BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 32 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Atas Pelaksanaan Sunset Terhadap Jumlah Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Senen Program Sunset diberlakukan pada awal Januari 2008 dan berakhir pada akhir tahun 2008, namun diperpanjang higga akhir Februari Perpanjangan ini dikarenakan banyaknya minat masyarakat untuk mendaftarkan diri menjadi Wajib Pajak dalam memperoleh NPWP, serta adanya permintaan wajib Pajak dikenakan terlalu singkatnya masa Sunset yang diberikan sehingga wajib Pajak memerlukan waktu yang lebih lama untuk mengumpulkan data sebagai bahan perhitungan akhir Pajak Penghasilan (PPh) untuk setiap tahun pajak, sehingga DJP memutuskan untuk memperpanjang masa Sunset. Oleh sebab itu, Sunset dapat meningkatkan jumlah Wajib Pajak yang terdaftar, baik Wajib Pajak Badan maupun Wajib Pajak Orang Pribadi. Berikut merupakan data Wajib Pajak terdaftar pada KPP Pratama Senen untuk melihat kontribusi Sunset terhadap peningkatan Jumlah Wajib Pajak Terdaftar. 32

2 33 Table 4.1 JUMLAH WAJIB PAJAK TERDAFTAR BADAN DAN ORANG PRIBADI PADA TAHUN TAHUN WAJIB PAJAK ORANG BADAN PRIBADI TOTAL WP (Data diolah tahun 2011) KETERANGAN sebelum Sunset saat Sunset setelah Sunset Dari tabel di atas dapat dilihat kenaikan yang cukup signifikan mulai dari awal 2007 hingga 2009 pada jumlah wajib pajak terdaftar baik wajib pajak badan maupun wajib pajak orang pribadi. Sesuai dengan SE-56/PJ/2008 berkaitan dengan pelaksanaan Sunset, maka KPP melakukan beberapa hal, diantaranya adalah sosialisasi atau penyuluhan dan kampanye tentang Sunset yang dilakukan oleh KPP Pratama Jakarta Senen kepada masyarakat sekitar dan Wajib Pajak yang telah terdaftar guna meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memiliki NPWP, mengumpulkan pertanyaan dan menjawab pertanyaan serta menjelaskan kepada WP hingga mereka memahaminya. Di samping itu, KPP Pratama Jakarta Senen juga menyebarkan pamflet dan leaflet Sunset yang dibagikan secara bebas dalam sebuah seminar

3 34 maupun di tempat-tempat umum, memperbanyak selembaran bunga rampai yang disisipkan di media cetak, kemudian tersebar pada masyarakat luas. DJP juga menggunakan media internet dengan membuat Website yang berisikan hal-hal yang berkaitan dengan Sunset, serta pelayanan komunikasi dengan Call centre (Hallo Pajak) dengan nomor , di mana terdapat operator yang akan memberikan petunjuk tentang hal yang berkaitan dengan proses pembayaran pajak. Hal lain yang dilakukan oleh KPP Pratama Jakarta Senen khususnya adalah dengan menambah jam kerja karyawan pada hari sabtu, dengan tujuan memudahkan masyarakat yang ingin mendaftarkan dirinya sebagai wajib pajak baru untuk memperoleh NPWP dan bagi Wajib Pajak terdaftar yang ingin melaporkan SPT selama Sunset policy berlangsung. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan jumlah Wajib Pajak yang terdaftar pada KPP Pratama Jakarta Senen. Pada umumnya pelaksanaan Sunset di lingkungan KPP Pratama Jakarta Senen sudah berjalan baik. Pemberian informasi dan penjelasan kepada masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung sudah berjalan sebagaimana mestinya. Sebagaian besar dari masyarakat di sekitar sudah mengetahui dan memahami Sunset. Namun, bagi yang belum memahami terhadap informasi yang ada, mereka datang ke KPP Pratama Jakarta Senen menemui Account Representative (AR) masing-masing untuk

4 35 meminta penjelasan dan keterangan. Kemudian masing AR akan menjelaskan hingga WP dapat benar-benar memahaminya. Berdasarkan jumlah peningkatan yang telah tersaji dalam table di atas, berikut data yang tersaji pula dalam bentuk grafik : GRAFIK 4.1 JUMLAH WAJIB PAJAK TERDAFTAR BADAN DAN ORANG PRIBADI TAHUN BADAN ORANG PRIBADI Analisis di atas masih bersifat global. Untuk mempermudah melihat perbedaan antara wajib pajak badan dan wajib pajak orang pribadi, berikut ini adalah perincian data berdasarkan jenis wajib pajak, yaitu wajib pajak badan dan wajib pajak orang pribadi :

5 36 1) WAJIB PAJAK BADAN Tabel DATA PENINGKATAN WP BADAN TAHUN TAHUN WP BADAN TERDAFTAR THN THN SEBELUMNYA BERJALAN NAIK/ TURUN % NAIK/ TURUN ,23% ,14% ,55% (data diolah tahun 2011) KETERANGAN sebelum Sunset saat Sunset setelah Sunset Berdasarkan table di atas terlihat kenaikan jumlah WP Badan pada KPP Senen. Tahun 2007 jumlah WP Badan menjadi 7965 atau meningkat sebesar 5,23% dari jumlah WP Badan Kemudian di tahun 2008 kenaikan jumlah WP badan terlihat semakin meningkat sebesar 6,14 % atau naik menjadi 8454 Wajib Pajak. Persenatase peningkatan pada tahun 2008 terlihat lebih besar dibanding tahun 2007 dan Hal tersebut membuktikan bahwa program Sunset terbilang cukup baik dalam meningkatkan jumlah pemilik NPWP seperti yang diharapkan oleh pemerintah. Namun, untuk peningkatan jumlah Wajib Pajak Badan belum terlihat signifikan dibanding dengan Wajib Pajak Oarng Pribadi.

6 37 Sunset memberikan keringanan sanksi administrasi bagi WP yang menyampaikan pembetulan SPT Tahunan sebelum Tahun 2007 serta kemudahan bagi masyarakat yang mendaftarkan dirinya. Peningkatan tersebut juga dapat dilihat dengan grafik di bawah ini : GRAFIK DATA PENINGKATAN WP BADAN TAHUN TAHUN BERJALAN

7 38 2) WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI Tabel DATA PENINGKATAN WP ORANG PRIBADI TAHUN TAHUN WP TERDAFTAR THN SEBELUMNYA THN BERJALAN NAIK/ TURUN % NAIK/ TURUN ,53% ,68% ,93% (data diolah tahun 2011) KETERANGAN sebelum Sunset saat Sunset setelah Sunset Peningkatan yang cukup signifikan dapat terlihat pada wajib pajak terdaftar orang pribadi. Tahun 2007 terjadi peningkatan menjadi atau sekitar 33,53% dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2008 WP Orang Pribadi mengalami peningkatan yang cukup signifikan menjadi sehingga terjadi peningkatan sebesar 51,93%. Berbeda untuk tahun 2009 jumlah wajib pajak Orang pribadi pribadi naik menjadi , atau meningkat sebesar 36,93%. Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar lebih banyak daripada Wajib Pajak Badan. Hal ini dikarenakan adanya system pemotongan pajak langsung oleh perusahaan bagi para Wajib Pajak yang bekerja sebagai karyawan, sehingga secara tidak langsung mereka menjadi WP terdaftar yang memiliki NPWP. Peningkatan WP Orang pribadi lebih terlihat signifikan dibanding WP badan, terutama saat pelaksanaan Sunset. Dibawah ini dapat

8 39 dilihat grafik peningkatan jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi pada KPP Pratama Jakarta Senen : GRAFIK DATA PENINGKATAN WP OP TAHUN TAHUN BERJALAN Bila dilihat dari hasil di atas menunjukan bahwa Sunset memberikan pengaruh kepada masyarakat untuk segera mendaftarkan dirinya sebagai Wajib Pajak. Karena sesuai dengan ketentuan Sunset hanya dapat dinikmati oleh setiap orang yang telah telah memiliki NPWP sebelum tahun 2008 ataupun yang mendaftarkan NPWP secara sukarela. Dengan pemanfaatan Sunset maka WP yang memiliki sanksi administrasi berupa bunga atas kurang atau terlambat melakukan perpajakannya akan mendapatkan fasilitas penghapusan sanksi perpajakan berupa bunga.

9 40 B. Dampak Pelaksanaan Sunset Terhadap Tingkat Kepatuhan Penyampaian SPT tahunan pada KPP Pratama Jakarta Senen Program Sunset merupakan suatu cara yang digunakan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk meningkatkan kesadaran masyarakat pada umumnya dan Wajib Pajak pada khususnya untuk patuh pada peraturan perpajakan. Oleh karena itu akan terciptalah kepathan Wajib Pajak. Sunset juga memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap tingkat kepatuhan penyampaian SPT Tahunan Wajib Pajak pada KPP di seluruh wilayah Indonesia begitu pula pada KPP Pratama Jakarta Senen. Hal ini dapat diketahui dari aktifnya kembali para Wajib Pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya terlihat pada jumlah penyampaian SPT Tahunan sebelum diadakan Sunset hingga berakhirnya Sunset. Sosialisasi Sunset dan kegiatan jemput bola diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk memiliki NPWP, patuh dan aktif menyampaikan SPT bagi Wajib Pajak yang terdaftar pada KPP yang bersangkutan, dengan tujuan untuk meningkatkan penerimaan pajak yang akan berdampak pad perekonomian Negara Indonesia. Adapun cara perhitungan tingkat kepatuhan penyampaian SPT Tahunan yang digunakan adalah dengan membandingkan jumlah SPT Tahunan dan Wajib Pajak Terdaftar dikali seratus persen. Berikut ini adalah data yang menunjukan jumlah penyampaian SPT tahunan dan Wajib Pajak terdaftar pada KPP Pratama Jakarta Senen.

10 41 Perhitungan di bawah ini diperinci dengan memisahkan antara jenis Wajib Pajak Badan dan Wajib Pajak Orang pribadi. 1) WAJIB PAJAK BADAN Table DATA PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN/ WP PATUH TAHUN TAHUN WP TERDAFTAR SPT YANG DITERIMA % PATUH KETERANGAN ,25% sebelum Sunset ,94% saat Sunset ,87% setelah Sunset (data diolah tahun 2011) Dari data di atas, akan didapat hasil analisis atas tingkat kepatuhan Wajib Pajak Badan pada KPP Pratama Jakarta Senen. Terlihat penurunan persentase kepatuhan Wajib Pajak Badan mulai tahun 2007 hingga Pada tahun 2007 persentase kepatuhan penyampaian SPT Tahunan wajib Pajak Badan sebesar 22,25%. Berbeda saat Sunset mulai diberlakukan, pada tahun 2008 dari 8454 WP Terdaftar hanya 1770 atau sekitar 20,94 % yang menyampaikan SPT Tahunan. Berikutnya untuk tahun 2009 (setelah pemberlakuan Sunset ) persentase kepatuhan penyampaian SPT Tahunan menjadi sebesar 18,87%. Banyaknya jumlah Wajib Pajak terdaftar tidak sebanding dengan kepatuhan Wajib Pajak untuk menyampaikan SPT tahunannya. WP Badan tedaftar yang memperoleh NPWP meningkat hampir setiap tahun, namun

11 42 banyak dari WP Badan tersebut tidak secara aktif dan efektif menyampaikan SPT Tahunan. Meskipun masih tergolong patuh, namun tingkat kepatuhan WP Badan masih tergolong relative kecil. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya ada WP badan (perusahaan) yang tedaftar sebagai wajib pajak namun tidak aktif menyampaikan SPT. Factor lain yang mempengaruhi tingkat persentase di atas, misalnya kebangkrutan (pailit) sehingga WP tidak dapat memenuhi kewajiban perpajakannya. Dan tidak terdapat WP yang melakukan pembetulan SPT karena jumlah utang pajaknya benar atau tidak kurang bayar. Berdasarkan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa Program Sunset belum memberikan dampak yang signifikan terhadap tingkat kepatuhan penyampaian SPT Tahunan untuk Wajib Pajak Badan pada KPP Pratama Jakarta Senen. Jumlah penyampaian SPT Tahunan yang terus menurun, mulai pada tahun 2007 sejumlah 1772, di tahun 2008 yang menurun menjadi 1770, dan penyampaian SPT Tahunan yang terus mangalami penurunan menjadi 1668 pada tahun Hal tersebut dapat dilihat pula pada grafik di bawah ini :

12 43 GRAFIK DATA PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN BADAN TAHUN TERDAFTAR YANG SPT 2) WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI Table DATA PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN/ WP PATUH TAHUN TAHUN WP TERDAFTAR SPT YANG DITERIMA % PATUH KETERANGAN ,96% sebelum Sunset ,06% saat Sunset ,83% setelah Sunset (data diolah tahun 2011) Dari data di atas, akan didapat hasil analisis atas tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi pada KPP Pratama Jakarta Senen. Pada tahun 2007

13 44 persentase kepatuhan penyampaian SPT Tahunan wajib Pajak Orang Pribadi sebesar 35,96% atau sekitar 5235 pelepor SPT dari jumlah WP terdaftar. Namun saat pemberlakuan Sunset, pada tahun 2008 persentase kepatuhan penyampaian SPT Tahunan Wajib pajak Orang pribadi meningkat sebesar 48,06% sekitar WP yang menyampaikan SPT Tahunan dari jumlah WP terdaftar. Berikutnya untuk tahun 2009 (setelah pemberlakuan Sunset ) persentase kepatuhan penyampaian SPT Tahunan sebesar 41,83% atau terjadi penurunan dari tahun sebelumnya. Pemberlakuan Sunset mendorong Wajib Pajak Orang Pribadi yang sudah aktif untuk menyampaikan pembetulan SPT Tahunan yang telah disampaikan sesuai dengan kondisi sebenarnya. Dengan adanya pembetulan SPT berarti menambah jumlah WP yang aktif, sehingga penerimaan pajak pun akan meningkat. Kesadaran WP Orang Pribadi untuk menyampaikan SPT dengan baik dan benar sesuai ketentuan perpajakan mendorong tingkat kepatuhan yang signifikan. Dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa Program Sunset memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap tingkat kepatuhan penyampaian SPT Tahunan untuk Wajib Pajak Orang Pribadi pada KPP Pratama Jakarta Senen. Hal tersebut dapat dilihat pula pada grafik di bawah ini :

14 45 GRAFIK DATA PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN WP OP TAHUN WP TERDAFTAR YANG SPT Berdasarkan data wajib pajak di atas, terlihat bahwa Sunset ternyata mampu meningkatkan minat masyarakat dan Wajib Pajak untuk menyampaikan kewajiban perpajakan dengan benar. Selain itu, Sunset policy juga dimanfaatkan oleh masyarakat yang belum memiliki NPWP untuk mendaftarkan diri mereka sebagai Wajib Pajak dan meminta Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya. Bila dilihat dari kedua jenis Wajib Pajak di atas, peningkatan kepatuhan penyampaian SPT Tahunan baik WP Badan maupun WP Orang Pribadi, belum memberikan dampak yang sangat signifikan. Persentase tingkat kepatuhan penyampaian SPT seluruh WP masih di bawah angka 50%, artinya banyaknya WP yang terdaftar tidak berdampak pada jumlah peningkatan

15 46 penyampaian SPT Tahunan. Sebagian besar masyarakat memanfaatkan Sunset guna memperoleh NPWP, namun masih banyak dari WP yang telah terdaftar tidak memanfaatkan Sunset untuk menyampaikan SPT tahunan dengan baik. C. Analisis Pelaksanaan Sunset Terhadap Efektifitas Penerimaan Pajak pada KPP Pratama Jakarta Senen Sunset mendorong setiap Wajib Pajak melakukan kawajiban perpajakannya dengan benar. Bila setiap Wajib Pajak dapat memberikan data kewajiban perpajakannya secara benar dan melunasi utang pajak yang seharusnya, hal ini merupakan factor pendorong meningkatnya jumlah penerimaan pajak. Dalam kebijakan sunset policy ada dua jenis pengampunan yang diberikan oleh UU KUP yang baru, yaitu: 1. Pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa bunga atas pembettulan SPT Tahunan untuk tahun pajak sebelum tahun Penghapusan sanksi administrasi atas pajak yang tidak atau kurang bayar untuk tahun pajak sebelum diperoleh NPWP bagi wajib pajak orang pribadi yang mendaftarkan diri secara sukarela untuk mendapatkan NPWP. Penghapusan ini juga berlaku bagi Wajib Pajak Badan dan wajib Pajak Orang pribadi yang melakukan pembetulan SPT tahunan sebelum tahun pajak

16 dan melaporkannya kembali, sehingga menyebabkan hasil kurang bayar atau pajak terutang yang masih harus dibayar bertambah. Dalam hal ini, untuk mengetahui dampak Sunset terhadap penerimaan pajak, data yang digunakan adalah data penerimaan pajak panghasilan pada KPP Pratama Jakarta Senen berdasarkan jumlah penerimaan pajak penghasilan yang termasuk dalam PPh Non Migas dan PPh Migas untuk tahun 2007 hingga tahun Table 4.3 DATA PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN TAHUN TAHUN PAJAK PENGHASILAN NON MIGAS MIGAS TOTAL PPH (data diolah tahun 2011) KETERANGAN sebelum Sunset saat Sunset setelah Sunset PPh Non Migas tersebut berkaitan dengan PPh pasal 21, PPh pasal 22, PPh pasal 22 impor, PPh pasal 23, PPh pasal 25/ 29 OP, PPh pasal 25/ 29 badan, PPh pasal 26, PPh pasal 26, PPh final dan FLN. Sementara itu, PPh Migas berkaitan dengan PPh minyak bumi dan gas alam. Kegiatan usaha di bidang pengelolaan minyak dan gas bumi pada umunya melibatkan beberapa badan usaha yang terkait, di antaranya PERTAMINA, (KBH) Kontraktor Bagi Hasil, Kontraktor Kontrak karya (KK) yang melakukan

17 48 kontrak pengeboran dengan perusahaan pengeboran nasional (National Drilling Coorporation, NDC). Di atas terlihat data yang masih bersifat global, terjadi peningkatan jumlah penerimaan pajak penghasilan tahun 2007 ke tahun Peningkatan penerimaan ini terjadi dikarenakan program-program yang telah dicanangkan KPP Pratama Jakarta Senen dapat dilaksanakan dengan baik, seperti pelaksanaan intensifikasi dan ekstensifikasi di bidang perpajakan, serta peningkatan pelayanan kepada WP. Selain itu peningkatan jumlah penerimaan pajak di tahhun 2008 juga tidak terlepas dari adanya program Sunset yang telah dijalankan oleh KPP tersebut. Sosialisasi Sunset policy di media cetak dan elektronoik mampu menumbuhkan minat masyarakat untuk memahami program tersebut sehingga banyak dari mereka yang memanfaatkannya untuk mendaftarkan diri dan memperoleh NPWP, serta melakukan pembetulan SPT Kurang Bayar yang telah mereka sampaikan sebelumnya. Adapun tujuan membentulkan SPT tersebut adalah agar terbebas dari pengenaan sanksi berupa bunga 2% atas pajak yang kurang sebagaimana telah dijelaskan dalam program Sunset. Namun untuk tahun 2009, penerimaan pajak penghasilan pada KPP Senen mengalami penurunan. Berikut ini perincian data realisasi dan target penerimaan pajak untuk masing- masing tahun.

18 49 Table LAPORAN PENERIMAAN PAJAK TAHUN 2007 (SEBELUM SUNSET POLICY) NO JENIS PAJAK REALISASI TARGET % PENCAPAIAN A Pajak Penghasilan 411,041,561, ,962,060, PPh Non Migas 410,964,987, ,962,060, PPh pasal ,366,361,254 54,633,410, PPh pasal 22 16,017,743,063 28,669,590, PPh pasal 22 impor 12,943,516,464 13,636,450, PPh pasal 23 23,541,516,432 32,273,110, Pph pasal 25/29 OP 4,875,326,776 4,997,430, PPh pasal 25/29 badan 54,731,918,210 60,105,490, PPh pasal 26 2,575,217,033 2,891,520, PPh final dan FLN 26,913,039, ,485,060, PPh Non Migas lainnya 349, PPh Migas 76,574, PPh minyak bumi 45,622, PPh gas alam 29,605, PPh lain minyak bumi 240, Pph lainnya gas alam 1,105, (data diolah tahun 2011) Data di atas menunjukkan bahwa penerimaan pajak penghasilan pada KPP Pratama Jakarta Senen mampu terealisasi sebesar 97.01% secara keseluruhan. Pencapaian target terbesar ada pada PPh pasal 21 dimana target yang direncanakan hanya sebesar Rp , sementara itu banyak WP yang menyampaikan pajak terutang untuk Pph pasal 21 hingga mencapai angka Rp , artinya lebih dari 493% target tersebut terpenuhi. Untuk PPh

19 50 Non Migas sendiri terealisasi sebesar 97.07% dari target yang telah ditentukan diawal tahun tersebut, sedangkan PPh Migas dapat mencapai angka sebesar 100% untuk tahun Persentase di atas menunjukkan bahwa kepatuhan Wajib Pajak berakibat pada besarnya penerimaan pajak pada tahun yang tersebut. Kepatuhan Wajib pajak pada tahun 2007 sudah cukup terlihat, walaupun belum memberikan dampak yang signifikan antara APBN dengan realisasi. Table LAPORAN PENERIMAAN PAJAK TAHUN 2008 (SAAT SUNSET POLICY) NO JENIS PAJAK REALISASI TARGET % PENCAPAIAN A Pajak Penghasilan 414,423,819, ,031,180, PPh Non Migas 414,381,299, ,031,180, PPh pasal ,857,544, ,612,490, PPh pasal 22 10,276,445,137 8,372,770, PPh pasal 22 impor 11,476,097,259 6,841,480, PPh pasal 23 16,380,150,020 9,672,090, Pph pasal 25/29 OP 9,631,141,759 7,993,630, PPh pasal 25/29 badan 63,045,724,036 60,912,550, PPh pasal 26 1,539,987, ,970, PPh final dan FLN 20,165,011,581 20,795,860, PPh Non Migas lainnya 9,198, , PPh Migas 42,519, PPh minyak bumi 30,691, PPh gas alam 11,828, PPh lain minyak bumi Pph lainnya gas alam 0 0 (data diolah tahun 2011)

20 51 Persentase pencapaian target penerimaan pajak penghasilan yang cukup baik terlihat disaat Sunset mulai diberlakukan (Tahun 2008). KPP Pratama Jakarta Senen mampu memperoleh penerimaan pajak penghasilan sebesar 104,64%. Dimana terdapat peningkatan penerimaan pajak yang sebesar 104,63% yang berasal dar PPh Non Migas dan 100% dari PPh Migas. Sunset memberikan kesempatan bagi Wajib Pajak melakukan pembetulan SPT Kurang Bayar yang telah mereka sampaikan sebelumnya. Adapun tujuan membentulkan SPT tersebut adalah agar terbebas dari pengenaan sanksi berupa bunga 2% atas pajak yang kurang sebagaimana telah dijelaskan dalam program Sunset. Dari pembetulan tersebut diketahui bahwa jumlah penerimaan pajak pada KPP Pratama Jakarta Senen meningkat dan sebagian besar melampaui jumlah APBN atau target penerimaan pajak. Terbukti dengan jumlah 100,44% pada PPh pasal 21. Untuk PPh pasal 21 target pajak pada masa sunset policy justru dinaikkan lebih dari 400 kali lipat sebagi stimulus untuk mmemperoleh keseimbangan jumlah penerimaan pajak. Kenaikan jumlah penerimaan pajak pun terlihat pada sebagian besar jenis pajak penghasilan. sekitar 122,74% pada PPh pasal 22; dan pajak penghasilan lainnya. Usaha menstabilkan target dan penerimaan pajak pada sebagian besar pajak penghasilan saat sunset ini berlangsung, setidaknya membawa dampak yang cukup signifikan bagi APBN Indonesia. Pencapaian penerimaan pajak yang melebihi target pada tahun 2008 atau saat berlangsungnya Sunset, menggambarkan bahwa program ini

21 52 memberikan pengaruh kepada kepatuhan WP untuk menyampaikan SPT pembetulannya, dan mengakibatkan jumlah peningkatan pajak yang meningkat. Di samping itu, peningkatan impor menyebabkan penerimaan PPh pasal 22 juga meningkat dan PPh pasal 23 yang meningkat juga akibat nilai pasar saham yang stabil serta PPh pasal 23 yang berkaitan dengan jasa dan sewa. Table LAPORAN PENERIMAAN PAJAK TAHUN 2009 (SETELAH SUNSET POLICY) NO JENIS PAJAK REALISASI TARGET % PENCAPAIAN A Pajak Penghasilan 373,347,225, ,150,485, PPh Non Migas 373,345,424, ,150,485, PPh pasal ,844,719, ,382,899, PPh pasal 22 13,482,272,309 22,765,105, PPh pasal 22 impor 16,668,224,639 25,422,658, PPh pasal 23 11,215,848,575 36,930,524, Pph pasal 25/29 OP 8,550,321,495 8,108,121, PPh pasal 25/29 badan 34,988,485,565 21,427,397, PPh pasal ,173,804 3,411,487, PPh final dan FLN 24,409,657,575 44,681,913, PPh Non Migas lainnya 1,721,250 20,377, PPh Migas 1,801, PPh minyak bumi 741, PPh gas alam 1,060, PPh lain minyak bumi Pph lainnya gas alam 0 (data diolah tahun 2011)

22 53 Tahun 2009 setelah pemberlakuan Sunset, jumlah penerimaan pajak penghasilan pada KPP Pratama Jakarta Senen tidak menunjukkan hasil yang cukup baik. Persentase pencapaian pajak penghasilan pada tahun ini hanya sebesar 91,7% yang berasal dari jenis PPh Non Migas dan PPh Migas. Kenaikan persentase hanya terlihat pada PPh pasal 21 sebesar 108%, nilai ini masih tergolong cukup stabil setelah pelaksanaan Sunset policy berakhir dan PPh pasal 25/ 29 sebesar 163,39%, dimana masih terdapat tingkat kepatuhan penyampaian SPT pada WP Orang Pribadi dan WP Badan. Hampir pada sebagian besar jenis pajak pengahasilan ditahun 2009 mengalami penurunan, jauh dari pencapaian target yang telah ditetapkan. Peningkatan target yang diharapkan mampu menjadi stimulus bagi penerimaan pajak, khususnya setelah program Sunset policy berlangsung, ternyata tidak mampu memberikan dampak yang sebanding pada realisasi penerimaan pajak tersebut. Namun bila dilihat lebih mandalam penurunan persentase pencapaian terhadap target penerimaan pajak terlihat cukup jelas. Tidak tercapainya target penerimaan pajak disebabkan kepatuhan wajib pajak yang kurang dalam menyampaikan SPT Tahunan, banyaknya jumlah wajib pajak yang terdaftar tidak diikuti dengan besarnya jumlah penyampaian SPT Tahunan, sehingga KPP tersebut tidak dapat memaksimalkan target yang ingin dicapainya. Tingginya peningkatan target penerimaan pajak juga mempengaruhi jumlah realisasi penerimaan pajak pada KPP Pratama Jakarta Senen. Selain itu,

23 54 penurunan impor barang dan jasa menyebabkan realisasi pencapaian PPh pasal 22 hanya sebesar 65,56% jauh dari jumlah saat Sunset sedang dilaksanakan (pada tahun 2008). Penurunan drastic lainnya yang dapat terlihat antara lain pada PPh pasal 23, akibat krisis global yang menyebabkan nilai pasar saham melemah dan berdampak kurang baik pada persentase pencapaian target penerimaan pajak penghasilan pasal 23 yang hanya sebesar 30,37%. Secara garis besar Sunset, cukup memberikan damapak yang baik pada jumlah penerimaan pajak KPP Pratama Jakarta Senen. Sebagai upaya meningkatkan penerimaan pajak sebelum Sunset (tahun 2007) hingga Sunset berakhir (tahun 2009), KPP Pratama Jakarta Senen telah cukup berhasil menjaga kestabilan jumlah penerimaan pajaknya. Realisasi penerimaan pajak yang terlihat dari tahun ke tahun terlihat cukup baik, meski terdapat kenaikan atau penurunan target yang berdapak pada tingkat persentase pencapaian target yang telah direncanakan.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Sunset Policy Terhadap Jumlah Wajib Pajak Terdaftar

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Sunset Policy Terhadap Jumlah Wajib Pajak Terdaftar 36 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Sunset Policy Terhadap Jumlah Wajib Pajak Terdaftar Prinsip dasar utama dari Sunset Policy adalah penegakan sistem self assessment seutuhnya, yang berarti

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisis Dampak Pelaksanaan Program Kebijakan Sunset Policy terhadap Jumlah Penyampaian SPT Tahunan pada KPP Pratama Tangerang Timur Program Kebijakan Sunset

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS EFEKTIVITAS SUNSET POLICY

BAB 4 ANALISIS EFEKTIVITAS SUNSET POLICY BAB 4 ANALISIS EFEKTIVITAS SUNSET POLICY 4.1 Pelaksanaan Sunset Policy di KPP Pratama Jakarta Sawah Besar Dua Berlakunya Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Nomor 28 Tahun 2007 sejak

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN

BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN 4.1 Evaluasi Jumlah Kepemilikan NPWP Terdaftar dari Tahun 2011, 2012, dan 2013 Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tigaraksa Semakin beratnya beban pemerintah dalam pembiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. non migas. Siti Kurnia Rahayu (2010) mengungkapkan bahwa Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. non migas. Siti Kurnia Rahayu (2010) mengungkapkan bahwa Pemerintah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak adalah salah satu sumber penerimaan dalam negeri dari sektor non migas. Siti Kurnia Rahayu (2010) mengungkapkan bahwa Pemerintah Indonesia sampai tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor internal

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor internal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor internal maupun eksternal. Salah satu sumber penerimaan negara dari sektor internal adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat dengan usaha pemerintah dalam melakukan pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan. 2. Fungsi mengatur Fungsi stabilitas

BAB 1 PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan. 2. Fungsi mengatur Fungsi stabilitas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak menurut Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan umum dan tata cara perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. A. Pembahasan Masalah. Tahun 2015 ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagai

BAB III PEMBAHASAN. A. Pembahasan Masalah. Tahun 2015 ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagai 44 44 BAB III PEMBAHASAN A. Pembahasan Masalah Tahun 2015 ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagai Tahun Pembinaan Wajib Pajak (TPWP). Pihak-pihak atau objek yang dibina oleh DJP adalah kelompok

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kemayoran Untuk memaksimalkan pajak, negara melakukan sosialisasi pajak kepada masyarakat terutama

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Metode penelitian merupakan cara ilmiah dalam rangka memperoleh data yang digunakan untuk tujuan tertentu (Kerlinger, 2004). Penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekstensifikasi (peningkatan jumlah wajib pajak) dan intensifikasi (peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. ekstensifikasi (peningkatan jumlah wajib pajak) dan intensifikasi (peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara untuk mendukung pembiayaan dalam menjalankan fungsi pemerintahan seperti yang tertuang dalam UU No. 28 Tahun 2007

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. pengaruh ektensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak dalam meningkatkan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. pengaruh ektensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak dalam meningkatkan BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1. Simpulan Berdasarkan pembahasan yang sudah dilakukan pada bab sebelumnya, mengenai pengaruh ektensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak dalam meningkatkan penerimaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis perkembangan Tingkat Kepatuhan Pajak Pertambahan Nilai Pengusaha Kena Pajak Badan dilihat dari penyampaian SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai dan Surat Ketetapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi kewajiban pembangunan bangsa, maka pemerintah harus memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber dana negara salah satunya yaitu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dapat memperbaiki hal tersebut dan menjadi solusi yang efektif.

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dapat memperbaiki hal tersebut dan menjadi solusi yang efektif. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang sebenarnya memiliki banyak potensi untuk menjadi negara yang lebih maju. Tetapi pada kenyataannya, Indonesia belum bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang berlangsung secara terus-menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang berlangsung secara terus-menerus dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional yang berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan selama ini, bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat baik materiil dan spiritual.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang dapat dilihat dari APBN tahun 2014 yakni pajak

BAB I PENDAHULUAN. negara yang dapat dilihat dari APBN tahun 2014 yakni pajak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini, pajak merupakan sumber terbesar pendapatan negara yang dapat dilihat dari APBN tahun 2014 yakni pajak menyumbang lebih dari separuh total pendapatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber penerimaan negara di peroleh dari berbagai sektor, baik sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber penerimaan negara di peroleh dari berbagai sektor, baik sektor BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber penerimaan negara di peroleh dari berbagai sektor, baik sektor internal maupun eksternal. Sumber penerimaan internal adalah pendapatan pajak sedangkan eksternal

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. peningkatan jumlah penerimaan pajak dengan cara melakukan penghapusan sanksi

BAB IV PEMBAHASAN. peningkatan jumlah penerimaan pajak dengan cara melakukan penghapusan sanksi BAB IV PEMBAHASAN Sunset Policy merupakan program pemerintah tahun 2008 dalam rangka peningkatan jumlah penerimaan pajak dengan cara melakukan penghapusan sanksi administrasi berupa bunga atas pajak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya selaku wajib pajak. Oleh sebab itu, pemerintah membuat program

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya selaku wajib pajak. Oleh sebab itu, pemerintah membuat program BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang diperoleh dari masyarakatnya selaku wajib pajak. Oleh sebab itu, pemerintah membuat program baru dalam upaya meningkatkan

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 30/PJ/2008 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 30/PJ/2008 TENTANG L1 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 30/PJ/2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 27/PJ/2008 TATA CARA PENYAMPAIAN, PENGADMINISTRASIAN, SERTA PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tahun Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara terbesar dari dalam negeri. Berdasarkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2013, menunjukkan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. penerimaan pajak. Dalam meningkatkan penerimaan negara tersebut. Undang-undang, dan reformasi perpajakan.

BAB IV PEMBAHASAN. penerimaan pajak. Dalam meningkatkan penerimaan negara tersebut. Undang-undang, dan reformasi perpajakan. BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Evaluasi Kebijakan Sunset Policy Semakin berat beban dan dana yang perlukan negara dalam menjalankan pemerintahan dan pembiayaan pembangunan, mengharuskan pemerintah berusaha meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada keadilan sosial. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, negara harus

BAB I PENDAHULUAN. kepada keadilan sosial. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, negara harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan negara yang disepakati oleh para pendiri awal negara ini adalah menyejahterakan rakyat dan menciptakan kemakmuran yang berasaskan kepada keadilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya yang dimiliki suatu negara, baik berupa kekayaan alam

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya yang dimiliki suatu negara, baik berupa kekayaan alam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dikumpulkan dari segenap potensi sumber daya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang digunakan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin maupun pembangunan agar tercapai kemakmuran dan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Efektivitas sunset..., Ehrmons Fisca Purwa Winastyo, FE UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Efektivitas sunset..., Ehrmons Fisca Purwa Winastyo, FE UI, 2010. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan fiskal merupakan instrumen penting untuk mengoptimalkan pemanfaatan output nasional untuk dipergunakan demi kemakmuran rakyat. Kebijakan fiskal dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Sebagian masyarakat telah menganggap pajak sebagai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Sebagian masyarakat telah menganggap pajak sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Saat ini, pajak bukan lagi merupakan sesuatu yang asing bagi masyarakat Indonesia. Sebagian masyarakat telah menganggap pajak sebagai salah satu kewajiban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dalam pelaksanaan pembangunan. Pengeluaran utama negara adalah

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dalam pelaksanaan pembangunan. Pengeluaran utama negara adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara membutuhkan dana yang besar untuk membiayai segala kebutuhan dalam pelaksanaan pembangunan. Pengeluaran utama negara adalah untuk pengeluaran rutin seperti gaji

Lebih terperinci

LAMPIRAN-LAMPIRAN. : Bapak Hamdi Aniza Pertama, SE., Ak., M.Si. Kepala seksi pengawasan dan konsultasi III

LAMPIRAN-LAMPIRAN. : Bapak Hamdi Aniza Pertama, SE., Ak., M.Si. Kepala seksi pengawasan dan konsultasi III LAMPIRAN-LAMPIRAN 1. Hasil Wawancara dengan Kepala S eksi Pengawasan dan Konsultasi III KPP Pratama Jakarta Tebet Narasumber : Bapak Hamdi Aniza Pertama, SE., Ak., M.Si Kepala seksi pengawasan dan konsultasi

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH DJP... KANTOR PELAYANAN PAJAK...

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH DJP... KANTOR PELAYANAN PAJAK... Lampiran 1 Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE-69/PJ/2010 : 27 Mei 2010 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH DJP... KANTOR PELAYANAN PAJAK... Jln....

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang ikut mendorong pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang ikut mendorong pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian global di Indonesia, merupakan salah satu faktor yang ikut mendorong pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat dan membiayai pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber penerimaan merupakan satu hal yang sangat wajar. Berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. sumber penerimaan merupakan satu hal yang sangat wajar. Berkaitan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan penerimaan negara terbesar. Dominasi pajak sebagai sumber penerimaan merupakan satu hal yang sangat wajar. Berkaitan dengan hal itu, pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang terus-menerus berlangsung secara

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang terus-menerus berlangsung secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional adalah kegiatan yang terus-menerus berlangsung secara berkesinambungan yang memiliki tujuan awal, yaitu untuk mensejahterakan rakyat baik secara

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 44 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Pelaksanaan Ekstensifikasi Pajak dan Kontribusinya Terhadap Jumlah Wajib Pajak Terdaftar Berikut adalah data jumlah wajib pajak yang berhasil dihimpun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga pemerintah membutuhkan dana yang cukup banyak dalam menjalankan

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga pemerintah membutuhkan dana yang cukup banyak dalam menjalankan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam menjalankan program pemerintahan dan pembangunan Negara Indonesia sehingga pemerintah membutuhkan dana yang cukup banyak dalam menjalankan program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kenyataannya Indonesia tidak bisa memanfaatkan berbagai potensi itu. Bisa dilihat

BAB I PENDAHULUAN. kenyataannya Indonesia tidak bisa memanfaatkan berbagai potensi itu. Bisa dilihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagai Negara yang berkembang,sebenarnya Indonesia memiliki berbagai macam potensi untuk menjadi Negara yang lebih maju. Akan tetapi pada kenyataannya Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu negara akan berkembang dan berjalan dengan lancar

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu negara akan berkembang dan berjalan dengan lancar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan suatu negara akan berkembang dan berjalan dengan lancar jika berbagai sumber daya dikelola dengan baik, serta pendapatan nasional negara tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. uang sebanyak-banyaknya untuk kas negara. Semakin tinggi pemasukan pajak

BAB I PENDAHULUAN. uang sebanyak-banyaknya untuk kas negara. Semakin tinggi pemasukan pajak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak dilihat dari sudut pandang pemerintah merupakan salah satu sumber penerimaan untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan. Sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pendanaan dan pemasukan bagi Negara berasal dari pajak yang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pendanaan dan pemasukan bagi Negara berasal dari pajak yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah negara membutuhkan sumber pendanaan untuk melakukan Pembangunan Nasional yang dilakukan secara terus menerus untuk memenuhi kebutuhan masyarakat berupa kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA BINJAI

BAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA BINJAI BAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA BINJAI 3.1 Nomor Pokok Wajib Pajak Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan meliputi

Lebih terperinci

Bab 3. Penjelasan Mengenai Ketentuan Sunset Policy Berdasarkan Pasal 37A Undang-Undang Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Bab 3. Penjelasan Mengenai Ketentuan Sunset Policy Berdasarkan Pasal 37A Undang-Undang Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan 32 Bab 3 Penjelasan Mengenai Ketentuan Sunset Policy Berdasarkan Pasal 37A Undang-Undang Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan 3.1 Pengertian Istilah Sunset Policy Direktorat Jenderal Pajak mengkampanyekan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan yang sama untuk mengetahui masalah perpajakan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan yang sama untuk mengetahui masalah perpajakan di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengadaan dana merupakan masalah yang penting bagi tercapainya tujuan pembangunan nasional. Sumber pembiayaan pembangunan berasal dari dalam negeri dan luar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Untuk mengetahui dengan jelas pengertian pajak, berikut ini akandikemukakan definisi-definisi pajak yang diambil dari beberapa sumber.definisi pajak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan utama Negara yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan utama Negara yang digunakan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber penerimaan utama Negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Hal ini tertuang dalam Anggaran Penerimaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, pemerintah mengandalkan sumber-sumber penerimaan negara. Nota Keuangan dan APBN Indonesia tahun 2015 yang diunduh dari

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, pemerintah mengandalkan sumber-sumber penerimaan negara. Nota Keuangan dan APBN Indonesia tahun 2015 yang diunduh dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia terus melaksanakan pembangunan di segala bidang demi mewujudkan kesejahteraan rakyat. Dalam melaksanakan pembangunan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU KUP Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 1, Pajak adalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU KUP Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 1, Pajak adalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Menurut UU KUP Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 1, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

Lebih terperinci

FORMULA PENGHITUNGAN INDIKATOR KINERJA PELAYANAN. Realisasi pelayanan NPWP tepat waktu X 100% Jumlah penerbitan NPWP. Realisasi pelayanan pengukuhan

FORMULA PENGHITUNGAN INDIKATOR KINERJA PELAYANAN. Realisasi pelayanan NPWP tepat waktu X 100% Jumlah penerbitan NPWP. Realisasi pelayanan pengukuhan LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE-97/PJ/2010 TENTANG : PETUNJUK PENGUKURAN, PELAPORAN, DAN MONITORING KINERJA LAYANAN UNGGULAN DIREKTORAT JENDERAL PAJAK FORMULA PENGHITUNGAN INDIKATOR

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. sudah selayaknya ditarik kesimpulan berdasarkan penelitian yang dilakukan di

BAB V PENUTUP. sudah selayaknya ditarik kesimpulan berdasarkan penelitian yang dilakukan di 94 BAB V PENUTUP Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran. Pada akhir penulisan hukum sudah selayaknya ditarik kesimpulan berdasarkan penelitian yang dilakukan di lapangan yang kemudian dilakukan pembahasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Penerimaan Dalam Negeri, (dalam miliar rupiah)

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Penerimaan Dalam Negeri, (dalam miliar rupiah) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini pajak merupakan sumber penerimaan yang paling dominan, hal tersebut terbukti dari angka yang terdapat pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peneriman di negara Indonesia yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peneriman di negara Indonesia yang sangat penting bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu peneriman di negara Indonesia yang sangat penting bagi pelaksanakan dan pembangunan nasional serta bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui. Berbeda dengan pajak yang mempunyai umur tidak terbatas, dengan melihat semakin bertambahnya jumlah penduduk.

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui. Berbeda dengan pajak yang mempunyai umur tidak terbatas, dengan melihat semakin bertambahnya jumlah penduduk. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan penerimaan negara terbesar. Kurang lebih 2/3 penerimaan Negara saat ini dihasilkan dari pajak. Pajak sebagai sumber penerimaan merupakan satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dalam membenahi semua sektor, terutama sektor perekonomian. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dalam membenahi semua sektor, terutama sektor perekonomian. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan perekonomian global terutama di Indonesia ikut memacu pemerintah dalam membenahi semua sektor, terutama sektor perekonomian. Dalam membenahi

Lebih terperinci

PERPAJAKAN I KUP PENDAFTARAN NPWP & PEMBAYARAN PAJAK. By : SUHIRMAN MADJID, SE.,MSi.,AK., CA. HP :

PERPAJAKAN I KUP PENDAFTARAN NPWP & PEMBAYARAN PAJAK. By : SUHIRMAN MADJID, SE.,MSi.,AK., CA. HP : PERPAJAKAN I Modul ke: 02 KUP PENDAFTARAN NPWP & PEMBAYARAN PAJAK Fakultas EKON0MI Program Studi S 1 AKUNTANSI By : SUHIRMAN MADJID, SE.,MSi.,AK., CA. HP : 081218888013 Email : suhirmanmadjid@ymail.com.

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Dalam rangka mengamankan penerimaaan Negara perlu dilakukan

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Dalam rangka mengamankan penerimaaan Negara perlu dilakukan BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pembahasan Masalah Dalam rangka mengamankan penerimaaan Negara perlu dilakukan berbagai upaya, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui peningkatan kepatuhan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH DJP... KANTOR PELAYANAN PAJAK...

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH DJP... KANTOR PELAYANAN PAJAK... Lampiran I DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH DJP... KANTOR PELAYANAN PAJAK... (Beri tanda ( ) pada kotak yang sesuai) LEMBAR PENELITIAN (CHECK LIST) SUNSET

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan nasional, sebagaimana tertuang dalam alinea II Pembukaan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. tujuan nasional, sebagaimana tertuang dalam alinea II Pembukaan Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional adalah upaya untuk meningkatkan seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang sekaligus merupakan proses pengembangan keseluruhan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum 1. Lokasi Penelitian dan Daerah Operasi Objek Penelitian Dalam menyusun skripsi ini, peneliti melakukan penelitian di KPP Pratama Tangerang Timur yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan melihat semakin bertambahnya jumlah penduduk. perpajakan, Indonesia menganut system self assessment yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan melihat semakin bertambahnya jumlah penduduk. perpajakan, Indonesia menganut system self assessment yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak merupakan penerimaan negara terbesar. Kurang lebih 2/3 penerimaan negara saat ini dihasilkan dari pajak. Pajak sebagai sumber penerimaan merupakan satu hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat di paksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat

Lebih terperinci

Hukum Pajak. Kewajiban Perpajakan (Pertemuan #9) Semester Genap

Hukum Pajak. Kewajiban Perpajakan (Pertemuan #9) Semester Genap Hukum Pajak Kewajiban Perpajakan (Pertemuan #9) Semester Genap 2015-2016 Tujuan Pembelajaran Fakultas Hukum Mahasiswa memahami pemungutan pajak melalui sistem self assessment; Mahasiswa memahami berbagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bukunya Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Penghasilan : Definisi pajak yang dikemukakan oleh S.I.

BAB II LANDASAN TEORI. bukunya Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Penghasilan : Definisi pajak yang dikemukakan oleh S.I. BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pajak Banyak definisi pajak yang dikemukan oleh para ahli. Salah satu definisi yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. dalam bukunya Dasar-dasar Hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional Indonesia merupakan suatu proses yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional Indonesia merupakan suatu proses yang dilakukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional Indonesia merupakan suatu proses yang dilakukan secara berkesinambungan dengan tujuan untuk memberikan keadilan dan kemakmuran bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mengandalkan berbagai pemasukan negara sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mengandalkan berbagai pemasukan negara sebagai sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang notabenenya masih tergolong sebagai negara berkembang tentunya masih berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya melalui

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. Objek dalam penelitian ini diperoleh dari dua sumber, diantaranya : a. Sejarah Direktorat Jendral Pajak

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. Objek dalam penelitian ini diperoleh dari dua sumber, diantaranya : a. Sejarah Direktorat Jendral Pajak BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini diperoleh dari dua sumber, diantaranya : 1. KP DJP a. Sejarah Direktorat Jendral Pajak Direktorat Jenderal Pajak (disingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian global terutama di Indonesia, ikut memacu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian global terutama di Indonesia, ikut memacu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan perekonomian global terutama di Indonesia, ikut memacu pemerintah dalam membenahi semua sektor, terutama sektor perekonomian. Dalam membenahi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian bangsa. Suparmono dan Damayanti (2010) mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian bangsa. Suparmono dan Damayanti (2010) mengatakan bahwa 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pajak memiliki fungsi yang sangat penting dalam pembangunan perekonomian bangsa. Suparmono dan Damayanti (2010) mengatakan bahwa sebagai salah satu sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari penerimaan dalam negeri maupun penerimaan luar negeri.

BAB 1 PENDAHULUAN. dari penerimaan dalam negeri maupun penerimaan luar negeri. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara berkembang yang berkewajiban untuk memenuhi kepentingan warga negaranya, salah satunya melalui pelaksanaan berbagai pembangunan yang sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berasal dari pajak. Sehingga tidak dapat dipungkiri lagi bahwa Wajib Pajak merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berasal dari pajak. Sehingga tidak dapat dipungkiri lagi bahwa Wajib Pajak merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Saat ini pajak sudah menjadi faktor strategis dalam menjalankan proses pembangunan di Indonesia, karena sebagian besar sumber penerimaan dalam Anggaran Pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undangundang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undangundang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur dan lainnya, tidak terkecuali dengan Negara Indonesia. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur dan lainnya, tidak terkecuali dengan Negara Indonesia. Untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Suatu Negara membutuhkan dana yang cukup untuk melakukan pembangunan infrastruktur dan lainnya, tidak terkecuali dengan Negara Indonesia. Untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang sangat dominan. Pada

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang sangat dominan. Pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang sangat dominan. Pada saat ini kemandirian suatu negara dapat dilihat dari kemampuan warga negaranya untuk membiayai pengeluaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia memiliki berbagai permasalahan perpajakan yang umumnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia memiliki berbagai permasalahan perpajakan yang umumnya A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Indonesia memiliki berbagai permasalahan perpajakan yang umumnya juga ditemui di negara lain, misalnya rendahnya kepatuhan pajak, rendahnya penerimaan pajak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Tujuan tersebut dapat diwujudkan,

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Tujuan tersebut dapat diwujudkan, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia saat ini sedang berkonsentrasi dalam bidang pembangunan. Pembangunan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan Pajak Daerah dalam upaya peningkatan pendapatan asli. secara terus menerus melalui penggarapan sumber-sumber baru dan

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan Pajak Daerah dalam upaya peningkatan pendapatan asli. secara terus menerus melalui penggarapan sumber-sumber baru dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemungutan Pajak Daerah dalam upaya peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) sebagai salah satu sumber dana pembangunan perlu dipacu secara terus menerus melalui penggarapan

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak. (KPP) Pratama Jakarta Kemayoran

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak. (KPP) Pratama Jakarta Kemayoran BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kemayoran Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dan memiliki peran penting dalam pembangunan suatu negara khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dan memiliki peran penting dalam pembangunan suatu negara khususnya di BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Seperti yang kita ketahui bahwa pajak merupakan penerimaan negara yang terbesar dan memiliki peran penting dalam pembangunan suatu negara khususnya di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tangga dimana mengenal sumber penerimaan dan pos pos pengeluaran.

BAB I PENDAHULUAN. tangga dimana mengenal sumber penerimaan dan pos pos pengeluaran. digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perekonomian negara sama halnya dengan perekonomian rumah tangga dimana mengenal sumber penerimaan dan pos pos pengeluaran. Pajak merupakan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1. Simpulan Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, pada bab ini penulis mencoba mengambil kesimpulan atas kegiatan ekstensifikasi dalam rangka menambah jumlah Wajib

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Monica (2013), menyatakan bahwa dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Monica (2013), menyatakan bahwa dalam rangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia hingga saat ini masih menjadi negara yang sedang berkembang dan tidak henti-hentinya melakukan upaya pembangunan di segala bidang yang bertujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menerus dalam rangka menjamin pembangunan nasional yang berkesinambungan.

I. PENDAHULUAN. menerus dalam rangka menjamin pembangunan nasional yang berkesinambungan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional yang sedang kita laksanakan ini memerlukan tersedianya dana pembangunan yang sangat besar, yang senantiasa tersedia secara terus menerus dalam rangka

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 28/PJ/2012 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 28/PJ/2012 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 28/PJ/2012 TENTANG TARGET RASIO PEMBETULAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN BERBASIS PROFIL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang-Undang Dasar 1945, dimana bertujuan untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang-Undang Dasar 1945, dimana bertujuan untuk mencerdaskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam buku Undang-Undang Dasar 1945 (amandemen) menyebutkan bahwa, Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu penopang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. satu penopang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Untuk dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu sumber penerimaan negara yang sangat penting untuk pembiayaan pemerintah dan pembangunan adalah dari penerimaan pajak. Pajak merupakan salah satu penopang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana semua hasil penerimaan tersebut akan digunakan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. dimana semua hasil penerimaan tersebut akan digunakan untuk membiayai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sumber-sumber penerimaan negara Indonesia berasal dari berbagai sektor, dimana semua hasil penerimaan tersebut akan digunakan untuk membiayai pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penelitian. BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjabarkan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penelitian. 1.1 Latar Belakang Indonesia pada tahun 2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang bertujuan untuk mewujudkan tata kehidupan negara dan bangsa yang adil,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memenuhi dana pembangunan Negara, Pemerintah. masyarakat Indonesia, karena berdasarkan tax ratio Indonesia dengan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memenuhi dana pembangunan Negara, Pemerintah. masyarakat Indonesia, karena berdasarkan tax ratio Indonesia dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Untuk memenuhi dana pembangunan Negara, Pemerintah memanfaatkan dua sumber pokok penerimaan pajak, yaitu sumber dana dari dalam negeri misalnya penerimaan

Lebih terperinci

Perbedaan Data antara SPT Tahunan PPh dengan Profil Wajib Pajak

Perbedaan Data antara SPT Tahunan PPh dengan Profil Wajib Pajak Lampiran 1 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH DJP... KANTOR PELAYANAN PAJAK... Jln... Telp....... Faks.... Homepage : http://www.pajak.go.id Nomor : S-...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. relatif terbatas, pada saatnya akan habis dan tidak bisa diperbaharui. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. relatif terbatas, pada saatnya akan habis dan tidak bisa diperbaharui. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dominasi pajak sebagai sumber penerimaan merupakan satu hal yang sangat wajar, terlebih ketika sumber daya alam, khususnya minyak bumi tidak bisa lagi diandalkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah tentunya berusaha untuk dapat meningkatkan dan meratakan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah tentunya berusaha untuk dapat meningkatkan dan meratakan tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Republik Indonesia merupakan Negara Kepulauan terbesar didunia. Dengan besar dan luasnya wilayah Negara Republik Indonesia yang dimiliki, pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maju dan sejahtera. Dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. maju dan sejahtera. Dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang secara terus menerus melakukan pembangunan untuk dapat menjadi negara yang maju dan sejahtera. Dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak bisa hanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak bisa hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak bisa hanya menggantungkan dana dari luar negeri saja, melainkan harus menggali sendiri terutama dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa pajak akan sangat mustahil sekali negara ini dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa pajak akan sangat mustahil sekali negara ini dapat melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber utama dana penerimaan dalam negeri. Tanpa pajak akan sangat mustahil sekali negara ini dapat melakukan pembangunan. Sebagian besar sumber

Lebih terperinci

: Pelaksana Seksi Ekstensifikasi Perpajakan KPP Pratama Serpong. 1. Apa tujuan yang melatarbelakangi kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak di

: Pelaksana Seksi Ekstensifikasi Perpajakan KPP Pratama Serpong. 1. Apa tujuan yang melatarbelakangi kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak di L4 Narasumber Jabatan : Ibu Nurika Rahmantika : Pelaksana Seksi Ekstensifikasi Perpajakan KPP Pratama Serpong DAFTAR PERTANYAAN : 1. Apa tujuan yang melatarbelakangi kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan sumber penerimaan eksternal misalnya pinjaman luar negeri. Arum

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan sumber penerimaan eksternal misalnya pinjaman luar negeri. Arum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor internal maupun eksternal. Salah satu sumber penerimaan negara dari sektor internal adalah pajak,

Lebih terperinci

BAB 3 KETENTUAN SUNSET POLICY DAN DASAR HUKUM PERPANJANGAN SUNSET POLICY

BAB 3 KETENTUAN SUNSET POLICY DAN DASAR HUKUM PERPANJANGAN SUNSET POLICY 47 BAB 3 KETENTUAN SUNSET POLICY DAN DASAR HUKUM PERPANJANGAN SUNSET POLICY 3.1. Ketentuan Sunset Policy dalam Pasal 37 A UU KUP Dalam Undang-undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP), sunset

Lebih terperinci

Daftar Pertanyaaan Wawancara dan Jawaban: Pajak dan intensifikasi pajak Orang Pribadi khususnya pada KPP Jakarta Tanah

Daftar Pertanyaaan Wawancara dan Jawaban: Pajak dan intensifikasi pajak Orang Pribadi khususnya pada KPP Jakarta Tanah L 1 Daftar Pertanyaaan Wawancara dan Jawaban: 1. Apakah tujuan yang melatarbelakangi pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak Orang Pribadi khususnya pada KPP Jakarta Tanah

Lebih terperinci