BAB III PERANCANGAN PENGUAT KELAS D

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PERANCANGAN PENGUAT KELAS D"

Transkripsi

1 BAB III PERANCANGAN PENGUAT KELAS D TANPA TAPIS LC PADA BAGIAN KELUARAN DENGAN MODULASI TIGA ARAS Pada bab III penulis akan menjelaskan perancangan dari penguat kelas D tanpa tapis LC dengan menerapkan modulasi dengan tiga aras keluaran. Uraian perancangan penguat kelas D tanpa tapis LC meliputi perancangan tiap bagian yang meliputi perancangan loop filter ( ) pada bagian modulator dan perancangan pengkuantisasi yang terdiri dari rangkaian komparator dan D-FlipFlop (DFF), switching logic serta tingkat daya dengan MOSFET seperti yang dapat dilihat pada Gambar 3.1. Perancangan tiap-tiap bagian akan mengacu kepada spesifikasi yang antara lain adalah, 1. Berdaya keluaran maksimum 20 Watt pada beban 4 Ohm. 2. Mempunyai efisiensi > 85%. 3. Mempunyai THD < 0.5%. 4. S/N > 97 db. 5. Kepekaan penguat: 0.1 V/W pada beban 4 ohm. 6. Mempunyai tanggapan frekuensi yang rata pada frekuensi khz dengan toleransi ± 0.5 db. Gambar 3.1. Blok Diagram Penguat Kelas D Tanpa Tapis LC dengan Menggunakan Modulasi Tiga Aras Keluaran [14]. 26

2 Pada perancangan loop filter ( ), pertama akan dirancang terlebih dahulu fungsi alihragam derau (noise transfer function ). akan dirancang sebagai tapis lolos atas agar derau pada pita frekuensi audio ditekan. Orde dari tapis akan menentukan SNR dari keluaran penguat. Orde dari tapis akan ditentukan mengacu kepada persamaan (2.10) sehingga mendapatkan SNR sesuai spesifikasi yang diharapkan yaitu lebih besar dari 97dB. Setelah didapatkan, tapis dapat dicari menurut persamaan (2.7). Untuk mendapatkan fungsi tanggapan frekuensi dari dan akan digunakan bantuan perangkat lunak MATLAB. Dari yang didapat dapat pula dicari signal transfer function ( ), akan menentukan bentuk dari tanggapan frekuensi penguat secara keseluruhan. Diharapkan penguat mempunyai tanggapan frekuensi yang rata pada khz dengan toleransi 0.5 db. Tapis akan dirancang menggunakan persamaan (2.11) sesuai dengan tapis yang telah dirancang sebelumnya. Kemudian tapis ini akan direalisasikan ke dalam perangkat keras menggunakan rangkaian RC-Opamp. Selanjutnya bagian switching logic dan tingkat daya dengan MOSFET akan dirancang sesuai dengan peraturan pensaklaran seperti yang telah dijelaskan pada bab II dengan masukan adalah isyarat dan yang akan menghasilkan beda potensial yang dirasakan oleh penyuara sebagai isyarat. Penggunaan besarnya catu daya yang digunakan dan jenis MOSFET yang dipakai pada bagian penguat jembatan penuh dengan MOSFET akan mempengaruhi besarnya daya keluaran maksimum yang dapat dicapai oleh penguat dan efisiensi pada penguat yang dirancang. Penjelasan perancangan yang akan dijelaskan pada bab III ini akan dibagi menjadi dua tahapan. Yang pertama, pada subbab 3.1 akan dijelaskan mengenai perancangan loop filter pada penyandi dengan noise-shaping coding yang meliputi perancangan dengan menggunakan perangkat lunak MATLAB untuk mencari fungsi tanggapan frekuensi dan, kemudian akan dilanjutkan realisasi dari tapis ke dalam perangkat keras dengan RC-Opamp. Selanjutnya, pada subbab 3.2 akan dibahas perancangan bagian pengkuantisasi yang meliputi komparator dan DFF, switching logic dan pre-drive serta penguat jembatan penuh (full bridge) dengan MOSFET. 27

3 3.1. Perancangan Loop Filter pada Teknik Penyandian Noise-Shaping Coding Perancangan tapis dimulai dari tapis seperti yang telah dijelaskan pada subbab Pada perancangan tapis harus dirancang terlebih dahulu fungsi alihragam derau (noise transfer function ). akan menentukan bentuk spektral derau kuantisasi yang muncul pada keluaran penguat pada daerah stopband. Bentuk spektral derau kuantisasi secara keseluruhan akan mengikuti bentuk dari tanggapan [13]. Derau kuantisasi akan dibentuk dengan menekan derau pada pita frekuensi audio dan meloloskan frekuensi tinggi yang tidak direproduksi oleh penyuara dan didengar telinga. Oleh karena itu, akan dirancang sebagai tapis lolos tinggi dengan frekuensi penggal di atas frekuensi audio. Pada spesifikasi, SNR yang diharapkan dari penguat adalah 97dB. Dari persamaan 2.10 dapat dicari orde dari tapis NTF yang akan dirancang agar memenuhi spesifikasi yang diharapkan. Persamaan 2.10 ditulis lagi seperti di bawah ini,. Pada persamaan 2.10, merupakan jumlah bit. Keluaran dari pengkuantisasi akan menghasilkan tiga aras kuantisasi sehingga dan didapatkan nilai. Frekuensi pencuplikan yang akan dirancang adalah sebesar 1 MHz sehingga menghasilkan dan didapatkan nilai. Pada perhitungan untuk persamaan 2.10 diasumsikan tegangan keluaran pada penyuara adalah 1 V. Setelah didapatkan nilai untuk, dan, akan dicari nilai dari orde tapis yaitu yang sesuai sehingga dihasilkan SNR yang memenuhi spesifikasi. Orde tapis yang dipilih adalah. Untuk tapis orde 5 akan dihasilkan SNR sebesar 125,6 db. Nilai ini memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan yaitu SNR > 97 db. Pada perancangan, NTF akan didesain sebagai tapis lolos tinggi orde 5 dengan frekuensi penggal 40 khz (> 20 khz). Tanggapan frekuensi dari tapis dipilih tanggapan Butterworth karena tanggapan Butterworth mudah untuk direalisasikan (dilihat dari bentuk fungsi pindahnya yang sederhana). 28

4 Untuk mendapatkan tanggapan frekuensi dari perangkat lunak MATLAB dengan souce code sebagai berikut, akan digunakan bantuan %Deklarasi orde dari tapis yang dirancang = 5 orde = 5; %Deklarasi frekuensi cutoff dari tapis yang dirancang wedge = 40E3 * 2 * pi; %Tanggapan frekuensi diperoleh dengan menggunakan fungsi butter pada MATLAB. %Argumen dari fungsi butter yaitu orde tapis, frekuensi cutoff tapis, jenis lolos tapis dan %jenis tapis apakah digital atau analog ( s menunjukkan tapis analog) [Nntf, Dntf] = butter(5, wedge, 'high','s'); %menampilkan transfer function untuk NTF fisplay('tf NTF'); tf(nntf, Dntf) %menampilkan gambar tanggapan frekuensi NTF figure; bode(nntf, Dntf); title('ntf'); %menghitung denumerator (D) dan numerator (N) untuk tapis W(s) D = Nntf; N = Dntf - Nntf; %menampilkan transfer function untuk W(s) display('tf W'); tf(n, D) %menampilkan letak kutub dan nol dari tapis W(s) figure; zplane(nntf, Dntf); %menampilkan gambar tanggapan frekuensi W^(-1)(s) figure; bode(d, N); title('w inverse'); Dari hasil yang didapatkan, tanggapan dari sebagai berikut, yang dirancang adalah...(3.1) Dari hasil simulasi MATLAB didapatkan gambar tanggapan frekuensi seperti dapat dilihat pada Gambar

5 Gambar 3.2. Gambar Tanggapan Frekuensi dari Hasil Simulasi MATLAB. Setelah didapatkan tanggapan dari, akan dicari tanggapan dari tapis. Dari persamaan 2.7 didapatkan hubungan dari dan sebagai berikut,. Dengan memasukkan tanggapan yang didapat ke dalam persamaan di atas akan didapatkan tanggapan frekuensi dari tapis sebagai berikut,...(3.2) Gambar 3.3 akan memperlihatkan letak kutub dan nol dari tapis. Syarat agar modulator/penyandi yang dibuat stabil adalah nol dari tapis harus ada di sebelah kiri sumbu imajiner [13]. Hal ini dikarenakan kestabilan dari modulator ditentukan oleh kutub dari yang harus selalu berada di sebelah kiri sumbu imajiner dan tapis yang didapatkan dari akan mempunyai nol yang merupakan kutub dari. 30

6 x x 10 5 Gambar 3.3. Hasil Simulasi MATLAB Letak Kutub dan Nol tapis. Tapis ini kemudian akan direalisasikan ke dalam rangkaian menggunakan state-variable filter. Pada perancangan, penulis menggunakan bentuk observer canonical [9] dengan modifikasi agar fungsi pindah dapat direalisasikan ke dalam untai analog. Berikut ini adalah blok diagram dari bentuk observer canonical dari tapis yang dirancang. Gambar 3.4. Blok Diagram dari Tapis Orde 5 yang Akan Dirancang dalam Bentuk Observer Canonical. Fungsi pindah dari blok diagram pada Gambar 3.4 adalah,...(3.3) 31

7 dan dapat dituliskan dalam bentuk persamaan state-variable sebagai berikut,...(3.4) berikut, Mengacu pada persamaan 2.11 akan didapatkan matriks, dan sebagai,,. merupakan koefisien untuk masing-masing integrator (1/s). Jika fungsi pindah pada persamaan 3.2 dibandingkan dengan fungsi pindah tapis pada persamaan 3.3, maka bisa didapatkan nilai untuk koefien dan sebagai berikut,,,,,,,,,,. Setelah didapatkan nilai-nilai koefisien tersebut, tapis ini akan direalisasikan ke dalam untai RC-Opamp mengacu pada blok diagram pada Gambar 3.4. Pada Gambar 3.5 diperlihatkan contoh hubungan dari bentuk observer canonical dengan rangkaian RC-Opamp. 32

8 Gambar 3.5. Hubungan Bentuk Observer Canonical dengan Rangkaian RC-Opamp. Berlaku hubungan. Dari hubungan blok pada Gambar 3.5 maka rangkaian RC-Opamp yang mempresentasikan tapis dapat dilihat pada Gambar nF pF k 1nF pF nF - R (Isyarat Audio) - 1k - -E -Y ( (OUT-) - (OUT) ) Gambar 3.6. Rangkaian dari Tapis yang Dirancang. Rangkaian tapis yang telah dirancang ini kemudian akan disimulasikan dengan menggunakan perangkat lunak Circuit Maker untuk dilihat tanggapan frekuensi dan nya. Rangkaian untuk melihat hasil simulasi dapat dilihat pada Gambar

9 1nF pF nF pF k nF V36-100m/100mV B - LF353-1k - Hz Gambar 3.7. Rangkaian untuk Mensimulasikan Tanggapan Frekuensi dan. Kursor A menunjukkan tanggapan frekuensi (s) sedangkan kursor B menunjukkan tanggapan frekuensi. A Hasil dari simulasi untuk dan dapat dilihat pada Gambar

10 A: c6_ db db db db db Hz Hz 10.00kHz 1.000MHz 100.0MHz Gambar 3.8. Hasil simulasi tanggapan dan dengan menggunakan perangkat lunak Circuit Maker (garis biru merupakan tanggapan dan garis merah merupakan tanggapan ). Dapat dilihat dari hasil simulasi rangkaian sesuai dengan yang diharapkan mempunyai tanggapan lolos tinggi Butterworth dengan frekuensi penggal ada di sekitar 40kHz. Sedangkan yang merupakan signal transfer function mempunyai penguatan yang rata pada rentang frekuensi audio yaitu (20Hz 20kHz). Setelah dirancang tapis kemudian akan dirancang tapis yang akan dihitung berdasarkan dari perancangan tapis. Tapis dalam bentuk state variabledapat dilihat pada persamaan Pada tapis akan ditambahkan satu buah keluaran yaitu isyarat yang memenuhi persamaan Dengan memasukkan nilai dari matriks, dan dari tapis yang telah dihitung sebelumnya akan didapatkan keluaran dari isyarat z adalah,,....(3.5) Tapis G(s) merupakan tapis yang ditambah dengan satu buah keluaran isyarat ( ) yang memenuhi persamaan (3.5). blok diagaram keseluruhan tapis dapat dilihat pada Gambar 3.9 dan realisasi rangkaian RC-Opamp tapis dapat dilihat pada Gambar Opamp yang digunakan untuk implementasi ini adalah LF353. LF353 mempunyai nilai GBW yang cukup besar yaitu 4 MHz. 35

11 Gambar 3.9. Diagram Kotak Tapis. 1nF pF k 1nF pF k 1nF - -E V36-100m/100mV - LF353 R (Isyarat Audio) Hz - Z -Y ( (OUT-) - (OUT) ) Gambar Rangkaian Keseluruhan dari Tapis. dengan Menggunakan RC Perancangan Bagian Pengkuantisasi Bagian pengkuantisasi akan mengkuantisasi isyarat keluaran dari tapis yaitu isyarat dan sesuai dengan syarat kuantisasi yang telah ditentukan seperti telah disebutkan dalam bab Penguat yang dibuat akan mempunyai tiga aras kuantisasi agar menghasilkan tiga aras keluaran seperti yang diharapkan. Pengkuantisasi yang dirancang akan mempunyai aras kuantisasi. Angka 1 disini 36

12 mempresentasikan tegangan catu daya positif yang digunakan yaitu Vdd, -1 sebagai tegangan catu daya negatif yang digunakan yaitu -Vdd dan 0 sebagai tegangan 0V. Bagian pengkuantisasi akan mengkuantisasi isyarat ke aras terdekat dengan aras kuantisasi yang ada bergantung pada isyarat. Sesuai dengan contoh yang diberikan pada bab Jika dijabarkan, maka hubungan antara isyarat, dan keluaran adalah sebagai berikut,. Tabel keluaran untuk bagian pengkuantisasi dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Tabel Kondisi Masukan dan Keluaran Bagian Pengkuantisasi. Kondisi masukan Kondisi keluaran e> 0, z> 0 (y = 1) e< 0, z< 0 (y = -1) ez< 0 (y = 0) Bagian pengkuantisasi yang akan dirancang ini akan terdiri dari blok komparator dan DFF, blok switching logic dan pre-drive serta blok tingkat daya dengan MOSFET. Blok diagram bagian pengkuantisasi dapat dilihat pada Gambar Gambar Diagram Kotak Bagian Pengkuantisasi. 37

13 Bagian komparator dan DFF digunakan sebagai rangkaian hold dan sample untuk isyarat dan. Bagian switching logic dan pre-drive digunakan untuk mengatur kondisi tiap MOSFET pada bagian tingkat daya selain itu, juga untuk memberikan dead-time agar tidak terjadi kondisi shoot-through current pada MOSFET (hal ini akan dijelaskan lebih lanjut pada perancangan switching logic). Yang terakhir adalah bagian tingkat daya dengan MOSFET yang digunakan untuk menguatkan daya dari isyarat hasil modulasi agar isyarat keluaran dapat mengemudikan penyuara. Bagian tingkat daya akan diwujudkan dengan topologi H-bridge Perancangan Komparator dan DFF Rangkaian bagian komparator dan DFF yang dirancang dapat dilihat pada Gambar e - LM319 CD4013 D CP Q _ Q e ' - z - LM319 CD4013 D CP Q _ Q z ' -5/ 400kHz CLOCK Gambar Rangkaian Komparator dan DFF yang Dirancang. Bagian komparator akan melakukan proses komparasi untuk isyarat e dan z terhadap tegangan referensi 0 sehingga didapatkan keluaran dari komparator bernilai 0 atau 1. Kemudian DFF akan digunakan untuk melakukan sample dan hold dari isyarat keluaran e dan z yang telah dikomparator. Pada perancangan, bagian komparator akan diwujudkan dengan komponen LM319 yang merupakan IC komparator. Alasan dari pemilihan komponen ini adalah LM319 mempunyai slew-rate yang tinggi yaitu 187,5 V/us. Dan untuk DFF akan digunakan IC DFF yaitu

14 Isyarat pulsa kotak sebagai isyarat clock untuk DFF akan direalisasikan dengan menggunakan komponen XR2206. Isyarat pulsa kotak akan dibuat dengan frekuensi sebesar 400kHz (memenuhi syarat frekuensi sampling yang digunakan yaitu minimal 20 kali dari frekuensi isyarat audio yaitu 20kHz). Digunakan komponen XR2206 karena XR2206 merupakan IC monolithic function generator yang dapat menghasilkan gelombang sinus, kotak dan segitiga yang mempunyai kestabilan serta akurasi yang tinggi. Gambar 3.14 menunjukkan rangkaian dari XR2206 yang akan dibuat. Gambar 3.13.Rangkaian Penghasil Gelombang Kotak dengan Menggunakan Komponen XR2206. berikut [17], Frekuensi dari rangkaian Gambar 3.13 dapat dicari dengan persamaan sebagai Agar didapatkan dan., maka akan dipilih nilai untuk komponen Perancangan Switching Logic dan Pre-Drive 39

15 Bagian switching logic digunakan untuk mengatur kondisi MOSFET pada bagian tingkat daya. Bagian MOSFET pada bagian tingkat daya akan diwujudkan dalam topologi H-bridge yang akan dibahas pada bab 3.3. Pada Tabel 1.1 pada bab dapat dilihat kondisi tiap MOSFET beserta keluarannya. Jika digabungkan dengan Tabel I akan didapatkan kondisi-kondisi untuk tiap nilai dan beserta kondisi tiap MOSFET beserta keluarannya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3.2 di bawah ini dengan MOSFET M1 ~ M4 mengacu pada Gambar Tabel 3.2. Kondisi Isyarat, dan Kondisi Tiap MOSFET Beserta Keluarannya. Kondisi isyarat Kondisi Kondisi tiap MOSFET e dan z keluaran M1 M2 M3 M4 e> 0, z> 0 y = 1 On Off Off On e< 0, z< 0 y = -1 Off On On Off ez< 0 y = 0 Off On Off On Switching Logic Rangkaian switching logic dirancang untuk mengatur kondisi M1~M4 agar sesuai dengan isyarat dan sesuai dengan Tabel III selain itu juga untuk menyediakan dead-time bagi MOSFET pada bagian tingkat daya. Pada konfigurasi H- seperti Gambar 3.14, ketika M1 on, maka M2 akan off demikian juga sebaliknya. Saat peralihan dari on ke off, M1 dan M2 ada pada kondisi on pada saat yang sama pada durasi waktu yang sangat singkat.hal ini akan membuat jalur dari Vdd menuju -Vdd dengan resistansi yang sangat kecil karena MOSFET mempunyai resistansi yang sangat kecil antara drain dan source-nya ketika MOSFET on. Sebagai akibatnya mengalir arus yang besar (shoot-through current) melewati M1 dan M2. Hal ini akan menyebabkan MOSFET menjadi panas sehingga ada daya yang terbuang atau bahkan MOSFET dapat menjadi rusak. 40

16 Gambar Bentuk Gelombang pada MOSFET M1 dan M2. Untuk mencegah terjadinya kondisi shoot-through ini gate-driver harus dapat memaksa M1 benar-benar off sebelum M2 on demikian sebaliknya. Interval waktu dimana kedua MOSFET dalam kondisi off dinamakan dead time. Bentuk gelombangnya dapat dilihat pada Gambar Gambar Dead-time (biru muda) pada Bagian Keluaran MOSFET. Rangkaian switching logic dibuat berdasarkan referensi [14]. Rangkaian dapat dilihat pada Gambar Gambar Rangkaian Switching Logic [14]. 41

17 Pada Gambar 3.16, dua buah gerbang logika NOT (dalam kotak warna merah) bertujuan untuk memberikan dead-time. Gerbang logika NOT pada rangkaian switching logic yang digunakan untuk menghasilkan dead-time adalah CD4069 yang mempunyai waktu transisi keluaran baik dari logika high ke low ataupun low ke high sebesar 35ns. Sehingga akan dicapai dead-time sekitar 35ns. Ada empat kondisi dari dan yang mengendalikan keluaran dari rangkaian switching logic seperti yang dapat dilihat pada Tabel 3.3. Tabel 3.3. Tabel Logika Keluaran Switching Logic. Kondisi masukan Kondisi keluaran 1N 1P 2N 2P e = 1, z = 0 atau e = 0, z = 1 e = 0, z = e = 1, z = P akan dihubungkan kepada gate dari M1, 1N dihubungkan ke M2, 2N dihubungkan ke M4, 2P dihubungkan ke M Rangkaian Pre-Drive Keempat buah keluaran dari switching logic akan mengendalikan kondisi tiaptiap MOSFET pada bagian keluaran sesuai dengan hubungan 1N, 1P, 2N dan 2P seperti pada Gambar Gambar MOSFET yang Dikonfigurasikan Jembatan Penuh. 42

18 Ketika MOSFET dioperasikan dalam kondisi switching dibutuhkan arus yang cukup besar untuk mengisi kapasitansi dari gate MOSFET dalam waktu yang singkat. Oleh karenanya, masih dibutuhkan rangkaian pre-drive sebelum dihubungkan ke MOSFET karena arus keluaran dari IC logika CMOS pada bagian switching logic yang relatif kecil (0.5 ~ 4 ma) yang menyebabkan keluaran dari IC logika tidak dapat dihubungkan secara langsung ke MOSFET. Oleh karena itu, dibutuhkan untai buffer yang mampu menyuplai arus yang cukup besar kepada gate MOSFET. Rangkaian pre-drive yang dirancang menggunakan rangkaian totem pole dengan transistor seperti dapat dilihat pada Gambar N3904 in out 2N3906 Gambar Rangkaian Totem Pole dengan Transistor Sebagai Rangkaian Pre Drive. - Pemilihan komponen transistor yang dipakai ini erat kaitannya dengan perancangan MOSFET pada bagian tingkat daya. MOSFET mempunyai kapasitansi pada bagian gerbangnya yang harus terisi hingga tegangan melebihi nilai threshold ( ) agar MOSFET menjadi saturasi. Ketika MOSFET dipakai untuk aplikasi pensaklaran frekuensi tinggi, untuk menjalankan MOSFET dibutuhkan arus yang besar untuk mengisi kapasitansi MOSFET sesuai dengan total muatan yang diperlukan untuk mencapai kondisi saturasi dalam waktu yang singkat. Hubungan antara arus gerbang yang dibutuhkan ( ), total muatan gerbang ( ) dan waktu transisi ( ) dapat dilihat pada persamaan di bawah ini [14],. 43

19 Frekuensi pensaklaran yang dipilih adalah sebesar 1 MHz atau mempunyai periode 1 s. Diinginkan perubahan dari kondisi off menuju on dari MOSFET maksimal sebesar 0.2 s, demikian pula sebaliknya. Dari perancangan bagian tingkat daya diputuskan untuk menggunakan MOSFET tipe IRF540 dan IRF9530 dengan pertimbangan mempunyai nilai yang cukup kecil (0.055 Ohm dan 0.3 Ohm) dan mempunyai total muatan gerbang yang cukup kecil pula (30 nc dan 25 nc). Untuk perhitungan dipakai yang paling besar yaitu 30 nc dan yang diinginkan maksimum adalah 0.2 s, maka nilai harus memenuhi, dan menghasilkan,. Pada rangkaian ini dipilih pasangan transistor NPN-PNP 2N3904 dan 2N3906. Karena kedua transistor ini mempunyai arus maksimum yang dapat dilewatkan sebesar 200 ma dan nilai ini memenuhi nilai hasil perhitungan. Untuk setiap keluaran dari switching logic 1N, 1P, 2N, 2P harus diberi untai predrive dengan transistor ini sebelum masuk ke gerbang dari MOSFET pada bagian tingkat daya Perancangan Bagian Tingkat Daya dengan MOSFET Bagian tingkat daya dirancang menggunakan penguat jembatan penuh (full bridge) dengan MOSFET seperti dapat dilihat pada Gambar 2.19.b agar dapat menghasilkan tiga aras keluaran. Pada subbab ini akan dijelaskan perancangan bagian tingkat daya dengan full bridge MOSFET agar bagian keluaran memenuhi spesifikasi pada bagian perancangan yang meliputi besarnya daya keluaran maksimum yang dihasilkan sebesar 20Watt dan efisiensi yang diharapkan dari penguat > 85%. Pada spesifikasi besarnya daya keluaran maksimum yang diinginkan dari perancangan penguat kelas D tanpa tapis LC adalah sebesar 20Watt pada beban 4 Ohm. Pada perancangan akan digunakan dua buah catu daya sebagai catu daya tegangan positif dan negatif (Vdd dan -Vdd). Tegangan positif maksimum yang dapat melewati beban yaitu penyuara adalah 2Vdd dan tegangan negatif maksimum yang dapat melewati beban adalah -2Vdd. Untuk menghitung besarnya Vdd yang digunakan digunakan rumus daya yaitu 44

20 . Dari persamaan di atas akan dihasilkan tegangan maksimum Vp yang diperlukan sebesar 8.94 Volt.. hasil perhitungan tersebut adalah tegangan catu daya minimum yang digunakan untuk menghasilkan daya maksimum pada keluaran sebesar 20Watt. Pada perancangan akan digunakan sebesar. Sehingga catu daya positif dan negatif yang digunakan dalam penguat audio yang dibuat adalah dan -. Efisiensi dari penguat yang diharapkan adalah lebih besar dari 85%. Efisiensi dari penguat dipengaruhi oleh komponen MOSFET yang dipakai. Efsiensi merupakan perbandingan antara daya yang masuk ke dalam penyuara dibandingkan dengan daya keluaran yang disuply oleh catu daya kepada rangkaian secara keseluruhan. Pada rangkaian penguat kelas D ini efisiensi hanya akan dilihat pada bagian keluaran karena rangkaian lainnya adalah rangkaian tapis dengan opamp dan rangkaian logika yang menarik arus dari catu daya lebih sedikit (skala miliampere) jika dibandingkan dengan arus dari catu daya yang ditarik oleh bagian keluaran (skala Ampere). Disipasi daya pada MOSFET akan mengurangi efisiensi dari penguat audio kelas D yang dibuat. Disipasi daya yang terjadi pada MOSFET akan bergantung pada parameter. Dimana ini merupakan besarnya hambatan (Ohm) pada drain-source MOSFET ketika MOSFET berada dalam kondisi saturasi (sedang bekerja pada daerah triode). Gambar Kondisi MOSFET ketika Keluarannya adalah 1. 45

21 Gambar 3.19 memperlihatkan salah satu contoh kondisi keluaran dari full bridge MOSFET. Jika efisiensi pada penguat kelas D ditinjau dari keluaran H-bridge saja maka efisiensi pada penyuara adalah sebesar,. yang dipakai sebagai beban adalah penyuara 4 Ohm. Pada perancangan, digunakan dua pasangan MOSFET tipe P dan tipe N yaitu IRF540 dan IRF9530. Alasan dari pemilihan komponen ini adalah MOSFET tipe ini mempunyai yang kecil yaitu untuk IRF540 adalah Ohm dan untuk IRF9540 adalah 0.3 Ohm. Dari penggunaan komponen tersebut, effisiensi hasil perhitungan adalah sebesar 91.95%. Namun, pada kondisi sebenarnya effisiensi penguat tidak dapat lebih besar dari effisiensi hasil perhitungan, karena masih ada faktor seperti disipasi daya yang muncul pada proses switching yang terjadi pada gate MOSFET serta disipasi daya pada komponen-komponen lainnya yang dipakai Gambaran Perancangan Penguat Kelas D Keseluruhan Diagram kotak perancangan penguat dapat dilihat pada Gambar Gambar Diagram Kotak Perancangan Penguat Kelas D Keseluruhan. 46

22 Pada perancangan, isyarat keluaran sebelum diumpan balik akan dilemahkan sebesar 0,1 kali. Hal ini bertujuan agar isyarat masukan dari tapis W yaitu isyarat masukan dikurangi isyarat keluaran tidak terpotong pada batas catu-daya (clipping). 47

BAB. Kinerja Pengujian

BAB. Kinerja Pengujian BAB IV PENGUJIAN PENGUAT KELAS D TANPA TAPIS LC Bab ini akan menjelaskan pengujian dari penguat kelas D tanpa tapis LC yang dibuat.pengujian ini terdiri dari dua utama yaitupengujian untuk mengetahui kinerja

Lebih terperinci

PENGUAT AUDIO KELAS D TANPA TAPIS LC DENGAN MODULASI TIGA ARAS

PENGUAT AUDIO KELAS D TANPA TAPIS LC DENGAN MODULASI TIGA ARAS PENGUAT AUDIO KELAS TANPA TAPIS LC DENGAN MODULASI TIGA ARAS Suryo Santoso, F. Dalu Setiaji, Matias H.W. Budhianto PENGUAT AUDIO KELAS D TANPA TAPIS LC DENGAN MODULASI TIGA ARAS Suryo Santoso 1, F. Dalu

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1.(a). Blok Diagram Kelas D dengan Dua Aras Keluaran. (b). Blok Diagram Kelas D dengan Tiga Aras Keluaran.

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1.(a). Blok Diagram Kelas D dengan Dua Aras Keluaran. (b). Blok Diagram Kelas D dengan Tiga Aras Keluaran. BAB II DASAR TEORI Dalam bab dua ini penulis akan menjelaskan teori teori penunjang utama dalam merancang penguat audio kelas D tanpa tapis LC pada bagian keluaran menerapkan modulasi dengan tiga aras

Lebih terperinci

B B BA I PEN EN A D HU LU N 1.1. Lat L ar B l e ak an Mas M al as ah

B B BA I PEN EN A D HU LU N 1.1. Lat L ar B l e ak an Mas M al as ah BAB I PENDAHULUAN Pada tugas akhir ini penulis akan merancang dan membuat penguat audio kelas D tanpa tapis induktor-kapasitor (LC) yang memanfaatkan modulasi tiga aras. Pada bab I, penulis akan menjelaskan

Lebih terperinci

MODULASI TIGA ARAS. oleh Suryo Santoso

MODULASI TIGA ARAS. oleh Suryo Santoso PENGUAT AUDIO KELAS D TANPA TAPIS LC DENGAN MODULASI TIGA ARAS oleh Suryo Santoso NIM : 612007021 Skripsi Untuk melengkapi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PENGUKURAN

BAB III PERANCANGAN DAN PENGUKURAN BAB III PERANCANGAN DAN PENGUKURAN 3.1 Perancangan Sistem Perancangan mixer audio digital terbagi menjadi beberapa bagian yaitu : Perancangan rangkaian timer ( timer circuit ) Perancangan rangkaian low

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 2 BAB III METODE PENELITIAN Pada skripsi ini metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen (uji coba). Tujuan yang ingin dicapai adalah membuat suatu alat yang dapat mengkonversi tegangan DC ke AC.

Lebih terperinci

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA. Pengukuran dan analisa dilakukan bertujuan untuk mendapatkan

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA. Pengukuran dan analisa dilakukan bertujuan untuk mendapatkan BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA Pengukuran dan analisa dilakukan bertujuan untuk mendapatkan spesifikasi alat sehingga memudahkan menganalisa rangkaian. Pengukuran dilakukan pada setiap titik pengukuran

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem perangkat keras dari UPS (Uninterruptible Power Supply) yang dibuat dengan menggunakan inverter PWM level... Gambaran Sistem input

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen murni. Eksperimen dilakukan untuk mengetahui pengaruh frekuensi medan eksitasi terhadap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai teori teori yang mendasari perancangan dan perealisasian inductive wireless charger untuk telepon seluler. Teori-teori yang digunakan dalam skripsi

Lebih terperinci

yaitu, rangkaian pemancar ultrasonik, rangkaian detektor, dan rangkaian kendali

yaitu, rangkaian pemancar ultrasonik, rangkaian detektor, dan rangkaian kendali BAB III PERANCANGAN 3.1. Blok Diagram Pada dasarnya rangkaian elektronik penggerak kamera ini menggunakan beberapa rangkaian analok yang terbagi menjadi beberapa blok rangkaian utama, yaitu, rangkaian

Lebih terperinci

MODULATOR DAN DEMODULATOR. FSK (Frequency Shift Keying) Budihardja Murtianta

MODULATOR DAN DEMODULATOR. FSK (Frequency Shift Keying) Budihardja Murtianta MODULATOR DAN DEMODULATOR FSK (Frequency Shift Keying) Budihardja Murtianta Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik UKSW Jalan Diponegoro 52-60, Salatiga 50711 Email: budihardja@yahoo.com Intisari

Lebih terperinci

BAB I 1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I 1. BAB I PENDAHULUAN BAB I 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan konverter daya yang efisien dan berukuran kecil terus berkembang di berbagai bidang. Mulai dari charger baterai, catu daya komputer, hingga

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Perancangan Switching Amplifier ini dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu. Noise Shaping

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Perancangan Switching Amplifier ini dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu. Noise Shaping BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Perancangan Switching Amplifier ini dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu perancangan Modul Input, Modul FPGA dan Modul Output. Modul Input Digital audio dalam ROM 8 bit Bus

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab tiga ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan pada alat ini. Dimulai dari uraian perangkat keras lalu uraian perancangan

Lebih terperinci

MODULASI DELTA. Budihardja Murtianta. Intisari

MODULASI DELTA. Budihardja Murtianta. Intisari MODULASI DELTA MODULASI DELTA Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Elektronika & Komputer UKSW Jalan Diponegoro 52-60, Salatiga 50711 Email: budihardja@yahoo.com Intisari Modulasi Delta merupakan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 25 BAB III PERANCANGAN SISTEM Sistem monitoring ini terdiri dari perangkat keras (hadware) dan perangkat lunak (software). Perangkat keras terdiri dari bagian blok pengirim (transmitter) dan blok penerima

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan III-1 BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Perancangan Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan menghasilkan suatu sistem yang dapat mengontrol cahaya pada lampu pijar untuk pencahayaanya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pendahuluan Pada bab ini dibahas hasil dari pengujian alat implementasi tugas akhir yang dilakukan di laboratorium Tugas Akhir Program Studi Teknik Elektro. Dengan

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II DEPARTEMEN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK A. OP-AMP Sebagai Peguat TUJUAN PERCOBAAN PERCOBAAN VII OP-AMP SEBAGAI PENGUAT DAN KOMPARATOR

Lebih terperinci

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu:

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka Realisasi PLL (Phase Locked Loop) sebagai modul praktikum demodulator FM sebelumnya telah pernah dibuat oleh Rizal Septianda mahasiswa Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM. Dalam tugas akhir ini dirancang sebuah modulator BPSK dengan bit rate

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM. Dalam tugas akhir ini dirancang sebuah modulator BPSK dengan bit rate BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM 3.1 Gambaran Umum Dalam tugas akhir ini dirancang sebuah modulator BPSK dengan bit rate 64 Kbps untuk melakukan proses modulasi terhadap sinyal data digital. Dalam

Lebih terperinci

MODULATOR DAN DEMODULATOR BINARY ASK. Intisari

MODULATOR DAN DEMODULATOR BINARY ASK. Intisari MODULATOR DAN DEMODULATOR BINARY ASK MODULATOR DAN DEMODULATOR BINARY ASK Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik UKSW Jalan Diponegoro 52-60, Salatiga 50711 Email: budihardja@yahoo.com Intisari

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Teori Catu Daya Tak Terputus

BAB II DASAR TEORI 2.1. Teori Catu Daya Tak Terputus BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dibahas beberapa teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merealisasikan sistem. Teori-teori yang digunakan dalam pembuatan skripsi ini adalah teori catu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA. Pada bab ini akan dibahas hasil pengujian dan analisa dari system buck chopper

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA. Pada bab ini akan dibahas hasil pengujian dan analisa dari system buck chopper BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA Pada bab ini akan dibahas hasil pengujian dan analisa dari system buck chopper dengan metode constant current untuk menghidupkan high power led berbasis microcontroller

Lebih terperinci

Teknologi Implementasi: CMOS dan Tinjauan Praktikal

Teknologi Implementasi: CMOS dan Tinjauan Praktikal Teknologi Implementasi: CMOS dan Tinjauan Praktikal Eko Didik Widianto (didik@undip.ac.id) Sistem Komputer - Universitas Diponegoro @2011 eko didik widianto (http://didik.blog.undip.ac.id) TSK205 Sistem

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS 48 BAB I HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS 4.1. HASIL PERCOBAAN 4.1.1. KARAKTERISTIK DIODA Karakteristik Dioda dengan Masukan DC Tabel 4.1. Karakteristik Dioda 1N4007 Bias Maju. S () L () I D (A) S () L ()

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi PWM Sinyal PWM pada umumnya memiliki amplitudo dan frekuensi dasar yang tetap, namun, lebar pulsanya bervariasi. Lebar pulsa PWM berbanding lurus dengan amplitudo sinyal

Lebih terperinci

BAB 3 DISAIN RANGKAIAN SNUBBER DAN SIMULASI MENGGUNAKAN MULTISIM

BAB 3 DISAIN RANGKAIAN SNUBBER DAN SIMULASI MENGGUNAKAN MULTISIM BAB 3 DISAIN RANGKAIAN SNUBBER DAN SIMULASI MENGGUNAKAN MULTISIM 3.1 Prinsip Kerja Sistem Mosfet sebagai sakelar elektronik dapat dibuka (off) dan ditutup (on). Pada saat mosfet berguling ke posisi off,

Lebih terperinci

Tipe op-amp yang digunakan pada tugas akir ini adalah LT-1227 buatan dari Linear Technology dengan konfigurasi pin-nya sebagai berikut:

Tipe op-amp yang digunakan pada tugas akir ini adalah LT-1227 buatan dari Linear Technology dengan konfigurasi pin-nya sebagai berikut: BAB III PERANCANGAN Pada bab ini berisi perancangan pedoman praktikum dan perancangan pengujian pedoman praktikum dengan menggunakan current feedback op-amp. 3.. Perancangan pedoman praktikum Pada pelaksanaan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Control [21] Tanggapan frekuensi dari untai di atas dapat ditulis sebagai berikut,

LAMPIRAN A. Control [21] Tanggapan frekuensi dari untai di atas dapat ditulis sebagai berikut, LAMPIRAN A ACTIVE BAXANDALL TONE CONTROL A.1. Untai Active Baxandall Tone Control [21] Tone control pada skripsi ini dibuat sebagai fitur tambahan dari penguat, sehingga penguat mempunyai pengaturan nada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Perancangan PWM Generator untuk Pembangkitan Gelombang Sinus. Pada Bab Pendahuluan telah dijelaskan bahwa penelitian ini dibagi menjadi 2 buah bagian, yang pertama perancangan

Lebih terperinci

BAB III DESAIN BUCK CHOPPER SEBAGAI CATU POWER LED DENGAN KENDALI ARUS. Pada bagian ini akan dibahas cara menkontrol converter tipe buck untuk

BAB III DESAIN BUCK CHOPPER SEBAGAI CATU POWER LED DENGAN KENDALI ARUS. Pada bagian ini akan dibahas cara menkontrol converter tipe buck untuk BAB III DESAIN BUCK CHOPPER SEBAGAI CATU POWER LED DENGAN KENDALI ARUS 3.1. Pendahuluan Pada bagian ini akan dibahas cara menkontrol converter tipe buck untuk menghidupkan HPL (High Power LED) dengan watt

Lebih terperinci

Mono Amplifier Class D menggunakan Semikron SKHI 22B dan IGBT Module Semikron SKM75GB128DN

Mono Amplifier Class D menggunakan Semikron SKHI 22B dan IGBT Module Semikron SKM75GB128DN JURNAL DIMENSI TEKNIK ELEKTRO Vol. 1, No. 1, (2013) 29-36 29 Mono Amplifier Class D menggunakan Semikron SKHI 22B dan IGBT Module Semikron SKM75GB128DN Ivan Christanto Jurusan Teknik Elektro, Universitas

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI 3.1 Perancangan Alat Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang direncanakan diperlihatkan pada Gambar 3.1. Sinyal masukan carrier recovery yang berasal

Lebih terperinci

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA DEPARTEMEN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2010 MODUL I DIODA SEMIKONDUKTOR DAN APLIKASINYA 1. RANGKAIAN PENYEARAH & FILTER A. TUJUAN PERCOBAAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS 4.1. Topik 1. Rangkaian Pemicu SCR dengan Menggunakan Rangkaian RC (Penyearah Setengah Gelombang dan Penyearah Gelombang Penuh). A. Penyearah Setengah Gelombang Gambar

Lebih terperinci

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Brilliant Adhi Prabowo Pusat Penelitian Informatika, LIPI brilliant@informatika.lipi.go.id Abstrak Motor dc lebih sering digunakan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Tujuan Perancangan Tujuan dari perancangan ini adalah untuk menentukan spesifikasi kerja alat yang akan direalisasikan melalui suatu pendekatan analisa perhitungan, analisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Inverter adalah alat yang banyak digunakan dalam aplikasi elektronis. Alat ini

BAB I PENDAHULUAN. Inverter adalah alat yang banyak digunakan dalam aplikasi elektronis. Alat ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inverter adalah alat yang banyak digunakan dalam aplikasi elektronis. Alat ini sangat berguna untuk mengoperasikan alat elektronis AC ketika tidak ada sumber listrik

Lebih terperinci

penulisan ini dengan Perancangan Anti-Aliasing Filter Dengan Menggunakan Metode Perhitungan Butterworth. LANDASAN TEORI 2.1 Teori Sampling Teori Sampl

penulisan ini dengan Perancangan Anti-Aliasing Filter Dengan Menggunakan Metode Perhitungan Butterworth. LANDASAN TEORI 2.1 Teori Sampling Teori Sampl PERANCANGAN ANTI-ALIASING FILTER DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERHITUNGAN BUTTERWORTH 1 Muhammad Aditya Sajwa 2 Dr. Hamzah Afandi 3 M. Karyadi, ST., MT 1 Email : muhammadaditya8776@yahoo.co.id 2 Email : hamzah@staff.gunadarma.ac.id

Lebih terperinci

PENGENALAN OPERATIONAL AMPLIFIER (OP-AMP)

PENGENALAN OPERATIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) + PENGENALAN OPERATIONAL AMPLIFIER (OPAMP) Penguat operasional atau Operational Amplifier (OPAMP) yaitu sebuah penguat tegangan DC yang memiliki 2 masukan diferensial. OPAMP pada dasarnya merupakan sebuah

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERACAGA SISTEM Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai perencanaan modul pengatur mas pada mobile x-ray berbasis mikrokontroller atmega8535 yang meliputi perencanaan dan pembuatan rangkaian

Lebih terperinci

Materi-2 SENSOR DAN TRANSDUSER (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017

Materi-2 SENSOR DAN TRANSDUSER (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017 Materi-2 SENSOR DAN TRANSDUSER 52150802 (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017 KONSEP AKUISISI DATA DAN KONVERSI PENGERTIAN Akuisisi data adalah pengukuran sinyal elektrik dari transduser dan peralatan

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PROTOTIPE BAND PASS FILTER UNTUK OPTIMASI TRANSFER DAYA PADA SINYAL FREKUENSI RENDAH; STUDI KASUS : SINYAL EEG

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PROTOTIPE BAND PASS FILTER UNTUK OPTIMASI TRANSFER DAYA PADA SINYAL FREKUENSI RENDAH; STUDI KASUS : SINYAL EEG PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PROTOTIPE BAND PASS FILTER UNTUK OPTIMASI TRANSFER DAYA PADA SINYAL FREKUENSI RENDAH; STUDI KASUS : SINYAL EEG LISA SAKINAH (07 00 70) Dosen Pembimbing: Dr. Melania Suweni Muntini,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tahap Proses Perancangan Alat Perancangan rangkaian daya Proteksi perangkat daya Penentuan strategi kontrol Perancangan rangkaian logika dan nilai nominal Gambar 3.1 Proses

Lebih terperinci

PENGUAT AUDIO KELAS D DENGAN UMPAN BALIK TIPE BUTTERWORTH

PENGUAT AUDIO KELAS D DENGAN UMPAN BALIK TIPE BUTTERWORTH PENGUAT AUDIO KELAS D DENGAN UMPAN BALIK TIPE BUTTERWORTH Gunawan Dewantoro *, Franciscus Dalu Setiaji, Tio Pragustha Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Elektronika dan Komputer Universitas

Lebih terperinci

3.1. Gambaran Sistem Penyuara dan Kotak yang Digunakan

3.1. Gambaran Sistem Penyuara dan Kotak yang Digunakan BAB III PERANCANGAN Pada bab ini penulis menjelaskan perancangan sistem penyuara dengan cacat minimal. Perancangan sistem penyuara dengan cacat minimal yang dilakukan meliputi untai L-pad, Zobel, dan crossover.

Lebih terperinci

Modul 04: Op-Amp. Penguat Inverting, Non-Inverting, dan Comparator dengan Histeresis. 1 Alat dan Komponen. 2 Teori Singkat

Modul 04: Op-Amp. Penguat Inverting, Non-Inverting, dan Comparator dengan Histeresis. 1 Alat dan Komponen. 2 Teori Singkat Modul 04: Op-Amp Penguat Inverting, Non-Inverting, dan Comparator dengan Histeresis Reza Rendian Septiawan March 3, 2015 Op-amp merupakan suatu komponen elektronika aktif yang dapat menguatkan sinyal dengan

Lebih terperinci

Universitas Bina Nusantara. Jurusan Sistem Komputer. Skripsi Sarjana Komputer. Semester Genap tahun 2003/2004

Universitas Bina Nusantara. Jurusan Sistem Komputer. Skripsi Sarjana Komputer. Semester Genap tahun 2003/2004 Universitas Bina Nusantara Jurusan Sistem Komputer Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap tahun 2003/2004 PERANCANGAN SWITCHING AMPLIFIER DENGAN TEKNIK DIGITAL PULSE WIDTH MODULATION BERBASISKAN FPGA

Lebih terperinci

Lampiran A. Praktikum Current Feedback OP-AMP. Percobaan I Karakteristik Op-Amp CFA(R in,vo max. Slew rate)

Lampiran A. Praktikum Current Feedback OP-AMP. Percobaan I Karakteristik Op-Amp CFA(R in,vo max. Slew rate) Lampiran A Praktikum Current Feedback OP-AMP Percobaan I Karakteristik Op-Amp CFA(R in,vo max. Slew rate) Waktu : 3 jam (praktikum dan pembuatan laporan) dipersiapkan oleh: Reinhard A. TUJUAN Menganalisa

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN 3.1 Diagram Blok Rangkaian Secara Detail Pada rangkaian yang penulis buat berdasarkan cara kerja rangkaian secara keseluruhan penulis membagi rangkaian menjadi

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Modulator Binary Phase Shift Keying

Perancangan Sistem Modulator Binary Phase Shift Keying Perancangan Sistem Modulator Binary Phase Shift Keying Deddy Susilo 1, Budihardja Murtianta 2, Arivia Aurelia Devina Pramono 3 Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Elektronika dan Komputer, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menganalisa data hubungan tegangan dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menganalisa data hubungan tegangan dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menganalisa data hubungan tegangan dengan medan magnet untuk mengetahui karakteristik sistem sensor magnetik. Tahapan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. Bab ini membahas tentang pengujian alat yang dibuat, adapun tujuan

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. Bab ini membahas tentang pengujian alat yang dibuat, adapun tujuan BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Bab ini membahas tentang pengujian alat yang dibuat, adapun tujuan pengujian tersebut adalah untuk mengetahui apakah alat yang telah dirancang berfungsi dan mengahasilkan keluaran

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka 59 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1. Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat Mulai Tinjauan pustaka Simulasi dan perancangan alat untuk pengendali kecepatan motor DC dengan kontroler PID analog

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. MOSFET MOSFET atau Metal Oxyde Semiconductor Field Effect Transistor merupakan salah satu jenis transistor efek medan (FET). MOSFET memiliki tiga pin yaitu gerbang (gate), penguras

Lebih terperinci

Budihardja Murtianta. Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik UKSW Jalan Diponegoro 52-60, Salatiga

Budihardja Murtianta. Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik UKSW Jalan Diponegoro 52-60, Salatiga PERANCANGAN MODULATOR BPSK PERANCANGAN MODULATOR BPSK Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik UKSW Jalan Diponegoro -0, Salatiga 0 Email: budihardja@yahoo.com Intisari Dalam tulisan ini akan dirancang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas dasar teori yang berhubungan dengan perancangan skripsi antara lain fungsi dari function generator, osilator, MAX038, rangkaian operasional amplifier, Mikrokontroler

Lebih terperinci

KEGIATAN BELAJAR 3 B. DASAR TEORI 1. MOSFET

KEGIATAN BELAJAR 3 B. DASAR TEORI 1. MOSFET KEGIATAN BELAJAR 3 A. Tujuan a. Mahasiswa diharapkan dapat memahami karakteristik switching dari mosfet b. Mahasiswa diharapkan dapat menggambarkan kurva karakteristik v-i masukan dan keluaran mosfet.

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukan pengujian adalah mengetahui sejauh mana kinerja hasil perancangan yang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI KERUSAKAN KABEL

BAB III PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI KERUSAKAN KABEL BAB III PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI KERUSAKAN KABEL. Diagram Blok Diagram blok merupakan gambaran dasar membahas tentang perancangan dan pembuatan alat pendeteksi kerusakan kabel, dari rangkaian sistem

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT. modulator 8-QAM seperti pada gambar 3.1 berikut ini: Gambar 3.1 Blok Diagram Modulator 8-QAM

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT. modulator 8-QAM seperti pada gambar 3.1 berikut ini: Gambar 3.1 Blok Diagram Modulator 8-QAM BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT 3.1 Pembuatan Modulator 8-QAM Dalam Pembuatan Modulator 8-QAM ini, berdasarkan pada blok diagram modulator 8-QAM seperti pada gambar 3.1 berikut ini: Gambar 3.1 Blok

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret - Mei 2015 dan tempat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret - Mei 2015 dan tempat III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret - Mei 205 dan tempat pelaksanaan penelitian ini di Laboratorium Elektronika Jurusan Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab tiga ini akan dijelaskan perancangan alat, yaitu perancangan perangkat keras dan perangkat lunak. Perancangan perangkat keras terdiri dari perangkat elektronik dan instalasi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukan pengujian adalah mengetahui sejauh mana kinerja hasil perancangan yang

Lebih terperinci

BAB III DASAR PEMILIHAN KOMPONEN. 3.1 Pemilihan Komponen Komparator (pembanding) Rangkaian komparator pada umumnya menggunakan sebuah komponen

BAB III DASAR PEMILIHAN KOMPONEN. 3.1 Pemilihan Komponen Komparator (pembanding) Rangkaian komparator pada umumnya menggunakan sebuah komponen BAB III DASAR PEMILIHAN KOMPONEN 3.1 Pemilihan Komponen Komparator (pembanding) Rangkaian komparator pada umumnya menggunakan sebuah komponen Operasional Amplifier (Op-Amp). Adapun komponen yang akan digunakan

Lebih terperinci

PROPOSAL EC6030 PERANCANGAN SENSOR INFRA RED (IR) UNTUK NAVIGASI ROBOT BERBASIS FPGA DAN up LEON

PROPOSAL EC6030 PERANCANGAN SENSOR INFRA RED (IR) UNTUK NAVIGASI ROBOT BERBASIS FPGA DAN up LEON PROPOSAL EC6030 PERANCANGAN SENSOR INFRA RED (IR) UNTUK NAVIGASI ROBOT BERBASIS FPGA DAN up LEON Oleh : Agus Mulyana 23207025 MAGISTER TEKNIK ELEKTRO SEKOLAH TINGGI ELEKTRO DAN INFORMATIKA INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inverter BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kedudukan inverter pada sistem pembangkit listrik tenaga surya atau PLTS adalah sebagai peeralatan yang mengubah listrik arus searah (DC) menjadi listrik arus bolak-balik

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. input mengendalikan suatu sumber daya untuk menghasilkan output yang dapat

BAB 2 LANDASAN TEORI. input mengendalikan suatu sumber daya untuk menghasilkan output yang dapat BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Amplifier Suatu rangkaian elektronik yang menggunakan komponen aktif, dimana suatu input mengendalikan suatu sumber daya untuk menghasilkan output yang dapat digunakan disebut

Lebih terperinci

DIODE TRANSISTOR LOGIC (DTL)

DIODE TRANSISTOR LOGIC (DTL) DIODE TRANSISTOR LOGIC (DTL) Rangkaian NAND R1 I 1 R C I C X Y Z 0 0 1 X D1 A D3 I 2 D4 B I B Z 0 1 1 0 1 1 1 1 0 D2 Y I 3 R2 I E -V BB Gambar 1.4. Rangkaian NAND rumpun DTL Jika masukan X dan Y keduanya

Lebih terperinci

DEMODULASI DELTA. Budihardja Murtianta

DEMODULASI DELTA. Budihardja Murtianta DEMODULASI DELTA DEMODULASI DELTA Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik UKSW Jalan Diponegoro 52-60, Salatiga 50711 Email: budihardja@yahoo.com INTISARI Demodulasi Delta merupakan salah satu dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Inverter dan Aplikasi Inverter daya adalah sebuah perangkat yang dapat mengkonversikan energi listrik dari bentuk DC menjadi bentuk AC. Diproduksi dengan segala bentuk dan ukuran,

Lebih terperinci

Implementasi CMOS untuk Gerbang Logika dan Tinjauan Praktikal

Implementasi CMOS untuk Gerbang Logika dan Tinjauan Praktikal untuk Gerbang Logika Kuliah#6 TSK205 Sistem Digital - TA 2011/2012 Eko Didik Teknik Sistem Komputer - Universitas Diponegoro Umpan Balik Sebelumnya dibahas tentang minimalisasi dan optimalisasi rangkaian

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN 3.1. Blok Diagram Sistem Untuk mempermudah penjelasan dan cara kerja alat ini, maka dibuat blok diagram. Masing-masing blok diagram akan dijelaskan lebih rinci

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. sebagian besar masalahnya timbul dikarenakan interface sub-part yang berbeda.

BAB II DASAR TEORI. sebagian besar masalahnya timbul dikarenakan interface sub-part yang berbeda. BAB II DASAR TEORI. Umum Pada kebanyakan sistem, baik itu elektronik, finansial, maupun sosial sebagian besar masalahnya timbul dikarenakan interface sub-part yang berbeda. Karena sebagian besar sinyal

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan sistem yang digunakan dalam alat efek gitar drive analog dengan sistem pengontrol digital. Secara garis besar perancangan sistem

Lebih terperinci

Penguat Kelas-D dengan RWDM

Penguat Kelas-D dengan RWDM National Conference: Design and Application of Technology 00 Penguat Kelas-D dengan RWDM Budihardja Murtianta Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Kristen Satya Wacana Jalan Diponegoro

Lebih terperinci

Modul Elektronika 2017

Modul Elektronika 2017 .. HSIL PEMELJRN MODUL I KONSEP DSR TRNSISTOR Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan karakteristik serta fungsi dari rangkaian dasar transistor..2. TUJUN agian ini memberikan informasi mengenai penerapan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini dijelaskan teori yang diperlukan untuk merealisasikan sistem penyuara dengan cacat minimal. Penulisan landasan teori ini dikhusukan pada bagian-bagian penunjang yang

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM 42 BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM Pada bab ini dijelaskan pembuatan alat yang dibuat dalam proyek tugas akhir dengan judul rancang bangun sistem kontrol suhu dan kelembaban berbasis mirkrokontroler

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN Pada bab ini dilakukan proses akhir dari pembuatan alat Tugas Akhir, yaitu pengujian alat yang telah selesai dirancang. Tujuan dari proses ini yaitu agar

Lebih terperinci

BAB III KEGIATAN PENELITIAN TERAPAN

BAB III KEGIATAN PENELITIAN TERAPAN BAB III KEGIATAN PENELITIAN TERAPAN Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang akan digunakan dalam menyelesaikan Alat Simulasi Pembangkit Sinyal Jantung, berupa perangkat keras (hardware) dan perangkat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Blok diagram Dibawah ini adalah gambar blok diagram dari sistem audio wireless transmitter menggunakan laser yang akan di buat : Audio player Transmitter Speaker Receiver

Lebih terperinci

PERANCANGAN DEMODULATOR BPSK. Intisari

PERANCANGAN DEMODULATOR BPSK. Intisari PERANCANGAN DEMODULATOR BPSK Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik UKSW Jalan Diponegoro 5-60, Salatiga 50 Email: budihardja@yahoo.com Intisari Dalam tulisan ini akan dirancang dan direalisasikan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 PERANCANGAN PERANGKAT KERAS Setelah mempelajari teori yang menunjang dalam pembuatan alat, maka langkah berikutnya adalah membuat suatu rancangan dengan tujuan untuk mempermudah

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 54 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Dalam bab ini akan dibahas tentang pengujian berdasarkan perencanaan dari sistem yang dibuat. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kinerja dari sistem mulai dari blok-blok

Lebih terperinci

PENGESAHAN. Laporan tugas akhir dengan judul Perancangan Kontrol PI dengan Pendekatan Orde Satu Untuk

PENGESAHAN. Laporan tugas akhir dengan judul Perancangan Kontrol PI dengan Pendekatan Orde Satu Untuk PENGESAHAN Laporan tugas akhir dengan judul Perancangan Kontrol PI dengan Pendekatan Orde Satu Untuk Multilevel DC-DC Converter Tipe Baru Sebagai Catu Daya Televisi diajukan untuk memenuhi sebagian dari

Lebih terperinci

12-9 Pengaruh dari Kapasitor Pintas Emiter pada Tanggapan Frekuensi-Rendah

12-9 Pengaruh dari Kapasitor Pintas Emiter pada Tanggapan Frekuensi-Rendah DAFTARISI Prakata ' *' Bab 12 Penguat Tahapan Majemuk 1 12-1 Klasifikasi Penguat 1 12-2 Distorsi dalam Penguat 2 12-3 Tanggapan Frekuensi dari Penguat 3 12-4 Grafik-grafik Bode 7 12-5 Tanggapan Undak (Step

Lebih terperinci

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Blok Diagram Sistem Sensor Gas Komparator Osilator Penyangga/ Buffer Buzzer Multivibrator Bistabil Multivibrator Astabil Motor Servo Gambar 4.1 Blok Diagram

Lebih terperinci

JURNAL TUGAS AKHIR DISAIN RANGKAIAN SNUBBER PADA SISTEM POWER SWITCHING MENGGUNAKAN MOSFET. Universitas Indonesia Depok

JURNAL TUGAS AKHIR DISAIN RANGKAIAN SNUBBER PADA SISTEM POWER SWITCHING MENGGUNAKAN MOSFET. Universitas Indonesia Depok JURNAL TUGAS AKHIR DISAIN RANGKAIAN SNUBBER PADA SISTEM POWER SWITCHING MENGGUNAKAN MOSFET Ananta Tiara 1), Dr. Ir. Feri Yusivar, M.Eng 2) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro 2) Dosen Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT PEMBANGKIT EFEK SURROUND DENGAN IC BUCKET-BRIGADE DEVICE (BBD) MN 3008

RANCANG BANGUN ALAT PEMBANGKIT EFEK SURROUND DENGAN IC BUCKET-BRIGADE DEVICE (BBD) MN 3008 RANCANG BANGUN ALAT PEMBANGKIT EFEK SURROUND DENGAN IC BUCKET-BRIGADE DEVICE (BBD) MN 3008 Albert Mandagi Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Universitas Trisakti Jalan Kiai Tapa 1, Jakarta

Lebih terperinci

UNINTERRUPTIBLE POWER SUPPLY MENGGUNAKAN INVERTER PWM 3 LEVEL. oleh Roy Kristanto NIM :

UNINTERRUPTIBLE POWER SUPPLY MENGGUNAKAN INVERTER PWM 3 LEVEL. oleh Roy Kristanto NIM : UNINTERRUPTIBLE POWER SUPPLY MENGGUNAKAN INVERTER PWM 3 LEVEL oleh Roy Kristanto NIM : 612007004 Skripsi Untuk melengkapi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN IMPLEMENTASI

BAB III DESAIN DAN IMPLEMENTASI BAB III DESAIN DAN IMPLEMENTASI 3.1 Pendahuluan Pada tugas akhir ini akan membahas tentang pengisian batere dengan metode constant current constant voltage. Pada implementasinya mengunakan rangkaian konverter

Lebih terperinci

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA DEPARTEMEN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2010 MODUL IV MOSFET TUJUAN PERCOBAAN 1. Memahami prinsip kerja JFET dan MOSFET. 2. Mengamati dan memahami

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Power Supply. Microcontroller Wemos. Transistor Driver TIP122. Gambar 3.1 Blok Rangkaian sistem

BAB III PERANCANGAN. Power Supply. Microcontroller Wemos. Transistor Driver TIP122. Gambar 3.1 Blok Rangkaian sistem BAB III PERANCANGAN Bab ini membahas perancangan alat Kompor Listrik Digital IoT dengan menggunakan Microcontroller Open Source Wemos. Microcontroller tersebut digunakan untuk mengolah informasi yang telah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN SISTEM

BAB II LANDASAN SISTEM BAB II LANDASAN SISTEM Berikut adalah penjabaran mengenai sistem yang dibuat dan teori-teori ilmiah yang mendukung sehingga dapat terealisasi dengan baik. Pada latar belakang penulisan sudah dituliskan

Lebih terperinci

JOBSHEET 9 BAND PASS FILTER

JOBSHEET 9 BAND PASS FILTER JOBSHEET 9 BAND PASS FILTER A. TUJUAN 1. Mahasiswa diharapkan mampu mengerti tentang pengertian, prinsip kerja dan karakteristik band pass filter 2. Mahasiswa dapat merancang, merakit, menguji rangkaian

Lebih terperinci

Penguat Inverting dan Non Inverting

Penguat Inverting dan Non Inverting 1. Tujuan 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian op-amp sebagai penguat inverting dan non inverting. 2. Mengamati fungsi kerja dari masing-masing penguat 3. Mahasiswa dapat menghitung penguatan

Lebih terperinci