BAB 3 METODE PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 METODE PENELITIAN"

Transkripsi

1 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.. Desain Penelitian Desain penelitian adalah penelitian diagnostik untuk melihat sensitivitas dari TTNA dengan tuntunan USG Toraks dalam membantu menegakkan diagnosis kanker paru Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi di Instalasi Diagnosis Terpadu (IDT) di RSUP H. Adam Malik Medan. Penelitian ini akan dilaksanakan selama satu tahun dimulai dari bulan Februari 205 s/d Februari Populasi, sampel dan besar sampel Populasi Populasi penelitan ini adalah semua pasien rawat inap di RSUP H. Adam Malik dengan gejala klinis dan faktor risiko untuk kanker paru Sampel Sampel penelitian ini adalah bagian dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi Kriteria Inklusi dan Eksklusi a. Kriteria Inklusi. Pasien terduga kanker paru saat masuk RSUP HAM 2. Gambaran radiologi toraks dengan jarak lesi dari dinding toraks dapat dijangkau oleh jarum TTNA 3. Lesi dekat ke dinding dada, 4. Bersedia untuk mengikuti penelitian yang dinyatakan secara tertulis setelah mendapatkan penjelasan atau informed consent. b. Kriteria eksklusi. Pasien yang mengalami gangguan koagulasi darah 63

2 Besar Sampel Besar sampel dihitung menggunakan rumus besar sampel untuk penelitian diagnostik, dengan rumus sbb: Sensitivitas metode TTNA dengan tuntunan ultrasonografi yang diharapkan adalah 90%. Bila dapat diterima penyimpangan (d) untuk sensitivitas sebesar 0%. Interval kepercayaan 95% (α=0.05; z=,96). Untuk uji sensitivitas diperlukan sampel minimal: Dimana: N = besar sampel penelitian sen = sensitivitas alat yang diinginkan, yaitu = 90% (0,9) -sen = -sen, yaitu 0, d = presisi penelitian yaitu 20% = derivat baku alpha, yaitu,96 P = prevalensi kanker paru yang di opname di RSUP HAM 204, yaitu 0,2 Sehingga, N = (,96) 2 x 0,9 x 0. N = 4 orang (0,2) 2 x 0,2 Jadi besar sampel minimal yang dibutuhkan adalah sebesar subyek yang didiagnosis positif kanker paru dengan pemeriksaan sitologi diagnostik, histopatologi, atau clinical and radiological follow up adalah 4 orang. 64

3 3.4 Definisi Operasional. Kanker paru adalah penyakit keganasan pada paru baik yang berasal dari jaringan paru sendiri (kanker primer) atau yang berasal dari organ lain yang bermetastasis ke paru (kanker sekunder) yang ditegakkan berdasarkan gejala klinis intrapulmonal (batuk, batuk darah, nyeri dada, sesak napas), dengan faktor risiko untuk kanker paru dengan adanya riwayat paparan inhalasi jangka panjang dari bahan karsinogenik, pemeriksaan foto toraks, CT-scan toraks. 2. Umur penderita adalah lamanya hidup penderita sampai dengan datang ke bagian paru RSUP H. Adam Malik sesuai dengan gelang tangan pasien. 3. Jenis kelamin adalah jenis kelamin yang membedakan pasien atas laki-laki dan perempuan sesuai dengan gelang pasien. 4. Jumlah konsumsi rokok dinyatakan dengan indeks brinkman (IB), yaitu rerata konsumsi rokok per hari dikalikan dengan lamanya merokok dalam tahun, diklasifikasikan menjadi: a. IB < 200 : ringan b. IB : sedang c. > 600 : berat 5. Transthoracic needle aspiration (TTNA) adalah tindakan diagnsotik dengan teknik pengambilan sampel secara perkutan dari tumor yang melalui dinding dada, parenkim paru, dan mediastinum untuk keperluan pemeriksaan sitologi, histopatologi, dan mikrobiologi. 6. Interpretasi sitologi TTNA adalah hasil sitologi yang dibacakan oleh ahli patologi anatomi dimana pembagiannya: C (tidak representatif), C2 (benign), C3(atypical), C4(suspicious of malignancy), C5(malignant). 7. Sensitivitas adalah kemampuan suatu pemeriksaan untuk menghasilkan hasil positif pada pasien yang positif menderita suatu penyakit 8. Spesifisitas adalah kemampuan suatu pemeriksaan untuk menghasilkan hasil negatif pada pasien yang tidak menderita suatu penyakit 9. Positive predictive value (PPV) adalah besarnya kemungkinan hasil pemeriksaan yang positif adalah benar-benar positif menderita suatu penyakit 0. Negative predictive value (NPV) adalah besarnya kemungkinan hasil pemeriksaan yang negatif adalah benar-benar tidak menderita suatu penyakit. 65

4 . Variabel prediktor pada penelitian ini adalah hasil pemeriksaan TTNA dengan tuntunan USG dengan skala variabel nominal. 2. Variabel outcome dari penelitian ini adalah reference standard yaitu hasil pemeriksaan sitologi diagnostik atau histopatologi atau clinical and radiological follow up dengan variabel nominal. Setiap sampel pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan foto toraks, CT scan toraks, Bronkoskopi (bilasan, BAL dan sikatan), sitologi sputum, biopsi aspirasi jarum halus KGB (kelenjar getah bening), TTNA dengan tuntunan USG toraks, dalam upaya penegakan diagnosis akhir sampel tersebut. 3. Komplikasi adalah penyakit yang baru timbul sebagai akibat tindakan TTNA. Komplikasi yang dinilai pada penelitian ini adalah pneumotoraks dan hemoptisis 3.5 Standar Operasional Prosedur Pelaksanaan TTNA dengan tuntunan USG di RSUP HAM Medan 3.5. Persiapan alat. Alat tulis untuk mencatat data dan komputer untuk mengolah dan memroses data 2. Spinocaine no.25 gauge 3. USG dengan tipe Sonix 0 Merek: Ultrasonix Medical Corporation S/N: SX Kalibrasi ulang: Februari Aparatus instilasi lidokain. 5. Asesori tindakan TTNA dengan tuntunan USG 6. Mikroskop merek Olympus BX5 7. Objek glass 8. Pewarnaan Papanicolaou. 9. Pulse oxymeter merek Elitech 0. Sumber O2 dan aparatusnya (nasal kanul). Obat obat emergensi: adrenalin inj, dexamethasone inj, SA inj 2. Alat alat infus. 66

5 3.5.2 Persiapan Pasien. Persetujuan dan ijin tindakan TTNA dari pasien dan diketahui keluarga terdekat dengan saksi petugas paramedis/medis, setelah diberi penjelasan tentang tindakan dan tujuan pemeriksaan serta komplikasinya. 2. Foto toraks PA dan lateral (terbaru), CT-scan toraks, 3. Pemeriksaan spirometri 4. EKG terbaru 5. Laboratorium (darah rutin, faal hemostasis, analisa gas darah arteri) Cara Kerja pelaksanaan TTNA dengan tuntunan USG Toraks dan pemeriksaan sitologi. Pasien yang dipersiapkan merupakan pasien dengan gejala kanker paru dan pemeriksaan penunjang foto toraks dan CT-scan toraks mengarah ke kanker paru 2. Tindakan TTNA dilakukan oleh dokter spesialis paru konsultan onkologi 3. USG toraks sebagai tuntunan untuk tindakan TTNA dilakukan oleh dokter spesialis radiologi konsultan radiologi toraks 4. Persiapan pasien dilakukan di ruang persiapan dengan memeriksa keadaan umum pasien serta tanda tanda vital pasien. 5. Oksimeter ditempelkan pada jari telunjuk kanan/kiri, oksigen kanula nasal dengan arus 3 4 liter/menit menit 6. Dilakukan tindakan TTNA dengan tuntunan USG dengan spinocaine 25 gauge ke target sambil keadaan umum pasien dan tanda-tanda vital tetap diamati. 7. Dilakukan pemeriksaan sitologi dan penilaian aspirat TTNA 8. Dilakukan evaluasi ada tidaknya pneumotoraks segera setelah tindakan TTNA dengan USG toraks 67

6 3.6 Alur Penelitian Pasien dengan gambaran klinis kanker paru (batuk, batuk darah, nyeri dada, sesak napas),ada riwayat paparan karsinogenik, Pemeriksaan penunjang foto toraks dengan gambaran masa paru, CT-scan toraks dengan masa paru Indikasi untuk TTNA dengan tuntunan USG Toraks Informed consent kepada pasien dan Prosedur TTNA dengan tuntunan USG Toraks dengan menggunakan jarum spinocaine no 25 gauge Penilaian hasil aspirat oleh ahli patologi anatomi Konfirmasi keganasan 3.7 Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan secara manual. Data disusun ke dalam data induk, kemudian dibuat tabel pengelompokan sesuai dengan tujuan penelitian. Perhitungan tabel juga dilakukan secara manual. 68

7 3.8 Analisis data Data hasil pemeriksaan TTNA dengan tuntunan USG dan reference standard yang telah terkumpul ditabulasi dan dimasukkan ke tabel 2x2. Dari tabel 2x2 kemudian dilakukan penghitungan untuk mencari sensitivitas, spesifisitas, positive predictive value, dan negative predictive value dari pemeriksaan TTNA dengan tuntunan USG dalam mendiagnosis kanker paru. Tabel. Tabel 2x2 Hasil pemeriksaan TTNA dengan tuntunan USG (+) Kanker paru (-) Kanker paru paru Reference standard (+) kanker paru (-) kanker Rumus perhitungan: - Sensitivitas = a / (a+c) - Spesifitas = d / (b+d) - Positive predictive value = a /(a+b) - Negative predictive value = d/(c+d) 69

8 3.9 Etika Penelitian Sebelum dilakukan pengumpulan data terhadap subyek penelitian, peneliti mengajukan ethical clearance terlebih dahulu kepada Komisi Etik Penelitian Kesehatan (KEPK) Fakultas Kedokteran USU, Medan. 3.0 Jadual Penelitian Jadual penelitian Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Spt Okt Nov Des Jan Feb Pembuatan proposal Ujian proposal Ethical Clearance Sampling Mengumpulkan data Pengolahan data Analisis data Menulis laporan Menulis artikel 70

9 3. Perkiraan Biaya Penelitian a. Pengumpulan kepustakaan Rp ,- b. Pembuatan proposal Rp ,- c. Seminar proposal Rp ,- d. Bahan dan alat pendukung penelitian Rp ,- e. Seminar hasil penelitian Jumlah Rp ,- Rp ,- 7

10 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. Hasil Penelitian Pengumpulan data penelitian ini dilakukan selama satu tahun (Februari 205 s/d Februari 206), melibatkan 46 sampel yang diambil secara consecutive dengan rerata umur 54,76 serta mayoritas laki-laki 35 orang (76,%). Kelompok umur terbanyak adalah 5-60 tahun yaitu sebanyak 32,6%, diikuti oleh kelompok umur 6-70 tahun sebanyak 30,4%. Diagnosis akhir sampel didominasi oleh kanker paru sebanyak 33 orang (7,7%) (Tabel 4.). Tabel 4. Karakteristik sampel Variabel Frekuensi % Jenis kelamin Laki-laki 35 76, Perempuan 23,9 Umur 8-30 tahun 4 8, tahun 4-50 tahun 0 2, tahun 5 32, tahun 4 30, tahun 2 4,3 Rerata umur (tahun) 54,76 Diagnosis akhir Kanker paru 33 7,7 Bukan kanker paru 3 28,3 Tumor mediastinum 2 26, Tumor dinding dada Riwayat merokok Tidak merokok 9 9,6 Merokok 37 80,4 72

11 Riwayat merokok pada sampel penelitian ini dikategorikan sesuai dengan Indeks Brinkman dan diperoleh yang tidak merokok ada sembilan orang (9.6%), sementara sampel dengan Indeks Brinkman ringan, sedang, dan berat adalah 4 (8.7%), 3 (28.3%), dan 20 (43.5%) secara berturut-turut (Tabel 4.2). Tabel 4.2 Indeks Brinkman Indeks Brinkman Frekuensi % Ringan Sedang Berat Hasil aspirat dari tindakan TTNA dengan tuntunan USG toraks yang diperiksakan ke Patologi Anatomi diklasifikasikan menurut WHO menjadi inadekuat (C), benign (C2), atypical (C3), kecurigaan maligna (C4), dan malignansi (C5). Pada penelitian ini dijumpai C, C2, C3, C4, dan C5 adalah 7 (5,2%), 6 (3%), (), 2 (4,3%), dan 30 (65,2%) secara berturut-turut (Tabel 4.3). 73

12 Tabel 4.3 Kategori sitologi TTNA pada seluruh sampel Kategori sitologi TTNA Frekuensi % C Inadekuat 7 7 5,2 5,2 C2 Benign smear Inflammatory smear Abses Kista jinak Timoma Teratoma 6 3 C3 Atipikal C4 Adenokarsinoma Suspicious Malignant C5 Malignant smear Adenokarsinoma Karsinoma sel skuamosa Neuroendocrine tumor Non Hodgkin Lymphoma Germ Cell Tumor Hodgkin Lymphoma Seminoma ,3 65,2 6,5 37 0,9 Total

13 Hasil aspirat dari tindakan TTNA dengan tuntunan USG toraks pada sampel dengan diagnosis akhir kanker paru (33 dari 46 sampel) adalah 6 (8,2%), 3 (9,%), (3%), 2 (6,%), dan 2 (63,6%) untuk C, C2, C3, C4, dan C5 secara berturut-turut (Tabel 4.4). Tabel 4.4 Kategori sitologi TTNA pada sampel kanker paru Kategori sitologi TTNA pada sampel kanker paru Frekuensi % C Inadekuat C2 Benign smear Inflammatory smear Abses ,2 8,2 9, 3,0 3,0 3,0 C3 Atipikal C4 Adenokarsinoma Suspicious Malignant C5 Adenokarsinoma Karsinoma sel skuamosa Neuroendocrine tumor ,0 3,0 6, 3,0 3,0 63,6 45,4 5, 3,0 Total

14 Pada sampel diagnosis akhir kanker paru (33 dari 46 sampel), jenis sel yang didapatkan adalah adenokarsinoma sebanyak 22 kasus (66,7%), karsinoma sel skuamosa 8 kasus (24,2%), tumor neuroendokrin 2 kasus (6,%), sementara pada satu sampel jenis selnya belum dapat ditentukan. (Tabel 4.5). Tabel 4.5 Jenis sel pada sampel dengan diagnosis akhir kanker paru Jenis sel Frekuensi N % Adenokarsinoma 22 66,7 Karsinoma sel skuamosa 8 24,2 Tumor neuroendokrin 2 6, Belum dapat ditentukan 3 Total Staging pada sampel kanker paru ditentukan berdasarkan TNM Classification Seventh Edition dan pada penelitian ini yang terbanyak yaitu sebanyak 23 sampel (69,7%) adalah stage IV, stage IIIB sebanyak 4 sampel (2,%), dan stage IIIA sejumlah 6 sampel (8,2%) (Tabel 4.6). Tabel 4.6 Staging pada sampel diagnosis akhir kanker paru Staging Frekuensi (n, %) IIIA 6 8,2 IIIB 4 2, IV 23 69,7 Total

15 Pada penelitian ini dilakukan USG toraks untuk membantu menentukan gambaran lesi dan menentukan lokasi insersi, dari 46 sampel tampilan lesinya adalah berupa lesi solid pada 35 sampel (54.3%), berupa lesi heterogen pada 9 sampel (9.6%), berupa lesi anekoik pada 2 sampel (4.3%). (gambar 4. s/d 4.5) Gambar 4. Contoh lesi solid hasil USG di dinding dada anterior kiri Gambar 4.2 Contoh lesi hipoekoik (solid) hasil USG di dinding dada anterior kanan, LMKD ICS 4 Gambar 4.3 Contoh lesi heterogen hasil USG di dinding dada anterior kiri parasternal Gambar 4.4 Contoh lesi anekoik (kistik) hasil USG di dinding dada anterior kanan parasternal Gambar 4.5 Contoh lesi isoekoik (solid) hasil USG di dinding dada sisi kanan (pasien dimiringkan ke kiri) 77

16 Saat dilakukan insersi jarum TTNA, dilakukan pengukuran kedalaman insersi jarum dari dinding dada menggunakan USG dan diperoleh reratanya adalah 3.58 cm dengan jarak terpendek adalah.4 cm dan jarak terpanjang adalah 6 cm. Lokasi dan posisi pasien saat dilakukan insersi jarum TTNA dengan tuntunan USG toraks disesuaikan dengan letak lesi intra torakal. Pada penelitian ini, pada tiga sampel posisi tidur dimiringkan ke kanan dan jarum diinsersikan di dinding dada lateral kiri; pada dua sampel posisi tidur dimiringkan ke kiri dan jarum diinsersikan ke dinding dada lateral kanan; pada tiga sampel posisi telungkup (prone) dan jarum diinsersikan subskapula; serta pada 38 sampel posisi telentang (supine) dan jarum diinsersikan ke dinding anterior dada. Data hasil pemeriksaan TTNA dengan tuntunan USG dan reference standard yang telah terkumpul ditabulasi dan dimasukkan ke tabel 2x2. Dari tabel 2x2 kemudian dilakukan penghitungan untuk mencari sensitivitas, spesifitas, positive predictive value, dan negative predictive value dari pemeriksaan TTNA dengan tuntunan USG dalam mendiagnosis kanker paru. Dari 46 sampel yang dilakukan TTNA dengan tuntunan USG toraks, hanya 33 sampel yang diikutkan ke dalam tabel 2x2, sementara 3 sampel tidak diikutkan dalam analisis tabel 2x2 dengan beberapa alasan yaitu: hasil TTNA tidak adekuat (C) sebanyak 7 sampel, atypical smear (C3) sampel, C4 tanpa jenis sel sampel, dan C5 tanpa jenis sel 3 sampel, serta jenis sel diagnosis akhir kanker paru belum dapat ditentukan pada sampel. (Tabel 4.7) Pada 33 sampel yang diikutkan ke dalam tabel 2x2, terdapat 24 sampel dengan diagnosis akhir kanker paru dan sisanya 9 sampel bukan kanker paru. Pada 24 sampel kanker paru dasar penentuan diagnosis akhirnya adalah: 9 sampel berdasarkan CT Scan Toraks didukung sitologi dari BAL dan atau Brushing serta TTNA (no. 2, 6, 9, 22, 24, 30, 36, 38, 39, dan 4); 4 sampel berdasarkan CT Scan Toraks didukung sitologi BAL dan atau Brushing (no. 0, 3, 8, dan 20); 2 sampel berdasarkan CT Scan Toraks didukung dengan tampak massa pada pemeriksaan Bronkoskopi, serta TTNA (no 5, dan 26); 8 sampel berdasarkan CT Scan Toraks dan sitologi TTNA (no. 8, 4, 2, 25, 28, 29, 3, dan 40) (Tabel 4.7) 78

17 Dari 33 sampel yang diikutkan ke dalam tabel 2x2, 9 sampel didiagnosis akhir sebagai bukan kanker paru, dan seluruhnya adalah tumor mediastinum, dasar penentuan diagnosis akhirnya adalah: 6 sampel berdasarkan CT Scan Toraks didukung sitologi TTNA (no. 6,, 23, 27, 37, 45); 3 sampel berdasarkan CT Scan Toraks dan tampilan bronkoskopi serta clinical and radiological follow up (no. 32, 34, dan 43). Tabel 4.7 Dasar penegakan diagnosis akhir seluruh sampel No Diagnosis Akhir Dasar Diagnosis Akhir Ikut 2x2 Alasan tidak diikutkan di tabel 2x2 tumor mediastinum CT Scan Toraks tidak ikut TTNA C5 malignant smear 2 kanker paru CT Scan Toraks + Brushing C5 SCC ikut 3 tumor dinding CT Scan toraks tidak ikut TTNA C dada 4 kanker paru CT Scan Toraks + BAL C4 Adeno tidak ikut TTNA C4 malignant smear 5 kanker paru CT Scan Toraks + Massa di LAKA & LMKA + TTNA C5 ikut Adeno 6 tumor CT Scan Toraks + TTNA C2 Teratoma ikut mediastinum 7 kanker paru CT Scan Toraks + Brushing C4 Adeno tidak ikut TTNA C 8 kanker paru CT Scan Toraks + Stenosis infiltratif dan mudah berdarah yg menutupi hampir total buka + TTNA C5 Adeno ikut 9 kanker paru CT Scan Toraks + Brushing C5 Adeno tidak ikut TTNA C 0 kanker paru CT Scan Toraks + massa infiltratif menutupi total B2 ikut kanan + Brushing C4 Adeno tumor CT Scan Toraks + Bronkoskopi stenosis kompresif + ikut mediastinum TTNA C5 NHL 2 kanker paru CT Scan Toraks + Brushing C5 Adeno tidak ikut TTNA C 3 kanker paru CT Scan Toraks + BAL C5 SCC + Brushing C5 SCC ikut 4 kanker paru CT Scan Toraks + TTNA C5 Adeno ikut 5 kanker paru CT Scan Toraks + Brushing C5 SCC tidak ikut TTNA C 6 kanker paru CT Scan Toraks + massa nekrotik menutup total B8,9,0 ikut + BAL C5 SCC + TTNA C5 SCC 7 kanker paru CT Scan Toraks + Brushing C5 Adeno tidak ikut TTNA C 8 kanker paru CT Scan Toraks + BAL C5 Adeno + Brushing C5 Adeno ikut 9 kanker paru CT Scan Toraks + Brushing C5 Adeno + TTNA C5 Adeno ikut 20 kanker paru CT Scan Toraks + massa infiltratif menutupi total laki + ikut BAL C5 SCC + Brushing C5 SCC 2 kanker paru CT Scan Toraks + TTNA C5 Neuroendocrine tumor ikut 22 kanker paru CT Scan Toraks + massa infiltratif dengan mukosa compang-camping di upper div dan stenosis infiltratif di lbki + BAL C5 Adeno + Brushing C5 Adeno + TTNA C5 Adeno ikut 23 tumor mediastinum CT Scan Toraks + Bronkoskopi stenosis kompresif + TTNA C5 GCT 24 kanker paru CT Scan Toraks + Brushing C5 Adeno + TTNA C5 Adeno ikut ikut 25 kanker paru CT Scan Toraks + TTNA C5 Adeno ikut 26 kanker paru CT Scan Toraks + massa infiltratif yang menutupi total ikut lingula + TTNA C5 Adeno 27 tumor CT Scan Toraks + FNAB C5 HL + TTNA C5 HL ikut 79

18 mediastinum 28 kanker paru CT Scan Toraks + TTNA C5 SCC ikut 29 kanker paru CT Scan Toraks + TTNA C5 SCC ikut 30 kanker paru CT Scan Toraks + massa nekrotik yang menutupi total orif ikut LAKA + Brushing C5 Adeno + TTNA C5 Adeno 3 kanker paru CT Scan Toraks + TTNA C4 Adeno ikut 32 tumor CT Scan Toraks + Bronkoskopi stenosis kompresif ikut mediastinum 33 tumor mediastinum CT Scan Toraks + Bronkoskopi stenosis kompresif tidak ikut TTNA C5 malignant smear 34 tumor mediastinum CT Scan Toraks + Bronkoskopi stenosis kompresif ikut 35 kanker paru CT Scan Toraks + Clinical and radiological follow-up tidak ikut Diagnosis akhir kanker paru tidak ada jenis sel 36 kanker paru CT Scan Toraks + massa di bronkus utama kanan + ikut Brushing C5 Adeno + TTNA C5 Adeno 37 tumor CT Scan Toraks + Bronkoskopi stenosis kompresif + ikut mediastinum TTNA C5 Seminoma 38 kanker paru CT Scan Toraks + Brushing C5 Adeno + TTNA C5 Adeno ikut 39 kanker paru CT Scan Toraks + Brushing C5 Adeno + TTNA C5 Adeno ikut 40 kanker paru CT Scan Toraks + TTNA C5 SCC ikut 4 kanker paru CT Scan Toraks + Brushing C5 Adeno + TTNA C5 Adeno ikut 42 kanker paru CT Scan Toraks + FNAB Sup. C5 Adeno tidak ikut Sitologi TTNA C3 43 tumor CT Scan Toraks + Bronkoskopi stenosis kompresif ikut mediastinum 44 tumor mediastinum CT Scan Toraks + Bronkoskopi stenosis kompresif tidak ikut TTNA C5 malignant smear 45 tumor CT Scan Toraks + Bronkoskopi stenosis kompresif + ikut mediastinum TTNA C2 Timoma 46 kanker paru CT Scan Toraks + Brushing C5 Adeno tidak ikut TTNA C 80

19 Tabel 4.7 Tabel 2x2 Diagnosis akhir TTNA Kanker paru Bukan kanker paru Total Kanker paru Bukan kanker paru Total Sensitivitas 9,6% Spesifisitas 77,7% PPV 9,6% NPV 77,7% Dari 33 sampel yang diikutkan dalam tabel 2x2, didapatkan sensitivitas dan spesifisitas TTNA dengan tuntunan USG adalah 9,6% dan 77,7%. Dijumpai positif palsu pada 2 dari 33 kasus (6,06%). Dari seluruh sampel yang dilakukan TTNA dengan tuntunan USG, tidak dijumpai komplikasi pasca tindakan, seperti pneumotoraks ataupun hemoptisis. 4.2 Pembahasan Penelitian ini melibatkan 46 sampel penelitian. Semua sampel penelitian terlebih dahulu menyetujui informed consent yang diberikan. Dari seluruh sampel didapat jumlah laki-laki adalah mayoritas, yakni 35 orang (76.%). Beberapa penelitian sejenis sebelumnya (Prasad et al, 994; Sheth et al, 999; Kalhan et al, 202; Ferretti et al, 203) (Tabel 4.8), pada pasien yang dilakukan TTNA, juga mendapatkan jumlah lakilaki lebih banyak dari pada perempuan. Prasad R et al (994) melakukan penelitian pada 58 pasien yang dilakukan tindakan TTNA, dan didapati sampel laki-laki adalah mayoritas, yakni sejumlah 48 orang (82.75%). Shet S et al (999) meneliti pasienpasien yang dilakukan TTNA dengan tuntunan USG, dari 84 pasien yang diteliti, 46 orang (54.76%) diantaranya adalah laki-laki. Kalhan S et al (202) melakukan TTNA dengan tuntunan USG pada 3 pasien dan 6 orang (53.98%) adalah laki-laki. Ferretti 8

20 GR et al (203) meneliti 9 pasien yang dilakukan TTNA dan 63 orang (69.23%) diantaranya adalah laki-laki. Tabel 4.8 Penelitian TTNA sebelumnya Peneliti Persentase sampel laki-laki Prasad R et al 82.75% Shet S et al 54.76% Kalhan S et al 53.98% Farretti GR et al 69.23% Berdasarkan data Surveillance, Epidemiology, and End Results (SEER) ( ), insidens kanker paru yang terjadi di seluruh ras atau etnis di dunia lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan perempuan, yaitu 67,9 per pada laki-laki dan 49,4 per pada perempuan (National Cancer Institute, 206). Data dari Rumah Sakit Kanker Dharmais (RSKD) Jakarta ( ) juga menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda dimana laki-laki (79,65%) lebih banyak dari pada perempuan (20,35%). (Ramadhaniah, Rahayu, dan Suzanna, 205). Karena banyaknya populasi penderita kanker paru pada laki-laki sehingga laki-laki yang terindikasi untuk dilakukan TTNA lebih besar dibandingkan dengan perempuan. Selain jenis kelamin laki-laki, faktor lain yang telah teridentifikasi meningkatkan risiko terjadinya kanker paru adalah usia lebih dari 40 tahun dan perokok. (Jusuf et al, 206) Pada penelitian ini rerata umur seluruh sampel adalah ± 2.89 tahun dan rerata umur pada kelompok kanker paru adalah 60.3 ± 7.42 tahun. Hasil ini tidak berbeda jauh dengan penelitian sejenis sebelumnya. Solak et al (200) melakukan TTNA pada lesi di toraks dan mendapatkan dari 02 sampel rerata umurnya adalah 50 ± 6.5 tahun. Hassan (200) juga mendapatkan hasil yang hampir sama dimana rerata umur sampel dalam penelitiannya adalah 60.4 tahun. Artinya bahwa usia tua merupakan salah satu faktor risiko terjadi kanker paru, risiko mendapat kanker paru meningkat seiring dengan bertambahnya usia. 82

21 Tabel 4.9 menunjukkan hubungan antara risiko mendapat kanker paru dan bertambahnya usia. (Howlader et al, 205) Tabel 4.9 Hubungan antara usia dengan risiko kanker paru Usia sekarang tahun tahun tahun N/A (Sumber: Howlader et al, 205) Dari tabel di atas ditampilkan bahwa risiko mendapat kanker paru meningkat dengan bertambahnya usia. Sebagai contoh, jika usia seseorang sekarang adalah 60 tahun, tabel menunjukkan angka,96 %, itu bermakna bahwa dalam rentang waktu 0 tahun ke depan,,96% dari populasi yang berusia 60 tahun akan menderita kanker paru. (Howlader et al, 205) Faktor risiko yang sering dikaitkan dengan kejadian kanker paru adalah merokok. Konsumsi merokok diklasifikasikan dengan Indeks Brinkman. Dijumpai Indeks Brinkman (IB) pada sampel penelitian ini adalah berat (43.5%), sedang (28.3%), ringan (8.7%), dan tidak merokok (9.6%). Berbagai literatur (American Lung Association, 206; CDC, 205) telah menunjukkan bahwa berbagai jenis bahan yang dikandung asap rokok itu bersifat karsinogen. Secara epidemiologis juga terlihat kaitan kuat antara kebiasaan merokok dengan insidens kanker paru. Dimana diperkirakan seorang perokok memiliki risiko 5 sampai 25 kali lebih besar untuk mendapat kanker paru dibandingkan dengan yang tidak pernah merokok. (CDC, 205) Keterkaitan rokok dengan kasus kanker paru diperkuat dengan data bahwa risiko seorang perempuan perokok pasif akan terkena kanker paru lebih tinggi daripada mereka yang tidak terpajan asap rokok. (Jusuf et al, 206) 83

22 Hasil aspirat dari tindakan TTNA dengan tuntunan USG toraks yang diperiksakan ke Patologi Anatomi diklasifikasikan menurut WHO menjadi inadekuat (C), benign (C2), atypical (C3), kecurigaan maligna (C4), dan malignansi (C5). Pada penelitian ini dijumpai C, C2, C3, C4, dan C5 adalah 7 (5,2%), 6 (3%), (), 2 (4,3%), dan 30 (65,2%) secara berturut-turut. Persentase hasil aspirat dengan kategori inadekuat (C) pada penelitian ini yang sejumlah 7 sampel (5,2%) relatif lebih besar dibandingkan dengan penelitian sejenis. Seperti yang dilakukan oleh Solak et al (200) melakukan tindakan TTNA pada 02 kasus, dan dijumpai sediaan tidak representatif hanya pada 3 sampel (0.02%). Keberhasilan mendapatkan sediaan yang representatif dipengaruhi oleh banyak faktor seperti: diameter jarum, penuntun tindakan TTNA (USG, CT Scan, atau Fluoroskopi), diameter lesi, adanya nekrosis atau fibrosis atau peradangan di lesi, dan faktor operator tindakan TTNA. (Prasad et al, 994; Sheth et al, 999; Kalhan et al, 202) Pada kelompok kanker paru, TTNA menghasilkan jenis sel pada 22 dari 33 sampel. Dari 22 sampel tersebut, 6 orang (72,7%) adalah adenokarsinoma, 5 orang (22,7%) adalah karsinoma sel skuamosa, dan satu orang (4,5%) adalah tumor neuroendokrin. Penelitian ini mendapatkan bahwa jenis sel kanker paru yang terbanyak adalah adenokarsinoma. Penelitian sejenis yang mendapatkan adenokarsinoma sebagai jenis sel kanker paru terbanyak adalah Tan et al (2002) melakukan tindakan TTNA dan diperoleh hasil adenokarsinoma 49.4%, karsinoma sel skuamosa 6%, karsinoma sel besar 2.7%, dan adenokarsinoma metastasis 4%. Hasil ini berbeda dengan penelitian Saha A et al (2009) yang melakukan TTNA terhadap 57 orang dan mendapatkan mayoritas adalah karsinoma sel skuamosa 42.6% diikuti oleh adenokarsinoma sebanyak 29.6%. Sementara Sing, Garg, dan Setia (2004) mendapatkan hasil dengan jumlah yang sama kedua jenis sel, yakni adenokarsinoma 22.2% dan karsinoma sel skuamosa juga 22.2%. Penelitian ini mendapatkan bahwa jenis sel kanker paru yang terbanyak adalah adenokarsinoma. Hal ini dapat dikaitkan dengan pemilihan sampel penelitian ini yakni pada lesi di foto toraks maupun CT scan toraks yang tampak sebagai lesi di perifer. Kanker paru jenis adeno karsinoma mayoritas dijumpai pada lesi perifer (Litzky, 2008; Heighway, 2004 ). 84

23 Dalam berbagai literatur,(taviad et al, 204; Pedersen, Aasen, dan Gulsiva, 986; Kalhan et al, 202; Begum et al, 200; Knudsen et al, 996) dilaporkan metode TTNA memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang cukup baik dalam menegakkan diagnosis lesi torakal, angkanya bervariasi dengan sensitivitas 62 95% dan spesifisitas 95 00%. Pada penelitian ini, diperoleh sensitivitas TTNA adalah 9,6% dan spesifisitas sebesar 77,7%. Nilai duga positif 9,6% dan nilai duga negatif 77,7%. Taviad et al (204) melakukan transthoracic FNAC dengan tuntunan USG memakai lumbar puncture needle nomor 20 terhadap 3 pasien yang diduga menderita lesi toraks maligna dari klinis dan radiologis. Hasilnya, 28 kasus adalah kanker paru, dua kasus adalah lesi inflamasi, dan satu kasus sampelnya tidak adekuat. Didapatkan akurasinya 95%, sensitivitasnya 96,55%, dan spesifisitasnya 00%. Pedersen, Aasen, dan Gulsiva (986) melakukan fine needle aspiration biopsy dengan tuntunan USG memakai ultrathin 0,6 mm thick needle terhadap 42 pasien yang diduga menderita massa intra toraks yang menempel ke dinding dada berdasarkan klinis dan radiologis. Diperoleh success rate pada 8 dari 23 lesi paru dan 6 dari 9 lesi mediastinal. Kalhan et al (202) melakukan transthoracic fine needle aspiration cytology dengan tuntunan USG memakai lumbar punture needle nomor 23 terhadap pasien yang diduga menderita lesi di intra torakal. Didapatkan akurasinya 66,7%, sensitivitas 9,3%, dan spesifisitas 00%. Begum et al (200) melakukan transthoracic FNAC dengan tuntunan USG memakai jarum spinal no 20 panjang 8 cm terhadap 98 pasien yang diduga menderita lesi intra torakal. Diperoleh akurasinya 93,8% dan sensitivitas 92,7%. Knudsen et al (996) melakukan percutaneous fine-needle aspiration dengan tuntunan USG memakai jarum jenis aspiration needle terhadap 28 pasien yang mempunyai lesi intra torakal. Didapatkan sensitivitasnya 95% dan spesifisitasnya juga 95%. Yang et al (992) melakukan transthoracic fine-needle aspiration dengan tuntunan USG menggunakan jarum jenis aspiration needle terhadap 20 pasien yang mempunyai lesi intra torakal. Diperoleh sensitivitasnya 62% dan spesifisitasnya 00%. Targhetta et al (993) melakukan transthoracic biopsy dengan tuntunan USG memakai jarum jenis aspiration biopsy needle terhadap 64 pasien yang mempunyai lesi intra torakal. Didapatkan sensitivitasnya 9% dan spesifisitasnya 00%. Nilai sensitivitas dan spesifisitas pada penelitian ini relatif lebih rendah dibandingkan dengan penelitian sejenis sebelumnya. Salah satu faktor yang dapat berpengaruh adalah diameter jarum yang digunakan untuk 85

24 TTNA. Dalam penelitian ini digunakan spinocaine 25 gauge dimana jenis jarum ini lebih kecil diameternya dibandingkan dengan jarum yang digunakan pada penelitian yang lain dimana ini dapat berpengaruh terhadap adekuasi aspirat untuk pemeriksaan sitologi. Faktor lain mungkin berpengaruh adalah penuntun tindakan TTNA (USG, CT Scan, atau Fluoroskopi), diameter lesi, adanya nekrosis atau fibrosis atau peradangan di lesi, dan faktor operator tindakan TTNA. (Prasad et al, 994; Sheth et al, 999; Kalhan et al, 202) Komplikasi pasca tindakan TTNA yang mungkin terjadi antara lain pneumotoraks dan hemoptisis. Dilaporkan kejadian pneumotoraks pasca tindakan TTNA sekitar 20-35%, walaupun hanya 5% pasien yang membutuhkan pemasangan selang dada. (Hoffmann, Mauer, dan Vokes, 2000). Solak et al (200) mendapatkan komplikasi terbanyak pasca tindakan TTNA menggunakan jarum nomor 8-22 gauge Chiba adalah pneumotoraks, dimana hal ini terjadi pada 0 kasus (9,8%), dan hanya empat kasus yang membutuhkan pemasangan selang dada. Komplikasi lain adalah hemoptisis pada 9 kasus (8,8%) dan perdarahan pada satu kasus (0,9%). Knudsen et al (996) melaporkan kejadian pneumotoraks pasca tindakan TTNA dengan tuntunan USG sebesar 3,7%. Yang et al (992) melaporkan kejadian pneumotoraks pasca tindakan TTNA dengan tuntunan USG menggunakan jarum nomor 22 gauge sebanyak dua dari 49 pasien (,3%). Namun tidak ada yang membutuhkan tindakan aspirasi ataupun pemasangan selang dada. Tidak dijumpai kejadian hemoptisis. Targhetta et al (993) melaporkan kejadian pneumotoraks pasca tindakan TTNA dengan tuntunan USG sebanyak dua dari 64 kasus. Pada penelitian ini tidak dijumpai kejadian pneumotoraks ataupun hemoptisis. Hal ini mungkin berkaitan dengan pemilihan jarum nomor 25 gauge yang lebih kecil dari penelitian-penelitian sebelumnya dan seluruh lesi menempel ke pleura parietal. Kelemahan penelitian ini adalah bahwa tuntunan USG toraks tidak menampilkan secara langsung apakah jarum untuk tindakan TTNA telah berada di dalam lesi dan tepat berada di lokasi yang diinginkan. Hal ini dikarenakan tidak tersedianya peralatan USG toraks yang diperlengkapi dengan paket peralatan melakukan tindakan TTNA. 86

25 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5. Kesimpulan. Jenis kelamin terbanyak dalam penelitian ini adalah laki-laki (76,%) 2. Rerata umur sampel adalah 54,76 tahun dan terbanyak pada rentang 5-60 tahun (32,6%) 3. Kategori sitologi terbanyak hasil TTNA dengan tuntunan USG toraks adalah C5 (malignansi) sebanyak 65,2% 4. Nilai akurasi pemeriksaan TTNA dengan tuntunan USG toraks dalam mendiagnosis kanker paru adalah 87,87% 5. Nilai sensitivitas pemeriksaan TTNA dengan tuntunan USG toraks dalam mendiagnosis kanker paru adalah 9,6% 6. Nilai spesifisitas pemeriksaan TTNA dengan tuntunan USG toraks dalam mendiagnosis kanker paru adalah 77,7% 7. Positive predictive value pemeriksaan TTNA dengan tuntunan USG toraks dalam mendiagnosis kanker paru adalah 9,6% 8. Negative predictive value pemeriksaan TTNA dengan tuntunan USG toraks dalam mendiagnosis kanker paru adalah 77,7% 9. Tidak dijumpai komplikasi seperti pneumotoraks ataupun hemoptisis pasca tindakan. 87

26 5.2 Saran. Melakukan penelitian sejenis menggunakan USG toraks yang telah diperlengkapi dengan paket peralatan melakukan tindakan TTNA, sehingga visualisasi insersi dapat dilakukan secara langsung. 2. Perlu dipertimbangkan penggunaan jarum dengan diameter yang lebih besar serta pemilihan sampel yang tidak terbatas pada lesi intra torakal yang menempel ke pleura parietal. 3. Evaluasi pneumotoraks pasca tindakan TTNA dengan tuntunan USG toraks menggunakan foto toraks 88

Akurasi Diagnostik Transthoracic Needle Aspiration dengan Tuntunan Ultrasonografi Toraks pada Kanker Paru

Akurasi Diagnostik Transthoracic Needle Aspiration dengan Tuntunan Ultrasonografi Toraks pada Kanker Paru Akurasi Diagnostik Transthoracic Needle Aspiration dengan Tuntunan Ultrasonografi Toraks pada Kanker Paru Sahdra Saragih, Noni Novisari Soeroso, Fajrinur Syarani, Fotarisman Zalukhu, 2 Netty Delvrita Lubis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ditemukan di seluruh dunia dewasa ini (12.6% dari seluruh kasus baru. kanker, 17.8% dari kematian karena kanker).

BAB 1 PENDAHULUAN. ditemukan di seluruh dunia dewasa ini (12.6% dari seluruh kasus baru. kanker, 17.8% dari kematian karena kanker). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker paru merupakan kasus keganasan yang paling sering ditemukan di seluruh dunia dewasa ini (12.6% dari seluruh kasus baru kanker, 17.8% dari kematian karena kanker).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan

I. PENDAHULUAN. sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembesaran kelenjar (nodul) tiroid atau struma, sering dihadapi dengan sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan yang begitu berarti

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah cross sectional

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah cross sectional 55 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah cross sectional dengan kekhususan pada penelitian uji diagnostik. Sumber data penelitian menggunakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN 1. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 1 LAMPIRAN 2 LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN Akurasi Transbronchial Needle Aspiration dalam tindakan Bronkoskopi dengan dalam membantu menegakkan stadium kanker paru di Rumah Sakit Umum Pusat Haji

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan penelitian Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif yang membandingkan komplikasi yang terjadi antara pasien efusi pleura yang menggunakan small bore

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang

I. PENDAHULUAN. pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Benjolan pada payudara merupakan keluhan yang paling sering ditemui pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang bersifat jinak mengalami peningkatan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia BAB 4 HASIL 4.1 Pengambilan Data Data didapatkan dari rekam medik penderita kanker serviks Departemen Patologi Anatomi RSCM pada tahun 2007. Data yang didapatkan adalah sebanyak 675 kasus. Setelah disaring

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di instalasi rekam medis RSUP Dr. Kariadi

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di instalasi rekam medis RSUP Dr. Kariadi BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini meliputi bidang Ilmu Kesehatan Anak khususnya pulmonologi anak. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di instalasi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup disiplin ilmu penyakit dalam sub bagian endokrinologi 4.2 Tempat dan waktu penelitian 1. Tempat penelitian :

Lebih terperinci

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9 Kanker Paru-Paru Kanker paru-paru merupakan kanker pembunuh nomor satu di Hong Kong. Ada lebih dari 4.000 kasus baru kanker paru-paru dan sekitar 3.600 kematian yang diakibatkan oleh penyakit ini setiap

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Obstetri dan Ginekologi dan Patologi

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Obstetri dan Ginekologi dan Patologi 33 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Obstetri dan Ginekologi dan Patologi Anatomi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Massa regio colli atau massa pada leher merupakan temuan klinis yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Massa regio colli atau massa pada leher merupakan temuan klinis yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Massa regio colli atau massa pada leher merupakan temuan klinis yang sering, insidennya masih belum diketahui dengan pasti. Massa pada leher dapat terjadi pada semua

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 16 BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka Teori Patogenesis Definisi Inflamasi KGB yang disebabkan oleh MTB Manifestasi Klinis a. keras, mobile, terpisah b. kenyal dan terfiksasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. maupun ganas atau disebut dengan kanker paru. Tumor paru dapat bersifat primer

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. maupun ganas atau disebut dengan kanker paru. Tumor paru dapat bersifat primer BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Tumor paru adalah tumor pada jaringan paru yang dapat bersifat jinak maupun ganas atau disebut dengan kanker paru. Tumor paru dapat bersifat primer maupun sekunder.

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN I.A. LATAR BELAKANG. American Thyroid Association (2014) mendefinisikan. nodul tiroid sebagai benjolan yang terbentuk karena

BAB I. PENDAHULUAN I.A. LATAR BELAKANG. American Thyroid Association (2014) mendefinisikan. nodul tiroid sebagai benjolan yang terbentuk karena BAB I. PENDAHULUAN I.A. LATAR BELAKANG American Thyroid Association (2014) mendefinisikan nodul tiroid sebagai benjolan yang terbentuk karena pertumbuhan abnormal jaringan tiroid. Nodul tiroid merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. napas bagian bawah (tumor primer) atau dapat berupa penyebaran tumor dari

BAB 1 PENDAHULUAN. napas bagian bawah (tumor primer) atau dapat berupa penyebaran tumor dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker paru adalah penyakit keganasan yang berasal dari sel epitel saluran napas bagian bawah (tumor primer) atau dapat berupa penyebaran tumor dari organ lain (tumor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup disiplin ilmu dari penelitian ini adalah ilmu kedokteran, khususnya Ilmu Psikiatri dan Ilmu Penyakit Dalam. 3.2 Tempat dan Waktu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan utama di dunia terutama negara berkembang. Munculnya epidemik Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immunodeficiency

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker adalah penyakit tidak menular yang timbul akibat pertumbuhan tidak normal sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Pertumbuhan sel tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membuat protein, dan mengatur sensitivitas tubuh terhadap hormon

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membuat protein, dan mengatur sensitivitas tubuh terhadap hormon BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiroid merupakan salah satu kelenjar endokrin pada tubuh manusia yang terletak di bagian depan leher. Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroksin dan triodotironin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker paru adalah kanker yang paling sering didiagnosis di dunia dan merupakan penyebab utama kematian akibat kanker. Data kasus baru kanker paru di Amerika Serikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umum adalah 4-8 %, nodul yang ditemukan pada saat palpasi adalah %,

BAB I PENDAHULUAN. umum adalah 4-8 %, nodul yang ditemukan pada saat palpasi adalah %, BAB I PENDAHULUAN Nodul tiroid merupakan permasalahan yang sering dijumpai dalam masyarakat dengan angka kejadian yang semakin meningkat seiring bertambahnya usia. Pada banyak penelitian dikemukan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN diantaranya meninggal akibat penyakit tersebut (Lester, 2004 ;

BAB I PENDAHULUAN diantaranya meninggal akibat penyakit tersebut (Lester, 2004 ; 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karsinoma mammae / kanker payudara merupakan jenis keganasan yang paling sering dijumpai pada wanita. Di Indonesia angka kesakitan dan kematian kanker payudara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian. Lebih dari satu juta orang per tahun di dunia meninggal

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian. Lebih dari satu juta orang per tahun di dunia meninggal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker paru masih merupakan masalah kesehatan karena masih banyak menyebabkan kematian. Lebih dari satu juta orang per tahun di dunia meninggal karena kanker paru.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan tugas sebagai seorang dokter, satu hal yang rutin dilakukan adalah menegakkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan tugas sebagai seorang dokter, satu hal yang rutin dilakukan adalah menegakkan BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Dalam menjalankan tugas sebagai seorang dokter, satu hal yang rutin dilakukan adalah menegakkan diagnosis penyakit pasien. Penegakkan diagnosis ini berperan penting

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini meliputi bidang Mikrobiologi klinik dan infeksi.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini meliputi bidang Mikrobiologi klinik dan infeksi. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini meliputi bidang Mikrobiologi klinik dan infeksi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr. Kariadi Semarang.Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4. 1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini meliputi lingkup Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan serta Patologi Anatomi. 4. 2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf. 35 BAB III METODE PENELITIAN III.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf. III.2. Jenis dan rancangan penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Semarang dalam kurun waktu Mei Juni pada tahun 2015.

BAB IV METODE PENELITIAN. Semarang dalam kurun waktu Mei Juni pada tahun 2015. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Rumah Sakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dunia. Pada tahun 2012 sekitar 8,2 juta kematian diakibatkan oleh kanker. Kanker

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dunia. Pada tahun 2012 sekitar 8,2 juta kematian diakibatkan oleh kanker. Kanker BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di seluruh dunia. Pada tahun 2012 sekitar 8,2 juta kematian diakibatkan oleh kanker. Kanker merupakan

Lebih terperinci

Susunan Peneliti. a. Nama Lengkap : Dr. Samson Sembiring. d. Fakultas : Kedokteran. e. Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara

Susunan Peneliti. a. Nama Lengkap : Dr. Samson Sembiring. d. Fakultas : Kedokteran. e. Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 Susunan Peneliti Peneliti a. Nama Lengkap : Dr. Samson Sembiring b. Pangkat/Gol/NIP : --------------- c. Jabatan Fungsional : ----- d. Fakultas : Kedokteran e. Perguruan Tinggi : Pembimbing

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumor Paru Sekunder 2.1.1 Definisi Tumor Paru Sekunder Tumor paru adalah suatu kondisi abnormal yang terjadi pada tubuh akibat terbentuknya suatu lesi atau benjolan pada tubuh,

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan adalah penyakit Tuberkulosis Ekstra Paru di. bagian Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Pulmologi

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan adalah penyakit Tuberkulosis Ekstra Paru di. bagian Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Pulmologi BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian 4.1.1 Ruang lingkup keilmuan Ruang lingkup keilmuan adalah penyakit Tuberkulosis Ekstra Paru di bagian Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Pulmologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah neurologi dan psikiatri.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah neurologi dan psikiatri. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah neurologi dan psikiatri. 3.2 Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu kesehatan jiwa.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu kesehatan jiwa. 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu kesehatan jiwa. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan masalah kesehatan utama masyarakat di dunia dan. penyebab kematian nomor dua di Amerika Serikat.

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan masalah kesehatan utama masyarakat di dunia dan. penyebab kematian nomor dua di Amerika Serikat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan masalah kesehatan utama masyarakat di dunia dan penyebab kematian nomor dua di Amerika Serikat. Data GLOBOCAN, International Agency for Research on

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya adalah Ilmu Penyakit Dalam, Sub-bagian

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya adalah Ilmu Penyakit Dalam, Sub-bagian BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Bidang Ilmu Kedokteran khususnya adalah Ilmu Penyakit Dalam, Sub-bagian Gastroentero-Hepatologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian 2014. Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 21 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian 4.1.1 Ruang Lingkup Keilmuan Penelitian ini mencakup ilmu bidang Obstetri dan Ginekologi, dan Mikrobiologi Klinik. 4.1.2 Ruang Lingkup Tempat

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Geriatri. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya Ilmu 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker atau karsinoma merupakan istilah untuk pertumbuhan sel abnormal dengan kecepatan pertumbuhan melebihi normal dan tidak terkontrol. (World Health Organization,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai stadium lanjut dan mempunyai prognosis yang jelek. 1,2

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai stadium lanjut dan mempunyai prognosis yang jelek. 1,2 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Osteosarkoma adalah keganasan pada tulang yang sering dijumpai pada anak-anak dan dewasa. Ketepatan diagnosis pada keganasan tulang sangat penting karena

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian di sub bagian Pulmologi, bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr Kariadi 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf dan radiologi.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf dan radiologi. 50 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. RUANG LINGKUP PENELITIAN Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf dan radiologi. 3.2. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Tempat : bangsal saraf dan bedah saraf RSUP

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 2 : Penjelasan Mengenai Penelitian PENJELASAN MENGENAI PENELITIAN: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS PEMERIKSAAN CEA CAIRAN PLEURA DALAM DIAGNOSIS EFUSI PLEURA GANAS KARENA KANKER PARU Bapak/Ibu/Saudara/I

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. multipara dengan Pap smear sebagai baku emas yang diukur pada waktu yang. bersamaan saat penelitian berlangsung.

BAB III METODE PENELITIAN. multipara dengan Pap smear sebagai baku emas yang diukur pada waktu yang. bersamaan saat penelitian berlangsung. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian yang bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui akurasi diagnostik

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Onkologi dan Bedah digestif; serta Ilmu Penyakit Dalam. Penelitian dilaksanakan di Instalasi Rekam Medik RSUP Dr.

BAB IV METODE PENELITIAN. Onkologi dan Bedah digestif; serta Ilmu Penyakit Dalam. Penelitian dilaksanakan di Instalasi Rekam Medik RSUP Dr. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Bedah khususnya Ilmu Bedah Onkologi dan Bedah digestif; serta Ilmu Penyakit Dalam. 4. Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi Ilmu Gizi khususnya bidang antropometri dan Ilmu Kesehatan Anak, khususnya bidang respirologi. 4.2 Tempat dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah di bidang Ilmu Kesehatan Mata. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di klinik Instalasi

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL. Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL. Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Kerangka konsep penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran histopatologi tumor payudara di Instalasi Patologi Anatomi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan tindakan pembedahan. Keterlambatan dalam penanganan kasus apendisitis akut sering

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN 20 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Pengambilan Data Data didapatkan dari rekam medik penderita kanker serviks Departemen Patologi Anatomi RSCM Jakarta periode tahun 2004. Data yang didapatkan adalah sebanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tiroid ditemukan pada 4-8% dari populasi umum dengan pemeriksaan palpasi, 10-

BAB I PENDAHULUAN. tiroid ditemukan pada 4-8% dari populasi umum dengan pemeriksaan palpasi, 10- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nodul tiroid adalah masalah klinis umum pada masyarakat dan kejadian nodul tiroid telah meningkat seiring dengan peningkatan penggunaan ultrasonografi tiroid

Lebih terperinci

BAB 3 METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Syaraf. RSUP Dr. Kariadi Semarang pada periode Desember 2006 Juli 2007

BAB 3 METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Syaraf. RSUP Dr. Kariadi Semarang pada periode Desember 2006 Juli 2007 50 BAB 3 METODA PENELITIAN 3.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Syaraf 3.2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian akan dilakukan di Bangsal Rawat Inap UPF Penyakit

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya Ilmu

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya Ilmu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya Ilmu Geriatri dan Ilmu Kesehatan Jiwa. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat

Lebih terperinci

Diponegoro No. 1, Pekanbaru,

Diponegoro No. 1, Pekanbaru, ANGKA KETAHANAN HIDUP SATU TAHUN PENDERITA KANKER PARU DI RUANG RAWAT INAP PARU RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU PERIODE MARET 2010 MARET 2011 Silvi Zuelmi 1), Adrianison 2), Wiwit Ade Fidiawati 3) ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Disiplin ilmu yang terkait pada penelitian ini adalah ilmu kedokteran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Disiplin ilmu yang terkait pada penelitian ini adalah ilmu kedokteran BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Disiplin ilmu yang terkait pada penelitian ini adalah ilmu kedokteran penyakit dalam, jantung, dan kesehatan masyarakat. 3.2 Tempat dan Waktu

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Karakteristik Pasien PPOK Eksaserbasi Akut

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Karakteristik Pasien PPOK Eksaserbasi Akut BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Pada penelitian ini kerangka konsep mengenai karakteristik pasien PPOK eksaserbasi akut akan diuraikan berdasarkan variabel katagorik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana dimana antara variabel bebas dan terikat diukur pada waktu yang bersamaan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan case control retrospektif/studi kasus kontrol retrospektif. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Saraf.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Saraf. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian 4.1.1 Ruang lingkup keilmuan Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Saraf. 4.1.2 Ruang lingkup tempat Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

TESIS IRENA LOLU PUTRIYA SINAGA PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS DEPARTEMEN PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI

TESIS IRENA LOLU PUTRIYA SINAGA PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS DEPARTEMEN PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI PERBANDINGAN KETEPATAN ANTARA PEMERIKSAAN SITOLOGI SPUTUM INDUKSI NaCl 3% DENGAN SITOLOGI SPUTUM POST BRONKOSKOPI SECARA FIKSASI SACCOMANNO DALAM MEMBANTU PENEGAKAN DIAGNOSIS KANKER PARU TESIS Diajukan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. ditetapkan di Ruang Pemulihan RSUP Dr. Kariadi Semarang. Penelitian ini dilaksanakan di RSUP Dr.

BAB IV METODE PENELITIAN. ditetapkan di Ruang Pemulihan RSUP Dr. Kariadi Semarang. Penelitian ini dilaksanakan di RSUP Dr. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang ilmu Anestesia. Lokasi penelitian ditetapkan di Ruang Pemulihan RSUP Dr. Kariadi Semarang. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 1. LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN KELOMPOK (INFORMATION FOR CONSENT) Selamat pagi/siang Bapak/ Ibu/ Saudara/i. Nama saya dr. Dian Prastuty. PPDS Departemen Pulmonologi dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Dalam, Sub Bagian Gastroenterohepatologi.

BAB IV METODE PENELITIAN. Dalam, Sub Bagian Gastroenterohepatologi. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam, Sub Bagian Gastroenterohepatologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Prijonegoro Sragen dan Puskesmas Sidoharjo Sragen. Penelitian ini berlangsung bulan Maret-Juni 2014.

BAB 4 METODE PENELITIAN. Prijonegoro Sragen dan Puskesmas Sidoharjo Sragen. Penelitian ini berlangsung bulan Maret-Juni 2014. BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian 4.1.1 Ruang lingkup tempat Ruang lingkup wilayah penelitian ini adalah RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen dan Puskesmas Sidoharjo Sragen. 4.1. Ruang

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. 3. Ruang lingkup waktu adalah bulan Maret-selesai.

BAB 4 METODE PENELITIAN. 3. Ruang lingkup waktu adalah bulan Maret-selesai. BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang lingkup keilmuan adalah THT-KL khususnya bidang alergi imunologi. 2. Ruang lingkup tempat adalah instalasi rawat jalan THT-KL sub bagian alergi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu anestesi dan terapi intensif.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu anestesi dan terapi intensif. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu anestesi dan terapi intensif. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Tempat penelitian adalah

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr. 36 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Pulmonologi serta Ilmu Mikrobiologi Klinik.

BAB 4 METODE PENELITIAN. Pulmonologi serta Ilmu Mikrobiologi Klinik. BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang Ilmu Penyakit Dalam divisi Pulmonologi serta Ilmu Mikrobiologi Klinik. 4.2. Tempat dan waktu penelitian

Lebih terperinci

Akurasi Transbronkial Needle Aspiration dalam Menegakkan Stadium Kanker Paru

Akurasi Transbronkial Needle Aspiration dalam Menegakkan Stadium Kanker Paru Akurasi Transbronkial Needle Aspiration dalam Menegakkan Stadium Kanker Paru Ikhfana Syafina, Noni Novisari Soeroso, Pantas Hasibuan, Putri Chairani Eyanoer Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Karsinoma laring adalah keganasan pada laring yang berasal dari sel epitel laring.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Karsinoma laring adalah keganasan pada laring yang berasal dari sel epitel laring. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma laring adalah keganasan pada laring yang berasal dari sel epitel laring. Lebih dari 90% penderita karsinoma laring memiliki gambaran histopatologi karsinoma

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PASIEN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2014

ABSTRAK GAMBARAN PASIEN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2014 ABSTRAK GAMBARAN PASIEN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2014 Ida Ayu Komang Trisna Bulan, 2015 Pembimbing I : Dr. Hana Ratnawati, dr., M.Kes., PA (K). Pembimbing

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode potong lintang (cross-sectional).

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode potong lintang (cross-sectional). BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode potong lintang (cross-sectional). 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini terkait disiplin Ilmu Kesehatan Anak khusunya bagian Respirologi, Alergi & Imunologi, serta Ilmu Fisiologi. 3.2 Tempat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kejadiannya secara internasional diperkirakan lebih dari 3000 orang dalam 1 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. kejadiannya secara internasional diperkirakan lebih dari 3000 orang dalam 1 juta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Efusi pleura merupakan suatu keadaan yang cukup sering dijumpai. Angka kejadiannya secara internasional diperkirakan lebih dari 3000 orang dalam 1 juta populasi

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu Penyakit Dalam, sub ilmu Pulmonologi dan Geriatri. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Tempat peneltian ini adalah

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu Penyakit Dalam, sub ilmu Pulmonologi dan Geriatri. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Tempat peneltian ini adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penelitian yang dilakukan oleh Weir et al. dari Centers for Disease Control and

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penelitian yang dilakukan oleh Weir et al. dari Centers for Disease Control and BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekitar 23.500 kasus karsinoma tiroid terdiagnosis setiap tahun di Amerika Serikat. Kejadian penyakit lebih tinggi pada wanita dibanding pria. Sebuah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup Ilmu Penyakit Dalam khususnya divisi reumatologi dan Ilmu Kesehatan Jiwa. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian

Lebih terperinci

KANKER PARU MERUPAKAN FAKTOR RISIKO TERJADINYA EFUSI PLEURA DI RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI SURAKARTA. Oleh. Agus Suprijono, Chodidjah, Agung Tri Cahyono

KANKER PARU MERUPAKAN FAKTOR RISIKO TERJADINYA EFUSI PLEURA DI RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI SURAKARTA. Oleh. Agus Suprijono, Chodidjah, Agung Tri Cahyono KANKER PARU MERUPAKAN FAKTOR RISIKO TERJADINYA EFUSI PLEURA DI RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI SURAKARTA Oleh Agus Suprijono, Chodidjah, Agung Tri Cahyono ABSTRAK Insiden kanker paru meningkat di seluruh dunia,

Lebih terperinci

Pemakaian obat bronkodilator sehari- hari : -Antikolinergik,Beta2 Agonis, Xantin,Kombinasi SABA+Antikolinergik,Kombinasi LABA +Kortikosteroid,,dll

Pemakaian obat bronkodilator sehari- hari : -Antikolinergik,Beta2 Agonis, Xantin,Kombinasi SABA+Antikolinergik,Kombinasi LABA +Kortikosteroid,,dll LAMPIRAN 1 Lembaran Pemeriksaan Penelitian Nama : Umur :...tahun Tempat / Tanggal Lahir : Alamat : Pekerjaan : No telf : No RM : Jenis kelamin : 1. Laki laki 2. Perempuan Tinggi badan :...cm Berat badan

Lebih terperinci

POLA KLINIS KANKER PARU DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG PERIODE JULI JULI 2014 LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

POLA KLINIS KANKER PARU DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG PERIODE JULI JULI 2014 LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH POLA KLINIS KANKER PARU DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG PERIODE JULI 2013- JULI 2014 LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Kesehatan Mata

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Kesehatan Mata BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Kesehatan Mata 3.2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Ading Yoga & Pilates Studio dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Kesehatan Anak, khususnya Respirologi, Alergi dan Imunologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah

Lebih terperinci

KANKER PARU. MEILINA Pembimbing : dr. Johanes R.S Sp.P

KANKER PARU. MEILINA Pembimbing : dr. Johanes R.S Sp.P KANKER PARU MEILINA 02-086 Pembimbing : dr. Johanes R.S Sp.P DEFINISI KANKER PARU Semua penyakit keganasan di paru, mencakup baik yang berasal dari paru sendiri maupun dari luar paru Kanker paru primer

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMF Ilmu Kesehatan Anak Sub Bagian Perinatologi dan. Nefrologi RSUP dr.kariadi/fk Undip Semarang.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMF Ilmu Kesehatan Anak Sub Bagian Perinatologi dan. Nefrologi RSUP dr.kariadi/fk Undip Semarang. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di SMF Ilmu Kesehatan Anak Sub Bagian Perinatologi dan Nefrologi RSUP dr.kariadi/fk Undip Semarang. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. menitikberatkan pada prevalensi terjadinya DM pada pasien TB di RSUP

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. menitikberatkan pada prevalensi terjadinya DM pada pasien TB di RSUP BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam menitikberatkan pada prevalensi terjadinya DM pada pasien TB di RSUP Dr. Kariadi Semarang. 4.2

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas 4-5 Sekolah Dasar Negeri di

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas 4-5 Sekolah Dasar Negeri di 22 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup Penelitian Ruang lingkup disiplin ilmu dari penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak dan Fisiologi. 4.2 Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang fisiologi dan ergonomi. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan menggunakan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang fisiologi dan ergonomi. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan menggunakan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang fisiologi dan ergonomi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilakukan di kelompok pengrajin batik tulis

Lebih terperinci

MODUL PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI BATUK DARAH. Oleh

MODUL PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI BATUK DARAH. Oleh MODUL PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI BATUK DARAH Oleh BAGIAN PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG NOVEMBER 2014 I. Waktu Mengembangkan kompetensi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya Gerontologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Imunologi.

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Imunologi. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Imunologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Instalasi Rawat

Lebih terperinci

BAB IV MEDOTE PENELITIAN. 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf (Neurologi).

BAB IV MEDOTE PENELITIAN. 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf (Neurologi). BAB IV MEDOTE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf (Neurologi). 4.2 Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di SMF Neurologi RSUP

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang ilmu bedah digestif, ilmu bedah onkologi, dan ilmu gizi 4.2 Tempat dan waktu Lokasi penelitian ini adalah ruang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang bagian paru, namun tak

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kolam Renang dan Studio Senam di

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kolam Renang dan Studio Senam di BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Fisiologi khususnya Fisiologi Olahraga dan Fisiologi Respirasi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Tropis. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Juni

Lebih terperinci