BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karena dia berhenti bekerja. Sedangkan perencanaan pensiun (pension plan)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karena dia berhenti bekerja. Sedangkan perencanaan pensiun (pension plan)"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendahuluan Pensiun adalah suatu kondisi dimana seseorang tidak memiliki pendapatan karena dia berhenti bekerja. Sedangkan perencanaan pensiun (pension plan) adalah suatu upaya yang bertujuan untuk memberikan jaminan kesinambungan penghasilan bagi seseorang pada saat memasuki masa pensiun. Program perencanaan pensiun ini berfungsi untuk menyediakan pendapatan bagi pegawai di saat pensiun. Pegawai yang masih aktif bekerja akan menghadapi masa pensiun yang disebabkan oleh berbagai kemungkinan seperti pensiun karena meninggal, cacat (disable), keluar (vested), pensiun dini (withdrawl) ataupun pensiun normal (retirement). Ada beberapa peraturan dasar pendanaan pensiun, diantaranya adalah : 1. Peraturan dasar yang berkaitan dengan keanggotaan, berkaitan dengan mendapatkan manfaat (uang pensiun). 2. Peraturan dasar yang berkaitan dengan besarnya manfaat. Sedangkan, ada 2 metode evaluasi pendanaan pensiun, yaitu ; 1. Metode Iuran Pasti (Defined Contribution) atau PBCM (Projektiv Benefit Cost Method) yaitu cara atau metode pendanaan pensiun yang mana iuran peserta (Normal Cost) di hitung terlebih dahulu, lalu manfaatnya ditentukan kemudian. 8

2 9 2. Metode Manfaat pasti atau ABCM (Accrued Benefit Cost Method) yaitu cara atau metode pendanaan pensiun yang mana penyelenggara menetapkan terlebih dahulu manfaat pensiun yang diinginkan, sedangkan iurannya ditentukan kemudian. Metode pendanaan pensiun yang akan di bahas pada penelitian kali ini adalah metode ABCM yang merupakan program pensiun manfaat pasti. Ada beberapa teori pendukung yang menjadi dasar pemahaman untuk memecahkan masalah dalam penentuan iuran menggunakan metode ABCM. Berikut ini akan dibahas mengenai teori-teori pendukungnya. 2.2 Asumsi Aktuaria Dalam perhitungan aktuaria yang berkaitan dengan perhitungan biaya pensiun (pensiun cost) terdapat beberapa asumsi maupun keadaan atau kondisi pada masa yang akan datang, berikut ini adalah uraiannya : a) Asumsi Penurunan Populasi Dalam pension plan, penurunan atau pengurangan jumlah anggota yang masih aktif dapat disebabkan oleh beberapa penyebab, antara lain kematian, cacat karena kecelakaan, pengunduran diri maupun pengunduran diri karena usia. Sedangkan dari populasi yang memiliki anggota tidak aktif (pensiun) penurunan jumlah diakibatkan karena meninggal (single decrement). Oleh karena itu, sistem penurunan populasi pada permasalahan pendanaan pensiun dikatakan sebagai penurunan ganda (multiple decrement).

3 10 Distribusi Masa Hidup Bila X menyatakan suatu variabel acak yang merupakan usia seseorang pada saat meninggal, dan menyatakan nilai dari variabel acak tersebut, maka : F( ) P( X ), 0. (2.1) adalah peluang seseorang meninggal sebelum atau pada saat usia dan s( ) 1 F ( ) P( X ), 0. (2.2) adalah peluang seseorang dapat bertahan hidup sampai dengan usia atau akan meninggal setelah usia. s( ) disebut distribusi masa hidup (Survival Distribution). Melalui penggunaan hukum peluang, dapat diperhatikan bahwa peluang sesorang akan meninggal pada usia antara dan z, dimana z, adalah P( X z) F( z) F( ) s( ) s( z). (2.3) Sedangkan peluang bersyarat seseorang akan meninggal pada usia antara dan z, bila diketahui ia hidup sampai dengan usia adalah F( z) F( ) P( X z X ) 1 F( ) s( ) s( z). s( ) (2.4) Bila merupakan notasi untuk orang yang sekaran berusia dan T() sebagai sisa waktu dari sebelum meninggal, dengan gambaran sebagai berikut :

4 11 Maka dengan pengertian gambar di atas peluang akan meninggal dalam waktu t tahun mendatang t q adalah sebagai berikut : t, 0. q P T t t (2.5) dan p 1 q P T t, t 0. (2.6) t t diartikan sebagai peluang akan hidup selama t tahun lagi dengan t q adalah fungsi distribusi dari T dan t hal khusus, pada usia 0 ( 0), p merupakan fungsi kehidupan untuk. Dalam T (0) X dan s p0 s( ), 0. (2.7) Secara umum bila diketahui masih hidup t tahun lagi, maka peluang ia akan meninggal dalam watu t u untuk ( u 0) adalah q P t T( ) t u t u q q tu t p p. t tu (2.8) Berdasarkan (2.3) dan (2.6) maka seseorang yang saat ini berusia dapat dituliskan sebagai t q, t p dan t u q dalam perumusan berikut ini :

5 12 t q P X t X s( t) 1. s( ) (2.9) p 1 q t t s( t) s( ) t p p 0 0. (2.10) t u q s( t) s( t u) s( ) s( t) s( t) s( t u) s( ) s( t) p q, t 0, u 0. t u t (2.11) Misalkan z, menurut persamaan (2.3) F( ) F( ) P X X 1 F( ) (2.12) f ( ). 1 F( ) dimana f ( ) F '( ) merupakan fungsi densitas (f.d) dari X dan f ( ) 1 F( ) merupakan fungsi densitas bersyarat dari usia X pada usia, bila ia masih hidup pada usia tersebut, dan f.d bersyarat ditulis sebagai. Dengan demikian, f ( ) s'( ). 1 F( ) s( ) (2.13) disebut dengan laju penurunan sesaat (force of decrement).

6 13 Variabel K ( ) merupakan bilangan bulat terbesar yang lebih kecil dari T ( ). K k K T K Pr K T ( ) K 1 Pr ( ) Pr ( ) 1 k l k q q k p q k. (2.14) Multiple Decrement Decrement dapat diartikan bahwa berkurangnya suatu populasi akibat dari terjadinya berbagai penyebab. Dalam konteks asuransi jiwa, multiple decrement diartikan sebagai penyebab seseorang meninggal sehingga dia akan memperoleh benefit/santunan. Namun dalam konteks pension plan, multiple decrement diartikan sebagai penyebab seseorang berhenti bekerja (pensiun) sehingga dia akan menerima manfaat pensiun. Dalam hal sistem penurunan ganda (multiple decrement), misalkan terdapat m buah factor penyebab penurunan. Dari populasi, terdapat,,..., (1) (2) ( m) ad ad ad yang menyatakan besarnya penurunan populasi dalam satu tahun oleh penyebab (1), (2,),,(m). Maka : Demikian halnya dengan : m ( k ) ( ) 1 ( ). k 1 al al ad (2.15) w ( k ) ( k ) ( al) ( ad ) t. t0 (2.16)

7 14 w (1) (1) ( al) ( ad ) t. t0 (2.17) dengan : ( al ) k : banyaknya orang yang masih bekerja pada usia yang nantinya akan ( ) keluar dari populasi kerja karena penyebab ke-k. Berkaitan dengan pension plan, maka akan dipergunakan sedikitnya 5 jenis tabel penurunan masing-masing adalah : ( m) q : Mortality rate (peluang seseorang pensiun karena meninggal) ( w) q : Withdrawl rate (peluang seseorang pensiun karena pensiun dini) ( d ) q : Disability rate (peluang seseorang pensiun karena terjadi kecelakaan) ( r) q : Retirement rate (peluang seseorang pensiun karena pensiun normal) ( v) q : Vested rate (peluang seseorang pensiun karena pensiun keluar) b) Asumsi Pendapatan yang akan datang Benefit atau manfaat dari pension plan dan kontribusinya biasanya bergantung pada besaran gaji. Oleh karena itu, sering kali harus dilakukan penaksiran terhadap gaji yang akan datang dari seseorang yang saat ini akan bekerja. Sedikitnya ada 3 faktor yang menentukan besaran taksiran gaji, yaitu:

8 15 1. Kenaikan gaji karena jasa, masa kerja dan peningkatan keterampilan (morit). Kenaikan gaji seseorang karyawan yang dihubungkan pada jasa dan kemampuan, biasanya sangat bergantung pada kemampuan yang ditunjukkan atau rasa tanggung jawab yang telah diberikan. Untuk penyederhanaan biasanya aktuaris mengasumsikan bahwa besarnya kenaikan dikaitkan dengan usia. Besarnya kenaikan biasanya dinyatakan dengan skala gaji (salary scale), yaitu perbandingan gaji antara tahun ini dengan tahun yang lalu. 2. Kenaikan gaji yang disebabkan oleh produktivitas karyawan yang naik. Kenaikan yang dihubungkan dengan produktivitas sangat bervariasi, mengingat keuntungan dan sumbangan karyawan yang telah diberikan untuk mendapat keuntungan tersebut. Agar lebih sederhana, komponen produktivitas dianggap konstan yaitu sebesar 1% per tahun. 3. Kenaikan gaji karena adanya inflasi. Komponen yang sangat kuat pengaruhnya pada kenaikan gaji adalah inflasi. Sangat wajar apabila turunnya daya beli yang disebabkan oleh inflasi diimbangi dengan kenaikan. Jika mungkin, kenaikan ini disamakan dengan laju inflasi.

9 Fungsi Gaji Jika benefit dalam pension plan dengan gaji (salary) pegawai, maka diperlukan rumusan notasi gaji dan prosedur untuk mengestimasi gaji di masa yang akan datang. Gaji saat ini untuk pegawai berusia dinotasikan dengan Gaji Kumulatif sampai dengan 1 dinotasikan dengan S. Maka : s. S 1 s, untuk y. (2.18) t y t Estimasi gaji pegawai di usia berdasarkan gaji saat usia y adalah sebagai berikut : ( SS) y s sy 1 I P, ( SS) y (2.19) dengan : s y : gaji saat usia y ( SS ) : skala gaji pada usia I P : rate inflasi : rate produktivitas yang tergambar dalam kenaikan gaji pegawai 2.4 Fungsi Manfaat Pensiun Fungsi manfaat pensiun (benefit function) berfungsi untuk menentukan besarnya manfaat (benefit) yang akan di terima pegawai pada saat pensiun.

10 17 Misalkan b menyatakan benefit accrual yang dibayarkan pada setiap tahun untuk jangka waktu sampai dengan 1, maka jumlah dari manfaat-manfaat pensiun (benefit pensiun) yang disebut dengan accrued benefit seseorang dari sejak usia masuk y sampai dengan usia dalah : B 1 bt. t y (2.20) Untuk merumuskan manfaat pensiun, digunakan perumusan satuan manfaat yaitu rumusan untuk menentukan besarnya manfaat untuk setiap tahun masa kerja yang dilakukan. Pada dasarnya ada tiga rumus untuk hal tersebut, yaitu: 1. Flat Benefit (Manfaat Tetap) Flat Benefit (Manfaat Tetap) merupakan jumlah benefit accrual yang dibayarkan sama dalam setiap tahunnya, sehingga benefit accrual kumulatifnya (accrued) hanya merupakan perkalian dari masa kerja dengan benefit accrual-nya. Perumusannya adalah sebagai berikut : B ( y) b. (2.21) 2. Career Average (Rata-rata Karier) Career Average (Rata-rata Karier) adalah jumlah benefit accrual yang dibayarkan setiap tahunnya berdasarkan persentase tetap dari rata-rata gaji pegawai dalam satu tahun. Berikut ini adalah perumusan untuk benefit accrual-nya : b k s. (2.22)

11 18 Perumusan di atas adalah perumusan untuk benefit accrual pada metode career average, sedangkan perumusan untuk accrued benefitnya adalah sebagai berikut : 1 B k s t y k k 1 t y S s t, t (2.23) dengan : k : koefisien proporsional yang merupakan proporsi gaji setiap tahun yang dibayarkan sebagai benefit accrual (0 k 1) s : gaji pada saat usia S : jumlah gaji dari usia y sampai dengan usia Final Average (Rata-Rata Penghasilan Terakhir) Cara tersebut bertujuan untuk lebih mengoptimalkan manfaat pensiun karena secara fakta gaji seseorang pada n tahun terakhir sebelum pensiun akan lebih besar dibandingkan rata-rata gajinya selama bekerja. Berikut ini adalah perumusan untuk benefit accrued : 1 1 B k( y) st n t y 1 k( y) ( S Sn), n (2.24)

12 19 dengan n merupakan jumlah tahun untuk perhitungan rata-rata gaji terakhir. Untuk menekan laju kenaikan biaya, dalam perhitungannya dilakukan suatu modifikasi. Ada 2 macam modifikasi benefit accrual, yaitu : 1. Modifikasi Costant Amount (CA) Merupakan pengembangan dari flat benefit, yang nilainya ditentukan menggunakan nilai yang sama pada setiap waktunya. Dalam modifikasi ini, b ditransformasikan ke dalam prorateshare dari projected benefit, yang dirumuskan dengan ; CA Br b,. r y (2.25) Modifikasi di atas memberikan CA b yang bernilai tetap dan tidak bergantung pada dan besarnya accrued benefit adalah : CA y B Br,, r y (2.26) dengan CA B adalah total benefit yang akan di terima dengan menggunakan modifikasi Constant Amount. 2. Modifikasi Constant Percentage of Salary (CS) Merupakan perkembangan dari fungsi benefit career average, di mana pensiun benefit ditentukan berdasarkan persentase dari gaji. Dalam modifikasi ini, b ditransformasi menjadi nilai yang setara dengan

13 20 persentase gaji yang konstan setiap tahunnya, sehingga rumusan accruel benefit-nya sebagai berikut : CS b B S r r s. (2.27) Sehingga perumusan untuk accrued benefit-nya sebagai berikut : CS B B S r r S. (2.28) 2.5 Pension Plan Pension plan merupakan suatu program jangka panjang yang berintikan perpaduan antara risiko dan tabungan yang menyangkut pengelolaan kesejahteraan karyawan dan keluarganya. Pegawai yang masih aktif bekerja akan menghadapi pensiun yang disebabkan oleh berbagai kemungkinan seperti pensiun karena meninggal, cacat (disable), keluar (vested), pensiun dini (withdrawl), ataupun pensiun normal (retirement) Metode Pendanaan Pensiun Pada dasarnya, prinsip pendanaan program pensiun yaitu adanya keseimbangan antara apa yang dibayarkan oleh peserta program pensiun dengan apa yang akan dikeluarkan oleh suatu badan pengelolaan dana pensiun berkaitan dengan adanya klaim dari peserta program pensiun. Artinya, besarnya iuran yang dibayarkan peserta harus dapat menutupi seluruh manfaat pada saat pensiun

14 21 sampai peserta tersebut meninggal dunia. Gambaran umum program pendanaan pensiun pada pensiun normal dapat dilihat seperti pada gambar 2.1. Gambar 2.1 Prinsip Pendanaan Program Pensiun Normal Berkenaan dengan pensiun, terdapat beberapa penyebab terjadinya pensiun diantaranya adalah pensiun karena usia, pensiun karena cacat, pensiun dini, pensiun keluar dan pensiun karena meninggal. Dalam pensiun karena usia, disebabkan sesorang tersebut pensiun karena batas umur yang telah ditentukan. Dalam Pegawai Negeri Sipil (PNS), batas usia seorang pegawai pensiun karena usia adalah 56 tahun. Dalam pensiun dini, Pegawai Negeri Sipil (PNS) dapat mengajukan pensiun dini mulai umur 50 tahun hingga 55 tahun. Pensiun keluar adalah pensiun yang disebabkan oleh keluarnya seorang pegawai dari

15 22 pekerjaannya karena alasan tertentu. Pensiun karena cacat ini disebabkan karena terjadinya kecelakaan yang mengakibatkan orang tersebut cacat, sehingga tidak memungkinkan lagi yang bersangkutan untuk bekerja secara normal. Sedangkan pensiun meninggal, disebabkan oleh sesorang tersebut meninggal sehingga manfaat pensiun akan di terima oleh keluarganya. Dalam penelitian ini, akan di bahas mengenai pensiun cacat (disability). Prinsip pendanaan pensiun cacat pun, hampir sama dengan prinsip pensiun normal. Namun pada pensiun cacat, dimisalkan peserta pendanaan pensiun mengalami kecelakaan pada usia, sehingga tidak dapat lagi melakukan pekerjaan seperti sedia kala. Maka orang tersebut harus mengalami pensiun cacat. Berikut ini adalah gambaran umum program pendanaan pensiun pada pensiun cacat dapat dilihat seperti pada gambar 2.2. Gambar 2.2 Prinsip Pendanaan Program Pensiun Cacat

16 23 Terdapat dua jenis metode pendanaan program pensiun yaitu metode Projected Benefit Cost Method (Metode Iuran Pasti) dan Accrued Benefit Cost Method (Metode Manfaat Pasti). Berikut ini adalah uraian kedua metode tersebut : 1. Projected Benefit Cost Method (PBCM) PBCM merupakan metode pendanaan pensiun dimana pihak penyelenggara dana pensiun terlebih dahulu menetapkan iuran (normal cost/kontribusi) yang diinginkan. Sedangkan benefit ditentukan kemudian. Umunya ada 2 metode/rumusan yang berkaitan dengan metode pembiayaan, masing-masing yaitu : a. CA PBCM yang dipergunakan bilamana iuran normal (normal cost) bernilai konstan selama masa kerja peserta pendanaan pensiun. b. CS PBCM, bilamana iuran normal (normal cost) merupakan persentase yang konstan terhadap gaji pekerja tersebut. 2. Accrued Benefit Cost Method (ABCM) Metode ABCM atau yang lebih di kenal dengan metode manfaat pasti yaitu suatu metode pendanaan pensiun yang memiliki prinsip bahwa pihak penyelenggara menetapkan terlebih dahulu total manfaat pensiun yang akan di terima peserta pada saat pensiun, selanjutnya besaran tersebut (accrued benefit) akan diakumulasi ke tiap-tiap masa kerja sampai masa pensiun, alokasi ini yang dinamakan sebagai iuran normal/normal cost. Dalam metode ini, suatu badan pengelola pendanaan pensiun menetapkan terlebih dahulu manfaat pensiun yang dikehendaki, sedangkan kontribusi/iuran

17 24 peserta ditentukan kemudian. Besarnya manfaat pensiun terdiri dari benefit dan tabungan hari tua (THT). Berdasarkan ketetapan pemerintah telah mengatur bahwa besarnya benefit setahun adalah : dengan : B 12 2,5% Gaji Dasar Pensiun MK. (2.29) w MK : masa kerja pegawai terhitung mulai saat mengikuti program pendanaan pensiun sampai mencapai usia pensiun. Gaji Dasar Pensiun : Gaji dasar tahun terakhir bekerja. Selain benefit, peserta akan mendapatkan tabungan hari tua (THT) yang dibayarkan sekaligus pada awal tahun pensiun, dengan rumusan sebagai berikut : w THTr h y 0.60 MI P 0.60 MI P P. (2.10) dengan : MI 1 : Masa iuran sejak mulai jadi peserta sampai berhenti MI 2 : Masa iuran sejak tanggal tahun 2001 sampai berhenti P 1 : Penghasilan terakhir sebulan sesuai tabel gaji pokok tahun 1997 P 2 : Penghasilan terakhir sebulan sesuai tabel gaji pokok tahun 2001 Berdasarkan manfaat pensiun tersebut, maka besarnya kontribusi untuk jenis pensiun cacat (disability) adalah ekspektasi dari manfaat dan present value, dengan rumusan sebagai berikut :

18 25 d k 1 NC 2 E bv a k 1 2. (2.30) Berdasarkan gambar diatas, maka dapat dihitung besarnya iuran normal untuk pensiun cacat. Berikut ini adalah perumusannya : d d 2 d NC g v b a p q g v b a p q... r 1 d k 1 2 ( ) ( d ) k 1 k 1 k 1 k 1 k NC b g v a p q. (2.31) (2.32) dengan d NC : Normal Cost / iuran normal pada saat usia untuk pensiun karena cacat (disability). b : Accrual benefit yang dibayarkan pada setiap tahun untuk k 1 2 jangka waktu sampai dengan +1. g : persentase besarnya pensiun pada saat terjadi kecelakaan k v ak (kebijakan dari perusahaan). : faktor diskonto dari usia hingga k. : present value dari anuitas hidup pada usia k+1, atau pada ( ) k p saat pensiun karena cacat. : peluang seseorang masih bekerja. q : peluang orang pensiun karena terjadi kecelakaan yang ( d ) k menyebabkan cacat. Sedangkan besarnya risiko dari iuran normal pensiun cacat adalah simpangan bakunya, yang dihitung melalui variansnya. Berikut ini adalah risiko iuran normalnya sebagai berikut :

19 26 Risiko 1 2 ( NC ) Var b. g k 1. v. a 1. k k 2 2 (2.33) Pada penelitian ini akan digunakan metode ABCM. Metode ABCM digunakan untuk memecahkan masalah karena besar iuran normal meningkat seiring dengan adanya pertambahan usia, diikuti dengan peningkatan besarnya gaji setiap tahun, dimana laju kenaikan gaji lebih besar dibandingkan dengan laju kenaikan iuran normal. Jadi besar iuran normal semakin meningkat, persentase iuran normal dari gaji tiap tahun akan semakin menurun, sehingga beban peserta setiap tahun akan menurun. 2.6 Kurs Valuta Asing Pertukaran suatu mata uang dengan mata uang lainnya disebut transaksi valas, atau foreign echange transaction. Harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya disebut kurs atau nilai tukar mata uang/echange rate. Kurs valuta asing dapat didefinisikan sebagai harga mata uang suatau Negara dalam suatu Negara dalam unit komoditas (seperti mata uang dapat diartikan sebagai perbandingan nilai mata uang). Kurs menunjukkan harga suatu mata uang, jika dipertukaran dengan mata uang lain. 2.7 Sistem Nilai Kurs Sistem nilai kurs adalah sebuah kebijakan yang diambil oleh suatu Negara dalam mengontrol nilai mata uangnya terhadap pergerakan nilai mata uang asing. Penggunaan sistem nilai tukar yang tepat akan sangat membawa dampak

20 27 terhadap maju mundurnya perekonomian dalam suatu Negara. Pada prinsipnya, setiap Negara dapat menggunakan satu dari tiga sistem nilai kurs yang ada. Hal ini tergantung dari kebijakan dan kekuatan ekonomi dari masing-masing Negara. Adapaun ketiga sistem nilai kurs yang saat ini dipakai adalah sebagai berikut : 1. Sistem Nilai Kurs Terpatok (Pagged Currency Regimes) Merupakan sistem nilai kurs yang dapat dipakai oleh otoritas keuangan suatu Negara, yang dapat membuat nilai mata uang suatu Negara memiliki nilai tukar yang tetap terhadap nilai mata uang Negara lainnya yang menjadi partner bisnis utamanya, atau yang menjadi parameter utama dalam sistem perekonomian yang dianutnya. 2. Sistem Nilai Kurs Mengambang Terkendali (Managed Floating Currency Regtimes) Merupakan sistem nilai kurs yang memberikan sedikit peluang kepada mata uang suatu Negara untuk berfluktuasi dalam batas kisaran tertentu yang sudah ditetapkan oleh otoritas keuangannya terhadap nilai mata uang Negara lain.

21 28 3. Sistem Nilai Kurs Mengambang Bebas (Independently Floating Currency System) Merupakan sistem nilai kurs yang memberikan kesempatan yang sebebas-bebasnya bagi mata uang suatu Negara yang berfluktuasi sesuai dengan mekanisme pasar. Sebelum menentukan sistem kurs mana yang dapat dipakai, sebuah Negara harus terlebih dahulu mengukur potensi ekonomi negaranya berdasarkan sumber daya alam yang dimiliki, kondisi perdagangan, dan parameter-parameter ekonomi lainnya, sehingga sistem nilai kurs yang dianutnya dapat lebih efektif dalam memacu perkembangan ekonomi dari Negara yang bersangkutan. Namun mengenai penentuan dari sistem nilai kurs mana yang cocok dibahas, tidak akan dibahas dalam skripsi ini. Sejak tahun 1970, Negara Indonesia telah menerapkan tiga sistem nilai kurs, diantaranya : a) Tahun 1970 hingga 1978 berlaku sistem nilai kurs terpatok b) Sejak tahun 1978 berlaku sistem nilai kurs mengambang terkendali c) Sejak tanggal 14 Agustus 1997 berlaku sistem nilai kurs mengambang bebas. Dengan diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang bebas pada bulan Agustus 1997 di Indonesia, maka nilai tukar rupiah sepenuhnya ditentukan oleh pasar sehingga kurs yang berlaku adalah benar-benar mencerminkan kekuatan permintaan dan penawaran.

BAB I PENDAHULUAN. baik di dalam maupun di luar hubungan kerja (KBBI,2000). Sedangkan menurut

BAB I PENDAHULUAN. baik di dalam maupun di luar hubungan kerja (KBBI,2000). Sedangkan menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja adalah orang yang bekerja atau mengerjakan sesuatu pekerjaan, pegawai dan sebagainya atau orang yang mampu melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di

Lebih terperinci

BAB III MENENTUKAN EKSPEKTASI IURAN PENSIUN CACAT BESERTA VARIANSNYA DENGAN MEMPERTIMBANGKAN PENYESUAIAN KURS VALUTA ASING

BAB III MENENTUKAN EKSPEKTASI IURAN PENSIUN CACAT BESERTA VARIANSNYA DENGAN MEMPERTIMBANGKAN PENYESUAIAN KURS VALUTA ASING BAB III MENENTUKAN EKSPEKTASI IURAN PENSIUN CACAT BESERTA VARIANSNYA DENGAN MEMPERTIMBANGKAN PENYESUAIAN KURS VALUTA ASING MENGGUNAKAN ACCRUED BENEFIT COST METHOD 3.. Pendahuluan Masa pensiun adalah masa

Lebih terperinci

PENDANAAN PENSIUN DENGAN METODE BENEFIT PRORATE CONSTANT DOLLAR (Studi Kasus Pada PT. Wooil Indonesia) Devni Prima Sari dan Sudianto Manullang

PENDANAAN PENSIUN DENGAN METODE BENEFIT PRORATE CONSTANT DOLLAR (Studi Kasus Pada PT. Wooil Indonesia) Devni Prima Sari dan Sudianto Manullang PENDANAAN PENSIUN DENGAN METODE BENEFIT PRORATE CONSTANT DOLLAR (Studi Kasus Pada PT. Wooil Indonesia) Devni Prima Sari dan Sudianto Manullang Abstrak Program dana pensiun merupakan salah satu faktor pendorong

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang bertujuan untuk mendapatkan dana pensiun. Menurut Undang-undang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang bertujuan untuk mendapatkan dana pensiun. Menurut Undang-undang BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tabungan dan Asuransi Pensiun Tabungan dan asuransi pensiun merupakan tabungan jangka panjang yang bertujuan untuk mendapatkan dana pensiun. Menurut Undang-undang Nomor 11 Tahun

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. yang digunakan oleh aktuaris dari masing-masing perusahaan berbeda-beda.

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. yang digunakan oleh aktuaris dari masing-masing perusahaan berbeda-beda. BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN Pembebanan aktuaria merupakan kewajiban bagi aktuaris untuk menghitung dana pensiun bagi peserta program pensiun. Aktuaris perlu menghitung iuran pensiun, kewajiban aktuaria,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia pada era globalisasi memungkinkan kegiatan perekonomian berkembang sedemikian rupa. Sejalan dengan meningkatnya masyarakat yang memiliki pekerjaan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN SUPPLEMENTAL COST DENGAN METODE BENEFIT PRORATE PADA PROGRAM PENDANAAN PENSIUN MANFAAT PASTI (DEFINED BENEFIT)

PERHITUNGAN SUPPLEMENTAL COST DENGAN METODE BENEFIT PRORATE PADA PROGRAM PENDANAAN PENSIUN MANFAAT PASTI (DEFINED BENEFIT) Buletin Ilmiah Math. Stat. Dan Terapannya (Bimaster) Volume 03, No. 1 (2014), hal 77-82 PERHITUNGAN SUPPLEMENTAL COST DENGAN METODE BENEFIT PRORATE PADA PROGRAM PENDANAAN PENSIUN MANFAAT PASTI (DEFINED

Lebih terperinci

PERHITUNGAN BIAYA PENSIUN MENGGUNAKAN METODE ATTAINED AGE NORMAL PADA DANA PENSIUN

PERHITUNGAN BIAYA PENSIUN MENGGUNAKAN METODE ATTAINED AGE NORMAL PADA DANA PENSIUN PERHITUNGAN BIAYA PENSIUN MENGGUNAKAN METODE ATTAINED AGE NORMAL PADA DANA PENSIUN Chrisna Sandy 1, Sudarwanto 2, Ibnu Hadi 3 Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dalam memahami materi yang ada dalam bab-bab selanjutnya. Teori-teori yang

BAB II KAJIAN TEORI. dalam memahami materi yang ada dalam bab-bab selanjutnya. Teori-teori yang BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori-teori dasar yang akan membantu pembaca dalam memahami materi yang ada dalam bab-bab selanjutnya. Teori-teori yang akan dibahas pada bab ini adalah probabilitas,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Program dana pensiun merupakan bentuk balas jasa pemerintah terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Program dana pensiun merupakan bentuk balas jasa pemerintah terhadap BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Dana Pensiun Program dana pensiun merupakan bentuk balas jasa pemerintah terhadap pegawai yang telah bertahun-tahun mengabdikan dirinya kepada Negara. Di sisi lain,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup. Tujuan tersebutlah yang menjadikan seseorang harus

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup. Tujuan tersebutlah yang menjadikan seseorang harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang akan selalu berusaha memenuhi kebutuhan serta menjaga kelangsungan hidup. Tujuan tersebutlah yang menjadikan seseorang harus dapat menjaga kesinambungan

Lebih terperinci

Penerapan Metode Projected Unit Credit dan Entry Age Normal pada Asuransi Dana Pensiun (Studi Kasus : PT. Inhutani I Cabang Kabupaten Berau)

Penerapan Metode Projected Unit Credit dan Entry Age Normal pada Asuransi Dana Pensiun (Studi Kasus : PT. Inhutani I Cabang Kabupaten Berau) Penerapan Metode Projected Unit Credit dan Entry Age Normal pada Asuransi Dana Pensiun (Studi Kasus : PT. Inhutani I Cabang Kabupaten Berau) Application of Projected Unit Credit Method And The Entry Age

Lebih terperinci

PERHITUNGAN BIAYA TAMBAHAN DENGAN METODE PROGRAM PENSIUN MANFAAT PASTI SKRIPSI. Disusun Oleh : SITI NURLATIFAH JURUSAN STATISTIKA

PERHITUNGAN BIAYA TAMBAHAN DENGAN METODE PROGRAM PENSIUN MANFAAT PASTI SKRIPSI. Disusun Oleh : SITI NURLATIFAH JURUSAN STATISTIKA PERHITUNGAN BIAYA TAMBAHAN DENGAN METODE ACCRUED BENEFIT COST PADA PENDANAAN PROGRAM PENSIUN MANFAAT PASTI SKRIPSI Disusun Oleh : SITI NURLATIFAH 24010211130052 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 24 AKUNTANSI BIAYA MANFAAT PENSIUN

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 24 AKUNTANSI BIAYA MANFAAT PENSIUN Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 24 AKUNTANSI BIAYA MANFAAT PENSIUN Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 24 tentang Akuntansi Biaya Manfaat Pensiun disetujui dalam Rapat Komite

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator penting dalam pembangunan nasional. Dalam pertumbuhan ekonomi, tenaga kerja memiliki peranan yang penting. Tenaga kerja

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE BENEFIT PRORATE PADA PROGRAM PENDANAAN PENSIUN MANFAAT PASTI (DEFINED BENEFIT)

PENGGUNAAN METODE BENEFIT PRORATE PADA PROGRAM PENDANAAN PENSIUN MANFAAT PASTI (DEFINED BENEFIT) Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 01, No. 1 (2012), hal 41 46. PENGGUNAAN METODE BENEFIT PRORATE PADA PROGRAM PENDANAAN PENSIUN MANFAAT PASTI (DEFINED BENEFIT) Nurmailis, Neva

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Penghitungan Manfaat dan Iuran Peserta Program Dana Pensiun dengan Metode Projected Unit Credit dan Individual Level Premium pada PT Taspen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pegawai atau karyawan adalah orang yang bekerja dengan menerima

BAB I PENDAHULUAN. Pegawai atau karyawan adalah orang yang bekerja dengan menerima BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pegawai atau karyawan adalah orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Setiap pegawai memiliki batasan waktu usia untuk bekerja sesuai

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PEMBIAYAAN DANA PENSIUN DENGAN METODE ATTAINED AGE NORMAL DAN PROJECTED UNIT CREDIT

PERHITUNGAN PEMBIAYAAN DANA PENSIUN DENGAN METODE ATTAINED AGE NORMAL DAN PROJECTED UNIT CREDIT PERHITUNGAN PEMBIAYAAN DANA PENSIUN DENGAN METODE ATTAINED AGE NORMAL DAN PROJECTED UNIT CREDIT (STUDI KASUS : PT. TASPEN (PERSERO) KANTOR CABANG UTAMA SEMARANG) SKRIPSI Disusun Oleh : MUSSANDINGMI ELOK

Lebih terperinci

Perhitungan Dana Pensiun untuk Pensiun Normal Berdasarkan Metode Constant Dollar; Studi Kasus: PT. Taspen Palembang

Perhitungan Dana Pensiun untuk Pensiun Normal Berdasarkan Metode Constant Dollar; Studi Kasus: PT. Taspen Palembang Jurnal Penelitian Sains Volume 12 Nomer 2(A) 12202 Perhitungan Dana Pensiun untuk Pensiun Normal Berdasarkan Metode Constant Dollar; Studi Kasus: PT. Taspen Palembang Yuli Andriani, Des Alwine Z., dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Pensiun Definisi Program Pensiun

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Pensiun Definisi Program Pensiun BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Pensiun 2.1.1 Definisi Program Pensiun Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun didefinisikan bahwa program pensiun adalah

Lebih terperinci

PERHITUNGAN ASURANSI DANA PENSIUN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROJECTED UNIT CREDIT DAN METODE ENTRY AGE NORMAL PADA STATUS GABUNGAN

PERHITUNGAN ASURANSI DANA PENSIUN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROJECTED UNIT CREDIT DAN METODE ENTRY AGE NORMAL PADA STATUS GABUNGAN Jurnal Matematika UNAND Vol. 5 No. 3 Hal. 24 30 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PERHITUNGAN ASURANSI DANA PENSIUN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROJECTED UNIT CREDIT DAN METODE ENTRY AGE

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai perekonomian terbuka kecil, perkembangan nilai tukar merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. Pengaruh nilai tukar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaannya. Penghasilan tetap yang diperoleh saat bekerja tidak diperoleh lagi

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaannya. Penghasilan tetap yang diperoleh saat bekerja tidak diperoleh lagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pensiun merupakan masa dimana seorang pegawai tidak lagi aktif di pekerjaannya. Penghasilan tetap yang diperoleh saat bekerja tidak diperoleh lagi dimasa pensiun. Keadaan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN DANA PENSIUN UNTUK PENSIUN NORMAL BERDASARKAN METODE CONSTANT DOLLAR (Studi Kasus : PT. Taspen Persero Pekanbaru) TUGAS AKHIR

PERHITUNGAN DANA PENSIUN UNTUK PENSIUN NORMAL BERDASARKAN METODE CONSTANT DOLLAR (Studi Kasus : PT. Taspen Persero Pekanbaru) TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DANA PENSIUN UNTUK PENSIUN NORMAL BERDASARKAN METODE CONSTANT DOLLAR (Studi Kasus : PT. Taspen Persero Pekanbaru) TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

PERHITUNGAN DANA PENSIUN DENGAN UNIT CREDIT COST METHOD (ACCRUED BENEFIT) MAKALAH

PERHITUNGAN DANA PENSIUN DENGAN UNIT CREDIT COST METHOD (ACCRUED BENEFIT) MAKALAH PERHITUNGAN DANA PENSIUN DENGAN UNIT CREDIT COST METHOD (ACCRUED BENEFIT) MAKALAH Disusun untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Matematika Aktuaria yang dibimbing oleh Dr. Isnani Darti,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci :PBCM, Benefit, Pensiun Normal, Pension Plan, Kurs Valuta Asing.

ABSTRAK. Kata Kunci :PBCM, Benefit, Pensiun Normal, Pension Plan, Kurs Valuta Asing. ABSTRAK Nama : Agung Cipto Nugroho NPM : 140610080087 Judul : Menentukan Besarnya Manfaat Pensiun Menggunakan Metode Iuran Pasti dengan Mempertimbangkan Pengaruh Kurs Valuta Asing Pembimbing : Gatot Riwi

Lebih terperinci

S y S x. Perlu dicatat bahwa kita hanya memerlukan rasio S y dapat diskala kembali.

S y S x. Perlu dicatat bahwa kita hanya memerlukan rasio S y dapat diskala kembali. Bab 2 Landasan Teori 2. Fungsi Salary Jika suatu program pensiun mengkaitkan salary dalam menentukan besarnyabene t pensiun ataupun kontribusinya, maka sangat diperlukan suatu asumsi untuk dapat mengestimasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Republik Indonesia No.11 Tahun Prinsip dari Dana

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Republik Indonesia No.11 Tahun Prinsip dari Dana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dana Pensiun merupakan badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun. Dasar hukum Dana Pensiun diatur dalam Undang-undang Republik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pensiun diibaratkan sebagai individu-individu yang melayani raja dan negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pensiun diibaratkan sebagai individu-individu yang melayani raja dan negara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pensiun Pensiun sejauh ini dianggap sebagai ungkapan rasa terima kasih. Para pensiun diibaratkan sebagai individu-individu yang melayani raja dan negara mereka sepanjang

Lebih terperinci

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5 /POJK.05/2017 TENTANG IURAN, MANFAAT PENSIUN, DAN MANFAAT LAIN YANG DISELENGGARAKAN OLEH DANA PENSIUN DENGAN

Lebih terperinci

Retirement Planning. Irni Rahmayani Johan, SP, MM. Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia IPB

Retirement Planning. Irni Rahmayani Johan, SP, MM. Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia IPB Retirement Planning Irni Rahmayani Johan, SP, MM Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia IPB 1 Perencanaan Pensiun dalam perencanaan keuangan pribadi Dana Tujuan Keuangan Mempunyai

Lebih terperinci

Prosiding Matematika ISSN:

Prosiding Matematika ISSN: Prosiding Matematika ISSN: 2460-6464 Perhitungan Program Pendanaan Pensiun Manfaat Pasti Menggunakan Metode Benefit Prorate Calculation Of Pension Benefits Program Funding Will Benefit Using Prorate 1

Lebih terperinci

PERHITUNGAN AKTUARIA KEWAJIBAN IMBALAN PASCA KERJA

PERHITUNGAN AKTUARIA KEWAJIBAN IMBALAN PASCA KERJA PERHITUNGAN AKTUARIA KEWAJIBAN IMBALAN PASCA KERJA Oleh : Tubagus Syafrial, FSAI, FLMI, MBA PT. Binaputera Jaga Hikmah Hotel Bumikarsa Bidakara, Jakarta 31 Agustus 2005 1 PSAK NO. 24 (REVISI 2004) TENTANG

Lebih terperinci

PENENTUAN MODEL PREMI TIDAK KONSTAN PADA ASURANSI DANA PENSIUN

PENENTUAN MODEL PREMI TIDAK KONSTAN PADA ASURANSI DANA PENSIUN E-Jurnal Matematika Vol. 5 (1), Januari 2016, pp. 14-21 ISSN: 2303-1751 PENENTUAN MODEL PREMI TIDAK KONSTAN PADA ASURANSI DANA PENSIUN Lia Jenita 1, I Nyoman Widana 2, Desak Putu Eka Nilakusmawati 3 1

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. A. Penentuan nilai suku bunga menggunakan metode Cox Ingersoll Ross

BAB III PEMBAHASAN. A. Penentuan nilai suku bunga menggunakan metode Cox Ingersoll Ross BAB III PEMBAHASAN A. Penentuan nilai suku bunga menggunakan metode Cox Ingersoll Ross Dalam perkembangan ekonomi, suku bunga konstan dianggap kurang efektif, maka diperlukannya model yang bisa memprediksi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. hasil percobaan yang berbeda dan masing-masing mempunyai. itu menyusun kejadian, maka probabilitas kejadian

BAB II KAJIAN TEORI. hasil percobaan yang berbeda dan masing-masing mempunyai. itu menyusun kejadian, maka probabilitas kejadian BAB II KAJIAN TEORI A. Probabilitas Teorema 2.1 (Walpole, 1992) Probabilitas menunjukan suatu percobaan mempunyai hasil percobaan yang berbeda dan masing-masing mempunyai kemungkinan yang sama untuk terjadi,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE INDIVIDUAL LEVEL PREMIUM DALAM PEMBIAYAAN PENSIUN PENDETA DI SINODE GEREJA KRISTEN JAWA SKRIPSI. Disusun Oleh :

PENGGUNAAN METODE INDIVIDUAL LEVEL PREMIUM DALAM PEMBIAYAAN PENSIUN PENDETA DI SINODE GEREJA KRISTEN JAWA SKRIPSI. Disusun Oleh : PENGGUNAAN METODE INDIVIDUAL LEVEL PREMIUM DALAM PEMBIAYAAN PENSIUN PENDETA DI SINODE GEREJA KRISTEN JAWA SKRIPSI Disusun Oleh : Nama : ADITYAWAN WIDI NUGROHO NIM : J2E 008 001 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus kehidupan seseorang ada tiga tahapan kehidupan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus kehidupan seseorang ada tiga tahapan kehidupan yang harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam siklus kehidupan seseorang ada tiga tahapan kehidupan yang harus dilalui. Tahap pertama adalah ketika ia berusia kanak-kanak, dimana segala kebutuhan hidupnya,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Oleh: YULI ANITA NIM

SKRIPSI. Disusun Oleh: YULI ANITA NIM PENGHITUNGAN MANFAAT DAN IURAN PESERTA PROGRAM DANA PENSIUN DENGAN METODE PROJECTED UNIT CREDIT DAN INDIVIDUAL LEVEL PREMIUM PADA PT TASPEN (PERSERO) CABANG YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas

Lebih terperinci

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAIN Page 137

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAIN Page 137 A. PENDAHULUAN Pada prinsipnya, dana pensiun merupakan salah satu alternative untuk memberikan jaminan kesejahteraan kepada karyawan. Adanya jaminan kesejahteraan tersebut memungkinkan karyawan untuk memperkecil

Lebih terperinci

METODE BENEFIT PRORATE CONSTANT DOLLAR UNTUK PENGHITUNGAN DANA PENSIUN MENGGUNAKAN SUKU BUNGA MODEL VASICEK TUGAS AKHIR SKRIPSI

METODE BENEFIT PRORATE CONSTANT DOLLAR UNTUK PENGHITUNGAN DANA PENSIUN MENGGUNAKAN SUKU BUNGA MODEL VASICEK TUGAS AKHIR SKRIPSI METODE BENEFIT PRORATE CONSTANT DOLLAR UNTUK PENGHITUNGAN DANA PENSIUN MENGGUNAKAN SUKU BUNGA MODEL VASICEK TUGAS AKHIR SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Uang mempermudah manusia untuk saling memenuhi kebutuhan hidup dengan cara melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang menginginkan kehidupan layak dan menyenangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang menginginkan kehidupan layak dan menyenangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya setiap orang menginginkan kehidupan layak dan menyenangkan di masa tua. Semua orang selalu berusaha untuk meningkatkan penghasilan pribadi. Penghasilan

Lebih terperinci

http://www.hadiborneo.wordpress.com/ PENGERTIAN DANA PENSIUN A Dictionary of Banking (1983): Pension Fund atau Dana Pensiun berarti suatu bentuk investasiyang dikelola perusahaan/pemberi kerja dengan membayar

Lebih terperinci

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016, Halaman Online di:

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016, Halaman Online di: ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016, Halaman 505-514 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PERHITUNGAN PEMBIAYAAN DANA PENSIUN DENGAN METODE ATTAINED AGE

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.05/2016 TENTANG IURAN, MANFAAT PENSIUN, DAN MANFAAT LAIN YANG DISELENGGARAKAN OLEH DANA PENSIUN

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.05/2016 TENTANG IURAN, MANFAAT PENSIUN, DAN MANFAAT LAIN YANG DISELENGGARAKAN OLEH DANA PENSIUN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.05/2016 TENTANG IURAN, MANFAAT PENSIUN, DAN MANFAAT LAIN YANG DISELENGGARAKAN OLEH DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Fungsi Keberlangsungan Hidup (Survival Function) Misalkan adalah usia seseorang saat menutup polis asuransi, sehingga adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Fungsi Keberlangsungan Hidup (Survival Function) Misalkan adalah usia seseorang saat menutup polis asuransi, sehingga adalah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fungsi Keberlangsungan Hidup (Survival Function) Misalkan adalah usia seseorang saat menutup polis asuransi, sehingga adalah peubah acak waktu meninggal. Fungsi distribusi dinyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai batas usia yang telah ditentukan, ada beberapa penyebab lain seorang

BAB I PENDAHULUAN. mencapai batas usia yang telah ditentukan, ada beberapa penyebab lain seorang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa pensiun merupakan masa dimana seorang pegawai sudah tidak aktif lagi di pekerjaanya. Masa pensiun tidak hanya terjadi karena seorang pegawai telah mencapai batas

Lebih terperinci

BAB III PENETAPAN HARGA PREMI PADA KONTRAK PARTISIPASI ASURANSI JIWA ENDOWMEN DENGAN OPSI SURRENDER

BAB III PENETAPAN HARGA PREMI PADA KONTRAK PARTISIPASI ASURANSI JIWA ENDOWMEN DENGAN OPSI SURRENDER BAB III PENETAPAN HARGA PREMI PADA KONTRAK PARTISIPASI ASURANSI JIWA ENDOWMEN DENGAN OPSI SURRENDER Pada bab ini akan ditentukan harga premi pada polis partisipasi yang terdapat opsi surrender pada kontraknya.

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. penggunaan metode benefit prorate constant dollar dengan suku bunga model

BAB III PEMBAHASAN. penggunaan metode benefit prorate constant dollar dengan suku bunga model BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai estimasi parameter model Vasicek, penggunaan metode benefit prorate constant dollar dengan suku bunga model Vasicek, kemudian diterapkan dalam perhitungan

Lebih terperinci

KAITAN PROGRAM DANA PENSIUN DENGAN PENERAPAN PSAK NO. 24 (REVISI 2004) PADA LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN

KAITAN PROGRAM DANA PENSIUN DENGAN PENERAPAN PSAK NO. 24 (REVISI 2004) PADA LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN KAITAN PROGRAM DANA PENSIUN DENGAN PENERAPAN PSAK NO. 24 (REVISI 2004) PADA LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN Oleh : PT. BINAPUTERA JAGA HIKMAH Jakarta, 24 November 2006 1 MATERI PRESENTASI I. PENDAHULUAN II.

Lebih terperinci

UU No. 13/2003 Ketenagakerjaan Perkiraan Beban Pendanaan

UU No. 13/2003 Ketenagakerjaan Perkiraan Beban Pendanaan Juli 2007 UU No. 13/2003 Ketenagakerjaan Perkiraan Beban Pendanaan Atas Manfaat Pasal 162 (1), 166, 167 dan 172 DAYAMANDIRI DHARMAKONSILINDO Providing Professional Actuarial Consulting Services Daftar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di Indonesia kini tidak stabil dengan naik turunnya nilai dolar Amerika, harga bahan pangan, bahan bakar, angkutan, dsb. Tentu perusahaan harus

Lebih terperinci

Sistem dan Beban Kesejahteraan Karyawan serta Pendanaannya

Sistem dan Beban Kesejahteraan Karyawan serta Pendanaannya YTKI, 10 Juli 2008 infocenter@dayamandiri.co.id http://www.dayamandiri.co.id Sistem dan Beban Kesejahteraan Karyawan serta Pendanaannya Diskusi Interaktif: Strategi Mengendalikan Risiko Keuangan DAYAMANDIRI

Lebih terperinci

Perhitungan Dana Pensiun menggunakan Bunga Model Cox Ingersoll Ross dan Vasicek

Perhitungan Dana Pensiun menggunakan Bunga Model Cox Ingersoll Ross dan Vasicek SEMINAR MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2017 T - 1 Perhitungan Dana Pensiun menggunakan Bunga Model Cox Ingersoll Ross dan Vasicek Angki Okta Vianus 1, Rosita Kusumawati 2 Program Studi Matematika,

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI WEB PERHITUNGAN MANFAAT DAN IURAN NORMAL DANA PENSIUN DENGAN PROJECTED BENEFIT COST METHOD

ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI WEB PERHITUNGAN MANFAAT DAN IURAN NORMAL DANA PENSIUN DENGAN PROJECTED BENEFIT COST METHOD ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI WEB PERHITUNGAN MANFAAT DAN IURAN NORMAL DANA PENSIUN DENGAN PROJECTED BENEFIT COST METHOD Siti Qomariyah Ulfa Jl. Raya Serang KM.21,5 RT.06/01 No.29 Tangerang, 082112175989,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kurs (Nilai Tukar) a. Pengertian Kurs Beberapa pengertian kurs di kemukakan beberapa tokoh antara lain, menurut Krugman (1999) kurs atau exchange rate adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap orang di dunia ini siapapun dia ingin mendapatkan kehidupan yang layak dan sejahtera. Banyak orang kemudian berlomba-lomba untuk mendapatkan pekerjaan yang

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORI. Anggraeni (2003) melakukan penelitian dengan judul The Foreign

BAB II URAIAN TEORI. Anggraeni (2003) melakukan penelitian dengan judul The Foreign BAB II URAIAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Anggraeni (2003) melakukan penelitian dengan judul The Foreign Exchange Exposure pada Bank-Bank yang Go Public di Bursa Efek Jakarta menunjukkan adanya foreign

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE PROJECTED UNIT CREDIT DAN ENTRY AGE NORMAL DALAM PEMBIAYAAN PENSIUN

PENGGUNAAN METODE PROJECTED UNIT CREDIT DAN ENTRY AGE NORMAL DALAM PEMBIAYAAN PENSIUN JURNAL GAUSSIAN, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 47-54 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PENGGUNAAN METODE PROJECTED UNIT CREDIT DAN ENTRY AGE NORMAL DALAM PEMBIAYAAN

Lebih terperinci

PENDUGAAN NILAI ASET PENDANAAN PENSIUN DENGAN DUA JENIS PEMULUSAN: STUDI KASUS DATA MORTALITAS INDONESIA 2011 AYUB PRISNA WARDANA

PENDUGAAN NILAI ASET PENDANAAN PENSIUN DENGAN DUA JENIS PEMULUSAN: STUDI KASUS DATA MORTALITAS INDONESIA 2011 AYUB PRISNA WARDANA PENDUGAAN NILAI ASET PENDANAAN PENSIUN DENGAN DUA JENIS PEMULUSAN: STUDI KASUS DATA MORTALITAS INDONESIA 2011 AYUB PRISNA WARDANA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

Sedangkan pengertian Pensiun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003; 850) adalah :

Sedangkan pengertian Pensiun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003; 850) adalah : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh Pengertian pengaruh menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (2002;849) yaitu Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang,benda) yang ikut

Lebih terperinci

SKRIPSI APLIKASI METODE ACCRUED BENEFIT UNTUK BERBAGAI PROGRAM PENSIUN: NORMAL, DIPERCEPAT, DITUNDA, DAN CACAT

SKRIPSI APLIKASI METODE ACCRUED BENEFIT UNTUK BERBAGAI PROGRAM PENSIUN: NORMAL, DIPERCEPAT, DITUNDA, DAN CACAT SKRIPSI APLIKASI METODE ACCRUED BENEFIT UNTUK BERBAGAI PROGRAM PENSIUN: NORMAL, DIPERCEPAT, DITUNDA, DAN CACAT Yemima Claudia Devianti NPM: 2014710005 PROGRAM STUDI MATEMATIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI

Lebih terperinci

Perhitungan Iuran Normal Program Pensiun dengan Asumsi Suku Bunga Mengikuti Model Vasicek

Perhitungan Iuran Normal Program Pensiun dengan Asumsi Suku Bunga Mengikuti Model Vasicek Jurnal Matematika Vol. 7, No. 2, Desember 2017, pp. 85-91 ISSN: 1693-1394 Perhitungan Iuran Normal Program Pensiun dengan Asumsi Suku Bunga Mengikuti Model Vasicek I Nyoman Widana Program Study Matematika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kinerja ekonomi tercermin dalam kinerja perusahaanperusahaan. Bursa Efek Indonesia merupakan pasar modal yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kinerja ekonomi tercermin dalam kinerja perusahaanperusahaan. Bursa Efek Indonesia merupakan pasar modal yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu indikator pertumbuhan ekonomi suatu Negara di lihat dari perkembangan pasar keuangannya, termasuk pasar uang, pasar saham, dan pasar komoditi. Demikian

Lebih terperinci

PERSATUAN AKTUARIS INDONESIA

PERSATUAN AKTUARIS INDONESIA PERSATUAN AKTUARIS INDONESIA Komisi Penguji PERSATUAN AKTUARIS INDONESIA UJIAN PROFESI AKTUARIS MATA UJIAN : A60 Matematika Aktuaria TANGGAL : 25 Juni 204 JAM : 09.00-2.00 WIB LAMA UJIAN : 80 Menit SIFAT

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN PERATURAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: PER- 02 /BL/2007 TENTANG BENTUK DAN

Lebih terperinci

2. Derivasi Atau Perolehan Kurva BP (Neraca Pembayaran BOP)

2. Derivasi Atau Perolehan Kurva BP (Neraca Pembayaran BOP) Bahan 5 - Ekonomi Terbuka PEREKONOMIAN TERBUKA (AN OPEN ECONOMY) DAN DERIVASI KURVA BP (NERACA PEMBAYARAN) SERTA SISTEM KURS DAN SISTEM DEVISA YANG DIBERLAKUKAN 1. Transaksi Internasional Perekonomian

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. yang salah satunya berkaitan dengan proses penyusunan voucher. Pelaksanaan

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. yang salah satunya berkaitan dengan proses penyusunan voucher. Pelaksanaan BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Selama melaksanakan kerja praktek penulis ditempatkan pada unit kasir, yang salah satunya berkaitan dengan proses penyusunan voucher.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 478/KMK. 06/2002 TENTANG PERSYARATAN DAN BESAR MANFAAT TABUNGAN HARI TUA BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 478/KMK. 06/2002 TENTANG PERSYARATAN DAN BESAR MANFAAT TABUNGAN HARI TUA BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 478/KMK. 06/2002 TENTANG PERSYARATAN DAN BESAR MANFAAT TABUNGAN HARI TUA BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

PENENTUAN MODEL PREMI TIDAK KONSTAN PADA ASURANSI DANA PENSIUN KOMPETENSI TERAPAN SKRIPSI LIA JENITA JURUSAN MATEMATIKA

PENENTUAN MODEL PREMI TIDAK KONSTAN PADA ASURANSI DANA PENSIUN KOMPETENSI TERAPAN SKRIPSI LIA JENITA JURUSAN MATEMATIKA PENENTUAN MODEL PREMI TIDAK KONSTAN PADA ASURANSI DANA PENSIUN KOMPETENSI TERAPAN SKRIPSI LIA JENITA 1108405009 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA BUKIT

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Imbalan Kerja (Employee Benefit) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 24 (Revisi 2010) menyatakan bahwa imbalan kerja adalah seluruh bentuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. makin menjamurnya perusahaan-perusahaan asuransi baik yang dikelola oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. makin menjamurnya perusahaan-perusahaan asuransi baik yang dikelola oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini asuransi telah berkembang dengan sangat pesat. Hal ini ditandai dengan makin menjamurnya perusahaan-perusahaan asuransi baik yang dikelola oleh pemerintah,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 343/KMK.017/1998 TENTANG IURAN DAN MANFAAT PENSIUN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 343/KMK.017/1998 TENTANG IURAN DAN MANFAAT PENSIUN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 343/KMK.017/1998 TENTANG IURAN DAN MANFAAT PENSIUN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menumbuhkembangkan penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pensiun atau Tunjangan Hari Tua merupakan dambaan setiap karyawan. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari siklus hidup manusia, yaitu siklus yang ditandai

Lebih terperinci

PREMI TUNGGAL BERSIH ASURANSI JIWA BERJANGKA DENGAN FAKTOR PENEBUSAN

PREMI TUNGGAL BERSIH ASURANSI JIWA BERJANGKA DENGAN FAKTOR PENEBUSAN PROSIDING ISBN : 978 979 16353 9 4 PREMI TUNGGAL BERSIH ASURANSI JIWA BERJANGKA DENGAN FAKTOR PENEBUSAN T - 10 Endang Sri Kresnawati Jurusan Matematika FMIPA Universitas Sriwijaya endangsrikresnawati@yahoo.co.id

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG 13 TAHUN 2003: KETENAGAKERJAAN DAN PSAK NO. 24: IMBALAN KERJA

UNDANG-UNDANG 13 TAHUN 2003: KETENAGAKERJAAN DAN PSAK NO. 24: IMBALAN KERJA UNDANG-UNDANG 13 TAHUN 2003: KETENAGAKERJAAN DAN PSAK NO. 24: IMBALAN KERJA UU NO.13 TAHUN 2003 PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA PENGUPAHAN HUBUNGAN KERJA UU NO.13 TAHUN 2003 UU NO.13 TAHUN 2003 Siapa sajakah

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORTIS

BAB II URAIAN TEORTIS 23 BAB II URAIAN TEORTIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Pertiwi (2007) pada perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI),yang berjudul pengaruh faktorfaktor

Lebih terperinci

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif terapan ( Applied

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif terapan ( Applied I. METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif terapan ( Applied Descriptive Reasearch), yaitu penelitian yang dilakukan dengan maksud

Lebih terperinci

METODE CONSTANT PERCENT OF SALARY DALAM MENENTUKAN BENEFIT DAN IURAN NORMAL PROGRAM PENSIUN NORMAL DAN DIPERCEPAT

METODE CONSTANT PERCENT OF SALARY DALAM MENENTUKAN BENEFIT DAN IURAN NORMAL PROGRAM PENSIUN NORMAL DAN DIPERCEPAT METODE CONSTANT PERCENT OF SALARY DALAM MENENTUKAN BENEFIT DAN IURAN NORMAL PROGRAM PENSIUN NORMAL DAN DIPERCEPAT Puteri Ressiana Dewi Achmad, Rini Marwati, Fitriani Agustina Departemen Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. tergantung rata-rata kenaikan gaji dan tingkat pajak. Semakin kecil ratarata

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. tergantung rata-rata kenaikan gaji dan tingkat pajak. Semakin kecil ratarata BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Dari hasil perhitungan dan analisa penelitian ini dapat menyimpulkan 4 hal sebagai berikut: 1. Jumlah dana pensiun yang sudah diatur pemerintah bagi karyawan swasta

Lebih terperinci

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR XX/SEOJK.05/2016 TENTANG

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR XX/SEOJK.05/2016 TENTANG Yth. 1. Direksi Perusahaan Asuransi Syariah; 2. Direksi Perusahaan Reasuransi Syariah; 3. Direksi Perusahaan Asuransi Yang Memiliki Unit Syariah; dan 4. Direksi Perusahaan Reasuransi Yang Memiliki Unit

Lebih terperinci

2 Untuk memberikan derajat kehidupan yang layak bagi Peserta dan keluarganya yang memasuki Usia Pensiun, Pemerintah menetapkan program Jaminan Pensiun

2 Untuk memberikan derajat kehidupan yang layak bagi Peserta dan keluarganya yang memasuki Usia Pensiun, Pemerintah menetapkan program Jaminan Pensiun TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KESRA. Jaminan Sosial. Pensiun. Program. Penyelenggaraan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 155). PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I. peranan yang sangat penting dengan memberikan benefit secara langsung pada

BAB I. peranan yang sangat penting dengan memberikan benefit secara langsung pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia sektor perdagangan internasional mempunyai peranan yang sangat penting dengan memberikan benefit secara langsung pada sektor perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kompleksitas sistem pembayaran dalam perdagangan internasional semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang berkembang akhir-akhir ini.

Lebih terperinci

TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN TEKNIS BAGI PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH

TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN TEKNIS BAGI PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28 /SEOJK.05/2017 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN TEKNIS BAGI PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH - 1 - PEDOMAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan dagang dengan pihak luar negeri, mengingat bahwa setiap negara

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan dagang dengan pihak luar negeri, mengingat bahwa setiap negara BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam situasi global tidak ada satu negara pun yang tidak melakukan hubungan dagang dengan pihak luar negeri, mengingat bahwa setiap negara tidak dapat memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis mata uang di Amerika Latin, Asia Tenggara dan di banyak negara

BAB I PENDAHULUAN. Krisis mata uang di Amerika Latin, Asia Tenggara dan di banyak negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis mata uang di Amerika Latin, Asia Tenggara dan di banyak negara telah menunjukkan bahwa ketidakseimbangan kebijakan moneter dapat menyebabkan konsekuensi serius

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Seiring dengan berkembangnya kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat, kini industri asuransi mulai dilirik oleh masyarakat. Kesadaran masyarakat

Lebih terperinci

PENENTUAN BESARNYA ANUITAS HIDUP DENGAN MENGGUNAKAN NILAI ASUMSI PADA DISTRIBUSI SISA USIA

PENENTUAN BESARNYA ANUITAS HIDUP DENGAN MENGGUNAKAN NILAI ASUMSI PADA DISTRIBUSI SISA USIA PENENTUAN BESARNYA ANUITAS HIDUP DENGAN MENGGUNAKAN NILAI ASUMSI PADA DISTRIBUSI SISA USIA Farah Kristiani (farah@home.unpar.ac.id) Jurusan Matematika FTIS Universitas Katolik Parahyangan ABSTRACT There

Lebih terperinci

TUGAS PELAPORAN DAN AKUNTANSI KEUANGAN

TUGAS PELAPORAN DAN AKUNTANSI KEUANGAN TUGAS PELAPORAN DAN AKUNTANSI KEUANGAN Disusun Oleh Kelompok 11: IVA NOVANIE (12 158 005) WIDIA SARI (12 158 027) PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2013 Tujuh pertanyaan dari diskusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal

BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Respon (stance) kebijakan moneter ditetapkan untuk menjamin agar pergerakan inflasi dan ekonomi ke depan tetap berada pada jalur pencapaian sasaran inflasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Penerapan strategi..., Iswardi, FE UI, 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Penerapan strategi..., Iswardi, FE UI, 2008 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada penjelasan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun disebutkan bahwa dalam rangka upaya memelihara kesinambungan penghasilan pada hari tua, perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Nilai Tukar Menurut Triyono (2008), kurs (exchange rate) adalah pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, yaitu merupakan perbandingan nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan adanya jaminan sosial bagi pekerja atau pegawai tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan adanya jaminan sosial bagi pekerja atau pegawai tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya, kesejahteraan pekerja atau pegawai terdiri dari dua hal, yaitu kesejahteraan ketika aktif bertugas dan kesejahteraan purna tugas. Salah satu

Lebih terperinci

AKUNTANSI IMBALAN PASCA KERJA PADA PT AVIA AVIAN

AKUNTANSI IMBALAN PASCA KERJA PADA PT AVIA AVIAN AKUNTANSI IMBALAN PASCA KERJA PADA PT AVIA AVIAN Destri Rahmania destri_rahmania@yahoo.com Akhmad Riduwan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan operasi PT ASABRI (Persero) dilandasi oleh Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1971, yang menjelaskan bahwa ASABRI adalah suatu jaminan sosial bagi prajurit

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. prinsip dan praktek akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Mata uang

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. prinsip dan praktek akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Mata uang BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Akuntansi Dana Pensiun KWI 1. Deskriptif Kualitatif a. Penyajian Laporan Keuangan Laporan keuangan Dana Pensiun KWI disusun dengan menggunakan prinsip dan

Lebih terperinci