BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
|
|
- Susanto Santoso
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk menyediakan solusi terhadap masalah rantai pasok yang dihadapi oleh Perusahaan, maka diagram kerja terstruktur dari McKinsey digunakan untuk menghasilkan hipotesis berdasarkan data-data yang dikumpulkan dan untuk selanjutnya dianalisis untuk membuktikan hipotesis tersebut benar atau salah. 4.1 Penyusunan Masalah Penyusunan dari masalah yang ada adalah langkah pertama untuk mendapatkan solusi yang optimum, seperti yang tergambar dibawah ini: Gambar 4.1 Penyusunan Masalah 45
2 Pohon Logika Untuk mengidentifikasi masalah dan menyusun hipotesis awal, digunakanlah diagram kerja pohon logika sebagai alat bantunya seperti pada Gambar 4.2 di bawah ini. Gambar 4.2 Pohon Logika (1) Diduga bahwa kerugian pada tahun 2007 disebabkan oleh tiga hal, yaitu ketidaksesuain suplai dan permintaan, strategi harga yang salah, dan biaya demurrage yang meningkat secara signifikan. Pengumpulan data terus dilakukan untuk menentukan dengan lebih spesifik apa yang menjadi penyebab kerugian Perusahaan di tahun 2007.
3 Analisis Data Alur Pengapalan Perusahaan adalah seperti pada Gambar 4.3 di bawah ini. Gambar 4.3 Alur Pengapalan Perusahaan Dari lokasi tambang atau pit, batubara bongkahan dibawa ke stockpile batubara bongkahan dengan menggunakan dump truck, lalu batubara tersebut dihancurkan dengan menggunakan crusher, agar ukurannya menjadi lebih kecil dan lebih mudah untuk diangkut. Setelah batubara dihancurkan menjadi ukuran yang lebih kecil, dump truck kembali digunakan untuk membawa batubara ke tongkang di pelabuhan. Dari data-data yang berhasil dikumpulkan, salah satunya yaitu data keuangan mengenai kerugian yang diderita Perusahaan, digambarkan sebagai berikut:
4 48 Gambar 4.4 Kerugian yang diderita Perusahaan Dari Gambar 4.4 di atas, dapat dilihat bahwa pada tahun 2006, Perusahaan mendapat keuntungan sebesar Rp ,- sedangkan pada tahun 2007, Perusahaan menderita kerugian sebesar Rp ,-. berikut: Sedangkan biaya demurrage yang diderita Perusahaan, digambarkan sebagai Gambar 4.5 Biaya Demurrage
5 49 Terlihat pada Gambar 4.5 di atas bahwa peningkatan biaya demurrage dari tahun 2006 ke tahun 2007 adalah sebesar Rp ,- atau lebih dari 400%. Biaya demurrage terbagi atas dua komponen, yaitu laytime loading dan biaya dead freight. Laytime loading adalah denda yang dikenakan apabila waktu pengisian tongkang melebihi batas waktu yang sudah ditentukan sebelumnya, sedangkan biaya dead freight adalah denda yang dikenakan apabila jumlah tonase pengisian tongkang di bawah batas yang telah ditentukan sebelumnya. Dari data yang telah dianalisis, apabila di rata-rata, maka untuk setiap metrik ton batubara yang diproduksi, biaya demurrage yang diderita sebesar Rp ,53 per metrik ton dan sebagian besar disebabkan karena biaya dead freight, atau tidak terpenuhinya jumlah tonase minimal. 4.4 Hipotesis Hipotesis yang berhasil disusun adalah sebagai berikut: 1. Penyebab kerugian pada tahun 2007 disebabkan karena tingginya biaya operasional. 2. Biaya demurrage yang melonjak tinggi. 3. Harga jual batubara di bawah harga pasar.
6 Solusi Dari data-data yang telah dikumpulkan dan dianalisis, maka disusunlah pohon logika kedua untuk menyelesaikan masalah yang ditemukan sebagai berikut: Gambar 4.6 Pohon Logika (2) Dari Gambar 4.6 di atas, dapat dilihat bahwa tujuan dari tesis ini adalah untuk memberikan masukan dalam upaya mengurangi besarnya biaya yang dikeluarkan Perusahaan. Biaya dapat dibagi menjadi dua, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya demurrage yang meningkat secara signifikan di tahun 2007 seperti yang terlihat di Gambar 4.4 merupakan bagian dari biaya variabel.
7 51 Untuk mengurangi besarnya salah satu dari biaya variabel tersebut, maka diusulkan tiga hal, yaitu: 1. Membangun sebuah sistem conveyor dari pit sampai dengan jetty untuk mencocokkan permintaan dan suplai. Gambar 4.7 Sistem Conveyor Menyeluruh 2. Memindahkan stockpile ke dekat lokasi jetty dan menggunakan dump truck sebagai sarana transportasinya untuk mencocokkan permintaan dan suplai.
8 52 Gambar 4.8 Sistem Manual Menyeluruh 3. Mencocokkan permintaan dan persediaan dengan menggunakan dump truck dari pit sampai dengan stockpile, lalu menggunakan sistem conveyor dari stockpile ke jetty. Gambar 4.9 Sistem Campuran
9 53 Analisis dilakukan dengan menghitung total investasi awal ditambah dengan biaya operasional antara tiga pilihan di atas. Hasil dari analisis tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah ini. Tabel 4.1 Total Investasi Awal dan Biaya Operasional Total Investasi Awal dan Biaya Operasional dalamus dollar Bulan Produksi (dlm Tingkat SistemConveyor ribuan MT) Inflasi Menyeluruh SistemManual SistemCampuran 1 Investasi awal $ (6,427,930.20) $ (99,300.00) $ (323,125.00) 9 Biaya Operasional $ (19,555.57) $ (41,285.73) $ (40,751.86) $ (29,260.21) $ (61,774.16) $ (60,975.35) $ (29,187.24) $ (61,620.11) $ (60,823.29) $ (29,114.46) $ (61,466.44) $ (60,671.61) $ (38,722.47) $ (81,750.88) $ (80,693.75) $ (38,625.90) $ (81,547.01) $ (80,492.52) $ (48,161.97) $ (101,679.56) $ (100,364.74) $ (57,650.24) $ (121,711.20) $ (120,137.34) $ (57,506.48) $ (121,407.68) $ (119,837.75) $ (57,363.07) $ (121,104.91) $ (119,538.90) $ (57,220.02) $ (120,802.91) $ (119,240.80) $ (57,077.33) $ (120,501.65) $ (118,943.44) $ (56,934.99) $ (120,201.15) $ (118,646.82) $ (79,510.21) $ (239,802.79) $ (236,701.89) $ (79,311.93) $ (239,204.78) $ (236,111.61) $ (79,114.14) $ (238,608.26) $ (235,522.81) $ (78,916.85) $ (238,013.23) $ (234,935.47) $ (78,720.05) $ (237,419.68) $ (234,349.59) $ (78,523.74) $ (236,827.61) $ (233,765.18) $ (78,327.92) $ (236,237.02) $ (233,182.23) $ (78,132.59) $ (235,647.90) $ (232,600.72) $ (77,937.75) $ (235,060.25) $ (232,020.67) $ (77,743.39) $ (234,474.06) $ (231,442.07) $ (77,549.51) $ (233,889.34) $ (230,864.91) $ (77,356.12) $ (233,306.07) $ (230,289.18) $ (77,163.22) $ (232,724.26) $ (229,714.90) $ (76,970.79) $ (232,143.90) $ (229,142.04) $ (76,778.84) $ (231,564.99) $ (228,570.61) $ (76,587.37) $ (230,987.52) $ (228,000.61) $ (76,396.38) $ (230,411.49) $ (227,432.03)
10 54 Tabel 4.1 (lanjutan) Total Investasi Awal dan Biaya Operasional $ (76,205.87) $ (229,836.90) $ (226,864.87) $ (76,015.83) $ (229,263.74) $ (226,299.12) $ (75,826.26) $ (228,692.01) $ (225,734.79) $ (75,637.17) $ (228,121.71) $ (225,171.86) $ (75,448.55) $ (227,552.82) $ (224,610.33) $ (75,260.40) $ (226,985.36) $ (224,050.20) $ (75,072.72) $ (226,419.31) $ (223,491.48) $ (74,885.50) $ (225,854.67) $ (222,934.14) $ (74,698.76) $ (225,291.45) $ (222,378.19) $ (74,512.47) $ (224,729.62) $ (221,823.64) $ (74,326.66) $ (224,169.20) $ (221,270.46) $ (74,141.30) $ (223,610.17) $ (220,718.66) $ (73,956.41) $ (223,052.54) $ (220,168.24) $ (73,771.98) $ (222,496.30) $ (219,619.19) $ (73,588.01) $ (221,941.45) $ (219,071.52) $ (73,404.50) $ (221,387.98) $ (218,525.20) $ (73,221.45) $ (220,835.89) $ (217,980.25) $ (73,038.85) $ (220,285.18) $ (217,436.66) $ (72,856.71) $ (219,735.84) $ (216,894.42) $ (72,675.02) $ (219,187.87) $ (216,353.54) Total Investasi Awal dan Biaya Operasional $ (9,817,895.41) $ (9,801,926.49) $ (9,900,286.49) Dari hasil analisis data pada Tabel 4.1 di atas, dapat dilihat bahwa untuk biaya keseluruhan, dengan menggunakan sistem manual menyeluruh adalah pilihan yang paling ekonomis.
11 55 Untuk sistem manual disusunlah sebuah simulasi dari contoh kasus yang berlokasi di blok M. Berikut ini akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai jarak, waktu dan kapasitas alat yang digunakan untuk proses logistic seperti digambarkan pada Gambar 4.10 di bawah ini. Gambar 4.10 Alur Pengapalan di Blok M Hauling dari Lokasi Tambang Blok M sampai ke Stockpile Batubara Bongkahan Jarak dari lokasi tambang blok M ke Stockpile batubara bongkahan adalah 9 kilo meter. Untuk menempuh jarak tersebut dengan menggunakan DT maka diperlukan maksimum waktu sebagai berikut: - Jika kondisi kering memakan waktu 25 menit. - Jika kondisi hujan memakan waktu 50 menit.
12 56 Waktu yang diperlukan untuk memuat batubara ke DT adalah lima menit, sedangkan waktu yang diperlukan untuk bongkar batubara ke Stockpile batubara bongkahan adalah dua menit. Dengan asumsi minimal jumlah jam kerja per hari adalah 16 jam (960 menit) dan memakai asumsi-asumsi tersebut di atas jadi dapat diasumsikan maksimum total waktu yang diperlukan untuk satu rit perjalanan dari lokasi tambang blok M ke Stockpile batubara bongkahan dan balik lagi menuju lokasi tambang blok M adalah sebagai berikut: Total waktu/rit = waktu muat + waktu bongkar + (waktu tempuh X 2) - Total waktu (kondisi kering) = 5 menit + 2 menit + (25 X 2) = 57 menit/rit - Total waktu (kondisi hujan) = 5 menit + 2 menit + (50 X 2) = 107 menit/rit Dari keterangan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Dalam satu hari, sebuah DT dari lokasi tambang blok M ke Stockpile batubara bongkahan dan balik lagi menuju lokasi tambang blok M dapat berjalan sebanyak: Total rit/hari = Jumlah optimum jam kerja / total waktu per rit - Total rit/hari (kondisi kering) = 960 menit / 57 menit = 17 rit - Total rit/hari (kondisi kering) = 960 menit / 107 menit = 9 rit
13 57 2. Dalam satu hari, sebuah DT berkapasitas 18 MT/rit, dari lokasi tambang blok M ke Stockpile batubara bongkahan dan balik lagi menuju lokasi tambang blok M dapat mengangkut bongkahan batubara sebanyak: Total batubara bongkahan di stockpile = total rit per hari X kapasitas DT - Total batubara bongkahan di stockpile (jika kondisi kering) = 17rit X 18MT = 306 MT/hari/DT - Total batubara bongkahan di stockpile (jika kondisi kering) = 9 rit X 18 MT = 162 MT/hari/DT 3. Dengan asumsi penggunaan enam unit DT, maka dalam satu hari jumlah batubara bongkahan yang tersimpan di stockpile adalah sebagai berikut: Total batubara per hari = Total batubara bongkahan di stockpile X unit DT - Total batubara bongkahan per hari di stockpile (jika kondisi kering) = 306 MT X 6 DT = MT/hari - Total batubara bongkahan per hari di stockpile (jika kondisi hujan) = 162 MT X 6 DT = 972 MT Proses Penghancuran Batubara Bongkahan Kapasitas optimum mesin penghancur batubara ( crusher ) mencapai 400 metrik ton per jam kerja. Dengan total jam kerja 16 jam per hari, maka produksi batubara mencapai metrik ton per hari, yang didapat dari: Kapasitas crusher per hari = kapasitas optimum crusher per jam X jam kerja = 400 MT X 16 jam = MT/hari
14 58 Proses penghancuran batubara dilakukan pada saat batubara bongkahan yang disimpan dalam Stockpile telah mencapai: Jumlah optimum batubara sebelum proses penghancuran = kapasitas crusher per hari total batubara bongkahan per hari di stockpile - Jumlah optimum batubara sebelum proses penghancuran (jika kondisi kering) = MT MT = MT - Jumlah optimum batubara sebelum proses penghancuran (jika kondisi hujan) = MT 972 MT = MT Hal ini dipertimbangkan untuk mencapai tingkat efisiensi optimum dalam penggunaan crusher. Dapat dilihat bahwa dengan jumlah jam keja crusher sebanyak 16 jam dalam satu hari, maka dapat dihasilkan 6.400MT batubara, sehingga jumlah tersebut dapat terpenuhi dalam waktu 1 hari kerja (16 jam aktif) Hauling dari Lokasi Stockpile Batubara sampai Muat ke Tongkang Jarak dari lokasi tambang blok M ke Stockpile batubara bongkahan adalah 100 meter. Untuk menempuh jarak tersebut dengan menggunakan DT maka diperlukan maksimum waktu sebagai berikut: - Jika kondisi kering memakan waktu 5 menit. - Jika kondisi hujan memakan waktu 10 menit. Waktu yang diperlukan untuk memuat batubara ke DT adalah 5 menit, sedangkan waktu yang diperlukan untuk bongkar batubara ke tongkang adalah 2 menit.
15 59 Dengan asumsi minimal jumlah jam kerja per hari adalah 16 jam (960 menit) dan memakai asumsi-asumsi tersebut di atas jadi dapat diasumsikan maksimum total waktu yang diperlukan untuk satu rit perjalanan dari stockpile batubara ke tongkang dan balik lagi menuju lokasi stockpile batubara adalah sebagai berikut: Total waktu/rit = waktu muat + waktu bongkar + (waktu tempuh X 2) - Total waktu (kondisi kering) = 5 menit + 2 menit + (5 X 2) = 17 menit/rit - Total waktu (kondisi hujan) = 5 menit + 2 menit + (10 X 2) = 27 menit/rit Dari keterangan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Dalam satu hari, sebuah DT stockpile batubara ke tongkang dan balik lagi menuju lokasi stockpile batubara dapat berjalan sebanyak: Total rit/hari = Jumlah optimum jam kerja / total waktu per rit - Total rit/hari (kondisi kering) = 960 menit / 17 menit = 56 rit - Total rit/hari (kondisi kering) = 960 menit / 27 menit = 36 rit 2. Dalam satu hari, sebuah DT berkapasitas 18 MT/rit, dari stockpile batubara ke tongkang dan balik lagi menuju lokasi stockpile batubara sebanyak: Total batubara dimuat ke tongkang per DT = total rit per hari X kapasitas DT - Total batubara dimuat ke tongkang per DT (jika kondisi kering) = 56 rit X 18MT = MT/hari/DT
16 60 - Total batubara dimuat ke tongkang per DT (jika kondisi kering) = 36 rit X 18 MT = 640 MT/hari/DT 3. Dengan asumsi penggunaan 3 unit DT, maka dalam satu hari jumlah batubara yang dimuat ke tongkang adalah sebagai berikut: Total batubara per hari = Total batubara dimuat ke tongkang X unit DT - Total batubara dimuat ke tongkang per hari (jika kondisi kering) = MT X 3 DT = MT/hari - Total batubara dimuat ke tongkang per hari (jika kondisi hujan) = 640 MT X 3 DT = MT Batas aman persediaan perlu untuk diperhitungkan, agar Perusahaan dapat menentukan kapan saat yang tepat untuk menghubungi klien dan tongkang dapat berlabuh di jetty. Perhitungan tersebut adalah sebagai berikut: Jumlah optimum batubara sebelum tongkang datang = kapasitas tongkang - Total batubara dimuat ke tongkang per hari - Jumlah optimum batubara sebelum tongkang datang (jika kondisi kering): = = MT - Jumlah optimum batubara sebelum tongkang datang (jika kondisi hujan): = = MT
17 61 CONTOH KASUS a. Kasus Kondisi Optimum (kondisi kering) Mulai produksi = 20 November 2008 Untuk mencapai batas aman persediaan sebesar MT, maka dengan kapasitas produksi sebesar MT perhari, dibutuhkan hari kerja sebanyak = / = 3 hari kerja maka pada tanggal 22 November 2008 malam setelah jam kerja berakhir, sudah dihasilkan batubara sebanyak MT Sehingga perusahaan sudah dapat memberitahukan kepada klien untuk melabuhkan bargenya pada tanggal 23 November Dari waktu penginformasian sampai dengan barge datang membutuhkan waktu minimal 1 hari kerja. Gambar 4.11 Simulasi Kasus Kondisi Optimum
18 62 b. Kasus Kondisi Terburuk (kondisi hujan) Mulai produksi = 20 November 2008 Untuk mencapai batas aman persediaan sebesar 5.428MT, maka dengan kapasitas produksi sebesar 972 MT perhari, dibutuhkan hari kerja sebanyak = / 972 = 6 hari kerja maka pada tanggal 25 November 2008 malam setelah jam kerja berakhir, sudah dihasilkan batubara sebanyak MT Sehingga perusahaan sudah dapat memberitahukan kepada klien untuk melabuhkan bargenya pada tanggal 26 November Dari waktu penginformasian sampai dengan barge datang membutuhkan waktu minimal 1 hari kerja. Gambar 4.12 Simulasi Kasus Kondisi Terburuk
19 63 c. Kasus rata-rata Mulai produksi = 20 November 2008 Untuk mencapai batas aman persediaan sebesar ( )/2 = MT, maka dengan kapasitas produksi sebesar ( )/2 = MT perhari, dibutuhkan hari kerja sebanyak = / = 4 hari kerja maka pada tanggal 23 November 2008 malam setelah jam kerja berakhir, sudah dihasilkan batubara sebanyak MT Sehingga perusahaan sudah dapat memberitahukan kepada klien untuk melabuhkan bargenya pada tanggal 24 November Dari waktu penginformasian sampai dengan barge datang membutuhkan waktu minimal 1 hari kerja. Gambar 4.13 Simulasi Kasus Rata-Rata
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Latar Belakang Perusahaan Lokasi tambang Perusahaan terletak di daerah Kutai Lama, Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Luas areal Kuasa Pertambangan
Lebih terperinci4.1. Pengolahan Data BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pengumpulan data merupakan kegiatan mencari data-data yang diperlukan sebagai bahan penulis untuk melakukan analisa untuk melakukan analisa sesuai
Lebih terperinciJauhari Alafi
Jauhari Alafi - 4106.100.045 Latar Belakang Produksi batubara Indonesia meningkat dari 2 juta ton pada 1985, 155 juta ton pada 2005, menjadi lebih dari 350 juta ton pada 2011. Kalimantan memiliki kondisi
Lebih terperinciANALISA ANGKUTAN BATU BARA DENGAN KONSEP PENGGUNAAN TONGKANG KOSONG DI PELABUHAN DAN PEMANFAATAN PASANG SURUT SUNGAI
ANALISA ANGKUTAN BATU BARA DENGAN KONSEP PENGGUNAAN TONGKANG KOSONG DI PELABUHAN DAN PEMANFAATAN PASANG SURUT SUNGAI Diajukan untuk memenuhi salah satu mata kuliah tugas akhir sebagai persyaratan kelulusan
Lebih terperinciPROSES PENAMBANGAN BATUBARA
PROSES PENAMBANGAN BATUBARA 1. Pembersihan lahan (land clearing). Kegiatan yang dilakukan untuk membersihkan daerah yang akan ditambang mulai dari semak belukar hingga pepohonan yang berukuran besar. Alat
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Umum Metodologi penelitian merupakan suatu cara peneliti bekerja untuk memperoleh data yang dibutuhkan yang selanjutnya akan digunakan untuk dianalisa sehingga memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh produsen batubara untuk dapat memenuhi permintaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas dan kuantitas batubara merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh produsen batubara untuk dapat memenuhi permintaan konsumen. Untuk menjaga kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertambangan di negeri yang memiliki kekayaan alam seperti negeri kita
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambangan di negeri yang memiliki kekayaan alam seperti negeri kita tercinta Indonesia ini sudah pasti menjadi lahan yang sangat ingin diberdaya gunakan oleh bermacam-macam
Lebih terperinciIMPLEMENTASI LEAN SIGMA UNTUK MENGOPTIMALKAN WAKTU PELAKSANAAN DI COAL HANDLING SYSTEM PLTU CILACAP
IMPLEMENTASI LEAN SIGMA UNTUK MENGOPTIMALKAN WAKTU PELAKSANAAN DI COAL HANDLING SYSTEM PLTU CILACAP Ester Agustina Tampubolon 1) dan Tri Joko Wahyu Adi 2) 1) Program Studi Magister Manajemen Teknologi,
Lebih terperinciPBR INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM PROSEDUR PEMUATAN BATUBARA KE DALAM TONGKANG
DAFTAR ISI Halaman : 2 dari 7 Halaman 1 Judul 1 2 Kolom Pengesahan & Riwayat Revisi 1 3 Daftar Isi 2 4 Tujuan 3 5 Ruang Lingkup 3 6 Definisi 3 7 Tanggung Jawab 4 8 Diagram Alur 5 9 Uraian Prosedur... 6
Lebih terperinciSEMINAR PROGRESS TUGAS AKHIR (MN ) Analisis Penerapan Continuous Coal Transport Mode Untuk Angkutan Batubara di Sungai
SEMINAR PROGRESS TUGAS AKHIR (MN 091482) Analisis Penerapan Continuous Coal Transport Mode Untuk Angkutan Batubara di Sungai Erzad Iskandar Putra (4107100098) Dosen Pembimbing Ir. Tri Achmadi Ph.D Latar
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Folw Chart Metodologi Penelitian Dalam memecahkan masalah pada penelitian yang diamati dibutuhkan langkanglangkah untuk menguraikan pendekatan dan model dari masalah tersebut.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sumber daya alam atau biasa disingkat SDA adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan hidup manusia agar hidup lebih sejahtera yang
Lebih terperinciPERJANJIAN JUAL BELI BATUBARA ANTARA PT... DAN TUAN X (TRADER) No:..
PERJANJIAN JUAL BELI BATUBARA ANTARA PT... DAN TUAN X (TRADER) No:.. Pada hari ini, ( ) tanggal ( ) ( ) 2010, bertempat di Jakarta, yang bertanda tangan dibawah ini: I. Tn. X yang berkedudukan di dalam
Lebih terperinciDAFTAR ISI... RINGKASAN... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB
DAFTAR ISI RINGKASAN... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 2 1.3. Tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan semakin banyak berdirinya perusahaan perusahaan. pertambangan Batubara di Indonesia termasuk di Propinsi Jambi, salah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan permintaan pasar akan Batubara yang semakin meningkat mengakibatkan semakin banyak berdirinya perusahaan perusahaan pertambangan Batubara di Indonesia
Lebih terperinciKAJIAN TEKNIS BELT CONVEYOR DAN BULLDOZER DALAM UPAYA MEMENUHI TARGET PRODUKSI BARGING PADA PT ARUTMIN INDONESIA SITE ASAM-ASAM
KAJIAN TEKNIS BELT CONVEYOR DAN BULLDOZER DALAM UPAYA MEMENUHI TARGET PRODUKSI BARGING PADA PT ARUTMIN INDONESIA SITE ASAM-ASAM M. Zaini Arief 1*, Uyu Saismana 2, Ahmad Juaeni 3 1 Mahasiswa Program Studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Bukit Makmur Mandiri Utama (PT BUMA) adalah sebuah perusahaan kontraktor pertambangan yang memiliki kerjasama operasional pertambangan dengan PT Bahari Cakrawala
Lebih terperinciArtikel Pendidikan 23
Artikel Pendidikan 23 RANCANGAN DESAIN TAMBANG BATUBARA DI PT. BUMI BARA KENCANA DI DESA MASAHA KEC. KAPUAS HULU KAB. KAPUAS KALIMANTAN TENGAH Oleh : Alpiana Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Mataram
Lebih terperinciEVALUASI CRUSHING PLANT UNTUK PENINGKATAN TARGET PRODUKSI PADA PT INDONESIAN MINERALS AND COAL MINING KECAMATAN KINTAP KABUPATEN TANAH LAUT
EVALUASI CRUSHING PLANT UNTUK PENINGKATAN TARGET PRODUKSI PADA PT INDONESIAN MINERALS AND COAL MINING KECAMATAN KINTAP KABUPATEN TANAH LAUT M. Mugeni 1*, Uyu Saismana 1, Riswan 1, Kumaini 2 1 Program Studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. PT. ABC adalah perusahaan penyedia jasa pertambangan yang memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT. ABC adalah perusahaan penyedia jasa pertambangan yang memiliki lebih dari 25 tahun pengalaman di Indonesia. PT. ABC merupakan kontraktor yang menyediakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat signifikan khususnya terhadap batubara. Batubara merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kebutuhan akan energi mengalami peningkatan yang sangat signifikan khususnya terhadap batubara. Batubara merupakan sumber energi utama bagi manusia. Indonesia
Lebih terperinciANALISA KELAYAKAN INVESTASI PENAMBAHAN UNIT DUMP TRUCK DI PT. MASDAR MEGA MAS
ANALISA KELAYAKAN INVESTASI PENAMBAHAN UNIT DUMP TRUCK DI PT. MASDAR MEGA MAS TUGAS AKHIR Oleh Muhamad Rizki Anhar 1201000086 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA
Lebih terperinciPEMODELAN DAN SIMULASI SISTEM INVENTORI UNTUK MENDAPATKAN ALTERNATIF DESAIN PERGUDANGAN (STUDI KASUS DI PT. PETROKIMIA GRESIK)
TM. 091486 - Manufaktur TUGAS AKHIR PEMODELAN DAN SIMULASI SISTEM INVENTORI UNTUK MENDAPATKAN ALTERNATIF DESAIN PERGUDANGAN (STUDI KASUS DI PT. PETROKIMIA GRESIK) Cipto Adi Pringgodigdo 2104.100.026 Dosen
Lebih terperinciBAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
vii DAFTAR ISI Halaman Judul..... i Halaman Pengesahan..... ii Kata Pengantar..... iii Abstrak.... v Abstract... vi Daftar Isi... vii Daftar Gambar.... ix Daftar Tabel... x Daftar Notasi... xii Lampiran....
Lebih terperinciV E R S I P U B L I K
PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A11012 TENTANG PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN PT MITRA ALAM SEGARA SEJATI (d/h PT USAMA ADHI SEJAHTERA) OLEH PT MITRABAHTERA SEGARA SEJATI TBK LATAR BELAKANG
Lebih terperinciTugas Akhir. Kegiatan Bongkar Muat Curah Kering. Pelabuhan Khusus Petrokimia Gresik)
Tugas Akhir Studi Penanganan Tumpahan pada Kegiatan Bongkar Muat Curah Kering (Studi kasus : Terminal BJTI dan Pelabuhan Khusus Petrokimia Gresik) Oleh : Lilik Budiarto 4105 100 062 Bidang Studi Transportasi
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. mendekati kapasitas lintas maksimum untuk nilai headway tertentu. Pada
BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pendekatan Analisis Optimasi pada tujuan penelitian dilakukan dengan pendekatan sistem dimana pola operasi adalah optimum bila frekwensi perjalanan kereta api mendekati
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. angkutan kereta api batubara meliputi sistem muat (loading system) di lokasi
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian Obyek penelitian berupa rencana sistem angkutan kereta api khusus batubara yang menghubungkan antara lokasi tambang di Tanjung Enim Sumatra
Lebih terperinciBAB IV PENAMBANGAN 4.1 Metode Penambangan 4.2 Perancangan Tambang
BAB IV PENAMBANGAN 4.1 Metode Penambangan Cadangan Batubara yang terdapat dalam daerah penambangan Sangasanga mempunyai kemiringan umum sekitar 10-15 dan dengan cropline yang berada di sisi barat daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Contoh Gambar dari Rear Tipper Vessel [9]
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Perkenalan Perkembangan dunia transportasi telah menjadi salah satu sorotan utama masyarakat dunia pada dewasa ini. Untuk mendukung keterlanjutan akan perkembangan tersebut, dibutuhkan
Lebih terperinciBiaya Operasional Tongkang. Bidang Studi Transportasi Laut Teknik Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Biaya Operasional Tongkang Biaya Operasional Floating Crane Biaya Sewa Biaya Sewa Tongkang Biaya Sewa Floating Crane Biaya Pelayaran Biaya bahan bakar operasional floating crane >>> Biaya Pelayaran untuk
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengaturan Rantai Pasok Pengaturan rantai pasok menurut Schroeder (Operations Management, 2007) adalah perencanaan, disain, dan pengontrolan dari arus informasi dan bahan baku
Lebih terperinciLEMBAR PENGESAHAN MOTTO SARI...
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN MOTTO SARI... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR...iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL...vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR FOTO...ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1
Lebih terperinciCV. PERMATA AL ZAHRA A BRIEF HISTORY
A BRIEF HISTORY CV. PERMATA AL ZAHRA didirikan pada tahun 2003 bergerak dalam bidang usaha pertambangan dan pertambangan batubara. CV. PERMATA AL ZAHRA adalah salah satu perusahaan pertambangan swasta
Lebih terperinciB A B 1 P E N D A H U L U A N. bernama Pelabuhan Panjang yang merupakan salah satu Pelabuhan Laut kelas
1 B A B 1 P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Provinsi Lampung sebagai gerbang pulau Sumatra memiliki pelabuhan yang bernama Pelabuhan Panjang yang merupakan salah satu Pelabuhan Laut kelas 1 yang
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Aspek Teknis 4.1.1 Data Target dan Tonase Unit Dump Truck Dari hasil pengambilan data pada PT. Masdar Mega Mas, didapatkan data sebagai berikut. Jumlah unit dump truck yang
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan PT. Yanganda Utama merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pelabuhan batubara, yaitu berupa bidang jasa yang melayani kegiatan pemuatan atau pembongkaran
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM
BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Lokasi penambangan batubara PT Milagro Indonesia Mining secara administratif terletak di Desa Merdeka Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara,
Lebih terperinciSIDANG TUGAS AKHIR FRANIGA KUSBANDI Dosen Pembimbing Ir. Witantyo, M.Eng.Sc
SIDANG TUGAS AKHIR ANALISIS KARAKTERISTIK DAN PEMODELAN KEDATANGAN KAPAL SUPPLIER BATUBARA UNTUK PERENCANAAN PENGADAAN BATUBARA YANG LEBIH OPTIMAL (STUDI KASUS DI PT PJB UNIT PEMBANGKITAN PAITON) FRANIGA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Maka pada tingkat awal pengolahan batugamping terutama dalam peremukan harus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pembuatan semen, batugamping merupakan bahan baku utama. Maka pada tingkat awal pengolahan batugamping terutama dalam peremukan harus berjalan dengan
Lebih terperinciEVALUASI PENCAPAIAN TARGET PRODUKSI ALAT MEKANIS UNTUK PEMBONGKARAN OVERBURDEN DI PIT 4 PT DARMA HENWA SITE ASAM-ASAM
JURNAL HIMASAPTA, Vol. 1, No. 3, Desember 216 : 57-61 EVALUASI PENCAPAIAN TARGET PRODUKSI ALAT MEKANIS UNTUK PEMBONGKARAN OVERBURDEN DI PIT 4 PT DARMA HENWA SITE ASAM-ASAM Achmad 1*, Agus Triantoro 2,
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN 5.1 Metode Penambangan 5.2 Perancangan Tambang Perancangan Batas Awal Penambangan
BAB V PEMBAHASAN 5.1 Metode Penambangan Pemilihan metode penambangan Block Cut Open Pit Mining dikarenakan seam batubara mempunyai kemiringan yang cukup signifikan yaitu sebesar 10-15 sehingga batas akhir
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) selama 2
20 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) selama 2 bulan pada lokasi PT Bukit Asam (Persero) Tbk, guna memperoleh data dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. alat-alat tersebut untuk mendapatkan harga besaran estimasi kapasitas alat yang paling
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam melaksanakan suatu pekerjaan dengan sistem mekanisasi menggunakan alat-alat berat, hal yang sangat penting dilakukan adalah menghitung kapasitas operasi
Lebih terperinci- 5 - LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 1823 K/30/MEM/ K TANGGAL : 7 Mei Maret 2018
- 2-2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah
Lebih terperinciBERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Izin Khusus. Pertambangan. Mineral Batu Bara. Tata Cara.
No.1366, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Izin Khusus. Pertambangan. Mineral Batu Bara. Tata Cara. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sistem Pengendalian Internal (Internal Control System) adalah suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sistem Pengendalian Internal (Internal Control System) adalah suatu perencanaan yang meliputi struktur organisasi dan semua metode dan alat-alat yang dikoordinasikan
Lebih terperinciBAB IV DATA DAN PERHITUNGAN
BAB IV DATA DAN PERHITUNGAN 4.1. Data Situasi Lapangan Pada kegiatan penambangan material lapisan batuan penutup, prioritas pekerjaan berada pada daerah utara pit Tanah Putih (lihat Gambar 4.1). N LP 1
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. Gambar 1. Kerangka Pikir
BAB III METODOLOGI 3.1. KERANGKA PIKIR Hal yang ingin dipelajari dari proses pengangkutan batubara di PT. XYZ ini adalah bagaimana menentukan jumlah alat yang optimal dari setiap rute yang ada sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan industri pada sektor usaha bidang pertambangan batubara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan industri pada sektor usaha bidang pertambangan batubara adalah suatu upaya pemerintah dalam meningkatkan devisa negara. Hal ini karena pemerintah melihat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar berwarna gelap vesicular batuan vulkanik yang bisanya porfiritik (berisi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batuan andesit berasal dari pembekuan magma di dekat atau di atas permukaan bumi, karena itu sering disebut batuan beku luar. Andesit sebagian besar berwarna gelap
Lebih terperinciEVALUASI KINERJA ALAT CRUSHING PLANT DAN ALAT MUAT DALAM RANGKA PENINGKATAN TARGET PRODUKSI BATUBARA PADA PT MANDIRI CITRA BERSAMA
EVALUASI KINERJA ALAT CRUSHING PLANT DAN ALAT MUAT DALAM RANGKA PENINGKATAN TARGET PRODUKSI BATUBARA PADA PT MANDIRI CITRA BERSAMA Dahni 1*, Uyu Saismana 2, Romla Noor Hakim 2, Andre 3 1 Mahasiswa Program
Lebih terperinci4.1 Gambaran Umum Perusahaan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan PT.Servo Meda Sejahtera yang selanjutnya disingkat SMS merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang kontraktor
Lebih terperinciSTUDI KELAYAKAN BISNIS PENINGKATAN KAPASITAS MESIN PENUNJANG DENGAN KONSEP 7 WASTE LEAN THINKING STUDI KASUS PT. NSBI CILEGON
Journal Industrial Manufacturing Vol. 2, No. 2, Juli 2017, pp.92-96 P-ISSN: 2502-4582, E-ISSN: 2580-3794 STUDI KELAYAKAN BISNIS PENINGKATAN KAPASITAS MESIN PENUNJANG DENGAN KONSEP 7 WASTE LEAN THINKING
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dewasa ini Industri pertambangan membutuhkan suatu perencanaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini Industri pertambangan membutuhkan suatu perencanaan yang baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik dari segi materi maupun waktu.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM
BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Sejarah Singkat PT Nan Riang PT Nan Riang merupakan perusahaan Perseroan Terbatas yang bergerak dibidang usaha pertambangan batubara dan berkedudukan di Muara Tembesi, Batanghari,
Lebih terperinciOPTIMALISASI JUMLAH ALAT ANGKUT JENIS HD785 PADA PIT A MENGGUNAKAN METODE SIMULASI MONTE CARLO DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRODUKSI OVERBURDEN DI PT X
OPTIMALISASI JUMLAH ALAT ANGKUT JENIS HD785 PADA PIT A MENGGUNAKAN METODE SIMULASI MONTE CARLO DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRODUKSI OVERBURDEN DI PT X TUGAS AKHIR Kiky Rizky Aprilya 1122003027 PROGRAM STUDI
Lebih terperinciPT GOLDEN EAGLE ENERGY Tbk MATERI PAPARAN PUBLIK (PUBLIC EXPOSE )
PT GOLDEN EAGLE ENERGY Tbk MATERI PAPARAN PUBLIK (PUBLIC EXPOSE ) JW MARRIOTT HOTEL - 10 JUNI 2015 DAFTAR ISI 1 SEKILAS MENGENAI PERSEROAN 2 TINJAUAN INDUSTRI 3 KINERJA PERSEROAN 4 PENGEMBANGAN USAHA SEKILAS
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS PELAKSANAAN PERENCANAAN ALUR PELAYARAN
BAB 4 ANALISIS PELAKSANAAN PERENCANAAN ALUR PELAYARAN Tujuan pembahasan analisis pelaksanaan perencanaan alur pelayaran untuk distribusi hasil pertambangan batubara ini adalah untuk menjelaskan kegiatan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Tujuan Penelitian... 2 1.3 Ruang
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tengah. PT QRS terdaftar sebagai pemilik izin PKP2B ( Perjanjian Karya. Pengusaha Pertambangan Batubara ) Generasi III
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan PT QRS, merupakan perusahaan swasta yang bergerak dibidang industri batubara. Kegiatan operasi PT QRS berada di daerah Sepan Uring Kalimantan Tengah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan pemasaran. Pada kegiatan usaha pertambangan, terdapat suatu kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan usaha pertambangan merupakan suatu rangkaian kegiatan usaha yang memiliki alur yang panjang, mulai dari kegiatan survei tinjau sampai dengan kegiatan pemasaran.
Lebih terperinciBagaimana perusahaan bapak mengatasi masalah keterlambatan produk yang dipesan? dan bagaimana menjelaskan keterlambatan tersebut ke customer?
Wawancara I Pertanyaan no. 1 Bagaimana perusahaan bapak mengatasi masalah keterlambatan produk yang dipesan? dan bagaimana menjelaskan keterlambatan tersebut ke customer? Jb. belum ada cara untuk mengatasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan industri khususnya alat berat sudah sangat pesat kemajuannya, berbagai produk dengan banyak design yang dikeluarkan oleh produsen-produsen telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini hampir terasa disetiap bidang kehidupan, khususnya pembangunan sarana dan prasarana. Pembangunan sarana dan
Lebih terperinciMODEL TRANSPORTASI PENGANGKUTAN BATUBARA KE LOKASI DUMPING DENGAN METODE SUDUT BARAT LAUT DAN METODE BIAYA TERENDAH PADA PT. BUKIT ASAM (PERSERO), Tbk
MODEL TRANSPORTASI PENGANGKUTAN BATUBARA KE LOKASI DUMPING DENGAN METODE SUDUT BARAT LAUT DAN METODE BIAYA TERENDAH PADA PT. BUKIT ASAM (PERSERO), Tbk TRANSPORTATION MODEL OF COAL HAULING TO DUMPING LOCATION
Lebih terperinciPT MORES PRIMA INDONESIA
PERJANJIAN JUAL BELI TUNAI BATUBARA CRUSHING INDONESIA 6300 6100 kcal/kg ( Perjanjian Tunai Tongkang No.: XX.XX/PJBT-MPI/BT/II/11 ) ANTARA PT MORES PRIMA INDONESIA (KALTIM, INDONESIA) (Sebagai PENJUAL)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penggalian, muat dan pengangkutan material. Semua kegiatan ini selalu berkaitan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu kegiatan penambangan tidak akan terlepas dari suatu kegiatan penggalian, muat dan pengangkutan material. Semua kegiatan ini selalu berkaitan dengan masalah
Lebih terperinciDATA TAKE OVER (TO) TAMBANG BATUBARA
LOKASI KABUPATEN BARITO TIMUR KALIMANTAN TENGAH NAMA KP LOKASI TAMBANG IZIN USAHA PERTAMBANGAN (IUP) LUAS KODE WILAYAH KALORY BATUBARA JARAK HAULING KE PELABUHAN PELABUHAN MUAT KAPASITAS MUAT HARGA TAKE
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khusus untuk mengangkut hasil tambang batu bara dari (Pit) di Balau melalui
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu lintas. Ruas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan transportasi jarak jauh saat ini berkembang sangat pesat. Hal ini merupakan faktor yang sangat penting sebagai sarana untuk mengangkut barang-barang yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peralatan pengangkat bahan digunakan unuk memindahkan muatan di lokasi atau area, departemen, pabrik, lokasi konstruksi, tempat penyimpanan, pembongkaran muatan dan
Lebih terperinciBAB IV STRATEGI DAN RENCANA IMPLEMENTASI
BAB IV STRATEGI DAN RENCANA IMPLEMENTASI Analisis finansial dan resiko tiap alternatif investasi berdasarkan metode pembobotan menunjukkan bahwa loading port merupakan kegiatan investasi yang tepat sebagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. PT. Semen Andalas Indonesia atau juga sekarang dikenal sebagai PT. Lafarge
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah PT. Semen Andalas Indonesia atau juga sekarang dikenal sebagai PT. Lafarge Cement Andalas (LCI) Indonesia Lhoknga, telah menghasilkan produk PT. Semen Andalas
Lebih terperinciPT GOLDEN EAGLE ENERGY Tbk MATERI PAPARAN PUBLIK (PUBLIC EXPOSE)
PT GOLDEN EAGLE ENERGY Tbk MATERI PAPARAN PUBLIK (PUBLIC EXPOSE) JW MARRIOTT HOTEL - 02 JUNI 2016 DAFTAR ISI 1 2 3 4 SEKILAS MENGENAI PERSEROAN TINJAUAN INDUSTRI TINJAUAN KINERJA PERSEROAN STRATEGI PERSEROAN
Lebih terperinciAnalisis Biaya dan Pengembalian Modal Investasi Pembelian Truck Trailer Studi Kasus di PT Iron Bird Pool Cikarang Tahun 2015
Analisis Biaya dan Pengembalian Modal Investasi Pembelian Truck Trailer Studi Kasus di PT Iron Bird Pool Cikarang Tahun 2015 Made Irma Dwiputranti Politeknik Pos Indonesia, Jl. Sariasih No. 54 Bandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik jumlahnya maupun macamnya. Usaha-usaha dalam pembangunan sarana angkutan laut yang dilakukan sampai
Lebih terperinciPERSYARATAN ADMINISTRATIF UNTUK PEMBELIAN BATU BARA
PENGANTAR CEPOT GROUP melayani pembelian dari pihak pembeli mancanegara [end buyer / end user] dengan kesepatakan penerapan pengendalian mutu, kuantitas, kelengkapan dokumen serta manajemen transhipment,
Lebih terperinciA. Konsep Pengembangan Model
III. METODOLOGI A. Konsep Pengembangan Model Pemodelan proses layanan bisnis khususnya untuk penentuan rute dan pembiayaan bertujuan untuk memudahkan pengguna (manajer operasi) untuk menentukan jalur pelayaran
Lebih terperinciAnalisis Pemborosan Proses Loading dan Unloading Pupuk dengan Pendekatan Lean Supply Chain
Jurnal Teknik Industri, Vol.1, No.1, Maret 2013, pp.35-40 ISSN 2302-495X Analisis Pemborosan Proses Loading dan Unloading Pupuk dengan Pendekatan Lean Supply Chain Tubagus Ardi Ferdiansyah 1, Asep Ridwan
Lebih terperinciTESIS JOHAN JOHANNES PROGRAM PASCA SARJANA PROGRAM STUDI TEKNIK TRANSPORTASI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010
TESIS JOHAN JOHANNES PROGRAM PASCA SARJANA PROGRAM STUDI TEKNIK TRANSPORTASI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 Latar Belakang Listrik ; satu faktor penting dalam memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciANALISA BIAYA OPERASIONAL ALAT PEMECAH BATU (STONE CRUSHER) (Studi kasus CV. PUTRA DIAFAN Ngadirojo Wonogiri) Tugas Akhir
ANALISA BIAYA OPERASIONAL ALAT PEMECAH BATU (STONE CRUSHER) (Studi kasus CV. PUTRA DIAFAN Ngadirojo Wonogiri) Tugas Akhir Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil Diajukan
Lebih terperinciJurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 1 Periode: Maret-Agustus 2015
Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 mor. 1 Periode: Maret-Agustus 2015 KAJIAN TEKNIS ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI PENGUPASAN LAPISAN TANAH PENUTUP DI PIT UW PT.BORNEO ALAM
Lebih terperinciOPTIMALISASI PRODUKSI PERALATAN MEKANIS SEBAGAI UPAYA PENCAPAIAN SASARAN PRODUKSI PENGUPASAN LAPISAN TANAH PENUTUP DI PT
OPTIMALISASI PRODUKSI PERALATAN MEKANIS SEBAGAI UPAYA PENCAPAIAN SASARAN PRODUKSI PENGUPASAN LAPISAN TANAH PENUTUP DI PT. PUTERA BARAMITRA BATULICIN KALIMANTAN SELATAN Oleh Riezki Andaru Munthoha (112070049)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. usahanya untuk mencapai tujunnya. Secara umum, tujuan utama sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan sebagai suatu organisasi mempunyai berbagai kegiatan tertentu dalam usahanya untuk mencapai tujunnya. Secara umum, tujuan utama sebuah perusahaan
Lebih terperinciPERENCANAAN TAMBANG (MINE PLANNING)
PERENCANAAN TAMBANG (MINE PLANNING) PERENCANAAN TAMBANG MERUPAKAN BAGIAN DARI TAHAPAN PERTAMBANGAN, (MULAI DR PROSPEKSI S.D PEMASARAN BHN GALIAN). TUJUAN MINE PLANNING AGAR KEGIATAN MINING (TAMKA, TBT,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. transportasi makro perlu dipecahkan menjadi sistem transportasi yang lebih kecil
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Transportasi Angkutan Umum Untuk mendapatkan pengertian yang lebih mendalam serta guna mendapatkan alternatif pemecahan masalah transportasi perkotaan yang baik, maka
Lebih terperinciOPTIMASI PENCAMPURAN BATUBARA MELALUI SIMULASI BERDASARKAN KRITERIA PARAMETER BATUBARA
JURNAL HIMASAPTA, Vol. 1, No. 1, April 2016 : 11-16 OPTIMASI PENCAMPURAN BATUBARA MELALUI SIMULASI BERDASARKAN KRITERIA PARAMETER BATUBARA Agung Dwi Prasetyo 1 *, Agus Triantoro 2, Uyu Saismana 2, Wahyu
Lebih terperinciPenentuan Kapasitas Optimal Jalur Pelayaran Kapal di Sungai Musi Menggunakan Model Simulasi. Zakariya Amirudin Al Aziz
Penentuan Kapasitas Optimal Jalur Pelayaran Kapal di Sungai Musi Menggunakan Model Simulasi Zakariya Amirudin Al Aziz 2509 100 130 Peningkatan volume bongkar muat Overview Kondisi sungai & jalur sempit
Lebih terperinciTUGAS AKHIR NOMOR : 933/WM/FT.S/SKR/2016
TUGAS AKHIR NOMOR : 933/WM/FT.S/SKR/2016 HUBUNGAN JARAK ANGKUT DAN VARIASI EFISIENSI OPERASI TERHADAP BIAYA MATERIAL TANAH PUTIH DISUSUN OLEH : MARKUS MANGAN NOMOR REGISTRASI : 211 09 091 PROGRAM STUDI
Lebih terperinciKAJIAN TEKNIS ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT DALAM UPAYA PENCAPAIAN PRODUKSI BATUBARA SEBESAR TON/BULAN PT
KAJIAN TEKNIS ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT DALAM UPAYA PENCAPAIAN PRODUKSI BATUBARA SEBESAR 30000 TON/BULAN PT.DEBBIA LOGISTIC SITE AMPAH BARITO TIMUR KALIMANTAN TENGAH SKRIPSI Oleh BOWO HADI NUGROHO NPM
Lebih terperinciHALAMAN PENGESAHAN...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii ABSTRAKSI... iii ABSTRACT... iv KATA PENGANTAR... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xii DATAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMBANG,
Lebih terperinciUniversitas Widyatama BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bongkar muat merupakan kegiatan menaikkan (memuat) barang dan menurunkan (membongkar) di tempat asal maupun tujuan pengiriman barang. Kegiatan memuat barang harus dilakukan
Lebih terperinciBAB II STUDI PUSTAKA
BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 TRANSPORTASI BATU BARA Tansportasi batu bara pada penelitian ini menggunakan Kapal Tongkang (Barge). Pada penelitian ini, Kapal Tongkang digunakan untuk mengangkut batu bara dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah dan Permasalahannya Berbagai aktivitas dilakukan oleh manusia untuk memenuhi kesejahteraan hidupnya dengan memproduksi barang dari sumber daya alam. Disamping
Lebih terperinciEVALUASI KINERJA INFRASTRUKTUR COAL TERMINAL PELABUHAN TARAHAN MILIK PT. X. Aditya Setyawan Moekti Presentasi Sidang Tugas Akhir 27 Juni
EVALUASI KINERJA INFRASTRUKTUR COAL TERMINAL PELABUHAN TARAHAN MILIK PT. X Aditya Setyawan Moekti Presentasi Sidang Tugas Akhir 27 Juni OUTLINE Pendahuluan Penutup Outline Presentasi Pengumpulan dan Pengolahan
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH
34 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Diagram Pemecahan Masalah Diagram alir merupakan diagram yang bertujuan untuk mengevaluasi langkah-langkah proses dalam situasi yang lebih jelas agar dapat
Lebih terperinciPT Mitrabara Adiperdana Tbk
Penawaran Umum Perdana Saham PT Mitrabara Adiperdana Tbk Jakarta, 23 Juni i2014 Joint Lead Underwriters Daftar Isi 1 2 PROFIL PERSEROAN KEGIATAN DAN PROSPEK USAHA PERSEROAN DAN ENTITAS ANAK 3 STRATEGI
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Transportasi dapat diartikan sebagai usaha memindahkan, menggerakkan,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Transportasi dapat diartikan sebagai usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain, di mana di tempat lain
Lebih terperinci