Modul ke: PSIKOLOGI SOSIAL 1. Prasangka dan Diskriminasi. Fakultas PSIKOLOGI. Filino Firmansyah M. Psi. Program Studi Psikologi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Modul ke: PSIKOLOGI SOSIAL 1. Prasangka dan Diskriminasi. Fakultas PSIKOLOGI. Filino Firmansyah M. Psi. Program Studi Psikologi"

Transkripsi

1 Modul ke: PSIKOLOGI SOSIAL 1 Prasangka dan Diskriminasi Fakultas PSIKOLOGI Filino Firmansyah M. Psi Program Studi Psikologi

2 Bahasan definisi dasar dari prasangka dan diskriminasi teori-teori mengenai penyebab dan bertahannya prasangka dan diskriminasi target prasangka dan diskriminasi akibat-akibat yang ditimbulkannya teknik-teknik yang dapat dilakukan untuk mengurangi dan menghilangkannya

3 Apa yang muncul dari benak anda? Rohingya Polisi dst Ada yang pernah anda lakukan?

4 STEREOTIP, PRASANGKA, DAN DISKRIMINASI Prasangka sikap (biasanya negatif) pada anggota beberapa kelompok, didasarkan keanggotaan dalam kelompok Diskriminasi perilaku negatif terhadap orang lain yang menjadi target prasangka Dasar prasangka & diskriminasi stereotip (belief tentang karakteristik dari anggota kelompok tertentu, bisa positif atau bisa juga negatif) tidak berarti stereotip negatif mengenai sebuah kelompok tertentu pasti (otomatis) akan menampilkan prasangka dan diskriminasi ada kontrol

5 ASAL MUASAL PRASANGKA Konflik langsung antarkelompok kompetisi atas sumber berharga yang terbatas (realistic conflict theory) Teori belajar sosial Kategorisasi sosial (ingroup & outgroup atribusi) Stereotip tacit inferences mengubah makna dari informasi yang masuk agar konsisten dengan stereotip yang dimiliki Inferential prison (sekali terbentuk akan dipersepsi)

6 TARGET DARI PRASANGKA DAN DISKRIMINASI Seksisme ( selective infanticide di China, glass ceiling effect batas karir umumny perempuan) Rasisme Ageism (masyarakat yang menghargai kaum tua seperti ini hidup dalam keluarga yang extended) Diskriminasi terhadap kelompok homoseksual Diskriminasi berdasarkan keterbatasan fisik

7 BENTUK DISKRIMINASI Menolak untuk Menolong Tokenisme (minim perilaku positif kepada pihak minoritas) Reverse Discrimination -> praktik melakukan diskriminasi yg menguntungkan pihak yang biasanya menjadi target prasangka dan disikriminasi dengan maksud agar mendapatkan justifikasi dan terbebas dari tuduhan telah melakukan prasangka dan diskriminasi penting bagi para peneliti untuk melihat apakah perilaku positif yang ditampilkan kepada kelompok minoritas adalah benar-benar ungkapan untuk membantu orang yang kurang beruntung atau justru sebuah reverse discrimination (kasus isis)

8 Efek stigma dan prasangka stigma sosial rendahnya self-esteem turunnya kesejahteraan psikologis kegagalan dan kekurangberuntungan, attributional ambiguity Pengaruh tergantung : Visibilitas. Contoh : ras, gender Kontrolabilitas (bisa memilih) terkontrol >tidak terkontrol

9 TEORI TERBENTUKNYA PRS DAN DISKR Teori Frustasi-Agresi dari Dollard-Miller Katarsis (mengembalikan pada energi psikis seimbang) Scapegoating Kepribadian Otoritarian konstelasi karakteristik yang meliputi : penghargaan terhadap pihak atau figur otoritas obsesi terhadap status dan ranking kecenderungan untuk melakukan displacement kemarahan dan ketidaksukaan terhadap pihak yang lebih lemah toleransi yang rendah terhadap ketidakpastian kebutuhan untuk mendefinisikan dunia secara kaku

10 TEORI TERBENTUKNYA PRS DAN DISKR Dogmatisme dan Closed-Mindedness Otoritatif Sayap Kanan. terdiri atas tiga komponen, yaitu: conventionalism, adanya devosi terhadap konvensi sosial yang digerakan oleh pihak otoritas authoritarian aggression, dukungan terhadap agresi pada pihak devian authoritarian submission, submisif terhadap otoritas sosial yang berlaku Teori Dominasi Sosial ideologi hiraraki vs ideologi equality Belief Congruence sistem belief yang tidak kongruen akan menimbulkan sikap negatif. Jadi munculnya prasangka dapat disebabkan oleh adanya ketidaksamaan antara dirinya dengan outgroupnya. Rasa tidak suka terhadap outgroup-nya bukan disebabkan oleh keanggotaannya dalam kelompok melainkan oleh tidak sejalannya antara sistem belief-nya dengan sistem belief kelompok outgroup

11 MENGENDALIKAN TINGKAT PRASANGKA DAN DISKRIMINASI Belajar untuk tidak membenci Prasangka membuat targat dan pemilik prasangka tidak nyaman Direct Intergroup Contact Kontak bertambah pemahaman bertambah Terbentuk pengecualian pada stereotip (meskipun stereotip tidak bisa diubah) Counter terhadap illusion of outgroup homogeneity (anggota outgroup tidak homogen)

12 MENGENDALIKAN TINGKAT PRASANGKA DAN DISKRIMINASI Rekategorisasi Perubahan batas in & out group common in-group identity model Intervensi Kognitif Mengembangkan norma egaliter Pelatihan mengurangi aktivasi otomatis cara berpikir stereotip yang dimiliki Social Influence Sebagai Cara Mengurangi Prasangka (conformity, compliance) Coping terhadap Prasangka pengembangan kapasitas target prasangka agar bisa mempunyai sikap aktif dalam merespons perilaku diskriminasi yang diterimanya

13 Terima Kasih Filino Firmansyah M. Psi

PRASANGKA, DISKRIMINASI & STEREOTYPE

PRASANGKA, DISKRIMINASI & STEREOTYPE Modul ke: 09 Setiawati Fakultas Psikologi Psikologi Sosial I PRASANGKA, DISKRIMINASI & STEREOTYPE Intan Savitri,S.P., M.Si. Program Studi Psikologi TUJUAN PEMBELAJARAN Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan

Lebih terperinci

PRASANGKA DAN DISKRIMINASI

PRASANGKA DAN DISKRIMINASI PRASANGKA DAN DISKRIMINASI Modul ke: Fakultas Psikologi Pengertian dan jenis prasangka; pembentukan, mengatasi prasangka; Peran stereotipe; Diskriminasi dan bentuk-bentuk diskriminasi. Sri Wahyuning Astuti,

Lebih terperinci

PRASANGKA DAN DISKRIMINASI

PRASANGKA DAN DISKRIMINASI MODUL PERKULIAHAN PRASANGKA DAN DISKRIMINASI Pengertian dan jenis prasangka; pembentukan, mengatasi prasangka; Peran stereotipe; Diskriminasi dan bentuk-bentuk diskriminasi. Fakultas Program Studi Tatap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam suatu kelompok kerja (Dale, dalam Widyatmini dan Izzati, 1995). Selain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam suatu kelompok kerja (Dale, dalam Widyatmini dan Izzati, 1995). Selain 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan kesatuan proses perencanaan mulai dari penyusunan, pengembangan dan pemeliharaan suatu struktur atau pola hubungan kerja dari orangorang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. (Susetyo, 2010, h. 29), jumlah populasi orang Jawa kira-kira 47. mendominasi di Indonesia berdasarkan jumlah populasinya.

PENDAHULUAN. (Susetyo, 2010, h. 29), jumlah populasi orang Jawa kira-kira 47. mendominasi di Indonesia berdasarkan jumlah populasinya. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etnis Jawa merupakan salah satu etnis yang memiliki populasi terbanyak di Indonesia. Berdasarkan analisis Suryadinata (Susetyo, 2010, h. 29), jumlah populasi orang

Lebih terperinci

BAB III Stereotip. Gender. Unger & Crowford (1992) menyatakan teori atribusi merupakan bagian dari

BAB III Stereotip. Gender. Unger & Crowford (1992) menyatakan teori atribusi merupakan bagian dari BAB III Stereotip Gender Unger & Crowford (1992) menyatakan teori atribusi merupakan bagian dari Psikologi Sosial yang bersibuk diri dengan cara seseorang menerangkan penyebab dari perilaku diri sendiri

Lebih terperinci

Bab II. Kajian Pustaka. Teori identitas sosial dipelopori oleh Henri Tajfel pada tahun 1957 dalam

Bab II. Kajian Pustaka. Teori identitas sosial dipelopori oleh Henri Tajfel pada tahun 1957 dalam Bab II Kajian Pustaka 2.1. Identitas Sosial Teori identitas sosial dipelopori oleh Henri Tajfel pada tahun 1957 dalam upaya menjelaskan prasangka, diskriminasi, perubahan sosial dan konflik antar kelompok.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orangtua agar anak mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan keinginan

BAB I PENDAHULUAN. orangtua agar anak mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan keinginan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada masa sekarang banyak sistem pendidikan yang bisa diberikan oleh para orangtua agar anak mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan keinginan orangtuanya.

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Memahami Masa

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. uji linieritas hubungan variabel X dan variabel Y harus dilakukan terlebih

BAB V HASIL PENELITIAN. uji linieritas hubungan variabel X dan variabel Y harus dilakukan terlebih BAB V HASIL PENELITIAN Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik analisis korelasi product moment untuk mencari hubungan antara identitas sosial etnis Jawa dengan prasangka terhadap etnis Tionghoa.

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. kelompok berdasarkan atribut khas seperti ras, kesukubangsaan, agama, atau

BAB V PEMBAHASAN. kelompok berdasarkan atribut khas seperti ras, kesukubangsaan, agama, atau BAB V PEMBAHASAN A. Bentuk - bentuk Diskriminasi yang Dialami Penghayat Kapribaden di Dusun Kalianyar Diskriminasi adalah pembedaan perlakuan yang tidak adil dan tidak seimbang yang dilakukan untuk membedakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN PRASANGKA ETNIS PADA ETNIS DAYAK PASCA KONFLIK DAYAK-MADURA DI SAMPIT

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN PRASANGKA ETNIS PADA ETNIS DAYAK PASCA KONFLIK DAYAK-MADURA DI SAMPIT HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN PRASANGKA ETNIS PADA ETNIS DAYAK PASCA KONFLIK DAYAK-MADURA DI SAMPIT Eva Fauziah Sonny Andrianto INTISARI Peneltian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan negatif

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 27 BAB II LANDASAN TEORI A. PRASANGKA 1. Pengertian Prasangka Menurut Baron dan Byrne (2003) prasangka merupakan sikap (biasanya negatif) terhadap anggota kelompok tertentu, semata berdasarkan keanggotaan

Lebih terperinci

PROSES SOSIAL E K O N U G R O H O, S. P T, M. S C FA K U LTA S P E T E R N A K A N U N I V E R S I TA S B R AW I J AYA S E M E S T E R G A N J I L

PROSES SOSIAL E K O N U G R O H O, S. P T, M. S C FA K U LTA S P E T E R N A K A N U N I V E R S I TA S B R AW I J AYA S E M E S T E R G A N J I L PROSES SOSIAL EKO NUGROHO, S.PT, M.SC FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA SEMESTER GANJIL 2013/2014 Pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama Perubahan-perubahan dalam struktur

Lebih terperinci

PRASANGKA (PREJUDICE): Penyebab dan Cara Mengatasinya

PRASANGKA (PREJUDICE): Penyebab dan Cara Mengatasinya PRASANGKA (PREJUDICE): Penyebab dan Cara Mengatasinya Prasangka : Fenomena sosial (terjadi) di mana-mana Prasangka terjadi di mana-mana dalam berbagai bentuk, dan hal itu memengaruhi kita semua. Prasangka

Lebih terperinci

Modul ke: Psikologi Sosial I. Fakultas Psikologi. Intan Savitri,S.P., M.Si. Program Studi Psikologi

Modul ke: Psikologi Sosial I. Fakultas Psikologi. Intan Savitri,S.P., M.Si. Program Studi Psikologi Modul ke: 01 Setiawati Fakultas Psikologi Psikologi Sosial I Intan Savitri,S.P., M.Si. Program Studi Psikologi Perkenalan Setiawati Intan Savitri, S.P. M.Si Mengajar di UMB dua matakuliah: Sosiologi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perasaan cemas dan tidak nyaman ini dapat dirasakan baik oleh kelompok mayoritas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perasaan cemas dan tidak nyaman ini dapat dirasakan baik oleh kelompok mayoritas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intergroup anxiety adalah perasaan cemas dan tidak nyaman yang mungkin dirasakan seseorang ketika berinteraksi dengan kelompok outgroupnya (Stephan, 2014). Perasaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. PERSEPSI ANCAMAN 1. Definisi Persepsi ancaman adalah sebuah sebuah keadaan dimana individu mempersepsikan sebuah situasi sebagai situasi yang negatif dan merasakan perlunya melindungi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Social Identity 1. Definisi Teori social identity (identitas sosial) dipelopori oleh Henri Tajfel pada tahun 1957 dalam upaya menjelaskan prasangka, diskriminasi, perubahan sosial

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi

MODUL PERKULIAHAN. Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi MODUL PERKULIAHAN AGRESI Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Psikologi Psikologi 61119

Lebih terperinci

Meliputi: Konformitas (conformity): berperilaku yg wajar, dpt diterima oleh kelompok/masyarakat. Kesepakatan ( compliance): usaha utk membuat orang

Meliputi: Konformitas (conformity): berperilaku yg wajar, dpt diterima oleh kelompok/masyarakat. Kesepakatan ( compliance): usaha utk membuat orang Meliputi: Konformitas (conformity): berperilaku yg wajar, dpt diterima oleh kelompok/masyarakat. Kesepakatan ( compliance): usaha utk membuat orang lain memenuhi permintaan kita. Kepatuhan (obedience):

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Wiersma (dalam Sugiyono, 2006: 58) menyatakan bahwa, teori adalah generalisasi atau kumpulan generalisasi yang dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena secara sistematik.

Lebih terperinci

Kata kunci : derajat prasangka, kognitif, afektif, konatif, partai merah, partai biru. iii. Universitas Kristen Maranatha

Kata kunci : derajat prasangka, kognitif, afektif, konatif, partai merah, partai biru. iii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Judul penelitian ini adalah Studi Komparatif Mengenai Derajat Prasangka Partai Merah dan Partai Biru Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Hukum X Bandung. Responden yang diteliti adalah mahasiswa

Lebih terperinci

Hubungan Antara Budaya Organisasi dengan Common Ingroup Identity Pada Karyawan PT Intan Pariwara

Hubungan Antara Budaya Organisasi dengan Common Ingroup Identity Pada Karyawan PT Intan Pariwara Hubungan Antara Budaya Organisasi dengan Common Ingroup Identity Pada Karyawan PT Intan Pariwara The Correlation Between Organizational Culture And Common Ingroup Identity On Employee Of PT. Intan Pariwara

Lebih terperinci

Modul ke: PSIKOLOGI SOSIAL 2. Pengantar Perkuliahan. Fakultas PSIKOLOGI. Filino Firmansyah M. Psi. Program Studi Psikologi

Modul ke: PSIKOLOGI SOSIAL 2. Pengantar Perkuliahan. Fakultas PSIKOLOGI. Filino Firmansyah M. Psi. Program Studi Psikologi Modul ke: 01 Fakultas PSIKOLOGI PSIKOLOGI SOSIAL 2 Pengantar Perkuliahan Filino Firmansyah M. Psi Program Studi Psikologi Tujuan Pembelajaran Mengerti tentang konsep dasar dan prinsip umum dari perilaku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Weiten & Lloyd (2006) menyebutkan bahwa personal adjustment adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Weiten & Lloyd (2006) menyebutkan bahwa personal adjustment adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Personal Adjustment 1. Definisi Personal Adjustment Weiten & Lloyd (2006) menyebutkan bahwa personal adjustment adalah sebuah proses psikologis yang dijalani seseorang yang mengakibatkan

Lebih terperinci

AGRESI. Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom.

AGRESI. Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. AGRESI Modul ke: Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi. Fakultas Psikologi Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah konflik menjadi fenomena yang seakan menjadi biasa dalam masyarakat Indonesia. Kondisi Negara Indonesia dengan segala macam kemajemukan dan heterogenitas.

Lebih terperinci

PERUBAHAN SIKAP. PERTEMUAN 7 (OCT, 15 TH, Yeni Widyastuti)

PERUBAHAN SIKAP. PERTEMUAN 7 (OCT, 15 TH, Yeni Widyastuti) PERUBAHAN SIKAP PERTEMUAN 7 (OCT, 15 TH, Yeni Widyastuti) PEMBENTUKAN SIKAP DIPENGARUHI OLEH: PENGALAMAN PRIBADI KEBUDAYAAN ORANG LAIN YG DIANGGAP PENTING MEDIA MASSA INSTITUSI/LEMBAGA PENDIDIKAN & AGAMA

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengalaman hidup sebagai

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengalaman hidup sebagai BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengalaman hidup sebagai homoseksual dengan pendekatan studi fenomenologi ini, menyimpulkan dan menyarankan beberapa hal. 6.1 Kesimpulan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Penelitian ini bermaksud mengkaji persepsi tentang diskriminasi sebagai

BAB V SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Penelitian ini bermaksud mengkaji persepsi tentang diskriminasi sebagai BAB V SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Penelitian ini bermaksud mengkaji persepsi tentang diskriminasi sebagai salah satu variabel penelitian dan melihat hubungannya terhadap harga diri pada Orang

Lebih terperinci

Psikologi Sosial. Pengantar Psikologi Sosial. Reno Laila Fitria, M.Si. Psikologi. Psikologi. Modul ke: Fakultas. Program Studi

Psikologi Sosial. Pengantar Psikologi Sosial. Reno Laila Fitria, M.Si. Psikologi. Psikologi. Modul ke: Fakultas. Program Studi Psikologi Sosial Modul ke: Pengantar Psikologi Sosial Fakultas Psikologi Reno Laila Fitria, M.Si. Program Studi Psikologi http://www.mercubuana.ac.id Silabus Psikologi Sosial Materi Materi Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, KONTRIBUSI, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN Simpulan. Pokok masalah yang hendak dipecahkan dalam studi ini adalah

BAB V SIMPULAN, KONTRIBUSI, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN Simpulan. Pokok masalah yang hendak dipecahkan dalam studi ini adalah BAB V SIMPULAN, KONTRIBUSI, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN 5.1. Simpulan Pokok masalah yang hendak dipecahkan dalam studi ini adalah mengonfirmasi elaboration likelihood model for workplace aggression

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seksual umumnya dibahas seolah-olah hanya merupakan karakteristik individu,

BAB I PENDAHULUAN. seksual umumnya dibahas seolah-olah hanya merupakan karakteristik individu, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Orientasi seksual mengacu pada pola abadi emosional, atraksi romantis, dan seksual dengan laki-laki, perempuan, atau kedua jenis kelamin. Orientasi seksual

Lebih terperinci

Kesehatan Mental. Mengatasi Stress / Coping Stress. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Kesehatan Mental. Mengatasi Stress / Coping Stress. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Kesehatan Mental Mengatasi Stress / Coping Stress Fakultas Psikologi Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Coping Stress Coping Proses untuk menata tuntutan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) Mata Kuliah : Psikologi Sosial II Kode Mata Kuliah : PSI-201 Jumlah SKS : 3 SKS Unit Aktivitas : 2 Unit Kelas dan 1 Unit Laboratorium Durasi di Kelas / Lapangan : 100 menit

Lebih terperinci

Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro untuk Memenuhi sebagai Syarat Mencapai Derajat Sarjana Psikologi RINGKASAN SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro untuk Memenuhi sebagai Syarat Mencapai Derajat Sarjana Psikologi RINGKASAN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA IDENTITAS SOSIAL DENGAN PRASANGKA TERHADAP ETNIS CINA PADA MAHASISWA ETNIS JAWA FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan maka. kesimpulan penelitian dapat diuraikan sebagai berikut :

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan maka. kesimpulan penelitian dapat diuraikan sebagai berikut : BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan maka kesimpulan penelitian dapat diuraikan sebagai berikut : Pembentukan orientasi seksual gay di Manado tidak dapat

Lebih terperinci

GENDER DAN KESEHATAN MENTAL

GENDER DAN KESEHATAN MENTAL GENDER DAN KESEHATAN MENTAL Kesehatan mental: tidak hanya bicara penyakit, tapi masalah2 penyesuaian diri (dalam arti luas) dan upaya2 menjadi sehat mental Stres, konflik, frustasi Dukungan sosial Penyesuaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu diantara sedikit negara di dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu diantara sedikit negara di dunia yang 16 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu diantara sedikit negara di dunia yang memiliki karakteristik negara multietnik, yaitu negara yang memiliki beberapa etnis sebagai masyarakatnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar perkembangan pendidikannya (Sanjaya, 2005). Menurut UU RI No

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar perkembangan pendidikannya (Sanjaya, 2005). Menurut UU RI No BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat menentukan untuk perkembangan individu di masyarakat. Kemajuan pada individu bisa dilihat dari seberapa besar perkembangan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. dengan identitas ego (ego identity) (Bischof, 1983). Ini terjadi karena masa remaja

Bab I Pendahuluan. dengan identitas ego (ego identity) (Bischof, 1983). Ini terjadi karena masa remaja Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Masa remaja seringkali dikenal dengan masa mencari jati diri, oleh Erickson disebut dengan identitas ego (ego identity) (Bischof, 1983). Ini terjadi karena masa

Lebih terperinci

PSIKOLOGI SOSIAL. Dosen : Meistra Budiasa, S.Ikom, MA

PSIKOLOGI SOSIAL. Dosen : Meistra Budiasa, S.Ikom, MA PSIKOLOGI SOSIAL Dosen : Meistra Budiasa, S.Ikom, MA Pengantar Manusia adalah makhluk sosial. Kita tidak berkembang dengan sendiri. Kita tidak memiliki tempurung pelingdung, dan bulu apa yang kita miliki

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan. Studi mengenai etnis Tionghoa dalam penelitian ini berupaya untuk dapat

BAB V. Kesimpulan. Studi mengenai etnis Tionghoa dalam penelitian ini berupaya untuk dapat BAB V Kesimpulan A. Masalah Cina di Indonesia Studi mengenai etnis Tionghoa dalam penelitian ini berupaya untuk dapat melihat Masalah Cina, khususnya identitas Tionghoa, melalui kacamata kultur subjektif

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Fenomena perempuan bercadar merupakan sebuah realitas sosial yang terjadi di tengah masyarakat kita. Fenomena yang terjadi secara alamiah dalam setting dunia

Lebih terperinci

KODE ETIK PSIKOLOGI. Mistety Oktaviana, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI.

KODE ETIK PSIKOLOGI. Mistety Oktaviana, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI. Modul ke: KODE ETIK PSIKOLOGI Fakultas PSIKOLOGI Mistety Oktaviana, M.Psi., Psikolog Program Studi PSIKOLOGI www.mercubuana.ac.id BAB I. PEDOMAN UMUM Pasal 1. Pengertian Kode Etik Psikologi: seperangkat

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA MATA KULIAH : PSIKOLOGI SOSIAL 1 * KODE MATAKULIAH / SKS = MKK / 3 SKS

SATUAN ACARA PERKULIAHAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA MATA KULIAH : PSIKOLOGI SOSIAL 1 * KODE MATAKULIAH / SKS = MKK / 3 SKS TIU : mahasiswa mampu memahami dan menganaliusa perilaku manusia dalam lingkup sosial serta penerapannya dalam beberapa fenomena sosial yang berkaitan langsung dengan perilaku manusia 1 Pengantar A. Pengantar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Fear of Succeess Walsh (dalam Adibah, 2009) menyatakan bahwa fear of success adalah suatu disposisi laten dari kepribadian wanita yang berhubungan

Lebih terperinci

PRASANGKA DAN DISKRIMINASI Joko Kuncoro Facultas Psikologi UNISSULA Semarang ABSTRAK

PRASANGKA DAN DISKRIMINASI Joko Kuncoro Facultas Psikologi UNISSULA Semarang ABSTRAK PRASANGKA DAN DISKRIMINASI Joko Kuncoro Facultas Psikologi UNISSULA Semarang ABSTRAK The killing of Americans and their civilian and military allies is a religious duty for each and every Muslim...We-

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penjelasan Konsep Teoritis. identitas ( identity vs identity confusion). Menurut Kroger (dalam Papalia, 2004)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penjelasan Konsep Teoritis. identitas ( identity vs identity confusion). Menurut Kroger (dalam Papalia, 2004) 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penjelasan Konsep Teoritis 1. Aspek Psikososial Remaja Masa remaja merupakaan masa dimana remaja mencari identitas, dan dalam proses pencarian identitas tersebut tugas utama

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Dewasa Awal dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Masa Dewasa

Lebih terperinci

Aspek-Aspek Identitas Sosial : Self & Gender. Sowanya Ardi Prahara, MA Fakultas Psikologi UMBY 2014

Aspek-Aspek Identitas Sosial : Self & Gender. Sowanya Ardi Prahara, MA Fakultas Psikologi UMBY 2014 Aspek-Aspek Identitas Sosial : Self & Gender Sowanya Ardi Prahara, MA Fakultas Psikologi UMBY 2014 GARIS BESAR PEMBAHASAN 1. Identitas sosial 2. The Self : Komponen identitas unik seseorang a. Konsep self

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Seperti yang telah diketahui masyarakat Indonesia, seksualitas dan pembicaraan

BAB 1 PENDAHULUAN. Seperti yang telah diketahui masyarakat Indonesia, seksualitas dan pembicaraan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti yang telah diketahui masyarakat Indonesia, seksualitas dan pembicaraan mengenai seksualitas merupakan suatu hal yang dianggap tabu, apalagi di dalam Pondok

Lebih terperinci

untuk SMA/MA Kelas XI Semester 1

untuk SMA/MA Kelas XI Semester 1 SOSIOLOGI untuk SMA/MA Kelas XI Semester 1 Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial Penulis: Farida Rahmawati Fitria Wijayanti Powerpoint pembelajaran ini dibuat sebagai alternatif guna membantu Bapak/Ibu Guru melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sifatnya subjektif. Kebahagiaan, kesejahteraan, dan rasa puas terhadap hidup yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sifatnya subjektif. Kebahagiaan, kesejahteraan, dan rasa puas terhadap hidup yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu dapat mencapai tujuan hidup apabila merasakan kebahagian, kesejahteraan, kepuasan, dan positif terhadap kehidupannya. Kebahagiaan yang dirasakan oleh

Lebih terperinci

AGRESI MODUL PSIKOLOGI SOSIAL I. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

AGRESI MODUL PSIKOLOGI SOSIAL I. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PSIKOLOGI SOSIAL I AGRESI Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Psikologi Psikologi 13 61016 Abstract Materi tentang pengertian agresi, teoriteori dan cara menguranginya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah self-esteem yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan. harga diri, coba dijabarkan oleh beberapa tokoh kedalam suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah self-esteem yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan. harga diri, coba dijabarkan oleh beberapa tokoh kedalam suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Self-Esteem 2.1.1 Pengertian Self-Esteem Istilah self-esteem yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan harga diri, coba dijabarkan oleh beberapa tokoh kedalam suatu pengertian.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Common Ingroup Identity. sebagai bagian dari kelompoknya (maka akan disebut sebagai ingroup) atau

BAB II LANDASAN TEORI. A. Common Ingroup Identity. sebagai bagian dari kelompoknya (maka akan disebut sebagai ingroup) atau 10 BAB II LANDASAN TEORI A. Common Ingroup Identity 1. Pengertian Common Ingroup Identity Orang melakukan kategorisasi terhadap lingkungan sosialnya, yang disebut sebagai kategori sosial. Dalam kategori

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Subjek berasal dari keluarga tidak harmonis, sejak kecil subjek berada dalam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Subjek berasal dari keluarga tidak harmonis, sejak kecil subjek berada dalam 119 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1.1 Interaksi Dengan Anggota Keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak pertama kali kita dilahirkan, kita langsung digolongkan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak pertama kali kita dilahirkan, kita langsung digolongkan berdasarkan BAB I PENDAHULUAN I.A. LATAR BELAKANG Sejak pertama kali kita dilahirkan, kita langsung digolongkan berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki atau perempuan. Secara biologis manusia dengan mudah dibedakan

Lebih terperinci

2017, No kewajiban negara untuk memastikan bahwa perempuan memiliki akses terhadap keadilan dan bebas dari diskriminasi dalam sistem peradilan

2017, No kewajiban negara untuk memastikan bahwa perempuan memiliki akses terhadap keadilan dan bebas dari diskriminasi dalam sistem peradilan No.1084, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA MA. Mengadili Perkara Perempuan. Pedoman. PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN MENGADILI PERKARA PEREMPUAN BERHADAPAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi di Indonesia yang semakin pesat membuat kebutuhan rumah tangga semakin meningkat. Kurangnya pendapatan yang dihasilkan suami sebagai kepala

Lebih terperinci

LANDASAN SOSIAL BUDAYA BIMBINGAN DAN KONSELING

LANDASAN SOSIAL BUDAYA BIMBINGAN DAN KONSELING LANDASAN SOSIAL BUDAYA BIMBINGAN DAN KONSELING Diana Septi Purnama Email: dianaseptipurnama@uny.ac.id Dampak Negatif dari Modernisasi munculnya berbagai problema sosial maupun personal semakin kompleksnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara majemuk yang terdiri atas berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara majemuk yang terdiri atas berbagai macam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara majemuk yang terdiri atas berbagai macam suku, ras dan agama, hal ini yang memungkinkan terjadinya perkawinan antar suku, ras

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia 4-6 tahun merupakan waktu paling efektif dalam kehidupan manusia untuk mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

Lebih terperinci

Prasangka Mahasiswa Papua Pada Etnis Jawa Di Kota Malang

Prasangka Mahasiswa Papua Pada Etnis Jawa Di Kota Malang Jurnal Mediapsi 2016, Vol. 2, No. 1, 11-18 Prasangka Mahasiswa Papua Pada Etnis Jawa Di Kota Malang Klaudia Ulaan, Ika Herani, & Intan Rahmawati kla_ulaan@yahoo.co.id Program Studi Psikologi, FISIP, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Remaja merupakan masa transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial (Papalia,

Lebih terperinci

Sintesis Review GESI atas Naskah Mitra KSI. Jakarta, Desember 2016

Sintesis Review GESI atas Naskah Mitra KSI. Jakarta, Desember 2016 Sintesis Review GESI atas Naskah Mitra KSI Jakarta, Desember 2016 16 MITRA KSI METODOLOGI Memilih 16 naskah produksi mitra KSI Bentuk naskah: policy paper, paper, terbitan monografi dan buku Produksi 2012-2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Untuk selanjutnya kaum homoseksual yang berjenis kelamin pria dan

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Untuk selanjutnya kaum homoseksual yang berjenis kelamin pria dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Homoseksual adalah orang yang konsisten tertarik secara seksual, romantik, dan afektif terhadap orang yang memiliki jenis kelamin sama dengan mereka (Papalia,

Lebih terperinci

SELF-HELP GROUP BAB I PENDAHULUAN

SELF-HELP GROUP BAB I PENDAHULUAN SELF-HELP GROUP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan akan bimbingan dan konseling sangat diperlukan individu, karena individu merupakan pribadi yang unik yang sedang berkembang kearah kematangan.

Lebih terperinci

PENGANTAR DAN TEORI ALIRAN BEHAVIOUR

PENGANTAR DAN TEORI ALIRAN BEHAVIOUR PENGANTAR DAN TEORI ALIRAN BEHAVIOUR A. KONSEP & LINGKUP PSIKOLOGI KEPRIBADIAN Sebuah teori kepribadian diharapkan mampu memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan sekitar apa, bagaimana dan mengapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Komunikasi 1. Definisi Komunikasi Secara etimologis, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin, yaitu communication, yang akar katanya adalah communis, tetapi

Lebih terperinci

PERSEPSI DIRI & PERSEPSI SOSIAL

PERSEPSI DIRI & PERSEPSI SOSIAL Pertemuan 11-12 PERSEPSI DIRI & PERSEPSI SOSIAL 3 Mei 2012 Persepsi : Proses perolehan, penafsiran, pemilihan & pengaturan informasi indrawi Persepsi Sosial : Proses perolehan, penafsiran, pemilihan &

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN J. Bray, Ethnic Minorities and the Future of Burma, Royal Institute of International Affair, 1992.

BAB I PENDAHULUAN J. Bray, Ethnic Minorities and the Future of Burma, Royal Institute of International Affair, 1992. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Myanmar merupakan negara yang memiliki beragam etnis dan agama. Sejak berakhirnya kolonialisme Inggris pada tahun 1948, muncul ketegangan diantara kelompok minoritas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Keragaman memang indah dan menjadi kekayaan bangsa yang. dari pada modal bangsa Indonesia (Hanifah, 2010:2).

PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Keragaman memang indah dan menjadi kekayaan bangsa yang. dari pada modal bangsa Indonesia (Hanifah, 2010:2). BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat bangsa Indonesia merupakan masyarakat yang beragam, masyarakat yang terdiri dari berbagai suku bangsa, ras, ataupun kelompok etnis. Keragaman

Lebih terperinci

SILABUS MATA KULIAH A. Identitas Mata Kuliah : B. Visi dan Misi Prodi BK : Visi Misi

SILABUS MATA KULIAH A. Identitas Mata Kuliah : B. Visi dan Misi Prodi BK : Visi Misi SILABUS MATA KULIAH SILABUS MATA KULIAH A. Identitas Mata Kuliah : Nama Mata Kuliah : Psikologi Kode Mata Kuliah/SKS : 17217 / 2 Sks Jurusan/Prodi : Ilmu Pendidikan / Bimbingan dan Konseling Dosen Pengampu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Homoseksual berasal dari bahasa Mesir yaitu homo yang artinya

BAB 1 PENDAHULUAN. Homoseksual berasal dari bahasa Mesir yaitu homo yang artinya 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Homoseksual berasal dari bahasa Mesir yaitu homo yang artinya sama dan dari bahasa Latin yaitu sex yang artinya jenis kelamin. Homoseksual biasanya dikonotasikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Penghargaan Organisasi memiliki kewajiban untuk bertanggung jawab kepada karyawan dan masyarakat. Seiring pemenuhan kewajiban tersebut, hubungan antara organisasi

Lebih terperinci

MODUL VII COGNITIVE THERAPY AARON BECK

MODUL VII COGNITIVE THERAPY AARON BECK www.mercubuana.ac.id MODUL VII COGNITIVE THERAPY AARON BECK Aaron Beck adalah psikiater Amerika yang merintis penelitian pada psikoterapi dan mengembangkan terapi kognitif. Ia dianggap sebagai bapak cognitive

Lebih terperinci

Mengatasi diskriminasi terhadap penyandang cacat: Persoalan dan strategi penting

Mengatasi diskriminasi terhadap penyandang cacat: Persoalan dan strategi penting Mengatasi diskriminasi terhadap penyandang cacat: Persoalan dan strategi penting Kesetaraan dan non-diskriminasi di tempat kerja di Asia Timur dan Tenggara: Panduan 1 Tujuan belajar Menguraikan konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. (affective atau mood disorder) yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. (affective atau mood disorder) yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Berbagai macam tekanan sering dirasakan oleh individu. Tekanan-tekanan tersebut antara lain adalah tingginya tingkat persaingan dalam memperoleh pekerjaan,

Lebih terperinci

Modul ke: PSIKOLOGI SOSIAL 2. Kepemimpinan. Fakultas PSIKOLOGI. Filino Firmansyah M. Psi. Program Studi Psikologi.

Modul ke: PSIKOLOGI SOSIAL 2. Kepemimpinan. Fakultas PSIKOLOGI. Filino Firmansyah M. Psi. Program Studi Psikologi. Modul ke: PSIKOLOGI SOSIAL 2 Kepemimpinan Fakultas PSIKOLOGI Filino Firmansyah M. Psi Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Topik Bahasan Pengertian Kepemimpinan Berbagai Perspektif tentang Kepemimpinan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Praktik poligami dalam bentuk tindakan-tindakan seksual pada perempuan dan keluarga dekatnya telah lama terjadi dan menjadi tradisi masyarakat tertentu di belahan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJUAN PUSTAKA. dan sebuah karakter unik yang memberikan konsistensi sekaligus individualis bagi

BAB 2 TINJUAN PUSTAKA. dan sebuah karakter unik yang memberikan konsistensi sekaligus individualis bagi BAB 2 TINJUAN PUSTAKA 2.1 Kepribadian Secara umum kepribadian (personality) suatu pola watak yang relatif permanen, dan sebuah karakter unik yang memberikan konsistensi sekaligus individualis bagi perilaku

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIKULTURAL DALAM MEWUJUDKAN PENDIDIKAN YANG BERKARAKTER. Muh.Anwar Widyaiswara LPMP SulSel

PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIKULTURAL DALAM MEWUJUDKAN PENDIDIKAN YANG BERKARAKTER. Muh.Anwar Widyaiswara LPMP SulSel 1 PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIKULTURAL DALAM MEWUJUDKAN PENDIDIKAN YANG BERKARAKTER Muh.Anwar Widyaiswara LPMP SulSel Abstrak Setiap etnik atau ras cenderung memunyai semangat dan ideologi yang etnosentris,

Lebih terperinci

Jahoda (Ihrom, 2008), batasan lebih luas Kesehatan mental mencakup : 1) sikap kepribadian yang baik terhadap diri sendiri, kemampuan mengenali diri

Jahoda (Ihrom, 2008), batasan lebih luas Kesehatan mental mencakup : 1) sikap kepribadian yang baik terhadap diri sendiri, kemampuan mengenali diri Jahoda (Ihrom, 2008), batasan lebih luas Kesehatan mental mencakup : 1) sikap kepribadian yang baik terhadap diri sendiri, kemampuan mengenali diri dengan baik. 2) pertumbuhan dan perkembangan serta perwujudan

Lebih terperinci

Mengatasi diskriminasi etnis, agama dan asal muasal: Persoalan dan strategi penting

Mengatasi diskriminasi etnis, agama dan asal muasal: Persoalan dan strategi penting Mengatasi diskriminasi etnis, agama dan asal muasal: Persoalan dan strategi penting Kesetaraan dan non-diskriminasi di tempat kerja di Asia Timur dan Tenggara: Panduan 1 Tujuan belajar Menetapkan konsep

Lebih terperinci

DIRI PRIBADI. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi.

DIRI PRIBADI. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi. DIRI PRIBADI Modul ke: Presentasi diri; Pengetahuan diri pribadi; Berpikir mengenai diri pribadi; Harga diri pribadi; Penilaian diri pribadi; Diri pribadi sebagai sasaran prasangka Fakultas Psikologi Sri

Lebih terperinci

RELEVANSI ILMU PSIKOLOGI DALAM PENGEMBANGAN PROGRAM HR. Riza Sarasvita, PhD Kemenkes RI

RELEVANSI ILMU PSIKOLOGI DALAM PENGEMBANGAN PROGRAM HR. Riza Sarasvita, PhD Kemenkes RI RELEVANSI ILMU PSIKOLOGI DALAM PENGEMBANGAN PROGRAM HR Riza Sarasvita, PhD Kemenkes RI Pendekatan Holistik Biologis Sosial Psikologi Fakta Angka kekambuhan > 80% setelah program perawatan (Fisher & Harrison,

Lebih terperinci

Kognisi Sosial. Konflik Antar Kelompok MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 10

Kognisi Sosial. Konflik Antar Kelompok MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 10 MODUL PERKULIAHAN Kognisi Sosial Konflik Antar Kelompok Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 10 61017 Abstract Materi tentang konflik antar kelompok Kompetensi Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Identity Achievement. (Kartono dan Gulo, 2003). Panuju dan Umami (2005) menjelaskan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Identity Achievement. (Kartono dan Gulo, 2003). Panuju dan Umami (2005) menjelaskan bahwa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Identity Achievement 1. Definisi Identity Achievement Identitas merupakan prinsip kesatuan yang membedakan diri seseorang dengan orang lain. Individu harus memutuskan siapakah

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER F-0653 Issue/Revisi : A0 Tanggal Berlaku : 1 Februari 2016 Untuk Tahun Akademik : 2015/2016 Masa Berlaku : 4 (empat) tahun Jml Halaman : 13 halaman Mata Kuliah : Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Ekonomi mendorong munculnya pelaku bisnis baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Ekonomi mendorong munculnya pelaku bisnis baru sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan Ekonomi mendorong munculnya pelaku bisnis baru sehingga menimbulkan persaingan bisnis yang cukup tajam. Semua usaha bisnis tersebut berusaha untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya perilaku agresif saat ini yang terjadi di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya perilaku agresif saat ini yang terjadi di Indonesia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maraknya perilaku agresif saat ini yang terjadi di Indonesia, berdampak pada psikologis anak, anak tidak mampu berteman dengan anak lain atau bermain dengan

Lebih terperinci

PRASANGKA SOSIAL DAN AKSI DEMONSTRASI MASYARAKAT. Aris Soleman Dosen Psikologi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado

PRASANGKA SOSIAL DAN AKSI DEMONSTRASI MASYARAKAT. Aris Soleman Dosen Psikologi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado PRASANGKA SOSIAL DAN AKSI DEMONSTRASI MASYARAKAT Aris Soleman Dosen Psikologi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado arissoleman@yahoo.com ABSTRAK Maraknya aksi demonstrasi masyarakat akhir-akhir ini

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. anggota kelompok tertentu. Banyak orang yang membentuk dan memiliki

BAB II LANDASAN TEORI. anggota kelompok tertentu. Banyak orang yang membentuk dan memiliki BAB II LANDASAN TEORI A. PRASANGKA 1. Definisi Prasangka Menurut Baron & Byrne (2004) prasangka adalah sikap negatif terhadap anggota kelompok tertentu. Banyak orang yang membentuk dan memiliki prasangka

Lebih terperinci

Teori Perkembangan Psikososial. Oleh : Yulia Ayriza

Teori Perkembangan Psikososial. Oleh : Yulia Ayriza Teori Perkembangan Psikososial Oleh : Yulia Ayriza Teori Perkembangan Psikososial (Menurut Erik Erikson) Erikson (1950, 1968 ) mengatakan bahwa manusia lebih berkembang dalam tahap psikososial daripada

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP) Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS) Psikologi. Kode Mata Kuliah : Jumlah SKS : 1 SKS

SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP) Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS) Psikologi. Kode Mata Kuliah : Jumlah SKS : 1 SKS SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP) Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS) Psikologi Kode Mata Kuliah : Jumlah SKS : 1 SKS Waktu Pertemuan : 250 menit Tujuan Instruksional Umum : Setelah menjalani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu kemampuan memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun anak-anak. Kata remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere

BAB I PENDAHULUAN. maupun anak-anak. Kata remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja merupakan waktu di mana seseorang berada di dalam umur belasan tahun. Pada masa remaja seseorang tidak bisa dikatan sudah dewasa maupun anak-anak. Kata

Lebih terperinci