BAB 2 LANDASAN TEORI. input mengendalikan suatu sumber daya untuk menghasilkan output yang dapat
|
|
- Fanny Kurniawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Amplifier Suatu rangkaian elektronik yang menggunakan komponen aktif, dimana suatu input mengendalikan suatu sumber daya untuk menghasilkan output yang dapat digunakan disebut electronic amplifier. Suatu amplifier yang dirancang untuk memberikan penguatan tegangan dan arus secara signifikan disebut power amplifier. (Schuler, 1995, p133) Linear Amplifier Yang dimaksud dengan linear amplifier adalah dimana sinyal output merupakan replika dari sinyal input-nya. Sebagai contohnya, jika sinyal input merupakan sinusoidal, maka sinyal output dari amplifier juga merupakan sinusoidal. Kegunaan dari linear amplifier adalah untuk memperbesar amplitudo dari sinyal input. Pada Linear amplifier, transistornya bekerja pada daerah antara saturasi dan cut-off. (Schuler, 1995, p ) Non Linear / Switching Amplifier Pada Switching amplifier, transistornya bekerja pada keadaan saturasi atau cut-off. Untuk memperoleh tegangan output yang diinginkan, digunakan teknik pengaturan lebar pulsa atau dikenal dengan istilah Pulse Width 6
2 Modulation (PWM). Sinyal PWM ini kemudian dilewatkan pada suatu filter pasif LC yang akan melakukan fungsi demodulasi sinyal PWM. Pada penguat daya kelas D output transistor hanya berupa tegangan ON dan OFF saja. Transistornya bekerja dalam keadaan sepenuhnya ON (saturasi) atau sepenuhnya OFF, maka secara teoritis tidak akan terjadi disipasi daya. Pada keadaan cut-off, tidak ada arus yang mengalir, sedangkan pada keadaan saturasi, tidak ada tegangan jatuh pada transistor. Begitu juga dengan filter LC secara ideal tidak akan menimbulkan disipasi daya. Maka idealnya penguat kelas D ini memiliki tingkat efisiensi sebesar 1 %. Namun pada praktisnya karena ketidak-idealan komponen switching, dan resistansi induktor maka efisiensinya tidak 1 %. Cara kerja switching amplifier dapat dianalogikan dengan implementasi sederhana dari Buck (step down) Converter. Vi Gambar 2.1 Rangkaian Buck Converter Pada rangkaian Buck Converter, Bipolar Juntion Transistor (BJT) di switch antara keadaan on dan off-nya oleh sinyal kontrol (duty ratio) untuk memastikan tegangan output berada pada tingkat yang diinginkan. Hubungan antara output rata-rata untuk Buck 7
3 Converter ideal (asumsi tidak ada resistansi dan switch-nya ideal) dengan tegangan input dapat dihitung berdasarkan duty ratio switch-nya dengan rumus : (Franco, 1998, p544) V On ton = Vcc = D Vcc (2.1) T Dimana : V on : Tegangan output t on : Lamanya transistor ON T : Periode switching V cc : Tegangan supply D : Duty ratio / Duty Cycle 2.2 EPROM (Erasable Programable Read Only Memory) EPROM merupakan salah satu jenis ROM (Read Only Memory) yang dapat diprogram. Untuk menghapus isi dari EPROM digunakan sinar ultraviolet (UV). EPROM memiliki 2 buah sinyal kontrol yaitu CS (Chip Select) dan OE (Output Enable). Sinyal CS berfungsi untuk mengaktifkan chip ini sedangkan sinyal OE berfungsi untuk memberi perintah membaca data. Kedua sinyal ini active low, artinya kedua sinyal ini baru akan berkerja saat mendapat nilai low (). 2.3 Noise Shaping (Konversi Sigma Delta) Metode konversi Sigma Delta banyak digunakan dalam produk digital audio. Sebagai contoh, dalam aplikasi A/D (Analog to Digital Conversion) teknik ini sangat 8
4 kompetitif karena meniadakan kebutuhan filter brick-wall untuk anti aliasing. Telah terdapat banyak arsitektur A/D dan D/A menggunakan teknik sigma-delta dengan beragam algoritma dan orde noise shaping. Pada modulasi PCM (Pulse Code Modulation) sinyal dicuplik dan dikuantisasi ke dalam suatu nilai diskrit. Error (noise) kuantisasi akan tersebar merata di dalam daerah frekuensi Nyquist antara (nol) dan f s / 2 dimana f s adalah frekuensi sampling. Suatu sistem sigma-delta akan mengkuantisasi selisih (delta) antara sinyal saat ini dengan jumlah (sigma) dari selisih sebelumnya. Hasilnya noise pada frekuensi rendah berkurang, namun pada frekuensi tinggi bertambah. Dengan kata lain noise kuantisasi di daerah frekuensi rendah dipindahkan ke daerah frekuensi tinggi. Pemindahan noise ini dikenal dengan istilah noise shaping. Pada Gambar 2.2, terlihat bahwa noise pada frekuensi f a / 6 sama dengan noise level tanpa noise shaping. Untuk mendapatkan keuntungan dari noise shaping maka frekuensi oversampling (f a ) harus cukup besar agar bandwidth audio (f s / 2) berada di bawah f a / 6 dengan demikian barulah dapat dikatakan bahwa noise shaping mengurangi noise kuantisasi dalam bandwidth audio. Gambar 2.3 memperlihatkan perbedaan orde pada noise shaping. (Pohlmann, 2, p ) 9
5 Noise level Noise kuantisasi dengan noise shaping Maximum noise level dalam bandwidth audio Noise kuantisasi Tanpa noise shaping f a : frekuensi oversampling f s : frekuensi sampling f s /2 f a /6 f a /2 frequency Gambar 2.2 Grafik Noise Level terhadap frekuensi Noise level noise shaping orde 2 noise shaping orde 1 Noise kuantisasi Tanpa noise shaping f s /2 f a /6 f a /2 frequency Gambar 2.3 Perbandingan orde Noise Shaping Seperti yang terlihat pada grafik Gambar 2.2 maupun Gambar 2.3, noise level pada frekuensi di atas f a / 6 meningkat, namun noise ini dapat dengan mudah dihilangkan menggunakan LPF sederhana dengan frekuensi cut-off sedikit di atas f s / 2.Signal-to-error ratio (signal to quantization noise ratio) untuk sinyal PCM dengan amplitudo maksimum dihitung dengan rumus (Tanpa Noise Shaper) : S / E (db) = 6,2 (N) + 1,25 db (2.2) 1
6 Dimana : S / E : signal-to-noise ratio (signal to quantization noise ratio) N : Jumlah bit setelah kuantisasi (resolusi) Untuk noise shaper orde 1, dengan input sinusoidal dan amplitudo maksimum, signal-to-error ratio maksimum dihitung dengan rumus : (Pohlmann, 2, p649) S / E (db) = 6,2 ( N + 1,5 L ) 3,41 db (2.3) Sedangkan untuk noise shaper orde 2, rumus signal-to-error ratio maksimum dihitung dengan rumus berikut : (Pohlmann, 2, p65) S / E (db) = 6,2 ( N + 2,5 L ) 11,14 db (2.4) Dimana : S / E : signal-to-error ratio N : Jumlah bit setelah kuantisasi L : Jumlah oktaf dari oversampling yang digunakan, merupakan perbandingan antara frekuensi oversampling (f a ) dengan frekuensi sampling (f s ). Oktaf bertambah satu untuk setiap kenaikan frekuensi dua kali lipat. Misal f a / f s = 8, maka L = 3 ( 8 = 2 3 ). 11
7 2.4 Pulse Width Modulation (PWM) Pulse Width Modulation (PWM) merupakan teknik yang mengubah variasi amplitudo input menjadi variasi lebar pulsa. Berdasarkan output-nya, PWM dibagi menjadi dua, yaitu bipolar dan unipolar. Keduanya dapat dilakukan baik dengan teknik analog maupun digital. Analisis frekuensi dari sinyal PWM, dapat dilihat pada Gambar 2.4, dimana sinyal mengandung komponen frekuensi sinyal yang dibawa (f 1 ) dan image spectrum yang terkonsentrasi di sekitar frekuensi switching (f sw ) beserta kelipatannya (2f sw, 3f sw, dan seterusnya). (Mohan, 1996, p24). t (a) Magnitude f 1 f sw 2f sw 3f sw frequency (b) Gambar 2.4 (a) Sinyal PWM (b) Spektrum Frekuensi Dari Sinyal PWM Bipolar PWM Pada bipolar PWM (Gambar 2.6), tegangan output berfluktuasi antara dan Vcc. (Mohan, 1996, p217). Untuk menghasilkan tegangan positif, maka lebar pulsa 12
8 positif harus lebih besar daripada lebar pulsa negatifnya. Sedangkan untuk menghasilkan tegangan negatif, lebar pulsa negatif harus lebih besar daripada lebar pulsa positif. t = PWM output Gambar 2.5 Bipolar PWM = desired voltage Unipolar PWM Pada unipolar PWM, tegangan output berubah-ubah antara nol dengan atau antara nol dengan Vcc. Untuk menghasilkan tegangan positif, tegangan output berubahubah antara nol dengan. Dan untuk menghasilkan tegangan negatif, tegangan output berubah-ubah antara nol dengan Vcc (gambar 2.6). t = PWM output = desired voltage Gambar 2.6 Unipolar PWM Digital PWM Pada proses PWM secara digital, input digital dibandingkan dengan output dari suatu binary counter untuk menghasilkan lebar pulsa yang diinginkan. Untuk Bipolar, 13
9 counter yang digunakan harus memiliki jumlah bit yang sama dengan resolusi input yang digunakan. Frekuensi switching adalah jumlah siklus counter per-detik. Semakin besar resolusi input maka semakin banyak clock yang dibutuhkan untuk melakukan satu siklus counter. Frekuensi clock (f CLK ) yang dibutuhkan untuk melakukan bipolar PWM dihitung dengan menggunakan rumus : f CLK n = 2 f sw (2.4) Dimana : f CLK : Frekuensi clock yang dibutuhkan untuk bipolar PWM n : Jumlah bit / resolusi yang digunakan f sw : Frekuensi switching / frekuensi carrier PWM. Frekuensi clock (f CLK ) yang dibutuhkan untuk melakukan unipolar PWM dihitung dengan menggunakan rumus : f CLK 2 sw n f = (2.6) 2 Dimana : f CLK n f sw : Frekuensi clock yang dibutuhkan untuk unipolar PWM : Jumlah bit / resolusi yang digunakan : Frekuensi switching / frekuensi carrier PWM 14
10 Gambar 2.7 dan Gambar 2.8, menggambarkan timing diagram bipolar dan unipolar PWM untuk resolusi 3 bit, dengan tiga contoh nilai amplitudo yaitu nol, +1 dan - 1. Dari kedua gambar tersebut dapat dilihat bahwa unipolar PWM hanya membutuhkan clock separuh dari yang dibutuhkan bipolar PWM. Sebagai contoh, pada bipolar digital PWM dengan 8 nilai amplitudo, untuk menghasilkan nilai nol diperlukan lebar pulsa positif sebanyak 4 clock dan lebar pulsa negatif sebanyak 4 clock. Untuk menghasilkan nilai +1 diperlukan lebar pulsa positif sebanyak 5 clock dan lebar pulsa negatif sebanyak 3 clock. Untuk menghasilkan nilai -1 diperlukan lebar pulsa positif sebanyak 3 clock dan lebar pulsa negatif sebanyak 5 clock. Jumlah total clock yang dibutuhkan untuk merepresentasikan sebuah nilai input adalah 8 clock. 15
11 amplitudo amplitudo 8 clock 8 clock t (+) t (-) t (+) t (-) T T (a) (b) amplitudo PWM out voltage Desired output voltage 8 clock t (+) : Periode pulsa positif t (-) : Periode pulsa negatif t (+) T (c) t (-) T : Periode switching (=1/f sw ) f sw : Frekuensi switching Gambar 2.7 Timing diagram Bipolar PWM (a) Untuk nilai amplitudo nol (b) Untuk nilai amplitudo +1 (c) untuk nilai amplitudo -1 Sedangkan pada unipolar digital PWM, dengan 8 nilai amplitudo, untuk menghasilkan nilai nol, maka output nol sepanjang periode. Untuk menghasilkan nilai +1 diperlukan lebar pulsa positif sebanyak 1 clock dan lebar pulsa nol sebanyak 3 clock. Untuk menghasilkan nilai -1 diperlukan lebar pulsa negatif sebanyak 1 clock dan lebar pulsa nol sebanyak 3 clock. Jumlah total clock yang dibutuhkan untuk merepresentasikan sebuah nilai input adalah 4 clock. 16
12 amplitudo amplitudo 4 clock 4 clock t (+) t () T T (a) (b) amplitudo PWM out voltage Desired output voltage 4 clock t (+) : Periode pulsa positif t () : Periode pulsa nol t (-) : Periode pulsa negatif t (-) t () T : Periode switching (=1/f sw ) T (c) f sw : Frekuensi switching Gambar 2.8 Timing diagram Unipolar PWM (a) Untuk nilai amplitudo nol (b) Untuk nilai amplitudo +1 (c) untuk nilai amplitudo MOSFET MOSFET (Metal Oxide Semiconductor Field Effect Transistors) telah digunakan dalam berbagai aplikasi elektronika daya sejak awal tahun 198-an dikarenakan kemampuan menghantar arus dan kemampuan mengisolasi tegangan yang ada ketika MOSFET dalam keadaan OFF dengan tegangan jatuh yang rendah pada saat MOSFET dalam keadaan ON. MOSFET digunakan untuk menggantikan Bipolar Junction 17
13 Transistor (BJT) dalam berbagai aplikasi karena lebih mudah untuk mengendalikan gatenya dan koefisien temperatur positif yang lebih tinggi yang memungkinkan MOSFET untuk diparalelkan untuk memperoleh arus yang lebih besar. Waktu switching MOSFET pada umumnya adalah : t ON : 5 1 ns t OFF : 5 1 ns t ON adalah waktu yang dibutuhkan oleh MOSFET untuk berubah dari keadaan OFF menjadi keadaan ON. t OFF adalah waktu yang dibutuhkan oleh MOSFET untuk berubah dari keadaan ON menjadi keadaan OFF. Gambar 2.9 memperlihatkan suatu kumpulan dari kurva-kurva penguras dari MOSFET jenis pengisian. Lengkungan paling bawah (I D = ) adalah kurva V GS(th). Apabila V GS kurang dari V GS(th), arus pengisian secara ideal sama dengan nol dan MOSFET tersebut berada dalam keadaan terputus. Apabila V GS lebih besar dari pada V GS(th) arus penguras (I D ) akan muncul. (a) (b) Gambar 2.9 (a) Kurva Penguras MOSFET jenis pengisian (b) Simbol MOSFET jenis pengisian tipe N Driver MOSFET 18
14 Driver MOSFET berfungsi untuk mengatur waktu aktif dan non-aktif dari Highside dan Low-side MOSFET pada rangkaian H-Bridge. Driver MOSFET memiliki impedansi output yang rendah sehingga mampu mengendalikan gate MOSFET dengan lebih cepat. Waktu switching yang cepat penting untuk meminimalkan disipasi daya H-Bridge MOSFET H-Bridge MOSFET merupakan rangkaian dengan 4 buah MOSFET yang disusun menyerupai bentuk huruf H. H-Bridge MOSFET memungkinkan output memiliki polaritas positif atau negatif dengan sebuah supply positif. +V +V Q1 Q3 A BEBAN B Q2 Q4 Gambar 2.1 Rangkaian H-Bridge MOSFET Tegangan output merupakan selisih tegangan antara titik A dengan titik B. Jika titik B sebagai acuan, maka V out = V AB = V A V B. Untuk menghasilkan tegangan output positif, maka tegangan di titik A harus lebih besar dari tegangan di titik B (Q 1 dan Q 4 harus ON, Q 2 dan Q 3 harus OFF). Dan sebaliknya untuk menghasilkan tegangan output 19
15 negatif, maka tegangan di titik B harus lebih besar dari tegangan di titik A (Q 2 dan Q 3 harus ON, Q 1 dan Q 4 harus OFF) LC Filter Berfungsi melakukan demodulasi sinyal PWM ke bentuk sinyal analog. Apabila frekuensi switching cukup tinggi (di atas 2 KHz), sebuah Low Pass Filter LC (LPF- LC) sederhana dapat digunakan. Frekuensi switching yang cukup tinggi memberikan rentang frekuensi yang cukup lebar bagi filter sehingga frekuensi switching dapat teratenuasi secara signifikan. Berdasarkan pada peraturan mendesain penguat kelas D, konsep berikut ini dapat digunakan sebagai referensi untuk mendesain output filter : Filter harus memiliki amplitudo konstan dan fase yang linier dalam bandwith audio. Dengan mempertahankan kondisi ini, maka tingkat distorsi dapat diminimalisasikan. Filter harus mampu mengatenuasi frekuensi carrier-nya (frekuensi switching). Frekuensi audio yang diperlukan hanyalah pada bandwith audio, karena itu frekuensi non-audio harus dihilangkan. (Boon, 21, p1) 2.7. Xilinx Spartan FPGA Field Programmable Gate Array (FPGA) merupakan IC yang disusun dari banyak sel-sel logika yang identik sebagai komponen standar. Setiap sel logika memiliki fungsi tersendiri. Sel-sel individual terhubung satu sama lain oleh suatu Programmable Switch Matrix (PSM). (Wakerly, 21, p882-89). 2
16 Field Programmable berarti bahwa fungsi FPGA ditentukan oleh suatu program user dan bukan pembuat FPGA. IC pada umumnya memiliki kinerja fungsi tertentu yang ditentukan pada saat pembuatannya. Sebaliknya, fungsi FPGA ditentukan oleh suatu program yang ditulis user dan bukan dari pabrik. Tergantung pada tipe FPGA, program ditulis secara permanen atau semi-permanen atau di-load dari suatu memori eksternal setiap kali perangkat dinyalakan. Kemampuan pemrograman FPGA memungkinkan perancangan IC yang kompleks tanpa biaya pembuatan yang tinggi seperti ASIC (Application Specific Integrated Circuit). Pendefinisian fungsi sel logika pada FPGA dikerjakan dengan software khusus. Software tersebut menterjemahkan suatu diagram skematik atau kode Hardware Description Language (HDL) yang dibuat oleh user dan kemudian menempatkan (place) dan mengarahkan (route) rancangan yang telah diterjemahkan ke dalam FPGA Adder/Substractor Model Adder/Substractor digunakan untuk menjumlahkan atau mengurangkan dua buah input data dan sebuah Carry Input. Mode operasi pada modul ini terdiri atas tiga, yaitu : adder, substractor, adder/substractor. Ada dua tipe Adder/Substractor yaitu : yang menjumlahkan/mengurangkan nilai pada dua buah pin bus, dan yang menjumlahkan/mengurangkan suatu nilai konstan dengan nilai pada salah satu pin bus Comparator Modul Comparator berfungsi untuk membandingkan besar dan kesamaan dua buah nilai. Ada dua tipe Comparator yaitu : yang membandingkan nilai yang digunakan pada dua buah pin bus, dan yang membandingkan suatu nilai konstanta dengan nilai pada salah satu pin bus. 21
17 2.7.3 Counter Modul Counter menghasilkan suatu pencacah nilai yang ditentukan oleh jenis counter-nya dan status dari kontrol input Data Register Modul Data Register digunakan untuk mengambil data yang tersimpan di port D_IN pada transisi clock aktif. Isi register data dikirimkan ke port Q_OUT Multiplexer Multiplexer merupakan rangkaian kombinasional yang memilih data biner dari banyak input dan mengeluarkannya ke output. Pemilihan input tertentu dikontrol oleh kumpulan selector. Pada umumnya, suatu Multiplexer terdiri dari 2 n input dan n selector, dimana kombinasi bit selector tersebut menentukan input mana yang dipilih. 22
BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Perancangan Switching Amplifier ini dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu. Noise Shaping
BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Perancangan Switching Amplifier ini dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu perancangan Modul Input, Modul FPGA dan Modul Output. Modul Input Digital audio dalam ROM 8 bit Bus
Lebih terperinciUniversitas Bina Nusantara. Jurusan Sistem Komputer. Skripsi Sarjana Komputer. Semester Genap tahun 2003/2004
Universitas Bina Nusantara Jurusan Sistem Komputer Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap tahun 2003/2004 PERANCANGAN SWITCHING AMPLIFIER DENGAN TEKNIK DIGITAL PULSE WIDTH MODULATION BERBASISKAN FPGA
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1.(a). Blok Diagram Kelas D dengan Dua Aras Keluaran. (b). Blok Diagram Kelas D dengan Tiga Aras Keluaran.
BAB II DASAR TEORI Dalam bab dua ini penulis akan menjelaskan teori teori penunjang utama dalam merancang penguat audio kelas D tanpa tapis LC pada bagian keluaran menerapkan modulasi dengan tiga aras
Lebih terperinciB B BA I PEN EN A D HU LU N 1.1. Lat L ar B l e ak an Mas M al as ah
BAB I PENDAHULUAN Pada tugas akhir ini penulis akan merancang dan membuat penguat audio kelas D tanpa tapis induktor-kapasitor (LC) yang memanfaatkan modulasi tiga aras. Pada bab I, penulis akan menjelaskan
Lebih terperinciPengenalan & Konsep Dasar FPGA. Veronica Ernita Kristianti
Pengenalan & Konsep Dasar FPGA Veronica Ernita Kristianti Apa itu FPGA? FPGA adalah suatu IC program logic dengan arsitektur seperti susunan matrik sel-sel logika yang dibuat saling berhubungan satu sama
Lebih terperinciMODUL PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI DIGITAL
MODUL PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI DIGITAL DIBUAT OLEH: WAHYU PAMUNGKAS, ST LABORATORIUM SWITCHING DAN TRANSMISI AKATEL SANDHY PUTRA PURWOKERTO 2006 1 MODUL PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI DIGITAL SIFAT-SIFAT
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI 2.1. Teori Catu Daya Tak Terputus
BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dibahas beberapa teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merealisasikan sistem. Teori-teori yang digunakan dalam pembuatan skripsi ini adalah teori catu
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi PWM Sinyal PWM pada umumnya memiliki amplitudo dan frekuensi dasar yang tetap, namun, lebar pulsanya bervariasi. Lebar pulsa PWM berbanding lurus dengan amplitudo sinyal
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk. memperoleh transmisi yang efisien dan handal.
BAB II DASAR TEORI 2.1 Modulasi Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk memperoleh transmisi yang efisien dan handal. Pemodulasi yang merepresentasikan pesan yang akan dikirim, dan
Lebih terperinciKEGIATAN BELAJAR 3 B. DASAR TEORI 1. MOSFET
KEGIATAN BELAJAR 3 A. Tujuan a. Mahasiswa diharapkan dapat memahami karakteristik switching dari mosfet b. Mahasiswa diharapkan dapat menggambarkan kurva karakteristik v-i masukan dan keluaran mosfet.
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN SISTEM
BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1. Perangkat Keras Sistem Perangkat Keras Sistem terdiri dari 5 modul, yaitu Modul Sumber, Modul Mikrokontroler, Modul Pemanas, Modul Sensor Suhu, dan Modul Pilihan Menu. 3.1.1.
Lebih terperinciMono Amplifier Class D menggunakan Semikron SKHI 22B dan IGBT Module Semikron SKM75GB128DN
JURNAL DIMENSI TEKNIK ELEKTRO Vol. 1, No. 1, (2013) 29-36 29 Mono Amplifier Class D menggunakan Semikron SKHI 22B dan IGBT Module Semikron SKM75GB128DN Ivan Christanto Jurusan Teknik Elektro, Universitas
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. MOSFET MOSFET atau Metal Oxyde Semiconductor Field Effect Transistor merupakan salah satu jenis transistor efek medan (FET). MOSFET memiliki tiga pin yaitu gerbang (gate), penguras
Lebih terperinciANALOG TO DIGITAL CONVERTER
PERCOBAAN 10 ANALOG TO DIGITAL CONVERTER 10.1. TUJUAN : Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu Menjelaskan proses perubahan dari sistim analog ke digital Membuat rangkaian ADC dari
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir ini telah dimulai sejak bulan Agustus
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian dan perancangan tugas akhir ini telah dimulai sejak bulan Agustus 2009, dilakukan di Laboratorium Konversi Energi Elektrik dan Laboratorium Sistem
Lebih terperinciBAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA. Pengukuran dan analisa dilakukan bertujuan untuk mendapatkan
BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA Pengukuran dan analisa dilakukan bertujuan untuk mendapatkan spesifikasi alat sehingga memudahkan menganalisa rangkaian. Pengukuran dilakukan pada setiap titik pengukuran
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. sebagian besar masalahnya timbul dikarenakan interface sub-part yang berbeda.
BAB II DASAR TEORI. Umum Pada kebanyakan sistem, baik itu elektronik, finansial, maupun sosial sebagian besar masalahnya timbul dikarenakan interface sub-part yang berbeda. Karena sebagian besar sinyal
Lebih terperinciBAB II PENCUPLIKAN DAN KUANTISASI
BAB II PENCUPLIKAN DAN KUANTISASI Sebagian besar sinyal-sinyal di alam adalah sinyal analog. Untuk memproses sinyal analog dengan sistem digital, perlu dilakukan proses pengubahan sinyal analog menjadi
Lebih terperinciNAMA :M. FAISAL FARUQI NIM : TUGAS:ELEKTRONIKA DAYA -BUCK CONVERTER
NAMA :M. FAISAL FARUQI NIM :2201141004 TUGAS:ELEKTRONIKA DAYA -BUCK CONVERTER Rangkaian ini merupakan salah satu konverter DC-DC pada Elektronika Daya (ELDA). Dengan rangkaian Buck-Converter ini, kita
Lebih terperinciDalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu:
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka Realisasi PLL (Phase Locked Loop) sebagai modul praktikum demodulator FM sebelumnya telah pernah dibuat oleh Rizal Septianda mahasiswa Program Studi Teknik
Lebih terperinciSIMULASI CONVERTER DAYA FREKUENSI TINGGI DENGAN TEKNOLOGI PLD BERBASIS SISTEM MIKROKONTROLLER
JURNAL LOGIC. VOL. 16. NO.1. MARET 2016 40 SIMULASI CONVERTER DAYA FREKUENSI TINGGI DENGAN TEKNOLOGI PLD BERBASIS SISTEM MIKROKONTROLLER I Gede Suputra Widharma dan Nengah Sunaya Jurusan Teknik Elektro
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN ALAT
BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Tujuan Perancangan Tujuan dari perancangan ini adalah untuk menentukan spesifikasi kerja alat yang akan direalisasikan melalui suatu pendekatan analisa perhitungan, analisa
Lebih terperinciMODULASI DELTA ADAPTIF
MODULASI DELTA ADAPTIF SIGIT KUSMARYANTO http://sigitkus@ub.ac.id I. PENDAHULUAN Kecenderungan dalam perancangan sistem komunikasi baru untuk masa mendatang telah meningkatkan penggunaan teknik-teknik
Lebih terperinciRijal Fadilah. Transmisi & Modulasi
Rijal Fadilah Transmisi & Modulasi Pendahuluan Sebuah sistem komunikasi merupakan suatu sistem dimana informasi disampaikan dari satu tempat ke tempat lain. Misalnya tempat A yang terletak ditempat yang
Lebih terperinciBAB X MEMORY. RAM (Random Access Memory) DRAM (Dynamic RAM) SRAM (Static RAM) MOS. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Politeknik Negeri Malang
BAB X MEMORY Capaian Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa akan mampu : Menjelaskan pengertian penyimpan (memory) data digital. Menjelaskan pengertian dan perbedaan sistem memory RAM dan
Lebih terperinciPENYEDIA DAYA DC BERBASIS MIKROKONTROLER MC68HC908QT2
PENYEDIA DAYA DC BERBASIS MIKROKONTROLER MC68HC908QT2 MAKALAH SKRIPSI Disusun oleh Joko Mulyadi 98/120813/TK/22633 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2006 HALAMAN
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Mikrokontroller AVR Mikrokontroller adalah suatu alat elektronika digital yang mempunyai masukan serta keluaran serta dapat di read dan write dengan cara khusus. Mikrokontroller
Lebih terperinciMAKALAH PENGUAT DAYA
MAKALAH PENGUAT DAYA Makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Elektronika Komunikasi Disusun oleh: Shintya Yosvine Monro 111090109 FAKULTAS ELEKTRO DAN KOMUNIKASI INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM BANDUNG
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir dilaksanakan pada bulan Februari 2014 hingga Januari
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir dilaksanakan pada bulan Februari 2014 hingga Januari 2015. Perancangan dan pengerjaan perangkat keras (hardware) dan laporan
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN DAN PENGUKURAN
BAB III PERANCANGAN DAN PENGUKURAN 3.1 Perancangan Sistem Perancangan mixer audio digital terbagi menjadi beberapa bagian yaitu : Perancangan rangkaian timer ( timer circuit ) Perancangan rangkaian low
Lebih terperinciRijal Fadilah. Transmisi Data
Rijal Fadilah Transmisi Data Review Sistem Komunikasi Data Entitas yg melambangkan suatu pengertian Jenis : data analog & data digital Signal / Sinyal Suatu bentuk/cara utk menyalurkan data Jenis : signal
Lebih terperinciBAB III DESAIN DAN IMPLEMENTASI
BAB III DESAIN DAN IMPLEMENTASI 3.1 Pendahuluan Pada tugas akhir ini akan membahas tentang pengisian batere dengan metode constant current constant voltage. Pada implementasinya mengunakan rangkaian konverter
Lebih terperinciBAB III DESAIN BUCK CHOPPER SEBAGAI CATU POWER LED DENGAN KENDALI ARUS. Pada bagian ini akan dibahas cara menkontrol converter tipe buck untuk
BAB III DESAIN BUCK CHOPPER SEBAGAI CATU POWER LED DENGAN KENDALI ARUS 3.1. Pendahuluan Pada bagian ini akan dibahas cara menkontrol converter tipe buck untuk menghidupkan HPL (High Power LED) dengan watt
Lebih terperinciBAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar
BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED 3.1. Rancang Bangun Perangkat Keras Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar 3.1. Sistem ini terdiri dari komputer, antarmuka
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT. modulator 8-QAM seperti pada gambar 3.1 berikut ini: Gambar 3.1 Blok Diagram Modulator 8-QAM
BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT 3.1 Pembuatan Modulator 8-QAM Dalam Pembuatan Modulator 8-QAM ini, berdasarkan pada blok diagram modulator 8-QAM seperti pada gambar 3.1 berikut ini: Gambar 3.1 Blok
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang
BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI 3.1 Perancangan Alat Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang direncanakan diperlihatkan pada Gambar 3.1. Sinyal masukan carrier recovery yang berasal
Lebih terperinciMICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535
MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535 Dwisnanto Putro, S.T., M.Eng. MIKROKONTROLER AVR Jenis Mikrokontroler AVR dan spesifikasinya Flash adalah suatu jenis Read Only Memory yang biasanya diisi dengan program
Lebih terperinciBAB 3 PERANCANGAN SISTEM
BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1. Gambaran Umum Sistem Sistem ini terdiri dari 2 bagian besar, yaitu, sistem untuk bagian dari panel surya ke baterai dan sistem untuk bagian dari baterai ke lampu jalan. Blok
Lebih terperinciBAB VI PEMANGKAS (CHOPPER)
BAB VI PEMANGKAS (CHOPPER) Elektronika Daya ALMTDRS 2014 KOMPETENSI DASAR Setelah mengikuti materi ini diharapkan mahasiswa memiliki kompetensi: Menguasai dasar prinsip kerja chopper penaik tegangan (step-up),
Lebih terperinciPERANCANGAN DAN PEMBUATAN PULSE CODE MODULATION MENGGUNAKAN KOMPONEN DASAR ELEKTRONIKA
PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PULSE CODE MODULATION MENGGUNAKAN KOMPONEN DASAR ELEKTRONIKA LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma 3 Oleh: SHALLY
Lebih terperinci1.2 Tujuan Penelitian 1. Penelitian ini bertujuan untuk merancang bangun sirkit sebagai pembangkit gelombang sinus synthesizer berbasis mikrokontroler
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dewasa ini dunia telekomunikasi berkembang sangat pesat. Banyak transmisi yang sebelumnya menggunakan analog kini beralih ke digital. Salah satu alasan bahwa sistem
Lebih terperinciModulasi adalah proses modifikasi sinyal carrier terhadap sinyal input Sinyal informasi (suara, gambar, data), agar dapat dikirim ke tempat lain, siny
Modulasi Modulasi adalah proses modifikasi sinyal carrier terhadap sinyal input Sinyal informasi (suara, gambar, data), agar dapat dikirim ke tempat lain, sinyal tersebut harus ditumpangkan pada sinyal
Lebih terperinciHasil Oversampling 13 Bit Hasil Oversampling 14 Bit Hasil Oversampling 15 Bit Hasil Oversampling 16
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN... iii PRAKATA... iv DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN... xiv INTISARI... xv ABSRACT...
Lebih terperinciBAB IV SINYAL DAN MODULASI
DIKTAT MATA KULIAH KOMUNIKASI DATA BAB IV SINYAL DAN MODULASI IF Pengertian Sinyal Untuk menyalurkan data dari satu tempat ke tempat yang lain, data akan diubah menjadi sebuah bentuk sinyal. Sinyal adalah
Lebih terperinciBAB III KEGIATAN PENELITIAN TERAPAN
BAB III KEGIATAN PENELITIAN TERAPAN Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang akan digunakan dalam menyelesaikan Alat Simulasi Pembangkit Sinyal Jantung, berupa perangkat keras (hardware) dan perangkat
Lebih terperinciRANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI
RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI Renny Rakhmawati, ST, MT Jurusan Teknik Elektro Industri PENS-ITS Kampus ITS Sukolilo Surabaya Phone 03-5947280
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konverter elektronika daya merupakan suatu alat yang mengkonversikan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konverter Elektronika Daya Konverter elektronika daya merupakan suatu alat yang mengkonversikan daya elektrik dari satu bentuk ke bentuk daya elektrik lainnya di bidang elektronika
Lebih terperinciBAB II DIGITISASI DAN TRANSMISI SUARA. 16Hz 20 khz, yang dikenal sebagai frekwensi audio. Suara menghasilkan
BAB II DIGITISASI DAN TRANSMISI SUARA 2.1 Umum Telinga manusia memiliki kemampuan menerima frekwensi dalam kisaran 16Hz 20 khz, yang dikenal sebagai frekwensi audio. Suara menghasilkan frekwensi yang sempit
Lebih terperinciTeknik Sistem Komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Model Sistem Komunikasi Sinyal listrik digunakan dalam sistem komunikasi karena relatif gampang dikontrol. Sistem komunikasi listrik ini mempekerjakan sinyal listrik untuk membawa
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Blok Diagram Modulator 8-QAM. menjadi tiga bit (tribit) serial yang diumpankan ke pembelah bit (bit splitter)
BAB II DASAR TEORI 2.1 Modulator 8-QAM Gambar 2.1 Blok Diagram Modulator 8-QAM Dari blok diagram diatas dapat diuraikan bahwa pada modulator 8-QAM sinyal data yang dibangkitkan oleh rangkaian pembangkit
Lebih terperinciMakalah Seminar Kerja Praktek
Makalah Seminar Kerja Praktek PROSES KERJA AMPLIFIER PADA HOME THEATER DI PT. LG ELECTRONICS INDONESIA CIKARANG BARAT Anton Ratrianto ( L2F 006 010 ) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciModulasi. S1 Informatika ST3 Telkom Purwokerto
Modulasi S1 Informatika ST3 Telkom Purwokerto 1 AM Analog FM Modulasi PM ASK Digital ASK FSK PSK voltage Amplitudo, Frekuensi, Phase 180 0 +90 0 B A C -90 0 0 0 C A cycle (T) B 0 π 2π Amplitude (V) (t)
Lebih terperinciuntuk ASIC tinggi, algoritma harus diverifikasi dan dioptimalkan sebelum implementasi. Namun dengan berkembangnya teknologi VLSI, implementasi perangk
IMPLEMENTASI SERIAL MULTIPLIERS 8 BIT KE DALAM IC FPGA SEBAGAI PENDUKUNG PERCEPATAN OPERASI PERKALIAN DALAM KOMPRESI CITRA Drs. Lingga Hermanto, MMSi 1 Iman Ilmawan Muharam 2 1. Dosen Universitas Gunadarma
Lebih terperinciPerancangan Sistim Elektronika Analog
Petunjuk Praktikum Perancangan Sistim Elektronika Analog Lab. Elektronika Industri Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Lab 1. Amplifier Penguat Dengan
Lebih terperinciLatihan Soal dan Pembahasan SOAL A
Latihan Soal dan Pembahasan SOAL A 1. Jelaskan jenis-jenis modulasi digital? 2. Apa keuntungan modulasi FM jika dibandingkan dengan modulasi AM? 3. Sebutkan interface mux SDH dan dapan menampung sinyal
Lebih terperinciTEKNIK TELEKOMUNIKASI DASAR. Kuliah 5 Modulasi Pulsa
TKE 2102 TEKNIK TELEKOMUNIKASI DASAR Kuliah 5 Modulasi Pulsa Indah Susilawati, S.T., M.Eng. Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Mercu Buana Yogyakarta 2009 B A B
Lebih terperinciBAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS
48 BAB I HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS 4.1. HASIL PERCOBAAN 4.1.1. KARAKTERISTIK DIODA Karakteristik Dioda dengan Masukan DC Tabel 4.1. Karakteristik Dioda 1N4007 Bias Maju. S () L () I D (A) S () L ()
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas dasar teori yang berhubungan dengan perancangan skripsi antara lain fungsi dari function generator, osilator, MAX038, rangkaian operasional amplifier, Mikrokontroler
Lebih terperinciAbstract
DESAIN HIGH FREQUENCY PWM MENGGUNAKAN CPLD DAN PEMANFAATAN SISTEM SEBAGAI KONTROL PADA DC-DC FLYBACK UP CONVERTER Sigit Kurniawan 1, Setyawan P Sakti 1, Hari Arief Dharmawan 1 1) Jurusan Fisika FMIPA Univ.
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN SISTEM
25 BAB III PERANCANGAN SISTEM Sistem monitoring ini terdiri dari perangkat keras (hadware) dan perangkat lunak (software). Perangkat keras terdiri dari bagian blok pengirim (transmitter) dan blok penerima
Lebih terperinciDesain Inverter Tiga Fasa dengan Minimum Total Harmonic Distortion Menggunakan Metode SPWM
79 Desain Inverter Tiga Fasa dengan Minimum Total Harmonic Distortion Menggunakan Metode SPWM Lalu Riza Aliyan, Rini Nur Hasanah, M. Aziz Muslim Abstrak- Salah satu elemen penting dalam proses konversi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan teknologi dijital telah menunjukkan pengaruh yang luar biasa bagi kehidupan manusia. Dimulai sejak kurang lebih era tahun 60-an dimana suatu rangkaian
Lebih terperinciPERANCANGAN INVERTER SEBAGAI SWITCH MOS PADA IC DAC
PERANCANGAN INVERTER SEBAGAI SWITCH MOS PADA IC DAC Veronica Ernita K. 1), Erma Triawati Ch 2) 1,2,3) Jurusan Teknik Elektro Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No. 100, Depok 16424, Jawa Barat, Indonesia
Lebih terperinciAlat Uji Muatan Roket KOMURINDO Bebasis FPGA (FIELD PROGAMMABLE GATE ARRAY) Bagian Pengujian Fungsional G-force (April, 2013)
Alat Uji Muatan Roket KOMURINDO Bebasis FPGA (FIELD PROGAMMABLE GATE ARRAY) Bagian Pengujian Fungsional G-force (April, 2013) Denny Satrio N, Ir. M.Julius St., MS., Mochammad Rif an, ST., MT. 1 Abstrak
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM. Dalam tugas akhir ini dirancang sebuah modulator BPSK dengan bit rate
BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM 3.1 Gambaran Umum Dalam tugas akhir ini dirancang sebuah modulator BPSK dengan bit rate 64 Kbps untuk melakukan proses modulasi terhadap sinyal data digital. Dalam
Lebih terperinciKOMUNIKASI DATA PROGRAM STUDI TEKNIK KOMPUTER DOSEN : SUSMINI I. LESTARININGATI, M.T
KOMUNIKASI DATA PROGRAM STUDI TEKNIK KOMPUTER 3 GANJIL 2017/2018 DOSEN : SUSMINI I. LESTARININGATI, M.T Sinyal Digital Selain diwakili oleh sinyal analog, informasi juga dapat diwakili oleh sinyal digital.
Lebih terperinciTRANSISTOR 1. TK2092 Elektronika Dasar Semester Ganjil 2012/2013. Hanya dipergunakan untuk kepentingan pengajaran di lingkungan Politeknik Telkom
TK2092 Elektronika Dasar Semester Ganjil 2012/2013 Politeknik Telkom Bandung 2013 www.politekniktelkom.ac.id TRANSISTOR 1 Disusun oleh: Duddy Soegiarto, ST.,MT dds@politekniktelkom.ac.id Hanya dipergunakan
Lebih terperinciPemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu
Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Brilliant Adhi Prabowo Pusat Penelitian Informatika, LIPI brilliant@informatika.lipi.go.id Abstrak Motor dc lebih sering digunakan
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT
BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan sistem dan realisasi perangkat keras dan perangkat lunak dari setiap modul yang mendukung alat secara keseluruhan.
Lebih terperinciDAC - ADC Digital to Analog Converter Analog to Digital Converter
DAC - ADC Digital to Analog Converter Analog to Digital Converter Missa Lamsani Hal 1 Konverter Alat bantu digital yang paling penting untuk teknologi kontrol proses adalah yang menerjemahkan informasi
Lebih terperinciTEKNIK MODULASI PADA KOMUNIKASI DATA
TEKNIK MODULASI PADA KOMUNIKASI DATA Proses penumpangan signal analog atau Digital pad Signal Pembawa yang berupa Analog atau Digital disebut Modulasi. Ada 4 jenis Modulasi yaitu : * Signal Analog dibawa
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai
BAB II DASAR TEORI 2.1 Arduino Uno R3 Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai
Lebih terperinciANALISA ADC 0804 dan DAC 0808 MENGGUNAKAN MODUL SISTEM AKUISISI DATA PADA PRAKTIKUM INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA
ANALISA ADC 0804 dan DAC 0808 MENGGUNAKAN MODUL SISTEM AKUISISI DATA PADA PRAKTIKUM INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA Disusun oleh : Nama : Ferdian Cahyo Dwiputro dan Erma Triawati Ch, ST., MT NPM : 16409952 Jurusan
Lebih terperinciCONVERSION. 1. Analog To Digital Converter 2. Digital To Analog Converter 3. Voltage to Frequency 4. Current To Pneumatic
CONVERSION 1. Analog To Digital Converter 2. Digital To Analog Converter 3. Voltage to Frequency 4. Current To Pneumatic Analog To Digital Converter Spesifikasi umum ADC : ADC tersedia dalam kemasan IC
Lebih terperinciBAB 1. KONSEP DASAR DIGITAL
1. KONSEP DSR DIGITL Materi : 1. Representasi entuk Digital dan nalog 2. entuk Sinyal Digital 3. Transmisi Serial & Paralel 4. Switch dalam Rangkaian Elektronika 5. Gerbang Logika Dasar 6. Tabel Kebenaran
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN ALAT. Pada perancangan alat untuk sistem demodulasi yang dirancang, terdiri dari
BAB III PERANCANGAN ALAT Pada perancangan alat untuk sistem demodulasi yang dirancang, terdiri dari beberapa perangkat keras (Hardware) yang akan dibentuk menjadi satu rangkaian pemodulasi sinyal digital
Lebih terperinciMateri 3: ELEKTRONIKA DAYA (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA
Materi 3: ELEKTRONIKA DAYA 52150492 (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA KONVERTER DC KE DC CHOPPER PENGERTIAN DC to DC converter itu merupakan suatu device
Lebih terperinciKomunikasi Data. Bab 5. Data Encoding. Bab 5. Data Encoding 1/46
Bab 5. Data Encoding Bab 5. Data Encoding 1/46 Outline Teknik Encoding Data Digital Signal Digital Teknik Encoding Data Analog Signal Digital Teknik Encoding Data Digital Signal Analog Teknik Encoding
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN PENGUAT KELAS D
BAB III PERANCANGAN PENGUAT KELAS D TANPA TAPIS LC PADA BAGIAN KELUARAN DENGAN MODULASI TIGA ARAS Pada bab III penulis akan menjelaskan perancangan dari penguat kelas D tanpa tapis LC dengan menerapkan
Lebih terperinciRANCANG BANGUN CATU DAYA TENAGA SURYA UNTUK PERANGKAT AUDIO MOBIL
RANCANG BANGUN CATU DAYA TENAGA SURYA UNTUK PERANGKAT AUDIO MOBIL Sutedjo ¹, Rusiana², Zuan Mariana Wulan Sari 3 1 Dosen Jurusan Teknik Elektro Industri ² Dosen Jurusan Teknik Elektro Industri 3 Mahasiswa
Lebih terperinciADC (Analog to Digital Converter)
ADC (Analog to Digital Converter) Analog to Digital Converter (ADC) adalah sebuah piranti yang dirancang untuk mengubah sinyal-sinyal analog menjadi sinyal sinyal digital. IC ADC 0804 dianggap dapat memenuhi
Lebih terperinciINSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421)
INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 13 (ADC 2 Bit) I. TUJUAN 1. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja dan karakteristik rangkaian ADC 2 Bit. 2. Mahasiswa dapat merancang rangkaian ADC 2 Bit dengan
Lebih terperincipenulisan ini dengan Perancangan Anti-Aliasing Filter Dengan Menggunakan Metode Perhitungan Butterworth. LANDASAN TEORI 2.1 Teori Sampling Teori Sampl
PERANCANGAN ANTI-ALIASING FILTER DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERHITUNGAN BUTTERWORTH 1 Muhammad Aditya Sajwa 2 Dr. Hamzah Afandi 3 M. Karyadi, ST., MT 1 Email : muhammadaditya8776@yahoo.co.id 2 Email : hamzah@staff.gunadarma.ac.id
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN SISTEM
BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras, serta perangkat lunak dari alat akuisisi data termokopel 8 kanal. 3.1. Gambaran Sistem Alat yang direalisasikan
Lebih terperinciMODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II DEPARTEMEN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK A. OP-AMP Sebagai Peguat TUJUAN PERCOBAAN PERCOBAAN VII OP-AMP SEBAGAI PENGUAT DAN KOMPARATOR
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konversi energi dari cahaya matahari menjadi energi listrik dilakukan oleh
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sel Surya Konversi energi dari cahaya matahari menjadi energi listrik dilakukan oleh komponen yang disebut sel photovoltaic (sel PV). Sel PV pada dasarnya semikonduktor dioda
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Inverter BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kedudukan inverter pada sistem pembangkit listrik tenaga surya atau PLTS adalah sebagai peeralatan yang mengubah listrik arus searah (DC) menjadi listrik arus bolak-balik
Lebih terperinciPOLITEKNIK NEGERI JAKARTA
LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM SISTEM TELEKOMUNIKASI SEMESTER III TH 2012/2013 JUDUL ( FSK) FREQUENCY SHIFT KEYING GRUP 1 TELKOM 3D PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT
BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT Pada bab ini akan dijelaskan perancangan skripsi yang dibuat yang terdiri dari perancangan perangkat keras dan perancangan perangkat lunak. Perancangan perangkat
Lebih terperinciSINYAL & RANGKAIAN DIGITAL
TI091209 [2 SKS] OTOMASI INDUSTRI MINGGU KE-5 SINYAL & RANGKAIAN DIGITAL disusun oleh: Mokh. Suef Yudha Prasetyawan Maria Anityasari Jurusan Teknik Industri 1 OUTLINE PERTEMUAN INI Sinyal Analog Sinyal
Lebih terperinciSistem Memori. Flip-flop: memori 1-bit Register: memori n-bit, satu lokasi Memori: penyimpan data n-bit, m-lokasi MSB. 4-bit LSB. Flip-flop.
Sistem Memori Flip-flop: memori -bit Register: memori n-bit, satu lokasi Memori: penyimpan data n-bit, m-lokasi MSB LSB MSB 4-bit LSB 2 Flip-flop Register m n Memori m x n Memori ROM (Read Only Memory)
Lebih terperinciBAB 3 PERANCANGAN SISTEM. PID berbasiskan FPGA yang bekerja secara multiplexing untuk pemberian data set point
BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Perancangan sistem pengendalian posisi 3 buah motor DC dengan algoritma PID berbasiskan FPGA yang bekerja secara multiplexing untuk pemberian data set point tiap masing-masing
Lebih terperinciANTAR MUKA DST-51 DENGAN MODUL AD-0809
ANTAR MUKA DST-51 DENGAN MODUL AD-0809 ADC0809 ADC0809 adalah IC pengubah tegangan analog menjadi digital dengan masukan berupa 8 kanal input yang dapat dipilih. IC ADC0809 dapat melakukan proses konversi
Lebih terperinciRANGKAIAN DIGITAL TO ANALOG CONVERTER (DAC) DAN ANALOG TO DIGITAL CONVERTER
RANGKAIAN DIGITAL TO ANALOG CONVERTER (DAC) DAN ANALOG TO DIGITAL CONVERTER Pertemuan 10, Elektronika Dasar POKOK BAHASAN 1. Digital to analog converter 2. Istilah dalam DAC 3. Analog to Digital Converter
Lebih terperinciMODUL 04 TRANSISTOR PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018
MODUL 04 TRANSISTOR PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 1 TUJUAN Memahami
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
2 BAB III METODE PENELITIAN Pada skripsi ini metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen (uji coba). Tujuan yang ingin dicapai adalah membuat suatu alat yang dapat mengkonversi tegangan DC ke AC.
Lebih terperinciadalah frekuensi detak masukan mula-mula, sehingga membentuk rangkaian
Pertemuan ke 2 1 BAB I Rangkaian Sekuensial (2) Deskripsi Pada bab ini akan dibahas tentang aplikasi elemen flip-flop pada counter dan register serta clock mode, pulse mode, dan level mode. Manfaat Memberikan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISA
BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISA 4.1 Amplitude Modulation and Demodulation 4.1.1 Hasil Percobaan Tabel 4.1. Hasil percobaan dengan f m = 1 KHz, f c = 4 KHz, A c = 15 Vpp No V m (Volt) E max (mvolt) E
Lebih terperinci$'&$QDORJWR'LJLWDO&RQYHUWLRQ
$'&$QDORJWR'LJLWDO&RQYHUWLRQ KONVERTER Alat bantu digital yang paling penting untuk teknologi kontrol proses adalah yang menerjemahkan informasi digital ke bentuk analog dan juga sebaliknya. Sebagian besar
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN SISTEM
BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem perangkat keras dari UPS (Uninterruptible Power Supply) yang dibuat dengan menggunakan inverter PWM level... Gambaran Sistem input
Lebih terperinci