Sagacious Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Sosial Vol. 4 No. 1 Juli-Desember 2017

Transkripsi

1 MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI DENGAN TEKNIK KUNJUNGAN ANTAR KELAS DI SDN HABAU KECAMATAN BANUA LAWAS Muryadi Sekolah Dasar Negeri Habau Banua Lawas Tabalong Kalimantan Selatan ABSTRAK Rendahnya kualitas sumber daya manusia khususnya tenaga pendidik/guru merupakan salah satu masalah utama dalam dunia pendidikan. Seperti kenyatan yang terjadi di SDN Habau khususnya penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran di tahun yang lalu berdasarkan hasil supervisi kepala sekolah pada 9 orang guru ditemukan data bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran guru tidak menggunakan media. Guru lebih banyak menjelaskan materi padahal materi tersebut dapat diperjelas dengan media yang dengan mudah didapat baik media yang tersedia di sekolah maupun di sekitar sekolah. Dari 9 orang guru di SDN Habau hanya 2 orang (22%) yang sudah menggunakan media dalam kegiatan pembelajaran sedangkan 7 orang (78%) lainnya masih tidak menggunakan media. Dengan adanya permasalahan tersebut harus segera diatasi dengan upaya peningkatan kemampuan guru supervisi dengan teknik kunjungan antar kelas. Teknik kunjungan antar kelas merupakan kegiatan yang dilakukan guru yang satu berkunjung ke kelas yang lain dalam lingkungan sekolah itu sendiri. kunjungan antar kelas ini dapat dilakukan secara individual antar guru atau sekelompok guru berkunjung kepada seorang guru. Melalui kunjungan antar kelas ini diharapkan guru akan memperoleh pengalaman baru dari teman sejawatnya yang lebih profesional. Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) dengan subyek guru SDN Habau Kecamatan Banua Lawas berjumlah 9 orang. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus tindakan dengan 2 kali pertemuan disetiap siklusnya. Pada setiap siklus terdapat kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi. Data observasi dianalisis secara deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif persentase. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan kemampuan guru dalam menggunakan media pembelajaran dimana pada siklus 1 pertemuan 1 adalah 60% dengan kategori cukup, meningkat pada pertemuan 2 menjadi 64% dengan kategori baik. Pada siklus 1I pertemuan 1 meningkat menjadi 72% dengan kategori baik dan terjadi lagi peningkatan pada pertemuan 2 menjadi 82% dengan kategori sangat baik. Pelaksanaan supervisi dengan teknik kunjungan antar kelas pada siklus I pertemuan 1 adalah 64% dengan kategori baik meningkat menjadi 75% dengan kategori baik pada pertemuan 2, Pada siklus 2 pertemuan 1 meningkat lagi menjadi 81% dengan kategori sangat baik dan pada pertemuan 2 menjadi 87% dengan kategori sangat baik. Kata Kunci: Kemampuan Guru, Media Pembelajaran, dan Supervisi dengan Teknik Kunjungan Antar Kelas PENDAHULUAN Guru merupakan salah satu komponen yang berpengaruh dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Kemampuan dan profesionalisme guru sangat penting untuk ditingkatkan mengingat kedua hal tersebut apabila belum mencukupi akan mempengaruhi proses pembelajaran. Salah satu upaya peningkatan profesionalisme guru adalah melalui supervisi pengajaran. Menurut Purwanto, N (2006: 76-77) supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. Dalam kegiatan pembelajaran guru dituntut untuk mampu menciptakan pembelajaran yang inovatif sehingga tidak membosankan dan membiasakan siswa untuk belajar memahami orang lain melalui kegiatan kelompok. Pembelajaran yang melibatkan interaksi siswa dengan sesama siswa dapat dilakukan melalui pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu strategi pembelajaran yang saat ini sedang dikembangkan. Pendekatan pembelajaran kooperatif menekankan siswa tidak hanya dituntut secara pribadi tapi juga diharapkan aktif dalam kelompok belajar, karena salah satu aspek penting dalam pembelajaran kooperatif ialah ISSN

2 bahwa disamping pembelajaran kooperatif membantu mengembangkan tingkah laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik diantara siswa, pembelajaran kooperatif secara bersamaan membantu siswa dalam pembelajaran akademis (Soemartono, 2009: 36). Model pembelajaran koopertif ini menerapkan ide bahwa siswa bekerja sama untuk belajar dan bertanggung jawab terhadap pembelajarannya sendiri. Kerja tim belum dianggap selesai bila seluruh anggota tim belum tuntas menguasai bahan yang dipelajari itu. (Norsaniah, 2008:24). Pada kenyataannya yang terjadi pada guru kelas di SDN Habau berdasarkan hasil supervisi yang dilakukan kepala sekolah di tahun yang lalu pada 6 orang guru kelas di SDN Habau dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran guru hanya menggunakan metode ceramah, tugas dan tanya jawab saja. Guru lebih banyak aktif sedangkan siswa hanya pasif saja. Dari 6 orang guru kelas tersebut hanya 1 orang (16%) yang sudah menggunakan model pembelajaran kooperatif dalam kegiatan pembelajaran sedangkan 5 orang (83%) lainnya masih melaksanakan pembelajaran secara konvensional. Peningkatan kompetensi guru ini dapat dilakukan dengan pelaksanaan program supervisi dengan berbagai teknik. Teknik supervisi yang dianggap tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut melalui Classroom Visition. Menurut Simorangkir (2010: 66) Classroom Visition adalah teknik pembinaan guru oleh supervisor/kepala sekolah dengan melakukan kunjungan kelas dalam rangka mengamati pelaksanaan proses belajar mengajar sehingga memperoleh data yang diperlukan dalam rangka pembinaan guru. Tujuan kunjungan ini adalah semata-mata untuk menolong guru dalam mengatasi kesulitan atau masalah mereka di dalam kelas. Melalui kunjungan kelas, guru-guru dibantu melihat dengan jelas masalah-masalah yang mereka alami, menganalisisnya secara kritis dan mendorong mereka untuk menemukan alternatif pemecahannya. TINJAUAN PUSTAKA Kompetensi Guru Kompetensi guru merupakan faktor yang sangat penting sebagai penentu kualitas pembelajaran. Menurut UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1 Ayat 10, disebutkan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Selanjutnya pada PP No. 19 Tahun 2005 Pasal 28 Ayat (3), menyatakan bahwa kompetensi sebagai agen pembelajaran meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Menurut Aminsyah (2010: 25) bahwa kompetensi guru adalah seperangkat kemampuan yang dimilki guru dalam menjalankan fungsinya sebagai guru. Kompetensi menuntut profesionalitas yang harus dimiliki. Bahtiar (2011: 33) juga menyebutkan bahwa kompetensi guru adalah kecakapan yang harus dikuasai guru dalam menjalankan tupoksinya. Tuntutan atas berbagai kompetensi ini mendorong guru untuk memperoleh informasi yang dapat digunakan untuk memperkaya kemampuan yang dimilikinya. Kompetenasi guru dalam menguasai pembelajaran secara luas dan mendalam dari segi materi pembelajaran dan metode pembelajaran dapat diwujudkan denganmenerapkan landasan kependidikan, disiplin ilmu, memahami teori belajar yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak, menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dan bervariasi, serta menguasai bidang yang diajarkan. Sudjana (2002: 44) kompetensi yang harus dimiliki guru seperti kompetensi profesional yang dikelompokkan menjadi tiga bidang yaitu pedagogik, personal dan sosial. Kompetensi pedagogik menyangkut kemampuan intelektual seperti penguasaan mata pelajaran, pengetahuan menganai cara mengajar, pengetahuan mengenai belajar dan tingkah laku individu, pegetahuan tentang bimbingan penyuluhan, pengetahuan tentang administrasi kelas, pengetahuan tentang cara menilai hasil belajar, pengetahuan tentang kemasyarakatan serta pengetahuan umum lainnya. Kompetensi bidang personal menyangkut kesiapan dan kesediaan guru terhadap berbagai hal yang berkenaan dengan tugas dan profesinya. Misalnya sikap menghargai pekerjaannya, mencintai dan memiliki perasaan senang terhadap mata pelajaran yang dibinanya, sikap toleransi terhadap sesama teman profesinya, memiliki kemauan yang keras untuk 60 ISSN

3 meningkatkan hasil pekerjaannya. Kompetensi sosial menyangkut kemampuan guru dalam berbagai ketrampilan/berperilaku, seperti ketrampilan mengajar, membimbing, menilai, menggunakan alat bantu pengajaran, bergaul atau berkomunikasi dengan siswa, ketrampilan menumbuhkan semangat belajar para siswa, ketrampilan menyusun persiapan/ perencanaan mengajar, ketrampilan melaksanakan administrasi kelas, dan lain-lain. Perbedaan dengan kompetensi kognitif terletak pada sifatnya. Kompetensi kognitif berkenaan dengan aspek teori atau pengetahuannya, pada kompetensi perilaku yang diutamakan adalah praktek/ketrampilan melaksanakannya. Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang saat ini sedang dikembangkan. Pendekatan pembelajaran kooperatif menekankan siswa tidak hanya dituntut secara pribadi tapi juga diharapkan aktif dalam kelompok belajar, karena salah satu aspek penting dalam pembelajaran kooperatif ialah bahwa disamping pembelajaran kooperatif membantu mengembangkan tingkah laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik diantara siswa, pembelajaran kooperatif secara bersamaan membantu siswa dalam pembelajaran akademis (Soemartono, 2009: 36). Model pembelajaran koopertif ini menerapkan ide bahwa siswa bekerja sama untuk belajar dan bertanggung jawab terhadap pembelajarannya sendiri. Kerja tim belum dianggap selesai bila seluruh anggota tim belum tuntas menguasai bahan yang dipelajari itu. (Norsaniah, 2008:24) Menurut Soemartono (2009: 42) menyebutkan ciri-ciri pembelajaran kooperatif yaitu: a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya. b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. c. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda. d. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu. Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang menerapkan sistem kompetensi, dimana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya (Sisimohardjo, 2006:19). Tujuan pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: a. Hasil belajar akademik. Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Banyak ahli berpendapat model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep sulit. b. Penerimaan terhadap perbedaan individu. Efek penting yang kedua adalah penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kamampuan dan ketidak mampuan. c. Pengembangan keterampilan sosial. Model pembelajaran kooperatif bertujuan mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. (Setianingsih, 2007: 20). Semua tipe model pembelajaran kooperatif menitik beratkan interaksi antar sesama siswa dalam kegiatan kelompok dengan tujuan siswa dapat saling berbagi pengetahun, gagasan dan dapat mengenal dan menghargai berbagai perbedaan. Supervisi dengan Teknik Classroom Visition Supervisi dengan teknik classroom visition adalah teknik supervisi kunjungan kelas. Kunjungan kelas ialah kunjungan sewaktuwaktu yang dilakukan oleh seorang supervisor untuk melihat atau mengamati seorang guru yang sedang mengajar dengan tujuan untuk mengobservasi guru mengajar, apakah sudah memenuhi syarat-syarat didaktis atau metodek yang sesuai. Kunjungan ini dilakukan untuk melihat kekuranan atau kelemahan yan sekiranya masih perlu perbaikan. Arikunto (2001) menyatakan classroom visition atau kunjungan kelas dimaksudkan untuk melihat dari dekat situasi dan suasana kelas secara keseluruhan. Apabila dari kunjungan kelas tersebut dijumpai hal-hal yang kurang baik atau tidak pada tempatnya, maka kepala sekolah dapat mengundang guru atau siswa untuk diajak berdiskusi menggali lebih dalam tentang kejadian tersebut. Kunjungan kelas yang dilakukan harus mengingat bahwa kunjungan kelas sebaiknya memperoleh hasil dalam bentuk bantuan atau pembinaan dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran, dengan kata lain sebaiknya terjadi diskusi yang akrab dan dialog yang hangat antara supervisor dengan guru atau siswa sehingga diperoleh ISSN

4 kesepakatan yang harmonis. Sahertian (2000: 53) mengemukakan bahwa tujuan kunjungan kelas adalah memperoleh data mengenai keadaan sebenarnya selama guru mengajar, dengan data itu supervisor dapat berbincangbincang dengan guru tentang kesulitan yang dihadapinya. Guru-guru pada kesempatan itu dapat mengemukakan pengalaman-pengalaman yang berhasil dan hambatan-hambatan yang dihadapi serta minta bantuan, dorongan, dan mengikutsertakan. Kriteria classroom visition atau kunjungan kelas yang baik, yaitu: a) memiliki tujuan-tujuan tertentu; b) mengungkapkan aspek-aspek yang dapat memperbaiki kemampuan guru; c) menggunakan instrumen observasi tertentu untuk mendapatkan daya yang obyektif; d) terjadi interaksi antara pembina dan yang dibina sehingga menimbulkan sikap saling pengertian; e) pelaksanaan kunjungan kelas tidak menganggu proses belajar mengajar; f) pelaksanaannya diikuti dengan program tindak lanjut (Priyadi, dkk, 2011: 26). Kemdikbud (2012) menjelaskan tahaptahap supervisi dengan teknik classroom visition atau kunjungan kelas yaitu: a. Tahap persiapan. Pada tahap ini supervisor merencanakan waktu dan cara mengobservasi selama kunjungan kelas, b. Tahap pengamatan selama kunjungan. Pada tahap ini, supervisor mengamati jalannya proses pembelajaran berlangsung, c. Tahap akhir kunjungan. Pada tahap ini, supervisor bersama guru mengadakan perjanjian untuk membicarakan hasil-hasil observasi, dan d. Tahap tindak lanjut. Sahertian (2000) menyebutkan classroom visition atau kunjungan kelas ada tiga macam yaitu: a. Kunjungan tanpa diberitahu (unannounced visitation) b. Kunjungan dengan cara memberi tahu lebih dahulu (announced visition) c. Kunjungan atas undangan guru (visit upon invitation) Supervisi dengan teknik classroom visition atau kunjungan kelas dalam penelitian ini merupakan teknik classroom visition atau kunjungan kelas dengan pemberitahuan terlebih dahulu. Sebelum pelaksanaan penelitian guruguru kelas V yang menjadi subyek penelitian diberi tahu terlebih dahulu jadwal kunjungan kelas. Langkah-langkah pokok pelaksanaan supervisi dengan teknik classroom visition atau kunjungan kelas dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut: a. Melakukan kunjungan kelas b. Membicarakan hasil observasi dengan guru c. Melakukan pembinaan d. Melakukan tindak lanjut METODOLOGI Penelitian yang baik hendaknya memiliki metodologi yang mampu menggiring peneliti dalam mencapai tujuan penelitian (Dalle, 2010). Penelitian ini adalah penelitian Tindakan Sekolah (PTS) yaitu bentuk penelitian pembelajaran yang bersifat reflektif untuk memperbaiki kondisi pembelajaran dan meningkatkan kemantapan dari tindakan melaksanakan tugas dangan proses pengkajian berdaur, yaitu merencanakan, melakukan, tindakan, mengamati dan merefleksi (Arikunto, 2010). Penelitian ini dilaksanakan di SDN Habau Kecamatan Banua Lawas Kabupaten Tabalong pada bulan bulan September s.d Desember tahun 2015 dengan subyek guru kelas. Beberapa faktor yang diteliti yaitu : 1. Faktor aktivitas kepala sekolah/peneliti dalam melaksanakan supervisi dengan teknik classroom visition untuk meningkatkan kompetensi guru kelas dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif pada kegiatan pembelajaran. 2. Faktor kompetensi guru kelas dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif pada kegiatan pembelajaran. Data yang dianalisis berasal dari hasil observasi pelaksanaan supervisi dengan teknik classroom visition untuk meningkatkan kompetensi guru kelas di SDN Habau dalam pada kegiatan pembelajaran berjumlah 6 orang guru kelas (kelas I s.d VI) di SDN Habau. Hasil analisis data observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas kepala sekolah dalam pelaksanaan supervisi dengan teknik classroom visition dan kompetensi guru kelas SDN Habau dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif pada kegiatan pembelajaran. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik persentase (Suryawati, 2006) HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Tindakan Sekolah dengan judul Meningkatkan Kompetensi Guru Kelas dalam Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif pada Kegiatan Pembelajaran Melalui Supervisi dengan Teknik Classroom Visition di SDN 62 ISSN

5 Habau dilakukan pada guru kelas di SDN Habau Kecamatan Banua Lawas berjumlah 6 orang (Hj. Ramnah, S.Pd guru kelas 1, Hj. Rukiah, S.Pd.SD guru kelas II, Rosmadi, S.Pd.SD guru kelas III, Musrini, S.Pd.SD guru kelas IV, Marhani, S. Pd guru kelas V, dan Murjani, S.Pd.SD guru KELAS VI). Kompetensi yang diharapkan dapat meningkat yaitu kompetensi guru dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif pada kegiatan pembelajaran. Penelitian ini dilaksanakan bulan September sampai Desember tahun Berdasarkan analisis data hasil observasi siklus I pertemuan 1, aspek kompetensi guru yang masih rendah dengan kategori cukup perlu mendapat pembinaan adalah kompetensi guru dalam menyampaikan kompetensi yang akan dicapai, membentuk kelompok siswa, membimbing diskusi siswa, menugaskan mempresentasikan hasil diskusi dan membimbing diskusi antar. Pelaksanaan supervisi dengan teknik classroom visition yang dilakukan Kepala Sekolah/peneliti juga harus ditingkatkan terutama dalam melakukan pembinaan dan tindak lanjut. Sedangkan analisis data hasil observasi siklus I pertemuan 2 kompetensi guru sudah mengalami peningkatan. Aspek kompetensi guru yang masih rendah perlu mendapat pembinaan adalah kompetensi guru dalam membimbing diskusi kelompok, menugaskan siswa mempresentasikan hasil dan membimbing diskusi antar kelompok. Pelaksanaan supervisi dengan teknik classroom visition yang dilakukan Kepala Sekolah/peneliti juga mengalami peningkatan, semua langkah kegiatan sudah dilaksanakan dengan tepat tetapi masih tidak sistematis. Data hasil kompetensi guru siklus I baik pertemuan 1 maupun 2 masih belum memenuhi kriteria, karena ada tiga orang guru yang belum melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik. Meskipun rata-rata persentase kompetensi 61% dengan kategori baik tetapi belum memenuhi indikator penelitian. Hasil observasi proses pelaksanaan supervisi dengan teknik classroom visition untuk meningkatkan kompetensi guru kelas dalam pada kegiataan pembelajaran siklus II berjalan lebih baik dari siklus I. Pelaksanaan supervisi dengan teknik classroom visition sudah sesuai dengan indikator yang telah ditentukan. Secara keseluruhan hasil observasi pelaksanaan supervisi dengan teknik classroom visition untuk meningkatkan kompetensi guru kelas dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif pada kegiatan pembelajaran pada siklus I dan II berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan observer melalui lembar pengamatan kompetensi guru kelas dalam pada kegiatan pembelajaran melalui supervisi dengan teknik classroom visition sudah dapat dilihat pada tabel-tabel berikut. Tabel 1. Rata-rata Persentase Skor Pelaksanaan supervisi dengan Teknik Classromm Visition dan Kompetensi Guru V dalam Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif pada Siklus I dan II Pelaksanaan Pelaksanaan Supervisi Kriteria (%) Rata-rata Kompetensi Guru (%) Kriteria Rata-rata Siklus I P1) 61 Baik 45 Cukup (P2) 65 Baik 61 Baik Siklus II Baik 73 (P1) 77 Baik (P2) 84 Sangat Baik 81 Sangat Baik Dari tabel tersebut di atas dapat dilihat adanya perkembangan pelaksanaan supervisi dengan teknik classroom visition pada setiap pertemuan dari setiap siklus. Pelaksanaan supervisi dengan teknik classroom visition pada siklus I pertemuan pertama berada pada kategori baik terjadi peningkatan 4% pada pertemuan kedua dengan kategori baik. Pada siklus II pertemuan pertama terjadi lagi peningkatan 8% dengan katagore baik, begitu pula pada pertemuan kedua meningkat 11% sehingga menjadi kategori sangat baik. Kompetensi guru dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif pada kegiatan pembelajaran juga mengalami peningkatan, dari siklus I pertemuan 1 dengan kategori cukup meningkat 16% pada pertemuan 2 dengan kategori baik. Pada siklus II pertemuan 1 terjadi peningkatan 16% dengan kategori baik, demikian pula pada pertemuan 2 terjadi peningkatan 4% sehingga menjadi kategori sangat baik. Untuk lebih jelasnya hasil Penelitian Tindakan Sekolah ini diinterprestasikan dalam diagram 1 dan 2. Dengan menggunakan supervisi dengan teknik classroom visition untuk meningkatkan kompetensi guru kelas dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif pada kegiatan pembelajaran indikator keberhasilan yang telah ISSN

6 ditetapkan telah tercapai dimana kompetensi guru kelas dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif pada kegiatan pembelajaran dengan kategori sangat baik dengan persentase kompetensi mencapai 81% dan pelaksanaan supervisi dengan teknik classroom visition mencapai kategori sangat baik dengan persentase pelaksanaan 84% Diagram 1. Persentase Kompetensi Guru Kelas dalam dalam Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif dan Skor Peningkatan SI P SI P1 SI P SI P2 SII P1 SII P2 SII P1 SII P2 Pertemuan Peningkatan Pertemuan Peningkatan Diagram 2. Persentase Pelaksanaan Supervisi dengan Teknik Classroom Visition dan Skor peningkatan Keberhasilan penelitian ini membuktikan bahwa dengan supervisi dengan teknik classroom visition dapat meningkatkan kompetensi guru kelas dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif di SDN Habau Kecamatan Banua Lawas Kabupaten Tabalong. SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari Penelitian Tindakan Sekolah ini adalah (1) Langkah-langkah pelaksanaan supervisi dengan teknik classroom visition dapat dilakukan oleh kepala sekolah untuk meningkatkan kompetensi guru kelas dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif pada kegiatan pembelajaran di SDN Habau Kecamatan Banua Lawas; (2) Melalui supervisi dengan teknik classroom visition dapat meningkatkan kompetensi guru kelas dalam pada kegiatan pembelajaran di SDN Habau Kecamatan Banua Lawas. Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis mencoba memberikan beberapa saran yaitu (1) pelaksanaan supervisi dengan teknik classroom visition baik diterapkan oleh Kepala Sekolah karena dengan kunjungan kelas dapat langsung melihat aktivitas guru dan dapat lebih akrab; (2) pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif sangat cocok diterapkan di dalam kelas karena melatih siswa untuk mengenal perbedaan di antara sesama teman. DAFTAR RUJUKAN Aminsyah, B. (2010). Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Arikunto, S. (2001). Dasar-dasar supervisi. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Dalle, J. (2010). Metodologi umum penyelidikan reka bentuk bertokok penilaian dalaman dan luaran: Kajian kes sistem pendaftaran siswa Indonesia. Thesis PhD Universiti Utara Malaysia. Depdiknas. (2005). Standar nasional pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Kemdikbud. (2012). Supervisi akademik. Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjamin Mutu Pendidikan. Kunandar. (2007). Prinsif dasar peningkatan kompetensi guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Murniati. (2007). Standar kompetensi guru. Jogyakarta: Pustaka pelajar. Norsaniah. (2008). Pembelajaran kooperatif. Jakarta: Gaung Persada. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Priyadi, dkk. (2011). Bahan pembelajaran supervisi akademik. Surakarta: LP3S. Purwanto Supervisi Pendidikan. Jogyakarta: Pustaka pelajar. Sahertian, P.A (2000). Konsep dasar dan teknik supervisi pendidikan dalam rangka pengembangan sumber daya manusia.. Jakarta: Rineka Cipta. Setianingsih. (2007). Teknik-teknik pembelajaran kooperatif. Jakarta: Gaung Persada. Simorangkir. (2010). Interaksi dengan alam sekitar. Bandung: Suri ISSN

7 Sisimohardjo. (2006). Model pembelajaran kooperatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Soemartono. (2009). Pembelajaran kooperatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Sudjana. (2002). Kompetensi dasar guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Suryawati. (2006). Teknik Analisis data Surabaya: Terbit Terang. Trisnimath. (2008). Dampak pembelajaran kooperatif terhadap siswa. Banjarmasin: Ayogya Press UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Depdiknas. Wahyudi. (2006). Lembaga pendidikan formal. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. ISSN

8 66 ISSN