Modul-4 : Sistem Orbit

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Modul-4 : Sistem Orbit"

Transkripsi

1 Modul-4 : Sistem Orbit Hasanuddin Z. Abidin Geodesy Research Division Institute of Technology Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung, Indonesia hzabidin@gd.itb.ac.id Version : March 2007 Lecture Slides of GD Satellite Geodesy Geodesy & Geomatics Engineering Institute of Technology Bandung (ITB)

2 PERAN INFORMASI ORBIT Dalam konteks geodesi satelit, informasi tentang orbit satelit akan berperan dalam beberapa hal yaitu : Untuk menghitung koordinat satelit yang nantinya diperlukan sebagai koordinat titik tetap dalam perhitungan koordinat titik-titik lainnya di atau dekat permukaan bumi ---> POSITION DETERMINATION. Untuk merencanakan pengamatan satelit (waktu dan lama pengamatan yang optimal) ---> OBSERVATION PLANNING. Membantu mempercepat alat pengamat (receiver) sinyal satelit untuk menemukan satelit yang bersangkutan ---> RECEIVER AIDING. Untuk memilih, kalau diperlukan, satelit-satelit yang secara geometrik lebih baik untuk digunakan ---> SATELLITE SELECTION. Hasanuddin Z. Abidin, 1993

3 EFEK KESALAHAN ORBIT DALAM PENENTUAN POSISI dr orbit yang sebenarnya dr orbit yang sebenarnya r orbit yang dilaporkan r orbit yang dilaporkan dp P Penentuan Posisi Absolut db Q b P Penentuan Posisi Relatif Hasanuddin Z. Abidin, 1993

4 PERKEMBANGAN ILMU ORBIT TEORI PERTAMA TENTANG PERGERAKAN BENDA-BENDA LANGIT, PERTAMA KALI DIKEMUKAKAN OLEH ASTRONOMER YUNANI, PTOLEMY ( AD). TEORINYA MENEMPATKAN BUMI SEBAGAI PUSAT PERGERAKAN. SELANJUTNYA COPERNICUS MENGEMUKAKAN TEORI HELIOSENTRIS DARI PERGERAKAN BENDA-BENDA LANGIT. TEORI INI HANYA BERLAKU UNTUK SISTEM MATAHARI KITA. SELANJUTNYA KEPLER, DENGAN MENGGUNAKAN DATA-DATA PENGAMATAN TYCHO BRAHE, MEMFORMULASIKAN HUKUM-HUKUM PERGERAKAN BENDA- BENDA LANGIT --- HUKUM KEPLER. KEMUDIAN NEWTON MEMBERIKAN PRINSIP-PRINSIP FUNDAMENTAL UNTUK HUKUM KEPLER -- HUKUM NEWTON. Copernicus ( ) Tycho Brahe ( ) Johanes Kepler ( ) Sir Isaac Newton ( ) Ref. Hasanuddin Z. Abidin, 2000

5 Jumlah Satelit Bumi Sebelum1957, Bumi hanya punya satu satelit BULAN. Tahun 1995 lebih dari 7000 satelit. Tahun 2000? Jumlah satelit Sebelum Jenis-jenis satelit : CUACA, INDERAJA, KOMUNIKASI, NAVIGASI, PENGINTAI, dll. Ref. Hasanuddin Z. Abidin, 2000

6 Sistem Konstelasi Satelit SATELIT PELUNCURAN SISTEM KONSTELASI SATELIT LINGKUNGAN ANGKASA SISTEM KONTROL PERSONIL Ref. Hasanuddin Z. Abidin, 2000

7 HUKUM-HUKUM KEPLER Johannes Kepler ( ) memformulasikan tiga hukumnya tentang pergerakan planet dalam mengelilingi matahari secara empiris dari data-data pengamatan yang dikumpulkan oleh Tycho Brahe ( ) seorang astronom Denmark. Meskipun Kepler pertama kali mengeluarkan hukum-hukumnya untuk menjelaskan pergerakan planet-planet, hukum tersebut berlaku umum, juga untuk menggambarkan pergerakan satelit mengelilingi Bumi. Perlu ditekankan di sini bahwa dalam perspektif sejarah hukumhukum Kepler ini merupakan terobosan besar dalam mendukung hipotesa heliosentris dari Copernicus. Hasanuddin Z. Abidin, 1993

8 PERGERAKAN SATELIT PERGERAKAN SATELIT DALAM MENGELILINGI BUMI SECARA UMUM MENGIKUTI HUKUM KEPPLER (PERGERAKAN KEPLERIAN) YANG DIDASARKAN PADA BEBERAPA ASUMSI, YAITU SBB. : Pergerakan satelit hanya dipengaruhi oleh medan gaya berat sentral Bumi (two body problem). Satelit bergerak dalam bidang orbit yang tetap dalam ruang. Massa satelit tidak berarti dibandingkan massa bumi. Satelit bergerak dalam ruang hampa tidak ada atmospheric drag. Tidak ada matahari, bulan, ataupun benda-benda langit lainnya yang mempengaruhi pergerakan satelit. tidak ada pengaruh gaya berat dari benda-benda langit tsb. tidak ada solar radiation pressure Hasanuddin Z. Abidin, 1993

9 HUKUM Satelit KEPLER - I Apogee line of apsides Perigee Orbit suatu planet adalah ellips dengan matahari berada pada salah satu fokusnya Bumi Kasus Bumi dan Satelit IMPLIKASI PRAKTIS DALAM KASUS SATELIT ARTIFISIAL BUMI : Lintang dari tempat peluncuran satelit sama dengan inklinasi minimum dari bidang orbit satelit. Untuk mendapatkan satelit orbit yang inklinasinya lebih rendah dari lintang tempat peluncuran diperlukan orbit parkir dengan tahap peluncuran kedua dilakukan saat melintasi ekuator prosesnya kompleks dan mahal. Hasanuddin Z. Abidin, 1993

10 HUKUM KEPLER - II Garis dari matahari ke setiap planet menyapu luas yang sama dalam waktu yang sama. t 4 t t 2 Kasus Bumi dan Satelit Luas = B Bumi Luas = A t 1 Jika (t 2 - t 1 ) = (t 4 - t 3 ) maka A = B Hasanuddin Z. Abidin, 1993

11 Implikasi Praktis HUKUM KEPLER - II Kecepatan satelit dalam orbitnya tidak konstan minimum di apogee, maksimum di perigee. Karena kecepatan di perigee adalah maksimum dan juga densitas atmosfir di perigee relatif yang terbesar (karena paling dekat dengan permukaan bumi) tinggi awal perigee akan menentukan umur satelit. semakin tinggi perigee, teoritis akan semakin panjang umur satelit. Rencanakan orbit satelit pemantau (penyelidik) dengan perigee di atas daerah target. Satelit Rencanakan orbit satelit komunikasi dengan apogee di atas daerah target. Apogee Bumi Perigee Hasanuddin Z. Abidin, 1993

12 HUKUM KEPLER - III Untuk setiap planet, pangkat tiga dari sumbu panjang orbitnya adalah proporsional dengan kuadrat dari periode revolusinya. (1619) Dengan kata lain untuk setiap planet : (Periode orbit) 2 (Sumbu panjang orbit) 3 = konstan Secara matematis : T a 3 = GM T = periode orbit satelit a = sumbu panjang orbit G = konstanta gravitasi universal M = massa bumi Hasanuddin Z. Abidin, 1993

13 Implikasi Praktis HUKUM KEPLER - III Dua satelit dengan sumbu-sumbu panjang orbitnya sama panjang, akan mempunyai periode orbit yang sama, tidak tergantung dari eksentritas orbitnya. Dua satelit dengan sumbu-sumbu panjang orbitnya tidak sama panjang, akan mempunyai periode orbit yang tidak sama, tidak tergantung dari parameter orbit lainnya. 2a T Bumi 2a T Periode = T 1 Periode = T 2 a 1 Bumi a 2 Bumi T 1 2 T 2 2 = a 1 3 a 2 3 Satelit - 1 Satelit - 2 Hasanuddin Z. Abidin, 1993

14 Contoh HUKUM KEPLER - III Sumbu panjang orbit a dinyatakan dalam AU (Astronomical Unit = sumbu panjang orbit bumi) Periode T dinyatakan dalam tahun (periode bumi mengelilingi matahari). Planet T a T 2 a 3 Mercury Venus Earth Mars Jupiter Saturn Ref. : Skinner et. al. (1999) DATA UNTUK PLANET-PLANET Hasanuddin Z. Abidin, 2000

15 Contoh HUKUM KEPLER - III Untuk beberapa satelit yang mengelilingi Bumi dapat diperoleh grafik sebagai berikut : Ref. : Wells et. Al. (1986) Hasanuddin Z. Abidin, 1999

16 Hukum-Hukum NEWTON Hukum-I : Tiap benda akan tetap berada dalam keadaan diam atau gerak lurus teratur, kecuali bila dipaksa merubah keadaan itu oleh gaya-gaya luar yang bekerja padanya Hukum Inersia. Hukum II : Laju perubahan momentum dari suatu obyek adalah sebanding dengan gaya yang diberikan dan dalam arah yang sama dengan gaya tsb. F = m. a F = vektor gaya yang bekerja pada benda a = vektor percepatan yang dialami benda m = massa benda Hukum III : Untuk setiap aksi selalu ada reaksi balik yang besarnya sama. Hasanuddin Z. Abidin, 2000

17 Hukum Gravitasi NEWTON Hukum Gravitasi Newton : Setiap partikel massa di alam semesta akan menarikpartikel massa lainnya dengan gaya yang sebanding dengan perkalian massa partikel-partikel tersebut (m 1 dan m 2 ), dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara keduanya (r). F = G. m 1.m 2 r 2 G = konstanta gravitasi universal = m 3 kg -1 s -2 Hasanuddin Z. Abidin, 1993

18 F G M 1 R M 2 12 Gravitational constant G The gravitational constant G is very small. It took 100 years after Newton to determine its value to 1% accuracy. In 1798 Henry Cavendish used a torsion balance to measure G. Today we know: G = (N m 2 )/kg 2 ± %! Sumber : internet file, unknown author Hasanuddin Z. Abidin, 2007

19 ELEMEN ORBIT KEPLERIAN (1) ELEMEN-ELEMEN DARI SUATU ORBIT KEPLERIAN YANG UMUM DIGUNAKAN = right ascension dari titik nodal = sudut geosentrik pada bidang ekuator antara arah ke titik semi dan arah ke titik nodal. i = inklinasi orbit = sudut antar bidang orbit satelit dan bidang ekuator = argumen of perigee = sudut geosentrik pada bidang orbit antara arah ke titik nodal dan arah ke perigee. a = sumbu panjang dari orbit satelit e = eksentrisitas dari orbit satelit Titik Semi Sumbu - X Sumbu - Z f = anomali sejati = sudut geosentrik pada bidang orbit antara arah ke perigee dan arah ke satelit. CEP Pusat bumi Bidang Ekuator f i Perigee a,e Titik nodal (ascending node) Sumbu - Y Hasanuddin Z. Abidin, 2000

20 bidang orbit bidang ekuator descending node Z satelit (r,f) f r i perigee ascending node Y ELEMEN ORBIT KEPLERIAN (2) apogee X (vernal equinox) Elemen dan i mendefinisikan orientasi bidang orbit dalam ruang. Elemen mendefinisikan lokasi perigee dalam bidang orbit. Elemen a dan e mendefinisikan ukuran dan bentuk bidang orbit. Elemen f mendefinisikan posisi satelit dalam bidang orbit. Hasanuddin Z. Abidin, 2000

21 ELEMEN ORBIT KEPLERIAN (3) Ref : Gorman (2004)

22 ELEMEN ORBIT KEPLERIAN (4) Lima (5) elemen orbit Keplerian, i,, a dan e, nilainya diasumsikan konstan terhadap waktu. Hanya satu elemen yaitu f yang berubah dengan waktu. Epok saat satelit melintasi perigee kadang digantikan sebagai pengganti elemen f. Ada 3 jenis anomali dalam konteks orbit Keplerian, yaitu : f = anomali sejati M = anomali menengah E = anomali eksentrik Anomali menengah M adalah pendefinisian matematik; M = 0 o di perigee dan kemudian membesar secara uniform dengan kecepatan 360 o /putaran. Bidang Orbit E y f Pusat Bumi Perigee (x,y) adalah sistem koordinat orbital x Hasanuddin Z. Abidin, 2000

23 Hubungan Antar Anomali Ketiga anomali : sejati (f), menengah (M), dan eksentrik (E) pada suatu epok tertentu t, dihubungkan oleh rumusan-rumusan berikut : M(t) = n.(t - tp) E(t) = M(t) + e.sin E(t) f(t) = 2.tan -1.{ sqrt[(1+e)/(1-e)]. tan [E(t)/2] } tp = waktu lintas perigee n = mean motion = 2/T = sqrt(gm/a 3 ) Anomali sejati dan anomali eksentrik dapat dinyatakan sebagai fungsi dari anomali menengah sebagai berikut : f = M + 2e.sin M + (5/4).e 2.sin 2M + (1/12).e 3.(13.sin 3M - 3.sin M) +.. E = M + e.sin M + (1/2). e 2.sin 2M + (1/8).e 3.(3.sin 3M - sin M) +.. Perhitungan f dan e dari M dapat dilakukan secara iteratif berdasakan rumus-rumus di atas. Hasanuddin Z. Abidin, 1993

24 ANIMASI PERGERAKAN KEPLERIAN Explorer 35 mengelilingi Bulan (

25 Orbit Keplerian Dilihat dari angkasa orbit Keplerian tampak konstan dan sederhana. Dilihat dari suatu titik yang ikut berputar dengan Bumi, orbit Keplerian cukup kompleks Ref. : AT737 Satellite Orbits and Navigation 1

26 A a P r r 2 1 c c = a.e B b Geometri Ellips A dan B = titik-titik fokus ellips a = sumbu panjang ellips b = sumbu pendek ellips Untuk setiap titik P pada kurva ellips, berlaku : r 1 + r 2 = konstan = 2a Oleh sebab itu : c 2 = a 2 - b 2 Eksentrisitas ellips (e) : e = c/a = (a 2 - b 2 ) 0.5 / a Nilai e : 0 < e < 1 : e = 0 a = b (lingkaran) Hasanuddin Z. Abidin, 1997

27 Sistem Koordinat Orbital Vektor posisi geosentrik satelit r (x,y) dalam sistem koordinat orbital : x = r.cos f = a.(cos E - e) y = r.sin f = b.sin E = a.(1-e2) 1/2.sin E dimana panjang vektor r : r = a.(1 - e.cos E) = a.(1 - e 2 ) 1 + e.cos f Bidang Orbit E a Pusat Bumi y r f P Q R (x,y) adalah sistem koordinat orbital QR/PR = b/a Perigee x Transformasi koordinat dari sistem koordinat orbital : r (x,y,0) ke sistem koordinat CIS : X I (X I,Y I,Z I ) adalah sebagai berikut : X I = R 3 (-). R 1 (-i). R 3 (-). r Hasanuddin Z. Abidin, 1993

28 Satelit Mengelilingi Bumi Apogee Satelit a c Bumi a e Perigee Jarak Apogee = Jarak Pusat Bumi ke Apogee Jarak Perigee = Jarak Pusat Bumi ke Perigee Tinggi Apogee = Tinggi Apogee di atas Perm. Bumi Tingg Perigee = Tinggi Perigee di atas Perm. Bumi Jarak Apogee : r a = a + c = a.(1 + e) Jarak Perigee : r p = a - c = a.(1 - e) Tinggi Apogee : h a = r a - a e = a.(1 + e) - a e Tinggi Perigee : h p = r p - a e = a.(1 - e) - a e Hasanuddin Z. Abidin, 1997

29 Kecepatan Satelit Satelit v v 2 = GM { (2/r) - (1/a) } Apogee a r f Perigee GM = konstanta gravitasi geosentrik = ,5 km 3 s -2 Bumi Jarak geosentrik ke satelit (r) dapat diformulasikan sebagai fungsi dari anomali sejati f sebagai berikut : r = a.(1 - e 2 ) 1 + e.cos(f) Hasanuddin Z. Abidin, 1997

30 Kecepatan Satelit (Max dan Min) Kecepatan satelit akan maksimum di titik perigee dan minimum di titik apogee. Berdasarkan persamaan sebelumnya, kecepatan di titik perigee (v per ) dan di titik apogee (v apo ) ini adalah sbb : v per GM. a 1 e 1e Apogee Satelit a v r f Perigee v apo GM. a 1e 1 e Bumi Hasanuddin Z. Abidin, 2001

31 Tugas-5 : Geodesi Satelit Waktu Penyelesaian = 1 minggu Satelit AMSAT-OSCAR 10 mempunyai jarak apogee 6.57a e dan jarak perigee 1.62a e (a e = sumbu panjang dari Bumi). Tentukan sumbu panjang dan eksentristas dari orbit satelit Satelit OSCAR 13 mempunyai orbit dengan tinggi apogee sebesar km dan tinggi perigee sebesar 2545 km. Hitunglah periode satelit dalam bidang orbit tersebut (a e = km) Beberapa saat setelah diluncurkan, satelit OSCAR 13 mempunyai tinggi apogee sebesar km dan tinggi perigee sebesar 2545 km. Hitunglah kecepatan satelit tersebut saat melintasi apogee dan perigee (a e = km). Suatu satelit dengan orbit berbentuk lingkaran mengelilingi Bumi pada ketinggian km di atas permukaan Bumi. Hitunglah kecepatan satelit dalam bidang orbitnya (a e = km). Hasanuddin Z. Abidin, 1997

32 Jenis Orbit Satelit Tergantung pada karakteristik geometri orbit serta pergerakan satelit di dalamnya, dikenal beberapa jenis orbit, yaitu antara lain : ORBIT PROGRADE ORBIT RETROGRADE ORBIT POLAR ORBIT GEOSTASIONER ORBIT SUN-SYNCHRONOUS Hasanuddin Z. Abidin, 2001

33 Orbit Prograde Orbit Prograde i = Bumi i Satelit Arah rotasi Bumi kalau dilihat dari atas Kutub Utara adalah berlawanan arah jarum jam. Titik nodal Sudut inklinasi (i) dihitung berlawanan arah jarum jam di titik nodal (ascending node), dari bidang ekuator ke bidang orbit Pada orbit prograde pergerakan satelit dalam orbitnya searah dengan rotasi Bumi Hasanuddin Z. Abidin, 2000

34 Orbit Retrograde Pada orbit retrograde pergerakan satelit dalam orbitnya berlawanan arah dengan rotasi Bumi Arah rotasi Bumi kalau dilihat dari atas Kutub Utara adalah berlawanan arah jarum jam. Orbit Retrograde i = Sudut inklinasi (i) dihitung berlawanan arah jarum jam di titik nodal (ascending node), dari bidang ekuator ke bidang orbit Satelit Bumi Titik nodal i Hasanuddin Z. Abidin, 2000

35 Orbit Polar Satelit berorbit polar mempunyai inklinasi Satelit berorbit polar sangat bermanfaat untuk mengamati permukaan bumi. Karena satelit mengorbit dalam arah Utara-Selatan dan bumi berputar dalam arah Timur-Barat, maka satelit berorbit polar akhirnya akan dapat menyapu seluruh permukaan bumi. Karena alasan tersebut maka satelit pemantau lingkungan global seperti satelit inderaja dan satelit cuaca, umumnya mempunyai orbit polar. Ref. : Tech Museum Homepage Hasanuddin Z. Abidin, 1997

36 Orbit Geostasioner (1) Dilihat sari atas Bumi h a Pada orbit geostasioner satelit seolah nampak diam dilihat dari suatu titik di permukaan Bumi. INI DAPAT DIPEROLEH DENGAN MEMBUAT Periode Orbit Satelit = Periode Rotasi Bumi dalam Ruang Inersia = 23 jam 56 menit Hasanuddin Z. Abidin, 1997

37 Orbit Geostasioner (2) Dilihat sari atas Sumbu panjang dari orbit geostasioner : Bumi h a Hanya Orbit Ekuatorial (i = 0 0 ) yang bisa menjadi orbit geostasioner. Disamping itu untuk mendapatkan kecepatan satelit yang seragam, orbit harus berbentuk lingkaran (e = 0). a 3 = GM(T/2) 2 a = km h = km Hasanuddin Z. Abidin, 2007

38 Orbit Geostasioner (3) Hasanuddin Z. Abidin, 2005

39 Orbit Geostasioner (4) Orbit geostationary untuk satelit komunikasi pertama kali diajukan pada tahun 1945 oleh penulis fiksi ilmiah Arthur C. Clarke (pengarang 2001, a Space Odyssey) Karena orbitnya yang relatif tinggi, maka footprint dari satelit geostationary umumnya sangat luas. Karena karakteristik orbitnya, satelit geostationary umumnya tidak dapat mencakup kawasan kutub. Ref. : Tech Museum Homepage Hasanuddin Z. Abidin, 1997

40 The view of the locations of the six geostationary meteorological satellites

41 Orbit Geosynchronous, i = 0 0 Jejak satelit di permukaan Bumi akan berbentuk angka 8. a). Projection of lemniscate at 24 0 eastern longitude b). Geosynchronous orbit and projection of lemniscate onto the Earth at actual scales Hasanuddin Z. Abidin, 1997

42 Orbit Sun-Synchronous (1) Orbit Sun-Synchronous Bumi Pada orbit sun-synchronous satelit selalu memotong bidang ekuator pada waktu lokal yang sama. Matahari Ini dilakukan dengan mensinkronkan presesi (perputaran) orbit satelit dengan pergerakan bumi mengelilingi matahari. Bidang orbit dari satelit berpresesi sedemikian rupa sehingga satelit selalu memotong bidang ekuator pada jam lokal yang sama setiap harinya. Orbit sun-synchronous umum digunakan oleh sistem satelit inderaja dan satelit cuaca. Hasanuddin Z. Abidin, 2000

43 Orbit Sun-Synchronous (2) Satelit dengan orbit sun-synchronous melewati bagian tertentu di permukaan Bumi selalu pada waktu yang sama setiap harinya. Untuk itu, karena Bumi berevolusi mengelilingi matahari, maka orbit satelit juga harus berpresesi terhadap sumbu rotasi bumi, sebesar /tahun. Summer (Belahan Bumi Utara) Summer (Belahan Bumi Utara) KU Rotasi Bumi Fall Rotasi Bumi MALAM SIANG KU Fall Spring MALAM SIANG Winter ORBIT TETAP Ref. Davidoff (1990) ORBIT YANG BERPRESESI Hasanuddin Z. Abidin, 2000

44 Bidang Orbit Orbit Sun-Synchronous (3) Untuk orbit sun-synchronous bidang orbitnya ber-presesi dengan kecepatan 360 o /tahun. Kecepatan presesi orbit : a Ω 9.95.( r e ) 3.5 cos(i). 2 (1e ) 2 PADA ORBIT SUN-SYNCHRONOUS SUDUT KONSTAN Sudut Bumi Bidang Orbit Matahari Hasanuddin Z. Abidin, 2000

45 Orbit Sun-Synchronous (4) Presesi orbit satelit ( Ω ) terhadap sumbu rotasi Bumi adalah : Ω a r 3.5 e. cos(i) (1e2) 2 i = inklinasi orbit satelit e = eksentrisitas orbit satelit a e = sumbu panjang Bumi = 6378 km r = jarak satelit dari pusat Bumi Untuk orbit sun-synchronous presesi orbitnya adalah : Ω /tahun /hari Sehingga inklinasi dari orbit sun-synchronous : i arccos 2 Ω.(1 e ) r a 3.5 e i arccos (1e 2 2 ). r Hasanuddin Z. Abidin, 2000

46 Orbit Sun-Synchronous (5) Suatu orbit dapat dibuat menjadi sun synchronous, dengan memilih inklinasi yang tepat, sesuai dengan altitude nya. Contoh nilai inklinasi dan altitude yang menghasilkan orbit sun-synchronous berbentuk lingkaran (e=0). INKLINASI 103 O 102 O 101 O 100 O 99 O 98 O OSCAR OSCAR 11 OSCAR 6-7 OSCAR 8 97 O OSCAR 9 i arccos r O ALTITUDE (km) Ref. Davidof (1990) Hasanuddin Z. Abidin, 2000

47 Informasi Orbit Satelit LANDSAT CHARACTERISTICS Nominal Orbital Altitude LANDSATs LANDSATs Orbital type POLAR SUNSYNCHRONOUS Inclination (degrees) Equatorial crossing (local time) Paths Repeat coverage Sensor type :50-9:30 a.m days MSS :45 a.m days MSS/TM Hasanuddin Z. Abidin, 2000

48 Informasi Orbit Satelit IKONOS Altitude Inclination 423 miles / 681 kilometers 98.1 degrees Speed 4 miles per second / 7 kilometers per second Descending nodal crossing time Revisit frequency 10:30 a.m. 2.9 days at 1-meter resolution; 1.5 days at 1.5-meter resolution Orbit time Orbit type Viewing angle Weight 98 minutes sun-synchronous Agile spacecraft - in-track and cross-track pointing 1600 pounds Hasanuddin Z. Abidin, 2000

49 Jejak Satelit (1) Jejak (track) satelit di permukaan Bumi. Satelit Titik-titik Sub-satelit Ref. [NASA, 1999] Jejak satelit adalah garis yang menghubungkan titik-titik sub-satelit. Titik sub-satelit adalah titik potong garis hubung satelit-pusat Bumi dengan permukaan Bumi. Lintang maksimum dari jejak satelit adalah sama dengan inklinasi dari orbit satelit. Hasanuddin Z. Abidin, 2000

50 Karena adanya rotasi Bumi, jejak satelit di permukaan Bumi bergerak ke arah Barat dengan waktu. Jejak Satelit (2) Untuk satelit geostasioner, karena inklinasinya nol dan periode orbitnya sama dengan periode rotasi Bumi, maka jejaknya akan merupakan titik yang tetap di permukaan Bumi. Hasanuddin Z. Abidin, 2000

51 Jejak Satelit (3) Contoh jejak satelit POES (Polar-orbiting Operational Environmental Satellites)dari NOAA Hasanuddin Z. Abidin, 2007

52 Perturbasi Pergerakan Satelit Pergerakan Keplerian dari Satelit : r = - (GM/r 3 ) r Integrasikan untuk memperoleh r(t) dan r (t) Pergerakan Satelit Sebenarnya : r = - (GM/r 3 ) r + p s dimana p s adalah vektor perturbasi yang mempengaruhi pergerakan satelit, dan dapat dituliskan sebagai : p s = r E + r s + r m + r e + r o + r D + r SP + r A Hasanuddin Z. Abidin, 1997

53 Gaya-Gaya Perturbasi GAYA-GAYA PERTURBASI YANG MEMPENGARUHI PERGERAKAN SATELIT, ANTARA LAIN : 1. Percepatan yang disebabkan oleh ketidak-simetrisan bentuk bumi dan ketidak homogenan massa di dalam Bumi ( r E ) 2. Percepatan yang disebabkan oleh tarikan benda langit lainnya (bulan, matahari, dan planet-planet). Dalam hal ini yang terutama adalah pengaruh bulan dan matahari ( r s dan r m ) 3. Percepatan yang disebabkan oleh pasang surut bumi dan laut ( r e dan r o ) 4. Percepatan yang disebabkan oleh tarikan atmosfir (atmospheric drag), r D. 5. Percepatan yang disebabkan oleh tekanan radiasi matahari (solar radiation pressure), baik yang langsung maupun yang dipantulkan dulu oleh Bumi (albedo), r SP dan r A. Matahari Orbit r s Bulan r A Satelit r m r o,r e r D r E r SP Bumi Hasanuddin Z. Abidin, 2001

54 Efek Ketidaksimetrisan Bentuk Bumi MERUPAKAN GAYA PERTURBASI YANG PALING DOMINAN DAN PALING BESAR EFEKNYA TERHADAP PERGERAKAN SATELIT BERORBIT RENDAH. bidang orbit tertarik ke arah ekuator. nodal line bidang orbit & nodal bergerak ke Barat (untuk orbit prograde) dan ke Timur (untuk orbit retrograde) Ref. : [Seeber, 1993] Hasanuddin Z. Abidin, 1997

55 Efek Ketidaksimetrisan Bentuk Bumi Hubungan antara inklinasi, tinggi orbit, dan pergerakan titik nodal. Ref. : [Seeber, 1993] Hubungan antara inklinasi, tinggi orbit, dan rotasi titik perigee. Hasanuddin Z. Abidin, 1997

56 Gaya Gravitasi Matahari & Bulan Efek gaya gravitasi Bulan terhadap pergerakan satelit relatif lebih besar dibandingkan gaya gravitasi Matahari. Meskipun Matahari massanya jauh lebih masif dari Bulan, tapi jaraknya dari satelit juga relatif lebih jauh. Efek dari gravitasi Matahari dan Bulan terhadap pergerakan satelit (dalam bentuk vektor percepatan), dapat diformulasikan sbb. : r m = G.m m. { (r m -r) -3.(r m -r) - r m -3. r m } dimana : r s = G.m s. { (r s -r) -3.(r s -r) - r s -3. r s } r s r m r m m,m s G vektor posisi geosentrik matahari vektor posisi geosentrik bulan vektor posisi geosentrik satelit massa bulan dan massa matahari konstanta gravitasi Hasanuddin Z. Abidin, 1997

57 Pasang Surut Bumi & Laut (1) Pasang surut bumi dan lautan akan menyebabkan terjadinya perubahan pada potensial gravitasi Bumi. Perubahan potensial ini selanjutnya akan mempengaruhi pergerakan satelit yang mengelilingi Bumi. efek tak-langsung dari gaya tarik Matahari dan Bulan. Dalam analisa orbit untuk satelit berorbit rendah, pemodelan efek dari pasang surut bumi dan laut secara mendetil adalah sesuatu yang sifatnya esensial. Efek dari pasang surut laut terhadap pergerakan satelit relatif sulit untuk dimodelkan karena bentuk garis pantai yang relatif tidak teratur. Hasanuddin Z. Abidin, 2001

58 Pasang Surut Bumi & Laut (2) Percepatan satelit yang disebabkan oleh pasang surut Bumi, dapat diestimasi dengan formula berikut [Rizos & Stolz, 1985] : r e dimana : k 2 2 Gm. r d 3 d a. r 5 e 4.(3 15cos 2 r θ) r r 6.cosθ r d d m d = massa benda penyebab pasang surut (bulan, matahari). r d = vektor posisi geosentrik penyebab pasang surut (bulan, matahari). = sudut antara vektor geosentrsi satelit r dan r d. k 2 = Love number, parameter elastisitas dari badan Bumi. Hasanuddin Z. Abidin, 2001

59 Atmospheric Drag (1) Atmosfir pergerakan satelit dalam orbitnya Atmospheric drag disebabkan oleh interaksi antara satelit dengan partikel-partikel dalam atmosfir. Besar dan karakteristik gaya aerodinamik yang bekerja pada permukaan tubuh satelit akan tergantung pada faktor-faktor : GEOMETRI SATELIT KECEPATAN SATELIT ORIENTASI SATELIT TERHADAP ALIRAN UDARA DENSITAS, TEMPERATUR, DAN KOMPOSISI GAS DI ATMOSFIR. Untuk satelit berorbit rendah ini adalah gaya perturbasi non-gravitasional yang signifikan. Hasanuddin Z. Abidin, 1997

60 Atmospheric Drag (2) Efek dari Atmospheric Drag terhadap pergerakan satelit (dalam bentuk vektor percepatan) dapat diformulasikan dengan rumus empirik berikut [Seeber, 1993] : r D = -(1/2). C D. (r,t). (A/m s ). r - r a. (r - r a ) m s massa satelit A luas penampang efektif dari satelit C D koeffisien drag (tergantung satelit) (r,t) densitas atmosfir di sekitar satelit r, r vektor posisi dan kecepatan satelit r a kecepatan atmosfir di sekitar satelit Hasanuddin Z. Abidin, 1997

61 Atmospheric Drag (3) Untuk satelit berbentuk bola C D = 1. Semakin rumit bentuk permukaan dari satelit, koeffisien C D akan semakin besar. Densitas atmosfir tidak hanya tergantung pada ketinggian, tapi juga lokasi geografis, musim, waktu, aktivitas mathari dan geomagnetik. Pengaruh atmospheric drag akan menurun secara drastis dengan meningkatnya ketinggian. Untuk satelit seperti TRANSIT yang ketinggian orbitnya sekitar 1000 km efek dari atmospheric drag cukup berarti. Tapi untuk satelit GPS yang berketinggian orbit sekitar km, atmospheric drag relatif tidak punya efek. Hasanuddin Z. Abidin, 1997

62 Densitas Atmosfir Malam Siang Height (km) 600 Siang 400 Malam 200 Siang Ref. : [Roy, 1988] Densitas udara (ng m -3 ) Hasanuddin Z. Abidin, 2001

63 Solar Radiation Pressure (1) Satelit Radiasi Langsung Albedo Bumi Matahari Pengaruh tekanan radiasi matahari terhadap pergerakan satelit, ada yang bersifat langsung dan tak-langsung. Dalam efek tak-langsung (albedo), radiasi matahari terlebih dahulu dipantulkan oleh Bumi sebelum mengenai matahari. Hasanuddin Z. Abidin, 1997

64 Solar Radiation Pressure (2) Efek dari tekanan radiasi matahari yang langsung terhadap pergerakan satelit (dalam bentuk vektor percepatan) dapat diformulasikan dengan rumus berikut [Capellari et al., 1976] : r SP =.P s.c r.(o/m).(au) 2. r - r a -3. (r - r s ) P s konstanta matahari (fungsi dari solar flux dan kecepatan cahaya) C r faktor reflektivitas dari permukaan satelit (1.95 untuk alumunium) O/m rasio luas permukaan dengan massa satelit AU Astronomical Unit ( km) r, r s vektor posisi satelit dan matahari dalam space-fixed equatorial system fungsi bayangan : = 0, satelit dalam daerah bayangan Bumi = 1 satelit dalam daerah pancaran radiasi matahari 0 < <1 satelit dalam daerah setengah bayangan Hasanuddin Z. Abidin, 1997

65 Solar Radiation Pressure (3) Pengaruh tekanan radiasi matahari yang langsung terhadap pergerakan satelit, umumnya paling terasa pada komponen along-track. Dibandingkan dengan efek dari radiasi matahari yang langsung, efek tak-langsung (albedo) umumnya lebih kecil dari 10 %. Karena distribusi yang variatif dari tanah, air, dan awan di permukaan Bumi, efek dari albedo umumnya cukup sulit untuk dimodel. Untuk satelit GPS, efek albedo berkisar sekitar 1-2% dibandingkan efek langsungnya, dan umumnya diabaikan dalam perhitungan orbit GPS. Hasanuddin Z. Abidin, 1997

66 Gaya Perturbasi Lainnya Dalam analisa orbit berketelitian tinggi ada beberapa gaya perturbasi kecil lainnya yang perlu diperhitungkan, yaitu : Friksi yang disebabkan oleh partikel-partikel bermuatan di lapisan atmosfir bagian atas. Radiasi thermal dari satelit. Efek perbedaan pemanasan pada daerah batas bayangan bumi. Interaksi elektromagnetik dalam medan geomagnetik. Pengaruh-pengaruh dari debu antar-planet (inter-planetary dust). Efek Relativistik. Pengaruh dari manuver-manuver untuk pengontrolan dan pengendalian satelit. Kontribusi dari masing-masing gaya terhadap percepatan satelit umumnya jauh lebih kecil dari 10-9 m/s 2. Hasanuddin Z. Abidin, 1997

67 Besarnya Gaya Perturbasi Besarnya Gaya Perturbasi Ref. : [Seeber, 1993] Hasanuddin Z. Abidin, 1997 Tinggi Orbit

68 Efek Perturbasi Pada Orbit Satelit Gaya gravitasi bumi (central force) Gaya gravitasi bumi, C 20 Gaya gravitasi bumi, harmonik tinggi Gaya gravitasi matahari & bulan Pasang surut bumi Pasang surut laut Solar Radiation Pressure Albedo Gaya Perturbasi Percepatan (m/s 2 ) Efek pada Orbit Satelit Orbit 3 jam Orbit 3 hari 2 km 14 km m m m m m m 5-10 m m m Hasanuddin Z. Abidin, 1997

69 Penentuan Orbit (1) Penentuan Orbit (Orbit Determination) pada prinsipnya bertujuan menentukan elemen-elemen untuk mendeskripsikan orbit, baik dari data pengamatan maupun informasi apriori yang sudah diketahui. Dalam classical celestial mechanics, untuk keperluan simplifikasi perhitungan, penentuan orbit, secara umum dibagi 2 tahap : Penentuan orbit awal (Initial Orbit Determination), tanpa menggunakan ukuran lebih, dan kemudian Peningkatan Kualitas Orbit (Orbit Improvement) dengan menggunakan semua data yang tersedia. Dengan kemajuan teknologi komputer, pentahapan seperti di atas menjadi tidak terlalu penting. Hasanuddin Z. Abidin, 1997

70 Penentuan Orbit (2) Penentuan Orbit (Orbit Determination) kadang juga dibedakan atas : Penentuan orbit tanpa memperhitungkan gaya-gaya perturbasi. Penentuan orbit dengan memperhitungkan gaya-gaya perturbasi. Penentuan orbit dapat dilakukan dengan mengintegrasikan persamaan berikut : r = - (GM/r 3 ) r tanpa gaya-gaya perturbasi. r = - (GM/r 3 ) r + p s dengan gaya-gaya perturbasi. Hasanuddin Z. Abidin, 1997

71 Penentuan Orbit (3) Integrasi persamaan dapat dilakukan secara : Analitik Numerik r = - (GM/r 3 ) r atau r = - (GM/r 3 ) r + p s Untuk penentuan orbit satelit ini, sebagai data masukan diperlukan data-data yang terkait dengan posisi dan kecepatan. Ini bisa berupa data-data ukuran sudut (pointing angle), jarak (range), ataupun laju perubahan jarak (range rate) dari stasion pengamat di permukaan Bumi ke satelit yang bersangkutan, dari epok ke epok. Hasanuddin Z. Abidin, 2001

72 Penentuan Orbit (4) Penentuan orbit juga dapat dilakukan secara geometrik dari beberapa titik di permukaan bumi yang telah diketahui koordinatnya. Dalam hal ini gaya-gaya perturbasi tidak menjadi permasalahan utama. Hasanuddin Z. Abidin, 1997

73 Learning Sites on Orbit System oldphys451/mars/hohmann/orbits.html html Hasanuddin Z. Abidin, 2007

Momen Inersia. distribusinya. momen inersia. (karena. pengaruh. pengaruh torsi)

Momen Inersia. distribusinya. momen inersia. (karena. pengaruh. pengaruh torsi) Gerak Rotasi Momen Inersia Terdapat perbedaan yang penting antara masa inersia dan momen inersia Massa inersia adalah ukuran kemalasan suatu benda untuk mengubah keadaan gerak translasi nya (karena pengaruh

Lebih terperinci

3. ORBIT KEPLERIAN. AS 2201 Mekanika Benda Langit. Monday, February 17,

3. ORBIT KEPLERIAN. AS 2201 Mekanika Benda Langit. Monday, February 17, 3. ORBIT KEPLERIAN AS 2201 Mekanika Benda Langit 1 3.1 PENDAHULUAN Mekanika Newton pada mulanya dimanfaatkan untuk menentukan gerak orbit benda dalam Tatasurya. Misalkan Matahari bermassa M pada titik

Lebih terperinci

MEKANIKA BENDA LANGIT MARIANO N., S.SI.

MEKANIKA BENDA LANGIT MARIANO N., S.SI. MEKANIKA BENDA LANGIT MARIANO N., S.SI. MEKANIKA BENDA LANGIT Adalah ilmu yang mempelajari gerakan benda-benda langit secara kinematika maupun dinamika : Posisi Kecepatan Percepatan Interaksi Gaya Energi

Lebih terperinci

HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI DAN GERAK PLANET

HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI DAN GERAK PLANET HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI DAN GERAK PLANET HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI DAN GERAK PLANET Kompetensi Dasar 3.2 Mengevaluasi pemikiran dirinya terhadap keteraturan gerak planet dalam tatasurya berdasarkan

Lebih terperinci

Jika sebuah sistem berosilasi dengan simpangan maksimum (amplitudo) A, memiliki total energi sistem yang tetap yaitu

Jika sebuah sistem berosilasi dengan simpangan maksimum (amplitudo) A, memiliki total energi sistem yang tetap yaitu A. TEORI SINGKAT A.1. TEORI SINGKAT OSILASI Osilasi adalah gerakan bolak balik di sekitar suatu titik kesetimbangan. Ada osilasi yang memenuhi hubungan sederhana dan dinamakan gerak harmonik sederhana.

Lebih terperinci

r 21 F 2 F 1 m 2 Secara matematis hukum gravitasi umum Newton adalah: F 12 = G

r 21 F 2 F 1 m 2 Secara matematis hukum gravitasi umum Newton adalah: F 12 = G Gaya gravitasi antara dua benda merupakan gaya tarik menarik yang besarnya berbanding lurus dengan massa masing-masing benda dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara keduanya Secara matematis

Lebih terperinci

DINAMIKA BENDA LANGIT

DINAMIKA BENDA LANGIT DINAMIKA BENDA LANGIT CHATIEF KUNJAYA KK A S T R O N O M I, I N S T I T U T T E K N O L O G I B A N D U N G TPOA, Kunjaya 2014 KOMPETENSI DASAR X.3.3 Menganalisis besaran-besaran fisis pada gerak lurus

Lebih terperinci

4. Orbit dalam Medan Gaya Pusat. AS 2201 Mekanika Benda Langit

4. Orbit dalam Medan Gaya Pusat. AS 2201 Mekanika Benda Langit 4. Orbit dalam Medan Gaya Pusat AS 2201 Mekanika Benda Langit 4. Orbit dalam Medan Gaya Pusat 4.1 Pendahuluan Pada bab ini dibahas gerak benda langit dalam medan potensial umum, misalnya potensial sebagai

Lebih terperinci

Hukum Newton Tentang Gravitasi

Hukum Newton Tentang Gravitasi Hukum Newton Tentang Gravitasi Kalian tentu sering mendengar istilah gravitasi. Apa yang kalian ketahui tentang gravitasi? Apa pengaruhnya terhadap planet-planet dalam sistem tata surya? Gravitasi merupakan

Lebih terperinci

GANGGUAN PADA SATELIT GSO

GANGGUAN PADA SATELIT GSO GANGGUAN PADA SATELIT GSO Neflia dan Abd. Rachman Peneliti Pusat Pemanfaatan Sains dan Antariksa, LAPAN AB STRACT A truly geostationery orbit will have zero inclination and zero eccentricities and the

Lebih terperinci

BAB 2 GRAVITASI PLANET DALAM SISTEM TATA SURYA

BAB 2 GRAVITASI PLANET DALAM SISTEM TATA SURYA BAB 2 GRAVITASI PLANET DALAM SISTEM TATA SURYA PET AK ONSEP PETA KONSEP Bab 2 Gravitasi Planet dalam Sistem Tata Surya Gravitasi Gravitasi planet Hukum Gravitasi Newton Menentukan massa bumi! Fisika XI

Lebih terperinci

3. MEKANIKA BENDA LANGIT

3. MEKANIKA BENDA LANGIT 3. MEKANIKA BENDA LANGIT 3.1. ELIPS Sebelum belajar Mekanika Benda Langit lebih lanjut, terlebih dahulu perlu diketahui salah satu bentuk irisan kerucut yaitu tentang elips. Gambar 3.1. Geometri Elips

Lebih terperinci

TATA KOORDINAT BENDA LANGIT. Kelompok 6 : 1. Siti Nur Khotimah ( ) 2. Winda Yulia Sari ( ) 3. Yoga Pratama ( )

TATA KOORDINAT BENDA LANGIT. Kelompok 6 : 1. Siti Nur Khotimah ( ) 2. Winda Yulia Sari ( ) 3. Yoga Pratama ( ) TATA KOORDINAT BENDA LANGIT Kelompok 6 : 1. Siti Nur Khotimah (4201412051) 2. Winda Yulia Sari (4201412094) 3. Yoga Pratama (42014120) 1 bintang-bintang nampak beredar dilangit karena bumi berotasi. Jika

Lebih terperinci

GRAVITASI B A B B A B

GRAVITASI B A B B A B 23 B A B B A B 2 GRAVITASI Sumber: www.google.co.id Pernahkah kalian berfikir, mengapa bulan tidak jatuh ke bumi atau meninggalkan bumi? Mengapa jika ada benda yang dilepaskan akan jatuh ke bawah dan mengapa

Lebih terperinci

Astronomi Sabar Nurohman, M.Pd

Astronomi Sabar Nurohman, M.Pd Astronomi Sabar Nurohman, M.Pd Sabar Nurohman Dafatar Isi Bumi dalam Bola Langit Tata Surya Sistem Bumi-Bulan Gerak Planet dan Satelit Fisika Bintang Evolusi Bintang Galaksi Struktur Jagad Raya Bumi dan

Lebih terperinci

I. Hukum lintasan : Semua planet bergerak dalarn lintasan berupa elips, dengan matahari pada salah satu titik fokusnya.

I. Hukum lintasan : Semua planet bergerak dalarn lintasan berupa elips, dengan matahari pada salah satu titik fokusnya. RENCANA PEMBELAJARAN 10. POKOK BAHASAN: GAYA SENTRAL Gaya sentral adalah gaya bekerja pada benda, di mana garis kerjanya selalu melalui titik tetap, disebut pusat gaya. Arah gaya sentral mungkin menuju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstelasi satelit beredar mengelilingi bumi dalam ilmu astrodinamika dipandang sebagai masalah dua benda langit. Seperti halnya bulan, satelit mengelililngi bumi dengan

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA101) Kinematika Rotasi. Dinamika Rotasi

Fisika Umum (MA101) Kinematika Rotasi. Dinamika Rotasi Fisika Umum (MA101) Topik hari ini: Kinematika Rotasi Hukum Gravitasi Dinamika Rotasi Kinematika Rotasi Perpindahan Sudut Riview gerak linear: Perpindahan, kecepatan, percepatan r r = r f r i, v =, t a

Lebih terperinci

Satuan Besaran dalam Astronomi. Dr. Chatief Kunjaya KK Astronomi ITB

Satuan Besaran dalam Astronomi. Dr. Chatief Kunjaya KK Astronomi ITB Satuan Besaran dalam Astronomi Dr. Chatief Kunjaya KK Astronomi ITB Kompetensi Dasar X.3.1 Memahami hakikat fisika dan prinsipprinsip pengukuran (ketepatan, ketelitian dan aturan angka penting) X.4.1 Menyajikan

Lebih terperinci

ANALISIS ALTERNATIF PENEMPATAN SATELIT LAPAN A2 DI ORBIT

ANALISIS ALTERNATIF PENEMPATAN SATELIT LAPAN A2 DI ORBIT Jurnal Sains Dirgantara Vol. 7 No. 2 Juni 2010 :132-145 ANALISIS ALTERNATIF PENEMPATAN SATELIT LAPAN A2 DI ORBIT Nizam Ahmad Peneliti Bidang Matahari dan Antariksa, LAPAN E-mail:nizam@bdg.lapan.go.id ABSTRACT

Lebih terperinci

GRAVITASI PLANET DALAM SISTEM TATA SURYA KELAS XI SEMESTER I

GRAVITASI PLANET DALAM SISTEM TATA SURYA KELAS XI SEMESTER I GRAVITASI PLANET DALAM SISTEM TATA SURYA KELAS XI SEMESTER I BAHAN AJAR GRAVITASI PLANET DALAM SISTEM TATA SURYA Sekolah : MAN LUBUK ALUNG Mata Pelajaran : Fisika Kelas / Semester : XI IPA / I Topik :

Lebih terperinci

Physic Work sheet Grade XI Semester I. 2. Newton s Law of Gravitation

Physic Work sheet Grade XI Semester I. 2. Newton s Law of Gravitation . Newton s Law of Gravitation the gravitational force between two objects is the attractive force which its magnitude is directly proportional to the mass of each object and inversely proportional to the

Lebih terperinci

NASKAH SOAL POST-TEST. Mata Pelajaran: Fisika Hari/Tanggal : Kelas : XI/IPA Waktu :

NASKAH SOAL POST-TEST. Mata Pelajaran: Fisika Hari/Tanggal : Kelas : XI/IPA Waktu : NASKAH SOAL POST-TEST Mata Pelajaran: Fisika Hari/Tanggal : Kelas : XI/IPA Waktu : PETUNJUK: 1) Tulislah terlebih dahulu nama, nomor, dan kelas pada lembar jawaban yang tersedia! 2) Bacalah terlebih dahulu

Lebih terperinci

HUKUM GRAVITASI NEWTON

HUKUM GRAVITASI NEWTON BAB 2 HUKUM GRAVITASI NEWTON Telah kita ketahui bersama bahwa jatuhnya benda ke tanah akibat adanya gaya gravitasi. Nah, kali ini kita akan mempelajari hukum Newton tentang gravitasi. Kita akan mempelajari

Lebih terperinci

Studi Kasus 1. Komet dalam orbit parabola

Studi Kasus 1. Komet dalam orbit parabola Daftar Isi Bab 1 Masalah Dua Benda 1.1 Vektor I-1 1.2 Momentum linier, momentum sudut, momen dan gaya I-2 1.3 Potensial bola padat I-5 1.4 Persamaan gerak dua titik massa I-7 1.6 Orbit dalam bentuk polar

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA-301) Hukum Gerak. Energi Gerak Rotasi Gravitasi

Fisika Umum (MA-301) Hukum Gerak. Energi Gerak Rotasi Gravitasi Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini (minggu 3) Hukum Gerak Momentum Energi Gerak Rotasi Gravitasi Hukum Gerak Mekanika Klasik Menjelaskan hubungan antara gerak benda dan gaya yang bekerja padanya Kondisi

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.3

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.3 SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.3 1. Dua planet A dan B mengorbit matahari. Perbandingan antara jarak planet A dan B ke matahari RA: RB = 1 : 4. Apabila periode planet A mengelilingi

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal. 1-7 ISSN : Visualisasi Efek Relativistik Pada Gerak Planet

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal. 1-7 ISSN : Visualisasi Efek Relativistik Pada Gerak Planet PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (13), Hal. 1-7 ISSN : 337-8 Visualisasi Efek Relativistik Pada Gerak Planet Nurul Asri 1, Hasanuddin 1, Joko Sampurno 1, Azrul Azwar 1 1 Program Studi Fisika, FMIPA, Universitas

Lebih terperinci

Pembahasan Soal Gravitasi Newton Fisika SMA Kelas X

Pembahasan Soal Gravitasi Newton Fisika SMA Kelas X Soal Gravitasi Newton Fisika SMA Kelas X http://gurumuda.net Contoh soal hukum gravitasi Newton Pelajari contoh soal hukum Newton tentang gravitasi lalu kerjakan soal hukum Newton tentang gravitasi. 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan berbagai macam teknologi sekarang ini tidak terlepas dari berkembangnya teknologi satelit. Mulai dari teknologi informasi dan komunikasi, teknologi penginderaan

Lebih terperinci

Bab III INTERAKSI GALAKSI

Bab III INTERAKSI GALAKSI Bab III INTERAKSI GALAKSI III.1 Proses Dinamik Selama Interaksi Interaksi merupakan sebuah proses saling mempengaruhi yang terjadi antara dua atau lebih obyek. Obyek-obyek yang saling berinteraksi dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan oleh planet meliputi kecepatan dan posisi setiap saat yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan oleh planet meliputi kecepatan dan posisi setiap saat yang dialami BAB I PENDAHULUAN Simulasi tentang gerak planet dalam tatasurya merupakan topik yang sangat menarik untuk dilakukan. Simulasi ini akan menggambarkan bagaimana gerak yang dihasilkan oleh planet meliputi

Lebih terperinci

GRAVITASI. Gambar 1. Gaya gravitasi bekerja pada garis hubung kedua benda.

GRAVITASI. Gambar 1. Gaya gravitasi bekerja pada garis hubung kedua benda. GAVITASI Pernahkah anda berfikir, mengapa bulan tidak jatuh ke bumi atau meninggalkan bumi? engapa jika ada benda yang dilepaskan akan jatuh ke bawah dan mengapa satelit tidak jatuh? Lebih jauh anda dapat

Lebih terperinci

PEKERJAAN RUMAH SAS PERTEMUAN-1 DAN PERTEMUAN-2 A.Pilihan Ganda

PEKERJAAN RUMAH SAS PERTEMUAN-1 DAN PERTEMUAN-2 A.Pilihan Ganda PEKERJAAN RUMAH SAS PERTEMUAN-1 DAN PERTEMUAN-2 A.Pilihan Ganda 1. Tinggi bintang dari bidang ekuator disebut a. altitude b. latitude c. longitude d. deklinasi e. azimut 2. Titik pertama Aries, didefinisikan

Lebih terperinci

Cladius Ptolemaus (abad 2) Geosentris

Cladius Ptolemaus (abad 2) Geosentris ROTASI DAN REVOLUSI BUMI Cladius Ptolemaus (abad 2) Geosentris Bumi sebagai pusat tata surya Planet-planet (termasuk Mth.) berputar mengelilingi bumi Sambil mengelilingi Bumi, planet-planet bergerak melingkar

Lebih terperinci

GAYA GESEK. Gaya Gesek Gaya Gesek Statis Gaya Gesek Kinetik

GAYA GESEK. Gaya Gesek Gaya Gesek Statis Gaya Gesek Kinetik GAYA GESEK (Rumus) Gaya Gesek Gaya Gesek Statis Gaya Gesek Kinetik f = gaya gesek f s = gaya gesek statis f k = gaya gesek kinetik μ = koefisien gesekan μ s = koefisien gesekan statis μ k = koefisien gesekan

Lebih terperinci

PROGRAM PERSIAPAN OLIMPIADE SAINS BIDANG ASTRONOMI 2014 SMA 2 CIBINONG TES 20 MEI 2014

PROGRAM PERSIAPAN OLIMPIADE SAINS BIDANG ASTRONOMI 2014 SMA 2 CIBINONG TES 20 MEI 2014 PROGRAM PERSIAPAN OLIMPIADE SAINS BIDANG ASTRONOMI 2014 SMA 2 CIBINONG TES 20 MEI 2014 NAMA PROVINSI TANGGAL LAHIR ASAL SEKOLAH KABUPATEN/ KOTA TANDA TANGAN 1. Dilihat dari Bumi, bintang-bintang tampak

Lebih terperinci

KINEMATIKA. Fisika. Tim Dosen Fisika 1, ganjil 2016/2017 Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro - Universitas Telkom

KINEMATIKA. Fisika. Tim Dosen Fisika 1, ganjil 2016/2017 Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro - Universitas Telkom KINEMATIKA Fisika Tim Dosen Fisika 1, ganjil 2016/2017 Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro - Universitas Telkom Sasaran Pembelajaran Indikator: Mahasiswa mampu mencari besaran

Lebih terperinci

MOMENTUM - TUMBUKAN FISIKA DASAR (TEKNIK SISPIL) (+GRAVITASI) Mirza Satriawan. menu

MOMENTUM - TUMBUKAN FISIKA DASAR (TEKNIK SISPIL) (+GRAVITASI) Mirza Satriawan. menu FISIKA DASAR (TEKNIK SISPIL) 1/34 MOMENTUM - TUMBUKAN (+GRAVITASI) Mirza Satriawan Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta email: mirza@ugm.ac.id Sistem Partikel Dalam pembahasan-pembahasan

Lebih terperinci

GERAK BUMI DAN BULAN

GERAK BUMI DAN BULAN MATERI ESENSIAL IPA SEKOLAH DASAR (Pengayaan Materi Guru) KONSEP ILMU PENGETAHUAN BUMI DAN ANTARIKSA GERAK BUMI DAN BULAN Agus Fany Chandra Wijaya DIGITAL LEARNING LESSON STUDY JAYAPURA 2010 GERAK BUMI

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH UMUM

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH UMUM DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH UMUM Tes Seleksi Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2004 Materi Uji : ASTRONOMI Waktu :

Lebih terperinci

Daftar Isi. Tata Surya. Matahari. Gerak edar bumi dan bulan. Lithosfer. Atmosfer.

Daftar Isi. Tata Surya. Matahari. Gerak edar bumi dan bulan. Lithosfer. Atmosfer. Tata Surya L/O/G/O Daftar Isi 1 2 3 4 5 Tata Surya Matahari Gerak edar bumi dan bulan Lithosfer Atmosfer Tujuan Belajar Siswa mampu mendeskripsikan maahari sebagai bintang dan bumi sebagai salah satu planet

Lebih terperinci

Masalah Dua Benda. SMA-BPK,Jakarta Barat, 16 Maret oleh Dr. Suryadi Siregar KK-Astronomi,ITB

Masalah Dua Benda. SMA-BPK,Jakarta Barat, 16 Maret oleh Dr. Suryadi Siregar KK-Astronomi,ITB Masalah Dua Benda oleh Dr. Suryadi Siregar KK-Astronomi,ITB SMA-BPK,Jakarta Barat, 6 Maret 007 6 Maret 007 S.Siregar, Pelatihan Astronomi Hukum Gravitasi G konstanta gravitasi mi massa ke i r jarak m ke

Lebih terperinci

TUGAS 1 ASISTENSI GEODESI SATELIT. Sistem Koordinat CIS dan CTS

TUGAS 1 ASISTENSI GEODESI SATELIT. Sistem Koordinat CIS dan CTS TUGAS 1 ASISTENSI GEODESI SATELIT KELAS A Sistem Koordinat CIS dan CTS Oleh : Enira Suryaningsih (3513100036) Dosen : JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH

Lebih terperinci

IPA TERPADU KLAS VIII BAB 14 BUMI, BULAN, DAN MATAHARI

IPA TERPADU KLAS VIII BAB 14 BUMI, BULAN, DAN MATAHARI IPA TERPADU KLAS VIII BAB 14 BUMI, BULAN, DAN MATAHARI KOMPETENSI INTI 3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

Sabar Nurohman Prodi Pendidikan IPA FMIPA UNY

Sabar Nurohman Prodi Pendidikan IPA FMIPA UNY Sabar Nurohman Prodi Pendidikan IPA FMIPA UNY Dafatar Isi Bumi dalam Bola Langit Tata Surya Sistem Bumi-Bulan Gerak Planet dan Satelit Fisika Bintang Evolusi Bintang Galaksi Struktur Jagad Raya Bumi dan

Lebih terperinci

Oleh : Kunjaya TPOA, Kunjaya 2014

Oleh : Kunjaya TPOA, Kunjaya 2014 Oleh : Kunjaya Kompetensi Dasar X.3.5 Menganalisis besaran fisis pada gerak melingkar dengan laju konstan dan penerapannya dalam teknologi X.4.5 Menyajikan ide / gagasan terkait gerak melingkar Pengertian

Lebih terperinci

Fisika Dasar 9/1/2016

Fisika Dasar 9/1/2016 1 Sasaran Pembelajaran 2 Mahasiswa mampu mencari besaran posisi, kecepatan, dan percepatan sebuah partikel untuk kasus 1-dimensi dan 2-dimensi. Kinematika 3 Cabang ilmu Fisika yang membahas gerak benda

Lebih terperinci

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DITJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMA

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DITJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMA KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DITJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMA Olimpiade Sains Nasional Bidang Astronomi 2012 ESSAY Solusi Teori 1) [IR] Tekanan (P) untuk atmosfer planet

Lebih terperinci

JAWABAN DAN PEMBAHASAN

JAWABAN DAN PEMBAHASAN JAWABAN DAN PEMBAHASAN 1. Dalam perjalanan menuju Bulan seorang astronot mengamati diameter Bulan yang besarnya 3.500 kilometer dalam cakupan sudut 6 0. Berapakah jarak Bulan saat itu? A. 23.392 km B.

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN : HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN : HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN NAMA SEKOLAH MATA PELAJARAN MATERI POKOK KELAS/SEMESTER WAKTU : SMA LABORATORIUM UPI : FISIKA : HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI : XI/I : 3 X 4 JP + 2 JP A. KOMPETENSI INTI

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL ASTRONOMI Ronde : Analisis Data Waktu : 240 menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS

Lebih terperinci

Bahan Minggu XV Tema : Pengantar teori relativitas umum Materi :

Bahan Minggu XV Tema : Pengantar teori relativitas umum Materi : Bahan Minggu XV Tema : Pengantar teori relativitas umum Materi : Teori Relativitas Umum Sebelum teori Relativitas Umum (TRU) diperkenalkan oleh Einstein pada tahun 1915, orang mengenal sedikitnya tiga

Lebih terperinci

SATELIT I WAYAN ANGGA MEI SEDANA YOGA TEKNIK ELEKTRO

SATELIT I WAYAN ANGGA MEI SEDANA YOGA TEKNIK ELEKTRO SATELIT I WAYAN ANGGA MEI SEDANA YOGA 1115313002 TEKNIK ELEKTRO Pengertian satelit Satelit adalah benda yang mengorbit benda lain dengan periode revolusi dan rotasi tertentu. Satelit juga dapat disebut

Lebih terperinci

BAHAN AJAR FISIKA GRAVITASI

BAHAN AJAR FISIKA GRAVITASI BAHAN AJAR FISIKA GRAVITASI OLEH SRI RAHMAWATI, S.Pd SMA NEGERI 5 MATARAM Pernahkah kalian berfikir, mengapa bulan tidak jatuh ke bumi atau meninggalkan bumi? Mengapa jika ada benda yang dilepaskan akan

Lebih terperinci

Analisis dan Kontrol Optimal Sistem Gerak Satelit Menggunakan Prinsip Minimum Pontryagin

Analisis dan Kontrol Optimal Sistem Gerak Satelit Menggunakan Prinsip Minimum Pontryagin JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) A 45 Analisis dan Kontrol Optimal Sistem Gerak Satelit Menggunakan Prinsip Minimum Pontryagin Putri Saraswati, Mardlijah, Kamiran

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 9 Fisika

Antiremed Kelas 9 Fisika Antiremed Kelas 9 Fisika Tata Surya - Latihan Ulangan Doc Name : AR09FIS0599 Version : 2012-10 halaman 1 01. Berikut ini adalah planet-planet pada tata surya kita. Urutan yang benar dari yang terdekat

Lebih terperinci

TATA SURYA Susunan Matahari dan anggota tata surya yang mengitarinya. Anggota Tata Surya:

TATA SURYA Susunan Matahari dan anggota tata surya yang mengitarinya. Anggota Tata Surya: TATA SURYA Susunan Matahari dan anggota tata surya yang mengitarinya. Anggota Tata Surya: 1. Planet 2. Asteroid 3. Satelit 4. Meteorid 5. Komet Planet Planet adalah benda langit yang tidak dapat memancarkan

Lebih terperinci

AS Astronomi Bola. Suhardja D. Wiramihardja Endang Soegiartini Yayan Sugianto Program Studi Astronomi FMIPA Institut Teknologi Bandung

AS Astronomi Bola. Suhardja D. Wiramihardja Endang Soegiartini Yayan Sugianto Program Studi Astronomi FMIPA Institut Teknologi Bandung AS 2201 - Astronomi Bola Suhardja D. Wiramihardja Endang Soegiartini Yayan Sugianto Program Studi Astronomi FMIPA Institut Teknologi Bandung PENDAHULUAN Menjelaskan posisi benda langit pada bola langit.

Lebih terperinci

Meridian Greenwich. Bujur

Meridian Greenwich. Bujur 5. TATA KOORDINAT Dalam astronomi, amatlah penting untuk memetakan posisi bintang atau benda langit lainnya, dan menerapkan system koordinat untuk membakukan posisi tersebut. Prinsip dasarnya sama dengan

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2016 CALON TIM OLIMPIADE ASTRONOMI INDONESIA 2017

SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2016 CALON TIM OLIMPIADE ASTRONOMI INDONESIA 2017 HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2016 CALON TIM OLIMPIADE ASTRONOMI INDONESIA 2017 Bidang Astronomi Waktu : 150 menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321) Gaya dan Hukum Gaya Massa dan Inersia Hukum Gerak Dinamika Gerak Melingkar

Fisika Dasar I (FI-321) Gaya dan Hukum Gaya Massa dan Inersia Hukum Gerak Dinamika Gerak Melingkar Fisika Dasar I (FI-321) Topik hari ini (minggu 4) Dinamika Gaya dan Hukum Gaya Massa dan Inersia Hukum Gerak Dinamika Gerak Melingkar Dinamika Mempelajari pengaruh lingkungan terhadap keadaan gerak suatu

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK ORBIT SATELIT MIKRO Dl KETINGGIAN LEO

KARAKTERISTIK ORBIT SATELIT MIKRO Dl KETINGGIAN LEO KARAKTERISTIK ORBIT SATELIT MIKRO Dl KETINGGIAN LEO Nizam Ahmad Peneliti Pusat Pemanfaatan Sains Aniariksa, LAPAN Email: nlzam@bdg,lapan.go.id ABSTRACT The Micro satellite is commonly placed in Low Earth

Lebih terperinci

Bab III Aplikasi Efek Radiasi Termal Pada Asteroid

Bab III Aplikasi Efek Radiasi Termal Pada Asteroid Bab III Aplikasi Efek Radiasi Termal Pada Asteroid Main Belt Asteroids (MBAs) adalah asteroid-asteroid yang mendiami daerah diantara Mars dan Jupiter, yakni 2.0 3.3 AU, yang ditaksir berjumlah sekitar

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika 25 BAB 3 DINAMIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya pada benda diam 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gaya dan percepatan benda 3. Menentukan pasangan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SIMULATOR ORBIT SATELIT NON-GEOSTASIONER LANDSAT 7 TUGAS AKHIR

RANCANG BANGUN SIMULATOR ORBIT SATELIT NON-GEOSTASIONER LANDSAT 7 TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN SIMULATOR ORBIT SATELIT NON-GEOSTASIONER LANDSAT 7 TUGAS AKHIR ADHE PRIYAMBODO NRP. 2499100080 JURUSAN TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

Uji Kompetensi Semester 1

Uji Kompetensi Semester 1 A. Pilihlah jawaban yang paling tepat! Uji Kompetensi Semester 1 1. Sebuah benda bergerak lurus sepanjang sumbu x dengan persamaan posisi r = (2t 2 + 6t + 8)i m. Kecepatan benda tersebut adalah. a. (-4t

Lebih terperinci

Gambar tata sury, alam 98

Gambar tata sury, alam 98 TATA SURYA Jika kita terbang mengarungi ruang angkasa meninggalkan bumi. Dari suatu tempat akan dapat melihat bumi bersama delapan planet lainnya bergerak mengedari matahari. Planetplanet (planetai = pengembara)

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB 2 GRAVITASI A. Medan Gravitasi B. Gerak Planet dan Satelit Rangkuman Bab Evaluasi Bab 2...

DAFTAR ISI. BAB 2 GRAVITASI A. Medan Gravitasi B. Gerak Planet dan Satelit Rangkuman Bab Evaluasi Bab 2... DAFTAR ISI KATA SAMBUTAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v BAB 1 KINEMATIKA GERAK... 1 A. Gerak Translasi... 2 B. Gerak Melingkar... 10 C. Gerak Parabola... 14 Rangkuman Bab 1... 18 Evaluasi

Lebih terperinci

SOAL PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 Pekan V Dosen Penguji : Dr. Rinto Anugraha

SOAL PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 Pekan V Dosen Penguji : Dr. Rinto Anugraha SOAL PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 Pekan V Dosen Penguji : Dr. Rinto Anugraha 1. Pulsar, Bintang Netron, Bintang dan Keruntuhan Gravitasi 1A. Pulsar Pulsar atau Pulsating Radio Sources pertama kali diamati

Lebih terperinci

Macam-macam Waktu. Universal Time dan Dynamical Time

Macam-macam Waktu. Universal Time dan Dynamical Time Macam-macam Waktu Waktu (time) sangat penting bagi kehidupan kita. Allah SWT berfirman dengan bersumpah wal ashri. Barangsiapa yang pandai menggunakan waktu dengan benar, ia akan beruntung. Waktu terus

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DITJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMA

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DITJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMA KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DITJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMA Soal Test Olimpiade Sains Nasional 2010 Bidang : ASTRONOMI Materi : Teori (Pilihan Berganda) Tanggal

Lebih terperinci

I. Nama Mata Kuliah : MEKANIKA II. Kode / SKS : MFF 1402 / 2 sks III. Prasarat

I. Nama Mata Kuliah : MEKANIKA II. Kode / SKS : MFF 1402 / 2 sks III. Prasarat 1 I. Nama Mata Kuliah : MEKANIKA II. Kode / SKS : MFF 1402 / 2 sks III. Prasarat : Tidak Ada IV. Status Matakuliah : Wajib V. Deskripsi Mata Kuliah Mata kuliah ini merupakan mata kuliah wajib Program Studi

Lebih terperinci

Klik. Korona pada Matahari

Klik. Korona pada Matahari Klik Korona pada Matahari Klik Kromosfer pada Matahari Klik TATA SURYA Susunan Matahari dan anggota tata surya yang mengitarinya. Anggota Tata Surya 1. Planet 2. Asteroid 3. Satelit 4. Meteoroid 5. Komet

Lebih terperinci

SOAL PILIHAN GANDA ASTRONOMI 2008/2009 Bobot nilai masing-masing soal : 1

SOAL PILIHAN GANDA ASTRONOMI 2008/2009 Bobot nilai masing-masing soal : 1 SOAL PILIHAN GANDA ASTRONOMI 2008/2009 Bobot nilai masing-masing soal : 1 1. [SDW] Tata Surya adalah... A. susunan Matahari, Bumi, Bulan dan bintang B. planet-planet dan satelit-satelitnya C. kumpulan

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 CALON TIM OLIMPIADE ASTRONOMI INDONESIA 2015

SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 CALON TIM OLIMPIADE ASTRONOMI INDONESIA 2015 HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 CALON TIM OLIMPIADE ASTRONOMI INDONESIA 2015 Bidang Astronomi Waktu : 150 menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

Benda B menumbuk benda A yang sedang diam seperti gambar. Jika setelah tumbukan A dan B menyatu, maka kecepatan benda A dan B

Benda B menumbuk benda A yang sedang diam seperti gambar. Jika setelah tumbukan A dan B menyatu, maka kecepatan benda A dan B 1. Gaya Gravitasi antara dua benda bermassa 4 kg dan 10 kg yang terpisah sejauh 4 meter A. 2,072 x N B. 1,668 x N C. 1,675 x N D. 1,679 x N E. 2,072 x N 2. Kuat medan gravitasi pada permukaan bumi setara

Lebih terperinci

Konsep Fisika (MFB 1000) Kelas Kemipaan 3. Dr.Eng. Yusril Yusuf S.Si, M.Eng Dr.rer.nat. Ade Anggraini S.Si, MSc

Konsep Fisika (MFB 1000) Kelas Kemipaan 3. Dr.Eng. Yusril Yusuf S.Si, M.Eng Dr.rer.nat. Ade Anggraini S.Si, MSc Konsep Fisika (MFB 1000) Kelas Kemipaan 3 Dr.Eng. Yusril Yusuf S.Si, M.Eng Dr.rer.nat. Ade Anggraini S.Si, MSc Konsep Fisika (MFB 1000) Minggu -1 Munculnya Kosmologi menurut Sains (Kosmologi Aristotelian)

Lebih terperinci

ROTASI BENDA LANGIT. Chatief Kunjaya. KK Atronomi, ITB. Oleh : TPOA, Kunjaya 2014

ROTASI BENDA LANGIT. Chatief Kunjaya. KK Atronomi, ITB. Oleh : TPOA, Kunjaya 2014 ROTASI BENDA LANGIT Oleh : Chatief Kunjaya KK Atronomi, ITB KOMPETENSI DASAR XI.3.6 Menerapkan konsep torsi, momen inersia, titik berat dan momentum sudut pada benda tegar (statis dan dinamis) dalam kehidupan

Lebih terperinci

Memantau apa saja dengan GPS

Memantau apa saja dengan GPS Memantau apa saja dengan GPS (Global Positioning System) Dalam film Enemy of The State, tokoh pengacara Robert Clayton Dean (diperankan oleh Will Smith) tiba-tiba saja hidupnya jadi kacau-balau. Ke mana

Lebih terperinci

HUKUM NEWTON TENTANG GERAK DINAMIKA PARTIKEL 1. PENDAHULUAN

HUKUM NEWTON TENTANG GERAK DINAMIKA PARTIKEL 1. PENDAHULUAN HUKUM NEWTON TENTANG GERAK DINAMIKA PARTIKEL 1. PENDAHULUAN Pernahkah Anda berpikir; mengapa kita bisa begitu mudah berjalan di atas lantai keramik yang kering, tetapi akan begitu kesulitan jika lantai

Lebih terperinci

MEKANIKA. Oleh WORO SRI HASTUTI DIBERIKAN PADA PERKULIAHAN KONSEP DASAR IPA. Pertemuan 5

MEKANIKA. Oleh WORO SRI HASTUTI DIBERIKAN PADA PERKULIAHAN KONSEP DASAR IPA. Pertemuan 5 MEKANIKA Oleh WORO SRI HASTUTI DIBERIKAN PADA PERKULIAHAN KONSEP DASAR IPA Pertemuan 5 KINEMATIKA DAN DINAMIKA Sub topik: PARTIKEL Kinematika Dinamika KINEMATIKA mempelajari gerakan benda dengan mengabaikan

Lebih terperinci

Bumi berotasi. Getak Harian - dari timur ke barat. - periodanya 24 jam. - sejajar ekuator langit.

Bumi berotasi. Getak Harian - dari timur ke barat. - periodanya 24 jam. - sejajar ekuator langit. Gerak Bumi Animasi Bumi berotasi Bola langit melakukan gerak semu, arahnya berlawanan dgn arah gerak rotasi bumi Getak Harian - dari timur ke barat. - periodanya 24 jam. - sejajar ekuator langit. Di ekuator,

Lebih terperinci

FENOMENA ASTRONOMI SISTEM BUMI, BULAN & MATAHARI

FENOMENA ASTRONOMI SISTEM BUMI, BULAN & MATAHARI FENOMENA ASTRONOMI SISTEM BUMI, BULAN & MATAHARI Resti Andriyani 4001411044 KONDISI FISIK Bumi Bulan Matahari BUMI Bumi merpakan planet yang KHAS dan ISTIMEWA Terdapat lautan, kegiatan vulkanik dan tektonik,

Lebih terperinci

SP FISDAS I. acuan ) , skalar, arah ( ) searah dengan

SP FISDAS I. acuan ) , skalar, arah ( ) searah dengan SP FISDAS I Perihal : Matriks, pengulturan, dimensi, dan sebagainya. Bisa baca sendiri di tippler..!! KINEMATIKA : Gerak benda tanpa diketahui penyebabnya ( cabang dari ilmu mekanika ) DINAMIKA : Pengaruh

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL BIDANG ASTRONOMI

SOAL SELEKSI PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL BIDANG ASTRONOMI SOAL SELEKSI PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL BIDANG ASTRONOMI Waktu Jumlah Soal : 150 menit : 30 Soal 1. Bintang A memiliki tingkat kecemerlangan tiga kali lebih besar dibandingkan dengan Bintang B. Bintang

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya-gaya pada benda 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gerak objek 3. Menentukan pasangan

Lebih terperinci

RINGKASAN MATERI GRAVITASI. Newton mengusulkan hukum gaya yang kita sebut dengan Hukum Gravitasi. Gambar 2 Hukum Gravitasi Newton

RINGKASAN MATERI GRAVITASI. Newton mengusulkan hukum gaya yang kita sebut dengan Hukum Gravitasi. Gambar 2 Hukum Gravitasi Newton INGKASAN MATEI GAVITASI a. Hukum gravitasi Newton Newton mengusulkan hukum gaya yang kita sebut dengan Hukum Gravitasi Newton, bahwa setiap partikel menarik partikel lain dengan gaya gravitasi yang besarnya:

Lebih terperinci

BAB III 3. METODOLOGI

BAB III 3. METODOLOGI BAB III 3. METODOLOGI 3.1. Pasang Surut Pasang surut pada umumnya dikaitkan dengan proses naik turunnya muka laut dan gerak horizontal dari massa air secara berkala yang ditimbulkan oleh adanya gaya tarik

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN ORBIT SATELIT GPS YANG DIPENGARUHI OLEH SPHERICALLY SYMMETRIC ELEMENT KEPLERIAN

ANALISA PERBANDINGAN ORBIT SATELIT GPS YANG DIPENGARUHI OLEH SPHERICALLY SYMMETRIC ELEMENT KEPLERIAN ANALISA PERBANDINGAN ORBIT SATELIT GPS YANG DIPENGARUHI OLEH SPHERICALLY SYMMETRIC ELEMENT KEPLERIAN DAN OSCULATING ELEMENT KEPLERIAN (STUDY KASUS SURABAYA) Abdur Rozaq ), Mokhamad Nur Cahyadi ), Eko Yuli

Lebih terperinci

SELEKSI TINGKAT PROVINSI CALON PESERTA INTERNATIONAL ASTRONOMY OLYMPIAD (IAO) TAHUN 2009

SELEKSI TINGKAT PROVINSI CALON PESERTA INTERNATIONAL ASTRONOMY OLYMPIAD (IAO) TAHUN 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIRJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS SELEKSI TINGKAT PROVINSI CALON PESERTA INTERNATIONAL ASTRONOMY OLYMPIAD (IAO) TAHUN

Lebih terperinci

Materi Bumi dan Antariksa)

Materi Bumi dan Antariksa) (Pendalaman Materi Bumi dan Antariksa) Hari/Tanggal : Rabu & Kamis,, 19 & 20 Sep 2007 Waktu : 13.55 11. 45 Penyaji : Drs. Yamin Winduono, M.Pd Tempat : Ruang Plato Brainstorming / Diskusi /Tanya jawab

Lebih terperinci

ALAM SEMESTA. Gambar 1.1: Batas alam semesta (sumber: www. wikipedia indonesia.com)

ALAM SEMESTA. Gambar 1.1: Batas alam semesta (sumber: www. wikipedia indonesia.com) ALAM SEMESTA Sekali waktu tataplah langit di malam hari. Bayangkan jika dapat terbang menembus langit dan melewati bintang-bintang. Di atas ketinggian kita juga menatap bumi yang kita tinggalkan, maka

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Hak Cipta Dilindungi Undang-undang SOLUSI SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 014 TINGKAT PROVINSI ASTRONOMI Waktu : 180 menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

UM UGM 2017 Fisika. Soal

UM UGM 2017 Fisika. Soal UM UGM 07 Fisika Soal Doc. Name: UMUGM07FIS999 Version: 07- Halaman 0. Pada planet A yang berbentuk bola dibuat terowongan lurus dari permukaan planet A yang menembus pusat planet dan berujung di permukaan

Lebih terperinci

MENGENAL ORBIT SUNSINKRONUS SEBAGAI ORBIT SATELIT LAPAN TUBSAT

MENGENAL ORBIT SUNSINKRONUS SEBAGAI ORBIT SATELIT LAPAN TUBSAT MENGENAL ORBIT SUNSINKRONUS SEBAGAI ORBIT SATELIT LAPAN TUBSAT Errya Satrya Peneliti Pusat Teknologi Wahana Dirgantara, LAPAN RINGKASAN Sampai saat ini, telah lebih dari 2 tahun satelit LAPAN-TUBSAT beroperasi

Lebih terperinci

ANTIREMED KELAS 11 FISIKA

ANTIREMED KELAS 11 FISIKA ANTIREED KELAS 11 FISIKA Hukum Newton dan ravitasi - Latihan Soal Doc. Name: AR11FIS001 Version: 01-07 halaman 1 01. Perhatikan 3 buah massa yang berinteraksi berikut ini. Resultan gaya gravitasi pada

Lebih terperinci

FISIKA UNTUK UNIVERSITAS JILID I ROSYID ADRIANTO

FISIKA UNTUK UNIVERSITAS JILID I ROSYID ADRIANTO i FISIKA UNTUK UNIVERSITAS JILID I ROSYID ADRIANTO Departemen Fisika Universitas Airlangga, Surabaya E-mail address, P. Carlson: i an cakep@yahoo.co.id URL: http://www.rosyidadrianto.wordpress.com Puji

Lebih terperinci

Kurang dari 0,25 diameter bumi. g/cm³) Gravitasi sekitar 1,67 m/s². Sekitar 17% gravitasi bumi

Kurang dari 0,25 diameter bumi. g/cm³) Gravitasi sekitar 1,67 m/s². Sekitar 17% gravitasi bumi PENDAHULUAN Bulan bukanlah hanya sebagai penghias langit malam dan penerangan saat Matahari tenggelam.objek yang dikenal sebagai satelit Bumi ini merupakan salah satu anggota tata surya yang senantiasa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN II. TINJAUAN PUSTAKA I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sinar matahari yang sampai di bumi merupakan sumber utama energi yang menimbulkan segala macam kegiatan atmosfer seperti hujan, angin, siklon tropis, musim panas, musim

Lebih terperinci