HASIL DAN PEMBAHASAN
|
|
- Deddy Sudjarwadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum perlakuan penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji pendahuluan dengan konsentrasi 20%, 25%, dan 30% terhadap 2 tikus sawah pada masingmasing konsentrasi. Didapatkan hasil konsumsi umpan pada 20% sebesar g/ 100 g bobot tubuh, 25% sebesar g/ 100 g bobot tubuh, 30% sebesar g/ 100 g bobot tubuh tikus. Pada perlakuan 20% tidak menimbulkan kematian tikus namun memperlihatkan pengurangan bobot tikus sebesar g. Kemudian untuk perlakuan 25% menimbulkan kematian tikus dan mengakibatkan bobot menurun g sedangkan pada konsentrasi 30% menimbulkan kematian dan penurunan bobot sebesar gr. Hal ini memperlihatkan ketertarikan tikus mengonsumsi blok yang telah dibuat pada berbagai konsentrasi dan dampak setelah mengonsumsi blok yaitu kematian. Rodentisida Gadung Bentuk Blok terhadap Tikus Rumah Konsumsi tikus rumah terhadap umpan blok dan beras setelah perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa tingkat konsumsi tikus rumah terhadap umpan cukup tinggi, karena umpan perlakuan tersebut mengandung berbagai bahan penyedap dan bahan tambahan seperti beras, karamel, tepung ikan, telur, minyak goreng, gula pasir, dan vetsin yang dapat menambah ketertarikan tikus untuk mengonsumsinya. Bahan tambahan diberikan untuk menutup rasa tidak enak dari bahan racun (Priyambodo 2003). Tabel 2 Konsumsi tikus rumah terhadap umpan blok dan beras setelah perlakuan Umpan Blok (g/100 g bobot tubuh) Beras Setelah (g/100 g bobot tubuh) Kematian (%) kontrol 8.838±0.401 a 8.074±0.235 a 0 G ±0.360 bc 6.033±0.527 b 30 G ±0.462 b 8.062±0.239 a 0 G ±0.185 c 6.460±0.312 ab 0 G ±0.400 c 7.724±0.243 a 0 Keterangan : angka dalam kolom yang sama dengan diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dalam uji Duncan pada taraf 5%
2 16 Pada pengujian ini konsumsi tertinggi umpan yaitu pada perlakuan kontrol (8.838 g/100 g bobot tubuh). Hasil ini berbeda nyata dengan perlakuan umpan G1, G2, G3, dan G4. Konsumsi tertinggi umpan pada perlakuan kontrol disebabkan pada umpan selain kontrol terdapat bahan gadung 10%, 20%, 25%, dan 30% yang dapat mengurangi ketertarikan konsumsi tikus rumah. Pada kontrol hanya terdiri dari bahan-bahan beras, karamel, parafin, dan bahan tambahan yang dapat meningkatkan ketertarikan tikus untuk mengonsumsi. Umpan selain kontrol yang cukup banyak dikonsumsi oleh tikus rumah yaitu pada perlakuan umpan G1 dan G2. umpan G2 dan G3 berbeda nyata, hal ini disebabkan perlakuan G2 mengandung beras lebih banyak yang mengakibatkan tikus lebih tertarik untuk mengonsumsinya dibandingkan dengan perlakuan G3. Konsumsi tikus rumah terhadap perlakuan G1 dan G2 tidak berbeda nyata, demikian juga perlakuan G3 dan G4 tidak berbeda nyata. G1 merupakan umpan yang dapat dikatakan tinggi untuk dikonsumsi oleh tikus rumah pada perlakuan rodentisida dengan tambahan bahan gadung yang berperan sebagai racun. Hal ini dikarenakan perlakuan G1 mengandung karamel yang berbahan dasar gula merah dengan konsentrasi terbesar yaitu sebesar 25% dibandingkan dengan perlakuan lainnya. G1 terdapat parafin 25%, konsentrasi tersebut lebih kecil dibandingkan dengan konsentrasi pada perlakuan lainnya. Hal ini menyebabkan gadung yang terdapat dalam blok dapat berperan dengan baik sebagai bahan racun. Umbi gadung merupakan tumbuhan yang efektif untuk mengendalikan hama tikus (Sudarmo 2005). Pada Tabel 2 dapat dilihat konsumsi beras setelah tikus rumah diberi perlakuan dengan beberapa konsentrasi. Pada perlakuan G1 berbeda nyata dengan perlakuan G2, G4, dan kontrol, namun perlakuan G1 tidak berbeda nyata dengan G3. Keefektifan dalam kematian tikus rumah yaitu pada G1 yang dapat mematikan tikus sebesar 30% dalam 10 ulangan. Hal ini disebabkan oleh komposisi konsentrasi blok yang cukup baik dengan mengakibatkan umpan dikonsumsi dalam jumlah yang tinggi sebesar g/100 g bobot tubuh. Pada perlakuan G2, G3, G4 tidak menimbulkan kematian. Hal ini disebabkan oleh konsentrasi blok yang berbeda-beda dan daya tahan tikus yang beragam. Tikus
3 17 rumah memiliki daya tahan yang cukup baik, karena hewan mamalia ini dapat menetralisir racun dalam tubuhnya. Pada Tabel 3 memperlihatkan bobot tubuh tikus rumah menunjukkan kenaikan yang terlihat jelas pada perlakuan kontrol sebesar g. Hal ini disebabkan pada perlakuan kontrol tidak terkandung konsentrasi racun yang mengakibatkan umpan tidak memiliki efek apapun. Namun, pada perlakuan G2 dan G4 yang telah terkandung racun memperlihatkan kenaikan yang tidak terlalu besar yaitu sebesar g dan g. Hal ini disebabkan oleh konsumsi beras setelah perlakuan blok yang cukup tinggi (8.062 g dan g). G2 dan G4 memperlihatkan bahwa rodentisida botanis yang diaplikasikan memiliki efek yang tidak terlalu besar bagi bobot tubuh. Pada perlakuan G1 dan G3 menimbulkan penurunan bobot tubuh tikus rumah. Tabel 3 Bobot awal dan akhir tubuh tikus rumah terhadap perlakuan Rerata bobot tubuh tikus rumah (g) Bobot awal Bobot akhir Kontrol G G G G Rodentisida Gadung Bentuk Blok terhadap Tikus Sawah Pada perlakuan terhadap tikus sawah memperlihatkan konsumsi tertinggi umpan pada perlakuan G1 sebesar g/100 g bobot tikus sawah (Tabel 4), hal ini tidak berbeda nyata dibandingkan dengan konsumsi umpan pada perlakuan lainnya. Hasil ini membuktikan bahwa umpan yang telah dibuat cukup efektif dalam menarik tikus sawah untuk dikonsumsi selain itu disebabkan oleh komposisi umpan perlakuan gadung dalam blok tidak mempengaruhi konsumsi tikus sawah. Umpan perlakuan ini mengandung berbagai bahan penyedap dan bahan tambahan seperti beras, karamel, tepung ikan, telur, minyak goreng, gula pasir, dan vetsin yang dapat menambah ketertarikan tikus untuk mengonsumsinya.
4 18 Tabel 4 Konsumsi tikus sawah terhadap umpan blok dan beras setelah perlakuan Umpan Blok (g/100 g berat badan) Beras Setelah (g/100 g berat badan) Kematian (%) Kontrol 4.710±2.351 a 6.230±1.997 a 0 G ±2.061 a 4.496±2.695 a 40 G ±1.509 a 4.521±1.928 a 30 G ±1.568 a 3.435±3.141 a 70 G ±1.088 a 4.302±3.275 a 40 Keterangan : angka dalam kolom yang sama dengan diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dalam uji Duncan pada taraf 5% Konsumsi beras dalam perlakuan terhadap tikus sawah tidak berbeda nyata untuk seluruh perlakuan. Hal ini disebabkan oleh banyaknya tikus yang mati ketika perlakuan umpan blok gadung, kemudian pada perlakuan tersebut menimbulkan efek yang sama terhadap konsumsi beras. Data kematian tikus sawah terlihat begitu beragam, pada perlakuan G1 melihatkan kematian 40%, perlakuan G2 dan G4 memperlihatkan kematian mencapai 30%, kemudian untuk perlakuan G3 kematian mencapai 70% (Tabel 4). Pada perlakuan G3 terhadap tikus sawah mencapai nilai efektif untuk kematian tikus. Pada perlakuan G4 menimbulkan kematian lebih sedikit dibandingkan dengan perlakuan G3 yang mengandung racun lebih sedikit. Hal ini disebabkan oleh konsentrasi blok rodentisida botanis yang beragam, kemudian daya tahan tikus yang berbeda-beda, karena enzim yang terdapat di dalam tubuh tikus bekerja dengan sendiri. Selain itu, gadung yang digunakan dalam bentuk ekstrak kasar memungkinkan untuk dinetralisir oleh tikus uji. Ada perbedaan yang nyata antara berbagai tingkat konsentrasi ekstrak umbi gadung dengan jumlah kematian rata-rata (Narendra 2005). Pada perlakuan terhadap tikus sawah memperlihatkan penurunan bobot tubuh tikus (Tabel 5), kecuali pada perlakuan kontrol yang tidak mengandung konsentrasi racun yang mengakibatkan bobot tubuh tikus sawah tidak terpengaruh.
5 19 Tabel 5 Bobot awal dan akhir tubuh tikus sawah terhadap perlakuan Rerata bobot tubuh tikus sawah (g) Bobot awal Bobot akhir Kontrol G G G G Metode Pilihan (choice test) umpan pilihan dilakukan dengan memberikan umpan blok dan umpan beras yang dicampur dengan gadung yang tidak berbentuk blok (BG) (Tabel 6). Umpan blok yang digunakan yaitu umpan perlakuan G3 dengan konsentrasi gadung 25%. Blok gadung G3 dipilih sebagai umpan pada choice test ini dikarenakan blok gadung tersebut cukup efektif dalam ketertarikan untuk dikonsumsi serta dalam mematikan tikus sawah. Tabel 6 Konsumsi umpan pada metode pilihan Konsumsi (g/100 g berat Ulangan badan) Rerata bobot tubuh tikus sawah (g) Blok G3 BG Bobot awal Bobot akhir Bobot rerata Rerata Dari Tabel 6 terlihat bahwa konsumsi umpan pada G3 yaitu 1.02 g/100 g bobot tikus lebih sedikit dibandingkan dengan BG yaitu sebesar 5.23 g/100 g bobot tikus. Hal ini dikarenakan jarangnya tikus mengonsumsi umpan dengan bentuk blok. Kemudian pada umpan BG terdapat konsentrasi beras cukup banyak yang dapat menarik tikus. Pada umumnya tikus cenderung untuk memilih mengonsumsi umpan berupa serealia sebagai pakan utamanya (Priyambodo 2003). Umpan G3 termasuk umpan yang efektif dalam kematian tikus namun kurang efektif dalam menambah ketertarikan tikus untuk mengonsumsi dibandingkan dengan BG. Keempat perlakuan tersebut tidak menimbulkan kematian sampai pada pemberian hari ke-14 (tidak diganti dengan beras).
BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Vertebrata Hama, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dari bulan Februari sampai Juli 2011.
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Gambar 1 Laboratorium Vertebrata Hama, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Vertebrata Hama, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (Gambar 1), dari Bulan Oktober hingga
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Tikus
5 TINJAUAN PUSTAKA Tikus Tikus merupakan salah satu satwa liar yang menjadi hama penting bagi kehidupan manusia baik dalam bidang pertanian, perkebunan, maupun permukiman. Lebih dari 150 spesies tikus
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian Tingkat Kejeraan Tikus Sawah (R. argentiventer) dan Tikus Rumah (R. rattus diardii) terhadap Rodentisida Seng Fosfida
28 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Tingkat Kejeraan Tikus Sawah (R. argentiventer) dan Tikus Rumah (R. rattus diardii) terhadap Rodentisida Seng Fosfida Pengujian tingkat kejeraan tikus sawah dan tikus
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Gambar 1 Kurungan tunggal
15 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Vertebrata Hama, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dimulai dari bulan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
20 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Konsumsi pada Perlakuan Kontrol Gabah, Beras, dan Jagung (No Choice Test) Hasil yang diperoleh dari pengujian konsumsi tikus terhadap umpan gabah, beras, dan jagung (no
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Ketertarikan Tikus Sawah terhadap Rodentisida dan Umpan (Choice Test) Konsumsi Tikus Sawah terhadap Empat Formulasi Rodentisida Bromadiolon Tikus sawah yang mempunyai habitat
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan
19 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Vertebrata Hama, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor serta daerah pengambilan tikus uji
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
21 HASIL DAN PEMBAHASAN Kemampuan Makan Bondol Peking dan Bondol Jawa Pengujian Individu terhadap Konsumsi Gabah Bobot tubuh dan konsumsi bondol peking dan bondol jawa terhadap gabah dapat dilihat pada
Lebih terperinciSTUDI PALATABILITAS UMPAN PENDETEKSI TIKUS PADA TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii L) DI LABORATORIUM FAJAR ANALIS A
STUDI PALATABILITAS UMPAN PENDETEKSI TIKUS PADA TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii L) DI LABORATORIUM FAJAR ANALIS A44102030 PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciTERHADAP UMPAN DAN RODENTISIDA. Rizka Yudha Aryata A
PREFERENSI (Rattus tiomanicus MAKAN TIKUS MILLER) POHON TERHADAP UMPAN DAN RODENTISIDA Rizka Yudha Aryata A44102051 PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
17 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Konsumsi pada Tikus Rumah Pengujian Konsumsi Perlakuan Kontrol,, dan Konsumsi tikus rumah terhadap umpan gabah, beras, dan jagung disajikan pada Tabel 3 dan analisis ragamnya
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Vertebrata Hama, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dari bulan Maret sampai Juni 2011.
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat
15 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Vertebrata Hama, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dari bulan September sampai Desember
Lebih terperinciUJI KETERTARIKAN WIROK KECIL (Bandicota bengalensis. Gray & Hardwicke) TERHADAP UMPAN DAN RODENTISIDA SYARIF SYUKRI HARAHAP A
UJI KETERTARIKAN WIROK KECIL (Bandicota bengalensis. Gray & Hardwicke) TERHADAP UMPAN DAN RODENTISIDA SYARIF SYUKRI HARAHAP A44102059 PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT
Lebih terperinciAGROVIGOR VOLUME 6 NO. 2 SEPTEMBER 2013 ISSN
AGROVIGOR VOLUME 6 NO. 2 SEPTEMBER 2013 ISSN 1979 5777 145 PREFERENSI DAN EFIKASI RODENTISIDA BRODIFAKUM TERHADAP TIGA JENIS TIKUS HAMA Swastiko Priyambodo dan Rizky Nazarreta Dept. Proteksi Tanaman, Fak.
Lebih terperinciUJI BENTUK UMPAN DAN RODENTISIDA RACUN AKUT TERHADAP TIGA SPESIES TIKUS NURIHIDAYATI
UJI BENTUK UMPAN DAN RODENTISIDA RACUN AKUT TERHADAP TIGA SPESIES TIKUS NURIHIDAYATI DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 ABSTRAK NURIHIDAYATI. Uji Bentuk Umpan
Lebih terperinciHARGA BAHAN PANGAN POKOK DI TINGKAT KONSUMEN
HARGA BAHAN PANGAN POKOK DI TINGKAT KONSUMEN KABUPATEN : Bantul PROVINSI : DI Yogyakarta BULAN/ TAHUN : Januari 2016 1 Gabah GKG Rp/Kg 5,200 5,200 5,200 5,200 5,200 5,000 200 4 2 Beras IR 64 Medium Rp/Kg
Lebih terperinciKonsentrasi Asidulan (%) ,12 ± 0,18 bc
3. HASIL PENELITIAN 3.1. Karakteristik Fisik 3.1.1. Volume Pengembangan Roti Manis Hasil pengujian volume pengembangan roti manis dengan penambahan asidulan dan substitusi tepung gaplek dapat dilihat pada
Lebih terperinciUJI BENTUK UMPAN DAN RODENTISIDA RACUN AKUT TERHADAP TIGA SPESIES TIKUS NURIHIDAYATI
UJI BENTUK UMPAN DAN RODENTISIDA RACUN AKUT TERHADAP TIGA SPESIES TIKUS NURIHIDAYATI DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 ABSTRAK NURIHIDAYATI. Uji Bentuk Umpan
Lebih terperinciPENYEDIAAN PROTEIN HEWANI UNTUK MENINGKATKAN KONSUMSI TIKUS POHON DAN TIKUS SAWAH TERHADAP RODENTISIDA ARIEF YANA FUJILESTARI
PENYEDIAAN PROTEIN HEWANI UNTUK MENINGKATKAN KONSUMSI TIKUS POHON DAN TIKUS SAWAH TERHADAP RODENTISIDA ARIEF YANA FUJILESTARI DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Amang (1993), Pangan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat emosional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah naga (Hylocereus sp.) merupakan tanaman jenis kaktus yang berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang awalnya dikenal sebagai tanaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur pembangunan. Peningkatan kemajuan teknologi menuntut manusia untuk dapat beradaptasi dengan
Lebih terperinciHASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. menghasilkan tingkat penolakan yang tidak berbeda nyata dibandingkan dengan
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Tingkat penolakan hama kutu beras Hasil penelitian menunjukkan dosis ekstrak daun pandan wangi kering dan daun pandan wangi segar memberikan pengaruh nyata terhadap
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data rata-rata parameter uji hasil penelitian, yaitu laju pertumbuhan spesifik (LPS), efisiensi pemberian pakan (EP), jumlah konsumsi pakan (JKP), retensi protein
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Variabel Hama 1. Mortalitas Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai fase dan konsentrasi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap mortalitas hama
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Tikus Rumah, Tikus Pohon, dan Tikus Sawah Klasifikasi dan Morfologi Bioekologi
3 TINJAUAN PUSTAKA Tikus Rumah, Tikus Pohon, dan Tikus Sawah Klasifikasi dan Morfologi Berdasarkan karakter dan ciri morfologi yang dimiliki, tikus rumah (Rattus rattus diardii) digolongkan ke dalam kelas
Lebih terperinciPEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH:
PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH: NEZLY NURLIA PUTRI No. BP 07117037 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Secara umum pangan diartikan sebagai segala sesuatu
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. penambahan berat badan Mencit (Mus musculus). Jarak penimbangan pada
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Data hasil penelitian ini berupa data yang diambil berdasarkan dari penambahan berat badan Mencit (Mus musculus). Jarak penimbangan pada objek penelitian berkisar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makanan. Dalam sejarah, kehidupan manusia dari tahun ke tahun mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia berusaha memenuhi kebutuhan primernya, salah satu kebutuhan primer tersebut adalah makanan. Dalam sejarah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berbagai wilayah di Indonesia memiliki lahan pertanian yang dapat ditanami
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai wilayah di Indonesia memiliki lahan pertanian yang dapat ditanami berbagai tanaman komoditas pangan sehingga dapat menghasilkan bermacammacam produk pangan.
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein (Suherman, 2012). Koro pedang (Canavalia
I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi masalah, (3) Maksud dan tujuan penelitian, (4) Manfaat penelitian, (5) Kerangka pemikiran, dan (6) Hipotesis. 1.1. Latar
Lebih terperinciPENGARUH PEMUASAAN TERHADAP KONSUMSI, BOBOT TUBUH, DAN LAMA HIDUP TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii L.) DAN TIKUS POHON (Rattus tiomanicus Miller)
PENGARUH PEMUASAAN TERHADAP KONSUMSI, BOBOT TUBUH, DAN LAMA HIDUP TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii L.) DAN TIKUS POHON (Rattus tiomanicus Miller) NUR RACHMAN A44104056 PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT
Lebih terperinciLampiran 1. Proses Fermentasi Substrat Padat Tepung Kulit Ubi Kayu
LAMPIRAN 45 44 Lampiran 1. Proses Fermentasi Substrat Padat Tepung Kulit Ubi Kayu Tepung Kulit Ubi Kayu + air Dengan perbandingan 1 : 2 Dikukus ± 30 menit Didinginkan dan diinokulasi dengan menggunakan
Lebih terperinciI. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Uji Penolakan. terhadap penolakan hama kutu beras. Namun perlakuan serbuk
I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Uji Penolakan Hasil penelitian menunjukan dosis ekstrak rimpang kencur memberikan pengaruh nyata terhadap penolakan hama kutu beras. Namun perlakuan serbuk ekstrak rimpang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perairan laut di Indonesia mengandung sumberdaya kelautan dan perikanan yang siap diolah dan dimanfaatkan semaksimal mungkin, sehingga sejumlah besar rakyat Indonesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. lebih dari setengah penduduk menggantungkan hidupnya pada beras yang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi (Oryza sativa L.) di Indonesia merupakan tanaman pangan terpenting karena lebih dari setengah penduduk menggantungkan hidupnya pada beras yang dihasilkan tanaman
Lebih terperinciPENGUJIAN ANTIKOAGULAN BROMADIOLON PADA TIKUS SAWAH (Rattus argentiventer Rob. & Klo.) PUTRI SETYA UTAMI
PENGUJIAN ANTIKOAGULAN BROMADIOLON PADA TIKUS SAWAH (Rattus argentiventer Rob. & Klo.) PUTRI SETYA UTAMI DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 ABSTRAK PUTRI
Lebih terperinciHASTL DAN PEMBAHASAN. Perilaku Makan Tikus. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tikus pada umurnnya tidak langsung
HASTL DAN PEMBAHASAN Perilaku Makan Tikus Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tikus pada umurnnya tidak langsung mengkonsumsi umpan yang diberikan. Umpan yang dicampurkan dengan bahan tambahan tepung keong
Lebih terperinciLampiran 1. Skema Penelitian
105 Lampiran 1. Skema Penelitian DOC (Day Old Chick) Ampas kecap - Diberikan air gula & vaksin antistress - Vaksin ND (umur 4 & 20 hari) - Vaksin gumboro (umur 10 & 25 hari) - umur 0-2 minggu (protein
Lebih terperinciBAB III METODE PELAKSANAAN. Menengah (UKM teratai) Kelurahan Padebuolo, Kec. Kota Timur Kota
BAB III METODE PELAKSANAAN 3.1 Tempat dan Waktu Tempat pelaksanaan Kajian ini dilaksanakan di Usaha Kecil Menengah (UKM teratai) Kelurahan Padebuolo, Kec. Kota Timur Kota Gorontalo Provinsi Gorontalo.
Lebih terperinciPERKEMBANGAN HARGA BERAS TERMURAH TK. ECERAN DI PROVINSI UTAMA s.d PERIODE MG-I JUNI 2017
PERKEMBANGAN HARGA BERAS TERMURAH Perkembangan harga Beras Termurah di provinsi utama mengalami kenaikan harga rata-rata sebesar 0,40%. Provinsi Bali (2,87%) dan penurunan harga terendah di Provinsi Banten
Lebih terperinciKUALITAS MIE BASAH DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG BIJI KLUWIH (Artocarpus communis G.Forst)
KUALITAS MIE BASAH DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG BIJI KLUWIH (Artocarpus communis G.Forst) Quality of Noodle with Substitution of Kluwih (Artocarpus communis G. Forst) Seed Flour Agustina Arsiawati Alfa Putri
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Jumlah dan Bobot Folikel Puyuh Rataan jumlah dan bobot folikel kuning telur puyuh umur 15 minggu disajikan pada Tabel 5.
HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah dan Bobot Folikel Puyuh Rataan jumlah dan bobot folikel kuning telur puyuh umur 15 minggu disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Rataan Jumlah dan Bobot Folikel Kuning Telur Puyuh
Lebih terperinciVARIETAS UNGGUL UBIKAYU UNTUK BAHAN PANGAN DAN BAHAN INDUSTRI
VARIETAS UNGGUL UBIKAYU UNTUK BAHAN PANGAN DAN BAHAN INDUSTRI Ubi kayu dapat dimanfaatkan untuk keperluan pangan, pakan maupun bahan dasar berbagai industri. Oleh karena itu pemilihan varietas ubi kayu
Lebih terperinciPREFERENSI MAKAN TIKUS RIUL (Rattus norvegicus Berk.) TERHADAP JENIS DAN VARIASI PENGOLAHAN PAKAN YANG BERBEDA SERTA PENGUJIAN RODENTISIDA
PREFERENSI MAKAN TIKUS RIUL (Rattus norvegicus Berk.) TERHADAP JENIS DAN VARIASI PENGOLAHAN PAKAN YANG BERBEDA SERTA PENGUJIAN RODENTISIDA PRINGGO WIBOWO PUTRO DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN
Lebih terperinciKESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subtitusi pati ganyong pada
KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa subtitusi pati ganyong pada dodol susu kambing mampu meningkatkan kualitas organoleptik, meningkatkan kadar lemak, dan kadar total karbohidrat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Konsumsi beras di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Beras merupakan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Konsumsi beras di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya seiiring dengan meningkatnya jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai Indonesia dilakukan dalam
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional
III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan dengan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi keseluruhan kecernaan ransum. Nilai kecernaan yang paling
Lebih terperinciPOLA PANGAN HARAPAN (PPH)
PANDUAN PENGHITUNGAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) Skor PPH Nasional Tahun 2009-2014 75,7 85,7 85,6 83,5 81,4 83,4 Kacangkacangan Buah/Biji Berminyak 5,0 3,0 10,0 Minyak dan Lemak Gula 5,0 Sayur & buah Lain-lain
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Hasil survei terhadap 30 responden di setiap lokasi mengenai tingkat pendidikan masyarakat di Daerah Sindang Barang, Cibanteng, Balio, dan Ciledug dapat
Lebih terperinciLampiran 2. Perhitungan Kadar Serat dan Zat Besi Pada Cookies
Lampiran 2. Perhitungan Kadar Serat dan Zat Besi Pada Cookies Kadungan serat pada cookies cookies dengan substitusi tepung beras merah 60% sebanyak 1,49 g/100 g atau 0,0149g/g Angka kecukupan gizi serat
Lebih terperinciEVIDENCE KAMPANYE GIZI SEIMBANG MEMASUKI 1000 HPK ( SDT- SKMI 2014)
EVIDENCE KAMPANYE GIZI SEIMBANG MEMASUKI 1000 HPK ( SDT- SKMI 2014) P R A W I D Y A K A R Y A P A N G A N D A N G I Z I B I D A N G 1 : P E N I N G K A T A N G I Z I M A S Y A R A K A T R I S E T P E N
Lebih terperinciLAMPIRAN. Lampiran 1. Bahan-bahan Pembuatan Sosis
LAMPIRAN Lampiran 1. Bahan-bahan Pembuatan Sosis Gambar 16. Belalang Gambar 17. Labu Kuning Gambar 18. Tepung Tapioka Gambar 19. Tepung Belalang Gambar 20. Tepung Labu Kuning Gambar 21. Susu Skim 82 83
Lebih terperinciPerbedaan Karakteristik Kimia dan Sensoris Keripik Simulasi dengan Bahan Dasar Tepung Jagung-Ubikayu
Perbedaan Karakteristik Kimia dan Sensoris Keripik Simulasi dengan Bahan Dasar Tepung Jagung-Ubikayu Wayan Trisnawati 1, Made Sugianyar 2 dan Ketut Ari Tantri Yanthi 2 1 Peneliti Pangan pada Balai Pengkajian
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh Variasi Dosis Tepung Ikan Gabus Terhadap Pertumbuhan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitan pengaruh variasi dosis tepung ikan gabus terhadap pertumbuhan dan hemoglobin ikan lele, dengan beberapa indikator yaitu pertambahan
Lebih terperinciMUTU ORGANOLEPTIK DAN KIMIAWI STIK RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii DENGAN FORTIFIKASI TEPUNG UDANG REBON (Mysis sp.) ARTIKEL JURNAL OLEH
MUTU ORGANOLEPTIK DAN KIMIAWI STIK RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii DENGAN FORTIFIKASI TEPUNG UDANG REBON (Mysis sp.) ARTIKEL JURNAL OLEH WINAWANTI S. AMRULLAH NIM. 632 410 030 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
Lebih terperinciPestisida Nabati dan Aplikasinya. Oleh: YULFINA HAYATI
Pestisida Nabati dan Aplikasinya Oleh: YULFINA HAYATI PENDAHULUAN Prospek pengembangan pestisida nabati masih sangat menjanjikan, banyak hal yang bisa dihematdengan menggantikan pestisida sintesis dengan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Performa adalah pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan selama penelitian. Performa ayam petelur selama penelitian disajikan dalam Tabel 6. Tabel 6. Rataan Performa
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Protein Kasar. Tabel 4. Rataan Kandungan Protein Kasar pada tiap Perlakuan
29 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Protein Kasar Rataan kandungan protein kasar asal daun singkong pada suhu pelarutan yang berbeda disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Gejala pada Larva S. litura
HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala pada Larva S. litura Aplikasi Spodoptera litura NPV pada daun kedelai mempengaruhi perilaku makan larva S. litura tersebut. Aktivitas makan dan pergerakannya semakin menurun
Lebih terperinciJAGUNG. Bahan Pangan Alternatif SERI BACAAN ORANG TUA
19 SERI BACAAN ORANG TUA JAGUNG Bahan Pangan Alternatif Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan Nasional
Lebih terperinciPENGARUH PERENDAMAN DALAM LARUTAN GULA TERHADAP PERSENTASE OLIGOSAKARIDA DAN SIFAT SENSORIK TEPUNG KACANG KEDELAI (Glycine max)
PENGARUH PERENDAMAN DALAM LARUTAN GULA TERHADAP PERSENTASE OLIGOSAKARIDA DAN SIFAT SENSORIK TEPUNG KACANG KEDELAI (Glycine max) Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1
Lebih terperinciPERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN
PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Syarat Sidang Program
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia kaya akan berbagai jenis tanaman umbi-umbian, baik
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia kaya akan berbagai jenis tanaman umbi-umbian, baik yang dibudidayakan maupun yang hidup liar di hutan. Umbi merupakan tanaman yang banyak mengandung
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Pertumbuhan Tanaman 4. 1. 1. Tinggi Tanaman Pengaruh tiap perlakuan terhadap tinggi tanaman menghasilkan perbedaan yang nyata sejak 2 MST. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat
Lebih terperinciPENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ransum merupakan campuran bahan pakan yang disusun untuk memenuhi kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting dalam pemeliharaan ternak,
Lebih terperinciL A M P I R A N. Universitas Sumatera Utara
L A M P I R A N DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM Jl. Bioteknologi No. 1 Kampus USU Telp. (061) 8211212, 8211298, 8211414 Medan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air) menjadi. ditemui, tetapi KVA tingkat subklinis, yaitu tingkat yang belum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang sangat mendasar bagi manusia untuk bertahan hidup. Pangan sebagai sumber gizi (karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dapat bersifat racun, menghambat pertumbuhan/perkembangan, tingkah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pestisida berasal dari kata pest, yang berarti hama dan cida, yang berarti pembunuh, jadi pestisida adalah substansi kimia digunakan untuk membunuh atau mengendalikan
Lebih terperinciGambar 1.1 Persentase konsumsi pangan di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan sebagian besar hasil bumi merupakan hasil pertanian dan perkebunan. Hasil bumi tersebut merupakan salah satu faktor penting
Lebih terperinciPembuatan Pestisida Nabati
Pestisida Nabati Pembuatan Pestisida Nabati Pestisida yg bahan dasarnya dari tumbuhan Bukan utk meninggalkan pestisida buatan melainkan sbg alternatif menghindarkan ketergantungan & meminimalisir pestisida
Lebih terperinciGAPLEK KETELA POHON (Manihot utillisima pohl) DENGAN PENAMBAHAN Aspergillus niger
KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI GAPLEK KETELA POHON (Manihot utillisima pohl) DENGAN PENAMBAHAN Aspergillus niger SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Komoditas bahan pangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditas bahan pangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam aspek ekonomi, sosial, dan politik (Prabowo, 2014). Harga komoditas bahan pangan sendiri sangat dipengaruhi
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW
JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 3 No.1 ; Juni 2016 ISSN 2407-4624 PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW *RIZKI AMALIA 1, HAMDAN AULI
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Gorontalo. 3.2 Bahan
Lebih terperinciPerubahan zat. Perubahan zat
Perubahan zat Perubahan zat A Sifat Zat 1. Sifat fisika Zat memiliki ciri khas masing-masing. Kawat tembaga dapat kamu bengkokkan dengan mudah, sedangkan sebatang besi sulit dibengkokkan. Ciri khas suatu
Lebih terperinciLEMBAR ANGKET TANGGAPAN IDE INOVASI PRODUK. Sarjana Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. Saya meminta
LAMPIRAN 68 Lampiran 1 Lembar Angket Scoping LEMBAR ANGKET TANGGAPAN IDE INOVASI PRODUK Dalam rangka penulisan skripsi untuk penyelesaian studi Program Sarjana Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Populasi ayam pedaging meningkat dari 1,24 milyar ekor pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan unggas di Indonesia saat ini sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Populasi ayam pedaging meningkat dari 1,24 milyar ekor pada tahun 2012 menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikembangkan dan dilestarikan agar tidak hilang ditelan waktu. Banyak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki ragam seni dan budaya yang keberadaannya perlu dikembangkan dan dilestarikan agar tidak hilang ditelan waktu. Banyak makanan dari daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biskuit merupakan makanan kecil (snack) yang termasuk ke dalam kue kering dengan kadar air rendah, berukuran kecil, dan manis. Dalam pembuatan biskuit digunakan bahan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Pellet Kandungan nutrien suatu pakan yang diberikan ke ternak merupakan hal penting untuk diketahui agar dapat ditentukan kebutuhan nutrien seekor ternak sesuai status
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan
20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Politeknik
Lebih terperinciMETODE. Waktu dan Tempat
14 METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini berlangsung pada bulan Juni sampai September 2010. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Analisis Pangan, Laboratorium Percobaan Makanan, dan Laboratorium
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berbasis Sumber Daya Lokal yang tertulis dalam Peraturan Presiden RI
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal yang tertulis dalam Peraturan Presiden RI Nomor 22 tahun 2009 merupakan strategi untuk
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beras Analog Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras. Disebut beras analog karena bentuknya yang oval menyerupai beras, tapi tidak terproses
Lebih terperinciSTUDI POTENSI RODENTISIDA NABATI BIJI JENGKOL UNTUK PENGENDALIAN HAMA TIKUS PADA TANAMAN JAGUNG
STUDI POTENSI RODENTISIDA NABATI BIJI JENGKOL UNTUK PENGENDALIAN HAMA TIKUS PADA TANAMAN JAGUNG Terry Pakki 1), Muhammad Taufik 1),dan A.M. Adnan 2) 1). Jurusan Agroteknologi, Konsentrasi Hama dan Penyakit
Lebih terperinciLampiran 1 Tahap Penelitian. kolesterol. Analisis. Perlakuan IV. n=5. Induksi kolesterol 9 minggu Pembuatan pakan kolesterol. Perlakuan III.
LMPIR 16 17 Lampiran 1 Tahap Penelitian. rmal n=10 Hiperlipidemia n=10 Pembedahan awal @ 5ekor nalisis nalisis statistik Perlakuan I n=5 Pencekokan ekstrak selama 5 minggu Pembedahan akhir @ 5ekor Tikus
Lebih terperinciLAMPIRAN. Lampiran 1. Prosedur Analisis Kadar Air dengan Metode Gravimetri
LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Kadar Air dengan Metode Gravimetri (AOAC 925.10-1995) Prinsip dari metode ini adalah berdasarkan penguapan air yang ada dalam bahan dengan jalan pemanasan, kemudian
Lebih terperinciekonomi K-13 INDEKS HARGA K e l a s A. PENGERTIAN INDEKS HARGA Tujuan Pembelajaran
K-13 ekonomi K e l a s XI INDEKS HARGA Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan menentukan besaran indeks harga sesuai dengan metode yang diinginkan. A. PENGERTIAN
Lebih terperinciUBI JALAR. Bahan Pangan Alternatif SERI BACAAN ORANG TUA
18 SERI BACAAN ORANG TUA UBI JALAR Bahan Pangan Alternatif Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan Nasional
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN GULA PASIR DAN GULA MERAH TERHADAP TINGKAT KESUKAAN DODOL NANAS
PENGARUH PENAMBAHAN GULA PASIR DAN GULA MERAH TERHADAP TINGKAT KESUKAAN DODOL NANAS Aniswatul Khamidah 1 dan Eliartati 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur 2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Lebih terperinciPENGARUH PROPORSI TEPUNG TERIGU : PISANG TANDUK KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR TERHADAP KUALITAS CAKE SKRIPSI. Oleh :
PENGARUH PROPORSI TEPUNG TERIGU : PISANG TANDUK KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR TERHADAP KUALITAS CAKE SKRIPSI Oleh : PRAPTI AKHIRININGSIH NPM : 0533010001 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Retensi Bahan Kering Rataan konsumsi, ekskresi dan retensi bahan kering ransum ayam kampung yang diberi Azolla microphyla fermentasi (AMF) dapat di lihat pada Tabel 8.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampah atau limbah baik rumah tangga, pabrik, maupun industri lainnya. Sampah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka kebutuhan pangan semakin meningkat. Hal ini berakibat pada meningkatnya sisa buangan berupa sampah atau limbah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa Indonesia adalah beras, karena beras merupakan. makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu komoditi pangan yang mempunyai arti penting bagi kehidupan bangsa Indonesia adalah beras, karena beras merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk
Lebih terperinci