HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA USIA 1-5 TAHUN. Sumiyati* dan Siti Susiyanti**

Transkripsi

1 HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA USIA 1-5 TAHUN Sumiyati* dan Siti Susiyanti** *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan **Mahasiswa Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan ABSTRAK Diare merupakan penyebab utama kematian dan kesakitan pada bayi dan balita di negara berkembang termasuk Indonesi, penelitian analitik korelasi jenis rancangan cross sectional. Populasi seluruh ibu yang mempunyai balita usia 1-5 tahun sebanyak 50 responden. Sampel 44 orang dengan cara simple random sampling. diuji dengan koefisien kontigensi dengan α = 0,05. Hasil penelitian didapatkan hampir sebagian memiliki pengetahuan kurang sebanyak 21 (47,7%). Anak dengan diare sebanyak 7 orang (16%). Hasil nilai koefisien kontigensi 0,010 dengan p < 0,05. Kesimpulan ada hubungan antara pengetahuan ibu balita tentang hygiene makanan dengan kejadian diare pada balita usia 1-5 tahun. Maka petugas kesehatan memberikan penyuluhan pada masyarakat tentang pengetahuan hygiene makanan. Kata kunci : Pengetahuan, Hygiene Makanan, Diare. PENDAHULUAN Sampai saat ini penyakit diare merupakan masalah kesehatan di Indonesia, baik ditinjau dari angka kesakitan dan kematian yang ditimbulkannya. Kematian tersebut terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia. Berdasarkan penetapan Departement kesehatan Angka kesakitan diare tahun 2008 adalah 10% Tahun 2007 di Jawa Timur diare merupakan penyakit dengan frekuensi KLB terbanyak kelima (Dinkes Jatim, 2008). Sedangkan di Kabupaten Lamongan, Angka kejadian diare tahun 2008 sebanyak 7.693(10,14%) dari Faktor-faktor yang meningkatkan resiko terjadinya diare adalah faktor lingkungan, cara penyapihan yang buruk dan malnutrisi. Diare dapat menyebar melalui praktik-praktik yang tidak higienis seperti menyiapkan makanan dengan tangan yang belum dicuci, setelah buang air besar atau membersihkan tinja seorang anak serta membiarkan seorang anak bermain di daerah dimana ada tinja yang terkontaminasi bakteri penyebab diare (Hendrawan, 2005 : 17). Diare masuk ke dalam tubuh melalui makanan yang mengandung bakteri, parasit, virus dan di makan oleh balita organismeorganisme ini menggangu penyerapan makanan di usus halus dampaknya makanan tidak di cerna kemudian segera masuk ke usus besar dan ini mengakibatkan tinja berair sehingga timbul dehidrasi (Hidayat A.Alimul Aziz, 2006 : 14) Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian diare, pemerintah melalui Dinas Kesehatan melakukan beberapa upaya : upaya pencegahan melalui kegiatan KIE pada ibu balit, meningkatkan kualitas dan kuantitas tatalaksana diare melalui pendekatan Menejemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dan perkembangan Pojok Oralit, mengupayakan tatalaksana penderita diare di rumah tangga secara tepat dan benar, meningkatkan upaya pencegahan 1

2 melalui kegiatan KIE, meningkatkan sanitasi lingkungan, meningkatkan kewaspadaan dini dan penanggulangan kejadian luar biasa diare (DepKes RI, 2007 : 6-7). TUJUAN PENELITIAN Menganalisis hubungan pengetahuan ibu balita tentang hygiene makanan dengan kejadian diare pada balita usia 1-5 tahun. TINJAUAN PUSTAKA Konsep Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni : indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2007). Tingkat Pengetahuan Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu : 1. Tahu (Know) 2. Memahami (Comprehension) 3. Aplikasi (Application) 4. Analisis (Analysis). 5. Cara memperoleh pengetahuan Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi, yakni : 1. Cara tradisional atau non ilmiah 1) Cara coba salah (trial and error) 2) Cara kekuasaan atau otoritas 3) Berdasarkan pengalaman pribadi melalui jalan pikiran 2. Cara modern 1) Umur 2) Pendidikan 3) Pengalaman Cara mengukur pengetahuan Menurut Arikunto (2006) untuk mengetahui tingkat pengetahuan yang di miliki oleh seseorang di bagi menjadi 3 tingkatan yaiti: 1. Penetahuan baik : % 2. Pengetahuan cukup : % 3. Pengetahuan kurang :<56 % Konsep Ibu Balita Ibu adalah seorang yang telah melahirkan anak. Ibu adalah panggilan lazim pada wanita yang sudah bersuami atau belum yang umurnya lebih tua. Merupakan salah satu periode usia manusia setelah bayi dan sebelum anak pra sekolah Balita dibedakan: Bayi (0-12 bulan), Anak balita (13-36 bulan), Anak balita (37-60 bulan). Anak balita : seseorang insan manusia yang berusia 0-4 tahun (UU no.20 Thn 2003). Pengertian Ibu Balita adalah seorang yang telah melahirkan dan mempunyai anak balita. Konsep Higiene Makanan Higiene adalah ilmu yang berhubungan dengan masalah kesehatan dan berbagai usaha untuk mempertahankan atau untuk memperbaiki kesehatan (Depkes RI, 2008). Higiene makanan adalah menjaga kebersihan tempat kerja, peralatan dan bahan makanan mulai dari penyiapan, pengolahan sampai dengan penyimpanannya. Komponen pokok dalam higiene makanan : 1. Faktor fisik 2. Faktor operasional 3. Faktor personal Cara menjaga higiene makanan menurut WHO 1. Choose Foods Processed For Safety (pilih makanan yang diolah demi keamanan). 2. Cook Food Throughly (masak makanan dengan seksama) 2

3 3. Eat Cooked Foods Immediately (makan makanan matang dengan segera). 4. Store Cooked Food Carefully (simpan makanan matang dengan hati-hati). 5. Reheat Cooked Foods Thoroughly (panaskan kembali makanan matang dengan seksama) 6. Avoid Contact Between Raw Foods and Cooked Foods (hindari kontak antara makanan mentah dan makanan matang) 7. Wash Hands Repeatedly (cuci tangan berulang kali) 8. Keep All Kitchen Surfaces Meticulously Clean (jaga kebersihan seluruh permukaan 9. Protect Food From Insects, Rodents And Other Animals (lindungi makanan dari serangga, binatang pengerat dan binatang lain) 10. Use Safe Water (gunakan air yang aman) Konsep Diare Menurut Hidayat A.Alimul Aziz (2006 : 12) diare adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume keenceran, serta frekuensi lebihdari 3 kali sehari pada anak dan pada bayi lebih dari 4 kali sehari dengan Tanda dan Gejala Diare 1. Tanda-tanda diare Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, tinja cair, warna tinja makin lama kehijauhijauan karena bercampur dengan empedu, anus dan daerah sekitar lecet, ubun-ubun cekung, berat badan menurun, muntah, selaput lendir mulut dan kulit kering. 2. Gejala diare Frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali perhari, bentuk cair atau encer, tinja bercampur lendir atau darah. (Hidayat A.Alimul Aziz, 2006 : 12). Jenis diare a. Diare akut b. Diare kronis c. Diare persisten d. Disentri Dampak diare Tanda-tanda klinis apabila penderita jatuh kedalam dehidrasi adalah : 1. Rasa haus. 2. Turgor dan tonus otot menurun. 3. Bibir dan mulut kering. 4. Mata cowong. 5. Air mata tidak keluar. 6. Ubun-ubun besar cekung. 7. Oliguria bahkan dapat anuria. 8. Tekanan darah rendah. 9. Takikardia. 10. Kesadaran menurun Tingkat Dehidrasi a. Dehidrasi ringan 1. Meningkatnya rasa haus 2. Kegelisahan atau rewel 3. Menurunya elastisitas kulit 4. Mulut dan lidah penuh 5. Mata yang kering karena tidak adanya air mata 6. Mata cowong b. Dehidrasi sedang 1. Turgor kulit menurun 2. Mata cowong 3. Ubun-ubun cekung 4. Badan tampak lemas c. Dehidrasi berat 1. Tangan yang dinggin dan lembab 2. Anak yang tak sadar atau lemah 3. Ketidak mampuan untuk minum 4. Hilangnya elastisitas kulit secara sepenuhnya 5. Tidak ada air mata 6. Lapisan lender yang kering pada mulut 7. Pengurangan volume air seni yang parah Pencegahan diare a. Memberikan ASI 3

4 b. Memperbaiki makanan pendamping ASI c. Menggunakan air bersih yang cukup d. Mencuci tangan e. Menggunakan jamban f. Membuang tinja bayi dengan benar g. Memberikan imunisasi campak Penatalaksanaan diare 1. Mencegah dehidrasi Tabel 1 Kebutuhan Larutan Oralit Berdasarkan Umur Umur Jumlah larutan oralit <1 tahun 300 ml/ 3 jam 1-4 tahun 600 ml/3 jam >5 tahun ml/3 jam Dewasa ml/3 jam 2. Mengobati dehidrasi 3. Memberikan ASI atau makanan 4. Memberikan tablet zinc. 5. Mengobati masalah lain 6. Memberikan nasehat kepada orang tua atau pengasuh untuk segera membawa balitanya kepada petugas kesehatan bila tidak membaik dalam 3 hari atau menderita sebagai berikut : 1) Buang air besar cair lebih sering. 2) Muntah berulang-ulang. 3) Rasa haus yang nyata. 4) Makan atau minum sedikit. 5) Demam. 6) Tinja berdarah. (Depkes RI, 2007 : 12-14). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Diare. 1. Sanitasi lingkungan. 2. Faktor Gizi atau Malnutrisi 3. Faktor Pendidikan 4. Perilaku Orang Tua dan Masyarakat. 5. Sosial Ekonomi Keluarga HIPOTESIS Ada hubungan pengetahuan ibu balita tentang hygiene makanan dengan kejadian diare pada balita usia 1-5 Tahun. METODE PENELITIAN Desain penelitian analitik kolerasi. Pendekatan yang di gunakan cross sectional. populasi seluruh ibu yang mempunyai balita usia 1-5 tahun sebanyak 50 orang. Teknik sampling sample random sampling. Sampel sebanyak 44 balita. Instrumen berupa kuesioner closed ended (Pertanyaan tertutup) untuk mengukur pengetahuan. data sekunder kejadian diare pada balita usia 1-5 tahun di peroleh dari polindes. UJI koefisien kontigensi. HASIL PENELITIAN Hasil uji koefisien kontigensi dengan signifikan < 0,05 maka H1 di terima artinya ada hubungan pengetahuan ibu balita tentang hygiene makanan dengan kejadian diare C = P= 0,010. Hasil penelitian dipengaruhi oleh Karakteristik respondent dalam penelitian ini meliputi usia, pendidikan, pekerjaan, jumlah anak, usia anak, penghasilan. Seorang ibu dengan pendidikan kurang pasti akan menghambat pengetahuan yang bernilai positif. Dalam penelitian ini juga di dapatkan ibu yang berusia tahun rata-rata anakya menderita diare di sebabkan masih dalam masa reproduksi dan masih memiliki mobilisasi yang tinggi sehingga jarang memperhatikan hygiene makanan pada anaknya. PEMBAHASAN Tingkat pengetahuan ibu tentang hygiene makanan pada balita usia 1-5 tahun Hasil penelitian dari 44 ibu di dapatkan hampir sebagian dari ibu memiliki pengetahuan kurang tentang hygine makanan yaitu sebesar 21 orang (47,7%) Sedangkan menurut hasil penelitian pengetahuan ibu tentang hygiene makanan yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak hasil di atas terjadi indikasi antara pengetahuan yang kurang dengan kejadian diare, keadaan yang demikian dapat terjadi 4

5 karena beberapa factor yaitu petani dan tidak bekerja di jumlahkan mencapai 89,6 artinya para ibu tani dan para ibu yang tidak bekerja tetap akan berusaha mencari nafkah dan tidak begitu memperhatikan anaknya dalam menjaga Hygiene makanan dengan baik. Sebagian besar ibu berpendidikan SMA, ibu sudah cukup menangkap informasi yang di berikan yang bersifat positif. Seorang ibu dengan pendidikan kurang pasti akan menghambat suatu pengetahuan yang bernilai positif. Seorang ibu dengan pendidikan kurang sangat membutuhkan pengetahuan dari luar missal dari penyuluhan kesehatan. Hasil di ketahui dari 44 ibu sebagian kecil berusia >50 tahun sebanyak 4 Orang (9,1%). Walaupun di katakan usia tidak reproduksi lagi dari seorang ibu memiliki anak tapi ibu memiliki banyak Pengalaman dan pengetahuan dari keluarga atau dari luar. Usia juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Keadaan yang mempengaruhi seorang ibu yang berpengetahiuan baik dalam penelitian ada salah satu yang berusia >50 tahun. Dengan usia yang tidak reproduksi ibu mungkin lebih banyak memiliki waktu dalam memperoleh informasi tentang pengetahuan Hygiene makanan dengan kejadian diare pada balita usia 1-5 tahun. Dalam penelitian ini juga di dapatkan ibu yang berusia tahun rata-rata anakya menderita diare di sebabkan masih dalam masa reproduksi dan masih memiliki mobilisasi yang tinggi sehingga jarang memperhatikan hygiene makanan pada anaknya. Hasil penelitian di ketahui bahwa dari 44 ibu lebih dari sebagian bekerja sebagai petani sebanyak 23 orang ( 52,3 %). Jika di lihat dari sisi geografis daerah di sekitar desa merupakan daerah persawahan yang subur sehingga banyak ibu bekerja sebagai petani dan banyak waktu yang di lewati di sawah sehingga jarang memantau hygiene makanan pada anaknya. Ibu bekerja sebagai petani di mana waktu yang banyak di gunakan bekerja di sawah sehingga pengetahuannya masih kurang tapi ibu-ibu tetap berusaha untuk memperoleh pengetahuan dengan cara aktif dalam posyandu atau pengarahan yang ada di masyarakat. Keadaan yang demikian juga menambah informasi yang mereka dapatkan khususya tentang hygiene makanan yang baik dan benar. Hasil penelitian bahwa dari 44 ibu lebih dari sebagian sebagian anaknya berusia 3 sampai 5 tahun sebanyak 25 orang (56,5%). Dan yang banyak menderita diare pada penelitian ini adalah usia 1-3 tahun di mana anak usia 1-3 tahun, anak mulai belajar makan sendiri, menunjukan kesenangan mengeluarkan feses dan urine sehingga pengawasan dari orang tua sangat berperan penting dalam menjaga hygiene makanan yang di makan oleh anak. Hasil penelitian bahwa dari 44 ibu sebagian kecil anaknya umur >3 tahun sebanyak 6 orang (13,6%). Hal ini di lakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi sehingga ibu banyak mengulang apa yang pernah di alami oleh anak yang pertama ataupun yang ke dua. Jumlah anak juga mempengaruhi pengetahuan ibu karena pengetahuan juga di pengaruhi oleh pengalaman. Pengalaman seorang ibu yang mempunyai anak pertama, kedua, ketiga dan keempat sangat berbeda. Ibu yang baru mempunyai anak pertama mungkin akan merasa kurang percaya diri dalam menghadapi anaknya, sehingga mereka akan mencari tahu dari orang lain tanpa menimbang baik buruknya, sedangkan seorang ibu yang sudah pernah mempunyai anak mereka akan lebih berhati-hati dalam menerapkan informasi yang di peroleh dari luar dan lebih banyak bertanya dan 5

6 membiasakan mencari informasi yang baru dari perkembangan anaknya. Hasil penelitian di ketahui bahwa dari 44 ibu hamper sebagian berpenghsilan di bawah <Rp sebanyak 20 orang (40,5 %), jika di lihat dari jumlah penghasilan ini masih sangat jauh dari cukup padahal dalam kehidupan sehari-hari pemenuhan kebutuhan dalam rumah tangga harus bisa tercukupi. ibu yang berpenghasilan rendah akan berusaha mencari uang tambahan agar dapat memenuhi kebutuhannya sehari-hari sehingga jarang memperhatikan anaknya dan hygiene makanan yang di makan oleh balita, maka dari itu ibu harus berusaha mencari informasi yang sebanyakbanyaknya dari posyandu atau kegiatan masyarakat lainya. Kejadian Diare Berdasarkan hasil observasi terhadap kejadian diare pada balita usia 1-5 tahun bahwa yang mengalami diare 7 balita (15,9%) dan terdapat 37 balita (84,1 %) yang tidak mengalami diare. Terjadinya diare pada anak karena ketidak pahaman orang tua terhadap penyebab utama terjadinya diare, diare di sebabkan oleh infeksi ( Virus, bakteri, parasit) yang masuk ke dalam saluran pencernaan yang mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorpsi cairan dan elektrolit Diare apabila tidak tertangani dapat berdampak pada terjadinya kekurangan cairan (dehidrasi), gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik) yang secara klinis berupa pernafasan kussmaul, hipoglikemia, gangguan gizi dan gangguan sirkulasi darah yang dapat berupa renjatan hipovolemik. Pengetahuan tentang Hygiene makanan yang kurang benar sangat di anggap remeh ibu, padahal kuman atau mikroba dapat masuk ke tubuh balita melalui makanan yang tidak hygienis dan berkembang dalam saluran pencernaan dan kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus dan mengakibatkan ganguan fungsi usus dan terjadilah diare, seorang ibu hanya mengangap bahwa makanan yang di makan oleh balita semuanya aman. Padahal diare dapat sangat membahayakan jiwa balita, untuk mencegah terjadinya diare dapat d lakukan dengan cara mengunakan air bersih yang cukup, mencuci tangan, mengunakan jamban, membuang tinja bayi dengan benar, memberikan imunisasi lengkap pada saat bayi. Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Tentng Hygiene Makanan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Usia 1-5 Hubungan pengetahuan ibu balita tentng hygiene makanan dengan kejadian diare pada balita usia 1-5 Tahun, dari 21 respondent yang memiliki pengetahuan kurang, dimana 7 (15,9%) balita dari respondent mengalami diare dan 14 (84,1%) balita respondent tidak mengalami diare. Hasil uji analisis koefisien kontigensi pengerahuan ibu tentang hygiene makanan dengan kejadian diare di dapatkan bahawa P value = 0,010 di mana P < 0,05sehingga H1 di terima,jadi terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu balita tentang hygiene makanan dengan kejadian diare pada balita usia 1-5 tahun. Pentingnya hygiene makanan yang di pengaruhi faktor fisik dan personal pengetahuan tentang hygiene makanan merupakan cara terbaik untuk mencegah penyakit diare. Makanan dan minuman yang bersih tergantung pada ibu sebagai pengasuh utama karena patogen diare dapat di temukan dalam tanah, makanan, air, peralatan masak maupun makan serta menempel pada tangan sehingga bahan makanan, peralatan masak dan makan utamanya sampai dengan penyiapan, 6

7 pengolahan dan penyimpanan makanan harus di jaga agar tetap bersih dan aman. Cara menjaga hygiene makanan menurut WHO juga sangat berperan penting dalam mencegah terjadinya diare di antaranya pilih makanan yang di olah demi keamanan karena makanan yang di olah lebih aman di konsumsi dan dapat mengurangi resiko diare. Cuci tangan berulang kali merupakan kegiatan ringgan dan sering kali di anggap tidak penting, tetapi kegiatan ini merupakan cara yang cukup efektif dalam menghilangkan mikroba dan partikel. Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. Rineka Cipta. Soetjiningsih, (2005). ASI : Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta KESIMPULAN DAN SARAN Simpulan Ada hubungan pengetahuan ibu balita tentang hygiene makanan dengan kejadian diare pada balita usia 1-5 Tahun. Saran Petugas kesehatan memberikan penyuluhan pada orang tua ( terutama ibu balita ) yang memiliki anak usia 1-5 tahun tentang hygiene makanan. DAFTAR PUSTAKA Depkes RI. (2008). Memilih makanan Seimbang. Jakarta. Depkes RI Depkes RI. (2007), Asuhan Kesehatan Anak dalam Konteks Keluarga. Jakarta. Pusdiknakes. Handrawan Nadesul, (2005). Makanan Sehat Untuk Bayi. Puspa Swara. Jakarta. Hidayat. A Aziz Alimul. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia. EGC: Jakarta. Notoatmodjo, Soekidjo, (2007). Promosi kesehatan dan ilmu Perilaku, Jakarta. Rineka Cipta. 7