BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Supervisi Pendidikan Definisi Supervisi Pendidikan. Menurut Purwanto (2008:76) supervisi adalah membantu para guru dan pegawai sekolah dalam melakukan pekerjaan secara efektif memerlukan suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan. Sedangkan menurut Boardman dalam Sahertian (2010: 17) supervisi adalah suatu usaha menstimulasi, mengkoordinasi, dan membimbing secara terus menerus kompetensi guru-guru di sekolah baik secara individual maupun secara kolektif, agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran. Oleh karena itu mereka dapat menstimulasi dan membimbing pertumbuhan tiap murid secara terus menerus serta mampu dan lebih cakap berpartisipasi dalam masyarakat demokrasi modern. Dari dua pendapat tersebut di atas jelas terdapat beberapa perbedaan yaitu definisi dari Purwanto terlalu simple dan memuat hal hal yang pokok saja jadi kurang spesifik terhadap hal- hal apa yang akan direncanakan ataupun tentang pekerjaan apa yang perlu dibantu, tetapi menurut Sahertian lebih terurai dan jelas usaha apa saja yang akan dilakukan, dengan cara apa melakukannya, serta jelas pula tujuannya. 11

2 Sehingga Kepala Sekolah dalam melakukan Supervisi Akademik lebih melaksanakan lebih jelas panduannya. Supervisi pendidikan bagian Supervisi adalah program pembinaan guru dan personil pendidikan. Supervisi merupakan pemantauan oleh pembina dan Kepala sekolah terhadap implementasi MBS termasuk pelaksanaan kurikulum, penilaian KBM di kelas, pelurusan penyimpangan, peningkatan keadaan (Slameto, 2009:142). Lain dengan Jasmani (2013:27) yang menyatakan bahwa: Supervisi pendidikan adalah segala bantuan dari supervisor dan atau semua pemimpin kepala sekolah untuk memperbaiki manajemen sekolah dan meningkatkan kinerja staf/guru dalam menjalankan tugas, fungsi, dan kewajibannya sehingga tujuan pendidikan dapat dicapai dengan optimal. Caranya, dengan memberi bantuan, dorongan, pembinaan, bimbingan, dan memberi kesempatan bagi pengelola sekolah dan para guru untuk memperbaiki dan mengembangkan kinerja dan profesional ismenya. Supervisi akademik merupakan bagian supervisi pendidikan yang menitik beratkan pada upaya memberikan bantuan untuk meningkatkan mutu pembelajaran dan professional guru sebagai pengelola proses belajar di kelas. Menurut Muslim (2009: 41) supervisi akademik diberi pengertian sebagai serangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru dalam bentuk pelayanan professional yang diberikan 12

3 oleh supervisor (kepala sekolah, penilik sekolah dan pembina lainnya) guna meningkatkan mutu proses dan hasil belajar mengajar. Menurut Mulyasa (2013: 249) supervisi akademik adalah bantuan professional kepada guru, melalui tahap perencanaan yang sistematis, pengamatan yang cermat, dan umpan balik yang objektif dan segera, sehingga guru dapat menggunakan balikan tersebut untuk memperbaiki kinerjanya. Supervisi akademik bukan hanya membantu guru dalam memahami pendidikan dan apa peran sekolah dalam mencapai tujuannya, tapi juga perlu juga membantu guru dalam memahami keadaan dan kebutuhan siswanya, sebagai dasar analisis dalam menyusun program pembelajaran secara tepat (Arikunto, 2009: 12) agar pembelajaran menjadi lebih berkualitas. Dari berbagai pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa hakekat supervisi akademik adalah suatu usaha untuk membantu guru agar guru dalam bekerja lebih profesional. Akan tetapi menurut Arikunto dan Muslim definisinya kurang jelas dan masih bersifat umum karena belum menunjukan langkah- langkah dari pelaksanaan supervisi akademik. berbeda dengan Mulyasa uraian lebih jelas, terinci dan lebih spesifik serta menunjukkan langkah- langkah tindakan supervisi akademik. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa supervisi akademik adalah kegiatan berupa bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh supervisor yaitu pengawas sekolah dan kepala sekolah kepada guru 13

4 dalam meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran, sehingga akan mendorong peningkatan prestasi belajar peserta didik yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pendidikan Tujuan supervisi akademik Tujuan supervisi akademik adalah untuk mengembangkan situasi proses pembelajaran yang lebih baik melalui pembinaan dan peningkatan profesi mengajar. Secara lebih terperinci tujuan supervisi akademik adalah (Burhanuddin, 2005 : 100) : a. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran. b. Mengendalikan penyelenggaraan bidang tehnis edukatif di sekolah sesuai dengan ketentuan dan kebijakan yang telah ditetapkan. c. Menjamin agar kegiatan sekolah berlangsung sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sehingga memperoleh hasil yang optimal. d. Menilai sekolah dalam pelaksanaan tugasnya, memberikan bimbingan langsung untuk memperbaiki kesalahan, kekurangan, membantu memecahkan masalah yang dihadapi sekolah. Peneliti lain yaitu Sudjana (2011:56) menjelaskan bahwa supervisi akademik diselenggarakan dengan tujuan membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalnya dalam melaksanakan tugas pokok dan tanggungjawabnya yakni melaksanakan pembelajaran yang mendidik. Menurut Sergiovanni (dalam Departemen Pendidikan Nasional, 2007:10), ada tiga tujuan 14

5 supervisi akademik : a. Supervisi akademik dilakukan untuk membantu guru dalam mengembangkan kompetensi profesionalismenya serta memahami akademik, kehidupan kelas, mengembangkan keterampilan mengajarnya dan menggunakan kompetensinya melalui teknik-teknik tertentu. b. Supervisi akademik dilakukan untuk memonitor kegiatan proses belajar mengajar di sekolah. Kegiatan memonitor ini bisa dilakukan melalui kunjungan kepala sekolah ke kelas-kelas di saat guru sedang mengajar, percakapan pribadi dengan guru, teman sejawatnya, maupun dengan sebagian peserta didik. c. Supervisi akademik dilakukan untuk memberi semangat pada guru menerapkankemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas mengajarnya, mendorong guru dalam mengembangkan kemampuannya sendiri, serta mendorong guru agar ia memiliki perhatian yang sungguhsungguh (commitment) terhadap tugas dan tanggung jawabnya. Tujuan supervisi akademik adalah membantu guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran yang harus dicapai peserta didik. Oleh sebab itu melalui supervisi akademik guru hendaknya mengusai kompetensi yang harus dimilikinya yakni kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi pedagogik, dan kompetensi 15

6 professional sebagaimana dituangkan dalam Permendiknas Nomor 16 tahun Dari berbagai uraian tentang tujuan Supervisi akademik di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa tujuan supervisi akademik diselenggarakan dalam rangka meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran melalui pemantauan dan penilaian dalam penyusunan RPP dan kegiatan proses belajar di sekolah agar diketahui sejauh mana tercapainya tujuan pembelajaran. Pemantauan dan penilaian bisa dilakukan melalui kunjungan dan observasi kelas pada saat guru melaksanakan pembelajaran. Pembelajaran dikatakan berkualitas apabila peserta didik melakukan aktivitas belajar yang mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, inovatif dan menyenangkan serta mencapai hasil belajar yang optimal sehingga peserta didik mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan memiliki rasa keingintahuan lebih lanjut Teknik- Teknik Supervisi Akademik Salah satu kompetensi Kepala Sekolah adalah melaksanakan supervisi akademik. Untuk melaksanakan supervisi akademik secara benar diperlukan ketrampilan konseptual, interpersonal, dan teknikal. Oleh karena itu Kepala Sekolah harus mampu menerapkan teknik- teknik supervisi yang tepat dalam melaksanakan supervisi akademik. Menurut Arikunto (2004:54-58) terdapat 2 jenis teknik supervisi yaitu: Teknik Perorangan 16

7 Yang dimaksud dengan teknik perorangan dalam kegiatan supervise adalah bantuan yang dilakukan secara sendiri oleh petugas supervisi, baik terjadi di dalam kelas maupun di luar kelas (Arikunto, 2004: 54). Teknik perorangan antara lain: (1) Mengadakan kunjungan kelas (Classroom Visitation) Yang dimaksud dengan kunjungan kelas atau classroom visitation adalah pengawas atau kepala sekolah berkunjung ke sebuah kelas, baik ketika sedang berlangsung kegiatan untuk melihat atau mengamati guru yang sedang mengajar, ataupunn ketika kelas sedang kosong, atau sedang berisi siswa tetapi guru sedang tidak mengajar (Arikunto, 2004: 55). (2) Mengadakan observasi kelas (classroom observation), yang dimaksud dengan observasi kelas atau classroom observation ialah pengawas atau kepala sekolah berkunjung ke sebuah kelas dengan maksud untuk mencermati situasi atau peristiwa yang sedang berlangsungdi kelas yang bersangkutan (Arikunto, 2004: 55). (3) Mengadakan wawancara perseorangan (individual interview) Wawancara perseorangan dilakukan apabila supervisor berpendapat bahwa dia menghendaki adanya jawaban dari individu tertentu. Hal ini adapat dilakukan apabila, (a) ada masalah khusus pada individu guru atau staf sekolah lain yang penyelesaianya tidak boleh di dengar oleh orang lain. (b) apabila 17

8 supervisor ingin mengecek kebenaran data yang sudah dikumpulkan dari orang lain. Dalam hal ini wawancara perseorangan adalah teknik yang tepat agar orang yang diwawancari tidak terpengaruh oleh pendapat orang lain (Arikunto, 2004: 56). (4) Mengadakan wawancara kelompok (group interview) Teknik wawancara ini dalam bahasa Inggris di kenal dengan sitilah round table (meja bundar). Dikatakan demikian karena round table menghendaki adanya persyaratan yang harus dilakukan, yaitu situasi dan peraturan duduk dalam diskusi adalah posisi duduk hendaknya dalam posisi lingkaran yang bundar, dimana setiap anggota kelompok mempunyai kedudukan dan hak yang sama. Demikian juga pewawancara sebaiknya duduk juga dalam lingkaran, berada di antara anggota kelompok yang lain (Arikunto, 2004: 56) Teknik supervisi kelompok a. Mengadakan pertemuan atau rapat (Meeting) Fungsi komunikasi dalam manajemen sekolah dapat terlaksana dengan baik apabila masingmasing warga sekolah mempunyai hak yang sama untuk mengemukakn pendapat, dan segala informasi yang ada dapat dengan segera sampai ke semua warga dengan cepat dan dengan tepat pula (Arikunto, 2004: 57). b. Mengadakan diskusi kelompok (group Discussion) Diskusi kelompok dapat juga digunakan untuk 18

9 mempertemukan pendapat antar pimpinan dalam bentuk pertemuan khusus antar staff pimpinan saja. Diskusi kelompok dapat diselenggarkan dengan mengundang atau mengumpulkan guruguru bidang studi sejenis atau yang berlainan sesuai dengan keperluannya (Arikunto, 2004: 57). c. Mengadakan penataran-penataran (in service training) Salah satu wadah untuk meningkatlkan kompetensi guru dan staff sekolah adalah penataran. Dalam klasifikasi pendidikan, penataran dikategorikan sebagai in service training, sebagai bentuk lain dari pre service training, yang merupakan pendidikan sebelum yang bersangkutan menjadi pegawai yang resmi (Arikunto, 2004: 57). d. Seminar, banyak guru yang membutuhkan sertifikat yang dapat diakui sebagai angka kredit sejak diberlakukan kenaikan pangkat dengan jabatan fungsional,. Cara yang baik dalam mengikuti seminar adalah apabila dilakukan dengan sungguh-sungguh, serius, dan cermat mengikuti presentasi dan acara tanya jawab (Arikunto, 2004: 58). Menurut Mulyasa (2013:245) Supervisor hendaknya pandai memilih teknik- teknik supervisi yang sesuai, sehingga tepat dengan tujuan yang akan dicapai itulah yang melandasi peneliti dalam memilih melaksanakan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) dengan menggunakan teknik supervisi akademik 19

10 individual kunjungan kelas karena banyak kelebihannya dan sesuai dengan permasalahan yang ada di SD Negeri Klampoklor Pendekatan Supervisi akademik. Menurut Sahertian (Sahertian, 2000:44-52). pendekatan yang digunakan dalam melaksanakan supervisi akademik, ada 3, yaitu: Pendekatan Langsung (Direktif) Pendekatan direktif adalah cara pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung. Supervisor memberikan arahan langsung. Sudah tentu pengaruh perilaku supervisor lebih dominan. Oleh karena guru ini mengalami kekurangan, maka perlu diberikan rangsangan agar ia bisa bereaksi. Supervisor dapat menggunakan penguatan (reinforcement) atau hukuman (punishment). Pendekatan seperti ini dapat dilakukan dengan perilaku supervisor adalah: menjelaskan, menyajikan, mengarahkan, memberi contoh, menetapkan tolak ukur, dan menguatkan Pendekatan Tidak Langsung (Non-direktif) Pendekatan tidak langsung (non-direktif) adalah cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung. Perilaku supervisor tidak secara langsung menunjukkan permasalahan, tapi ia terlebih dulu mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan guru-guru. Ia memberi kesempatan sebanyak mungkin kepada guru untuk mengemukakan permasalahan yang mereka alami. Guru mengemukakan masalahnya supervisor mencoba 20

11 mendengarkan, memahami, apa yang dialami guruguru. Perilaku supervisor dalam pendekatan nondirektif adalah: mendengarkan, memberi penguatan, menjelaskan, menyajikan, dan memecahkan masalah Pendekatan Kolaboratif Yang dimaksud dengan pendekatan kolaboratif adalah cara pendekatan yang memadukan cara pendekatan direktif dan non direktif menjadi pendekatan baru. Pada pendekatan ini baik supervisor maupun guru bersama-sama, bersepakat untuk menetapkan struktur, proses dan kriteria dalam melaksanakan proses percakapan terhadap masalah yang dihadapi guru. Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan oleh peneliti adalah pendekatan kolaboratif Supervisi Akademik Kunjungan Kelas Supervisi kunjungan dan observasi kelas adalah kegiatan kepala sekolah langsung mengamati kegiatan guru dalam melaksanakan tugas utamanya, mengajar, penggunaan alat, metode, dan teknik mengajar serta keseluruhan dengan faktor yang mempengaruhinya. Selanjutnya Sagala (2010: ) mengatakan dalam supervisi kunjungan kelas dapat dilaksanakan dengan tiga pola yaitu: (1) Kunjungan kelas tanpa diberitahu (unannounced visition) di mana supervisor tiba-tiba datang ke kelas tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, sedangkan 21

12 guru sedang mengajar.(2) Kunjungan kelas dengan pemberitahuan terlebih dahulu (announced visitition) sebelum mengadakan kunjungan supervisormemberitahu guru bahwa dia akan mengunjungi kelas pada waktu yang telah ditetapkan.(3) Kunjungan atas undangan guru (visit upon invitation) artinya gurulah yang mengundang supervisor untuk mengunjungi kelas pada saat ia mengajar dengan prinsip ingin dibantu untuk meningkatkan kualitas diri dalam situasi belajar mengajar. Purwanto (2005), selanjutnya menyatakan bahwa teknik kunjungan kelas (classroom visitation) yaitu seorang supervisor (kepala sekolah, penilik atau pengawas) untuk melihat atau mengamati seorang guru yang sedang mengajar dengan cara berkunjung sewaktu-waktu di kelas yang disupervisi.tujuannya untuk mengobservasi bagaimana guru mengajar apakah sudah memenuhi syarat-syarat didaktis atau metodik. Menurut Arikunto (2009: 54) yang dimaksud dengan kunjungan kelas atau classroom visitation adalah kunjungan yang dilakukan oleh pengawas atau kepala sekolah ke sebuah kelas, baik ketika kegiatan sedang berlangsung untuk melihat atau mengamati guru yang sedang mengajar, ataupun ketika kelas sedang kosong, atau sedang berisi siswa tetapi guru sedang tidak mengajar. Kunjungan dan observasi kelas sangat bermanfaat untuk mendapatkan informasi tentang proses belajar mengajar secara langsung, baik 22

13 yang menyangkut kelebihan maupun kekurangan dan kelemahamnnya (Mulyasa, 2013: 245). Melalui teknik ini, kepala sekolah dapat mengamati secara langsung kegiatan guru dalam melakukan tugas utamanya, mengajar, penggunaan alat, metode, dan teknik mengajar secara keseluruhan dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya. Hasil observasi kelas ini dapat digunakan oleh supervisor bersama guru untuk menentukan cara-cara yang paling tepat untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi belajar mengajar. Agar kunjungan kelas berlangsung efektif, hendaknya dipersiapkan dengan teliti dan secara hati-hati dilaksanakan dengan penampilan yang baik pula. Jadi kunjungan kelas dimaksudkan untuk melihat lebih dekat situasi dan suasana kelas secara keseluruhan. Apabila kunjungan tersebut dijumpai halhal yang baik atau kurang pada tempatnya, maka pengawas atau kepala sekolah dapat mengundang guru atau siswa diajak berdiskusi menggali lebih dalam tentang kejadian tersebut. Yang penting untuk diingat adalah bahwa dari kunjungan kelas seperti ini sebaiknya diperoleh hasil dalam bentuk bantuan atau pembinaan dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan kata lain, sebaiknya terjadi diskusi yang akrab dan dialog yang hangat antara supervisor dengan guru atau siswa sehingga diperoleh kesepakatan yang harmonis. Langkah-langkah supervisi kunjungan kelas: a. Persiapan 23

14 Menurut Pidarta (2009; 104) persiapan yang dilakukan ketika akan melakukan supervisi kunjungan kelas adalah: (1).Memeriksa catatan hasil supervisi yang lampau (2)Memeriksa kelemahan- kelemahan bersama guru yang bersangkutan (3) Memeriksa informasi tetang kelemahan pada guru.(4)mencatat kasus- kasus tersebut bersama guru yang bersangkutan.(5)memilih kelemahn- kelemahan untuk diperbaiki.(6) Menentukan waktu untuk supervisi. Menurut Hartoyo (2006:93) Awal keberhasilan hasil supervisi dipengaruhi oleh perencanaan yang baik, oleh karena itu perencanaan yang matang. b. Proses supervisi Pada tahap ini, guru melakukan kegiatan pembelajaran sesuai rencana pembelajaran (RPP) yang telah dibuat. Selanjutnya supervisor melakukan observasi berdasarkan instrumen atau pedoman observasi yang telah disediakan. Tahap pelaksanaan supervisi kunjungan kelas sebagai berikut, (1) supervisor bersama guru memasuki ruang kelas tempat proses pembelajaran akan berlangsung, (2) guru menjelaskan kepada siswa tentang maksud kedatangan supervisor di ruang kelas, (3) guru mempersilakan supervisor untuk menempati tempat duduk yang telah disediakan, (4) guru mulai melaksanakan kegiatan mengacu pada rencana pembelajaran (RPP) yang telah dibuat, (5) supervisor mengobservasi penampilan guru berdasarkan format observasi yang telah disepakati, (6) setelah guru selesai melaksanakan seluruh rangkaian 24

15 kegi-atan pembelajaran, bersama-sama dengan supervisor meninggalkan ruang kelas dan pindah ke ruang guru atau ruang pembinaan (Wahjanta, 2007: 43). Berdasarkan pendapat di atas dapat peneliti simpulkan bahwa proses supervisi merupakan pelaksanaan dari kegiatan supervisi untuk mengamati jalannya pembelajaran yang dilakukan oleh guru, sesuai dengan hal-hal yang telah direncanakan sebelumnya. c. Pertemuan balikan Tahap akhir dari supervisi kunjungan kelas adalah evaluasi dan refleksi. Supervisor dalam hal ini kepala sekolah mengevaluasi hal-hal yang telah terjadi selama observasi terhadap guru selama melaksanakan proses pembelajaran. Tahap evaluasi merupakan diskusi umpan balik antara supervisor (kepala sekolah) dan guru. Suasana pertemuan penuh persahabatan, bebas dari praduga yang kurang baik, dan tidak bersifat mengadili. Supervisor memaparkan data secara objektif sehingga guru dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan selama proses pembelajaran berlangsung (Wahjanta, 2007: 43). Untuk kasus-kasus atau kelemahan-kelemahan kecil yang membutuhkan diskusi setelah supervisi, dibawa ke pertemuan balikan. Karena jumlah kasus atau guru yang disupervisi lebih dari satu dalam satuan waktu tertentu maka pertemuan balikan ini dilakukan secara bergantian. Kalau dalam satu hari supervisi kunjungan kelas melakukan empat kali 25

16 supervisi dan semuanya membutuhkan pertemuan balikan maka keempat guru ini perlu antre untuk mendapatkan giliran berdiskusi dengan supervisor dalam pertemuan balikan (Pidarta, 2009: 107). Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pertemuan balikan adalah kegiatan yang dilakukan setelah supervisor melakukan evaluasi terhadap hasil supervisi akademik. Pertemuan balikan dilakukan untuk memberitahukan kepada guru terhadap kekurangan dan kelebihan yang mereka miliki selama proses supervisi berlangsung, supervisor dan guru mencari solusi terhadap permasalahan yang ditemukan selama pelaksanaan supervisi Ciri-ciri supervisi kunjungan kelas Dalam melaksanakan penelitian tindakan sekolah peneliti perlu memahami ciri- ciri teknik supervisi yang dipilihnya. Beberapa ciri teknik supervisi kunjungan kelas menurut Pidarta (2009: ), diantaranya sebagai berikut: a. Menentukan waktu mengadakan supervise, untuk menentukan kapan akan mengadakan supervisi pada umumnya dengan cara tidak memberitahu kedatangan supervisor, tetapi bila ada guru yang merasa lemah dan memutuskan untuk memperbaiki kelemahan dengan disaksikan serta dibenarkan supervisor maka mengundang supervisor. Dalam hal ini penentuan waktu mengadakan supervisi disepakati bersama, dan ditentukan sebelum supervisi diadakan. 26

17 b. Bersifat individual artinya tidak dapat dilakukan untuk mengobservasi guru lebih dari satu orang dalam waktu yang sama. c. Tidak ada pertemuan awal artinya teknik kunjungan kelas ini tidak didahului oleh pertemuan awal antara supervisor dengan guru yang akan disupervisi. d. Waktu supervisi cukup singkat artinya supervisi kunjungan kelas dilakukan dalam waktu singkat yaitu sekitar 5 sampai 10 menit. Supervisor tidak selalu duduk di belakang kelas, bisa melihat dari kejauhan atau mondar mandir di serambi kelas. e. Dapat mengobservasi lebih dari satu kelas artinya teknik supervisi ini memakan waktu singkat sehingga memungkinkan supervisor melihat beberapa kelas dalam waktu yang tidak lama. f. Dapat mengintervensi guru dan siswa dalam kelas artinya supervisor boleh melakukan intervensi baik terhadap guru dalam mengajar maupun siswa yang sedang belajar. g. Yang disupervisi adalah kasus-kasus, supervisor telah mengantongi sejumlah kasus guru ialah suatu perilaku guru dalam proses pembelajaran yang belum benar. h. Kunjungan dilakukan bisa sebelum dan sesudah usai pembelajaran, di samping mengunjungi guru yang sedang mengajar, kunjungan dapat juga dilakukan sebelum dan sesudah guru mengajar. 27

18 i. Boleh tidak mengadakan pertemuan balikan, pertemuan balikan diadakan manakala supervisor maupun guru yang disupervisi merasa perlu mengadakan pertemuan balikan. j. Tindak lanjut, kalau pertemuan balikan tidak diadakan berarti tindak lanjut supervisi juga tidak ada Instrumen supervisi Untuk membantu supervisor dalam melaksanakan supervisi diperlukan alat bantu yang dinamakan instrumen. Ada beberapa macam instrumen, namun instrumen pada umumnya digunaknan dalam supervisi antara lain panduan observasi, wawancara, kuisioner, dan panduan penelusuran dokumen (Hartoyo, 2006: ). Berikut ini adalah uraian penjelasannya Panduan observasi Observasi kelas dilaksanakan untuk mengamati proses pembelajaran yang terjadi, sehingga supervisor dapat memberi feed back pada guru untuk meningkatkan style dan kualitas pembelajarannya. Untuk membantu supervisor fokus pada kegiatan observasinya, diperlukan panduan observasi (Hartoyo, 2006: 120) Panduan wawancara Saat supervisor melakukan wawancara, baik kepada guru, kepala sekolah, tenaga administrasi 28

19 sekolah atau pun siswa, supervisor membutuhkan pedoman seputar data yang ingin diperolehnya dari responden. Hal yang perlu diperhatikan supervisor adalah wawancara merupakan kesempatan untuk memperoleh informasi seluas-luasnya dari responden, yang menguak pendapat responden. Agar wawancara dapat berjalan lancar dan efektif, supervisor perlu mempersiapkan outline pertanyaan, meski dalam wawancara dapat dilakukan improvisasi lebih mendalam. Alat bantu wawancara ini dinamakan panduan wawancara. Panduan wawancara meliputi identitas singkat responden dan pertanyaan yang bersangkutan dengannya sesuai dengan bidangnya (Hartoyo, 2006: ) Kuesioner Kuesioner digunakan untuk memperoleh informasi dengan cara menyebarkan serangkaian pertanyaan tertulis, yang jawaban dari responden dituangkan secara tertulis pula pada lembar yang tersedia. Keuntungan menggunakan kuesioner adalah efektifitas waktu, karena kuesioner tidak memerlukan pengawasan intensif dari supervisor. Namun, justru karena tidak intensifnya pengawasan ini, data yang diperoleh kemungkinan kurang sesuai dan kurang lengkap dan kemungkinan terjadi manipulasi data atau informasi. Oleh karena itu, kuesioner perlu dirumuskan dengan baik sehingga valid dan reliable sebagai alat pengumpul data, Hartoyo (2006: 124). 29

20 Panduan penelusuran dokumen Panduan penelusuran dokumen digunakan oleh supervisor utuk mengetahui ketersediaan dokumen yang diperlukan. Dalam supervisi manajerial misalnya, panduan penelusuran dokumen digunakan untuk mengetahui ada tidaknya arsip-arsip pembukuan, barang, pegawai dan sebagainya. Dalam ruang lingkup akademis, panduan penelusuran dokumen ini digunakan untuk mengetahui dokumen guru dalam mempersiapkan pembelajaran seperti RPP, silabus, standar isi, standar kompetensi dan lain-lain (Hartoyo, 2006: 126) Kelebihan dan Kekurangan Supervisi Kunjungan Kelas Kelebihan, ada beberapa kelebihan teknik supervisi kunjungan kelas antara lain: (1) Karena supervisi berlangsung dalam waktu yang singkat maka dalam satuan waktu yang tidak panjang dapat melakukan sejumlah supervisi. (2) Supervisi kunjungan kelas yang hanya mengambil data sampel yang diperlukan merupakan proses untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan kecil atau kasus-kasus negatif tertentu dalam kaitannya dengan proses pembelajaran. (3) Teknik supervisi kunjungan kelas adalah satusatunya teknik supervisi yang membolehkan supervisor meperbaiki langsung kelemahan-kelemahan kecil yang dilakukan guru ketika sedang mengajar dan mendidik para peserta didik. (4) Teknik supervisi ini juga tidak selalu membutuhkan pertemuan balikan dengan guru yang disupervisi, sebab ada kalangan supervisor 30

21 memperbaiki kelemahan guru secara langsung dalam proses pembelajaran di kelas. Dengan demikian teknik supervisi ini cukup efisien. Kekurangan, ada dua kekurangan teknik supervisi kunjungan kelas yaitu. (1) Teknik supervisi kunjungan kelas yang berlangsung singkat untuk mendapatkan sampel data, otomatis tidak mungkin bisa mengumpulkan data secara lengkap dan utuh tentang kemampuan atau kualitas guru yang disupervisi. (2)Teknik ini tidak dapat dipakai mensupervisi guru yang belum pernah disupervisi atau yang datanya tidak diketahui sama sekali oleh supervisor. Dengan kata lain supervisi ini hanya dapat dipakai mensupervisi guru-guru yang sudah diketahui kelemahan-kelemahannya ketika di supervisi dahulu atau bersumber dari informasi tertentu tentang kelemahan-kelemahan atau kasus-kasus itu, (Pidarta, 2009: ). 2.2 Kinerja Guru Pengertian Kinerja Guru. Menurut As ad (2006:62) yang dinamakan kinerja seseorang adalah seberapa jauh seseorang mampu melaksanakan pekerjaan dan dibandingkan dengan hasil yang ingin dicapai. Sedangkan pendapat Suryasubrata (2009:61) kinerja adalah kemampuan yang ditunjukkan oleh seseorang dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya.kinerja seseorang ditentukan oleh kemauan dan kemampuan seseorang untuk bekerja keras. 31

22 Seseorang dapat mengerjakan sesuatu pekerjaan sesuai dengan apa yang direncanakan dengan hasil yang baik berarti kinerja orang tersebut baik, begitupun sebaliknya. Menurut keputusan Mendikbud No. 025/O/1995 tentang Petunjuk Teknis Ketentuan Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kridit (2001: 28) bahwa kinerja guru meliputi kegiatan pelaksanaan proses pembelajaran atau bimbingan meliputi: 1) penyusunan program pengajaran atau praktik atau bimbingan dan konseling; 2) penyajian program pengajaran atau praktik aau bimbingan dan konseling; 3) evaluasi belajar atau praktik atau bimbingan dan konseling; 4) analisis, remidial dan pengayaan. Kinerja atau performansi dapat diartikan sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja, hasil kerja, atau unjuk kerja. Kinerja, sebagaimana dinayatakan Smith dalam Mulyasa (2007: 135) adalah...out put drive from processes, human or otherwise, jadi kinerja merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses. Sejalan dengan itu, Mitchel dalam Mulyasa (2007: 137) menyatakan bahwa kinerja meliputi beberapa aspek, yaitu quality of work, promptness, initiative, capability, and comunicatio. Kelima aspek tersebut dapat dijadikan ukuran dalam mengkaji kinerja tenaga kependidikan. Disamping itu, untuk mengadakan pengukuran terhadap kinerja diperlukan pengkajian khusus tentang kemampuan dan komunikasi. Untuk mencapai kinerja guru yang baik, maka guru harus memiliki kemampuan dasar, kemampuan akademik dan juga non akademik. Guru merupakan 32

23 jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus, pekerjaan tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Orang yang mampu berbicara diberbagai bidang ilmu pengetahuan belum tentu guru, untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus (Usman, 2008: 5) Mengukur Kinerja Guru Dengan dilaksanakannya kegiatan penilaian dapat dikatakan bahwa seorang guru mendapatkan perhatian dari atasannya sehingga dapat mendorong para guru untuk lebih semangat lagi dalam bekerja, tentu saja penilaian ini harus dilakukan secara obyektif dan jujur serta ada tindak lanjutnya. Kegiatan tindak lanjut dari penilaian ini, memungkinkan untuk guru dalam memperoleh imbalan jasa dari sekolah seperti memperoleh kenaikan jabatan seperti menjadi wakil, ketua jurusan, modal untuk mendapatkan kenaikan pangkat dengan sistem kredit. Dalam melaksanakan tugas profesionalnya, setiap guru harus dinilai kinerjanya sehingga dapat diketahui sejauh mana proses dan hasil kerja guru tersebut. Evaluasi kinerja guru selain dilakukan oleh Kepala Sekolah atau pengawas sekolah, dapat juga dilakukan oleh peserta didik di kelas dimana guru yang bersangkutan mengajar. Walaupun masih menjadi kontroversi, penilaian kinerja guru oleh peserta didik merupakan salah satu teknik penilaian yang bisa mengidentifikasi kinerja guru yang sebenarnya. 33

24 Salah satu alasan yang melatar belakangi penilaian guru dapat dilakukan oleh peserta didik diantaranya disebabkan karena kultur masyarakat Indonesia yang menganggap bahwa pekerjaan guru masih cukup tertutup. Bahkan atasan guru seperti Kepala Sekolah dan pengawas sekalipun tidak mudah untuk mendapatkan data dan mengamati realitas keseharian performance guru di hadapan peserta didik. Memang program kunjungan kelas oleh Kepala Sekolah atau pengawas, tidak mungkin di tolak oleh guru. Akan tetapi tidak jarang terjadi guru berusaha menampakkan kinerja terbaiknya baik pada aspek perencanaan maupun pelaksanaan pembelajaran hanya pada saat dikunjungi oleh kepala sekolah atau pengawas saja. Selanjutnya ia akan kembali bekerja seperti sedia kala, kadang tanpa persiapan yang matang serta tanpa semangat dan antusiasme yang tinggi. Menurut Isjoni (2007: 19) bahwa ukuran kinerja guru terlihat dari rasa tanggung jawabnya menjalankan amanah, profesi yang diembannya dan rasa tanggung jawab moral di pundaknya. Semua itu akan terlihat kepada kepatuhan dan loyalitasnya di dalam menjalankan tugas keguruannya di dalam kelas dan tugas kependidikannya di luar kelas. Sikap ini akan dibarengi pula dengan rasa tanggung jawabnya mempersiapkan segala perlengkapan pengajaran sebelum melaksanakan proses pembelajaran. Selain itu, guru juga sudah mempertimbangkan metode yang akan digunakan, termasuk alat/media pembelajaran yang akan dipakai, serta alat penilaian apa yang 34

25 digunakan di dalam pelaksanaan evaluasi.lebih lanjut dinyatakan bahwa kinerja guru menjadi optimal, bilamana diintegrasikan dengan komponen persekolahan, apakah itu kepala sekolah, guru, karyawan maupun anak didik. Sudarwan Danim (2002: 41) mengungkapkan bahwa salah satu ciri krisis pendidikan di Indonesia adalah guru belum mampu menunjukkan kinerja (work performance) yang memadai. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja guru belum sepenuhnya ditopang oleh derajat penguasaan kompetensi yang memadai, karena itu perlu adanya upaya yang komprehensif guna meningkatkan kompetensi guru. Konsep kualitas atau mutu pembelajaran dipandang sesuatu yang relatif, yang tidak selalu mengandung arti yang bagus, baik, dan sebagainya. Kualitas atau mutu dapat mengartikan sifat-sifat yang dimiliki oleh suatu produk barang ataupun jasa yang menunjukkan kepada konsumen kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh barang atau jasa tersebut. Hal tersebut senada dengan pendapat Yoyon B. Irianto dalam casmita (2003:28) yang menyebutkan bahwa kualitas adalah paduan sifat- sifat barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memenuhi pelanggan Berdasarkan Permendiknas No 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi akademik dan kompetensi guru menyatakan bahwa Standar kompetensi guru ini dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, 35

26 sosial, dan profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru. Berkaitan dengan kinerja guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dan tugas keprofesionalan guru dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pasal 20(a) Tentang Guru dan Dosen ditegaskan bahwa guru memiliki tugas keprofesionalan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Untuk mengetahui kinerja guru maka diperlukan standar kinerja untuk dijadikan acuan dalam mengadakan penilaian, yaitu membandingkan apa yang dicapai dengan apa yang diharapkan Indikator Kinerja Guru Penelitian ini tujuannya adalah untuk meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran sedangkan sasarannya adalah guru pemula di SD Negeri Klampoklor. Jadi yang akan dikembangkan kinerja guru pemula yang terkait dengan pelaksanaan proses pembelajaran bagi guru kelas, meliputi kegiatan merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi dan menilai, menganalisis hasil penilaian, dan melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian dalam menerapkan 4 (empat) domain kompetensi yang harus dimiliki oleh guru sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik 36

27 dan Kompetensi Guru. Pengelolaan pembelajaran tersebut mensyaratkan guru menguasai 14 (dua puluh empat) kompetensi yang dikelompokkan ke dalam kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Untuk mempermudah penilaian dalam PK GURU, 24 (dua puluh empat) kompetensi tersebut dirangkum menjadi 14 (empat belas) kompetensi sebagaimana dipublikasikan oleh BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan). Untuk mengetahui perubahan kinerja guru pemula dalam pembelajaran digunakan alat Instrumen Penilaian Kinerja Guru (IPKG). Dalam IPKG tersebut dapat dilihat score yang telah dicapai guru dalam proses pembelajaran. Selanjutkan dibandingkan score sebelum diadakan tindakan dan score setelah diadakan tindakan Langkah-Langkah Peningkatan kinerja Guru Dalam rangka peningkatan kinerja, paling tidak telah mengemukakan tujuh langkah yang dapat dilakukan sebagai berikut: (a) Mengetahui adanya kekurangan dalam kinerja. (b) Mengenai kekurangan dan tingkat keseriusan. (c) Mengidentifikasikan hal-hal yang mungkin menjadi penyebab. (d) kekurangan baik yang berhubungan dengan pegawai itu sendiri. (e) Mengembamgkan rencana tindakan tersebut. (f) Melakukan evaluasi apakah masalah tersebut sudah teratasi atau belum. (g) Mulai dari awal apabila perlu, (Anwar, 2006: 22). Dari peningkatan kinerja ini mempunyai hasil dalam peningkatan karena semuanya mempunyai 37

28 kekurangan dan kelebihan, hal itu sangat berguna bagi para karyawan. Dari berbagai uraian teori tentang kinerja guru, maka yang dimaksud dengan kinerja guru dalam penelitian ini adalah kemampuan seseorang untuk melaksanakan tugasnya yang menghasilkan hasil yang memuaskan guna tercapainya tujuan organisasi kelompok dalam suatu unit kerja. Kinerja guru dalam penelitian ini dapat diukur berdasarkan 4 dimensi, yaitu kinerja guru dalam perencanaan pembelajaran, kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran, kinerja guru dalam evaluasi pembelajaran, serta kinerja guru dalam melaksanakan tindak lanjut. Dalam melaksanakan tugas profesionalnya, setiap guru harus dinilai kinerjanya sehingga dapat diketahui sejauh mana proses dan hasil kerja guru tersebut. Evaluasi kinerja guru selain dilakukan oleh Kepala Sekolah atau pengawas sekolah, dapat juga dilakukan oleh peserta didik di kelas dimana guru yang bersangkutan mengajar. Walaupun masih menjadi kontroversi, penilaian kinerja guru oleh peserta didik merupakan salah satu teknik penilaian yang bisa mengidentifikasi kinerja guru yang sebenarnya. Salah satu alasan yang melatar belakangi penilaian guru dapat dilakukan oleh peserta didik diantaranya disebabkan karena kultur masyarakat Indonesia yang menganggap bahwa pekerjaan guru masih cukup tertutup. Bahkan atasan guru seperti Kepala Sekolah dan pengawas sekalipun tidak mudah untuk mendapatkan data dan mengamati realitas keseharian performance guru di hadapan peserta didik. 38

29 Memang program kunjungan kelas oleh Kepala Sekolah atau pengawas, tidak mungkin di tolak oleh guru. Akan tetapi tidak jarang terjadi guru berusaha menampakkan kinerja terbaiknya baik pada aspek perencanaan maupun pelaksanaan pembelajaran hanya pada saat dikunjungi oleh kepala sekolah atau pengawas saja. Selanjutnya ia akan kembali bekerja seperti sedia kala, kadang tanpa persiapan yang matang serta tanpa semangat dan antusiasme yang tinggi. Menurut Isjoni (2004: 19) bahwa ukuran kinerja guru terlihat dari rasa tanggung jawabnya menjalankan amanah, profesi yang diembannya dan rasa tanggung jawab moral di pundaknya. Semua itu akan terlihat kepada kepatuhan dan loyalitasnya di dalam menjalankan tugas keguruannya di dalam kelas dan tugas kependidikannya di luar kelas. Sikap ini akan dibarengi pula dengan rasa tanggung jawabnya mempersiapkan segala perlengkapan pengajaran sebelum melaksanakan proses pembelajaran. Selain itu, guru juga sudah mempertimbangkan metode yang akan digunakan, termasuk alat/media pembelajaran yang akan dipakai, serta alat penilaian apa yang digunakan di dalam pelaksanaan evaluasi.lebih lanjut dinyatakan bahwa kinerja guru menjadi optimal, bilamana diintegrasikan dengan komponen persekolahan, apakah itu kepala sekolah, guru, karyawan maupun anak didik. Sudarwan Danim (2002: 41) mengungkapkan bahwa salah satu ciri krisis pendidikan di Indonesia adalah guru belum mampu menunjukkan kinerja (work 39

30 performance) yang memadai. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja guru belum sepenuhnya ditopang oleh derajat penguasaan kompetensi yang memadai, karena itu perlu adanya upaya yang komprehensif guna meningkatkan kompetensi guru. Konsep kualitas atau mutu pembelajaran dipandang sesuatu yang relatif, yang tidak selalu mengandung arti yang bagus, baik, dan sebagainya. Kualitas atau mutu dapat mengartikan sifat-sifat yang dimiliki oleh suatu produk barang ataupun jasa yang menunjukkan kepada konsumen kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh barang atau jasa tersebut. Hal tersebut senada dengan pendapat Yoyon B. Irianto dalam Casmita (2003:28) yang menyebutkan bahwa kualitas adalah paduan sifat-sifat barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memenuhi pelanggan. Berdasarkan Permendiknas No 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi akademik dan kompetensi guru menyatakan bahwa Standar kompetensi guru ini dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru. Berkaitan dengan kinerja guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dan tugas keprofesionalan guru dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pasal 20(a) Tentang Guru dan Dosen ditegaskan bahwa guru memiliki tugas keprofesionalan dalam melaksanakan kegiatan belajar 40

31 mengajar yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Untuk mengetahui kinerja guru maka diperlukan standar kinerja untuk dijadikan acuan dalam mengadakan penilaian, yaitu membandingkan apa yang dicapai dengan apa yang diharapkan. 2.3 Guru Pemula Definisi Guru Pemula Menurut Permendiknas No.27 tahun 2010 pasal 10 : (1) Guru pemula yang berstatus CPNS/PNS mutasi dari jabatan lain, yang telah menyelesaikan program induksi dengan nilai kinerja paling kurang kategori baik, yang dibuktikan dengan sertifikat sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 ayat (4) dapat diusulkan untuk diangkat dalam jabatan fungsional guru. (2) Guru pemula yang berstatus CPNS/PNS mutasi dari jabatan lain, yang belum mencapai nilai kinerja dengan kategori baik dapat mengajukan masa perpanjangan paling lama 1 (satu) tahun. (3) Guru pemula yang berstatus CPNS/PNS mutasi dari jabatan lain, yang tidak mencapai nilai kinerja dengan kategori baik dalam masa perpanjangan, dapat ditugasi mengajar sebagai guru tanpa jabatan fungsional guru. (4) Guru pemula yang berstatus CPNS/PNS mutasi dari jabatan lain, yang ditugasi mengajar sebagai guru tanpa jabatan fungsional guru sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dapat diusulkan untuk diangkat 41

32 dalam jabatan fungsional guru apabila telah memiliki nilai kinerja paling kurang kategori baik pada tahun berikutnya yang dibuktikan dengan sertifikat sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 ayat (4). (5) Guru pemula yang berstatus bukan PNS, yang telah menyelesaikan program induksi dengan nilai kinerja paling kurang kategori baik, yang dibuktikan dengan sertifikat sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 ayat (4) dapat diusulkan untuk diangkat sebagai guru tetap dan diangkat dalam jabatan fungsional guru. (6) Guru pemula yang berstatus bukan PNS, yang belum mencapai nilai kinerja dengan kategori baik dapat mengajukan masa perpanjangan paling lama 1 (satu) tahun. (7) Guru pemula yang berstatus bukan PNS, yang tidak mencapai nilai kinerja dengan kategori baik dalam masa perpanjangan, tidak dapat diangkat menjadi guru tetap. (8) Guru pemula yang berstatus bukan PNS, yang tidak mencapai nilai kinerja dengan kategori baik dalam masa perpanjangan, dapat ditugasi mengajar sebagai guru tanpa jabatan fungsional guru. (9) Guru pemula yang berstatus bukan PNS, yang ditugasi mengajar sebagai guru tanpa jabatan fungsional guru sebagaimana ayat (8), dapat diusulkan untuk diangkat sebagai guru tetap dan diangkat dalam jabatan fungsional guru apabila telah memiliki nilai kinerja paling kurang kategori baik pada tahun berikutnya yang dibuktikan dengan sertifikat sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 ayat 4. 42

33 Sedangkan di dalam pasal 6: guru pemula memiliki kewajiban merencanakan, pembelajaran/ bimbingan dan konseling, melaksanakan pembelajaran/ bimbingan dan konseling yang bermutu, menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran/ bimbingan dan konseling, serta melaksanakan perbaikan dan pengayaan. Jadi seorang guru pemula karena kewajiban tersebut maka guru pemula haruslah mempunyai kemampuan juga. Juga dalam pasal 5 ada pula hak- hak guru pemula yaitu: a. pelaksanaan proses pembelajaran, bagi guru kelas dan guru mata pelajaran; b. pelaksanaan proses bimbingan dan konseling, bagi guru bimbingan dan konseling; c. pelaksanaan tugas lain yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. 2.3 Penelitian Yang Relevan Penelitian tentang supervisi pendidikan telah banyak dilakukan, diantaranya adalah Wasonga, Wanzare, dan Rari (2011: ) yang berjudul Adults helping adults: Teacher-initiated supervisory option for professional development. Penelitian ini membahas tentang pengawasan sebaya di kalangan guru. Ini mempertimbangkan fokus, praktek, masalah dan potensi pentingnya pengawasan sebaya dalam memfasilitasi guru dalam upaya peningkatan profesionalismenya. Pengawasan atau pembinaan rekan 43

34 sebaya adalah bagian penting untuk pengembangan profesional yang memungkinkan guru untuk membuat perubahan dalam praktik pembelajaran mereka dan prosedur untuk tujuan meningkatkan prestasi siswa. Ryan dan Gottfried (2012: ) dalam penelitiannya yang berjudul Elementary SuperVision and the Supervisor: Teacher Attitudes and Inclusive Education. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa sebagai pengawas, pentingnya mengetahui diri sendiri, dan mengetahui orang-orang bahwa ia sedang mengawasi, sangat penting untuk keberhasilan kelompok. Maksudnya adalah ketika akan dilakukan supervisi maka supervisor harus mengetahui keadaan guru yang akan disupervisi. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Sharma, Yusoff, Kannan, dan Baba (2011: ) yang berjudul Concerns of Teachers and Principals on Instructional Supervision in Three Asian Countries. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengawasan yang dilakukan tidak sungguh-sungguh atau hanya sekedar melihat-lihat saja memberikan hasil yang tidak maksimal. Dalam pelaksanaan supervisi diperlukan adanya keterlibatan kepala sekolah, guru-guru serta supervisor untuk kegiatan supervisi dapat berjalan dengan baik dan juga diperoleh hasil yang maksimal. Barinto (2012: ) dalam penelitiannya yang berjudul Hubungan Kompetensi Guru Dan Supervisi Akademik Dengan Kinerja Guru SMP Negeri 44

35 Se-Kecamatan Percut Sei Tuan Hasil analisis yaitu: 1) terdapat hubungan yang signifikan antara kompetensi guru dengan kinerja guru. 2) terdapat hubungan yang signifikan antara supervisi akademik dengan kinerja guru, dan 3) terdapat hubungan yang signifikan antara kompetensi guru dan supervisi akademik secara bersama-sama dengan kinerja guru. Ali Sudin (2008: 73) dalam penelitiannya yang berjudul Implementasi Supervisi Akademik Terhadap Proses Pembelajaran di Sekolah Dasar Se Kabupaten Sumedang Kesimpulan secara umum dari hasil penelitian ini adalah pelaksanaan supervisi dalam seluruh mata pelajaran belum berjalan optimal, hal ini terbukti dari persentase yang diperoleh sebesar 45, 27%. Secara pelaksanaan supervisi yang meyangkut aspek pengelolaan pembelajaran berada dalam kategori cukup yaitu 56, 37%. Pelaksanaan supervisi yang menyangkut aspek peningkatan kemampuan akademik guru dalam pembelajaran berada dalam kategori cukup yaitu 41%. Pelaksanaan supervisi yang menyangkut aspek pengembangan profesi sebagai guru mata pelajaran oleh supervisor berada dalam kategori kurang yaitu 35, 97%. Suryani (2013: ) dalam penelitiannya yang berjudul Pengelolaan Supervisi Akademik di SD N 1 Tampingan Kecamatan Boja Kabupaten Kendal menyatakan bahwa Pelaksanaan supervisi akademik di SDN 1 Tampingan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan. Strategi yang digunakan oleh kepala 45

36 sekolah dalam pelaksanaan supervisi adalah penggunaan komunikasi dua arah untuk memudahkan pelaksanaan komunikasi. Aspek yang dinilai dalam supervisi akademik adalah sistematika pembelajaran, penggunaan alat peraga serta evaluasi pembelajaran. sikap kepala sekolah ketika melakukan supervise pembelajaran tidak mengganggu jalannya pembelajaran. Dari beberapa penelitian di atas terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini. Persamannya adalah sama-sama membahas tentang supervisi akademik yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja guru. Hasil penelitiannya menyatakan supervisi akademik dapat meningkatkan kinerja mengajar guru. Adapun penelitian ini adalah penelitian tentang supervisi akademik yang lebih spesifik yaitu supervisi akademik dengan teknik kunjungan kelas. 46

37 2.5 Kerangka Pikir. 47

38 Kepala Sekolah melakukan supervisi akademik melalui kunjungan kelas terhadap guru pemula pada saat menyusun RPP dan pada saat melaksanakan proses pembelajaran. Adanya supervisi akademik melalui kunjungan kelas guru merasa diperhatikan serta selalu didukung untuk maju, ada tempat untuk mencari solusi, kepala sekolah memberikan motivasi pada guru untuk senantiasa melaksanakan pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian kinerja mengajar guru pemula dalam pembelajaran menjadi meningkat. Kinerja Guru Pemula meningkat membuat prestasi peserta didik meningkat pula. 2.6 Hipotesis Berdasarkan landasan teori serta kerangka berpikir tersebut maka hipotesis dalam pelitian ini adalah supervisi akademik kunjungan kelas dapat meningkatkan kinerja guru mengajar pemula dalam pembelajaran. 48

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL Artikel yang berjudul Implementasi Kompetensi Supervisi Akademik Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri Kabupaten Banggai Kepulauan Oleh Ida Roswita R. Sapukal Pembimbing I Pembimbing

Lebih terperinci

Sagacious Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Sosial Vol. 4 No. 1 Juli-Desember 2017

Sagacious Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Sosial Vol. 4 No. 1 Juli-Desember 2017 MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI DENGAN TEKNIK KUNJUNGAN ANTAR KELAS DI SDN HABAU KECAMATAN BANUA LAWAS Muryadi Sekolah Dasar Negeri Habau Banua Lawas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Supervisi Akademik Supervisi berasal dari kata super, artinya lebih atau di atas, dan vision artinya melihat atau meninjau (Iskandar & Mukhtar, 2009). Secara etimologis

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. Salah satu unsur penting yang paling menentukan dalam meningkatkan kualitas

II. KAJIAN PUSTAKA. Salah satu unsur penting yang paling menentukan dalam meningkatkan kualitas II. KAJIAN PUSTAKA A. Supervisi Salah satu unsur penting yang paling menentukan dalam meningkatkan kualitas pendidikan adalah tenaga pendidik. Tenaga pendidik (guru) dituntut untuk mampu melaksanakan tugas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian Tinjauan Pustaka akan didiskripsikan tentang teori peningkatan kinerjaruru, teori supervisi kunjungan kelas, PTS melalui supervisi kunjungan kelas, kajian penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan terhadap sumberdaya manusia yang ada, materi, dan sumberdaya

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan terhadap sumberdaya manusia yang ada, materi, dan sumberdaya 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Supervisi merupakan tahapan proses yang sangat penting bagi suatu organisasi dalam mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan program yang telah direncanakan demi tercapainya

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR MELALUI SUPERVISI AKADEMIK. Elly Indriati

PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR MELALUI SUPERVISI AKADEMIK. Elly Indriati Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas ISSN 2087-3557 PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR SD Negeri Pesarean 01 Adiwerna Tegal Abstrak Penelitian tindakan kelas ini di latarbelakangi

Lebih terperinci

KINERJA GURU DI SD KECAMATAN DELI TUA KABUPATEN DELI SERDANG. Halimatussakdiah dan Khairul Anwar Surel :

KINERJA GURU DI SD KECAMATAN DELI TUA KABUPATEN DELI SERDANG. Halimatussakdiah dan Khairul Anwar Surel : KINERJA GURU DI SD KECAMATAN DELI TUA KABUPATEN DELI SERDANG Halimatussakdiah dan Khairul Anwar Surel : halimatussakdiahnst11@gmail.com ABSTRAK Analisis awal pada 2016 (Januari s.d Maret) terhadap 36 orang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Supervisi Pendidikan 2.1.1 Tujuan Supervisi Supervisi adalah kata serapan dari bahasa Inggris supervision, gabungan dari dua kata super dan vision, yang memiliki arti melihat

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK DI SDN 1 TAMPINGAN KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL

PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK DI SDN 1 TAMPINGAN KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL 0 PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK DI SDN 1 TAMPINGAN KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang buruk dan tidak berkembang akan berpengaruh juga terhadap

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang buruk dan tidak berkembang akan berpengaruh juga terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki makna yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Makna penting pendidikan ini telah menjadi kesepakatan yang luas dari setiap elemen masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya manusia yang terlibat dalam proses pendidikan. Guru salah satu faktor penentu kualitas pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam meningkatkan pengetahuan siswa. Selain sebagai pengajar, guru juga

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam meningkatkan pengetahuan siswa. Selain sebagai pengajar, guru juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru merupakan sosok yang sangat memegang peranan penting dalam proses pembelajaran siswa di sekolah, yang harus dapat membawa perubahan besar dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap unit usaha atau organisasi merupakan sebuah sistem, yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap unit usaha atau organisasi merupakan sebuah sistem, yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap unit usaha atau organisasi merupakan sebuah sistem, yang terdiri dari berbagai macam komponen yang saling mendukung dalam rangka mencapai tujuannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi. Supervisi sebagai fungsi administrasi pendidikan berarti aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

SUPERVISI PENDIDIKAN Cecep Kustandi

SUPERVISI PENDIDIKAN Cecep Kustandi SUPERVISI PENDIDIKAN Cecep Kustandi Research Evalution Improvement Assiatance Cooperation CIRI SUPERVISI SUPERVISI PENDIDIKAN Supervisi pendidikan adalah pembinaan yang berupa bimbingan atau tuntunan mengenai

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan Pada uraian ini, peneliti akan menyajikan uraian pembahasan sesuai

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan Pada uraian ini, peneliti akan menyajikan uraian pembahasan sesuai 75 BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Pada uraian ini, peneliti akan menyajikan uraian pembahasan sesuai dengan hasil penelitian. Sehingga pembahasan ini akan mengintegrasikan hasil penelitian yang ada sekaligus

Lebih terperinci

Modul PIGP bagi Kepala Sekolah/Madrasah

Modul PIGP bagi Kepala Sekolah/Madrasah TUT WURI HANDAYANI DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL 2010 ii Modul PIGP bagi Kepala Sekolah/Madrasah Modul PIGP bagi Kepala Sekolah/Madrasah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertuju kepada guru. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama

BAB I PENDAHULUAN. tertuju kepada guru. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Indonesia pada pasal 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Implikasi kompetensi guru dapat dilihat antara lain meliputi : penguasaan bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Implikasi kompetensi guru dapat dilihat antara lain meliputi : penguasaan bahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompetensi Guru Implikasi kompetensi guru dapat dilihat antara lain meliputi : penguasaan bahan pelajaran, pengelolaan program pembelajaran, kegiatan belajar mengajar, mengukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kebutuhan berprestasinya menjadi melemah. Fenomena lain. menunjukkan bahwa guru kurang komit dalam menjalankan tugas

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kebutuhan berprestasinya menjadi melemah. Fenomena lain. menunjukkan bahwa guru kurang komit dalam menjalankan tugas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemampuan yang dimiliki guru harus senantiasa dikembangkan agar kinerjanya semakin meningkat. Kenyataan yang terjadi hingga saat ini, bahwa kesadaran guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran guru sangat strategis pada kegiatan pendidikan formal, non formal maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara pendidik dengan

Lebih terperinci

SUPERVISI AKADEMIK DAPAT MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU MELAKSANAKAN PROSES PEMBELAJARAN. Oleh Zainuddin*

SUPERVISI AKADEMIK DAPAT MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU MELAKSANAKAN PROSES PEMBELAJARAN. Oleh Zainuddin* 212 SUPERVISI AKADEMIK DAPAT MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU MELAKSANAKAN PROSES PEMBELAJARAN Oleh Zainuddin* Abstrak Supervisi akademik berpengaruh kepada kegiatan membantu guru dalam mengembangkan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 PROFIL SEKOLAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 PROFIL SEKOLAH BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 PROFIL SEKOLAH Penelitian Tindakan Sekolah ini dilakukan di SD Negeri 3 Plantaran, yang beralamat di Jalan Srogo Plantaran Kecamatan Kaliwungu Selatan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Telah muncul kesadaran pada diri banyak orang, bahwa pembangunan pendidikan merupakan peristiwa yang tidak akan pernah selesai selagi peradaban manusia masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tugasnya melalui manajemen pendidikan yang diterapkan. Sebagai pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. tugasnya melalui manajemen pendidikan yang diterapkan. Sebagai pelaksana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah sebagai organisasi yang menjalankan proses pendidikan dengan segala fungsi dan hasilnya, mempunyai perangkat yang mewujudkan fungsi dan tugasnya melalui manajemen

Lebih terperinci

SUPERVISI INDIVIDUAL DENGAN PENDEKATAN KOLABORATIF SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN RPP. Ena Suprapti

SUPERVISI INDIVIDUAL DENGAN PENDEKATAN KOLABORATIF SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN RPP. Ena Suprapti Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas ISSN 2087-3557 SUPERVISI INDIVIDUAL DENGAN PENDEKATAN KOLABORATIF SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN RPP SD Negeri Kaliwadas 01 Adiwerna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja seorang guru merupakan komponen yang sangat menentukan

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja seorang guru merupakan komponen yang sangat menentukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor penting dalam proses kemajuan suatu bangsa. Pendidikan diharapkan mampu menghasilkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lembaga pendidikan sebagai wadah untuk mendidik dan membentuk sumber daya manusia yang berkualitas memiliki peranan penting dalam peningkatan mutu pendidikan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Supervisi Kepala Sekolah 2.1.1 Pengertian Supervisi Kepala Sekolah Supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pembelajaran di sekolah dibangun oleh beberapa aspek, mulai

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pembelajaran di sekolah dibangun oleh beberapa aspek, mulai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas pembelajaran di sekolah dibangun oleh beberapa aspek, mulai dari kurikulum, tenaga kependidikan, kepemimpinan dan managemen sekolah, sarana dan prasarana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. profesionalnya, dan sebaliknya kinerja yang di bawah standar kerja

BAB I PENDAHULUAN. profesionalnya, dan sebaliknya kinerja yang di bawah standar kerja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap profesional ingin menunjukkan bahwa kinerjanya dapat dipertanggungjawabkan. Guru sebagai seorang profesional mempertaruhkan profesi pada kualitas kerjanya.

Lebih terperinci

PEMENUHAN PENILAIAN KINERJA GURU (PKG) BAGI GURU SDN DAN SDN KECAMATAN DELI TUA KABUPATEN DELI SERDANG

PEMENUHAN PENILAIAN KINERJA GURU (PKG) BAGI GURU SDN DAN SDN KECAMATAN DELI TUA KABUPATEN DELI SERDANG PEMENUHAN PENILAIAN KINERJA GURU (PKG) BAGI GURU SDN. 101801 DAN SDN. 108075 KECAMATAN DELI TUA KABUPATEN DELI SERDANG Halimatussakdiah, Khairul Anwar Dosen Jurusan PPSD Prodi PGSD FIP UNIMED Jln. Willem

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN (AKPK) BAGI CALON KEPALA SEKOLAH

ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN (AKPK) BAGI CALON KEPALA SEKOLAH ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN (AKPK) BAGI CALON KEPALA SEKOLAH TAHUN 2012 NAMA :... INSTANSI :... NUPTK :... KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN KOMPETENSI GURU MEMBUAT PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) MELALUI WORKSHOP MODEL P2FR DI SMP NEGERI 43 MEDAN

PENINGKATAN KOMPETENSI GURU MEMBUAT PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) MELALUI WORKSHOP MODEL P2FR DI SMP NEGERI 43 MEDAN ISSN 0852-0151 Jurnal Bidang Pendidikan Volume 20(2): 129-138, 2014 PENINGKATAN KOMPETENSI GURU MEMBUAT PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) MELALUI WORKSHOP MODEL P2FR DI SMP NEGERI 43 MEDAN Rasmin Simbolon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 tentang guru dan dosen menyebutkan bahwa guru adalah pendidik professional

BAB I PENDAHULUAN. 1 tentang guru dan dosen menyebutkan bahwa guru adalah pendidik professional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pasal 1 tentang guru dan dosen menyebutkan bahwa guru adalah pendidik professional dengan tugas utama

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Profil SMP Negeri 1 Bandungan SMP Negeri 1 Bandungan adalah Sekolah Menengah Pertama yang terletak di Desa Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten

Lebih terperinci

Pelaksanaan Supervisi Akademik Untuk. Menerapkan Metode Pembelajaran di SD Negeri Neuhen Kabupaten Aceh Besar Tahun Pelajaran 2014/2015

Pelaksanaan Supervisi Akademik Untuk. Menerapkan Metode Pembelajaran di SD Negeri Neuhen Kabupaten Aceh Besar Tahun Pelajaran 2014/2015 Pelaksanaan Supervisi Akademik Untuk Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Menerapkan Metode Pembelajaran di SD Negeri Neuhen Kabupaten Aceh Besar Tahun Pelajaran 2014/2015 Oleh: Drs. Amiruddin. A 9 Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Efektivitas sebuah sekolah untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Efektivitas sebuah sekolah untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Efektivitas sebuah sekolah untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas sangat ditentukan oleh kinerja dari semua unsur yang terlibat dalam proses pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan dapat dikategorikan sebagai organisasi nirlaba yang

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan dapat dikategorikan sebagai organisasi nirlaba yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga pendidikan dapat dikategorikan sebagai organisasi nirlaba yang melayani masyarakat. Meskipun sifatnya nirlaba, namun bukan berarti sekolah tidak dituntut

Lebih terperinci

PERSEPSI GURU TERHADAP PEMBINAAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU OLEH KEPALA SEKOLAH DI SMK SE-KECAMATAN LUBUK BEGALUNG PADANG

PERSEPSI GURU TERHADAP PEMBINAAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU OLEH KEPALA SEKOLAH DI SMK SE-KECAMATAN LUBUK BEGALUNG PADANG PERSEPSI GURU TERHADAP PEMBINAAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU OLEH KEPALA SEKOLAH DI SMK SE-KECAMATAN LUBUK BEGALUNG PADANG Dina Melani Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNP Abstract The purpose of this

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai tanggung jawab besar dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas tersebut

Lebih terperinci

Supervisi Pengajaran: Pendekatan & Program Pelaksanaannya

Supervisi Pengajaran: Pendekatan & Program Pelaksanaannya Supervisi Pengajaran: Pendekatan & Program Pelaksanaannya Maisyaroh Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP Universitas Negeri Malang Jl. Semarang 5 Malang Abstrak. Kualitas peserta didik ditentukan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU (PENYUSUNAN RPP) MELALUI SUPERVISI AKADEMIK

PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU (PENYUSUNAN RPP) MELALUI SUPERVISI AKADEMIK PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU (PENYUSUNAN RPP) MELALUI SUPERVISI AKADEMIK Endah Yanuarti SMK Muhammadiyah Tepus e-mail: endahyanuarti22@yahoo.co.id Abstrak Penelitian Tindakan Sekolah ini merupakan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS MENGAJAR GURU MELALUI SUPERVISI KLINIS OLEH PENGAWAS SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN KUALITAS MENGAJAR GURU MELALUI SUPERVISI KLINIS OLEH PENGAWAS SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR PENINGKATAN KUALITAS MENGAJAR GURU MELALUI SUPERVISI KLINIS OLEH PENGAWAS SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR Hadi UPTD Dikpora Kecamatan Palang Kabupaten Tuban E-mail: rswjyhadi@gmail.com Abstract: The purpose of

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI SD YAYASAN MUTIARA GAMBUT

MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI SD YAYASAN MUTIARA GAMBUT MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI SD YAYASAN MUTIARA GAMBUT Anifa Alfia Nur Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNP Abstract Tugas akhir ini bertujuan untuk mendapat gambaran tentang tingkat kompetensi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. temuan penelitian dengan cara membandingkan atau mengkonfirmasikan nya. sesuai fokus penelitian dirumuskan sebagai berikut:

BAB V PEMBAHASAN. temuan penelitian dengan cara membandingkan atau mengkonfirmasikan nya. sesuai fokus penelitian dirumuskan sebagai berikut: 89 BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Temuan Hasil Penelitian Pada uraian ini peneliti akan melakukan interpretasi mengenai hasil temuan penelitian dengan cara membandingkan atau mengkonfirmasikan nya sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyeluruh. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. menyeluruh. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya yang sangat strategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan diperlukan guna meningkatkan mutu bangsa secara menyeluruh. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memberikan kontribusi terhadap rata-rata hasil pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. yang memberikan kontribusi terhadap rata-rata hasil pendidikan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Eksistensi Pendidikan dan pengajaran diakui oleh masyarakat sebagai sarana pencerahan bangsa dan berperan menyiapkan sumber daya manusia. Sejalan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu usaha menciptakan manusia yang mampu berinovasi dengan mengembangkan potensi dalam dirinya. Selain itu, pendidikan juga meningkatkan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. tiga sub bab pokok bahasa, yaitu kesimpulan, Implikasi dan saran.

BAB VI KESIMPULAN. tiga sub bab pokok bahasa, yaitu kesimpulan, Implikasi dan saran. 175 BAB VI KESIMPULAN Bab ini merupakan bab terakhir atau bab penutup. Pada bab ini memuat tiga sub bab pokok bahasa, yaitu kesimpulan, Implikasi dan saran. A. Kesimpulan Berdasarkan fokus penelitian,

Lebih terperinci

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat Naskah Soal Ujian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Petunjuk: Naskah soal terdiri atas 7 halaman. Anda tidak diperkenankan membuka buku / catatan dan membawa kalkulator (karena soal yang diberikan tidak

Lebih terperinci

SKALA: Kinerja Kepala Sekolah (diisi oleh Guru) Nama SMP : (Bapak/ Ibu tidak perlu mencantumkan identitasnya)

SKALA: Kinerja Kepala Sekolah (diisi oleh Guru) Nama SMP : (Bapak/ Ibu tidak perlu mencantumkan identitasnya) SKALA: Kinerja Kepala Sekolah (diisi oleh Guru) Nama SMP :. (Bapak/ Ibu tidak perlu mencantumkan identitasnya) Petunjuk : Angket ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang kinerja kepala sekolah yang

Lebih terperinci

METODE DAN TEKNIK SUPERVISI PENDIDIKAN

METODE DAN TEKNIK SUPERVISI PENDIDIKAN METODE DAN TEKNIK SUPERVISI PENDIDIKAN Teknik Kelompok Cara pelaksanaan supervisi terhadap kelompok orang yang disupervisi. Orang-orang yang diduga memiliki masalah yang sama dapat dihadapi secara bersama-sama

Lebih terperinci

Jurnal Visi Ilmu Pendidikan Halaman 269

Jurnal Visi Ilmu Pendidikan Halaman 269 Jurnal Visi Ilmu Pendidikan Halaman 269 MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU YANG TELAH DISERTIFIKASI DALAM MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MELALUI BIMBINGAN BERKELANJUTAN PADA SEKOLAH BINAAN DI SAMBAS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. memberikan teladan terhadap guru SD Negeri 71/1 Kembang Seri Kabupaten

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. memberikan teladan terhadap guru SD Negeri 71/1 Kembang Seri Kabupaten BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan observasi peran kepemimpinan kepala sekolah dalam memberikan teladan terhadap guru SD Negeri 71/1 Kembang Seri Kabupaten Batang Hari,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 41 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 41 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 41 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 41 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN PROFESIONAL PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tugas pokok pengawas sekolah/satuan pendidikan adalah melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Tugas pokok pengawas sekolah/satuan pendidikan adalah melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tugas pokok pengawas sekolah/satuan pendidikan adalah melakukan penilaian dan pembinaan dengan melaksanakan fungsi-fungsi supervisi, baik supervisi akademik maupun supervisi

Lebih terperinci

Nur Isnaini Taufik Pengawas SMA/SMK Dinas Pendidikan Kab. Ogan Komering Ulu Prov. Sumatera Selatan

Nur Isnaini Taufik Pengawas SMA/SMK Dinas Pendidikan Kab. Ogan Komering Ulu Prov. Sumatera Selatan PENGGUNAAN SUPERVISI INDIVIDUAL PENDEKATAN KOLABORATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU MATEMATIKA DALAM MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI SMA Nur Isnaini Taufik Pengawas SMA/SMK Dinas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Supervisi Akademik Kepala Sekolah Menurut UU No 13 tahun 2007 tentang standar kepala sekolah bahwa kepala sekolah harus memiliki kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan,

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan BAB I PENDAHULUHUAN A. Latar Belakang Masalah UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN GURU MELALUI MODEL SUPERVISI ARTISTIK DENGAN STRATEGI FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD)

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN GURU MELALUI MODEL SUPERVISI ARTISTIK DENGAN STRATEGI FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) Dinamika Vol. 3, No. 3, Januari 2013 ISSN 0854-2172 PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN GURU MELALUI MODEL SUPERVISI ARTISTIK SMAN 14 Kota Semarang Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Meningkatkan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KINERJA GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI AKADEMIK DI SMK MUHAMMADIYAH 2 YOGYAKARTA

PENINGKATAN KINERJA GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI AKADEMIK DI SMK MUHAMMADIYAH 2 YOGYAKARTA PENINGKATAN KINERJA GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI AKADEMIK DI SMK MUHAMMADIYAH 2 YOGYAKARTA Dwikoranto SMK Muhammadiyah 2 Yogyakarta e-mail: dwi.koran7@gmail.com Abstrak Kinerja guru

Lebih terperinci

SUPERVISI PENDIDIKAN PENGERTIAN SUPERVISI PENDIDIKAN. Supervisi

SUPERVISI PENDIDIKAN PENGERTIAN SUPERVISI PENDIDIKAN. Supervisi PENGERTIAN SUPERVISI PENDIDIKAN SUPERVISI PENDIDIKAN Berasal dari kata supervision yang terdiri dari dua kata yaitu super yang berarti lebih; dan vision yang berarti melihat atau meninjau. Secara terminologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Dalam sejarah perkembangan peradaban bangsa terlihat jelas bahwa kemajuan bangsa sangat terkait dengan pendidikan sebagai bagian yang tak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sekolah sebagai pendidikan formal bertujuan membentuk manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sekolah sebagai pendidikan formal bertujuan membentuk manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah sebagai pendidikan formal bertujuan membentuk manusia yang berkepribadian, dalam mengembangkan intelektual peserta didik dalam rangka mencerdaskan

Lebih terperinci

Modul PIGP bagi Pengawas Sekolah/Madrasah

Modul PIGP bagi Pengawas Sekolah/Madrasah TUT WURI HANDAYANI DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL 2010 ii Modul PIGP bagi Pengawas Sekolah/Madrasah Modul PIGP bagi Pengawas Sekolah/Madrasah

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVIII/Mei 2014

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVIII/Mei 2014 PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU MIPA DALAM MENGEMBANGKAN INSTRUMEN PENILAIAN KELAS MELALUI SUPERVISI KLINIS DI SEKOLAH BINAAN Kendarti Satiti Pengawas SMA/SMK pada Dinas Pendidikan Kabupaten Kulon Progo ABSTRAK

Lebih terperinci

pelatihan, bantuan teknis dan lain-lain sesuai apa yang dilaporkan BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

pelatihan, bantuan teknis dan lain-lain sesuai apa yang dilaporkan BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA pelatihan, bantuan teknis dan lain-lain sesuai apa yang dilaporkan BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA C. Keterbatasan Penelitian Adapun keterbatasan pada waktu penelitian yang dirasakan oleh peneliti dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertuju pada pencapaian mutu dan kinerja pendidikan. Melalui kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. tertuju pada pencapaian mutu dan kinerja pendidikan. Melalui kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengawasan pendidikan merupakan salah satu rangkaian yang penting dalam proses manajemen. Inti pembicaraan pengawasan pendidikan terutama tertuju pada pencapaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat digolongkan menjadi dua yaitu: tenaga pendidik (guru) dan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat digolongkan menjadi dua yaitu: tenaga pendidik (guru) dan tenaga BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan investasi dalam pengembangan sumber daya manusia dan dipandang sebagai kebutuhan dasar bagi masyarakat yang ingin maju. Komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh sebab itu,

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS MENGAJAR GURU MELALUI SUPERVISI KLINIS OLEH PENGAWAS SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN KUALITAS MENGAJAR GURU MELALUI SUPERVISI KLINIS OLEH PENGAWAS SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR PENINGKATAN KUALITAS MENGAJAR GURU MELALUI SUPERVISI KLINIS OLEH PENGAWAS SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR Hadi UPTD Dikpora Kecamatan Palang Kabupaten Tuban E-mail: rswjyhadi@gmail.com Abstract: The purpose of

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDUKSI BAGI GURU PEMULA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDUKSI BAGI GURU PEMULA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ` PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDUKSI BAGI GURU PEMULA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa salah satu syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata dalam aktivitas kerja bawahannya. Kepala sekolah yang rajin, cermat, peduli terhadap

Lebih terperinci

PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU MELALUI SUPERVISI PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR

PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU MELALUI SUPERVISI PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR 1 PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU MELALUI SUPERVISI PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR Andi Nur Alam 1, Maisyaroh 2, Ahmad Yusuf Sobri 3 Pascasarjana Program Studi Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan ISSN : Vol. 13 No. 1 (2018) 1 10

LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan ISSN : Vol. 13 No. 1 (2018) 1 10 LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan ISSN : 0216-7433 Vol. 13 No. 1 (2018) 1 10 PENERAPAN COACHING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH DALAM SUPERVISI AKADEMIK PADA SMP BINAAN DINAS PENDIDIKAN KOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru adalah pendidik yang mempunyai tugas dan peran penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Guru yang profesional diharapkan mampu berpartisipasi dalam

Lebih terperinci

PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH

PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH 27-32 PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH Nazmah Khairani Sekolah Menengah Pertama Swasta Cut Nyak Dhien Langsa Diterima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran atau kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang ada di sekitar kita. tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran atau kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang ada di sekitar kita. tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Dewasa ini pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting demi kelangsungan kehidupan. Baik kelangsungan kehidupan seseorang hingga kelangsungan suatu bangsa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengawasan proses pembelajaran merupakan salah satu bentuk penjaminan mutu pada satuan pendidikan yang dilakukan secara internal dan eksternal. Pengawasan internal

Lebih terperinci

MODUL PROGRAM INDUKSI GURU PEMULA (PIGP) BAGI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

MODUL PROGRAM INDUKSI GURU PEMULA (PIGP) BAGI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH TUT WURI HANDAYANI MODUL PROGRAM INDUKSI GURU PEMULA (PIGP) BAGI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2010 PENGANTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi. Azzra (Ambarita, 2010:37) mengatakan seorang guru yang

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi. Azzra (Ambarita, 2010:37) mengatakan seorang guru yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru adalah salah satu unsur terpenting pada komponen pendidikan. Sebab guru merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung dengan siswa. Keberhasilan pendidikan

Lebih terperinci

Variasi : Majalah Ilmiah Universitas Almuslim, Volume 9, Nomor 3, September 2017 ISSN :

Variasi : Majalah Ilmiah Universitas Almuslim, Volume 9, Nomor 3, September 2017 ISSN : 9-14 UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU KELAS V DALAM PEMBELAJARAN BERPUSAT KOOPERATIF MELALUI SUPERVISI KLINIS DI SD NEGERI 13 LANGSA TAHUN PELAJARAN 2015-2016 Jasimah Sekolah Dasar Negeri 13 Langsa Diterima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya sekolah untuk dapat menjalankan tugas secara profesional.

BAB I PENDAHULUAN. daya sekolah untuk dapat menjalankan tugas secara profesional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kinerja sekolah merupakan representasi dari kinerja semua sumber daya yang ada di sekolah dalam melaksanakan tugas sebagai upaya mewujudkan tujuan sekolah. Kinerja

Lebih terperinci

HJ. BAIQ SUMIATI. Pengawas SD Dinas Pendidikan Kota Mataram

HJ. BAIQ SUMIATI. Pengawas SD Dinas Pendidikan Kota Mataram UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU-GURU SEKOLAH DASAR DALAM MELAKSANAKAN PROSES PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SUPERVISI KOLABORATIF DI SEKOLAH BINAAN HJ. BAIQ SUMIATI Pengawas SD Dinas Pendidikan Kota

Lebih terperinci

Kata Kunci: Pelaksanaan supervisi akademik pengawas, perencanaan,pemantauan, penilaian, dan pembinaan dan pembimbingan Pengawas.

Kata Kunci: Pelaksanaan supervisi akademik pengawas, perencanaan,pemantauan, penilaian, dan pembinaan dan pembimbingan Pengawas. ANALISIS PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS PADA SMA NEGERI 1 WATAMPONE Muhammad Subaer SMA Negeri 1 Watampone Kabupaten Bone subaermuhammad@yahoo.com Abstrak MUHAMMAD SUBAER. 2015. Analisis Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Guru merupakan komponen yang paling menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral, pertama dan utama. Figur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam proses pendidikan, pengawasan atau supervisi merupakan bagian tidak terpisahkan dalam upaya peningkatan prestasi belajar dan mutu sekolah. Sahertian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Latar Penelitian ini dilaksanakan di Gugus Hasanuddin Kecamatan Kedungjati yang merupakan terdiri dari 10 SD. Keberadaan Gugus Hasanuddin Kecamatan

Lebih terperinci

PERSEPSI GURU TENTANG PROSES PELAKSANAAN SUPERVISI PEMBELAJARAN OLEH KEPALA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI KELOMPOK BISNIS MANAJEMEN DI KOTA PADANG

PERSEPSI GURU TENTANG PROSES PELAKSANAAN SUPERVISI PEMBELAJARAN OLEH KEPALA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI KELOMPOK BISNIS MANAJEMEN DI KOTA PADANG PERSEPSI GURU TENTANG PROSES PELAKSANAAN SUPERVISI PEMBELAJARAN OLEH KEPALA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI KELOMPOK BISNIS MANAJEMEN DI KOTA PADANG Rezy Marsellina Jurusan Administrasi Pendidikan FIP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aspek yang paling utama dalam menghadapi era globalisasi dimana keberhasilan suatu bangsa dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sergiovanni (1987), mengungkapkan bahwa (No student who can not

BAB I PENDAHULUAN. Sergiovanni (1987), mengungkapkan bahwa (No student who can not BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sergiovanni (1987), mengungkapkan bahwa (No student who can not educate, that there are teachers who do not successfully educate. No teacher who did not manage to educate,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu organisasi.arti kinerja sebenarnya berasal dari kata-kata job performance

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu organisasi.arti kinerja sebenarnya berasal dari kata-kata job performance BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kinerja Kinerja (performance) merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi,

Lebih terperinci

PENINGKATAN KOMPETENSI SUPERVISI KEPALA SEKOLAH MELALUI SUPERVISI KELOMPOK DI SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN KOMPETENSI SUPERVISI KEPALA SEKOLAH MELALUI SUPERVISI KELOMPOK DI SEKOLAH DASAR PENINGKATAN KOMPETENSI SUPERVISI KEPALA SEKOLAH MELALUI SUPERVISI KELOMPOK DI SEKOLAH DASAR Suryantini UPTD Dikpora Kecamatan Banjarsari Surakarta Suryantini1958@gmail.com ABSTRACT The research is aimed

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar yang dengan sengaja dirancangkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi kedepan adalah globalisasi dengan dominasi teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi kedepan adalah globalisasi dengan dominasi teknologi dan informasi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Memasuki abad-21, tugas guru tidak akan semakin ringan. Tantangan yang dihadapi kedepan adalah globalisasi dengan dominasi teknologi dan informasi yang sangat

Lebih terperinci

UNIT 5 BAGAIMANA PERAN KEPALA SEKOLAH (KS) DAN PENGAWAS SEKOLAH (PS) DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN?

UNIT 5 BAGAIMANA PERAN KEPALA SEKOLAH (KS) DAN PENGAWAS SEKOLAH (PS) DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN? UNIT 5 BAGAIMANA PERAN KEPALA SEKOLAH (KS) DAN PENGAWAS SEKOLAH (PS) DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN? UNIT 5 BAGAIMANA PERAN KEPALA SEKOLAH (KS) DAN PENGAWAS SEKOLAH (PS) DALAM MENINGKATKAN MUTU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan pendidikan nasional adalah bagaimana meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan pendidikan nasional adalah bagaimana meningkatkan mutu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan pendidikan nasional adalah bagaimana meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan pada setiap jalur, jenis, dan jenjang pendidikan. Upaya yang telah dilakukan

Lebih terperinci