BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang lain. Jika tidak ada penerjemah, maka sebuah text BSu akan sulit untuk

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang lain. Jika tidak ada penerjemah, maka sebuah text BSu akan sulit untuk"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Penerjemahan Pada dewasa ini kegiatan penerjemahan merupakan sebuah kegiatan yang penting untuk mentransfer makna dari BSu ke BSa. Penerjemahan sangat dibutuhkan untuk menerjemahkan text di segala bidang baik bidang linguistik (bahasa), pertanian, teknik, hukum, sosial dan masih banyak lagi bidang-bidang yang lain. Jika tidak ada penerjemah, maka sebuah text BSu akan sulit untuk dipahami. Oleh karena itu, seseorang penerjemah memiliki peranan yang penting dalam sebuah proses penerjemahan. Kegiatan penerjemahan sudah dilakukan sejak zaman dahulu yaitu pada abad ke II. Banyak sekali definisi mengenai penerjemahan. Nida dan Taber (1969:12) berpendapat bahwa penerjemahan adalah menciptakan kembali makna dalam BSa padanan alami yang paling mendekati pesan dalam BSu, pertama dalam makna dan kedua dalam gaya bahasa. Sedangkan menurut Larson (1999), penerjemahan merupakan proses pemindahan makna dari BSu ke dalam BSa. Hal yang sangat penting untuk diingat adalah masalah kesepadanan makna, artinya makna dari BSu benar-benar dapat tersampaikan ke dalam BSa dengan baik.

2 2.2 Kompetensi Penerjemah Albir dalam Fedoua Mansouri (2005:46) mendefinisikan kompetensi penerjemah sebagai kemampuan menterjemah (the ability of knowing how to translate). Kompetensi penerjemah sangat diperlukan agar seseorang dapat menerjemahkan teks BSu dengan baik ke dalam BSa. Kompetensi ini erat kaitannya dengan pengetahuan deklaratif yaitu pengetahuan tentang penerjemahan dan pengetahuan prosedural (tahu bagaimana cara menerjemahkan). Menurut Neubert (dalam Nababan, 2003:4, kompetensi penerjemahan dibagi menjadi 5 yaitu: 1. Language competence (kompetensi bahasa) Kompetensi bahasa merupakan kemampuan penerjemah dalam menguasai dan memahami bahasa, baik menguasai BSu dan BSa. Kompetensi ini merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki seorang penerjemah yang meliputi kemampuan memahami morfologi, susunan gramatikal dan leksikal yang terdapat pada bahasa tersebut. 2. Textual Competence (Kompetensi Tekstual) Kompetensi teks yaitu seorang penerjemah harus mampu menguasai teks dengan baik. Dalam hal ini, seorang penerjemah harus dapat merangkai kalimat sesuai dengan susunan gramatikal, kohesi, koherensi ke dalam BSa dengan baik. 3. Domain/Subjek Spesifik Competence (Kompetensi Bidang Ilmu) Kompetensi ini berkaitan terhadap bidang ilmu yang diterjemahkan oleh seorang penerjemah. Seorang penerjemah harus benar-benar menguasai materi

3 teks yang diterjemahkan supaya hasilnya benar-benar dapat dipahami oleh si pembaca. 4. Cultural competence (kompetensi budaya) Kompetensi budaya merupakan kemampuan penerjemah untuk menerjemahkan nilai-nilai budaya yang terdapat di dalam bahasa tersebut. Nilai-nilai budaya tersebut meliputi kondisi, situasi, adat istiadat, dan normanorma budaya yang terkandung pada masyarakat tersebut yang mempengaruhi pola pikir dan melandasi pola tindakan manusia. 5. Transfer competence (kompetensi mengalihkan teks) Kompetensi mengalihkan teks yaitu kompetensi dalam mentransfer makna BSu ke dalam BSa. 2.3 Pengertian Pergeseran Penerjemahan merupakan kegiatan mengungkapkan kembali makna atau pesan dari BSu ke dalam BSa. Karena adanya sistem kaidah antara BSu dan BSa yang berbeda, maka kegiatan penerjemahan berhubungan dengan pergeseran. Al-zoubi dan Al-hasna (2001) mendefiniskan pergeseran sebagai tindakan wajib yang ditentukan oleh adanya perbedaan struktural antara dua sistem bahasa yang terlibat dalam proses terjemahan. Pergeseran ini dilakukan oleh seorang penerjemah karena seorang penerjemah tidak mempunyai pilihan lain agar hasil terjemahannya lebih wajar, tidak kaku dan mudah dipahami oleh si pembaca. Hal senada juga disampaikan oleh Machali (2000:11) dengan mengatakan bahwa untuk mencapai kesepadanan dalam penerjemahan dalam memecahkan masalah

4 tersebut seringkali digunakan pergeseran, baik transposisi maupun pergeseran makna. 2.4 Transposisi Menurut Catford (1965:73), transposisi adalah suatu prosedur penerjemahan yang melibatkan pengubahan bentuk gramatikal dari BSu ke BSa. Catford lebih jauh menguraikan empat jenis transposisi yaitu: Transposisi structure shift adalah pergeseran pada tataran struktur kata dalam frasa atau klausa pada proses penerjemahan. Transposisi structure shift, misalnya: dari frasa berstruktur diterangkan-menerangkan (DM) menjadi frasa berstruktur menerangkan-diterangkan (MD) Shifts from MH (Modifier + Head) to MHQ (Modifier Head Qualifier) (Simanjuntak, 2011: 31). Contoh: BSu The beautiful girl is my sister BSa Gadis yang cantik itu adalah adik saya M D D M Pada kalimat BSu tersebut di atas, terdapat kata beautiful merupakan adjektiva atau modifier yang menerangkan nomina girl pada BSu dan kemudian bergeser strukturnya menjadi diterangkan-menerangkan (DM) yaitu gadis yang cantik pada BSa. Kemudian menurut Catford transposisi dari kalimat aktif menjadi pasif juga termasuk ke dalam transposisi structure shift.

5 Contoh aktif ke pasif All kinds of organisms try to produces offspring so that they can preserve thier species Semua jenis organisme berusaha untuk menghasilkan keturunan sehingga kelangsungan hidup jenis organisme dapat dipertahankan Kata preserve yang pada BSu seharusnya diterjemahkan menjadi mempertahankan dalam kalimat aktif. Namun pada BSa diterjemahkan menjadi dipertahankan dalam kalimat pasif Transposisi class shifts adalah transposisi kelas kata tertentu pada BSu bergeser menjadi jenis kata lain pada BSa (comprise shift from one part of speech to another), misalnya dari nomina menjadi verba atau dari verba menjadi nomina. Berikut ini merupakan contoh transposisi kelas kata: b. Transposisi kelas kata dari adjektiva ke nomina: BSu At the time the wall of the uterus BSa pada saat yang sama terjadi Becomes thicker pula penebalan dinding rahim Pada contoh kalimat di atas, kata thicker pada BSu adalah termasuk kelas adjektiva yang diterjemahkan menjadi penebalan ke dalam BSa yang termasuk kelas kata nomina.

6 c. Transposisi kelas kata dari verba menjadi nomina: Flowers that are pollinated by wind usually do not have petals Bunga yang penyerbukannya dibantu angin biasanya tidak memiliki Mahkota bunga Pada contoh kalimat tersebut di atas, kata pollinated pada BSu yang berkelas kata verba diterjemahkan menjadi penyerbukannya yang kelas katanya berubah menjadi nomina pada BSa. Transposisi structure shift kelas bisa saja terjadi dari adjektiva ke nomina, verba ke nomina atau pergeseran kelas lainya. Catford (1974:78) menyatakan transposisi class shift dilakukan untuk mendapatkan terjemahan yang sewajar mungkin Transposisi unit shift adalah Jenis transposisi dari kata ke frasa, frasa ke klausa, tataran klausa ke kalimat atau dari tataran kalimat ke wacana. Berikut merupakan contoh transposisi unit shift yaitu: d. Transposisi unit shift dari kata ke frasa The boys are playing football in yard Anak laki-laki tersebut sedang bermain sepak bola di halaman

7 Pada contoh di atas, kata boys yang merupakan tataran kata pada BSu mengalami pergeseran menjadi tataran frasa pada BSa yaitu anak laki-laki. e. Transposisi unit shift dari frasa ke klausa BSu After watching TV BSa Setelah dia menonton buku Pada contoh di atas, frasa after watching TV pada BSu mengalami pergeseran menjadi klausa dalam BSa, yaitu setelah dia menonton tv. Kalimat pada BSa tersebut terdapat subjek dia yang membentuk tataran klausa karena terdiri dari subjek dan predikat. c. Transposisi unit shift dari klausa ke kalimat The brain proceses the impulse and sends message by motor neurons to the hand, which eventually pick up the newspaper which is then read Otak mengelolah impuls, kemudian mengirim melalui saraf motor ke tangan, akhirnya, tangan mengambil koran yang kemudian dibaca. Jadi, gerakan ini disebut gerak yang disadari Pada contoh di atas, klausa which eventually pick up the newspaper which is then read dalam BSu mengalami pergeseran menjadi kalimat dalam BSa, yaitu tangan mengambil koran yang kemudian dibaca. Jadi, gerakan ini disebut gerak yang disadari. Klausa dalam BSu

8 tersebut merupakan klausa terikat karena terdapat kata which yang menerangkan kata tangan dalam klausa bebas sebelumnya yaitu The brain proceses the impulse and sends message by motor neurons to the hand. Klausa terikat tersebut merupakan bentuk klausa adjektiva di mana kata which menduduki posisi subjek dalam klausa tersebut. Oleh karena itu, setelah bergabung akan terbentuk sebuah kalimat The brain proceses the impulse and sends message by motor neurons to the hand, which eventually pick up the newspaper which is then read. d. Transposisi unit shift pada tataran morfem BSu Imbalance BSa tidak seimbang Morfem im pada imbalance dalam bahasa inggris mengalami pergeseran menjadi tataran kata yaitu tidak, kalau digabungkan maka memiliki arti tidak seimbang Transposisi intra-system shift banyak terjadi pada kasus-kasus yang melibatkan sistem internal pembentukan bahasa dalam terjemahan. Contohnya seperti pembentukan kata tunggal dan kata jamak. Tiap bahasa memiliki bentuk tunggal dan jamak yang berbeda sesuai dengan aturan yang berlaku dalam sebuah bahasa.

9 Contoh: People have different perceptionabout her Orang memiliki persepsi yang berbeda mengenai dia Dari penjelasan tersebut di atas sangat jelas people yang menunjukan jamak yang memiliki arti orang-orang diterjemahkan menjadi orang yang menunjukan tunggal. 2.5 Satuan Sintaksis Kata Kata adalah kumpulan beberapa huruf yang memiliki makna tertentu. Menurut Chaer (1994:208), kata terdiri dari dua jenis yaitu: 1) Kata penuh (fullword), yaitu kata yang secara leksikal memiliki makna, mempunyai kemungkinan mengalami proses morfologi, merupakan kelas terbuka, dan dapat berdiri sendiri sebagai sebuah satuan tuturan. Yang termasuk kata penuh adalah nomina, verba, adjektiva, kata keterangan, dan kata yang menyatakan mengenai bilangan (numeralia) seperti: makan (eat), sepatu (shoes), cantik (beautiful), sembilan (nine), dan lain-lain. 2) Kata tugas (function word), yaitu kata yang secara leksikal tidak mempunyai makna, tidak mengalami proses morfologi, merupakan kelas tertutup, dan tidak dapat berdiri sendiri. Yang termasuk kategori ini adalah preposisi (kata depan) da

10 2.5.2 Frasa Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif. Pendapat ini dikemukakan oleh Kridalaksana (2001:59). Contoh frasa dalam bahasa Inggris misalnya playing soccer (bermain sepak bola), a beautiful house (sebuah rumah yang baru), dan funny girl (perempuan yang lucu), dan lain-lain. Frasa dalam bahasa Inggris dibagi menjadi beberapa jenis, sesuai dengan komponen-komponen penyusun dan fungsinya, yaitu: 1) Frasa nomina, digunakan sebagai nomina dan salah satu fungsinya dalam kalimat adalah sebagai subjek. Contoh: She cooks the rice Dia memasak nasi 2) Frasa adjektiva, digunakan sebagai adjektiva yang menerangkan nomina. Contoh: Green is my favorite color Hijau adalah warna kesukaanku 3) Frasa adverbia, digunakan sebagai kata keterangan. Contoh: She speaks English very fluently. Dia berbicara bahasa Inggris dengan sangat lancar 4) Frasa verba, dalam kalimat berfungsi sebagai predikat. Frasa ini dapat berbentuk kelompok kata ataupun satu kata.

11 Contoh: My father and I smiled. Ayah saya dan saya tersenyum 5) Frasa preposisi, dalam kalimat berfungsi sebagai keterangan, ditandai dengan hadirnya preposisi sebagai unsur pembentuk frasa. Contoh: She stayed in the house last night Dia tinggal di rumah tadi malam Klausa Kridalaksana (2001:110) menyatakan bahwa klausa adalah satuan gramatikal berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri dari subjek dan predikat dan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat. Hal senada juga disampaikan oleh Chaer (1994:231) dengan mengatakan bahwa klausa sebagai satuan sintaksis yang berupa runtutan kata-kata berfungsi predikatif. Fungsi subjek dan predikat merupakan fungsi yang harus ada dalam konstruksi klausa. Ia juga mengemukakan bahwa klausa berpotensi untuk menjadi kalimat tunggal karena di dalamnya sudah ada fungsi sintaksis wajib, yaitu subjek dan predikat. Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa klausa adalah kumpulan kata-kata yang memiliki subjek dan predikat. Klausa dalam bahasa Inggris dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Main clause, yaitu klausa yang dapat berdiri sendiri dalam kalimat. Contoh:

12 The girl eats Anak perempuan tersebut makan S V S P 2. Subordinate clause, yaitu klausa yang hadir bersama main klausa untuk mengungkapkan ide tambahan. Klausa ini tidak bisa berdiri sendiri. Contoh: The girl who eats at the corner is my cousin subordinate clause main clause Anak perempuan yang makan diujung sana adalah saudara sepupu saya anak kalimat induk kalimat Kalimat Selanjutnya, Alwi, dkk (2000:311) mengatakan bahwa kalimat merupakan satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, memiliki pola intonasi final dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa. Alwi, dkk. membagi kalimat menjadi:

13 1) Kalimat Tunggal Menurut Alwi, dkk (2003:39) kalimat tunggal adalah kalimat yang proposinya satu sehingga predikatnya pun satu. Contoh Kalimat Tunggal She cooks in the kitchen dia memasak di dapur Contoh kalimat non inti I didn t eat meatball yesterday Saya tidak makan bakso kemarin 2) Kalimat majemuk Menurut Alwi, dkk ( 2003: 40), kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri lebih dari satu proposisi sehingga mempunyai paling tidak dua predikat yang tidak dapat dijadikan satu kesatuan. Karena sifat itu, maka kalimat majemuk selalu berwujud dua klausa atau lebih. Kalimat majemuk dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. a. Kalimat majemuk setara yaitu apabila kalimat itu menyatakan hubungan koordinatif (sejajar/setara). Kalimat majemuk setara gabungan konjungsinya adalah dan, atau, tetapi. Contoh kalimat majemuk setara dengan menggunakan konjungsi dan, atau dan tetapi. She eats and drinks in the kichen Dia makan dan minum di dapur

14 Contoh kalimat majemuk setara dengan menggunakan konjungsi atau He wants to go or stay in here dia ingin pergi atau tinggal di sini Contoh kalimat majemuk setara dengan menggunakan konjungsi tetapi I tried to speak Spanish, but my friend tried to speak English. Saya mencoba berbicara bahasa Spanyol, tetapi teman saya berusaha berbicara bahasa Inggris b. Kalimat majemuk bertingkat yaitu terdiri dari dua atau lebih subjek dan predikat. Berdasarkan jenis anak kalimatnya, kalimat majemuk bertingkat (KMB) dapat ditandai dengan kata keterangan waktu seperti: setelah, ketika, waktu, saat, setelah, sebelum, sesudah, sehabis, sejak, selesai, tatkala, sementara, seraya, selama, sampai. Contoh kalimat majemuk bertingkat We visited the museum before it closed Kami mengunjungi musium sebelum tutup 3) Kalimat Mayor dan Kalimat Minor Jika klausa pada satu kalimat lengkap, sekurang-kurangnya memiliki unsur subjek dan predikat, maka kalimat itu disebut kalimat mayor. Jika tidak lengkap, maka disebut kalimat minor.

15 Contoh kalimat mayor: I go to school every day Saya pergi ke sekolah setiap hari Contoh kalimat minor: No smoking! Jangan merokok! 4) Kalimat Verbal dan Kalimat Non verbal Kalimat verbal dibentuk dari klausa verbal atau kalimat yang predikatnya berupa verba atau frasa verba. Sedangkan kalimat non - verbal adalah kalimat yang predikatnya bukan kata atau frasa verbal. Karena banyaknya tipe verba, maka setiap bahasa mempunyai cara tersendiri untuk membentuk kalimat ini. Dalam bahasa Inggris dikenal adanya kalimat transitif dan intransitif, yang predikatnya berupa verba transitif atau intransitif. Contoh kalimat verbal transitif: He kicks the ball Dia menendang bola Contoh kalimat di atas merupakan kalimat transitif karena verba harus diikuti objek. Contoh kalimat verbal intransitif: You sleep Kamu tidur Contoh kalimat di atas merupakan kalimat intransitif karena setelah verba tidak diikuti objek.

16 Contoh kalimat non-verbal/nominal: My brother is clever Abang saya pintar Contoh di atas merupakan kalimat non-verbal atau kalimat nominal yang mana predikat clever bukan kata kerja melainkan adjektiva. 3. Kalimat aktif Hasan Alwi (1998:345) menyatakan bahwa kalimat aktif merupakan kalimat yang verba-nya transitif. Karena verba yang digunakan adalah transitif, maka paling tidak ada tiga unsur wajib di dalam kalimat, yakni subjek, predikat, dan objek. Verba transitif bentuk aktif yang dipakai dalam bahasa Indonesia adalah verba yang memakai prefiks me- dan ber-. Berikut ini adalah contoh penggunaan kalimat pasif. She sang a song BSa Dia menyanyikan sebuah lagu Hasan Alwi (2002:405) juga mengatakan bahwa kalimat aktif juga berawalan ke-, namun akhirannya tidak an. Apabila berakhiran an pada kata kerja (verba) tersebut merupakan nomina bukan kata kerja. Contoh kalimatnya: The man goes out Lelaki itu keluar

17 4. Kalimat pasif Hasan Alwi (1998:345) menyatakan bahwa kalimat pasif merupakan kalimat yang verba-nya memakai prefiks di- atau ter-. Sedangkan frase verba pasif dalam bahasa Inggris diawali dengan tobe dan diikuti oleh verba bentuk ketiga atau past participle, misalnya drunk, seen, dan watched atau disingkat tobe + third form (past participle). Berikut merupakan contohnya: Modern biotechnology can be built up because there are new discoveries in microbiology Bioteknologi modern dapat dikembangkan karena ada penemuan baru di bidang mikrobiologi 2.6 Parameter Penerjemahan yang Berkualitas Tidak semua hasil penerjemahan dapat berterima di masyarakat. Kebanyakan hasil penerjemahan hanya mengutamakan kuantitas bukan kualitas penerjemahan itu sendiri, (Nababan, et al. 2011: 44) penerjemahan yang berkualitas harus memenuhi tiga aspek yaitu:

18 1. Keakuratan Keakuratan merupakan istilah yang digunakan untuk menilai kualitas penerjemahan dengan melakukan pengevaluasian penerjemahan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah teks BSu dan teks BSa sudah sepadan atau belum (Hoed, 2006:52). Sementara itu, Machali (2000:110) menyatakan bahwa untuk mencapai kesepadanan makna antara BSu dan BSa selain melakukan transposisi penting juga dilihat dari aspek linguistik (struktur gramatikal), semantik, dan pragmatik. Jadi, keakuratan tidak hanya dilihat dari ketepatan pemilihan kata atau diksi, tetapi juga ketepatan gramatikal, kesepadanan makna, dan pragmatik. Berikut merupakan instrumen penilaian keakuratan terjemahan yang dapat dilihat pada tabel 2.1 Tabel 2.1 Instrumen Penilai Keakuratan Terjemahan Kategori Terjemahan Skor Parameter Kualitatif Akurat 3 Makna kata, istilah teknis, frasa, klausa, kalimat atau teks BSu dialihkan secara akurat ke dalam bahasa sasaran; sama sekali tidak terjadi distorsi makna Kurang akurat 2 Sebagian besar makna kata, istilah teknis, frasa, klausa, kalimat atau teks BSu sudah dialihkan secara akurat ke dalam bahasa sasaran. Namun, masih terdapat distorsi makna atau terjemahan makna ganda (taksa) atau ada makna yang dihilangkan, yang mengganggu keutuhan pesan. Tidak Akurat 1 Makna kata, istilah teknis, frasa, klausa, kalimat atau teks BSu dialihkan secara tidak akurat ke dalam bahasa sasaran atau dihilangkan (deleted). Sumber: Nababan (2012: 50)

19 2. Keberterimaan Keberterimaan berarti sebuah hasil penerjemahan terasa alamiah dan tidak kaku ketika dibaca. Keberterimaan dapat dicapai apabila suatu penerjemahan sudah dialihkan sesuai dengan kaidah-kaidah, norma-norma dan budaya yang berlaku ke dalam BSa. Hal ini menjadikan keberterimaan merupakan salah satu faktor penting dalam proses penerjemahan. Walaupun sebuah hasil penerjemahan telah akurat dari segi isi dan pesannya, namun apabila cara pengungkapannya tidak sesuai dengan kaidah-kaidah, norma dan budaya BSa, hasil penerjemahan belum dikategorikan berterima. Selain itu konsep keberterimaan juga mengacu kepada menghindari penggunaan kata-kata yang kurang lazim dibaca atau didengar oleh pembaca sasaran maka terjemahan tersebut tidak memenuhi konsep keberterimaan suatu terjemahan. Berikut merupakan instrumen penilaian keberterimaan terjemahan yang dapat dilihat pada tabel 2.2 Tabel 2.2 Instrumen Penilai Keberterimaan Terjemahan Kategori Terjemahan Skor Parameter Kualitatif Berterima 3 Terjemahan terasa alamiah; istilah teknis yang digunakan lazim digunakan dan akrab bagi pembaca; frasa, klausa dan kalimat yang digunakan sudah sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia Kurang Berterima 2 Pada umumnya terjemahan sudah terasa alamiah; namun ada sedikit masalah pada penggunaan istilah teknis atau terjadi sedikit kesalahan gramatikal. Tidak Berterima 1 Terjemahan tidak alamiah atau terasa seperti karya terjemahan; istilah teknis yang digunakan tidak lazim digunakan dan tidak akrab bagi pembaca; frasa, klausa dan kalimat yang digunakan tidak

20 sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia Sumber: Nababan (2012:51) 3. Keterbacaan Keterbacaan dapat mengacu apakah teks BSa dapat dipahami dan dimengerti oleh si pembaca. Nababan (1999:64:71) juga menambahkan bahwa ada beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi keterbacaan teks terjemahan, antara lain; a) penggunaan kata-kata baru, b) penggunaan kata asing atau daerah, c) penggunaan kata taksa, d) penggunaan kalimat tidak lengkap, e) panjang rata-rata kalimat, f) penggunaan kalimat kompleks, dan f) alur pikiran yang tidak runtut dan tidak logis. Selain faktor-faktor tersebut, isi teks, rupa tulisan dan kemampuan pembaca atau penerjemah juga berperan dalam menentukan tingkat keterbacaan teks. Berikut merupakan instrumen penilaian keterbacaan terjemahan yang dapat dilihat pada tabel 2.3 Tabel 2.3 Instrumen penilai Keterbacaan Terjemahan Kategori Terjemahan Skor Parameter Kualitatif Tingkat Keterbacaan Tinggi Tingkat Keterbacaan Sedang Tingkat Keterbacaan Rendah 3 Kata, istilah teknis, frasa, klausa, kalimat atau teks terjemahan dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca. 2 Pada umumnya terjemahan dapat dipahami oleh pembaca; namun ada bagian tertentu yang harus dibaca lebih dari satu kali untuk memahami terjemahan. 1 Terjemahan sulit dipahami oleh pembaca Sumber: Nababan (2012:51)

21 2.7 Penelitian Relevan Penelitian-penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini adalah: 1. Risnawaty (2011) dalam penelitiannya berjudul Pergeseran Makna Tekstual dalam Terjemahan Teks Popular See You at The Top membahas tentang analisis pergeseran makna tekstual yang terdapat dalam sebuah buku teks dengan judul See you at the Top dan versi terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Teori yang digunakan untuk menganalisis makna tekstual terjemahan novel tersebut adalah teori Halliday (1994, 2004) dan Hasan (1980) yang secara khusus menganalisis hubungan tema-rema dan kohesi. Kemudian teori Larson (1984) dan Zellermeyer (1987) secara khusus menganalisis pergeseran dalam penerjemahan. Metode riset yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif dengan mengadopsi usulan Miles dan Huberman (1994) khususnya dalam tahapan dalam penganalisaan data. Aspek-aspek yang dianalisis adalah pergeseran dalam bidang (1) kohesi gramatikal dan bandingannya; (2) kohesi leksikal terutama yang berkaitan dengan (i) sinonim; (ii) kolokasi; (iii) meronim; (iv) hyponim; (3) Transposisi, (4) konjungsi (5) rema-rema. Disamping itu, dampak dari pergeseran dalam penerjemahan, khususnya ekivalensi, perluasaan medan makna, penyempitan makna, dan penilaian hasil penerjemahan. Terdapat 10 pergeseran makna tekstual, terutama sekali dalam (1) makna tunggal dalam BSu menjadi makna tunggal juga dalam BT, (2) penggantian pengulangan adjektiva dalam BSu dan BSa, (3) penggantian ellipsis, (4)

22 penggantian substitusi, (5) penggantian refren dan penambahan (addition); (6) penggantian dalam aspek kohesi meliputi (i) sinonim; (ii) antonim; (iii) kolokasi; (iv) meronim, (v) hiponim, (vi) pergeseran transposisi; (8) pergeseran struktural; (9) pergeseran konjungsi; dan (10) pergeseran dalam tema-rema. Ada 3 faktor semantik, (3) faktor linguistik. Pergeseran dalam perbedaan leksikon gramatikal dan ellipsis sekitar 367 dan dari penambahan (addition) sekitar 712; dan substitusi sekitar 65.Sebagai simpulan bahwa unsur-unsur penambahan lebih mendominasi pergeseran makna tekstual. Dari penjelasan di atas, penelitian Risnawaty memiliki persamaan dengan penelitian ini karena membahas transposisi. Perbedaannya penelitian Risnawaty menggunakan teori Halliday, sedangkan penelitian sipenulis menggunakan teori Catford. 2 Nurhayuna (2013) dalam penelitiannya berjudul Teknik, Pergeseran dan Tingkat Keterbacaan Terjemahan Buku Bilingual Kumpulan Cerita Kasih Ibu I love You Mom. Penelitian ini adalah penelitian tentang jenis-jenis teknik penerjemahan, pergeseran dan keterbacaan pada terjemahan buku bilingual cerita anak. Tujuan penelitian ini adalah 1) mengindetifikasi teknik-teknik penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah, 2) mengidentifikasi pergeseran yang terjadi pada terjemahan cerita anak, 3) mengukur tingkat keterbacaan terjemahan, yang tujuannya untuk membuktikan bahwa peranan terjemahan teks cerita anak terhadap media belajar bahasa asing dapat dilihat dari keberhasilan suatu proses

23 penerjemahan yang berdasarkan tujuan terjemahan sehingga hasilnya merefleksikan kebutuhan orang yang memerlukannya. Metode penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriftif atas data terpancang merujuk pada teori analisis data kualitatif Miles and Huberman melalui tahap pengumpulan data, penyajian data, reduksi dan verifikasi atau kesimpulan. Sumber data penelitian ini adalah buku bilingual kumpulan cerita kasih ibu I Love You Mom dan untuk menilai tingkat keterbacaan terjemahan buku bilingual cerita anak, penulis meminta 21 siswa yang duduk di kelas VIII sekolah menengah pertama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat delapan (8) teknik penerjemahan yang digunakan berdasarkan teori Molina dan Albir, di antaranya adalah 1) transposisi sebanyak 102 data (26,4%), 2) modulasi sebanyak 94 data (24,4%), 3) kompensasi sebanyak 68 data (17,6%), 4) literal sebanyak 54 data (12%), 5) penghilangan sebanyak 29 data (7,5%), 6) penambahan sebanyak 28 data (7,25%),7) borrowing sebanyak 10 data (2,6%). Dan diklasifikasikan pada Peminjaman murni 3 data (0,77 %), peminjaman alamiah sebanyak 7 data (1,8). 8) Kesepadanan Lazim 1 data (0,25). Sementara transposisi yang terjadi dalam proses penerjemahan teks cerita anak adalah 1) structure shift sebanyak 88 data (86,3%), 2) Unit shift sebanyak 11 data (10,8%) dan Class shift sebanyak 3 data (2,9%). Dalam proses analisis teknik dan pergeseran pada penelitian ini, diperoleh tingkat keterbacaan tinggi sebanyak 369 data (95,5%) dan tingkat keterbacaan rendah sebanyak 17 data (4,4%).

24 Dari penjelasan di atas, persamaan penelitian Nurhayuna dengan penelitian ini adalah pada penelitian ini juga membahas mengenai transposisi berupa structure shift, unit shift, dan class shift seperti penjelasan sebelumnya. Kemudian, Pada penelitian Nurhayuna menggunakan teori Molina dan Albir, sedangkan penelitian ini menggunakan teori Catford. 3 Susilawati (2010) dalam penelitiannya berjudul Analisis Transposisi dan Modulasi pada Terjemahan Petunjuk Pemakaian Produk Produk Oriflame. Penelitian ini mengindentifikasi bentuk transposisi dan modulasi yang terdapat pada terjemahan petunjuk pemakaian produk-produk Oriflame terhadap kualitas terjemahan dalam hal keakuratan dan kebeterimaan. Dalam penelitian ini menunjukan bahwa dari 172 data yang diteliti terdapat 64% data yang dikategorikan sebagai transposisi akurat. Dinilai dari sisi kebeterimaan, sebanyak 72,2% dinilai sebagai transposisi berterima. Sementara itu hasil penelitian terhadap penilaian bentuk-bentuk modulasi tercatat 62,8% data yang dinilai akurat dan hasil keberterimaan bentuk modulasi adalah 78,5% data dikategorikan modulasi berterima. Dari penjelasan di atas, persamaan penelitian Susilawati dengan penelitian ini adalah sama-sama penelitian ini membahas mengenai transposisi yang mengacu pada tataran kata, frasa, klausa dan kalimat. Perbedaan penelitian Susilawati dengan penelitian ini adalah penelitian ini menggunakan teori Rochayah Machali sebagai pisau bedah dalam penelitian tersebut, sedangkan penelitian ini menggunakan teori Catford.

25 4 Munif (2010) dalam penelitiannya berjudul Pergeseran Dalam Penerjemahan Klausa pasif Dari Novel The Lord Of The Rings : The Return Of The King Karya JRR Tolkien oleh Gita Yuliani K. Penelitian ini mendeskripsikan jenis-jenis transposisi dan mengetahui ketepatan penerjemahan klausa pasif dari novel tersebut. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut; 1) bentuk-bentuk pergeseran dalam penerjemahan klausa pasif meliputi; transposisi unit shift ada 12 data (14%), transposisi structure shift ada 43 data (60%). Dari penjelasan di atas, persamaan penelitian Munif dengan penelitian ini adalah penelitian berfokus pada transposisi yaitu yang spesifiknya pada structure shift. Perbedaan penelitian Munif dengan penelitian ini adalah di dalam penelitian ini membahas transposisi tidak hanya mengacu pada transposisi structure shift, tetapi juga membahas transposisi unit shift, class shift, dan intra system shift. 5. Akiriningsih (2012) dalam penelitiannya berjudul Analisis Transposisi pada buku Buku Psychology of Tourism. Pada penelitian ini membahas transposisi yang hanya berfokus kepada structure shift dan class shift. Data pada penelitian ini terdiri dari 150 data, terdapat 123 (82%) data class shift dan sisanya sebanyak 27 (18%) data unit shift. Dalam hal tingkat keakuratan, diperoleh 126 data (84%) dengan kategori akurat, 22 data (14,67%) dengan kategori kurang akurat, dan 2 data (1,33%) dengan kategori tidak akurat. Tingkat keberterimaan, diperoleh 124 data (82,67%)

26 dengan kategori berterima, 20 data (13,33%) dengan kategori kurang berterima, dan 6 data (4%) dengan kategori tidak berterima, sedangkan untuk tingkat keterbacaan diperoleh 145 data (96,67%) dengan kategori keterbacaan tinggi dan sisanya 5 data (3,33%) dengan kategori keterbacaan sedang. Dari penjelasan di atas, persamaan penelitian ini dengan penelitian sipenulis adalah keduanya berfokus pada transposisi yaitu structure shift, class shift dan juga menggunakan teori yang sama yang dikemukakan oleh Catford. Perbedaan penelitian Akiriningsih dengan penelitian ini adalah penelitian ini membahas 4 transposisi yang tidak hanya mengacu pada transposisi structure shift, class shift, tetapi juga membahas transposisi unit shift, dan intra system shift. 6. Yuliana (2006) dalam penelitiannya berjudul Analisis Transposisi pada terjemahan Harry Potter dan Pangeran berdarah campuran. Pada penelitian ini membahas transposisi yaitu structure shift,class shift, unit shift dan intra system shift. Transposisi pada penelitian ini mempunyai peran yang sangat penting dalam penerjemahan karena bahasa sumber sering kali mempunyai struktur yang berbeda dari struktur bahasa sasaran. Dengan menggunakan transposisi, maka penerjemah bisa menyesuaikan terjemahan dalam BSa dengan lebih luwes dan mudah untuk dibaca. Tanpa menggunakan transposisi, suatu terjemahan akan terasa kaku dan bahkan bisa tidak memiliki makna karena struktur yang tidak disesuaikan dengan

27 bahasa sasaran akan sangat membingungkan bagi para pembacanya. Tujuan penulisan thesis ini adalah untuk menjabarkan penggunaan transposisi dalam proses penerjemahan khususnya dalam penerjemahan novel Harry Potter and the Half-Blood Prince ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Harry Potter dan Pangeran Berdarah-Campuran. Dalam penelitian ini ingin mengetahui kapan penerjemah harus menggunakan transposisi dan kapan penerjemah tidak perlu menggunakan transposisi. Adapun metode yang digunakan yaitu untuk mendapatkan data dengan metode random dan purposive. Dari analisa yang dilakukan pada thesis ini ada beberapa kesimpulan, antara lain: 1) Transposisi dilakukan karena adanya perbedaan struktur bahasa. 2) Penerjemah melakukan transposisi semata-mata untuk mendapatkan terjemahan yang se-natural mungkin. 3) Dari 24 data, terdapat 9 data yang menggunakan transposisi intra system shift, 3 data yang menggunakan transposisi structure shift, 6 data menggunakan transposisi class shift, dan 19 data menggunakan transposisi tingkatan (unit shift). Dari penjelasan di atas, persamaan penelitian Yuliana dengan penelitian ini adalah pada penelitian ini sama-sama membahas transposisi yaitu transposisi structure shift, class shift, unit shift, dan intra system shift. Perbedaan penelitian Yuliana dengan penelitian ini adalah Yuliana membahas kajian sastra novel sedangkan penelitian ini membahas buku biologi.

28 7. Silalahi (2009) dalam penelitiannya berjudul Dampak Teknik, dan Ideologi Penerjemahan pada Kualitas Terjemahan Teks Medical-Surgical Nursing dalam Bahasa Indonesia. Pada penelitian Silalahi membahas kualitas terjemahan pada buku teks medical surgical nursing yang didapatkan hasil penelitiannya 338 (64,75%) diterjemahkan secara akurat, 136 (26,05%) kurang akurat, dan 48 (9,20%) tidak akurat. Dari aspek keberterimaannya, 396 (75,86%) berterima, 91 (17,44%) kurang berterima dan 35 (6,70%) tidak berterima. Sementara itu, 493 (96,29%) data sasaran mempunyai tingkat keterbacaan tinggi dan 19 (3,71%) mempunyai tingkat keterbacaan sedang. Dari penjelasan di atas, persamaan penelitian Silalahi dengan penelitian ini adalah penulis sama-sama mengadopsi instrumen kualitas terjemahan yang mencakup keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan. Perbedaan penelitian Silalahi dengan penelitian ini adalah pada penelitian ini tidak membahas teknik dan ideologi terjemahan.

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015 SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara verbal. Tentunya ilmu bahasa atau sering disebut linguistik memiliki cabangcabang ilmu bahasa,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini, penulis akan memberikan kesimpulan serta saran berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab sebelumnya. 5.1 Kesimpulan 5.1.1

Lebih terperinci

Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta

Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta KAJIAN TERJEMAHAN KALIMAT YANG MEREPRESENTASIKAN TUTURAN PELANGGARAN MAKSIM PADA SUBTITLE FILM THE QUEEN (KAJIAN TERJEMAHAN DENGAN PENDEKATAN PRAGMATIK) Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bahasa memiliki peranan penting dalam hal berkomunikasi. Fungsi penting dari bahasa adalah menyampaikan pesan dengan baik secara verbal atau tulisan. Pesan yang disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era kemajuan teknologi dewasa ini semakin banyak terjemahan bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks bahasa sumber (TSu) ke dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan adalah pengalihan makna dari bahasa sumber (BS) ke bahasa target (BT) dan makna BS harus dapat dipertahankan sehingga tidak terjadi pergeseran makna pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan warna kulit, ras, agama, bangsa dan negara. Bahasa merupakan perwujudan suatu konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kekuatan imaginasi. Fungsi imaginative bahasa biasanya digunakan pada

BAB I PENDAHULUAN. pada kekuatan imaginasi. Fungsi imaginative bahasa biasanya digunakan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu fungsi bahasa menurut Halliday (1978:21) adalah fungsi imaginative, yaitu bahasa digunakan untuk melahirkan karya sastra yang berbasis pada kekuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik sistemik fungsional berperan penting memberikan kontribusi dalam fungsi kebahasaan yang mencakup

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Verba Aksi Verba aksi adalah kata kerja yang menyatakan perbuatan atau tindakan, atau yang menyatakan perbuatan, tindakan, gerak, keadaan dan terjadinya sesuatu (Keraf,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam menggunakan bahasa saat berkomunikasi baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Di dalam berbahasa,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Bogdan and

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Bogdan and BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Bogdan and Taylor (1975) menjelaskan definisi metode kualitatif yaitu: qualitative methodologies

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah memberi banyak definisi tentang penerjemahan, diantaranya: (1) bidang ilmu secara umum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau sebuah konstruksi tata bahasa yang terdiri atas dua kata atau lebih.

BAB I PENDAHULUAN. atau sebuah konstruksi tata bahasa yang terdiri atas dua kata atau lebih. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Struktur bahasa terdiri atas beberapa tingkatan yaitu kata, frasa, klausa dan kalimat. Frasa merupakan satuan sintaksis yang satu tingkat berada di bawah satuan klausa,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian penerjemahan yang bersifat deskriptif-kualitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian penerjemahan yang bersifat deskriptif-kualitatif BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian penerjemahan yang bersifat deskriptif-kualitatif dengan studi kasus terpancang. Penelitian ini disebut penelitian kualitatif

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR FRASA NOMINA DALAM LAGU ANAK PELANGI-PELANGI DAN PENERJEMAHAN BAHASA INGGRISNYA, RAINBOWS

ANALISIS STRUKTUR FRASA NOMINA DALAM LAGU ANAK PELANGI-PELANGI DAN PENERJEMAHAN BAHASA INGGRISNYA, RAINBOWS Linguistika Akademia Vol.2, No.2, 2013, pp. 169~182 ISSN: 2089-3884 ANALISIS STRUKTUR FRASA NOMINA DALAM LAGU ANAK PELANGI-PELANGI DAN PENERJEMAHAN BAHASA INGGRISNYA, RAINBOWS Mohammad Khoir e-mail: choir_yan@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan kalimat pada suatu karya tulis biasanya diterjemahkan secara

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan kalimat pada suatu karya tulis biasanya diterjemahkan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan kalimat pada suatu karya tulis biasanya diterjemahkan secara semantik atau pragmatik. Kajian makna bahasa seharusnya tidak terlepas dari konteks mengingat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dirasakannya melalui hasil karya tulisnya kepada para pembacanya. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. yang dirasakannya melalui hasil karya tulisnya kepada para pembacanya. Banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komik merupakan salah satu karya sastra. Dengan membaca karya sastra termasuk melakukan proses komunikasi antara pengarang dengan pembaca. Pengarang komik ingin menyampaikan

Lebih terperinci

PERGESERAN BENTUK DALAM TERJEMAHAN ARTIKEL DI MAJALAH KANGGURU INDONESIA

PERGESERAN BENTUK DALAM TERJEMAHAN ARTIKEL DI MAJALAH KANGGURU INDONESIA PERGESERAN BENTUK DALAM TERJEMAHAN ARTIKEL DI MAJALAH KANGGURU INDONESIA Dewi Nurmala 1, Alfitriana Purba 2 1,2 Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah Medan Jl. Garu II No. 93 Medan Sumatera Utara email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan pesan secara tertulis dari teks suatu

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan pesan secara tertulis dari teks suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan pesan secara tertulis dari teks suatu bahasa ke bahasa yang lain. Teks yang diterjemahkan disebut Teks Sumber (Tsu) dan bahasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dalam bidang linguistik berkaitan dengan bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis memiliki hubungan dengan tataran gramatikal. Tataran gramatikal

Lebih terperinci

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS SINTAKSIS Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. A. STRUKTUR SINTAKSIS Untuk memahami struktur sintaksis, terlebih dahulu kita harus Mengetahui fungsi,

Lebih terperinci

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) PERILAKU BENTUK VERBA DALAM KALIMAT BAHASA INDONESIA TULIS SISWA SEKOLAH ARUNSAT VITAYA, PATTANI, THAILAND

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Era globalisasi saat ini yang bercirikan keterbukaaan, persaingan, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Era globalisasi saat ini yang bercirikan keterbukaaan, persaingan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi saat ini yang bercirikan keterbukaaan, persaingan, dan kesalingtergantungan antar bangsa serta derasnya arus informasi yang menembus batas-batas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan seharihari. Ketika berbahasa ada bentuk nyata dari pikiran yang ingin disampaikan kepada mitra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengusung permasalahan keilmuan. Materi yang dituangkan dalam tulisan ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. mengusung permasalahan keilmuan. Materi yang dituangkan dalam tulisan ilmiah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya ilmiah adalah karangan yang berisi gagasan ilmiah yang disajikan secara ilmiah serta menggunakan bentuk dan bahasa ilmiah. Karya tulis ilmiah mengusung permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi dengan sesamanya memerlukan sarana untuk menyampaikan kehendaknya. Salah satu sarana komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan lain. Manusia memiliki keinginan atau hasrat untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kenali adalah surat perjanjian, sertifikat, buku ilmu pengetahuan bidang hukum

BAB 1 PENDAHULUAN. kenali adalah surat perjanjian, sertifikat, buku ilmu pengetahuan bidang hukum BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teks hukum merupakan jenis teks yang bersifat sangat formal dan sangat terstruktur. Teks hukum ini sangat beragam macamnya, yang paling mudah kita kenali adalah surat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan.

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan. BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan. 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau lebih, tetapi Murcia dan Freeman (1999:83) dalam bukunya The Grammar

BAB I PENDAHULUAN. atau lebih, tetapi Murcia dan Freeman (1999:83) dalam bukunya The Grammar BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pada umumnya frasa merupakan kelompok kata atau gabungan dua kata atau lebih, tetapi Murcia dan Freeman (1999:83) dalam bukunya The Grammar Book: an ESL/ EFL- Teacher

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk,

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mempelajari bahasa Inggris terutama yang berkenaan dengan makna yang terkandung dalam setiap unsur suatu bahasa, semantik merupakan ilmu yang menjadi pengukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah ciri utama manusia dan merupakan alat komunikasi paling

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah ciri utama manusia dan merupakan alat komunikasi paling 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah ciri utama manusia dan merupakan alat komunikasi paling penting dalam kehidupan manusia. Manusia dapat mengungkapkan buah pikirannya, perasaannya,

Lebih terperinci

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Nama : Khoirudin A. Fauzi NIM : 1402408313 BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Pada bab terdahulu disebutkan bahwa morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini menarik minat pemerhati bahasa khususnya di bidang penerjemahan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini menarik minat pemerhati bahasa khususnya di bidang penerjemahan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan adanya festival film yang memberikan penghargaan untuk kategori film bahasa asing terbaik dapat menambah manfaat pemakaian lebih dari satu bahasa dalam sebuah

Lebih terperinci

BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE

BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE 4.1 Pengantar Bagian ini akan membicarakan analisis unsur-unsur bahasa Inggris yang masuk ke dalam campur kode dan membahas hasilnya. Analisis

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORETIS

BAB 2 LANDASAN TEORETIS BAB 2 LANDASAN TEORETIS 2.1 Kerangka Acuan Teoretis Penelitian ini memanfaatkan pendapat para ahli di bidangnya. Bidang yang terdapat pada penelitian ini antara lain adalah sintaksis pada fungsi dan peran.

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat

II. KAJIAN PUSTAKA. mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat 9 II. KAJIAN PUSTAKA A. Kalimat Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat ditandai dengan nada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, menyatakan makna yang lengkap dan mengungkapkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, menyatakan makna yang lengkap dan mengungkapkan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalimat adalah gabungan dari beberapa kata yang dapat berdiri sendiri, menyatakan makna yang lengkap dan mengungkapkan suatu maksud dari pembicara. Secara tertulis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Kridalaksana, 1982: 17). Dalam ilmu pengetahuan, bahasa merupakan objek

BAB I PENDAHULUAN. (Kridalaksana, 1982: 17). Dalam ilmu pengetahuan, bahasa merupakan objek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sistem lambang yang arbitrer yang dipergunakan oleh suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Struktur adalah perangkat unsur yang di antaranya ada hubungan yang bersifat ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI Tinjauan pustaka memaparkan lebih lanjut tentang penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Selain itu, dipaparkan konsep

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II,

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II, 654 BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II, uji lapangan, dan temuan-temuan penelitian, ada beberapa hal yang dapat

Lebih terperinci

TATARAN LINGUISTIK (3):

TATARAN LINGUISTIK (3): TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS 6(0) Sebelumnya kita membahas istilah morfosintaksis. morfosintaksis adalah gabungan kata dari morfologi dan sintaksis. morfologi pengertiannya membicarakan sruktur internal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan

BAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Analisis kalimat dapat dilakukan pada tiga tataran fungsi, yaitu fungsi sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan gramatikal antara

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Penerjemahan teks, buku-buku dan informasi lain ke dalam bahasa Inggris

Bab I PENDAHULUAN. Penerjemahan teks, buku-buku dan informasi lain ke dalam bahasa Inggris Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan teks, buku-buku dan informasi lain ke dalam bahasa Inggris telah dilakukan oleh praktisi atau pakar-pakar terjemahan untuk penyebaran informasi dari satu

Lebih terperinci

anak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D

anak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D Sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang mempelajari proses pembentukan kalimat, atau yang menganalisis kalimat atas bagian-bagiannya. Kalimat ialah kesatuan bahasa atau ujaran yang berupa kata atau

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Pada bab ini akan dijabarkan pendapat para ahli sehubungan dengan topik penelitian. Mengenai alat-alat kohesi, penulis menggunakan pendapat M.A.K. Halliday dan Ruqaiya

Lebih terperinci

BAB 6 PENUTUP. Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan

BAB 6 PENUTUP. Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan 192 BAB 6 PENUTUP Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan kewajaran (Larson, 1989:53). Ketepatan berarti bahwa terjemahan harus menyampaikan pesan sesuai dengan yang

Lebih terperinci

Unsur Kalimat. Kenapa kalimat (SPOPK) menjadi kajian dalam penulisan ilmiah? 29/02/2012 KALIMAT?

Unsur Kalimat. Kenapa kalimat (SPOPK) menjadi kajian dalam penulisan ilmiah? 29/02/2012 KALIMAT? KALIMAT? Kalimat merupakan bentuk bahasa atau wacana yang digunakan sebagai sarana untuk menuangkan dan menyusun gagasan secara terbuka agar dapat dikomunikasikan kepada orang lain (Mustakim, 1994). Kalimat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lapisan bentuk dan lapisan arti (Ramlan, 1985: 48). Lapisan bentuk ini terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. lapisan bentuk dan lapisan arti (Ramlan, 1985: 48). Lapisan bentuk ini terdiri dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu media yang paling penting dalam berkomunikasi dan menyampaikan informasi. Bahasa terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan bentuk dan lapisan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi leksikal yang terdapat dalam wacana naratif bahasa Indonesia. Berdasarkan teori Halliday dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terjemahan (science of translation). Namun, kata ilmu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terjemahan (science of translation). Namun, kata ilmu BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Terjemahan dan Jenis Terjemahan 2.1.1 Hakikat Terjemahan Dalam literatur linguistik, teori terjemahan sering juga disebut ilmu terjemahan (science of translation). Namun,

Lebih terperinci

FUNGSI KETERANGAN DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT DALAM KOMPAS MINGGU

FUNGSI KETERANGAN DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT DALAM KOMPAS MINGGU Fungsi eterangan dalam alimat Majemuk Bertingkat dalam ompas Minggu FUNGSI ETERANGAN DALAM ALIMAT MAJEMU BERTINGAT DALAM OMPAS MINGGU TRULI ANJAR YANTI Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerima dan bahasa menjadi media dalam penyampaian informasi tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. penerima dan bahasa menjadi media dalam penyampaian informasi tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Komunikasi menjadi tali penghubung dalam hubungan antar manusia. Dalam berkomunikasi, dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB 6 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS

BAB 6 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS BAB 6 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS Sintaksis adalah bidang tataran linguistic yang secara tradisional disebut tata bahasa atau gramatika. Sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti

Lebih terperinci

SEKOLAH PASCASARJANA PROGRAM DOKTOR LINGUISTIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2011

SEKOLAH PASCASARJANA PROGRAM DOKTOR LINGUISTIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2011 PERGESERAN MAKNA TEKSTUAL DALAM TERJEMAHAN TEKS POPULER SEE YOU AT THE TOP (Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia) DISERTASI Untuk Memperoleh Gelar Doktor dalam Ilmu Linguistik Pada Sekolah Pascasarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak. kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak. kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berkomunikasi antar manusia dibutuhkan bahasa yang disepakati oleh pengguna bahasa itu sendiri. Bahasa mempunyai keterikatan dan keterkaitan dalam kehidupan manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sasaran (selanjutnya disingkat Bsa) se-alami mungkin baik secara arti dan secara

BAB I PENDAHULUAN. sasaran (selanjutnya disingkat Bsa) se-alami mungkin baik secara arti dan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perbedaan bahasa sudah tidak lagi menjadi hambatan untuk mendapatkan informasi dari berbagai belahan dunia. Tuntutan mendapatkan informasi inilah yang memunculkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak 9 BAB II KAJIAN TEORI Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak bahasa. Chaer (2003: 65) menyatakan bahwa akibat dari kontak bahasa dapat tampak dalam kasus seperti interferensi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah lepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN. NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013

ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN. NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013 ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI LIFATATI ASRINA A 310 090 168 PENDIDIKAN BAHASA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesalahan berbahasa ini tidak hanya terjadi pada orang-orang awam yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi tertentu, tetapi sering

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Sinonim Secara etimologi kata sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim berarti nama lain

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 109 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan dipaparkan tentang simpulan dan saran yang didapat setelah melakukan analisis data berupa majas ironi dan sarkasme dalam novel The Return of Sherlock Holmes dan

Lebih terperinci

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA Tata bentukan dan tata istilah berkenaan dengan kaidah pembentukan kata dan kaidah pembentukan istilah. Pembentukan kata berkenaan dengan salah satu cabang linguistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi atau berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa sangat

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi atau berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang digunakan untuk berkomunikasi atau berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa sangat beranekaragam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang penerjemah karya sastra selain harus menguasai aspek-aspek kebahasaan antara

BAB I PENDAHULUAN. Seorang penerjemah karya sastra selain harus menguasai aspek-aspek kebahasaan antara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan karya sastra bukanlah pekerjaan yang mudah dilakukan. Karena kegiatan ini tidak hanya melibatkan bahasa, tetapi juga menyangkut masalah budaya. Seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah aspek penting dalam interaksi manusia. Ini berarti

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah aspek penting dalam interaksi manusia. Ini berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi adalah aspek penting dalam interaksi manusia. Ini berarti komunikasi adalah sebuah proses interaksi untuk berhubungan dari satu pihak ke pihak lainnya. Melalui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam teks yang sepadan dengan bahasa sasaran. Munday (2001) mendefinisikan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam teks yang sepadan dengan bahasa sasaran. Munday (2001) mendefinisikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan merupakan upaya untuk mengganti teks bahasa sumber ke dalam teks yang sepadan dengan bahasa sasaran. Munday (2001) mendefinisikan penerjemahan as changing

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode penelitian deskriptif analitik. Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sepanjang hidupnya, manusia tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi tersebut, manusia memerlukan sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

MODUL 4. Kalimat Efektif Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK

MODUL 4. Kalimat Efektif Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK MODUL 4 Kalimat Efektif Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK Modul 4 memuat materi kalimat efektif. Kalimat efektif adalah materi lanjutan dari modul sebelumnya, yaitu tata kalimat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen

Lebih terperinci

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia VERBA PREDIKAT BAHASA REMAJA DALAM MAJALAH REMAJA Renadini Nurfitri Abstrak. Bahasa remaja dapat dteliti berdasarkan aspek kebahasaannya, salah satunya adalah mengenai verba. Verba sangat identik dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Banyak sekali cara untuk berkomunikasi. Bentuk komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Banyak sekali cara untuk berkomunikasi. Bentuk komunikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sebuah alat komunikasi yang vital. Bahasa digunakan untuk menyampaikan informasi, mengajak, menciptakan dan memelihara suatu hubungan dengan orang

Lebih terperinci

BAB 6 SINTAKSIS. Nama : CANDRA JULIANSYAH NIM :

BAB 6 SINTAKSIS. Nama : CANDRA JULIANSYAH NIM : Nama : CANDRA JULIANSYAH NIM : 1402408239 BAB 6 SINTAKSIS Sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti dengan dan kata tattein yang berarti menempatkan. Secara etimologi sintaksis berarti

Lebih terperinci

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat KELOMPOK 5 MATA KULIAH: BAHASA INDONESIA Menu KALIMAT Oleh: A. SK dan KD B. Pengantar C. Satuan Pembentuk Bahasa D. Pengertian E. Karakteristik F. Unsur G. 5 Pola Dasar H. Ditinjau Dari Segi I. Menurut

Lebih terperinci

Lesson 22: Why. Pelajaran 22: Mengapa

Lesson 22: Why. Pelajaran 22: Mengapa Lesson 22: Why Pelajaran 22: Mengapa Reading (Membaca) Why are you tired? (Mengapa kamu lelah?) Why is your boss angry? (Mengapa bosmu marah?) Why was he late? (Kenapa dia terlambat?) Why did she go there?

Lebih terperinci

BAB VI KESALAHAN KESALAHAN SISWA DALAM MEMBUAT KALIMAT SEDERHANA

BAB VI KESALAHAN KESALAHAN SISWA DALAM MEMBUAT KALIMAT SEDERHANA 108 BAB VI KESALAHAN KESALAHAN SISWA DALAM MEMBUAT KALIMAT SEDERHANA 6.1 Kalimat Sederhana Siswa sekolah dasar dalam mempelajari bahasa Inggris selain mendengarkan, dan berbicara, siswa juga dituntut untuk

Lebih terperinci

Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar

Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar Wayan Yuni Antari 1*, Made Sri Satyawati 2, I Wayan Teguh 3 [123] Program Studi Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6

04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6 Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT Pertemuan 6 1 Bahasan Identifikasi Aktualisasi Unsur-unsur Struktur Pengembangan Identifikasi Kalimat ialah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan memberikan penguasaan lisan dan tertulis kepada para pembelajar

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan memberikan penguasaan lisan dan tertulis kepada para pembelajar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) dimaksudkan untuk memperkenalkan bahasa Indonesia kepada para penutur asing untuk berbagai

Lebih terperinci

PENGANTAR PENGERTIAN IDIOM

PENGANTAR PENGERTIAN IDIOM PENGANTAR Dalam sebuah bahasa pastilah penuturnya mempunyai ungkapan-ungkapan tertentu untuk menunjukkan sebuah hal. Sesuatu tidaklah selalu diungkapkan secara denotatif atau terang-terangan tetapi bisa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan data-data yang dikumpulkan baik berupa penelitian, jurnal

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan data-data yang dikumpulkan baik berupa penelitian, jurnal BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data-data yang dikumpulkan baik berupa penelitian, jurnal maupun hasil penelitian lainnya, ditemukan beberapa penelitian

Lebih terperinci

1. KALIMAT. 1. Satuan bahasa berupa kata/rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. 2. Memiliki intonasi final.

1. KALIMAT. 1. Satuan bahasa berupa kata/rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. 2. Memiliki intonasi final. 1. KALIMAT 1. Satuan bahasa berupa kata/rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. 2. Memiliki intonasi final. Perbedaan kalimat dan klausa Klausa : gabungan kata yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun tulisan. Bahasa juga memegang peranan penting dalam kehidupan sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun tulisan. Bahasa juga memegang peranan penting dalam kehidupan sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki kedudukan sebagai penunjang aktualisasi pesan, ide, gagasan, nilai, dan tingkah laku manusia, baik dituangkan dalam bentuk lisan maupun tulisan. Bahasa

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

PENINGKATAN PROFESIONALISME WIDYAISWARA MELALUI PENGENALAN TEORI PENERJEMAHAN TEKS BAHASA INGGRIS (SEBUAH KAJIAN TEORITIS)

PENINGKATAN PROFESIONALISME WIDYAISWARA MELALUI PENGENALAN TEORI PENERJEMAHAN TEKS BAHASA INGGRIS (SEBUAH KAJIAN TEORITIS) 1 PENINGKATAN PROFESIONALISME WIDYAISWARA MELALUI PENGENALAN TEORI PENERJEMAHAN TEKS BAHASA INGGRIS (SEBUAH KAJIAN TEORITIS) Oleh : Muchamad Latief Fahmi,SS,MSE (Widyaiswara Muda Balai Diklat Industri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik (Tarigan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik (Tarigan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi yang memungkinkan manusia dapat berkomunikasi dengan sesamanya baik secara lisan maupun tulisan. Komunikasi akan berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita

BAB I PENDAHULUAN. Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita sendiri bisa menjadikannya sebagai sahabat. Buku cerita memberikan informasi kepada anak tentang

Lebih terperinci

BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA

BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA MODUL BAHASA INDONESIA KELAS XI SEMESTER 2 BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA OLEH NI KADEK SRI WEDARI, S.Pd. A. Pengertian Teks Ulasan Film/Drama Teks ulasan yaitu teks yang berisi ulasan atau penilaian terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. diuraikan, diperlukan sejumlah teori yang menjadi kerangka landasan di dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. diuraikan, diperlukan sejumlah teori yang menjadi kerangka landasan di dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam membahas masalah yang diuraikan, diperlukan sejumlah teori yang menjadi kerangka landasan di dalam

Lebih terperinci

CHAPTER 5 SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY. Faculty of Humanities. English Department. Strata 1 Program

CHAPTER 5 SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY. Faculty of Humanities. English Department. Strata 1 Program CHAPTER 5 SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY Faculty of Humanities English Department Strata 1 Program 2013 DISCOURSE ANALYSIS OF VERBAL HUMOR BY INDONESIAN MALE STAND-UP COMEDIANS Semilia Kumbini 1301037215

Lebih terperinci

Oleh Ratna Novita Punggeti

Oleh Ratna Novita Punggeti KALIMAT DLM BI Oleh Ratna Novita Punggeti STRUKTUR KALIMAT 1. SUBJEK Bagian kalimat yang menunjukkan pelaku/masalah. Menjawab pertanyaan: siapa, apa. Biasanya berupa kata benda/frasa (kongkret/abstrak)

Lebih terperinci