BAB II LANDASAN TEORI
|
|
- Sonny Hermawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Pemeliharaan Adalah suatu kegiatan untuk memelihara dan menjaga fasilitas yang ada serta memperbaiki, melakukan penyesuaian atau penggantian yang diperlukan untuk mendapatkan suatu kondisi operasi produksi agar sesuai dengan perncanaan yang ada. 2.2 Tujuan Pemeliharaan (Maintenance) Tujuan utama dari fungsi pemeliharaan mesin yang utama dapat disefinisikan sebagai berikut (Assauri, 1993) : 1. Kemampuan produksi dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan rencana produksi. 2. Menjagakualitas pada tingkat yang tepat ntuk memenuhi apa yang dibutuhkan produk itu sendiri dan menjaga agar kegiatan produksi tidak mengalami gangguan. 3. Untuk meembantu mengurangi pemakaian dan penyimpangan diluar batas dan menjaga modal yang diinvestasikan dalam perusahaan selama jangka waktu yang ditentukan dengan kebijaksanaan perusahaan.
2 4. Untk mencapai tingkat biaya pemeliharaan serendah mungkin, dengan melaksanakan kegiatan maintenance secara efektif dan efisien untuk keseluruhannya. 5. Menghindari kegiatan maintenance yang dapat membahayakan keselamatan para pekerja. 6. Mengadakan kerjasama yang erat dengan fungsi-fungsi utama lainnya dari suatu perusahaan, dalam rangka untuk mencapai tujuan utama perusahaan yaitu tingkat keuntungan atau return investment yang mungkin dan total biaya serendah mungkin. 2.3 Jenis Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan dapat dibedakan atas dua macam, yaitu preventive maintenance dan corrective maintenance (Assauri, 1993) Pemeliharaan Pencegahan (Preventive Maintenance) Adalah kegiatan pemeliharaan yang dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan-kerusakan yang tidak terduga dan menemukan kondisi atau keadaan yaang dapat menyebabkan fasilitas produksi mengalami kerusakan pada waktu digunakan dalam proses produksi. Tujuan preventive maintenance adalah untuk meningkatkan performansi peralatan. Semua fasilitas yang mendapatkan preventive maintenance akan terjamin kelancaran kerjanya dan selalu diusahakan
3 dalam kondisi atau keadaan siap dipergunakan untuk setiap operasi atau proses produksi. Preventive maintenance ini sangat penting karena kegunaannya yang sangat efektif di dalam menghadapi fasilitas-fasilitas produksi yang termasuk dalam golongan critical unit. Sebuah fasilitas atau peralatan produksi akan termasuk dalam golongan critical unit apabila : 1. Kerusakan fasilitas atau peralatan tersebut akan membahayakan kesehatan atau keselamatan para pekerja. 2. Kerusakan fasilitas ini akan mempengaruhi kualitas dari produk yang dihasilkan. 3. Kerusakan tersebut akan menyebabkan kemacetan seluruh proses produksi. 4. Modal yang ditanamkan dalam proses tersebut atau harga dari fasilitas ini adalah cukup besar dan mahal. Dalam pelaksanaannya preventive maintenance yang dilakukan di sebuah perusahaan dibedakan menjadi dua yaitu: 1. Routine maintenance adalah kegiatan perawatan yang dilakukan secara rutin, misalnya setiap hari. Kegiatan-kegiatan yang termasuk routine maintenance ini antara lain pembersihan peralatan, pelumasan (lubrication) atau pengecekan oli, serta pengecekan isi bahan bakar.
4 2. Periodic maintenance adalah kegiatan perawatan yang dilakukan secara periodik atau dalam jangka waktu tertentu, misalnya setiap satu minggu sekali, lau meningkat setiap satu bulan sekali, dan akhirnya setiap satu tahun sekali. Contoh dari kegiatan periodic maintenance adalah pembongkaran carburator, penyetelan katubkatub pemasukan dan pembuangan cylinder mesin dan pembongkaran mesi tersebut untuk penggantian bearing serta service overhaul besar ataupun kecil Perawatan Perbaikan (Corrective Miantenance) Adalah kegiatan perawatan yang dilakukan setelah terjadinya kerusakan atau kelainan pada fasilitas atau peralatan sehingga tdak dapat berfungsi dengan baik. Jadi dalam hal ini, kegiatan maintenance sifatnya hanya menunngu sampai kerusakan terjadi lebih dahulu, baru kemudian diperbaiki, agar fasilitas atau peralatan tersebut dapat dipergunakan kembali dalam proses produksi, sehingga operasi dapat berjalan lancar kembali. Secara sepintas terlihat bahwa correvtive maintenance lebih murah biayanya daripada mengadakan preventive maintenance. Hal ini benar selama kerusakan belum terjadi pada peralatan sewaktu proses produksi berlangsung, maka selain akan menunda jalannya operasi juga akan mengalami kenaikan biaya-biaya perawatan akibat kerusakan tersebut. Apabila perusahaan hanya mengambil kebijakan untuk melakukan corrective maintenance saja, maka terdapat faktor keidakpastian
5 (uncertainly) dalam kelancaran produksinya akibat ketidakpastian akan kelancaran bekeejanya fasilitas atau peralatan produksi yang ada. Oleh karena itu, bila hanyamenggunakan kebijakan untuk melakukan corrective maintenance akan menimbulkan akibat-akibat yang dapat menghambat kegiatan produksi apabila terjadi suatu kerusakan yang tiba-tiba pada fasilitas produksi yang digunakan (Moubray, 1991). 2.4 Pengertian Reliability Centered Maintenance (RCM) Reliability dapat diartikan sebagai kemungkinan dari suatu sistem atau produk yang dapat beroperasi pada kondisi yang memuaskan selama tenggang waktu tertentu ketika digunakan dalam kondisi operasi yang telah ditentukan oleh lingkungan kerja (Moubray, 1991). Reliability ditentuka oleh 4 faktor yaitu probability (kemungkinan), satisfactory (kinerja yang diharapkan), time (waktu) dan operating condition (kondisi operasi). Proses RCM memerlukan kemampuan untuk menjawab tujuh pertanyaan mendasar tentang suatu aset atau sistem dalam peninjauan ulang. Berikut ini adalah pertanyaan mendasar tersebut : 1. Apakah fungsi dan seperti apa performa standar dari aset dari konteks operasi yang seharusnya? 2. Dengan jalan apa saja aset gagal/ rusak untuk memenuhi fungsinya? 3. Apa penyebab kegagalan fungsi?
6 4. Apa yang akan terjadi bila kerusakan tersebut tetap dibiarkan terjadi? 5. Dengan jalan apa setidaknya kegagalan terjadi? 6. Apa yang dapat dilakukan untuk memprediksi atau mencegah setiap kegagalan? 7. Apa yang harus dilakukan jika pekerjaan proaktif tidak dapat dilakukan? Pencapaian Reliability Centered Maintenance (RCM) Adapun pencapaian yang diharapkan dari RCM adalah : 1. Keamanan kerja dan keamanan lingkungan kerja yang lebih baik. 2. Meningkatkan performa operasi (output, product quality and customer service). 3. Efektifitas biaya perawatan yang lebih baik. 4. Umur yang lebih panjang dari komponen yang mahal. 5. Bank data yang komprehensif. 6. Motivasi yang lebih baik dari setiap individu. 7. Kerjasama team yang lebih baik Prinsip-prinsip RCM (Reliability Centered Maintenance) Berikut adalah prinsip-prinsip dalam RCM : 1. RCM berorientasi pada fungsi : bertujuan untuk memelihara sistem apapun fungsi peralatan. 2. RCM adalah sistem yang terpusat : RCM lebih terpusat pada pemeliharaan fungsi sistem daripada fungi komponen secara individual.
7 3. RCM berpusat pada kehandalan : perhatian RCM tidak hanya tertuju pada rata-rata tingkat kerusakan yang sederhana, tetapi juga mengetahui probabilitas kerusakan pada saat-saat tertentu. 4. RCM mengakui adanya keterbatasan disain : bertujuan untuk memelihara keahandalan dari disain peralatan. RCM mengenali bahwa umpan balik dari pemeliharaan dapat meningkatkan disain asli. 5. RCM didasari oleh keselamatan dan ekonomis : keselamatan harus menjadi prioritas, demikian juga biaya yang efektif. 6. RCM menggambarkan kegagalan sebagai suatu kondisi yang tidak memuaskan : kerusakan dapat menyebabkan hilangnya fungi aset apapun menurunkan kualitas produk. 7. RCM menggunakan pohon logika untuk menyaring ugas pemeliharaan : ini memberikan suatu pendekatan pemeliharaan yang konsisten pada semua jenis peralatan. 8. RCM harus diaplikasikan : metode RCM ini harus dapat menunjukan modus kegagalan dan mempertimbangkan karakteristik modus kegagalan. 9. RCM harus efektif : RCM harus dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kegagalan dan menghemat biaya. 10. RCM merupakan suatau sistem yang hidup : RCM mengumpulkan data yang telah diperoleh dan menggunakan data tersebut untuk mengembangkan disain dan pemeliharaan dimasa yang akan datang.
8 2.5 Kegagalan Fungsi (Functional Failure) Tujuan utama dari maintenance adalah untuk mendefinisikan fungi dan kemampuan yang diharapkan pada aset. Tetapi bagaimanakah maintenance dapat mencapai tujuan itu. Satu-satunya yang dapat menghentikan kemampuan performansi dari aset yang diinginkan oleh penggunanya adalah kegagalan. Ini memperlihatakan bahwa maintenance dapat mencapai tujuannya dengan mencari pendekatan yang cocok dalam memperbaiki kegagalan. Akan tetapi, sebelum kita dapat mengaplikasikannya dalam memperbaiki kegagalan tersebut, kita perlu mengidentifikasi kegagalan seperti apa yang dapat terjadi. Proses pada RCM membaginya menjadi dua tingkat : 1. Pertama-tama, identifikasi keadaan seperti apakah yang dapat menyebabakan kegagalan. 2. Kemudian tanyakan hal-hal seperti apakah yanag dapat menyebabkan aset tersebut gagal dalam menjalankan fungsinya. Pada RCM, kegagalan dikenal dengan kegagalan fungsional karena itu terjadi saat aset tidak mampu untuk memenuhi fungsinya dalam menunjukan kemampuan standarnya seperti yang diharapkan penggunanya. 2.6 Modus Kegagalan (Failure Mode)
9 Seperti telah dijelaskan pada paragraf diatas, kegagalan fungsional dapat diidentifikasi. Maka langkah selanjutnya adalah mencoba untuk mencari semua penyebab yang dapat menyebabkan kegagalan. Ini dikenal demean modus kegagalan. Dalammengidentifikasi penyebab kegagalan harus juga mempertimbangkan kegagalan yang disebabkan oleh kesalahan manusia (operator atau pihak maintenance sendiri) serta disain yang kurang tepat yang juga dapat menjadi penyebab kegagalan suatu alat. Selain itu juga penting untuk mengidentifikasi dengan detail penyebab kegagalan sehingga dapat menyakinkan kita dan tidak membuang waktu untuk mencari-cari gejala lainnya. Demean kata lain, ini sama pentingnya dengan menyakinkan kita bahwa kita tidak membuang buang waktu demean menganalisanya. 2.7 Dampak Kegagalan (Failure Effect) Langkah selanjutnya adalah dengan membuat daftar dampakdampak kegagalan, yang menjelaskan apa yang akan terjadi jika kegagalan terjadi. Penjelasan ini juga menyangkut semua informasi yang diperlukan untuk mendukung pengevaluasian konsekuensi dari kegagalan seperti : 1. Bukti-bukti apa (jika ada) yang menunjukan kegagalan yang terjadi. 2. Seperti apakah (jika ada) kegagalan dapat mengancam keselamatan atau lingkungan sekitar.
10 3. Bagaimana (jika ada) kegagalan dapat mempengaruhi produksi atau operasi. 4. Kerusakan fisik seperti apakah yang dapat disebabkan oleh kegagalan. 5. Tindakan apa yang harus diambil untuk memperbaiki kegagalan. 2.8 Konsekuensi Kegagalan (Failure Consequences) Kelebihan dari proses RCM adalah lebih mementingkan konsekuensi kegagalan daripada karakteristik teknik. Faktanya adalah satusatunyaalasan untuk melaksanakan preventive maintenance adalah bukan untuk mencegah kegagalan saja, tetapi juga menghindari atau sedikitnya mengurangi konsekuensi kegagalan yang akan terjadi. Konsekuensi kegagalan dikelompokan menjadi 4 kelompok (Moubray, 1991) : 1. Konsekuensi Kegagalan Tersembunyi (Hidden Failure) adalah kegagalan yang dalam keadaan normal akibatnya tidak dapat dirasakan sampai terjadi kegagalan yang lain. 2. Konsekuensi Keselamatan dan Lingkungan (Safety and Environment Consequences). Kegagalan fungi suatu item dikatakan memiliki safety consequence apabila sebuah kegagalan atau hilangnya fungsi tersebut dapat melukai atau mengancam keselamatan seseorang. Sedangkan, enviornment consequence terjadi apabila kegagalan fungsi suatu item dapat merusak lingkungan.
11 3. Konsekuensi Operasional (Operational Consequences). Suatu kegagalan dikatakan memiliki konsekuensi operasional jika kegagalan tersebut berpengaruh terhadap kemampuan operasionalnya seperti output, kualitas produk, pelayanan pelanggan. 4. Konsekuensi non-operasional (Non Operational Consequences) terjadi jika kegagalan fungi ini tidak mempengaruhi faktor keselamatan maupun kemampuan operasional. Demean demikian kegagalan ini hanya berdampak langsung pada biaya perbaikan komponen atau demean kata lain berdampak pada faktor ekeonomi. 2.9 Aksi Default (Default Action) Aksi ini menangani tingkat kegagalan, car ini dipilih saat biasanya jika tugas proaktif yang efektif tidak dapat diidentifikasi. Dalam RCM aksi ini dibagi menjadi tiga kategori yaitu : (Moubray, 1991) 1. Penemuan Kegagalan (Scheduled Failure Finding) 2. Perencanaan Kembali (Redesign) 3. Pemeliharaan Yang Tidak Terencana (No Scheduled Maintenance)
12 2.10 Failure Mode And Effect Analysis (FMEA) Failure mode merupakan segala macam kejadian yang dapat menyebabkan kegagalan fungsi dari suatu aset. Failure mode harus dijelaskan secara cukup detail untuk dapat menentukan cara perawatan yang sesuai Failure effect atau efek dari suatu kegagalan menjelaskan apa yang akan terjadi apabila suatu penyebab kegagalan terjadi. Penjelasan efek kegagalan haruslah mewakili pertanyaan-pertanyaan berikut : 1. Apa bukti (jika ada) bahwa suatu kegagalan telah terjadi? 2. Bagaimana itu berpengaruh terhadap keamanan atau lingkungan? 3. Bagaimana kegagalan tersebut berpengaruh terhadap produksi atau operasi? 4. Apakah kerusakan fisik yang disebabkan oleh kegagalan? 5. Apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki kegagalan? Prosedur pembuatan FMEA yaitu : 1. Identifikasikan komponen-komponen yang diteliti 2. Identifikasikan fungsi dari setiap komponen 3. Identifikasikan kegagalan fungsi dari setiap komponen 4. Identifikasikan modus kegagalan dari setiap komponen 5. Identifikasikan efek kegagalan dari setiap komponen
13 6. Tentukan bobot dari severity, occurance dan detectability pada setiap komponen 7. Kalkulasikan RPN (Risk Priority Number) yaitu hasil perkalian bobot dari severity, occurance dan detectability dan dikenal demean indeks kekritisan (criticality index) RPN = Severity x Occurance x Detectability Semakin tinggi nilai RPN maka semakin kritis sebuah komponen, dan hal itu membutuhkan penanganan yang serius. Berikut adalah penjelasan mengenai severity, occurance dan detectability beserta dengan rankingnya. Severity adalah tingkat keparahan dari akibat yang ditimbulkan terhadap kelangsungan setiap proses. Kriteria ini berkisar antara 1 sampai 10, semakin parah efek yang ditimbulkan maka semakin tinggi rankingnya. Tabel 2.1. Kriteria Evaluasi Severity Peringkat Kriteria Efek 10 9 Modus kegagalan potensial mempengaruhi keamanan peralatan operasional dan tidak sesuai dengan peraturan pemerintah. Kegagalan akan terjadi tanpa peringatan. Modus kegagalan potensial mempengaruhi keamanan peralatan operasional dan tidak sesuai dengan peraturan pemerintah. Kegagalan akan terjadi dengan peringatan. Hazardous without Warning Hazardous with warning 8 Peralatan atu item tidak dapat dioperasikan karena Very High
14 kehilangan fungi utamanya Peralatan atau item dapat diopersikan tetapi level performansinya berkurang. Pelanggan tidak puas Peralatan atau item dapat dioperasikan namun item convenience tidak dapat dioperasikan. Pelanggan tidak nyaman. Peralatan atau item dapat dioperasikan namun item convenience tidak dapat dioperasikan. Beberapa pelanggan tidak puas. Item tidak sesuai. Kecacatan diperhatikan oleh rata-rata pelanggan. Item tidak sesuai. Kecacatan diperhatikan oleh kebanyakan pelanggan. Item tidak sesuai. Kecacatan diperhatikan oleh pelanggan tertentu. High Moderate Low Very Low Minor Very Minor 1 Tidak ada efek yang terjadi. None Occurance adalah seberapa sering penyebab egagalan terjadi. Kriteria ini berkisar antara 1 sampai 10, semakin sering kegagalan itu terjadi maka semakin tinggi rankingny Tabel 2.2. Kriteria Evaluasi Occurance. Peringkat Laju Kegagalan Probabilitas Kegagalan 10 > 1 dari daari dari dari 20 Very High : kegagalan hampir tak dapat dielakkan High : Kegagalan yang berulang
15 5 1 dari dari dari dari 80 Moderate : Kegagalan yang occasional (kadangkadang) Low : Kegagalan relatif sedikit 2 1 dari Remote : kegagalan yang sangat kecil 1 1 dari kemungkinannya terjadi Detectabilty adalah seberapa jauh kegagalan dapat dideteksi. Kriteria ini berkisar antara 1 sampai 10, semakin sulit mendeteksi kegagalan maka semakin tinggi rankingnya. Tabel 2.3. Kriteria Evaluasi Detectability Peringkat Kriteria Deteksi 10 9 Kontrol desain tidak dapat mendeteksi penyebab potensial atau mekanisme dan modus kegagalan. Tidak ada kontrol desain Sangat sedikit peluang untuk mendeteksi penyebab potensial atau mekanisme dan modus kegagalannya Absolute Uncertainty Very Remote
16 Sedikit peluang untuk mendeteksi penyebab potensial atau mekanisme dan modus kegagalannya Peluang untuk mendeteksi penyebab potensial atau mekanisme dan modus kegagalannya sangat rendah Peluang untuk mendeteksi penyebab potensial atau mekanisme dan modus kegagalannya rendah Peluang untuk mendeteksi penyebab potensial atau mekanisme dan modus kegagalannya ada pada tingkat menengah Peluang untuk mendeteksi penyebab potensial atau mekanisme dan modus kegagalannya ada diatas tingkat menengah Peluang untuk mendeteksi penyebab potensial atau mekanisme dan modus kegagalannya tinggi Peluang untuk mendeteksi penyebab potensial atau mekanisme dan modus kegagalannya sangat tinggi Kontrol desain hampir pasti dapat mendeteksi penyebab potensial atau mekanisme dan modus kegagalannya Remote Very Low Low Moderately High Moderately High High Very High Almost certain 2.11 RCM Information Worksheet RCM Information Worksheet yang dapat didefinisikan sebagai lembar kerja yang menginformasikan mengenai kegagalan yang terjadi pada suatu komponen yang mencakup functional, functional failure, functional mode and failure effect. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut: No Component Function Functional Root Cause Failure Analysis (RFCA) Failure Effect Analysis
17 Failure Failure Mode (Cause of Failure) Mechanish Reason Root Cause (what happens when it fails) Tabel 2.4. RCM Information Worksheet 2.12 RCM Decision Diagram dan RCM Decision Worksheet RCM Decision Worksheet digunakan untuk mencatat semua jawaban yang berasal dari pertanyaan pada RCM Decision Diagram, Berikut ini adalah beberapa pertanyaan dimana jawaban-jawaban tersebut harus dicatat: 1. Perawatan rutin apa (jika ada) yang harus dilakukan, seberapa sering dan siapakah yang akan melakukannya? 2. Kegagalan yang mana yang benar-benar serius membutuhkan desain ulang? 3. Pada bagian mana akan dilakukan pengoperasian hingga terjadi kegagalan fungsi?
18 Gambar 2.1 : RCM Decision Diagram (Moubray, 1991)
19 RCM Decision Worksheet terdiri dari beberapa kolom. Kolom dengan tulisan F, FF, FM digunakan untuk mengidentifikasi dan membahas modus kerusakan. Sedangkan kolom-kolom berikutnya mengacu pada pertanyaan RCM Decision Diagram. Kolom deangan tulisan H, S, E, O digunakan untuk mencatat jawaban atas pertanyaan yang menyangkut konsekuensi dari tiap modus kegagalan. Tiga kolom berikutnya (H1, H2, H3) mencatat metode proaktif yang dipilih. Kolom H4, H5 atau S4 digunakan untuk menjawab pertanyaan default jika itu diperlukan. Tiga kolom terakhir yaitu proposed task dan can be done by digunakan untuk mencatat tugas yang terpilih (jika ada), frekuensi pelaksanaan nya dan siapa orang yang melaksanakannya. Kolom prosposed task juga digunakan untuk mencatat kasus dimana perencanaan ulang perlu dilakukan atau keputusan bahwa modus kegagalan tidak memerlukan jadwal pemeliharaan yang terjadwalakan. Penjelasan mengenai tugas tersebut harus dicatat dalam kolom ini. Idealnya tugas harus diuraikan demean cepat pada RCM Decision Worksheet. Sedangkan kolom can be done by ini digunakan untuk mendaftarkan siapa orang yang tepat untuk melaksanakan tugas tersebut. Jawaban untuk pertanyaan ini dapat siapa saja. Tugas ini dapat dilakukan oleh
20 pihak maintenance, operator, petugas asuransi, pihak kualiti, teknis spesialis, vendor atau teknisi laboratorium. Tabel 2.5. RCM Decision Worksheet Component Information Reference Consequence Evaluation H1 H2 H3 S1 S2 S3 O1 O2 O3 Default Task Proposed Task Can Be Done By F FF FM H S E O N1 N2 N3 H4 H5 S4
Lampiran L-1. Perhitungan untuk revisi jenis cacat trimming : Pengolahan peta u revisi 1 untuk jenis cacat trimming bulan Maret
Lampiran L-1 Perhitungan untuk revisi jenis cacat trimming : no Pengolahan peta u revisi 1 untuk jenis cacat trimming bulan Maret Tanggal produk (n) Jumlah cacat (c) 0 cacat per unit (u) 1 1 1 0,001 0,00
Lebih terperinciIdentifikasi Bahaya dan Penentuan Kegiatan Perawatan Pada Tower Crane 50T Menggunakan Metode RCM II (Studi Kasus Perusahaan Manufaktur Kapal)
Identifikasi Bahaya dan Penentuan Kegiatan Perawatan Pada Tower Crane 50T Menggunakan Metode RCM II (Studi Kasus Perusahaan Manufaktur Kapal) Anggita Hardiastuty1 *, Galih Anindita 2, Mades D. Khairansyah
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN...
DAFTAR ISI COVER... I HALAMAN JUDUL... II LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... III LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... IV SURAT PERNYATAAN... V HALAMAN PERSEMBAHAN... VI HALAMAN MOTTO... VII KATA PENGANTAR... VIII
Lebih terperinciPERENCANAAN PERAWATAN MESIN OKUMA HJ 28 DENGAN MENGGUNAKAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE PADA BAGIAN SERVICE ENGINEER
PERENCANAAN PERAWATAN MESIN OKUMA HJ 28 DENGAN MENGGUNAKAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE PADA BAGIAN SERVICE ENGINEER Nurato, Muhammad Kholil, Joko S. Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana
Lebih terperinciFMEA SEBAGAI ALAT ANALISA RISIKO MODA KEGAGALAN PADA MAGNETIC FORCE WELDING MACHINE ME-27.1
ISSN 1979-2409 FMEA SEBAGAI ALAT ANALISA RISIKO MODA KEGAGALAN PADA MAGNETIC FORCE WELDING MACHINE ME-27.1 Iwan Setiawan Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir, Kawasan Puspiptek, Serpong ABSTRAK FMEA SEBAGAI
Lebih terperinciPERENCANAAN KEGIATAN PERAWATAN PADA TOWER CRANE MILIK PT. TATAMULIA NUSANTARA INDAH MENGGUNAKAN RCM II (RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE)
PERENCANAAN KEGIATAN PERAWATAN PADA TOWER CRANE MILIK PT. TATAMULIA NUSANTARA INDAH MENGGUNAKAN RCM II (RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE) Oleh: Mirza Imesya Nialda 6506.040.004 ABSTRAK Perusahaan ini sering
Lebih terperinciMODUL VIII STUDI KASUS PERENCANAAN PEMELIHARAAN MESIN BALLMILL DENGAN BASIS RCM (RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE )
1 MODUL VIII STUDI KASUS PERENCANAAN PEMELIHARAAN MESIN BALLMILL DENGAN BASIS RCM (RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE ) ABSTRAKSI Aktifitas produksi sering mengalami hambatan dikarenakan tidak berfungsinya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Maintenance Maintenance didefinisikan sebagai suatu aktifitas yang dilakukan agar peralatan atau item dapat dijalankan sesuai dengan standart performansi semula. Atau juga
Lebih terperinciUsulan Kebijakan Preventive Maintenance dan Pengelolaan Spare Part Mesin Weaving dengan Metode RCM dan RCS
Petunjuk Sitasi: Martasari, N. S., Alhilman, J., & Athari, N. (2017). Usulan Kebijakan Preventive Maintenance dan Pengelolaan Spare Part Mesin Weaving dengan Metode RCM dan RCS. Prosiding SNTI dan SATELIT
Lebih terperinciPerancangan Kebijakan Perawatan Mesin Printer 3D CLab A01
Petunjuk Sitasi: Herianto, & Irlanda, E. A. (2017). Perancangan Kebijakan Perawatan Mesin Printer 3D CLab A01. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. C56-61). Malang: Jurusan Teknik Industri Universitas
Lebih terperinciGambar 3.1 Diagram Alir Sistematika Pemecahan Masalah
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan metode berpikir untuk menghasilkan tahapan-tahapan yang harus ditetapkan oleh peneliti dalam proses penelitian. Berikut adalah tahapan-tahapan
Lebih terperinciData Persentase Cacat Slide Bracket bulan Maret-April 2008 No Jenis cacat % Cacat
LAMPIRAN 1. Tabel Data Persentase Cacat Bulan Maret-April 2008 2. Tabel Penentuan Severity 3. Tabel Penentuan Occurance 4. Tabel Penentuan Detectability 5. Tabel Konversi Kapabilitas Sigma 6. Tabel Maksimum
Lebih terperinciI. AKTUARIA (A.1) MANAJEMEN RESIKO DALAM STRATEGI PERAWATAN ASET. Erni D. Sumaryatie Fakultas Sains, Institut Teknologi Telkom Bandung
I. AKTUARIA (A.1) MANAJEMEN RESIKO DALAM STRATEGI PERAWATAN ASET Erni D. Sumaryatie Fakultas Sains, Institut Teknologi Telkom Bandung ds.erni@rocketmail.com ABSTRAK Biaya perawatan (maintenance cost) aset
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Heizer dan Render (2011:36) Manajemen operasi adalah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Operasi Menurut Heizer dan Render (2011:36) Manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terkait Dari topik yang akan penulis ambil untuk penelitian ini, penulis mencari beberapa penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan untuk dijadikan referensi. Diharapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia industri di Indonesia yang sangat cepat menyebabkan banyak industri yang tumbuh dan bersaing dalam mendapatkan konsumennya. Melihat gejala tersebut
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI ILMIAH
NASKAH PUBLIKASI ILMIAH PERENCANAAN SISTEM PERAWATAN MESIN ROTARY LOBE PUMP MELALUI RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM) (Studi Kasus PT. Lombok Gandaria) Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Lebih terperinciRANCANG BANGUN PERANGKAT LUNAK RELIABILITY-CENTERED MAINTENANCE (RCM) UNTUK GARDU INDUK
RANCANG BANGUN PERANGKAT LUNAK RELIABILITY-CENTERED MAINTENANCE (RCM) UNTUK GARDU INDUK DOSEN PEMBIMBING Prof. Ir. Abdullah Alkaff M.Sc. P.hD. Nurlita Gamayanti ST., MT. SEMINAR dan SIDANG TUGAS AKHIR
Lebih terperinciBAB 3 Metode Penelitian Persiapan Penelitian Berikut ini tahapan-tahapan yang dilakukan dalam persiapan penelitian ini: 1. Studi Lapangan.
BAB 3 Metode Penelitian 1. 3.1 Persiapan Penelitian Berikut ini tahapan-tahapan yang dilakukan dalam persiapan penelitian ini: 1. Studi Lapangan. Kegiatan melakukan pengamatan secara langsung di lapangan
Lebih terperinciBAB III. FAILURE MODE and EFFECT ANALYSIS
FMEA Pada Sepeda Motor Honda Absolute Revo Produksi Tahun 2009 39 BAB III FAILURE MODE and EFFECT ANALYSIS 3.1 Pengertian FMEA Adalah sebuah proses analisa untuk mengetahui penyebab terjadinya kegagalan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi penelitian perlu ditentukan agar di dalam mencari solusi untuk memecahkan masalah lebih terarah dan mempermudah proses
Lebih terperinciDesy Ambar Yunanta ( )
Penilaian Risiko dan Perencanaan Kegiatan Perawatan Induction Furnace dengan Pendekatan RCM II (Reliability Centered Maintenance) Studi Kasus di PT Barata Indonesia (Persero) Gresik Desy Ambar Yunanta
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berperan penting dalam perusahaan selain manajemen sumber daya manusia,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Manajemen Operasi 2.1.1 Konsep Manajemen Operasi Manajemen operasi merupakan salah satu fungsi bisnis yang sangat berperan penting dalam perusahaan
Lebih terperinciRancang Bangun Perangkat Lunak Reliability- Centered Maintenance untuk Gardu Induk
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Rancang Bangun Perangkat Lunak Reliability- Centered Maintenance untuk Gardu Induk Farid Rafli Putra, Nurlita Gamayanti, dan Abdullah Alkaff Jurusan Teknik
Lebih terperinciBAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH
BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi percetakan koran Lampung Post pada PT. Masa Kini Mandiri yaitu dengan menggunakan metode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam suatu perusahaan atau industri pasti menggunakan suatu peralatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam suatu perusahaan atau industri pasti menggunakan suatu peralatan untuk mencapai suatu tujuan. Peralatan tersebut dapat berupa mesin yang bekerja sendiri
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah penelitian yang dilakukan. 3.1 Flow Chart
32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah penelitian yang dilakukan. 3.1 Flow Chart Mulai Survey Perusahaan Identifikasi Maslah Rumuskan Masalah Menetapkan Tujuan Pengumpulan
Lebih terperinciPENERAPAN RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE II (RCM II) DALAM PERENCANAAN KEGIATAN PADA MESIN BOILER DI PT PG CANDI BARU SIDOARJO SKRIPSI.
PENERAPAN RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE II (RCM II) DALAM PERENCANAAN KEGIATAN PADA MESIN BOILER DI PT PG CANDI BARU SIDOARJO SKRIPSI Oleh : NURAHADIN ZAKI ROMADHON NPM. 0632010165 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
Lebih terperinciAnalisis Keandalan Pada Boiler PLTU dengan Menggunakan Metode Failure Mode Effect Analysis (FMEA)
Analisis Keandalan Pada Boiler PLTU dengan Menggunakan Metode Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Weta Hary Wahyunugraha 2209100037 Teknik Sistem Pengaturan Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Manajemen 3.1.1 Definisi Manajemen Definisi manajemen sangat luas, sehingga pada faktanya tidak ada defenisi yang digunakan secara konsisten oleh semua orang. Adapun bebrapa
Lebih terperinciBab 3 Metodologi Pemecahan Masalah
Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah 3.1. Flowchart Pemecahan Masalah Agar penelitian ini berjalan dengan sistematis, maka sebelumnya penulis membuat perencanaan tentang langkah-langkah pemecahan masalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dijabarkan tentang tinjauan pustaka yang digunakan sebagai acuan dalam menyelesaikan permasalahan yang ada. II.1 Sejarah FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) Didalam
Lebih terperinciMANAJEMEN PERAWATAN DENGAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE II (RCM II) PADA MESIN DEKOMPOSER DI PETROGANIK PT. PETROKIMIA GRESIK SKRIPSI
MANAJEMEN PERAWATAN DENGAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE II (RCM II) PADA MESIN DEKOMPOSER DI PETROGANIK PT. PETROKIMIA GRESIK SKRIPSI Oleh : PRIMA PANGLIPUR J NPM. 0532010014 JURUSAN TEKNIK
Lebih terperinciISBN:
Perenc:anaan Kegiatan Perawatan Pada Unit Produksi Butiran (pad at) Dengan Basic: RCM (Reliability Centered Maintenanc:e) Di PT Petrokimia Kayaku Gresik Hak Cipta pada Penulis, hak penerbitan ada pada
Lebih terperinciPERENCANAAN PEMELIHARAAN MESIN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE
PERENCANAAN PEMELIHARAAN MESIN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM) II PADA MESIN BLOWING OM (Studi Kasus: PT Industri Sandang Nusantara Unit Patal Lawang) PRODUCTION
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi penelitian perlu ditentukan terlebih dahulu, agar di dalam mencari solusi untuk memecahkan masalah lebih terarah dan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah proses produksi di PT. XY, sedangkan objek penelitian ini adalah perbaikan dan meminimalisir masalah pada proses produksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produktifitas merupakan salah satu tolak ukur sebuah perusahaan manufaktur dan jasa dalam menilai apakah kinerja perusahaan dapat dikatakan baik. Bagaimana perusahaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Peranan Pemeliharaan Pemeliharaan merupakan suatu fungsi dalam suatu perusahaan pabrik yang sama pentingnya dengan fungsi-fungsi lain seperti produksi. Hal ini
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Stephens (2004:3), yang. yang diharapkan dari kegiatan perawatan, yaitu :
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Definisi maintenance Maintenance (perawatan) menurut Wati (2009) adalah semua tindakan teknik dan administratif yang dilakukan untuk menjaga agar kondisi mesin/peralatan tetap
Lebih terperinciPerancangan Aktivitas Pemeliharaan Dengan Reliability Centered Maintenance II (Studi Kasus : Unit 4 PLTU PT. PJB Gresik)
JURNAL TEKNIK, (2014) 1-6 1 Perancangan Aktivitas Pemeliharaan Dengan Reliability Centered Maintenance II (Studi Kasus : Unit 4 PLTU PT. PJB Gresik) Ahmad Nizar Pratama, Yudha Prasetyawan Teknik Industri,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mesin dalam dunia industri memiliki definisi sebagai salah satu faktor produksi yang menentukan kelancaran suatu proses produksi. Kelancaran proses produksi menuntut
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN PUSTAKA
8 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Perkembangan teknologi yang semakin pesat memacu industri-industri terus berusaha meningkatkan kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkannya. Dalam bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. operasi pada suatu perusahaan adalah kesiapan mesin mesin produksi dalam. diperlukan adanya suatu sistem perawatan yang baik.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketidakstabilan perekonomian dan semakin tajamnya persaingan di dunia industri mengharuskan suatu perusahaan untuk lebih meningkatkan kelancaran kegiatan
Lebih terperinciPERENCANAAN PERAWATAN DENGAN METODE REABILITY MAINTENANCE(RCM II) PADA MESIN ANDI PTP 3013 DI PT. PANGGUNG ELECTRIC CITRABUANA SKRIPSI
PERENCANAAN PERAWATAN DENGAN METODE REABILITY MAINTENANCE(RCM II) PADA MESIN ANDI PTP 3013 DI PT. PANGGUNG ELECTRIC CITRABUANA SKRIPSI Disusun Oleh : AGUS PRIHANTONO NPM : 0632010188 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar terhadap produktivitas pada bidang manufaktur maupun jasa. Dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Manajemen operasi merupakan salah satu bidang yang berpengaruh sangat besar terhadap produktivitas pada bidang manufaktur maupun jasa. Dalam menjalankan operasionalnya,
Lebih terperinciBAB V ANALISA DAN INTREPETASI
73 BAB V ANALISA DAN INTREPETASI 5.1 Analisa Proses Produksi Semen Proses produksi dari semen ini dibagi menjadi 6 proses bagian yang besar. Keenam proses ini adalah sebagai berikut : 7. Proses Penambangan
Lebih terperinciBAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan data mengikuti metode Reliability Centered Maintenance (RCM) yang telah dilakukan maka, dapat disimpulkan : a. Penentuan komponen
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 MANAJEMEN PERAWATAN Manajemen perawatan adalah salah satu elemen penting dalam suatu perusahaan terutama dalam perusahaan manufaktur. Sehingga sangat dibutuhkan perawatan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Pembagian 17 mesin di PT. Dwi Indah Divisi Plastik (Sumber : Divisi Plastik PT. Dwi Indah)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Dwi Indah merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi plastik dan berbagai olahan kertas. Beberapa jenis produk olahan yang dihasilkan PT. Dwi Indah adalah
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. Recycle. 1.1 Latar Belakang
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang PT. Dwi Indah adalah sebuah perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang produksi plastik dan berbagai olahan kertas. Perusahaan ini terletak di Gunung Putri, Jawa
Lebih terperinciRANCANG BANGUN PERANGKAT LUNAK RELIABILITY-CENTERED MAINTENANCE
1 RANCANG BANGUN PERANGKAT LUNAK RELIABILITY-CENTERED MAINTENANCE (RCM) UNTUK MENENTUKAN MAINTENANCE TASK PADA GARDU INDUK MENGGUNAKAN METODE RISK PRIORITY NUMBER (RPN) Deddy Ardiyasa, Nurlita Gamayanti,
Lebih terperinciUsulan Kebijakan Preventive Maintenance Subsistem Kritis Engine T700 dengan Metode Reliability Centered Maintenance (RCM)
Petunjuk Sitasi: Noviyanti, A. A., Atmaji, F. T., & Juliani, W. (2017). Usulan Kebijakan Preventive Maintenance Subsistem Kritis Engine T700 dengan Metode Reliability-Centered Maintenance (RCM). Prosiding
Lebih terperinciPERANCANGAN USULAN PERAWATAN MESIN TEH HITAM ORTHODOKS MENGGUNAKAN METODE RELIABLE CENTRED MAINTENANCE
PERANCANGAN USULAN PERAWATAN MESIN TEH HITAM ORTHODOKS MENGGUNAKAN METODE RELIABLE CENTRED MAINTENANCE DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA VIII PABRIK RANCABALI 1 Muharam Ginanjar Jatnika, 2 Haris Rachmat., 3 Amelia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bergerak dalam dunia industri khususnya sebagai supplier bahan baku
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian PT. Cisangkan yang terletak di Bandung merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak dalam dunia industri khususnya sebagai supplier bahan baku bangunan.
Lebih terperinciKETERANGAN SELESAI PENELITIAN...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i PERNYATAAN KEASLIAN... ii LEMBAR KETERANGAN SELESAI PENELITIAN... iii LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... iv LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi HALAMAN MOTTO...
Lebih terperinciLAMPIRAN 1. Akibat Kriteria Severity Ranking Hazardous Without Warning
LAMPIRAN 1 Definisi FMEA untuk rating Severity Akibat Kriteria Severity Ranking Hazardous Without Warning Hazardous With Warning Tingkat yang sangat tinggi ketika mode kegagalan potensial mempengaruhi
Lebih terperinciBAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH
BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk
Lebih terperinciPERANCANGAN RCM UNTUK MENGURANGI DOWNTIME MESIN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR ALUMINIUM RCM TO REDUCE DOWNTIME MACHINE AT ALUMINIUM MANUFACTURING
PERANCANGAN RCM UNTUK MENGURANGI DOWNTIME MESIN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR ALUMINIUM RCM TO REDUCE DOWNTIME MACHINE AT ALUMINIUM MANUFACTURING Herry Christian Palit 1, *), Winny Sutanto 2) 1) Industrial
Lebih terperinciPenjadwalan Pemeliharaan Mesin Pengelasan Titik Bergerak Menggunakan Metode Realibility Centered Maintenance (RCM)
Petunjuk Sitasi: Noor, A. M., Musafak, & Suhartini, N. (2017). Penjadwalan Pemeliharaan Mesin Pengelasan Titik Bergerak Menggunakan Metode Realibility Centered Maintenance (RCM). Prosiding SNTI dan SATELIT
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN PENDAHULUAN LANDASAN TEORI PENGUMPULAN, PENGOLAHAN ANALISA DATA PEMETAAN PROSES ALIRAN IMPOR CKD
BAB 3 METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan model House of Risk (HOR) yang merupakan integrasi dari metode Failure Modes and Effects Analysis (FMEA). Diagram alir penelitian ini dapat ditunjukkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. usaha masyarakat banyak mengalami kesulitan, tidak sedikit diantaranya kegiatan usaha yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi ekonomi yang masih mengalami krisis berkepanjangan ini membuat kegiatan usaha masyarakat banyak mengalami kesulitan, tidak sedikit diantaranya kegiatan
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH
55 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Penelitian Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 56 3.2 Langkah-langkah Penelitian Dalam melakukan penelitian, terdapat beberapa kegiatan untuk dapat
Lebih terperinciAnalisa Kegagalan dan Usulan Kebijakan Perawatan Mesin Carding dengan Metode Reliability Centered Maintenance II
Petunjuk Sitasi: Nurwidiana, Syakhroni, A., & Charis, N. M. (2017). Analisa Kegagalan dan Usulan Kebijakan Perawatan Mesin Carding dengan Metode Reliability Centered Maintenance II. Prosiding SNTI dan
Lebih terperinciPENENTUAN INTERVAL PERAWATAN MESIN PERCETAKAN DENGAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE II DI PT. RIYADI WIROTO SANTOSO SURABAYA S K R I P S I
PENENTUAN INTERVAL PERAWATAN MESIN PERCETAKAN DENGAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE II DI PT. RIYADI WIROTO SANTOSO SURABAYA S K R I P S I oleh : MADE PURI AYUVIANTARI 0732010089 JURUSAN TEKNIK
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN PRODUK Produk merupakan sesuatu yang dapat dirasakan manfaatnya oleh konsumen untuk memenuhi kebutuhannya. Perusahaan dituntut untuk menciptakan suatu produk yang sesuai
Lebih terperinciBAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA
37 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer bertujuan untuk membuktikan adanya
Lebih terperinciPenjadwalan Maintenance Menggunakan Metode Reliability Centered Maintenance II (RCM II) pada Mesin Pendingin Sabroe Di PT. SMART Tbk.
Penjadwalan Maintenance Menggunakan Metode Reliability Centered Maintenance II (RCM II) pada Mesin Pendingin Sabroe Di PT. SMART Tbk. Atrisita Diastari 1, Priyo Agus Setiawan 2, Aulia Nadia Rachmat 3 1
Lebih terperinciUSULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK MENGGUNAKAN METODE FAULT TREE ANALYSIS (FTA) DAN FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DI PABRIK ROTI BARITON 1
Anugrah, dkk USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK MENGGUNAKAN METODE FAULT TREE ANALYSIS (FTA) DAN FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DI PABRIK ROTI BARITON 1 Ninda Restu Anugrah, Lisye Fitria, Arie Desrianty
Lebih terperinciPENERAPAN RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM) DALAM MERENCANAKAN KEGIATAN PEMELIHARAAN MESIN PRODUKSI PADA PABRIK X
PENERAPAN RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM) DALAM MERENCANAKAN KEGIATAN PEMELIHARAAN MESIN PRODUKSI PADA PABRIK X Ida Bagus Suardika Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melakukan produksi secara terus menerus. Mesin-mesin merupakan komponen
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan manusia yang semakin meningkat memaksa perusahaan melakukan produksi secara terus menerus. Mesin-mesin merupakan komponen utama dalam bidang manufaktur
Lebih terperinciBAB 3. Perawatan Berbasis Keandalan (Reliability Centered Maintenance)
BAB 3 Perawatan Berbasis Keandalan (Reliability Centered Maintenance) 3.1 Definsi RCM Reliability Centred Maintenance (RCM) adalah suatu proses yang digunakan untuk menentukan kebutuhan-kebutuhan perawatan
Lebih terperinci3. BAB III LANDASAN TEORI
3. BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Perawatan (Maintenance) 3.1.1 Definisi Perawatan (Maintenance) Definisi Perawatan menurut Jay Heizer dan Barry Render (2001), adalah segala kegiatan yang di dalamnya adalah
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAKUAN... ii SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi HALAMAN
Lebih terperinciBab 2 Tinjauan Pustaka
Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Pengertian dan Ruang Lingkup Perawatan Tindakan perawatan biasanya diklasifikasi sebagai kegiatan pendukung produksi yang sangat dibutuhkan guna mencegah atau mengurangi terjadinya
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
26 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN MULAI STUDI PENDAHULUAN STUDI PUSTAKA IDENTIFIKASI MASALAH PENGUMPULAN DATA Data Primer Data Sekunder PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA Diagram Paretto Diagram Fishbone FMEA Merancang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel I.1 Jumlah produksi listrik Perum Jasa Tirta II. Pembangkitan KWH
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kegiatan perawatan memiliki peranan yang penting dalam mendukung berjalannya suatu sistem agar berjalan dengan baik. Dengan diterapkannya kegiatan perawatan yang tepat
Lebih terperinciBAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA
BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA 4.1. Menentukan Nilai Severity, Occurrence, Detection dan RPN 4.1.1 Oli dan Filter Hidrolik Kotor Kerusakan pada oli dan filter hidrolik dapat menyebabkan kenaikan temperature
Lebih terperinciBAB V ANALISA HASIL. terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut :
BAB V ANALISA HASIL 5.1 Jenis Cacat Dari pengolahan data yang telah dilakukan, maka diambil 3 jenis cacat terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut : a. Bocor (35,8%) Jenis cacat bocor
Lebih terperinciALIRAN PROSES COAL HANDLING SYSTEM
15 ALIRAN PROSES COAL HANDLING SYSTEM Dock Mobile Hopper Dust Suppression Stacker water spray Transfer House Dust Suppression Stacker water spray Crusher Dust Suppression Stacker Reclaimer Dust Collector
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. Pengertian Pemeliharaan Menurut Agus Ahyari (99) pemeliharaan merupakan suatu kegiatan mutlak yang diperlukan dalam perusahaan yang saling berkaitan dengan proses produksi, sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini persaingan dalam dunia perindustrian semakin ketat. Semua perusahaan bidang apapun berusaha memberikan yang terbaik bagi konsumennya. Banyak faktor yang
Lebih terperinciANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009
ANALISIS DATA 4.1 FASE ANALISA Fase ini merupakan fase mencari dan menentukan akar sebab dari suatu masalah. Kemudian, dilakukan brainstroming dengan pihak perusahaan untuk mengidentifikasi akar permasalahan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. pengertian yang satu hampir sama dengan definisi atau pengertian yang lain. Pengertian
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kualitas Ada banyak sekali definisi dan pengertian kualitas, yang sebenarnya definisi atau pengertian yang satu hampir sama dengan definisi atau pengertian yang lain.
Lebih terperinciObjek dalam penelitian ini adalah mesin pendukung sistem boiler yang berbahan bakar batu bara di PT Indo Pusaka Berau.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah mesin pendukung sistem boiler yang berbahan bakar batu bara di PT Indo Pusaka Berau. 3.2 Jenis Penelitian Dalam penelitian
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahapan-tahapan di dalam melakukan penelitian yang bertujuan untuk menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan dalam penelitian. Tahapan-tahapan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemeliharaan Semua barang yang dibuat oleh manusia memiliki umur pakai dan pada akhirnya akan mengalami kerusakan. Umur pakai barang dapat diperpanjang dengan melakukan
Lebih terperinciANALISIS PERAWATAN MODUL RPC 2000 PADA (RADAR SSR) DENGAN MENGGUNAKAN LPPNPI AIRNAV INDONESIA DISTRIK YOGYAKARTA
Seminar SENATIK Nasional Vol. II, 26 Teknologi November Informasi 2016, ISSN: dan 2528-1666 Kedirgantaraan (SENATIK) Vol. II, 26 November 2016, ISSN: 2528-1666 MaS- 189 ANALISIS PERAWATAN MODUL RPC 2000
Lebih terperinciRELIABILITY CENTERED MAINTENANCE DALAM PERAWATAN F.O. SERVICE PUMP SISTEM BAHAN BAKAR KAPAL IKAN
Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan (JRTK) Volume 14, Nomor 1, Januari - Juni 2016 RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE DALAM PERAWATAN F.O. SERVICE PUMP SISTEM BAHAN BAKAR KAPAL IKAN M. Rusydi Alwi Dosen
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Kualitas 1.1.1 Pengertian Kualitas Kualitas menurut Gaspersz (2001) memiliki dua definisi yaitu definisi konvensional dan definisi strategik. Kualitas yang menggambarkan karakteristik
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: analisa moda dan efek kegagalan, pakan ternak, pengendalian kualitas, mix up
1 ANALISA MODA DAN EFEK KEGAGALAN UNTUK MENGURANGI RISIKO TERJADINYA CACAT MIX UP PADA PAKAN TERNAK (Studi Kasus di PT. CHAROEN POKPHAND INDONESIA - semarang) Noor Charif Rachman; Dyah Ika Rinawati; Rani
Lebih terperinciANALISA PERENCANAAN KEBIJAKAN PERAWATAN UNTUK MENGURANGI DOWNTIME DENGAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE II (Studi Kasus di PT X)
NLIS PERENCNN KEBIJKN PERWTN UNTUK MENGURNGI DOWNTIME DENGN METODE RELIBILITY CENTERED MINTENNCE II (Studi Kasus di PT X) Fadli fdi Effendi 1) dan Suparno 2) Manajemen Industri, Magister Manajemen Teknologi
Lebih terperinciBAB II BAHAN RUJUKAN
BAB II BAHAN RUJUKAN Pengertian Manajemen Produksi Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang menggunakan berbagai jenis barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan tentu saja barangbarang dan
Lebih terperinciPREVENTIVE MAINTENANCE
PREVENTIVE MAINTENANCE ABSTRAK Gangguan yang terjadi selama proses produksi atau aktivitas rutin lain akibat dari terjadinya kerusakan pada mesin atau fasilitas kerja lainnya, harus dicegah sedini mungkin.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Disaster Management Disaster Management adalah sekumpulan kebijakan dan keputusan-keputusan administratif dan aktivitas-aktivitas operasional yang berhubungan dengan berbagai
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Perawatan (Maintenance) Perawatan di suatu industri merupakan salah satu faktor yang penting dalam mendukung suatu proses produksi yang mempunyai daya saing di pasaran.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meminimisasi terhambatnya proses produksi jika terjadi kerusakan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan PT Pancakarsa Bangun Reksa (PBR) merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak dibidang jasa konsultan, desain dan konstruksi, mekanikal, sipil, dan elektrikal
Lebih terperinciUPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK MELALUI ANALISIS JENIS CACAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FMEA PADA PT XYZ
UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK MELALUI ANALISIS JENIS CACAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FMEA PADA PT XYZ ABSTRACT - Farid Juliyanto 1, Evi Yuliawati Teknik Industri, e-mail 1 : farid.juliyanto@gmail.com
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
28 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pemeliharaan (Maintenance) 2.1.1 Pengertian Pemeliharaan (Maintenance) Beberapa definisi pemeliharaan (maintenance) menurut para ahli: Menurut Patrick (2001, p407), maintenance
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi
8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kualitas Kualitas merupakan ukuran yang tidak dapat didefinisikan secara umum, karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi perspektif yang
Lebih terperinci