BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus atau karsinoma bronkus

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus atau karsinoma bronkus"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kanker Paru Yang dimaksud dengan kanker paru adalah kanker paru primer, yakni tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus atau karsinoma bronkus (bronchogenic carcinoma). Karakteristik klinis penderita kanker paru menunjukkan kasus lebih banyak pada laki-laki, umur > 40 tahun dan perokok. 1 Gambaran klinik kanker paru tidak berbeda dari penyakit paru lainnya, dari anamnesis didapat keluhan utama dan perjalanan penyakit, serta faktor-faktor lain yang sering sangat membantu tegaknya diagnosis. Keluhan utama dapat berupa : 4 Batuk-batuk dengan/tanpa dahak Batuk darah Sesak napas Suara serak Sakit dada Sulit/sakit menelan Benjolan dipangkal leher Sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab lengan dengan rasa nyeri yang hebat

2 Pengobatan kanker paru adalah combined modality therapy (multi-modaliti terapi) seperti : 1 Pembedahan Indikasi pembedahan kuratif pada kanker paru untuk KPKBSK adalah pada stadium I dan II. Pada penderita yang inoperabel maka radioterapi /dan kemoterapi dapat diberikan. Pembedahan juga merupakan bagian dari combined modality therapy misal nya untuk KPKBSK stadium IIIA. Radioterapi Radioterapi pada kanker paru dapat bersifat kuratif dan paliatif. Pada terapi kuratif, radioterapi menjadi bagian dari kemoradioterapi neoadjuvan untuk KPKBSK stadium IIIA Stadium kanker Paru Anatomi Kelenjar getah bening dalam klasifikasi revisi TNM untuk kanker paru-paru berdasarkan N1, N2 kelenjar getah bening mediastinum sesuai komite Staging Internasional (ISC) dari Asosiasi Internasional untuk Studi Kanker Paru (IASLC) pada nodal stasiun untuk stadium kanker paru. 3 Sistem TNM Sistem TNM ini menggambarkan tingkat anatomi penyakit didasarkan pada penilaian dari tiga komponen : T : besarnya tumor primer, N : ada atau tidaknya keterlibatan / metastasis kelenjar getah bening, M : ada atau tidaknya metastasis jauh. 11 TNM Klasifikasi Klinis T : Tumor Primer

3 TX : tumor primer tidak dapat dinilai, atau tumor dibuktikan oleh adanya sel-sel ganas di sputum atau hasil bilasan bronkial tetapi tidak divisualisasikan oleh pencitraan atau bronkoskopi T0 : Tidak ada bukti tumor primer Tis : Karsinoma in situ T1 : Tumor 3 cm atau kurang dalam dimensi terbesar, dikelilingi oleh paru-paru atau visceral pleura, tanpa bukti dari bronkoskopi dimana invasi lebih proksimal dari bronkus lobar (yaitu, bukan dalam bronkus utama) T1a : Tumor 2 cm atau kurang dalam dimension 1 terbesar T1b : Tumor lebih dari 2 cm tapi tidak lebih dari 3 cm dalam dimensi terbesar T2 : Tumor lebih dari 3 cm tetapi tidak lebih dari 7 cm, atau tumor dengan salah satu dari poin berikut berikut: - Melibatkan bronkus utama, 2 cm atau lebih distal ke karina - Menginvasi pleura visceral - Terkait dengan atelektasis atau pnemonitis obstruktif yang meluas ke daerah hilus, tetapi tidak melibatkan seluruh paru-paru T2A Tumor lebih dari 3 cm tetapi tidak lebih dari 5 cm terbesar dimensi. T2B Tumor lebih dari 5 cm tapi tidak lebih dari 7 cm dalam dimensi terbesar. T3 : Tumor lebih dari 7 cm atau yang secara langsung menginvasi salah satu dari berikut : dinding dada (termasuk tumor sulkus superior),

4 diafragma, saraf frenikus, mediastinum pleura, pericardium parietal, atau tumor di bronkus utama kurang dari 2 cm distal ke carina tapi tanpa keterlibatan carina, atau atelektasis terkait atau pneumonitis obstruktif paru-paru seluruh atau nodul tumor yang terpisah di lobus yang sama sebagai tumor primer. T4 : Tumor dari berbagai ukuran yang menyerang salah satu dari berikut: mediastinum, jantung, pembuluh darah besar, trakea, saraf laringeal rekuren, esofagus, tubuh vertebral, carina, tumor nodul yang terpisah dalam lobus ipsilateral berbeda dengan tumor primer. N : Kelenjar Getah Bening Regional NX : kelenjar getah bening regional tidak dapat dinilai N0 : Tidak ada metastasis daerah kelenjar getah bening N1: Metastasis di peribronchial ipsilateral dan / atau kelenjar getah bening hilus ipsilateral dan di intrapulmonal, termasuk keterlibatan dengan ekstensi langsung N2 : Metastasis di kelenjar getah bening mediastinum ipsilateral dan / atau subkarinal N3 : Metastasis di hilus kontralateral mediastinal, kontralateral, sisi tak sama panjang ipsilateral atau kontralateral, atau kelenjar getah bening supraklavikula M : Metastasis Jauh M0 : Tidak ada metastasis jauh M1: Metastasis jauh

5 M1A : Nodul tumor terpisah dalam lobus kontralateral, tumor pleura dengan nodul atau ganas pleura atau efusi perikardial M1B : Metastasis jauh Tabel 1. TNM System Version 7 Non-Small Cell Lung Cancer. 11 TX T1 T1a T1b T2 Sitologi positif 3 cm 2 cm > 2-3 cm Bronkus utama 2 cm dari karina, invasi ke pleura visceral, parsial atelectasis T2a T2b > 3-5 cm > 5-7 cm T3 > 7 cm, invasi ke dinding dada, diafragma, perikardium, pleura mediastinal, bronkus utama < 2 cm dari karina, atelektasis total, nodul pada lobus yang sama T4 Penyebaran ke jantung, mediastinum, pembuluh darah, karina, trakea, esophagus, penyebaran tumor lobus ipsilateral N1 N2 N3 Peribronkial ipsilateral, hilus ipsilateral Subkarina, mediastinal ipsilateral Mediastinal atau hilus kontralateral, scalene atau supraklavikula M1 M1a Metastasis jauh Penyebaran tumor pada lobus kontralateral, nodul pada pleura

6 atau pleura ganas, efusi perikard M1b Metastasis jauh keterlibatan daripada mediastinal didapati dengan adanya paralese pita suara dan pelebaran karina utama sampai keterlibatan kelenjar subkarina. Adanya kompresi eksternal dari dinding lateral dari trakea bagian bawah akibat pembesaran kelenjar di paratrakea merupakan kasus yang inoperable, ini mengasumsikan sudah ada keterlibatan kelenjar daripada tumornya. 12 Dengan menggunakan klasifikasi stadium TNM dapat mengeliminasi pasien dari bedah kuratif, sebagai contoh: stadium IIIb (T1N3) dimana dengan sudah ada keterlibatan kelenjar getah bening manajemennya tidak operable dan T4N0 dimana terkadang dapat dilakukan reseksi bedah dan mungkin dapat memperpanjang angka ketahanan hidup. Kanker paru stadium lanjut bisa juga dengan meliputi tumor (T3) dengan ekstensi langsung ke dinding dada, diafragma, mediastinum pleura, atau dalam 2 cm dari karina dan hampir semua tumor T4 menyerang mediastinum, jantung, pembuluh darah besar, trakea, esofagus, vertebral tubuh, dimana dalam keadaan ini tidak dapat di bedah lagi. 13 Bila Stadium daripada kanker sangat diperlukan, biopsi daripada lesi dapat memberikan hasil yang akurat sebelum didapati hasil daripada biopsi ditempat lain. Seperti contoh, jika pasien dengan masa di lobus bawah daripada paru dan pembesaran kelenjar subkarinal (stasiun 7) dan di kelenjar paratrakeal kanan (stasiun 4R), prosedur yang dapat dilakukan adalah bronkoskopi dengan TBNA di nodus 4R, karena pada pasien akan didapati pasien dengan stadium N3, apabila

7 dari kasus ini diagnosa tidak didapati dari nodus 4R, stasiun 7 selanjutnya dapat dilakukan TBNA karena akan didapat N2 sudah terlibat Jenis Histologi Untuk menentukan jenis histologis, dipakai klasifikasi histologis menurut World Health Organization (WHO) tahun 1999 yang cukup rinci, tetapi untuk kebutuhan klinis cukup jika hanya dapat ditetapkan jenis histologis: Karsinoma skuamosa (kasrsinoma epidermoid) Karsinoma sel kecil (small cell carcinoma) Adenokarsinoma (adenocarcinoma) Karsinoma sel besar (large cell carcinoma) Berbagai keterbatasan sering menyebabkan dokter spesialis Patologi Anatomi mengalami kesulitan menetapkan jenis sitologi/histopatologi yang tepat. Karena itu untuk kepentingan pemilihan jenis terapi, minimal harus ditetapkan, apakah termasuk KPKSK atau KPKBSK Bronkoskopi Bronkoskopi dapat didefinisikan sebagai prosedur diagnostik dan terapi yang memungkinkan visualisasi langsung dari lumen trakeobronkial dengan bantuan bronkoskop, perangkat optik khusus. Bronkoskopi juga digunakan sebagai alat terapi untuk mengobati obstruksi jalan napas luminal disebabkan oleh berbagai penyakit, perdarahan dari struktur pernapasan, dan gangguan paru. 15 Bronkoskopi berfungsi sebagai prosedur diagnostik dan terapi berbagai penyakit dan kelainan saluran napas. Indikasi tindakan diagnostik pada bronkoskopi antara lain pada keadaan: 15

8 Batuk Batuk darah Mengi dan stridor Gambaran foto toraks yang abnormal. Pemeriksaan Bronchoalveolar Lavage (BAL) : - Infeksi paru. - Penyakit paru difus (bukan infeksi). Pembesaran kelenjar limfe atau massa pada rongga toraks. Karsinoma bronkus. - Ada bukti sitologi atau masih tersangka. - Penentuan derajat karsinoma bronkus. - Follow up karsinoma bronkus. Karsinoma metastasis. Tumor esofagus dan mediastinum. Benda asing pada saluran napas. Striktur dan stenosis pada saluran napas. Cedera akibat zat kimia dan panas pada saluran napas. Trauma dada. Kelumpuhan pita suara dan suara serak. Kelumpuhan diafragma. Efusi pleura. Pneumotoraks yang menetap. Miscellaneous. - Sangkaan fistel trakeoesofagus atau bronkoesofagus.

9 - Fistel bronkopleura. - Bronkografi. - Memastikan pemasangan pipa endotrakeal. - Memastikan pipa endotrakeal terpasang dengan baik pada kasuskasus trauma. - Pemeriksaan paska operasi trakea, trakeobronkial atau penyambungan bronkus. Indikasi tindakan bronkoskopi terapeutik adalah pada keadaan: 15 Dahak yang tertahan, gumpalan mukus. Benda asing pada saluran pernapasan. Mengeluarkan sesuatu dengan bronkoskopi. Laser therapy. Brachytherapy. Pemasangan sten trakeobronkial. Melebarkan bronkus. Laser. Dilatasi dengan menggunakan balon. Abses paru. Kista pada mediastinum. Kista pada bronkus. Pneumotoraks. Fistel bronkopleura. Miscellaneous. - Injeksi intralesi.

10 - Pemasangan pipa endotrakeal. - Kistik fibrosis. - Asma. - Trauma dada. - Therapeutic lavage (pulmonary alveolar proteinosis). Gambar 1. Bronkoskopi serat optik lentur. 16 Dalam menegakkan diagnosis kanker paru selain dari gejala klinis dan juga bantuan dari radiologis, peran bronkoskopi sangat penting. Ada beberapa instrumen yang dapat digunakan melalui bronkoskopi dalam pengambilan spesimen untuk membantu penegakkan diagnosis, seperti biopsi forcep, sikatan, dan juga TBNA. 14 Keahlian daripada operator bronkoskopi sangat penting peranannya dalam keberhasilan tindakan prosedur bronkoskopi dan penegakkan diagnosis penyakit paru. Seorang operator bronkoskopi setidaknya harus sudah mengerjakan 100 prosedur untuk meningkatkan kompetensi dasarnya dan paling sedikit sudah mengerjakan 25 prosedur bronkoskopi pertahunnya, dan dalam tindakan TBNA dengan BSOL menurut ACCP (American College of Chest Physicians), operator

11 bronkoskopi harus mengerjakan prosedur tindakan TBNA paling sedikit 10 prosedur pertahunnya Definisi TBNA Kebanyakan tumor ditandai dengan adanya stenosis pada bronkus atau kompresi eksternal akibat jaringan tumor ataupun keterlibatan daripada kelenjar getah bening. Ada beberapa tindakan untuk pendiagnosaan seperti sikatan, bilasan, dan teknik yang berkembang sekarang ini adalah TBNA dari kelenjar mediastinal. 12 TBNA merupakan sebuah teknik yang dapat digunakan oleh bronkoskopis untuk mendiagnosis secara patologis daripada paru dan merupakan tindakan nonbedah untuk menentukan stadium bronkogenik karsinoma. Biopsi daripada kelenjar di mediastinal dapat diaplikasikan dengan menggunakan teknik dalam pengambilan sampel jaringan melalui trakeal dan dinding bronkial, dan teknik ini dapat diaplikasikan dengan menggunakan rigid bronkoskopi dan dengan jarum metal melalui kateter pada bronkoskopi fleksibel. 18,19 Aspirasi jarum transbronkial (TBNA) adalah modalitas yang memungkinkan kita untuk mengambil sampel jaringan dari submukosa lebih dalam serta dari daerah ekstraluminal dekat pohon endobronkial. Jaringan dapat diperoleh baik untuk pemeriksaan sitologi atau histologis, dan diagnosis kondisi ganas serta jinak, termasuk diagnosis infeksi mikrobakteri dan meningkatkan hasil dari bronkoskopi fleksibel. Prosedur ini mengurangi kebutuhan mediastinoskopi, dan dalam beberapa kasus untuk torakotomi, meningkatkan kesejahteraan pasien dan mengurangi biaya perawatan medis. Meskipun nilai yang telah teruji, tetapi pada sekarang ini modalitas tetap kurang dimanfaatkan oleh bronkoskopis modern.

12 Aspirasi jarum transbronkial ini merupakan tindakan yang termasuk aman dan mempunyai beberapa komplikasi yang pernah dilaporkan seperti pneumotorak, hemomediastinum, demam. 10,18,20 Pada tahun 1978, wang dkk pertama kali mengenalkan tindakan TBNA pada masa di paratrakeal menggunakan rigid bronkoskopi dengan jarum yang rigid dan panjang. Ikeda juga mengenalkan revolusioner bronkoskopi fleksibel pada tahun 1968, dimana jauh beberapa tahun sebelum teknik aspirasi daripada jarum ini diadaptasikan dengan bronkoskopi. Pada tahun 1979, Oho dkk melaporkan penggunaan pertama daripada jarum pada bronkoskopi fleksibel dan pendeskripsian dari fleksibilitasnya sesuai dengan keamanannya dimana tidak ditemukannya komplikasi pada 800 prosedur. 18 Dari beberapa evaluasi tindakan yang didapat selama ini dari TBNA merupakan prosedur yang aman dengan sedikit insiden komplikasi seperti perdarahan, pneumotorak dan infeksi mediastinal,sehingga dapat juga disimpulkan bahwa TBNA merupakan tindakan sedikit invasif daripada teknik bedah diagnostik dan telah terbukti nyaman untuk pasien rawat jalan. 17,18, Indikasi TBNA TBNA merupakan suatu tindakan yang banyak digunakan untuk menentukan keganasan di kelenjar mediastinal, dan merupakan tindakan yang tepat dalam pengambilan sampel kelenjar getah bening di trakeobronkial untuk menentukan stadium kanker paru baik NSCLC ataupun SCLC. Teknik ini merupakan tindakan yang sensitif bila secara anatomi didapati kompresi bronkus dari lesi ekstrabronkial atau penyempitan bronkus akibat penyebaran tumor ke submukosa atau ke kelenjar getah bening. 20,21

13 Gasparini dkk mendapati hasil diagnostik untuk keganasan sebesar 69 % dari TBNA. Sensitivitas dari bronkoskopi rigid dan fleksibel dengan tindakan TBNA mempunyai nilai 74%, dan 70% menurut Bilaceroglu dkk. Hasil dari TBNA ini bernilai 30% sampai 70% bergantung dari pengalaman lapangan operator bronkoskopis, sampel, sampel on-site, dan teknik pengolahan sampel, menurut ACCP untuk mendapatkan hasil yang baik seorang operator bronkoskopis harus melakukan 25 prosedur TBNA dan untuk mempertahankan keahlian kompetensinya maka ia harus melakukan setidaknya 10 prosedur TBNA dalam 1 tahunnya. Menurut Bilaceroglu Semra dan Chhajed sensitivitas dan keakuratan dari teknik ini dalam kanker paru: 60-90%. 17,19,20,22,23 Pada kanker paru dengan stadium III (kompresi bronkus), stadium IV (pelebaran bronkus), nodul di perifer, TBNA merupakan prosedur yang pertama kali dilakukan. Dari penelitian lain didapatkan hasil aspirat yang positif dari TBNA pada kasus dengan penampakan anatomi abnormal seperti pelebaran karina, infiltrasi submukosa, kompresi saluran napas atau lesi masa di endobronkial. 22,23 Aspirat yang positif yang didapat dari kelenjar mediastinal dapat membantu dalam menentukan stadium pada pasien dengan bronkogenik karsinoma, tanpa mediastinoskopi dan torakotomi. 22 Untuk mendapatkan hasil yang akurat dari TBNA selain bronkoskopis yang sudah terlatih dan dapat juga dengan bantuan CT-scan toraks, apabila dari hasil CT-scan toraks didapati keterlibatan kelenjar mediastinal dan hasil TBNA positif untuk keganasan, maka pembedahan bukan merupakan indikasi. Hasil aspirat yang negatif daripada kelenjar medastinal tidak menyingkirkan

14 kemungkinan keterlibatan dari kelenjar meskipun tidak didapati pembesaran kelenjar dari CT-scan toraks. Mc kenna dkk menyatakan bahwa lebih dari 40% pasien dengan bronkogenik karsinoma hadir dengan pembesaran kelenjar meskipun dengan ukuran < 1 cm dari CT-scan toraks. 22,23 Dengan TBNA didapat juga keuntungan seperti mengurangi biaya untuk diagnostik dengan komplikasi yang sedikit daripada tindakan mediastinoskopi. Diagnosis dengan TBNA berdasarkan spesimen patologi dan akurasi diagnostik dari TBNA bernilai cukup tinggi. 21,24 Tabel 2. Indikasi dari tindakan TBNA. 21 Indikasi dari TBNA Diagnosis bronkogenik karsinoma Diagnosis penyakit keganasan di mediastinum Stadium dari penyakit keganasan di mediastinum Diagnosis dari penyakit lymphoproliferative Diagnosis dari penyakit metastasis Diagnostik dari tumor jinak dari mediastinum : Sarkoidosis Infeksi : Tuberkulosis Infeksi mikroorganisme lain Diagnosis dan terapi kista bronkogenik Diagnosis dari nodul perifer, masa, infiltrate Diagnosis dari penyakit endobronkial

15 Prosedur Tindakan TBNA dapat dengan aman dan berhasil dilakukan untuk lesi endobronchial yang dicurigai ditemui selama bronkoskopi. Untuk mencegah kerusakan pada saluran kerja BSOL oleh jarum, BSOL harus dijaga selurus mungkin, dengan ujung distal dalam posisi netral selama penyisipan kateter. Akhir jarum tersebut harus dijamin dalam hub logam selama prosedur berlangsung melalui saluran kerja. Jarum maju dan terkunci pada tempatnya setelah hub logam terlihat diluar ujung BSOL. Kateter kemudian dapat ditarik kembali menjaga ujung jarum distal dengan yang ada pada BSOL. BSOL ini kemudian maju ke daerah sasaran, dan ujung jarum tersebut berlabuh di ruang intercartilaginous dalam upaya untuk menembus dinding saluran napas setegak lurus mungkin. Teknik-teknik yang dapat digunakan: Jabbing methode : jarum didorong melalui ruang intercartilaginous dengan tusukan. hub against the wall methode : jarum dalam posisi retraksi, ujung distal kateter (hub logam) dapat ditempatkan secara langsung kontak dengan target, sedangkan jarum didorong keluar dari kateter untuk penetrasi spontan melalui dinding trakeobronkial yang cepat melalui saluran kerja bronkoskop tersebut. Jarum dikeluarkan, sementara skope diposisikan pada hidung atau mulut, dan jarum didorong melalui jaringan menembus sasaran. Piggyback methode : sekali jarum maju dan terkunci dalam satu posisi, kateter terfiksasi terhadap ujung proksimal dari tempat insersi, dengan menggunakan jari telunjuk dalam single port scope atau dengan jari kelingking dalam dual port scope, agar tidak bergeser jika ada perlawanan,

16 sedangkan bronkoskop dan kateter kemudian didorong ke depan sebagai satu kesatuan, sampai seluruh jarum menembus dinding trakeobronkial. Cough methode : sambil menerapkan teknik jabbing atau piggyback, pasien diminta untuk batuk keras untuk penetrasi spontan daripada jarum melalui dinding trakeobronkial. 3,19 Gambar 2. metode TBNA : a.) Metode jabbing, b.) Metode Piggyback, c.) Metode batuk, d.) Metode Hub Against the Wall. 10 Semua teknik ini dapat digunakan sendiri atau dalam kombinasi untuk penetrasi jarum melalui dinding trakeobronkial. Pengambilan sampel lesi perifer yang terbaik dilakukan dengan menempatkan hub logam jarum terhadap lesi, dengan bantuan fluoroscopic, sebelum mendorong jarum ke dalam lesi. Untuk lesi lebih sulit dijangkau, jarum dapat maju ke dalam saluran napas besar dan

17 kemudian dipandu ke menuju lesi dengan bantuan fluoroskopi. Pengambilan sampel lesi endobronchial dapat dilakukan dengan menusukkan jarum pada lesi, ke metal hub, sejajar dengan dinding saluran napas, dan dengan gerakan naik turun berulang kali, dengan aspirasi terus menerus. Teknik mendapatkan spesimen histologi melalui TBNA membutuhkan penggunaan perakitan jarum 19-gauge dan untuk spesimen sitologi dapat menggunakan jarum 23-gauge, dan rata-rata lamanya tindakan prosedur TBNA dengan BSOL menurut penelitian Herth dkk 10, 25 adalah ±12,5 menit Alat Seperti prosedur bronkoskopis lainnya bahan terpenting daripada kesuksesan TBNA adalah seorang bronkoskopis yang handal dan mempunyai keahlian dalam setiap tindakan / aplikasi yang dia lakukan dan jarum yang dirancang untuk dapat melalui bronkoskopi tanpa merusak bronskospi fleksibel. 10 Dalam rangka mengatasi kesulitan diagnosis dengan hanya mengandalkan sitologi, Wang mendemonstrasikan dengan jarum 19-gauge aman untuk TBNA dengan bronkoskopi rigid. Wang kemudian merancang instrumen dengan jarum 19-gauge dengan BSOL untuk memperoleh spesimen histologi, dengan jarum ini melalui BSOL didapatkan spesimen histologi yang baik terbukti dari penelitian dengan hasil aspirat adekuat untuk spesimen histologi pada 21 pasien dari 25 pasien (84%) dan mendapatkan diagnosis pasti pada 18 pasien (72%). 21 Shink melakukan TBNA dengan BSOL dengan menggunakan jarum 19- gauge dan 21-gauge pada lokasi yang sama dengan sensitiviti jarum 19-gauge adalah 78,2% tanpa ROSE, dan 85,5% dengan ROSE, sensitiviti jarum 21-gauge

18 adalah 52,7%. Berdasarkan penelitian ini, Shink lebih merekomendasikan para ahli bronkoskopis untuk menggunakan jarum 19-gauge Anatomi Sebelum melakukan TBNA pada lesi di mediastinum, penting untuk mengetahui hubungan antara pohon trakeobronkial dengan kelenjar getah bening disekitarnya dan struktur vaskular agar pengambilan sampel aman. Jarum harus benar-benar mengenai kelenjar getah bening untuk mendapatkan spesimen yang memadai sambil menghindari vaskular terdekat. 10 Gambar 3. Skema diagram dari 11 stasiun nodal yang dapat diakses oleh TBNA, menurut penjelasan Wang, dengan hasil positif dari stasiun 1-4, 8 dapat mempengaruhi manajemen bedah dari kanker paru, Ao=Aorta, Pa=arteri paru. 10

19 Gambar 4. Diagram skema yang menggambarkan lokasi kelenjar paratrakeal kanan. 10 Dari 11 stasiun nodul yang dapat diakses TBNA, pada aspirasi hanya 5 stasiun yang sering dilakukan TBNA dan pada akhirnya berguna dalam penentuan stadium dari bronkogenik karsinoma, stasiun tersebut adalah : stasiun 7, stasiun 4R, stasiun 4L, stasiun 11R, stasiun 11L, berikut akan dijelaskan mengenai lokasinya : 10 Stasiun 7 (subcarinal) Dengan posisi operator berada dibelakang pasien dengan posisi pasien terlentang, kelenjar subcarinal (ATS stasiun 7) dapat dengan mudah diakses dengan lokasi 3-5 mm dibawah kedua sisi karina utama, dengan arah posisi jarum inferomedial. Stasiun 4R (paratrakeal kanan) Untuk mendapatkan hasil sampel yang terbaik dari kelenjar getah bening di paratrakeal kanan (ATS stasiun 4R) adalah pada 2 cm atau pada proksimal ruang interkartilago kedua atau ketiga ke karina pada posisi jam 1-2, dan

20 arah jam 3 untuk menghindari pleura mediastinum dan vena azigos, seperti yang terlihat pada gambar 5. Stasiun 4L (paratrakeal kiri) Untuk mendapatkan sampel terbaik dari jendela aortapulmonar atau kelenjar paratrakeal kiri (ATS stasiun 4L) adalah pada dinding lateral bronkus utama kiri dekat karina pada posisi jam 9. Stasiun 11R (hilar kanan) Lokasi kelenjar hilus kanan (ATS stasiun 11R) terbaik didapati melalui bronkus intermedius pada posisi jam 3, dibawah daripada lobus kanan atas atau proksimal daripada asal segmen superior bronkus kanan bawah. Stasiun 11L (hilar kiri) Lokasi untuk kelenjar hilar kiri (ATS stasiun 11L) adalah pada posisi jam 9 dari asal lobus bawah kiri daripada bronkus.

21 Gambar 5. Peta stasiun nodal menurut IASLC Peranan CT-Scan Toraks Pencitraan yang sering digunakan dalam menentukan stadium kanker paru terutama kanker paru bukan sel kecil adalah dengan foto toraks, CT-scan toraks, MRI (Magnetic Resonance Imaging), PET Scan (Positron Emission Tomography). CT-scan toraks merupakan pencitraan yang sering digunakan setelah pemeriksaan foto toraks untuk mengevaluasi pasien dengan kanker paru. 27 Penilaian pembesaran KGB (kelenjar getah bening) mediastinum sangat penting dalam penyakit paru. KGB umumnya dapat ditemukan didaerah hilus dan mediastinum. Menurut hasil otopsi terdapat 64 kelenjar getah bening di mediastinum yang sebagian besar (50 buah) letaknya di paratrakeal. Hanya kirakira 12 buah yang terletak di para esofagus, bentuknya bisa oval, atau seperti piramid. 28 Mengenai ukuran, sampai sekarang belum ada suatu kepastian, umunya kurang dari 15 mm, dan jarang lebih besar dari 20 mm. Ukuran KGB dipengaruhi oleh beberapa faktor : 28 Lokasi KGB KGB yang paling besar terletak di paratrakeal dekat karina. Sumbu KGB Pemeriksaan tomografi komputer potongan aksial, tidak selalu memperlihatkan ukuran sumbu KGB. Infeksi dan paru kolaps

22 KGB dapat membesar akibat peradangan yang sering menyertai keganasan paru. Sulit dibedakan apakah pembesaran KGB disebabkan metastasis, keganasan paru atau suatu reaksi proses peradangan Gambar 6. a) klasifikasi KGB mediastinum menurut American Thoracic Society dari CT-scan toraks. 28 Gambar 6. b) klasifikasi KGB mediastinum menurut American Thoracic Society dari CT-scan toraks. 28

23 Setelah mengevaluasi tumor primer, klinisi perlu untuk menentukan ada tidaknya keterlibatan dan lokasi dari kelenjar getah bening (N). Penilaian yang akurat dari kelenjar getah bening mediastinal sangat penting dalam penentuan pengobatan selanjutnya dan prognosa pasien dengan KPBSK, akan tetapi CT-scan toraks tidak cukup untuk mengevaluasi keterlibatan dari kelenjar getah bening mediastinal karena hanya bisa menilai ukuran, bentuk, dan lokasi dari kelenjar getah bening mediastinal. 27 Harrow dkk (2000) melakukan studi multi-institusional untuk menentukan peranan CT-scan toraks dengan TBNA, menggunakan lokasi spesifik daripada kelenjar getah bening untuk mengidentifikasikan prediksi klinis dan radiograpic dalam mendapatkan aspirat yang positif. 9 Kanker paru bukan sel kecil biasanya bermetastasis pertama kali ke kelenjar getah bening hilus dan mediastinum. Stadium dari kelenjar mediastinum dapat dibagi berdasarkan pencitraan dan sampel, untuk pencitraan seperti CT-scan toraks, MRI, PET-Scan. Sampel patologis dari lesi yang dicurigai dapat diambil dengan mediastinokopi, torakoskopi, TBNA dll. indikasi utama untuk TBNA adalah untuk menentukan keterlibatan dari kelenjar getah bening untuk menentukan stadium kanker paru terutama mengeksklusikan N3 dan foto toraks serta CT-scan toraks rutin dilakukan pada pasien-pasien ini. 25

24 Gambar 7 a), b), c). Menunjukkan ilustrasi peta kelenjar dari International Association for the Study of Lung Cancer (IASLC) dapat diaplikasikan untuk stadium klinis berdasarkan CT-scan toraks pada potongan axial. 26

25 Gambar 7 d). Menunjukkan ilustrasi peta kelenjar dari International Association for the Study of Lung Cancer (IASLC) dapat diaplikasikan untuk stadium klinis berdasarkan CT-scan toraks pada potongan coronal. 26 Gambar 7 e), f). Menunjukkan ilustrasi peta kelenjar dari International Association for the Study of Lung Cancer (IASLC) dapat diaplikasikan untuk stadium klinis berdasarkan CT-scan toraks pada potongan sagital Morfologi Penting untuk menentukan jenis sel baik dari sitologi maupun histopatologi, apakah masuk kedalam suatuk KPBSK jenis adenokarsinoma ataupun suatu skuamos sel karsinoma dan untuk mendapatkan jenis histologi/sitologi ini sering kali melibatkan lebih dari satu macam disiplin ilmu seperti ahli paru,ahli bedah, radiologis dan patologis karena keputusan dalam manajemen terapi ditentukan dari jenis histologi/sitologi, berdasarkan inilah peranan dan keputusan seorang patologis sangat penting dalam diagnosis kanker paru. Banyak cara dalam mendapatkan diagnosis secara patologi dari kanker paru meliputi bronkoskopi, aspirasi jarum halus, core biopsi, dll. Suatu

26 adenokarsinoma dapat bermanifestasi sebagai diferensiasi kelenjar dengan adanya satu atau lebih gambaran lepidic, asinar, papilar, mikropapilar, pola padat. Secara gambaran sitologi, suatu diferensiasi adenokarsinoma dapat berupa beberapa pola, termasuk betuk sel bola 3-dimensi, pseudopapilar, papilar murni, dan struktur asinar (picket fence atau drunken honeycomb). Suatu adenokarsinoma juga memiliki sitoplasma basopilik homogen, granular yang jelas atau berbusa dan tembus pandang, dan sering dengan vakuola sitoplasma, inti sel sering terletak eksentrik dengan kromatin yang bervariasi dari granular halus dan seragam, hiperkromatik dan kasar dengan distribusin tidak teratur, kebanyakan sel tumor memiliki makronuleus tunggal. Diferensiasi skuamous sering ditandai dengan keratinisasi, mutiara, jembatan interselular. Keratinisasi merupakan gambaran yang khas dalam spesimen sitologi, pada pewarnaan papanicolou, keratinisasi akan bewarna kuning terang atau merah, sitoplasma kurang tembus pandang dibandingkan adenokarsinoma, sel sering berbentuk bulat sampai bulat telur atau memanjang dengan batas sel tajam, sel juga dapat terlihat dengan ekor sitoplasma yang panjang/bentuk kecebong. Inti biasanya soliter, ditengah, hiperkromatik dengan tepi persegi panjang. Biasanya kromatin padat, homogen, pyknotic, nukleolus tidak berkembang dengan baik. Ketika suatu adenokarsinoma dan skuamous sel karsinoma sulit dibedakan maka penting kita untuk menggunakan pewarnaan imunohistokimia atau pewarnaan mucin. 29,30 Tabel.3 Gambaran sitomorpologi. 30

27 Skuamos Adenokarsinoma Sel kecil -Sitoplasma orangeophilic -Sitoplasma keratinized -Jembatan interselullar -Formasi mutiara -Ceel-in-cell arrangement -Hiperkeratosis -Hiperkromatik halus pada nukleus -Ink dot atau kromatin piknotik -Batas sel tidak jelas -Nukleus multiple -Macronucleoli -Sitoplasma berbusa -Kromatin terbuka -Struktur papillary -Tumor giant sel -Sitoplasma basopilik -Nukleus molding -Apoptotic bodies -Necrosis Granular salt pepper chromatin -Ukuran sel 1,5 x dari limposit -Malignant single cells Perbedaan batas sel

28 Gambar 8 a). Menunjukkan gambaran karsinoma sel. Gambar 8 b) menunjukkan gambaran suatu adenokarsinoma. 30 Menurut Diacon dkk dari penelitiannya bahwa pewarnaan dengan Papanicolaou memiliki hasil yang akurat daripada pewarnaan Giemsa dan dalam pewarnaan perlu diperhatikan dalam kecepatan, persiapan, kualitas pewarnaan. 31 Gambar 9. a). Dengan pewarnaan Wright-Giemsa menunjukkan sitoplasma lebih jelas dan menunjukkan inti pleomorfik gelap, tapi kualitas chromatin jelek, b). Dengan Papanicolaou menunjukkan gambaran nukleus irreguler, menggambarkan keganasan. 31

29 2.7. Interpretasi Sitologi TBNA Tindakan sitologi aspirasi sekarang ini begitu popular dikalangan tenaga medis, dimana dapat merupakan suatu alat yang bernilai tinggi dalam menentukan jenis sitologi, memiliki akurasi, sensitivitas dan spesifitas yang tinggi. Dalam mengevaluasi diagnosis dari pada kanker memerlukan kerjasama dari beberapa penilaian seperti klinis, radiologis, informasi patologis. Masalah yang sering dihadapai dalam pembacaan sitologi adalah kesulitan dalam menentukan benign dan malignant, maka dari itu ahli patologi membuat suatu sistem kategori daripada sitologi yang mana akan dapat memudahkan patologis dalam pembacaan sitologi, kategori tersebut adalah. 32 : C1 : inadekuat C2 : benign C3 : atypical C4 : kecurigaan malignansi C5 : malignansi

30 2.8. kerangka Konsep Foto Torak Sitologi Sputum CT-scan toraks Gambaran klinis Keganasan di paru Stadium kanker paru, TNM system Sitologi TBNA Bronkoskopi Terapi Indikasi diagnostik Indikasi terapeutik Indikasi pre operatif Keterangan : variabel yang diteliti variabel yang tidak diteliti

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

BAB I TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB I TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kanker Paru Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas atau epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak normal,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ditemukan di seluruh dunia dewasa ini (12.6% dari seluruh kasus baru. kanker, 17.8% dari kematian karena kanker).

BAB 1 PENDAHULUAN. ditemukan di seluruh dunia dewasa ini (12.6% dari seluruh kasus baru. kanker, 17.8% dari kematian karena kanker). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker paru merupakan kasus keganasan yang paling sering ditemukan di seluruh dunia dewasa ini (12.6% dari seluruh kasus baru kanker, 17.8% dari kematian karena kanker).

Lebih terperinci

KANKER PARU. MEILINA Pembimbing : dr. Johanes R.S Sp.P

KANKER PARU. MEILINA Pembimbing : dr. Johanes R.S Sp.P KANKER PARU MEILINA 02-086 Pembimbing : dr. Johanes R.S Sp.P DEFINISI KANKER PARU Semua penyakit keganasan di paru, mencakup baik yang berasal dari paru sendiri maupun dari luar paru Kanker paru primer

Lebih terperinci

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9 Kanker Paru-Paru Kanker paru-paru merupakan kanker pembunuh nomor satu di Hong Kong. Ada lebih dari 4.000 kasus baru kanker paru-paru dan sekitar 3.600 kematian yang diakibatkan oleh penyakit ini setiap

Lebih terperinci

KANKER PARU. R.M. Ridho Hidayatulloh dr. Rizki Drajat, Sp.P

KANKER PARU. R.M. Ridho Hidayatulloh dr. Rizki Drajat, Sp.P KANKER PARU R.M. Ridho Hidayatulloh 1102011215 dr. Rizki Drajat, Sp.P Definisi Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas atau epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN 1. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 1 LAMPIRAN 2 LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN Akurasi Transbronchial Needle Aspiration dalam tindakan Bronkoskopi dengan dalam membantu menegakkan stadium kanker paru di Rumah Sakit Umum Pusat Haji

Lebih terperinci

Kanker Paru di Indonesia. Dr.Herudian Ahmadin SPP

Kanker Paru di Indonesia. Dr.Herudian Ahmadin SPP Kanker Paru di Indonesia Dr.Herudian Ahmadin SPP Pendahuluan Kanker paru : semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri maupun keganasan dari luar paru (metastasis)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumor Paru Sekunder 2.1.1 Definisi Tumor Paru Sekunder Tumor paru adalah suatu kondisi abnormal yang terjadi pada tubuh akibat terbentuknya suatu lesi atau benjolan pada tubuh,

Lebih terperinci

Karakteristik Hasil Pemeriksaan Bronkoskopi Serat Optik Lentur Pada Penyakit Paru di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta

Karakteristik Hasil Pemeriksaan Bronkoskopi Serat Optik Lentur Pada Penyakit Paru di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta Karakteristik Hasil Pemeriksaan Bronkoskopi Serat Optik Lentur Pada Penyakit Paru di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta Agung Setiadi, Ana Rima, Jatu Aphridasari, Yusup Subagyo Sutanto Departemen Pulmonologi

Lebih terperinci

Kadang kanker paru (terutama adenokarsinoma dan karsinoma sel alveolar) terjadi pada orang

Kadang kanker paru (terutama adenokarsinoma dan karsinoma sel alveolar) terjadi pada orang Kanker Paru DEFINISI Sebagian besar kanker paru-paru berasal dari sel-sel di dalam paru-paru; tetapi kanker paru-paru bisa juga berasal dari kanker di bagian tubuh lainnya yang menyebar ke paru-paru. Kanker

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Embriologi Paru Pada kehamilan minggu ketiga sampai keempat, sistem respirasi sederhana berkembang dari sulkus laringotrakeal, pada bagian ventral foregut. Sulkus ini menjadi

Lebih terperinci

Akurasi Transbronkial Needle Aspiration dalam Menegakkan Stadium Kanker Paru

Akurasi Transbronkial Needle Aspiration dalam Menegakkan Stadium Kanker Paru Akurasi Transbronkial Needle Aspiration dalam Menegakkan Stadium Kanker Paru Ikhfana Syafina, Noni Novisari Soeroso, Pantas Hasibuan, Putri Chairani Eyanoer Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi,

Lebih terperinci

UPDATE KNOWLEDGE IN RESPIROLOGY Pulmonologi Intervensi (1)

UPDATE KNOWLEDGE IN RESPIROLOGY Pulmonologi Intervensi (1) UPDATE KNOWLEDGE IN RESPIROLOGY Pulmonologi Intervensi (1) Eric Daniel Tenda 2, Ceva W.Pitoyo 2, Feisal Thufeilsyah 1, Zulkifli Amin 2 1 Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM 2 Divisi Respirologi dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dan muncul sedikit lebih tinggi dari klavikukula di dalam dasar leher. 17 Fungsi utama

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dan muncul sedikit lebih tinggi dari klavikukula di dalam dasar leher. 17 Fungsi utama BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi dan Fungsi paru Paru-paru adalah organ yang berbentuk kerucut dengan apex (puncak) di atas dan muncul sedikit lebih tinggi dari klavikukula di dalam dasar leher. 17

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Keganasan di rongga toraks mencakup kanker paru, tumor mediastinum, metastasis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Keganasan di rongga toraks mencakup kanker paru, tumor mediastinum, metastasis BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kanker Paru Keganasan di rongga toraks mencakup kanker paru, tumor mediastinum, metastasis tumor di paru dan mesotelioma ganas (kegasanan di pleura). Kasus keganasan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSAKA. Gambar 2.1. Anatomi Paru (Moore, Dalley dan Agur, 2010)

BAB 2 TINJAUAN PUSAKA. Gambar 2.1. Anatomi Paru (Moore, Dalley dan Agur, 2010) 5 BAB 2 TINJAUAN PUSAKA 2.1. Anatomi dan Fisiologi Paru 2.1.1. Anatomi Paru Paru-paru dikelilingi oleh dinding dada. Dinding dada terdiri daripada iga dan otot-otot antara iga. Paru-paru dipisahkan oleh

Lebih terperinci

Definisi. Mesothelioma adalah keganasan yang berasal dari sel mesotel yang terletak di rongga pleura.

Definisi. Mesothelioma adalah keganasan yang berasal dari sel mesotel yang terletak di rongga pleura. Mesothelioma Pendahuluan Mesothelioma berhubungan erat dengan paparan asbes. Mesothelioma merupakan kasus yang jarang. Individu yg mempunyai riwayat paparan dengan asbes mempunyai resiko lebih besar menderita

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Farmakoekonomi Farmakoekonomi didefinisikan sebagai deskripsi dan analisis dari biaya terapi dalam suatu sistem pelayanan kesehatan, lebih spesifik lagi adalah sebuah penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menginvasi jaringan sekitar serta dapat menyebar ke bagian tubuh lain. 21,22,23 Kanker

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menginvasi jaringan sekitar serta dapat menyebar ke bagian tubuh lain. 21,22,23 Kanker BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KANKER PARU Tumor adalah hasil perkembangbiakan suatu sel tubuh yang tidak terkontrol, yang mana dalam keadaan normal perkembangbiakan sel hanya akan terjadi apabila dibutuhkan

Lebih terperinci

Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Kanker Payudara Thursday, 14 August :15

Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Kanker Payudara Thursday, 14 August :15 Kanker payudara adalah penyakit dimana selsel kanker tumbuh di dalam jaringan payudara, biasanya pada ductus (saluran yang mengalirkan ASI ke puting) dan lobulus (kelenjar yang membuat susu). Kanker atau

Lebih terperinci

KARSINOMA BRONKUS KARSINOMA BRONKUS PENDAHULUAN

KARSINOMA BRONKUS KARSINOMA BRONKUS PENDAHULUAN KARSINOMA BRONKUS PENDAHULUAN Secara umum gangguan pada saluran napas dapat berupa sumbatan pada jalan napas (obstruksi) atau gangguan yang menyebabkan paru tidak dapat berkembang secara sempurna (restriktif).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. maupun ganas atau disebut dengan kanker paru. Tumor paru dapat bersifat primer

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. maupun ganas atau disebut dengan kanker paru. Tumor paru dapat bersifat primer BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Tumor paru adalah tumor pada jaringan paru yang dapat bersifat jinak maupun ganas atau disebut dengan kanker paru. Tumor paru dapat bersifat primer maupun sekunder.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang

I. PENDAHULUAN. pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Benjolan pada payudara merupakan keluhan yang paling sering ditemui pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang bersifat jinak mengalami peningkatan

Lebih terperinci

TESIS IRENA LOLU PUTRIYA SINAGA PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS DEPARTEMEN PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI

TESIS IRENA LOLU PUTRIYA SINAGA PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS DEPARTEMEN PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI PERBANDINGAN KETEPATAN ANTARA PEMERIKSAAN SITOLOGI SPUTUM INDUKSI NaCl 3% DENGAN SITOLOGI SPUTUM POST BRONKOSKOPI SECARA FIKSASI SACCOMANNO DALAM MEMBANTU PENEGAKAN DIAGNOSIS KANKER PARU TESIS Diajukan

Lebih terperinci

MODUL PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI KANKER PARU NOMOR MODUL. : Onkologi Paru. Tatalaksana Asma

MODUL PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI KANKER PARU NOMOR MODUL. : Onkologi Paru. Tatalaksana Asma MODUL PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI NOMOR MODUL TOPIK SUB TOPIK LEARNING OBJEKTIF Tatalaksana Asma : D : Onkologi Paru : Kanker Paru : Diagnosis Kanker Paru KANKER PARU I. Waktu Mengembangkan kompetensi

Lebih terperinci

Kanker Paru: Sebuah Kajian Singkat

Kanker Paru: Sebuah Kajian Singkat UPDATE KNOWLEDGE IN RESPIROLOGY Kanker Paru: Sebuah Kajian Singkat Tim Editor Korespondensi: Tim Editor Kontak: pulmonologi89@yahoo.co.id PENDAHULUAN Kanker paru adalah penyebab utama kematian akibat kanker.

Lebih terperinci

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Prostat Kanker prostat merupakan tumor ganas yang paling umum ditemukan pada populasi pria di Amerika Serikat, dan juga merupakan kanker pembunuh ke-5 populasi pria di Hong Kong. Jumlah pasien telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah pertumbuhan dan penyebaran sel secara tidak terkendali, sering menyerang jaringan sekitar dan dapat bermetastasis atau menyebar ke organ lain (World Health

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan

I. PENDAHULUAN. sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembesaran kelenjar (nodul) tiroid atau struma, sering dihadapi dengan sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan yang begitu berarti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan utama di dunia terutama negara berkembang. Munculnya epidemik Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immunodeficiency

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kanker Paru 2.1.1. Definisi Kanker paru merupakan penyebab utama mortalitas yang diakibatkan oleh kanker, baik pada pria maupun wanita yang ada di dunia. Prevalensi kanker

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumor paru) maupun yang berasal dari paru sendiri, dimana kelainan dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumor paru) maupun yang berasal dari paru sendiri, dimana kelainan dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kanker Paru 2.1.1 Definisi Kanker paru adalah keganasan yang berasal dari luar paru (metastasis tumor paru) maupun yang berasal dari paru sendiri, dimana kelainan dapat disebabkan

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor A. DEFINISI Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan tugas sebagai seorang dokter, satu hal yang rutin dilakukan adalah menegakkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan tugas sebagai seorang dokter, satu hal yang rutin dilakukan adalah menegakkan BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Dalam menjalankan tugas sebagai seorang dokter, satu hal yang rutin dilakukan adalah menegakkan diagnosis penyakit pasien. Penegakkan diagnosis ini berperan penting

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kanker Paru 2.1.1. Definisi Kanker Paru Kanker paru merupakan keganasan pada jaringan paru. Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel-sel yang mengalami proliferasi dalam

Lebih terperinci

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Usus Besar Kanker usus besar merupakan kanker yang paling umum terjadi di Hong Kong. Menurut statistik dari Hong Kong Cancer Registry pada tahun 2013, ada 66 orang penderita kanker usus besar dari

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA l. Untuk mengetahui Case Fatality Rate (CFR) penderita kanker paru tahun 2004-2007 1.4. Manfaat penelitian 1.4.1. Sebagai bahan masukan bagi pihak Rumah Sakit St. Elisabeth Medan untuk peningkatan pelayanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sekitar 5%-10% dari seluruh kunjungan di Instalasi Rawat Darurat bagian pediatri merupakan kasus nyeri akut abdomen, sepertiga kasus yang dicurigai apendisitis didiagnosis

Lebih terperinci

Peranan Radiologi Intervensi Pada Kanker Paru. Kanker merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Menurut World Health

Peranan Radiologi Intervensi Pada Kanker Paru. Kanker merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Menurut World Health Peranan Radiologi Intervensi Pada Kanker Paru Kanker merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Menurut World Health Organization (WHO), kanker paru merupakan salah satu penyebab kematian utama dalam

Lebih terperinci

drg. Muhammad Hamka Maha Putra

drg. Muhammad Hamka Maha Putra drg. Muhammad Hamka Maha Putra Latar Belakang: Diagnosis yang akurat dari tumor muskuloskeletal adalah penting untuk pengobatan yang berhasil. Studi telah melaporkan risiko tinggi komplikasi setelah biopsi

Lebih terperinci

Anita Ekowati. PIT VI 2017 Palembang, 5-6 Agustus 2017

Anita Ekowati. PIT VI 2017 Palembang, 5-6 Agustus 2017 Anita Ekowati PIT VI 2017 Palembang, 5-6 Agustus 2017 Pengantar Nodul paru soliter didefinisikan: 1. Lesi bulat, berbatas tegas 2. Diameter kurang atau sama dengan 3 cm pada jaringan parenkim paru 1 3.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN diantaranya meninggal akibat penyakit tersebut (Lester, 2004 ;

BAB I PENDAHULUAN diantaranya meninggal akibat penyakit tersebut (Lester, 2004 ; 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karsinoma mammae / kanker payudara merupakan jenis keganasan yang paling sering dijumpai pada wanita. Di Indonesia angka kesakitan dan kematian kanker payudara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Di Indonesia, diantara berbagai jenis kanker, karsinoma paru

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Di Indonesia, diantara berbagai jenis kanker, karsinoma paru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker saat ini merupakan salah satu penyebab utama kematian di dunia. Di Indonesia, diantara berbagai jenis kanker, karsinoma paru merupakan keganasan kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, mencakup faktor genetik, infeksi Epstein-Barr Virus (EBV) dan

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, mencakup faktor genetik, infeksi Epstein-Barr Virus (EBV) dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang cenderung didiagnosis pada stadium lanjut dan merupakan penyakit dengan angka kejadian tertinggi serta menjadi

Lebih terperinci

PNEUMOTHORAX. Click Oleh to edit Master subtitle style IDRIES TIRTAHUSADA Pembimbing: Dr Haryadi Sp.Rad 4/16/12

PNEUMOTHORAX. Click Oleh to edit Master subtitle style IDRIES TIRTAHUSADA Pembimbing: Dr Haryadi Sp.Rad 4/16/12 PNEUMOTHORAX Click Oleh to edit Master subtitle style IDRIES TIRTAHUSADA 1102006116 Pembimbing: Dr Haryadi Sp.Rad PENDAHULUAN Pneumothorax adalah penumpukan dari udara yang bebas dalam dada diluar paru

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian. Lebih dari satu juta orang per tahun di dunia meninggal

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian. Lebih dari satu juta orang per tahun di dunia meninggal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker paru masih merupakan masalah kesehatan karena masih banyak menyebabkan kematian. Lebih dari satu juta orang per tahun di dunia meninggal karena kanker paru.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan penyakit penyebab kematian paling tinggi di dunia, berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2012 terdapat sekitar 14 juta kasus

Lebih terperinci

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Payudara Kanker payudara merupakan kanker yang paling umum diderita oleh para wanita di Hong Kong dan negara-negara lain di dunia. Setiap tahunnya, ada lebih dari 3.500 kasus kanker payudara baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan masalah kesehatan utama masyarakat di dunia dan. penyebab kematian nomor dua di Amerika Serikat.

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan masalah kesehatan utama masyarakat di dunia dan. penyebab kematian nomor dua di Amerika Serikat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan masalah kesehatan utama masyarakat di dunia dan penyebab kematian nomor dua di Amerika Serikat. Data GLOBOCAN, International Agency for Research on

Lebih terperinci

KANKER PARU A. Definisi

KANKER PARU A. Definisi 12 KANKER PARU A. Definisi Kanker paru adalah salah satu jenis penyakit paru yang memerlukan penanganan dan tindakan yang cepat dan terarah. Penegakan diagnosis penyakit ini membutuhkan ketrampilan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL...viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR SINGKATAN. x INTISARI xi BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Massa regio colli atau massa pada leher merupakan temuan klinis yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Massa regio colli atau massa pada leher merupakan temuan klinis yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Massa regio colli atau massa pada leher merupakan temuan klinis yang sering, insidennya masih belum diketahui dengan pasti. Massa pada leher dapat terjadi pada semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam pleura berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan terjadinya ketidakseimbangan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.. Desain Penelitian Desain penelitian adalah penelitian diagnostik untuk melihat sensitivitas dari TTNA dengan tuntunan USG Toraks dalam membantu menegakkan diagnosis kanker paru.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel mukosa nasofaring dengan predileksi di fossa Rossenmuller. Kesulitan diagnosis dini pada

Lebih terperinci

JOURNAL READING Imaging of pneumonia: trends and algorithms. Levi Aulia Rachman

JOURNAL READING Imaging of pneumonia: trends and algorithms. Levi Aulia Rachman JOURNAL READING Imaging of pneumonia: trends and algorithms Levi Aulia Rachman 1410.2210.27.115 Abstrak Pneumonia merupakan salah satu penyakit menular utama yang menyebabkan angka morbiditas dan mortalitas

Lebih terperinci

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada guru/dosen pembimbing yang telah banyak membantu saya agar dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada guru/dosen pembimbing yang telah banyak membantu saya agar dapat menyelesaikan makalah ini. KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang bagian paru, namun tak

Lebih terperinci

luar paru (metastasis tumor di paru). Namun dalam penelitian ini, yang yang berasal dari epitel bronkus atau karsinoma bronkus (bronchogenic

luar paru (metastasis tumor di paru). Namun dalam penelitian ini, yang yang berasal dari epitel bronkus atau karsinoma bronkus (bronchogenic BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Kanker Paru Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri maupun keganasan dari luar paru (metastasis

Lebih terperinci

Diponegoro No. 1, Pekanbaru,

Diponegoro No. 1, Pekanbaru, ANGKA KETAHANAN HIDUP SATU TAHUN PENDERITA KANKER PARU DI RUANG RAWAT INAP PARU RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU PERIODE MARET 2010 MARET 2011 Silvi Zuelmi 1), Adrianison 2), Wiwit Ade Fidiawati 3) ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita

BAB I PENDAHULUAN. dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling sering ditemui dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita oleh kaum wanita dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah menurun, namun di negara berkembang prevalensi merokok masih tetap tinggi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah menurun, namun di negara berkembang prevalensi merokok masih tetap tinggi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada awal abab ke-20 kanker paru masih jarang ditemukan, namun sekarang ini telah menjadi masalah global. Pada abab ke-21 kanker paru akan tetap menjadi penyebab kematian diseluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membuat protein, dan mengatur sensitivitas tubuh terhadap hormon

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membuat protein, dan mengatur sensitivitas tubuh terhadap hormon BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiroid merupakan salah satu kelenjar endokrin pada tubuh manusia yang terletak di bagian depan leher. Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroksin dan triodotironin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terutama pada daerah transformasi epitel gepeng serviks. Sebagian besar

I. PENDAHULUAN. terutama pada daerah transformasi epitel gepeng serviks. Sebagian besar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks adalah keganasan yang berasal dari epitel pada serviks terutama pada daerah transformasi epitel gepeng serviks. Sebagian besar kanker serviks adalah epidermoid

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN Kanker paru adalah penyebab utama pada kelompok penyakit akibat keganasan. Terlihat kecenderungan peningkatan jumlah kasus bukan hanya pada lakilaki tetapi juga pada perempuan dari tahun

Lebih terperinci

BAB 2 RADIOTERAPI KARSINOMA TIROID. termasuk untuk penyakit kanker kepala dan leher seperti karsinoma tiroid.

BAB 2 RADIOTERAPI KARSINOMA TIROID. termasuk untuk penyakit kanker kepala dan leher seperti karsinoma tiroid. BAB 2 RADIOTERAPI KARSINOMA TIROID Dalam dunia medis, radioterapi sudah menjadi perawatan yang sangat umum digunakan. Penggunaannya pun dilakukan untuk berbagai macam penyakit kanker termasuk untuk penyakit

Lebih terperinci

TUBERKULOSIS PADA PASIEN DENGAN HIV AIDS. dr. Bambang Satoto,Sp.Rad(K),M.Kes Departemen Radiology F.K Undip /RSUP Dr Kariadi Semarang

TUBERKULOSIS PADA PASIEN DENGAN HIV AIDS. dr. Bambang Satoto,Sp.Rad(K),M.Kes Departemen Radiology F.K Undip /RSUP Dr Kariadi Semarang TUBERKULOSIS PADA PASIEN DENGAN HIV AIDS dr. Bambang Satoto,Sp.Rad(K),M.Kes Departemen Radiology F.K Undip /RSUP Dr Kariadi Semarang PENDAHULUAN Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA KANKER PARU DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2011

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA KANKER PARU DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2011 ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA KANKER PARU DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI 2011- DESEMBER 2011 Christone Yehezkiel P, 2013 Pembimbing I : Sri Utami Sugeng, Dra., M.Kes. Pembimbing II :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akhir tahun 2011 sebanyak lima kasus diantara balita. 1

BAB I PENDAHULUAN. akhir tahun 2011 sebanyak lima kasus diantara balita. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai hidung sampai alveoli termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tiroid ditemukan pada 4-8% dari populasi umum dengan pemeriksaan palpasi, 10-

BAB I PENDAHULUAN. tiroid ditemukan pada 4-8% dari populasi umum dengan pemeriksaan palpasi, 10- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nodul tiroid adalah masalah klinis umum pada masyarakat dan kejadian nodul tiroid telah meningkat seiring dengan peningkatan penggunaan ultrasonografi tiroid

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PASIEN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2014

ABSTRAK GAMBARAN PASIEN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2014 ABSTRAK GAMBARAN PASIEN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2014 Ida Ayu Komang Trisna Bulan, 2015 Pembimbing I : Dr. Hana Ratnawati, dr., M.Kes., PA (K). Pembimbing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan tindakan pembedahan. Keterlambatan dalam penanganan kasus apendisitis akut sering

Lebih terperinci

Susunan Peneliti. a. Nama Lengkap : Dr. Samson Sembiring. d. Fakultas : Kedokteran. e. Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara

Susunan Peneliti. a. Nama Lengkap : Dr. Samson Sembiring. d. Fakultas : Kedokteran. e. Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 Susunan Peneliti Peneliti a. Nama Lengkap : Dr. Samson Sembiring b. Pangkat/Gol/NIP : --------------- c. Jabatan Fungsional : ----- d. Fakultas : Kedokteran e. Perguruan Tinggi : Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker paru merupakan keganasan penyebab kematian. nomer satu di dunia (Cancer Research UK, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker paru merupakan keganasan penyebab kematian. nomer satu di dunia (Cancer Research UK, 2012). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker paru merupakan keganasan penyebab kematian nomer satu di dunia (Cancer Research UK, 2012). Mortalitas kanker ini tercatat sebesar 1.590.000 jiwa pada tahun 2012

Lebih terperinci

PROFIL RADIOLOGIS TORAKS PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI POLIKLINIK PARU RSUD DR HARDJONO-PONOROGO SKRIPSI

PROFIL RADIOLOGIS TORAKS PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI POLIKLINIK PARU RSUD DR HARDJONO-PONOROGO SKRIPSI PROFIL RADIOLOGIS TORAKS PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI POLIKLINIK PARU RSUD DR HARDJONO-PONOROGO SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran OLEH : EKA DEWI PRATITISSARI

Lebih terperinci

PENYAKIT PLEURA. Joni Anwar, Dr., SpP. Subbagian Pulmonologi Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK Unsri / RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang

PENYAKIT PLEURA. Joni Anwar, Dr., SpP. Subbagian Pulmonologi Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK Unsri / RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang PENYAKIT PLEURA Joni Anwar, Dr., SpP Subbagian Pulmonologi Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK Unsri / RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang ANATOMI Selapis sel mesotel, mempunyai mikrovili Dilapisi glikoprotein

Lebih terperinci

KANKER PARU MERUPAKAN FAKTOR RISIKO TERJADINYA EFUSI PLEURA DI RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI SURAKARTA. Oleh. Agus Suprijono, Chodidjah, Agung Tri Cahyono

KANKER PARU MERUPAKAN FAKTOR RISIKO TERJADINYA EFUSI PLEURA DI RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI SURAKARTA. Oleh. Agus Suprijono, Chodidjah, Agung Tri Cahyono KANKER PARU MERUPAKAN FAKTOR RISIKO TERJADINYA EFUSI PLEURA DI RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI SURAKARTA Oleh Agus Suprijono, Chodidjah, Agung Tri Cahyono ABSTRAK Insiden kanker paru meningkat di seluruh dunia,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI

PENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI PENDAHULUAN Hemotoraks adalah kondisi adanya darah di dalam rongga pleura. Asal darah tersebut dapat dari dinding dada, parenkim paru, jantung, atau pembuluh darah besar. Normalnya, rongga pleura hanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Karsinoma laring adalah keganasan pada laring yang berasal dari sel epitel laring.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Karsinoma laring adalah keganasan pada laring yang berasal dari sel epitel laring. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma laring adalah keganasan pada laring yang berasal dari sel epitel laring. Lebih dari 90% penderita karsinoma laring memiliki gambaran histopatologi karsinoma

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kanker Paru 2.1.1 Definisi Kanker Paru Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas atau epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan

Lebih terperinci

Pendahuluan. Etiologi dan Epedimiologi

Pendahuluan. Etiologi dan Epedimiologi Pendahuluan Kanker mata adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan berbagai jenis tumor yang terjadi di berbagai bagian mata. Hal ini terjadi ketika sel-sel dalam atau di sekitar mata berubah

Lebih terperinci

Penemuan PasienTB. EPPIT 11 Departemen Mikrobiologi FK USU

Penemuan PasienTB. EPPIT 11 Departemen Mikrobiologi FK USU Penemuan PasienTB EPPIT 11 Departemen Mikrobiologi FK USU 1 Tatalaksana Pasien Tuberkulosis Penatalaksanaan TB meliputi: 1. Penemuan pasien (langkah pertama) 2. pengobatan yang dikelola menggunakan strategi

Lebih terperinci

Pengobatan atau penatalaksaan penyakit ini sangat bergantung pada kecekatan ahli paru untuk

Pengobatan atau penatalaksaan penyakit ini sangat bergantung pada kecekatan ahli paru untuk Defines Kanker paru-paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru-paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru-paru itu sendiri maupun keganasan dari luar paru-paru (metastasis tumor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker atau karsinoma merupakan istilah untuk pertumbuhan sel abnormal dengan kecepatan pertumbuhan melebihi normal dan tidak terkontrol. (World Health Organization,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keganasan yang berasal dari sel epitel yang melapisi daerah nasofaring (bagian. atas tenggorok di belakang hidung) (KPKN, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. keganasan yang berasal dari sel epitel yang melapisi daerah nasofaring (bagian. atas tenggorok di belakang hidung) (KPKN, 2015). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker masih menjadi masalah serius bagi dunia kesehatan. Hal ini terbukti dengan meningkatnya morbiditas dan mortalitas akibat kanker di seluruh dunia. Terdapat 14

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PATOLOGI ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DEPARTEMEN PATOLOGI ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RESPIRATORY SYSTEM DEPARTEMEN PATOLOGI ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA KASUS I Seorang pria berusia 45 tahun datang ke Rumah Sakit oleh karena meraba adanya tonjolan yang makin membesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma kolorektal (KKR) merupakan masalah kesehatan serius yang

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma kolorektal (KKR) merupakan masalah kesehatan serius yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma kolorektal (KKR) merupakan masalah kesehatan serius yang kejadiannya cukup sering, terutama mengenai penduduk yang tinggal di negara berkembang. Kanker ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kulit terbagi 2 kelompok yaitu melanoma dan kelompok non

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kulit terbagi 2 kelompok yaitu melanoma dan kelompok non 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker kulit terbagi 2 kelompok yaitu melanoma dan kelompok non melanoma. Kelompok non melanoma dibedakan atas karsinoma sel basal (KSB), karsinoma sel skuamosa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker payudara merupakan diagnosis kanker yang paling sering terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker payudara merupakan diagnosis kanker yang paling sering terjadi pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan diagnosis kanker yang paling sering terjadi pada wanita di dunia. Angka kejadian kanker payudara meningkat lebih dari 20% sejak tahun 2008.

Lebih terperinci

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2010

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2010 ABSTRAK ANGKA KEJADIAN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 2009 31 DESEMBER 2010 Stevanus, 2011; Pembimbing I : dr. Hartini Tiono, M.Kes. Pembimbing II : dr. Sri Nadya J Saanin,

Lebih terperinci

DEFINISI BRONKITIS. suatu proses inflamasi pada pipa. bronkus

DEFINISI BRONKITIS. suatu proses inflamasi pada pipa. bronkus PENDAHULUAN Survei Kesehatan Rumah Tangga Dep.Kes RI (SKRT 1986,1992 dan 1995) secara konsisten memperlihatkan kelompok penyakit pernapasan yaitu pneumonia, tuberkulosis dan bronkitis, asma dan emfisema

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan dengan usia rata-rata 55 tahun (Stoler, 2014). Diperkirakan terdapat 500.000 kasus baru setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Kanker payudara merupakan salah satu masalah kesehatan penting di dunia, dimana saat ini menduduki peringkat kedua terbanyak penyakit kanker setelah kanker

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai stadium lanjut dan mempunyai prognosis yang jelek. 1,2

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai stadium lanjut dan mempunyai prognosis yang jelek. 1,2 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Osteosarkoma adalah keganasan pada tulang yang sering dijumpai pada anak-anak dan dewasa. Ketepatan diagnosis pada keganasan tulang sangat penting karena

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia BAB 4 HASIL 4.1 Pengambilan Data Data didapatkan dari rekam medik penderita kanker serviks Departemen Patologi Anatomi RSCM pada tahun 2007. Data yang didapatkan adalah sebanyak 675 kasus. Setelah disaring

Lebih terperinci

Mengapa Kita Batuk? Mengapa Kita Batuk ~ 1

Mengapa Kita Batuk? Mengapa Kita Batuk ~ 1 Mengapa Kita Batuk? Batuk adalah refleks fisiologis. Artinya, ini adalah refleks yang normal. Sebenarnya batuk ini berfungsi untuk membersihkan tenggorokan dan saluran napas. Atau dengan kata lain refleks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dunia. Pada tahun 2012 sekitar 8,2 juta kematian diakibatkan oleh kanker. Kanker

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dunia. Pada tahun 2012 sekitar 8,2 juta kematian diakibatkan oleh kanker. Kanker BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di seluruh dunia. Pada tahun 2012 sekitar 8,2 juta kematian diakibatkan oleh kanker. Kanker merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tumor secara umum merupakan sekumpulan penyakit. yang membuat sel di dalam tubuh membelah terlalu banyak

BAB I PENDAHULUAN. Tumor secara umum merupakan sekumpulan penyakit. yang membuat sel di dalam tubuh membelah terlalu banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumor secara umum merupakan sekumpulan penyakit yang membuat sel di dalam tubuh membelah terlalu banyak dari yang seharusnya dan seringkali akan membuat tonjolan massa.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman i ii iii iv vi viii ix xi xii xiii

DAFTAR ISI. Halaman i ii iii iv vi viii ix xi xii xiii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN... PRAKATA DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN. DAFTAR SINGKATAN... INTISARI.. i ii iii iv vi viii ix xi xii xiii

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian pada wanita setelah kanker payudara. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian pada wanita setelah kanker payudara. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker serviks uteri merupakan salah satu masalah penting pada wanita di dunia. Karsinoma serviks uteri adalah keganasan kedua yang paling sering terjadi dan merupakan

Lebih terperinci