BAB II STUDI LITERATUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II STUDI LITERATUR"

Transkripsi

1 BAB II STUDI LITERATUR 2.1 DEFINISI KALIBRASI Kalibrasi adalah serangkaian kegiatan yang membentuk hubungan antara nilai yang ditunjukan oleh instrument pengukur atau sistem pengukuran atau nilai yang diwakili oleh bahan ukur dengan nilai-nilai yang sudah diketahui yang berkaitan dari besaran yang diukur dalam kondisi tertentu. Dengan kata lain kalibrasi adalah kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional nilai penunjukan alat ukur dan bahan ukur dengan cara membandingkan terhadap standar ukurnya yang mampu telusur (traceability) ke standar nasional untuk satuan ukuran dan atau internasional. Dari hasil kalibrasi dapat diketahui kesalahan penunjukan instrumen ukur, sistem pengukuran atau bahan ukur, atau pemberian nilai pada tanda skala tertentu. Suatu kalibrasi dapat menentukan sifat metrology lain. Hasil kalibrasi dapat dicatat dalam suatu dokumen, disebut sebagai sertifikat kalibrasi atau laporan kalibrasi. Dalam kegiatannya kalibrasi bertujuan untuk menentukan deviasi dari kebenaran konvensional nilai penunjukan suatu instrumen ukur, atau deviasi dimensi nominal yang seharusnya untuk suatu bahan ukur dan menjamin hasil-hasil pengukuran sesuai dengan standar nasional maupun internasional. Adapun manfaat dengan adanya kalibrasi adalah: a. Menjaga kondisi alat ukur agar tetap sesuai dengan spesifikasinya. b. Menjaga tingkat kepercayaan umum terhadap hasil pengukuran dari alat ukur tersebut. 5

2 2.2 DUKUNGAN KALIBRASI DALAM MENJAMIN MUTU PRODUK. Unsur pokok pada performa suatu organisasi adalah mutu dari jasa yang diberikan atau mutu barang yang dihasilkan. Dewasa ini ada kecenderungan global pada semakin tajamnya keinginan atau tuntutan pemakai barang atau penerima jasa perihal mutu. Kecenderungan ini membangun pemahaman bahwa peningkatan mutu adalah suatu proses yang berkesinambungan yang diperlukan untuk memperoleh dan mempertahankan performa ekonomis yang baik. Dengan meluasnya penerapan ISO 9000 perihal manajemen mutu, maka untuk produk perdagangan internasional membutuhkan jaminan mutu perancangan, pembuatan, produksi, perakitan, pelayanan purna jual dan lain-lain, yang semuanya digolongkan pada sistem jaminan mutu. Tuntutan ini menjadikan mutu produk bukan lagi merupakan pilihan yang berdasarkan atas kesadaran akan tetapi lebih bersifat kebutuhan. Sebagai persyaratan utama dipenuhinya persyaratan mutu ini adalah kebenaran pengukuran yang terlibat dalam seluruh tahap pra produksi, produksi dan pasca produksi. Persyaratan ini akan berdampak perlunya jaminan kebenaran pengukuran pada semua sektor. Produk industri dinilai dari seperangkat parameter teknis yang dinyatakan dalam bentuk spesifikasi teknis yang sesuai. Produk akan diterima bila spesifikasi teknisnya dapat diukur dan terbukti tetap tidak berubah bila dilakukan pengukuran kapan saja oleh operator yang berbeda, dilakukan dimana saja sepanjang kondisi lingkungan tetap sama. Hal ini dapat terjadi bila data pengujian yang dihasilkan oleh alat ukur dengan mutu tepat dan memberikan hasil pengukuran serba sama 6

3 dan sesuai. Jadi merupakan suatu kebutuhan agar semua pengukuran yang dilakukan pada produk industri dapat dikaitkan atau ditelusuri ke suatu titik acuan teknis yang disebut sebagai Standar Nasional untuk Satuan Ukuran. 2.3 ALAT-ALAT UKUR YANG PERLU DIKALIBRASI Jenis Alat Ukur Besaran Dasar a. Panjang : Micrometer, Caliper, Dial Gauge, Mistar dan lainlain. b. Massa : Timbangan, Anak Timbangan. c. Waktu : Stopwatch, Timer. d. Arus Listrik : AmpereMeter. e. Suhu : Thermometer, Thermocouple, Oven, Furnace. f. Jumlah Zat : Mole. g. Intensitas Cahaya : Illumunation Meter. h. Suara : Sound level meter Jenis Alat Ukur Besaran Turunan. a. Luas : Planimeter. b. Volume : Alat Gelas Volumetric (Gelas Ukur, Buret, Pipet, dan lain- lain) c. Kecepatan : Speedometer, Tachometer. d. Tekanan : Preassure Gauge ( Manometer) e. Frekwensi : Frekwensi Meter. f. Daya : Watt Meter 7

4 g. Gaya : Mesin Uji Tarik/ Tekan, Mesin Uji Kekerasan, Mesin Uji Impact. 2.4 FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM KALIBRASI. Beberapa sumber yang dapat menimbulkan kesalahan yang besarnya perlu diketahui melalui kalibrasi antara lain: Seting titik nol Nilai skala penuh Kesalahan Paralax (Kesalahan sudut pandang pembacaan titik nol) Kelinieran (linierity) Efek dari lingkungan sekitar pengukuran (suhu, kelembaban, getaran, mekanis, medan magnet, tingkat penerangan, dan sebagainya) Variasi catu daya dan besarnya (noise) Respon terhadap kejutan yang terjadi pada besaran yang diukurnya (impulse response) Frekwensi response Tingkat tegangan maksimum yang aman Tingkat kebocoran ke ground Tegangan baterai 2.5 STANDAR PENGUKURAN Satuan Sistem Internasional. Dalam Internasional Vocabulary of Basic In Metrology disebutkan bahwa satuan sistem internasional adalah sistem satuan yang koheren yang diadopsi dan 8

5 direkomendasikan penggunaannya oleh General Conference on Weight and Measures (CGPM) satuan SI tersebut terdiri dari tujuh satuan dasar yaitu: Meter satuan dari panjang Kilogram satuan dari massa Ampere satuan dari arus listrik Kelvin satuan dari thermodinamika Mole satuan dari jumlah zat Candela satuan dari intensitas cahaya Second satuan dari waktu Standar Pengukuran Menurut ISO Definisi standar dalam kamus metrology tersebut adalah sebagai berikut: 1. Standar Pengukuran. Sistem pengukuran yang digunakan untuk menentukan, mewujudkan, melestarikan, atau mereproduksikan suatu satuan atau satu atau lebih nilai yang telah diketahui dari suatu besaran untuk dialihkan ke alat ukur lain dengan cara pembandingan. Contoh: massa standar satu kilogram, gauge block standar, resistor standar 10 ohm, frekwensi standar atom caesium, anemometer standar. 2. Standar Kolektif. Alat ukur sejenis yang bila digunakan secara gabungan berfungsi sebagai suatu standar. Standar collective biasanya digunakan untuk menyakijan nilai standar dari suatu besaran. Nilai yang ditampilkan adalah nilai rata-rata dari nilai yang ditampilkan oleh masing-masing alat ukur. Contoh standar collective tegangan yang berupa sekumpulan sel wheston. 9

6 3. Standar Seri Sekumpulan standar dengan nilai tertentu yang dipilih untuk secara individual atau berkelompok memproduksikan serangkaian suatu besaran dalam suatu rentang tertentu. Contoh: sekumpulan anak timbangan. 4. Standar Primer Standar yang mempunyai mutu metrologies tertinggi dalam suatu bidang tertentu. Konsep standar primer berlaku sama baik untuk satuan dasar maupun satuan turunan. 5. Standar Sekunder Standar yang nilainya ditentukan dengan cara pembandingan terhadap suatu standar primer. 6. Standar Internasional Standar yang oleh suatu persetujuan atau konsesus internasional ditetapkan sebagai basis dalam menentukan nilai semua standar lain yang sejenis untuk besaran yang dimaksud. 7. Standar Nasional Standar yang ditetapkan oleh pemerintah suatu negara sebagai basis dalam menentukan standar lain yang sejenis dinegara tersebut untuk besaran yang dimaksud. 8. Standar Acuan. Standar umumnya dengan mutu metrology tertinggi yang ada dilokasi tertentu yang digunakan sehari-hari untuk mengkalibrasi alat ukur. 9. Standar Pengalih. 10

7 Standar yang digunakan sebagai media untuk memperbandingkan standar dengan alat ukur. 10. Standar Keliling Standar yang dirancang dengan konstruksi khusus untuk digunakan berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Contoh standar frekuensi atom caesium yang ringkas (portable) dan dioperasikan dengan batery. 2.6 PROSEDUR PERENCANAAN SISTEM KALIBRASI. Dalam melakukan perencanaan pengendalian alat ukur beberapa langkah yang harus ditempuh antara lain: Identifikasi Alat Identifikasi dari alat ukur terdiri sari nomor dengan formula sebagai berikut: AAA-XXXX AA/AAA: Initial dari alat ukur, contoh: DC = Digital Caliper XXXX: Numerical (Nomor urut) dari alat ukur. Tanggal masa berlakunya alat ukur harus ditempel pada alat ukur. Jika ada alat yang tidak memungkinkan labelnya ditempel pada alat ukur, maka bisa ditempel pada tempat alat. 11

8 Gambar 2.1. Contoh No ID pada Digital Caliper Registrasi. Alat yang telah dikalibrasi akan diregistrasi oleh operator kalibrasi ke dalam list alat ukur. Setiap alat ukur mempunyai daftar riwayat alat ukur yang terdiri dari informasi alat ukur yang terdiri dari informasi alat ukur dan riwayat kalibrasi alat ukur tersebut Penentuan Tempat Kalibrasi. Ada dua tempat untuk mengkalibrasi alat ukur: a. Kalibrasi Internal. Kalibrasi yang dilakukan oleh inspector dimana kalibrator yang digunakan harus disertifikasi oleh lembaga standarisasi nasional atau international. Pelaksanaan kalibrasi internal perlu tersedia prosedur terdokumentasi yang tepat dan kebenaran hasil kalibrasi dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. 12

9 Sumber status prosedur kalibrasi : - Prosedur standar, diterbitkan Badan Standarisasi Nasional atau International ASTM, ISO, JIS dan lain-lain - Prosedur terbitan ahli metrology diterbitkan pada jurnal / majalah ilmiah - Prosedur buatan sendiri, modifikasi dan pengembangan dari prosedur diatas. b. Kalibrasi External - Harus mempunyai kemampuan telusur yang dijamin oleh lembaga akreditasi Nasional. - Laboraturiom yang melakukan kalibrasi harus mampu mendemonstrasikan kompetensinya. - Dilakukan oleh personel yang qualified. - Menggunakan prosedur yang tepat. Menurut ISO 1993 (The International Vocabulary of Basic and General Terms in Metrology). Traceability (mampu telusur) adalah hasil pengukuran atau nilai suatu standar terkait ke referensi yang sudah baku, baik standard nasional atau internasional secara komparasi yang tidak terputus mata rantai ketidakpastiannya. Mampu telusur dimaksudkan untuk menjamin suatu kuantitas pengukuran mempunyai akurasi dalam batas ketidakpastian pengukuran. Karrena itu diperlukan kalibrasi yang berisi antara lain: nilai pengukuran, ketidakpastian standar yang digunakan, kondisi dimana kalibrasi dilakukan dengan memasukan faktor koreksi apabila peralatan yang digunakan tidak pada kondisi yang sama. 13

10 Laboraturium kalibrasi dan pengujian harus memiliki / menjaga sejumlah standar fisik dan peralatan pengukuran yang menjamin nilai pengukurannya, karen itu perlu dikalibrasi ke laboraturium Nasional. Personel laboraturium harus kompeten, mampu melaksanakan pengukuran sesuai dengan ketelusuran standar sehingga akreditasi yang diinginkan dapat tercapai, termasuk menentukan ketidakpastian pengukuran yang cocok. Ketelusuran dari suatu lembaga sertifikasi menjadi syarat suatu lembaga kalibrasi. Definisi formal dari ketelusuran diberikan Internastional Vocabulary of Basic and general Terms In Metrology (VIM 1993) sebagai sifat dari hasil pengukuran atau nilai dari standar yang dapat dihubungkan ke acuan tertentu, biasanya standar nasional atau international melalui rantai perbandingan yang tak terputus dimana semuanya mempunyai ketidakpastian tertentu. Berdasarkan definisi tersebut ketelusuran dapat disifatkan oleh enam elemen dasar, yaitu: 1. Suatu rantai perbandingan yang tidak terputus. Ketelusuran dimulai dari rantai perbandingan tak terputus berawal dari standar pengukuran nasional, international atau intrinsic dan berakhir dengan standar acuan kerja dari laboraturium metrology tertentu. 2. Ketidakpastian pengukuran: Ketidakpastian pengukuran dari setiap langkah dalam rantai ketelusuran harus dihitung sesuai dengan metode terdefinisi lain harus dinyatakan pada setiap langkah sehingga ketidakpastian total dari rantai dapat diperhitungkan. 14

11 3. Dokumentasi. Setiap langkah dalam rantai tersebut harus dilakukan sesuai dengan prosedur yang terdokumentasi dan diketahui secara umum serta hasilnya harus didokumentasikan, misalnya dalam laopran kalibrasi atau pengujian. 4. Kompetensi. Laboraturium atau lembaga yang melakukan satu langkah dalam rantai tersebut harus memberikan bukti kompetensi teknis, misal dengan mendemonstrasikan bahwa mereka diakreditasi oleh bandan akreditasi yang diakui. 5. Mengacu ke satuan SI. Bila memungkinkan, standar nasional, international atau intrinsic harus merupakan standar primer untuk realisasi satuan SI. 6. Rekalibrasi. Kalibrasi harus diulangi pada interval yang memadai, sehingga ketelusuran dapat terjaga. 15

12 INTERNATIONAL INTERCOMPARISON Iodine Stabilized He-Ne Laser Stability INTERFEROMETER COMPARATOR Gauge Block Class 00 ± ( L) µm Gauge Block Class 0 ± ( L) µm COMPARATOR Gauge Block Class 1 ± ( L) µm Inspection Equipment ± ( L) µm Gambar 2-2. Contoh bagan telusur Laporan dan sertifikat kalibrasi harus mengandung pernyataan ketelusuran dari hasil kalibrasi untuk memberikan bukti bahwa hasil kalibrasi yang dilaporkan tersebut dilakukan menggunakan standar yang nilainya tertelusur ke satuan SI memlaui standar nasioan, internationa atau mutual conten yang tepat. Pernyataan 16

13 ketelusuran dalam sertifikat tersebut dapat mengambil salah satu pernyataan berikut: 1. Bila rantai ketelusuran untuk laboraturium tertentu berasal dari Institusi Metrology Nasional (NMI) yang diakui, pernyataan tersebut dapat berupa: Hasil kalibrasi yang dilaporkan tertelusur ke satuan pengukuran SI melalui NMI. 2. Bila rantai ketelusuran untuk laboraturium tertentu berasal dari laboraturium yang diakreditasi oleh KAN, pernyataan tersebut dapat berupa: Hasil kalibrasi yang dilaporkan tertelusur ke satuan pengukuran SI melalui LK- (Nomor akreditasi)-idn. 3. Bila rantai ketertelusuran untuk laboraturion tertentu berasal dari standar tertingginya sendiri dan dikalibrasi dengan kalibrasi in-house, pernyataan tersebut dapat berupa: Hasil kalibrasi yang dilaporkan tertelusur ke satuan pengukuran SI melalui (Laboraturium yang melakukan kalibrasi terhadap standar tertinggi laboraturium) Program Kalibrasi Ulang Pada setiap alat ukur harus mempunyai tempo waktu untuk kalibrasi ulang untuk menjaga tingkat akurasi alat ukur. Program kalibrasi ulang alat ukur ditentukan oleh pemakaian alat ukur yang berdasarkan: 1. Suatu rekomendasi dari institusi metrology atau badan akreditasi. 2. Frekwensi pemakaian. 3. Akurasi alat ukur 4. Kondisi lingkungan 17

14 5. Catatan Data / Riwayat Alat. Kalibrasi ulang dianjurkan untuk tidak dicantumkan dalam serifikat kalibrasi secara efektif dan efisien sesuai yang direncanakan dan persyaratannya Perlakuan Untuk Alat Ukur Baru. Dalam sistem kalibrasi untuk alat-alat yang baru harus diatur sebelum kita melakukan regular kalibrasi. Hal-hal yang harus diperhatikan antara lain: 1. Alat ukur yang baru harus dicek terlebih dahulu oleh inspector. Pemeriksaan secara visual dimaksudkan untuk: Fungsi alat, yaitu alat dapat digunakan sesuai dengan standar Penampilan / kondisi fisik alat ukur msertifikat dan tidak ada kerusakan ataupun cacat. 2. Jika ditemukan cacat atau kerusakan alat tersebut harus dikembalikan ke pembuat 2.7 SISTEM DOKUMENTASI. Salah satu persyaratan mutlak yang dibutuhkan oleh suatu sistem kalibrasi adalah mengenai sistem dokumentasinya. Dokumen kalibrasi harus disiapkan oleh petugas kalibrasi atau asesor. Dokumentasi tersebut digunakan sebagai acuan pasti untuk penerapan sistem mutu sehingga dapat menjaga konsistensi mutu data hasil uji kalibrasi. Dengan adanya dokumen tersebut dapat dihindari pengertian ganda terhadap penerapan prosedur, metode, instruksi kerja atau adanya tumpang tindih tanggung jawab wewenang dan uraian kerja petugas kallibrasi. 18

15 Terdapat beberapa manfaat utama dari pendokumentasian sistem kalibrasi antara lain: 1. Komunikasi informasi. Dokumentasi merupakan suatu alat untuk menyalurka dan mengkomunikasikan informasi. 2. Bukti kesesuaian terhadap persyaratan-persyaratan bahwa hal-hal uang direncanakan telah secara aktual dilaksanakan. 3. Sumbangan pengetahuan, agar menyebarluaskan dan memelihara pengalaman organisasi. Misal spesifik teknis (gambar-gambar teknis) yang terdokumentasi dengan baik, akan dapat digunakan sebagai landasan untuk desain dan pengembangan produk baru. Dalam penyusunan sistem dokumentasi harus memenuhi syarat sesuai dengan standar internasional ISO antara lain: 1. Pernyataan terdokumentasi dari kebijakan kualitas dan tujuan kualitas. 2. Manual Kualitas. 3. Prosedur-prosedur terdokumentasi yang dibutuhkan Standar Internasional antara lain: Pengendalian Dokumen Pengendalian catatan Audit Internal Pengendalian Produk Non-Conformity Tindakan Korektif Tindakan Preventif 4. Dokumen-dokumen yang dibutuhkan oleh organisasi agar menjamin efektivitas perencanaan, pengoperasian dan pengendalian proses-proses. 19

16 5. Catatan yang dibutuhkan oleh standar internasional. Adapun jenis-jenis dokumen yang dipakai dalam sistem kalibrasi antara lain: 1. Master List Equipment 2. Calibration Plan 3. Calibration Record 4. Work Instruction Calibration 5. Certificate Calibration 6. Laporan Kerusakan Alat Ukur. 20

17 Gambar 2-3. Contoh certifikat kalibrasi external dari sucofindo 21

18 Gambar 2-4 Contoh laporan kalibrasi dari sucofindo 22

19 2.8 KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN. Segala sesuatu yang diciptakan manusia tidaklah sempurna. Hal ini berlaku juga untuk alat-alat ukur. Akibat ketidaksempurnaan itu, hasil pengukuran yang dilakukan dengan alat-alat itu belum tentu menunjukan nilai yang sesungguhnya. Artinya ada kemungkinan ada perbedaan atau kesalahan antara nilai yang terukur dengan nilai yang sesungguhnya. Dengan memahami kenyataan ini, maka suatu hasil pengukuran harus mencantumkan suatu perkiraan yang menggambarkan seberapa besar kesalahan yang mungkin terjadi, dalam batas-batas kemungkinan yang wajar. Nilai perkiraan ini sekaligus juga menunjukkan kualitas pengukuran (bukan kualitas barang yang diukur). Semakin kecil nilai perkiraan itu berarti semakin baik pula kualitas pengukuran. Nilai perkiraan inilah yang disebut ketidakpastian pengukuran Ketidakpastian Pengukuran dan Toleransi Karena tidak mungkin melakukan pengukuran dengan ketepatan dan ketelitian yang mutlak, maka juga tidak mungkin membuat suatu benda dengan ukuran yang tepat sama dengan spesifikasi yang diminta. Memahami kenyataan ini para perancang teknik memberikan suatu batas toleransi dalam rancanganrancangan benda produksi. Batas toleransi adalah besarnya keasalahan yang paling besar yang diperkirakan atau dianggap tidak akan mengurangi mutu produk atau mengganggu fungsinya. Artinya, jika terjadi kesalahan dalam proses produksi sehingga ukuran benda yang dibuat berbeda dengan dengan ukuran dalam rancangan, diharapkan benda itu tetap dapat berfungsi asalkan kesalahannya lebih kecil daripada toleransinya. 23

20 Contohnya, suatu mesin membutuhkan sebuah poros dengan ukuan diameter 10 mm ± 0.1 mm. Ini berarti bahwa poros yang dapat digunakan dalam mesin itu boleh mempunyai ukuran yang tidak tepat sama dengan 10 mm, asalkan tidak lebih kecil daripada 9,9 mm dan tidak lebih besar daripada 10,1 mm. Untuk memastikan bahwa sebuah poros diproduksi dengan spesifikasi seperti di atas, poros itu diperiksa untuk memastikan bahwa ukuran sesungguhnya masih berada dalam batas-batas toleransi. Artinya, poros itu harus diukur diameternya. Namun perlu diingat bahwa pengukuran itu sendiri tidak lepas dari pengaruh-pengaruh ketidakpastian. Agar hasil pemeriksaan itu tidak meragukan, perlu dipastikan bahwa nilai pengukuran dan rentang ketidakpastiannya masih berada dalam batas-batas toleransi yang diijinkan. Hal ini digambarkan dalam gambar ,2 10,15 10,1 Batas Atas 10, ,95 9,9 Batas Bawah 9, Gambar 2-5. Gambar diagram penyebaran data ketidakpastian pengukuran poros baja. [3] 24

21 Dalam gambar 5, ditunjukkan hasil pengukuran dari beberapa poros yang menurut spesifikasinya mempunyai ukuran 10 mm ±0,1 mm. Error bar pada tiaptiap hasil pengukuran menunjukkan ketidakpastian pengukurannya. Dari gambar di atas, hanya komponen no.1, 2, dan 3 saja yang secara meyakinkan akan dianggap memenuhi spesifikasi; komponen no. 9 sudah pasti diluar toleransi; sedangkan komponen yang lain-lain masih dianggap meragukan karena sebagian dari rentang ketidakpastian pengukurannya berada di luar rentang toleransi yang diijinkan Fungsi penghitungan Ketidakpastian Pengukuran. Bagian di atas menggambarkan salah satu alasan mengapa nilai ketidakpastian pengukuran harus dihitung. Alasan lain menghitung ketidakpastian pengukuran adalah untuk dapat memperhitungkan pengaruh ketidakpastian dalam suatu pengukuran, terhadap pengukuran lain yang berkaitan dengan pengukuran tersebut. Contoh yang jelas adalah dalam kalibrasinya. Sebuah kegiatan kalibrasi sendiri pada dasarnya adalah suatu kegiatan pengukuran, yang tujuannya menentukan kesalahan dalam penunjukan alat ukur. Karena alat ukur itu kemudian dipakai melakukan pengukuran, maka ketidakpastian dalam kalibrasi akan berpengaruh pula terhadap ketidakpastian pengukuran yang menggunakan alat ukur itu. Disamping alasan-alasan tersebut diatas, secara ringkas dapat dikatakan bahwa nilai ketidakpastianpengukuran menunjukan kualitas suatu kegiatan 25

22 pengukuran, yang mencakup alat ukur, cara pengukurn dan pelaku pengukurannya Panduan Mengenai Perhitungan ketidakpastian pengukuran. Bermacam-macam metode untuk menghitung ketidakpastian pengukuran telah dibuat oleh berbagai lembaga dan kalangan, namun yang digunakan sebagai acauan internasional adalah dokoment yang dikeluarkan oleh organisasi Standarisasi Internasional (ISO). Dokument ini berjudul Guide of the expression of uncertainty in Measurement, yang selanjutnya disingkat ISO GUM. Sesuai dengan namanya, sesungguhnya dokument ini bukanlah dokument baku (standar) yang bersifat mengikat, melainkan hanya sebuah panduan. Artinya secara de jure dokumen ini bukanlah dokument standar. Namun secara de facto, document ini telah diadopsi oleh banyak negara dan organisasi standar, sehingga bisa juga dianggap sebagai sebuah standar Sumber-sumber Ketidakpastian Pengukuran Ketidakpastian dalam hasil pengukuran merupakan gabungan dari unsure-unsur ketidakpastian yang disumbangkan oleh komponen-komponen dalam system pengukuran itu. Secara garis besar komponen-konponen pengukuran tersebut dapat dibagi menjadi beberapa kelompok dibawah ini: Standar atau acuan Standar atau acuan sebagai pembanding alat yang dikalibrasi atau diuji memiliki ketidakpastian sendiri. Karena suatu standar harus telah dikalibrasi, maka ketidakpastiannya dapat ditelusuri dari sertifikat kalibrasi. Perlu diingat 26

23 bahwa standar primer yang dijadikan acuanpun memiliki ketidakpastian pengukuran. Benda Ukur / objek yang diukur Besaran ukur merupakan suatu karakterisik benda ukur yang ingin diketahui. Tingkat ketelitian penentuan besaran ukur dengan demikian bergantung sekali pada mutu benda ukurnya. Sebagai contoh, ketelitian pengukuran kerataan balok ukur (block gauge) ditentukan oleh finishing permukaan itu. Mutu benda ukur yang sedang-sedang saja akan memberikan hasil pengukuran yang sedang-sedang juga, meskipun digunakan peralatan pengukuran yang terbaik. Peralatan Cara pemakaian alat bisa mengubah nilai besaran ukur. Alat-alt ukur listrik misalnya, menarik energi dari rangkaian yang diukurnya sehingga membebani rangkaian itu dan menimbulkan kesalahan sistematis. Contoh lain, deformasi elastic yang terjadi ketika micrometer digunakan untuk mengukur panjang. Gejala-gejala itu mungkin dapat diukur atau ditaksir sehingga koreksinya bias diberikan, tetapi sebagian kecil dari kesalahannya tetap saja tidak bisa ditentukan sehingga menjadi sebuah komponen ketidakpastian hasil pengukuran. Metode Tidak jarang terdapat lebih dari satu metode untuk mengukur suatu besaran. Metode nol atau metode tak-kontak disarankan digunakan jika alat ukur bisa mempengaruhi besaran ukur. Metode yang menghitung perbedaan nilai-nilai yang besar tetapi berdekatan sebaiknya dihindari karena kesalahan kecil pada bilangan-bilangan besar itu akan besar untuk nilai perbedaan itu. Beberapa 27

24 metode sesunggunya mengukur besaran ukur yang sedikit berbeda karena perubahan kecil dalam definisi besaran ukur itu jika metodenya berbeda. Sebagai contoh, kedudukan permukaan balok ukur ketika dukur dengan cahaya sebetulnya berbeda dengan ketika diukur denga probe mekanik. Pendekatan dan asumsi yang terkandung dalam metode pengukuran dan pengambilan contoh (sampling) yang kurang mewakili adalah juga sumbersumber ketidakpastian. Lingkungan Lingkungan pengukuran merupakan sumber besaran-besaran berpengaruh yang paling umum. Parameter yang paling berpaengaruh adalah suhu, karena hampir setiap besaran ukur dipengaruhi oleh suhu, walaupun dalam keadaan yang paling umum hal ini sangat kecil pengaruhnya. Personil atau pelaku pengukuran Orang yang melaksanakan pengukuran jelas bisa menjadi sumber ketidakpastian pengukuran. Sumber ini mencakup kesalahan pembacaan skala, pengesetan titik nol dan juga panas yang dikeluarkan tubuh Dua Jenis Ketidakpastian pengukuran ISO Guide mendefinisikn dua jenis atau katagori komponen ketidakpastia, Tipe A dan Tipe B yang dibedakan menurut metode evaluasinya. a. Ketidakpastian pengukuran Tipe A Dievaluasi dengan menggunakan metode statistik yang baku untuk menganalisis satu himpunan atau sejumlah himpunan pengukuran dan mencakup jenis kesalahan yang disebut kesalahan-kesalahan acak. Kesalahan- 28

25 kesalahan ini dicirikan oleh taksiran variansi atau simpangan baku, nilai ratarata dan derajat kebebasan. Yang digolongkan kedalam tipe A adalah ketidakpastian yang tampak sebagai sebaran nilai-nilai pengukuran (measurement scatter), yaitu nilai-nilai yang dihasilkan dengan melakukan pengukuran secara berulang-ulang. b. Ketidakpastian pengukuran Tipe B Dievaluasi dengan cara selain analisis statistik pada sejumlah pengamatan. Ketidakpastian ini mencakup kesalahan yang disebut kesalahan-kesalahan sistematik. Dalam mengevalusainya, perlu dicari besaran yang dapat diambil sebagai variansi (keberadaannya diasumsikan). Kesalahan-kesalahan ini dicirikan oleh taksiran variansi atau simpangan baku, nilai rata-rata (yang mungkin nol) dan derajat kebebasan. Evaluasi tipe B diperlukan antara lain dalam kasus-kasus atau untuk sumbersumber kesalahan-kesalah sebagai berikut: Menaksir sebaran pengukuran jika pengukuran hanya dilakukan satu kali (tidak dilakukan berulang) Resolusi pembacaan alat Histeresis Batas kepresisian aritmetik dan pembulatan angka pada nilai yang dilaporkan Koreksi residual, misalnya karena suhu atau pengaruh lingkungan lainnya. Koreksi kecil yang tidak ditetapkan Pengaruh metode pengukuran 29

26 Ketidakpastian kalibrasi alat ukur Menghitung Ketidakpastian pengukuran. Metode penghitungan ketidakpastian yang diuraikan dalam ISO Guide mencakup langkah-langkah yang memerlukan pemahaman yang seksama. Namun untuk penerapan dalam pengukuran yang sederahana, langkah-langkah untuk menghitung ketidakpastian pengukuran dapat disederhanakan sebagai berikut: 1. Kenali faktor-faktor yang berkontribusi pada ketidakpastian 2. Buat model matematik pengukuran 3. Cari ketidakpastian baku masing-masing komponen 4. Hitung ketidakpastian baku gabungan 5. Hitung ketidakpastian terentang dengan menggunakan factor cakupan Faktor-faktor yang berkontribusi pada ketidakpatian Sebagaimana diuraikan sebelumnya, ada beberapa elemen dalam suatu kegiatan pengukuran ataupun kalibrasi yang masing-masing menimbulkan ketidakpastin pada hasil pengukuran atau kalibrasinya pula. Setiap elemen mempunyai ketidakpastian, namun besarnya berbeda-beda. Ada elemen-elemen tertentu yang pengaruhnya kecil sedangkan beberapa elemen lainnya menimbulkan ketidakpastian yang cukup berpengaruh. Dalam kegiatan pengukuran pada umumnya, elemen-elemen yang paling berpengaruh adalah: Ketidakpastian akibat resolusi alat ukur (baik analog maupun digital) 30

27 Ketidakpastian hasil kalibrasi alat ukur (atau standard) Sebaran nilai-nilai pengukuran yang dilakukan berulang-ulang. Untuk kalibrasi, bilamana ada ditambah: ketidakpastian akibat resolusi standard Model Matematis Pengukuran. Sebuah model matematis adalah suatu persamaan yang menunjukan hubungan antara input dan output. Yang dimaksud dengan input disini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran, sedangkan outputnya adalah nilai pengukuran itu sendiri. Sebuah pengukuran yang paling sederhana mempunyai model matematis seperti dibawah ini: Nilai pengukuran = penunjukan alat + Koreksi alat ukur Contohnya: Dalam pengukuran panjang sebuah balok logam dengan menggunakan jangka sorong, model matematis diatas dapat diterjemahkan sebagai: Panjang balok = penunjukan jangka sorong + koreksi jangka sorong Atau dengan symbol: L=R+K (2-1) Dua suku dalam persamaan diatas, yaitu R dan K masing-masing mempunyai ketidakpastian. R atau pembacaan alat mempunyai ketidakpastian akibat resolusi alat ukur yang terbatas. Selain itu, nilai R sendiri mempunyai sebaran yang dapat diamati dengan melakukan pengukuran berulang. Untuk K 31

28 atau koreksi alat ukur, nilainya ditentukan dalam kalibrasi yang mempuyai ketidakpastian juga. Nilai ketidakpatian untuk K dapat dilihat dari sertifikat kalibrasinya. Nilai koreksi alat ukur itu ditentukan dalam kalibrasi yang telah dilakukan sebelumnya. Untuk kalibrasinya sendiri, model matematisnya mirip namun agak berbeda, yaitu: (Kesalahan alat / eror) = (Penunjukan alat) (penunjukan standard) E = R S... (2-2) Karena koreksi adalah lawan dari kesalahan atau eror, maka untuk menghitung koreksi alat yang dikalibrasi persamaanya menjadi K = S R. (2-3) Model-model matematis yang ditampilkan diatas adalah model yang paling sederhana yang meng-ansumsikan tidak adanya pengaruh-pengaruh external. Jika pengaruh-pengaruh itu diperhitungkan, mak model matematisnya perlu diubah. Sebagai contoh: Dalam pengukuran panjang balok dengan jangka sorong diandaikan bahwa pengukuran dilakukan pada suhu yang lebih tinggi daripada suhu nominal (yaitu 20 C). Akibat perbedaan suhu sebesar T maka penunjukan jangka sorong (R T ) berbeda dengan penunjukan nominalnya, yaitu: RT = R (1+αT).. (2.4) Maka persamaan diatas berubah menjadi: L = R (1+αT) + K. (2-5) Dalam persamaan yang baru ini ada dua unsur tambahan yang menjadi input yaitu α dan T. Masing-masing mempunyai ketidakpastian yang juga memperbesar nilai ketidakpastian keseluruhannya. 32

29 2.8.9 Ketidakpastian Baku. Ketidakpastian baku adalah suatu nilai yang menggambarkan besarnya rentang ketidakpastian dari setiap komponen ketidakpastian. Istilah Ketidakpastian baku mempunyai hubungan atau beranalogi dengan simpangan baku yang merupakan parameter statistik yang telah dikenal luas. Ketidakpastian baku yang paling sederhana dilambangkan dengan simbol u 1. Ketidakpastian baku dihitung dengan rumus-rumus tertentu, tergantung dari sifat tiap-tiap komponen ketidakpastian. Cara untuk menentukan nilai ketidakpastianbaku yang paling sederhana dirangkum dibawah ini: a. Dari pengukuran berulang. s u =.. (2-6) n Dimana: s= Simpangan Baku; n = Banyaknya Sample. b. Dari resolusi alat: a u =..... (2-7) 3 Dimana: a = Setengah dari resolusi terkecil yang dapat dibaca c. Dari sertifikat kalibrasi: U95 u =..... (2-8) 2 Dimana U95 = Nilai ketidakpastian pada tingkat kepercayaan 95% yang dicantumkan pada sertifikat. 33

30 Ketidakpastian baku gabungan Ketidakpastian pengukuran secara keseluruhan adalah gabungan dari nilai-nilai ketidakpastian baku tiap-tiap komponen, yang digabungkan dengan rumus berikut: u c = u +. (2-9) u2 u3 Ketidakpastian baku gabungan yang dihitung dengan rumus di atas masih setara dengan simpangan baku. Yaitu, hanya sebagai parameter statistik yang menggambarkan penyebaran nilai-nilai yang mencakup nilai pengukuran yang sesungguhnya, namun tidak menunjukan batas-batas mutlak penyebaran itu. Agar informasi mengenai ketidakpastian itu lebih berguna, maka ketidakpastian itu perlu dinyatakan sebagai suatu rentang yang mencakup 95% dari nilai-nilai yang mungkin. Inilah yang disebut sebagai ketidakpastian terentang. Mengapa digunakan rentang 95%? Alasannya adalah bahwa 95% adalah suatu pangsa yang cukup besar, yang mendekati keseluruhan (100%). Selain itu, bilangan 95% sudah diterima secara luas sebagai pendekatan untuk cakupan 100%. Lalu mengapa tidak digunakan cakupan 100%? Sebabnya adalah, nilai-nilai tersebut sesungguhnya tersebar dalam rentangan yang tidak terhingga batasnya. Simpangan baku dari sekumpulan nilai (yang jumlahnya tak terhingga) adalah suatu rentang yang mencakup 68% dari keseluruhan kumpulan itu. Karena ketidakpastian baku (gabungan) beranalogi dengan simpangan baku, maka ketidakpastian baku juga dianggap mencakup 68% dari kumpulan hasilhasil pengukuran yang mungkin ada. 34

31 Untuk menetukan besarnya rentangan yang mencakup 95% dari nilai-nilai yang mungkin ada, nilai ketidakpastian baku gabungan harus dikalikan dengan suatu faktor cakupan. Jadi, Ketidakpastian terentang = Ketidakpastian gabungan x faktor cakupan Nilai faktor cakupan yang akurat didapatkan dari suatu fungsi statistik yang disebut faktor-t Student. Faktor-t ini merupakan fungsi dari derajat kebebasan, yang juga merupakan suatu parameter statistik. Namun untuk penghitungan ketidakpastian yang disederhanakan, suatu nilai pendekatan dapat digunakan sebagai faktor cakupan itu. Nilai faktor cakupan yang dapat digunakan sebagai pendekatan adalah 2. Jadi, hasil akhir perhitungan ketidakpastian pengukuran (yang disederhanakan) adalah U 95 = U c x 2 (2-10) Contoh Soal Ketidak pastian Pengukuran Dimensional: Sebuah batang baja akan diukur untuk menentukan apakah batang itu memenuhi spesifikasi pembuatan. Untuk memastikan bahwa batang dengan ukuran mendekati batas toleransi tidak lolos, ketidakpastian pengukuran diameternya harus diperkirakan. Diameter batang itu diukur dengan micrometer digital pada lima tempat di sepanjang batang, dan diperoleh hasil berikut (dalam mm) 35

32 Gambar 2-6. Contoh metode pengukuran baja poros menggunakan micrometer Tabel 2-1 Hasil pengukuran baja poros Posisi Pengukuran Hasil Pengukuran (mm) Model pengukurannya: besaran ukur adalah rata-rata dari diameter yang terukur, ditambah koreksi dari micrometer. Sekarang mari perhatikan komponen-komponen ketidakpastiannya. Pertama, ada variasi pada diameter yang terukur. Batang itu mungkin tidak bundar sempurna, atau diameternya bervariasi disepanjangnya. Micrometer tidak sempurna dan oleh karenanya pasti ikut menimbulkan kesalahan. Karena alat itu adalah alat digital, maka paralaks dan interpolasi skala tidak berlaku. Sertifikat 36

33 kalibrasinya menyatakan bahwa nilai koreksinya nol, namun ketidakpastian koreksi itu adalah 4 µm pada tingkat kepercayaaan 95%. Dari pengalaman, dapat dikatakan bahwa pengaruh dari faktor-faktor lingkungan dapat diabaikan jika pengukuran dilakukan dilakukan terhadap baja. (Dapat dibuktikan bahwa dalam kondisi extrim-pun, ketidakpastian akibat pengaruh suhu dapat diharapkan tidak melebihi ± 0.3µm). Micrometer mempunyai mekanisme untuk menjaga gaya ukur yang konstan, sehingga pengaruh operator dapat diminimalkan. Resolusi micrometer itu adalah 1 µm, dan ini akan diperhitungkan. Diasumsikan bahwa tidak ada lagi sumber-sumber ketidakpastian lainnya, jadi perhitungan dapat dimulai. Pengukuran dilakukan berulang, sehingga evaluasi tipe A dapat dilakuan pada variasi diameter. Dengan kalkulator dapat dihitung bahwa: - Rata-rata pembacaan diameter adalah mm dengan koreksi nol - Simpangan baku pada nilai yang terukur adalah mm Jadi, komponen ketidakpastian yang pertama dapat dituliskan: s u 1 = = = mm n 5 Ingat, angka-angka dibelakang koma sebaiknya dipertahankan hinggaa hasil akhir dicapai, untuk mencegah kesalahan akibat pembulatan. Suku berikutnya datang dari sertifikat kalibrasi. Jika ketidakpastian terentang dari koreksi tidak diiringi dengan faktor cakupannya, dapat diasumsikan bahwa fakto itu adalah 2. Ketidakpastian baku didapat dari ketidakpastian terentang dibagi faktor cakupan, atau: 37

34 4 u2 = = 2.00 µm atau mm 2 Suku ketiga adalah resolusi alat. Asumsinya adalah bahwa nilai pembacaan mungkin mempunyai kesalahan sampai sebesar setengah dari resolusi, yaitu ± 0.5µm atau mm. Dengan asumsi sebesaran persegi, maka rentang paruhnya adalah a= mm jadi: a u 3 = = = mm 3 3 Dengan rumus RSS dan dengan koefisien sensitivitas masing-masing 1, ketidakpastian gabungan dapat dihitung: 2 2 u c = u1 + u 2 + u 3 = Ketidakpastian terentang dihitung dengan faktor cakupan = 2, jadi: U = mm Yang dapat dibulatkan menjadi = mm atau mm. Kesimpulan: Diameter batang adalah = mm Dengan ketidakpastian = ± mm Dengan tingkat kepercayaan kira-kira = 95% 38

35 Catatan: Model yang dibuat bukanlah model matematis yang formal, selain daripada pernyataan bahwa: besaran ukurnya adalah rata-rata dari diameter yang terukur plus koreksi micrometer. Walaupun tidak perlu menulis rumus matematis untuk kasus sederhana seperti ini, pendekatan seperti ini belum tentu dapat diterapkan pada semua keadaan pengukuran. Sumber-sumber ketidakpastian telah diuraikan (yaitu, kata-kata yang digarisbawahi), namun tidak semuanya diikutsertakan dalam perhitungan, karena pengalaman atau pertimbangan saat itu menegaskan bahwa itu tidak perlu. Koefisien sensitivitas diperoleh dari analisis logis. Semua nilai ketidakpastian diubah kedalam mm, yaitu satuan dari besaran ukurnya, sehingga koefisien sensitifitasnya semua adalah = 1. Apakah batang itu lolos atau tidak, tergantung pada toleransi yang diberikan. 39

36 Aplikasi Produk. Terminal Insulate merupakan suatu produk yang dihasilkan oleh PT. JST Indonesia, yang fungsinya digunakan sebagai electrical connector pada komponen Otomotif dan sistem kereta listrik. Flow proses-nya sendiri digambarkan seperti flow proses dibawah ini: Stamping Degreasing Brazing Plating Inspection Packing / Delivery Gambar 2-7. Bagan Flow proses produksi Terminal Insulate Pada flow proses diatas dijelaskan alur proses awal produksi produk Terminal Insulate, pada proses setelah plating, Produk Terminal insulate harus dilakukan pengeringan dan pemanasan sampai mencapai suhu 180 C untuk agar kondisi produk lebih lunak dengan menggunakan Dryer Oven Mesin berkapasitas 1.9 m 3, 15Kw dengan range maksimum temperature mencapai 700 C. 40

37 Gambar 2-8. Gambar Dryer Oven Mesin Gambar 2-9 Penempatan produk di Oven Gambar 2-10 Penempatan produk di rak oven 41

38 Dryer Oven Mesin dengan Merk PT.USM dari Supplier NAKAGAWA CHEMICHAL EQUIPMENT CO.,LTD merupakan oven temperature tinggi dan yang memiliki 8 (delapan) langkah (segmen) dalam 1 (satu) program yaitu 4 (empat) kali kenaikan/penurunan suhu (ramp by time) dan 4 (empat) kali penahanan suhu (dwell). Maksimum 1 (satu) kali proses ramp by time adalah 100 C/menit dari suhu 25 hingga 1500 C dan laju kenaikannya adalah 15 C /menit. Untuk mengetahui kinerja Dryer Oven Mesin maka perlu dilakukan kalibrasi. Oleh karena suhu pengeringan 200 sampai 400 C, sehingga kalibrasi Dryer Oven Mesin dilakukan pada suhu 200, 400 dan 600 C. Kalibrasi adalah serangkaian kegiatan penyesuaian unjuk kerja peralatan terhadap standar yang dapat ditelusuri pada standar nasional/internasional. Peralatan standar yang digunakan untuk mengkalibrasi adalah Digital Multithermometer dan termokopel tipe K merk ISOTECH yang merupakan standar turunan tertelusur ke Standar Internasional (SI) melalui laboratorium kalibrasi PT. PLN Indonesia dan Balai Besar Kimia dan Kemasan Departement Perindustrian dengan no.sertifikat : BTND.002B/10.10 (untuk Digital Multithermometer) dan no sertifikat: CF 01 / J0327 / KAL / 08 (untuk Termokopel). 42

PENENTUAN NILAI KETIDAKPASTIAN HASIL KALIBRASI DRYER OVEN MESIN SKRIPSI. Oleh: ARIE MULYA NUGRAHA

PENENTUAN NILAI KETIDAKPASTIAN HASIL KALIBRASI DRYER OVEN MESIN SKRIPSI. Oleh: ARIE MULYA NUGRAHA PENENTUAN NILAI KETIDAKPASTIAN HASIL KALIBRASI DRYER OVEN MESIN SKRIPSI Oleh: ARIE MULYA NUGRAHA 41306120011 PROGRAM STUDY TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA 2010 PENENTUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Metrologi adalah ilmu pengetahuan tentang ukur-mengukur (pengukuran). Pengukuran terjadi sejak manusia lahir sampai meninggal. Hal ini membuktikan bahwa seluruh fase

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alat ukur suhu yang berupa termometer digital.

BAB I PENDAHULUAN. alat ukur suhu yang berupa termometer digital. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Engineer tidak dapat dipisahkan dengan penggunaan alat ukur. Akurasi pembacaan alat ukur tersebut sangat vital di dalam dunia keteknikan karena akibat dari error yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil pengukuran yang diberikan oleh beberapa alat sejenis tidak selalu menunjukkan hasil yang sama, meskipun alat tersebut mempunyai tipe yang sama. Perbedaan ini

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1 PENGOLAHAN DATA PENGKRAN Dari hasil pengukuran oven diperoleh data sebagai berikut: Tabel 4.1 Data hasil kalibrasi Dryer Oven Mesin Setting Suhu ( ) 00 400 600 Nilai Titik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 TATA KERJA KALIBRASI Tata kerja dari pelaksanaan kalibrasi Dryer Oven dijelaskan pada bagan dibawah ini: Penentuan alat kalibrasi (Master) Penentuan Metode kalibrasi Metode

Lebih terperinci

Tera dan Kalibrasi. dr. Naila Amalia

Tera dan Kalibrasi. dr. Naila Amalia Tera dan Kalibrasi dr. Naila Amalia 1. Pendahuluan Dewasa ini kebenaran hasil ukur sudah menjadi kebutuhan terutama di bidang pengawasan dan pengendalian mutu. Meskipun sebagian masyarakat masih menganggap

Lebih terperinci

DTG 2M3 - ALAT UKUR DAN PENGUKURAN TELEKOMUNIKASI

DTG 2M3 - ALAT UKUR DAN PENGUKURAN TELEKOMUNIKASI DTG 2M3 - ALAT UKUR DAN PENGUKURAN TELEKOMUNIKASI By : Dwi Andi Nurmantris PENDAHULUAN PENGUKURAN PENGERTIAN PENGUKURAN Pengukuran dapat didefinisikan sebagai suatu proses pemberian angka atau label terhadap

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMBAHASAN

BAB V ANALISA PEMBAHASAN BAB V ANALISA PEMBAHASAN Proses pengontrolan peralatan ukur dan pantau (Control of Monitoring and Measuring Device Elemen ISO7.6 ISO 9001 2008) di PT Torabika Eka Semesta dilakukan dengan tujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I. PENGUKURAN. Kompetensi : Mengukur besaran fisika (massa, panjang, dan waktu) Pengalaman Belajar :

BAB I. PENGUKURAN. Kompetensi : Mengukur besaran fisika (massa, panjang, dan waktu) Pengalaman Belajar : BAB I. PENGUKURAN Kompetensi : Mengukur besaran fisika (massa, panjang, dan waktu) Pengalaman Belajar : Memahami peta konsep tentang besaran fisika, Mengenal besaran pokok dan satuan standar besaran pokok

Lebih terperinci

Pengukuran Teknik Tri Mulyanto. Bab 1 PENDAHULUAN

Pengukuran Teknik Tri Mulyanto. Bab 1 PENDAHULUAN Bab 1 PENDAHULUAN Produk suatu pemesinan akan mempunyai kualitas geometrik tertentu. Dimana kualitas yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh pengendalian mutu dan proses produksi. Mutu yang baik tidak

Lebih terperinci

EVALUASI NILAI VARIANCE UNTUK MENGHITUNG KOMPONEN KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN DIMENSI TIPE B DARI SUATU DISTRIBUSI RECTANGULAR DAN TRAPEZOIDAL

EVALUASI NILAI VARIANCE UNTUK MENGHITUNG KOMPONEN KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN DIMENSI TIPE B DARI SUATU DISTRIBUSI RECTANGULAR DAN TRAPEZOIDAL EVALUASI NILAI VARIANCE UNTUK MENGHITUNG KOMPONEN KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN DIMENSI TIPE B DARI SUATU DISTRIBUSI RECTANGULAR DAN TRAPEZOIDAL Joko Riyono Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas

Lebih terperinci

BESARAN DAN PENGUKURAN

BESARAN DAN PENGUKURAN A. BESARAN DAN SATUAN adalah sesuatu yang dapat diukur dan dapat dinyatakan dengan bilangan dan satuan. Satuan adalah sesuatu yang menyatakan ukuran suatu besaran yang diikuti bilangan. dalam fisika terbagi

Lebih terperinci

Oleh Ir. Najamudin, MT Dosen Universitas Bandar Lampung

Oleh Ir. Najamudin, MT Dosen Universitas Bandar Lampung Pengukuran Teknik, Oleh Ir. Najamudin, MT Dosen Teknik Mesin UBL KONSEP DASAR PENGUKURAN TEKNIK Oleh Ir. Najamudin, MT Dosen Universitas Bandar Lampung 1.1 Pengukuran ( measurement ) Pengukuran adalah

Lebih terperinci

RIWAYAT REVISI /09/2016 Penerbitan Pertama MT MM /10/2016 Perubahan format IK. MT MM

RIWAYAT REVISI /09/2016 Penerbitan Pertama MT MM /10/2016 Perubahan format IK. MT MM Dibuat Oleh : INSTRUKSI KERJA Halaman 1 dari 9 Diperiksa Oleh : (Manajer Teknis ) ( Manajer Mutu ) RIWAYAT REVISI No Revisi Ke Tanggal Revisi Revisi/ Perubahan Direvisi Oleh Disahkan Oleh 1 00 08/09/2016

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN : Pertama / 2 x 45 menit : Ceramah dan praktik o Menyiapkan instrumen secara tepat serta melakukan pengukuran dengan benar berkaitan dengan besaran pokok panjang, massa, waktu, dengan mempertimbangkan

Lebih terperinci

Pensil adalah sesuatu yang diukur panjangnya. Contoh : Panjang pensil 5 cm. 5 adalah nilai besaran panjang dari pensil

Pensil adalah sesuatu yang diukur panjangnya. Contoh : Panjang pensil 5 cm. 5 adalah nilai besaran panjang dari pensil 1. Pengukuran dan Besaran a. Mengukur adalah mebandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain yang yang ditetapkan sebagai satuan Contoh : Mengukur panjang pensil dengan menggunakan penggaris Pensil adalah

Lebih terperinci

BAB I BESARAN DAN SATUAN

BAB I BESARAN DAN SATUAN BAB I BESARAN DAN SATUAN A. STANDAR KOMPETENSI :. Menerapkan konsep besaran fisika, menuliskan dan menyatakannya dalam satuan dengan baik dan benar (meliputi lambang, nilai dan satuan). B. Kompetensi Dasar

Lebih terperinci

Standar Kompetensi Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya Kompetensi Dasar A. Mengukur Besaran Fisika B. Melakukan Penjumlahan Vektor

Standar Kompetensi Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya Kompetensi Dasar A. Mengukur Besaran Fisika B. Melakukan Penjumlahan Vektor Standar Kompetensi Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya Kompetensi Dasar A. Mengukur Besaran Fisika B. Melakukan Penjumlahan ektor BESARAN dan SATUAN Pengukuran besaran-besaran Fisis Fisika

Lebih terperinci

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor. 7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PENGUKRAN. Primary sensing element Variable conversion element Data presentation element

KONSEP DASAR PENGUKRAN. Primary sensing element Variable conversion element Data presentation element KONSEP DASAR PENGUKRAN Primary sensing element Variable conversion element Data presentation element PRIMARY SENSING ELEMENT Elemen pengindraan Utama adalah Tranduser. Tranduser adalah sebuah alat yang

Lebih terperinci

PE P NGE G NDAL A I L A I N MUTU TELE L KOMUNIK I ASI 3. Dasar Pengukuran

PE P NGE G NDAL A I L A I N MUTU TELE L KOMUNIK I ASI 3. Dasar Pengukuran PENGENDALIAN MUTU TELEKOMUNIKASI 3. Dasar Pengukuran Pengukuran Pengertian Pengukuran Pengukuran dapat didefinisikan sebagai suatu proses pemberian angka atau label terhadap atribut dengan aturan-aturan

Lebih terperinci

FISIKA. Kelas X PENGUKURAN K-13. A. BESARAN, SATUAN, DAN DIMENSI a. Besaran

FISIKA. Kelas X PENGUKURAN K-13. A. BESARAN, SATUAN, DAN DIMENSI a. Besaran K-13 Kelas X FISIKA PENGUKURAN TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan. 1. Memahami definisi besaran dan jenisnya. 2. Memahami sistem satuan dan dimensi besaran.

Lebih terperinci

Besaran dan Pengukuran Rudi Susanto,M.Si

Besaran dan Pengukuran Rudi Susanto,M.Si Besaran dan Pengukuran Rudi Susanto,M.Si Materi Besaran Fisika Pengukuran dan Satuan Satuan Sistem Internasional Penetapan Nilai Satuan SI untuk Besaran Pokok Awalan Satuan Konversi Satuan Pengukuran Pengukuran

Lebih terperinci

Materi Konsep dasar & istilah dalam Angka-angka Jenis-jenis kesalahan berdasarkan penyebabnya

Materi Konsep dasar & istilah dalam Angka-angka Jenis-jenis kesalahan berdasarkan penyebabnya BAB 1. PENGUKURAN & KESALAHAN By Aksan,ST,MT Teknik Listrik PNUP Materi : @. Konsep dasar & istilah dalam pengukuran @. Angka-angka penting @. Jenis-jenis kesalahan berdasarkan penyebabnya @. Jenis-jenis

Lebih terperinci

KALIBRASI JANGKA SORONG JAM UKUR (DIAL CALLIPER)

KALIBRASI JANGKA SORONG JAM UKUR (DIAL CALLIPER) KALIBRASI JANGKA SORONG JAM UKUR (DIAL CALLIPER) DENGAN MENGGUNAKAN METODE STANDAR JIS B 7507 1993 DI LABORATORIUM PENGUKURAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS RIAU Zulfebri 1, Dodi Sofyan Arief 2 1 Mahasiswa Jurusan

Lebih terperinci

Besaran merupakan segala sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka, misalnya panjang, massa, waktu, luas, berat, volume, kecepatan, dll.

Besaran merupakan segala sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka, misalnya panjang, massa, waktu, luas, berat, volume, kecepatan, dll. Besaran merupakan segala sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka, misalnya panjang, massa, waktu, luas, berat, volume, kecepatan, dll. Besaran dibagi menjadi dua yaitu besaran pokok dan besaran

Lebih terperinci

Pengukuran Besaran Fisika

Pengukuran Besaran Fisika Pengukuran Besaran Fisika Seseorang melakukan pengukuran artinya orang itu membandingkan sesuatu dengan suatu acuan. Sehingga mengukur didefinisikan sebagai kegiatan membandingkan sesuatu yang diukur dengan

Lebih terperinci

Gambar 1.6. Diagram Blok Sistem Pengaturan Digital

Gambar 1.6. Diagram Blok Sistem Pengaturan Digital Gambar 1.6. Diagram Blok Sistem Pengaturan Digital 10 Bab II Sensor 11 2.1. Pendahuluan Sesuai dengan banyaknya jenis pengaturan, maka sensor jenisnya sangat banyak sesuai dengan besaran fisik yang diukurnya

Lebih terperinci

TEORI KETIDAKPASTIAN PADA PENGUKURAN

TEORI KETIDAKPASTIAN PADA PENGUKURAN I. PENDAHULUAN TEORI KETIDAKPASTIAN PADA PENGUKURAN Di dalam percobaan Fisika hasil-hasil yang diperoleh biasanya tidak dapat diterima begitu saja sebab hasil percobaan tersebut harus dipertanggungjawabkan

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Kalibrasi Alat Ukur Tekanan Rendah

Rancang Bangun Sistem Kalibrasi Alat Ukur Tekanan Rendah Rancang Bangun Sistem Kalibrasi Alat Ukur Tekanan Rendah Sugeng Hariyadi 1, Fitria Hidayanti 1, Sunartoto Gunadi 1 1 Program Studi Teknik Fisika, Fakultas Teknik dan Sains, Universitas Nasional, Jakarta

Lebih terperinci

Oleh: Nurul Yahady Tahir Mide Penera Tingkat Terampil

Oleh: Nurul Yahady Tahir Mide Penera Tingkat Terampil Oleh: Nurul Yahady Tahir Mide Penera Tingkat Terampil Latar Belakang Jangka sorong merupakan alat ukur yang banyak digunakan dalam berbagai industri baik industri kecil ataupun industri besar. Kebenaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaminan mutu merupakan bagian dari manajemen mutu yang difokuskan pada pemberian keyakinan bahwa persyaratan mutu akan dipenuhi. Secara teknis jaminan mutu pengujian

Lebih terperinci

Pendahuluan. Angka penting dan Pengolahan data

Pendahuluan. Angka penting dan Pengolahan data Angka penting dan Pengolahan data Pendahuluan Pengamatan merupakan hal yang penting dan biasa dilakukan dalam proses pembelajaran. Seperti ilmu pengetahuan lain, fisika berdasar pada pengamatan eksperimen

Lebih terperinci

PENGANTAR ALAT UKUR. Bab PENDAHULUAN

PENGANTAR ALAT UKUR. Bab PENDAHULUAN Bab 1 PENGANTAR ALAT UKUR 1-1 PENDAHULUAN Dalam Pengukuran pada umumnya dibutuhkan instrumen sebagai suatu cara fisis untuk menentukan suatu besaran atau variabel. Instrumen tersebut membantu kita untuk

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 9 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Dengan semakin berkembangnya teknologi saat ini dan perkembangan itu meliputi para pelaku usaha didunia industri untuk membuat produk yang lebih modern dan ramah lingkungan.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT PEMBANDING TERMOMETER

BAB III PERANCANGAN ALAT PEMBANDING TERMOMETER BAB III PERACAGA ALAT PEMBADIG TERMOMETER 3.1 Definisi Alat Pembanding Termometer Alat pembanding termometer adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengukur tingkat akurasi termometer (sensor suhu) dengan

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN IPA BAB I SATUAN DAN PENGUKURAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN IPA BAB I SATUAN DAN PENGUKURAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN IPA BAB I SATUAN DAN PENGUKURAN Dr. RAMLAWATI, M.Si. Drs. H. HAMKA L., M.S. SITTI SAENAB, S.Pd., M.Pd. SITTI RAHMA YUNUS, S.Pd., M.Pd. KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENGUJIAN, KALIBRASI PERALATAN KESEHATAN

PENGUJIAN, KALIBRASI PERALATAN KESEHATAN PENGUJIAN, KALIBRASI PERALATAN KESEHATAN disampaikan pada : WORKSHOP VALIDASI DATA ASPAK DINKES PROPINSI SUL-SEL Makassar, 20 Perbruari 2018 herwin.bpfkmks@gmail.com Peraturan Terkait UU NO. 36 TAHUN 2009

Lebih terperinci

Verifikasi Standar Massa. Diklat Penera Tingkat Ahli 2011

Verifikasi Standar Massa. Diklat Penera Tingkat Ahli 2011 Verifikasi Standar Massa Diklat Penera Tingkat Ahli 2011 Indikator Keberhasilan Peserta diharapkan dapat menerapkan pengelolaan laboratorium massa dan metode verifikasi standar massa Agenda Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I BESARAN SATUAN DAN ANGKA PENTING

BAB I BESARAN SATUAN DAN ANGKA PENTING SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN FISIKA BAB I BESARAN SATUAN DAN ANGKA PENTING Prof. Dr. Susilo, M.S KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

BAB II DEFINISI DAN SATUAN. Tujuan Pembelajaran : Menyebutkan satuan dan symbol kelistrikan menurut system satuan International

BAB II DEFINISI DAN SATUAN. Tujuan Pembelajaran : Menyebutkan satuan dan symbol kelistrikan menurut system satuan International BAB II DEFINISI DAN SATUAN Tujuan Pembelajaran : Menyebutkan satuan dan symbol kelistrikan menurut system satuan International Beberapa satuan dasar kelistrikan dalam system satuan International. DAFTAR

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II HUKUM OHM

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II HUKUM OHM LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II HUKUM OHM Oleh Nama NPM Semester : Yestri Hidayati : A1E011062 : II. B Tanggal Praktikum : Jum at, 06 April 2012 UNIVERSITAS BENGKULU FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL UJI DAN ANALISA

BAB 4 HASIL UJI DAN ANALISA BAB 4 HASIL UJI DAN ANALISA Serangkaian uji dan analisa dilakukan pada alat, setelah semua perangkat keras (hardware) dan program dikerjakan. Pengujian alat dimaksudkan untuk mengetahui apakah alat dapat

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Jenis-jenis Besaran Pokok

Tabel 1.1. Jenis-jenis Besaran Pokok 1. BESARAN DAN SATUAN 1.1.Pendahuluan Ilmu Fisika adalah ilmu yang mempelajari gejala alam secara keseluruhan. Fisika dikaji lebih dalam dengan cara mempelajari bagaimana mengukur besaran-besaran yang

Lebih terperinci

RANGKAIAN LISTRIK. Kuliah 1 (Umum)

RANGKAIAN LISTRIK. Kuliah 1 (Umum) RANGKAIAN LISTRIK Kuliah 1 (Umum) DEFINISI Rangkaian listrik adalah susunan komponenkomponen elektronika yang dirangkai dengan sumber tegangan menjadi satu kesatuan yang memiliki fungsi dan kegunaan tertentu.

Lebih terperinci

KULIAH 1: PENGENALAN MENGENAI PENGUKURAN DAN INSTRUMENTASI. Mochamad Safarudin Jurusan Teknik Mesin, STT Mandala 2014

KULIAH 1: PENGENALAN MENGENAI PENGUKURAN DAN INSTRUMENTASI. Mochamad Safarudin Jurusan Teknik Mesin, STT Mandala 2014 KULIAH 1: PENGENALAN MENGENAI PENGUKURAN DAN INSTRUMENTASI Mochamad Safarudin Jurusan Teknik Mesin, STT Mandala 2014 Definisi Pengukuran dan Instrumentasi Jenis-jenis pengukuran Jenis-jenis instrumentasi

Lebih terperinci

Peralatan Elektronika

Peralatan Elektronika Peralatan Elektronika Peralatan Elektronika adalah semua peralatan yang dipergunakan oleh manusia dengan mempergunakan prinsip kerja elektronika. Sebagai contoh : 1. Alat ukur 2. Alat kontrol industri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. membandingkan tersebut tiada lain adalah pekerjaan pengukuran atau mengukur.

BAB II LANDASAN TEORI. membandingkan tersebut tiada lain adalah pekerjaan pengukuran atau mengukur. BAB II LANDASAN TEORI II.I. Pengenalan Alat Ukur. Pengukuran merupakan suatu aktifitas dan atau tindakan membandingkan suatu besaran yang belum diketahui nilainya atau harganya terhadap besaran lain yang

Lebih terperinci

LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LK 063 IDN

LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LK 063 IDN Temperatur Termometer gelas -15 0 C ~ 0 0 C 0.023 0 C ASTM E 77 (1998) SPRT PT 100 0 0 C ~ 100 0 C 0.15 0 C Termometer analog 0 0 C ~ 100 0 C 0.35 0 C ASTM E 220 (1996) SPRT PT 100 Temperature sensor w

Lebih terperinci

Sistem Pengukuran. 1. Benda-benda. di alam. fisika. besaran-besaran. didefinisikan.

Sistem Pengukuran. 1. Benda-benda. di alam. fisika. besaran-besaran. didefinisikan. Sistem Pengukuran Fisika: ilmu yang mempelajari tentang: 1. Benda-benda di alam 2. Gejala / fenomena fisis 3. Kejadian yang berlaku di alam Kajian dalam fisika banyak melibatkan pengukuran besaran-besaran

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia

SNI Standar Nasional Indonesia SNI Standar Nasional Indonesia SNI 7614:2010 Baja batangan untuk keperluan umum (BjKU) ICS 77.140.99 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMBAHASAN. Measuring Device Elemen ISO 7.6 ISO ) di PT. X dilakukan dengan

BAB V ANALISA PEMBAHASAN. Measuring Device Elemen ISO 7.6 ISO ) di PT. X dilakukan dengan BAB V ANALISA PEMBAHASAN Proses pengontrolan peralatan ukur dan pantau (Control of Monitoring and Measuring Device Elemen ISO 7.6 ISO 9001 2008) di PT. X dilakukan dengan tujuan untuk memastikan bahwa

Lebih terperinci

Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang Semarang

Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang Semarang Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang Semarang A. Latar Belakang Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang Semarang (BPSMB Semarang) merupakan salah satu UPTD pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Lebih terperinci

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J 1. Bila sinar ultra ungu, sinar inframerah, dan sinar X berturut-turut ditandai dengan U, I, dan X, maka urutan yang menunjukkan paket (kuantum) energi makin besar ialah : A. U, I, X B. U, X, I C. I, X,

Lebih terperinci

Angka Penting. Sumber Gambar : site: gurumuda.files.wordpress.com. Angka Penting

Angka Penting. Sumber Gambar : site: gurumuda.files.wordpress.com. Angka Penting Angka Penting Sumber Gambar : site: gurumuda.files.wordpress.com Angka Penting Angka Penting Angka penting adalah Semua angka yang diperoleh dari hasil pengukuran angka-angka pasti Angka penting terdiri

Lebih terperinci

MODUL MATA PELAJARAN IPA

MODUL MATA PELAJARAN IPA KERJASAMA DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA DENGAN FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA MODUL MATA PELAJARAN IPA Pengukuran untuk kegiatan PELATIHAN PENINGKATAN MUTU GURU DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA ALAT UKUR PRAKTIKUM FISIKA DASAR II

PRINSIP KERJA ALAT UKUR PRAKTIKUM FISIKA DASAR II PRINSIP KERJA ALAT UKUR PRAKTIKUM FISIKA DASAR II TRANSFORMATOR Transformator digunakan untuk mengubah tegangan. Penggunaan di Laboratorium umumnya untuk menurunkan tegangan listrik PLN 110 atau 220 volt

Lebih terperinci

PENGETAHUAN SNI ISO/IEC 17025:2008. By Rangga K Negara, ST

PENGETAHUAN SNI ISO/IEC 17025:2008. By Rangga K Negara, ST PENGETAHUAN By Rangga K Negara, ST DEFINISI : Standar Nasional Indonesia (SNI) : Standar yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional dan berlaku secara nasional. STANDAR : Spesifikasi teknis atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alat ukur mempunyai peran yang sangat besar dalam hampir semua aktivitas kehidupan manusia. Dalam kegiatan pembangunan fasilitas umum, alat ukur selalu dipakai dari

Lebih terperinci

STANDARDISASI DAN KEGIATAN YANG TERKAIT ISTILAH UMUM

STANDARDISASI DAN KEGIATAN YANG TERKAIT ISTILAH UMUM 2012, No.518 4 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR : 5 TAHUN 2012 TANGGAL : 1 Mei 2012 STANDARDISASI DAN KEGIATAN YANG TERKAIT ISTILAH UMUM Ruang lingkup Pedoman ini menetapkan

Lebih terperinci

Oleh: Oe Tiny Agustini Koesmawati PUSAT PENELITIAN KIMIA

Oleh: Oe Tiny Agustini Koesmawati PUSAT PENELITIAN KIMIA KALIBRASI PERALATAN GELAS Oleh: Oe Tiny Agustini Koesmawati PUSAT PENELITIAN KIMIA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA KALIBRASI ALAT GELAS Didalam salah satu kausal ISO 17025, peralatan gelas harus dikalibrasi

Lebih terperinci

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM FISIKA DASAR PENGUKURAN DAN KETIDAKPASTIAN

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM FISIKA DASAR PENGUKURAN DAN KETIDAKPASTIAN LAPORAN TETAP PRAKTIKUM FISIKA DASAR PENGUKURAN DAN KETIDAKPASTIAN Disusun oleh: 1. Derryl Tri Jaya (061340411682) 2. Erlangga Pangestu (061340411685) 3. Feraliza Widanti (061340411686) 4. Juriwon (06134041)

Lebih terperinci

Diagram blok sistem pengukuran

Diagram blok sistem pengukuran TEKNIK PENGUKURAN Mengukur adalah membandingkan parameter pada obyek yang diukur terhadap besaran yang telah distandarkan. Pengukuran merupakan suatu usaha untuk mendapatkan informasi deskriptif-kuantitatif

Lebih terperinci

Paket 2 PENGUKURAN. Pendahuluan

Paket 2 PENGUKURAN. Pendahuluan Paket 2 PENGUKURAN Pendahuluan Fokus pada paket ini adalah pengukuran. Pembahasan tentang pengukuran ini merupakan bahasan kelanjutan dari paket sebelumnya yaitu besaran dan satuan. Paket ini akan menguraikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Hampir semua orang sadar tentang perkembangan pesat dibidang teknologi elektronik dalam kurun waktu belakangan ini. Perkataan elektronik saja sudah cukup untuk memberi

Lebih terperinci

DIKTAT PRAKTIKUM FISIKA DASAR

DIKTAT PRAKTIKUM FISIKA DASAR DIKTAT PRAKTIKUM FISIKA DASAR disusun oleh: Widitya Tri Nugraha, S.Pt., M.Sc. PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TIDAR 2018 TATA TERTIB PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1. Seluruh rangkaian

Lebih terperinci

BAGIAN 1 BESARAN, SATUAN DAN PENGUKURAN

BAGIAN 1 BESARAN, SATUAN DAN PENGUKURAN BAGIAN 1 BESARAN, SATUAN DAN PENGUKURAN A. RINGKASAN MATERI Besaran didefinisikan dengan dua cara, yaitu definisi besaran secara umum dan secara fisika. Definisi besaran secara umum adalah segala sesuatu

Lebih terperinci

itu menunjukan keadaan obyek sebagaimana adanya, tidak dipengaruhi oleh perasaan pengukur atau suasana sekitar tempat mengukur pada saat itu.

itu menunjukan keadaan obyek sebagaimana adanya, tidak dipengaruhi oleh perasaan pengukur atau suasana sekitar tempat mengukur pada saat itu. PENGUKURAN Sifat-sifat fisis suatu benda dapat dipelajari secara kualitatif dan kuantitatif. Untuk mempelajari sifat dan keadaan benda secara kuantitatif diperlukan pengukuran. Perhatikan gambar berikut

Lebih terperinci

SISTEM INSTRUMENTASI 3 SKS SELASA WIB B2.4. Dedi Nurcipto, MT

SISTEM INSTRUMENTASI 3 SKS SELASA WIB B2.4. Dedi Nurcipto, MT SISTEM INSTRUMENTASI 3 SKS SELASA 12.30 15.00 WIB B2.4 Dedi Nurcipto, MT dedi.nurcipto@dsn.dinus.ac.id SISTEM INSTRUMENTASI Silabus Peranan Instrumen pada berbagai bidang Rekayasa Karakteristik Komponen

Lebih terperinci

Pengukuran 2. Modul 1 PENDAHULUAN

Pengukuran 2. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Pengukuran 2 Drs. Sutrisno, M.Pd. D PENDAHULUAN alam mata kuliah Fisika Dasar 1 telah dibahas mengenai pengukuran, besaran, satuan, dan dimensi. Pembahasan itu lebih menekankan kepada pengetahuan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA 50 BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA Pengukuran dan analisa dilakukan untuk mengetahui apakah rancangan rangkaian yang telah dibuat bekerja sesuai dengan landasan teori yang ada dan sesuai dengan tujuan pembuatan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA LABORATORIUM FISIKA MATERIAL DAN INSTRUMENTASI No. Dokumen : IKK/FM.002/TB

UNIVERSITAS GADJAH MADA LABORATORIUM FISIKA MATERIAL DAN INSTRUMENTASI No. Dokumen : IKK/FM.002/TB 1. Ruang Lingkup UNIVERSITAS GADJAH MADA Halaman : 1 dari 7 PETUNJUK TIMBANGAN (ELEKTRONIK DAN MEKANIK) Instruksi kerja ini digunakan untuk melaksanakan kalibrasi timbangan jenis elektronik dan mekanik.

Lebih terperinci

Ada beberapa jenis timbangan yang sering digunakan akan tetapi secara garis besar timbangan yang digunakan dibedakan menjadi 3 yaitu :

Ada beberapa jenis timbangan yang sering digunakan akan tetapi secara garis besar timbangan yang digunakan dibedakan menjadi 3 yaitu : Dasar Teori Alat ukur adalah alat yang digunakan untuk mengukur suatu besaran dalam fisika. Pada umumnya ada tiga besaran yang paling banyak diukur dalam dunia fisika untuk tingkat SMA yaitu panjang, massa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki pendidik ialah mampu melakukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki pendidik ialah mampu melakukan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Pengembangan Salah satu kompetensi yang harus dimiliki pendidik ialah mampu melakukan penelitian di bidang pendidikan. Hal ini karena pekerjaan pendidik merupakan profesi

Lebih terperinci

Standar Kompetensi 1. Menerapkan Konsep besaran fisika dan pengukurannya

Standar Kompetensi 1. Menerapkan Konsep besaran fisika dan pengukurannya Standar Kompetensi 1. Menerapkan Konsep besaran fisika dan pengukurannya Kompetensi Dasar 1.1. Mengukur besaran fisika (massa, panjang dan waktu) 1.2. Menganalisis besaran - besaran fisika serta satuannya

Lebih terperinci

Oleh Marojahan Tampubolon,ST STMIK Potensi Utama

Oleh Marojahan Tampubolon,ST STMIK Potensi Utama Oleh Marojahan Tampubolon,ST STMIK Potensi Utama Sensor Sensor merupakan suatu alat/device yang berfungsi mengubah suatu besaran fisik (kecepatan,suhu,intensitas cahaya) dan besaran kimia (molaritas, mol)

Lebih terperinci

BAB II HUKUM DASAR RANGKAIAN LISTRIK

BAB II HUKUM DASAR RANGKAIAN LISTRIK BAB II HUKUM DASAR RANGKAIAN LISTRIK Setelah menyelesaikan bab ini, Anda akan mampu : Mendefinisikan energi dan daya Menghitung daya Mengetahui arah referensi daya Menganalisa danmenghitung Hukum Tegangan

Lebih terperinci

1. BESARAN 2. DIMENSI 3. ANGKA PENTING 4. NOTASI ILMIAH GURU MATA PELAJARAN FISIKA SMK N 4 PELAYARAN DAN PERIKANAN PAMUJI WASKITO R

1. BESARAN 2. DIMENSI 3. ANGKA PENTING 4. NOTASI ILMIAH GURU MATA PELAJARAN FISIKA SMK N 4 PELAYARAN DAN PERIKANAN PAMUJI WASKITO R BESARAN DAN SATUAN 1. BESARAN 2. DIMENSI 3. ANGKA PENTING 4. NOTASI ILMIAH GURU MATA PELAJARAN FISIKA SMK N 4 PELAYARAN DAN PERIKANAN PAMUJI WASKITO R 1. BESARAN Besaran adalah segala sesuatu yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Metrologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang pengukuran. Pengukuran merupakan aktivitas yang sangat penting dalam kehidupan seharihari pada berbagai bidang. Bidang

Lebih terperinci

Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel

Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel Pedoman KAN 801-2004 Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel Komite Akreditasi Nasional Kata Pengantar Pedoman ini diperuntukkan bagi lembaga yang ingin mendapat akreditasi sebagai Lembaga Sertifikasi

Lebih terperinci

BAB 2 Landasan Teori 2.1 Total Quality Management

BAB 2 Landasan Teori 2.1 Total Quality Management BAB 2 Landasan Teori 2.1 Total Quality Management Total Quality Management (TQM) adalah suatu filosofi manajemen untuk meningkatkan kinerja bisnis perusahaan secara keseluruhan dimana pendekatan manajemen

Lebih terperinci

Kelas 10 Fisika BAB 1 Pengkuran dan Besaran

Kelas 10 Fisika BAB 1 Pengkuran dan Besaran BAB 1 Pengkuran dan Besaran Ringkasan Materi A. Besaran Besaran adalah suatu pernyataan yang mempunyai ukuran dan satuan. Secara garis besar, besaran dalam fisika dibagi menjadi dua bagian, yaitu: besaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Laporan Fisika Dasar Pengukuran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam ilmu fisika, pengukuran dan besaran merupakan hal yang bersifat dasar, dan pengukuran merupakan salah satu syarat yang tidak boleh

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 ISO/1EC 17025:2008 3.1.1 Pendahuluan ISO/IEC 17025 Edisi pertama (1999) ISO/IEC 17025 diterbitkan sebagai hasil dari pengalaman yang ekstensif dalam implementasi ISO/IEC Guide

Lebih terperinci

Mengukur Besaran dan Menerapkan Satuannya

Mengukur Besaran dan Menerapkan Satuannya STANDAR KOMPETENSI Mengukur Besaran dan Menerapkan Satuannya KOMPETENSI DASAR Menguasai konsep besaran dan satuannya. Menguasai konsep dimensi dan angka penting. Melakukan penjumlahan dan perkalian vektor.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Generator Sinkron Satu Fasa Pabrik Pembuat : General Negara Pembuat

Lebih terperinci

Komponen dan RL Dasar

Komponen dan RL Dasar Komponen dan RL Dasar Rangkaian Listrik 1 (TKE131205) Program Studi Teknik Elektro, Unsoed Iwan Setiawan 1/91 Kuantitas. 2/91 Angka. 3/91 Satuan? Satuan dan skala. 5/91 Ukuran sebuah

Lebih terperinci

PRAKTIKUM 1 KALIBRASI DAN PEMAKAIAN JANGKA SORONG A. KOMPETENSI DASAR Mengkalibrasi, menggunakan dan membaca hasil pengkuran jangka sorong dengan prosedur yang benar B. SUB KOMPETENSI DASAR 1. Mengkalibrasi

Lebih terperinci

SMP. Satuan SI / MKS. 1 Panjang meter m centimeter cm 2 Massa kilogram kg gram g 3 Waktu detik s detik s 4 Suhu kelvin K Kelvin K 5 Kuat arus listrik

SMP. Satuan SI / MKS. 1 Panjang meter m centimeter cm 2 Massa kilogram kg gram g 3 Waktu detik s detik s 4 Suhu kelvin K Kelvin K 5 Kuat arus listrik JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP VII (TUJUH) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) BESARAN DAN PENGUKURAN Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan ilmu

Lebih terperinci

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. 1 D49 1. Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. Hasil pengukuran adalah. A. 4,18 cm B. 4,13 cm C. 3,88 cm D. 3,81 cm E. 3,78 cm 2. Ayu melakukan

Lebih terperinci

KETERTELUSURAN. Surya Ridwanna

KETERTELUSURAN. Surya Ridwanna KETERTELUSURAN Surya Ridwanna BIO DATA 1. NAMA : SURYA RIDWANNA 2. ALAMAT : 0818618438 surya_blk@yahoo.com 1. PENDIDIKAN : AKADEMI ANALIS KESEHATAN BANDUNG 1989 2. POST GRADUATE DIPLOMA IN SCIENCE UNIVERSITY

Lebih terperinci

UJI BANDING LABORATORIUM KALIBRASI BMKG

UJI BANDING LABORATORIUM KALIBRASI BMKG UJI BANDING LABORATORIUM KALIBRASI BMKG Budi Santoso, S.T. Maulana Putra, S.Si Dian Premana, S.Si GA. MonangLumbanGaol, S.Kom Pusat Instrumentasi Rekayasa dan Kalibrasi Badan Meteorologi Klimatologi dan

Lebih terperinci

MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI

MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI MATA PELAJARAN : ACUAN STANDAR METODE PENGUJIAN BADAN PENGAWAS OBAT

Lebih terperinci

Komponen dan RL Dasar

Komponen dan RL Dasar Komponen dan RL Dasar Rangkaian Listrik 1 (TKE131205) Jurusan Teknik Elektro, Unsoed Iwan Setiawan Rangkaian Listrik 1 (TKE131205) Jurusan Teknik Elektro, Unsoed 1/91 Kuantitas.

Lebih terperinci

Bab III. Metodelogi Penelitian

Bab III. Metodelogi Penelitian Bab III Metodelogi Penelitian 3.1. Kerangka Penelitian Analisa kinerja AC split 3/4 PK dengan mengunakan refrigeran R-22 dan MC-22 variasi tekanan refrigeran dengan pembebanan terdapat beberapa tahapan

Lebih terperinci

MODUL 2 DATA BESARAN LISTRIK & KETIDAKPASTIAN

MODUL 2 DATA BESARAN LISTRIK & KETIDAKPASTIAN MODUL 2 DATA BESARAN LISTRIK & KETIDAKPASTIAN PENDAHULUAN Proses pengukuran dalam elektronika instrumentasi bertujuan untuk memperoleh data-data besaran listrik yang selanjutnya diolah menjadi informasi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah kompor induksi type JF-20122

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah kompor induksi type JF-20122 BAB III METODE PENELITIAN.. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Research and Development Akademi Teknologi Warga Surakarta Jl.Raya Solo-Baki KM. Kwarasan, Grogol, Solo Baru, Sukoharjo...

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Sistem Kontrol Sistem kontrol adalah proses pengaturan atau pengendalian terhadap satu atau beberapa besaran (variable, parameter) sehingga berada pada suatu harga

Lebih terperinci