BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Pemeliharaan Pemeliharaan didefinisikan sebagai suatu kegiatan memelihara aset sehingga aset tersebut berada pada kondisi siap pakai sesuai kebutuhan. Pemeliharaan adalah suatu kombinasi dari setiap tindakan yang dilakukan untuk menjaga kondisi suatu aset agar selalu dalam keadaan baik sehingga terjamin ketersediaannya setiap saat sesuai kebutuhan (Jamasri, 2006). Aset akan mudah mengalami kerusakan secara bertahap ataupun tiba-tiba karena tidak adanya tindakan Pemeliharaan. Hal tersebut berakibat aset tidak lagi mempunyai kemampuan bekerja dengan baik secara teknis maupun ekonomis. Akibat selanjutnya justru akan merugikan perusahaan. Kerusakan aset tersebut dalam suatu instalasi industri dapat mengakibatkan masalah yang sangat besar dan sangat mahal. Untuk menguragi masalah maka Pemeliharaan dan perbaikan perlu diterapkan Tipe-Tipe Dari Pemeliharaan Jenis-jenis Pemeliharaan yang pada umumnya diaplikasikan adalah sebagai berikut : Gambar 2.1. Tipe-tipe Pemeliharaan 6

2 2.2.1 Planned maintenance Pemeliharaan terencana adalah jenis Pemeliharaan yang telah diorganisasikan dan dilakukan dengan pemikiran ke masa depan. Pengendalian dan pencatatan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya (Jamasri, 2006). Pemeliharaan terencana dibagi menjadi tiga kelompok yaitu : 1. Preventive maintenance (PM) Pemeliharaan yang dilakukan dengan interval waktu tertentu dengan maksud untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya gangguan kemacetan atau kerusakan mesin. Jadwal kegiatan Pemeliharaan preventive ini disusun berdasarkan data dari pabrik pembuat mesin. Jadwal ini dapat disusun berdasarkan waktu yaitu harian, mingguan, bulanan, tahunan ataupun disesuaikan dengan jam operasi mesin. Teknik Pemeliharaan ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu: a. Time Based Maintenance (TBM) Time Base Maintenance sering disebut sebagai periodic maintenance terdiri dari pengecekan harian, pengecekan periodik, inspeksi dan service periodik. Kegiatan Pemeliharaan yang dilakukan antara lain cleaning equipment, penggantian part untuk mencegah terjadinya kerusakan mendadak dan masalah-masalah produksi lainnya. b. Condition Based Maintenance (CBM) Condition Based Maintenance sering disebut sebagai predictive maintenance yaitu maintenance berdasarkan kondisi part atau peralatan dimana masa guna dari part-part penting diprediksi berdasarkan inspeksi atau diagnosa dengan tujuan menggunakan partpart tersebut sesuai dengan umur pakainya. Menurut Wireman (1990), preventive maintenance (PM) merupakan tindakan Pemeliharaan terjadwal yang didesain untuk 7

3 meningkatkan usia peralatan dan mencegah beberapa aktivitas yang tidak terjadwal. Ada tiga alasan utama dilakukannya Pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance) (Smith,1993), yaitu: Untuk mencegah kegagalan Untuk mendeteksi adanya suatu kegagalan Untuk menemukan kegagalan tersembunyi Dalam pelaksanaan PM, terdapat beberapa kategori kegiatan, yaitu: Time Directed (TD), merupakan kegiatan pencegahan yang dilakukan pada waktu yang telah ditentukan, serta diarahkan secara langsung untuk mencegah kegagalan. Condition Directed (CD), bertujuan untuk mendeteksi adanya kegagalan atau karakteristik sebuah kegagalan. Failure finding (FF), bertujuan untuk menemukan kegagalan tersembunyi sebelum beroperasi. Run to Failure ( RTF ), diputuskan untuk dilakukan RTF jika tidak ada alternatif lain yang memungkinkan untuk dilakukan. Sehingga peralatan beroperasi sampai saat alat tersebut rusak, dan tidak ada tindakan pencegahan yang dilakukan. 2. Breakdown maintenance Breakdown Maintenance merupakan tindakan Pemeliharaan yang dilakukan ketika terjadi kerusakan mesin. Tindakan Pemeliharaan equipment tidak dilakukan sebelum mesin rusak. Ketika terjadi kegagalan equipment yang secara significant tidak berdampak terhadap operasi atau produksi atau kerugian lainnya maka tindakan Pemeliharaan tidak dilakukan karena dianggap membuang biaya. 3. Corrective maintenance (CM) Corrective Maintenance (Pemeliharaan koreksi) yaitu Pemeliharaan yang bertujuan untuk mengembalikan mesin pada kondisi yang dapat diterima atau standar yang ditentukan. Pemeliharaan koreksi dapat berupa reparasi atau penyetelan bagian-bagian mesin, juga 8

4 penambahan beberapa komponen sehubungan dengan kegiatan inspeksi. Kegiatan Pemeliharaan tersebut dilakukan pada saat mesin dalam keadaan tidak aktif (shutdown maintenance) Unplanned maintenance Unplanned maintenance (Pemeliharaan tidak terencana) atau sering disebut adalah Pemeliharaan yang dilakukan apabila mesin mati karena terjadinya kerusakan atau adanya kelainan yang menyebabkan mesin tidak dapat dioperasikan. Pemeliharaan ini tidak direncanakan sebelumnya atau disebut juga emergency maintenance (Pemeliharaan darurat) yaitu Pemeliharaan atau perbaikan yang perlu segera dilaksanakan untuk mencegah terjadinya akibat yang lebih serius (Jamasri, 2006) Pemeliharaan Berdasarkan Waktu Pelaksanaan Berdasarkan waktu pelaksanaan Pemeliharaan dibagi menjadi empat jenis yaitu : a. Berdasarkan jam sistem: 50h, 100h, 300h dan sebagainya. b. Berdasarkan waktu kalender: 3 bulan, 1 tahun dan sebagainya. c. Isochronal: Kombinasi antara jam sistem dan waktu kalender, misalnya: 100 jam/3 bulan, 300 jam/8 bulan dan sebagainya. d. On-condition, artinya Pemeliharaan dilaksanakan setelah kondisi sistem berada di bawah batas minimum yang diperbolehkan rusak. Dalam kebijakan Pemeliharaan, terdapat beberapa pengertian mengenai waktu, yaitu : Waktu operasi, yaitu waktu yang dipergunakan oleh sistem untuk melakukan kegiatan. Waktu delay, yaitu waktu dimana sistem dalam keadaan menganggur, tetapi sistem bukan dalam keadaaan rusak. Contohnya, waktu delay terjadi bila mesin menunggu datangnya order, bahan baku dan sebagainya. Downtime, yaitu total waktu dimana sistem tidak bisa beroperasi. Downtime dapat terjadi bila sistem mengalami kerusakan, dalam 9

5 keadaan perbaikan, atau tindakan Pemeliharaan lainnya. Downtime dapat berupa waktu pemeriksaan kerusakan (inspection), waktu menunggu perbaikan, waktu perbaikan, waktu menunggu datangnya spare parts, dan waktu pemasangan spare parts Kurva Bak Mandi (Bathtub Curve) Failure Rate I II III t 1 t 2 Time Gambar 2.2 Kurva siklus hidup peralatan (Bathtub Curve) Menurut Ebeling (1997), kurva tersebut terdiri dari 3 fase, yaitu: Fase Burn-in Fase ini terjadi pada periode 0 sampai dengan t 1. Kurva menunjukkan laju kerusakan menurun dengan bertambahnya waktu. Laju kerusakan seperti ini disebut juga dengan Decreasing Failure Rate (DFR). Kerusakan umumnya disebabkan oleh kesalahan manufakturing seperti desain peralatan yang kurang sempurna, kontrol kualitas yang rendah dan sebagainya. Fase Useful-life 10

6 Fase ini terjadi antara periode t 1 dan t 2. Laju kerusakan yang terjadi cenderung konstan, sehingga fase ini disebut juga dengan Constant Failure Rate (CFR). Kerusakan yang terjadi bersifat acak, dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan manusia. Fase Wear-out Fase ini terjadi setelah periode t 2. Laju kerusakan menunjukkan peningkatan dengan bertambahnya waktu, sehingga fase ini disebut Increasing Failure Rate (IFR). Kerusakan pada periode ini disebabkan oleh keausan peralatan, fatigue dan korosi Kehandalan (Reliability) Kehandalan (reliability) didefinisikan sebagai kemungkinan (probabilitas) bahwa sistem akan berfungsi pada periode waktu (t) tertentu dalam suatu kondisi yang ditetapkan (Ebeling, 1997). Secara matematis, jika variabel acak T didefinisikan sebagai waktu kegagalan dari sistem atau komponen, dengan T 0, maka fungsi kehandalannya dapat dituliskan dengan; R( t) = Pr( T t) dengan R(t) 0, R(0) = 1, dan lim R ( t) = 0. Jika diberikan nilai t t tertentu, R(t) adalah probabilitas bahwa time to failure lebih besar atau sama dengan t. Jika, F ( t) = 1 R( t) = Pr( T < t) dengan F ( 0) = 0 dan lim F ( t) = 1 t F(t) merupakan probabilitas bahwa kerusakan terjadi sebelum waktu t. Fungsi R(t) biasanya digunakan jika reliabilitas diketahui, sedangkan fungsi F(t) digunakan jika probabilitas kegagalan diketahui. Grafik PDF (Probability Density Function), f(t), berikut memberikan representasi visual dari distribusi kegagalan. 11

7 Gambar 2.3 Probability density function (Ebeling, Laju Kegagalan (λ) Laju kegagalan (λ) merupakan salah satu alat ukur kehandalan suatu alat atau sistem yang didefinisikan sebagai frekuensi kerusakan yang terjadi atau laju kerusakan yang terjadi selama kurun waktu tertentu. Persamaan fungsi laju kegagalan konstan dapat digambarkan sebagai berikut : Banyaknya ker usakan yang terjadi λ = (2.1) Jumlah jam operasi Semakin kecil nilai failure rate, maka semakin tinggi nilai kehandalan suatu alat atau sistem System Reliability Models (Ebeling, 1997) Sistem seri Disebut jaringan kehandalan sistem seri karena letak dan susunan komponen yang dianalisa kehandalannya tersusun secara seri. Sehingga jika salah satu dari komponen tersebut mengalami kegagalan, maka sistem tersebut tidak akan berfungsi atau sistem tersebut berfungsi jika komponen-komponennya yang tersusun secara seri harus seluruhnya berfungsi. Gambar 2.4. Jaringan komponen seri 12

8 Karena reliabilitas berkaitan dengan probabilitas, maka reliabilitas sistem dapat ditentukan dari reliabilitas komponen penyusunnya. Jika dinyatakan bahwa E 1 = Kejadian bahwa komponen 1 tidak rusak E 2 = Kejadian bahwa komponen 2 tidak rusak sedangkan P(E 1 ) = R 1 dan P(E 2 ) = R 2 dengan R 1 = Reliabilitas Komponen 1 R 2 = Reliabilitas Komponen 2 Oleh karena itu, R sistem = P ( E 1 E 2 ) = P(E 1 ).P(E 2 ) = R 1.R 2,dengan asumsi bahwa dua komponen tersebut independen, dalam arti kegagalan dari komponen yang satu tidak mempengaruhi reliabilitas dari komponen yang lainnya. Secara umum, Reliabilitas Sistem (R s ) untuk jaringan terhubung seri dengan n komponen independen, dirumuskan dengan : R (t) = R (t) R (t)... R (t) min{r (t),r (t),...,r (t)} (2.2) s 1 2 dengan 0 < R i (t) < 1, dan i = 1, 2,..., n. n Dari rumusan tersebut, reliabilitas suatu sistem tidak akan lebih besar dari reliabilitas komponen penyusunnya yang terkecil. 1 2 n Dari persamaan tersebut, agar sistem mempunyai reliabilitas yang besar, maka reliabilitas komponennya juga harus besar, terlebih lagi pada suatu sistem yang tersusun dari banyak komponen. R (t) s (λ + λ λ ).t = 1 2 n (2.3) e Mean Time To Failure (MTTF) untuk sistem dalam jaringan seri, dirumuskan dengan : = 1 1 MTTF S = (2.4) n n λ 1 i MTTF i= Sistem paralel i= 1 i Konfigurasi paralel, seluruh komponen harus rusak terlebih dahulu untuk menyebabkan keseluruhan sistem rusak (failed). Jika satu atau lebih 13

9 komponen beroperasi, sistem masih beroperasi. Konfigurasi hubungan paralel dapat digambarkan sebagai berikut: 1 2 n Gambar 2.5 Reliability block diagram (RBD) untuk komponen terhubung paralel Reliabilitas sistem untuk n komponen yang terhubung secara paralel, didapatkan dengan rumusan 1 dikurangi probabilitas bahwa semua n komponen gagal. Misalkan ada 2 komponen penyusun, maka reliabilitas sistemnya R s = P(E 1 E 2 ) = 1 P(E 1 E 2 ) C = 1 P(E C 1 E C 2 ) = 1 P(E C 1 ). P(E C 2 ) = 1 (1 R 1 ) (1 R 2 ) Secara umum, n R (t) = 1 [1 R (t)] (2.5) s i= 1 dengan R s (t) max{r 1 (t), R 2 (t),..., R n (t)} n i karena [ 1 R i ( t)] harus lebih kecil dari probabilitas kegagalan i= 1 komponen yang mempunyai reliabilitas terbaik Mean Time To Failure (MTTF), Mean Time Between Failure (MTBF) dan Mean time to repair (MTTR) MTTF merupakan salah satu parameter yang digunakan dalam menghitung reliability (Goble, 1998), digunakan pada komponenkomponen yang tidak dapat diperbaiki (non-repairable). Tetapi dalam 14

10 beberapa kasus, MTTF juga digunakan pada komponen-komponen yang bersifat repairable, hanya saja standar pengukurannya, terutama waktu telah ditentukan pada titik tertentu. Gambar 2.6. MTTF, MTTR dan MTBF (Goble, 1998) Selain itu, MTTF juga digunakan untuk mengukur kegagalan suatu alat atau sistem dengan variasi laju kerusakan yang cukup banyak. Sehingga fungsi persamaan MTTF dapat digambarkan sebagai berikut : E (T) = MTTF = t. f ( t) dt 0 MTTF = MTTF = dr( t) tdt 0 dt 0 R ( t) dt (2.6) Jika setiap elemen mempunyai failure rate yang konstan, maka time to failure akan mengikuti pola distribusi eksponensial. MTTF = λ 1 (2.7) Sedangkan MTBF merupakan interval waktu rata-rata antar kegagalan yang dapat menyebabkan down time suatu peralatan. MTBF dapat dirumuskan sebagai : MTBF = λ 1 (2.8) 15

11 Atau dapat diperoleh dari jumlah jam operasi dibagi dengan banyaknya kerusakan yang terjadi. Jumlah jam operasi MTBF = (2.9) Banyaknya ker usakan yang terjadi Mean time to repair (MTTR) diidentikkan dengan waktu rata-rata dimana peralatan atau sistem tersebut mengalami perbaikan dan MTTR digunakan untuk peralatan yang dapat diperbaiki (repairable) Ketersediaan (availability) Ketersediaan adalah peluang kemungkinan dari sistem atau komponen dimana operasional dari peralatan tersebut pada kondisi kerja tertentu cukup memuaskan dalam setiap kerja operasionalnya tanpa terbatas waktu. Ketersediaan merupakan perbandingan uptime dengan total dari uptime dan downtime (Ebeling, 1997). Fungsi persamaan ketersediaan dapat digambarkan sebagai berikut : MTT( B) F A i = (2.10) MTT( B) F + MTTR Distribusi Probabilitas Kegagalan Dalam perhitungan kehandalan digunakan distribusi-distribusi yang bersifat continuous (continuous distribution) karena laju kerusakan suatu alat atau sistem selalu berkaitan dengan parameter waktu yang bersifat continuous. Diantaranya antara lain : Distribusi normal Distribusi normal telah teruji sukses digunakan dalam analisis probabilitas pada fenomena peningkatan laju kegagalan (IFR) dimana terjadi kepenatan atau kelelhan mesin. Distribusi normala mempunyai dua parameter yaitu rata rata ( µ ) dan standart deviasi ( σ ). Fungsi probabilitas densitas distribusi normal adalah : f(t) = 1 1 t µ exp σ 2π 2 σ 2 (2.11) 16

12 Jika distribusi kegagalan suatu komponen, sub sistem, atau sistem mengikuti distribusi normal, maka : a. Fungsi keandalan distribusi normal R(t) = t Jika z = 1 exp σ 2π t µ, σ t' µ σ dt' (2.12) Dan Ф(z) = 1 2 z / 2 e 2π t µ Maka R(t) = 1 ф σ b. Laju kegagalan distribusi normal λ(t) = f ( t) f ( t) = R( t) t µ 1 Φ σ c. Mean Time to failure distribusi normal Distribusi lognormal, (2.13) (2.14) MTTF = µ (2.15) Time to failure (t) dari suatu komponen diasumsikan memiliki distribusi lognormal bila y = ln t, mengikuti distribusi normal dengan rata rata µ dan variansinya adalah s. distribusi normal adalah : f(t) = 1 1 exp ln 2 ts 2π 2s t t med Fungsi padat peluang (PDF) dari 2 (2.16) Jika distribusi kegagalan suatu komponen, sub sistem, atau sistem mengikuti distribusi lognormal, maka : a. Fungsi keandalan 1 t R(t) = 1 Φ s ln (2.17) t med b. Laju kegagalan 17

13 f ( t) λ(t) = R( t) c. Main time to failure (2.18) MTTF = Distribusi eksponensial 2 s t med exp (2.19) 2 Probabilitas distribusi exponensial dalam reliability merupakan distribusi kegagalan yang mempunyai laju kegagalan konstan. peluang (PDF) distribusi exponensial adalah: f(t) = λ e λt Fungsi t 0, λ > 0 (2.20) Jika distribusi kegagalan suatu komponen, sub sistem, atau sistem mengikuti distribusi exponensial, maka : a. Fungsi keandalan dengan distribusi exponensial R(t) = e λt, t 0 (2.21) b. Laju kegagalan dengan distribusi exponensial λ(t) = λ (2.22) c. Mean time to failure Distribusi weibull MTTF = 1/ λ (2.23) Distribusi weibull juga merupakan distribusi yang paling sering digunakan untuk kehandalan komponen atau sistem. menentukan distribusi umur dan studi tentang Distribusi ini disebut sebagai distribusi yang paling fleksibel, karena dalam parameter-parameter yang mempengaruhi nilai pada distribusi ini, yaitu shape parameter β memiliki aturan-aturan tertentu. Dan aturan tersebut berkaitan dengan distribusi yang lain, seperti bila β = 1 : Distribusinya menjadi distribusi eksponensial β < 1 : Distribusinya menjadi distribusi gamma β = 2 : Distribusinya menjadi distribusi lognormal β = 3,5 : Distribusinya menjadi distribusi normal 18

14 Fungsi padat peluang (PDF) dari distribusi weibull adalah : β 1 β t γ θ β t γ f ( t) = e (2.24) θ θ 1 MTTF = θγ 1 + (2.25) β Dimana, β = ˆ β = b = shape parameter γ = location parameter θ ˆ a / β = θ = e, Jika kegagalan alat atau sistem diasumsikan dimulai dari t = 0, maka γ akan sama dengan nol dan persamaan kepadatan kemungkinan akan menjadi : β 1 β t θ β t f ( t) = e ; t > γ ; γ, β, θ > 0 (2.26) θ θ Sedangkan fungsi persamaan kemungkinan kumulatif dan fungsi persamaan kehandalan adalah (Ebeling,1997) : β t θ F ( t) = 1 e (2.27) R t) β t θ ( = e (2.28) Nilai Г menunjukkan fungsi gamma yang nilainya dievaluasi dari 1 +1 didapatkan dari table fungsi gamma. β Metode Analisa Reliability Banyak metoda yang dapat digunakan untuk menganalisa reliability suatu sistem. Contoh-contoh metode yang digunakan analisa reliability : FMEA, FTA, reliability diagram blok, analisa markov, parts court method, stress analysis method dan masih banya metode yang lain. Secara umum metode-metode tersebut dapat dikategorikan menjadi dua (Zamroni, 2004) : 19

15 Gambar 2.7. Reliability analysis prosedure Metode induktif Kesimpulan umum (kegagalan sistem) didapat dengan mencari penyebab kegagalan pada tiap-tiap komponen yang mempengaruhi sistem tersebut. Kegagalan komponen dijadikan dasar untuk menentukan kegagalan sistem secara menyeluruh. Pertanyaan dasar yang digunakan saat kita menggunakan metode ini Apa yang terjadi jika...?. Metode seperti failure mode and effect analysis (FMEA) termasuk dalam kategori ini. FMEA berfungsi untuk mengalisa sistem peralatan berdasarkan fungsi sub-sistem yang dalam hal ini komponen atau unit, dan bagaimana komponen tersebut gagal dalam mencapai standard performansinya. Analisa yang dilakukan FMEA pun harus dilakukan secara lengkap, mencakup efek yang ditimbulkan oleh kegagalan dan frekuensi munculya kegagalan tersebut. Hal ini diperlukan dalam penentuan nilai RPN (Risk Prioritty Number) yang diperlukan dalam menganalisa derajat kepentingan atau prioritas dari masing-masing komponen basic even. RPN = severity x frekuensi kerusakan x detectability (2.29) 20

16 Untuk tabel kriteria dari severity, detectability dan frequency of occurrence dapat diambil dari tabel-tabel oleh Andrews, 2002, Reliability and Risk Assesment. Sumber informasi untuk mendukung analisis FMEA dapat diperoleh dari: 1. Manufacturer atau Vendor Equipment 2. User lain pada equipment yang sama 3. Technical history records 4. Operator yang mengoperasikan dan merawat equipment. Failure effects mendeskripsikan apa yang akan terjadi ketika suatu failure mode terjadi. Failure effect dapat ditinjau dari 3 level; lokal, sistem, plant. Deskripsi pengaruh kegagalan harus memuat semua informasi yang diperlukan untuk mendukung evaluasi konsekuensi kegagalan, meliputi: a. Fakta apa yang ada ketika terjadi kegagalan. b. Bagaimana kegagalan tersebut berpengaruh terhadap produksi atau operasi. c. Bagaimana kegagalan tersebut berdampak terhadap keamanan dan keselamatan kerja ataupun lingkungan. d. Kerusakan fisik apa yang ada, yang disebabkan oleh kegagalan. e. Apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki kegagalan. 21

17 Berbicara reliability juga sama artinya dengan berbicara risk (resiko), sebab risk didefiniskan sebagai (Andrews, 2002) : Risk = Probability of Failure X Consequency of Failure (2.30) Jadi salah satu komponen risk adalah kebalikan dari reliability (Probability of Failure), oleh sebab itu jika bicara reliability selalu dikaitkan dengan risk. Proses identifikasi resiko diharapkan diketahuinya peluang terjadinya kegagalan yang sama, sehingga analisa resiko adalah sesuatu yang tidak pasti. Dibutuhkan historical report kegagalan yang pernah terjadi dan pendapat para ahli (expert/engineering judgement) yang dalam hal ini adalah seseorang yang mengerti tentang kondisi dan mekanisme peralatan secara langsung yang akan di analisa. Hal ini dilakukan sebagai bahan perbandingan antara hasil identifikasi dengan kondisi ideal yang diinginkan sehingga didapatkan klasifikasi resiko. Kuantifikasi resiko difungsikan untuk mengukur atau memprediksi jumlah kerugian yang akan terjadi dan yang lebih penting adalah untuk mengukur dan memprediksi terhadap jumlah elemen-elemen dalam sistem tersebut yang dapat megakibatkan terjadinya kerugian (Modares, 2006) Pengertian Resiko Resiko secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu ukuran dimana terdapat kerugian potensial terhadap jumlah dan kondisi pada alam maupun manusia. Kerugian potensial yang dimaksud di sini adalah terjadinya kematian, adanya ancaman kesehatan ataupun kerusakan terhadap lingkungan atau peralatan. Di bidang engineering, yang termasuk dalam resiko seperti kerusakan sistem kontrol, terjadinya patah (fracture) akibat faktor kelelahan (fatigue) pada bagian peralatan yang bergerak dan masih banyak yang lain. Resiko-resiko tersebut dapat dikatakan sangat 22

18 berbahaya, jika resiko yang ditimbulkan mengakibatkan kematian ataupun kerusakan permanen.(modares,2006) Secara umum, resiko dapat dibagi menjadi 3 jenis, antara lain : 1.Occupational Risk Occupational risk adalah jenis resiko yang hanya mempengaruhi lingkungan kerja dimana resiko tersebut terjadi. 2.Community Risk Yang dimaksud dengan community risk adalah pengembangan dari occupational risk. Dalam community risk elemen yang dipagaruhi menjadi lebih banyak yaitu pada manusia atau lingkungan yang ada di sekitar lokasi timbulnya resiko. 3. Economic Risk Economic risk adalah resiko yang diperhitungkan dari segi keuangan suatu perusahaan. Economic risk timbul akibat kerugian akibat kerusakan aset produksi, menurunnya kuantitas dan kualitas produksi dan sebagainya. (Andrews,2002). Sesuatu hal atau kejadian dapat dikategorikan sebagai resiko apabila memenuhi ketiga faktor berikut : 1. Kemungkinan kejadian yang menyebabkan kerusakan atau kecelakaan akan terjadi 2. Memiliki waktu kejadian yang pasti bahwa akan terjadi kerusakan 3. Kecelakaan atau kerusakan yang akan terjadi mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap keberlangsungan proses Pengertian Kuantifikasi Resiko Kuantifikasi resiko dapat didefinisikan sebagai proses pengidentifikasian dan pengukuran sebagai pengembangan strategi terhadap analisa resiko. Dalam hal ini, strategi yang dapat diambil antara lain adalah memindahkan resiko kepada pihak lain, menghindari resiko, 23

19 mengurangi efek negatif resiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi resiko tertentu (STSC,2005). Awalnya analisa resiko hanya digunakan pada sektor keuangan. Tetapi pada perkembangan selanjutnya dan seiring dengan bertambah pesatnya kemajuan teknologi sehingga timbul otomatisasi industri serta meningkatnya tuntutan akan kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan dan manajemen pelaksananya sehingga manajemen resiko juga diterapkan pada sektor industri, khususnya pada industri manufaktur (Andrews,2002). Dalam bidang industri, khususnya dalam bidang engineering, kuantifikasi resiko difungsikan untuk mengukur atau memprediksi jumlah kerugian yang akan terjadi dan yang lebih penting adalah untuk mengukur dan memprediksi terhadap jumlah elemen-elemen dalam sistem tersebut yang dapat megakibatkan terjadinya kerugian (Modares,2006). Keuntungan dari diterapkannya kuantifikasi resiko adalah : 1. Mampu mengantisipasi resiko-resiko yang akan terjadi 2. Memberikan alternatif pada perusahaan untuk metode yang tepat untuk menghindari resiko 3. Mengurangi efek negatif dari resiko Pada dasarnya proses dalam kuantifikasi resiko terdapat 4 tahapan penting yang saling berkaitan dan dalam pelaksanaan harus dilaksanakan secara sistematis sesuai dengan urutannya. Tahapan-tahapan tersebut adalah : 1. Identifikasi resiko-resiko yang mungkin dapat terjadi (potential hazard) 2. Melakukan estimasi terhadap akibat-akibat yang ditimbulkan dari resiko-resiko tersebut 3. Melakukan estimasi peluang munculnya resiko pada lokasi dan dengan mode resiko yang sama. 4. Membandingkan hasil identifikasi dan estimasi dengan kriteriakriteria batasan resiko (acceptable risk criteria) yang telah ditentukan. (Andrews, 2002) 24

20 2.14 Identifikasi resiko Ini merupakan bagian pertama yang harus dilakukan dalam melakukan kuantifikasi terhadap resiko. Dalam proses identifikasi resiko lebih banyak digunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode-metode tertentu (Modares,2006). Metodemetode tersebut antara lain : 1. Checklist 2. Rapid ranking 3. Preliminary Hazard Analysis 4. Hazard and Operability Studies (HAZOP) Penentuan akan metode identifikasi resiko yang digunakan tergantung dari variasi dari faktor-faktor penyebab resiko dan asumsi-asumsi terhadap tingkat akibat resiko yang ditimbulkan (Andrews,2002). Fungsi No Kegagalan Fungsional Penyebab Kegagalan Efek/Indikasi kegagalan Mencampurkan Udara dari intake dengan Bahan Bakar (gas) sehingga terjadi pembakaran secara sempurna. Untuk mendapatkan 1 Temperatur tinggi a.fan Mati b.filter Dacron Kotor b. Intake manifold Error >Reciever tinggi >Out put Daya Turun > lampu Alarm menyala pembakaran sempurna harus ada 2 Tidak Dapat start a.gas air carburetor failed >Tidak dapat Idle mixcooler carburetor sehingga percamouran udara dan gas terjadi secara setimbang b.tekanan udara kurang c. tekanan gas kurang >Rpm rendah >tekanan gas kurang >Tekanan udara kompresor rendah >sensor error 3 Searching Turbo Charger a.turbo charger Failed b.turbo Charger kotor c. Udara yg masuk tidak setimbang > Daya engine turun drastic >engine Trip >Alarm fault > terdengar bunyi pekikan Gambar 2.8 Format Preliminary Hazard Analysis Estimasi akibat resiko Setelah dilakukan proses identifikasi resiko, dimana pada proses tersebut juga terdapat identifikasi penyebab munculnya resiko. Kemudian dilakukan pengembangan identifikasi lanjutan dengan berdasarkan pada penyebab resiko, karena bukan tidak mungkin akibat yang ditimbulkan penyebab yang telah teridentifikasi lebih banyak dari resiko yang telah diidentifikasi sebelumnya atau memiliki keterkaitan dengan resiko yang lain. 25

21 Pada tahapan ini metode yang dilakukan sama dengan dengan metode pada identifikasi resiko, yaitu metode kualitatif. Estimasi peluang resiko Pada tahapan proses yang dilakukan adalah mengestimasi peluang kemungkinan terjadinya kegagalan yang sama berdasarkan maintenance report yang ada. Pada tahap estimasi peluang resiko, metode yang digunakan sama dengan metode estimasi akibat resiko. Hanya saja deskripsi yang digambarkan ditambahkan dengan nilai penghitungan peluang kejadian yang didapatkan dari laju kerusakan selama beroperasi. Kedua langkah di atas, yaitu estimasi akibat dan peluang resiko dapat dilakukan dengan bantuan lembar FMECA. Tetapi sebelum dilakukan estimasi sbaiknya terkebih dahulu dilakukan pemahaman terhadap alur proses terhadap peralatan atau sistem yang akan dianalisa dengan menggunakan bantuan Flow Block Diagram (Modares,2006) Evaluasi resiko menggunakan perbandingan antara hasil estimasi dengan acceptable criteria Berdasarkan hasil identifikasi dan estimasi secara kuantitatif diketahui nilai masing-masing resiko yang ada. Nilai resiko tersebut merupakan perpaduan dari tingkat keparahan akibat kerusakan (severity), frekuensi kerusakan dan kemudahan mengenali resiko (detectability). Hal ini yang kemudian menjadi bahan evaluasi mengenai resiko, sejauh mana resiko yang dapat diterima atau ditoleransi (Andrews,2002). Hal yang kemudian harus dilakukan dalam penentuan apakah resiko tersebut diterima atau tidak, adalah dengan melakukan perankingan nilai resiko (Risk Priority Number). 26

22 Untuk mempermudah identifikasi, keempat proses di atas dilakukan dengan menggunkan tabel FMECA (Failure Mode, Effect & Criticality Analysis). Selain menggunakan RPN dalam priorisasi resiko, juga dapat menggunakan bantuan Criticality Matrix. Dalam matriks ini dilakukan plotting terhadap resiko berdasarkan severity dan frekuensi kerusakannya. High >1failure/year 4 Medium Low Very Low 0,1-1 failure/year 0,01-0,1 failure/year <0,01 failure/year Reduced No output Output No Effect Property Damage Keterangan : : Unacceptable : ALARP : Acceptable Gambar 2.9. Criticality matrixdiagram Berdasarkan hasil plotting di atas tersebut kemudian dapat diketahui apakan resiko yang ada termasuk diterima, ditolak atau dalam kondisi ALARP (as low as reasonbly praticable). Yang dimaksud dengan kondisi ALARP adalah suatu kondisi dimana resiko tersebut diterima tetapi menggunakan suatu persyaratan tertentu. Resiko dalam kondisi ALARP akan menjadi cukup riskan bahkan dapat menjadi resiko yang ditolak (unacceptable) apabila 27

23 resiko-resiko tersebut tidak segera dicari solusi pencegahannya (Andrews,2002) Failure Mode,Effect and Criticality Analysis (FMECA) Merupakan pengembangan dari FMEA (Failure Mode and Effects Analysis) dan CA (Criticality Analysis) yang bertujuan mengidentifikasi dan mengetahui lebih mendalam tentang kekurangan dari sutu sistem. Keuntungan dari FMECA adalah mengetahui kemungkinan kegagalan (potential failure) dari suatu proses yang nantinya akan menjadi dasar untuk menyatakan apakan sistem tersebut cukup beresiko atau tidak. Untuk mennyatakan beresiko atau tidak, dalam aplikasii FMECA ditentukan dengan nilai tingkat keparahan akibat kegagalan tersebut (severity) dan peluang munculnya kegagalan yang sama yang dikonversikan dari tabel severity dan frekuensi kerusakan (Andrews,2002). Tabel 2.1 Tabel severity FMECA Tabel 2.2 Tabel frekuensi kerusakan FMECA 28

24 Kaitannya FMECA dengan ke-empat prosedur di atas adalah fungsi FMECA sebagai alat representasi hasil akhir dari kuantifikasi resiko. Ini dilakukan dengan melakukan perankingan terhadap kegagalan (Risk Priority Number) yang penilaiannya selain berdasarkann terhadap severity dan frekuensi kerusakan juga berdasarkan pada kemudahan pendeteksian adanya kerusakan (detectability) yang nilainya juga didapatkan melalui konversi dari tabel detectability. Tabel 2.3 Tabel detectability FMECA Dari ketiga nilai yang berdasarkan konversi dari ketiga tabel di atas, maka akan didapatkan nilai-nilai prioritas resiko akan dengan rumus RPN = severity x frekuensi kerusakan x detectability o komponen Failure Mode Evident Savety Outage Category Remarks saverity Frek Detect RPN Rank Intake Fan tidak menyala N Y N D Filter dacron Kotor/rusak N Y N C Filter elemen Kotor/rusak N Y N C bersihkan Sensor fan rusak N N Y C Lampu indicator Rusak N Y N D Ducting fan Bocor/robek N Y N C perbaiki Turbo charger kotor Y N Y B perbaiki Carburator Kotor Y N Y B Gambar 2.10 Format FMECA dengan RPN Secara umum langkah-langkah dalam melakukan analisa menggunakan FMECA sama dengan analisa dengan FMEA yaitu 1. Identifikasikan sistem yang akan dianalisa perfomansi kehandalannya. 29

25 2. Gambarkan functional block diagrams untuk menggambarkan perbedaan antar masing-masing komponen atau sub-sistem dan hubungannya. 3. Berikan asumsi terhadap mode kegagalan dan kondisi komponen atau sub-sistem yang dianalisa. Asumsi ini berfungsi sebagai dasar dalam proses estimasi kehandalan. 4. Daftar dan identifikasikan masing-masing komponen atau sub-sistem beserta mode kegagalannya. 5. Lengkapi analisa terhadap konsekuensi dari setiap mode kegagalan komponen atau sub-sistem. 6. Masukkan nilai tingkat keparahan konsekuensi (severity ranking) dan frekuensi kegagalan sebagai dasar pendekatan untuk mengevaluasi setiap mode kegagalan dari perfomansi kehandalan suatu sistem. 7. Evaluasi kembali FMECA untuk mengidentifikasikan kehandalan dan kritis tidaknya suatu komponen atau subsistem. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan rekomendasi yang sesuai dalam meningkatkan kehandalan suatu komponen atau sub-sistem 30

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Kerusakan dan Pemeliharaan Suatu barang atau produk dikatakan rusak ketika produk tersebut tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik lagi (Stephens, 2004). Hal yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 28 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pemeliharaan (Maintenance) 2.1.1 Pengertian Pemeliharaan (Maintenance) Beberapa definisi pemeliharaan (maintenance) menurut para ahli: Menurut Patrick (2001, p407), maintenance

Lebih terperinci

Sumbu X (horizontal) memiliki range (rentang) dari minus takhingga. ( ) hingga positif takhingga (+ ). Kurva normal memiliki puncak pada X

Sumbu X (horizontal) memiliki range (rentang) dari minus takhingga. ( ) hingga positif takhingga (+ ). Kurva normal memiliki puncak pada X Sumbu X (horizontal) memiliki range (rentang) dari minus takhingga ( ) hingga positif takhingga (+ ). Kurva normal memiliki puncak pada X = 0. Perlu diketahui bahwa luas kurva normal adalah satu (sebagaimana

Lebih terperinci

3 BAB III LANDASAN TEORI

3 BAB III LANDASAN TEORI 3 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pemeliharaan (Maintenance) 3.1.1 Pengertian Pemeliharaan Pemeliharaan (maintenance) adalah suatu kombinasi dari setiap tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu barang dalam,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemeliharaan (Maintenance) Tujuan pemeliharaan adalah untuk mempertahankan kemampuan sistem dan mengendalikan biaya. Dengan adanya pemeliharaan diharapkan standar

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Manajemen 3.1.1 Definisi Manajemen Definisi manajemen sangat luas, sehingga pada faktanya tidak ada defenisi yang digunakan secara konsisten oleh semua orang. Adapun bebrapa

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Vol No ISSN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Vol No ISSN Jurnal Ilmiah Widya Teknik Vol. 13 --- No. 1 --- 2014 ISSN 1412-7350 PERANCANGAN PREVENTIVE MAINTENANCE PADA MESIN CORRUGATING dan MESIN FLEXO di PT. SURINDO TEGUH GEMILANG Sandy Dwiseputra Pandi, Hadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar terhadap produktivitas pada bidang manufaktur maupun jasa. Dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar terhadap produktivitas pada bidang manufaktur maupun jasa. Dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Manajemen operasi merupakan salah satu bidang yang berpengaruh sangat besar terhadap produktivitas pada bidang manufaktur maupun jasa. Dalam menjalankan operasionalnya,

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram Alir Sistematika Pemecahan Masalah

Gambar 3.1 Diagram Alir Sistematika Pemecahan Masalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan metode berpikir untuk menghasilkan tahapan-tahapan yang harus ditetapkan oleh peneliti dalam proses penelitian. Berikut adalah tahapan-tahapan

Lebih terperinci

Oleh: Gita Eka Rahmadani

Oleh: Gita Eka Rahmadani ANALISA KEANDALAN PADA DAPUR INDUKSI 10 TON MENGGUNAKAN METODE FAILURE MODE EFFECT & CRITICALITY ANALYSIS (FMECA) ( STUDI KASUS PT BARATA INDONESIA (PERSERO) Oleh: Gita Eka Rahmadani 6506.040.040 Latar

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Pada metodologi pemecahan masalah mempunyai peranan penting untuk dapat membantu menyelesaikan masalah dengan mudah, sehingga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi Pemecahan masalah adalah suatu proses berpikir yang mencakup tahapan-tahapan yang dimulai dari menentukan masalah, melakukan pengumpulan data melalui studi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Heizer dan Render (2011:36) Manajemen operasi adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Heizer dan Render (2011:36) Manajemen operasi adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Operasi Menurut Heizer dan Render (2011:36) Manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input

Lebih terperinci

Analisis Keandalan Pada Boiler PLTU dengan Menggunakan Metode Failure Mode Effect Analysis (FMEA)

Analisis Keandalan Pada Boiler PLTU dengan Menggunakan Metode Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Analisis Keandalan Pada Boiler PLTU dengan Menggunakan Metode Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Weta Hary Wahyunugraha 2209100037 Teknik Sistem Pengaturan Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

RELIABILITAS & FUNGSI HAZARD. 05/09/2012 MK. Analisis Reliabilitas Darmanto, S.Si.

RELIABILITAS & FUNGSI HAZARD. 05/09/2012 MK. Analisis Reliabilitas Darmanto, S.Si. RELIABILITAS & FUNGSI HAZARD 1 RELIABILITAS Peluang bahwa suatu produk atau jasa akan beroperasi dengan baik dalam jangka waktu tertentu (durabilitas) pada kondisi pengoperasian sesuai dengan desain (suhu,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian perawatan Jenis-Jenis Perawatan Metode Reliability Centered Maintenance (RCM)...

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian perawatan Jenis-Jenis Perawatan Metode Reliability Centered Maintenance (RCM)... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... ii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... iii HALAMAN PENGAKUAN... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v HALAMAN MOTTO... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

Studi Implementasi RCM untuk Peningkatan Produktivitas Dok Apung (Studi Kasus: PT.Dok dan Perkapalan Surabaya)

Studi Implementasi RCM untuk Peningkatan Produktivitas Dok Apung (Studi Kasus: PT.Dok dan Perkapalan Surabaya) Studi Implementasi RCM untuk Peningkatan Produktivitas Dok Apung (Studi Kasus: PT.Dok dan Perkapalan Surabaya) G136 Nurlaily Mufarikhah, Triwilaswandio Wuruk Pribadi, dan Soejitno Jurusan Teknik Perkapalan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Maintenance Maintenance didefinisikan sebagai suatu aktifitas yang dilakukan agar peralatan atau item dapat dijalankan sesuai dengan standart performansi semula. Atau juga

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Jl. Kalisahak 28 Yogyakarta (1)

Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Jl. Kalisahak 28 Yogyakarta (1) Petunjuk Sitasi: Asih, E. W., Yusuf, M., & Fauzan, F. M. (2017). Analisis Kerusakan dan Peningkatan Keandalan Mesin Carding Menggunakan Logic Tree Analysis (LTA) dan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: X Yogyakarta, 3 November 2012

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: X Yogyakarta, 3 November 2012 PENENTUAN RELIABILITAS SISTEM DAN PELUANG SUKSES MESIN PADA JENIS SISTEM PRODUKSI FLOW SHOP Imam Sodikin 1 1 Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Jl.

Lebih terperinci

ANALISA PERAWATAN BERBASIS RESIKO PADA SISTEM PELUMAS KM. LAMBELU

ANALISA PERAWATAN BERBASIS RESIKO PADA SISTEM PELUMAS KM. LAMBELU Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan (JRTK) Volume 14, Nomor 1, Januari - Juni 2016 ANALISA PERAWATAN BERBASIS RESIKO PADA SISTEM PELUMAS KM. LAMBELU Zulkifli A. Yusuf Dosen Program Studi Teknik Sistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diharapkan, membutuhkan informasi serta pemilihan metode yang tepat. Oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diharapkan, membutuhkan informasi serta pemilihan metode yang tepat. Oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendahuluan Pemecahan masalah untuk mencapai tujuan dan hasil penelitian yang diharapkan, membutuhkan informasi serta pemilihan metode yang tepat. Oleh karena itu, dalam Bab

Lebih terperinci

ISBN:

ISBN: Perenc:anaan Kegiatan Perawatan Pada Unit Produksi Butiran (pad at) Dengan Basic: RCM (Reliability Centered Maintenanc:e) Di PT Petrokimia Kayaku Gresik Hak Cipta pada Penulis, hak penerbitan ada pada

Lebih terperinci

Penentuan interval penggantian komponen secara preventif untuk meminimumkan total biaya penggantian akibat kerusakan mesin

Penentuan interval penggantian komponen secara preventif untuk meminimumkan total biaya penggantian akibat kerusakan mesin Penentuan interval penggantian komponen secara preventif untuk meminimumkan total biaya penggantian akibat kerusakan mesin (studi kasus : pt. Ge.lighting indonesia, yogyakarta) Ika Rahmawati I 336 BAB

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi penelitian perlu ditentukan agar di dalam mencari solusi untuk memecahkan masalah lebih terarah dan mempermudah proses

Lebih terperinci

Penjadwalan Predictive Maintenance dan Biaya Perawatan Mesin Pellet di PT Charoen Pokphand Indonesia - Sepanjang

Penjadwalan Predictive Maintenance dan Biaya Perawatan Mesin Pellet di PT Charoen Pokphand Indonesia - Sepanjang Soesetyo, et al. / Penjadwalan Predictive Maintenance dan Biaya Perawatan Mesin di PT Charoen Pokphand Indonesia - Sepanjang / Jurnal Titra, Vol. 2, No.2, Juni 24, pp. 47-54 Penjadwalan Predictive Maintenance

Lebih terperinci

RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE DALAM PERAWATAN F.O. SERVICE PUMP SISTEM BAHAN BAKAR KAPAL IKAN

RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE DALAM PERAWATAN F.O. SERVICE PUMP SISTEM BAHAN BAKAR KAPAL IKAN Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan (JRTK) Volume 14, Nomor 1, Januari - Juni 2016 RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE DALAM PERAWATAN F.O. SERVICE PUMP SISTEM BAHAN BAKAR KAPAL IKAN M. Rusydi Alwi Dosen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... DAFTAR ISI COVER... I HALAMAN JUDUL... II LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... III LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... IV SURAT PERNYATAAN... V HALAMAN PERSEMBAHAN... VI HALAMAN MOTTO... VII KATA PENGANTAR... VIII

Lebih terperinci

PENENTUAN INTERVAL WAKTU PEMELIHARAAN PENCEGAHAN BERDASARKAN ALOKASI DAN OPTIMASI KEHANDALAN PADA CONTINUES SOAP MAKING

PENENTUAN INTERVAL WAKTU PEMELIHARAAN PENCEGAHAN BERDASARKAN ALOKASI DAN OPTIMASI KEHANDALAN PADA CONTINUES SOAP MAKING PENENTUAN INTERVAL WAKTU PEMELIHARAAN PENCEGAHAN BERDASARKAN ALOKASI DAN OPTIMASI KEHANDALAN PADA CONTINUES SOAP MAKING (CSM) (Studi Kasus: PT X Indonesia) Aji Mudho A., Bobby Oedy P. Soepangkat Program

Lebih terperinci

ANALISIS RELIABILITAS PADA MESIN MEISA KHUSUSNYA KOMPONEN PISAU PAPER BAG UNTUK MEMPEROLEH JADUAL PERAWATAN PREVENTIF

ANALISIS RELIABILITAS PADA MESIN MEISA KHUSUSNYA KOMPONEN PISAU PAPER BAG UNTUK MEMPEROLEH JADUAL PERAWATAN PREVENTIF Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika (SESIOMADIKA) 2017 ISBN: 978-602-60550-1-9 Statistika, hal. 42-51 ANALISIS RELIABILITAS PADA MESIN MEISA KHUSUSNYA KOMPONEN PISAU PAPER BAG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia industri di Indonesia yang sangat cepat menyebabkan banyak industri yang tumbuh dan bersaing dalam mendapatkan konsumennya. Melihat gejala tersebut

Lebih terperinci

ANALISA KEANDALAN PADA PERALATAN UNIT PENGGILINGAN AKHIR SEMEN UNTUK MENENTUKAN JADWAL PERAWATAN MESIN (STUDI KASUS PT. SEMEN INDONESIA PERSERO TBK.

ANALISA KEANDALAN PADA PERALATAN UNIT PENGGILINGAN AKHIR SEMEN UNTUK MENENTUKAN JADWAL PERAWATAN MESIN (STUDI KASUS PT. SEMEN INDONESIA PERSERO TBK. ANALISA KEANDALAN PADA PERALATAN UNIT PENGGILINGAN AKHIR SEMEN UNTUK MENENTUKAN JADWAL PERAWATAN MESIN (STUDI KASUS PT. SEMEN INDONESIA PERSERO TBK.) I Gusti Ngr. Rai Usadha 1), Valeriana Lukitosari 2),

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Pemeliharaan Menggunakan Metode Reliability Centered Maintenance (RCM) Pada Pulverizer (Studi Kasus: PLTU Paiton Unit 3)

Perancangan Sistem Pemeliharaan Menggunakan Metode Reliability Centered Maintenance (RCM) Pada Pulverizer (Studi Kasus: PLTU Paiton Unit 3) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (215) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) F 155 Perancangan Sistem Pemeliharaan Menggunakan Metode Reliability Centered Maintenance (RCM) Pada Pulverizer (Studi Kasus: PLTU

Lebih terperinci

OPTIMASI PERAWATAN STONE CRUSHER MENGGUNAKAN RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM)

OPTIMASI PERAWATAN STONE CRUSHER MENGGUNAKAN RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM) 1 OPTIMASI PERAWATAN STONE CRUSHER MENGGUNAKAN RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM) Ya umar, Totok R. Biyanto Jurusan Teknik Fisika - Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SURAT KETERANGAN PERUSAHAAN LEMBAR PENGAKUAN PERSEMBAHAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SURAT KETERANGAN PERUSAHAAN LEMBAR PENGAKUAN PERSEMBAHAN DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SURAT KETERANGAN PERUSAHAAN LEMBAR PENGAKUAN PERSEMBAHAN MOTTO KATA PENGANTAR i ii in iv v vi vii viii DAFTAR ISI x DAFTAR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Reliability (Keandalan) Keandalan menurut L.C Kapoor dan L. R Lamberson didefinisikan sebagai probabilitas suatu item (sistem) untuk memiliki performansi sesuai dengan fungsi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI Didalam sebuah industri dan perdagangan terdapat beberapa faktor yang sangat penting untuk diperhatikan guna meningkatkan kinerja didalam sebuah industri yaitu: 1. Kelancaran dalam

Lebih terperinci

PENETAPAN JADWAL PERAWATAN MESIN SPEED MASTER CD DI PT. DHARMA ANUGERAH INDAH (DAI)

PENETAPAN JADWAL PERAWATAN MESIN SPEED MASTER CD DI PT. DHARMA ANUGERAH INDAH (DAI) Mulyono: PENETAPAN JADWAL PERAWATAN MESIN SPEED MASTER D DI PT. DHARMA... 9 PENETAPAN JADWAL PERAWATAN MESIN SPEED MASTER D DI PT. DHARMA ANUGERAH INDAH (DAI) Julius Mulyono ), Dini Endah Setyo Rahaju

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemeliharaan (Maintenance) Pemeliharaan (maintenance) dapat didefinisikan sebagai (Ariani, 2008): suatu kombinasi dari berbagai tindakan untuk menjaga, memperbaiki dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL TA. SURAT PENGAKUAN...ii. SURAT KETERANGAN PERUSAHAAN...iii HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN MOTTO HALAMAN PERSEMBAHAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL TA. SURAT PENGAKUAN...ii. SURAT KETERANGAN PERUSAHAAN...iii HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN MOTTO HALAMAN PERSEMBAHAN DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL TA i SURAT PENGAKUAN...ii SURAT KETERANGAN PERUSAHAAN...iii HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN MOTTO HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR PERSAMAAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 MANAJEMEN PERAWATAN Manajemen perawatan adalah salah satu elemen penting dalam suatu perusahaan terutama dalam perusahaan manufaktur. Sehingga sangat dibutuhkan perawatan dalam

Lebih terperinci

BAB IV METODE ANALISIS

BAB IV METODE ANALISIS BAB IV METODE ANALISIS IV.1 Pendahuluan Implementasi analisis RAM saat ini menjadi bagian penting dan tak terpisahkan dalam suatu industri modern, mulai dari proses desain, produksi maupun operasionalnya.

Lebih terperinci

Tinjauan RAM BAB III TINJAUAN RAM

Tinjauan RAM BAB III TINJAUAN RAM BAB III TINJAUAN RAM III.1 Tinjauan Umum Reliability, Availability, dan Maintainability (RAM) Reliability, Availability, dan Maintainability (RAM) merupakan tiga karakteristik dalam suatu sistem yang berhubungan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK INDUSTRI VOL. 5, NO. 2, DESEMBER 2003:

JURNAL TEKNIK INDUSTRI VOL. 5, NO. 2, DESEMBER 2003: JURNAL TEKNIK INDUSTRI VOL. 5, NO. 2, DESEMBER 2003: 120-128 PERUMUSAN STRATEGI PENGGUNAAN MODUL PCM 4 EXCHANGE UNIT BERDASARKAN MEREK DAGANG DENGAN PENDEKATAN RELIABILITY (Studi Kasus : PT. TELKOM Tbk.

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN: USULAN PENENTUAN KEBUTUHAN SPARE PARTS MESIN COMPRESSOR BERDASARKAN RELIABILITY PT.

Seminar Nasional IENACO ISSN: USULAN PENENTUAN KEBUTUHAN SPARE PARTS MESIN COMPRESSOR BERDASARKAN RELIABILITY PT. USULAN PENENTUAN KEBUTUHAN SPARE PARTS MESIN COMPRESSOR BERDASARKAN RELIABILITY PT.KDL Ratna Ekawati, ST., MT. 1, Evi Febianti, ST., M.Eng 2, Nuhman 3 Jurusan Teknik Industri,Fakultas Teknik Untirta Jl.Jend.Sudirman

Lebih terperinci

USULAN PROGRAM PERAWATAN YANG OPTIMAL DENGAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE

USULAN PROGRAM PERAWATAN YANG OPTIMAL DENGAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE USULAN PROGRAM PERAWATAN YANG OPTIMAL DENGAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE II (RCM II) PADA SISTEM P1 FILLING POINT II FILLING SHED I (STUDI KASUS TBBM SEMARANG GROUP PT. PERTAMINA (PERSERO)

Lebih terperinci

Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah

Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah 3.1. Flowchart Pemecahan Masalah Agar penelitian ini berjalan dengan sistematis, maka sebelumnya penulis membuat perencanaan tentang langkah-langkah pemecahan masalah

Lebih terperinci

FMEA SEBAGAI ALAT ANALISA RISIKO MODA KEGAGALAN PADA MAGNETIC FORCE WELDING MACHINE ME-27.1

FMEA SEBAGAI ALAT ANALISA RISIKO MODA KEGAGALAN PADA MAGNETIC FORCE WELDING MACHINE ME-27.1 ISSN 1979-2409 FMEA SEBAGAI ALAT ANALISA RISIKO MODA KEGAGALAN PADA MAGNETIC FORCE WELDING MACHINE ME-27.1 Iwan Setiawan Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir, Kawasan Puspiptek, Serpong ABSTRAK FMEA SEBAGAI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Pemeliharaan Adalah suatu kegiatan untuk memelihara dan menjaga fasilitas yang ada serta memperbaiki, melakukan penyesuaian atau penggantian yang diperlukan untuk mendapatkan

Lebih terperinci

Pengukuran dan Peningkatan Kehandalan Sistem

Pengukuran dan Peningkatan Kehandalan Sistem Pengukuran dan Peningkatan Kehandalan Sistem Pengukuran Kehandalan Learning Outcomes Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa akan mampu : Menguraikan proses perancangan kehandalan sistem 3 Kehandalan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat Waktu pada penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus, September dan Oktober 2016 yang bertempat di Pabrik Kelapa Sawit 3.2 Rancangan penelitian Adapun

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Pemeliharaan Untuk menjamin kontinuitas kegiatan operasional suatu sistem, keandalan setiap komponen peralatan sangat dijaga agar peralatan tersebut tidak mengalami kegagalan

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan data mengikuti metode Reliability Centered Maintenance (RCM) yang telah dilakukan maka, dapat disimpulkan : a. Penentuan komponen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah perancangan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: produksi pada departemen plastik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah perancangan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: produksi pada departemen plastik BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Langkah Perancangan Langkah perancangan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: a. Melakukan studi literatur sejumlah buku yang berkaitan dengan preventive maintenance.

Lebih terperinci

Dewi Widya Lestari

Dewi Widya Lestari Dewi Widya Lestari 2411 106 011 WHB merupakan komponen yang sangat vital bagi berlangsungnya operasional untuk memenuhi pasokan listrik pabrik I PT Petrokimia Gresik. Dari tahun 90-an hingga kini WHB beroperasi

Lebih terperinci

PERANCANGAN RCM UNTUK MENGURANGI DOWNTIME MESIN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR ALUMINIUM RCM TO REDUCE DOWNTIME MACHINE AT ALUMINIUM MANUFACTURING

PERANCANGAN RCM UNTUK MENGURANGI DOWNTIME MESIN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR ALUMINIUM RCM TO REDUCE DOWNTIME MACHINE AT ALUMINIUM MANUFACTURING PERANCANGAN RCM UNTUK MENGURANGI DOWNTIME MESIN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR ALUMINIUM RCM TO REDUCE DOWNTIME MACHINE AT ALUMINIUM MANUFACTURING Herry Christian Palit 1, *), Winny Sutanto 2) 1) Industrial

Lebih terperinci

Evaluasi Keandalan Sistem Distribusi Jaringan Spindel GI Nusa Dua PT. PLN (Persero) Distribusi Bali UJ Kuta. I Wayan Suardiawan

Evaluasi Keandalan Sistem Distribusi Jaringan Spindel GI Nusa Dua PT. PLN (Persero) Distribusi Bali UJ Kuta. I Wayan Suardiawan Evaluasi Keandalan Sistem Distribusi Jaringan Spindel GI Nusa Dua PT. PLN (Persero) Distribusi Bali UJ Kuta. I Wayan Suardiawan 2206 100 009 Dosen Pembimbing: Ir. Sjamsjul Anam, MT I Gusti Ngurah Satriyadi

Lebih terperinci

Analisis Keandalan Mechanical Press Shearing Machine di Perusahaan Manufaktur Industri Otomotif

Analisis Keandalan Mechanical Press Shearing Machine di Perusahaan Manufaktur Industri Otomotif Analisis Keandalan Mechanical Press Shearing Machine di Perusahaan Manufaktur Industri Otomotif Abdurrahman Yusuf 1, Anda Iviana Juniani 2 dan Dhika Aditya P. 3 1,2,3 Program Studi Teknik Desain dan Manufaktur,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 LANDASAN TEORI 2.1.1 Pengertian Perawatan Perawatan merupakan aktivitas untuk memastikan bahwa aset fisik dapat terus melakukan apa yang diinginkan si pengguna terhadap aset tersebut

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6

DAFTAR ISI BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii NASKAH SOAL TUGAS AKHIR... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v INTISARI... vi KATA PENGANTAR... vii UCAPAN TERIMA KASIH... viii DAFTAR

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 68 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Model Flowchart Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Berikut ini flowchart diagaram alir metodologi penelitian untuk menganalisa terjadinya breakdown dan cara meminimasinya

Lebih terperinci

MODUL VIII STUDI KASUS PERENCANAAN PEMELIHARAAN MESIN BALLMILL DENGAN BASIS RCM (RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE )

MODUL VIII STUDI KASUS PERENCANAAN PEMELIHARAAN MESIN BALLMILL DENGAN BASIS RCM (RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE ) 1 MODUL VIII STUDI KASUS PERENCANAAN PEMELIHARAAN MESIN BALLMILL DENGAN BASIS RCM (RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE ) ABSTRAKSI Aktifitas produksi sering mengalami hambatan dikarenakan tidak berfungsinya

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PERANGKAT LUNAK RELIABILITY-CENTERED MAINTENANCE (RCM) UNTUK GARDU INDUK

RANCANG BANGUN PERANGKAT LUNAK RELIABILITY-CENTERED MAINTENANCE (RCM) UNTUK GARDU INDUK RANCANG BANGUN PERANGKAT LUNAK RELIABILITY-CENTERED MAINTENANCE (RCM) UNTUK GARDU INDUK DOSEN PEMBIMBING Prof. Ir. Abdullah Alkaff M.Sc. P.hD. Nurlita Gamayanti ST., MT. SEMINAR dan SIDANG TUGAS AKHIR

Lebih terperinci

Abstrak : Kata kunci : Analisa kehandalan, analisa resiko, ketersediaan, pemeliharaan, mesin milling CNC VDL-500

Abstrak : Kata kunci : Analisa kehandalan, analisa resiko, ketersediaan, pemeliharaan, mesin milling CNC VDL-500 PERENCANAAN PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE PADA MESIN MILLING DENGAN METODE RELIABILITY Aridian Dwi Nugroho Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik - Universitas Indonesia, Depok 16424 Tel: (021)

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PIRANTI LUNAK

BAB III TINJAUAN PIRANTI LUNAK BAB III TINJAUAN PIRANTI LUNAK 3.1 PEMILAHAN PIRANTI LUNAK Bahasan dalam bab ini dimulai dengan proses pemilahan piranti lunak, kemudian dilanjutkan dengan deskripsi piranti lunak yang terpilih dari proses

Lebih terperinci

INTERVAL PENGGANTIAN PENCEGAHAN SUKU CADANG BAGIAN DIESEL PADA LOKOMOTIF KERETA API PARAHYANGAN * (STUDI KASUS DI PT. KERETA API INDONESIA)

INTERVAL PENGGANTIAN PENCEGAHAN SUKU CADANG BAGIAN DIESEL PADA LOKOMOTIF KERETA API PARAHYANGAN * (STUDI KASUS DI PT. KERETA API INDONESIA) Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.02 Vol.4 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional April 2016 INTERVAL PENGGANTIAN PENCEGAHAN SUKU CADANG BAGIAN DIESEL PADA LOKOMOTIF KERETA

Lebih terperinci

2 3

2 3 PERENCANAAN PENGADAAN SUKU CADANG BERDASARKAN CRITICALITY MENGGUNAKAN METODE POISSON PROCESS DAN MODIFIKASI MODEL ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) UNTUK PERMINTAAN DISKRIT 1 Issafitri Nur Rachmawati, 2 Sutrisno,

Lebih terperinci

I. AKTUARIA (A.1) MANAJEMEN RESIKO DALAM STRATEGI PERAWATAN ASET. Erni D. Sumaryatie Fakultas Sains, Institut Teknologi Telkom Bandung

I. AKTUARIA (A.1) MANAJEMEN RESIKO DALAM STRATEGI PERAWATAN ASET. Erni D. Sumaryatie Fakultas Sains, Institut Teknologi Telkom Bandung I. AKTUARIA (A.1) MANAJEMEN RESIKO DALAM STRATEGI PERAWATAN ASET Erni D. Sumaryatie Fakultas Sains, Institut Teknologi Telkom Bandung ds.erni@rocketmail.com ABSTRAK Biaya perawatan (maintenance cost) aset

Lebih terperinci

Usulan Kebijakan Preventive Maintenance dan Pengelolaan Spare Part Mesin Weaving dengan Metode RCM dan RCS

Usulan Kebijakan Preventive Maintenance dan Pengelolaan Spare Part Mesin Weaving dengan Metode RCM dan RCS Petunjuk Sitasi: Martasari, N. S., Alhilman, J., & Athari, N. (2017). Usulan Kebijakan Preventive Maintenance dan Pengelolaan Spare Part Mesin Weaving dengan Metode RCM dan RCS. Prosiding SNTI dan SATELIT

Lebih terperinci

OPTIMASI JADWAL PERAWATAN PENCEGAHAN PADA MESIN TENUN UNIT SATU DI PT KSM, YOGYAKARTA

OPTIMASI JADWAL PERAWATAN PENCEGAHAN PADA MESIN TENUN UNIT SATU DI PT KSM, YOGYAKARTA OPTIMASI JADWAL PERAWATAN PENCEGAHAN PADA MESIN TENUN UNIT SATU DI PT KSM, YOGYAKARTA Fransiskus Tatas Dwi Atmaji Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University franstatas@telkomuniversity.ac.id

Lebih terperinci

PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE MESIN B.FLUTE PADA PT AMW

PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE MESIN B.FLUTE PADA PT AMW PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE MESIN B.FLUTE PADA PT AMW Bahtiar S. Abbas 1 ; Edi Steven 2 ; Harry Christian 3 ; Tedy Sumanto 4 1,2,3,4 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Bina Nusantara,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Gambar 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian 11 12 Gambar 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian (Lanjutan) 3.2 Langkah-Langkah Pelaksanaan Penelitian Untuk

Lebih terperinci

PERANCANGAN PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE PADA PT. ARTHA PRIMA SUKSES MAKMUR

PERANCANGAN PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE PADA PT. ARTHA PRIMA SUKSES MAKMUR PERANCANGAN PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE PADA PT. ARTHA PRIMA SUKSES MAKMUR Yugowati Praharsi 1, Iphov Kumala Sriwana 2, Dewi Maya Sari 3 Abstract: PT. Artha Prima Sukses Makmur memiliki lima mesin

Lebih terperinci

PERBAIKAN PENURUNAN DAYA MAMPU DAN PEMELIHARAAN MESIN DIESEL KAPASITAS 1000 KW DI PLTD KOTO LOLO

PERBAIKAN PENURUNAN DAYA MAMPU DAN PEMELIHARAAN MESIN DIESEL KAPASITAS 1000 KW DI PLTD KOTO LOLO PERBAIKAN PENURUNAN DAYA MAMPU DAN PEMELIHARAAN MESIN DIESEL KAPASITAS 1000 KW DI PLTD KOTO LOLO Oleh : Sulaeman Dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Padang Email:

Lebih terperinci

USULAN INTERVAL PERAWATAN KOMPONEN KRITIS PADA MESIN PENCETAK BOTOL (MOULD GEAR) BERDASARKAN KRITERIA MINIMASI DOWNTIME

USULAN INTERVAL PERAWATAN KOMPONEN KRITIS PADA MESIN PENCETAK BOTOL (MOULD GEAR) BERDASARKAN KRITERIA MINIMASI DOWNTIME USULAN INTERVAL PERAWATAN KOMPONEN KRITIS PADA MESIN PENCETAK BOTOL (MOULD GEAR) BERDASARKAN KRITERIA MINIMASI DOWNTIME Much. Djunaidi dan Mila Faila Sufa Laboratorium Sistem Produksi, Jurusan Teknik Industri

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Pengertian dan Ruang Lingkup Perawatan Tindakan perawatan biasanya diklasifikasi sebagai kegiatan pendukung produksi yang sangat dibutuhkan guna mencegah atau mengurangi terjadinya

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PERANGKAT LUNAK RELIABILITY-CENTERED MAINTENANCE

RANCANG BANGUN PERANGKAT LUNAK RELIABILITY-CENTERED MAINTENANCE 1 RANCANG BANGUN PERANGKAT LUNAK RELIABILITY-CENTERED MAINTENANCE (RCM) UNTUK MENENTUKAN MAINTENANCE TASK PADA GARDU INDUK MENGGUNAKAN METODE RISK PRIORITY NUMBER (RPN) Deddy Ardiyasa, Nurlita Gamayanti,

Lebih terperinci

ANALISIS INTERVAL PERAWATAN KOMPONEN KRITIS MESIN TRIMMING UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA PERAWATAN

ANALISIS INTERVAL PERAWATAN KOMPONEN KRITIS MESIN TRIMMING UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA PERAWATAN Prosiding SENTIA 206 Politeknik Negeri Malang Volume 8 ISSN: 2085-2347 ANALISIS INTERVAL PERAWATAN KOMPONEN KRITIS MESIN TRIMMING UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA PERAWATAN Fina Andika Frida Astuti Mahasiswa S2

Lebih terperinci

Diagram 3.1 Flowchart Metodologi Pemecahan Masalah (Lanjutan)

Diagram 3.1 Flowchart Metodologi Pemecahan Masalah (Lanjutan) 60 A Perhitungan Interval Waktu Kerusakan (TTF) dan Downtime (TTR) Perhitungan Index of Fit Data TTF dan TTR Pemilihan Distribusi Data TTF dan TTR Uji Kesesuaian Distribusi Data Kerusakan Tidak Distribusi

Lebih terperinci

Pengantar Manajemen Pemeliharaan. P2M Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Pengantar Manajemen Pemeliharaan. P2M Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia Pengantar Manajemen Pemeliharaan P2M Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia Topik Bahasan Perkembangan manajemen pemeliharaan Sistem pemeliharaan Preventive maintenance (PM) Total

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Manajemen 3.1.1 Definisi Manajemen Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno menagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi

Lebih terperinci

DISTRIBUSI PROBABILITAS DAN TERMINOLOGI KEANDALAN

DISTRIBUSI PROBABILITAS DAN TERMINOLOGI KEANDALAN #7 DISTRIBUSI PROBABILITAS DAN TERMINOLOGI KEANDALAN 7.1. Pendahuluan Pada pembahasan terdahulu, keandalan hanya dievaluasi sebagai suatu sistem rekayasa (engineering) dengan tidak menggunakan distribusi

Lebih terperinci

PENENTUAN JADWAL PERAWATAN MESIN POMPA MELALUI ANALISIS KEANDALAN PADA PDAM GUNUNG LIPAN, SAMARINDA SEBERANG, KALIMANTAN TIMUR

PENENTUAN JADWAL PERAWATAN MESIN POMPA MELALUI ANALISIS KEANDALAN PADA PDAM GUNUNG LIPAN, SAMARINDA SEBERANG, KALIMANTAN TIMUR PENENTUAN JADWAL PERAWATAN MESIN POMPA MELALUI ANALISIS KEANDALAN PADA PDAM GUNUNG LIPAN, SAMARINDA SEBERANG, KALIMANTAN TIMUR Fathiruddin Ilwan, Fatkhul Hani Rumawan, Lina Dianati Fathimahhayati Program

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemeliharaan Semua barang yang dibuat oleh manusia memiliki umur pakai dan pada akhirnya akan mengalami kerusakan. Umur pakai barang dapat diperpanjang dengan melakukan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PLANT RELIABILITY DAN RISIKO DI PABRIK PHONSKA PT.PETROKIMIA GRESIK

PERHITUNGAN PLANT RELIABILITY DAN RISIKO DI PABRIK PHONSKA PT.PETROKIMIA GRESIK PERHITUNGAN PLANT RELIABILITY DAN RISIKO DI PABRIK PHONSKA PT.PETROKIMIA GRESIK IGP Raka Arthama, Patdono Soewignjo, Nurhadi Siswanto, Stefanus Eko Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi

Lebih terperinci

Usulan Kebijakan Preventive Maintenance Subsistem Kritis Engine T700 dengan Metode Reliability Centered Maintenance (RCM)

Usulan Kebijakan Preventive Maintenance Subsistem Kritis Engine T700 dengan Metode Reliability Centered Maintenance (RCM) Petunjuk Sitasi: Noviyanti, A. A., Atmaji, F. T., & Juliani, W. (2017). Usulan Kebijakan Preventive Maintenance Subsistem Kritis Engine T700 dengan Metode Reliability-Centered Maintenance (RCM). Prosiding

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB II KAJIAN LITERATUR BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai perawatan mesin juga dilakukan oleh Irawan Harnadi Bangun, Arif Rahman dan Zefry Darmawan pada tahun 2014 berjudul perencanaan pemeliharaan

Lebih terperinci

Universitas Bina Nusantara

Universitas Bina Nusantara Universitas Bina Nusantara Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 ANALISA PREVENTIVE MAINTENANCE UNTUK MENINGKATKAN RELIABILITY DAN AVAILABILITY PADA MESIN PRESS DI PT INTIRUB

Lebih terperinci

Penjadwalan Pemeliharaan Mesin Pengelasan Titik Bergerak Menggunakan Metode Realibility Centered Maintenance (RCM)

Penjadwalan Pemeliharaan Mesin Pengelasan Titik Bergerak Menggunakan Metode Realibility Centered Maintenance (RCM) Petunjuk Sitasi: Noor, A. M., Musafak, & Suhartini, N. (2017). Penjadwalan Pemeliharaan Mesin Pengelasan Titik Bergerak Menggunakan Metode Realibility Centered Maintenance (RCM). Prosiding SNTI dan SATELIT

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Model Perumusan masalah dan Pengambilan Keputusan Model perumusan masalah dan pengambilan keputusan yanag digunakan dalam skripsi ini dimulai dengan melakukan observasi

Lebih terperinci

PENENTUAN INTERVAL WAKTU PEMELIHARAAN PENCEGAHAN DAN JUMLAH TENAGA KERJA PADA PERALATAN SUB UNIT RKC 3 DI PT. X PABRIK TUBAN

PENENTUAN INTERVAL WAKTU PEMELIHARAAN PENCEGAHAN DAN JUMLAH TENAGA KERJA PADA PERALATAN SUB UNIT RKC 3 DI PT. X PABRIK TUBAN TESIS PM-147501 PENENTUAN INTERVAL WAKTU PEMELIHARAAN PENCEGAHAN DAN JUMLAH TENAGA KERJA PADA PERALATAN SUB UNIT RKC 3 DI PT. X PABRIK TUBAN FESA PUTRA KRISTIANTO 9114201424 DOSEN PEMBIMBING Ir. Bobby

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berperan penting dalam perusahaan selain manajemen sumber daya manusia,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berperan penting dalam perusahaan selain manajemen sumber daya manusia, BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Manajemen Operasi 2.1.1 Konsep Manajemen Operasi Manajemen operasi merupakan salah satu fungsi bisnis yang sangat berperan penting dalam perusahaan

Lebih terperinci

Rancang Bangun Perangkat Lunak Reliability- Centered Maintenance untuk Gardu Induk

Rancang Bangun Perangkat Lunak Reliability- Centered Maintenance untuk Gardu Induk JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Rancang Bangun Perangkat Lunak Reliability- Centered Maintenance untuk Gardu Induk Farid Rafli Putra, Nurlita Gamayanti, dan Abdullah Alkaff Jurusan Teknik

Lebih terperinci

4.1.7 Data Biaya Data Harga Jual Produk Pengolahan Data Penentuan Komponen Kritis Penjadualan Perawatan

4.1.7 Data Biaya Data Harga Jual Produk Pengolahan Data Penentuan Komponen Kritis Penjadualan Perawatan DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAKUAN... ii SURAT KETERANGAN DARI PERUSAHAAN... iii HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv HALAMAN PENGESAHAAN PENGUJI... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi HALAMAN MOTTO...

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pemeliharaan (Maintenance) Pemeliharaan adalah semua aktivitas yang dilakukan untuk mempertahankan kondisi sebuah item atau peralatan, atau mengembalikannya ke dalam

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM PERAWATAN KOMPONEN GENERATOR STARTER PADA MESIN PESAWAT DI PT XYZ

ANALISIS SISTEM PERAWATAN KOMPONEN GENERATOR STARTER PADA MESIN PESAWAT DI PT XYZ Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer ANALISIS SISTEM PERAWATAN KOMPONEN GENERATOR STARTER PADA MESIN PESAWAT DI PT XYZ (Analyzing The Maintenance System for Generator Starter Component on Aricraft Engines in

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Perkembangan teknologi yang semakin pesat memacu industri-industri terus berusaha meningkatkan kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkannya. Dalam bidang

Lebih terperinci

Pembimbing : Bpk. Ir Arie Indartono MT Bpk. Projek Priyongo SL ST MT

Pembimbing : Bpk. Ir Arie Indartono MT Bpk. Projek Priyongo SL ST MT BAB 1 BAB 2 PRESENTASI SIDANG TUGAS AKHIR ANALISA KEANDALAN PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN METODE FAILURE MODE EFFECT & ANALYSIS (FMEA) DALAM MERENCANAKAN STRATEGI PREVENTIVE MAINTENANCE (Studi

Lebih terperinci

SISTEM MANAJEMEN PERAWATAN UNIT MMU PUMP DAN OIL SHIPPING PUMP

SISTEM MANAJEMEN PERAWATAN UNIT MMU PUMP DAN OIL SHIPPING PUMP Yogyakarta 15 September 2012 SISTEM MANAJEMEN PERAWATAN UNIT MMU PUMP DAN OIL SHIPPING PUMP Eko Nursubiyantoro dan Triwiyanto Program studi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri UPN Veteran Yogyakarta

Lebih terperinci

ANALISIS INTERVAL PERAWATAN KOMPONEN KRITIS UNIT MESIN STITCHING UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA PERAWATAN DAN MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS

ANALISIS INTERVAL PERAWATAN KOMPONEN KRITIS UNIT MESIN STITCHING UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA PERAWATAN DAN MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS INFO TEKNIK Volume 17 No. 2 Desember 2016 (253-262) ANALISIS INTERVAL PERAWATAN KOMPONEN KRITIS UNIT MESIN STITCHING UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA PERAWATAN DAN MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS Fina Andika Frida

Lebih terperinci