HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 6 didehidrasi dengan memasukkannya ke dalam alkohol 70%, alkohol 95%, alkohol absolut dua kali ulangan masing-masing selama 2-3 menit, xylol dua kali ulangan masing-masing selama 2 menit. Setelah semuanya selesai, sediaan dikeringkan kemudian ditetesi dengan mounting medium dan ditutup dengan gelas penutup dan siap untuk diperiksa di bawah mikroskop. Analisis Histopatologi Preparat yang telah dibuat kemudian diamati di bawah mikroskop cahaya Olympus CH-1 untuk melihat perubahan pada sel ataupun organ. Setelah dilakukan pemeriksaan histopatologi terdapat 1 dari 4 ekor ikan manfish yang mengandung larva parasit nematoda pada ususnya. Analisis pengukuran larva dilakukan dengan menggunakan mikrometer dan software image J. HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel ikan manfish yang diperoleh dari Raiser Cibinong termasuk ke dalam kelas Osteichthyes (ikan bertulang keras), superordo Teleostei, famili Cychlidae, spesies Pterophyllum scalare. Ikan manfish yang dewasa memiliki panjang sekitar 7 cm. Ikan manfish tersebut berasal dari beberapa kota di Indonesia yaitu Tulung Agung, Bogor, Bekasi, Jakarta, Sukabumi dan Cianjur. Adapun rute budidaya ikan manfish adalah Petani yang sudah berhasil mengembangbiakkan larva menjadi ikan manfish yang dewasa akan menjualnya kepada pengumpul yang kemudian akan diserahkan kepada suplier. Suplier kemudian menyerahkan ikan tersebut ke Raiser. Raiser sebagai Sentra Ikan Nasional harus memperhatikan kualitas dan kesehatan dengan menyeleksi ikan-ikan yang baik sebelum di ekspor melalui eksportir yang akan mengirim ke luar negeri. Ikan manfish pada kasus ini merupakan ikan sortiran artinya yang dianggap memiliki kualitas yang tidak layak untuk diekspor. Ikan manfish yang sakit dapat memengaruhi kualitas ikan lain yang layak kirim karena dapat menjadi sumber penularan dari agen-agen infeksius. Ikan manfish di kolam Raiser ditempatkan di dalam akuarium yang berukuran sekitar 90 x 60 x 70 sentimeter bersama dengan ikan lain dalam satu genus. Air akuarium tersebut berasal dari air tanah dengan ph 6,5-7 (sedikit asam), kandungan garam 0% dan Chemical Oxygen Demand (COD) 8 ppm atau di atas 5 ppm. Kondisi tersebut merupakan habitat air yang sesuai untuk ikan manfish (Susanto 2000). Di dalam akuarium, keadaan ikan manfish pada kasus ini menunjukkan adanya ulkus dan hemoragi pada bagian kulit kaudal dekat dengan ekor dan sirip ekor terlihat mengalami kerusakan (Gambar 1). Ikan tersebut berenang pasif dan memisahkan diri dari populasinya. Keseimbangan ikan ketika berenang masih terlihat sama seperti ikan normal lainnya.

2 7 Gambar 1 Keadaan luar dari ikan manfish yang sakit menunjukkan ulkus dan hemoragi pada daerah kaudal (tanda panah panjang), disertai kerusakan pada sirip ekornya (tanda panah pendek). Insang terlihat normal berwarna merah cerah. Setelah ikan sampel dieuthanasia, dilakukan pemotongan operkulum (bagian penutup insang) yang memperlihatkan warna insang normal, yaitu insang berwarna merah cerah. Ketika dilakukan pembukaan pada bagian abdomen, tidak terlihat kelainan spesifik pada organ interna (hati, usus, limpa, ginjal, dan pankreas) secara makroskopis (Gambar 2). Pengamatan secara mikroskopis yaitu dengan melihat jaringan (histopatologi) dilakukan dengan pewarnaan Hematoxylin dan Eosin (HE). Pewarnaan Hematoxylin dan Eosin merupakan pewarnaan yang paling sering digunakan dalam mewarnai jaringan karena memberikan gambaran yang jelas dari nukleus dan sitoplasma (Alwahaibi et al. 2012). Gambar 2 Organ internal ikan manfish tidak memperlihatkan kelainan yang spesifik secara makroskopis.

3 8 Gambaran mikroskopis organ interna ikan memperlihatkan adanya perubahan lesi terutama usus dan pada beberapa organ lainnya yaitu insang, kulit (epidermis), hati, pankreas, ginjal dan otak sedangkan pada limpa tidak menunjukkan kelainan. Potongan jantung ikan manfish tidak tersampling pada kasus ini karena ukurannya yang sangat kecil. Struktur histologi usus pada ikan hampir sama dengan mamalia yaitu memiliki struktur vili, lapisan mukosa dan submukosa. Usus dilapisi epitel silindris sebaris yang memiliki nukleus sentral dan sel goblet yang menyebar (Roberts 2001). Pada organ usus ikan manfish kasus ini, ditemukan banyak potongan transversal dan longitudinal dari badan parasit cacing di dalam lumen (Gambar 3) dan terbenam di dalam mukosa (Gambar 4). Vili usus yang seharusnya panjang menjadi memendek serta melebar, akibat infiltrasi sel radang limfosit dan eosinofil pada mukosa usus ikan tersebut (Gambar 5). Eosinofil memiliki fungsi utama mensekresikan isi granularnya sebagai respon terhadap infeksi parasit (Woo 2006). Epitel permukaan vili usus juga mengalami deskuamasi akibat adanya edema peradangan pada mukosa. Kerusakan epitel dan mukosa atau jaringan yang lebih dalam oleh nematoda biasanya disebabkan gigitan mulut, buccal cavity, gigi atau tanduk. Infestasi nematoda pada ikan dapat menyebabkan luka mekanik, atropi usus akibat tekanan, penyumbatan saluran pencernaan dan pembuluh darah, intoksikasi metabolit dan gangguan penyerapan makanan, enzim, mineral serta vitamin (Woo 2006). Badan parasit akan menekan jaringan disekitarnya (Platzer & Adam 1967) dan mengubah morfologi jaringan (Molnar 1966) serta menyebabkan hemoragi, inflamasi, granuloma, ascites dan adhesi organ visceral. Efek patologi dari infestasi cacing tergantung jenis spesies dan jumlah nematoda serta pertahanan ikan juga tergantung daerah terinfeksi (Woo 2006). Infestasi nematoda pada kasus ini diduga menembus tunika muskularis usus menyebabkan perforasi hingga serosa usus sehingga terjadi serositis (peritonitis) (Gambar 6). Gambar 3 Irisan melintang organ usus ditemukan potongan transversal (panah pendek) dan longitudinal (panah panjang) cacing nematoda lumen. Pewarnaan HE, skala 50 µm.

4 9 Gambar 4 Histopatologi usus yang epitelnya mengalami deskuamasi (panah merah) dan ditemukan potongan larva cacing yang terbenam dalam mukosa (panah hitam) dengan Pewarnaan HE skala 50 µm. Gambar 5 Respon peradangan pada mukosa usus berupa infiltrasi sel eosinofil (panah merah) dan infiltrasi sel limfosit (panah hitam). Pewarnaan HE, skala 50 µm.

5 10 Gambar 6 Histopatologi usus yang tunika muskularis mengalami perforasi hingga serosa (panah panjang) hingga menyebabkan peradangan pada serosa (serositis/ peritonitis) (panah pendek). Pewarnaan HE, skala 50 µm. Penentuan genus dari cacing ini dilakukan dengan pendekatan morfologi, ukuran tubuh dan siklus hidup dari cacing tersebut. Potongan cacing pada kasus ini memiliki morfologi serupa dengan larva dari cacing nematoda karena memiliki buccal cavity (rongga mulut) yang sangat jelas (Gambar 7) yang tidak dimiliki oleh Cestoda, Trematoda maupun Acanthocephala. Dalam irisan jaringan, cacing Nematoda, Cestoda, Trematoda dan Acanthocephala menunjukkan perbedaan morfologi. Cacing Nematoda memiliki tubuh yang ramping dan transparan karena ditutupi kutikula. Bagian kutikula sederhana, lapisannya homogen dan hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop. Kutikula merupakan bagian yang sangat kuat karena tersusun atas beberapa serabut (fiber). Bagian dari kutikula mengandung enzim, RNA, ATP, karbohidrat, lemak, dan substansi lain yang menunjang aktivitas fisiologi. Kutikula mengalami pergantian sebanyak empat kali selama proses perkembangan dari nematoda muda hingga dewasa dan matang dalam reproduksi (Pechenik 2000). Cacing Cestoda memiliki morfologi tubuh yang khas yaitu memiliki scolex yang terdiri atas rostellum dan sucker serta memiliki proglotid yang terlihat berbuku-buku sedangkan Trematoda memiliki satu batil hisap dorsal pada bagian dorsal (monogenea) dan 2 batil hisap pada bagian dorsal maupun ventral (digenea) serta Acanthocephala memiliki proboscis sehingga disebut hookworm (Brusca dan Brusca 2002) Badan nematoda memiliki sistem digesti yang linier dengan mulut (stoma) pada bagian anterior. Saluran pencernaan dibagi menjadi buccal cavity, esofagus, usus, dan rektum (Bruno et al. 2006). Makanan masuk melalui mulut menuju buccal cavity yang memiliki lapis kutikula dan gigi. Esofagus tersusun atas otot yang mampu melakukan kontraksi dan relaksasi menyebabkan lumen dapat meluas dan menutup. Lumen usus ditutupi oleh lapisan sel epitel yang memiliki mikrovili pada bagian permukaannya. Mikrovili kadang-kadang tidak terlihat dengan menggunakan mikroskop cahaya. Studi literatur melaporkan beberapa genus cacing nematoda yang terdapat pada ikan manfish yaitu Contracaecum sp, Capillaria sp, Camallanus sp, Eustrongyloides sp (Yanong 2008). Pengukuran larva cacing dilakukan dengan

6 11 menggunakan mikrometer, diperoleh ukuran panjang larva dalam lumen usus adalah 1,2 milimeter dan diameter mikrometer. Ukuran larva cacing pada kasus ini serupa dengan genus Camallanus yang diteliti oleh De pada tahun 1999 dimana larva ketiga memiliki panjang 786 sampai 3937 mikrometer dengan diameter 43 sampai 168 mikrometer. Tabel 1 berikut merangkum hasil studi literatur mengenai ukuran tubuh larva ketiga dari beberapa genus cacing nematoda. Tabel 1 Perbedaan Ukuran Panjang dan Diameter Larva Ketiga Nematoda pada Ikan Manfish Nematoda Ukuran panjang (mm) Ukuran diameter (µm) Kasus ini 1, Camallanus sp 0,786-3, De 1999 Literatur Contracaecum sp 0,291-0, Moravec 2009 Capillaria sp 5, Ohbayashi & Masegi 1972 Eustrongyloides sp Rowe & Kusabs 2007 Gambar 7 Buccal cavity (tanda panah) yang dimiliki oleh Camallanus pada kasus ini dibandingkan dengan gambar dari literatur (De 1999).

7 12 Nematoda memiliki siklus hidup yang rumit, berbeda-beda tergantung pada spesiesnya. Organisme yang mengandung stadium dewasa kelamin dari cacing nematoda ini dikenal sebagai induk semang definitif, sedangkan organisme yang hanya dibutuhkan untuk melengkapi siklus hidup cacing ini tetapi tidak mengandung stadium dewasa kelamin cacing dikenal sebagai induk semang antara (Yanong 2008). Roberts (2001) menyatakan bahwa ikan dan kopepoda dapat menjadi induk semang antara dan melengkapi stadium dewasa jika dimakan oleh ikan, ataupun mamalia yang menjadi inang definitifnya. Secara umum, di dalam tubuh ikan, cacing nematoda memiliki lima stadium dalam siklus hidupnya yang dipisahkan oleh empat kali pergantian kulit (moulting) (Buchmann & Bresciani 2001). Genus Camallanus menginfeksi saluran pencernaan cychlids, guppies dan swordtails serta spesies lain ikan air tawar. Biasanya infeksi pertama ditandai warna merah dan cacing menonjol dari anus ikan. Camallanus sp dilaporkan dapat menginvasi mukosa usus karena memiliki enzim protease dan merusak mikrovili dengan menggunakan gigi sklerotis yang terdapat pada bagian buccal cavity (De 1999; Newton dan Munn 1999). Nematoda ini termasuk dalam ovoviviparous ("ovo berarti"telur" dan"vivipar" berarti beranak). Dalam siklus hidupnya, embrio akan berubah menjadi larva pertama di dalam telur pada tubuh cacing betina. Larva pertama kemudian akan keluar dari membran telur ketika dikeluarkan ke dalam air, sehingga dalam ikan manfish tidak ditemukan telur cacing ini (Stromberg & Crites 1973). Menurut Yanong (2008) Camallanus memiliki inang antara kopepoda sehingga siklus hidup cacing ini disebut siklus hidup tidak langsung (Gambar 8). Kopepoda merupakan krustasea yang berukuran sangat kecil yaitu 0,3 sampai 18 mm. Kopepoda dapat hidup di air tawar, air laut dan perairan yang memiliki kadar garam yang tinggi serta dapat bertindak sebagai parasit maupun komensalisme pada berbagai jenis ikan (Hys & Boxshall 1991). Kutu air (Cyclops sp) merupakan jenis kopepoda termasuk ke dalam famili Cyclopidae (Chullarson et al. 2008). Camallanus betina dapat melepaskan larva pertama (L1) ke dalam air dan dapat bertahan di dalam air selama 12 hari (Dogiei et al. 1960) kemudian Cyclops sebagai inang antara memakan larva ini sehingga dapat mengandung Camallanus L1. Camallanus L1 yang dimakan Cyclops lalu masuk ke dalam tubuh kemudian akan melakukan penetrasi ke dalam haemosul melalui usus bagian belakang dalam waktu dua jam (Stromberg & Crites 1973). Haemosul merupakan rongga tubuh kopepoda yang mengandung hemosianin yang berubah warna menjadi biru ketika teroksigenasi mirip dengan hemoglobin pada vertebrata. Larva pertama akan mengalami pergantian kulit di dalam haemosul dan mengalami perubahan ditandai dengan usus yang memanjang, lumen semakin meluas, epitel berbentuk kubus, dan ekor yang pendek (14% dari panjang tubuh) serta akan berubah menjadi larva kedua dengan ususnya yang semakin meluas serta ditemukannya bagian usus posterior dengan ukuran kecil. Larva kedua kemudian berubah menjadi larva ketiga setelah mengalami pergantian kulit di dalam tubuh kopepoda (De 1999). Larva ketiga (L3) dan larva keempat (L4) ditemukan pada inang definitif yaitu pada ikan manfish. Larva ketiga memiliki gigi sklerotis, buccal capsul, tiga mukron pada bagian ekor dan ekor mulai memanjang menjadi 7-8% dari panjang tubuh.

8 13 Mukron merupakan alat reproduksi dalam melakukan kopulasi. Larva tersebut tetap di dalam tubuh sampai Cyclops atau kopepoda dimakan oleh ikan manfish. Larva ketiga akan mengalami pergantian kulit pada hari ke 18 setelah infeksi pada cacing jantan dan hari ke 24 pada cacing betina. Setelah mengalami pergantian kulit maka cacing ini menjadi larva keempat ditandai dengan kutikula yang tipis (Stromberg & Crites 1973). Larva keempat jantan akan mengalami pergantian kulit pada hari ke 68 pada suhu C. Larva keempat betina mengalami pergantian kulit pada hari ke 86. Sistem reproduksi akan mengalami diferensiasi dimana ekor akan berbentuk kerucut dengan tiga mukron kecil. Cacing betina dengan telur dan beberapa larva akan ditemukan pada hari ke 187 (De 1999). Cacing tersebut merusak vili usus menggunakan gigi sklerotis yang terdapat pada buccal cavity dan penetrasi ke dalam mukosa usus dengan mengeluarkan enzim protease. Infeksi secara intensif oleh nematoda menyebabkan perubahan patologis terutama disekitar cacing tersebut menempel. Gambar 8 Siklus hidup Camallanus sp larva masuk ke dalam tubuh inang antara sebelum dimakan inang definitif (Yanong 2008). Efek patologi dari infeksi nematoda sangat sedikit diteliti dan hanya beberapa yang melaporkan kasus mortalitas akibat infeksi nematoda. Nematoda mendatangkan antibodi yang spesifik di dalam tubuh inang. Migrasi dari stadium larva pada rongga tubuh dan jaringan menurunkan sistem imun inang. Sistem imun tubuh dan nutrisi yang diambil oleh cacing tersebut akan menurunkan fungsi fisiologis usus dalam menyerap nutrisi (Woo 2006). Hal ini akan berakibat terhadap perilaku ikan dimana ikan memisahkan diri dari populasinya. Struktur kulit pada ikan kurang lebih mirip dengan mamalia darat yang terdiri dari epidermis dan dermis serta ditunjang hypodermis atau lapisan subkutan. Kulit ikan dan lapisan mukus merupakan perlindungan pertama menghalangi agen infeksius, tekanan osmotik, dan kerusakan mekanis (Stoskopf 1993). Secara histopatologi ditemukan adanya erosi epidermis dan juga infiltrasi sel radang pada otot di daerah ulkus (Gambar 9). Tidak ditemukannya agen penyebab kerusakan pada daerah tersebut menunjukkan bahwa penyebab adanya erosi epidermis adalah tidak spesifik. Ulkus dan hemoragi yang ditemukan pada

9 14 kulit ikan ini diduga diakibatkan karena fungsi tubuh yang menurun sehingga mudah terserang penyakit dan stres yang dapat disebabkan oleh kepadatan populasi ketika dilakukan transportasi dari tempat pengambilan ikan sebelum tiba di Raiser. Ulkus pada otot dan kulit ikan merupakan indikasi adanya polutan dan stres dalam lingkungan perairan (Noga 2000). Gambar 9 Organ kulit yang bagian epidermisnya mengalami erosi dan ditemukan infiltrasi sel radang pada jaringan otot di bawah kulit (tanda panah). Pewarnaan HE, skala 50 µm. Lesi lain selain pada usus dan kulit ditemukan pada organ insang, ginjal, pankreas, hati dan otak. Infeksi cacing Camallanus sp pada kasus ini menyebabkan gangguan pada organ lain secara tidak langsung terhadap ikan manfish. Ikan manfish memiliki insang yang merupakan organ respirasi utama dan vital. Epitel insang ikan merupakan bagian utama dalam melakukan fungsi pertukaran gas, keseimbangan asam basa, regulasi ion, dan ekskresi nitrogen. Pengamatan mikroskopis pada filamen insang terutama pada bagian lamela sekunder ditemukan banyak sel limfosit, kapiler mengalami kongesti, hiperplasia epitel lamela sekunder dan dilatasi kapiler (teleangiectasis). Teleangiectasis mirip dengan kondisi aneurisma pada hewan vertebrata tingkat tinggi. Aneurisma merupakan dilatasi yang permanen dari arteri, sedangkan teleangiectasis merupakan suatu kondisi yang reversibel dan pasif. Teleangiectasis dapat disebabkan oleh kerusakan mekanis, bahan toksik, virus, bakteri, toksin-toksin bakteri, parasit-parasit dan dalam beberapa kasus defisiensi nutrisi (Plumb 1994). Perubahan diatas mengindikasikan bahwa insang

10 15 mengalami peradangan (brankhitis). Brankhitis dicirikan dengan adanya kongesti, hemoragi, proliferasi sel klorid dan infiltrasi sel radang (Gambar 11). Menurut Noga (2000), lesio brankhitis dan hiperplasia lamella sekunder dapat terjadi akibat kualitas air yang buruk, stres, kekurangan vitamin E dan infestasi parasit. Gambar 10 Insang mengalami lesio teleangiectasis pada lamela sekunder (anak panah, kongesti pada lamela primer (A), infiltrasi sel limfosit (B), dan hiperplasia epitel lamela sekunder (C). Pewarnaan HE, skala 50 µm. Gambar 11 Lamela sekunder insang mengalami infiltrasi sel klorid (panah) pada pewarnaan HE, skala 50 µm. Secara histologis ginjal ikan manfish memiliki struktur yang mirip dengan ginjal mamalia yang mengandung glomerulus dengan kapsula Bowman dan juxtaglomerular tetapi tidak memiliki lengkung Henle. Fungsi lengkung Henle diganti oleh tubulus distal yang berliku-liku (Stoskopf 1993). Fungsi urinasi pada ginjal ikan umumnya berlokasi pada ginjal kaudal. Ginjal kranial berisi jaringan yang tidak memiliki fungsi dalam sistem urinasi. Jaringan limfoid banyak terdapat pada ginjal kranial sebagai pembentukan sel darah. Ginjal kranial sangat tervaskularisasi dan menyimpan darah di kapilernya. Pembentukan urin dimulai

11 16 dengan proses filtrasi glomerulus plasma dan dinamakan ultrafiltrasi glomerulus karena filtrat primer mempunyai komposisi sama seperti plasma kecuali protein. Sel-sel darah dan molekul-molekul protein bermuatan negatif seperti albumin secara efektif tertahan oleh seleksi ukuran dan muatan yang merupakan ciri khas dari sawar membran filtrasi glomerular. Tekanan-tekanan yang berperan dalam proses laju filtrasi glomerulus bersifat pasif dan tidak dibutuhkan energi metabolik untuk proses filtrasi tersebut. Tekanan filtrasi berasal dari perbedaan tekanan yang terdapat antara kapiler glomerulus dan kapsula Bowman. Tekanan hidrostatik darah dalam kapiler glomerulus mempermudah filtrasi dan dilawan oleh tekanan hidrostatik filtrat dalam kapsula Bowman serta tekanan onkotik darah. Proses pembentukan urin setelah filtrasi adalah reabsorpsi selektif zat-zat yang sudah difiltrasi. Sebagian besar zat yang difiltrasi direabsorpsi melalui tubulus sehingga zat-zat tersebut kembali lagi ke dalam kapiler peritubulus yang mengelilingi tubulus (Price 2005). Ginjal ikan manfish kasus ini mengalami edema interstisialis (Gambar 12) yang ditandai renggangnya jaringan interstisialis antara tubulus. Timbulnya edema pada bagian interstitial ginjal dapat diakibatkan oleh beberapa hal yaitu gagal jantung, sirosis hati, sindrom nefrosis, kekurangan vitamin E dan hipoproteinemia. Kekurangan protein terutama albumin dan globulin dalam darah menyebabkan terjadinya edema karena meningkatnya tekanan hidrostatik pembuluh darah (Price 2005; Stoskopf 1993). Hipoproteinemia dapat diakibatkan oleh kekurangan nutrisi maupun infeksi parasit. Beberapa tubulus mengalami degenerasi hialin. Degenerasi hialin pada tubulus proksimal dapat terjadi karena terjadinya reabsorbsi dari filtrat glomerulus akibat kerusakan glomerulus. Gambar 12 Ginjal pada ikan yang mengalami edema interstisialis (panah panjang) dan degenerasi hialin (panah pendek). Pewarnaan HE, skala 50 µm. Hepatosit pada ikan berbentuk poligonal dengan nukleus berbentuk sperikal dan umumnya memiliki satu nukleolus. Pada beberapa jenis ikan jaringan pankreas ditemukan pada hati sepanjang vena porta (Stoskopf 1993). Degenerasi

12 17 lemak biasanya terjadi pada ikan yang dibudidayakan. Menurut Roberts (2001) degenerasi lemak di hati disebabkan karena kondisi toksik pada perairan dan juga defisiensi vitamin A. Gambar 13 Histopatologi organ hati yang mengalami degenerasi lemak (tanda panah) dengan pewarnaan HE, skala 50 µm. Infiltrasi sel radang terlihat diantara kelenjar asinar pankreas yang mengalami nekrosis pada ikan manfish kasus ini (Gambar 14). Kelenjar eksokrin pankreas pada ikan memiliki struktur kelenjar tubulo-alveolar. Sel sekretori pada kelenjar eksokrin pankreas memiliki nukleus berlokasi di basal dan sitoplasma berisi banyak granul zimogen. Pulau Langerhans berada di antara kelenjar eksokrin bersamaan dengan syaraf dan pembuluh darah (Stoskopf 1993). Pada kasus ini granula zimogen sel asinar terlihat berkurang, dan sel asinar menjadi kecil (atrofi). Infiltrasi sel radang (pankreatitis) diakibatkan adanya serositis/ peritonitis yang terjadi karena perforasi serosa usus oleh larva cacing.

13 18 Gambar 14 Pankreas yang mengalami pankreatitis ditandai dengan adanya sel asinar yang mengalami atrofi (tanda panah) dan infiltrasi sel radang (anak panah). Pewarnaan HE, skala 50 µm. Otak pada ikan dibagi menjadi 5 bagian yaitu telensefalon, diensefalon, mesensefalon, metensefalon, dan myelensefalon. Struktur otak ikan sangat mirip dengan vertebrata lainnya (Stoskopf 1993). Lesi otak ikan manfish kasus ini menunjukkan gliosis dan malacia (Gambar 15). Otak pada ikan memerlukan vitamin untuk memberi nutrisi jaringan otak dan neuron. Vitamin B1 (tiamin) merupakan koenzim untuk mengkatalisasi enzim esensial dalam memetabolisme karbohidrat. Bentuk koenzim dari tiamin adalah tiamin pirofosfat yang berfungsi dalam pencernaan, reproduksi dan otak. Ikan spesies tertentu seperti cyprinid, clupeid mengandung banyak tiaminase di dalam jaringan. Kekurangan tiaminase pada mamalia, burung dan ikan secara hispatologi ditandai dengan hemoragi dan gliosis (Roberts 2001)

14 19 Gambar 15 Otak mengalami gliosis (panah pendek) dan malacia (panah panjang). Pewarnaan HE, skala 50 µm. Pencegahan dan pengobatan terhadap kasus ini perlu dilakukan untuk mengurangi kejadian kasus infeksi. Karantina ikan selama 14 hari hingga 21 hari merupakan hal yang penting dilakukan sebelum ikan baru dimasukkan dalam suatu akuarium. Ikan yang dikarantina harus diberi kualitas dan filtrasi air yang baik terutama ph dan kandungan oksigen terlarut. Pergantian air perlu juga diperhatikan untuk menghindari stres pada ikan karena perubahan suhu air yang fluktuatif dapat menyebabkan stres. Pemutusan siklus hidup dengan mengganti pakan yang bukan inang antara dari nematoda juga merupakan salah satu tindak pencegahan karena larva pertama yang dikeluarkan oleh cacing dewasa terhambat perkembangannya ke tahap yang lebih lanjut sebelum menginfeksi inang definitif. Pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan formaldehid 75 sampai 100 ppm (dalam 10 liter air) yang berfungsi sebagai parasitida. Penggunaan potassium permanganate sebanyak 100 ppm dan levamisol sebanyak 2 mg/l dilaporkan efektif membunuh larva nematoda (Stoskopf 1993). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Cacing yang menginfeksi usus ikan manfish pada kasus ini termasuk ke dalam kelas nematoda dengan Genus Camallanus. Infestasi cacing ini menyebabkan deskuamasi dan infiltrasi sel radang pada mukosa usus serta menyebabkan malabsorbsi. Kondisi malabsorbsi berdampak pada malnutrisi yang menyebabkan timbulnya lesi pada organ lain.

PATOLOGI INFESTASI CACING Camallanus sp PADA IKAN MANFISH (Pterophyllum scalare) ASAL RAISER CIBINONG BOLAS MANGIHUT P SIAHAAN

PATOLOGI INFESTASI CACING Camallanus sp PADA IKAN MANFISH (Pterophyllum scalare) ASAL RAISER CIBINONG BOLAS MANGIHUT P SIAHAAN PATOLOGI INFESTASI CACING Camallanus sp PADA IKAN MANFISH (Pterophyllum scalare) ASAL RAISER CIBINONG BOLAS MANGIHUT P SIAHAAN FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN

Lebih terperinci

Tabel 3 Tingkat prevalensi kecacingan pada ikan maskoki (Carassius auratus) di Bogor

Tabel 3 Tingkat prevalensi kecacingan pada ikan maskoki (Carassius auratus) di Bogor HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Pemeliharaan Ikan Maskoki (Carassius auratus) Pengambilan sampel ikan maskoki dilakukan di tiga tempat berbeda di daerah bogor, yaitu Pasar Anyar Bogor Tengah, Batu Tulis Bogor

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal 11.1

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal 11.1 . Perhatikan gambar nefron di bawah ini! SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal. Urin sesungguhnya dihasilkan di bagian nomor... Berdasarkan pada gambar di atas yang dimaksud dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 6 Pewarnaan Proses selanjutnya yaitu deparafinisasi dengan xylol III, II, I, alkohol absolut III, II, I, alkohol 96%, 90%, 80%, dan 70% masing-masing selama 2 menit. Selanjutnya seluruh preparat organ

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1 1. Perhatikan gambar nefron di bawah ini! SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1 Urin sesungguhnya dihasilkan di bagian nomor... A. B. C. D. 1 2 3 4 E. Kunci Jawaban : D

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ikan paradise Sampel yang digunakan pada penelitian adalah ikan paradise. Ikan paradise merupakan ikan tropis yang memiliki ukuran tubuh mencapai lebih kurang 5 cm dengan pola

Lebih terperinci

Struktur Ginjal: nefron. kapsul cortex. medula. arteri renalis vena renalis pelvis renalis. ureter

Struktur Ginjal: nefron. kapsul cortex. medula. arteri renalis vena renalis pelvis renalis. ureter Ginjal adalah organ pengeluaran (ekskresi) utama pada manusia yang berfungsi untik mengekskresikan urine. Ginjal berbentuk seperti kacang merah, terletak di daerah pinggang, di sebelah kiri dan kanan tulang

Lebih terperinci

Created by Mr. E. D, S.Pd, S.Si LOGO

Created by Mr. E. D, S.Pd, S.Si LOGO Created by Mr. E. D, S.Pd, S.Si darma_erick77@yahoo.com LOGO Proses Pengeluaran Berdasarkan zat yang dibuang, proses pengeluaran pada manusia dibedakan menjadi: Defekasi: pengeluaran zat sisa hasil ( feses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan merupakan hewan akutik yang memilki tulang belakang (vertebrata) yang berhabitat di dalam perairan. Ikan bernapas dengan insang, bergerak dan menjaga keseimbangan

Lebih terperinci

JARINGAN DASAR HEWAN. Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN

JARINGAN DASAR HEWAN. Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN JARINGAN DASAR HEWAN Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN Tubuh hewan terdiri atas jaringan-jaringan atau sekelompok sel yang mempunyai struktur dan fungsi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas Branchiopoda, Divisi Oligobranchiopoda, Ordo Cladocera, Famili Daphnidae,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam, sebagai negara kepulauan dan memiliki dua per tiga wilayah yang merupakan perairan. Salah satu sumberdaya

Lebih terperinci

Jaringan Tubuh. 1. Jaringan Epitel. 2. Jaringan Otot. 3. Jaringan ikat/penghubung. 4. Jaringan Saraf

Jaringan Tubuh. 1. Jaringan Epitel. 2. Jaringan Otot. 3. Jaringan ikat/penghubung. 4. Jaringan Saraf Jaringan Tubuh 1. Jaringan Epitel 2. Jaringan Otot 3. Jaringan ikat/penghubung 4. Jaringan Saraf Jaringan Epitel Tersusun atas lapisan-lapisan sel yang menutup permukaan saluran pencernaan, saluran pada

Lebih terperinci

SISTEM DIGESTIVA (PENCERNAAN) FISIOLOGI PENCERNAAN

SISTEM DIGESTIVA (PENCERNAAN) FISIOLOGI PENCERNAAN SISTEM DIGESTIVA (PENCERNAAN) FISIOLOGI PENCERNAAN Secara sederhana, sistem pencernaan adalah portal untuk Secara sederhana, sistem pencernaan adalah portal untuk nutrisi untuk mendapatkan akses ke sistem

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Bahan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Bahan Alat 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2009 sampai dengan April 2010. Sampel diperoleh dari Kepulauan Seribu. Identifikasi cacing parasitik dilakukan di

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Struktur Hewan dengan judul Jaringan Epitel yang disusun oleh: Nama : Lasinrang Aditia Nim : K

LEMBAR PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Struktur Hewan dengan judul Jaringan Epitel yang disusun oleh: Nama : Lasinrang Aditia Nim : K LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM STRUKTUR HEWAN (JARINGAN EPITEL) Disusun oleh: NAMA : LASINRANG ADITIA NIM : 60300112034 KELAS : BIOLOGI B KELOMPOK : I (Satu) LABORATORIUM BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hematologi Hasil pemeriksaan hematologi disajikan dalam bentuk rataan±simpangan baku (Tabel 1). Hasil pemeriksaan hematologi individual (Tabel 5) dapat dilihat pada lampiran dan dibandingkan

Lebih terperinci

ORGANISASI KEHIDUPAN. Sel

ORGANISASI KEHIDUPAN. Sel ORGANISASI KEHIDUPAN Sel Sel adalah unit terkecil dari makhluk hidup. Ukuran sangat kecil untuk melihat harus dibantu dengan mikroskop. Kata sel berasal dari bahasa latin cellulae, yang berarti bilik kecil.

Lebih terperinci

Sistem Ekskresi Manusia

Sistem Ekskresi Manusia Sistem Ekskresi Manusia Sistem ekskresi merupakan sistem dalam tubuh kita yang berfungsi mengeluarkan zatzat yang tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh dan zat yang keberadaannya dalam tubuh akan mengganggu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Subjek penelitian ini adalah anak yang diperoleh dari induk tikus Rattus norvegicus galur Sprague-dawley yang telah diinduksi hipoksia iskemik pada usia kehamilan 7

Lebih terperinci

KESEHATAN IKAN. Achmad Noerkhaerin P. Jurusan Perikanan-Untirta

KESEHATAN IKAN. Achmad Noerkhaerin P. Jurusan Perikanan-Untirta KESEHATAN IKAN Achmad Noerkhaerin P. Jurusan Perikanan-Untirta Penyakit adalah Akumulasi dari fenomena-fenomena abnormalitas yang muncul pada organisme (bentuk tubuh, fungsi organ tubuh, produksi lendir,

Lebih terperinci

BAB VII SISTEM UROGENITALIA

BAB VII SISTEM UROGENITALIA BAB VII SISTEM UROGENITALIA Sistem urogenital terdiri dari dua system, yaitu system urinaria (systema uropoetica) dan genitalia (sytema genitalia). Sistem urinaria biasa disebut sistem ekskresi. Fungsinya

Lebih terperinci

TOKSISITAS MERKURI (Hg) TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP, PERTUMBUHAN, GAMBARAN DARAH DAN KERUSAKAN PADA IKAN NILA Oreochromis niloticus

TOKSISITAS MERKURI (Hg) TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP, PERTUMBUHAN, GAMBARAN DARAH DAN KERUSAKAN PADA IKAN NILA Oreochromis niloticus TOKSISITAS MERKURI (Hg) TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP, PERTUMBUHAN, GAMBARAN DARAH DAN KERUSAKAN ORGAN PADA IKAN NILA Oreochromis niloticus VIKA YUNIAR DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

GAMBARAN HISTOLOGI GINJAL TIKUS BETINA (Rattus rattus) YANG DIINJEKSI VITAMIN C DOSIS TINGGI DALAM JANGKA WAKTU LAMA

GAMBARAN HISTOLOGI GINJAL TIKUS BETINA (Rattus rattus) YANG DIINJEKSI VITAMIN C DOSIS TINGGI DALAM JANGKA WAKTU LAMA GAMBARAN HISTOLOGI GINJAL TIKUS BETINA (Rattus rattus) YANG DIINJEKSI VITAMIN C DOSIS TINGGI DALAM JANGKA WAKTU LAMA TIM PENELITI : 1. NI WAYAN SUDATRI, S.Si., M.Si, 2. IRIANI SEYAWATI, S.Si.,M.Si. 3.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Pendahuluan Pengembalian Virulensi E. ictaluri

HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Pendahuluan Pengembalian Virulensi E. ictaluri HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Pendahuluan Pengembalian Virulensi E. ictaluri Hasil uji biokimia (gula-gula) E. ictaluri menghasilkan enzim katalase, memfermentasi glukosa, tidak memfermentasi laktosa, tidak

Lebih terperinci

M.Nuralamsyah,S.Kep.Ns

M.Nuralamsyah,S.Kep.Ns M.Nuralamsyah,S.Kep.Ns Pendahuluan Ginjal mempertahankan komposisi dan volume cairan supaya tetap konstan Ginjal terletak retroperitoneal Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungnya menghadap ke

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Rata-rata penurunan jumlah glomerulus ginjal pada mencit jantan (Mus

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Rata-rata penurunan jumlah glomerulus ginjal pada mencit jantan (Mus IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil. Jumlah Penurunan Glomerulus Rata-rata penurunan jumlah glomerulus ginjal pada mencit jantan (Mus musculus L.) setelah diberi perlakuan pajanan medan listrik tegangan

Lebih terperinci

biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. ORGAN EKSKRESI

biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. ORGAN EKSKRESI 15 MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI Pengeluaran zat di dalam tubuh berlangsung melalui defekasi yaitu pengeluaran sisa pencernaan berupa feses. Ekskresi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan Gejala Klinis Pengamatan gejala klinis pada benih ikan mas yang diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila meliputi kelainan fisik ikan, uji refleks, dan respon

Lebih terperinci

Kompetensi SISTEM SIRKULASI. Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya

Kompetensi SISTEM SIRKULASI. Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya SISTEM SIRKULASI Kompetensi Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya Suatu sistem yang memungkinkan pengangkutan berbagai bahan dari satu tempat ke tempat lain di dalam tubuh organisme Sistem

Lebih terperinci

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru O R G A N P E N Y U S U N S I S T E M E K S K R E S I K U L I T G I N J A L H A T I P A R U - P A R U kulit K ULIT K U L I T A D A L A H O R G A

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ascaris lumbricoides Manusia merupakan hospes beberapa nematoda usus. Sebagian besar nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan masyarakat Indonesia (FKUI, 1998). Termasuk dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Struktur Mikroanatomi Hati Ikan Tagih Hasil penelitian pengaruh subletal merkuri klorida (HgCl 2 ) menggunakan konsentrasi 0,02 ppm; 0,04 ppm; dan 0,08 ppm; selama 28 hari

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian Materi yang diteliti adalah ikan nilem ( Osteochilus hasselti C. V.), pada tahap perkembangan juvenil berumur 13 minggu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Cacing Parasitik pada Ikan Bunglon Batik Jepara Infestasi Cacing Parasitik pada Ukuran Ikan yang Berbeda Total jumlah sampel ikan yang diamati sebanyak 32 ekor. Untuk mengetahui

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.3. Air. Asam amino. Urea. Protein

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.3. Air. Asam amino. Urea. Protein SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.3 1. Zat yang tidak boleh terkandung dalam urine primer adalah... Air Asam amino Urea Protein Kunci Jawaban : D Menghasilkan urine primer

Lebih terperinci

Konsep Sel, Jaringan, Organ dan Sistem Organ

Konsep Sel, Jaringan, Organ dan Sistem Organ Konsep Sel, Jaringan, Organ dan Sistem Organ STRUKTUR TUBUH MANUSIA SEL (UNSUR DASAR JARINGAN TUBUH YANG TERDIRI ATAS INTI SEL/ NUCLEUS DAN PROTOPLASMA) JARINGAN (KUMPULAN SEL KHUSUS DENGAN BENTUK & FUNGSI

Lebih terperinci

TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN

TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN Sistem Imun merupakan semua mekanisme pertahanan yang dapat dimobilisasi oleh tubuh untuk memerangi berbagai ancaman invasi asing. Kulit merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistematika dan Morfologi Ikan Patin Menurut Mahyuddin (2010), ikan patin dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Pisces Sub Kelas

Lebih terperinci

HISTOPATOLOGI IKAN MAS ( Cyprinus carpio )

HISTOPATOLOGI IKAN MAS ( Cyprinus carpio ) Laporan Praktikum ke-13 Hari/Tanggal : Selasa/ 23 Desember 2014 m.k Penyakit Organisme Akuatik Kelompok : IX Shift : 2 HISTOPATOLOGI IKAN MAS ( Cyprinus carpio ) Disusun oleh: Savni Retalia Sababalat C14120023

Lebih terperinci

Jaringan adalah struktur yang dibentuk oleh kumpulan sel yang mempunyai sifat-sifat morfologi dan fungsi yang sama. Jaringan Dasar pada hewan

Jaringan adalah struktur yang dibentuk oleh kumpulan sel yang mempunyai sifat-sifat morfologi dan fungsi yang sama. Jaringan Dasar pada hewan Jaringan adalah struktur yang dibentuk oleh kumpulan sel yang mempunyai sifat-sifat morfologi dan fungsi yang sama. Jaringan Dasar pada hewan vertebrata ada 4,yaitu: 1. Jaringan epitel 2. Jaringan ikat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Lele Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Filum: Chordata Kelas : Pisces Ordo : Ostariophysi Famili : Clariidae Genus : Clarias Spesies :

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 36 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pemeriksaan Patologi-Anatomi Hasil pemeriksaan keadaan umum biawak ditemukan ektoparasit Aponomma sp. di sekujur tubuhnya. Hewan terlihat anemis dan ditemukan hematemesis,

Lebih terperinci

Jaringan Hewan. Compiled by Hari Prasetyo

Jaringan Hewan. Compiled by Hari Prasetyo Jaringan Hewan Compiled by Hari Prasetyo Tingkatan Organisasi Kehidupan SEL JARINGAN ORGAN SISTEM ORGAN ORGANISME Definisi Jaringan Kumpulan sel sejenis yang memiliki struktur dan fungsi yang sama untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sediaan mikroteknik atau yang juga dikenal sebagai sediaan Histologi.

BAB I PENDAHULUAN. sediaan mikroteknik atau yang juga dikenal sebagai sediaan Histologi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pengetahuan mengenai anatomi mikroskopis baik tentang hewan maupun tumbuhan banyak diperoleh dari hasil pengembangan sediaan mikroteknik atau yang juga

Lebih terperinci

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA A. GINJAL SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA Sebagian besar produk sisa metabolisme sel berasal dari perombakan protein, misalnya amonia dan urea. Kedua senyawa tersebut beracun bagi tubuh dan harus dikeluarkan

Lebih terperinci

Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah SEKOLAH DASAR TETUM BUNAYA Kelas Yupiter Nama Pengajar: Kak Winni Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah A. Bagian-Bagian Darah Terdiri atas apakah darah

Lebih terperinci

GINJAL KEDUDUKAN GINJAL DI BELAKANG DARI KAVUM ABDOMINALIS DI BELAKANG PERITONEUM PADA KEDUA SISI VERTEBRA LUMBALIS III MELEKAT LANGSUNG PADA DINDING

GINJAL KEDUDUKAN GINJAL DI BELAKANG DARI KAVUM ABDOMINALIS DI BELAKANG PERITONEUM PADA KEDUA SISI VERTEBRA LUMBALIS III MELEKAT LANGSUNG PADA DINDING Ginjal dilihat dari depan BAGIAN-BAGIAN SISTEM PERKEMIHAN Sistem urinary adalah sistem organ yang memproduksi, menyimpan, dan mengalirkan urin. Pada manusia, sistem ini terdiri dari dua ginjal, dua ureter,

Lebih terperinci

Karakteristik Organisme Hidup. UNSYIAH Universitas Syiah Kuala 9/28/2016. Tema-tema dalam Mempelajari Kehidupan. Organisasi Biologi

Karakteristik Organisme Hidup. UNSYIAH Universitas Syiah Kuala 9/28/2016. Tema-tema dalam Mempelajari Kehidupan. Organisasi Biologi UNSYIAH Universitas Syiah Kuala Pengantar Biologi MPA-107, 3 (2-1) Kuliah 10 STRUKTUR & PERKEMBANGAN: HEWAN Tim Pengantar Biologi Jurusan Biologi FMIPA Unsyiah Keanekaragaman hewan dengan berbagai modifikasi

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepar merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia, dengan berat 1.200-1.500 gram. Pada orang dewasa ± 1/50 dari berat badannya sedangkan pada bayi ± 1/18 dari berat

Lebih terperinci

Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf.

Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf. JARINGAN HEWAN Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf. A. JARINGAN EPITEL Jaringan epitel merupakan jaringan penutup yang melapisi

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLATIHAN SOAL BAB 11

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLATIHAN SOAL BAB 11 SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLATIHAN SOAL BAB 11 1. Bagian sel yang berfungsi untuk mengatur seluruh kegiatan sel adalah http://www.primemobile.co.id/assets/uploads/materi/bio-7-11a.png

Lebih terperinci

STRUKTUR & PERKEMBANGAN HEWAN. Achmad Farajallah

STRUKTUR & PERKEMBANGAN HEWAN. Achmad Farajallah STRUKTUR & PERKEMBANGAN HEWAN Achmad Farajallah Sistem Sirkulasi: mode umum Sistem transportasi internal akibat ukuran & strukturnya menempatkan sel-sel tubuh berada jauh dari lingkungan luar sistem yang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODA PENELITIAN

BAHAN DAN METODA PENELITIAN 10 BAHAN DAN METODA PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Sampel ikan diambil dari beberapa lokasi yang mewakili perairan Indonesia bagian Selatan (Selat Sunda, Bali, dan Nusa Tenggara Timur) yang terletak

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Intensitas Trichodina sp pada Ukuran Ikan Nila yang Berbeda

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Intensitas Trichodina sp pada Ukuran Ikan Nila yang Berbeda BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Intensitas Trichodina sp pada Ukuran Ikan Nila yang Berbeda Hasil pengamatan secara mikroskopis yang dilakukan terhadap 90 ekor sampel ikan nila (Oreochromis nilotica),

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gejala Klinis Benih Lele Sangkuriang yang terinfeksi Aeromonas hydrophila Pengamatan gejala klinis benih lele sangkuriang yang diinfeksikan Aeromonas hydrophila meliputi

Lebih terperinci

Mahasiswa dapat menjelaskan alat ekskresi dan prosesnya dari hasil percobaan

Mahasiswa dapat menjelaskan alat ekskresi dan prosesnya dari hasil percobaan Indikator Pencapaian: MATERI IX SISTEM EKSKRESI Mahasiswa dapat menjelaskan alat ekskresi dan prosesnya dari hasil percobaan Materi Mahluk hidup dalam hidupnya melakukan metabolisme. Metabolisme ini selain

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN PREPARAT SUPRAVITAL EPITELIUM MUKOSA MULUT

LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN PREPARAT SUPRAVITAL EPITELIUM MUKOSA MULUT LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN PREPARAT SUPRAVITAL EPITELIUM MUKOSA MULUT Disusun Guna Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Praktikum Mikroteknik Tahun Ajaran 2014/2015 Disusun Oleh : Litayani Dafrosa Br

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi subjek penelitian Subjek dalam penelitian ini berjumlah 60 ekor mencit strain DDY yang terdiri dari 30 mencit jantan dan 30 mencit betina.

Lebih terperinci

Proses pencernaan makanan yang terjadi pada organ 3, 4 dan 5 adalah...

Proses pencernaan makanan yang terjadi pada organ 3, 4 dan 5 adalah... Formasi UKK semester genap 2011/2012 Jawablah Pertanyaan di bawah ini dengan benar! Sistem Pencernaan 1. Proses penguraian yang terjadi pada organ pencernaan lambung oleh beberapa enzim adalah... 2. Perhatikan

Lebih terperinci

Struktur dan Fungsi Hewan Tujuan Instruksional Khusus

Struktur dan Fungsi Hewan Tujuan Instruksional Khusus Struktur dan Fungsi Hewan Tujuan Instruksional Khusus Menjelaskan: Struktur Hewan Fungsi Hayati Hewan Energi dan Materi Kuliah Hewan 1 Homeostasis Koordinasi dan Pengendalian Kuliah Kontinuitas Kehidupan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN MATERI DAN METODE PENELITIAN Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dilaksakan di Bagian Patologi, Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Perlakuan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada saat diisolasi dari ikan, sel trophont menunjukan pergerakan yang aktif selama 4 jam pengamatan. Selanjutnya sel parasit pada suhu kontrol menempel pada dasar petri dan

Lebih terperinci

PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN DASAR SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI.

PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN DASAR SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI. PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN DASAR SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI. Kompetensi Dasar 1. Struktur dan fungsi umum jaringan epitel 2. Klasifikasi jaringan epitel (epitel penutup dan epitel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. domestikasi banteng liar (Bibos banteng) (Batan, 2006). Banteng-banteng liar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. domestikasi banteng liar (Bibos banteng) (Batan, 2006). Banteng-banteng liar 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi bali Sapi bali (Bibos sondaicus) yang ada saat ini diduga berasal dari hasil domestikasi banteng liar (Bibos banteng) (Batan, 2006). Banteng-banteng liar yang ada dihutan

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam adalah jenis ikan yang secara taksonomi termasuk spesies

I. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam adalah jenis ikan yang secara taksonomi termasuk spesies I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Patin Siam (Pangasius hypopthalmus) Ikan patin siam adalah jenis ikan yang secara taksonomi termasuk spesies Pangasius hypophthalmus yang hidup di perairan tropis Indo Pasifik.

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Klasifikasi lele masamo SNI (2000), adalah : Kingdom : Animalia Phylum: Chordata Subphylum: Vertebrata Class : Pisces

Lebih terperinci

PRINSIP BIOENERGETIKA PADA HEWAN

PRINSIP BIOENERGETIKA PADA HEWAN PRINSIP BIOENERGETIKA PADA HEWAN BAHAN MAKANAN (MOLEKUL ORGANIK) Lingkungan eksternal Hewan KONSUMSI MAKANAN PROSES PENCERNAAN PROSES PENYERAPAN PANAS energi yg hilang dalam feses MOLEKUL NUTRIEN (dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kerusakan Hati Ikan Mas Hati merupakan salah satu organ yang paling banyak mengalami kerusakan. Menurut Carlton (1995) dalam Permana (2009) ada dua alasan yang menyebabkan

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Indeks Gonad Somatik (IGS) Hasil pengamatan nilai IGS secara keseluruhan berkisar antara,89-3,5% (Gambar 1). Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa bioflok

Lebih terperinci

SISTEM PEREDARAN DARAH

SISTEM PEREDARAN DARAH SISTEM PEREDARAN DARAH Tujuan Pembelajaran Menjelaskan komponen-komponen darah manusia Menjelaskan fungsi darah pada manusia Menjelaskan prinsip dasar-dasar penggolongan darah Menjelaskan golongan darah

Lebih terperinci

Jaringan adalah kumpulan dari selsel sejenis atau berlainan jenis termasuk matrik antar selnya yang mendukung fungsi organ atau sistem tertentu.

Jaringan adalah kumpulan dari selsel sejenis atau berlainan jenis termasuk matrik antar selnya yang mendukung fungsi organ atau sistem tertentu. Kelompok 2 : INDRIANA ARIYANTI (141810401016) MITA YUNI ADITIYA (161810401011) AYU DIAH ANGGRAINI (161810401014) NURIL NUZULIA (161810401021) FITRI AZHARI (161810401024) ANDINI KURNIA DEWI (161810401063)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah sel tumor limfoid pada lamina propria Hasil pengamatan terhadap jumlah sel tumor limfoid pada lamina propria vili usus yang diperoleh dari setiap kelompok percobaan telah dihitung

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 7 HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Fisik Anjing Lokal Hewan yang digunakan adalah anjing lokal berjumlah 2 ekor berjenis kelamin betina dengan umur 6 bulan. Pemilihan anjing betina bukan suatu perlakuan

Lebih terperinci

Pertemuan XI: Struktur dan Fungsi Hayati Hewan. Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011

Pertemuan XI: Struktur dan Fungsi Hayati Hewan. Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011 Pertemuan XI: Struktur dan Fungsi Hayati Hewan Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011 1 Struktur dan Fungsi Hewan Tujuan Instruksional Khusus Menjelaskan: Struktur Hewan Fungsi Hayati Hewan Energi

Lebih terperinci

- - SISTEM EKSKRESI MANUSIA - - sbl1ekskresi

- - SISTEM EKSKRESI MANUSIA - - sbl1ekskresi - - SISTEM EKSKRESI MANUSIA - - Modul ini singkron dengan Aplikasi Android, Download melalui Play Store di HP Kamu, ketik di pencarian sbl1ekskresi Jika Kamu kesulitan, Tanyakan ke tentor bagaimana cara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Darah Darah dalam tubuh berfungsi untuk mensuplai oksigen ke seluruh jaringan tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi (sistem

Lebih terperinci

Struktur bagian dalam ginjal

Struktur bagian dalam ginjal Sitem perkemihan Sistem perkemihan Terdiri atas: dua ginjal, dua ureter, vesika urinaria dan uretra Fungsi ginjal pembentukan urine Yang lain berfungsi sebagai pembuangan urine Fungsi lain ginjal: Pengaturan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam merupakan salah satu komoditas ikan yang dikenal sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam merupakan salah satu komoditas ikan yang dikenal sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Patin Siam Ikan patin siam merupakan salah satu komoditas ikan yang dikenal sebagai komoditi yang berprospek cerah, karena memiliki harga jual yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan mas menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan mas menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut: 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Mas (Cyprinus carpio) 2.1.1 Klasifikasi dan morfologi Klasifikasi ikan mas menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut: Spesies Kingdom : Animalia Filum : Chordata Class

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Fisika Kimia Air Parameter fisika kimia air yang diamati pada penelitian ini adalah ph, CO 2, NH 3, DO (dissolved oxygen), kesadahan, alkalinitas, dan suhu. Pengukuran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Hewan Coba

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Hewan Coba 6 dengan etanol absolut selama 2 menit, kemudian dengan etanol 95% dan 80% masing-masing selama 1 menit, dan dicuci dengan air mengalir. Kemudian preparat direndam dalam pewarnaan Mayer s Haemotoxylin

Lebih terperinci

SISTEM PENCERNAAN. Oleh: dr. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok

SISTEM PENCERNAAN. Oleh: dr. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok SISTEM PENCERNAAN Oleh: dr. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok PENDAHULUAN Sistem pencernaan bertanggung jawab untuk menghancurkan dan menyerap makanan dan minuman Melibatkan banyak organ secara mekanik hingga kimia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan pengamatan terhadap gejala klinis pada semua kelompok perlakuan, baik pada kelompok kontrol (P0) maupun pada kelompok perlakuan I, II dan III dari hari pertama sampai pada

Lebih terperinci

JARINGAN PADA HEWAN & MANUSIA

JARINGAN PADA HEWAN & MANUSIA JARINGAN PADA HEWAN & MANUSIA TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menjelaskan pengertian dan fungsi jaringan embrional 2. Menjelaskan ciri dan fungsi jaringan epitelium 3. Menjelaskan ciri dan fungsi jaringanjaringan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 10 Gambar 4 Pengukuran sonogram duodenum dengan Image J. A: Sonogram duodenum pada posisi transduser sagital. l: lapisan lumen, M: mukosa, SM: submukosa, TM: tunika muskularis, dan S: serosa. B: Skema

Lebih terperinci

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI rina_susilowati@ugm.ac.id Apakah imunologi itu? Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imun. Sistem imun dipunyai oleh berbagai organisme, namun pada tulisan ini sistem

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Prevalensi Kecacingan Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum) Tingkat prevalensi kecacingan pada ikan bawal air tawar dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Tingkat

Lebih terperinci

Menjelaskan struktur dan fungsi sistem ekskresi pada manusia dan penerapannya dalam menjaga kesehatan diri

Menjelaskan struktur dan fungsi sistem ekskresi pada manusia dan penerapannya dalam menjaga kesehatan diri Kompetensi Dasar : Menjelaskan struktur dan fungsi sistem ekskresi pada manusia dan penerapannya dalam menjaga kesehatan diri Indikator : 1. Menyebutkan organ-organ penyusun sistem ekskresi pada manusia.

Lebih terperinci

Sistem Ekskresi. Drs. Refli, MSc Diberikan pada Pelatihan Penguatan UN bagi Guru SMP/MTS se Provinsi NTT September 2013

Sistem Ekskresi. Drs. Refli, MSc Diberikan pada Pelatihan Penguatan UN bagi Guru SMP/MTS se Provinsi NTT September 2013 Sistem Ekskresi Drs. Refli, MSc Diberikan pada Pelatihan Penguatan UN bagi Guru SMP/MTS se Provinsi NTT September 2013 Pengertian & Fungsi Proses Ekskresi Penegrtian : Proses pengeluaran zat-zat sisa hasil

Lebih terperinci

Sistem Pencernaan Manusia

Sistem Pencernaan Manusia Sistem Pencernaan Manusia Manusia memerlukan makanan untuk bertahan hidup. Makanan yang masuk ke dalam tubuh harus melalui serangkaian proses pencernaan agar dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Proses

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.1

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.1 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.1 1. Organ ekskresi pada manusia yang berfungsi mengubah amonia menjadi urea adalah... Paru-paru Hati Kulit Ginjal Kunci Jawaban : B Pembahasan:

Lebih terperinci

HISTOLOGI URINARIA dr d.. K a K r a ti t k i a a R at a n t a n a P e P r e ti t w i i

HISTOLOGI URINARIA dr d.. K a K r a ti t k i a a R at a n t a n a P e P r e ti t w i i HISTOLOGI URINARIA dr. Kartika Ratna Pertiwi 132319831 SISTEM URINARIA Sistem urinaria terdiri atas - Sepasang ginjal, - Sepasang ureter - Kandung kemih - Uretra Terdapat pula - Sepasang arteri renalis

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL. Grafik 4.1. Frekuensi Pasien Berdasarkan Diagnosis. 20 Universitas Indonesia. Karakteristik pasien...,eylin, FK UI.

BAB 4 HASIL. Grafik 4.1. Frekuensi Pasien Berdasarkan Diagnosis. 20 Universitas Indonesia. Karakteristik pasien...,eylin, FK UI. BAB 4 HASIL Dalam penelitian ini digunakan 782 kasus yang diperiksa secara histopatologi dan didiagnosis sebagai apendisitis, baik akut, akut perforasi, dan kronis pada Departemen Patologi Anatomi FKUI

Lebih terperinci

Sistem Osmoregulasi Pada Ikan

Sistem Osmoregulasi Pada Ikan Sistem Osmoregulasi Pada Ikan A. Pengertian Osmoregulasi Osmoregulasi adalah proses pengatur konsentrasi cairan dan menyeimbangkan pemasukan serta pengeluaran cairan tubuh oleh sel atau organisme hidup.

Lebih terperinci

MAKALAH SISTEM RESPIRASI PADA IKAN

MAKALAH SISTEM RESPIRASI PADA IKAN MAKALAH SISTEM RESPIRASI PADA IKAN OLEH : MUSTAIN FAKULTAS BUDIDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PERIKANAN PONTIANAK 2012 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap makhluk hidup memerlukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Landak Jawa ( Hystrix javanica

TINJAUAN PUSTAKA Landak Jawa ( Hystrix javanica 14 TINJAUAN PUSTAKA Landak Jawa (Hystrix javanica) Klasifikasi Landak Jawa menurut Duff dan Lawson (2004) adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Mammalia Ordo : Rodentia Famili

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Masyarakat saat ini mengenal tiga tipe ayam yaitu ayam tipe ringan, tipe medium

TINJAUAN PUSTAKA. Masyarakat saat ini mengenal tiga tipe ayam yaitu ayam tipe ringan, tipe medium II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Masyarakat saat ini mengenal tiga tipe ayam yaitu ayam tipe ringan, tipe medium dan tipe berat yang didasarkan pada bobot maksimum yang dapat dicapai (Wahju,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Suzuki Metode Suzuki adalah suatu metode yang digunakan untuk pemeriksaan telur Soil Transmitted Helmints dalam tanah. Metode ini menggunakan Sulfas Magnesium yang didasarkan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Penelitian Kandang Hewan Coba Laboratorium Histopatologi

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Penelitian Kandang Hewan Coba Laboratorium Histopatologi BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2010 sampai April 2011 bertempat di Kandang Hewan Laboratorium dan Laboratorium Histopatologi, Departemen Klinik, Reproduksi,

Lebih terperinci