BAB. Kinerja Pengujian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB. Kinerja Pengujian"

Transkripsi

1 BAB IV PENGUJIAN PENGUAT KELAS D TANPA TAPIS LC Bab ini akan menjelaskan pengujian dari penguat kelas D tanpa tapis LC yang dibuat.pengujian ini terdiri dari dua utama yaitupengujian untuk mengetahui kinerja modulator dan pengujian untuk menentukan sejauh mana spesifikasi penguat kelas Dtanpa tapis LC yang telah dibuat memenuhi target yang diinginkan. Subbab 4.1 akanmenjelaskan pengujian kinerja modulator. Pada pengujian ini akan diketahuitanggapan frekuensi darinoise transfer function (NTF) dan signal transfer function (STF)hasil perancangan. Selain itu, akan dilakukan pengujian pula pada kestabilan modulator yang dapat dilihat pada keterbatasan isyarat error keluaran dari tapis.selanjutnya, penulis akan menguji pembentukan spektral derauyang terjadi pada bagian keluaran dari penguat kelas D yang telah dibuat. Pada subbab 4.2 penulis akan menjelaskan pengujian kinerja penguat kelas D tanpa tapis LC secara keseluruhan untuk mengetahui sejauh mana spesifikasi dari penguat kelas D yang telah dibuat tercapai Pengujian Kinerja Modulator Pada subbab 4.1.1akan menjelaskan mengenai pengujian tanggapan frekuensintf dan STF yang telah dirancang. Pengujian ini bertujuan untuk melihat apakah tanggapan frekuensi NTF dan STF telah sesuai dengan perancangan yang telah dilakukan. Kemudian, pada subbab penulis akan menjelaskan pengujian kestabilan dari modulator untuk melihat apakah modulator yang telah dibuat stabil. Untuk menguji kestabilan dari modulator yang dibuat, penulis akan melihatkeluaran dari tapis yaitu isyarat error ( ). Jika modulator yang dibuat stabil isyarat error ( ) ini akan mempunyai nilai yang terbatas (kurang dari tegangan catu daya yang digunakan). Subbab 4.1 ini akan diakhiri oleh subbab yang akan memperlihatkan pengujian dari pembentukan spektral derau pada bagian keluaran penguat kelas D yang telah penulis rancang untuk mengetahui apakah spektral derau pada keluaran penguat telah sesuai dengan yang diharapkan atau tidak. 48

2 Pengujian Tanggapan FrekuensiNTF dan STF Bab ini akan terbagi menjadi dua pengujian yaitu pengujian NTF yang akan dijelaskan pada subbab dan pengujian STF yang akan dijelaskan pada subbab Pengujian Tanggapan Frekuensi NTF Pengujian ini untuk melihat apakah tanggapan frekuensi dari NTF yang telah direalisasikan sesuai dengan perancangan yang telah dilakukan.pada perancangan, NTF mempunyai tanggapan frekuensi lolos atas dengan frekuensi penggal ada pada 40 khz. Diagram kotak dari pengujian tanggapan NTF ini dapat dilihat pada Gambar 4.1 di bawah ini dengan W(s) merupakan tapis W(s) yang telah direalisasikan dengan rangkaian RC-Opamp seperti yang telah penulis jelaskan pada bagian perancangan. Gambar 4.1. GambaranPengujianTanggapan Frekuensi NTF. Pengukuran dari tanggapan frekuensi NTF dilakukan dengan prosedur sebagai berikut, 1. Susun tapis W(s) sesuai dengan Gambar Ukur besarnya tegangan isyarat masukan yang berasal dari function generator (U1). Pada pengukuran ini diberikan tegangan isyarat masukan sinus U1 sebesar 1 Vp. 3. Variasikan frekuensi isyarat U1 secara bertahap dengan besarnya amplitude isyarat U1 dijaga tetap konstan. Ukur besarnya amplitudo isyarat keluaran (U2) dengan osiloskop pada setiap frekuensi. Besarnya frekuensi yang diberikan dari 20 Hz 40 khz. 49

3 4. Perbandingan tegangan keluaran U2 dengan tegangan isyarat masukan U1 pada setiap frekuensi diekspresikan dalam decibels yaitu. 5. Gambar hasil perbandingan dalam decibels dalam fungsi frekuensi. Dengan metode di atas diperoleh hasil pengukuran tanggapan frekuensi NTF yang dapat dilihat pada Gambar 4.2. Gambar 4.2. Hasil Pengujian TanggapanFrekuensi NTF. Gambar 4.2 menunjukkan grafik tanggapan frekuensi NTF yang dirancang.dari gambar di atas dapat dilihat frekuensi penggal dari NTF ada pada frekuensi 34 khz.nilai frekuensi penggal meleset dari nilai yang diharapkan yaitu 40 khz.hal ini dapat dianalisa karena penguatan yang terjadi pada komponen integrator pada tapis mempunyai penguatan yang sangat besar ( hingga ) dan berpengaruh pada lebar pitadari rangkaian Opamp yang digunakan. Penguatan yang besar akan menyebabkan berkurangnya lebar pita pada tiap rangkaian integrator yang digunakan Pengujian Tanggapan Frekuensi STF Pengujian ini dilakukan untuk melihat tanggapan frekuensi STFyang telah direalisasikan sesuai dengan perancangan yang telah dilakukan. STF diharapkan 50

4 mempunyai penguatan yang rata pada frekuensi khz karena STF akan menentukan tanggapan frekuensi dari keseluruhan penguat kelas D yang dirancang. Diagram kotak dari pengujian tanggapan STF ini dapat dilihat pada Gambar 4.3 di bawah ini Gambar 4.3. GambaranPengujianTanggapan FrekuensiSTF. Pada pengujian STF akan digunakan alat bantu berupa perangkat lunak SpectraLAB. Hal ini dapat dilakukan karena frekuensi pengukuran hanya pada rentang frekuensi 20 Hz 20 khz saja sehingga dapat digunakan alat bantu perangkat lunak pada komputer/pc (kartu suara komputer dapat menjangkau frekuensi ini). Langkah-langkah pengujian denganperangkat lunak SpectraLAB adalah sebagai berikut : 1. Menghubungkan kanal kiri keluaran kartu bunyi dengan kanal masukan rangkaian yang akan diuji dan keluaran rangkaian uji dengan masukan kanal kiri kartu bunyi. Sedangkan kanal kanan keluaran kartu bunyi akan dihubungkan dengan kanal kanan masukan kartu bunyi (kanal kanan kartu bunyi di-loopback). Kanal kiri keluaran kartu bunyi digunakan sebagai masukan ke rangkaian uji sedangkan kanal kanan keluaran kartu bunyi digunakan sebagai isyarat acuan. Keluaran darirangkaian uji dimasukkan ke kanal kiri masukan kartu bunyi dan dibagi dengan isyarat acuan pada kanal kanan masukan kartu bunyi yang besarnya sama dengan isyarat masukan ke rangkaian uji untuk mencari 51

5 tanggapan frekuensi rangkaian uji. Pembagian ini dilakukan dalam ranah frekuensi. 2. Mengatur pengaturan perangkat lunak SpectraLab dengan pengaturan sebagai berikut. - Ragam : real time - FFT : Averaging : infinite - Peak hold : off - Smoothing window : Hanning - Dual channel spectral processing : real transfer function left/ right - Amplitudo scalling : logaritmic - Spectral weighting : flat 3. Mengaktifkan derau putih dan merekam kedua masukan pada jalur masukan kartu bunyi (isyarat acuan dan keluaran penguat daya audio). 4. Menampilkan hasil pengujian dalam bentuk grafik magnitudo tanggapan frekuensi rangkaian uji sebagai fungsi frekuensi (tanggapan frekuensi STF). Dengan metode di atas diperoleh hasil pengukuran tanggapan frekuensi STF yang dapat dilihat pada Gambar

6 Gambar 4.4.Hasil Pengujian TanggapanFrekuensiSTF. Gambar 4.4 menunjukkan grafik tanggapan frekuensi STF yang dirancang. Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa STF mempunyai tanggapan frekuensi yang relatif rata pada frekuensi 20 Hz 20 khzdengan toleransi 0,38 db. Hasil ini sesuai dengan yang diharapkan yaitu tanggapan frekuensi STF akan mempunyai penguatan yang rata pada frekuensi audio (20 Hz 20 khz) dengan toleransi 0,5 db Pengujian Kestabilan Modulator Pengujian ini bertujuan untuk melihat apakah modulator yang dibuat stabil atau tidak.modulator akan dikatakan stabil ketika isyarat error keluaran ( ) mempunyai nilai yang terbatas [5]. Isyarat yang terbatas dapat ditunjukkan dengan melihat apakah isyarat terbatas nilainya, tidak terpotong (clipping) pada aras tegangan catu daya yang digunakan. Pada metode noise-shaping coding, setiap proses pencuplikan, isyarat akan diarahkan untuk menuju 0, seperti yang diilustrasikan pada Gambar 4.5 [18].Hal ini menyebabkan keterbatasan dari isyarat error dan menyebabkan modulator stabil. Keterbatasan dari isyarat error ini akan mempunyai nilai maksimal sesuai dengan persamaan 2.17 yaitu, dimana dan adalah matriks masukan dan keluaran dari persamaan state variable tapis yang telah dirancang dan adalah periode dari frekuensi sampling yang digunakan. Gambar 4.5. Ilustrasi Keterbatasan Isyarat [18]. Pada perancangan yang telah dilakukan, didapatkan nilai matriks dan adalah, 53

7 dan, dan frekuensi cuplik yang digunakan sebesar 1 MHz sehingga didapatkan. Sehingga dari persamaan 2.17 akan didapatkan. Isyarat error ( ) ini dapat dilihat pada keluaran dari tapis G(s) setelah tapis G(s) diimplementasikan ke dalam penguat kelas D tanpa tapis LC yang dirancang seperti yang dapat dilihat pada Gambar 4.6. Gambar 4.6. PengujianIsyarat padakeseluruhanpenguat Kelas D yang Telah Dibuat. Isyarat ini akan diamati menggunakan osiloskop sesuai dengan Gambar 4.6. Pengamatan isyarat ini akan dilakukan dengan kondisi isyarat masukan dinolkan atau dihubungkan ke tanah (ground). Hasil dari pengujian ini dapat dilihat pada Gambar

8 Gambar 4.7. Keterbatasan Isyarat yang Diamati dengan Osiloskop (besarnya Volts/div = 2 Volt). Dari Gambar 4.7 dapat dilihat Volt. Nilai ini cukup jauh dengan nilai hasil perhitungan, yaitu 0,81.Hal ini disebabkan oleh ketidaksesuaian frekuensi respon yang dihasilkan oleh rangkaian tapis dengan perancangan yang telah dibuat.namun, hal ini tidak menjadi masalah karena dapat dilihat bahwa isyarat mempunyai nilai yang terbatas meskipun tidak sesuai dengan perhitungan.ini menunjukkan bahwa modulator yang dibuat telah stabil Pengujian Pembentukan Derau (Noiseoise-Shaping) yang Terjadi pada Bagian Keluaran Penguat Teknik penyandian noise-shaping yang dipakai dalam perancangan penguat kelas D bertujuan membentuk spektral derau pada bagian keluaran dengan menekan derau pada frekuensi audio (20 20 khz) dan memindahkannya ke frekuensi yang lebih tinggi dari frekuensi audio. Pada perancangan, derau pada keluaran akan dibentuk dengan tanggapan frekuensi lolos atas dengan frekuensi penggal sebesar 40 khz seperti yang telah penulis jelaskan pada subbab 3.1. Derau yang terbentuk pada keluaran penguat diamati dengan menggunakan spectrum analyzer (SR760 FFT Spectrum Analyzer) dengan kondisi masukan dinolkan (dihubungkan dengan terminal ground).gambaran pengujian dapat dilihat seperti pada Gambar

9 Gambar 4.8.Gambaran Pengujian Pembentukan Derau yang Terjadi pada Bagian Keluaran Penguat Kelas D Tanpa Tapis LC yang Telah Dibuat. Hasil dari pengujian pembentukan spektral derau yang terjadi pada penguat kelas D tanpa tapis LC yang dibuat dapat dilihat pada Gambar 4.9 di bawah ini. Gambar 4.9. Spektral Derau yang Terbentuk pada Keluaran Penguat Kelas D Tanpa Tapis LC yang Dirancang. Dapat dilihat dari Gambar 4.9 bahwa spektrum keluaran dari penguat kelas D yang penulis rancang telah dapat menekan derau hingga -45 db pada frekuensi 20 Hz hingga frekuensi sekitar 10 khz kemudian spektrum derau akan mulai meningkat hingga -25 db pada frekuensi 20 khz. Bentuk dari spektrum keluaran pada frekuensi 20 Hz 40 khz telah 56

10 membentuk tanggapan tapis lolos tinggi, namun frekuensi penggalnya tidak sesuai dengan tanggapan frekuensi NTF seperti yang telah diuji pada subbab Pada pengujian ini didapatkan frekuensi penggalnya ada pada frekuensi 22 khz, tidak sesuai dengan tanggapan NTF yang terukur yaitu 34 khz.hal ini disebabkan tapis telah diimplementasikan ke dalam rangkaian penguat secara keseluruhan. Keterbatasan dari GBW opamp yang digunakan menyebabkan berubahnya frekuensi penggal dari tanggapan NTF. Telah disebutkan sebelumnya bahwa pada bagian integrator dari tapis yang dirancang mempunyai penguatan yang sangat besar (dapat mencapai 10 6 ) dan setelah diimplementasikan ke dalam rangkaian, tapis akan mengolah isyarat dengan frekuensi hingga 1 MHz, sehingga dibutuhkan opamp dengan GBW yang besar Pengujian Kinerja Keseluruhan Penguat Pengujian terhadap penguat kelas D tanpa tapis LC dengan modulasi tiga aras yang dirancang meliputi [12], [13]: 1. Pengukuran daya keluaran maksimum 2. Pengukuran (Total Harmonics Distortion) THD 3. Pengukuran tanggapan frekuensi 4. Pengukuran kepekaan penguat 5.Pengukuran Signal to Noise Ratio (SNR) 6.Pengukuran efisiensi penguat Masing-masing pengukuran di atas akan diuraikan lebih lanjut pada subbab-subbab bawah ini Pengukuran Daya Keluaran Maksimum Pengukuran ini bertujuan untuk mengukur daya keluaran maksimum yang dapat dihasilkan oleh penguat yang telah dibuat. Penguat audio yang dirancang diharapkan mampu menghasilkan daya keluaran maksimum sebesar 20 Watt. Adapun pengukuran ini dilakukan dengan gambaran sebagai berikut: 57

11 Gambar 4.10.Gambaran Pengukuran Daya Keluaran dari Penguat Audio. Untuk mengukur besarnya tegangan isyarat masukan digunakan peranti spectrum analyzer (SR760 FFT Spectrum Analyzer). Masukan isyarat uji akan berupa isyarat sinus dari function generator(gfg-813function Generator). Pengukuran THD dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: 1. Susun penguat seperti pada gambar Penguat diberikan isyarat masukan sinus dengan frekuensi 1 khz. Amplitudo isyarat masukan dinaikkan hingga terjadi distorsi pada keluaran yang akan diamati dengan spektrum analyzer. Isyarat keluaran sebelum terjadinya distorsi ini merupakan amplitudo maksimum yang dihasilkan penguat (catat sebagai Vmax). 3. Daya keluaran dapat dihitung sebagai berikut. Gambar 4.11 di bawah ini menunjukkan spektrum keluaran dari penguat sebelum terjadi distorsi (a) dan sesudah terjadi distorsi (b). 58

12 (a) (b) Gambar (a). Spektrum Keluaran Penguat Ketika Tegangan Keluaran Sebesar 5,3 Volt. (b) Spektrum Keluaran Penguat Ketika Tegangan Keluaran Sebesar 5,7 Volt. Dari hasil pengujian, amplitudo maksimum penguat sebelum terjadinya distorsi pada keluaran adalah sebesar Vmax = 5.3 Volt. Ketika tegangan masukan dinaikkan sehingga tegangan pada keluaran lebih dari 5,3 Volt, terjadi distorsi pada keluaran seperti dapat dilihat pada gambar 4.11 (b) untuk tegangan keluaran penguat sebesar 5,7 Volt akan terjadi kenaikan spektrum pada daerah frekuensi tinggi (dapat dilihat pada gambar (b) yang dilingkari oleh garis putih) yang mengakibatkan kenaikan THD dari penguat kelas D. Sehingga daya keluaran maksimum akan terjadi saat tegangan keluaran sebesar 5,3 Voltatau daya keluaran maksimum penguat sebesar 7 Watt. Pada spesifikasi diharapkan daya keluaran yang dapat dicapai penguat adalah sebesar 20 Watt. Hasil pengujian yang jauh dari spesifikasi ini disebabkan faktor keterbatasan nilai masukan pada teknik penyandian noise-shaping yang tidak disadari oleh penulis dalam perancangan. Teknik penyandian noise-shaping akan mempunyai keterbatasan rentang nilai masukan yang juga berarti akan mempunyai keterbatasan rentang nilai keluaran pula. Keterbatasan nilai masukan dari teknik penyandian noise-shaping adalah [18],, untuk tingkat kuantisasi ternormalisasi ( ). dimana, rentang nilai masukan penyandi noise-shaping periode dari frekuensi pencuplikan dan merupakan koefisien polinomial dari tapis yang dirancang dimana, 59

13 Pada perancangan, tapis W(s) akan mempunyai tanggapan frekuensi sebagai berikut,.. Sehingga, dari hasil perhitungan akan didapatkan rentang masukan adalah sebesar,. Pada penguat kelas D yang dirancang besarnya tingkat kuantisasi adalah 10V. Sehingga keluaran maksimum dari penguat adalah sebesar (0,59)(10 V) = 5,9 V dan didapatkan daya keluaran maksimum sebesar. Pada hasil pengukuran kenaikan THD secara drastis dimulai pada daya keluaran sebesar 7 Watt atau tegangan pada keluaran adalah sebesar. Perbedaan hasil perhitungan dan ini disebabkan oleh realisasi dari tapis tidak menghasilkan tanggapan frekuensi yang persis sama dengan tanggapan frekuensi yang ditetapkan pada perancangan Pengukuran THD Pengukuran ini bertujuan untuk mengukur THD dari penguat kelas D tanpa tapis LC yang telah dirancang. Penguat audio yang dirancang diharapkan dapat menghasilkan THD < 0.5%. Adapun pengukuranini dilakukan dengan gambaran sebagai berikut: 1. Susun penguat seperti pada gambar Berikan isyarat masukan berupa isyarat sinusoidal sehingga menghasilkan keluaran maksimum pada keluaran penguat. Frekuensi isyarat masukan akan divariasikan pada frekuensi rendah 20 Hz hingga 100 Hz karena penguat akan mempunyai THD yang bernilai besar pada frekuensi rendah (semakin banyak harmonik yang terukur pada keluaran penguat). 3. Catat besarnya THD keluaran penguat ( ) dan yang dihasilkan spectrum analyzer untuk masing-masing frekuensi uji. Catat pula besarnya THD isyarat 60

14 masukan ( ) yang berasal dari function generator untuk masing-masing frekuensi uji. 4. THD dari penguat dapat dicari yaitu,. 5. Gambarkan hasil THD dari penguat yang telah didapat terhadap frekuensi. Dengan langkah-langkah di atas akan diperoleh hasil pengukuran THD penguat adalah sebagai berikut : X: Y: Gambar Grafik THD vs frekuensi. Dari hasil pengukuran, THD terbesar yang terukur adalah sebesar 0.976% pada frekuensi 40 Hz. THD dari penguat akan mempunyai nilai paling besar pada frekuensi rendah dikarenakan semakin banyaknya harmonik-harmonik yang terukur pada rentang frekuensi audio. Oleh karena itu, karakteristik THD dari penguat secara keseluruhan dapat dilihat dari karakteristik THD penguat pada frekuensi rendah. Dari hasil pengukuran, didapatkan karakteristik THD penguat adalah < 0.976% yang diukur pada daya maksimumnya (7 Watt). 61

15 THD dari penguat tidak memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan (< 0.5%). Hal ini dimungkinkan oleh pemberian waktu tunda (dead-time) pada rangkaian switching logic yang berguna untuk mencegah terjadinya kondisi shoot-through pada MOSFET yang dikonfigurasikan ke dalam rangkaian jembatan penuh. Dengan memberikan dead-time akan berpengaruh kepada kenaikan THD dari penguat kelas D [20] Pengukuran Tanggapan Frekuensi Pengukuran ini bertujuan untuk mengukur tanggapan frekuensi dari penguat kelas D yang dirancang.adapun pada pengukuran diinginkan penguat mempunyai tanggapan frekuensi yang rata pada frekuensi 20 20kHz dengan toleransi 0.5 db. Keluaran dari penguat kelas D yang dirancang terdiri dari komponen frekuensi audio masukan dan frekuensi tinggi hasil modulasi. Pada pengukuran ini, tapis lolos rendah setelah keluaran dari penguat diperlukan untuk menapis frekuensi tinggi yang berasal dari derau yang terbentuk pada frekuensi tinggi proses dari pensaklaran [16]. Tapis lolos rendah yang digunakan merupakan tapis aktif lolos rendah orde 4 dengan tanggapan Butterworth dengan frekuensi penggal 30 khz.tanggapan dipilih Butterworth karena tanggapan Butterworth mempunyai tanggapan yang rata pada pita lolosnya. Sedangkan frekuensi penggal diatur di atas 20 khz agar didapat tanggapan frekuensi yang rata pada khz [16]. Penguat kelas D yang dirancang mempunyai keluaran BTL (Bridge-Tied Load), sehingga akan ditambahkan untai penguat selisih pada bagian keluaran dari penguat. Hal ini bertujuan agar keluaran dari penguat menjadi single-ended sehingga isyarat keluaran dapat dimasukkan ke jalur masukan komputer untuk dilakukan analisis dengan program SpectraLAB. Pada penguat selisih diberikan penguatan sebesar 0,1 kali. Hal ini dikarenakan aras tegangan keluaran dari penguat terlalu besar untuk dimasukkan ke dalam bunyi suara komputer. Oleh karenanya diberikan pelemahan sebelum masuk ke dalam kartu bunyi pada komputer. Gambaran rangkaian pengukuran dapat dilihat pada Gambar Untuk gambar rangkaian dari tapis lolos rendah serta penguat selisih yang digunakan dapat dilihat pada lembar lampiran. 62

16 Gambar Skema Rangkaian yang Digunakan untuk Pengujian Tanggapan Frekuensi. Pengukuran tanggapan frekuensi akan dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak komputer SpectraLAB. Gambaran metode pengukuran dapat dilihat pada Gambar Gambar 4.14.Gambaran Metode Pengukuran Tanggapan Frekuensi dari Penguat Kelas D. Langkah-langkah dengan menggunakan perangkat lunak SpectraLAB adalah sebagai berikut. 1. Menghubungkan kanal kiri keluaran kartu bunyi dengan kanal masukan penguat audio yang akan diuji dan keluaran rangkaian pengujian dengan masukan kanal kiri kartu bunyi. Sedangkan kanal kanan keluaran kartu bunyi akan dihubungkan dengan kanal kanan masukan kartu bunyi (kanal kanan kartu bunyi di- 63

17 loopback). Kanal kiri keluaran kartu bunyi digunakan sebagai masukan ke penguat isyarat audio sedangkan kanal kanan keluaran kartu bunyi digunakan sebagai isyarat acuan. Keluaran penguat daya dimasukkan ke kanal kiri masukan kartu bunyi dan dibagi dengan isyarat acuan pada kanal kanan masukan kartu bunyi yang besarnya sama dengan isyarat masukan ke penguat audio untuk mencari tanggapan frekuensi penguat daya. Pembagian ini dilakukan dalam ranah frekuensi. 2. Mengatur pengaturan perangkat lunak SpectraLab dengan pengaturan sebagai berikut. - Ragam : real time - FFT : Averaging : infinite - Peak hold : off - Smoothing window : Hanning - Dual channel spectral processing : real transfer function left/ right - Amplitudo scalling : logaritmic - Spectral weighting : flat 3. Mengaktifkan derau putih dan merekam kedua masukan pada jalur masukan kartu bunyi (isyarat acuan dan keluaran penguat daya audio). 4. Menampilkan hasil pengujian dalam bentuk grafik magnitudo tanggapan frekuensi penguat daya audio sebagai fungsi frekuensi pada jendela spectrum pada program SpectraLAB. Dengan metode di atas diperoleh hasil pengukuran tanggapan frekuensi dari penguat kelas D yang telah dibuat dapat dilihat pada Gambar

18 Gambar Grafik Tanggapan Frekuensi Penguat Kelas D Tanpa Tapis LC yang Dirancang. Dari hasil pengukuran, didapat tanggapan frekuensi dari penguat yang telah dibuat mempunyai tanggapan frekuensi 20 Hz 20 khz dengan toleransi 0,53 db. Hal inicukup sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan Pengukuran Kepekaan Penguat Pengukuran ini bertujuan untuk memperoleh karakteristik penguat terhadap seberapa besar isyarat masukan yang masuk ke penguat sehingga dihasilkan daya tertentu. Pada perancangan diberikan spesifikasi kepekaan penguat sebesar 0.1 V/W. penguat akan mampu menghasilkan daya keluaran 1 Watt pada beban 4 Ohm dengan isyarat masukan sebesar 0.1 V. pengukuran kepekaan penguat kelas D dilakukan dengan gambaran seperti di bawah ini. Pengukuran kepekaan dari penguat dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: 1. Susun penguat seperti pada gambar Atur isyarat masukan yang berasal dari function generator(gfg-813 Function Generator) sehingga diperoleh isyarat keluaran pada penguat sebesar 2 Vp yang merupakan representasi untuk daya keluaran 1 Watt. 65

19 3. Ukur besarnya isyarat masukan dengan osiloskop. Besarnya tegangan isyarat masukan tersebut menunjukkan kepekaan dari penguat. Dengan metode di atas, diperoleh hasil pengukuran kepekaan dari penguat kelas D yang telah dibuat yaitu saat diberikan isyarat masukan gelombang sinus dengan amplitudo puncak sebesar 0,1 V pada frekuensi 1 khz, penguat menghasilkan keluaran isyarat sinus dengan amplitudo 2V sehingga dihasilkan daya keluaran sebesar 1 Watt pada beban4 Ohm Pengukuran Signal to Noise Ratio (SNR) Pengukuran ini bertujuan untuk memperoleh karakteristik penguat kelas D tanpa tapis LC yang telah dibuat dalam kaitan dengan derau yang timbul pada penguat.besarnya SNR penguat kelas D yang diinginkan adalah sebesar > 97 db. Gambar 4.16 di bawah ini menunjukkan gambaran pengujian SNR dari penguat. Tapis lolos rendah diperlukan pada pengukuranuntuk menapis frekuensi tinggi yang berasal dari derau yang terbentuk pada frekuensi tinggi proses dari pensaklaran [16].Tapis lolos rendah yang digunakan merupakan tapis aktif lolos rendah orde 4 dengan tanggapan Butterworth dengan frekuensi penggal 30 khz. Gambar 4.16.Gambaran Pengujian SNR dari Penguat Audio Kelas D Tanpa Tapis LC. Tahapan-tahapan pengukuran SNR penguat kelas D tanpa tapis LC adalah sebagai berikut, 66

20 1. Berikan isyarat masukan sinus pada frekuensi 1 khz pada terminal masukan dari penguat sehingga menghasilkan isyarat keluaran dengan penguatan maksimum. 2. Ukur besarnya isyarat keluaran tersebut (dalam Vrms). Nyatakan dalam Usignal. 3. Terminal masukan dari penguat dihubungkan dengan ground kemudian ukur besarnya Vrms dari isyarat keluaran tersebut menggunakan multimeter digital (Fluke 26III True RMS Multimeter), nyatakan isyarat keluaran dalam Unoise. 4. SNR diperoleh dengan persamaan,. Pengukuran yang telah dilakukan dengan tahapan seperti di atas dan diperoleh besarnya Usignal = 4.17Vrms dan besarnya Unoise = 150mVrms. Sehingga besarnya SNR dari penguat yang dirancang sebesar SNR =28.88 db. Dari hasil pengujian SNR di atas didapatkan penguat memberikan SNR yang jauh lebih rendah dari spesifikasi yang diinginkan.hal ini disebabkan oleh derau yang dapat ditekan oleh penguat hanya dapat mencapai -45 db pada frekuensi (20 Hz 10 khz) dan meningkat hingga -25 db pada 20 khz, seperti yang telah disebutkan pengujian pada subbab Oleh karena itu, didapatkan nilai SNR yang jauh dari yang diharapkan Pengukuran Efisiensi Penguat Kelas D tanpa Tapis LC Pengukuran ini bertujuan untuk memperoleh efisiensi dari penguat kelas D tanpa tapis LC yang telah dibuat.pada spesifikasi, diharapkan efisiensi dari penguat > 85%.Metode pengukuran dari efisiensi penguat kelas D tanpa tapis LC dapat dilihat pada Gambar

21 Gambar Gambaran Pengukuran Efisiensi Penguat Kelas D Tanpa Tapis LC [19]. Tahapan-tahapan pengukuran efisiensi penguat kelas D tanpa tapis LC adalah sebagai berikut, 1. Berikan isyarat masukan gelombang sinus dengan frekuensi 1 khz pada terminal masukan penguat. 2. Atur isyarat masukan agar pada keluaran didapatkan keluaran maksimum dari penguat. Catat nilai tegangan rms maksimum dari penguat sebagai Vo. 3. Ukur tegangan dan arus rata-rata yang dikeluarkan oleh catu daya untuk mencatu rangkaian penguat kelas D. Catat nilai tegangan rata-rata sebagai Vs dan arus rata-rata sebagai Is. 4. Ukur tegangan rms pada resistor 0.1 Ohm dan catat sebagai Vr. 5. Efisiensi dari penguat kelas D tanpa tapis LC dapat dirumuskan sebagai berikut,. Dari hasil pengukuran, didapatkan Vo = 4.16 Vrms, Vr = 107,6 mvrms, Vs = 10 V dan Is = 0,69 A. Dari hasil perhitungan, didapatkan. Efisiensi dari penguat kelas D tanpa tapis LC yang telah dibuat tidak dapat mencapai sesuai spesifikasi yang diharapkan yaitu 85%. Hal ini dapat dianalisa adanya 68

22 derau yang cukup besar pada penguat yaitu sekitar -45 db (dilihat pada spektrum keluaran penguat), sehingga komponen pensaklaran yaitu MOSFET akan melakukan melakukan proses pensaklaran yang disebabkan oleh derau. Hal ini akan meningkatkan besarnya arus rata-rata yang ditarik dari catu daya, sehingga menyebabkan berkurangnya efisiensi dari penguat yang telah dibuat. Selain itu, hal ini juga disebabkan oleh penggunaan komponen MOSFET yang digunakan. Pada perancangan MOSFET jembatan penuh digunakan MOSFET tipe P dan N. MOSFET tipe P mempunyai Rds(ON) yang jauh lebih besar dari tipe N, sehingga MOSFET tipe P akan menghasilkan disipasi daya yang besar jika dibandingkan dengan MOSFET tipe N. 69

BAB III PERANCANGAN PENGUAT KELAS D

BAB III PERANCANGAN PENGUAT KELAS D BAB III PERANCANGAN PENGUAT KELAS D TANPA TAPIS LC PADA BAGIAN KELUARAN DENGAN MODULASI TIGA ARAS Pada bab III penulis akan menjelaskan perancangan dari penguat kelas D tanpa tapis LC dengan menerapkan

Lebih terperinci

PENGUAT AUDIO KELAS D TANPA TAPIS LC DENGAN MODULASI TIGA ARAS

PENGUAT AUDIO KELAS D TANPA TAPIS LC DENGAN MODULASI TIGA ARAS PENGUAT AUDIO KELAS TANPA TAPIS LC DENGAN MODULASI TIGA ARAS Suryo Santoso, F. Dalu Setiaji, Matias H.W. Budhianto PENGUAT AUDIO KELAS D TANPA TAPIS LC DENGAN MODULASI TIGA ARAS Suryo Santoso 1, F. Dalu

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1.(a). Blok Diagram Kelas D dengan Dua Aras Keluaran. (b). Blok Diagram Kelas D dengan Tiga Aras Keluaran.

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1.(a). Blok Diagram Kelas D dengan Dua Aras Keluaran. (b). Blok Diagram Kelas D dengan Tiga Aras Keluaran. BAB II DASAR TEORI Dalam bab dua ini penulis akan menjelaskan teori teori penunjang utama dalam merancang penguat audio kelas D tanpa tapis LC pada bagian keluaran menerapkan modulasi dengan tiga aras

Lebih terperinci

B B BA I PEN EN A D HU LU N 1.1. Lat L ar B l e ak an Mas M al as ah

B B BA I PEN EN A D HU LU N 1.1. Lat L ar B l e ak an Mas M al as ah BAB I PENDAHULUAN Pada tugas akhir ini penulis akan merancang dan membuat penguat audio kelas D tanpa tapis induktor-kapasitor (LC) yang memanfaatkan modulasi tiga aras. Pada bab I, penulis akan menjelaskan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukan pengujian adalah mengetahui sejauh mana kinerja hasil perancangan yang

Lebih terperinci

MODULASI TIGA ARAS. oleh Suryo Santoso

MODULASI TIGA ARAS. oleh Suryo Santoso PENGUAT AUDIO KELAS D TANPA TAPIS LC DENGAN MODULASI TIGA ARAS oleh Suryo Santoso NIM : 612007021 Skripsi Untuk melengkapi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA. Pengukuran dan analisa dilakukan bertujuan untuk mendapatkan

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA. Pengukuran dan analisa dilakukan bertujuan untuk mendapatkan BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA Pengukuran dan analisa dilakukan bertujuan untuk mendapatkan spesifikasi alat sehingga memudahkan menganalisa rangkaian. Pengukuran dilakukan pada setiap titik pengukuran

Lebih terperinci

PENGUAT AUDIO KELAS D DENGAN UMPAN BALIK TIPE BUTTERWORTH

PENGUAT AUDIO KELAS D DENGAN UMPAN BALIK TIPE BUTTERWORTH PENGUAT AUDIO KELAS D DENGAN UMPAN BALIK TIPE BUTTERWORTH Gunawan Dewantoro *, Franciscus Dalu Setiaji, Tio Pragustha Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Elektronika dan Komputer Universitas

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pembahasan pada bab ini berisi penjelasan cara pengujian beserta hasil pengujian untuk melihat apakah hasil perancangan sistem penyama beserta analisisnya memenuhi sasaran

Lebih terperinci

Tipe op-amp yang digunakan pada tugas akir ini adalah LT-1227 buatan dari Linear Technology dengan konfigurasi pin-nya sebagai berikut:

Tipe op-amp yang digunakan pada tugas akir ini adalah LT-1227 buatan dari Linear Technology dengan konfigurasi pin-nya sebagai berikut: BAB III PERANCANGAN Pada bab ini berisi perancangan pedoman praktikum dan perancangan pengujian pedoman praktikum dengan menggunakan current feedback op-amp. 3.. Perancangan pedoman praktikum Pada pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dijelaskan gambaran latar belakang dan tujuan diperlukannya perancangan sistem penyuara dengan cacat minimal. Kemudian penulis menjelaskan spesifikasi perancangan yang akan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukan pengujian adalah mengetahui sejauh mana kinerja hasil perancangan yang

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukan pengujian adalah mengetahui sejauh mana kinerja hasil perancangan yang

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PROTOTIPE BAND PASS FILTER UNTUK OPTIMASI TRANSFER DAYA PADA SINYAL FREKUENSI RENDAH; STUDI KASUS : SINYAL EEG

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PROTOTIPE BAND PASS FILTER UNTUK OPTIMASI TRANSFER DAYA PADA SINYAL FREKUENSI RENDAH; STUDI KASUS : SINYAL EEG PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PROTOTIPE BAND PASS FILTER UNTUK OPTIMASI TRANSFER DAYA PADA SINYAL FREKUENSI RENDAH; STUDI KASUS : SINYAL EEG LISA SAKINAH (07 00 70) Dosen Pembimbing: Dr. Melania Suweni Muntini,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN SISTEM PENYUARA

BAB IV PENGUJIAN SISTEM PENYUARA BAB IV PENGUJIAN SISTEM PENYUARA Pengujian perancangan yang dilakukan penulis terdiri dari pengukuran tanggapan magnitudo dan impedansi sistem penyuara. Pengujian dilakukan pada tiap bagian perancangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini dijelaskan teori yang diperlukan untuk merealisasikan sistem penyuara dengan cacat minimal. Penulisan landasan teori ini dikhusukan pada bagian-bagian penunjang yang

Lebih terperinci

MODULATOR DAN DEMODULATOR. FSK (Frequency Shift Keying) Budihardja Murtianta

MODULATOR DAN DEMODULATOR. FSK (Frequency Shift Keying) Budihardja Murtianta MODULATOR DAN DEMODULATOR FSK (Frequency Shift Keying) Budihardja Murtianta Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik UKSW Jalan Diponegoro 52-60, Salatiga 50711 Email: budihardja@yahoo.com Intisari

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. sebagian besar masalahnya timbul dikarenakan interface sub-part yang berbeda.

BAB II DASAR TEORI. sebagian besar masalahnya timbul dikarenakan interface sub-part yang berbeda. BAB II DASAR TEORI. Umum Pada kebanyakan sistem, baik itu elektronik, finansial, maupun sosial sebagian besar masalahnya timbul dikarenakan interface sub-part yang berbeda. Karena sebagian besar sinyal

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk. memperoleh transmisi yang efisien dan handal.

BAB II DASAR TEORI. Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk. memperoleh transmisi yang efisien dan handal. BAB II DASAR TEORI 2.1 Modulasi Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk memperoleh transmisi yang efisien dan handal. Pemodulasi yang merepresentasikan pesan yang akan dikirim, dan

Lebih terperinci

Mono Amplifier Class D menggunakan Semikron SKHI 22B dan IGBT Module Semikron SKM75GB128DN

Mono Amplifier Class D menggunakan Semikron SKHI 22B dan IGBT Module Semikron SKM75GB128DN JURNAL DIMENSI TEKNIK ELEKTRO Vol. 1, No. 1, (2013) 29-36 29 Mono Amplifier Class D menggunakan Semikron SKHI 22B dan IGBT Module Semikron SKM75GB128DN Ivan Christanto Jurusan Teknik Elektro, Universitas

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Modulator Binary Phase Shift Keying

Perancangan Sistem Modulator Binary Phase Shift Keying Perancangan Sistem Modulator Binary Phase Shift Keying Deddy Susilo 1, Budihardja Murtianta 2, Arivia Aurelia Devina Pramono 3 Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Elektronika dan Komputer, Universitas

Lebih terperinci

BAB IV Pengujian. Gambar 4.1 Skema pengujian perangkat keras

BAB IV Pengujian. Gambar 4.1 Skema pengujian perangkat keras BAB IV Pengujian 4.1 Pendahuluan Untuk mengetahui kinerja perangkat filter anti-gempa yang telah dibuat, dalam tahap akhir penelitian ini dilakukan beberapa pengujian. Pengujian yang dilakukan terdiri

Lebih terperinci

3.1. Gambaran Sistem Penyuara dan Kotak yang Digunakan

3.1. Gambaran Sistem Penyuara dan Kotak yang Digunakan BAB III PERANCANGAN Pada bab ini penulis menjelaskan perancangan sistem penyuara dengan cacat minimal. Perancangan sistem penyuara dengan cacat minimal yang dilakukan meliputi untai L-pad, Zobel, dan crossover.

Lebih terperinci

penulisan ini dengan Perancangan Anti-Aliasing Filter Dengan Menggunakan Metode Perhitungan Butterworth. LANDASAN TEORI 2.1 Teori Sampling Teori Sampl

penulisan ini dengan Perancangan Anti-Aliasing Filter Dengan Menggunakan Metode Perhitungan Butterworth. LANDASAN TEORI 2.1 Teori Sampling Teori Sampl PERANCANGAN ANTI-ALIASING FILTER DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERHITUNGAN BUTTERWORTH 1 Muhammad Aditya Sajwa 2 Dr. Hamzah Afandi 3 M. Karyadi, ST., MT 1 Email : muhammadaditya8776@yahoo.co.id 2 Email : hamzah@staff.gunadarma.ac.id

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM PENYAMA

BAB III PERANCANGAN SISTEM PENYAMA BAB III PERANCANGAN SISTEM PENYAMA Pembahasan pada bab ini berisi perancangan sistem medan jauh penyuara dalam bentuk program pada perangkat lunak Python yang akan dijalankan oleh Rasberry Pi B. Pada subbab

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem perangkat keras dari UPS (Uninterruptible Power Supply) yang dibuat dengan menggunakan inverter PWM level... Gambaran Sistem input

Lebih terperinci

BALIKAN (FEEDBACK) V I. BALIKAN. GAMBAR 15.1 SKEMA RANGKAIAN DASAR BALIKAN

BALIKAN (FEEDBACK) V I. BALIKAN. GAMBAR 15.1 SKEMA RANGKAIAN DASAR BALIKAN BALIKAN (FEEDBACK) V I. BALIKAN. GAMBAR 15.1 SKEMA RANGKAIAN DASAR BALIKAN 15 BALIKAN (FEEDBACK) 15.1 Dasar Penguat Balikan Karena sebuah transistor dapat memberikan penguatan > 100 kali, kita hanya memerlukan

Lebih terperinci

PERCOBAAN 4 RANGKAIAN PENGUAT KLAS A COMMON EMITTER

PERCOBAAN 4 RANGKAIAN PENGUAT KLAS A COMMON EMITTER PERCOBAAN 4 RANGKAIAN PENGUAT KLAS A COMMON EMITTER 4.1 Tujuan dan Latar Belakang Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mendemonstrasikan cara kerja dari Power Amplifier kelas A common-emitter. Amplifier

Lebih terperinci

DEMODULASI DELTA. Budihardja Murtianta

DEMODULASI DELTA. Budihardja Murtianta DEMODULASI DELTA DEMODULASI DELTA Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik UKSW Jalan Diponegoro 52-60, Salatiga 50711 Email: budihardja@yahoo.com INTISARI Demodulasi Delta merupakan salah satu dari

Lebih terperinci

Lampiran A. Praktikum Current Feedback OP-AMP. Percobaan I Karakteristik Op-Amp CFA(R in,vo max. Slew rate)

Lampiran A. Praktikum Current Feedback OP-AMP. Percobaan I Karakteristik Op-Amp CFA(R in,vo max. Slew rate) Lampiran A Praktikum Current Feedback OP-AMP Percobaan I Karakteristik Op-Amp CFA(R in,vo max. Slew rate) Waktu : 3 jam (praktikum dan pembuatan laporan) dipersiapkan oleh: Reinhard A. TUJUAN Menganalisa

Lebih terperinci

LABORATORIUM SISTEM TELEKOMUNIKASI SEMESTER III TH 2015/2016

LABORATORIUM SISTEM TELEKOMUNIKASI SEMESTER III TH 2015/2016 LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM SISTEM TELEKOMUNIKASI SEMESTER III TH 2015/2016 JUDUL AMPITUDE SHIFT KEYING GRUP 4 3A PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Perangkat UniTrain-I dan MCLS-modular yang digunakan dalam Digital Signal Processing (Lucas-Nulle, 2012)

Gambar 2.1 Perangkat UniTrain-I dan MCLS-modular yang digunakan dalam Digital Signal Processing (Lucas-Nulle, 2012) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Digital Signal Processing Pada masa sekarang ini, pengolahan sinyal secara digital yang merupakan alternatif dalam pengolahan sinyal analog telah diterapkan begitu luas. Dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Inverter dan Aplikasi Inverter daya adalah sebuah perangkat yang dapat mengkonversikan energi listrik dari bentuk DC menjadi bentuk AC. Diproduksi dengan segala bentuk dan ukuran,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PENGUKURAN

BAB III PERANCANGAN DAN PENGUKURAN BAB III PERANCANGAN DAN PENGUKURAN 3.1 Perancangan Sistem Perancangan mixer audio digital terbagi menjadi beberapa bagian yaitu : Perancangan rangkaian timer ( timer circuit ) Perancangan rangkaian low

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tugas Akhir yang berjudul Sistem Penyama Adaptif dengan Algoritma Galat

BAB I PENDAHULUAN. Tugas Akhir yang berjudul Sistem Penyama Adaptif dengan Algoritma Galat BAB I PENDAHULUAN Bab satu membahas latar belakang masalah, tujuan, dan sistematika pembahasan Tugas Akhir yang berjudul Sistem Penyama Adaptif dengan Algoritma Galat Kuadrat Terkecil Ternormalisasi. Pada

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen murni. Eksperimen dilakukan untuk mengetahui pengaruh frekuensi medan eksitasi terhadap

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LAB SHEET INSTRUMENTASI

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LAB SHEET INSTRUMENTASI Revisi : 01 Tgl : 1 Maret 2008 Hal 1 dari 6 1. Kompetensi Mengoperasikan Osciloskop sebagai instrumen Pengukuran. 2. Sub Kompetensi a. Memahami fungsi tombol pada osciloskop b. Mengukur amplitudo suatu

Lebih terperinci

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu:

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka Realisasi PLL (Phase Locked Loop) sebagai modul praktikum demodulator FM sebelumnya telah pernah dibuat oleh Rizal Septianda mahasiswa Program Studi Teknik

Lebih terperinci

Penguat Kelas-D dengan RWDM

Penguat Kelas-D dengan RWDM National Conference: Design and Application of Technology 00 Penguat Kelas-D dengan RWDM Budihardja Murtianta Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Kristen Satya Wacana Jalan Diponegoro

Lebih terperinci

BAB 4 UJICOBA DAN ANALISIS

BAB 4 UJICOBA DAN ANALISIS BAB 4 UJICOBA DAN ANALISIS Bab ini membahas tentang prosedur ujicoba, hasil-hasil ujicoba, dan analisis hasil ujicoba alat stimulasi OpenMCS dan program sinyal terapi µstims. Pembahasan ujicoba dan analisis

Lebih terperinci

Osiloskop (Gambar 1) merupakan alat ukur dimana bentuk gelombang sinyal listrik yang diukur akan tergambar pada layer tabung sinar katoda.

Osiloskop (Gambar 1) merupakan alat ukur dimana bentuk gelombang sinyal listrik yang diukur akan tergambar pada layer tabung sinar katoda. OSILOSKOP Osiloskop (Gambar 1) merupakan alat ukur dimana bentuk gelombang sinyal listrik yang diukur akan tergambar pada layer tabung sinar katoda. Gambar 1. Osiloskop Tujuan : untuk mempelajari cara

Lebih terperinci

PEREDAMAN SUATU SALURAN TRANSMISI 3.4 KM DENGAN PUPIN, DENGAN DAN TANPA SUB-DIVISI

PEREDAMAN SUATU SALURAN TRANSMISI 3.4 KM DENGAN PUPIN, DENGAN DAN TANPA SUB-DIVISI 1 PEREDAMAN SUATU SALURAN TRANSMISI 3.4 KM DENGAN PUPIN, DENGAN DAN TANPA SUB-DIVISI I. Tujuan A. Mengukur distribusi peredaman, sepanjang saluran simetris dua kawat. B. Mengukur tegangan masukan dan keluaran

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN 3.1. Blok Diagram Sistem Untuk mempermudah penjelasan dan cara kerja alat ini, maka dibuat blok diagram. Masing-masing blok diagram akan dijelaskan lebih rinci

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT

BAB IV PENGUJIAN ALAT BAB IV PENGUJIAN ALAT Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian dan hasil yang dicapai dari alat yang dibuat. Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah alat yang dirancang dapat bekerja dengan baik

Lebih terperinci

CRO (Cathode Ray Oscilloscope)

CRO (Cathode Ray Oscilloscope) CRO (Cathode Ray Oscilloscope) CRO (Cathode Ray Oscilloscope) merupakan salah satu piranti pengukuran yang mampu: - memvisualisasikan bentuk-bentuk gelombang dan gejala lain dari suatu rangkaian elektronik

Lebih terperinci

ALAT UKUR INTENSITAS CAHAYA DAN SUARA PORTABEL. oleh. Kiki Dhanuvianto NIM :

ALAT UKUR INTENSITAS CAHAYA DAN SUARA PORTABEL. oleh. Kiki Dhanuvianto NIM : ALAT UKUR INTENSITAS CAHAYA DAN SUARA PORTABEL oleh Kiki Dhanuvianto NIM : 612005084 Skripsi Untuk melengkapi syarat-syarat memperoleh Ijasah Sarjana Teknik Fakultas Teknik Elektronika dan Komputer Program

Lebih terperinci

Modul 02: Elektronika Dasar

Modul 02: Elektronika Dasar Modul 02: Elektronika Dasar Alat Ukur, Rangkaian Thévenin, dan Rangkaian Tapis Reza Rendian Septiawan February 4, 2015 Pada praktikum kali ini kita akan mempelajari tentang beberapa hal mendasar dalam

Lebih terperinci

SINYAL. Adri Priadana ilkomadri.com

SINYAL. Adri Priadana ilkomadri.com SINYAL Adri Priadana ilkomadri.com Pengertian Sinyal Merupakan suatu perubahan amplitude dari tegangan atau arus terhadap waktu (time). Data yang dikirimkan dalam bentuk analog ataupun digital. Sinyal

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret - Mei 2015 dan tempat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret - Mei 2015 dan tempat III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret - Mei 205 dan tempat pelaksanaan penelitian ini di Laboratorium Elektronika Jurusan Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO

1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO 1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO 2. SISTEM MODULASI DALAM PEMANCAR GELOMBANG RADIO Modulasi merupakan metode untuk menumpangkan sinyal suara pada sinyal radio. Maksudnya, informasi yang akan disampaikan kepada

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ALAT UKUR DAN PENGUKURAN MENGUKUR TEGANGAN AC DAN DC DENGAN OSILOSKOP. 13 Desember 2012

LAPORAN PRAKTIKUM ALAT UKUR DAN PENGUKURAN MENGUKUR TEGANGAN AC DAN DC DENGAN OSILOSKOP. 13 Desember 2012 LAPORAN PRAKTIKUM ALAT UKUR DAN PENGUKURAN MENGUKUR TEGANGAN AC DAN DC DENGAN OSILOSKOP 13 Desember 2012 Kelompok : 3 Nama : Heryadi Kusumah Partner : Kenny Akbar Aslami Maria Goriety P Miantami H S P

Lebih terperinci

BAB II PENCUPLIKAN DAN KUANTISASI

BAB II PENCUPLIKAN DAN KUANTISASI BAB II PENCUPLIKAN DAN KUANTISASI Sebagian besar sinyal-sinyal di alam adalah sinyal analog. Untuk memproses sinyal analog dengan sistem digital, perlu dilakukan proses pengubahan sinyal analog menjadi

Lebih terperinci

Laboratorium Dasar Teknik Elektro - Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB

Laboratorium Dasar Teknik Elektro - Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB MODUL 1 TAHAP OUTPUT PENGUAT DAYA Naufal Ridho H (13214008) Asisten: Febri Jonathan S. (13213032) Tanggal Percobaan: 26/09/2016 EL3109-Praktikum Elektronika 2 Laboratorium Dasar Teknik Elektro - Sekolah

Lebih terperinci

BAB IV METODE-METODE UNTUK MENURUNKAN NILAI PAPR

BAB IV METODE-METODE UNTUK MENURUNKAN NILAI PAPR BAB IV METODE-METODE UNTUK MENURUNKAN NILAI PAPR Pada bab empat ini akan dibahas mengenai metode-metode untuk menurunkan nilai Peak to Power Ratio (PAPR). Metode yang akan digunakan untuk menurunkan nilai

Lebih terperinci

hubungan frekuensi sumber tegangan persegi dengan konstanta waktu ( RC )?

hubungan frekuensi sumber tegangan persegi dengan konstanta waktu ( RC )? 1. a. Gambarkan rangkaian pengintegral RC (RC Integrator)! b. Mengapa rangkaian RC diatas disebut sebagai pengintegral RC dan bagaimana hubungan frekuensi sumber tegangan persegi dengan konstanta waktu

Lebih terperinci

Materi-2 SENSOR DAN TRANSDUSER (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017

Materi-2 SENSOR DAN TRANSDUSER (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017 Materi-2 SENSOR DAN TRANSDUSER 52150802 (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017 KONSEP AKUISISI DATA DAN KONVERSI PENGERTIAN Akuisisi data adalah pengukuran sinyal elektrik dari transduser dan peralatan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM. Dalam tugas akhir ini dirancang sebuah modulator BPSK dengan bit rate

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM. Dalam tugas akhir ini dirancang sebuah modulator BPSK dengan bit rate BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM 3.1 Gambaran Umum Dalam tugas akhir ini dirancang sebuah modulator BPSK dengan bit rate 64 Kbps untuk melakukan proses modulasi terhadap sinyal data digital. Dalam

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM TELEKOMUNIKASI ANALOG PERCOBAAN OSILATOR. Disusun Oleh : Kelompok 2 DWI EDDY SANTOSA NIM

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM TELEKOMUNIKASI ANALOG PERCOBAAN OSILATOR. Disusun Oleh : Kelompok 2 DWI EDDY SANTOSA NIM LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM TELEKOMUNIKASI ANALOG PERCOBAAN OSILATOR Disusun Oleh : Kelompok 2 DWI EDDY SANTOSA NIM. 1141160049 JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL 2011/2012 POLITEKNIK NEGERI MALANG jl.soekarno

Lebih terperinci

PRAKTIKUM II PENGKONDISI SINYAL 1

PRAKTIKUM II PENGKONDISI SINYAL 1 PRAKTIKUM II PENGKONDISI SINYAL 1 Tujuan: Mahasiswa mampu memahami cara kerja rangkaian-rangkaian sinyal pengkondisi berupa penguat (amplifier/attenuator) dan penjumlah (summing/adder). Alat dan Bahan

Lebih terperinci

PENINGKAT HARMONISA, APLIKASI PENGOLAHAN SINYAL PADA AUDIO

PENINGKAT HARMONISA, APLIKASI PENGOLAHAN SINYAL PADA AUDIO Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer PENINGKAT HARMONISA, APLIKASI PENGOLAHAN SINYAL PADA AUDIO (Harmonics Enhancers, Signal Processing Applications in Audio) Albert Mandagi Fakultas Teknologi Industri Jurusan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN Pada bab ini dilakukan proses akhir dari pembuatan alat Tugas Akhir, yaitu pengujian alat yang telah selesai dirancang. Tujuan dari proses ini yaitu agar

Lebih terperinci

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM SISTEM TELEKOMUNIKASI SEMESTER III TH 2012/2013 JUDUL ( FSK) FREQUENCY SHIFT KEYING GRUP 1 TELKOM 3D PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK

Lebih terperinci

BAB I 1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I 1. BAB I PENDAHULUAN BAB I 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan konverter daya yang efisien dan berukuran kecil terus berkembang di berbagai bidang. Mulai dari charger baterai, catu daya komputer, hingga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS 4.1. Topik 1. Rangkaian Pemicu SCR dengan Menggunakan Rangkaian RC (Penyearah Setengah Gelombang dan Penyearah Gelombang Penuh). A. Penyearah Setengah Gelombang Gambar

Lebih terperinci

TRANSMISI ANALOG DAN TRANSMISI TRANSMI DIGIT SI AL DIGIT

TRANSMISI ANALOG DAN TRANSMISI TRANSMI DIGIT SI AL DIGIT TRANSMISI ANALOG DAN TRANSMISI DIGITAL Data and Sinyal Biasanya menggunakan sinyal digital untuk data digital dan sinyal analog untuk data analog Bisa menggunakan sinyal analog untuk membawa data digital

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Suara. Suara adalah sinyal atau gelombang yang merambat dengan frekuensi dan

BAB II DASAR TEORI Suara. Suara adalah sinyal atau gelombang yang merambat dengan frekuensi dan BAB II DASAR TEORI 2. 1 Suara Suara adalah sinyal atau gelombang yang merambat dengan frekuensi dan amplitude tertentu melalui media perantara yang dihantarkannya seperti media air, udara maupun benda

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 25 BAB III PERANCANGAN SISTEM Sistem monitoring ini terdiri dari perangkat keras (hadware) dan perangkat lunak (software). Perangkat keras terdiri dari bagian blok pengirim (transmitter) dan blok penerima

Lebih terperinci

PERCOBAAN 3 RANGKAIAN OP AMP

PERCOBAAN 3 RANGKAIAN OP AMP PERCOBAAN 3 RANGKAIAN OP AMP TUJUAN Mempelajari penggunaan operational amplifier Mempelajari rangkaian rangkaian standar operational amplifier PERSIAPAN Pelajari keseluruhan petunjuk praktikum untuk modul

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas dasar teori yang berhubungan dengan perancangan skripsi antara lain fungsi dari function generator, osilator, MAX038, rangkaian operasional amplifier, Mikrokontroler

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM INSTRUMENTASI KENDALI PENGENALAN NI ELVIS MEASUREMENT INSTRUMENT

MODUL PRAKTIKUM INSTRUMENTASI KENDALI PENGENALAN NI ELVIS MEASUREMENT INSTRUMENT MODUL PRAKTIKUM INSTRUMENTASI KENDALI PENGENALAN NI ELVIS MEASUREMENT INSTRUMENT A. Tujuan Praktikum 1. Memahami dasar-dasar penggunaan NI ELVIS 2. Memahami analisis rangkaian menggunakan NI ELVIS B. Alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suara paru terjadi karena adanya turbulensi udara saat udara memasuki saluran pernapasan selama proses pernapasan. Turbulensi ini terjadi karena udara mengalir dari

Lebih terperinci

MODUL 2 PENGHITUNGAN ENERGI PADA SINYAL WICARA

MODUL 2 PENGHITUNGAN ENERGI PADA SINYAL WICARA MODUL PENGHIUNGAN ENERGI PADA SINYAL WICARA I. UJUAN - Mahasiswa mampu melakukan proses penghitungan energi pada sinyal wicara dengan menggunakan perangkat lunak. II. DASAR EORI.1. Energi Suatu Sinyal

Lebih terperinci

SCOPE METER 700S PENGENALAN TOMBOL

SCOPE METER 700S PENGENALAN TOMBOL SCOPE METER 700S 700s adalah sebuah alat ukur yang boleh dikatakan sangat lengkap. Mengapa? Karena 700s selain memilki fungsi standar sebagai alat ukur / multimeter, juga dilengkapi dengan berbagai macam

Lebih terperinci

Pemancar dan Penerima FM

Pemancar dan Penerima FM Pemancar dan Penerima FM Budihardja Murtianta Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Elektronika dan Komputer, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga budihardja.murtianta@staff.uksw.edu Ringkasan

Lebih terperinci

ALAT PENGGAMBAR TANGGAPAN MAGNITUDO TAPIS DALAM RENTANG FREKUENSI AUDIO

ALAT PENGGAMBAR TANGGAPAN MAGNITUDO TAPIS DALAM RENTANG FREKUENSI AUDIO ALAT PENGGAMBAR TANGGAPAN MAGNITUDO TAPIS DALAM RENTANG FREKUENSI AUDIO Irwanto 1, Bambang Sutopo 2 1 Penulis, Mahasiswa S-1 Jurusan Teknik Elektro UGM 2 Dosen Pembimbing, Staf Pengajar di Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan Frekuensi Untuk mengetahui apakah besarnya nilai frekuensi berpengaruh terhadap transmisi daya, maka diperlukan pengukuran daya dengan menggunakan nilai frekuensi

Lebih terperinci

Teknik Sistem Komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN

Teknik Sistem Komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Model Sistem Komunikasi Sinyal listrik digunakan dalam sistem komunikasi karena relatif gampang dikontrol. Sistem komunikasi listrik ini mempekerjakan sinyal listrik untuk membawa

Lebih terperinci

MODUL 06 PENGUAT DAYA PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018

MODUL 06 PENGUAT DAYA PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 MODUL 06 PENGUAT DAYA PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 LABORATORIUM ELEKTRONIKA & INSTRUMENTASI PROGRAM STUDI FISIKA, INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Riwayat Revisi Rev. 1 TUJUAN Memahami perbedaan konfigurasi

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Perancangan Switching Amplifier ini dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu. Noise Shaping

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Perancangan Switching Amplifier ini dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu. Noise Shaping BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Perancangan Switching Amplifier ini dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu perancangan Modul Input, Modul FPGA dan Modul Output. Modul Input Digital audio dalam ROM 8 bit Bus

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II DEPARTEMEN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK A. OP-AMP Sebagai Peguat TUJUAN PERCOBAAN PERCOBAAN VII OP-AMP SEBAGAI PENGUAT DAN KOMPARATOR

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Bandung

Politeknik Negeri Bandung LAPORAN PRAKTIKUM 6 CLIPPER Anggota Kelompok Kelas Jurusan Program Studi : 1. M. Ridwan Al Idrus 2. Zuhud Islam Shofari : 1A TEL : Teknik Elektro : D3 Teknik Elektronika Politeknik Negeri Bandung 2017

Lebih terperinci

Penguat Kelas B Komplementer Tanpa Trafo Keluaran

Penguat Kelas B Komplementer Tanpa Trafo Keluaran Penguat Kelas B Komplementer Tanpa Trafo Keluaran 1. Tujuan : 1 Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami operasi dari rangkaian penguat kelas B komplementer. 2 Mahasiswa dapat menerapkan teknik pembiasan

Lebih terperinci

Pengukuran dengan Osiloskop dan Generator Sapu

Pengukuran dengan Osiloskop dan Generator Sapu Pengukuran dengan Osiloskop dan Generator Sapu 1. Osiloskop Osiloskop dapat digunakan untuk mengamati tingkah tegangan bolak balik. Dengan cara-cara sederhana piranti itu akan dapat cepat mengukur empat

Lebih terperinci

PRAKTIKUM RANGKAIAN RLC DAN FENOMENA RESONANSI

PRAKTIKUM RANGKAIAN RLC DAN FENOMENA RESONANSI PRAKIKUM RANGKAIAN RC DAN FENOMENA RESONANSI (Oleh : Sumarna, ab-elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY) E-mail : sumarna@uny.ac.id 1. UJUAN Praktikum ini bertujuan untuk menyelidiki terjadinya fenomena resonansi

Lebih terperinci

PENGENALAN ALAT UKUR DAN PENGUKURAN. Laporan Praktikum. yang diampu oleh Drs. Agus Danawan, M.Si

PENGENALAN ALAT UKUR DAN PENGUKURAN. Laporan Praktikum. yang diampu oleh Drs. Agus Danawan, M.Si PENGENALAN ALAT UKUR DAN PENGUKURAN Laporan Praktikum ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Elektronika Dasar yang diampu oleh Drs. Agus Danawan, M.Si Disusun oleh Anisa Fitri Mandagi (1300199)

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM 52 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM Bab ini membahas pengujian alat yang dibuat, kemudian hasil pengujian tersebut dianalisa. 4.1 Pengujian Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan dan

Lebih terperinci

MATERI PENGOLAHAN SINYAL :

MATERI PENGOLAHAN SINYAL : MATERI PENGOLAHAN SINYAL : 1. Defenisi sinyal 2. Klasifikasi Sinyal 3. Konsep Frekuensi Sinyal Analog dan Sinyal Diskrit 4. ADC - Sampling - Aliasing - Quantiasasi 5. Sistem Diskrit - Sinyal dasar system

Lebih terperinci

MODUL 5 RANGKAIAN AC

MODUL 5 RANGKAIAN AC MODUL 5 RANGKAIAN AC Kevin Shidqi (13213065) Asisten: Muhammad Surya Nugraha Tanggal Percobaan: 05/11/2014 EL2101-Praktikum Rangkaian Elektrik Laboratorium Dasar Teknik Elektro - Sekolah Teknik Elektro

Lebih terperinci

Spektrum dan Domain Sinyal

Spektrum dan Domain Sinyal Spektrum dan Domain Sinyal 1 Sinyal dan Spektrum Sinyal Komunikasi merupakan besaran yang selalu berubah terhadap besaran waktu Setiap sinyal dapat dinyatakan di dalam domain waktu maupun di dalam domain

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. input mengendalikan suatu sumber daya untuk menghasilkan output yang dapat

BAB 2 LANDASAN TEORI. input mengendalikan suatu sumber daya untuk menghasilkan output yang dapat BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Amplifier Suatu rangkaian elektronik yang menggunakan komponen aktif, dimana suatu input mengendalikan suatu sumber daya untuk menghasilkan output yang dapat digunakan disebut

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan pada : : Laboratorium Teknik Elektronika Jurusan Teknik Elektro. Universitas Lampung

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan pada : : Laboratorium Teknik Elektronika Jurusan Teknik Elektro. Universitas Lampung III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan pada : Waktu : November 2013 Februari 2015 Tempat : Laboratorium Teknik Elektronika Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PSD Bab I Pendahuluan 1

BAB I PENDAHULUAN. PSD Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN Pengolahan Sinyal Digital (Digital Signal Processing, disingkat DSP) adalah suatu bagian dari sain dan teknologi yang berkembang pesat selama 40 tahun terakhir. Perkembangan ini terutama

Lebih terperinci

MODULATOR DAN DEMODULATOR BINARY ASK. Intisari

MODULATOR DAN DEMODULATOR BINARY ASK. Intisari MODULATOR DAN DEMODULATOR BINARY ASK MODULATOR DAN DEMODULATOR BINARY ASK Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik UKSW Jalan Diponegoro 52-60, Salatiga 50711 Email: budihardja@yahoo.com Intisari

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab tiga ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan pada alat ini. Dimulai dari uraian perangkat keras lalu uraian perancangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi PWM Sinyal PWM pada umumnya memiliki amplitudo dan frekuensi dasar yang tetap, namun, lebar pulsanya bervariasi. Lebar pulsa PWM berbanding lurus dengan amplitudo sinyal

Lebih terperinci

Pada saat pertama kali penggunaan atau ketika alat pemutus daya siaga digunakan pada perangkat elektronik yang berbeda maka dibutuhkan kalibrasi

Pada saat pertama kali penggunaan atau ketika alat pemutus daya siaga digunakan pada perangkat elektronik yang berbeda maka dibutuhkan kalibrasi 48 BAB 4 HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Prinsip Kerja Alat Hasil yang diperoleh dari perancangan ini yaitu sebuah prototip alat Pemutus Daya Siaga Otomatis. Alat ini berfungsi untuk memutus peralatan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan III-1 BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Perancangan Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan menghasilkan suatu sistem yang dapat mengontrol cahaya pada lampu pijar untuk pencahayaanya

Lebih terperinci

MODUL MODULATOR-DEMODULATOR BINARY PHASE SHIFT KEYING (BPSK) MENGGUNAKAN METODE COSTAS LOOP

MODUL MODULATOR-DEMODULATOR BINARY PHASE SHIFT KEYING (BPSK) MENGGUNAKAN METODE COSTAS LOOP MODUL MODULATOR-DEMODULATOR BINARY PHASE SHIFT KEYING (BPSK) MENGGUNAKAN METODE COSTAS LOOP Oleh Arivia Aurelia Devina Pramono NIM : 612005004 Skripsi ini untuk melengkapi syarat-syarat memperoleh Gelar

Lebih terperinci

TEKNIK TELEKOMUNIKASI DASAR. Kuliah 5 Modulasi Pulsa

TEKNIK TELEKOMUNIKASI DASAR. Kuliah 5 Modulasi Pulsa TKE 2102 TEKNIK TELEKOMUNIKASI DASAR Kuliah 5 Modulasi Pulsa Indah Susilawati, S.T., M.Eng. Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Mercu Buana Yogyakarta 2009 B A B

Lebih terperinci

I. ANALISA DATA II. A III. A IV. A V. A

I. ANALISA DATA II. A III. A IV. A V. A I. ANALISA DATA II. A III. A IV. A V. A VI. ANALISA DATA Percobaan SSB dan DSB yang pertama sinyal audio dengan gelombang sinus 1kHz dan amplitudo 2Vpp dimodulasi dengan carrier. Sinyal audio digabung

Lebih terperinci