PERAMALAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BUAH INDONESIA. Oleh: Taufan S Nusantara A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERAMALAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BUAH INDONESIA. Oleh: Taufan S Nusantara A"

Transkripsi

1 PERAMALAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BUAH INDONESIA Oleh: Taufan S Nusantara A PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 26

2 RINGKASAN TAUFAN S NUSANTARA. Peramalan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Impor Buah-buahan Indonesia (di Bawah Bimbingan MUHAMMAD FIRDAUS). Telah dibukanya perdangan bebas pada masa sekarang ini, setiap negara harus membuka pasar dalam negerinya untuk dimasuki negara lain. Semua hambatan tarif dan non tarif pada semua komoditi pada akhirnya akan dihapuskan kecuali beberapa komoditi penting, seperti makanan pokok. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya persaingan yang ketat dalam pasar di Indonesia. Indonesia mengimpor beberapa komoditas pertanian dari negara atau kelompok negara seperti Jepang, USA, ASEAN, APEC antara lain dikelompokkan ke dalam kelompok serealia, kelompok peternakan, kelompok ikan, kelompok hortikultura, kelompok perkebunan dan kelompok bahan pakan ternak. Ketergantungan pangan yang sangat tinggi pada pasokan luar negeri akan dapat mengancam ketahanan (ketersediaan) pangan dalam negeri, terutama apabila pasokan dalam negeri dan pasar dunia sangat tipis. Melonjaknya permintaan volume ekspor dari volume impor buah-buahan Indonesia, menyebabkan neraca perdagangan menjadi defisit. Masalah dari semakin meningkatnya impor buah-buahan adalah terjadinya fluktuasi dalam tiap tahunnya. Fluktuasi tersebut dikhawatirkan akan dapat menggeser konsumsi buah lokal dan sustainibiitas pertanian buah-buahan serta komoditas substitusi impor lainya. Peramalan dan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan impor digunakan alat untuk mendapatkan imformasi di masa yang akan datang sebagai untuk mengantisipasi berbagai dampak negatif dari meningkatnya impor. Selain itu, sebagai pertimbangan dalam mengevaluasi dan menetapkan kebijakan impor buah-buahan. Penelitian bertujuan untuk: 1) Mendapatkan gambaran mengenai perkembangan permintaan impor buah-buahan Indonesia 2) Menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi permintaan impor buah-buahan Indonesia 3) Mendapatkan metode peramalan terbaik untuk meramalkan impor buah-buahan Indoensia 4) Meramalkan volume impor buah-buahan Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data laporan bulanan impor Badan Pusat Statstik dari tahun dan data Pasar Induk Keramat Jati tahun Metode yang digunakan adalah terdiri dari metode time series dan regresi. Metode time series digunakan untuk meramalkan permintaan impor buah-buahan 12 bulan ke depan. Sedangkan metode regresi digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan impor buah-buahan Indonesia. Perkembangan impor buah-buahan Indonesia dari negara-negara ekportir selama lima tahun memiliki kecenderungan memiliki trend yang meningkat. Selain itu, permintaan buah-buahan juga dipengaruhi adanya unsur musiman. Hal ini menyebabkan permintaan buah-buahan cenderung berfluktuatif dalam satu tahunnya. Penguasaan pasokan oleh negara-negara pengekspor buahbuahan pada umumnya dikuasai oleh negara China, Australia dan Amerika Serikat. Persentase dari ketiga negara tersebut kurang lebih sekitar 8 persen. Pengolahan menggunanakan beberapa model time series yang digunakan, antara lain: metode trend, dekomposisi aditif dan Multiplikatif, winters aditif dan multiplikatif dan metode Bob Jenkins (ARIMA). Hasil pengolahan dari metode-metode tersebut, metode yang sesuai untuk meramalkan permintaan Impor Indonesia yang pertama adalah metode SARIMA, yang kedua adalah metode winters multiplikatif dan yang ketiga adalah metode dekomposisi aditif.

3 Secara keseleruhan variabel yang berpengaruh terhadap permintaan buah-buah-buahan adalah variabel lag dan dummy musiman. Hal ini menunjukkan adanya ekspekstasi untuk melakukan mengimpor dari jumlah impor yang pada waktu sebelumnya dan pada saat negara pengekspor mengalami pucak musim panen permintaan impor untuk buah-buahan mengalami peningkatan. Nilai tukar dan harga buah apel itu sendiri secara keseluruhan tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan buah impor, diduga disebabkan oleh harga buah yang relatif lebih murah. Sedangkan secara umum pasokan buah pasar induk keramat jati tidak berpengaruh terahadap permintaan impor buahbuahan, menunjukkan terdapat indikasi bahwa impor buah dapat dilakukan setiap saat. Impor buah tidak memperhatikan jumlah pasokan buah di dalam negeri. Apabila tidak dilakukan antisipasi, pada jangka panjang impor buahbuahan dapat mengancam buah lokal.

4 PERAMALAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BUAH INDONESIA Skripsi Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh: Taufan S Nusantara A PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 26

5 Judul Nama NRP : Peramalan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Impor Buah Indonesia : Taufan S Nusantara : A Menyetujui, Dosen Pembimbing Muhammad Firdaus, SP. MSi NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr NIP Tanggal Lulus :

6 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas khndak dan segala rahmat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Adapun judul skripsi ini adalah Peramalan dan Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Imor Buah-buahan Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk meramalkan permitaan impor buah-buahan Indonesia ke depan dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan impor buahbuahan Indonesia. Penulis menyadari bahwa masih banyak kajian mengenai impor buahbuahan Indonesia yang dapat digunakan untuk memperluas penulisan skripsi ini sehingga menjadi lebih sempurna. Penulis mengharapakan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berminat untuk mengembangkan penelitian mengenai impor buah-buahan. Bogor, Juli 26 Taufan S Nusantara

7 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL PERAMALAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BUAH INDONESIA BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA TULIS ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN Bogor, Juli 26 Taufan S Nusantara NRP A141373

8 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Penulis adalah putra keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak Sunarto dan Ibu Sutarmi, dilahirkan di Kediri pada tanggal 2 Agustus Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 1994 di SDN Pare VIII. Kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama ke SLTPN 2 Pare dan selesai pada tahun Penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Umum Negeri di SMUN 2 Pare dan lulus pada tahun 2. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa pada Program Diploma III Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan lulus pada tahun 24. Penulis melanjutkan studi ke jenjang S1 pada tahun 24 di Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

9 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Peramalan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Impor Buah Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Meramalkan dan Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan impor buah Indonesia. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk menyempurnakan tulisan ini. Bogor, Agustus 26 Taufan S Nusantara A141373

10 UCAPAN TERIMA KASIH Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penyelesaian skripsi ini selain dari hasil kesungguhan, kerja keras, kesabaran, pengorbanan serta doa juga tidak lepas dari bimbingan, nasehat, bantuan maupun dorongan berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1. Muhammad Firdaus SP. MSi selaku dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran selalu bersedia membimbing, membantu dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi. 2. Ibu, Bapak dan kakak-kakakku yang selalu kucintai dan kusayangi terima kasih atas kasih sayang, cinta, doa, dukungan, bimbingan, bantuan moral dan materil, nasihat, pengorbanan serta harapan yang telah diberikan kepada penulis. 3. Ir. Harmini, MS dan Arif Karyadi, SP selaku dosen penguji terima kasih atas masukan untuk perbaikan skripsi. 4. Wahyu Dian, SP. MS, Sir Hab dan Lettya Roswati terimakasih atas dukungan, masukan, Harapan, komputer, printer dan kertasnya. 5. Taufik Nugraha (Ovx), Mardian Nurmansyah (Aa Adi), Dzulfikar Ali Hakim (Izul), Muhammad Marwan (Oto), Arif Priyadi, Budi Nurdiana (Bojels), Zahakir Haris (Apek), Alex, Heru, Andi Ismail, Sari Rahmawati, Ana Khaerani, Enda Wahyuni dan teman-teman angkatan X yang telah menjadi sahabat penulis dalam suka dan duka. Terima kasih atas kebersamaan, persahabatan, dorongan, bantuan, keceriaan dan canda tawanya. 6. Semua pihak yang telah membantu penulisan ini.

11 DAFTAR ISI Halaman I. PENDAHULUAN Latar Balakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 6 II. TINJAUAN PUSTAKA Konsep Permintaan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Elastisitas Permintaan Teori Dasar Perdagangan Internasional Buah-buahan Definisi Buah-buahan Karakteristik Buah-buahan Peramalan Teknik Peramalan Metode Kualitatif Metode Kuantitatif Penelitian terdahulu III. KERANGKA PEMIKIRAN IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Pengolahan dan Analisisi Data Identifikasi Pola Data Permintaan Buah-buahan Penerapan Metode Peramalan Metode Peramalan Time Series Metode Trend Metode Dekomposisi Metode Winters Metode Bob Jenkins (ARIMA) Pemilihan Metode Time Series... 38

12 Halaman Metode Kausal Metode Regresi Evaluasi Model Penduga V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Permintaan Apel Indonesia Permintaan Apel dari China Permintaan Apel dari Amerika Serikat Permintaan Apel dari Australia Permintaan Oranges Indonesia Permintaan Oranges dari China Permintaan Oranges dari Australia Permintaan Oranges dari Amerika Serikat Permintaan Mandarin Indonesia Permintaan Mandarin dari China Permintaan Mandarin dari Pakistan Permintaan Mandarin dari Australia Permintaan Anggur Indonesia Permintaan Anggur dari Australia Permintaan Anggur dari Amerika Serikat Permintaan Anggur dari China Permintaan Pear Indonesia Permintaan Pear dari China Permintaan Pear dari Australia Permintaan Pear dari Amerika Serikat Pembahasan VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

13 DAFTAR TABEL Tabel Teks Halaman 1 Neraca Ekspor-Impor Buah-buahan Indoneisa Tahun Pola ACF dan PACF model Seasonal ARIMA Nilai MSE Metode Peramalan Time series pada Permintaan Apel Indonesia dari China Hasil Analisis Model Regresi Permintaan Impor Apel dari China Tahun Nilai MSE Metode Peramalan Time series pada Permintaan Impor Apel Indonesia dari Amerika Serikat Hasil Analisis Model Regresi Permintaan Impor Apel dari USA Tahun Nilai MSE Metode Peramalan Time Series pada Permintaan Apel Indonesia dari Australia Hasil Analisis Model Regresi Linier Berganda Permintaan Impor Apel dari Australia Tahun Nilai MSE Metode Peramalan Time Series pada Permintaan Oranges Indonesia dari China Hasil Analisis Model Regresi Permintaan Impor Oranges dari China Tahun Nilai MSE Metode Peramalan Time Series pada Permintaan Oranges Indonesia dari Australia Hasil Analisis Model Regresi Permintaan Impor Oranges dari Australia Tahun Nilai MSE Metode Peramalan Time Series pada Permintaan Oranges Indonesia dari Amerika Serikat Hasil Analisis Model Regresi Permintaan Impor Oranges dari USA Tahun Nilai MSE Beberapa Metode Peramalan Time Series pada Permintaan Mandarin Indonesia dari China Hasil Analisis Model Regresi Permintaan Impor Mandarin dari China Tahun Nilai MSE Metode Peramalan Time Series pada Permintaan Mandarin Indonesia dari Pakistan... 8

14 Tabel Teks Halaman 18 Hasil Analisis Model Regresi Permintaan Impor Mandarin dari Pakistan Tahun Nilai MSE Metode Peramalan Time Series pada Permintaan Mandarin Indonesia dari Australia Hasil Analisis Model Regresi Permintaan Impor Mandarin dari Australia Tahun Nilai MSE Metode Peramalan Time Series Pada Permintaan Angggur dari Australia Hasil Analisis Model Regresi Permintaan Impor Anggur dari Australia Tahun Nilai MSE Metode Peramalan Time Series pada Permintaan Angggur dari Amerika Serikat Hasil Analisis Model Regresi Permintaan Impor Anggur dari USA Tahun Nilai MSE Metode Peramalan Time Series pada Permintaan Angggur dari China Hasil Analisis Model Regresi Permintaan Impor Anggur dari China Tahun Nilai MSE Metode Peramalan Time Series pada Permintaan Pear dari China Hasil Analisis Model Regresi Permintaan Impor Pear dari China Tahun Nilai MSE Beberapa Metode Peramalan Time Series pada Permintaan Pear dari Australia Hasil Analisis Model Regresi Permintaan Impor Pear dari Australia Tahun Nilai MSE Metode Peramalan Time Series pada Permintaan Pear dari Amerika Serikat (USA) Hasil Analisis Model Regresi Permintaan Impor Pear dari USA Tahun

15 DAFTAR GAMBAR Gambar Teks Halaman 1 Kurva Perdagangan Internasonal Kerangka Operasional Peramalan dan Analisis Faktor-faktor yang Mempangaruhi Permintaan Impor Buah-Buahan Indonesia Perkembangan Impor Apel Indonesia dari China Tahun Perkembangan Impor Apel Indonesia dari Amerika Serikat Tahun Perkembangan Impor Apel Indonesia dari Australia Tahun Perkembangan Impor Oranges Indonesia dari China Tahun Perkembangan Impor Oranges Indonesia dari Australia Tahun Perkembangan Impor Oranges Indonesia dari Amerika Serikat Tahun Perkembangan Impor Mandarin Indonesia dari China Tahun Perkembangan Impor Mandarin Indonesia dari Pakistan Tahun Perkembangan Impor Mandarin Indonesia dari Australia Tahun Perkembangan Impor Anggur Indonesia dari Australia Tahun Perkembangan Impor Anggur Indonesia dari Amerika Serikat Tahun Perkembangan Impor Anggur Indonesia dari Australia Tahun Perkembangan Impor Pear Indonesia dari China Tahun Perkembangan Impor Pear Indonesia dari Australia Tahun Perkembangan Impor Pear Indonesia dari Amerika Serikat Tahun

16 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Teks Halaman 1 Total Volume Apel Indonesia Berdasarkan Lima Negara Asal Terbesar Tahun (Kg) Output Analisis Metode Winter Multiplikatif untuk Peramalan Permintaan Apel dari China Perkembangan Harga Apel Impor dari China Tahun Residual Plot Model Regresi Permintaan Apel dari China Output Analisis Regresi Permintaan Impor Apel dari China Output Analisis SARIMA (,,) (,1,1) untuk Permintaan Impor Apel dari USA Perkembangan Harga Apel Impor dari USA Tahun Residual Plot Model Regresi Permintaan Apel dari USA Output Analisis Regresi Permintaan Apel dari USA Output Analisis Winters Aditif untuk Peramalan Permintaan Impor Apel dari Australia Perkembangan Harga Apel Impor dari Australia Tahun Residual Plot Model Regresi Permintaan apel dari Australia Output Analisis Regresi Permintaan Apel dari Australia Total Volume Impor Oranges Indonesia Berdasarkan Lima Negara Asal Terbesar Tahun (Kg) Perkembangan Harga Oranges Impor dari China Tahun Output Analisis SARIMA (,,1 )(,1,2) Permalan Permintaan Oranges dari Chin Residual Plot Model Regresi Permintaan Oranges dari Chin Output Analisis Regresi Permintaan Oranges dari China Analisis Winters' Multiplicative Model untuk Peramalan Permintaan Oranges dari Australia Perkembangan Harga Oranges Impor dari Australia Tahun

17 Lampiran Teks Halaman 21 Residual Plot Model Regresi Permintaan Oranges dari Australia Output Analisis Regresi Permintaan Oranges dari Australia Output Analisis SARIMA (,, )(3,1,) Peramalan Permintaan Oranges dari USA Perkembangan Harga Oranges Impor dari USA Tahun Residual Plot Model Regresi Permintaan Oranges dari USA Output Analisis Regresi Permintaan Oranges dari USA Total Volume Impor Mandarin Indonesia Berdasarkan Lima Negara Asal Terbesar Tahun (Kg) Perkembangan Harga Mandarin Impor dari China Tahun Output Analisis Winters' multiplicative model untuk Peramalan Permintaan Mandarin dari China Residual Plot Model Regresi Permintaan Mandarin dari China Ouput Analisis Regresi Permintaan Mandarin dari China Output Analisis SARIMA (1,,) (,1,1) untuk Peramalan Permintaan Mandarin dari Pakistan Perkembangan Harga Mandarin Impor dari Pakistan Tahun Residual Plot Model Regresi Permintaan Mandarin dari Pakistan Output Analisis Regresi Permintaan Mandarin dari Pakistan Output Analisis Model Dekomposisi Multiplikatif untuk Peramalan Permintaan Mandarin dari Australia Perkembangan Harga Mandarin Impor dari Australia Tahun Residual Plot Model Regresi Permintaan Mandarin dari Australia Output Analisis Regresi Permintaan Mandarin dari Australia Total Volume Impor Anggur Indonesia Berdasarkan Lima Negara Asal Terbesar Tahun (Kg)

18 Lampiran Teks Halaman 41 Perkembangan Harga Anggur Impor dari Australia Tahun Output Analisis Model Dekomposisi Multiplikatif untuk Peramalan Permintaan Anggur dari Australia Residual Model Regresi Permintaan Anggur dari Australia Output Analisis Regresi Permintaan Anggur dari Australia Output Analisis Dekomposisi Multiplikatif untuk Peramalan Permintaan Anggur dari USA Perkembangan Harga Anggur Impor dari USA Tahun Residual Plot Model Regresi Permintaan Anggur dari USA Output Analisis Regresi Pemintaan Angur dari USA Output Analisis SARIMA (,,) (,1,1) untuk Peramalan Permintaan Anggur dari China Perkembangan Harga Anggur Impor dari China Tahun Residual Plot Model Regresi Permintaan Anggur dari China Output Analisi Regresi Permintaan Anggur dari China Total Volume Impor Pear Indonesia Berdasarkan Lima Negara Asal Terbesar Tahun (Kg) Perkembangan Harga Pear Impor dari China Tahun Output Analisis Winters' multiplicative model untuk Peramalan Permintaan Pear dari China Residual Plot Model Regresi Permintaan Pear dari China Output Analisis Model Regresi Permintaan Pear dari China Output Analisis Model SARIMA (1,,) (,1,1) untuk Peramalan Permintaan Pear dari Australia Perkembangan Harga Pear Impor dari Australia Tahun Residual Plot Model Regresi Permintaan Pear dari Australia Output Analisis Model Regresi Permintaan Pear dari Australia 157

19 Lampiran Teks Halaman 62 Output Analisis Winters' multiplicative model untuk Peramalan Permintaan Pear dari USA Perkembangan Harga Pear Impor dari USA Tahun Residual Plot Model Regresi Permintaan Pear dari USA Output Analisis Model Regresi Permintaan Pear dari USA

20 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Telah dibukanya perdagangan bebas pada masa sekarang ini, setiap negara harus membuka pasar dalam negerinya untuk dimasuki negara lain. Semua hambatan tarif dan non tarif pada semua komoditi pada akhirnya akan dihapuskan kecuali beberapa komoditi penting, seperti makanan pokok. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya persaingan yang ketat dalam pasar di Indonesia. Indonesia mengimpor beberapa komoditas pertanian dari negara atau kelompok negara seperti Jepang, USA, ASEAN, APEC antara lain dikelompokkan ke dalam kelompok serealia, kelompok peternakan, kelompok ikan, kelompok hortikultura, kelompok perkebunan dan kelompok bahan pakan ternak. Beberapa kelompok produk pertanian tersebut memiliki trend yang meningkat misalnya kelompok peternakan khususnya daging beku, kelompok perkebunan khususnya gula dan kelompok hortikultura terutama buah-buahan (Agroindonesia, 24). Tingginya impor komoditas pangan merupakan konsekuensi dari peningkatan jumlah penduduk yang besar sehingga menjadi sasaran bagi negara lain untuk memasukkan produknya. disamping itu peningkatan pendapatan per kapita dapat dipandang sebagai salah satu pemicu (trigger) meningkatnya permintaan impor barang konsumsi, apalagi bila peningkatan pendapatan tersebut tanpa diikuti dengan pertumbuhan tingkat menabung (saving rate) yang memadai. (Suryana, 1997). Preferensi konsumen terhadap komoditas pertanian yang semula hanya dipengaruhi oleh jenis kenyamanan, stabilitas harga dan nilai komoditas (Simatupang dalam Suryana, 1997), Maka saat ini preferensi konsumen

21 dipengaruhi oleh kualitas, kandungan nutrisi, kesehatan dan aspek lingkungan. Adanya perubahan mendasar yang terjadi pada masyarakat golongan menengah ke atas adalah adanya kecenderungan lebih menghargai produk-produk impor, sehingga konsumsi barang impor meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah masyarakat golongan tersebut. Kecenderungan lebih menghargai produk impor mengindikasikan beberapa kemungkinan antara lain, 1) produksi domestik yang belum dapat mengimbangi permintaan 2) jenis dan kualitas komoditas pertanian tidak sesuai dengan preferensi konsumen 3) bahan yang diperlukan untuk bahan baku dan olahannya tidak dapat diproduksi sendiri 4) harga barang impor cukup bersaing dengan produk dalam negeri, sebagai akibat adanya kebijakan untuk mengurangi atau menghilangkan hambatan non tarif-barrier dan penurunan besarnya tariff sejalan dengan liberalisasi perdagangan dunia. Ketergantungan pangan yang sangat tinggi pada pasokan luar negeri akan dapat mengancam ketahanan (ketersediaan) pangan dalam negeri, terutama apabila pasokan dalam negeri dan pasar dunia sangat tipis. Bagi Indonesia, apabila tidak segera dilakukan langkah antisipasi yang tepat, hal tersebut akan mengakibatkan krisis pangan yang serius serta meningkatnya jumlah tenaga penganggur dan penduduk miskin yang semula bekerja di bidang pertanian akan memicu kerawanan sosial Perumusan Masalah Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik tahun , secara keseluruhan perkembangan ekspor dan impor buah-buahan menunjukkan peningkatan. Namun melonjaknya permintaan volume impor lebih tinggi dari volume ekspor buah-buahan Indonesia, menyebabkan neraca perdagangan menjadi defisit. Neraca perdagangan buah-buahan mengalami surplus yang 2

22 sangat tinggi pada tahun 1999, mencapai USD 215 juta. Namun setelah itu nilai neraca perdagangan terus mengalami penurunan hingga defisit mulai tahun 2. Tabel 1. Neraca Ekspor-Impor Buah-buahan Indonesia Tahun Tahun Ekspor Impor Neraca volume (kg) nilai(us$) volume (kg) nilai(us$) volume (kg) nilai(us$) Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), 25 (diolah) Rekomendasi Food and Agriculture Orgnization (FAO) konsumsi buahbuahan per kapita per tahun adalah sebesar 65,75 kilogram. Produksi buahbuahan Indonesia hanya mampu memenuhi kebutuhan konsumsi buah-buahan sebesar 5 kilogram per kapita per tahun. Berdasarkan laporan Direktorat Jenderal Hortikultura tahun 25, produksi buah-buahan Indonesia mencapai 14 juta ton. Buah yang diekspor hanya mengambil proporsi kurang lebih,2 persen dari total produksi. Buah-buahan yang diekspor antara lain manggis, mangga, nanas segar, pisang non cavendish, jeruk, pomelo, melon, rambutan, alpokad, belimbing, pepaya dan salak. Maka untuk memenuhi konsumsi buah yang direkomendasikan FAO diperlukan produksi buah-buahan kurang lebih sebesar 5 juta ton. Hal ini menunjukkan pasar buah-buahan Indonesia masih terbuka lebar. Selain dari sisi produksi, adanya pengaruh musiman diduga juga sebagai pemicu meningkatnya permintaan impor buah. Pengaruh musiman menyebabkan variasi buah-buahan Indonesia menjadi sedikit, karena beberapa buah ada hanya pada saat-saat tertentu. Misalnya buah jeruk, buah jeruk tinggi pada bulan Mei sampai Juli. Sedangkan buah impor, karena keberadaan negara-negara produsen buah-buahan yang berada di belahan bumi utara dan selatan 3

23 menyebabkan bermacam-macam buah impor buah dapat dipasok sepanjang tahun. Indikasi kebijakan impor buah yang diterapkan Indonesia saat ini, diduga pula sebagai pemicu buah-buahan impor membanjiri pasar buah dalam negeri tanpa ada batasan. Beberapa kebijakan impor buah tersebut di antaranya adalah deregulasi Juni tahun 1991, yang menyebabkan tataniaga komoditas hortikultura menjadi relatif bebas. Paket deregulasi yang dikenal sebagai Pakjun 1991 itu memang telah melonggarkan pembatasan impor komoditas hortikultura yang sebelumnya diatur melalui SK Menperdagkop No. 55/1982. Pada tahun 1991 nilai impor buah hanya sebesar 5 juta dolar AS tetapi untuk tahun 1992 membengkak hingga 8 juta dolar. Begitu pula di tahun 1993 dan 1994, data memberi gambaran jumlah nilai impor bagi buah segar masing-masing telah mencapai angka 4 dan 66 juta dolar. Sementara itu dalam kurun enam bulan pertama pada tahun 1995 (Januari-Juni), total nilai impor tersebut sudah mencapai 45 juta Dollar 1. Tarif bea masuk (BM) yang sangat rendah, yaitu hanya sebesar 5%, dan tidak diterapkannya kuota impor. Selain itu, pemerintah belum menerapkan standar dan prosedur pemeriksaan buah impor seperti menerapkan persyaratan Sanitary and Phytosanitary (SPS), dan persyaratan mutu secara spesifik. Mempersyaratkan sertifikasi Europ GAP dan memenuhi ketentuan Bio Terorism Act, memberlakukan ketentuan batas maksimum kandungan kimia dan hanya buah tertentu yang boleh diimpor. (Agroindonesia, 24). Impor buah-buahan yang semakin meningkat dikhawatirkan akan makin menggeser konsumsi buah lokal, karena secara umum memang menunjukkan keragaan yang sangat tinggi. Buah-buahan impor dari berbagai negara yang jumlahnya pada tahun 24 tercatat sekitar 4 ribu ton. Selain itu, Impor buah- 1 diakses pada tanggal 8 Juni 26 4

24 buahan Indonesia mememiliki kecenderungan trend yang meningkat dan berfluktuasi secara bulanan dalan tiap tahunnya. Peningkatan dan fluktuasi impor buah-buahan diharapkan tidak mengganggu sustainabilitas pertanian buahbuahan dan komoditas subsitusi impor lainnya di Indonesia. Tindakan antisipasi berbagai dampak negatif serta pertimbangan dalam mengevaluasi dan menetapkan kebijakan impor buah-buahan, dapat didasarkan pada informasi dari Identifikasi keadaan masa lalu dan melalui peramalan. Identifikasi keadaan masa lalu berguna untuk melihat pola pemintaan yang telah terjadi dan menganalisis faktor-faktor apa saja mempengaruhinya. Sedangkan peramalan berguna untuk melihat perkiraan keadaan di masa yang akan datang. Melakukan suatu peramalan dibutuhkan metode yang tepat dengan pola data yang telah diketahui bentuknya. Metode yang tepat dan pola data yang diketahui bentuknya akan berguna untuk menghasilkan metode peramalan dengan hasil peramalan yang mendekati keadaan aktual. Metode peramalan yang baik memberikan nilai kesalahan (error) terkecil yang diukur dari nilai ratarata kuadrat erornya Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mendapatkan gambaran mengenai perkembangan permintaan impor buah-buahan Indonesia 2. Mendapatkan metode peramalan terbaik dan meramalkan impor buahbuahan Indoensia. 3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan impor buahbuahan Indonesia 5

25 1.4. Ruang lingkup Penelitian Pada penelitian ini, peramalan dilakukan hanya pada lima buah impor apel, oranges, mandarin, anggur dan pear di mana buah-buahan tersebut merupakan buah tertinggi dan secara kontinyu diimpor. Negara-negara pengekspor buah-buahan tersebut dibatasi berdasarkan pada nilai ekspor dan kekontiyuannya melakukan ekspor ke Indonesia selama tahun dan hanya dipilih tiga negara pengekspor tertinggi. 6

26 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Permintaan Permintaan dapat diartikan sebagai jumlah produk atau jasa yang diminta oleh konsumen. Dalam istilah ekonomi, permintaan mengacu pada jumlah produk yang rela dan mampu dibeli oleh orang-orang berdasarkan sekelompok kondisi tertentu. Kebutuhan atau keinginan merupakan komponen yang diperlukan tetapi harus disertai dengan kemampuan keuangan sebelum permintaan ekonomi tercipta. Jadi, dalam permintaan ekonomi memerlukan para pembeli potensial dengan keinginan untuk menggunakan atau memiliki sesuatu dan kemampuan keuangan untuk memperolehnya (Pappas dan Hirschey, 1995) Menurut Kottler (1997), dasar pemikiran pemasaran dimulai dari kebutuhan dan keinginan manusia, sehingga adalah penting untuk membedakan antara kebutuhan, keinginan dan permintaan. Kebutuhan manusia (human Needs) merupakan hal yang tidak diciptakan oleh masyarakat atau pemasar karena kebutuhan hakikat biologis dari kondisi manusia. Keinginan (Wants) adalah hasrat akan pemuas kebutuhan yang spesifik. Meskipun kebutuhan manusia sedikit, keiginan mereka banyak. Keinginan manusia terus dibentuk dan diperbaharui oleh kekuatan dan lembaga sosial. Permintaan (demands) adalah keinginan akan produk spesifik yang didukung oleh kemampuan dan kesediaan untuk membelinya. Keinginan dapat menjadi permintaan jika didukung oleh daya beli. Permintaan yang diartikan sebagai jumlah produk atau jasa yang diminta oleh konsumen juga dipengaruhi oleh sejumlah variabel. Permintaan merupakan jumlah barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli oleh para pelanggan, selama periode waktu tertentu berdasarkan pada sekelompok kondisi tertentu.

27 Kondisi-kondisi yang dipertimbangkan antara lain mencakup harga barang yang bersangkutan, harga, ketersediaan barang yang berkaitan, perkiraan akan perubahan harga, pengeluaran periklanan dan sebagainya. Jumlah produk yang akan dibeli oleh konsumen, dalam hal ini adalah permintaan produk tersebut, bergantung pada semua faktor ini (Pappas dan Hirschey, 1995) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Hukum permintaan, harga barang yang dimaksud merupakan variabel atau faktor yang mempengaruhi permintaan, ceteris paribus. Adanya asumsi yang menganggap faktor lain tetap sama tentu sangat berbeda dalam kenyataan sebenarnya. Oleh karena itu diperlukan analisa bagaimana faktor penting lainya akan mempengaruhi permintaan. Harga barang-barang lain, pendapatan, selera, dan kekayaan merupakan faktor-faktor penting yang mempengaruhi kuantitas yang diminta. Selanjutnya Lipsey, et al. (1995) menyebutkan bahwa harga komoditi itu sendiri, rata-rata penghasilan rumahtangga, harga komoditi lain, selera, distribusi pendapatan di antara rumahtangga, dan besarnya populasi merupakan variabel penting yang mempengaruhi banyaknya komoditi yang akan dibeli semua rumahtangga pada periode waktu tertentu. Sedangkan menurut Nicholson (22) kuantitas yang diminta itu tergantung pada harga, pendapatan, dan preferensi, ceteris paribus. Secara matematis kuantitas yang diminta dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dapat ditulis dalam bentuk fungsi permintaan seperti berikut: Qd x = ƒ (P x, Py, I, preferensi) ceteris paribus Fungsi permintaan di atas bisa diartikan bahwa kuantitas permintaan barang X dipengaruhi oleh harga barang X (P x ), harga barang Y (P y ), pendapatan (I; income), dan preferensi. Namun bukan berarti faktor-faktor lain tidak 8

28 berpengaruh, untuk menyederhanakan maka digunakan asumsi ceteris paribus seperti yang tertulis di belakang fungsi tersebut. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan adalah harga barang itu sendiri, harga barang lain yang terkait, tingkat pendapatan per kapita, selera atau kebiasaan, jumlah penduduk, perkiraan harga di masa mendatang, distribusi pendapatan dan usaha-usaha produsen meningkatkan penjualan. Hubungan antara faktor-faktor tersebut dengan jumlah permintaan secara matematis ditilis sebagai berikut: Dx = f(px, Py, Y/kap, T, Pop, Pp, Ydist, Adv) - +/- +/ dimana: Dx = permintaan barang X Px = harga barang X Py = haraga barang Y (subtitusi atau komplemen) Y/kap = pendapatan per kapita T = selera Pop = jumlah penduduk Pp = perkiraan harga barang X periode mendatang Ydist = distribusi pendapatan Adv = upaya produsen meningkatkan penjualan (promosi) Perubahan permintaan yang disebabkan oleh faktor-faktor di atas dapat dibedakan dalam dua pengertian yaitu pergerakan sepanjang kurva permintaan atau movement along a demand curve (increase or decrease in quantity demand) dan pergeseran kurva permintaan atau shift/change in demand (increase or decrease in demand). Apabila satu atau beberapa kondisi dari ceteris paribus (selain harga barang yang diminta) berubah, maka kurva permintaan akan bergeser, sedangkan pergerakan sepanjang kurva permintaan tidak perlu ada perubahan dalam kondisi ceteris paribus atau hanya disebabkan perubahan harga barang yang diminta. Pengaruh perubahan harga suatu barang terhadap kuantitas sejenis barang yang diminta akan memiliki dua efek yang berbeda pada pilihan individu yaitu efek substitusi dan efek pendapatan. Kedua efek ini bisa dijelaskan dengan kurva kepuasan sama (kurva indiferens). Jika harga barang X turun, ceteris 9

29 paribus, maka konsumen akan lebih banyak mengkonsumsi barang X dan mengurangi konsumsi barang Y (efek substitusi). Perpindahan akan terjadi di sepanjang kurva indiferens yang sama. Akibat harga barang X turun, pendapatan (daya beli) riil konsumen atau individu akan meningkat dan menambah kosumsi barang X (efek pendapatan). Individu akan berpindah ke kurva indiferens yang baru. Perubahan harga barang lain terhadap kuantitas barang yang diminta terlebih dahulu harus dilihat keterkaitan atau hubungan antarbarang tersebut: barang itu merupakan barang komplemen atau barang substitusi. Dua barang bersifat komplemen jika kenaikan harga satu barang akan menurunkan kuantitas permintaan barang lainnya. Misalkan, harga barang Y meningkat maka kurva permintaaan barang X akan bergeser ke kiri. Sebaliknya barang substitusi adalah sifat dua barang yang jika salah satu harganya meningkat, kuantitas barang lainnya yang diminta akan meningkat. Sehingga kurva permintaan barang X akan bergeser ke kanan jika harga barang Y meningkat. Saat pendapatan meningkat dengan asumsi faktor lain tetap sama, maka kuantitas yang diminta juga bertambah untuk barang normal. Akibatnya kurva permintaan akan bergeser ke kanan. Lain halnya untuk barang inferior, jika pendapatan meningkat justru akan mengurangi kuantitas yang diminta, terlihat dari pergeseran kurva permintaaan ke kiri Elastisitas Permintaan Elastisitas dibutuhkan untuk mengetahui sejauh mana respon perubahan kuantitas yang diminta akibat perubahan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Koefisien elastisitas itu sendiri dapat didefinisikan sebagai persentase perubahan dalam variabel yang tak bebas (dependent variable) dibagi dengan persentase perubahan dalam variabel bebas (independen variable). Nicholson (22) 1

30 menyatakan bahwa elastisitas adalah ukuran persentase perubahan suatu variabel yang disebabkan oleh 1 persen perubahan variabel lainnya. Perubahan P (harga barang) akan menyebabkan perubahan Q (kuantitas yang dibeli). Elastisitas harga dari permintaaan akan mengukur hubungan ini. Secara khusus, elastisitas harga dari permintaan didefinisikan sebagai persentase perubahan jumlah yang diminta atas suatu barang yang disebabkan oleh perubahan harga barang itu sebesar 1 persen (Nicholson, 22). Dalam bentuk matematis, Persentase perubahan D = Persentase perubahan Q Persentase perubahan P = Q P Q P Jika D = 1, maka dikatakan kurva permintaan itu ber-elastisitas satu (unitary elasticity), jika D >1, kurva permintaan adalah elastis, dan jika D < 1 kurva permintaan adalah inelastis. Menurut Samuelson & Nordhaus (1993) permintaan bersifat elastis terhadap harga bila perubahan harga sebesar 1 persen menyebabkan perubahan yang diminta lebih dari 1 persen. Sebaliknya permintaaan bersifat inelastis terhadap harga bila perubahan harga sebesar 1 persen menyebabkan perubahan jumlah yang diminta sebesar kurang dari 1 persen Teori Dasar Perdagangan Internasional Beberapa faktor penting yang mendorong timbulnya perdagangan internasional (ekspor-impor) suatu negara dengan negara lain. Faktor-faktor tersebut antara lain yaitu keinginan untuk memperluas pemasaran, memperbesar penerimaan devisa, adanya perbedaan biaya relatif dalam menghasilkan komoditi tertentu serta perbedaan permintaan dan penawaran antar negara karena tidak semua negara mampu menyediakan kebutuhan masyarakat. 11

31 B B Terjadinya perdagangan dapat dilihat pada gambar 1 dengan menggunakan konsep dasar fungsi permintaan dan penawaran domestik. Suatu negara A dan B memiliki fungsi permintaan dan penawaran domestik, masingmasing adalah D A dan S A untuk negara A serta D A dan S B untuk negara B. Sebelum terjadinya perdagangan, keseimbangan di negara A dicapai pada kondisi EA dengan jumlah Q A dan harga P A sedangkan di negara B keseimbangan dicapai pada kondisi E B dan harga P BB, dengan asumsi bahwa harga domestik di negara A relaitif lebih tinggi dibandingkan dengan harga domestik di negara B. Apabila harga internasional di bawah P A, maka negara A akan meminta lebih banyak daripada kebutuhan konsumsinya sehingga di negara A telah terjadi axcess demand (kelebihan permintaan) karena konsumsi domestiknya lebih besar daripada produksi domestiknya. Sementara itu, jika harga internasional di atas P B, maka negara B akan memproduksi lebih banyak daripada kebutuhan konsumsinya sehingga di negara B telah terjadi axcess supply (kelebihan Penawaran). Dengan demikian negara B mempunyai kesempatan menjual kelebihan produksinya ke negara lain. Selanjutnya apabila terjadi perdagangan di antara ke-dua negara. Permintaan impor digambarkan oleh ED dan penawaran ekspor digambarkan oleh ES. Keseimbangan di pasar dunia terjadi pada kondisi E* yang menghasilkan harga dunia sebesar P*, dimana negara A akan mengimpor sebesar M dan negara B akan mengekspor sebesar X yang merupakan jumlah yang sama dengan impor dari negara A. Jumlah Ekspor dan impor tersebut ditunjukkan oleh jumlah perdagangan sebesar Q* pada pasar dunia. 12

32 P A S A ES X S B P* M E* D A Q A Q* ED P B Q B D B Negara A (Pengimpor) Perdagangan Internasional Negara B (Pengekspor) Keterangan: P A : Harga domestik di negara A tanpa perdagangan internasional P B : Harga domestik di negara B tanpa perdagangan internasional Q A : jumlah yang diperdagangkan di negara A tanpa perdagangan internasional Q B : jumlah yang diperdagangkan di negara B tanpa perdagangan internasional M : Jumlah yang di impor oleh negara A X : Jumlah yang di ekspor oleh negara B P* : Harga di pasar internasional setelah perdagangan internasional Q* : Jumlah yang diperdagangkan di pasar internasional 2.3. Buah-buahan Definisi buah-buahan Gambar 1. Kurva Perdagangan Internasonal Sumber: Salvatore, 1997 (diolah) Buah-buahan adalah bahan makanan yang kaya akan vitamin, mineral, lemak,protein dan serat. Selain itu, setiap buah mempunyai keuinikan dan daya tarik tersendiri, misalnya rasa yang lezat, aroma yang khas serta warna atau bentuk yang menarik dan mengandung nilai estitika Buah-buahan yang dikonsumsi dapat dibedakan dalam bentuk buah segar maupun dalam bentuk olahan. Buah segar yang dikonsumsi berupa buah natural artinya buah yang masih utuh secara organoleptik bukan hasil olahan, sedangkan buah hasil olahan dapat berupa cairan maupun serbuk ataupun berupa tablet yang merupakan hasil olahan berbagai macam buah-buahan (Sjaifullah, 1997) 13

33 Karakteristik buah Terdapat berbagai macam buah-buahan yang terdapat di Indonesia. Namun, berbagai jenis buah itu pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua kelompok sesuai dengan persyaratan hidupnya, yaitu kelompok buah-buahan subtropik dan buah-buahan tropik Kelompok buah-buahan subtropik yang untuk tumbuh dan berbuahnya menghendaki suhu rendah (kurang dari 21 C). Daerah tersebut di Indonesia hanya terdapat pada pengunungan yang berada pada ketinggian lebih dari 1 meter di atas permukaan laut. Buah yang termasuk dalam kelompok ini adalah apel, pir dan persik. Kelompok buah-buahan tropis yang tumbuh dan berbuahnya menghendaki suhu tinggi (lebih dari 25 C). Daerah tersebut di Indonesia hanya terdapat di dataran rendah. Buah yang termasuk ke dalam kelompok ini antara lain durian, rambutan, dan salak (Sunaryo, 1997) 2.4. Peramalan Forcasting (selanjutnya diistilahkan dengan peramalan) pada dekade 198-an di dunia barat, masih dipandang sebagai kegiatan yang teknis atau tepatnya sebagai dari ilmu statistik semata yang digunakan untuk memprediksi suatu peubah di masa yang akan datang. Pada dekade 199-an, pandangan yang sama juga masih dapat dirasakan oleh kalangan bisnis di Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya. Belakangan ini ditempat asalnya yaitu dunia barat, cakupan peramalan telah berkembang pesat yang melampaui sifat teknisnya, yaitu secara luas digunakan dalam perencanaan, pengambilan keputusan, serta dalam isu-isu manajerial lainnya. Sebagai alat pendukung untuk bidang-bidang tersebut, peramalan telah berkembang dan dipandang sebagai kebutuhan yang cukup penting. 14

34 Menurut Sugiarto dan Harijono (2) peramalan merupakan suatu studi terhadap data historis untuk menemukan hubungan, kecenderungan dan pola yang sistematis. Apabila direnungkan secara mendalam, banyak orang akan terkejut jika menyadari bahwa pada kenyataannya banyak keputusan yang dilakukan secara pribadi maupun oleh perusahaan mengarah kepada kejadiankejadian di masa datang sehingga memerlukan ramalan tentang keadaan lingkungan masa depan tersebut. 2.5.Teknik Peramalan Terdapat sejumlah teknik yang tersedia dalam peramalan, maka masalah yang timbul bagi para praktisi adalah memahami bagaimana karakteristik suatu metode peramalan akan sesuai dengan situasi pengambilan keputusan tertentu. Pappas dan Hirschey (1995) membagi teknik peramalan ke dalam empat katagori yaitu analisis kualitatif, analisis serial waktu dan proyeksi, metode ekonometrik dan analisis masukan dan keluaran. Salah satu dari pendekatan peramalan yang digunakan lebih unggul dan merupakan pendekatan terbaik dibandingkan dengan yang lainnya, bergantung pada masalah yang bersangkutan. Beberapa faktor penting yang harus dipertimbangkan mencakup: 1. Jarak ke masa depan yang harus diramal 2. Tenggang waktu yang tersedia untuk analisis 3. Tingkat akurasi yang diperlukan 4. Kualitas data yang tersedia untuk dianalisis 5. Sifat hubungan yang tercakup dalam masalah peramalan 6. Biaya dan keuntungan yang berkaitan dengan masalah peramalan Situasi peramalan sangat beragam dalam horizon waktu peramalan, faktor yang menentukan hasil sebenarnya, tipe pola data dan berbagai aspek lainnya. Untuk menghadapi penggunaan yang lebih luas, beberapa teknik 15

35 peramalan telah dikembangkan. Teknik tersebut dibagi menjadi dua kategori utama yaitu metode kuantitatif dan metode kualitatif Metode Kualitatif Peramalan kualitatif pada hakikatnya didasarkan pada intuisi atau pengalaman empiris dari perencana atau pengambil keputusan sehingga relatif lebih subjektif. Dalam situasi manajemen dan industri atau pasar yang masih sederhana, peramalan kualitatif dapat memberikan akurasi hasil peramalan yang relatif sama dengan peramalan kuantitatif. Metode kualitatif dapat memberikan hasil yang membias ketika beberapa individu tertentu mendominasi proses peramalan melalui reputasi, kekuatan, atau posisi strategis dalam organisasi. Makridakis et al. (1999) menyatakan bahwa metode peramalan kualitatif tidak memerlukan data seperti halnya dalam metode kuantitatif. Hal tersebut tidak berarti bahwa metode kualitatif tidak memerlukan data kuantitatif. Perbedaanya terletak pada penggunaan data tersebut. Input yang dibutuhkan tergantung pada metode tertentu dan biasanya merupakan hasil dari pemikiran intuitif, pertimbangan dan pengetahuan yang didapat. Pendekatan dengan metode ini seringkali memerlukan input dari sejumlah orang yang telah terlatih secara khusus. Metode peramalan ini terbagi atas metode eksploratoris dan normative. Metode eksploratoris (metode Dalphi, kurvas-s analogi dan penelitian morfologis) dimulai dari masa lalu dan masa kini sebagai titik awalnya dan bergerak secara heuristik dengan melihat semua kemungkinan yang ada. Sedangkan metode normative (matrik keputusan, pohon relevansi dan analisi sistem) dimulai dengan menetapkan sasaran dan tujuan yang akan datang, kemudian melihat ke masa lalu apakah hal ini dapat dicapai, berdasarkan kendala, sumberdaya dan teknologi yang tersedia. Menurut Georgoff dan Murdick (1985) seperti dikutip oleh Geynor dan Kirkpatrick (1994) membagi 16

36 metode kualitatif menjadi dua yaitu berdasarkan pertimbangan (judgement) dan perhitungan (counting). Berdasarkan metode pertimbangan terbagi menjadi naïve extrapolation, sales forces composite dan historical analogy. Sedangkan berdasarkan metode perhitungan, terdiri atas market testing, consumer market servey dan industrial market survey Metode Kuantitatif Peramalan kuantitif memiliki sifat yang objektif karena didasarkan pada keadaan aktual (data) yang diolah dengan menggunakan metode-metode tertentu. Penggunaan suatu metode juga harus didasarkan pada fenomena apa yang akan diramalkan dan tujuan yang ingin dicapai melalui peramalan. Peramalan kuantitatif dapat diterapkan bila terdapat tiga kondisi (Makridakis et al., 1999) berikut: 1. Tersedia informasi masa lalu 2. Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numeric 3. Dapat diasumsikan bahwa pola masa lalu akan terus berlanjut di masa yang akan datang. Dua asumsi pertama merupakan syarat keharusan bagi penerapan metode kuantitatif. Asumsi ke-tiga merupakan syarat kecukupan, artinya walaupun asumsi ke-tiga dilanggar, model yang dirumuskan masih dapat digunakan. Hanya saja akan memberikan kesalahan peramalan yang relatif besar bila perubahan pola data ataupun bentuk hubungan fungsional tersebut terjadi secara sistematis. Peramalan kuantitatif dapat memberikan hasil yang dapat dipertanggungjawabkan karena memiliki dasar yang jelas. Dasar yang digunakan adalah data yang merupakan represensi gambaran aktual masa lalu dan adanya justifikasi teoritik mengenai metode yang digunakan secara 17

37 sistematik, melihat perkembangan teknologi komputer yang semakin pesat, maka peramalan kuatitatif dapat dikatakan sebagai kegiatan yang tidak terlalu sukar untuk diterapkan. Peramalan kuantitatif juga memiliki keterbatasan. Pada dasarnya segala bentuk dan teknik peramalan kuantitatif bersifat eksploratif, yang didasarkan pada suatu pola data atau hubungan sebagai dan akibat antar data. Peramalan kuantitatif mengasumsikan bahwa pola data atau hubungan sebab akibat antar data masih akan berlaku pada periode yang akan datang. Jika terjadi perubahan pola data atau hubungan sebab akibat, maka hasil ramalan menjadi kurang akurat. Akan tetapi hal tersebut dapat dideteksi untuk menentukan ada tidaknya perubahan melalui suatu pendekatan pemantauan (monitoring). Hal yang relatif sulit adalah masalah penyesuaian bentuk pola data atau hubungan sebab akibat antar data setelah ada perubahan, kecuali setelah perubahan telah cukup untuk menetukan pola atau hubungan yang baru. Monitoring dalam peramalan bertujuan untuk memantau sejauh mana suatu model peramalan, baik yang kausal maupun bentuk time series masih dapat digunakan. karena pada kenyataannya tidak jarang terjadi suatu perubahan yang mendasar, misalnya perubahan kebijakan pemerintahan dalam bentuk deregulasi. Melalui metode ini adanya perubahan tersebut dapat dideteksi dengan baik sehingga reformulasi model peramalan dapat dilakukan secepat mungkin. Metode peramalan kuantitatif pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kelompok utama, yaitu metode time series (deret berkala) dan metode kausal. 18

38 2.6. Penelitian Terdahulu Penelitian yang terkait dengan peramalan telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya. Hasil penelitian Ricky (21), Hartono (21), Sugiharta (22) dan Hasibuan (23), sedangkan data penel hasil penelitian Safitri (24) akan diuraikan secara ringkas berikut ini. Ricky (21) melakukan penelitian dengan judul Peramalan Permintaan Paprika untuk perencanaan Produksi pada PT Saung Mirwan (PT SM). Data yang digunakan adalah data permintaan paprika selama 95 minggu. Pola data paprika memiliki unsur tren dan musiman. Unsur tren permintaan paprika disebabkan oleh beberapa hal. Paprika memiliki tren permintaan yang meningkat. Hal tersebut dikarenakan permintaan paprika selain untuk memenuhi pasar lokal, juga untuk memenuhi permintaan pasar ekspor. Selain itu PT SM merupakan perusahaan yang identik dengan produksi paprika berkualitas, sehingga hal tersebut yang mendorong naiknya permintaan. Untuk unsur musiman, biasanya permintaan paprika cenderung meningkat saat hari raya, tahun, baru, liburan sekolah dan ketika negara Belanda sebagai negara produsen paprika tidak berproduksi (November-Februari). Metode peramalan yang digunakan adalan metode winter dan dekomposisi. Peramalan permintaan paprika PT SM dengan menggunakan metode winter memberikan hasil yang terbaik. Galat peramalan untuk permintaan oranye lokal, paprika hijau lokal, kuning lokal, merah lokal, kuning ekspor dan merah ekspor dengan pendekatan MAPE adalah persen, 37 persen, 24 persen, 4 persen dan 4 persen. Penelitian yang dilakukan Ricky hanya menggunakan dua metode time series yaitu metode winter dan dekomposisi pada komoditi paprika. Dalam penelitian ini peneliti menyarankan agar penggunaan metode peramalan terpilih, memberikan batasan beberapa persen galat peramalan yang masih diterima dan mengamati perubahan terhadap permintaan yang terjadi. 19

PERAMALAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BUAH INDONESIA. Oleh: Taufan S Nusantara A

PERAMALAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BUAH INDONESIA. Oleh: Taufan S Nusantara A PERAMALAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BUAH INDONESIA Oleh: Taufan S Nusantara A14103703 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Penawaran

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Penawaran III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Penawaran Teori penawaran secara umum menjelaskan ketersediaan produk baik itu barang dan jasa di pasar yang diharapkan dapat memenuhi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis, oleh karena itu Indonesia memiliki keanekaragaman buah-buahan tropis. Banyak buah yang dapat tumbuh di Indonesia namun tidak dapat tumbuh

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Permintaan III KERANGKA PEMIKIRAN Permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAGING SAPI POTONG DOMESTIK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAGING SAPI POTONG DOMESTIK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAGING SAPI POTONG DOMESTIK SKRIPSI MARUDUT HUTABALIAN A14105571 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Harga Harga yang terjadi di pasar merupakan nilai yang harus dibayarkan konsumen untuk mendapatkan suatu produk yang diinginkannya.

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A14104024 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Permintaan Permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli oleh konsumen selama periode tertentu (Pappas & Hirschey

Lebih terperinci

DAMPAK PENGHAPUSAN TARIF IMPOR KEDELAI DI INDONESIA

DAMPAK PENGHAPUSAN TARIF IMPOR KEDELAI DI INDONESIA DAMPAK PENGHAPUSAN TARIF IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh: RONI A 14105600 PROGRAM SARJANA EKTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN RONI, Dampak Penghapusan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR PISANG INDONESIA SKRIPSI. Oleh : DEVI KUNTARI NPM :

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR PISANG INDONESIA SKRIPSI. Oleh : DEVI KUNTARI NPM : ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR PISANG INDONESIA SKRIPSI Oleh : DEVI KUNTARI NPM : 0824010021 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JATIM

Lebih terperinci

IV. PERKEMBANGAN IMPOR BUAH-BUAHAN DI INDONESIA

IV. PERKEMBANGAN IMPOR BUAH-BUAHAN DI INDONESIA IV. PERKEMBANGAN IMPOR BUAH-BUAHAN DI INDONESIA 4.1. Tren Perdagangan Indonesia pada Komoditas Buah-Buahan Selama periode -2010, Indonesia terus meningkatkan aktivitas perdagangan internasional. Seperti

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam pembangunan perekonomian negara Indonesia. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar penduduk Indonesia yaitu sekitar

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR RAMBUTAN INDONESIA. Oleh : OTIK IRWAN MARGONO A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR RAMBUTAN INDONESIA. Oleh : OTIK IRWAN MARGONO A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR RAMBUTAN INDONESIA Oleh : OTIK IRWAN MARGONO A07400606 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BENIH IKAN PATIN DI DEDDY FISH FARM KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BENIH IKAN PATIN DI DEDDY FISH FARM KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BENIH IKAN PATIN DI DEDDY FISH FARM KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR Oleh : ARI KOMARA A14105514 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER. Oleh : ERWIN FAHRI A

ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER. Oleh : ERWIN FAHRI A ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER Oleh : ERWIN FAHRI A 14105542 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORITIS. adalah perbedaan antara permintaan dan penawaran di suatu negara. Perbedaan

III. KERANGKA TEORITIS. adalah perbedaan antara permintaan dan penawaran di suatu negara. Perbedaan III. KERANGKA TEORITIS 3.1 Konsep Pemikiran Teoritis Pada pasar kopi (negara kecil), keinginan untuk memperdagangkannya adalah perbedaan antara permintaan dan penawaran di suatu negara. Perbedaan antara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas ini mendapatkan

Lebih terperinci

ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN TOMAT BANDUNG DI SUPERMARKET SUPER INDO MUARA KARANG JAKARTA UTARA SKRIPSI

ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN TOMAT BANDUNG DI SUPERMARKET SUPER INDO MUARA KARANG JAKARTA UTARA SKRIPSI ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN TOMAT BANDUNG DI SUPERMARKET SUPER INDO MUARA KARANG JAKARTA UTARA SKRIPSI Oleh: ARIEF FERRY YANTO A14105515 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang selalu ingin menciptakan kesempatan kerja dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui usahausahanya dalam membangun perekonomian.

Lebih terperinci

Latar Belakang Berdasarkan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 237,6 juta jiwa atau bertambah 32,5 juta jiwa sejak tahun

Latar Belakang Berdasarkan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 237,6 juta jiwa atau bertambah 32,5 juta jiwa sejak tahun Latar Belakang Berdasarkan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 237,6 juta jiwa atau bertambah 32,5 juta jiwa sejak tahun 2000. Artinya, setiap tahun selama periode 1990-2000,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang beraneka ragam dan memiliki wilayah yang cukup luas. Hal ini yang membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor strategis dalam pembangunan perekonomian nasional seperti dalam hal penyerapan tenaga kerja dan sumber pendapatan bagi masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tren produksi buah-buahan semakin meningkat setiap tahunnya, hal ini disebabkan terjadinya kenaikan jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Perkembangan tersebut tampak pada

Lebih terperinci

PERENCANAAN KEBUTUHAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU SUSU UHT (Ultra High Temperature) PADA PT. INDOLAKTO - SUKABUMI

PERENCANAAN KEBUTUHAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU SUSU UHT (Ultra High Temperature) PADA PT. INDOLAKTO - SUKABUMI PERENCANAAN KEBUTUHAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU SUSU UHT (Ultra High Temperature) PADA PT. INDOLAKTO - SUKABUMI Oleh : M I A W I D H I A S T U T I A14102009 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki potensi yang besar dalam menghasilkan produksi pertanian. Hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang mampu

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI KEDELAI NASIONAL SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI PENCAPAIAN SWASEMBADA KEDELAI NASIONAL.

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI KEDELAI NASIONAL SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI PENCAPAIAN SWASEMBADA KEDELAI NASIONAL. PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI KEDELAI NASIONAL SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI PENCAPAIAN SWASEMBADA KEDELAI NASIONAL Oleh : DEDY MARETHA A14104530 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi berarti peluang pasar internasional bagi produk dalam negeri dan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi berarti peluang pasar internasional bagi produk dalam negeri dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi membuat keterkaitan ekonomi nasional dengan perekonomian internasional menjadi makin erat. Dalam skala nasional, globalisasi berarti peluang pasar internasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari peran sektor pertanian tersebut dalam perekonomian nasional sebagaimana

Lebih terperinci

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO RINGKASAN ISVENTINA. H14102124. Analisis Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Terhadap Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Input-Output. Di bawah bimbingan DJONI HARTONO. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN BENIH IKAN NILA DI KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN BENIH IKAN NILA DI KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN BENIH IKAN NILA DI KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT Oleh: NORTHA IDAMAN A 14105583 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PERAMALAN PEMPNTAAN SAUURAN PADA PI). PACET SEGAR, CIANJUR. OLEH : Bela Wisastri A

PERAMALAN PEMPNTAAN SAUURAN PADA PI). PACET SEGAR, CIANJUR. OLEH : Bela Wisastri A PERAMALAN PEMPNTAAN SAUURAN PADA PI). PACET SEGAR, CIANJUR OLEH : Bela Wisastri A14101634 PROGRAM EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 BELA WISASTRI 2005. Peramalan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN PASOKAN BELIMBING SEGAR BERDASARKAN PERAMALAN TIME SERIES PADA PT. SEWU SEGAR NUSANTARA

MANAJEMEN PERSEDIAAN PASOKAN BELIMBING SEGAR BERDASARKAN PERAMALAN TIME SERIES PADA PT. SEWU SEGAR NUSANTARA MANAJEMEN PERSEDIAAN PASOKAN BELIMBING SEGAR BERDASARKAN PERAMALAN TIME SERIES PADA PT. SEWU SEGAR NUSANTARA Oleh AHMAD IMAM AMRULLAH HAKIM A.14102655 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam tulisan Anonimous (2012) dikatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia diperlukan asupan gizi yang baik.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan. Pengembangan hortikuktura diharapkan mampu menambah pangsa pasar serta berdaya

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH ANINDITO AJIRESWARA H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH ANINDITO AJIRESWARA H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH ANINDITO AJIRESWARA H14050754 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 2 RINGKASAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai iklim tropis, berpeluang besar bagi pengembangan budidaya tanaman buah-buahan, terutama buah-buahan tropika.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena memiliki kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber daya pertanian seperti lahan, varietas serta iklim yang

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H14084011 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN CENGKEH INDUSTRI ROKOK KRETEK DI INDONESIA OLEH: ROYAN AGUSTINUS SIBURIAN A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN CENGKEH INDUSTRI ROKOK KRETEK DI INDONESIA OLEH: ROYAN AGUSTINUS SIBURIAN A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN CENGKEH INDUSTRI ROKOK KRETEK DI INDONESIA OLEH: ROYAN AGUSTINUS SIBURIAN A14301041 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Permintaan Menurut pengertian sehari-hari permintaan diartikan sebagai jumlah barang yang dibutuhkan. Permintaan ini hanya didasarkan atas kebutuhan saja atau manusia

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BAWANG PUTIH IMPOR DI INDONESIA. Oleh: JUMINI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BAWANG PUTIH IMPOR DI INDONESIA. Oleh: JUMINI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BAWANG PUTIH IMPOR DI INDONESIA Oleh: A 14105565 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komoditi. commit to user

I. PENDAHULUAN. Komoditi. commit to user digilib.uns.ac.id I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permintaan akan konsumsi buah-buahan di Indonesia semakin meningkat. Suhendra (2011) mengatakan bahwa setiap tahun konsumsi buah di Indonesia terus tumbuh

Lebih terperinci

ANALISIS VOLATILITAS HARGA BUAH-BUAHAN INDONESIA (KASUS PASAR INDUK KRAMAT JATI JAKARTA) OLEH BAYU SASONO AJI H

ANALISIS VOLATILITAS HARGA BUAH-BUAHAN INDONESIA (KASUS PASAR INDUK KRAMAT JATI JAKARTA) OLEH BAYU SASONO AJI H ANALISIS VOLATILITAS HARGA BUAH-BUAHAN INDONESIA (KASUS PASAR INDUK KRAMAT JATI JAKARTA) OLEH BAYU SASONO AJI H14052004 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA Oleh : Reni Kustiari Pantjar Simatupang Dewa Ketut Sadra S. Wahida Adreng Purwoto Helena

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA Oleh : AYU LESTARI A14102659 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI IMPOR KACANG KEDELAI NASIONAL PERIODE

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI IMPOR KACANG KEDELAI NASIONAL PERIODE ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI IMPOR KACANG KEDELAI NASIONAL PERIODE 1987 2007 OLEH TRI PURWANTO H14094001 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produktivitas buah-buahan nasional di Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produktivitas buah-buahan nasional di Indonesia memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan produktivitas buah-buahan nasional di Indonesia memiliki urgensi penting karena dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, kesempatan kerja, konsumsi buah,

Lebih terperinci

PERMINTAAN DAN PENAWARAN. Tri Wahyu Nugroho, SP. MSi.

PERMINTAAN DAN PENAWARAN. Tri Wahyu Nugroho, SP. MSi. PERMINTAAN DAN PENAWARAN Tri Wahyu Nugroho, SP. MSi. Materi Kurva Permintaan Faktor faktor yang mempengaruhi permintaan Elastisitas permintaan Kurva Penawaran Faktor faktor yang mempengaruhi penawaran

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pada penelitian tentang penawaran ekspor karet alam, ada beberapa teori yang dijadikan kerangka berpikir. Teori-teori tersebut adalah : teori

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN Oleh: RONA PUTRIA A 14104687 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Terdapat penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan topik dan perbedaan objek dalam penelitian. Ini membantu penulis

Lebih terperinci

IV. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. KERANGKA PEMIKIRAN 52 IV. KERANGKA PEMIKIRAN 4.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Sesuai dengan tujuan penelitian, kerangka teori yang mendasari penelitian ini disajikan pada Gambar 10. P P w e P d Se t Se P Sd P NPM=D CP O

Lebih terperinci

gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Produksi hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan menyumbang pertumbuhan

gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Produksi hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan menyumbang pertumbuhan PENDAHULUAN Latar belakang Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman yang menunjang pemenuhan gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Produksi hortikultura yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Perkembangan Jagung Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang mempunyai

Lebih terperinci

DAMPAK KETERGANTUNGAN PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI TERHADAP SUMBERDAYA ALAM TAK TERBARUKAN (PEMBERLAKUAN KUOTA EKSPOR BATUBARA)

DAMPAK KETERGANTUNGAN PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI TERHADAP SUMBERDAYA ALAM TAK TERBARUKAN (PEMBERLAKUAN KUOTA EKSPOR BATUBARA) DAMPAK KETERGANTUNGAN PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI TERHADAP SUMBERDAYA ALAM TAK TERBARUKAN (PEMBERLAKUAN KUOTA EKSPOR BATUBARA) OLEH BUDI KURNIAWAN H14094019 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi,

III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi, III. KERANGKA TEORI Pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia dapat dilihat dari sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi, keterkaitan ketiga pasar tersebut dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sambutan Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian, Ahmad Dimyati pada acara ulang tahun

I. PENDAHULUAN. 1 Sambutan Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian, Ahmad Dimyati pada acara ulang tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Buah merupakan salah satu komoditas pangan penting yang perlu dikonsumsi manusia dalam rangka memenuhi pola makan yang seimbang. Keteraturan mengonsumsi buah dapat menjaga

Lebih terperinci

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, PERMINTAAN, IMPOR, DAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, PERMINTAAN, IMPOR, DAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA 66 VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, PERMINTAAN, IMPOR, DAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA 6.1. Keragaan Umum Hasil Estimasi Model Model ekonometrika perdagangan bawang merah dalam penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H14103070 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN RINA MARYANI. Analisis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buah-buahan merupakan sumber vitamin A, C, serat, dan mineral yang sangat berguna sebagai zat pengatur tubuh manusia. Vitamin dan mineral yang banyak terkandung dalam

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KOMODITAS KERAMIK DI INDONESIA OLEH HANY LARASSATI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KOMODITAS KERAMIK DI INDONESIA OLEH HANY LARASSATI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KOMODITAS KERAMIK DI INDONESIA OLEH HANY LARASSATI H14103088 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu bidang produksi dan lapangan usaha yang paling tua di dunia yang pernah dan sedang dilakukan oleh masyarakat. Sektor pertanian adalah sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketersediaan bahan pangan adalah ketersediaan bahan pangan secara fisik di suatu wilayah dari segala sumber, baik itu produksi domestik, perdagangan dan bantuan. Ketersediaan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Dasar Perdagangan Internasional Teori perdagangan internasional adalah teori yang menganalisis dasardasar terjadinya perdagangan internasional

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Peramalan Peramalan (forecasting) merupakan upaya memperkirakan apa yang terjadi pada masa yang akan datang. Pada hakekatnya peramalan hanya merupakan suatu perkiraan (guess),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman cabai yang memiliki nama ilmiah Capsicum annuuml. ini berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman cabai yang memiliki nama ilmiah Capsicum annuuml. ini berasal dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman cabai yang memiliki nama ilmiah Capsicum annuuml. ini berasal dari kawasan Amerika Selatan dan Tengah. Tanaman cabai yang dicakup disini adalah cabai merah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Republik Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber daya hewan

Lebih terperinci

ANALISIS POLA PERGERAKAN HARGA KOMODITI OLEIN DI PASAR FISIK JAKARTA DAN PASAR FISIK ROTTERDAM. Oleh : KEMAS IBRAHIM A

ANALISIS POLA PERGERAKAN HARGA KOMODITI OLEIN DI PASAR FISIK JAKARTA DAN PASAR FISIK ROTTERDAM. Oleh : KEMAS IBRAHIM A ANALISIS POLA PERGERAKAN HARGA KOMODITI OLEIN DI PASAR FISIK JAKARTA DAN PASAR FISIK ROTTERDAM Oleh : KEMAS IBRAHIM A14105566 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH HAMBATAN TARIF DAN NON TARIF DI PASAR UNI EROPA TERHADAP EKSPOR KOMODITAS UDANG INDONESIA RIRI ESTHER PAINTE

ANALISIS PENGARUH HAMBATAN TARIF DAN NON TARIF DI PASAR UNI EROPA TERHADAP EKSPOR KOMODITAS UDANG INDONESIA RIRI ESTHER PAINTE ANALISIS PENGARUH HAMBATAN TARIF DAN NON TARIF DI PASAR UNI EROPA TERHADAP EKSPOR KOMODITAS UDANG INDONESIA RIRI ESTHER PAINTE PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK IMPOR GULA TERHADAP HARGA GULA DOMESTIK DAN INDUSTRI GULA INDONESIA. Oleh: AGUS TRI SURYA NAINGGOLAN A

ANALISIS DAMPAK IMPOR GULA TERHADAP HARGA GULA DOMESTIK DAN INDUSTRI GULA INDONESIA. Oleh: AGUS TRI SURYA NAINGGOLAN A ANALISIS DAMPAK IMPOR GULA TERHADAP HARGA GULA DOMESTIK DAN INDUSTRI GULA INDONESIA Oleh: AGUS TRI SURYA NAINGGOLAN A14302003 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP ROKOK KRETEK DI KECAMATAN BOGOR BARAT. Oleh : Muser Hijrah Fery Andi A

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP ROKOK KRETEK DI KECAMATAN BOGOR BARAT. Oleh : Muser Hijrah Fery Andi A ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP ROKOK KRETEK DI KECAMATAN BOGOR BARAT Oleh : Muser Hijrah Fery Andi A.14102695 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU ISSN:

Lebih terperinci

POLICY BRIEF KAJIAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN IMPOR PRODUK HORTIKULTURA. Dr. Muchjidin Rahmat

POLICY BRIEF KAJIAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN IMPOR PRODUK HORTIKULTURA. Dr. Muchjidin Rahmat POLICY BRIEF KAJIAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN IMPOR PRODUK HORTIKULTURA Dr. Muchjidin Rahmat PENDAHULUAN 1. Dalam dekade terakhir impor produk hortikultura cenderung meningkat, akibat dari keterbukaan pasar,

Lebih terperinci

BAB II Permintaan, Penawaran & Keseimbangan

BAB II Permintaan, Penawaran & Keseimbangan BAB II Permintaan, Penawaran & Keseimbangan 2.1. Pengertian Permintaan Permintaan adalah berbagai jumlah barang yang diminta oleh konsumen pada berbagai tingkat harga pada periode tertentu. Hukum permintaan

Lebih terperinci

ANALISIS PERAMALAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME PENJUALAN OBAT HEWAN PT UNIVETAMA DINAMIKA, JAKARTA ALAMANDA YOSY BELLADONA H

ANALISIS PERAMALAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME PENJUALAN OBAT HEWAN PT UNIVETAMA DINAMIKA, JAKARTA ALAMANDA YOSY BELLADONA H ANALISIS PERAMALAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME PENJUALAN OBAT HEWAN PT UNIVETAMA DINAMIKA, JAKARTA ALAMANDA YOSY BELLADONA H14104052 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia 58 V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH 5.1. Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia Bawang merah sebagai sayuran dataran rendah telah banyak diusahakan hampir di sebagian besar wilayah Indonesia.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Pertanian merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING RUMPUT LAUT INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

ANALISIS DAYA SAING RUMPUT LAUT INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL ANALISIS DAYA SAING RUMPUT LAUT INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL SKRIPSI MARK MAJUS RAJAGUKGUK H34066078 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 ANALISIS

Lebih terperinci

Perkembangan luas panen buah-buahan di Indonesia dalam. lain disebabkan terjadinya peremajaan tanaman tua yang tidak produktif

Perkembangan luas panen buah-buahan di Indonesia dalam. lain disebabkan terjadinya peremajaan tanaman tua yang tidak produktif A. LATAR BELAKANG Perkembangan luas panen buah-buahan di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini cenderung mengalami penman, yang antara lain disebabkan terjadinya peremajaan tanaman tua yang tidak

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN EKSPOR BUAH-BUAHAN PADA PT. AGROINDO USAHA JAYA. Oleh : YAYAN MUHAMAD AHYANI A

STRATEGI PEMASARAN EKSPOR BUAH-BUAHAN PADA PT. AGROINDO USAHA JAYA. Oleh : YAYAN MUHAMAD AHYANI A STRATEGI PEMASARAN EKSPOR BUAH-BUAHAN PADA PT. AGROINDO USAHA JAYA Oleh : YAYAN MUHAMAD AHYANI A 14104631 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK (Kasus : Rumah Makan di Kota Bogor) EKO SUPRIYANA A.14101630 PROGRAM STUDI EKSTENSI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Beras sebagai komoditas pokok Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Posisi komoditas beras bagi sebagian besar penduduk Indonesia

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan meramalkan atau memprediksi apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang dengan waktu tenggang (lead time) yang relative lama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perekonomian negara-negara di dunia saat ini terkait satu sama lain melalui perdagangan barang dan jasa, transfer keuangan dan investasi antar negara (Krugman dan Obstfeld,

Lebih terperinci

PEMASARAN HASIL PERTANIAN: Perilaku Harga Produk Pertanian

PEMASARAN HASIL PERTANIAN: Perilaku Harga Produk Pertanian SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT PEMASARAN HASIL PERTANIAN: Perilaku Harga Produk Pertanian Prof. Ir. Ratya Anindita, MSc., Ph.D Lab. Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DOMESTIK MINYAK SAWIT (CPO) DI INDONESIA TAHUN Oleh HARIYANTO H

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DOMESTIK MINYAK SAWIT (CPO) DI INDONESIA TAHUN Oleh HARIYANTO H FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DOMESTIK MINYAK SAWIT (CPO) DI INDONESIA TAHUN 1980-2007 Oleh HARIYANTO H14084006 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN KONSUMSI BUAH NASIONAL DAN BUAH IMPOR DI WILAYAH JAKARTA TIMUR DAN JAKARTA UTARA

ANALISIS PERBANDINGAN KONSUMSI BUAH NASIONAL DAN BUAH IMPOR DI WILAYAH JAKARTA TIMUR DAN JAKARTA UTARA ANALISIS PERBANDINGAN KONSUMSI BUAH NASIONAL DAN BUAH IMPOR DI WILAYAH JAKARTA TIMUR DAN JAKARTA UTARA OLEH TUBAGUS HARRY MULYANA A.14101707 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai agroekologi dataran rendah sampai dataran tinggi yang hampir semua dapat menghasilkan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai agroekologi dataran rendah sampai dataran tinggi yang hampir semua dapat menghasilkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai agroekologi dataran rendah sampai dataran tinggi yang hampir semua dapat menghasilkan buah-buahan. Indonesia menghasilkan banyak jenis buah-buahan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi opresional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

PENGARUH INVESTASI DAN PERTUMBUHAN DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP JUMLAH TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN SKRIPSI MUHAMMAD ISMAIL MAHIR RANGKUTI A

PENGARUH INVESTASI DAN PERTUMBUHAN DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP JUMLAH TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN SKRIPSI MUHAMMAD ISMAIL MAHIR RANGKUTI A PENGARUH INVESTASI DAN PERTUMBUHAN DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP JUMLAH TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN SKRIPSI MUHAMMAD ISMAIL MAHIR RANGKUTI A14104585 PROGRAM EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PERAMALAN HARGA AYAM BROILER DI LIMA KOTA DI SUMATERA BARAT. Oleh ASMIRA AMRI A

PERAMALAN HARGA AYAM BROILER DI LIMA KOTA DI SUMATERA BARAT. Oleh ASMIRA AMRI A i PERAMALAN HARGA AYAM BROILER DI LIMA KOTA DI SUMATERA BARAT Oleh ASMIRA AMRI A14105655 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN ASMIRA

Lebih terperinci

PERMINTAAN DAN PENAWARAN HASIL PERTANIAN

PERMINTAAN DAN PENAWARAN HASIL PERTANIAN PERMINTAAN DAN PENAWARAN HASIL PERTANIAN Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember http://www.adamjulian.net Permintaan menggambarkan keadaan keseluruhan daripada hubungan diantara harga dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada situasi krisis moneter yang melanda lndonesia saat ini harus memikul

I. PENDAHULUAN. pada situasi krisis moneter yang melanda lndonesia saat ini harus memikul I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian yang merupakan tempat para petani mencari nafkah, pada situasi krisis moneter yang melanda lndonesia saat ini harus memikul tanggung jawab paling besar

Lebih terperinci

ISS N OUTLOOK TEH Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2015

ISS N OUTLOOK TEH Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2015 OUTLOOK TEH ISSN 1907-1507 2015 OUTLOOK TEH Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2015 OUTLOOK TEH ii Pusat

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakan pembagian

Lebih terperinci