BAB I PENDAHULUAN. Pertambangan di negeri yang memiliki kekayaan alam seperti negeri kita
|
|
- Utami Tanuwidjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambangan di negeri yang memiliki kekayaan alam seperti negeri kita tercinta Indonesia ini sudah pasti menjadi lahan yang sangat ingin diberdaya gunakan oleh bermacam-macam pihak dalam maupun luar negeri, dan salah satunya yang marak untuk beberapa dekade terakhir ini adalah batu bara, yang mulai digemari dan dicari banyak industri besar untuk menjadi energi alternatif seiring maraknya isu menipisnya persediaan minyak dan perbandingan harga diantara keduanya yang cukup signifikan. Keadaan seperti ini dibaca cukup jeli oleh masyarakat lokal yang juga ingin merasakan manfaat dari tanah tempat mereka berpijak, satu per satu perusahaan lokal mulai berdiri dan mulai melayani permintaan dari dalam maupun luar negeri. Namun seperti yang diketahui bersama bahwa setiap usaha memiliki tingkat kesulitan tersendiri begitu pula dengan jenis usaha ini, ketepatan (presisi) perhitungan waktu untuk setiap kegiatan yang perusahaan pengangkutan pertambangan lakukan sangatlah penting guna menghindari keterlambatan beruntun yang sama dengan kerugian beruntun bagi perusahaan. 1
2 2 Juga karena bentuk produk batu bara yang oleh sebagian besar perusahaan penggalinya tidak diberi kemasan membuat batu bara memiliki banyak kerentanan dalam proses pengirimannya, baik itu penurunan kwalitas karena basah atau terbakar (saat terjadi penimbunan terlalu lama di stockpile) maupun terbuangnya sisa-sisa pengerukan dikarenakan terbatasnya waktu yang dimiliki karena imbas keterlambatan dari kegiatan-kegiatan sebelumnya yang tidak berjalan sesuai rencana awal. Tidak berhenti sampai disana saja, perusahaan pengangkutan pertambangan pun memerlukan waktu untuk mengurus dokumen dengan pihak pemerintah atau pun pihak terkait lainnya, terlebih dengan pihak masyarakat baik itu penyedia produk (batu bara) maupun warga sekitar yang menjadi tuan tanah (stockpile), apalagi jika mereka belum memenuhi persyaratan seperti kelengkapan ijin, kurangnya jumlah batu bara yang dipesan dan akan diperiksa, sampai dengan belum lunasnya pembayaran, sehingga perencanaan kegiatan yang sangat matang dengan bisa memperhitungkan segala kemungkinan yang bisa terjadi menjadi salah 1 faktor terpenting dalam usaha ini. Adalah PT. Karunia Persada Kalimantan (PT. KPK) Perusahaan jasa yang bergerak di bidang Pengangkutan khususnya batu bara sebagai baik itu bertindak sebagai Supplier (pihak pemasok barang ke penjual), Seller (pihak penjual yang berhubungan langsung dengan pembeli), Eksportir (pihak yang mengumpulkan batu bara sendiri dan menjualnya langsung kepada pembeli), mau pun sebagai Shipper (pihak pelaksana jasa pengangkutan saja yang tidak terkait dengan proses pengumpulan batu bara) yang mengantongi
3 3 ijin usaha pertambangan khusus pengangkutan dan penjualan dari Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang hanya diberikan kepada sebagian kecil perusahaan tambang di Indonesia. PT.KPK berusaha untuk memberikan jasa pelayanan terbaik kepada setiap pengguna jasanya, namun seperti yang telah ketahui, dalam bidang pengangkutan ini masalah presisi waktu menjadi hal yang menjadikan para pelakunya juga pengguna jasanya acapkali mengelus dada bahkan tak sedikit diantaranya sampai harus gulung tikar bahkan sampai harus mencari tambahan uang untuk menutupi kerugian yang dihitung per hari + per unit (jika 1 proses terlambat maka berpotensi berdampak kepada proses selanjutnya). Juga perlu diketahui bahwa jika PT.KPK menggunakan stockpile (tempat pengumpulan batu bara setelah diambil dari tambangnya, dan disinilah dilakukan proses crushing) yang merupakan tempat yang disewakan untuk umum, PT.KPK harus mengambil nomor antrian dan bergantian dengan pihak lain yang hendak menggunakan stockpile tersebut (jika stockpile juga sedang digunakan oleh pihak lain), bisa dibayangkan jika 2 hari saja terlambat mengangkut dari tempat asal, ketika durasi waktu yang dibutuhkan untuk mengumpulkan 30 ribu ton batu batu adalah 15 hari maka ini akan berdampak pada proses penghancuran batu (crushing) yang akan berdampak ke proses selanjutnya yaitu pencampuran batu bara untuk mencapai kwalitas kandungan mineral batu bara yang diinginkan oleh sang konsumen (Blending), sampai disini selesai sudah fase di stockpile (dengan hanya denda yang relatif ringan
4 4 diawal sebesar Rp 500,00 per ton per hari x ton = Rp per hari). Setelah itu pengangkutan batu bara ke pelabuhan menggunakan truk (Trucking to the port) walau memang tidak dikenakan denda untuk keterlambatannya karena tolak ukur waktu pengangkutan pada proses ini adalah banyaknya kemampuan truk untuk pulang pergi membawa batu bara (per rit, satuan siklus angkutan) sesuai kesepakatan awal dengan pihak penyedia jasa angkutan truk, namun keterlambatan dalam proses akan akan berpotensi sangat besar untuk memberi rentetan keterlambatan di proses selanjutnya. Sesampainya di pelabuhan, batu bara tersebut dimasukkan ke dalam tongkang (Loading Barge) disini jika terlambat kita dikenai 25% dari keseluruhan muatan yang jika dengan hitungan ton PT.KPK bisa kenai denda sekitar 1 Milyar per harinya oleh pihak pelabuhan + upah buruh sebesar 50% per hari walau mereka tidak bekerja (karena PT. KPK menjalin kontrak dengan BKBM outsourcing yang menyediakan buruh untuk memindahkan batu bara dari truk ke tongkang juga nantinya dari tongkang ke vessel) + tongkang yang sudah siap digunakan di pelabuhan namun belum bisa berangkat karena belum bermuatan dan ini dapat dipastikan merembet ke proses selanjutnya yaitu pengiriman dari kapal tongkang ke kapal vessel (Transhipment). Kemudian bongkar muatnya dari tongkang ke vessel (Loading Vessel). Denda kapal tongkang adalah sekitar 25 jutaan per unit untuk per harinya, untuk pesanan sebesar ton kita membutuhkan sekitar 4-5 kapal
5 5 tongkang (per tongkang kapasitasnya ton) 4 x 25 juta = 100 juta per hari dan untuk kapal Mother Vessel 100 juta per harinya, jadi total perhitungan kotor keterlambatan selama 2 hari adalah x 50% upah buruh, jadi bisa anda bayangkan berapa keuntungan yang PT.KPK bisa dapatkan jika mereka bisa tepat waktu atau bahkan lebih cepat dari perkiraan (menghemat biaya sewa semua unit dan biaya) dan berapa kerugian yang mereka tanggung jika mereka meleset dalam memperhitungkannya. Berdasarkan latar belakang inilah, penulis tertarik dengan presisi jadwal pengangkutan mereka serta sistem perhitungan mereka akan jadwal tersebut. Maka penulis memilih judul Analisis Pengangkutan Batu Bara pada PT. Karunia Persada Kalimantan. 1.2 Identifikasi Masalah 1. Bagaimanakah kondisi pengangkutan batu bara di PT. KPK selama ini? 2. Apa saja kendala yang dihadapi dalam proses pengangkutan batu bara? 3. Apa saja usaha yang perlu dilakukan PT. KPK untuk meningkatkan kualitas pengangkutannya? 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengidentifikasi kondisi pengangkutan batu bara di PT. KPK. 2. Untuk menganalisis kendala-kendala pengangkutan batu bara di PT. KPK.
6 6 3. Untuk memberikan usulan perbaikan bagi peningkatan kualitas pengangkutan batu bara di PT. KPK. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Pihak Perusahaan Sebagai bahan masukkan bagi perusahaan agar dapat mengetahui sistem penjadwalan yang baik dan dapat mengoptimalkan kinerja perusahaannya. Agar Perusahaan dapat menekan biaya yang seharusnya tidak terjadi (menghindari kerugian dari keterlambatan). Sebagai acuan untuk membuat keputusan perusahaan pada periode selanjutnya. 2. Bagi Penulis Menambah pengetahuan tentang teori ketepatan pengangkutan. Mengaplikasikan teori yang pernah diperoleh dengan menerapkan dalam penelitian secara langsung. 3. Bagi Pihak lain Menambah informasi tentang pengetahuan dalam perencanaan pengangkutan. Memberi referensi bagi peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan manajemen proyek.
7 7 Mengidentifikasi Kondisi Pengangkutan Batu Bara Proses Pengangkutan Batu Bara Gambar 1.1 Alur Proses Pengangkutan Batu Bara PT. KPK Sumber: PT. Karunia Persada Kalimantan
8 8 1. MINING SITE (PRODUCER) / Furchasing Dalam tahap ini PT. KPK mengumpulkan (membeli) batu bara yang masih berupa batuan dari beberapa tambang yang sesuai harga serta kandungan mineralnya. (Biasanya PT. KPK mendapat permintaan kurang lebih sd matriks ton untuk tiap-tiap proyeknya). *Metrik ton (M/T) adalah satuan massa yang sama dengan 1000 Kilogram. 2. HAULING TO STOCKPILE Batu bara yang sudah dibeli dengan harga yang disepakati dan melalui proses analisa after free sampling lalu diantarkan ke tempat pengumpulan dan penumpukan yang sekaligus tempat proses penghancuran / penggilingan batubara (Stockpile). 3. STOCKING & CRUSHING Setelah selesai dikumpulkan di tempat yang sudah ditentukan lalu kemudian batu bara mulai dimasukkan ke dalam mesin penghancur (crusher) agar menjadi butiran halus dan dapat diteruskan ke proses selanjutnya. (Biasanya mesin crusher sanggup beroperasi selama 16 jam yang berarti 1 mesinnya mampu mengolah sebanyak 3000 s/d 4000 MT /hari).
9 9 4. BLENDING & ANALIZING Dalam proses ini batu bara yang telah dilebur kemudian dicampur dengan batu bara yang memiliki kadar mineral yang berbeda guna mendapat kadar yang diinginkan oleh pihak konsumen (biasanya batu bara berkadar mineral tinggi dicampur dengan batu bara berkadar mineral rendah), lalu kemudian hasil proses Blending tadi diambil sampelnya dan diberikan kepada surveyor independen badan usaha yang bertugas sebagai badan yang memastikan kandungan mineral dan mengeluarkan sertifikat yang menjaminkan keabsahan produk batu bara milik PT.KPK (analisa Prashipment). 5. TRUCKING TO PORT Setelah sesuai kandungan mineral hasil dari proses sebelumnya dan telah dikeluarkan sertifikatnya oleh lembaga surveyor independent yang ditunjuk oleh PT. KPK, proses berikutnya adalah pengangkutan semua batu bara tadi ke pelabuhan yang diangkut oleh truk yang berkapasitas secara berkala menempuh jarak yang kurang lebih 33 km perjalanan. 6. LOADING TO BARGE Setelah sampai di pelabuhan, batu bara-batu bara tadi langsung dikumpulkan pada satu alat yang akan dengan otomatis memuat batu baranya pada kapal tongkang yang telah tersedia (mesin conveyor belt).
10 10 7. TRANSHIPMENT Setelah memenuhi kapasitas tiap-tiap tongkang yang berjumlah kurang lebih 7500 Metrik Ton dan berlayar mengarungi sungai menuju muara laut lalu menuju lokasi tempat dimana kapal Mother Vessel (kapal besar yang akan membawa keseluruhan batu bara tersebut sekaligus dalam 1 waktu menuju tempat yang telah ditetapkan). 8. LOADING TO MOTHER VESSEL Setelah kapal sampai di tempat lokasi dimana Kapal Mother Vessel menunggu (biasanya lepas pantai), maka proses selanjutnya adalah merapatkan kapal tongkang dan melakukan pemindahan batu bara ke kapal Mother Vessel menggunakan alat berat yang telah tersedia crap dan crane dibantu loader exapator dan bulldozer. 9. DOCUMENT Setelah selesai semua proses pemindahan maka proses akhir adalah mengurus semua kelengkapan dokumen yang diperlukan oleh kedua belah pihak (PT.KPK & Pembeli) dengan semua pihak yang terkait selama proses pengangkutan dari awal agar kapal bisa segera berlayar menuju tempat tujuan. Untuk menghemat waktu proses ini bisa dimulai sebelum proses loading to mother vessel selesai sepenuhnya. 10. CLEARENCE OUT / SAILING
11 11 Biaya yang dibutuhkan untuk proses pengangkutan batu bara Gambar 1.2 Tarif Dasar Proses Pengangkutan Batu Bara di PT. KPK Sumber : PT. Karunia Persada Kalimantan. 1. MINING SITE (PRODUCE) Jika kita ambil saja rata-rata pemesanan di PT.KPK yang berkisar kurang lebih ton maka PT. KPK akan membeli dari beberapa tambang, yang pada akhirnya PT.KPK akan membuat perjanjian dengan pihak pembeli bahwa barang yang akan dikirimkan kurang atau lebih 10% dari jumlah yang diminta (jika optimisnya adalah ton, pesimisnya adalah ton, biasanya yang terpenuhi adalah angka dibawah ton dan diatas ton) jika diatas ton yang PT.KPK setorkan ke vessel maka pihak pembeli akan tetap membayar seharga ton dan jika dibawah
12 12 yang disetorkan maka PT.KPK akan dikenai denda, membeli lebih banyak daripada jumlah yang dipesan oleh pembeli dilakukan untuk menangguli susut (berkurangnya) jumlah batu bara saat proses pengangkutan yang akan berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya (karena batu bara tidak berada dalam suatu kemasan). Dan harga pembelian dari para produsen awal batu bara diatas sudah termasuk biaya antarnya ke stockpile yang telah PT.KPK sediakan. Harga ratarata per ton batu bara adalah Rp sampai dengan Rp (tergantung kwalitas) (ton) x Rp (harga dari transaksi terakhir PT.KPK) = Rp / Dua puluh satu empat ratus lima puluh juta rupiah. 2. STOCKING & CRUSHING Biaya Crushing adalah Rp /MT (ton) x Rp = Rp / Satu milyar enam ratus lima puluh juta rupiah. 3. BLENDING & ANALIZING Biaya Blending & Analizing tergabung dalam 1 paket, yaitu Rp 5.000/MT (ton) x Rp = Rp / Dua ratus tujuh puluh lima juta rupiah.
13 13 4. TRUCKING TO PORT Biaya pengangkutan batu bara dari stockpile menuju pelabuhan adalah sebesar Rp /MT (ton) x Rp = Rp / Satu milyar enam ratus lima puluh juta rupiah. 5. LOADING TO BARGE Setelah sampai pelabuhan lalu batu bara langsung dimuat ke kapal tongkang yang masing-masing berkapasitas ton, biaya yang dibutuhkan untuk tiap kapal tongkangnya adalah Rp /MT-nya (untuk jasa sewa slot di pelabuhan, Tenaga kerja bongkar muat khusus di pelabuhan, alat-alat berat pendukung pemindahan batu bara ke tongkang,dll) (ton) x Rp = Rp / Enam milyar delapan ratus tujuh puluh lima juta rupiah. 6. TRANSHIPMENT Biaya pelayaran dari pelabuhan menuju kapal Mother Vessel pun dikenai biaya karena kita melewati jalur tol yang disebut dengan Channel fee, disini biaya yang perlu dibayarkan adalah /MT-nya (termasuk untuk jasa penyewaan tongkang & tenaga bongkar muatnya).
14 (ton) x Rp = Rp / Tiga milyar seratus sembilan puluh juta rupiah. 7. LOADING TO MOTHER VESSEL Pada tahap pemindahan batu bara dari kapal tongkang ke kapal Mother Vessel tidak dikenai biaya karena sudah termasuk pada biaya awal pemakaian kapal tongkang tersebut termasuk biaya bongkar muat oleh tenaga kerja bongkar muat yang telah disewa yang termasuk dari biaya proses transhipment. 8. EXPORT DOCUMENT Biaya yang dikenakan untuk proses pengurusan dokumen ekspornya adalah 5.000/MT (ton) x Rp = Rp / Dua ratus tujuh puluh lima juta rupiah. 9. CLEARENCE OUT & SAILING Setelah pemindahan batubara dari tongkang selesai & semua dokumen perijinan lengkap maka kapal Mother Vessel bisa segera berlayar menuju tempat tujuan.
15 15 Waktu yang dibutuhkan untuk proses pengangkutan batu bara Disini PT. KPK telah memberikan data dari waktu ideal yang ingin dicapai dan waktu realisasinya saat di lapangan, berikut data-datanya : <> Waktu Ideal <> Waktu Realisasi Tabel 1.1 Waktu Ideal dan Waktu Realisasi Pengangkutan Batu Bara di PT. KPK CONTRACT 2 Hari CONTRACT 2 Hari PREPARATION 14 Hari PREPARATION 12 Hari PAYMENT / FUNDING 20 Hari PAYMENT / FUNDING 29 Hari CONTRACT WITH MINER 3 Hari CONTRACT WITH MINER 5 Hari CONTRACT STOCKPILE 3 Hari CONTRACT STOCKPILE 4 Hari CONTRACT HAULING (TRUCKING) 3 Hari CONTRACT HAULING (TRUCKING) 3 Hari CONTRACT PORT (SLOT) 3 Hari CONTRACT PORT (SLOT) 6 Hari CONTRACT BARGE ( TRANSHIPMENT) 3 Hari CONTRACT BARGE ( TRANSHIPMENT) 3 Hari COAL COLLECTING 19 Hari COAL COLLECTING 13 Hari CRUSHING 10 Hari CRUSHING 10 Hari TRUCKING 8 Hari TRUCKING 14 Hari LOADING BARGE 5 Hari LOADING BARGE 15 Hari TRANSHIPMENT 9 Hari TRANSHIPMENT 24 Hari LOADING VESSEL 6 Hari LOADING VESSEL 21 Hari DOCUMENT 11 Hari DOCUMENT 30 Hari Sumber: PT. Karunia Persada Kalimantan
16 16 Dokumen-dokumen yang dibutuhkan untuk pengangkutan batu bara Untuk proses di Stockpile : o Free Sampling Analysis o Warehouse Raport o Pernyataan Jaminan o Penyerahan Batubara Untuk proses saat di Barge : o Kontrak Transhipment o Schudule & Nominasi o Shipping Intruction Untuk proses saat Loading Port o Konfirmasi Slot o Izin Hauling o Surat Kirim o Rekomendasi Dis Tam Ben o SKAB o Berita Acara Serah Terima Dokumen o Tongkang Sandar o Draf Inisial o Loading Cargo to Barge
17 17 o Final Draf o COA COW o DSR o B/L o Cargo Manifes Untuk proses saat Transhipment : o Shipping Intruction o Laporan Survey o Draf Inisial o Statement of Fact (SOF) o Final Draf o COA o COW o COO o DSR o B/L o Cargo Deglaration o Commercial Invoice
18 18 Analisa Kendala Pengangkutan Batubara Kendala Biaya Karena cashflow Perusahaan yang perputarannya belum lancar. Karena modal yang dibutuhkan relatif besar (tak terhingga). Keterlambatan yang menyebabkan biaya tak terduga yang relatif besar. *Keterlambatan yang disebabkan oleh segala peristiwa yang masih dibawah tanggung jawab PT. KPK (adapun semua denda keterlambatan akan ditagihkan kepada PT. KPK karena semua kontrak diatas namakan dengan pihak PT. KPK namun jika itu bukan disebabkan kesalahan PT. KPK maka akan ditanggung oleh pihak pembeli). Dan kenaikan bbm tidak menjadi kendala yang berarti karena dari awal perusahaan telah menggunakan solar industri non subsidi. Kendala Ketepatan Waktu Force Merger (cuaca ekstrim, gelombang, gempa bumi). Kesiapan barang setelah diolah dulu (harus melalui tahapan proses sebelum dijual kembali)
19 19 Kendala Kelengkapan Dokumen Ada ijin yang mati / belum lengkap Hasil analisis belum selesai Kepabeanan *Rata-rata semua kepengurusan dokumen membutuhkan waktu pengurusan antara 3 7 hari. Pendekatan dengan menggunakan metoda Statistik Deskriptif.
BAB IV PEMBAHASAN. Berikut adalah profil perusahaan PT. Karunia Persada Kalimantan. Menjadi Perusahaan Pertambangan yang terintegrasi dan berwawasan
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan Berikut adalah profil perusahaan PT. Karunia Persada Kalimantan. 4.1.1 Visi Misi Perusahaan Visi : Menjadi Perusahaan Pertambangan yang terintegrasi dan berwawasan
Lebih terperinciPERJANJIAN JUAL BELI BATUBARA ANTARA PT... DAN TUAN X (TRADER) No:..
PERJANJIAN JUAL BELI BATUBARA ANTARA PT... DAN TUAN X (TRADER) No:.. Pada hari ini, ( ) tanggal ( ) ( ) 2010, bertempat di Jakarta, yang bertanda tangan dibawah ini: I. Tn. X yang berkedudukan di dalam
Lebih terperinciBERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Izin Khusus. Pertambangan. Mineral Batu Bara. Tata Cara.
No.1366, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Izin Khusus. Pertambangan. Mineral Batu Bara. Tata Cara. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK
Lebih terperinciANALISIS PENGANGKUTAN BATU BARA PADA PT. KARUNIA PERSADA KALIMANTAN
ANALISIS PENGANGKUTAN BATU BARA PADA PT. KARUNIA PERSADA KALIMANTAN Muhammad Renaldy Akbar BINUS University Jl. Kebun Jeruk Raya No.27, Kebun Jeruk, Jakarta Barat 11530 Telp. (62-21) 535 0660 Fax. (62-21)
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari hasil pembahasan yang dilakukan pada bab empat maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Kondisi pengangkutan batu bara di PT. Karunia Persada Kalimantan jika dilihat
Lebih terperinciV E R S I P U B L I K
PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A11012 TENTANG PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN PT MITRA ALAM SEGARA SEJATI (d/h PT USAMA ADHI SEJAHTERA) OLEH PT MITRABAHTERA SEGARA SEJATI TBK LATAR BELAKANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sumber daya alam atau biasa disingkat SDA adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan hidup manusia agar hidup lebih sejahtera yang
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk menyediakan solusi terhadap masalah rantai pasok yang dihadapi oleh Perusahaan, maka diagram kerja terstruktur dari McKinsey digunakan untuk menghasilkan hipotesis berdasarkan
Lebih terperinciPBR INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM PROSEDUR PEMUATAN BATUBARA KE DALAM TONGKANG
DAFTAR ISI Halaman : 2 dari 7 Halaman 1 Judul 1 2 Kolom Pengesahan & Riwayat Revisi 1 3 Daftar Isi 2 4 Tujuan 3 5 Ruang Lingkup 3 6 Definisi 3 7 Tanggung Jawab 4 8 Diagram Alur 5 9 Uraian Prosedur... 6
Lebih terperinciRENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS)
Halaman : 1 dari 9 (RKS) JASA KEPABEANAN, HANDLING, ANGKUTAN DAN PEMBONGKARAN DI GUDANG CIKAMPEK UNTUK PUPUK KALIUM CHLORIDE (KCL) FINE GRADE DARI PELABUHAN TANJUNG PRIOK KE GUDANG PT. PUPUK KUJANG (CIKAMPEK)
Lebih terperinciJASA ANGKUTAN PUPUK ZA (AMMONIUM SULFATE) DARI PELABUHAN TANJUNG PRIOK KE GUDANG PT. PUPUK KUJANG - CIKAMPEK
Halaman : 1 dari 9 (RKS) JASA ANGKUTAN PUPUK ZA (AMMONIUM SULFATE) DARI PELABUHAN TANJUNG PRIOK KE GUDANG PT. PUPUK KUJANG - CIKAMPEK LOKASI : CIKAMPEK-KARAWANG, INDONESIA 0 JASA, ANGKUTAN PUPUK ZA (AMMONIUM
Lebih terperinciPROSES PENAMBANGAN BATUBARA
PROSES PENAMBANGAN BATUBARA 1. Pembersihan lahan (land clearing). Kegiatan yang dilakukan untuk membersihkan daerah yang akan ditambang mulai dari semak belukar hingga pepohonan yang berukuran besar. Alat
Lebih terperinci- 5 - LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 1823 K/30/MEM/ K TANGGAL : 7 Mei Maret 2018
- 2-2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Latar Belakang Perusahaan Lokasi tambang Perusahaan terletak di daerah Kutai Lama, Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Luas areal Kuasa Pertambangan
Lebih terperinci2015, No Biodiesel Dalam Kerangka Pembiayaan Oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 200
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1217, 2015 KEMEN ESDM. Bahan Bakar Nabati Pembiayaan Badan Pengelola. Kelapa Sawit. Pemanfaatan. Penyediaan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK
Lebih terperinci2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negar
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 966, 2014 KEMENKEU. Bea Keluar. Pemungutan. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146/PMK.04/2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI
Lebih terperinciMENTERI ENERGI DAN SUMBER DA VA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 32 TAHUN 2013
MENTERI ENERGI DAN SUMBER DA VA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 32 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IZIN KHUSUS DI BIDANG PERTAMBANGAN
Lebih terperinciPERSYARATAN ADMINISTRATIF UNTUK PEMBELIAN BATU BARA
PENGANTAR CEPOT GROUP melayani pembelian dari pihak pembeli mancanegara [end buyer / end user] dengan kesepatakan penerapan pengendalian mutu, kuantitas, kelengkapan dokumen serta manajemen transhipment,
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.512, 2014 KEMEN ESDM. Rekomendasi. Penjualan Mineral. Luar Negeri. Hasil Pengolahan. Pemurnian. Tata Cara. Persyaratan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
Lebih terperinciMENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,
MENTERi ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN BAHAN BAKAR NABATI JENIS
Lebih terperinciBerbagai Dokumen Penting Ekspor. Pertemuan ke-6
Berbagai Dokumen Penting Ekspor Pertemuan ke-6 BERBAGAI DOKUMEN EKSPOR 1. Invoice 2. Sales Contract 3. PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang ) 4. Full Set on Board Ocean Bill of Lading / Airway bill 5. Packing
Lebih terperinci- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM
- 2-2. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik
Lebih terperinci2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Orga
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1002, 2014 KEMENDAG. Batubara. Ekspor. Produk. Ketentuan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39/M-DAG/PER/7/2014 TENTANG KETENTUAN EKSPOR BATUBARA
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP - 61 /BC/2000 TENTANG TATACARA PENYERAHAN DAN PENATAUSAHAAN PEMBERITAHUAN
Lebih terperinciBAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN
39 BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kontrak Kerja PT Aikovito 1. Prosedur Kontrak Kerja Prosedur di dalam suatu proyek secara garis besar mempunyai beberapa tahapan yaitu sebagai berikut: a. Proses
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PERLAKUAN KEPABEANAN, PERPAJAKAN, DAN CUKAI SERTA PENGAWASAN ATAS PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG KE DAN DARI SERTA BERADA DI KAWASAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai sebuah negara besar yang sedang berkembang, konsumsi energi di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, termasuk konsumsi energi listrik. Berdasarkan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.517, 2012 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Ketentuan. Ekspor. Produk. Pertambangan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/M-DAG/PER/5/2012 TENTANG KETENTUAN
Lebih terperinci2017, No tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 06 Tahun 2017 tentang Tata Cara Dan Persyaratan Pemberia
No.687, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Penjualan Mineral ke Luar Negeri. Pensyaratan dan Pemberian Rekomendasi. Perubahan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 142/PMK.04/2011 TENTANG IMPOR SEMENTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 142/PMK.04/2011 TENTANG IMPOR SEMENTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146/PMK.04/2014
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG NOMOR 146/PMK.04/2014 PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 214/PMK.04/2008 TENTANG PEMUNGUTAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 276, 2015 KEMENHUB. Penumpang. Angkatan Laut. Pelayanan. Standar. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 37 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN
Lebih terperinci142/PMK.04/2011 IMPOR SEMENTARA
142/PMK.04/2011 IMPOR SEMENTARA Contributed by Administrator Thursday, 25 August 2011 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 142/PMK.04/2011 TENTANG IMPOR SEMENTARA
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2002 TANGGAL 16 JANUARI 2002 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI
KEPUTUSAN NOMOR 9 TAHUN 2002 TANGGAL 16 JANUARI 2002 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meringankan beban keuangan negara yang semakin berat dalam
Lebih terperinciPT MORES PRIMA INDONESIA
PERJANJIAN JUAL BELI TUNAI BATUBARA CRUSHING INDONESIA 6300 6100 kcal/kg ( Perjanjian Tunai Tongkang No.: XX.XX/PJBT-MPI/BT/II/11 ) ANTARA PT MORES PRIMA INDONESIA (KALTIM, INDONESIA) (Sebagai PENJUAL)
Lebih terperinciJauhari Alafi
Jauhari Alafi - 4106.100.045 Latar Belakang Produksi batubara Indonesia meningkat dari 2 juta ton pada 1985, 155 juta ton pada 2005, menjadi lebih dari 350 juta ton pada 2011. Kalimantan memiliki kondisi
Lebih terperinciAnalisis Model Pembiayaan Investasi Pengembangan Alur Pelayaran Berbasis Public Private Partnership (Studi Kasus: Sungai Kapuas)
1 Analisis Model Pembiayaan Investasi Pengembangan Alur Pelayaran Berbasis Public Private Partnership (Studi Kasus: Sungai Kapuas) Made Ary Januardana, Tri Achmadi Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi
Lebih terperinciPaparan Publik PT Trans Power Marine Tbk
Paparan Publik PT Trans Power Marine Tbk 1 Disclaimer Informasi dalam presentasi ini adalah informasi umum mengenai PT Trans Power Marine Tbk ( Perusahaan ) yang disiapkan oleh Perusahaan untuk paparan
Lebih terperinci2013, No.217 8
2013, No.217 8 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14/Permentan/OT.140/2/2013 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN HARGA PEMBELIAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PRODUKSI PEKEBUN TATA CARA
Lebih terperinci4.1 Gambaran Umum Perusahaan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan PT.Servo Meda Sejahtera yang selanjutnya disingkat SMS merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang kontraktor
Lebih terperinciPENGENDALIAN KUALITAS BATUBARA DENGAN SISTIM PENCAMPURAN PADA PT. BUKIT BAIDURI ENERGI SITE MERANDAI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR
PENGENDALIAN KUALITAS BATUBARA DENGAN SISTIM PENCAMPURAN PADA PT. BUKIT BAIDURI ENERGI SITE MERANDAI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR USMAN Fakultas Ekonomi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
Lebih terperinciBAB III SISTEM PEMBAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL
BAB III SISTEM PEMBAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL Tujuan Instruksional Khusus: Setelah menyelesaikan perkuliahan dengan Pokok Bahasan Sistem Pembayaran Perdagangan Internasional, mahasiswa akan dapat
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pelaksanaan pembangunan nasional telah menghasilkan perkembangan yang pesat dalam kehidupan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERLAKUAN KEPABEANAN, PERPAJAKAN, DAN CUKAI SERTA TATA LAKSANA PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG KE DAN DARI SERTA BERADA DI KAWASAN YANG
Lebih terperinciAmelia Febriani Kelompok 3 Buku Kerja Dokumen Produk Ekspor
1. Jelaskan tiga dokumen yang diperlukan untuk mengurus pengiriman sebelum melaksanakan ekspor! a. Delivery Order (DO), yaitu surat dari perusahaan pelayaran sebagai jawaban dari shipping instruction b.
Lebih terperinciPENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A10212 TENTANG PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN
PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A10212 TENTANG PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN PT MITRA BAHTERA SEGARA SEJATI TBK OLEH PT INDIKA ENERGY INFRASTRUCTURE I. LATAR BELAKANG 1.1 Berdasarkan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Copyright 2002 BPHN UU 10/1995, KEPABEANAN *9048 Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 10 TAHUN 1995 (10/1995) Tanggal: 30 DESEMBER 1995 (JAKARTA) Sumber: Tentang: KEPABEANAN
Lebih terperinci4.1. Pengolahan Data BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pengumpulan data merupakan kegiatan mencari data-data yang diperlukan sebagai bahan penulis untuk melakukan analisa untuk melakukan analisa sesuai
Lebih terperinciSEMINAR PROGRESS TUGAS AKHIR (MN ) Analisis Penerapan Continuous Coal Transport Mode Untuk Angkutan Batubara di Sungai
SEMINAR PROGRESS TUGAS AKHIR (MN 091482) Analisis Penerapan Continuous Coal Transport Mode Untuk Angkutan Batubara di Sungai Erzad Iskandar Putra (4107100098) Dosen Pembimbing Ir. Tri Achmadi Ph.D Latar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang penting terhadap tercapainya target APBN yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) merupakan salah satu unsur penerimaan negara yang masuk di dalam struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan
A. Ekspor BAB II LANDASAN TEORI 1. Pengertian Ekspor Ekspor merupakan upaya melakukan penjualan komoditi yang kita miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta
Lebih terperinciKAJIAN TEKNIS BELT CONVEYOR DAN BULLDOZER DALAM UPAYA MEMENUHI TARGET PRODUKSI BARGING PADA PT ARUTMIN INDONESIA SITE ASAM-ASAM
KAJIAN TEKNIS BELT CONVEYOR DAN BULLDOZER DALAM UPAYA MEMENUHI TARGET PRODUKSI BARGING PADA PT ARUTMIN INDONESIA SITE ASAM-ASAM M. Zaini Arief 1*, Uyu Saismana 2, Ahmad Juaeni 3 1 Mahasiswa Program Studi
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. Perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL) adalah perusahaan
BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Pemajakan PPh Pasal 23 atas Transaksi Pemakaian Jasa Trucking Selama Ini Perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL) adalah perusahaan yang bergerak dalam pengurusan
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2002 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 90 TAHUN 2002 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meringankan beban keuangan Negara yang semakin berat dalam penyediaan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DI PELABUHAN
PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DI PELABUHAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam upaya
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2001 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2001 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa dalam rangka meringankan beban keuangan
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2002 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2002 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI Menimbang : a. bahwa dalam rangka meringankan beban keuangan Negara yang semakin berat
Lebih terperinciSE - 48/PJ/2011 TATA CARA PENGENAAN PBB SEKTOR PERTAMBANGAN NON MIGAS SELAIN PERTAMBANGAN ENERGI PA
SE - 48/PJ/2011 TATA CARA PENGENAAN PBB SEKTOR PERTAMBANGAN NON MIGAS SELAIN PERTAMBANGAN ENERGI PA Contributed by Administrator Wednesday, 03 August 2011 Pusat Peraturan Pajak Online 3 Agustus 2011 SURAT
Lebih terperinciBAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
vii DAFTAR ISI Halaman Judul..... i Halaman Pengesahan..... ii Kata Pengantar..... iii Abstrak.... v Abstract... vi Daftar Isi... vii Daftar Gambar.... ix Daftar Tabel... x Daftar Notasi... xii Lampiran....
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 38 TAHUN 1991 TENTANG PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL NEGARA KE DALAM MODAL SAHAM PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT. TAMBANG BATUBARA BUKIT ASAM PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa untuk
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah Perusahaan PT Mitra Kargo Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa pelayanan dan pengurusan atas kegiatan yang
Lebih terperinciMENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 5 ayat (4), Pasal 10A
Lebih terperinci- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM
- 2-2. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERLAKUAN KEPABEANAN, PERPAJAKAN, DAN CUKAI SERTA TATA LAKSANA PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG KE DAN DARI SERTA BERADA DI KAWASAN YANG
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERLAKUAN KEPABEANAN, PERPAJAKAN, DAN CUKAI SERTA TATA LAKSANA PEMASUKAN DAN PENGELUARAN
Lebih terperinciI. U M U M. TATA CARA PANEN.
LAMPIRAN : PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 17/Permentan/OT.140/2/2010 TANGGAL : 5 Pebruari 2010 TENTANG : PEDOMAN PENETAPAN HARGA PEMBELIAN TANDA BUAH SEGAR (TBS) KELAPA SAWIT PRODUKSI PEKEBUN TATA
Lebih terperinciMENTERI PERHUBUNGAN. Menimbang :
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 1994 TENTANG TARIF JASA KEPELABUHAN UNTUK KAPAL ANGKUTAN LAUT LUAR DI PELABUHAN LAUT YANG DIUSAHAKAN MENTERI PERHUBUNGAN Menimbang : Mengingat : a.
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN
UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia
Lebih terperinciANALISIS KAPASITAS PRODUKSI EXCAVATOR PADA PROYEK PERUMAHAN PERTAMINA CIBUBUR
57 ANALISIS KAPASITAS PRODUKSI EXCAVATOR PADA PROYEK PERUMAHAN PERTAMINA CIBUBUR Z.A Fikri 1), Budi Rahmawati 2), Ninik Paryati 3) 1,2,3) Teknik Sipil Universitas Islam 45 Bekasi Jl. Cut Meutia No. 83
Lebih terperinciBUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG
BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG TARIF SEMENTARA ANGKUTAN PENUMPANG UMUM LOKAL DI WILAYAH KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, termasuk Amerika Serikat, China, Australia, India, Rusia, dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambangan batubara merupakan kegiatan industri yang penting di berbagai belahan dunia, termasuk Amerika Serikat, China, Australia, India, Rusia, dan Afrika Selatan.
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciMENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA
MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 17 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN HARGA PATOKAN PENJUALAN MINERAL DAN BATUBARA
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pelaksanaan pembangunan nasional telah menghasilkan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 148/PMK.04/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 145/PMK.04/2007 TENTANG KETENTUAN KEPABEANAN DI BIDANG EKSPOR DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa dalam rangka meringankan beban keuangan
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meringankan beban keuangan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pelaksanaan pembangunan nasional telah menghasilkan
Lebih terperinciNOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa pelaksanaan pembangunan nasional telah menghasilkan
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1969 TENTANG TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1967 TENTANG KETENTUAN- KETENTUAN POKOK PERTAMBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pastinya berdampak pula pada para produsen atau supplier alat-alat berat tersebut.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan industri alat berat dewasa ini mengalami kemajuan yang sangat pesat seiring dengan berkembangnya pembangunan industri secara global. Hal ini pastinya berdampak
Lebih terperinciANALISA ANGKUTAN BATU BARA DENGAN KONSEP PENGGUNAAN TONGKANG KOSONG DI PELABUHAN DAN PEMANFAATAN PASANG SURUT SUNGAI
ANALISA ANGKUTAN BATU BARA DENGAN KONSEP PENGGUNAAN TONGKANG KOSONG DI PELABUHAN DAN PEMANFAATAN PASANG SURUT SUNGAI Diajukan untuk memenuhi salah satu mata kuliah tugas akhir sebagai persyaratan kelulusan
Lebih terperinciKEPUTUSAN DIREKSI (Persero) PELABUHAN INDONESIA II NOMOR HK.56/2/25/PI.II-02 TANGGAL 28 JUNI 2002
KEPUTUSAN DIREKSI (Persero) PELABUHAN INDONESIA II NOMOR HK.56/2/25/PI.II-02 TANGGAL 28 JUNI 2002 TENTANG TARIF PELAYANAN JASA PETIKEMAS PADA TERMINAL PETIKEMAS DI LINGKUNGAN PT (PERSERO) PELABUHAN INDONESIA
Lebih terperinciBagaimana perusahaan bapak mengatasi masalah keterlambatan produk yang dipesan? dan bagaimana menjelaskan keterlambatan tersebut ke customer?
Wawancara I Pertanyaan no. 1 Bagaimana perusahaan bapak mengatasi masalah keterlambatan produk yang dipesan? dan bagaimana menjelaskan keterlambatan tersebut ke customer? Jb. belum ada cara untuk mengatasi
Lebih terperinciBAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN
BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah Perusahaan 3.1.1 Riwayat Perusahaan PT. Mega Segara merupakan salah satu perusahaan jasa transportasi di Jakarta Utara yang bergerak di bidang jasa pengiriman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seiring kemajuan teknologi, kebutuhan akan listrik menjadi kebutuhan utama bagi keberlangsungan hidup manusia, tidak hanya untuk skala rumah tangga terlebih untuk dunia
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 14 / PMK.07 / 2007 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 14 / PMK.07 / 2007 TENTANG PENETAPAN ALOKASI KURANG BAYAR DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM PERTAMBANGAN UMUM TAHUN ANGGARAN 2003 YANG
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 148/PMK.04/2011 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 148/PMK.04/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 145/PMK.04/2007 TENTANG KETENTUAN KEPABEANAN DI BIDANG
Lebih terperinciPutusan Pengadilan Pajak Nomor: Put.28914/PP/M.I/16/2011
Putusan Pengadilan Pajak Nomor: Put.28914/PP/M.I/16/2011 Jenis Pajak : Pajak Pertambahan Nilai Tahun Pajak : 2007 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi sengketa dalam banding ini adalah koreksi Dasar Pengenaan
Lebih terperinci7 MEKANISME PENYEDIAAN DAN DISTRIBUSI ES
46 7 MEKANISME PENYEDIAAN DAN DISTRIBUSI ES Pembahasan mengenai Mekanisme penyediaan dan pendistribusi es adalah untuk mengetahui bagaimana suatu pabrik es sebagai fasilitas penyediaan es berjalan sesuai
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 14/Permentan/OT.140/2/2013 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN HARGA PEMBELIAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PRODUKSI PEKEBUN
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 14/Permentan/OT.140/2/2013 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN HARGA PEMBELIAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PRODUKSI PEKEBUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013
KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013 I. SUBSIDI BBM TAHUN 2013 a. Subsidi BBM Dalam Undang-undang No.19 Tahun tentang APBN 2013, anggaran subsidi BBM dialokasikan sebesar
Lebih terperinciApabila ada tanggapan terhadap draft ini mohon dikirimkan ke:
Draft 11/03/2011 Apabila ada tanggapan terhadap draft ini mohon dikirimkan ke: puu.sdbh.minerba@gmail.com PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IZIN USAHA
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2002 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2002 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka meringankan beban keuangan
Lebih terperinciBentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 10 TAHUN 1995 (10/1995) Tanggal: 30 DESEMBER 1995 (JAKARTA) Sumber:
Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 10 TAHUN 1995 (10/1995) Tanggal: 30 DESEMBER 1995 (JAKARTA) Sumber: Tentang: KEPABEANAN Indeks: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG
PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN
Lebih terperinci