Pengantar. (SDM) yang berkualitas dan siap bersaing dengan tenaga asing. Bagi penderita

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengantar. (SDM) yang berkualitas dan siap bersaing dengan tenaga asing. Bagi penderita"

Transkripsi

1 Pengantar A. Latar Belakang Masalah Abad global dan pasar bebas menuntut adanya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan siap bersaing dengan tenaga asing. Bagi penderita cacat tubuh, persaingan itu akan lebih berat lagi, karena bukan hanya bersaing dengan tenaga asing namun juga tenaga lokal yang tidak cacat. Secara psikologis mereka pun juga masih harus bersaing melawan akibat-akibat yang ditimbulkan dari kecacatan yang ada dalam dirinya. Peningkatan SDM bagi penderita cacat hingga kini belum memperoleh porsi yang diharapkan. Padahal jumlah penyandang cacat tubuh di DIY pada tahun 2004/ 2005 menurut catatan Kantor Wilayah Dinas Sosial DIY berjumlah 6656 orang. Koentjoro (2000) menyatakan bahwa pada kenyataannya penderita cacat ini justru semakin diposisikan sama dengan orang normal dan sistem telah membuat mereka semakin tidak berdaya. Fasilitas umum dan fasilitas kerja yang tersedia dimasyarakat belum di set up untuk kepentingan mereka. Aneh apabila orang cacat justru diminta untuk lebih menyesuaikan diri pada yang bukan cacat, namun keanehan ini telah menjadi kelumrahan dimasyarakat kita. Lembaga Bantuan Hukum (LBH) penyandang cacat Indonesia mendesak kepada semua perusahaan yang beroperasi di Indonesia untuk melaksanakan kewajiban kuota tenaga kerja penyandang cacat. Adapun kuota yang dimaksudkan adalah seperti yang tercantum dalam Surat Edaran Menakertrans No. 01.KP.01.15/2002 tentang penempatan tenaga kerja penyandang cacat yang 1

2 mengatakan bahwa setiap perusahaan yang memiliki jumlah karyawan 100 orang atau lebih, wajib mempekerjakan 1 (satu) orang penyandang cacat yang memenuhi persyaratan jabatan atau kualifikasi pekerjaan atau kurang dari 100 orang jika perusahaan tersebut menggunakan teknologi tinggi. Penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan sesuatu secara layaknya yang terdiri dari : penyandang cacat fisik (penyandang cacat mata/tunanetra dan penyandang cacat rungu/wicara), penyandang cacat mental (penyandang cacat mental eks psikotik dan penyandang cacat mental retardasi), penyandang cacat fisik dan mental (Undang-undang no.4 Tahun 1997). Pada penelitian ini penulis lebih memfokuskan pada penyandang cacat tubuh (tuna daksa). Tuna daksa adalah suatu keadaan cacat tubuh, cacat anggota badan atau cacat ortopedik sehingga pada penyandang cacat ini terlihat kelainan bentuk tubuh, anggota atau otot, berkurangnya kemampuan fungsi tulang, otot sendi maupun saraf-sarafnya. Burns (1979) menyatakan bahwa kepercayaan diri merupakan bagian dari kepribadian manusia yang berkembang dan terbentuk melalui proses belajar individual dan sosial. Hambly (1992) mengatakan bahwa atribut yang paling berharga pada manusia dalam bermasyarakat adalah kepercayaan diri. Pendapat ini mendukung Lautser (1978) yang menyatakan bahwa kepercayaan diri adalah salahsatu aspek kepribadian yang paling penting dalam kehidupan manusia. Tanpa adanya kepercayaan diri maka akan semakin banyak masalah yang timbul pada diri seseorang. Padahal menurut Hurlock (1973) bagi mereka yang mempunyai

3 masalah kurang percaya diri, salahsatu cara untuk mengatasi rasa kurang percaya diri tersebut mereka memerlukan bantuan pihak lain. Johnson dan Medinus (Nuryanti, 1998) mengemukakan bahwa masalah rendahnya rasa percaya diri sering dialami oleh penyandang cacat tubuh. Remaja penyandang cacat tubuh mempunyai kelemahan yang berhubungan dengan keterbatasan yang diakibatkan oleh anggota tubuhnya yang cacat. Keterbatasan tersebut bisa saja menyebabkan tumbuhnya sikap negatif seperti sikap egosentrisme, fanatik, dan mempunyai tuntutan yang lebih tinggi untuk berdiri sendiri, yang merupakan bentuk kompetensi dari kekurangan yang dirasakannya. Mendukung hal tersebut, Sawrey dan Telfort (Nuryanti, 1998) juga menyatakan bahwa para penyandang cacat tubuh mungkin mengalami ketakutan akan terluka atau ditolak secara sosial. Faktor-faktor ini membuat mereka kesulitan untuk membentuk persepsi yang tepat akan kemampuan dan keterbatasan yang mereka miliki. Ketidaktepatan itulah yang sering membuat mereka merasa inferior dan kurang percaya akan kemampuan mereka sendiri. Karenanya kepercayaan diri memegang peranan penting bagi penderita cacat tubuh. Penderita cacat membutuhkan dukungan dan dorongan dari pihak lain, terutama keluarga sebagai orang terdekat, untuk dapat melakukan penyesuaian diri dan mengatasi masalah-masalah yang dihadapi. Keluarga harus memberikan dorongan dan dukungan pada penderita cacat untuk mencapai kemandirian (Fuhrmann, 1990). Dukungan sosial merupakan konsep yang relatif baru dan merupakan tindakan menolong yang diperoleh melalui hubungan interpersonal dengan orang-

4 orang disekitar individu yang memiliki arti bagi individu tersebut. Bagi tuna dhaksa, dukungan sosialnya bisa diperoleh dari keluarga, teman dan guru disekolahnya. Dukungan sosial (social support) didefenisikan oleh oleh Gottlieb (1983) sebagai informasi verbal atau non-verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkahlaku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkahlaku penerimanya. Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh dukungan sosial, secara emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya. Pendapat senada dikemukakan juga oleh Sarason (1983) yang mengatakan bahwa dukungan sosial adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian dari orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai dan menyayangi kita. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti apakah dukungan sosial memang berperan dalam pembentukan kepercayaan diri pada penyandang cacat tubuh. Sepanjang hasil penelitian yang penulis ketahui, sudah ada penelitian yang berhubungan masalah dukungan sosial dengan kepercayaan diri pada remaja penyandang cacat tubuh. Tetapi peneliti mengambil subjek yang berbeda dengan penelitian sebelumnya. B. Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara dukungan sosial dengan kepercayaan diri pada remaja penyandang cacat tubuh.

5 C. Manfaat Penelitian Ada dua manfaat yang diperoleh dari penelitian ini : 1. Secara teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pembahasan psikologi perkembangan terutama mengenai dukungan sosial dengan kepercayaan diri pada remaja penyandang cacat tubuh. 2. Secara praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memacu penanganan pada para remaja penyandang cacat tubuh, khususnya dalam masalah hambatan kepercayaan diri.

6 TINJAUAN PUSTAKA A. KEPERCAYAAN DIRI 1. Pengertian Kepercayaan Diri Bandura (Kumara, 1988) mengatakan bahwa kepercayaan diri adalah suatu keyakinan seseorang berkaitan dengan sukses mampu berperilaku seperti yang dibutuhkan untuk menghasilkan sesuatu yang diharapkan. Kepercayaan diri merupakan salahsatu aspek kepribadian yang berfungsi untuk mendorong individu dalam meraih kesuksesan yang terbentuk melalui proses belajar individu dalam interaksinya dengan lingkungan. Kepercayaan diri sering diidentikkan dengan kemandirian, meskipun demikian individu yang kepercayaan dirinya tinggi, pada umumnya lebih mudah untuk terlibat secara pribadi dengan individu lain dan akan lebih berhasil dalam menjalin hubungan secara interpersonal (Goods & Kipnir; Bunker dkk, 1983). Sedangkan Sarason (Kumara, 1988) mengatakan self confidence adalah fungsi yang langsung dari interpretasi seseorang terhadap kemampuannya sendiri. Waterman (Kumara, 1988) mengatakan orang yang mempunyai kepercayaan diri adalah mereka yang mampu bekerja secara efektif, dapat melaksanakan tugas dengan baik dan bertanggung jawab, serta mempunyai rencana terhadap masa depan. Berdasarkan beberapa definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri merupakan salah satu aspek kepribadian individu yang berfungsi mendorong individu dalam meraih kesuksesan melalui hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya untuk berperilaku sesuai dengan yang diharapkan,

7 bekerja secara efektif, serta dapat melaksanakan tugas dengan baik dan bertanggungjawab. 2. Aspek-aspek Kepercayaan Diri Peneliti menggunakan aspek-aspek kepercayaan diri menurut Guilford (1959) yaitu : 1. Perasaan adekuat Adalah merasa mampu memenuhi apa yang ingin dia lakukan. 2. Merasa dapat diterima oleh lingkungan Adalah yakin bahwa orang lain menyukainya. Karena merasa diterima, orang-orang yang percaya diri akan terbebas dari perasaan takut dan ragu-ragu terhadap situasi atau orang-orang disekitarnya. 3. Yakin pada kemampuan diri sendiri Adalah merasa tidak perlu membandingkan dirinya dengan orang lain, dan tidak mudah terpengaruh orang lain. 4. Memiliki sikap tenang dalam situasi sosial Adalah tidak merasa malu ketika bertindak atau berkata salah, mempunyai kontrol emosi yang baik. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan kepercayaan diri Kepercayaan diri dipengaruhi oleh : a. Pengenalan fisik Bagaimana seseorang menilai dan menerima fisiknya. Penolakan terhadap fisik yang dimiliki akan menimbulkan kekecewaan dan rasa rendah diri.

8 b. Pengenalan akan konsep diri Pengertian mengenai siapa dan bagaimana dirinya, merupakan landasan terbentuknya rasa percaya diri. Perasaan bahwa dirinya berharga dan memiliki kemampuan mengatasi permasalahan yang ada akan mengarahkan ke peningkatan rasa percaya diri. c. Interaksi dengan lingkungan sosial Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama dan yang paling berpengaruh dalam pembentukan kepercayaan diri seseorang. Interaksi dengan lingkungan sosial yang lebih luas juga turut membentuk kepercayaan diri misalnya lewat pendidikan. B. DUKUNGAN SOSIAL 1. Pengertian Dukungan Sosial Ganster, dkk (1986) mengemukakan bahwa dukungan sosial secara luas didefinisikan sebagai tersedianya hubungan yang bersifat menolong dan mempunyai nilai khusus bagi individu yang menerimanya. Definisi ini mengkonotasikan adanya ikatan-ikatan sosial yang bersifat positif. Ikatan sosial tersebut menurut Sarason dkk (1983) yaitu orang-orang yang dipercaya dapat membantu, menghargai serta mencintai seseorang ketika orang tersebut menghadapi masalah. Dengan demikian individu mengetahui bahwa orang lain memperhatikan, menghargai dan mencintai dirinya. Johnson dan Jhonson (1991) menyebutkan dukungan sosial sebagai pemberian bantuan seperti materi, emosi dan informasi yang berpengaruh

9 terhadap kesejahteraan manusia. Dukungan sosial juga dimaksudkan dengan adanya keberadaan dan ketersediaan orang-orang yang berarti, yang dapat dipercaya untuk membantu, mendorong, menerima dan menjaga individu. Dukungan sosial berarti pula adanya orang yang dapat membantu individu menggunakan sumber-sumber psikologis yang dimilikinya untuk menyelesaikan masalah. Cohen dan Syme (1985) mendefinisikan dukungan sosial sebagai sumbersumber yang disediakan orang lain terhadap individu yang bisa mempengaruhi kesejahteraan individu. House dan Kahn (Cohen dan Syme, 1985) mengatakan bahwa dukungan sosial adalah tindakan yang bersifat membantu yang melibatkan emosi, pemberian emosi, pemberian informasi, bantuan instrumen, dan penilaian positif pada individu dalam menghadapi permasalahannya. Berdasarkan beberapa definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial merupakan tindakan menolong dan dorongan yang diperoleh melalui hubungan interpersonal dengan orang-orang disekitar individu yang memiliki arti bagi individu tersebut dalam menghadapi masalahnya. 2. Aspek-aspek dukungan sosial Sarafino (1990) menyebutkan bentuk-bentuk dukungan sosial yaitu adanya dukungan emosional, dukungan informatif, dukungan instrumental, dukungan penghargaan, dan dukungan jaringan. a. Dukungan emosional Adalah dukungan yang diterima individu dari orang-orang disekitarnya dalam bentuk penghargaan, kasih sayang, kepercayaan, perhatian, dan

10 perasaan didengarkan dalam memecahkan masalah yang dihadapi baik masalah pribadi atau masalah yang berkaitan dengan studi. b. Dukungan informatif Adalah dukungan yang diterima individu dalam bentuk informasi, nasihat dan saran yang berguna untuk mempermudah seseorang dalam menjalani hidupnya. c. Dukungan instrumental Adalah dukungan yang diterima individu melalui waktu, uang, alat, tenaga, dan modifikasi lingkungan yang tersedia untuk menolong individu. d. Dukungan penghargaan Adalah dukungan yang diterima individu dalam bentuk penilaian, umpan balik dan perbandingan sosial dalam upaya mendukung perilakunya dalam kehidupan sosial. e. Dukungan jaringan Adalah dukungan perasaan seperti berbagi perasaan simpati dan mengerti perasaan orang lain dalam suatu komunitas sosial yang memiliki kesamaan minat. 3. Sumber dukungan sosial Sumber dukungan sosial dapat diperoleh dari orangtua, guru, dan teman-teman. a. Dukungan orangtua Keluarga adalah inti masyarakat. Melalui orangtua, anak mengenal kehidupan dan pendidikan. Peran dan tugas dari orangtua adalah

11 memberi perhatian terhadap kehidupan sekolah anak, menghargai usaha anak, mendengarkan dan membantu setiap masalah anak, mempunyai pengaruh yang positif pada aspirasi pendidikan prestasi anak dan lainnya. Dunkel-Schetter (1987) mengatakan bahwa keluarga merupakan sumber dukungan sosial karena dalam hubungan keluarga tercipta hubungan yang saling mempercayai. Hubungan dan dorongan keluarga memegang peran penting dalam kesuksesan akademis (Conger,1977). b. Dukungan dari guru Guru dapat membantu mengarahkan tujuan siswa, mendengarkan masalah yang sedang dihadapi, baik masalah pribadi maupun akademik c. Dukungan dari teman Lingkungan lain setelah keluarga adalah lingkungan bersama temanteman. Pada masa remaja, pergaulan dengan teman-teman jauh lebih banyak daripada dengan keluarga. Bantuan dari teman-teman meningkatkan persahabatan, kehangatan berteman, saling membantu, dan saling menerima. Remaja memerlukan pergaulan, support, guidance dari teman-temannya (Conger,1977). C. REMAJA PENYANDANG CACAT TUBUH Remaja penyandang cacat tubuh adalah remaja yang berusia tahun yang mempunyai kelainan pada tubuhnya yang disebabkan karena kecelakaan,

12 suatu penyakit, atau kelainan pada sistem sarafnya sehingga bagian tubuh tertentu tidak dapat berfungsi dengan baik. Cacat tubuh ini ada yang ringan juga ada yang berat. Ada yang karena terbawa oleh faktor keturunan, diperoleh selama didalam kandungan dan akibat kelahiran yang tidak wajar atau oleh kesalahan-kesalahan asuhan sehingga terjadi hambatan-hambatan perkembangan, kena penyakit berat, ataupun kecelakaan. D. HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA REMAJA PENYANDANG CACAT TUBUH Remaja penyandang cacat tubuh sering merasa rendah diri berhubungan dengan keterbatasan yang mereka miliki karena anggota tubuhnya yang cacat (Sawrey dan Telford; Nuryanti, 1998). Banyak faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri, salah satunya adalah dukungan sosial. Penderita cacat tubuh membutuhkan dukungan dan dorongan dari pihak lain, terutama keluarga sebagai orang terdekat. Dukungan sosial merupakan tindakan menolong dan dorongan yang diperoleh melalui hubungan interpersonal dengan orang-orang disekitar individu yang memiliki arti bagi individu tersebut dalam menghadapi masalahnya. Menurut Hurlock (1973) bagi mereka yang mempunyai masalah kurang percaya diri, salahsatu cara untuk mengatasi rasa kurang percaya diri tersebut mereka memerlukan bantuan pihak lain. Bagi remaja penyandang cacat tubuh, dukungan sosialnya bisa diperoleh dari keluarga, teman dan guru disekolahnya. Dukungan keluarga sangat berperan dalam pembentukan kepercayaan dirinya, hal ini dikarenakan keluarga adalah lingkungan sosial pertama yang dikenal individu.

13 Dari beberapa penjelasan diatas penulis menyimpulkan bahwa dukungan sosial sangat dibutuhkan dalam pembentukan kepercayaan diri remaja penyandang cacat tubuh.

14 METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian 1. Variabel bebas : Dukungan Sosial 2. Variabel tergantung : Kepercayaan Diri B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Kepercayaan diri Kepercayaan diri adalah salahsatu aspek kepribadian individu yang berfungsi mendorong individu dalam meraih kesuksesan melalui hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya untuk berperilaku sesuai dengan yang diharapkan, bekerja secara efektif, serta dapat melaksanakan tugas dengan baik dan bertanggungjawab. Kepercayaan diri ini akan diungkap dengan skala kepercayaan diri dari Guilford (1959). 2. Dukungan sosial Dukungan sosial adalah tindakan menolong yang diperoleh melalui hubungan interpersonal dengan orang-orang disekitar individu yang memiliki arti bagi individu tersebut dalam menghadapi masalahnya. Dukungan sosial dalam penelitian ini akan diungkap dengan skala dukungan sosial yang disusun oleh Sarafino (1990). C. Subjek Penelitian Subjek yang diambil dalam penelitian ini adalah remaja penyandang cacat tubuh di SLB Negeri 3 Yogyakarta. Kriteria kecacatan yang digunakan adalah seseorang yang mempunyai kekurangan atau ketidaklengkapan pada anggota

15 tubuhnya (tangan dan kaki), baik struktural maupun fungsional. Subjek berusia tahun dan tidak tinggal dipusat rehabilitasinya. D. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data ini menggunakan dua buah skala yaitu skala kepercayaan diri yang disusun Guilford (1959) dan skala dukungan sosial yang disusun oleh Sarafino (1990). HASIL PENELITIAN A. Uji Normalitas Uji normalitas dengan menggunakan teknik one sample kolmogorovsmirnov test dari program SPSS 12.0 for windows. Skor KS-Z pada dukungan sosial = 0,830 dengan P = 0,496, sedangkan skor KS-Z pada kepercayaan diri = 0,813 dengan P = 0,523 maka hasil uji normalitas diatas menunjukkan normal pada masing-masing variabel. B. Uji Linearitas Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS 12.0 untuk statistic compare means. Berdasarkan hasil perhitungan untuk variable dukungan sosial dengan kepercayaan diri diperoleh nilai F linearitas = 36,374 dan p = 0,000 (p < 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara dukungan sosial dengan kepercayaan diri adalah linear dan untuk menguji kedua hubungan yang linier maka uji hipotesis menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson.

16 C. Hasil Uji Hipotesis Uji hipotesis dilakukan dengan teknik korelasi product moment dari Pearson dengankoefisien r xy = 0,805 dengan p = 0,000 maka ada hubungan positif yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan kepercayaan diri, dengan demikian hipotesis yang diajukan oleh peneliti diterima. D. Pembahasan Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada korelasi positif yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan kepercayaan diri pada remaja penyandang cacat tubuh. Responden dalam penelitian ini berada pada tingkat dukungan sosial yang sedang dengan kepercayaan diri pada tingkat sedang, artinya responden dengan dukungsn sosial yang sedang mempunyai kecenderungan kepercayaan diri pada tingkat yang sedang juga. Adanya korelasi tersebut membuktikan bahwa dukungan sosial mempengaruhi tingkat kepercayaan diri seperti yang diungkapkan Hurlock (1973) bagi mereka yang mempunyai masalah kurang percaya diri, salahsatu cara untuk mengatasi rasa kurang percaya diri tersebut mereka memerlukan bantuan pihak lain.. Penderita cacat tubuh membutuhkan dukungan dan dorongan dari pihak lain, terutama keluarga sebagai orang terdekat. Dukungan sosial merupakan tindakan menolong yang diperoleh melalui hubungan interpersonal dengan orang-orang disekitar individu yang memiliki arti bagi individu tersebut dalam menghadapi masalahnya. Johnson dan Johnson (1991) berpendapat bahwa dukungan sosial berhubungan dengan kesehatan psikologi dan penyesuaian, situasi stres, kepercayaan diri dan otonomi, identitas diri yang koheren dan terintegrasi.

17 Sawrey dan Telfort (Nuryanti, 1998) juga menyatakan bahwa para penyandang cacat tubuh mungkin mengalami ketakutan akan terluka atau ditolak secara sosial. Faktor-faktor ini membuat mereka kesulitan untuk membentuk persepsi yang tepat akan kemampuan dan keterbatasan yang mereka miliki. Ketidaktepatan itulah yang sering membuat mereka merasa inferior dan kurang percaya akan kemampuan mereka sendiri. Dalam penelitian ini dihasilkan hubungan yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan kepercayaan diri pada remaja dengan koefisien r xy = 0,805 yang berarti ada sumbangan sebesar 64,8%. Sumbangan 64,8% ini termasuk sumbangan yang sangat besar, hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor, dan peneliti menduga adanya social desirability dalam aitem. Social desirability yaitu aitem yang isinya sesuai dengan keinginan sosial pada umumnya atau dianggap baik oleh norma sosial. Aitem yang bermuatan social desirability cenderung akan disetujui atau didukung oleh semua orang semata-mata karena orang berfikir normatif, bukan karena isi aitem itu sesuai dengan perasaan atau keadaan dirinya. Terhadap aitem seperti ini semua orang akan cenderung memilih jawaban yang positif karena itulah jawaban normatif yang sesuai dengan kehendak masyarakat, sekalipun kenyataannya banyak diantara mereka yang memberikan jawaban positif itu yang sengaja atau tidak sengaja sering bertindak curang (Azwar, 1999). Faktor lain yang mempengaruhi adalah terjadi overlap karena dukungan sosial termasuk dalam aspek kepercayaan diri yaitu terdapat kesamaan salahsatu aspek dalam variabel yang berbeda. Hal ini berakibat mempengaruhi sumbangan efektif yang cukup besar. Aspek kepercayaan diri yang sama dengan dukungan

18 sosial yaitu merasa diterima oleh lingkungan. Bahwa orang-orang disekitar penyandang cacat tubuh telah menerima keberadaannya, berarti mereka mendapatkan dukungan sosial dari orang-orang yang ada disekitarnya.

19 PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan kepercayaan diri pada remaja penyandang cacat tubuh. Sumbangan yang dimiliki responden pada penelitian ini sebesar 64,8%. B. Saran Pada penelitian ini diberikan saran-saran kepada : 1. Subyek penelitian Penulis menyarankan kepada para remaja penyandang cacat agar dapat lebih menyesuaikan diri dalam lingkungan sekitar terutama lingkungan masyarakat. Dapat membina hubungan dengan teman secara baik dan akrab dan dapat menciptakan lingkungan yang menyenangkan. Dukungan sosial sangat diperlukan bagi para remaja penyandang cacat untuk dapat melakukan penyesuaian diri dan mengatasi masalah-masalah yang dihadapi. 2. Peneliti Selanjutnya Saran ditujukan untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk dapat melakukan penelitian yang lebih teliti dan mendetail. Peneliti disarankan untuk mengadakan observasi terhadap subjek penelitian agar bisa memahami keadaan subjek sebenarnya. Peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penyempurnaan alat ukur, hal ini perlu dilakukan sebagai suatu usaha untuk memperoleh hasil ukur yang akurat

20 serta diharapkan tidak terjadi social desirability dan overlap seperti dalam penelitian ini.

21 DAFTAR PUSTAKA Azwar, S Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Burns, R.B The Self of Concept. London: Longman Inc. Cohen, S and Syme, S. L Social Support and Health. London : Academic Press, Inc. Fuhrmann, B.S Adolescence, Adolescent (2nd Edition). Scott, Foresman/ Little, Brown Higher Edition. Glenview, Illionis. Guilford, J. L Personality. San Diego, L. A : Robert R. Knapp. Hambly, K Bagaimana Meningkatkan Rasa Percaya Diri (terjemahan). Jakarta: Arcan. Hurlock, E. B Adolescent Development. Tokyo: Mc Graw-Hill Kogakhusa Ltd Johnson, D. W and Jhonson, F. P Joining Together Group Theory and Group Skills (Fourth Edition). New Jersey : Prentice-Hall International, Inc. Lautser, P The Personality Test. London : Pan Books Ltd. Nuryanti, L Kepercayaan Diri dan Kecemasan Komunikasi Interpersonal pada Remaja Penyandang Cacat Tubuh. Skripsi(tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Sarafino, E. P Health Psychology : Biopsychosocial Interaction. New York: John Wiley & Sons Inc. Sarason, B Assessing Social Suppot : The Social Support Questionaire. Journal of Personality and Social Psychology. Vol. 44

22 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA REMAJA PENYANDANG CACAT TUBUH Oleh : Anita Wahyuningrum Sonny Andrianto, S.Psi., M.Si. PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2006

23 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA REMAJA PENYANDANG CACAT TUBUH Telah Disetujui Pada Tanggal Dosen Pembimbing Sonny Andrianto, S.Psi., M.Si.

24 HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA REMAJA PENYANDANG CACAT TUBUH Anita Wahyuningrum Sonny Andrianto INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan positif antara dukungan sosial dengan kepercayaan diri pada remaja penyandang cacat tubuh. Hipotesis awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara dukungan sosial dengan kepercayaan diri pada remaja penyandang cacat tubuh. Semakin tinggi dukungan sosial pada remaja penyandang cacat tubuh semakin tinggi kepercayaan dirinya, sebaliknya semakin rendah dukungan sosial pada remaja penyandang cacat tubuh maka semakin rendah kepercayaan dirinya. Subjek dalam penelitian ini adalah remaja penyandang cacat tubuh yang berusia antara dua belas hingga dua puluh satu tahun, baik laki-laki ataupun perempuan, dan duduk pada bangku SLTP dan SLTA di SLB Negeri 3 Yogyakarta. Adapun skala yang digunakan adalah skala dukungan sosial yang berjumlah 50 aitem, mengacu pada aspek yang dikemukakan oleh Sarafino (1990) dan skala kepercayaan diri yang berjumlah 40 aitem mengacu pada aspek yang dikemukakan oleh Guilford (1959). Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan bantuan computer program SPSS for window 12.0 untuk menguji apakah ada hubungan antara dukungan sosial dengan kepercayaan diri pada remaja penyandang cacat tubuh. Korelasi product moment dari Pearson menunjukkan nilai sebesar r xy = 0,805 dengan p = 0,000 yang artinya ada hubungan positif yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan kepercayaan diri, dengan demikian hipotesis yang diajukan oleh peneliti diterima. Kata kunci : Dukungan sosial, Kepercayaan diri

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU 1 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU Oleh : Chinta Pradhika H. Fuad Nashori PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN oleh : MUTYA GUSTI RAMA Dra. AISAH INDATI, M.S FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

Pengantar. penting untuk pengembangan dan pengaktualisasian potensi yang dimiliki oleh

Pengantar. penting untuk pengembangan dan pengaktualisasian potensi yang dimiliki oleh Pengantar A. Latar belakang Masalah Aspek kepribadian yang menunjukkan sumber daya manusia yang berkualitas salah satunya adalah tingkat kepercayaan diri seseorang. Kepercayaan diri berfungsi penting untuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN IBU DENGAN PENYESUAIAN DIRI PERSONAL REMAJA TUNA GRAHITA. Citra Suci Annisa Hepi Wahyuningsih, S. Psi, M.

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN IBU DENGAN PENYESUAIAN DIRI PERSONAL REMAJA TUNA GRAHITA. Citra Suci Annisa Hepi Wahyuningsih, S. Psi, M. HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN IBU DENGAN PENYESUAIAN DIRI PERSONAL REMAJA TUNA GRAHITA Citra Suci Annisa Hepi Wahyuningsih, S. Psi, M. Si INTISARI Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya fakta yang menunjukkan

Lebih terperinci

Hubungan antara Persepsi Anak Terhadap Perhatian Orang Tua dan Intensitas Komunikasi Interpersonal dengan Kepercayaan Diri pada Remaja Difabel

Hubungan antara Persepsi Anak Terhadap Perhatian Orang Tua dan Intensitas Komunikasi Interpersonal dengan Kepercayaan Diri pada Remaja Difabel Hubungan antara Persepsi Anak Terhadap Perhatian Orang Tua dan Intensitas Komunikasi Interpersonal dengan Kepercayaan Diri pada Remaja Difabel Thesis Diajukan kepada Program Studi Magister Sains Psikologi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRES MENGHADAPI UJIAN NASIONAL SISWA SMU KOTA PALANGKARAYA. Oleh : Dina Fariza Tryani Syarif *

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRES MENGHADAPI UJIAN NASIONAL SISWA SMU KOTA PALANGKARAYA. Oleh : Dina Fariza Tryani Syarif * HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRES MENGHADAPI UJIAN NASIONAL SISWA SMU KOTA PALANGKARAYA Oleh : Dina Fariza Tryani Syarif * Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL Dwi Rezka Kemala Ira Puspitawati, SPsi, Msi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Abstraksi Penelitian ini bertujuan untuk menguji

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia ingin terlahir sempurna, tanpa ada kekurangan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia ingin terlahir sempurna, tanpa ada kekurangan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia ingin terlahir sempurna, tanpa ada kekurangan, tanpa ada kecacatan. Setiap manusia juga ingin memiliki tubuh dan alat indera yang lengkap untuk dapat

Lebih terperinci

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII Nobelina Adicondro & Alfi Purnamasari Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Jalan Kapas No. 9 Yogyakarta alfi_purnamasari@yahoo.com.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan validitas dan reliabilitas dan analisis data. 2. Variabel Bebas : Dukungan Sosial

BAB III METODE PENELITIAN. dan validitas dan reliabilitas dan analisis data. 2. Variabel Bebas : Dukungan Sosial BAB III METODE PENELITIAN Unsur yang paling penting di dalam suatu penelitian adalah metode penelitian, karena melalui proses tersebut dapat ditemukan apakah hasil dari suatu penelitian dapat dipertanggungjawabkan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PRA KONDISI UNTUK BERKONSENTRASI DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA. Hanna Fadhillah.

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PRA KONDISI UNTUK BERKONSENTRASI DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA. Hanna Fadhillah. NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PRA KONDISI UNTUK BERKONSENTRASI DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA Hanna Fadhillah Fuad Nashori INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERSEPSI REMAJA TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA OTORITER DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERSEPSI REMAJA TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA OTORITER DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERSEPSI REMAJA TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA OTORITER DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA Oleh: Iffah Savitri Mira Aliza Rachmawati PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KONSEP DIRI PADA REMAJA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KONSEP DIRI PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KONSEP DIRI PADA REMAJA JULI SUSANTI SUKARTI PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Asumsi Sebelum dilakukan uji hipotesis, dilakukan uji asumsi data hasil penelitian tersebut. Setelah dilakukan uji asumsi berupa uji normalitas dan linieritas selanjutnya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis sebagaimana yang telah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis sebagaimana yang telah 106 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis sebagaimana yang telah disajikan pada bab 4, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Ada hubungan negatif sangat

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL. Erick Wibowo

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL. Erick Wibowo HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL Erick Wibowo Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan

Lebih terperinci

Jurnal SPIRITS, Vol.5, No.2, Mei ISSN:

Jurnal SPIRITS, Vol.5, No.2, Mei ISSN: HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEMANDIRIAN PADA PENYANDANG TUNA DAKSA DI PUSAT REHABILITASI TERPADU PENYANDANG CACAT BANTUL Vira Rachmiwanti Hartosujono Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN MINAT MEMBELI BARANG - BARANG BERMEREK

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN MINAT MEMBELI BARANG - BARANG BERMEREK NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN MINAT MEMBELI BARANG - BARANG BERMEREK Oleh: Amalia Gia Puspita Fuad Nashori PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN TEMAN SEBAYA DENGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SANTRIWATI PENGURUS ORGANISASI PELAJAR PPMI ASSALAAM (OP3MIA)

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN TEMAN SEBAYA DENGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SANTRIWATI PENGURUS ORGANISASI PELAJAR PPMI ASSALAAM (OP3MIA) HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN TEMAN SEBAYA DENGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SANTRIWATI PENGURUS ORGANISASI PELAJAR PPMI ASSALAAM (OP3MIA) NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode kuantitatif, yaitu metode yang menekankan analisis pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri Akademik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri Akademik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Efikasi Diri Akademik 1. Pengertian Efikasi Diri Akademik Bandura (1997) menjelaskan bahwa efikasi diri merupakan perkiraan seseorang tentang kemampuannya untuk mengatur dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Untuk dapat meneliti konsep empirik, konsep tersebut harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Menurut Arikunto (2006), variabel adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Setiap manusia ingin terlahir sempurna tanpa kekurangan suatu apapun. Memiliki tubuh dan alat indera yang lengkap, serta dapat melakukan berbagai kegiatan merupakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT This study was aimed to investigate the relationship between social

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PEMENUHAN KEBUTUHAN BERAFILIASI DENGAN KONFORMITAS PADA MAHASISWA SEMESTER PERTAMA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PEMENUHAN KEBUTUHAN BERAFILIASI DENGAN KONFORMITAS PADA MAHASISWA SEMESTER PERTAMA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PEMENUHAN KEBUTUHAN BERAFILIASI DENGAN KONFORMITAS PADA MAHASISWA SEMESTER PERTAMA Oleh: Dahlia Rahayu Kusumadwewi Mira Aliza Rachmawati PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP BEBAN TUGAS GURU DENGAN STRES KERJA PADA GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KERTEK, KABUPATEN WONOSOBO, JAWA TENGAH

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP BEBAN TUGAS GURU DENGAN STRES KERJA PADA GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KERTEK, KABUPATEN WONOSOBO, JAWA TENGAH HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP BEBAN TUGAS GURU DENGAN STRES KERJA PADA GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KERTEK, KABUPATEN WONOSOBO, JAWA TENGAH NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: Rudi Prasetyo 04320307

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Defenisi Operasional Variabel Penelitian, (C) Populasi, Sampel, Teknik

BAB III METODE PENELITIAN. Defenisi Operasional Variabel Penelitian, (C) Populasi, Sampel, Teknik BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini peneliti akan menjelaskan tentang metode yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi: (A) Identifikasi Variabel Penelitian, (B) Defenisi Operasional Variabel

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Sebelum analisis data dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi untuk mengetahui normal tidaknya sebaran data dan linear atau

Lebih terperinci

Jurnal Counseling Care Volume 1, Nomor 1, Bulan April, 2017 PROFIL DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA SISWA DI SMP NEGERI KECAMATAN BATANG KAPAS PESISIR SELATAN

Jurnal Counseling Care Volume 1, Nomor 1, Bulan April, 2017 PROFIL DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA SISWA DI SMP NEGERI KECAMATAN BATANG KAPAS PESISIR SELATAN Jurnal Counseling Care Volume 1, Nomor 1, Bulan April, 2017 PROFIL DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA SISWA DI SMP NEGERI KECAMATAN BATANG KAPAS PESISIR SELATAN Penulis : Mori Dianto Sumber : Jurnal Counseling Care,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA ANGGOTA LANUD ADI SOEMARMO YANG MENJELANG PENSIUN.

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA ANGGOTA LANUD ADI SOEMARMO YANG MENJELANG PENSIUN. HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA ANGGOTA LANUD ADI SOEMARMO YANG MENJELANG PENSIUN Naskah Publikasi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat sarjana S-1

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Hurlock (1980) bahwa salah satu tugas perkembangan masa

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Hurlock (1980) bahwa salah satu tugas perkembangan masa BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Penyesuaian diri bukanlah hal yang mudah bagi setiap remaja. Menurut Hurlock (1980) bahwa salah satu tugas perkembangan masa remaja yang paling sulit berhubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian. efikasi diri akademik pada remaja yang tinggal di panti asuhan, untuk

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian. efikasi diri akademik pada remaja yang tinggal di panti asuhan, untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah Hubungan dukungan sosial dengan efikasi diri akademik pada remaja yang tinggal di panti asuhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai perubahan besar, diantaranya perubahan fisik, kognitif, dan psikososial.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan di uraikan tentang tipe penelitian, identifikasi variabel penelitian, defenisi operasional variabel penelitian, populasi dan teknik pengambilan sampel, metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai (A) Tipe Penelitian (B). Identifikasi Variabel Penelitian, (C). Definisi

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai (A) Tipe Penelitian (B). Identifikasi Variabel Penelitian, (C). Definisi BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada bagian metode penelitian ini akan menguraikan mengenai (A) Tipe Penelitian (B). Identifikasi Variabel Penelitian, (C). Definisi Operasional Penelitian, (D). Subjek

Lebih terperinci

Hubungan antara Berpikir Positif dengan Penerimaan Diri pada Remaja Penyandang Cacat Tubuh Akibat Kecelakaan

Hubungan antara Berpikir Positif dengan Penerimaan Diri pada Remaja Penyandang Cacat Tubuh Akibat Kecelakaan Hubungan antara Berpikir Positif dengan Penerimaan Diri pada Remaja Penyandang Cacat Tubuh Akibat Kecelakaan Fatwa Tentama Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Abstract : The purpose

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hadirnya seorang anak merupakan harapan dari setiap orangtua.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hadirnya seorang anak merupakan harapan dari setiap orangtua. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hadirnya seorang anak merupakan harapan dari setiap orangtua. Kelahiran anak adalah saat-saat yang sangat di tunggu-tunggu oleh setiap pasangan suami istri.

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN A. Uji Asumsi Berdasarkan data yang telah diperoleh dari penelitian tersebut diadakan uji asumsi. Uji asumsi dikerjakan dengan menggunakan Statistical Package of Social Science (

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 2013). Oleh karena itu, peneliti telah menetapkan dua variabel dalam

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 2013). Oleh karena itu, peneliti telah menetapkan dua variabel dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah pengelompokan yang logis dari dua atau lebih atribut (Machfoedz, 010). Variabel disebut juga sebagai objek penelitian,

Lebih terperinci

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan. 1 BAB 1 PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan. Dimulai dari masa bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan masa tua. Pada setiap masa pertumbuhan manusia

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN DUKUNGAN ORANGTUA DENGAN KETRAMPILAN SOSIAL PADA TUNAGRAHITA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN DUKUNGAN ORANGTUA DENGAN KETRAMPILAN SOSIAL PADA TUNAGRAHITA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN DUKUNGAN ORANGTUA DENGAN KETRAMPILAN SOSIAL PADA TUNAGRAHITA Oleh : ASRI HANDAYANI HEPI WAHYUNINGSIH PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. bersifat deskriptif. Hal ini disebabkan karena data-data yang diperolah dalam

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. bersifat deskriptif. Hal ini disebabkan karena data-data yang diperolah dalam 46 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif. Hal ini disebabkan karena data-data yang diperolah dalam penelitian

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI PENERIMAAN DIRI WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA DITINJAU DARI KEPRIBADIAN TAHAN BANTING (HARDINESS) DAN STATUS PEKERJAAN

NASKAH PUBLIKASI PENERIMAAN DIRI WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA DITINJAU DARI KEPRIBADIAN TAHAN BANTING (HARDINESS) DAN STATUS PEKERJAAN NASKAH PUBLIKASI PENERIMAAN DIRI WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA DITINJAU DARI KEPRIBADIAN TAHAN BANTING (HARDINESS) DAN STATUS PEKERJAAN Oleh : Yulianita Andromeda Hj. Ratna Syifa a Rachmahana FAKULTAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA Rita Sinthia Dosen Prodi Bimbingan Konseling FKIP Universitas Bengkulu Abstract:This study was

Lebih terperinci

Ada sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa burnout adalah suatu syndrome dari

Ada sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa burnout adalah suatu syndrome dari TINJAUAN PUSTAKA Burnout Ada sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa burnout adalah suatu syndrome dari seseorang yang bekerja atau melakukan sesuatu, dengan ciri-ciri mengalami kelelahan emosional, sikap

Lebih terperinci

Hubungan antara Social Support dengan Self Esteem pada Andikpas di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Bandung

Hubungan antara Social Support dengan Self Esteem pada Andikpas di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Bandung Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Hubungan antara Social Support dengan Self Esteem pada Andikpas di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Bandung 1 Haunan Nur Husnina, 2 Suci Nugraha 1,2 Fakultas

Lebih terperinci

BAB lll METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif diartikan sebagai suatu penelitian yang menggunakan alat

BAB lll METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif diartikan sebagai suatu penelitian yang menggunakan alat 33 BAB lll METODE PENELITIAN Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif diartikan sebagai suatu penelitian yang menggunakan alat bantu statistik sebagai

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. terhubungdengan internet seperti Smartphone dan I-phone serta berbagai macam

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. terhubungdengan internet seperti Smartphone dan I-phone serta berbagai macam BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Salah satu tahap yang harus dilalui sebelum peneltian dilaksanakan adalah perlunya memahami orientasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi, 2009 : 96).

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi, 2009 : 96). BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Variabel disebut juga sebagai objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyandang tuna rungu adalah bagian dari kesatuan masyarakat Karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyandang tuna rungu adalah bagian dari kesatuan masyarakat Karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyandang tuna rungu adalah bagian dari kesatuan masyarakat Karena adanya keterbatasan atau kekurangan pada fisiknya, membuat individu umumnya kurang mampu

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN PERILAKU PRODUKTIF PADA GURU SLB. Ermy Herawaty Sus Budiharto, S. Psi, M.

HUBUNGAN ANTARA KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN PERILAKU PRODUKTIF PADA GURU SLB. Ermy Herawaty Sus Budiharto, S. Psi, M. HUBUNGAN ANTARA KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN PERILAKU PRODUKTIF PADA GURU SLB Ermy Herawaty Sus Budiharto, S. Psi, M. Si, Psi INTISARI Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya fakta yang menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa atau peserta didik adalah mereka yang secara khusus diserahkan oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di sekolah, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja berasal dari kata adolescence yang memiliki arti tumbuh untuk mencapai kematangan, baik mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa remaja ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. korelasional. Menurut Arikunto (2002:23) Penelitian kuantitatif adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. korelasional. Menurut Arikunto (2002:23) Penelitian kuantitatif adalah penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dalam penelitian ini kami menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional. Menurut Arikunto (00:3) Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang datanya berupa

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI Nama : Kartika Pradita Andriani NPM : 13510847 Jurusan : Psikologi Pembimbing : Prof. Dr. AM. Heru

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG CACAT TUNARUNGU

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG CACAT TUNARUNGU NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG CACAT TUNARUNGU Disusun oleh: Khalimatus Sa diyah H. Fuad Nashori FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Reny Yuniasanti Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang ABSTRAK

Reny Yuniasanti Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang ABSTRAK KECEMASAN MENGHADAPI ULANGAN UMUM PADA ANAK SEKOLAH DASAR KELAS IV DAN V DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP TUNTUTAN ORANGTUA UNTUK BERPRESTASI DALAM BELAJAR Reny Yuniasanti Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini meliputi identifikasi variable penelitian, defenisi operasional, populasi,

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini meliputi identifikasi variable penelitian, defenisi operasional, populasi, BAB III METODE PENELITIAN Unsur yang paling penting di dalam suatu penelitian adalah metode penelitian, karena melalui proses tersebut dapat ditemukan apakah hasil dari suatu penelitian dapat dipertanggungjawabkan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI PRESTASI ATLET TAE KWON DO DIY DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL

NASKAH PUBLIKASI PRESTASI ATLET TAE KWON DO DIY DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL NASKAH PUBLIKASI PRESTASI ATLET TAE KWON DO DIY DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL Oleh : Fitri Yulianto Fuad Nashori FAKULTAS PSIKOLOGI DAN SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA 2006

Lebih terperinci

Hubungan Antara Body Image dan Self-Esteem. Pada Dewasa Awal Tuna Daksa. Dahlia Nur Permata Sari Fakultas Psikologi Universitas Surabaya, 2012

Hubungan Antara Body Image dan Self-Esteem. Pada Dewasa Awal Tuna Daksa. Dahlia Nur Permata Sari Fakultas Psikologi Universitas Surabaya, 2012 Hubungan Antara Body Image dan Self-Esteem Pada Dewasa Awal Tuna Daksa Dahlia Nur Permata Sari Fakultas Psikologi Universitas Surabaya, 2012 Abstrak. Penelitian ini meneliti mengenai pengaruh body image

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian Persiapan penelitian dimulai dengan mempersiapkan alat ukur, yaitu menggunakan satu macam skala untuk mengukur self esteem dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Penelitian ini terdiri atas tiga variabel, yaitu dua variabel bebas dan satu

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Penelitian ini terdiri atas tiga variabel, yaitu dua variabel bebas dan satu BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini terdiri atas tiga variabel, yaitu dua variabel bebas dan satu variabel tergantung. Variabel-variabel dalam penelitian ini yaitu:

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN PERSONAL RESPONSIBILITY KARYAWAN LEMBAGA PENDIDIKAN PERKEBUNAN YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN PERSONAL RESPONSIBILITY KARYAWAN LEMBAGA PENDIDIKAN PERKEBUNAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN PERSONAL RESPONSIBILITY KARYAWAN LEMBAGA PENDIDIKAN PERKEBUNAN YOGYAKARTA DISUSUN OLEH SUGESTI HANUNG ANDITYA SUS BUDIHARTO PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. 2003). Menurut jenis penelitiannya, penelitian ini termasuk ke dalam jenis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. 2003). Menurut jenis penelitiannya, penelitian ini termasuk ke dalam jenis 1 BAB III METODOLOGI PEELITIA A. Jenis Penelitian Metode yang digunakan dalam peneltian ini adalah metode kuantitatif. Metode kuantitatif yaitu suatu metode penelitian yang menekankan analisisnya pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. B. Identifikasi Variabel. Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang digunakan yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. B. Identifikasi Variabel. Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang digunakan yaitu: BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Unsur yang paling penting di dalam suatu penelitian adalah metode penelitian, metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. akademika pada sekolah SMP. Problematika siswa-siswi seringkali

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. akademika pada sekolah SMP. Problematika siswa-siswi seringkali BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Subjek Dalam penelitian ini, peneliti mengambil subyek siswa-siswi SMP Swasta di Taman Sidoarjo. SMP Dharma Wanita 9 Taman terletak

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian ini adalah penelitian populasi, sehingga tidak digunakan sampel untuk mengambil data penelitian. Semua populasi dijadikan subyek penelitian. Subyek dalam

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Asumsi Sebelum melakukan uji hipotesis dilakukan uji asumsi terlebih dahulu yang merupakan syaratnya. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan korelasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN OPTIMISME MAHASISWA PSIKOLOGI UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG DALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN OPTIMISME MAHASISWA PSIKOLOGI UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG DALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN OPTIMISME MAHASISWA PSIKOLOGI UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG DALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI Ushfuriyah_11410073 Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA SISWA BOARDING SCHOOL

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA SISWA BOARDING SCHOOL NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA SISWA BOARDING SCHOOL Oleh : ADIAKESUMAWARDHANI THOBAGUS M. NU MAN PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Sebelum dilakukan analisis data, perlu dilakukan uji asumsi terhadap data yang ada supaya data tersebut memenuhi syarat untuk dianalisa dengan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN PT GADING CEMPAKA GRAHA PALEMBANG

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN PT GADING CEMPAKA GRAHA PALEMBANG HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN PT GADING CEMPAKA GRAHA PALEMBANG MICHELINE RINAMURTI PRODI EKONOMI MANAJEMEN STIE MUSI PALEMBANG rina_angel2008@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Negeri Medan, Medan Estate Deli Serdang dan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei- Juni

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini. BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Untuk menguji hipotesis penelitian, sebelumnya akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 32 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan strategi umum yang dianut dalam pengumpulan data dan analisis data yang dipergunakan guna menjawab permasalahan yang diselidiki berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian sesuai dengan data yang diperoleh. Pembahasan diawali dengan memberikan gambaran umum subjek penelitian, pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya perbedaan kondisi dengan kebanyakan anak lainnya. Mereka adalah yang

BAB I PENDAHULUAN. adanya perbedaan kondisi dengan kebanyakan anak lainnya. Mereka adalah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang membutuhkan pendidikan dan layanan khusus untuk mengoptimalkan potensi kemanusiaannya secara utuh akibat adanya perbedaan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Uji asumsi harus terlebih dahulu dilakukan sebelum melakukan uji hipotesis. Uji asumsi ini terdiri dari uji normalitas, uji linieritas, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesuksesan, karena dengan kepercayaan diri yang baik seseorang akan mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesuksesan, karena dengan kepercayaan diri yang baik seseorang akan mampu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepercayaan diri memegang peranan yang sangat penting dalam meraih kesuksesan, karena dengan kepercayaan diri yang baik seseorang akan mampu mengaktualisasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukanlah hal yang baru lagi, khususnya bagi masyarakat. Kualitas pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. bukanlah hal yang baru lagi, khususnya bagi masyarakat. Kualitas pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembahasan mengenai rendahnya mutu pendidikan di Indonesia bukanlah hal yang baru lagi, khususnya bagi masyarakat. Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA KELAS VII DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 8 JAKARTA BARAT

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA KELAS VII DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 8 JAKARTA BARAT Hubungan Antara Dukungan Sosial Dan Motivasi Berprestasi Siswa Kelas VII... Jakarta Barat HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA KELAS VII DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 8 JAKARTA

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONFLIK ORANGTUA (AYAH IBU) - ANAK DENGAN DEPRESI PADA REMAJA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONFLIK ORANGTUA (AYAH IBU) - ANAK DENGAN DEPRESI PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONFLIK ORANGTUA (AYAH IBU) - ANAK DENGAN DEPRESI PADA REMAJA Oleh : Finda Fatmawati Hepi Wahyuningsih PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN CITRA TUBUH ( BODY IMAGE) SISWI USIA SEKOLAH DENGAN MENARCHE DI KECAMATAN SALE ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN CITRA TUBUH ( BODY IMAGE) SISWI USIA SEKOLAH DENGAN MENARCHE DI KECAMATAN SALE ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN CITRA TUBUH ( BODY IMAGE) SISWI USIA SEKOLAH DENGAN MENARCHE DI KECAMATAN SALE 1 Mellia Silvy Irdianty, 2 Rita Hadi W 1 Mahasiswa Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Menurut Babbie (Prasetyo, 2005) rancangan penelitian adalah mencatat perencanaan dari cara berfikir dan merancang suatu strategi untuk menemukan sesuatu.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Metode penelitian merupakan strategi umum yang dianut dalam pengumpulan data dan analisis data yang dipergunakan guna menjawab permasalahan yang diselidiki

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian korelasional bertujuan menyelidiki sejauh mana variasi pada satu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian korelasional bertujuan menyelidiki sejauh mana variasi pada satu BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan suatu bentuk penelitian korelasional yang menghubungkan antara penggunaan situs jejaring sosial (X) dengan empati (Y). Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 54 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, dimana penelitian yang bekerja dengan angka, yang datanya berwujud bilangan (skor atau nilai, beringkat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. fenomena atau gejala utama dan pada beberapa fenomena lain yang relevan.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. fenomena atau gejala utama dan pada beberapa fenomena lain yang relevan. BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Setiap kegiatan penelitian tentu memusatkan perhatiannya pada beberapa fenomena atau gejala utama dan pada beberapa fenomena lain yang relevan. Dalam

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KEMATANGAN EMOSI PADA REMAJA. Gani Tri Utomo H. Fuad Nashori INTISARI

HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KEMATANGAN EMOSI PADA REMAJA. Gani Tri Utomo H. Fuad Nashori INTISARI HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KEMATANGAN EMOSI PADA REMAJA Gani Tri Utomo H. Fuad Nashori INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konformitas dengan kematangan emosi pada remaja.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian populasi. Arikunto (2010) menjelaskan bahwa penelitian populasi hanya dapat dilakukan bagi populasi terhingga dan subjeknya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai anak yang normal. Melihat anak anak balita tumbuh dan. akan merasa sedih. Salah satu gangguan pada masa kanak kanak yang

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai anak yang normal. Melihat anak anak balita tumbuh dan. akan merasa sedih. Salah satu gangguan pada masa kanak kanak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memiliki anak sehat, baik fisik maupun mental adalah harapan bagi semua orang tua, akan tetapi pada kenyataannya tidak semua pasangan dikaruniai anak yang normal. Melihat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KECEMASAN MENJELANG BATAS AKHIR MASA STUDI. Retno Kasih Kusumastuti Sonny Andrianto

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KECEMASAN MENJELANG BATAS AKHIR MASA STUDI. Retno Kasih Kusumastuti Sonny Andrianto HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KECEMASAN MENJELANG BATAS AKHIR MASA STUDI Retno Kasih Kusumastuti Sonny Andrianto INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya.

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Menurut Kerlinger (2000:483) rancangan penelitian merupakan rencana dan stuktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti memperoleh

Lebih terperinci

yang lainnya, maupun interaksi dengan orang sekitar yang turut berperan di dalam aktivitas OMK itu sendiri,. Interaksi yang sifatnya saling

yang lainnya, maupun interaksi dengan orang sekitar yang turut berperan di dalam aktivitas OMK itu sendiri,. Interaksi yang sifatnya saling BAB V PENUTUP 5.1. Bahasan Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel dukungan sosial dengan psychological well-being pada anggota komunitas Orang Muda Katolik

Lebih terperinci

PERILAKU MEMBELI PRODUK PERAWATAN WAJAH DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWI SKRIPSI. Oleh : Triani Trisnawati

PERILAKU MEMBELI PRODUK PERAWATAN WAJAH DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWI SKRIPSI. Oleh : Triani Trisnawati PERILAKU MEMBELI PRODUK PERAWATAN WAJAH DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWI SKRIPSI Oleh : Triani Trisnawati 00.40.0309 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2010 i PERILAKU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan narapidana. Didalam UU No 12/1995 (kitab undang -undang hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan narapidana. Didalam UU No 12/1995 (kitab undang -undang hukum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu yang ditahan di lembaga permasyarakatan biasanya disebut dengan narapidana. Didalam UU No 12/1995 (kitab undang -undang hukum pidana) tentang permasyarakatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel tergantung : Perilaku Seksual Pranikah. 2. Variabel bebas : a.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel tergantung : Perilaku Seksual Pranikah. 2. Variabel bebas : a. 76 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel tergantung : Perilaku Seksual Pranikah 2.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN TEMAN SEBAYA DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA MAHASISWA BARU UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2013

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN TEMAN SEBAYA DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA MAHASISWA BARU UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2013 HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN TEMAN SEBAYA DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA MAHASISWA BARU UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2013 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : HETI SETYANINGSIH F 100 090 114

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data,

Lebih terperinci