BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 l. Untuk mengetahui Case Fatality Rate (CFR) penderita kanker paru tahun Manfaat penelitian Sebagai bahan masukan bagi pihak Rumah Sakit St. Elisabeth Medan untuk peningkatan pelayanan pemeriksaan kanker paru, pengobatan, dan penyediaan fasilitas perawatan bagi penderita Sebagai bahan informasi atau referensi bagi penelitian selanjutnya tentang penyakit kanker paru. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2 2.1. Definisi Kanker Paru Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari epitel kelenjar mukosa bronkus. Kanker paru cenderung menyebar luas, memperluas massa yang tidak teratur daripada invasi terbatas dalam parenkim paru. Penyebaran seperti itu menghasilkan atelektasis pada perbatasan parenkim. 16 Kolaps terjadi ketika tekanan eksternal dari tumor melebihi tekanan udara di dalam terminal jalan arus udara. Banyak tumor-tumor di sekeliling menyerbu ke dinding kavitas toraks. Prognosis kanker paru tidak baik. Metastasis sering terjadi dan menyebar luas, khususnya meliputi otak, node limfa, tulang dan hepar. 16 Gambar 2.1. Kanker Paru. 17 Sumber : Album Patologi Anatomi Jenis Kanker Paru Pembagian praktis untuk tujuan pengobatan, yaitu :

3 1. Non Small Cell Lung Cancer (NSCLC) a. Karsinoma sel skuamosa berciri khas proses keratinisasi dan pembentukan bridge intraseluler. Studi sitologi memperlihatkan perubahan yang nyata dari displasia skuamosa ke karsinoma in situ. 12 Karsinoma sel skuamosa biasanya meningkat pada segmen bronkus dan menyebar secara lokal yang menyebabkan obstruksi bronkial. 18 b. Adenokarsinoma berciri khas dengan bentuk formasi glandular dan kecendrungan ke arah pembentukan konfigurasi papilar. Biasanya membentuk musin, sering tumbuh dari bekas kerusakan jaringan paru (scar). Dengan penanda tumor CEA (Carcinoma Embrionic Antigen) karsinoma ini bisa dibedakan dari mesotelloma. 12 Adenokarsinoma paru biasanya terletak pada paru bagian perifer dan menyebar ke otak, tulang, hati, dan bagian paru lainnya. 18 c. Karsinoma sel besar, ini suatu subtipe yang gambaran histologisnya dibuat secara ekslusion. Karsinoma sel besar tidak mempunyai gambaran diferensiasi skuamosa atau glandular. Sel bersifat anaplastik, tak berdiferensiasi, biasanya disertai oleh infiltrasi sel neutrofil. 12 Kanker paru sel besar mulai keluar sebagai tumor perifer yang besar yang menyebar secara lokal sebelum bermetastasis Small Cell Lung Cancer (SCLC)

4 Gambaran histologis SCLC yang khas adalah dominasi sel-sel kecil yang hampir semuanya diisi oleh mukus dengan sebaran kromatin dan sedikit sekali/tanpa nucleoli. Disebut juga karsinoma sel oat karena bentuknya mirip dengan bentuk biji gandum. Sel kecil ini cenderung berkumpul di sekeliling pembuluh darah halus menyerupai pseudoroset. Sel-sel yang bermitosis banyak sekali ditemukan begitu juga gambaran nekrosis. DNA yang terlepas menyebabkan warna gelap di sekitar pembuluh darah. 12 SCLC meliputi sel oat, sel heksagonal, sel kanker limfositik, dan spindel Derajat Kanker Paru 19 Penetapan derajat kanker paru menggunakan sistem TNM yang telah direvisi pada tahun Pada sistem ini, T menggambarkan tumor primer, N menggambarkan keterlibatan nodul, dan M menggambarkan adanya metastase jauh. Derajat Kanker Paru Jenis NSCLC Sistem TNM Derajat T N M 0 Tis IA T1 N0 M0 IB T2 N0 M0 IIA T1 N1 M0 IIB T2 N1 M0 T3 N0 M0 IIIA T3 N1 M0 T1-3 N2 M0 IIIB T4 N0-2 M0 T1-4 N3 M0 IV Ada Ada M1 Keterangan :

5 Tumor Primer (T) T0 Tis T1 = Tidak ada bukti tumor primer = Karsinoma In Situ = Tumor 3 cm pada penampakan, dikelilingi oleh pleura paru atau visera dan tanpa bukti invasi proksimal ke lobus bronkus pada bronkoskopi. T2 = Tumor > 3 cm pada penampakannya, atau tumor dengan ukuran berapa saja yang melibatkan bronkus utama, menginvasi pleura visceral, atau berhubungan dengan atelektasis atau infeksi pneumonia obstruktif yang meluas ke region hilus. Segala sesuatu yang berhubungan dengan atelektasis atau obstruksi infeksi harus terlibat kurang dari seluruh paru. T3 = Tumor dengan ukuran berapa saja yang mengadakan pelebaran langsung ke dinding dada (termasuk tumor sulkus superior), diafragma, pleura mediastinal, atau perikardium parietal; atau tumor pada bronkus utama < 2 cm jaraknya dengan karina tanpa melibatkan karina; atau atelektasis atau obstruksi infeksi paru dari seluruh paru. T4 = Tumor dengan ukuran berapa saja dengan invasi mediastinum, jantung, pembuluh darah besar, trakea, esophagus, vertebra, atau karina, atau dengan efusi pleura ganas atau pericardia; atau dengan nodul tumor satelit dalam sisi yang sama dari lobus paru yang mengandung tumor primer. Nodus Limfe Regional (N) N0 N1 = Tidak ada penilaian adanya nodus limfe regional. = Metastasis ke limfonodi pada peribronkhial atau sisi yang sama region hilus, atau keduanya termasuk penyebaran langsung.

6 N2 = Metastasis ke sisi yang sama nodus limfe regional dan/ atau nodus limfe subkarina. N3 = Metastasis ke kontralateral nodus limfe mediastinal, nodus limfe hilus kontralateral, ipsilateral (sisi yang sama) atau kontralateral skaleus atau nodus limfe supraklavikuler. Metastasis Jauh (M) M0 M1 = Tidak ada metastasis. = Ada metastasis jauh. Kanker paru jenis SCLC tidak ditetapkan berdasarkan sistem TNM. Derajat kanker paru jenis Small Cell Lung Cancer (SCLC), yaitu : 1. Limited (terbatas) = tumor terbatas pada satu hemitoraks dan hilus, mediastinal, dan nodus supraklafikuler) 2. Extensive (meluas) = menyebar ke bagian yang lebih jauh Epidemiologi Distribusi Frekuensi Berdasarkan Orang Pada tahun 1994 di Denmark, insidens kanker paru pada laki-laki sebesar 83 per penduduk, sedangkan pada perempuan sebesar 46 per penduduk. 7 Pada tahun 1996 di Yogyakarta, insidens kanker paru pada laki-laki sebesar 11,4 per penduduk, sedangkan pada perempuan sebesar 7,11 per penduduk. 20 Di Amerika pada tahun 2001, kanker paru menyebabkan kematian sebesar 32% pada laki-laki dan 25% pada perempuan, 19 pada tahun 2004,

7 insidens kanker paru pada laki-laki sebesar 81,2 per penduduk, sedangkan pada perempuan sebesar 52,3 per penduduk. 21 Pada tahun di Rumah Sakit Dharmais Jakarta, ditemukan 89% penderita kanker paru berusia 40 tahun. 13 Pada tahun 2001 di Amerika, kebanyakan kasus terjadi antara usia 50 hingga 70 tahun, kurang dari 5% pasien kanker paru berusia < 40 tahun. 19 Pada 1 April-31 Juli 2002 di RSUP H. Adam Malik ditemukan semua kanker paru berusia 40 tahun dan yang terbanyak berusia tahun dengan proporsi sebesar 44,7%. 9 Di negara industri, usia terkena kanker paru 40 tahun, terbanyak pada umur tahun dengan rata-rata 65 tahun Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tempat Kanker paru merupakan jenis kanker paru yang cukup sering ditemukan. Insidens kanker paru di negara-negara industri umumnya lebih tinggi dibandingkan negara berkembang. 23 Prevalensi kanker paru di negara maju sangat tinggi, di Amerika tahun 1993 dilaporkan sebanyak kasus/tahun, 12 pada tahun 2001 terdapat kasus kanker paru. 19 Di Rumah Sakit Kanker Dharmais pada tahun 2001, kanker paru menempati urutan keempat yang terbanyak ditemukan. Karena sistem pencatatan kita yang belum baik, prevalensi kasus kanker paru di Indonesia belum diketahui dengan pasti, tetapi klinik tumor dan paru di Rumah sakit merasakan peningkatannya. Di negara berkembang lain dilaporkan insidensinya naik dengan cepat, antara lain karena konsumsi rokok berlebihan seperti di China yang mengkonsumsi 30 % rokok dunia Distribusi Frekuensi Berdasarkan Waktu

8 Insidens kanker paru terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1982 angka kematian di Amerika sebanyak orang/tahun sedangkan di Inggris sebanyak orang/tahun. Angka tersebut meningkat 2 kali setiap tahunnya Determinan Menurut Carr dan Hoyle (1988) yang dikutip Wilson (1995), ditemukan bahwa faktor merokok memegang peranan paling penting yaitu 85% dari seluruh kasus kanker paru. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak merokok tetapi menghisap asap dari orang lain, risiko untuk mendapatkan kanker paru meningkat 2 kali. Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi pengaruhnya kecil bila dibandingkan dengan rokok. 25 Kanker paru merupakan suatu penyakit akibat kerja, dari berbagai bahaya industri, yang paling penting adalah asbes. Risiko kanker paru di antara para pekerja yang terpapar asbes 10 kali lebih besar dari masyarakat umum yang tidak terpapar. Risiko kanker paru akibat kontak dengan asbes maupun uranium diperbesar kalau orang tersebut merokok. Dua faktor yang dapat pula berperan dalam meningkatkan risiko terjadinya kanker paru adalah diet dan genetik Pengaruh Penyakit Lain/Predisposisi Kanker Paru Tuberculosa (TB) banyak dikaitkan sebagai faktor predisposisi kanker paru melalui mekanisme hyperplasia metaplasi. Karsinoma In Situ dari kanker paru diduga timbul sebagai akibat adanya jaringan parut TB Pengaruh Genetik dan Status Imunologi

9 Perokok yang mempunyai keluarga yang menderita kanker mempunyai risiko kali lebih tinggi dibanding dengan bukan perokok yang tidak mempunyai keluarga yang menderita kanker. Ini berarti ada kontrol genetik yang bertanggung jawab untuk terjadinya kanker paru. Gen autosom Mendelion mempunyai interaksi dengan rokok untuk menyebabkan penyakit pada usia dini. 7 Terdapat perubahan/mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru, yaitu : proto oncogen, tumor supressor gene, gene encoding enzyme. 12 Status imunologis penderita yang dipantau dari respon imun seluler menunjukkan adanya korelasi antara derajat diferensiasi sel, stadia penyakit, tanggapan terhadap pengobatan, serta prognosis. Penderita yang anergi pada umumnya tidak memberikan tanggapan yang baik terhadap pengobatan dan lebih cepat meninggal Rokok Penyakit kronis dan kematian dini akibat merokok banyak terjadi terutama di negara maju akan tetapi sekarang dengan cepat wabah ini berpindah ke negara berkembang. Bila pada tahun 2000 hampir 4 juta orang meninggal akibat merokok, maka pada tahun 2020 akan meningkat menjadi 7 dari 10 orang yang meninggal karena merokok. Hal ini diperkirakan akan terjadi di negara berpendapatan rendah dan menengah. Diestimasikan pada tahun 2030 mendatang, 10 juta orang akan meninggal setiap tahunnya karena merokok. 26 Mayoritas terbesar penyakit kanker paru disebabkan oleh karsinogen dan zat promotor tumor yang masuk ke dalam tubuh lewat kebiasaan merokok. Secara keseluruhan, risiko relatif terjadinya kanker paru meningkat sekitar 13 kali oleh

10 kebiasaan merokok yang aktif dan sekitar 1,5 kali oleh pajanan pasif dalam waktu lama dengan asap rokok. 27 Risiko timbulnya kanker paru pada perokok dihubungkan dengan : a. Jumlah rokok yang dihisap setiap hari b. Usia mulai merokok c. Lama berhenti merokok 22 Di bawah ini dapat dilihat hubungan antara jumlah rokok yang dihisap tiap hari dengan besar risiko terjadinya kanker paru pada perokok. Dalam jangka panjang (10-20 tahun) merokok : a batang/hari meningkatkan risiko 15 kali b batang/hari meningkatkan risiko kali c batang/hari meningkatkan risiko kali. 24 Usia mulai merokok sebelum 15 tahun akan memberikan risiko kanker paru jauh lebih tinggi dibandingkan apabila merokok setelah umur 25 tahun. 22 Tabel 2.1.Risiko Kematian Karena Kanker Paru Berdasarkan Umur Mulai Merokok Umur mulai merokok Risiko Laki-laki Perempuan 15 tahun 16,8 2, tahun 14, tahun 10,1 3,4 25+ tahun 4,1 2,3 Merokok kurang dari 20 batang sehari, apabila berhenti merokok selama lebih dari 9 tahun akan mempunyai risiko kanker paru jauh lebih rendah daripada kalau menghentikan merokok kurang dari satu tahun. Sedangkan merokok lebih dari 20

11 batang sehari apabila menghentikan merokok selama 1 tahun akan memberikan risiko kanker paru yang akan lebih tinggi dibandingkan dengan perokok yang sudah 9 tahun atau lebih berhenti merokok, sehingga menghentikan merokok secepat mungkin adalah lebih baik. 22 Tabel 2.2. Risiko Kematian Karena Kanker Paru Pada Mantan Perokok Jumlah batang rokok/hari 1-19 batang/hari 20+ batang/hari Tahun sejak merokok terakhir Risiko 1 tahun 7,1 1-4 tahun 3,3 5-9 tahun 1,3 9 tahun 0,9 1 tahun 17,1 1-4 tahun 10,1 5-9 tahun 6,5 9 tahun 1,8 Faktor merokok yang menyebabkan kanker paru tergantung pada : 22 a. Dalamnya menghisap rokok b. Tiap rokok dihisap berapa kali c. Berapa lama rokok melekat di bibir d. Berapa lama dinyalakan kembali rokok yang telah dimatikan e. Panjang puntung rokok yang tersisa. Risiko terjadi kanker paru perokok filter lebih rendah dibandingkan dengan perokok non filter, hal ini mungkin disebabkan pengurangan kadar larutan nikotin pada rokok filter Polusi Udara

12 Meningkatnya insidens kanker paru di daerah perkotaan menunjukkan bahwa polusi memegang peranan sebagai faktor penyebab sangat banyaknya variasi gas-gas dan partikel-partikel padat yang mencemari atmosfer perkotaan. 7,22 Selain itu, ada beberapa penyebab yang diketahui memberi kontribusi terjadinya kanker paru yaitu, asap kompor atau kayu bakar di waktu memasak, tungku pembakaran batubara sebagai penghangat udara dan asap daging yang digoreng dengan suhu tinggi yang merupakan sumber amin heterosiklik, karsinogen untuk beberapa organ termasuk paru Pencemaran Karena Pekerjaan Kanker paru merupakan salah satu dari jenis penyakit paru akibat kerja. Definisi penyakit paru akibat kerja adalah penyakit/kerusakan paru disebabkan oleh debu/asap/gas berbahaya yang terhirup oleh pekerja di tempat pekerjaan mereka. Berbagai jenis penyakit paru dapat terjadi tergantung jenis paparannya. 28 Tabel Pembagian Penyakit Paru Akibat Kerja 28 No Penyakit Paru Kerja Jenis Paparan 1 Penyakit paru interstitial Asbestosis, silicosis, berylliosis, pneumonitis hipersensitif, pneumoconiosis batubara 2 Edema paru Inhalasi asap gas toksik akut (NO2, khlorin) 3 Penyakit pleura Asbes 4 Bronkhitis Debu tepung, debu berat (pekerja tambang batubara) 5 Asma Garam platina, tepung formalin, debu kapas 6 Kanker paru Uranium, asbes, kromnikel, klormetil eter Tidak mudah menentukan hubungan antara penyakit dengan jenis pekerjaan, karena penyakit tertentu memerlukan waktu yang lama antara terjadinya paparan dan timbulnya penyakit. Oleh sebab itu, perlu anamnesa yang teliti meliputi riwayat pekerjaan dan timbulnya gejala. 28

13 Tabel Jenis Pekerjaan yang dapat Menimbulkan Kanker Saluran Napas 28 No Zat penyebab Jenis Pekerjaan Jenis Kanker 1 Asbes Tambang, menenun Kanker paru, mesotelioma serosa 2 Radio aktif Tambang uranium, logam, hematite, Kanker paru flourspair 3 Gas Mustard Pabrik Kanker paru 4 Arsen Penyulingan logam Kanker paru 5 Nikel Penyulingan Kanker paru 6 Khrom Ekstraksi, produksi dan pigmen Kanker paru 7 Halo eter Industri kimia Kanker paru 8 Belum diketahui Karbonisasi batubara Kanker paru 9 Belum diketahui Percetakan Kanker paru Macam-macam bahan pertambangan maupun industri merupakan penyebab terjadinya kanker paru : Asbestosis Penyebab kanker paru karena paparan asbes mencapai 6-10 kali dari penduduk pada umumnya dan perokok sigaret mempunyai risiko tinggi apabila juga terpajan asbes. Suatu penelitian menemukan 13,8% karsinoma epidermoid karena asbes. 2. Bahan Radioaktif Uranium dan fluorosphor memberikan insidens kanker paru sebesar 4 kali dan 29 kali dibandingkan insidens pada penduduk pada umumnya. 3. Khlorometil eter dan bikhlorometil eter merupakan bahan karsinogenik. Empat belas pekerja dari 111 pekerja menderita penyakit kanker paru pada pekerja pabrik yang tercemar asap khlorometil eter selama 3-14 tahun pada usia tahun. Tiga pekerja diantaranya tidak merokok dan usia rata-rata di bawah dari usia kanker paru pada umumnya.

14 Diet 12 Menurut Zulkifli (2003), rendahnya konsumsi beta karoten, selenium, dan vitamin A menyebabkan tingginya risiko terkena kanker paru Gejala Klinik Manifestasi kanker paru beraneka ragam, secara garis besar dapat dibagi atas : Gejala Intrapulmoner 24 Disebabkan oleh tumor di paru. Terjadi karena adanya gangguan pergerakan silia serta ulserasi bronkus, sehingga memudahkan terjadinya radang berulang. Gejalanya ialah batuk 2 minggu yang terdapat pada 70-90% kasus. Batuk darah akibat ulserasi terdapat 6-51% kasus. Selain itu, gejala lainnya ialah nyeri dada terdapat 42-67% kasus, sesak napas didapatkan pada 58% kasus Gejala Intratorasik Ekstrapulmoner 24 Penyebaran tumor ke mediastinum akan menekan/merusak struktur di dalam mediastinum dengan gejala antara lain paralise diafragma, sindrom Horner, disfagi, sesak, gangguan fungsional, dan lain-lain Gejala Ekstrapulmonal Non Metastasik 19 Gejalanya yaitu manifestasi neuromuskuler, manifestasi endokrin metabolik, manifestasi jaringan ikat tulang, manifestasi vaskuler dan hematologik Gejala Ekstratoraksik Metastatik

15 Kanker paru adalah satu-satunya tumor yang mampu berhubungan langsung dengan sirkulasi arterial, sehingga kanker tersebut dapat menyebar hampir ke semua organ, terutama otak, hati dan tulang. 24 Gejala ekstratorasik metastatik ditemukan pada hasil autopsi lebih dari 50% pasien Karsinoma Epidermoid, 80% pasien Adeno Karsinoma serta Karsinoma Sel Besar dan lebih dari 95% pasien Kanker Sel Kecil Diagnosis Anamnesis Anamnesis yang lengkap dan pemeriksaan fisik yang teliti, merupakan kunci untuk diagnosis yang tepat. Selain gejala klinik yang telah disebutkan di atas, beberapa faktor perlu diperhatikan pada pasien tersangka kanker paru seperti faktor usia, kebiasaan merokok, adanya riwayat kanker dalam keluarga, dan terpajan zat karsinogen atau terpajan jamur dan infeksi yang dapat menyebabkan nodul soliter paru Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik memberikan hasil bervariasi dan mungkin tidak ada. Tumor sentral yang menyumbat segmental, lobar, cabang utama bronkus dapat menyebabkan atelektasis dan post obstruktif pneumonitis dengan hasil pemeriksaan fisik yang tipikal. Tumor perifer mungkin tidak menyebabkan kelainan pada pemeriksaan fisik. Perluasan tumor ke permukaan pleura dapat menyebabkan efusi pleura. Limfadenopati, hepatomegali, dan jari tabuh (clubbing finger) ditemukan pada sekitar 20% pasien dengan kanker paru. Sindrom vena cava superior, sindrom horner (miosis, ptosis, enophtalmos, kehilangan kemampuan berkeringat di sisi yang

16 terkena). Sindrom Pancoast (komplikasi neurovascular dari tumor sulkus paru superior), kelumpuhan nervus laryngeal berulang dengan suara serak, kelumpuhan nervus phrenicus dengan paralisis hemidiafragma, dan metastasis ke kulit terlihat kurang dari 5% dari kasus-kasus yang ada Radiologi 1. Foto dada secara posterior anterior (PA) dan lateral adalah pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru. Studi dari Mayo Clinic USA menemukan 61% tumor paru terdeteksi dalam pemeriksaan rutin dengan foto dada biasa Pemeriksaan Computer Tomograph dan Magnetik Resonance Imaging a. Pemeriksaan Computer Tomograph Pemeriksaan CT Scan pada dada lebih sensitif daripada pemeriksaan foto dada biasa karena dapat mendeteksi kelainan atau nodul dengan diameter minimum 3 mm. Bila fasilitas memungkinkan pemeriksaan CT Scan merupakan pemeriksaan screening kedua setelah foto dada biasa. 12 CT Scan dapat memperlihatkan hubungan kanker paru dengan dinding toraks, bronkus, dan pembuluh-pembuluh darah besar dengan jelas. CT Scan penting pada penderajatan NSCLC pra operasi. 29 b. Magnetic Resonance Imaging (MRI) Pemeriksaan MRI tidak rutin dikerjakan karena hanya terbatas untuk menilai kelainan tumor yang menginvasi ke dalam vertebra, medula spinal, mediastinum, disamping biayanya juga cukup mahal. 12

17 Keuntungan pemeriksaan ini adalah dalam penentuan tingkat (staging) kanker paru. Untuk melukiskan pembuluh darah dalam mediastinum dan hilus, diperlukan pemberian bahan kontras intravena. Potongan koronal, sagital dan aksial, memberikan gambaran anatomi detail yang lebih baik pada daerah-daerah yang sukar dilihat dengan tomografi komputer, misalnya di apeks paru, jendela aortiko-pulmonal dan di regio supradiafragma Sitologi Keberhasilan untuk menegakkan diagnosa kanker paru dari pemeriksaan sitologi sputum dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu cara memperoleh spesimen dan jenis tumor dan lokalisasi tumor. 24 Pemeriksaan sitologi sputum dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin dan screening untuk diagnosis dini kanker paru. Pemeriksaan ini dapat juga dilakukan pada aspirasi kelenjar getah bening servikal, supraklavikula, bilasan dan sikatan bronkus pada bronkoskopi. 12 Hasil sitologi sputum lebih tinggi bila kanker letaknya sentral, lobus bawah, dan kanker jenis sel besar Bronkoskopi 12 Setiap pasien yang dicurigai menderita tumor bronkus merupakan indikasi untuk bronkoskopi dengan mempergunakan bronkoskopi fiber optik. Perubahan makroskopik mukosa bronkus dapat dilihat berupa nodul atau gumpalan daging dan sekaligus mengambil spesimen sitologi brush atau biopsi atrial masing-masing untuk verifikasi sitologi ataupun histopatologi.

18 Tumor yang letaknya di sentral tidak sulit melakukan pemeriksaan bronkoskopi. Akan tetapi pada tumor yang letaknya di perifer sulit dicapai oleh ujung bronkoskop Biopsi Trans Torakal (TTB) 12 Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran 2 cm. Komplikasi pneumotoraks dapat mencapai 20-25% dan hemoptisis sampai 20%. Dengan persiapan yang lebih baik, komplikasi ini bisa diperkecil. Hasil pemeriksaan akan lebih baik bila ada tuntunan CT Scan, USG atau fluroskopi. Biopsi terhadap kelenjar getah bening yang teraba, dapat dilakukan secara Daniel s biopsy yakni pada kelenjar-kelenjar getah bening supraklavikular skaleneus Torakoskopi 12 Biopsi tumor di daerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara torakoskopi daripada cara membuta (blind) untuk tumor yang letaknya di permukaan pleura viseralis dengan cara Video Assisted Thoracoscopy. Hasil biopsi yang diperoleh sensitivitas dan spesivisitasnya dapat mencapai 100% sedangkan komplikasi yang terjadi amat kecil Mediastinoskopi 12 Lebih dari 20% kanker paru bermetastasis ke mediastinum, terutama Karsinoma sel kecil dan Karsinoma sel besar. Untuk mendapatkan tumor bermetastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat dapat dilakukan dengan cara mediastinoskopi. Alat mediastinoskop dimasukkan melalui insisi supra sternal.

19 Torakotomi Torakotomi untuk diagnostik kanker paru dikerjakan bila bermacam-macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor. 12 Pemeriksaan invasif (bronkoskopi, transtorakal biopsi, torakotomi) pada kanker paru memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan pemeriksaan non invasif. Akan tetapi, pada penderita yang menolak untuk dilakukan pemeriksaan invasif, fasilitas invasif tidak ada, atau biaya tidak ada, maka, pemeriksaan sputum non invasif merupakan tindakan pilihan untuk mendiagnosis kanker paru Penatalaksanaan Kanker Paru 18 Penanganannya bervariasi tergantung pada jenis kanker dan derajat kanker itu sendiri Pembedahan Pembedahan tetap menjadi pilihan penanganan dan harapan terbaik terhadap penyembuhan pada NSCLC. Berbagai pilihan pembedahan tersedia meliputi fototerapi laser untuk kanker kecil superfisial (permukaan) melalui bronkoskopi. Untuk tumor-tumor besar, lobektomi (pengangkatan satu lobus paru), reseksi desakan (pengangkatan desakan paru atau bagian yang membesar saja), segmentektomi (pengangkatan segmen dari paru), atau pneumotektomi (pengangkatan seluruh jaringan paru) mungkin dilakukan jika penyakit terlokalisasi. Pembedahan merupakan pilihan yang jarang dilakukan untuk SCLC karena biasanya bermetastase saat didiagnosa. Akan tetapi, jika saat didiagnosa tumor tersebut dapat dilakukan reseksi dan tidak ada tanda-tanda atau bukti penyakit pada

20 beberapa daerah lain, pembedahan mungkin dapat dilakukan, ini biasanya dikuti dengan tindakan kemoterapi lanjutan Kemoterapi Kemoterapi mungkin digunakan untuk meningkatkan frekuensi respons pada penyakit fase akhir, tetapi tampaknya tidak untuk meningkatkan atau memperbaiki ketahanan hidup. Regimen kemoterapi kombinasi biasanya menggunakan dasar platinum. Agen kemoterapi tambahan yang digunakan dalam NSCLC meliputi siklosfosfamid (cytoxan), karboplatindoxorubisin (Adriamycin), Etoposide (VP-16), mitomisin, vinkristin, atau vinblastin. Kemoterapi adalah pilihan yang lebih umum pada SCLC dan sepertinya dapat untuk memperbaiki atau meningkatkan angka hidup atau menurunkan angka kesakitan dan kematian. Kombinasi yang paling umum digunakan meliputi CAV, siklofosfamid (cytoxan), doxorubin (Adriamycin), vinkristin dan ICE, ifosfamid, sisplatin, dan etoposid Radiasi Terapi radiasi (penyinaran eksternal) dapat dilakukan sendiri dengan tujuan penyembuhan pada NSCLC fase awal, jika fungsi paru terganggu atau jika pembedahan merupakan kontra indikasi untuk alasan-alasan lainnya. Hal tersebut mungkin juga dilakukan secara ajuvan, secara perioperatif dan secara pasca operasi. Terapi radiasi paliatif untuk mengontrol tanda dan gejala mungkin diindikasikan untuk pasien tersebut dengan penyakit yang penyebarannya lebih luas.

21 Radiasi kranial secara profilaksis untuk mencegah atau memperlambat peristiwa metastase otak dalam SCLC, masih kontroversial. Pada penyakit fase akhir, radiasi dan kemoterapi mungkin digunakan untuk paliatif gejala yang ada Pencegahan Pencegahan Primordial Indonesia merupakan satu negara peserta Framework Convention On Tobacco Control (FCTC) dan telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2003 yang melarang merokok di tempat ibadah, sarana kesehatan dan pendidikan, tempat anak-anak beraktifitas dan kendaraan umum. Namun, belum sepenuhnya dapat dilaksanakan dan penegakan hukum dalam pengendalian rokok masih lemah. 30 Pendidikan kesehatan di sekolah menjadi sangat penting karena perokok biasanya mulai merokok sejak di bangku sekolah. Pembicaraan pada murid jangan terlalu menggantungkan pada bahaya-bahaya merokok dari sudut kesehatan, yang sering kurang diperhatikan para murid. Sebaiknya, ada larangan yang tegas untuk merokok di lingkungan sekolah, dan tidak hanya berlaku pada murid tetapi juga pada guru Pencegahan Primer Gerakan anti merokok sangat sulit bila hanya ditegakkan dengan promosi anti merokok, tetapi harus didasari tekad perokok sendiri dibantu dukungan dari lingkungan. 26 Perubahan perilaku masyarakat tidak dapat diharapkan mudah terjadi hanya dengan membuat peraturan. Untuk itu, perlu diberikan pendidikan kesehatan pada

22 masyarakat luas yang sesuai dengan budaya masyarakat setempat dengan menggunakan berbagai media yang ada misalnya bila di pedesaan dibuat suatu leaflet dengan gambar-gambar yang menarik. 26 Cara yang digunakan menyampaikan pesan hendaknya tidak menggurui, tetapi dipilih cara lain yang bervariasi, seperti memakai kelompok musik atau artis terkenal dengan memasukkan pesan-pesan tentang bahaya merokok di tengah-tengah konser mereka. Pada umumnya penggemar musik atau artis tersebut terutama pada para kaum muda akan meniru tingkah laku idolanya. 26 Kegiatan pendidikan kesehatan hendaknya dilakukan terus menerus sepanjang tahun, dan dapat juga memanfaatkan momen-momen khusus. WHO telah menetapkan setiap tanggal 31 Mei sebagai Hari Tanpa Tembakau (World No Tobacco Day) sejak tahun Pada tanggal tersebut diharapkan agar para perokok berhenti merokok secara sukarela selama sehari sebagai langkah awal untuk menghentikan kebiasaannya. 26 Bank Dunia menyarankan pada negara yang berkembang untuk mengatasi wabah perokok dengan meningkatkan pajak rokok, menerbitkan dan menyebarluaskan informasi tentang dampak merokok terhadap kesehatan, membuat label peringatan merokok, larangan iklan dan promosi rokok, membatasi orang merokok di tempat kerja/ tempat umum, dan memperluas akses pada terapi pengganti nikotin dan terapi pengganti merokok lainnya. 26 Selain itu, risiko kanker paru dapat berkurang bila tinggal di permukiman yang tidak ada atau kurang pencemarannya. Bagi pekerja dianjurkan menggunakan alat pelindung secara benar menurut peraturan perlindungan kesehatan. 22

23 Pencegahan Sekunder 27 Pencegahan sekunder kanker paru dapat dilakukan dengan penemuan dini penderita melalui screening atau penapisan. Penapisan individu dengan risiko tinggi (laki-laki berusia > 45 tahun, merokok 40 batang atau lebih setiap hari) untuk kanker paru dengan sitologi sputum dan rontgen paru. Setelah tanda, gejala atau hasil pemeriksaan penapisan menunjukkan penyakit kanker paru, juga harus menentukan diagnosis jaringan keganasan, tipe sel secara histologi dan menentukan derajat penyakitnya agar pasien mendapat terapi/penatalaksanaan yang tepat. Penatalaksanaan kanker paru, yaitu : pembedahan, kemoterapi, dan radiasi dapat memperbaiki prognosis dan memperpanjang harapan hidup Pencegahan Tertier 23 Terapi suportif pada kanker paru sangat penting, terutama pada kanker paru derajat lanjut. Adapun modalitas terapi yang dilakukan pada pasien kanker paru membutuhkan status performans yang baik untuk mencapai respon yang baik. Pengobatan radiasi dan sitostatika juga sering memberikan efek samping yang sangat mengganggu. Selain itu, walaupun beberapa studi melaporkan bahwa beberapa protokol pengobatan telah memberikan respon yang berbeda makna, tetapi angka ketahanan hidup pasien kanker paru terutama derajat lanjut masih rendah karena itu terapi untuk mencapai kualitas hidup yang baik sangat penting. Terapi suportif pada kanker paru dapat dibagi menjadi suportif umum dan suportif khusus. Terapi suportif umum meliputi perbaikan keadaan umum, nutrisi, pengobatan nyeri, pencegahan, dan pengobatan infeksi. Terapi suportif khusus

24 diberikan pada pasien yang menunjukkan gejala-gejala yang diakibatkan desakan tumor atau penyebaran tumor. Nyeri merupakan masalah yang sering dialami oleh pasien kanker paru derajat terminal. Meskipun nyeri kanker tidak selalu dapat dihilangkan dengan tuntas, pengobatan yang baik akan mengurangi rasa nyeri pada sebagian besar pasien. Penanganan nyeri kanker memerlukan kerjasama tim yaitu, antara dokter, tenaga kesehatan, pasien, keluarga atau orang yang merawat pasien di rumah dan penyedia layanan kesehatan. Untuk menangani nyeri kanker diperlukan sebuah tim dokter yang terdiri dari berbagai bidang spesialisasi. Agar kerjasama berlangsung dengan baik maka semua pihak harus mendapatkan informasi dan pemahaman yang cukup mengenai nyeri kanker. Prinsip pengobatan terhadap nyeri kanker, pengobatan terhadap penyebab utama dari rasa nyeri menaikkan ambang rasa nyeri atau memutuskan jalur rasa nyeri dengan obat analgesik. Selain pengobatan secara farmakologis, penatalaksanaan nyeri kanker perlu dilaksanakan bersamaan dengan terapi fisik dan psikologis. Hasil yang diharapkan pasien merasa lebih nyaman, rasa percaya bahwa ia mampu mengatasi rasa nyerinya meningkat, sehingga pasien lebih kuat menghadapi nyeri yang dideritanya maupun efek samping yang mungkin timbul akibat pengobatan yang dilakukan.

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9 Kanker Paru-Paru Kanker paru-paru merupakan kanker pembunuh nomor satu di Hong Kong. Ada lebih dari 4.000 kasus baru kanker paru-paru dan sekitar 3.600 kematian yang diakibatkan oleh penyakit ini setiap

Lebih terperinci

KARSINOMA BRONKUS KARSINOMA BRONKUS PENDAHULUAN

KARSINOMA BRONKUS KARSINOMA BRONKUS PENDAHULUAN KARSINOMA BRONKUS PENDAHULUAN Secara umum gangguan pada saluran napas dapat berupa sumbatan pada jalan napas (obstruksi) atau gangguan yang menyebabkan paru tidak dapat berkembang secara sempurna (restriktif).

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dan muncul sedikit lebih tinggi dari klavikukula di dalam dasar leher. 17 Fungsi utama

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dan muncul sedikit lebih tinggi dari klavikukula di dalam dasar leher. 17 Fungsi utama BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi dan Fungsi paru Paru-paru adalah organ yang berbentuk kerucut dengan apex (puncak) di atas dan muncul sedikit lebih tinggi dari klavikukula di dalam dasar leher. 17

Lebih terperinci

Kadang kanker paru (terutama adenokarsinoma dan karsinoma sel alveolar) terjadi pada orang

Kadang kanker paru (terutama adenokarsinoma dan karsinoma sel alveolar) terjadi pada orang Kanker Paru DEFINISI Sebagian besar kanker paru-paru berasal dari sel-sel di dalam paru-paru; tetapi kanker paru-paru bisa juga berasal dari kanker di bagian tubuh lainnya yang menyebar ke paru-paru. Kanker

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kanker Paru 2.1.1. Definisi Kanker paru merupakan penyebab utama mortalitas yang diakibatkan oleh kanker, baik pada pria maupun wanita yang ada di dunia. Prevalensi kanker

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ditemukan di seluruh dunia dewasa ini (12.6% dari seluruh kasus baru. kanker, 17.8% dari kematian karena kanker).

BAB 1 PENDAHULUAN. ditemukan di seluruh dunia dewasa ini (12.6% dari seluruh kasus baru. kanker, 17.8% dari kematian karena kanker). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker paru merupakan kasus keganasan yang paling sering ditemukan di seluruh dunia dewasa ini (12.6% dari seluruh kasus baru kanker, 17.8% dari kematian karena kanker).

Lebih terperinci

KANKER PARU. MEILINA Pembimbing : dr. Johanes R.S Sp.P

KANKER PARU. MEILINA Pembimbing : dr. Johanes R.S Sp.P KANKER PARU MEILINA 02-086 Pembimbing : dr. Johanes R.S Sp.P DEFINISI KANKER PARU Semua penyakit keganasan di paru, mencakup baik yang berasal dari paru sendiri maupun dari luar paru Kanker paru primer

Lebih terperinci

Kanker Paru: Sebuah Kajian Singkat

Kanker Paru: Sebuah Kajian Singkat UPDATE KNOWLEDGE IN RESPIROLOGY Kanker Paru: Sebuah Kajian Singkat Tim Editor Korespondensi: Tim Editor Kontak: pulmonologi89@yahoo.co.id PENDAHULUAN Kanker paru adalah penyebab utama kematian akibat kanker.

Lebih terperinci

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

BAB I TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB I TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kanker Paru Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas atau epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak normal,

Lebih terperinci

KANKER PARU. R.M. Ridho Hidayatulloh dr. Rizki Drajat, Sp.P

KANKER PARU. R.M. Ridho Hidayatulloh dr. Rizki Drajat, Sp.P KANKER PARU R.M. Ridho Hidayatulloh 1102011215 dr. Rizki Drajat, Sp.P Definisi Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas atau epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai

Lebih terperinci

Definisi. Mesothelioma adalah keganasan yang berasal dari sel mesotel yang terletak di rongga pleura.

Definisi. Mesothelioma adalah keganasan yang berasal dari sel mesotel yang terletak di rongga pleura. Mesothelioma Pendahuluan Mesothelioma berhubungan erat dengan paparan asbes. Mesothelioma merupakan kasus yang jarang. Individu yg mempunyai riwayat paparan dengan asbes mempunyai resiko lebih besar menderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan masalah kesehatan utama masyarakat di dunia dan. penyebab kematian nomor dua di Amerika Serikat.

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan masalah kesehatan utama masyarakat di dunia dan. penyebab kematian nomor dua di Amerika Serikat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan masalah kesehatan utama masyarakat di dunia dan penyebab kematian nomor dua di Amerika Serikat. Data GLOBOCAN, International Agency for Research on

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian. Lebih dari satu juta orang per tahun di dunia meninggal

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian. Lebih dari satu juta orang per tahun di dunia meninggal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker paru masih merupakan masalah kesehatan karena masih banyak menyebabkan kematian. Lebih dari satu juta orang per tahun di dunia meninggal karena kanker paru.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan

I. PENDAHULUAN. sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembesaran kelenjar (nodul) tiroid atau struma, sering dihadapi dengan sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan yang begitu berarti

Lebih terperinci

Task Reading: ASBES TOSIS

Task Reading: ASBES TOSIS Task Reading: ASBES TOSIS Pendahuluan Asbestosis merupakan menghirup serat asbes. gangguan pernapasan disebabkan oleh Asbes atau Asbestos adalah bentuk serat mineral silika tahan terhadap asam kuat, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker atau karsinoma merupakan istilah untuk pertumbuhan sel abnormal dengan kecepatan pertumbuhan melebihi normal dan tidak terkontrol. (World Health Organization,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumor Paru Sekunder 2.1.1 Definisi Tumor Paru Sekunder Tumor paru adalah suatu kondisi abnormal yang terjadi pada tubuh akibat terbentuknya suatu lesi atau benjolan pada tubuh,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker paru adalah kanker yang paling sering didiagnosis di dunia dan merupakan penyebab utama kematian akibat kanker. Data kasus baru kanker paru di Amerika Serikat

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia BAB 4 HASIL 4.1 Pengambilan Data Data didapatkan dari rekam medik penderita kanker serviks Departemen Patologi Anatomi RSCM pada tahun 2007. Data yang didapatkan adalah sebanyak 675 kasus. Setelah disaring

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan utama di dunia terutama negara berkembang. Munculnya epidemik Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immunodeficiency

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Farmakoekonomi Farmakoekonomi didefinisikan sebagai deskripsi dan analisis dari biaya terapi dalam suatu sistem pelayanan kesehatan, lebih spesifik lagi adalah sebuah penelitian

Lebih terperinci

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Usus Besar Kanker usus besar merupakan kanker yang paling umum terjadi di Hong Kong. Menurut statistik dari Hong Kong Cancer Registry pada tahun 2013, ada 66 orang penderita kanker usus besar dari

Lebih terperinci

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Prostat Kanker prostat merupakan tumor ganas yang paling umum ditemukan pada populasi pria di Amerika Serikat, dan juga merupakan kanker pembunuh ke-5 populasi pria di Hong Kong. Jumlah pasien telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang telah membudaya bagi masyarakat di sekitar kita. Di berbagai wilayah perkotaan sampai pedesaan, dari anak anak sampai orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker paru merupakan penyebab kematian terbanyak di dunia akibat kanker, baik pada pria maupun wanita di dunia. Di seluruh dunia, kematian akibat kanker paru sendiri

Lebih terperinci

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2010

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2010 ABSTRAK ANGKA KEJADIAN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 2009 31 DESEMBER 2010 Stevanus, 2011; Pembimbing I : dr. Hartini Tiono, M.Kes. Pembimbing II : dr. Sri Nadya J Saanin,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Karsinoma laring adalah keganasan pada laring yang berasal dari sel epitel laring.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Karsinoma laring adalah keganasan pada laring yang berasal dari sel epitel laring. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma laring adalah keganasan pada laring yang berasal dari sel epitel laring. Lebih dari 90% penderita karsinoma laring memiliki gambaran histopatologi karsinoma

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumor paru) maupun yang berasal dari paru sendiri, dimana kelainan dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumor paru) maupun yang berasal dari paru sendiri, dimana kelainan dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kanker Paru 2.1.1 Definisi Kanker paru adalah keganasan yang berasal dari luar paru (metastasis tumor paru) maupun yang berasal dari paru sendiri, dimana kelainan dapat disebabkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kanker Paru 2.1.1. Definisi Kanker Paru Kanker paru merupakan keganasan pada jaringan paru. Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel-sel yang mengalami proliferasi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Di Indonesia, diantara berbagai jenis kanker, karsinoma paru

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Di Indonesia, diantara berbagai jenis kanker, karsinoma paru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker saat ini merupakan salah satu penyebab utama kematian di dunia. Di Indonesia, diantara berbagai jenis kanker, karsinoma paru merupakan keganasan kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan akhirnya bibit penyakit. Apabila ketiga faktor tersebut terjadi

BAB I PENDAHULUAN. dan akhirnya bibit penyakit. Apabila ketiga faktor tersebut terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu faktor terpenting dalam kehidupan. Hal tersebut dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu kerentanan fisik individu sendiri, keadaan lingkungan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSAKA. Gambar 2.1. Anatomi Paru (Moore, Dalley dan Agur, 2010)

BAB 2 TINJAUAN PUSAKA. Gambar 2.1. Anatomi Paru (Moore, Dalley dan Agur, 2010) 5 BAB 2 TINJAUAN PUSAKA 2.1. Anatomi dan Fisiologi Paru 2.1.1. Anatomi Paru Paru-paru dikelilingi oleh dinding dada. Dinding dada terdiri daripada iga dan otot-otot antara iga. Paru-paru dipisahkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah pertumbuhan dan penyebaran sel secara tidak terkendali, sering menyerang jaringan sekitar dan dapat bermetastasis atau menyebar ke organ lain (World Health

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Embriologi Paru Pada kehamilan minggu ketiga sampai keempat, sistem respirasi sederhana berkembang dari sulkus laringotrakeal, pada bagian ventral foregut. Sulkus ini menjadi

Lebih terperinci

Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Kanker Payudara Thursday, 14 August :15

Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Kanker Payudara Thursday, 14 August :15 Kanker payudara adalah penyakit dimana selsel kanker tumbuh di dalam jaringan payudara, biasanya pada ductus (saluran yang mengalirkan ASI ke puting) dan lobulus (kelenjar yang membuat susu). Kanker atau

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 45 penderita karsinoma epidermoid serviks uteri

BAB 6 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 45 penderita karsinoma epidermoid serviks uteri 78 BAB 6 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian pada 45 penderita karsinoma epidermoid serviks uteri stadium lanjut yaitu stadium IIB dan IIIB. Pada penelitian dijumpai penderita dengan stadium IIIB adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju terlebih lagi bagi negara berkembang. Angka kematian akibat

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju terlebih lagi bagi negara berkembang. Angka kematian akibat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Karsinoma rongga mulut merupakan ancaman besar bagi kesehatan masyarakat di negara maju terlebih lagi bagi negara berkembang. Angka kematian akibat kanker terus meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, mencakup faktor genetik, infeksi Epstein-Barr Virus (EBV) dan

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, mencakup faktor genetik, infeksi Epstein-Barr Virus (EBV) dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang cenderung didiagnosis pada stadium lanjut dan merupakan penyakit dengan angka kejadian tertinggi serta menjadi

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN 1. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 1 LAMPIRAN 2 LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN Akurasi Transbronchial Needle Aspiration dalam tindakan Bronkoskopi dengan dalam membantu menegakkan stadium kanker paru di Rumah Sakit Umum Pusat Haji

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kanker Paru 2.1.1 Definisi Kanker Paru Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas atau epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita

BAB I PENDAHULUAN. dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling sering ditemui dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita oleh kaum wanita dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. napas bagian bawah (tumor primer) atau dapat berupa penyebaran tumor dari

BAB 1 PENDAHULUAN. napas bagian bawah (tumor primer) atau dapat berupa penyebaran tumor dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker paru adalah penyakit keganasan yang berasal dari sel epitel saluran napas bagian bawah (tumor primer) atau dapat berupa penyebaran tumor dari organ lain (tumor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan penyakit penyebab kematian paling tinggi di dunia, berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2012 terdapat sekitar 14 juta kasus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai stadium lanjut dan mempunyai prognosis yang jelek. 1,2

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai stadium lanjut dan mempunyai prognosis yang jelek. 1,2 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Osteosarkoma adalah keganasan pada tulang yang sering dijumpai pada anak-anak dan dewasa. Ketepatan diagnosis pada keganasan tulang sangat penting karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Paradigma mengenai kanker bagi masyarakat umum. merupakan penyakit yang mengerikan.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Paradigma mengenai kanker bagi masyarakat umum. merupakan penyakit yang mengerikan. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Paradigma mengenai kanker bagi masyarakat umum merupakan penyakit yang mengerikan. Banyak orang yang merasa putus harapan dengan kehidupannya setelah terdiagnosis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. napas, batuk kronik, dahak, wheezing, atau kombinasi dari tanda tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. napas, batuk kronik, dahak, wheezing, atau kombinasi dari tanda tersebut. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah inflamasi saluran napas kecil. Pada bronkitis kronik terdapat infiltrat dan sekresi mukus di saluran pernapasan. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang bagian paru, namun tak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rokok telah membunuh 50 persen pemakainya, hampir membunuh enam juta orang setiap tahunnya yang merupakan bekas perokok dan 600.000 diantaranya adalah perokok

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Pneumonia Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan terjadinya proses infeksi

Lebih terperinci

BAB 2 RADIOTERAPI KARSINOMA TIROID. termasuk untuk penyakit kanker kepala dan leher seperti karsinoma tiroid.

BAB 2 RADIOTERAPI KARSINOMA TIROID. termasuk untuk penyakit kanker kepala dan leher seperti karsinoma tiroid. BAB 2 RADIOTERAPI KARSINOMA TIROID Dalam dunia medis, radioterapi sudah menjadi perawatan yang sangat umum digunakan. Penggunaannya pun dilakukan untuk berbagai macam penyakit kanker termasuk untuk penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker adalah penyakit tidak menular yang timbul akibat pertumbuhan tidak normal sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Pertumbuhan sel tersebut dapat

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor A. DEFINISI Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain

Lebih terperinci

Kanker Paru di Indonesia. Dr.Herudian Ahmadin SPP

Kanker Paru di Indonesia. Dr.Herudian Ahmadin SPP Kanker Paru di Indonesia Dr.Herudian Ahmadin SPP Pendahuluan Kanker paru : semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri maupun keganasan dari luar paru (metastasis)

Lebih terperinci

Peranan Radiologi Intervensi Pada Kanker Paru. Kanker merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Menurut World Health

Peranan Radiologi Intervensi Pada Kanker Paru. Kanker merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Menurut World Health Peranan Radiologi Intervensi Pada Kanker Paru Kanker merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Menurut World Health Organization (WHO), kanker paru merupakan salah satu penyebab kematian utama dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Penyakit kanker merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Penyakit ini berkembang semakin cepat. Di dunia ini, diperkirakan lebih dari 1 juta orang menderita

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN 20 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Pengambilan Data Data didapatkan dari rekam medik penderita kanker serviks Departemen Patologi Anatomi RSCM Jakarta periode tahun 2004. Data yang didapatkan adalah sebanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan beban kerja pernafasan, yang menimbulkan sesak nafas, sehingga pasien mengalami penurunan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menginvasi jaringan sekitar serta dapat menyebar ke bagian tubuh lain. 21,22,23 Kanker

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menginvasi jaringan sekitar serta dapat menyebar ke bagian tubuh lain. 21,22,23 Kanker BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KANKER PARU Tumor adalah hasil perkembangbiakan suatu sel tubuh yang tidak terkontrol, yang mana dalam keadaan normal perkembangbiakan sel hanya akan terjadi apabila dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB 2 TUMOR. semua jaringan tubuh manusia pada berbagai keadaan sel untuk berkembang biak.

BAB 2 TUMOR. semua jaringan tubuh manusia pada berbagai keadaan sel untuk berkembang biak. BAB 2 TUMOR 2.1 Definisi Tumor Sel mempunyai tugas utama yaitu bekerja dan berkembang biak. Bekerja bergantung kepada aktivitas sitoplasma sedangkan berkembang biak bergantung pada aktivitas intinya. Proliferasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kulit terbagi 2 kelompok yaitu melanoma dan kelompok non

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kulit terbagi 2 kelompok yaitu melanoma dan kelompok non 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker kulit terbagi 2 kelompok yaitu melanoma dan kelompok non melanoma. Kelompok non melanoma dibedakan atas karsinoma sel basal (KSB), karsinoma sel skuamosa

Lebih terperinci

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Payudara Kanker payudara merupakan kanker yang paling umum diderita oleh para wanita di Hong Kong dan negara-negara lain di dunia. Setiap tahunnya, ada lebih dari 3.500 kasus kanker payudara baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. maupun ganas atau disebut dengan kanker paru. Tumor paru dapat bersifat primer

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. maupun ganas atau disebut dengan kanker paru. Tumor paru dapat bersifat primer BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Tumor paru adalah tumor pada jaringan paru yang dapat bersifat jinak maupun ganas atau disebut dengan kanker paru. Tumor paru dapat bersifat primer maupun sekunder.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan dengan usia rata-rata 55 tahun (Stoler, 2014). Diperkirakan terdapat 500.000 kasus baru setiap

Lebih terperinci

Kanker Testis. Seberapa tinggi kasus kanker testis dan bagaimana kelangsungan hidup pasiennya?

Kanker Testis. Seberapa tinggi kasus kanker testis dan bagaimana kelangsungan hidup pasiennya? Kanker Testis Apa yang dimaksud dengan kanker testis? Kanker testis merupakan tumor ganas pada jaringan testis. Kanker testis dibagi menjadi 2 jenis yaitu sel spermatogonium kanker dan sel spermatogonium

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Asma Dari waktu ke waktu, definisi asma mengalami perubahan beberapa kali karena perkembangan dari ilmu pengetahuan beserta pemahaman mengenai patologi, patofisiologi,

Lebih terperinci

TUBERKULOSIS PADA PASIEN DENGAN HIV AIDS. dr. Bambang Satoto,Sp.Rad(K),M.Kes Departemen Radiology F.K Undip /RSUP Dr Kariadi Semarang

TUBERKULOSIS PADA PASIEN DENGAN HIV AIDS. dr. Bambang Satoto,Sp.Rad(K),M.Kes Departemen Radiology F.K Undip /RSUP Dr Kariadi Semarang TUBERKULOSIS PADA PASIEN DENGAN HIV AIDS dr. Bambang Satoto,Sp.Rad(K),M.Kes Departemen Radiology F.K Undip /RSUP Dr Kariadi Semarang PENDAHULUAN Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PASIEN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2014

ABSTRAK GAMBARAN PASIEN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2014 ABSTRAK GAMBARAN PASIEN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2014 Ida Ayu Komang Trisna Bulan, 2015 Pembimbing I : Dr. Hana Ratnawati, dr., M.Kes., PA (K). Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan tugas sebagai seorang dokter, satu hal yang rutin dilakukan adalah menegakkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan tugas sebagai seorang dokter, satu hal yang rutin dilakukan adalah menegakkan BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Dalam menjalankan tugas sebagai seorang dokter, satu hal yang rutin dilakukan adalah menegakkan diagnosis penyakit pasien. Penegakkan diagnosis ini berperan penting

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI Tuberkulosis A.1 Definisi Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini ditemukan pertama kali oleh Robert

Lebih terperinci

Penemuan PasienTB. EPPIT 11 Departemen Mikrobiologi FK USU

Penemuan PasienTB. EPPIT 11 Departemen Mikrobiologi FK USU Penemuan PasienTB EPPIT 11 Departemen Mikrobiologi FK USU 1 Tatalaksana Pasien Tuberkulosis Penatalaksanaan TB meliputi: 1. Penemuan pasien (langkah pertama) 2. pengobatan yang dikelola menggunakan strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karsinoma larings merupakan keganasan yang cukup sering dan bahkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karsinoma larings merupakan keganasan yang cukup sering dan bahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karsinoma larings merupakan keganasan yang cukup sering dan bahkan kedua tersering pada keganasan daerah kepala leher di beberapa Negara Eropa (Chu dan Kim 2008). Rata-rata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karsinoma sel skuamosa di laring (KSSL) menempati. urutan kedua dariseluruhkarsinomadi saluran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karsinoma sel skuamosa di laring (KSSL) menempati. urutan kedua dariseluruhkarsinomadi saluran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karsinoma sel skuamosa di laring (KSSL) menempati urutan kedua dariseluruhkarsinomadi saluran respirodigesti atas, setelah kavum oris. Lebih dari 95% keganasan di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asma merupakan penyakit heterogen dengan karakteristik adanya inflamasi saluran napas kronis. Penyakit ini ditandai dengan riwayat gejala saluran napas berupa wheezing,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membuat protein, dan mengatur sensitivitas tubuh terhadap hormon

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membuat protein, dan mengatur sensitivitas tubuh terhadap hormon BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiroid merupakan salah satu kelenjar endokrin pada tubuh manusia yang terletak di bagian depan leher. Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroksin dan triodotironin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam pleura berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan terjadinya ketidakseimbangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Karsinoma prostat ialah keganasan pada laki-laki yang sangat sering didapat. Angka kejadian diduga 19% dari semua kanker pada pria dan merupakan karsinoma terbanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma kolorektal (KKR) merupakan masalah kesehatan serius yang

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma kolorektal (KKR) merupakan masalah kesehatan serius yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma kolorektal (KKR) merupakan masalah kesehatan serius yang kejadiannya cukup sering, terutama mengenai penduduk yang tinggal di negara berkembang. Kanker ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.000 wanita didiagnosa dengan kanker ovarium di seluruh dunia dan 125.000

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah sekelompok penyakit yang terjadi akibat adanya perubahan sel tubuh menjadi sel yang abnormal dan membelah diri di luar kendali yang dikenali sebagai sel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bakteri, tetapi juga dapat disebabkan oleh kebiasaan atau pola hidup tidak sehat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bakteri, tetapi juga dapat disebabkan oleh kebiasaan atau pola hidup tidak sehat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup sehat merupakan aspek yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Saat ini banyak penyakit yang diderita tidak hanya disebabkan oleh kuman atau bakteri, tetapi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sekitar 5%-10% dari seluruh kunjungan di Instalasi Rawat Darurat bagian pediatri merupakan kasus nyeri akut abdomen, sepertiga kasus yang dicurigai apendisitis didiagnosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit pernapasan kronis yang merupakan bagian dari noncommunicable disease (NCD). Kematian akibat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang

I. PENDAHULUAN. pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Benjolan pada payudara merupakan keluhan yang paling sering ditemui pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang bersifat jinak mengalami peningkatan

Lebih terperinci

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Apakah kanker rahim itu? Kanker ini dimulai di rahim, organ-organ kembar yang memproduksi telur wanita dan sumber utama dari hormon estrogen dan progesteron

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Kanker payudara merupakan salah satu masalah kesehatan penting di dunia, dimana saat ini menduduki peringkat kedua terbanyak penyakit kanker setelah kanker

Lebih terperinci

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada guru/dosen pembimbing yang telah banyak membantu saya agar dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada guru/dosen pembimbing yang telah banyak membantu saya agar dapat menyelesaikan makalah ini. KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI

PENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI PENDAHULUAN Hemotoraks adalah kondisi adanya darah di dalam rongga pleura. Asal darah tersebut dapat dari dinding dada, parenkim paru, jantung, atau pembuluh darah besar. Normalnya, rongga pleura hanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas epitel nasofaring. Etiologi tumor ganas ini bersifat multifaktorial, faktor etnik dan geografi mempengaruhi risiko

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN CA PARU DISUSUN OLEH: MURSADA 09.IK.024

LAPORAN PENDAHULUAN CA PARU DISUSUN OLEH: MURSADA 09.IK.024 LAPORAN PENDAHULUAN CA PARU DISUSUN OLEH: MURSADA 09.IK.024 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARI MULIA BANJARMASIN 2011 LAPORAN PENDAHULUAN CA PARU A. Pengertian Menurut Hood

Lebih terperinci

Diponegoro No. 1, Pekanbaru,

Diponegoro No. 1, Pekanbaru, ANGKA KETAHANAN HIDUP SATU TAHUN PENDERITA KANKER PARU DI RUANG RAWAT INAP PARU RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU PERIODE MARET 2010 MARET 2011 Silvi Zuelmi 1), Adrianison 2), Wiwit Ade Fidiawati 3) ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok mengganggu kesehatan barangkali merupakan istilah yang tepat, namun tidak populer dan tidak menarik bagi perokok. Banyak orang sakit akibat merokok, tetapi orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah pembunuh utama balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti AIDS, malaria, dan campak. Infeksi

Lebih terperinci

MANIFESTASI KARSINOMA BRONKOGENIK PADA PENDERITA YANG DIRAWAT DI RSUD Dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH PERIODE JULI APRIL 2011

MANIFESTASI KARSINOMA BRONKOGENIK PADA PENDERITA YANG DIRAWAT DI RSUD Dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH PERIODE JULI APRIL 2011 MANIFESTASI KARSINOMA BRONKOGENIK PADA PENDERITA YANG DIRAWAT DI RSUD Dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH PERIODE JULI 2009 - APRIL 2011 Saputra TR, Mulyadi dan Fajriah Abstrak. Kanker paru pada saat ini merupakan

Lebih terperinci

Kanker Prostat - Gambaran gejala, pengujian, dan pengobatan

Kanker Prostat - Gambaran gejala, pengujian, dan pengobatan Kanker Prostat - Gambaran gejala, pengujian, dan pengobatan Apakah kanker Prostat itu? Kanker prostat berkembang di prostat seorang pria, kelenjar kenari berukuran tepat di bawah kandung kemih yang menghasilkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Massa regio colli atau massa pada leher merupakan temuan klinis yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Massa regio colli atau massa pada leher merupakan temuan klinis yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Massa regio colli atau massa pada leher merupakan temuan klinis yang sering, insidennya masih belum diketahui dengan pasti. Massa pada leher dapat terjadi pada semua

Lebih terperinci

KANKER PARU MERUPAKAN FAKTOR RISIKO TERJADINYA EFUSI PLEURA DI RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI SURAKARTA. Oleh. Agus Suprijono, Chodidjah, Agung Tri Cahyono

KANKER PARU MERUPAKAN FAKTOR RISIKO TERJADINYA EFUSI PLEURA DI RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI SURAKARTA. Oleh. Agus Suprijono, Chodidjah, Agung Tri Cahyono KANKER PARU MERUPAKAN FAKTOR RISIKO TERJADINYA EFUSI PLEURA DI RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI SURAKARTA Oleh Agus Suprijono, Chodidjah, Agung Tri Cahyono ABSTRAK Insiden kanker paru meningkat di seluruh dunia,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. 1. Air beroksigen 2. Pemakaian masker 3. Rokok elektronik 4. Iklan kanker paru 5. MDR TB

PEMBAHASAN. 1. Air beroksigen 2. Pemakaian masker 3. Rokok elektronik 4. Iklan kanker paru 5. MDR TB PENDAHULUAN Organisasi dokter paru di Indonesia 680 anggota di seluruh Indonesia Mempunyai tanggung jawab ilmiah dan moral untuk kesehatan paru di Indonesia Memberikan pelayanan kesehatan, pendidikan ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversibel. Hambatan aliran udara ini

Lebih terperinci

Limfoma. Lymphoma / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Limfoma. Lymphoma / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Limfoma Limfoma merupakan kanker pada sistem limfatik. Penyakit ini merupakan kelompok penyakit heterogen dan bisa diklasifikasikan menjadi dua jenis utama: Limfoma Hodgkin dan limfoma Non-Hodgkin. Limfoma

Lebih terperinci