NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN DUKUNGAN ORANGTUA DENGAN KETRAMPILAN SOSIAL PADA TUNAGRAHITA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN DUKUNGAN ORANGTUA DENGAN KETRAMPILAN SOSIAL PADA TUNAGRAHITA"

Transkripsi

1 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN DUKUNGAN ORANGTUA DENGAN KETRAMPILAN SOSIAL PADA TUNAGRAHITA Oleh : ASRI HANDAYANI HEPI WAHYUNINGSIH PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2008

2 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN ORANGTUA DENGAN KETRAMPILAN SOSIAL PADA TUNAGRAHITA Telah Disetujui Pada Tanggal Dosen Pembimbing Utama (Hepi Wahyuningsih, S.Psi.,Msi)

3 HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN ORANGTUA DENGAN KETRAMPILAN SOSIAL PADA TUNAGRAHITA Asri Handayani Hepi Wahyuningsih INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan positif antara dukungan orangtua dengan ketrampilan sosial pada remaja tunagrahita. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu ada hubungan yang positif antara dukungan orangtua dengan ketrampilan sosial pad remaja tunagrahita. Semakin tinggi dukugan orangtua maka semakin tinggi pula ketrampilan sosialnya dan sebaliknya semakin rendah dukungan orangtua maka semakin rendah pula ketrampilan sosial pada remaja tunagrahita. Subjek dalam penelitian ini adalah remaja tunagrahita ringan, berusia tahun yang diambil dari SLB Ma arif Muntilan dan SLB Bina Kasih Srumbung. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 32 orang. Skala yang digunakan untuk mengukur dukungan orangtua mengacu pada aspek berdasarkan House (Smeet, 1994) dan skala ketrampilan sosial mengacu aspek ketrampilan sosial yang dikemukakan oleh Riggio (Burgon dkk, 1995). Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS untuk menguji apakah ada hubungan antara dukungan orangtua dengan ketrampilan sosial pada tunagrahita. Analisis data dalam penelitian ini dengan non parametric dari spearman yang menunjukkan korelasi sebesar r = 0,151 dan p = 0,204 (p>0,05) yang artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan orangtua dengan ketrampilan sosial dengan demikian dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan bahwa ada hubungan yang positif antara dukungan orangtua dengan ketrampilan sosial tidak diterima. Kata Kunci : Dukungan orangtua, Ketrampilan Sosial

4 PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial sekaligus makhluk individual manusia tidak dapat lepas dari kehidupan orang lain. Setiap orang akan hidup dalam suatu lingkungan dan berinteraksi antar sesama dalam kehidupannya. Mulai dari lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat yang luas. Dalam kehidupan sehari-hari manusia mengadakan interaksi dengan lingkungan tempat individu tersebut berada sehingga menimbulkan ketergantungan satu sama lain. Tanpa adanya interaksi sosial antar sesama maka perkembangan jiwa seseorang akan terganggu karena perkembangan jiwa manusia sangat ditentukan oleh hubungannya dengan manusia lain. Hal yang paling penting dalam kehidupan ini salah satunya adalah menjalin hubungan dengan lingkungan, karena manusia berinteraksi dengan sesama dan saling membutuhkan satu sama lain. Oleh karena itu, diperlukan ketrampilan sosial sebagai dasar dalam membia hubungan tersebut. Begitu juga dengan anak tuna grahita, meskipun mereka mengalami kelainan namun mereka tetap diharapkan memiliki ketrampilan sosial agar mampu berhubungan dengan orang lain. Ketrampilan sosial menurut Combs & Slaby (Marel & Campel, 1998) adalah kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain dalam konteks sosial tertentu dengan cara yang spesifik dapat diterima secara sosial dan pada waktu yang sama menguntungkan bagi kedua belah pihak. Berdasarkan hasil dari observasi dan wawancara tidak semua anak tuna grahita memiliki ketampilan sosial yang baik. Banyak dari mereka yang masih suka menyendiri

5 namun ada juga dari mereka yang sudah mampu untuk berhubungan dengan orang lain, seperti bermain dengan teman-temannya, dapat diajak berkomunikasi dan tidak takut dengan orang. Di sisi lain banyak juga anak yang masih takut untuk bermain dengan temannya, tidak mau menyapa, malu dan sulit diajak berkomunikasi serta lebih banyak diam.hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Reisman (dalam Putri dkk, 2005) bahwa individu yang memiliki ketrampilan sosial menunjukkan sikap ramah, berpikir positif tentang dirinya sendiri, tidak mudah terpancing oleh amarah, dan mampu berkomunikasi dengan orang lain sedangkan individu yang kurang memiliki ketrampilan sosial nampak dari sikap yang tidak ramah, memiliki gambaran diri negatif, mudah kehilangan kendali, dan menemukan kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain. Sementara itu menurut Riggio dan Zimmerman (Burgoon dkk, 1995) ketrampilan sosial merupakan kemampuan dalam membangun sebuah hubungan dengan menunjukan rasa ketulusan, empati, kontrol sosial, mampu membuka diri sesuai dengan norma-norma. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan yang dilandasi dengan ketrampilan sosial yang baik akan berjalan dengan lebih memuaskan dan sehat. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ketramplan sosial berdasarkan Petti, Kagan, Mize, Bates (Rubin, Bukowski & Parker, 1998) yaitu Kondisi anak dan interaksi anak dengan lingkungan. Kondisi yang dapat mempengaruhi ketrampilan sosial antara lain adalah temperamen anak dan regulasi emosi. Anak-anak yang memiliki temperamen sulit biasanya akan malu-malu dan sulit menghadapi lingkungan sosial yang baru, sedangkan anak yang ramah dan terbuka akan lebih responsif dalam menghadapi lingkungan sosialnya yang baru. Faktor yang kedua yaitu Interaksi anak

6 dengan lingkungan. Interaksi anak dengan lingkungan secara umum meliputi pola interaksi anak dengan orangtua dan kualitas hubungan dalam klompok yang merupakan dua faktor internal maupun eksternal yang berpengaruh bagi perkembangan sosial anak. Sebagai figur yang paling dekat dengan anak orangtua tidak hanya berperan mengajarkan ketampilan sosial secara langsung. Tetapi juga berperan dalam pembentukan hubungan dengan lingkungan, terutama teman sebaya. Ketrampilan sosial merupakan proses yang sulit untuk dilakukan bagi anak tunagrahita. Keterbatasan mental dan faktor-faktor lain, membuat anak tuna- grahita mengalami hambatan dalam berhubungan dengan lingkungannya. Banyak gangguan yang dialami oleh anak tunagrahita seperti gangguan dalam komunikasi, gangguan sosial, gangguan emosi. masalah kependidikan, dan gangguan inteletual. Salah satunya adalah gangguan sosial, hal ini terlihat kurangnya kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Mereka cenderung pasif apabila diajak untuk berbicara dan merasa malu. Anak tersebut juga lebih bergantung dengan orang lain terutama dengan orangtuanya. Seperti yang terlihat di SLB Ma arif, ketika sekolah ibu dari anak tersebut, juga ikut menemaninya disekolah. Sehingga dapat dikatakan bahwa anak tersebut memiliki ketrampilan sosial yang masih kurang. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Kagan & Moss dalam (Schloss, 1984) bahwa dalam aspek ketampilan sosial pada umumnya anak tunagahita tidak mempunyai kemampuan sosial, antara lain suka menghindari dari keramaian (withdrawal), ketergantungan hidup pada keluaarga, kurang mampu mengatasi marah, adanya rasa takut yang berlebihan, kelainan peran seksual, kurang mampu dalam hal yang berkaitan dengan intelektual, dan mempunyai

7 pola perilaku seksual yang khusus. Begitu juga dengan tunagrahita mampu didik dimana dalam aspek sosial tunagrahita mampu didik kesulitan dalam hidup dimasyarakat, mereka tidak mampu menghayati norma-norma dalam masyarakat dan tidak dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan yang luas, mereka hanya mampu berada dalam lingkungan keluarga dan lingkungan teman-teman yang masih muda Dekker (1984). Sejalan dengan hal tersebut Mangunsong dkk (1998) menyatakan bahwa tunagrahita ringan atau mampu didik kadang-kadang menunjukkan rasa malu dan pendiam, namun hal ini dapat berubah bila mereka banyak diikutkan untuk berinteraksi dengan anak lainya. Individu yang mengalami tuna grahita berbeda dengan manusia yang normal, gaya bicara anak normal lebih simple, kreativ,berhasil mencapai tujuan pribadi dan sering di ulang-ulang ketika berbicara dengan anak tuna grahita. Dengan anak yang sedikit terbelakang pola komunikasi menunjukkan perbedaan yang masih kurang jelas dengan anak normal. Anak yang terbelakang hanya menerima sedikit perhatian dari teman yang normal dan komunikasi tidak disebut gagal (Wenar dan Kerig, 2000). Tunagrahita mempunyai hambatan dalam berhubungan dengan lingkunganya sehingga perlu adanya pendampingan dari orangtua maupun guru untuk membangun kemampun dalam berhubungan dengan orang lain. Seperti yang di ungkapkan oleh kepala sekolah SLBC Bina Kasih Srumbung, bahwa peran orang tua dalam hubungan yang baik dengan anak sangat penting untuk membantu anak dalam berkembang. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Vembrianto (Putri dkk, 2005) yaitu ada dua dasar proses sosialisasi yaitu sifat tergantung manusia pada manusia lain dan sifat adaptabilitas.

8 Proses sosialisasi merupakan proses yang berlangsung sepanjang hidup, dalam proses sosialisasi individu mendapatkan hambatan dan pengawasan dari indivdu lain tetapi individu juga mendapatkan bimbingan, dorongan, stimulisasi, dan motivasi dari individu lain atau masyarakat. Dari teori tersebut. adanya stimulus atau motivasi yang bersumber terutama dari orangtua sangat penting untuk berperan dalam meningkatkan ketrampilan sosial, dimana intensitas bertemu anak dengan orangtua lebih tinggi dibandingkan dengan yang lainnya. Peran orangtua sangat penting dalam memberikan dukungan terhadap anak, karena orangtua merupakan orang yang terdekat secara emosi. Salah satu dukungan orangtua ini dapat berupa dukungan sosial. Dukungan sosial menurut Gottlieb (Smet, 1994) terdiri dari informasi atau nasehat verbal maupun non verbal, bantuan nyata atau tindakan yang diberikan oleh keakraban seseorang atau didapat karena kehadiran individu yang bersangkutan yang bermanfaat mempengaruhi perilaku maupun emosi individu. Begitu juga dengan anak tuna grahita dimana figur orangtua dianggap sebagai seseorang yang akrab dan mampu mempengaruhi perilaku maupun emosinya. Menurut Sarafino (Smet, 1994 ) dukungan sosial merupakan suatu kesenangan yang dirasakan sebagai perhatian, penghargaan atau pertolongan yang diterima dari orang lain atau suatu kelompok. Lingkungan yang memberikan dukungan tersebut adalah keluarga, kekasih dan anggota masyarakat. Banyak efek dari dukungan sosial karena dukungan sosial dapat secara positif pula memulihkan kondisi fisik maupun psikologis seseorang baik secara langsung maupun tidak langsung.

9 Dukungan orangtua terhadap anak tunagrahita dalam meningkatkan ketrampilan sosial salah satunya dapat berupa dukungan emosional. House (Smet, 1994) membedakan empat jenis dukungan sosial. Pertama dukungan emosional, merupakan dukungan yang mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan, kedua yaitu dukungan penghargaan dimana terjadi lewat ungkapan hormat (penghargaan) positif untuk individu yang bersangkutan, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu dan perbandingan positif individu tersebut dengan orang lain. Ketiga yaitu dukungan instrumental, mencakup bantuan lansung seperti bantuan berupa alat-alat bantu untuk keperluan sehari-hari. Ke-empat yaitu dukungan informatif, dukungan ini mencakup pemberian nasehat, petunjukpetunjuk, saran-saran dan umpan balik. Dari beberapa jenis dukungan tersebut, sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan kognitif maupun intelektual dan mental, sehingga anak tuna grahita dapat melakukan hubungan dengan orang lain secara baik meskipun pada dasarnya anak tersebut berbeda dengan anak yang normal. Orang tua selalu diharapkan untuk dapat memberikan kasih sayang dengan tulus pada anak-anaknya. Terlebih dengan anak yang memilki kelainan. Di sini perhatian dan dukungan bagi anak sangat diperlukan untuk membesarkan hati anak agar tidak berdampak pada masalah psikologis yang lebih berat karena belaian dan kasih sayang yang tulus, juga diinginkan oleh anak tuna grahita. Purnamaningsih (Widanarti dan Aisah, 2002) mengungkapkan bahwa hubungan yang hangat antara orangtua dengan anak, akan membantu anak dalam memecahkan masalahnya. Maka dari itu kehangatan dari orangtua sangat membantu anak tuna grahita untuk memecahkan masalah yang

10 dihadapinya, salah satu masalahnya adalah ketrampilan sosial. Hal ini akan sangat berpengaruh pada kehidupannya untuk menjadi lebih maju. Dari paparan diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian apakah ada hubungan yang positif antara dukungan orangtua dengan ketrampilan sosial pada anak tuna grahita. METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian Dalam penelitian ini subjek yang menjadi sasaran yaitu tunagrahita mampu didik dengan jenis kelamin laki-laki maupun perempuan, berpendidikan di SLB Ma arif Muntilan dan SLB Bina Kasih Srumbung Muntilan yang berusia tahun. B. Metode Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan skala ketampilan sosial dan skala dukungan orangtua yang terdiri dari skala dukungan ibu dan skala dukungan ayah. 1. Skala ketrampilan sosial Skala ketampilan sosial dalam penelitian ini berdasarkan dari Riggio dalam (Burgoon dkk,1995) yang terdiri dari aspek kontrol emosional dan sosial, ekpresivitas sosial dan emosional, sensivitas sosial dan emosional. Dari aspek tersebut kemudian dijabarkan menjadi 30 pernyataan yang terdiri dari pernyataan favourable. Skala ini disusun dengan menggunakan metode dua pilihan. Subjek penelitian hanya

11 diperkenankan memilih salah satu jawaban dari dua pilihan yang tersedia. Subjek diberi pilihan jawaban Ya dan Tidak sesuai dengan keadaan dirinya. Masing-masing jawaban akan memiliki nilai yang berbeda, apabila subjek menjawab tidak maka akan mendapat nilai 0, sedangkan apabila subjek menjawab ya maka akan mendapat nilai 2. Skala Dukungan Orangtua Skala dukungan orangtua terdiri dari skala dukungan ibu dan skala dukungan ayah. Skala dalam penelitian ini berdasarkan aspek dukungan orangtua menurut House (Smet, 1994) yang terdiri dari aspek-aspek dukungan emosi, dukungan penghargaan, dukungan informatif dan dukungan instrumental. Berdasarkan aspek tersebut dijabarkan menjadi 20 item favourable untuk skala ibu dan skala ayah. Skala ini disusun dengan menggunakan metode dua pilihan. Subjek penelitian hanya diperkenankan memilih salah satu jawaban dari dua pilihan yang tersedia. Subjek diberi pilihan jawaban ya dan tidak sesuai dengan keadaan dirinya. Masing-masing jawaban memiliki nilai yang berbeda, apabila subjek menjawab ya maka akan mendapat nilai 1 apabila jawaban tidak maka akan mendapat 0. C. Metode Analisis Data Dalam penelitian ini analisis data dengan menggunakan analisis product moment dari Karl Pearson. Adapun tujuannya untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel tegantung. Analisis ini dilakukan dengan bantuan program SPSS for windows

12 HASIL PENELITIAN 1. Uji Asumsi Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan linearitas agar tidak menyimpang dari kebenaran. a. Uji Normalitas Hasil uji normalitas antara skala dukungan orangtua dengan skala ketrampilan sosial menunjukan bahwa skala tersebut berdistribusi normal dengan K-S-Z sebesar 0,232 (p > 0,05) dengan skala kerampilan sosial menunjukan nilai K-S-Z sebesar 0,202 (p > 0,05). Berdasarkan hasil uji normalitas tersebut menunjukkan adanya distribusi normal. b. Uji Linearitas Hasil uji linearitas antara dukungan orangtua dengan ketrampilan sosial menunjukan adanya korelasi yang tidak linear. Hal ini ditunjukkan dengan nilai F = 0,230 dan p = 0,637 (p > 0,05). Karena tidak memiliki korelasi linear maka tidak dapat dianalisis dengan korelasi produc moment 2. Uji Hipotesis Untuk mengetahui adanya hubungan antara dukungan orangtua dengan ketrampilan sosial dilakukan dengan menggunakan uji korelasi non parametric dari sperman dengan menggunakan bantuan program aplikasi komputer SPSS Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan orangtua dengan ketrampilan sosial. Hal ini

13 ditunjukkan dengan besarnya koefisien dukungan orangtua dengan ketrampilan sosial r = 0,151 dan nilai signifikannya sebesar p = 0,204 (p > 0,05). Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan dengan analisis dari Spearman, karena tidak ada korelasi yang linear sehingga tidak dapat menggunakan korelasi produc moment dari Pearson. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan bantuan komputer SPSS Analisis Tambahan Analisis tambahan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan orangtua dengan ketrampilan sosial ditinjau dari dukungan ayah dan ibu. Analisis tanbahan dilakukan dengan menggunakan analisis produc moment dari pearson dan non parametric dari spearman. Hasil analisis tambahan dapat dinyatakan sebagai berikut : a. Ada hubungan yang signifikan anatara dukungan ibu dengan ketrampiln sosial. Hal ini ditunjukkan dengan nilai r = 0,365 dan p = 0,020 (p < 0,05). b. Tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan ayah dengan ketrampilan sosial. Hal ini ditunjukkan dengan nilai r = 0,134 dan p = 0,232 (p > 0,05). D. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis data dengan non parametric dari sperman dapat diperoleh bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan orangtua dengan ketrampilan sosial pada tunagrahita, dengan nilai r = 0,151 dan p = 0,202 (p > 0,05). Hal

14 ini berarti hipotesis yang diajukan bahwa ada hubungan yang positif antara dukungan oangtua dengan ketrampilan sosial tidak diterima. Tidak adanya korelasi yang signifikan antara dukungan orangtua dengan ketrampilan sosial pada remaja tunagrahita dapat ditinjau dari tipe dukungan orangtua yang digunakan dalam penelitian ini. Menurut Norris & Kaniasty (Wandansari, 2006) menyatakan bahwa dukungan sosial yang secara aktual diberikan pada individu tidak selalu menunjukkan korelasi yang jelas dengan kesejahteraan individu. Artinya, dukungan yang diberikan oleh individu tersebut belum tentu dipersepsi oleh individu sebagai sebuah bantuan yang bermanfaat, atau belum tentu sesuai dengan kebutuhanya. Jadi, ada kemungkinan bahwa dukungan yang diberikan oleh orangtua tidak sejalan dengan kebutuhan subjek. Hal ini sejalan yang diungkapkan oleh Taylor (1995) bahwa sebuah dukungan dapat menjadi penyangga yang efektif bagi tekanan yang dialami individu hanya bila ada kesesuaian anatara kebutuhan individu dan tipe dukungan yang diterima. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan orangtua dengan ketrampilan sosial. Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wandansari (2006) yaitu Peran Dukungan Orangtua dan Guru Terhadap Penyesuaian Sosial Anak Berbakat Intelektual. Dalam penelitian ini penyesuaian sosial merupakan bagian dari ketrampilan sosial. Penyesuaaian sosial merupakan keberhasilan individu untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain, (Hurlock, 2000). Anak yang kurang dapat menyesuaikan diri dianggaap kurang mempunyai ketrampilan sosial yang adekuat dalam interaksinya, Munandar (Utami, 2005). Penyesuaian sosial merupakan cara yang dilakukan individu yang dapat

15 tercermin dari kemampuannya dalam berhubungan dengan orang lain dan sebaliknya ketrampilan sosial juga dapat digunakan untuk melakukan penyesuaian sosial. Berdasarkan dari hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan orangtua dengan penyesuaian sosial anak berbakat intelektual.. Dalam penelitian ini dukungan orangtua kurang berperan, sehingga dimungkinkan adanya dukungan yang tidak sesuai dengan kebutuhan subjek. Dari hasil penelitian hubungan dukungan orangtua dengan ketrampilan sosial menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian tidak sejalan dengan kerangka teori yang disusun oleh peneliti, yaitu bahwa dukungan orangtua berperan sebagai faktor yang dapat meningkatkan ketrampilan sosial pada remaja tunagrahita. Hart (Taylor, 1997) menyatakan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi ketrampilan sosial selain orangtua yaitu saudara kandung, karakteristik bawaan, gender dan dukungan. Dari hasil tersebut maka sangat dimungkinkan bahwa banyak faktor lain baik internal maupun eksternal yang mempengaruhi ketrampilan sosial seperti faktor budaya yang didalamnya terdapat keluarga, kelompok-kelompok tertentu yang ikut berperan, hubungan dengan teman sejawat, perilaku sosial yang diinginkan oleh masyarakat dan situasi atau keadaan (Cartledge dan Milburn, 1995). Berdasarkan dari hasil kategorisasi ketrampilan sosial secara hipotetik dapat dilihat bahwa subjek memiliki ketrampilan sosial dalam kategori sangat tinggi, sehingga dapat dikatakan bahwa subjek mampu berkomunikasi dengan orang lain dalam perilaku yang memenuhi syarat-syarat tertentu tanpa mengganggu hak-hak orang lain dan diharapkan mampu saling berbagi dengan orang lain dalam sebuah komunikasi yang

16 bebas dan terbuka, Philips (Hargie dkk, 1994). Sejalan dengan hal tersebut Riggio dan Zimmerman (Burgoon dkk, 1995) menyatakan bahwa ketrampilan sosial merupakan kemampuan dalam membangun sebuah hubungan dengan menunjukan rasa ketulusan, empati, kontrol sosial, mampu membuka diri sesuai dengan norma-norma. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan yang dilandasi dengan ketrampilan sosial yang baik akan berjalan dengan lebih memuaskan dan sehat. Pengambilan data dalam penelitian ini berdasarkan pada persepsi anak terhadap orangtua, sehingga ada kemungkinan lain untuk melakukan analisis tambahan. Berdasarkan hasil analisis tambahan dihasilkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan ayah dengan ketrampilan sosial dan ada hubungan yang positif antara dukungan ibu dengan ketrampilan sosial. (Dagun, 1990) menyatakan bahwa ibu merupakan guru pertama dan utama bagi putra-putrinya yang diharapkan memiliki keindahan, kelembutan, dan kerendahan hati. Dagun juga menambahkan bahwa ayah dan ibu mempunyai rasa sendiri dalam mempengaruhi anaknya. Ayah cenderung menggunakan pendekatan fisik dan ibu cenderung menggunakan pendekatan yang lebih halus dan tenang. Dari hasil analisis tambahan diketahui bahwa ada hubungan yang positif antara dukungan ibu dengan ketrampilan sosial dan tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan ayah dengan ketrampilan sosial. Berdasarkan penelitian Stewart (Dagun, 1990) menyatakan bahwa ayah yang bermain dengan anaknya cenderung lebih tertuju pada pembentukan fisik daripada intelektual dan didaktif, namun sebaliknya ibu lebih mengarah pada intelektual dan bersifat didaktif. Dari hasil penelitian tersebut ibu dan

17 ayah mempunyai perbedaan dalam pengasuhan yang dapat mempengaruhi intelektual anak, sehingga secara tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku pada anaknya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak hubungan yang positif antara dukungan orangtua dengan ketrampilan sosial. Telah kita ketahui bahwa metode yang digunakan dalam pengambilan data yaitu dengan menggunakan skala yang terdiri dari skala dukungan orangtua (skala ayah, skala ibu) dan skala ketrampilan sosial. Metode ini cukup efektif untuk melakukan pengambilan data pada tunagrahita, namun salah satu kelemahanya adalah adanya kemungkinan jawaban yang diberikan oleh subjek tidak sesuai dengan keadaan diri subjek.

18 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab empat menunjukkan bahwa ada tidak ada hubungan yang positif antara dukungan orangtua dengan ketrampilan sosial pada remaja tunagrahita. Dengan demikian hipotesis yang telah disebutkan dalam bab dua bahwa ada hubungan yang positif antara dukungan orangtua dengan ketrampilan sosial tidak diterima. B. Saran Berdasarkan penelitian ini ada beberapa saran yang dikemukakan peneliti, terutama untuk orangtua khususnya ibu dan peneliti selanjutnya. Adapun saran tersebut antara lain: 1. Bagi Orangtua Berdasarkan hasil analisis tambahan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ibu mempunyai korelasi yang signifikan dengan ketrampilan sosial, sehingga disarankan kepada ibu untuk lebih dapat memperhatikan kebutuhan remaja tunagrahita dan memberikan dukungan yang bermanfaat serta sesuai dengan kebutuhan remaja tunagrahita, agar remaja tunagrahita dapat mempersepsi bahwa dukungan atau bantuan yang diberikan sesuai dengan kebutuhanya.

19 2. Bagi peneliti selanjutnya a. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya lebih memperhatikan dalam pembuatan alat ukur atau skala yang sesuai dengan kondisi subjek sehingga dapat mengantisipasi adanya social desirability pada diri subjek ketika mengisi skala. b. Bagi peneliti selanjutnya dalam pengambilan data disarankan untuk menggunakan model pertanyaan secara terbuka disertai wawancara dengan guru dan orangtua agar memperoleh kebenaran dari jawaban subjek dengan lebih baik. c. Bagi peneliti selanjutnya untuk dapat lebih mempertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi ketrampilan sosial agar dapat memberikan kontribusi yang lebih baik.

20 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN DUKUNGAN ORANGTUA DENGAN KETRAMPILAN SOSIAL PADA TUNAGRAHITA Oleh : ASRI HANDAYANI PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2008

21 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN ORANGTUA DENGAN KETRAMPILAN SOSIAL PADA TUNAGRAHITA Telah Disetujui Pada Tanggal... Dosen Pembimbing Utama (Hepi Wahyuningsih, Spsi.,Msi)

BAB I PENDAHULUAN. Retardasi mental adalah suatu gangguan yang heterogen yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Retardasi mental adalah suatu gangguan yang heterogen yang terdiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Retardasi mental adalah suatu gangguan yang heterogen yang terdiri dari fungsi intelektual yang dibawah rata rata dan gangguan dalam keterampilan adaptif yang ditemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain dan kelak dapat hidup secara mandiri merupakan keinginan setiap orangtua

BAB I PENDAHULUAN. lain dan kelak dapat hidup secara mandiri merupakan keinginan setiap orangtua 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak yang tumbuh dan berkembang sehat sebagaimana anak pada umumnya memiliki kecerdasan, perilaku yang baik, serta dapat bersosialisasi dengan orang lain dan kelak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel tergantung : Perilaku Seksual Pranikah. 2. Variabel bebas : a.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel tergantung : Perilaku Seksual Pranikah. 2. Variabel bebas : a. 76 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel tergantung : Perilaku Seksual Pranikah 2.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Uji asumsi harus terlebih dahulu dilakukan sebelum melakukan uji hipotesis. Uji asumsi ini terdiri dari uji normalitas, uji linieritas, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berhubungan dengan manusia lainnya dan mempunyai hasrat untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. berhubungan dengan manusia lainnya dan mempunyai hasrat untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada hakekatnya manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat lepas berhubungan dengan manusia lainnya dan mempunyai hasrat untuk berkomunikasi atau bergaul dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai anak yang normal. Melihat anak anak balita tumbuh dan. akan merasa sedih. Salah satu gangguan pada masa kanak kanak yang

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai anak yang normal. Melihat anak anak balita tumbuh dan. akan merasa sedih. Salah satu gangguan pada masa kanak kanak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memiliki anak sehat, baik fisik maupun mental adalah harapan bagi semua orang tua, akan tetapi pada kenyataannya tidak semua pasangan dikaruniai anak yang normal. Melihat

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU 1 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU Oleh : Chinta Pradhika H. Fuad Nashori PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN IBU DENGAN PENYESUAIAN DIRI PERSONAL REMAJA TUNA GRAHITA. Citra Suci Annisa Hepi Wahyuningsih, S. Psi, M.

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN IBU DENGAN PENYESUAIAN DIRI PERSONAL REMAJA TUNA GRAHITA. Citra Suci Annisa Hepi Wahyuningsih, S. Psi, M. HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN IBU DENGAN PENYESUAIAN DIRI PERSONAL REMAJA TUNA GRAHITA Citra Suci Annisa Hepi Wahyuningsih, S. Psi, M. Si INTISARI Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya fakta yang menunjukkan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI PERAN AYAH DALAM PENGASUHAN DAN KELEKATAN REMAJA PADA AYAH

NASKAH PUBLIKASI PERAN AYAH DALAM PENGASUHAN DAN KELEKATAN REMAJA PADA AYAH NASKAH PUBLIKASI PERAN AYAH DALAM PENGASUHAN DAN KELEKATAN REMAJA PADA AYAH Oleh : RIRIN KARINA RINA MULYATI PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH PERMISSIVE INDIFFERENT DENGAN PENYESUAIAN DIRI PERSONAL PADA REMAJA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH PERMISSIVE INDIFFERENT DENGAN PENYESUAIAN DIRI PERSONAL PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH PERMISSIVE INDIFFERENT DENGAN PENYESUAIAN DIRI PERSONAL PADA REMAJA Telah disetujui Pada Tanggal Dosen Pembimbing Utama (Hepi Wahyuningsih S. Psi., M. si) HUBUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan juga menjadi hak setiap individu tanpa terkecuali seperti dijelaskan dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif Subyek Penelitian Gambaran umum subjek penelitian ini diperoleh dari data yang diisi responden, yaitu inisial, usia, jenis kelamin responden,

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN oleh : MUTYA GUSTI RAMA Dra. AISAH INDATI, M.S FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Riset Partisipan Berdasarkan Usia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Riset Partisipan Berdasarkan Usia BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Riset Partisipan Penelitian 4.1.1 Gambaran Riset Partisipan Berdasarkan Usia Berdasarkan usia riset partisipan dikategorikan menjadi 5 yaitu 20-25 tahun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Permulaan masa pertengahan dan akhir anak-anak ditandai dengan masuknya anak ke kelas satu sekolah dasar, hal ini merupakan perubahan besar dalam pola kehidupannya.

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Sebelum analisis data dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi untuk mengetahui normal tidaknya sebaran data dan linear atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia dituntut untuk mampu mengatasi segala masalah yang timbul sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungan sosial dan harus mampu menampilkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Subjek yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah ibu muda yang baru saja menjalani proses persalinan dan memeriksakan diri di Puskesmas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diteliti yaitu kecerdasan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diteliti yaitu kecerdasan BAB III METODE PEELITIA A. Tipe Penelitian Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diteliti yaitu kecerdasan emosional dan komunikasi interpersonal. Untuk jenis penelitian kuantitatif ini, maka pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Dukungan Keluarga

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Dukungan Keluarga BAB 6 PEMBAHASAN Setelah data dianalisis, maka akan dibahas mengenai karakteristik responden dengan hubungan antara dukungan keluarga dengan kemampuan sosial dan emosional ABK; tunarungu. 6.1 Dukungan

Lebih terperinci

semangat untuk menjadi lebih baik dari kegiatan belajar tersebut. Fenomena yang telah dilakukan oleh Triana, 2010, yaitu tentang keluarga

semangat untuk menjadi lebih baik dari kegiatan belajar tersebut. Fenomena yang telah dilakukan oleh Triana, 2010, yaitu tentang keluarga A. Latar Belakang Motivasi dan belajar adalah dua hal yang saling berkaitan. Motivasi belajar merupakan hal yang pokok dalam melakukan kegiatan belajar, sehingga tanpa motivasi seseorang tidak akan melakukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN SOLOPOS NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN SOLOPOS NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN SOLOPOS NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Sebagian Syaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Diajukan Oleh

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KONSEP DIRI PADA REMAJA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KONSEP DIRI PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KONSEP DIRI PADA REMAJA JULI SUSANTI SUKARTI PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah & Penelitian. Penelitian ini penulis lakukan pada remaja di SMK-SMTI Yogyakarta yang terletak di Jalan Kusumanegara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. uji linieritas hubungan variabel bebas dan tergantung. diuji normalitasnya dengan menggunakan program Statistical

BAB V HASIL PENELITIAN. uji linieritas hubungan variabel bebas dan tergantung. diuji normalitasnya dengan menggunakan program Statistical BAB V HASIL PENELITIAN A. Uji Asumsi Setelah semua data penelitian diperoleh, maka dilakukan uji asumsi sebagai syarat untuk melakukan analisis data. Uji asumsi yang dilakukan adalah uji normalitas sebaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak retardasi mental memperlihatkan fungsi intelektual dan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Anak retardasi mental memperlihatkan fungsi intelektual dan kemampuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Retardasi mental merupakan kecacatan yang sering terjadi pada anak. Anak retardasi mental memperlihatkan fungsi intelektual dan kemampuan dalam perilaku adaptif di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian. korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional bertujuan untuk. B. Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian. korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional bertujuan untuk. B. Variabel Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional bertujuan untuk menyelidiki sejauh mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa adanya orang lain di sekitarnya. Seiring berjalannya waktu, kepedulian orang terhadap orang lain maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan partisipasi penuh dari putra-putri bangsa Indonesia di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan partisipasi penuh dari putra-putri bangsa Indonesia di berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang giatgiatnya membangun. Agar pembangunan ini berhasil dan berjalan dengan baik, maka diperlukan partisipasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi seorang anak dalam mempelajari berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar inilah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hadirnya seorang anak merupakan harapan dari setiap orangtua.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hadirnya seorang anak merupakan harapan dari setiap orangtua. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hadirnya seorang anak merupakan harapan dari setiap orangtua. Kelahiran anak adalah saat-saat yang sangat di tunggu-tunggu oleh setiap pasangan suami istri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG CACAT TUNARUNGU

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG CACAT TUNARUNGU NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG CACAT TUNARUNGU Disusun oleh: Khalimatus Sa diyah H. Fuad Nashori FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Penyesuaian Diri Penyesuaian berarti adaptasi yang dapat mempertahankan eksistensinya atau bisa bertahan serta memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang menguraikan tentang variabel penelitian, definisi operasional, metodologi pengumpulan data, validitas dan reliabilitas alat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG TUNA DAKSA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG TUNA DAKSA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG TUNA DAKSA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S 1 Psikologi Diajukan oleh :

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Penelitian Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu peneliti menentukan lokasi yang akan dijadikan

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. terhubungdengan internet seperti Smartphone dan I-phone serta berbagai macam

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. terhubungdengan internet seperti Smartphone dan I-phone serta berbagai macam BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Salah satu tahap yang harus dilalui sebelum peneltian dilaksanakan adalah perlunya memahami orientasi

Lebih terperinci

Studi Mengenai Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Sikap pada Ibu yang Memiliki Anak Autism Spectrum Disorder Karya Ilmiah

Studi Mengenai Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Sikap pada Ibu yang Memiliki Anak Autism Spectrum Disorder Karya Ilmiah Studi Mengenai Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Sikap pada Ibu yang Memiliki Anak Autism Spectrum Disorder Karya Ilmiah Yuricia Vebrina (NPM: 190110070101) Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP KEDISIPLINAN ANAK DI SEKOLAH KELOMPOK A TK ISLAM ORBIT 2 PRAON NUSUKAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP KEDISIPLINAN ANAK DI SEKOLAH KELOMPOK A TK ISLAM ORBIT 2 PRAON NUSUKAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP KEDISIPLINAN ANAK DI SEKOLAH KELOMPOK A TK ISLAM ORBIT 2 PRAON NUSUKAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan di uraikan tentang tipe penelitian, identifikasi variabel penelitian, defenisi operasional variabel penelitian, populasi dan teknik pengambilan sampel, metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Menurut Arikunto (2010), penelitian korelasional merupakan penelitian untuk mengetahui ada atau tidak

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA ORIENTASI MASA DEPAN DENGAN MOTIVASI BELAJAR

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA ORIENTASI MASA DEPAN DENGAN MOTIVASI BELAJAR NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA ORIENTASI MASA DEPAN DENGAN MOTIVASI BELAJAR Oleh: KARTIKA UTAMI HEPI WAHYUNINGSIH PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting namun kadar kepentingannya berbedabeda. Kadar kepentingan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA Naskah Publikasi Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Sebagian Syaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang ingin lahir dalam keadaan normal, namun pada kenyataannya ada orang yang dilahirkan dengan keadaan cacat. Bagi orang yang lahir dalam keadaan cacat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk optimalisasi tumbuh kembang. Salah satu tahap tumbuh kembang adalah usia prasekolah yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Memiliki anak sehat, sempurna lahir dan batin adalah harapan semua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Memiliki anak sehat, sempurna lahir dan batin adalah harapan semua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memiliki anak sehat, sempurna lahir dan batin adalah harapan semua orang tua. Manakala harapan itu tidak sesuai dengan kenyataan, allah lah yang menentukan segalanya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak terlepas dari manusia lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu melibatkan orang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subyek Gambaran umum subyek penelitian ini diperoleh dari data yang di isi subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kemudian menelaah dua variabel pada suatu situasi atau. sekelompok subjek. Hal ini dilakukan untuk melihat hubungan

BAB III METODE PENELITIAN. kemudian menelaah dua variabel pada suatu situasi atau. sekelompok subjek. Hal ini dilakukan untuk melihat hubungan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu kuantitatif yang menggunakan metode deskriptif analitik dengan jenis penelitian studi korelasi. Jenis penelitian

Lebih terperinci

Ada sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa burnout adalah suatu syndrome dari

Ada sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa burnout adalah suatu syndrome dari TINJAUAN PUSTAKA Burnout Ada sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa burnout adalah suatu syndrome dari seseorang yang bekerja atau melakukan sesuatu, dengan ciri-ciri mengalami kelelahan emosional, sikap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu memiliki berbagai macam masalah didalam hidupnya, masalah dalam diri individu hadir bila apa yang telah manusia usahakan jauh atau tidak sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB lll METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif diartikan sebagai suatu penelitian yang menggunakan alat

BAB lll METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif diartikan sebagai suatu penelitian yang menggunakan alat 33 BAB lll METODE PENELITIAN Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif diartikan sebagai suatu penelitian yang menggunakan alat bantu statistik sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Hurlock (1980) bahwa salah satu tugas perkembangan masa

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Hurlock (1980) bahwa salah satu tugas perkembangan masa BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Penyesuaian diri bukanlah hal yang mudah bagi setiap remaja. Menurut Hurlock (1980) bahwa salah satu tugas perkembangan masa remaja yang paling sulit berhubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri Akademik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri Akademik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Efikasi Diri Akademik 1. Pengertian Efikasi Diri Akademik Bandura (1997) menjelaskan bahwa efikasi diri merupakan perkiraan seseorang tentang kemampuannya untuk mengatur dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Bahasa digunakan manusia sebagai sarana komunikasi di dalam

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Bahasa digunakan manusia sebagai sarana komunikasi di dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia di masyarakat. Bahasa digunakan manusia sebagai sarana komunikasi di dalam segala bidang kehidupan. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia 4-6 tahun merupakan waktu paling efektif dalam kehidupan manusia untuk mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI BERHENTI MEROKOK PADA MAHASISWA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Disusun Oleh: WISNU TRI LAKSONO

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMK Wira Maritim Surabaya adalah sekolah swasta di Surabaya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMK Wira Maritim Surabaya adalah sekolah swasta di Surabaya BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Deskripsi Subjek SMK Wira Maritim Surabaya adalah sekolah swasta di Surabaya barat, tepatnya di Jalan Manukan Wasono. SMK ini berjumlah dengan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENGGUNAKAN HIJAB SYAR I PADA WANITA DEWASA AWAL

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENGGUNAKAN HIJAB SYAR I PADA WANITA DEWASA AWAL HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENGGUNAKAN HIJAB SYAR I PADA WANITA DEWASA AWAL NAMA NPM : 15511997 PEMBIMBING : Restiyani Rizki Utami : Dr. M. Fakhrurrozi, M.Si, Psi. & Astri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu: BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu: 1. Variabel bebas : locus of control, terbagi dua yaitu locus of control internal

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian Persiapan penelitian dimulai dengan mempersiapkan alat ukur, yaitu menggunakan satu macam skala untuk mengukur self esteem dan

Lebih terperinci

Pengantar. (SDM) yang berkualitas dan siap bersaing dengan tenaga asing. Bagi penderita

Pengantar. (SDM) yang berkualitas dan siap bersaing dengan tenaga asing. Bagi penderita Pengantar A. Latar Belakang Masalah Abad global dan pasar bebas menuntut adanya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan siap bersaing dengan tenaga asing. Bagi penderita cacat tubuh, persaingan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. apabila P > 0,05 dan diperoleh hasil sebagai berikut:

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. apabila P > 0,05 dan diperoleh hasil sebagai berikut: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Asumsi 1. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui data memiliki distribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan Kolmogorov

Lebih terperinci

Hubungan antara Persepsi Anak Terhadap Perhatian Orang Tua dan Intensitas Komunikasi Interpersonal dengan Kepercayaan Diri pada Remaja Difabel

Hubungan antara Persepsi Anak Terhadap Perhatian Orang Tua dan Intensitas Komunikasi Interpersonal dengan Kepercayaan Diri pada Remaja Difabel Hubungan antara Persepsi Anak Terhadap Perhatian Orang Tua dan Intensitas Komunikasi Interpersonal dengan Kepercayaan Diri pada Remaja Difabel Thesis Diajukan kepada Program Studi Magister Sains Psikologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini dapat diklasifikasikan ke dalam penelitian pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan data yang dinyatakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 41 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah salah satu unsur penting dalam suatu penelitian ilmiah, karena ketepatan metode yang digunakan untuk memecahkan masalah yang ada akan menentukan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum masa remaja terbagi menjadi tiga bagian yaitu, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum masa remaja terbagi menjadi tiga bagian yaitu, salah satunya 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Secara umum masa remaja terbagi menjadi tiga bagian yaitu, salah satunya adalah masa remaja akhir (19-22 tahun) pada masa ini remaja ditandai dengan persiapan akhir

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN A. Uji Asumsi Berdasarkan data yang telah diperoleh dari penelitian tersebut diadakan uji asumsi. Uji asumsi dikerjakan dengan menggunakan Statistical Package of Social Science (

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 54 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, dimana penelitian yang bekerja dengan angka, yang datanya berwujud bilangan (skor atau nilai, beringkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan citra individual mengenai gambaran tubuh mereka. Salah satu tugas

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan citra individual mengenai gambaran tubuh mereka. Salah satu tugas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Remaja pada umumnya dituntut untuk mengatasi perubahan dalam mengembangkan citra individual mengenai gambaran tubuh mereka. Salah satu tugas perkembangan remaja adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasi (koefisien hubungan). Penelitian korelasional adalah penelitian yang dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII DI MTS AL-HAMID

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII DI MTS AL-HAMID HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII DI MTS AL-HAMID Oleh: Ardiles Delta Asmara 1) Dra. Indira Chanum, M.Psi. 2) Sjenny A. Indrawati, Ed.D. 3) ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian ini adalah penelitian populasi, sehingga tidak digunakan sampel untuk mengambil data penelitian. Semua populasi dijadikan subyek penelitian. Subyek dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan saat seseorang mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang sangat pesat dalam kehidupannya. Perkembangan dan pertumbuhan pada anak usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kelahiran anak dalam kondisi sehat dan normal adalah harapan setiap ibu (UNICEF,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kelahiran anak dalam kondisi sehat dan normal adalah harapan setiap ibu (UNICEF, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kelahiran anak dalam kondisi sehat dan normal adalah harapan setiap ibu (UNICEF, 2010). Namun faktanya, tidak semua anak lahir dalam kondisi normal. Anak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007). 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak jalanan di Indonesia mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun belakangan. Seseorang bisa dikatakan anak jalanan apabila berumur dibawah 18 tahun, yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU DELIKUEN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU DELIKUEN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU DELIKUEN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat

Lebih terperinci

2015 METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN INTERKASI SOSIAL ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SLBN-A CITEUREUP

2015 METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN INTERKASI SOSIAL ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SLBN-A CITEUREUP 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia selain sebagai makhluk individu, manusia juga merupakan makhluk sosial yang mana manusia akan selalu membutuhkan manusia lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi. Uji asumsi ini terdiri dari uji normalitas dan uji linearitas. Uji asumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia banyak mengalami masalah-masalah kompleks dalam kehidupannya yang sebenarnya berasal dari diri sendiri, sehingga tanpa sadar manusia menciptakan mata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Efikasi Pengambilan Keputusan Karir. dalam berbagai keadaan (Bandura,1997).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Efikasi Pengambilan Keputusan Karir. dalam berbagai keadaan (Bandura,1997). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Efikasi Diri Pengambilan Keputusan Karir 1. Pengertian Efikasi Pengambilan Keputusan Karir Bandura (1997) merupakan orang yang pertama kali memperkenalkan konsep efikasi diri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional. Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional. Penelitian 53 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional. Penelitian korelasional merupakan penelitian yang bertujuan untuk melihat hubungan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Apakah ada hubungan antara perilaku asertif dan kontrol diri pada pegawai administrasi sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Apakah ada hubungan antara perilaku asertif dan kontrol diri pada pegawai administrasi sekolah HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DAN KONTROL DIRI PADA PEGAWAI ADMINISTRASI SEKOLAH Disusun Oleh : Nama : Ratna Suryaningtyas NPM : 18510975 Pembimbing : Erik Saut H. Hutahaean S.Psi., M.Si FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak-anak). Terdapat perkembangan mental yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak-anak). Terdapat perkembangan mental yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Retardasi mental suatu keadaan dengan intelegensia yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak-anak). Terdapat perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak mampu mendengar atau kurang mampu mendengar suara. Anak tuna rungu

BAB I PENDAHULUAN. tidak mampu mendengar atau kurang mampu mendengar suara. Anak tuna rungu 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Tunarungu diambil dari kata Tuna dan Rungu. Tuna artinya kurang dan rungu artinya pendengaran. Orang atau anak dikatakan tuna rungu apabila ia tidak mampu mendengar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. gambaran umum subjek penelitian, hasil analisa data, uji normalitas, penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. gambaran umum subjek penelitian, hasil analisa data, uji normalitas, penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas mengenai laporan pelaksanaan penelitian yang terdiri gambaran umum subjek penelitian, hasil analisa data, uji normalitas, penelitian yang relevan,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan Sumberdaya Manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. diri dengan kualitas hidup pada penderita penyakit kanker.

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. diri dengan kualitas hidup pada penderita penyakit kanker. BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri dengan kualitas hidup pada penderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertamatama masih sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu kewaktu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu kewaktu 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu kewaktu sejak lahir yang meliputi pertumbuhan dan perkembangan. Perubahan yang cukup mencolok terjadi

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN PERSONAL RESPONSIBILITY KARYAWAN LEMBAGA PENDIDIKAN PERKEBUNAN YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN PERSONAL RESPONSIBILITY KARYAWAN LEMBAGA PENDIDIKAN PERKEBUNAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN PERSONAL RESPONSIBILITY KARYAWAN LEMBAGA PENDIDIKAN PERKEBUNAN YOGYAKARTA DISUSUN OLEH SUGESTI HANUNG ANDITYA SUS BUDIHARTO PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mental. Hal ini seringkali membuat orangtua merasa terpukul dan sulit untuk

BAB I PENDAHULUAN. mental. Hal ini seringkali membuat orangtua merasa terpukul dan sulit untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Beberapa pasangan suami istri menginginkan keturunan sebagai bagian dari keluarga mereka. Pasangan suami istri pasti berharap untuk mendapatkan anak yang sehat

Lebih terperinci

Rita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY

Rita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY Rita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY 1. Definisi Permasalahan Perkembangan Perilaku Permasalahan perilaku anak adalah perilaku anak yang tidak adaptif, mengganggu, bersifat stabil yang menunjukkan

Lebih terperinci