BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Perancangan Switching Amplifier ini dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu. Noise Shaping

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Perancangan Switching Amplifier ini dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu. Noise Shaping"

Transkripsi

1 BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Perancangan Switching Amplifier ini dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu perancangan Modul Input, Modul FPGA dan Modul Output. Modul Input Digital audio dalam ROM 8 bit Bus Modified PWM Processor (Modul FPGA) Data Buffer 16 bit 352,1 KHz Noise Shaping 8 bit 352,1 KHz MUPWM Transducer (loudspeaker) Powered Analog Audio Signal Modul Output Output Filter 352,1 KHz Powered 12V UPWM H Bridge MOSFET 4 bit control signal 352,1 KHz 2 bit 352,1 KHz 3,3V PWM MOSFET driver Gambar 3.1 Blok Diagram Sistem Keseluruhan 3.1 Perancangan Modul Input Modul Input yang digunakan dalam sistem ini menggunakan ROM dengan tipe EPROM (Eresable Programable Read Only Memory). Modul input berfungsi memberikan data audio digital kepada modul FPGA.

2 3.1.1 EPROM EPROM yang digunakan adalah 27C1001 dengan kapasitas 1 Mbit (128K 8 = 128 KByte). ROM digunakan untuk menyimpan data audio dengan frekuensi sampling 44,1 KHz sebagai input bagi switching amplifier yang dirancang. Data sampel audio yang disimpan dalam ROM berformat 16 bit 2 s complement, sesuai dengan format wave PCM yang memiliki rentang amplitudo dari sampai ( a ) ( b ) Gambar 3.2 (a) Layout Pin IC 27C1001 (b) Logic Diagram Tabel 3.1 Daftar Pin IC 27C Perancangan Modul FPGA

3 Perancangan Modul FPGA terdiri dari perancangan Data Buffer, Noise shaper dan MUPWM. Metode perancangan menggunakan VHDL (VHSIC Hardware Description Language); VHSIC (Very High Speed Integrated Circuit) dengan bantuan software Xilinx ISE 6.1i Data Buffer Data Buffer digunakan untuk menampung sementara data yang diterima dari EPROM. Buffer juga melakukan konversi data word 8 bit menjadi word 16 bit, sesuai dengan lebar data sample audio yang digunakan. Gambar 3.3 Blok Modul Data Buffer Keterangan Gambar 3.3 : d_in<7:0> clk rdi : Input data buffer, diambil dari output EPROM : Clock untuk data buffer : Sinyal yang diterima dari modul MUPWM, digunakan untuk menandakan bahwa data buffer harus mengambil data baru dari EPROM. rst : Reset asinkron untuk modul data buffer

4 add_out<16:0> : Alamat yang diberikan kepada EPROM d_out<15:0> : Data sampel audio 16 bit yang diberikan kepada modul Noise Shaper Noise Shaper Dalam perancangan sistem ini digunakan Noise shaping orde 2 karena tingkat noise di dalam frekuensi audio dianggap cukup rendah dan tingkat noise di atas frekuensi audio tidak terlalu besar. Resolusi input Noise Shaper sesuai dengan output dari Data Buffer, yaitu 16 bit dengan frekuensi oversampling 352,8 KHz. Resolusi output dari Noise shaping harus sesuai dengan input dari modulator, yaitu 8 bit. Gambar 3.4 Blok Modul Noise Shaper Keterangan Gambar 3.4 : x(15:0) clk : Input noise shaper, berasal dari output data buffer : Clock yang menggerakan noise shaper berasal dari output rdi dari MUPWM clr nse : Reset asinkron : Noise Shaper Enable

5 Y(7:0) : Output dari noise shaper untuk MUPWM Sedangkan struktur dari noise shaper orde 2 adalah sebagai berikut : X(z) + R(z) S(z) + V(z) W(z) Z -1 Q N(z) Y(z) = + Z -1 Gambar 3.5 Struktur Noise Shaper orde 2 Keterangan Gambar 3.5 : X(z) R(z) S(z) V(z) : Input Noise Shaper : Nilai X(z) dikurangi Y(z) sebelumnya. : Nilai R(z) yang dijumlahkan dengan nilai R(z) sebelumnya : Nilai S(z) dikurangi Y(z) sebelumnya W(z) : Nilai S(z) yang dijumlahkan dengan nilai S(z) sebelumnya N(z) Y(z) : Random error (noise) yang timbul karena proses kuantisasi : Output dari sistem Rumus untuk menghitung maximum signal-to-error ratio ( S / E ) untuk noise shaping orde 2 terdapat dalam Bab 2 (Persamaan 2.4).

6 3.2.3 Permasalahan Dalam Implementasi Unipolar PWM. Waktu ON OFF (t ON + t OFF ) dari MOSFET adalah sekitar 100 ns, lebar pulsa minimum (t min ) yang diberikan kepada gate harus 100 ns, jika tidak maka MOSFET tidak sempat berubah dari keadaan awalnya. Hal ini berlaku untuk keadaan awal ON maupun OFF. t < t min input output High Low ( a ) t min input output High Low ( b ) Gambar 3.6 Respon MOSFET dengan keadaan awal OFF dengan (a) lebar pulsa < t min dan (b) lebar pulsa = t min Modifikasi Unipolar Pulse Width Modulator Untuk resolusi 8 bit, maka diperlukan 128 clock untuk melakukan satu siklus PWM. Modifikasi dilakukan dengan menambahkan beberapa clock pada saat sebelum dan sesudah fase PWM untuk memberikan pulsa inisial, yaitu pulsa yang menyebabkan tegangan output nol. Dalam modifikasi ini periode switching dibagi menjadi 3 fase,

7 yaitu fase awal, fase PWM dan fase akhir. Pada fase awal, modulator akan memberikan pulsa high kepada kedua pasangan MOSFET dalam rangkaian H-Bridge. Pada fase PWM, modulator melakukan proses unipolar PWM sesuai dengan algoritma unipolar PWM. Pada fase akhir, modulator memberikan pulsa low kepada kedua pasangan MOSFET. Pada rangkaian H-Bridge, tegangan output merupakan selisih tegangan antar output dua pasangan MOSFET. Sebagai contoh, Gambar 3.7 memperlihatkan kurva tegangan output dua pasangan MOSFET dalam rangkaian H-Bridge ( Va dan Vb) dan output dari rangkaian H-Bridge (Vout). Va Vb Lebar pulsa = t min Vout = Va-Vb Lebar pulsa < t min clock Fase awal Fase PWM Fase akhir Periode switching Gambar 3.7 Contoh Output dengan Modifikasi Unipolar PWM Gambar 3.7. memperlihatkan bahwa pada fase awal dan fase akhir tegangan output adalah nol. Selain itu dapat dilihat bahwa dengan menggunakan pulsa inisial dapat dihasilkan lebar pulsa yang lebih kecil dari t min. Jumlah clock yang dibutuhkan untuk satu siklus switching merupakan jumlah total clock dari fase awal, fase PWM dan

8 fase akhir. Pada perancangan modul MUPWM (Modified Unipolar Pulse Width Modulator), jumlah clock fase awal dinyatakan dengan M sedangkan jumlah clock fase akhir dinyatakan dengan L Perhitungan Frekuensi Switching Frekuensi switching dari suatu switching amplifier harus jauh lebih tinggi dari frekuensi yang akan diperkuat setidaknya 10 kali lipat. Frekuensi audio tertinggi adalah 20 KHz, oleh karena itu frekuensi switching setidaknya 200 KHz atau lebih. Untuk mempermudah perancangan, sebaiknya frekuensi switching adalah kelipatan 2 n dari frekuensi sampling. Oleh karena itu, dipilih frekuensi switching 352,8 KHz. Dengan clock 50 MHz resolusi terbesar yang mungkin adalah 8 bit. Dengan modifikasi maka jumlah clock yang dibutuhkan untuk melakukan satu siklus switching adalah : M + L Dengan M adalah jumlah clock pada fase awal, L adalah jumlah clock pada fase akhir, 128 adalah jumlah clock pada fase PWM untuk 8 bit unipolar PWM. Frekuensi switching (f SW ) dari Unipolar PWM hasil modifikasi ini adalah : f SW = f CLOCK Hz M + L +128 (3.1) Dengan frekuensi clock sebesar 50 MHz, untuk mencapai frekuensi switching sebesar 352,8 KHz maka periode switching adalah : = 141,72 clock; dibulatkan menjadi 142 clock

9 Dengan periode switching 142 clock, maka frekuensi switching yang diperoleh adalah sebesar 50 MHz / 142 = 352,11 KHz. Jumlah clock yang tersedia untuk M dan L adalah = 14. Dengan membagi jumlah clock sama besar antara M dan L, maka M = 7 clock dan L = 7 clock. Periode pulsa inisial harus lebih dari atau sama dengan ketentuan lebar pulsa minimum. Dengan M = L = 7 clock, maka lebar pulsa dari kedua pulsa inisial itu adalah 140 ns, memenuhi syarat minimum yaitu 100 ns Realisasi MUPWM (Modified Unipolar Pulse Width Modulator) Secara konsep, MUPWM digambarkan dengan skematik pada Gambar 3.8. Dalam realisasinya digunakan bahasa VHDL untuk membuat setiap komponenkomponen tersebut. Unipolar PWM yang dirancang memiliki input 8 bit dengan tipe data sign ( 1 bit sign + 7 bit magnitude). Karena output dari Noise shaper bertipe 2 s complement, maka sebelum masuk ke dalam modulator diperlukan sebuah converter yang mengubah tipe data dari 2 s complement menjadi sign. 8 bit 2 s complement input Converter Do Di S 7 bit Magnitude Sign bit CNTR8 CLK RST SR COUNT CMPR8 (1)

10 M ADD8CE (1) A B Y STATE CLK RST CLK SR RST X1 POA D CE A B S CMPR8 (2) A Y B X2 SI POB L ADD8CE (2) CLK RST CE A S B ADD8 CLK RST A B S CMPR8 (3) A Y B RDI 128 Gambar 3.8 Skematik Lengkap Modul MUPWM Keterangan gambar 3.8 : M : Minimum Positive Pulse Width sesuai dengan waktu aktif minimum MOSFET L : Minimum Negative Pulse Width sesuai dengan waktu non aktif minimum MOSFET D : Data Input (magnitude dari converter) SI : Sign (untuk menentukan output Modulator positif atau negatif ) RDI : Ready Data Input ( memberitahukan bahwa Modulator telah mengambil data)

11 Penjelasan komponen yang dipakai dalam MUPWM : Converter - Digunakan untuk mengubah format data 2 s complement menjadi sign binary. - Input data (Di) adalah 8 bit 2 s complement sedangkan outputnya 7 bit magnitude (Do) dan 1 bit sign (S). Counter 8 bit (CNTR8) - Digunakan untuk melakukan perhitungan dari Output-nya dimasukkan ke port A setiap Comparator 8 bit (CMPR8). - SR (Synchronous Reset) digunakan supaya CNTR8 menghitung kembali dari nilai awal yaitu nol (0) setelah datangnya clock. - CLK dan RST dihubungkan dengan clock dan reset dari FPGA. Adder 8 bit dengan Clock Enable (ADD8CE) - ADD8CE(1) digunakan untuk menjumlahkan nilai M dan nilai D. Output-nya dimasukkan ke port B dari CMPR8(2). - ADD8CE(2) digunakan untuk menjumlahkan nilai M dan nilai L. Output-nya dimasukkan ke port B dari CMPR8(3). - CE (Clock Enable) untuk mengaktifkan ADD8SC. - CLK dan RST dihubungkan dengan clock dan reset dari FPGA. Adder 8 bit (ADD8S) - Digunakan untuk menjumlahkan nilai output dari ADD8SC(2) dan nilai konstan 128 desimal. Output-nya dimasukkan ke port B dari CMPR8(3). - CLK dan RST dihubungkan dengan clock dan reset dari FPGA. Comparator 8 bit (CMPR8)

12 - CMPR8(1) digunakan untuk membandingkan nilai output dari CNTR8 dan nilai M. Output-nya dimasukkan ke port X1 dari STATE. (output dari CNTR8 = M, maka nilai output CMPR8(1) adalah 1). - CMPR8(2) digunakan untuk membandingkan nilai output dari CNTR8 dan nilai output dari ADD8CE(1). Output-nya dimasukkan ke port X2 dari STATE. (output dari CNTR8 = output dari ADD8CE(1), maka nilai output CMPR8(2) adalah 1). - CMPR8(3) digunakan untuk membandingkan nilai output dari CNTR8 dan nilai output dari ADD8. Output-nya dimasukkan ke port CE dari ADD8CE dan port SR dari CNTR8 dan STATE. (output dari CNTR8 = output dari ADD8, maka nilai output CMPR8(3) adalah 1). STATE - STATE merupakan komponen yang berisikan kondisi-kondisi yang telah ditentukan untuk menghasilkan output sesuai dengan kondisi input yang terjadi. - Apabila STATE dalam kondisi aktif (CLK = 1, RST = 0) maka : Tabel 3.2a State Table untuk POA Current State Input Next State POA SI SR X1 X2 POA 0 x 0 x x 0 0 x 1 x x x x x x x 0 x x 1 x 0

13 Tabel 3.2b State Table untuk POB Current State Input Next State POB SI SR X1 X2 POB 0 x 0 x x 0 0 x 1 x x x 0 x x 1 x x x x x Perancangan Modul Output dan speaker. Modul Output terdiri dari Driver MOSFET, H-Bridge MOSFET, filter pasif LC Driver MOSFET Driver MOSFET berfungsi untuk mengatur waktu aktif dan non-aktif dari Highside dan Low-side MOSFET pada rangkaian H-Bridge. Driver MOSFET yang digunakan adalah LM2725. LM2725 memiliki impedansi output yang rendah sehingga mampu mengendalikan gate dari MOSFET yang memiliki sifat kapasitif dengan lebih cepat. Berdasarkan input yang diterima oleh Driver MOSFET, maka Driver MOSFET akan merespon dengan mengeluarkan output berupa sinyal pulsa high atau low kepada setiap MOSFET dalam rangkaian H-Bridge MOSFET. Sebuah MOSFET Driver digunakan untuk mengendalikan dua buah MOSFET dalam rangkaian H-Bridge.

14 Sehingga untuk mengendalikan 4 buah MOSFET dalam rangkaian H-Bridge, diperlukan dua buah Driver MOSFET. Ketika input low, maka Driver MOSFET memberikan output low kepada Highside MOSFET dan high kepada Low-side MOSFET. Ketika input high, maka Driver MOSFET memberikan output high kepada High-side MOSFET dan low kepada Lowside MOSFET (Gambar 3.9) H-Bridge MOSFET +V +V input dari high side driver A Q1 BEBAN Q3 input dari high side driver B input dari low side driver A Q2 Q4 input dari low side driver B Gambar 3.9 Rangkaian H-Bridge MOSFET

15 H-Bridge MOSFET memungkinkan output memiliki polaritas positif atau negatif dengan sebuah supply positif. MOSFET yang digunakan adalah IRF540. Dari datasheet diketahui bahwa IRF540 memiliki kemampuan menghantar arus maksimum (I D ) sebesar 33 A dengan R DS(on) sebesar ohm dan tegangan treshold (V GS(th) ) maksimum 4 V Output Filter Output dari rangkaian MOSFET merupakan pulsa-pulsa PWM, untuk mengubah pulsa-pulsa tersebut menjadi tegangan analog maka diperlukan filter pasif yang akan menghilangkan komponen frekuensi switching. Filter yang dimaksud merupakan Low Pass Filter (LPF) yang terdiri dari induktor (L) dan kapasitor (C). Agar dapat mereproduksi seluruh spektrum audio maka frekuensi cut-off harus lebih tinggi dari frekuensi audio. Frekuensi cut-off yang diperoleh adalah 22,7 KHz. PWM in A L1 PWM in B L2 C RLoad (a) Vi (PWM in) L C Vo RLoad (b) Gambar 3.10 (a) Rangkaian Output Filter (b) Rangkaian ekuivalen

16 Untuk menganalisa rangkaian pada Gambar 3.10.a, digunakan rangkaian ekuivalen (Gambar 3.10.b.) dengan nilai induktor L = L1 + L2. Analisa dari rangkaian pada gambar 3.10.b. adalah sebagai berikut : (Rangkaian Listrik, p211) X L = jω L X C 1 = jω C X C // R R = 1 + jω CR Fungsi Alih : Vo Av = Vi = j ω = S => R X C // R 1 + jω CR = X R + R C // X L + jω L 1 + jω CR R SCR R Av = 1+ = 2 R + SL 1+ SCR ( ) ( ) ( 1+ SCR) R + SL + S LCR R Av = LCR 2 S LCR SL + + LCR LCR R LCR = S 2 1 LC 1 + S + CR 1 LC Persamaan umum sistem orde 2 : H ( s) = S 2 ω 2 n + 2ζω S + ω n 2 n ωn f n = = frekuensi natural 2π ζ = damping ratio Maka : 1 LC ω n 1 = CR = 2 2ζω n

17 Dengan nilai induktor yang sebesar 36 µh, kapasitor 0,56 µf, dan beban 4 ohm, didapatkan f n = 35,4 KHz dengan damping ratio ζ = 1,002 (dibulatkan = 1) Q (Quality Factor) dari filter adalah : (Franco, 1998, p127) Speaker 1 1 Q = = = 0,5 2 ζ 2 1 Speaker mengubah tegangan analog dari output filter menjadi gelombang suara. Speaker yang digunakan berimpedansi 4 ohm, dengan tegangan supply 12 V, maka daya output yang diperoleh secara teoritis (dengan memperhitungkan M dan L dari MUPWM) adalah 14,4 watt. Tegangan output amplifier maksimum = + / - 10,73 V = 21,46 Vpp Untuk gelombang sinus rumus tegangan RMS (Root Mean Square) adalah : V (RMS) = Vpeak 0,707 (3.2) Untuk Vpeak = 10,73 V, maka V (RMS) yang diperoleh adalah : V (RMS) = 10,73 x 0,707 = 7,59 V Rumus untuk menghitung daya : Untuk R = 4 ohm maka : P = V (RMS) 2 / R (3.3) P = (7,59) 2 / 4 = 14,4 watt

Universitas Bina Nusantara. Jurusan Sistem Komputer. Skripsi Sarjana Komputer. Semester Genap tahun 2003/2004

Universitas Bina Nusantara. Jurusan Sistem Komputer. Skripsi Sarjana Komputer. Semester Genap tahun 2003/2004 Universitas Bina Nusantara Jurusan Sistem Komputer Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap tahun 2003/2004 PERANCANGAN SWITCHING AMPLIFIER DENGAN TEKNIK DIGITAL PULSE WIDTH MODULATION BERBASISKAN FPGA

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. input mengendalikan suatu sumber daya untuk menghasilkan output yang dapat

BAB 2 LANDASAN TEORI. input mengendalikan suatu sumber daya untuk menghasilkan output yang dapat BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Amplifier Suatu rangkaian elektronik yang menggunakan komponen aktif, dimana suatu input mengendalikan suatu sumber daya untuk menghasilkan output yang dapat digunakan disebut

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1.(a). Blok Diagram Kelas D dengan Dua Aras Keluaran. (b). Blok Diagram Kelas D dengan Tiga Aras Keluaran.

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1.(a). Blok Diagram Kelas D dengan Dua Aras Keluaran. (b). Blok Diagram Kelas D dengan Tiga Aras Keluaran. BAB II DASAR TEORI Dalam bab dua ini penulis akan menjelaskan teori teori penunjang utama dalam merancang penguat audio kelas D tanpa tapis LC pada bagian keluaran menerapkan modulasi dengan tiga aras

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI 3.1 Perancangan Alat Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang direncanakan diperlihatkan pada Gambar 3.1. Sinyal masukan carrier recovery yang berasal

Lebih terperinci

B B BA I PEN EN A D HU LU N 1.1. Lat L ar B l e ak an Mas M al as ah

B B BA I PEN EN A D HU LU N 1.1. Lat L ar B l e ak an Mas M al as ah BAB I PENDAHULUAN Pada tugas akhir ini penulis akan merancang dan membuat penguat audio kelas D tanpa tapis induktor-kapasitor (LC) yang memanfaatkan modulasi tiga aras. Pada bab I, penulis akan menjelaskan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem perangkat keras dari UPS (Uninterruptible Power Supply) yang dibuat dengan menggunakan inverter PWM level... Gambaran Sistem input

Lebih terperinci

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA. Pengukuran dan analisa dilakukan bertujuan untuk mendapatkan

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA. Pengukuran dan analisa dilakukan bertujuan untuk mendapatkan BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA Pengukuran dan analisa dilakukan bertujuan untuk mendapatkan spesifikasi alat sehingga memudahkan menganalisa rangkaian. Pengukuran dilakukan pada setiap titik pengukuran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 2 BAB III METODE PENELITIAN Pada skripsi ini metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen (uji coba). Tujuan yang ingin dicapai adalah membuat suatu alat yang dapat mengkonversi tegangan DC ke AC.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Pada perancangan alat untuk sistem demodulasi yang dirancang, terdiri dari

BAB III PERANCANGAN ALAT. Pada perancangan alat untuk sistem demodulasi yang dirancang, terdiri dari BAB III PERANCANGAN ALAT Pada perancangan alat untuk sistem demodulasi yang dirancang, terdiri dari beberapa perangkat keras (Hardware) yang akan dibentuk menjadi satu rangkaian pemodulasi sinyal digital

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PENGUAT KELAS D

BAB III PERANCANGAN PENGUAT KELAS D BAB III PERANCANGAN PENGUAT KELAS D TANPA TAPIS LC PADA BAGIAN KELUARAN DENGAN MODULASI TIGA ARAS Pada bab III penulis akan menjelaskan perancangan dari penguat kelas D tanpa tapis LC dengan menerapkan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1. Perangkat Keras Sistem Perangkat Keras Sistem terdiri dari 5 modul, yaitu Modul Sumber, Modul Mikrokontroler, Modul Pemanas, Modul Sensor Suhu, dan Modul Pilihan Menu. 3.1.1.

Lebih terperinci

Mono Amplifier Class D menggunakan Semikron SKHI 22B dan IGBT Module Semikron SKM75GB128DN

Mono Amplifier Class D menggunakan Semikron SKHI 22B dan IGBT Module Semikron SKM75GB128DN JURNAL DIMENSI TEKNIK ELEKTRO Vol. 1, No. 1, (2013) 29-36 29 Mono Amplifier Class D menggunakan Semikron SKHI 22B dan IGBT Module Semikron SKM75GB128DN Ivan Christanto Jurusan Teknik Elektro, Universitas

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PENGUKURAN

BAB III PERANCANGAN DAN PENGUKURAN BAB III PERANCANGAN DAN PENGUKURAN 3.1 Perancangan Sistem Perancangan mixer audio digital terbagi menjadi beberapa bagian yaitu : Perancangan rangkaian timer ( timer circuit ) Perancangan rangkaian low

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi PWM Sinyal PWM pada umumnya memiliki amplitudo dan frekuensi dasar yang tetap, namun, lebar pulsanya bervariasi. Lebar pulsa PWM berbanding lurus dengan amplitudo sinyal

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1. Gambaran Umum Sistem Sistem ini terdiri dari 2 bagian besar, yaitu, sistem untuk bagian dari panel surya ke baterai dan sistem untuk bagian dari baterai ke lampu jalan. Blok

Lebih terperinci

BAB II PENCUPLIKAN DAN KUANTISASI

BAB II PENCUPLIKAN DAN KUANTISASI BAB II PENCUPLIKAN DAN KUANTISASI Sebagian besar sinyal-sinyal di alam adalah sinyal analog. Untuk memproses sinyal analog dengan sistem digital, perlu dilakukan proses pengubahan sinyal analog menjadi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM. Dalam tugas akhir ini dirancang sebuah modulator BPSK dengan bit rate

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM. Dalam tugas akhir ini dirancang sebuah modulator BPSK dengan bit rate BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM 3.1 Gambaran Umum Dalam tugas akhir ini dirancang sebuah modulator BPSK dengan bit rate 64 Kbps untuk melakukan proses modulasi terhadap sinyal data digital. Dalam

Lebih terperinci

CONVERSION. 1. Analog To Digital Converter 2. Digital To Analog Converter 3. Voltage to Frequency 4. Current To Pneumatic

CONVERSION. 1. Analog To Digital Converter 2. Digital To Analog Converter 3. Voltage to Frequency 4. Current To Pneumatic CONVERSION 1. Analog To Digital Converter 2. Digital To Analog Converter 3. Voltage to Frequency 4. Current To Pneumatic Analog To Digital Converter Spesifikasi umum ADC : ADC tersedia dalam kemasan IC

Lebih terperinci

BAB III KEGIATAN PENELITIAN TERAPAN

BAB III KEGIATAN PENELITIAN TERAPAN BAB III KEGIATAN PENELITIAN TERAPAN Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang akan digunakan dalam menyelesaikan Alat Simulasi Pembangkit Sinyal Jantung, berupa perangkat keras (hardware) dan perangkat

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI DIGITAL

MODUL PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI DIGITAL MODUL PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI DIGITAL DIBUAT OLEH: WAHYU PAMUNGKAS, ST LABORATORIUM SWITCHING DAN TRANSMISI AKATEL SANDHY PUTRA PURWOKERTO 2006 1 MODUL PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI DIGITAL SIFAT-SIFAT

Lebih terperinci

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Brilliant Adhi Prabowo Pusat Penelitian Informatika, LIPI brilliant@informatika.lipi.go.id Abstrak Motor dc lebih sering digunakan

Lebih terperinci

BAB III DESAIN BUCK CHOPPER SEBAGAI CATU POWER LED DENGAN KENDALI ARUS. Pada bagian ini akan dibahas cara menkontrol converter tipe buck untuk

BAB III DESAIN BUCK CHOPPER SEBAGAI CATU POWER LED DENGAN KENDALI ARUS. Pada bagian ini akan dibahas cara menkontrol converter tipe buck untuk BAB III DESAIN BUCK CHOPPER SEBAGAI CATU POWER LED DENGAN KENDALI ARUS 3.1. Pendahuluan Pada bagian ini akan dibahas cara menkontrol converter tipe buck untuk menghidupkan HPL (High Power LED) dengan watt

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN SIMULASI ALAT PENGHITUNG JUMLAH DETAK JANTUNG MENGGUNAKAN ISE WEBPACK 13.1

PERANCANGAN DAN SIMULASI ALAT PENGHITUNG JUMLAH DETAK JANTUNG MENGGUNAKAN ISE WEBPACK 13.1 PERANCANGAN DAN SIMULASI ALAT PENGHITUNG JUMLAH DETAK JANTUNG MENGGUNAKAN ISE WEBPACK 13.1 Disusun oleh Nama : Hannita Andriani NPM : 13410128 Jurusan : Teknik Elektro Dosen Pembimbing I : Dr. Wahyu Kusuma

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab tiga ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan pada alat ini. Dimulai dari uraian perangkat keras lalu uraian perancangan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Teori Catu Daya Tak Terputus

BAB II DASAR TEORI 2.1. Teori Catu Daya Tak Terputus BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dibahas beberapa teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merealisasikan sistem. Teori-teori yang digunakan dalam pembuatan skripsi ini adalah teori catu

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN IMPLEMENTASI

BAB III DESAIN DAN IMPLEMENTASI BAB III DESAIN DAN IMPLEMENTASI 3.1 Pendahuluan Pada tugas akhir ini akan membahas tentang pengisian batere dengan metode constant current constant voltage. Pada implementasinya mengunakan rangkaian konverter

Lebih terperinci

Tipe op-amp yang digunakan pada tugas akir ini adalah LT-1227 buatan dari Linear Technology dengan konfigurasi pin-nya sebagai berikut:

Tipe op-amp yang digunakan pada tugas akir ini adalah LT-1227 buatan dari Linear Technology dengan konfigurasi pin-nya sebagai berikut: BAB III PERANCANGAN Pada bab ini berisi perancangan pedoman praktikum dan perancangan pengujian pedoman praktikum dengan menggunakan current feedback op-amp. 3.. Perancangan pedoman praktikum Pada pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk. memperoleh transmisi yang efisien dan handal.

BAB II DASAR TEORI. Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk. memperoleh transmisi yang efisien dan handal. BAB II DASAR TEORI 2.1 Modulasi Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk memperoleh transmisi yang efisien dan handal. Pemodulasi yang merepresentasikan pesan yang akan dikirim, dan

Lebih terperinci

SIMULASI CONVERTER DAYA FREKUENSI TINGGI DENGAN TEKNOLOGI PLD BERBASIS SISTEM MIKROKONTROLLER

SIMULASI CONVERTER DAYA FREKUENSI TINGGI DENGAN TEKNOLOGI PLD BERBASIS SISTEM MIKROKONTROLLER JURNAL LOGIC. VOL. 16. NO.1. MARET 2016 40 SIMULASI CONVERTER DAYA FREKUENSI TINGGI DENGAN TEKNOLOGI PLD BERBASIS SISTEM MIKROKONTROLLER I Gede Suputra Widharma dan Nengah Sunaya Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Perancangan merupakan proses yang kita lakukan terhadap alat, mulai dari rancangan kerja rangkaian hingga hasil jadi yang akan difungsikan. Perancangan dan pembuatan alat merupakan

Lebih terperinci

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu:

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka Realisasi PLL (Phase Locked Loop) sebagai modul praktikum demodulator FM sebelumnya telah pernah dibuat oleh Rizal Septianda mahasiswa Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dan penulisan laporan tugas akhir dilakukan di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dan penulisan laporan tugas akhir dilakukan di Laboratorium BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dan penulisan laporan tugas akhir dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas Lampung dan mulai dilaksanakan pada Bulan

Lebih terperinci

MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535

MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535 MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535 Dwisnanto Putro, S.T., M.Eng. MIKROKONTROLER AVR Jenis Mikrokontroler AVR dan spesifikasinya Flash adalah suatu jenis Read Only Memory yang biasanya diisi dengan program

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan sistem yang dibuat, mulai dari desain sistem secara keseluruhan, perancangan hardware dan software sampai pada implementasi sistemnya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir dilaksanakan pada bulan Februari 2014 hingga Januari

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir dilaksanakan pada bulan Februari 2014 hingga Januari BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir dilaksanakan pada bulan Februari 2014 hingga Januari 2015. Perancangan dan pengerjaan perangkat keras (hardware) dan laporan

Lebih terperinci

Gambar 3. 1 Diagram blok system digital

Gambar 3. 1 Diagram blok system digital 3.1 Introduction Kebanyakan informasi yang ada di dunia nyata adalah besaran analog. Contohnya tegangan, arus listrik, massa, tekanan, suhu, intensitas cahaya dan lain sebagainya. Namun pada era masa kini

Lebih terperinci

Hasil Oversampling 13 Bit Hasil Oversampling 14 Bit Hasil Oversampling 15 Bit Hasil Oversampling 16

Hasil Oversampling 13 Bit Hasil Oversampling 14 Bit Hasil Oversampling 15 Bit Hasil Oversampling 16 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN... iii PRAKATA... iv DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN... xiv INTISARI... xv ABSRACT...

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT. modulator 8-QAM seperti pada gambar 3.1 berikut ini: Gambar 3.1 Blok Diagram Modulator 8-QAM

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT. modulator 8-QAM seperti pada gambar 3.1 berikut ini: Gambar 3.1 Blok Diagram Modulator 8-QAM BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT 3.1 Pembuatan Modulator 8-QAM Dalam Pembuatan Modulator 8-QAM ini, berdasarkan pada blok diagram modulator 8-QAM seperti pada gambar 3.1 berikut ini: Gambar 3.1 Blok

Lebih terperinci

MODULASI DELTA. Budihardja Murtianta. Intisari

MODULASI DELTA. Budihardja Murtianta. Intisari MODULASI DELTA MODULASI DELTA Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Elektronika & Komputer UKSW Jalan Diponegoro 52-60, Salatiga 50711 Email: budihardja@yahoo.com Intisari Modulasi Delta merupakan

Lebih terperinci

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421)

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 13 (ADC 2 Bit) I. TUJUAN 1. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja dan karakteristik rangkaian ADC 2 Bit. 2. Mahasiswa dapat merancang rangkaian ADC 2 Bit dengan

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing : 1.Dr. Muhammad Rivai, ST, MT 2.Ir. Totok Mujiono M.I. Kom

Dosen Pembimbing : 1.Dr. Muhammad Rivai, ST, MT 2.Ir. Totok Mujiono M.I. Kom Dosen Pembimbing : 1.Dr. Muhammad Rivai, ST, MT 2.Ir. Totok Mujiono M.I. Kom Latar Belakang Industri yang ada saat ini menghhasilkan gas yang berbahaya bagi manusia. Sensor QCM 20 Mhz mempunyai sensitivitas

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERACAGA SISTEM Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai perencanaan modul pengatur mas pada mobile x-ray berbasis mikrokontroller atmega8535 yang meliputi perencanaan dan pembuatan rangkaian

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN DAN REALISASI

BAB 3 PERANCANGAN DAN REALISASI ABSTRAK Transceiver (transmitter receiver) tidak hanya digunakan untuk komunikasi suara saja tetapi dapat digunakan untuk komunikasi data dengan menggunakan sebuah modem. Untuk komunikasi jarak jauh biasa

Lebih terperinci

Desain Konverter DC/DC Zero Voltage Switching dengan Perbaikan Faktor Daya sebagai Charger Baterai untuk Kendaraan Listrik

Desain Konverter DC/DC Zero Voltage Switching dengan Perbaikan Faktor Daya sebagai Charger Baterai untuk Kendaraan Listrik Desain Konverter DC/DC Zero Voltage Switching dengan Perbaikan Faktor Daya sebagai Charger Baterai untuk Kendaraan Listrik BAGUS PRAHORO TRISTANTIO, MOCHAMAD ASHARI, SOEDIBJO JURUSAN TEKNIK ELEKTRO, FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II DIGITISASI DAN TRANSMISI SUARA. 16Hz 20 khz, yang dikenal sebagai frekwensi audio. Suara menghasilkan

BAB II DIGITISASI DAN TRANSMISI SUARA. 16Hz 20 khz, yang dikenal sebagai frekwensi audio. Suara menghasilkan BAB II DIGITISASI DAN TRANSMISI SUARA 2.1 Umum Telinga manusia memiliki kemampuan menerima frekwensi dalam kisaran 16Hz 20 khz, yang dikenal sebagai frekwensi audio. Suara menghasilkan frekwensi yang sempit

Lebih terperinci

MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51

MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51 MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51 Ringkasan Pendahuluan Mikrokontroler Mikrokontroler = µp + Memori (RAM & ROM) + I/O Port + Programmable IC Mikrokontroler digunakan sebagai komponen pengendali

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENULISAN

BAB III METODOLOGI PENULISAN BAB III METODOLOGI PENULISAN 3.1 Blok Diagram Gambar 3.1 Blok Diagram Fungsi dari masing-masing blok diatas adalah sebagai berikut : 1. Finger Sensor Finger sensor berfungsi mendeteksi aliran darah yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA. Pada bab ini akan dibahas hasil pengujian dan analisa dari system buck chopper

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA. Pada bab ini akan dibahas hasil pengujian dan analisa dari system buck chopper BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA Pada bab ini akan dibahas hasil pengujian dan analisa dari system buck chopper dengan metode constant current untuk menghidupkan high power led berbasis microcontroller

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISA

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISA BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISA 4.1 Amplitude Modulation and Demodulation 4.1.1 Hasil Percobaan Tabel 4.1. Hasil percobaan dengan f m = 1 KHz, f c = 4 KHz, A c = 15 Vpp No V m (Volt) E max (mvolt) E

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas dasar teori yang berhubungan dengan perancangan skripsi antara lain fungsi dari function generator, osilator, MAX038, rangkaian operasional amplifier, Mikrokontroler

Lebih terperinci

BAB I FILTER I. 1. Judul Percobaan. Rangkaian Band Pass Filter. 2. Tujuan Percobaan

BAB I FILTER I. 1. Judul Percobaan. Rangkaian Band Pass Filter. 2. Tujuan Percobaan BAB I FILTER I 1. Judul Percobaan Rangkaian Band Pass Filter 2. Tujuan Percobaan - Menentukan Frekuensi Cut Off dari suatu rangkaian Band Pass Filter. - Menentukan besar Induktansi dari suatu kumparan.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Tujuan Perancangan Tujuan dari perancangan ini adalah untuk menentukan spesifikasi kerja alat yang akan direalisasikan melalui suatu pendekatan analisa perhitungan, analisa

Lebih terperinci

No Output LM 35 (Volt) Termometer Analog ( 0 C) Error ( 0 C) 1 0, , ,27 26,5 0,5 4 0,28 27,5 0,5 5 0, ,

No Output LM 35 (Volt) Termometer Analog ( 0 C) Error ( 0 C) 1 0, , ,27 26,5 0,5 4 0,28 27,5 0,5 5 0, , 56 Tabel 4.1 Hasil Perbandingan Antara Output LM 35 dengan Termometer No Output LM 35 (Volt) Termometer Analog ( 0 C) Error ( 0 C) 1 0,25 25 0 2 0,26 26 0 3 0,27 26,5 0,5 4 0,28 27,5 0,5 5 0,29 28 1 6

Lebih terperinci

ANALOG TO DIGITAL CONVERTER

ANALOG TO DIGITAL CONVERTER PERCOBAAN 10 ANALOG TO DIGITAL CONVERTER 10.1. TUJUAN : Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu Menjelaskan proses perubahan dari sistim analog ke digital Membuat rangkaian ADC dari

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN WHIRLPOOL DENGAN MENGGUNAKAN MIKROKONTROLLER

RANCANG BANGUN WHIRLPOOL DENGAN MENGGUNAKAN MIKROKONTROLLER RANCANG BANGUN WHIRLPOOL DENGAN MENGGUNAKAN MIKROKONTROLLER Cahya Firman AP 1, Endro Wahjono 2, Era Purwanto 3. 1. Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Industri 2. Dosen Jurusan Teknik Elektro Industri 3.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam merealisasikan suatu alat diperlukan dasar teori untuk menunjang hasil yang optimal. Pada bab ini akan dibahas secara singkat mengenai teori dasar yang digunakan untuk merealisasikan

Lebih terperinci

MODUL 05 FILTER PASIF PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018

MODUL 05 FILTER PASIF PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 MODUL 05 FILTER PASIF PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Riwayat Revisi

Lebih terperinci

Perancangan Sistim Elektronika Analog

Perancangan Sistim Elektronika Analog Petunjuk Praktikum Perancangan Sistim Elektronika Analog Lab. Elektronika Industri Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Lab 1. Amplifier Penguat Dengan

Lebih terperinci

Abstract

Abstract DESAIN HIGH FREQUENCY PWM MENGGUNAKAN CPLD DAN PEMANFAATAN SISTEM SEBAGAI KONTROL PADA DC-DC FLYBACK UP CONVERTER Sigit Kurniawan 1, Setyawan P Sakti 1, Hari Arief Dharmawan 1 1) Jurusan Fisika FMIPA Univ.

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560

RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560 RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560 Oleh : Andreas Hamonangan S NPM : 10411790 Pembimbing 1 : Dr. Erma Triawati Ch, ST., MT. Pembimbing 2 : Desy Kristyawati,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 25 BAB III PERANCANGAN SISTEM Sistem monitoring ini terdiri dari perangkat keras (hadware) dan perangkat lunak (software). Perangkat keras terdiri dari bagian blok pengirim (transmitter) dan blok penerima

Lebih terperinci

Perancangan Inverter Sinusoida 1 Fasa dengan Aplikasi Pemrograman Rumus Parabola dan Segitiga Sebagai Pembangkit Pulsa PWM

Perancangan Inverter Sinusoida 1 Fasa dengan Aplikasi Pemrograman Rumus Parabola dan Segitiga Sebagai Pembangkit Pulsa PWM Perancangan Inverter Sinusoida 1 Fasa dengan Aplikasi Pemrograman Rumus Parabola dan Segitiga Sebagai Pembangkit Pulsa PWM Agus Rusdiyanto P2Telimek, LIPI riesdian@gmail.com Bambang Susanto P2Telimek,

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini membahas tentang perancangan sistem yang dibuat dimana diantaranya terdiri dari penjelasan perancangan perangkat keras, perancangan piranti lunak dan rancang bangun

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT Pada bab ini akan dijelaskan perancangan skripsi yang dibuat yang terdiri dari perancangan perangkat keras dan perancangan perangkat lunak. Perancangan perangkat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Mikrokontroller AVR Mikrokontroller adalah suatu alat elektronika digital yang mempunyai masukan serta keluaran serta dapat di read dan write dengan cara khusus. Mikrokontroller

Lebih terperinci

MODULASI DELTA ADAPTIF

MODULASI DELTA ADAPTIF MODULASI DELTA ADAPTIF SIGIT KUSMARYANTO http://sigitkus@ub.ac.id I. PENDAHULUAN Kecenderungan dalam perancangan sistem komunikasi baru untuk masa mendatang telah meningkatkan penggunaan teknik-teknik

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan tentang perancangan perangkat keras dari tugas akhir yang berjudul Penelitian Sistem Audio Stereo dengan Media Transmisi Jala-jala Listrik. 3.1.

Lebih terperinci

BAB. Kinerja Pengujian

BAB. Kinerja Pengujian BAB IV PENGUJIAN PENGUAT KELAS D TANPA TAPIS LC Bab ini akan menjelaskan pengujian dari penguat kelas D tanpa tapis LC yang dibuat.pengujian ini terdiri dari dua utama yaitupengujian untuk mengetahui kinerja

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN 37 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN 3.1 Perancangan Dalam pembuatan suatu alat atau produk perlu adanya sebuah rancangan yang menjadi acuan dalam proses pembuatanya, sehingga kesalahan yang mungkin timbul

Lebih terperinci

ANALOG SIGNAL PROCESSING USING OPERASIONAL AMPLIFIERS

ANALOG SIGNAL PROCESSING USING OPERASIONAL AMPLIFIERS ANALOG SIGNAL PROCESSING USING OPERASIONAL AMPLIFIERS (PEMROSESAN SINYAL ANALOG MENGGUNAKAN PENGUAT OPERASIONAL) A. PENDAHULUAN Sinyal keluaran dari sebuah tranduser atau sensor sangat kecil hampir mendekati

Lebih terperinci

MODUL - 04 Op Amp ABSTRAK

MODUL - 04 Op Amp ABSTRAK MODUL - 04 Op Amp Yuri Yogaswara, Asri Setyaningrum 90216301 Program Studi Magister Pengajaran Fisika Institut Teknologi Bandung yogaswarayuri@gmail.com ABSTRAK Pada percobaan praktikum Op Amp ini digunakan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Pendahuluan Bab ini akan membahas pembuatan seluruh perangkat yang ada pada Tugas Akhir tersebut. Secara garis besar dibagi atas dua bagian perangkat yaitu: 1.

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukan pengujian adalah mengetahui sejauh mana kinerja hasil perancangan yang

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Dalam perancangan dan implementasi timbangan digital daging ayam beserta harga berbasis mikrokontroler ini terdapat beberapa masalah yang harus

Lebih terperinci

$'&$QDORJWR'LJLWDO&RQYHUWLRQ

$'&$QDORJWR'LJLWDO&RQYHUWLRQ $'&$QDORJWR'LJLWDO&RQYHUWLRQ KONVERTER Alat bantu digital yang paling penting untuk teknologi kontrol proses adalah yang menerjemahkan informasi digital ke bentuk analog dan juga sebaliknya. Sebagian besar

Lebih terperinci

Makalah Seminar Kerja Praktek

Makalah Seminar Kerja Praktek Makalah Seminar Kerja Praktek PROSES KERJA AMPLIFIER PADA HOME THEATER DI PT. LG ELECTRONICS INDONESIA CIKARANG BARAT Anton Ratrianto ( L2F 006 010 ) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. selanjutnya perancangan tersebut diimplementasikan ke dalam bentuk yang nyata

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. selanjutnya perancangan tersebut diimplementasikan ke dalam bentuk yang nyata BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pelaksanaan dari perancangan yang sudah dibuat dan dijelaskan pada Bab 3 selanjutnya perancangan tersebut diimplementasikan ke dalam bentuk yang nyata (secara hardware).

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Inverter dan Aplikasi Inverter daya adalah sebuah perangkat yang dapat mengkonversikan energi listrik dari bentuk DC menjadi bentuk AC. Diproduksi dengan segala bentuk dan ukuran,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. MOSFET MOSFET atau Metal Oxyde Semiconductor Field Effect Transistor merupakan salah satu jenis transistor efek medan (FET). MOSFET memiliki tiga pin yaitu gerbang (gate), penguras

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 PERANCANGAN PERANGKAT KERAS Setelah mempelajari teori yang menunjang dalam pembuatan alat, maka langkah berikutnya adalah membuat suatu rancangan dengan tujuan untuk mempermudah

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Perancangan sistem pada timbangan digital sebagai penentuan pengangkatan beban oleh lengan robot berbasiskan sensor tekanan (Strain Gauge) dibagi menjadi dua bagian yaitu perancangan

Lebih terperinci

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto Pengkondisian Sinyal Rudi Susanto Tujuan Perkuliahan Mahasiswa dapat menjelasakan rangkaian pengkondisi sinyal sensor Mahasiswa dapat menerapkan penggunaan rangkaian pengkondisi sinyal sensor Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 54 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Dalam bab ini akan dibahas tentang pengujian berdasarkan perencanaan dari sistem yang dibuat. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kinerja dari sistem mulai dari blok-blok

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Diagram blok sistem secara umum Pada sub bab ini dibahas tentang uraian keseluruhan dari diagram blok sistem. Diagram blok sistem ini diperlihatkan pada gambar 3.1. Sensor

Lebih terperinci

ADC-DAC 28 IN-3 IN IN-4 IN IN-5 IN IN-6 ADD-A 5 24 IN-7 ADD-B 6 22 EOC ALE msb ENABLE CLOCK

ADC-DAC 28 IN-3 IN IN-4 IN IN-5 IN IN-6 ADD-A 5 24 IN-7 ADD-B 6 22 EOC ALE msb ENABLE CLOCK ADC-DAC A. Tujuan Kegiatan Praktikum - : Setelah mempraktekkan Topik ini, anda diharapkan dapat :. Mengetahui prinsip kerja ADC dan DAC.. Mengetahui toleransi kesalahan ADC dan ketelitian DAC.. Memahami

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. PID berbasiskan FPGA yang bekerja secara multiplexing untuk pemberian data set point

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. PID berbasiskan FPGA yang bekerja secara multiplexing untuk pemberian data set point BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Perancangan sistem pengendalian posisi 3 buah motor DC dengan algoritma PID berbasiskan FPGA yang bekerja secara multiplexing untuk pemberian data set point tiap masing-masing

Lebih terperinci

RANGKAIAN DIGITAL TO ANALOG CONVERTER (DAC) DAN ANALOG TO DIGITAL CONVERTER

RANGKAIAN DIGITAL TO ANALOG CONVERTER (DAC) DAN ANALOG TO DIGITAL CONVERTER RANGKAIAN DIGITAL TO ANALOG CONVERTER (DAC) DAN ANALOG TO DIGITAL CONVERTER Pertemuan 10, Elektronika Dasar POKOK BAHASAN 1. Digital to analog converter 2. Istilah dalam DAC 3. Analog to Digital Converter

Lebih terperinci

PENGUAT AUDIO KELAS D TANPA TAPIS LC DENGAN MODULASI TIGA ARAS

PENGUAT AUDIO KELAS D TANPA TAPIS LC DENGAN MODULASI TIGA ARAS PENGUAT AUDIO KELAS TANPA TAPIS LC DENGAN MODULASI TIGA ARAS Suryo Santoso, F. Dalu Setiaji, Matias H.W. Budhianto PENGUAT AUDIO KELAS D TANPA TAPIS LC DENGAN MODULASI TIGA ARAS Suryo Santoso 1, F. Dalu

Lebih terperinci

ADC ( Analog To Digital Converter Converter konversi analog ke digital ADC (Analog To Digital Convertion) Analog To Digital Converter (ADC)

ADC ( Analog To Digital Converter Converter konversi analog ke digital ADC (Analog To Digital Convertion) Analog To Digital Converter (ADC) ADC (Analog To Digital Converter) adalah perangkat elektronika yang berfungsi untuk mengubah sinyal analog (sinyal kontinyu) menjadi sinyal digital. Perangkat ADC (Analog To Digital Convertion) dapat berbentuk

Lebih terperinci

PERCOBAAN 3 RANGKAIAN OP AMP

PERCOBAAN 3 RANGKAIAN OP AMP PERCOBAAN 3 RANGKAIAN OP AMP TUJUAN Mempelajari penggunaan operational amplifier Mempelajari rangkaian rangkaian standar operational amplifier PERSIAPAN Pelajari keseluruhan petunjuk praktikum untuk modul

Lebih terperinci

ANALISA ADC 0804 dan DAC 0808 MENGGUNAKAN MODUL SISTEM AKUISISI DATA PADA PRAKTIKUM INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA

ANALISA ADC 0804 dan DAC 0808 MENGGUNAKAN MODUL SISTEM AKUISISI DATA PADA PRAKTIKUM INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA ANALISA ADC 0804 dan DAC 0808 MENGGUNAKAN MODUL SISTEM AKUISISI DATA PADA PRAKTIKUM INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA Disusun oleh : Nama : Ferdian Cahyo Dwiputro dan Erma Triawati Ch, ST., MT NPM : 16409952 Jurusan

Lebih terperinci

DAFTAR GAMBAR. 1. Gambar 2.1. Prinsip Kerja Kapasitor Gambar 2.2. Prinsip Dasar Proses Tomography... 10

DAFTAR GAMBAR. 1. Gambar 2.1. Prinsip Kerja Kapasitor Gambar 2.2. Prinsip Dasar Proses Tomography... 10 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Gambar 2.1. Prinsip Kerja Kapasitor... 8 2. Gambar 2.2. Prinsip Dasar Proses Tomography... 10 3. Gambar 2.3. Sistem Kerja ECVT... 11 4. Gambar 2.4. Rangkaian Charge/discharege...

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI

RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI Renny Rakhmawati, ST, MT Jurusan Teknik Elektro Industri PENS-ITS Kampus ITS Sukolilo Surabaya Phone 03-5947280

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI 3.1 Perancangan Blok Diaram Metode untuk pelaksanaan Program dimulai dengan mempelajari sistem pendeteksi kebocoran gas pada rumah yang akan digunakan. Dari sini dikembangkan

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PULSE CODE MODULATION MENGGUNAKAN KOMPONEN DASAR ELEKTRONIKA

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PULSE CODE MODULATION MENGGUNAKAN KOMPONEN DASAR ELEKTRONIKA PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PULSE CODE MODULATION MENGGUNAKAN KOMPONEN DASAR ELEKTRONIKA LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma 3 Oleh: SHALLY

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret - Mei 2015 dan tempat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret - Mei 2015 dan tempat III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret - Mei 205 dan tempat pelaksanaan penelitian ini di Laboratorium Elektronika Jurusan Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dijelaskan perancangan alat, yaitu perancangan perangkat keras dan perancangan perangkat lunak. Perancangan perangkat keras terdiri dari perangkat elektronik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini akan dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini akan dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro 37 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini akan dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas Lampung. Penelitian dimulai pada bulan Februari 2011

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH PEMASANGAN MOTOR DC PADA SEKUTER DENGAN PENGENDALI PULSE WIDTH MODULATION

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH PEMASANGAN MOTOR DC PADA SEKUTER DENGAN PENGENDALI PULSE WIDTH MODULATION NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH PEMASANGAN MOTOR DC PADA SEKUTER DENGAN PENGENDALI PULSE WIDTH MODULATION Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi S-1 Jurusan Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA BAB IV PENGUJIAN AN ANALISA ATA Pada bab ini akan dibahas tentang pengujian dan pengoperasian Sistem Pendeteksi Kebocoran Gas pada Rumah Berbasis Layanan Pesan Singkat yang telah selesai dirancang. Pengujian

Lebih terperinci