BAB IV STRATEGI DAN RENCANA IMPLEMENTASI
|
|
- Widyawati Tanudjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV STRATEGI DAN RENCANA IMPLEMENTASI Analisis finansial dan resiko tiap alternatif investasi berdasarkan metode pembobotan menunjukkan bahwa loading port merupakan kegiatan investasi yang tepat sebagai entry point PT. Metasindo Sentral Dinamika ke dalam industri batubara. Dari kajian finansial, dapat disimpulkan bahwa loading port menghasilkan performansi investasi yang cukup bagus, baik dalam analisa NPV, IRR, atau Payback Period, ROI, dan ROE. Kajian resiko terhadap alur distribusi batubara menunjukkan loading port merupakan mata rantai yang penting dalam proses distribusi batubara. Sebagai tindak lanjut dari analisis ini, rencana implementasi akan meliputi kajian kemitraan, permodalan, tahapan aktivitas dan waktu pelaksanaan, jumlah unit yang akan didedikasikan untuk melakukan aktivitas-aktivitas ini, serta kebutuhan sumber daya yang diperlukan. Suatu industri pertambangan termasuk didalamnya industri pendukung pelabuhan muat batubara merupakan urutan-urutan kegiatan yang berkesinambungan, mulai dari tahapan prospeksi, eksplorasi, evaluasi, sampai dengan pemasaran (lihat Gambar 2.1) Secara umum aliran kegiatan industri pertambangan dimulai dengan tahapan prospeksi yang kemudian dilanjutkan dengan eksplorasi. Langkah pertama implementasi investasi dimulai dengan menentukan wilayah untuk membangun loading port setelah itu memasuki tahapan pre-studi kelayakan (prefeasibility study) sampai dengan tahapan studi kelayakan (feasibility study). Dari tahap pre-studi kelayakan resiko kegagalan bertambah bersar hingga studi kelayakan final dilakukan. Setelah studi kelayakan dilakukan, barulah pembangunan loading port dapat mulai dilakukan (lihat Gambar 2.2). 139
2 Gambar 4.1 Tahapan dan Resiko Implementasi Investasi 4.1 Strategi Pembangunan Loading Port Strategi Kemitraan Dari kunjungan lapangan diketahui bahwa sangat sulit untuk mendapatkan persetujuan pemerintah daerah dan masyarakat setempat untuk melakukan kegiatan investasi termasuk membangun infrastruktur pelabuhan khusus untuk memuat batubara. Kesulitan ini bahkan dialami oleh perusahaan penambang batubara yang sudah lama beroperasi di Kalimantan selatan. Namun bagi masyarakat asli daerah setempat, asalkan memiliki modal yang cukup mereka dapat melakukan pembangunan infrastruktur penunjang dalam industri batubara termasuk loading port. Celah ini dapat dimanfaatkan dengan cara melakukan kemitraan dengan tokoh penduduk setempat dalam melakukan kegiatan usaha. Pada prinsipnya, penduduk setempat harus merasakan manfaat dari kegiatan investasi yang berlangsung di daerah tempat tinggal mereka. 140
3 Pada tahap awal, setelah lokasi pasti untuk loading port di tetapkan selanjutnya adalah melobi tokoh / tetua adat setempat dengan meyakinkannya bahwa kegiatan investasi dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar. Langkah konkritnya adalah dengan membentuk suatu badan usaha berupa KUD (Koperasi Unit Desa) yang memiliki izin untuk melakukan pembangunan dan pengelolaan pelabuhan muat batubara. KUD ini kepemilikannya dibagi 2 antara tokoh masyarakat setempat dan wakil dari PT. Metasindo dengan kewenangan operasional berada di tangan wakil dari PT. Metasindo. KUD ini hanya berperan sebagai jalan untuk memperoleh izin untuk pembangunan loading port. Adapun untuk pengelolaan dan pengoperasian loading port, maka KUD hanya boleh menunjuk PT. Metasindo sentral dinamika sebagai pihak pengelola dengan jumlah royalty / bagi hasil tertentu untuk KUD dan masyarakat sekitar. Wakil Masyarakat Setempat Wakil Perusahaan / Pemilik Modal KUD pemegang izin pelabuhan muat Perusahaan Pengelola Pelabuhan Muat Gambar 4.2 Strategi Kemitraan Pembangunan Loading Port 141
4 4.1.2 Strategi Pemasaran Dengan kondisi kekurangan slot yang dialami oleh perusahaan perusahaan pertambangan batubara, cukup mudah bagi pelabuhan muat mendapatkan order pemuatan batubara. Hal ini dimungkinkan mengingat banyak perusahaan tambang batubara berebut slot untuk melakukan pemuatan batubara ke tongkang sungai. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk menawarkan pada perusahaan-perusahaan tersebut slot dimasa yang akan datang (3 4 bulan) dengan cara mengajak stakeholder dari perusahaan tersebut bermitra dalam suatu joint venture untuk membangun loading port Strategi Pendanaan Pendanaan untuk kegiatan pembangunan pelabuhan muat ini dapat diperoleh melalui pinjaman bank dengan agunan L/C dari perusahaan batubara dengan komposisi 85% pinjaman dan 15% uang sendiri. Cara lain adalah dengan melobby agar persusahaan tambagn bersedia membayar biaya untuk pemuatan batubara selama setahun dibayar dimuka pada PT. Metasindo dengan jaminan ketersediaan slot pemuatan batubara. 4.2 Rencana Implementasi Rencana implementasi disusun dengan mengedepankan proses kemitraan dan pemasaran di tahap awal untuk menghindari resiko pasar dan resiko bisnis. Tahapan Rencana implementasi meliputi : 1. Penentuan Lokasi 2. Studi Kelayakan 3. Pemasaran 4. Kemitraan 5. Take Over Lahan 6. Pembangunan Jalan 7. Persiapan Lokasi 142
5 8. Pembangunan Infrastruktur 9. Pengadaan Peralatan Proses penentuan lokasi hingga mulai beroperasinya loading port diperkirakan memakan waktu 6 bulan. Tahapan dan waktu rencana implementasi detail diperlihatkan pada gambar 4.2. Kegiatan Penentuan Lokasi Studi Kelayakan Pemasaran Kemitraan Take Over Lahan Pembangunan Jalan Persiapan Lokasi Pembangunan Infrastruktur Pengadaan Peralatan Mulai Operasi Gambar 4.3 Tahapan dan Waktu Rencana Implementasi 1. Penentuan Lokasi Lokasi pelabuhan muat ditentukan dengan melakukan analisis terhadap kapasitas produksi batubara suatu wilayah dan kapasitas pemuatan batubara melalui pelabuhan sungai yang terdapat di wilayah tersebut atau yang merupakan pintu keluar batubara dari suatu wilayah. Dari analisis lokasi tersebut dapat diketahui apakah terdapat kekurangan kapasitas pemuatan atau tidak. Bila wilayah tersebut mengalami kekurangan kapasitas pemuatan maka harus dikaji lebih jauh apakah diperlukan suatu loading port baru atau tidak. 143
6 Selain faktor kekurangan kapasitas, lokasi tambang juga mempengaruhi lokasi loading port. Bila PT. Metasindo berencana untuk mengakuisisi tambang batubara, maka perlu dipastikan batubara tersebut memiliki fasilitas loading port sebagai infrastruktur distribusinya. Gambar 4.4 Peta Lokasi Pelabuhan Muat Batubara (Tanda Bintang) Lokasi loading port untuk wilayah Kalimantan selatan yang potensial terdapat di daerah Banjarmasin, Tabonio, Jorong, Asam-asam, Tanjung Samalantakan, Tanjung Pemancingan, Satui, Batulicin, dan Tapin. 144
7 Pemilihan lokasi juga dilakukan dengan menghitung jarak tempuh tongkang dari pelabuhan muat menuju ke laut tempat mother vessel menunggu. Tabel dibawah menunjukkan kelebihan dan kekurangan dari lokasi loading port relatif terhadap waktu tempuh. Penentuan lokasi memerlukan waktu kurang lebih selama 2 minggu. Waktu Tempuh Harga Tanah Kedalaman Sungai Jarak Jalan Sumber Energi 4 Jam 50 Juta / Hektar Dalam (> 6 m) 1 km Listrik PLN 8 Jam 40 Juta / Hektar Sedang (3 6) 5 km Genset 12 Jam 25 Juta / Hektar Dangkal (< 3 m) 10 km Genset 2. Studi Kelayakan Kegiatan studi kelayakan dilaksanakan parallel dengan penentuan lokasi pelabuhan muat. Kegiatan ini juga termasuk menentukan lokasi dimana pelabuhan muat akan dibangun. Selain penentuan lokasi, studi kelayakan juga menjajaki masalah pemasaran, perizinan, ketersediaan infrastruktur pendukung seperti jalan dan listrik, resistensi dari masyarakat setempat, kajian teknis dan operasional serta kajian keuangan dan resiko. Studi kelayakan memerlukan waktu sekitar empat minggu. 3. Pemasaran Kegiatan pemasaran mulai dilakukan pada minggu ketiga bilamana studi kelayakan menyatakan pembangunan loading port di lokasi tersebut memiliki prospek yang cerah serta memenuhi kriteria-kriteria yang ditentukan. Pemasaran dilakukan berdasarkan strategi pemasaran yang telah ditentukan sebelumnya yaitu dengan menggandeng stakeholder dari perusahaan-perusahaan tambang batubara sebagai mitra. Kepada stakeholder tersebut diawarkan untuk mendapat jaminan ketersediaan slot dan kemudahan lainnya dengan imbalan PT. Metasindo memiliki privileges dapat membeli 30% dari produksi batubara. Jumlah 30% batubara ini yang nantinya 145
8 akan digunakan sebagai bahan baku untuk blending batubara bilamana terdapat pesanan dari buyer. Adanya jasa blending ini dapat menaikkan image dari pelabuhan muat serta sebagai sumber pendapatan tambahan bagi perusahaan. Kegiatan pemasaran dilakukan pada minggu ke-4 dengan dan memerlukan waktu sekitar 1 bulan untuk me-lobby perusahaan batubara agar menggunakan PT. Metasindo sebagai tempat memuat batubara. 4. Kemitraan Kegiatan kemitraan dengan cara membentuk KUD dilakukan selama kurang lebih 4 minggu dengan melobby para pemuka wilayah tempat dimana loading port akan dibangun untuk ikut bekerjasama melakukan bisnis pelabuhan muat batubara. Kegiatan kemitraan dilakukan berdasarkan strategi kemitraan yang telah disusun sebelumnya. 5. Take Over Lahan / Pembebasan Lahan Dari semua tahapan implementasi, proses pembebasan lahan merupakan proses paling penting dan memiliki resiko paling tinggi. Dalam kegiatan ini perusahaan harus ekstra hati-hati agar terhindar dari permasalahan sengketa lahan. Sengketa lahan merupakan permasalahan yang sering terjadi dalam proses pembebasan lahan di daerah Kalimantan selatan. Status pemilikan dan penggunaan lahan merupakan aspek yang harus diteliti mendalam pada proses pembebasan lahan ini. Lahan yang diperlukan untuk tempat pelabuhan muat ini adalah sebesar kurang lebih 30 Ha termasuk untuk stockpile batubara. Selain itu juga diperlukan lahan untuk jalan akses ke loading port. Jalan yang akan dibangun direncanakan berjarak 5 km dengan lebar jalan 4 meter dan bahu jalan masing masing 1 meter. Jalan merupakan jalan aspal dengan ketebalan 5 cm. Proses pembebasan lahan ini memakan waktu sekitar 6 minggu dimana 4 minggu pertama adalah alokasi waktu untuk melakukan verifikasi atas status lahan. 146
9 6. Pembangunan Jalan Setelah dilakukan pembebasan lahan untuk jalan, maka kegiatan selanjutnya adalah melakukan pembersihan lahan dan perataan terhadap tanah untuk jalan sehingga dapat dilalui oleh kendaraan walaupun jalan belum di aspal. Proses ini memakan waktu sekitar 6 bulan. Setelah perataan, selanjutnya dilakukan pengaspalan dengan waktu sekitar 10 minggu. Proses pembangunan jalan ini diserahkan kepada kontraktor pembangun jalan dengan biaya sekitar US$ 80 / m Persiapan Lokasi Persiapan lokasi pelabuhan dilakukan dengan rincian kegiatan : 1. membersihkan lahan dari pepohonan. 2. Perataan kontur tanah untuk memudahkan mobilitas kendaraan 3. Pengerasan tanah dengan pelapisan dan stum agar kuat bila dilalui kendaraan berat. 4. Pengalokasian lahan untuk stockpile, kegiatan blending dan kegiatan pemuatan (loading) 8. Pembangunan Infrastruktur 1. Pembangunan Dermaga (konstruksi beton) 2. Pembangunan pagar mengelilingi areal pelabuhan seluas 30 Ha 3. Pembangunan Rangka Conveyor Belt 4. Pembangunan Kantor, Mess, Gudang, Bengkel serta sarana pendukung lainnya. 5. Pembangunan Jembatan Timbang dan pos-pos pemeriksaan. Pembangunan Infrastruktur memerlukan waktu sekitar 6 minggu dan pengerjaannya diserahkan kepada kontraktor menurut jenisnya. 147
10 9. Pengadaan Peralatan Pemilihan peralatan dan armada untuk keperluan pelabuhan muat dilakukan dengan pertimbangan utama sebagai berikut : a. secara teknologi mudah dimengerti dan diaplikasikan b. fleksibel terhadap perubahan-perubahan kondisi tambang c. suku cadang mudah didapat sehingga perawatan armada tambang dapat dilakukan dengan baik d. tidak memerlukan biaya insfrastruktur yang besar pada saat mulai operasi. e. Biaya pengadaan yang rendah f. Biaya operasi yang murah Armada tambang ditentukan berdasarkan pertimbangan efisiensi, produktifitas, K3LH, biaya pengadaan dan dukungan purna jual. 4.4 Rekrutmen Tenaga Kerja Tenaga kerja yang akan dilibatkan dalam proyek ini dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu tenaga kerja siap pakai untuk posisi-posisi kunci dan tenaga kerja belum berpengalaman yang kemudian akan di training secara khusus sesuai dengan jabatan / kegiatan yang akan dilakukan. Perekrutan tenaga kunci adalah berdasarkan kualifikasi (pengalaman dan keahlian) dan kedekatan (rekomendasi). Untuk jenis pekerjaan umum dapat merekrut tenaga kerja lokal sebagai bagian dari community development. Posisi Kunci untuk kegiatan loading port ini adalah load master yang bertanggung jawab menyusun rencana pemuatan dan pengiriman batubara di port. Load master juga menentukan urutan dan waktu masuknya batubara dari stock pile perusahaan tambang. 148
11 4.5 Struktur Organisasi Perusahaan Struktur organisasi di buat berdasarkan pertimbangan pertimbangan sebagai berikut : a. Kegiatan operasional dan jadwal kerja di lapangan b. Kemudahan dalam pengendalian aktivitas harian c. Mempunyai kemampuan merespon kebutuhan saat ini dan kemungkinan pengembangan perusahaan di masa yang akan datang d. Efisiensi e. Adanya alur wewenang dan batasan tanggung jawab yang jelas bagi setiap karyawan dalam menjalankan tugasnya 4.6 Strategi Pengelolaan Resiko Kemungkinan Resiko Yang Terjadi : 1. Sengketa Lahan Probabilitas : Likely Dampak : Major Saran Pengelolaan Resiko : Melakukan verifikasi faktual pada masyarakat sekitar dan verifikasi legal ke pemerintah dan badan pertanahan. Lahan adalah atas nama KUD dengan pemuka adat yang menjadi pengurus KUD ikut bertanggung jawab terhadap status lahan. 2. Regulasi & Kepastian Hukum Probabilitas : Unlikely Dampak : Catastrophic Saran Pengelolaan Resiko : 149
12 Melakukan lobby ke pemerintah daerah dan masyarakat. Membentuk organisasi yang membawahi kegiatan pelabuhan dan pelayaran yang ikut menentukan kebijakan di sektor ini. 3. Resiko Operasi (Kecelakaan kerja, kerusakan alat, ketiadaan supply) Probabilitas : Moderate Dampak : Minor Saran Pengelolaan Resiko : 1. Menyusun SOP berdasarkan K3LH 2. Asuransi 3. Menentukan waktu dan lama shift yang membuat pekerja bekerja dengan baik. 4. Memiliki pembangkit listrik sendiri (genset) 5. Bermitra dengan pihak penyedia bahan bakar. 4. Resiko Keamanan (Pencurian, Penjarahan, Sabotase) Probabilitas : Likely Dampak : Moderate Saran Pengelolaan Resiko : 1. Asuransi 2. Meminta unsur satuan tempur TNI sebagai satuan pengaman untuk di lokasi pelabuhan dan di tongkang 3. Bekerja sama dengan aparat kepolisian 4. Membentuk pengamanan swadaya bersama elemen masyarakat. 150
INVESTASI PADA BISNIS PELABUHAN MUAT BATUBARA TERPADU, SEBAGAI STRATEGI OPTIMASI KEUNTUNGAN PT.METASINDO SENTRAL DINAMIKA PADA INDUSTRI BATUBARA
INVESTASI PADA BISNIS PELABUHAN MUAT BATUBARA TERPADU, SEBAGAI STRATEGI OPTIMASI KEUNTUNGAN PT.METASINDO SENTRAL DINAMIKA PADA INDUSTRI BATUBARA (OBSERVASI LAPANGAN INDUSTRI BATUBARA DI DAERAH TAPIN, BANJARMASIN,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Wilayah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketersediaan listrik merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan berbagai kegiatan dapat dilakukan dengan adanya peralatan
Lebih terperinci4.1 Gambaran Umum Perusahaan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan PT.Servo Meda Sejahtera yang selanjutnya disingkat SMS merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang kontraktor
Lebih terperinciPERBANDINGAN BIAYA MANFAAT PEMBANGUNAN GEDUNG PERTEMUAN UMUM KUALA KAPUAS KALIMANTAN TENGAH
PERBANDINGAN BIAYA MANFAAT PEMBANGUNAN GEDUNG PERTEMUAN UMUM KUALA KAPUAS KALIMANTAN TENGAH Prance Abel Laboratorium Manajemen Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS Tel. 031-5939925, Fax 031-5939510
Lebih terperinci2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L
No.394, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Terminal Khusus. Terminal untuk Kepentingan Sendiri. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 20 TAHUN 2017 TENTANG
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2007 TENTANG KEGIATAN USAHA PANAS BUMI
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2007 TENTANG KEGIATAN USAHA PANAS BUMI I. UMUM Sumber daya Panas Bumi merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan manfaat
Lebih terperinciCV. PERMATA AL ZAHRA A BRIEF HISTORY
A BRIEF HISTORY CV. PERMATA AL ZAHRA didirikan pada tahun 2003 bergerak dalam bidang usaha pertambangan dan pertambangan batubara. CV. PERMATA AL ZAHRA adalah salah satu perusahaan pertambangan swasta
Lebih terperinciBAB VII TATA LETAK PABRIK. kelancaran proses produksi. Pabrik T-Butyl Alcohol dengan kapasitas
92 BAB VII TATA LETAK PABRIK A. Lokasi Pabrik Lokasi pabrik sangat mempengaruhi kemajuan dan kelangsungan dari suatu industri. Lokasi pabrik akan berpengaruh secara langsung terhadap kelangsungan hidup
Lebih terperinciDATA TAKE OVER (TO) TAMBANG BATUBARA
LOKASI KABUPATEN BARITO TIMUR KALIMANTAN TENGAH NAMA KP LOKASI TAMBANG IZIN USAHA PERTAMBANGAN (IUP) LUAS KODE WILAYAH KALORY BATUBARA JARAK HAULING KE PELABUHAN PELABUHAN MUAT KAPASITAS MUAT HARGA TAKE
Lebih terperinciVII. TATA LETAK PABRIK
VII. TATA LETAK PABRIK A. Lokasi Pabrik Penentuan lokasi pabrik adalah salah satu hal yang terpenting dalam mendirikan suatu pabrik. Lokasi pabrik akan berpengaruh secara langsung terhadap kelangsungan
Lebih terperinciLOKASI. Secara harafiah dapat diartikan sebagai berikut:
TEORI TEMPAT LOKASI LOKASI Secara harafiah dapat diartikan sebagai berikut: LOKASI Lokasi dalam Ruang dapat dibedakan menjadi: Lokasi Absolut Lokasi Relatif LOKASI ABSOLUT Merupakan Lokasi yang berkenaan
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS PELAKSANAAN PERENCANAAN ALUR PELAYARAN
BAB 4 ANALISIS PELAKSANAAN PERENCANAAN ALUR PELAYARAN Tujuan pembahasan analisis pelaksanaan perencanaan alur pelayaran untuk distribusi hasil pertambangan batubara ini adalah untuk menjelaskan kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM
BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Indonesia merupakan negara kepulauan dengan potensi luas perairan 3,1 juta km 2, terdiri dari 17.508 pulau dengan panjang garis pantai ± 81.000 km. (Dishidros,1992).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batubara merupakan bahan galian yang strategis dan salah satu bahan baku energi nasional yang mempunyai peran yang besar dalam pembangunan nasional. Informasi mengenai
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN
BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT Sejahtera Alam Energy adalah salah satu perusahaan di bidang pengembangan energi panas bumi yang memiliki wilayah kerja panas bumi di Baturraden,
Lebih terperinci2016, No kepelabuhanan, perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan L
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1867, 2016 KEMENHUB. Pelabuhan Laut. Penyelenggaraan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 146 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN
Lebih terperinciVII. LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK
128 VII. LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK A. Lokasi Pabrik Penentuan lokasi pabrik adalah salah satu hal yang terpenting dalam mendirikan suatu pabrik. Lokasi pabrik akan berpengaruh secara langsung terhadap
Lebih terperinciBab PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Letak geografis Negara Indonesia berada pada daerah tropis yang terdiri dari kepulauan yang tersebar dan memiliki sumber daya alam yang sangat menguntungkan, antara
Lebih terperinciKAJIAN ASPEK TEKNIS DAN ASPEK EKONOMIS PROYEK PACKING PLANT PT. SEMEN INDONESIA DI BANJARMASIN
TUGAS AKHIR KAJIAN ASPEK TEKNIS DAN ASPEK EKONOMIS PROYEK PACKING PLANT PT. SEMEN INDONESIA DI BANJARMASIN DIYAH TRI SULISTYORINI - 3111.105.037 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Izin Khusus. Pertambangan. Mineral Batu Bara. Tata Cara.
No.1366, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Izin Khusus. Pertambangan. Mineral Batu Bara. Tata Cara. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK
Lebih terperinciPT GOLDEN EAGLE ENERGY Tbk MATERI PAPARAN PUBLIK (PUBLIC EXPOSE )
PT GOLDEN EAGLE ENERGY Tbk MATERI PAPARAN PUBLIK (PUBLIC EXPOSE ) FOUR SEASONS HOTEL 16 JUNI 2014 DAFTAR ISI 1 SEKILAS MENGENAI PERSEROAN 2 KINERJA PERSEROAN 3 STRATEGI PERSEROAN SEKILAS MENGENAI PERSEROAN
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. 1. Imam Budi Rahardjo, Mengenal Batubara, Berita Iptek, 2006, Jakarta
DAFTAR PUSTAKA 1. Imam Budi Rahardjo, Mengenal Batubara, Berita Iptek, 2006, Jakarta 2. Faridz Tirasonjaya, Ilmu Batubara, 2006. 3. Gentry, D.W, O neill, T.J, Mine Investment Analysis, American Institute
Lebih terperinciBAB VII LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK
116 BAB VII LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK A. Lokasi Pabrik Penentuan lokasi pabrik merupakan salah satu pertimbangan penting dalam upaya mendirikan suatu pabrik, karena harus dapat memberikan keuntungan
Lebih terperinciTATA LETAK PABRIK. A. Lokasi Pabrik. Penentuan lokasi pabrik adalah salah satu hal yang terpenting dalam
VII. TATA LETAK PABRIK A. Lokasi Pabrik Penentuan lokasi pabrik adalah salah satu hal yang terpenting dalam mendirikan suatu pabrik. Lokasi pabrik akan berpengaruh secara langsung terhadap kelangsungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan PLTU Cilacap 2X300 MW ditujukan selain untuk memenuhi kebutuhan listrik juga ditujukan untuk meningkatkan keandalan tegangan di
Lebih terperinciMENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN
SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU KETUA DEWAN NASIONAL KAWASAN EKONOMI KHUSUS NOMOR : PER-08/M.EKON/10/2011 TENTANG PEDOMAN EVALUASI USULAN PEMBENTUKAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Lebih terperinciBAB II PROFILE PERUSAHAAN
BAB II PROFILE PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat PT Pamapersada Nusantara PT Pamapersada Nusantara (PAMA) adalah anak perusahaan milik PT United Tractors Tbk, distributor kendaraan konstruksi berat Komatsu
Lebih terperinciBAB. VII LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK
BAB. VII LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK A. Lokasi Pabrik Penentuan lokasi pabrik adalah salah satu hal yang terpenting dalam mendirikan suatu pabrik. Lokasi pabrik akan berpengaruh secara langsung terhadap
Lebih terperinciMenunggu Jalur Lintas Selatan Pulau Jawa Menjadi Kenyataan
Menunggu Jalur Lintas Selatan Pulau Jawa Menjadi Kenyataan Pulau Jawa yang termasuk dalam kelompok Kawasan Telah Berkembang di Indonesia, merupakan wilayah dengan perkembangan perekonomian yang sangat
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Dalam pengembangan bisnisnya, PT. Sandya Hara Gantari yang bergerak di bidang jasa konstruksi infrastruktur telekomunikasi berencana akan menjalankan usaha baru yaitu jasa preventive maintenance
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG BATUBARA DI KALIMANTAN SELATAN
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG BATUBARA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang
Lebih terperinci1. Penumpang ANALISA LAHAN PABRIK KARET. 2. Pengunjung 3. Pengantar. 6. Pedagang / penyewa stan JEMBATAN SUTOYO JALAN SUTOYO PEMUKIMAN
LATAR BELAKANG Sektor transportasi merupakan salah satu hal terpenting mencapai standar kehidupan tinggi. Dan transportasi mempunyai peranan penting memantapkan perwujudan dan perkembangan kawasan kota
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batubara merupakan bahan galian yang strategis dan salah satu bahan baku energi nasional yang mempunyai peran yang besar dalam pembangunan nasional. Informasi mengenai sumberdaya
Lebih terperinciPeraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang
- 2 - Pertambangan Mineral dan Batubara sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2017 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri pertambangan membutuhkan suatu perencanaan yang baik agar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pertambangan membutuhkan suatu perencanaan yang baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik dari segi materi maupun waktu. Dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini tentu akan meningkatkan resiko dari industri pertambangan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pertambangan merupakan salah satu industri yang membutuhkan investasi besar, teknologi yang memadai serta beresiko tinggi terutama pada tahap eksplorasi. Untuk
Lebih terperinciPOLA PENGEMBANGAN ENERGI PERDESAAN DENGAN SWADAYA MASYARAKAT
Latar Belakang POLA PENGEMBANGAN ENERGI PERDESAAN DENGAN SWADAYA MASYARAKAT 1. Sekitar 60 70 % penduduk Indonesia tinggal di daerah perdesaan, maka Pembangunan Perdesaan harus mendapat prioritas yang tinggi
Lebih terperinciPEMASARAN PRODUK INDUSTRI KONSTRUKSI PRACETAK PRATEGANG
PEMASARAN PRODUK INDUSTRI KONSTRUKSI PRACETAK PRATEGANG Dibawakan oleh Bp. Ir. Wilfred I. A. singkali *) PENGERTIAN PASAR : Pasar Produk Industri Pracetak dan Prategang : Adalah pasar konstruksi yang menggunakan
Lebih terperinciBAB V RENCANA AKSI. model bisnis makanan sehat cepat saji Manahipun sebagaimana telah dirancang. tanggung jawab, dan evaluasi pengukuran kinerja.
BAB V RENCANA AKSI Bab V berisi tentang rencana aksi yang dilakukan untuk merealisasikan model bisnis makanan sehat cepat saji Manahipun sebagaimana telah dirancang. Untuk mendukung realisasi rancangan
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2002 TENTANG PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL NEGARA REPUBLIK INDONESIA KE DALAM MODAL SAHAM PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT ANGKUTAN SUNGAI, DANAU DAN
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ekonomi nasional. Hasil analisis lingkungan industri menunjukkan bahwa industri
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pertumbuhan industri baja saat ini sedang tumbuh dengan cepat (fast growing), seiring meningkatnya konsumsi baja nasional dan pertumbuhan ekonomi nasional. Hasil
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 20 TAHUN 2002 (20/2002) TENTANG PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL NEGARA REPUBLIK INDONESIA KE DALAM MODAL SAHAM PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT ANGKUTAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayaran antar pulau di Indonesia merupakan salah satu sarana transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan pembangunan nasional yang berwawasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. batubara sebagai kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Pada saat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki beragam sumber energi, selain minyak bumi juga terdapat gas dan batubara sebagai kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Pada
Lebih terperinciBUPATI SERUYAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 13 TAHUN 2010 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI
BUPATI SERUYAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 13 TAHUN 2010 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERUYAN, Menimbang : a. bahwa Minyak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Batu bara merupakan salah satu sumber daya energi yang sudah sejak lama
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batu bara merupakan salah satu sumber daya energi yang sudah sejak lama digunakan, terutama untuk kegiatan produksi pada industri dan pembangkit listrik. Sebagai salah
Lebih terperinciREKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005
BOKS REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005 I. PENDAHULUAN Dinamika daerah yang semakin kompleks tercermin dari adanya perubahan
Lebih terperinciBAB V RENCANA AKSI. bisnis mobile application platform PinjamPinjam. Penjelasan dalam bab ini
BAB V RENCANA AKSI Bab ini menjelaskan rencana aksi atau realisasi dari perancangan model bisnis mobile application platform PinjamPinjam. Penjelasan dalam bab ini meliputi rencana kegiatan dan waktu pelaksanaan,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM
BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Pulau Sebuku terletak pada koordinat 116,3384 o 116,3640 o BT dan 03,5209 o 03,5771 o LS (Bakosurtanal) di selatan garis ekuator, sebelah tenggara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di wilayah Kalimantan Selatan yang saat ini memiliki posisi yang sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Banjarmasin merupakan Ibu Kota Provinsi Kalimantan Selatan yang merupakan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), sebagai Kota Pusat Pemerintahan serta sebagai pintu gerbang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pada beberapa perusahaan, apakah ini perusahaan jasa maupun perusahaan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada beberapa perusahaan, apakah ini perusahaan jasa maupun perusahaan manufaktur selalu memerlukan persediaan. Tanpa persediaan para pengusaha suatu waktu akan dihadapkan
Lebih terperinciJauhari Alafi
Jauhari Alafi - 4106.100.045 Latar Belakang Produksi batubara Indonesia meningkat dari 2 juta ton pada 1985, 155 juta ton pada 2005, menjadi lebih dari 350 juta ton pada 2011. Kalimantan memiliki kondisi
Lebih terperinciAnalisis Model Pembiayaan Investasi Pengembangan Alur Pelayaran Berbasis Public Private Partnership (Studi Kasus: Sungai Kapuas)
1 Analisis Model Pembiayaan Investasi Pengembangan Alur Pelayaran Berbasis Public Private Partnership (Studi Kasus: Sungai Kapuas) Made Ary Januardana, Tri Achmadi Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi
Lebih terperinciPT GOLDEN EAGLE ENERGY Tbk MATERI PAPARAN PUBLIK (PUBLIC EXPOSE)
PT GOLDEN EAGLE ENERGY Tbk MATERI PAPARAN PUBLIK (PUBLIC EXPOSE) JW MARRIOTT HOTEL - 02 JUNI 2016 DAFTAR ISI 1 2 3 4 SEKILAS MENGENAI PERSEROAN TINJAUAN INDUSTRI TINJAUAN KINERJA PERSEROAN STRATEGI PERSEROAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bisnis mining & earthmoving contractor. Berawal dari divisi rental PT United
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang PT Pamapersada Nusantara (PAMA) adalah perusahaan yang bergerak dalam bisnis mining & earthmoving contractor. Berawal dari divisi rental PT United Tractors Tbk hingga
Lebih terperinciHilirisasi Pembangunan Industri Berbasis Migas dan Batubara. Direktorat Industri Kimia Hulu Ditjen Industri Kimia, Tekstil dan Aneka 17 Februari 2016
Hilirisasi Pembangunan Industri Berbasis Migas dan Batubara Direktorat Industri Kimia Hulu Ditjen Industri Kimia, Tekstil dan Aneka 17 Februari 2016 LATAR BELAKANG Dasar Hukum Undang-undang Nomor 3 Tahun
Lebih terperinciV E R S I P U B L I K
PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A11012 TENTANG PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN PT MITRA ALAM SEGARA SEJATI (d/h PT USAMA ADHI SEJAHTERA) OLEH PT MITRABAHTERA SEGARA SEJATI TBK LATAR BELAKANG
Lebih terperinciBendungan Teritip Akan Pasok Tambahan Air Baku 250 liter/detik Bagi Kota Balikpapan
Rilis PUPR #2 12 Juli 2017 SP.BIRKOM/VII/2017/343 Bendungan Teritip Akan Pasok Tambahan Air Baku 250 liter/detik Bagi Kota Balikpapan Jakarta--Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pada
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. investasi. Kegiatan investasi berhubungan dengan pengelolaan aset
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu aktivitas bisnis yang dilakukan perusahaan adalah kegiatan investasi. Kegiatan investasi berhubungan dengan pengelolaan aset finansial terutama sekuritas
Lebih terperinciBank adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun. dan menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat yang memiliki fungsi
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dan menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat yang memiliki fungsi intermediasi atau memperlancar lalu lintas
Lebih terperinci... Hubungi Kami : Studi Potensi Bisnis dan Pelaku Utama Industri BATUBARA di Indonesia, dan Perhitungan Investasi Penambangan
Hubungi Kami 021 31930 108 021 31930 109 021 31930 070 marketing@cdmione.com F enomena anjloknya harga batubara dalam beberapa tahun terakhir, telah membuat bisnis yang pernah menjadi primadona tersebut
Lebih terperinciInformasi & Persyaratan Calon Mitra BBMart
Informasi & Persyaratan Calon Mitra BBMart A. Bentuk Badan Usaha calon mitra BBMart : 1. Badan Usaha bukan berbadan Hukum yang dapat menjadi calon mitra BBMart antara lain : - Perusahaan Dagang (PD)/Usaha
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciBAB VII TATA LETAK PABRIK
BAB VII TATA LETAK PABRIK A. Lokasi Pabrik Penentuan lokasi pabrik adalah salah satu hal yang terpenting dalam mendirikan suatu pabrik. Lokasi pabrik akan berpengaruh secara langsung terhadap kelangsungan
Lebih terperinciBAB V RENCANA AKSI. misi, visi dan nilai perusahaan, rencana pemasaran, rencana operasional, rencana
BAB V RENCANA AKSI Bagian ini akan membahas mengenai rencana bisnis dan rencana aksi. Rencana bisnis yang akan dibahas terdiri dari lima bagian yaitu misi, visi dan nilai perusahaan, rencana pemasaran,
Lebih terperinciPola Gunalahan Perkotaan dan pengantar Lokasi Industri
Pola Gunalahan Perkotaan dan pengantar Lokasi Industri Adipandang Yudono 2012 Sistem Perkotaan Merupakan aglomerasi kota dengan wilayah sekitarnya yang masih memiliki sifat kekotaan. Sekumpulan kota-kota
Lebih terperinciDemikianlah surat permohonan ini besar harapan kami mendapat dukungan dana dari bank yang bapak pimpin.
Contoh Proposal Usaha Bengkel Motor Proposal usaha bengkel motor dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam membuka bisnis rumahan. Usaha bengkel motor dan mobil akan dapat sukses jika diawali dengan perencanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. telah dibuka maka investasi harus terus dilanjutkan sampai kebun selesai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bisnis perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu bisnis yang dinilai prospektif saat ini. Karakteristik investasi dibidang perkebunan kelapa sawit teramat berbeda
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 013 TAHUN 2012 TENTANG
PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 013 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGATURAN PENGGUNAAN JALAN UMUM UNTUK ANGKUTAN HASIL TAMBANG DAN HASIL PERUSAHAAN PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. telekomunikasi dan jaringan di wilayah indonesia. Secara umum kegiatan utama
BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 3.1. PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk Telkom merupakan BUMN yang bergerak di bidang jasa layanan telekomunikasi dan jaringan di wilayah indonesia. Secara umum kegiatan
Lebih terperinciGambar 9 Sistem penunjang keputusan pengembangan klaster agroindustri aren.
44 V. PEMODELAN SISTEM Dalam analisis sistem perencanaan pengembangan agroindustri aren di Sulawesi Utara menunjukkan bahwa terdapat berbagai pihak yang terlibat dan berperan didalam sistem tersebut. Pihak-pihak
Lebih terperincibeberapa desa salah satunya adalah Desa Yosowilangun Kidul
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara penghasil buah tropis yang memiliki keanekaragaman dan keunggulan cita rasa yang cukup baik bila dibandingkan dengan buah-buahan
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN
GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa potensi
Lebih terperinciBAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH
BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Kriteria optimasi yang digunakan dalam menganalisis kelayakan usaha adalah sebagai berikut: 1. Pemilihan Wilayah: Menentukan dua wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batubara merupakan bahan galian strategis dan salah satu bahan baku energi nasional yang mempunyai peran besar dalam pembangunan nasional. Informasi mengenai sumber
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Jadwal Pembangunan dan Pemasaran Proyek
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Asumsi-Asumsi Pembangunan 4.1.1. Jadwal Pembangunan dan Pemasaran Proyek Berdasarkan keterangan yang diperoleh, pelaksanaan pembangunan proyek telah dimulai sejak awal
Lebih terperinciBAB X PENUTUP KESIMPULAN
300 BAB X PENUTUP 10.1. KESIMPULAN Dari hasil Perencanaan Pengembangan PPP Tasik Agung Kabupaten Rembang ini yang meliputi analisis data, perhitungan struktur dermaga serta analisis harga pekerjaan, dapat
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.13, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pengelolaan dan Pertanggungjawaban. Fasilitas Dana. Geothermal. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03/PMK.011/2012
Lebih terperinciPENYUSUNAN RENCANA USAHA
PENYUSUNAN RENCANA USAHA I. DEFINISI RENCANA USAHA DAN MANFAAT RENCANA USAHA Rencana Usaha adalah dokumen tertulis yang disiapkan oleh seorang wirausaha yang menggambarkan hubungan faktor-faktor internal
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DARI PURUK CAHU BANGKUANG BATANJUNG
SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DARI PURUK CAHU BANGKUANG BATANJUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Aspek Pasar Aspek Teknis
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Setelah melakukan perhitungan dan analisa, maka dihasilkan beberapa kesimpulan. Antara lain; 6.1.1 Aspek Pasar Aspek pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan masih berada
Lebih terperinciPERUBAHAN ATAS PP NO. 23 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
PERUBAHAN ATAS PP NO. 23 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA NO PENJELASAN 1. Judul: Judul: PERATURAN PEMERINTAH PENJELASAN REPUBLIK INDONESIA ATAS NOMOR 23
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Latar Belakang Perusahaan Lokasi tambang Perusahaan terletak di daerah Kutai Lama, Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Luas areal Kuasa Pertambangan
Lebih terperinciSTATISTIK PERHUBUNGAN KABUPATEN MAMUJU 2014
s. bp uk ab. am uj m :// ht tp id go. STATISTIK PERHUBUNGAN KABUPATEN MAMUJU 2014 ISSN : - No. Publikasi : 76044.1502 Katalog BPS : 830.1002.7604 Ukuran Buku : 18 cm x 24 cm Jumlah Halaman : v + 26 Halaman
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL LOGAM BESI GUBERNUR JAWA BARAT
Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL LOGAM BESI GUBERNUR JAWA BARAT Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengusahaan mineral
Lebih terperinciBAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1. Latar Belakang Perusahaan PT. XYZ berdiri sejak tahun 1980. PT. XYZ adalah sebuah perusahaan keluarga, dimana 100% sahamnya dimiliki oleh keluarga dengan komposisi 58%
Lebih terperinciIV METODOLOGI PENELITIAN
IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. SK.687/AJ.206/DRJD/2002 tentang tentang pedoman teknis penyelenggaraan
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Kapasitas Kendaraan Menurut Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor SK.687/AJ.206/DRJD/2002 tentang tentang pedoman teknis penyelenggaraan angkutan penumpang umum
Lebih terperinciBAB VI ANALISA EKONOMI DAN FINANSIAL
BAB VI ANALISA EKONOMI DAN FINANSIAL 6.1. Analisa Ekonomi Analisa ekononi dilakukan untuk mengetahui kelayakan pembangunan pelabuhan peti kemas ini dilihat dari sudut pandang pemakai jasa pelabuhan. Analisa
Lebih terperinciKOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI
FINAL KNKT-12-04-04-01 KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI LAPORAN INVESTIGASI DAN PENELITIAN KECELAKAAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN MOBIL BUS MITSUBISHI L 300 P-2669-U MENABRAK DARI BELAKANG (REAR
Lebih terperinciBAB II STUDI PUSTAKA
7 BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM Pelaksanaan konstruksi merupakan rangkaian kegiatan atau bagian dari kegiatan dalam pekerjaan konstruksi mulai dari persiapan lapangan sampai dengan penyerahan
Lebih terperinci7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Analisis aspek biologi
7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Teknologi penangkapan ikan pelagis yang digunakan oleh nelayan Sungsang saat ini adalah jaring insang hanyut, rawai hanyut
Lebih terperinciPERBAIKAN IKLIM INVESTASI
PERBAIKAN IKLIM INVESTASI KEPASTIAN HUKUM & KEPASTIAN BERUSAHA Disajikan dalam rangka Energi Berkeadilan Untuk Kesejahteraan Rakyat Dan Investasi Berkelanjutan Ido H. Hutabarat Ketua Umum API / IMA Jakarta,
Lebih terperinciNo. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah)
E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) Sub Bidang Sumber Daya Air 1. Pengembangan, Pengelolaan, dan Konservasi Sungai, Danau, dan
Lebih terperinciNILAI PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL NEGARA REPUBLIK INDONESIA PADA PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PELABUHAN INDONESIA III
LAMPIRAN I PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 66 TAHUN 2000 TANGGAL : 21 AGUSTUS 2000 NILAI PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL NEGARA REPUBLIK INDONESIA PADA PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PELABUHAN
Lebih terperinciStudi Perencanaan Pembangunan PLTU Batubara Asam Asam650 MW 10 Unit DalamRangkaInterkoneksi Kalimantan - Jawa. OLEH : Gilang Velano
Studi Perencanaan Pembangunan PLTU Batubara Asam Asam650 MW 10 Unit DalamRangkaInterkoneksi Kalimantan - Jawa OLEH : Gilang Velano 2204 100 050 Dosen Pembimbing 1 Ir. Syarifuddin Mahmudsyah, M.Eng Dosen
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG
PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG PADA KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN TANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Batubara merupakan salah satu tambang yang berpotensi untuk. dimanfaatkan lebih lanjut oleh pemerintah selain minyak dan gas bumi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batubara merupakan salah satu tambang yang berpotensi untuk dimanfaatkan lebih lanjut oleh pemerintah selain minyak dan gas bumi. Berdasarkan perhitungan cadangan
Lebih terperinci