BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Balita a. Pengertian Balita merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Usia balita, anak masih bergantung sepenuhnya dengan orang tua, misalnya untuk mandi, buang air kecil, buang air besar, makan dan minum. Sementara untuk proses berjalan dan komunikasi masih belum sempurna (Sutomo, 2010). b. Pertumbuhan dan Perkembangan Perkembangan ( development) adalah bertambahnya kemampuan ( skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel- sel tubuh, jaringan tubuh, organ- organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masingmasing dapat memenuhi fungsinya (Soetjiningsih,2014). Perkembangan memiliki karakteristik yang dapat diramalkan dan memiliki ciri- ciri sehingga dapat diperhitungkan, seperti berikut (Soetjiningsih, 2014): 6

2 7 1) Perkembangan memiliki tahap yang berurutan dari konsepsi sampai maturasi. Perkembangan sudah terjadi sejak di dalam kandungan dan setelah kelahiran perkembangan dapat dengan mudah diamati. 2) Dalam periode tertentu ada masa percepatan dan ada masa perlambatan. Terdapat tiga periode pertumbuhan cepat adalah pada masa janin, masa bayi 0-1 tahun, dan masa pubertas. 3) Perkembangan memiliki pola yang sama pada setiap anak, tetapi kecepatannya berbeda. 4) Perkembangan dipengaruhi oleh maturasi sistem saraf pusat. Bayi akan menggerakkan seluruh tubuhnya, tangan dan kakinya. 5) Reflek primitif seperti refleks memegang dan berjalan akan menghilang sebelum gerakan volunter tercapai. Masa bayi dan balita sangat rentan terhadap penyakit, salah satunya diare. Jika anak sering menderita sakit dapat menghambat atau mengganggu proses tumbuh kembang. Sehingga diare membutuhkan penanganan khusus agar tidak terjadi permasalahan yang komplek (Soetjiningsih, 2014). 2. Diare a. Pengertian Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (>3 kali/hari)

3 8 disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan atau tanpa darah maupun lendir (Suraatmaja, 2007). Diare adalah perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba tiba akibat kandungan air di dalam tinja melebihi normal (10 ml/kgbb/hari) dengan peningkatan frekuensi defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam dan berlangsung kurang dari 14 hari (Tanto dan Liwang, 2014). Diare adalah buang air besar pada balita lebih dari 3 kali sehari disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu (Juffrie dan Soenarto, 2012) b. Etiologi Diare dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti infeksi, malabsorbsi, makanan. 1. Faktor Infeksi a. Enteral yaitu infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan dan merupakan penyebab utama terjadinya diare. Infeksi enteral meliputi: (1) Infeksi bakteri: vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigella campylobacter, yersinia, Aeromonas, dan sebagainya. (2) Infeksi virus: enterovirus, seperti virus ECHO, coxsackie, polimyelitis, adenovirus, rotavirus, astrovirus, dan sebagainya.

4 9 (3) Infeksi parasit: cacing (Ascaris, Trichiuris, oxyuris, dan Strongylodies), protozoa ( Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, dan Trichomonas hominis), serta jamur (Candida albicans). b. Parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, misalnya otitis media akut (OMA), tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya. 2. Faktor Malabsorbsi a) Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa) serta monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada anak dan bayi yang paling berbahaya adalah intoleransi laktosa. b) Malabsorbsi lemak c) Malabsorbsi protein 3. Faktor Makanan Makanan yang menyebabkan diare adalah makanan yang tercemar, basi, beracun, dan alergi. (Tanto dan Liwang, 2014) c. Patofisiologis Menurut Tanto dan Liwang (2006) dan Suraatmaja (2007), proses terjadinya diare disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya:

5 10 1) Faktor infeksi Proses ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah permukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorpsi cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri akan menyebabkan transpor aktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat. 2) Faktor malabsorpsi Merupakan kegagalan dalam melakukan absorpsi yang mengakibatkan tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare. 3) Faktor makanan Faktor ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makan yang kemudian menyebabkan diare.

6 11 4) Faktor psikologis Faktor ini dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yang dapat menyebabkan diare. Faktor Psikologis Makanan Malabsorpsi Infeksi Hiperperistaltik Toksin tidak dapat diabsorpsi Tekanan osmotik meningkat Kuman masuk dan berkembang dalam usus Hiperperistaltik Pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus Toksin dalam dinding usus halus Kemampuan absorpsi menurun Isi rongga usus meningkat Hipersekresi air elektrolit (isi rongga) usus meningkat Diare Gambar 2.1 pathwaydiare (Suraatmaja, 2007)

7 12 Menurut Widoyono (2008), diare yang berkepanjangan dapat menyebabkan: (1) Dehidrasi ( kekurangan cairan ) Berdasarkan presentase cairan tubuh yang hilang, dehidrasi yang dapat terjadi ringan, sedang atau berat. Derajat dehidrasi akibat diare dibedakan menjadi 3 yaitu: a) Tanpa dehidrasi : anak merasa normal, tidak rewel, masih bisa bermain dan nafsu makan tidak menurun. b) Dehidrasi ringan atau sedang : anak rewel atau gelisah, mata sedikit cekung, turgor kulit masih kembali dengan cepat bila dicubit. c) Dehidrasi berat : anak apatis, mata cekung, cubitan kulit turgor kembali lambat, nafas cepat dan lemah. Menurut Meadow, Newell (2005), terdapat tiga klasifikasi dehidrasi yaitu: Tabel 2.1 Derajat dehidrasi berdasarkan Meadow, Newell (2005) % penurunan berat badan Tampilan DEHIDRASI Ringan Sedang Berat Normal/ tidak sehat < >10 Tidak tenang, gelisah atau mengantuk Mengantuk/lemas, letargi Mata/ubun- ubun Normal Cekung Sangat cekung Membran mukosa Normal /kering Kering Sangat kering Pengisian kapiler Normal ( < 2 detik ) Normal/ Memanjang Memanjang Perfusi perifer Normal Menurun Tangan dan kaki dingin Tekanan darah Normal Normal Rendah Sumber : Newell, Meadow (2005)

8 13 Terdapat cara lain untuk mengukur derajat dehidrasi yaitu menggunakan Skor Maurce King, dengan cara: 1. Menentukan kekenyalan kulit, yaitu dengan cara mencubit kulit perut selama detik. Apabila kulit kembali normal dalam waktu 1 detik termasuk dalam kategori dehidrasi ringan, 1-2 detik termasuk dehidrasi sedang, dan dalam waktu lebih dari 2 detik termasuk dalam dehidrasi berat. 2. Berdasarkan skor yang didapat dari penderita dapat ditentukan derajat dehidrasinya. Apabila mendapat nilai 0-2 termasuk dehidrasi ringan, 3-6 termasuk dehidrasi sedang, dan 7-12 termasuk kategori dehidrasi berat. Bagian yang diperiksa Keadaan umum Tabel 2.2 skor derajat dehidrasi menurut Maurice King Nilai untuk gejala yang ditemukan Sehat Gelisah, cengeng, apatis, ngantuk Sedikit cekung Kekenyal Normal an kulit Mata Normal Sedikit cekung Ubun Normal Sedikit ubun cekung besar Mengigau, koma, atau syok Sangat cekung Sangat cekung Sangat cekung Mulut Normal Kering Kering dan sianosis Denyut nadi tiap menit Lemah < 120x/me nit Sedang x/me nit Sumber: (Suraatmaja,2007) Kuat >140x/me nit

9 14 (2) Gangguan asam basa (asidosis) Hal ini terjadi akibat kehilangan cairan elektrolit (bikarbonat) dari dalam tubuh. Sebagai kompensasinya tubuh akan bernafas cepat untuk membantu meningkatkan ph arteri (Widoyono, 2008). (3) Hipoglikemi Hipoglikemi terjadi pada 2-3% dari anak- anak yang menderita diare dan lebih sering terjadi pada anak yang sebelumnya sudah menderita KKP (Kekurangan Kalori Protein), karena: 1) Penyimpanan persediaan glycogen dalam hati terganggu. 2) Terdapat gangguan absorpsi glukosa Gejala hipoglikemi akan muncul jika kadar glukosa darah menurun sampai 40% pada bayi dan 50% pada anakanak, yang dapat menyebabkan lemas, apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat, pucat, syok, kejang bahkan sampai koma (Suraatmaja, 2007) (4) Gangguan gizi Gangguan ini terjadi karena asupan makanan yang kurang dan output yang berlebihan, akan bertambah parah apabila pemberian makanan dihentikan, dan sebelumnya penderita

10 15 sudah mengalami kekurangan gizi atau malnutrisi ( Widoyono, 2008). (5) Gangguan sirkulasi Akibat dari diare yang disertai muntah maupun tidak, dapat terjadi gangguan sirkulasi darah berupa renjatan (syok) hipovolemik, sehingga perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat dapat mengakibatkan perdarahan dalam otak, kesadaran menurun, dan apabila tidak segera ditangani pasien dapat meninggal (Suraatmaja, 2007). d. Faktor resiko Menurut Juffrie dan Soenarto (2012), ada beberapa faktor resiko diare yaitu: 1) Faktor umur yaitu diare terjadi pada kelompok umur 6-11 bulan pada saat diberikan makanan pendamping ASI. Pola ini menggambarkan kombinasi efek penurunan kadar antibodi ibu, kurangnya kekebalan aktif bayi, pengenalan makanan yang mungkin terkontaminasi bakteri tinja. 2) Faktor musim : variasi pola musiman diare dapat terjadi menurut letak geografis. Di Indonesia diare yang disebabkan oleh rotavirus dapat terjadi sepanjang tahun dengan peningkatan sepanjang musim kemarau, dan diare karena bakteri cenderung meningkat pada musim hujan.

11 16 3) Faktor lingkungan meliputi kepadatan perumahan, kesediaan sarana air bersih (SAB), pemanfaatan SAB, kualitas air bersih. Upaya pencegahan diare menurut Suraatmaja (2007) dapat dilakukan dengan cara: 1. Mencegah penyebaran kuman patogen penyebab diare Kuman-kuman patogen penyebab diare umumnya disebarkan secara fekal oral. Pemutusan penyebaran kuman penyebab diare perlu difokuskan pada cara penyebaran ini. upaya pencegahan diare yang terbukti efektif meliputi: a. Pemberian ASI yang benar. b. Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI. c. Penggunaan air bersih yang cukup. d. Membudayakan kebiasaan cuci tangan dengan sabun setelah buang air besar dan sebelum makan. e. Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota keluarga. f. Membuang tinja bayi yang benar. 2. Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu (host) Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak dan dapat mengurangi resiko diare menurut Widoyono (2008) yaitu: a. Memberi ASI pada anak sampai usia 2 tahun.

12 17 b. Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan memberikan makanan dalam jumlah yang cukup untuk memperbaiki status gizi anak. c. Imunisasi campak. e. Tanda klinis 1) Menurut Cahyono (2014) dan William (2005), beberapa gejala diare antara lain: a) Gejala umum (1) Pengeluaran feses yang encer merupakan gejala diare. (2) Peningkatan suhu tubuh disertai muntah dan lemas. (3) Terdapat nyeri perut dan suara bising usus meningkat. (4) Gejala dehidrasi yaitu terlihat lemah, menangis lemah, respon tidak sesuai, nadi cepat, mulut kering, dan apatis. b) Gejala spesifik (1) Campylobacter : diare berair dan berdarah, nyeri perut serta demam (2) Shigella sonnei : menyebabkan disentri dengan gejala diare berlendir dan berdarah. (3) Vibrio cholera : diare berat dan tinja berwarna putih seperti cucian beras berbau amis (4) Salmonella gastroentritis : diare berair dan disentri (diare yang disertai darah dalam feses).

13 18 f. Pemeriksaan penunjang atau laboratorium Pemeriksaan laboratorium yang ekstensif perlu dilakukan untuk mengetahui adanya diare yang disertai komplikasi dan dehidrasi. Menurut William (2005), pemeriksaan darah perlu dilakukan untuk mengetahui Analisis Gas Darah (AGD) yang menunujukkan asidosis metabolik. Pemeriksaan feses juga dilakukan untuk mengetahui: a) Leukosit polimorfonuklear, yang membedakan antara infeksi bakteri dan infeksi virus. b) Kultur feses positif terhadap organisme yang merugikan. c) Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) dapat menegaskan keberadaan rotavirus dalam feses. d) Nilai ph feses di bawah 6 dan adanya substansi yang berkurang dapat diketahui adanya malabsorpsi karbohidrat. Menurut Cahyono (2014) terdapat beberapa pemeriksaan laboratorium untuk penyakit diare, diantaranya : a) Pemeriksaan darah rutin (leukosit, LED (Laju Endap Darah), atau CRP (C -Reactive Protein) memberikan informasi mengenai tanda infeksi atau inflamasi. b) Pemeriksaan fungsi ginjal dan elektrolit untuk menilai gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. c) Pemeriksaan kolnoskopi untuk mengetahui penyebab diare.

14 19 d) Pemeriksaan CT Scan bagi pasien yang mengalami nyeri perut hebat, untuk mengetahui adanya perforasi usus. g. Prognosis Menurut Meadow dan Newell (2005), penyakit diare yang tidak segera mendapat pertolongan, anak akan mengalami dehidrasi berat dan dapat menyebabkan kematian. Adanya infeksi yang berulang, akan menimbulkan daya proteksi pada setiap infeksi berikutnya. h. Penatalaksanaan dan Pengobatan Penatalaksanaan dan pengobatan diare menurut derajat dehidrasi yaitu: 1) Tanpa dehidrasi dengan terapi A, yaitu : Anak yang buang air besar 3-4 kali sehari tanpa dehidrasi dapat dilakukan pengobatan dengan memberikan minuman seperti air kelapa, larutan gula garam (LGG), air tajin, air teh, maupun oralit. Bawa anak ke petugas kesehatan apabila anak merasa sangat haus, demam dan mata menjadi cekung (Suraatmaja, 2007). Cairan yang diberikan adalah 10 ml/kgbb atau untuk anak usia < 1 tahun adalah ml, 1-5 tahun adalah ml. Pemberian cairan dilanjutkan sampai dengan diare berhenti. Makanan yang rendah serat dapat diberikan sedikit sedikit tetapi sering (Juffrie M. dan Soenarto, 2012).

15 20 2) Dehidrasi ringan-sedang dengan terapi B, yaitu : Penderita diare dengan dehidrasi ringan-sedang memerlukan perawatan di sarana kesehatan dan segera diberikan terapi rehidrasi oral dengan oralit. Jumlah oralit yang diberikan 3 jam pertama 75 cc/kgbb atau untuk anak umur < 1 tahun adalah 300 ml, dan 1-5 tahun adalah 600 ml (Juffrie M. dan Soenarto, 2012). Ajari ibu untuk memberi oralit sedikit- sedikit tapi sering (small but frequent) dengan sendok teh, cangkir, mangkok atau gelas. Kemudian lanjutkan pemberian ASI apabila balita masih minum ASI (Liwang dan Tanto, 2014). 3) Dehidrasi berat dengan terapi C, yaitu : Diare dengan dehidrasi berat ditandai dengan BAB terus menerus lebih dari 10 kali disertai dengan muntah, kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan. Diare ini diatasi dengan terapi C, yaitu perawatan di puskesmas atau rumah sakit untuk diinfus RL (Ringer Laktat) dengan dosis 100 ml/kgbb (Depkes RI, 2008). Tabel Tabel 2.3 Jumlah pemberian cairan intravena Umur Jumlah Pemberian 30 Jumlah Pemberian 70 cc/kg/bb, selama cc/kg/bb, selama < 1 tahun 1 jam pertama 5 jam berikutnya >1 tahun 30 menit pertama 2 ½ jam berikutnya Sumber: Juffrie M., Soenarto, 2012

16 21 4) Pemberian terapi farmakologik a) Antibiotik Menurut Suraatmaja (2007), pengobatan yang tepat terhadap penyebab diare diberikan setelah diketahui penyebab diare dengan memperhatikan umur penderita, perjalanan penyakit, sifat tinja. Pada penderita diare, antibiotik boleh diberikan bila: (1) Ditemukan bakteri patogen pada pemeriksaan mikroskopik dan atau biakan. (2) Pada pemeriksaan mikroskopik dan atau mikroskopik ditemukan darah pada tinja. (3) Secara klinis terdapat tanda- tanda yang menyokong adanya infeksi anteral. (4) Di daerah endemik kolera. (5) Neonatus yang diduga infeksi nosokomial. Antibiotik oral yang dapat diberikan untuk disentri yaitu yang dianjurkan untuk shigella: Tabel 2.4 Antibiotik untuk disentri berdasarkan MTBS Umur atau berat badan Kotrimoksazole Asam Tab anak (20mg Tmp mg Smz) Sirup per 5 ml (40mg Tmp mg Smz) Nalidiksilat Tablet 500 mg 4 x sehari selama 5 hari 2 bulan-<4bulan 1 2,5 ml (4-< 6 kg) (½ sendok takar) 4 bulan-<12bulan (6-< 10 kg) 12 bulan-< 3 tahun (10-< 16kg) 3 tahun-<5tahun (16-<19kg) 2 5 ml (1 sendok takar) 2,5 7,5 ml (1,5 sendok takar) 3 10 ml (2 sendok takar) Sumber: dinkes RI, 2008 Metronidazole Tablet 500 mg 3x sehari selama 10 hari untuk amuba 1/8 50 mg 1/8 tablet ¼ 100 mg ¼ tablet ½ ½ 200mg ½ tablet 200 mg ½ tablet

17 22 b) Obat antipiretik Menurut Suraatmaja (2007), obat antipiretik seperti preparat salisilat (asetosal, aspirin) dalam dosis rendah (25 mg/tahun/kali) selain berguna untuk menurunkan panas sebagai akibat dehidrasi atau panas karena infeksi, juga mengurangi sekresi cairan yang keluar bersama tinja. c) Pemberian zinc Pemberian zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi Buang Air Besar (BAB), mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan diare pada tiga bulan berikutnya (lintas diare, 2011). (1) Dosis pemberian obat zinc Umur < 6 bulan = 10 mg/hari selama hari Umur 6 bulan = 20 mg /hari selama hari (2) Larutkan tablet dalam 1 sendok air matang atau ASI (tablet mudah larut ± 30 detik), segera diberikan pada anak. (3) Apabila anak muntah selama 30 menit setelah pemberian obat zinc, ulangi lagi pemberian dengan cara memberikan potongan lebih kecil dilarutkan beberapa kali hingga satu dosis penuh.

18 23 Apabila anak mengalami dehidrasi berat dan memerlukan cairan infus, tetap berikan obat zinc segera setelah anak bisa minum dan makan (Juffrie dan Soenarto, 2012). 5) Pemenuhan nutrisi ASI dan makanan dengan menu yang sama saat anak sehat sesuai umur tetap diberikan untuk mencegah kehilangan berat badan dan sebagai pengganti nutrisi yang hilang. Adanya perbaikan nafsu makan menandakan kesembuhan. Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit tapi sering (lebih kurang 6 x sehari), rendah serat, buah-buahan diberikan terutama pisang (Hegar B. Dan Handryastuti S., 2009). B. Teori Manajemen Kebidanan 1. Penerapan Tujuh Langkah Varney a. Langkah I : Pengumpulan data dasar secara lengkap. 1) Data subyektif melalui anamnesa, meliputi : a) Biodata/Identitas Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, umur, asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua dan penghasilan (Nursallam, 2005). b) Alasan masuk rumah sakit Keadaan yang menyebabkan seseorang untuk datang ke tenaga kesehatan pada kasus diare akut dehidrasi karena

19 24 buang air besar (BAB) pada balita lebih dari 3 kali sehari disertai dengan perubahan konsistensi feses menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung selama kurang dari 7 hari serta terjadi mendadak (Suraatmaja, 2007), disertai keluhan pada anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat, dan nafsu makan berkurang atau tidak ada. c) Data kesehatan meliputi : (1) Riwayat penyakit sekarang yaitu buang air besar (BAB) encer, lebih dari tiga kali sehari disertai lendir darah maupun tidak (Soebagyo, 2008). (2) Riwayat penyakit terdahulu, misalnya anak menderita batuk, pilek atau panas yang terjadi sebelum mengalami diare (Varney, 2007). (3) Riwayat penyakit keluarga, sebelum anak dirawat di rumah sakit ada atau tidaknya keluarga yang menderita diare dalam waktu bersamaan atau riwayat penyakit alergi (Nursallam, 2005) (4) Riwayat imunisasi terutama campak, diare terjadi pada anak dengan campak atau yang baru menderita campak dalam 4 minggu terakhir sebagai akibat dari penurunan kekebalan pada pasien (Nursallam, 2005).

20 25 d) Data kebiasaan sehari- hari Pola kebiasaan sehari hari meliputi : (1) Nutrisi: kebutuhan nutrisi balita umur 1-3 tahun adalah 100 kalori/kg berat badan (Muscari, 2005). (2) Eliminasi : pada pasien yang mengalami diare akan buang air besar (BAB) lebih dari tiga kali dalam sehari disertai lendir darah atu tidak (Maryunani, 2010). (3) Istirahat dan aktivitas : istirahat yang cukup dan aktivitas yang berlebihan dapat memperparah diare (Muscari, 2005). (4) Personal Hygiene : kebutuhan kebersihan diri yang meliputi gosok gigi, mandi, keramas, dan ganti pakaian dalam sehari. Membudayakan cuci tangan setelah buang air besar (BAB) dan sebelum makan (Suraatmaja, 2007) e) Pemeriksaan Fisik (Data Objektif) (1) Pemeriksaan umum (status generalis) meliputi : a) Keadaan umum : pada balita sakit diare keadaan umumnya cenderung gelisah, rewel dan lesu (Nursallam, 2005). b) Kesadaran : pada balita sakit diare kesadarnnya composmentis (Suraatmaja, 2007).

21 26 c) Tanda-tanda vital : pada balita sakit dengan diare pernafasan dan nadi lebih meningkat, namun lemah (Widoyono, 2008). (2) Pemeriksaan Fisik a) Kepala : anak yang mengalami dehidrasi, ubun-ubun besar (UUB) biasanya cekung (Hidayat, 2006). b) Mata : anak dengan diare dehidrasi ringan/sedang kelopak matanya cekung. Untuk anak diare dengan dehidrasi berat, kelopak matanya sangat cekung (Suraatmaja, 2007). c) Mulut : anak tanpa dehidrasi mulut dan lidah basah, dengan dehidrasi ringan/sedang maka mulut dan lidah kering, untuk dehidrasi berat mulut dan lidah sangat kering (Nursallam, 2005). d) Abdomen (1) Inspeksi : tanda tanda distensi (kram) dan gerakan peristaltik yang tampak pada dinding abdomen (William, 2005). (2) Palpasi : palpasi abdomen dilakukan untuk menentukan adanya nyeri tekan, rigiditas (kekakuan di perut), massa dan organomegali (pembesaran organ) (william, 2005).

22 27 (3) Auskultasi : auskultasi abdomen dilakukan untuk mengkaji bising usus (perhatikan ada tidaknya hiperaktivitas) (Nursallam, 2005). (4) Perkusi : perkusi pada abdomen untuk mengetahui adanya gas yang berlebihan, massa, cairan, dan pembesaran hepar (William, 2005). e) Anus : inspeksi anus untuk mengetahui adanya perdarahan dan lecet karena sering defekasi (Suraatmaja, 2007). f) Kulit : pemeriksaan turgor kulit untuk mengetahui elastisitas kulit dapat dilakukan dengan cara mencubit daerah perut menggunakan kedua ujung jari. Apabila turgor kembali kurang dari 2 detik berarti diare tersebut tanpa dehidrasi. Apabila turgor kembali dalam waktu 2 detik, berarti diare dengan dehidrasi ringan/sedang. Turgor kembali 2 detik berarti diare dengan dehidrasi berat (Sodikin, 2011). (3) Pemeriksaan Penunjang : pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan yaitu analisis feses, Laju Endap Darah (LED), hitung darah lengkap (HDL), USG abdomen, radiografi sinar-x lambung, pemeriksaan GI (Gastrointestinal) bagian atas, pemeriksaan sinar-x

23 28 esofagus dan lambung, pemeriksaan usus halus, CT Scan, dan endoskopi (William, 2005). b. Langkah II : Interpretasi Data 1) Diagnosa Kebidanan Diagnosa kebidanan ditulis dengan lengkap sesuai dengan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, dan data penunjang. Pada kasus ini yaitu An. S umur 3 tahun dengan diare. 2) Masalah Menurut Hidayat (2006) masalah yang sering terjadi pada diare yaitu: kurang volume cairan, kurang nutrisi, kurang pengetahuan keluarga, kecemasan atau ketakutan. 3) Kebutuhan Kebutuhan pada kasus balita sakit diare yaitu pemenuhan volume cairan dan nutrisi, memberikan pengetahuan pada orang tua mengenai diare untuk mengurangi kecemasan (Nursallam, 2005). c. Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial dan Antisipasi Penanganan Diagnosa potensial yang mungkin akan mucul pada balita sakit dengan diare yaitu terjadinya dehidrasi, hipovolemi, dan hipoglikemi (Dewi, 2010) Menurut Dewi (2010) dan Widoyono (2008), antisipasi yang dapat dilakukan berdasarkan diagnosa yaitu :

24 29 1) Pemantauan awal tanda dan gejala terjadinya dehidrasi 2) Rehidrasi atau mengganti cairan tubuh yang hilang 3) Memantau masukan dan keluaran berupa urine dan feses. 4) Menimbang berat badan untuk menilai status gizi d. Langkah IV : Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera Kolaborasi dengan dokter Sp. Anak untuk untuk pemenuhan cairan yang hilang dengan infus secara intravena. Cairan yang diberikan pada anak 12 bulan sampai 5 tahun sejumlah 30 ml/kgbb selama 30 menit pertama dan dilanjutkan 70 ml/kgbb selama 2,5 jam berikutnya, pemberian terapi berupa antiemetik, antibiotik dan antipiretik (Nursallam, 2005). e. Langkah V : menyusun rencana asuhan yang menyeluruh Kasus balita sakit dengan diare, rencana asuhan yang diberikan menurut Dewi (2010) dan Nursallam (2008) adalah berita hu hasil pemeriksaan pada orang tua, berikan penjelasan kepada orang tua mengenai penyakit yang diderita oleh anaknya, observasi cairan masuk dan keluar, observasi tanda tanda dehidrasi, pemberian makanan atau ASI untuk mempercepat proses penyembuhan, kolaborasi dengan laboratorium untuk menegakkan diagnosa, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi antibiotik, zinc, antipiretik, serta anjurkan pada ibu untuk menjaga personal hygine balita.

25 30 f. Langkah VI : penatalaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman 1) Mengobservasi keadaan umum dan vital sign balita 2) Mengobservasi cairan yang masuk dan keluar meliputi warna, frekuensi dan konsistensi tinja. 3) Mengobservasi berat badan dan menjelaskan kepada orang tua mengenai diare. 4) Memberikan cairan (rehidrasi) pada balita 5) Memenuhi kebutuhan nutrisi pada balita 6) Melakukan kolaborasi dengan laboratorium untuk menegakkan diagnosa 7) Melakukan kolaborasi dengan dokter Sp. A untuk pemberian terapi dan tindakan : a) Pemasangan infus untuk diare dengan dehidrasi sedang atau berat. b) Zinc 20mg (1 tab) 1 x sehari selama 10 hari c) Antibiotik (1) Kotrimoksazole 2xsehari selama 5 hari dapat berupa tablet (2 ½ tab) atau sirup 1 ½ sendok takar) untuk umur 12 bulan - < 3 tahun, serta 3 tablet atau sirup 2 sendok untuk umur 3 tahun - < 5 tahun. (2) Asam Nalidiksat 500 mg ½ tablet 4x sehari selama 5 hari

26 31 (3) Metronidazole 500 mg ½ tablet 3x sehari selama 10 hari untuk amuba. d) Antipiretik seperti asetol dan aspirin 25mg/tahun/kali e) Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene balita. g. Langkah VII : evaluasi Evaluasi yang diharapkan dari asuhan balita sakit dengan diare yaitu : 1) Diharapkan pasien dapat mencapai rehidrasi dan perbaikan nutrisi dapat tercapai dengan keadaan pasien yang membaik dan kenaikan berat badan (Hidayat, 2006) 2) Diharapkan hasil pemeriksaan tinja melalui laboratorium dapat ditemukan penyebab terjadinya diare sehingga dapat dilakukan pemberian terapi yang sesuai (Suraatmaja, 2005). 2. Follow Up Data Perkembangan Kondisi Klien Tujuh Langkah Varney yang dapat disajikan menjadi empat langkah yaitu SOAP (Subyektif, Obyektif, Assesment, Planning). SOAP disajikan dari proses pemikiran penatalaksanaan kebidanan sebagai catatan perkembangan keadaan klien. S : Subjektif (data subjektif) Merupakan langkah pertama dari manajemen tujuh langkah varney. Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data dari klien melalui anamnesis yaitu anak sudah tidak gelisah, rewel dan

27 32 lemas, nafsu makan membaik dan BAB sudah tidak encer, frekuensi < 3 x sehari. O : Objektif (data objektif) Merupakan langkah pertama dari manajemen tujuh langkah varney. Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data dari pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang berupa keadaan umum baik, suhu tubuh 36,5 0 C 37,5 0 C, pemeriksaan fisik normal, tidak terdapat tanda tanda dehidrasi, berat badan meningkat, dan pemeriksaan penunjang dalam keadaan baik. A : Assesment (pengkajian) Merupakan langkah kedua dari manajemen tujuh langkah varney. Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa yaitu balita S umur 3 tahun dengan riwayat diare. P : Plan (perencanaan) Menggambarkan perencanaan, penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi atau follow up dari rujukan langkah III, IV, V, VI dan VII varney yang sudah dilakukan (KepMenKes RI No. 938/MenKes/SK/VIII/2007) yaitu : a. Mengevaluasi hasil tindakan yang telah diberikan

28 33 Hasil : keadaan sudah membaik, frekuensi BAB 1-2 x sehari dengan konsistensi lembek semi padat. b. Memonitor keadaan umum dan vital sign (suhu, nadi, pernafasan) dan menimbang berat badan. Hasil : keadaan umum baik, suhu dalam keadaan normal (36,5 0 C 37,5 0 C), nadi dan pernafasan normal, serta berat badan meningkat. c. Pada bayi dengan ASI, pemberian ASI tetap dilanjutkan, untuk makanan tambahan untuk sementara dihentikan (Suraatmaja, 2007). Hasil : diharapkan ibu bersedia untuk memberikan ASI dan tidak memberikan makanan tambahan. d. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk melanjutkan terapi dan tindakan sampai anak sembuh dari diare (Maryunani, 2010) Hasil : diharapkan kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian terapi dan melanjutkan tindakan sampai anak dalam keadaan baik, frekuensi BAB 1-2 x sehari dengan konsistensi lembek semi padat dan suhu badan normal (36,5 0 C - 37,5 0 C).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara yang sedang berkembang seperti di Indonesia, angka kejadian anak yang mengalami penyakit tropis cukup tinggi. Hal ini ditunjang oleh kelembaban daerah tropis

Lebih terperinci

DIARE AKUT. Berdasarkan Riskesdas 2007 : diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun.

DIARE AKUT. Berdasarkan Riskesdas 2007 : diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun. DIARE AKUT I. PENGERTIAN Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu. Kematian disebabkan karena dehidrasi. Penyebab terbanyak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Definisi Diare Menurut World Health Organization (WHO), penyakit diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Pengetahuan a. Definisi Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diare 2.1.1. Definisi Diare Menurut Latief, dkk. (2005), diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dan frekuensinya lebih banyak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit diare 1. Definisi Diare merupakan buang air besar dengan konsistensi cair atau lembek dan dapat berupa air saja dengan frekuensi buang air besar lebih dari normalnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 DRPs 2.1.1 Definisi DRPs DRPs adalah adalah kejadian yang tidak diinginkan pasien terkait terapi obat, dan secara nyata maupun potensial berpengaruh pada outcome yang diinginkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Diare a. Definisi Diare adalah peningkatan tinja dengan konsistensi lebih lunak atau lebih cair dari biasanya dan terjadi paling sedikit 3 kali atau lebih dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Konsep diare a. Definisi Diare Diare pada dasarnya adalah buang air besar dengan konsistensi encer dengan frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sehari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ke saku yang berisi informasi suatu tema tertentu (Taufik, 2010). Buku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ke saku yang berisi informasi suatu tema tertentu (Taufik, 2010). Buku BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Buku Saku 1. Pengertian Buku saku adalah buku yang berukuran kecil yang dapat dimasukkan ke saku yang berisi informasi suatu tema tertentu (Taufik, 2010). Buku saku diare adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada tahun 2001 anak di bawah usia 5 tahun yang meninggal karena diare diperkirakan 1,5 juta. Di Indonesia pada kelompok balita yang menderita diare sekitar

Lebih terperinci

Pola buang air besar pada anak

Pola buang air besar pada anak Diare masih merupakan masalah kesehatan nasional karena angka kejadian dan angka kematiannya yang masih tinggi. Balita di Indonesia ratarata akan mengalami diare 23 kali per tahun. Dengan diperkenalkannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan atau kognitif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pada buang air besar perharinya. Berat daily stool dapat melebihi berat normal ratarata

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pada buang air besar perharinya. Berat daily stool dapat melebihi berat normal ratarata BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Diare 2.1.1.2 Definisi Diare Diare didefinisikan sebagai peningkatan keenceran, frekuensi, dan volume pada buang air besar perharinya.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP Pengumpulan dan penyajian data penulis lakukan pada tanggal 28 Maret 2016 pukul 15.00 WIB,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan. 1. Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. buang air besar (Dewi, 2011). Penatalaksaan diare sebenarnya dapat. dilakukan di rumah tangga bertujuan untuk mencegah dehidrasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. buang air besar (Dewi, 2011). Penatalaksaan diare sebenarnya dapat. dilakukan di rumah tangga bertujuan untuk mencegah dehidrasi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi yang masih perlu diwaspadai menyerang balita adalah diare atau gastroenteritis. Diare didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak normal dan berbentuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI digilib.uns.ac.id 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Makanan Tambahan Dini a. Pengertian Makanan tambahan adalah makanan untuk bayi selain ASI atau susu botol, sebagai penambah kekurangan ASI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Diare 1. Pengertian diare Diare adalah penyakit yang ditandai dengan adanya peningkatan frekuensi buang air besar lebih dari biasanya atau lebih dari tiga kali disertai

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT DIARE

KERANGKA ACUAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT DIARE KERANGKA ACUAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT DIARE I. PENDAHULUAN Hingga saat ini penyakit Diare maerupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia, hal dapat dilihat dengan meningkatnya angka kesakitan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Diare a. Pengertian diare Penyakit diare merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak dibawah lima tahun (balita) dengan disertai muntah dan buang air besar

Lebih terperinci

Pokok Bahasan: GASTROENTEROLOGI dan HEPATOLOGI Sakit perut berulang M. Juffrie

Pokok Bahasan: GASTROENTEROLOGI dan HEPATOLOGI Sakit perut berulang M. Juffrie Pokok Bahasan: GASTROENTEROLOGI dan HEPATOLOGI Sakit perut berulang M. Juffrie Definisi Sakit perut yang terjadi paling sedikit 3 kali, cukup berat sampai tidak bisa melakukan kegiatan sehari hari dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Perilaku Menurut Bloom, derajat kesehatan dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu faktor lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan, dan faktor genetik. Faktor perilaku

Lebih terperinci

RENCANA TERAPI A PENANGANAN DIARE DI RUMAH (DIARE TANPA DEHIDRASI)

RENCANA TERAPI A PENANGANAN DIARE DI RUMAH (DIARE TANPA DEHIDRASI) RENCANA TERAPI A PENANGANAN DIARE DI RUMAH (DIARE TANPA DEHIDRASI) JELASKAN KEPADA IBU TENTANG 4 ATURAN PERAWATAN DI RUMAH: BERI CAIRAN TAMBAHAN a. Jelaskan kepada ibu: - Pada bayi muda, pemberian ASI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Telaah Pustaka Definisi Diare Diare adalah peningkatan frekuensi buang air besar dengan konsistensi lebih lunak atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Telaah Pustaka Definisi Diare Diare adalah peningkatan frekuensi buang air besar dengan konsistensi lebih lunak atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Pustaka 2.1.1 Definisi Diare Diare adalah peningkatan frekuensi buang air besar dengan konsistensi lebih lunak atau lebih cair dari biasanya yang terjadi paling sedikit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIARE 1. Pengertian Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4x pada bayi dan lebih dari 3x pada anak, konsistensi cair, ada lendir atau darah dalam faeces (Ngastiyah,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. ASI (Air Susu Ibu) ASI adalah hadiah terindah dari ibu kepada bayi yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu berupa makanan alamiah atau susu terbaik bernutrisi

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. Gastroenteritis adalah peradangan dari lambung dan usus yang

BAB I KONSEP DASAR. Gastroenteritis adalah peradangan dari lambung dan usus yang BAB I KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Gastroenteritis adalah peradangan dari lambung dan usus yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan pathogen parasit (Wong, 1996: 403). Gastroenteritis adalah radang dari

Lebih terperinci

Christopher A.P, S. Ked

Christopher A.P, S. Ked Author : Christopher A.P, S. Ked Editor : Yayan Akhyar Israr, S.Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 0 Files of DrsMed FK UNRI (http://www.files-of-drsmed.tk DIARE AKUT LATAR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Gastroenteritis adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal (meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair (Suharyono: 2008). Gastroenteritis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul WIB Ny Y datang ke

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul WIB Ny Y datang ke digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL I. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul 22.07 WIB Ny Y datang ke RSUD Sukoharjo dengan membawa

Lebih terperinci

PENANGANAN DIARE. B. Tujuan Mencegah dan mengobati dehidrasi, memperpendek lamanya sakit dan mencegah diare menjadi berat

PENANGANAN DIARE. B. Tujuan Mencegah dan mengobati dehidrasi, memperpendek lamanya sakit dan mencegah diare menjadi berat Yusi Meilia, S.ST, M.Kes Halaman : 1 / 5 NIP A. Pengertian Buang air besar yang frekuensi, lebih sering dari biasnya pada umumnya 3 kali atau lebih per hari dengan konsistensi cair berlangsung < 7 hari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 23 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Diare Menurut WHO Pengertian diare adalah buang air besar dengan konsistensi cair (mencret) sebanyak 3 kali atau lebih dalam satu hari (24 jam). Ingat, dua kriteria

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE LAPORAN KASUS / RESUME DIARE A. Identitas pasien Nama lengkap : Ny. G Jenis kelamin : Perempuan Usia : 65 Tahun T.T.L : 01 Januari 1946 Status : Menikah Agama : Islam Suku bangsa : Indonesia Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. atau dapat pula bercampur lendir dan darah/lendir saja (Ngastiyah, 2005). Pada

BAB 1 PENDAHULUAN. atau dapat pula bercampur lendir dan darah/lendir saja (Ngastiyah, 2005). Pada 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diare merupakan keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Diare 1. Definisi penyakit diare Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi encer, dapat

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 NAMA NIM : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 PROGRAM S1 KEPERAWATAN FIKKES UNIVERSITAS MUHAMMADIAH SEMARANG 2014-2015 1 LAPORAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cair, dengan atau tanpa darah dan atau lendir, biasanya terjadi secara

BAB I PENDAHULUAN. cair, dengan atau tanpa darah dan atau lendir, biasanya terjadi secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari 3 kali sehari disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair, dengan atau tanpa

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID Definisi: Typhoid fever ( Demam Tifoid ) adalah suatu penyakit umum yang menimbulkan gejala gejala sistemik berupa kenaikan suhu dan kemungkinan penurunan kesadaran. Etiologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Diare. Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4x pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Diare. Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4x pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Terjadinya Diare Anak Usia Toodler (1-3 Tahun) 1. Pengertian Diare Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4x pada bayi dan lebih dari 3x pada anak, konsistensi

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN SATUAN ACARA PENYULUHAN Pokok Bahasan : Perawatan Anak Dengan Diare Hari/Tanggal : Rabu/ 23 Januari 2008 Pukul : 11.00-11.45 Sasaran: Seluruh orang tua bayi/anak di RT 02 / RW 04 Kel. Andalas Timur Tempat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diare 1. Pengertian Diare Menurut WHO (2005), diare merupakan buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam sehari, dan biasanya berlangsung selama dua hari

Lebih terperinci

Derajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain

Derajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain Demam berdarah dengue 1. Klinis Gejala klinis harus ada yaitu : a. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlagsung terus menerus selama 2-7 hari b. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT DIARE (GASTROENTRITIS) DENGAN MENGGUNAKAN FORWARD CHAINING

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT DIARE (GASTROENTRITIS) DENGAN MENGGUNAKAN FORWARD CHAINING SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT DIARE (GASTROENTRITIS) DENGAN MENGGUNAKAN FORWARD CHAINING MAGDALENA SIMANJUNTAK DOSEN PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA, STMIK KAPUTAMA ABSTRAK Expert system for diagnosis

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN PENDAHULUAN Seorang ibu akan membawa anaknya ke fasilitas kesehatan jika ada suatu masalah atau

Lebih terperinci

EVALUASI PENGOBATAN PASIEN DIARE PEDIATRI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA PERIODE 2008 SKRIPSI

EVALUASI PENGOBATAN PASIEN DIARE PEDIATRI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA PERIODE 2008 SKRIPSI EVALUASI PENGOBATAN PASIEN DIARE PEDIATRI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA PERIODE 2008 SKRIPSI Oleh : KHISTY IKA NURWIDATI K 100050126 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN A DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: DIARE DI RUANG MINA RS PKU HUHAMMADIYAH SURAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN A DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: DIARE DI RUANG MINA RS PKU HUHAMMADIYAH SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN A DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: DIARE DI RUANG MINA RS PKU HUHAMMADIYAH SURAKARTA Diajukan Guna Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun),

BAB I PENDAHULUAN. masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bayi. Setiap bayi harus diberi ASI paling tidak selama 4-6 bulan pertama

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bayi. Setiap bayi harus diberi ASI paling tidak selama 4-6 bulan pertama BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Air Susu Ibu (ASI) ASI adalah salah satu zat terbaik yang dimiliki manusia sebagai makanan bayi. Setiap bayi harus diberi ASI paling tidak selama 4-6 bulan pertama hidupnya (Gupte,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam waktu yang singkat atau kurang dari dua minggu (Spruill and Wade,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam waktu yang singkat atau kurang dari dua minggu (Spruill and Wade, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare akut merupakan diare yang berawal secara mendadak dan berlangsung singkat dalam beberapa jam atau hari dapat sembuh kembali dalam waktu yang singkat atau kurang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disertai muntah (Sakinah dan Arifianto, 2001). bentuk dan konsistensi tinja penderita (Harianto, 2004).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disertai muntah (Sakinah dan Arifianto, 2001). bentuk dan konsistensi tinja penderita (Harianto, 2004). 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN DIARE Diare adalah suatu infeksi usus yang menyebabkan keadaan feses bayi encer dan atau berair, dengan frekuensi lebih dari 3 kali per hari, kadang disertai muntah

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Jenis kelamin : Laki-laki Suku bangsa : Jawa, Indonesia

BAB III TINJAUAN KASUS. Jenis kelamin : Laki-laki Suku bangsa : Jawa, Indonesia BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian ini dilakukan pada tanggal 20 Juni 2011 di Ruang Lukman Rumah Sakit Roemani Semarang. Jam 08.00 WIB 1. Biodata a. Identitas pasien Nama : An. S Umur : 9

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare masih mendominasi masalah kesehatan pada bayi dan anak di dunia terutama di Negara berkembang. Berdasarkan data World Health Organization (WHO), diperkirakan di

Lebih terperinci

SOP PENCATATAN & PELAPORAN P2 DIARE

SOP PENCATATAN & PELAPORAN P2 DIARE PENCATATAN & PELAPORAN P2 DIARE 79 /A/P2M/203 Salah satu elemen yang sangat penting untuk mendapat gambaran dan informasi program pengendalian penyakit diare Tujuan. Mendapatkan informasi hasil pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIARE 1. Definisi diare Diare adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta frekuensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyebab mikrobiologi (Cristin Hancock, 2003). Gastroentritis adalah

BAB I PENDAHULUAN. penyebab mikrobiologi (Cristin Hancock, 2003). Gastroentritis adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gastroentritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus halus yang terjadi akibat salah makan, biasanya di sebabkan oleh penyebab mikrobiologi (Cristin Hancock,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara berkembang dari pada negara maju. Di antara banyak bentuk

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara berkembang dari pada negara maju. Di antara banyak bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan suatu masalah yang mendunia. Seperti sebagian besar penyakit anak-anak lainnya, penyakit diare tersebut jauh lebih banyak dan sering terjadi di negara

Lebih terperinci

A. lisa Data B. Analisa Data. Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai. berikut:

A. lisa Data B. Analisa Data. Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai. berikut: A. lisa Data B. Analisa Data berikut: Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai No. Data Fokus Problem Etiologi DS: a. badan terasa panas b. mengeluh pusing c. demam selama

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. subyek penelitian di atas 1 tahun dilakukan berdasarkan rekomendasi untuk. pemberian madu sampai usia 12 bulan.

BAB VI PEMBAHASAN. subyek penelitian di atas 1 tahun dilakukan berdasarkan rekomendasi untuk. pemberian madu sampai usia 12 bulan. BAB VI PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan pada subyek berumur 1-5 tahun. Pemilihan subyek penelitian di atas 1 tahun dilakukan berdasarkan rekomendasi untuk pencegahan utama keracunan botulismus pada

Lebih terperinci

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Diare 2.1.1 Pengertian Diare Diare atau penyakit diare berasal dari bahasa Yunani yaitu diarroia yang berarti mengalir terus (to flow trough), merupakan keadaan abnormal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 1997). Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 1997). Hal ini BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, dengan konsisten feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat

Lebih terperinci

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 5 Diare. Catatan untuk instruktur

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 5 Diare. Catatan untuk instruktur Pelayanan Kesehatan bagi Anak Bab 5 Diare Catatan untuk instruktur Fabian adalah anak usia 2 tahun yang dibawa ke rumah sakit kabupaten dari desa terpencil dengan diare dan tanda dehidrasi berat. Selama

Lebih terperinci

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 7 Gizi Buruk

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 7 Gizi Buruk Pelayanan Kesehatan bagi Anak Bab 7 Gizi Buruk Catatan untuk fasilitator Ringkasan kasus Joshua adalah seorang anak laki-laki berusia 12 bulan yang dibawa ke rumah sakit kabupaten dari rumah yang berlokasi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. bakteri, virus dan pathogen parasit (Wong, 2004)

BAB II KONSEP DASAR. bakteri, virus dan pathogen parasit (Wong, 2004) BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Pengertian Gastro Entero adalah infeksi usus yang menyebabkan diare (kotoran berair atau encer) dan kadang-kadang muntah. (Suharyono, 2003). Gastroentestinal adalah inflamasi

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Diare. 1. Definisi diare. Diare merupakan suatu penyakit yang di tandai dengan perubahan bentuk

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Diare. 1. Definisi diare. Diare merupakan suatu penyakit yang di tandai dengan perubahan bentuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diare 1. Definisi diare Diare merupakan suatu penyakit yang di tandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja yang cair dengan frekuensi

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja yang cair dengan frekuensi BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diare Akut dan Tata Laksananya Diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja yang cair dengan frekuensi 3x/hari disertai perubahan konsistensi tinja (lembek atau cair) dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan susu hasil sekresi dari payudara setelah ibu melahirkan. ASI eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan tanpa

Lebih terperinci

SOP PENCATATAN & PELAPORAN P2 DIARE

SOP PENCATATAN & PELAPORAN P2 DIARE No. Dokumen SOP PENCATATAN & PELAPORAN P2 DIARE No. Revisi : Halaman 79 /A/P2M/2013 Tanggal Ditetapkan : Disusun oleh : 1 Ditetapkan KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MAGETAN Pengertian Tujuan Kebijakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan atau Penyajian Data Dasar Secara Lengkap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan atau Penyajian Data Dasar Secara Lengkap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Pengumpulan atau Penyajian Data Dasar Secara Lengkap Pengumpulan dan penyajian data penulis lakukan pada tanggal 22 Maret 2016 pukul 06.45

Lebih terperinci

PENANGANAN DIARE No Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman :

PENANGANAN DIARE No Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : UPTD PUSKESMAS PAUH SOP PENANGANAN DIARE No Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : dr. Hj. Nurlia, MM NIP.197306162006042011 1. Pengertian Buang air besar yg frekwensinya, lebih sering dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. diare yang diakibatkan oleh infeksi,alergi,tidak toleran terhadap makanan tertentu

BAB II TINJAUAN TEORI. diare yang diakibatkan oleh infeksi,alergi,tidak toleran terhadap makanan tertentu BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Gastroenteritis adalah suatu kondisi yang ditandai dengan adanya muntah dan diare yang diakibatkan oleh infeksi,alergi,tidak toleran terhadap makanan tertentu atau mencerna

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare pada anak masih merupakan masalah kesehatan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare pada anak masih merupakan masalah kesehatan dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare pada anak masih merupakan masalah kesehatan dengan angka kematian yang masih tinggi terutama pada anak umur 1 sampai 4 tahun, yang memerlukan penatalaksanaan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Diare adalah peningkatan frekuensi dan penurunan konsistensi debit tinja dibandingkan dengan pola usus normal individu, merupakan gejala dari suatu penyakit sistemik

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN A. PENGKAJIAN PERTAMA (11 JUNI 2014) obyektif serta data penunjang (Muslihatun, 2009).

BAB IV PEMBAHASAN A. PENGKAJIAN PERTAMA (11 JUNI 2014) obyektif serta data penunjang (Muslihatun, 2009). BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini penulis membahas asuhan kebidanan pada bayi S dengan ikterik di RSUD Sunan Kalijaga Demak menggunakan manajemen asuhan kebidanan varney, yang terdiri dari tujuh langkah yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam faeces (Ngastiah, 1999). Menurut Suriadi (2001) yang encer atau cair. Sedangkan menurut Arief Mansjoer (2008) diare

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam faeces (Ngastiah, 1999). Menurut Suriadi (2001) yang encer atau cair. Sedangkan menurut Arief Mansjoer (2008) diare BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diare 1. Pengertian Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi cair, ada lendir atau darah dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Teori 1. Diare a. Definisi Diare 1) WHO (2009), menyatakan bahwa diare adalah buang air besar dengan frekuensi lebih sering (lebih dari 3 kali sehari), dan bentuk

Lebih terperinci

PENDATAAN DAN PELAPORAN P2 DIARE

PENDATAAN DAN PELAPORAN P2 DIARE PENDATAAN DAN PELAPORAN P2 DIARE No. Dokumen: SOP No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : 1/1 UPT PUSKESMAS DLINGO II dr. Sigit Hendro Sulistyo NIP. 198111262009031006 1. Pengertian Salah satu elemen yang

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Frekuensi Incidence Rate (IR) berdasarkan survei morbiditas per1000 penduduk

Grafik 1.1 Frekuensi Incidence Rate (IR) berdasarkan survei morbiditas per1000 penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare sampai saat ini masih merupakan penyebab kematian utama di dunia, terhitung 5-10 juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya

Lebih terperinci

MAKALAH DIARE DAN KONSTIPASI

MAKALAH DIARE DAN KONSTIPASI MAKALAH DIARE DAN KONSTIPASI Dosen Pengampu : Putu Dyana Christasani, M. Sc., Apt. Penyusun : Soya Hutagalung 158112018 Kezia Grace 158114019 Johannes Sianturi 158114020 Monika Gita 158114021 Ria Nonita

Lebih terperinci

CATATAN PERKEMBANGAN. (wib) abdomen

CATATAN PERKEMBANGAN. (wib) abdomen CATATAN PERKEMBANGAN Implementasi dan Evaluasi Keperawatan NO. DX Hari/Tanggal Pukul (wib) Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP) 1 Senin/27 Januari 2014 2 Senin/27 Januari 2014 16.00 1. Mengkaji kemampuan

Lebih terperinci

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No. Dx. Tindakan dan Evaluasi

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No. Dx. Tindakan dan Evaluasi Lampiran 1 Senin/ 17-06- 2013 21.00 5. 22.00 6. 23.00 200 7. 8. 05.00 05.30 5. 06.00 06.30 07.00 3. Mengkaji derajat kesulitan mengunyah /menelan. Mengkaji warna, jumlah dan frekuensi Memantau perubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir darah/lendir saja. a. Klasifikasi diare menurut terjadinya, yaitu :

BAB II TINJAUAN TEORI. berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir darah/lendir saja. a. Klasifikasi diare menurut terjadinya, yaitu : BAB II TINJAUAN TEORI A. Diare 1. Pengertian Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ukuran yang digunakan untuk menilai baik buruknya keadaan pelayanan kebidanan dalam suatu negara atau daerah ialah angka kematian ibu. Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR A.

BAB I KONSEP DASAR A. BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Gastroenteritis adalah radang dari lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa muntah (muntah berak) (Junaedi, dkk. 1995:585). Diare adalah buang air

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA USIA 1-5 TAHUN. Sumiyati* dan Siti Susiyanti**

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA USIA 1-5 TAHUN. Sumiyati* dan Siti Susiyanti** HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA USIA 1-5 TAHUN Sumiyati* dan Siti Susiyanti** *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan

Lebih terperinci

PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN Oleh : Dr. Azwar Djauhari MSc Disampaikan pada : Kuliah Blok 21 Kedokteran Keluarga Tahun Ajaran 2011 / 2012 Program Studi Pendidikan Dokter

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. bayi dan lebih dari 3 kali pada anak-anak, konsistensi tinja sncer dapat

BAB I KONSEP DASAR. bayi dan lebih dari 3 kali pada anak-anak, konsistensi tinja sncer dapat 1 BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak-anak, konsistensi tinja sncer dapat berwarna hijau atau dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sehari (Navaneethan et al., 2011). Secara global, terdapat 1,7 miliar kasus diare

BAB 1 PENDAHULUAN. sehari (Navaneethan et al., 2011). Secara global, terdapat 1,7 miliar kasus diare BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan bentuk dan konsistensi feses menjadi abnormal yang dihubungkan dengan peningkatan frekuensi defekasi menjadi 3 kali dalam sehari (Navaneethan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam 14.30 1. Identitas klien Nama Umur Jenis kelamin Alamat Agama : An. R : 10 th : Perempuan : Jl. Menoreh I Sampangan

Lebih terperinci

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA Salah satu ciri mahluk hidup adalah membutuhkan makan (nutrisi). Tahukah kamu, apa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun), usia bermain

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun), usia bermain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak seluruh dunia, yang menyebabkan 1 miliyar kejadian sakit dan 3-5 juta kematian setiap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Diare 1. Definisi Penyakit Diare Diare atau penyakit diare (Diarrheal disease) berasal dari bahasa Yunani yaitu diarroi yang berarti mengalir terus, merupakan keadaan

Lebih terperinci

INOVASI KEPERAWATAN DIARE PADA ANAK. Pencegahan penyakit adalah upaya mengarahkan sejumlah kegiatan untuk

INOVASI KEPERAWATAN DIARE PADA ANAK. Pencegahan penyakit adalah upaya mengarahkan sejumlah kegiatan untuk INOVASI KEPERAWATAN DIARE PADA ANAK I. Pengertian Pencegahan penyakit adalah upaya mengarahkan sejumlah kegiatan untuk melindungi klien dari ancaman kesehatan potensial. dengan kata lain, pencegahan penyakit

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA SAKIT AN. I DENGAN DIARE DEHIDRASI SEDANG DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2013 KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA SAKIT AN. I DENGAN DIARE DEHIDRASI SEDANG DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2013 KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA SAKIT AN. I DENGAN DIARE DEHIDRASI SEDANG DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2013 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan salah satu penyakit yang sering mengenai bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai lebih dari sepuluh kali sehari,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dan lebih dari 3 kali pada anak, dengan konsisten feses encer, dapat berwarna

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dan lebih dari 3 kali pada anak, dengan konsisten feses encer, dapat berwarna BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. DIARE 1.1. Defenisi Diare Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, dengan konsisten feses encer, dapat berwarna

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Protozoa merupakan mahkluk hidup bersel satu yang sering menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Protozoa merupakan mahkluk hidup bersel satu yang sering menjadi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Protozoa 1. Pengertian Protozoa Protozoa merupakan mahkluk hidup bersel satu yang sering menjadi penyebab penyakit diare, manusia yang terinfeksi oleh protozoa biasanya dapat

Lebih terperinci

MALNUTRISI. Prepared by Rufina Pardosi UNICEF Meulaboh

MALNUTRISI. Prepared by Rufina Pardosi UNICEF Meulaboh MALNUTRISI Prepared by Rufina Pardosi UNICEF Meulaboh Apa itu malnutrisi? Kebutuhan tubuh akan makronutrien (lemak, karbohidrat dan protein) tidak terpenuhi Penyebab : Asupan makanan kurang Penyakit Klasifikasi

Lebih terperinci

Dehidrasi. Gejala Dehidrasi: Penyebab Dehidrasi:

Dehidrasi. Gejala Dehidrasi: Penyebab Dehidrasi: Dehidrasi Pengertian, Gejala, Penyebab, Pengobatan, Pencegahan Pengertian: Dehidrasi adalah kondisi ketika tubuh kehilangan lebih banyak cairan daripada yang didapatkan, sehingga keseimbangan gula-garam

Lebih terperinci