HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Hasil survei terhadap 30 responden di setiap lokasi mengenai tingkat pendidikan masyarakat di Daerah Sindang Barang, Cibanteng, Balio, dan Ciledug dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4 Hasil survei mengenai tingkat pendidikan masyarakat di Bogor dan Tangerang Latar belakang tingkat pendidikan masyarakat di Wilayah Bogor dan Tangerang sangat berbeda. Di Daerah Sindang Barang, Cibanteng, dan Balio umumnya jarang yang menempuh pendidikan hingga perguruan tinggi. Di Sindang Barang, umumnya hanya menempuh hingga tingkat SMP, di Cibanteng rata-rata menempuh hingga SD, dan di Balio hanya menempuh tingkat SMA. Hal ini sangat berbeda dengan masyarakat di Ciledug. Umumnya di Ciledug menempuh tingkat pendidikan hingga perguruan tinggi. Tentunya latar belakang pendidikan sangat berkaitan dengan pandangan, sikap, dan tindakan masyarakat terhadap keberadaan hama permukiman.

2 Tingkat pendapatan masyarakat di Daerah Bogor dan Tangerang sangat beragam. Di Sindang Barang, Cibanteng, dan Balio umumnya berkisar antara Rp hingga Rp ,- dan ada pula yang berkisar antara 2 sampai 3 juta. Hanya sedikit masyarakat yang berpendapatan di atas 3 juta per bulan. Di Daerah Ciledug, pendapatan masyarakatnya cukup tinggi yaitu berkisar antara 2 juta sampai 4 juta bahkan banyak yang lebih. Hal ini yang mendasari tindakan pengendalian yang dilakukan oleh masyarakat terhadap hama permukiman. Tingkat pendapatan masyarakat di Wilayah Bogor dan Tangerang dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5 Hasil survei mengenai tingkat pendapatan masyarakat di Bogor dan Tangerang B. Hasil Survei 1. Jenis hama yang terdapat di permukiman Jenis hama yang terdapat di perumahan di Daerah Sindang Barang, Cibanteng, Balio, dan Ciledug dapat diketahui bahwa jenis hama yang paling banyak terdapat di daerah tersebut adalah tikus, lalu diikuti oleh nyamuk, lalat, kutu, dan kecoa. Hampir semua jenis hama permukiman terdapat di perumahan Wilayah Bogor, namun di Ciledug-Tangerang, hama semut tidak ditemukan.

3 Jenis kecoa yang ditemukan adalah kecoa amerika (Periplaneta americana) dari Famili Blattidae, dari yang berukuran kecil (nimfa), hingga yang sudah imago bersayap. Nyamuk yang ditemukan merupakan jenis nyamuk rumah Culex quinquefasciatus, nyamuk kebun Armigeres subalbatus yang berukuran lebih besar dibanding nyamuk rumah. Jenis kutu yang ditemukan di antaranya kutu busuk Cimex (Hemiptera: Cimicidae) dan kutu hewan piaraan, misalnya kutu kucing Xenopsylla sp. (Siphonaptera: Pulicidae). Laba-laba juga cukup banyak ditemukan di permukiman. Laba-laba ini membuat sarang di langit-langit, dan mengotori atap rumah. Lalat yang banyak ditemukan merupakan golongan lalat rumah Musca domestica (Diptera: Muscidae). Rayap juga banyak ditemukan karena banyak gejala serangan rayap pada kayu plafon, perabot rumah tangga, kusen, dan pintu rumah. Sedangkan jenis semut yang banyak dijumpai adalah semut hitam dan semut rangrang pada pohon-pohon besar. Jenis tikus yang terdapat di permukiman Wilayah Bogor adalah tikus rumah (R. rattus), tikus sawah (R. argentiventer), tikus riul (R. norvegicus), dan tikus pohon (R. tiomanicus), sedangkan di Daerah Ciledug hanya ditemukan tikus rumah (R. rattus). Hasil survei mengenai jenis hama yang terdapat di permukiman warga di Wilayah Bogor dan Tangerang dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6 Kategori jenis hama yang terdapat di permukiman Wilayah Bogor dan Tangerang

4 2. Jenis hama yang paling banyak terdapat di permukiman Jenis hama yang paling banyak terdapat di perumahan untuk Wilayah Bogor adalah kecoa, nyamuk, lalat, dan semut, sedangkan di Daerah Ciledug adalah nyamuk dan lalat. Selain itu, hama tikus juga menjadi masalah terutama di Daerah Bogor, terutama di Sindang Barang dan Balio. Hampir di setiap rumah dapat ditemukan tikus, terutama tikus rumah (R. rattus) dan tikus riul (R. norvegicus). Namun di Daerah Ciledug, cukup sulit ditemukan, meskipun ada beberapa keluhan warga yang menyampaikan masalah gangguan hama tikus di rumahnya. Hasil survei mengenai jenis hama yang paling banyak terdapat di permukiman Wilayah Bogor dan Tangerang dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7 Kategori jenis hama yang paling banyak terdapat di permukiman Wilayah Bogor dan Tangerang 3. Hama yang sering dikendalikan Jenis hama yang sering dikendalikan oleh masyarakat di Wilayah Bogor terutama Daerah Sindang Barang dan Balio adalah kecoa, nyamuk, rayap, dan lalat, meskipun tikus juga banyak ditemukan di daerah tersebut. Hal ini karena warga setempat belum mengetahui teknik pengendalian yang tepat diterapkan untuk mengendalikan tikus. Sebelumnya, masyarakat pernah melakukan pengendalian dengan menggunakan perangkap, tetapi tikus mengalami jera perangkap, sehingga tidak ada tikus yang tertangkap lagi setelah pemerangkapan pertama. Oleh sebab itu,

5 sebagian warga di daerah ini lebih mengutamakan pengendalian kecoa, nyamuk, dan lalat dengan menggunakan pestisida cair. Pengendalian rayap dilakukan warga dengan menggunakan insektisida anti rayap yang tidak diketahui jenisnya. Di daerah Cibanteng, hama yang paling sering dikendalikan adalah kecoa dan semut, padahal lalat juga cukup banyak ditemukan di daerah tersebut. Hal ini karena daerah tersebut cukup kotor dan banyak terdapat tumpukan sampah rumah tangga yang membusuk, sehingga pengendalian lalat cukup sulit dilakukan. Hasil survei mengenai jenis hama yang sering dikendalikan di permukiman warga di Wilayah Bogor dan Tangerang dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8 Hama yang sering dikendalikan di permukiman Wilayah Bogor dan Tangerang Untuk Wilayah Tangerang jenis hama yang paling sering dikendalikan adalah nyamuk, semut, lalat dan rayap. Pengendalian nyamuk dan lalat dilakukan dengan menggunakan pestisida cair, walaupun ada sebagian warga yang menggunakan perangkap lem untuk mengendalikan lalat. Pengendalian semut dilakukan dengan menggunakan pestisida cair dan kapur anti serangga. Sedangkan pengendalian rayap dilakukan dengan menggunakan insektisida anti rayap. Hama tikus cukup jarang dikendalikan, kalau pun ada pada umumnya mereka menggunakan perangkap dan hampir tidak pernah menggunakan rodentisida.

6 4. Tempat yang dijadikan sarang hama Tempat yang sering dijadikan sarang oleh hama, dapat diketahui bahwa di Daerah Bogor, lokasi kamar mandi dan kamar tidur sering dijadikan sarang hama. Hama yang terdapat di kamar mandi adalah kecoa dan tikus, sedangkan di kamar tidur adalah nyamuk, kecoa, dan kutu busuk. Di dapur, hama yang sering terlihat adalah tikus dan kecoa, sedangkan di tempat sampah hama adalah tikus, kecoa, dan lalat. Selokan sering dijadikan sarang oleh nyamuk, tikus, dan kecoa. Selain itu, gudang dan plafon juga sering dijadikan sarang tikus, kecoa, dan laba-laba. Hasil survei mengenai tempat yang dijadikan sarang hama di permukiman Wilayah Bogor dan Tangerang dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9 Kriteria tempat yang merupakan sarang hama di permukiman Wilayah Bogor dan Tangerang Menurut masyarakat Bogor, kamar tidur, kamar mandi, dapur, tempat sampah, dan selokan merupakan tempat yang sering dijadikan sarang hama karena di tempat tersebut hama seperti nyamuk, tikus, dan kecoa sering muncul. Hal ini berhubungan dengan kebersihan lingkungan rumah dan sekitarnya, oleh karena itu, sanitasi perlu dilakukan untuk membersihkan sisa makanan, maupun perabot rumah tangga bekas.

7 5. Penyebab timbulnya hama di permukiman Berdasarkan hasil survei, ada responden yang menyebutkan beberapa alasan penyebab timbulnya hama di permukiman yaitu makanan, sampah, lingkungan dalam dan luar rumah yang kotor, serta selokan. Menurut masyarakat yang tinggal di Wilayah Bogor, sebagian besar mengatakan bahwa makanan, lingkungan luar serta dalam rumah yang kotor merupakan penyebab utama munculnya hama. Sedangkan menurut masyarakat yang tinggal di Wilayah Tangerang, sampah menjadi penyebab utama timbulnya hama permukiman. Pendapat masyarakat tersebut berhubungan dengan kondisi lingkungan perumahan di wilayah tersebut yang masih terdapat banyak sampah. Banyak pekarangan yang tidak terawat serta terdapat tumpukan barang bekas. Hasil survei mengenai penyebab timbulnya hama di permukiman warga di Wilayah Bogor dan Tangerang dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10 Kriteria penyebab timbulnya hama di permukiman Wilayah Bogor dan Tangerang

8 6. Bentuk formulasi pestisida yang sering digunakan Sebagian besar masyarakat di Wilayah Bogor dan Tangerang menggunakan pestisida dalam bentuk cair (aerosol) untuk mengendalikan nyamuk, lalat, dan kecoa. Hal ini kemungkinan karena formulasi pestisida dalam bentuk cair lebih mudah diaplikasikan serta mudah diperoleh di pasaran, dan harganya pun relatif terjangkau. Untuk pengendalian tikus, digunakan formulasi pestisida padatan (rodentisida), sedangkan untuk pengendalian jentik nyamuk, digunakan formulasi berbentuk serbuk (abate). Hasil survei mengenai bentuk formulasi pestisida yang sering digunakan di permukiman warga Wilayah Bogor dan Tangerang dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar 11 Kriteria jenis pestisida yang biasa digunakan oleh masyarakat di permukiman Wilayah Bogor dan Tangerang 7. Sumber informasi jenis pestisida yang dapat digunakan oleh masyarakat Sumber informasi yang diperoleh masyarakat mengenai jenis pestisida yang dapat digunakan untuk mengendalikan hama permukiman, masyarakat di Daerah Sindang Barang mendapakannya dari pengalaman pribadi, toko kimia, dan supplier. Masyarakat di Cibanteng memperolehnya dari tetangga dan pengalaman. Di Daerah Balio, sebagian besar didapat dari teman dan pengalaman. Sedangkan di Ciledug, umumnya didapat dari tetangga atau teman. Tetangga di daerah tersebut saling memberi tahu jika ada suatu jenis pestisida yang efektif. Setelah mendapat informasi

9 tentang pestisida tersebut, mereka langsung mencari di toko terdekat sesuai dengan jenis yang direkomendasikan oleh tetangga atau kerabatnya. Hasil survei mengenai sumber informasi jenis pestisida yang dapat digunakan oleh masyarakat di permukiman warga Wilayah Bogor dan Tangerang dapat dilihat pada Gambar 12. Gambar 12 Kriteria sumber informasi masyarakat mengenai jenis pestisida yang dapat digunakan untuk mengendalikan hama 8. Waktu aplikasi pestisida Sebagian besar masyarakat melakukan aplikasi pestisida pada malam hari, meskipun ada beberapa masyarakat yang melakukannya pagi, siang, dan sore hari. Alasan mereka melakukan aplikasi pestisida pada malam hari karena dirasakan cukup efektif. Jika dilakukan pada pagi atau siang hari, banyak pestisida yang terbuang karena hama jarang muncul di saat itu. Sebagian besar hama permukiman seperti tikus, kecoa, dan nyamuk aktif di malam hari sebagai hewan nokturnal. Hasil survei mengenai waktu aplikasi pestisida oleh masyarakat di permukiman warga Wilayah Bogor dan Tangerang dapat dilihat pada Gambar 13.

10 Gambar 13 Kriteria waktu aplikasi pestisida yang biasa dilakukan oleh masyarakat di Wilayah Bogor dan Tangerang 9. Kesesuaian penggunaan pestisida dengan aturan pakai Hasil survei mengenai kesesuaian penggunaan pestisida dengan aturan pakai di permukiman Wilayah Bogor dan Tangerang dapat dilihat pada Gambar 14. Gambar 14 Kesesuaian penggunaan pestisida oleh masyarakat dengan aturan pakai yang dianjurkan di permukiman Sebagian besar masyarakat di Daerah Bogor belum memperhatikan aplikasi pestisida yang tepat, yaitu tepat sasaran, dosis, konsentrasi, dan waktu aplikasi. Hal ini tentu berkaitan dengan tingkat kesadaran masyarakat itu sendiri. Aplikasi pestisida

11 yang tidak tepat sasaran ini dapat membahayakan diri sendiri, hewan bukan sasaran, dan lingkungan sekitar. Penggunaan pestisida oleh sebagian besar masyarakat di Bogor yang tidak sesuai dengan aturan pakai berkaitan dengan tingkat pendidikan dan kesadaran masyarakat tersebut mengenai dampak dan bahaya pestisida terhadap diri sendiri dan lingkungan. Sedangkan masyarakat yang tinggal di Ciledug relatif lebih banyak yang melakukan aplikasi pestisida sesuai anjuran, walaupun ada sebagian kecil responden yang kurang peduli akan bahaya aplikasi pestisida yang tidak benar. 10. Tindakan pengendalian tikus yang biasa dilakukan oleh masyarakat Hasil survei mengenai tindakan pengendalian tikus yang biasa dilakukan oleh masyarakat di permukiman warga Wilayah Bogor dan Tangerang dapat dilihat pada Gambar 15. Gambar 15 Tindakan pengendalian tikus yang biasa dilakukan oleh masyarakat di permukiman Wilayah Bogor dan Tangerang Masyarakat di Daerah Bogor dan Tangerang biasa menggunakan perangkap hidup. Perangkap hidup yang banyak digunakan adalah multiple live trap. Meskipun demikian, ada beberapa masyarakat yang menggunakan lem tikus maupun perangkap mati. Alasan mereka menggunakan perangkap hidup (multiple live trap) adalah bisa didapatkan lebih dari satu ekor dalam sekali aplikasi, sedangkan alasan penggunaan lem adalah praktis, tidak berbau, dan harganya relatif murah. Dalam aplikasi lem tikus, masyarakat menggunakan triplek sebagai alas. Setelah tertangkap, tikus

12 dimatikan terlebih dahulu kemudian dibuang, dan triplek dicuci kemudian digunakan kembali. Hal ini menyebabkan aplikasi lem tikus kurang efektif, karena tikus yang sebelumnya tertangkap telah mengeluarkan urin dan hormon tanda bahaya (alarm hormone), sehingga tikus lain sulit tertangkap. 11. Tindakan alternatif yang dilakukan masyarakat untuk mengendalikan hama permukiman Tindakan alternatif yang dilakukan oleh masyarakat di Daerah Bogor dan Tangerang untuk mengendalikan hama permukiman berbeda-beda. Hasil survei menunjukkan bahwa pengendalian yang sering dilakukan adalah dengan cara menyiram dengan air panas dan sanitasi. Pukul langsung dilakukan untuk mengendaliakan tikus di dalam rumah dan pekarangan. Sedangkan penyiraman air panas hanya untuk pengendalian tikus di dalam rumah. Sanitasi yang dilakukan terutama dalam pembersihan sisa makanan dan barang bekas yang menumpuk dan sudah tidak terpakai yang dilakukan untuk mengendalikan nyamuk, kecoa, lalat, dan tikus. Hasil survei mengenai tindakan alternatif yang dilakukan masyarakat untuk mengendalikan hama permukiman di Wilayah Bogor dan Tangerang dapat dilihat pada Gambar 16. Gambar 16 Tindakan alternatif yang dilakukan oleh masyarakat untuk mengendalikan hama permukiman di Wilayah Bogor dan Tangerang

13 12. Tempat penyimpanan pestisida oleh masyarakat Hasil survei mengenai tempat penyimpanan pestisida oleh masyarakat di Wilayah Bogor dan Tangerang dapat dilihat pada gambar 17. Gambar 17 Kriteria tempat penyimpanan pestisida setelah pakai oleh masyarakat di permukiman Wilayah Bogor dan Tangerang Pada umumnya, sebagian besar masyarakat di Daerah Bogor menyimpan pestisida di dalam rumah, seperti dapur, gudang, kamar tidur, bahkan ruang keluarga, dengan alasan agar mudah dicari dan aman dari pencurian. Di Ciledug, sebagian besar warga menyimpan pestisida di luar rumah, karena alasan resiko keracunan. Warga takut jika pestisida yang disimpan di dalam rumah dapat meracuni anggota keluarganya. 13. Biaya yang dikeluarkan per bulan oleh masyarakat untuk mengendalikan hama permukiman Hasil survei mengenai biaya yang dikeluarkan per bulan untuk mengendalikan hama permukiman oleh masyarakat di Wilayah Bogor dan Tangerang dapat dilihat pada Gambar 18.

14 Gambar 18 Biaya per bulan yang dikeluarkan oleh masyarakat untuk mengendalikan hama permukiman di Wilayah Bogor dan Tangerang Biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat dalam melakukan pengendalian terhadap hama berbeda-beda tergantung dari pendapatan masyarakat tersebut. Untuk masyarakat di Wilayah Bogor, yaitu Sindang Barang, Cibanteng, dan Balio, biaya yang dikeluarkan < Rp ,-. Sedangkan untuk masyarakat di Ciledug-Tangerang, biaya yang dikeluarkan berkisar antara Rp ,- hingga Rp ,- atau lebih. Hal ini berhubungan dengan tingkat ekonomi setiap warga yang berbeda-beda. C. Hasil Perlakuan Perangkap Berdasarkan hasil pemasangan single live trap di Wilayah Bogor dapat diketahui bahwa perbandingan jumlah tikus yang tertangkap dengan menggunakan umpan selai kacang, kelapa bakar, dan ikan asin relatif sama. Tikus yang terperangkap dalam perangkap ini kebanyakan adalah tikus rumah (R. rattus). Jumlah tikus yang tertangkap pada kombinasi antara dua jenis perangkap (SLT dan MLT), tiga jenis umpan, dan lokasi di permukiman Wilayah Bogor dan Tangerang dapat dilihat pada Gambar 19.

15 Gambar 19 Jumlah tikus yang tertangkap dari hasil kombinasi antara dua jenis perangkap (SLT dan MLT), tiga jenis umpan, dan lokasi perlakuan di permukiman Wilayah Bogor dan Tangerang Multiple live trap cukup efektif diterapkan di permukiman dengan menggunakan umpan ikan asin dan kelapa bakar. Dalam sekali aplikasi, tikus yang dapat terperangkap dapat mencapai empat ekor. Perlakuan multiple live trap dengan umpan ikan asin berbeda sangat nyata dibandingkan dengan perlakuan lain. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya jumlah tikus yang tertangkap dibanding perlakuan perangkap yang lainnya. Sedangkan aplikasi multiple live trap dengan umpan kelapa bakar dan selai kacang, serta single live trap dengan umpan selai kacang, kelapa bakar, dan ikan asin tidak memberikan pengaruh yang nyata. Jumlah tikus yang tertangkap dari perlakuan tersebut tidak melebihi jumlah tikus yang tertangkap dari aplikasi multiple live trap dengan umpan ikan asin. Kombinasi perangkap dan umpan yang paling disukai tikus adalah perangkap multiple live trap dengan umpan ikan asin. Ikan asin yang digunakan sudah mengeluarkan bau yang tajam karena sebelumnya dibungkus kertas koran selama 3 hari agar pembusukan lebih cepat terjadi. Tikus yang didapat dari aplikasi kombinasi perangkap dan umpan ini sebanyak 29 ekor. Hal ini pula yang menjadi alasan utama bagi sebagian warga di permukiman Wilayah Bogor dan Tangerang untuk menggunakan jenis perangkap ini sebagai tindakan pengendalian tikus di

16 permukiman. Kombinasi perangkap multiple dan kelapa bakar juga dapat menjadi alternatif pengendalian tikus di permukiman. Hal ini dikarenakan umpan kelapa bakar tidak mengeluarkan bau busuk menyengat seperti ikan asin, tetapi justru mengeluarkan bau yang harum, sehingga dapat menarik perhatian tikus dari jarak yang cukup jauh. Tabel 1. Pengaruh faktor kombinasi perangkap terhadap rata-rata jumlah tikus yang tertangkap Kombinasi Perangkap SLT Selai Kacang SLT Kelapa bakar SLT Ikan Asin MLT Selai Kacang MLT Kelapa Bakar MLT Ikan Asin Rerata tikus yang tertangkap 0,03333 b 0,02500 b 0,04167 b 0,01667 b 0,10000 b 0,24167 a Hasil tangkapan tikus terbanyak terdapat di Daerah Sindang Barang yaitu 23 ekor, lalu diikuti Balio sebanyak 19 ekor, Cibanteng 10 ekor, dan Ciledug 3 ekor. Daerah Sindang Barang merupakan daerah yang dekat dengan persawahan. Pada saat melakukan pengamatan, sawah di daerah tersebut sudah mengalami masa panen. Hal ini mungkin menjadi penyebab migrasinya tikus dari sawah ke permukiman penduduk karena persediaan makanan di sawah sedikit. Di Daerah Cibanteng, dan Balio merupakan daerah kost, kurang terjaga kebersihannya, banyak terdapat pekarangan, dan lokasinya dekat dengan sawah. Sedangkan di Daerah Ciledug, lingkungannya cukup terawat, kebersihan terjaga, tidak terlalu padat penduduknya (dalam satu rumah umumnya terdapat 4-5 anggota keluarga), dan masyarakatnya peduli akan kesehatan lingkungan, sehingga populasi hama tikus tidak terlalu tinggi.

17 Tabel 2 Persentase keberhasilan pemerangkapan kedua jenis perangkap pada empat lokasi yang berbeda Lokasi Keberhasilan Pemerangkapan (%) SindangBarang 12,8 Cibanteng 5,6 Balio 10,6 Ciledug 1,7 Aplikasi perangkap single yang cukup efektif adalah kombinasi single live trap dengan ikan asin. Ikan asin yang digunakan dalam perlakuan ini sama dengan ikan asin yang dikombinasikan multiple live trap. Namun bedanya, single live trap ini hanya mampu menangkap satu ekor tikus dalam sekali aplikasi, dan kurang efektif untuk menangkap tikus yang berukuran besar seperti tikus wirok (Bandicota indica) dan tikus riul (R. norvegicus). Tabel 3 Pengaruh faktor lokasi terhadap jumlah tikus yang tertangkap Lokasi Sindang Barang Cibanteng Balio Ciledug Rerata tikus 0,12778 a 0,05556 ab 0,10556 a 0,01667 b Berdasarkan hasil pemerangkapan yang dilakukan pada setiap time series, dapat diketahui bahwa jumlah tikus yang tertangkap semakin sedikit dari waktu ke

18 waktu di setiap lokasi, kecuali di Cibanteng. Penurunan grafik ini menunjukkan adanya pengaruh sifat jera perangkap (trap shyness), yaitu kejadian di mana tikus tidak mau masuk ke dalam perangkap yang telah disediakan. Hal ini berhubungan dengan sifat genetik tikus. Pada awal pemerangkapan tikus mudah ditangkap, tetapi pada pemerangkapan berikutnya tikus sulit tertangkap (Priyambodo 2003). Tikus yang telah terperangkap sebelumnya telah mengeluarkan alert hormone sebagai tanda bahaya kepada tikus lainnya, sehingga tikus lainnya tidak mau masuk ke dalam perangkap yang sama. Di Daerah Cibanteng, tikus yang tertangkap pada time series ke 2 tidak mengalami penurunan. Hal ini disebabkan pengaruh jera umpan tetap terjadi, tetapi bukan pada titik sama, melainkan titik yang berbeda pada setiap rumah. Sedangkan di Sindang Barang, Balio, dan Ciledug, penurunan jumlah tikus yang tertangkap sudah terlihat dari setiap time series. Grafik hasil tangkapan tikus pada setiap time series dapat dilihat pada Gambar 20. Gambar 20 Jumlah tikus yang tertangkap dari hasil pemerangkapan setiap time series di permukiman Wilayah Bogor dan Tangerang Penyebaran spesies hama tikus yaitu tikus sawah (R. argentiventer), tikus pohon (R. tiomanicus), tikus rumah (R. rattus), tikus ladang (R. exulans), dan tikus riul (R. norvegicus) umumnya menyebar, tetapi pada permukiman yang cukup terawat dan jauh dari sawah dan pekarangan, hanya dijumpai tikus rumah (R. rattus).

19 D. Hasil Perlakuan Rodentisida Perlakuan rodentisida cukup efektif dilakukan di Ciledug dengan rodentisida berbahan aktif bromadiolon dan brodifakum, sedangkan untuk Daerah Cibanteng dan Balio, perlakuan rodentisida kurang efektif, dan di Sindang Barang sangat tidak efektif. Hal ini dikarenakan Daerah Sindang Barang, Cibanteng, dan Balio merupakan kawasan yang cukup terbuka dan dekat dengan pekarangan. Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap ketertarikan tikus dalam mengonsumsi rodentisida karena banyak faktor luar yang mempengaruhinya. Sebaliknya, di Ciledug merupakan kawasan yang cukup mewah bila dibandingkan dengan ketiga kawasan tersebut. Lokasinya tertutup dan pengaruh faktor luar sangat kecil, sehingga ketertarikan tikus untuk mengonsumsi rodentisida cukup tinggi. Kandungan bahan aktif dan umpan dalam rodentisida tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah konsumsi rodentisida oleh tikus. Hal ini dibuktikan dengan jumlah konsumsi kedua rodentisida oleh tikus yang tidak terlalu besar. Jumlah rodentisida yang dikonsumsi tikus dengan interaksi antara jenis rodentisida dan lokasi perlakuan di permukiman Wilayah Bogor dan Tangerang dapat dilihat pada Gambar 21. Gambar 21 Jumlah rodentisida yang dikonsumsi tikus dengan interaksi antara jenis rodentisida dan lokasi perlakuan di permukiman Wilayah Bogor dan Tangerang

20 Pengaruh faktor lokasi terhadap jumlah rodentisida yang dikonsumsi tikus dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Pengaruh faktor lokasi terhadap jumlah rodentisida yang dikonsumsi tikus Lokasi Sindang Barang Cibanteng Balio Ciledug Rerata konsumsi rodentisida 0,0000 b 0,0974 b 0,0363 b 2,3695 a Selama dilakukan survei, belum pernah ada masyarakat yang menggunakan jasa pembasmi hama atau pest control untuk mengendalikan hama di rumahnya. Hal ini mungkin disebabkan faktor ekonomi yang kurang memadai. Ketidakmampuan masyarakat dalam membayar jasa pest control menjadi masalah utama. Oleh karena itu, masyarakat di Daerah Sindang Barang, Cibanteng, Balio, dan Ciledug lebih mengutamakan teknik pengendalian dengan caranya sendiri seperti sanitasi, fisik mekanik, dan kimiawi. Jumlah konsumsi rodentisida pada perlakuan di Daerah Sindang Barang adalah nol. Di Daerah Cibanteng mengalami kenaikan pada time series kedua, kemudian menurun pada time series ketiga. Di Daerah Balio, jumlah konsumsi rodentisida pada time series kedua mengalami penurunan dan meningkat pada time series ketiga. Sedangkan di Ciledug, jumlah konsumsi rodentisida dari setiap time series mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena faktor lingkungan pada setiap lokasi sangat mempengaruhi. Pengaruh faktor lingkungan di Daerah Sindang Barang, Cibanteng, dan Balio cukup besar, sehingga pengaruh jera umpan (bait shyness) antar perlakuan relatif kecil. Sedangkan di Ciledug, pengaruh lingkungan relatif kecil,

21 sehingga sifat jera umpan tikus dapat diketahui secara langsung. Jumlah rodentisida yang dikonsumsi tikus pada setiap time series dapat dilihat pada Gambar 22. Gambar 22 Grafik jumlah rodentisida yang dikonsumsi tikus pada setiap lokasi PEMBAHASAN UMUM Kehadiran dan aktivitas hama di permukiman memang menjadi masalah bagi penghuni rumah, karena hama tersebut dapat menimbulkan dampak yang negatif diantaranya penyakit berbahaya, rusaknya perabot rumah tangga, dan ketidaknyamanan tempat tinggal. Permasalahan yang ditimbulkan oleh adanya hama permukiman dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu berdasarkan tingkat bahaya, kerugian, atau gangguan yang kemungkinan dapat ditimbulkan oleh hamahama tersebut (Sigit 2006). Contoh terjadinya kasus demam berdarah. Selanjutnya, berdasarkan tingkat populasi hama-hama tersebut di lingkungan permukiman. Terakhir, berdasarkan tingkat toleransi pemukim terhadap keberadaan hama di lingkungannya. Dalam hal ini terkait dengan nilai ambang toleransi pemukim terhadap keberadaan hama di lingkungan sekitarnya. Suatu keadaan dapat menjadi masalah bagi seseorang tetapi tidak bagi orang lain. Tempat yang disukai oleh hama diantaranya kamar tidur, kamar mandi, dan selokan (Gambar 9). Lokasi-lokasi tersebut cukup mendukung untuk perkembangan

22 hama karena biasanya tempat tersebut merupakan tempat beraktivitas dan tempat pembuangan. Timbulnya berbagai macam hama di permukiman dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu makanan, sampah, lingkungan yang kotor, dan selokan. Sisa makanan yang tercecer di lantai dapat menjadi pemicu datangnya hama (Gambar 10), misalnya ceceran makanan yang manis di lantai dapat mendatangkan semut dan lalat. Ketersediaan makanan yang berlimpah bagi hama serta kondisi lingkungan yang tidak sehat mendukung perkembangan populasi hama. Kondisi rumah dan lingkungan yang kurang baik dapat memicu perkembangan populasi hama. Kondisi rumah yang kurang baik diantaranya lembab, kurang ventilasi, kotor, kurang cahaya, dan penuh dengan barang yang tidak tertata rapi. Semua kondisi tersebut sangat disukai oleh hama. Selain itu, kondisi di sekitar lingkungan permukiman yang padat penduduk, banyak sampah, selokan tidak lancar dapat menjadi pemicu munculnya hama. Berbagai tindakan pengendalian telah dilakukan diantaranya dengan sanitasi lingkungan, kimiawi, maupun fisik mekanik. Sanitasi lingkungan diantaranya melakukan penguburan barang bekas untuk menghindari hama nyamuk dan tikus, membersihkan selokan, dan membersihkan sampah di sekitar permukiman. Pengendalian kimiawi yang dilakukan misalnya dengan aplikasi pestisida untuk hama tertentu, misalnya nyamuk, kecoa, lalat, dan tikus. Berdasarkan hasil survei, masyarakat lebih menyukai melakukan pengendalian dengan sanitasi lingkungan. Tindakan pengendalian ini dilakukan untuk hama seperti nyamuk, kecoa, dan tikus. Alasan masyarakat menggunakan teknik pengendalian sanitasi karena biayanya murah dan mudah dilakukan Penggunaan pestisida cukup banyak ditemukan di masyarakat, tetapi ada sebagian warga yang tidak mau mengaplikasikan pestisida di rumahnya. Hal ini dikarenakan pestisida akan berdampak bagi anggota keluarganya. Selain itu, mereka juga khawatir pestisida dapat meracuni hewan bukan sasaran apabila dikonsumsi. Alasan penggunaan pestisida karena biayanya relatif terjangkau dan mudah diaplikasikan.

23 Bentuk formulasi pestisida yang banyak digunakan oleh masyarakat adalah cair (Gambar 11). Masyarakat banyak menggunakan pestisida dalam bentuk cair dengan alasan efektivitas, kemudahan dalam penyimpanan, kemudahan aplikasi, keamanan, dan biaya (Wirawan 2006). Dalam mendapatkan pestisida, masyarakat biasanya mendapat rekomendasi dari tetangga, teman, dan pengalaman pribadi (Gambar 12). Setelah mendapatkan rekomendasi jenis pestisida yang tepat, mereka langsung mencarinya di toko terdekat. Pada umumnya aplikasi pestisida dilakukan pada malam hari karena hama permukiman sebagian besar pada aktif pada malam hari (Gambar 13). Pada umumnya, masyarakat kurang memperhatikan cara aplikasi yang tepat dari suatu jenis pestisida tertentu (Gambar 14). Hal ini disebabkan kurangnya tingkat pendidikan dan kepedulian akan kesehatan diri sendiri dan lingkungan. Selain itu, sebagian besar masyarakat juga tidak memperhatikan aspek penyimpanan pestisida setelah digunakan (Gambar 15). Di Daerah Bogor, pestisida kebanyakan disimpan di dalam rumah seperti kolong tempat tidur, dapur, dan ruang keluarga. Sedangkan di Ciledug, masyarakatnya cukup memperhatikan dampak dari pestisida tersebut, sehingga mereka menyimpan dengan lebih hati-hati, seperti di luar rumah, garasi, dan ada pula yang menyimpan di gudang. Teknik pengendalian yang dilakukan untuk mengendalikan tikus yaitu dengan menggunakan perangkap hidup (multiple live trap) dan lem tikus (sticky trap). Perangkap hidup digunakan karena murah harganya, mudah didapat, dan efektif karena dalam sekali aplikasi mampu menangkap lebih dari satu ekor tikus. Sedangkan lem tikus cukup banyak digunakan karena tidak berbau, mudah dalam aplikasi, dan harganya murah. Sebagian besar masyarakat lebih menyukai menggunakan perangkap tikus dibanding dengan menggunakan racun tikus. Hal ini karena bila menggunakan racun tikus maka bangkai tikus yang mati tidak terlihat sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap dan sulit untuk ditemukan. Selama dilakukan survei, belum pernah ada masyarakat yang menggunakan jasa pembasmi hama atau pest control untuk mengendalikan hama di rumahnya. Hal ini mungkin disebabkan faktor ekonomi yang kurang memadai. Ketidakmampuan

24 masyarakat dalam membayar jasa pest control menjadi masalah utama. Oleh karena itu, masyarakat di Daerah Sindang Barang, Cibanteng, Balio, dan Ciledug lebih mengutamakan teknik pengendalian dengan cara seperti sanitasi, fisik mekanik, dan kimiawi. Tikus hasil pemerangkapan yang dilakukan di Sindang Barang cukup efektif, yaitu 23 ekor, namun semua tikus tersebut belum sempat diidentifikasi, sehingga belum diketahui secara pasti jenis tikus apa saja yang tertangkap. Hasil perlakuan rodentisida justru berlawanan dengan perlakuan perangkap. Hal ini ditunjukkan dengan tidak ada satupun rodentisida yang dimakan oleh tikus selama aplikasi. Hasil pemerangkapan di Cibanteng menunjukkan bahwa tikus yang tertangkap sebagian besar adalah tikus rumah (R. rattus) dengan peletakan titik lokasi perangkap yang berbeda-beda seperti di pekarangan, dekat lokasi pemancingan, dan dapur rumah. Tikus pohon (R. tiomanicus) didapat dari peletakan perangkap di pekarangan dekat dengan kolam pemancingan, sedangkan tikus riul (R. norvegicus) didapat dari peletakan perangkap di kamar mandi. Hasil perlakuan rodentisida di Cibanteng tidak terlalu berbeda nyata dengan daerah Sindang Barang, karena hanya sedikit rodentisida yang dimakan dan ada beberapa rodentisida yang hilang. Pada perlakuan perangkap di Balio, tikus yang paling banyak tertangkap adalah tikus rumah (R. rattus) dengan jumlah total sebanyak 8 ekor. Lokasi pemerangkapannya pun berbeda-beda yaitu dapur, ruang makan, ruang tamu, dan teras rumah. Tikus pohon (R. tiomanicus) didapat dari hasil pemerangkapan di dapur, ruang makan, dan pekarangan rumah. Tikus ladang (R. exulans) didapat dari hasil pemerangkapan di pekarangan rumah. Sedangkan tikus sawah (R. argentiventer) didapat dari hasil pemerangkapan di teras rumah. Hasil pemerangkapan di daerah Ciledug menunjukkan bahwa tikus yang tertangkap hanya tikus rumah (R. rattus) yang terperangkap di dapur dan pekarangan rumah. Hasil perlakuan perangkap di daerah Balio juga tidak berbeda nyata dibanding daerah sebelumnya yaitu Sindang Barang dan Cibanteng. Hal ini ditunjukkan dengan sedikitnya jumlah rodentisida yang dimakan, walaupun ada sebagian rodentisida yang hilang. Pada tempat aplikasi rodentisida yang hilang, terdapat tanda-tanda kehadiran tikus, sehingga jumlah

25 konsumsi dalam perhitungan dicantumkan bobot awal dikurangi bobot rodentisida dikali 25%. Sedangkan di Ciledug, aplikasi rodentisida sangat berbeda nyata. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya rodentisida yang dikonsumsi oleh tikus, dengan satu rodentisida bromadiolon yang hilang. Jumlah konsumsi rodentisida yang dikonsumsi terbanyak terjadi pada perlakuan time series kedua, dan mengalami penurunan pada time series ketiga. Rendahnya jumlah rodentisida yang dikonsumsi oleh tikus dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor lingkungan. Faktor lingkungan sangat menentukan jumlah konsumsi rodentisida, karena lingkungan yang terbuka dapat mempengaruhi daya tarik umpan terhadap tikus. Hal ini dibuktikan dengan jumlah konsumsi yang rendah di daerah Sindang Barang, Cibanteng, dan Balio. Daerah ini cukup terbuka, banyak terdapat semak dan pohon besar. Oleh sebab itu, ketertarikan tikus terhadap rodentisida sangat kecil. Sedangkan di Ciledug merupakan daerah yang cukup padat dan tertutup, tidak banyak pohon besar, maupun semak. Hal ini dapat memicu ketertarikan tikus terhadap rodentisida dalam mengkonsumsinya. Oleh sebab itu, aplikasi rodentisida di permukiman yang relatif terbuka kurang efektif.

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP HAMA PERMUKIMAN SERTA PENGENDALIAN TIKUS DI BOGOR DAN TANGERANG ANIEF NUGROHO

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP HAMA PERMUKIMAN SERTA PENGENDALIAN TIKUS DI BOGOR DAN TANGERANG ANIEF NUGROHO PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP HAMA PERMUKIMAN SERTA PENGENDALIAN TIKUS DI BOGOR DAN TANGERANG ANIEF NUGROHO DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 ABSTRAK ANIEF NUGROHO.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Jenis Hama yang Terdapat di Perumahan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Jenis Hama yang Terdapat di Perumahan HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Survei Survei dilakukan di perumahan, restoran, dan rumah sakit di Jakarta Utara, Depok, dan Bogor dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan hama yang terdapat

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP HAMA PERMUKIMAN SERTA PENGENDALIAN TIKUS DI BOGOR DAN TANGERANG ANIEF NUGROHO

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP HAMA PERMUKIMAN SERTA PENGENDALIAN TIKUS DI BOGOR DAN TANGERANG ANIEF NUGROHO PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP HAMA PERMUKIMAN SERTA PENGENDALIAN TIKUS DI BOGOR DAN TANGERANG ANIEF NUGROHO DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 ABSTRAK ANIEF NUGROHO.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Rencana Strategis Kementrian Kesehatan (2011), Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Rencana Strategis Kementrian Kesehatan (2011), Pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Rencana Strategis Kementrian Kesehatan (2011), Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian Tingkat Kejeraan Tikus Sawah (R. argentiventer) dan Tikus Rumah (R. rattus diardii) terhadap Rodentisida Seng Fosfida

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian Tingkat Kejeraan Tikus Sawah (R. argentiventer) dan Tikus Rumah (R. rattus diardii) terhadap Rodentisida Seng Fosfida 28 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Tingkat Kejeraan Tikus Sawah (R. argentiventer) dan Tikus Rumah (R. rattus diardii) terhadap Rodentisida Seng Fosfida Pengujian tingkat kejeraan tikus sawah dan tikus

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pemantauan Vektor Penyakit dan Binatang Pengganggu. dan binatang pengganggu lainnya yaitu pemantauan vektor penyakit dan

BAB V PEMBAHASAN. A. Pemantauan Vektor Penyakit dan Binatang Pengganggu. dan binatang pengganggu lainnya yaitu pemantauan vektor penyakit dan BAB V PEMBAHASAN A. Pemantauan Vektor Penyakit dan Binatang Pengganggu Dari hasil wawancara dengan petugas kesehatan lingkungan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta tentang pemantauan vektor penyakit

Lebih terperinci

TINDAKAN MASYARAKAT PERKOTAAN DI BOGOR TERHADAP KEHADIRAN TIKUS SHERLY ASRILIA A

TINDAKAN MASYARAKAT PERKOTAAN DI BOGOR TERHADAP KEHADIRAN TIKUS SHERLY ASRILIA A TINDAKAN MASYARAKAT PERKOTAAN DI BOGOR TERHADAP KEHADIRAN TIKUS SHERLY ASRILIA A44103062 PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 TINDAKAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Daerah Khusus Ibukota (DKI ) DKI adalah ibu kota negara Republik Indonesia, terletak di bagian barat laut Pulau Jawa dengan luas sekitar 661,52 km². terdiri dari

Lebih terperinci

Gambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak

Gambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak Gambar lampiran : Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak Gambar lampiran 2: saluran limbah yang kotor dan tidak tertutup dekat dengan Pengolahan sambal Gambar lampiran 3: keadaan dapur yang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Kurungan tunggal

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Kurungan tunggal 15 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Vertebrata Hama, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dimulai dari bulan

Lebih terperinci

JENIS_JENIS TIKUS HAMA

JENIS_JENIS TIKUS HAMA JENIS_JENIS TIKUS HAMA Beberapa ciri morfologi kualitatif, kuantitatif, dan habitat dari jenis tikus yang menjadi hama disajikan pada catatan di bawah ini: 1. Bandicota indica (wirok besar) Tekstur rambut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Penggunaan Pestisida Rumah Tangga

TINJAUAN PUSTAKA Penggunaan Pestisida Rumah Tangga TINJAUAN PUSTAKA Penggunaan Pestisida Rumah Tangga Penggunaan pestisida saat ini tidak hanya dalam bidang pertanian, namun telah banyak digunakan dalam bidang kesehatan, rumah tangga, perkantoran, dan

Lebih terperinci

KUESIONER HUBUNGAN PERILAKU PENGOLAHAN LIMBAH IKAN ASIN DENGAN SANITASI LINGKUNGAN KERJA PADA INDUSTRI IKAN ASIN PHPT MUARA ANGKE JAKARTA UTARA

KUESIONER HUBUNGAN PERILAKU PENGOLAHAN LIMBAH IKAN ASIN DENGAN SANITASI LINGKUNGAN KERJA PADA INDUSTRI IKAN ASIN PHPT MUARA ANGKE JAKARTA UTARA Identitas Responden Petunjuk: isilah data identitas Anda di bawah ini dan lingkari pada jawaban yang paling sesuai dengan keadaan yang Anda alami, dengan sebenar-benar nya dan sesuai identitas. 1. Nama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia kesehatan masyarakat merupakan masalah utama, hal ini dikarenakan Indonesia merupakan negara tropik yang mempunyai kelembaban dan suhu yang berpengaruh

Lebih terperinci

Preferensi Kecoa Amerika Periplaneta americana (L.) (Blattaria: Blattidae) terhadap Berbagai Kombinasi Umpan

Preferensi Kecoa Amerika Periplaneta americana (L.) (Blattaria: Blattidae) terhadap Berbagai Kombinasi Umpan Perhimpunan Entomologi Indonesia J. Entomol. Indon., September 2010, Vol. 7, No. 2, 67-77 Preferensi Kecoa Amerika Periplaneta americana (L.) (Blattaria: Blattidae) terhadap Berbagai Kombinasi HERMA AMALIA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tikus Rumah, Tikus Pohon, dan Tikus Sawah Klasifikasi dan Morfologi Bioekologi

TINJAUAN PUSTAKA Tikus Rumah, Tikus Pohon, dan Tikus Sawah Klasifikasi dan Morfologi Bioekologi 3 TINJAUAN PUSTAKA Tikus Rumah, Tikus Pohon, dan Tikus Sawah Klasifikasi dan Morfologi Berdasarkan karakter dan ciri morfologi yang dimiliki, tikus rumah (Rattus rattus diardii) digolongkan ke dalam kelas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Ketertarikan Tikus Sawah terhadap Rodentisida dan Umpan (Choice Test) Konsumsi Tikus Sawah terhadap Empat Formulasi Rodentisida Bromadiolon Tikus sawah yang mempunyai habitat

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU TERHADAP DEMAM BERDARAH PADA MASYARAKAT DI CIMAHI TENGAH

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU TERHADAP DEMAM BERDARAH PADA MASYARAKAT DI CIMAHI TENGAH Lampiran 1 50 KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU TERHADAP DEMAM BERDARAH PADA MASYARAKAT DI CIMAHI TENGAH Nama Alamat Umur Status dalam keluarga Pekerjaan Pendidikan terakhir :.. :..

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Kerangka Pemikiran Permukiman adalah suatu suatu ekosistem, dimana masyarakat sebagai komponen sosial sekaligus merupakan komponen biologis, sementara kondisi

Lebih terperinci

TL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3

TL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3 TL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3 Rizka Firdausi Pertiwi, S.T., M.T. Rumah Bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Perumahan Kelompok rumah

Lebih terperinci

(Rattus tiomanicus MILLER) MENUJU. Dhamayanti A.

(Rattus tiomanicus MILLER) MENUJU. Dhamayanti A. METODE PENGENDALIAN HAMA TIKUS (Rattus tiomanicus MILLER) MENUJU PERTANIAN BERKELANJUTAN oleh Dhamayanti A. PENGENDALIAN TIKUS, Rattus tiomanicus MILLER Sebelum th 1970, rodentisida (Klerat, ratropik dengan

Lebih terperinci

Si Pengerat Musuh Petani Tebu..

Si Pengerat Musuh Petani Tebu.. Si Pengerat Musuh Petani Tebu.. Embriani BBPPTP Surabaya Gambar. Tanaman Tebu Yang Terserang Tikus Hama/pest diartikan sebagai jasad pengganggu bisa berupa jasad renik, tumbuhan, dan hewan. Hama Tanaman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 20 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Konsumsi pada Perlakuan Kontrol Gabah, Beras, dan Jagung (No Choice Test) Hasil yang diperoleh dari pengujian konsumsi tikus terhadap umpan gabah, beras, dan jagung (no

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), hama walang sangit dapat di klasifikasikan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), hama walang sangit dapat di klasifikasikan sebagai TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Walang Sangit (Leptocorisa acuta T.) berikut : Menurut Kalshoven (1981), hama walang sangit dapat di klasifikasikan sebagai Kelas Ordo Famili Genus Species : Insekta : Hemiptera

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan 19 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Vertebrata Hama, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor serta daerah pengambilan tikus uji

Lebih terperinci

AGROVIGOR VOLUME 6 NO. 2 SEPTEMBER 2013 ISSN

AGROVIGOR VOLUME 6 NO. 2 SEPTEMBER 2013 ISSN AGROVIGOR VOLUME 6 NO. 2 SEPTEMBER 2013 ISSN 1979 5777 145 PREFERENSI DAN EFIKASI RODENTISIDA BRODIFAKUM TERHADAP TIGA JENIS TIKUS HAMA Swastiko Priyambodo dan Rizky Nazarreta Dept. Proteksi Tanaman, Fak.

Lebih terperinci

Rumah Sehat. edited by Ratna Farida

Rumah Sehat. edited by Ratna Farida Rumah Sehat edited by Ratna Farida Rumah Adalah tempat untuk tinggal yang dibutuhkan oleh setiap manusia dimanapun dia berada. * Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya

Lebih terperinci

TINGKAT KEJERAAN RACUN DAN UMPAN PADA TIKUS SAWAH

TINGKAT KEJERAAN RACUN DAN UMPAN PADA TIKUS SAWAH TINGKAT KEJERAAN RACUN DAN UMPAN PADA TIKUS SAWAH (Rattus argentiventer Rob. & Klo.), TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii Linn.), DAN TIKUS POHON (Rattus tiomanicus Mill.) JOHAN PERMADA DEPARTEMEN PROTEKSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan Indonesia merupakan negara tropik yang mempunyai kelembaban

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan Indonesia merupakan negara tropik yang mempunyai kelembaban BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia kesehatan masyarakat merupakan masalah utama, hal ini dikarenakan Indonesia merupakan negara tropik yang mempunyai kelembaban dan suhu yang berpengaruh

Lebih terperinci

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n T E N T A N G P E R M A K U L T U R S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n A PA ITU P ERMAKULTUR? - MODUL 1 DESA P ERMAKULTUR Desa yang dirancang dengan Permakultur mencakup...

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk makanan dari jasaboga. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk makanan dari jasaboga. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya pendapatan masyarakat dan meningkatnya kegiatan pekerjaan di luar rumah, akan meningkatkan kebutuhan jasa pelayanan makanan terolah termasuk makanan dari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum perlakuan penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji pendahuluan dengan konsentrasi 20%, 25%, dan 30% terhadap 2 tikus sawah pada masingmasing konsentrasi. Didapatkan hasil

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuisioner PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuisioner PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA LAMPIRAN Lampiran 1. Kuisioner PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SURVEI PENGENDALIAN HAMA TERPADU HAMA LALAT BUAH (Bactrocera spp. (DIPTERA : TEPHTRITIDAE)) PADA

Lebih terperinci

LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Keluhan Konsumen

LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Keluhan Konsumen LAMPIRAN Lampiran. Daftar Pertanyaan Keluhan Konsumen. Kapan anda datang untuk makan di restoran ini? Jawab:....... Produk apa yang biasanya Anda beli? Jawab:....... Selama makan di restoran ini apakah

Lebih terperinci

Untuk mengatasi serangan hama tikus, dapat dilakukan cara cara sebagai berikut:

Untuk mengatasi serangan hama tikus, dapat dilakukan cara cara sebagai berikut: Berikut merupakan beberapa contoh hama. a. Tikus Tikus merupakan hama yang sering kali membuat pusing para petani. Hal ini diesbabkan tikus sulit dikendalikan karena memiliki daya adaptasi, mobilitas,

Lebih terperinci

DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA

DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA Imran SL Tobing Fakultas Biologi Universitas Nasional, Jakarta ABSTRAK Sampah sampai saat ini selalu menjadi masalah; sampah dianggap sebagai sesuatu

Lebih terperinci

RUMAH SEHAT. Oleh : SUYAMDI, S.H, M.M Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar

RUMAH SEHAT. Oleh : SUYAMDI, S.H, M.M Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar RUMAH SEHAT Oleh : SUYAMDI, S.H, M.M Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar Pengertian Rumah Rumah Adalah tempat untuk tinggal yang dibutuhkan oleh setiap manusia dimanapun dia berada. * Rumah adalah

Lebih terperinci

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI A. IDENTITAS PEKERJA Nama Alamat Usia :... :... :. Tahun Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan Status Perkawinan : 1.Kawin 2.

Lebih terperinci

From Farm to Fork...

From Farm to Fork... TITIS SARI KUSUMA From Farm to Fork... GAP GHP GTP GHP GLP GMP Konsumen Praktek Produksi yang baik (GMP) Merupakan kombinasi dari produksi dan prosedur pengawasan kualitas yang ditujukan untuk memastikan

Lebih terperinci

Di Rusun Mereka "Dimanja", di Perahu Mereka Menderita...

Di Rusun Mereka Dimanja, di Perahu Mereka Menderita... Di Rusun Mereka "Dimanja", di Perahu Mereka Menderita... http://megapolitan.kompas.com/read/2016/04/21/10481831/di.rusun.mereka.dimanja.di.perahu.mereka.menderita KOMPAS/RADITYA HELABUMIRumah Susun Rawa

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Lampiran 5 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH LINGKUNGAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH, PERSONAL HYGIENE DAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) TERHADAP KELUHAN KESEHATAN PADA PEMULUNG DI KELURAHAN TERJUN KECAMATAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 922-933 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tikus

TINJAUAN PUSTAKA Tikus 5 TINJAUAN PUSTAKA Tikus Tikus merupakan salah satu satwa liar yang menjadi hama penting bagi kehidupan manusia baik dalam bidang pertanian, perkebunan, maupun permukiman. Lebih dari 150 spesies tikus

Lebih terperinci

LAMPIRAN I DOKUMENTASI PENELITIAN

LAMPIRAN I DOKUMENTASI PENELITIAN 93 LAMPIRAN I DOKUMENTASI PENELITIAN Gambar 1. Keadaan Rumah Responden Gambar 2. Keaadaan Rumah Responden Dekat Daerah Pantai 94 Gambar 3. Parit/selokan Rumah Responden Gambar 4. Keadaan Rawa-rawa Sekitar

Lebih terperinci

II Observasi. No Objek pengamatan. Total skor masing masing setiap kantin Bobot Nilai Lokasi & Bangunan SMA Lokasi : a.

II Observasi. No Objek pengamatan. Total skor masing masing setiap kantin Bobot Nilai Lokasi & Bangunan SMA Lokasi : a. LAMPIRAN I LEMBAR OBSERVASI KONDISI HIGIENE DAN SANITASI PENYELENGGARA MAKANAN DAN MINUMAN PADA KANTIN SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DI KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 0 I. Indentitas

Lebih terperinci

USAHA SAMBILAN BUDIDAYA WALET DI MENDATI NGAMBUR LAMPUNG BARAT. Suyadi L

USAHA SAMBILAN BUDIDAYA WALET DI MENDATI NGAMBUR LAMPUNG BARAT. Suyadi L USAHA SAMBILAN BUDIDAYA WALET DI MENDATI NGAMBUR LAMPUNG BARAT Suyadi L200100015 TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012 1 Tentang Burung Walet Burung Walet merupakan burung pemakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman penduduk serta tempat-tempat umum lainnya. Pada saat ini telah

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman penduduk serta tempat-tempat umum lainnya. Pada saat ini telah 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Lingkungan mempunyai pengaruh serta kepentingan yang relatif besar dalam hal peranannya sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan ikan segar. Menurut Handajani (1994) (dalam Sari, 2011), ikan asin lebih menguntungkan dalam hal kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan ikan segar. Menurut Handajani (1994) (dalam Sari, 2011), ikan asin lebih menguntungkan dalam hal kesehatan. 1 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan ilmu dan teknologi maka berkembang pula peralatan-peralatan mekanis yang dapat mempercepat dan memperbaiki mutu produknya. Produkproduk perikanan

Lebih terperinci

PROPOSAL REKAYASA SARANA SANITASI ALAT PENGHITUNG KEPADATAN LALAT (FLY GRILL) BAB I PENDAHULUAN

PROPOSAL REKAYASA SARANA SANITASI ALAT PENGHITUNG KEPADATAN LALAT (FLY GRILL) BAB I PENDAHULUAN PROPOSAL REKAYASA SARANA SANITASI ALAT PENGHITUNG KEPADATAN LALAT (FLY GRILL) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lalat merupakan salah satu insekta (serangga) yang termasuk ordo Dipthera, yaitu insekta

Lebih terperinci

READY-TO-USE (RTU) Ada beberapa macam jenis RTU, antara lain oil spray dan aerosol yang banyak dijual untuk rumah tangga.

READY-TO-USE (RTU) Ada beberapa macam jenis RTU, antara lain oil spray dan aerosol yang banyak dijual untuk rumah tangga. (LANJUTAN) READY-TO-USE (RTU) Ada beberapa macam jenis RTU, antara lain oil spray dan aerosol yang banyak dijual untuk rumah tangga. Untuk pemakaian professional adalah ULV. Formulasi ini siap pakai dan

Lebih terperinci

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler BAB I Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler Kampung Hamdan merupakan salah satu daerah di Kota Medan yang termasuk sebagai daerah kumuh. Hal ini dilihat dari ketidak beraturannya permukiman warga

Lebih terperinci

Mengenal Tikus Sawah

Mengenal Tikus Sawah AgroinovasI Mengenal Tikus Sawah Tikus sawah (Rattus argentiventer Rob & Kloss) merupakan hama utama tanaman padi dari golongan mammalia (binatang menyusui), yang mempunyai sifat-sifat yang sangat berbeda

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengganggu kenyamanan hidup manusia karena meninggalkan bau yang

I. PENDAHULUAN. mengganggu kenyamanan hidup manusia karena meninggalkan bau yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecoa merupakan salah satu jenis serangga pemukiman yang sering mengganggu kenyamanan hidup manusia karena meninggalkan bau yang tidak sedap, pembawa patogen penyakit,

Lebih terperinci

Uji Efektifitas Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Sebagai Pestisida Nabati terhadap Perilaku Makan Tikus Hama (Rattus argetiventer)

Uji Efektifitas Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Sebagai Pestisida Nabati terhadap Perilaku Makan Tikus Hama (Rattus argetiventer) Uji Efektifitas Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Sebagai Pestisida Nabati terhadap Perilaku Makan Tikus Hama (Rattus argetiventer) Rahmawasiah, Rahman Hairuddin dan Abdul Jalil Universitas Cokroaminoto

Lebih terperinci

PERILAKU DAN APLIKASI PENGGUNAAN PESTISIDA SERTA KELUHAN KESEHATAN PETANI DI DESA URAT KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR

PERILAKU DAN APLIKASI PENGGUNAAN PESTISIDA SERTA KELUHAN KESEHATAN PETANI DI DESA URAT KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR 62 PERILAKU DAN APLIKASI PENGGUNAAN PESTISIDA SERTA KELUHAN KESEHATAN PETANI DI DESA URAT KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR A. Data Umum 1. Nomor Responden : 2. Nama : 3. Umur : 4. Jenis Kelamin : a.

Lebih terperinci

Kuesioner Penelitian

Kuesioner Penelitian Lampiran 1. Kuesioner Penelitian PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN ANGGOTA KOMUNITAS PEMUDA PEDULI LINGKUNGAN TENTANG PENCEMARAN LINGKUNGAN DI KELURAHAN SEI KERA HILIR I KECAMATAN MEDAN PERJUANGAN KOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. arthropoda yang berperan sebagai penular penyakit sehingga dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. arthropoda yang berperan sebagai penular penyakit sehingga dikenal sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan saat ini diarahkan untuk menekan angka kematian yang disebabkan oleh berbagai penyakit yang jumlahnya semakin meningkat. Masalah umum yang

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN PERANGKAP, PENGUJIAN JENIS RODENTISIDA DALAM PENGENDALIAN TIKUS POHON

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN PERANGKAP, PENGUJIAN JENIS RODENTISIDA DALAM PENGENDALIAN TIKUS POHON PERANCANGAN DAN PENGUJIAN PERANGKAP, PENGUJIAN JENIS RODENTISIDA DALAM PENGENDALIAN TIKUS POHON (Rattus tiomanicus Mill.), TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii Linn.), DAN TIKUS SAWAH (Rattus argentiventer

Lebih terperinci

SANITASI DAN KEAMANAN

SANITASI DAN KEAMANAN SANITASI DAN KEAMANAN Sanitasi adalah.. pengendalian yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan bahan baku, peralatan dan pekerja untuk mencegah pencemaran pada hasil olah, kerusakan hasil olah,

Lebih terperinci

BAB VI RESPON MASYARAKAT LOKAL ATAS DAMPAK SOSIO-EKOLOGI HADIRNYA INDUSTRI PENGOLAHAN TAHU

BAB VI RESPON MASYARAKAT LOKAL ATAS DAMPAK SOSIO-EKOLOGI HADIRNYA INDUSTRI PENGOLAHAN TAHU 63 BAB VI RESPON MASYARAKAT LOKAL ATAS DAMPAK SOSIO-EKOLOGI HADIRNYA INDUSTRI PENGOLAHAN TAHU 6.1 Pendahuluan Dampak Sosio-Ekologi Kampung Cikaret memiliki dua buah sungai yang mengaliri kawasan RW 01

Lebih terperinci

terpaksa antri atau harus berjalan jauh puluhan kilometer hanya untuk mendapatkan air bersih. Sebaliknya, ketika musim hujan tiba, air menjadi banyak

terpaksa antri atau harus berjalan jauh puluhan kilometer hanya untuk mendapatkan air bersih. Sebaliknya, ketika musim hujan tiba, air menjadi banyak Di bab awal kamu telah mendapat penjelasan tentang lingkungan alam dan buatan. Lalu bagaimanakah cara memelihara lingkungan alam dan buatan? Bagaimana dampak jika tidak memelihara lingkungan dengan baik?

Lebih terperinci

INSPEKSI HIGIENE DAN SANITASI DI WILAYAH KANTOR KESEHATAN PELABUHAN

INSPEKSI HIGIENE DAN SANITASI DI WILAYAH KANTOR KESEHATAN PELABUHAN Lampiran 1 INSPEKSI HIGIENE DAN SANITASI DI WILAYAH KANTOR KESEHATAN PELABUHAN Nama Lokasi : Diperiksa Tanggal : Alamat : No. Sasaran Jenis Pemeriksaan 1. Halaman Bersih/tidak ada sampah berserakan Ada

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Vertebrata Hama, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dari bulan Februari sampai Juli 2011.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pengendalian hama tanaman merupakan salah satu faktor yang menentukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pengendalian hama tanaman merupakan salah satu faktor yang menentukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengendalian hama tanaman merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam usaha tani. Pada belakangan tahun ini ada anggapan bahwa pengendalian hama

Lebih terperinci

Lydia M. Ivakdalam ABSTRAK

Lydia M. Ivakdalam ABSTRAK Populasi dan habitat tikus rumah (Rattus rattus diardii) Dosen Fakultas Kesehatan Universitas Kristen Indonesia Maluku ABSTRAK Hama merupakan golongan serangga dan hewan vetebrata pengganggu yang mampu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Karanganyar terdapat 13 perusahaan tekstil. Salah satu perusahaan di daerah

BAB IV HASIL PENELITIAN. Karanganyar terdapat 13 perusahaan tekstil. Salah satu perusahaan di daerah BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Berdasarkan data dari kelurahan desa Waru, Kecamatan Kebakkramat, Karanganyar terdapat 13 perusahaan tekstil. Salah satu perusahaan di daerah

Lebih terperinci

Permasalahan Sosial. Kehidupan di dalam masyarakat tidak terlepas dari berbagai permasalahan sosial.

Permasalahan Sosial. Kehidupan di dalam masyarakat tidak terlepas dari berbagai permasalahan sosial. Permasalahan Sosial Pemukiman kumuh, salah satu masalah di kota besar. Kehidupan di dalam masyarakat tidak terlepas dari berbagai permasalahan sosial. Mengenal Permasalahan di Daerah 1. Jenis Permasalahan

Lebih terperinci

Anti Nyamuk Bakar dan Kampanye Rumah Bebas Nyamuk

Anti Nyamuk Bakar dan Kampanye Rumah Bebas Nyamuk Anti Nyamuk Bakar dan Kampanye Rumah Bebas Nyamuk Upik Kesumawati Hadi Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

KESEHATAN DAN SANITASI LINGKUNGAN TIM PEMBEKALAN KKN UNDIKSHA 2018

KESEHATAN DAN SANITASI LINGKUNGAN TIM PEMBEKALAN KKN UNDIKSHA 2018 KESEHATAN DAN SANITASI LINGKUNGAN TIM PEMBEKALAN KKN UNDIKSHA 2018 PENYEBAB??? Status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebagainya. Pentingnya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 7 Frekuensi = Dominasi Spesies Angka dominasi spesies dihitung berdasarkan hasil perkalian antara kelimpahan nisbi dengan frekuensi nyamuk tertangkap spesies tersebut dalam satu waktu penangkapan. Dominasi

Lebih terperinci

UJI KOMPETENSI SEMESTER I. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d yang merupakan jawaban yang paling tepat!

UJI KOMPETENSI SEMESTER I. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d yang merupakan jawaban yang paling tepat! UJI KOMPETENSI SEMESTER I Latihan 1 Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d yang merupakan jawaban yang paling tepat! 1. Berikut ini yang bukan merupakan syarat rumah yang bersih dan sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Data Profil Kesehatan Puskesmas Getasan tahun 2014, menunjukkan bahwa terdapat 84 temuan kasus diare.

BAB I PENDAHULUAN. Data Profil Kesehatan Puskesmas Getasan tahun 2014, menunjukkan bahwa terdapat 84 temuan kasus diare. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Desa Tolokan adalah salah satu wilayah di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah yang memiliki angka kasus diare tertinggi. Data Profil Kesehatan Puskesmas Getasan tahun

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 10. HAMA DAN PENYAKIT TANAMANlatihan soal 10.1

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 10. HAMA DAN PENYAKIT TANAMANlatihan soal 10.1 SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 10. HAMA DAN PENYAKIT TANAMANlatihan soal 10.1 1. Berikut ini yang merupakan tanda bahwa tanaman dirusak oleh cacing, kecuali.. Bintil akar B. Bercak akar Busuk akar Lubang pada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Kemampuan Makan Bondol Peking dan Bondol Jawa Pengujian Individu terhadap Konsumsi Gabah Bobot tubuh dan konsumsi bondol peking dan bondol jawa terhadap gabah dapat dilihat pada

Lebih terperinci

Sanitasi Penyedia Makanan

Sanitasi Penyedia Makanan Bab 6 Sanitasi Penyediaan Makanan Sanitasi Penyedia Makanan Sanitasi Jasa Boga Sanitasi Rumah Makan & Restoran Sanitasi Hotel Sanitasi Rumah Sakit Sanitasi Transportasi Penggolongan Jasa Boga Jasa boga

Lebih terperinci

FIELD BOOK PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DAN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN

FIELD BOOK PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DAN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN FIELD BOOK PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN 1 PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN I. RUMAH Rumah merupakan tempat tinggal bagi suatu keluarga yang berfungsi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran

Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran LAMPIRAN Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran No Parameter Bobot Nilai A Kondisi umum sekitar restoran 1 Lokasi 1 0 Jarak jasaboga minimal 500 m dari sumber pencemaran seperti tempat sampah umum,

Lebih terperinci

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao PENDAHULUAN Pengolahan hasil kakao rakyat, sebagai salah satu sub-sistem agribisnis, perlu diarahkan secara kolektif. Keuntungan penerapan pengolahan secara kolektif adalah kuantum biji kakao mutu tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tikus dan mencit adalah hewan pengerat (rondensia) yang lebih dikenal sebagai hama tanaman pertanian, perusak barang digudang dan hewan pengganggu yang menjijikan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampah merupakan masalah yang dihadapi oleh seluruh negara di dunia. Selain itu, sampah juga berpotensi besar menimbulkan masalah lingkungan dan kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. DAFTAR PERTANYAAN

LAMPIRAN 1. DAFTAR PERTANYAAN 93 LAMPIRAN. DAFTAR PERTANYAAN Pertanyaan yang diberikan kepada responden Unit Usaha Jasa Boga dan Unit Usaha Pengguna Jasa Boga mengenai pengetahuan tentang sertifikat keamanan pangan.. Apakah anda mengetahui

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN. Sub Pokok Bahasan : Pegelolaan Sampah : Masyarakat RW 04 Kelurahan Karang Anyar

SATUAN ACARA PENYULUHAN. Sub Pokok Bahasan : Pegelolaan Sampah : Masyarakat RW 04 Kelurahan Karang Anyar SATUAN ACARA PENYULUHAN Pokok Bahasan : Kesehatan Lingkungan Sub Pokok Bahasan : Pegelolaan Sampah Sasaran : Masyarakat RW 04 Kelurahan Karang Anyar Waktu : 25 menit Hari / tanggal : Rabu, 30 April 2014

Lebih terperinci

PANDUAN WAWANCARA PENDERITA TB PARU DI KLINIK SANITASI

PANDUAN WAWANCARA PENDERITA TB PARU DI KLINIK SANITASI PANDUAN WAWANCARA PENDERITA TB PARU DI KLINIK SANITASI I. DATA UMUM : Tanggal Konseling : No. Rekam Medik : Nama : Umur : Nama orang tua/kk : Pekerjaan : Alamat RT/RW/RK : Kelurahan/Desa : II. IDENTIFIKASI

Lebih terperinci

II OBSERVASI. NO OBJEK PENGAMATAN. TOTAL SKOR MASING MASING SETIAP KANTIN BOBOT NILAI LOKASI & BANGUNAN SMA LOKASI : A

II OBSERVASI. NO OBJEK PENGAMATAN. TOTAL SKOR MASING MASING SETIAP KANTIN BOBOT NILAI LOKASI & BANGUNAN SMA LOKASI : A II OBSERVASI. NO OBJEK PENGAMATAN. TOTAL SKOR MASING MASING SETIAP KANTIN BOBOT NILAI LOKASI & BANGUNAN SMA LOKASI : A LAMPIRAN I LEMBAR OBSERVASI KONDISI HIGIENE DAN SANITASI PENYELENGGARA MAKANAN DAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Mranggen merupakan daerah yang berada di Kabupaten Demak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Mranggen merupakan daerah yang berada di Kabupaten Demak BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Mranggen merupakan daerah yang berada di Kabupaten Demak yang mempunyai banyak pemukiman kumuh, yaitu dapat dilihat dari

Lebih terperinci

BAB IX SANITASI PABRIK

BAB IX SANITASI PABRIK BAB IX SANITASI PABRIK Sanitasi merupakan suatu kegiatan yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan baku, peralatan dan kebersihan, kesehatan, kesejahteraan pekerja, mencegah terjadinya pencemaran

Lebih terperinci

B. Bangunan 1. Umum Bangunan harus dibuat sesuai dengan peraturan perundangundangan

B. Bangunan 1. Umum Bangunan harus dibuat sesuai dengan peraturan perundangundangan Syarat kesehatan yang mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 519/MENKES/SK/VI/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat: A. Lokasi 1. Lokasi sesuai dengan Rencana Umum

Lebih terperinci

G E R A K A N N A S I O N A L B E R S I H N E G E R I K U. Pedoman RUMAH SAKIT BERSIH. (Disusun dalam rangka Gerakan Nasional Bersih Negeriku)

G E R A K A N N A S I O N A L B E R S I H N E G E R I K U. Pedoman RUMAH SAKIT BERSIH. (Disusun dalam rangka Gerakan Nasional Bersih Negeriku) G E R A K A N N A S I O N A L B E R S I H N E G E R I K U Pedoman RUMAH SAKIT BERSIH (Disusun dalam rangka Gerakan Nasional Bersih Negeriku) Kementerian Kesehatan RI 2012 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan

Lebih terperinci

1 KUISIONER GAMBARAN HYGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN

1 KUISIONER GAMBARAN HYGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN Lampiran KUISIONER GAMBARAN HYGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN Escherichia coli PADA MAKANAN DI RUMAH MAKAN KHAS MINANG JALAN SETIA BUDI KELURAHAN TANJUNG REJO KECAMATAN MEDAN SUNGGAL

Lebih terperinci

ALTERNATIF PENGENDALIAN HAMA SERANGGA SAYURAN RAMAH LINGKUNGAN DI LAHAN LEBAK PENGENDALIAN ALTERNATIF RAMAH LINGKUNGAN HAMA SAYURAN DI LAHAN LEBAK

ALTERNATIF PENGENDALIAN HAMA SERANGGA SAYURAN RAMAH LINGKUNGAN DI LAHAN LEBAK PENGENDALIAN ALTERNATIF RAMAH LINGKUNGAN HAMA SAYURAN DI LAHAN LEBAK ALTERNATIF PENGENDALIAN HAMA SERANGGA SAYURAN RAMAH LINGKUNGAN DI LAHAN LEBAK PENGENDALIAN ALTERNATIF RAMAH LINGKUNGAN HAMA SAYURAN DI LAHAN LEBAK Muhammad Thamrin dan S. Asikin Balai Penelitian Pertanian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah genangan pasang adalah daerah yang selalu tergenang air laut pada waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran rendah di dekat

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN KELAIKAN HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN DAN RESTORAN 1. Nama rumah makan/restoran :. 2. Alamat :.

PEMERIKSAAN KELAIKAN HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN DAN RESTORAN 1. Nama rumah makan/restoran :. 2. Alamat :. b.. CONTOH FORMULIR RM.. PEMERIKSAAN KELAIKAN HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN DAN RESTORAN. Nama rumah makan/restoran :.. Alamat :... NamaPengusaha/penanggungjawab :.. Jumlah karyawan :... orang. Jumlah penjamah

Lebih terperinci

Sampah manusia: hasil-hasil dari pencernaan manusia, seperti feses dan urin.

Sampah manusia: hasil-hasil dari pencernaan manusia, seperti feses dan urin. 1. DEFINISI SAMPAH Sampah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Sementara di dalam UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan

Lebih terperinci

G E R A K A N N A S I O N A L B E R S I H N E G E R I K U. Pedoman Teknis RUMAH SAKIT BERSIH. (Disusun dalam rangka Gerakan Nasional Bersih Negeriku)

G E R A K A N N A S I O N A L B E R S I H N E G E R I K U. Pedoman Teknis RUMAH SAKIT BERSIH. (Disusun dalam rangka Gerakan Nasional Bersih Negeriku) G E R A K A N N A S I O N A L B E R S I H N E G E R I K U Pedoman Teknis RUMAH SAKIT BERSIH (Disusun dalam rangka Gerakan Nasional Bersih Negeriku) Kementerian Kesehatan RI 2012 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice

Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice 113 LAMPIRAN 113 114 Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice 1 Lokasi Lokasi produksi harus jauh dari tempattempat yang menjadi sumber cemaran, seperti: tempat pembuangan sampah,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian di DAS Ciliwung bagian hulu

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian di DAS Ciliwung bagian hulu III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret hingga September 2007 di hulu DAS Ciliwung, Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, hulu DAS Ciliwung terletak pada 106º55

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 Lintang Sekar Langit lintangsekar96@gmail.com Peminatan Kesehatan Lingkungan,

Lebih terperinci

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes Volume VIII Nomor 1, Januari 2017 ISSN (p) -- ISSN (e)

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes Volume VIII Nomor 1, Januari 2017 ISSN (p) -- ISSN (e) PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM UPAYA PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK PADA KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE Muammar Faiz Naufal Wibawa (Prodi Kesehatan Lingkungan Magetan, Poltekkes Kemenkes Surabaya) Tuhu Pinardi

Lebih terperinci

Kuesioner ditujukan kepada karyawan pengolah makanan

Kuesioner ditujukan kepada karyawan pengolah makanan Kuesioner ditujukan kepada karyawan pengolah A. Karakteristik Responden 1. Nama :. Umur :. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : B. Pertanyaan 1. Apakah ibu/bapak sebelum dan sesudah bekerja mengolah selalu

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PERANGKAP UNTUK PENGENDALIAN TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii Linn.) PADA HABITAT PERMUKIMAN ADE DARMAWANSYAH

RANCANG BANGUN PERANGKAP UNTUK PENGENDALIAN TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii Linn.) PADA HABITAT PERMUKIMAN ADE DARMAWANSYAH RANCANG BANGUN PERANGKAP UNTUK PENGENDALIAN TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii Linn.) PADA HABITAT PERMUKIMAN ADE DARMAWANSYAH PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci