PENINGKATAN PROFESIONALISME WIDYAISWARA MELALUI PENGENALAN TEORI PENERJEMAHAN TEKS BAHASA INGGRIS (SEBUAH KAJIAN TEORITIS)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENINGKATAN PROFESIONALISME WIDYAISWARA MELALUI PENGENALAN TEORI PENERJEMAHAN TEKS BAHASA INGGRIS (SEBUAH KAJIAN TEORITIS)"

Transkripsi

1 1 PENINGKATAN PROFESIONALISME WIDYAISWARA MELALUI PENGENALAN TEORI PENERJEMAHAN TEKS BAHASA INGGRIS (SEBUAH KAJIAN TEORITIS) Oleh : Muchamad Latief Fahmi,SS,MSE (Widyaiswara Muda Balai Diklat Industri Yogyakarta Kementerian Perindustrian) I. PENDAHULUAN Buku mempunyai peran yang signifikan dalam dunia ilmu pengetahuan dan ilmu pendidikan. Buku dan segala literaturnya tidak dapat dipisahkan dari dunia kewidyaiswaraan. Sebagai media dan sumber untuk memperluas pengetahuan dan peningkatan profesionalisme widyaiswara, buku dan literaturnya dapat mentransformasikan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai kehidupan untuk dapat diaplikasikan sesuai dengan kebutuhan pengajaran. Seiring meningkatnya kesadaran akan pentingnya manfaat membaca buku dan literatur, maka banyak buku-buku impor berupa buku perkuliahan, buku kesiswaan, novel laris (best seller), buku seri motivasi, komik, buku religi dan sebagainya masuk ke Indonesia. Sebagian besar buku-buku impor tersebut berbahasa Inggris sehingga beberapa penerbit buku tentu saja berinisiatif untuk menerjemahkannya dalam bahasa Indonesia. Hal ini bertujuan agar masyarakat awam dapat mengonsumsi dan memeroleh ide, gagasan, pengetahuan, cerita dan pesan yang terkandung dalam buku tersebut dengan lebih mudah. Prasetyo (2013) menyebutkan bahwa volume buku-buku impor dengan bahasa sumber bahasa Inggris yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia meningkat cukup drastis. Lebih dari satu dasawarsa, dunia perbukuan nasional terus dibanjiri dengan karya terjemahan. Jenis karya terjemahan yang biasanya dilirik oleh penerbit pada umumnya adalah jenis novel, buku-buku bidang ekonomi, psikologi atau motivasi diri, politik, sejarah, agama dan sebagainya. Minat baca konsumen Indonesia pun juga terpengaruh oleh karya-karya best seller dari penulis mancanegara yang telah menjadi ikon dunia

2 2 seperti karya-karya dari JK Rowling, Stephen R Covey, Robert T Kiyosaki, Rhonda Byrne dan sebagainya. II. TEORI PENERJEMAHAN Dunia kewidyaiswaraan tidak dapat dipisahkan dari buku bacaan, jurnal ilmiah internasional, karya tulis ilmiah dan sebagainya. Buku- buku bacaan maupun karya tulis ilmiah tersebut berfungsi sebagai media dan sumber pembelajaran, memperluas ilmu pengetahuan juga sebagai sumber referensi keilmuan. Perkembangan literatur ilmu pengetahuan yang up to date sebagian besar ditulis dalam bahasa asing terutama dalam bahasa Inggris sehingga diperlukan pemahaman yang memadai mengenai keterampilan penerjemahan. 2.1 Pengertian Penerjemahan Para ahli bahasa mempunyai pendapat dan gagasan mengenai pendefinisian penerjemahan yaitu sebagai berikut: a. Nida dan Taber (1974) Penerjemahan adalah mengungkapkan kembali isi pesan dari bahasa sumber (BSu) ke bahasa sasaran (BSa) baik dalam hal makna maupun juga gaya bahasa dengan padanan alami yang sedekat mungkin. b. M. Rudolf Nababan (2003) Penerjemahan adalah mengalihkan makna dan satuan makna (pesan) teks bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. c. Simatupang (2000) Penerjemahan adalah ilmu yang menganalisis struktur gramatika konteks kultural dan konteks situasi komunikasi teks BSu. Hal ini untuk menentukan makna dan mencari padanan maknanya dalam teks BSa. Simatupang juga menegaskan bahwa dalam penerjemahan tidak hanya diperlukan seorang bilingual handal namun juga seorang bikultural.

3 3 2.2 Piranti Penerjemahan Dalam proses penerjemahan, seorang penerjemah tentunya membutuhkan piranti alat atau media untuk menerjemahkan kata, kalimat dan makna dari bahasa sumber (BSu) ke bahasa sasaran (BSa). Piranti dalam penerjemahan terdiri dari piranti yang konvensional dan piranti modern. Piranti konvensional penerjemahan berupa kamus fisik yaitu kamus dwi bahasa, Kamus Oxford, Kamus Thesaurus dan Kamus Ensiklopedia Piranti Konvensional a. Kamus dwi bahasa Kamus dwi bahasa adalah kamus bahasa Inggris-Indonesia dan Indonesia-Inggris yang disusun oleh dwi ahli bahasa dari Amerika Serikat yaitu John M. Echols dan ahli bahasa dari Indonesia yaitu Hassan Shadily. Kamus dwi bahasa ini terdiri dari puluhan ribu entri atau kata baik bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia, kata dalam kamus ini dilengkapi dengan tulisan fonetis yang mendampingi setiap entri untuk mengetahui cara membaca kata yang bersangkutan. Kamus dwi bahasa juga memberikan penjelasan kelas kata yaitu kelas kata benda (noun), kata sifat (adjective), kata keterangan (adverb), kata kerja (verb) dan juga tambahan penjelasan arti kata yang bersangkutan dalam disiplin ilmu tertentu. Terlebih lagi, dalam kamus dwi bahasa ini juga diberikan contoh pemakaian kata dalam kalimat yang memadai untuk mempermudah pemahaman arti kata. b. Kamus Oxford English Dictionary (OED) Piranti terjemahan konvensional yang kedua adalah kamus Oxford English Dictionary (OED), Kamus ini diterbitkan oleh Oxford University Press. Kamus OED ini menjelaskan arti kata, padanan kata, frase termasuk cara pengucapan secara fonetis. Edisi cetakan lengkap terakhir dicetak tahun 1989 dalam 20 volume yang terdiri dari entri kata dalam halaman (Wikipedia). c. Kamus Tesaurus Kamus tesaurus ini memberikan penjelasan kata yang mempunyai kemiripan makna (sinonim), dua kata yang mempunyai arti kata yang berlawanan (antonim) dan juga daftar kata hiponim (kelompok kata). Kamus tesaurus membantu penerjemahan dalam memilih kata-kata (diksi) yang paling cocok.

4 4 d. Ensiklopedia Piranti penerjemahan konvensional selanjutnya adalah ensiklopedia, misalnya ensiklopedia britannnica yang berbahasa Inggris yang digunakan sebagai referensi untuk mencari padanan, konsep maupun istilah secara lebih detail yang sesuai dengan bidang tertentu dalam teks. Ensiklopedia memberikan informasi secara komprehensif mengenai keseluruhan cabang ilmu misalnya istilah ekonomi, politik, budaya, sejarah, biologi dan sebagainya yang biasanya disertai dengan artikel dan gambar Piranti Modern Piranti penerjemahan modern menggunakan unsur sistem teknologi berupa software khusus atau dalam bentuk gadget tertentu. a. Kamus Elektronik Kamus elektronik digunakan untuk menerjemahkan bahasa inggris ke bahasa Indonesia atau sebaliknya. Merek kamus elektronik yang terkenal di Indonesia adalah alfalink, casio. Kamus elektronik tersebut belum dapat memberikan penjelasan yang lengkap mengenai kosakata yang dicari dan juga tidak memberikan aplikasi entri kata dalam penggunaan kalimat. Kelebihan kamus elektronik ini adalah mudah dibawa kemana-mana dan dapat mencari arti kata lebih cepat daripada kamus yang konvensional. b. Kamus Linguist Piranti modern yang kedua adalah kamus linguist. Software kamus linguist biasanya terdapat dalam program komputer dengan sistem operasi windows yaitu dengan cara memasangnya terlebih dulu. Kamus ini relatif lebih lengkap daripada kamus elektronik dengan memberikan penjelasan kelas kata. c. Kamus Online Piranti modern yang ketiga adalah kamus online misalnya google translate, Babylon.com dan sebagainya. Kamus online ini lebih unggul daripada kamus piranti yang lain karena dapat menerjemahkan teks pada tataran kata, kalimat maupun paragraf secara lebih efektif dan efisien.

5 5 Proses penerjemahan dengan menggunakan kamus online, software penerjemahan, maupun kamus elektronik tersebut dinilai masih belum sempurna. Produk terjemahan dengan menggunakan piranti tersebut masih terdapat banyak kejanggalan. Pada umumnya, hasil terjemahan yang dihasilkan dengan piranti modern tersebut adalah terjemahan kata demi kata (word by word). Terlebih lagi aspek kebahasaan yang mempunyai unsur makna denotatif dan konotatif belum diterjemahkan secara baik. 2.3 Proses Penerjemahan Penerjemahan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran tentunya memerlukan suatu proses. Machali (2000) menyebutkan bahwa proses penerjemahan adalah suatu rangkaian tahapan pengalihan pesan dari bahasa sumber kedalam bahasa sasaran hingga didapatkan hasil akhir. Bagan alur proses penerjemahan adalah sebagai berikut. 2.1 Bagan Proses Penerjemahan (Bassnett, 1991) Newmark (1988) menyatakan bahwa terdapat 3 tahap proses penerjemahan yang terdiri dari : 1. Tahap Analysis Tahap ini dilakukan dengan menginterpretasi dan menganalisis teks bahasa sumber (BSu) dengan menganalisis teks secara menyeluruh dari segi isi, segi gramatika dan makna kata. Tahap analisis diperlukan pada tahap awal agar jenis teks secara keseluruhan dapat diidentifikasi dengan baik. Dalam tahap ini, tugas utamanya adalah

6 6 mencari gagasan atau ide utama dan pemahaman unsur linguistik (kebahasaan) yang meliputi tataran kata, frase, klausa, kalimat dan unsur nonlinguistik misalnya unsur budaya yang terkandung dalam teks bahasa sumber. 2. Tahap Transfer Tahap ini dilakukan dengan memilih padanan pada tataran kata hingga kalimat dalam teks bahasa sasaran (BSa). Tahapannya dengan mencari dan menentukan padanan istilah dan padanan budaya yang sesuai dengan makna yang dimaksud pada bahasa sumber (BSu). Pencarian padanan makna merupakan inti penerjemahan dan masalah padanan selalu terkait dengan dua masalah pokok yaitu masalah kebahasaan dan kultural (Nababan, 2004). Pada tahap transfer ini belum dihasilkan rangkaian kata sehingga proses ini masih terjadi dalam batin. 3. Tahap Restructuring Tahap ini dilakukan dengan menyusun kembali teks sesuai dengan maksud penulis serta kaidah bahasa sasaran. Dalam tahap restructuring dituliskan kembali hal-hal yang sudah dilakukan dalam tahap sebelumnya termasuk makna yang disesuaikan dengan aturan dan kaidah bahasa sasaran. Tahap ini mencakup kesatuan gagasan, keutuhan gaya bahasa, pengecekan ejaan dan keberterimaan terjemahan. 2.4 Masalah Makna dan Ketidaksepadanan dalam Penerjemahan Penerjemahan tidak hanya berproses pada melihat satuan makna dari kamus saja. Proses pengalihan makan melibatkan berbagai unsur seperti pemilihan kosakata, struktur tata bahasa, situasi komunikasi dan konteks budaya dari teks bahasa sumber (BSu). Kesepadanan makna dipengaruhi salah satunya oleh unsur bahasa. Kaidah yang berlaku dalam dua bahasa menentukan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh penerjemah dalam proses penerjemahan. Baker (1992) menyatakan pada tataran kata terdapat beberapa masalah ketidaksepadanan yang berkaitan dengan adanya aspek-aspek sebagai berikut: a. Perbedaan budaya

7 7 Newmark (1988) mendefinisikan budaya sebagai cara hidup dan manifestasinya yang khas dari masyarakat tertentu yang menggunakan bahasa tertentu sebagai alat untuk mengekspresikan. Jadi budaya diekspresikan oleh pendukungnya dengan sebuah media ekspresi yang disebut bahasa. Kata dalam bahasa sumber mungkin mengekspresikan konsep yang tidak dimengerti dalam bahasa sasaran. Konsep tersebut dapat berupa hal yang nyata atau abstrak yang berhubungan dengan nilai sosial, agama, adat dan sebagainya. Nababan (2012) memberikan contoh dalam budaya penutur BSu misalnya bahasa Inggris, seorang cucu dapat menyapa kakeknya dengan tanpa sapaan How are you, John?. Dalam kalimat tersebut sang cucu langsung menyebut nama kecil kakeknya. Penyapaan seperti contoh tersebut dipandang tidak sopan bagi penutur bahasa Indonesia yang menyertakan sapaan kakek yang diikuti dengan nama kecil kakeknya misalnya Kakek Prawiro. Dalam hal ini, sesuatu yang dianggap sopan dalam suatu budaya masyarakat dapat dipandang tidak sopan dalam budaya masyarakat lainnya. b. Tidak adanya padanan kata dalam bahasa sasaran (BSa) Sebuah kata dapat mengekspresikan konsep yang dimengerti dalam bahasa sumber (BSu) namun tidak ada kata yang benar-benar sepadan untuk diungkapkan dalam bahasa sasaran. Misal kata standard dalam bahasa Indonesia dapat diwakili dengan beberapa makna misalnya ukuran atau patokan namun sebenarnya belum sepadan dengan makna yang sesungguhnya dalam BSu. c. BSu dan BSa membuat perbedaan dalam makna. Penerjemah seringkali membuat makna yang sedikit berbeda dengan BSu. Ungkapan dalam BSu dapat dimaknai secara berbeda dalam BSa misalnya kalimat She was going out in the rain dapat dipahami berbeda dalam bahasa Indonesia yaitu Dia pergi keluar tanpa mengetahui jika hujan sedang turun atau Dia sengaja pergi keluar meskipun hujan sedang turun. Dalam hal ini penerjemah harus mempunyai kemampuan dalam memahami konteks BSu untuk mendapatkan makna yang sepadan. d. Tidak adanya kata-kata khusus dalam bahasa sasaran (BSa)

8 8 Bahasa sumber misalnya bahasa Inggris mempunyai ragam kata-kata khusus untuk rumah (house) misalnya bungalow, cottage, villa, hall, lodge dan mansion sehingga penerjemah harus memilah dan menerapkan kata-kata yang mempunyai kedekatan makna dengan bahasa sasaran. 2.5 Metode Penerjemahan Molina dan Albir (2002) menyatakan bahwa metode penerjemahan adalah cara sebuah proses penerjemahan dilakukan sesuai dengan tujuan penerjemah. Metode penerjemahan mencakup opsi global yang memengaruhi teks terjemahan teks secara keseluruhan. Metode penerjemahan terdiri dari 2 metode yaitu (i) metode penerjemahan yang berorientasi pada bahasa sumber (BSu) dan (ii) metode penerjemahan yang berorientasi pada bahasa sasaran (BSa) Metode penerjemahan yang berorientasi pada bahasa sumber (BSu) a. Metode Penerjemahan Kata Demi kata (word for word translation). Penerjemahan kata demi kata adalah metode penerjemahan yang masih terikat dengan tataran kata bahasa sumber (BSu). Susunan kata dalam kalimat terjemahan sama dengan susunan kata dalam kalimat aslinya (Newmark, 1988). Metode penerjemahan kata demi kata tidak mengindahkan keberterimaan susunan kata-kata BSa. Contoh :

9 9 b. Metode Penerjemahan Harfiah (literal translation). Penerjemahan harfiah adalah penerjemahan yang bentuk tata bahasanya diubah sedekat mungkin dengan padanan yang mempunyai makna yang sama dalam bahasa sasaran. Metode ini diterapkan jika struktur kalimat bahasa sumber berbeda dengan struktur bahasa sasaran. Terjemahan harfiah masih berusaha mempertahankan bentuk (gaya) dan makna yang ada dalam teks BSu tanpa memperhitungkan apakah bentuk atau gaya bahasa tersebut wajar atau berterima dalam BSa dan apakah pembaca teks BSa dapat mengerti terjemahan dengan mudah atau tidak (Kardimin, 2013). Contoh 1. Contoh 2.

10 10 BSu BSa Contoh 3. BSu: The young man is wearing a heavy light blue jacket BSa: Lelaki muda itu memakai jaket berat biru muda Bandingkan dengan terjemahan semantik Pemuda itu memakai jaket tebal berwarna biru muda. c. Metode Penerjemahan Setia (Faithful Translation). Penerjemahan setia adalah penerjemahan yang memproduksi makna kontekstual bahasa sumber dengan masih dibatasi oleh struktur gramatikalnya. Gaya bahasa dan pilihan kata diperhatikan karena gaya bahasa adalah ciri ekspresi penulis yang bersangkutan (Kardimin, 2013).

11 11 Metode penerjemahan setia masih berpegang pada isi dan bentuk bahasa sumber (BSu) sehingga terjemahannya seringkali masih terasa janggal. Contoh 1. Contoh 2. d. Metode Penerjemahan Semantik. Penerjemahan semantik adalah metode penerjemahan yang memperhatikan makna serta lebih fleksibel daripada penerjemahan setia. Metode ini sedapat mungkin memperhitungkan unsur estetika teks BSu, mempertahankan gaya bahasa teks BSu dan juga mempertimbangkan tingkat kebahasaan penulis teks BSu sehingga terkadang terjemahan semantis terasa lebih kaku dengan struktur yang lebih kompleks karena berusaha menggambarkan proses berfikir penulis aslinya. Elemen budaya BSu harus tetap menjadi elemen budaya BSu meskipun hadir dalam terjemahan teks BSa. Contoh 1. Bandingkan dengan terjemahan komunikatif Kelirulah kalau kita menganggap bahwa rakyat kita tidak memahami makna demokrasi yang sebenarnya

12 12 Contoh Metode penerjemahan yang berorientasi pada bahasa sasaran (BSa) a. Metode Penerjemahan Adaptasi Penerjemahan adaptasi adalah penerjemahan yang dekat dengan bahasa sasaran. Metode adaptasi biasanya diterapkan dalam penerjemahan drama atau puisi (Newmark, 1988). Tema dan karakter dengan penerjemahan adaptasi biasanya dipertahankan namun kultur BSu diubah kedalam kultur BSa dan teksnya ditulis kembali. Contoh. b. Metode Penerjemahan Bebas (Free Translation). Penerjemahan bebas adalah penerjemahan yang mengutamakan isi daripada bentuk teks BSu. Hasil terjemahan biasanya berupa parafrase yang lebih panjang atau lebih pendek daripada teks aslinya. Seringkali penerjemahan dengan metode ini menyebabkan perubahan yang cukup drastis pada teks bahasa sasaran (Machali, 2002). Penerjemahan bebas pada umumnya tidak perlu memperhatikan gaya bahasa teks BSu demikian juga dengan contoh yang diberikan dapat berubah, yang penting adalah pembaca BSa tidak mengalami kesulitan dalam membaca hasil terjemahan. Contoh :

13 13 c. Metode Penerjemahan Idiomatik (Idiomatic Translation). Penerjemahan idiomatik berusaha menciptakan kembali makna dalam BSu dengan kata dan kalimat yang luwes dalam BSa. Hasilnya tidak terasa seperti terjemahan namun seperti membaca tulisan asli. Terjemahan idiomatik berusaha untuk tidak menambah contoh-contoh meskipun berusaha untuk membuat teksnya dapat dibaca dengan lancar dan luwes (Kardimin, 2013). Contoh. Bandingkan dengan terjemahan harfiah : Bisakah saya mendapatkan namamu? d. Metode Penerjemahan Komunikatif (Communicative Translation). Penerjemahan komunikatif mereproduksi makna kontekstual sehingga aspek bahasa dan isi dapat langsung dimengerti pembaca (Newmark, 1988). Metode penerjemahan komunikatif memperhatikan prinsip komunikasi bagi pembacanya sehingga teks terjemahan ragam ini mengubah struktur bahasa yang terasa luwes dan berterima di BSa namun kelemahannya adalah kadang hilangnya sebagian makna teks BSu (Kardimin, 2013). Contoh 1

14 14 Contoh Kualitas Penerjemahan Terjemahan dapat dipandang sebagai alat komunikasi. Berhasil tidaknya sebuah terjemahan dalam menjalankan fungsinya sebagai alat komunikasi bergantung pada kualitas terjemahan. Kualitas terjemahan tidak hanya ditentukan oleh faktor enak dibaca atau mudah dipahami oleh pembaca. Aspek keakuratan pengalihan pesan dan keberterimaan terjemahan juga merupakan aspek penentu berkualitas atau tidaknya

15 15 sebuah penerjemahan. Kualitas dalam penerjemahan berkaitan erat dengan tingkat kesepadanan makna (akurasi). Tingkat akurasinya dapat dinilai dari penyampaian pesan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran, keberterimaan dan kedekatan makna. Nida (1974) menyatakan bahwa kesepadanan makna harus mengacu pada 3 hal yaitu padanan konteks, keberterimaan dan kedekatan makna. a. Padanan Konteks Acuannya adalah mengalihkan pesan dengan mencari padanan teks bahasa sasaran (BSa) secara akurat. Pesan yang terkandung dalam teks terjemahan harus sama dengan pesan yang terkandung dalam teks asli dan tetap terkait dengan pokok bahasan materi yaitu keseluruhan pesan teks bahasa sumber. Padanan konteks juga berarti menghindari usaha-usaha untuk mengurangi atau menambahi pesan teks BSu kedalam teks BSa. b. Keberterimaan Faktor keberterimaan berarti hasil terjemahannya tidak kaku, lazim diterima secara gramatikal dalam bahasa sasaran. Dari segi penyampaian pesan juga tidak mengurangi isi pesan dan tidak bertentangan dengan kaidah norma dan budaya yang berlaku dalam bahasa sasaran. c. Kedekatan Makna Acuan faktor kedekatan makna adalah bahwa penerjemahan tidak memaksakan untuk mencari padanan makna dalam bahasa sasaran yang persis dengan bahasa sumber. Hal ini terjadi karena tidak ada kata yang mempunyai arti yang sama persis antara bahasa satu dengan bahasa lainnya sehingga teks terjemahan akan dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca sasaran. 2.6 Kesimpulan

16 16 Pakar bahasa menyepakati bahwa suatu teks disebut sebagai terjemahan apabila teks tersebut mempunyai hubungan padanan dengan teks bahasa sumber baik dari segi kesamaan isi dan pesan dengan bahasa sasaran. Perkembangan referensi ilmu pengetahuan yang up to date contohnya dalam bentuk buku, jurnal internasional, karya terjemahan dan literatur lainnya umumnya ditulis dalam bahasa Inggris. Hal ini menjadi tantangan peningkatan profesionalisme widyaiswara atau pengajar untuk membekali keterampilan pemahaman yang memadai. Pemahaman tersebut diperlukan untuk memilah karya terjemahan yang baik maupun kemampuan untuk menerjemahkan pesan dan makna yang terkandung didalam bahasa sumber tersebut. Tingkat kualitas penerjemahan berkaitan erat dengan tingkat hubungan kesepadanan makna antara teks bahasa sumber (BSu) dengan teks bahasa sasaran (BSa). Kesepadanan tersebut mengacu pada faktor padanan konteks, keberterimaan dan kedekatan makna. Kesepadanan makna mempunyai peran penting dalam penerjemahan karena pencapaian kesepadanan dari segi makna dan gaya bahasa dapat merefleksikan kualitas penerjemahan. DAFTAR PUSTAKA

17 17 Baker, Mona In other words: A coursebook on translation. New York : Routledge Kridalaksana, Harimurti Kamus Linguistik. Jakarta : PT Gramedia Kardimin Pintar Menerjemah : Wawasan Teoritik dan Praktek. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Larson, ML Meaning Based Translation. Lanham : University Press of America Lorcher, W Investigating The Translation Process. Meta, 1992, p Machali, Rochayah Pedoman Bagi Penerjemah. Jakarta : Gramedia Molina, Lucia dan Amparo Hurtado Albir Translation Tecniques Revisited : A Dynamic and Functionalist Approach. Jurnal Meta Vol. XLVIII No. 4 Nababan, M.Rudolf Teori Menerjemah Bahasa Inggris. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Nababan, Mangatur, dkk Pengembangan Model Penilaian Kualitas Terjemahan. Kajian Linguistik dan Sastra, Vol.24, No.1, Juni 2012: hlm: Newmark, Peter A Textbook of Translation. New York : Prentice Hall International Nida, EA The Theory & Practice of Translation. Leiden : EJ Brill Prasetyo, Arif Bagus Buku Terjemahan dan Profesi Penerjemah dalam Balipost Edisi 14 April Simatupang, Maurits D.S Pengantar Teori Terjemahan. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

18 18

BAB I PENDAHULUAN. akhir-akhir ini meningkat jumlahnya, salah satu buku atau literatur asing yang

BAB I PENDAHULUAN. akhir-akhir ini meningkat jumlahnya, salah satu buku atau literatur asing yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku atau literatur 1 asing yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia akhir-akhir ini meningkat jumlahnya, salah satu buku atau literatur asing yang banyak diterjemahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Akan tetapi, dibalik kemajuan teknologinya yang pesat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting guna menyimpan uang serta barang-barang berharga yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. penting guna menyimpan uang serta barang-barang berharga yang dianggap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari dompet merupakan benda yang sangat penting guna menyimpan uang serta barang-barang berharga yang dianggap penting dan dapat diletakkan dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penerjemahan merupakan suatu proses komunikasi antar dua bahasa. Maksudnya adalah menyampaikan kembali maksud atau isi pesan dalam teks sumber sehingga dapat dimengerti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bahasa memiliki peranan penting dalam hal berkomunikasi. Fungsi penting dari bahasa adalah menyampaikan pesan dengan baik secara verbal atau tulisan. Pesan yang disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setidaknya jika itu mengacu pada data yang dirilis oleh UNESCO ditahun 2011.

BAB I PENDAHULUAN. setidaknya jika itu mengacu pada data yang dirilis oleh UNESCO ditahun 2011. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara dengan minat baca paling rendah di dunia, setidaknya jika itu mengacu pada data yang dirilis oleh UNESCO ditahun 2011. Selain itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia. Perbedaan bahasa kini sudah tidak menjadi pengahalang lagi

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia. Perbedaan bahasa kini sudah tidak menjadi pengahalang lagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini semakin banyak cara yang digunakan untuk mengetahui keadaan di seluruh dunia. Perbedaan bahasa kini sudah tidak menjadi pengahalang lagi bagi kita.

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Penerjemahan teks, buku-buku dan informasi lain ke dalam bahasa Inggris

Bab I PENDAHULUAN. Penerjemahan teks, buku-buku dan informasi lain ke dalam bahasa Inggris Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan teks, buku-buku dan informasi lain ke dalam bahasa Inggris telah dilakukan oleh praktisi atau pakar-pakar terjemahan untuk penyebaran informasi dari satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cerita fantasi banyak disukai oleh penggemar novel. Cerita fantasi sering

BAB I PENDAHULUAN. Cerita fantasi banyak disukai oleh penggemar novel. Cerita fantasi sering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cerita fantasi banyak disukai oleh penggemar novel. Cerita fantasi sering berisi teka-teki dan menggunakan latar cerita yang unik, misalnya perjalanan waktu atau perjalanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan suatu kegiatan dalam sebuah lingkungan berkelompok maupun individu.

BAB I PENDAHULUAN. melakukan suatu kegiatan dalam sebuah lingkungan berkelompok maupun individu. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Etika adalah suatu hal yang wajib diperhatikan oleh seorang yang sedang melakukan suatu kegiatan dalam sebuah lingkungan berkelompok maupun individu. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga

BAB I PENDAHULUAN. Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga dewasa sekalipun. Manfaat yang dapat diperoleh antara lain sebagai hiburan, penghilang stres, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia membaca adalah melihat serta

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia membaca adalah melihat serta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati) 1. Dengan demikian,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan data-data yang dikumpulkan baik berupa penelitian, jurnal

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan data-data yang dikumpulkan baik berupa penelitian, jurnal BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data-data yang dikumpulkan baik berupa penelitian, jurnal maupun hasil penelitian lainnya, ditemukan beberapa penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bernama Hamuro Rin. Pria kelahiran Kitakyushu, Jepang ini memulai debutnya

BAB I PENDAHULUAN. bernama Hamuro Rin. Pria kelahiran Kitakyushu, Jepang ini memulai debutnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Novel Higurashi no Ki merupakan salah satu karya penulis terkenal bernama Hamuro Rin. Pria kelahiran Kitakyushu, Jepang ini memulai debutnya sebagai penulis pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang yang masuk ke Indonesia tidak hanya animasi, komik, dan musik namun juga

BAB I PENDAHULUAN. Jepang yang masuk ke Indonesia tidak hanya animasi, komik, dan musik namun juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya populer dari Jepang saat ini menjadi tren di beberapa kalangan masyarakat Indonesia. Seiring dengan perkembangan akses informasi, produk budaya Jepang yang masuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan pengalihan makna atau pengungkapan

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan pengalihan makna atau pengungkapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penerjemahan merupakan suatu kegiatan pengalihan makna atau pengungkapan kembali isi suatu teks ke bahasa lain. Mengalihkan dan memindahkan makna serta memilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan negara yang mempunyai empat musim, yaitu haru

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan negara yang mempunyai empat musim, yaitu haru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan negara yang mempunyai empat musim, yaitu haru (musim semi), natsu (musim panas), aki (musim gugur), fuyu (musim dingin). Setiap musim mempunyai ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita

BAB I PENDAHULUAN. Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita sendiri bisa menjadikannya sebagai sahabat. Buku cerita memberikan informasi kepada anak tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak. kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak. kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berkomunikasi antar manusia dibutuhkan bahasa yang disepakati oleh pengguna bahasa itu sendiri. Bahasa mempunyai keterikatan dan keterkaitan dalam kehidupan manusia.

Lebih terperinci

Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta

Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta KAJIAN TERJEMAHAN KALIMAT YANG MEREPRESENTASIKAN TUTURAN PELANGGARAN MAKSIM PADA SUBTITLE FILM THE QUEEN (KAJIAN TERJEMAHAN DENGAN PENDEKATAN PRAGMATIK) Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kenali adalah surat perjanjian, sertifikat, buku ilmu pengetahuan bidang hukum

BAB 1 PENDAHULUAN. kenali adalah surat perjanjian, sertifikat, buku ilmu pengetahuan bidang hukum BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teks hukum merupakan jenis teks yang bersifat sangat formal dan sangat terstruktur. Teks hukum ini sangat beragam macamnya, yang paling mudah kita kenali adalah surat

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE SETIA (FAITHFUL) DALAM MENERJEMAHKAN KARYA SASTRA BERUPA CERITA PENDEK

PENGGUNAAN METODE SETIA (FAITHFUL) DALAM MENERJEMAHKAN KARYA SASTRA BERUPA CERITA PENDEK PENGGUNAAN METODE SETIA (FAITHFUL) DALAM MENERJEMAHKAN KARYA SASTRA BERUPA CERITA PENDEK Muhammad Aprianto Budie Nugroho Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Kuningan, Indonesia Emai: muh.apriantobn@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Apabila berbicara tentang Jepang, kita pasti langsung terbayang akan

BAB I PENDAHULUAN. Apabila berbicara tentang Jepang, kita pasti langsung terbayang akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Apabila berbicara tentang Jepang, kita pasti langsung terbayang akan anime, manga, style orang-orang Jepang dan budaya Jepang yang lainnya. Jepang adalah sebuah negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan.

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan. BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan. 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan kalimat pada suatu karya tulis biasanya diterjemahkan secara

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan kalimat pada suatu karya tulis biasanya diterjemahkan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan kalimat pada suatu karya tulis biasanya diterjemahkan secara semantik atau pragmatik. Kajian makna bahasa seharusnya tidak terlepas dari konteks mengingat

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga membentuk kata dengan aturan sintaks untuk membentuk kalimat yang memiliki arti. Bahasa memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanah liat, clay juga ada yang terbuat dari bermacam-macam bahan tetapi adonannya

BAB I PENDAHULUAN. tanah liat, clay juga ada yang terbuat dari bermacam-macam bahan tetapi adonannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Clay dalam arti yang sesungguhnya adalah tanah liat, namun selain terbuat dari tanah liat, clay juga ada yang terbuat dari bermacam-macam bahan tetapi adonannya memiliki

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini, penulis akan menjabarkan teori-teori yang digunakan penulis dalam menerjemahkan Komik Indonesia Nusantaranger karya Tim Nusantaranger. Agar dapat menerjemahkan komik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative

BAB I PENDAHULUAN. Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative Children merupakan buku cerita bilingual yang menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni kegiatan mengubah bentuk bahasa yang satu ke bahasa yang lain. Dalam The Merriam Webster Dictionary

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era kemajuan teknologi dewasa ini semakin banyak terjemahan bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks bahasa sumber (TSu) ke dalam

Lebih terperinci

IDEOLOGI DALAM PENERJEMAHAN (Farida Amalia Universitas Pendidikan Indonesia)

IDEOLOGI DALAM PENERJEMAHAN (Farida Amalia Universitas Pendidikan Indonesia) IDEOLOGI DALAM PENERJEMAHAN (Farida Amalia Universitas Pendidikan Indonesia) A. Pendahuluam Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan secara tertulis pesan dari teks suatu bahasa ke dalam teks bahasa lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak

BAB I PENDAHULUAN. Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita. Biasanya, komik dicetak

Lebih terperinci

IMPLIKATUR, TEKNIK PENERJEMAHAN, DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN (Suatu Kajian Pragmatik Dalam Teks penerjemahan)

IMPLIKATUR, TEKNIK PENERJEMAHAN, DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN (Suatu Kajian Pragmatik Dalam Teks penerjemahan) 1 IMPLIKATUR, TEKNIK PENERJEMAHAN, DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN (Suatu Kajian Pragmatik Dalam Teks penerjemahan) Oleh: Indrie Harthaty Sekolah Tinggi Bahasa Asing Pertiwi Abstrak Kajian

Lebih terperinci

BAB 6 PENUTUP. Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan

BAB 6 PENUTUP. Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan 192 BAB 6 PENUTUP Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan kewajaran (Larson, 1989:53). Ketepatan berarti bahwa terjemahan harus menyampaikan pesan sesuai dengan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara verbal. Tentunya ilmu bahasa atau sering disebut linguistik memiliki cabangcabang ilmu bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerjemahan adalah satu ilmu yang sangat dibutuhkan dewasa ini, kekurangmampuan manusia dalammenguasaibahasa yang ada dunia ini

BAB I PENDAHULUAN. penerjemahan adalah satu ilmu yang sangat dibutuhkan dewasa ini, kekurangmampuan manusia dalammenguasaibahasa yang ada dunia ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan memegang peranan yang sangat penting hampir diseluruh aspek kehidupan manusia. Dalam kaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, penerjemahan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan warna kulit, ras, agama, bangsa dan negara. Bahasa merupakan perwujudan suatu konsep

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Bahasa Mandarin

BAB II LANDASAN TEORI. A. Bahasa Mandarin BAB II LANDASAN TEORI A. Bahasa Mandarin 1. Definisi Bahasa Mandarin Bahasa mandarin merupakan salah satu bahasa yang paling sering bei digunakan di dunia ini. Dalam pengertian luas, Mandarin berarti 北

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL MESIN TERJEMAHAN DALAM PENGAJARAN PENERJEMAHAN

ANALISIS HASIL MESIN TERJEMAHAN DALAM PENGAJARAN PENERJEMAHAN ANALISIS HASIL MESIN TERJEMAHAN DALAM PENGAJARAN PENERJEMAHAN Aris Wuryantoro FPBS IKIP PGRI MADIUN Abstrak Seiring dengan kemajuan teknologi, perkembangan penerjemahan juga terjadi begitu pesat terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi atau berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa sangat

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi atau berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang digunakan untuk berkomunikasi atau berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa sangat beranekaragam

Lebih terperinci

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa adalah ciptaan manusia dan mempunyai muatan budaya dan linguistik dari kelompok pemakai bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hobi adalah kegemaran; kesenangan istimewa pada waktu senggang,

BAB I PENDAHULUAN. Hobi adalah kegemaran; kesenangan istimewa pada waktu senggang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hobi adalah kegemaran; kesenangan istimewa pada waktu senggang, bukan pekerjaan utama. 1 Tujuan hobi adalah untuk memenuhi keinginan dan mendapatkan kesenangan. 2 Terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dirasakannya melalui hasil karya tulisnya kepada para pembacanya. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. yang dirasakannya melalui hasil karya tulisnya kepada para pembacanya. Banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komik merupakan salah satu karya sastra. Dengan membaca karya sastra termasuk melakukan proses komunikasi antara pengarang dengan pembaca. Pengarang komik ingin menyampaikan

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini Penulis akan menjabarkan tentang teori yang digunakan Penulis

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini Penulis akan menjabarkan tentang teori yang digunakan Penulis Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini Penulis akan menjabarkan tentang teori yang digunakan Penulis dalam menerjemahkan lirik lagu Sepasang Mata Bola karya Ismail Marzuki. Penerjemahan lirik lagu ini membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sasaran (selanjutnya disingkat Bsa) se-alami mungkin baik secara arti dan secara

BAB I PENDAHULUAN. sasaran (selanjutnya disingkat Bsa) se-alami mungkin baik secara arti dan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perbedaan bahasa sudah tidak lagi menjadi hambatan untuk mendapatkan informasi dari berbagai belahan dunia. Tuntutan mendapatkan informasi inilah yang memunculkan

Lebih terperinci

PENGANTAR PENGERTIAN IDIOM

PENGANTAR PENGERTIAN IDIOM PENGANTAR Dalam sebuah bahasa pastilah penuturnya mempunyai ungkapan-ungkapan tertentu untuk menunjukkan sebuah hal. Sesuatu tidaklah selalu diungkapkan secara denotatif atau terang-terangan tetapi bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam menggunakan bahasa saat berkomunikasi baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Di dalam berbahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerjemah tersebut adalah teks sastra berupa novel dengan judul Madame

BAB I PENDAHULUAN. penerjemah tersebut adalah teks sastra berupa novel dengan judul Madame BAB I PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG Karya sastra terjemahan merupakan peluang yang menjanjikan di abad ke- ini. Varietas karya sastra terjemahan yang diminati oleh masyarakat Indonesia terdiri atas empat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada di dalam pikiran kepada orang lain yaitu dengan bahasa, baik secara lisan

BAB I PENDAHULUAN. ada di dalam pikiran kepada orang lain yaitu dengan bahasa, baik secara lisan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam mentransformasikan berbagai ide dan gagasan yang ada di dalam pikiran kepada orang lain yaitu dengan bahasa, baik secara lisan atau tulis. Kedua

Lebih terperinci

ANALISIS TRANSPOSISI DAN MODULASI PADA BUKU TEORI BUDAYA TERJEMAHAN DARI BUKU CULTURE THEORY

ANALISIS TRANSPOSISI DAN MODULASI PADA BUKU TEORI BUDAYA TERJEMAHAN DARI BUKU CULTURE THEORY ANALISIS TRANSPOSISI DAN MODULASI PADA BUKU TEORI BUDAYA TERJEMAHAN DARI BUKU CULTURE THEORY Johnny Prasetyo John Pras-isi@yahoo. com Institut Seni Indonesia Surakarta ABSTRACT This descriptive-qualitative

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan komunikasi dapat menyampaikan pesan antar umat manusia. Salah satu alat komunikasi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan memerlukan energi dari alam. Makhluk hidup memiliki karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan memerlukan energi dari alam. Makhluk hidup memiliki karakteristik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makhluk hidup merupakan organisme yang memiliki kemampuan, bernafas, berpindah tempat, merespon perubahan di diri mereka dan lingkungannya 1. Makhluk hidup terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pilihan kata atau diksi pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam kalimat, alinea, atau wacana. Pemilihan kata akan dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik sistemik fungsional berperan penting memberikan kontribusi dalam fungsi kebahasaan yang mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk,

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mempelajari bahasa Inggris terutama yang berkenaan dengan makna yang terkandung dalam setiap unsur suatu bahasa, semantik merupakan ilmu yang menjadi pengukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sejak dulu cerita anak banyak digunakan oleh orang tua untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sejak dulu cerita anak banyak digunakan oleh orang tua untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dulu cerita anak banyak digunakan oleh orang tua untuk menyampaikan pesan moral kepada anak-anaknya. Di masa lalu, orang tua menceritakan kepada anak-anaknya

Lebih terperinci

KETIDAKAKURATANNYA MENGANALISA TERJEMAHAN DALAM SUBTITLE BAHASA INDONESIA UNTUK FILM TOY STORY 3

KETIDAKAKURATANNYA MENGANALISA TERJEMAHAN DALAM SUBTITLE BAHASA INDONESIA UNTUK FILM TOY STORY 3 KETIDAKAKURATANNYA MENGANALISA TERJEMAHAN DALAM SUBTITLE BAHASA INDONESIA UNTUK FILM TOY STORY 3 Samsul Hadi, Ismani STKIP PGRI Pacitan samsulhadi.mr@gmail.com, ismanipjkr@gmail.com ABSTRAK. Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pergaulan dan mempengaruhi kehidupan untuk berkomunikasi dalam masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. pergaulan dan mempengaruhi kehidupan untuk berkomunikasi dalam masyarakat. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Bahasa sangatlah penting, karena merupakan penghubung dalam setiap pergaulan dan mempengaruhi kehidupan untuk berkomunikasi dalam masyarakat. Pada setiap bangsa,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. variasi di dalamnya, yaitu memperhatikan konteks saja (tanpa strategi atau alat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. variasi di dalamnya, yaitu memperhatikan konteks saja (tanpa strategi atau alat BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data penelitian, penulis menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut. 1. Seluruh responden menggunakan strategi memperhatikan konteks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah memberi banyak definisi tentang penerjemahan, diantaranya: (1) bidang ilmu secara umum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi pertukaran ilmu pengetahuan dan teknologi dari satu

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi pertukaran ilmu pengetahuan dan teknologi dari satu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi pertukaran ilmu pengetahuan dan teknologi dari satu negara ke negara yang lain semakin mudah dan berkembang pesat. Akan tetapi, ada satu hal

Lebih terperinci

METODE PEMBELAJARAN BAHASA SASTRA Prosedur dan Kultur. Meyridah SMAN Tambang Ulang, Tanah Laut

METODE PEMBELAJARAN BAHASA SASTRA Prosedur dan Kultur. Meyridah SMAN Tambang Ulang, Tanah Laut METODE PEMBELAJARAN BAHASA SASTRA Prosedur dan Kultur Meyridah SMAN Tambang Ulang, Tanah Laut merydah76@gmail.com ABSTRAK Tulisan ini bertujuan memberikan kontribusi pemikiran terhadap implementasi pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan sintak..., Vandra Risky, FIB UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan sintak..., Vandra Risky, FIB UI, 2009 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Pokok Bahasan Bahasa adalah sebuah perangkat yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi. Adapun definisinya secara umum, adalah sistem tanda bunyi yang disepakati untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibatnya pada level yang berbeda-beda. Peristiwa pengeboman Hiroshima pada

BAB I PENDAHULUAN. akibatnya pada level yang berbeda-beda. Peristiwa pengeboman Hiroshima pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kesalahan dalam pemilihan arti ketika menerjemahkan akan sangat fatal akibatnya pada level yang berbeda-beda. Peristiwa pengeboman Hiroshima pada tanggal

Lebih terperinci

Contoh: (1) Tsu : A, a kibun onsenyado da ne korya. (CMCJ. Tsa Wah, nikmatnya scpcrti scdang berlibur ke pemandian air paiias saja (CMCI5:42)

Contoh: (1) Tsu : A, a kibun onsenyado da ne korya. (CMCJ. Tsa Wah, nikmatnya scpcrti scdang berlibur ke pemandian air paiias saja (CMCI5:42) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa menurut Koentjaraningrat merapakan salah satu dari tujuh unsur kebudayaan yang bersifat universal. Unsur-unsur yang lainnya adalah sistem pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Dewasa ini, bahasa semakin berkembang pesat. Oleh karena itu, manusia

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Dewasa ini, bahasa semakin berkembang pesat. Oleh karena itu, manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah salah satu unsur penting dalam kehidupan manusia yaitu sebagai sarana dalam berkomunikasi antara individu yang satu dengan lainnya. Dewasa ini,

Lebih terperinci

B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Analisis Wacana Analisis wacana merupakan disiplin ilmu yang mengkaji satuan bahasa di atas tataran kalimat dengan memperhatikan konteks

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Novel adalah cerita rekaan yang panjang, yang menonjolkan tokoh-tokoh

BAB 1 PENDAHULUAN. Novel adalah cerita rekaan yang panjang, yang menonjolkan tokoh-tokoh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Novel adalah cerita rekaan yang panjang, yang menonjolkan tokoh-tokoh dan menampakkan serangkaian peristiwa yang berstruktur (Noor, 2005:26 27). Di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hyde mulai dari masa anak-anak hingga dewasa, yang awalnya ingin menjadi. seorang komikus kemudian beralih menjadi seorang pemusik.

BAB I PENDAHULUAN. Hyde mulai dari masa anak-anak hingga dewasa, yang awalnya ingin menjadi. seorang komikus kemudian beralih menjadi seorang pemusik. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Autobiografi atau otobiografi adalah sebuah biografi atau riwayat hidup yang ditulis oleh pemiliknya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia otobiografi adalah riwayat

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN TEKNIK PENERJEMAHAN ISTILAH

ANALISIS PERBANDINGAN TEKNIK PENERJEMAHAN ISTILAH TransLing Journal: Translation and Linguistics Vol 1, No 1 (January 2016) pp 1-13 http://jurnal.pasca.uns.ac.id ANALISIS PERBANDINGAN TEKNIK PENERJEMAHAN ISTILAH ILMIAH PADA TERJEMAHAN YANG DIHASILKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang ampuh untuk mengadakan hubungan komunikasi dan melakukan kerja sama. Dalam kehidupan masyarakat, bahasa menjadi kebutuhan pokok

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa

I. PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa digunakan manusia sebagai alat untuk berkomunikasi, bersosialisasi, dan beradaptasi. Melalui bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengusung permasalahan keilmuan. Materi yang dituangkan dalam tulisan ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. mengusung permasalahan keilmuan. Materi yang dituangkan dalam tulisan ilmiah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya ilmiah adalah karangan yang berisi gagasan ilmiah yang disajikan secara ilmiah serta menggunakan bentuk dan bahasa ilmiah. Karya tulis ilmiah mengusung permasalahan

Lebih terperinci

KONSTITUENSI DALAM PROSES PENERJEMAHAN (Sebuah Tinjauan Singkat) CONSTITUENCY IN THE TRANSLATION PROCESS ( A Short Consideration)

KONSTITUENSI DALAM PROSES PENERJEMAHAN (Sebuah Tinjauan Singkat) CONSTITUENCY IN THE TRANSLATION PROCESS ( A Short Consideration) KONSTITUENSI DALAM PROSES PENERJEMAHAN (Sebuah Tinjauan Singkat) CONSTITUENCY IN THE TRANSLATION PROCESS ( A Short Consideration) Adiloka Sujono Universitas Widyaguna Malang Adilokas@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini menarik minat pemerhati bahasa khususnya di bidang penerjemahan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini menarik minat pemerhati bahasa khususnya di bidang penerjemahan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan adanya festival film yang memberikan penghargaan untuk kategori film bahasa asing terbaik dapat menambah manfaat pemakaian lebih dari satu bahasa dalam sebuah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Larson (1984: 3), dalam bukunya Meaning-Based Translation: A

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Larson (1984: 3), dalam bukunya Meaning-Based Translation: A BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Larson (1984: 3), dalam bukunya Meaning-Based Translation: A Guide to Cross-Language Equivalence mendefinisikan terjemahan sebagai suatu perubahan bentuk dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesantunan berbahasa merupakan aspek penting dalam kehidupan untuk menciptakan komunikasi yang baik di antara penutur dan lawan tutur. Kesantunan berbahasa memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pergeseran. Pergeseran makna yang belum begitu jauh memungkinkan penutur

BAB I PENDAHULUAN. pergeseran. Pergeseran makna yang belum begitu jauh memungkinkan penutur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luasnya pemakaian bahasa menyebabkan makna sebuah kata mengalami pergeseran. Pergeseran makna yang belum begitu jauh memungkinkan penutur atau peneliti bahasa akan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Pada kajian pustaka dicantumkan beberapa penelitian terdahulu yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Pada kajian pustaka dicantumkan beberapa penelitian terdahulu yang BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pada kajian pustaka dicantumkan beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan referensi dalam penelitian ini. Penelitian-penelitian tersebut

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA MATERIAL DALAM TERJEMAHAN KUMPULAN CERITA PENDEK MADEMOISELLE FIFI KARYA GUY DE MAUPASSANT

ANALISIS BUDAYA MATERIAL DALAM TERJEMAHAN KUMPULAN CERITA PENDEK MADEMOISELLE FIFI KARYA GUY DE MAUPASSANT BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berinteraksi antara sesamanya, manusia menggunakan bahasa untuk menyampaikan informasi, gagasan, pendapat serta untuk mengekspresikan diri dan perasaan. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. Ungkapan tersebut berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, semangat, dan keyakinan dalam suatu kehidupan, sehingga

Lebih terperinci

KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU. Makalah Bahasa Indonesia

KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU. Makalah Bahasa Indonesia KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU Makalah Bahasa Indonesia KATA PENGANTAR Syukur alhamdulilah kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat yang telah di limpahkannya. Sehingga penyusunan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah penelitian yang

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa merupakan alat untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa merupakan alat untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang lain, sehingga bahasa menjadi sesuatu alat yang tidak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca.

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi sehari-hari oleh para penuturnya. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses berpikir maupun dalam kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. linguistik (Austin & Sallabank, 2011). Melalui bahasa, seseorang dapat. dimaksudkan oleh penyampai pesan kepada orang tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. linguistik (Austin & Sallabank, 2011). Melalui bahasa, seseorang dapat. dimaksudkan oleh penyampai pesan kepada orang tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah kapasitas khusus yang ada pada manusia untuk memperoleh dan menggunakan sistem komunikasi yang kompleks, dan sebuah bahasa adalah contoh spesifik dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerima dan bahasa menjadi media dalam penyampaian informasi tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. penerima dan bahasa menjadi media dalam penyampaian informasi tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Komunikasi menjadi tali penghubung dalam hubungan antar manusia. Dalam berkomunikasi, dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh masyarakat Indonesia terutama para remaja setelah merebaknya

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh masyarakat Indonesia terutama para remaja setelah merebaknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Akhir-akhir ini segala hal yang berkaitan dengan Korea menjadi begitu diminati oleh masyarakat Indonesia terutama para remaja setelah merebaknya Korean wave (Gelombang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang maupun luar negeri, mulai dari anak-anak hingga orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. Jepang maupun luar negeri, mulai dari anak-anak hingga orang tua. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan negara maju yang kaya akan budaya dan sumber daya manusia yang memiliki kreativitas tinggi. Jepang selalu melahirkan karya-karya unik yang dapat diterima

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 109 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan dipaparkan tentang simpulan dan saran yang didapat setelah melakukan analisis data berupa majas ironi dan sarkasme dalam novel The Return of Sherlock Holmes dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komik dalam bahasa Jepang disebut manga. Menurut Scott McCloud dalam

BAB I PENDAHULUAN. Komik dalam bahasa Jepang disebut manga. Menurut Scott McCloud dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komik dalam bahasa Jepang disebut manga. Menurut Scott McCloud dalam bukunya yang berjudul Understanding Comics, komik adalah bentuk seni; seni berturutan, terjukstaposisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan. Oleh karena itu, kajian bahasa merupakan suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan karena dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial perlu untuk berinteraksi untuk bisa hidup berdampingan dan saling membantu. Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia untuk berinteraksi

Lebih terperinci

ANALISIS METODE TERJEMAHAN NASKAH PIDATO KENEGARAAN DARI BAHASA INDONESIA KE DALAM BAHASA INGGRIS: PERSPEKTIF TEORI PETER NEWMARK

ANALISIS METODE TERJEMAHAN NASKAH PIDATO KENEGARAAN DARI BAHASA INDONESIA KE DALAM BAHASA INGGRIS: PERSPEKTIF TEORI PETER NEWMARK Kajian Linguistik dan Sastra, Vol 26, No 2, Desember 2014, 128-136 ANALISIS METODE TERJEMAHAN NASKAH PIDATO KENEGARAAN DARI BAHASA INDONESIA KE DALAM BAHASA INGGRIS: PERSPEKTIF TEORI PETER NEWMARK Anam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan seharihari. Ketika berbahasa ada bentuk nyata dari pikiran yang ingin disampaikan kepada mitra

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. penelitian ini adalah Yugasmara (2010) dalam tesisnya yang berjudul Analisis

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. penelitian ini adalah Yugasmara (2010) dalam tesisnya yang berjudul Analisis BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian yang relevan dengan penelitian yang dapat menjadi acuan dalam penelitian ini adalah Yugasmara (2010) dalam tesisnya yang berjudul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif; biasanya

BAB I PENDAHULUAN. Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif; biasanya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif; biasanya dalam bentuk cerita (sumber: wikipedia.com). Penulis novel disebut novelis. Kata novel

Lebih terperinci

STRATEGI PENERJEMAHAN ISTILAH-ISTILAH PRAGMATIK DALAM BUKU PRINCIPLES OF PRAGMATICS KARANGAN GEOFREY LEECH

STRATEGI PENERJEMAHAN ISTILAH-ISTILAH PRAGMATIK DALAM BUKU PRINCIPLES OF PRAGMATICS KARANGAN GEOFREY LEECH STRATEGI PENERJEMAHAN ISTILAH-ISTILAH PRAGMATIK DALAM BUKU PRINCIPLES OF PRAGMATICS KARANGAN GEOFREY LEECH Cipto Wardoyo UIN Sunan Gunung Djati Bandung cipto_w@yahoo.com Abstrak Penelitian ini mencoba

Lebih terperinci