BAB 4 Pembahasan 4.1 Context

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 Pembahasan 4.1 Context"

Transkripsi

1 BAB 4 Pembahasan 4.1 Context Penggunaan Teknologi Informasi pada saat ini memiliki peran yang sangat penting bagi perusahaan dalam membantu proses bisnis terutama dalam menghasilkan informasi yang bermanfaat secara efektif dan efisien. Stasiun televisi adalah salah satu dari banyak bidang perusahaan yang memanfaatkan peran teknologi informasi untuk mendukung proses bisnis perusahaan. Dewasa ini, banyak stasiun televisi di Indonesia yang sudah memanfaatkan perkembangan teknologi informasi terutama dalam menjalankan sistem penyiaran mereka. TVRI salah satunya, walaupun TVRI adalah Lembaga Penyiaran Publik yang bersifat non profit, akan tetapi TVRI tetap ingin berkembang dan bersaing terhadap stasiun TV yang lainnya. Pada awalnya TVRI menggunakan bantuan satelit dalam menyampaikan siaran live dari berbagai stasiun TVRI daerah. Kemudian dengan semakin pentingnya peran teknologi informasi dan ketatnya persaingan antar stasiun televisi, TVRI memilih untuk menggunakan jasa internet sebagai media pengiriman gambar dan suara dalam melakukan sistem penyiaran live dari daerah-daerah yang jauh letaknya dari stasiun pusat TVRI, yang dimana proses ini dikenal sebagai live cross. Pada penerapan teknologi informasi live cross ini, terdapat banyak risiko yang muncul mulai dari proses live cross hingga proses monitoring live cross tersebut. Risiko-risiko yang muncul dapat berupa kesalahan teknis seperti kerusakan pada sistem jaringan yang digunakan dan juga berupa kesalahan non teknis seperti kesalahan staff IT dalam mengkonfigurasi encoder yang digunakan. Risiko tersebut dapat terjadi karena kurangnya kebijakan dalam menjalankan prosedur. Oleh karena itu, perusahaan memerlukan penerapan manajemen risiko agar dapat meminimalisir dampak yang ditimbulkan dari risiko tersebut. Dalam mengumpulkan data-data yang dibutuhkan pada penyusunan skripsi ini, maka kami melakukan wawancara dengan Kepala Seksi Teknologi Informatika dan pihak-pihak terkait dengan prosedur live cross dan proses monitoring dengan upaya agar kami dapat mengetahui risiko-risiko yang telah terjadi sebelumnya. Wawancara ini dilakukan pada ruang monitor IT LPP TVRI PUSAT yang terletak pada Jl. Gerbang Pemuda No.8 Senayan,Jakarta Indonesia. 62

2 Risk Assessment Risk Assessment yang kami lakukan dalam penelitian ini meliputi prosedur pada sistem penyiaran live cross pada LPP TVRI. Berdasarkan ISO 31000:2009 mengenai manajemen risiko TIK, proses Risk Assessment terbagi menjadi tiga bagian yaitu identifikasi risiko, analisa risiko, dan evaluasi risiko. Hasil dari risk assessment berupa daftar risiko, penyebab risiko, dampak risiko, serta informasi sumber risiko. Berikut hasil risk assessment pada sistem live cross dan monitoring live cross LPP TVRI : Risiko Pada Proses Live cross Dalam menjalankan proses Live cross biasanya terdapat berbagai risiko yang menghambat berjalannya Live cross. Berikut risiko risiko tersebut : Bandwith Tidak Terpantau Untuk melakukan Live cross memerlukan pengiriman audio dan video dari masing - masing TVRI daerah ke TVRI pusat. Dari masing - masing TVRI daerah memiliki bandwith yang sama tetapi pada kenyataannya pihak TVRI tidak dapat memantau apakah masing-masing TVRI daerah memiliki bandwith yang sama. Berikut penyebab dari bandwith yang tidak terpantau ialah : a. Belum tersedianya aplikasi untuk memantau bandwith. Dalam melakukan proses Live cross TVRI bekerja sama dengan pihak Telkom. Tetapi semua informasi yang berkaitan dengan pemantauan bandwith belum diajukan ke pihak Telkom. Sehingga TVRI tidak memiliki data - data yang pasti dari bandwith masing - masing daerah. Adapun dampak dari bandwith yang tidak terpantau ialah : a. Kualitas audio dan video menjadi berkurang. Dikarenakan dengan tidak adanya pantauan bandwith dari masing-masing daerah, maka penurunan kualitas dari audio dan video harus dilakukan agar audio dan video tetap dapat terkirim kepusat dan dapat disiarkan secara langsung.

3 Bandwith Masih Shared Dengan Pengiriman Data FTP Selain menggunakan Live cross, TVRI juga menggunakan File Transfer Protocol (FTP) jika ingin melakukan penyiaran seperti sinetron, kartun anak, acara music, dan acara non Live cross lainnya. Dan pada saat pengiriman data File Transfer Protocol (FTP) harus menggunakan bandwith yang sama dengan Live cross. Berikut penyebab dari bandwith masih shared dengan pengiriman data FTP : a. Belum disetujui permohonan dana untuk menambah bandwith. TVRI belum menyetujui anggaran dana yang lebih untuk menunjang kegiatan penyiaran yang berhubungan dengan IT terutama dalam mengembangkan bandwith. Adapun dampak dari Bandwith masih shared dengan pengiriman data FTP : a. Pengiriman dan penerimaan audio dan video yang telah di encoded menjadi terlambat. Dikarenakan bandwith yang masih shared dengan pengiriman audio dan video melalui File Transfer Protocol (FTP), maka terjadi keterlambatan penerimaan data audio dan video yang telah di encoded oleh daerah untuk disiarkan di pusat Terjadinya Penurunan Kualitas Audio & Video Pada Saat Live cross Dalam menjalankan sistem live cross, kualitas audio dan video sangat berperan penting. Karena jika kualitas audio dan video tersebut menurun pada saat live cross maka output dari audio dan video tersebut akan terdapat gangguan seperti tidak sesuainya alur video dengan alur audio pada saat disiarkan. Adapun penyebab dari terjadinya penurunan kualitas audio dan video pada saat live cross : a. Kualitas audio dan video yang tidak memiliki standar. Salah satu kelemahan pada sistem penyiaran live cross ini adalah dimana belum adanya standar yang mengatur kualitas dari audio dan video yang diterima ataupun dikirimkan. Adapun dampak dari terjadinya penurunan kualitas audio dan video pada saat live cross :

4 65 a. Koresponden terhadap stasiun TVRI berkurang. Dengan kurangnya kualitas audio dan video dari sistem penyiaran ini, maka tampilan audio dan video pun menjadi kurang menarik, yang membuat para koresponden menjadi kurang tertarik untuk menyaksikan siaran dari stasiun TVRI Terjadinya Gangguan Masal Koneksi pada Live cross memerlukan jaringan internet, dan jika jaringan terputus maka sudah dipastikan bahwa proses Live cross tidak dapat berjalan. Penyebab terjadinya gangguan masal yaitu : a. Terjadinya gangguan dari pihak Telkom. Salah satu contoh kasus gangguan dari pihak Telkom adalah terputusnya kabel bawah laut yang mengakibatkan pengguna seluruh jasa Telkom tidak dapak mengakses internet. Dampak dari terjadinya gangguan masal : a. Semua kegiatan siaran yang menggunakan internet tidak dapat berjalan. Dikarenakan dari proses live cross daerah harus menggunakan internet untuk mengirim audio dan video ke pusat Terjadinya Gangguan Kelistrikan Listrik mati ada masalah yang sangat umum dan biasa terjadi di Indonesia. Sehingga mengakibatkan seluruh proses penyiaran yang menggunakan Live cross tidak dapat berjalan, karena itu membuat semua komponen komputer yang semuanya merupakan komponen elektrik menjadi mati dan tidak bisa dijalankan. Berikut beberapa penyebab terjadinya gangguan kelistrikan : a. Pihak PLN mengadakan pemadaman listrik bergilir. PLN masih sering melakukan pemadaman listrik bergilir karena satu dan lain hal. Terlebih pemadaman listrik yang lebih sering terjadi di daerah-daerah, yang berdampak kepada stasiun TVRI daerah tidak dapat melakukan kegiatan penyiaran yang disebabkan oleh padamnya listrik

5 66 b. Staff IT yang salah konfigurasi kabel listrik. Konfigurasi kabel listrik. Yang mengakibatkan seringnya terjadi kesalahan teknis pada saat berlangsungnya siaran. Dampak yang terjadi karena gangguan kelistrikan adalah: a. Pemadaman atau kesalahan teknis karyawan yang terjadi berakibat terputusnya live streaming yang biasanya terjadi di daerah dan berdampak pada kegiatan penyiaran yang ada di pusat Kerusakan Komponen Kabel Komponen kabel penting dalam menunjang perangkat keras yang digunakan untuk melakukan sistem live cross. Jika salah satu dari komponen kabel tersebut ada yang rusak maka sistem live cross pun akan mengalami gangguan dari segi audio, video ataupun jaringan. Penyebab kerusakan komponen kabel adalah: a. Gangguan binatang tak dikenal. Ruang monitor tvri kurang memperhatikan terhadap gangguan binatang tak dikenal, sehingga tidak adanya antisipasi terhadap gangguan tersebut. b. kurang adanya perawatan terhadap kabel. Para staff IT kurang memperhatikan dalam perawatan kabel yang berkaitan dengan perangkat keras yang mendukung sistem live cross.seperti terlilitnya kabel,atau kabel yang terlalu terbuka dan tidak perlindungan sama sekali. Dampak kerusakan komponen kabel adalah : a. kualitas audio dan video menurun. Jika komponen kabel yang rusak merupakan komponen dari pengiriman audio dan video, maka kualitas audio dan video saat live cross akan menurun b. perangkat jaringan tidak dapat bekerja secara maksimal. jika komponen kabel yang rusak merupakan komponen dari sistem jaringan, maka jaringan tidak dapat bekerja secara maksimal atau bahkaan bisa terputus total.

6 Risiko Terkait Monitoring Proses monitoring dilakukan untuk memantau aktivitas dari proses live cross pada ruang monitor LPP TVRI pusat. Dalam proses monitoring terdapat risiko yang dapat menghambat proses monitoring. Berikut risiko terkait monitoring, yaitu : Hak Akses Ruang Monitor Tidak Terkelola Dengan Baik Untuk melakukan akses ke ruang monitoring setiap karyawan harus melakukan verifikasi yang berupa fingerprint. Namun pada kenyataan nya kebijakan fingerprint tidak berjalan sesuai dengan harapan, banyak staff non-it yang bebas keluar masuk ruangan. Berikut penyebab dari Hak akses ruang monitor tidak terkelola dengan baik : a. Tidak ada kebijakan yang mengatur dalam mengakses ruang monitor. Tidak adanya peringatan yang tertulis maupun kebijakan yang serius diterapkan di area ruang monitoring. b. Kurang disiplinnya staff IT. Belum ada kesadaran dari staff IT untuk untuk melaksanakan kebijakan dan memanfaatkan fingerprint dengan maksimal. Berikut dampak dari Hak akses ruang monitor tidak terkelola dengan baik : a. Kinerja staff IT menjadi terganggu. Terganggunya kinerja staff IT dikarenakan bebasnya karyawan non IT berlalu lalang di tempat yang seharusnya tidak bisa di akses semua orang. Mengakibatkan staff IT tidak fokus dalam bekerja. b. Tidak terkendalinya ruang monitor. Staff non IT dan tamu bisa bebas keluar masuk ruang monitoring, tanpa ada peringatan atau larangan dari Staff IT. c. Tidak dapat dibedakan antara petugas IT dan petugas non-it. Bebas nya berlalu lalang setiap orang dan kesamaan seragam yang dipakai setiap karyawan membuat ruang monitoring rentan vandalisme.

7 Kurang Terpantaunya Aktivitas Di ruang Monitor Pemantauan dari segi kinerja dan keamanan di ruang monitoring masih kurang. Sehingaa kinerja petugas IT tidak terpantau dan menjadi kurang maksimal. Sedangkan dari segi keamanan ruang monitoring sangat menghawatirkan bila di biarkan. Berikut penyebab dari kurang terpantaunya aktivitas di ruang monitor : a. CCTV yang kurang dipantau dengan baik. Penggunaan CCTV yang sangat tidak maksimal hanya untuk monitoring kinerja staff IT langsung ke atasan, dan CCTV tidak merekam sehingga bila terjadi vandalisme akan sulit mencari buktinya. Berikut dampak dari kurang terpantaunya aktivitas di ruang monitor : a. Kinerja petugas IT tidak terawasi. Karena pengawasan CCTV tidak dimaksimalkan kinerja staff IT menjadi tidak optimal. b. Terjadinya kehilagan asset IT. Minimnya pengawasan dan tidak merekamnya CCTV menyebabkan mudahnya tindak kejahatan terjadi Ruangan Monitor Masih Belum Memenuhi Syarat Banyaknya kekurangan yang menunjang keamanan di ruang monitoring, mengakibatkan banyak ancaman yang sangat fatal. Dan penggabungan ruangan server dan monitoring mengakibatkan ruangan server rentan akan ancaman. Berikut penyebab dari ruangan monitor masih belum memenuhi syarat : a. Ruangan server masih menggunakan ac central. Ac central yang sudah tua bisa mengakibatkan bocornya air yang akan merusak server. b. Posisi penempatan sprinkle yang tidak tepat. Salah satu penempatan alat penanggulangan bencana ini tidak tepat, dan percikan air akan merusak server. c. Tidak tersedia smoke detector. Tidak adanya smoke detector akan berakibat tidak terdeteksinya bencana kebakaran. Dan penanggulangan bencana akan terlambat. Berikut dampak dari ruangan monitor masih belum memenuhi syarat :

8 69 a. Kerusakan pada komponen hardware. Dengan kurangnya perhatian akan penempatan AC, Srinkle dan tidak adanya alat pendeteksi bencana maka hardware akan rentan dari bahaya. b. Overheat. Suhu ruang server yang belum memenuhi standar akan membuat hardware overheat. c. Tidak terdeteksi jika ruang server menimbulkan asap. Asap yang terjadi akibat overheat maupun dari hal lainnya, tidak akan terdeteksi dan mengakibatkan terlambatnya penanggulangan bencana Stasiun Daerah Tidak Memiliki Tim IT Untuk Maintenance Jaringan VPN Daerah Kurangnya tenaga kerja yang mahir dan pelatihan atau training di daerah,mengakibatkan pihak TVRI pusat harus mengeluarkan biaya lebih untuk pengiriman staff IT pusat untuk memantau di daerah. Berikut penyebab Stasiun daerah tidak memiliki tim IT untuk maintenance jaringan vpn daerah : a. Belum tersedianya tenaga kerja ahli untuk ditempatkan di daerah. Tidak adanya tenaga kerja IT atau tenaga ahli di daerah yang ada hanya tugas yang merangkap-rangap dari tenaga kerja di daerah, menimbulkan pengeluaran yang lebih untuk dinas keluar daerah bagi petugas IT di pusat. Berikut dampak Stasiun daerah tidak memiliki tim IT untuk maintenance jaringan vpn daerah : a. Jaringan vpn ke stasiun pusat sering terputus. Banyak kesalahan teknis yang sering terjadi dari pihak daerah, karena kurang pahamnya akan maintenance dan selalu meminta bantuan kepada TVRI pusat Kesalahan Terhadap Konfigurasi Kabel Jaringan Kesalahan teknis sering terjadi dari pihak TVRI daerah, kesalahan konfigurasi kabel jaringan sering terjadi dan bagian pusat harus turun tangan untuk membantu pembetulan konfigurasi.

9 70 Berikut penyebab kesalahan terhadap konfigurasi kabel jaringan : a. Kurang terlatihnya tenaga kerja IT di daerah. Tidak adanya tenaga kerja IT atau tenaga ahli di daerah yang ada hanya perangkapan tugas dari tenaga kerja di daerah. Berikut dampak kesalahan terhadap konfigurasi kabel jaringan : a. Terputusnya jaringan antara pusat dengan daerah. Kesalahan konfigurasi mengakibatkan putusnya koneksi dari pusat ke daerah. Hal ini sering terjadi sehingga pihak pusat harus menghubungi pihak daerah, dan memberi instruksi. b. Terjadinya kegagalan untuk siaran (gagal on air). Kegagalan on air diakibatkan kesalahan teknis dari pihak daerah. Biasanya terjadi kesalahan konfigurasi tata letak kabel Kehadiran Staff IT Pusat dan Daerah Segala kegiatan Penyiaran sangat bergantung kepada kedisiplinan staff IT dalam menjalankan tugas, karena petugas IT harus standby dan mengatur kegiatan Live cross dari daerah berjalan sesuai rundown. Berikut penyebab resiko dari kehadiran Staff IT pusat dan daerah : a. Staff IT yang sedang mendapat mengalami kesehatan. Gangguan kesehatan mengakibatkan ketidak hadiran staff IT yang bertugas saat Live cross. b. Kurangnya kedisiplinan Staff IT terhadap waktu Keterlambatan atau keteledoran dari staff IT yang tidak datang sesuai shift yang ditentukan. Karena acara harus berjalan sesuai rundown. Berikut dampak resiko dari kehadiran Staff IT pusat dan daerah : a. Jadwal siaran live cross berjalan tidak sesuai rundown. Kegagalan live cross mengakibatkan pengalihan dari acara yang seharusnya ke acara yang lain dan mengakibatkan perubahan rundown yang tiba tiba.

10 Terjadi Kesalahan Pada Output Audio dan Video Pada saat ingin mengendalikan output audio dan video pada multiviewer, staff it terkadang melakukan kelalaian seperti contoh hal kesalahan pada saat menekan tombol video yang akan di input. Kejadian tersebut merupakan salah satu hal yang dapat menghambat proses live cross. Berikut penyebab terjadi kesalahan pada output audio dan video : a. Kelalaian staff it dalam melakukan input audio dan video Staff terkadangg tidak secara sadar menekan tombol yang salah pada saat melakukan input audio dan video. Berikut dampak dari kesalahan pada output audio dan video : a. Sistem penyiaran menjadi terganggu Karena jika output dari ruang monitor it LPP TVRI sangat berpengaruh terhadap sistem penyiaran terutama live cross.jika output pada ruang monitor it terjadi kesalahan, maka tampilan pada saat siaran pun juga akan mengalami kesalahan. Tabe 4.1 Identifikasi Risiko No Resiko Penyebab Dampak Risiko Live cross 1. Bandwith tidak - Belum - Kualitas audio terpantau tersedianya dan video aplikasi untuk menjadi memantau berkurang bandwith 2. Bandwith masih - Belum - Pengiriman dan shared dengan disetujui penerimaan pengiriman data FTP permohonan audio dan video dana untuk yang telah di menambah encoded bandwith menjadi terlambat

11 72 3. Terjadinya penurunan kualitas audio & video pada saat live cross - Kualitas audio dan video tidak ada standar - Koresponden terhadap TVRI berkurang 4. Terjadinya gangguan Masal - Adanya gangguan dari pihak Telkom - Sistem live cross menjadi terputus 5. Terjadinya gangguan kelistrikan 6. Kerusakan Komponen kabel - Pihak PLN mengadakan pemadaman listrik bergilir - Staff IT yang salah konfigurasi kabel listrik - Gangguan binatang tak dikenal - Kurang adanya perawatan terhadap kabel - Siaran menjadi putus total - Kualitas audio dan video menjadi menurun - Perangkat jaringan tidak dapat bekerja secara

12 73 maksimal No. Risiko Penyebab Dampak Risiko Monitoring 1. Hak akses ruang - Tidak ada - Kinerja staff IT monitor tidak terkelola kebijakan menjadi dengan baik yang terganggu mengatur - Tidak dalam terkendalinya mengakses ruang monitor ruang monitor - Tidak dapat - Kurang dibedakan disiplinnya antara petugas staff IT. IT dan petugas non-it 2. Kurang terpantaunya - CCTV yang - Kinerja petugas aktivitas di ruang kurang IT tidak monitor dipantau terawasi dengan baik - Terjadinya kehilagan asset IT 3. Ruangan monitor - Ruang - Kerusakan pada masih belum monitor masih komponen memenuhi syarat menggunakan hardware ac central - Overheat - Posisi penempatan - Tidak terdeteksi sprinkle yang jika ruang

13 74 tidak tepat - Tidak tersedia smoke detector server menimbulkan asap 4. Stasiun daerah tidak memiliki tim IT untuk maintenance jaringan vpn daerah - Belum tersedianya tenaga kerja ahli untuk ditempatkan di daerah - Jaringan vpn ke stasiun pusat sering terputus 5. Kesalahan terhadap - Kurang - Terputusnya konfigurasi kabel terlatihnya jaringan antara jaringan tenaga kerja pusat dengan IT di daerah daerah - Terjadinya kegagalan untuk siaran (gagal on air) 6. Kehadiran Staff IT - Staff IT yang - Jadwal siaran pusat dan daerah sedang live cross tidak mendapat berjalan sesuai mengalami rundown kesehatan - Kurangnya kedisiplinan

14 75 Staff IT terhadap waktu 7. Terjadi kesalahan pada Output audio dan video - Kelalaian staff IT dalam melakukan input audio dan video - Sistem penyiaran menjadi terganggu

15 Penggolongan dan Pemeringkatan Risiko Pemeringkatan Risiko (Menggunakan NIST) Dalam menentukan pemeringkatan risiko kami menggunakan panduan table pemeringkatan risiko dari NIST sebagai acuan. Impact Likelihood High Low Medium High - Bandwith - Hak akses masih ruang shared monitor dengan tidak pengiriman terkelola data dengan FTP baik - Kurang terpantaunya aktivitas di ruang monitor

16 77 Medium - Kehadira n staff IT pusat dan daerah - Bandwith tidak terpantau - Stasiun daerah tidak memiliki tim IT untuk maintenenance jaringan VPN daerah - Kesalahan terhadap konfigurasi kabel jaringan - Terjadinya penurunan kualitas audio dan video saat live cross

17 78 Low - Kerusakan Komponen kabel - Terjadi kesalahan pada Output audio dan video - Ruangan monitor masih belum memenuhi standart - Terjadinya gangguan masal - Terjadinya gangguan kelistrikan Low Medium High Impact Skala Risiko Dalam menentukan skala risiko kami menggunakan panduan table skala risiko dari NIST sebagai acuan. Tabel 4.2 Skala Risiko Risk Likelihood Impact Risk Scale Hak akses ruang monitor tidak terkelola dengan baik. High High 1 x 100 = 100 (High) Kurang terpantaunya aktivitas di High High 1 x 100 = 100 (High)

18 79 ruang monitor Ruangan monitor masih belum memenuhi syarat Low High 0,1 x 100 = 10 (Low) Stasiun daerah tidak memiliki tim IT untuk maintenance jaringan vpn daerah Kesalahan terhadap konfigurasi kabel jaringan Medium Medium 0,5 x 50 = 25 (Medium) Medium Medium 0,5 x 50 = 25 (Medium) Kehadiran Staff IT pusat dan daerah Medium Low 0,5 x 10 = 5 (Low) Bandwith tidak terpantau Medium Low 0,5 x 10 = 5 (Low) Bandwith masih shared dengan pengiriman data FTP High Low 1 x 10 = 10 (Low) Terjadinya penurunan Medium Medium 0,5 x 50 = 25 (Medium)

19 80 kualitas audio & video pada saat live cross Terjadinya gangguan Masal Terjadinya gangguan kelistrikan Kerusakan Komponen kabel High Low 1 x 10 = 10 (Low) High Low 1 x 10 = 10 (Low) Low High 0,1 x 50 = 5 (low) Terjadi kesalahan Output dan video pada audio Low High 0,1 x 50 = 5 (low) Jumlah Risiko Tabel 4.3 Jumlah Risiko Risk Scale Risk Level Jumlah 1 10 Low Medium High 2 Setelah kami melakukan penggolongan dan skala risiko, kami menemukan 8 risiko yang terdapat pada level low, 3 risiko terdapat pada level medium dan 2 risiko terdapat pada level high. Dalam risiko yang mempunyai level low, sistem dapat menentukan apakah tindakan perbaikan masih diperlukan atau menerima risiko tersebut terjadi. Lalu dalam level medium harus dibutuhkan tindakan dan perencanaan yang mendukung tindakan tersebut harus disiapkan dalam waktu yang ditentukan. Sedangkan dalam level high dibutuhkan tindakan untuk menyiapkan langkah-langkah

20 81 perbaikan. Sistem yang ada dapat terus beroprasi, tetapi perencanaan untuk melakukan perbaikan harus dilaksanakan secepat mungkin. 4.4 Penggolongan Risiko dengan CIA (Confidentiality, Integrity, Availability) Tabel 4.4 CIA (Confidentiality, Integrity, Availability) No. Risiko C I A Alasan Risiko Live cross a. Bandwith tidak terpantau Karena bandwith tidak terpantau, maka kualitas audio dan video menjadi berkurang b. Bandwith masih shared dengan pengiriman data FTP Bandwith yang masih shared dengan FTP mengakibatkan encoder terlambat mengirim data c. Terjadinya penurunan kualitas audio & video pada saat live cross Karena kualitas audio dan video menurun, sehingga koresponden akan berkurang d. Terjadinya gangguan Masal Gangguan dari pihak Telkom mengakibatkan putusnya jaringan internet, sehingga semua penyiaran menjadi terputus e. Terjadinya gangguan kelistrikan f. Kerusakan Komponen kabel Gangguan dari pilhak PLN mengakibatkan listrik padam, yang berdampak terputusnya seluruh bentuk siaran. Karena kerusakan dari kabel, mengakibatkan pengiriman kualitas audio dan video

21 82 menjadi patah-patah NO Risiko C I A Alasan Risiko Monitoring a. Hak akses ruang monitor tidak terkelola dengan baik. Karena jika hak akses ruang monitor tidak terkelola maka akan banyak risiko yang akan terjadi b. Kurang terpantaunya aktivitas di ruang monitor Karena jika tidak ada pantauan diruang monitor, maka tidak ada bukti apabila risiko terjadi c. Ruangan monitor masih belum memenuhi syarat d. Stasiun daerah tidak memiliki tim IT untuk maintenance jaringan vpn daerah e. Kesalahan terhadap konfigurasi kabel jaringan f. Kehadiran Staff IT pusat dan Ruang monitor yang tidak sesuai standart maka ruang server akan rentan kerusakan Jika tidak tersedia tim IT didaerah, maka akan menghambat kinerja tim IT pusat Kurang terlatihnya tenaga kerja IT di daerah mengakibatkan terputusnya jaringan sehingga gagal siaran Jika staff IT berhalangan hadir maka akan

22 83 daerah g. Terjadi kesalahan pada Output audio dan video memperlambat proses penyiaran Kelalaian Staff IT dalam menginput audio dan video mengakibatkan kesalahan terjadinya siaran dalam rentan waktu tersebut 4.5 Pengendalian Berjalan Pengendalian Terkait Dengan Live cross 1. Staff IT harus tiba 30 menit lebih awal Manager seksi IT LPP TVRI menerapkan prosedur yang mengharuskan bahwa setiap staff it yang bertugas untuk tiba di ruang monitor 30 menit lebih awal dari jam shift seharusnya. Hal ini dilakukan agar staff it dapat mempelajari rundown live cross terlebih dahulu sehingga staff it mengetahui daerah mana saja yang akan live cross dan dapat menyiapkan segala sesuatunya dengan baik. 2. Mengecek jaringan dari daerah yang akan live cross Setiap staff it yang bertugas harus memastikan bahwa jaringan di tiap stasiun daerah yang akan melakukan live cross sesuai dengan rundown yang ada sudah dalam kondisi aktif dengan melihat aplikasi yang tersedia yang bernama TVRI ENM. Untuk mengetahui kondisi jaringan dari stasiun di tiap daerah pada aplikasi TVRI ENM, tiap daerah diberikan bentuk symbol dan juga diberikan warna didalam symbol tersebut yang mengartikan bahwa : - Jika warna didalam symbol penuh abu-abu menandakan bahwa jaringan didaerah tersebut sedang mati total dan tidak dapat melakukan live cross. - Jika warna didalam symbol hanya 1/4 yang hidup dan 3/4 lainnya masih abu-abu, menandakan bahwa hanya jaringan WAN yang aktif. Tetapi kondisi router dan encoder masih dalam posisi off. Dimana

23 84 dengan kondisi seperti ini stasiun pusat tidak dapat menerima live cross dari stasiun daerah. - Jika warna didalam symbol 3/4 yang aktif mengartikan bahwa jaringan WAN aktif, router aktif, akan tetapi kondisi encoder di stasiun daerah masih dalam posisi off. Sehingga audio dan video tidak dapat diterima oleh stasiun pusat. - Jika warna didalam symbol aktif penuh mengartikan bahwa seluruh jaringan WAN, router, dan encoder sudah dalam kondisi aktif secara keseluruhan. Sehingga stasiun daerah dapat mengirim audio dan video ke stasiun pusat dan melakukan live cross berita secara normal. 3. Mengecek kualitas audio dan video Setiap staff IT harus mengecek terlebih dahulu kualitas dari audio dan video yang dikirimkan oleh stasiun daerah dengan tujuan agar audio dan video tersebut layak untuk disiarkan dan ditampilkan oleh bagian penyiaran. 4. Melakukan koordinasi ke tiap daerah yang akan melakukan live cross Pengendalian ini dimaksudkan agar setiap staff IT pada stasiun daerah sudah standby untuk mengirim audio dan video untuk live berita. Koordinasi ini dilakukan oleh pihak staff IT pada stasiun pusat dengan menggunakan IP Phone PABX yaitu merupakan panggilan telepon ke pihak stasiun daerah yang menggunakan jaringan VPN. 5. Melakukan restart encoder dan decoder Restart encoder dan decoder yang dilakukan secara bersamaan oleh staff IT di stasiun pusat dan staff IT di stasiun daerah ini merupakan upaya untuk menormalkan kembali jika data audio dan video yang dikirim blank atau audio dan video yang dikirim terputus-putus. 6. Mengubah rate status pada encoder Jika setelah melakukan restart encoder dan decoder ternyata live cross masih terdapat kendala, maka staff IT dapat merubah rate status pada encoder dengan menurunkan kapasitas rate-nya agar data audio dan video yang dikirim dapat normal kembali. Batas untuk menurunkan kapasitas rate-nya adalah sampai dengan 1,5 Mbps.

24 85 7. Mengecek jaringan VPN-IP ke pihak Telkom Pengendalian ini merupakan cara terakhir jika proses live cross masih mengalami gangguan terhadap pengiriman data audio dan video yang dilakukan oleh pihak staff IT stasiun pusat dengan mengecek jalur VPN-IP Telkom dengan melakukan ping ke jaringan Telkom. Dengan pengendalian ini, maka pihak staff IT dapat menginformasikan ke pihak Telkom kendala yang terjadi terhadap pengiriman audio dan video pada proses live cross dan meminta pihak Telkom untuk memperbaiki jaringan agar pengiriman data audio dan video kembali normal. 8. Membuat laporan aktivitas live cross Pembuatan laporan dari aktivitas live cross ini dimaksudkan untuk pihak manajemen yang terkait dan bertanggung jawab terhadap kegiatan live cross tersebut dengan tujuan agar dapat mengetahui gangguan apa dan masalah apa yang sering terjadi dari masing-masing daerah dalam melakukan live cross berita ke stasiun pusat. Laporan aktivitas live cross dibuat oleh pihak staff IT yang bertugas mengelola rundown live cross dengan menggunakan aplikasi yang sudah disediakan yaitu Streaming Activity v Pengendalian Terkait Dengan Monitoring Live cross a. Verifikasi akses ruang monitor Pihak Seksi IT LPP TVRI menerapkan prosedur untuk setiap staff IT harus melakukan Fingerprint dalam mengakses ruang monitor Live cross. Hal ini dilakukan sebagai bentuk pengendalian agar tidak ada pihak lain yang tidak memiliki kepentingan secara bebas mengakses ruang monitor yang dapat mengakibatkan hilangnya informasi atau aset penting yang ada didalam ruang monitor tersebut. Pengendalian ini pun juga dilakukan karena ruang monitor pada LPP TVRI masih berada pada tempat yang sama dengan ruang server dimana banyak terdapat informasi dan data penting milik LPP TVRI didalamnya. b. Memasang CCTV Pengendalian ini dimaksudkan agar setiap staff IT lebih disiplin dalam memonitoring proses live cross juga dalam menjaga serta memelihara fasilitas dan aset penting yang ada didalam ruang monitoring

25 86 tersebut. CCTV akan dicek setiap minggunya untuk mengetahui apakah terdapat pelanggaran yang terjadi didalam ruang monitoring tersebut dan juga melacak jika terjadinya suatu kejadian yang tidak diduga sebelumnya seperti hilangnya aset IT atau informasi penting milik LPP TVRI.

LAMPIRAN 1 HASIL WAWANCARA / INTERVIEW PROSES LIVE CROSS. Responden : Bpk. Hilman Pradana. Jabatan : Koordinator Divisi Software

LAMPIRAN 1 HASIL WAWANCARA / INTERVIEW PROSES LIVE CROSS. Responden : Bpk. Hilman Pradana. Jabatan : Koordinator Divisi Software LAMPIRAN 1 HASIL WAWANCARA / INTERVIEW PROSES LIVE CROSS Responden : Bpk. Hilman Pradana Jabatan : Koordinator Divisi Software Tempat dan Tanggal : Ruang Monitoring, 19 November 2013 Q1 : Apa itu live

Lebih terperinci

BAB 3 Gambaran Umum LPP TVRI

BAB 3 Gambaran Umum LPP TVRI BAB 3 Gambaran Umum LPP TVRI 3.1 Sejarah dan Perkembangan LPP TVRI Televisi Republik Indonesia (TVRI) adalah stasiun televisi pertama di Indonesia, yang mengudara pada tanggal 24 Agustus 1962. Siaran perdananya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi informasi dalam menjalankan bisnis mereka. Perusahaan sekecil apapun pasti

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi informasi dalam menjalankan bisnis mereka. Perusahaan sekecil apapun pasti BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada jaman sekarang ini, setiap perusahaan yang ada pasti membutuhkan teknologi informasi dalam menjalankan bisnis mereka. Perusahaan sekecil apapun pasti tidak lepas

Lebih terperinci

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : M.HH-01.TI.05.02 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PUSAT DATA DAN RUANG SERVER DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Sriwijaya

BAB I PENDAHULUAN. Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan zaman yang terus berkembang yang diiringi dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang meningkat dengan pesatnya membuat segala kebutuhan di dunia

Lebih terperinci

PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENGAMANAN FISIK RUANG SERVER BERDASARKAN ISO 27001:2005 (Studi Kasus : Fakultas Teknik Universitas Pasundan)

PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENGAMANAN FISIK RUANG SERVER BERDASARKAN ISO 27001:2005 (Studi Kasus : Fakultas Teknik Universitas Pasundan) PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENGAMANAN FISIK RUANG SERVER BERDASARKAN ISO 27001:2005 (Studi Kasus : Fakultas Teknik Universitas Pasundan) TUGAS AKHIR Disusun sebagai salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil pengujian. Tujuan dari pengujian ini untuk mengetahui sejauh mana kinerja hasil perancangan yang

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI MONITORING IP KAMERA MENGGUNAKAN PROTOKOL RTSP PADA MOBILE PHONE

ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI MONITORING IP KAMERA MENGGUNAKAN PROTOKOL RTSP PADA MOBILE PHONE ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI MONITORING IP KAMERA MENGGUNAKAN PROTOKOL RTSP PADA MOBILE PHONE PENDAHULUAN Keamanan pada saat ini menjadi hal yang penting. Berbagai cara dilakukan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Metropolitan Area Network(MAN) dengan memanfaatkan radio wireless. Banyak

BAB IV PEMBAHASAN. Metropolitan Area Network(MAN) dengan memanfaatkan radio wireless. Banyak BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Identifikasi Masalah Jaringan Dinas Komunikasi dan Informatika Surabaya menggunakan Metropolitan Area Network(MAN) dengan memanfaatkan radio wireless. Banyak kendala dalam jaringan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI 4.1 Latar Belakang Pembahasan Dalam pengukuran risiko yang dilakukan pada PT National Label, kami telah mengumpulkan dan mengolah data berdasarkan kuisioner

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terkait Dari topik yang akan penulis ambil untuk penelitian ini, penulis mencari beberapa penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan untuk dijadikan referensi. Diharapkan

Lebih terperinci

Lampiran Checklist Pengendalian Manajemen Operasional. 1 Apakah terhadap seluruh operasi komputer. telah dilakukan penjadwalan sehingga dapat

Lampiran Checklist Pengendalian Manajemen Operasional. 1 Apakah terhadap seluruh operasi komputer. telah dilakukan penjadwalan sehingga dapat L1 Lampiran Checklist Pengendalian Manajemen Operasional No. Pertanyaan Y T Keterangan 1 Apakah terhadap seluruh operasi komputer telah dilakukan penjadwalan sehingga dapat diselesaikan tepat waktu dan

Lebih terperinci

BAB III PENANGANAN KOMPLAIN DI PT PLN (PERSERO) RAYON GOMBONG Analisis Penanganan Komplain di PT PLN (Persero) Rayon Gombong

BAB III PENANGANAN KOMPLAIN DI PT PLN (PERSERO) RAYON GOMBONG Analisis Penanganan Komplain di PT PLN (Persero) Rayon Gombong BAB III PENANGANAN KOMPLAIN DI PT PLN (PERSERO) RAYON GOMBONG 3.1. Analisis Penanganan Komplain di PT PLN (Persero) Rayon Gombong Pengumpulan data mengenai upaya penanganan komplain PT. PLN Rayon Gombong

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang, identifikasi masalah, tujuan tugas akhir, lingkup tugas akhir, metodologi tugas akhir dan sistematika penulisan tugas akhir. 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dijelaskan mengenai bagaimana perancangan fire alarm sistem yang dapat ditampilkan di web server dengan koneksi Wifi melalui IP Address. Perancangan alat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radio Republik Indonesia adalah suatu studio siaran yang

BAB I PENDAHULUAN. Radio Republik Indonesia adalah suatu studio siaran yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radio Republik Indonesia adalah suatu studio siaran yang menyelenggarakan penyiaran informasi maupun hiburan berupa musik, sandiwara dan sebagainya yang dikemas dalam

Lebih terperinci

BAB 4 AUDIT SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN PADA PT BRAHMANA. yang terdapat pada PT Brahmana.

BAB 4 AUDIT SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN PADA PT BRAHMANA. yang terdapat pada PT Brahmana. 89 BAB 4 AUDIT SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN PADA PT BRAHMANA 4.1 Persiapan dan Perencanaan Audit Pada bab ini dijelaskan mengenai pelaksanaan audit terhadap Sistem Informasi Persediaan. Tujuan audit terhadap

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI. mengumpulkan data dan mengolah data berdasarkan hasil dari wawancara dengan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI. mengumpulkan data dan mengolah data berdasarkan hasil dari wawancara dengan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI 4.1 Latar Belakang Dalam melakukan manajemen risiko pada PT Saga Machie, penulis mengumpulkan data dan mengolah data berdasarkan hasil dari wawancara dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang pasti membutuhkan informasi. Ada banyak cara yang dapat dilakukan orang untuk mendapatkan informasi, salah satu contohnya adalah melalui banyak

Lebih terperinci

TEKNIK AUDIT DATA CENTER DAN DISASTER RECOVERY. Titien S. Sukamto

TEKNIK AUDIT DATA CENTER DAN DISASTER RECOVERY. Titien S. Sukamto TEKNIK AUDIT DATA CENTER DAN DISASTER RECOVERY Titien S. Sukamto AUDIT DATA CENTER DAN DISASTER RECOVERY Audit terhadap fasilitas pengolahan TI, biasanya merujuk pada Data Center, yang merupakan inti dari

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Keamanan Informasi dan Pengelolaan Risiko. LPSE Provinsi Jawa Barat Rakerna LPSE november 2015

Sistem Manajemen Keamanan Informasi dan Pengelolaan Risiko. LPSE Provinsi Jawa Barat Rakerna LPSE november 2015 Sistem Manajemen Keamanan Informasi dan Pengelolaan Risiko LPSE Provinsi Jawa Barat Rakerna LPSE 2015 11 november 2015 Hasil Rakernas LPSE Provinsi 2015 di Banda Aceh Deklarasi Sabang Meningkatkan kesadaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi memberikan perubahan pada masyarakat untuk memperoleh kebutuhan informasi secara cepat dan murah. Pada saat ini jaringan komputer hanya dimanfaatkan

Lebih terperinci

Kalau di liat dari singkatannya MCR itu adalah Master Control Room, MCR itu ada salah satu unit

Kalau di liat dari singkatannya MCR itu adalah Master Control Room, MCR itu ada salah satu unit Key Informant Bapak Dr. Hidayat Muchtar, SE, M.si. (Kepala MCR) Tanggal : Rabu, 05 Agustus 2015 Tempat : Tv Edukasi Apasih pak MCR itu? Kalau di liat dari singkatannya MCR itu adalah Master Control Room,

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Pada dekade akhir-akhir ini, pertumbuhan dari satellite service, perkembangan

BAB 1. PENDAHULUAN. Pada dekade akhir-akhir ini, pertumbuhan dari satellite service, perkembangan BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dekade akhir-akhir ini, pertumbuhan dari satellite service, perkembangan digital cable, inovasi HDTV dan IPTV telah banyak berpengaruh dalam perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keamanan merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan dalam setiap bidang. Fungsi pengawasan termasuk dalam faktor keamanan yang penting. Seiring berkembangnya teknologi,

Lebih terperinci

Lampiran Check List Pengendalian Manajemen Operasional. No. Pertanyaan Y T Keterangan Standart

Lampiran Check List Pengendalian Manajemen Operasional. No. Pertanyaan Y T Keterangan Standart L1 Lampiran Check List Pengendalian Manajemen Operasional No. Pertanyaan Y T Keterangan Standart 1 Apakah terhadap seluruh operasi komputer telah dilakukan penjadwalan sehingga dapat diselesaikan tepat

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Penelitian yang penulis lakukan menggunakan metode analisa berupa

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Penelitian yang penulis lakukan menggunakan metode analisa berupa BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian yang penulis lakukan menggunakan metode analisa berupa pendekatan FRAP (Facilitated Risk Analysis Process) yang merupakan penciptaan Thomas Peltier.

Lebih terperinci

ANALISA RESIKO KEAMANAN INFORMASI (INFORMATION SECURITY). STUDI KASUS: POLIKLINIK XYZ

ANALISA RESIKO KEAMANAN INFORMASI (INFORMATION SECURITY). STUDI KASUS: POLIKLINIK XYZ ANALISA RESIKO KEAMANAN INFORMASI (INFORMATION SECURITY). STUDI KASUS: POLIKLINIK XYZ Dodi Wisaksono Sudiharto Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Informatika, Institut Teknologi Telkom Jl. Telekomunikasi

Lebih terperinci

KRONOLOGI DOKUMEN Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun 2012 DAFTAR ISI

KRONOLOGI DOKUMEN Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun 2012 DAFTAR ISI Halaman 1 dari 1 KRONOLOGI DOKUMEN Tanggal Revisi Ke Keterangan (Tuliskan sub-bab & perihal yang diubah serta alasan perubahan) 14-10-2011 0 Penentuan baru 25-11-2013 1 Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun

Lebih terperinci

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 42 / PER / M.KOMINFO / 10 / 2009 TENTANG TATA CARA MEMPEROLEH IZIN BAGI LEMBAGA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebelumnya yang berhubungan dengan VPN. Dengan cara tersebut peneliti dapat

BAB III METODE PENELITIAN. sebelumnya yang berhubungan dengan VPN. Dengan cara tersebut peneliti dapat BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah studi kepustakaan, percobaan dan analisis. 3.1.1. Studi Kepustakaan Studi literatur dalam

Lebih terperinci

12. PERKEMBANGAN / KEMAJUAN

12. PERKEMBANGAN / KEMAJUAN 12. PERKEMBANGAN / KEMAJUAN Untuk mengkoordinasi pemrosesan yang sedang berjalan di seluruh area produksi Manajer Operasi Perencanaan dan Pengembangan ( Penjadwal ) Pengontrol Operasi Supervisor Pengembangan

Lebih terperinci

Saya lulusan salah satu SMA di Medan dan kemuadian saya sempat. Sejak kapan Bapak/Ibu menjadi penyiar berita di LPP TVRI Medan.

Saya lulusan salah satu SMA di Medan dan kemuadian saya sempat. Sejak kapan Bapak/Ibu menjadi penyiar berita di LPP TVRI Medan. Informan 1 Nama : Rince Simanjuntak Hari/Tanggal : Senin/ 30 Mei 2011 Wawancara Apakah latar belakang pendidikan anda. Saya lulusan salah satu SMA di Medan dan kemuadian saya sempat melajutkan kuliah di

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Pengumpulan Kebutuhan Penelitian ini tidak membutuhkan banyak alat/ software yang digunakan. Kebutuhan penelitian ini berupa hardware dan software. Hardware yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kamera CCTV (Closed Circuit Television). Perangkat CCTV dapat

BAB I PENDAHULUAN. adalah kamera CCTV (Closed Circuit Television). Perangkat CCTV dapat BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tindak kejahatan yang marak saat ini menuntut diciptakan sesuatu sistem keamanan yang dapat membantu memantau dan mengawasi segala sesuatu yang berharga. Salah satu

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM KEAMANAN MENGGUNAKAN CCTV ANALOG

ANALISIS SISTEM KEAMANAN MENGGUNAKAN CCTV ANALOG ANALISIS SISTEM KEAMANAN MENGGUNAKAN CCTV ANALOG PENDAHULUAN Sistem kamera CCTV analog adalah sistem surveillance yang mengirimkan signal video (gambar yang tertangkap oleh kamera CCTV) menggunakan format

Lebih terperinci

Bab III PEMBAHASAN. Langkah 2 menyiapkan peralatan yang dibutuhkan seperti pada gambar dibawah ini: Gambar 3.1 Konektor RJ-45

Bab III PEMBAHASAN. Langkah 2 menyiapkan peralatan yang dibutuhkan seperti pada gambar dibawah ini: Gambar 3.1 Konektor RJ-45 Bab III PEMBAHASAN 3.1 Pemasangan Jaringan LAN pada Gedung Pemasangan dengan menggunakan kabel : Langkah 1 melakukan survey lapangan, dengan menentukan panjang kabel LAN yang dibutuhkan, serta melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembang dimana suatu tempat tetap aman dan terawasi walaupun

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembang dimana suatu tempat tetap aman dan terawasi walaupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Saat ini teknologi sudah sangat berkembang pesat, demikian juga di Indonesia. Salah satunya teknologi yang semakin berkembang pesat yaitu di bidang pemantauan

Lebih terperinci

Lampiran 8 : Daftar Pertanyaan Wawancara. No Pertanyaan Jawaban

Lampiran 8 : Daftar Pertanyaan Wawancara. No Pertanyaan Jawaban Lampiran 8 : Daftar Pertanyaan Wawancara Pengendalian Operasional No Pertanyaan Jawaban 1. Apakah pemisahan tugas / Ya penempatan karyawan telah sesuai dengan fungsi dan bidang nya? 2. Evaluasi terhadap

Lebih terperinci

TUGAS KEAMANAN JARINGAN VPN DI LINUX

TUGAS KEAMANAN JARINGAN VPN DI LINUX TUGAS KEAMANAN JARINGAN VPN DI LINUX Disusun Oleh : NURFAN HERDYANSYAH ( 09.18.055 ) JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA S-1 FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 2012 VPN di LINUX VPN

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Pada bab ini akan dilakukan analisis sistem penggajian pada PT. Sistemaju Mandiri Prakarsa dengan tujuan untuk meneliti dan mempelajari sistem penggajian yang sedang diterapkan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) A-228

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) A-228 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-228 Evaluasi Keamanan Informasi Pada Divisi Network of Broadband PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. Dengan Menggunakan Indeks

Lebih terperinci

BAB 4. Perancangan dan Implementasi

BAB 4. Perancangan dan Implementasi BAB 4 Perancangan dan Implementasi 4.1 Perancangan Sistem Sistem pemantau ini dirancang dengan menggunakan 23 kamera yang akan dibagi menjadi tiga bagian kamera P dengan 9 kamera, kamera RL dengan total

Lebih terperinci

Manajemen Resiko Nia Saurina 811

Manajemen Resiko Nia Saurina 811 E-Government, yang di implementasikan dalam Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA), adalah salah satu upaya dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi secara cepat, tepat, lengkap, akurat dan terpadu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini merupakan pendahuluan yang membahas seluruh materi yang

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini merupakan pendahuluan yang membahas seluruh materi yang BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan yang membahas seluruh materi yang berkaitan dengan judul project work yang disajikan yaitu : latar belakang, permasalahan, batasan masalah, tujuan, serta

Lebih terperinci

Langkah langkah FRAP. Daftar Risiko. Risk

Langkah langkah FRAP. Daftar Risiko. Risk L1 Langkah langkah FRAP Daftar Risiko Risk Risiko Tipe Prioritas Awal # 1 Kerusakan Database dikarenakan kegagalan INT B hardware 2 Staff internal sengaja memodifikasi data untuk INT C keuntungan kelompok

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI. Sebagaimana individu, perusahaan, dan ekonomi semakin bergantung pada sistem

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI. Sebagaimana individu, perusahaan, dan ekonomi semakin bergantung pada sistem BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI 4.1 Latar Belakang Pembahasan Sebagaimana individu, perusahaan, dan ekonomi semakin bergantung pada sistem IT dan internet, maka risiko dalam sistem-sistem

Lebih terperinci

TUGAS MANAJEMEN JARINGAN

TUGAS MANAJEMEN JARINGAN TUGAS MANAJEMEN JARINGAN Nama : Nur Rahma Dela NIM : 09011181320008 JURUSAN SISTEM KOMPUTER FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS SRIWIJAYA Analisis Jaringan A. FCAPS Manajemen jaringan mengacu pada pelaksanaan(operation),

Lebih terperinci

Gambar berikut merupakan aplikasi yang dibuat untuk mengontrol sebuah mobile. robot sederhana. Pada Tugas Akhir ini, aplikasi tersebut diberi MoBot

Gambar berikut merupakan aplikasi yang dibuat untuk mengontrol sebuah mobile. robot sederhana. Pada Tugas Akhir ini, aplikasi tersebut diberi MoBot BAB IV IMPLEMENTASI SISTEM TELEOPERASI 4.1 Pengontrol Robot Gambar berikut merupakan aplikasi yang dibuat untuk mengontrol sebuah mobile robot sederhana. Pada Tugas Akhir ini, aplikasi tersebut diberi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau melihat siaran di televisi tentang musibah kebakaran yang terjadi baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. atau melihat siaran di televisi tentang musibah kebakaran yang terjadi baik dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kebakaran merupakan salah satu musibah yang paling sering terjadi baik di beberapa kota besar maupun di pedesaan. Hampir setiap hari kita membaca di koran atau melihat

Lebih terperinci

BAB IV INSTALASI SISTEM DETEKSI KEBAKARAN

BAB IV INSTALASI SISTEM DETEKSI KEBAKARAN BAB IV INSTALASI SISTEM DETEKSI KEBAKARAN 4.1 Uraian Sistem Lokasi sumber kebakaran (alarm zone) ditunjukkan berdasarkan titik lokasinya (letak detector) untuk detektor analog, sedangkan detektor jenis

Lebih terperinci

PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT

PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT 1. TUJUAN Untuk memastikan semua personil PT XXXXXXX bertindak dalam kapasitas masing-masing selama aspek-aspek kritis dari suatu keadaan darurat. 2. RUANG LINGKUP Prosedur

Lebih terperinci

BAB IV METODE KERJA PRAKTEK DAN IMPLEMENTASI KARYA. 4.1 Prosedur Pelaksanaan Kerja Praktek

BAB IV METODE KERJA PRAKTEK DAN IMPLEMENTASI KARYA. 4.1 Prosedur Pelaksanaan Kerja Praktek BAB IV METODE KERJA PRAKTEK DAN IMPLEMENTASI KARYA 4.1 Prosedur Pelaksanaan Kerja Praktek Prosedur dalam pelaksanaan kerja praktek adalah sesuai dengan prosedur pelaksanaan kerja praktek yang ditetapkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun perorangan, dimana dengan informasi kita bisa mengetahui perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun perorangan, dimana dengan informasi kita bisa mengetahui perkembangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada zaman sekarang informasi adalah sesuatu yang penting baik untuk perusahaan maupun perorangan, dimana dengan informasi kita bisa mengetahui perkembangan tekonologi,

Lebih terperinci

Willy Permana Putra, S.T., M.Eng Willy Permana Putra, S.T Jaringan Komputer

Willy Permana Putra, S.T., M.Eng Willy Permana Putra, S.T Jaringan Komputer Willy Permana Putra, S.T., M.Eng Willy Permana Putra, S.T., M.Eng Jaringan Komputer Jaringan Komputer Jaringan Komputer atau biasa dikenal dengan Local Area Network (LAN) adalah hubungan antara 2 komputer

Lebih terperinci

2. Layanan-layanan LS ICSM Indonesia akan memberikan layanan-layanan sebagai berikut:

2. Layanan-layanan LS ICSM Indonesia akan memberikan layanan-layanan sebagai berikut: 1. Perjanjian Perjanjian ini dibuat pada tanggal ditandatangani, antara pihak (1) LS ICSM Indonesia sebagai lembaga sertifikasi, beralamat di Jalan Raya Lenteng Agung No. 11B, Jakarta Selatan 12610 dan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN EVALUASI. Kuesioner yang dibuat mencakup 15 bagian dari IT Risk Management yang. 6. Rencana Kontingensi/Pemulihan Bencana

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN EVALUASI. Kuesioner yang dibuat mencakup 15 bagian dari IT Risk Management yang. 6. Rencana Kontingensi/Pemulihan Bencana BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN EVALUASI 4.1 Temuan dan Rekomendasi Kuesioner yang dibuat mencakup 15 bagian dari IT Risk Management yang terdapat dalam OCTAVE-S yang meliputi : 1. Kesadaran keamanan dan pelatihan

Lebih terperinci

URAIAN TUGAS SATPAM INTERNAL

URAIAN TUGAS SATPAM INTERNAL A. Identitas URAIAN TUGAS SATPAM INTERNAL Nama : Unit Kerja : Satpam B. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab 1. Bertanggung jawab kepada manajemen atas keamanan, ketertiban, rasa aman dan nyaman di rumah sakit

Lebih terperinci

BAB 4. PERANCANGAN Pada bab ini akan menjelaskan tahap perancangan, simulasi dan uji coba pertama bagaimana fitur Hot Standby Router Protocol pada router Cisco dalam menjaga avaibility jaringan komputer

Lebih terperinci

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO KLINIS

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO KLINIS PANDUAN MANAJEMEN RESIKO KLINIS Nomor : Revisi Ke : Berlaku Tgl: Ditetapkan Kepala UPT Puskesmas Cibaliung M. AMSOR, SKM NIP.11987031 1008 PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Telkom University tepatnya di Fakultas Ilmu Terapan mahasiswa yang melakukan aktifitas dalam kampus seperti mengerjakan tugas, browsing, kegiatan kampus, dan juga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan teknologi dan informasi, peran video menjadi hal yang sangat penting. Video tidak hanya digunakan untuk berkomunikasi saja, namun dengan jaringan

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI TERHADAP PENGENDALIAN BENGKEL GAC AUTO SERVICE

BAB 4 EVALUASI TERHADAP PENGENDALIAN BENGKEL GAC AUTO SERVICE BAB 4 EVALUASI TERHADAP PENGENDALIAN SISTEM INFORMASI PELAYANAN PADA BENGKEL GAC AUTO SERVICE Pada bab ini akan dibahas mengenai temuan yang didapat setelah melakukan wawancara dan observasi, yang hasilnya

Lebih terperinci

2018, No telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Tr

2018, No telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Tr No.45, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Penyelenggaraan TIK. PERATURAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis Permasalahan Perkembangan teknologi dan informasi yang sangat cepat dan maju, telah membuat teknologi tidak dapat dipungkiri dapat mempermudah pekerjaan dalam

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI SISTEM INFORMASI PADA PT CATRA NUSANTARA BERSAMA. 4.1 Hasil Evaluasi Terhadap Pengendalian Manajemen

BAB 4 EVALUASI SISTEM INFORMASI PADA PT CATRA NUSANTARA BERSAMA. 4.1 Hasil Evaluasi Terhadap Pengendalian Manajemen BAB 4 EVALUASI SISTEM INFORMASI PADA PT CATRA NUSANTARA BERSAMA 4.1 Hasil Evaluasi Terhadap Pengendalian Manajemen 4.1.1 Evaluasi Terhadap Pengendalian Manajemen Operasional Pengendalian manajemen operasional

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI SISTEM INFORMASI PENJUALAN PADA PT. ABC

BAB 4 EVALUASI SISTEM INFORMASI PENJUALAN PADA PT. ABC BAB 4 EVALUASI SISTEM INFORMASI PENJUALAN PADA PT. ABC Pengendalian pada sistem informasi yang ada sangat penting dalam menjalankan kegiatan evaluasi. Penggunaan suatu sistem untuk data yang tidak diolah

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. bidang broker properti semenjak beroperasi lebih dari 15 tahun. Dalam

BAB 4 PEMBAHASAN. bidang broker properti semenjak beroperasi lebih dari 15 tahun. Dalam BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Evaluasi Sistem Informasi PT ERA Griya Selaras merupakan Member Broker dari ERA Graharealty (ERA Indonesia) yang telah menunjukkan kemajuan yang cukup pesat dalam bidang broker properti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebakaran merupakan salah satu peristiwa yang tidak diinginkan dan terkadang tak terkendali. Oleh karena sifatnya yang membahayakan dan mengganggu kehidupan dan penghidupan

Lebih terperinci

Bab 3 Metode Perancangan

Bab 3 Metode Perancangan Bab 3 Metode Perancangan Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode PPDIOO (Prepare, Plan, Design, Implement, Operate, Optimize). Metode ini digunakan untuk merancang suatu jaringan. Metode

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Siklus penggajian merupakan salah satu aktivitas yang terdapat dalam fungsi Sumber Daya Manusia. Pengelolaan penggajian yang dilaksanakan dengan baik di perusahaan dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian Dalam penelitian perancangan dan implementasi radio streaming di LPPI Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini, digunakan beberapa data pendukung sebagai

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Sebuah perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya harus memiliki

BAB 4 PEMBAHASAN. Sebuah perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya harus memiliki BAB 4 PEMBAHASAN Sebuah perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya harus memiliki pengendalian internal yang memadai, terutama pada siklus pendapatannya. Siklus pendapatan terdiri dari kegiatan

Lebih terperinci

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN BAB IV SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Sesuai dengan rumusan masalah pada subbab 1.2 dan hasil analisis pada subbab 3.3, maka simpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut: 1. Peran Sistem Informasi

Lebih terperinci

PERTEMUAN 8 PENGAMANAN SISTEM INFORMASI BERBASIS KOMPUTER

PERTEMUAN 8 PENGAMANAN SISTEM INFORMASI BERBASIS KOMPUTER PERTEMUAN 8 PENGAMANAN SISTEM INFORMASI BERBASIS KOMPUTER A. TUJUAN PEMBELAJARAN Pada pertemuan ini akan dijelaskan mengenai Pengendalian pengamanan system informasi berbasis computer ini meliputi: pengendalian

Lebih terperinci

STANDARD OPERATING PROCEDURE

STANDARD OPERATING PROCEDURE JUDUL KEAMANAN JARINGAN 01 Agustus KEAMANAN JARINGAN Disiapkan oleh, Diperiksa oleh, Disahkan oleh, Mahmud, S.Kom., M.Kom. Meidyan Permata Putri, M.Kom. Benedictus Effendi, S.T., M.T. Kepala Sekretaris

Lebih terperinci

BAB IV. Audit Operasional Atas Fungsi Pengelolaan Persediaan Barang. Jadi Pada PT Aneka Medium Garment. IV.1. Survei Pendahuluan

BAB IV. Audit Operasional Atas Fungsi Pengelolaan Persediaan Barang. Jadi Pada PT Aneka Medium Garment. IV.1. Survei Pendahuluan BAB IV Audit Operasional Atas Fungsi Pengelolaan Persediaan Barang Jadi Pada PT Aneka Medium Garment IV.1. Survei Pendahuluan Kegiatan awal dalam melakukan audit operasional atas fungsi pengelolaan persediaan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. merupakan rerangka (framework) pembagian tanggung jawab fungsional kepada unitunit

BAB IV PEMBAHASAN. merupakan rerangka (framework) pembagian tanggung jawab fungsional kepada unitunit BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Evaluasi Struktur Organisasi Perusahaan Menurut Mulyadi (2001:165) menyatakan bahwa Struktur organisasi merupakan rerangka (framework) pembagian tanggung jawab fungsional kepada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA 24 BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA Pada bab 3 ini, menjelaskan tentang metode yang digunakan dan proses perancangan karya dalam proses pengolahan editing berita (pasca produksi) di LPP TVRI D.I.

Lebih terperinci

BAB 4 AUDIT SISTEM INFORMASI APLIKASI PENJUALAN KREDIT PADA PT RODAMAS

BAB 4 AUDIT SISTEM INFORMASI APLIKASI PENJUALAN KREDIT PADA PT RODAMAS BAB 4 AUDIT SISTEM INFORMASI APLIKASI PENJUALAN KREDIT PADA PT RODAMAS 4.1 Perencanaan Audit Sebelum melakukan audit terhadap sistem aplikasi penjualan kredit di PT. Rodamas, kami terlebih dahulu membuat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT Pada bab ini, akan dibahas mengenai langkah-langkah pengujian serta hasil yang didapatkan dari uji coba alat monitoring base transceiver station dengan identifikasi password

Lebih terperinci

STUDI KUALITAS VIDEO STREAMING MENGGUNAKAN PERANGKAT NSN FLEXYPACKET RADIO

STUDI KUALITAS VIDEO STREAMING MENGGUNAKAN PERANGKAT NSN FLEXYPACKET RADIO SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 2/Mei STUDI KUALITAS VIDEO STREAMING MENGGUNAKAN PERANGKAT NSN FLEXYPACKET RADIO Auliya Fadly [1], Arman Sani [2] Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PRIBADI SILAKAN BACA PERSYARATAN PENGGUNAAN INI (-"KETENTUAN") dengan HATI-HATI SEBELUM MENGGUNAKAN DAN/ATAU BROWSING SITUS WEB INI (SITUS "INI"). Istilah-istilah ini menjelaskan dan menubuhkan

Lebih terperinci

Bab 5: Lapisan Transport

Bab 5: Lapisan Transport Bab 5: Lapisan Transport Jaringan Komputer Heribertus Yulianton 2013 Cisco and/or its affiliates. All rights reserved. Cisco Public 1 Kerangka Bab 1 Protokol Lapisan Transport 2 TCP dan UDP 2013 Cisco

Lebih terperinci

BAB 3. ANALISA SISTEM 3.1. Tinjauan Perusahaan PT X didirikan pada tahun 2007, yang dipimpin oleh campuran unik dari pemikiran strategis, keahlian, dan tim manajemen yang berpengalaman luas dengan rata-rata

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 26 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penyajian dan Analisis Data 1. Unsur-Unsur Pengendalian Internal Persediaan Barang Dagang a. Lingkungan Pengendalian Lingkungan pengendalian internal pada PT.

Lebih terperinci

Muhlis Tahir PTIK A 09 UNM

Muhlis Tahir PTIK A 09 UNM Muhlis Tahir PTIK A 09 UNM BAB 4 Manajemen proyek Pengorganisasian, perencanaan dan penjadwalan proyek perangkat lunak Tujuan Untuk memperkenalkan perangkat lunak manajemen proyek dan menggambarkan karakteristik

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN KEGIATAN PELIPUTAN LEMBAGA PENYIARAN ASING

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN KEGIATAN PELIPUTAN LEMBAGA PENYIARAN ASING PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN KEGIATAN PELIPUTAN LEMBAGA PENYIARAN ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk

Lebih terperinci

PEMBUATAN DISASTER RECOVERY PLAN (DRP) BERDASARKAN ISO/IEC 24762: 2008 DI ITS SURABAYA (STUDI KASUS DI PUSAT DATA DAN JARINGAN BTSI)

PEMBUATAN DISASTER RECOVERY PLAN (DRP) BERDASARKAN ISO/IEC 24762: 2008 DI ITS SURABAYA (STUDI KASUS DI PUSAT DATA DAN JARINGAN BTSI) PEMBUATAN DISASTER RECOVERY PLAN (DRP) BERDASARKAN ISO/IEC 24762: 2008 DI ITS SURABAYA (STUDI KASUS DI PUSAT DATA DAN JARINGAN BTSI) Julia Carolina Daud OUTLINE BAB I PENDAHULUAN BAB II DASAR TEORI BAB

Lebih terperinci

Modul ke: Direktorat Teknik. Fakultas FIKOM. Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting.

Modul ke: Direktorat Teknik. Fakultas FIKOM. Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting. Modul ke: Direktorat Teknik Fakultas FIKOM Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting www.mercubuana.ac.id Departemen On Air Penyiaran On Air Broadcast atau Master Control Room stasiun televisi atau

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN ASSESSMENT SECARA ONLINE (Assessment and Test Online Module)

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN ASSESSMENT SECARA ONLINE (Assessment and Test Online Module) Lampiran Surat Dirjen Perbendaharaan Nomor : S- 212 /PB.1/UP.10/2009 Tanggal : 10 Maret 2009 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN ASSESSMENT SECARA ONLINE (Assessment and Test Online Module) 1. Pendahuluan a. Peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, pemerintahan, dan lain-lain. Di Indonesia penggunaan internet saat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, pemerintahan, dan lain-lain. Di Indonesia penggunaan internet saat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Internet saat ini sudah menjadi trend kebutuhan, mulai dari dunia bisnis, pendidikan, pemerintahan, dan lain-lain. Di Indonesia penggunaan internet saat ini di dominasi

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM SISTEM INFORMASI YANG SEDANG BERJALAN. Keberadaan Departemen Komunikasi dan Informatika (DepKementrian

BAB 3 GAMBARAN UMUM SISTEM INFORMASI YANG SEDANG BERJALAN. Keberadaan Departemen Komunikasi dan Informatika (DepKementrian BAB 3 GAMBARAN UMUM SISTEM INFORMASI YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Gambaran umum organisasi Gambaran organisasi mengenai latar belakang, visi dan misi, yang diperoleh pada saat wawancara tanggal 07 November

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Jawa Tengah dan D.I.Y. dengan Framework CobiT menggunakan Domain ke

BAB V PENUTUP. Jawa Tengah dan D.I.Y. dengan Framework CobiT menggunakan Domain ke BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Evaluasi yang telah peneliti lakukan atas Sistem Informasi Akuntansi Siklus Pembelian Material pada PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah dan D.I.Y. dengan Framework CobiT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab 1 ini akan menjelaskan latar belakang, rumusan masalah, apa yang menjadi tujuan dari penulis dan juga batasan batasan masalah dalam pembuatan penelitian, sumber data juga sistematika

Lebih terperinci

Pengendalian Sistem Informasi Berdasarkan Komputer

Pengendalian Sistem Informasi Berdasarkan Komputer Pengendalian Sistem Informasi Berdasarkan Komputer Oleh: Wahyu Nurjaya WK, S.T., M.Kom. Empat Prinsip Keandalan Sistem 1. Ketersediaan. Sistem tersebut tersedia untuk dioperasikan ketika dibutuhkan. 2.

Lebih terperinci

Tutorial Membangun Radio Streaming Arie Widodo

Tutorial Membangun Radio Streaming Arie Widodo Tutorial Membangun Radio Streaming Arie Widodo (arie.widodo@icloud.com) A. Pendahuluan Siaran radio sampai saat ini masih digemari. Orang dapat mendengarkan banyak acara menarik di radio, lalu pesawatnya

Lebih terperinci

MITIGASI RISIKO KEAMANAN SISTEM INFORMASI

MITIGASI RISIKO KEAMANAN SISTEM INFORMASI MITIGASI RISIKO KEAMANAN SISTEM INFORMASI Pengertian Risiko Sesuatu yang buruk (tidak diinginkan), baik yang sudah diperhitungkan maupun yang belum diperhitungkan, yang merupakan suatu akibat dari suatu

Lebih terperinci

Demikian kami sampaikan perkenalan ini. Atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.

Demikian kami sampaikan perkenalan ini. Atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih. Kepada Yth. Bapak/Ibu Manager Purchassing/Engineering Di Tempat Perihal : Proposal Security Sytem CCTV IP Camera Arecont Dengan hormat, Perusahaan kami bergerak di spesialis produk security system, dengan

Lebih terperinci

TENTANG KEBIJAKAN TEKNOLOGI INFORMASI DI UNIVERSITAS INDONESIA REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA

TENTANG KEBIJAKAN TEKNOLOGI INFORMASI DI UNIVERSITAS INDONESIA REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA Nomor: 585B/SK/R/UI/2006 TENTANG KEBIJAKAN TEKNOLOGI INFORMASI DI UNIVERSITAS INDONESIA REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA Menimbang: a. bahwa penyediaan fasilitas komputer

Lebih terperinci