BAB II KAJIAN PUSTAKA. terjemahan (science of translation). Namun, kata ilmu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. terjemahan (science of translation). Namun, kata ilmu"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Terjemahan dan Jenis Terjemahan Hakikat Terjemahan Dalam literatur linguistik, teori terjemahan sering juga disebut ilmu terjemahan (science of translation). Namun, kata ilmu di sini berarti teori, metode, teknik dan bukannya ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri, mengingat linguistik terjemahan adalah bagian dari ilmu linguistik atau lebih tepatnya cabang dari linguistik aplikasi / lingustik terapan. Menurut Moentaha (2006:9) ada dua pengertian yang menyangkut kata terjemahan yakni proses dan hasil / analisis sintesis. Pertama, terjemahan sebagai proses kegiatan manusia di bidang bahasa (analisis) yang hasilnya merupakan teks terjemahan (sintesis). Kedua, terjemahan hanya sebagai hasil saja dari proses kegiatan manusia itu. Hasil itu kita sebut teks terjemahan, misalnya jika kita mengatakan : Belum lama ini terbit terjemahan Soneta Shakespeare. Ini adalah karya terjemahan yang paling baik yang pernah saya baca. Selanjutnya G.Jager (11:194) mengungkapkan proses terjemahan adalah transformasi teks dari satu bahasa ke teks bahasa lain tanpa mengubah isi teks asli. Jadi, terjemahan adalah jenis transformasi antar bahasa yang berbeda dengan jenis transfortasi intrabahasa, yakni transformasi yang terjadi di dalam bahasa itu sendiri, jenis yang terakhir ini disebut juga transfortasi terjemahan merupakan hubungan riil 8

2 yang ada antar teks dalam berbagai bahasa, sedangkan transformasi gramatikal adalah transformasi struktur gramatikal ujaran tanpa mengganti komponen - komponen leksikalnya. Dalam proses transformasi terjemahan, kita selalu berhadapan dengan dua teks teks bahasa asli dan teks bahasa terjemahan. Timbul pertanyaan, kalimat bahasa Indonesia : apa dasarnya, kita bisa mengatakan, bahwa kalimat bahasa Inggris: My uncle live in Jakarta adalah terjemahan kalimat bahasa Indonesia : Pamanku tinggal di Jakarta, sedangkan kalimat bahasa Indonesia : Saya belajar di sebuah Institut tidak merupakan terjemahan kalimat bahasa Inggris tersebut di atas. Tampaknya, tidak semua penggantian teks dalam satu bahasa dengan teks dalam bahasa lain merupakan terjemahan. Untuk dapat disebut terjemahan, teks dalam bahasa A harus mengandung sesuatu yang sama dengan teks dalam bahasa B. dengan kata lain, dalam memindahkan informasi dari sistem bahasa yang satu ke sistem bahasa yang lain harus dipertahankan isi informasi teks asli. Proses penerjemahan bisa berlangsung berkat adanya satuan - satuan bahasa : morfem (satuan bahasa terkecil), kata, rangkaian kata kata (tunggal dan majemuk) dan teks / wacana (satuan bahasa terbesar). Setiap satuan bahasa dalam setiap bahasa mengandung dua sisi / tingkat (level) : tingkat pengungkapan (level of expression) dan tingkat isi (level of content). Berbagai bahasa mempunyai satuan-satuan yang berlainan tingkat pengungkapannya, tapi sama pada tingkat isinya. misalnya, kalimat bahasa Inggris : This is a chair

3 diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia: Ini (adalah) meja, yang berbeda tingkat pengungkapannya (bentuknya), tapi sama pada tingkat isinya (maknanya). Dalam proses terjemahan selalu ada dua teks yang pertama disusun berdasarkan pada tingkat isi kedua, sedangkan yang kedua disusun berdasarkan pada tingkat isi yang pertama. Teks yang pertama disebut teks asli, sedangkan teks kedua disebut teks terjemahan. Bahasa, yang teksnya merupakan teks asli, disebut bahasa sumber (source languange) atau bahasa pemberi, sedangkan bahasa, yang teksnya merupakan teks terjemahan disebut bahasa sasaran atau bahasa target. Dengan demikian, dapat dirumuskan bahwa terjemahan adalah proses pergantian dengan teks dalam bahasa sasaran tanpa mengubah tingkat isi teks bahasa dalam bahasa sasaran. Namun, dari awal perlu ditekankan di sini, bahwa pengertian tingkat isi harus dipahami secara maksimal, yakni tidak hanya yang menyangkut arti dasar (material meaning), ide atau konsepsi yang terkandung dalam teks bahasa sasaran yaitu berupa norma norma bahasa, seperti makna leksikal, makna gramatikal, nuansa stilistik / nuansa ekspresif. lebih jelasnya bahwa kepatuhan pada norma - norma bahasa tesebut dalam penerjemahan merupakan kewajiban yang tidak boleh dilanggar oleh penerjemah, kendati dia bebas memilih sarana yang satu, maupun yang lain dalam melakukan kegiatan terjemahan dengan prosedur tetap mempertahankan semua informasi yang terkandung dalam teks bahasa sasaran. Misalnya pengungkapan informasi dalam teks asli menggunakan sarana gramatikal, tapi tetap disampaikan dalam teks terjemahan dengan bantuan sarana leksikal kalimat bahasa seperti dalam kalimat bahasa Inggris : She had been rather pretty dipakai

4 sarana gramatikal - kala pluperfektum (past perfect tense) yang tidak ada dalam sistem gramatikal bahasa Indonesia, sehingga penerjemahannya menggunakan sarana leksikal : Dia dulu pernah begitu cantik. Penggantian sarana gramatikal dengan sarana leksikal dalam penerjemahan mungkin tidak terjadi, jika teks menyampaikan semua informasi yang ada dalam teks bahasa sasaran, termasuk sarana gramatikalnya Jenis Terjemahan Roman Jacobson (1959 : 234) membedakan terjemahan menjadi tiga jenis yaitu : 1) Terjemahan intrabahasa (Intralingual translation ) 2) Terjemahan antar bahasa (Interlingual translation ) 3) Terjemahan intersemiotik (Intersemiotic translation ) Berdasarkan jenis jenis terjemahan tersebut, dapat dijelaskan seperti dibawah ini: 1) Terjemahan intrabahasa (Intralingual translation atau rewording), adalah pengubahan suatu teks lain berdasarkan interpretasi penerjemah, dan kedua teks ditulis dalam bahasa yang sama. Contohnya : Pada saat seorang anak yang sedang belajar berbahasa. Anak tersebut belum menguasai banyak kosakata, ketika dia mendengar atau menemukan kata yang belum dimengerti, dia akan bertanya kepada orang lain. Misalnya dia akan bertanya kepada orang yang paling dekat dengannya, yaitu ayah atau ibunya,

5 kemudian mereka menjelaskan kata yang tidak dimengerti dengan menggunakan kata yang sederhana sesuai pola berpikir anaknya dapat mengerti. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan penjelasan terhadap kata tersebut, atau memberikan sinonimnya. Sebenarnya ayah atau ibu tersebut telah melakukan penerjemahan untuk anaknya. 2) Terjemahan antar bahasa (Interlingual translation atau Translation proper) yaitu terjemahan dalam arti sesungguhnya, seperti menerjemahkan bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Contohnya : Suatu teks dalam bahasa Inggris diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dapat diberikan contoh kata house atau home diterjemahkan menjadi rumah. 3) Terjemahan intersemiotik (Intersemiotic translation atau transmutation). Jenis terjemahan yang ketiga yaitu penerjemahan dari bahasa tulisan ke dalam media lain seperti gambar, musik dan lain lain, terjemahan jenis ini mencakup penafsiran sebuah teks ke dalam bentuk atau sisi tanda yang lain. Contoh : Seorang guru menulis kata dalam bahasa Inggris yaitu banana, bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti pisang. Namun, dalam hal ini peserta didik menterjemahkannya bukan dalam bentuk bahasa sasaran (bahasa Indonesia ) tetapi dalam bentuk gambar.

6 2.2 Pengertian dan Aturan bagi Penerjemah Menurut Bell (1991:15) defenisi penerjemah adalah seorang agen bilingual yang menangani antara seorang komunikasi monolingual dalam dua perbedaan komunikasi bahasa. Penerjemah mengirimkan kode pesan pada satu bahasa dan mereka memberikan kode kembali kepada yang lainnya baik dalam bentuk lisan atau tulisan. Dalam penerjemahan teks tulisan hasil rekaan atau non fiksi yang mengandung cerita seperti cerita - cerita yang diterbitkan untuk anak yang pada umumnya mempunyai plot, pelaku dan mempunyai bahasa yang lugas, kadangkala penerjemah memiliki masalah - masalah dalam menerjemahkan cerita anak diantaranya adalah pertama, pengaruh budaya bahasa dalam teks asli. Pengaruh budaya ini bisa muncul dalam gaya bahasa, latar dan tema. Kedua, tujuan moral yang ingin disampaikan kepada pembaca. Dalam prakteknya, masalah ini berada pada proses penerjemahan seperti nama baik, baik nama karakter atau nama tempat, yang mungkin dikenal dalam bahasa sasaran, selain itu perlu diperhatikan pada ciri- ciri konvensi kesusastraan pada saat karya itu ditulis, dengan demikian penerjemah tidak salah memahami naskah aslinya. Menurut Belloc yang dikutip oleh Basnett McGuire (1980:116), ada enam aturan umum bagi penerjemah dalam prosa fiksi (tulisan hasil rekaan yang mengandung cerita): 1. Penerjemah tidak boleh menentukan langkahnya hanya untuk menerjemah kata per kata atau kalimat per kalimat, tetapi dia harus selalu mempertimbangkan

7 keseluruhan karya, baik karya aslinya ataupun karya terjemahannya. Ini berarti penerjemah harus menganggap naskah aslinya sebagai satu kesatuan unit integral, meskipun saat menerjemahkannya ia mengerjakan bagian perbagian. 2. Penerjemah hendaknya menerjemahkan idiom menjadi idiom pula. Di sini harus diingat bahwa idiom dalam bahasa sumber mungkin sekali mempunyai padanan idiom dalam BSa, meskipun kata kata yang dipergunakan tidak sama persis, contoh ekspresi It doesn t pay. Dalam menerjemahkan ekspresi itu, penerjemah tidak bisa menerjemahkannya menjadi itu tidak bisa membayar, hal tersebut akan menimbulkan bisa jadi tidak sesuai dengan teks yang ingin disampaikan sehingga tidak ada korelasi pada teks tersebut. Oleh karena itu, alangkah baiknya penerjemah perlu mencari padanan dari idiom bahasa sumber di dalam bahasa sasaran. 3. Penerjemah harus menerjemahkan maksud menjadi maksud juga, Kata maksud di sini berarti muatan emosi atau perasaan yang dikandung oleh ekspresi tertentu. seperti ungkapan Yuna, Please ungkapan tersebut dapat berupa memohon atau mempersilahkan. Oleh karena itu, penerjemah harus lebih bijaksana untuk memilih terjemahan yang lebih tepat dengan konteks cerita yang dimaksud. 4. Penerjemah harus waspada terhadap kata- kata atau struktur yang kelihatannya sama dalam BSu dan BSa, tetapi sebenarnya sangat berbeda. Sebagai contoh kalimat I won t be long bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yaitu

8 Saya tak akan panjang Setelah disimak kembali ternyata bukan itu padanannya dalam bahasa Indonesia. Padanannya adalah saya tak akan lama. 5. Penerjemah hendaknya berani mengubah segala sesuatu yang perlu diubah dari BSu ke dalam BSa dengan tegas. Seperti ungkapan kebangkitan kembali Jiwa asing dalam tubuh pribumi, tentu saja yang dimaksud adalah Tubuh Pribumi ini adalah bahasa Sasarannya (BSa) 6. Meskipun penerjemah harus mengubah segala yang perlu diubah, tetapi pada langkah ke enam penerjemah tidak boleh membubuhi cerita aslinya dengan menambah atau mengurangkan kosakata yang bisa membuat cerita dalam BSa itu lebih buruk atau lebih indah sekalipun. Tugas penerjemah adalah menghidupkan Jiwa Asing tadi, bukan memperindah bahkan memperburuk sehingga tidak sesuai dengan pesan yang disampaikan penulis cerita aslinya atau teks sumbernya. Dengan demikian jelas sekali bahwa dalam penerjemahan prosa fiksi (cerpen/novel/cerita anak), penerjemah mementingkan makna, bentuk, pesan, kemudian gaya bahasa hal tersebut sama seperti apa yang disampaikan Larson dalam penerjemahan berdasarkan makna (1984 : 2), Nida dan Taber dalam teori dan praktek penerjemahan (1969:33), Molina dan Albir dalam teknik penerjemahan ( ) serta Catford dalam pergeseran yang terjadi pada penerjemahan (1965:73).

9 2.3 Proses Penerjemahan Proses Penerjemahan yang dimaksud di sini adalah suatu model untuk menerangkan proses pikir (internal) yang dilakukan manusia saat melakukan penerjemahan. Nida dan Taber (1969:33) mengambarkan proses penerjemahannya, sebagai berikut: A (Source) B (Receptor) (Analysis) (Restructuring) X (Transfer) Y Gambar 1.1 : Proses Penerjemahan oleh Nida dan Taber (1982:33) Dalam Proses ini terdapat tiga tahap yaitu tahap analisis (analysis), tahap pengalihan (transfer) dan tahap penyusunan kembali (restructuring). Penerjemah menganalisis teks BSu dalam hal (a) hubungan gramatikal kata - kata untuk memahami makna atau isinya secara keseluruhan. Hasil tahap ini, yaitu makna BSu yang telah dipahami, ditransfer ke dalam pikiran penerjemah dari BSu ke dalam BSa.Setelah itu, dalam tahap restrukturisasi, makna tersebut ditulis kembali dalam BSa sesuai dengan aturan dan kaidah yang ada dalam BSa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada contoh berikut: Kalimat asli : She taught them all about flower (Dt:168)

10 1. Analisis. pada tahap pertama penerjemah memikirkan hal hal berikut. She adalah subjek kalimat asli. taught adalah kata kerjanya. She adalah orang ketiga tunggal dan berjenis kelamin perempuan. kata kerja teach secara grammar harus berubah menjadi taught, hal tersebut untuk menunjukkan bahwa kejadiannya sudah berlangsung. Sedangkan them adalah objek yang penderita, all about flower diterjemahkan menjadi semua hal tentang bunga, meskipun penerjemah menambahkan kata hal. untuk memperjelaskan bahwa yang diajarkan bukan hanya mengenai bunga melainnya segala sesuatu yang berhubungan dengan bunga. 2. Transfer. Pada tahap kedua penerjemah mengalihkan materi materi yang telah dianalisis dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran diantaranya yaitu orang ketiga tunggal adalah ia, dia, dan beliau dalam bahasa Indonesia. Jenis kelamin perempuan tidak dapat diwakili dengan kata lain selain kata perempuan atau wanita. taught terjemahan menjadi mengajari yang menjelaskan pekerjaan tersebut telah selesai dikerjakan. Selanjutnya, all about flower yang diterjemahkan menjadi semua hal tentang bunga, penerjemahan tersebut tidak mengalami pergeseran, tetapi penerjemah menambahkan kata hal untuk menjelaskan bahwa dia mengajari segala yang ada pada bunga tersebut, meskipun pada penerjemahan. (harus diingat, semua yang dilakukan dalam tahap ini hanya terjadi di dalam pikiran penerjemah ).

11 3. Restrukturisasi. Pada tahap ketiga, mulailah penerjemah menyusun kembali makna dengan menuliskan sesuatu terjemahan dari kalimat tersebut di atas, contohnya : Dia (perempuan) mengajari semua hal tentang bunga. 4. Evaluasi dan Revisi. Dalam tahap ini penerjemah kembali mengamati hasil kerjanya. Dia merasa bahwa kalimat itu kurang luwes dalam bahasa Indonesia, maka kata perempuan tidak diterjemahkan. Kata beliau dirasanya terlalu sopan, maka penerjemah bisa merevisi kalimat itu menjadi dia mengajari semua hal tentang bunga. Selain Nida dan Taber, Larson (1984:3) juga mengajukan model proses terjemahan. Hal tersebut terlihat pada gambar berikut : SOURCE LANGUAGE Text to be translated RECEPTOR LANGUAGE Translation Discover the meaning Re-express the meaning Meaning Gambar 1.2 : Proses penerjemahan menurut Larson (1984:2)

12 Gambar tersebut menunjukkan proses yang sama dengan restrukturasi Nida dan Taber, yang berbeda adalah tahap transfer. Larson tidak mengungkapkan secara terpisah pada tahap ini, tatapi Larson menganggap bahwa dalam tahap transfer pada proses penerjemahan yang dilakukan secara otomatis hadir jika penerjemah mengungkapkan kembali makna yang dipahami di dalam BSa. Dari bahasan tentang proses penerjemahan dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya proses penerjemahan terdiri dari dua tahap : (a) Analisis teks asli dan pemahaman makna dan atau pesan teks asli dan (b) pengungkapan kembali makna atau pesan yang berterima dalam bahasa sasaran, termasuk gaya bahasa yang digunakan penerjemah dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca. 2.4 Pengertian Kata, Frasa, Klausa dan Kalimat. Dalam mencari kesepadanan pada penerjemahan salah satunya di antaranya adalah menyangkut padanan formal bahasa, yaitu berupa padanan kata per kata frase per frase, klausa per kluasa dan kalimat per kalimat, tetapi dalam penerjemahan, bentuk struktur pada bahasa sumber dan bahasa sasaran tentunya tidak selalu sama, oleh karena itu untuk lebih memahami perbedaan antara tataran kata, frasa, klausa dan kalimat dapat dijelaskan sebagai berikut : Kata Kata adalah kumpulan dari beberapa huruf / letter yang membentuk arti/makna tertentu. Menurut Chaer (1994:208), kata terdiri dari dua jenis yaitu:

13 1) Kata penuh (fullword), yaitu kata yang secara leksikal memiliki makna, mempunyai kemungkinan mengalami proses morfologi, merupakan kelas terbuka, dan dapat berdiri sendiri sebagai sebuah satuan tuturan. Yang termasuk kata penuh adalah nomina, verba, adjektiva, adverbia dan numeralia seperti : nuggets (nugget) (Dt:231), enjoy (Dt:272), home (rumah).(dt:322), 2) Kata tugas (function word), yaitu kata yang secara leksikal tidak mempunyai makna, tidak mengalami proses morfologi, merupakan kelas tertutup dan tidak dapat berdiri sendiri, yang termasuk kategori ini adalah preposisi dan konjungsi. Contoh : and (dan)(dt:222), always (selalu)(dt:027) Frasa Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif. Pendapat ini dikemukakan oleh Kridalaksana (2001:59). Contoh frasa dalam bahasa Inggris misalnya playing soccer (bermain sepak bola), a red dress (baju merah), dan beautiful girl (perempuan cantik). Dalam bahasa Inggris, terdapat unsur-unsur pembentuk frasa yaitu: 1) Head, yaitu unsur pusat frasa 2) Premodification, yaitu keterangan yang terletak sebelum unsur pusat 3) Postmodification, yaitu keterangan yang terletak setelah unsur pusat Frasa dalam bahasa Inggris dibagi menjadi beberapa jenis, sesuai dengan komponen-komponen penyusun dan fungsinya. yaitu

14 1) Frasa nomina, digunakan sebagai nomina dan salah satu fungsinya dalam kalimat adalah sebagai subjek. Contohnya: The pilot landed the plane (Pilot mendaratkan pesawat). The flower seller lady sewed petals after of flowers (Si wanita penjual bunga menjahit kelopak demi kelopak bunga) (Dt:178) 2) Frasa adjektiva, digunakan sebagai adjektiva yang menerangkan nomina. Contoh: Blue is my favorite color (Biru adalah warna kesukaanku) 3) Frasa adverbia, digunakan sebagai kata keterangan. Contoh: He drives the car very slowly. Dia mengendarai mobil sangat lambat. She planted the most beautiful flowers. Dia menanam bunga yang terindah (Dt:176) 4) Frasa verba, dalam kalimat berfungsi sebagai predikat. Frasa ini dapat berbentuk kelompok kata ataupun satu kata. Contoh: He landed the plane, she smiled. Dia mendaratkan pesawat, dia tersenyum My mother and I laught Ibu dan aku tertawa (Dt:338)

15 5) Frasa preposisi, dalam kalimat berfungsi sebagai keterangan, ditandai dengan hadirnya preposisi sebagai unsur pembentuk frasa. Contoh: He lives in the village. Dia tinggal di desa One day, I was invited to stay at my friend s house Suatu hari,aku diajak menginap di rumah temanku (Dt:141) Klausa Klausa adalah satuan gramatikal berupa kelompok kata yang sekurangkurangnya terdiri dari subjek dan predikat dan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat. Pengertian ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Kridalaksana (2001:110). Senada dengan Kridalaksana, Chaer (1994:231) menyebut klausa sebagai satuan sintaksis yang berupa runtutan kata - kata berfungsi predikatif. Fungsi subjek dan predikat merupakan fungsi yang harus ada dalam konstruksi klausa. Ia juga mengemukakan bahwa klausa berpotensi untuk menjadi kalimat tunggal karena di dalamnya sudah ada fungsi sintaksis wajib, yaitu subjek dan predikat. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa klausa adalah kumpulan kata - kata yang memiliki subjek dan predikat. Klausa dalam bahasa Inggris dibagi menjadi dua,yaitu: 1. Main clause, yaitu klausa yang dapat berdiri sendiri dalam kalimat.

16 Contoh: The boys run s v (Anak laki-laki itu berlari) s v The girl was sad s v (Gadis itu merasa sedih) (Dt:064) s v 2) Subordinate clause, yaitu klausa yang hadir bersama mainklausa untuk mengungkapkan ide tambahan. Klausa ini tidak bisa berdiri sendiri. Contoh: The man who stand in the corner is my friend in the campus clause main clause Laki-laki yang berdiri diujung sana adalah teman saya di kampus. Klausa main klausa The box mean a lot to her because she had owned it since she was a child (Dt:113) clausa main clause Kotak itu amat berarti baginya karena dia sudah memiliki kotak dia sudah memiliki klausa main klausa kotak itu sejak kecil. Klausa bebas mempunyai struktur lengkap, sedangkan klausa terikat sebaliknya. Unsur yang ada dalam klausa ini mungkin hanya subjek, predikat, objek, atau berupa keterangan.

17 2.4.4 Kalimat Pengertian kalimat menurut Kridalaksana (2001:92), dalam Kamus Linguistik adalah Konstruksi gramatikal yang terdiri dari satu atau lebih klausa yang ditata menurut pola tertentu dan dapat berdiri sendiri sebagai satu kesatuan. Selanjutnya, Chaer (1994:240),mengemukakan pendapatnya yaitu bahwa kalimat merupakan satuan sintaksis, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final. dan untuk lebih jelasnya Chear juga membagi jenis - jenis kalimat menjadi: 1) Kalimat inti dan kalimat non - inti Kalimat inti adalah kalimat yang dibentuk klausa inti yang lengkap. Sedangkan kalimat non - inti terbentuk karena adanya proses transformasi seperti pemasifan, pertanyaan, dan lain - lain terhadap kalimat inti. Contoh: Kalimat inti I went to the movie yesterday Saya pergi ke bioskop kemarin Kalimat non-inti I didn t go to the movie yesterday. Saya tidak pergi ke bioskop kemarin Did I go to the movie yesterday? Apakah saya pergi ke bioskop kemarin She is my brave bodyguard Dia adalah penjagaku yang berani (Dt:030) She doesn t my brave bodyguard Dia bukan penjagaku yang berani Does she my brave bodyguard Apakah dia penjagaku yang berani?

18 2) Kalimat tunggal dan Kalimat majemuk Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri dari satu klausa, sedangkan kalimat majemuk terdiri lebih dari satu klausa. Contoh: Kalimat tunggal The birds sing along the day Burung - burung berkicau sepanjang hari. I will see you soon Kita akan segera bertemu (Dt:16) Kalimat majemuk He opened the door then closed the window Dia membuka pintu kemudian membuka jendela. My mother is perfect because she serves perfect because she serves perfect dinner. Ibuku sempurna karena dia menyajikan makan malam yang sempurna (Dt:241) 3) Kalimat mayor dan Kalimat minor Jika klausa pada satu kalimat lengkap, sekurang-kurangnya memiliki unsur subjek dan predikat, maka kalimat itu disebut kalimat mayor. Jika tidak lengkap, maka disebut kalimat minor. Contoh: Kalimat mayor Kalimat minor My brother runs every morning Hallo! Abang saya berlari setiap pagi Hallo! Flo gave the old lady her lunch Flo memberikan makan siangnya pada wanita tua.(dt:171) No Smoking! Dilarang Merokok! Excuse me! Permisi!

19 4) Kalimat verbal dan Kalimat non - verbal Kalimat verbal dibentuk dari klausa verbal atau kalimat yang predikatnya berupa kata kerja atau frasa verba. Sedangkan kalimat non - verbal adalah kalimat yang predikatnya bukan kata atau frasa verbal. Karena banyaknya tipe verba, maka setiap bahasa mempunyai cara tersendiri untuk membentuk kalimat ini. Dalam bahasa Inggris dikenal adanya kalimat transitif dan intransitif, yang predikatnya berupa verba transitif atau intransitif. Contoh: Kalimat verbal The baby cries (Intransitif) Bayi menangis I cut the grass (Transitif) Saya potong rumput My mother and I giggled (Intransitif) Ibu dan aku terkikik (Dt:340) She loved the box (Transitif) Dia mencintai kotak itu (Dt:137) Kalimat non - verbal My sister is beautiful Kakak saya cantik She is a teacher Dia adalah seorang guru She is a mathematician Dia adalah seorang matematika (Dt:010) She is also a scientist Dia juga seorang ilmuan (Dt:012) 2.5 Teknik Penerjemahan Teknik penerjemahan ialah cara yang digunakan untuk mengalihkan pesan dari BSu ke BSa, diterapkan pada tataran kata, frasa, klausa dan kalimat. Menurut Molina dan Albir (2002:509), teknik penerjemahan memiliki lima karakteristik: 1. Teknik penerjemahan mempengaruhi hasil terjemahan. 2. Teknik diklasifikasikan dengan perbandingan pada teks BSu.

20 3. Teknik berada tataran mikro. 4. Teknik tidak saling berkaitan tetapi berdasarkan konteks tertentu. 5. Teknik bersifat fungsional. Setiap pakar memiliki istilah tersendiri dalam menentukan suatu teknik penerjemahan, sehingga cenderung tumpang tindih antara teknik dari seorang pakar satu dengan yang lainnya. Teknik yang dimaksud sama namun memiliki istilah yang berbeda. Dalam hal keberagaman tentunya hal ini bersifat positif, namun di sisi lain terkait penelitian akan menimbulkan kesulitan dalam menentukan istilah suatu teknik tertentu. Molina dan Albir (2002) mengembangkan 20 teknik yang dapat digunakan untuk menganalisis dan mengklasifikasikan bagaimana kesepadanan terjemahan berlangsung yang diterapkan pada berbagai satuan lingual. Pada bagian berikut ini dikemukakan teknik penerjemahan versi Molina Albir (2002: ). 1. Adaptasi (Adaptation) adalah teknik ini dikenal dengan teknik adaptasi budaya. Teknik ini dilakukan dengan mengganti unsur - unsur budaya yang ada BSu dengan unsur budaya yang mirip dan ada pada BSa. Hal tersebut bisa dilakukan karena unsur budaya dalam BSu tidak ditemukan dalam BSa, ataupun unsur budaya pada BSa tersebut lebih akrab bagi pembaca sasaran. Teknik ini sama dengan teknik padanan budaya. Contoh : Dalam bahasa Inggris, breakfast berkaitan dengan kata milk, orange juice, egg, roll dan bread, sementara itu di dalam budaya Indonesia secara umum, kata sarapan terkait dengan teh, kopi, dengan kata lain, penerjemahan terhadap

21 ungkapan breakfast menjadi sarapan mengacu pada makan di pagi hari, meskipun jenis makanan kedua budaya tersebut berbeda. 2. Amplifikasi (Amplification) adalah teknik penerjemahan yang mengeksplisitkan atau memparafrase suatu informasi yang implisit dalam bahasa sumber. Contoh : Kata Imlek dapat diparafrasekan menjadi hari raya tahun baru Tiongkok. Kata Imlek yang merupakan kata atau gabungan kata yang dengan diparafasekan dalam bahasa sumbernya secara implisit (informasi yang tersembunyi). Tetapi dalam teknik penerjemahannya memberikan informasi yang diekspresikan secara jelas pada unsur bentuk gramatikalnya, yaitu hari raya tahun baru Tiongkok. 3. Peminjaman (Borrowing) ialah teknik penerjemahan yang dilakukan dengan meminjam kata atau ungkapan dari BSu. Peminjaman itu bisa bersifat murni (pure borrowing) tanpa penyesuaian atau peminjaman yang sudah dinaturalisasi (naturalized borrowing) dengan penyesuaian pada ejaan ataupun pelafalan. Kamus resmi pada BSa menjadi tolak ukur apakah kata atau ungkapan tersebut merupakan suatu pinjaman atau bukan. Contoh : BSa : Mixer BSu : Mixer Peminjaman Murni BSa : Mixer BSu : Mikser Peminjaman Alamiah 4. Calque adalah teknik penerjemahan dimana penerjemah menerjemahkan frasa bahasa sumber secara literal.

22 Contoh: Directorate general diterjemahkan menjadi Direktorat Jendral. Intereferensi struktur bahasa sumber pada bahasa sasaran adalah khas dari teknik calque. Pada frasa Directorate general yang diterjemahkan menjadi Direktorat general tidak mengubah makna dan letak strukturnya pada bahasa sasaran. 5. Kompensasi (Compensation) yakni teknik penerjemahan dimana penerjemah memperkenalkan unsur-unsur informasi atau pengaruh stilistik teks bahasa sumber di tempat lain dalam teks bahasa sasaran. Contoh: Why don t you write a good thrilling detective story? she asked. Me? exclaimed Mrs. Albert Forrester, for the first time in her life regardless of grammar. Mengapa Anda tidak menulis roman detektif yang menegangkan? tanyanya. Apaan? teriak Ny. Albert Forrester, untuk pertama kali dalam kalimat elipsi bentuk kasus datif /akusatif (kasus objek)pronominal persona me dan bukannya I, karena penggunaan me dianggap oleh banyak orang sebagai pelanggaran norma gramatikal, padahal anggapan seperti itu tidak cukup berdasar, karena bentuk me dalam hal semacam itu sudah lama menjadi norma bahasa standar Prof. M. Whitehall (51:104) dari Universitas Udayana (dalam Moentaha Salihen, 2006:35), yang mengakui pelanggaran gramatikal seperti itu sebagai bentuk yang resmi dan sah bahasa Inggris percakapan. Dan pengakuannya diperkuat dengan contoh Colloqual spoken English often uses them as the plural from

23 this and that, written English uses these and those. Them men have arrived, Tapi dalam proses terjemahan, bagaimana pun juga pelanggaran gramatikal dalam sastra tetap mengandung nuansa ekspresif yang wajib disampaikan (lewat teknik kompensasi) oleh penerjemah ke dalam teks terjemahan, tidak pandang akan adanya pengakuan, bahwa pelanggaran seperti itu tidak masalah. Mengingat bahasa Indonesia tidak mengenal sistem kasus yang mengubah bentuk pronominal personal seperti itu penerjemah memutuskan untuk menggunakan teknik kompensasi, yaitu mengkompensasikan me dengan pronomina ragam cakapan apaan di tempat pronominal ragam baku apa. Dengan demikian, penerjemah berha sil menyampaikan informasi yang sama juga melanggar norma gramatikal karena menggunakan pronominal ragam tidak baku. Contoh terjemahan di atas menunjukkan, bahwa teknik kompensasi digunakan, terutama sekali, untuk menyampaikan spesifikasi bahasa pemberi, seperti nuansa dialek, pertuturan individual yang spesifik, yang tidak selalu mempunyai padanan dalam bahasa sumber. 6. Deskripsi (Description) merupakan teknik penerjemahan yang diterapkan dengan menggantikan sebuah Istilah atau ungkapan dengan deskripsi bentuk dan fungsinya. Contoh : Samurai (The sword of Japanese aristocracy) Dalam bahasa Jepang tidak bisa diterjemahkan dengan kaum bangsawan saja jika teks yang bersangkutan adalah teks yang menerangkan budaya Jepang,

24 untuk itu, padanan deskriptif harus digunakan. Kaum Samurai harus diterjemahkan menjadi aristocrat Jepang pada abad XI sampai XIX yang menjadi pegawai pemerintahan, padanan deskriptif ini sering kali ditempatkan menjadi satu dalam daftar kata - kata atau glossary. Padanan ini berusaha mendeskripsikan makna atau fungsi dari bahasa sumber, teknik ini dilakukan karena kata bahasa sumber tersebut sangat terkait dengan budaya khas bahasa sumber dan penggunaan padanan budaya dirasa tidak bisa memberikan derajat ketepatan yang dikehendaki seperti yang telah dijelaskan pada contoh tersebut. 7. Kreasi diskursif (Discursive creation) dimaksudkan untuk menampilkan kesepadanan sementara yang tidak terduga atau keluar dari konteks. Teknik ini lazim diterapkan dalam menerjemahkan judul buku atau judul film. Contoh : A betrayed son si Malinkundang diterjemahkan Si Malingkundang 8. Kesepadanan Lazim (Established equivalent) adalah teknik dengan penggunaan istilah atau ungkapan yang sudah lazim (berdasarkan kamus atau penggunaan sehari-hari). Teknik ini mirip dengan penerjemahan harfiah. Contoh : Kata handphone lebih dikenal dari pada telepon genggam. Pada teknik penerjemahan kata handphone berasal dari bahasa Inggris namun sudah menjadi Istilah umum dan lazim digunakan dalam berbahasa sehari hari meskipun kata tersebut terletak pada bahasa sumber (bahasa Indonesia) namun padanannya tetap digunakan dalam terjemahannya.

25 9. Generalisasi (Generalization) Teknik ini menggunakan istilah yang lebih umum pada BSa untuk BSu yang lebih spesifik. Hal tersebut dilakukan karena BSa tidak memiliki padanan yang spesifik. Contoh: She was letting her temper go by inches diterjemahkan dia sedikit demi sedikit kehilangan kesabaran. Pada contoh pertama,tidak mungkin digunakan padanan kamus kata bahasa Inggris, Inchi inci, karena dalam bahasa Indonesia kata inci biasanya tidak digunakan dalam bahasa makna kiasan atau metaforis seperti dalam bahasa Inggris. Contoh lainnya : Penthouse diterjemahkan menjadi tempat tinggal 10. Amplifikasi Linguistik (Linguistic Amplification) yakni teknik penerjemahan dengan menambah unsur unsur linguistik dalam teks bahasa sasaran. Teknik ini lazim diterapkan dalam pengalihbahasaan secara konsekutif atau sulih suara (dubbing). 11. Kompresi Linguistik (Linguistic compression) merupakan teknik penerjemahan yang dapat diterapkan penerjemah dalam pengalihbahasaan dalam penerjemahan teks film. 12. Penerjemahan harfiah (Literal translation) merupakan teknik penerjemahan di mana penerjemah menerjemahkan ungkapan kata demi kata.

26 Contoh : I have quite a few friends diterjemahkan saya mempunyai sama sekali tidak banyak teman 13. Modulasi (Modulation) merupakan teknik penerjemahan dengan mengubah sudut pandang, fokus atau kategori kognitif dalam kaitannya dengan teks sumber. Perubahan sudut pandang tersebut dapat bersifat leksikal atau struktural. Contoh : Bsu : I broke my hand Bsa : Tanganku patah Pada contoh di atas, penerjemah memandang persoalannya dari objeknya, yaitu tangan, bukan dari segi pelaku saya. Cara pandang ini merupakan suatu keharusan karena dalam struktur bahasa Indonesia. 14. Partikularisasi (Particularization) adalah Teknik penerjemahan dimana penerjemah menggunakan istilah yang lebih konkrit, presisi atau spesifik, dari superordinat ke subordinat. Teknik ini merupakan kebalikan dari teknik generalisasi. Contoh: Air transportation di terjemahkan menjadi Pesawat. 15. Reduksi (Reduction) merupakan kebalikan dari teknik Amplifikasi. Informasi teks bahasa sumber dipadatkan dalam bahasa sasaran. Contoh :

27 The month of fasting diterjemahkan Ramadhan, Teknik ini mirip dengan teknik penghilangan (Ommission atau deletion atau subtaction atau implisitasi). Dengan kata lain, informasi yang eksplisit dalam teks bahasa sumber dijadikan implisit dalam teks bahasa sasaran. 16. Substitusi (Substitution) merujuk pada pengubahan unsur unsur linguistik dan paralinguistik (intonasi atau isyarat). Bahasa isyarat dalam bahasa Arab, yaitu dengan menaruh tangan di dada diterjemahkan menjadi Terima kasih atau bila diterjemahkan dalam bahasa Inggris menjadi Thank you. 17. Variasi (Variation) adalah dengan mengubah unsur - unsur linguistik atau paralinguistik yang mempengaruhi variasi linguistik : Perubahan tekstual, gaya bahasa, dialek sosial, dialek geografis. Teknik ini lazim diterapkan dalam menerjemahkan naskah drama. 18. Transposisi. Teknik penerjemahan di mana penerjemah melakukan perubahan kategori gramatikal. Teknik ini sama dengan teknik pergeseran kategori, struktur dan unit. Seperti kata menjadi frasa. Contoh: BSu : Adept BSa: Sangat terampil 19. Penambahan adalah teknik yang lazim diterapkan dalam kegiatan penerjemahan berupa penambahan informasi yang pada dasarnya tidak ada dalam kalimat sumber. Kehadiran informasi tambahan dalam kalimat sasaran dimaksudkan

28 untuk lebih memperjelas konsep yang hendak disampaikan penulis asli kepada para pembaca sasaran. Contoh : The women came late di terjemahkan menjadi wanita tua itu datang terlambat. Di dalam contoh kalimat ditambahkan kata tua agar teks bahasa sasaran menjadi lebih dipahami. 20. Penghilangan (Deletion) adalah penghapusan kata atau bagian teks bahasa sumber di dalam teks bahasa sasaran. Dengan kata lain penghapusan berarti tidak diterjemahkan kata atau bagian teks bahasa sumber di dalam teks bahasa sasaran. Pertimbangannya adalah agar tidak mengalami pengulangan kata, selain itu kata atau bagian teks bahasa sumber tersebut tidak begitu penting bagi keseluruhan teks bahasa sasaran dan biasanya agak sulit diterjemahkan. Jadi mungkin penerjemah berfikir daripada harus menterjemahkan kata atau teks bahasa sumber itu dengan konsekuensi pembaca bahasa sasaran agak bingung, maka lebih baik bagi penerjemah untuk menghilangkan saja bagian itu Contoh : BSu BSa : Just like Cut Pamela her sister, he whispered : Sama dengan kakaknya, katanya lirih Contoh di atas menunjukkan bahwa dari teknik penerjemahan dilakukan penghilangan yaitu pada nama Cut Pamela, dengan kata lain penerjemah tidak melakukan terjemahan terhadap nama, meskipun secara tertulis kata cut seperti kata dalam bahasa Inggris, yang bila diterjemahkan

29 dapat menjadi memotong. Agar pesan yang dimaksud penulis tidak menjadi kesalahpahaman pembaca, penerjemah melakukan teknik penghilangan pada kata tersebut. 2.6 Pergeseran dalam Penerjemahan Larson (1989:1) mengaitkan kata makna dalam mendefenisikan penerjemahan, yang menyatakan bahwa penerjemahan merupakan pengalihan makna dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran, maknalah yang harus dipertahankan, sedangkan bentuk boleh diubah. Sementara, menurut Catford (1965 :20) penerjemahan berarti mentransfer bahasa sumber ke bahasa sasaran. Penerjemahan (translating) merupakan penggantian materi tekstual pada bahasa sumber ke bahasa sasaran. Dalam proses penerjemahan, penerjemah (translator) selalu berusaha mendapatkan unsur bahasa sasaran yang sepadan dengan bahasa sumbernya agar dapat mengungkapkan pesan yang sama dalam teks sasaran. Karena setiap bahasa mempunyai aturan tersendiri, maka perbedaan aturan ini akan menyebabkan terjadinya pergeseran. Sehubungan dengan hal tersebut, Catford (1965:73) kemudian membagi pergeseran menjadi dua jenis, yaitu : (1) Pergeseran Tingkatan (Level Shifts) (2) Pergeseran Kategori (Category Shifts). Dalam pergeseran ini, Catford (1965: 73) menyatakan bahwa sebuah bahasa sumber yang berada pada tingkat linguistik tertentu memiliki bahasa

30 terjemahan dengan sistem bahasa yang sepadan dalam tingkat linguistik yang berbeda, umumnya pergeseran ini terjadi di sekitar perihal kosakata (leksikal) dan tata bahasa (gramatikal). Contoh : Grammar to lexis She is swimming diterjemahkan menjadi Dia sedang berenang to be + v-ing (grammar) diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan leksikon sedang Selanjutnya pada pergeseran kategori, pada pergeseran jenis tersebut kebebasan dalam menerjemahkan sangat diutamakan, karena dalam menerjemahkan banyak mengikuti aturan penulisan bahasa sasaran sehingga hasil penerjemahan tidak terlihat seperti bahasa terjemahan. Pergeseran kategori ini terbagi atas 4 (empat) kelompok, yaitu: 1. Pergeseran Struktur (Structure Shifts) Dalam pengelompokan pergeseran kategori, pergeseran struktur inilah yang paling sering terjadi. Secara gramatika, pergeseran struktur dapat muncul pada berbagai tataran (kata, frase, klausa, atau kalimat), namun masih dalam tingkatan yang sama. Sebagai contoh, sebuah kalimat dalam bahasa sumber diterjemahkan masih dalam tingkatan kalimat juga, walaupun secara gramatikal kalimat dalam bahasa sasaran berbeda. Contoh: Pasif menjadi aktif

31 BSu : Your message has been sent BSa : Kami telah mengirim pesan anda 2. Pergeseran Kelas Kata (Class Shifts) Pergeseran kelas kata ini terjadi ketika kelas kata dalam bahasa sumber berbeda dengan kelas kata dalam bahasa sasaran. Contoh : Preposisi menjadi konjungsi BSu : After that, I walked her home BSa : Setelah kami berbelanja, aku mengantarnya pulang. 3. Pergeseran Unit (Unit Shifts) Pergeseran ini hampir sama dengan pergeseran struktur (structure-shifts), tetapi pada pergeseran tataran ini, tingkatan antara bahasa sumber dan bahasa sasarannya berbeda. Misalnya, dua buah kata dalam bahasa sumber dapat menjadi sebuah kata saja dalam bahasa sasaran. Contoh : kata menjadi frasa BSu : Summer BSa : Musim panas BSu : Crib BSa : Tempat tidur bayi

32 4. Pergeseran Intra Sistem (Intra System-Shifts) Sesuai dengan namanya, pergeseran ini terjadi pada kasus-kasus yang melibatkan sistem internal pembentukan bahasa dalam terjemahan. seperti pergeseran yang terjadi pada gramatikal yang sama Contoh : BSu : The king married Balqis BSa : Raja kawin dengan Balqis Kata merried dalam bahasa Inggris adalah transitif sedangkan kata kawin dalam bahasa Indonesia adalah verba intransitif. 2.7 Keterbacaan Teks Terjemahan Pada awalnya istilah keterbacaan hanya dikaitkan dengan kegiatan membaca. Kemudian, istilah keterbacaan itu digunakan dalam bidang penerjemahan karena setiap kegiatan menerjemahkan tidak bisa lepas dari kegiatan membaca. Dalam konteks penerjemahan, istilah keterbacaan itu pada dasarnya tidak hanya menyangkut keterbacaan teks bahasa sumber tetapi juga keterbacaan teks bahasa sasaran. Hal itu sesuai dengan hakekat dari setiap proses penerjemahan yang memang selalu melibatkan kedua bahasa itu sekaligus. Akan tetapi, hingga saat ini indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat keterbacaan suatu teks masih perlu dipertanyakan keandalannya. Ukuran keterbacaan suatu teks yang didasarkan pada faktor-faktor kebahasaan oleh karena itu, seorang penerjemah perlu memahami konsep keterbacaan teks

33 bahasa sumber dan bahasa sasaran. Pemahaman yang baik terhadap konsep keterbacaan itu akan sangat membantu penerjemah dalam melakukan tugasnya Faktor-faktor yang Menentukan Tingkat Keterbacaan Terjemahan Teks Cerita Anak. Pada bagian ini dibahas faktor-faktor yang menentukan tingkat keterbacaan teks. Contoh-contoh yang diberikan dikutip dari berbagai sumber dan dalam berbagai bahasa. Akan tetapi, ada baiknya jika penafsiran terhadap definisi keterbacaan itu dikemukakan terlebih dahulu sebagai pedoman utama dalam membahas faktor-faktor yang menentukan tingkat keterbacaan teks dalam konteks penerjemahan. Keterbacaan, atau dalam bahasa Inggris disebut readability, menunjuk pada derajat kemudahan sebuah tulisan untuk dipahami maksudnya. Pelibatan unsur pembaca dalam menentukan tingkat keterbacaan suatu teks merupakan unsur tambahan yang sangat penting pada faktor-faktor kebahasaan. Bagaimana pun juga setiap teks yang dihasilkan adalah untuk dibaca, dan dengan demikian secara otomatis teks itu melibatkan pembaca. Sakri dalam Nababan (2003 : 63) mengemukakan faktor-faktor mengenai keterbacaan, seperti yang tertuang dalam kutipan di bawah ini. "Keterbacaan, antara lain bergantung pada kosa kata dan bangun kalimat yang dipilih oleh pengarang atau penerjemah untuk tulisannya. Tulisan yang banyak mengandung kata yang tidak umum lebih sulit dipahami daripada yang menggunakan kosa kata sehari-hari, yang sudah dikenal oleh pembaca pada umumnya.

34 Selain faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, faktor-faktor lainnya, seperti penggunaan kata kata baru, kata taksa, kata kias (Idiom), kalimat tidak lengkap juga dapat membuat tingkat keterbacaan teks menjadi rendah, untuk lebih memahami faktor faktor keterbacaan tersebut, dapat di jelaskan sebagai berikut: Penggunaan Kata - Kata Baru Kata - kata baru baik berupa istilah asing atau kata bahasa daerah, yang masih asing bagi pembaca, akan mengakibatkan uraian keterbacaan suatu teks menjadi rendah. sebagai contoh penggunaan kata istilah yang berhubungan dengan kedokteran yaitu cast yang terjemahannya digips (Dt: 322), pada hasil terjemahan tersebut terdapat dalam kamus Inggris Indonesia (Echols dan Shadly, 2003:101l ). Penerjemahan di atas serupa dengan terjemahan yang terdapat dalam buku bilingual Kumpulan Cerita Kasih Ibu I Love You Mom. Penggunaan Kata Taksa Kata taksa, dalam bahasa Inggris disebut ambiguous word, menunjukkan kepada kata yang mempunyai lebih dari satu makna, terdapat dalam setiap bahasa, seperti canvas yang diterjemahkan kanvas (Dt :202), kain kanvas, kain mota / terpal,kain tebal untuk alas lantai ring tinju. Menerjemahkan kalimat yang mengandung kata kata yang mengandung kata-kata taksa memerlukan ke hati- hatian dari pihak pembaca. Penerjemah harus mampu mengetahui konteks dan suatu teks.

35 Penggunaan Kata Kias (Idiom) Idiom atau kata kias adalah kata kata yang tidak bisa di mengerti dan di terjemahkan secara harfiah dan biasanya menyimpang dari kaidah gramatika yang umum. Untuk itu penerjemah harus memahami maknanya adalam kaitannya dengan konteksnya meskipun ada beberapa idiom yang sudah sangat umum. seperti : (contoh dalam Suryawinata, 2003:116) BSu : Don t lose your heart. The sun always rises in the morning. BSa : Jangan patah semangat. matahari selalu terbit tiap pagi Namun dalam beberapa Idiom memungkinkan pembaca sulit memahaminya disebabkan faktor ungkapan - ungkapan yang belum umum diketahui, didengar atau dipelajari, sebagai contoh : BSu : True friend are the true treasure (Dt:055) BSa : Teman sejati adalah harta sesungguhnya. Pada umumnya hubungan darah seperti anak atau keluarga yang dikiaskan dengan harta sesungguhnya, namun untuk pesan yang disampaikan dalam terjemahan (BSa) bahwa teman sejati sebanding dengan seseorang yang memiliki harta yang sangat berharga dalam kehidupannya. Kata kias (Idiom) sering muncul dalam karya-karya sastra, kaidah-kaidah sastra memperbolehkan pemakaian kata atau kalimat yang bermakna konotatif. Penafsiran sastra terrhadap makna kata atau kalimat dalam karya sastra diserahkan

36 sepenuhnya kepada pembaca. Itulah sebabnya karya sastra seperti drama,novel, cerita anak lebih sulit diterjemahkan daripada karya ilmiah. Penggunaan kalimat yang tidak lengkap Kalimat tidak lengkap menunjukkan kalimat yang unsur-unsur yang membentuk seperti subjek, predikat, dan objek. Ketidak-lengkapan, unsur-unsur itu akan mempersulit pembaca dalam memahami pesan yang dimaksudkan oleh penerjemah. Contoh : BSu : She always protects me from dangerous animals BSa : Dia selalu melindungi dari hewan hewan yang berbahaya. (Dt :031) Terjemahan pada kalimat di atas menunjukkan kalimat yang tidak lengkap tampak dari tidak hadirnya objek dalam terjemahan meskipun dalam penerjemahan teknik penghilangan itu diberlakukan namun jika ketidaklengkapan unsur - unsur yang membentuk struktur kalimat dalam suatu teks akan menyulitkan si pembaca untuk memahami suatu teks terjemahan, tidak menutup kemungkinan tingkat keterbacaan teks akan menjadi sangat rendah. 2.8 Penelitian yang Relevan Kajian yang relevan dengan penelitian yang dapat menjadi acuan dalam penelitian tesis ini adalah :

37 Dalam tesis Novalinda. S yang berjudul Analisis Teknik, Metode, Ideologi dan Kualitas Terjemahan Cerita Anak Serial Erlangga for Kids.. Program Magister Linguistik Penerjemahan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kata kunci : Teknik, Metode, Ideologi, Kualitas terjemahan, Cerita anak. Penelitian ini adalah penelitian tentang jenis - jenis teknik penerjemahan, metode penerjemahan, ideologi penerjemahan dan kualitas terjemahan terhadap dwi bahasa cerita anak serial Erlangga for Kids. Tujuan dari penelitian ini adalah: petama untuk mengidentifikasi teknik - teknik penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan cerita anak, kemudian menganalisis metode dan ideologinya. Tujuan kedua adalah untuk mengidentifikasi dampak penerapan teknikteknik penerjemahan pada kualitas terjemahan cerita anak yang dilihat berdasarkan keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan. Tujuan terakhir adalah mengidentifikasi teknik mana yang memiliki tingkat keakuratan dan keberterimaan paling tinggi. Metode penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Sumber data penelitian ini adalah buku cerita anak yang berupa bilingual book dan juga para informan. Dari data tersebut diidentifikasi teknik-teknik penerjemahannya, kemudian berdasarkan teknik penerjemahan yang digunakan dapat disimpulkan metode penelitian dan ideologi penerjemahannya. Untuk menilai keakuratan dan keberterimaan data tersebut dinilai oleh tiga orang rater yang sudah terbiasa dengan bidang penerjemahan dan bahasa Indonesia, sedangkan untuk keterbacaan penulis meminta lima orang anak yang duduk di kelas 3 dan 4 sekolah dasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat sepuluh teknik penerjemahan

38 yang digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan yaitu literal sebanyak 253 data dari 388 data atau 65 %, transposisi sebanyak 58 data atau 15%, reduksi sebanyak 27 data atau 7%, Amplifikasi sebanyak 21 data atau 5,4%, modulasi sebanyak 9 data atau 2,3 %, adaptasi sebanyak 10 data atau 2,6%, pure borrowing 4 data atau 1 %, kreasi diskursif 1 data atau 0,25%, padanan tetap yang 3 data atau 0,7% dan generalisasi 1 buah data atau 0,25%. Terdapat banyak data yang diterjemahkan menggunakan lebih dari 1 teknik. Berdasarkan mayoritas teknik penerjemahan yang digunakan penerjemah dapat ditarik simpulan bahwa metode penerjemahannya adalah metode penerjemahan literal dengan kecenderungan mempertahankan bentuk bahasa sumber atau ideologi foreinisasi. Penerapan teknik penerjemahan juga berdampak terhadap kualitas terjemahan yaitu adanya terjemahan yang sudah akurat, kurang akurat dan tidak akurat. Untuk tingkat keberterimaan pun demikian menghasilkan terjemahan yang berterima, kurang berterima dan tidak berterima. Hal ini dibuktikan bahwa dari 388 data sebanyak 287 data (73,9%) termasuk kategori terjemahan yang akurat, sebanyak 88 data (22,6%) dikategorkan terjemahan kurang akurat dan sebanyak 14 data (3,6%) termasuk kategori tidak akurat. Sementara untuk tingkat keberterimaan sebanyak 326 data (84%) masuk kategori terjemahan berterima, 52 data (13,4%) termasuk kategori terjemahan kurang berterima dan sebanyak 10 data (2,57%) termasuk kategori terjemahan tidak berterima. Untuk tingkat keterbacaan pada umumnya terbaca hanya teknik peminjamanlah yang punya tingkat keterbacaan rendah.

39 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Novalinda dan seperti yang telah diuraikan di atas, penulis mengambil rujukan untuk melakukan penelitian lebih lanjut yaitu berupa teknik, pergeseran dan tingkat keterbacaan terjemahan buku bilingual Kumpulan Cerita Kasih Ibu I Love You Mom.. Beberapa Indikator yang digunakan dalam penelitiannya memiliki tujuan yang sama dengan penelitian yang dilakukan penulis dalam tesis ini yaitu teknik dan tingkat keterbacaan. Namun yang berbeda adalah pembaca sasaran untuk hasil terjemahan cerita anak ditemukan penyesuaian bahan bacaan terhadap tingkat usia anak termasuk tingkat pendidikan, karena teknik penerjemahan untuk memilih tataran kata dalam proses penerjemahan akan mempengaruhi tingkat keterbacaan hasil terjemahan. Oleh karena itu, dalam tesis ini penulis akan membahas bahwa penerjemahan bukan sekedar mengalihkan bahasa sumber ke bahasa sasaran yang hanya berdasarkan teknik penerjemahan secara teori, namun seyogyanya terjemahan dapat menghasilkan terjemahan yang komunikatif dan dapat dipahami serta dapat dinikmati oleh pembaca buku bilingual cerita anak.

TEKNIK PENERJEMAHAN BSu BSa

TEKNIK PENERJEMAHAN BSu BSa TEKNIK PENERJEMAHAN Teknik penerjemahan ialah cara yang digunakan untuk mengalihkan pesan dari ke, diterapkan pada tataran kata, frasa, klausa maupun kalimat. Menurut Molina dan Albir (2002), teknik penerjemahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Bahasa Mandarin

BAB II LANDASAN TEORI. A. Bahasa Mandarin BAB II LANDASAN TEORI A. Bahasa Mandarin 1. Definisi Bahasa Mandarin Bahasa mandarin merupakan salah satu bahasa yang paling sering bei digunakan di dunia ini. Dalam pengertian luas, Mandarin berarti 北

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara verbal. Tentunya ilmu bahasa atau sering disebut linguistik memiliki cabangcabang ilmu bahasa,

Lebih terperinci

Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta

Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta KAJIAN TERJEMAHAN KALIMAT YANG MEREPRESENTASIKAN TUTURAN PELANGGARAN MAKSIM PADA SUBTITLE FILM THE QUEEN (KAJIAN TERJEMAHAN DENGAN PENDEKATAN PRAGMATIK) Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan warna kulit, ras, agama, bangsa dan negara. Bahasa merupakan perwujudan suatu konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah memberi banyak definisi tentang penerjemahan, diantaranya: (1) bidang ilmu secara umum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bahasa memiliki peranan penting dalam hal berkomunikasi. Fungsi penting dari bahasa adalah menyampaikan pesan dengan baik secara verbal atau tulisan. Pesan yang disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era kemajuan teknologi dewasa ini semakin banyak terjemahan bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks bahasa sumber (TSu) ke dalam

Lebih terperinci

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015 SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang lain. Jika tidak ada penerjemah, maka sebuah text BSu akan sulit untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang lain. Jika tidak ada penerjemah, maka sebuah text BSu akan sulit untuk BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Penerjemahan Pada dewasa ini kegiatan penerjemahan merupakan sebuah kegiatan yang penting untuk mentransfer makna dari BSu ke BSa. Penerjemahan sangat dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam menggunakan bahasa saat berkomunikasi baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Di dalam berbahasa,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Verba Aksi Verba aksi adalah kata kerja yang menyatakan perbuatan atau tindakan, atau yang menyatakan perbuatan, tindakan, gerak, keadaan dan terjadinya sesuatu (Keraf,

Lebih terperinci

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Nama : Khoirudin A. Fauzi NIM : 1402408313 BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Pada bab terdahulu disebutkan bahwa morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan.

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan. BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan. 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan adalah pengalihan makna dari bahasa sumber (BS) ke bahasa target (BT) dan makna BS harus dapat dipertahankan sehingga tidak terjadi pergeseran makna pada

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN digilib.uns.ac.id BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini terdiri atas dua subbab yaitu simpulan dan saran. Bagian simpulan memaparkan tentang keseluruhan hasil penelitian secara garis besar yang meliputi strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan seharihari. Ketika berbahasa ada bentuk nyata dari pikiran yang ingin disampaikan kepada mitra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dirasakannya melalui hasil karya tulisnya kepada para pembacanya. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. yang dirasakannya melalui hasil karya tulisnya kepada para pembacanya. Banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komik merupakan salah satu karya sastra. Dengan membaca karya sastra termasuk melakukan proses komunikasi antara pengarang dengan pembaca. Pengarang komik ingin menyampaikan

Lebih terperinci

KAJIAN TERJEMAHAN UNGKAPAN BUDAYA DALAM KISAH SENGSARA YESUS KRISTUS PADA ALKITAB DUA BAHASA YANG BERJUDUL ALKITAB KABAR BAIK GOOD NEWS TESIS

KAJIAN TERJEMAHAN UNGKAPAN BUDAYA DALAM KISAH SENGSARA YESUS KRISTUS PADA ALKITAB DUA BAHASA YANG BERJUDUL ALKITAB KABAR BAIK GOOD NEWS TESIS KAJIAN TERJEMAHAN UNGKAPAN BUDAYA DALAM KISAH SENGSARA YESUS KRISTUS PADA ALKITAB DUA BAHASA YANG BERJUDUL ALKITAB KABAR BAIK GOOD NEWS TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Akan tetapi, dibalik kemajuan teknologinya yang pesat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kenali adalah surat perjanjian, sertifikat, buku ilmu pengetahuan bidang hukum

BAB 1 PENDAHULUAN. kenali adalah surat perjanjian, sertifikat, buku ilmu pengetahuan bidang hukum BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teks hukum merupakan jenis teks yang bersifat sangat formal dan sangat terstruktur. Teks hukum ini sangat beragam macamnya, yang paling mudah kita kenali adalah surat

Lebih terperinci

KETIDAKAKURATANNYA MENGANALISA TERJEMAHAN DALAM SUBTITLE BAHASA INDONESIA UNTUK FILM TOY STORY 3

KETIDAKAKURATANNYA MENGANALISA TERJEMAHAN DALAM SUBTITLE BAHASA INDONESIA UNTUK FILM TOY STORY 3 KETIDAKAKURATANNYA MENGANALISA TERJEMAHAN DALAM SUBTITLE BAHASA INDONESIA UNTUK FILM TOY STORY 3 Samsul Hadi, Ismani STKIP PGRI Pacitan samsulhadi.mr@gmail.com, ismanipjkr@gmail.com ABSTRAK. Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sasaran (selanjutnya disingkat Bsa) se-alami mungkin baik secara arti dan secara

BAB I PENDAHULUAN. sasaran (selanjutnya disingkat Bsa) se-alami mungkin baik secara arti dan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perbedaan bahasa sudah tidak lagi menjadi hambatan untuk mendapatkan informasi dari berbagai belahan dunia. Tuntutan mendapatkan informasi inilah yang memunculkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga

BAB I PENDAHULUAN. Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga dewasa sekalipun. Manfaat yang dapat diperoleh antara lain sebagai hiburan, penghilang stres, dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan penelitian ini. Kajian teori, meliputi teori tentang teknik penerjemahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan penelitian ini. Kajian teori, meliputi teori tentang teknik penerjemahan BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini dikemukakan beberapa kajian teori yang berhubungan dengan penelitian ini. Kajian teori, meliputi teori tentang teknik penerjemahan serta penilaian kualitas terjemahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lazim disebut sebagai bahasa sumber (BSu), dan mengungkapkan pemahaman

BAB I PENDAHULUAN. lazim disebut sebagai bahasa sumber (BSu), dan mengungkapkan pemahaman BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penerjemahan adalah kegiatan memahami teks dalam satu bahasa, yang lazim disebut sebagai bahasa sumber (BSu), dan mengungkapkan pemahaman tentang bacaan tersebut ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kekuatan imaginasi. Fungsi imaginative bahasa biasanya digunakan pada

BAB I PENDAHULUAN. pada kekuatan imaginasi. Fungsi imaginative bahasa biasanya digunakan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu fungsi bahasa menurut Halliday (1978:21) adalah fungsi imaginative, yaitu bahasa digunakan untuk melahirkan karya sastra yang berbasis pada kekuatan

Lebih terperinci

BAB 6 PENUTUP. Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan

BAB 6 PENUTUP. Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan 192 BAB 6 PENUTUP Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan kewajaran (Larson, 1989:53). Ketepatan berarti bahwa terjemahan harus menyampaikan pesan sesuai dengan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak. kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak. kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berkomunikasi antar manusia dibutuhkan bahasa yang disepakati oleh pengguna bahasa itu sendiri. Bahasa mempunyai keterikatan dan keterkaitan dalam kehidupan manusia.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan data-data yang dikumpulkan baik berupa penelitian, jurnal

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan data-data yang dikumpulkan baik berupa penelitian, jurnal BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data-data yang dikumpulkan baik berupa penelitian, jurnal maupun hasil penelitian lainnya, ditemukan beberapa penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian. Selanjutnya dalam Bab 1 ini, penulis juga menjelaskan tentang identifikasi masalah, pembatasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting guna menyimpan uang serta barang-barang berharga yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. penting guna menyimpan uang serta barang-barang berharga yang dianggap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari dompet merupakan benda yang sangat penting guna menyimpan uang serta barang-barang berharga yang dianggap penting dan dapat diletakkan dalam

Lebih terperinci

ANALISIS TERJEMAHAN EUFEMISME ORGAN DAN AKTIFITAS SEKSUAL DALAM NOVEL FIFTY SHADES OF GREY

ANALISIS TERJEMAHAN EUFEMISME ORGAN DAN AKTIFITAS SEKSUAL DALAM NOVEL FIFTY SHADES OF GREY ANALISIS TERJEMAHAN EUFEMISME ORGAN DAN AKTIFITAS SEKSUAL DALAM NOVEL FIFTY SHADES OF GREY Desi Zauhana Arifin, Djatmika, Tri Wiratno Magister Linguistik Penerjemahan Program PASCASARJANA UNS dezauhana@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative

BAB I PENDAHULUAN. Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative Children merupakan buku cerita bilingual yang menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh masyarakat Indonesia terutama para remaja setelah merebaknya

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh masyarakat Indonesia terutama para remaja setelah merebaknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Akhir-akhir ini segala hal yang berkaitan dengan Korea menjadi begitu diminati oleh masyarakat Indonesia terutama para remaja setelah merebaknya Korean wave (Gelombang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini, penulis akan memberikan kesimpulan serta saran berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab sebelumnya. 5.1 Kesimpulan 5.1.1

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR A. Definisi Penerjemahan Sesungguhnya penerjemahan sudah cukup lama dikenal dalam komunikasi antarmanusia. Ada berbagai definisi penerjemahan sebagaimana telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia. Perbedaan bahasa kini sudah tidak menjadi pengahalang lagi

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia. Perbedaan bahasa kini sudah tidak menjadi pengahalang lagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini semakin banyak cara yang digunakan untuk mengetahui keadaan di seluruh dunia. Perbedaan bahasa kini sudah tidak menjadi pengahalang lagi bagi kita.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi atau berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa sangat

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi atau berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang digunakan untuk berkomunikasi atau berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa sangat beranekaragam

Lebih terperinci

Lesson 07: Verb + Not, Verb +? Pelajaran 07: Kata kerja + Tidak, kata kerja + "?"

Lesson 07: Verb + Not, Verb +? Pelajaran 07: Kata kerja + Tidak, kata kerja + ? Lesson 07: Verb + Not, Verb +? Pelajaran 07: Kata kerja + Tidak, kata kerja + "?" Reading (Membaca) I do not run. (Saya tidak berlari.) We do not go to the park. (Kami tidak pergi ke taman.) You do not

Lebih terperinci

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS SINTAKSIS Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. A. STRUKTUR SINTAKSIS Untuk memahami struktur sintaksis, terlebih dahulu kita harus Mengetahui fungsi,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian penerjemahan yang bersifat deskriptif-kualitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian penerjemahan yang bersifat deskriptif-kualitatif BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian penerjemahan yang bersifat deskriptif-kualitatif dengan studi kasus terpancang. Penelitian ini disebut penelitian kualitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni kegiatan mengubah bentuk bahasa yang satu ke bahasa yang lain. Dalam The Merriam Webster Dictionary

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan pesan secara tertulis dari teks suatu

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan pesan secara tertulis dari teks suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan pesan secara tertulis dari teks suatu bahasa ke bahasa yang lain. Teks yang diterjemahkan disebut Teks Sumber (Tsu) dan bahasanya

Lebih terperinci

Lesson 22: Why. Pelajaran 22: Mengapa

Lesson 22: Why. Pelajaran 22: Mengapa Lesson 22: Why Pelajaran 22: Mengapa Reading (Membaca) Why are you tired? (Mengapa kamu lelah?) Why is your boss angry? (Mengapa bosmu marah?) Why was he late? (Kenapa dia terlambat?) Why did she go there?

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu kegiatan yang rutin dilakukan oleh pihak sekolah untuk menyambut kedatangan siswa baru. Kegiatan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bernama Hamuro Rin. Pria kelahiran Kitakyushu, Jepang ini memulai debutnya

BAB I PENDAHULUAN. bernama Hamuro Rin. Pria kelahiran Kitakyushu, Jepang ini memulai debutnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Novel Higurashi no Ki merupakan salah satu karya penulis terkenal bernama Hamuro Rin. Pria kelahiran Kitakyushu, Jepang ini memulai debutnya sebagai penulis pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan sintak..., Vandra Risky, FIB UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan sintak..., Vandra Risky, FIB UI, 2009 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Pokok Bahasan Bahasa adalah sebuah perangkat yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi. Adapun definisinya secara umum, adalah sistem tanda bunyi yang disepakati untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam teks yang sepadan dengan bahasa sasaran. Munday (2001) mendefinisikan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam teks yang sepadan dengan bahasa sasaran. Munday (2001) mendefinisikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan merupakan upaya untuk mengganti teks bahasa sumber ke dalam teks yang sepadan dengan bahasa sasaran. Munday (2001) mendefinisikan penerjemahan as changing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan

BAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Analisis kalimat dapat dilakukan pada tiga tataran fungsi, yaitu fungsi sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan gramatikal antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah ciri utama manusia dan merupakan alat komunikasi paling

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah ciri utama manusia dan merupakan alat komunikasi paling 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah ciri utama manusia dan merupakan alat komunikasi paling penting dalam kehidupan manusia. Manusia dapat mengungkapkan buah pikirannya, perasaannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau sebuah konstruksi tata bahasa yang terdiri atas dua kata atau lebih.

BAB I PENDAHULUAN. atau sebuah konstruksi tata bahasa yang terdiri atas dua kata atau lebih. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Struktur bahasa terdiri atas beberapa tingkatan yaitu kata, frasa, klausa dan kalimat. Frasa merupakan satuan sintaksis yang satu tingkat berada di bawah satuan klausa,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. pemasalahan yang diteliti, teori yang digunakan dalam menganalisis permasalahan tersebut,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. pemasalahan yang diteliti, teori yang digunakan dalam menganalisis permasalahan tersebut, BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Dalam sebuah penelitian, diperlukan sebuah konsep yang terdiri atas latar belakang pemasalahan yang diteliti, teori yang digunakan dalam menganalisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena itu, bahasa adalah alat yang digunakan sebagai sarana interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita

BAB I PENDAHULUAN. Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita sendiri bisa menjadikannya sebagai sahabat. Buku cerita memberikan informasi kepada anak tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini menarik minat pemerhati bahasa khususnya di bidang penerjemahan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini menarik minat pemerhati bahasa khususnya di bidang penerjemahan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan adanya festival film yang memberikan penghargaan untuk kategori film bahasa asing terbaik dapat menambah manfaat pemakaian lebih dari satu bahasa dalam sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

IDEOLOGI DALAM PENERJEMAHAN (Farida Amalia Universitas Pendidikan Indonesia)

IDEOLOGI DALAM PENERJEMAHAN (Farida Amalia Universitas Pendidikan Indonesia) IDEOLOGI DALAM PENERJEMAHAN (Farida Amalia Universitas Pendidikan Indonesia) A. Pendahuluam Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan secara tertulis pesan dari teks suatu bahasa ke dalam teks bahasa lain

Lebih terperinci

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat KELOMPOK 5 MATA KULIAH: BAHASA INDONESIA Menu KALIMAT Oleh: A. SK dan KD B. Pengantar C. Satuan Pembentuk Bahasa D. Pengertian E. Karakteristik F. Unsur G. 5 Pola Dasar H. Ditinjau Dari Segi I. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Kridalaksana, 1982: 17). Dalam ilmu pengetahuan, bahasa merupakan objek

BAB I PENDAHULUAN. (Kridalaksana, 1982: 17). Dalam ilmu pengetahuan, bahasa merupakan objek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sistem lambang yang arbitrer yang dipergunakan oleh suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana,

Lebih terperinci

Lesson 19: What. Pelajaran 19: Apakah

Lesson 19: What. Pelajaran 19: Apakah Lesson 19: What Pelajaran 19: Apakah Reading (Membaca) What is it? (Apakah ini?) What is your name? (Saiapa namamu?) What is the answer? (Apakah jawabannya?) What was that? (Apakah itu tadi?) What do you

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk,

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mempelajari bahasa Inggris terutama yang berkenaan dengan makna yang terkandung dalam setiap unsur suatu bahasa, semantik merupakan ilmu yang menjadi pengukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dalam bidang linguistik berkaitan dengan bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis memiliki hubungan dengan tataran gramatikal. Tataran gramatikal

Lebih terperinci

Lesson 21: Who. Pelajaran 21: Siapa

Lesson 21: Who. Pelajaran 21: Siapa Lesson 21: Who Pelajaran 21: Siapa Reading (Membaca) Who are your friends? (Siapa temanmu?) Who is your new boss? (Siapa bos barumu?) Who is your English teacher? (Siapa guru Bahasa Inggrismu?) Who was

Lebih terperinci

untuk aktif berbicara mengemukakan pendapatnya berkaitan dengan gambar yang diamatinya. 5

untuk aktif berbicara mengemukakan pendapatnya berkaitan dengan gambar yang diamatinya. 5 Halaman 150 What do you think about them a. What do you think about them Setiap kelompok bekerja sama untuk mendeskripsikan karakter dan kegiatan pada kotak-kotak yang telah disediakan dalam buku siswa.

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

PENINGKATAN PROFESIONALISME WIDYAISWARA MELALUI PENGENALAN TEORI PENERJEMAHAN TEKS BAHASA INGGRIS (SEBUAH KAJIAN TEORITIS)

PENINGKATAN PROFESIONALISME WIDYAISWARA MELALUI PENGENALAN TEORI PENERJEMAHAN TEKS BAHASA INGGRIS (SEBUAH KAJIAN TEORITIS) 1 PENINGKATAN PROFESIONALISME WIDYAISWARA MELALUI PENGENALAN TEORI PENERJEMAHAN TEKS BAHASA INGGRIS (SEBUAH KAJIAN TEORITIS) Oleh : Muchamad Latief Fahmi,SS,MSE (Widyaiswara Muda Balai Diklat Industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan pengalihan makna atau pengungkapan

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan pengalihan makna atau pengungkapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penerjemahan merupakan suatu kegiatan pengalihan makna atau pengungkapan kembali isi suatu teks ke bahasa lain. Mengalihkan dan memindahkan makna serta memilih

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Bab ini terdiri dari dua bagian, yaitu simpulan dan saran. Simpulan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Bab ini terdiri dari dua bagian, yaitu simpulan dan saran. Simpulan 282 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini terdiri dari dua bagian, yaitu simpulan dan saran. Simpulan menyajikan keseluruhan hasil penelitian ini, yakni maksim prinsip kerjasama (cooperative principles) dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam kajian pustaka ini bertujuan untuk memberikan gambaran serta batasan tentang teori-teori yang dipakai sebagai landasan teori, yang menjabarkan beberapa hal yang menjadi rujukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu kerja sama, baik dalam bidang pendidikan, ekonomi, politik maupun kebudayaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu kerja sama, baik dalam bidang pendidikan, ekonomi, politik maupun kebudayaan. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Era modern ini penggunaan bahasa merupakan kunci terpenting untuk menjalin suatu kerja sama, baik dalam bidang pendidikan, ekonomi, politik maupun kebudayaan. Menurut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini, penulis akan menjabarkan teori-teori yang digunakan penulis dalam menerjemahkan Komik Indonesia Nusantaranger karya Tim Nusantaranger. Agar dapat menerjemahkan komik

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan makna gramatikal. Untuk menjelaskan konsep afiksasi dan makna, penulis memilih pendapat dari Kridalaksana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerjemahan adalah satu ilmu yang sangat dibutuhkan dewasa ini, kekurangmampuan manusia dalammenguasaibahasa yang ada dunia ini

BAB I PENDAHULUAN. penerjemahan adalah satu ilmu yang sangat dibutuhkan dewasa ini, kekurangmampuan manusia dalammenguasaibahasa yang ada dunia ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan memegang peranan yang sangat penting hampir diseluruh aspek kehidupan manusia. Dalam kaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, penerjemahan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa adalah ciptaan manusia dan mempunyai muatan budaya dan linguistik dari kelompok pemakai bahasa

Lebih terperinci

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS)

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak 9 BAB II KAJIAN TEORI Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak bahasa. Chaer (2003: 65) menyatakan bahwa akibat dari kontak bahasa dapat tampak dalam kasus seperti interferensi,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 109 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan dipaparkan tentang simpulan dan saran yang didapat setelah melakukan analisis data berupa majas ironi dan sarkasme dalam novel The Return of Sherlock Holmes dan

Lebih terperinci

Lesson 70: Questions. Pelajaran 70: Pertanyaan

Lesson 70: Questions. Pelajaran 70: Pertanyaan Lesson 70: Questions Pelajaran 70: Pertanyaan Reading (Membaca) Is your job easy? (Apakah pekerjaanmu mudah?) Has he finished eating? (Apakah dia sudah selesai makan?) Will it keep raining? (Akankah ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesalahan berbahasa ini tidak hanya terjadi pada orang-orang awam yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi tertentu, tetapi sering

Lebih terperinci

BAB 6 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS

BAB 6 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS BAB 6 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS Sintaksis adalah bidang tataran linguistic yang secara tradisional disebut tata bahasa atau gramatika. Sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Era globalisasi saat ini yang bercirikan keterbukaaan, persaingan, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Era globalisasi saat ini yang bercirikan keterbukaaan, persaingan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi saat ini yang bercirikan keterbukaaan, persaingan, dan kesalingtergantungan antar bangsa serta derasnya arus informasi yang menembus batas-batas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Silalahi (2009) dalam disertasinya yang berjudul Dampak Teknik, Metode

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Silalahi (2009) dalam disertasinya yang berjudul Dampak Teknik, Metode BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data yang dikumpulkan baik berupa skripsi dan jurnal penelitian, ditemukan penelitian yang menganalisis mengenai penerjemahan

Lebih terperinci

Lesson 24: Prepositions of Time. (in, on, at, for, during, before, after) Pelajaran 24: Kata Depan untuk Keterangan Waktu

Lesson 24: Prepositions of Time. (in, on, at, for, during, before, after) Pelajaran 24: Kata Depan untuk Keterangan Waktu Lesson 24: Prepositions of Time (in, on, at, for, during, before, after) Pelajaran 24: Kata Depan untuk Keterangan Waktu Cara menggunakan preposisi waktu Reading (Membaca) I was born in 2000. ( Saya lahir

Lebih terperinci

ANALISIS TEKNIK PENERJEMAHAN KLAUSA RELATIF PADA NOVEL THE KITE RUNNER SERTA DAMPAKNYA TERHADAP KUALITAS HASIL TERJEMAHANNYA.

ANALISIS TEKNIK PENERJEMAHAN KLAUSA RELATIF PADA NOVEL THE KITE RUNNER SERTA DAMPAKNYA TERHADAP KUALITAS HASIL TERJEMAHANNYA. ANALISIS TEKNIK PENERJEMAHAN KLAUSA RELATIF PADA NOVEL THE KITE RUNNER SERTA DAMPAKNYA TERHADAP KUALITAS HASIL TERJEMAHANNYA Tesis Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini ada empat bagian yang akan dijelaskan. Pertama, konsep dasar yang meliputi teori penerjemahan dan bilingual.kedua, landasan teori yang berhubungan dengan teori-teori

Lebih terperinci

Lesson 60 : Too/Either, So do I, Neither do I. Pelajaran 60 : Juga/Antara, Saya juga begitu, Saya juga tidak

Lesson 60 : Too/Either, So do I, Neither do I. Pelajaran 60 : Juga/Antara, Saya juga begitu, Saya juga tidak Lesson 60 : Too/Either, So do I, Neither do I Pelajaran 60 : Juga/Antara, Saya juga begitu, Saya juga tidak Reading (Membaca) I often watch movies at the movie theater, and my cousin does too. (Saya sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. benar. Ini ditujukan agar pembaca dapat memahami dan menyerap isi tulisan

BAB I PENDAHULUAN. benar. Ini ditujukan agar pembaca dapat memahami dan menyerap isi tulisan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ruang lingkup pembelajaran bahasa Indonesia mencakup komponenkomponen kemampuan berbahasa Indonesia yang meliputi aspek berbicara, menyimak, menulis, dan

Lebih terperinci

Lesson 19: What. Pelajaran 19: Apakah

Lesson 19: What. Pelajaran 19: Apakah Lesson 19: What Pelajaran 19: Apakah Reading (Membaca) What is it? (Apakah ini?) What is your name? (Saiapa namamu?) What is the answer? (Apakah jawabannya?) What was that? (Apakah itu tadi?) What do you

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengungkapkan ide atau gagasan juga untuk sekedar menginformasikan apa yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengungkapkan ide atau gagasan juga untuk sekedar menginformasikan apa yang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu berinteraksi dengan sesama. Baik untuk mengungkapkan ide atau gagasan juga untuk sekedar menginformasikan apa yang ada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI. maupun jurnal-jurnal ilmiah, ditemukan data-data yang memiliki keterkaitan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI. maupun jurnal-jurnal ilmiah, ditemukan data-data yang memiliki keterkaitan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan baik itu berupa skripsi, tesis, maupun jurnal-jurnal ilmiah, ditemukan data-data yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Dewasa ini, bahasa semakin berkembang pesat. Oleh karena itu, manusia

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Dewasa ini, bahasa semakin berkembang pesat. Oleh karena itu, manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah salah satu unsur penting dalam kehidupan manusia yaitu sebagai sarana dalam berkomunikasi antara individu yang satu dengan lainnya. Dewasa ini,

Lebih terperinci

Kegiatan Sehari-hari

Kegiatan Sehari-hari Bab 1 Kegiatan Sehari-hari Kegiatan Sehari-hari 1 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini kamu diharapkan mampu: 1) membuat daftar kegiatan sehari-hari berdasarkan penjelasan guru; 2) menceritakan

Lebih terperinci

KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU. Makalah Bahasa Indonesia

KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU. Makalah Bahasa Indonesia KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU Makalah Bahasa Indonesia KATA PENGANTAR Syukur alhamdulilah kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat yang telah di limpahkannya. Sehingga penyusunan

Lebih terperinci

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA Tata bentukan dan tata istilah berkenaan dengan kaidah pembentukan kata dan kaidah pembentukan istilah. Pembentukan kata berkenaan dengan salah satu cabang linguistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah lepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan negara yang mempunyai empat musim, yaitu haru

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan negara yang mempunyai empat musim, yaitu haru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan negara yang mempunyai empat musim, yaitu haru (musim semi), natsu (musim panas), aki (musim gugur), fuyu (musim dingin). Setiap musim mempunyai ciri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI Tinjauan pustaka bertujuan untuk menggambarkan batasan yang digunakan untuk dijadikan pembahasan. Adapun yang menjadi pembahasan dalam penelitian ini adalah:

Lebih terperinci