BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Prevalensi Kecacingan Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum) Tingkat prevalensi kecacingan pada ikan bawal air tawar dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Tingkat prevalensi kecacingan pada ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) di Bogor. Lokasi Pengambilan Jumlah ikan Prevalensi di insang (%) Situ Daun Ciampea Cibitung Tengah Prevalensi di usus (%) Tabel 1 di atas memperlihatkan perbedaan tingkat prevalensi di ketiga lokasi tambak. Perbedaan ini dimungkinkan oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik misalnya tingkat stress pada ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) yang tinggi sehingga menyebabkan sistem imun menurun. Selain itu kekebalan individu, jenis kelamin, galur dan umur ikan juga merupakan faktor pendukung terjadinya kecacingan. Faktor ekstrinsik yang dapat menyebabkan tingginya prevalensi kecacingan di antaranya kondisi sanitasi tambak yang buruk, biosekuriti, dekatnya tambak dengan pemukiman, sistem pengairan dan sumber air kolam yang buruk. Doggie et al juga menyatakan bahwa faktor-faktor yang menentukan besarnya prevalensi kecacingan suatu ikan antara lain makanan bagi inang, umur, gerakan dan luas daerah penyebaran inang, kontak langsung antar individu, dan kebiasaan makan inang yang berkaitan dengan ekologi ikan. Pada penelitian ini tidak ditemukan cacing parasitik yang menginfeksi pada saluran pencernaan. Cacing parasitik akan tumbuh dengan baik pada media dengan kondisi air yang buruk sehingga mereka berkembangbiak dan populasinya cukup untuk menginfeksi ikan sampai sakit (Taukhid 2006).

2 Klasifikasi Cacing Parasitik pada Insang Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum) di Tambak Situ Daun, Ciampea, dan Cibitung Tengah. Hasil identifikasi cacing parasitik yang ditemukan pada insang ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) dikelompokkan ke dalam Fillum Plathyhelmintes dan Kelas Trematoda Sub Kelas Monogenea. Monogenea merupakan parasit yang umum ditemukan pada insang dan kulit ikan air tawar maupun air laut. Infestasi monogenea biasanya merupakan indikator sanitasi yang rendah pada kualitas air, seperti contoh tingginya amoniak dan nitrit, polusi bahan organik dan kadar oksigen yang rendah, dengan kondisi seperti tersebut monogenea dapat sangat cepat bereproduksi (Noga 2000). Klasifikasi cacing parasitik pada insang ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) dapat dilihat pada Tabel di bawah ini Tabel 2. Jenis-jenis Cacing Pada Insang Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum). Kelas Subkelas Famili Genus Trematoda Monogenea Tetraonchidae Tetraonchus sp Trematoda Monogenea Diplectanidae Diplectanum sp Trematoda Monogenea Oncocleidae Oncocleidus sp Trematoda Monogenea - Tabel 2 di atas menunjukkan keanekaragaman cacing parasitik yang ditemukan pada insang ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) di ketiga lokasi tambak. Jenis cacing parasitik yang ditemukan antara lain Tetraonchus sp yang berasal dari famili Tetraonchidae, Oncocleidus sp, Diplectanum sp dari famili Diplectanidae.

3 Tabel 3. Jumlah Cacing Pada Insang Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum) dari wilayah tambak Daerah Situ Daun. Bobot Badan (gram) Jumlah Cacing Jumlah Ikan (ekor) Jumlah ikan yg terinfeksi Rataan cacing/ ikan terinfeksi Total Cacing Tabel 3 di atas menunjukkan tingkat kecacingan pada berbagai bobot badan ikan yang menjadi sampel penelitian. Jumlah cacing parasitik yang menginfeksi ikan bawal yang berasal dari tambak Situ Daun yang paling banyak terdapat pada bobot badan antara gram dengan jumlah cacing 152 cacing dengan jumlah ikan 4 ekor. Jumlah cacing terbanyak kedua menginfestasi ikan dengan bobot badan antara gram dengan jumlah cacing sebanyak 140 dengan jumlah ikan dengan kisaran bobot badan tersebut yang terinfeksi sebanyak 4 ekor. Dari data hasil yang diperoleh di atas dapat kita gambarkan bahwa jumlah cacing parasitik yang menginfeksi ikan bawal mempunyai korelasi yang positif terhadap kondisi bobot badan ikan. Keberadaan cacing parasitik pada ikan merupakan salah satu faktor yang dapat menurunkan bobot badan pada ikan. Di daerah tambak ini jenis cacing parasitik yang menyerang termasuk ke dalam golongan monogenea. Parasit termasuk monogenea cenderung menginfeksi organ tertentu pada inangnya (mikrohabitat). Keberadaan parasit pada organ tertentu pada mikrohabitat kemungkinan berhubungan dengan perkembangan dan kematangan dari parasit tersebut, reproduksi atau berhubungan dengan pencarian daerah yang aman (Anshary et al. 2001). Selain itu infeksi oleh parasit golongan monogenea dapat mengakibatkan rendahnya produksi karena pertumbuhan ikan terhambat atau bahkan mematikan, juga dapat merusak penampilan fisik ikan (Sinderman 1990). Buchmann dan Bresciani 2001 juga memaparkan bahwa selain menimbulkan kelainan patologis seperti letargi, anoreksia, inflamasi (peradangan), serta ascites kecacingan pada ikan juga dapat menyebabkan

4 rendahnya produktivitas satwa ikan yang terinfeksi yaitu kekurusan dan tingkat reproduksi yang rendah. Tabel 4. Jumlah Cacing Pada Insang Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum) dari wilayah tambak Daerah Ciampea. Bobot Badan (gram) Jumlah Cacing Jumlah Ikan (ekor) Jumlah ikan yg terinfeksi Rataan cacing /ekor ikan yg terinfeksi Total Cacing Tabel 4 di atas menunjukkan tingkat kecacingan pada berbagai bobot badan ikan yang menjadi sampel penelitian. Jumlah cacing parasitik yang menginfeksi ikan bawal yang berasal dari tambak di daerah Ciampea yang paling banyak terdapat pada bobot badan antara gram dengan jumlah cacing 71 cacing dengan jumlah ikan 4 ekor. Jumlah cacing terbanyak kedua terdapat pada kelompok ikan dengan bobot terbesar yaitu antara gram dengan jumlah cacing sebanyak 55 dengan jumlah ikan yang terinfeksi pada kisaran bobot badan tersebut sebanyak 2 ekor. Sedikit berbeda dengan data hasil jumlah kecacingan pada Tabel 3 yang secara signifikan terlihat jelas pengaruh jumlah kecacingan terhadap bobot badan ikan dan banyaknya jumlah ikan yang menginfeksi. Perbedaan jumlah cacing parasitik yang menyerang ini bisa dimungkinkan oleh perbedaan kondisi sanitasi lingkungan dan kualitas air tambak. Bhagawati et al memaparkan bahwa keberadaan suatu parasit di dalam sebuah tambak karena terbawa air, tumbuhan, benda atau binatang yang masuk melalui kolam. Untuk menunjang kehidupannya parasit tersebut membutuhkan kondisi lingkungan yang mendukung pertumbuhan seperti banyaknya bahan organik dalam tambak, kualitas air yang buruk, kondisi air yang tergenang, fluktuasi suhu yang drastis, suhu yang rendah, serta padat penebaran

5 kolam yang tinggi. Perbedaan sistem imunitas antar spesies juga ikut berperan di dalam jumlah ikan yang terinfeksi. Tabel 5. Jumlah Cacing Pada Insang Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum) dari wilayah tambak Daerah Cibitung Tengah. Bobot Badan (gram) Jumlah Cacing Jumlah Ikan (ekor) Total Cacing Jumlah ikan yg terinfeksi Rataan cacing /ekor ikan yg terinfeksi Tabel 5 di atas menunjukkan tingkat kecacingan pada berbagai bobot badan ikan yang menjadi sampel. Jumlah cacing parasitik yang menginfeksi ikan bawal yang berasal dari tambak di daerah Cibitung Tengah yang paling banyak terdapat pada bobot badan tertinggi yaitu pada kisaran bobot badan antara gram dengan jumlah cacing 19 cacing dengan jumlah ikan yang terinfeksi sebanyak 2 ekor. Jumlah cacing terbanyak kedua terdapat pada kelompok ikan dengan bobot terbesar yaitu antara gram dengan jumlah cacing sebanyak 11 dengan jumlah ikan yang terinfeksi pada kisaran bobot tersebut sebanyak 2 ekor. Di lokasi tambak ini jenis cacing yang menyerang juga dari golongan cacing parasitik monogenea. Pada Tabel 5 di atas menggambarkan bahwa jumlah cacing yang menginfeksi tidak selalu berkorelasi positif dengan penurunan bobot badan pada ikan bawal. Hal ini sangat dimungkinkan karena perbedaan jenis cacing (intensitas cacing parasitik) yang menginfeksi serta tingkat patogenitas dari jenis cacing parasitik yang menginfeksi. Identifikasi Cacing Parasitik Pada Insang Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum) Cacing-cacing yang telah diwarnai dengan pewarnaan acetocarmine memberikan warna merah pada cacing. Identifikasi yang dilakukan mengacu

6 pada Yamaguti (1963), Grabda (1991), Woo (2006) dan Noble & Noble (1989). Identifikasi dilakukan dengan melakukan pengamatan di bawah mikroskop berdasarkan morfologi, ukuran tubuh dan kemiripin bentuk tubuh. Pengamatan ini hanya memungkinkan diferensiasi sampai famili dan genus. Karakteristik Cacing Parasitik yang Ditemukan pada Insang Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum) 2 spot mata anterior vitellaria 2 kait utama Gambar 9. Tetraonchus sp Cacing parasitik yang diidentifikasi dari insang ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) memiliki panjang tubuh 5,3 mm dengan lebar tubuh mm. Bagian anterior dari cacing ini dilengkapi dengan lekukan-lekukan dan 2 spot mata, serta di bagian posterior dilengkapi dengan 2 kait (marginal hooks) yang berfungsi sebagai alat pelekat kepada inangnya. Menurut Yamaguti (1958) cacing parasitik di atas (Gambar 9) diketahui sebagai Tetraonchus. Cacing parasitik ini mempunyai siklus hidup langsung. Siklus hidup langsung yaitu siklus hidup yang hanya memerlukan satu inang dalam siklus hidupnya. Cacing parasit ini mengeluarkan telur dan setelah menetas akan menjadi larva yang kemudian akan berenang bebas yang disebut dengan oncomirasidium yang bergerak diantara filamen insang serta dapat menginfeksi inang dalam beberapa jam. Setelah mencapai inang, cacing parasit ini bermigrasi ke target organ dan berkembang menjadi parasit dewasa. Larva Tetraonchus sp tumbuh dan berkembang dengan baik menjadi dewasa pada

7 insang dengan pengaruh temperatur di atas 10º C. Gejala yang ditunjukkan dari infeksi jenis cacing parasitik ini diantaranya hipersalivasi, hiperplasia epitel, hemoragi, penurunan nafsu makan, sampai kematian. Menurut Soulsby (1982) Tetraonchus sp termasuk ke dalam klasifikasi filum Platyhelminthes, kelas Trematoda, subkelas Monopisthocotylea, kelas Monogenea famili Tetraonchidae dan genus Tetraonchus. 4 spot mata 2 pasang kait (hook) Gambar 10. Diplectanum sp Cacing parasitik yang diidentifikasi dari insang ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) di atas memiliki panjang tubuh 6,21 mm dengan lebar tubuh 3,25 mm. Cacing parasit di atas (Gambar 10) termasuk Ordo Dactylogyridae, Famili Diplectanidae, karena sering ditemui menyerang insang parasit ini juga sering disebut sebagai cacing insang. Cacing jenis ini biasa menyerang di lamella insang ikan laut (ikan kerapu, kakap, napoleon dan bawal). Parasit Diplectanum mempunyai kekhasan yang membedakannya dari spesies lain dalam ordo Dactylogyridae yang mempunyai squamodisc (satu terletak di ventral dan satu di dorsal) dan sepasang jangkar yang terletak berjauhan (Zafran et al. 1997). Pada beberapa kasus serangan parasit insang ini bisa menyebabkan kematian pada ikan yang cukup banyak. Ikan yang terserang akan mengalami gangguan dalam proses pernafasan selain itu luka yang ditimbulkan bisa menyebabkan terjadinya infeksi sekunder oleh bakteri. Parasit yang termasuk ke dalam monogenea ini dapat berkembangbiak lebih cepat berkembang biak lebih cepat tanpa memerlukan inang perantara

8 sehingga dalam budidaya yang dicirikan oleh padat penebaran yang tinggi dan banyaknya stressor dapat memicu perkembangan parasit. Parasit ini melekat pada filamen insang dan dapat menyebabkan perubahan pada lamella insang ikan sebagai akibat respon kronis dari parasit tersebut. Parasit Diplectanum sp memiliki alat pengait (anchor) yang digunakan untuk melekatkan diri pada filamen insang yang dapat menyebabkan luka dan memproduksi lendir yang berlebihan (Reed et al. 2004). 4 spot mata anterior posterior 2 pasang haptor Gambar 11. Oncocleidus sp Cacing parasitik yang diidentifikasi dari insang ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) di atas memiliki panjang tubuh mm. dengan lebar tubuh mm. Cacing parasitik di atas (Gambar 11) termasuk ke dalam subkelas monogenea Famili Oncocleiduae. Cacing monogenea ini juga termasuk ke dalam golongan cacing ektoparasit. Parasit ini ditemukan pada permukaan ekternal dari inang mereka. Parasit ini juga ditemukan di dalam air dan tidak diingestikan oleh inang mereka tetapi melekat dan membentuk koloni pada insang untuk menyerap nutrien inang. Cacing parasit ini kemudian melakukan perkawinan dan melepaskan telur sehingga menghasilkan kolonisasi cacing baru yang lebih banyak lagi. Cacing ektoparasit ini umumnya dianggap bisa merusak populasi ikan tangkapan seperti di hatchery. (Schmidt et al. 2009)

9 posterior 2 pasang haptor 17 mm 4 spot mata anterior Gambar 12. Subkelas Monogenea Cacing parasitik yang diidentifikasi dari insang ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) di atas memiliki panjang tubuh 2,6 mm dengan lebar tubuh 0,531 mm. Cacing parasitik ini tergolong ke dalam subkelas monogenea Monopistocotylea Famili Dactylogyridae atau jenis cacing yang mempunyai satu bagian haptor dan termasuk pengait (alat untuk melekatkan dengan inang). Menurut Grabda (1991) monogenea termasuk ke dalam Kingdom Animalia dan Filum Platyhelmintes. Monogenea termasuk cacing berbentuk pipih dorsoventral, mempunyai haptor yang berfungsi untuk melekat pada inangnya. Haptor yang berada di ujung anterior dan posterior disebut opisthaptor dan haptor yang berada di ujung anterior disebut prohaptor. Haptor tersebut disertai dengan hook atau kait yang berfungsi untuk menempel pada organ. Monogenea tidak mempunyai sistem respirasi, sistem peredaran darah serta sistem rangka. Monogenea merupakan cacing hermafrodit, sistem reproduksi jantan terdiri dari testis dan vas deferens sedangkan sistem reproduksi betina terdari dari ovarium, uterus dan vitellaria. Monogenea merupakan cacing kecil dengan ukuran satu sampai beberapa milimeter. Monogenea kebanyakan merupakan cacing parasit pada ikan dengan habitat pada insang atau sisik ikan, terkadang ditemukan juga pada saluran pencernaan ikan.

10 Gambaran Mikroskopis Sel Darah Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum) Gambaran darah ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) dapat dilihat pada gambar 13 di bawah ini 13a Eritrosit(Er) Trombosit (Tr) 13b (Perbesaran 1000x) (Perbesaran 1000x) 13c Limfosit (L) 13d Heterofil (H) (Perbesaran 1000x) (Perbesaran 1000x) Eosinofil 13f 13e 13f Eosinofil (Eo) Monosit (M) (Perbesaran 1000x) (Perbesaran 1000x) Gambar 13. Gambaran mikroskopis sel darah ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) : 13a Eritrosit (Er), 13b. Trombosit (Tr), 13c. Limfosit (L), 13d. Heterofil (H), 13e. Monosit (M), 13f. Eosinofil (Eo) (Perbesaran 1000x)

11 Eritrosit Seperti pada reptil, amphibi dan unggas, salah satu ciri pembeda darah ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) adalah inti pada eritrosit yang matang. Ulasan darah dari ikan yang sehat menunjukkan jumlah eritrosit yang lebih besar dibandingkan sel-sel darah lainnya (Affandi dan Tang 2002). Ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) yang diamati juga memiliki eritrosit (Gambar 13a.) yang berinti sama seperti ikan dari spesies lain. Tepi ujung dari eritrosit membulat sehingga bentuk sel tampak ovoid (bulat oval) seperti telur, lebih bulat dari eritrosit unggas yang cenderung agak elips. Pewarnaan menggunakan Giemsa memperlihatkan sitoplasma yang terlihat berwarna asidofilik dengan inti yang berwarna keunguan. Inti dari eritrosit terletak di tengah dengan kromatin yang kompak ( Ranzani-Paiva et al. 2003). Limfosit Limfosit ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) (Gambar 13c.) memiliki ukuran diameter rata-rata 13 µm. Memiliki inti yang hampir menutupi sitoplasma. Sitoplasma sedikit, homogen dengan warna biru mengelilingi nukleus dengan warna ungu gelap. Menurut (Canfiled 2006) limfosit memiliki diameter berkisar antara 8-12 µm ( Ardelli dan Woo 2006). Sitoplasma berwarna biru pucat, inti berbentuk bulat sampai oval bertakuk. Sitoplasma berisi vakuola kecil dan granula azurofilik. Limfosit memiliki sitoplasma yang sangat basofilik, namun terkadang terlihat adanya granul merah pada sitoplasma limfosit. Limfosit sering kali dikelirukan dengan trombosit atau sebaliknya karena memiliki kemiripan morfologi. Perbedaan mendasar antara kedua sel ini yaitu sifat trombosit yang sering ditemukan bergerombol pada preparat ulas darah.

12 Heterofil Heterofil pada ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) yang diamati seperti pada gambar (13d.) memiliki diameter rata-rata 12,45 µm. Menurut (Ardelli dan Woo 2006) ukuran heterofil pada ikan bervariasi (berdiameter 8-15 µm) dengan sel yang berbentuk oval dan bentuk inti tidak tetap (mulai dari bulat hingga berlobus). Ukuran, bentuk, warna dan komposisi kimia pada granul heterofil bervariasi. Sitoplasma berwarna pucat dan berisi sejumlah granul merah muda halus atau pucat tergantung pada spesies ikan. Feldmen et al melaporkan bahwa ciri heterofil pada ikan yaitu mempunyai inti yang eksentrik dengan bentuk bulat sampai oval. Pada beberapa spesies inti ada juga yang mempunyai lobus. Pada umumnya sel heterofil memiliki inti berbentuk bulat sampai oval bertakuk (berlekuk). Inti berwarna ungu gelap dengan gumpalan kromatin yang kasar. Sitoplasma biasanya berwarna biru pucat dengan warna granul bervariasi mulai dari abu-abu, biru, serta merah. Monosit Bentuk monosit mempunyai kemiripan dengan limfosit, dimana monosit memiliki ukuran sel yang lebih besar dengan inti tidak berlobus dengan sejumlah besar sitoplasma yang tidak terlalu basofilik. Sitoplasma berisi vakuola dan granula azurofilik yang halus. Istilah azurofilik mengacu pada bentuk monosit yang berisi sejumlah granula sitoplasmik yang halus berwarna merah keunguan (Canfiled 2006). Ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) memiliki ukuran sel monosit (Gambar 13e.) yang besar dengan inti yang bertakuk (berlekuk) dan sejumlah besar sitoplasma tidak terlalu basofilik. Eosinofil Eosinofil pada ikan mempunyai diameter yang berkisar antara 9-15 µm dengan inti yang berbentuk bulat eksentrik tidak berlobus dan sitoplasma memiliki granula eosinofilik yang besar ( Ranzani-Paiva et al. 2003). Eosinofil pada ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) yang diamati seperti pada gambar (13f.) memiliki diameter rata-rata 14,6 µm dengan inti sitoplasma berwarna sedikit kemerahan dengan campuran warna biru muda.

13 Diferensial Leukosit Diferensiasi leukosit meliputi hitung jenis sel limfosit, monosit, heterofil, eosinofil dan basofil dalam 100 buah sel darah putih yang dilihat di bawah mikroskop dengan pembesaran 1000x (100x10). Diferensiasi leukosit pada ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5. Diferensiasi jenis sel leukosit ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) di tiga wilayah tambak. Parameter Pengamatan Limfosit (%) SituDaun (n=10) (lokasi 1) 5,02 (32,41-42,45) Monosit (%) 3,94 (11,93-19,81) Eosinofil (%) 4,32 (11,18-19,82) Ciampea (n=10) (lokasi 2) (26,43-44,91) 9,24 3,00 (11,50-17,50) 5,02 (9,38-19,42) CibitungTengah (n=10) (lokasi 3) 3,50 (33,92-40,92) (13,62-19,72) 2,70 (6,70-12,10) Leukosit Normal Salasia et al , ,75-29,20 2,40-8,00 2,50 7,43 4,67 3,25-8,40 Heterofil (%) (26,90-31,90) (25,32-40,18) (33,19-42,53) Basofil (%) Kondisi gambaran diferensial leukosit di daerah Situ Daun secara umum memperlihatkan jumlah eosinofil yang lebih besar dibandingkan dengan kedua lokasi tambak ikan air tawar (Colossoma macropomum) lainnya yaitu sebesar 4,32. Sedangkan pada tambak di Ciampea dan Situ Daun masing-masing sebesar 5,028 dan 2,70. Berdasarkan data prevalensi kecacingan yang terdapat di daerah tambak Situ Daun sebesar 100% yang artinya semua sampel ikan yang diperiksa terinfeksi cacing parasitik dengan jumlah cacing paling banyak total cacing yang didapat sebesar 302 cacing parasitik. Sedangkan jumlah total cacing yang menginfeksi pada wilayah tambak Ciampea dan Cibitung Tengah masing-masing sebanyak 127 dan 29 ekor cacing pada 10 sampel yang diperiksa. Tizard 1995 menyatakan bahwa eosinofil merupakan salah satu sel

14 pertahanan tubuh yang dominan di dalam darah dan akan meningkat tajam jumlahnya bila terjadi infeksi penyakit parasiter terutama terhadap infeksi parasit cacing. Lukistyowati et al. (2007) menjelaskan bahwa jumlah limfosit pada ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) berkisar antara %. Hasil pengamatan untuk limfosit secara umum tambak di daerah Situ Daun memperlihatkan jumlah limfosit yang paling banyak yaitu sebesar Angka ini masih dalam kisaran yang normal. Selain itu untuk parameter limfosit ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) di kedua tambak yang lain sebesar 9.24 untuk tambak wilayah Ciampea dan 3.50 untuk wilayah tambak Cibitung Tengah. Limfosit berfungsi sebagai penghasil antibodi untuk kekebalan tubuh dari gangguan penyakit (Bastiawan 2001). Adapun pengamatan di tiga lokasi menunjukkan jumlah monosit yang paling tinggi ditemukan pada wilayah tambak Cibitung Tengah sebesar. Hasil pengamatan ini sesuai dengan pendapat Klontz (1994) yang menjelaskan bahwa kisaran monosit berkisar 0,1-3 % akan tetapi dapat meningkat sekitar 38%. Selain itu melihat nilai hematologi monosit untuk seluruh lokasi penelitian lebih tinggi dari pernyataan para ahli ini merupakan gejala normal untuk ikan yang hidup di daerah bersuhu tropis, karena menurut Klontz (1994) bahwa nilai parameter hematologi dapat bervariasi, hal ini bisa disebabkan oleh jenis ikan, suhu, dan musim. Menurut Bastiawan et al. (2001) monosit berfungsi sebagai fagosit terhadap benda-benda asing yang berperan sebagai agen penyakit. Sedangkan parameter heterofil untuk semua lokasi tambak menunjukkan peningktan dari jumlah normal, hal ini dimungkinkan semua lokasi tambak telah terinfeksi cacing parasit yang bersifat akut. Parameter yang tidak ditemukan pada pengamatan pada ke tiga wilayah tambak yaitu basofil. Feldman et al menerangkan bahwa keberadaan basofil di dalam sirkulasi darah telah diamati hanya pada sejumlah kecil dari spesies ikan yang ada. Bahkan basofil lebih jarang ditemukan pada pemeriksaan darah dibandingkan dengan eosinofil. Affandi dan Tang (2002) menyatakan bahwa persentase basofil di dalam darah ikan berkisar antara % dan berukuran 8-12 µm.

15 Granula basofil bersifat basofilik. Granula berisi faktor kemotaksis eosinofil dan mediator hipersensitivitas tipe 1. Ketika ada rangsangan dari alergen yang menyebabkan terjadinya penempelan alergen pada basofil maka akan terjadi pelepasan isi kandungan basofil ( Ardelli dan Woo 2006).

Tabel 3 Tingkat prevalensi kecacingan pada ikan maskoki (Carassius auratus) di Bogor

Tabel 3 Tingkat prevalensi kecacingan pada ikan maskoki (Carassius auratus) di Bogor HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Pemeliharaan Ikan Maskoki (Carassius auratus) Pengambilan sampel ikan maskoki dilakukan di tiga tempat berbeda di daerah bogor, yaitu Pasar Anyar Bogor Tengah, Batu Tulis Bogor

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Morfologi ikan bawal air tawar (C. macropomum)

Gambar 2.1. Morfologi ikan bawal air tawar (C. macropomum) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Ikan Bawal Air Tawar (C.macropomum) Ikan bawal air tawar (C.macropomum) atau lebih dikenal dengan sebutan tambaqui adalah ikan introduksi yang berasal dari Amerika

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan mas menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan mas menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut: 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Mas (Cyprinus carpio) 2.1.1 Klasifikasi dan morfologi Klasifikasi ikan mas menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut: Spesies Kingdom : Animalia Filum : Chordata Class

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Identifikasi Parasit Jenis parasit yang ditemukan adalah Trichodina (Gambar 2), Chilodonella (Gambar 3), Dactylogyrus (Gambar 4), Gyrodactylus (Gambar 5), dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah LeukositTotal Leukosit merupakan unit darah yang aktif dari sistem pertahanan tubuh dalam menghadapi serangan agen-agen patogen, zat racun, dan menyingkirkan sel-sel rusak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi dan Persentase Parasit Darah Hasil pengamatan preparat ulas darah pada enam ekor kuda yang berada di Unit Rehabilitasi Reproduksi (URR FKH IPB) dapat dilihat sebagai berikut

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI CACING PARASITIK PADA INSANG DAN GAMBARAN LEUKOSIT IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum) DI KABUPATEN BOGOR DAVID KUSMAWAN

IDENTIFIKASI CACING PARASITIK PADA INSANG DAN GAMBARAN LEUKOSIT IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum) DI KABUPATEN BOGOR DAVID KUSMAWAN IDENTIFIKASI CACING PARASITIK PADA INSANG DAN GAMBARAN LEUKOSIT IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum) DI KABUPATEN BOGOR DAVID KUSMAWAN FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Kerapu Macan Epinephelus fuscoguttatus Ikan kerapu tergolong dalam famili Serrenidae, tubuhnya tertutup oleh sisik-sisik kecil. Kebanyakan hidup di perairan terumbu karang

Lebih terperinci

Tabel 1 Nilai (rataan ± SD) PBBH, FEC, dan gambaran darah domba selama masa infeksi Parameter Amatan Domba

Tabel 1 Nilai (rataan ± SD) PBBH, FEC, dan gambaran darah domba selama masa infeksi Parameter Amatan Domba 3 Diferensiasi SDP dilakukan berbasis preparat ulas darah total. Darah diulas di preparat kemudian difiksasi dengan metanol selama 2 menit. Preparat ulas darah diwarnai menggunakan pewarna giemsa selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya kesehatan transfusi darah adalah upaya kesehatan berupa penggunaan darah bagi keperluan pengobatan dan pemulihan kesehatan. Sebelum dilakukan transfusi darah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas Branchiopoda, Divisi Oligobranchiopoda, Ordo Cladocera, Famili Daphnidae,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Ikan Bawal (Colossoma macropomum) Klasifikasi dan tatanama ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut : Filum : Chordata

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1.Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo Taksonomi Dan Morfologi. Klasifikasi lele menurut Saanin (1984) adalah :

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1.Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo Taksonomi Dan Morfologi. Klasifikasi lele menurut Saanin (1984) adalah : II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo 2.1.1. Taksonomi Dan Morfologi Klasifikasi lele menurut Saanin (1984) adalah : Kingdom Phyllum Class Ordo Family Genus Spesies : Animalia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Parasitemia Hasil penelitian menunjukan bahwa semua rute inokulasi baik melalui membran korioalantois maupun kantung alantois dapat menginfeksi semua telur tertunas (TET). Namun terdapat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistematika dan Morfologi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Klasifikasi ikan lele dumbo menurut Saanin (1984) dalam Hadiroseyani et al. (2006) adalah sebagai berikut: Kingdom

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Kuda (Dokumentasi)

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Kuda (Dokumentasi) TINJAUAN PUSTAKA Kuda Gambar 1 Kuda (Dokumentasi) Kuda (Equus caballus) masih satu famili dengan keledai dan zebra, berjalan menggunakan kuku, memiliki sistem pencernaan monogastrik, dan memiliki sistem

Lebih terperinci

KESEHATAN IKAN. Achmad Noerkhaerin P. Jurusan Perikanan-Untirta

KESEHATAN IKAN. Achmad Noerkhaerin P. Jurusan Perikanan-Untirta KESEHATAN IKAN Achmad Noerkhaerin P. Jurusan Perikanan-Untirta Penyakit adalah Akumulasi dari fenomena-fenomena abnormalitas yang muncul pada organisme (bentuk tubuh, fungsi organ tubuh, produksi lendir,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Berdasarkan Morfologi

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Berdasarkan Morfologi 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Berdasarkan Morfologi Berdasarkan hasil identifikasi preparat ulas darah anjing ras Doberman dan Labrador Retriever yang berasal dari kepolisian Kelapa Dua Depok, ditemukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada kerbau lumpur betina, diperoleh jumlah rataan dan simpangan baku dari total leukosit, masing-masing jenis leukosit, serta rasio neutrofil/limfosit

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Cacing Parasitik pada Ikan Bunglon Batik Jepara Infestasi Cacing Parasitik pada Ukuran Ikan yang Berbeda Total jumlah sampel ikan yang diamati sebanyak 32 ekor. Untuk mengetahui

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Kondisi umum perairan lokasi penelitian Perairan pulau Semak Daun terletak di sebelah utara pulau Panggang dan Pulau Karya, dan di sebelah selatan pulau Karang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada saat diisolasi dari ikan, sel trophont menunjukan pergerakan yang aktif selama 4 jam pengamatan. Selanjutnya sel parasit pada suhu kontrol menempel pada dasar petri dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Leukosit Total

HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Leukosit Total HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Leukosit Total Leukosit merupakan unit yang aktif dari sistem pertahanan tubuh (Guyton 2008). Kondisi tubuh dan lingkungan yang berubah setiap saat akan mengakibatkan perubahan

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam adalah jenis ikan yang secara taksonomi termasuk spesies

I. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam adalah jenis ikan yang secara taksonomi termasuk spesies I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Patin Siam (Pangasius hypopthalmus) Ikan patin siam adalah jenis ikan yang secara taksonomi termasuk spesies Pangasius hypophthalmus yang hidup di perairan tropis Indo Pasifik.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Suzuki Metode Suzuki adalah suatu metode yang digunakan untuk pemeriksaan telur Soil Transmitted Helmints dalam tanah. Metode ini menggunakan Sulfas Magnesium yang didasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Lele Dumbo 2.1.1. Taksonomi Klasifikasi atau pengelompokkan ikan lele dumbo menurut Bachtiar (2007) adalah sebagai berikut : Filum Kelas Sub kelas Ordo Sub ordo Famili

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ternak Itik Itik ( Anas sp.) merupakan unggas air yang cukup dikenal masyarakat. Nenek moyangnya berasal dari Amerika Utara dan merupakan itik liar ( Anas moscha) atau Wild

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sel sel darah primitif dibentuk dalam saccus vitelinus. Sel sel darah disini masih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sel sel darah primitif dibentuk dalam saccus vitelinus. Sel sel darah disini masih BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembentukan Sel Darah (hemopoiesis) Terdiri dari 3 fase hemopoesis : 1. Fase mesoblastik Sel sel darah primitif dibentuk dalam saccus vitelinus. Sel sel darah disini masih serupa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistematika dan Morfologi Ikan Gurami Menurut Saanin (1984) ikan gurami dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Pisces Sub Kelas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biologi Ikan Bawal (Colossoma macropomum) Ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) merupakan spesies ikan yang potensial untuk dibudidayakan baik di kolam maupun di keramba.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Stasiun Karantina Ikan Kelas I Djalaluddin Gorontalo. Pemeriksaan parasit yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Stasiun Karantina Ikan Kelas I Djalaluddin Gorontalo. Pemeriksaan parasit yang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Jenis Parasit Yang Menginfeksi Ikan Nila Identifikasi ektoparasit pada ikan nila dilakukan di Laboratorium Parasit Stasiun Karantina Ikan Kelas I Djalaluddin Gorontalo.

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI EKTOPARASIT PADA IKAN KERAPU CANTANG

IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI EKTOPARASIT PADA IKAN KERAPU CANTANG IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI EKTOPARASIT PADA IKAN KERAPU CANTANG (Ephinephelus fuscoguttatus-lanceolatus) HASIL BUDIDAYA KERAMBA JARING APUNG (KJA) DI BPBAP SITUBONDO DAN GUNDIL SITUBONDO Karlina Nurhayati

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pencemaran Udara Pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau substrak fisik atau bahan kimia ke dalam lingkungan udara normal yang mencapai jumlah tertentu.( Fardiaz S, 1992

Lebih terperinci

EKOLOGI PARASIT MONOGENEA YANG MEMILIKI HOST SPECIFICITY PALING TINGGI. Gyrodactylids

EKOLOGI PARASIT MONOGENEA YANG MEMILIKI HOST SPECIFICITY PALING TINGGI. Gyrodactylids EKOLOGI PARASIT MONOGENEA YANG MEMILIKI HOST SPECIFICITY PALING TINGGI Gyrodactylids M. Rasyid Ridha (B252140101) Ridi Arif (B161130071) Noviriliensi Hartika (B252140031) Dosen Pengampu: Dr. Drh. Elok

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistematika dan Morfologi Ikan Patin Menurut Mahyuddin (2010), ikan patin dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Pisces Sub Kelas

Lebih terperinci

Induk ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok

Induk ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok Standar Nasional Indonesia SNI 6138:2009 Induk ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional SNI 6138:2009 Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Lele masamo Klasifikasi lele menurut Saanin, (1984) yaitu : Phylum: Subphylum: Class : Subclass: Ordo: Subordo: Family: Genus: Spesies: Chordata Vertebrata Pisces Telostei

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hematologi Hasil pemeriksaan hematologi disajikan dalam bentuk rataan±simpangan baku (Tabel 1). Hasil pemeriksaan hematologi individual (Tabel 5) dapat dilihat pada lampiran dan dibandingkan

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Jumlah Leukosit Data perhitungan terhadap jumlah leukosit pada tikus yang diberikan dari perlakuan dapat dilihat pada Lampiran 6. Rata-rata leukosit pada tikus dari perlakuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan Gejala Klinis Pengamatan gejala klinis pada benih ikan mas yang diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila meliputi kelainan fisik ikan, uji refleks, dan respon

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Intensitas Trichodina sp pada Ukuran Ikan Nila yang Berbeda

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Intensitas Trichodina sp pada Ukuran Ikan Nila yang Berbeda BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Intensitas Trichodina sp pada Ukuran Ikan Nila yang Berbeda Hasil pengamatan secara mikroskopis yang dilakukan terhadap 90 ekor sampel ikan nila (Oreochromis nilotica),

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock) SNI : 01-6138 - 1999 Standar Nasional Indonesia Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock) Daftar Isi Pendahuluan Halaman 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan... 1 3

Lebih terperinci

E. coli memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoit ditandai dengan ciri-ciri morfologi berikut: 1. bentuk ameboid, ukuran μm 2.

E. coli memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoit ditandai dengan ciri-ciri morfologi berikut: 1. bentuk ameboid, ukuran μm 2. PROTOZOA Entamoeba coli E. coli memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoit ditandai dengan ciri-ciri morfologi berikut: 1. bentuk ameboid, ukuran 15-50 μm 2. sitoplasma mengandung banyak vakuola yang

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock) SNI : 01-6484.1-2000 Standar Nasional Indonesia Induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock) Daftar Isi Halaman Prakata... 1 Pendahuluan... 1 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

Bila Darah Disentifus

Bila Darah Disentifus Judul Fungsi Darah Bila Darah Disentifus Terdiri dari 3 lapisan yaitu : Darah di sentrifuse q Lapis paling bawah (merah) 45% adalah Eritrosit atau hematokrit q Lapis tengah (abu-abu putih) 1 % adalah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam dunia internasional kerapu dikenal dengan nama grouper yang

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam dunia internasional kerapu dikenal dengan nama grouper yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ikan Kerapu Dalam dunia internasional kerapu dikenal dengan nama grouper yang mempunyai sekitar 46 spesies yang tersebar di berbagai jenis habitat. Semua spesies tersebut dapat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Leukosit Total Data hasil penghitungan jumlah leukosit total, diferensial leukosit, dan rasio neutrofil/limfosit (N/L) pada empat ekor kerbau lumpur betina yang dihitung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Clownfish Klasifikasi Clownfish menurut Burges (1990) adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Chordata : Perciformes

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sel darah putih ( lekosit ) rupanya bening dan tidak berwarna, bentuknya lebih besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sel darah putih ( lekosit ) rupanya bening dan tidak berwarna, bentuknya lebih besar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Lekosit Sel darah putih ( lekosit ) rupanya bening dan tidak berwarna, bentuknya lebih besar dari sel darah merah, tetapi jumlah sel darah putih lebih sedikit. Diameter

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan obat tradisional telah lama digunakan diseluruh dunia dan menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara maju dan 80% dari penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ikan bawal air tawar (Colossoma macopomum) merupakan ikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Ikan bawal air tawar (Colossoma macopomum) merupakan ikan yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sudah dikenal memiliki kekayaan sumberdaya perikanan yang cukup besar. Ada beragam jenis ikan yang hidup di air tawar maupun air laut. Menurut Khairuman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Blastocystis hominis 2.1.1 Epidemiologi Blastocystis hominis merupakan protozoa yang sering ditemukan di sampel feses manusia, baik pada pasien yang simtomatik maupun pasien

Lebih terperinci

JARINGAN PADA HEWAN & MANUSIA

JARINGAN PADA HEWAN & MANUSIA JARINGAN PADA HEWAN & MANUSIA TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menjelaskan pengertian dan fungsi jaringan embrional 2. Menjelaskan ciri dan fungsi jaringan epitelium 3. Menjelaskan ciri dan fungsi jaringanjaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hormon insulin baik secara relatif maupun secara absolut. Jika hal ini dibiarkan

BAB I PENDAHULUAN. hormon insulin baik secara relatif maupun secara absolut. Jika hal ini dibiarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan adanya kadar glukosa darah yang melebihi nilai normal dan gangguan metabolisme karbohidrat,

Lebih terperinci

TOKSISITAS MERKURI (Hg) TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP, PERTUMBUHAN, GAMBARAN DARAH DAN KERUSAKAN PADA IKAN NILA Oreochromis niloticus

TOKSISITAS MERKURI (Hg) TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP, PERTUMBUHAN, GAMBARAN DARAH DAN KERUSAKAN PADA IKAN NILA Oreochromis niloticus TOKSISITAS MERKURI (Hg) TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP, PERTUMBUHAN, GAMBARAN DARAH DAN KERUSAKAN ORGAN PADA IKAN NILA Oreochromis niloticus VIKA YUNIAR DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) 2.1.1. Klasifikasi Secara biologis ikan lele dumbo mempunyai kelebihan dibandingkan dengan jenis lele lainnya, yaitu lebih mudah dibudidayakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu dan Kelembaban Ruangan Rata-rata suhu dan kelembaban ruangan selama penelitian pada pagi hari 22,4 0 C dan 78,6%, siang hari 27,4 0 C dan 55%, sore hari 25 0 C dan 75%. Hasil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Darah 2.1.1 Definisi Darah Darah merupakan jaringan cair yang terdiri dari dua bagian yaitu plasma darah dan sel darah. Plasma darah adalah bagian cair yang terdiri dari air,

Lebih terperinci

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) FUNGSI SISTEM IMUN: Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan

Lebih terperinci

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS KD 3.8. Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 10 kemudian dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan sisa zat warna lalu dikeringkan. Selanjutnya, DPX mountant diteteskan pada preparat ulas darah tersebut, ditutup dengan cover glass dan didiamkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Lele Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Filum: Chordata Kelas : Pisces Ordo : Ostariophysi Famili : Clariidae Genus : Clarias Spesies :

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM PARASITOLOGI PARASIT DARAH DAN JARINGAN BLOK 14 (AGROMEDIS DAN PENYAKIT TROPIS)

MODUL PRAKTIKUM PARASITOLOGI PARASIT DARAH DAN JARINGAN BLOK 14 (AGROMEDIS DAN PENYAKIT TROPIS) MODUL PRAKTIKUM PARASITOLOGI PARASIT DARAH DAN JARINGAN BLOK 14 (AGROMEDIS DAN PENYAKIT TROPIS) Oleh: Dr.rer.biol.hum. dr. Erma Sulistyaningsih, M.Si NAMA :... NIM :... FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tingkat konsumsi ayam dan telur penduduk Indonesia tinggi. Menurut Badan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tingkat konsumsi ayam dan telur penduduk Indonesia tinggi. Menurut Badan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ayam dan telur bukanlah jenis makanan yang asing bagi penduduk indonesia. Kedua jenis makanan tersebut sangat mudah dijumpai dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Bahkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda Entomopatogen

TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda Entomopatogen 3 TINJAUAN PUSTAKA Nematoda Entomopatogen 1. Taksonomi dan Karakter Morfologi Nematoda entomopatogen tergolong dalam famili Steinernematidae dan Heterorhabditidae termasuk dalam kelas Secernenta, super

Lebih terperinci

HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS. Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung

HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS. Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung 16 HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung memiliki kelainan hematologi pada tingkat ringan berupa anemia, neutrofilia, eosinofilia,

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Klasifikasi lele masamo SNI (2000), adalah : Kingdom : Animalia Phylum: Chordata Subphylum: Vertebrata Class : Pisces

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Lele dumbo merupakan ikan hasil perkawinan silang antara induk betina lele Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan mas adalah sebagai berikut (Saanin, 1984 dalam Mones, 2008):

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan mas adalah sebagai berikut (Saanin, 1984 dalam Mones, 2008): II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) Klasifikasi ikan mas adalah sebagai berikut (Saanin, 1984 dalam Mones, 2008): Kingdom Filum Sub-filum Kelas Ordo Sub-ordo Famili Sub-famili Genus Spesies

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Mas 2.1.1 Klasifikasi Ikan Mas (Cyprinus carpio) Menurut Saanin (1984), klasifikasi ikan mas adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia :

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 11 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 41 Hasil Identifikasi Berdasarkan hasil wawancara terhadap peternak yang memiliki sapi terinfestasi lalat Hippobosca sp menyatakan bahwa sapi tersebut berasal dari Kabupaten

Lebih terperinci

CONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER

CONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER PENGAMATAN EPIDEMIOLOGI HASIL PEMERIKSAAN KECACINGAN di SD MUH. KEDUNGGONG, SD DUKUH NGESTIHARJO,SDN I BENDUNGAN dan SD CONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerapu Macan Perairan Indonesia terletak di antara dua Samudera, Samudera Indonesia dan Samudera Pasifik dengan panjang garis pantai lebih dari 80.000 km yang banyak terdiri

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI EKTOPARASIT DAN ENDOPARASIT PADA IKAN NILA (Oreochromis niloticus Linn) Di KOLAM BUDIDAYA PALEMBANG,SUMATERA SELATAN

IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI EKTOPARASIT DAN ENDOPARASIT PADA IKAN NILA (Oreochromis niloticus Linn) Di KOLAM BUDIDAYA PALEMBANG,SUMATERA SELATAN IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI EKTOPARASIT DAN ENDOPARASIT PADA IKAN NILA (Oreochromis niloticus Linn) Di KOLAM BUDIDAYA PALEMBANG,SUMATERA SELATAN Erwin Nofyan 1, Moch Rasyid Ridho 1, Riska Fitri 1 Jurusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur 5-6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Noctuidae :

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Leucocytozoon caulleryi Morfologi

TINJAUAN PUSTAKA Leucocytozoon caulleryi Morfologi TINJAUAN PUSTAKA Leucocytozoon caulleryi Leucocytozoon merupakan parasit darah dan jaringan yang telah ditemukan pada unggas sejak 200 tahun yang lalu oleh Danilewsky pada tahun 1884. Pertama kalinya,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penyakit yang sering terjadi pada peternakan ayam petelur akibat sistem

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penyakit yang sering terjadi pada peternakan ayam petelur akibat sistem PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit yang sering terjadi pada peternakan ayam petelur akibat sistem pemeliharaan yang kurang baik salah satunya disebabkan oleh parasit (Murtidjo, 1992). Menurut Satrija

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Transmitted Helminths 1. Pengertian Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan penularannya melalui tanah. Di Indonesia terdapat lima species cacing

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. motil, tidak membentuk spora, tidak membentuk kapsul, aerob, katalase positif,

II. TINJAUAN PUSTAKA. motil, tidak membentuk spora, tidak membentuk kapsul, aerob, katalase positif, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aeromonas salmonicida 2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi A. salmonicida A. salmonicida merupakan bakteri Gram negatif, berbentuk batang pendek, tidak motil, tidak membentuk spora,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Prevalensi Clinostomum complanatum pada ikan Betok (Anabas testudineus) di Yogyakarta

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Prevalensi Clinostomum complanatum pada ikan Betok (Anabas testudineus) di Yogyakarta IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Prevalensi Clinostomum complanatum pada ikan Betok (Anabas testudineus) di Yogyakarta Hasil penangkapan ikan air tawar dari Kali progo, Yogyakarta diketahui terdapat 7 jenis

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Total Leukosit Pada Tikus Putih Leukosit atau disebut dengan sel darah putih merupakan sel darah yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh dan merespon kekebalan tubuh

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer Bloch) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer Bloch) kelas benih sebar SNI : 01-6146 - 1999 Standar Nasional Indonesia Benih Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer Bloch) kelas benih sebar Daftar Isi Halaman Pendahuluan...ii 1 Ruang Lingkup... 1 2 Acuan... 1 3 Definisi... 1 4

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor

TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor 01 6485.1 2000 yang dikeluarkan oleh Badan Standarisasi Nasional (2000), ikan

Lebih terperinci

IMUNITAS NON-SPESIFIK DAN SINTASAN LELE MASAMO (Clarias sp.) DENGAN APLIKASI PROBIOTIK, VITAMIN C DAN DASAR KOLAM BUATAN ABSTRAK

IMUNITAS NON-SPESIFIK DAN SINTASAN LELE MASAMO (Clarias sp.) DENGAN APLIKASI PROBIOTIK, VITAMIN C DAN DASAR KOLAM BUATAN ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume IV No 2 Februari 2016 ISSN: 2302-3600 IMUNITAS NON-SPESIFIK DAN SINTASAN LELE MASAMO (Clarias sp.) DENGAN APLIKASI PROBIOTIK, VITAMIN C DAN DASAR

Lebih terperinci

Ikan kakap putih (Lates calcarifer, Bloch 1790) Bagian 1: Induk

Ikan kakap putih (Lates calcarifer, Bloch 1790) Bagian 1: Induk Standar Nasional Indonesia ICS 65.150 Ikan kakap putih (Lates calcarifer, Bloch 1790) Bagian 1: Induk Badan Standardisasi Nasional BSN 2014 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock) SNI : 01-6485.1-2000 Standar Nasional Indonesia Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock) Prakata Standar induk ikan gurami kelas induk pokok diterbitkan oleh Badan Standardisasi

Lebih terperinci

MK Teknologi Pengendalian Dan Penanggulangan Penyakit Dalam Akuakultur

MK Teknologi Pengendalian Dan Penanggulangan Penyakit Dalam Akuakultur MK Teknologi Pengendalian Dan Penanggulangan Penyakit Dalam Akuakultur Jenis-jenis penyakit akibat mikroba: PROTOZOAN Program Alih Jenjang D4 Bidang Konsentrasi Akuakultur Penyakit Budidaya Perikanan akibat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kedu merupakan jenis ayam kampung yang banyak dikembangkan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kedu merupakan jenis ayam kampung yang banyak dikembangkan di 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Profil Ayam Kedu dan Status Nutrisi Ayam Kedu merupakan jenis ayam kampung yang banyak dikembangkan di Kabupaten Temanggung. Ayam Kedu merupakan ayam lokal Indonesia yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang 70% alamnya merupakan perairan

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang 70% alamnya merupakan perairan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang 70% alamnya merupakan perairan yang terdiri dari rawa, sungai, danau, telaga, sawah, tambak, dan laut. Kekayaan alam ini sangat potensial

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan lele dumbo (Clarias sp.) merupakan ikan air tawar yang banyak dibudidaya secara intensif hampir di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini disebabkan ikan lele dumbo

Lebih terperinci

(Infestation of Parasitic Worm at Mujair s Gills (Oreochromis mossambicus)) ABSTRAK

(Infestation of Parasitic Worm at Mujair s Gills (Oreochromis mossambicus)) ABSTRAK ACTA VETERINARIA INDONESIANA ISSN 2337-3202, E-ISSN 2337-4373 Vol. 1, No. 1: 8-14, Januari 2013 Penelitian Infestasi Cacing Parasitik pada Insang Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) (Infestation of Parasitic

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji LD-50 merupakan uji patogenitas yang dilakukan untuk mengetahui

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji LD-50 merupakan uji patogenitas yang dilakukan untuk mengetahui 41 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Uji LD-50 Uji LD-50 merupakan uji patogenitas yang dilakukan untuk mengetahui kepadatan bakteri yang akan digunakan pada tahap uji in vitro dan uji in vivo. Hasil

Lebih terperinci

Induk udang rostris (Litopenaeus stylirostris) kelas induk pokok

Induk udang rostris (Litopenaeus stylirostris) kelas induk pokok Standar Nasional Indonesia Induk udang rostris (Litopenaeus stylirostris) kelas induk pokok ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Klasifikasi ilmiah dari Katak Pohon Bergaris (P. Leucomystax Gravenhorst 1829 ) menurut Irawan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia, Phyllum: Chordata,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tikus Putih Tikus putih termasuk dalam kingdom Animalia, Filum Chordata, Klas Mamalia, Ordo Rodentina, Famili Muridae, Subfamily Muroidae, Genus Rattus, Species Rattus

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Protozoa Bersilia, Ichtyophthirius multifiliis Forquet Epidemiologi I. multifiliis Siklus Hidup Parasit

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Protozoa Bersilia, Ichtyophthirius multifiliis Forquet Epidemiologi I. multifiliis Siklus Hidup Parasit 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Protozoa Bersilia, Ichtyophthirius multifiliis Forquet Ichtyophthirius multifiliis adalah satu-satunya spesies parasit di dalam genusnya (Lee et al. 1985 dalam Dickerson 2006).

Lebih terperinci

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI 1 BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI TUGAS I Disusun untuk memenuhi tugas praktikum brosing artikel dari internet HaloSehat.com Editor SHOBIBA TURROHMAH NIM: G0C015075 PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolitis Ulserativa (ulcerative colitis / KU) merupakan suatu penyakit menahun, dimana kolon mengalami peradangan dan luka, yang menyebabkan diare berdarah, kram perut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Ikan nila merah Oreochromis sp.

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Ikan nila merah Oreochromis sp. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik ikan nila merah Oreochromis sp. Ikan nila merupakan ikan yang berasal dari Sungai Nil (Mesir) dan danaudanau yang berhubungan dengan aliran sungai itu. Ikan nila

Lebih terperinci