Bab III INTERAKSI GALAKSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab III INTERAKSI GALAKSI"

Transkripsi

1 Bab III INTERAKSI GALAKSI III.1 Proses Dinamik Selama Interaksi Interaksi merupakan sebuah proses saling mempengaruhi yang terjadi antara dua atau lebih obyek. Obyek-obyek yang saling berinteraksi dapat berupa galaksi dengan galaksi, galaksi dengan satelit galaksi, galaksi dengan awan gas, dan masih banyak kemungkinan yang lain. Untuk kasus yang terjadi pada galaksi (misal pada dua buah galaksi), proses interaksi akan memberikan pengaruh kepada kedua galaksi yang berinterkasi tersebut. Besarnya pengaruh yang ditimbulkan satu sama lain dipengaruhi oleh beberapa parameter, salah satunya adalah massa galaksi. Galaksi dengan massa lebih besar akan memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap galaksi dengan massa yang lebih kecil. Meskipun demikian, massa galaksi bukanlah satu-satunya parameter yang berperan dalam proses interaksi. Pada intinya, saat suatu galaksi berinteraksi, baik itu dengan sesama galaksi maupun dengan obyek lain, galaksi tersebut akan mengalami gangguan yang berpotensi mengubah kestabilan sistem galaksi secara keseluruhan. Untuk lebih memberikan penjelasan mengenai interaksi galaksi, kita dapat meninjau proses dinamik yang terjadi saat interaksi berlangsung. III.1.1 Dynamical Friction Dynamical friction pertama kali diperkenalkan oleh Chandrasekhar pada tahun Ilustrasi dynamical friction secara sederhana adalah yang terjadi pada sebuah obyek masif yang bergerak dalam ruang tak berhingga dan homogen dimana di dalamnya terdapat obyek-obyek dengan massa rendah. Pada kasus ini akan terjadi interaksi gravitasi antara obyek masif ini dengan obyek-obyek bermassa rendah tersebut. Saat interaksi gravitasi terjadi, obyek yang lebih masif akan menarik obyek-obyek bermassa rendah tersebut. Tarikan ini akan 30

2 menyebabkan laju dari obyek masif yang bergerak dalam ruang tak berhingga tersebut menjadi teredam, dalam hal ini akan melambat. Kasus dynamical friction terjadi pada bermacam-macam benda langit seperti pada bintang, gugus bintang, maupun pada galaksi. Meskipun terjadi pada obyek yang berbeda-beda, proses dynamical friction yang terjadi tidaklah berbeda. Pada intinya, dynamical friction menyebabkan perlambatan yang disebabkan oleh tarikan gravitasi. Dynamical friction dan hubungannya dengan galaksi terjadi saat ada peristiwa mendekatnya sebuah obyek, baik galaksi maupun obyek lain, menuju ke sebuah galaksi yang lain seperti yang ditunjukkan pada gambar III.1. Peristiwa mendekatnya dua buah obyek ini disebut dengan encounter. Ketika encounter terjadi, sebagian dari energi yang digunakan untuk gerak mendekat (gerakan maju) dipindahkan menjadi gerakan komponen-komponen di dalam obyek yang mendekat itu sendiri. Setelah nantinya salah satu obyek tersebut melewati obyek yang lain dan saling menjauh maka gerakan maju yang terjadi akan menjadi lebih lambat. Ilustrasi gambar di bawah ini menampilkan proses encounter yang terjadi antara dua buah obyek langit, dalam hal ini sebagai contoh adalah galaksi dengan galaksi. Gambar III.1 Sebuah galaksi dengan massa M yang bergerak dengan kecepatan V sedang melintas dekat sebuah bintang dengan massa m yang berada di galaksi lain yang berjarak b dari lintasan galaksi dengan massa M Sparke & Gallagher, 000. Skema di atas menunjukkan proses encounter yang terjadi di antara dua galaksi. Saat galaksi dengan massa M melintas dekat dengan bintang dengan massa m, perubahan kecepatan, baik dalam arah sejajar maupun arah tegak lurus, 31

3 akan terjadi. Perubahan kecepatan pada arah tegak lurus yang dialami oleh galaksi bermassa M adalah: Gm V =. (III.1) bv Agar pada saat proses encounter terjadi galaksi bermassa M dan bintang bermassa m tak bergerak mendekat secara signifikan satu sama lain, maka nilai b yang merupakan jarak antara lintasan galaksi bermassa M dengan bintang bermassa m haruslah jauh lebih besar dari ukuran galaksi bermassa M (core radius r c << b) dan V, nilai kecepatan melintas galaksi bermassa M, haruslah cepat pula. Maka nilai b haruslah: G( M + m) b>> r s, (III.) V dimana saat M = m, r s disebut sebagai strong encounter radius. Bintang bermassa m pada galaksi kedua haruslah mendapat momentum yang sama besar namun arahnya berlawanan sehingga energi kinetik total pada arah tegak lurus adalah: M Gm m GM G mm ( M + m) KE = + =. (III.3) bv bv b V Obyek dengan massa yang lebih rendah akan memperoleh sebagian besar dari energi kinetik yang dihasilkan ini. Energi ini hanya dapat dihasilkan dari gerak maju oleh benda dengan massa M yang nantinya akan menghasilkan perubahan kecepatan yang sejajar arah gerak benda bermassa M dengan nilai V. Jauh sebelum dan setelah encounter terjadi, energi potensial bernilai kecil, maka kita dapat menyamakan energi kinetik untuk memperoleh persamaan: M V KE M V m M m = + ( + ) + V V. (III.4) 3

4 Namun, bila V << V, nilai V perlambatan yang terjadi pada obyek bermassa M oleh: dapat diabaikan untuk memperoleh nilai KE G m( M + m) V =. (III.5) 3 MV b V Dari persamaan di atas diperoleh bahwa semakin besar nilai M, maka energi kinetik yang ditransfer kepada obyek bermassa m akan semakin membesar sebanding dengan nilai M sehingga gerak maju galaksi bermassa M akan mengalami perlambatan secara lebih cepat. Semakin cepat galaksi bermassa M melintas, akan semakin kecil pula waktu yang diperlukan untuk melakukan transfer energi ke obyek dengan massa m. Hal ini membuat perlambatan juga akan semakin kecil. Pada interaksi yang terjadi antara dua buah galaksi, galaksi dengan massa yang lebih besar (galaksi M), akan memberikan pengaruh kepada galaksi yang dilewatinya. Meskipun pada awalnya galaksi bermassa M hanya memberikan pengaruh pada salah satu komponen galaksi yang dilewatinya, yaitu bintang yang berada paling dekat dengan lintasan galaksi M, sebenarnya galaksi M ini memberikan pengaruh yang dirasakan bintang-bintang lain yang berada di galaksi yang dilaluinya itu. Saat pertama kali galaksi bermassa M berinteraksi dengan galaksi yang dilaluinya, galaksi bermassa M ini hanya akan mempengaruhi salah satu bintang dari galaksi yang dilaluinya. Saat bintang pada galaksi yang dilaluinya ini terganggu, maka bintang-bintang lain juga akan mengalami gangguan sehingga potensial pada galaksi yang dilalui pun akan terganggu. Dengan kata lain bila salah satu bintang anggota galaksi terganggu maka akan menimbulkan gangguan pada galaksi tersebut secara keseluruhan. Bila galaksi bermassa M melintasi sebuah galaksi lain yang memiliki n buah bintang bermassa m per parsec kubik (m / pc 3 ), maka untuk memperoleh perlambatan kita dapat melakukan integrasi untuk semua bintang yang terdapat pada galaksi yang dilalui tersebut: 33

5 π = nv bdb= nm lnλ, (III.6) dv bmax G m( M + m) 4 G ( M + m) π b 3 dt min b V V dimana bmax / bmin Λ=. Nilai b min didefinisikan sebagai strong encounter radius r s dan b max didefinisikan sebagai jarak dimana kerapatan bintang-bintang menjadi jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan kerapatan bintang-bintang pada galaksi bermassa M. Perlambatan yang didefinisikan oleh persamaan di atas disebut dynamical friction karena bersifat mengerem gerakan apapun yang relatif terhadap bintang-bintang latar belakang. Semakin lambat galaksi melaju, akan semakin lambat pula perlambatan yang terjadi. High-speed encounter antara dua buah galaksi akan menghasilkan energi yang lebih sedikit dibanding yang diperoleh dari gerakan majunya dibanding bila encounter terjadi pada kecepatan yang relatif rendah. Hal ini berlaku bila kita mengabaikan gerakan acak bintang-bintang bermassa m dibandingkan dengan gerakan maju galaksi bermassa M. Jika gerak acak bintangbintang tersebut tak diabaikan, maka tarikan akan berkurang. Bila dispersi kecepatan bintang-bintang pada galaksi kedua jauh lebih besar dibanding nilai V, maka kita akan memperoleh dv / dt V. Bintang-bintang yang mendapatkan energi cukup besar akan dapat terlepas dari gravitasi galaksi induknya sehingga akan terlepas dari galaksi induknya. Perumusan mengenai perlambatan yang terjadi dapat diaplikasikan pada kasus satelit galaksi yang mengorbit kepada galaksi induk yang massanya lebih besar. Semakin lama, orbit satelit galaksi ini akan meluruh membentuk spiral ke arah dalam hingga membuat jarak antara kedua galaksi akan semakin dekat. Frictional force tak bergantung kepada massa galaksi tetapi bergantung kepada rapat massa galaksi. Semakin masif satelit galaksi, akan semakin cepat pula mengalami perlambatan dibanding satelit galaksi yang kurang masif. Contohnya adalah Large Magellanic Cloud (LMC) yang sangat mungkin akan bergabung dengan galaksi Bimasakti dalam waktu beberapa gigayears. 34

6 III.1. Tidal Interaction Pada contoh kasus di atas, perlambatan yang terjadi selama proses dynamical friction akan menyebabkan peluruhan orbit galaksi yang melintas (galaksi bermassa M) menjadi bergerak membelok secara spiral ke arah dalam. Hal ini membuat jaraknya semakin dekat dengan galaksi pasangannya. Saat orbit galaksi bermassa M membelok secara spiral ke arah dalam, akan timbul suatu efek pasang surut di antara kedua galaksi yang berinteraksi, disebut dengan tidal interaction. Tidal interaction berpengaruh kepada komponen yang menyusun kedua galaksi yang mengalami tidal interaction dimana komponen-komponen penyusun galaksi akan saling merenggang (menjauh) sehingga menimbulkan ruang yang lebih besar dalam galaksi tersebut (dalam kasus galaksi, ruang tersebut adalah ruang antar bintang). Tidal interaction dapat ditinjau pada galaksi yang melakukan encounter. Pada saat encounter antara dua buah galaksi terjadi, galaksi yang didekati (selanjutnya akan disebut sebagai galaksi target) akan terpengaruh oleh galaksi yang melewatinya (meskipun sejatinya kedua buah galaksi akan saling mempengaruhi). Sebuah galaksi dengan massa M yang diasumsikan berupa point source (bukan extended source) yang mendekati galaksi target akan melakukan interaksi gravitasional dengan galaksi targetnya dimana kedua buah galaksi memiliki jarak D dan galaksi target memiliki radius r dan diameter d (ditunjukkan oleh gambar III.). Tidal force sendiri diekspresikan dengan persamaan: F tide GMd / D 3. (III.7) Tidal force ini akan berkurang dengan sangat signifikan bila jarak antara kedua obyek yang berinteraksi semakin besar. Sedangkan formulasi untuk potensial bila galaksi pasangan berada pada bidang yang sama dan diasumsikan distribusi massanya spherical adalah: V = -GM (r + D -rd cosθ) -1/. (III.8) 35

7 Secara logika, bagian dari galaksi target yang jaraknya lebih dekat dengan galaksi bermassa M mendapatkan pengaruh yang lebih besar dibanding bagian galaksi target yang lain. Tetapi kenyataannya, nantinya bagian dari galaksi target yang terkena dampak paling besar dari galaksi M juga akan mempengaruhi bagian galaksi target lainnya. Gambar III. Skema dari prinsip tidal interaction antara dua buah galaksi selama encounter terjadi Combes, Boissé, Mazure, Blanchard, 001. Kedua buah galaksi (baik galaksi target ataupun galaksi bermassa M) tidaklah diam tetapi bergerak terhadap pusat gravitasi dari keduanya. Tiap partikel bereaksi terhadapnya oleh gaya inersia pada kerangka acuan galaksi. Hal ini menyebabkan galaksi akan memiliki gaya f 0. Selain itu, partikel-partikel di titik P akan mengalami gaya terhadap galaksi M sebesar f P. Dari pernyataan-pernyataan ini, maka tidal force dapat diekspresikan sebagai Ftide = fp fo, sehingga potensial untuk mendefinisikan tidal force yang terjadi pada tiap titik di galaksi target dapat dituliskan sebagai: 36

8 GM GM Vtot ( r, θ ) = + r cosθ+ C. (III.9) 1/ ( r + D rd cos θ ) D Suku pertama dari persamaan (III.9) menggambarkan potensial yang berhubungan dengan f P sedangkan suku kedua menggambarkan potensial yang berhubungan dengan f 0 dan suku ketiga merupakan konstanta yang muncul karena proses integrasi. Bila persamaan (III.9) diekspansi sampai dengan orde ke- dalam r / D, maka potensialnya akan menjadi: GM r 3r r GM Vtot ( r, θ ) = 1+ cosθ + cos θ cos + r θ D D 4D 4D D 3 GM r 1 3 r = C + cos θ + O 3. D D 4 4 D (III.10) Persamaan (III.8) memunculkan bentuk cos θ yang menggantikan bentuk cos θ. Hal ini menunjukkan bentuk bisymetrical, dimana θ adalah azimuth dari bidang galaksi. Adapun dampak dari tidal effect adalah munculnya dua kutub gangguan yang menjelaskan pembentukan dari dua buah lengan spiral pada galaksi target. Gangguan potensial ini memiliki kebergantungan azimuthal yang sama dengan bar tetapi memiliki kebergantungan yang berbeda dalam hal radial (ditunjukkan oleh gambar III.3). Potensial dari bar akan menurun dengan suatu nilai yang pasti dimulai dari radius tertentu, r max, sampai dengan bagian tepian galaksi dimana potensial yang diakibatkan tidal force tidak berhenti meningkat dalam r (ditunjukkan oleh gambar III.4) Kedua kutub gangguan berotasi dengan kecepatan sudut Ω p. 37

9 Gambar III.3 Perbandingan antara potensial bar dan tidal interaction dengan galaksi pasangan bermassa M. Kebergantungan azimuth akan sama sepanjang bar berada lurus paralel dengan sumbu yang menyatukan kedua buah galaksi yang berinteraksi Combes, Boissé, Mazure, Blanchard, 001. Gambar III.4 Perbandingan antara potensial bar dan tidal interaction. Kebergantungan radial akan berbeda pada jarak yang besar dari bagian pusat galaksi, dimana penagruh dari bar akan melemah, sedangkan pengaruh dari galaksi pasangan akan meningkat. (µ adalah rasio massa dari galaksi pasangan) Combes, Boissé, Mazure, Blanchard,

10 Pada kenyataannya, galaksi-galaksi di alam semesta memiliki inklinasi satu terhadap yang lain yang ditunjukkan pada gambar III.5 (meskipun mungkin ada juga yang terletak pada bidang yang sama). Hal ini akan membuat galaksigalaksi yang melakukan encounter kemungkinan akan mendapat pengaruh yang berbeda dimana memungkinkan terjadinya gerakan vertikal. Pada kasus galaksi pasangan memiliki bidang orbit dengan sudut inklinasi i terhadap bidang galaksi target, partikel-partkiel yang terletak di galaksi target yang berjarak r dari pusat galaksi akan mengalami gaya vertikal terhadap bidang galaksi sebesar: Fz = Dsin igm ( D + r rdcosθ cos i) D 3 GM r = sin i cos θ. D D 3/ 3 (III.11) Gambar III.5 Tidal force yang tegak lurus terhadap bidang galaksi dimana bidang orbit galaksi pasangan bermassa M memiliki sudut inklinasi i (sudut antara xoy dan yom) terhadap bidang galaksi target Combes, Boissé, Mazure, Blanchard, 001. Sin i menunjukkan proyeksi partikel-partikel pada galaksi pasangan yang memiliki sudut inklinasi terhadap bidang orbit galaksi target. Hal inilah yang 39

11 disebut sebagai gaya vertikal yang dihitung pada saat galaksi pasangan berada pada titik tertinggi dari bidang galaksi target. Tidal force akan dihasilkan sebagai nilai dari 3 GMr / D (seperti pada bidang galaksi) dan kebergantungannya tak lagi bisymetrical. Pada galaksi spiral atau S0, gerak vertikal ini akan dapat menambah ketebalan bagian piringan galaksi. Meskipun suatu galaksi berinteraksi, galaksi tersebut nantinya tetap akan berada pada keadaan yang setimbang sesuai dengan Teorema Virial. Saat suatu galaksi tunggal (yang belum mengalami interaksi) berada pada keadaan setimbang didekati oleh galaksi lain sehingga memungkinkan terjadi interaksi, kesetimbangannya akan terganggu. Meskipun demikian, nantinya galaksi tersebut akan menciptakan suatu keadaan kesetimbangan yang baru sehingga galaksi tersebut tetap akan berada pada keadaan yang setimbang (tervirialisasi). Dalam keadaan tervirialisasi, haruslah dipenuhi bahwa pε 0 = κε 0 dimana κε 0 adalah energi kinetik pada salah satu galaksi sebelum encounter terjadi dan pε 0 adalah energi potensial. Maka energi dalamε 0 haruslah bernilai: ε = κε + pε = κε. (III.1) Adanya dynamical friction meningkatkan energi pada gerak acak bintang sehingga berdampak pada perubahan energi dalam galaksi sesuai dengan κε. Keterikatan gravitasi dalam galaksi akan menurun sehingga galaksi akan mengembang. Lalu jauh setelah encounter terjadi, galaksi akan kembali berada pada keadaan setimbang (tervirialisasi) dan energi kinetiknya akan berkurang dari energi kinetik sebelumnya, menjadi: κε = ( ε + κε ) = κε κε. (III.13) Hal ini membuat bintang-bintang yang memperoleh energi paling banyak akan terlepas dari gravitasi galaksi dan bergerak keluar galaksi. Sedangkan bintangbintang yang memperoleh sedikit energi akan tetap berada dalam galaksi namun 40

12 menjadi tak terikat secara kuat dan akan bertindak sebagai bagian luar dari galaksi. Bila dua buah galaksi disky saling melewati satu sama lain dengan kecepatan yang tinggi ( km/s) yang merupakan tipikal kecepatan galaksi pada gugus galaksi yang rapat, galaksi-galaksi tersebut dapat dikatakan mustahil untuk saling melambatkan gerakan galaksi pasangannya dan menjadi satu galaksi yang terikat. Kedua galaksi akan tetap bergerak masing-masing dan akan menjauh setelah proses encounter terjadi. Namun peristiwa ini dapat membuat komponen disk kedua buah galaksi berbeda bentuknya dibanding saat sebelum interaksi, dapat menimbulkan pola lengan spiral atau mungkin bar yang tak terdapat sebelumnya. Proses dinamik di atas menjelaskan bahwa galaksi yang saling melewati satu sama lain akan lebih berada dalam keadaan yang lebih mungkin terganggu bila mereka saling melewati dengan kecepatan yang relatif lambat (tidak lebih besar dari dispersi kecepatan bintang-bintang yang ada di dalamnya). Bila orientasi disk galaksi yang berinteraksi berada pada keadaan yang sejajar satu sama lain dan galaksi-galaksi tersebut berotasi pada arah yang sama, kita akan dapat melihat pengaruh yang kuat. Di sisi galaksi yang dekat dengan gangguan, rotasi dari disk akan menghilangkan banyak gerak relatif dari sistem dua buah galaksi ini. Hal ini akan membuat bintang-bintang dan gas akan memerlukan waktu yang lama untuk dekat dengan daerah gangguan. Bintang-bintang dan gas ini menerima momentum sudut dan energi yang akan memaksa bintang-bintang dan gas ini untuk membentuk orbit yang baru. Bila dua buah galaksi disky mendekat, orbit yang baru ini menarik materi keluar sampai pada jarak yang sangat jauh. Bila encounter telah mengalirkan cukup energi dari gerakan orbital galaksi-galaksi untuk membuat mereka terikat satu sama lain, galaksi-galaksi ini nantinya kemungkinan akan melakukan merge. Gambar III.6 berikut ini adalah salah satu simulasi komputer bagaimana terjadinya proses merging galaksi. 41

13 Gambar III.6 Skema merging galaksi dari simulasi komputer pasangan galaksi NGC Gambar kiri adalah gerakan galaksi-galaksi pada bidang orbit awalnya. Gambar tengah adalah gambar bila dipandang sepanjang garis pandang. Gambar kanan menunjukkan kecepatan radial (V r ) partikel-partikel pada tiap deklinasi Sparke & Gallagher, 000. Gambar III.6 di atas menunjukkan proses merging yang sedang terjadi dimana tampak materi-materi yang terlempar keluar badan disk galaksi, disebut dengan tidal tails. Materi-materi yang terlempar keluar ini tak akan jatuh kembali ke dalam galaksi induknya, setidaknya dalam waktu beberapa gigayears. Proses dinamik inilah (dynamical friction dan tidal interaction) yang merupakan beberapa sebab mengapa galaksi-galaksi memiliki bentuk yang aneh. 4

14 Salah satu keanehan yang ditimbulkan adalah tidal tails ini. Pada galaksi tunggal yang tak mengalamai interaksi, tak ditemukan profil seperti ini. III. Potensial pada Galaksi yang Mengalami Interaksi Berdasarkan Nilai r / D Pada hakekatnya, galaksi merupakan sebuah sistem yang stabil (berada dalam keadaan tervirialisasi). Dapat dikatakan bahwa galaksi tunggal, yang menjalani tahapan evolusinya tanpa dipengaruhi galaksi lain, akan dapat terus berada pada keadaan yang stabil. Namun kenyataannya di alam semesta banyak galaksi yang mengalami interaksi dengan obyek lain (misal: galaksi). Proses interaksi ini akan mengganggu kestabilan yang telah dibangun oleh galaksi. Dengan kata lain proses interaksi akan menyebabkan gangguan pada galaksi yang saling berinteraksi. Bila ada sebuah galaksi dengan massa M (diasumsikan sebagai point mass) bergerak mendekat terhadap galaksi target (yang diasumsikan terbentuk dari partikel-partikel yang tersebar dari pusat galaksi) seperti yang dideskripsikan oleh gambar III. dan berjarak D satu sama lain, maka di setiap titik seharusnya akan terjadi gangguan yang menyebabkan berubahnya nilai potensial di setiap titik. Perubahan nilai potensial ini berkorelasi dengan beberapa besaran, antara lain nilai θ yang merupakan azimuth dari bidang galaksi dan nilai r yang merupakan jarak partikel dari pusat galaksi target. Persamaan (III.10) yang diperoleh dari persamaan (III.9) menjelaskan bagaimana hubungan antara potensial dengan sudut θ dan radius r. Hubungan yang diberikan oleh persamaan (III.9) adalah: GM GM Vtot ( r, θ ) = + r cosθ+ C. (III.9) 1/ ( r + D rd cos θ ) D Dimana bila persamaan (III.9) diekspansikan sampai pada orde ke-, potensial akan dihasilkan persamaan (III.10): 43

15 GM r 3r r GM Vtot ( r, θ ) = 1+ cosθ + cos θ cos + r θ D D 4D 4D D 3 GM r 1 3 r = C + cos θ + O 3. D D 4 4 D (III.10) Persamaan (III.10) memiliki komponen θ yang menunjukkan pola bisymetrical seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. D dan M adalah besaran jarak dan massa dimana nilainya konstan sehingga dari persamaan (III.10), kita akan memperoleh nilai potensial V sebagai fungsi dari r dan θ. Nilai r yang mempengaruhi V dapat pula dituliskan dalam bentuk r / D. Oleh karena V hanya bergantung kepada nilai r / D dan θ, maka kita dapat memplot grafik antara V terhadap r / D dan V terhadap θ. Mengacu kepada tugas akhir Andika Putra Pratama (007) tentang analisis kurva potensial galaksi yang berinteraksi, diperoleh contoh kurva potensial galaksi yang tertuang dalam kurva potensial galaksi terhadap r / D dimana nilai r / D berubah pada rentang r / D = dan dimana nilai θ berubah-ubah mulai dari 0 π rad dengan nilai π = Plot Kurva Potensial V Terhadap θ dengan Variasi r / D Persamaan III.10 yang menunjukkan potensial memiliki beberapa besaran yang nilainya konstan, yaitu G, M, dan D. Oleh karena itu kita dapat menyederhanakan perumusan potensial saat kita ingin memperoleh kurva potensial antara V terhadap θ. Perumusan potensial untuk ekspansi sampai dengan orde ke- akan menjadi: r 1 3 V ( θ ) = cos θ + D 4 4. (III.14) Dengan penyederhanaan ini kita akan memperoleh kurva potensial V terhadap θ dengan variasi nilai r / D. Kurva potensial V terhadap θ dengan variasi r / D antara ditunjukkan oleh gambar III.7 sebagai berikut: 44

16 Potensial V (Teta) 10 x Potensial V Terhadap Sudut Teta r/d = 0.01 r/d = 0.0 r/d = 0.03 r/d = 0.04 r/d = 0.05 r/d = 0.06 r/d = 0.07 r/d = 0.08 r/d = 0.09 r/d = Sudut Teta Gambar III.7 Kurva potensial V terhadap θ (dalam radian) dengan variasi nilai r / D = sampai dengan orde ke- Pratama, 007. Tabel III.1 Tabel nilai maksimum dan minimum V terhadap θ (dalam radian) dengan variasi nilai r / D = sampai dengan orde ke- Pratama, 007. R / D V max V min r / D V max V min , ,005 Sedangkan untuk kurva potensial V terhadap θ dengan variasi nilai r / D antara ditunjukkan dengan gambar III.8 sebagai berikut: 45

17 Potensial V Potensial V Terhadap Sudut Teta r/d = 0.1 r/d = 0. r/d = 0.3 r/d = 0.4 r/d = 0.5 r/d = 0.6 r/d = 0.7 r/d = 0.8 r/d = 0.9 r/d = Sudut Teta Gambar III.8 Kurva potensial V terhadap θ (dalam radian) dengan variasi nilai r / D = sampai dengan orde ke- Pratama, 007. Tabel III. Tabel nilai maksimum dan minimum V terhadap θ (dalam radian) dengan variasi nilai r/d = sampai dengan orde ke- Pratama, 007. R / D V max V min r / D V max V min Dua kurva potensial di atas (gambar III.7 dan gambar III.8) diperoleh dari persamaan potensial sampai pada ekspansi orde ke-. Nilai θ membuat potensial akan maksimum pada saat θ = 0 dan θ = π dan akan minimum saat θ = π / dan θ = 3π /, bagaimanapun nilai r / D yang diberikan. Dari tabel III.1 dan III. dapat dilihat nilai potensial maksimum dan minimum dimana semakin tinggi nilai r / D, akan semakin tinggi pula nilai potensial maksimum yang dihasilkan dan semakin rendah pula nilai potensial minimum. Kurva potensial di atas menunjukkan potensial yang dihasilkan dengan variasi nilai r / D dan θ bila persamaan (III.9) diekspansikan sampai dengan orde ke-. 46

Jika sebuah sistem berosilasi dengan simpangan maksimum (amplitudo) A, memiliki total energi sistem yang tetap yaitu

Jika sebuah sistem berosilasi dengan simpangan maksimum (amplitudo) A, memiliki total energi sistem yang tetap yaitu A. TEORI SINGKAT A.1. TEORI SINGKAT OSILASI Osilasi adalah gerakan bolak balik di sekitar suatu titik kesetimbangan. Ada osilasi yang memenuhi hubungan sederhana dan dinamakan gerak harmonik sederhana.

Lebih terperinci

Momen Inersia. distribusinya. momen inersia. (karena. pengaruh. pengaruh torsi)

Momen Inersia. distribusinya. momen inersia. (karena. pengaruh. pengaruh torsi) Gerak Rotasi Momen Inersia Terdapat perbedaan yang penting antara masa inersia dan momen inersia Massa inersia adalah ukuran kemalasan suatu benda untuk mengubah keadaan gerak translasi nya (karena pengaruh

Lebih terperinci

3. ORBIT KEPLERIAN. AS 2201 Mekanika Benda Langit. Monday, February 17,

3. ORBIT KEPLERIAN. AS 2201 Mekanika Benda Langit. Monday, February 17, 3. ORBIT KEPLERIAN AS 2201 Mekanika Benda Langit 1 3.1 PENDAHULUAN Mekanika Newton pada mulanya dimanfaatkan untuk menentukan gerak orbit benda dalam Tatasurya. Misalkan Matahari bermassa M pada titik

Lebih terperinci

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA Dalam gerak translasi gaya dikaitkan dengan percepatan linier benda, dalam gerak rotasi besaran yang dikaitkan dengan percepatan

Lebih terperinci

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2 1. (25 poin) Dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H ditembakkan sebuah bola kecil bermassa m (Jari-jari R dapat dianggap jauh lebih kecil daripada H) dengan kecepatan awal horizontal v 0. Dua buah

Lebih terperinci

BAB V USAHA DAN ENERGI

BAB V USAHA DAN ENERGI BAB V USAHA DAN ENERGI Usaha Dengan Gaya Konstan Usaha atau kerja (work) dalam fisika sedikit berbeda dengan pengertian dengan pemahaman sehari-hari kita. Kita bisa beranggapan bahwa kita melakukan kerja

Lebih terperinci

4. Orbit dalam Medan Gaya Pusat. AS 2201 Mekanika Benda Langit

4. Orbit dalam Medan Gaya Pusat. AS 2201 Mekanika Benda Langit 4. Orbit dalam Medan Gaya Pusat AS 2201 Mekanika Benda Langit 4. Orbit dalam Medan Gaya Pusat 4.1 Pendahuluan Pada bab ini dibahas gerak benda langit dalam medan potensial umum, misalnya potensial sebagai

Lebih terperinci

SASARAN PEMBELAJARAN

SASARAN PEMBELAJARAN OSILASI SASARAN PEMBELAJARAN Mahasiswa mengenal persamaan matematik osilasi harmonik sederhana. Mahasiswa mampu mencari besaranbesaran osilasi antara lain amplitudo, frekuensi, fasa awal. Syarat Kelulusan

Lebih terperinci

GETARAN DAN GELOMBANG

GETARAN DAN GELOMBANG 1/19 Kuliah Fisika Dasar Teknik Sipil 2007 GETARAN DAN GELOMBANG Mirza Satriawan Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta email: mirza@ugm.ac.id GETARAN Getaran adalah salah satu bentuk

Lebih terperinci

GERAK HARMONIK SEDERHANA

GERAK HARMONIK SEDERHANA GERAK HARMONIK SEDERHANA Gerak harmonik sederhana adalah gerak bolak-balik benda melalui suatu titik kesetimbangan tertentu dengan banyaknya getaran benda dalam setiap sekon selalu konstan. Gerak harmonik

Lebih terperinci

1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan

1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan . (5 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan dengan H). Kecepatan awal horizontal bola adalah v 0 dan

Lebih terperinci

DEPARTMEN IKA ITB Jurusan Fisika-Unej BENDA TEGAR. MS Bab 6-1

DEPARTMEN IKA ITB Jurusan Fisika-Unej BENDA TEGAR. MS Bab 6-1 Jurusan Fisika-Unej BENDA TEGAR Kuliah FI-1101 Fisika 004 Dasar Dr. Linus Dr Pasasa Edy Supriyanto MS Bab 6-1 Jurusan Fisika-Unej Bahan Cakupan Gerak Rotasi Vektor Momentum Sudut Sistem Partikel Momen

Lebih terperinci

Osilasi Harmonis Sederhana: Beban Massa pada Pegas

Osilasi Harmonis Sederhana: Beban Massa pada Pegas OSILASI Osilasi Osilasi terjadi bila sebuah sistem diganggu dari posisi kesetimbangannya. Karakteristik gerak osilasi yang paling dikenal adalah gerak tersebut bersifat periodik, yaitu berulang-ulang.

Lebih terperinci

Soal-Jawab Fisika Teori OSN 2013 Bandung, 4 September 2013

Soal-Jawab Fisika Teori OSN 2013 Bandung, 4 September 2013 Soal-Jawab Fisika Teori OSN 0 andung, 4 September 0. (7 poin) Dua manik-manik masing-masing bermassa m dan dianggap benda titik terletak di atas lingkaran kawat licin bermassa M dan berjari-jari. Kawat

Lebih terperinci

Uji Kompetensi Semester 1

Uji Kompetensi Semester 1 A. Pilihlah jawaban yang paling tepat! Uji Kompetensi Semester 1 1. Sebuah benda bergerak lurus sepanjang sumbu x dengan persamaan posisi r = (2t 2 + 6t + 8)i m. Kecepatan benda tersebut adalah. a. (-4t

Lebih terperinci

Contoh Soal dan Pembahasan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. Pembahasan. a) percepatan gerak turunnya benda m.

Contoh Soal dan Pembahasan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. Pembahasan. a) percepatan gerak turunnya benda m. Contoh Soal dan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. a) percepatan gerak turunnya benda m Tinjau katrol : Penekanan pada kasus dengan penggunaan persamaan Σ τ = Iα dan Σ F = ma, momen inersia (silinder

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA101) Kinematika Rotasi. Dinamika Rotasi

Fisika Umum (MA101) Kinematika Rotasi. Dinamika Rotasi Fisika Umum (MA101) Topik hari ini: Kinematika Rotasi Hukum Gravitasi Dinamika Rotasi Kinematika Rotasi Perpindahan Sudut Riview gerak linear: Perpindahan, kecepatan, percepatan r r = r f r i, v =, t a

Lebih terperinci

BENDA TEGAR FISIKA DASAR (TEKNIK SISPIL) Mirza Satriawan. menu. Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta

BENDA TEGAR FISIKA DASAR (TEKNIK SISPIL) Mirza Satriawan. menu. Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta 1/36 FISIKA DASAR (TEKNIK SISPIL) BENDA TEGAR Mirza Satriawan Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta email: mirza@ugm.ac.id Rotasi Benda Tegar Benda tegar adalah sistem partikel yang

Lebih terperinci

momen inersia Energi kinetik dalam gerak rotasi momentum sudut (L)

momen inersia Energi kinetik dalam gerak rotasi momentum sudut (L) Dinamika Rotasi adalah kajian fisika yang mempelajari tentang gerak rotasi sekaligus mempelajari penyebabnya. Momen gaya adalah besaran yang menyebabkan benda berotasi DINAMIKA ROTASI momen inersia adalah

Lebih terperinci

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1 SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1 1. Terhadap koordinat x horizontal dan y vertikal, sebuah benda yang bergerak mengikuti gerak peluru mempunyai komponen-komponen

Lebih terperinci

Low Mass X-ray Binary

Low Mass X-ray Binary Bab II Low Mass X-ray Binary Sco X-1 merupakan obyek yang pertama kali ditemukan sebagai sumber sinar- X di luar Matahari (Giacconi et al., 1962). Berbagai pengamatan dilakukan untuk mencari sumber sinar-x

Lebih terperinci

SOAL DINAMIKA ROTASI

SOAL DINAMIKA ROTASI SOAL DINAMIKA ROTASI A. Pilihan Ganda Pilihlah jawaban yang paling tepat! 1. Sistem yang terdiri atas bola A, B, dan C yang posisinya seperti tampak pada gambar, mengalami gerak rotasi. Massa bola A, B,

Lebih terperinci

STAR FORMATION RATE (SFR) PADA GALAKSI YANG BERINTERAKSI

STAR FORMATION RATE (SFR) PADA GALAKSI YANG BERINTERAKSI Bab IV STAR FORMATION RATE (SFR) PADA GALAKSI YANG BERINTERAKSI IV.1 Star Formation Rate (SFR) di Galaksi Star formation adalah suatu peristiwa pembentukan bintang yang terjadi di suatu daerah. Sebagai

Lebih terperinci

SP FISDAS I. acuan ) , skalar, arah ( ) searah dengan

SP FISDAS I. acuan ) , skalar, arah ( ) searah dengan SP FISDAS I Perihal : Matriks, pengulturan, dimensi, dan sebagainya. Bisa baca sendiri di tippler..!! KINEMATIKA : Gerak benda tanpa diketahui penyebabnya ( cabang dari ilmu mekanika ) DINAMIKA : Pengaruh

Lebih terperinci

MEKANIKA NEWTONIAN. Persamaan gerak Newton. Hukum 1 Newton. System acuan inersia (diam)

MEKANIKA NEWTONIAN. Persamaan gerak Newton. Hukum 1 Newton. System acuan inersia (diam) MEKANIKA NEWTONIAN Persamaan gerak Newton Seperti diketahui bahwa dinamika adalah cabang dari mekanika yang membahas tentang hokum-hukum fisika tentang gerak benda. Dalam catatan kecil ini kita akan membahas

Lebih terperinci

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap 1 Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap 1 Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap 1 Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA 1. Soal Olimpiade Sains bidang studi Fisika terdiri dari dua (2) bagian yaitu : soal isian singkat (24 soal) dan soal pilihan

Lebih terperinci

Catatan Kuliah FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #8: Osilasi

Catatan Kuliah FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #8: Osilasi Catatan Kuliah FI111 Fisika Dasar IA Pekan #8: Osilasi Agus Suroso update: 4 November 17 Osilasi atau getaran adalah gerak bolak-balik suatu benda melalui titik kesetimbangan. Gerak bolak-balik tersebut

Lebih terperinci

TES STANDARISASI MUTU KELAS XI

TES STANDARISASI MUTU KELAS XI TES STANDARISASI MUTU KELAS XI. Sebuah partikel bergerak lurus dari keadaan diam dengan persamaan x = t t + ; x dalam meter dan t dalam sekon. Kecepatan partikel pada t = 5 sekon adalah ms -. A. 6 B. 55

Lebih terperinci

GERAK ROTASI. Hoga saragih. hogasaragih.wordpress.com

GERAK ROTASI. Hoga saragih. hogasaragih.wordpress.com GERAK ROTASI Hoga saragih Benda tegar yang dimaksud adalah benda dengan bentuk tertentu yang tidak berubah, sehinga partikelpartikel pembentuknya berada pada posisi tetap relatif satu sama lain. Tentu

Lebih terperinci

Kumpulan soal-soal level Olimpiade Sains Nasional: solusi:

Kumpulan soal-soal level Olimpiade Sains Nasional: solusi: Kumpulan soal-soal level Olimpiade Sains Nasional: 1. Sebuah batang uniform bermassa dan panjang l, digantung pada sebuah titik A. Sebuah peluru bermassa bermassa m menumbuk ujung batang bawah, sehingga

Lebih terperinci

GETARAN DAN GELOMBANG

GETARAN DAN GELOMBANG GEARAN DAN GELOMBANG Getaran dapat diartikan sebagai gerak bolak balik sebuah benda terhadap titik kesetimbangan dalam selang waktu yang periodik. Dua besaran yang penting dalam getaran yaitu periode getaran

Lebih terperinci

Saat mempelajari gerak melingkar, kita telah membahas hubungan antara kecepatan sudut (ω) dan kecepatan linear (v) suatu benda

Saat mempelajari gerak melingkar, kita telah membahas hubungan antara kecepatan sudut (ω) dan kecepatan linear (v) suatu benda 1 Benda tegar Pada pembahasan mengenai kinematika, dinamika, usaha dan energi, hingga momentum linear, benda-benda yang bergerak selalu kita pandang sebagai benda titik. Benda yang berbentuk kotak misalnya,

Lebih terperinci

Masalah Dua Benda. SMA-BPK,Jakarta Barat, 16 Maret oleh Dr. Suryadi Siregar KK-Astronomi,ITB

Masalah Dua Benda. SMA-BPK,Jakarta Barat, 16 Maret oleh Dr. Suryadi Siregar KK-Astronomi,ITB Masalah Dua Benda oleh Dr. Suryadi Siregar KK-Astronomi,ITB SMA-BPK,Jakarta Barat, 6 Maret 007 6 Maret 007 S.Siregar, Pelatihan Astronomi Hukum Gravitasi G konstanta gravitasi mi massa ke i r jarak m ke

Lebih terperinci

Dinamika. DlNAMIKA adalah ilmu gerak yang membicarakan gaya-gaya yang berhubungan dengan gerak-gerak yang diakibatkannya.

Dinamika. DlNAMIKA adalah ilmu gerak yang membicarakan gaya-gaya yang berhubungan dengan gerak-gerak yang diakibatkannya. Dinamika Page 1/11 Gaya Termasuk Vektor DlNAMIKA adalah ilmu gerak yang membicarakan gaya-gaya yang berhubungan dengan gerak-gerak yang diakibatkannya. GAYA TERMASUK VEKTOR, penjumlahan gaya = penjumlahan

Lebih terperinci

Pembahasan UAS I = 2/3 m.r 2 + m.r 2 = 5/3 m.r 2 = 5/3 x 0,1 x (0,05) 2

Pembahasan UAS I = 2/3 m.r 2 + m.r 2 = 5/3 m.r 2 = 5/3 x 0,1 x (0,05) 2 Pembahasan UAS 2013 1. Sebuah cakram homogen berjari-jari 0,3 m pada titik tengahnya terdapat sebuah poros mendatar dan tegak lurus dengan cakram. Seutas tali dililitkan melingkar pada sekeliling cakram

Lebih terperinci

KINEMATIKA. Fisika. Tim Dosen Fisika 1, ganjil 2016/2017 Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro - Universitas Telkom

KINEMATIKA. Fisika. Tim Dosen Fisika 1, ganjil 2016/2017 Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro - Universitas Telkom KINEMATIKA Fisika Tim Dosen Fisika 1, ganjil 2016/2017 Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro - Universitas Telkom Sasaran Pembelajaran Indikator: Mahasiswa mampu mencari besaran

Lebih terperinci

BAB USAHA DAN ENERGI

BAB USAHA DAN ENERGI BAB USAHA DAN ENERGI. Seorang anak mengangkat sebuah kopor dengan gaya 60 N. Hitunglah usaha yang telah dilakukan anak tersebut ketika: (a anak tersebut diam di tempat sambail menyangga kopor di atas kepalanya.

Lebih terperinci

SASARAN PEMBELAJARAN

SASARAN PEMBELAJARAN 1 2 SASARAN PEMBELAJARAN Mahasiswa mampu menyelesaikan persoalan gerak partikel melalui konsep gaya. 3 DINAMIKA Dinamika adalah cabang dari mekanika yang mempelajari gerak benda ditinjau dari penyebabnya.

Lebih terperinci

v adalah kecepatan bola A: v = ωr. Dengan menggunakan I = 2 5 mr2, dan menyelesaikan persamaanpersamaan di atas, kita akan peroleh: ω =

v adalah kecepatan bola A: v = ωr. Dengan menggunakan I = 2 5 mr2, dan menyelesaikan persamaanpersamaan di atas, kita akan peroleh: ω = v adalah kecepatan bola A: v = ωr. ω adalah kecepatan sudut bola A terhadap sumbunya (sebenarnya v dapat juga ditulis sebagai v = d θ dt ( + r), tetapi hubungan ini tidak akan kita gunakan). Hukum kekekalan

Lebih terperinci

SOAL TRY OUT FISIKA 2

SOAL TRY OUT FISIKA 2 SOAL TRY OUT FISIKA 2 1. Dua benda bermassa m 1 dan m 2 berjarak r satu sama lain. Bila jarak r diubah-ubah maka grafik yang menyatakan hubungan gaya interaksi kedua benda adalah A. B. C. D. E. 2. Sebuah

Lebih terperinci

BAB III. Proses Fisis Penyebab Fluktuasi Temperatur CMB

BAB III. Proses Fisis Penyebab Fluktuasi Temperatur CMB BAB III Proses Fisis Penyebab Fluktuasi Temperatur CMB III.1 Penyebab Fluktuasi Struktur di alam semesta berasal dari fluktuasi kuantum di awal alam semesta. Akibat pengembangan alam semesta, fluktuasi

Lebih terperinci

Karakteristik Gerak Harmonik Sederhana

Karakteristik Gerak Harmonik Sederhana Pertemuan GEARAN HARMONIK Kelas XI IPA Karakteristik Gerak Harmonik Sederhana Rasdiana Riang, (5B0809), Pendidikan Fisika PPS UNM Makassar 06 Beberapa parameter yang menentukan karaktersitik getaran: Amplitudo

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK GERAK HARMONIK SEDERHANA

KARAKTERISTIK GERAK HARMONIK SEDERHANA KARAKTERISTIK GERAK HARMONIK SEDERHANA Pertemuan 2 GETARAN HARMONIK Kelas XI IPA Karakteristik Gerak Harmonik Sederhana Rasdiana Riang, (15B08019), Pendidikan Fisika PPS UNM Makassar 2016 Beberapa parameter

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika 25 BAB 3 DINAMIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya pada benda diam 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gaya dan percepatan benda 3. Menentukan pasangan

Lebih terperinci

Kinematika Gerak KINEMATIKA GERAK. Sumber:

Kinematika Gerak KINEMATIKA GERAK. Sumber: Kinematika Gerak B a b B a b 1 KINEMATIKA GERAK Sumber: www.jatim.go.id Jika kalian belajar fisika maka kalian akan sering mempelajari tentang gerak. Fenomena tentang gerak memang sangat menarik. Coba

Lebih terperinci

BAB III APLIKASI METODE EULER PADA KAJIAN TENTANG GERAK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1.

BAB III APLIKASI METODE EULER PADA KAJIAN TENTANG GERAK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1. BAB III APLIKASI METODE EULER PADA KAJIAN TENTANG GERAK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1. Menentukan solusi persamaan gerak jatuh bebas berdasarkan pendekatan

Lebih terperinci

Satuan dari momen gaya atau torsi ini adalah N.m yang setara dengan joule.

Satuan dari momen gaya atau torsi ini adalah N.m yang setara dengan joule. Gerak Translasi dan Rotasi A. Momen Gaya Momen gaya merupakan salah satu bentuk usaha dengan salah satu titik sebagai titik acuan. Misalnya anak yang bermain jungkat-jungkit, dengan titik acuan adalah

Lebih terperinci

DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR

DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR Fisika Kelas XI SCI Semester I Oleh: M. Kholid, M.Pd. 43 P a g e 6 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR Kompetensi Inti : Memahami, menerapkan, dan

Lebih terperinci

FIsika DINAMIKA ROTASI

FIsika DINAMIKA ROTASI KTS & K- Fsika K e l a s X DNAMKA ROTAS Tujuan embelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.. Memahami konsep momen gaya dan momen inersia.. Memahami teorema sumbu

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya-gaya pada benda 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gerak objek 3. Menentukan pasangan

Lebih terperinci

Jenis Gaya gaya gesek. Hukum I Newton. jenis gaya gesek. 1. Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titik.

Jenis Gaya gaya gesek. Hukum I Newton. jenis gaya gesek. 1. Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titik. gaya yang muncul ketika BENDA BERSENTUHAN dengan PERMUKAAN KASAR. ARAH GAYA GESEK selalu BERLAWANAN dengan ARAH GERAK BENDA. gaya gravitasi/gaya berat gaya normal GAYA GESEK Jenis Gaya gaya gesek gaya

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK 1 PERSAMAAN GERAK

KINEMATIKA GERAK 1 PERSAMAAN GERAK KINEMATIKA GERAK 1 PERSAMAAN GERAK Posisi titik materi dapat dinyatakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suatu bidang datar maupun dalam bidang ruang. Vektor yang dipergunakan untuk menentukan posisi disebut

Lebih terperinci

Jawaban Soal OSK FISIKA 2014

Jawaban Soal OSK FISIKA 2014 Jawaban Soal OSK FISIKA 4. Sebuah benda bergerak sepanjang sumbu x dimana posisinya sebagai fungsi dari waktu dapat dinyatakan dengan kurva seperti terlihat pada gambar samping (x dalam meter dan t dalam

Lebih terperinci

DINAMIKA GERAK LURUS

DINAMIKA GERAK LURUS DINAMIKA GERAK LURUS Mekanika klasik atau mekanika Newton adalah teori tentang gerak yang didasarkan pada konsep massa dan gaya dan hukum-hukum yang menghubungkan konsep-konsep fisis ini dengan besaran

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasar I (FI-31) Topik hari ini Getaran dan Gelombang Getaran 1. Getaran dan Besaran-besarannya. Gerak harmonik sederhana 3. Tipe-tipe getaran (1) Getaran dan besaran-besarannya besarannya Getaran

Lebih terperinci

θ = 1.22 λ D...1 point θ = 2R d...2 point θ Bulan θ mata = 33.7 θ Jupiter = 1.7

θ = 1.22 λ D...1 point θ = 2R d...2 point θ Bulan θ mata = 33.7 θ Jupiter = 1.7 Soal & Kunci Jawaban 1. [HLM] Diketahui diameter pupil mata adalah 5 mm. Dengan menggunakan kriteria Rayleigh, (a) hitunglah limit resolusi sudut mata manusia pada panjang gelombang 550 nm, (b) hitunglah

Lebih terperinci

Treefy Education Pelatihan OSN Online Nasional Jl Mangga III, Sidoarjo, Jawa WhatsApp:

Treefy Education Pelatihan OSN Online Nasional Jl Mangga III, Sidoarjo, Jawa  WhatsApp: Treefy Education PEMBAHASAN LATIHAN 1 1.a) Bayangkan bola berada di puncak pipa. Ketika diberikan sedikit dorongan, bola akan bergerak dan menabrak tanah dengan kecepatan. Gerakan tersebut merupakan proses

Lebih terperinci

Gelombang FIS 3 A. PENDAHULUAN C. GELOMBANG BERJALAN B. ISTILAH GELOMBANG. θ = 2π ( t T + x λ ) Δφ = x GELOMBANG. materi78.co.nr

Gelombang FIS 3 A. PENDAHULUAN C. GELOMBANG BERJALAN B. ISTILAH GELOMBANG. θ = 2π ( t T + x λ ) Δφ = x GELOMBANG. materi78.co.nr Gelombang A. PENDAHULUAN Gelombang adalah getaran yang merambat. Gelombang merambat getaran tanpa memindahkan partikel. Partikel hanya bergerak di sekitar titik kesetimbangan. Gelombang berdasarkan medium

Lebih terperinci

1. a) Kesetimbangan silinder m: sejajar bidang miring. katrol licin. T f mg sin =0, (1) tegak lurus bidang miring. N mg cos =0, (13) lantai kasar

1. a) Kesetimbangan silinder m: sejajar bidang miring. katrol licin. T f mg sin =0, (1) tegak lurus bidang miring. N mg cos =0, (13) lantai kasar 1. a) Kesetimbangan silinder m: sejajar bidang miring katrol licin T f mg sin =0, (1) tegak lurus bidang miring N mg cos =0, (2) torka terhadap pusat silinder: TR fr=0. () Dari persamaan () didapat T=f.

Lebih terperinci

LATIHAN UJIAN NASIONAL

LATIHAN UJIAN NASIONAL LATIHAN UJIAN NASIONAL 1. Seorang siswa menghitung luas suatu lempengan logam kecil berbentuk persegi panjang. Siswa tersebut menggunakan mistar untuk mengukur panjang lempengan dan menggunakan jangka

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA-301) Hukum Gerak. Energi Gerak Rotasi Gravitasi

Fisika Umum (MA-301) Hukum Gerak. Energi Gerak Rotasi Gravitasi Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini (minggu 3) Hukum Gerak Momentum Energi Gerak Rotasi Gravitasi Hukum Gerak Mekanika Klasik Menjelaskan hubungan antara gerak benda dan gaya yang bekerja padanya Kondisi

Lebih terperinci

Gambar 7.1 Sebuah benda bergerak dalam lingkaran yang pusatnya terletak pada garis lurus

Gambar 7.1 Sebuah benda bergerak dalam lingkaran yang pusatnya terletak pada garis lurus BAB 7. GERAK ROTASI 7.1. Pendahuluan Gambar 7.1 Sebuah benda bergerak dalam lingkaran yang pusatnya terletak pada garis lurus Sebuah benda tegar bergerak rotasi murni jika setiap partikel pada benda tersebut

Lebih terperinci

Bab 6 Momentum Sudut dan Rotasi Benda Tegar

Bab 6 Momentum Sudut dan Rotasi Benda Tegar Bab 6 Momentum Sudut dan Rotasi Benda Tegar A. Torsi 1. Pengertian Torsi Torsi atau momen gaya, hasil perkalian antara gaya dengan lengan gaya. r F Keterangan: = torsi (Nm) r = lengan gaya (m) F = gaya

Lebih terperinci

SELEKSI OLIMPIADE NASIONAL MIPA PERGURUAN TINGGI (ONMIPA-PT) 2014 TINGKAT UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA BIDANG FISIKA

SELEKSI OLIMPIADE NASIONAL MIPA PERGURUAN TINGGI (ONMIPA-PT) 2014 TINGKAT UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA BIDANG FISIKA SELEKSI OLIMPIADE NASIONAL MIPA PERGURUAN TINGGI (ONMIPA-PT) 2014 TINGKAT UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA BIDANG FISIKA Hari, tanggal: Rabu, 2 April 2014 Waktu: 60 menit Nama: NIM: 1. (50 poin) Sebuah

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 11 FISIKA

Antiremed Kelas 11 FISIKA Antiremed Kelas FISIKA Persiapan UAS - Latihan Soal Doc. Name: K3ARFIS0UAS Version : 205-02 halaman 0. Jika sebuah partikel bergerak dengan persamaan posisi r= 5t 2 +, maka kecepatan rata -rata antara

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tabel rangkuman hasil dan analisa. 16% siswa hanya mengulang soal saja.

Lampiran 1. Tabel rangkuman hasil dan analisa. 16% siswa hanya mengulang soal saja. L A M P I R A N 19 Lampiran 1. Tabel rangkuman hasil dan analisa. Soal no Jumlah siswa (%) yang menjawab option : 10,5 (A) Siswa tidak teliti membaca soal. analisa 1 79 (B*) 10,5 (C) 26% siswa berpikir

Lebih terperinci

HUKUM NEWTON TENTANG GERAK DINAMIKA PARTIKEL 1. PENDAHULUAN

HUKUM NEWTON TENTANG GERAK DINAMIKA PARTIKEL 1. PENDAHULUAN HUKUM NEWTON TENTANG GERAK DINAMIKA PARTIKEL 1. PENDAHULUAN Pernahkah Anda berpikir; mengapa kita bisa begitu mudah berjalan di atas lantai keramik yang kering, tetapi akan begitu kesulitan jika lantai

Lebih terperinci

KHAIRUL MUKMIN LUBIS IK 13

KHAIRUL MUKMIN LUBIS IK 13 Fakultas Perikanan - KESETIMBANGAN Kondisi benda setelah menerima gaya-gaya luar SEIMBANG : Bila memenuhi HUKUM NEWTON I Resultan Gaya yang bekerja pada benda besarnya sama dengan nol sehingga benda tersebut

Lebih terperinci

TEST KEMAMPUAN DASAR FISIKA

TEST KEMAMPUAN DASAR FISIKA TEST KEMAMPUAN DASAR FISIKA Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan pernyataan BENAR atau SALAH. Jika jawaban anda BENAR, pilihlah alasannya yang cocok dengan jawaban anda. Begitu pula jika

Lebih terperinci

PERTEMUAN X PERSAMAAN MOMENTUM

PERTEMUAN X PERSAMAAN MOMENTUM PERTEMUAN X PERSAMAAN MOMENTUM Zat cair yang bergerak dapat menimbulkan gaya. Gaya yang ditimbulkan oleh zat cair dapat dimanfaatkan untuk : - analisis perencanaan turbin - mesin-mesin hidraulis - saluran

Lebih terperinci

Oleh : Kunjaya TPOA, Kunjaya 2014

Oleh : Kunjaya TPOA, Kunjaya 2014 Oleh : Kunjaya Kompetensi Dasar X.3.5 Menganalisis besaran fisis pada gerak melingkar dengan laju konstan dan penerapannya dalam teknologi X.4.5 Menyajikan ide / gagasan terkait gerak melingkar Pengertian

Lebih terperinci

Hak Cipta Dilindungi Undang-undang SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2016 TINGKAT KABUPATEN / KOTA FISIKA.

Hak Cipta Dilindungi Undang-undang SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2016 TINGKAT KABUPATEN / KOTA FISIKA. SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 6 TINGKAT KABUPATEN / KOTA FISIKA Waktu : 3 jam KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN

Lebih terperinci

DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN

DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN FIS A. BENDA TEGAR Benda tegar adalah benda yang tidak mengalami perubahan bentuk dan volume selama bergerak. Benda tegar dapat mengalami dua macam gerakan, yaitu translasi dan rotasi. Gerak translasi

Lebih terperinci

PELATIHAN OSN JAKARTA 2016 LISTRIK MAGNET (BAGIAN 1)

PELATIHAN OSN JAKARTA 2016 LISTRIK MAGNET (BAGIAN 1) PLATIHAN OSN JAKATA 2016 LISTIK MAGNT (AGIAN 1) 1. Partikel deuterium (1 proton, 1 neutron) dan partikel alpha (2 proton, 2 neutron) saling mendekat dari jarak yang sangat jauh dengan energi kinetik masing-masing

Lebih terperinci

BAB VI Usaha dan Energi

BAB VI Usaha dan Energi BAB VI Usaha dan Energi 6.. Usaha Pengertian usaha dalam kehidupan sehari-hari adalah mengerahkan kemampuan yang dimilikinya untuk mencapai. Dalam fisika usaha adalah apa yang dihasilkan gaya ketika gaya

Lebih terperinci

FISIKA XI SMA 3

FISIKA XI SMA 3 FISIKA XI SMA 3 Magelang @iammovic Standar Kompetensi: Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah Kompetensi Dasar: Merumuskan hubungan antara konsep torsi,

Lebih terperinci

5. Tentukanlah besar dan arah momen gaya yang bekerja pada batang AC dan batang AB berikut ini, jika poros putar terletak di titik A, B, C dan O

5. Tentukanlah besar dan arah momen gaya yang bekerja pada batang AC dan batang AB berikut ini, jika poros putar terletak di titik A, B, C dan O 1 1. Empat buah partikel dihubungkan dengan batang kaku yang ringan dan massanya dapat diabaikan seperti pada gambar berikut: Jika jarak antar partikel sama yaitu 40 cm, hitunglah momen inersia sistem

Lebih terperinci

GALAKSI DAN INDIKATOR-INDIKATOR TERJADINYA INTERAKSI GALAKSI

GALAKSI DAN INDIKATOR-INDIKATOR TERJADINYA INTERAKSI GALAKSI Bab II GALAKSI DAN INDIKATOR-INDIKATOR TERJADINYA INTERAKSI GALAKSI II.1 Pendahuluan Galaksi Langit malam yang penuh bintang merupakan sebuah pemandangan indah nan menakjubkan. Begitu banyaknya bintang

Lebih terperinci

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07)

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) 1. Gambar di samping ini menunjukkan hasil pengukuran tebal kertas karton dengan menggunakan mikrometer sekrup. Hasil pengukurannya adalah (A) 4,30 mm. (D) 4,18

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN GURU FISIKA SMA/MA

MATERI PELATIHAN GURU FISIKA SMA/MA MATERI PELATIHAN GURU FISIKA SMA/MA a. Judul: Pembelajaran Gerak Rotasi dan Keseimbangan Benda Tegar Berbasis Koop untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa SMA b. Kompetensi Dasar Setelah berpartisipasi

Lebih terperinci

Kinematika Sebuah Partikel

Kinematika Sebuah Partikel Kinematika Sebuah Partikel oleh Delvi Yanti, S.TP, MP Bahan Kuliah PS TEP oleh Delvi Yanti Kinematika Garis Lurus : Gerakan Kontiniu Statika : Berhubungan dengan kesetimbangan benda dalam keadaan diam

Lebih terperinci

Bab VI Dinamika Rotasi

Bab VI Dinamika Rotasi Bab VI Dinamika Rotasi Sumber : Internet : www.trade center.com Adanya gaya merupakan faktor penyebab terjadinya gerak translasi. Bianglala yang berputar terjadi karena kecenderungan untuk mempertahankan

Lebih terperinci

BAB II PEMODELAN MATEMATIS SISTEM INVERTED PENDULUM

BAB II PEMODELAN MATEMATIS SISTEM INVERTED PENDULUM BAB II PEMODELAN MATEMATIS SISTEM INVERTED PENDULUM Model matematis diturunkan dari hubungan fisis sistem. Model tersebut harus dapat menggambarkan karakteristik dinamis sistem secara memadai. Tujuannya

Lebih terperinci

BAB 5: DINAMIKA: HUKUM-HUKUM DASAR

BAB 5: DINAMIKA: HUKUM-HUKUM DASAR BAB 5: DINAMIKA: HUKUM-HUKUM DASAR Dinamika mempelajari pengaruh lingkungan terhadap keadaan gerak suatu sistem. Pada dasarya persoalan dinamika dapat dirumuskan sebagai berikut: Bila sebuah sistem dengan

Lebih terperinci

Fisika Dasar 9/1/2016

Fisika Dasar 9/1/2016 1 Sasaran Pembelajaran 2 Mahasiswa mampu mencari besaran posisi, kecepatan, dan percepatan sebuah partikel untuk kasus 1-dimensi dan 2-dimensi. Kinematika 3 Cabang ilmu Fisika yang membahas gerak benda

Lebih terperinci

Massa m Muatan q (±) Menghasilkan: Merasakan: Tinjau juga Dipol p. Menghasilkan: Merasakan:

Massa m Muatan q (±) Menghasilkan: Merasakan: Tinjau juga Dipol p. Menghasilkan: Merasakan: KEMAGNETAN Menu hari ini (2 minggu): Medan dan Gaya Magnet Medan Gravitasi Listrik Massa m Muatan q (±) Menghasilkan: Merasakan: Tinjau juga Dipol p Menghasilkan: Merasakan: Magnet Batang Kutub sejenis

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB 2 GRAVITASI A. Medan Gravitasi B. Gerak Planet dan Satelit Rangkuman Bab Evaluasi Bab 2...

DAFTAR ISI. BAB 2 GRAVITASI A. Medan Gravitasi B. Gerak Planet dan Satelit Rangkuman Bab Evaluasi Bab 2... DAFTAR ISI KATA SAMBUTAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v BAB 1 KINEMATIKA GERAK... 1 A. Gerak Translasi... 2 B. Gerak Melingkar... 10 C. Gerak Parabola... 14 Rangkuman Bab 1... 18 Evaluasi

Lebih terperinci

BAHAN AJAR FISIKA KELAS XI IPA SEMESTER GENAP MATERI : DINAMIKA ROTASI

BAHAN AJAR FISIKA KELAS XI IPA SEMESTER GENAP MATERI : DINAMIKA ROTASI BAHAN AJAR FISIKA KELAS XI IPA SEMESTER GENAP MATERI : DINAMIKA ROTASI Momen gaya : Simbol : τ Momen gaya atau torsi merupakan penyebab benda berputar pada porosnya. Momen gaya terhadap suatu poros tertentu

Lebih terperinci

1. Diameter suatu benda diukur dengan jangka sorong seperti gambar berikut ini.

1. Diameter suatu benda diukur dengan jangka sorong seperti gambar berikut ini. 1. Diameter suatu benda diukur dengan jangka sorong seperti gambar berikut ini. 1 Diameter maksimum dari pengukuran benda di atas adalah. A. 2,199 cm B. 2,275 cm C. 2,285 cm D. 2,320 cm E. 2,375 cm 2.

Lebih terperinci

Relasi Empirik Diameter Asteroid Dengan Fenomena Tsunami Dan Gempa

Relasi Empirik Diameter Asteroid Dengan Fenomena Tsunami Dan Gempa Relasi Empirik Diameter Asteroid Dengan Fenomena Tsunami Dan Gempa TUGAS AKHIR Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Institut Teknologi Bandung oleh: Dhany Dewantara

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB

LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB Soal No. 1 Seorang berjalan santai dengan kelajuan 2,5 km/jam, berapakah waktu yang dibutuhkan agar ia sampai ke suatu tempat yang

Lebih terperinci

3. (4 poin) Seutas tali homogen (massa M, panjang 4L) diikat pada ujung sebuah pegas

3. (4 poin) Seutas tali homogen (massa M, panjang 4L) diikat pada ujung sebuah pegas Soal Multiple Choise 1.(4 poin) Sebuah benda yang bergerak pada bidang dua dimensi mendapat gaya konstan. Setelah detik pertama, kelajuan benda menjadi 1/3 dari kelajuan awal benda. Dan setelah detik selanjutnya

Lebih terperinci

Soal dan Pembahasan GLB dan GLBB

Soal dan Pembahasan GLB dan GLBB Soal dan GLB dan GLBB Contoh Soal dan tentang Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) dan Gerak Lurus Beraturan (GLB), materi fisika kelas 10 (X) SMA. Mencakup penggunaan rumusrumus GLBB/GLB dan membaca grafik

Lebih terperinci

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan 1. Sebuah benda dengan massa 5 kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari 1,5 m Jika kecepatan sudut tetap 2 rad/s,

Lebih terperinci

BAB 1 Keseimban gan dan Dinamika Rotasi

BAB 1 Keseimban gan dan Dinamika Rotasi BAB 1 Keseimban gan dan Dinamika Rotasi titik berat, dan momentum sudut pada benda tegar (statis dan dinamis) dalam kehidupan sehari-hari.benda tegar (statis dan Indikator Pencapaian Kompetensi: 3.1.1

Lebih terperinci

FISIKA I. OSILASI Bagian-2 MODUL PERKULIAHAN. Modul ini menjelaskan osilasi pada partikel yang bergerak secara harmonik sederhana

FISIKA I. OSILASI Bagian-2 MODUL PERKULIAHAN. Modul ini menjelaskan osilasi pada partikel yang bergerak secara harmonik sederhana MODUL PERKULIAHAN OSILASI Bagian- Fakultas Program Studi atap Muka Kode MK Disusun Oleh eknik eknik Elektro 3 MK4008, S. M Abstract Modul ini menjelaskan osilasi pada partikel yang bergerak secara harmonik

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 PEKAN VIII

SOAL LATIHAN PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 PEKAN VIII SOAL LATIHAN PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 PEKAN VIII 1. Tumbukan dan peluruhan partikel relativistik Bagian A. Proton dan antiproton Sebuah antiproton dengan energi kinetik = 1,00 GeV menabrak proton

Lebih terperinci

Bab 6. Migrasi Tipe I dan Tipe II. 6.1 Migrasi Tipe I

Bab 6. Migrasi Tipe I dan Tipe II. 6.1 Migrasi Tipe I Bab 6 Migrasi Tipe I dan Tipe II Orbit planet dapat bermigrasi menuju (atau dalam beberapa kasus menjauhi) bintang induknya sebagai akibat dari perpindahan momentum sudut antara cakram protoplanet dan

Lebih terperinci

A. Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu :

A. Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu : BAB VI KESEIMBANGAN BENDA TEGAR Standar Kompetensi 2. Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah Kompetensi Dasar 2.1 Menformulasikan hubungan antara konsep

Lebih terperinci

Gerak rotasi: besaran-besaran sudut

Gerak rotasi: besaran-besaran sudut Gerak rotasi Benda tegar Adalah kumpulan benda titik dengan bentuk yang tetap (jarak antar titik dalam benda tersebut tidak berubah) Gerak benda tegar dapat dipandang sebagai gerak suatu titik tertentu

Lebih terperinci