HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN PRASANGKA ETNIS PADA ETNIS DAYAK PASCA KONFLIK DAYAK-MADURA DI SAMPIT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN PRASANGKA ETNIS PADA ETNIS DAYAK PASCA KONFLIK DAYAK-MADURA DI SAMPIT"

Transkripsi

1 HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN PRASANGKA ETNIS PADA ETNIS DAYAK PASCA KONFLIK DAYAK-MADURA DI SAMPIT Eva Fauziah Sonny Andrianto INTISARI Peneltian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan negatif antara harga diri dan prasangka etnis. Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara harga diri dan prasangka etnis pada etnis Dayak di Sampit. Semakin tinggi harga diri semakin rendah prasangka etnis. Sebaliknya semakin rendah harga diri semakin tinggi prasangka etnis. Subyek dalam penelitian ini adalah etnis Dayak yang tinggal di Sampit, pria dan wanita dengan usia minimal 25 tahun. Teknik pengambilan subyek yang digunakan adalah metode quota sampling. Adapun skala prasangka etnis yang digunakan mengacu pada aspek dari teori Baron & Byrne (2004), Sears dkk (1994), Hudaniah & Dayakisni (2003) yang berjumlah 34 aitem dan skala harga diri yang disusun berdasar aspek dari Baron & Byrne (2004) yang berjumlah 29 aitem. Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan fasilitas program SPSS versi 12,0 for windows untuk menguji apakah terdapat hubungan antara harga diri dan prasangka etnis. Korelasi product moment dari Pearson menunjukkan korelasi sebesar r = -0,419 yang artinya ada hubungan yang signifikan antara harga diri dengan prasangka etnis. Jadi hipotesis penelitian diterima. Kata Kunci : Harga Diri, Prasangka Etnis 1

2 Pengantar Menurut Tjokrowinoto (2001) didalam pandangan orang Dayak (dan juga suku pendatang lainnya), pendatang dari Madura cenderung dipandang negatif sebagai orang yang berperilaku kasar, keras, selalu mempersenjatai diri dengan clurit dan siap untuk membunuh, bersifat ekspansif dengan kalau perlu merampas hak-hak penduduk asli dan sebagainya. Karenanya, masyarakat Dayak terhinggapi syndroma bogey man atau syndrome wewe-gombel memandang etnis pendatang dari Madura sebagai bogey man yang berpotensi mengancam eksistensi dan lebensraum mereka. Perasaan adanya common enemy ini akan makin memperkuat solidaritas internal mereka yang dapat meningkatnya intensitas konflik. Di pihak lain, masyarakat pendatang yang berasal dari suku Madura juga melakukan stigmatisasi dan stereotyping terhadap suku Dayak, memandang masyarakat Dayak sebagai pemalas, pendengki, pemabuk, pengiri dan sebagainya. Perbenturan dua etnis yang mempunyai perbedaan di semua dimensi prefensi nilai justru cenderung memperkuat etnosentrisme masing-masing. Penyang (2004) meminta agar rencana pemulangan pengungsi Madura ke Kalteng tidak tergesa-gesa. Malah sebaliknya kata Damang jangan dulu karena masih ada warga yang trauma saya khawatir warga tidak begitu aman dengan hadirnya warga Madura. Sehingga akan ada rasa was-was. Apalagi jika ada pihak tertentu, yang bisa menjadi pemicu pecahnya permasalahan baru. Orang yang penampilannya baik, belum tentu hatinya juga baik tambah Simal panjang lebar. 2

3 Penilaian orang Dayak terhadap orang Madura tidak terlepas dari pengalaman pribadi mereka dalam waktu berinteraksi selama berpuluh-puluh tahun. Orang Dayak mulai menyimpulkan bahwa orang Madura suka kekerasan yang diperlihatkan dengan budaya carok. Kemana-mana selalu membawa celurit. Adanya streotip antara etnis Dayak dan Madura akibat perbedaan budaya. Pandangan seseorang atau kelompok etnis menurut budayanya masingmasing akan menentukan streotip etnis lainnya. Hal tersebut terlihat dari pernyataan dari salah satu warga Madura dan Dayak. Menurut Haji Tarap (warga Madura) hal yang paling dibencinya dari orang Dayak adalah adat istiadat, hukum adatnya. Kalau ada kesalahan selalu ada adatnya. Orang Dayak sangat menjunjung tinggi adat-istiadat, hukum adat. Menurut Timanggong Miden (warga Dayak) adat-istiadat dan hukum adat harus dilaksanakan. Jika ada yang melanggar dan tidak mau membayar denda adat sama dengan menghina suku. Jika sudah menghina suku berarti nyawa taruhannya (Surata & Andrianto, 2001). Begitu pula menurut Giring (2004) pencitraan orang Madura di mata orang Dayak Kanayatn Salatiga tidak terlepas dari sistem makna dan sistem nilai yang dipegang oleh orang Dayak Kanayatn dalam menanggapi orang Madura. Orang Madura yang dicitrakan suka kekerasan, dalam hal ini memiliki relasi yang kontras dengan imajinasi Dayak Kanayatn mengenai kehidupan bersama dengan orang dari etnis lain yang memiliki nilai tentram dan tenang. Hubungan antar etnis Dayak dan Madura di Kalimantan Barat berdasarkan hasil penelitian oleh Prof. Sudagung pada tahun 1988 diwarnai dengan sikap prasangka dan persaingan. Hubungan yang kurang harmonis ini diakibatkan oleh faktor perbedaan agama, adat-istiadat dan tingkat ekonomi yang 3

4 hampir sejajar. Kondisi inilah yang dapat memicu perselisihan diantara dua etnis tersebut. Madura sebagai etnis pendatang terbilang cukup sukses dan berhasil di daerah lain. Keberhasilan ini dapat dianggap sebagai sesuatu yang mengancam keberlangsungan dan masa depan etnis Dayak. Nagian mengakui bahwa etnis Dayak adalah penduduk asli Kalimantan yang selama ini tersisihkan dari sisi ekonomi, pemerintahan dan politik. Hutan-hutan mereka dihabisi, mereka tidak diberi peran tetapi mereka tidak bereaksi. (Surata & Andrianto, 2001). Penelitian yang dilakukan oleh Hidayah (2004) pada mahasiswa Kotawaringin Timur yang berasal dari etnis Dayak dan etnis Madura menunjukkan bahwa prasangka mahasiswa etnis Dayak lebih tinggi daripada mahasiswa Kotim yang beretnis Madura. Penelitian ini memperkuat bahwa adanya prasangka etnis yang terbentuk akibat konflik etnis yang terjadi pada tahun 2001 di Sampit. Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empirik hubungan antara harga diri dengan prasangka etnis dayak pasca konflik dayak-madura di Sampit. Prasangka merupakan sikap perasaan orang-orang terhadap golongan manusia tertentu, golongan ras atau kebudayaan yang berbeda dengan golongan orang yang berprasangka itu (Gerungan, 2004). Menurut Baron dan Byrne (2004) prasangka adalah sebuah sikap (biasanya negatif) terhadap anggota kelompok tertentu, semata berdasarkan keanggotaan individu tersebut dalam kelompok tersebut. Menurut sears, dkk (1994) prasangka adalah penilaian terhadap suatu kelompok atau seorang individu yang terutama didasarkan pada keanggotaan kelompok orang itu, penilaian terhadap orang lain itu didasarkan kategori rasial dan tidak berdasarkan informasi atau faktor tentang diri mereka sebagai individu. 4

5 Berbicara mengenai teori dan sebab terjadinya prasangka etnis tidak bisa dipisahkan dari pembahasan tentang teori dan sebab prasangka itu sendiri. Dari berbagai literatur yang ada, terdapat beberapa pendekatan teoritik yang berusaha membahas prasangka, diantaranya dikemukakan oleh Dayakisni & Hudaniah, (2003) yang membaginya dalam dua tipe analisa yaitu pendekatan sosial dan pendekatan individual. Secara garis besar pendekatan individual diwakili oleh pendekatan kognitif dan psikodinamika. Sedangkan pendekatan sosial diwakili oleh pendekatan situasional, pendekatan sejarah dan sosiokultural. Sehingga terbagi menjadi empat pendekatan. Namun, dalam penjabarannya ditambah lagi pendapat para ahli psikologi sosial tentang penyebab prasangka dalam empat pendekatan tersebut yaitu : a. Pendekatan Kognitif. Dalam pendekatan kognitif penyebab timbulnya prasangka ada dua aspek, yaitu : atribusi dan ingroup-outgroup. b. Pendekatan Psikodinamika. Menurut pendekatan ini penyebab timbulnya prasangka ada 2 hal, yaitu : prasangka merupakan agresi seseorang yang dialihkan dan prasangka bersumber dari individu yang mempunyai kepribadian yang otoriter (Sears dkk, 1994). c. Pendekatan Sosiokultural Pendekatan ini berusaha menjelaskan bagaimana prasangka ditimbulkan dan dipelihara oleh lingkungan sosial. Latar belakang timbulnya prasangka menurut pendekatan ini ada beberapa sebab, yaitu : Teori belajar sosial dan peranan media massa. d. Teori konflik kelompok (realistic group conflict theories) Aspek-aspek prasangka disusun mengacu pada teori Baron & Byrne (2004), Sears, dkk (1994), Hudaniah & Dayakisni (2003) yang menguraikan beberapa 5

6 aspek yang berkaitan dengan adanya sikap prasangka. Aspek tersebut adalah sebagai berikut: a. Aspek kepribadian. b. Aspek kecemburuan sosial. c. Aspek konflik akibat kompetisi dan adanya agresi antar kelompok. d. Aspek frustasi dan scapegoating. e. Aspek etnosentrisme. f. Aspek norma/kultural. g. Penilaian yang terlalu ekstrim. Ketujuh aspek prasangka di atas memberikan gambaran perilaku atau sikap yang ditunjukkan oleh individu atau kelompok terhadap individu atau kelompok lain hampir seragam, meski dengan kualitas dan pola yang berbeda. Seseorang atau suatu kelompok yang memberikan penilaian terlau ekstrim pada individu atau kelompok tertentu akan diikuti oleh anggota intergroupnya secara hampir sama. Penilaian ini pada akhirnya mengekspresikan perilaku diskriminatif pada kelompok tertentu yang dikenai penilaian atau prasangka (Sears, 1994). Menurut Mar at (Nurdiana, 2004), faktor-faktor yang mempengaruhi sikap terhadap prasangka : a. Pengaruh pendidikan anak oleh orang tua Nilai-nilai dan norma-norma yang diajarkan orang tua kepada anak memiliki korelasi tinggi dengan nilai-nilai dan norma-norma yang dijabarkan oleh anaknya. 6

7 b. Pengaruh kepribadian kepribadian yang otoriter membentuk sistem prasangka ke arah etnosentrisme, curiga, berfikir dogmatis, menitikberatkan pada disiplin diri. Hal ini menunjang perkembangan konsep prasangka. c. Peran lembaga pendidikan dan status Lembaga pendidikan dan status akan mempengaruhi pembentukan konsep prasangka, semakin tinggi tingkat pendidikan dan status akan mereduksi prasangka. d. Peran kelompok Norma-norma kelompok yang memiliki fungsi otonomi akan banyak memberikan informasi secara realistis atau emosional yang mempengaruhi sistem sikap individu. e. Peranan komunikasi Komunikasi memiliki peranan penting dalam memberikan informasi yang baik dan komponen kognitif serta afektif akan banyak dipengaruhi oleh media-media komunikasi seperti : film, surat kabar, radio dan televisi. Kepribadian sebagai salah satu aspek yang penting dari setiap individu mempunyai arti yang sangat berharga. Oleh karena itu masalah self esteem masih menjadi salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam kehidupan seseorang. Self esteem merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang yang tentunya juga berhubungan dengan perilaku terhadap orang lain secara sosial. Mungkin sikap yang paling penting dikembangkan oleh seseorang adalah sikap terhadap diri. Evaluasi terhadap diri sendiri dikenal sebagai self esteem (harga diri). Harga diri sangat berpengaruh terhadap 7

8 seseorang dalam berpikir, berperilaku, bahkan dalam menentukan nilai-nilai yang dianutnya. Menurut Baron & Byrne (2004) self esteem adalah evaluasi diri atau sikap yang kita miliki terhadap diri kita sendiri baik yang secara umum maupun khusus. Hal ini sebagian didasarkan pada proses perbandingan sosial. Sementara menurut Worchel (Dayakisni & Hudaniah, 2003) harga diri adalah komponen evaluatif dari konsep diri yang terdiri dari evaluasi positif dan negatif tentang diri sendiri yang dimiliki seseorang. Menurut Baron & Byrne (2004) ada 2 macam ciri-ciri self esteem (harga diri) yaitu pada orang yang harga dirinya tinggi dan pada orang yang harga dirinya rendah. Dari uraian tentang ciri-ciri harga diri diatas penulis menyimpulkan bahwa ciri-ciri harga diri yang stabil, yaitu: a. Memiliki kemampuan sosial yang memadai. Menurut Baron & Byrne (2004) b. Agresi dan emosi. c. Kecemasan. d. Mengevaluasi fisik. Hubungan antara Harga diri dan Prasangka Etnis Dayak Pasca Konflik Dayak - Madura Prasangka merupakan sikap perasaan orang-orang terhadap golongan manusia tertentu, golongan ras atau kebudayaan, yang berlainan dengan golongan orang yang berprasangka itu (Gerungan, 2004). Prasangka etnis Dayak pasca konflik Dayak-Madura terbentuk akibat yang ditimbulkan oleh konflik etnis tersebut. Seseorang akan belajar dari pengalaman hidupnya begitu pula yang terjadi pada etnis Dayak setelah 8

9 mengalami konflik yang cukup berat dalam kehidupan sosialnya. Konflik tersebut mempengaruhi kognitif, sikap dan perilaku etnis Dayak terhadap kelompok etnis lain. Seseorang yang berprasangka pada suatu kelompok (out-group) cenderung mengevaluasi anggota-anggota kelompok sosial tersebut dia akan mengkritik nilai-nilai dan perilaku yang diterapkan dalam kelompok sosial tersebut karena tidak sesuai dengan nilai yang dianut kelompoknya (in-group). Perasaan in-group sering menimbulkan in-group bias yaitu kecenderungan untuk menganggap bahwa kelompoknya lebih baik dari pada kelompok lain (outgroup). In-group bias ini pada titik tertentu akan memunculkan pandangan etnosentrisme, etnis yang satu merasa hebat, unggul, berhak daripada etnis lain (Hidayah, 2002). Keberhasilan dan kesuksesan warga Madura di Sampit dapat dianggap sebagai sesuatu yang mengancam keberlangsungan dan masa depan etnis Dayak. Nagian mengakui bahwa etnis Dayak adalah penduduk asli Kalimantan yang selama ini tersisihkan dari sisi ekonomi, pemerintahan dan politik. Hutanhutan mereka dihabisi, mereka tidak diberi peran tetapi mereka tidak bereaksi. (Surata & Andrianto, 2001). Meskipun hal itu terjadi selama puluhan tahun, namun ketika warga Madura meneriakkan ingin menjadikan kota Sampit sebagai kota Sampang kedua warga Dayak tidak lagi diam tetapi bereaksi keras dalam menghadapi hal tersebut. Isu bahwa kota Sampit akan menjadi kota Sampang kedua dipandang warga Dayak sebagai suatu ancaman yang sangat membahayakan habitatnya sehingga harus melakukan ngayau tersebut, menurut Sears dkk (1994) bahwa bila dua kelompok bersaing memperebutkan sumber langka atau rasa aman 9

10 mereka akan saling mengancam. Hal ini menimbulkan permusuhan diantara mereka dan dengan demikian menciptakan penilaian negatif yang bersifat timbal balik, jadi prasangka merupakan konsekwensi dari konflik nyata yang tidak dapat dielakkan. Kekerasan dilakukan warga Dayak akibat merasa terancam harga dirinya karena merasa daerahnya akan dikuasai warga Madura. Menurut Baron & Byrne (2004) dianggap sebagai hal yang dapat meningkatkan kembali harga diri warga Dayak yang terancam tersebut. Ketika seseorang dengan prasangka dan harga diri yang terancam melakukan penyerangan pada saat itu harga diri orang tersebut dalam keadaan harga diri yang rendah. Individu akan lebih cemas dan mudah marah sehingga individu menjadi lebih terbuka dalam mengekspresikan kemarahannya. Seorang individu yang merasa harga dirinya terancam akan melakukan penyerangan. Hal itu terjadi pada individu yang harga dirinya rendah karena seseorang yang harga dirinya rendah cenderung cemas, mudah berpikir negatif dan lebih mengekspresikan kemarahannya secara terbuka sehingga penyerangan yang dilakukan disebabkan individu merasa cemas ketika dirinya menghadapi masalah dan berpikir negatif bahwa orang lain akan menghambat dirinya. Sedangkan pada individu yang harga dirinya positif tidak akan mudah mengekspresikan kemarahannya ketika harga dirinya terancam karena individu dengan harga diri yang positif tidak mudah cemas terhadap keselamatan hidupnya dan lebih berani menghadapi resiko sehingga inidividu menjadi lebih obyektif dalam mengahadapi masalah-masalah serta cenderung berpikir positif 10

11 terhadap orang lain sehingga tidak mudah berprasangka negatif terhadap orang lain. Menurut Baron & Byrne (2004) hasil penelitian menunjukkan bahwa ketika self esteem mereka terancam, individu dengan prasangka akan menyerang kelompok yang tidak mereka sukai. Hal ini membantu untuk meningkatkan atau mengembalikan self esteem mereka. Lebih lanjut Baron & Byrne (2004) menjelaskan bahwa ketika individu dengan pandangan prasangka memandang rendah sebuah kelompok yang dipandangnya negatif, hal ini membuat mereka yakin akan harga diri mereka sendiri untuk merasa superior dengan berbagai cara. Metode Penelitian Subyek penelitian yang peneliti gunakan adalah etnis Dayak yang berdomisili di Sampit. Penelitian ini dilakukan terhadap etnis Dayak yang memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. suku bangsa/etnis Dayak 2. lahir dan besar di Sampit 3. usia 25 tahun keatas 4. Pria dan wanita Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data penelitian yang tepat dan relevan dengan tujuan penelitian dan memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi, maka alat pengambilan data yang sesuai adalah metode skala. Adapun alat ukur (skala) yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 11

12 a. Skala Prasangka Etnis Skala prasangka etnis yang akan digunakan disini bertujuan untuk mengungkapkan kecenderungan prasangka. Skala prasangka yang disusun berdasarkan teori Baron & Byrne (2004), Sears (1994), Hudaniah & Dayakisni (2003) yang menguraikan beberapa aspek yang berkaitan dengan adanya sikap prasangka. Aspek-aspek yang diukur dalam skala ini adalah : Kepribadian, kecemburuan sosial, konflik akibat kompetisi dan agresi kelompok, frustasi, etnosentrisme, norma Penilaian yang terlalu ekstrim. Skala ini terdiri dari 34 aitem, 19 aitem favourabel dan 15 aitem unfavourabel. b. Skala Harga Diri Skala harga diri digunakan untuk mengungkap seberapa besar harga diri seseorang yaitu dengan penilaian atau evaluasi terhadap diri sendiri, orang lain serta lingkungannya. Ciri-ciri yang diukur dalam skala harga diri ini adalah memiliki kemampuan sosial yang memadai, agresi dan emosi, kecemasan, mengevaluasi fisik. Skala ini disusun berdasar teori Baron & Byrne (2004) ini terdiri dari 29 aitem, 16 aitem favourabel dan 13 aitem unfavourabel. Analisis terhadap data penelitian menggunakan Teknik Korelasi Product Moment. Teknik Korelasi Product Moment dilakukan dengan menggunakan program Komputer SPSS 12.0 for windows. Teknik analisis ini digunakan untruk mengetahui secara empiris hubungan antara harga diri dengan prasangka etnis. Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan negatif yang sangat signifikan antara harga diri dengan prasangka etnis pada etnis Dayak di Sampit. Adanya hubungan antara kedua variabel, ditunjukkan oleh koefisien korelasi (r) sebesar menunjukan r 2 xy = -0,419 dengan p = 0,000 atau p < 0,01. 12

13 Pembahasan Harga diri memiliki peran penting dalam prasangka etnis pada etnis dayak di Sampit. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis data sumbangan efektif harga diri terhadap prasangka etnis sebesar 17,6%, artinya bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi prasangka etnis adalah harga diri, semantara sisanya 82,4% adalah faktor-faktor lain yang turut berpengaruh terhadap prasangka etnis yang tidak diperhatikan dalam penelitian ini. Faktor-faktor lain tersebut Menurut Mar at dalam Nurdiana (2004) adalah pengaruh pendidikan anak oleh orang tua, pengaruh kepribadian yang otoriter peran lembaga pendidikan dan status, peran kelompok, peranan komunikasi, peranan hubungan atau kontak langsung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa harga diri terhadap prasangka etnis termasuk dalam kategori tingkat tinggi. Hal ini disebabkan dengan adanya harga diri yang stabil sehingga subyek menjadi berpikir positif atau tidak cemas, mengevaluasi dirinya positif sehingga dengan orang lain pun positif, tidak mudah emosi sehingga agresi terhadap orang lain tidak menonjol. Hal ini dapat mengurangi prasangka etnis terhadap etnis lain. Skor yang diperoleh harga diri adalah 50,75< X =94,25 berada dalam kategori tinggi. Mean empirik harga diri sebesar 72,5 dan mean hipotetik 82,35. selain itu, prosentase subyek pada harga diri sangat tinggi sebanyak 6 orang (7,5%), 45 orang (56,25%) mempunyai harga diri yang tinggi, 28 orang (35%) mempunyai harga diri sedang, dan 1 orang (1,25%) mempunyai harga diri yang rendah. Skor yang diperoleh prasangka etnis adalah 59,5< X =110,5 berada dalam kategori rendah dengan mean empirik 71,63 dan mean hipotetik 85. Prosentase subyek pada prasangka etnis yang berada dalam kategori sedang 18 orang 13

14 (22,5%), 55 orang (68,75%) berada dalam kategori rendah, dan 7 orang (8,75%) mempunyai rasangka etnis yang sangat rendah. Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan negatif yang sangat signifikan antara harga diri dengan prasangka etnis pada etnis Dayak di Sampit. Adanya hubungan antara kedua variabel, ditunjukkan oleh koefisien korelasi (r) sebesar menunjukan r 2 xy = -0,419 dengan p = 0,000 atau p < 0,01. Hal ini berarti menggambarkan bahwa tingginya harga diri yang dimiliki seorang etnis Dayak memiliki hubungan yang negatif terhadap prasangka etnis. Semakin tinggi harga diri yang dimiliki seseorang maka semakin rendah prasangka etnis yang dimilikinya, begitu pula sebaliknya semakin rendah harga diri yang dimiliki seseorang maka semakin besar prasangka etnis yang dimiliki etnis Dayak di Sampit. Jadi hipotesis yang menyatakan adanya hubungan negatif antara harga diri dengan prasangka etnis dapat diterima. Saran Berkaitan dengan hasil penemuan ilmiah yang terbatas, penulis mencoba memberikan rekomendasi beberapa saran sebagai berikut: 1. Untuk masyarakat Kabupaten Kotawaringin Timur (Sampit) Konflik etnis yang pernah terjadi dapat diambil hikmah yang sangat besar, betapa pentingnya membangun harmonisasi dan kedamaian hidup dalam masyarakat multi etnik yang dinamis dan bersahaja. Dan hasil penelitian ini diketahui bahwa ada hubungan antara prasangka etnis dengan harga diri 14

15 sehingga masyarakat diharapkan mampu menumbuhkan harga diri yang positif dan stabil sehingga mampu mengurangi prasangka negatif terhadap etnis lain. Mengingat betapa bahayanya sebuah prasangka negatif terhadap etnis lain maka diharapkan masyarakat mampu menjaga prasangka terhadap orang atau etnis lain dan hal ini sangat penting agar kerusuhan pada tahun 2001 tidak terulang lagi. Pentingnya kristalisasi kesadaran masyarakat Kotim terhadap prinsip perdamaian, membangun kehidupan yang harmonis dan damai serta saling menghargai dalam kehidupan masyarakat multietnik. 2. Untuk Masyarakat Etnis Dayak Dari hasil penelitian ini diharapkan etnis Dayak dapat menumbuhkan harga diri yang stabil sehingga mampu mengurangi prasangka negatif terhadap etnis lain. Begitu pula dalam hal menyelesaikan masalah yang belum selesai akibat konflik etnis tahun Hal ini penting agar tidak terjadi lagi konflik etnis yang membawa penderitaan bagi masyarakat Kotim. 3. Untuk Peneliti Selanjutnya Untuk peneliti selanjutnya yang tertarik dengan masalah prasangka etnis perlu diperhatikan variabel-variabel sertaan lainnya yang berkaitan dengan prasangka etnis. Variabel tersebut adalah kepribadian, pola asuh orang tua, pendidikan, kontak langsung dan variabel lain yang masih belum terkontrol dalam penelitian ini. Peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan metode wawancara dan observasi sehingga informasi yang diambil lebih mendalam. 15

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kepribadian atau sifat polos dan ada yang berbelit-belit, ada

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kepribadian atau sifat polos dan ada yang berbelit-belit, ada BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap individu memiliki kepribadian atau sifat polos dan ada yang berbelit-belit, ada yang halus dan juga ada yang kasar, ada yang berterus terang dan ada juga yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. mengetahui ada tidaknya hubungan sikap warga terhadap peran polisi dengan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. mengetahui ada tidaknya hubungan sikap warga terhadap peran polisi dengan 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian korelasional yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan sikap warga terhadap peran polisi dengan partisipasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekerasan yang terjadi saat ini sangat memprihatinkan, salah satunya adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari Komnas Perlindungan anak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah konflik menjadi fenomena yang seakan menjadi biasa dalam masyarakat Indonesia. Kondisi Negara Indonesia dengan segala macam kemajemukan dan heterogenitas.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. (Susetyo, 2010, h. 29), jumlah populasi orang Jawa kira-kira 47. mendominasi di Indonesia berdasarkan jumlah populasinya.

PENDAHULUAN. (Susetyo, 2010, h. 29), jumlah populasi orang Jawa kira-kira 47. mendominasi di Indonesia berdasarkan jumlah populasinya. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etnis Jawa merupakan salah satu etnis yang memiliki populasi terbanyak di Indonesia. Berdasarkan analisis Suryadinata (Susetyo, 2010, h. 29), jumlah populasi orang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran angka tersebut, serta penampilan

BAB III METODE PENELITIAN. angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran angka tersebut, serta penampilan BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dalam usaha menguji hipotesis yang telah disusun. Penelitian kuantitatif banyak dituntut menggunakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis korelasi Product Moment untuk mencari hubungan antara konformitas teman sebaya dengan perilaku agresif

Lebih terperinci

PRASANGKA, DISKRIMINASI & STEREOTYPE

PRASANGKA, DISKRIMINASI & STEREOTYPE Modul ke: 09 Setiawati Fakultas Psikologi Psikologi Sosial I PRASANGKA, DISKRIMINASI & STEREOTYPE Intan Savitri,S.P., M.Si. Program Studi Psikologi TUJUAN PEMBELAJARAN Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Asumsi Sebelum melakukan uji hipotesis dilakukan uji asumsi terlebih dahulu yang merupakan syaratnya. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan korelasi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Asumsi Sebelum dilakukan uji hipotesis, dilakukan uji asumsi data hasil penelitian tersebut. Setelah dilakukan uji asumsi berupa uji normalitas dan linieritas selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perasaan cemas dan tidak nyaman ini dapat dirasakan baik oleh kelompok mayoritas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perasaan cemas dan tidak nyaman ini dapat dirasakan baik oleh kelompok mayoritas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intergroup anxiety adalah perasaan cemas dan tidak nyaman yang mungkin dirasakan seseorang ketika berinteraksi dengan kelompok outgroupnya (Stephan, 2014). Perasaan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KEMATANGAN EMOSI PADA REMAJA. Gani Tri Utomo H. Fuad Nashori INTISARI

HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KEMATANGAN EMOSI PADA REMAJA. Gani Tri Utomo H. Fuad Nashori INTISARI HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KEMATANGAN EMOSI PADA REMAJA Gani Tri Utomo H. Fuad Nashori INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konformitas dengan kematangan emosi pada remaja.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numeric

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numeric BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numeric (angka)

Lebih terperinci

PERILAKU AGRESIF ORANGTUA TERHADAP ANAK DITINJAU DARI RELIGIUSITAS

PERILAKU AGRESIF ORANGTUA TERHADAP ANAK DITINJAU DARI RELIGIUSITAS PERILAKU AGRESIF ORANGTUA TERHADAP ANAK DITINJAU DARI RELIGIUSITAS SKRIPSI DIAN SAVITRI 99.40.3019 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2005 PERILAKU AGRESIF ORANGTUA TERHADAP

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. suatu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain,

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. suatu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain, BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik korelasi. Penelitian dengan teknik korelasi bertujuan menyelidiki sejauh mana variasi pada

Lebih terperinci

ETNIK KONFLIK DAN PERDAMAIAN DI KALIMANTAN TENGAH

ETNIK KONFLIK DAN PERDAMAIAN DI KALIMANTAN TENGAH Pendahuluan ETNIK KONFLIK DAN PERDAMAIAN DI KALIMANTAN TENGAH Konflik etnik antara suku Dayak dan Madura di Kalimantan Tengah (Kalteng) terjadi pada Febuari 2001. Akhir dari konflik ini lebih merupakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Setelah data terkumpul dan siap diolah dan dianalisis, maka dilanjutkan dengan melakukan uji asumsi yaitu uji normalitas dan uji linearitas. Jika asumsi telah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU DELIKUEN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU DELIKUEN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU DELIKUEN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat

Lebih terperinci

KONTRIBUSI KONTROL DIRI TERHADAP SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU

KONTRIBUSI KONTROL DIRI TERHADAP SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU KONTRIBUSI KONTROL DIRI TERHADAP SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU Disusun Oleh: Nama : Suci Melati Puspitasari NPM : 16510707 Pembimbing : Henny Regina Salve M.Psi, Psi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMA Abdul Wahid Hasyim didirikan pada tahun 1975 dan berada di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMA Abdul Wahid Hasyim didirikan pada tahun 1975 dan berada di BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Lembaga 1. Sejarah Singkat SMA Abdul Wahid Hasyim didirikan pada tahun 1975 dan berada di bawah naungan Yayasan Hasyim Asy ari Tebuireng. Sejak awal berdirinya

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI SIKAP REMAJA TERHADAP PENYALAHGUNAAN OBAT DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI

NASKAH PUBLIKASI SIKAP REMAJA TERHADAP PENYALAHGUNAAN OBAT DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI NASKAH PUBLIKASI SIKAP REMAJA TERHADAP PENYALAHGUNAAN OBAT DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI Oleh : SYAIFUL ANWAR PRASETYO YULIANTI DWI ASTUTI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu diantara sedikit negara di dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu diantara sedikit negara di dunia yang 16 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu diantara sedikit negara di dunia yang memiliki karakteristik negara multietnik, yaitu negara yang memiliki beberapa etnis sebagai masyarakatnya,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara variabel Hubungan Resiliensi dengan Stres Kerja Anggota. Gambar 3.1. Hubungan antar Variabel

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara variabel Hubungan Resiliensi dengan Stres Kerja Anggota. Gambar 3.1. Hubungan antar Variabel BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah penelitian korelasilasional bentuk bivariate, yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui signifikansi hubungan antara variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Menurut Arikunto (2010), penelitian korelasional merupakan penelitian untuk mengetahui ada atau tidak

Lebih terperinci

mereka. Menurut Schouten (2007), Facebook merupakan salah satu media yang dapat menstimuli terjadinya self disclosure (pengungkapan diri) Perkembangan

mereka. Menurut Schouten (2007), Facebook merupakan salah satu media yang dapat menstimuli terjadinya self disclosure (pengungkapan diri) Perkembangan HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS PENGGUNAAN FACEBOOK DENGAN PENGUNGKAPAN DIRI PADA SISWA-SISWI DI SMA NEGERI 8 BEKASI Putri Ratna Juwita Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

Prasangka Mahasiswa Papua Pada Etnis Jawa Di Kota Malang

Prasangka Mahasiswa Papua Pada Etnis Jawa Di Kota Malang Jurnal Mediapsi 2016, Vol. 2, No. 1, 11-18 Prasangka Mahasiswa Papua Pada Etnis Jawa Di Kota Malang Klaudia Ulaan, Ika Herani, & Intan Rahmawati kla_ulaan@yahoo.co.id Program Studi Psikologi, FISIP, Universitas

Lebih terperinci

Bab II. Kajian Pustaka. Teori identitas sosial dipelopori oleh Henri Tajfel pada tahun 1957 dalam

Bab II. Kajian Pustaka. Teori identitas sosial dipelopori oleh Henri Tajfel pada tahun 1957 dalam Bab II Kajian Pustaka 2.1. Identitas Sosial Teori identitas sosial dipelopori oleh Henri Tajfel pada tahun 1957 dalam upaya menjelaskan prasangka, diskriminasi, perubahan sosial dan konflik antar kelompok.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya.

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian kuantitatif, seperti yang dijelaskan oleh Arikunto (006. 1) bahwa penelitian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Agresivitas

BAB II LANDASAN TEORI. A. Agresivitas BAB II LANDASAN TEORI A. Agresivitas Semua orang seperti memahami apa itu agresi, namun pada kenyatannya terdapat perbedaan pendapat tentang definisi agresivitas. agresi identik dengan hal yang buruk.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian merupakan pedoman dan langkah-langkah yang diikuti oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian merupakan pedoman dan langkah-langkah yang diikuti oleh BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian merupakan pedoman dan langkah-langkah yang diikuti oleh peneliti untuk melakukan penelitiannya, penelitian ini berangkat dari adanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 57 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Variabel adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode kuantitatif, yaitu metode yang menekankan analisis pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika

Lebih terperinci

Hubungan kematangan Emosi dan Kebahagiaan Pada Remaja yang Mengalami Putus Cinta. Dini Amalia Ulfah Dr. Intaglia Harsanti

Hubungan kematangan Emosi dan Kebahagiaan Pada Remaja yang Mengalami Putus Cinta. Dini Amalia Ulfah Dr. Intaglia Harsanti Hubungan kematangan Emosi dan Kebahagiaan Pada Remaja yang Mengalami Putus Cinta Dini Amalia Ulfah 12512192 Dr. Intaglia Harsanti BAB 1: Latar Belakang Masa remaja adalah masa dimana individu mulai menyukai

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA KARANG TARUNA DI DESA JETIS, KECAMATAN BAKI, KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA KARANG TARUNA DI DESA JETIS, KECAMATAN BAKI, KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA KARANG TARUNA DI DESA JETIS, KECAMATAN BAKI, KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Cipayung, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat. SMP ini terletak di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Cipayung, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat. SMP ini terletak di BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESKRPSI TEMPAT PENELITIAN 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini berada di SMP Arrahman, Kelurahan Bojong Pondok Terong, RT 01 / RW 04, Kecamatan Cipayung, Kota Depok,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA SISWA SD N TRANGSAN 03 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA SISWA SD N TRANGSAN 03 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA SISWA SD N TRANGSAN 03 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP PASIEN PENYAKIT JIWA DENGAN PERILAKU AGRESIF PERAWAT PASIEN PENYAKIT JIWA

HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP PASIEN PENYAKIT JIWA DENGAN PERILAKU AGRESIF PERAWAT PASIEN PENYAKIT JIWA HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP PASIEN PENYAKIT JIWA DENGAN PERILAKU AGRESIF PERAWAT PASIEN PENYAKIT JIWA Elok Faiqoh 1*) dan Falasifatul Falah **) 1) Fakultas Psikologi Universitas Islam Sultan Agung *)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah Remaja dipandang sebagai periode perubahan, baik dalam hal fisik, minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN KEPUASAN BERWIRAUSAHA PADA WIRAUSAHA WANITA SKRIPSI IMAM DAMARA

HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN KEPUASAN BERWIRAUSAHA PADA WIRAUSAHA WANITA SKRIPSI IMAM DAMARA HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN KEPUASAN BERWIRAUSAHA PADA WIRAUSAHA WANITA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh: IMAM DAMARA 091301032 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Keragaman memang indah dan menjadi kekayaan bangsa yang. dari pada modal bangsa Indonesia (Hanifah, 2010:2).

PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Keragaman memang indah dan menjadi kekayaan bangsa yang. dari pada modal bangsa Indonesia (Hanifah, 2010:2). BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat bangsa Indonesia merupakan masyarakat yang beragam, masyarakat yang terdiri dari berbagai suku bangsa, ras, ataupun kelompok etnis. Keragaman

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. mengetahui deskripsi data tentang kecemasan, maka peneliti

BAB IV HASIL PENELITIAN. mengetahui deskripsi data tentang kecemasan, maka peneliti BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi 1. Deskripsi Data Deskripsi data merupakan penjabaran dari data yang diteliti dan untuk menjawab rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini. Untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian yang identik dengan pendekatan deduktif yang berangkat dari persoalan-persoalan umum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian adalah rancangan dan struktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga penelitian akan dapat memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan

Lebih terperinci

Modul ke: PSIKOLOGI SOSIAL 1. Prasangka dan Diskriminasi. Fakultas PSIKOLOGI. Filino Firmansyah M. Psi. Program Studi Psikologi

Modul ke: PSIKOLOGI SOSIAL 1. Prasangka dan Diskriminasi. Fakultas PSIKOLOGI. Filino Firmansyah M. Psi. Program Studi Psikologi Modul ke: PSIKOLOGI SOSIAL 1 Prasangka dan Diskriminasi Fakultas PSIKOLOGI Filino Firmansyah M. Psi Program Studi Psikologi Bahasan definisi dasar dari prasangka dan diskriminasi teori-teori mengenai penyebab

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Simpulan hasil penelitian ini mencakup: 1. Ekspresi emosional negatif pemimpin berpengaruh secara negatif signifikan

BAB 5 PENUTUP. Simpulan hasil penelitian ini mencakup: 1. Ekspresi emosional negatif pemimpin berpengaruh secara negatif signifikan BAB 5 PENUTUP A. Simpulan Simpulan hasil penelitian ini mencakup: 1. Ekspresi emosional negatif pemimpin berpengaruh secara negatif signifikan pada kinerja tugas bawahan. Penularan emosi menjadi bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia pendidikan Indonesia saat ini kembali tercoreng dengan adanya tindak kekerasan yang dilakukan oleh para siswanya, khususnya siswa Sekolah Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orangtua agar anak mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan keinginan

BAB I PENDAHULUAN. orangtua agar anak mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan keinginan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada masa sekarang banyak sistem pendidikan yang bisa diberikan oleh para orangtua agar anak mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan keinginan orangtuanya.

Lebih terperinci

Kumpulan Abstrak Jurnal Psikologika Nomor 13 Tahun VII

Kumpulan Abstrak Jurnal Psikologika Nomor 13 Tahun VII Kumpulan Jurnal Psikologika Nomor 13 Tahun VII - 2001 Resolusi Konflik dalam perspektif Psikologi Lintas Budaya Retno Kumolohadi Sonny Andrianto Tulisan ini bermaksud membahas tentang seluk beluk konflik

Lebih terperinci

NURUL ILMI FAJRIN_ Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

NURUL ILMI FAJRIN_ Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG NURUL ILMI FAJRIN_11410126 Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Pengujian Instrumen Penelitian Instrumen yang berupa butir-butir pernyataan (kuesioner) yang digunakan untuk mengukur variabel, perlu

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEBERSYUKURAN DENGAN EFIKASI DIRI PADA GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH

HUBUNGAN ANTARA KEBERSYUKURAN DENGAN EFIKASI DIRI PADA GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH HUBUNGAN ANTARA KEBERSYUKURAN DENGAN EFIKASI DIRI PADA GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH NASKAH PUBLIKASI Diajukan oleh: ARRIJAL RIAN WICAKSONO F 100 090 117 Kepada : FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel Bebas : Keharmonisan Keluarga. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel Bebas : Keharmonisan Keluarga. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Dalam penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu: 1. Variabel Bebas : Keharmonisan Keluarga 2. Variabel Tergantung : Harga Diri B. Definisi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subyek Gambaran umum subyek penelitian ini diperoleh dari data yang di isi subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70

Lebih terperinci

Fenomena Alasan Resiko Dampak :

Fenomena Alasan Resiko Dampak : Fenomena : jumlah pekerja di Indonesia sesuai dengan Badan Pusat Statistik (kompas.com) pada tahun 2012 yaitu sebanyak 112 juta jiwa, dan 43 juta jiwa sebagai pekerja wanita, hal ini menunjukan bahwa wanita

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Menurut Babbie (Prasetyo, 2005) rancangan penelitian adalah mencatat perencanaan dari cara berfikir dan merancang suatu strategi untuk menemukan sesuatu.

Lebih terperinci

BAB V PRASANGKA SOSIAL (SOCIAL PREJUDICE)

BAB V PRASANGKA SOSIAL (SOCIAL PREJUDICE) BAB V PRASANGKA SOSIAL (SOCIAL PREJUDICE) A. Pengertian Prasangka Sosial Prasangka sosial merupakan suatu maslah yang tidak dapat kita hindari di dalam hidup bermasyarakat. Apa yang dimaksud dengan prasangka

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengatasi konflik di Sampit, melalui analisis sejumlah data terkait hal tersebut,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengatasi konflik di Sampit, melalui analisis sejumlah data terkait hal tersebut, BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari analisis yang telah dilakukan terkait resolusi konflik yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia, baik jangka pendek maupun jangka panjang guna mengatasi konflik di Sampit,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Wiersma (dalam Sugiyono, 2006: 58) menyatakan bahwa, teori adalah generalisasi atau kumpulan generalisasi yang dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena secara sistematik.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. 2003). Menurut jenis penelitiannya, penelitian ini termasuk ke dalam jenis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. 2003). Menurut jenis penelitiannya, penelitian ini termasuk ke dalam jenis 1 BAB III METODOLOGI PEELITIA A. Jenis Penelitian Metode yang digunakan dalam peneltian ini adalah metode kuantitatif. Metode kuantitatif yaitu suatu metode penelitian yang menekankan analisisnya pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Yakni penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada pola-pola numerikal (angka)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pola asuh otoriter) dan variabel terikat (perilaku bullying) sehingga

BAB III METODE PENELITIAN. pola asuh otoriter) dan variabel terikat (perilaku bullying) sehingga 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KECEMASAN MENJELANG BATAS AKHIR MASA STUDI. Retno Kasih Kusumastuti Sonny Andrianto

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KECEMASAN MENJELANG BATAS AKHIR MASA STUDI. Retno Kasih Kusumastuti Sonny Andrianto HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KECEMASAN MENJELANG BATAS AKHIR MASA STUDI Retno Kasih Kusumastuti Sonny Andrianto INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Identifikasi variabel penelitian diuraikan berdasarkan hipotesis, yaitu: 1. Variabel terikat (Y): Motivasi Kerja Karyawan

BAB III METODE PENELITIAN. Identifikasi variabel penelitian diuraikan berdasarkan hipotesis, yaitu: 1. Variabel terikat (Y): Motivasi Kerja Karyawan BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Identifikasi variabel penelitian diuraikan berdasarkan hipotesis, yaitu: 1. Variabel terikat (Y): Motivasi Kerja Karyawan. Variabel bebas (X):

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Suryabrata (2006), variabel diartikan sebagai segala sesuatu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Suryabrata (2006), variabel diartikan sebagai segala sesuatu 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Menurut Suryabrata (2006), variabel diartikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian. Jadi, variabel adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi Kancah Penelitian SMU N 1 Getasan adalah salah satu sekolah yang ada di Desa Sumogawe, Kecamatan Getasan yang beralamat di Jl. Raya Kopeng KM. 08 Getasan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial yang setiap harinya menjalin hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial yang setiap harinya menjalin hubungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial yang setiap harinya menjalin hubungan dengan individu lain merupakan bagian yang tidak pernah lepas dari kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. signifikansi hubungan antara variabel yang diteliti. 45

BAB III METODE PENELITIAN. signifikansi hubungan antara variabel yang diteliti. 45 44 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerical atau angka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identitas Variabel Variabel merupakan suatu yang dapat berubah-ubah dan mempunyai nilai yang berbeda-beda, menurut (Sugioyo, 2001), variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Seperti yang diposting salah satu situs berita di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Seperti yang diposting salah satu situs berita di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama beberapa tahun terakhir ini kita sering melihat, mendengar, ataupun membaca dari berbagai media massa berita atau ulasan tentang kerusuhan, pembunuhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tawuran terjadi dikalangan pelajar sudah menjadi suatu hal yang biasa, sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi di tangerang,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Hal tersebut digunakan karena penelitian ini menggunakan penghitungan statistik dalam penghitungan skala.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dijadikan sebagai sampel penelitian. sampel penelitian ini, dalam salah satu aspek prososial yaitu sharing,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dijadikan sebagai sampel penelitian. sampel penelitian ini, dalam salah satu aspek prososial yaitu sharing, BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Subjek Subjek Penelitian ini adalah seluruh mahasiswa/i UIN Sunan Ampel Surabaya. Jumlah subjek dalam penelitian ini sebanyak 50

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu merupakan BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian dalam suatu penelitian ilmiah digunakan sebagai pedoman bagi peneliti untuk melakukan penelitian. Jenis penelitian pada penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. perananya dalam menentukan variabel secara teliti. Selain itu ia juga

BAB III METODELOGI PENELITIAN. perananya dalam menentukan variabel secara teliti. Selain itu ia juga 38 BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Menurut Arikunto (2002 : 75) jenis pendekatan penelitian ditentukan oleh variabel penelitian. Namun jelas pendekatan juga tidak dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang diolah dengan metoda

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN SUBJECTIVE WELL- BEING PADA GURU SEKOLAH DASAR

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN SUBJECTIVE WELL- BEING PADA GURU SEKOLAH DASAR HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN SUBJECTIVE WELL- BEING PADA GURU SEKOLAH DASAR Suci Melati Puspitasari 16510707 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA 2015 BAB I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa perubahan dalam kehidupan manusia. Kehidupan manusia pada era modern seperti saat ini sangat berbeda jika dibandingkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. komparasi akan dapat menemukan persamaan-persamaan dan perbedaanperbedaan

BAB III METODE PENELITIAN. komparasi akan dapat menemukan persamaan-persamaan dan perbedaanperbedaan BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian komparasi. Menurut Dra. Aswani Sudjud (dalam Arikunto, 2006: 267) mengatakan jika penelitian komparasi

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian Persiapan penelitian dimulai dengan mempersiapkan alat ukur, yaitu menggunakan satu macam skala untuk mengukur self esteem dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. numeric (angka) yang diolah dengan metode statistik (Azwar, 2001:5).

BAB III METODE PENELITIAN. numeric (angka) yang diolah dengan metode statistik (Azwar, 2001:5). 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numeric (angka)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tipe penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif adalah pendekatan dalam penelitian atau biasa disebut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 52 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian a. Persiapan Sebelum melakukan penelitian, peneliti meminta perizinan penelitian pada pihak sekolah

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Uji asumsi harus terlebih dahulu dilakukan sebelum melakukan uji hipotesis. Uji asumsi ini terdiri dari uji normalitas, uji linieritas, dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Identifikasi Variabel 1. Variabel tergantung : Kepuasan perkawinan. Variabel bebas : a. Self-esteem b. Penghargaan suami B. Definisi Operasional Variabel Definisi operasional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode yang digunakan. Dalam bab ini, akan diuraikan pook-pokok bahasan

BAB III METODE PENELITIAN. metode yang digunakan. Dalam bab ini, akan diuraikan pook-pokok bahasan BAB III METODE PENELITIAN Dalam suatu penelitian salah satu unsur yang sangat penting adalah metode yang digunakan. Dalam bab ini, akan diuraikan pook-pokok bahasan sebagai berikut: (A) Identifikasi Variabel

Lebih terperinci

ANALISA PENYEBAB TERJADINYA KONFLIK HORIZONTAL DI KALIMANTAN BARAT. Alwan Hadiyanto Dosen Tetap Program Studi Ilmu Hukum UNRIKA

ANALISA PENYEBAB TERJADINYA KONFLIK HORIZONTAL DI KALIMANTAN BARAT. Alwan Hadiyanto Dosen Tetap Program Studi Ilmu Hukum UNRIKA ANALISA PENYEBAB TERJADINYA KONFLIK HORIZONTAL DI KALIMANTAN BARAT Alwan Hadiyanto Dosen Tetap Program Studi Ilmu Hukum UNRIKA Sesuai dengan Undang-undang Dasar 1945, tujuan bangsa Indonesia adalah menciptakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada dimasyarakat dan biasanya dituntut untuk dilakukan (Staub, dalam Baron

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada dimasyarakat dan biasanya dituntut untuk dilakukan (Staub, dalam Baron BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Prososial 1. Definisi Perilaku Prososial Perilaku prososial memiliki arti sebagai sosial positif atau mempunyai konsekuensi positif. Sosial positif ini didasarkan atas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. B. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. B. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasional yaitu analisis pearson product moment untuk mengetahui hubungan yang terjadi antar variabel Self (X) dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Ghony rancangan penelitian adalah strategi suatu penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Ghony rancangan penelitian adalah strategi suatu penelitian, BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Menurut Ghony rancangan penelitian adalah strategi suatu penelitian, yaitu merupakan upaya yang menggambarkan keseluruhan pemikiran atau program penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara bertahap yaitu adanya suatu proses kelahiran, masa anak-anak, remaja,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara bertahap yaitu adanya suatu proses kelahiran, masa anak-anak, remaja, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan dan perkembangan kehidupan seorang manusia berjalan secara bertahap yaitu adanya suatu proses kelahiran, masa anak-anak, remaja, dewasa, dan lanjut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Subyek Gambaran umum subyek penelitian ini diperoleh dari data yang diberikan dan diisi oleh subyek yaitu usia, jenis kelamin, lama menjadi gamer, pekerjaan, dan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. tidaknya sebaran skor variable serta linier atau tidaknya hubungan. antara variabel bebas dengan variabel tergantungnya.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. tidaknya sebaran skor variable serta linier atau tidaknya hubungan. antara variabel bebas dengan variabel tergantungnya. BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Uji asumsi dilaksanakan terlebih dahulu sebelum melakukan uji hipotesis. Uji asumsi ini menyangkut normalitas dan linieritas yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 2.1. Identifikasi Variabel Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan obyek penelitian dan merupakan faktor-faktor yang berpengaruh dalam suatu penelitian

Lebih terperinci

AGRESI MODUL PSIKOLOGI SOSIAL I. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

AGRESI MODUL PSIKOLOGI SOSIAL I. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PSIKOLOGI SOSIAL I AGRESI Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Psikologi Psikologi 13 61016 Abstract Materi tentang pengertian agresi, teoriteori dan cara menguranginya

Lebih terperinci

KORELASI SELF CONTROL DENGANKECEMASAN DALAM MENGHADAPI DUNIA KERJA PADA MAHASISWA SEMESTER V DI APIKES IRIS PADANG

KORELASI SELF CONTROL DENGANKECEMASAN DALAM MENGHADAPI DUNIA KERJA PADA MAHASISWA SEMESTER V DI APIKES IRIS PADANG KORELASI SELF CONTROL DENGANKECEMASAN DALAM MENGHADAPI DUNIA KERJA PADA MAHASISWA SEMESTER V DI APIKES IRIS PADANG Selvi Zola Fenia APIKES Iris Padang ABSTRAK Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB IV DAMPAK DARI KONFLIK DAYAK DAN MADURA DI SAMALANTAN. hubungan yang pada awalnya baik-baik saja akan menjadi tidak baik, hal

BAB IV DAMPAK DARI KONFLIK DAYAK DAN MADURA DI SAMALANTAN. hubungan yang pada awalnya baik-baik saja akan menjadi tidak baik, hal BAB IV DAMPAK DARI KONFLIK DAYAK DAN MADURA DI SAMALANTAN A. Dampak Negatif Dampak negatif antara kedua suku yang bertikai tentu membuat hubungan yang pada awalnya baik-baik saja akan menjadi tidak baik,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. korelasional. Menurut Arikunto (2002:23) Penelitian kuantitatif adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. korelasional. Menurut Arikunto (2002:23) Penelitian kuantitatif adalah penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dalam penelitian ini kami menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional. Menurut Arikunto (00:3) Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang datanya berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan diri dibutuhkan oleh setiap individu untuk mencapai keharmonisan hidup, karena pada dasarnya tidak ada manusia yang diciptakan oleh Allah SWT tanpa kekurangan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN dalam rangka menampung minat siswa-siswi dan santriwansantriwati

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN dalam rangka menampung minat siswa-siswi dan santriwansantriwati BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat Berdirinya Madrasah MTs Al Hidayah didirikan oleh Romo Kyai Ismail pada tahun 1983 dalam rangka menampung minat

Lebih terperinci