BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Bogdan and

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Bogdan and"

Transkripsi

1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Bogdan and Taylor (1975) menjelaskan definisi metode kualitatif yaitu: qualitative methodologies refer to research procedures which produce descriptive data: people ownwritten or spoken and observable behavior. Pendapat ini menegaskan bahwa metode penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif tentang apa yang ditulis atau diucapkan masyarakat dan juga perilaku yang dapat diamati. Hal senada dinyatakan oleh Silalahi (2012) bahwa pada pendekatan kualitatif deskriptif, data yang dikaji adalah data kualitatif, yang dalam penelitian ini berwujud peribahasa dalam tataran kalimat dan penilaian dari rater. Penelitian ini berorientasi pada produk atau karya terjemahan. Satuan terjemahan (translation unit) yang dikaji adalah peribahasa yang berada pada tataran kalimat. Seperti yang telah dijelaskan pada bab pendahuluan, penelitian ini bertujuan untuk (1)menemukan dan mendeskripsikan jenis transposisi dan modulasi yang terdapat dalam terjemahan peribahasa Batak Toba pada buku Batak Toba Karakter Kearifan Indonesia dalam bahasa Indonesia dan (2) menemukan dan mendeskripsikan bagaimana pengaruh transposisi dan modulasi terhadap kualitas terjemahan peribahasa Batak Toba pada buku Batak Toba Karakter Kearifan Indonesia dalam bahasa Indonesia. Kedua tujuan penelitian ini disusun secara linear, yaitu: (1) pengidentifikasian peribahasa pada tataran kalimat akan menuntun peneliti dalam

2 menemukan teks peribahasa yang mengalami transposisi dan modulasi (2) penemuan pada tahap pertama dapat digunakan sebagai landasan untuk mengetahui jenistransposisi dan modulasi yang diterapkan pada penerjemahan peribahasa tersebut, (3) prosedur transposisi dan modulasi yang diterapkan oleh penerjemah pada dasarnya dimaksudkan untuk menghasilkan terjemahan yang berkualitas. Oleh karena itu, dampak dari penerapan prosedur tersebut terhadap kualitas terjemahan tersebut juga perlu dikaji, yang dalam hal ini mencakup tiga hal, yaitu (1) tingkat keakuratan, (2) tingkat keberterimaan, dan (3) tingkat keterbacaan. 3.2 Langkah-langkah Penelitian Secara umum, langkah-langkah penelitian mencakup hal-hal berikut, yaitu: 1. Menetapkan sumber data, data, dan satuan terjemahan yang hendak dikaji. 2. Menetapkan masalah dan tujuan penelitian 3. Membandingkan teks bahasa sumber dan teks terjemahan untuk menemukan transposisi dan modulasi. 4. Menganalisis dan menentukan jenis transposisi dan modulasi yang terdapat pada teks terjemahan. 5. Menganalisis penilaian rater untuk mengetahui tingkat keakuratan, keterbacaan, dan keberterimaan terjemahan. 6. Memadukan tingkat keakuratan, keterbacaan, dan keberterimaan terjemahan untuk mengungkapkan kualitas menyeluruh (overall quality) terjemahan.

3 7. Menarik kesimpulan penelitian dan mengajukan saran serta implikasi penelitian. 3.3 Data dan Sumber Data Data Data yang digunakan dalam penelitian ini mencakup dua kategori. Kategori pertama adalah 72 peribahasa dalam bentuk kalimat yang terdapat pada buku Batak Toba Karakter Kearifan Bangsa Indonesia dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Analisis terhadap data kategori pertama ini akan mengungkapkan jenistransposisi dan modulasi yang diterapkan pada terjemahan peribahasa Batak Toba. Kategori kedua merupakan penilaian raterdan peneliti terhadap tingkat keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan yang akan menjadi tolak ukur untuk menentukan kualitas dari terjemahan Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini ada 2, yaitu (1) Buku Batak Toba Karakter Kearifan Indonesia yang ditulis oleh Mangala Pakpahan dan diterbitkan oleh Erlangga Group berisi 72 peribahasa Batak Toba yang disajikan dalam tiga bahasa, yaitu bahasa Batak Toba, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris. Akan tetapi, fokus penelitian ini hanya pada terjemahan peribahasa dari bahasa Batak Toba ke bahasa Indonesia. (2) Rater. Rater dalam hal ini berperan dalam menentukan tingkat keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan. Dalam penelitian ini, rater adalah orang-orang yang ahli dalam bidang penerjemahan yang menguasai BSu dan BSa dengan baik. Di samping itu, peneliti juga ikut serta dalam menilai kualitas terjemahan peribahasa tersebut.

4 3.4. Teknik Pengumpulan Data Data penelitian ini dikumpulkan dengan menerapkan tiga macam teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1. Analisis isi(content analysis) Teknik ini diterapkan untuk mengumpulkan data yang terkait dengan prosedur penerjemahan transposisi dan modulasi. Menurut Salim dan Syahrum (2007), analisis isi meliputi hal-hal berikut: 1) Data yang tersedia sebagian besar terdiri dari bahan-bahan yang berdokumentasi, 2) Pemberian unsur-unsur teori tertentu mengenai data tersebut karena bahasa yang digunakan oleh subyek yang diteliti sulit dipahami, dan 3) Peneliti memiliki kemampuan teknis karena sering kali volume materi melebihi kemampuan peneliti untuk menanganinya. 2. Kuesioner (questionnaire) Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang kualitas terjemahan, yang mencakup tingkat keakuratan, tingkat keterbacaan, dan tingkat keberterimaan. 3. Wawancara mendalam (in-depth interviewing) Wawancara dilakukan dengan penerjemah untuk memastikan apabila ada hal-hal yang kurang dimengerti oleh peneliti, sebagai contoh arti/makna sesungguhnya dari suatu peribahasa agar hasil penelitian menjadi lebih valid.

5 Seperti yang telah dijelaskan di atas, penelitian ini juga menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan data tentang kualitas terjemahan. Dalam kaitan itu, di dalam penelitian ini digunakan tiga kuesioner. Kuesioner pertama disebut Accuracy Rating Instrument, yang dimanfaatkan untuk menentukan tingkat keakuratan terjemahan. Kuesioner kedua disebut Acceptability Rating Instrument, yang digunakan untuk mengukur tingkat keberterimaan terjemahan. Kuesioner ketiga disebut Readability Rating Instrument, yang digunakan untuk mengukur tingkat keterbacaan terjemahan (Silalahi: 2009). Tabel 3.1 Instrumen pengukuran tingkat keakuratan terjemahan Skala Nilai Kategori Kriteria Penilaian Terjemahan 3 Akurat Peribahasa-peribahasa dalam teks sumber dialihkan secara akurat ke dalam teks sasaran dan sama sekali tidak terjadi distorsi makna. 2 Kurang akurat Sebagian besar makna peribahasa dalam teks sumber sudah dialihkan secara akurat ke dalam teks sasaran. Namun, masih terdapat distorsi makna atau makna ganda (ambigu) atau ada makna yang dihilangkan, yang mengganggu keutuhan pesan. 1 Tidak akurat Makna peribahasa dalam teks sumber dialihkan secara tidak akurat ke dalam teks sasaran atau dihilangkan (deleted). Silalahi (2009) dengan modifikasi Tabel 3.1. menunjukkan bahwa penelitian ini menggunakan skala merupakan skor tertinggi dan 1 merupakan skor terendah. Semakin tinggi skor yang diberikan rater, semakin akurat pula terjemahan yang dihasilkan. Sebaliknya, semakin rendah skor yang diberikan, semakin rendah pula tingkat keakuratan terjemahan tersebut.

6 Tabel 3.2 Instrumen pengukuran tingkat keberterimaan terjemahan Skala Nilai Kategori Kriteria Penilaian Terjemahan 3 Berterima Terjemahan terasa alamiah. Meskipun berupa peribahasa, tetap memperhatikan kaidah gramatikal bahasa Indonesia. 2 Kurang berterima Pada umumnya terjemahan peribahasa sudah terasa alamiah; namun ada sedikit masalah pada penggunaan dan pemilihan kata atau terjadi sedikit kesalahan gramatikal. 1 Tidak berterima Terjemahan peribahasa tidak alamiah (kaku) atau terasa seperti karya terjemahan. Silalahi (2009) dengan modifikasi Tabel 3.2 merupakan instrumen pengukuran tingkat keberterimaan terjemahan dengan menggunakan skala 1-3 yang merupakan pedoman bagi rater dalam menentukan tingkat keberterimaan terjemahan. Sama halnya dengan instrumen pengukuran sebelumnya, nilai tertinggi adalah 3 dan nilai terendah adalah 1. Semakin tinggi skor yang diberikan rater, semakin tinggi tingkat keberterimaan terjemahan dan sebaliknya. Instrumen selanjutnya adalah intrumen pengukur tingkat keterbacaan terjemahan. Skala nilainya juga sama dengan 2 (dua) instrumen sebelumnya, yaitu 3 sebagai nilai tertinggi dan 1 sebagai nilai terendah. Semakin tinggi tingkat keterbacaan suatu teks, semakin mudah teks tersebut dipahami dan sebaliknya. Tabel 3.3 Instrumen pengukuran tingkat keterbacaan terjemahan Skala Nilai Kategori Terjemahan 3 Tingkat keterbacaan tinggi 2 Tingkat keterbacaan sedang Kriteria Penilaian Terjemahan dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca. Pada umumnya terjemahan dapat dipahami oleh pembaca; namun ada bagian tertentu yang harus dibaca lebih dari satu kali

7 1 Tingkat keterbacaan rendah untuk memahami terjemahan. Terjemahan sulit dipahami oleh pembaca. Silalahi (2009) dengan modifikasi Secara sederhana penilaian kualitas penerjemahan dapat dilihat pada tabel 3.4 di bawah ini. Tabel 3.4 Penilaian kualitas terjemahan No. Teks Sumber Teks Sasaran 1 Agia malap-malap, Biar menderita asal asal ma di hanya dalam hangoluan. kehidupan. 2 Hurang sangiris Kurang sepotong, asa sabalanga kurang satu kuali. 3 Jolo ni dodo asa ni Ukur dahulu, baru nong-nong renangi Jumlah Skor rata-rata Nilai Keakuratan Keberterimaan Keterbacaan Nababan, dkk (2012) dengan modifikasi 3.5. Analisis Data Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat induktif yang berfokus pada analisis isi, yang diawali dengan pengumpulan data, mengembangkan teori-teori, atau dugaan-dugaan, menguji validitas data dan selanjutnya menemukan jawaban dari permasalahan sebagai kesimpulan akhir. Dalam pengumpulan data, diperoleh informasi-informasi yang dibutuhkan yang kemudian dikembangkan berbagai macam refleksi yang mengarah pada usaha pemantapan simpulan awal, perluasan dan pendalaman data pada waktu dilakukan data berikutnya.sedangkan model analisis yang diterapkan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif. Dalam analisis interaktif dilakukan perbandingan data yang diperoleh dari rater dengan data dari hasil observasi.

8 Secara rinci langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis data adalah sebagai berikut: 1. Membaca buku Batak Toba dan Karakter Kearifan Bangsa Indonesia secara keseluruhan. 2. Mengidentifikasi peribahasa dalam tataran kalimat yang mengalami transposisi dan modulasi. 3. Menentukan jenis tranposisi dan modulasi menurut Machali (2009). 4. Menguji kualitas terjemahan dari segi keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan berdasarkan model yang digunakan oleh Silalahi (2009) dan Nababan, dkk (2012). 5. Membuat kesimpulan dari hasil analisis data.

9 BAB IV HASIL PENELITIAN Hasil penelitian dibagi ke dalam tiga bagian utama, yaitu: 1) Memaparkan tentang model prosedur penerjemahan 2) Menjelaskan tentang jenis transposisi dan modulasi yang digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan teks peribahasa Batak Toba dari BSu (bahasa Batak Toba) ke BSa (bahasa Indonesia) dan 3) Menilai kualitas terjemahan peribahasa pada buku Batak Toba Karakter Kearifan Indonesia dari segi keakuratan (accuracy), keterbacaan (readability), dan keberterimaan (acceptability)). Pembahasan tersebut akan dijelaskan secara sistematis sesuai dengan urutan permasalahan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya. 4.1 Model Prosedur Penerjemahan Menurut KBBI (2008) model dapat diartikan sebagai pola (contoh, acuan, ragam, dsb) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. Sedangkan menurut Oxford Advanced Learner s Dictionary (1995) model adalah a simple description of system for explaining, calculating, etc. or a system used as a basis for a pattern. Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa model merupakan sebuah pola atau acuan dalam melakukan sesuatu untuk menghasilkan sesuatu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan prosedur penerjemahan sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya merupakan langkah atau cara yang dilakukan oleh penerjemah untuk memecahkan masalah-masalah yang timbul dalam menghasilkan suatu terjemahan. Dengan demikian, model prosedur penerjemahan dapat dijadikan acuan untuk menentukan masalah-masalah yang

10 dikaji dalam penelitian ini, yaitu dalam menentukan jenis transposisi dan modulasi yang digunakan dalam terjemahan peribahasa Batak Toba sekaligus mengukur kualitas dari terjemahan tersebut. Data yang dikaji dalam penelitian ini adalah peribahasa dalam bentuk kalimat yang diterjemahkan dari bahasa Batak Toba ke bahasa Indonesia dimana unsur-unsur yang membentuknya saling berkaitan satu sama lain. Sejalan dengan hal tersebut, dalam menerjemahkan peribahasa-peribahasa tersebut penerjemah tidak hanya menerapkan salah satu dari jenis transposisi ataupun modulasi tetapi juga dapat menerapkan dua, tiga, atau empat jenis transposisi dan modulasi yang ada. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa penerjemah menggunakan salah satu dari jenis transposisi atau modulasi atau yang lebih dikenal dengan model penerjemahan tunggal dan juga menggunakan perpaduan dari jenis transposisi dan modulasi, yaitu kuplet (2 jenis), triplet (3 jenis), dan kwartet (4 jenis). Seluruh data yang dianalisis berjumlah 72 data. Dari keseluruhan data yang dianalisis ditemukan bahwa terdapat 23 data dengan model penerjemahan tunggal, 42 data dengan model penerjemahan kuplet, 4 data dengan model penerjemahan triplet dan 3 data dengan model penerjemahan kwartet. Rekapitulasi model penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan peribahasa Batak Toba dari bahasa Batak Toba ke bahasa Indonesia pada buku Batak Toba Karakter Kearifan Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut:

11 Tabel 4.1 Rekapitulasi persentase penerapan model penerjemahan No Model Penerjemahan Jumlah Persentase (%) 1 Tunggal 23 31,94 2 Kuplet 42 58,33 3 Triplet 4 5,56 4 Kwartet 3 4,17 Total Tabel 4.1 menunjukkan bahwa persentase penerapan model penerjemahan kuplet mendominasi pada terjemahan peribahasa dari bahasa Batak Toba ke bahasa Indonesia. Secara sederhana, perbandingan penerapan model penerjemahan dapat dilihat pada diagram 4.1 berikut ini. Diagram 4.1. Perbandingan penerapanmodel penerjemahan Penerjemahan Triplet 5,56% Penerjemahan Kwartet 4,17% Penerjemahan Tunggal 31,94% Penerjemahan Kuplet 58,33% Penerjemahan Tunggal Penerjemahan Kuplet Penerjemahan Triplet Penerjemahan Kwartet Tabel 4.1. dan diagram 4.1. menunjukkan bahwa penerapan model penerjemahan ganda lebih banyak dari pada model penerjemahan tunggal dan perbandingan keduanya dapat terlihat pada tabel dan diagram berikut ini.

12 Tabel 4.2 Perbandingan penerapan model penerjemahan tunggal dan ganda No Prosedur Penerjemahan Angka Persentase (%) 1 Penerjemahan tunggal 23 31,94 2 Penerjemahanganda 49 68,06 Total Tabel 4.2 menunjukkan bahwa penerjemahan ganda yang meliputi penerjemahan kuplet, triplet, dan kwartet dominan digunakan dalam penerjemahan peribahasa Batak Toba. Penerjemahan ganda mendominasi lebih dari setengah data yang ada, seperti yang terlihat dalam diagram 4.2 berikut ini. Penerjemahan Ganda 68,06% Diagram 4.2Perbandingan penerapan penerjemahan tunggal dan ganda Penerjemahan Tunggal 31,94% Penerjemahan Tunggal Penerjemahan Ganda Tabel 4.2. dan diagram 4.2 menunjukkan bahwa dominasi penggunaan model penerjemahan ganda daripada model penerjemahan tunggal yang digunakan penerjemah dalam menerjemahkan peribahasa Batak Toba dari bahasa Batak Toba ke bahasa Indonesia memiliki arti bahwa lebih banyak peribahasa yaitu sebesar 68,06% yang mengalami lebih dari satu jenis transposisi maupun modulasi ketika diterjemahkan dari BSu ke BSa.

13 4.1.1 Model Penerjemahan Tunggal Model penerjemahan tunggal memiliki artibahwa dalam menerjemahkan teks sumber ke teks sasaran, penerjemah hanya menggunakan satu jenis prosedur penerjemahan, baik dari transposisi ataupun modulasi.dari hasil analisis data yang telah dilakukan, ditemukan 7 model penerjemahan tunggal, baik dari jenis transposisi ataupun modulasi yang digunakan oleh penerjemah, seperti yang terlihat dalam tabel berikut ini. Tabel 4.3 Model penerjemahan tunggal No. Jenis Transposisi dan Modulasi Jumlah Presentase (%) 1. Transposisi ditandai dengan nomina jamak dalam bahasa 1 4,35 Batak Toba menjadi tunggal dalam bahasa Indonesia. 2. Transposisi ditandai dengan pergeseran struktur. 4 17,39 3. Transposisi ditandai dengan pergeseran unit. 1 4,35 4. Transposisi ditandai dengan suatu perangkat tekstual 5 21,74 penanda fokus dalam BSu yang dinyatakan dengan konstruksi gramatikal dalam BSa. 5. Modulasi wajib ditandai pasangan kata dalam BSu yang 4 17,39 salah satunya saja ada padanannya dalam BSa. 6. Modulasi bebas ditandai dengan menyatakan secara 7 30,43 tersurat dalam BSa apa yang tersirat dalam BSu dan sebaliknya. 7. Modulasi bebas ditandai dengan dengan penerjemahan 1 4,35 kata yang hanya sebagian aspek maknanya dalam BSu dapat diungkapkan dalam BSa, yaitu dari bernuansa khusus ke umum atau sebaliknya. Total Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 23 data model penerjemahan tunggal, modulasi bebas ditandai dengan menyatakan secara tersurat dalam BSa apa yang tersirat dalam BSu dan sebaliknya paling dominan dibandingkan dengan bentuk lainnya, yaitu sebanyak 7data (30,43%). Dari tabel tersebut juga terlihat bahwa modulasi lebih banyak digunakan dibandingkan dengan transposisi. Hal ini

14 tentunya sangat berkaitan erat dengan salah satu ciri dari peribahasa itu sendiri, yaitu memiliki makna khusus di dalamnya Model Penerjemahan Kuplet Model penerjemahan kuplet artinya penerapan dua jenis dari prosedur penerjemahan transposisi ataupun modulasi atau gabungan kedua jenis prosedur penerjemahan tersebut. Hasil analisis data yang telah dilakukan menunjukkan bahwa dari 38 data, ditemukan 12 model penerjemahan kuplet, seperti yang terlihat dalam tabel berikut ini. Tabel 4.4 Model penerjemahan kuplet No. Jenis Transposisi dan Modulasi Jumlah Persentase (%) 1. Modulasi bebas ditandai dengan menyatakan 6 14,29 secara tersurat dalam BSa apa yang tersirat dalam BSu dan sebaliknya + Transposisi ditandai dengan pergeseran unit. 2. Transposisi ditandai dengan suatu perangkat 1 2,38 tekstual penanda fokus dalam BSu yang dinyatakan dengan konstruksi gramatikal dalam BSa + Transposisi ditandai dengan pergeseran struktur. 3. Modulasi bebas ditandai dengan menyatakan 9 21,43 secara tersurat dalam BSa apa yang tersirat dalam BSu + Transposisi ditandai dengan pergeseran struktur. 4. Transposisi ditandai dengan suatu perangkat 1 2,38 tekstual penanda fokus dalam BSu yang dinyatakan dengan konstruksi gramatikal dalam BSa + Modulasi wajib ditandai dengan penerjemahan kata yang hanya sebagian aspek maknanya dalam BSu dapat diungkapkan dalam BSa, yaitu dari bernuansa khusus ke umum atau sebaliknya. 5. Transposisi ditandai dengan pergeseran struktur + 1 2,38 Transposisi ditandai dengan pergeseran unit. 6. Modulasi wajib ditandai dengan penerjemahan kata yang hanya sebagian aspek maknanya dalam BSu dapat diungkapkan dalam BSa, yaitu dari 1 2,38

15 bernuansa khusus ke umum atau sebaliknya + Modulasi bebas ditandai dengan bentuk negatif ganda dalam BSu menjadi posistif dalam BSa. 7. Modulasi wajib ditandai dengan penerjemahan kata yang hanya sebagian aspek maknanya dalam BSu dapat diungkapkan dalam BSa, yaitu dari bernuansa khusus ke umum atau sebaliknya + Transposisi ditandai dengan pergeseran struktur. 8. Transposisi ditandai dengan pergeseran struktur + 2 4,76 Modulasi bebas ditandai dengan struktur aktif dalam BSu menjadi pasif dalam BSa dan sebaliknya. 9. Transposisi ditandai dengan suatu perangkat 7 16,67 tekstual penanda fokus dalam BSu yang dinyatakan dengan konstruksi gramatikal dalam BSa + Modulasi bebas ditandai dengan menyatakan secara tersurat dalam BSa apa yang tersirat dalam BSu dan sebaliknya. 10. Modulasi bebas ditandai dengan menyatakan 1 2,38 secara tersurat dalam BSa apa yang tersirat dalam BSu dan sebaliknya + Modulasi bebas ditandai dengan struktur aktif dalam BSu menjadi pasif dalam BSa dan sebaliknya. 11. Modulasi bebas ditandai dengan menyatakan 9 21,43 secara tersurat dalam BSa apa yang tersirat dalam BSu dan sebaliknya + Modulasi wajib ditandai pasangan kata dalam BSu yang salah satunya saja ada padanannya dalam BSa. 12. Transposisi ditandai dengan suatu perangkat 1 2,38 tekstual penanda fokus dalam BSu yang dinyatakan dengan konstruksi gramatikal dalam BSa + Modulasi wajib ditandai pasangan kata dalam BSu yang salah satunya saja ada padanannya dalam BSa. Total Dari tabel 4.4. di atas terlihat bahwa dari 12model penerjemahan kuplet yang meliputi transposisi dan modulasi, terdapat dua model penerjemahan kuplet yang memiliki persentase yang sama, yaitu pertama modulasi bebas ditandai dengan menyatakan secara tersurat dalam BSa apa yang tersirat dalam BSu dan transposisi ditandai dengan pergeseran struktur dan yang kedua modulasi bebas ditandai dengan menyatakan secara tersurat dalam BSa apa yang tersirat dalam

16 BSu dan sebaliknya dan modulasi wajib ditandai pasangan kata dalam BSu yang salah satunya saja ada padanannya dalam BSa, yaitu sebesar 21,43%. Hal ini sangatlah sesuai dengan ciri dari peribahasa yang sarat dengan makna sehingga perlu adanya eksplisitasi (memperjelas apa yang tersirat dalam makna) ataupun implisitasi (tidak dinyatakan secara jelas apa yang tersurat dalam makna). Selain itu, perbedaan struktur kalimat antara BSu dan BSa sangat berpotensi terjadinya transposisi yang ditandai dengan pergeseran struktur Model Penerjemahan Triplet Model penerjemahan triplet dapat diartikan sebagai penerapan tiga jenis dari transposisi ataupun modulasi atau gabungan kedua jenis prosedur penerjemahan tersebut. Dari hasil analisis data yang telah dilakukan, ditemukan 4model penerjemahan kuplet dari 4 data yang ada, seperti yang terlihat dalam tabel berikut ini. Tabel 4.5 Model penerjemahan triplet No. Jenis Transposisi dan Modulasi Jumlah Presentase (%) 1. Transposisi ditandai dengan suatu perangkat 1 25 tekstual penanda fokus dalam BSu yang dinyatakan dengan konstruksi gramatikal dalam BSa + Modulasi bebas ditandai dengan menyatakan secara tersurat dalam BSa apa yang tersirat dalam BSu dan sebaliknya + Transposisi ditandai dengan pergeseran struktur. 2. Modulasi wajib ditandai dengan struktur aktif 1 25 dalam menjadi pasif dalam BSa atau sebaliknya+ Modulasi bebas ditandai dengan menyatakan secara tersurat dalam BSa apa yang tersirat dalam BSu dan sebaliknya + Transposisi ditandai dengan pergeseran struktur. 3. Transposisi dengan pergeseran unit + Modulasi bebas dengan bentuk negatif ganda dalam BSu menjadi positif dalam BSa + Modulasi bebas 1 25

17 ditandai dengan menyatakan secara tersurat dalam BSa apa yang tersirat dalam BSu dan sebaliknya. 4. Modulasi bebas ditandai dengan menyatakan 1 25 secara tersurat dalam BSa apa yang tersirat dalam BSu dan sebaliknya + Modulasi bebas dengan bentuk negatif ganda dalam BSu menjadi positif dalam BSa. + Transposisi ditandai dengan pergeseran struktur. Total Dari jumlah jenis transposisi dan modulasi pada tabel 4.5 terlihat bahwa untuk model penerjemahan triplet, jenis transposisi dan modulasi yang digunakan dalam menerjemahkan peribahasa dari BSu ke BSa memiliki presentase yang sama. Artinya tidak ada jenis transposisi maupun modulasi yang dominan untuk penerjemahan triplet Model Penerjemahan Kwartet Model penerjemahan kwartet adalah penerapan empat jenis dari transposisi ataupun modulasi saja atau gabungan kedua jenis prosedur penerjemahan tersebut. Dari hasil analisis data yang telah dilakukan, dari 3 data yang dianalisis, ditemukan 3model penerjemahan kwartet, seperti yang terlihat dalam tabel berikut ini. Tabel 4.5 Model penerjemahan kwartet No. Jenis Transposisi dan Modulasi Jumlah Persentase (%) 1. Transposisi dengan suatu perangkat tekstual penanda fokus dalam BSu yang dinyatakan dengan konstruksi gramatikal dalam BSa+Modulasi bebas ditandai dengan bentuk positif dalam BSu menjadi bentuk negatif ganda dalam Bsa + Modulasi wajib ditandai dengan struktur aktif dalam menjadi pasif dalam BSa atau sebaliknya + Transposisi ditandai dengan pergeseran struktur. 1 33,33

18 2. Modulasi wajib ditandai dengan struktur aktif dalam menjadi pasif dalam BSa atau sebaliknya + Modulasi wajib ditandai pasangan kata dalam BSu yang salah 1 33,33 satunya saja ada padanannya dalam Bsa + Transposisi ditandai dengan pergeseran unit + Transposisi ditandai dengan pergeseran kelas. 3 Transposisi ditandai dengan suatu perangkat tekstual 1 33,33 penanda fokus dalam BSu yang dinyatakan dengan konstruksi gramatikal dalam BSa + Modulasi bebas ditandai dengan menyatakan secara tersurat dalam BSa apa yang tersirat dalam BSu + Transposisi ditandai dengan pergeseran unit + Transposisi ditandai dengan pergeseran struktur. Total Berdasarkan tabel 4.6. terlihat bahwa presentase ketiga model penerjemahan kwartet adalah sama. Artinya tidak ada model penerjemahan kwartet yang mendominasi data yang ada. Jika ditotalkan persentase jenis transposisi dan modulasi untuk model penerjemahan kwartet besarnya adalah 99,99%. Akan tetapi, jumlah data yang ganjil dengan proporsi yang sama tidak memungkinkan untuk mendapatkan hasil 100%. Oleh karena itu, dilakukan pembulatan sehingga hasil yang diperoleh mencapai 100%. 4.2 Jenis Transposisi dan Modulasi Sesuai dengan rumusan masalah pada bab 1, penelitian ini bertujuan untuk menemukan jenis-jenis transposisi dan modulasi yang digunakan dalam terjemahan peribahasa Batak Toba dari bahasa Batak Toba sebagai bahasa sumber ke bahasa Indonesia sebagai bahasa sasaran. Berikut ini adalah jenis transposisi dan modulasi yang digunakan sesuai dengan tabulasi data jenis penerjemahan yang telah diuraikan sebelumnya.

19 4.2.1 Transposisi Berdasarkan teori mengenai jenis-jenis transposisi yang digagasi oleh Machali (2009), jenis-jenis transposisi yang digunakan dalam terjemahan peribahasa Batak Toba dari bahasa Batak Toba ke bahasa Indonesia pada buku Batak Toba Karakter Kearifan Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.7 Jenis transposisi pada terjemahan peribahasa Batak Toba No. Data Jenis Transposisi Jumlah Persentase (%) A Pergeseran bentuk wajib dan otomatis yang disebabkan oleh sistem dan kaidah bahasa. Dalam hal ini penerjemah tidak mempunyai pilihan lain selain melakukannya. 1. Nomina Jamak dalam bahasa Batak Toba 1 1,85 menjadi tunggal dalam Bahasa Indonesia dan sebaliknya. 2. Pengulangan adjektiva atau kata sifat dalam 0 0 bahasa Indonesia yang maknanya menunjukkan variasi yang tersirat dalam adjektiva menjadi penjamakan nominanya dalam bahasa Batak Toba. 3. Adjektiva + nomina menjadi nomina + pemberi sifat. 5 9,26 B Pergeseran yang dilakukan apabila suatu struktur gramatikal dalam BSu tidak ada dalam BSa. 1. Peletakkan objek di latar depan dalam bahasa 0 0 Indonesia tidak ada dalam konsep struktur grammatikal bahasa Batak Toba, kecuali dalam kalimat pasif atau struktur khusus, sehingga terjadi pergeseran bentuk menjadi struktur kalimat berita biasa. 2. Peletakkan verba di latar depan dalam bahasa Batak Toba tidak lazim dalam struktur bahasa Indonesia, kecuali dalam kalimat imperatif. Maka padanannya menjadi struktur kalimat berita biasa ,52 C Pergeseran yang dilakukan karena alasan kewajaran pengungkapan. 1. Nomina/frasa nomina dalam BSu menjadi verba 5 9,26 dalam BSa. 2. Gabungan adjektiva bentukan dengan nomina 0 0

20 D atau frasa nominal dalam Bsu menjadi nomina + nomina dalam Bsa. 3. Klausa dalam bentuk partisipium dalam BSu 2 3,70 dinyatakan secara penuh dan eksplisit dalam BSa. 4. Frase nominal dengan adjektiva bentukan dari 0 0 verba (tak) transitif dalam BSu menjadi nomina + klausa dalam BSa. 5. Semua struktur yang oleh Catford (1965) disebut pergeseran kelas adalah transposisi. 1 1,85 Pergeseran yang dilakukan untuk mengisi kesenjangan leksikal (termasuk perangkat tekstual seperti/-lah /-pun/ dalam BSa dengan menggunakan suatu struktur grammatikal. 1. Suatu perangkat tekstual penanda fokus dalam 20 37,04 BSu yang dinyatakan dengan konstruksi gramatikal dalam BSa. 2. Pergeseran unit dalam istilah Catford (1965) 10 18,52 termasuk dalam transposisi jenis ini yaitu misalnya dari kata menjadi klausa, frase menjadi klausa, dan sebagainya, yang sering kita jumpai dalam penerjemahan kata-kata lepas bahasa Inggris. Total Berdasarkan tabel 4.7. di atas terlihat bahwa dari ke 12 jenis transposisi yang dikemukakan oleh Machali (2009), jenis transposisi dengan suatu perangkat tekstual penanda fokus dalam TSu yang dinyatakan dengan konstruksi gramatikal dalam memiliki presentase tertinggi yaitu 37,04%. Transposisi tersebut pada dasarnya dilakukan untuk mengisi kerumpangan kosa kata dalam BSa dengan menggunakan suatu struktur grammatikal. Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, peranti gramatikal pada TSu semuanya berbentuk partikel yaitu - ma, -do, -pe. Ketika partikel-partikel tersebut diterjemahkan ke dalam struktur gramatikalnya dapat berupa kata hanya, kata bantu adalah, kata bantu akan, partikel -pun atau bahkan tidak diterjemahkan sama sekali.

21 4.2.2 Modulasi Teori yang digunakan dalam menganalisis jenis-jenis modulasi dalam terjemahan peribahasa Batak Toba dari bahasa Batak Toba ke bahasa Indonesia pada buku Batak Toba Karakter Kearifan Indonesia adalah teori yang digagasi oleh Machali (2009) yang dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.8 Jenis modulasi pada terjemahan peribahasa Batak Toba No. Data A B Jenis Modulasi Jumlah Persentase (%) Modulasi wajib yang dilakukan apabila suatu kata, frasa, atau struktur tidak ada padanannya dalam BSa sehingga perlu dimunculkan. 1. Pasangan kata dalam BSu yang salah satunya saja ada dalam BSa. 2. Struktur aktif dalam BSu menjadi pasif dalam 6 8 BSa dan sebaliknya. 3. Struktur subjek yang dibelah dalam bahasa 0 0 Indonesia perlu modulasi dengan menyatukannya dalam bahasa Batak Toba. 4. Penerjemahan kata yang hanya sebagian aspek 6 8 maknanya dalam BSu dapat diungkapkan dalam BSa, yaitu dari makna bernuansa khusus ke umum dan sebaliknya. Modulasi bebas yang dilakukan karena alasan linguistik, misalnya untuk memperjelas makna menimbulkan kesetalian dalam BSa, dan sebagainya. 1. Menyatakan secara tersurat dalam BSa apa yang 44 58, 67 tersirat dalam BSu dan sebaliknya 2. Frase prepositional sebab-akibat dalam BSu 0 0 menjadi klausa sebab akibat dalam BSa 3. Bentuk negatif ganda dalam BSu menjadi positif 4 5, 33 dalam BSa. Total Berdasarkan tabel 4.8. di atas terlihat bahwa jenis modulasi bebas dengan menyatakan secara tersurat dalam apa yang tersirat dalam TSu dan sebaliknya memiliki persentase tertinggi, yaitu 58, 67%. Hal ini menunjukkan bahwa probabilitas pergeseran makna dalam penerjemahan peribahasa sangat besar

22 terjadi dikarenakan peribahasa itu sendiri memiliki makna tersendiri yang terkadang tidak dapat dipahami secara langsung. Oleh karena itu, diperlukan prosedur penerjemahan yang tepat sehingga makna atau pesan peribahasa pada TSu dapat tersampaikan pada. Berdasarkan hasil analisis jenis transposisi dan modulasi yang digunakan dalam penerjemahan peribahasa Batak Toba dari BSu ke BSa, maka perbandingan persentase antara kedua jenis prosedur penerjemahan tersebut dapat dilihat pada diagram 4.3 berikut ini. Diagram 4.3 Perbandingan penggunaan prosedur penerjemahan transposisi dan modulasi Transposisi 41,86% Modulasi 58,14% Transposisi Modulasi Berdasarkan diagram 4.3 terlihat bahwa prosedur penerjemahan modulasi lebih dominan dibandingkan prosedur penerjemahan transposisi dalam terjemahan peribahasa Batak Toba dari bahasa Batak Toba ke bahasa Indonesia. Akan tetapi, selisih persentase antara keduanya tidaklah terlalu jauh. Hal ini menunjukkan bahwa kedua prosedur penerjemahan tersebut memiliki kedudukan yang sama penting dalam penerjemahan peribahasa-peribahasa Batak Toba tersebut.

23 4.3 Kualitas Terjemahan Telah dijelaskan pada bab 2 bahwa penilaian kualitas terjemahan meliputi 3 (tiga) hal, yaitu tingkat keakuratan (accuracy), tingkat keberterimaan (acceptabilty), dan tingkat keterbacaan (readability). Untuk melihat pengaruh prosedur penerjemahan transposisi dan modulasi terhadap kualitas terjemahan peribahasa Batak Toba dari bahasa Batak Toba ke bahasa Indonesia digunakan model penilaian kualitas terjemahan oleh Silalahi (2009) dan Nababan, dkk (2012). Berikut hasil penilaian tingkat keakuratan (accuracy), tingkat keberterimaan (acceptabilty), dan tingkat keterbacaan (readability) akibat dari penerapan prosedur penerjemahan transposisi dan modulasi pada terjemahan peribahasa Batak Toba secara keseluruhan Kualitas Terjemahan Menggunakan Transposisi Keakuratan Terjemahan Menggunakan Transposisi Tingkat keakuratan merupakan kriteria yang paling penting dalam menentukan kualitas suatu teks terjemahan karena dari tingkat keakuratan dapat dilihat apakah pesan dalam TSu tersampaikan sepenuhnya dalam. Sesuai dengan instrumen pengukuran tingkat keakuratan yang dikemukakan oleh Silalahi (2009) dan Nababan, dkk (2012)bahwa parameter sebuah peribahasa dikategorikan akurat adalah apabila peribahasa dalam TSu dialihkan secara akurat ke dalam dan sama sekali tidak terjadi distorsi makna. Selanjutnya parameter untuk peribahasa dengan kategori kurang akurat adalah apabila sebagian besar makna peribahasa dalam TSu sudah dialihkan secara akurat ke dalam namun masih terdapat distorsi makna atau makna ganda (ambigu) atau ada makna yang dihilangkan, yang mengganggu keutuhan pesan. Sedangkan parameter untuk

24 peribahasa dikategorikan tidak akurat adalah makna peribahasa dalam TSu dialihkan secara tidak akurat ke dalam atau dihilangkan (deleted). Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala 1 3 dengan 3 untuk skor tertinggi dan 1 untuk skor terendah. Semakin tinggi skor yang diberikan oleh rater, semakin akurat pula terjemahan yang dihasilkan. Sebaliknya, semakin rendah skor yang diberikan, semakin rendah pula tingkat keakuratan terjemahan tersebut. Dari 72 data, 13 data mengalami transposisi, 23 mengalami modulasi, dan 36 mengalami transposisi dan modulasi. Sehingga terdapat 49 data yang mengalami transposisi dengan 42 data dikategorikan akurat, 6 data kurang akurat, dan 1 data tidak akurat. Tingkat keakuratan dari terjemahan yang mengalami transposisi dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.9Tingkat keakuratan terjemahan menggunakan transposisi No Tingkat Keakuratan Angka Persentase (%) 1 Akurat 42 85,71 2 Kurang akurat 6 12,25 3 Tidak akurat 1 2,04 Total Keberterimaan Terjemahan Menggunakan Transposisi Tingkat keberterimaan juga merupakan bagian terpernting dalam menilai kualitas suatu terjemahan. Tingkat keberterimaan dalam hal ini merujuk kepada kealamiahan bahasa terjemahan dan kesesuaian kaidah kebahasaan pada bahasa sasaran sehingga terjemahan tidak terasa seperti sebuah hasil terjemahan meskipun sudah mengalami transposisi dan modulasi.

25 Sesuai dengan instrumen penilaian tingkat keberterimaan oleh Silalahi (2009) dan Nababan, dkk (2012), tingkat keberterimaan dalam penelitian ini dibagi atas (tiga) kategori, yaitu berterima, kurang berterima, dan tidak berterima. Sebuah terjemahan dikategorikan berterima apabila terjemahan terasa alamiah. Meskipun berupa peribahasa, tetap memperhatikan kaidah gramatikal bahasa Indonesia. Selanjutnya sebuah terjemahan dikategorikan kurang berterima apabila secara umum terjemahan sudah terasa alamiah; namun ada sedikit masalah pada penggunaan dan pemilihan kata atau terjadisedikit kesalahan gramatikal. Sedangkan untuk terjemahan kategori tidak berterima adalah terjemahan peribahasa tidak alamiah (kaku) atau terasa seperti karya terjemahan. Skala yang digunakan adalah 3,2,1 dengan 3 sebagai nilai tertinggi dan 1 nilai terendah. Semakin tinggi nilai yang diberikan oleh rater, semakin tinggi tingkat keberterimaan dari terjemahan tersebut dan sebaliknya. Transposisi yang digunakan pada suatu terjemahan tentunya juga sangat berpengaruh pada kualitas terjemahan tersebut, khususnya dalam hal keberterimaan. Berikut rekapitulasi tingkat keberterimaan terjemahan peribahasa yang mengalami transposisi. Tabel 4.10 Tingkat keberterimaan terjemahan menggunakan transposisi No Tingkat Keberterimaan Angka Persentase (%) 1 Berterima 43 87,76 2 Kurang berterima 6 12,24 3 Tidak berterima 0 0 Total

26 Keterbacaan Terjemahan Menggunakan Transposisi Tingkat keterbacaan dalam penilaian kualitas terjemahan memiliki arti mudah tidaknya suatu teks terjemahan dipahami oleh pembaca. Sesuai dengan instrumen penilaian tingkat keterbacaan oleh Silalahi (2009) dan Nababan, dkk (2012), tingkat keterbacaan untuk menentukan kualitas terjemahan sebagai akibat dari diterapkannya prosedur penerjemahan transposisi dan modulasi juga dibagi atas 3 kategori yaitu terjemahan dengan tingkat keterbacaan tinggi, sedang, dan rendah. Parameter suatu terjemahan dikatakan memiliki tingkat keterbacaan tinggi adalah terjemahan dapat dipahami oleh pembaca dan untuk terjemahan dengan tingkat keterbacaan sedang adalah terjemahan dapat dipahami oleh pembaca pada umumnya; namun ada bagian tertentu yang harus dibaca lebih dari satu kali untuk memahami terjemahan. Sedangkan parameter untuk terjemahan dengan kategori tingkat keterbacaan rendah adalah terjemahan sulit dipahami oleh pembaca. Skala yang digunakan adalah 3, 2,1 dengan 3 nilai tertinggi dan 1 nilai terendah. Semakin tinggi skala yang diberikan rater berarti semakin mudah suatu terjemahan dimengerti sekaligus semakin tinggi tingkat keterbacaan terjemahan tersebut. Tingkat keterbacaan merupakan pelengkap dalam penilaian kualitas suatu terjemahan dan tidak dapat dipandang sebelah mata. Oleh karena itu tingkat keterbacaan dari suatu terjemahan yang mengalami transposisi perlu diukur agar hasil penilaian yang diperoleh menjadi lebih valid. Berikut tingkat keterbacaan terjemahan peribahasa yang dianalisis pada penelitian ini.

27 Tabel 4.11Tingkat keterbacaan terjemahan menggunakan transposisi No Tingkat Keterbacaan Angka Persentase (%) 1 Tinggi 42 85,71 2 Sedang 7 14,29 3 Rendah 0 0 Total Dari tabel 4.9, 4.10, dan 4.11 terlihat bahwa terjemahan yang menggunakan modulasi memiliki tingkat keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari tingginya persentase dari terjemahan yang berkategori akurat, berterima, dan memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa transposisi yang dilakukan penerjemah dalam menerjemahkan peribahasa dari BSu ke BSa sudah sesuai dengan kaidah bahasa pada BSa sekaligus juga menunjukkan bahwa kualitas terjemahan yang menggunakan transposisi sangat baik Kualitas Terjemahan Menggunakan Modulasi Keakuratan Terjemahan Menggunakan Modulasi Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa dari 72 data, 13 data mengalami transposisi, 23 mengalami modulasi, dan 36 mengalami transposisi dan modulasi. Sehingga data yang mengalami modulasi sebanyak 59 data dengan 37 data dikategorikan akurat, 17 data kurang akurat, dan 5 data tidak akurat. Tingkat keakuratan dari terjemahan yang mengalami modulasi dapat dilihat pada tabel berikut ini:

28 Tabel 4.12 Tingkat keakuratan terjemahan yang menggunakan modulasi No Tingkat Keakuratan Angka Persentase (%) 1 Akurat 37 62,71 2 Kurang akurat 17 28,81 3 Tidak akurat 5 8,48 Total Keberterimaan Terjemahan Menggunakan Modulasi Modulasi yang diterapkan pada suatu terjemahan juga sangat berpengaruh dalam menentukan tingkat keberterimaan suatu terjemahan. Berikut tingkat keberterimaan terjemahan peribahasa yang mengalami modulasi pada penelitian ini. Tabel 4.13 Tingkat keberterimaan terjemahan menggunakan modulasi No Tingkat Keberterimaan Angka Persentase (%) 1 Berterima 46 77,97 2 Kurang berterima 13 22,03 3 Tidak berterima 0 0 Total Keterbacaan Terjemahan Menggunakan Modulasi Makna merupakan bagian terpenting dalam terjemahan. Modulasi yang melibatkan pergeseran makna merupakan penentu suatu terjemahan dapat dipahami dengan mudah atau sulit. Dengan kata lain, jika suatu terjemahan dapat dipahami dengan mudah, ini berarti bahwa terjemahan tersebut memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi dan sebaliknya. Oleh karena itu, tingkat keterbacaan dari data yang mengalami modulasi juga perlu dianalisis seperti yang terlihat pada tabel berikut ini.

29 Tabel 4.14Tingkat keterbacaan terjemahan menggunakan modulasi No Tingkat Keterbacaan Angka Persentase (%) 1 Tinggi 54 91,53 2 Sedang 5 8,47 3 Rendah 0 0 Total Dari tabel 4.12, 4.13, dan 4.14terlihat bahwa terjemahan yang menggunakan modulasi juga memiliki tingkat keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari tingginya persentase dari terjemahan yang berkategori akurat, berterima, dan memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa modulasi yang dilakukan oleh penerjemahan mampu menyampaikan pesan yang ingin disampaikan dari BSu ke BSa dan sekaligus juga menunjukkan bahwa kualitas terjemahan yang menggunakan transposisi sangat baik. Hasil penilaian yang menunjukkan tingginya tingkat keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan terjemahan yang menggunakan transposisi dan modulasi menunjukkan bahwa terjemahan peribahasa Batak Toba yang diterjemahkan dari bahasa Batak Toba ke bahasa Indonesia sudah sesuai dengan kaidah dan budaya bahasa sasaran serta dapat dimengerti dengan baik. Dengan kata lain, kualitas terjemahan tersebut secara keseluruhan sangat baik.

30 BAB V ANALISISHASIL PENELITIAN Pada bab IV telah ditampilkan hasil penelitian yang meliputi model prosedur penerjemahan dan jenis-jenis transposisi dan modulasi yang digunakan dalam terjemahan peribahasa Batak Toba dari bahasa Batak Toba ke bahasa Indonesia serta kualitas dari terjemahan yang mengalami transposisi dan modulasi dari segi keakuratan (accuracy), keberterimaan (acceptability), dan keterbacaan (readability). Berikut ini akan dibahas secara mendalam hasil dari penelitian tersebut. 5.1Model Penerjemahan Tunggal Transposisi ditandai dengan nomina jamak dalam bahasa Batak Toba menjadi tunggal dalam bahasa Indonesia Di dalam penelitian ini teridentifikasi hanya 1 (satu) data yang mengalami jenis transposisi ini, dimana nomina jamak dalam bahasa Batak Toba menjadi tunggal dalam bahasa Indonesia, yaitu data nomor 01. Contoh: No. Data : 01/BTKKI-h.01 TSu : Aek manuntun lomo angka tolbak gadu-gadu. air menuntun suka (prefiks) runtuh pematang sawahpematang sawah : Air mengalir sesukanya, pematang sawah menjadi runtuh. Pada data di atas, nomina jamak adalah gadu-gadu (pematang sawahpematang sawah) yang ditandai dengan prefiks angka dan pengulangan kata benda tersebut. Akan tetapi, ketika peribahasa tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran, terjadi pergeseran dari nomina jamak dalam BSu menjadi nomina

31 tunggal dalam BSa dimana gadu-gadu yang seharusnya diterjemahkan menjadi pematang sawah-pematang sawah hanya diterjemahkan menjadi pematang sawah. Hal tersebut dilakukan oleh penerjemah karena alasan tertentu, yaitu adanya struktur bahasa yang berbeda antara BSu dan BSa sehingga penerjemah tidak mempunyai pilihan lain selain untuk melakukan transposisi Transposisi ditandai dengan pergeseran struktur Transposisi ditandai dengan pergeseran struktur tentunya pasti digunakan dalam menerjemahkan peribahasa Batak Toba dari bahasa Batak Toba ke bahasa Indonesia mengingat antara bahasa Batak Toba dan bahasa Indonesia memiliki struktur kalimat yang berbeda. Bahasa Batak Toba secara umum memiliki struktur Verba+Subjek+Objek sedangkan bahasa Indonesia memiliki struktur Subjek+Verba+Objek. Dari 21 data penerjemahan tunggal, terdapat 4 data yang menggunakan transposisi ditandai dengan pergeseran struktur, yaitu data yang nomor 17, 20, 32, dan 63. Contoh: No. Data : 17/BTKKI-h.17 TSu : Ia tibu hamu lao, tibu hamu dapotan. jika cepat kamu pergi cepat kamu mendapat : Jika kamu cepat berangkat, kamu cepat mendapat. Peribahasa pada TSu dan merupakan kalimat yang terdiri atas dua klausa. Peribahasa pada TSu memiliki struktur kalimat Konjungsi + Adverbia + Subjek + Verba, Adverbia + Subjek + Verba tetapi struktur tersebut bergeser ketika diterjemahkan ke yaitu Konjungsi + Subjek + Adverbia + Verba, Subjek + Adverbia + Verba. Pergeseran struktur yang terjadi dapat dilihat dari

32 posisi subjek dan adverbia. Pada TSu, adverbia terletak sebelum subjek sedangkan pada, adverbia terletak setelah subjek. Pada dasarnya penerjemah dapat menerjemahkan peribahasa pada TSu mengikuti struktur yang ada. Akan tetapi, hal tersebut tidak lazim. Oleh karena itu, penerjemah melakukan pergeseran struktur sehingga terjemahan terasa alami dan pesan yang terdapat dalam peribahasa dapat tersampaikan dengan jelas Transposisi ditandai dengan pergeseran unit Transposisi ditandai dengan pergeseran unit disini misalnya pergeseran kata menjadi klausa, frasa menjadi klusa, dan sebagainya. Transposisi jenis ini untuk penerjemahan tunggal hanya ditemukan pada data nomor 24. Contoh: No. Data : 24/BTKKI-h.24 TSu : Manat unang tartuktuk, nanget unang tarrobung. hati-hati jangan tersandung pelan jangan terperosok : Berhati-hati agar tidak tersandung, pelan-pelan agar tidak terperosok. Transposisi unit yang terjadi pada data di atas adalah pergeseran unit kata menjadi frasa. Kata unang (jangan) dalam TSu diterjemahkan menjadi frasa agar tidak dalam. Pergeseran unit ini dilakukan oleh penerjemah dengan maksud untuk mengisi kesenjangan leksikal dalam BSa dengan menggunakan suatu struktur gramatikal. Kesenjangan leksikal disini adalah pergeseran fungsi kata jangan yang pada TSu berfungsi sebagai penanda kalimat larangan menjadi frasa agar tidak yang pada TSu berfungsi sebagai kalimat anjuran/nasihat.

33 5.1.4 Transposisi ditandai dengan suatu perangkat tekstual penanda fokus dalam BSu yang dinyatakan dengan konstruksi gramatikal dalam Bsa Transposisi jenis ini juga merupakan jenis transposisi yang dilakukan dengan maksud mengisi kesenjangan leksikal dalam BSa dengan menggunakan suatu struktur gramatikal. Dalam hal ini kesenjangan leksikal terlihat dari peranti gramatikal yang mempunyai fungsi tekstual, seperti /-lah/ dan /-pun/. Transposisi jenis ini dapat ditemukan pada data nomor 02, 12, 13, 48, dan 52. Contoh: No. Data : 02/BTKKI-h.2 TSu : Agia malap-malap, asal ma di hangoluan. biar menderita asal (partikel) di kehidupan. : Biar menderita asal hanya dalam kehidupan. Peranti gramatikal dalam TSu adalah partikel ma (/-lah/) yang berfungsi untuk menekankan atau menegaskan fokus dalam kalimat, yaitu di kehidupan. Ketika diterjemahkan ke peranti gramatikal berubah menjadi kata hanya yang sekaligus menyebabkan terjadinya pergeseran level, yaitu dari morfem menjadi kata Modulasi wajib ditandai dengan pasangan kata dalam BSu yang salah satunya saja ada padanannya dalam BSa. dan 65. Modulasi wajib jenis ini dapat ditemukan pada data nomor 11, 54, 57, 60, Contoh: No. Data : 60/BTKKI-h.60 TSu : Togon marmahan sabara horbo sian lebih mudah memelihara sekandang kerbau daripada

34 marmahan sada jolma. memelihara satu manusia : Lebih mudah memelihara sekandang harimau, daripada mengurus satu manusia. Pada TSu terdapat perbandingan antara memelihara kerbau dengan manusia, tetapi pada terjadi perubahan sudut pandang dimana kerbau diterjemahkan menjadi harimau yang juga dibandingkan dengan manusia. Hal ini tentunya terjadi karena adanya perbedaan budaya. Bagi orang Batak Toba kerbau merupakan binatang yang istimewa. Akan tetapi, bagi masyarakat Indonesia secara umum, harimau dianggap memiliki nilai lebih dibandingkan binatang-binatang lainnya karena harimau identik dengan sifat buas sehingga tidaklah mudah memelihara harimau. Oleh karena itu, modulasi yang dilakukan oleh penerjemah bersifat wajib sehingga perlu dimunculkan yang ditandai dengan pasangan kata dalam BSu yang salah satunya saja ada padanannya dalam BSa.Hal ini sesuai dengan sifat dari peribahasa itu sendiri, sehingga modulasi yang terjadi dapat menunjukkan adanya makna mendalam atau khusus dari peribahasa tersebut Modulasi bebas ditandai dengan menyatakan secara tersurat dalam BSa apa yang tersirat dalam BSu dan sebaliknya Modulasi bebas adalah prosedur penerjemahan yang dilakukan karena alasan linguistik, misalnya untuk memperjelas makna, menimbulkan kesetalian dalam BSa, dan mencari padanan yang terasa alami dalam BSa, salah satunya adalah dengan menyatakan secara tersurat dalam BSa apa yang tersurat dalam BSu dan sebaliknya. Modulasi bebas jenis ini dapat ditemukan pada data nomor 25, 26, 27, 36, 55, 66, dan 68.

35 Contoh: No. Data : 55/BTKKI-h.55 TSu : Sahali margapgap, pitu hali iba so porsea. sekali berbohong tujuh kali saya tidak percaya : Sekali berdusta, tujuh kali tak dipercaya. Pada TSu kata iba (saya) dinyatakan secara tersurat sehingga kata saya dalam hal ini memberikan implikasi bahwa yang berbohong atau pelaku adalah subjek yang lain sedangkan pada kata iba (saya) dinyatakan secara tersirat yang membuat makna peribahasa lebih bersifat umum dimana siapa saja berpotensi menjadi subjek atau pelaku. Dengan demikian, modulasi bebas yang dilakukan oleh penerjemah dalam hal ini membuat peribahasa lebih terasa alami Modulasi bebas ditandai dengan dengan penerjemahan kata yang hanya sebagian aspek maknanya dalam BSu dapat diungkapkan dalam BSa, yaitu dari bernuansa khusus ke umum atau sebaliknya Modulasi bebas jenis ini hanya ditemukan pada data nomor 11. Contoh: No. Data : 11/BTKKI-h.11 TSu : Hatop adong pinareakna, lambat adong pinaimana. cepat ada yang berjalan lambat ada yang ditunggu. : Cepat ada yang dikejar, lambat ada yang ditunggu. Sebagian aspek makna pada TSu dapat diungkapkan pada, yaitu lambat ada yang ditunggu. Akan tetapi, sebagian aspek makna lain mengalami perubahan sudut pandang dimana kata pinareakna (yang berjalan) pada TSu yang merupakan kata yang bernuansa umum dan diterjemahkan ke menjadi yang

36 dikejar yang merupakan kata yang bernuansa khusus. Dengan demikian, terdapat kesetalian makna baik pada TSu maupun. 5.2 Model Penerjemahan Kuplet Modulasi bebas ditandai dengan menyatakan secara tersurat dalam BSa apa yang tersirat dalam BSu dan sebaliknya + Transposisi ditandai dengan pergeseran unit Modulasi bebas yang dilakukan oleh penerjemah dengan menyatakan secara tersurat dalam BSa apa yang tersirat dalam BSu dan sebaliknya bertujuan untuk memperjelas makna atau maksud dari peribahasa dan dalam hal ini juga menyebabkan terjadi pergeseran unit. Modulasi bebas dan transposisi jenis ini dapat ditemukan pada data nomor 03, 15, 22, 23, 28, dan 29, Contoh: No. Data : 03/BTKKI-h.03 TSu : Binuang-binuang ganda, hinolit-hinolit mago. dibuang-buang ganda pelit-pelit hilang : Semakin murah memberi, semakin berlimpah. Semakin kikir, semakin tidak punya. Pada data di atas yang terjadi adalah modulasi bebas ditandai dengan menyatakan secara tersirat dalam BSa apa yang tersurat dalam BSu. Kata ulangbinuang-binuang (dibuang-buang) dalam TSu tidak diterjemahkan dalam. Akan tetapi, kata tersebut diperjelas maknanya dengan memberikan makna yang sepadan dengan kata binuang-binuang (dibuang-buang) yaitu klausa semakin murah memberi sehingga terjadi pergeseran unit dari kata menjadi klausa. Hal tersebut juga terjadi pada kata ganda (ganda) yang tidak diterjemahkan pada TSu kemudian diberikan padanan maknanya, yaitu klausa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini, penulis akan memberikan kesimpulan serta saran berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab sebelumnya. 5.1 Kesimpulan 5.1.1

Lebih terperinci

Lampiran 1. Transkrip Terjemahan Peribahasa Batak Toba (Bahasa Batak Toba Bahasa Indonesia) : Air mengalir sesukanya, pematang sawah menjadi runtuh.

Lampiran 1. Transkrip Terjemahan Peribahasa Batak Toba (Bahasa Batak Toba Bahasa Indonesia) : Air mengalir sesukanya, pematang sawah menjadi runtuh. Lampiran 1. Transkrip Terjemahan Peribahasa Batak Toba (Bahasa Batak Toba Bahasa Indonesia) 1. BSu : Aek manuntun lomo angka tolbak gadu-gadu. air menuntun suka (prefiks) runtuh pematang sawah : Air mengalir

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 109 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan dipaparkan tentang simpulan dan saran yang didapat setelah melakukan analisis data berupa majas ironi dan sarkasme dalam novel The Return of Sherlock Holmes dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam menggunakan bahasa saat berkomunikasi baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Di dalam berbahasa,

Lebih terperinci

BAB 6 PENUTUP. Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan

BAB 6 PENUTUP. Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan 192 BAB 6 PENUTUP Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan kewajaran (Larson, 1989:53). Ketepatan berarti bahwa terjemahan harus menyampaikan pesan sesuai dengan yang

Lebih terperinci

Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta

Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta KAJIAN TERJEMAHAN KALIMAT YANG MEREPRESENTASIKAN TUTURAN PELANGGARAN MAKSIM PADA SUBTITLE FILM THE QUEEN (KAJIAN TERJEMAHAN DENGAN PENDEKATAN PRAGMATIK) Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas

Lebih terperinci

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015 SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Buku Hukum The Concept of Law karya H.L.A Hart dan terjemahannya Konsep Hukum merupakan buku teori hukum atau jurisprudence, bukan merupakan hukum secara praktek.

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN digilib.uns.ac.id BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini terdiri atas dua subbab yaitu simpulan dan saran. Bagian simpulan memaparkan tentang keseluruhan hasil penelitian secara garis besar yang meliputi strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik sistemik fungsional berperan penting memberikan kontribusi dalam fungsi kebahasaan yang mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan adalah pengalihan makna dari bahasa sumber (BS) ke bahasa target (BT) dan makna BS harus dapat dipertahankan sehingga tidak terjadi pergeseran makna pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dalam bidang linguistik berkaitan dengan bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis memiliki hubungan dengan tataran gramatikal. Tataran gramatikal

Lebih terperinci

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, penerjemah lebih banyak

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, penerjemah lebih banyak BAB IV SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, penerjemah lebih banyak menggunakan metode penerjemahan sama makna dan bentuk dengan total 208 kalimat. Metode penerjemahan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

ANALISIS TRANSPOSISI DAN MODULASI PADA BUKU TEORI BUDAYA TERJEMAHAN DARI BUKU CULTURE THEORY

ANALISIS TRANSPOSISI DAN MODULASI PADA BUKU TEORI BUDAYA TERJEMAHAN DARI BUKU CULTURE THEORY ANALISIS TRANSPOSISI DAN MODULASI PADA BUKU TEORI BUDAYA TERJEMAHAN DARI BUKU CULTURE THEORY Johnny Prasetyo John Pras-isi@yahoo. com Institut Seni Indonesia Surakarta ABSTRACT This descriptive-qualitative

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengusung permasalahan keilmuan. Materi yang dituangkan dalam tulisan ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. mengusung permasalahan keilmuan. Materi yang dituangkan dalam tulisan ilmiah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya ilmiah adalah karangan yang berisi gagasan ilmiah yang disajikan secara ilmiah serta menggunakan bentuk dan bahasa ilmiah. Karya tulis ilmiah mengusung permasalahan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kategori leksikal, komplemen, keterangan, spesifier, dan kaidah struktur frasa.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kategori leksikal, komplemen, keterangan, spesifier, dan kaidah struktur frasa. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu frasa, FP, kategori leksikal, komplemen, keterangan, spesifier, dan kaidah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara verbal. Tentunya ilmu bahasa atau sering disebut linguistik memiliki cabangcabang ilmu bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bahasa memiliki peranan penting dalam hal berkomunikasi. Fungsi penting dari bahasa adalah menyampaikan pesan dengan baik secara verbal atau tulisan. Pesan yang disampaikan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Bab ini terdiri dari dua bagian, yaitu simpulan dan saran. Simpulan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Bab ini terdiri dari dua bagian, yaitu simpulan dan saran. Simpulan 282 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini terdiri dari dua bagian, yaitu simpulan dan saran. Simpulan menyajikan keseluruhan hasil penelitian ini, yakni maksim prinsip kerjasama (cooperative principles) dalam

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II,

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II, 654 BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II, uji lapangan, dan temuan-temuan penelitian, ada beberapa hal yang dapat

Lebih terperinci

KETIDAKAKURATANNYA MENGANALISA TERJEMAHAN DALAM SUBTITLE BAHASA INDONESIA UNTUK FILM TOY STORY 3

KETIDAKAKURATANNYA MENGANALISA TERJEMAHAN DALAM SUBTITLE BAHASA INDONESIA UNTUK FILM TOY STORY 3 KETIDAKAKURATANNYA MENGANALISA TERJEMAHAN DALAM SUBTITLE BAHASA INDONESIA UNTUK FILM TOY STORY 3 Samsul Hadi, Ismani STKIP PGRI Pacitan samsulhadi.mr@gmail.com, ismanipjkr@gmail.com ABSTRAK. Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Dewasa ini, bahasa semakin berkembang pesat. Oleh karena itu, manusia

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Dewasa ini, bahasa semakin berkembang pesat. Oleh karena itu, manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah salah satu unsur penting dalam kehidupan manusia yaitu sebagai sarana dalam berkomunikasi antara individu yang satu dengan lainnya. Dewasa ini,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Struktur adalah perangkat unsur yang di antaranya ada hubungan yang bersifat ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan deskriptif. Rancangan ini adalah rancangan yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

PERGESERAN BENTUK DALAM TERJEMAHAN ARTIKEL DI MAJALAH KANGGURU INDONESIA

PERGESERAN BENTUK DALAM TERJEMAHAN ARTIKEL DI MAJALAH KANGGURU INDONESIA PERGESERAN BENTUK DALAM TERJEMAHAN ARTIKEL DI MAJALAH KANGGURU INDONESIA Dewi Nurmala 1, Alfitriana Purba 2 1,2 Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah Medan Jl. Garu II No. 93 Medan Sumatera Utara email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia yang masih belum mempunyai kemampuan untuk. kehidupan sehari-hari baik secara lisan maupun tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia yang masih belum mempunyai kemampuan untuk. kehidupan sehari-hari baik secara lisan maupun tulisan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar orang menggunakan bahasa Inggris sebagai alat komunikasi dengan Negara lain di seluruh dunia. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk mengerti

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang lain. Jika tidak ada penerjemah, maka sebuah text BSu akan sulit untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang lain. Jika tidak ada penerjemah, maka sebuah text BSu akan sulit untuk BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Penerjemahan Pada dewasa ini kegiatan penerjemahan merupakan sebuah kegiatan yang penting untuk mentransfer makna dari BSu ke BSa. Penerjemahan sangat dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode penelitian deskriptif analitik. Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Unsur sintaksis yang terkecil adalah frasa. Menurut pandangan seorang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Unsur sintaksis yang terkecil adalah frasa. Menurut pandangan seorang BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut KBBI (2003 : 588), konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang penerjemah karya sastra selain harus menguasai aspek-aspek kebahasaan antara

BAB I PENDAHULUAN. Seorang penerjemah karya sastra selain harus menguasai aspek-aspek kebahasaan antara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan karya sastra bukanlah pekerjaan yang mudah dilakukan. Karena kegiatan ini tidak hanya melibatkan bahasa, tetapi juga menyangkut masalah budaya. Seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dirasakannya melalui hasil karya tulisnya kepada para pembacanya. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. yang dirasakannya melalui hasil karya tulisnya kepada para pembacanya. Banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komik merupakan salah satu karya sastra. Dengan membaca karya sastra termasuk melakukan proses komunikasi antara pengarang dengan pembaca. Pengarang komik ingin menyampaikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kenali adalah surat perjanjian, sertifikat, buku ilmu pengetahuan bidang hukum

BAB 1 PENDAHULUAN. kenali adalah surat perjanjian, sertifikat, buku ilmu pengetahuan bidang hukum BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teks hukum merupakan jenis teks yang bersifat sangat formal dan sangat terstruktur. Teks hukum ini sangat beragam macamnya, yang paling mudah kita kenali adalah surat

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI

BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI 174 BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Simpulan Berdasarkan analisis data pada bab sebelumnya, pengungkapan modalitas desideratif BI dan BJ dapat disimpulkan seperti di bawah ini. 1. Bentuk-bentuk pegungkapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda. Dalam menghadapi masalah ini, kegiatan penerjemahan memberikan solusi karena

BAB I PENDAHULUAN. berbeda. Dalam menghadapi masalah ini, kegiatan penerjemahan memberikan solusi karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa, baik lisan maupun tulisan merupakan alat yang penting dalam mendukung terjalinnya komunikasi antar individu. Dalam kegiatan komunikasi, tujuan dari kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era kemajuan teknologi dewasa ini semakin banyak terjemahan bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks bahasa sumber (TSu) ke dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk,

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mempelajari bahasa Inggris terutama yang berkenaan dengan makna yang terkandung dalam setiap unsur suatu bahasa, semantik merupakan ilmu yang menjadi pengukur

Lebih terperinci

TRANSPOSISI DAN MODULASI DALAM TERJEMAHAN PERIBAHASA PADA BUKU BATAK TOBA KARAKTER KEARIFAN INDONESIA TESIS. Oleh ELY HAYATI NASUTION /LNG

TRANSPOSISI DAN MODULASI DALAM TERJEMAHAN PERIBAHASA PADA BUKU BATAK TOBA KARAKTER KEARIFAN INDONESIA TESIS. Oleh ELY HAYATI NASUTION /LNG TRANSPOSISI DAN MODULASI DALAM TERJEMAHAN PERIBAHASA PADA BUKU BATAK TOBA KARAKTER KEARIFAN INDONESIA TESIS Oleh ELY HAYATI NASUTION 137009001/LNG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibatnya pada level yang berbeda-beda. Peristiwa pengeboman Hiroshima pada

BAB I PENDAHULUAN. akibatnya pada level yang berbeda-beda. Peristiwa pengeboman Hiroshima pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kesalahan dalam pemilihan arti ketika menerjemahkan akan sangat fatal akibatnya pada level yang berbeda-beda. Peristiwa pengeboman Hiroshima pada tanggal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu

Lebih terperinci

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Nama : Khoirudin A. Fauzi NIM : 1402408313 BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Pada bab terdahulu disebutkan bahwa morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian penerjemahan yang bersifat deskriptif-kualitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian penerjemahan yang bersifat deskriptif-kualitatif BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian penerjemahan yang bersifat deskriptif-kualitatif dengan studi kasus terpancang. Penelitian ini disebut penelitian kualitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan warna kulit, ras, agama, bangsa dan negara. Bahasa merupakan perwujudan suatu konsep

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut.

BAB V PENUTUP. dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut. BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan penelitian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut. Secara garis besar kalimat imperatif bahasa Indonesia dapat

Lebih terperinci

BAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat

BAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat BAB V P E N U T U P 5.1 Kesimpulan Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat tunggal bahasa Sula yang dipaparkan bahasan masaalahnya mulai dari bab II hingga bab IV dalam upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak. kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak. kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berkomunikasi antar manusia dibutuhkan bahasa yang disepakati oleh pengguna bahasa itu sendiri. Bahasa mempunyai keterikatan dan keterkaitan dalam kehidupan manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah preposisi selalu mendapat perhatian di dalam buku-buku tata

BAB I PENDAHULUAN. Masalah preposisi selalu mendapat perhatian di dalam buku-buku tata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah preposisi selalu mendapat perhatian di dalam buku-buku tata bahasa, baik dalam tata bahasa bahasa Indonesia (lihat Alwi dkk., 2003: 288; Chaer, 1994: 373; Lapoliwa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau sebuah konstruksi tata bahasa yang terdiri atas dua kata atau lebih.

BAB I PENDAHULUAN. atau sebuah konstruksi tata bahasa yang terdiri atas dua kata atau lebih. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Struktur bahasa terdiri atas beberapa tingkatan yaitu kata, frasa, klausa dan kalimat. Frasa merupakan satuan sintaksis yang satu tingkat berada di bawah satuan klausa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain dapat berbeda bergantung pada aliran linguistik apa yang mereka anut.

BAB I PENDAHULUAN. lain dapat berbeda bergantung pada aliran linguistik apa yang mereka anut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata merupakan salah satu unsur penting dalam pembetukan suatu bahasa salah satunya dalam suatu proses pembuatan karya tulis. Kategori kata sendiri merupakan masalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik (Tarigan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik (Tarigan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi yang memungkinkan manusia dapat berkomunikasi dengan sesamanya baik secara lisan maupun tulisan. Komunikasi akan berlangsung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Verba Aksi Verba aksi adalah kata kerja yang menyatakan perbuatan atau tindakan, atau yang menyatakan perbuatan, tindakan, gerak, keadaan dan terjadinya sesuatu (Keraf,

Lebih terperinci

TEKNIK PENERJEMAHAN BSu BSa

TEKNIK PENERJEMAHAN BSu BSa TEKNIK PENERJEMAHAN Teknik penerjemahan ialah cara yang digunakan untuk mengalihkan pesan dari ke, diterapkan pada tataran kata, frasa, klausa maupun kalimat. Menurut Molina dan Albir (2002), teknik penerjemahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan data-data yang dikumpulkan baik berupa penelitian, jurnal

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan data-data yang dikumpulkan baik berupa penelitian, jurnal BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data-data yang dikumpulkan baik berupa penelitian, jurnal maupun hasil penelitian lainnya, ditemukan beberapa penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana berkomunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Peranan bahasa sangat membantu manusia dalam menyampaikan gagasan, ide, bahkan pendapatnya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa concord adalah aturan gramatikal

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa concord adalah aturan gramatikal BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa concord adalah aturan gramatikal yang wajib diketahui dan dipenuhi yang terdapat pada bahasa Arab dan bahasa Inggris atau bahasa-bahasa

Lebih terperinci

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) PERILAKU BENTUK VERBA DALAM KALIMAT BAHASA INDONESIA TULIS SISWA SEKOLAH ARUNSAT VITAYA, PATTANI, THAILAND

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara sebagai salah satu provinsi di Indonesia memiliki potensi

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara sebagai salah satu provinsi di Indonesia memiliki potensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sumatera Utara sebagai salah satu provinsi di Indonesia memiliki potensi pariwisata yang besar untuk dikembangkan. Potensi ini mencakup keindahan alamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, baik dalam bidang pendidikan, pemerintahan, maupun dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif; biasanya

BAB I PENDAHULUAN. Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif; biasanya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif; biasanya dalam bentuk cerita (sumber: wikipedia.com). Penulis novel disebut novelis. Kata novel

Lebih terperinci

Iin Pratiwi Ningsih Manurung Drs. Azhar Umar, M.Pd. ABSTRAK

Iin Pratiwi Ningsih Manurung Drs. Azhar Umar, M.Pd. ABSTRAK 1 2 Hubungan Penguasaan Struktur dan Ciri Kebahasaan Teks dengan Kemampuan Menulis Teks Deskripsi Siswa Kelas VII SMP Negeri 23 Medan Tahun Pembelajaran 2014/2015 Iin Pratiwi Ningsih Manurung Drs. Azhar

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM TATARAN SINTAKSIS PADA PIDATO SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TIGANDERKET TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM TATARAN SINTAKSIS PADA PIDATO SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TIGANDERKET TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM TATARAN SINTAKSIS PADA PIDATO SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TIGANDERKET TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 Oleh Perlinda Br Bangun (perlinda.bangun94@gmail.com) Dr. Malan Lubis,

Lebih terperinci

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat KELOMPOK 5 MATA KULIAH: BAHASA INDONESIA Menu KALIMAT Oleh: A. SK dan KD B. Pengantar C. Satuan Pembentuk Bahasa D. Pengertian E. Karakteristik F. Unsur G. 5 Pola Dasar H. Ditinjau Dari Segi I. Menurut

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. jawaban suatu permasalahan. Atau konsep adalah gambaran mental diri objek, proses, atau

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. jawaban suatu permasalahan. Atau konsep adalah gambaran mental diri objek, proses, atau BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah suatu rangkaian kegiatan yang terencana dan sistematis untuk menemukan jawaban suatu permasalahan. Atau konsep adalah gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan pesan secara tertulis dari teks suatu

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan pesan secara tertulis dari teks suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan pesan secara tertulis dari teks suatu bahasa ke bahasa yang lain. Teks yang diterjemahkan disebut Teks Sumber (Tsu) dan bahasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). PBB sebagai suatu organisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). PBB sebagai suatu organisasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan salah satu bangsa yang merupakan bagian dari komunitas dunia. Salah satu organisasi komunitas dunia tersebut adalah Perserikatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pergeseran. Pergeseran makna yang belum begitu jauh memungkinkan penutur

BAB I PENDAHULUAN. pergeseran. Pergeseran makna yang belum begitu jauh memungkinkan penutur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luasnya pemakaian bahasa menyebabkan makna sebuah kata mengalami pergeseran. Pergeseran makna yang belum begitu jauh memungkinkan penutur atau peneliti bahasa akan

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini Penulis akan menjabarkan tentang teori yang digunakan Penulis

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini Penulis akan menjabarkan tentang teori yang digunakan Penulis Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini Penulis akan menjabarkan tentang teori yang digunakan Penulis dalam menerjemahkan lirik lagu Sepasang Mata Bola karya Ismail Marzuki. Penerjemahan lirik lagu ini membutuhkan

Lebih terperinci

BAB 2 KONSEP IDIOM DAN PENERJEMAHAN

BAB 2 KONSEP IDIOM DAN PENERJEMAHAN 7 BAB 2 KONSEP IDIOM DAN PENERJEMAHAN Salah satu kajian ilmu linguistik adalah semantik. Semantik berhubungan dengan makna yang ada pada setiap bahasa. Pada bab ini akan dibahas mengenai makna dari Palmer,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan eufemisme organ dan aktifitas seksual yang terdapat pada novel Fifty

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan eufemisme organ dan aktifitas seksual yang terdapat pada novel Fifty BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Sasaran penelitian ini merupakan eufemisme organ dan aktifitas seksual yang terdapat pada novel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI Tinjauan pustaka memaparkan lebih lanjut tentang penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Selain itu, dipaparkan konsep

Lebih terperinci

Ahmad Syukron et al., Keterbacaan Wacana dalam Buku Teks Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SD Kelas 4 Terbitan Erlangga Berdasarkan Teknik Cloze

Ahmad Syukron et al., Keterbacaan Wacana dalam Buku Teks Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SD Kelas 4 Terbitan Erlangga Berdasarkan Teknik Cloze Keterbacaan Wacana dalam Buku Teks Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SD Kelas (Discourse Readabilty in Indonesian Textbook for Elementary School 4th Class Published by Erlangga Based on Cloze Tehnique)

Lebih terperinci

ANALISIS TERJEMAHAN KALIMAT DALAM SURAT SPONSOR COMPASS INTERNATIONAL FOUNDATION (KAJIAN IDEOLOGI, METODE, TEKNIK PENERJEMAHAN DAN KUALITASNYA)

ANALISIS TERJEMAHAN KALIMAT DALAM SURAT SPONSOR COMPASS INTERNATIONAL FOUNDATION (KAJIAN IDEOLOGI, METODE, TEKNIK PENERJEMAHAN DAN KUALITASNYA) ANALISIS TERJEMAHAN KALIMAT DALAM SURAT SPONSOR COMPASS INTERNATIONAL FOUNDATION (KAJIAN IDEOLOGI, METODE, TEKNIK PENERJEMAHAN DAN KUALITASNYA) Anastasia Inda Nugraheni, M.R. Nababan, Djatmika Magister

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi dengan sesamanya memerlukan sarana untuk menyampaikan kehendaknya. Salah satu sarana komunikasi

Lebih terperinci

BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE

BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE 4.1 Pengantar Bagian ini akan membicarakan analisis unsur-unsur bahasa Inggris yang masuk ke dalam campur kode dan membahas hasilnya. Analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan seharihari. Ketika berbahasa ada bentuk nyata dari pikiran yang ingin disampaikan kepada mitra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berkomunikasi kita memerlukan bahasa. Bahasa merupakan alat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berkomunikasi kita memerlukan bahasa. Bahasa merupakan alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berkomunikasi kita memerlukan bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu, melalui bahasa manusia dapat

Lebih terperinci

TERJEMAHAN FRASA PREPOSISI PADA NOVEL PRIDE AND PREJUDICE DALAM BAHASA INDONESIA TESIS. Oleh NUR KHANIFAH RIZKY LUBIS /LNG

TERJEMAHAN FRASA PREPOSISI PADA NOVEL PRIDE AND PREJUDICE DALAM BAHASA INDONESIA TESIS. Oleh NUR KHANIFAH RIZKY LUBIS /LNG TERJEMAHAN FRASA PREPOSISI PADA NOVEL PRIDE AND PREJUDICE DALAM BAHASA INDONESIA TESIS Oleh NUR KHANIFAH RIZKY LUBIS 137009015/LNG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 TERJEMAHAN

Lebih terperinci

PENERJEMAHAN INFORMASI IMPLISIT DARI BAHASA INGGRIS KE BAHASA INDONESIA DALAM KARYA FIKSI

PENERJEMAHAN INFORMASI IMPLISIT DARI BAHASA INGGRIS KE BAHASA INDONESIA DALAM KARYA FIKSI PENERJEMAHAN INFORMASI IMPLISIT DARI BAHASA INGGRIS KE BAHASA INDONESIA DALAM KARYA FIKSI Diana Chitra Hasan Universitas Bung Hatta Abstract A good translation must strive for dynamic equivalence, i.e.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan pengalihan makna atau pengungkapan

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan pengalihan makna atau pengungkapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penerjemahan merupakan suatu kegiatan pengalihan makna atau pengungkapan kembali isi suatu teks ke bahasa lain. Mengalihkan dan memindahkan makna serta memilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini menarik minat pemerhati bahasa khususnya di bidang penerjemahan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini menarik minat pemerhati bahasa khususnya di bidang penerjemahan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan adanya festival film yang memberikan penghargaan untuk kategori film bahasa asing terbaik dapat menambah manfaat pemakaian lebih dari satu bahasa dalam sebuah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode Penelitian Pada penelitian ini, pengujicobaan teknik klos melalui media kartu pas kalimat pada pembelajaran kosakata berprefiks dilakukan pada pembelajar BIPA yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Menulis merupakan salah satu cara manusia untuk mengungkapkan sebuah ide atau gagasan kepada orang lain melalui media bahasa tulis. Bahasa tulis tentu berbeda

Lebih terperinci

LOSS DAN GAIN PADA TERJEMAHAN BUKU HUKUM THE CONCEPT OF LAW KARYA H. L. A HART KE DALAM VERSI BAHASA INDONESIA KONSEP HUKUM

LOSS DAN GAIN PADA TERJEMAHAN BUKU HUKUM THE CONCEPT OF LAW KARYA H. L. A HART KE DALAM VERSI BAHASA INDONESIA KONSEP HUKUM LOSS DAN GAIN PADA TERJEMAHAN BUKU HUKUM THE CONCEPT OF LAW KARYA H. L. A HART KE DALAM VERSI BAHASA INDONESIA KONSEP HUKUM Hanifa Pascarina, M. R. Nababan, Riyadi Santosa, Magister Linguistik Program

Lebih terperinci

KAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

KAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan KAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk-bentuk tulisan yang lebih bebas. Penerjemah harus berhadapan dan

BAB I PENDAHULUAN. bentuk-bentuk tulisan yang lebih bebas. Penerjemah harus berhadapan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teks terjemahan diciptakan dalam bingkai kondisi yang berlainan dengan bentuk-bentuk tulisan yang lebih bebas. Penerjemah harus berhadapan dan mengatasi sejumlah masalah

Lebih terperinci

BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA

BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA MODUL BAHASA INDONESIA KELAS XI SEMESTER 2 BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA OLEH NI KADEK SRI WEDARI, S.Pd. A. Pengertian Teks Ulasan Film/Drama Teks ulasan yaitu teks yang berisi ulasan atau penilaian terhadap

Lebih terperinci

IDEOLOGI DALAM PENERJEMAHAN (Farida Amalia Universitas Pendidikan Indonesia)

IDEOLOGI DALAM PENERJEMAHAN (Farida Amalia Universitas Pendidikan Indonesia) IDEOLOGI DALAM PENERJEMAHAN (Farida Amalia Universitas Pendidikan Indonesia) A. Pendahuluam Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan secara tertulis pesan dari teks suatu bahasa ke dalam teks bahasa lain

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini, penulis akan menjabarkan teori-teori yang digunakan penulis dalam menerjemahkan Komik Indonesia Nusantaranger karya Tim Nusantaranger. Agar dapat menerjemahkan komik

Lebih terperinci

PERGESERAN TERJEMAHAN PEMARKAH KOHESI SUBSTITUSI DAN ELIPSIS DALAM NOVEL SISTERS KARYA DANIELLE STEEL DAN TERJEMAHANNYA KE BAHASA INDONESIA

PERGESERAN TERJEMAHAN PEMARKAH KOHESI SUBSTITUSI DAN ELIPSIS DALAM NOVEL SISTERS KARYA DANIELLE STEEL DAN TERJEMAHANNYA KE BAHASA INDONESIA PERGESERAN TERJEMAHAN PEMARKAH KOHESI SUBSTITUSI DAN ELIPSIS DALAM NOVEL SISTERS KARYA DANIELLE STEEL DAN TERJEMAHANNYA KE BAHASA INDONESIA TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain ( Kridalaksana,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain ( Kridalaksana, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Frasa Verba Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. berupa skripsi, jurnal, tesis, artikel dan lain-lain, ditemukan beberapa penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. berupa skripsi, jurnal, tesis, artikel dan lain-lain, ditemukan beberapa penelitian 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 1.1 Kajian Pustaka Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya yang telah dikumpulkan berupa skripsi, jurnal, tesis, artikel dan lain-lain, ditemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hobi adalah kegemaran; kesenangan istimewa pada waktu senggang,

BAB I PENDAHULUAN. Hobi adalah kegemaran; kesenangan istimewa pada waktu senggang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hobi adalah kegemaran; kesenangan istimewa pada waktu senggang, bukan pekerjaan utama. 1 Tujuan hobi adalah untuk memenuhi keinginan dan mendapatkan kesenangan. 2 Terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah memberi banyak definisi tentang penerjemahan, diantaranya: (1) bidang ilmu secara umum,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan makna gramatikal. Untuk menjelaskan konsep afiksasi dan makna, penulis memilih pendapat dari Kridalaksana

Lebih terperinci

ANALISIS TERJEMAHAN EUFEMISME ORGAN DAN AKTIFITAS SEKSUAL DALAM NOVEL FIFTY SHADES OF GREY

ANALISIS TERJEMAHAN EUFEMISME ORGAN DAN AKTIFITAS SEKSUAL DALAM NOVEL FIFTY SHADES OF GREY ANALISIS TERJEMAHAN EUFEMISME ORGAN DAN AKTIFITAS SEKSUAL DALAM NOVEL FIFTY SHADES OF GREY Desi Zauhana Arifin, Djatmika, Tri Wiratno Magister Linguistik Penerjemahan Program PASCASARJANA UNS dezauhana@gmail.com

Lebih terperinci

PERGESERAN BENTUK DAN MAKNA PADA JUDUL DAN SUBJUDUL NOVEL KRUISTOCHT IN SPIJKERBROEK (1973) MENJADI PERJALANAN MENEMBUS WAKTU (2005)

PERGESERAN BENTUK DAN MAKNA PADA JUDUL DAN SUBJUDUL NOVEL KRUISTOCHT IN SPIJKERBROEK (1973) MENJADI PERJALANAN MENEMBUS WAKTU (2005) PERGESERAN BENTUK DAN MAKNA PADA JUDUL DAN SUBJUDUL NOVEL KRUISTOCHT IN SPIJKERBROEK (1973) MENJADI PERJALANAN MENEMBUS WAKTU (2005) SUWANDAGNI KARTIKASARI 0806393334 ABSTRAK Ringkasan ini membahas transposisi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. fungsional, (3) fungsi bahasa adalah membuat makna- makna, (4) bahasa adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. fungsional, (3) fungsi bahasa adalah membuat makna- makna, (4) bahasa adalah BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian ini meneliti teks terjemahan buku bilingual yang berupa wacana sains untuk mengdentifikasi jenis metafora gramatikal dan keakuratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga bahasa asal novel yang berbeda dengan bahasa-bahasa di negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. juga bahasa asal novel yang berbeda dengan bahasa-bahasa di negara lain. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra dalam bentuk novel masih terus tumbuh dan berkembang pesat hingga sekarang. Banyak penulis-penulis baru yang bermunculan. Meskipun demikian, tidak sedikit

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian jenis proses campur kode menunjukkan hasil yang berbeda-beda antara bahasa yang satu dan bahasa yang lain karena subjek penelitian mereka pun berbeda-beda, baik dari

Lebih terperinci