program pensiun dimana besarnya kontribusi pensiun telah ditentukan terlebih dulu dan biasanya merupakan persentase dari

17 2.3. Program Pensiun 2 salary. Kontribusi tersebut baik yang berasal dari pemberi kerja dan atau pegawai, diakumulasi dengan tingkat bunga tertentu selama aktif bekerja hingga menjelang pensiun.dan akan menjadi dana pembayaran pensiun. Sehingga besarnya bene- t tergantung pada besarnya akumulasi kontribusi. Sedangkan program pensiun de ned bene t adalah suatu program pensiun dimana besarnya bene t pensiun telah ditetapkan terlebih dulu sehingga besarnya kontribusi yang harus diakumulasi selama aktif bekerja dihitung berdasarkan bene t pensiun tersebut. Dalam hal program pensiun menggunakan de ned bene t, sebagaimana akan dibahas kali ini, maka dalam menentukan besarnya bene t didasarkan pada salary tertentu. Salary yang digunakan sebagai dasar dalam pembayaran bene t antara lain adalah: salary terakhir saat pensiun ( nal salary), rata-rata salary selama bekerja (carreer average salary), atau rata-rata salary beberapa periode terakhir (n- nal average salary) sebelum pensiun. Jika b adalah bene t tahunan yang dihimpun selama satu tahun antara usis dan + untuk seseorang yang mulai bekerja pada usia y, sedangkan kumulatif bene t yang terhimpun dinotasikan dengan B yaitu jumlah bene t tahunan dengan usia (tidak termasuk usia ). Fungsi ini disebut fungsi accrued bene t dan dide nisikan untuk > y sebagai X B = b t (2.50) Hubungan bene t dan salary adalah sebagai berikut Final Salary Jika k adalah persentase tertentu (konstan), S r adalah salary terakhir sebelum pensiun, y adalah usia masuk dan r adalah usia pensiun normal, maka accrued bene t pada usia adalah t=y b = k:s r B = k:( y):s r (2.5)

18 2.3. Program Pensiun 22 dan accrued bene t pada usia pensiun r adalah B r = k:(r y):s r (2.52) Carreer Average Salary Xr b = k: r y t=y dan accrued bene t pada usia pensiun r adalah n-final Average Salary S t Xr B = k:( y): S t (2.53) r y t=y Xr B r = k:(r y): r y t=y S t Xr = k S t (2.54) t=y Jika n adalah jumlah tahun terakhir sebelum pensiun, yang digunakan sebagai dasar perhitungan rata-rata salary, maka b = k: n Xr t=r n S t B = k:( y): n dan accrued bene t pada usia pensiun r adalah Xr t=r n S t (2.55) B r = k:(r y): n Xr t=r n S t (2.56) Fungsi Salary Fungsi salary digunakan untuk mengestimasi salary pegawai dimasa mendatang. Estimasi tersebut mempertimbangkan tiga faktor, yaitu () kenaikan salary yang berkaitan dengan merit (seniority), (2) kenaikan salary yang berkaitan dengan

19 2.3. Program Pensiun 23 bagian pegawai dalam menghasilkan gains, (3) kenaikan salary berkaitan dengan in asi. Kenaikan merit adalah bahwa pegawai akan menerima kenaikan salary karena karir individu, secara teori adalah karena kemampuan berdasarkan usia dan masakerja. Persentase kenaikan merit akan semakin turun ketika usia pegawai menjadi lebih tua. Skala merit yang digunakan sebagai bagian dalam proyeksi salary pegawai dapat diestimasi dari kelompok pegawai yang homogen, dengan membandingkan perbedaan salary diantara pegawai pada usia yang bervariasi dan dengan variasi periode masakerja di tahun yang diberikan. Produktivitas adalah faktor kedua yang memiliki penurunan yang penting pada suatu tahun, dan hal ini bervariasi diantara industri-industri. Dan faktor ketiga adalah in asi, yang menjadi faktor paling penting dalam melakukan proyeksi salary pegawai di masa yang akan datang. Bagian ini tidak seperti faktor merit, yang secara umum menaikkan salary pada tingkat yang semakin menurun, tetapi lebih memungkinkan menaikkan salary pada tingkat konstanta majemuk. Fungsi salary dalam kaitannya dengan bene t adalah untuk mengestimasi salary yang akan digunakan sebagai dasar pembayaran bene t pensiun dimasa yang akan datang. Jika aktual salary pada usia adalah AS maka untuk mengestimasi salary pada waktu pensiun diperlukan suatu fungsi salary sehingga estimasi salary pada usia pensiun r adalah dimana S r S AS : S r S (2.57) disebut sebagai skala salary. Fungsi salary yang berkaitan dengan faktor merit dan dan faktor in asi telah dibahas pada awal Bab III ini Fungsi Bunga Fungsi bunga digunakan untuk mendiskontokan suatu pembayaran yang akan datang ke waktu sekarang. Jika tingkat bunga pada tahun t dinotasikan dengan

20 2.3. Program Pensiun 24 i t, maka nilai sekarang dari pembayaran sebesar yang akan jatuh tempo n tahun adalah dan jika i = i 2 = ::: = i n = i, diperoleh ( + i )( + i 2 ):::( + i n ) ( + i) n De nisi sederhana yang digunakan dalam kaitannya dengan fungsi nilai sekarang (present value) adalah v = ( + i) (+i) adalah faktor akumulasi, v sering disebut faktor diskonto (discount factor), dan d adalah tingkat diskonto (discount rate) d = v = i:v Fungsi Anuitas Ketika seorang pegawai mencapai usia pensiun maka ia akan mulai menerima suatu pembayaran bene t pensiun secara berkala, biasanya secara bulanan, tetapi untuk mempermudah disini akan diasumsikan dibayar secara tahunan. Nilai sekarang dari suatu pembayaran yang dilakukan secara berkala demikian disebut sebagai anuitas. Jika pembayaran bene t dilakukan selama seseorang tersebut masih hidup (atau dihentikan bila hanya terjadi kematian) maka anuitas ini disebut anuitas seumur hidup dan nilai sekarang dari suatu pembayaran sebesar setiap tahun selama hidup, dengan pembayaran pertama dimulai pada usia, diberikan sebagai a = X tp 0(m) :v t (2.58) Anuitas mempunyai peranan yang penting dalam pembiayaan pensiun, dalam kaitannya dengan multiple-decrement diberikan anuitas hidup berjangka n dari

21 2.4. Metode pendanaan pensiun 25 orang yang berusia dengan pembayaran sebesar setiap tahun adalah a :nj = Xn tp () :v t (2.59) Dalam hal pembayaran sebesar setiap tahun tersebut dibayarkan m kali setahun sebesar, maka nilai sekarang dari anuitas tersebut menjadi m Xn a (m) :nj = tp () v t m 2m t p () v t t+ p () v t+ dan jika anuitas tersebut dibayarkan seumur hidup maka dinotasikan menjadi a (m) = =!X tp () v t m 2m t p () v t t+ p ()!X tp () v t m!x tp () v t t+ p () 2m = a m 2m v t+ v t+ 2.4 Metode pendanaan pensiun Untuk mengetahui dampaknya terhadap salary gains dan losses, maka akan kita gunakan masing-masing fungsi salary berdasarkan usia (age-based) dan fungsi salary berdasarkan masa kerja (service-based) dengan menggunakan dua metode pendanaan pensiun, yaitu projected unit credit (PUC) dan entry age normal (EAN) cost level percentage. Secara khusus, akan kita perhatikan pada variance dari salary gains dan losses secara individu. Sebelum berlanjut akan dijelaskan terlebih dahulu kedua metode pendanaan pensiun tersebut Projected Unit Credit (PUC) Method Jika diasumsikan bahwa dalam program pensiun yang sederhana setiap pegawai akan pensiun pada usia r dengan suatu pembayaran manfaat pensiun tahunan (dibayar bulanan) sebesar B(r) selama hidup, maka suatu program pensiun akan

22 2.4. Metode pendanaan pensiun 26 terdanai dengan baik apabila dana yang diakumulasikan dari setiap pegawai ketika mencapai usia r cukup untuk mendanai pembayaran pensiunnya, yaitu sama dengan B(r):a (2) r : Konsep ini yang dipakai oleh metode pendanaan pensiun Unit Credit Method dan sejumlah metode pendanaan pensiun lainnya. Manfaat sebesar B(r) tidak secara tiba-tiba ada pada usia r, tetapi diperoleh atau dihimpun selama pegawai masih aktif bekerja. Pada awal ketika pegawai mulai bekerja, katakan usia y, manfaat yang dihimpun B(y) adalah nol; pada usia r ketika ia pensiun manfaat yang dihimpun sama dengan B(r); dan pada usia antara y dan r, katakan usia, sebesar B() yang kita sebut accrued bene t dari orang tersebut. Maka present value accrued bene t pada usia secara individu adalah B( k ):a (2) r :v r : r p (2.60) dimana, B( k ) adalah accrued bene t pada usia dari orang ke k: Dalam Unit Credit Method, sejumlah dana yang harus ada pada saat valuasi untuk memenuhi pembayaran pensiun pada saat pensiun atau yang disebut accrued liability (AL) dide niskan sama dengan present value accrued bene t, yaitu AL k = B( k ):a (2) r :v r : r p (2.6) AL = NX AL k = k= NX k= B( k ):a (2) r :v r : r p (2.62) Jika manfaat atau bene t pensiun diatas dikaitkan dengan salary sehingga diperlukan adanya salary scales dalam perhitungannya maka metode ini disebut Projected Unit Credit Method (PUC). Salary pada saat valuasi diproyeksikan ke tanggal pensiun dengan menggunakan salary scales, dalam kasus seperti ini maka besarnya B( k ) akan berubah sesuai dengan rumus manfaat atau bene t yang akan diberikan.

23 2.4. Metode pendanaan pensiun 27 Sebagai contoh, manfaat pensiun bulanan diberikan sebesar 2% dari salary terakhir ( nal salary) untuk setiap tahun masa kerja. Jika y adalah usia mulai bekerja, r usia pensiun, dan usia saat valuasi, maka B(r k ) = 2% (2) (r y) S rk B( k ) = 2% (2) ( y) S rk (2.63) dimana S rk = S k : s r adalah salary terakhir pegawai sebelum pensiun, s r s s adalah salary scales (dalam hal ini bergantung pada usia). Dengan demikian pada saat : AL P UC k = B( k ):a (2) r :v r : r p = 2% (2) ( y) S rk a (2) r :v r : r p AL P UC = NX k= dan pada saat r : AL P UC k = NX k= 2% (2) ( y) S rk a (2) r :v r : r p (2.64) AL P UC r = AL P r UC k = B(r k ):a (2) r NX k= = 2% (2) (r y) S rk a (2) r AL P UC r k = NX k= 2% (2) (r y) S rk a (2) r (2.65) Entry Age Normal (EAN) Cost Method level percentage Seperti pada metode PUC, maka Entry Age Normal (EAN) cost method juga menggunakan salary scales jika manfaat pensiun yang diberikan didasarkan pada salary (rata-rata salary, rata-rata nal salary, atau nal salary). Dalam level

24 2.4. Metode pendanaan pensiun 28 percentage of salary, normal cost (NC) pada atau setelah usia masuk bekerja (y) menjadi suatu bagian atau prosentase yang tetap (U) dari salary, sehingga NC y = U:S y = U:S : s y s (2.66) dan sehingga NC = U:S = U:S y : s s y (2.67) NC = U:S : s y s : s s y = NC y : s s y (2.68) dimana U = P V F B y = B(r):a(2) r :v r y : r y p y P V F SAL r y y P S y : s y+t :v t : t p y Selanjutnya, accrued liability individu dengan metode EAN adalah s y AL EAN k = P V F B k P V NC k = P V F B k rx NC k : s +t :v t : t p s rx = P V F B k = P V F B k U r X U:S k : s +t :v t : t p s S k : s +t :v t : t p s = P V F B k P V F SAL k P V F B yk P V F SAL yk (2.69) Dampak Age-Based dan Service-Based Model pada Salary Gains and Losses Untuk melihat dampak kedua model (age-based dan service-based) terhadap salary gains and losses, akan diaplikasikan pada kedua metode pendanaan pensiun (PUC dan EAN). Kita akan menggunakan rumus perhitungan salary gains secara indi-

25 2.4. Metode pendanaan pensiun 29 vidu sebagai berikut: 8 S < [k ]+t :AS 9 S [k ]+t k +t AS k +t = SALGAIN k +t = AL k +t : AS k +t ; Sk +t = AL k +t : AS k +t S k +t AS k +t (2.70) dimana SALGAIN k +t adalah salary gains untuk orang ke k yang berusia pada waktu t, sedangkan AL k +t adalah accrued liabilities yang aktual dari orang ke k yang berusia pada waktu t. Artinya bahwa salary gains pada waktu t merupakan accrued liabilities aktual dikalikan dengan rasio dari selisih antara epected salary dengan aktual salary terhadap aktual salary pada waktu t. Selanjutnya, perlu dicatat bahwa jika Q k +t = S k +t S k +t : AS k +t AS k +t = maka SALGAIN k +t = 0 dan kita memiliki prediksi yang sempurna. Untuk mengukur kedekatan dari Q ke, akan digunakan perhitungan mean-squared-error (MSE), variance (Var), dan absolute bias (Bias) dari Q untuk masing-masing fungsi salary diatas dengan menggunakan dua metode pendanaan pensiun (PUC dan EAN). Ketika membandingkan fungsi salary maka kriteria yang digunakan adalah variance, yaitu bahwa fungsi salary dengan variance paling kecil adalah yang terbaik. Dengan menggunakan suatu bobot dide nisikan w k +t = AL k +t NX m = m 2 = k= AL k +t NX w k +t:q k +t; k= NX w k +t:[q k +t] 2 ; k= V ar = m 2 [m ] 2 ; ; (2.7) Bias = jm j ; (2.72)

26 2.4. Metode pendanaan pensiun 30 dan MSE = V ar + [Bias] 2 (2.73) Dengan menggunakan ukuran ini, akan diperoleh bahwa MSE = 0 jika dan hanya jika SALGAIN k +t = 0 untuk semua k = ; 2; :::; N: Karena MSE = NX k= w k +t: [SALGAIN k +t] 2 [AL k +t]] 2 (2.74) Lebih jauh lagi, MSE = 0 jika dan hanya jika V ar = 0 dan Bias = 0:

MODEL FUNGSI SALARY DALAM VALUASI PROGRAM PENSIUN

MODEL FUNGSI SALARY DALAM VALUASI PROGRAM PENSIUN MODEL FUNGSI SALARY DALAM VALUASI PROGRAM PENSIUN TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh : Alwin Rianto Kurniawan NIM : 20804001

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia pada era globalisasi memungkinkan kegiatan perekonomian berkembang sedemikian rupa. Sejalan dengan meningkatnya masyarakat yang memiliki pekerjaan

Lebih terperinci

PENDANAAN PENSIUN DENGAN METODE BENEFIT PRORATE CONSTANT DOLLAR (Studi Kasus Pada PT. Wooil Indonesia) Devni Prima Sari dan Sudianto Manullang

PENDANAAN PENSIUN DENGAN METODE BENEFIT PRORATE CONSTANT DOLLAR (Studi Kasus Pada PT. Wooil Indonesia) Devni Prima Sari dan Sudianto Manullang PENDANAAN PENSIUN DENGAN METODE BENEFIT PRORATE CONSTANT DOLLAR (Studi Kasus Pada PT. Wooil Indonesia) Devni Prima Sari dan Sudianto Manullang Abstrak Program dana pensiun merupakan salah satu faktor pendorong

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karena dia berhenti bekerja. Sedangkan perencanaan pensiun (pension plan)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karena dia berhenti bekerja. Sedangkan perencanaan pensiun (pension plan) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendahuluan Pensiun adalah suatu kondisi dimana seseorang tidak memiliki pendapatan karena dia berhenti bekerja. Sedangkan perencanaan pensiun (pension plan) adalah suatu upaya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang bertujuan untuk mendapatkan dana pensiun. Menurut Undang-undang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang bertujuan untuk mendapatkan dana pensiun. Menurut Undang-undang BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tabungan dan Asuransi Pensiun Tabungan dan asuransi pensiun merupakan tabungan jangka panjang yang bertujuan untuk mendapatkan dana pensiun. Menurut Undang-undang Nomor 11 Tahun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Fungsi Keberlangsungan Hidup (Survival Function) Misalkan adalah usia seseorang saat menutup polis asuransi, sehingga adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Fungsi Keberlangsungan Hidup (Survival Function) Misalkan adalah usia seseorang saat menutup polis asuransi, sehingga adalah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fungsi Keberlangsungan Hidup (Survival Function) Misalkan adalah usia seseorang saat menutup polis asuransi, sehingga adalah peubah acak waktu meninggal. Fungsi distribusi dinyatakan

Lebih terperinci

Penerapan Metode Projected Unit Credit dan Entry Age Normal pada Asuransi Dana Pensiun (Studi Kasus : PT. Inhutani I Cabang Kabupaten Berau)

Penerapan Metode Projected Unit Credit dan Entry Age Normal pada Asuransi Dana Pensiun (Studi Kasus : PT. Inhutani I Cabang Kabupaten Berau) Penerapan Metode Projected Unit Credit dan Entry Age Normal pada Asuransi Dana Pensiun (Studi Kasus : PT. Inhutani I Cabang Kabupaten Berau) Application of Projected Unit Credit Method And The Entry Age

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. hasil percobaan yang berbeda dan masing-masing mempunyai. itu menyusun kejadian, maka probabilitas kejadian

BAB II KAJIAN TEORI. hasil percobaan yang berbeda dan masing-masing mempunyai. itu menyusun kejadian, maka probabilitas kejadian BAB II KAJIAN TEORI A. Probabilitas Teorema 2.1 (Walpole, 1992) Probabilitas menunjukan suatu percobaan mempunyai hasil percobaan yang berbeda dan masing-masing mempunyai kemungkinan yang sama untuk terjadi,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dalam memahami materi yang ada dalam bab-bab selanjutnya. Teori-teori yang

BAB II KAJIAN TEORI. dalam memahami materi yang ada dalam bab-bab selanjutnya. Teori-teori yang BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori-teori dasar yang akan membantu pembaca dalam memahami materi yang ada dalam bab-bab selanjutnya. Teori-teori yang akan dibahas pada bab ini adalah probabilitas,

Lebih terperinci

Pertemuan 4-5 ANALISIS REGRESI SEDERHANA

Pertemuan 4-5 ANALISIS REGRESI SEDERHANA Pertemuan 4-5 ANALISIS REGRESI SEDERHANA Metode Kuadrat Terkecil (OLS) Persoalan penting dalam membuat garis regresi sampel adalah bagaimana kita bisa mendapatkan garis regresi yang baik yaitu sedekat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Program dana pensiun merupakan bentuk balas jasa pemerintah terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Program dana pensiun merupakan bentuk balas jasa pemerintah terhadap BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Dana Pensiun Program dana pensiun merupakan bentuk balas jasa pemerintah terhadap pegawai yang telah bertahun-tahun mengabdikan dirinya kepada Negara. Di sisi lain,

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. penggunaan metode benefit prorate constant dollar dengan suku bunga model

BAB III PEMBAHASAN. penggunaan metode benefit prorate constant dollar dengan suku bunga model BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai estimasi parameter model Vasicek, penggunaan metode benefit prorate constant dollar dengan suku bunga model Vasicek, kemudian diterapkan dalam perhitungan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Regresi Linier Sederhana Dalam beberapa masalah terdapat dua atau lebih variabel yang hubungannya tidak dapat dipisahkan karena perubahan nilai suatu variabel tidak selalu terjadi

Lebih terperinci

BAB III KALMAN FILTER DISKRIT. Kalman Filter adalah rangkaian teknik perhitungan matematika (algoritma)

BAB III KALMAN FILTER DISKRIT. Kalman Filter adalah rangkaian teknik perhitungan matematika (algoritma) BAB III KALMAN FILTER DISKRIT 3.1 Pendahuluan Kalman Filter adalah rangkaian teknik perhitungan matematika (algoritma) yang memberikan perhitungan efisien dalam mengestimasi state proses, yaitu dengan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN BIAYA PENSIUN MENGGUNAKAN METODE ATTAINED AGE NORMAL PADA DANA PENSIUN

PERHITUNGAN BIAYA PENSIUN MENGGUNAKAN METODE ATTAINED AGE NORMAL PADA DANA PENSIUN PERHITUNGAN BIAYA PENSIUN MENGGUNAKAN METODE ATTAINED AGE NORMAL PADA DANA PENSIUN Chrisna Sandy 1, Sudarwanto 2, Ibnu Hadi 3 Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

Perhitungan Dana Pensiun untuk Pensiun Normal Berdasarkan Metode Constant Dollar; Studi Kasus: PT. Taspen Palembang

Perhitungan Dana Pensiun untuk Pensiun Normal Berdasarkan Metode Constant Dollar; Studi Kasus: PT. Taspen Palembang Jurnal Penelitian Sains Volume 12 Nomer 2(A) 12202 Perhitungan Dana Pensiun untuk Pensiun Normal Berdasarkan Metode Constant Dollar; Studi Kasus: PT. Taspen Palembang Yuli Andriani, Des Alwine Z., dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori yang menjadi dasar dan landasan dalam penelitian sehingga membantu mempermudah pembahasan selanjutnya. Teori tersebut meliputi arti dan peranan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. A. Penentuan nilai suku bunga menggunakan metode Cox Ingersoll Ross

BAB III PEMBAHASAN. A. Penentuan nilai suku bunga menggunakan metode Cox Ingersoll Ross BAB III PEMBAHASAN A. Penentuan nilai suku bunga menggunakan metode Cox Ingersoll Ross Dalam perkembangan ekonomi, suku bunga konstan dianggap kurang efektif, maka diperlukannya model yang bisa memprediksi

Lebih terperinci

METODE ORDINARY LEAST SQUARES DAN LEAST TRIMMED SQUARES DALAM MENGESTIMASI PARAMETER REGRESI KETIKA TERDAPAT OUTLIER

METODE ORDINARY LEAST SQUARES DAN LEAST TRIMMED SQUARES DALAM MENGESTIMASI PARAMETER REGRESI KETIKA TERDAPAT OUTLIER Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 03, No. 3 (2014), hal 163-168. METODE ORDINARY LEAST SQUARES DAN LEAST TRIMMED SQUARES DALAM MENGESTIMASI PARAMETER REGRESI KETIKA TERDAPAT OUTLIER

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses pengumpulan data, peneliti sering menemukan nilai pengamatan

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses pengumpulan data, peneliti sering menemukan nilai pengamatan 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pencilan Dalam proses pengumpulan data, peneliti sering menemukan nilai pengamatan yang bervariasi (beragam). Keberagaman data ini, di satu sisi sangat dibutuhkan dalam

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1. Penaksiran Parameter Jika adalah nilai parameter populasi yang belum diketahui harganya, maka dapat ditaksir oleh nilai statistik, dan disebut sebagai penaksir atau fungsi keputusan.

Lebih terperinci

PERHITUNGAN ASURANSI DANA PENSIUN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROJECTED UNIT CREDIT DAN METODE ENTRY AGE NORMAL PADA STATUS GABUNGAN

PERHITUNGAN ASURANSI DANA PENSIUN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROJECTED UNIT CREDIT DAN METODE ENTRY AGE NORMAL PADA STATUS GABUNGAN Jurnal Matematika UNAND Vol. 5 No. 3 Hal. 24 30 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PERHITUNGAN ASURANSI DANA PENSIUN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROJECTED UNIT CREDIT DAN METODE ENTRY AGE

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL HOLT-WINTER DAN METODE DEKOMPOSISI KLASIK

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL HOLT-WINTER DAN METODE DEKOMPOSISI KLASIK BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL HOLT-WINTER DAN METODE DEKOMPOSISI KLASIK 3.1 Metode Pemulusan Eksponensial Holt-Winter Metode rata-rata bergerak dan pemulusan Eksponensial dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. yang digunakan oleh aktuaris dari masing-masing perusahaan berbeda-beda.

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. yang digunakan oleh aktuaris dari masing-masing perusahaan berbeda-beda. BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN Pembebanan aktuaria merupakan kewajiban bagi aktuaris untuk menghitung dana pensiun bagi peserta program pensiun. Aktuaris perlu menghitung iuran pensiun, kewajiban aktuaria,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi jagung merupakan hasil bercocok tanam, dimana dilakukan penanaman bibit

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi jagung merupakan hasil bercocok tanam, dimana dilakukan penanaman bibit BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Produksi Produksi jagung merupakan hasil bercocok tanam, dimana dilakukan penanaman bibit tanaman pada lahan yang telah disediakan, pemupukan dan perawatan sehingga

Lebih terperinci

BAB ΙΙ LANDASAN TEORI

BAB ΙΙ LANDASAN TEORI 7 BAB ΙΙ LANDASAN TEORI Berubahnya nilai suatu variabel tidak selalu terjadi dengan sendirinya, bisa saja berubahnya nilai suatu variabel disebabkan oleh adanya perubahan nilai pada variabel lain yang

Lebih terperinci

Bab 2. Teori Pendukung. 2.1 Pendahuluan. 2.2 Future Life Time

Bab 2. Teori Pendukung. 2.1 Pendahuluan. 2.2 Future Life Time Bab 2 Teori Pendukung 2.1 Pendahuluan Untuk mengekspresikan perhitungan tentang nilai tunai (cash value) yang dipengaruhi oleh prospektif mortality diperlukan teori-teori pendukung sehingga dalam perhitungannya

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1. Mengetahui pengertian penelitian metode regresi. 2. Mengetahui contoh pengolahan data menggunakan metode regresi.

BAB I Pendahuluan. 1. Mengetahui pengertian penelitian metode regresi. 2. Mengetahui contoh pengolahan data menggunakan metode regresi. BAB I Pendahuluan 1.1. Latar belakang Sepanjang sejarah umat manusia, orang melakukan penelitian tentang ada tidaknya hubungan antara dua hal, fenomena, kejadian atau lainnya. Dan ada tidaknya pengaruh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Peramalan Peramalan ( forecasting) merupakan alat bantu yang penting dalam perencanaan yang efektif dan efisien khususnya dalam bidang ekonomi. Dalam organisasi modern

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan digunakanan sebagai acuan pencegah yang mendasari suatu keputusan untuk yang akan datang dalam upaya meminimalis kendala atau memaksimalkan pengembangan baik

Lebih terperinci

Seri Pendidikan Aktuaris Indonesia Ruhiyat

Seri Pendidikan Aktuaris Indonesia Ruhiyat Seri Pendidikan Aktuaris Indonesia Ruhiyat 5+ Soal & Matematika Aktuaria DRAF JAWABAN UJIAN PAI A6 - MATEMATIKA AKTUARIA 26 NOVEMBER 24 Ruhiyat Departemen Matematika FMIPA IPB Bogor, 25 . Sebuah variable

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Konsep Dasar Statistika Statistik adalah ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk data, yaitu tentang pengumpulan, pengolahan, penganalisisa, penafsiran, dan penarikan kesimpulan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN DANA PENSIUN UNTUK PENSIUN NORMAL BERDASARKAN METODE CONSTANT DOLLAR (Studi Kasus : PT. Taspen Persero Pekanbaru) TUGAS AKHIR

PERHITUNGAN DANA PENSIUN UNTUK PENSIUN NORMAL BERDASARKAN METODE CONSTANT DOLLAR (Studi Kasus : PT. Taspen Persero Pekanbaru) TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DANA PENSIUN UNTUK PENSIUN NORMAL BERDASARKAN METODE CONSTANT DOLLAR (Studi Kasus : PT. Taspen Persero Pekanbaru) TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2014/2015 di Jurusan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2014/2015 di Jurusan III METODOLOGI PENELITIAN 31 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2014/2015 di Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung 32 Metode

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Deret Fourier Dalam bab ini akan dibahas mengenai deret dari suatu fungsi periodik. Jenis fungsi ini sering muncul dalam berbagai persoalan fisika, seperti getaran mekanik, arus

Lebih terperinci

METODE BENEFIT PRORATE CONSTANT DOLLAR UNTUK PENGHITUNGAN DANA PENSIUN MENGGUNAKAN SUKU BUNGA MODEL VASICEK TUGAS AKHIR SKRIPSI

METODE BENEFIT PRORATE CONSTANT DOLLAR UNTUK PENGHITUNGAN DANA PENSIUN MENGGUNAKAN SUKU BUNGA MODEL VASICEK TUGAS AKHIR SKRIPSI METODE BENEFIT PRORATE CONSTANT DOLLAR UNTUK PENGHITUNGAN DANA PENSIUN MENGGUNAKAN SUKU BUNGA MODEL VASICEK TUGAS AKHIR SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis Regresi adalah analisis statistik yang mempelajari bagaimana memodelkan sebuah model fungsional dari data untuk dapat menjelaskan ataupun meramalkan suatu

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE PROJECTED UNIT CREDIT DAN ENTRY AGE NORMAL DALAM PEMBIAYAAN PENSIUN

PENGGUNAAN METODE PROJECTED UNIT CREDIT DAN ENTRY AGE NORMAL DALAM PEMBIAYAAN PENSIUN JURNAL GAUSSIAN, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 47-54 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PENGGUNAAN METODE PROJECTED UNIT CREDIT DAN ENTRY AGE NORMAL DALAM PEMBIAYAAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Peramalan Peramalan (forecasting) merupakan upaya memperkirakan apa yang terjadi pada masa yang akan datang. Pada hakekatnya peramalan hanya merupakan suatu perkiraan (guess),

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORITIS

BAB 2 LANDASAN TEORITIS BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan (forecasting) adalah kegiatan memperkirakan atau memprediksikan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relative lama.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA = (2.2) =

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA = (2.2) = BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Regresi Linear Berganda Regresi linear berganda adalah regresi dimana variabel terikatnya dihubungkan atau dijelaskan dengan lebih dari satu variabel bebas,,, dengan syarat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan (forecasting) adalah kegiatan memperkirakan atau memprediksi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relatif lama. Sedangkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang menggambarkan

TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang menggambarkan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Regresi Analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang menggambarkan hubungan fungsional antara variabel respon dengan satu atau beberapa variabel prediktor.

Lebih terperinci

ESTIMASI PARAMETER PADA SISTEM PERSAMAAN SIMULTAN DENGAN METODE LIMITED INFORMATION MAXIMUM LIKELIHOOD (LIML) SKRIPSI

ESTIMASI PARAMETER PADA SISTEM PERSAMAAN SIMULTAN DENGAN METODE LIMITED INFORMATION MAXIMUM LIKELIHOOD (LIML) SKRIPSI ESTIMASI PARAMETER PADA SISTEM PERSAMAAN SIMULTAN DENGAN METODE LIMITED INFORMATION MAXIMUM LIKELIHOOD (LIML) SKRIPSI Oleh : IPA ROMIKA J2E004230 PROGRAM STUDI STATISTIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

NILAI SEKARANG DARI MANFAAT PENSIUN UNTUK KASUS MULTIPLE DECREMENT DENGAN TINGKAT BUNGA RENDLEMAN BARTTER. Anggia Fitri 1, Hasriati 2 ABSTRACT

NILAI SEKARANG DARI MANFAAT PENSIUN UNTUK KASUS MULTIPLE DECREMENT DENGAN TINGKAT BUNGA RENDLEMAN BARTTER. Anggia Fitri 1, Hasriati 2 ABSTRACT NILAI SEKARANG DARI MANFAAT PENSIUN UNTUK KASUS MULTIPLE DECREMENT DENGAN TINGKAT BUNGA RENDLEMAN BARTTER Anggia Fitri, Hasriati 2,2 Program Studi S Matematika Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

REGRESI LINIER BERGANDA

REGRESI LINIER BERGANDA REGRESI LINIER BERGANDA 1. PENDAHULUAN Analisis regresi merupakan salah satu teknik analisis data dalam statistika yang seringkali digunakan untuk mengkaji hubungan antara beberapa variabel dan meramal

Lebih terperinci

PERHITUNGAN DANA PENSIUN DENGAN UNIT CREDIT COST METHOD (ACCRUED BENEFIT) MAKALAH

PERHITUNGAN DANA PENSIUN DENGAN UNIT CREDIT COST METHOD (ACCRUED BENEFIT) MAKALAH PERHITUNGAN DANA PENSIUN DENGAN UNIT CREDIT COST METHOD (ACCRUED BENEFIT) MAKALAH Disusun untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Matematika Aktuaria yang dibimbing oleh Dr. Isnani Darti,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan statistik sebagai alat bantu untuk mengambil keputusan yang lebih baik telah mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan. Setiap orang, baik sadar maupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu peubah prediktor dengan satu peubah respon disebut analisis regresi linier

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu peubah prediktor dengan satu peubah respon disebut analisis regresi linier BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi pertama kali dikembangkan oleh Sir Francis Galton pada abad ke-19. Analisis regresi dengan satu peubah prediktor dan satu peubah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 21 Analisis Regresi Perubahan nilai suatu variabel tidak selalu terjadi dengan sendirinya, namun perubahan nilai variabel itu dapat disebabkan oleh berubahnya variabel lain yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Data merupakan bentuk jamak dari datum. Data merupakan sekumpulan

BAB II LANDASAN TEORI. Data merupakan bentuk jamak dari datum. Data merupakan sekumpulan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Data Data merupakan bentuk jamak dari datum. Data merupakan sekumpulan datum yang berisi fakta-fakta serta gambaran suatu fenomena yang dikumpulkan, dirangkum, dianalisis, dan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN SUPPLEMENTAL COST DENGAN METODE BENEFIT PRORATE PADA PROGRAM PENDANAAN PENSIUN MANFAAT PASTI (DEFINED BENEFIT)

PERHITUNGAN SUPPLEMENTAL COST DENGAN METODE BENEFIT PRORATE PADA PROGRAM PENDANAAN PENSIUN MANFAAT PASTI (DEFINED BENEFIT) Buletin Ilmiah Math. Stat. Dan Terapannya (Bimaster) Volume 03, No. 1 (2014), hal 77-82 PERHITUNGAN SUPPLEMENTAL COST DENGAN METODE BENEFIT PRORATE PADA PROGRAM PENDANAAN PENSIUN MANFAAT PASTI (DEFINED

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Penghitungan Manfaat dan Iuran Peserta Program Dana Pensiun dengan Metode Projected Unit Credit dan Individual Level Premium pada PT Taspen

Lebih terperinci

Prosiding Matematika ISSN:

Prosiding Matematika ISSN: Prosiding Matematika ISSN: 2460-6464 Perhitungan Program Pendanaan Pensiun Manfaat Pasti Menggunakan Metode Benefit Prorate Calculation Of Pension Benefits Program Funding Will Benefit Using Prorate 1

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder tersebut merupakan data cross section dari data sembilan indikator

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Peramalan 2.1.1. Pengertian dan Kegunaan Peramalan Peramalan (forecasting) menurut Sofjan Assauri (1984) adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang

Lebih terperinci

PENENTUAN BESARNYA ANUITAS HIDUP DENGAN MENGGUNAKAN NILAI ASUMSI PADA DISTRIBUSI SISA USIA

PENENTUAN BESARNYA ANUITAS HIDUP DENGAN MENGGUNAKAN NILAI ASUMSI PADA DISTRIBUSI SISA USIA PENENTUAN BESARNYA ANUITAS HIDUP DENGAN MENGGUNAKAN NILAI ASUMSI PADA DISTRIBUSI SISA USIA Farah Kristiani (farah@home.unpar.ac.id) Jurusan Matematika FTIS Universitas Katolik Parahyangan ABSTRACT There

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data tenaga kerja, PDRB riil, inflasi, dan investasi secara berkala yang ada di kota Cimahi.

Lebih terperinci

KAITAN PROGRAM DANA PENSIUN DENGAN PENERAPAN PSAK NO. 24 (REVISI 2004) PADA LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN

KAITAN PROGRAM DANA PENSIUN DENGAN PENERAPAN PSAK NO. 24 (REVISI 2004) PADA LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN KAITAN PROGRAM DANA PENSIUN DENGAN PENERAPAN PSAK NO. 24 (REVISI 2004) PADA LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN Oleh : PT. BINAPUTERA JAGA HIKMAH Jakarta, 24 November 2006 1 MATERI PRESENTASI I. PENDAHULUAN II.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Istilah regresi pertama kali digunakan oleh Francis Galton. Dalam papernya yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Istilah regresi pertama kali digunakan oleh Francis Galton. Dalam papernya yang 13 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Regresi Istilah regresi pertama kali digunakan oleh Francis Galton. Dalam papernya yang terkenal Galton menemukan bahwa meskipun terdapat tendensi atau kecenderungan

Lebih terperinci

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016, Halaman Online di:

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016, Halaman Online di: ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016, Halaman 505-514 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PERHITUNGAN PEMBIAYAAN DANA PENSIUN DENGAN METODE ATTAINED AGE

Lebih terperinci

METODE CONSTANT PERCENT OF SALARY DALAM MENENTUKAN BENEFIT DAN IURAN NORMAL PROGRAM PENSIUN NORMAL DAN DIPERCEPAT

METODE CONSTANT PERCENT OF SALARY DALAM MENENTUKAN BENEFIT DAN IURAN NORMAL PROGRAM PENSIUN NORMAL DAN DIPERCEPAT METODE CONSTANT PERCENT OF SALARY DALAM MENENTUKAN BENEFIT DAN IURAN NORMAL PROGRAM PENSIUN NORMAL DAN DIPERCEPAT Puteri Ressiana Dewi Achmad, Rini Marwati, Fitriani Agustina Departemen Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Prediksi pada dasarnya merupakan dugaan atau prediksi mengenai terjadinya

TINJAUAN PUSTAKA. Prediksi pada dasarnya merupakan dugaan atau prediksi mengenai terjadinya II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prediksi Prediksi pada dasarnya merupakan dugaan atau prediksi mengenai terjadinya suatu kejadian atau peristiwa di waktu yang akan datang. Prediksi bisa bersifat kualitatif (tidak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. disebut dengan bermacam-macam istilah: variabel penjelas, variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. disebut dengan bermacam-macam istilah: variabel penjelas, variabel BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertian Regresi Regresi dalam statistika adalah salah satu metode untuk menentukan tingkat pengaruh suatu variabel terhadap variabel yang lain. Variabel yang pertama disebut dengan

Lebih terperinci

BAB III. Model Regresi Linear 2-Level. Sebuah model regresi dikatakan linear jika parameter-parameternya bersifat

BAB III. Model Regresi Linear 2-Level. Sebuah model regresi dikatakan linear jika parameter-parameternya bersifat BAB III Model Regresi Linear 2-Level Sebuah model regresi dikatakan linear jika parameter-parameternya bersifat linear. Untuk data berstruktur hirarki 2 tingkat, analisis regresi yang dapat digunakan adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dicatat, atau diobservasi sepanjang waktu secara berurutan. Periode waktu dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dicatat, atau diobservasi sepanjang waktu secara berurutan. Periode waktu dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Runtun Waktu Data runtun waktu (time series) merupakan data yang dikumpulkan, dicatat, atau diobservasi sepanjang waktu secara berurutan. Periode waktu dapat berupa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. metode kuadrat terkecil (MKT), outlier, regresi robust, koefisien determinasi,

BAB II LANDASAN TEORI. metode kuadrat terkecil (MKT), outlier, regresi robust, koefisien determinasi, BAB II LANDASAN TEORI Beberapa teori yang diperlukan untuk mendukung pembahasan diantaranya adalah regresi linear berganda, pengujian asumsi analisis regresi, metode kuadrat terkecil (MKT), outlier, regresi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Peramalan Peramalan adalah suatu kegiatan dalam memperkirakan atau kegiatan yang meliputi pembuatan perencanaan di masa yang akan datang dengan menggunakan data masa lalu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi/Objek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Pemilihan Provinsi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi/Objek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Pemilihan Provinsi BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi/Objek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Pemilihan Provinsi Jawa Timur ini didasarkan pada pertimbangan bahwa Jawa Timur merupakan provinsi

Lebih terperinci

Analisa Regresi Dua Variabel: Estimasi

Analisa Regresi Dua Variabel: Estimasi Analisa Regresi Dua Variabel: Estimasi Tjipto Juwono, Ph.D. April 22, 2016 TJ (SU) Analisa Regresi Dua Variabel: Estimasi April 2016 1 / 26 PRF vs SRF Apa Perbedaan PRF dan SRF Population Regression Function

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2. 1 Fungsi Permintaan Fungsi permintaan menunjukkan hubungan antara jumlah produk yang diminta oleh konsumen dengan harga produk (Nicholson, 2005). Tugas eksperimen ini adalah melakukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan meramalkan atau memprediksi apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang dengan waktu tenggang (lead time) yang relative lama,

Lebih terperinci

BAB III PERLUASAN MODEL REGRESI COX PROPORTIONAL HAZARD DENGAN VARIABEL TERIKAT OLEH WAKTU

BAB III PERLUASAN MODEL REGRESI COX PROPORTIONAL HAZARD DENGAN VARIABEL TERIKAT OLEH WAKTU BAB III PERLUASAN MODEL REGRESI COX PROPORTIONAL HAZARD DENGAN VARIABEL TERIKAT OLEH WAKTU 3.1 Model Regresi Cox Proportional Hazard dengan Variabel Terikat oleh Waktu Model regresi Cox proportional hazard

Lebih terperinci

BAB Ι PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB Ι PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB Ι PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belakangan ini peranan metode peramalan sangat diperlukan untuk dapat memberikan gambaran di kemudian hari dalam berbagai bidang, baik itu ekonomi, keuangan, pertanian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 20 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah pemikiran terhadap suatu besaran, misalnya permintaan terhadap satu atau beberapa produk pada periode yang akan datang.

Lebih terperinci

SBAB III MODEL VARMAX. Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n

SBAB III MODEL VARMAX. Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n SBAB III MODEL VARMAX 3.1. Metode Analisis VARMAX Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n dengan variabel random Z n yang dapat dipandang sebagai variabel random berdistribusi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan satu definisi variabel operasional yaitu ratarata temperatur bumi periode tahun 1880 sampai dengan tahun 2012. 3.2 Jenis dan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN AKTUARIA UNTUK MANFAAT PENSIUN-NORMAL MENGGUNAKAN METODE PROJECTED UNIT CREDIT DAN ENTRY AGE NORMAL IRMA OKTIANI

PERHITUNGAN AKTUARIA UNTUK MANFAAT PENSIUN-NORMAL MENGGUNAKAN METODE PROJECTED UNIT CREDIT DAN ENTRY AGE NORMAL IRMA OKTIANI PERHITUNGAN AKTUARIA UNTUK MANFAAT PENSIUN-NORMAL MENGGUNAKAN METODE PROJECTED UNIT CREDIT DAN ENTRY AGE NORMAL IRMA OKTIANI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA

PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA PENDAHULUAN Prediksi data runtut waktu.

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai model regresi robust dengan

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai model regresi robust dengan BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai model regresi robust dengan metode estimasi-s. Kemudian akan ditunjukkan model regresi robust menggunakan metode estimasi-s untuk memprediksi Indeks

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relatif lama (assaury, 1991). Sedangkan ramalan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang menginginkan kehidupan layak dan menyenangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang menginginkan kehidupan layak dan menyenangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya setiap orang menginginkan kehidupan layak dan menyenangkan di masa tua. Semua orang selalu berusaha untuk meningkatkan penghasilan pribadi. Penghasilan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Pengaruh Tingkat

III. METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Pengaruh Tingkat III. METODE PENELITIAN Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga Deposito (3 Bulan) Dan Kredit Macet (NPL) Terhadap Loan To Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Di

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Analisis survival atau analisis ketahanan hidup adalah metode yang

BAB II KAJIAN TEORI. Analisis survival atau analisis ketahanan hidup adalah metode yang BAB II KAJIAN TEORI BAB II KAJIAN TEORI A. Analisis Survival Analisis survival atau analisis ketahanan hidup adalah metode yang berhubungan dengan jangka waktu, dari awal pengamatan sampai suatu kejadian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 51 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Disain Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian dan hipotesis penelitian, maka desain penelitian yang digunakan adalah kombinasi antara deskriptif dan

Lebih terperinci

BAB 3 SMOOTH TRANSITON AUTOREGRESSIVE. waktu nonlinear yang merupakan perluasan dari model Autoregressive (AR).

BAB 3 SMOOTH TRANSITON AUTOREGRESSIVE. waktu nonlinear yang merupakan perluasan dari model Autoregressive (AR). BAB 3 SMOOTH TRANSITON AUTOREGRESSIVE 3.1. Model Smooth Transition Autoregressive Model Smooth Transition Autoregressive adalah salah satu model runtun waktu nonlinear yang merupakan perluasan dari model

Lebih terperinci

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 24 AKUNTANSI BIAYA MANFAAT PENSIUN

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 24 AKUNTANSI BIAYA MANFAAT PENSIUN Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 24 AKUNTANSI BIAYA MANFAAT PENSIUN Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 24 tentang Akuntansi Biaya Manfaat Pensiun disetujui dalam Rapat Komite

Lebih terperinci

BAB III METODE EGARCH, JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN NEURO-EGARCH

BAB III METODE EGARCH, JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN NEURO-EGARCH BAB III METODE EGARCH, JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN NEURO-EGARCH 3.1 Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan satu definisi variabel operasional yaitu data saham Astra Internasional Tbk tanggal 2 Januari

Lebih terperinci

PENENTUAN MODEL PREMI TIDAK KONSTAN PADA ASURANSI DANA PENSIUN

PENENTUAN MODEL PREMI TIDAK KONSTAN PADA ASURANSI DANA PENSIUN E-Jurnal Matematika Vol. 5 (1), Januari 2016, pp. 14-21 ISSN: 2303-1751 PENENTUAN MODEL PREMI TIDAK KONSTAN PADA ASURANSI DANA PENSIUN Lia Jenita 1, I Nyoman Widana 2, Desak Putu Eka Nilakusmawati 3 1

Lebih terperinci

Pemodelan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi di Jawa Timur Tahun 2012 dengan Kasus Pencilan dan Autokorelasi Error

Pemodelan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi di Jawa Timur Tahun 2012 dengan Kasus Pencilan dan Autokorelasi Error Pemodelan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi di Jawa Timur Tahun 22 dengan Kasus Pencilan dan Autokorelasi Error Ria Kumala Dewi dan Wiwiek Setya Winahju Statistika, FMIPA, Institut Teknologi

Lebih terperinci

Regresi Linier Berganda

Regresi Linier Berganda Regresi Linier Berganda Regresi Berganda Contoh Menguji hubungan linier antara variabel dependen (y) dan atau lebih variabel independen (x n ) Hubungan antara suhu warehouse dan viskositas cat dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Statistik). Data yang diambil pada periode , yang dimana di dalamnya

BAB III METODE PENELITIAN. Statistik). Data yang diambil pada periode , yang dimana di dalamnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian 3.1.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder sendiri artinya adalah data yang tidak dikumpulkan

Lebih terperinci

Perhitungan Penyesuaian Biaya Normal Dana Pensiun Dinamis Menggunakan Metode Penyebaran (Spread Method) Pada Dana Pensiun Muhammadiyah

Perhitungan Penyesuaian Biaya Normal Dana Pensiun Dinamis Menggunakan Metode Penyebaran (Spread Method) Pada Dana Pensiun Muhammadiyah Perhitungan Penyesuaian Biaya Normal Dana Pensiun Dinamis Menggunakan Metode Penyebaran (Spread Method) Pada Dana Pensiun Muhammadiyah Joko Purwadi Universitas Ahmad Dahlan Jl Prof. Dr.Soepomo Warungboto

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif. Definisi dari penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. di peroleh dari Website Bank Muamlat dalam bentuk Time series tahun 2009

BAB III METODE PENELITIAN. di peroleh dari Website Bank Muamlat dalam bentuk Time series tahun 2009 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang di peroleh dari Website Bank Muamlat dalam bentuk Time series tahun 2009

Lebih terperinci

Oleh : I Md Artawan, SE, MM NIK Dosen Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Warmadewa Denpasar REGRESI SEDERHANA

Oleh : I Md Artawan, SE, MM NIK Dosen Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Warmadewa Denpasar REGRESI SEDERHANA REGRESI SEDERHANA Oleh : I Made Artawan, SE, MM NIK 230 34 085 Dosen Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Warmadewa Denpasar REGRESI SEDERHANA PENGERTIAN REGRESI Regresi adalah suatu alat statistik yang

Lebih terperinci

METODE KUANTITATIF, MENGGUNAKAN BERBAGAI MODEL MATEMATIS YANG MENGGUNAKAN DATA HISTORIES DAN ATAU VARIABLE-VARIABEL KAUSAL UNTUK MERAMALKAN

METODE KUANTITATIF, MENGGUNAKAN BERBAGAI MODEL MATEMATIS YANG MENGGUNAKAN DATA HISTORIES DAN ATAU VARIABLE-VARIABEL KAUSAL UNTUK MERAMALKAN METODE KUANTITATIF, MENGGUNAKAN BERBAGAI MODEL MATEMATIS YANG MENGGUNAKAN DATA HISTORIES DAN ATAU VARIABLE-VARIABEL KAUSAL UNTUK MERAMALKAN Peramalan kuantitatif hanya dapat digunakan apabila terdapat

Lebih terperinci

PREMI ASURANSI JIWA SEUMUR HIDUP DENGAN MODEL ARIMA PADA KASUS DOUBLE DECREMENT ABSTRACT ABSTRAK 1. PENDAHULUAN

PREMI ASURANSI JIWA SEUMUR HIDUP DENGAN MODEL ARIMA PADA KASUS DOUBLE DECREMENT ABSTRACT ABSTRAK 1. PENDAHULUAN PREMI ASURANSI JIWA SEUMUR HIDUP DENGAN MODEL ARIMA PADA KASUS DOUBLE DECREMENT Destiur Manalu 1, T. P. Nababan 2, Hasriati 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika 2 Dosen Jurusan Matematika Jurusan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hardle (1994) analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hardle (1994) analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Regresi Menurut Hardle (1994) analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang menggambarkan hubungan antara variabel respon dengan satu atau beberapa variabel

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya yield to maturity (YTM) dari obligasi negara seri fixed rate tenor 10 tahun

Lebih terperinci